Upload
rusman-hadi-rachman
View
29
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Anestesi
Citation preview
BAGIAN ANASTESIOLOGI REFARATFAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2015UNIVERSITAS PATTIMURA
TERAPI CAIRAN
Disusun oleh :Felmi V. I. de Lima (2009 – 83 – 018)
Pembimbing :dr. Ony Wibriyono Angkejaya, Sp. An
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIKBAGIAN ANASTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURAAMBON
2015
PENDAHULUAN
Bagian terbesar pada tubuh manusia adalah air
Presentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas seseorang.
Cairan dibutuhkan jika tubuh tidak mendapat memasukan cairan per oral.
KOMPOSISI CAIRAN TUBUH
L : 60 %P : 50 %
40%
15%
5%
Selain air Elektrolit & Non-Elektrolit1.ElektrolitKation Ekstraseluler: Sodium (Na+), Intraseluler: Potasium (K+).AnionEkstraseluler: Kloride (Cl-) dan BikarbonatIntraseluler: Fosfat (PO43-).
2. Non Elektrolit glukosa, urea, kreatinin, bilirubin.
Kandung Elektrolit pada Kompartemen Tubuh
Proses Pergerakan Cairan Tubuh
Asupan dan Kehilangan Cairan pada Keadaan Normal
• Jadi jumlah air yang hilang selama 24 jam adalah :
- Produksi urin per 24 jam jam : 1500 ml- IWL = 1,3 x 700 : 900
ml (luas permukaan tbh orng Indonesia rata2 1,3
m2)- Air yang keluar bersama feses : 100
mlJumlah : 2500 ml
Asupan dan Kehilangan Cairan pada Keadaan Normal
• Air produksi tubuh hasil metabolisme 350 ml/m2 (1,3 m2 x 350 ml/m2 = 500ml)
• Jumlah kebutuhan minimal air Jumlah air yang hilang dalam 24 jam : 2500 ml, dikurangi prosuksi air tubuh : 500 ml = 2000 ml
• Pada penderita dengan febris kenaikan suhu 1oC menyebabkan kenaikan kebutuhan cairan sekitar 10 – 15% dari total kebutuhan.
KEBUTUHAN AIR TIAP HARI DPT DITENTUKAN DENGAN BEBERAPA
CARA :
1.Berdasarkan umur0-1 th memerlukan air sekitar 120 ml/kgBB1-3 th memerlukan air sekitar 100 ml/kgBB3-6 th memerlukan air sekitar 90 ml/kgBB7 th memerlukan air sekitar 70 ml/kgBBDewasa, memerlukan sekitar 30-50 ml/kgBB
2. Berdasarkan berat badan 0-10 kg = 100 ml/kgBB 10-20 kg = 1000 ml + 50 ml/kgBB Di atas 20 kg = 1500 ml + 20 ml/kgBB Dewasa = 30-50 ml/kgBB
3. Mengukur perbedaan masukan dan keluaran
Perbedaan ini sebaiknya tidak > 200-400 ml hari.
"Insensible water loss" : ± 15 ml/kgBB/ hari. Kehilangan akibat peningkatan suhu per hari ±
10% dari kebutuhan per hari.
4. Hitung perbedaan berat badan sebelum dan sesudah sakit
BB sebelum – BB sekarang - hasil katabolisme normal selama puasa (0,5 kg/hari)
1 kg sebanding dengan 1 liter.
5. Menghitung kelebihan dan kekurangan elektrolit Natrium.
GANGGUAN VOLUME1.OverhidrasiEtiologi overhidrasi. Gangguan ekskresi air lewat ginjal, misalnya
pada gagal ginjal akut intrinsik atau obstruktif Masuknya air yang berlebihan pada terapi
cairan Korban tenggelam di air tawar.
GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN
DAN ELEKTROLIT
Gejala dan tanda. Sesak nafas, Edema, Peningkatan JVP atau vena sentral Edema paru akut dan gagal jantung.
Diagnostik penunjang: dijumpai hiponatremia dalam plasma.
TerapiFungsi ginjal normaldiuretik masih bermanfaat. Fungsi ginjal jelek harus dilakukan dialisis.
