39
Dea Yustisia 268403 M. Fachri Setiawan 268555 Rocky Fergia 304948 Industri di Bawah Bayang- Bayang Krisis Jilid 2

Presentasi industri di bawah bayang bayang krisis (revisi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Dea Yustisia 268403M. Fachri Setiawan 268555Rocky Fergia 304948

Industri di Bawah Bayang- Bayang Krisis Jilid 2

Page 2: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Outline

Peranan Sektor Industri Manufaktur

Masalah Struktural

‘Kisah Sedih’ Industri

Sunset Industry dan Sunrise Industry

Urgensi Reformasi Mendasar

Page 3: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

“Industrial development is not the only possible

route to a developed country standard of living, but it is a well-proven one. It is for this reason that industrial development

remains a high policy priority of governments in the developing world......”

“Industrialization is proving a potent force for

economic growth in countries of Asia, most recently

China and India. In the former at least, it has also been an important contributor to

poverty reduction. In China, vast numbers of people have left agriculture to work in

factories, as—in the past—did rural populations in the now industrialized world.”

Source: United Nations. Department of Economic and Social Affairs (2007)

Page 4: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Sejak pascakrisis ekonomi 1998, istilah deindustrialiasi sering muncul menjadi topik

bahasan di berbagai seminar, termasuk di media massa. Banyak pengamat

berpendapat bahwa Indonesia saat ini sedang mengalami proses deindustrilisasi.

Industri manufaktur memiliki dua definisi.Definisi pertama konvensional, yaitu suatu cabang industri yang mengolah bahan baku

dengan bantuan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk primer (added value) dalam rangka menghasilkan

barang kebutuhan manusia. Definisi kedua modern, yaitu cabang industri yang mampu memproduksi dan

melayani barang yang dibutuhkan pasar berdasarkan dinamika selera

konsumen

Page 5: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Industri Non Migas Industri hasil olahanLaju pertumbuhannya selaras dengan pertumbuhan PDB Indonesia1998- 2004: laju pertumbuhan PDB Industri olahan/ non migas > laju

pertumbuhan PDB perekonomian IndonesiaSejak 2005 : laju pertumbuhan PDB Industri olahan/ non migas < laju

pertumbuhan PDB perekonomian Indonesia

Pertumbuhan PDB Indonesia (growth dari industri pengolahan dan growth dari PDB)

Sumber : Kementrian Perindustrian (2011)

Page 6: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Kontribusi Sektor-Sektor Utama terhadap PDB Indonesia Tahun 1993 – 2009

- Peran Sektor Industri Terhadap PDB semakin menurun mulai tahun 2005 – 2009. - Peran industri manufaktur dalam perekonomian Indonesia telah meningkat secara substansial, dari 19% terhadap PDB tahun 1990 menjadi 26% tahun 2009

Sumber : BPS dalam Yanfitri (2010)

Page 7: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Masalah Strukturalterkonsentrasinya lokasi industri manufaktur di Jawa dan Sumatra.

lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi karena industri kita masih banyak yang bertipe “tukang jahit” dan “tukang rakit”

rendahnya kualitas SDM, sebagaimana tercermin dari tingkat pendidikan tenaga kerja industri, menyebabkan rendahnya produktivitas tenaga kerja industri. belum terintegrasinya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Indonesia dalam satu mata rantai pertambahan nilai dengan industri skala besar dan kurang sehatnya iklim persaingan karena banyak subsektor industri yang beroperasi dalam kondisi mendekati “monopoli”Sumber : Kuncoro (2009)

Page 8: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Sumber : UNIDO Industrial Development Report (2009),

diolah

Dapat terlihat bahwa share nilai tambah sektor industri manufaktur Indonesia tidak mengalami kenaikan yang cukup berariti, dimana pada tahun 1995, share-nya hanya berkisar 4 % dan pada tahun 2000 dan 2005, share-nya hanya berkisar 3% diantara negara- negara berkembang lainnya.

Page 9: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Ranking of countries by the competitive industrial performance (CIP) index, 93

countries (1990 and1980), 122 countries (2000 and 2005)

No.

