31
MAKALAH PERILAKU “APLIKASI KONSEP PERILAKU MANUSIA DALAM ASUHAN KEPERAWATAN DALAM HAL INI UNSUR-UNSUR YANG MENDASARI PERILAKU : PROSES PIKIR” Dosen Pembimbing : Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes. Oleh: Kelompok 2: Ahmad Ari F.M.S 13.02.01.1324 Aldani Budi K 13.02.01.1325 Eka Rada Sukma 13.02.01.13 Lisa Arianti 13.02.01.13 M. Fatah Anshori 13.02.01.13 Novi Nurhidayati

Pri Laku

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nurse

Citation preview

Page 1: Pri Laku

MAKALAH PERILAKU

“ A P L I K A S I K O N S E P P E R I L A K U M A N U S I A D A L A MASUHAN KEPERAWATAN DALAM HAL INI

UNSUR-UNSUR YANG MENDASARI PERILAKU : PROSES PIKIR”

Dosen Pembimbing :

Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes.

Oleh:

Kelompok 2:

Ahmad Ari F.M.S 13.02.01.1324

Aldani Budi K 13.02.01.1325

Eka Rada Sukma 13.02.01.13

Fifi Agustia O.P 13.02.01.13

Harnina Samantha 13.02.01.13

Istifadatul K 13.02.01.1342

Lisa Arianti 13.02.01.13

M. Fatah Anshori 13.02.01.13

Novi Nurhidayati 13.02.01.13

Rikha Muslikha 13.02.01.1359

Ririn Puji Astutik 13.02.01.1360

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

LAMONGAN

2015

Page 2: Pri Laku

LEMBAR PENGESAHAN

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan kepada teman-teman

mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester IV D Stikes Muhammadiyah

Lamongan, dengan judul “Proses Pikir”

`

Lamongan, Juni 2015

Mengetahui

Dosen Pembimbing

Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes.

Page 3: Pri Laku

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan

baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Prilaku . Dalam

makalah ini kami membahas tentang “ Proses Pikir”

Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta

motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah

dan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs.H.Budi Utomo, Amd,Kep,M.Kes, selaku ketua STIKES

Muhammadiyah Lamongan.

2. Bapak Arifal Aris S.Kep, Ns, M.kes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan

3. Bapak Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing

4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca

khususnya.

Lamongan, Juni 2015

Penyusun

Page 4: Pri Laku

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

KATA PENGANTAR.....................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang...............................................................................

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................

1.3. Tujuan Penulisan............................................................................

BAB II : KONSEP TEORI

2.1. Berfikir...........................................................................................

2.2. Pendapat Beberapa Ahli Psikologi Tentang Berfikir.....................

2.3. Macam-macam Cara Berfikir........................................................

2.4. Menetapkan Keputusan (Decision Making)..................................

2.5. Memecahkan Persoalan (Problem Solving)...................................

2.6. Proses Fikir.................................................................................

2.7. Proses Pikir Dalam Prilaku Kesehatan................................

BAB III : KASUS DAN PENYELESAIAN

3.1. Kasus .............................................................................................

3.2. Pembahasan....................................................................................

3.3. Evaluasi......................................................................................

3.4. Keputusan..................................................................................

BAB IV: PENUTUP

4.1. Kesimpulan...................................................................................

4.2. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 5: Pri Laku

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus dan tidak dapat dimiliki makhluk

lain. Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu,

kemauan yang lebih baik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain,

tubuh manusia lebih lemah, tetapi rohaninya (akal,budi, dan kemauan) jauh lebih

kuat dan lebih maju dibandingkan makhluk lain. Hal ini terbukti, saat ini manusia

telah mampu menguasai dunia. Itu semua dapat terjadi karena karena hanya

manusia memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk

berfikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa yang

terjadi di sekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhada dirinya sendiri. Pada

hakikatnya perkembangan pikiran manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu

dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu

pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan tiada batas yang

menyebabkan perkembangnya ilmu pengetahuan. Berpikir merupakan daya yang

paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan

hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, hewan tidak.

