Preskes Dr.asih

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    1/21

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. PREEKLAMSIA BERAT (PEB)

    1. Definisi

    Preeklamsi adalah sindrom spesifik kehamilan berupa berkurangnya perfusi

    organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Proteinuria adalah tanda penting

    preeklamsi, dan apabila tidak terdapat proteinuria maka diagnosisnya dipertanyakan.

    Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam urin per

    24 jam atau +1 pada dipstick secara menetap pada sampel urin secara acak. Kriteria

    minimum untuk mendiagnosis preeklamsi adalah hipertensi plus proteinuri minimal.

    Semakin parah hipertensi atau proteinuri maka semakin pasti diagnosis preeklamsi.

    Memburuknya hipertensi terutama apabila disertai proteinuri merupakan pertanda

    buruk,sebaliknya proteinuri tanpa hipertensi hanya menimbulkan efek keseluruhan

    yang kecil angka kematian pada bayi. Proteinuri +2 atau lebih yang menetap atau

    eksresi proteinuri 24 jam sebesar 2g atau lebih adalah preeklamsi berat. Apabila

    kelainan ginjal parah, filtrasi glomerulus dapat terganggu dan kreatinin plasma dapat

    meningkat.5

    Nyeri epigastrium atau kuadran kanan atas tampaknya merupakan akibat

    nekrosis, iskemia dan edema hepatoseluler yang meregangkan kapsul Glisson. Nyeri

    khas ini sering disertai oleh peningkatan enzim hati dalam serum.5

    Selain dapat terjadi preeklamsia murni, preeklamsia dapat terjadi pada seorang

    wanita yang mengalami hipertensi kronik atau yang dapat disebut sebagai

    superimposed on hypertensive chronic yang dapat terjadi pada trimester kedua.4

    Eklampsia yang terjadi dalam kehamilan menyebabkan kelainan pada susunan

    saraf. Penyebab eklampsia adalah kurangnya cairan darah ke otak, hipoksik otak atau

    edema otak.2

    Preeklampsia berat adalah preeklamsia dengan salah satu atau lebih gejala dan

    tanda di bawah ini 9:

    a.Desakan darah: pasien dalam keadaan istirahat desakan sistolik 160 mmHgdan desakan diastolik 90 mmHg.

    b.Proteinuria: 5 gr/jumlah urin selama 24 atau dipstick 4+.c.Oliguria: produksi urin < 400-500 cc/24 jam.d.Kenaikan kreatinin serum.

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    2/21

    e.Edema paru dan sianosis.f.Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen: disebabkan

    teregangnya kapsula Glisson. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar.

    g.Gangguan otak dan visus: perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotomata, danpandangan kabur.

    h.Gangguan fungsi hepar: peningkatan alanine atau aspartate amino transferase.i. Hemolisis mikroangiopatik.

    j. Trombositopenia < 100.000 cell/mm3k.Sindroma HELLP

    Trombositopenia adalah ciri memburuknya preeklamsia, dan mungkin

    disebabkan oleh aktivasi dan agregasi trombosit serta hemolisis mikroangiopati yang

    dipicu oleh vesospasme hebat. Tanda-tanda hemolisis yang berat seperti

    hemoglobinemia, hemoglobinuria atau hiperbilirubinemia menunjukkan penyakit yang

    parah.

    Faktor lain yang menunjukkan keparahan hipertensi adalah disfungsi jantung

    dengan edema paru serta pertumbuhan janin terhambat nyata.5

    Keparahan Preeklamsia.

    Keparahan preeklamsia dinilai berdasarkan frekuensi dan intensitas berbagai

    kelainan seperti tekanan darah diastolik yang meningkat, proteinuri, nyeri kepala,

    gangguan penglihatan, nyeri abdomen atas, oligouria, kejang, peningkatan kreatinin

    serum, trombositopenia, peningkatan enzim hati, pertumbuhan janin terhambat, dan

    edema paru. Semakin nyata kelainan tersebut, semakin besar indikasi untuk melakukan

    terminasi kehamilan. Perlu diketahui, pembedaan antara preeklamsi ringan dan berat

    dapat menyesatkan karena penyakit yang tampak ringan dapat berkembang dengan

    cepat menjadi penyakit berat.5

    2. Etiologi

    Meskipun etiologi terjadinya preeklamsia sampai sekarang belum jelas namun

    ada beberapa teori yang dapat menjelaskan dasar terjadinya preeklamsia.

    a. Teori GenetikDari hasil penelitian dapat diduga preeklamsia merupakan penyakit yang dapat

    diturunkan secara resesiv (disebut teori resesiv). Preeklamsia dapat terjadi pada

    penderita dengan riwayat keluarga preeklamsia, seperti ibu penderita atau saudara

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    3/21

    perempuan penderita.

    b. Teori ImunologikKehamilan sebenarnya merupakan paradoks biologi yaitu janin yang sebenarnya

    merupakan benda asing (karena ada faktor ayah) secara imunologik dapat diterima

    dan ditolak oleh ibu. Preeklamsia terjadi karena kegagalan adaptasi imunologik

    yang tidak terlalu kuat sehinga konsepsi tetap berjalan tapi sel-sel trophoblast

    tidak bisa melakukan invasi ke dalam arteri spirales agar berdilatasi.

    c. Teori Ischemia PlasentaIschemia plasenta pada preeklamsia terjadi karena pembuluh darah yang

    mengalami dilatasi hanya terjadi pada arteri spirales di decidua, sedang pembuluh

    darah di daerah myometrium yaitu arteri spirales dan arteri basalis tidak melebar.