Negara Tahun 2005

Tahun 2000

Tahun 1990

Tahun 1980

1 Singapura 1 1 1 22 Taiwan 10 10 15 183 Korea Selatan 9 12 18 234 Malaysia 16 13 23 405 Thailand 25 26 32 476 Cina 26 31 26 397 Filipina 30 30 43 428 Hongkong,

SAR13 11 20 16

9 Indonesia 42 38 54 7511 Fiji – Pasifik 86 90 61 52

Sumber : UNIDO Industrial Development Report (2004) dan (2009), diolah

Page 10: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

‘Kisah Sedih’ Industri : Industri 2 Digit biaya listrik, bahan bakat, bahan baku

impor, upah Rasio biaya terhadap input

Dari penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2008) kita ingin melihat bagaimanakah pengaruh kenaikan beberapa komoditas pada tahun 2005 terhadap rasio biaya input pada beberpa jenis industri di Indonesia

Page 11: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Rasio Biaya Listrik Terhadap Biaya Input Industri

Sumber :Wibowo (2008)

Terlihat bahwa pada tahun 2005 ketika biaya listrik dinaikkan oleh permerintah, rasio biaya listrik terhadap biaya input lainnya meningkat pada kebanyakan sektor industri, terutama pada sektor industri lainnya (39)

Page 12: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Rasio Biaya Bahan Bakar Terhadap Biaya Input Industri

Sumber : Wibowo (2008)

Ketika harga bahan bakar dinaikkan pada tahun 2005, rasio biaya bahan bakar terhadap biaya input industri tidaklah terlalu melonjak tinggi,

Industri barang galian bukan logam (industri no. 36) memiliki ketergantungan terhadap bahan bakar lebih tinggi dibandingkan dengan industri lainnya, sehingga rasio biaya bahan bakar terhadap biaya input industri menjadi sangat tinggi

Page 13: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Rasio Biaya Bahan Baku Impor Terhadap Biaya Input Industri

Sumber : Wibowo (2008)

Urutan industri yang memiliki rasio biaya bahan baku impor terhadap biaya input industri tertinggi pada tahun 2005 adalah industri logam dasar, industri barang dari logam, mesin, dan peralatannya, industri textil, pakaian jadi dan kulit,

Yang terendah industri kayu, bambu dan sejenisnya termasuk perabot

Page 14: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Rasio Biaya Upah Terhadap Biaya Input Industri

Sumber : Wibowo (2008)

Tertinggi : Industri lainnya (rata- rata)Terendah : Industri logam dasar

Page 15: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Sunset dan Sunrise Industry

Page 16: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Persentase PDB Menurut Lapangan Usaha (1968-2009)

Sumber: BPS dalam Kuncoro (2007), diolah

Peran Sektor Industri Terhadap PDB semakin menurun mulai tahun 2005 – 2008. sedangkan peran Sektor Lainnya meningkat di kurun waktu tersebut.

Page 17: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Tingkat Utilisasi Kapasitas Produksi Sektor Industri, Tahun 2004 – 2009

Tingkat utilisasi kapasitas sub industri juga bervariasi selama tahun 2004-2009. Utilisasi kapasitas terbesar dimiliki oleh sub industri kertas dan barang cetakan. Industri yang mengalami pertumbuhan utilisasi kapasitas yang tinggi adalah industri perkapalan akibat pemberdayaan industri dalam negeri dan regulasi pemerintah yang mendorong sub industri tersebut melakukan ekspor. Di sisi sebaliknya penurunan utilisasi kapasitas dialami oleh industri pupuk, kimia, dan barang dari karet terutama pada tahun 2008. Penurunan utilisasi kapasitas tersebut terjadi karena kurangnya pasokan gas bumi sebagai bahan baku dan energi.

Sumber :BPS dalam Kemenperin

Page 18: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Peranan Masing-Masing Cabang Industri Setiap Tahunnya Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 2004 – 2009

Sumber : BPS dalam Kemenperin

Empat Cabang Industri yang mempunyai peranan utama terhadap PDB Sektor Industri tahun 2004-2008 antara lain: 1. Industri Makanan, Minuman,dan Tembakau; 2. Industri Alat Angkut,Mesin,dan Peralatannya; 3. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki;4. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet

Page 19: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Kontribusi Industri terhadap PDB Indonesia 2000- 2010

Sumber : Kemenperin (2011)

Empat Cabang Industri yang mempunyai peranan utama rata-rata terhadap PDB Sektor Industri tahun 2000-2010 antara lain:

1. Industri Makanan, Minuman,dan Tembakau (33,6%)

2. Industri Alat Angkut,Mesin,dan Peralatannya (28,14%)

3. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet (12,73%)

4. Industri Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki (8,97%).

Page 20: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Pertumbuhan Industri Non-Migas (YoY) Tahun 2004 - 2009

Dua Cabang Industri yang memiliki pertumbuhan di atas rata-rata total Industri Non Migas selama tahun 2004 – 2010 :1. Industri Alat Angkutan, Mesin, dan peralatannya;2. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet.

