Upload
nguyendien
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA
HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD
KARANGANYAR PERIODE JANUARI DESEMBER 2010
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi
Oleh :
DEWI SRI REJEKI
M3508021
DIPLOMA III FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian
saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka
gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.
Surakarta, 30 November 2011
DEWI SRI REJEKI NIM. M3508021
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN PENYAKIT PENYERTA
HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI RAWAT JALAN DI RSUD KARANGANYAR PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
DEWI SRI REJEKI Jurusan D3 Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Sebelas Maret
INTISARI Diabetes adalah suatu penyakit yang disebabkan karena tubuh tidak
mampu mengendalikan jumlah gula, dalam aliran darah, sehingga menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penggunaan obat diabetes mellitus yang meliputi golongan, dosis, aturan pakai, dan kombinasi obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemi di Instalasi Rawat Jalan RSUD Karanganyar periode Januari-Desember 2010..
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental dan bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dari berkas rekam medis pasien yang memenuhi kriteria inklusi yang meliputi terapi Diabetes Mellitus pada tahun 2010, berumur 30-70 tahun dengan penyakit penyerta hiperlipidemi, telah mendapat terapi obat antidiabetika oral dan obat antihiperlipidemia dan mempunyai rekam medis yang lengkap. Data yang diambil adalah data pasien dan data terapi pengobatannya. Data pasien antara lain nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, domisili. Sedangkan data terapi pengobatannya yang diambil yaitu jenis obat yang digunakan, meliputi nama obat, dosis, kombinasi obat, bentuk sediaan, dan aturan pakai. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode statistik deskriptif non analitik.
Pada penelitian didapat hasil bahwa 52% pasien wanita lebih banyak terdiagnosis penyakit Diabetes Melitus dengan hiperlipidemia dibandingkan Pria 48%. Sebanyak 62,5% menggunakan antidiabetik oral tunggal yaitu glucodex®, 25% menggunakan glibenklamid dan 12,5% pasien menggunakan glucophage®. Sebanyak 75% menggunakan terapi kombinasi glucodex® metformin dan 25% menggunakan glibenklamid metformin. Sehingga pelayanan terapi di RSUD Karanganyar untuk pasien Diabetes mellitus dengan penyakit penyerta hiperlipidemia sudah sesuai dengan standar dari PERKENI dan DEPKES RI.
Kata kunci : Diabetes Mellitus, Hiperlipidemia,Antidiabetika Oral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
THE PATTERN OF ORAL ANTIDIABETIC AGENT USE IN TYPE 2 DIABETES MELLITUS PATIENT WITH HYPERLIPIDEMIA
ACCOMPANYING DISEASE IN INPATIENT INSTALLATION OF KARANGANYAR LOCAL HOSPITAL DURING JANUARY TO
DECEMBER 2010 PERIOD
DEWI SRI REJEKI D3 Pharmacy Department of Mathematics and Sciences Faculty of Sebelas
Maret University
ABSTRACT Diabetes is a disease resulting from body not capable of controlling sugar
level in blood flow, so that the blood sugar level increases. This research aims to find out the pattern of antidiabetic agent use including grade, dose, administration route, and drug combination in Type 2 Diabetes Mellitus patient with hyperlipidemia accompanying disease in inpatient installation of Karanganyar Local Hospital during January to December 2010 period.
This research employed a non-experimental research design and descriptive in nature. The data was collected retrospectively from the medical record document of patients who meet the inclusion criteria including Diabetes Mellitus therapy in 2010, 30-70 years age with hyperlipidemia accompanying disease, have obtained oral antidiabetic and anti-hyperlipidemia agents and have complete medical record. The data that was taken included patient data and their medication therapy data. The patient data included medical record number, age, sex, and domicile. Meanwhile the medication therapy data taken was the drug used, including drug name, dose, drug combination, preparation form, and administration route. The data obtained was then analyzed using non-analytical descriptive statistic method.
In this research, it can be found those 52% female patients were diagnosed more with Diabetes Mellitus with hyperlipidemia diseases than the male patient of 48%. 62,5% use single oral antidiabetic agent namely glucodex, 25% use glibenklamid and 12,5% use glucophage. 75% use combined therapy of glucodex-metformin and 25% use glibenklamid-metformin. Thus, the therapy service in Karanganyar Local Hospital for Diabetes Mellitus patients with hyperlipidemia accompanying disease has been consistent with the standard from PERKENI and
Keywords: Diabetes Mellitus, Hyperlipidemia, Oral Antidiabetic.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Pendidikan merupakan pelengkap paling baik untuk hari tua
(Aristoteles)
Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah
(Lessing)
Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan,tetapi jadikanlah
penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi
kesalahan lagi
(Anonim)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Tugas Akhir ini
Kupersembahkan untuk alm.
Papa dan mama atas segala
kasih sayang dan
kebersamaan dalam
menjalani kehidupan ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan kehadirat Allah SWT, akhirnya penulis mampu
POLA PENGGUNAAN OBAT
ANTIDIABETIKA ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2
DENGAN PENYAKIT PENYERTA HIPERLIPIDEMIA DI INSTALASI
RAWAT JALAN DI RSUD KARANGANYAR PERIODE JANUARI
-Nya, niscaya Tugas Akhir
ini tidak dapat selesai, puji syukur hamba pada Sang Pencipta.
Penulisan Tugas Akhir ini dimaksudkan untuk melengkapi syarat dan
memperoleh gelar Ahli Madya jurusan Farmasi Universitas Sebelas Maret. Dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini, penulis menyadari bahwa tidak sedikit bantuan,
bimbingan dan dukungan dari semua pihak yang diberikan kepada penulis.
Penulis menyampaikan terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Ir. Ari Handono Ramelan, (Hons), M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas
Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ahmad Ainurofiq, M.Si., Apt, selaku Ketua Program Diploma III Farmasi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
3. Anif Nur Artanti, S. Farm., Apt selaku pembimbing utama yang telah
memberikan bimbingan, perhatian dan pengarahan.
4. Wisnu Kundarto, S. Farm., Apt selaku selaku penguji utama yang telah
memberi saran, petunjuk, dan masukan kepada penulis.
5. Heru Sasongko, S. Farm., Apt selaku anggota penguji yang telah member
saran, petunjuk, dan masukan kepada penulis.
6. Mama tercinta yang tidak pernah lelah bibir ini basah dan air mata mengalir
setiap malam karena memanjatkan doa. Tidak pernah lupa mengingatkan
penulis bahwa ada Allah yang selalu siap menolong dan membantu hamba-
Nya dan segala hasil akhirnya serahkan kepada-Nya.
7. Bulik dan Omku, serta sepupu-sepupuku mbak Risa, mbak Ning dan Fatimah.
Terimakasih atas segala motivasi, dukungan serta doanya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Abangku tersayang Joko Mallendra. Terimakasih atas segala motivasi,
dukungan serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini.
9. Sahabat- sahabatku , Hesti, Retno, Gezha, Ika, Niken, Firda, Nela, Bu Nina.
Terimakasih untuk ikut berjuang, tertawa, menangis, bersedih dan bergurau
bersama penulis.
10. Saudara-saudaraku seperjuangan angkatan 2008 Diploma III Farmasi
Fakultas Pendidikan dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan lebih
lanjut. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya
dan dapat menambah wawasan pembaca pada umumnya.
Surakarta, 30 November 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
INTISARI
iii
iv
ABSTRACT v
DAFTAR ISI
vi
vii
viii
xi
DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xv
DAFTAR LAMPIRAN xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. 1
B. 3
C. Tujuan 4
D. Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
BAB II LANDASAN TEORI 5
A. 5
1. Deskripsi 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
2. 5
3. 8
4. 9
5. 12
6. 13
7. 14
8. 15
9. 20
10. 21
11. Hiperlipidemia 21
12. Rekam Medik 23
B. 24
C. 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26
A. 26
B. Instrumen Penelitian.................................. .... 26
C. Subyek 26
D. 27
E. 28
F. 28
G. 29
H. Skema Jalannya 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 31
A. 31
B.
C.
