91
A. JUDUL PENELITIAN : “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELA- JARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI”. B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian: Pendidikan Kewarganegaraan dan Peningkatan Motivasi & Hasil Belajar Siswa. C. Pendahuluan Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) , Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1998]. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan 1

PROPOSAL - kogusoja | Komunitas Guru Sosiologi Jambi · Web viewA. JUDUL PENELITIAN : “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELA-JARAN

  • Upload
    lekhanh

  • View
    231

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

A. JUDUL PENELITIAN : “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL PEMBELA-JARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI”.

B. Mata Pelajaran dan Bidang Kajian: Pendidikan Kewarganegaraan dan Peningkatan Motivasi & Hasil Belajar Siswa.

C. Pendahuluan

Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk

mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hakikat negara kesatuan

Republik Indonesia adalah negara kebangsaan modern. Negara kebangsaan modern

adalah negara yang pembentukannya didasarkan pada semangat kebangsaan --atau

nasionalisme-- yaitu pada tekad suatu masyarakat untuk membangun masa depan

bersama di bawah satu negara yang sama walaupun warga masyarakat tersebut

berbeda-beda agama, ras, etnik, atau golongannya. [Risalah Sidang Badan

Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), Jakarta: Sekretariat Negara Republik

Indonesia, 1998].

Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat

kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, perlu ditingkatkan secara

terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Secara historis, negara Indonesia telah diciptakan

sebagai Negara Kesatuan dengan bentuk Republik.

Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan

rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang

adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu

1

keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia 1945]

Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan

penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang

mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan

komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila

dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu

ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda

sebagai generasi penerus.

Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan otoriter yang memasung

hak-hak warga negara untuk menjalankan prinsip-prinsip demokrasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kehidupan yang demokratis di dalam

kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan,

dan organisasi-organisasi non-pemerintahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi,

dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi. Selain itu,

perlu pula ditanamkan kesadaran bela negara, penghargaan terhadap hak azasi

manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, tanggung jawab sosial,

ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, serta sikap dan perilaku anti korupsi,

kolusi, dan nepotisme.

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu

melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang

cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Oleh karena itu mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata

pelajaran wajib yang memiliki arti strategis yang harus diikuti oleh seluruh siswa

Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) di seluruh Indonesia.

Namun karena sifatnya sebagai mata pelajaran umum, sering terjadi salah

persepsi terhadap tujuan mata pelajaran ini khususnya di kalangan Siswa Kelas III

2

SDN 205/IV Kota Jambi itu sendiri. Siswa terkadang menganggap kurang penting

terhadap penyelenggaraan mata pelajaran ini, perilaku kebanyakan dari mereka yang

tampak adalah datang-duduk-diam. Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi lebih

sering asal hadir daripada berusaha menguasai kompetensi yang dibentuk melalui

mata pelajaran ini.

Padahal sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran (GBPP) tujuan

kurikuler mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta

anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi

dan komunikasi.

Tujuan di atas menjadi dasar dalam penetapan pokok-pokok bahasan dan atau

materi pembelajaran yang disajikan pada setiap kegiatan tatap muka terjadwal. Oleh

karena itu jika tujuan mata pelajaran ini dapat dipahami, maka setiap pertemuan tatap

muka merupakan pertemuan yang sangat penting dalam pembentukan kompetensi

yang diupayakan melalui penyelenggaraan mata pelajaran ini.

Dengan persepsi yang cenderung negatif terhadap mata pelajaran ini, maka

dapat diduga hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi kebanyakan tidak

sesuai dengan potensi yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi yang

3

bersangkutan. Indikator yang dapat disimak antara lain; nilai rerata yang berhasil

dicapai Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi hanya mencapai angka, 64, 65 dan

69. Tentu ada juga Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi yang mampu mencapai

nilai baik atau sangat baik namun ketika diambil nilai reratanya baru mencapai nilai

sedang.

Selanjutnya dilihat dari aspek guru, jika dianalisis dengan bantuan analisis

Fish-bowl (tulang ikan) ditemukan bahwa penyebab belum optimalnya hasil belajar

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara lain ; 1). Rendahnyanya

motivasi belajar yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi, dan 2).

Kurang efektifnya model pembelajaran yang digunakan guru.

Dari temuan penyebab masalah tersebut, berdasarkan analisis akar sebab,

ditemukan beberapa faktor yang memiliki probabilitas tinggi dan bobot pengaruh

besar terhadap rendahnya motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV

Kota Jambi yaitu antara lain; dari pihak Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi;

kondisi sosio-kultur kelas kurang kondusif, sajian materi tidak menantang, rendahnya

tuntutan interpersonal, ekspektasi individu rendah, tidak adanya insentif berupa

reward atau funishment dan kurangnya peran Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota

Jambi dalam proses pembelajaran, sehingga daya kemenarikan terhadap sajian mata

pelajaran ini menjadi rendah.

Dari pihak guru, ditemukan antara lain kurangnya upaya guru untuk;

membangkitkan perhatian, menjelaskan tujuan, kompetensi dan manfaat

pembelajaran, merangsang ingatan (misalnya tidak memberikan pre test), tidak

memberikan umpan balik dari penilaian unjuk kerja Siswa Kelas III SDN 205/IV

Kota Jambi (misalnya tidak mengembalikan hasil penilaian tugas, tes formatif

maupun tes sumatif), dan tidak memberi bimbingan belajar bagi Siswa Kelas III

SDN 205/IV Kota Jambi yang mengalami kesulitan belajar di luar kegiatan tatap

muka.

Oleh karena itu dalam kerangka meningkatkan motivasi dan hasil belajar

Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi diperlukan upaya penelitian tindakan

4

dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran tertentu yang sekaligus dapat

menghasilkan peningkatan motivasi belajar dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN

205/IV Kota Jambi.

Setelah mempelajari berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan

dan diaplikasikan dalam dunia pendidikan, maka secara hipotesis model

pembelajaran yang memungkinkan dapat tercapainya dua hal sekali gus yaitu

motivasi dan hasil belajar seperti disebutkan di atas adalah model pembelajaran role

playing atau sering disebut juga dengan istilah sosiodrama.

Menurut Gagne (1977), untuk meningkatkan kualitas belajar sehingga hasil

belajar dapat ditingkatkan dan dipertahankan, seorang tenaga pengajar perlu

menyelaraskan fase belajar yang dialami pebelajar dengan peristiwa pembelajaran

yang perlu dikondisikan oleh pengajar, sehingga setiap fase belajar dapat

menghasilkan suatu aktivitas (proses belajar) yang maksimal dalam diri si belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas

ini peneliti memilih judul “MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL

BELAJAR DALAM MATA PELAJARAN PKn MELALUI APLIKASI MODEL

PEMBELAJARAN ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS III SDN 205/IV

KOTA JAMBI”.

D. Rumusan Masalah dan Pemecahannya

Masalah yang akan dicoba dipecahkan dalam Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) ini adalah kesenjangan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi

pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Harapannya hasil belajar Siswa

Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi tersebut minimal mencapai nilai rerata 80,

kenyataannya nilai rerata tersebut belum pernah tercapai, paling tidak dalam tiga

tahun terakhir. Untuk memecahkan masalah tersebut akan dipilih tindakan berupa

menerapkan model pembelajaran role playing. Hal ini didasari oleh hasil penelitian

Nurhayati & Ekawarna (2007:119) yang menemukan bahwa penggunaan model

role playing pada mata pelajaran Pkn di SMPN 1 Muaro Jambi telah mampu

5

meningkatkan hasil belajar hingga mencapai nilai rerata 76,28, dan meningkatkan

motivasi belajar hingga mencapai kategori “tinggi” (78,82%).

Oleh karena itu masalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dirumuskan

sebagai berikut: “Apakah dengan menerapkan model pembelajaran role playing

dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota

Jambi (sekurang-kurangnya mencapai nilai rerata 80) pada mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan“ ?

Dalam PTK ini, definisi operasional dari masing-masing variabel ditetapkan

sebagai berikut :

a. Yang dimaksud dengan hasil belajar adalah perubahan tingkah laku setelah

diberi perlakuan metode role playing yang ditunjukkan dengan peningkatan

kualitas pengetahuan, sikap dan unjuk kerja, yang diukur dengan instrumen

quis dimana semakin tinggi jawaban benar semakin tinggi pula hasil belajar

yang dimaksud.

b. Yang dimaksud dengan motivasi belajar adalah daya dorong atau energi atau

penggerak aktif dalam diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi untuk

melakukan aktivitas belajar setelah diberi perlakuan metode role playing yang

diukur dengan instrumen kuesioner yang menggunakan lima skala dari Likert

dimana semakin tinggi skor yang dicapai semakin tinggi pula motivasi belajar

yang dimiliki Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.

c. Yang dimaksud dengan model peristiwa pembelajaran role playing dalam

PTK ini adalah serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan suatu situasi

dalam kehidupan manusia, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa

Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi tanpa diadakan latihan terlebih dahulu

untuk menghasilkan perubahan pada diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota

Jambi sebagai akibat kegiatan pembelajaran.

Ruang lingkup atau cakupan kegiatan PTK ini terbatas pada upaya guru

dalam menerapkan model pembelajaran role playing dalam satu kelas Pendidikan

Kewarganegaraan, oleh karenanya tidak dilakukan kontrol terhadap variabel lain

6

yang mungkin berpengaruh terhadap pencapaian output dan outcomes PTK ini.

Dengan demikian maka dalam PTK ini digunakan asumsi sebagai berikut:

a. Peristiwa pembelajaran diasumsikan sebagai cara-cara yang perlu

diciptakan oleh guru dengan tujuan untuk mendukung proses-proses belajar

(internal) di dalam diri Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.

b. Motivasi belajar menentukan secara langsung terhadap intensitas belajar.

Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan

belajar secara optimal.

c. Hasil belajar dipengaruhi tiga faktor utama yaitu; kemampuan kognitif,

motivasi belajar, dan kualitas pembelajaran.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan di muka, secara

spesifik tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah:

1. Meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi pada

mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan hingga memperoleh nilai rerata

minimal “80” sebagai efek pembelajaran (instructional effects) yang

diciptakan guru.

2. Meningkatkan motivasi belajar yang meliputi; hubungan kerjasama,

partisipasi, gairah dan semangat belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota

Jambi sebagai efek sertaan (nurturant effects).

F. Manfaat Hasil Penelitian

Jika tujuan di atas dapat dicapai, maka hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru PKn. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat menjadi

masukan, menambah wawasan dan pengalaman serta memperkaya alternatif

pilihan sehingga dapat memilih atau mengkombinasikan dengan model lain

7

untuk kepentingan peningkatan kualitas proses pembelajaran sehingga dapat

meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.

2. Guru SD. Sebagai guru SD khususnya di Kota Jambi dapat memperoleh

informasi faktual dari hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dan dapat

memanfaatkan dengan melakukan ujicoba dengan setting kelas dan siswa

yang lain dalam rangka meningkatkan sikap profesional guru SD.

3. Siswa. PTK dan hasilnya ini diharapkan dapat meningkatkan pengembangan

pribadi siswa di sekolah, mengubah persepsi dan menyadari betapa

pentingnya pelajaran PKn bagi keserasian hidup berbangsa dan bernegara.

4. Guru mitra. PTK ini diharapkan bermanfaat dalam meningkatkan kompetensi

guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di

luar kelas.

5. LPMP. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat memberi sumbangan

yang signifikan dalam rangka meningkatkan mutu hasil pendidikan di

Provinsi Jambi.

6. Peneliti lain. Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat menjadi bahan

refleksi untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) lebih lanjut pada

setting kelas, lokasi, waktu dan subyek yang berbeda, sehingga keajegan

model/metode role playing dapat dibuktikan secara empiris.

7. Kepala Sekolah. Hasil PTK ini dapat menjadi masukan dalam penetapan

kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan manajemen peningkatan mutu

pendidikan di satuan pendidikannya.

8. Dosen. PTK dan hasilnya dapat dijadikan sebagai wahana dosen dalam upaya

peningkatan sikap profesionalnya.

