52
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Dosen pengampu : Dr. Das Salirawati, M.Pd. Disusun oleh : Matkli Dimas Astrianto Saputro 08670055 PRODI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

Proposal Metopen

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MATERI KULIAH

Citation preview

Page 1: Proposal Metopen

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL SNOWBALL THROWING TERHADAP PENINGKATAN MOTIVASI DAN

PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK TERMOKIMIA

Proposal ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi PenelitianDosen pengampu : Dr. Das Salirawati, M.Pd.

Disusun oleh :

Matkli Dimas Astrianto Saputro 08670055

PRODI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2011

Page 2: Proposal Metopen

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya. Sumber daya manusia

yang berkualitas akan mampu mengelola sumber daya alam dan memberi layanan

secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena

itu, hampir semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan yang

dimilikinya, termasuk Indonesia.

Mutu pendidikan di Indonesia cenderung tertinggal apabila dibandingkan

dengan negara-negara lain di dunia, khususnya negara-negara ASEAN. Faktor-faktor

penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia yakni meliputi faktor eksternal

maupun faktor internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan belajar, sarana dan

prasarana pendukung, guru dan metode mengajar. Sedang faktor internal meliputi

tingkat kecerdasan dan kemampuan awal siswa, motivasi dan minat siswa terhadap

suatu pelajaran.

Kemajuan dalam bidang pembangunan, ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

beberapa hal wujud keberhasilan dalam pendidikan. Kemajuan tersebut tidak lain

sebagai bukti nyata dari keberhasilan kaum terpelajar yang selalu haus akan ilmu

pengetahuan dan selalu belajar. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan

merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan

jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan

pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika

berada di sekolah maupun berada di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.

(Bahri,2007)

Mengingat belajar adalah proses bagi siswa dalam membangun gagasan atau

pemahaman sendiri, maka kegiatan pembelajaran hendaknya memberikan

kesempatan kepada siswa untuk melakukan hal tersebut dengan lancar. Suasana

belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara aktif. Misalnya,

mengamati, bertanya dan mempertanyakan, menjelaskan, dan sebagainya. Belajar

Page 3: Proposal Metopen

aktif tidak dapat terjadi tanpa adanya partisipasi siswa. Terdapat berbagai cara untuk

membuat proses pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan bisa mengasah

ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Proses pembelajaran aktif dalam

memperoleh informasi, keterampilan, dan sikap akan terjadi melalui suatu proses

pencarian dari diri siswa.

Kimia merupakan salah satu di antara mata pelajaran yang diajarkan di

sekolah dengan persentase jam pelajaran yang lebih dibandingkan dengan mata

pelajaran lain. Ironinya, kimia termasuk pelajaran yang tidak disukai. Banyak siswa

yang takut akan pelajaran kimia, karena menurut mereka kimia itu suatu pelajaran

yang sulit dipahami dan membosankan. Permasalahan lain yang sering terjadi adalah

gaya mengajar guru. Guru kimia saat ini cenderung kurang bervariasi dalam

mengajar, hanya mengandalkan ceramah di depan kelas dan umpan balik serta

korelasi dari guru juga jarang diterapkan. Hal tersebut juga terjadi di SMA

Muhammadiyah 3 Yogyakarta yang berlokasi di Kecamatan Wirobrajan, Kotamadya

Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Suhermanto selaku guru kimia

kelas XI di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta, mengajar secara monoton dengan

metode ceramah di depan kelas, dan jarang memberikan umpan balik dalam

pembelajaran, sehingga siswa merasa pembelajaran kurang efektif. Padahal guru

merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam peningkatan prestasi belajar siswa,

karena guru bertanggung jawab mengatur, mengelola dan mengorganisir kelas.

Untuk mengantisipasi masalah tersebut diperlukan model pembelajaran yang

tepat. Penggunaan model pembelajaran cukup besar pengaruhnya terhadap

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu pemilihan model

pembelajaran yang tepat sangat penting, karena tidak semua model pembelajaran

dapat digunakan secara efektif pada tiap pokok bahasan. Agar model pembelajaran

terpilih dengan tepat, seorang guru harus mengetahui bermacam-macam model

pembelajaran. Cooperative learning tipe Snowball Throwing merupakan salah satu

upaya dalam mengaktifkan siswa dengan cara merangsang diskusi kelas. Model

Pembelajaran Snowball Throwing melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan

dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu

kelompok.

Page 4: Proposal Metopen

Berdasarkan uraian tentang permasalahan di atas, maka peneliti ingin

mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa melalui penerapan

cooperative learning tipe Snowball Throwing dalam pembelajaran kimia khususnya

pada siswa kelas XI SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, ada beberapa masalah

yang dapat diidentifikasi, yaitu:

1. Pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode ceramah.

2. Proses pembelajaran cenderung melibatkan satu pihak saja yang aktif,

yaitu guru.

3. Masih rendahnya hasil belajar siswa untuk mata pelajaran kimia.

4. Masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dan kendala dalam

belajar kimia.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas dan agar permasalahan lebih fokus,

maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penerapan cooperative learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia.