40
46
BAB V PENUTUP ............... 47
A. Kesimpulan 47
B. Saran ............................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA 49
LAMPIRAN 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel I 8
Tabel II 11
Tabel III 23
Tabel IV 35
Tabel V Antidiabetik Oral 35
Tabel VI 37
Tabel VII 38
Tabel VIII 38
Tabel IX 39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Algoritma Terapi DM Tipe 2 20
Gambar 2. Algoritma Pencegahan DM Tipe 2 21
Gambar 3. Distribusi Pasien berdasarkan Jenis Kelamin 32
Gambar 4. Distribusi Pasien berdasarkan Usia 32
34
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
52
Lampiran II. Pedoman Penggunaan 56
Lampiran III. Tabel Distribusi Pasien berdasarkan Jenis Kelamin 57
58
Lampiran V. Tabel Distribusi Pasien berdasarkan Domisili 59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR SINGKATAN
ADA : American Diabetes Association
DM : Diabetes Mellitus
FPGT : Fasting Plasma Glucose Test
GDM : Gestasional Diabetes Mellitus
GDP : Glukosa Darah Puasa
GDPP : Glukosa Darah Sesudah Makan
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
GDS : Glukosa Darah Sewaktu
ICA : Islet Cell Antibody
IDDM : Insulin Dependent Diabetes Mellitus
KGD : Kadar Gula Darah
NIDDM : Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus
OGTT : Oral Glucose Tolerance Test
PJK : Penyakit Jantung Kronis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis telah menjadi kesalahan
dunia. saat ini merupakan penyakit yang banyak dijumpai dengan prevalensi di
seluruh dunia 4%. Diabetes Mellitus salah satu penyakit degeneratif yang akan
meningkat jumlahnya untuk tahun-tahun mendatang. Untuk Indonesia, WHO
memprediksi pada tahun 2003 terdapat sekitar 150 juta kasus diabetes mellitus
dan pada tahun 2025 diperkirakan jumlahnya meningkat dua kali lipat (Suyono,
2007).
Meningkatnya prevalensi Diabetes Melitus di beberapa negara
berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara bersangkutan.
Peningkatan pendapatan per kapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota-
kota besar, menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif, seperti
penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi, hiperlipidemia. Diabetes Mellitus
merupakan salah satu penyakit degeneratif yang saat ini makin bertambah
jumlahnya di Indonesia. (Suyono, 2007).
Menurut penelitian epidemiologi yang sampai saat ini telah dilaksanakan
di Indonesia, kekerapan diabetes berkisar antara 1,5 sampai dengan 2,3%, kecuali
di Manado yang agak tinggi sebesar 6%. Penelitian terakhir yang dilakukan di
Jakarta, kekerapan DM di daerah sub-urban yaitu di Depok adalah 12,8%,
sedangkan di daerah ural yang dilakukan oleh Augusta Arifin di suatu daerah di
Jawa Barat angka itu hanya 1,1%. Di suatu daerah terpencil di Tanah Toraja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
didapatkan prevalensi DM hanya 0,8%. Di sini jelas ada perbedaan antara urban
dengan ural, menunjukkan bahwa gaya hidup mempengaruhi kejadian diabetes.
Tetapi di Jawa Timur angka itu tidak berbeda yaitu 1,43% di daerah urban dan
1,47% di daerah ural. Hasil penelitian epidemiologis di Jakarta (daerah urban)
membuktikan adanya peningkatan prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982
menjadi 5,7% pada tahun 1993, kemudian pada tahun 2001 di Depok, sub urban
Jakarta menjadi 12,8% (Suyono, 2007).
Diabetes Mellitus diklasifikasikan menjadi dua yaitu Diabetes Mellitus
tipe 1 dan Diabetes Mellitus tipe 2. Diabetes Mellitus tipe 2 atau disebut dengan
Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes
yang disebabkan oleh karena terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin
dalam darah menjadi naik tidak terkendali (hiperglikemi). Kegemukan dan
riwayat keluarga menderita Diabetes Mellitus diduga merupakan faktor resiko
terjadinya penyakit tersebut.
Keadaan hiperglikemi kronis pada Diabetes Mellitus akan mengakibatkan
berbagai komplikasi atau kegagalan fungsi organ utama mata, ginjal, syaraf,
jantung dan pembuluh darah. Penanganan yang baik, diharapkan komplikasi
kronik Diabetes Mellitus dapat dicegah dan dihambat perkembangannya. Dalam
hal ini langkah yang dapat dilakukan antara lain pengelolaan non farmakologis
berupa perencanaan makan dan kegiatan jasmani, pengelolaan farmakologis
berupa penggunaan obat hipoglikemik oral dan insulin (Waspadji, 1999).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai beberapa abnormalitas lipid,
meliputi peningkatan kadar trigliserida, peningkatan kadar LDL dan penurunan
kadar HDL (Rader, 2005). Hiperlipidemia pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
berperan dalam meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dan meningkatkan
angka kejadian penyakit makrovaskuler pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2
(Losen, 2006). Untuk itu, studi penggunaan obat antidiabetika oral dalam
pengobatan pasien Diabetes Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta
hiperlipidemia dirasa penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kesesuaian pola penggunaan obat antidiabetika oral pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemia di RSUD
dengan standar PERKENI 2006 dan DEPKES 2005.
A. Perumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan yaitu:
1. Bagaimana pola penggunaan antidiabetika oral pada pasien Diabetes Mellitus
tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemia di Instalasi Rawat Jalan RSUD
Karanganyar?
2. Apakah pemilihan obat dan penggunaan obat antidiabetik oral pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemia di Instalasi
Rawat Jalan RSUD Karanganyar sesuai dengan standar dari DEPKES 2005
dan PERKENI 2006?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Mengetahui pola penggunaan antidiabetika oral tunggal pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemia di Instalasi Rawat
Jalan RSUD Karanganyar.
2. Mengetahui kesesuaian pemilihan dan penggunaan obat antidiabetik oral pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 dengan penyakit penyerta hiperlipidemia
dengan standar DEPKES 2005 dan PERKENI 2006.
C. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan khususnya bagi RSUD Karanganyar dalam hal
penggunaan obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 yang menerima
terapi antidiabetika oral dengan penyakit penyerta hiperlipidemia.
2. Sebagai bahan referensi, dasar pemikiran, pembanding dan pelengkap
untuk penelitian selanjutnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Deskripsi Penyakit
Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemik kronik disertai
berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan
berbagai komplikasi kronik pada mata, saraf, jantung,ginjal, dan pembuluh
darah (Mansjoer, 2004). Menurut American Diabetes Association (ADA),
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemik yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya (Kurniawan, 2005).
Sedangkan menurut WHO, diabetes mellitus didefinisikan sebagai suatu
penyakit atau gangguan metabolisme kronik dengan multi etiologi yang
ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin disebabkan oleh gangguan produksi insulin
oleh sel-sel beta Langerhans di kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Ahmad, 2005)
2. Klasifikasi Penyakit
Klasifikasi etiologis DM menurut American Diabetes Assosiation
sesuai anjuran PERKENI adalah :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
a. Diabetes Mellitus Tipe 1
DM tipe 1 juga disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes
Mellitus). IDDM atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (DMTI)
merupakan diabetes yang jarang atau sedikit populasinya, diperkirakan
kurang dari 5-10% dari keseluruhan populasi penderita diabetes.
Gangguan produksi insulin pada DM tipe 1 umumnya terjadi karena
kerusakan sel-
Islet
Cell Antibody an antibodi (ICA)
oleh bermacam-macam virus, diantaranya: virus rubella, coxsackievirus B,
defisiensi insulin absolut. Gambaran kliniknya biasa timbul pada masa
kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil balig (Anonim, 2006).
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
DM tipe 2 juga disebut NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes
Mellitus). NIDDM atau Diabetes Tidak Tergantung Insulin (DMTTI)
adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa
ensi ini sepenuhnya,
artinya terjadi defisiensi relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa, maupun pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain .
Menurut American Assosiation of Clinical Endocrinology, tanda-tanda
klinis resistensi insulin adalah obesitas, kadar trigliserida tinggi, kadar
HDL-C rendah, tekanan darah yang tinggi, kadar gula darah post prandial,
dan kadar gula darah puasa (Anonim, 2006).
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel-
gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Faktor genetik dan pengaruh
lingkungan cukup besar dalam menyebabkan terjadinya DM tipe 2, antara
lain obesitas, diet tinggi lemak dan rendah serat, serta kurang gerak badan
(Anonim, 2006).
c. Diabetes Mellitus Gestasional
Gestasional Diabetes Mellitus (GDM) adalah keadaan diabetes
atau intoleransi glukosa yang timbul selama masa kehamilan, dan biasa
berlangsung hanya sementara. Ini meliputi 2-5% dari seluruh diabetes.
Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, riwayat
keluarga, dan riwayat gestasional terdahulu. Pada umumnya, kadar gula
darah kembali normal setelah melahirkan. Namun, GDM meningkatkan
resiko diabetes tipe 2 pada usia lanjut (Anonim, 2006)
d. Diabetes Tipe Lain
Defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit
eksokrin pankreas, endokrinopati, karena obat atau zat kimia, infeksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
penyebab imunologi yang jarang, sindrom genetik lain yang berkaitan
dengan DM (Anonim, 2006).
