Upload
endik-asworo
View
219
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nurse
Citation preview
MAKALAH PERILAKU
“ A P L I K A S I K O N S E P P E R I L A K U M A N U S I A D A L A MASUHAN KEPERAWATAN DALAM HAL INI
UNSUR-UNSUR YANG MENDASARI PERILAKU : PROSES PIKIR”
Dosen Pembimbing :
Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes.
Oleh:
Kelompok 2:
Ahmad Ari F.M.S 13.02.01.1324
Aldani Budi K 13.02.01.1325
Eka Rada Sukma 13.02.01.13
Fifi Agustia O.P 13.02.01.13
Harnina Samantha 13.02.01.13
Istifadatul K 13.02.01.1342
Lisa Arianti 13.02.01.13
M. Fatah Anshori 13.02.01.13
Novi Nurhidayati 13.02.01.13
Rikha Muslikha 13.02.01.1359
Ririn Puji Astutik 13.02.01.1360
PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Telah diperiksa dan disetujui untuk dipresentasikan kepada teman-teman
mahasiswa Program S1 Keperawatan Semester IV D Stikes Muhammadiyah
Lamongan, dengan judul “Proses Pikir”
`
Lamongan, Juni 2015
Mengetahui
Dosen Pembimbing
Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Prilaku . Dalam
makalah ini kami membahas tentang “ Proses Pikir”
Dalam menyusun makalah ini penulis banyak mendapat bimbingan serta
motivasi dari beberapa pihak, oleh karenanya kami mengucapkan Alhamdulillah
dan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs.H.Budi Utomo, Amd,Kep,M.Kes, selaku ketua STIKES
Muhammadiyah Lamongan.
2. Bapak Arifal Aris S.Kep, Ns, M.kes, selaku Kaprodi S-1 Keperawatan
3. Bapak Moh Saifudin S.Kep. Ns., S.Psi., M.Kes. selaku Dosen Pembimbing
4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
membuka diri untuk menerima berbagai masukan dan kritikan dari semua pihak.
Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca
khususnya.
Lamongan, Juni 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...............................................................................
1.2. Rumusan Masalah..........................................................................
1.3. Tujuan Penulisan............................................................................
BAB II : KONSEP TEORI
2.1. Berfikir...........................................................................................
2.2. Pendapat Beberapa Ahli Psikologi Tentang Berfikir.....................
2.3. Macam-macam Cara Berfikir........................................................
2.4. Menetapkan Keputusan (Decision Making)..................................
2.5. Memecahkan Persoalan (Problem Solving)...................................
2.6. Proses Fikir.................................................................................
2.7. Proses Pikir Dalam Prilaku Kesehatan................................
BAB III : KASUS DAN PENYELESAIAN
3.1. Kasus .............................................................................................
3.2. Pembahasan....................................................................................
3.3. Evaluasi......................................................................................
3.4. Keputusan..................................................................................
BAB IV: PENUTUP
4.1. Kesimpulan...................................................................................
4.2. Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia memiliki ciri-ciri yang khusus dan tidak dapat dimiliki makhluk
lain. Ciri-ciri tersebut adalah manusia memiliki akal, budi, rasa ingin tahu,
kemauan yang lebih baik dan lain-lain. Bila dibandingkan dengan makhluk lain,
tubuh manusia lebih lemah, tetapi rohaninya (akal,budi, dan kemauan) jauh lebih
kuat dan lebih maju dibandingkan makhluk lain. Hal ini terbukti, saat ini manusia
telah mampu menguasai dunia. Itu semua dapat terjadi karena karena hanya
manusia memiliki akal budi dan kemauan keras. Manusia sebagai makhluk
berfikir dibekali hasrat ingin tahu terhadap benda dan semua peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, bahkan juga ingin tahu terhada dirinya sendiri. Pada
hakikatnya perkembangan pikiran manusia didasari dari dorongan rasa ingin tahu
dan ingin memahami serta memecahkan masalah yang dihadapi. Rasa ingin tahu
pada manusia tidak sama, selalu berkembang seakan tiada batas yang
menyebabkan perkembangnya ilmu pengetahuan. Berpikir merupakan daya yang
paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dan
hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, hewan tidak.
