Author
lethu
View
250
Download
0
Embed Size (px)
i
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh:
Norbertus Dony Triyustiko NIM. 041334091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2009
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa hormat dan ketulusan hati, kupersembahkan karya ini untuk :
Tuhan Yesus Kristus Sang penyelenggara hidup, terima kasih atas kasih dan pengorbananMu di kayu salib.
Bapak dan Ibuku terkasih, terima kasih atas dukungan dan doa yang telah diberikan sampai sekarang. Pengorbanan kalian akan selalu terpatri dalam hatiku.
Kakak dan adikku tersayang, terimakasih atas dorongan yang telah kalian berikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi
kekuatan kepadaku ( Filipi 4 : 13 ).
Hidup itu seperti musik, yang harus dikomposisi oleh telinga,
perasaan dan insting, bukan oleh peraturan (Samuel Butler).
Sukses adalah keberhasilan yang Anda capai di dalam menggunakan
talenta-talenta yang telah Allah berikan kepada Anda (Rick Devos).
Manusia yang merencanakan, namun Tuhan yang menentukan
(Thomas A. Kempis).
“Kuolah kata, kubaca makna, kuikat dalam alinea, kubingkai dalam
bab sejumlah enam, jadilah mahakarya, gelar sarjana kuterima,
orangtua, calon istri, dan calon mertua pun bahagia”.
“Saya datang, saya bimbingan, saya revisi, saya ujian, dan saya
menang!”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih karena skripsi ini telah
selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan
Akuntansi. Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ini mendapat
berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed.,Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik,
dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd.,M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Cornelio Purwantini S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Ibu Rita Eny Purwanti. S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran
untuk kesempurnaan skripsi ini.
8. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
9. Seluruh mahasiswa angkatan 2004 yang juga telah memberi masukan selama
proses diskusi dalam mata kuliah Seminar Proposal Penelitian dan kerjasama
yang baik selama ini.
10. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
kelancaran proses belajar selama ini.
11. SMA SANTA MARIA, Yogyakarta, yang telah memberikan izin dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini.
12. Ibu Catharina Cahyadiyanti S.Pd selaku guru mitra dalam penelitian tindakan
kelas ini.
13. Siswa-siswa kelas X-E sebagai subjek dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRAK
PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR
SISWA KELAS X SMA SANTA MARIA YOGYAKARTA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI
Norbertus Dony Triyustiko Universitas Sanata Dharma
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak peningkatan keaktifan belajar siswa dengan penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada pembelajaran ekonomi pokok bahasan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang bersifat eksploratif. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas X-E, SMA SANTA MARIA, Yogyakarta. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terbagi dalam dua siklus yaitu : siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen observasi terhadap guru, observasi terhadap siswa, observasi terhadap kelas, dan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada pokok bahasan kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi: (1) memperbaiki keaktifan dalam mengajukan pertanyaan (target = 25%, siklus I = 42.86%, dan siklus II = 50%); (2) memperbaiki keaktifan dalam menjawab pertanyaan (target = 25%, siklus I = 28,57%, dan siklus II = 30%); (3) memperbaiki keaktifan dalam mengerjakan tugas-tugas (target 50%, siklus I = 85.71%, dan siklus II = 80%); (4) memperbaiki keaktifan dalam diskusi (target = 50%, siklus I = 66,67%, dan siklus II = 75%); (5) memperbaiki keaktifan dalam mengemukakan/ menanggapi pendapat (target = 25 %, siklus I = 42,86%, dan siklus II = 55% ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
THE APPLICATION OF COOPERATIVE LEARNING METHOD OF JIGSAW TYPE TO INCREASE STUDENT’S LEARNING ACTIVITY OF
THE TENTH CLASS STUDENTS IN THE SUBJECT OF ECONOMICS OF SANTA MARIA SENIOR HIGH SCHOOL YOGYAKARTA
Norbertus Dony Triyustiko Sanata Dharma University
2009
This research aims to know the effect of increasing the student’s activity by applying cooperative learning method of jigsaw type on the subject of economics by discussing the government policy on economy domain, as the topic. This research is an explorative action class research.
This research was carried out in Santa Maria Senior High School Yogyakarta. The subject of the research was the tenth grade students who belong to E class of Santa Maria Senior High School Yogyakarta. The implementation of this action class research was divided into two cycles, they are: the first cycle and the second cycle. Each cycle consists of four steps, they are planning, action, observation, and reflection. Collecting data was done by using teacher’s observation instrument, student’s observation, observation of the class, and interview. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.
The result of this research shows that the application of cooperative learning method of jigsaw type on economic course with the topic government policy on economy field: (1) improving an activity in asking questions (target is 25%, the first cycle is 42,86%, and the second cycle is 50%); (2) improving an activity in answering questions (target is 25%, the first cycle is 28,57%, and the second cycle is 30%); (3) improving an activity in finishing works (target is 50%, the first cycle is 85,71%, and the second cycle is 80%); (4) improving an activity in responding opinion (target is 25%, the first cycle is 42,86%, and the second cycle is 55%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv
MOTTO .................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………….. .. vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN…………………………… vii KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
ABSTRAK ... ............................................................................................. xi
ABSTRACT . ............................................................................................... xii
DAFTAR ISI.............................................................................................. xiii
DAFTAR TABEL...................................................................................... xvii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xix
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah........................................................ 1
B. Batasan Masalah.................................................................... 5
C. Rumusan Masalah ................................................................. 6
D. Tujuan ................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
E. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................. 8
A. Proses Belajar Mengajar .................................................... 8
B. Pembelajaran Kooperatif…………………………………… 10
C. Tipe Pembelajaran Kooperatif……………………………... 13
D. Pembelajaran Kooperatif tipe jigsaw……………………… 14
E. Keaktifan………………………………………….….…….. 18
F. Mata Pelajaran Ekonomi…………………………….……… 23
G. Penelitian Tindakan Kelas .................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. . 32
A. Jenis Penelitian..................................................................... 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian................................................ 32
C. Subjek dan Obyek Penelitian................................................. 32
D. Prosedur Penelitian............................................................... . 33
E. Instrumen Penelitian............................................................... 37
F. Pengumpulan dan Analisis Data .......................................... . 41
1.Teknik pengumpulan Data ............................................... . 41
2.Analisis Data .................................................................... 42
BAB IV GAMBARAN UMUM .............................................................. 44
A. Sejarah SMA SANTA MARIA............................................... 44
B. Tujuan SMA Santa Maria Yogyakarta………………….. ..... 47
C. Visi Misi SMA Santa Maria Yogyakarta ............................... 49
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
D. Sistem Pendidikan SMA Santa Maria Yogyakarta ................ ... 51
E. Kurikulum SMA Santa Maria Yogyakarta ............................ ... 51
F. Organisasi Sekolah SMA Santa Maria Yogyakarta............... ... 52
G. Sumber Daya Manusia SMA Santa Maria Yogyakarta ........ ... 52
H. Siswa SMA Santa Maria Yogyakarta.................................... ... 57
I. Kondisi Fisik dan Lingkungan SMA Santa Maria .................... 58
J. Proses Belajar Dan Mengajar SMA Santa Maria ...................... 59
