54
LAPORAN TUTORIAL Skenario 1 SALIVA (Blok Sistem Stomatognasi II) Oleh: KELOMPOK V Ketua : Kalvin Juniawan (141610101077) Scriber papan : Septiana P. Suciadi (141610101052) Scriber meja : Fadinda Aisa (141610101045) Anggota : Devica Dwi Ratna P. (141610101047) Yunita Fatma C. (141610101048) Aulia Maghfira (141610101049) Meirsa Sawitri H. (141610101050) Kholisa (141610101054) Dea Lili Anis N.P (141610101055) Firdiana Retno (141610101070) Nadia Amalia (141610101072)

Saliva Fix

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Saliva

Citation preview

LAPORAN TUTORIAL

Skenario 1

SALIVA

(Blok Sistem Stomatognasi II)

Oleh:KELOMPOK V

Ketua : Kalvin Juniawan (141610101077)Scriber papan : Septiana P. Suciadi (141610101052)Scriber meja : Fadinda Aisa (141610101045)

Anggota : Devica Dwi Ratna P. (141610101047) Yunita Fatma C. (141610101048) Aulia Maghfira (141610101049) Meirsa Sawitri H. (141610101050) Kholisa (141610101054) Dea Lili Anis N.P (141610101055)

Firdiana Retno (141610101070)Nadia Amalia (141610101072)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS JEMBER

2014/2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya sehingga tugas laporan tutorial Skenario 1 mengenai “SALIVA”

dapat terselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan laporan ini melibatkan

bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan penuh rasa

hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. drg. Atik Kurniawati, M.Kes selaku tutor yang telah membimbing

jalannya diskusi tutorial dan memberi masukan kelompok V Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Jember.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.

Mengingat proses pembuatan karya tulis ilmiah ini dirasa masih jauh dari

kesempurnaan, kami selalu membuka diri untuk menerima kritik dan saran.

Selanjutnya, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Jember, 27 Maret 2015

Kelompok V

2

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................2

Daftar Isi .................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang ………………………………………………………...4

1.2.Skenario ................................................................................................5

1.3.Rumusan Masalah .................................................................................5

1.4.Tujuan Pembelajaran.............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Saliva......................................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN

3.1. Mapping ...............................................................................................13

3.2. Anatomi Histologi Fisiologi Kelenjar Saliva........................................14

3.3. Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva........................................20

3.4 Komposisi Saliva................................................................................26

3.5 Mekanisme Sekresi Saliva..................................................................28

3.6 Fungsi Saliva………………………………………………………...32

BAB IV KESIMPULAN…………………………………………………………35

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………...36

3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rongga mulut banyak sekali jaringan keras maupun lunak bahkan

cairan yang membantu dalam pencernaan makanan. Salah satu cairan di rongga

mulut tersebut adalah saliva. Sekilas saliva memang dianggap tidak begitu penting

bagi kaum awam, bahkan saliva dianggap menjijikkan. Namun, dibalik hal itu

saliva sangat penting. Menurut Mendel (1993) saliva memiliki peranan untuk

menegakkan diagnosa bagi kedokteran gigi, fisiologi, internal medicine,

endocrinology, pediatrics, immunology, clinical pathology, forensic medicine,

pshycology, and sport medicine.

Saliva adalah suatu cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai

elektrolit seperti sodium, potassium, kalium, khloride, magnesium, bikarbonat,

fosfat, dan beberapa protein yang berperan sebagai enzim, antimikroba,

immunoglobulin, glukosa, albumin, glikoprotein, polipeptida, dan oligopeptida

yang secara keseluruhan berperan penting dalam menjaga kesehaatan rongga

mulut.

Saliva tidak hanya membantu proses pengunyahan, juga dijadikan

pelindung multidimensional dan saliva dapat dijadikan bahan informasi untuk

tingkat cairan jaringan sesudah minum obat, status emosional, status hormon,

status imunologi, status neurologi, status nutrisi dan pengaruh metabolisme.

Karena itu, saliva dapat dijadikan sebagai suatu media dalam mendiagnostik

dalam bidang kedokteran gigi menurut pernyataan Screebny dan Mandel yang

diutarakan oleh Nikiforuk (1995).

Dalam menjaga kesehatan rongga mulut, saliva berperan menjaga

keseimbangan sistem buffer, membunuh mikroorganisme, membantu sistem

pengunyahan dan pencernaan makanan, membantu proses bicara, serta membantu

lidah dalam kaitannya dengan penghantaran reseptor rasa. Apabila terjadi

4

ketidakseimbangan dalam sekresi saliva seperti mulut kering atau xerostomia

dapat menyababkan karies menjalar dengan cepat karena saliva menurun

volumenya sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai antimikroba.

Sebaliknya jika volume saliva meningkat atau dikenal dengan hipersalivasi juga

mengganggu dalam proses bicara, menyanyi, dan sebagainya.

1.2 Skenario

SALIVA

Seorang peneliti muda melakukan penelitian tentang kecepatan alir saliva.

Mahasiswa ini menggunakan manusia sebagai subyek penelitiannya. Sebelum

dilakukan pengambilan salivanya, subyek penelitian diinstruksikan untuk tidak

makan dan minum serta gosok gigi selama 2 jam. Subyek penelitian

diinstruksikan untuk membuka mulut dan peneliti melakukan pengambilan saliva

di bawah lidah selama 1 menit dalam wadah plastik. Setelah itu, peneliti

menginstruksikan subyek penelitian disuruh mengumpulkan saliva di dalam

wadah plastic selama 5 menit. Masing-masing sampel saliva diukur volumenya

dan dihitung kecepatan salivanya. Selain diukur kecepatan alir saliva, saliva juga

dilihat perbedaan viskositasnya.

1.3. Rumusan Masalah

1. Bagaimana struktur Anatomi dan Histology serta Mekanisme

Fisiologi Kelenjar Saliva?

2. Apa saja faktor yang mempengaruhi Sekresi Saliva?

3. Bagaimana komposisi Saliva?

4. Bagaimana mekanisme Sekresi Saliva?

5. Apa saja fungsi dari Saliva?

5

1.4. Tujuan Pembelajaran

1. Mahasiswa mampu memahami struktur Anatomi dan Histologi serta

Mekanisme FIsiologi Kelenjar Saliva

2. Mahasiswa mampu memahami faktor yang mempengaruhi Sekresi

Saliva

3. Mahasiswa mampu memahami Komposisi Saliva

4. Mahasiswa mampu memahami Mekanisme Sekresi Saliva

5. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari Saliva

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Saliva merupakan kelenjar eksokrin yang berperan penting dalam

mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut. Kelenjar saliva ini mensekresi

saliva dalam rongga mulut untuk membantu mencerna makan dengan

mengeluarkan secret (saliva), yaitu air ludah. (Finn Geneser, 1994)

Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang

terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada

mukosa oral.Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur.Semua

kelenjar ludah mempunyai fungsi untuk membantu mencerna makanan dengan

mengeluarkan suatu sekret yang disebut “salivia” (ludah atau air liur).