2. Dehidrasi Defisit air dan elektrolit.Secara anatomis, dehidrasi defisit cairan ekstravasculer, utamanya cairan interstitis hingga cairan intravasculer.Manifestasi Klinis Dehidrasi :
Gangguan Kulit dan Mukosa (Def. Cairan interstitial)
Gangguan Hemodinamik (Def. Cairan Intravascular)
- Turgor kulit jelek- Mata cekung- Ubun – ubun cekung
pada bayi dan anak- Mukosa bibir dan
kornea kering
- Hipotensi- Takikardi- Kolaps vena- CRT memanjang- Oligouri- Syok
Etiologi dehidrasi :Intake kurang tidak minum dan makanOutput yang banyak
Translokasi air dan elektrolit Ileus obstruktif & Peritonitis
• Penguapan via kulit dan paru-paru
• Diuresis yanng banyak• Muntah• Diare
• Febris yang tinggi• Banyak berkeringat
Menurut jenis cairan yang hilang maka dehidrasi dapat dibedakan atas :Dehidrasi Isotonik bila yang hilang air bersama-sama dengan Na+
Hipotonik: bila yang hilang hanya Na+ saja
Hipertonik: bila yang hilang hanya air saja, misalnya kehilangan air lewat keringat.
• Ileus Obstruktif• Peritonitis• Diare
• Banyak berkeringat• Fistel usus
• misalnya pemberian air saja pada pasien dehidrasi isotonik.
• Gangguan reabsorbsi Na+
• Febris yang tinggi • Puasa• Poli uri
Dari banyaknya cairan dan elektrolit yang hilang dehidrasi terbagi atas :Derajat %
Kehilangan
air
Gejala
Ringan 4% dari BB Tanda interstitial minimal,
tanda intervasculer tidak
nampak
Sedan
g
8% dari BB Tanda interstitial jelas,
tanda intervasculer
minimal
Berat 12% dari
BB
Tanda interstitial dan
tanda intervasculer jelas
Syok > 12% dari BB
Terapi dehidrasiPrinsip: mengembalikan air dan garam yang hilang. Jumlah dan jenis cairan yang harus diberikan tergantung
Tergantung pada derajat dehidrasi Jenis dehidrasinya juga jenis elektrolit yang
hilang
Pilihan cairan untuk koreksi dehidrasi adalah cairan pengganti jenis kristaloid, misalnya RL atau NaCl.
Cairan resusitasi = Derajat Dehidrasi x BB
Cara Pemberian :
8 jam I = ½ D 16 jam II = ½ D
FLUID CHALLENGE TEST
•Dasar dari fluid challenge mengetahui peningkatan volume intravaskular dengan penginfusan yang cepat meningkatkan ventrikular preload
•Kecepatan infusi lebih penting dibandingkan jumlah infusan untuk mencapai tujuan ini.
•Indikator tes stroke volume atau cardiac output mengukur penigkatan cairan dengan memonitor CVP
• Gagal meningkatkan SV sirkulasi kurang responsif terhadap cairan atau inadequate challenge.
• Sebelum dilakukan fluid challenge, dapat dilakukan beberapa pemeriksaan untuk menilai fluid responsiveness
a. Heart lung interactionFluktuasi yang konsisten dari SV, tekanan sistolik, dan
tekanan pulsasi a. Passive leg raisingElevasi kaki stimulasi autotransfusi secara hemodinamis
CO dan pulse pressure berubah sebagai respons terhadap PLR
FLUID CHALLENGE TEST
HIPERNATREMIA
•Etiologi :Keringat berlebihan, luka bakar, diare, suction melalui pipa NGT, muntah, kehilangan cairan melalui third space (ileus, pankreatitis atau obstruksi usus)
•Manifestasi klinis :1.Gejala umumnya bermanifestasi pada SSP perubahan status mental, agitasi, defisit neurologis fokal, kejang dan koma.2.Kelemahan, tremor, rigiditas dan peningkatan refleks tendon dalam.
Hipernatremi tidak berhubungan dengan perubahan EKG
HIPERNATREMIA
Penanganan :
1.jika pasien stabil Ganti kehilangan cairan melalui oral atau melalui pipa NGT
2.NaCl 0,9% atau NaCl 0,9% dengan D5% untuk menggantikan volume cairan ekstraseluler pada pasien hipovolemik.
3.Hindari pemberian dextrosa 5% saja karena akan menurunkan kadar natrium terlalu cepat.
HIPONATREMIA (kadar Na dalam plasma < 130 mEq/L )
Etiologi :•Defisit natrium hipovolemi : kehilangan melalui ginjal, GI, keringan berlebih, penyakit addison•Defisit natrium normovolemia : insufisiensi adrenal hipotiroidisme, SIADH, polidipsi psikogenik.•Defisit natrium hipervolemia : gagal jantung kongestif, sirosis hepatis, sindroma nefrotik, gagal ginjal.