    Pelebaran arteri spirales adalah akibat fisiologik invasi sel trophoblast ke dalam

    lapisan otot arteri spirales, sehingga arteri spirales menjadi menurun tonusnya dan

    akhirnya melebar. Pada preeklamsia invasi sel-sel trophoblast ini tidak terjadi

    sehingga tonus pembuluh darah tetap tinggi dan seolah-olah terjadi vasokonstriksi.

    Hal ini menyebabkan pembuluh darah ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan

    darah plasenta sehingga terjadi ischemia plasenta.

    d. Teori Radikal BebasIschemia plasenta akan melepaskan suatu bahan yang bersifat toxin sehingga

    menimbulkan gejala preeklamsia. Faktor-faktor yang diduga dihasilkan oleh

    ischemia plasenta adalah radikal bebas yang merupakan produk sampingan

    metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan berumur pendek. Pada

    preeklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah plasenta yang mengalami

    ischemia. Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tidak jenuh dan

    menghasilkan peroksida lemak. Asam lemak tidak jenuh banyak dijumpai pada

    membran sel sehingga radikal bebas lebih banyak merusak membran sel. Pada

    preeklamsia produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar

    antioksidan juga menurun.

    e. Teori Kerusakan Sel EndotelPeroksidase lemak adalah proses oksidasi asam lemak tidak jenuh yang

    menghasilkan peroksidase lemak asam lemak jenuh. Pada preeklamsia diduga

    bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak adalah sel endotel

    pembuluh darah. Hal ini terbukti bahwa kerusakan sel endotel merupakan

    gambaran umum yang dijumpai pada preeklamsia.

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    4/21

    Rupanya tidak hanya satu faktor melainkan banyak faktor yang menyebabkan

    preeklamsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan seringkali sukar

    ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat.1

    3. Patofisiologi

    Patogenesis terjadinya Preeklamsia dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a. Penurunan kadar angiotensin II dan peningkatan kepekaan vaskulerPada preeklamsia terjadi penurunan kadar angiotensin II yang menyebabkan

    pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan-bahan vasoaktif

    (vasopresor), sehingga pemberian vasoaktif dalam jumlah sedikit saja sudah dapat

    menimbulkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menimbulkan hipertensi. Pada

    kehamilan normal kadar angiotensin II cukup tinggi. Pada preeklamsia terjadi

    penurunan kadar prostacyclin dengan akibat meningkatnya thromboxane yang

    mengakibatkan menurunnya sintesis angiotensin II sehingga peka terhadap

    rangsangan bahan vasoaktif dan akhirnya terjadi hipertensi.

    b. Hipovolemia IntravaskulerPada kehamilan normal terjadi kenaikan volume plasma hingga mencapai 45%,

    sebaliknya pada preeklamsia terjadi penyusutan volume plasma hingga mencapai

    30-40% kehamilan normal. Menurunnya volume plasma menimbulkan

    hemokonsentrasi dan peningkatan viskositas darah. Akibatnya perfusi pada

    jaringan atau organ penting menjadi menurun (hipoperfusi) sehingga terjadi

    gangguan pada pertukaran bahan-bahan metabolik dan oksigenasi jaringan.

    Penurunan perfusi ke dalam jaringan utero-plasenta mengakibatkan oksigenasi

    janin menurun sehingga sering terjadi pertumbuhan janin yang terhambat

    (Intrauterine growth retardation), gawat janin, bahkan kematian janin intrauterin.

    c. Vasokonstriksi pembuluh darahPada kehamilan normal tekanan darah dapat diatur tetap meskipun cardiac output

    meningkat, karena terjadinya penurunan tahanan perifer. Pada kehamilan dengan

    hipertensi terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasokonstriktor

    sehingga keluarnya bahan-bahan vasoaktif dalam tubuh dengan cepat

    menimbulkan vasokonstriksi. Adanya vasokonstriksi menyeluruh pada sistem

    pembuluh darah artiole dan pra kapiler pada hakekatnya merupakan suatu sistem

    kompensasi terhadap terjadinya hipovolemik. Sebab bila tidak terjadi

    vasokonstriksi, ibu hamil dengan hipertensi akan berada dalam syok kronik.