Pembentukan kelenjar ludah dimulai pada awal kehidupan fetus (4 – 12 minggu)

sebagai invaginasi epitel mulut yang akan berdiferensiasi ke dalam duktus dan

jaringan asinar. Saliva terdapat sebagai lapisan setebal 0,1-0,01 mm yang melapisi

seluruh jaringan rongga mulut. Pengeluaran air ludah pada orang dewasa berkisar

antara 0,3-0,4 ml/menit sedangkan apabila distimulasi, banyaknya air ludah

normal adalah 1-2 ml/menit. Menurunnya pH air ludah (kapasitas dapar / asam)

dan jumlah air ludah yang kurang menunjukkan adanya resiko terjadinya karies

yang tinggi. Dan meningkatnya pH air ludah (basa) akan mengakibatkan

pembentukan karang gigi.

            Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada

umur, jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi

biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak

1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan

0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur

organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino,

amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva

antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan

7

Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi

dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

Saliva merupakan cairan yang disekreksikan ke dalam rongga mulut oleh tiga

pasang kelenjar liur mayor (parotis, submandibula, dan sublingual), kelenjar liur

minor, serta cairan dari sulkus gingiva.Saliva memiliki aksi proteksi terhadap

karies gigi dan karakteristik ini bergantung terutama pada aksi pembersihan

mekanis dan netralisasi asam plak melalui sistem dapar.

Kondisi saliva di dalam rongga mulut bisa berada dalam keadaan tidak

terstimulasi atau dalam keadaan terstimulasi.Saliva tidak terstimulasi adalah saliva

yang disekresikan ke dalam rongga mulut tanpa adanya rangsang dari luar seperti

rasa atau aktivitas mengunyah.Sedangkan saliva terstimulasi adalah saliva yang

disekresikan sebagai respon terhadap rangsang dari luar. Jumlah total saliva yang

disekskresikan mencapai ± 500-1200 ml/hari. Setengah dari jumlah tersebut

dihasilkan pada keadaan istirahat dan sisanya dihasilkan di bawah pengaruh

rangsang.

2.2 Komposisi Saliva

1. Komponen Organik

Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi

berbeda, seperti reaksi enzimatis, pelapisan permukaan jaringan,

perlindungan terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan.

Komponen saliva yang paling utama adalah protein. Selain itu, terdapat

komponen lain seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum dan

amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein

kaya prolin, musin dan imunoglobulin.

Komponen organik saliva adalah:

1) Amilase

Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah

enzim pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan

submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi

kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase,

polisakarida dapat dicerna dengan mudah.

8

2) Immunoglobulin

Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen

antibakteri. Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik

(SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA

yang terdapat dalam mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat

dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan

melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh

SIgA. Bakteri mulut yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah

difagositosis oleh leukosit.

3) Protein Kaya Prolin

Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai

fungsi penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam

saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan

meningkatkan remineralisasI.

4) Mukus Glikoprotein

Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang

berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi

antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.

5) Lisozim

Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan

aktif menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif

dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar

parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual.

6) Sistem Peroksidase

Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada

kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan

laktoproksidase. Sistem ini menghambat produksi asam dan

pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga

pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam

yang dihasilkan oleh bakteri.

7) Laktoferin

9

Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit

PMN yang mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu

fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia. Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi

pertumbuhann bakteri.

8) Laktoperoksidase

Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat

yang mampu menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri.

9) Gustin

Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap.

2. Komponen Anorganik

Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,

magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat

gas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen. Dari kation yang terdapat di

dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida sangat

penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yang terkandung

dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam

saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan.

Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja sama dengan sistem

laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva. Dalam

saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas bufer dalam

sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar

submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva .

Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu

sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri

dari protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba,

glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam

kesehatan rongga mulut.

2.3 Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva memiliki beberapa fungsi, yaitu :

10

1.      Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses

mengunyah dan menelan makanan

2.      Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair

ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan

3.      Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman

4.      Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer

5.      Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin

(amilase ludah) dan lipase ludah

6.      Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena

terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva

7.      Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan

air dalam tubuh.

8.      Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)

2.4 Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva atau ludah merupakan campuran dari beberapa sekresi kelenjar

ludah. Sekresi normal saliva sehari berkisar antara 800 – 1500 ml. Pada umumnya

saliva merupakan cairan viskus, tidak berwarna yang mengandung air,

mukoprotein, immunoglobulis, karbohidrat komponen-komponen organis seperti,

Ca, P, Na, Mg, Cl, Fe, dan J. Kecuali itu saliva mengandung pula enzim amilase

yaitu ptialin Selanjutnya saliva juga mengandung sel-sel desquamasi yang lazim

disebut korpuskulus salivatorius. Komposisi saliva tadi sangat tergantung pada

keaktivan kelenjar-kelenajar ludah. Sekresi kelenjar ludah dapat terjadi oleh

beberapa faktor, yaitu : reflek saraf, rangsangan mekanis, rangsangan kimaiwi.

Bahan makanan dan zat kimia dapat memberi rangsangan langsung pada mukosa

mulut.Bahan makanan juga dapat merangsang serat saraf eferens yang berasal dari

bagian thorakal.Sekresi air ludah dapat pula timbul secara reflektoris hanya

dengan jalan mencium bau makanan, melihat makanan, atau dengan memikirkan

dan membayangkan makanan saja.

11

            Saliva mengandung 2 tipe sekresi protein yang utama yaitu : sekresi serus

( merupakan enzim untuk mencernakan serat à ptyalin) , sekresi mukus (untuk

pelumasan dan perlindungan permukaan).

Pada umumnya kelenjar ludah kaya dengan pembuluh darah. Pembuluh

darah besar berjalan bersama-sama dengan duktusnya pada jaringan ikat

interlobularis dan memberi cabang-cabang mengikuti cabang-cabang duktusnya

kedalam lobuli, dimana pada akhirnya ia membentuk anyaman-anyaman kapiler

mengitari asinus dan akhirnya kembali membentuk vena yang berjalan bersama-

sama dengan pembuluh darah arterinya.

.

12

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Mapping

13

Kelenjar Saliva

Kel. Saliva Mayor

Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva

Komposisi Saliva

Fungsi Saliva

Kel. Saliva Minor

Organ yang terlibat dan Inervasi Kelenjar Faktor Sekresi

3.2. Anatomi Histologi dan Fisiologi Kelenjar Saliva

Kelenjar saliva merupakan suatu kelenjar eksokrin yang berperan penting

dalam mempertahankan kesehatan jaringan mulut. Kelenjar saliva mensekresi

saliva ke dalam rongga mulut. Saliva terdiri dari cairan encer yang mengandung

enzim dan cairan kental yang mengandung mukus. Menurut struktur anatomis dan

letaknya, kelenjar saliva dapat dibagi dalam dua kelompok besar yairu kelenjar

saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor dan minor

menghasilkan saliva yang berbeda-beda menurut rangsangan yang diterimanya.

