40
Skenario Seorang peneliti muda melakukan penelitian tentang kecepatan alir saliva. Mahasiswa ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitiannya. Sebelum dilakukan pengambilan salivanya, subyek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum serta gosok gigi selama 2 jam. Subyek penelitian diinsstruksikan untuk membuka mulut dan peneliti melakukan pengambilan saliva di bawah lidah selama 1 menit dalam wadah plastic. Setelah itu, peneliti menginstruksikan subyek penelitian disuruh mengumpulkan saliva di dalam wadah plastic selama 5 menit. Masing-masing samprl saliva diukur volumenya dan dihitung kecepatan kecepatan salivanya. Selain diukur kecepatan alir saliva, saliva juga dilihat perbedaan viskositasnya. 1

Skenario Saliva

Embed Size (px)

DESCRIPTION

saliva

Citation preview

SkenarioSeorang peneliti muda melakukan penelitian tentang kecepatan alir saliva. Mahasiswa ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitiannya. Sebelum dilakukan pengambilan salivanya, subyek penelitian diinstruksikan untuk tidak makan dan minum serta gosok gigi selama 2 jam. Subyek penelitian diinsstruksikan untuk membuka mulut dan peneliti melakukan pengambilan saliva di bawah lidah selama 1 menit dalam wadah plastic. Setelah itu, peneliti menginstruksikan subyek penelitian disuruh mengumpulkan saliva di dalam wadah plastic selama 5 menit. Masing-masing samprl saliva diukur volumenya dan dihitung kecepatan kecepatan salivanya. Selain diukur kecepatan alir saliva, saliva juga dilihat perbedaan viskositasnya.

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Saliva merupakan salah satu komponen penting dalam rongga mulut. Saliva dihasilkan oleh tiga pasang kelenjar saliva mayor (parotid, submandibular, dan sublingual) serta sejumlah kelenjar saliva minor, dan cairan dari eksudat ginggiva. Saliva berperan dalam melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan cara pembersihan secara mekanis untuk mengurangi akumulasi plak, lubrikasi elemen gigi-geligi, pengaruh buffer, agreasi bakteri yang dapat menghambat kolonisasi mikroorganisme, aktivitas antibakterial, perncernaan, retensi kelembaban, dan pembersihan makanan. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, saliva perlu dihasilkan dalam rongga mulut dalam jumlah yang cukup. Umumnya sekresi saliva yang normal adalah 800-1500 ml/hari, Banyaknya saliva yang disekresikan di dalam mulut dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti rangsangan olfaktorius, melihat dan memikirkan makanan, rangsangan mekanis, kimiawi, neuronal, rasa sakit, dan konsumsi obat-obatan tertentu. Selain itu, keadaan stres, depresi, dan cemas juga dapat mempengaruhi sekresi saliva.Kesehatan rongga mulut seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah besaran volume sekresi saliva yang disekresikan oleh glandula salivarius secara kontinyu yang berfungsi memelihara keseimbangan normal flora mikroorganisme dalam mulut; memelihara PH normal saliva (buffer capacity); memelihara mekanisme bio imun; dan membantu pencernaan makanan tahap awal dengan proses enzimatis.Metode utama untuk mengukur saliva murni yaitu metode draining, spitting, suction, dan swab.

1.2 RUMUSAN MASALAH1. Mengapa subyek penelitian tidak boleh makan, minum dan gosok gigi sebelum pengambilan saliva ?2. Mengapa pengambilan saliva dan pemeriksaan viskositas dilakukan 2 kali ?3. Bagaimana struktur anatomis dan histologis kelenjar saliva ?4. Bagaimana mekanisme sekresi saliva ?5. Apa fungsi kelenjar saliva ?6. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi sekresi saliva ?7. Bagaimana cara mengukur kecepatan saliva dan perbedaan viskositas ?

1.3 TUJUAN1. Untuk mengetahui alasan subyek penelitian tidak boleh makan, minum dan gosok gigi sebelum pengambilan saliva2. Untuk mengetahui alasan pengambilan dan pemeriksaan viskositas saliva dilakukan 2 kali3. Untuk mengetahui struktur anatomis dan histologis kelenjar saliva4. Untuk mengetahui mekanisme sekresi saliva5. Untuk mengetahui fungsi kelenjar saliva6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi saliva7. Untuk mengetahui cara mengukur kecepatan saliva dan perbedaan viskositas8.

