Upload
intansaviraa
View
27
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kasus diare pada anak
Citation preview
LAPORAN KASUS
SEORANG ANAK USIA 1 TAHUN DENGAN DIARE AKUT DEHIDRASI SEDANG
Oleh :
Intan Savira, S.Ked G99131042 L08-2013
Sofi Ariani, S.Ked G99131081 L09-2013
Pembimbing :
Mustarsid, dr., Sp.A (K)
KEPANITERAAN KLINIK LAB / UPF ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
1
PRESENTASI KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. A
Tanggal lahir : 18 Agustus 2012
Umur : 1 tahun
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : pucangsawit RT/RW: 01/XIV Jebres Surakarta
Tanggal masuk : 10 November 2013
Tanggal Pemeriksaan : 11 November 2013
No. CM : 01227684
BB/TB : 9 kg/ 77 cm
II. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara aloanamnesis terhadap ibu
penderita.
A. Keluhan Utama : Mencret
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan mencret. Keluhan dirasakan sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Sebelumnya pasien tidak mengkonsumsi
makanan ataupun minuman yang tidak biasa dimakan. Mencret lebih dari
10x sehari, volume tiap kali mencret kurang lebih sebanyak sepertiga gelas
belimbing, konsistensi cair, cairan lebih banyak daripada ampas, warna
kuning, lendir (-) darah (-), mual (-), muntah setiap kali minum, badan
lemas (+), nafsu makan menurun (+) demam (+) dirasakan sejak 1 hari
sebelum masuk rumah sakit, demam cukup tinggi dengan perabaan tangan.
Demam tidak disertai kejang. Pilek (-) batuk (-). Tidak ada mimisan, gusi
2
berdarah maupun bintik merah-merah pada tubuh. Pasien tampak rewel da
meminta menum terus, kemudian dibawa ke klinik, mendapat obat, ibu
lupa obatnya. Setelah minum obat mencret tidak berkurang. Kemudian
pasien dibawa ke RSDM.
Saat di IGD RSDM pasien tampak rewel dan selalu minta minum
dan menangis bila minum dilepas. BAK terakhir kurang lebih 1 jam
sebelum masuk rumah sakit.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat mencret sebelumnya : 1 bulan lalu mual muntah
dan diare. Diperiksakan ke klinik dan sembuh tanpa mondok
Riwayat Ganti susu : disangkal
Riwayat Alergi : disangkal
Riwayat Mondok Sebelumnya : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit serupa : (+) kakak,
Riwayat alergi : (-)
E. Pemeliharaan Kehamilan dan Prenatal
Pemeriksaan di : Bidan
Frekuensi : Trimester I : 1x/ 1 bulan
Trimester II : 2x/ 1 bulan
Trimester III : 2x/ 1 minggu
Keluhan selama kehamilan : tidak ada
Obat-obatan yang diminum selama kehamilan : vitamin dan tablet
penambah darah.
F. Riwayat Kelahiran :
3
Pasien lahir di bidan dengan berat badan lahir 3000 gram dan panjang
47 cm, lahir spontan, langsung menangis kuat segera setelah lahir, usia
kehamilan 9 bulan.
G. Riwayat Postnatal
Rutin ke puskesmas setiap bulan untuk menimbang badan dan
mendapat imunisasi.