2. Penerapan cooperative learning tipe Snowball Throwing untuk meningkatkan

prestasi belajar kognitif siswa dalam proses pembelajaran kimia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah yang diungkap di atas maka dapat dikemukakan

rumusan permasalahan penelitian sebagai berikut:

1. Apakah penerapan cooperative learning tipe Snowball Throwing dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia?

2. Apakah penerapan cooperative learning tipe dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam proses pembelajaran kimia?

Page 5: Proposal Metopen

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dilakukan untuk:

1. Mengetahui apakah penerapan cooperative learning tipe Snowball Throwing dapat

meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kimia.

2. Mengetahui apakah penerapan cooperative learning tipe Snowball Throwing dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa dalam proses pembelajaran kimia.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi guru

Diharapkan dapat dijadikan salah satu alternatif strategi pembelajaran dalam

proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa

Diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses

pembelajaran.

3. Bagi peneliti

Diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pengalaman

jika nantinya terjun langsung dalam dunia pendidikan.

Page 6: Proposal Metopen

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Belajar dan Mengajar

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling vital dalam setiap

usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada

pendidikan. Belajar juga memainkan peran penting dalam mempertahankan

kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan

yang semakin ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang lebih dahulu maju

karena belajar.1

Menurut Hilgrad dan Bower yang dikutip oleh Baharuddin dan Esa Nur

Wahyuni dalam bukunya, belajar memiliki pengertian memperoleh

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar memiliki

arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu.

Belajar yang paling baik adalah melalui pengalaman. Dengan pengalaman

tersebut pelajar menggunakan seluruh pancainderanya.2

Selanjutnya dalam buku karya Sardiman A.M. Ada yang mendefinisikan

belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksudkan belajar berarti usaha

mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa perubahan pada individu-

individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya berkaitan dengan

penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan,

keterampilan, sikap, pengertian, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya

menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.3

1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), hal. 94-95.

2 Baharuddin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 13.

3 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996), hal. 23.

Page 7: Proposal Metopen

Jika hakikat belajar adalah perubahan tingkah laku, maka ada beberapa

perubahan tertentu yang dimasukkan kedalam ciri-ciri belajar.

a. Perubahan yang terjadi secara sadar

Ini berarti individu yang belajar akan menyadari terjadinya

perubahan itu atau sekurang-kurangnya individu merasakan telah terjadi

adanya suatu perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa

pengetahuannya bertambah, kecakapannya bertambah, kebiasaannya

bertambah. Jadi, perubahan tingkah laku individu yang terjadi karena

mabuk atau dalam keadaan tidak sadar, tidak termasuk kategori

perubahan dalam pengertian belajar, karena individu yang bersangkutan

tidak menyadari akan perubahan itu.

b. Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu

berlangsung terus menerus dan tidak statis. Suatu perubahan yang terjadi

akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi

kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu selalu

bertambah dan tertuju untuk memperoleh suatu yang lebih baik dari

sebelumnya. Dengan demikian, makin banyak usaha belajar itu

dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh.

Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi

dengan sendirinya, melainkan karena usaha individu sendiri.

d. Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara (temporer) yang terjadi hanya

untuk beberapa saat saja, seperti berkeringat, keluar air mata, menangis

dan sebagainya tudak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam

pengertian belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat

menetap dan permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi

setelah belajar akan bersifat menetap.

Page 8: Proposal Metopen

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada

tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah pada perubahan

tingkah laku yang benar-benar disadari.

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses

belajar meliputi perubahan keseluruhan tungkah laku. Jika seseorang

belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah

laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan,

pengetahuan, dan sebagainya. 4

Dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru

perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar. Adapun prinsip-prinsip belajar

adalah sebagai berikut.

a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar,

bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

b. Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuan .

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat

penguasaan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses

belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan

siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi

tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya. 5

Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan

kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk

berlangsungnya proses belajar mengajar. Kalau belajar dikatakan kegiatan

siswa maka mengajar sebagai kegiatan guru. Dalam pengertian yang luas,

4 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar edisi 2, (jakarta: Rineka Cipta, 2008), hal. 15-16.5 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1996), hal. 16.

Page 9: Proposal Metopen

mengajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau

mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan siswa,

sehingga terjadi proses belajar. Dengan kata lain, mengajar sebagai upaya

menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan belajar

bagi para siswa.

Dari definisi di atas, dapat diperoleh beberapa kesimpulan tentang

mengajar:

a. Mengajar berarti membimbing aktivitas siswa

Tugas guru adalah mengatur lingkungan serta membimbing

aktivitas anak. Artinya, janganlah hanya guru yang aktif. Oleh karena itu

guru tidak boleh memonopoli aktivitas kelas. Dalam mengajar, guru

senantiasa harus bertanya kepada dirinya, aktivitas apakah yang dapat

diberikan kepada siswa, apakah yang dapat dikerjakan oleh siswa.

b. Mengajar berarti membimbing pengalaman siswa

Pengalaman adalah interaksi dengan lingkungan. Dalam interaksi

itulah siswa belajar. Berkat pengalaman itulah siswa memperoleh

pengertian-pengertian, sikap, penghargaan, kebiasaan, kecakapan, dan

lain-lain.

c. Mengajar berarti membantu siswa berkembang dan menyesuaikan diri

kepada lingkungan

Siswa belajar agar bakatnya berkembang. Pelajaran sekolah

berguna agar siswa dapat menggunakanya dalam kehidupan sehari-hari

dan agar ia lebih sanggup mengatasi masalah-masalah dalam

kehidupannya. Pelajaran sekolah harus berfungsi dalam kehidupan

sehari-hari. 6

Tidak hanya dalam belajar, mengajarpun juga memiliki prinsip. Prinsip

yang harus dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar adalah sebagai berikut.

a. Mengajar harus berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki siswa

6 Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hal. 5-7.