BAB 2PEMBAHASAN

1. Pada penelitian subyek tidak boleh makan, minum dan menggosok gigi selama 2 jam agar didapatkan hasil yang netral pada saliva. Makan, minum dan menggosok gigi merupakan stimulasi yang dapat mempengaruhi kecepatan dan viskositas saliva sehingga akan didaptkan hasil yang lebih banyak atau lebih sedikit dari normal. Makan dan minum merupakan rangsangan mekanis dimana saat kita makan dan minum terjadi gerakan atau aktivitas pada otot-otot di rongga mulut dan dapat memicu kelenjar saliva, terutama kelenjar parotis untuk mensekresi lebih banyak saliva dan dihasilkan saliva yang encer. Makanan berpengaruh kurang lebih 15 menit setelah makan. Menggosok gigi akan memperngaruhi sekresi saliva tergantung dari kandungan yang terdapat pada pasta gigi. Kandungan Sodium Lauryl Sulfate dalam pasta gigi yang dapat ditoleransi oleh air ludah adalah 0,0001%, sedangkan yang terdapat dipasaran berkisar antara 1%-5%. Penggunaan Sodium Lauryl Sulfate yang berlebihan dapat menyebabkan penurunan kelarutan saliva serta perubahan sensitivitas rasa dan menyebabkan kekeringan rongga mulut. Faktor lain yang dapat menimbulkan perubahan pada sekresi saliva adalah merokok. Pada pasien perokok asap yang bercampur dengan bakteri di udara kemudian terhirup dan dapat menyebabkan xerostomia (mulut kering), sehingga dengan kata lain merokok dapat menurunkan sekresi saliva. Namun penelitian lain mengatakan pasien perokok akan mensekresi saliva dengan jumlah lebih banyak dibandingkan dengan pasien nonperokok. Hal tersebut didasari dengan adanya zat-zat yang terkandung dalam rokok seperti nikotin, tar dan lain-lain yang dapat menimbulkan rangsang kimiawi sehingga memicu sekresi saliva yang lebih banyak. Sekresi saliva juga akan mempengaruhi pH. Pada keadaan istirahat konsentrasi ion bikarbonat pada saliva rendah, sedangkan pada ludah yang dirangsang konsentrasi ion bikarbonat tinggi, sehingga menyebabkan kenaikan sekresi dan menyebabkan pH salova tinggi.

2. Pengambilan saliva dan pemeriksaan viskositas dilakukan sebanyak dua kali. Pada pengambilan pertama sampel yang diambil digunakan sebagai variable control atau dianggap sebagai acuan. Sedangkan pengambilan kedua digunakan sebagai pembanding. Dengan dilakukan pengambilan sebanyak dua kali, data yang didapat akan lebih akurat. Dapat dibandingkan apakah semakin lama waktu penampungan, sekresi saliva juga akan semakin banyak, tetap atau berkurang. Begitu juga dengan viskositasnya, semakin encer saliva maka kecepatan alir saliva akan bertambah cepat.

3. Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90 persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.3.1 Secara Anatomis :Saliva merupakan cairan mulut yang kompleks terdiri dari campuran sekresi kelenjar saliva mayor dan minor yang ada dalam rongga mulut. Saliva sebagian besar yaitu sekitar 90 persennya dihasilkan saat makan yang merupakan reaksi atas rangsangan yang berupa pengecapan dan pengunyahan makanan.Lingkungan oral dikuasai hampir secara eksklusif oleh kelenjar saliva. Kelenjar saliva di bagi dalam dua kelompok yaitu kelenjar saliva mayor dan minor. Pada kelenjar saliva mayor ada tiga kelenjar utama, terletak simetris pada kedua sisi kepala: Parotis, Submandibular (kadang-kadang disebut sebagai Submaxillarys), dan Sublingual.Kelenjar parotis adalah yang terbesar dari kelenjar lain dan terletak pada bagian samping di atas m. masseter bagian inferior menempel pada m. sternocleidomastoideus, dan pada bagian posterior, kelenjar ini terletak di atas venter posterior m.digastricus. Kelenjar ini di pisahkan dari kelenjar submandibularis oleh ligamentum stylomandiularis, sedangkan bagian dalam, yaitu perluasan retromandibular berhubungan dengan rongga parafaringeal. Cabang dari terminal n. facialis berjalan di dalam substansi kelenjar tersebut. Ductus poroticus, misalnya ductus stensen, dengan panjang 5 sampai 6 cm, bermula dari aspek anterior kelenjar, melintasi m. masseter, menembus m. buccinator, dan memasuki rongga mulut pada regio molar pertama atau molar kedua rahang atas. Meskipun kelenjar parotis adalah yang terbesar, kelenjar ini hanya menghasilkan seperempat dari volume air liur.Kelenjar submandibularis terletak di bawah corpus mandibulae dan menempati sepertiga yang di bentuk oleh venter posterior dan anterior m.digastrici. Bagian tengah berhubungan dengan m. styloglossus dan m. hyoglosus. Otot mylohyoideus yang membatasi rongga sublingual dan submandibular, merupakan batas superior kelenjar submandibularis. Duktusnya keluar dari perluasan kelenjar submandibularis yang melintasi batas posterior dari m. mylohyodeus dan memasuki rongga atau ruang sub lingual. Ductus wharton dengan panjang kurang lebih 6 cm, melintas di bagian anterior dan berakhir dalam lubang saluran di dasar mulut, tepat di samping frenulum lingualis. Nervus lingualis terletak superolateral dari ductus pada regio molar posterior, dan aspek medial dari ductus pada regio anterior.Kelenjar sublingualis menempati rongga sublingual bagian anterior dan karena itu hampir memenuhi dasar mulut. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis , yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus bartholin) yang berhubungan dengan ductus mandibularis.Sedangkan pada kelenjar saliva minor dalam jumlah besar terletak pada submukosa atau mukosa bibir, permukaan lidah bagian bawah, bagian posterior palatum durum dan mukosa bukal.