H. Imunisasi
Kesimpulan : imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal IDAI 2011
I. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Motorik Kasar
Mengangkat kepala : 3 bulan
Tengkurap kepala tegak : 4 bulan
Duduk sendiri : 6 bulan
Bangkit terus duduk : 9 bulan
Berdiri sendiri : 12 bulan
4
Jenis I II III IV
1. BCG
2. DPT
3. Polio
4. Campak
5. Hepatitis B
1 bulan
2 bulan
0 bulan
9 bulan
Lahir
-
3 bulan
2 bulan
-
2 bulan
-
4 bulan
3 bulan
-
3 bulan
-
-
4 bulan
-
4 bulan
Berjalan dengan dipegangi : 15 bulan
Lari : -
Melompat : -
Melompat jauh : -
b. Bahasa
Bersuara “aah/ooh” : 2 bulan
Berkata (tidak spesifik) : 7 bulan
Berkata (spesifik) : 11 bulan
Kombinasi kata : -
Menyebut 4 gambar : -
Bicara semua dimengerti : -
c. Motorik halus
Memegang benda : 3,5 bulan
Meraih : 6 bulan
Mengambil benda : 9 bulan
Mencoret-coret : 15 bulan
Bermain menara 6 kubus : -
Mencontoh : -
d. Personal sosial
Tersenyum : 2 bulan
Mulai makan : 6 bulan
Tepuk tangan : 9 bulan
Menirukan kegiatan : 12 bulan
Cuci tangan + gosok gigi : -
Berpakaian tanpa bantuan : -
Kesan : pertumbuhan dan perkembangan baik
I. Riwayat Nutrisi dan Kebiasaan Makan Anak
5
An. A, ♂, 1 tahun, 9 kg
- Usia 0-3 bulan : ASI saja, frekuensi minum ASI tiap kali bayi
menangis atau minta minum, sehari biasanya lebih dari 8 kali dan
lama menyusui 10 menit, bergantian kiri kanan. Sesudah menyusui
anak tidak menangis. Kemudian ASI dihentikan karena
produksinya kurang.
- Usia 3 bulan-sekarang : awalnya pada usia 3 bulan ASI diganti
dengan susu formula. Namun, karena menurut orang tua pasien
tinja pasien berbau tidak enak setelah minum susu tersebut, maka
susu diganti dengan susu formula merk lain dari usia 9 bulan
hingga saat ini dengan frekuensi pemberian 5 kali sehari.
- Sejak usia 4 bulan-9 bulan : susu formula ±5x@120 ml, pasien
diberikan makanan berupa tim, tahu dan tempe yang dihaluskan
sebanyak 3 kali sehari. Pasien juga diberikan pisang dan bayam.
- Sejak usia 12 bulan-sekarang : susu formula ±3x@120 ml, nasi
sayur lauk (tahu-tempe-telur-ikan-daging) 3x1/2 piring, ditambah
buah dan kue, selalu habis.
J. Pohon Keluarga
4 th
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum : rewel, tampak kehausan
Derajat kesadaran : compos mentis
I
II
III35 th 30 th
65 th 63 th 54 th 52 th
6
Status gizi : kesan gizi baik
B. Tanda vital
BB : 9kg
PB : 77cm
Nadi : 132 x/menit, reguler, isi tegangan cukup, simetris
Pernafasan : 52x/menit, tipe thorakoabdominal
Suhu : 37,5º C (per axiler)
C. Kulit
Warna sawo matang, kelembaban cukup, ujud kelainan kulit (-)
D. Kepala
Normocephal, rambut hitam sukar dicabut, UUB sedikit cekung
LK= 44 cm (-2 SD< LK < 0 SD).
E. Mata
Mata sedikit cekung cekung (+/+), air mata kurang (+/+), konjungtiva
pucat (-/-), palpebra odem (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor
(2mm/2mm), reflek cahaya (+/+), gerak bola mata ke segala arah (+/+)
F. Hidung
Bentuk normal, nafas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
G. Mulut
Bibir sianosis (-), mukosa sedikit kering
H. Telinga
Bentuk normal, sekret(-), tragus pain (-), mastoid pain (-).
I. Tenggorok
Uvula ditengah, tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
J. Leher
Bentuk normocolli, trakea di tengah, kelenjar getah bening tidak
membesar, JVP tidak meningkat
K. Lymphonodi
Retroaurikuler : tidak membesar
Submandibuler : tidak membesar
7
L. Thorax
Bentuk : normochest, retraksi (-), gerakan simetris kanan kiri
Pulmo : Inspeksi : Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : Sonor / Sonor di semua lapang paru
Batas paru-hepar : SIC V kanan
Batas paru-lambung : SIC VI kiri
Redup relatif di : SIC V kanan
Redup absolut : SIC VI kanan (hepar)
Auskultasi : SDV (+/+), RBK (-/-), RBH (-/-),WHZ
(-/-)
Cor : Inspeksi : iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung kesan tidak melebar
Kiri atas : SIC II LPSS
Kiri bawah : SIC IV LMCS
Kanan atas : SIC II LPSD
Kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas nomal, regular,
bising (-)
J. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada , spasme (-)
Auskultasi : Bising usus meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
kembali lambat.
