Upload
bagoes-sandjaja
View
11
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
berbicara mengenai preeklampsia pada orang hamil merupakan kasus di bidang kebidanan yang paling sering terjadi
Citation preview
PENDAHULUAN
Preeklampsia merupakan suatu gangguan kehamilan spesifik yang berkomplikasi sekitar 5% dari
seluruh kehamilan dan merupakan penyakit glomerulus yang paling umum di dunia, dimana
penyebab awalnya masih tidak diketahui, namun perkembangan terbaru menjelaskan mekanisme
molekuler melatarbelakangi manifestasinya terutama perkembangan abnormal, hipoksia
plasenta, disfungsi endotel. Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas
di seluruh dunia. Pada ibu dapat berkomplikasi sebagai hemolysis, elevated liver enzymes, dan
thrombocytopenia (HELLP Syndrome), gagal ginjal, kejang, gangguan hati, stroke, penyakit
jantung hipertensi, dan kematian sedangkan pada fetus dapat mengakibatkan persalinan preterm,
hipoksia neurogenik, kecil masa kehamilan (KMK), dan kematian (Baumwell S., 2007).
The National High Blood Pressure Education Working Group merekomendasikan edema tidak
dimasukkan dalam kriteria diagnosis karena terlalu sering ditemukan pada wanita hamil normal.
Preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan di atas 20 minggu dan dapat muncul lambat sampai
4-6 minggu post partum (Miller , 2007; Williams JW, 2007)
DEFINISI
Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan
proteinuria (Angsar MD, 2009). Preeklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan berupa
berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia berat adalah
preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110
mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005).
Preeklampsia jarang timbul sebelum 20 minggu kehamilan kecuali jika terdapat penyakit ginjal
ataupun penyakit trofoblastik (Queenan, Hobbins & Spong 2010; Soefoewan 2003).
Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah istirahat mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan
menggunakan fase V Korotkoff (titik di mana suara denyut menghilang) untuk menentukan
tekanan diastolik (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005; Queenan, Hobbins & Spong
2010). Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selama 4-6 jam (Angsar
MD, 2009; Queenan, Hobbins & Spong 2010). Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan
kenaikan tekanan darah ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi
(Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Kriteria ini tidak lagi dianjurkan karena bukti
memperlihatkan bahwa wanita dalam kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami
peningkatan gangguan hasil kehamilan, namun perlu diawasi dengan ketat (Cunningham et al.
2005).
Proteinuria adalah tanda penting preeklampsia, apabila tidak terdapat proteinuria, diagnosis
dipertanyakan. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam
urin per 24 jam atau sama dengan pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ dipstick secara
menetap pada sampel acak urin, menggunakan urin midstream yang diambil minimal 2 kali
dengan jarak waktu 6 jam (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005; Queenan, Hobbins &
Spong 2010). Proteinuria menunjukkan bahwa kerusakan telah mencapai tingkat glomerulus
ginjal sehingga fungsinya mulai menurun atau bersifat patologis (Manuaba 2007).
Dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai
tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko
timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat
badan > 0,57 kg/minggu (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Jenis edema pada ibu
hamil adalah pitting edema, yaitu jika ditekan akan meninggalkan bekas.
Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh
hal lain (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Kejang bersifat tonik dan klonik
(Cunningham et al. 2005).
EPIDEMIOLOGI
Secara global, insiden preeclampsia diperkirakan sebesar 5-14% pada semua kehamilan. Di
Negara-negara barat berkisar 0,6-1,2 % dari kehamilan. Insiden preeclampsia di Amerika Serikat
diperkirakan sebanyak 2-6% pada perempuan nullipara yang sehat. Di antara seluruh kasus
preeclampsia, 10% terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Di Negara berkembang,
insiden penyakit ini dilaporkan sebesar 4-18% di mana gangguan hipertensi menjadi penyebab
obstetric tersering kedua bayi lahir mati dan kematian dini neonates. Di Indonesia, eklampsia
menjadi penyebab utama kedua kematian ibu (25%) setelah perdarahan (30%) disusul oleh
infeksi (12%) (Lim, 2011, Wibowo et al., 2010)
ETIOLOGI
Beberapa teori yang mendasari etiologi dan patofisiologi preeklampsia mengaitkan bahwa
penyakit hipertensi akibat kehamilan lebih cenderung berkembang pada perempuan yang:
1. Terpapar vili korionik pertama kali
2. Terpapar vili korionik berlebihan, seperti pada kondisi gemelli atau molahidatidosa
3. Adanya penyakit pembuluh darah sebelumnya
4. Secara genetik memiliki predisposisi mengalami hipertensi selama kehamilan
Tanpa memperhatikan etiologi yang mempresipitasi, kaskade kejadian yang menyebabkan
sindrom preeklampsia dicirikan oleh adanya abnormalitas pada host yang menghasilkan
kerusakan endotel vaskular disertai vasospasm, transudasi plasma, iskemik dan sequele
trombotik. Berdasarkan Sibai (2011), penyebab potensial yang memungkinkan menjelaskan
sebab preeklampsia adalah sebagai berikut.