’’Bahasa’’ hewan bukanlah bahasa yang dimiliki manusia. ’’Bahasa’’hewan
adalah bahasa instink yang tidak perlu I pelajari an di ajarkan. Bahasa manusia
adalah hasil kebudayaan yang harus di pelajari dan diajarkan.Dalam makalah ini
kami menjelaskan aplikasi konsep prilaku manusia dalam asuhan keperawatan
yang mendasari prilaku dalam proses berfikir. (Rozqin, 2013)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Berfikir?
2. Bagaimana pendapat para ahli psikologi tentang berfikir?
3. Apa macam-macam cara berfikir?
4. Bagaimana cara menetapkan keputusan?
5. Bagaimana cara memecahkan persoalan?
6. Bagaimana proses berfikir?
7. Bagaimana berfikir dalam prilaku kesehatan?
8. Bagaimana contoh kasus proses pikir dalam prilaku kesehatan dan
penyelesaiannya?
1.3 Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pembuatan makalah mata kuliah prilaku manusia.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi berfikir.
2. Untuk mengetahui pendapat para ahli psikologi tentang berfikir.
3. Untuk mengetahui macam-macam cara berfikir.
4. Untuk mengetahui cara menetapkan keputusan.
5. Untuk mengetahui cara memecahkan persoalan.
6. Untuk mengetahui proses berfikir.
7. Untuk mengetahui berfikir dalam prilaku kesehatan.
8. Untuk mengetahui contoh kasus proses pikir dalam prilaku kesehatan
dan penyelesaiannya.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Berfikir
Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan
antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berfikir adalah suatu proses dialektis.
Artinya, selama berfikir pikiran meangadakan tanya jawab dengan fikiran kita,
untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu dengan
tepat. (Sujanto, 2006)
Berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak. Akan
tetapi, pikiran manusia, walaupun tidak bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak,
lebih dari sekadar kerja organ tubuh yang disebut menghadirkanya dalam pikiran
kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek tersebut.otak.
Kegiatan berpikir juga melibatkan seluruh pribadi manusia dan juga melibatkan
perasaan dan kehendak manusia. Memikirkan sesuatu berarti mengarahkan diri
pada objek tertentu, menyadari kehadiranya seraya secara aktif menghadirkanya
dalam pikiran kemudian mempunyai gagasan atau wawasan tentang objek
tersebut. (Sobur, 2003)
2.2 Pendapat Beberapa Aliran Psikologi tentang Berpikir
1. Psikologi Asosiasi mengemukakan bahwa berpikir itu tidak lain dari
jalannya tanggapan-tanggapan yang tidak dikuasai oleh hukum asosiasi.
Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas
kejiwaaan adalah tanggapan-tanggapan. Daya jiwa yang paling tinggi,
seperti perasaan, kemauan, keingginan dan berpikir, semua berasal/terjadi
karena pekerjaaannya tanggapan-tanggapan keaktifan pribadi manusia itu
sendiri diabaikannya. Pendapat inilah kemudian menimbulkan pendidikan
dan pengajaran yang bersifat Intelektualisasi dan verbalistis. Tokoh yang
terkenal aliran ini ialah John Locke (1632-1704) dan Herbart (1770-1841).