Gambar 1. Anatomi Kelenjar Saliva

3.2 Secara Histologis :Kelenjar saliva merupakan kelenjar merokrin yang bentuknya berupa tubuloasiner atau tubuloaveoler. Bagian dari kelenjar saliva yang menghasilkan sekret disebut asini. Berikut adalah sel-sel yang menyusun asini kelenjar saliva.a. Asini serous Asini serous tersusun dari sel-sel berbentuk piramid yang mengelilingi lumen kecil dan berinti bulat. Di basal sel terdapat sitoplasma basofilik dan di apeks terdapat butir-butir pro-enzim eosinofilik, yang akan disekresikan ke lumen asini menjadi enzim. Hasil sekresi aini serous berisi enzim ptialin dan bersifat jernih dan encer seperti air.b. Asini mukous Asini mukous tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid sampaikolumner yang mengelilingi lumen kecil dan memiliki inti pipih atau oval yang terletak di basal. Sitoplasma asini mukous yang berada di basal sel bersifat basofilik sedangkan daerah inti dan apeks berisi musin yang bewarna pucat. Hasil sekresi asini mukous berupa musin yang sangat kental.

c. Asini campuran Asini campuran mempunyai struktur asini serous serta mukous. Bagian serous yang menempel pada bagian mukous tampak sebagai bangunan berbentuk bulan sabit.

Pada kelenjar saliva juga ditemukan struktur lain yaitu mioepitel. Mioepitel terdapat di antara membran basalis dan sel asinus. Sel ini berbentuk gepeng, berinti gepeng, memiliki sitoplasma panjang yang mencapai sel-sel sekretoris, dan memiliki miofibril yang kontraktil di dalam sitoplama sehingga membantu memeras sel sekretoris mengeluarkan hasil sekresi.Hasil sekresi kelenjar saliva akan dialirkan ke duktus interkalatus yang tersusun dari sel-sel berbentuk kuboid dan mengelilingi lumen yang sangat kecil. Beberapa duktus interkalatus akan bergabung dan melanjut sebagai duktus striatus atau duktus intralobularis yang tersusun dari sel-sel kuboid tinggi dan mempunyai garis-garis di basal dan tegak lurus dengan membrana basalis yang berfungsi sebagai transport ion.Duktus striatus dari masingmasing lobulus akan bermuara pada saluran yang lebih besar yang disebut duktus ekskretorius atau duktus interlobularis.

Gambar 2. Histologi kelenjar saliva

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut :Kelenjar SalivaAcinelar cell typeKarakteristik CairanInervasi*

Kelenjar saliva mayor

Kelenjar parotisSerousEncer, kaya amilaseIX

Kelenjar submandibularis

Campur, sebagian besar mucousKental, kaya mucinVII

Kelenjar sublingualisCampur, sebagian besar mucousKental, kaya mucinVII

Kelenjar saliva minor

PalatinalMucousKaya mucinVII

BukalSeromucousKaya mucinVII

LabialSeromucousKaya mucinVII

Lingual (kelenjar von Ebner)SerousEncer, cairan kaya lipaseIX

RetromolarSebagian besar mucousKaya mucinVII/IX

*Suplai nervus Parasympathetic. Suplai nervus sympathetic berasal dari superior cervical ganglion.

Pusat pengaturan salivaPada dasarnya sekresi saliva berada dibawah kontrol saraf. Pusat pengaturannya ada di medulla. Derajat pengeluaran saliva melalui saraf otonom yang mempersarafi kelenjar saliva. Saraf simpatis dan parasimpatis tidak bekerja secara bertentangan seperti pada bagian tubuh lainnya. Keduanya sama-sama meningkatkan sekresi saliva, tetapi dengan jumlah dan karakteristik yang berbeda.Inervasi saraf parasimpatik memegang peran utama dalam modifikasi komposisi saliva. Sekresi liur cair dalam jumlah besar dengan kandungan bahan organik yang rendah distimulasi oleh sarafparasimpatis dari nukleus salivatorius superior. Sekresi ini disertai oleh vasodilatasi mencolok pada kelenjar, yang disebabkan oleh pelepasan VIP (vasoactive intestine polipeptide).Inervasi kedua adalah dari saraf simpatis yang memegang peran utama dalam memengaruhi volume sekresinya. Saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan sekresi sedikit saliva yang kaya akan bahan organik dari kelenjar submandibulais. Pada kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar minor, lebih dipengaruhi oleh respon kolinergik, sedangkan pada kelenjar lainnya cenderung ke inervasi adrenergik.Kontrol sekresi saliva :

Komposisi salivaa) Unsur organik dari seluruh saliva : Urea, uric acid, glukosa bebas, asam amino bebas, laktat dan asam-asam lemak. b) Makromolekul yang ditemukan dalam saliva : Protein, amilase, peroksidase, tiosianat, lisozim, lipid, IgA, IgM dan IgG. c) Unsur anorganik : Ca2+, Mg2+, F, HCO3- (bikarbonat), K+, Na+, Cl- dan NH4 d) Gas : CO2, N2 dan O2 e) AirAir liur terdiri dari air 99% dengan 1% sisanya sebagai bahan organik molekul (glikoprotein, lipid) dan elektrolit (kalsium, fosfat).

