Upload
lekhanh
View
231
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
A. JUDUL PENELITIAN : “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELA-JARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI”.
B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian: Pendidikan Kewarganegaraan dan Peningkatan Motivasi & Hasil Belajar Siswa.
C. Pendahuluan
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan
Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern
adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau
nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan
bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut
berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik
Indonesia, 1998].
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat
kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara
terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan
sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang
adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
1
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia 1945]
Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan
penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang
mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan
komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu
ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda
sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung
hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam
kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan,
dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi,
dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu,
perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi
manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,
ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang
cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Oleh karena itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata
pelajaran wajib yang memiliki arti strategis yang harus diikuti oleh seluruh siswa
Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di seluruh Indonesia.
Namun karena sifatnya sebagai mata pelajaran umum, sering terjadi salah
persepsi terhadap tujuan mata pelajaran ini khususnya di kalangan Siswa Kelas III
2
SDN 205/IV Kota Jambi itu sendiri. Siswa terkadang menganggap kurang penting
terhadap penyelenggaraan mata pelajaran ini, perilaku kebanyakan dari mereka yang
tampak adalah datang-duduk-diam. Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi lebih
sering asal hadir daripada berusaha menguasai kompetensi yang dibentuk melalui
mata pelajaran ini.
Padahal sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) tujuan
kurikuler mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut.
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi.
Tujuan di atas menjadi dasar dalam penetapan pokok-pokok bahasan dan atau
materi pembelajaran yang disajikan pada setiap kegiatan tatap muka terjadwal. Oleh
karena itu jika tujuan mata pelajaran ini dapat dipahami, maka setiap pertemuan tatap
muka merupakan pertemuan yang sangat penting dalam pembentukan kompetensi
yang diupayakan melalui penyelenggaraan mata pelajaran ini.
Dengan persepsi yang cenderung negatif terhadap mata pelajaran ini, maka
dapat diduga hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi kebanyakan tidak
sesuai dengan potensi yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi yang
3
bersangkutan. Indikator yang dapat disimak antara lain; nilai rerata yang berhasil
dicapai Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi hanya mencapai angka, 64, 65 dan
69. Tentu ada juga Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi yang mampu mencapai
nilai baik atau sangat baik namun ketika diambil nilai reratanya baru mencapai nilai
sedang.
Selanjutnya dilihat dari aspek guru, jika dianalisis dengan bantuan analisis
Fish-bowl (tulang ikan) ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya hasil belajar
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain ; 1). Rendahnyanya
motivasi belajar yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi, dan 2).
Kurang efektifnya model pembelajaran yang digunakan guru.
Dari temuan penyebab masalah tersebut, berdasarkan analisis akar sebab,
ditemukan beberapa faktor yang memiliki probabilitas tinggi dan bobot pengaruh
besar terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV
Kota Jambi yaitu antara lain; dari pihak Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi;
kondisi sosio-kultur kelas kurang kondusif, sajian materi tidak menantang, rendahnya
tuntutan interpersonal, ekspektasi individu rendah, tidak adanya insentif berupa
reward atau funishment dan kurangnya peran Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota
Jambi dalam proses pembelajaran, sehingga daya kemenarikan terhadap sajian mata
pelajaran ini menjadi rendah.
Dari pihak guru, ditemukan antara lain kurangnya upaya guru untuk;
membangkitkan perhatian, menjelaskan tujuan, kompetensi dan manfaat
pembelajaran, merangsang ingatan (misalnya tidak memberikan pre test), tidak
memberikan umpan balik dari penilaian unjuk kerja Siswa Kelas III SDN 205/IV
Kota Jambi (misalnya tidak mengembalikan hasil penilaian tugas, tes formatif
maupun tes sumatif), dan tidak memberi bimbingan belajar bagi Siswa Kelas III
SDN 205/IV Kota Jambi yang mengalami kesulitan belajar di luar kegiatan tatap
muka.
Oleh karena itu dalam kerangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar
Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi diperlukan upaya penelitian tindakan
4
dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat
menghasilkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN
205/IV Kota Jambi.
Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan
dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model
pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya dua hal sekali gus yaitu
motivasi dan hasil belajar seperti disebutkan di atas adalah model pembelajaran role
playing atau sering disebut juga dengan istilah sosiodrama.
Menurut Gagne (1977), untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil
belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu
menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa pembelajaran
yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase belajar dapat
menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas
ini peneliti memilih judul “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL
BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL
PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 205/IV
KOTA JAMBI”.
D. Rumusan Masalah dan Pemecahannya
Masalah yang akan dicoba dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) ini adalah kesenjangan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi
pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Harapannya hasil belajar Siswa
Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi tersebut minimal mencapai nilai rerata 80,
kenyataannya nilai rerata tersebut belum pernah tercapai, paling tidak dalam tiga
tahun terakhir. Untuk memecahkan masalah tersebut akan dipilih tindakan berupa
menerapkan model pembelajaran role playing. Hal ini didasari oleh hasil penelitian
Nurhayati & Ekawarna (2007:119) yang menemukan bahwa penggunaan model
role playing pada mata pelajaran Pkn di SMPN 1 Muaro Jambi telah mampu
5
meningkatkan hasil belajar hingga mencapai nilai rerata 76,28, dan meningkatkan
motivasi belajar hingga mencapai kategori “tinggi” (78,82%).
Oleh karena itu masalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dirumuskan
sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran role playing
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota
Jambi (sekurang-kurangnya mencapai nilai rerata 80) pada mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan“ ?
Dalam PTK ini, definisi operasional dari masing-masing variabel ditetapkan
sebagai berikut :
a. Yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah
diberi perlakuan metode role playing yang ditunjukkan dengan peningkatan
kualitas pengetahuan, sikap dan unjuk kerja, yang diukur dengan instrumen
quis dimana semakin tinggi jawaban benar semakin tinggi pula hasil belajar
yang dimaksud.
b. Yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah daya dorong atau energi atau
penggerak aktif dalam diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi untuk
melakukan aktivitas belajar setelah diberi perlakuan metode role playing yang
diukur dengan instrumen kuesioner yang menggunakan lima skala dari Likert
dimana semakin tinggi skor yang dicapai semakin tinggi pula motivasi belajar
yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.
c. Yang dimaksud dengan model peristiwa pembelajaran role playing dalam
PTK ini adalah serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan suatu situasi
dalam kehidupan manusia, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa
Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi tanpa diadakan latihan terlebih dahulu
untuk menghasilkan perubahan pada diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota
Jambi sebagai akibat kegiatan pembelajaran.
Ruang lingkup atau cakupan kegiatan PTK ini terbatas pada upaya guru
dalam menerapkan model pembelajaran role playing dalam satu kelas Pendidikan
Kewarganegaraan, oleh karenanya tidak dilakukan kontrol terhadap variabel lain
6
yang mungkin berpengaruh terhadap pencapaian output dan outcomes PTK ini.
Dengan demikian maka dalam PTK ini digunakan asumsi sebagai berikut:
a. Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu
diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar
(internal) di dalam diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.
b. Motivasi belajar menentukan secara langsung terhadap intensitas belajar.
Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan
belajar secara optimal.
c. Hasil belajar dipengaruhi tiga faktor utama yaitu; kemampuan kognitif,
motivasi belajar, dan kualitas pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan di muka, secara
spesifik tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:
1. Meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi pada
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hingga memperoleh nilai rerata
minimal “80” sebagai efek pembelajaran (instructional effects) yang
diciptakan guru.
2. Meningkatkan motivasi belajar yang meliputi; hubungan kerjasama,
partisipasi, gairah dan semangat belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota
Jambi sebagai efek sertaan (nurturant effects).
F. Manfaat Hasil Penelitian
Jika tujuan di atas dapat dicapai, maka hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Guru PKn. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat menjadi
masukan, menambah wawasan dan pengalaman serta memperkaya alternatif
pilihan sehingga dapat memilih atau mengkombinasikan dengan model lain
7
untuk kepentingan peningkatan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2. Guru SD. Sebagai guru SD khususnya di Kota Jambi dapat memperoleh
informasi faktual dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dan dapat
memanfaatkan dengan melakukan ujicoba dengan setting kelas dan siswa
yang lain dalam rangka meningkatkan sikap profesional guru SD.
3. Siswa. PTK dan hasilnya ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan
pribadi siswa di sekolah, mengubah persepsi dan menyadari betapa
pentingnya pelajaran PKn bagi keserasian hidup berbangsa dan bernegara.
4. Guru mitra. PTK ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi
guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di
luar kelas.
5. LPMP. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberi sumbangan
yang signifikan dalam rangka meningkatkan mutu hasil pendidikan di
Provinsi Jambi.
6. Peneliti lain. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat menjadi bahan
refleksi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) lebih lanjut pada
setting kelas, lokasi, waktu dan subyek yang berbeda, sehingga keajegan
model/metode role playing dapat dibuktikan secara empiris.
7. Kepala Sekolah. Hasil PTK ini dapat menjadi masukan dalam penetapan
kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di satuan pendidikannya.
8. Dosen. PTK dan hasilnya dapat dijadikan sebagai wahana dosen dalam upaya
peningkatan sikap profesionalnya.
G. Kajian Pustaka
a. Hasil Belajar Sebagai muara dari variabel yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah
“Hasil belajar” dan “Motivasi Belajar”, sedangkan variabel yang menjelaskannya
adalah “Model Pembelajaran Role Playing”.
8
Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah “scholastic achievement” atau
“academic achievement” adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui
proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-
nilai berdasarkan tes hasil Belajar (Briggs, 1979:147). Menurut Gagne dan Driscoll
(1988:36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai
akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s
performance). Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar
merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, ketrampilan
dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu
melakukan sesuatu.
Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran,
yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan, ketrampilan intelektual,
ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom, et.al (1966:7) membedakan hasil
belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap),
dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik).
Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap
kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah “pengetahuan”
mulai dari tingkat paling ringan yaitu; mengingat kembali (recall), memahami
(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis)
sampai evaluasi (evaluation). Ranah sikap mulai dari menangkap/merespon pasif,
bereaksi dengan sukarela/merespon aktif, mengapresiasi, menghayati/internalisasi,
sampai akhirnya menjadi karakter atau jiwa di alam dirinya (life style). Sedangkan
ranah psikomotorik mulai dari tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan,
melakukan sendiri, melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau
reflekstoris.
Menurut Gagne (1977:42), Gagne & Driscoll (1988:74) belajar bukan
merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh
pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut
9
merupakan hasil dari efek kumulatif dari belajar. Artinya banyak ketrampilan yang
telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang menghasilkan berbagai
macam tingkah laku yang berlainan yang disebut “kapasitas”. Kapasitas itu diperoleh
orang dari; (1) Stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) Proses kognitif yang
dilakukan si belajar.
Berdasarkan pandangannya ini Gagne mendefinisikan secara formal bahwa
“belajar” adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang
berlangsung selama masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses
pertumbuhan. Perubahan terebut berbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat
diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah
laku yang diperoleh setelah belajar. Margaret G. Bell (dalam Panen, 2000:24) lebih
lanjut mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan
kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau nilai, perubahan itu harus
bertahan selama beberapa periode waktu.
Menurut Gallowing (1976:129), belajar merupakan suatu proses internal yang
mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain.
Proses belajar disini antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
penyesuaian dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Gagne (1977:43) menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia,
yaitu; (1) Informasi verbal, (2) Ketrampilan intelek, (3) Ketrampilan motorik, (4)
Sikap, dan (5) Siasat kognitif.
Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori
memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang telah
tersusun. Menurut Sinambela (1977:16) kemampuan verbal ini sangat erat
hubungannya dengan hasil belajar. Hasil penelitian untuk disertasi oleh Rusiaman
(1990:124) dan Mukhayar (1991:162) menemukan bahwa proses menalar banyak
tergantung dari perpaduan antara intelegensi dan kemampuan verbal siswa. Kegiatan
10
untuk mengetahui kapabilitas informasi verbal ini dilakukan dengan mengatakan,
suatu faktor atau peristiwa, memberi nama lain yang hampir sama, membuat ikhtisar
dari informasi yang telah dipelajari.
Data informasi verbal menurut Huda (1997:3) pada umumnya diperoleh
dengan tiga teknik, yaitu ; kuesioner, buku harian, dan wawancara. Dari kuesioner
dan buku harian diperoleh informasi verbal tulis, namun kuesioner lebih produktif
daripada buku harian. Wawancara dapat menghasilkan informasi verbal lisan.
Jenisnya terdiri dari wawancara konvensional yang menanyakan pengalaman,
perasaan, dan pengamatan yang telah dilakukan oleh pembelajar terhadap dirinya
sendiri. Dan wawancara tentang apa yang sedang berlangsung dalam pikiran
pembelajar. Teknik kedua ini disebut verbalisasi pikiran (think aloud).
Ketrampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa ketrampilan yang
membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Ketrampilan intelek
berhubungan dengan pendidikan formal mulai dari tingkat dasar dan seterusnya.
Ketrampilan intelek ini terdiri atas empat ketrampilan yang berhubungan dan bersifat
sederhana sampai yang rumit yaitu belajar diskriminasi (membedakan), belajar
konsep konkrit dan konsep menurut definisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang
tarafnya lebih tinggi. Ketrampilan gerak (motorik) adalah kapabilitas yang mendasari
pelaksanaan perbuatan jasmaniah. Ketrampilan ini bila sering dipraktekkan akan
bertambah sempurna. Untuk itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan
atau latihan-latihan disertai umpan balik dari lingkungan.
Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana
yang perlu diambil. Menurut Deaux & Wrightsman (1988:238) sikap adalah
kesediaan untuk bertingkah laku terhadap objek di lingkungan. Karakteristik dari
sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari komponen afeksi.
Komponen afeksi mengandung sistem penilaian emosional yang dapat bersifat
positif/negatif atau dapat menimbulkan perasaan senang/tidak senang. Berdasarkan
penilaian ini maka terjadilah kecenderungan untuk bertingkah laku.
11
Krech & Crutchfield (1962) dalam Zahera (1997:183) mengemukakan
bahwa sikap seseorang ditentukan oleh faktor kebutuhan-kebutuhan individu,
informasi yang diperoleh mengenai objek sikap, kelompok tempat individu
berafiliasi, dan kepribadian individu. Sedangkan Nimpoeno (1988:47) menyebutkan
bahwa sikap dan tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma yang
dibawa sejak masa kecilnya. Ciri kapabilitas ini adalah tidak menentukan tindakan
khusus apa yang perlu diambil. Belajar memperoleh sikap didasarkan pada informasi
tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan apa akibatnya.
Yang terakhir adalah siasat kognitif yaitu kapabilitas yang mengatur
bagaimana si belajar mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir dalam
rangka pengendalian sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal ini mempengaruhi
dan perhatian si belajar dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya. Kapasitas
ini mempengaruhi siasat si belajar dalam rangka menemukan kembali hal-hal yang
telah tersimpan. Siasat kognitif ini merupakan suatu proses inferensi atau induksi
dimana seseorang mengingat objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka
memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan
induksi.
Jerome S. Bruner adalah seorang ahli Psikologi Kognitif, yang memberi
dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pentingnya pengembangan
berfikir. Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang sistimatis, dasar pemikiran
teorinya memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir dan pencipta
informasi.
Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar menurut Bruner (1961:23)
adalah cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan dan
mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Sehubungan dengan itu
Bruner sangat memberi perhatian pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan
informasi yang diterima itu untuk mencapai pemahaman dan membentuk kemampuan
berfikir siswa.
12
Selanjutnya menurut Bruner (1962:98) agar proses belajar berjalan lancar
terdapat tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di
dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu :
1. Pentingnya memahami struktur mata kuliah.
2. Pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-
konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar.
3. Pentingnya nilai dari berfikir induktif.
Berdasarkan pandangan Bruner ini, maka ada empat aspek utama yang harus
menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :
a. Struktur Mata Pelajaran. Struktur mata pelajaran berisi ide-ide,
konsep-konsep dasar, hubungan antar konsep atau contoh-contoh dari
konsep tersebut yang dianggap penting. Menurut Bruner proses
belajar akan lebih bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa
bila difokuskan pada memahami struktur mata pelajaran yang akan
dipelajari, sebab si belajar dapat menghubungkan antara pokok
bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang lain, baik dalam mata
pelajaran yang sama atau dalam mata pelajaran yang berbeda.
b. Kesiapan Untuk Belajar. Dalam belajar guru harus memperhatikan
kesiapan si belajar untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat
lanjutan. Kesiapan belajar dapat terdiri atas penguasaan ketrampilan-
ketrampilan yang lebih sederhana yang telah dikuasai terlebih dahulu
dan yang memungkinkan seseorang untuk memahami dan mencapai
ketrampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk belajar ini dipengaruhi
oleh kematangan psikologi dan pengalaman si belajar. Untuk
mengetahui apakah si belajar telah memiliki kesiapan untuk belajar
perlu diberikan tes mengenai materi awal yang berhubungan dengan
topik yang akan diajarkan. Bila si belajar dapat mengerjakan tes
dengan baik, berarti ia telah siap. Bila tidak mampu mengerjakan
sekalipun ia telah bekerja keras, ia dinyatakan belum siap.
13
c. Intuisi. Menurut Bruner yang dimaksud dengan intuisi adalah teknik-
teknik intelektual analitis untuk mengetahui apakah formulasi-
formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.
d. Motivasi. Menurut Bruner motivasi adalah kondisi khusus yang dapat
mempengaruhi individu untuk belajar. Motivasi merupakan variabel
penting, oleh karenanya Bruner percaya bahwa hampir semua anak
mempunyai masa-masa pertumbuhan akan “keinginan untuk belajar”,
ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) mungkin penting untuk
meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat mereka yakin
hingga mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Bruner
menekankan pentingnya motivasi instrinsik dibandingkan motivasi
ekstrinsik.
Dari uraian di atas nampak bahwa belajar merupakan rangkaian aktivitas yang
kompleks, tetapi dilakukan dengan sadar oleh seseorang yang mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku. Kasiyati (2000:93) mengemukakan prinsip-
prinsip belajar sebagai berikut :
a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara Siswa dan lingkungannya.
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi Siswa. Tujuan akan
menentukan dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.
c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang
murni dan bersumber di dalam dirinya sendiri.
d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu Siswa harus
sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan, bimbingan itu baik dari dosen atau tuntutan
dari buku pelajaran sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis, lebih baik
daripada pembentukkan kebiasaan mekanis.
14
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah
melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari
bersama.
h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga
diperoleh pengertian-pengertian.
i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari
dapat dikuasai.
j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai
tujuan atau hasil.
k. Belajar dianggap berhasil apabila sipelajar telah sanggup mentransferkan atau
menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.
Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar di atas, maka untuk memperoleh hasil
belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu ; 1). persiapan belajar, 2).
pelaksanaan belajar, dan 3). pengendalian belajar. Pada tahap persiapan yang harus
dilakukan Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi adalah menyiapkan situasi dan
kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi; menyiapkan ruang belajar yang
bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik, memelihara kesehatan jasmani,
emosional dan sosial, mengatur waktu belajar, menyiapkan bahan ajar dan alat tulis
yang dibutuhkan.
Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah membaca,
menghafal, membuat catatan kritis, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan,
berdiskusi atau bertanya jawab dengan teman sejawat (jika ada). Sedangkan pada
tahap pengendalian belajar, yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil
belajar dan menguji apakah hasil belajar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Selanjutnya ditinjau dari proses pengukuran, dapat dikatakan bahwa hasil
belajar merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes
dan dapat dihitung hasilnya dengan angka (Woodwort & Marquis, 1957:76). Hal ini
berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui perangkat tes dan
15
dengan hasil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemampuan
penyerapan materi oleh seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran.
Oleh karena itu hasil belajar siswa adalah cermin dari pengetahuan,
ketrampilan dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah diukur dan ditunjukkan
dengan nilai. Good (1959:425) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan
pengetahuan yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran di
sekolah, yang biasanya ditunjukkan dengan skor atau nilai atau pekerjaan yang
dikembangkan guru.