2. Aliran Behaveorisme: Berpendapat bawah “ berpikir” adalah gerakan-
gerakan reaksi yang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara seperti
halnya bila kita mengucapkan “buah pikiran”. Jadi menurut Behaviorisme
”berpikir” tidak lain adalah bicara. Pada Behaviorisme unsure yang paling
serhana adalah refleks. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang
disebabkan adanya perangsangan dari luar. Semuah keaktifan jiwa yang
lebih tinggi, seperti perasaan, kemauan ddan berpikir, kembalinya kepada
reflex-refleks. Gejala-gejala psikis yang mungkin terjadi adalah akibat dari
adanya gejala-gejalah/perubahan-perubahan jasmaniah sebagai reaksi
terhaap perangsangan-perangsangan tertentu. Itulah maka menurut kaum
Behavioris (W.James)”orang tidak menangis karena susah, tetapi orang
susah karena menangis“. Juga J.B.Watson, seorang Behavioris yang lebih
radikal lagi mengatakan bahwa: Bahasa ialah gerakan-gerakan tertentu
dari pangkal tenggorok dan mulut lainnya, dan bunyi yang di
akibatkannya. Senyum adalah gerak-gerak tertentu dari cuping hiung dan
sudut mulut disertai kelipatan mata.
3. Psikologi Gestalt memandang bahwa gestalt yang teratur mempunyai
peranan yang besar dalam berpikir. Psikologi Gestalt berpendapat bahwa
proses berpikipun seperti proses gejala-gejala psikis yang lain merupakan
suatu kebulatan.
Berlainan dengan Behaviorisme maka penganut psikologi Gestalt
memanang berpikir merupakan keaktifan psikis yang abtrak, yang
posesnya tidak dapat kita amati dengan alat indra kita. Proses berpikir itu
di lukiskan sebagai berikut:” jika dalam diri seseorang timbul suatu
masalah yang haus di pacahkan, terjadilah lebih dahulu suatu skema/bagan
yang masih agak kabur-kabur. Bagan bagan itu di pecahkan dan di
banding-bandingkan dengan seksama.
4. Sehubungan dengan pendapat para ahli psikologi Gestalt itu maka ahli-ahli
psikologi sekarang berpendapat bahwa poses berpikir pada taraf yang
tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a) Timbulnya masalah, kesulitan yang harus di pecahkan
b) Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang di anggap ada sangkut
pautnya dengan pemecahan masalah.
c) Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta di olahan cernakan
d) Taraf memenuhan atau pemahaman menemukan cara memecahkan
masalah.
e) Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan.
Adapun fakor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir itu antara lain
ialah bagaimana seseorang itu melihat atau memahami masalah itu, situasi yang
sedang dialami seseoarng dan situasi luar yang di hadapi, pengalaman-
pengalaman orang itu dan bagaimana kecerdasan orang tersebut. (Purwanto, 2007)
2.3 Macam- macam Cara Berpikir
Dalam berpikir orang dapat mendekati beberapa masalah itu melalui beberapa
cara:
a) Berpikir Induktif
Berpikir induktif ialah suatu proses dalam berpikir yang
berlangsung, dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-
ciri atau sifat-sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik
kesimpulan-kesimpulan bahwa cirri-ciri/sifat-sifat itu terdapat beberapa
jenis fenomena tadi. Beberapa contoh sebagai penjelasan:
Seorang ahli psikologi akan penyelidikan dengan observasi. Bayi
A setelah dilahirkan segera menangis, bayi B juga begitu, bayi C,D,E,F,D,
dan seterusnya demikian pula. Kesimpulan "semua bayi yang normal
segera menanggis pada waktu di lahirkan”.
Tepat atau tidaknya kesimpulan (cara berpikir) yang diambil secara
induktif ini bergantung kepada representatif atau tindakan sampel yang
diambil mewakili fenomena keseluruhan. Makin besar jumlah sampel
yang diambil makin representative, dan makin besar pula dapat dipercaya
(validitasi) (Purwanto, 2007)
b) Berpikir Induktif
Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari yang umum menuju
kepada yang khusus. Dalam berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori
adapun prinsip ataupun kesimpulan yang di anggapnya benar dan sudah
bersifat umum. Dari situ ia menerapkannya kepada fenomena yang
khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena
tersebut contoh sebagai berikut. (Purwanto, 2007)
Contoh :
Manusia akan mati (kesimpulan umum)
Jamilah adalah manusia (kesimpulan khusus )
Jamilah akan mati (kesimpulan dari deduksi)
c) Berfikir Analogis
Analogis berarti persamaan atau perbandingan, berfikir analogis
ialah berfikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan
fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialaminya didalam cara berfikir
ini, orang beranggapan bahwa kebenaran dari fenomena-fenomena yang
dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.
