Upload
riu-etsu-kazuo
View
134
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IMUNOTERAPI
Rinosinusitis Alergi Jamur
CREATED BY LILIS KHUSNUL KHOTIMAH
NIM: 821-412-063
KELAS: B/S1 FARMASIUNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
Pengertian Rinosinusitis Alergi Jamur Rinosinusitis alergi jamur adalah entitas patologi yang benar-benar
unik, yang diketahui dengan adanya musin alergi jamur, yang tebal,
kental, dan ditemukan eosinofil.
Rinosinusitis adalah penyakit baru.
Rinosinusitis alergi jamur ini hampir sama secara klinis dengan
misetoma (sinusitis fungus ball) yang noninvasif, berbeda bentuk dan
tidak berhubungan dengan patologi sinusitis jamur invasif.
Diagnosis
Diagnosis dimulai dengan keseluruhan riwayat penyakit penderita:
Penderita mempunyai riwayat sinusitis yang tidak dapat disembuhkan
dengan medikamentosa maupun dengan terapi bedah yang akan membaik
bila dilakukan pada sinusitis bakteri.
sediaan antibiotik dan sediaan topikal nasal telah dicoba dengan rating
keberhasilan rendah.
Tanda bagi klinisi untuk menegakkan diagnosis, pasien imunokompeten dengan
unilateral atau asimetris sinusitis, mempunyai riwayat:
Atopik
Kerak nasal
Poliposis
Nyeri yang hebat
Lanjutan....
Dilema diagnosis
Dilema diagnosis saat ini adalah membedakan rinosinusitis alergi jamur
dengan jamur lain yang menyebabkan sinusitis, termasuk misetoma, saprophytic
fungal growth, rinosinusitis musin eosinofilik, dan sinusitis jamur invasif.
Kriteria Bent dan Kuhn adalah yang diterima dan digunakan saat ini. Kriteria
diagnosis menurut Bent dan Kuhn, tahun 1994 berdasarkan:
Histologi
Radiografi
Karakteristik imunologi dari penyakit ini
Kriteria Diagnosis Bent dan Kuhn
Mayor
Hipersensitivitas tipe 1
Nasal poliposis
Ditemukan karakteristisk CT
Musin eosinofilik tanpa Invasi
Pewarnaan fungal positif
Minor
Asma
Unilateral
Erosi tulang
Kultur jamur
Kristal Charcot-Leyden
Serum eosinofilia
Penemuan yang Menentukan Diagnosis Penemuan histopatologi pada rinosinusitis alergi jamur sangat
menentukan diagnosisnya.
Penemuan karakteristik pada gambar radiologi merupakan komponen penting dalam mendiagnosa rinosinusitis alergi jamur.
Penemuan laboratorium juga membantu dalam mendiagnosis rinosinusitis alergi jamur.
Patogenesis
Patogenesis dari rinosinusitis alergi jamur masih belum
diketahui secara pasti dan masih kontroversi.
Teori untuk patogenesistermasuk reaksi hipersensitivitas dan
sel T yang termediasi dan juga respon imunhumoral.
Penelitian yang penting, menyebabkan
lebih banyak pertanyaan dan teori yang muncul
untuk menjelaskan patogenesis dari rinosinusitis
alergi jamur. Tercatat bahwa ada beberapa
pasien dengan gejala rinosinusitis alergi jamur
tetapi tidak mempunyai alergi.
Apakah mungkin orang yang tidak
mempunyai riwayat atopik terserang penyakit
rinosinusiris alergi jamur?
Teori awal adanya kemiripan dalam mekanisme pada rinosinusitis alergi jamur
dengan ABPA
reaksi hipersensitivitasGell
Coombs tipe 1 dan 3 terhadap antigen jamur yang terhirup
Teori imunologi pendukung oleh Manning dan Holman (teori siklus) dari:
Stimulusantigen
reaksi hipersensitivitas dan inflamasi
Obstruksi
eksposur antigen
Keterlibatan Alergi Terhadap Antigen Jamur pada Patofisiologi Rinosinusitis Alergi Jamur
Percobaan pertama:
Manning dan Holman membandingkan 8 penderita dengan kultur positif Bipolaris
rinosinusitis alergi jamur dengan 10 nonsinusitis, dan menemukan Bipolaris-spesifik
IgE dan antibodi IgG oleh tesradioalergeosorbent dan ELISA.