K. Fasilitas Pendidikan dan Latihan……………………………... 61
L. Majelis sekolah/ dewan sekolah/ komite sekolah……………. 63
M. Hubungan Antara SMA Santa Maria Yogyakarta Dengan
Instansi Lain............................................................................. 64
N. Usaha-usaha Peningkatan Kualitas Lulusan……..………….. 65
BAB V HASIL OBSERVASI DAN PEMBAHASAN .......................... ... 67
A. Deskripsi Penelitian .............................................................. ... 67
1. Observasi pendahuluan ................................................... ... 67
2. Siklus Pertama.................................................................... 80
a. Perencanaan..................................................................... 81
b. Tindakan.......................................................................... 84
c. Observasi......................................................................... 88
d. Refleksi............................................................................ 96
3. Siklus Kedua ..................................................................... ... 103
a. Perencanaan..................................................................... 104
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
b. Tindakan.......................................................................... 107
c. Observasi......................................................................... 111
d. Refleksi............................................................................ 119
B. Analisis Komparatif Tingkat Keaktifan................................... 126
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN.............. 131
A. Kesimpulan.............................................................................. 131
B. Keterbatasan Penelitian.......................................................... 132
C. Saran....................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 133
LAMPIRAN .............................................................................................. ... 135
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 3 Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran……………………… 70
Tabel 4 Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran .......................…… 73
Tabel 5 Keadaan Kelas Selama Proses Pembelajaran……………….…… 75
Tabel 6 Aktivitas Guru Pada Siklus I……………………………….…..... 89
Tabel 7 Keterlibatan Siswa Pada Siklus I................................................... 91
Tabel 8 Pengamatan Terhadap Kelas pada Siklus I…………………..….. 93
Tabel 9 Kesan Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran pada Siklus I.… 96
Tabel 10 Refleksi Siswa pada Siklus I…………………………….….…... 98
Tabel 11 Aktivitas Guru pada Siklus II………………………….…….….. 113
Tabel 12 Keterlibatan Siswa pada Siklus II……………………….….…... 115
Tabel 13 Pengamatan Terhadap Kelas pada Siklus II.................................. 117
Tabel 14 Kesan Guru Terhadap Perangkat Pembelajaran pada Siklus II.... 120
Tabel 15 Refleksi Siswa pada Siklus II………………………………...… 122
Tabel 16 Indikator Keberhasilan Tingkat Keaktifan Belajar Siswa
dalam Proses Pembelajaran pada Siklus I dan SiklusII………... 127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas…………. 28
Gambar 2.2 Komponen-komponen Refleksi ………………………… 30
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1a Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
Lampiran 1b Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
Lampiran 2a Materi Pembelajaran Siklus I
Lampiran 2b Materi Pembelajaran Siklus II
Lampiran 3a Lembar Kerja Siswa Siklus I
Lampiran 3b Lembar Kerja Siswa Siklus II
Lampiran 4 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal)
Lampiran 4a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Observasi
Pendahuluan
Lampiran 4b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anekdotal) pada Siklus I
Lampiran 4c Lembar Obsevasi Kegiatan Guru (catatan anecdotal) pada Siklus II
Lampiran 5 Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal)
Lampiran 5a Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Observasi
Pendahuluan
Lampiran 5b Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Siklus I
Lampiran 5c Lembar Observasi Kegiatan Siswa (catatan anekdotal) pada Siklus II
Lampiran 6 Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal)
Lampiran 6a Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada Observasi
Pendahuluan
Lampiran 6b Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada Siklus I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
Lampiran 6c Lembar Observasi Kegiatan Kelas (catatan anekdotal) pada Siklus II
Lampiran 7 Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran
Lampiran 7a Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I
Lampiran 7b Lembar Obsevasi Kegiatan Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus II
Lampiran 8 Instrumen Pengamatan Kelas
Lampiran 8a Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus I
Lampiran 8b Instrumen Pengamatan Kelas pada Siklus II
Lampiran 9 Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa
Lampiran 9a Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
Observasi Pendahuluan
Lampiran 9b Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
Siklus I
Lampiran 9c Lembar Observasi Keaktifan dan Keterlibatan Belajar Siswa pada
Siklus II
Lampiran 10 Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok
Lampiran 10a Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada
Siklus I
Lampiran 10b Lembar Observasi Kegiatan Belajar Siswa dalam Kelompok pada
Siklus II
Lampiran 11 Instrumen Refleksi Guru
Lampiran 11a Instrumen Refleksi Guru pada Siklus I
Lampiran 11b Instrumen Refleksi Guru pada Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 12 Instrumen Refleksi Siswa
Lampiran 12a Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus I
Lampiran 12b Instrumen Refleksi Siswa pada Siklus II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya pendidikan adalah proses terjadinya interaksi antara guru
dan siswa. Dalam proses interaksi tersebut guru sebagai pendidik tidak hanya
mentransfer ilmu yang dia miliki kepada para siswanya, namun juga harus mampu
memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang materi yang diberikan kepada
siswanya. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara memberikan inovasi
yang lain dalam proses kegiatan belajar mengajarnya. Oleh sebab itu, guru harus
memikirkan dan membuat perencanaan dalam meningkatkan kesempatan belajar
bagi siswa. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar
terlibat secara aktif baik secara fisik, mental, intelektual, dan emosional. Aktivitas
siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, hingga saat ini
penerapan metode mengajar guru di kelas masih dirasa sangat monoton dan kurang
bervariasi. Banyak guru yang menerapkan teknik mengajar yang sama meskipun
materi pelajarannya berbeda. Guru sebagai pengajar umumnya menyampaikan
materi dari buku pelajaran kepada siswa. Umumnya guru kurang kreatif dan
pandai berinovasi dalam menciptakan suatu proses pembelajaran agar menjadi
proses yang menyenangkan. Padahal dengan proses pembelajaran yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
menyenangkan, maka diharapkan akan membuat siswa untuk terlibat aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
Paradigma lama dalam pembelajaran adalah guru memberikan
pengetahuan kepada siswa secara searah. Seorang guru memberikan pengetahuan
kepada siswa, sedangkan siswa hanya menerima pengetahuan dari gurunya. Jika
diandaikan, pengetahuan siswa dianggap seperti botol kosong dan guru akan
mengisi kekosongan botol tersebut. Berbeda dengan paradigma baru dimana
pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Siswa
membangun pengetahuan secara aktif dengan interaksi pribadi di antara para siswa
dan interaksi antar guru dan siswa.
Metode yang biasa dipakai oleh guru dalam mengajar yaitu metode
ceramah dan diskusi. Ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah,
ada kemungkinan siswa tidak mendengarkan, ngobrol dengan teman yang lain,
acuh tak acuh dengan penjelasan guru, mencari kesibukan lain, bahkan tidak
memperhatikan dikarenakan siswa merasa bosan. Sementara jika guru mengajar
dengan metode diskusi, sekilas di dalamnya siswa tampak terlibat aktif dalam
kelompok. Namun jika dilihat lebih mendalam mungkin akan tampak bahwa hanya
beberapa siswa yang aktif di dalam kelompok diskusi tersebut. Sementara
beberapa siswa terlibat aktif di dalam kelompok, ada juga beberapa siswa yang
tidak aktif terlibat mungkin karena malu mengemukakan pendapat, malu bertanya,
bahkan bosan sehingga lebih memilih untuk mencari kesibukan sendiri. Akibatnya,
siswa yang aktif akan dapat lebih mengerti dibandingkan dengan siswa yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
aktif. Dari uraian tersebut tampak bahwa metode ceramah dan diskusi kadang
kurang efektif dalam proses belajar mengajar sehingga akan berdampak negatif
pada kemauan siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran yang
nantinya juga memungkinkan akan berdampak pada prestasi belajar siswa.