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (faktor
internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Suryabrata (1982:27)
yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya
kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif), sedangkan yang
termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental (misalnya
guru, kurikulum, dan model pembelajaran).
Gagne (1985:62) menyebut dengan istilah kondisi internal (internal
conditions) dan kondisi eksternal (external condition). Faktor internal adalah faktor
yang berasal dalam diri individu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-
faktor tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) faktor fisiologis, (2) faktor
psikologis, yang meliputi faktor intelektif (kecerdasan, minat, kebutuhan, emosi dan
motivasi), serta (3) faktor kematangan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-
faktor yang berasal dari luar individu yang.mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Faktor-faktor tersebut dibedakan atas faktor: (1) lingkungan budaya, (2) lingkungan
fisik, (3) lingkungan spiritual, dan (4) lingkungan Keagamaan (Rusyan & Samsudin,
1989:75). Sedangkan Bloom (1982:11) mengemukakan tiga faktor utama yang
mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, dan
kualitas pembelajaran.
16
b. Motivasi Belajar
Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang pada hakekatnya merupakan
terminologi umum yang memberikan makna “daya dorong”, “keinginan”,
“kebutuhan”, dan “kemauan”. Motif yang telah aktif disebut “motivasi”.
Mc Donald (dalam Sardiman, 2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
“perasaaan/feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Elemen
pentingnya terdiri dari: (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada
diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa
perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang ada pada manusia
karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari
dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2)
motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan afeksi seseorang. Dalam
hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang
dapat menentukan tingkah laku manusia. Dan (3) motivasi akan terangsang karena
adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu
aksi yakni tujuan.
Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya
karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.
Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Marx (1976:418) menyatakan bahwa
motivasi menentukan arah dan intensitas tingkah laku. Hudgin (1983:390)
mengemukakan bahwa motivasi ini mengarahkan tingkah laku untuk mencapai pada
tujuan/ends. Motivasi muncul sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan yang belum
terpenuhi. Kretct dab Ballachey (1962:69) mengatakan bahwa motivasi didasari atas
keinginan dan tujuan. Brown (1980:113), menjelaskan bahwa motivasi adalah
dorongan atau rangsangan yang bersifat menyeluruh, situasional, dan berorientasi
pada tugas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.
Sejak tahun 1940-an David McClelland memulai mengembangkan teori
tentang motivasi yang difokuskan pada personality, dan temuannya yang sangat
17
terkenal disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh perilaku khusus
yang bersumber dari trait psikologis (McClelland, 1961:114). Sebaliknya Maehr
and Braskamp (1986:35) mengemukakan bahwa motivasi merupakan respon
terhadap berbagai situasi. Menurutnya faktor-faktor situasi atau kontektual yang
berpengaruh terhadap motivasi meliputi; normative expectations, role-related
expectations, incentives, sociocultural definition, dan interpersonal demands.
Secara teoritis teori tentang motivasi dikelompokkan dalam dua kelompok
teori utama yaitu : (1) teori-teori isi (content theories) atau sering juga disebut teori
kebutuhan (need theories) atau teori kepuasan, dan (2) teori-teori proses (process
theory). Teori-teori isi berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku
atau memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori-teori isi yang terkenal
dapat disebutkan antara lain; teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori
pemeliharaan atau motivasi-higienis dari Frederick Herzberg, teori Mc Gregor, dan
teori prestasi dari David McClelland. Teori-teori proses berkenaan dengan
bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek “bagaimana”
dari motivasi. Teori-teori proses antara lain adalah: teori pengharapan (Expectancy
theory) dari Victor Vroom, teori pembentukan tingkah laku dari Skinner (operant
conditioning), teori Porter-Lawler, dan teori keadilan.
Teori isi dari motivasi memusatkan perhatian pada pertanyaan: apa yang
menyebabkan perilaku terjadi dan berhenti? Jawabannya terpusat pada: kebutuhan-
kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan,
memacu dan menguatkan dengan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan,
mendorong dan mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku.
Secara hierarkis, kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari
lima, yaitu; physiology, safety, social, esteem dan self actualization. Frederick
Herzberg (teorinya disebut motivation maintenance theory) melihat kebutuhan
manusia itu menjadi dua kontinum yaitu motivation (satiesfiers) dan hygiene factors
(dissatisfiers). Satiesfier adalah faktor-faktor atau situasi yang merupakan sumber
kepuasan yang terdiri dari; achievement, recognation, work it self, responsibility, dan
18
advancement. Sedangkan dissatisfier ialah faktor-faktor yang menjadi sumber
ketidakpuasan yang terdiri dari; company policy administration, supervision
technical, salary, interpersonal relations, working condition, job security, dan status
(Wexley & Yukl, 1977:243).
Menurut hasil penelitian Herzberg, motivation atau satisfiers yang disebut
juga intrinsic factors jika dipenuhi akan menimbulkan kepuasan, tetapi bila tidak
dipenuhi tidak terlalu mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan hygiene factors atau
disebut extrinsic factors mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan, artinya
perbaikan terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidakpuasan,
tetapi tidak menimbulkan kepuasan.
Teori kebutuhan lain dikemukakan David Mc Clelland, yang melukiskan
bahwa kebutuhan manusia terdiri dari ; need for power (n/PWR), need for affiliation
(n/AFT), dan need for achievement (n/ACH). Mc Clelland (dalam Wahjosumidjo,
1984:84) merekomendasikan beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut
antara lain; memberikan sesuatu yang membuat mereka puas, memberikan mereka
otonomi, umpan balik terhadap sukses dan kegagalan, berikan mereka peluang untuk
tumbuh, dan berikan mereka tantangan.
Dari pengertian motivasi di atas, kemudian diaplikasikan dalam kegiatan
belajar, maka motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif
dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan
sebagai energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan
didahului dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar
menentukan secara langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,
2003:28-34).
Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting, karena proses
belajar akan lebih efisien jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan
untuk mempelajari sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981:122-183). Coffey
et al (1975:214) menyatakan bahwa, sifat keragaman dan kedinamisan manusia
19
menjadikan perbedaan serta perubahan kebutuhan secara individual sesuai dengan
situasi dan kondisi, dan bagi individu hal ini merupakan pendorong tumbuhnya
motivasi memenuhi kebutuhan untuk mencapai kepuasan.
Seperti telah disebutkan di halaman depan, Bloom (1982:11) mengemukakan
tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif,
motivasi berprestasi, dan kualitas pembelajaran.
Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang
merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan
tentang sesuatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup proses seperti
menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan, dan mengemukakan
berbagai alasan (Molenda, 1981 :1). Selanjutnya proses kognitif dapat juga diartikan
sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berfikir yang meliputi
adanya informasi, kejadian, objek, dan peristiwa yang ada (Glasser dan Holyoak,
1986:2) dan mengemukakan alasan-alasan sebagai hasil dari proses analisis, sintesis
dan evaluasi (Davies, 1989:151).
Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang
digunakan individu dalam mengarahkan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir.
Semua hal tersebut merupakan kemampuan yang diperlukan dalam melakukan
kegiatan mengarahkan diri. Pada giliran berikutnya strategi kognitif merupakan
pranata untuk mengontrol dan memodifikasi proses belajar (Gagne dan Briggs,
1979:71).
Strategi kognitif berbeda dengan ketrampilan intelektual karena ketrampilan
intelektual menyangkut orientasi individu terhadap aspek-aspek yang terdapat di
dalam lingkungan yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan angka-angka, kata-kata, simbol-simbol. Strategi kognitif
menyangkut kemampuan individu mengendalikan kemampuannya di bidang
ketrampilan intelektual (Gagne, 1979:60).
Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor
perhatian, persepsi, struktur pengetahuan, formasi dan asimilasi konsep serta bahasa.
20
Gagne dan Briggs (1979:62) mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan
kognitif dapat dilakukan dengan melatih berbagai ketrampilan kognitif. Kegiatan ini
dilakukan secara hirarkhis yang dimulai dari pengembangan kemampuan melakukan
diskriminasi, berpikir secara konkrit, berpikir secara abstrak dengan memahami
berbagai hukum dan prinsip yang diikuti dengan pemecahan masalah.
Penerapan proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan
aktualisasi kognitif tingkat tinggi perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang
berkaitan dengan strategi pembelajaran yang tersusun secara sistimatis dimulai dari
tahap awal, tahap penyajian dan tahap penutup dan pemantapan dan ditekankan pada
pengembangan kemampuan dalam mempertentangkan atribut berbagai konsep,
berbagai kondisi yang berkaitan dengan hubungan sebab akibat sebagai prosedur
yang menuju pada pengembangan kemampuan aktualisasi kognitif tingkat tinggi
dalam bentuk berpikir analisis kritis. Penggunaan kemampuan berpikir analisis
sintesis menghasilkan aktualisais kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir
konstruktif, berpikir produktif dan berpikir kreatif (Jamaris, 2004:67-101).
Selanjutnya mengenai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi terkait erat
dengan prestasi belajar (Jegede, 1994:695), karena memberi arahan dan insensitas
terhadap perilaku untuk berprestasi (Gagne, 1985:61).
Motivasi berprestasi menurut Heckhausen (1968:4-22) adalah dorongan pada
individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin
dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai
pembanding. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan berhasil
atau gagal. Ia mengemukakan tiga standar keunggulan yang dapat digunakan, yaitu :
(1) task related standard of excellence (tugas, yang berhubungan dengan
penyelesaian tugas dengan sebaik-baiknya). (2) self related standard of excellence
(diri, yang berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari sebelumnya),
dan (3) Other standard of excellence (orang lain, yang berhubungan dengan
pencapaian prestasi lebih tinggi daripada prestasi orang lain). Motivasi berprestasi
merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu secepat dan sebaik
21
mungkin. Kajian indikator yang digunakan adalah: harapan untuk sukses,
kekhawatiran akan gagal, berkompetisi dan bekerja keras (Robinson, 1961 dalam
Cohen, 1976:232).
Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan
tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya, meraih prestasi yang lebih
baik daripada sebelumnya, melebihi prestasi rata-rata rekan-rekannya, bahkan
mungkin melampaui persyaratan maksimal yang ditetapkan.
Murray (1964:93) mengemukakan beberapa cirri individu yang bermotivasi
berprestasi tinggi, yaitu: memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, aktif dalam
kegiatan masyarakat dan kampus, lebih memilih orang yang ahli sebagai mitra
daripada orang yang simpatik, dan lebih tahan terhadap tekanan social. Haditono
(1979:29) mengemukakan enam ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi yaitu: (1) memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri, (2) lebih
memilih tugas yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja daripada tugas yang
sangat sukar atau sangat mudah, (3) berorientasi ke masa depan, (4) sangat
menghargai waktu, (5) tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas, (6) lebih
memilih seorang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpatik.
Sedangkan menurut McClelland (dalam Taruh, 2003:21) siswa yang
memiliki motivasi berprestasi tinggi biasanya memiliki ciri-ciri ingin mengerjakan
sesuatu selalu terbaik, mempunyai harapan untuk sukses, ingin berusaha sendiri,
memiliki semangat belajar yang tinggi dalam berkompetisi, tabah menghadapi
rintangan, mempunyai tanggungjawab pribadi dan berorientasi ke masa depan.
Motivasi berprestasi siswa merupakan aspek penting dalam pengajaran dan
sepenuhnya berhubungan dengan peran guru. Kegagalan dalam motivasi berprestasi,
seperti siswa merasa bosan, gelisah, tidak kooperatif tampak menjadi kendala utama
pengajaran (Gagne, 1985:62). Kegagalan tersebut menimbulkan konsekuensi untuk
memodifikasi strategi pengajaran yang sesuai dengan motivasi berprestasi siswa.
Dalam pengajaran, motivasi berprestasi siswa merupakan variabel yang tidak
dapat dimanipulasi oleh perancang pengajaran (Degeng, 1991:84). Oleh karenanya
22
variabel ini hendaknya dijadikan pijakan dalam memilih dan mengambangkan
strategi pengajaran yang optimal. Dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk
membangkitkan motivasi di lingkungan pendidikan, Ron Renchler (1992:19)
memberikan tip sebagai berikut:
a. Pelihara komunikasi dan saling pengertian antara guru dengan siswa.
b. Tunjukkan kepada siswa bagaimana motivasi memiliki peranan yang penting
dalam kehidupan pribadi, pembentukan kemampuan profesional dan
pengembangan kepribadian.
c. Lakukan kerjasama antara siswa, guru, orang tua siswa dan yang lainnya
untuk membangun tantangan yang berkaitan dengan pencapaian prestasi
sekolah dan peningkatan prestasi akademik.
d. Upayakan kegiatan yang mendemonstrasikan bagaimana motivasi memiliki
peran penting dalam seting noneducational.
e. Susun program instruksional sebagai alternatif praktek pendidikan tradisional
yang efektif dapat menumbuhkan motivasi siswa.
f. Diskusikan topik motivasi sesering mungkin diantara siswa, guru dan staff
yang lain.
g. Tunjukkan kepada siswa-siswa bahwa sukses itu penting. Sarankan kepada
siswa bagaimana mencapai sukses, dan beri reward terhadap siswa yang
sukses.
h. Kembangkan atau buat skedul tentang inservice programs dengan fokus
motivasi, dan ajak para administrator dalam program tersebut.
i. Tunjukkan bahwa belajar merupakan proses kegiatan sepanjang hayat.
j. Pahami dan promosikan nilai-nilai motivasi intrinsik.
k. Gunakan sistem ekstrinsik reward.
c. Model Pembelajaran
Menurut Kiswoyo (1995:41) istilah “model” dalam konteks pembelajaran
diartikan sebagai suatu pola kegiatan Guru-Siswa untuk menghasilkan perubahan-
23
perubahan yang terjadi pada diri Siswa sebagai akibat perbuatan mengajar dan
belajar. Istilah lain yang juga digunakan dalam pengertian yang sama dikemukakan
Joni (1980:6) adalah “strategi” belajar mengajar, atau siasat pengajaran (Munandir,
1987:9).
Joice, Weil & Showers (1992:131) menggunakan istilah “model of
teaching”, yang diartikan sebagai “a plan or pattern that we can use to design face-
to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials
– including books, films, tapes, computer-mediated programs and curricula (long
term course of study)”. Meskipun menyebut “models of teaching” mereka dalam
konsep ini tidak memisahkan antara mengajar dan belajar, seperti dikatakan bahwa
“models of teaching are really models of learning”.
Sedangkan Brady (1985) mendifinisikan model pembelajaran sebagai suatu
blueprint (kerangka dasar) yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membuat
atau menyusun persiapan pembelajaran dan kemudian mengimplementasikannya.
Menurut Munandir (1987:9), konsepsi tentang siasat pengajaran itu pada
hakekatnya berusaha menjelaskan komponen dari suatu perangkat material
pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut, agar
dapat menimbulkan hasil belajar tertentu bagi siswa. Oleh karena itu bagian-bagian
dari kegiatan yang mencakup dalam siasat pengajaran dapat dirumuskan menjadi
komponen; (1) Kegiatan pra pengajaran, (2) Penyajian informasi, (3) Peran serta
siswa, (4) Kegiatan pengetesan, dan (5) Kegiatan tindak ikutan.
Pembelajaran memiliki pengertian yang di dalamnya mencakup sekaligus
proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan sistem
lingkungan, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa untuk menghasilkan
perubahan pada diri Siswa sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar. Efek sistim
lingkungan yang diciptakan dosen mencakup efek yang bersifat langsung yang
disebut dengan efek pembelajaran (instructional effects) maupun efek tidak langsung
atau efek sertaan (nurturant effects).
24
Karena efek sistem lingkungan yang diciptakan guru bisa berupa intructional
effects dan nurturant effects, maka model pembelajaran menurut Joice, Weil &
Showers (1992) juga menghasilkan efek langsung (instructional effects) dan efek
tidak langsung (nurturant effects).
Saat ini berbagai model pembelajaran bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS
seperti antara lain dikemukakan Kiswoyo (1995) ; model pembelajaran konsep
dengan pendekatan expository dan pendekatan discovery (Martorella, 1994), model
bermain peran (role playing) yang dirancang untuk membantu Siswa mempelajari
nilai-nilai sosial, memainkan peran konflik dan mengamati perilaku sosial, model
“cooperative learning” dan model “thematic Unit” yang biasanya dipakai untuk
kegiatan pembelajaran secara terpadu.
Model pembelajaran yang paling menyeluruh (comprehensive) adalah yang
dikemukakan Joyce, Weil & Showers (1992:132), yang mengidentifikasi 16 (enam
belas) model pembelajaran yang dibagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu:
1. Model pembelajaran kelompok sosial (social family models), yaitu; (1) Model
belajar kerjasama, (2) Model investigasi kelompok, (3) Model bermain
peran, dan (4) Model penyelidikan jurisprudensi.
2. Kelompok pemrosesan informasi (information processing family), yaitu; (1)
Model belajar berfikir induktif, (2) Model belajar konsep, (3) Model belajar
mengingat, (4) Model pengorganisasian tingkat tinggi, (5) Model latihan
penyelidikan, dan (6) Model synetic untuk membangun kemampuan anak
berfikir kreatif.
3. Kelompok personal (personal family), yaitu; (1) Model pembelajaran tanpa
pengarahan, dan (2) Model pengembangan konsep diri.
4. Kelompok sistim tingkah laku (behavioral systems family), yaitu: (1) Model
belajar yang diarahkan, (2) Model belajar masteri dan belajar yang
diprogramkan, dan (3) Model simulasi (modeling).
25
Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial (social family models),
menurut Joyce, Weil & Shower (1992:132) dikembangkan oleh para ahli dengan
menggabungkan dua pandangan mereka tentang belajar dan masyarakat. Belajar
merupakan suatu kerjasama yang tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga intelektual,
karena dalam belajar membutuhkan interaksi sosial yang dirancang sedemikian rupa
untuk meningkatkan kemampuan akademik. Model-model pembelajaran dalam
kelompok sosial memfokuskan pada suatu proses dimana realitas dinegosiasikan
secara sosial, dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat.
Kemudian model-model dalam kelompok pemrosesan informasi (information
processing family) berorientasi pada kemampuan anak untuk memproses informasi.
Model ini mencakup tujuan-tujuan yang luas dalam proses pembelajaran, yaitu mulai
dari tujuan yang sangat sederhana dan spesifik sampai pada tujuan yang umum dan
kompleks.
Model-model kelompok personal (personal family) berorientasi pada individu.
Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar humanistik. Tujuan model
pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional
anak, serta keterlibatan anak dalam menentukan/memilih apa yang ingin dipelajari
dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara materi
belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri (self-consept),
kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri secara lebih baik.
Sedangkan model kelompok sistim tingkah laku (behavioral systems family)
menekankan pada perubahan tingkah laku nyata dari anak, daripada perubahan
struktur psikologisnya. Model ini dikembangkan dari teori belajar yang
dikembangkan oleh B.F. Skiner. Ide-ide pokok dari model ini didasarkan pada
paradigma stimulus – respon – penguatan (reinforcement) dimana tingkah laku
manusia dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Model ini digunakan dalam
berbagai hal, mulai dari mengajarkan informasi, konsep, dan ketrampilan, sampai
pada meningkatkan rasa nyaman dan santai, menghilangkan phobia, mengubah
26
kebiasaan, dan belajar untuk mengontrol tingkah laku sendiri (Joyce, Weil &
Showers, 1992:132).
Setelah membahas tentang model-model pembelajaran, Gistituati (2002:13)
menyimpulkan bahwa; pertama, tidak ada batas nyata antara model yang satu dengan
yang lainnya. Kedua, tidak ada model yang dapat dikatakan paling bagus, atau paling
superior. Ketiga, beberapa model dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan.
Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan
akademik, akan tetapi masing-masing model mempunyai kekuatan tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu menurutnya, dalam memilih model yang
akan digunakan, harus diperhatikan tujuan-tujuan apa yang diharapkan untuk dicapai
anak, kemampuan anak, perbedaan individu dan ketersediaan sarana.