Manivestasi klinis•Letargi, bingung, disorientasi, agitasi, depresi, psikosis, kejang koma, kematian•Hiponatremi tidak berhubungan dengan perubahan EKG
- Prinsip: atasi penyakit dasar, penyebab obat-obatan
- Larutan pengganti : natrium hipertonik NaCl 3% atau 5% NaCl (NaCl 3% : 513 mmol/L)
- Pasien harus dikelola di ICU- Pemantauan kadar Na serum : setiap 2-4
jam
TERAPI HIPONATREMIA
Dosis NaCl yang harus diberikan, dapat dihitung dari rumus berikut:NaCl = 0,6 (N-n) x BB
N = Kadar Na yang diinginkann = Kadar Na sekarangBB = Berat badan dalam kg .
Dipasaran tersedia beberapa bentuk sediaan NaCl yaitu:NaCl 0,45% dengan kandungan Na = 77meq/l tNaCl 0,90% dengan kandungan Na = 154 meq/l tNaCl 3,00 dengan kandungan Na = 513 meq/l t
Cara Pemberian pemberian: Kecepatan maksimum koreksi: 1,5-2 mmol/L
per jam ( 3-4 jam I), lanjutan tidak > 1 mmol/L/jam
Koreksi hiponatremia kronik target kenaikan: 0,5 mmol/L setiap 1 jam, max: 10-12 mmol/L dalam 24 jam kecepatan: 0,5 – 1 ml/kg/jam
Kadar Na plasma tidak boleh dinaikkan lebih dari 10-12 mmol/L dalam 24 jam
pertama
Central Pontin Myelinolysis
(CPM)
Hiperkalemia Konsentrasi ion K+ plasma > 5 mEq/L (>5 mmol/L)
Etiologi :
•Asupan ion K+ yang berlebihan •Penggunaan transfusi darah simpan•Kelainan ginjal baik akut maupun kronik•Penggunaan obat-obatan : diuretik hemat kalium, ACE Inhibitor•Perpindahan transseluler ion K+ asidosis, hipertonisitas, defisiensi insulin, obat beta-bloker, toksikasi digitalis.
Hiperkalemia
Manifestasi Klinis :•Gejala neurologi : kram otot, kelemahan, paralisis, parastesia, tetani dan defisit neurologis fokal
•Disritmia yang dapat terjadi : AV blok derajat dua dan tiga, takikardi dengan kompleks lebar VF, asistol.
•Perubahan EKG disesuaikan dengan derajat hiperkalemia :5,6-6 mEq/L gel. T tinggi dan menukik (tall, peaked)6-6,5 mEq/L interval PR dan QT memanjang6,5-7 mEq/L amplitude gel. P menurun, segmen ST mendatar7-8 mEq/L gel. P, menghilang QRS melebar8-12 mEq/L kompleks QRS melebar> 15 mEq/L fibrilasi ventrikel, asistol
Terapi Hiperkalemia :
Konsep dasar dalam koreksi ini memasukkan kalium ke dalam sel atau mengeluarkannya dari dalam tubuh melalui organ ekskresi atau dialisis.
Diuretik, untuk mengekskresikan K lewat ginjalNatrium bikarbonat, untuk memasukkan K ke dalam selCalsium Glukonas, meningkatkan ambang potensial miokardGlukonas-insulin, memasukkan K ke dalam selKayekselate (K exchange), menarik K ke saluran cerna.
Insulin meningkatkan aktivitas dari Na+-K+
ATPase yang terikat pada membran
meningkatkan uptake seluler kalium pada
hati dan otot skeletal.
Efek Kerja Insulin pada Kadar Kalium Plasma
Natrium bikarbonat meningkatkan pH plasma,
Peningkatan pH Kalium bergerak ke dalam sel kadar serum kalium
menurun.
Natrium Bikarbonat pada Kadar Kalium Plasma
Terapi Hiperkalemia:
Hentikan semua intake kalium atau obat yang menyebabkan peningkatan kalium Ringan Konsentrasi ion K+ 5-6 mEq/L, keluarkan ion K+ dari tubuh dengan :
Furosemid : 40 – 80 mg IVResin: kayeksalate 15-30 gr dlm 50-100 ml
sorbitol 20% baik melalui oral atau enema retensiSedang konsentrasi ion K+ 6 -7 mEq/L : pindahkan ion K ke dlm sel dengan cara :
Campurkan glukosa 25 mg (50 ml D5) dan insulin 10 unit berikan secara IV selama 15 – 30 menit
Berat konsentrasi ion K+ 7 mEq disertai perubahan EKG, atasi hiperkalemi dengan skala prioritas berikut :
Campurkan glukosa 25 mg (50 ml D5) dan
insulin 10 unit berikan secara IV selama 15 –
30 menit
Sodium bikarbonat 50 mEq IV selama 5 menit
(kurang efektif pada pasien gagal ginjal tahap
akhir).