K. Anorektal : dalam batas normal
L. Ekstremitas
Akral dingin - - edema - -
- - - -
Capillary Refill Time< 2 detik
8
Arteri dorsalis pedis teraba kuat
M. Status Neurologi
Kesadaran : kompos mentis
Reflek cahaya : +/+
Pupil Isokor : 2mm/2mm
Meningeal sign
o Kaku kuduk : -
o Brudzinsky I : -
o Brudzinsky II : -
o Kernig Sign : -
Reflek Fisiologis
o R. Biceps : +/+
o R. Triceps : +/+
o R. Pattela : +/+
o R. Achilles : +/+
Refleks Patologis
o R. Babinsky : -/-
o R. Oppenheim : -/-
o R. Chaddock : -/-
o R. Gordon : -/-
Kekuatan Motorik : :
N. Perhitungan Status Gizi
Secara Antropometris
BB : 7 kg
Umur : 1tahun
PB : 70 cm
9
+5 +5
+5 +5
BBU
= 99,9
x 100 %=90,9 %→−2 SD<Z score<0 SD
TBU
=7777
x100 %=100 %→ Z score=0 SD
BBTB
= 910
x 100 %=90 %→−2 SD<Z score←1 SD
Status gizi secara antropometris : gizi baik menurut WHO 2005.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium darah tanggal 10 November 2013
Hb : 10,1g/dL
Hct : 29 %
AE : 3.970.000 /μL
AL : 7.700 /μL
AT : 470.000 /μL
Kesan : dalam batas normal
V. RESUME
Pasien datang dengan keluhan mencret. Keluhan dirasakan sejak 2
hari sebelum masuk rumah sakit. Mencret lebih dari 10x sehari, volume
tiap kali mencret sebanyak kurang lebih sepertiga gelas belimbing, warna
kuning, konsistensi cair, cairan lebih banyak daripada ampas, lendir (-)
darah (-). Pasien juga merasakan demam cukup tinggi dengan perabaan
tangan. Demam tidak disertai kejang. Muntah (+). Batuk (-), pilek (-),
badan lemas (+), rasa haus (+) nafsu makan menurun (+). Saat di IGD,
pasien tampak kehausan, BAK terakhir 1 jam SMRS
Pada pemeriksaan fisik diperoleh keadaan umum rewel,
composmentis dan gizi kesan baik. Tanda vital: N: 132x/menit, RR:
52x/menit, t= 37,5 oC. UUB cekung (+), Mata cekung (+), palpasi
abdomen turgor kembali lambat. Status gizi secara antropometris (WHO,
2005) : gizi baik. Pemeriksaan laboratorium tanggal 10 november
2013didapatkan, Hb: 10,1 g/dL, Hct: 29 %, AE: 3.970.000 /μL,
AL:7.700/μL,AT:470.000/μL.
10
VI. DAFTAR MASALAH
1. Diare 2 hari
2. Demam
3. UUB cekung
4. Mata cekung
5. Turgor kulit menurun
VII. DIAGNOSIS BANDING
Diare akut dehidrasi sedang e.c dd virus
Bakteri
VIII. DIAGNOSIS KERJA
1. Diare akut dehidrasi sedang e.c. rotavirus
2. Gizi baik (antropometris)
IX. PENATALAKSANAAN
Terapi
1. Mondok bangsal gastroenterologi
3. Diet bubur nasi 900 kkal/hari + ASI/ASB on demand
3. Infus Ringer Laktat (200cc/kgbb/hari) 75 cc/jam 19 tpm makro
4. cairan rehidrasi oral hipoosmolar 675mL dalam 3jam, 90cc tiap BAB
cair.
4. Zink tablet 1x20mg po
5. Oralit 90cc bila mencret, 35 cc bila muntah
6. Lacto B sach 2x1 sach/hari
7. Paracetamol tab 125 mg/8 jam bila demam
Monitoring
KU dan VS per 8 jam
11
Balance cairan per 8 jam
Planning
Pemeriksaan Darah rutin II, GDT, elektrolit, GDS
Feces dan urin rutin
Edukasi
Motivasi keluarga tentang penyakitnya
Istirahat
Banyak minum
Anak tidak boleh dipuasakan, makanan diberikan sedikit-sedikit tapi
sering, rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.
X. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : bonam
Ad fungsionam : bonam
12
LEMBAR MONITORING
Tanggal Jam Pemeriksaan Terapi
9-11-13 06.00 S : mencret(+) cairan>ampas
3x,muntah (+) panas (+)
O : CM, rewel, sakit sedang, gizi
baik
TV : HR = 134 x/1’
RR = 40x/1’
S = 37,3oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (+/+)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (+)
Turgor kulit : kembali lambat
IVFD asering 10tpm
makro
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
13
14.00 S : mencret (+) cairan>ampas 2x,
muntah (+), panas (+)
O : CM, lemah, gizi baik
TV : HR = 130 x/1’
RR = 28 x/1’
S = 37,4oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (+/+) nbb
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (+)
Turgor kulit : agak lambat
IVFD asering 10tpm
makro
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
22.00 S : mencret (+) muntah (-), panas
(+)
O : CM, lemah, gizi baik
TV : HR = 130 x/1’
RR = 24 x/1’
S = 37,5 oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (-)
Turgor kulit : agak lambat
IVFD asering 10tpm
makro
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
14
10-11-13 06.00 S : mencret (+) ampas>cairan
4x,muntah (+), panas (+)
O : CM, tampak sakit sedang, gizi
baik
TV : HR = 130 x/1’
RR = 34 x/1’
S = 36,7oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (-)
Turgor kulit : kembali cepat
IVFD asering 10tpm
makro
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
14.00 S : mencret (-), muntah (-),panas
(-)
O : CM, sakit sedang, gizi baik
TV : HR = 136 x/1’
RR = 28 x/1’
S = 37,5 oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (-)
Turgor kulit : kembali cepat
IVFD asering 10tpm
makro
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
15
11-11-13 S : mencret (-), muntah (-),panas
(-)
O : CM, sakit sedang, gizi baik
TV : HR = 136 x/1’
RR = 28 x/1’
S = 37,5 oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (-)
Turgor kulit : kembali cepat
IVFD acering 38cc/jam
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
12-11-13 S : mencret (-), muntah (-),panas
(-)
O : CM, sakit sedang, gizi baik
TV : HR = 136 x/1’
RR = 28 x/1’
S = 37,5 oC (per axiler)
SH :
Kesadaran : compos mentis
Mata cekung : (-/-)
Air mata : (+/+)
Mulut dan lidah : basah
Rasa haus : (-)
Turgor kulit : kembali cepat
Diet nasi lauk 900
kkal/hari
Zink tablet 1x1
Oralit 90 cc bila mencret,
50 cc bila muntah
probiotik 2x1sach
Paracetamol 3x1
16
BALANCE CAIRAN
INPUT 14.00 22.00 06.00
Makan
Minum
Infus
55 35 -
20 10 25
225 225 225
OUTPUT
BAB
BAK
Muntah
IWL
40 30 -
80 70 100
10 - -
70 70 70
Total +100 +40 +80
ANALISIS KASUS
1. Diare akut pada kasus ini ditegakkan atas dasar :
Anamnesis :
- Defekasi encer lebih dari 3x sehari, yang terjadi mendadak, kurang dari 7
hari pada anak yang sebelumnya sehat.
2. Derajat dehidrasi ditentukan dengan kriteria :
Penilaian A (tanpa dehidrasi)
B (dehidrasi ringan sedang)
C (dehidrasi berat)
17
1
2
3
4
5
6
7
Lihat :
Keadaan umum
Mata
Air mata
Mulut & lidah
Rasa haus
Periksa Turgor Kulit
Hasil pemeriksaan
baik/sadar
normal
ada
basah
minum biasa tidak haus
kembali cepat
tanpa dehidrasi
Gelisah/rewel
Sedikit cekung
Tidak ada
Kering
Haus ingin minum hangat
Kembali lambat
Dehidrasi ringan/sedang1 tanda di (+) 1/> tanda lain
lesu, lunglai atau tidak sadar
sangat cekung dan kering
tidak ada
sangat kering
malas minum/tidak bisa minum
kembali sangat lambat
dehidrasi berat
1 tanda di (+) 1/> tanda lain
Pada kasus ini ada penderita gelisah/rewel, UUB cekung, mata cekung,
turgor kulit kembali lambat, sehingga termasuk dalam derajat dehidrasi sedang.