Disamping itu karena model sistem tingkah laku masih memiliki beberapa
kelemahan, maka dikembangkan model pembelajaran role playing dengan tokoh dan
modelnya adalah: (1) Brunner (model pembelajaran penemuan), (2) Ausubel (model
belajar bermakna), (3) Piaget (model pembelajaran perkembangan berfikir), (4)
Robert Gagne (model peristiwa pembelajaran), dan (5) Bandura (model belajar
sosial). Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang akan digunakan dalam
tindakan, dipilih model kelompok sosial (social family models) yaitu model role
playing.
Metode role playing sering juga disama artikan dengan metode sosiodrama.
Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara-cara tingkah laku dalam suatu hubungan
sosial, sedangkan role playing menekankan kenyataan dimana siswa dituntut sertakan
dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan
sosial (Surachmad, 1979:102). Dalam metode role playing pemeranan sebuah situasi
dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan sebelumnya, dilakukan oleh
dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Ada
beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan penggunaan metode ini, misalnya siswa
dapat meningkatkan pemahaman terhadap perasaan orang lain, membagi tanggung
jawab, menghargai pendapat orang lain dan mengambil keputusan dalam kelompok.
27
Metode role playing baik digunakan; (1) jika peserta perlu mengetahui lebih
banyak tentang pandangan yang berlawanan, (2) jika peserta memiliki kemampuan
untuk memainkan perannya, (3) pada waktu membantu peserta memahami suatu
masalah, (4) jika ingin mencoba mengubah sikap, (5) jika pengaruh emosi dapat
membantu dalam penyajian masalah, dan (6) di dalam pemecahan masalah.
Metode role playing disamping memiliki keunggulan juga memiliki
kelemahan. Keunggulannya antara lain; (a) Segera mendapat perhatian siswa, (b)
Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, (c) Membantu anggota untuk
menganalisa situasi, (d) Menambah rasa percaya diri pada peserta, (e) Membantu
peserta menyelami masalah, (f) Membantu peserta mendapat pengalaman yang ada
pada pikiran orang lain, dan (g) Membangkitkan saat untuk memecahkan masalah.
Sedangkan kelemahan metode role playing adalah; (a) Mungkin masalahnya
disatukan dengan pemerannya, (b) Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu,
(c) Membutuhkan pemimpin yang terlatih, (d) terbatas pada beberapa situasi saja, dan
(e) Ada kesulitan dalam memerankan sesuatu.
Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam metoda role playing
adalah sebagai berikut:
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari
sebelum kegiatan belajar-mengajar
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan, mengamati skenario yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
28
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum
j. Evaluasi
k. Penutup
d. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
disajikan pada gambar berikut:
PROSES BELAJAR
PERISTIWA PEMBELAJARAN
Perhatian siswa Memilih skenario refleksi
Pemahaman kompetensi
Menjelaskan Kompetensi
Melakonkan scenario
Pengamatan langsung
revisi
29
SISWA KELAS III
SDN 205/IV KOTA JAMBI
SIK-LUS
I
MOTIVASI/HASIL BELAJAR
Diskusi Pementasan
Memimpin Diskusirefleksi
Menyimpulkan hasil diskusi
Memberi komentar dan kesimpulan umum
revisiMenguasai kompetensi
Menilai pencapaian kompetensi
Gambar 1: Kerangka berpikir
Dari gambar di atas, nampak bahwa masalah penelitian yaitu meningkatkan
motivasi dan hasil belajar akan tercapai setelah siswa diberi tindakan dalam tiga
siklus. Tindakan yang dilakukan berupa penerapan model pembelajaran role playing,
dimana berdasarkan hasil penelitian Nurhayati & Ekawarna (2007:119)
penggunaan model role playing pada mata pelajaran Pkn di SMPN 1 Muaro Jambi
30
SIK-LUS
II
SIK-LUS III
MOTIVASI/HASIL BELAJAR
MOTIVASI/HASIL BELAJAR
telah meningkatkan motivasi belajar hingga mencapai kategori “tinggi” (78,82%) dan
mampu meningkatkan hasil belajar hingga mencapai nilai rerata 76,28.
Model pembelajaran role playing memang memiliki keunggulan..
Keunggulannya antara lain; (a) Segera mendapat perhatian siswa, (b) Dapat dipakai
pada kelompok besar maupun kecil, (c) Membantu anggota untuk menganalisa
situasi, (d) Menambah rasa percaya diri pada peserta, (e) Membantu peserta
menyelami masalah, (f) Membantu peserta mendapat pengalaman yang ada pada
pikiran orang lain, dan (g) Membangkitkan saat untuk memecahkan masalah. Oleh
karena itu wajar jika model tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil
belajar siswa.
Motivasi belajar dengan hasil belajar memiliki korelasi yang positif dan
signifikan. Motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif dalam
diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai
energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului
dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar menentukan secara
langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi
akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono, 2003:28-34).
Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting dalam
meningkatkan hasil belajar optimal, karena proses belajar akan lebih efektif dan
efisien jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan untuk mempelajari
sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981:122-183). Coffey et al (1975:214)
menyatakan bahwa, sifat keragaman dan kedinamisan manusia menjadikan perbedaan
serta perubahan kebutuhan secara individual sesuai dengan situasi dan kondisi, dan
bagi individu hal ini merupakan pendorong tumbuhnya motivasi memenuhi
kebutuhan untuk mencapai kepuasan.
e. Hipotesis Tindakan
Dari hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini diajukan Hipotesis Tindakan sebagai berikut:
31
“Jika model pembelajaran role playing diterapkan taat asas dalam mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan, maka motivasi belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV
Kota Jambi akan meningkat minimal pada taraf “tinggi” dan hasil belajar akan
meningkat minimal dengan nilai rerata 70”.
H. Prosedur Penelitian
a. Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diset untuk kelas Siswa Kelas III SDN
205/IV Kota Jambi yang diselenggarakan pada semester ganjil tahun akademik
2010/2011. Oleh karena itu subjek penelitian adalah Siswa Kelas III SDN 205/IV
Kota Jambi.
Sedangkan objek penelitian adalah berupa variabel yang diselidiki dalam
rangka memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di muka, yang terdiri dari;
SISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI
GURU
1. Perhatian siswa Stimulus berupa skenario yang menarik dan relevan dengan tujuan dan materi ajar yang akan ditampilkan
2. kelompok belajar dan pemahaman kompetensi yang akan dicapai
Pembentukan kelompok dan penjelasan kompetensi yang ingin dicapai.
3. melakonkan skenario Pengamatan langsung terhadap siswa yang melakonkan skenario, dan pembuatan catatan penting.
4. diskusi tentang hasil pementasan skenario
komentar dan pemberian kesimpulan umum
5. menyimpulkan hasil diskusi komentar dan pemberian kesimpulan umum
6. Penguasaan kompetensi soal yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai
32
b. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 8 (delapan)
bulan mulai dari tahap persiapan pada bulan April 2010 sampai dengan tahap
pengiriman Laporan Akhir pada bulan November 2008. Tahap persiapan dilakukan
pada bulan April-Juni 2010, pelaksanaan penelitian di sekolah dilakukan bulan Juli-
Oktober 2010, dan penyusunan laporan akhir akan dilakukan bulan November 2010.
Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ditetapkan di SDN 205/IV Kota
Jambi sesuai dengan jadwal pelajaran, dan sesuai dengan kesepakatan dengan tim
peneliti dan Kepala SDN 205/IV Kota Jambi.
c. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah/prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini didesain
untuk 3 (tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan dengan 3 (tiga) kali tatap
muka.
Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2)
Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, dan (4) Analisis dan Refleksi.
1). Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa
persiapan-pesiapan yang terdiri dari:
a. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 9 kali tatap muka.
RPP didasarkan atas Standar Kompetensi; (1) Mengamalkan makna Sumpah
Pemuda, dan (2) Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat, dengan
Kompetensi Dasar meliputi; (1) Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan
satu bahasa, (2) Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan
sehari-hari, (3) Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan
masyarakat sekitar.
33
b. menyusun materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus disusun adalah
untuk 9 (sembilan) kali pertemuan.
c. menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
role playing.
d. Menyusun lembar observasi.
e. menyusun alat evaluasi berupa naskah quis untuk mengetahui respon dan hasil
unjuk kerja atau hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.
Naskah quis yang disiapkan adalah tiga naskah untuk tiga siklus.
f. menyiapkan instrumen ukur berupa kuesioner untuk mengukur motivasi
belajar siswa.
g. menyiapkan angket untuk memperoleh tanggapan Siswa Kelas III SDN
205/IV Kota Jambi terhadap model pembelajaran yang diaplikasikan dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
h. Menyiapkan setting kelas, media, bahan dan alat pembelajaran.
2). Tahap Pelaksanaan Tindakan. Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan
judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah menerapkan model
pembelajaran role playing, dimana skenario kerja tindakan meliputi:
a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan
b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari
sebelum kegiatan belajar-mengajar
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan, mengamati skenario yang sedang diperagakan
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas
34
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum
j. Evaluasi
k. Penutup
3). Tahap Observasi dan Evaluasi. Kegiatan observasi dilakukan oleh observer
yaitu dua orang guru dan dua orang dosen yang menjadi mitra kerja dalam
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Observasi dilakukan selama kegiatan
pembelajaran pada pertemuan tatap muka setiap siklus atau sebanyak 9 (sembilan
kali) selama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung. Variabel yang
diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang:
a. perhatian Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi dalam mengikuti sajian
bahan ajar/skenario dari awal hingga akhir pelajaran.
b. pemahaman Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi terhadap tujuan dan
manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus
diselesaikan selama pembelajaran.
c. ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan yang lama
dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.
d. persepsi terhadap materi pelajaran yang berupa pokok-pokok materi bahan
ajar yang penting dan bersifat kunci.
e. kesulitan belajar dan hambatan Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi
dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang
ditetapkan.
