12
PENDAHULUAN Preeklampsia merupakan suatu gangguan kehamilan spesifik yang berkomplikasi sekitar 5% dari seluruh kehamilan dan merupakan penyakit glomerulus yang paling umum di dunia, dimana penyebab awalnya masih tidak diketahui, namun perkembangan terbaru menjelaskan mekanisme molekuler melatarbelakangi manifestasinya terutama perkembangan abnormal, hipoksia plasenta, disfungsi endotel. Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Pada ibu dapat berkomplikasi sebagai hemolysis, elevated liver enzymes, dan thrombocytopenia (HELLP Syndrome), gagal ginjal, kejang, gangguan hati, stroke, penyakit jantung hipertensi, dan kematian sedangkan pada fetus dapat mengakibatkan persalinan preterm, hipoksia neurogenik, kecil masa kehamilan (KMK), dan kematian (Baumwell S., 2007). The National High Blood Pressure Education Working Group merekomendasikan edema tidak dimasukkan dalam kriteria diagnosis karena terlalu sering ditemukan pada wanita hamil normal. Preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan di atas 20 minggu dan dapat muncul lambat sampai 4-6 minggu post partum (Miller , 2007; Williams JW, 2007)

Preeklampsia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

berbicara mengenai preeklampsia pada orang hamil merupakan kasus di bidang kebidanan yang paling sering terjadi

Citation preview

Page 1: Preeklampsia

PENDAHULUAN

Preeklampsia merupakan suatu gangguan kehamilan spesifik yang berkomplikasi sekitar 5% dari

seluruh kehamilan dan merupakan penyakit glomerulus yang paling umum di dunia, dimana

penyebab awalnya masih tidak diketahui, namun perkembangan terbaru menjelaskan mekanisme

molekuler melatarbelakangi manifestasinya terutama perkembangan abnormal, hipoksia

plasenta, disfungsi endotel. Preeklampsia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas

di seluruh dunia. Pada ibu dapat berkomplikasi sebagai hemolysis, elevated liver enzymes, dan

thrombocytopenia (HELLP Syndrome), gagal ginjal, kejang, gangguan hati, stroke, penyakit

jantung hipertensi, dan kematian sedangkan pada fetus dapat mengakibatkan persalinan preterm,

hipoksia neurogenik, kecil masa kehamilan (KMK), dan kematian (Baumwell S., 2007).

The National High Blood Pressure Education Working Group merekomendasikan edema tidak

dimasukkan dalam kriteria diagnosis karena terlalu sering ditemukan pada wanita hamil normal.

Preeklampsia terjadi setelah usia kehamilan di atas 20 minggu dan dapat muncul lambat sampai

4-6 minggu post partum (Miller , 2007; Williams JW, 2007)

Page 2: Preeklampsia

DEFINISI

Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan

proteinuria (Angsar MD, 2009). Preeklampsia ringan adalah sindrom spesifik kehamilan berupa

berkurangnya perfusi organ akibat vasospasme dan aktivasi endotel. Preeklampsia berat adalah

preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110

mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 gr/24 jam (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005).

Preeklampsia jarang timbul sebelum 20 minggu kehamilan kecuali jika terdapat penyakit ginjal

ataupun penyakit trofoblastik (Queenan, Hobbins & Spong 2010; Soefoewan 2003).

Hipertensi didiagnosis apabila tekanan darah istirahat mencapai 140/90 mmHg atau lebih dengan

menggunakan fase V Korotkoff (titik di mana suara denyut menghilang) untuk menentukan

tekanan diastolik (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005; Queenan, Hobbins & Spong

2010). Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali selama 4-6 jam (Angsar

MD, 2009; Queenan, Hobbins & Spong 2010). Kenaikan tekanan darah sistolik ≥ 30 mmHg dan

kenaikan tekanan darah ≥ 15 mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak dipakai lagi

(Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Kriteria ini tidak lagi dianjurkan karena bukti

memperlihatkan bahwa wanita dalam kelompok ini kecil kemungkinannya mengalami

peningkatan gangguan hasil kehamilan, namun perlu diawasi dengan ketat (Cunningham et al.

2005).