Page 10: Proposal Metopen

Apa yang telah dipelajari merupakan dasar dalam mempelajari bahan

yang akan diajarkan. Oleh kerena itu, tingkat kemampuan siswa sebelum

proses belajar mengajar berlangsung harus diketahui oleh guru.

b. Pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan harus bersifat praktis

Bahan pelajaran yang bersifat praktis berhubungan dengan situasi

kehidupan. Hal ini dapat menarik minat, sekaligus dapat memotivasi

belajar.

c. Mengajar harus memperhatikan perbedaan individual setiap siswa

Ada perbedaan individual dalam kesanggupan belajar. Setiap

individu mempunyai kemampuan potensial seperti bakat dan inteligensi

yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

d. Kesiapan dalam belajar sangat penting dijadikan landasan dalam

mengajar

Kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) baik bersifat fisik

maupun mental untuk melakukan sesuatu.

e. Tujuan pengajaran harus diketahui siswa

Tujuan pengajaran merupakan rumusan tentang perubahan perilaku

apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar. Apabila tujuan

pengajaran diketahui, siswa mempunyai motivasi untuk belajar. Agar

tujuan mudah diketahui, harus dirumuskan secara khusus.

f. Mengajar harus mengikuti prinsip psikologis tentang belajar

Para ahli psikologi merumuskan prinsip, bahwa belajar itu harus

bertahap dan meningkat. Oleh karena itu, dalam mengajar haruslah

mempersiapkan bahan yang bersifat gradual. Yaitu: dari sederhana

kepada yang kompleks (rumit), dari konkret kepada yang abstrak, dari

umum kepada yang khusus, dari yang sudah diketahui (fakta) kepada

yang tidak diketahui (konsep yang bersifat abstrak), dengan

menggunakan prinsip induksi kepada deduksi atau sebaliknya, sering

menggunakan penguatan. 7

7 Hamzah B. Uno, Perencanaan Pembelajaran, (Jakarta: bumi Aksara, 2007), hal. 7-8.

Page 11: Proposal Metopen

2. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap,

pikiran, dan aktivitas dalam pembelajaran guna menunjang keberhasilan

proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut.

Peningkatan aktivitas siswa yaitu meningkatnya jumlah siswa yang terlibat

aktif dalam belajar, meningkatnya jumlah siswa yang bertanya dan

menjawab, meningkatnya jumlah siswa yang berinteraksi membahas materi

pembelajaran.

Belajar merupakan aktivitas. Tanpa aktivitas, belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik. Melakukan aktivitas adalah bentuk pernyataan

diri siswa. Pada hakikatnya, siswa belajar sambil melakukan aktivitas. Oleh

karena itu, siswa perlu diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan nyata

yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan sendiri.

Siswa akan memperoleh harga diri dan kegembiraan kalau diberi

kesempatan menyalurkan kemampuan dan melihat hasil kerjanya.8

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa

belajar. Dalam pembelajaran, siswalah yang menjadi subyek, dialah yang

menjadi pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam

kegiatan belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran yang

menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti

siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan

siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangan,

serta bermanfaat bagi masa depannya.9

Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian,

sekolah merupakan arena untuk mengembangan aktivitas. Banyak jenis

aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak

cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di

sekolah-sekolah tradisional. Aktivitas siswa diantaranya dapat digolongkan

sebagai berikut:

8 Sutrisno, Revolusi Pendidikan di Indonesia, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2005), hal. 67.9 R. Ibrahim, Nana Syaodih S. , Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 1996),

hal. 27.

Page 12: Proposal Metopen

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:

membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan.

b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

c. Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan uraian,

perrcakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram.

f. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain:

melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi,

bermain, berkebun, beternak.

g. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil

keputusan.

h. Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan,

gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, gugup. 10

3. Hasil Belajar

Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai

tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Dalam buku

karya Nana Sudjana, Horward Kingsley membagi tiga macam hasil belajar,

yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c)

sikap dan cita-cita. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil belajar,

yaitu (a) invormasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif,

(d) sikap dan (e) keterampilan motoris. Dalam sistem pendidikan nasional

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan intruksionil, 10 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT. Raja Grafindo Persada, 1996),

hal. 100.