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    5/21

    Perjalanan klinis dan temuan anatomis memberikan bukti presumtif bahwa

    preeklamsi disebabkan oleh sirkulasi suatu zat beracun dalam darah yang menyebabkan

    trombosis di banyak pembuluh darah halus, selanjutnya membuat nekrosis berbagai

    organ.4

    Pada preeklamsi berat dan eklamsi dijumpai perburukan patologis fungsi

    sejumlah organ dan sistem mungkin akibat vasospasme dan iskemia. Telah

    dikemukakan sebelumnya bahwa pada preeklamsia terjadi gangguan perfusi dari

    uteroplacenta. Bila hal ini terjadi maka akan mengaktivasi sistem renin-angiotensin.

    Aktivasi dari sistem ini akan melepaskan Angiotensin II yang dapat mengakibatkan

    vasokonstriksi secara general sehingga terjadi hipertensi. Selain itu, terjadi hipovolemia

    dan hipoksia jaringan. Ternyata, hipovolemia dan hipoksia jaringan dapat pula

    disebabkan oleh DIC yang dapat terjadi akibat pelepasan tromboplastin karena terdapat

    injury pada sel endotel pembuluh darah uterus.4

    Bila hipoksia dan hipovolemi terjadi pada kapiler-kapiler yang membentuk

    glomerulus, maka dapat terjadi glomerular endotheliosis yang menyebabkan

    peningkatan perfusi glomerular dan filtrasinya sehingga dari gambaran klinis dapat

    ditemukan proteinuria. Vasokonstriksi kapiler-kapiler dapat pula menyebabkan oedem.

    Selain itu, dari jalur adrenal akan memproduksi aldosteron yang juga dapat

    menyebabkan retensi dari Na dan air sehingga pada pasien preeklamsia terjadi oedem.7

    Kelainan trombositopenia kadang sangat parah sehingga dapat mengancam

    nyawa. Kadar sebagian faktor pembekuan dalam plasma mungkin menurun dan eritrosit

    dapat mengalami trauma hebat sehingga bentuknya aneh dan mengalami hemolisis

    dengan cepat.8

    4. Frekuensi

    Hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor resiko medis yang paling sering

    dijumpai dalam. Penyakit ini dijumpai pada 146.320 wanita, atau 3,7% di antara semua

    kehamilan yang berakhir dengan semua kelahiran hidup. Eklamsia didiagnosis pada

    12.345 di antaranya, dan kematian ibu akibat penyulit ini tetap merupakan ancaman.

    Dalam kepustakaan frekuensi di lapangan berkisar antara 3-10%.5

    Insiden preeklamsi sering disebut sekitar 5 persen, walaupun laporan yang ada

    sangat bervariasi. Insiden sangat dipengaruhi oleh paritas; berkaitan dengan ras dan

    etnik- dan karenanya juga faktor predisposisi genetik; sementara faktor lingkungan juga

    berperan.4

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    6/21

    Pada primigravida frekuensi preeklamsia lebih tinggi bila dibandingkan

    dengan multigravida terutama primigravida muda, DM, Mola hidatidosa, kehamilan

    ganda, hidrops fetalis, umur lebih dari 35 tahun, dan obesitas merupakan faktor

    predisposisi untuk terjadinya preeklamsia.1

    5. Dasar Pengelolaan

    Pada kehamilan dengan penyulit apapun pada ibunya, dilakukan pengelolaan

    dasar sebagai berikut :

    a. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya, yaitu terapi medikamentosa denganpemberian obat-obatan untuk penyulitnya.

    b. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannnya yang tergantungpada umur kehamilannya. Sikap terhadap kehamilannnya dibagi 2, yaitu :

    - Ekspektatif ; konservatif : bila umur kehamilannnya < 37 minggu, artinyakehamilan dipertahankan selama mungkin sambil memberikan terapi

    medikamentosa.

    - Aktif ; agresif : bila umur kehamilan 37 minggu, artinya kehamilan diakhirisetelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi ibu.9

    6. Pemberian Terapi Medikamentosa

    a. Segera masuk rumah sakit.b. Tirah baring miring ke kiri secara intermitten.c. Infus Ringer Laktat atau Ringer Dextrosa 5 %.d. Pemberian anti kejang MgSO4 sebagai pencegahan dan terapi kejang yang

    pemberiannnya dibagi dalam dosis awal serta dosis lanjutan.

    e. Pemberian anti hipertensiDiberikan bila tekanan darah 180/110 mmHg atau MAP 126.

    Jenis obat yang diberikan : Nifedipine 10-20 mg oral, diulang setelah 30 menit,

    maksimum 120 mg dalam 24 jam.

    Desakan darah diturunkan secara bertahap :

    - Penurunan awal 25 % dari desakan sistolik.- Desakan darah diturunkan mencapai < 160/105 atau MAP < 125

    f. DiuretikumDiuretikum tidak dibenarkan diberikan secara rutin karena :

    Memperberat penurunan perfusi plasenta

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    7/21

    Memperberat hipovolemia Meningkatkan hemokonsentrasi

    g. DietDiet diberikan secara seimbang, hindari protein dan kalori yang berlebih.

