Upload
anindya-nur-qurani
View
34
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Preskas Anak Omfalitis FK UNS
Citation preview
PRESENTASI KASUS
SEORANG ANAK LAKI-LAKI 11 BULAN DENGAN SPEECH DELAYED
DEVELOPMENT DAN MOTORIC DELAYED DEVELOPMENT DENGAN
STATUS GIZI KURANG
Oleh :
Anindya Nur Qurani G99142026 / I-13
Sheilla Elfira San Pambayun G99142027 / I-14
Pembimbing :
Yulidar Hafidh, dr., Sp.A, M.Kes
KEPANITERAAN KLINIK SMF / BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2015
1
BAB I
LAPORAN KASUS
II.1. SUBJECTIVE
Telah lahir bayi secara spontan, jenis kelamin laki-laki, apgar score 8/9/10,
berat badan 2800 gram, panjang badan 47 cm, lingkar kepala 32 cm, lingkar dada
30 cm, dengan air ketuban keruh. Pada tanggal 13 Desember 2012.
Usia di dalam kandungan: 38 minggu. Nama ibu: Nur Setiani.
II.2. OBJECTIVE
- Menangis kuat, gerakan aktif
- Muntah (-)
- Vital sign :
o Suhu : 36.9°C
o Nadi : 120 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-), dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler, rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+), hepar/lien tidak teraba, tali pusat
segar (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Genital :
o Laki-laki, anus (+)
APGAR SCORE:
0 1 2 Apgar 1 5 10
2
score menit menit menit
Tidak
ada
<100 >100 Denyut
jantung
2 2 2
Tidak
ada
Tidak
teratur
Baik Pernafasan 2 2 2
Lemah Sedang Baik Tonus otot 1 2 2
Tidak
ada
Meringis Menangis Peka
rangsang
2 2 2
Biru /
putih
Merah
jambu,
ujung
biru-biru
Merah
jambu
Warna 1 1 2
TOTAL 8 9 10
II.3. ASSESSMENT
- Neonatus aterm
II.4. PLANNING
Planning diagnostik:
- Gula darah anak
- Darah lengkap
Planning terapi:
- Injeksi Neo K 0.5 mg
- Resusitasi
- ASI/PASI ad libitum
- Termoregulasi
Planning monitoring:
- Keadaan umum
- Vital sign
3
II.5. Follow Up
Tanggal Subjective Objective Assessment Planning
14 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.4°C
o Nadi : 120 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
- Neonatus aterm
- Omphalitis
Planning diagnostik:
-PCR
Planning terapi:
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
4
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit: berkeriput
15 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36°C
o Nadi : 128 kali/menit
o RR : 44 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
-Bilirubin direk
-Bilirubin total
Planning terapi:
-Infus D10 150 ml/24
jam
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
5
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit: Kramer IV
- Hasil lab:
- Bilirubin direk: 0.91 mg/dl
- Bilirubin indirek: 11.59 mg/dl
- Bilirubin total: 12.50 mg/dl
- CRP (+)
16 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.2°C
o Nadi : 128 kali/menit
o RR : 36 kali/menit
- Berat badan : 2900 gram
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
Planning terapi:
-Infus D10 150 ml/24
jam
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Injeksi picyn 2x150 mg
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
6
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
- Hasil lab
- CRP (+)
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
17 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.4°C
o Nadi : 125 kali/menit
o RR : 37 kali/menit
- Berat badan : 2800 gram
- Kepala :
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
- Bilirubin direk
- Bilirubin total
- DL
Planning terapi:
7
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat bau (+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Cefixim 2x1 gr
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
18 Desember 2012 - Menangis kuat (+)
- Gerak aktif (+)
- ASI/PASI banyak
- Muntah (-)
- BAB/BAK normal
- Vital sign :
o Suhu : 36.5°C
o Nadi : 122 kali/menit
o RR : 36 kali/menit
- Berat badan : 2900 gram
- Neonatus aterm
- Omphalitis
- Hiper-
bilirubinemia
Planning diagnostik:
- Bilirubin direk
- Bilirubin total
- DL
8
- Kepala :
o Sianosis (-), ikterik (-), anemis (-),
dispneu (-)
o Caput suksadeneum (-)
o Cephalhematom (-)
- Toraks :
o Simetris, retraksi dinding dada (-)