• Konsentrasi ion K+ plasma < 3,5 mEq/L (<3,5
mmol/L)
• Dapat terjadi pada kondisi :
1.Peningkatan kehilangan ion K+ (renal atau
ekstra-renal) diuresis, diare, efek obat
(insulin, albuterol, teofilin, diuretik,
aminoglikosida, amfoterisin B)
2.Perpindahan interkompartemen / transeluler
ion K+ alkalosis, muntah hipomagnesium,
hiperventilasi, efek insulin
3.Asupan ion K+ yang tidak adekuat anoreksia
HIPOKALEMIA
Manifestasi klinis :
a.Letargi, depresi, rewel, bingung
b.Parastesia, refleks tendo dalam menurun,
faskulitis, nyeri otot dan kelemahan
c.Distensi abdomen, ileus, kram abdomen,
mual, muntah
d.Defisiensi berat dapat mengakibatkan
paralisis respirasi
e.Kardiovaskular :
Aritmia (bradi-disaritmia, blok AV, takikardi
ventrikel)
EKG abnormal : amplitudo gelombang T
menurun, gel T datar disertai munculnya gel U,
depresi ST, gel U meninggi, interval PR, QRS,
dan QT memanjang.
HIPOKALEMIA
TERAPI
Hipokalemia ringan
Oral/NGT: sayur dan buah, preparat
kalium oral (20-40 mEq, 4-6 jam)
Pisang, brokoli, jeruk, maupun tomat
40-60 mmol/L ↑ kadar Kalium 1-1,5 mmol/L
Hipokalemia berat
Intravena
Kecepatan 10-20 mmol/jam
EKG abnormal, kecepatan 40-100
mmol/jam vena besar
Dosis anak: 0,5-1 mEq/Kg/dosis dalam 1
jam
Vena besar: KCL 20 mmol 100 ml NaCl
Vena perifer: KCl 60 mmol 1000 ml
- - Rasa nyeri, sklerosis vena- Iritasi jantung- Aritmia : ventrikular takikardi
HARUS:Pantau EKG
HIPOKLOREMIA
Hipoklorinemia pengeluaran klorida melebihi pemasukanPenyebab: umumnya = hiponatremiaHipoklorinemia terjadi pada gangguan yang berkaitan dengan retensi bikarbonat, contohnya pada asidosis respiratorik kronik dengan kompensasi ginjal.
Etiologi HipokloremiBerkurangnya absorpsi klorid, rendahnya asupan natrium dalam makanan, alkalosis metabolik dan pemberian dekstrosa I.V.tanpa elektrolitHilangnya klorida yang sangat banyak diare atau diaforesis berlarut-larut, muntah, pembedahan gastrik
Manifestasi Klinis HipokloremiaHipertonisitas ototTetani Napas dangkal dan terdepresiOtot lemah dan kejang jika disertai kehilangan natrium
Uji Diagnostik Hipokloremi•Kadar klorida serum < 98 mEq/L hipokloremia
•Nilai yang mendukung alkalosis metabolik meliputi pH
serum > 7,45 & kadar karbondioksida serum > 32
mEq/L
Terapi Hipokloremi•Beri larutan garam normal I.V.
•Obat yang mengandung klorida, misalnya amonium
klorida bisa diperlukan untuk menaikkan kadar klorida
garam
•Kalium klorida bisa diberikan untuk alkalosis
metabolic
Hiperkloremia
Etiologi Hiperkloremia•Mekanisme kompensasi bagi keabnormalan metabolik lain asidosis metabolik, cedera batang otak yang menyebabkan hiperventilasi neurogenik
•Asupan klorida berlebihan tercernanya amonium klorida yang berlebihan, pemberian larutan garam normal I.V.atau melalui rute lain
•Hemokonsentrasi akibat dehidrasi
Manifestasi klinis Hiperkloremik•Agitasi•Dispnea•Edema •Takikardia, hipertensi•Jika disertai asidosis metabolik akibat ekskresi basa bikarbonat oleh ginjal : lemah, berkurangnya kemampuan kognitif, napas dalam dan cepat dan koma
Uji Diagnostik Hiperkloremik•Kadar klorida serum > 106 mEq/L memastikan hiperkloremia; jika terjadi asidosis metabolik, pH serum < 7,35 dan kadar karbondioksida serum < 22 mEq/L
Terapi Hiperkloremia•Hiperkloremia ringan beri larutan RL yang
berkonversi menjadi bikarbonat dalam hati
meningkatkan basa bikarbonat untuk mengoreksi
asidosis
•Asidosis hiperkloremik berat beri natrium bikarbonat
I.V. untuk meningkatkan kadar bikarbonat serum dan
memungkinkan adanya ekskresi anion klorida oleh
ginjal.