Sedangkan kegiatan evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif pada setiap
akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian Quis pada setiap akhir siklus. Variabel
yang diukur melalui kegiatan ini meliputi :
a. respon Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi sebagai tampilan unjuk kerja
yang menggambarkan apakah Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi telah
mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.
35
b. hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi setelah mengikuti
kegiatan utuh satu siklus.
4). Analisis dan Refleksi. Hasil kegiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan pola sebagai berikut:
a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai
“akibat”.
b. Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor “sebab”.
c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri “akar sebab”.
Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu
memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab yang
ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi dasar dalam merencanakan tindakan yang
akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.
d. Analisis Statistik
Sebagai tambahan, dalam PTK ini akan juga dilihat hubungan antara motivasi
belajar (variabel X) dengan hasil belajar (variabel Y) dengan menggunakan alat
analisis statistik sederhana. Rumus yang digunakan adalah korelasi produk moment
sebagai berikut :
rxy = N ∑XY – (∑(X) (∑Y)
√[N ∑X2 – (X)2] [N ∑Y2 – (∑ Y)2 ]
Dimana :
Rxy = koefisien korelasi
N = jumlah subjek
X = jumlah skor variabel X
Y = jumlah skor variabel Y
∑X2 = jumlah skor variabel X dikuadratkan
36
∑Y2 = jumlah skor variabel Y dikuadratkan
∑XY = jumlah skor hasil kali skor X dengan skor Y
e. Kriteria Keberhasilan
Yang menjadi kriteria keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
tindakan ini adalah jika nilai rerata variabel yang diukur oleh kuesioner motivasi
(variabel motivasi belajar) mencapai kualitas minimal “tinggi”, dan variabel yang
diukur dengan lembaran tes/Quis (variabel hasil belajar) mencapai nilai rerata 80
dalam skala 10-100, yang berarti tingkat penguasaan kompetensi minimal 80%.
Indikator keberhasilan baik dari sisi Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi atau
guru penyaji/peneliti adalah sebagai berikut:
No VARIABEL INDIKATOR KEBERHASILANSISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI
GURU PENELITI
1. Pemilihan skenario yang menarik dan relevan
Perhatiannya meningkat (tertarik, menyenangkan, semangat) sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk mempelajari skenario.
Adanya Stimulus berupa skenario yang menarik dan relevan dengan tujuan dan materi ajar yang akan ditampilkan
2. Pembentukan kelompok dan penjelasan kompetensi.
Terbentuknya kelompok belajar dan siswa memahami kompetensi yang akan dicapai.
Membentuk kelompok dan menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai secara jelas.
3. Melakonkan skenario yang telah dipersiapkan
Mampu melakonkan skenario yang telah dipelajari sebelumnya di depan kelas.
Memberikan pengamatan langsung terhadap siswa yang melakonkan skenario, dan membuat catatan penting.
4. Pembahasan hasil pementasan skenario.
Mampu melakukan diskusi tentang hasil pementasan skenario
Mampu memimpin diskusi dan menilai aktivitas diskusi siswa.
5. Penyampaian kesimpulan
Mampu menyimpulkan hasil diskusi yang dituangkan dalam lembaran kerja.
Mampu memberikan komentar dan memberikan kesimpulan umum.
37
6. Evaluasi Penguasaan kompetensi minimal 80 % (nilai rerata hasil belajar minimal 80/A)
Ketersediaan soal yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai.
I. Jadwal Penelitian
Jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan selama 8
bulan (April-November 2010) dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel
berikut:
KEGIATAN BULAN – TAHUN 2010
Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov
A. TAHAP PERSIAPAN:
1. Rapat-rapat tim peneliti √ √ √
2. Menyiapkan RPP, materi ajar √ √
3. Menyiapkan instrumen √
B. TAHAP PELAKSANAAN:
1. Pelaksanaan Siklus I
a. Tahap perencanaan I √
b. Tahap Implementasi tindakan:
Tindakan 1 √
Tindakan 2 √
Tindakan 3 √
c. Tahap observasi & evaluasi I √
d. Tahap analisis dan refleksi I √
2. Pelaksanaan Siklus II
a. Tahap perencanaan II √
b. Tahap Implementasi tindakan:
Tindakan 4 √
Tindakan 5 √
38
Tindakan 6 √
c. Tahap observasi & evaluasi II √
d. Tahap analisis dan refleksi II √
3. Pelaksanaan Siklus III
a. Tahap perencanaan III √
b. Tahap Implementasi tindakan:
Tindakan 7 √
Tindakan 8 √
Tindakan 9 √
c. Tahap observasi & evaluasi III √
d. Tahap analisis dan refleksi III √
C. TAHAP PELAPORAN:
1. Tabulasi dan Analisis Data √
2. Penyusunan draft hasil PTK √
3. Seminar draft hasil PTK √
4. Penyusunan laporan final PTK √
5. Pengiriman laporan √
J. Biaya Penelitian
Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
ini adalah sebesar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah), dengan rincian biaya
penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut:URAIAN PENGELUARAN TOLOK
UKURVOLUME BIAYA
SATUANJUMLAH
BIAYA1. Honorarium:
a. Ketua Peneliti orang/bulan 1/6 500.000 3.000.000b. Anggota Peneliti orang/bulan 4/6 250.000 6.000.000
39
Jumlah Honorarium 9.000.0002. Biaya Operasional :
a. Pembelian buku sumber judul 10 50.000 500.000b. Penyusunan Bahan Ajar Tatap muka 9 200.000 1.800.000c. Penyusunan Lembar
kerjaset 9 200.000 1.800.000
d. Penyusunan quis set 3 200.000 600.000e. Penyusunan quesioner
motivasi belajar set 1 500.000 500.000
f. Tabulasi dan analisis data
Kegiatan 1 1.400.000 1.400.000
g. Penyusunan laporan Kegiatan 1 1.900.000 1.900.000Jumlah Biaya Operasional 8.500.000
3. Bahan Habis Pakai/ATK :a. Kertas HVS rim 4 25.000 100.000b. Transfaran sheet kotak 1 100.000 100.000c. Tinta cartridge HP-500 pak 2 300.000 600.000d. pena, spidol, map set 1 200.000 200.000
Jumlah bahan habis pakai 1.000.0004. Biaya Perjalanan: a. Biaya perjalanan dosen Orang/hari 2/20 100.000 4.000.000
Jumlah biaya perjalanan 4.000.0005. Biaya Manajemen Kegiatan 1 4.500.000 4.500.000
Jumlah biaya manajemen 4.500.0006. Pengeluaran Lain-lain:
a. Photocopy instrumen Lembar/siswa /jenis
10/40/4 100 160.000
b. Photocopy draf untuk seminar
Lembar/pe-serta
150/40 100 600.000
d. Photocopy laporan final Buku/lembar
10/150 100 150.000
e. Cetak jilid buku 10 25.000 250.000g. Seminar hasil PTK Kegiatan 1 1.500.000 1.500.000h. Dokumentasi Kegiatan 1 340.000 340.000
Jumlah lain-lain pengeluaran 3.000.000
Jumlah Seluruh Biaya Yang Dibutuhkan 30.000.000
Terbilang : Tiga Puluh Juta Rupiah.
K. Personalia Penelitian
Personalia dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:
40
No Nama Peneliti Peran/Tugas Peneliti Waktu yang disediakan per
minggu1. Drs. M. Salam, M.Si Menyediakan buku sumber,
menyusun instrumen/alat ukur hasil belajar, merancang pelaksanaan penelitian, melakukan observasi penelitian Siklus I, II dan III, penyaji seminar, membantu menyusun laporan akhir, dll.
14
2. Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons
Menyusun instrumen/ alat ukur motivasi belajar, lembar observasi, membantu merancang pelaksanaan penelitian, melakukan observasi penelitian Siklus I, II dan III, penyaji seminar, menyusun laporan akhir, menyusun artikel ilmiah.
12
3. Aziza, S.Pd Menyusun RPP, menyusun skenario pembelajaran, menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus I, melakukan observasi penelitian Siklus II dan III, penyaji seminar, dll.
10
4. Henny, Ama, Pd Membantu menyusun RPP, membantu menyusun skenario pembelajaran, membantu menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus II, melakukan observasi penelitian Siklus I dan III penyaji seminar, dll.
10
5. Suharni, Ama, Pd Membantu menyusun RPP, membantu menyusun skenario pembelajaran, membantu
10
41
menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus III, melakukan observasi penelitian Siklus I dan II, penyaji seminar, dll.
M. DAFTAR PUSTAKA
Deaux, K & Wrightsman, L.S, (1988). Social Psychology. California: Pacific grove-brooks/Cole publishing company.
Degeng, I.Nyoman Sudana, (1991). Kontribusi Jenis Kelamin, Gaya Kognitif, dan Motivasi Berprestasi terhadap Cara Belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi IKIP Malang, Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan, Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.
Boediono & Abbas Ghozali, (1999). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan : Pendekatan Fungsi Produksi Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun ke 5 No 020, Desember 1999, p. 6. Jakarta: Balitbang Diknas, 1999).
Bridge R.G, Judd C.M, Mook, (1979). The Determinan of Educational Outcomes: The Impacts of Families, Peers, Teachers, and Schools. Massachusetts: Ballinger, Pp. 124-137.
Briggs, Leslei J (1979). Instructional Design Principles and Applications. New Jersey: Englewood Cliffs.
Bloom, Benjamin S, et al, (1966). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Eucational Goals. New York: David McKay Company, Inc.
Bloom, Benjamin S, (1982). Human Characteristics and Shool Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.
Bohlin, Roy M, (1987). Motivation in Instructional Design: Comparison of an American and a Soviet Model, Journal of Instructional Development Vol 10 (2) h 11-14.
Bruner, J.S. (1961). “The acts of discovery.” Harvard Educational Review. 21 (1), Witer, 23-32.
42
Bruner, J.S. (1962). The Process of Education, Cambridge: Harvard University Press.
Coffey, et al, (1975). Behavior in Organization. A Multidimensional View, Second edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood Cliffs.
Cohen, L, (1976). Educational research in Classroom and School: Manual of Material and methods. London: Hasper Pub.
Fuller B, Clarke P, Raising Sholl effects While Ignoring Culture, Local Conditions and the Influence of Class Room Tools, Rules and Pedagogy, Rev. Ed. Res, No 84, pp. 45-65.