o Jantung : bunyi jantung I>II, regular
o Paru : suara nafas vesikuler,
rhonki (-), wheezing (-)
- Abdomen : soefl, bising usus (+),
hepar/lien tidak teraba, tali pusat segar
(+)
- Ekstremitas : akral hangat, sianosis (-)
- Kulit : Kramer IV
- Hasil lab:
- Bilirubin direk: 2.38 mg/dl
- Bilirubin total: 13 mg/dl
Planning terapi:
-ASI/PASI ad libitum
-Termoregulasi
-Cefixim 2x1 gr
-Fototerapi 1x24 jam
-Rawat tali pusat
Planning monitoring:
-Keadaan umum
-Vital sign
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi
Omfalitis didefinisikan sebagai infeksi umbilikus, khususnya tali
pusat, pada bayi baru lahir. Hal ini terutama mempengaruhi neonatus, di
antaranya kombinasi dari tunggul tali pusat dan penurunan kekebalan yang
ditemukan saat infeksi. Hal ini jarang dilaporkan di luar masa neonatus.
Variasi pada keadaan kongenital merupakan faktor predisposisi terjadinya
infeksi pada tali pusat.
Omfalitis dapat menyebar ke vena porta dan menyebabkan berbagai
macam komplikasi akut yang memerlukan intervensi medis serta bedah.
Meskipun kondisi ini jarang terjadi di negara maju, maka tetap menjadi
penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan di Afrika dan bagian
lain di dunia, dimana perawatan kesehatan kurang tersedia. Infeksi tali pusat
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap infeksi bayi baru lahir dan
kematian neonatus di Afrika, terutama bagi bayi yang dilahirkan di rumah
tanpa bidan yang terampil dan berada pada kondisi yang tidak higienis.
Gambar 1. Proses lepasnya tali pusat
Tali pusat biasanya puput satu minggu setelah lahir dan luka sembuh
dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman
10
dan infeksi yang dapat menyebabkan sepsis. Pengenalan secara dini infeksi
tali pusat sangat penting untuk mencegah sepsis.
II. Epidemiologi
Omfalitis jarang terjadi di negara maju, dengan angka kejadian 0.2 –
0.7 %. Untuk kejadian di negara berkembang, terjadi antara 2 – 7 dalam
setiap 100 kelahiran hidup. Namun, kejadian ini bahkan lebih tinggi di
masyarakat dengan aplikasi praktek di rumah yang tidak steril. Rumah sakit
berbasis penelitian memperkirakan bahwa 2 – 54 bayi per 1000 kelahiran
akan mengembangkan kejadian omfalitis.
III. Faktor Risiko
Faktor risiko yang dapat menyebabkan omfalitis yakni:
- Penanganan tali pusat yang tidak pantas (misalnya aplikasi budaya
seperti pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk, atau minyak
sawit pada tali pusat).
- Infeksi sekunder:
o Ketuban pecah dini
o Ibu dengan infeksi
o Proses kelahiran yang tidak steril
o Prematuritas: umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah dari
pada bayi cukup bulan. Transpor imunuglobulin melalui plasenta
terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga. Setelah lahir,
konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun, menyebabkan
hipogamaglobulinemia berat. Imaturitas kulit juga melemahkan
pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi dipengaruhi
oleh berbagai faktor, antara lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan
mudah rusak, kemampuan fagositosis dan leukosit immunitas masih
rendah.
o Bayi berat lahir rendah: merupakan faktor resiko terjadinya infeksi.
o Ibu tidak mandi (mencuci perineum dengan air dan sabun) atau
mencukur sebelum proses kelahiran
- Faktor risiko lain:
11
o Neonatus dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau
imunodefisiensi atau yang dirawat di rumah sakit dan mengalami
prosedur invasif. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap Streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG
dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam
darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
komplemen terlambat, dan C3 serta faktor B tidak diproduksi sebagai
respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara defisiensi imun
dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama dengan penurunan
fibronektin, menyebabkan sebagian besar penurunan aktivitas
opsonisasi.
o Sindrom kekurangan leukocyte adhesion (LAD) dan mobilitas
neutrofil.