Pada kasus di atas lebih mengarah pada diare yang disebabkan virus, yaitu
dari anamnesis panas tinggi dan diare tanpa lendir darah.
Pemberian terapi pada kasus ini, sudah sesuai dengan penatalaksanaan
diare akut dengan derajat dehidrasi ringan sedang, yaitu pemberian cairan
rehidrasiRinger laktat 200 cc/kgBB/hari (pada pasien ini 15 tpm
makro/menit),sambil diperiksa status hidrasinya. Pasien juga diberikanoralit 70cc
bila mencret dan 35 cc bila muntah. Pasien juga diberi tablet zinc, serta
lactobacillus untuk menjaga kesehatan usus. Pemberian antipiretik disesuaikan
dengan klinis penderita.
18
TINJAUAN PUSTAKA
Diare Akut
A. Definisi
Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat
kandungan air di dalam tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), menyebabkan
peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari, dan berlangsung kurang
dari 7 hari.1
19
B. Epidemiologi
Setiap tahun diperkirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3
juta kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara
berkembang berkisar 3,5 – 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama
kehidupan dan 2 – 5 episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama
kehidupan. Hasil survei oleh Depkes diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000
sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini meningkat bila dibanding survei pada
tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare masih merupakan penyebab
utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat proporsi kematian
bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan
secara langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk
infeksi rotavirus ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunnya di
Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.2
C. Etiologi
Selama 2 dekade, penelitian menunjukkan karakteristik dari diare akut. Pada
awal 1970 agen penyebab dapat diidentifikasi dalam 15-20% episode diare.
Sekarang, dengan semakin berkembangnya teknik diagnostik, dapat ditemukan
agen penyebab dalam 60-80%.3 Sebagian besar penyebab infeksi diare adalah
Rotavirus, disamping virus lainnya seperti Norwalk Like Virus, Enteric
Adenovirus, Astovirus, dan Calicivirus. Beberapa patogen bakteri seperti
Salmonella, Shigella, Yersinia, Campylobacter, dan beberapa strain khusus
E.Coli. Beberapa parasit yang sering menyebabkan diare meliputi Giardia,
Crytosporidium, dan Entamoeba Histolytica.3,4
Penyebab diare pada anak dapat dilihat pada tabel 1.1,5 Infeksi usus merupakan
penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis. Tabel 2 memperlihatkan jenis
patogen penyebab diare pada diare.1
Table 1. Penyebab diare akut
20
Infeksi
Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran
kemih, pneumonia)
Obat-obatanAntibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan
Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multipel
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Defisiensi enzim sukrase/isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam berat Co, Zn, cat
Penelitian multisenter selama 1 tahun di beberapa Negara Eropa menunjukkan
bahwa 65,6% dari 287 anak terinfeksi oleh patogen, dan infeksi terbanyak adalah
karena Rotavirus (35,1%).
Tabel 2. Patogen penyebab diare akut
PatogenFrekuensi kasus sporadic di Negara berkembang
(%)
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
25 – 40
1 – 20
4 – 9
?
21
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibrio para haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
6 – 8
3 – 7
3 – 5
0 – 3
1 – 2
0 – 2
0 – 1
-
?
0 – 2
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia
1 – 3
1 – 3
Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut, infeksi
saluran kemih, dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare yang ringan
dan dapat sembuh sendiri dengan penyembuhan penyakit dasarnya. Penggunaan
beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan dengan
Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA) merupakan salah
satu diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain sindrom malabsorpsi
bila diare tidak sembuh dalam 10-14 hari.1
D. Patofisiologi
Ada beberapa mekanisme patofisiologis yang terjadi, sesuai dengan penyebab
diare.Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus sehingga mengurangi
luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik.1
Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang berbeda.