Rangsangan ini dapat berupa rangsangan mekanis (mastikasi), kimiawi (manis,

asam, asin dan pahit), neural, psikis (emosi dan stress), dan rangsangan sakit.

Besarnya sekresi saliva normal yang dihasilkan oleh semua kelenjar ini kira-kira

1-1,5 liter per hari.

1. Kelenjar Saliva Mayor

Kelenjar saliva ini merupakan kelenjar saliva terbanyak dan ditemui

berpasang–pasangan yang terletak di ekstraoral dan memiliki duktus yang

sangat panjang. Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari

rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya kedalam rongga

mulut. Menurut struktur anatomi dan letaknya, kelenjar saliva mayor dapat

dibagi atas tiga tipe yaitu parotis, submandibularis dan sublingualis.

Masing–masing kelenjar mayor ini menghasilkan sekret yang berbeda–

beda sesuai rangsangan yang diterimanya. Saliva pada manusia terdiri atas

sekresi kelenjar parotis (25%), submandibularis (70%), dan sublingualis

(5%).

1.1 Kelenjar Parotis

Anatomi:

- Kelenjar ini merupakan kelenjar terbesar dibandingkan kelenjar

saliva lainnya.

- Letak kelenjar berpasangan ini tepat di bagian bawah telinga

terletak antara prosessus mastoideus dan ramus mandibula.

14

Kelenjar ini meluas ke lengkung zygomatikum di depan telinga

dan mencapai dasar dari muskulus masseter.

- Kelenjar parotis memiliki suatu duktus utama yang dikenal dengan

duktus Stensen. Duktus ini berjalan menembus pipi dan bermuara

pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa pipi dan gusi

dihadapkan molar dua atas.

- Kelenjar ini terbungkus oleh suatu kapsul yang sangat fibrous dan

memiliki beberapa bagian seperti arteri temporal superfisialis, vena

retromandibular dan nervus fasialis yang menembus dan melalui

kelenjar ini.

Histologi:

- Kelenjar ini dibungkus oleh jaringan ikat padat dan mengandung

sejumlah besar enzim antara lain amylase, lisozim, fosfatase asam,

aldolase, dan kolinesterase.

- Kelenjar parotis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks, yang

pada manusia adalah serosa murni. Kelenjar ini dikelilingi oleh

kapsula jaringan ikat yang tebal, dari sini ada septa jaringan ikat

termasuk kelenjar dan membagi kelenjar menjadi lobulus yang

kecil. Kelenjar parotis mempunyai sistem saluran keluar yang

rumit sekali dan hampir semua duktus ontralobularis adalah duktus

striata.

- Saluran keluar yang utama yaitu duktus parotidikius steensen

terdiri dari epitel berlapis semu, bermuara kedalam vestibulum

rongga mulut berhadapan dengan gigi molar kedua atas. Kelenjar

parotis secara khas dipengaruhi oleh mumps yaitu parotitis

epidemika.

Fisiologi:

- Kelenjar parotis menghasilkan suatu sekret yang kaya akan air

yaitu serous.

- Saliva pada manusia terdiri atas 25% sekresi kelenjar parotis.

15

1.2 Kelenjar Submandibularis

Anatomi:

- Kelenjar ini merupakan kelenjar yang berbentuk seperti kacang dan

memiliki kapsul dengan batas yang jelas.

- Di dalam kelenjar ini terdapat arteri fasialis yang melekat erat

dengan kelenjar ini.

- Kelenjar ini teletak di dasar mulut di bawah ramus mandibula dan

meluas ke sisi leher melalui bagian tepi bawah mandibula dan

terletak di permukaan muskulus mylohyoid.

- Pada proses sekresi kelenjar ini memiliki duktus Wharton yang

bermuara di ujung lidah.

Histologi:

- Kelenjar ini terdiri dari jaringan ikat yang padat.

- Kelenjar submandibularis adalah kelenjar tubuloasinosa kompleks,

yang pada manusia terutama pada kelenjar campur dengan sel-sel

serosa yang dominan, karena itu disebut mukoserosa. Terdapat

duktus interkalaris, tetapi saluran ini pendek karena itu tidak

banyak dalam sajian, sebaliknya duktus striata berkembang baik

dan panjang.

- Saluran keluar utama yaitu duktus submandibularis wharton

bermuara pada ujung papila sublingualis pada dasar rongga mulut

dekat sekali dengan frenulum lidah, dibelakang gigi seri bawah.

Baik kapsula maupun jaringan ikat stroma berkembang baik pada

kelenjar submandibularis.

Fisiologi:

- Kelenjar submandibularis menghasilkan 80% serous (cairan ludah

yang encer) dan 20% mukous (cairan ludah yang padat).

- Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi

air liur terbanyak.

- Saliva pada manusia terdiri atas 70% sekresi kelenjar submandibularis.

16

1.3 Kelenjar Sublingual

Anatomi:

- Kelenjar ini terletak antara dasar mulut dan muskulus mylohyoid

merupakan suatu kelenjar kecil diantara kelenjar–kelenjar mayor

lainnya.

- Duktus utama yang membantu sekresi disebut duktus Bhartolin

yang terletak berdekatan dengan duktus mandibular dan duktus

Rivinus yang berjumlah 8-20 buah.

- Kelenjar ini tidak memiliki kapsul yang dapat melindunginya.

Histologi:

- Kelenjar sublingualis adalah kelenjar tubuloasinosa dan kelenjar

tubulosa kompleks. Pada manusia kelenjar ini adalah kelenjar

campur meskipun terutama kelenjar mukosa karena itu disebut

seromukosa. Sel-sel serosa yang sedikit hampir seluruhnya ikut

membentuk demilune. Duktus interkalaris dan duktus striata

jaringan terlihat.

- Kapsula jaringan ikat tidak berkembang baik, tetapi kelenjar ini

lobular halus biasanya terdapat 10-12 saluran luar yaitu duktus

sublingualis, yang bermuara kesepanjang lipatan mukosa yaitu

plika sublingualis, masing-masing mempunyai muara sendiri.

Saluran keluar yang lebih besar yaitu duktus sublingualis mayor

bartholin bermuara pada karunkula sublingualis bersama-sama

dengan duktus wharton, kadang-kadang keduanya menjadi satu.

Fisiologi:

- Kelenjar sublingualis menghasilkan sekret yang mukous dan

konsistensinya kental.

- Saliva pada manusia terdiri atas 5% sekresi kelenjar sublingualis.

17

18

2. Kelenjar Saliva Minor

Kebanyakan kelenjar saliva minor merupakan kelenjar kecil-kecil yang

terletak di dalam mukosa atau submukosa. Kelenjar minor hanya

menyumbangkan 5% dari pengeluaran ludah dalam 24 jam. Kelenjar-

kelenjar ini diberi nama berdasarkan lokasinya atau nama pakar yang

menemukannya. Kelenjar saliva minor dapat ditemui pada hampir seluruh

epitel di bawah rongga mulut. Kelenjar ini terdiri dari beberapa unit

sekresi kecil dan melewati duktus pendek yang berhubungan langsung

dengan rongga mulut. Selain kelenjar saliva minor tidak memiliki kapsul

yang jelas seperti layaknya kelenjar saliva mayor, kelenjar saliva minor

secara keseluruhan menghasilkan sekret yang mukous kecuali kelenjar

lingual tipe Van Ebner. Saliva yang dihasilkan mempunyai pH antara 6,0-

7,4 sangat membantu didalam pencernaan ptyalin.