Gagne, R.M, (1977). The conditions of learning, New York: Holt Renehart and Wilson.
Gagne, R.M, Driscoll, L.J, & Wager, W.W, (1988). Principles of instructional design. New York: Holt Renehart and Wilson.
Gagne, Robert M dan Leslie J. Briggs, (1979). Principles of Instructional Design, New York: Rinehart and Winston.
Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.
Good, C.V, (1959). Dictionary of Education. New York: McGraw Hill Book Company.
Gallowing, Charles, (1976). Psychology for Learning and Teaching. New York: McGraw-Hill Book Co.
Gistituati, N, (2002). Model pembelajaran yang efektif dalam pendidikan kewarganegaraan, Buletin Pembelajaran, Nomor 01/Tahun 25, Edisi Maret 2002, Universitas Negeri Padang, hh 13-32.
Heyneman S.P & Loxley, W.G, (1983). The effect of Primary School Quality on Academic Achievement Across Twenty Nine High and Low Income Countries, American Journal of Sociology, May 1983, pp.234-245.
Haditono, Siti Rahayu, (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
43
Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.
Huda, Nuril, (1997). Problematika pengumpulan data strategi belajar bahasa kedua, Forum Penelitian Kependidikan, Tahun 9 Desember 1997, Lembaga Penelitian IKIP Malang, hh 3-15.
Hudgin, Bice B et al, (1983). Educational Psychology. New York: P.E. Peacock Publisher, Inc.
Joyce, Bruce, Marsha Weil & Beverly Showers, (1992). Models of teaching. Boston : Allyn and Bacon.
Joni, Raka T, (1980). Strategi belajar mengajar: suatu tinjauan pengantar, Proyek P3G. Jakarta: Depdikbud.
Jamaris, Martini, (2004), Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi, Jurnal Ilmu Pendidikan “Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, halaman 67-101.
Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social Psychology, 134 (5) : 695-697.
Kretch, David, et al, (1962). Individual in Society. London: McGraw-Hill Book Company, Inc.
Kibler, Robert J, et al, (1981), Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.
Kasiyati, (2000). Efektivitas latihan ketrampilan belajar dalam meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi Universitas Negeri Padang, Buletin Pembelajaran, Nomor 02/Tahun XXIII Edisi Juni 2000, Universitas Negeri Padang, hh 93-101.
Kiswoyo, Samidjo Broto, (1995). Model pembelajaran IPS, Proyek PGSD, Jakarta: depdikbud.
Mursid, R, (2004). Pengaruh Strategi Penstrukturan isi Teks Ajar dan Motivasi Berprestasi terhadap Perolehan Belajar dan retensi Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi pada Mata pelajaran Gambar teknik, Jurnal Penelitian
44
Bidang pendidikan, Vol 10, Nomor 2 Maret 2004. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Negeri medan, Halaman 95-103.
Munandir, (1987). Rancangan sistim pengajaran, P2LPTK. Jakarta: Depdikbud.
Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.
McClelland, David C (1961). The Achieving Society. Princeton, New Jersey: Van Nostrand.
McClelland, David C, et al, (1953), The Achievement Motive. New York: Appleton Century Croft, Inc.
Marx, Melvin H, (1976) Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing Company, Inc.
Mukhayar, (1991). Perbandingan pendekatan komunikatif dengan metode audiolingual dalam mengembangkan kemampuan lisan bahasa Inggris, Disertasi, PPS-IKIP, Jakarta.
Murray, Edward J, (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.
Nimpeone, J.S, (1988). Beberapa ciri tingkah laku manusia Indonesia di dalam kerjasama antar individu dan antar kelompok, Jurnal Psikologi Indonesia, Nomor 2 Desember 1988, Ikatan Sarjana PsikologiIndonesia, Jakarta, hh 47-59.
Nurhayati & Ekawarna (2007). Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP pada mata pelajaran PKn melalui aplikasi model pembelajaran role playing (Penelitian tindakan kelas pada SMPN I MUARO JAMBI), LPMP Jambi.
Panen, Paulina, (2000). Belajar dan pembelajaran : model pembelajaran Robert Gagne dan model perkembangan intelektual oleh Jean Piaget. Jakarta: Universitas Terbuka.
Rusyan T dan Samsudin, (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Diponegoro.
Rusiaman, N.Y, (1990), Kemampuan klasifikasi logis anak: studi tentang kemampuan abstraksi dan inferensi anak usia sekolah dasar pada kelompok budaya Sunda, Disertasi, PPS-IKIP, Bandung.
45
Ron Renchler, (1992). Student motivation, school culture, and academic achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management- University of Oregon.
Ratih, Koesoemo, (2005). Motivasi dalam usaha meningkatkan Ketrampilan Wicara Bahasa Inggris Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi Jurusan Non-Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta 2001/2002, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 6 No 1, Februari 2005, Surakarta: Lembaga Penelitian Univesitas Muhammadiyah Surakarta.
Sinambela, Ida.T, (1997), Tes esai pemetaan konsep sebagai alat ukur dalam belajar bermakna, Jurnal Ilmu Pendidikan, h 16-23, IKIP-STKIP-ISPI, Malang.
Suryabrata, Sumadi, (1982). Psikologi Pendidikan: Materi Pendidikan Program Bimbingan Konseling di perguruan Tinggi. Yogyakarta: depdikbud.
Sardiman, A.M, (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sarojo, J. Rijadi, (2000), Kontribusi Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Kimia, Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 10 Nomor 1, Juni 2000, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Halaman 40-53.
Sopah, Djamaah, (2000), Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Beprestasi terhadap Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 022 Tahun ke-5, Maret 2000, Jakarta : Balitbang Depdiknas, halaman 121-137.
Sorenson, H, (1977). Psychology in Education. Bombay New Delhi: tata McGraw-Hill Publishing Co Ltd.
Surakhmad, Winarno, (1979), Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars.
Taruh, Enos, (2003). Konsep diri dan Motivasi Berprestasi dalam kaitannya dengan Hasil Belajar Fisika, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Tahun IV Edisi 8 Maret 2003, Gorontalo: Lembaga Penelitian IKIP Negeri Gorontalo, Halaman 15-29.
Wiyono, Bambang, B, (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15 Nomor 1, Juni 2003, Malang: Universitas Negeri Malang, Halaman 28-36.
46
Woodworth, Robert S dan Donald G. Marquis, (1957). Psychology. New York: Hanry Hold Company.
Wexley, K.N & Yukl, G, (1977). Organizational behavior and personnel psychology. Richard D Irwin: Home wood, Illinois.
Wahjosumidjo, (1984). Kepemimpinan dan motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Zahera, Sy, (1997). Hubungan konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 4, Nomor 3, Agustus 1997, hh 183-194. IKIP Malang.
LAMPIRAN : INSTRUMEN UKUR MOTIVASI BELAJAR: Tabel: Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa
DIMENSI INDIKA TOR
DESKRIPTOR JUMLAH BUTIR
NOMOR BUTIR
1.Motivasi Instrinsik
1. Aktivitas Belajar Tinggi
a. Bekerja mandirib. Belajar di luar waktu sekolahc. Penyusunan jadwal belajard. Mengulang pelajaran di rumah
11
11
12
34
47
2. Tekun dalam mengerja-kan tugas
a. Mencari bahan atau sumber bacaan
b. Memeriksa kelengkapan tugasc. Mengerjakan tugas tepat waktud. Tidak mudah bosane. Memperbaiki tugasf. Terus bekerja
1
1
1
111
5
6
7
8910
3. Ulet dalam menghadapi kesulitan
a. Mengajukan pertanyaaan pada guru
b. Bertanya pada temanc. Belajar bersamad. Diskusi
1
212
11
12,1314
14,16
2. Motivasi Ekstrin-sik
1. Adanya informasi dari guru
a. Memberi tujuan belajarb. Menjelaskan melalui contohc. Menulis hal-hal yang dianggap
pentingd. Memberi tahu cara e. Menunjukkan buku yang
berkaitan
11
1
11
1718
19
2021
2. Adanya umpan balik
a. Memberi informasi hasil ulanganb. Memberi komentar terhadap tugas
latihan/PRc. Memberi kesempatan bertanya
3
11
22,23,24
2526
3. Adanya penguatan
a. Memberikan pujianb. Memberikan saran pemecahanc. Menunjukkan cara mempelajarid. Membantu menemukan cara-cara
menarik kesimpulan
11
1
1
2728
29
30
KUESIONER MOTIVASI BELAJAR
PENJELASAN :
1. Kuesioner ini terdiri dari 30 item pernyataan, bertujuan mengukur motivasi belajar siswa setelah diberi perlakuan metode role playing, oleh karena itu isilah seluruh kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisian di bawah.
48
2. Apa yang Anda isi tidak ada kaitannya dengan nilai Anda, oleh karena itu isilah setiap item pernyataan dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang Anda alami, rasakan dan lakukan setelah mengikuti pelajaran dalam tiga pertemuan terakhir.