4. Mekanisme sekresi salivaLaju aliran saliva sangat mempengaruhi kuantitas saliva yang dihasilkan. Laju aliran saliva tidak terstimulasi dan kualitas saliva sangat dipengaruhi oleh waktu dan berubah sepanjang hari. Terdapat peningkatan laju aliran saliva saat bangun tidur hingga mencapai tingkat maksimal pada siang hari, serta menurun drastis ketika tidur. Refleks saliva terstimulasi melalui pengunyahan atau adanya makanan, asam dapat meningkatkan laju aliran saliva hingga 10 kali lipat atau lebih.Saliva disekresi sekitar 0,5 sampai 1,5 liter per hari. Tingkat perangsangan saliva tergantung pada kecepatan aliran saliva yang bervariasi antara 0,1 sampai 4 ml/menit. Pada kecepatan 0,5 ml/menit sekitar 95% saliva disekresi oleh kelenjar parotis (saliva encer) dan kelenjar submandibularis (saliva kaya akan musin), sisanya disekresi oleh kelenjar sublingual dan kelenjar-kelenjar di lapisan mukosa mulut. Sekresi saliva yang bersifat spontan dan kontinu, tanpa adanya rangsangan yang jelas, disebabkan oleh stimulasi konstan tingkat rendah ujung-ujung saraf parasimpatis yang berakhir di kelenjar saliva berfungsi untuk menjaga mulut dan tenggorokan tetap basah setiap waktu.

4.1 Mekanisme sekresi saliva saat istirahatDipicu oleh perangsangan reseptor penglihatan di retina oleh cahaya. Eferen "refleks cahaya" tsb menggiatkan sel asini terutama melalui saraf simpatis. Sekresi yang terutama berasal dari sel asini tersebut, mengandung banyak protein dan glikoprotein. Energi proses sekresi waktu istirahat bersifat endoseluler yaitu dari proses metabolik dan kinetik dalam sel asini yang berkaitan dengan eksositosis. Energi tersebut meningkatkan transport Na+ dari intra sel ke kanalikuli interseluler. Keluarnya Na+ dari sel diikuti oleh air, meningkatkan air dalam kanalikuli interseluler. Kegiatan minimal sekresi protein dari sel asini ke lumen kelenjar meningkatkan tekanan osmotik di lumen kelenjar. Terjadi perpindahan air dari intra seluler kanalikuli masuk ke lumen kelenjar, cairan hasil sekresi asini tsb mengalir sepanjang saluran kelenjar. Pada saat cairan mengalir dalam duktus striatum Na+ direabsorbsi dan K+ di sekresi sehingga terjadi perubahan kandungan elektrolit dalam cairan. Saliva yang dihasilkan bersifat hipotonik.

4.2 Mekanisme sekresi saliva saat makanRefleks makan dipicu oleh perangsangan reseptor pengecap dan reseptor mekanis pada gigi dan otot-otot rahang pada waktu mengunyah. Jalur eferen melibatkan saraf simpatis dan para simpatis. Tapi peran para simpatis lebih dominan. Pada refleks makan terjadi peningkatan sekresi protein oleh sel asini juga sekresi air dan elektrolit terutama oleh duktus striatum. Meningkatnya laju saliva waktu makan akibat meningkatnya kecepatan sekresi dan kontraksi mioepitel. Pada penelitian dapat pula dibuktikan bahwa pada saat makan sel asini berkontraksi secara bersama. Hal tersebut juga meningkatkan laju aliran saliva.Waktu makan proses reabsorbsi sangat minimal. Proses reabsorbsi dianggap suatu proses yang secara normal terjadi hanya pada keadaan istirahat yaitu saat refleks parasimpatis tidak aktif. Respons kelenjar kuat terhadap impuls eferen yang dihantarkan saraf adrenergik maupun kolinergik. Impuls saraf meningkatkan sekresi protein dan glikoprotein (50-100x) juga sekresi air dan elektrolit.Sekresi protein adalah akibat meningkatnya kecepatan eksositosis dlm sel asini, sdgkan sekresi air dan elektrolit terjadi melalui proses transfer air dan elektrolit menembus duktus kelenjar