2.1 Kelenjar Glossopalatinal

Lokasi dari kelenjar ini berada dalam isthimus dari lipatan

glossopalatinal dan dapat meluas ke bagian posterior dari kelenjar

sublingual ke kelenjar yang ada di palatum molle.

2.2 Kelenjar Labial

Kelenjar ini terletak di submukosa bibir. Banyak ditemui pada

midline dan memiliki banyak duktus.

2.3 Kelenjar Bukal

Kelenjar ini terdapat pada mukosa pipi, kelenjar ini serupa dengan

kelenjar labial.

2.4 Kelenjar Palatinal

Kelenjar ini ditemui di sepetiga posterior palatal dan di palatum

molle. Kelenjar ini dapat dilihat secara visual dan dilindungi oleh

jaringan fibrous yang padat.

19

2.5 Kelenjar Lingual

Kelenjar ini dikelompokkan dalam beberapa tipe yaitu :

2.5.1 Kelenjar anterior lingual

Lokasi kelenjar ini tepat di ujung lidah.

2.5.2 Kelenjar lingual Van Ebner

Kelenjar ini dapat di temukan di papila sirkumvalata.

2.5.3 Kelenjar posterior lingual

Dapat ditemukan pada sepertiga posterior lidah yang berdekatan

dengan tonsil.

3.3. Faktor yang Mempengaruhi Sekresi Saliva

a. Stimulasi

Faktor yang berperan sangat penting dalam mempengaruhi sekresi dan proporsi

dari saliva adalah derajat dari stimulasi yang diberikan. Tiga macam jenis

stimulasi yang dapat diberikan untuk merangsang pengeluaran saliva adalah

stimulasi ekstra oral dengan cara mencium, melihat dan memikirkan makanan

atau produk makanan lain, mengunyah benda yang tidak larut seperti parafin dan

stimulasi gustatory seperti sukrosa, sodium klorida dancitric acid. Untuk

memperoleh saliva yang cukup banyak dapat dilakukan dengan cara mengunyah

hal initergantung dari gerakan mengunyah yang dilakukan. Mengunyah akan jauh

menghasilkan saliva lebih banyak dari cara lain.

b.Diet dan malnutrisi

Ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan antara makanan yang

dikonsumsi dan status gizi dengan produksi saliva. Hal yang penting dibedakan

adalah efek lokal dari diet dalam rongga mulut dengan efek sistemik. Namun

beberapa studi lain menemukan tidak terdapat perbedaan jumlah saliva secara

keseluruhan yang dirangsang dengan jenis makanan yang berbeda. Hal yang

penting diingat yaitu selama puasa (tidak mengunyah makanan) air liur akan

20

berkurang. Keadaan ini terkait dengan reaksi fisik dan psikis yang berbeda antara

indivdu yang satu dengan lainnya terhadap keadaan lapar, termasuk stres serta

perubahan perilaku. Status nutrisi dapat mempengaruhi aliran saliva, umumnya

terjadi bila malnutrisi terjadi dalam jangka waktu lama dan diet lebih memberikan

efek lokal dibandingkan efek sistemik terhadap pengeluaran saliva

c. Jenis kelamin dan usia

Jenis kelamin dapat mempengaruhi saliva telah dibuktikan oleh banyak penelitian.

Anak laki-laki diketahui mempunyai produksi saliva lebih tinggi dibandingkan

anak perempuan. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh ukuran kelenjar saliva

wanita yang lebih kecil dibandingkan laki-laki

d. Status emosi

Seseorang yang mengalami stress akan menghasilkan saliva yang jauh lebih

sedikit dibandingkan seseorang yang dalam keadaan rileks. Sehingga bila ingin

melakukan test sebaiknya pasien harus dalam keadaan rileks paling sedikit

minimal 5menit sebelum dilakukan tes.

Berdasarkan hubungan stres, depresi, dan kecemasan dengan volume saliva, pada

penelitian ini ditemukan bahwa terdapat hubungan dan pengaruh yang signifikan.

Ditemukan bahwa semakin stres, depresi, dan cemas seseorang akan diikuti

dengan penurunan volume saliva. Hal ini sesuai dengan beberapa literatur yang

menyebutkan bahwa volume saliva dipengaruhi oleh stres dan kondisi psikis.

Rasa cemas dan depresi dapat menyebabkan penurunan aliran saliva dan

xerostomia. Kondisi stres akut juga menyebabkan perubahan signifikan pada

saliva seperti penurunan pada pengeluaran IgA dan peningkatan amylase pada

saliva. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari sistem saraf outonom dan

menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva. Haskell dan Goyfard juga

mengemukakan bahwa gangguan emosional seperti stres, putus asa, dan rasa takut

dapat menyebabkan mulut kering. Hal ini disebabkan oleh keadaan emosional dari

sistem saraf outonom dan menghalangi sistem saraf simpatis dalam sekresi saliva.

e. Penyakit

21

Seorang penderita diabetes mellitus dapat mengalami penurunan sekresi saliva,

kenaikan konsentrasi glukosa pada saliva, dan kenaikan cairan krevikuler gingiva.

f. Cara Pemberian Obat

Pada penderita asma, mempunyai kemungkinan terjadinya karies, gingivitis,

kalkulus, erosi gigi, serta perubahan komposisi dan aliran saliva. Hal ini

disebabkan cara pemberian obat yang secara inhalasi, dimana dengan pemberian

secara inhalasi meyebabkan obat 80% tertinggal dalam rongga mulut. Obat yang

tertinggal ini menyebabkan kenaikan jumlah kalsim dan fosfor dalam glandula

parotis yang akhirnya menyebabkan kalkulus.

g. Status Gizi

Status gizi seseorang mempengaruhi volume, pH, dan waktu aliran saliva. Ketika

seseorang mengalaami kekurangan kalori dan protein maka akan terjadi

penurunan volume saliva, penurunan pH saliva, dan penurunan waktu alir saliva.

h. Jenis, bahan, dan pengolahan makanan

Saliva lebih banyak dihasilkan untuk proses pengunyahan kue kering daripada

nasi. Hal ini dikaarenakan untuk pembentukan bolus diperlukan saliva yang

banyak untuk pengunyahan kue kering

3.3.1 Viskositas Saliva

Viskositas saliva dipengaruhi oleh musin karena adanya glikoprotein

bermolekul tinggi di dalamnya.Musin ini berasal dari sel-sel asinar kelenjar saliva

dan tidak dijumpai di dalam sel-sel asinar serus dan sel-sel asinar duktus. Selain

mempengaruhi viskositas saliva, musin juga berfungsi dalam mempermudah

penelanan dan angkutan makanan, membasahi permukaan gigi dan mukosa

sehingga terhindar dari kekeringan, mempermudah artikulasi, serta melindungi

mukosa terhadap infeksi bakteri dengan pembentukan lapisan lendir yang sukar

ditembus dan dirusak oleh bakteri-bakteri.

