13
PEMBAHASAN Setiap hari manusia memerlukan makanan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya. Pencernaan makanan adalah proses memecah molekul makanan dari besar menjadi kecil sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh. Dalam mencerna makanan, tentunya memerlukan zat- zat maupun enzim yang bisa memperlancar proses tersebut. Masing- masing zat dalam pencernaan memiliki fungsi dan kedudukan yang spesifik agar metabolisme dapat berjalan dengan normal serta sesuai keperluan [1]. Proses pencernaan makanan diselenggarakan dengan bantuan enzim pencernaan dan kelenjar pencernaan yang menghasilkan sekret tertentu untuk mempermudah pencernaan dan dapat diserap tubuh. Berdasarkan hal diatas maka praktikum ini dilakukan analisa kualitatif pada saliva dan empedu dimana keduanya mempunyai peran dalam proses pencernaan. Sebelum membahas hasil praktikum, maka dijelaskan terlebih dahulu sedikit tentang saliva dan kelenjar empedu. Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis, selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil. Kandungan saliva secara umum adalah air (99,5%), ion-ion organik (Ca2+, K+, HCO3-. SCN-, I-), amilase salivarius dan enzim lipase lingual, serta immunoglobulin A [2].

praktikum saliva

Embed Size (px)

DESCRIPTION

praktikum

Citation preview

Page 1: praktikum saliva

PEMBAHASAN

Setiap hari manusia memerlukan makanan untuk proses pertumbuhan dan perkembangannya.

Pencernaan makanan adalah proses memecah molekul makanan dari besar menjadi kecil

sehingga dapat digunakan oleh sel tubuh. Dalam mencerna makanan, tentunya memerlukan zat-

zat maupun enzim yang bisa memperlancar proses tersebut. Masing-masing zat dalam

pencernaan memiliki fungsi dan kedudukan yang spesifik agar metabolisme dapat berjalan

dengan normal serta sesuai keperluan [1].

Proses pencernaan makanan diselenggarakan dengan bantuan enzim pencernaan dan

kelenjar pencernaan yang menghasilkan sekret tertentu untuk mempermudah pencernaan dan

dapat diserap tubuh.

Berdasarkan hal diatas maka praktikum ini dilakukan analisa kualitatif pada saliva dan

empedu dimana keduanya mempunyai peran dalam proses pencernaan. Sebelum membahas hasil

praktikum, maka dijelaskan terlebih dahulu sedikit tentang saliva dan kelenjar empedu.

Kelenjar saliva yang utama adalah kelenjar parotis, submandibularis dan sublingualis,

selain itu juga ada beberapa kelenjar bukalis yang kecil. Kandungan saliva secara umum adalah

air (99,5%), ion-ion organik (Ca2+, K+, HCO3-. SCN-, I-), amilase salivarius dan enzim lipase

lingual, serta immunoglobulin A [2].

Nilai pH saliva biasanya berkisar 6,8, dan bisa bervariasi antara kedua sisi netralis

tersebut. Sekresi sehari-hari normal saliva berklisar antara 800 ml dan 1500 ml [3].

Fungsi saliva antara lain adalah enzim amilase mampu melakukan hidrolisis amilum dan

glikogen menjadi maltosa, walaupun demekian makna enzim ini tidak begitu penting karena

waktu kontaknya dengan makanan begitu singkat. Amilase salivarius dapat dihilangkan

keaktifannya pada pH 4,0 atau kurang, sehingga kerja enzim ini untuk mencerna makanan dalam

mulut segera terhenti di dalam suasana lambung yang asam. Sedangkan enzim lipase lingual

pada manusia tidak terlalu mempunyai arti yang penting [3].

Saliva juga berperan penting dalam menjaga kebersihan dan kesehatan jaringan rongga

mulut melelui beberapa cara seperti saliva mengandung beberapa faktor yang menghancurkan

bakteri misalnya ion SCN- dan beberapa enzim proteolitik serta saliva mengandung antibodi (Ig

Page 2: praktikum saliva

A) [2]. Di bidang industri pun saliva memiliki kegunaan dimana kandungan Endo-1,4- -D-glucan

glucohydrolase pada α-amylasenya berfungsi menghidrolisis kanji pada produksi ethanol,

menghilangkan kanji cair pada industri deterjen sampai pada pembuatan kertas [4].