3. Pastikan Anda telah mengisi seluruh pernyataan dalam kuesioner ini.
PETUNJUK PENGISIAN :
Isilah dengan tanda check (√ ) pada kolom dari setiap nomor pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Anda alami. Pengertian yang ada pada kolom tersebut adalah sebagai berikut :
SL = Selalu (selalu dilakukan)SR = Sering (lebih banyak dilakukan daripada tidak dilakukan)KK = Kadang-kadang (sama banyaknya antara dilakukan dan tidak dilakukan)JR = Jarang (lebih banyak tidak dilakukan daripada dilakukan)TP = Tidak pernah (sama sekali tidak dilakukan)
No PERNYATAAN JAWABAN ANDASL SR KK JR TP
1. Saya belajar dan mengerjakan tugas pelajaran PKn secara mandiri.
2. Waktu senggang di luar jam sekolah saya manfaatkan untuk belajar.
3. Jadwal belajar di rumah saya buat sendiri dan saya laksanakan tepat waktu.
4. Saya menyediakan waktu khusus untuk mengulang pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah.
5. Saya berusaha mencari sumber bacaan yang dianjurkan guru.
6. Sebelum tugas dikumpulkan saya memeriksa apakah sudah lengkap atau belum.
7. Saya mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) tepat waktu.
8. Saya tidak mudah bosan jika belajar tentang mata pelajaran PKn.
9. Jika tugas atau PR yang diberikan guru ternyata saya kerjakan salah, saya berusaha untuk memperbaikinya sampai benar.
10. Saya akan terus bekerja menyelesaikan tugas atau PR yang diberikan guru sampai benar-benar sempurna
11. Saya mengajukan pertanyaan kepada guru jika materi yang diajarkan guru belum jelas.
12. Saya bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang materi pelajaran yang belum saya mengerti.
13. Saya tidak merasa malu jika saya harus bertanya kepada siapapun.
14. Saya belajar bersama dengan teman-teman untuk mengerjakan tugas atau PR yang sulit.
15. Jika guru membentuk kelompok belajar saya menginginkan jadi ketua kelompok.
49
16. Saya suka menjadi pemimpin dalam diskusi kelompok .17. Jika guru PKn sebelum pelajaran dimulai menjelaskan
kompetensi yang akan dicapai, saya berusaha memahaminya dan berkeinginan untuk mencapainya.
18. Jika guru PKn menjelaskan materi pelajaran diselingi dengan contoh-contoh, saya terdorong untuk memberikan contoh-contoh yang lain.
19. Jika guru PKn menulis catatan-catatan penting di papan tulis, saya segera menyalinnya dalam buku saya.
20. Jika guru PKn memberi tahu cara mengerjakan tugas atau PR, saya mencatat cara-caranya dan mencoba menerapkannya ketika belajar di rumah.
21. Jika guru PKn menunjukkan buku-buku yang perlu dibaca, saya berusaha mencari dan membacanya.
22. Jika guru PKn mengumumkan hasil ulangan di depan kelas, saya lebih bersemangat lagi dalam belajar.
23. Jika nilai hasil ulangan saya rendah, saya berkeinginan kuat untuk mencapai nilai yang tinggi pada ulangan berikutnya.
24. Jika nilai hasil ulangan saya tinggi, saya berusaha mempertahankan dengan belajar lebih keras lagi.
25. Jika guru PKn mengembalikan tugas atau PR dengan beberapa catatan, saya berusaha memperhatikan catatan tersebut untuk perbaikan pada tugas atau PR selanjutnya.
26. Jika guru PKn memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya.
27. Jika guru PKn memberi pertanyaan, saya berusaha menjawabnya sebelum teman lain menjawabnya.
28. Jika guru PKn memberi pujian terhadap pertanyaan, jawaban, tugas/PR dan hasil ulangan saya, semangat belajar saya semakin meningkat.
29. Jika guru PKn memberi saran kepada saya, maka saran tersebut selalu saya ingat dan saya berusaha melaksanakan saran tersebut.
30. Jika guru PKn membantu saya bagaimana cara-cara menarik kesimpulan tentang materi yang sedang dibahas, maka cara-cara tersebut saya gunakan dalam pembahasan materi lain.
CURIKULUM VITAE
1. Nama Lengkap dan Gelar Drs. M. Salam, M.Si
50
2. NIP/NIK 19590711 198503 1 002
3. Tempat, Tanggal Lahir Payakumbuh, 11 Juli 1959
4. Jenis Kelamin Pria
5. Pangkat/Golongan Pembina/IV/a
6. Jabatan Lektor Kepala
7. Alamat Kantor Kampus FKIP UNJA Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi, Tlp (0741) 583453e-mail : -
8. Alamat Rumah Jln. Ir. Juanda, RT 27 No 78, Kel. Simpang II Sipin, Kec. Kotabaru, Kota Jambi. HP No. 081366001959
9. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Nama Pendidikan Program Studi Tempat
Pendidikan
Tahun Lulus
1. SDN 1 Kubang - Payakumbuh 1973
2. SMPN 1 Dagung - Payakumbuh 1976
3. SMAN 1 Bukittinggi IPS Bukittinggi 1979
4. IKIP Padang Civic/KWN IKIP Padang 1983
5. Univ. Indonesia Kajian Ketahanan Nasional
Universitas Indonesia
1995
10. PENGALAMAN PENELITIAN
No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,
TAHUN
1. Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Kecamatan Tungkal Ulu Kab.
OPF UNJA, 1991
51
Tanjung Jabung.2. Desa tertinggal dan program IDT: Kasus pedesaan
di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi dalam rangka studi ketahanan nasional.
Pasca Sarjana Univ. Indonesia, 1995
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program KB di daerah Kumuh studi kasus di Kodya Jambi.
UNJA, 1998
4. Evaluasi pelaksanaan program PGSM FKIP Universitas Jambi di Provinsi Jambi.
PGSM UNJA, 2001
5. Upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pendidikan kewarganegaraan melalui model pembelajaran kognitif Problem-based Learning di Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi.
Semi-que IV Dikti, 2002
6. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Aplikasi Model Peristiwa Pembelajaran Gagne.
DP2M Dikti Kemendiknas, 2008
Jambi, 28 Juli 2010
Yang menerangkan,
Drs. M. Salam, M.Si
NIP 19590711 198503 1 002
CURIKULUM VITAE
52
1. Nama Lengkap dan Gelar Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons
2. NIP/NIK 19560323 198103 2 002
3. Tempat, Tanggal Lahir Ampang Gadang, 23 Maret 1956
4. Jenis Kelamin Wanita
5. Pangkat/Golongan Pembina/IV/b
6. Jabatan Lektor Kepala
7. Alamat Kantor Kampus FKIP UNJA Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi, Tlp (0741) 583453e-mail : -
8. Alamat Rumah Jln. Kemajuan RT 08 RW 21, No. 60 Mendalo darat Jambi. HP No. 085266891111
9. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Nama Pendidikan Program Studi Tempat
Pendidikan
Tahun Lulus
1. SDN 1 Ampang Gadang
- Bukittinggi 1968
2. PGAP Pasir - Bukittinggi 19723. PGAA Bukittinggi IPS Bukittinggi 19744. IKIP Padang S-1 Bimb & Peny IKIP Padang 19835. IKIP Bandung S-2 Bimb & Peny IKIP Bandung 19896. IKIP Bandung S-3 Bimb & Kons IKIP Bandung 1995
10. PENGALAMAN PENELITIAN
No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,
TAHUN
1. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran UKMP-SD Ditjen
53
bahasa Indonesia di sekolah dasar melalui pendekatan pembelajaran terpadu.
Dikti, 1998.
2. Model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas-kelas awal sekolah dasar.
DIK UNJA, 1998.
3. Implementasi pembelajaran terpadu di PGSD dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
PPTA, Dikti, 1998
4. Pengembangan program pendidikan yang sesuai dengan dunia kerja: Studi awal kecenderungan arah karir lulusan UNJA dan upaya pencapaiannya.
DIK UNJA, 1999
Jambi, 28 Juli 2010
Yang menerangkan,
Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons
NIP 19560323 198103 2 002
CURIKULUM VITAE
1. Nama Lengkap dan Gelar Aziza, S.Pd
54
2. NIP/NIK 19720615 199603 2 003
3. Tempat, Tanggal Lahir Sarolangun, 15 Juni 1972
4. Jenis Kelamin Wanita
5. Pangkat/Golongan Penata Muda Tk.I/III/b
6. Jabatan -
7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.
8. Alamat Rumah Jln. Pattimura II No 2, Rt 41 Kenali besar, kec Kota Baru, Kota Jambi.HP 085266661388
9. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Nama Pendidikan Program Studi Tempat
Pendidikan
Tahun Lulus
1. SDN 2 - Sarolangun 1986
2. SMPN 1 Sarolangun - Sarolangun 1989
3. SMAN 1 Jambi IPS Jambi 1992
4. FKIP UNJA D II PGSD Universitas Jambi 1994
5. S-1 B. Inggris Univ. Batanghari 2009
10. PENGALAMAN PENELITIAN
55
No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,
TAHUN
1. The ability to identity personel text by the second year students of SMA PGRI 2 Jambi.
-
Jambi, 28 Juli 2010
Yang menerangkan,
Aziza, S.Pd
NIP 19720615 199603 2 003
CURIKULUM VITAE
56
1. Nama Lengkap dan Gelar Henny, A.Ma
2. NIP/NIK 19740414 200604 2 014
3. Tempat, Tanggal Lahir Lima Koto, 14 April 1974
4. Jenis Kelamin Wanita
5. Pangkat/Golongan Pengatur/II/c
6. Jabatan -
7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.
8. Alamat Rumah Jln. Ir. H. Juanda, RT 06 Kel. Mayang Mengurai Kec. Kota baru, Kota Jambi.HP 081366406627
9. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Nama Pendidikan Program Studi Tempat
Pendidikan
Tahun Lulus
1. SDN 1 Simaung - Palupuh 1986
2. SMPN 4 Sipisang - Palupuh 1989
3. SMAN 1 Kumpulan IPS Pasaman 1992
4. IKIP Padang D II PGSD IKIP Padang 1995
10. PENGALAMAN PENELITIAN
57
No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,
TAHUN
- - -
Jambi, 28 Juli 2010
Yang menerangkan,
Henny, A.Ma
NIP 19740414 200604 2 014
CURIKULUM VITAE
58
1. Nama Lengkap dan Gelar Suharni, A.Ma.Pd
2. NIP/NIK 9361763665300023
3. Tempat, Tanggal Lahir Sarolangun, 29 Oktober 1985
4. Jenis Kelamin Wanita
5. Pangkat/Golongan -
6. Jabatan -
7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.
8. Alamat Rumah Jln. Kapten Pattimura, Lr H. Ibrahim, RT 18/02 No. 2, Kec Kota Baru, Kota Jambi.HP 085266345501
9. RIWAYAT PENDIDIKAN
No Nama Pendidikan Program Studi Tempat
Pendidikan
Tahun Lulus
1. SDN 374/VI - Lidung, Jambi 1998
2. MTs - Sarolangun 2001
3. Madrasah Aliyah Lab
IPS Jambi 2004
4. PGSD IAIN STS D II PGSD IAIN STS Jambi 2006
59