22

Dalam keadaan istirahat, viskositas saliva sebaiknya dalam keadaan kental dan

dapat mengalir agar dapat bertahan cukup lama di dalam rongga mulut.

Sedangkan dalam keadaan berfungsi, viskositas saliva sebaiknya dalam keadaan

encer dan dapat mengalir agar dapat memberikan lubrikasi yang baik di dalam

rongga mulut.

3.3.2 Kecepatan Aliran Saliva

Kecepatan aliran saliva menunjukkan variasi diurnal dengan kecepatan

tertinggi terjadi pada saat siang hari dan kecepatan terendah pada saat tidur.Pada

saat tidur, kelenjar saliva mayor sebenarnya tidak mengeluarkan saliva.Untuk

menjaga lubrikasi mukosa di dalam rongga mulut pada malam hari, tubuh hanya

memanfaatkan saliva yang dikeluarkan oleh kelenjar saliva minor.

Dalam keadaan normal, kecepatan aliran saliva berada dalam rentang 0,3- 0,4

ml/menit ketika saliva tidak terstimulasi. Beberapa faktor yang berperan dalam

mempengaruhi kecepatan aliran saliva saat tidak terstimulasi adalah derajat

hidrasi, posisi tubuh, pemaparan terhadap cahaya, stimulasi sebelumnya, ritme

biologis, dan obat-obatan.

Sementara itu, kecepatan aliran saliva ketika terstimulasi akan meningkat, yaitu

berada dalam rentang 1,5-2 ml/menit. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

kecepatan aliran saliva saat terstimulasi adalah asal stimulus, pengunyahan,

muntah, merokok, ukuran kelenjar saliva, indera penciuman dan pengecapan,

asupan makanan, faktor emosi-psikis, dan usia.

Kecepatan aliran saliva dapat mempengaruhi aksi proteksi saliva.Stimulasi

kelenjar saliva melalui pengunyahan dapat meningkatkan kecepatan aliran saliva

sehingga mendukung pembersihan makanan dari mulut.Semakin cepat aliran

saliva, semakin cepat karbohidrat dapat dibersihkan dari dalam rongga mulut serta

semakin efektif saliva dalam mengurangi demineralisasi dan meningkatkan

remineralisasi gigi.Selain itu, konsentrasi berbagai komponen dalam saliva juga

dapat dipengaruhi oleh kecepatan aliran saliva.Konsentrasi amilase, natrium,

klorida, dan bikarbonat berbanding lurus dengan kecepatan aliran saliva,

23

sedangkan konsentrasi kalium, fosfor, dan sekret IgA berbanding terbalik dengan

kecepatan aliran saliva.

Dengan demikian, jika kecepatan aliran saliva rendah, kemampuan saliva dalam

membersihkan rongga mulut terhadap susbtrat makanan kariogenik akan

menurun. Selain itu, jumlah dapar di dalam saliva juga akan menurun sehingga

kemampuan saliva dalam menetralisasi asam organik yang terbentuk dari

fermentasi gula juga akan berkurang.

3.3.3 Kapasitas Dapar dan pH Saliva

Kapasitas dapar dan pH saliva dapat dipengaruhi oleh susunan kuantitatif

dan kualitatif elektrolit dalam saliva itu sendiri. Perbandingan antara asam dan

konjugasi basanya, terutama konsentrasi bikarbonat saliva, akan menentukan nilai

pH dan kapasitas dapar saliva.22

Dalam kondisi normal, pH saliva tidak terstimulasi memiliki nilai rata-rata

6,7 dalam rentang berada di antara 6,4 sampai dengan 6,9. Konsentrasi bikarbonat

pada saliva yang tidak terstimulasi tidak begitu besar, paling tinggi hanya

mencapai 50% dari kapasitas dapar total; sedangkan konsentrasi bikarbonat pada

saliva terstimulasi cukup besar, mencapai 85% dari keseluruhan kapasitas dapar

saliva.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai pH saliva antara lain:

a. Diet (makanan)

Adanya material eksogen berupa karbohidrat yang dapat difermentasi dengan

cepat seperti gula dapat menurunkan kapasitas dapar saliva sehingga metabolisme

bakteri dalam menghasilkan asam akan meningkat. Sedangkan makanan yang

kaya akan protein memiliki efek yang dapat meningkatkan kapasitas dapar saliva

melalui pengeluaran zat-zat basa seperti amonia.

b. Penurunan kapasitas dapar saliva

Penurunan kapasitas dapar dapat terjadi pada orang tua, penderita penyakit

sistemik, dan pengguna obat-obatan tertentu.Selain itu, kapasitas dapar dan

sekresi saliva pada wanita biasanya lebih rendah dibandingkan pada pria.

c. Ritme biologis (irama siang-malam)

24

Kapasitas dapar dan pH saliva yang tidak terstimulasi memiliki nilai terendah

pada saat tidur dan nilai tertinggi saat segera setelah bangun, kemudian nilai ini

bervariasi setelahnya. Sedangkan pada kapasitas dapar dan pH saliva yang

terstimulasi, ¼ jam setelah stimulasi keduanya memiliki nilai paling tinggi, dan

dalam kurun waktu 30-60 menit kemudian akan kembali turun. Kapasitas dapar

saliva berperan dalam menetralisasi asam plak. Besarnya kapasitas dapar dalam

saliva tergantung oleh beberapa faktor, yaitu:

1. Bikarbonat

Bikarbonat merupakan ion dapar terpenting di dalam saliva dan ion ini akan

menentukan sebagian besar kapasitas dapar dan derajat asam saliva. Pada saliva

terstimulasi, ion ini menghasilkan 85% dari keseluruhan kapasitas dapar saliva.

2. Kalsium dan fosfat

Ion kalsium dan fosfat menjaga saturasi saliva terhadap mineral gigi.Oleh karena

itu, ion-ion ini penting dalam melindungi gigi terhadap perkembangan

karies.Sistem fosfat menghasilkan 15% dari keseluruhan kapasitas dapar

saliva.Namun sistem fosfat ini tidak berperan besar terhadap kapasitas dapar pada

keadaan saliva terstimulasi karena konsentrasi fosfat menurun pada kecepatan

aliran saliva yang tinggi.Sistem fosfat memberikan kapasitas dapar paling

signifikan pada saat saliva tidak terstimulasi dan di awal pemaparan asam.

3. Protein

Konsentrasi protein di dalam saliva hanya 1/30 dari plasma sehingga terlalu

sedikit asam amino yang dapat memberi efek dapar yang signifikan pada pH

normal di rongga mulut.Kandungan protein di dalam saliva hanya merupakan

tambahan sekunder pada kapasitas dapar saliva melalui efek alkali dan

penghancuran enzimatik terhadap bakteri di dalam rongga mulut.