Berdasarkan pengalaman yang telah dialami peneliti selama duduk di
bangku SMA, ketika guru mengajar dengan menerapkan metode ceramah, pada
awalnya siswa masih dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menyimak
penjelasan dari guru. Namun lama kelamaan siswa mulai kurang memperhatikan
materi yang diberikan oleh guru, ada yang ribut ngobrol dengan teman, ada yang
sibuk sendiri, intinya banyak siswa yang cenderung tidak merespon lagi
pembelajaran dari guru. Kemudian ketika guru mengajar dengan menerapkan
metode diskusi kurang lebih kondisinya sama dengan ketika guru menerapkan
metode ceramah. Sekilas siswa memang tampak aktif di dalam kelompoknya,
namun jika dilihat lebih dalam ternyata hanya beberapa siswa yang benar-benar
aktif sedangkan yang lain cenderung pasif. Siswa yang pasif kebanyakan hanya
menggantungkan diri pada jawaban teman yang aktif yaitu dengan menyalin
jawaban teman ke dalam lembar tugasnya. Dari kasus di atas menunjukkan bahwa
penerapan metode ceramah dan diskusi kurang begitu efektif dalam proses
pembelajaran sehingga hal ini menyebabkan kurangnya keaktifan siswa di dalam
proses pembelajaran. Maka dari itu, dengan menggunakan metode pembelajaran
tertentu dapat mendorong siswa untuk lebih antusias lagi dalam mengikuti
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Metode mengajar yang tepat hendaknya dapat dilakukan oleh semua pihak
khususnya yang terlibat dalam dunia pendidikan terutama guru atau guru sebagai
seorang pengajar. Metode mengajar yang tepat adalah yang dapat melibatkan
seluruh siswa di dalam kelas, baik secara individu maupun kelompok. Keterlibatan
siswa secara individual dalam pembelajaran akan dapat meningkatkan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik diri siswa. Sedangkan keterlibatan siswa di
dalam kelompok akan berhubungan dengan proses pemerolehan pengetahuan
melalui siswa dengan siswa yang lain atau siswa dengan guru.
Dalam kenyataannya sebenarnya ada berbagai model pembelajaran yang
dapat diterapkan dan dikembangkan, salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif. Sebenarnya inti dari model pembelajaran ini adalah mengajak siswa
untuk belajar dengan saling bekerja sama dalam kelompok kecil dengan
kemampuan yang bervariasi (tinggi, sedang, rendah). Bahkan tidak sebatas pada
kemampuan melainkan dapat diterapkan pada keberagaman anggota kelompok
baik itu jenis kelamin, suku, ras, agama, dan sebagainya. Sedangkan dalam
menyelesaikan tugas kelompok, maka setiap kelompok saling bekerja sama dalam
memahami suatu pelajaran. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada lima unsur
yang harus diterapkan yaitu: (1) saling ketergantungan positif; (2) tanggung jawab
perseorangan; (3) tatap muka; (4) komunikasi antar anggota; (5) evaluasi proses
kelompok.
Dalam metode kooperatif terdapat beberapa tipe pembelajaran yang
terkandung di dalamnya. Salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
jigsaw. Tipe ini dapat membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang
menyenangkan. Dalam metode ini para siswa tidak hanya berinteraksi dengan
sesama anggota kelompok tetapi juga berinteraksi dengan anggota kelompok yang
lain. Jika metode ini dapat diterapkan dengan baik, maka para siswa terdorong
untuk ikut terlibat dalam diskusi kelompok. Dengan kondisi pembelajaran seperti
ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti proses belajar mengajar,
meningkatkan keaktifan dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran guru-guru di SMA masih cenderung menerapkan
metode ceramah dan diskusi pada hampir di setiap pertemuan. Metode tersebut
dirasa kurang efektif dan bervariasi guna meningkatkan keaktifan belajar siswa.
Berdasarkan fenomena tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tindakan kelas yaitu “Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa Kelas X SMA Santa Maria
Pada Mata Pelajaran Ekonomi”.
B. Batasan Masalah
Dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif bisa dilihat dari
berbagai tipe, namun dalam penelitian ini hanya dimaksudkan untuk menerapkan
metode kooperatif tipe jigsaw dan menyelidiki pengaruhnya terhadap peningkatan
kaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Keaktifan merupakan suatu sikap
berani berpendapat, keberanian bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
kemampuan dalam mengerjakan lembar kerja atau tugas baik individu maupun
kelompok.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun rumusan
permasalahan yaitu: bagaimana peningkatan keaktifan belajar siswa dalam proses
pembelajaran dengan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada
pembelajaran ekonomi ?
D. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak peningkatan
keaktifan belajar siswa melalui penerapan metode kooperatif tipe jigsaw pada mata
pelajaran ekonomi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peserta didik
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi peserta didik untuk
meningkatkan keaktifan belajar dalam mata pelajaran Ekonomi.
2. Bagi peneliti
Sebagai calon seorang pendidik, penelitian ini sangat bermanfaat dalam
pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah ke dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pembelajaran di kelas yang sesuai dengan tujuan pendidikan saat ini yaitu
pembelajaran yang berpusat pada siswa.
3. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi program studi terutama
guru bidang studi dalam rangka mengefektifkan pendidikan dan pengelolaan
sumber-sumber belajar.
4. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya
berkaitan dengan terapan strategi pembelajaran dan aktivitas pengajaran di
lapangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses Belajar Mengajar
Belajar secara tradisional diartikan sebagai upaya menambah dan
mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengertian belajar yang lebih modern
diartikan sebagai setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil latihan dan pengalaman (Sumantri, 2001:13). Definisi yang kedua ini
memuat dua unsur penting dalam belajar yaitu, pertama belajar adalah perubahan
tingkah laku, dan kedua perubahan yang terjadi adalah terjadi karena latihan atau
pengalaman.
Sedangkan Winkel (1996:59) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan,
yang dapat menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap dimana perubahan yang dimaksud bersifat relative
konstan dan tetap melekat. Seperti halnya yang dikemukakan Hamalik (1983:21),
belajar yaitu suatu bentuk pertumbuhan/ perubahan di dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara- cara tingkah laku yang baru melalui pengalaman dan
latihan.
Menurut Syah (1995:237), proses belajar mengajar secara singkat dapat
disebut juga sebagai proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
kegiatan yang utuh terpadu antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar
dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar, dimana tekanan kegiatan
adalah pada siswa yang belajar. Di dalam kegiatan belajar mengajar terjadi suatu
hubungan antara guru dengan siswa yang bersifat suatu pengajaran. Suasana yang
bersifat pengajaran ini siswa melakukan suatu aktivitas belajar melalui interaksi
dengan kegiatan tahapan mangajar yang dilakukan oleh guru. Dalam proses belajar
mengajar, selain guru menggunakan suasana yang bersifat pengajaran, dianjurkan
memanfaatkan komunikasi banyak arah agar siswa dapat belajar secara aktif.
Artinya, selain siswa berkomunikasi dengan guru tetapi siswa juga berkomunikasi
dengan siswa yang lain.
Lain halnya dengan pendapat Burner (1984:9), proses belajar dibedakan
ke dalam tiga fase, yakni: (1) informasi, baik yang menambah atau memperluas
pengetahuan maupun yang bertentangan dengan yang telah kita ketahui
sebelumnya; (2) transformasi, pengubahan informasi dalam bentuk yang lebih
abstrak atau konsepstual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas; dan
(3) evaluasi yang berisi penilaian pengetahuan yang diperoleh dan apakah
transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.
Berdasarkan uraian diatas maka belajar yaitu suatu usaha dan latihan yang
dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan. Proses belajar diartikan sebagai tahap
perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik yang terjadi dalam diri siswa.
Sedangkan mengajar diartikan sebagai suatu usaha yang membantu memudahkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kegiatan belajar dimana dalam hal ini guru berinteraksi sedemikian rupa dengan
para siswa agar siswa terlibat dalam aktifitas belajar.
B. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (1995:2), pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran dimana para siswa dalam kelompok kecil untuk saling membantu
dalam mempelajari materi pelajaran. Sulihatin (2005:5), berpendapat bahwa pada
dasarnya cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur
kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih
dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota
kelompok itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu
struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota
kelompok.
Sedangkan menurut Lie (2002:12), sistem pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam
tugas-tugas yang terstruktur disebut sebagai sistem pembelajaran gotong royong
atau pembelajaran kooperatif dan dalam sistem ini guru bertindak sebagai
fasilitator. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi
dengan tujuan agar para siswa saling berbagi kemampuan, saling belajar berfikir
kritis, saling menyampaikan pendapat, saling memberi kesempatan menyalurkan
kemampuan, saling membantu belajar, saling menilai kemampuan dan peranan diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
sendiri maupun teman lain. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan siswa
semakin aktif dalam memperoleh dan mempelajari berbagai konsep atau teori,
pengetahuan, dan keterampilan dengan bekerja sama dengan siswa lainnya.
Heterogen merupakan salah satu ciri pengelompokan siswa dalam
pembelajaran kooperatif dimana dalam satu kelompok tersebut terdiri atas dua
sampai lima siswa yang mempunyai tingkat kemampuan berbeda, jenis kelamin
berbeda, bahkan jika dimungkinkan berasal dari suku yang berbeda pula. Menurut
Roger dan Johnson tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative
learning. Lima unsur pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan untuk
mencapai hasil yang maksimal yaitu (Lie, 2002:32) :
1. Saling Ketergantungan Positif Keberhasilan suatu karya sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri. Dalam metode Jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini berkumpul dan bertukar informasi yang kemudian pengajar mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.
2. Tanggung Jawab Perseorangan Unsur ini merupakan akibat langsung sari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran cooperative learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajaran yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilakukan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan mudah dan jelas. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya.
3. Tatap Muka Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerjasama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing. Setiap anggota mempunyai perbedaan-perbedaan. Perbedaan ini akan menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya antar anggota kelompok.
4. Komunikasi Antar Anggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ketrampilan berkomnikasi dalam kelompok ini juga merupakan proses panjang. Pembelajar tidak bisa diharapkan langsung menjadi komunikator yang andal dalam waktu sekejap. Namun, proses ini merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan emosional para siswa.
5. Evaluasi Proses Kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama secara lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.
Jadi pada dasarnya pembelajaran kooperatif menuntut siswa untuk belajar
bersama-sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen untuk menyelesaikan
tugas atau masalah kelompok. Di dalamnya anggota kelompok saling bekerja sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
dan saling membantu untuk memahami pelajaran dan keberhasilan individu
diorientasikan dalam keberhasilan kelompok.
C. Tipe-Tipe Pembelajaran Kooperatif
Terdapat lima tipe dari pembelajaran kooperatif (Slavin, 1995:4-8) yang
diantaranya adalah:
1. Student Teams Achievement Divisions (STAD) Dalam model STAD, siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap anggotanya terdiri dari 4 – 5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja kedalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menuntaskan pelajaran tersebut. Pada akhirnya semua siswa diberi kuis individual tentang bahan ajar tersebut dan siswa yang bersangkutan memperoleh skor secara individual.
2. Teams Games Tournaments ( TGT) Model TGT hampir sama dengan STAD. Siswa dikelompokkan secara heterogen, setiap kelompok terdiri 4 -5 orang. Guru memulai dengan mempresentasikan sebuah pelajaran kemudian siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok menuntaskan pelajaran tersebut. Namun kuis dalam STAD diganti dengan turnamen. Dalam turnamen ini siswa bertanding dengan anggota kelompok lain yang mempunyai kemampuan serupa. Dari turnamen inilah tiap anggota akan mendapat skor yang akan disumbangkan pada kelompoknya. Kemudian skor-skor ini akan dirata-rata untuk menentukan skor kelompok. Skor kelompok yang diperoleh akan menentukan penghargaan kelompok.
3. Jigsaw Pada model ini siswa juga dibagi dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Masing-masing anggota kelompok diberikan tugas untuk mempelajari topik tertentu dari materi yang diajarkan. Mereka bertugas menjadi ahli pada topik yang menjadi bagiannya. Pada model jigsaw, setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang menjadi ahli pada topik yang sama. Mereka mendiskusikan topik yang menjadi bagiannya. Pada tahap tersebut para ahli dibebaskan mengemukakan pendapatnya, saling bertanya dan berdiskusi untuk menguasai bahan pelajaran. Setelah menguasai materi yang menjadi bagiannya, para ahli tersebut kembali ke dalam kelompoknya masing-masing. Mereka bertugas mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman sekelompoknya. Kegiatan terakhir dari model Jigsaw adalah pemberian kuis atau penilaian untuk seluruh topik. Penilaian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
penghargaan kelompok didasarkan pada peningkatan nilai individu sama seperti STAD.
4. Teams Accelerate Instruction (TAI) Dalam model TAI guru mempresentasikan materi pelajaran secara individu atau kelompok kecil siswa yang mempunyai unit tahap yang sama. Siswa ditempatkan sesuai dengan kecepatan kemampuan belajarnya sehingga siswa yang satu dengan siswa yang lain, unit yang ditempuhnya berbeda. Siswa bekerja dalam kelompok mereka dengan unit yang berbeda. Siswa harus menyelesaikan setiap unit mereka masing-masing. Setiap akan berpindah unit, maka harus mendapat persetujuan dari teman satu kelompoknya. Dengan demikian, siswa dalam kelompok mempunyai tanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya sebelum mengambil kuis dalam unit tersebut. Tes untuk akhir dilakukan tanpa bantuan dari teman satu kelompok. Unit-unit yang terkumpul dari masing-masing anggota kelompok dijumlah dan jumlah dari unit setiap kelompok yang memenuhi criteria mendapat sertifikat atau penghargaan.
5. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Model CIRC merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang khusus diterapkan pada pembelajaran membaca dan menulis di sekolah. Dalam model CIRC, siswa dibagi dalam kelompok berdasarkan tingkat kecepatan membacanya. Dalam kelompok tersebut, mereka saling bertukar informasi mengenai bacaan yang mereka baca, memprediksi bagaimana akhir dari suatu cerita naratif, menuliskan respon mengenai bacaan dan sebagainya. Melalui belajar kelompok siswa juga dilatih untuk mencari ide utama bacaan yang mereka baca.
D. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Teknik menajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et.al (Lie, 2002:69)
sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisaa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu
pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, matematika, agama, dan bahasa.
Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. Dalam teknik ini, guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu
siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Selain itu, siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap
pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya
mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan
mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari
tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli)
saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan
kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk
menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka
pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada
anggota kelompok asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran,
siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.
Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim
yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat
mengerjakan kuis dengan baik.
Ada delapan langkah dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw (Lie, 2002:69), yaitu:
1. Pengajar membagi bahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian. 2. Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu. Pengajar bisa menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang siswa ketahui mengenai topik tersebut. Kegiatan brainstorming ini dimaksudkan untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi bahan pelajaran yang baru.
3. Siswa dibagi dalam kelompok berempat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
4. Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian yang kedua. Demikian seterusnya.
5. Siswa disuruh membaca atau mengerjakan bagian mereka masing-masing. 6. Siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca atau dikerjakan masing-
masing. Dalam kegiatan ini, siswa bisa saling melengkapi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
7. Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut.
8. Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topik dalam bahan pelajaran hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau dengan seluruh kelas.
Kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw:
1. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi posistif diantara siswa yang
memiliki kemampuan belajar berbeda
2. Menerapkan bimbingan sesama teman
3. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
4. Memperbaiki kehadiran
5. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
6. Sikap apatis berkurang
7. Pemahaman materi lebih mendalam
8. Meningkatkan motivasi belajar
Kelemahan metode kooperatif jigsaw
1. Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan ketrampilan-
ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan
kelompok akan macet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
2. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada
anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif
dalam diskusi
3. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan ruang belum
terkondisi dengan baik , sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga
menimbulkan gaduh.
Variasi dalam metode ini yaitu sebagai berikut: jika tugas yang dikerjakan
cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan
siswa yang lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka
bekerja sama mempelajari atau mengerjakan bagian tersebut. Kemudian, masing-
masing siswa kembali ke kelompoknya sendiri dan membagikan apa yang telah
dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya.
E. Keaktifan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997:17) aktivitas diartikan
sebagai keaktifan, kegiatan, kesibukan. Kata aktivitas berasal dari bahasa Inggris
dari kata activity yang berarti kegiatan (Budiono, 1998:13). Sedangkan dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer disebut aktivitas berasal dari kata
kerja yang berarti giat, rajin, selalu berusaha, bekerja atau belajar dengan sungguh-
sungguh supaya mendapat prestasi yang gemilang. Aktivitas peserta didik dalam
menjalani proses belajar mengajar adalah salah satu kunci keberhasilan pencapaian
peranan pendidikan. Aktivitas merupakan asas penting dalam asas didaktik karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
belajar sendiri merupakan suatu kegiatan dan tanpa adanya kegiatan tidak mungkin
seseorang belajar. Aktivitas sendiri tidak hanya aktivitas fisik saja tetapi juga
aktivitas psikis. Aktivitas fisik adalah peserta didik giat-aktif dengan anggota
badan, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan
mendengarkan, melihat hanya pasif. Sedangkan aktivitas psikis adalah peserta
didik yang daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi
dalam rangka pengajaran (Ahmad Rohani, 2004:6).
Dalam konsep belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi
yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan
pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya. Sedangkan
mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat memperoleh
pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan belajar. Menurut
Piaget (Pardjono, 2001:2006), ada 4 prinsip belajar aktif, yaitu: (1) siswa harus
membangun pengetahuannya sendiri, sehingga bermakna, (2) cara belajar yang
paling baik adalah jika mereka aktif dan berinteraksi dengan objek yang konkrit,
(3) belajar harus berpusat pada siswa dan bersifat pribadi. Jadi dalam proses
belajar mengajar, siswalah yang harus membangun pengetahuannya sendiri.
Sedangkan guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan
mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa (peserta didik)
harus mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar
harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dalam proses pembelajaran harus terjadi saling kerjasama dan interaksi antar
berbagai komponen yang terbaik. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada
aktivitas sejati, dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan
yang dia pelajari. Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan
pemahaman dan ketrampilan serta perilaku lainnya, termasuk sikap dan nilai.
Beberapa aktivitas siswa pendidikan saat ini menghendaki peranan aktivitas siswa
dalam kegiatan interaksi dalam pembelajaran. Hal ini tidak berarti guru pasif atau
tidak aktif dalam pembelajaran berlangsung, tetapi guru berperan sebagai
pembimbing dan fasilitator agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif belajar.
Herman Handoyo (Rias, 1988:121-123) mengklasifikasikan aktivitas
belajar atau yang menurutnya disebut aktivitas intelektual siswa, seperti pada
uraian di bawah :
1. Menguji. Pada waktu guru memberikan materi, guru hendaknya melibatkan intelektual siswa yaitu dengan menguji dan eksplorasi situasi. Maksud dari kegiatan ini adalah untuk mengabstraksi dan menemukan. Mengabstraksi berarti mengidentifikasi esensi dari bentuk atau struktur dari hal yang diketahui sedangkan menemukan berarti menghasilkan sesuatu yang dianggap baru dengan menggunakan imajinasi, pikiran atau eksperimen.
2. Mengungkapkan. Aktivitas ini mengharapkan siswa dapat menghasilkan kata, kalimat, bagan atau tabel dengan menggunakan simbol yang sesuai dengan situasi masalahnya. Ini merupakan proses belajar untuk mengkonstruksi model-model dari situasi masalah yang dihadapi.
3. Membuktikan. Apabila siswa sudah berhasil merumuskan sesuatu, mereka perlu membuktikan berdasarkan argument atau alasan yang terstruktur.
4. Mengaplikasikan masalah. Konsep dan prosedur yang telah diketahui perlu diaplikasikan ke situasi baru. Dalam mengaplikasikan mungkin siswa harus dapat mengabstraksikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
5. Menyelesaikan masalah. Dari suatu masalah komplek yang dihadapai namun belum pernah diselesaikan, seorang siswa harus menyelesaikan dengan konsep atau teorema serta prosedur yang telah dikuasai.
6. Mengkomunikasikan. Aktivitas ini berupa pertukaran informasi diantara siswa, masing – masing dengan menggunakan simbol yang sama. Para siswa harus mendapat kesempatan untuk menyatakan gagasan secara verbal dan tertulis, mengkomprehensikan dan menginterpretasikan gagasan – gagasan yang nyatakan siswa lain.
Klasifikasi aktivitas belajar dari Herman Hudoyo di atas menunjukkan
bahwa aktivitas dalam pembelajaran cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas
disini tidak hanya terbatas pada aktivitas jasmani saja yang dapat secara langsung
diamati tetapi juga meliputi aktivitas rohani.
Dalam belajar sangat diperlukan adanya suatu aktivitas, sebab pada
prinsipnya belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku menjadi
kegiatan. Tidak akan ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya
aktivitas merupakan prinsip atau dasar yang sangat penting dalam interaksi belajar
mengajar. Aktivitas tersebut tidak hanya dilakukan di dalam kelas saja oleh siswa,
tetapi juga harus dilakukan di luar kelas, kapanpun, dimanapun agar mendapat
prestasi yang baik. Bisaa melakukan, seperti halnya aktif mengerjakan tugas-tugas
yang diberikan oleh guru, rajin belajar setiap waktu tanpa ada harus menunggu
disuruh, rajin membaca buku-buku yang berkaitan dengan materi yang
disampaikan oleh guru, rajin mencoba mengerjakan soal-soal yang terdapat di
dalam buku, dan juga melakukan aktivitas lainnya untuk meningkatkan prestasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Kecenderungan dewasa ini menganggap bahwa anak adalah makhluk yang
aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain, belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif sendiri. Bruner (Erizal Gani,2003)
mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang terjadi secara bertahap
(episode). Episode tersebut terdiri dari informasi, transformasi, dan evaluasi.
Informasi menyangkut materi yang akan diajarkan, transformasi berkenaan dengan
proses memindahkan materi, dan evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan
untuk melihat sejauh mana keberhasilan proses yang telah dilakukan oleh
pembelajar dan pengajar.
Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap orang yang belajar harus aktif
sendiri, tanpa adanya aktivitas, maka proses belajar tidak mungkin terjadi. Jadi
jelas bahwa dalam kegiatan belajar, siswa yang sebagai subyek haruslah aktif
berbuat. Dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas,
tanpa aktvitas, belajar tidak akan mungkin berlangsung dengan baik.
Ada beberapa hal untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam proses
pembelajaran, meliputi beberapa hal :
1. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat.
2. Interaksi siswa dalam kelompok kooperatif.
3. Keberanian siswa dalam bertanya.
4. Kemampuan siswa dalam mengerjakan lembar kerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
5. Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan.