Bakteri non invasive(vibrio cholera, E.coli patogen) masuk dan dapat melekat
pada usus, berkembang baik disitu, dan kemudian akan mengeluarkan enzim
mucinase (mencairkan lapisan lendir), kemudian bakteri akan masuk ke membran,
22
dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan cAMP yang akan
merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa menimbulkan
kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus teregang,
kemudian terjadilah diare.1
Bakteri invasive (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasive, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus
maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan
mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas
mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan
verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom
hemolitik uremik.1
E. Pemeriksaan dan Manifestasi Klinis
Anamnesis
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan kita pada penyakit lain yang presentasi
klinisnya mirip dengan diare akut.1 Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas
atau takipneu mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit
telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih, urgensi,
dan nyeri saat berkemih mengarahkan kita pada pielonefritis.1 Anamnesis yang
baik akan memberi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus melakukan
pemeriksaan penunjang.
Tujuan kedua anamnesis adalah untuk menilai beratnya gejala dan resiko
komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume dan
lamanya muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan
cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi.1
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk 2 tujuan utama, mencari tanda- tanda
penyakit penyerta dan memperkirakan derajat dehidrasi.1 Penilaian yang tidak
23
akurat terhadap defisit cairan dan kehilangan cairan yang terus terjadi merupakan
faktor penting penyebab kesakitan dan kematian pada muntah dan diare akut.1
Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan tentukan derajat dehidrasi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada sebagian besar kasus tanpa dehidrasi atau dengan dehidrasi ringan tidak
diperlukan pemeriksaan penunjang.1 Pada dehidrasi berat perlu dilakukan
pemeriksaan elektrolit serum, nitrogen urea, kadar gula darah dan analisis gas
darah.1
Pemeriksaan virologik dan mikrobiologik perlu dilakukan hanya bila hasilnya
dapat digunakan untuk mengganti tata laksana. Adanya darah secara makroskopik
dan mikroskopik mengarah pada Shigella, Campylobacter, atau
Enterohemorrhagic Escherichia coli sp sebagai penyebab.1
Pemeriksaan untuk mendeteksi virus seperti tes antigen rotavirus dapat
mengkonfirmasi penyebab, tetapi tidak mengubah tata laksana. Pemeriksaan
antigen Giardia dan apusan feses untuk telur dan parasit umumnya tidak
diperlukan kecuali diare berlanjut lebih dari 10 hari atau ada riwayat paparan.1
F. Kriteria Diagnosis
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 7 hari.1 Pada diare terjadi
perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam
tinja melebihi normal (10ml/kg/hari), dan menyebabkan frekuensi defekasi lebih
dari 3 kali sehari.1 Derajat dehidrasi dibedakan menjadi tanpa dehidrasi, dhidrasi
ringan-sedang, dan dehidrasi berat.
Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai dengan kriteria berikut :
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% berat badan)
- Tidak ditemukan tanda utama (keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun) dan tanda
tambahan (kelainan pada ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa
bibir, mulut, dan lidah).
24
- Keadaan umum baik, sadar.
- Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah.
- Turgor abdomen baik, bising usus normal.
- Akral hangat.6
2. Dehidrasi ringan sedang/ tidak berat (kehilangan cairan 5-10% berat badan)
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan.
- Keadaan umum gelisah atau cengeng.
- Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering.
- Turgor kurang, akral hangat.6
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% berat badan)
- Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan.
- Keadaan umum lemah, letargi atau koma.
- Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering.
- Turgor sangat kurang dan akral dingin.
- Pasien harus rawat inap.6
G. Tata Laksana
Rehidrasi Oral
Rehidrasi oral diberikan berdasarkan derajat diare :
1. Tanpa dehidrasi
- Cairan rehidrasi oralit dengan menggunakan NEW ORALIT diberikan 5-10
mL/kgBB setiap diare cair atau berdasarkan usia, yaitu umur <1 tahun
sebanyak 50-100 mL, umur 1-5 tahun sebanyak 100-200 mL, dan umur di
atas 5 tahun semaunya. Dapat diberikan cairan rumah tangga sesuai kemauan
anak. ASI harus terus diberikan.
25
- Pasien dapat dirawat di rumah, kecuali apabila terdapat komplikasi lain (tidak
mau minum, muntah terus menerus, diare frekuen dan profus).6
2. Dehidrasi ringan-sedang
- Cairan rehidrasi oral (CRO) hipoosmolar diberikan sebanyak 75 mL/kgBB
dalam 3 jam untuk mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi dan
sebanyak 5-10 mL/kgBB setiap diare cair.