    9

    7. Sikap Terhadap Kehamilannya

    a. Perawatan Konservatif; ekspektatif1) Tujuan

    a) Mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilannnyayang memenuhi syarat janin dapat dilahirkan.

    b) Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhikeselamatan ibu.

    2) Indikasi :Kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending

    eklampsia.

    3) Terapi Medikamentosaa) Terapi medikamentosa sama seperti diatas.

    b) Bila penderita sudah kembali menjadi PER, maka masih dirawat 2-3hari lagi baru diizinkan pulang.

    c) Pemberian MgSO4 sama seperti pemberian MgSO4 tersebut diatas,hanya tidak diberikan loading dose intravena, tetapi cukup

    intramuskuler.

    d) Pemberian glukokortikoid pada umur kehamilan 32-34 minggu selama48 jam.

    4) Perawatan di Rumah Sakita) Pemeriksaan dan monitoring tiap hari terhadap gejala klinik sebagai

    berikut :

    -Nyeri kepala

    -Penglihatan kabur

    -Nyeri perut kuadran kanan atas

    -Nyeri Epigastrium

    -Kenaikan berat badan dengan cepat

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    8/21

    b) Menimbang berat badan pada waktu masuk rumah sakit dan diikuti tiaphari.

    c) Mengukur proteinuria ketika masuk rumah sakit dan diulangi tiap 2hari.

    d) Pengukuran desakan darah sesuai standar yang telah ditentukan.e) Pemeriksaan laboratorium.f) Pemeriksaan USG.g) Meskipun penderita telah bebas dari gejala-gejala PEB, masih tetap di

    rawat 3 hari lagi baru diizinkan pulang.

    5) Penderita boleh dipulangkan bila penderita telah bebasdari gejala-gejalapreeklamsia berat, masih tetap dirawat 3 hari lagi baru diijinkan pulang.

    6) Cara persalinana) Bila penderita tidak in partu, kehamilan di pertahankan sampai

    kehamilan aterm.

    b) Bila penderita in partu, perjalanan persalinan diikuti seperti lazimnya (misalnya dengan grafik Friedman).

    c) Bila penderita in partu, maka persalinan diutamakan per vaginamkecuali ada indikasi untuk pembedahan sesar.

    b. Perawatan Aktif; agresif1) Tujuan: Terminasi kehamilan.2) Indikasi

    a) Indikasi Ibu. Kegagalan terapi medikamentosa

    - Setelah 6 jam sejak dimulai pengobatan medikamentosa terjadikenaikan darah yang persisten.

    - Setelah 24 jam sejak dimulainya pengobatan medikamentosaterjadi kenaikan desakan darah yang persisten.

    Tanda dan gejala impending eklampsia Gangguan fungsi hepar Gangguan fungsi ginjal Dicurigai terjadi solutio plasenta Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, perdarahan

    b) Indikasi Janin

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    9/21

    Umur kehamilan 37 minggu. IUGR berat berdasarkan pemeriksaan USG. NST nonreaktif dan profil biofisik abnormal.

    Timbulnya oligohidramnionc ) Indikasi Laboratorium

    Trombositopenia progresif yang menjurus ke sindroma HELLP

    3) Terapi MedikamentosaSama seperti terapi medikamentosa diatas.

    4) Cara PersalinanSedapat mungkin persalinan diarahkan pervaginam.

    a)Penderita belum in partu Dilakukan induksi persalinan bila bishop score 8. Bila perlu

    dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi persalinan

    harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam. Bila tidak, induksi

    persalinan dianggap gagal dan harus disusul dengan pembedahan

    sesar.

    Indikasi pembedahan sesar :1. Tidak ada indikasi untuk persalinan pervaginam.2. Induksi persalinan gagal.3. Terjadi maternal distress.4. Terjadi fetal distress.5. Bila umur kehamilan < 33 minggu.

    b)Penderita sudah in partu Perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman. Memperpendek kala II. Pembedahan sesar dilakukan bila terdapat maternal distress atau fetal

    distress.

    Primigravida direkomendasikan pembedahan sesar. Anestesia : regional anesthesia, epidural anesthesia, tidak dianjurkan

    general anesthesia.9

    8. Penyulit Ibu

    a. Sistem saraf pusat

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    10/21

    - Perdarahan intrakranial- Trombosis Vena sentral.- Hipertensi Ensefalopati.- Edema Cerebri.- Edema Retina.- Macular atau retina detachment.- Kebutaan korteks.

    b. Gastrointestinal-Hepatik- Subcapsular hematoma hepar.- Ruptur kapsukl hepar

    c. Ginjal- Gagal ginjal akut- Necrosis tubular akut

    d. Hematologik- DIC- Trombositopenia

    e. Kardiopulmoner- Edema Paru ; kardiogenik atau non kardiogenik.- Depresi atau arrest pernafasan.- Kardiac arrest- Iskemia miokardium

    f. Lain-lain9Ascites

    9. Penyulit Janin

    a. IUGRb. Solutio plasentac. IUFDd. Kematian neonatale. Penyulit akibat premarturitasf. Cerebral palsy.9

    10. Diagnosis

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    11/21

    Diagnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan.