IV. Etiologi
Organisme yang dapat menyebabkan omfalitis yaitu:
- Bakteri aerob:
o Staphylococcus aureus (penyebab tersering): ada dimana-mana dan
didapat pada masa awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir,
atau selama masa perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering
dijumpai pada kulit, saluran pernafasan, dan saluran cerna
terkolonisasi. Untuk pencegahan terjadinya infeksi tali pusat
sebaiknya tali pusat tetap dijaga kebersihannya, upayakan tali pusat
agar tetap kering dan bersih, pada saat memandikan di minggu
pertama sebaiknya jangan merendam bayi langsung ke dalam air
mandinya karena akan menyebabkan basahnya tali pusat dan
memperlambat proses pengeringan tali pusat.
o Streptokokus grup A
o Escherichia coli
o Klebsiella
o Proteus
- Bakteri anaerob (penyebab sepertiga kasus omfalitis):
12
o Bacteroides fragilis
o Peptostreptococcus
o Clostridium perfringens
V. Patofisiologi
Tali pusat menyajikan substrat yang unik untuk kolonisasi bakteri,
tanpa penghalang normal pertahanan kulit, dan mengalami iskemia dan
degradasi sehingga tali pusat mengering dan lepas. Biasanya, daerah tali
pusat menjadi tempat kolonisasi bakteri patogen intrapartum atau segera
setelah kelahiran. Bakteri memiliki potensi untuk menyerang tali pusat,
yang menyebabkan terjadinya omfalitis.
Spektrum bakteriologis dalam omfalitis sedang mengalami perubahan,
dimana terjadi perubahan dalam perawatan tali pusat, penggunaan
antibiotik, resistensi bakteri, dan praktek-praktek lokal lainnya.
VI. Klasifikasi
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nanah, atau berbau busuk,
dan di sekitar tali pusat berwarna kemerahan dan pembengkakan terbatas
pada daerah kurang dari 1 cm di sekitar pangkal tali pusat local atau
terbatas.
b. Infeksi tali pusat berat atau meluas
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area
1 cm atau kulit di sekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta
bayi mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat
berat atau meluas.
13
Gambar 2. Infeksi Tali Pusat Berat
VII. Gejala Klinik
- Gejala lokal:
o Discharge yang purulen dan berbau busuk dari umbilicus atau tali
pusat.
o Eritema, edema, dan nyeri tekan di daerah periumbilikal
- Gejala sistemik:
o Takikardi (denyut jantung lebih dari 180 kali per menit)
o Hipotensi dan capillary refill menurun
o Takipneu (nafas lebih dari 60 kali per menit)
o Tanda-tanda gagal nafas atau apneu
o Distensi abdomen dengan penurunan bising usus.
o Keterlibatan sistem saraf pusat:
Iritabilitas
Letargi
Penurunan refleks menghisap
Hipotonus atau hipertonus
VIII. Diagnosis Banding
- Granuloma umbilikus (granuloma yang dapat dilihat pada umbilikus)
- Patent vitello-intestinal duct
- Patent urachus (pembukaan fistel dengan discharge urin)
- Necrotizing enterocolitis (distensi abdomen, muntah, BAB berdarah)
- Sepsis general
- Jarang, anomaly appendiculo-omphalic
IX. Diagnosis
Usap mikrobiologi dari umbilikus harus dikirim untuk kultur aerob
dan anaerob. Kultur darah harus disertakan pada saat yang tepat. Pada
pemeriksaan laboratorium darah, dapat ditemukan neutrofilia (kadang-
kadang neutropenia).