3. Kriteria Diabetes Mellitus tipe 2
Gambaran kriteria diabetes mellitus berdasarkan batas kadar gula darah
dapat dilihat pada Tabel I adalah sebagai berikut :
Tabel I. Batas Kadar Gula Darah (KGD) ( Dipiro et a.l., 2008)
Kategori KGD Batas KGD DM
GDS
GDP
GD2PP
OGTT*
FPGT**
Keterangan:*OGTT, Oral Glucose Tolerance Test;
**FPGT, Fasting Plasma Glucose Test.
Test pada gula darah menurut Tjahjadi (2009), antara lain :
a. Fasting Plasma Glucose Test (FPGT)
Test ini dilakukan dengan mengambil darah. Sebelum melakukan test
ini dilakukan puasa selama 8 14 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari
adanya peningkatan gula darah lewat makanan yang mempengaruhi hasil test
(Tjahjadi, 2009). KGD menurut FPGT meliputi :
Gula darah Normal : < 100 mg/dl
Gula darah pre-diabetes : 100-125 mg/dl
Gula darah DM
b. Random Plasma Glucose Test
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Tes darah pun bisa dilakukan secara acak tanpa diharuskan berpuasa.
Seseorang dinyatakan terkena diabetes apabila kadar glukosanya mencapai
200 mg / dl diikuti dengan gejala gejala diabetes (Tjahjadi, 2009).
4. Gejala dan Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2
Setiap jenis penyakit pasti terlebih dahulu diawali dengan munculnya
gejala penyakit. Begitu juga dengan diabetes yang terlebih dahulu diawali
dengan munculnya sejumlah gejala klinis diabetes. Pada gejala diabetes
mellitus tipe II muncul secara perlahan-lahan sampai menjadi gangguan yang
jelas.
Gejala yang terjadi pada diabetes ini yaitu :
a. Buang air kecil secara berlebihan (Poliuria)
Gejala ini terjadi karena kadar gula dalam darah (glukosa) yang
berlebih, sehingga tubuh dirangsang untuk mengeluarkan kelebihan gula
tersebut melalui ginjal bersama urine. Tergantung tingkat gejala diabetes,
warna dan kepadatan urine bisa berubah, biasanya urine encer dan
warnanya pucat. Biasanya gejala ini puncaknya terjadi pada malam hari
ketika tidur malam karena saat malam hari kadar gula dalam darah relatif
lebih tinggi daripada siang hari (Sutanto, 2010).
b. Banyak minum karena rasa haus yang berlebihan (Polidipsia)
Karena sering buang air kecil, membuat tubuh merasa haus yang
berlebihan. Akibatnya penderita diabetes menjadi sering minum untuk
menggantikan cairan yang keluar. Banyaknya air yang diminum kemudian
menimbulkan hasrat buang air kecil. Begitulah seterusnya. Banyaknya air
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang diminum penderita diabetes lebih dari 3 liter per hari, jauh di atas
jumlah konsumsi air orang normal. Gejala ini akan berlangsung terus
menerus selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik (Sutanto,
2010).
c. Makan yang berlebihan (Polifagia)
Seorang diabetes yang baru makan akan mengalami
ketidakcukupan hormon insulin untuk memasukkan glukosa ke dalam sel,
hal ini akan menyebabkan tubuh akan selalu merasa kelaparan, sehingga
tubuh sering terasa lemah. Kompensasinya seseorang diabetes akan
makan lebih banyak lagi (Sutanto, 2010).
d. Merasa sering kelelahan
Pada penderita diabetes yang telah akut, umumnya penderita
mudah mengalami lelah, letih seperti hilang tenaga. Biasanya gejala ini
sering terabaikan karena dianggap sebagai kelelahan akibat kerja. Gejala
ini disebabkan karena tubuh kekurangan oksigen untuk membakar gula
menjadi energi. Gula dalam darah menumpuk banyak di pembuluh darah
sehingga membuat darah menjadi kental dan alirannya melambat
sehingga menyebabkan gangguan pasokan oksigen yang dibawa oleh
darah. Padahal agar bekerja secara optimal, tubuh memerlukan oksigen
untuk membakar gula menjadi energi. Akibat kekurangan oksigen
tersebut, tubuh kehilangan tenaga sehingga muncullah gejala kelelahan,
sakit kepala, jantung berdebar-debar dan jika sudah parah dapat
menyebabkan penderita mengalami stroke (Sutanto, 2010).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
e. Berat badan menurun
Pada umumnya penderita diabetes badannya kurus, meskipun
makannya banyak. Padahal sebelum terkena diabetes, penderita diabetes
berat badannya gemuk meskipun nafsu makannya biasa-biasa saja.
Gejala ini ditimbulkan akibat insulin tidak dapat mengedarkan gula darah
ke seluruh tubuh, sebaliknya gula darah yang berlebih justru dikeluarkan
melalui ginjal menjadi urine (Sutanto, 2010).
Setiap orang yang memiliki satu atau lebih faktor risiko diabetes
selayaknya waspada akan kemungkinan dirinya mengidap diabetes. Para
petugas kesehatan, dokter, apoteker dan petugas kesehatan lainnya pun
sepatutnya memberi perhatian kepada orang-orang seperti ini, dan
menyarankan untuk melakukan beberapa pemeriksaan untuk mengetahui
kadar glukosa darahnya agar tidak terlambat memberikan bantuan
penanganan. Karena makin cepat kondisi diabetes melitus diketahui dan
ditangani, makin mudah untuk mengendalikan kadar glukosa darah dan
mencegah komplikasi-komplikasi yang mungkin terjadi (Anonim, 2005).
Beberapa faktor risiko untuk diabetes melitus, terutama untuk DM Tipe 2,
dapat dilihat pada Tabel II berikut ini
Tabel II. Faktor Resiko untuk Diabetes Tipe 2 (Anonim, 2005)
Riwayat Diabetes dalam keluarga Diabetes Gestasional Melahirkan bayi dengan berat badan >4 kg
Obesitas >120% berat badan ideal Umur 20-59 tahun : 8,7%
> 65 tahun : 18% Hipertensi >140/90mmHg Hiperlipidemia Kadar HDL rendah <35mg/dl
Kadar lipid darah tinggi >250mg/dl Faktor-faktor lain Kurang olah raga, Pola makan rendah serat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Komplikasi DM tipe 2
Komplikasi-komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua kategori:
a. Akut
Komplikasi akut DM terjadi apabila kadar glukosa darah seseorang
meningkat atau menurun tajam dalam waktu singkat. Penderita umumnya
mengalami hal-hal sebagai berikut:
1) Hipoglikemia adalah suatu keadaan seseorang dengan kadar glukosa
darah dibawah nilai normal.
2) Ketoasidosis adalah suatu keadaan kekurangan insulin, dan sifatnya
mendadak.
3) Koma hiperosmolar non ketotik adalah dehidrasi berat, hipotensi, dan
menimbulkan syok (Rachmawati, 2009).
b. Kronik
Komplikasi kronik DM terjadi apabila kadar glukosa darah secara
berkepanjangan tidak terkendali dengan baik sehingga menimbulkan
berbagai komplikasi kronik DM berupa:
1) Makroangiopati adalah komplikasi makrovaskular, seperti: penyakit
jantung koroner (Coronary Heart Desease), penyakit pembuluh darah
otak, dan penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral Vaskular
Disease).
2) Mikroangiopati adalah komplikasi mikrovaskular yang melibatkan
pembuluh darah kecil dan merupakan lesi spesifik diabetes yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
menyerang kapiler dari arteriola retina (retinopati diabetik),
glomerulus ginjal (nefropati diabetik), dan saraf-saraf perifer
(neuropati diabetik), otot-otot, serta kulit (Rachmawati, 2009).
6. Diagnosis penyakit
Tes diagnosis untuk diabetes harus dilakukan bila hasil tes penyaringan
positif atau terdapat gejala khas diabetes seperti : poliuria, polidipsia, polifagia
atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Diagnosis
dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan glukosa darah puasa atau tes
toleransi glukosa (Sidartawan, 1999). Menurut PERKENI, tiga kriteria DM
adalah sebagai berikut:
a. Kadar gluk
b.
c.
gram pada TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral) (Anonim, 2006).
ADA (American Diabetes Association) mengakui adanya suatu
kelompok antara, dimana hasil pemeriksaan belum menunjukkan adanya
diabetes namun kadar glukosa tersebut sudah melampaui nilai normal.
Kelompok ini disebut sebagai kelompok dengan Glukosa Darah Puasa
Terganggu (GDPT) dan didapatkan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah
antara 110 mg/dl dan 126 mg/dl. Sedangkan bila kadar glukosa darah puasa
kurang dari 110 mg/dl maka dinyatakan normal. Selain pemeriksaan kadar
gula darah, dapat juga dilakukan pemeriksaan HbA1C atau glycosylated
haemoglobin. Glycosylated haemoglobin adalah protein yang terbentuk dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
perpaduan antara gula dan haemoglobin dalam sel darah merah. Nilai yang
dianjurkan oleh PERKENI untuk HbA1C normal (terkontrol) 4% -
5,9%.Semakin tinggi kadar HbA1C maka semakin tinggi pula resiko
timbulnya komplikasi. Oleh karena itu pada penderita Diabetes Mellitus kadar
HbA1C ditargetkan kurang dari 7 % (Sidartawan, 1999).