Page 13: Proposal Metopen

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis

besar membaginya menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotorik.11

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

dari enam aspek, yaitu pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat

rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah

afekif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan,

jawaban, reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik

berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada

enam aspek ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, keterampilan gerakan

dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan

keterampilan kompleks, dan gerakan ekpresif dan interpretatif. Ketiga ranah

tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar.12

Hasil belajar yang dikemukakan di atas sebenarnya tidak berdiri

sendiri, tetapi selalu berhubungan satu sama lain, bahkan ada dalam

kebersamaan. Seseorang yang berubah tingkat kognisinya sebenarnya dalam

kadar tertentu telah berubah pula sikap dan perilakunya. Hasil belajar di

dalam kelas diharapkan dapat diterapkan dalam situasi di luar kelas atau

sekolah. Dengan kata lain, siswa dikatakan berhasil belajar jika mampu

mentransferkan hasil belajarnya terhadap situasi, kondisi, permasalahan-

permasalahan dan kejadian-kejadian sesungguhnya di dalam masyarakat dan

lingkungannya.

Menurut A. Tabrani Rusyan dkk ada tiga teori tentang transfer hasil

belajar, antara lain:

a. Teori disiplin formal

Teori ini menyatakan bahwa ingatan, sikap, pertimbangan, dan

imajinasi dapat diperkuat melalui latihan-latihan akademis. Melalui

pelajaran seperti geometri dan bahasa latin sangat penting dalam melatih

11 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008) hal. 22.

12 Ibid., hal. 22-23.

Page 14: Proposal Metopen

daya berpikir seseorang. Demikian pula halnya dengan daya berpikir

kritis, ingatan, pengamatan, dan sebagainya dapat dikembangkan melalui

latihan-latihan akademis tadi.

b. Teori unsur-unsur yang identik

Transfer terjadi apabila di antara dua situasi atau dua kegiatan terdapat

unsur-unsur yang bersamaan (identik). Latihan dalam satu situasi

mempengaruhi perbuatan tingkah laku dalam situasi yang lainnya. Teori

ini banyak digunakan dalam kursus latihan jabatan dimana kepada peserta

didik diberikan respon-respon yang diharapkan dapat diterpakan dalam

situasi kehidupan yang sebenarnya. Para ahli psikologi banyak

menekankan persepsi para peserta didik terhadap unsur-unsur yang identik

ini.

c. Teori generalisasi

Teori ini merupakan revisi teori unsur-unsur yang identik. Teori

generalisasi menekankan kompleksitas apa yang dipelajari. Internalisasi

pengertian-pengertian, keterampilan, sikap-sikap, dan apresiasi dapat

mempengaruhi kelakuan seseorang. Teori ini menekankan pembentukan

pengertian (concept formation) yang dihubungkan dengan pengalaman-

pengalaman lain. Transfer terjadi apabila peserta didik menguasai

pengertian-pengertian umum atau kesimpulan-kesimpulan umum, lebih

daripada unsur-unsur yang identik. 13

4. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang

berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu

diperhatikan guru dalam proses pembelajaran. Menurut J.R. David yang

dikutip oleh W. Gulo dalam bukunya, strategi pembelajaran meliputi

13 A. Tabrani Rusyan, dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hlm.25.

Page 15: Proposal Metopen

rencana, metode, dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk

mencapai tujuan pengajaran tertentu.14

Untuk melaksanakan suatu strategi tertentu diperlukan seperangkat

metode pembelajaran. Metode digunakan untuk merealisasikan strategi

yang telah ditetapkan. Dengan demikian, bisa terjadi satu strategi

pembelajaran digunakan beberapa metode. Strategi berbeda dengan

metode. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai

sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk

melaksanakan strategi.15

Pembelajaran berasal dari kata belajar dan mendapat imbuhan pe-

an sehingga menjadi pembelajaran. Pembelajaran adalah upaya sistematik

dan disengaja oleh pendidik untuk menciptakan kondisi-kondisi agar

peserta didik melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan ini terjadi

interaksi edukatif antara dua pihak, yaitu antara peserta didik yang

melakukan kegiatan belajar dengan guru.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan

proses pembelajaran, di antaranya:

a. Faktor Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam

implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun

bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa

diaplikasikan. Demikian juga dengan guru, keberhasilan implementasi

suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru

dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Setiap

guru akan memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya dan

bahkan pandangan yang berbeda dalam mengajar. Guru dalam proses

pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Peran guru,

apalagi untuk siswa pada usia pendidikan dasar, tidak mungkin dapat

digantikan oleh perangkat lain, seperti televisi, radio, komputer dan

14 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), hal. 2-3.15 ? Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),

hal. 125.

Page 16: Proposal Metopen

lain sebagainya. Sebab siswa adalah organisme yang sedang

berkembang yang memerlukan bimbingan dan bantuan orang dewasa.

b. Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang berkembang sesuai dengan tahap

perkembangannya. Perkembangan siswa adalah perkembangan seluruh

aspek kepribadiannya, tetapi tempo dan irama perkembangan masing-

masing siswa pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran

dapat dipengaruhi oleh perkembangan siswa yang tidak sama itu, di

samping karakteristik lain yang melekat pada diri siswa. Faktor-faktor

yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran dilihat dari aspek siswa

meliputi aspek latar belakang siswa serta faktor sifat yang dimiliki

siswa. Aspek latar belakang meliputi jenis kelamin siswa, tempat

kelahiran siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dari keluarga yang

bagaimana siswa berasal, dan lain-lain. Sedangkan dilihat dari sifat yang

dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap.

c. Faktor Sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung

terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran,

alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain sebagainya.

Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung

dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misal jalan menuju

sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya.

Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam

penyelenggaraan proses pembelajaran, dengan demikian sarana dan

prasarana merupakan komponen penting yang dapat mempengaruhi

proses pembelajaran.

d. Faktor Lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat

mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan

faktor iklim sosial-psikologis. Faktor organisasi kelas yang di

dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas yang terlalu besar

Page 17: Proposal Metopen

akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Faktor iklim

sosial-psikologis maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara

orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Misalnya iklim sosial

antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, guru dengan guru dan

lain sebagainya.16

5. Strategi Cooperative Learning

Cooperative learning atau pembelajaran kelompok adalah

rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-

kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan. Cooperative learning berbeda dengan strategi pembelajaran

yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang

lebih menekankan kepada proses kerjasama dalam kelompok. Tujuan yang

ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian

penguasaan bahan pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerjasama untuk

penguasaan materi tersebut. Adanya kerjasama inilah yang menjadi ciri

khas dalam cooperative learning.17

Cooperative learning memiliki empat prinsip dasar, seperti

dijelaskan dibawah ini:

a. Prinsip ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu

penyelesaian tugas sangat tergantung kepada usaha yang dilakukan

setiap anggota kelompoknya. Oleh sebab itu, perlu disadari oleh setiap

anggota kelompok keberhasilan penyelesaian tugas kelompok akan

ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota. Dengan demikian,

semua anggota dalam kelompok akan merasa saling tergantung.

b. Tanggung jawab perseorangan

Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama.

Oleh karena keberhasilan kelompok tergantung pada setiap

16 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008), hal. 52-56.

17 Ibid., hal. 244.

Page 18: Proposal Metopen

anggotanya, maka setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung

jawab sesuai dengan tugasnya. Setiap anggota harus memberikan yang

terbaik untuk keberhasilan kelompoknya.

c. Interaksi tatap muka

Cooperative learning memberi ruang dan kesempatan yang

luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka saling

memberikan informasi dan saling membelajarkan.

d. Partisipasi dan komunikasi

Cooperative learning melatih siswa untuk dapat mampu

berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting

sebagai bekal mereka dalam kehidupan di masyarakat kelak.18

6. Metode Snowball Throwing

Sejalan dengan perkembangan teknologi di bidang pendidikan,

juga banyak dikembangkan berbagai model pembelajaran. Salah satunya

adalah pembelajaran menggunakan model snowball throwing yaitu suatu

cara penyajian bahan pelajaran di mana siswa dibentuk dalam beberapa

kelompok yang heterogen kemudian masing-masing kelompok dipilih

ketua kelompoknya untuk mendapat tugas dari guru lalu masing-masing

siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)

kemudian dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab

pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Model Pembelajaran snowball throwing melatih siswa untuk lebih

tanggap menerima pesan dari orang lain, dan menyampaikan pesan tersebut

kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak

menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik akan tetapi

menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola

kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat

bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.19

7. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)18 Ibid., hal. 246-247.

19 Robert E. Slavin, Cooperative Learning, (Bandung: Nusa Media, 2009),

Page 19: Proposal Metopen

Penelitian adalah suatu kegiatan penyelidikan yang dilakukan

menurut metode ilmiah yang sistematis untuk menemukan informasi

ilmiah atau teknologi baru, membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran

hipotesis sehingga dapat dirumuskan teori atau proses gejala sosial.

Penelitian juga bisa diartikan sebagai kegiatan mencermati suatu objek

melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis

untuk menyelesaikan suatu masalah.20 Penelitian tindakan (action

research) adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di masyarakat atau

kelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada

masyarakat yang bersangkutan. Ciri atau karakteristik utama dalam

penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara

peneliti dengan anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan merupakan

salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata

dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil jalan.21

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian

tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik

pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan

sebagai suatu penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru yang sekaligus

sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain

(kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan

tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di

kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.22

Jadi, dalam penelitian tindakan kelas ada tiga unsur atau konsep, yaitu

sebagai berikut.

a. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek, menggunakan

aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi

20 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 42.21 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka

Cipta, 2006), hal. 90.22 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 45.

Page 20: Proposal Metopen

yang bermanfat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik

minat dan penting bagi peneliti.

b. Tindakan adalah suatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus

kegiatan.

c. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran dari seorang guru.23

Secara ringkas, penelitian tindakan kelas adalah bagaimana

sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek mereka dan

belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencoba suatu

gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat

pengaruh nyata dari upaya itu.24 Ciri-ciri penelitian tindakan kelas adalah

sebagai berikut.

a. Dalam penelitian tindakan kelas ada komitmen pada peningkatan

pendidikan.

b. Dalam penelitian tindakan kelas, ada maksud jelas untuk melakukan

intervensi ke dalam dan peningkatan pemahaman dan praktik

seseorang serta untuk menerima tanggung jawab dirinya sendiri.

c. Pada penelitian tindakan kelas melekat tindakan yang berpengetahuan,

berkomitmen, dan bermaksud.

d. Dalam penelitian tindakan kelas dilakukan pemantauan sistematik

untuk menghasilkan data atau informasi yang valid.

e. Penelitian tindakan kelas melibatkan deskripsi autentik tentang

pendidikan.

f. Perlunya validasi.25

Ada beberapa model yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan

kelas, tetapi yang paling dikenal dan biasa digunakan adalah model yang

23 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), hal. 90.