Sekresi saliva dapat distimulasi oleh rangsang mekanik dan rangsang kimiawi.a. MekanikSekresi kelenjar ludah, menurut Amerongen (1991), dapat dirangsang dengan cara-cara mekanis. Contohnya adalah dengan mengunyah. Sekresi saliva tanpa disertai rangsang mengunyah adalah 0,03-0,05 ml/menit/glandula, sedangkan sekresi saliva yang disertai dengan rangsang mengunyah dapat bervariasi atau lebih banyak. Pada sebuah jurnal penelitian di sebutkan mengenai aliran saliva yang dirangsang dengan, stimulasi mekanik dari bahan makanan buatan (chewing inert materials), atau mengunyah makanan alami (natural foods), ditemukan bahwa konsistensi dan volume makanan juga berpengaruh terhadap aliran saliva. Makanan yang membutuhkan daya kunyah besar atau makanan yang rasanya cukup mencolok dapat meningkatkan aliran saliva dan juga mengubah komposisinya. Rangsangan mekanik seperti mengunyah dapat menimbulkan refleks saliva sederhana (tidak terkondisi). Reflex saliva sederhana (tidak terkondisi) terjadi sewaktu kemoreseptor atau reseptor tekanan di dalam rongga mulut berespons terhadap adanya makanan. Sewaktu diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serat saraf aferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula batang otak. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Tindakan-tindakan gigi mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap reseptor tekanan yang terdapat di mulut. Rangsang mekanik pada sekresi saliva juga berhubungan dengan fungsi saliva yaitu, membantu proses pencernaan makanan. Pada saat mengunyah sekresi saliva lebih banyak karena saliva mengandung enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah yang dikeluarkan untuk mengubah tepung dan glikogen menjadi kesatuan karbohidrat yang lebih kecil. Selain itu juga berhubungan dengan fungsi saliva sebagai self-cleansing. Pada orang yang memiliki kebiasaan mengunyah pada satu sisi, sisi yang tidak digunakan cenderung akan lebih kotor daripada sisi yang digunakan untuk mengunyah, ditandai dengan banyaknya akumulasi plak dan biasanya banyak terbentuk karang gigi. Kondisi ini disebabkan karena gerakan pengunyahan dan keberadaan makanan akan menstimulasikelenjar saliva. Hal ini juga menjelaskan mengapa pada saat orang sedang berpuasa mulut terasa kering, karena hampir sama sekali tidak ada gerakan mengunyah dan tidak adanya makanan yang merangsang keluarnya saliva.b. KimiawiSelain mekanik, sekresi saliva juga dipengaruhi oleh factor kimiawi, seperti rangsangan asam, manis, pedas atau pahit. Yang sering meningkatkan sekresi saliva adalah rangsangan dalam bentuk asam. Makanan yang mengandung karbohidrat atau asam yang sering dikonsumsi akan menyebabkan keasaman dalam mulut meningkat, sedangkan jaringan gigi dapat larut dalam keadaan asam. Dalam hal ini saliva sangat berperan dalam mengatur keasaman pH rongga mulut, di mana saliva bertindak sebagai buffer. Kapasitas buffer saliva merupakan faktor penting, yang memainkan peran dalam pemeliharaan pH saliva, dan remineralisasi gigi. Kapasitas buffer saliva pada dasarnya tergantung pada konsentrasi bikarbonat. Hal tersebut berkorelasi dengan laju aliran saliva, pada saat laju aliran saliva menurun cenderung untuk menurunkan kapasitas buffer dan meningkatkan resiko perkembangan karies. Hasil percobaan pada suatu jurnal penelitian disebutkan bahwa rata-rata volume saliva tertinggi di dapatkan setelah mendapat stimulasi dengan asam sitrun (1,4 ml/menit) sedangkan rata-rata volume saliva terendah terjadi pada saat tanpa stimulasi/ kontrol (0,72 ml/menit) . Hasil yang di dapatkan pada percobaan ini menguatkan teori bahwa stimuli asam dapat meningkatkan sekresi saliva secara signifikan. Selain itu, komposisi dan jumlah saliva yang dihasilkan memang cukup bergantung pada tipe dan intensitas stimulus, pada stimulus asam sitrun volume/ kapasitas sekresi saliva memiliki volume tertinggi dibandingkan yang lain. (tanpa stimulasi: 0,4 ml/menit12; daya pengunyahan: 0,85 ml/menit7; asam sitrun: 1,7 ml/menit7,12).

Selain stimulasi sekresi yang bersifat konstan, sekresi saliva dapat ditingkatkan melalui dua jenis refleks saliva yang berbeda, yaitu: 1) Refleks saliva sederhana, atau tidak terkondisi Refleks saliva sederhana terjadi saat baroreseptor di dalam rongga mulut merespons adanya makanan. Saat diaktifkan, reseptor-reseptor tersebut memulai impuls di serabut saraf afferen yang membawa informasi ke pusat saliva di medula spinalis. Pusat saliva kemudian mengirim impuls melalui saraf otonom ekstrinsik ke kelenjar saliva untuk meningkatkan sekresi saliva. Gerakan gigi juga mendorong sekresi saliva walaupun tidak terdapat makanan karena adanya manipulasi terhadap baroreseptor yang terdapat di mulut. 2) Refleks saliva didapat, atau terkondisi. Pada refleks saliva didapat, sekresi saliva dihasilkan tanpa rangsangan oral. Hanya dengan berpikir, melihat, membaui, atau mendengar suatu makanan yang lezat dapat memicu pengeluaran saliva melalui refleks ini.