(Purwanto, 2007)
2.4 Menetapkan keputusan ( Decision making)
Salah satu fungsi berfikir ialah menetapkan keputusan sepanjang hidup kita
harus menetapkan keputusan. Sebagian dari keputusan itu ada yang menentukan
masadepan kita. Keputusan yang kita ambil beraneka ragam. Tapi ada tanda-tanda
umumnya.
1. Keputusan merupakan hasil berfikir, hasil usaha intelektual
2. Keputusan selalu melibatkan pilihan dari berbagai alternatif.
3. Keputusan selalu melibatkan tindakan nyata, walaupun pelaksanaannya
boleh ditangguhkan atau dilupakan.
Masih belum banyak yang dapat diungkapkan tentang proses penetapan
keputusan. Tetapi sudah disepakati, bahwa factor-faktor personal amat menetukan
apa yang diputuskan itu, antara lain kognisi, motif, sikap. Kognisi artinya kualitas
dan kuantitas pengetahuan yang dimiliki. Motif amat berpengaruhi pengambilan
keputusan. Sikap juga factor penentu lainya. Pada kenyataanya, kognisi, motif,
dan sikap ini berlangsung sekaligus. (Rakhmat, 2005)
2.5 Memecahkan Persoalan (Problem Solving)
Menurut (Rakhmat, 2005) proses memecahkan persoalan melalui lima tahap (
tentu, tidak selalu begitu):
1. Terjadi peristiwa ketika perilaku yang biasa dihambat karena sebab-sebab
tertentu.
2. Mencoba menggali memori untuk mengetahui cara-cara apa saja yang
efektif pada masa yang lalu.
3. Mencoba seluruh kemungkinan pemecahan yang pernah diingat atau yang
dapat dipikirkan.
4. Menggunakan lambing-lambang verbal atau grafis untuk mengatasi
masalah. Mencoba memehami situasi yang terjadi, mencari jawaban, dan
menentukan kesimpulan yang tepat.
5. Pemecahan masalah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pemecahan masalah. Seperti
perilaku manusia yang lain, pemecahan masalah dipengaruhi factor-faktor
situasional dan personal. Factor-faktor situasional terjadi, misalnya, pada stimulus
yang menimbulkan masalah pada sifat-sifat masalah: sulit-mudah, baru-lama,
penting-kurang penting, melibatkan sedikit atau banyak masalah lain.
Beberapa penelitian telah membuktikan pengaruh factor-faktor biologis dan
sosiopsikologis terhadap proses pemecahan masalah. Faktof biologis contohnya
manusia yang kurang tidur mengalami penurunan kemampuan berfikir, begitu
pula bila ia terlalu lelah. Sama pentingnya juga adalah factor-faktor
sosiopsikologis contonya yaitu:
1. Motivasi : motivasi yang rendah mengalihkan perhatian. Motivasi yang
tinggi membatasi fleksibilitas.
2. Kepercayaan dan sikap yang salah : Asumsi yang salah dapat menyesatkan
kita. Bila kita percaya bahwa kebahagian dapat diperoleh dengan kekayaan
material, kita akan mengalami kesulitan ketika memecahkan penderitaan
batin kita. Kerangka rujukan yang tidak cermat menghambat efektifitas
pemecahan masalah. Sikap yang defensif misalnya, karena kurang
kepercayaan pada diri sendiri akan cenderung menolak informasi baru,
merasionalisasikan kekeliruan, dan mempersukar penyelesaian.\
3. Kebiasaan : Cenderung untuk mempertahankan pola berpikir tertentu, atau
melihat masalah hanya dari satu sisi saja, atau kepercayaan yang
berlebihan dan tanpa ktitis pada pendapat otoritas, menghambat
pemecahan masalah yang efesien.