Dasar-Dasar Terapi Cairan Perioperatif
Kebutuhan Normal Cairan Dan Elektrolit Harian
Defisit cairan dan elektrolit pra bedah Kehilangan cairan saat pembedahan Gangguan fungsi ginjal
1. Kebutuhan Normal Cairan Dan Elektrolit Harian Kbthan cairan normal orang dewasa rata-rata : 30-50 ml/kgBB/hari Na+ = 1-2 mmol/kgBB/hari K+ = 1 mmol/kgBB/hari.
2. Defisit cairan dan elektrolit pra bedah Penyebab : Pasien dipuasakan Kehilangan cairan abnormal yang menyertai penyakit bedahnya , Meningkatnya insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak.
3. Kehilangan cairan saat pembedahan
4. Gangguan fungsi ginjalLaju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun. Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat. Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH).
Cairan pra bedahStatus cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi anestesi.Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan, pada dewasa :
Pada anak-anak (Holyday Zegar):
Tanda rehidrasi tercapai ialah produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.
30 – 50 ml/kg/jam
4 ml/kg pada 10 kg BB pertama, 2 ml/kg untuk 10 kgBB ke dua, ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya.
CAIRAN SELAMA PEMBEDAHAN
Terapi cairan selama operasi meliputi Kebutuhan dasar cairan dan penggantian Sisa defisit pra operasi ditambah Cairan yang hilang selama operasi.
Rumus: KgBB x Jenis
Operasi
Jenis Operasi Dewasa Anak
Besar 8 mL/kgBB/jam 6 mL/kgBB/jam
Sedang 6 mL/kgBB/jam 4 mL/kgBB/jam
Kecil 4 mL/kgBB/jam 2 mL/kgBB/jam
Terapi cairan berdasarkan jenis operasi
Formula M O P
Jam I : M + O + 50% P Jam II & III : M + O + 25% PJam IV : M + O
Ket : M = MaintenanceO = prediksi cairan selama
operasi :P = Lama puasa x M
Seorang pasien 50 kg, direncanakan menjalani laparatomi, pasien dipuasakan jam 8 yang lalu.
Penyelesaian :M = (30 x 50 kg) - (50 x 50 kg ) = 1500 ml – 2400 ml
= 62,5 – 100 ml/jamO = 50 kg x 8 x = 400 mlP = 100 x 8 = 800
Jam I = M + O + ½ P Jam IV = M + O= 100 + 400 + 400 = 100 + 400= 900 ml = 500 ml
Jam II & III = M + O + ¼ P= 100 + 400 + 200= 700 ml
Seorang pasien 18 kg, direncanakan menjalani Appendisitisi, pasien dipuasakan jam 6 yang lalu.
Penyelesaian :M = (4 x 10) + (2 x 8) = 40 + 16 = 56O = 18 x 2 = 36P = 56 x 6 = 336
Jam I = 56 + 36 + 112 = 204Jam II & III = 56 + 36 + 56 = 148Jam IV = 56 + 36 = 92
Koreksi Perdarahan
Koreksi Perdarahan
Kehilangan darah (ml)
Sampai 750
750-1500
1500-2000
> 2000
Kehilangan darah (EBV)
Sampai 15 %
15-30 %
30-40 % > 40 %
Pengganti cairan (hukum 3:1)
Kristaloid
Kristaloid
Kristaloid dan darah
Kristaloid dan darah
Koreksi perdarahan selama operasi pada bayi dan anak, adalah sebagai berikut:
Perdarahan >10% dari perkiraan volume darah dilakukan transfusi
Perdarahan <10% dari perkiraan volume darah diberikan :
Kristaloid sebanyak 2-3x jumlah perdarahan Koloid yang jumlahnya sama dengan perkiraan
jumlah perdarahan Campuran kristaloid + koloid.