G. Kajian Pustaka

a. Hasil Belajar Sebagai muara dari variabel yang ingin dijelaskan dalam penelitian ini adalah

“Hasil belajar” dan “Motivasi Belajar”, sedangkan variabel yang menjelaskannya

adalah “Model Pembelajaran Role Playing”.

8

Hasil belajar yang sering disebut dengan istilah “scholastic achievement” atau

“academic achievement” adalah seluruh kecakapan dan hasil yang dicapai melalui

proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka-angka atau nilai-

nilai berdasarkan tes hasil Belajar (Briggs, 1979:147). Menurut Gagne dan Driscoll

(1988:36) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai

akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s

performance). Gagne dan Briggs (1979:52) menyatakan bahwa hasil belajar

merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi pengetahuan, ketrampilan

dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu

melakukan sesuatu.

Dick dan Reiser (1989:11) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran,

yang terdiri atas empat macam, yaitu: pengetahuan, ketrampilan intelektual,

ketrampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom, et.al (1966:7) membedakan hasil

belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (pengetahuan), ranah afektif (sikap),

dan ranah psikomotorik (ketrampilan motorik).

Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap

kemampuan yang harus dicapai (level of competence). Untuk ranah “pengetahuan”

mulai dari tingkat paling ringan yaitu; mengingat kembali (recall), memahami

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis)

sampai evaluasi (evaluation). Ranah sikap mulai dari menangkap/merespon pasif,

bereaksi dengan sukarela/merespon aktif, mengapresiasi, menghayati/internalisasi,

sampai akhirnya menjadi karakter atau jiwa di alam dirinya (life style). Sedangkan

ranah psikomotorik mulai dari tingkat mengamati, selanjutnya membantu melakukan,

melakukan sendiri, melakukan dengan lancar sampai secara otomatis atau

reflekstoris.

Menurut Gagne (1977:42), Gagne & Driscoll (1988:74) belajar bukan

merupakan proses tunggal, melainkan proses yang luas yang dibentuk oleh

pertumbuhan dan perkembangan tingkah laku, dimana tingkah laku tersebut

9

merupakan hasil dari efek kumulatif dari belajar. Artinya banyak ketrampilan yang

telah dipelajari memberikan sumbangan bagi belajar ketrampilan yang lebih rumit.

Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang menghasilkan berbagai

macam tingkah laku yang berlainan yang disebut “kapasitas”. Kapasitas itu diperoleh

orang dari; (1) Stimulus yang berasal dari lingkungan, dan (2) Proses kognitif yang

dilakukan si belajar.

Berdasarkan pandangannya ini Gagne mendefinisikan secara formal bahwa

“belajar” adalah perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia yang

berlangsung selama masa waktu dan tidak semata-mata disebabkan oleh proses

pertumbuhan. Perubahan terebut berbentuk perubahan tingkah laku, hal itu dapat

diketahui dengan jalan membandingkan tingkah laku sebelum belajar dan tingkah

laku yang diperoleh setelah belajar. Margaret G. Bell (dalam Panen, 2000:24) lebih

lanjut mengemukakan bahwa perubahan tingkah laku dapat berbentuk perubahan

kapabilitas jenis kerja atau perubahan sikap, minat atau nilai, perubahan itu harus

bertahan selama beberapa periode waktu.

Menurut Gallowing (1976:129), belajar merupakan suatu proses internal yang

mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain.

Proses belajar disini antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan

penyesuaian dengan struktur kognitif yang terbentuk dalam pikiran seseorang

berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya.

Gagne (1977:43) menemukan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia,

yaitu; (1) Informasi verbal, (2) Ketrampilan intelek, (3) Ketrampilan motorik, (4)

Sikap, dan (5) Siasat kognitif.

Informasi verbal adalah kapabilitas yang dinyatakan dengan kategori

memperoleh label atau nama-nama, fakta dan bidang pengetahuan yang telah

tersusun. Menurut Sinambela (1977:16) kemampuan verbal ini sangat erat

hubungannya dengan hasil belajar. Hasil penelitian untuk disertasi oleh Rusiaman

(1990:124) dan Mukhayar (1991:162) menemukan bahwa proses menalar banyak

tergantung dari perpaduan antara intelegensi dan kemampuan verbal siswa. Kegiatan

10

untuk mengetahui kapabilitas informasi verbal ini dilakukan dengan mengatakan,

suatu faktor atau peristiwa, memberi nama lain yang hampir sama, membuat ikhtisar

dari informasi yang telah dipelajari.

Data informasi verbal menurut Huda (1997:3) pada umumnya diperoleh

dengan tiga teknik, yaitu ; kuesioner, buku harian, dan wawancara. Dari kuesioner

dan buku harian diperoleh informasi verbal tulis, namun kuesioner lebih produktif

daripada buku harian. Wawancara dapat menghasilkan informasi verbal lisan.

Jenisnya terdiri dari wawancara konvensional yang menanyakan pengalaman,

perasaan, dan pengamatan yang telah dilakukan oleh pembelajar terhadap dirinya

sendiri. Dan wawancara tentang apa yang sedang berlangsung dalam pikiran

pembelajar. Teknik kedua ini disebut verbalisasi pikiran (think aloud).

Ketrampilan intelek adalah kapabilitas yang berupa ketrampilan yang

membuat seseorang mampu dan berguna di masyarakat. Ketrampilan intelek

berhubungan dengan pendidikan formal mulai dari tingkat dasar dan seterusnya.

Ketrampilan intelek ini terdiri atas empat ketrampilan yang berhubungan dan bersifat

sederhana sampai yang rumit yaitu belajar diskriminasi (membedakan), belajar

konsep konkrit dan konsep menurut definisi, belajar kaidah dan belajar kaidah yang

tarafnya lebih tinggi. Ketrampilan gerak (motorik) adalah kapabilitas yang mendasari

pelaksanaan perbuatan jasmaniah. Ketrampilan ini bila sering dipraktekkan akan

bertambah sempurna. Untuk itu dalam mengajarkannya perlu banyak pengulangan

atau latihan-latihan disertai umpan balik dari lingkungan.

Sikap adalah kapabilitas yang mempengaruhi pilihan tentang tindakan mana

yang perlu diambil. Menurut Deaux & Wrightsman (1988:238) sikap adalah

kesediaan untuk bertingkah laku terhadap objek di lingkungan. Karakteristik dari

sikap senantiasa mengikutsertakan segi evaluasi yang berasal dari komponen afeksi.

Komponen afeksi mengandung sistem penilaian emosional yang dapat bersifat

positif/negatif atau dapat menimbulkan perasaan senang/tidak senang. Berdasarkan

penilaian ini maka terjadilah kecenderungan untuk bertingkah laku.

11

Krech & Crutchfield (1962) dalam Zahera (1997:183) mengemukakan

bahwa sikap seseorang ditentukan oleh faktor kebutuhan-kebutuhan individu,

informasi yang diperoleh mengenai objek sikap, kelompok tempat individu

berafiliasi, dan kepribadian individu. Sedangkan Nimpoeno (1988:47) menyebutkan

bahwa sikap dan tingkah laku manusia sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma yang

dibawa sejak masa kecilnya. Ciri kapabilitas ini adalah tidak menentukan tindakan

khusus apa yang perlu diambil. Belajar memperoleh sikap didasarkan pada informasi

tentang tindakan apa yang perlu dilakukan dan apa akibatnya.

Yang terakhir adalah siasat kognitif yaitu kapabilitas yang mengatur

bagaimana si belajar mengelola belajarnya, seperti mengingat atau berfikir dalam

rangka pengendalian sesuatu untuk mengatur suatu tindakan, hal ini mempengaruhi

dan perhatian si belajar dan informasi yang tersimpan dalam ingatannya. Kapasitas

ini mempengaruhi siasat si belajar dalam rangka menemukan kembali hal-hal yang

telah tersimpan. Siasat kognitif ini merupakan suatu proses inferensi atau induksi

dimana seseorang mengingat objek-objek dan kejadian-kejadian dalam rangka

memperoleh suatu kejelasan mengenai suatu gejala tertentu untuk menghasilkan

induksi.

Jerome S. Bruner adalah seorang ahli Psikologi Kognitif, yang memberi

dorongan agar pendidikan memberi perhatian pada pentingnya pengembangan

berfikir. Bruner tidak mengembangkan teori belajar yang sistimatis, dasar pemikiran

teorinya memandang bahwa manusia adalah sebagai pemroses, pemikir dan pencipta

informasi.

Oleh karenanya yang terpenting dalam belajar menurut Bruner (1961:23)

adalah cara-cara bagaimana seseorang memilih, mempertahankan dan

mentransformasikan informasi yang diterimanya secara aktif. Sehubungan dengan itu

Bruner sangat memberi perhatian pada masalah apa yang dilakukan manusia dengan

informasi yang diterima itu untuk mencapai pemahaman dan membentuk kemampuan

berfikir siswa.

12

Selanjutnya menurut Bruner (1962:98) agar proses belajar berjalan lancar

terdapat tiga faktor yang sangat ditekankan dan harus menjadi perhatian para guru di

dalam menyelenggarakan pembelajaran yaitu :

1. Pentingnya memahami struktur mata kuliah.

2. Pentingnya belajar aktif supaya seseorang dapat menemukan sendiri konsep-

konsep sebagai dasar untuk memahami dengan benar.

3. Pentingnya nilai dari berfikir induktif.

Berdasarkan pandangan Bruner ini, maka ada empat aspek utama yang harus

menjadi perhatian dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut :

a. Struktur Mata Pelajaran. Struktur mata pelajaran berisi ide-ide,

konsep-konsep dasar, hubungan antar konsep atau contoh-contoh dari

konsep tersebut yang dianggap penting. Menurut Bruner proses

belajar akan lebih bermakna, berguna dan mudah diingat oleh siswa

bila difokuskan pada memahami struktur mata pelajaran yang akan

dipelajari, sebab si belajar dapat menghubungkan antara pokok

bahasan yang satu dengan pokok bahasan yang lain, baik dalam mata

pelajaran yang sama atau dalam mata pelajaran yang berbeda.

b. Kesiapan Untuk Belajar. Dalam belajar guru harus memperhatikan

kesiapan si belajar untuk mempelajari materi baru atau yang bersifat

lanjutan. Kesiapan belajar dapat terdiri atas penguasaan ketrampilan-

ketrampilan yang lebih sederhana yang telah dikuasai terlebih dahulu

dan yang memungkinkan seseorang untuk memahami dan mencapai

ketrampilan yang lebih tinggi. Kesiapan untuk belajar ini dipengaruhi

oleh kematangan psikologi dan pengalaman si belajar. Untuk

mengetahui apakah si belajar telah memiliki kesiapan untuk belajar

perlu diberikan tes mengenai materi awal yang berhubungan dengan

topik yang akan diajarkan. Bila si belajar dapat mengerjakan tes

dengan baik, berarti ia telah siap. Bila tidak mampu mengerjakan

sekalipun ia telah bekerja keras, ia dinyatakan belum siap.

13

c. Intuisi. Menurut Bruner yang dimaksud dengan intuisi adalah teknik-

teknik intelektual analitis untuk mengetahui apakah formulasi-

formulasi itu merupakan kesimpulan yang sahih atau tidak.

d. Motivasi. Menurut Bruner motivasi adalah kondisi khusus yang dapat

mempengaruhi individu untuk belajar. Motivasi merupakan variabel

penting, oleh karenanya Bruner percaya bahwa hampir semua anak

mempunyai masa-masa pertumbuhan akan “keinginan untuk belajar”,

ganjaran (reward) dan hukuman (punishment) mungkin penting untuk

meningkatkan perbuatan tertentu atau untuk membuat mereka yakin

hingga mau mengulangi apa yang sudah dipelajari. Bruner

menekankan pentingnya motivasi instrinsik dibandingkan motivasi

ekstrinsik.