Emosi : dalam menghadapi berbagai situasi, tanpa sadar sering terlibat secara
emosional. Emosi mewarnai cara berfikir. Tidak pernah dapat berfikir betul-betul
objektif. Sebagai manusia yang utuh, tidak dapat mengesampingkan emosi.
Sampai disitu, emosi bukan hambatan utama. Tetapi bila emosi itu sudah
mencapai intensitas yang begitu tinggi sehingga menjadi stress, barulah menjadi
sulit berfikir efesien. (Rakhmat, 2005)
2.6 Proses Fikir
Proses yang dilalui pada saat berfikir menurut (Sujanto, 2006) adalah:
1. Pembentukan pengertian, artinya dari satu masalah, pikiran kita
membuang cirri-ciri tambahan, sehingga tinggal cirri-ciri yang tipis (yang
tidak boleh tidak ada) pada masalah itu.
2. Pembentukan pendapat, artinya kita menggabungkan atau menceraikan
beberapa pengertian, yang menjadi tanda khas dari masalah itu.
3. Pembentukan keputusan artinya pikiran kita menggabungkan pendapat-
pendapat tersebut.
4. Pembentukan kesimpulan, artinya pikiran kita menarik keputusan dari
keputusan-keputusan yang lain.
Proses berpikir ini dilakukan sepanjang waktu sejalan dengan
keterlibatan kita dalam pengalaman baru dan menerapkan pengetahuan yang
kita miliki, kita menjadi lebih mampu untuk membentuk asumsi, ide-ide dan
membuat kesimpulan yang valid, semua proses tersebut tidak terlepas dari
sebuah proses berpikir dan belajar.
2.7. Proses Pikir Dalam Prilaku Kesehatan
Berpikir berpikir kritis merupakan konsep dasar yang terdiri dari konsep
berpikir yang berhubungan dengan proses belajar dan krisis itu sendiri sebagai
sudut pandang selain itu juga membahas tentang komponen berpikir kritis dalam
keperawatan yang didalamnya dipelajari krakteristik, sikap dan standar berpikir
kritis, analisis, pertanyaan kritis, pengambilan keputusan dan kreatifitas dalam
berpikir kritis.
1. Berpikir kritis perlu bagi perawat
a. Penerapan profesionalisme.
b. Pengetahuan tehnis dan keterampilan tehnis dalam memberikan askep.
Seorang pemikir yang baik tentu juga seorang perawat yang baik.
Diperlukan perawat, karena:
1. Perawat setiap hari mengambil keputusan
2. Perawat menggunakan keterampilan berfikir :
a. Menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan
lingkungannya.
b. Menangani perubahan yang berasal dari stressor lingkungan.
c. Penting membuat keputusan.
2.Argumentasi dalam keperawatan
Sehari-hari perawat dihadapkan pada situasi harus berargumentasi
untuk menenukan, menjelaskan kebenaran, mengklarifikasi isu,
memberikan penjelasan, mempertahankan terhadap suatu
tuntutan/tuduhan. Argumentasi Badman and Badman (1988) terkait
dengang konsep berfikir dalam keperawatan :
a. Berhubungan dengan situasi perdebatan.
b. Debat tentang suatu isu.
c. Upaya untuk mempengaruhi individu/kelompok.
d. Penjelasan yang rasional.
3.Pengambilan keputusan dalam keperawatan
Sehari-hari perawat harus mengambil keputusan yang tepat.
4. Penerapan Proses Keperawatan
Perawat berfikir kritis pada setiap langkah proses keperawatan.
Pengkajian :
1. Mengumpulkan data dan validasi.
2. Perawat melakukan observasi berfikir kritis dalam pengumpulan data.
3. Mengelola dan menggunakan ilmu-ilmu lain yang terkait.
4. Perumusan diagnosa keperawatan : Tahap pengambilan keputusan
yang paling kritis.