’’Bahasa’’ hewan bukanlah bahasa yang dimiliki manusia. ’’Bahasa’’hewan

adalah bahasa instink yang tidak perlu I pelajari an di ajarkan. Bahasa manusia

adalah hasil kebudayaan yang harus di pelajari dan diajarkan.Dalam makalah ini

kami menjelaskan aplikasi konsep prilaku manusia dalam asuhan keperawatan

yang mendasari prilaku dalam proses berfikir. (Rozqin, 2013)

Page 6: Pri Laku

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi Berfikir?

2. Bagaimana pendapat para ahli psikologi tentang berfikir?

3. Apa macam-macam cara berfikir?

4. Bagaimana cara menetapkan keputusan?

5. Bagaimana cara memecahkan persoalan?

6. Bagaimana proses berfikir?

7. Bagaimana berfikir dalam prilaku kesehatan?

8. Bagaimana contoh kasus proses pikir dalam prilaku kesehatan dan

penyelesaiannya?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi

tugas pembuatan makalah mata kuliah prilaku manusia.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi berfikir.

2. Untuk mengetahui pendapat para ahli psikologi tentang berfikir.

3. Untuk mengetahui macam-macam cara berfikir.

4. Untuk mengetahui cara menetapkan keputusan.

5. Untuk mengetahui cara memecahkan persoalan.

6. Untuk mengetahui proses berfikir.

7. Untuk mengetahui berfikir dalam prilaku kesehatan.

8. Untuk mengetahui contoh kasus proses pikir dalam prilaku kesehatan

dan penyelesaiannya.

Page 7: Pri Laku

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Berfikir

Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan

antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berfikir adalah suatu proses dialektis.

Artinya, selama berfikir pikiran meangadakan tanya jawab dengan fikiran kita,

untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu dengan

tepat. (Sujanto, 2006)

Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Akan

tetapi, pikiran manusia, walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak,

lebih dari sekadar kerja organ tubuh yang disebut menghadirkanya dalam pikiran

kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.otak.

Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan

perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri

pada objek tertentu, menyadari kehadiranya seraya secara aktif menghadirkanya

dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek

tersebut. (Sobur, 2003)

2.2 Pendapat Beberapa Aliran Psikologi tentang Berpikir

1. Psikologi Asosiasi mengemukakan bahwa berpikir itu tidak lain dari

jalannya tanggapan-tanggapan yang tidak dikuasai oleh hukum asosiasi.

Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas

kejiwaaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang paling tinggi,

seperti perasaan, kemauan, keingginan dan berpikir, semua berasal/terjadi

karena pekerjaaannya tanggapan-tanggapan keaktifan pribadi manusia itu

sendiri diabaikannya. Pendapat inilah kemudian menimbulkan pendidikan

dan pengajaran yang bersifat Intelektualisasi dan verbalistis. Tokoh yang

terkenal aliran ini ialah John Locke (1632-1704) dan Herbart (1770-1841).

2. Aliran Behaveorisme: Berpendapat bawah “ berpikir” adalah gerakan-

gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti

Page 8: Pri Laku

halnya bila kita mengucapkan “buah pikiran”. Jadi menurut Behaviorisme

”berpikir” tidak lain adalah bicara. Pada Behaviorisme unsure yang paling

serhana adalah refleks. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang

disebabkan adanya perangsangan dari luar. Semuah keaktifan jiwa yang

lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan ddan berpikir, kembalinya kepada

reflex-refleks. Gejala-gejala psikis yang mungkin terjadi adalah akibat dari

adanya gejala-gejalah/perubahan-perubahan jasmaniah sebagai reaksi

terhaap perangsangan-perangsangan tertentu. Itulah maka menurut kaum

Behavioris (W.James)”orang tidak menangis karena susah, tetapi orang

susah karena menangis“. Juga J.B.Watson, seorang Behavioris yang lebih

radikal lagi mengatakan bahwa: Bahasa ialah gerakan-gerakan tertentu

dari pangkal tenggorok dan mulut lainnya, dan bunyi yang di

akibatkannya. Senyum adalah gerak-gerak tertentu dari cuping hiung dan

sudut mulut disertai kelipatan mata.

3. Psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai

peranan yang besar dalam berpikir. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa

proses berpikipun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain merupakan

suatu kebulatan.

Berlainan dengan Behaviorisme maka penganut psikologi Gestalt

memanang berpikir merupakan keaktifan psikis yang abtrak, yang

posesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Proses berpikir itu

di lukiskan sebagai berikut:” jika dalam diri seseorang timbul suatu

masalah yang haus di pacahkan, terjadilah lebih dahulu suatu skema/bagan

yang masih agak kabur-kabur. Bagan bagan itu di pecahkan dan di

banding-bandingkan dengan seksama.

4. Sehubungan dengan pendapat para ahli psikologi Gestalt itu maka ahli-ahli

psikologi sekarang berpendapat bahwa poses berpikir pada taraf yang

tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a) Timbulnya masalah, kesulitan yang harus di pecahkan

b) Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang di anggap ada sangkut

pautnya dengan pemecahan masalah.

Page 9: Pri Laku

c) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta di olahan cernakan

d) Taraf memenuhan atau pemahaman menemukan cara memecahkan

masalah.

e) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan.

Adapun fakor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain

ialah bagaimana seseorang itu melihat atau memahami masalah itu, situasi yang

sedang dialami seseoarng dan situasi luar yang di hadapi, pengalaman-

pengalaman orang itu dan bagaimana kecerdasan orang tersebut. (Purwanto, 2007)

2.3 Macam- macam Cara Berpikir

Dalam berpikir orang dapat mendekati beberapa masalah itu melalui beberapa

cara:

a) Berpikir Induktif

Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang

berlangsung, dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-

ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik

kesimpulan-kesimpulan bahwa cirri-ciri/sifat-sifat itu terdapat beberapa

jenis fenomena tadi. Beberapa contoh sebagai penjelasan:

Seorang ahli psikologi akan penyelidikan dengan observasi. Bayi

A setelah dilahirkan segera menangis, bayi B juga begitu, bayi C,D,E,F,D,

dan seterusnya demikian pula. Kesimpulan "semua bayi yang normal

segera menanggis pada waktu di lahirkan”.

Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara

induktif ini bergantung kepada representatif atau tindakan sampel yang

diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel

yang diambil makin representative, dan makin besar pula dapat dipercaya

(validitasi) (Purwanto, 2007)

b) Berpikir Induktif

Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju

kepada yang khusus. Dalam berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori

adapun prinsip ataupun kesimpulan yang di anggapnya benar dan sudah

Page 10: Pri Laku

bersifat umum. Dari situ ia menerapkannya kepada fenomena yang

khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena

tersebut contoh sebagai berikut. (Purwanto, 2007)

Contoh :

Manusia akan mati (kesimpulan umum)

Jamilah adalah manusia (kesimpulan khusus )

Jamilah akan mati (kesimpulan dari deduksi)

c) Berfikir Analogis

Analogis berarti persamaan atau perbandingan, berfikir analogis

ialah berfikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan

fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialaminya didalam cara berfikir

ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang

dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.

(Purwanto, 2007)

2.4 Menetapkan keputusan ( Decision making)

Salah satu fungsi berfikir ialah menetapkan keputusan sepanjang hidup kita

harus menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada yang menentukan

masadepan kita. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda

umumnya.

1. Keputusan merupakan hasil berfikir, hasil usaha intelektual

2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.

3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya

boleh ditangguhkan atau dilupakan.

Masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan

keputusan. Tetapi sudah disepakati, bahwa factor-faktor personal amat menetukan

apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif, sikap. Kognisi artinya kualitas

dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat berpengaruhi pengambilan

keputusan. Sikap juga factor penentu lainya. Pada kenyataanya, kognisi, motif,

dan sikap ini berlangsung sekaligus. (Rakhmat, 2005)

Page 11: Pri Laku

2.5 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)

Menurut (Rakhmat, 2005) proses memecahkan persoalan melalui lima tahap (

tentu, tidak selalu begitu):

1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab

tertentu.

2. Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang

efektif pada masa yang lalu.

3. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang

dapat dipikirkan.