5. Fungsi saliva :a) Sensasi RasaAliran saliva yang terbentuk didalam acini bersifat isotonik, saliva mengalir melalui duktus dan mengalami perubahan menjadi hipotonik. Kandungan hipotonik saliva terdiri dari glukosa, sodium, klorida, urea dan memiliki kapasitas untuk memberikan kelarutan substansi yang memungkinkan gustatory buds merasakan aroma yang berbeda.b) Perlindungan Mukosa dan LubrikasiSaliva membentuk lapisan seromukos yang berperan sebagai pelumas dan melindungi jaringan rongga mulut dari agen-agen yang dapat mengiritasi. Mucin sebagai protein dalam saliva memiliki peranan sebagai pelumas, perlindungan terhadap dehidrasi, dan dalam proses pemeliharaan viskoelastisitas saliva.c) Kapasitas BufferingBuffer adalah suatu substansi yang dapat membantu untuk mempertahankan agar pH tetap netral. Buffer dapat menetralisasikan asam dan basa. Saliva memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan buffer pada rongga mulut.d) Integritas Enamel GigiSaliva juga memiliki peranan penting dalam mempertahankan integritas kimia fisik dari enamel gigi dengan cara mengatur proses remineralisasi dan demineralisasi. Faktor utama untuk mengontrol stabilitas enamel adalah hidroksiapatit sebagai konsentrasi aktif yang dapat membebaskan kalsium, fosfat, dan fluor didalam larutan dan didalam pH saliva.e) Menjaga Oral HygieneSaliva berfungsi sebagai self cleansing terutama pada saat tidur dimana produksi saliva berkurang. Saliva mengandung enzim lysozyme yang berperan penting dalam mengontrol pertumbuhan bakteri di rongga mulut. f) Membantu Proses PencernaanSaliva bertanggung jawab untuk membantu proses pencernaan awal dalam proses pembentukan bolus-bolus makanan. Enzim -amylase atau enzim ptyalin merupakan salah satu komposisi dari saliva yang berfungsi untuk memecah karbohidrat menjadi maltose, maltotriose dan dekstrin. g) Perbaikan Jaringan Saliva memiliki peranan dalam membantu proses pembekuan darah pada jaringan rongga mulut,dimana dapat dilihat secara klinis waktu pendarahan menjadi lebih singkat dengan adanya bantuan saliva.h) Membantu Proses BicaraLidah memerlukan saliva sebagai pelumas selama bicara, tanpa adanya saliva maka proses bicara akan menjadi lebih sulit.i) Menjaga Keseimbangan CairanPenurunan aliran saliva akan menghasilkan adanya suatu sensasi haus yang dapat meningkatkan intake cairan tubuh. j) Antibakterialmemiliki efek antibakteri melalui efek ganda, pertama oleh lisozim, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri tertentu, dan kedua dengan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.k) Berfungsi sebagai penghilang asam dari plak gigi dan dari makanan yang dikonsumsi serta mencegah erosi yang disebabkan karena kontak yang terlalu lama. (misalnya pada pengonsumsian minuman anggur dan cola) atau paparan jangka waktu pendek untuk asam kuat misalnya refluksdan vorniting.

6. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Saliva :