5. Menentukan masalah dan argumen secara rasional.
6. Lebih terlatih, lebih tajam dalam masalah.
Perencanaan keperawatan : pembuatan keputusan. Berfikir kritis
terhadap tujuan guna mengeksplorasi situasi, fenomena, pertanyaan,
atau masalah untuk menuju pada hipotesa atau keputusan
secaraterintegrasi.Critical thinking : Pengujian yang rasional terhadap
ide-ide, pengaruh, asumsi, prinsip-prinsip, argumen, kesimpulan-
kesimpulan, isu-isu, pernyataan, keyakinan dan aktifitas (Bandman &
Bandman, 1988). Pengujian berdasarkan alasan ilmiah, pengembilan
keputusandan kreatifitas.
BAB III
KASUS DAN PENYELESAIAN
3.1 Kasus
Seorang perawat berada dalam situasi ketika pasien mengalami hipertensi
dan dia ingin menolong pasien. Tetapi, dia tidak bisa melakukan itu tanpa perintah
dokter. Karena itu adalah kewenangan dokter. Sementara dokter tidak ada di
tempat.
3.2 Pembahasan
a. Rumusan Masalah
Apakah perawat harus mengambil tindakan untuk menolong pasien
menormalkan tekanan darahnya atau tidak?
b. Argumen
Hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang biasanya
ditandai dengan kondisi pasien yang melemah, kepala pusing dan
pembuluh darah pasien biasanya kaku. Perawat harus melakukan tindakan
dasar atau melakukan pertolongan pertama pada pasien agar kondisi pasien
tidak menjadi lebih parah. Jika tidak segera ditolong bisa menyebabkan
kondisi yang lebih parah dan bisa berakibat fatal. Kemudian setelah itu
perawat sesegera mungkin menghubungi dokter agar mendapatkan
perintah untuk melakukan proses penanganan pasien selanjutnya.
1. Deduksi
Pada pasien yang menderita hipertensi, sebaiknya perawat
melakukan memberikan pertolongan dasar yaitu, pemeriksaan fisik pasien
(suhu, tekanan darah, umur, dan denyut nadi), pasien diberi minum air,
pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi misalnya dengan diberi
2 bantal agar pasien rileks dan nyaman, dan setelah melakukan
pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi
(menelepon) dokter.
2. Induksi
Pertolongan dasar seperti pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan
darah, dan denyut nadi), pasien diberi minum air, dan pasien ditidurkan
dengan posisi kepala lebih tinggi misalnya dengan diberi 2 bantal agar
pasien rileks dan nyaman, harus dilakukan oleh perawat jika menghadapi
pasien dengan keadaan hipertensi serta tak lupa segera menghubungi
(menelepon) dokter jika dokter tidak ada di tempat setelah melakukan
pertolongan dasar.
3.3 Evaluasi
a. Melakukan pertolongan dasar tanpa menelepon dokter
Positif :
- Kondisi pasien akan lebih cepat membaik dan hipertensi yang
diderita pasien tidak akan bertambah parah.
- Pasien merasa rileks dan nyaman dapat teratasi dengan cepat dan
tepat.
- Tidak akan membahayakan jiwa pasien.
Negatif :
- Pasien tidak tertangani dengan sempurna karena penanganan yang
dilakukan masih sangat dasar (setengah-setengah).
b. Melakukan pertolongan dasar kemudian segera menelepon dokter
Positif :
- Dokter dapat langsung memberikan perintah untuk menginjeksi
pada pasien.
- Waktu dan tenaga yang dibutuhkan lebih efisien, karena
penanganan yang dilakukan tidak harus menunggu kedatangan
dokter melainkan melalui perintah dokter lewat telepon.
- Pasien dapat langsung diinjeksi atau diberi obat atau ditolong atau
ditangani tanpa harus menunggu kedatangan dokter.
- Mempercepat memulihkan kondisi pasien.
Negatif :
- Jika kasus tersebut terjadi pada daerah terpencil yang alat
komunikasi masih minim atau sulit, maka penanganan pasien dapat
tertunda.
- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
c. Menelepon Dokter untuk mendapat perintah penanganan pasien
Positif :
- Dokter dapat memberikan perintah untuk menangani pasien meski
itu melalui telepon.