4. Urea

Kandungan urea di dalam saliva dapat digunakan oleh mikroorganisme di dalam

rongga mulut untuk menghasilkan amonia.Produksi amonia ini dapat menetralkan

hasil akhir metabolisme bakteri sehingga pH dapat meningkat.

25

3.4. Komposisi Saliva

Komposisi yang terkandung dalam saliva adalah:

1. Komponen Organik

Saliva terdiri dari banyak komponen organik dengan fungsi

berbeda, seperti reaksi enzimatis, pelapisan permukaan jaringan,

perlindungan terhadap jaringan gigi dan kontrol pertumbuhan jaringan.

Komponen saliva yang paling utama adalah protein. Selain itu, terdapat

komponen lain seperti asam lemak, lipid, glukosa, asam amino, ureum dan

amoniak. Protein yang secara kuantitatif penting adalah amilase, protein

kaya prolin, musin dan imunoglobulin.

Komponen organik saliva adalah:

1) Amilase

Amilase merupakan protein saliva konsentrasi tinggi. Amilase adalah

enzim pencernaan yang terutama diproduksi oleh kelenjar parotis dan

submandibular. Amilase mengubah tepung kanji dari glikogen menjadi

kesatuan karbohidrat yang lebih kecil dan akibat pengaruh amilase,

polisakarida dapat dicerna dengan mudah.

2) Immunoglobulin

Immunoglobulin terlibat pada sistem penolakan fisik dan agen

antibakteri. Immunoglobulin terdiri dari sebagian besar IgA sekretorik

(SIgA) dan sebagian kecil IgM dan IgG. Aktivitas antibakteri SIgA

yang terdapat dalam mukosa mulut bersifat mukus dan bersifat melekat

dengan kuat, sehingga antigen dalam bentuk bakteri dan virus akan

melekat erat dalam mukosa mulut yang kemudian dilumpuhkan oleh

SIgA. Bakteri mulut yang diselubungi oleh SIgA lebih mudah

difagositosis oleh leukosit.

3) Protein Kaya Prolin

Protein kaya prolin membentuk suatu kelas protein dengan berbagai

fungsi penting yaitu mempertahankan konsentrasi kalsium di dalam

saliva agar tetap konstan yang menghambat demineralisasi dan

meningkatkan remineralisasI.

4) Mukus Glikoprotein 26

Mukus glikoprotein merupakan lapisan pada rongga mulut yang

berfungsi dalam lubrikasi jaringan rongga mulut, pengatur interaksi

antara epitel permukaan dengan lingkungan luar dan perangkap bakteri.

5) Lisozim

Lisozim mempunyai fungsi proteksi terhadap bakteri yaitu berperan

aktif menghancurkan dinding sel bakteri Gram positif dan sangat efektif

dalam melisiskan bakteri. Pada saliva, lisozim berasal dari kelenjar

parotis, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual.

6) Sistem Peroksidase

Peroksida berperan sebagai sistem antibakteri yang banyak hadir pada

kelenjar parotis, terdiri dari hidrogen peroksida, tiosanat dan

laktoproksidase. Sistem ini menghambat produksi asam dan

pertumbuhan bakteri streptokokus dan laktobasilus yang ikut menjaga

pH rongga mulut sekaligus mengurangi terjadinya karies akibat asam

yang dihasilkan oleh bakteri.

7) Laktoferin

Laktoferin merupakan hasil produksi sel epitel kelenjar dan leukosit

PMN yang mempunyai efek bakterisid yang merupakan salah satu

fungsi proteksi terhadap infeksi mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia. Laktoferin juga mengikat ion ion Fe³+, yang diperlukan bagi

pertumbuhann bakteri.

8) Laktoperoksidase

Laktoperoksidase menkatalisis oksidasi tiosanat menjadi hipotiosianat

yang mampu menghambat pertumbuhan dan pertukaran zat bakteri.

9) Gustin

Gustin berfungsi dalam proses kesadaran pegecap.

2. Komponen Anorganik

Komponen anorganik yang terdapat di dalam saliva berupa ion kalsium,

magnesium, fluorida, HCO3, kalium, natrium, klorida, NH4. Selain itu terdapat

gas seperti karbondioksida, nitrogen dan oksigen. Dari kation yang terdapat di

dalam saliva, natrium dan kalium memiliki konsentrasi tertinggi. Klorida sangat

27

penting untuk aktivitas enzimatik amilase. Kalium dan fosfat yang terkandung

dalam saliva sangat penting untuk remineralisasi email. Kadar fluorida di dalam

saliva dipengaruhi oleh konsentrasi fluorida di dalam air minum dan makanan.

Tiosianat merupakan suatu gen antibakteri yang bekerja sama dengan sistem

laktoperoksidase. Bikarbonat adalah ion bufer terpenting dalam saliva. Dalam

saliva yang dirangsang, ion ini menghasilkan 85% dari kapasitas bufer dalam

sistem fosfat 14%. Konsentrasi bikarbonat pada kelenjar parotis dan kelenjar

submandibular meningkat dengan meningkatnya aliran saliva .

Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu

sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri

dari protein yang berperan sebagai enzim, immunoglobulin, antimikroba,

glikoprotein mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam

kesehatan rongga mulut.

3.5. Mekanisme Sekresi Saliva

Saliva mengandung dua tipe sekresi protein yang utama : (1) sekresi serus yang

mengandung ptialin, yang merupakan enzim untuk mencerna serat, dan (2) sekresi

mukus yang mengandung musin untuk tujuan pelumasan dan perlindungan

permukaan. Kelenjar partis seluruhnya menyekresi tipe serus, dan kelenjar

submandibularis dan sublingualis menyekresi tipe mukus maupun serus. Kelenjar

bukalis hanya menyekresi mukus.

Sekresi Ion Pada Saliva

Sekresi oleh kelenjar submaksilaris menjadi sekresi kelenjar campuran khusus

yang mengandung duktus asinus dan duktus salivarius. Sekresi saliva terbentuk

melalui dua tahap: tahap pertama mencakup asinus dan yang kedua mencakup

duktus salivarius. Sel asnus menyekresi sekresi primer yang mengandung ptialin

dan/atau musin dalam alrutan ion dengan konsentrasi yang tidak jauh berbeda dari

yang disekresikan dalam cairan ekstraselular khusus. Sewaktu sekresi primer

mengalir melalui duktus, terjadi dua proses transpor aktif utama yang

memodifikasi komposisi ion saliva secara nyata. Pertama, ion-ion natrium secara

aktif direabsorbsi dari semua duktus salivarius, dan ionion kalium disekresi secara 28

aktif sebagai pengganti natrium. Oleh karena itu, konsentrasi natrium dari saliva

sangat berkurang, sedangkan konsentrasi ion kalium meningkat. Akan tetapi, ada

kelebihan reabsorbsi ion natrium yang melebihi sekresi ion kalium, dan ini

menghasilkan negativitas sekitar -70 milivolt di dalamkitar -70 milivolt di dalam

duktus salivarius, dan keadaan ini menyebaban konsentrasi ion klorida turun

menjadi sangat rendah, menyesuaikan penurunan pada konsentrasi ion natrium.