Dari uraian di atas nampak bahwa belajar merupakan rangkaian aktivitas yang

kompleks, tetapi dilakukan dengan sadar oleh seseorang yang mengakibatkan

terjadinya perubahan tingkah laku. Kasiyati (2000:93) mengemukakan prinsip-

prinsip belajar sebagai berikut :

a. Belajar adalah suatu proses aktif dimana terjadi hubungan saling

mempengaruhi secara dinamis antara Siswa dan lingkungannya.

b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah, dan jelas bagi Siswa. Tujuan akan

menentukan dalam belajar untuk mencapai harapan-harapannya.

c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi yang

murni dan bersumber di dalam dirinya sendiri.

d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu Siswa harus

sanggup mengatasinya secara tepat.

e. Belajar memerlukan bimbingan, bimbingan itu baik dari dosen atau tuntutan

dari buku pelajaran sendiri.

f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis, lebih baik

daripada pembentukkan kebiasaan mekanis.

14

g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan masalah

melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut telah disadari

bersama.

h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga

diperoleh pengertian-pengertian.

i. Belajar memerlukan latihan dan ulangan agar apa-apa yang telah dipelajari

dapat dikuasai.

j. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai

tujuan atau hasil.

k. Belajar dianggap berhasil apabila sipelajar telah sanggup mentransferkan atau

menerapkannya ke dalam bidang praktek sehari-hari.

Sesuai dengan prinsip-prinsip belajar di atas, maka untuk memperoleh hasil

belajar yang optimal, dibutuhkan tiga tahap kegiatan yaitu ; 1). persiapan belajar, 2).

pelaksanaan belajar, dan 3). pengendalian belajar. Pada tahap persiapan yang harus

dilakukan Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi adalah menyiapkan situasi dan

kondisi belajar yang menyenangkan yaitu meliputi; menyiapkan ruang belajar yang

bersih, pencahayaan dan ventilasi yang baik, memelihara kesehatan jasmani,

emosional dan sosial, mengatur waktu belajar, menyiapkan bahan ajar dan alat tulis

yang dibutuhkan.

Pada tahap pelaksanaan belajar, yang harus dilakukan adalah membaca,

menghafal, membuat catatan kritis, menjawab pertanyaan, mengerjakan latihan,

berdiskusi atau bertanya jawab dengan teman sejawat (jika ada). Sedangkan pada

tahap pengendalian belajar, yang dilakukan adalah mengevaluasi efektivitas hasil

belajar dan menguji apakah hasil belajar dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-

hari.

Selanjutnya ditinjau dari proses pengukuran, dapat dikatakan bahwa hasil

belajar merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur secara langsung dengan tes

dan dapat dihitung hasilnya dengan angka (Woodwort & Marquis, 1957:76). Hal ini

berarti bahwa hasil belajar seseorang dapat diperoleh melalui perangkat tes dan

15

dengan hasil tes dapat memberikan informasi tentang seberapa jauh kemampuan

penyerapan materi oleh seseorang setelah mengikuti proses pembelajaran.

Oleh karena itu hasil belajar siswa adalah cermin dari pengetahuan,

ketrampilan dan sikap yang diperoleh siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang telah diukur dan ditunjukkan

dengan nilai. Good (1959:425) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan

pengetahuan yang diperoleh atau ketrampilan yang dikembangkan dalam pelajaran di

sekolah, yang biasanya ditunjukkan dengan skor atau nilai atau pekerjaan yang

dikembangkan guru.

Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor dari dalam (faktor

internal) maupun faktor dari luar (faktor eksternal). Menurut Suryabrata (1982:27)

yang termasuk faktor internal adalah faktor fisiologis dan faktor psikologis (misalnya

kecerdasan, motivasi berprestasi, dan kemampuan kognitif), sedangkan yang

termasuk faktor eksternal adalah faktor lingkungan dan faktor instrumental (misalnya

guru, kurikulum, dan model pembelajaran).

Gagne (1985:62) menyebut dengan istilah kondisi internal (internal

conditions) dan kondisi eksternal (external condition). Faktor internal adalah faktor

yang berasal dalam diri individu yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor-

faktor tersebut dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) faktor fisiologis, (2) faktor

psikologis, yang meliputi faktor intelektif (kecerdasan, minat, kebutuhan, emosi dan

motivasi), serta (3) faktor kematangan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-

faktor yang berasal dari luar individu yang.mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Faktor-faktor tersebut dibedakan atas faktor: (1) lingkungan budaya, (2) lingkungan

fisik, (3) lingkungan spiritual, dan (4) lingkungan Keagamaan (Rusyan & Samsudin,

1989:75). Sedangkan Bloom (1982:11) mengemukakan tiga faktor utama yang

mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif, motivasi berprestasi, dan

kualitas pembelajaran.

16

b. Motivasi Belajar

Kata motivasi berasal dari kata “motif” yang pada hakekatnya merupakan

terminologi umum yang memberikan makna “daya dorong”, “keinginan”,

“kebutuhan”, dan “kemauan”. Motif yang telah aktif disebut “motivasi”.

Mc Donald (dalam Sardiman, 2001:71) menyatakan bahwa motivasi adalah

perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya

“perasaaan/feeling” dan didahului dengan tanggapan adanya tujuan. Elemen

pentingnya terdiri dari: (1) motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa

perubahan energi di dalam system “neurophysiological” yang ada pada manusia

karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari

dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. (2)

motivasi ditandai dengan munculnya perasaan (feeling) dan afeksi seseorang. Dalam

hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi, dan emosi yang

dapat menentukan tingkah laku manusia. Dan (3) motivasi akan terangsang karena

adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu

aksi yakni tujuan.

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya

karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan.

Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Marx (1976:418) menyatakan bahwa

motivasi menentukan arah dan intensitas tingkah laku. Hudgin (1983:390)

mengemukakan bahwa motivasi ini mengarahkan tingkah laku untuk mencapai pada

tujuan/ends. Motivasi muncul sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan yang belum

terpenuhi. Kretct dab Ballachey (1962:69) mengatakan bahwa motivasi didasari atas

keinginan dan tujuan. Brown (1980:113), menjelaskan bahwa motivasi adalah

dorongan atau rangsangan yang bersifat menyeluruh, situasional, dan berorientasi

pada tugas yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Sejak tahun 1940-an David McClelland memulai mengembangkan teori

tentang motivasi yang difokuskan pada personality, dan temuannya yang sangat

17

terkenal disebutkan bahwa kesuksesan seseorang ditentukan oleh perilaku khusus

yang bersumber dari trait psikologis (McClelland, 1961:114). Sebaliknya Maehr

and Braskamp (1986:35) mengemukakan bahwa motivasi merupakan respon

terhadap berbagai situasi. Menurutnya faktor-faktor situasi atau kontektual yang

berpengaruh terhadap motivasi meliputi; normative expectations, role-related

expectations, incentives, sociocultural definition, dan interpersonal demands.

Secara teoritis teori tentang motivasi dikelompokkan dalam dua kelompok

teori utama yaitu : (1) teori-teori isi (content theories) atau sering juga disebut teori

kebutuhan (need theories) atau teori kepuasan, dan (2) teori-teori proses (process

theory). Teori-teori isi berkenaan dengan pertanyaan apa penyebab-penyebab perilaku

atau memusatkan pada pertanyaan “apa” dari motivasi. Teori-teori isi yang terkenal

dapat disebutkan antara lain; teori hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori

pemeliharaan atau motivasi-higienis dari Frederick Herzberg, teori Mc Gregor, dan

teori prestasi dari David McClelland. Teori-teori proses berkenaan dengan

bagaimana perilaku dimulai dan dilaksanakan atau menjelaskan aspek “bagaimana”

dari motivasi. Teori-teori proses antara lain adalah: teori pengharapan (Expectancy

theory) dari Victor Vroom, teori pembentukan tingkah laku dari Skinner (operant

conditioning), teori Porter-Lawler, dan teori keadilan.

Teori isi dari motivasi memusatkan perhatian pada pertanyaan: apa yang

menyebabkan perilaku terjadi dan berhenti? Jawabannya terpusat pada: kebutuhan-

kebutuhan, motif-motif, atau dorongan-dorongan yang mendorong, menekan,

memacu dan menguatkan dengan faktor-faktor eksternal yang menyebabkan,

mendorong dan mempengaruhi seseorang untuk bertingkah laku.

Secara hierarkis, kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow terdiri dari

lima, yaitu; physiology, safety, social, esteem dan self actualization. Frederick

Herzberg (teorinya disebut motivation maintenance theory) melihat kebutuhan

manusia itu menjadi dua kontinum yaitu motivation (satiesfiers) dan hygiene factors

(dissatisfiers). Satiesfier adalah faktor-faktor atau situasi yang merupakan sumber

kepuasan yang terdiri dari; achievement, recognation, work it self, responsibility, dan

18

advancement. Sedangkan dissatisfier ialah faktor-faktor yang menjadi sumber

ketidakpuasan yang terdiri dari; company policy administration, supervision

technical, salary, interpersonal relations, working condition, job security, dan status

(Wexley & Yukl, 1977:243).

Menurut hasil penelitian Herzberg, motivation atau satisfiers yang disebut

juga intrinsic factors jika dipenuhi akan menimbulkan kepuasan, tetapi bila tidak

dipenuhi tidak terlalu mengakibatkan ketidakpuasan. Sedangkan hygiene factors atau

disebut extrinsic factors mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan, artinya

perbaikan terhadap kondisi ini akan menghilangkan atau mengurangi ketidakpuasan,

tetapi tidak menimbulkan kepuasan.

Teori kebutuhan lain dikemukakan David Mc Clelland, yang melukiskan

bahwa kebutuhan manusia terdiri dari ; need for power (n/PWR), need for affiliation

(n/AFT), dan need for achievement (n/ACH). Mc Clelland (dalam Wahjosumidjo,

1984:84) merekomendasikan beberapa hal untuk memenuhi kebutuhan tersebut

antara lain; memberikan sesuatu yang membuat mereka puas, memberikan mereka

otonomi, umpan balik terhadap sukses dan kegagalan, berikan mereka peluang untuk

tumbuh, dan berikan mereka tantangan.

Dari pengertian motivasi di atas, kemudian diaplikasikan dalam kegiatan

belajar, maka motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif

dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan

sebagai energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar

menentukan secara langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki

motivasi belajar tinggi akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono,

2003:28-34).

Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting, karena proses

belajar akan lebih efisien jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan

untuk mempelajari sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981:122-183). Coffey

et al (1975:214) menyatakan bahwa, sifat keragaman dan kedinamisan manusia

19

menjadikan perbedaan serta perubahan kebutuhan secara individual sesuai dengan

situasi dan kondisi, dan bagi individu hal ini merupakan pendorong tumbuhnya

motivasi memenuhi kebutuhan untuk mencapai kepuasan.

Seperti telah disebutkan di halaman depan, Bloom (1982:11) mengemukakan

tiga faktor utama yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu kemampuan kognitif,

motivasi berprestasi, dan kualitas pembelajaran.

Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kapasitas mental yang

merupakan pranata bagi manusia untuk menyadari atau memperoleh pengetahuan

tentang sesuatu objek. Kemampuan kognitif tersebut mencakup proses seperti

menyadari, mengorganisasikan, memahami, mempertimbangkan, dan mengemukakan

berbagai alasan (Molenda, 1981 :1). Selanjutnya proses kognitif dapat juga diartikan

sebagai operasi mental yang terjadi pada waktu manusia berfikir yang meliputi

adanya informasi, kejadian, objek, dan peristiwa yang ada (Glasser dan Holyoak,

1986:2) dan mengemukakan alasan-alasan sebagai hasil dari proses analisis, sintesis

dan evaluasi (Davies, 1989:151).

Operasi kognitif dipengaruhi oleh strategi kognitif yaitu cara-cara yang

digunakan individu dalam mengarahkan perhatian, belajar, mengingat dan berfikir.

Semua hal tersebut merupakan kemampuan yang diperlukan dalam melakukan

kegiatan mengarahkan diri. Pada giliran berikutnya strategi kognitif merupakan

pranata untuk mengontrol dan memodifikasi proses belajar (Gagne dan Briggs,

1979:71).

Strategi kognitif berbeda dengan ketrampilan intelektual karena ketrampilan

intelektual menyangkut orientasi individu terhadap aspek-aspek yang terdapat di

dalam lingkungan yang mempengaruhi individu dalam memecahkan masalah yang

berkaitan dengan angka-angka, kata-kata, simbol-simbol. Strategi kognitif

menyangkut kemampuan individu mengendalikan kemampuannya di bidang

ketrampilan intelektual (Gagne, 1979:60).