Sejalan dengan hal di atas, menurut Sriyono (Http://learning-
withme.blogspot.com/2006/09/pembelajaran.html) aktivitas adalah segala kegiatan
yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk
belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama
proses belajar mengajar. Kegiatan-kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang
mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat,
mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerja sama
dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Aktifnya
siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya
keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan
apabila ditemukan ciri-ciri perilaku seperti: sering bertanya kepada guru atau siswa
lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab
pertanyaan, senang diberi tugas belajar, dan lain sebagainya. Semua ciri perilaku
tersebut pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi yaitu segi proses dan dari segi
hasil.
F. Mata Pelajaran Ekonomi
Menurut Fajar (2002:128), ekonomi merupakan mata pelajaran yang
mengkaji tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
hidupnya yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada
melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi. Ruang lingkup
mata pelajaran ekonomi dimulai dari masalah-masalah ekonomi yang terjadi dalam
kehidupan. Adapun ruang lingkupnya adalah perilaku ekonomi dan kesejahteraan,
mencakup aspek-aspek ekonomi, ketergantungan, spesialisasi dan pembagian
kerja, perkoperasian, kewirausahaan dan pengelolaan keuangan perusahaan.
Sedangkan menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan, ekonomi merupakan
ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
yang bervariasi dan berkembang dengan sumberdaya yang ada melalui pilihan-
pilihan kegiatan produksi, distribusi, dan konsumsi.
G. Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan terjemahan dari classroom
action research (CAR), yaitu suatu action research yang dilakukan di kelas. Ada
tiga kata yang membentuk pengertian tersebut, maka ada tiga pengertian yang
dapat diterangkan (Arikunto, 2006:3) :
1. Penelitian Penelitian berhubungan dengan suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan Tindakan berhubungan dengan sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Pengertian ruang kelas tidak terikat hanya pada ruang kelas, tetapi mengandung pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud dengan istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.
Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata ini yaitu (1)
penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, dapat disimpulkan bahwa penelitian
tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama.
Sedangkan menurut Wibawa (Susento, 2007:1), PTK adalah kajian yang
dilakukan secara sistematis dan reflektif terhadap berbagai tindakan yang
dilakukan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, yang bertujuan untuk
memperbaiki kualitas pembelajaran. Sejalan dengan itu, Kemmis dan McTaggart
(Wibawa, 2003) berpendapat bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk
refleksi diri secara kolektif dan dilakukan oleh anggota-anggota komunitas dalam
situasi social untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan praktek-praktek sosial.
Sementara itu menurut Rustam (2004:1), PTK merupakan sebuah
penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,
melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat. Gwynn Mettetal (2001:7) juga menyebutkan classroom
action research is a method of finding out what works best in your own classroom
so that you can improve student learning.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Menurut Wibawa (Susento,2007:3), pelaksanaan PTK oleh guru akan
meningkatkan mutu hasil pengajaran, mengembangkan ketrampilan guru,
meningkatkan relevansi dan efisiensi pengelolaan pembelajaran, dan
menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru. Dalam website PPPG Tertulis
Bandung menjelaskan manfaat PTK sebagai berikut:
1. Inovasi pembelajaran Dalam inovasi pembelajaran guru perlu selalu mencoba untuk mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajarnya agar mampu melahirkan model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dalam konteks ini, guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda dari tahun ke tahun. Oleh sebab itu, jika guru melakukan PTK dari kelasnya sendiri, dan berangkat dari persoalannya sendiri, kemudian menghasilkan solusi terhadap persoalan tersebut, maka secara tidak langsung telah terlibat dalam proses inovasi pembelajaran.
2. Pengembangan kurikulum di sekolah dan di kelas Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas, PTK akan sangat bermanfaat sebagai salah satu sumber masukan. Hal ini terjadi karena proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak netral. Sebaliknya proses tersebut akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakikat tersebut secara empiric, dan bukan sekedar pemahaman yang bersifat teoritik.
3. Peningkatan profesionalisme guru Guru yang profesional, tidak akan merasa enggan melakukan berbagai perubahan dalam praktik pembelajaran sesuai dengan kondisi kelasnya. PTK merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh guru untuk memahami apa yang terjadi di kelas, dan kemudian meningkatkannya menuju kearah perbaikan-perbaikan secara profesional. Guru yang profesional perlu melihat dan menilai sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat unjuk kerjanya sendiri, kemudian merefleksikan , dan lalu memperbaiki, guru pada akhirnya akan mendapat otonomi secara profesional.
Di dalam PTK, ada beberapa tahap perencanaan yang terdiri atas
mengidentifikasi masalah, menganalisis dan merumuskan masalah, serta
merencanakan perbaikan (Rustam, 2004:4)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
1. Mengidentifikasi dan menetapkan masalah Selama mengajar kemungkinan guru menemukan berbagai masalah baik yang bersifat pengelolaan kelas maupun instruksional. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, maka seorang guru dituntut jujur pada diri sendiri melihat pembelajaran yang dikelolanya. Setelah mengetahui permasalahan, selanjutnya melakukan analisis dan merumuskan masalah agar dapat dilakukan tindakan.
2. Menganalisis dan merumuskan masalah Jika masalah sudah ditetapkan, maka masalah itu perlu dianalisis dan dirumuskan. Tujuannya adalah agar paham akan hakikat masalah yang dihadapi.
3. Merencanakan tindakan perbaikan Berdasarkan rumusan masalah, guru mencoba mencari cara untuk memperbaiki atau mengatasi masalah tersebut. Dalam langkah ini guru merancang tindakan perbaikan, rencana tindakan perbaikan dituangkan dalam rencana pembelajaran.
Dalam pelaksanaan PTK terdapat beberapa siklus di dalamnya, tiap-tiap
siklus terdiri dari empat langkah sebagai berikut (Susento, 2007:4)
a. Perencanaan Merumuskan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan perubahan yang diinginkan.
b. Tindakan Melaksanakan tindakan tersebut dalam proses pembelajaran.
c. Observasi Mengamati hasil tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa
d. Refleksi Mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil tindakan dari pelbagai kriteria.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 2.1
Proses Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan Gambar 2.1 :
1. Perencanaan tindakan
Perencanaan tindakan hendaknya memanfaatkan secara optimal
teori-teori yang relevan dan pengalaman-pengalaman yang telah
diperoleh dari masa lalu dalam kegiatan pembelajaran/penelitian
yang sebidang. Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk diterapkan di dalam
kelas.
Pelaksanaan Tindakan
Observasi
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Pelaksanaan Tindakan
Observa
Refleksi
Perencanaan Tindakan
Siklus 1
Siklus ke-n
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
2. Pelaksanaan tindakan
Jika perencanaan telah selesai dilakukan, maka skenario tindakan
dapat dilaksanakan dalam situasi pembelajaran yang aktual
menggunakan metode jigsaw sesuai dengan rencana yang telah
disusun. Untuk menjamin mutu kegiatan pembelajaran, guru atau
tim peneliti dapat memodifikasi tindakan walaupun implementasi
sedang dalam proses, tetapi jika tidak terlalu mendesak perubahan
dapat dilakukan setelah satu siklus selesai.