Kedua, ion-ion bikarbinat disekresi oleh epitel duktus ke dalam lumen duktus. Hal

ini sedikitnya sebagian disebabkan oleh pertukaran ion bikarbonat dengan ion

klorida, sebagian juga hasil dari proses sekresi aktif.

Hasil akhir dari proses transpor ini adalah bahwa pada kondisi istrirahat,

konsentrasi masing-masing ion natrium dan klorida dalam saliva hanya sekitar 15

mEq/liter. Sebaliknya, konsentrasi ion kalium adalah sekitar 30 mEq/liter.

Konsentrasi ion bikarbonat adalah 50-70 mEq/liter.

Selama salivasi maksimal, konsentrasi ionik saliva berubah karena kecepatan

pembentukan sekresi primer oleh sel asini dapat meningkat sebesar 20 kali lipat.

Akibatnya sekresi asinar ini akan mengalir melalui duktus begitu cepatnya

sehingga pembaruan sekresi duktus diperkirakan menurun. Oleh kare itu, bil

saliva disekresi dalam jumlah sangat banyak, konsentrasi natrium klorida

meningkat, sedangkan konsentrasi kalium turun. (Guyton & Hall, 1997).

Kendali Saraf Pada Sekresi Saliva

1) Aliran saliva dapat dipicu melalui stimulus psikis (pikiran akan makanan),

mekanis (keberadaan makanan), atau kimiawi (jenis makanan).

2) Stimulus dibawa melalui serabut aferen dalam saraf kranial V, VII, IX dan X

menuju nuklei salivatori inferior dan superior dalam medula. Semua kelenjar

saliva dipersarafi serabut simpatis dan parasimpatis.

3) Volume dan komposisi saliva bervariasi sesuai jenis stimulus dan jenis

inervasinya (sistem simpatis dan parasimpatis).

29

a) Stimulasi parasimpatis mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah dan sekresi

berair (serosa) yang banyak sekali.

b) Stimulasi simpatis mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah dan sekresi

mukus yang lebih kental dan lengket. Obat-obatan yang mengandung penghambat

kolinergik (neuro transmitter parasimpatis) mengakibatkan terjadinya sensai

mulut kering.

c) Pada manusia normal, saliva yang disekresi permenit adalah sebanyak 1 ml.

Saliva yang disekresi dapat mencapau 1 L sampai 1,5 L dalam 24 jam. (Ethel

Sloane, 2004 )

Nuklei Inferior dan superior salivatory terdapat di medula oblongata. Awalnya

berhubungan dengan nukleus batang otak dari nervus facial, akhirnya ujungnya

bersatu dengan nervus IX. (Isselhard,2003)

Salivasi juga dapat dirangsang atau dihambat oleh sinyal-sinyal saraf yang tiba

pada nukleus salivatorius dari pusat-pusat sistem saraf pusat yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, bila seseorang mencium atau makan makanan yang disukainya,

pengeluaran saliva lebih banyak daripada bia ia mencium atau makan makanan

yang tidak disukainya. Daerah nafsu makan pada otak, yang mengatur sebagian

efek ini, terletak di dekat pusat parasimpatis hipotalamus anterior, dan berfungsi

teruatama sebagai respons terhadap sinyal dari daerah pengecapan dan pencuman

dari korteks serebral atau amigdala.

Salivasi juga dapat terjadi sebagai respons terhadap refleks yang berasal dari

lambung dan usus bagian atas, khususnya saat menelan makanan yang sangat

mengiritasi atau bila seseorang mual karena adanya beberapa kelainan

gastrointestinal. Saliva yang ditelan diperkirakan membantu menghilangkan

faktor iritan pada traktus gastrointestinal dengan cara mengencerkan atau

menetralkan zat iritan.

Perangsangan simpatis juga dapat meningkatkan salivasi dalam jumlah sedang,

tetapi lebih sedikit dari perangsangan parasimpatis. Saraf-saraf simpatis berasal

30

dari ganglia servikalis superior dan kemudian berjalan sepanjang pembuluh darah

ke kelenjar-kelenjar saliva.

Faktor kedua yang mempengaruhi sekresi adalah supladi darah ke kelenjar karena

sekresi selalu membutuhkan nutrisi yang adekuat. Sinyal-sinyal saraf parasimpatis

yang sangt merangsang salivasi, pada saat bersamaan melebarkan pembuluh-

pembuluh darah. Tetapi, selain itu, salivasi sendiri secara langsung melebarkan

pembuluh-pembuluh darah, sehingga menyediakan peningkatan nutrisis seperti

yang dibutuhkannya. Sebagian dari tambahan efek vasodilator ini disebabkan oleh

kalikrein yang disekresikan oleh sel-sel saliva yang aktif, yang kemudian bekerja

sebagai suaru enzim untuk memisahkan satu protein darah, yaitu alfa2-globulin,

untuk membentuk bradikinin, suatu vasodilator yang kuat. (Guyton & Hall, 1997).

3.5.1 Tipe Saliva

Tipe saliva dapat dibedakan menurut:

1. Menurut reflex

a. Reflex terkondisi, itu terjadi karena rangsangan kemoreseptor atau mekanis saat

ada makanan yang masuk. Misalnya pada saat melakukan gerakan pengunyahan.

Saliva juga dapat membantu gerakan penelanan makanan dan pelumasan

makanan.

b. Reflex terkondisi, disebabkan karena rangsangan yang tidak masuk mulut atau

oral. Misalnya hanya melihat, mendengar makanan-makanan yang dapat

menggugah selera

2. Menurut saraf pengontrolnya

a. Parasimpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume banyak, konsistensi encer

dan banyak enzim.

b. Simpatis, saliva yang dihasilkan dengan volume sedikit, konsistensi kental dan

banyak mucus. Biasanya kerja parasimpatis dan simpatis adalah antagonis. Tetapi

31

pada kelenjar saliva ini kerja simpatis dan parasimpatis ialah sinergis dengan

sama-sama memproduksi saliva tapi karakteristik, mekanisme dan volume yang

berbeda. (Sherwood, 2001)

3. Tipe saliva sekresi asinus a. sekresi serosa yang mengandung ptialin (suatu a-

amilase), sebuah enzim untuk mencernakan serat. b. sekresi mukosa yang

mengandung musin, sebuah glikoprotein yang melubrikasi makanan dan

memproteksi mukosa oral. Musin jug mengandung IgA, sistem imun yang

pertama menghadang bakteri dan virus; lisozim, berfungsi menghacurkan dinding

bakteri;laktoferin, mengikat zat besi; dan protein kaya akan prolin, memproteksi

gigi. Oleh karena itu pada keadaan defisit saliva (xerostomia) ronga mulut

menjadi berulserasi, terinfeksi, dan karies gigi akan meluas.

Masing-masing kelenjar menghasilkan tipe sekresi yang berbeda.