Diagnostik dapat ditegakkan melalui pemeriksaan penunjang berupa:
14
- Rontgen abdomen sangat diperlukan jika dicurigai terjadi necrotizing
enterokolitis. Dapat dijumpai gas di intraperitoneal dimana terjadi
peritonitis (disebabkan oleh bakteri penghasil gas). Multiple fluid levels
dapat mengarah ke obstruksi adhesi tapi dapat pula dijumpai pada ileus.
- USG abdomen berguna untuk memberikan gambaran mengenai dinding
abdomen jika dicurigai terjadi kista. Sangat berguna untuk mendiagnosis
abses intraperitoneal, abses retroperitoneal, dan abses hepar.
- USG Doppler dilakukan jika dicurigai terjadi thrombosis vena portal.
- Fistulogram diindikasikan jika terjadi fistula ke umbilikus.
- MRI atau CT-scan dapat digunakan untuk menilai fistula kongenital.
X. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
- Antibiotik: ampiclox, cloxacillin, flucloxacillin, methicillin yang
dikombinasi dengan gentamycin.
- Untuk bakteri anaerob, dapat diberikan antibiotik berupa
metronidazole.
- Terapi diberikan selama 10-14 hari.
- Untuk omfalitis sederhana yang tidak terjadi komplikasi, dapat
diberikan terapi antibiotik jangka pendek selama 7 hari.
b. Nonfarmakologi
Penatalaksanaan omfalitis berdasarkan klasifikasi:
a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas
- Biasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum memegang atau
membersihkan tali pusat, untuk mencegah berpindahnya kuman dari
tangan.
- Bersihkan tali pusat menggunakan larutan antiseptik (misalnya
klorheksidin atau iodium povidon 2,5%) dengan kain kassa yang
bersih.
- Oles sekitar tali pusat dengan antiseptik (misalnya gentian violet 0,5%
atau iodium povidon 2,5%) 8x/hari sampai tidak ada nanah lagi.
15
- Anjurkan Ibu melakukan ini kapan saja bila memungkinkan. Jika
kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm,
obati seperti infeksi tali pusat berat atau meluas.
b. Infeksi tali pusat berat atau meluas
- Lakukan pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan kultur dan
sensivitasi.
- Dapat diberikan pemberian antibiotik sesuai indikasi seperti
Kloksasilin oral selama lima hari jika terdapat pustule / lepuh kulit
dan selaput lendir.
- Cari tanda-tanda sepsis.
- Lakukan perawatan umum seperti dijelaskan untuk infeksi tali pusat
lokal atau terbatas.
XI. Komplikasi
Patofisiologi komplikasi omfalitis erat kaitannya dengan anatomi
umbilikus. Infeksi dapat menyebar sepanjang arteri umbilikalis, vena
umbilikalis, sistem limfatik dinding abdomen, dan dengan penyebaran
langsung ke daerah perbatasan.
16
Gambar 3. Patofisiologi komplikasi dari omfalitis
Komplikasi yang dapat terjadi pada omfalitis berupa:
a. Necrotizing fasciitis
Adalah salah satu komplikasi serius yang paling sering dilaporkan
dan tercatat terjadi pada 13.5% neonatus dengan omfalitis. Kondisi ini
dimulai dengan selulitis periumbilikalis, yang tanpa pengobatan, dengan
cepat menjadi nekrosis kulit dan jaringan subkutan, dan dalam beberapa
kasus, mionekrosis.
Skrotum adalah yang paling sering terpengaruh oleh necrotizing
fasciitis, dinding perut juga mungkin terlibat. Jika diobati dini, selulitis
periumbilikalis dapat dikontrol dengan menggunakan antibiotik parenteal
spectrum luas. Rezim antibiotik harus selalu menyertakan sebuah
antianaerob seperti metronidazole.
Necrotizing fasciitis harus ditangani dengan debridement cepat,
menghapus semua jaringan mati, diikuti dengan perawatan luka harian.
Jika bayi terlalu sakit untuk anastesi umum, debridement dapat dilakukan
dengan menggunakan parasetamol parenteral atau perrektal. Luka yang
dihasilkan nantinya akan memerlukan penutupan sekunder (atau
pencangkokan kulit jika cacat besar). Namun, luka skrotum dapat
sembuh dengan baik tanpa penutupan sekunder atau pencangkokan kulit.