- Rehidrasi parenteral (intravena) diberikan bila anak muntah setiap diberi
minum walaupun telah diberikan dengan cara sedikit demi sedikit atau
melalui pipa nasogastrik. Cairan intravena yang diberikan adalah ringer laktat
atau KaEN 3B atau NaCl dengan jumlah cairan dihitung berdasarkan berat
badan. Status hidrasi dievaluasi secara berkala.
- Berat badan 3-10 kg : 200 mL/kgBB/hari
- Berat badan 10-15 kg : 175 mL/kgBB/hari
- Berat badan >15 kg : 135 mL/kgBB/hari
- Pasien dipantau di Puskesmas/Rumah Sakit selama proses rehidrasi sambil
memberi edukasi tentang melakukan rehidrasi kepada orangtua.6
3. Dehidrasi berat
- Diberikan cairan rehidrasi parenteral dengan ringer laktat atau ringer asetat
100 mL/kgBB dengan cara pemberian :
- Umur kurang dari 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam 1 jam pertama, dilanjutkan
70 mL/kgBB dalam 5 jam berikutnya.
- Umur di atas 12 bulan : 30 mL/kgBB dalam ½ jam pertama, dilanjutkan 70
mL/kgBB dalam 2,5 jam berikutnya.
- Masukan cairan peroral diberikan bila pasien sudah mau dan dapat minum,
dimulai dengan 5 mL/kgBB selama proses rehidrasi.6
Tabel 3. Komposisi cairan Parenteral dan Oral 2:
Osmolalitas(m
Osm/L)
Glukosa
(g/L)
Na+
(mEq/
L)
CI-
(mEq
/L)
K+
(mEq/
L)
Basa(m
Eq/L)
NaCl 0,9 308 - 154 154 - -
26
%
NaCl 0,45
%+D5428 50 77 77 - -
NaCl
0,225%
+D5
253 50 38,5 38,5 - -
Riger
Laktat273 - 130 109 4 Laktat 28
Ka-En 3B 290 27 50 50 20 Laktat 20
Ka-En 3B 264 38 30 28 8 Laktat 10
Standard
WHO-
ORS
311 111 90 80 20 Citrat 10
Reduced
osmalarity
WHO-
ORS
245 70 75 65 20 Citrat 10
EPSGAN
recommen
dation
213 60 60 70 20 Citrat 3
Pemberian Makanan Secepatnya (early refeeding)
Makanan per oral diberikan sesegera mungkin saat kondisi sudah membaik.
Rekomendasi pemberian makanan secepatnya pada tata laksana diare akut
terutama ditekankan pada meneruskan pemberian ASI dan makanan sehari-hari.1
Hal ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizi, menstimulasi perbaikan usus,
dan mengurangi derajat serta lamanya penyakit.1,2
Anak yang lebih besar yang telah menerima bermacam variasi makanan
sebaiknya diberikan makanan yang seimbang, cukup energi dan mudah dicerna.
Karbohidrat kompleks seperti nasi, mie, kentang, roti, biskuit dan pisang
27
sebaiknya diberikan sejak awal, kemudian ditambahkan sayuran dan daging
matang.1 Makanan yang perlu dihindari adalah yang mengandung gula sederhana
seperti minuman ringan (soft drink), jus buah kental, minuman mengandung
kafein, dan sereal yang dilapisi gula.1
Pemberian Probiotik
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare
akut pada anak.1,2,7 Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus
aman dan efektif dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan
lamanya diare kira-kira 2/3 lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada
hari ke dua pemberian sebanyak 1 – 2 kali. Kemungkinan mekanisme efek
probiotik dalam pengobatan diare adalah perubahan lingkungan mikro lumen
usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen, kompetisi nutrien,
mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor toksin,
efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.2
Mengurangi durasi diare juga dapat dilakukan dengan pemberian probiotik
bersamaan dengan makanan.8 Produk susu yang difermentasi merupakan
"palatable source of nutriens". Proses fermentasi akan mengurangi konsentrasi
laktosa dan peningkatan konsentrasi asam laktat, galaktosa, asam amino bebas,
asam lemak, dan beberapa vitamin B. sehingga dapat terjadi ketahanan terhadap
serangan infeksi dan perbaikan kembali keseimbangan lingkungan flora normal
dalam usus.8
Obat-obatan
Pemberian antiemetik, antimotilitas, dan antidiare sebagai pengobatan diare
kurang bermanfaat bahkan dapat menyebabkan komplikasi yang serius.1,2 Obat-
obatan tersebut tidak mengurangi volume tinja ataupun memperpendek lama sakit.