7. Patogenesis Penyakit
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelainan yang heterogenik
dengan karakter utama hiperglikemia kronis. Meskipun pola pewarisannya
belum jelas, faktor genetik dikatakan memiliki peran yang kuat dalam
munculnya DM ini. Faktor genetik ini akan berinteraksi dengan faktor
lingkungan seperti gaya hidup, diet, rendahnya aktivitas fisik, obesitas dan
tingginya kadar asam lemak bebas. Pada DM terjadi defek sekresi insulin,
resistensi insulin di perifer dan gangguan regulasi produksi glukosa oleh hepar
(Sidartawan, 1999).
Pada DM tipe 2 terjadi pada 90% dari semua kasus diabetes dan
biasanya ditandai dengan resistensi insulin dan defisiensi insulin relatif.
Resistensi insulin ditandai dengan peningkatan lipolisi dan produksi asam
lemak bebas, peningkatan produksi glukosa hepatik, dan penurunan
pengambila
gangguan pada pengontrolan glukosa darah. DM tipe 2 lebih disebabkan
karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya olahraga,
dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetik (Asdie, 2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
8. Pengobatan Diabetes Mellitus tipe 2
Tujuan pengobatan adalah mengurangi resiko untuk komplikasi
penyakit mikrovaskuler dan makrovaskuler, untuk memperbaiki gejala,
mengurangi kematian dan meningkatkan kualitas hidup (Dipiro dkk., 2008).
a. Terapi Non Farrmakologi
1) Diet
Terapi pengobatan nutrisi adalah direkomendasikan untuk
semua pasien diabetes mellitus, terpenting dari keseluruhan terapi
nutrisi adalah hasil yang dicapai untuk hasil metabolik optimal dan
pemecahan serta terapi dalam komplikasi. Individu dengan diabetes
mellitus tipe 1 fokus dalam pengaturan administrasi insulin dengan
diet seimbang. Diabetes membutuhkan porsi makan dengan
karbohidrat yang sedang dan rendah lemak, dengan fokus pada
keseimbangan makanan. Pasien dengan diabetes mellitus tipe 2 sering
memerlukan pembatasan kalori untuk penurunan berat badan (Dipiro
dkk, 2008).
2) Olahraga/aktivitas
Latihan aerobik meningkatkan resistensi insulin dan kontrol
gula pada mayoritas individu dan mengurangi resiko kardiovaskuler
kontribusi untuk turunnya berat badan atau pemeliharaan (Dipiro dkk,
2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Terapi Farmakologi
Obat antidiabetika oral digunakan untuk pengobatan diabetes
mellitus tipe 2. Obat-obat ini hanya digunakan jika pasien gagal
memberikan respon terhadap setidaknya 3 bulan diet rendah karbohidrat
dan energi disertai aktivitas fisik yang dianjurkan, dimana apabila setelah
upaya perubahan pola hidup, kadar gula darah tetap diatas 200 mg% dan
HbAc1 diatas 7%.
Pemilihan obat yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
diabetes bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien.
Farmakoterapi antidiabetik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu
jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan obat harus
mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes serta kondisi kesehatan
pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi yang
ada (Anonim, 2005).
Antidiabetika oral terbagi menjadi beberapa golongan yaitu:
1) Golongan Sulfonylurea
Golongan obat ini bekerja merangsang sekresi insulin pada
pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat
diproduksi. Obat golongan ini meningkatkan sekresi insulin oleh sel
pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat
badan normal dan kurang, namun masih boleh diberikan kepada pasien
dengan berat badan lebih (Anonim, 2006).Contoh obat yaitu glikazid,
glibenklamid, glipizid, dan glimepirid (Sukandar, 2008).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Efek Samping
Sulfonylurea bisa menyebabkan hipoglikemia, terutama
bila dipakai dalam 3-4 bulan pertama pengobatan akibat perubahan
diet dan pasien mulai sadar berolahraga serta minum obat. Apabila ada
gangguan fungsi ginjal atau hati, dosis perlu diperhatikan karena
hipoglikemia lebih mudah timbul. Namun secara umum, obat ini baik
menurunkan glukosa darah (Tandra, 2008).
2) Golongan Biguanida
Golongan obat ini memperbaiki kerja insulin dalam tubuh
dengan cara mengurangi resistensi insulin. Pada diabetes tipe 2, terjadi
pembentukan glukosa oleh hati yang melebihi normal. Biguanida
menghambat proses ini sehingga kebutuhan insulin untuk mengangkut
glukosa dari darah masuk ke sel berkurang dan glukosa darah menjadi
turun. Obat ini jarang sekali menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat
yaitu metformin (Tandra, 2008).
Efek Samping
Metformin biasanya jarang memberikan efek samping.
Namun, pada beberapa orang bisa timbul keluhan terutama pada
saluran cerna, misalnya: gangguan pengecapan, nafsu makan menurun,
mual, muntah, kembung, sebah, atau nyeri perut, diare (Tandra, 2008).
3) -glukosidase
Obat golongan ini bekerja menghambat alpha-glukosidase
sehingga mencegah penguraian sukrosa dan karbohidrat kompleks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dalam usus halus, dengan demikian memperlambat dan menghambat
penyerapan karbohidrat. Contoh obat yaitu Acarbose dan Miglitol
(Tandra, 2008).
Efek Samping
Obat ini umumnya aman dan efektif, tetapi ada efek
samping yang kadang mengganggu yaitu: perut kembung, terasa
banyak gas, dan diare. Keluhan ini biasa timbul pada awal pemakaian
obat, yang kemudian berangsur berkurang (Tandra, 2008).
4) Thiazolidindion
Obat ini baik bagi penderita diabetes tipe 2 dengan resistensi
insulin karena bekerja dengan merangsang jaringan tubuh menjadi
lebih sensitif terhadap insulin. Contoh obat yaitu pioglitazon dan
rosiglitazon (Tandra, 2008).
Efek Samping
Beberapa efek merugikan yang mungkin timbul pada obat
golongan ini adalah bengkak, berat badan naik, dan rasa capek. Efek
serius yang jarang terjadi adalah gangguan hati. Maka perlu pemakaian
piioglitazone atau rosiglitazone perlu dilakukan pemeriksaan hati,
terutama pada tahun pertama pemakaian obat (Tandra, 2008).
5) Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan
sulfonylurea, dengan penekanan meningkatkan sekresi insulin. Obat
dari golongan ini terdiri dua macam yaitu : repaglinid dan nateglinid.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Obat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral dan
diekskresi secara cepat melalui hati (Anonim, 2006).
Efek Samping
Efek samping penggunaan glinid adalah efek hipoglikemi dan
peningkatan berat badan (Anonim, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
9. Algoritma Terapi DM tipe 2
Algoritme terapi Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dilihat pada Gambar 1 berikut
ini :
Target tercapai Target GDS/GDPP tidak tercapai setelah 1 bulan
kombinasi 2 agen monoterapi
monoterapi Target tercapai Target tidak tercapai setelah 3 bulan
Target terapi Target tidak tercapai setelah 3 bulan
Gambar 1. Algoritma kontrol glikemi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 anak-anak
dan dewasa (sumber : Triplitt dkk, 2005). Keterangan: 1. Hanya metformin yang diakui oleh FDA sebagai agen diabetik oral untuk anak-umur 10); agen oral lainnya boleh digunakan dengan kebijakan klinik. 2. Dilihat algoritma insulin untuk DM Tipe 2 pada anak-anak dan dewasa.
dipertimbangkan intervensi awal insulin atau insulin analog.
oral (metformin-sulfonilurea atau pilihan lainnya) pada pemberian.
Target
Glukosa darah 2 jam -180
mg/dl
Intervensi awal2,4
berupa edukasi, terapi,
gizi medis, latihan
HbA1c setiap
3-6 bulan Dimulai
Monoterapi atau
kombinasi 2 agen4,6
Lanjutkan
terapi HbA1c
tiap 3 6 bulanKombinasi 2 agen
Lanjutan terapi Tambahkan 3 oral agent
jika HbA1c < 8,5% atau
tambahkan insulin bila
Alternatif kombinasi 2 agen Sulfonilurea + Metformine7 Metformine + TZD Sulfonilurea atau metformine + exanatide
Alternatif monoterapi Metformine 1,7, TZD, sulfonylurea 7, insulin2 Alternatif monoterapi lain Sekretogogue non sulfonilurea-nateglinide atau repaglinide Penghambat glukosidase alfa acarbose atau miglitol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
5. Dilihat algoritma nutrisi secara medis, kehilangan berat dan latihan fisik. 6. Jika awal terapi kombinasi dimulai, ditentukan pilihan terapi tambahan sampai 3 6 bulan jika target glikemik tidak terpenuhi. 7. Lebih dipilih pada pasien kelebihan berat badan/obese atau pasien dislipidemia.