24 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: P.T Remaja RosdaKarya, 2008), hal.13.

25 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 57.

Page 21: Proposal Metopen

dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Adapun model yang

dimaksud menggambarkan adanya empat langkah (dan pengulangannya),

yang ditunjukkan dalam bagan berikut ini.

Gambar 1. Bagan Model Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart. 26

Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran. Artinya, setelah

langkah ke-4, lalu kembali ke-1 dan seterusya.

B. Telaah Hasil Penelitian yang Relevan

Setelah melakukan telaah dari beberapa karya tulis, terdapat beberapa

buah karya tulis penelitian yang relevan, yaitu:

Penelitian menggunakan strategi cooperative learning telah dilakukan

oleh Siwi Widyastuti, mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri

Yogyakarta. Penelitian tersebut menggunakan desain penelitian tindakan kelas.

26 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, (Bangdung : PT. Remaja Rosda Karya, 2008), hal. 66.

Page 22: Proposal Metopen

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative

learning dapat menaikkan motivasi belajar matematika siswa kelas 1 Putri

SLTP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta.27

Penelitian mengenai strategi cooperative learning juga telah dilakukan

oleh Abdul Basith, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri

Sunan Kalijaga Yogyakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tahun

2005 tersebut diperoleh hasil model pembelajaran cooperative learning mampu

meningkatkan keterampilan proses serta keberhasilan produk siswa.28

Penelitian lain menenai model pembelajaran cooperative learning juga

telah dilakukan oleh Purwanti, mahasiswa Fakultas Tarbiyah Universitas Islam

Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

bahwasannya strategi cooperative learning dapat meningkatkan kemampuan

bertanya dan partisipasi siswa.29

C. Kerangka Berpikir

Kegiatan belajar mengajar kimia di SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta

yang dilakukan di kelas XI selama ini masih bersifat konvensional. Suhermanto

selaku guru kimia kelas XI masih biasa menggunakan metode ceramah sehingga

terlihat banyaknya siswa yang pasif karena pembelajaran cenderung berpusat

pada guru. Selain itu, hasil belajar yang diperoleh siswa masih belum maksimal.

Kegiatan pembelajaran kimia membutuhkan strategi dan metode pembelajaran

yang tepat. Metode dan strategi ini digunakan oleh guru untuk mengaktifkan

siswa. Strategi pembelajaran tersebut harus menyenangkan, efektif, efisien, dan

27 Siwi Widyastuti, Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD (Student Teams Achievement Divisions ) Dalam Pembelajaran Matematika Di Kelas I Putri SLTP Islam Terpadu Abu Bakar Yogyakarta, ( Skripsi ), (Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta, 2005 )

28 Abdul Basith, Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dalam Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Usaha dan Energi, ( Skipsi ), ( Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005 )

29 Purwanti, Upaya Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Partisipasi Siswa Melalui Strategi STAD Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia Kelas VIII MTs Laboratorium UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, (skripsi), (yogyakarta: Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007)

Page 23: Proposal Metopen

bermakna, sehingga mampu mengembangkan dan meningkatkan kompetensi,

kreativitas, kemandirian, kerjasama, dan solidaritas siswa

Sebagai alternatif pembelajaran yang dapat memperbaiki kondisi

tersebut, maka diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat melibatkan

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Salah satu strategi pembelajaran

yang dapat melibatkan aktivitas siswa adalah strategi cooperative learning tipe

snowball throwing. Pada strategi cooperative learning tipe snowball throwing

diharapkan siswa lebih aktif dan tidak jenuh. Masing-masing siswa mempunyai

tanggung jawab yang menuntut mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses

pembelajaran. Metode snowball throwing ini memungkinkan siswa untuk

terlibat aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya

di mana guru memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa dalam

proses pembelajaran.

Model pembelajaran tipe snowball throwing dalam penelitian ini adalah

sama dengan penelitian-penelitian tersebut di atas, tetapi dengan materi dan

objek yang berbeda. Materi dalam penelitian ini adalah Termokimia dan sebagai

objeknya adalah siswa kelas XI IPA1 SMA Muhammadiyah 3 Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas di mana setiap

siklus terdiri dari tahap-tahap perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan,

observasi, dan refleksi. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran kimia.

Page 24: Proposal Metopen

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMA Muhammadiyah 3

Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan Kapten Piere Tendean No. 23,

Wirobrajan, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran

2011/2012 yaitu bulan Februari sampai Juni 2012. Penentuan waktu

penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas XI IPA 1

yang terdiri dari 31 siswa dengan komposisi perempuan 17 siswa dan laki-laki

14 siswa.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research) yaitu suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara

bersama.30 Penelitian tindakan kelas memiliki peranan yang sangat penting dan

strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan

dengan baik dan benar. 31 Oleh karena itu, dalam PTK dikenal adanya siklus

pelaksanaan berupa pola perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi

(perencanaan ulang).