    Hipertensi gestasional

    o TD > 140/90 mmHg untuk pertama kali selama kehamilano Tidak ada proteinuriao TD kembali normal setelah 140/90 mmHg setelah gestasi 20 minggu Proteinuria > 300mg/24 jam atau > +1 pada dipstikPeningkatan kepastian preeklamsi

    TD > 160/100 mmHg Proteinuria > 0,2g/24 jam atau > +2 pada dipstik Kreatinin serum > 1,2 mg/dl kecuali apabila telah diketahui meningkat

    sebelumnya

    Trombosit 300 mg/24 jam pada wanita pengidap hipertensi

    tetapi tanpa proteinuria sebelum gestasi 20 minggu

    Terjadi peningkatan proteinuria atau tekanan darah atau hitung trombosit 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum gestasi 20minggu

    Hipertensi yang pertama kali didiagnosis setelah gestasi 20 minggu danmenetap setelah 12 minggu postpartum.

    5

    Diagnosis dari preeklamsia berat dapat ditentukan secara klinis maupun

    laboratorium.

    Klinis :

    - Nyeri epigastrik- Gangguan penglihatan- Sakit kepala yang tidak respon terhadap terapi konvensional- Terdapat IUGR- Sianosis, edema pulmo- Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau 110 mmHg untuk tekanan darah

    diastolik (minimal diperiksa dua kali dengan selang waktu 6 jam)

    - Oliguria (< 400 ml selama 24 jam)Laboratorium :

    - Proteinuria (2,0 gram/24 jam atau > +2 pada dipstik)- Trombositopenia (1,2 mg/dl kecuali apabila diketahui telah meningkat

    sebelumnya

    - Hemolisis mikroangiopatik (LDH meningkat)- Peningkatan LFT (SGOT,SGPT)4

    11. Prediksi dan Pencegahan

    Berbagai penanda bikimiawi dan biofisik diduga dapat digunakan untuk

    memperkirakan timbulnya preeklamsi pada tahap lebih lanjut. Para peneliti

    berupaya mengidentifikasi penanda-penanda awal gangguan plasentasi, penurunan

    perfusi plasenta, disfungsi sel endotel, dan aktivitas koaglasi. Terdapat beberapa uji

    untuk memperkirakan preeklamsi antara lain infus angiotensin II, roll over test,

    asam urat, ekskresi kalikrein urin, metabolisme kalsium, fibronektin, aktivasi

    koagulasi, peptida plasenta, velosimetri doppler arteria uterina, dan penanda stress

    oksidatif. 4

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    13/21

    Penerangan tentang manfaat istirahat dan diet berguna dalam pencegahan.

    Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur, namun pekerjaan sehari-hari

    perlu dikurangi dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring. Diet tinggi

    protein dan rendah lemak, karbohidrat, garam dan penambahan berat badan yang

    tidak berlebihan perlu dianjurkan. Mengenal secara dini preeklamsia dan segera

    merawat penderita tanpa memberikan diuretik dan obat antihipertensi memang

    merupakan kemajuan dari pemeriksaan antenatal yang baik.1

    Selain itu, ada pula yang mengemukakan mengenai pemberian suplemen

    kalsium, aspirin, maupun suplemen minyak ikan. Namun, masih terdapat

    kontroversi.6

    12. Differential Diagnosis

    a. Hipertensi gestasional

    b. Hipertensi kronik

    13. Penanganan

    Prinsip penatalaksanaan preeklamsia berat adalah mencegah timbulnya kejang,

    mengendalikan hipertensi guna mencegah perdarahan intrakranial serta kerusakan dari

    organ-organ vital dan melahirkan bayi dengan selamat.1

    Pada preeklamsia berat, penundaan merupakan tindakan yang salah. Karena

    preeklamsia sendiri bisa membunuh janin.5

    PEB dirawat segera bersama dengan bagian Interna dan Neurologi, dan

    kemudian ditentukan jenis perawatan/tindakannya. Perawatannya dapat meliputi :

    a.Perawatan aktif, yang berarti kehamilan segera diakhiri.

    Indikasi :

    Bila didapatkan satu atau lebih dari keadaan berikut ini

    1). Ibu :

    a). Kehamilan lebih dari 37 minggu

    b). Adanya tanda-tanda terjadinya impending eklampsia

    c). Kegagalan terapi pada perawatan konservatif.

    2). Janin :

    a). Adanya tanda-tanda gawat janin

    b). Adanya tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat.

    3). Laboratorium :

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    14/21

    Adanya sindroma HELLP .

    PengobatanMedikamentosa

    1). Infus D5% yang tiap liternya diselingi dengan larutan RL 500 cc (60-125

    cc/jam)

    2). Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.