Empedu adalah produk hati yang mempunyai warna kuning kehijauan dan biasanya

memiliki reaksi basa [5]. Kandungan getah empedu dalam vesika fellea adalah air (83,92%), zat-

zat padat (14,08%), asam empedu (9,14%), musin dan pigmen (2,98%), kolesterol (0,26%), asam

lemak (0,62%), garam-garam anorganik (0,56%), sedangkan berat jenis empedu adalah 1,04%

[3]. pH empedu berkisar antara 6,9 – 7,7 pada vesika fellea. Sementara itu saluran empedu

ekstrak hepatik mempunyai fungsi utama mengumpul dan memekatkan empedu ke dalam

duodenum [3].

Empedu memiliki sifat-sifat antara lain adalah [3] :

Emulsifikasi, yaitu kemempuan getah empedu untuk menurunkan tegangan

permukaan. Kemampuan ini membuat getah empedu mampu mengemulsikan

lemak dalam usus dan melarutkan asam lemak serta sabun yang tak larut dalam

airKemampuan ini membuat getah empedu mampu mengemulsikan lemak dalam

usus dan melarutkan asam lemak serta sabun yang tak larut dalam air.

Netralisasi asam, yaitu mennetralkan kimus yang asam dari lambungdan

mempersiapkannya untuk pencernaan di dalam usus.

Ekskresi, berguna sebagai pembawa yang penting bagi ekskresi asam empedu dan

kolesterol, obat toksin, pigmen, dan berbagai substansi organik seperti tembaga,

seng, dan air raksa.

Empedu mempunyai peranan penting dalam pencernaan dan absorpsi oleh adanya asam

empedu. Empedu bekerja sebagai suatu alat untuk mengeluarkan beberapa produk buangan yang

penting dalam darah [3].

Mengingat pentingnya peranan saliva dan empedu bagi sistem pencernaan tubuh manusia

maka perlu pengkajian lebih mendalam mengenai saliva dan empedu. Oleh karena itulah

praktikum mengenai analisis kualitatif saliva dan empedu ini perlu dilakukan.

Reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup sebagian besar

berlangsung di dalam sel, bahkan banyak diantaranya di dalam organel yang mempunyai

Page 3: praktikum saliva

membran dengan pori-pori yang amat kecil bahkan umumnya bersifat tidak permeabel terhadap

semua senyawa. Oleh karena itu makanan yang molekulnya besar harus dipecah dahulu menjadi

senyawa yang molekulnya kecil yang disebut dengan pencernaan makanan. [2]

Di sepanjang traktus gastrointestinal, kelenjar sekretoris mempunyai dua fungsi utama

yaitu mensekresi enzim-enzim pencernaan dan kelenjar mukus mengeluarkan mukus untuk

melumaskan dan melindungi semua bagian kelenjar pencernaan [2,6].

Prinsip-prinsip dasar dari sekresi saluran pencernaan adalah [2,6]:

1. Pada permukaan / epitelium mengandung sel goblet yang mengeluarkan mukus

secara langsung.

2. Banyak daerah traktus gastrointestinal pada permukaannya dikelilingi oleh ceruk

pits yang merupakan invaginasi dari epitel ke dalam submukosa (pada usus

disebabkan kripta Lieberkhun) yang mengandung sel-sel sekretorik khusus.

3. Di dalam lambung dan bagian atas duodenum terdapat sejumlah besar kelenjar

tubular yang dalam.

4. Terdapat beberapa kelenjar yang kompleks seperti kelenjar saliva, pankreas dan

hati.

Untuk hasil percobaan kali ini adalah sebagai berikut :

A. Saliva

Pada percobaan pH saliva pada percobaan digunakan indikator PP dengan rentang pH 8,3

- 10, dengan perubahan warna dari tak berwarna-merah. Dari percobaan didapatkan hasil dengan

indikator PP, bening atau tidak berwarna, ini menunjukkan pH saliva 8,3. Pengujian dengan

menggunakan indikator merah congo tidak dilakukan. Setelah menggunakan indikator kertas

lakmus diperoleh pH sekitar 7.

Pada percobaan daya amilolitas saliva – hidrolisa amilum, semua menunjukkan hasil

yang sama yaitu terbentuk warna kunig apabila diberi larutan Iod dan berwarna biru saat diberi

Page 4: praktikum saliva

reagen Benedict, kecuali pada penambahan NaCl. Pada penambahan NaCl setelah diberi iod

berwarna kuning, sedangkan setelah ditambah benedict warna menjadi biru muda. Penambahan

NaCl 0,9% tidak memberi pengaruh apapun bagi enzim amilase sebab larutan NaCl 0,9% adalah

larutan yang isotonik dengan sel. Saliva yang ditambahkan HCl seharusnya memberikan warna

hitam/ungu seperti pada saliva yang dipanaskan karena tidak terjadi proses hidrolisis amilum.

Hal ini disebabkan rusaknya enzim amilase oleh proses penambahan HCl dan proses pemanasan

sehingga terjadi absorbsi oleh uliran spiral amilum.