3.6. Fungsi Saliva

Saliva mempunyai beberapa fungsi yang penting didalam rongga mulut,

diantaranya perasa, pengenceran dan pembersih, integritas email gigi, pencernaan,

perbaikan jaringan, penghilang asam dari plak dan makanan yang dikonsumsi.

a. Perasa

Aliran saliva pertama tama terbentuk didalam asinus adalah isotonik terhadap

plasma. Namun karena mengalir melalui jaringan saluran, yang awalnya isotonik

menjadi hipotonik. Saliva hipotonik (kadar glukosa yang rendah, natrium, urea

32

dan klorida) dan kapasitas digunakan untuk memberikan pelepasan zat untuk

memungkinkan tunas gustaratory untuk dapat merasakan rasa yang berbeda.

b. Proteksi dan lubrikasi

Saliva membantu membentuk penutup yang seromukosal dimana untuk melumasi

dan juga melindungi jaringan mulut terhadap agents yang berbahaya. Hal ini

terjadi karena mucins(protein dengan karbohidrat yang tinggi) bertugas untuk

memberikan pelumasan, perlindungan terhadap dehidrasi, dan pemeliharaan

viskoelastisitas saliva. Selain itu memiliki fungsi selektif memodulasi adhesi

mikroorganisme kejaringan mulut yang berkontribusi pada kontrol bakteri dan

jamur dan juga melindungi jaringan terhadap serangan proteolitik oleh

mikroorganisme.

c. Pengenceran dan pembersih

Gula dalam bentuk yang bebas dirangsang dan terstimulasi oleh air liur pada

konsentrasi rata rata 0,5-1 mg/100ml. tingginya konsentrasi gula dalam air liur

terutama terjadi setelah makan dan juga minum. Hal ini diketahui dengan adanya

korelasi antara konsentrasi glukosa dalam cairan darah dan saliva terutama pada

penderita diabetes tapi hal ini tidak selalu signifikan. Aliran Saliva cenderung

untuk menghilangkan karbohidrat yang berlebih, sehingga membatasi

ketersediaan gula untuk biofilm mikroorganisme. Semakin besar aliran saliva

semakin besar kapasitas pembersihan.

d. Kapasitas buffer

Saliva berfungsi sebagai salah satu sistem penyangga untuk melindungi mulut

sebagai berikut:

1) Mencegah kolonisasi oleh mikroorganisme pathogen.

2) Buffer saliva (menetralkan) dan membersihkan asam yang dihasilkan oleh

acidogenik mikroorganisme. Dengan demikian mencegah terjadinya

demineralisasi email.

e. Integritas Email Gigi

33

Saliva memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga integritas fisik-kimia

gigi. Faktor utama dalam mengendalikan stabilitas hidroksiapatit email adalah :

konsentrasi bebas dari kalsium, fosfat dan larutan PH saliva. (15) Konsentrasi

kalsium dalam saliva sangat bervariasi tergantung dari aliran saliva dan tidak

dipengaruhi oleh diet. Namun penyakit seperti cystic fibrosis dan beberapa obat

seperti penyebab pilocarpine dapat menyebabkan terjadinya peningkatan kadar

kalsium. Fungsi biologis dari ion ion seperti fluoride, sitrat, bikarbonat yakni

untuk mempertahankan struktur gigi. (15) Terdapatnya fluoridedidalam saliva

bahkan pada tingkat fisiologis yang rendah sangat menentukan bagi stabilitas

mineral gigi. Sumber sumber lain yang juga penting dalam menjaga stabilitas

saliva bisa diperoleh dari pasta gigi.

f. Pencernaan

Saliva memiliki fungsi lain yakni sebagai pencernaan awal pati,mendukung

pembentukan makanan pada bolus. Hal ini terjadi disebabkan oleh adanya enzim

pencernaan α-amilase (ptyalin)dalamkomposisiair liur. Fungsi biologis tersebut

adalah untuk membagi pati menjadi maltose, maltotirosa, dandekstrin. Enzim ini

dianggap baik bagi kelenjar ludah agar dapat berfungsi.

g. Perbaikan Jaringan Lunak.

Berfungsi sebagai perbaikan jaringan, dapat dikaitkan dengan saliva karena waktu

perdarahan pada jaringan mulut lebih pendek dari jaringan lain. Ketikasaliva

dicampur dengan koagulasi waktu dapat dipercepat( meskipun bekuan yang

dihasilkan kurang padat dari yang normal).

h. Berfungsi sebagai penghilang asam dari plak gigi dan dari makanan yang

dikonsumsi serta mencegah erosi yang disebabkan karena kontak yang terlalu

lama. (misalnya pada pengonsumsian minuman anggur dan cola) atau paparan

jangka waktu pendek untuk asam kuat misalnya refluksdan vorniting.

34

BAB IV

KESIMPULAN

1. Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri

atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa

oral.Saliva dapat disebut juga kelenjar ludah atau kelenjar air liur.

2. Ludah diproduksi secara berkala dan susunannya sangat tergantung pada umur,

jenis kelamin, makanan saat itu, intensitas dan lamanya rangsangan, kondisi

biologis, penyakit tertentu dan obat-obatan. Manusia memproduksi sebanyak

1000-1500 cc air ludah dalam 24 jam, yang umumnya terdiri dari 99,5% air dan

0,5 % lagi terdiri dari garam-garam , zat organik dan zat anorganik. Unsur-unsur

organik yang menyusun saliva antara lain : protein, lipida, glukosa, asam amino,

amoniak, vitamin, asam lemak. Unsur-unsur anorganik yang menyusun saliva

antara lain : Sodium, Kalsium, Magnesium, Bikarbonat, Khloride, Rodanida dan

Thiocynate (CNS) , Fosfat, Potassium. Yang memiliki konsentrasi paling tinggi

dalam saliva adalah kalsium dan Natrium.

3. Saliva merupakan cairan yang disekreksikan ke dalam rongga mulut oleh tiga

pasang kelenjar saliva mayor (parotis, submandibula, dan sublingual), kelenjar

saliva minor, serta cairan dari sulkus gingiva. Saliva memiliki aksi proteksi

terhadap karies gigi dan karakteristik ini bergantung terutama pada aksi

pembersihan mekanis dan netralisasi asam plak melalui sistem dapar.

35

DAFTAR PUSTAKA

Amerogen AV. Ludah dan Kelenjar Ludah Arti Bagi Kesehatan Gigi. Alih Bahasa Rafiah Abyono. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Press. 1988

Roth GL, Calmes R. Oral Biology. St. Louis: CV Mosby. 1981

Sherwood, L.2001.Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC

Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. Jakarta : EGC

www.repository.usu.ac.id

Eroschenko, Victor C.2010.Atlas Histology difiore.Jakarta: EGC

Geneser, Finn.1994.Buku Text Histology Jilid 2. Jakarta Barat : Binarupa Aksara.

Isselhard, Brand. 2003. Anatomy of Orofacial Structure. America : Mosby

Rensburg.1995. Oral Biology. Chicago: Quistessence Publishing Co,Inc.

Ganong.1999.Buku Ajar Fisiologi Manusia Edisi 17. Jakarta: EGC

Guyton, Arthur C. dan Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9. Jakarta: EGC

36