Sumber : BPS dalam Kemenperin

Page 21: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Sunset dan Sunrise Industri

PERTUMBUHAN

2004-2009

PANGSA TERHADAP INDUSTRI MANUFAKTUR, 2004-2009

TINGGI RENDAH

TINGGI Industri Pupuk, Kimia, dan barang dari karet Industri alat angkut, mesin, dan peralatan

• Industri Kertas dan barang cetakan•Industri semen dan barang galian non-logam

RENDAH • industri makanan, minuman, dan tembakau• Industri tekstil, barang Kulit, dan alas kaki.

• Industri Logam Dasar, Besi, dan Baja• Industri Barang lainnya.•Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan

Sunrise industry adalah cabang industri yang pangsanya besar dalam sektor industri dan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata industri. Industri yang termasuk sunrise industry adalah industri pupuk, kimia & barang dari karet dan industri alat angkut, mesin dan peralatan

Sunset industry adalah cabang indutri yang perannya kecil dalam industri manufaktur dan memiliki pertumbuhan di bawah rata-rata industri. Industri yang termasuk sunset industry adalah industri semen & barang galian non-logam, industri barang lainnya, industri kertas & barang cetakan, industri barang kayu & hasil hutan

Sumber : Kuncoro (2007)

Page 22: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

SUNRISE INDUSTRYINDUSTRI PUPUK,KIMIA, DAN BARANG DARI KARET

INDUSTRI ALAT ANGKUT, MESIN, DAN PERALATANNYA

• Industri Pupuk banyak diuntungkan dengan kenaikan harga menyak mentah dunia, terutama dari produk amoniak.

• Industri Kimia menimbulkan dampak multiplier bagi sektor hilirnya, hal ini terlihat dari menjamurnya jumlah apotek di Indonesia.

• Industri Barang dari Karet merupakan industri hulu untuk industri mobil dan sepeda motor, yang keduanya mengalami lonjakan pertumbuhan pada 2007.

Industri alat angkut terkait dengan kenaikan industri penerbangan dan otomotif yang terdorong menyusul pulihnya daya beli konsumen.Subsektor Komunikasi dan Transportasi Udara menjadi hal utama karena mengalami pertumbuhan masing-masing di atas 20% dan 10% selama 2004-2008.

Page 23: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Pertumbuhan Industri Non-Migas (YoY) Tahun 2005 - 2010

Dua Cabang Industri yang memiliki pertumbuhan di atas rata-rata total Industri Non Migas selama tahun 2004 – 2010 :1. Industri Alat Angkutan, Mesin, dan peralatannya;2. Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet.

Cabang Industri Pertumbuhan

2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

Makanan, Minuman & Tembakau 1.39 2.75 7.21 5.05 2.34 11.2 2.73

Tekstil, barang kulit & alas Kaki 4.06 1.31 1.23 -3.68 -3.64 0.6 1.74

Barang Kayu & Hasil Hutan -2.07 -0.92 -0.66 -1.74 3.45 -1.38 -3.5

Kertas & Barang Cetakan 7.61 2.39 2.09 5.79 -1.48 6.34 1.64

Pupuk, Kimia & Barang dari Karet 9.01 8.77 4.48 5.69 4.46 1.64 4.67

Semen & Bahan Galian Non-Logam 9.53 3.81 0.53 3.4 -1.49 -0.51 2.16

Logam dasar, Besi dan Baja -2.61 -3.7 4.73 1.69 -2.05 -4.62 2.56

Alat angkut, Mesin dan peralatan 17.67 12.38 7.55 9.73 9.79 -2.87 10.35

Barang Lainnya 12.77 2.61 3.62 -2.82 -0.96 3.19 2.98

Total Industri Non Migas 7.51 5.86 5.27 5.15 4.05 2.56 5.09

Sumber : BPS diolah ; Kemenperin

Page 24: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Sunset dan Sunrise Industri

PERTUMBUHAN

2004-2008

PANGSA TERHADAP INDUSTRI MANUFAKTUR, 2004-2008

TINGGI RENDAH

TINGGI Industri Pupuk, Kimia, dan barang dari karet Industri alat angkut, mesin, dan peralatan

• Industri Kertas dan barang cetakan•Industri semen dan barang galian non-logam

RENDAH • industri makanan, minuman, dan tembakau• Industri tekstil, barang Kulit, dan alas kaki.