Hal ini terjadi karena kesalahan atau ketidaktelitian praktikan dalam menjalankan

prosedur praktikum yang ada sehumgga hasil yag didapatkan tidak sesuai dengan teori yang

diharapkan.

Pada pemeriksaan pH saliva dilakukan dengan indikator PP dan kertas lakmus,

sedangkan menggunakan indicator merah kongo tidak dilakukan. Pada indikator PP memberikan

keadaan tidak berwarna (rentang pH 8,3-10, tidak berwarna-merah). Dengan demikian berarti pH

saliva berkisar kurang dari 8,3. Hal ini didukung dengan pemeriksaan saliva dengan

menggunakan kertas indikator universal yang memberikan warna dengan rentang pH 7.

Pada percobaan daya amilolitas saliva yang menggunakan NaCL, larutan iodium

memberikan warna orange pada tabung I, cokelat muda pada tabung II, dan cokelat tua pada

tabung III. Adapun saliva yang ditambahkan dengan benedict memberikan warna biru. Pada

tabung I menunjukkan reaksinya negative untuk uji benedict dan pencernaan amilum

berlangsung sempurna karena amilum terurai dan masuk dalam uliran spiral amilosa, namun

warna yang terbentuk ialah orange. Hal ini disebabkan amilum yang ada terhidrolisis sangat

cepat sehingga sudah sampai tahap dekstrin. Pada tabung II, penambahan zat asam pada saliva

akan menghambat daya amilolitas saliva. Pada tabung III menunjukkan bahwa dengan adanya

pemansan menyebabkan enzim mengalami denaturasi sehingga tidak dapat menguraikan

amilum.

Page 5: praktikum saliva

EMPEDU

1. Uji Fisika

Uji warna

Pada uji ini cairan empedu akan terlihat berwarna hijaua tua.

Uji keasaman

Pada saat diuji dengan menggunakan kertas lakmus , cairan empefu menunjukkan

pH 7.

Uji Pigmen

a. Uji Gmelin

Dari hasil percobaan terlihat bahwa terdapat dua lapisan, yaitu hijau (atas)

dan kuning (bawah). Uji Gmelin akan memberikan nilai positif apabila

membentuk warna kuning, merah, violet, biru, dan hijau. Adapun warna kuning

yang diperoleh menunjukkan adanya choletelin (kuning) pada empedu.

b. Uji Rosenbach

Uji Rosenbach akan memberikan nilai positif apabila diperoleh warna

seperti warna pada Uji Gmelin (kuning, merah, violet, biru, dan hijau). Pada uji

ini penyaringan berfungsi untuk mendapatkan pigmen yang lebih spesifik karena

kandungan empedu yang lainnya tidak bercampur. Dari hasil percobaan diperoleh

larutan berwarna hijau tua, kuning, cokelat, dan bening.

c. Uji Van den Bergh

Uji ini akan bernilai positif apabila terbentuk larutan berwarna merah,

merah keunguan, atau adanya endapan hijau. Hasil percobaan menunjukkan

adanya sedikit endapan berwarna kehijau-hijauan yang berarti positif. Warna

merah menunjukkan pembentukan azobilirubin dari bilirubin (pigmen hati).

Page 6: praktikum saliva

Dalam hati, bilirubin bebas berkonjugasi dengan asam glukoronat dan

konjugatnya yaitu biliribin glukoronida dan kemudian bias diekskresikan ke

dalam empedu. Lebih lanjut bilirubin terkonjugasi yang larut dalam air dapat

bereaksi langsung dengan reagensia diazzo.

d. Uji Cole

Berdasarkan pada pigmen empedu yang diabsorbsi oleh BaSO4. K-Klorat

bereaksi sebagai pengoksidasi lemah yang mengubah biliverdin dan bilirubin

menjadi senyawa berwarna biru dengan bantuan alcohol absolute sebagai palarut.

Seharusnya terjadi endapan berwarna biru dengan endapan yang menunjukkan

pigmen yang teroksidasi adalah bilisianin. Endapan BaSO4 yang terbentuk untuk

mengabsorbsi pigmen. Artinya tes ini akan memberikan nilai positif apabila

terbentuk endapan berwarna biru. Dan dari hasil percobaan ini terlihat endapan

berwarna biru di dalam larutan berwarna hijau.

2. Uji Protein

Uji Pepton (Uji Oliver)

Pada percobaan uji pepton tidak dilakukan. Adapun pada uji ini akan

dihasilkan endapan pada saat penambahan dengan asetat glasial dan laruatan pepton

10% karena terjadi pada titik isoelektrik. Endapan ini berwarna kuning yang

merupakan campuran pepton dengan asam empedu. Setelah terbentuk endapan maka

ditambahkan asam asetat glacial berlebih yang menyebabkan endapan larut. Hal ini

dikarenakan telah melewati titik isoelektriknya, di mana pepton larut dalam asam

asetat.