1. Invasi tropoblast abnormal
Pada implantasi normal, arteri spiral uterus mengalami remodeling akibat invasi trofoblast
endovascular. Pada trimester pertama kehamilan normal, proliferasi trofoblast yang menginvasi
arteri spiral maternal pada segmen desidual, menggantikan endotel dan mendestruksi jaringan
otot dan elastik medial dinding arteri spiral. Dinding arteri kemudian digantikan oleh material
fibrinoid. Pada kasus ini, pembuluh darah desidua tetapi tidak pada pembuluh darah
miometrium-dilapisi oleh trofoblast endovascular. Selama trimester kedua, gelombang kedua
invasi trofoblast endovascular berlanjut pada lumen arteri spiral yang lebih dalam ke
miometrium. Arsitektur musculoelastik dan endotel arteri spiral dihancurkan , mengakibatkan
dilatasi, dinding lebih tipis, pembuluh darah berbentuk corong yang secara pasif meningkatkan
aliran darah uteroplacental selama kehamilan. Pada preeklampsia, invasi trofoblast tidak
sempurna. Hal ini dapat terjadi pada gelombang pertama dan gelombang invasi kedua tidak
terjadi. Akibatnya, semakin dalam segmen arteri spiral, remodelling tidak terjadi dan sifat
musculoelastik pembuluh darah semakin dipertahankan/kuat sehingga respon vasokonstriktornya
menurunkan perfusi maternal placenta. Hal ini memicu hipoxia relatif placenta. Madazli
dkk(2000) memperlihatkan bahwa besarnya defek invasi tofoblast pada arteri spiralis berkorelasi
dengan beratnya penyakit hipertensi yang dialami. (Miller , 2007; Williams JW, 2007)
Pada sisi implantasi uteroplacental penderita preeklampsia ringan, ditemukan kerusakan endotel,
insudasi komponen plasma ke dalam dinding pembuluh darah, proliferasi sel-sel miointimal, dan
nekrosis medial. Pada awalnya terdapat akumulasi lipid dalam sel-sel miointimal kemudian
diikuti makrofag. Pada gambar berikut memperlihatkan sel berisi lipid yang dikenal dengan
istilah atherosis. Pembuluh darah yang mengalami atherosis membentuk dilatasi aneurisma dan
seringkali dihubungkan dengan penemuan arteriol spiral yang gagal beradaptasi secara normal.
Obstruksi lumen arteri spiralis oleh atherosis mengurangi aliran darah placental. Hal tersebut
menyebabkan perfusi placenta berkurang secara patologik, yang pada akhirnya menimbulkan
sindrom preeklampsia. (Williams JW, 2007)
2. Faktor intoleransi imunologi antara maternal dan jaringan fetoplacenta
Perubahan mikroskopik pada pertemuan maternal-placental menunjukkan adanya reaksi
penolakan akut. Pada permulaan trimester kedua, perempuan yang nantinya mengalami
preeklampsia secara signifikan memiliki proporsi sel T helper lebih rendah dibandingkan
perempuan yang tetap normotensif. Ketidakseimbangan T1/T2, dimana T2 lebih dominan,
dimediasi oleh adenosin yang ditemukan lebih tinggi pada serum perempuan preeklampsia
dibanding perempuan normotensif. Limfosit T helper ini mengsekresi sitokin spesifik yang
mendukung implantasi,dan disfungsinya menyebabkan preeklampsia.( Williams JW, 2007)
3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan cardiovascular dan inflammasi pada kehamilan
normal
Perubahan inflammasi merupakan kelajutan dari penyebab placenta yang telah dijelaskan
sebelumnya. Sebagai respon terhadap pelepasan faktor placenta akibat iskemik, atau penyebab
lainnya, terjadi perubahan kaskade. Desidua juga mengandung sekumpulan sel yang jika
teraktivasi dapat menghasilkan agen-agen berbahaya. Hal tersebut memprovokasi terjadinya
cedera sel endotel. Redman dkk menyatakan bahwa disfungsi endotel yang berhubungan dengan
preeklampsia dapat disebabkan oleh gangguan menyeluruh, adaptasi inflammasi intravascular
maternal terhadap kehamilan. Pada hipotesis ini, preeklampsia dianggap sebagai penyakit yang
diakibatkan teraktivasinya leukosit secara ekstrim pada sirkulasi maternal. Sitokin-sitokin seperti
TNF alfa dan interleukin berkontribusi terhadap stress oksidatif yang dikaitkan dengan
preeklampsia. Konsekuensi lain dari stress oksidatif adalah produksi sel foam makrofag yang
bermuatan lipid terlihat pada atherosis, aktivasi microvascular koagulasi terlihat pada
trombositopenia, dan peningkatan permeabilitas vascular yang terlihat pada edema dan
proteinuria.( Williams JW, 2007)
4. Defisiensi diet
Sejumlah defesiensi atau berlebihan diet tertentu telah dianggap sebagai penyebab preeklampsia.