• Industri Logam Dasar, Besi, dan Baja• Industri Barang lainnya.•Industri Barang Kayu dan Hasil HutanSunrise industry adalah cabang

industri yang pangsanya besar dalam sektor industri dan memiliki pertumbuhan di atas rata-rata industri. Industri yang termasuk sunrise industry adalah industri pupuk, kimia & barang dari karet dan industri alat angkut, mesin dan peralatan

Sunset industry adalah cabang indutri yang perannya kecil dalam industri manufaktur dan memiliki pertumbuhan di bawah rata-rata industri. Industri yang termasuk sunset industry adalah industri semen & barang galian non-logam, industri barang lainnya, industri kertas & barang cetakan, industri barang kayu & hasil hutan

Page 25: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

SUNRISE INDUSTRYINDUSTRI PUPUK,KIMIA, DAN BARANG DARI KARET

INDUSTRI ALAT ANGKUT, MESIN, DAN PERALATANNYA

• Industri Pupuk banyak diuntungkan dengan kenaikan harga menyak mentah dunia, terutama dari produk amoniak.

• Industri Kimia menimbulkan dampak multiplier bagi sektor hilirnya, hal ini terlihat dari menjamurnya jumlah apotek di Indonesia.

• Industri Barang dari Karet merupakan industri hulu untuk industri mobil dan sepeda motor, yang keduanya mengalami lonjakan pertumbuhan pada 2007.

Industri alat angkut terkait dengan kenaikan industri penerbangan dan otomotif yang terdorong menyusul pulihnya daya beli konsumen.Subsektor Komunikasi dan Transportasi Udara menjadi hal utama karena mengalami pertumbuhan masing-masing di atas 20% dan 10% selama 2004-2008.

Page 26: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Page 27: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL

1. RPJPN 2005-2025• Visi pembangunan industri nasional

jangka panjang adalah membawa Indonesia pada tahun 2025 menjadi negara industri tangguh yang bercirikan:o Industri Kelas Dunia;o PDB Sektor Industri yang seimbang

antara Pulau Jawa dan di Luar Jawa;o Teknologi telah menjadi ujung tombak

pengembangan produk dan penciptaan pasar

Page 28: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

2. RPJMN 2010-2014 Visi Indonesia pada tahun 2014 yakni

Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan.

Misi yang ditetapkan untuk mewujudkan visi tersebut adalah:1. Melanjutkan Pembangunan Menuju

Indonesia yang Sejahtera2. Memperkuat Pilar-Pilar Demokrasi3. Memperkuat Dimensi Keadilan di

Semua Bidang

Page 29: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

RPJMN(Rencana

Pembangunan Jangka

Menengah Nasional)

Arah Pengembangan

Industri Manufaktur :- Mendorong terwujudnya peningkatan

utilisasi kapasitas

- Memperluas basis usaha

dengan penyederhanaan perizinan dan

peningkatan peran UKM.

- Meningkatkan iklim

persaingan yang sehat dan

berkeadilan- Memperluas

penerapan standardisasi

produk industri,- Mendorong perkuatan struktur

industri pada subsektor yang

memiliki keunggulan kompetitif.

RPJMN sudah mengidentifikasi permasalahan struktural industri di Indonesia, akan tetapi belum secara eksplisit memasukkan pendekatan Kluster dan Spasial.Selain itu faktanya banyak program dan strategi yang dicanangkan masih belum banyak terealisasikan.

Page 30: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

• Tugas khusus Kementerian Perindustrian dalam Program 5 tahun Kabinet Indonesia Bersatu II, terkait:1. Prioritas 1 : Reformasi Birokrasi dan

“Good Governance”2. Prioritas 5 : Ketahanan Pangan3. Prioritas 7 : Iklim Investasi dan Bisnis

Page 31: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Visi : Indonesia mampu menjadi negara industri tangguh pada tahun 2025

Misi : Membangun industri manufaktur untuk menjadi tulang punggung perekonomian

Page 32: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Kebijakan Kementerian Perindustrian

1. Menghapus Bea Masuk• Pemerintah menerbitkan Peraturan

Menteri Keuangan (PMK) No 80/ PMK011/2011 tentang Perubahan Ketujuh atas PMK No 110/PMK 010/2006 tentang Penerapan Sistem Klasifikasi Barang dan Pembebanan Tarif Bea Masuk (BM) atas Barang Impor.