    3). Pemberian obat : MgSO4.

    b.Pengelolaan Konservatif, yang berarti kehamilan tetap dipertahankan

    Indikasi

    Kehamilan kurang bulan (< 37 minggu) tanpa disertai tanda-tanda impending

    eklamsi dengan keadaan janin baik.

    Medikamentosa

    Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan secara aktif. Hanya dosis

    awal MgSO4 tidak diberikan i.v. cukup i.m. saja (MgSO440% 8 gr i.m.).8

    Sebagai pengobatan untuk mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan:

    - Larutan sulfas magnesikus 40 % (4 gram) disuntikan IM pada bokong kiridan kanan sebagai dosis permulaan, dan dapat diulang 4 gram tiap 6 jam

    menurut keadaan. Tambahan sulfas magnesikus hanya diberikan bila

    diuresis baik, reflek patella positif, dan kecepatan pernapasan lebih dari 16

    kali per menit. Bila terjadi toksisitas akut, dapat diberikan kalsium glukonat

    intravena selama 3 menit sebagai antidotum.

    - Klorpromazin 50 mg IM- Diazepam 20 mg IM.

    Penggunaan obat hipotensif pada preeklamsia berat diperlukan karena

    dengan menurunkan tekanan darah kemungkinan kejang dan apopleksia

    serebri menjadi lebih kecil. Namun, dari penggunaan obat-obat

    antihipertensi jangan sampai mengganggu perfusi uteropalcental. OAH

    yang dapat digunakan adalah hydralazine, labetolol, dan nifedipin.4

    Apabila terdapat oligouria, sebaiknya penderita diberi glukosa 20 % secara

    intravena. Obat diuretika tidak diberikan secara rutin.

    Pemberian kortikosteroid untuk maturitas dari paru janin sampai saat ini

    masih kontroversi.6

    Untuk penderita preeklamsia diperlukan anestesi dan sedativa lebih banyak

    dalam persalinan. Namun, untuk saat ini teknik anestesi yang lebih disukai

    adalah anestesi epidural lumbal.4

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    15/21

    Pada kala II, pada penderita dengan hipertensi, bahaya perdarahan dalam

    otak lebih besar, sehingga apabila syarat-syarat telah terpenuhi, hendaknya

    persalinan diakhiri dengan cunam atau vakum. Pada gawat janin, dalam

    kala I, dilakukan segera seksio sesarea; pada kala II dilakukan ekstraksi

    dengan cunam atau ekstraktor vakum.3

    14. Komplikasi

    Komplikasi preeklamsia berat antara lain: Eklamsia, HELLP Sindrom,

    Edema pulmonum, DIC, Gagal ginjal akut, Ruptur hepar, Solutio plasenta,

    Perdarahan serebral dan gangguan visus.

    15. Prognosis

    Prognosis untuk eklamsi selalu serius walaupun angka kematian ibu akibat

    eklamsi telah menurun selam tiga dekade terakhir dari 5 sampai sepuluh persen

    menjadi kurang dari tiga persen kasus. Kematian ini disebabkan karena kurang

    sempurnanya pengawasan antenatal, disamping itu penderita eklampsia biasanya

    sering terlambat mendapat pertolongan. Kematian ibu biasanya karena perdarahan

    otak, decompensatio cordis, oedem paru, payah ginjal dan aspirasi cairan lambung.

    Sebab kematian bayi karena prematuritas dan hipoksia intra uterin.1

    A. SINDROMA HELLP

    1. Definisi

    Sindroma HELLP yang merupakan singkatan dari Hemolysis, Elevated Liver

    enzymes and Low Platelet counts, pertama kali dilaporkan oleh Louis Weinsteintahun 1982 pada penderita PEB. Sindroma ini merupakan kumpulan gejala multi

    sistem pada penderita PEB dan eklampsia yang terutama ditandai dengan adanya

    hemolisis, peningkatan kadar enzim hepar dan trombositopeni (Haryono, 2004).

    2. Insiden

    Insiden sindroma HELLP sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Hal

    ini disebabkan karena onset sindroma ini sulit di duga, gambaran klinisnya sangat

    bervariasi dan perbedaan dalam kriteria diagnosis. Insiden sindroma HELLP berkisar

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    16/21

    antara 2 12% dari pasien dengan PEB, dan berkisar 0,2 0, 6% dari seluruh

    kehamilan (Haryono, 2004).

    3. Patogenesis

    Karena sindroma HELLP adalah merupakan bagian dari pre eklampsia, maka

    etiopatogenesisnya sama dengan pre eklampsia. Sampai saat ini belum diketahui

    dengan pasti patogenesis pre eklampsia atau sindroma HELLP. Ada perbedaan yang

    nyata antara kehamilan normal dan pre eklampsia, yaitu pada tekanan darah pada

    trimester II (kehamilan normal) menurun, sedangkan kadar plasma renin, angiotensin

    II, prostasiklin dan volume darah meningkat.