Gambar 4. Necrotising fasciitis awal yang dimulai dari umbilikus
b. Evisceration
Evisceration intestinal merupakan komplikasi serius yang sering
dilaporkan. Yang biasanya mengalami eviscerasi adalah usus halus,
17
tetapi usus besar mungkin terlibat. Secara jarang, presentasi klinik dapat
timbul lama, dan dapat menjadi gangren.
Eviserasi intestinal ini harus ditutupi oleh kain kasa lembab yang
bersih, dan ditempatkan dalam kantong usus (atau dapat juga pada
kantong plastic transparan). Perawatan dilakukan untuk memastikan
bahwa usus tidak terpelintir.
Di bawah anastesi umum, usus dibersihkan dan dikembalikan ke
rongga peritoneal dan umbilikus diperbaiki. Jika terdapat gangrene
peritonitis atau usus, sebuah laparotomi perlu dilakukan untuk
mengeringkan dan membersihkan setiap abses rongga peritoneal.
Gambar 5. Evisceral intestinal
c. Peritonitis
Peritonitis dapat terjadi dengan atau tanpa abses intraperitoneal.
Jika tidak terdapat abses, infeksi bisa diterapi dengan penggunaan
antibiotik intravena spectrum luas, dan operasi biasanya tidak diperlukan.
Jika abses intraperitoneal dikonfirmasi oleh USG, atau jika tidak ada
fasilitas untuk USG, maka laparotomi diperlukan. Abses apapun
dikeringkan dan rongga peritoneal dibersihkan.
d. Abses
Abses dapat terjadi di berbagai tempat, namun sering
intraabdominal. Abses intraperitoneal dilakukan drainase dengan
laparotomi. Abses retroperitoneal dilakukan drainase dengan pendekatan
18
ekstraperitoneal, tetapi jika terletak anterior di retroperitoneal tersebut,
pendekatan intraperitoneal mungkin diperlukan.
Abses hati harus benar-benar diketahui lokasinya dengan
ultrasonografi atau CT-scan. Abses disedot oleh jarum dengan lubang
yang lebar di bawah bimbingan pencitraan, dan rongga abses tersebut
diairi dengan normal saline. Hal ini dapat diulangi sekali lagi jika masih
terdapat abses. Dalam kasus-kasus sulit, atau kekambuhan setelah
aspirasi jarum, drainase terbuka mungkin diperlukan. Jika abses multiple,
antibiotik parenteral saja mungkin cukup, dan aspirasi / drainase
disediakan untuk kasus yang persisten. Abses dapat terletak di dinding
perut anterior atau di lokasi dangkal lainnya. Keadaan ini akan
membutuhkan drainase.
Komplikasi lanjut yang dapat terjadi yakni:
a. Thrombosis vena porta
Portal vein thrombosis (PVT) adalah komplikasi dengan
konsekuensi serius. Meskipun komplikasi awal, konsekuensi utama
dihasilkan dalam jangka panjang. Dalam satu laporan dari 200 pasien
yang menjalani portosystemic shunt untuk hipertensi portal karena PVT,
15% dari PVT diduga merupakan hasil dari omphalitis neonatal.
Trombosis dapat menghasilkan carvernoma, yang dapat menyebabkan
obstruksi empedu. Sebuah shunt portosystemic mungkin diperlukan jika
hipertensi portal meningkat.
b. Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis adalah masalah umum pada anak-anak di
Afrika, dan beberapa adalah hasil dari melemahnya sikatriks umbilikus
dari omfalitis neonatus.
c. Adhesi peritoneal
Adhesi peritoneal adalah hasil dari subklinis sebelumnya. Adhesi
dapat menyebabkan obstruksi usus, yang biasanya tidak bisa menerima
tindakan nonoperatif. Laparotomi dan lisis / eksisi adhesi biasanya
diperlukan. Setiap segmen usus iskemik perlu direseksi.