Proteinuria adalah tanda penting preeklampsia, apabila tidak terdapat proteinuria, diagnosis

dipertanyakan. Proteinuria didefinisikan sebagai terdapatnya 300 mg atau lebih protein dalam

urin per 24 jam atau sama dengan pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+ dipstick secara

menetap pada sampel acak urin, menggunakan urin midstream yang diambil minimal 2 kali

dengan jarak waktu 6 jam (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005; Queenan, Hobbins &

Spong 2010). Proteinuria menunjukkan bahwa kerusakan telah mencapai tingkat glomerulus

ginjal sehingga fungsinya mulai menurun atau bersifat patologis (Manuaba 2007).

Dahulu edema tungkai dipakai sebagai tanda-tanda preeklampsia, tetapi sekarang edema tungkai

tidak dipakai lagi, kecuali edema generalisata (anasarka). Perlu dipertimbangkan faktor risiko

timbulnya hipertensi dalam kehamilan, bila didapatkan edema generalisata, atau kenaikan berat

Page 3: Preeklampsia

badan > 0,57 kg/minggu (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Jenis edema pada ibu

hamil adalah pitting edema, yaitu jika ditekan akan meninggalkan bekas.

Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang yang bukan disebabkan oleh

hal lain (Angsar MD, 2009; Cunningham et al. 2005). Kejang bersifat tonik dan klonik

(Cunningham et al. 2005).

EPIDEMIOLOGI

Secara global, insiden preeclampsia diperkirakan sebesar 5-14% pada semua kehamilan. Di

Negara-negara barat berkisar 0,6-1,2 % dari kehamilan. Insiden preeclampsia di Amerika Serikat

diperkirakan sebanyak 2-6% pada perempuan nullipara yang sehat. Di antara seluruh kasus

preeclampsia, 10% terjadi pada usia kehamilan kurang dari 34 minggu. Di Negara berkembang,

insiden penyakit ini dilaporkan sebesar 4-18% di mana gangguan hipertensi menjadi penyebab

obstetric tersering kedua bayi lahir mati dan kematian dini neonates. Di Indonesia, eklampsia

menjadi penyebab utama kedua kematian ibu (25%) setelah perdarahan (30%) disusul oleh

infeksi (12%) (Lim, 2011, Wibowo et al., 2010)

ETIOLOGI

Beberapa teori yang mendasari etiologi dan patofisiologi preeklampsia mengaitkan bahwa

penyakit hipertensi akibat kehamilan lebih cenderung berkembang pada perempuan yang:

1. Terpapar vili korionik pertama kali

2. Terpapar vili korionik berlebihan, seperti pada kondisi gemelli atau molahidatidosa

3. Adanya penyakit pembuluh darah sebelumnya

4. Secara genetik memiliki predisposisi mengalami hipertensi selama kehamilan

Tanpa memperhatikan etiologi yang mempresipitasi, kaskade kejadian yang menyebabkan

sindrom preeklampsia dicirikan oleh adanya abnormalitas pada host yang menghasilkan

kerusakan endotel vaskular disertai vasospasm, transudasi plasma, iskemik dan sequele

trombotik. Berdasarkan Sibai (2011), penyebab potensial yang memungkinkan menjelaskan

sebab preeklampsia adalah sebagai berikut.

Page 4: Preeklampsia

1. Invasi tropoblast abnormal

Pada implantasi normal, arteri spiral uterus mengalami remodeling akibat invasi trofoblast

endovascular. Pada trimester pertama kehamilan normal, proliferasi trofoblast yang menginvasi

arteri spiral maternal pada segmen desidual, menggantikan endotel dan mendestruksi jaringan

otot dan elastik medial dinding arteri spiral. Dinding arteri kemudian digantikan oleh material

fibrinoid. Pada kasus ini, pembuluh darah desidua tetapi tidak pada pembuluh darah

miometrium-dilapisi oleh trofoblast endovascular. Selama trimester kedua, gelombang kedua

invasi trofoblast endovascular berlanjut pada lumen arteri spiral yang lebih dalam ke

miometrium. Arsitektur musculoelastik dan endotel arteri spiral dihancurkan , mengakibatkan

dilatasi, dinding lebih tipis, pembuluh darah berbentuk corong yang secara pasif meningkatkan

aliran darah uteroplacental selama kehamilan. Pada preeklampsia, invasi trofoblast tidak

sempurna. Hal ini dapat terjadi pada gelombang pertama dan gelombang invasi kedua tidak

terjadi. Akibatnya, semakin dalam segmen arteri spiral, remodelling tidak terjadi dan sifat

musculoelastik pembuluh darah semakin dipertahankan/kuat sehingga respon vasokonstriktornya

menurunkan perfusi maternal placenta. Hal ini memicu hipoxia relatif placenta. Madazli

dkk(2000) memperlihatkan bahwa besarnya defek invasi tofoblast pada arteri spiralis berkorelasi

dengan beratnya penyakit hipertensi yang dialami. (Miller , 2007; Williams JW, 2007)