Pasien menunjukkan hasil positif pada tes kulit terhadap Bipolaris
Hasilnya mengimplikasikan bahwa adanya keterlibatan alergiterhadap antigen jamur
pada patofisiologi rinosinusitis alergi jamur
Percobaan pelengkap:
Membandingkan 14 spesimen mukosa dari penderita rinosinusitisalergi jamur
dengan 10 penderita kronik rinosinusitis
Lanjutan………
Teori alternatif dikemukakan oleh Ponikau et al yang
mendemonstrasikan kehadiran jamur di hidung dan sinus paranasal di
93% pasien setelah operasi berbagai macam kronik rinosinusitis. Studi
ini juga menunjukkan alergi jamur spesifik tidak umum di pasien
tersebut dan menyimpulkan bahwa pada kronik rinosinusitis sel T
berespon terhadap jamur, menghasilkan kemotaksis eosinofil dan
aktivasi.
Bagaimanapun juga, pertanyaan yang masih
ada: jika jamur dimana-mana, apa yang
menentukan mengapa beberapa pasien
berkembang menjadi rinosinusitis
alergi jamur sedangkan lainnya tidak?
Jawaban!Collins et al. Mengemukakan teori bahwa rinosinusitis alergi jamur adalah
hasil dari non sistemik lokal, reaksi hipersensitivitas. Studi ini, yang berdasarkan
atas penemuan IgE jamur sepsifik di musin rinosinusitis alergi jamur maupun di non-
rinosinusitis alergi jamur, menunjukkan kejadian dari respon reaksi tipe 1. Respon
tersebut lokal pada hidung dan sinus paranasal tanpa adanya tanda keterlibatan
sistemik. Ide ini memberikan dukungan terhadap teori-teori sebelumnya.
Pantet al. Mengemukakan teori keterlibatan yang sangat signifikan dari
imunitas humoral pada patogenesis dari rinosinusitis alergi jamur. Studi ini
melihat pada pasien dengan eosinophilic mucin CRS (EMCRS), yang ditandai dengan
adanya polipoid rinosinusitis dan musin eosinofilik dengan atau tanpa elemen jamur.
Tata laksana
Seperti telah diketahui bahwa patogenesis dari penyakit ini berkembang,
maka tata protokol tatalaksanapun juga berkembang.
Tabel 2. Pilihan terapi rinosinusitis alergi jamur
Menghindari allergen Mengontrol alergi (kostikosteroid nasal,
antihistamin) Bedah Kortikosteroid oral Imunoterapi
Lanjutan….
Terapi awal ditujukan untuk meng-eradikasi Aspergillus, hal ini dikarenakan
kemiripan antara rinosinusitis alergi jamur dengan ABPA, baik pada kultur dan serologi.
Manning telah mengidentifikasi jamur dematiaceous, yaitu Bipolaris. Identifikasi yang
benar dari organisme penyebab telah disertai dengan perkembangan algoritma
tatalaksana.
Pembedahan tradisional dengan mengambil mukosa yang rusak. Karakteristik
fisik dari rinosinusitis alergi jamur menjadi patokan untuk dilakukan pembedahan.
Penggunaan kortikosteroid oral dan medikamentosa lainnya dalam
merawat penderita rinosinusitis alergi jamur berkembang dari keberhasilan dalam
merawat penderita ABPA.
Imunoterapi telah menunjukkan adanya dampak positif
pada penderita rinosinusitis alergi jamur sejak 1993. Mabry dan
temannya telah mempublikasikan hasil dari penggunaan
imunoterapi terhadap pasien rinosinusitis alergi jamur, dan
menunjukkan eliminasi dari kerak nasal dan membuang kumpulan
musin.
Terapi antifungal dimulai akibat adanya prevalensi yang
tinggi akan terjadinya kekambuhan. Penemuan ini membuktikan
bahwa perlunya kerja keras danmencari alasan mengapa terapi
antifungal tidak begitu berguna dalam melakukan tatalaksana
terhadap penyakit rinosinusitis alergi jamur.
Kesimpulan
Rinosinusitis alergi jamur adalah penyakit baru; banyak pertanyaan terhadap
diagnosis, patogenesis, dan tatalaksananya.
Kriteria Bent dan Khunmerupakan kriteria yang diterima dan digunakan saat ini.
Teori untuk patogenesis termasuk reaksi hipersensitivitas dan sel T yang
termediasi dan juga respon imunhumoral.
Tatalaksana yang pasti adalah dengan pembedahan, dengan peran yang kuat
dari kortikosteroid oral dan imunoterapi.
Antifungal, baik sistemik dan topikal, mempunyai peranyang kecil dalam
tatalaksana, meskipun membutuhkan penelitian lebih lanjut.
SEKIANTERIMA
KASIH