Page 33: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

2. Bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP)

Sumber: Kemenperin, 2011

Tahun Anggaran Serapan

2008 Rp769,397 miliar 3,26 persen

2009 Rp1,383 triliun 9,0 persen

2010 Rp1,530 triliun 22,0 persen

Page 34: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

BMDTP dapat diberikan kepada industri sektor tertentu berdasar empat kriteria:1. memenuhi penyediaan barang dan/atau jasa untuk kepentingan umum2. meningkatkan daya saing 3. meningkatkan penyerapan tenaga kerja4. meningkatkan pendapatan negara

Page 35: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

3. Safeguard Pabrikan tekstil dalam negeri , terutama

produsen kain tenunan dari kapas yang dikelantang maupun tidak dikelantang, akan memperoleh pengamanan dari serangan produk impor melalui peraturan yang terbit pada 23 Maret 2011.

mekanisme pengamanan (safeguard) pada produk kain tenun dari kapas tersebut dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 58/PMK.001/2011 tentang pengamanan kain tenun dari kapas.

4. Merevitalisasi Industri Pertahanan

Page 36: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Kesimpulan Sektor industri di Indonesia memiliki kontribusi yang cukup

tinggi yaitu sekitar 24%- 28% terhadap PDB Indonesia pada satu dekade terkahir, akan tetap penyerapan tenaga kerja pada sektor ini ternyata masih cukup rendah yang hanya berkisar belasan persen, sangat jauh apabila dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian Indonesia yang mencapai kisaran diatas 40%

Beberapa masalah struktural terkait sektor industri di Indonesia adlah : terkonsentrasinya lokasi industri manufaktur di Jawa dan Sumatra, lemahnya penguasaan dan penerapan teknologi (industri yang masih bertipe “tukang jahit” dan “tukang rakit”), rendahnya kualitas SDM, belum terintegrasinya UKM (Usaha Kecil dan Menengah) di Indonesia dalam satu mata rantai pertambahan nilai dengan industri skala besar dan kurang sehatnya iklim persaingan.

Page 37: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Kesimpulan Industri yang termasuk sunrise industry di Indonesia pada

kurun waktu 2004- 2009 adalah industri pupuk, kimia & barang dari karet dan industri alat angkut, mesin dan peralatan

Industri yang termasuk sunset industry di Indonesia pada kurun waktu 2004- 2009 adalah industri semen & barang galian non-logam, industri barang lainnya, industri kertas & barang cetakan, industri barang kayu & hasil hutan

Masih diperlukan realisasi terkait kebijakan arah pengembangan industri manufaktur di Indonesia, diantaranya:- Mendorong terwujudnya peningkatan utilisasi kapasitas- Memperluas basis usaha dengan penyederhanaan perizinan dan

peningkatan peran UKM- Meningkatkan iklim persaingan yang sehat dan berkeadilan- Memperluas penerapan standardisasi produk industri,- Mendorong perkuatan struktur industri pada subsektor yang memiliki

keunggulan kompetitif.

Page 38: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

Daftar Pustaka

Departemen Perindustrian (2008). Potret Tiga Setengah Tahun Pelaksanaan RPJM Industri Manufaktur 2005- 2009, Jakarta: Deperin

Kuncoro, Mudrajad (2009), Ekonomika Indonesia : Dinamika Lingkungan Bisnis di Tengah Krisis Global, Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Kementerian Perindustrian (2011). Menyiapkan Kemandirian Industri Nasional dalam Media Industri (2011). Jakarta: Kemenperin www.kemenperin.go.id

Kementrian Perindustrian (2010). Rencana Strategis Kementerian Perindustrian 2010- 2014. Jakarta Kemenperin

Wibowo, Tri (2008). Potret Industri Manufaktur Indonesia Sebelum dan Pasca Krisis (Suatu pendekatan fungsi produksi Cobb-Douglas)

UNITED NATIONS INDUSTRIAL DEVELOPMENT ORGANIZATION (2009). Industrial Development Report 2009 Breaking In and Moving Up:New Industrial Challenges for the Bottom Billion and the Middle-Income Countries. Washington D.C: UNIDO

Yanfitri, Yati Kurniati (2010). “DINAMIKA INDUSTRI MANUFAKTURDAN RESPON TERHADAP SIKLUS BISNIS” dalam Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Oktober 2010. Jakarta

Page 39: Presentasi industri di bawah bayang  bayang krisis (revisi)

End of Presentation

Thank you for your attention