10. Algoritme Pencegahan DM tipe 2
Algoritme pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 dapat dilihat pada gambar 2
sebagai berikut :
Deteksi dini Perubahan gaya terapi farmakologis Hidup
Gambar 2. Algoritma pencegahan DM tipe 2 (Anonim, 2006).
11. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah tingginya kadar lemak (kolesterol, trigliserida
maupun keduanya) dalam darah. Lemak (disebut juga lipid) adalah zat yang
kaya energi, yang berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses
Belum dianjurkan
Terapi gizi media Aktivitas fisik Penurunan berat badan (BB)
Populasi dengan risiko tinggi Pada usia <30 tahun
Riwayat keluarga DM Kelainan kardiovaskular Berat badan lebih Gaya hidup sedenter Diketahui mengalami GDPT atau TGT Hipertensi Trigliserida meningkat, HDL rendah atau keduanya Riwayat DMG Riwayat melahirkan bayi > 4000g PCOS
Hipertensi
Dislipidemia
Kebugaran
fisik
Control BB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari makanan atau dibentuk di dalam
tubuh, terutama di hati dan bisa disimpan di dalam sel-sel lemak untuk
digunakan di kemudian hari. Dua lemak utama dalam darah yaitu kolesterol
dan trigliserida. Lemak mengikat dirinya pada protein tertentu sehingga bisa
mengikuti aliran darah. Gabungan antara lemak dan protein ini disebut
lipoprotein. Faktor lain yang menyebabkan tingginya kadar lemak,yaitu :
Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia, obesitas, diet kaya lemak, kurang
olahraga, penggunaan alkohol, merokok, diabetes yang tidak terkontrol
dengan baik (Sahab, 2010).
Gejala hiperlipidemia ditandai dengan kadar lemak yang tinggi.
Kadang-kadang, jika kadarnya sangat tinggi, endapan lemak akan membentuk
suatu pertumbuhan yang disebut xantoma di dalam tendo (urat daging) dan di
dalam kulit. Kadar trigliserida yang sangat tinggi (sampai 800 mg/dL atau
lebih) bisa menyebabkan pembesaran hati dan limpa dan gejala-gejala dari
pankreatitis (misalnya nyeri perut yang hebat) (Sahab, 2010).
Diagnosa hiperlipid dilakukan pemeriksaan darah untuk mengukur
kadar kolesterol total. Untuk mengukur kadar kolesterol LDL, HDL dan
trigliserida, sebaiknya penderita berpuasa dulu minimal selama 12 jam (Sahab,
2010). Adapun data yang menunjukkan diagnosa pasien hiperlipidemia dapat
dilihat pada Tabel adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel III. Kadar Lemak Darah (Sahab, 2010)
Pemeriksaan laboratorium Kisaran yg ideal (mg/dL darah)
Kolesterol total 120-200 Kilomikron Negatif
(setelah berpuasa selama 12 jam) VLDL 1-30 LDL 60-160 HDL 35-65
Perbandingan LDL dengan HDL < 3,5 Trigliserida 10-160
Hiperlipidemia pada Diabetes
Hiperlipidemia pada penyandang diabetes lebih meningkatkan resiko
timbulnya penyakit kardiovaskular. Gambaran hiperlipidemia yang sering
didapatkan pada penyandang diabetes adalah peningkatan kadar trigliserida,
dan penurunan kadar kolestrol HDL, sedangkan kadar LDL normal atau
sedikit meningkat.
Perubahan perilaku yang tertuju pada pengurangan asupan kolestrol
dan penggunaan lemak jenuh serta peningkatan aktivitas fisik terbukti dapat
memperbaiki lemak dalam darah (Anonim, 2006).
12. Rekam Medik
Rekam Medik (RM) merupakan salah satu sumber informasi sekaligus
sarana komunikasi yang dibutuhkan baik oleh penderita maupun pemberi
pelayanan kesehatan maupun pihak-pihak terkait lain (klinis, manajemen
Rumah Sakit Umum, asuransi dan sebagainya) untuk pertimbangan dalam
menentukan suatu kebijakan tatalaksana/ pengelola atau tindakan medik.
Beberapa informasi yang seharusnya tertera pada rekam medik antara lain
data demografi, anamnesis, hasil pemeriksaan fisik, diagnosis, regimen dosis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
hasil pemeriksaan penunjang medik/ diagnostik, lama rawat, nama dan paraf
dokter yang merawat. Rekam medik dapat menjadi sumber data sekunder
yang memadai apabila data yang terekam cukup lengkap, informatif, jelas dan
akurat.
Rekam medik merupakan dokumen milik rumah sakit, tapi data dan
isinya adalah milik penderita. Oleh karena itu, kerahasiaan isinya harus
dilindungi dan dijaga rumah sakit. Tindakan kelalaian yang mengakibatkan
bocornya kerahasiaan ini merupakan tindak pidana (Syamsuhidayat, 1997).
B. Kerangka Pemikiran
Perubahan gaya hidup dan pola
hidup yang tidak sehat menyebabkan
terjadinya penyakit Diabetes
Tingginya kadar lemak dalam tubuh
dapat mengurangi sensitivitas
reseptor insulin dalam
mensekresikan insulin pada jaringan
Terapi farmakologi
menggunakan obat
antidiabetik oral dan
Pola penggunaan obat antidiabetika
oral pada pasien diabetes mellitus
tipe 2 dengan penyakit penyerta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
C. Keterangan Empiris
Hiperlipidemia dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler dan
meningkatkan angka kejadian penyakit makrovaskuler pada pasien Diabetes
Mellitus tipe 2. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan obat
antidiabetika oral yang meliputi pemilihan jenis obat, dosis, aturan pakai, bentuk
sediaan, rute pemberian, dan kombinasi obat pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2
dengan hiperlipidemia di Instalasi Rawat Jalan RSUD Karanganyar periode
Januari-Desember 2010 dan kesesuaian penggunaan obat antidiabetika oral
tersebut dengan standar PERKENI tahun 2006 dan DEPKES 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non-eksperimental
bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan secara retrospektif dan
menggunakan berkas rekam medis pasien. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif.
B. Instrumen Penelitian
Alat yang diperlukan adalah buku-buku pustaka yang terkait dengan
penelitian, dan lembar pengumpul data. Bahan yang diperlukan berupa berkas
rekam medis dan ikhtisar perawatan pasien Diabetes Mellitus dengan penyakit
penyerta hiperlipidemia di instalasi rawat jalan RSUD Karanganyar yang menjadi
subyek penelitian.
C. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 penyakit penyerta
hiperlipidemia di instalasi rawat jalan RSUD Karanganyar dengan kriteria inklusi
rekam medis lengkap mencakup pasien memulai terapi DM pada tahun 2010,
berumur 30-70 tahun, dengan penyakit penyerta hiperlipidemia. Kriteria eksklusi
adalah pasien hamil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
D. Definisi Operasional Variabel
Agar terdapat keseragaman persepsi dibuat definisi operasional variabel
sebagai berikut :
1. Subjek penelitian adalah pasien Diabetes Mellitus dengan penyakit penyerta
hiperlipidemia memulai terapi bulan Januari-Desember tahun 2010 di instalasi
rawat jalan RSUD Karanganyar.
2. Pola pengobatan Diabetes Mellitus meliputi jenis obat yang diberikan,
golongan obat yang diberikan, dan kombinasi obat.
3. Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar.
4. Golongan obat adalah kelompok obat yang diberikan, misalnya golongan
sulfonylurea, biguanida, dan lain-lain.
5. Jenis obat adalah jenis atau nama obat yang diberikan kepada pasien untuk
Diabetes Mellitus.
6. Dosis obat adalah takaran zat aktif dari antidiabetik yang diresepkan oleh
dokter kepada pasien
7. Variasi jumlah obat adalah variasi banyaknya obat yang digunakan tiap
penderita.
8. Bentuk sediaan adalah wujud dari suatu obat antidiabetik seperti tablet,kapsul
ataupun injeksi.
9. Domisili adalah tempat asal pasien berdasarkan kecamatan di Kabupaten
Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
E. Metode Pengumpulan Data
Data diperoleh dari berkas rekam medis yang dikumpulkan secara
retrospektif kemudian dianalisis dengan metode deskriptif dan disajikan dalam
bentuk tabel serta dihitung persentasenya.
F. Jalannya Penelitian
Tahap-tahap dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Pengurusan Surat Izin Penelitian
Tahap ini merupakan tahap pengurusan surat izin melakukan
penelitian. Surat izinn ditujukan kepada pihak program studi dan
ditandatangani oleh ketua jurusan program studi D3 Farmasi UNS.Tembusan
selanjutnya disampaikan kepada Direktur RSUD Karanganyar. Penelitian ini
juga memerlukan izin dari Kepala Bappeda dan Kesbanglinmas.