Kemampuan kognitif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: faktor

perhatian, persepsi, struktur pengetahuan, formasi dan asimilasi konsep serta bahasa.

20

Gagne dan Briggs (1979:62) mengemukakan bahwa pengembangan kemampuan

kognitif dapat dilakukan dengan melatih berbagai ketrampilan kognitif. Kegiatan ini

dilakukan secara hirarkhis yang dimulai dari pengembangan kemampuan melakukan

diskriminasi, berpikir secara konkrit, berpikir secara abstrak dengan memahami

berbagai hukum dan prinsip yang diikuti dengan pemecahan masalah.

Penerapan proses pembelajaran yang mengembangkan kemampuan

aktualisasi kognitif tingkat tinggi perlu mempertimbangkan aspek-aspek yang

berkaitan dengan strategi pembelajaran yang tersusun secara sistimatis dimulai dari

tahap awal, tahap penyajian dan tahap penutup dan pemantapan dan ditekankan pada

pengembangan kemampuan dalam mempertentangkan atribut berbagai konsep,

berbagai kondisi yang berkaitan dengan hubungan sebab akibat sebagai prosedur

yang menuju pada pengembangan kemampuan aktualisasi kognitif tingkat tinggi

dalam bentuk berpikir analisis kritis. Penggunaan kemampuan berpikir analisis

sintesis menghasilkan aktualisais kognitif tingkat tinggi dalam bentuk berpikir

konstruktif, berpikir produktif dan berpikir kreatif (Jamaris, 2004:67-101).

Selanjutnya mengenai motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi terkait erat

dengan prestasi belajar (Jegede, 1994:695), karena memberi arahan dan insensitas

terhadap perilaku untuk berprestasi (Gagne, 1985:61).

Motivasi berprestasi menurut Heckhausen (1968:4-22) adalah dorongan pada

individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kecakapan setinggi mungkin

dalam segala aktivitas dimana suatu standar keunggulan digunakan sebagai

pembanding. Dalam melaksanakan aktivitas tersebut ada dua kemungkinan berhasil

atau gagal. Ia mengemukakan tiga standar keunggulan yang dapat digunakan, yaitu :

(1) task related standard of excellence (tugas, yang berhubungan dengan

penyelesaian tugas dengan sebaik-baiknya). (2) self related standard of excellence

(diri, yang berhubungan dengan pencapaian prestasi lebih tinggi dari sebelumnya),

dan (3) Other standard of excellence (orang lain, yang berhubungan dengan

pencapaian prestasi lebih tinggi daripada prestasi orang lain). Motivasi berprestasi

merupakan kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu secepat dan sebaik

21

mungkin. Kajian indikator yang digunakan adalah: harapan untuk sukses,

kekhawatiran akan gagal, berkompetisi dan bekerja keras (Robinson, 1961 dalam

Cohen, 1976:232).

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi akan berusaha menyelesaikan

tugas yang diberikan kepadanya dengan sebaik-baiknya, meraih prestasi yang lebih

baik daripada sebelumnya, melebihi prestasi rata-rata rekan-rekannya, bahkan

mungkin melampaui persyaratan maksimal yang ditetapkan.

Murray (1964:93) mengemukakan beberapa cirri individu yang bermotivasi

berprestasi tinggi, yaitu: memiliki sikap percaya diri, bertanggungjawab, aktif dalam

kegiatan masyarakat dan kampus, lebih memilih orang yang ahli sebagai mitra

daripada orang yang simpatik, dan lebih tahan terhadap tekanan social. Haditono

(1979:29) mengemukakan enam ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi

tinggi yaitu: (1) memiliki gambaran diri positif, optimis dan percaya diri, (2) lebih

memilih tugas yang tingkat kesukarannya sedang-sedang saja daripada tugas yang

sangat sukar atau sangat mudah, (3) berorientasi ke masa depan, (4) sangat

menghargai waktu, (5) tabah, tekun dan gigih dalam mengerjakan tugas, (6) lebih

memilih seorang ahli sebagai mitra daripada orang yang simpatik.

Sedangkan menurut McClelland (dalam Taruh, 2003:21) siswa yang

memiliki motivasi berprestasi tinggi biasanya memiliki ciri-ciri ingin mengerjakan

sesuatu selalu terbaik, mempunyai harapan untuk sukses, ingin berusaha sendiri,

memiliki semangat belajar yang tinggi dalam berkompetisi, tabah menghadapi

rintangan, mempunyai tanggungjawab pribadi dan berorientasi ke masa depan.

Motivasi berprestasi siswa merupakan aspek penting dalam pengajaran dan

sepenuhnya berhubungan dengan peran guru. Kegagalan dalam motivasi berprestasi,

seperti siswa merasa bosan, gelisah, tidak kooperatif tampak menjadi kendala utama

pengajaran (Gagne, 1985:62). Kegagalan tersebut menimbulkan konsekuensi untuk

memodifikasi strategi pengajaran yang sesuai dengan motivasi berprestasi siswa.

Dalam pengajaran, motivasi berprestasi siswa merupakan variabel yang tidak

dapat dimanipulasi oleh perancang pengajaran (Degeng, 1991:84). Oleh karenanya

22

variabel ini hendaknya dijadikan pijakan dalam memilih dan mengambangkan

strategi pengajaran yang optimal. Dalam menciptakan situasi yang kondusif untuk

membangkitkan motivasi di lingkungan pendidikan, Ron Renchler (1992:19)

memberikan tip sebagai berikut:

a. Pelihara komunikasi dan saling pengertian antara guru dengan siswa.

b. Tunjukkan kepada siswa bagaimana motivasi memiliki peranan yang penting

dalam kehidupan pribadi, pembentukan kemampuan profesional dan

pengembangan kepribadian.

c. Lakukan kerjasama antara siswa, guru, orang tua siswa dan yang lainnya

untuk membangun tantangan yang berkaitan dengan pencapaian prestasi

sekolah dan peningkatan prestasi akademik.

d. Upayakan kegiatan yang mendemonstrasikan bagaimana motivasi memiliki

peran penting dalam seting noneducational.

e. Susun program instruksional sebagai alternatif praktek pendidikan tradisional

yang efektif dapat menumbuhkan motivasi siswa.

f. Diskusikan topik motivasi sesering mungkin diantara siswa, guru dan staff

yang lain.

g. Tunjukkan kepada siswa-siswa bahwa sukses itu penting. Sarankan kepada

siswa bagaimana mencapai sukses, dan beri reward terhadap siswa yang

sukses.

h. Kembangkan atau buat skedul tentang inservice programs dengan fokus

motivasi, dan ajak para administrator dalam program tersebut.

i. Tunjukkan bahwa belajar merupakan proses kegiatan sepanjang hayat.

j. Pahami dan promosikan nilai-nilai motivasi intrinsik.

k. Gunakan sistem ekstrinsik reward.

c. Model Pembelajaran

Menurut Kiswoyo (1995:41) istilah “model” dalam konteks pembelajaran

diartikan sebagai suatu pola kegiatan Guru-Siswa untuk menghasilkan perubahan-

23

perubahan yang terjadi pada diri Siswa sebagai akibat perbuatan mengajar dan

belajar. Istilah lain yang juga digunakan dalam pengertian yang sama dikemukakan

Joni (1980:6) adalah “strategi” belajar mengajar, atau siasat pengajaran (Munandir,

1987:9).

Joice, Weil & Showers (1992:131) menggunakan istilah “model of

teaching”, yang diartikan sebagai “a plan or pattern that we can use to design face-

to-face teaching in classroom or tutorial settings and to shape instructional materials

– including books, films, tapes, computer-mediated programs and curricula (long

term course of study)”. Meskipun menyebut “models of teaching” mereka dalam

konsep ini tidak memisahkan antara mengajar dan belajar, seperti dikatakan bahwa

“models of teaching are really models of learning”.

Sedangkan Brady (1985) mendifinisikan model pembelajaran sebagai suatu

blueprint (kerangka dasar) yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk membuat

atau menyusun persiapan pembelajaran dan kemudian mengimplementasikannya.

Menurut Munandir (1987:9), konsepsi tentang siasat pengajaran itu pada

hakekatnya berusaha menjelaskan komponen dari suatu perangkat material

pengajaran dan prosedur-prosedur yang akan digunakan pada material tersebut, agar

dapat menimbulkan hasil belajar tertentu bagi siswa. Oleh karena itu bagian-bagian

dari kegiatan yang mencakup dalam siasat pengajaran dapat dirumuskan menjadi

komponen; (1) Kegiatan pra pengajaran, (2) Penyajian informasi, (3) Peran serta

siswa, (4) Kegiatan pengetesan, dan (5) Kegiatan tindak ikutan.

Pembelajaran memiliki pengertian yang di dalamnya mencakup sekaligus

proses mengajar yang berisi serangkaian perbuatan guru untuk menciptakan sistem

lingkungan, dan proses belajar yang terjadi pada diri Siswa untuk menghasilkan

perubahan pada diri Siswa sebagai akibat kegiatan mengajar dan belajar. Efek sistim

lingkungan yang diciptakan dosen mencakup efek yang bersifat langsung yang

disebut dengan efek pembelajaran (instructional effects) maupun efek tidak langsung

atau efek sertaan (nurturant effects).

24

Karena efek sistem lingkungan yang diciptakan guru bisa berupa intructional

effects dan nurturant effects, maka model pembelajaran menurut Joice, Weil &

Showers (1992) juga menghasilkan efek langsung (instructional effects) dan efek

tidak langsung (nurturant effects).

Saat ini berbagai model pembelajaran bisa diterapkan dalam pembelajaran IPS

seperti antara lain dikemukakan Kiswoyo (1995) ; model pembelajaran konsep

dengan pendekatan expository dan pendekatan discovery (Martorella, 1994), model

bermain peran (role playing) yang dirancang untuk membantu Siswa mempelajari

nilai-nilai sosial, memainkan peran konflik dan mengamati perilaku sosial, model

“cooperative learning” dan model “thematic Unit” yang biasanya dipakai untuk

kegiatan pembelajaran secara terpadu.

Model pembelajaran yang paling menyeluruh (comprehensive) adalah yang

dikemukakan Joyce, Weil & Showers (1992:132), yang mengidentifikasi 16 (enam

belas) model pembelajaran yang dibagi dalam 4 (empat) kelompok yaitu:

1. Model pembelajaran kelompok sosial (social family models), yaitu; (1) Model

belajar kerjasama, (2) Model investigasi kelompok, (3) Model bermain

peran, dan (4) Model penyelidikan jurisprudensi.

2. Kelompok pemrosesan informasi (information processing family), yaitu; (1)

Model belajar berfikir induktif, (2) Model belajar konsep, (3) Model belajar

mengingat, (4) Model pengorganisasian tingkat tinggi, (5) Model latihan

penyelidikan, dan (6) Model synetic untuk membangun kemampuan anak

berfikir kreatif.

3. Kelompok personal (personal family), yaitu; (1) Model pembelajaran tanpa

pengarahan, dan (2) Model pengembangan konsep diri.

4. Kelompok sistim tingkah laku (behavioral systems family), yaitu: (1) Model

belajar yang diarahkan, (2) Model belajar masteri dan belajar yang

diprogramkan, dan (3) Model simulasi (modeling).

25

Model-model pembelajaran dalam kelompok sosial (social family models),

menurut Joyce, Weil & Shower (1992:132) dikembangkan oleh para ahli dengan

menggabungkan dua pandangan mereka tentang belajar dan masyarakat. Belajar

merupakan suatu kerjasama yang tidak hanya bersifat sosial, tetapi juga intelektual,

karena dalam belajar membutuhkan interaksi sosial yang dirancang sedemikian rupa

untuk meningkatkan kemampuan akademik. Model-model pembelajaran dalam

kelompok sosial memfokuskan pada suatu proses dimana realitas dinegosiasikan

secara sosial, dan menekankan pada hubungan antara individu dengan masyarakat.

Kemudian model-model dalam kelompok pemrosesan informasi (information

processing family) berorientasi pada kemampuan anak untuk memproses informasi.