3. Uji mineral

a. Uji Klorida

Page 7: praktikum saliva

Uji ini dilakukan untuk membuktikan adanya Cl- dengan terbentuknya

AgCl dan untuk memastikan diuji dengan larutan NH4OH. Pada uji ini setelah

penambahan HNO3, larutan menjadi keruh berwarna hijau, tapi di dasar tabung

berwarna hitam. Dan pada penambahan AgNO3, terbentuk endapan berwarna

putih dengan larutan keruh. Akan tetapi, setelah penambahan larutan NH4OH,

tidak terjadi perubahan warna pada larutan. NH4OH dalam uji berfungsi sebagai

pengikat klorida pada empedu sehingga terbentuk garam ammonium klorida.

Rekasi yang terjadi :

Cl + HNO3 HCl + AgNO3 AgCl + NH4OH AgOH + NH4Cl

NH4OH + endapan

b. Uji Fosfat

Dalam uji ini ketika filtrate ditambahkan dengan larutan HNO3, larutan

berubah warna menjadi berwarna ungu. Lalu setelah dididihkan selam 2 menit,

larutan berubah warna menjadi berwarna kuning. Dan hasil akhir dari uji akhirnya

menunjukkan adanya endapan berwarna kuning karena fosfat yang ada dalam

filtratberikatan dengan ammonium molibdat membentuk ammonium

fosfomolibdat.

Reaksi yang terjadi :

PO43- + 3 HNO3 H3PO4 + 3 NO3

-

H3PO4 + ammonium molibdat fosfomolibdat

c. Uji Sulfat

Pada uji ini setelah penambahan barium klorida maka akan terbentuk

presipitat. Larutnya presipitat dengan penabahan HCl menandakan adanya sulfat.

Pada reaksi ini tidak mutlak garam dari empedu harus berwarna dan mengendap

karena reaksi ini bersifat reversible. Pada percobaan didapatkan hasil warna hijau

kekuningan.

Reaksinya adalah :

Page 8: praktikum saliva

SO42- + 2 HCl H2SO4 + 2 Cl-

H2SO4 + BaCl2 BaSO4 + HCl

d. Uji Hay

Percobaan ini dilakukan untuk menunjukkan adanya garam empedu pada

urin. Pada saat bubuk belerang ditaburkan di permukaan larutan empedu, maka

akan terlihat bubuk tersebut mengendap dan bila dikocok akan larut. Sedangkan

pada aquadest bubuk belerang tidak larut, akan tetapi hanya menempel pada

permukaan aquadest. Pada larutan empedu bubuk belerang mengendap karena

garam empedu dapat menurunkan tegangan permukaan, sedangkan pada aquadest

tidak. Pada uji ini terbentuk endapan berwarna putih kekuning-kuningan.

e. Uji Busa

Pada uji ini setelah larutan yang berisi campuran dari larutan empedu dan

larutan furfural ditambahkan dengan H2SO4, maka terbentuk busa dengan warna

pink (merah jambu), dan di dasar abung juga berwarana pink (merah jambu).

4. Uji Karbohidrat

a. Uji Pettenkofer

Saat penambahan H2SO4 terbentuk larutan dengan 3 lapisan warna : hijau

oleh empedu (atas), cincin merah hitam oleh sukrosa (tengah), dan bening oleh

H2SO4 cincin (bawah). Setelah dikocok terdapat 2 lapisan warna : hitam di atas

dan warna kuning di bagian bawah.

b. Uji Furfural- H2SO4

Pada uji ini terbentuk 3 lapisan utama, yaitu : warna hijau di bagian atas,

warna ungu-hitam di bagian tengah, dan warna kuning di dasar atau di bagian

bawah.

Page 9: praktikum saliva

1. Anonymous. 2008. Buku Ajar Biokimia Kedokteran I. Bagian Biokimia Kedokteran FK UNLAM, Banjarbaru.

2. Guyton, Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. EGC,

Jakarta.

3. Murray, Robert K et al. 1999. Biokimia Harper Edisi 23. EGC,

Jakarta.

4. Richardson TH, Tan X, Frey G, et al. A Novel, High Performance Enzyme for Starch Liquefaction. The Journal of Biological Chemistry 2002; 277(29):26501-2507.

5. Rahman, 1989 Patologi Kandung Empedu dan Pankreas. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

6. Guyton AC. 1990. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC, Jakarta.