Jenis Cairan yang Digunakan dalam Terapi Cairan
Berdasarkan Besar Molekul
Perbandingan Kristaloid dan KoloidKristaloid Koloid
Berat Molekul Rendah TinggiWaktu paruh dalam
vaskuler20-30 menit 3-6 jam
Pada pemakaian yang berlebihan
Edema paru ++, edema otak
Gagal jantung
Alergi Tidak menimbulkan alergi
Beresiko menimbulkan reaksi
anafilaktikKoagulopati - +
Harga Murah Mahal
Prinsip terapi cairan pasca bedah adalah:Pasien dewasa:
Pasien yang diperbolehkan makan/minum pasca bedah cairan pemeliharaan
Pada pasien puasa pasca bedah:1.Diperkirakan puasa <3 hari: berikan cairan nutrisi
dasar yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat + asam amino esensial.
2.Diperkirakan puasa >3 hari: berikan cairan nutrisi yang mengandung air + elektrolit + karbohidrat dosis dinaikkan + asam amino dan pada hari kelima ditambahkan dengan emulsi lemak.
Pada status nutris pra bedah yang buruk segera diberikan nutrisi parenteral total.
Pada bayi dan anak, prinsipnya sama, hanya komposisinya sedikit berbeda, misalnya: kandungan elektrolitnya, jumlah karbohidratnya, dll.
Pada keadaan tertentu, misalnya pada penderita syok atau anemia, penatalaksanaannya disesuaikan dengan etiologinya.
Prinsip terapi cairan pasca bedah adalah:
Dalam waktu yang singkat: digunakan vena di punggung tangan, sekitar pergelangan tangan, lengan bawah atau daerah kubiti.
Pada pasien anak dan bayi sering digunakan daerah punggung kaki, depan mata kaki dalam, atau pada daerah kepala.
Pada pasien neonatus, dapat juga digunakan akses vena umbilikalis.
TEKNIK PEMBERIAN
Gangguan keseimbangan cairan. Gangguan keseimbangan elektrolit dan
asam basa. Komplikasi akibat kanulasi. Infeksi.
KOMPLIKASI TERAPI CAIRAN
CVP menggambarkan banyaknya darah yang kembali ke dalam jantung & kemampuan jantung untuk memompa darah kedalam sistem arterial.
CVP Perkiraan dari tekanan atrium kanan, yang mana merupakan faktor yang menentukan dari volume akhir diastolik ventrikel kanan.
CENTRAL VENOUS PRESSURE
CVP: suatu hasil dari pengukuran tekanan vena sentral dengan jalan memasang suatu alat Central Venous Catheter (CVC)
Lokasi CVC vena jugularis interna, vena subklavia,
vena basilika, vena femoralis. Bersifat invasif.
CENTRAL VENOUS PRESSURE
DAERAH PEMASANGAN CVC
V. jugularis V. antecubital V. subclavia V. femoralis V. brachialis
Cateter dimasukan lewat vena tersebut sampai ke muara vena cava
Mengetahui tekanan vena sentralis Memberikan total parenteral nutrition Untuk mengambil darah vena Untuk memberikan obat-obatan secara IV Memberikan cairan dalam jumlah banyak dalam
waktu yg singkat Dilakukan pada penderita gawat
Tujuan Penggunaan CVP
Cara Pengukuran
Dengan transducer (mmHg) Dengan manometer (cmH2O)
Dengan Transducer
DENGAN MANOMETER
Atur posisi supine Cari zerro point (titik nol) pada
perpotongan SIC 4 dg garis mid aksila
CVP rendah (<4cmH2O)Beri darah atau cairan dengan tetesan cepatBila CVP normal, syok hilang syok hipovolemiaBila CVP normal, tanda syok bertambah syok septik.
Penilaian CVP dan arti klinisnya
CVP normal (4-14 cmH2O)CVP normal, tanda syok negatif Syok hipovolemik.CVP bertambah naik, tanda syok positif syok septik, syok kardiogenik.
CVP tinggi (>15 cmH2O)Menunjukkan adanya gangguan kerja jantung (insufisiensi kardiak)
Penilaian CVP dan arti klinisnya
Status cairan (contoh vol darah tot) Gagal jantung Peningkatan tek intrathoracis (ventilasi
mekanik, batuk,dll) Emboli paru HT pulmonal Penyakit katup trikuspid Efusi Perikardium, tamponade Obstruksi Vena Cava Sup
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi CVP
TERIMA KASIH