4. Menggunakan lambing-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi

masalah. Mencoba memehami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan

menentukan kesimpulan yang tepat.

5. Pemecahan masalah.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah. Seperti

perilaku manusia yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi factor-faktor

situasional dan personal. Factor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus

yang menimbulkan masalah pada sifat-sifat masalah: sulit-mudah, baru-lama,

penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.

Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh factor-faktor biologis dan

sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah. Faktof biologis contohnya

manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berfikir, begitu

pula bila ia terlalu lelah. Sama pentingnya juga adalah factor-faktor

sosiopsikologis contonya yaitu:

1. Motivasi : motivasi yang rendah mengalihkan perhatian. Motivasi yang

tinggi membatasi fleksibilitas.

2. Kepercayaan dan sikap yang salah : Asumsi yang salah dapat menyesatkan

kita. Bila kita percaya bahwa kebahagian dapat diperoleh dengan kekayaan

material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan

batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas

pemecahan masalah. Sikap yang defensif misalnya, karena kurang

Page 12: Pri Laku

kepercayaan pada diri sendiri akan cenderung menolak informasi baru,

merasionalisasikan kekeliruan, dan mempersukar penyelesaian.\

3. Kebiasaan : Cenderung untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau

melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang

berlebihan dan tanpa ktitis pada pendapat otoritas, menghambat

pemecahan masalah yang efesien.

Emosi : dalam menghadapi berbagai situasi, tanpa sadar sering terlibat secara

emosional. Emosi mewarnai cara berfikir. Tidak pernah dapat berfikir betul-betul

objektif. Sebagai manusia yang utuh, tidak dapat mengesampingkan emosi.

Sampai disitu, emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah

mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah menjadi

sulit berfikir efesien. (Rakhmat, 2005)

2.6 Proses Fikir

Proses yang dilalui pada saat berfikir menurut (Sujanto, 2006) adalah:

1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita

membuang cirri-ciri tambahan, sehingga tinggal cirri-ciri yang tipis (yang

tidak boleh tidak ada) pada masalah itu.

2. Pembentukan pendapat, artinya kita menggabungkan atau menceraikan

beberapa pengertian, yang menjadi tanda khas dari masalah itu.

3. Pembentukan keputusan artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-

pendapat tersebut.

4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari

keputusan-keputusan yang lain.

Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan

keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang

kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan

membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari

sebuah proses berpikir dan belajar.

2.7. Proses Pikir Dalam Prilaku Kesehatan

Page 13: Pri Laku

Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep

berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai

sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis  dalam

keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir

kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam

berpikir kritis.

1. Berpikir kritis perlu bagi perawat

a. Penerapan profesionalisme.

b. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep.

Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.

Diperlukan perawat, karena:

1. Perawat setiap hari mengambil keputusan

2. Perawat menggunakan keterampilan berfikir :

a. Menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan

lingkungannya.

b. Menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.

c. Penting membuat keputusan.

2.Argumentasi dalam keperawatan

Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi

untuk menenukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,

memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu

tuntutan/tuduhan. Argumentasi Badman and Badman (1988) terkait

dengang konsep berfikir dalam keperawatan :

a. Berhubungan dengan situasi perdebatan.

b. Debat tentang suatu isu.

c. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok.

d. Penjelasan yang rasional.

3.Pengambilan keputusan dalam keperawatan

Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.

4. Penerapan Proses Keperawatan

Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan.

Page 14: Pri Laku

Pengkajian :

1. Mengumpulkan data dan validasi.

2. Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.

3. Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.

4. Perumusan diagnosa  keperawatan : Tahap pengambilan keputusan

yang paling kritis.

5. Menentukan masalah dan argumen secara rasional.

6. Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalah.

Perencanaan keperawatan : pembuatan keputusan. Berfikir kritis

terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan,

atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan

secaraterintegrasi.Critical thinking : Pengujian yang rasional terhadap

ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-

kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktifitas (Bandman &

Bandman, 1988). Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan

keputusandan kreatifitas.

BAB III

Page 15: Pri Laku

KASUS DAN PENYELESAIAN

3.1 Kasus

Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipertensi

dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah

dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter. Sementara dokter tidak ada di

tempat.