1. Derajat hidrasi Derajat hidrasi atau cairan tubuh merupakan faktor yang paling penting karena apabila cairan tubuh berkurang 8% maka kecepatan aliran saliva berkurang hingga mencapai nol. Sebaliknya hiperhidrasi akan meningkatkan kecepatan aliran saliva. Pada keadaan dehidrasi, saliva menurun hingga mencapai nol. 2. Posisi tubuh Posisi tubuh dalam keadaan berdiri merupakan posisi dengan kecepatan aliran saliva tertinggi bila dibandingkan dengan posisi duduk dan berbaring. Pada posisi berdiri, laju aliran saliva mencapai 100%, pada posisi duduk 69% dan pada posisi berbaring 25%. 3. Paparan cahaya Paparan cahaya mempengaruhi laju aliran saliva. Dalam keadaan gelap, laju aliran saliva mengalami penurunan sebanyak 30-40%. 4. Irama siang dan malam Laju aliran saliva memperlihatkan irama yang dapat mencapai puncaknya pada siang hari dan menurun saat malam hari.5. Obat Penggunaan atropin dan obat kolinergik seperti antidepresan trisiklik, antipsikotik, benzodiazepin, atropin, -blocker dan antihistamin dapat menurunkan laju aliran saliva. Obat dengan efek antikolinergik paling sering menimbulkan keluhan xerostomia dan menurunkan sekresi saliva. Terlebih lagi, obat yang menghambat neurotransmitter yang berikatan dengan reseptor membran atau jalur pengangkutan ion pada sel asinus, dapat mengganggu kuantitas dan kualitas saliva. Obat yang memiliki efek tersebut antara lain antidepresan trisiklik, sedatif dan tranzquilizer, antihistamin, antihipertensi ( dan blocker, calcium channel blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor, diuretik), agen sitotoksik, obat anti parkinson dan anti kejang6. Usia Laju aliran saliva pada usia lebih tua mengalami penurunan, sedangkan pada anak dan dewasa laju aliran saliva meningkat. 7. Efek psikis Efek psikis seperti berbicara tentang makanan dan melihat makanan dapat meningkatkan laju aliran saliva. Sebaliknya, berfikir makanan yang tidak disukai dapat menurunkan sekresi saliva. 8. Jenis Kelamin Laju aliran saliva pada pria lebih tinggi daripada wanita meskipun keduanya mengalami penurunan setelah radioterapi. Perbedaan ini disebabkan oleh karena ukuran kelenjar saliva pria lebih besar daripada kelenjar saliva wanita.9. Status emosi Berdasarkan hubungan stres, depresi, dan kecemasan dengan volume saliva, pada penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh yang signifikan. Ditemukan bahwa semakin stres, depresi, dan cemas seseorang akan diikuti dengan penurunan volume saliva. Hal ini sesuai dengan beberapa literatur yang menyebutkan bahwa volume saliva dipengaruhi oleh stres dan kondisi psikis. Rasa cemas dan depresi dapat menyebabkan penurunan aliran saliva dan xerostomia. Kondisi stres akut juga menyebabkan perubahan signifikan pada saliva seperti penurunan pada pengeluaran IgA dan peningkatan amylase pada saliva. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf outonom dan menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva. Haskell dan Goyfard juga mengemukakan bahwa gangguan emosional seperti stres, putus asa, dan rasa takut dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf outonom dan menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva.

Faktor-faktor lain :1. Rasa:pengaruh rasa yang ditimbulkan dari rangsangan sangat beragam, sehingga memberikan efek stimulasinya terhadap aliran ludah pun berbedabeda.2. Bau-Bau yang ditangkap oleh indra penciuman juga berpengaruh terhadap sekresi saliva meskipun efeknya tidak terlalu besar.3. Stimulasi mekanis terhadap mucosa mulut, dimana ketika kita mengunyah makanan yang halus akan meningkatkan sekresi saliva jika dibandingkan dengan makanan yang kasar yang dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva bahkan menyebabkan terhambatnya aliran saliva.4. Iritasi mekanis terhadap gingiva seperti scaling gigi dan prosedur polishing dapat mempengaruhi sekresi saliva.5. Mastikasi makanan, pengunyahan makanan dapat meningkatkan impuls sensorik, seperti dari stimulasi mekanis dari mukosa mulut, tekanan pada gigi yang melibatkan reseptor periodontal, dan impuls dari sendi temporo mandibular (TMJ) dan otot pengunyah.6. Iritasi kimia terhadap mukosa mulut. Asam, terutama asam sitrat, sangat menstimulasi aliran ludah, sehingga salivasinya pun meningkat, berikutnya garam halus, dan rasa yang pahit.7. Distensi atau iritasi esophagus, seperti benda asing.8. Iritasi kronis terhadap esophagus seperti carcinoma esophagus.9. Iritasi bahan kimia terhadap dinding perut yang mengakibatkan rasa mual.10. Kehamilan, biasanya diikuti oleh meningkatnya aliranludah.11. Gangguan endokrin, seperti diabetes mellitus, penyakit cushing, dan penyakit Addison. Dimana orang yang menderita penyakit diabetes mellitus memiliki saliva yang lebih kental jika dibandingkan dengan individu normal.12. Terapi radiasi Terapi radiasi pada daerah leher dan kepala untuk perawatan kanker telah terbukti dapat mengakibatkan hipofungsi kelenjar saliva yang berat dan permanen serta keluhan xerostomia persisten.8 Rusaknya struktur kelenjar saliva dengan berbagai derajat kerusakan pada kelenjar saliva yang terkena radioterapi tergantung dari jumlah dosis radiasi yang diberikan selama terapi radiasi.Tingkat perubahan kelenjar saliva setelah radiasi yaitu terjadi radang kelenjar saliva pada beberapa hari pertama, lalu setelah satu minggu akan terjadi penyusutan parenkim sehingga terjadi pengecilan kelenjar saliva dan penyumbatan. Selain berkurangnya volume saliva, terjadi perubahan lainnya pada saliva, dimana viskositas menjadi lebih kental dan lengket, pH menjadi turun dan sekresi Ig A berkurang. Waktu untuk mengembalikan kecepatan sekresi saliva menjadi normal kembali tergantung pada individu dan dosis radiasi yang telah diterima.