2. Penelusuran Data
Proses penelusuran data dimulai dari observasi data pada buku register
untuk memperoleh nomor register pasien dengan diagnosis utama Diabetes
Mellitus pada tahun 2010. Nomor register digunakan untuk memperoleh kartu
rekam medik pasien. Pola penggunaan obat yang dicatat meliputi jenis obat
yang diberikan, cara penggunaan, variasi jumlah obat dan dosisnya.
3. Pengolahan dan Analisa Data
Data pasien kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk table untuk
mendapatkan jumlah pasien yang terdiagnosis DM dengan penyakit penyerta
hiperlipidemia dan persentase obat yang antidiabetika oral yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Untuk mendapatkan karateristik pasien, diambil data mengenai jenis kelamin,
umur dan domisilinya.
G. Analisa Data
Data penggunaan antidiabetik oral pada pasien DM dengan penyakit
penyerta hiperlipidemia di RSUD Karanganyar selanjutnya diolah dan dilakukan
analisis dengan statistik deskriptif sebagai berikut :
1. Perhitungan jumlah pasien DM dengan penyakit penyerta hiperlipidemia
Jumlah yang dihitung berasal dari rekam medis pasien rawat jalan di RSUD
Karanganyar yang terdiagnosis menderita DM dengan hiperlipidemia selama
periode bulan Januari sampai Desember 2010.
2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia
Jenis kelamin dan usia dihitung dari seluruh pasien yang terdiagnosis DM
dengan penyakit penyerta hiperlipidemia yang menjalani rawat jalan di RSUD
Karanganyar.
3. Distribusi pasien berdasarkan domisili
Pasien yang memenuhi kriteria inklusi akan dikelompokkan berdasarkan asal
kecamatan dan dihitung persentasenya.
4. Kesesuaian penggunaan obat
Analisis kesesuaian penggunaan obat antidiabetik oral dilakukan dengan
membandingkan pemilihan jenis obat, dosis, bentuk sediaan, dan kombinasi
obat dengan standar PERKENI 2006 dan DEPKES 2005.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
H. Skema Jalannya Penelitian
Gambaran pasien
Kesimpulan dan Saran
Pembahasan
Pola penggunaan obat
Penyusunan Proposal
Pengajuan Surat Izin Penelitian
Mulai penelitian
Pengumpulan data :
Data pasien Penggunaan obat
Pengolahan data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Karakteristik Pasien
Jumlah pasien yang trerkena penyakit diabetes mellitus tipe 2 dengan
penyakit penyerta hiperlipidemia diperoleh 25 pasien dari 264 pasien yang
menderita diabetes mellitus tipe 2 dengan atau tanpa penyakit penyerta lainnya.
Sampel yang diambil adalah pasien penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan
penyakit penyerta hiperlipidemia pada Januari-Desember 2010.
1. Jumlah Pasien Penderita DM dengan hiperlipidemia
Sebanyak 264 pasien rawat jalan yang tercatat di Buku Indeks Rekam
Medik di RSUD Karanganyar periode Januari sampai dengan Desember 2010
dan menderita DM dengan hiperlipidemia pada umur 30-70 tahun, hanya
terdapat 25 pasien atau 9,47 % yang masuk kriteria inklusi, yaitu pasien yang
menderita DM dengan hiperlipidemia yang berumur 30-70 tahun. Umur ini di
pilih karena sebagian besar penderita DM tipe 2 pada umumnya terkena pada
usia tua atau > 40 tahun.
2. Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dan usia
Pada diabetes mellitus tipe 2, jenis kelamin dan usia merupakan faktor
yang dapat menyebabkan diabetes mellitus tipe 2. Beberapa penelitian
mengatakan wanita lebih banyak terkena diabetes mellitus, dan orang yang
sudah berusia < 40 tahun rentan terkena diabetes mellitus tipe 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Gambar 3.
.
Gambar 3.Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin
Gambar 3 menunjukkan bahwa jenis kelamin pasien diabetes mellitus
di RSUD Karanganyar mayoritas wanita (52%) dan pria (48%).
Wanita sangat rentan sekali mengalami tingkat stress sehingga akan
mempengaruhi kerja kelenjar endokrin khususnya sel beta pankreas. Pada
wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan
terkadang merupakan satu gejala yang dirasakan (Subekti, 2004).
Distribusi pasien berdasarkan usia dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4.Distribusi pasien berdasarkan usia
Gambar 4 menunjukkan sebanyak 10 pasien dengan rentang usia
41-50 tahun adalah jumlah terbanyak menderita DM dengan penyakit
Wanita 52%
Pria 48%
30-40 8%
41-50 40% 51-60
36%
61-70 16%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
penyerta hiperlipidemia di RSUD Karanganyar. Pada umumnya penderita
DM tipe 2 berumur < 40 tahun, hal ini dikarenakan dengan bertambahnya
umur maka terjadi gangguan pada fungsi pankreas dan kerja dari insulin
yang menyebabkan kadar gula meningkat dan kurangnya aktivitas fisik
yang dapat menyebabkan resistensi insulin (Budhiarta et al, 2005).
Lebih lanjut dikatakan DM tipe 2 merupakan penyakit yang
terjadi akibat penurunan fungsi organ tubuh terutama gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, sehingga kasusnya akan
meningkat sejalan dengan pertambahan usia (Zahtamal et al, 2007).
3. Distribusi pasien berdasarkan domisili
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karanganyar adalah Rumah
Sakit milik Pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar. Rumah Sakit ini
di dirikan sebagai Rumah Sakit rujukan untuk pasien di Kabupaten
Karanganyar, dan memiliki tempat yang strategis yang mudah di jangkau
oleh masyarakat Karanganyar. Adapun gambaran secara deskriptif
mengenai distribusi pasien berdasarkan domisili dapat dilihat pada
Gambar 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Gambar 5. Distribusi pasien berdasarkan domisili
Dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, 10
Kecamatan menderita DM dengan hiperlipidemia, Kecamatan
Karanganyar memiliki pasien penderita DM dengan hiperlipidemia
terbanyak yaitu mencapai 44%. Hal ini disebabkan karena pola hidup tidak
sehat yang dilakukan oleh masyarakat.
4. Persentase jenis antidiabetik oral yang digunakan.
Obat antidiabetik oral ditujukan untuk membantu penanganan
pasien diabetes mellitus tipe 2. Pemilihan obat antidiabetik oral yang tepat
sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes mellitus tipe 2.
Persentase jenis antidiabetik oral baik tunggal maupun kombinasi
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel IV dan V.
4% 8%
4%
8%
12%
8% 4% 4% 4%
44%
Kec. Tasikmadu
Kec. Mojogedang
Kec. Jumantono
Kec. Jumapolo
Kec. Jaten
Kec. Kebakkramat
Kec. Jatiyoso
Kec. Gondang Rejo
Kec. Karang Pandan
Kec. Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Tabel IV.Antidiabetik oral tunggal yang digunakan
Nama Obat Jumlah Obat Persentase (%) Glukodex 5 62,5%
Glukopage 1 12,5%
Glibenklamid 2 25% persentase dihitung dari jumlah penggunaan obat antidiabetik oral tunggal dibagi 8
dikalikan 100% Tabel V.Antidiabetik oral kombinasi yang digunakan
Nama Obat Jumlah Obat Persentase (%)
Glukodex Metformin 21 75%
Glibenklamid Metformin 7 25%
persentase dihitung dari jumlah penggunaan obat kombinasi dibagi 28 dari total penggunaan terapi kombinasi obat antidiabetik oral dikalikan 100%.
Antidiabetik oral yang digunakan berdasarkan data yang terdapat
pada rekam medik pasien dibedakan menjadi dua, yaitu antidiabetik oral
tunggal dan antidiabetik kombinasi. Pada antidiabetik oral tunggal, tercatat
obat yang sering digunakan adalah glucodex® (62,5%).