3. Observasi
Pada saat pelaksanaan tindakan, kegiatan observasi dilakukan
secara bersamaan. Secara umum, kegiatan observasi dilakukan
untuk merekam proses yang terjadi selama pembelajaran
berlangsung. Mengingat kegiatan observasi menyatu dalam
pelaksanaan tindakan, maka perlu dikembangkan sistem dan
prosedur observasi yang mudah dilakukan. Dalam hal ini peneliti
mengobservasi guru, siswa, dan kelas. Adapun salah satu bentuk
observasi yang digunakan adalah catatan anekdotal. Suatu
observasi anekdotal yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pengamatan harus mengamati keseluruhan sekuensi peristiwa
yang terjadi di dalam kelas
b. Tujuan, batas waktu dan rambu-rambu pengamatan jelas
c. Hasil pengamatan dicatat dengan lengkap dan hati-hati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
d. Pengamatan harus dilakukan secara obyektif
4. Refleksi
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi
yang diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Refleksi merupakan
bagian yang amat penting untuk memahami dan memberikan
makna terhadap proses dan hasil (perubahan) yang terjadi sebagai
akibat adanya tindakan (intervensi) yang dilakukan. Komponen-
komponen refleksi dapat digambarkan pada Gambar 2.2 berikut
ini:
Gambar 2.2
Komponen-komponen Refleksi
Keterangan Gambar 2.2 :
Penyimpulan
Pemaknaanan
Penjelasan Tindak Lanjut
Analisis
Siklus Berikutnya
Pemanfaatan
Pemantapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Pada dasarnya refleksi merupakan kegiatan analisis-sintesis,
interpretasi, dan eksplanasi (penjelasan) terhadap semua informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan. Informasi yang terkumpul perlu diurai,
dicari kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya, dibandingkan dengan
pengalaman sebelumnya, dikaitkan dengan teori tertentu atau hasil penelitian
yang relevan. Melalui proses refleksi yang mendalam dapat ditarik
kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang amat
penting untuk memahami dan memberikan makna terhadap proses dan hasil
(perubahan) yang terjadi sebagai akibat adanya tindakan (intervensi) yang
dilakukan. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan langkah selanjutnya
dalam upaya untuk menghasilkan perbaikan. Bila hasil perbaikan yang
diharapkan belum tercapai pada siklus 1, maka tindakan perlu dilanjutkan
pada siklus 2, demikian seterusnya hingga siklus yang ketiga. Pada siklus
selanjutnya perlu dilakukan perencanaan kembali. Siklus tersebut merupakan
kesatuan dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan
interpretasi, analisis dan evaluasi, serta refleksi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas, yaitu penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian
dengan tindakan substantif yaitu suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin
inkuiri, atau usaha seseorang untuk memahami apa yang terjadi, sambil terlibat
dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan (Hopkins, 1993 :44). Penelitian ini
merupakan salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan
nyata dan proses pengembangan, kemampuan dalam mendeteksi dan
memecahkan masalah.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA Santa Maria, Jalan Ireda No. 19 A Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan bulan Januari 2009.
C. Subyek dan Obyek Penelitian
A. Subyek penelitian
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
B. Obyek penelitian
Obyek penelitiannya adalah pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan
menerapkan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
D. Prosedur Penelitian
Sebelum mengadakan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengawali
dengan kegiatan pra-penelitian. Kegiatan ini dilakukan terhadap pembelajaran di
kelas sebelum menggunakan metode jigsaw. Kegiatan yang dilakukan yaitu
mengadakan observasi terhadap situasi awal di dalam kelas yang mencakup
observasi kegiatan guru, observasi kelas, dan observasi terhadap siswa. Selain
dengan observasi, guna mendukung data yang diperoleh peneliti juga
mengadakan wawancara terhadap guru dan siswa. Setelah mengadakan kegiatan
pra-penelitian, peneliti mengadakan penelitian di dalam kelas setelah
menggunakan metode jigsaw.
Penelitian ini direncanakan berlangsung dalam dua siklus. Masing-masing
siklus terdiri dari empat langkah :
1. Perencanaan, merumuskan masalah, menentukan tujuan, dan metode
penelitian serta membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa.
2. Tindakan, yaitu pelaksanaan rencana tindakan sebagai upaya meningkatkan
keaktifan siswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3. Observasi, yaitu pengamatan atas hasil atau dampak pelaksanaan tindakan.
4. Refleksi, yaitu analisis, pemaknaan dan penyimpulan hasil observasi terhadap
kegiatan belajar mengajar dalam upaya untuk meningkatkan keaktifan siswa.
Secara operasional, penelitian tindakan kelas yang diterapkan dalam
penelitian ini diuraikan sebagai berikut :
a. Siklus pertama.
Kegiatan dalam siklus pertama dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan atau
tatap muka di kelas. Kegiatan yang dilakukan meliputi :
1) Perencanaan
Pada tahap ini, dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, yang meliputi:
a) Peneliti dan guru menggali data awal karakteristik siswa untuk
memetakan para siswa berdasarkan kemampuannya dan membagi
siswa secara heterogen menjadi kelompok-kelompok yang
beranggotakan 4-5 orang. Beberapa perangkat yang disiapkan dalam
tahap ini adalah: rencana pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan materi presentasi.
b) Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi :
(1) Lembar observasi guru dalam proses pembelajaran.
(2) Lembar observasi kegiatan guru di kelas
(3) Instrumen pengamatan kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
(4) Lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.
(5) Instrumen refleksi.
2) Tindakan
Pada tahap ini, dilaksanakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw sesuai dengan rencana tindakan, kegiatan yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
a) Guru bidang studi ekonomi bertindak sebagai guru yang membimbing
dan mengarahkan siswa.
b) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana masing-masing
kelompok terdiri dari 4-6 anggota/siswa yang memiliki karakteristik
yang heterogen.
c) Setiap kelompok mendapatkan topik dari materi yang akan dibahas
dalam bentuk teks.
d) Setiap siswa dalam anggota kelompok bertanggung jawab untuk
mempelajari suatu bagian dari topik tersebut dan mereka menjadi ahli
pada topik yang menjadi bagiannya.
e) Setiap siswa dipertemukan dengan siswa dari kelompok lain yang
menjadi ahli pada bagian topik yang sama dan mereka mendiskusikan
topik yang menjadi bagiannya tersebut dalam batas waktu tertentu.
f) Setelah setiap kelompok ahli selesai berdiskusi dan sudah menguasai
materi secara individu tentang bagian yang mereka diskusikan, mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
kembali ke kelompok asalnya dan kemudian memaparkan atau
mengajarkan topik tersebut kepada teman-teman yang lainnya.
g) Kelompok ahli mempresentasikan hasil diskusi.
h) Guru bersama dengan siswa menarik kesimpulan dari seluruh
rangkaian pembelajaran
3) Observasi
Tahap ini, dilaksanakan bersamaan dengan tahap tindakan. Di dalam
tahap ini peneliti mengadakan pengamatan atas dampak dan hasil dari
pelaksanaan tindakan, yaitu keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa tampak dari keberanian mengemukakan pendapat,
bertanya dan menjawab pertanyaan, partisipasi siswa dalam kelompok,
dan kemampuan mengerjakan lembar kerja yang diberikan. Pengamatan
juga direkam dengan menggunakan video camcorder .
4) Refleksi
Pada tahap ini dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan penyimpulan hasil
observasi terhadap hasil prestasi belajar siswa. Ada dua macam refleksi
yang dilakukan, yaitu :
a) Refleksi segera setelah suatu pertemuan berakhir, digunakan untuk
mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan
pemecahannya untuk perbaikan dalam pertemuan berikutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
b) Refleksi pada akhir siklus pertama, digunakan untuk mengetahui
apakah target yang ditetapkan sesuai dengan indikator keberhasilan
tindakan telah tercapai. Secara teknis, peneliti melakukan self-reflection
dahulu terkait dengan keterampilan kooperatif siswa dalam kegiatan
masing- masing fase, kemudian dilakukan refleksi dan diskusi bersama
guru untuk penyempurnaan tindakan dalam siklus kedua.
b. Siklus kedua
Tahap-tahap dan kegiatan-kegiatan pada siklus kedua pada dasarnya sama
dengan siklus pertama, hanya yang membedakan adalah tindakannya. Pada
siklus kedua ini tindakan ditentukan berdasarkan hasil refleksi siklus pertama.