    Lain halnya pada pre eklampsia, tekanan darah pada trimester II meningkat,

    sedangkan kadar plasma renin, angiotensin II dan prostasiklin menurun. Beberapa ahli

    menitikberatkan pada gangguan fungsi endotel atau trofoblast dan teori ini dikenal

    dengan teori kerusakan endotel.

    4. Klasifikasi

    Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium, Martin mengelompokkan

    penderita sindroma HELLP dalam 3 kategori, yaitu :

    Kelas I : jumlah platelet 50.000/mm3. Kelas II : jumlah platelet 50.000100.000/mm3. Kelas III : jumlah platelet 100.000150.000/mm3(7).

    Menurut Audibert dkk. (1996), dikatakan sindroma HELLP partial apabila

    hanya dijumpai satu atau lebih perubahan parameter sindroma HELLP seperti

    hemolisis (H), elevate liver enzymes (EL) dan low platelets (LP); dan dikatakan

    sindroma HELLP murni jika dijumpai perubahan pada ketiga parameter tersebut.

    5. Gambaran Klinis

    Gejala klinis sindroma HELLP merupakan gambaran adanya vasospasme pada

    sistem vaskuler hepar yang menurunkan fungsi hepar. Oleh karena itu gejala sindroma

    HELLP memberi gambaran gangguan fungsi hepar yang dapat berupa : malaise, nausea,

    kadang-kadang disertai vomitus dan keluhan nyeri di epigastrium kanan atas (M. Dikman

    Angsar, 1995).

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    17/21

    Karena gejala dan tanda bervariasi maka seringkali terjadi salah diagnosis,

    sehingga ada peneliti yang merekomendasikan bahwa semua ibu hamil yang memiliki

    salah satu dari gejala tersebut hendaknya dilakukan pemeriksaan apusan darah,

    jumlah trombosit dan enzim hepar serta tekanan darah ibu.

    5. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan laboratorium pada sindroma HELLP sangat diperlukan karena

    diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil laboratorium, walaupun sampai saat ini belum

    ada batasan yang tegas tentang nilai batas untuk masing-masing parameter.

    HemolisisMenurut Weinstein (1982) dan Sibai (1986) gambaran ini merupakan gambaran

    yang spesifik pada sindroma HELLP. Hemoglobin bebas dalam sistem retikulo

    endothelial akan berubah menjadi bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin

    menunjukkan terjadinya hemolisis. Hemolisis intravaskuler menyebabkan

    sumsum tulang merespon dengan mengaktifkan proses eritropoesis, yang

    mengakibatkan beredarnya eritrosit imatur.

    Peningkatan kadar enzim heparSerum aminotransferase yaitu aspartat aminotransferase (SGOT) dan glutamat

    piruvat transaminase (SGPT) meningkat pada kerusakan sel hepar. Pada pre

    eklampsia, SGOT dan SGPT meningkat 1/5kasus, dimana 50% diantaranya adalah

    peningkatan SGOT. Pada sindroma HELLP peningkatan SGOT lebih tinggi dari

    SGPT terutama pada fase akut dan progresivitas sindroma ini. Peningkatan SGOT

    dan SGPT dapat juga merupakan tanda terjadinya ruptur hepar.

    Laktat dehidrogenase (LDH) adalah enzim katalase yang bertanggungjawab

    terhadap proses oksidasi laktat menjadi piruvat. LDH yang meningkat

    menggambarkan terjadinya kerusakan sel hepar. Peningkatan kadar LDH tanpadisertai peningkatan kadar SGOT dan SGPT menunjukkan terjadinya hemolisis.

    Jumlah platelet yang rendah (Haryono, 2004).6. Diagnosis

    Kriteria diagnosis sindroma HELLP menurut Sibai adalah sebagai berikut

    :(Cunningham, 1995)

    Hemolisisi) Schistiosit pada apusan darah

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    18/21

    ii) Bilirubin 1,2 mg/dliii) Haptoglobin plasma tidak ada

    Peningkatan enzim hepari)

    SGOT

    72 IU/L

    ii) LDH 600 IU/L Jumlah trombosit rendah

    i) Trombosit 100.000/mm37. Penatalaksanaan

    Mengingat kejadian sindroma HELLP pada kehamilan muda, maka terdapat

    kontroversi pada penanganan sindroma HELLP. Prioritas utama adalah menstabilkan

    kondisi ibu terutama jika terjadi gangguan pembekuan darah. Tahap berikutnya adalah

    melihat kesejahteraan janin, kemudian keputusan segera apakah ada indikasi untuk

    dilahirkan atau tidak.

    Sebagian setuju untuk melakukan perawatan secara konservatif sampai kematangan

    paru janin tercapai dalam upaya meningkatkan kualitas bayi yang dilahirkan. Sebagian

    lainnya melakukan tindakan agresif untuk melakukan terminasi secepatnya apabila

    gangguan fungsi hati dan koagulasi diketahui. Beberapa peneliti menganjurkan terminasi

    kehamilan dengan segera tanpa memperhitungkan usia kehamilan, mengingat besarnya

    risiko maternal serta jeleknya luaran perinatal apabila kehamilan diteruskan. Namun semua

    peneliti sepakat bahwa terminasi kehamilan merupakan satu-satunya terapi yang definitif

    (Haryono, 2004).