Untuk antidiabetik kombinasi terapi, tercatat sebanyak 21 jumlah
obat (75%) diberikan terapi kombinasi glukodex dengan metformin, dan
sebanyak (25%) diberikan terapi kombinasi glibenklamid dengan
metformin. Sebagian besar penderita penyakit DM di RSUD Karanganyar
mendapat obat generik. Hal ini belum sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02 tahun 2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pemerintah, sehingga dianjurkan terapi untuk pasien menggunakan obat
generik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5. Kesesuaian penggunaan obat
a. Tepat obat
Antidiabetik oral yang digunakan untuk terapi pasien yang
memenuhi kriteria inklusi adalah glucodex®, metformin,
glibenklamid, dan glucophage®. Obat- obat ini sudah sesuai dengan
dengan standar pemberian obat yang ditetapkan oleh DEPKES RI
tahun 2005, PERKENI 2006 dan standar formularium yang telah
ditetapkan oleh RSUD Karanganyar. Pada pasien penderita DM
dengan hiperlipidemia diberikan terapi obat sulfonylurea dan
biguanida untuk pengobatan DM tipe 2, dan diberikan kombinasi
golongan statin untuk pengobatan hiperlipidemia. Hal ini sesuai
dengan standar PERKENI 2006 yang menyebutkan bahwa pasien
penderita DM dengan hiperlipid dengan usia > 40 tahun diberikan
terapi statin untuk menurunkan LDL sebesar 30-40%, karena
penggunaan golongan statin pada pasien penderita DM dapat
menurunkan angka kejadian penyakit kardiovaskuler dan penyakit
makrovaskuler pada DM tipe 2 (Anonim, 2006). Antara obat DM
dengan obat hiperlipidemia tidak terjadi interaksi obat (Sukandar,
2008). Sehingga golongan obat ini sangat tepat digunakan untuk
penderita DM dengan hiperlipidemia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Tepat dosis
1) Glucodex®
Glucodex® merupakan nama dagang dari obat generik
glikazid, diproduksi oleh Dexa Medica. Glucodex® termasuk dalam
golongan sulfonylurea. Sulfonylurea bekerja merangsang sekresi
insulin pada pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas
masih dapat diproduksi (Anonim, 2006)
Tabel VI. Distribusi penggunaan Glucodex®
Dosis dan Frekuensi Glucodex® Jumlah Pasien ½ x 80 mg 4 1 x 80 mg 4 2x 80 mg 8
Dosis sediaan glucodex® yang beredar dipasaran adalah 80
mg. PERKENI 2006 merekomendasikan penggunaan glucodex 80-
320 mg sehari dengan aturan pakai 1-2x sehari. Penggunaan
glucodex® 1x 80 mg dan 2x 80 mg masih memenuhi rentang dosis
menurut PERKENI 2006, sedangkan penggunaan glucodex® ½ x
80 mg tidak memenuhi rentang dosis karena penggunaannya tidak
sesuai yaitu hanya setengah dosis, sehingga kurang dari dosis yang
telah di tetapkan oleh PERKENI 2006. Efek samping dari obat ini
adalah gejala saluran cerna dan sakit kepala (Sukandar, 2008).
2) Glibenklamid®
Glibenklamid merupakan nama obat generik dari golongan
sulfonylurea. Sulfonylurea bekerja merangsangsekresi insulin pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pankreas sehingga hanya efektif bila sel beta pankreas masih dapat
diproduksi (Anonim, 2006).
Tabel VII. Distribusi Penggunaan Dosis Glibenklamid
Dosis dan Frekuensi Glibenklamid Jumlah Pasien 2 x 5mg 6 3 x 5mg 1
Dosis sediaan glibenklamid yang beredar dipasaran adalah 5
mg. PERKENI merekomendasikan penggunaan glibenklamid 2,5-
5 mg sehari dengan aturan pakai 1-2x sehari. Penggunaa
glibenklamid 2 x 5mg masih memenuhi rentang dosis glibenklamid
untuk terapi diabetes menurut PERKENI 2006, sedangkan
penggunaan glibenklamid 3 x 5mg memenuhi rentang dosis tetapi
tidak memenuhi rentang frekuensi penggunaan perhari, sehingga
penggunannya lebih dari frekunsi yang telah ditetapkan oleh
PERKENI 2006. Efek samping dari obat ini adalah gejala saluran
cerna dan sakit kepala (Sukandar, 2008).
3) Metformin®
Metformin merupakan nama sediaan obat generik dari
golongan biguanida. Metformin merupakan satu-satunya obat dari
golongan biguanida. Biguanida bekerja memperbaiki kerja insulin
dalam tubuh dengan cara mengurangi resistensi insulin.
Tabel VIII.Distribusi Penggunaan Dosis Metformin
Dosis dan Frekuensi Metformin Jumlah pasien 1 x 500mg 15 2 x 500mg 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Dosis sediaan metformin yang beredar dipasaran adalah 500
mg. PERKENI merekomendasikan penggunaan metformin 250-
3000 mg sehari dengan aturan pakai 1-3x sehari.Penggunaa
metformin 1 x 500 mg dan 2x500 mg masih memenuhi rentang
dosis metformin untuk terapi diabetes menurut PERKENI 2006.
Efek samping yang ditimbulkan dari obat ini adalah mual, muntah,
dan diare yang selintas (Sukandar, 2008).
c. Bentuk sediaan dan rute pemberian
Bentuk sediaan obat-obat diabetes mellitus tipe 2 yang
digunakan sebagai terapi DM dengan hiperlipid di RSUD Karanganyar
tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel IX(Anonim,2008).
Nama Obat Bentuk Sediaan Rute Pemberiaan Glucodex Tablet Oral
Glibenklamid Tablet Oral Metformin Tablet Oral
d. Tepat Kombinasi
Kombinasi terapi yang diberikan pada pasien sudah tepat.
Karena terapi dengan obat antidiabetik oral kombinasi harus dipilih
dua macam obat dari golongan yang mempunyai mekanisme kerja
yang berbeda. Seperti glucodex dengan metformin dan glibenklamid
dengan metformin yang dari golongan berbeda.Glucodex dan
Glibenklamid merupakan golongan dari sulfonylurea yang bekerja
merangsang sekresi insulin dikelenjar pankreas, sedangkan metformin
merupakan golongan dari biguanida yang bekerja menurunkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
produksi glukosa pada hati. Bila sasaran kadar glukosa dalam darah
belum tercapai, maka dapat diberikan tiga kombinasi obat antidiabetik
oral dengan golongan dan mekanisme yg berbeda pula. Pada pasien
yang disertai dengan alasan klinik dimana insulin tidak memungkinkan
untuk dipakai dipilih terapi dengan tiga kombinasi (Anonim, 2006).
B. Deskripsi Pasien
Subyek penelitian yang sesuai kriteria inklusi berjumlah 25 pasien. Dari
hasil penelitian pada pola penggunaan DM tipe 2 dengan hiperlipidemia di
RSUD Karanganyar didapat hasil sebagai berikut :
Gambar 6.Distribusi Pasien berdasarkan ketepatan dosis obat
Berdasarkan data dari tabel diketahui bahwa ada 20 pasien (80%) yang
sudah tepat dalam penggunaan dosis obat maupun frekuensi penggunaannya
dan 5 pasien (20%) yang tidak tepat dalam penggunaan dosis dan frekuensi
penggunaanya obat yang telah ditetapkan oleh PERKENI 2006.Berikut
deskripsi masing-masing pasien yang tidak tepat dalam penggunaan dosis
frekuensi obat.
sudah tepat 80%
belum tepat 20%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
1. Pasien 1 (pria)
Pasien 1 dengan nomer rekam medik 100197 memiliki kadar gula
yaitu 190 mg/dl, ini menunjukkan bahwa pasien menderita penyakit DM
tipe 2, karena kadar gula puasa pasien 1 diatas kadar glukosa darah puasa
normal yaitu 126 mg/dl, dan setelah dilakukan pemeriksaa kadar kolestrol
total 232 mg/dl, kadar trigliserida 260 mg/dl, kadar HDL 56 mg/dl, dan
kadar LDL 180 mg/dl, maka dipastikan pasien 1 juga terdiagnosa penyakit
hiperlipidemia, sehingga pasien mendapat terapi obat antidiabetik oral
glucodex 80 mg, metformin 500 mg. Sedangkan obat antihiperlipidemia
yang diberikan kepada pasien 1 adalah obat dari golongan statin yaitu
simvastatin 10 mg.
Kombinasi obat antara sulfonylurea dan biguanida sudah tepat
untuk diberikan, karena terapi dengan obat antidiabetik oral kombinasi
harus dipilih dua macam obat dari golongan yang mempunyai mekanisme
kerja yang berbeda. Apabila sasaran kadar glukosa dalam darah belum
tercapai, maka dapat diberikan tiga kombinasi obat antidiabetik oral
dengan golongan dan mekanisme yang berbeda pula (Anonim, 2006).
Tetapi dosis obat glucodex pada pasien 1 tidak tepat dosis dan
aturan pakainya. Aturan pakai yang diresepkan oleh dokter yaitu ½-0-0.,
padahal kadar glukosa darah puasa pasien 1 lebih dari normal Hal ini tidak
sesuai dengan dosis perhari menurut PERKENI 2006 yang seharusnya 80-
320 mg/hari, tetapi pada pasien 1 hanya 40 mg/ hari. Pada riwayat pasien
sebelumnya hasil GDP pasien 1 yaitu 177 mg/dl, sehingga diberi glucodex
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
1-0-0 dan sudah tepat dosis dan frekuensinya menurut PERKENI 2006.