19
XII. Prognosis
Omfalitis uncomplicated yang diterapi dengan baik biasanya sembuh
tanpa morbiditas serius. Namun, jika lambat diketahui dan pengobatan
tertunda, angka kematian bisa tinggi mencapai 7 – 15%. Morbiditas dan
mortalitas yang serius dapat terjadi akibat komplikasi seperti necrotizing
fasciitis, peritonitis, dan eviserasi. Thrombosis vena portal dapat berakibat
fatal.
Kematian dapat mencapai 38 – 87 % mengikuti necrotizing fasciitis
dan mionekrosis. Selain itu, faktor-faktor risiko tertentu seperti
prematuritas, kecil masa kehamilan, jenis kelamin (laki-laki), dan proses
kelahiran yang sepsis, terkait dengan prognosis yang buruk.
XIII. Pencegahan
Insiden omfalitis rendah di negara-negara kaya sumber daya dan
untuk mereka yang lahir di rumah sakit. Di negara-negara berkembang, dan
terutama setelah melahirkan di rumah, bagaimanapun, kejadian cukup tinggi
dan dipertimbangkan profilaksis untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
yang mungkin dapat terjadi.
Akses persalinan yang tepat membantu mengurangi kejadian
omfalitis. Kewaspadaan juga penting untuk mengidentifikasi komplikasi
utama dan merujuk pasien awal untuk cepat dilakukan intervensi. Dalam
pengaturan rumah sakit di Afrika, alkohol dan gentian violet biasanya
digunakan untuk perawatan tali pusat. Di negara lain, digunakan betadine,
bacitracin dan silver sulfadiazine direkomendasikan.
Saat ini, sudah tidak digunakan pencucian tali pusat dengan bahan
medis, tetapi hanya menggunakan perawatan kering tali pusat sampai tali
pusat tersebut kering dan lepas dengan sendirinya. Merawat tali pusat
dengan prinsip bersih dan kering. Jadi, saat memandikan bayi, tali pusat
juga digosok dengan air dan sabun, lalu dikeringkan dengan handuk bersih
terutama daerah tali pusat yang masih berwarna putih di bagian pangkalnya
20
(tali pusat yang bermuara ke perut bayi). Bagian pangkal ini bisa
dibersihkan dengan cotton budpovidone yodine) dan biarkan terbuka
sehingga cepat mengering, atau dibungkus dengan kasa kering yang steril.
Proses kelahiran yang steril, yang dipelopori oleh United Nations
Population Fund (UNFPA), telah ditemukan untuk mengurangi infeksi tali
pusat. Bayi dari ibu yang tidak menggunakan prosedur tersebut, 13 kali
lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu
yang menggunakan prosedur tersebut. Laporan yang sama juga tercatat
bahwa bayi dari ibu yang tidak mandi sebelum persalinan adalah 3.9 kali
lebih mungkin untuk terjadi infeksi tali pusat dibandingkan bayi dari ibu
yang dimandikan sebelum persalinan.
Hindari kontak langsung tali pusat dengan air kencing bayi karena air
kencing tersebut adalah salah satu penyebab timbulnya infeksi pada tali
pusat bayi. Menggunakan popok sekali pakai sebaiknya di bawah pusar.
21
BAB III
ANALISIS KASUS
Berdasarkan hasil subjective yang diperoleh dan pemeriksaan yang
dilakukan terhadap bayi Nur, diperoleh diagnosis neonatus aterm dan tidak
ditemukan kelainan lainnya. Pada hari kedua pemeriksaan, ditemukan tali pusat
bau. Hal tersebut menunjukkan bahwa tali pusat tersebut terinfeksi, dimana
penyebab infeksi bukan karena ketuban berwarna hijau, tetapi kemungkinan besar
disebabkan oleh perawatan tali pusat yang kurang baik.
Pada hari pertama kelahiran, diberikan injeksi picyn sebagai profilaksis
untuk bayi karena air ketuban berwarna hijau. Pada hari kedua (ditemukan tali
pusat yang bau), diberikan picyn sebagai terapi antibiotik.