    Penanganan pertama sesuai dengan penanganan PEB. Kemudian dilakukan

    evaluasi dan koreksi kelainan faktor-faktor pembekuan (Haryono, 2004).

    Untuk perawatan konservatif dianjurkan tirah baring total dengan infus plasma

    albumin 525%. Tujuannya untuk menurunkan hemokonsentrasi, peningkatan jumlah

    trombosit dan pengurangan beberapa gejala toksemia. Jika cervix memadai dapat dilakukan

    induksi oksitosin drip pada usia kehamilan 32 minggu. Apabila keadaan cervix kurang

    memadai, dilakukan elektif seksio Caesar. Apabila jumlah trombosit 50.000/mm3

    dilakukan tranfusi trombosit.

    8. Prognosis

    Penderita sindroma HELLP mempunyai kemungkinan 19-27% untuk

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    19/21

    mendapat risiko sindrom ini pada kehamilan berikutnya dan mempunyai risiko sampai

    43% untuk mendapat pre eklampsia pada kehamilan berikutnya. Angka morbiditas

    dan mortalitas pada bayi tergantung dari keparahan penyakit ibu. Anak yang

    menderita sindroma HELLP mengalami perkembangan yang terhambat (IUGR) dan

    sindroma kegagalan napas (Haryono, 2004).

    B. PRIMIGRAVIDA

    Primigravida adalah seorang wanita yang hamil pertama kali.

    C. HAMIL ATERM

    WHO (1979) membagi umur kehamilan dalam tiga kelompok, yaitu:

    1. Pre term : kurang dari 37 minggu lengkap (kurang dari 259 hari)2. Aterm : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu

    lengkap (259 hari sampai 293 hari).

    3. Post term : 42 minggu lengkap atau lebih (294 hari atau lebih)

    D. BELUM DALAM PERSALINAN

    Tanda-tanda dalam persalinan (in partu) yaitu:

    1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan-robekan

    kecil pada serviks

    3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya4. Pada pemeriksaan dalam: seviks mendatar dan pembukaan telah ada

    E. SECTIO CAESARIA

    1. DefinisiKelahiran fetus melalui incisi dinding perut pada usia kehamilan lebih dari 28

    minggu. Definisi ini tidak termasuk pengeluaran fetus dari rongga abdomen dalam

    kasus ruptur uteri atau pada kasus kehamilan abdominal.2 Newnham and Hobel

    menyebutkan bahwa sektio caesaria sebagai kelahiran janin melalui insisi pada dinding

    perut dan rahim anterior. Pembedahan sektio caesaria dapat merupakan tindakan

    emergency ataupun tindakan elektif (yang direncanakan). Seksio cecarea emergency,

    biasanya dilakukan pada keadaan: fetal distress, distokia atau persalinan yang tak maju,

    perdarahan plasenter. Seksio sesarea emergency selalu mempunyai resiko yang lebih

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    20/21

    tinggi daripada yang direncanakan. 11

    2. Indikasi 1I. Indikasi Maternal

    a. Disporposi Kepala Panggulb. Plasenta Previac. Abnormalitas Jalan Lahir (tumor jalan lahir)d. Abnormalitas uteruse. Pre Eklampsia Beratf. Eklampsiag. Riwayat SC (2x/lebih, SC Corporal,Incisi bentuk huruf T)h. Ruptur Uteri Imminens

    II.Indikasi Fetal

    a. Fetal Distressb. Prolaps Tali pusatc. Makrosomiad. Kelainan letak, misal : letak lintang, letak sungsang.e. Kelainan kongenital, misal : hidrosefalusf. Infeksi jalan lahir ibu, misal : herpes

    III.Indikasi Persalinan

    a. Persalinan tak maju atau distosia.3. Komplikasi 1,10

    I. Terhadap ibu

    a. Infeksi puerperal, seperti infeksi rahim atau endometriosisb. ISKc. Perdarahan, Anemiad. Komplikasi Obat Bius, misal: gangguan saluran pencernaan, gangguan

    pernafasan

    e. TromboemboliII.Resiko Janin

    a. APGAR Score yang rendahb. Gangguan pernafasan

    Seksio cecarea digolongkan menurut tipe incisi dari rahim, yaitu:1

    1. Segmen bawah

  • 7/22/2019 Preskes Dr.asih

    21/21

    Incisi pada isthmus atau bagian servikal rahim

    a. Tranverse (Munro-Kerr)b. Vertical (Beck atau Kronig)

    2. KlasikIncisi pada fundus uteri

    a. Longitudinalb. Tranverse

    3. EkstraperitonealIncisi segmen rendah tanpa masuk ke cavum abdominal

    a. Tranverse (Waters)b. Vertical (Latzko)

    4. Post mortemIncisi uterus pada fundus, yang dilakukan setelah ibu meninggal