Model ini mencakup tujuan-tujuan yang luas dalam proses pembelajaran, yaitu mulai

dari tujuan yang sangat sederhana dan spesifik sampai pada tujuan yang umum dan

kompleks.

Model-model kelompok personal (personal family) berorientasi pada individu.

Model pembelajaran ini dikembangkan dari teori belajar humanistik. Tujuan model

pembelajaran personal adalah untuk meningkatkan kesehatan mental dan emosional

anak, serta keterlibatan anak dalam menentukan/memilih apa yang ingin dipelajari

dan bagaimana mempelajarinya, sehingga ada kesesuaian yang tinggi antara materi

belajar dengan kebutuhan anak, mengembangkan pemahaman diri (self-consept),

kreativitas, dan kemampuan anak dalam mengekspresikan diri secara lebih baik.

Sedangkan model kelompok sistim tingkah laku (behavioral systems family)

menekankan pada perubahan tingkah laku nyata dari anak, daripada perubahan

struktur psikologisnya. Model ini dikembangkan dari teori belajar yang

dikembangkan oleh B.F. Skiner. Ide-ide pokok dari model ini didasarkan pada

paradigma stimulus – respon – penguatan (reinforcement) dimana tingkah laku

manusia dikontrol oleh faktor-faktor lingkungan. Model ini digunakan dalam

berbagai hal, mulai dari mengajarkan informasi, konsep, dan ketrampilan, sampai

pada meningkatkan rasa nyaman dan santai, menghilangkan phobia, mengubah

26

kebiasaan, dan belajar untuk mengontrol tingkah laku sendiri (Joyce, Weil &

Showers, 1992:132).

Setelah membahas tentang model-model pembelajaran, Gistituati (2002:13)

menyimpulkan bahwa; pertama, tidak ada batas nyata antara model yang satu dengan

yang lainnya. Kedua, tidak ada model yang dapat dikatakan paling bagus, atau paling

superior. Ketiga, beberapa model dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan.

Model personal dan sosial dapat diterapkan untuk mencapai tujuan sosial dan

akademik, akan tetapi masing-masing model mempunyai kekuatan tertentu untuk

mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu menurutnya, dalam memilih model yang

akan digunakan, harus diperhatikan tujuan-tujuan apa yang diharapkan untuk dicapai

anak, kemampuan anak, perbedaan individu dan ketersediaan sarana.

Disamping itu karena model sistem tingkah laku masih memiliki beberapa

kelemahan, maka dikembangkan model pembelajaran role playing dengan tokoh dan

modelnya adalah: (1) Brunner (model pembelajaran penemuan), (2) Ausubel (model

belajar bermakna), (3) Piaget (model pembelajaran perkembangan berfikir), (4)

Robert Gagne (model peristiwa pembelajaran), dan (5) Bandura (model belajar

sosial). Dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini yang akan digunakan dalam

tindakan, dipilih model kelompok sosial (social family models) yaitu model role

playing.

Metode role playing sering juga disama artikan dengan metode sosiodrama.

Sosiodrama artinya mendramatisasikan cara-cara tingkah laku dalam suatu hubungan

sosial, sedangkan role playing menekankan kenyataan dimana siswa dituntut sertakan

dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah hubungan

sosial (Surachmad, 1979:102). Dalam metode role playing pemeranan sebuah situasi

dalam kehidupan manusia dengan tanpa diadakan latihan sebelumnya, dilakukan oleh

dua orang atau lebih untuk dipakai sebagai bahan analisis oleh kelompok. Ada

beberapa tujuan yang dapat dicapai dengan penggunaan metode ini, misalnya siswa

dapat meningkatkan pemahaman terhadap perasaan orang lain, membagi tanggung

jawab, menghargai pendapat orang lain dan mengambil keputusan dalam kelompok.

27

Metode role playing baik digunakan; (1) jika peserta perlu mengetahui lebih

banyak tentang pandangan yang berlawanan, (2) jika peserta memiliki kemampuan

untuk memainkan perannya, (3) pada waktu membantu peserta memahami suatu

masalah, (4) jika ingin mencoba mengubah sikap, (5) jika pengaruh emosi dapat

membantu dalam penyajian masalah, dan (6) di dalam pemecahan masalah.

Metode role playing disamping memiliki keunggulan juga memiliki

kelemahan. Keunggulannya antara lain; (a) Segera mendapat perhatian siswa, (b)

Dapat dipakai pada kelompok besar maupun kecil, (c) Membantu anggota untuk

menganalisa situasi, (d) Menambah rasa percaya diri pada peserta, (e) Membantu

peserta menyelami masalah, (f) Membantu peserta mendapat pengalaman yang ada

pada pikiran orang lain, dan (g) Membangkitkan saat untuk memecahkan masalah.

Sedangkan kelemahan metode role playing adalah; (a) Mungkin masalahnya

disatukan dengan pemerannya, (b) Banyak yang tidak senang memerankan sesuatu,

(c) Membutuhkan pemimpin yang terlatih, (d) terbatas pada beberapa situasi saja, dan

(e) Ada kesulitan dalam memerankan sesuatu.

Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan dalam metoda role playing

adalah sebagai berikut:

a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari

sebelum kegiatan belajar-mengajar

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario

yang sudah dipersiapkan

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan, mengamati skenario yang sedang diperagakan

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas

sebagai lembar kerja untuk membahas

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

28

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum

j. Evaluasi

k. Penutup

d. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

disajikan pada gambar berikut:

PROSES BELAJAR

PERISTIWA PEMBELAJARAN

Perhatian siswa Memilih skenario refleksi

Pemahaman kompetensi

Menjelaskan Kompetensi

Melakonkan scenario

Pengamatan langsung

revisi

29

SISWA KELAS III

SDN 205/IV KOTA JAMBI

SIK-LUS

I

MOTIVASI/HASIL BELAJAR

Diskusi Pementasan

Memimpin Diskusirefleksi

Menyimpulkan hasil diskusi

Memberi komentar dan kesimpulan umum

revisiMenguasai kompetensi

Menilai pencapaian kompetensi

Gambar 1: Kerangka berpikir

Dari gambar di atas, nampak bahwa masalah penelitian yaitu meningkatkan

motivasi dan hasil belajar akan tercapai setelah siswa diberi tindakan dalam tiga

siklus. Tindakan yang dilakukan berupa penerapan model pembelajaran role playing,

dimana berdasarkan hasil penelitian Nurhayati & Ekawarna (2007:119)

penggunaan model role playing pada mata pelajaran Pkn di SMPN 1 Muaro Jambi

30

SIK-LUS

II

SIK-LUS III

MOTIVASI/HASIL BELAJAR

MOTIVASI/HASIL BELAJAR

telah meningkatkan motivasi belajar hingga mencapai kategori “tinggi” (78,82%) dan

mampu meningkatkan hasil belajar hingga mencapai nilai rerata 76,28.

Model pembelajaran role playing memang memiliki keunggulan..

Keunggulannya antara lain; (a) Segera mendapat perhatian siswa, (b) Dapat dipakai

pada kelompok besar maupun kecil, (c) Membantu anggota untuk menganalisa

situasi, (d) Menambah rasa percaya diri pada peserta, (e) Membantu peserta

menyelami masalah, (f) Membantu peserta mendapat pengalaman yang ada pada

pikiran orang lain, dan (g) Membangkitkan saat untuk memecahkan masalah. Oleh

karena itu wajar jika model tersebut mampu meningkatkan motivasi belajar dan hasil

belajar siswa.

Motivasi belajar dengan hasil belajar memiliki korelasi yang positif dan

signifikan. Motivasi belajar pada hakekatnya adalah dorongan penggerak aktif dalam

diri siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai

energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului

dengan tanggapan terhadap tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar menentukan secara

langsung terhadap intensitas belajar. Seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi

akan melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono, 2003:28-34).

Motivasi belajar merupakan variabel yang paling penting dalam

meningkatkan hasil belajar optimal, karena proses belajar akan lebih efektif dan

efisien jika warga belajar yang bersangkutan memiliki keinginan untuk mempelajari

sesuatu yang dipikirkannya (Kibler, et al, 1981:122-183). Coffey et al (1975:214)

menyatakan bahwa, sifat keragaman dan kedinamisan manusia menjadikan perbedaan

serta perubahan kebutuhan secara individual sesuai dengan situasi dan kondisi, dan

bagi individu hal ini merupakan pendorong tumbuhnya motivasi memenuhi

kebutuhan untuk mencapai kepuasan.

e. Hipotesis Tindakan

Dari hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas, maka dalam Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) ini diajukan Hipotesis Tindakan sebagai berikut:

31

“Jika model pembelajaran role playing diterapkan taat asas dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan, maka motivasi belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV

Kota Jambi akan meningkat minimal pada taraf “tinggi” dan hasil belajar akan

meningkat minimal dengan nilai rerata 70”.

H. Prosedur Penelitian

a. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diset untuk kelas Siswa Kelas III SDN

205/IV Kota Jambi yang diselenggarakan pada semester ganjil tahun akademik

2010/2011. Oleh karena itu subjek penelitian adalah Siswa Kelas III SDN 205/IV

Kota Jambi.

Sedangkan objek penelitian adalah berupa variabel yang diselidiki dalam

rangka memecahkan permasalahan yang telah dirumuskan di muka, yang terdiri dari;

SISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI

GURU

1. Perhatian siswa Stimulus berupa skenario yang menarik dan relevan dengan tujuan dan materi ajar yang akan ditampilkan

2. kelompok belajar dan pemahaman kompetensi yang akan dicapai

Pembentukan kelompok dan penjelasan kompetensi yang ingin dicapai.

3. melakonkan skenario Pengamatan langsung terhadap siswa yang melakonkan skenario, dan pembuatan catatan penting.

4. diskusi tentang hasil pementasan skenario

komentar dan pemberian kesimpulan umum

5. menyimpulkan hasil diskusi komentar dan pemberian kesimpulan umum

6. Penguasaan kompetensi soal yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai

32

b. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 8 (delapan)

bulan mulai dari tahap persiapan pada bulan April 2010 sampai dengan tahap

pengiriman Laporan Akhir pada bulan November 2008. Tahap persiapan dilakukan

pada bulan April-Juni 2010, pelaksanaan penelitian di sekolah dilakukan bulan Juli-

Oktober 2010, dan penyusunan laporan akhir akan dilakukan bulan November 2010.

Sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ditetapkan di SDN 205/IV Kota

Jambi sesuai dengan jadwal pelajaran, dan sesuai dengan kesepakatan dengan tim

peneliti dan Kepala SDN 205/IV Kota Jambi.

c. Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah/prosedur Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini didesain

untuk 3 (tiga) siklus, dimana tiap-tiap siklus dilaksanakan dengan 3 (tiga) kali tatap

muka.

Rencana tindakan pada masing-masing siklus dalam Penelitian Tindakan

Kelas (PTK) ini dibagi dalam 4 (empat) kegiatan yaitu: (1) Perencanaan, (2)

Pelaksanaan Tindakan, (3) Observasi dan Evaluasi, dan (4) Analisis dan Refleksi.

1). Tahap Perencanaan. Pada tahap perencanaan ini kegiatan yang dilakukan berupa

persiapan-pesiapan yang terdiri dari:

a. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk 9 kali tatap muka.

RPP didasarkan atas Standar Kompetensi; (1) Mengamalkan makna Sumpah

Pemuda, dan (2) Melaksanakan norma yang berlaku di masyarakat, dengan

Kompetensi Dasar meliputi; (1) Mengenal makna satu nusa, satu bangsa dan

satu bahasa, (2) Mengamalkan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam kehidupan

sehari-hari, (3) Mengenal aturan-aturan yang berlaku di lingkungan

masyarakat sekitar.

33

b. menyusun materi bahan ajar. Banyaknya bahan ajar yang harus disusun adalah

untuk 9 (sembilan) kali pertemuan.

c. menyusun skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

role playing.

d. Menyusun lembar observasi.

e. menyusun alat evaluasi berupa naskah quis untuk mengetahui respon dan hasil

unjuk kerja atau hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi.