3.2 Pembahasan

a. Rumusan Masalah

Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien

menormalkan tekanan darahnya atau tidak?

b. Argumen

Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang biasanya

ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan

pembuluh darah pasien biasanya kaku. Perawat harus melakukan tindakan

dasar atau melakukan pertolongan pertama pada pasien agar kondisi pasien

tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa menyebabkan

kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu

perawat sesegera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan

perintah untuk melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.

1. Deduksi

Pada pasien yang menderita hipertensi, sebaiknya perawat

melakukan memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik pasien

(suhu, tekanan  darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi minum air,

pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi misalnya dengan diberi

2 bantal agar pasien rileks dan nyaman, dan setelah melakukan

pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi

(menelepon) dokter.

2. Induksi

Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan 

darah, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan

dengan posisi kepala lebih tinggi misalnya dengan diberi 2 bantal agar

Page 16: Pri Laku

pasien rileks dan nyaman, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi

pasien dengan keadaan hipertensi serta tak lupa segera menghubungi

(menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat setelah melakukan

pertolongan dasar.

3.3 Evaluasi

a. Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter

Positif    :

- Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertensi yang

diderita pasien tidak akan bertambah parah.

- Pasien merasa rileks dan nyaman dapat teratasi dengan cepat dan

tepat.

- Tidak akan membahayakan jiwa pasien.

Negatif :

- Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang

dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah).

b. Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter

Positif    :

- Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi

pada pasien.

- Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena

penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan

dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon.

- Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau

ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.

- Mempercepat memulihkan kondisi pasien.

Negatif  :

- Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat

komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat

tertunda.

- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.

c. Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien

Page 17: Pri Laku

Positif    :

- Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski

itu melalui telepon.

Negatif :

- Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum

dilakukan perawat pada pasien tersebut.

- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.

d. Menunggu kedatangan dokter

Positif    :

- Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.

- Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan

untuk mengatasi hipertensi yang dialami pasien.

Negatif :

- Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang,

maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera

ditangani.

- Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien

tidak tertolong) jika masih menunggu dokter.

e. Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter

Positif    :

- Pasien tertangani dengan baik.

- Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi

yang terjadi pada pasien.

Negatif :

- Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi

tanpa menunggu dokter.

- Perawat tidak menghargai wewenang dokter.

- Perawat melanggar undang-undang.

3.4 Keputusan

Page 18: Pri Laku

Perawat harus melakukan pertolongan dasar  pada pasien, yaitu dengan

pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan  darah, dan denyut nadi), lalu pasien

diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi

misalnya dengan diberi 2 bantal agar pasien rileks dan nyaman. Kemudian, setelah

melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi

(menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera

menerima perintah dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau

penanganan yang lain.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak

1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi

memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan

dan dukungan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir

kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap

berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu,

tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain,

misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Page 19: Pri Laku

Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan

antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berfikir adalah suatu proses dialektis.

Artinya, selama berfikir pikiran meangadakan tanya jawab dengan fikiran kita,

untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu dengan

tepat.

Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial

untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan

lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam  pendidikan sejak

1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi

memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan

dan dukungan.

Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir

kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap

berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu,

tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain,

misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.

Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan

kepada pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut

dapat dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di zaman yang serba

canggih ini, perintah penanganan atau penginjeksian pasien tidak harus dilakukan

dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi, dapat melalui telepon. Hal ini dapat

meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan.

4.2 SARAN

Dalam pembuatan makalah prilaku ini penulis sadar bahwa makalah ini masih

banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan

saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah

prilaku selanjutnya akan lebih baik lagi. Dan kami juga berharap Setelah

membaca makalah prilaku (proses fikir) ini, kami berharap kita menjadi lebih tahu

dan lebih faham tentang makalah prilaku (proses fikir)

Page 20: Pri Laku

DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA

ROSAKARYA.

Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT REMAJA

ROSDAKARYA.

Sobur, A. (2003). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: cv Pustaka

Setia.

Sujanto, A. (2006). Psikologi umum. Jakarta: Bumi Aksara.

Page 21: Pri Laku