Negatif :
- Waktu dan tindakan kurang efisien karena tindakan dasar belum
dilakukan perawat pada pasien tersebut.
- Harus mengeluarkan biaya untuk menghubungi dokter.
d. Menunggu kedatangan dokter
Positif :
- Penanganan pasien dapat lebih intensif dan akurat.
- Ketika dokter datang, dapat langsung dilakukan injeksi obat-obatan
untuk mengatasi hipertensi yang dialami pasien.
Negatif :
- Bila dokter berada dalam jarak yang jauh dan tidak segera datang,
maka kondisi pasien dapat menjadi lebih parah karena tidak segera
ditangani.
- Membahayakan jiwa pasien karena dapat berakibat fatal (pasien
tidak tertolong) jika masih menunggu dokter.
e. Melakukan injeksi secara langsung tanpa menunggu dokter
Positif :
- Pasien tertangani dengan baik.
- Suplai injeksi obat-obatan dapat membantu mengurangi hipotensi
yang terjadi pada pasien.
Negatif :
- Perawat dapat disalahkan atau ditegor karena melakukan injeksi
tanpa menunggu dokter.
- Perawat tidak menghargai wewenang dokter.
- Perawat melanggar undang-undang.
3.4 Keputusan
Perawat harus melakukan pertolongan dasar pada pasien, yaitu dengan
pemeriksaan fisik pasien (suhu, tekanan darah, dan denyut nadi), lalu pasien
diberi air minum, dan pasien ditidurkan dengan posisi kepala lebih tinggi
misalnya dengan diberi 2 bantal agar pasien rileks dan nyaman. Kemudian, setelah
melakukan pertolongan dasar kepada pasien perawat segera menghubungi
(menelepon) dokter yang bersangkutan sehingga perawat tersebut dapat segera
menerima perintah dari dokter untuk melakukan injeksi obat-obatan atau
penanganan yang lain.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir
kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap
berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu,
tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain,
misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berfikir adalah gejala jiwa yang dapat menetapkan hubungan-hubungan
antara pengetahuan-pengetahuan kita. Berfikir adalah suatu proses dialektis.
Artinya, selama berfikir pikiran meangadakan tanya jawab dengan fikiran kita,
untuk dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan kita itu dengan
tepat.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial
untuk kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya. Berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak
1942. Keterampilan kongnitif yang digunakan dalam berpikir kualitas tinggi
memerlukan disiplin intelektual, evaluasi diri, berpikir ulang, oposisi, tantangan
dan dukungan.
Sebagai perawat atau tenaga kesehatan, kita dituntut untuk selalu berpikir
kritis untuk menangani pasien. Dalam hal ini, kritis yang dimaksud harus tetap
berada dalam jalur yang ada sesuai dengan tugas dan peran perawat. Selain itu,
tugas dan peran perawat juga harus diseimbangkan dengan tenaga medis lain,
misalnya dengan tugas dan wewenang dokter.
Seorang perawat tidak memiliki wewenang menginjeksikan obat-obatan
kepada pasien tanpa melalui perintah dokter. Bila hal ini terjadi, perawat tersebut
dapat dituntut pidana karena melanggar undang-undang. Di zaman yang serba
canggih ini, perintah penanganan atau penginjeksian pasien tidak harus dilakukan
dokter ketika bertatap muka saja. Tetapi, dapat melalui telepon. Hal ini dapat
meningkatkan efisiensi terhadap waktu dan tenaga yang dibutuhkan.
4.2 SARAN
Dalam pembuatan makalah prilaku ini penulis sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah
prilaku selanjutnya akan lebih baik lagi. Dan kami juga berharap Setelah
membaca makalah prilaku (proses fikir) ini, kami berharap kita menjadi lebih tahu
dan lebih faham tentang makalah prilaku (proses fikir)
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT REMAJA
ROSAKARYA.
Rakhmat, J. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA.
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: cv Pustaka
Setia.
Sujanto, A. (2006). Psikologi umum. Jakarta: Bumi Aksara.