Naskah quis yang disiapkan adalah tiga naskah untuk tiga siklus.

f. menyiapkan instrumen ukur berupa kuesioner untuk mengukur motivasi

belajar siswa.

g. menyiapkan angket untuk memperoleh tanggapan Siswa Kelas III SDN

205/IV Kota Jambi terhadap model pembelajaran yang diaplikasikan dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

h. Menyiapkan setting kelas, media, bahan dan alat pembelajaran.

2). Tahap Pelaksanaan Tindakan. Deskripsi tindakan yang dilakukan sesuai dengan

judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah menerapkan model

pembelajaran role playing, dimana skenario kerja tindakan meliputi:

a. Guru menyusun/menyiapkan skenario yang akan ditampilkan

b. Guru menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari

sebelum kegiatan belajar-mengajar

c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang

d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai

e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario

yang sudah dipersiapkan

f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil

memperhatikan, mengamati skenario yang sedang diperagakan

g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas

sebagai lembar kerja untuk membahas

34

h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya

i. Guru memberikan kesimpulan secara umum

j. Evaluasi

k. Penutup

3). Tahap Observasi dan Evaluasi. Kegiatan observasi dilakukan oleh observer

yaitu dua orang guru dan dua orang dosen yang menjadi mitra kerja dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini. Observasi dilakukan selama kegiatan

pembelajaran pada pertemuan tatap muka setiap siklus atau sebanyak 9 (sembilan

kali) selama Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berlangsung. Variabel yang

diobservasi dengan menggunakan lembar observasi meliputi kualitas tentang:

a. perhatian Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi dalam mengikuti sajian

bahan ajar/skenario dari awal hingga akhir pelajaran.

b. pemahaman Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi terhadap tujuan dan

manfaat materi bahan ajar yang disajikan dan tugas-tugas yang harus

diselesaikan selama pembelajaran.

c. ingatan materi prasyarat yang menghubungkan antara pengetahuan yang lama

dengan pengetahuan yang baru yang akan dipelajari.

d. persepsi terhadap materi pelajaran yang berupa pokok-pokok materi bahan

ajar yang penting dan bersifat kunci.

e. kesulitan belajar dan hambatan Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi

dalam mencapai tujuan pembelajaran atau menguasai kompetensi yang

ditetapkan.

Sedangkan kegiatan evaluasi dimulai dengan melakukan tes formatif pada setiap

akhir kegiatan pembelajaran dan pemberian Quis pada setiap akhir siklus. Variabel

yang diukur melalui kegiatan ini meliputi :

a. respon Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi sebagai tampilan unjuk kerja

yang menggambarkan apakah Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi telah

mencapai penguasaan kompetensi pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

35

b. hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi setelah mengikuti

kegiatan utuh satu siklus.

4). Analisis dan Refleksi. Hasil kegiatan observasi dan evaluasi di atas selanjutnya

dianalisis dengan menggunakan pola sebagai berikut:

a. Hasil observasi dan evaluasi pada masing-masing siklus dipandang sebagai

“akibat”.

b. Dari akibat tersebut kemudian dianalisis faktor “sebab”.

c. Dari sebab tersebut selanjutnya ditelusuri “akar sebab”.

Hasil analisis di atas menjadi dasar dalam penyusunan refleksi yaitu

memikirkan upaya apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi akar sebab yang

ditemukan. Hasil refleksi ini akan menjadi dasar dalam merencanakan tindakan yang

akan diterapkan untuk siklus selanjutnya.

d. Analisis Statistik

Sebagai tambahan, dalam PTK ini akan juga dilihat hubungan antara motivasi

belajar (variabel X) dengan hasil belajar (variabel Y) dengan menggunakan alat

analisis statistik sederhana. Rumus yang digunakan adalah korelasi produk moment

sebagai berikut :

rxy = N ∑XY – (∑(X) (∑Y)

√[N ∑X2 – (X)2] [N ∑Y2 – (∑ Y)2 ]

Dimana :

Rxy = koefisien korelasi

N = jumlah subjek

X = jumlah skor variabel X

Y = jumlah skor variabel Y

∑X2 = jumlah skor variabel X dikuadratkan

36

∑Y2 = jumlah skor variabel Y dikuadratkan

∑XY = jumlah skor hasil kali skor X dengan skor Y

e. Kriteria Keberhasilan

Yang menjadi kriteria keberhasilan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

tindakan ini adalah jika nilai rerata variabel yang diukur oleh kuesioner motivasi

(variabel motivasi belajar) mencapai kualitas minimal “tinggi”, dan variabel yang

diukur dengan lembaran tes/Quis (variabel hasil belajar) mencapai nilai rerata 80

dalam skala 10-100, yang berarti tingkat penguasaan kompetensi minimal 80%.

Indikator keberhasilan baik dari sisi Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi atau

guru penyaji/peneliti adalah sebagai berikut:

No VARIABEL INDIKATOR KEBERHASILANSISWA KELAS III SDN 205/IV KOTA JAMBI

GURU PENELITI

1. Pemilihan skenario yang menarik dan relevan

Perhatiannya meningkat (tertarik, menyenangkan, semangat) sehingga muncul motivasi yang tinggi untuk mempelajari skenario.

Adanya Stimulus berupa skenario yang menarik dan relevan dengan tujuan dan materi ajar yang akan ditampilkan

2. Pembentukan kelompok dan penjelasan kompetensi.

Terbentuknya kelompok belajar dan siswa memahami kompetensi yang akan dicapai.

Membentuk kelompok dan menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai secara jelas.

3. Melakonkan skenario yang telah dipersiapkan

Mampu melakonkan skenario yang telah dipelajari sebelumnya di depan kelas.

Memberikan pengamatan langsung terhadap siswa yang melakonkan skenario, dan membuat catatan penting.

4. Pembahasan hasil pementasan skenario.

Mampu melakukan diskusi tentang hasil pementasan skenario

Mampu memimpin diskusi dan menilai aktivitas diskusi siswa.

5. Penyampaian kesimpulan

Mampu menyimpulkan hasil diskusi yang dituangkan dalam lembaran kerja.

Mampu memberikan komentar dan memberikan kesimpulan umum.

37

6. Evaluasi Penguasaan kompetensi minimal 80 % (nilai rerata hasil belajar minimal 80/A)

Ketersediaan soal yang konsisten dengan tujuan pembelajaran dan kompetensi yang ingin dicapai.

I. Jadwal Penelitian

Jadwal pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) direncanakan selama 8

bulan (April-November 2010) dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel

berikut:

KEGIATAN BULAN – TAHUN 2010

Apr Mei Jun Jul Agu Sep Okt Nov

A. TAHAP PERSIAPAN:

1. Rapat-rapat tim peneliti √ √ √

2. Menyiapkan RPP, materi ajar √ √

3. Menyiapkan instrumen √

B. TAHAP PELAKSANAAN:

1. Pelaksanaan Siklus I

a. Tahap perencanaan I √

b. Tahap Implementasi tindakan:

Tindakan 1 √

Tindakan 2 √

Tindakan 3 √

c. Tahap observasi & evaluasi I √

d. Tahap analisis dan refleksi I √

2. Pelaksanaan Siklus II

a. Tahap perencanaan II √

b. Tahap Implementasi tindakan:

Tindakan 4 √

Tindakan 5 √

38

Tindakan 6 √

c. Tahap observasi & evaluasi II √

d. Tahap analisis dan refleksi II √

3. Pelaksanaan Siklus III

a. Tahap perencanaan III √

b. Tahap Implementasi tindakan:

Tindakan 7 √

Tindakan 8 √

Tindakan 9 √

c. Tahap observasi & evaluasi III √

d. Tahap analisis dan refleksi III √

C. TAHAP PELAPORAN:

1. Tabulasi dan Analisis Data √

2. Penyusunan draft hasil PTK √

3. Seminar draft hasil PTK √

4. Penyusunan laporan final PTK √

5. Pengiriman laporan √

J. Biaya Penelitian

Biaya yang diperlukan untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

ini adalah sebesar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah), dengan rincian biaya

penelitian sebagaimana disajikan pada tabel berikut:URAIAN PENGELUARAN TOLOK

UKURVOLUME BIAYA

SATUANJUMLAH

BIAYA1. Honorarium:

a. Ketua Peneliti orang/bulan 1/6 500.000 3.000.000b. Anggota Peneliti orang/bulan 4/6 250.000 6.000.000

39

Jumlah Honorarium 9.000.0002. Biaya Operasional :

a. Pembelian buku sumber judul 10 50.000 500.000b. Penyusunan Bahan Ajar Tatap muka 9 200.000 1.800.000c. Penyusunan Lembar

kerjaset 9 200.000 1.800.000

d. Penyusunan quis set 3 200.000 600.000e. Penyusunan quesioner

motivasi belajar set 1 500.000 500.000

f. Tabulasi dan analisis data

Kegiatan 1 1.400.000 1.400.000

g. Penyusunan laporan Kegiatan 1 1.900.000 1.900.000Jumlah Biaya Operasional 8.500.000

3. Bahan Habis Pakai/ATK :a. Kertas HVS rim 4 25.000 100.000b. Transfaran sheet kotak 1 100.000 100.000c. Tinta cartridge HP-500 pak 2 300.000 600.000d. pena, spidol, map set 1 200.000 200.000

Jumlah bahan habis pakai 1.000.0004. Biaya Perjalanan: a. Biaya perjalanan dosen Orang/hari 2/20 100.000 4.000.000

Jumlah biaya perjalanan 4.000.0005. Biaya Manajemen Kegiatan 1 4.500.000 4.500.000

Jumlah biaya manajemen 4.500.0006. Pengeluaran Lain-lain:

a. Photocopy instrumen Lembar/siswa /jenis

10/40/4 100 160.000

b. Photocopy draf untuk seminar

Lembar/pe-serta

150/40 100 600.000

d. Photocopy laporan final Buku/lembar

10/150 100 150.000

e. Cetak jilid buku 10 25.000 250.000g. Seminar hasil PTK Kegiatan 1 1.500.000 1.500.000h. Dokumentasi Kegiatan 1 340.000 340.000

Jumlah lain-lain pengeluaran 3.000.000

Jumlah Seluruh Biaya Yang Dibutuhkan 30.000.000

Terbilang : Tiga Puluh Juta Rupiah.

K. Personalia Penelitian

Personalia dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah sebagai berikut:

40

No Nama Peneliti Peran/Tugas Peneliti Waktu yang disediakan per

minggu1. Drs. M. Salam, M.Si Menyediakan buku sumber,

menyusun instrumen/alat ukur hasil belajar, merancang pelaksanaan penelitian, melakukan observasi penelitian Siklus I, II dan III, penyaji seminar, membantu menyusun laporan akhir, dll.

14

2. Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons

Menyusun instrumen/ alat ukur motivasi belajar, lembar observasi, membantu merancang pelaksanaan penelitian, melakukan observasi penelitian Siklus I, II dan III, penyaji seminar, menyusun laporan akhir, menyusun artikel ilmiah.

12

3. Aziza, S.Pd Menyusun RPP, menyusun skenario pembelajaran, menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus I, melakukan observasi penelitian Siklus II dan III, penyaji seminar, dll.

10

4. Henny, Ama, Pd Membantu menyusun RPP, membantu menyusun skenario pembelajaran, membantu menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus II, melakukan observasi penelitian Siklus I dan III penyaji seminar, dll.

10

5. Suharni, Ama, Pd Membantu menyusun RPP, membantu menyusun skenario pembelajaran, membantu

10

41

menyiapkan media dan alat pembelajaran, melakukan penelitian tindakan kelas Siklus III, melakukan observasi penelitian Siklus I dan II, penyaji seminar, dll.

M. DAFTAR PUSTAKA

Deaux, K & Wrightsman, L.S, (1988). Social Psychology. California: Pacific grove-brooks/Cole publishing company.

Degeng, I.Nyoman Sudana, (1991). Kontribusi Jenis Kelamin, Gaya Kognitif, dan Motivasi Berprestasi terhadap Cara Belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi IKIP Malang, Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan, Malang: Pusat Penelitian IKIP Malang.

Boediono & Abbas Ghozali, (1999). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu Pendidikan : Pendekatan Fungsi Produksi Pendidikan, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun ke 5 No 020, Desember 1999, p. 6. Jakarta: Balitbang Diknas, 1999).