7. Cara mengukur kecepatan salivaFrostell memperkenalkan suatu metode pengukuran kapasitas buffer saliva yang sederhana dengan menggunakan sistem dentobuff. Selain itu dapat juga dilakukan teknik pengukuran saliva dengan metode yang lain, antara lain teknik pengumpulan untuk menilai saliva secara keseluruhan dalam keadaan tidak distimulasi yaitu :a. Draining method Teknik ini dilakukan dengan cara pasien diminta untuk menelan dan kemudian mengeluarkan saliva melalui bibir dalam keadaan terbuka kedalam tabung ukur melalui corong. Selanjutnya diakhir pengukuran pasien diminta untuk mengumpulkan seluruh saliva yang tersisa dan mengeluarkannya. Metode draining bersifat pasif, metode ini memungkinkan saliva pasien mengalir dari mulut ke dalam tabung dalam suatu masa waktu.b. Spitting method Metode spitting ini hampir sama dengan metode draining, hanya pada metode spitting saliva dikumpulkan dengan bibir tertutup kemudian saliva dikeluarkan misalnya satu sampai dua kali per menit selama pengukuran berlangsung. Metode spitting (metode yang digunakan Nederfords sesuai dengan metode standar Navazesh) dilakukan dengan membiarkan saliva untuk tergenang di dalam mulut dan meludahkan ke dalam suatu tabung setiap 60 detik selama 2-5 menit.

c. Suction methodMetode suction menggunakan sebuah aspirator atau penghisap saliva untuk mengeluarkan saliva dari mulut ke dalam tabung pada periode waktu yang telah ditentukan.d. Swab methodMetode swab menggunakan gauze sponge yang diletakkan di dalam mulut pasien dalam waktu tertentu.Apabila saliva yang disekresi : 3,5-5 ml : rendah > 5 ml : normal

Cara pengukuran saliva dapat juga dilakukan dengan cara distimulasi yakni dengan metode :

a. Masticatory method Pada metode ini pasien diberikan sesuatu untuk dikunyah seperti permen karet yang gunanya untuk merangsang saliva. Setelah mengunyah kurang lebih sekitar 2menit hingga permen karet lunak, keluarkan saliva dari dalam mulut. Pengeluaran saliva dapat dilakukan secara intermitten. c. Gustatory method Metode ini menggunakan bahan bernama citric acid. Saliva distimulasi dengan 1 sampai 6% citric acid. Cairan citric acid tersebut dioleskan dibagian anterior dari dorsal lidah setiap 30 detik atau setiap 1 menit. Setiap ingin mengoleskan citric acid yang baru, pasien diminta untuk mengeluarkan ludah. Metode ini diulang sekitar 3-5menit.

Pengukuran laju aliran saliva dilakukan setelah proses pengumpulan saliva. Laju aliran saliva yang diukur adalah laju aliran saliva tanpa stimulasi (USFR/unstimulated salivary flow rate) dan laju aliran saliva terstimulasi (SSFR/stimulated salivary flow rate).

Rata-rata aliran saliva dapat dilihat pada table berikut :

Cara mengamati perbedaan viskositas : Baik : saliva bening dan tidak berbusa Sedang : saliva berwarna putih dan berbusa Buruk : saliva lengket, berwarna putih dan bebrbusa.

DAFTAR PUSTAKA

Amerongen, A.N., 1991, Ludah dan Kelenjar Ludah: Arti Penting bagi Kesehatan Gigi, Gadjah Mada University Press: Yogyakarta. Halaman : 6-22; 37-39Gavio, Maria Beatriz D. & Bilt, Andries Van der.. Salivary Secretion And Chewing : Stimulatory Effects From Artificial And Natural Foods. Journal Of Applied Oral Science 2004; 12(2) : 159-163Gavio, M.B.D., Engelen, L., And Van Der Bilt, A. Chewing Behavior AndSaliva Secretion. European Journal Of Oral Sciences 2004; 112: 19-24.C. Fenoll-Palomares, J. V. Muoz-Montagud, V. Sanchiz, B. Herreros, V. Hernndez, M. Mnguez andA. Benages Unstimulated salivary flow rate, pH and buffer capacity of saliva in healthy volunteers. REV ESP ENFERM DIG (Madrid) 2004 ; 96. :773-783.Putri Julica, Mawar.2010. Laporan Tertulis: Pengaruh Stimulasi Berkumur, Mengunyah dan Asam Sitrun terhadap Sekresi dan pH Saliva. Gajah Mada University Press: Yogyakarta.Nadhia A, Sunariani J. Penurunan Sensitivitas Rasa Manis Akinat Pemakaian Pasta Gigi yang mengandung Sodium Lauryl Sulfate 5%. Jurnal PDGI 2009 ; mei ; Hal 10-13 Laurence J. Clinical Aspects Of Salivary Biology For The Dental Clinician. Journal Minim Interv Dent 2008; 1(1) Poernomo SD. Metode Pendidikan Kesehatan Gigi. Jurnal Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM. 2007; 4: 65-6.

25