Efek sedasi atau anoreksia yang ditimbulkan akan mengurangi keberhasilan terapi
rehidrasi oral.1
Penggunaan antibiotik tidak efektif pada infeksi virus dan hanya terindikasi
pada keadaan tertentu antara lain : (1)patogen telah teridentifikasi, (2)bayi atau
28
anak dengan defek imun, (3)terapi terhadap kolera, (4)bayi kurang dari 3 bulan
dengan biakan tinja positif.1
Mikronutrien
Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut
didasarkan kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi
saluran cerna dan terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare.
Seng telah dikenali berperan di dalam metallo – enzymes, polyribosomes , selaput
sel, dan fungsi sel, juga berperan penting di dalam pertumbuhan sel dan fungsi
kekebalan . Sazawal S dkk melaporkan pada bayi dan anak lebih kecil dengan
diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam menurunkan lama dan
beratnya diare.1,2,9,10
H. Pencegahan dan Edukasi
Ada beberapa kiat pencegahan terjadinya diare antara lain : (1)pemberian ASI
eksklusif 4-6 bulan, (2)sterilisasi botol setiap sebelum penberian susu formula,
(3)persiapan dan penyimpanan makanan bayi/anak secara bersih, (4)gunakan air
bersih dan matang untuk minum, (5)kebiasaan mencuci tangan, (6)membuang
tinja di jamban, (7)pemberian makanan seimbang untuk menjaga status gizi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudigdo, Sastroasmoro. 2007. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : RSUP Nasional DR.Cipto Mangunkusumo.
2. Satriya, Deddy. 2012. Diare Akut Pada Anak. http://www.scribd.com/doc/58519752/45323927-Diare-Akut-Pada-Anak. (Diakses 31 Juli 2012).
3. Behrman, Kliegman, Jenson. Nelson Textbook of Pediatrics. 16th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company, 2000. p.765-768.
4. Christopher D, Mathurasn S, Consultants RC, W.B Greenough III, Ronald K, William JK, et al. The Management of Acute Diarrhea in Children:
29
Oral Rehydration, Maintenance, and Nutritional Therapy. MMWR 1992; 41
5. Partawihardja, I.B. 1994. Tinjauan Terapi Nutrisi Pada Diare Anak. Dibacakan dalam pidato pengukuhan Guru Besar Universitas Diponegoro Semarang.
6. Juffrie, M., Kadim, M., Mulyani, N.S, Damayanti, W.,dan Widowati, T. 2010. Diare Akut. Dalam : Pudjiadi, A.H., Hegar, B., dan Handryastuti, S. (eds). Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia.
7. Zvi Weizman, Ghaleb A, Akmed A. Effect of A Probiotic, Infant Formula on Infection in Child Care Centers: Comparison of Two Probiotic Agents. Pediatrics 2005; 115; 5-9
8. Erika I, Tarja R, Marketta J, Pekka S, Timo K. A Human Lactobacillus Strain (Lactobacillus Casei sp Strain GG) Promotes Recovery From Acute Diarrhea in Children. Pediatrics 1991; 88; 90-97
9. IGN Sanjaya, Sudaryat S, I Ketut NA. Effect of Probiotic Supplementation on Acute Diarrhea in Infants: A Randomized double blind clinical trial. Paediatrica Indonesiana ed July 2007. Vol.47. p.172-177
10. Oliver Fontaine. Departement of Child and Adolescent Health and Development, World Health Organization. Evidence for The Safety and Efficacy of Zinc Supplementation in The Management of Diarrhea. Presenting in Konika XIV 14, Surabaya. Sari Pediatri edisi Juni 2008. Vol.10. hal.14-20
30