Bridge R.G, Judd C.M, Mook, (1979). The Determinan of Educational Outcomes: The Impacts of Families, Peers, Teachers, and Schools. Massachusetts: Ballinger, Pp. 124-137.

Briggs, Leslei J (1979). Instructional Design Principles and Applications. New Jersey: Englewood Cliffs.

Bloom, Benjamin S, et al, (1966). Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Eucational Goals. New York: David McKay Company, Inc.

Bloom, Benjamin S, (1982). Human Characteristics and Shool Learning. New York: McGraw-Hill Book Company.

Bohlin, Roy M, (1987). Motivation in Instructional Design: Comparison of an American and a Soviet Model, Journal of Instructional Development Vol 10 (2) h 11-14.

Bruner, J.S. (1961). “The acts of discovery.” Harvard Educational Review. 21 (1), Witer, 23-32.

42

Bruner, J.S. (1962). The Process of Education, Cambridge: Harvard University Press.

Coffey, et al, (1975). Behavior in Organization. A Multidimensional View, Second edition. New Jersey: Prentice-Hall, Inc Englewood Cliffs.

Cohen, L, (1976). Educational research in Classroom and School: Manual of Material and methods. London: Hasper Pub.

Fuller B, Clarke P, Raising Sholl effects While Ignoring Culture, Local Conditions and the Influence of Class Room Tools, Rules and Pedagogy, Rev. Ed. Res, No 84, pp. 45-65.

Gagne, R.M, (1977). The conditions of learning, New York: Holt Renehart and Wilson.

Gagne, R.M, Driscoll, L.J, & Wager, W.W, (1988). Principles of instructional design. New York: Holt Renehart and Wilson.

Gagne, Robert M dan Leslie J. Briggs, (1979). Principles of Instructional Design, New York: Rinehart and Winston.

Gagne, R.M, (1985). The Condition of Learning and Theory of Instruction. New York: CBS College Publishing.

Good, C.V, (1959). Dictionary of Education. New York: McGraw Hill Book Company.

Gallowing, Charles, (1976). Psychology for Learning and Teaching. New York: McGraw-Hill Book Co.

Gistituati, N, (2002). Model pembelajaran yang efektif dalam pendidikan kewarganegaraan, Buletin Pembelajaran, Nomor 01/Tahun 25, Edisi Maret 2002, Universitas Negeri Padang, hh 13-32.

Heyneman S.P & Loxley, W.G, (1983). The effect of Primary School Quality on Academic Achievement Across Twenty Nine High and Low Income Countries, American Journal of Sociology, May 1983, pp.234-245.

Haditono, Siti Rahayu, (1979). Achievement Motivation, Parents Educational Level and Child Rearing Practice in Four Occupational Groups, makalah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

43

Heckhausen, Hainz, (1968). The Anatomy of Achievement Motivation. New York: Academic Press.

Huda, Nuril, (1997). Problematika pengumpulan data strategi belajar bahasa kedua, Forum Penelitian Kependidikan, Tahun 9 Desember 1997, Lembaga Penelitian IKIP Malang, hh 3-15.

Hudgin, Bice B et al, (1983). Educational Psychology. New York: P.E. Peacock Publisher, Inc.

Joyce, Bruce, Marsha Weil & Beverly Showers, (1992). Models of teaching. Boston : Allyn and Bacon.

Joni, Raka T, (1980). Strategi belajar mengajar: suatu tinjauan pengantar, Proyek P3G. Jakarta: Depdikbud.

Jamaris, Martini, (2004), Proses Pembelajaran dalam Mengembangkan Kemampuan Aktualisasi kognitif Tingkat Tinggi, Jurnal Ilmu Pendidikan “Parameter”, Nomor 19 Tahun XXI, Agustus 2004, Jakarta: Universitas Negeri Jakarta, halaman 67-101.

Jegede, J.O, (1994). Influence of Motivation and Gender on Secondary School Students’, Academic Performance in Nigeria, Journal of Social Psychology, 134 (5) : 695-697.

Kretch, David, et al, (1962). Individual in Society. London: McGraw-Hill Book Company, Inc.

Kibler, Robert J, et al, (1981), Objectives for Instruction and Evaluation, Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Kasiyati, (2000). Efektivitas latihan ketrampilan belajar dalam meningkatkan hasil belajar Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi Universitas Negeri Padang, Buletin Pembelajaran, Nomor 02/Tahun XXIII Edisi Juni 2000, Universitas Negeri Padang, hh 93-101.

Kiswoyo, Samidjo Broto, (1995). Model pembelajaran IPS, Proyek PGSD, Jakarta: depdikbud.

Mursid, R, (2004). Pengaruh Strategi Penstrukturan isi Teks Ajar dan Motivasi Berprestasi terhadap Perolehan Belajar dan retensi Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi pada Mata pelajaran Gambar teknik, Jurnal Penelitian

44

Bidang pendidikan, Vol 10, Nomor 2 Maret 2004. Medan: Lembaga Penelitian Universitas Negeri medan, Halaman 95-103.

Munandir, (1987). Rancangan sistim pengajaran, P2LPTK. Jakarta: Depdikbud.

Maehr, Martin L, and Larry A Braskamp (1986). The Motivation Factor: A theory of personal investment. Lexington, Massachusetts: Lexington Books.

McClelland, David C (1961). The Achieving Society. Princeton, New Jersey: Van Nostrand.

McClelland, David C, et al, (1953), The Achievement Motive. New York: Appleton Century Croft, Inc.

Marx, Melvin H, (1976) Introduction to Psychology. New York: Mcmillan Publishing Company, Inc.

Mukhayar, (1991). Perbandingan pendekatan komunikatif dengan metode audiolingual dalam mengembangkan kemampuan lisan bahasa Inggris, Disertasi, PPS-IKIP, Jakarta.

Murray, Edward J, (1964). Motivation and Emotion. Englewood Cliffs, New York: Prentice-Hall, Inc.

Nimpeone, J.S, (1988). Beberapa ciri tingkah laku manusia Indonesia di dalam kerjasama antar individu dan antar kelompok, Jurnal Psikologi Indonesia, Nomor 2 Desember 1988, Ikatan Sarjana PsikologiIndonesia, Jakarta, hh 47-59.

Nurhayati & Ekawarna (2007). Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa SMP pada mata pelajaran PKn melalui aplikasi model pembelajaran role playing (Penelitian tindakan kelas pada SMPN I MUARO JAMBI), LPMP Jambi.

Panen, Paulina, (2000). Belajar dan pembelajaran : model pembelajaran Robert Gagne dan model perkembangan intelektual oleh Jean Piaget. Jakarta: Universitas Terbuka.

Rusyan T dan Samsudin, (1989). Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: CV Diponegoro.

Rusiaman, N.Y, (1990), Kemampuan klasifikasi logis anak: studi tentang kemampuan abstraksi dan inferensi anak usia sekolah dasar pada kelompok budaya Sunda, Disertasi, PPS-IKIP, Bandung.

45

Ron Renchler, (1992). Student motivation, school culture, and academic achievement. Oregon: Eric Clearinghouse on Educational Management- University of Oregon.

Ratih, Koesoemo, (2005). Motivasi dalam usaha meningkatkan Ketrampilan Wicara Bahasa Inggris Siswa Kelas III SDN 205/IV Kota Jambi Jurusan Non-Bahasa Inggris Universitas Muhammadiyah Surakarta 2001/2002, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol 6 No 1, Februari 2005, Surakarta: Lembaga Penelitian Univesitas Muhammadiyah Surakarta.

Sinambela, Ida.T, (1997), Tes esai pemetaan konsep sebagai alat ukur dalam belajar bermakna, Jurnal Ilmu Pendidikan, h 16-23, IKIP-STKIP-ISPI, Malang.

Suryabrata, Sumadi, (1982). Psikologi Pendidikan: Materi Pendidikan Program Bimbingan Konseling di perguruan Tinggi. Yogyakarta: depdikbud.

Sardiman, A.M, (1986). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sarojo, J. Rijadi, (2000), Kontribusi Motivasi Berprestasi Sebagai Prediktor Prestasi Belajar Kimia, Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 10 Nomor 1, Juni 2000, Malang: Lembaga Penelitian Universitas Negeri Malang, Halaman 40-53.

Sopah, Djamaah, (2000), Pengaruh Model Pembelajaran dan Motivasi Beprestasi terhadap Hasil Belajar, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Nomor 022 Tahun ke-5, Maret 2000, Jakarta : Balitbang Depdiknas, halaman 121-137.

Sorenson, H, (1977). Psychology in Education. Bombay New Delhi: tata McGraw-Hill Publishing Co Ltd.

Surakhmad, Winarno, (1979), Metodologi Pengajaran Nasional. Jakarta: Jemmars.

Taruh, Enos, (2003). Konsep diri dan Motivasi Berprestasi dalam kaitannya dengan Hasil Belajar Fisika, Jurnal Penelitian dan Pendidikan, Tahun IV Edisi 8 Maret 2003, Gorontalo: Lembaga Penelitian IKIP Negeri Gorontalo, Halaman 15-29.

Wiyono, Bambang, B, (2003). Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar, dan Motivasi Belajar dengan Prestasi Belajar Siswa, Forum Penelitian, Jurnal Teori dan Praktek Penelitian, Tahun 15 Nomor 1, Juni 2003, Malang: Universitas Negeri Malang, Halaman 28-36.

46

Woodworth, Robert S dan Donald G. Marquis, (1957). Psychology. New York: Hanry Hold Company.

Wexley, K.N & Yukl, G, (1977). Organizational behavior and personnel psychology. Richard D Irwin: Home wood, Illinois.

Wahjosumidjo, (1984). Kepemimpinan dan motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia.

Zahera, Sy, (1997). Hubungan konsep diri dan kepuasan kerja dengan sikap guru dalam proses belajar mengajar. Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 4, Nomor 3, Agustus 1997, hh 183-194. IKIP Malang.

LAMPIRAN : INSTRUMEN UKUR MOTIVASI BELAJAR: Tabel: Kisi-kisi Motivasi Belajar Siswa

DIMENSI INDIKA TOR

DESKRIPTOR JUMLAH BUTIR

NOMOR BUTIR

1.Motivasi Instrinsik

1. Aktivitas Belajar Tinggi

a. Bekerja mandirib. Belajar di luar waktu sekolahc. Penyusunan jadwal belajard. Mengulang pelajaran di rumah

11

11

12

34

47

2. Tekun dalam mengerja-kan tugas

a. Mencari bahan atau sumber bacaan

b. Memeriksa kelengkapan tugasc. Mengerjakan tugas tepat waktud. Tidak mudah bosane. Memperbaiki tugasf. Terus bekerja

1

1

1

111

5

6

7

8910

3. Ulet dalam menghadapi kesulitan

a. Mengajukan pertanyaaan pada guru

b. Bertanya pada temanc. Belajar bersamad. Diskusi

1

212

11

12,1314

14,16

2. Motivasi Ekstrin-sik

1. Adanya informasi dari guru

a. Memberi tujuan belajarb. Menjelaskan melalui contohc. Menulis hal-hal yang dianggap

pentingd. Memberi tahu cara e. Menunjukkan buku yang

berkaitan

11

1

11

1718

19

2021

2. Adanya umpan balik

a. Memberi informasi hasil ulanganb. Memberi komentar terhadap tugas

latihan/PRc. Memberi kesempatan bertanya

3

11

22,23,24

2526

3. Adanya penguatan

a. Memberikan pujianb. Memberikan saran pemecahanc. Menunjukkan cara mempelajarid. Membantu menemukan cara-cara

menarik kesimpulan

11

1

1

2728

29

30

KUESIONER MOTIVASI BELAJAR

PENJELASAN   :

1. Kuesioner ini terdiri dari 30 item pernyataan, bertujuan mengukur motivasi belajar siswa setelah diberi perlakuan metode role playing, oleh karena itu isilah seluruh kuesioner ini sesuai dengan petunjuk pengisian di bawah.

48

2. Apa yang Anda isi tidak ada kaitannya dengan nilai Anda, oleh karena itu isilah setiap item pernyataan dengan sejujur-jujurnya sesuai dengan apa yang Anda alami, rasakan dan lakukan setelah mengikuti pelajaran dalam tiga pertemuan terakhir.