Picyn merupakan antibiotik yang mengandung sulfamicillin (ampicillin dan
sulbactam), diindikasikan untuk infeksi saluran nafas atas dan bawah, pneumonia
bacterial, UTI dan pielonefritis, infeksi intraabdomen, septicemia bakterialis,
kolesistitis, selulitis pelvic dan endometritis, infeksi kulit dan jaringan lunak,
infeksi tulang dan sendi, dan infeksi gonokokus. Diberikan dengan dosis 150
mg/kgBB/hari (untuk anak-anak), sedangkan untuk neonatus diberikan 1.5 – 3
gram, dapat diulang tiap 6-8 jam. Kontraindikasi: hipersensitif terhadap penisilin.
Efek samping yang dapat timbul berupa gangguan pada gastrointestinal,
kemerahan pada kulit, gatal-gatal, kelainan pada darah, serta reaksi anafilaksis dan
superinfeksi.
Terapi lain yang diberikan untuk bayi Nur yaitu:
- Resusitasi
Begitu bayi lahir tidak menangis, maka dilakukan langkah awal
yang terdiri dari:
o Hangatkan bayi di bawah pemancar panas
o Posisikan kepala bayi sedikit ekstensi
o Isap lendir dari mulut kemudian hidung
o Keringkan bayi sambil merangsang taktil dengan menggosok
punggung atau menyentil ujung jari kaki dan mengganti kain yang
basah dengan yang kering
22
o Reposisi kepala bayi
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila bayi tidak bernafas, lakukan ventilasi tekanan positif (VTP)
dengan memakai balon dan sungkup selama 30 detik dengan
kecepatan 40-60 kali per menit
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila belum bernafas dan denyut jantung <60 kali per menit,
lanjutkan VTP dengan kompresi dada secara terkoordinasi selama
30 detik
o Nilai bayi: usaha, warna kulit, dan denyut jantung
o Bila denyut jantung <60 kali per menit, beri epinefrin dan lanjutkan
VTP dan kompresi dada
o Bila denyut jantung >60 kali per menit, kompresi dada dihentikan,
VTP dilanjutkan
o Pemasangan pipa ET bisa dilakukan pada setiap tahapan resusitasi
o Selanjutnya lihat bagan (bagan algoritma asfiksia neonatal)
- Injeksi Neo K
Kandungan: Phytomenadione.
Indikasi: pencegahan dan pengobatan pada penyakit hemoragik pada
bayi baru lahir.
Efek samping: hiperbilirubinemia jika overdosis, reaksi hipersensitif
termasuk syok anafilaktik dan kematian.
Dosis: 0.5 – 1 mg intramuskular, 1—6 jam setelah kelahiran.
- ASI/PASI ad libitum
o ASI merupakan pilihan utama
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang
cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI, dan
nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik
20 gram per hari selama 30 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali
seminggu.
23
- Termoregulasi (pengaturan suhu tubuh)
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan
suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother
care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia
di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh sesuai jadwal.
Selain omfalitis, pada bayi Nur juga ditemukan kadar bilirubin direk dan
total yang meningkat. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi Nur mengalami
hiperbilirubinemia dimana keadaan tersebut ditatalaksana dengan fototerapi.
Prognosis pada bayi Nur adalah dubia ad bonam karena infeksi yang terjadi
masih merupakan infeksi tali pusat local dan tidak menunjukkan tanda-tanda
infeksi sistemik.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ameh EA, Nmadu PT. 2002. Major Complications of Omphalitis in Neonates and
Infant.
Brook, Itzhak. 2002. Pediatric Anaerobic Infections. Diagnosis and Management.
Edisi ketiga. Washington DC: Georgetown University
Gary F Cunningham, etc. 2005. Obstetri Williams. Jakarta : EGC.
Farrer Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Mochtar Rustam. 1998. Sinopsis Obsetri. Jakarta : EGC.
Sawardekar KP. 2004. Changing Spectrum of Neonatal Omphalitis. Pediatric
Infectious Disease.
25