Akan tetapi kadar kolestrol total pasien 1 yang sebelumnya 256 mg/dl
menurun menjadi 232 mg/dl, begitu juga kadar HDL yang sebelumnya 58
mg/dl setelah dilakukan pemeriksaan lagi menjadi 56 mg/dl. Akan tetapi
kadar trigliserida pasien 1 meningkat yang sebelumnya 182 mg/dl menjadi
260 mg/dl, sehingga pasien 1 tetap diberikan simvastatin 10 mg.
2. Pasien 2 (Pria)
Pasien 2 (pria) dengan nomer rekam medik 129702 memiliki kadar
gula puasa diatas normal 132 mg/dl, dengan diagnosa terdiagnosa penyakit
DM tipe 2. Untuk pemeriksaan kadar kolestrol total, hasil yang didapat
juga diatas norm
disimpulkan bahwa pasien 2 didiagnosa menderita DM tipe 2 dengan
hiperlipidemia. Pasien diberikan terapi obat antidiabetik oral glucodex
80mg. Sedangkan obat antihiperlipidemia yang diberikan kepada pasien
adalah obat dari golongan statin yaitu simvastatin 10 mg.
Pasien 2 tidak diberikan kombinasi obat antidiabetik oral oleh
dokter, hal ini kemungkinan disebabkan karena kadar glukosa darah puasa
yang tidak terlalu tinggi, sehingga tidak diberikan kombinasi obat. Hal ini
sesuai dengan algoritme terapi DM tipe 2, dimana pasien hanya di berikan
terapi tunggal akan tetapi harus dibarengi dengan pengaturan diet dan
olahraga yang teratur. Apabila ddalam waktu 1 bulan target GDP/GDPP
tidak terpenuhi maka akan diberikan terapi kombinasi (Triplit, 2005).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dosis obat glucodex pada pasien 2 tidak tepat dosis dan aturan
pakainya. Aturan pakai yang diresepkan oleh dokter yaitu ½-0-0., padahal
kadar glukosa darah puasa pasien 1 lebih dari normal Hal ini tidak sesuai
dengan dosis perhari menurut PERKENI 2006 yang seharusnya 80-320
mg/hari, tetapi pada pasien 1 hanya 40 mg/ hari.
3. Pasien 8 (Pria)
Pasien 8 dengan nomer rekam medik 128407 setelah dilakukan
pemeriksaan didapat hasil untuk kadar glukosa darah puasa (GDP) yaitu
139 mg/dl, pasien 8 memiliki riwayat sebelumnya yaitu 218 mg/dl dan 172
mg/dl.Pasien 8 diberikan terapi glucodex dan metformin.Pasien 8 juga
melakukan pemeriksaan terhadap kolesterol total didapat hasil 197 mg/dl,
Hal ini menunjukkan bahwa kolesterol total pasien 8 mendekati batas
normal yaitu 200 mg/dl, tetapi kadar trigliserida pasien 8 jauh diatas
normal yaitu mencapai 332 mg/dl. Sehingga pasien langsung diberi obat
dari golongan statin yaitu simvastatin 10 mg.
Kombinasi obat antara sulfonylurea dan biguanida sudah tepat
untuk diberikan, karena terapi dengan obat antidiabetik oral kombinasi
harus dipilih dua macam obat dari golongan yang mempunyai mekanisme
kerja yang berbeda. Apabila sasaran kadar glukosa dalam darah belum
tercapai, maka dapat diberikan tiga kombinasi obat antidiabetik oral
dengan golongan dan mekanisme yg berbeda pula (Anonim, 2006).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Akan tetapi pemberian obat pada pasien 8 tidak tepat. Dosis obat
glucodex pada pasien 8 tidak tepat dosis dan aturan pakainya. Aturan
pakai yang diresepkan oleh dokter yaitu ½-0-0., padahal kadar glukosa
darah puasa pasien 8 lebih dari normal Hal ini tidak sesuai dengan dosis
perhari menurut PERKENI 2006 yang seharusnya 80-320 mg/hari, tetapi
pada pasien 8 hanya 40 mg/ hari.Pada riwayat sebelumnya pasien 8 diberi
glucodex 1-1-0, ini mungkin dikarenakan kadar glukosa darah puasa
pasien 8 yang tinggi, sehingga setelah kadar glukosa darah puasa pasien 8
menurun, dokter hanya memberikan glucodex ½-0-0.
4. Pasien 10 (Wanita)
Pasien 10 (wanita) dengan nomer rekam medik 130434 memiliki
kadar gula puasa diatas normal 169 mg/dl, ini menunjukan bahwa pasien 2
terkena penyakit DM tipe 2.Untuk pemeriksaan kadar kolestrol total, hasil
dapat disimpulkan bahwa pasien menderita DM tipe 2 dengan
hiperlipidemia. Pasien langsung di beri obat antidiabetik oral glucodex 80
mg. Sedangkan obat antihiperlipidemia yang diberikan kepada pasien
adalah obat dari golongan statin yaitu simvastatin 5 mg.
Akan tetapi pemberian obat pada pasien 10 tidak tepat. Dosis obat
glucodex pada pasien 10 tidak tepat dosis dan aturan pakainya. Aturan
pakai yang diresepkan oleh dokter yaitu ½-0-0., padahal kadar glukosa
darah puasa pasien 10 lebih dari normal. Hal ini tidak sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
dosis/hari menurut PERKENI 2006 yang seharusnya 80-320 mg/hari,
tetapi pada pasien 10 hanya 40 mg/ hari. Pada riwayat sebelumnya pasien
10 diberi glucodex 1-1-0, ini mungkin dikarenakan kadar glukosa darah
puasa pasien 10 yang tinggi, sehingga setelah kadar glukosa darah puasa
pasien 10 menurun, dokter hanya memberikan glucodex ½-0-0.
5. Pasien 18 (Wanita)
Pasien 18 (wanita) dengan nomer rekam medik 129503 memiliki
kadar gula sewaktu diatas normal 225 mg/dl, ini menunjukan bahwa
pasien 2 terkena penyakit DM tipe 2. Untuk pemeriksaan kadar kolesterol
mg/dl, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien menderita DM tipe 2
dengan hiperlipidemia. Pasien langsung diberi obat antidiabetik oral
glibenklamid 5 mg. Sedangkan obat antihiperlipidemia yang diberikan
kepada pasien adalah obat dari golongan statin yaitu simvastatin 10 mg.
Akan tetapi pemberian obat pada pasien 18 tidak tepat. Frekuensi
obat glibenklamid pada pasien 18 tidak tepat aturan pakainya. Aturan
pakai yang diresepkan oleh dokter yaitu 3 x 1, Hal ini tidak sesuai dengan
frekuensi perhari menurut PERKENI 2006 yang seharusnya 1- 2kali/hari
menjadi 3 kali sehari. Akan tetapi dosis yang digunakan sudah tepat yaitu
2,5 mg 15 mg perhari.
C. Keterbatasan Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Penelitian ini mengambil data dari kartu rekam medik pasien
secara retrospektif sehingga peneliti tidak mengetahui kondisi pasien yang
sebenarnya. Kondisi pasien merupakan pertimbangan dokter dalam
mendiagnosis dan memberikan terapi.
Peneliti tidak menghadapi pasien secara langsung sehingga tidak
diketahui dengan pasti kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat yang
telah diresepkan. Jenis obat, dosis, dan frekuensi yang dievaluasi
didasarkan pada data dari kartu rekam medik sehingga penggunaan yang
sebenarnya tidak diketahui dengan pasti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penggunaan obat antidiabetika oral
a. Antidiabetika oral tunggal yang digunakan terdiri dari 2 macam
golongan obat yaitu golongan sulfonylurea dan golongan
biguanida. Golongan sulfonylurea yang digunakan yaitu glucodex
sebanyak (62,5%), glibenklamid sebanyak (25%), dan golongan
biguanida yang digunakan yaitu glukophage sebanyak (12,5%).
b. Antidiabetik oral kombinasi yang digunakan berjumlah 2
kombinasi yaitu glucodex-metformin digunakan sebanyak (75%)
dan glibenklamid-metformin digunakan sebanyak (25%).
2. Kesesuaian pemilihan dan penggunaan obat
a. Penggunaan antidiabetika oral baik tunggal maupun kombinasi
sudah sesuai dengan standar PERKENI 2006 dan DEPKES RI
2005.
b. Penggunaan obat antidiabetika oral yang meliputi pemilihan jenis
obat, kombinasi obat, aturan pakai, dan bentuk sediaan sudah
sessuai dengan standar PERKENI 2006 dan DEPPKES RI 2005,
tetapi terdapat 5 pasien (20%) yang tidak tepat dalam penggunaan
dosis maupun frekuensi penggunaan obat antidiabetika oral.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
B. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian terhadap kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi
obat antidiabetik oral.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai evaluasi respon terapi dan rasionalitas
penggunaan obat antidiabetik oral.
3. Perlu dilakukan penelitian sejenis untuk periode selanjutnya karena adanya
perkembangan jumlah pasien DM tipe 2 dengan hiperlipidemia.