Beberapa teori dan observasi mempelajari zat-zat tertentu yang berhubungan dengan
preeklampsia. Studi tentang suplementasi seperti zinc, calcium, dan magnesium untuk mencegah
preeklampsia. Studi lain oleh John dkk memperlihatkan populasi umum dengan diet tinggi buah-
buahan dan sayuran yang mengandung antioksidant berhubungan dengan penurunan tekanan
darah. Hal ini berhubungan dengan studi case-control oleh Zhang dkk di mana insidens
preeklampsia terjadi dua kali lipat pada perempuan yang mengkonsumsi asam ascorbic kurang
dari 85 mg sehari. Selain itu, obesitas merupakan resiko potent preeklampsia. Obesitas pada
perempuan hamil menyebabkan aktivasi endotel dan respon inflammasi sistemik yang dikaitkan
dengan atherosclerosis. Sebuah studi pada perempuan hamil oleh Wolf dkk memperlihatkan
peningkatan C-reactive protein, petanda inflamasi, pada obesitas yang nantinya dihubungkan
dengan preeklampsia.( Williams JW, 2007)
5. Pengaruh genetik
Beberapa studi menunjukkan bahwa preeklampsia dihubungkan dengan faktor herediter. Selain
itu, sejumlah studi menghubungkan preeklampsia dengan mutasi gen pada ibu hamil. Ward dan
Zhang dkk melaporkan bahwa perempuan heterozygot gen angiotensinogen varian T235
memiliki insidens preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat lebih tinggi. Morgan dkk juga
menemukan bahwa perempuan homozygot untuk gen ini juga mengalami invasi trofoblas yang
abnormal.( Williams JW, 2007)
KLASIFIKASI
Dalam pengelolaan klinis, preeklampsia dibagi sebagai berikut :
1) Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai
proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar MD, 2009).
§ Hipertensi : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg.
§ Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam dengan menggunakan cara Esbach, atau ≥ 1 + dipstik.
§ Edema : edema lokal tidka dimasukkan dalam kriteria PE, kecuali edema generalisata.
2) Ditegakkan diagnosa preeklampsia berat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala
sebagai berikut (Angsar MD, 2009) :
§ Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak
menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
§ Proteinuria ≥ 5 gr/24 jam atau 4 + dipstik.
§ Oligouri, yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam.
§ Serum kreatinin meningkat.
§ Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan kabur.
§ Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula
Glisson).
§ Edema paru atau sianosis
§ Hemolisis mikroangiopatik.
§ Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
§ Peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.
§ Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
§ Sindrom HELLP.
3) Dan disebut impending eclampsia apabila pada penderita preeklampsia berat ditemukan
gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri
epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
4) Dan disebut eklampsia jika pada penderita preeklampsia berat dijumpai kejang menyeluruh
dan koma. Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau
tanda-tanda khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang.
preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodomal ini disebut sebagai impending
eclampsia atau imminent eclampsia (Angsar MD, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, MD 2009, ‘Hipertensi dalam kehamilan’, dalam Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirodrdjo, edk 4, eds. T Rachimhadhi & Wiknjosastro GH, Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta.
Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L & Wenstrom, KD
2005, Williams Obstetrics, 22th edn, McGraw-Hill, New York.
Lim K-H. Preeclampsia 2011 [updated 10 Nopember 2011]; Available from:
www.emedicine.com/
Manuaba, IBG, Manuaba, IAC & Manuaba, IBGF 2007, Pengantar kuliah obstetri,
EGC, Jakarta.
Miller DA. Hypertension in Pregnancy. In: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM,
Laufer N, editors. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology. 10 ed. United
States of America: McGraw-Hill Companies; 2007.
Sibai BM. Evaluation and Management of Severe Preeclampsia Before 34 Weeks’
Gestation. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2011:191-8.
Sibai, BM 2010, ‘Preeclampsia’, dalam Protocol For High-Risk Pregnancies, 5th edn,
eds. JT Queenan, JC Hobbins & CY Spong, BlackWell, Singapore.
Sofoewan, S 2003, ‘Preeklampsia-eklampsia di beberapa rumah sakit di Indonesia,
patogenesis dan kemungkinan pencegahannya’, Indonesian Journal of Obstetrics and
Gynecology, vol. 27, no. 3, hh. 141-151.
Wibowo N, Irwinda R, Gumilar E, Mose J, Rukmono, Kristanto H, et al. 2010.
Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran "Preeklampsia". Bakti Husada
Williams JW. Williams Obstetrics. New York: McGraw-Hill Medical Publishing
Division; 2007.