Pada sisi implantasi uteroplacental penderita preeklampsia ringan, ditemukan kerusakan endotel,

insudasi komponen plasma ke dalam dinding pembuluh darah, proliferasi sel-sel miointimal, dan

nekrosis medial. Pada awalnya terdapat akumulasi lipid dalam sel-sel miointimal kemudian

diikuti makrofag. Pada gambar berikut memperlihatkan sel berisi lipid yang dikenal dengan

istilah atherosis. Pembuluh darah yang mengalami atherosis membentuk dilatasi aneurisma dan

seringkali dihubungkan dengan penemuan arteriol spiral yang gagal beradaptasi secara normal.

Obstruksi lumen arteri spiralis oleh atherosis mengurangi aliran darah placental. Hal tersebut

menyebabkan perfusi placenta berkurang secara patologik, yang pada akhirnya menimbulkan

sindrom preeklampsia. (Williams JW, 2007)

2. Faktor intoleransi imunologi antara maternal dan jaringan fetoplacenta

Perubahan mikroskopik pada pertemuan maternal-placental menunjukkan adanya reaksi

penolakan akut. Pada permulaan trimester kedua, perempuan yang nantinya mengalami

Page 5: Preeklampsia

preeklampsia secara signifikan memiliki proporsi sel T helper lebih rendah dibandingkan

perempuan yang tetap normotensif. Ketidakseimbangan T1/T2, dimana T2 lebih dominan,

dimediasi oleh adenosin yang ditemukan lebih tinggi pada serum perempuan preeklampsia

dibanding perempuan normotensif. Limfosit T helper ini mengsekresi sitokin spesifik yang

mendukung implantasi,dan disfungsinya menyebabkan preeklampsia.( Williams JW, 2007)

3. Maladaptasi maternal terhadap perubahan cardiovascular dan inflammasi pada kehamilan

normal

Perubahan inflammasi merupakan kelajutan dari penyebab placenta yang telah dijelaskan

sebelumnya. Sebagai respon terhadap pelepasan faktor placenta akibat iskemik, atau penyebab

lainnya, terjadi perubahan kaskade. Desidua juga mengandung sekumpulan sel yang jika

teraktivasi dapat menghasilkan agen-agen berbahaya. Hal tersebut memprovokasi terjadinya

cedera sel endotel. Redman dkk menyatakan bahwa disfungsi endotel yang berhubungan dengan

preeklampsia dapat disebabkan oleh gangguan menyeluruh, adaptasi inflammasi intravascular

maternal terhadap kehamilan. Pada hipotesis ini, preeklampsia dianggap sebagai penyakit yang

diakibatkan teraktivasinya leukosit secara ekstrim pada sirkulasi maternal. Sitokin-sitokin seperti

TNF alfa dan interleukin berkontribusi terhadap stress oksidatif yang dikaitkan dengan

preeklampsia. Konsekuensi lain dari stress oksidatif adalah produksi sel foam makrofag yang

bermuatan lipid terlihat pada atherosis, aktivasi microvascular koagulasi terlihat pada

trombositopenia, dan peningkatan permeabilitas vascular yang terlihat pada edema dan

proteinuria.( Williams JW, 2007)

4. Defisiensi diet

Sejumlah defesiensi atau berlebihan diet tertentu telah dianggap sebagai penyebab preeklampsia.

Beberapa teori dan observasi mempelajari zat-zat tertentu yang berhubungan dengan

preeklampsia. Studi tentang suplementasi seperti zinc, calcium, dan magnesium untuk mencegah

preeklampsia. Studi lain oleh John dkk memperlihatkan populasi umum dengan diet tinggi buah-

buahan dan sayuran yang mengandung antioksidant berhubungan dengan penurunan tekanan

darah. Hal ini berhubungan dengan studi case-control oleh Zhang dkk di mana insidens

preeklampsia terjadi dua kali lipat pada perempuan yang mengkonsumsi asam ascorbic kurang

dari 85 mg sehari. Selain itu, obesitas merupakan resiko potent preeklampsia. Obesitas pada