E. Instrumen Penelitian
Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Perencanaan
Dalam tahap ini dilakukan penyusunan rencana tindakan berupa penyiapan
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan menggunakan :
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.
Dalam RPP ini guru dan peneliti menetapkan langkah-langkah apa saja
yang akan dilakukan dalam pembelajaran, serta kegiatan-kegiatan apa saja
yang harus dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan
perbaikan yang direncanakan. Hal-hal yang terkandung di dalam RPP
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
yaitu standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator keberhasilan,
tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, dan strategi/
prosedur pembelajaran.
b. Grouping
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini, siswa
dibagi dalam beberapa kelompok yang terdiri atas 4-5 orang. Adapun
pembagian kelompok di sini telah ditentukan terlebih dahulu oleh guru
mitra sebagai pihak yang lebih mengerti tentang siswa yang heterogen.
2. Tindakan
Tindakan ini merupakan implementasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
yang telah direncanakan. Instrumen yang dibutuhkan dalam mengukur tingkat
keaktifan siswa dipilah menjadi tiga bagian, yaitu secara menyeluruh (kelas),
kelompok, dan secara individu. Dalam mengukur keaktifan kelas digunakan
lembar observasi keaktifan dan keterlibatan belajar siswa, sedangkan untuk
mengukur keaktifan siswa di dalam kelompok instrumen yang diperlukan
yaitu lembar observasi kegiatan belajar siswa dalam kelompok.
3. Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti dan sistematis (Arikunto, 1998:139). Pengumpulan data melalui
observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang dijadikan sampel
untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan belajar siswa di kelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini mengacu pada Bergerman,
1992 dan Tantra (2006:15) yang mengacu pada tiga kelompok yaitu:
instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrumen untuk
mengobservasi kelas (observing classroom), dan instrumen untuk
mengobservasi perilaku siswa (observing student).
a. Observasi pendahuluan
1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses
belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal
(lampiran 4). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat
lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran.
2) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan kelas dalam proses
belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal
(lampiran 6). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat
lebih spesifik mengenai aktivitas yang terjadi di kelas selama
pembelajaran.
3) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas siswa dalam proses
belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal
(lampiran 5) dan lembar observasi keaktifan dan keterlibatan siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
(lampiran 9). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang
bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.
b. Observasi saat PTK dilaksanakan
1) Instrumen untuk mengobservasi guru (observing teacher)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap kegiatan guru dalam proses
belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal
(lampiran 4) dan dalam bentuk lembar observasi kegiatan guru
(lampiran 7). Catatan anekdotal berisi tentang jabaran yang bersifat
lebih spesifik mengenai aktivitas yang dilakukan oleh guru selama
pembelajaran.
2) Instrumen untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).
Dalam penelitian ini, observasi terhadap perilaku siswa dilakukan
peneliti dengan membuat lembar observasi kegiatan siswa (lampiran
9) untuk mengetahui tingkat keaktifan dan keterlibatan siswa selama
proses belajar mengajar. Di samping itu, peneliti juga membuat
catatan anekdotal (lampiran 5). Catatan anekdotal di sini berisi tentang
jabaran yang bersifat lebih spesifik tentang aktivitas siswa selama
pembelajaran.
3) Instrumen untuk mengobservasi kelas (observing classroom)
Dalam penelitian ini, observasi terhadap aktivitas kelas dalam proses
belajar mengajar dilakukan peneliti dengan membuat catatan anekdotal
(lampiran 6) dan dalam bentuk instrumen pengamatan kelas (lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
8). Catatan anekdotal di sini berisi tentang jabaran yang bersifat lebih
spesifik tentang aktivitas siswa selama pembelajaran.
4. Refleksi
Dalam tahap ini, dilaksanakan analisis, pemaknaan, dan pembuatan
kesimpulan hasil observasi. Instrumen yang diperlukan adalah lembar refleksi
guru (lampiran 11) dan lembar refleksi siswa (lampiran 12)
F. Pengumpulan dan Analisis Data
1. Pengumpulan Data
Data dalam penelitian bersumber dari interaksi guru dan siswa dalam
pembelajaran dan berupa data tindakan belajar atau perilaku belajar yang
dihasilkan dari tindakan yang mengajar. Pengumpulan data dilakukan
dengan:
1) Wawancara
Wawancara digunakan untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas
dilihat dari sudut pandang yang lain (Hopkins, 1993:125). Teknik ini
diginakan untuk mendapatkan data berkaitan dengan aktivitas belajar
siswa serta pandangan dari guru dan siswa terhadap metode jigsaw yang
diterapkan dalam pembelajaran ekonomi.
2) Observasi
Suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara
teliti dan sistematis (Suharsimi Arikunto, 1998:28). Pengumpulan data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
melalui observasi dilakukan sendiri oleh peneliti pada kelas yang
dijadikan sampel untuk mendapatkan gambaran secara langsung kegiatan
belajar siswa dikelas.
3) Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang perencanaan
pembelajaran ekonomi. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data
mengenai jumlah siswa dan latar belakang siswa sebagai dasar
menentukan jumlah kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.
Selanjutnya, audio-visual digunakan untuk mendukung 3 teknik terdahulu
dan penguat hasil penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif dan komparatif untuk
mengetahui perkembangan keaktifan siswa di dalam proses pembelajaran.
a) Analisis Deskriptif
Data hasil observasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
yaitu dengan pemaparan (deskripsi) data/informasi tentang suatu gejala
yang diamati dalam proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, dan tingkat keberhasilan dari metode kooperatif tipe jigsaw
sebagaimana adanya dalam bentuk paparan naratif maupun tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
b) Analisis Komparatif
Analisis komparatif dilakukan untuk melihat perkembangan keaktifan
belajar siswa dari waktu ke waktu khususnya pada masa pra penelitian,
siklus pertama, dan siklus kedua.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. SEJARAH SMA SANTA MARIA
SMA Santa Maria Yogyakarta merupakan salah satu sekolah di bawah
naungan Yayasan Marsudirini. Sekolah bertaman asri ini berlokasi di tengah
kampung, persisnya di Jalan Ireda 19A. Sebelum menempati gedung ini,
SMA Santa Maria berlokasi di Jalan Brigjen. Katamso 2 sekompleks
dengan TK, SD dan SMP. Sekolah khusus putri ini mempunyai visi
memadukan humaniora, intelektual dan nilai-nilai kepribadian untuk
menumbuhkembangkan potensi putri-putrinya menjadi manusia yang utuh
siap memasuki perguruan tinggi maupun berkarya dalam hidup
bermasyarakat. Sejak berdiri pada 16 Januari 1967 yang saat itu dipimpin
oleh H.J. Sunarjo Hadiwiyoto, SMA Santa Maria dilaksanakan pada sore hari,
mulai 1 Januari 1970 SMA Santa Maria masuk pagi dan dipimpin oleh Dra.
Sr. M. Leonarda OSF dan menyandang status disamakan pada 20 Januari
1990. Sedangkan Nilai Akreditasi yang baru saja diterima dari badan
Akreditasi Sekolah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu :
PERINGKAT AKREDITASI : A
NILAI AKREDITASI : 90,13
NOMOR : 9.1./BAS-DIY/III/2005 Tanggal 9 Maret 2005
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45