30 Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), hal. 3.

31 Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), hal. 41.

Page 25: Proposal Metopen

D. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan meliputi tiga siklus, yaitu:

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

1) Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa melalui

cooperative learning tipe snowball throwing.

2) Membuat rencana pembelajaran (RPP).

3) Menyiapkan media pembelajaran yang diperlukan dalam

tindakan.

4) Membuat instrumen pengamatan untuk mengamati proses

pembelajaran yang terdiri dari:

a) Soal pre-test dan post-test pada siklus 1

b) Lembar observasi aktivitas siswa dalam pembelajaran

5) Menentukan observer

b. Pelaksanaan (Acting)

Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan

pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Sedangkan observer

mengamati aktivitas siswa dalam persiapan pembelajaran, kegiatan

diskusi kelompok, kegiatan presentasi, dan aktivitas siswa dalam

mengajukan dan menjawab pertanyaan. Tahap-tahapnya adalah sebagai

berikut.

TAHAP GURU SISWA WAKTU

Pendahuluan o Guru membuka kelas

dengan salam

o Guru

mengkondisikan

kelas

o Guru memberikan

pre-tes atau skor

dasar

o Siswa

menjawab salam

o Siswa

mengikuti

perintah guru

o Siswa

mengerjakan pre-

10 menit

Page 26: Proposal Metopen

test

Kegiatan Inti:

a. Eksplorasi

oGuru menyampaikan

tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai

oGuru menggali

pengetahuan siswa

dengan pertanyaan

terbuka

oMemotivasi siswa

oGuru menjelaskan

materi termokimia

oSiswa

mendengarkan

penjelasan guru

oSiswa menjawab

pertanyaan guru

oSiswa termotivasi

oSiswa berperan

aktif dalam

pembelajaran

15 menit

b. Elaborasi o Guru

memerintahkan siswa

untuk membuat

sebuah pertanyaan

dalam selembar

kertas

o Guru

memerintahkan salah

satu siswa untuk

melemparkan kertas

berisi pertanyaan ke

arah temannya

o Guru

memerintahkan siswa

yang menjawab untuk

membungkus kertas

pertanyaan dengan

oSiswa membuat

pertanyaan dalam

selembar kertas

oSiswa yang

mendapatkan

lemparan kertas,

menjawab

pertanyaan di

dalamnya.

oSiswa membungkus

pertanyaan dengan

kertas berisi

pertanyaan dari

siswa yang

menjawab, lalu

40 menit

Page 27: Proposal Metopen

c. Konfirmasi

pertanyaan yang

dibuatnya

o Guru

membahas seluruh

pertanyaan

o Guru

memberi kesempatan

siswa bertanya materi

yang belum dipahami

dilemparkan

kembali hingga

pertanyaan habis

oSiswa bersama guru

membahas

pertanyaan

oSiswa bertanya

materi yang belum

dipahami

Kegiatan Penutup o Guru memberi

kuis(Post-test)

o Guru mengoreksi

hasil kuis sehingga

diketahui skor

kemajuan individu.

o Guru memberi

penghargaan

o Siswa

menyelesaikan

kuis secara

individu

o Siswa mengoreksi

hasil kuis

o Siswa yang dapat

menjawab kuis

dengan skor paling

besar mendapat

penghargaan

25 menit

c.Pengamatan (Observation)

Page 28: Proposal Metopen

Kegiatan ini dilakukan oleh peneliti dan observer dengan melakukan

pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam proses pembelajaran melalui

cooperative learning tipe snowball throwing selama pembelajaran

berlangsung.

d. Refleksi (Reflecting)

Siklus I dianalisis untuk melakukan perbaikan yang dapat diterapkan

pada siklus berikutnya. Guru bersama observer mendiskusikan hal-hal yang

kurang untuk dicari solusinya demi perbaikan pada pembelajaran siklus

berikutnya..

2. Siklus II

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan pada siklus II sama dengan yang

dilaksanakan pada siklus I. Untuk instrumen sama dengan yang

digunakan pada siklus I tetapi soal pre-test dan post-test disesuaikan

dengan materi pelajaran.

b. Pelaksanaan (Action)

Langkah-langkah pada siklus II sama dengan langkah-langkah pada

siklus I dan ditambah dengan perbaikan hasil dari refleksi siklus I.

c. Pengamatan (Observation)

Tim peneliti melakukan pengamatan yang sama dengan yang

dilakukan pada siklus I.

a. Refleksi (Reflection)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II.

Siklus II dibandingkan dengan siklus I apakah terjadi peningkatan atau

penurunan terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa dan menyusun

rencana untuk siklus III, jika pada siklus II belum diperoleh format

tindakan yang tepat.

3. Siklus III

a. Perencanaan (Planning)

Perencanaan tindakan pada siklus III sama dengan yang dilaksanakan

pada siklus I dan II. Untuk instrumen sama dengan yang digunakan pada

Page 29: Proposal Metopen

siklus I dan II tetapi soal pre-test dan post-test disesuaikan dengan materi

pelajaran.

b. Pelaksanaan (Observation)

Langkah-langkah pada siklus III sama dengan langkah-langkah pada

siklus I dan II ditambah dengan perbaikan hasil dari refleksi siklus II.

c. Pengamatan (Observation)

Tim peneliti melakukan pengamatan yang sama dengan yang

dilakukan pada siklus I dan II.

d. Refleksi (Reflection)

Tim peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus III

kemudian dibandingkan dengan siklus sebelumnya dan menganalisis

untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan cooperative learning tipe

snowball throwing dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran kimia.

E. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari beberapa sumber, yakni siswa,

guru, peneliti (observer), serta teman sejawat.

1. Siswa

Untuk mendapatkan data tentang aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

proses belajar mengajar.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi cooperative learning tipe

snowball throwing dalam proses pembelajaran

3. Peneliti (observer)

Peneliti sebagai sumber data untuk melihat implementasi PTK yang

dilakukan oleh guru, baik dari siswa maupun dari guru.

4. Teman Sejawat

Teman sejawat dimaksudkan sebagai sumber data untuk melihat

implementasi PTK secara komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru.

Page 30: Proposal Metopen

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes, observasi,

wawancara dan diskusi.

1. Tes

Dipergunakan untuk mendapatkan data tentang hasil belajar siswa.

2. Observasi

Dipergunakan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dalam

proses pembelajaran melalui cooperative learning tipe snowball throwing.

3. Wawancara

Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang tingkat keberhasilan

implementasi cooperative learning tipe snowball throwing.

4. Diskusi

Diskusi antara guru dan teman sejawat untuk refleksi hasil siklus PTK.

G. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Tes: menggunakan butir soal/instrumen soal untuk mengukur hasil belajar

siswa.

2. Observasi: menggunakan lembar observasi untuk mengukur tingkat

aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Lembar observasi diadaptasi

dari penelitian yang relevan.

3. Wawancara: menggunakan panduan wawancara untuk mengetahui

pendapat atau sikap siswa tentang cooperative learning tipe snowball

throwing.

4. Diskusi: menggunakan hasil lembar pengamatan.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas siswa

Page 31: Proposal Metopen

Data mengenai aktivitas siswa yang telah diperoleh dari lembar

observasi dianalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dengan teknik

persentase.

Persentase aktivitas siswa didapatkan melalui rumus.32

Keterangan:

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of cases ( jumlah frekuensi atau banyaknya individu )

P = Angka persentase

2. Hasil belajar siswa

Data yang telah diperoleh dari hasil pre-test dan post-test dianalisis

dengan teknik effect size, yaitu dengan membandingkan rerata pre-test

dengan post-test pada siklus I, II dan juga siklus III dibandingkan antara

rerata pre-test dengan post-test, dan kemudian untuk mengetahui adanya

peningkatan diadakan perbandingan antara rerata post-test siklus I, II dan

III.

32 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, ( Jakarta : Rajawali Press, 2005 ), hlm.40

Page 32: Proposal Metopen

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Basith.2005.Pengembangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Dalam Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Usaha dan

Energi.Yogyakarta:Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Anas Sudjiono.2005.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Press

A. Tabrani Rusyan, dkk.1994.Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya

Baharuddin, Esa Nur Wahyuni.2008.Teori Belajar dan Pembelajaran.Jogjakarta:Ar-

Ruzz Media

CiptaSardiman.1996.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT. Raja

Grafindo Persada

Hamzah B. Uno.2007.Perencanaan Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara

Kunandar.2008.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada

Muhibbin Syah.2007.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung:PT.

Remaja Rosdakarya

Nana Sudjana.2008.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:PT. Remaja

Rosdakarya

Nasution.1995.Didaktik Asas-asas Mengajar.Jakarta:Bumi Aksara

Purwanti.2007.Upaya Meningkatkan Kemampuan Bertanya dan Partisipasi Siswa

Melalui Strategi STAD Pada Materi Sistem Peredaran Darah Manusia

Kelas VIII MTs Laboratorium UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.Yogyakarta:

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Robert E. Slavin.2009.Cooperative Learning.Bandung: Nusa Media

Rochiati Wiriaatmadja.2008.Metode Penelitian Tindakan Kelas.Bandung:P.T Remaja

RosdaKarya

R. Ibrahim, Nana Syaodih S.1996.Perencanaan Pengajaran.Jakarta:Rineka Cipta

Sardiman.1996.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar.Jakarta:PT. Raja Grafindo

Persada

Page 33: Proposal Metopen

Siwi Widyastuti.2005.Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Metode STAD

(Student Teams Achievement Divisions ) Dalam Pembelajaran Matematika

Di Kelas I Putri SLTP Islam Terpadu Abu Bakar

Yogyakarta.Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta

Suharsini Arikunto.2006.Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action

Research).Jakarta:PT. Bumi Aksara

Suharsini Arikunto.2006.Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta:PT.

Rineka Cipta

Sutrisno.2005.Revolusi Pendidikan di Indonesia.Jogjakarta:Ar-Ruzz Media

Syaiful Bahri Djamarah.2008.Psikologi Belajar edisi 2.Jakarta:Rineka

Wina Sanjaya.2008.Strategi Pembelajaran.Jakarta: Kencana Prenada Media Group

W. Gulo.2008.Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Grasindo