3. Pastikan Anda telah mengisi seluruh pernyataan dalam kuesioner ini.

PETUNJUK PENGISIAN   :

Isilah dengan tanda check (√ ) pada kolom dari setiap nomor pernyataan yang paling sesuai dengan apa yang Anda alami. Pengertian yang ada pada kolom tersebut adalah sebagai berikut :

SL = Selalu (selalu dilakukan)SR = Sering (lebih banyak dilakukan daripada tidak dilakukan)KK = Kadang-kadang (sama banyaknya antara dilakukan dan tidak dilakukan)JR = Jarang (lebih banyak tidak dilakukan daripada dilakukan)TP = Tidak pernah (sama sekali tidak dilakukan)

No PERNYATAAN JAWABAN ANDASL SR KK JR TP

1. Saya belajar dan mengerjakan tugas pelajaran PKn secara mandiri.

2. Waktu senggang di luar jam sekolah saya manfaatkan untuk belajar.

3. Jadwal belajar di rumah saya buat sendiri dan saya laksanakan tepat waktu.

4. Saya menyediakan waktu khusus untuk mengulang pelajaran yang sudah diajarkan di sekolah.

5. Saya berusaha mencari sumber bacaan yang dianjurkan guru.

6. Sebelum tugas dikumpulkan saya memeriksa apakah sudah lengkap atau belum.

7. Saya mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah (PR) tepat waktu.

8. Saya tidak mudah bosan jika belajar tentang mata pelajaran PKn.

9. Jika tugas atau PR yang diberikan guru ternyata saya kerjakan salah, saya berusaha untuk memperbaikinya sampai benar.

10. Saya akan terus bekerja menyelesaikan tugas atau PR yang diberikan guru sampai benar-benar sempurna

11. Saya mengajukan pertanyaan kepada guru jika materi yang diajarkan guru belum jelas.

12. Saya bertanya kepada teman yang lebih mengerti tentang materi pelajaran yang belum saya mengerti.

13. Saya tidak merasa malu jika saya harus bertanya kepada siapapun.

14. Saya belajar bersama dengan teman-teman untuk mengerjakan tugas atau PR yang sulit.

15. Jika guru membentuk kelompok belajar saya menginginkan jadi ketua kelompok.

49

16. Saya suka menjadi pemimpin dalam diskusi kelompok .17. Jika guru PKn sebelum pelajaran dimulai menjelaskan

kompetensi yang akan dicapai, saya berusaha memahaminya dan berkeinginan untuk mencapainya.

18. Jika guru PKn menjelaskan materi pelajaran diselingi dengan contoh-contoh, saya terdorong untuk memberikan contoh-contoh yang lain.

19. Jika guru PKn menulis catatan-catatan penting di papan tulis, saya segera menyalinnya dalam buku saya.

20. Jika guru PKn memberi tahu cara mengerjakan tugas atau PR, saya mencatat cara-caranya dan mencoba menerapkannya ketika belajar di rumah.

21. Jika guru PKn menunjukkan buku-buku yang perlu dibaca, saya berusaha mencari dan membacanya.

22. Jika guru PKn mengumumkan hasil ulangan di depan kelas, saya lebih bersemangat lagi dalam belajar.

23. Jika nilai hasil ulangan saya rendah, saya berkeinginan kuat untuk mencapai nilai yang tinggi pada ulangan berikutnya.

24. Jika nilai hasil ulangan saya tinggi, saya berusaha mempertahankan dengan belajar lebih keras lagi.

25. Jika guru PKn mengembalikan tugas atau PR dengan beberapa catatan, saya berusaha memperhatikan catatan tersebut untuk perbaikan pada tugas atau PR selanjutnya.

26. Jika guru PKn memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, saya memanfaatkan kesempatan tersebut untuk bertanya.

27. Jika guru PKn memberi pertanyaan, saya berusaha menjawabnya sebelum teman lain menjawabnya.

28. Jika guru PKn memberi pujian terhadap pertanyaan, jawaban, tugas/PR dan hasil ulangan saya, semangat belajar saya semakin meningkat.

29. Jika guru PKn memberi saran kepada saya, maka saran tersebut selalu saya ingat dan saya berusaha melaksanakan saran tersebut.

30. Jika guru PKn membantu saya bagaimana cara-cara menarik kesimpulan tentang materi yang sedang dibahas, maka cara-cara tersebut saya gunakan dalam pembahasan materi lain.

CURIKULUM VITAE

1. Nama Lengkap dan Gelar Drs. M. Salam, M.Si

50

2. NIP/NIK 19590711 198503 1 002

3. Tempat, Tanggal Lahir Payakumbuh, 11 Juli 1959

4. Jenis Kelamin Pria

5. Pangkat/Golongan Pembina/IV/a

6. Jabatan Lektor Kepala

7. Alamat Kantor Kampus FKIP UNJA Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi, Tlp (0741) 583453e-mail : -

8. Alamat Rumah Jln. Ir. Juanda, RT 27 No 78, Kel. Simpang II Sipin, Kec. Kotabaru, Kota Jambi. HP No. 081366001959

9. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Nama Pendidikan Program Studi Tempat

Pendidikan

Tahun Lulus

1. SDN 1 Kubang - Payakumbuh 1973

2. SMPN 1 Dagung - Payakumbuh 1976

3. SMAN 1 Bukittinggi IPS Bukittinggi 1979

4. IKIP Padang Civic/KWN IKIP Padang 1983

5. Univ. Indonesia Kajian Ketahanan Nasional

Universitas Indonesia

1995

10. PENGALAMAN PENELITIAN

No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,

TAHUN

1. Faktor-faktor penyebab rendahnya tingkat pendidikan di Kecamatan Tungkal Ulu Kab.

OPF UNJA, 1991

51

Tanjung Jabung.2. Desa tertinggal dan program IDT: Kasus pedesaan

di Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi dalam rangka studi ketahanan nasional.

Pasca Sarjana Univ. Indonesia, 1995

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program KB di daerah Kumuh studi kasus di Kodya Jambi.

UNJA, 1998

4. Evaluasi pelaksanaan program PGSM FKIP Universitas Jambi di Provinsi Jambi.

PGSM UNJA, 2001

5. Upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah pendidikan kewarganegaraan melalui model pembelajaran kognitif Problem-based Learning di Prodi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Jambi.

Semi-que IV Dikti, 2002

6. Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Peserta Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Melalui Aplikasi Model Peristiwa Pembelajaran Gagne.

DP2M Dikti Kemendiknas, 2008

Jambi, 28 Juli 2010

Yang menerangkan,

Drs. M. Salam, M.Si

NIP 19590711 198503 1 002

CURIKULUM VITAE

52

1. Nama Lengkap dan Gelar Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons

2. NIP/NIK 19560323 198103 2 002

3. Tempat, Tanggal Lahir Ampang Gadang, 23 Maret 1956

4. Jenis Kelamin Wanita

5. Pangkat/Golongan Pembina/IV/b

6. Jabatan Lektor Kepala

7. Alamat Kantor Kampus FKIP UNJA Pinang Masak, Mendalo Darat Jambi, Tlp (0741) 583453e-mail : -

8. Alamat Rumah Jln. Kemajuan RT 08 RW 21, No. 60 Mendalo darat Jambi. HP No. 085266891111

9. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Nama Pendidikan Program Studi Tempat

Pendidikan

Tahun Lulus

1. SDN 1 Ampang Gadang

- Bukittinggi 1968

2. PGAP Pasir - Bukittinggi 19723. PGAA Bukittinggi IPS Bukittinggi 19744. IKIP Padang S-1 Bimb & Peny IKIP Padang 19835. IKIP Bandung S-2 Bimb & Peny IKIP Bandung 19896. IKIP Bandung S-3 Bimb & Kons IKIP Bandung 1995

10. PENGALAMAN PENELITIAN

No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,

TAHUN

1. Peningkatan kualitas pembelajaran mata pelajaran UKMP-SD Ditjen

53

bahasa Indonesia di sekolah dasar melalui pendekatan pembelajaran terpadu.

Dikti, 1998.

2. Model pembelajaran terpadu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas-kelas awal sekolah dasar.

DIK UNJA, 1998.

3. Implementasi pembelajaran terpadu di PGSD dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran.

PPTA, Dikti, 1998

4. Pengembangan program pendidikan yang sesuai dengan dunia kerja: Studi awal kecenderungan arah karir lulusan UNJA dan upaya pencapaiannya.

DIK UNJA, 1999

Jambi, 28 Juli 2010

Yang menerangkan,

Dr. Hj. Emosda, M.Pd, Kons

NIP 19560323 198103 2 002

CURIKULUM VITAE

1. Nama Lengkap dan Gelar Aziza, S.Pd

54

2. NIP/NIK 19720615 199603 2 003

3. Tempat, Tanggal Lahir Sarolangun, 15 Juni 1972

4. Jenis Kelamin Wanita

5. Pangkat/Golongan Penata Muda Tk.I/III/b

6. Jabatan -

7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.

8. Alamat Rumah Jln. Pattimura II No 2, Rt 41 Kenali besar, kec Kota Baru, Kota Jambi.HP 085266661388

9. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Nama Pendidikan Program Studi Tempat

Pendidikan

Tahun Lulus

1. SDN 2 - Sarolangun 1986

2. SMPN 1 Sarolangun - Sarolangun 1989

3. SMAN 1 Jambi IPS Jambi 1992

4. FKIP UNJA D II PGSD Universitas Jambi 1994

5. S-1 B. Inggris Univ. Batanghari 2009

10. PENGALAMAN PENELITIAN

55

No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,

TAHUN

1. The ability to identity personel text by the second year students of SMA PGRI 2 Jambi.

-

Jambi, 28 Juli 2010

Yang menerangkan,

Aziza, S.Pd

NIP 19720615 199603 2 003

CURIKULUM VITAE

56

1. Nama Lengkap dan Gelar Henny, A.Ma

2. NIP/NIK 19740414 200604 2 014

3. Tempat, Tanggal Lahir Lima Koto, 14 April 1974

4. Jenis Kelamin Wanita

5. Pangkat/Golongan Pengatur/II/c

6. Jabatan -

7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.

8. Alamat Rumah Jln. Ir. H. Juanda, RT 06 Kel. Mayang Mengurai Kec. Kota baru, Kota Jambi.HP 081366406627

9. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Nama Pendidikan Program Studi Tempat

Pendidikan

Tahun Lulus

1. SDN 1 Simaung - Palupuh 1986

2. SMPN 4 Sipisang - Palupuh 1989

3. SMAN 1 Kumpulan IPS Pasaman 1992

4. IKIP Padang D II PGSD IKIP Padang 1995

10. PENGALAMAN PENELITIAN

57

No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,

TAHUN

- - -

Jambi, 28 Juli 2010

Yang menerangkan,

Henny, A.Ma

NIP 19740414 200604 2 014

CURIKULUM VITAE

58

1. Nama Lengkap dan Gelar Suharni, A.Ma.Pd

2. NIP/NIK 9361763665300023

3. Tempat, Tanggal Lahir Sarolangun, 29 Oktober 1985

4. Jenis Kelamin Wanita

5. Pangkat/Golongan -

6. Jabatan -

7. Alamat Kantor SD Negeri 205/IV Kota Jambi, Jln Kapten Pattimura Kota Baru, Kota Jambi.

8. Alamat Rumah Jln. Kapten Pattimura, Lr H. Ibrahim, RT 18/02 No. 2, Kec Kota Baru, Kota Jambi.HP 085266345501

9. RIWAYAT PENDIDIKAN

No Nama Pendidikan Program Studi Tempat

Pendidikan

Tahun Lulus

1. SDN 374/VI - Lidung, Jambi 1998

2. MTs - Sarolangun 2001

3. Madrasah Aliyah Lab

IPS Jambi 2004

4. PGSD IAIN STS D II PGSD IAIN STS Jambi 2006

59

10. PENGALAMAN PENELITIAN

No JUDUL PENELITIAN SUMBER DANA,

TAHUN

- - -

Jambi, 28 Juli 2010

Yang menerangkan,

Suharni, Ama.Pd

NIK 9361763665300023

60