Page 6: Preeklampsia

perempuan hamil menyebabkan aktivasi endotel dan respon inflammasi sistemik yang dikaitkan

dengan atherosclerosis. Sebuah studi pada perempuan hamil oleh Wolf dkk memperlihatkan

peningkatan C-reactive protein, petanda inflamasi, pada obesitas yang nantinya dihubungkan

dengan preeklampsia.( Williams JW, 2007)

5. Pengaruh genetik

Beberapa studi menunjukkan bahwa preeklampsia dihubungkan dengan faktor herediter. Selain

itu, sejumlah studi menghubungkan preeklampsia dengan mutasi gen pada ibu hamil. Ward dan

Zhang dkk melaporkan bahwa perempuan heterozygot gen angiotensinogen varian T235

memiliki insidens preeklampsia dan pertumbuhan janin terhambat lebih tinggi. Morgan dkk juga

menemukan bahwa perempuan homozygot untuk gen ini juga mengalami invasi trofoblas yang

abnormal.( Williams JW, 2007)

KLASIFIKASI

Dalam pengelolaan klinis, preeklampsia dibagi sebagai berikut :

1) Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasar atas timbulnya hipertensi disertai

proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu (Angsar MD, 2009).

§ Hipertensi : tekanan darah ≥ 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg.

§ Proteinuria : ≥ 300 mg/24 jam dengan menggunakan cara Esbach, atau ≥ 1 + dipstik.

§ Edema : edema lokal tidka dimasukkan dalam kriteria PE, kecuali edema generalisata.

2) Ditegakkan diagnosa preeklampsia berat jika ditemukan satu atau lebih tanda dan gejala

sebagai berikut (Angsar MD, 2009) :

§ Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak

menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

§ Proteinuria ≥ 5 gr/24 jam atau 4 + dipstik.

§ Oligouri, yaitu produksi urin < 500 ml/24 jam.

§ Serum kreatinin meningkat.

Page 7: Preeklampsia

§ Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, dan pandangan kabur.

§ Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula

Glisson).

§ Edema paru atau sianosis

§ Hemolisis mikroangiopatik.

§ Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.

§ Peningkatan kadar alanin dan aspartate aminotransferase.

§ Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.

§ Sindrom HELLP.

3) Dan disebut impending eclampsia apabila pada penderita preeklampsia berat ditemukan

gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri

epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

4) Dan disebut eklampsia jika pada penderita preeklampsia berat dijumpai kejang menyeluruh

dan koma. Pada penderita preeklampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala-gejala atau

tanda-tanda khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang.

preeklampsia yang disertai dengan tanda-tanda prodomal ini disebut sebagai impending

eclampsia atau imminent eclampsia (Angsar MD, 2009)

Page 8: Preeklampsia

DAFTAR PUSTAKA

Angsar, MD 2009, ‘Hipertensi dalam kehamilan’, dalam Ilmu Kebidanan Sarwono

Prawirodrdjo, edk 4, eds. T Rachimhadhi & Wiknjosastro GH, Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo, Jakarta.

Cunningham, FG, Leveno, KJ, Bloom, SL, Hauth, JC, Gilstrap, L & Wenstrom, KD

2005, Williams Obstetrics, 22th edn, McGraw-Hill, New York.

Lim K-H. Preeclampsia 2011 [updated 10 Nopember 2011]; Available from:

www.emedicine.com/

Manuaba, IBG, Manuaba, IAC & Manuaba, IBGF 2007, Pengantar kuliah obstetri,

EGC, Jakarta.

Miller DA. Hypertension in Pregnancy. In: DeCherney AH, Nathan L, Goodwin TM,

Laufer N, editors. Current Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology. 10 ed. United

States of America: McGraw-Hill Companies; 2007.

Sibai BM. Evaluation and Management of Severe Preeclampsia Before 34 Weeks’

Gestation. American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2011:191-8.

Sibai, BM 2010, ‘Preeclampsia’, dalam Protocol For High-Risk Pregnancies, 5th edn,

eds. JT Queenan, JC Hobbins & CY Spong, BlackWell, Singapore.

Sofoewan, S 2003, ‘Preeklampsia-eklampsia di beberapa rumah sakit di Indonesia,

patogenesis dan kemungkinan pencegahannya’, Indonesian Journal of Obstetrics and

Gynecology, vol. 27, no. 3, hh. 141-151.

Wibowo N, Irwinda R, Gumilar E, Mose J, Rukmono, Kristanto H, et al. 2010.

Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran "Preeklampsia". Bakti Husada

Williams JW. Williams Obstetrics. New York: McGraw-Hill Medical Publishing

Division; 2007.