38
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan vital dalam kehidupan manusia.Untuk mewujudkan kondisi tersebut, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatankesehatan (promotif), pencegahan penyakit(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, t dan berkesinambungan. Namun, hingga sekarang masih ditemukan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat. leh karena dilakukan identifikasi masalah kesehatan masyarakat agar dapat segera d solusinya dengan cara mengidentifikasi karakteristik masyarakat, faktor! faktor penyebab masalah dan determinan masalah,seperti gambaran demografi, sosial!ekonomi, kesehatanlingkungan, gi"i, dan perilaku masyarakat. #alam kegiatan $K% & yang dilaksanakan pada ' ! * +anuari dilakukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat Kelurah anah Kalidinding - ', , , , /, '0, 0 -1 &2 serta mengidentifikasi faktor resiko dan karakteristik resiko dan prioritas masalah berdasrkan resiko dan karakteristik resiko masalah kesehatan yang ada dala kelompok masyarakat. Upaya preventif dan promotif inilah yang menjadi suatu kegiatan dal pelaksanaan $K% 3K4 Unair. Upaya tersebut didasarkan pada hasil analisis karakteristik masyarakatdan identifikasi masalah kesehatan masyarakat - ', , , , /, '0, 0 yang dilakukan pada $K% '. 5nalisi identifikasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui faktor re karakteristik resiko yang ada di wilayah tersebut melalui penca primer dan data sekunder. Kegiatan $K% ' juga dapat digunakan masukan kegiatan intervensi (solusi) yang diinginkan oleh masyarakat sehingga diharapkan masyarakat dapat menerima dan menjalankan program tersebut secara berkala. 6asil dari $K% ' akan menjadi dasar pelaksanaa kesalahan yang diidentifikasi tersebut. 1

PKL 2 Revisi by Indah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pkl revisi

Citation preview

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKesehatan merupakan salah satu kebutuhan vital dalam kehidupan manusia. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Namun, hingga sekarang masih ditemukan permasalahan kesehatan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi masalah kesehatan masyarakat agar dapat segera dicari solusinya dengan cara mengidentifikasi karakteristik masyarakat, faktor-faktor penyebab masalah dan determinan masalah, seperti gambaran demografi, sosial-ekonomi, kesehatan lingkungan, gizi, dan perilaku masyarakat.Dalam kegiatan PKL I yang dilaksanakan pada 12 - 30 Januari dilakukan identifikasi masalah kesehatan yang ada di masyarakat Kelurahan Tanah Kalidinding RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, 28 RW IV serta mengidentifikasi faktor resiko dan karakteristik resiko dan prioritas masalah berdasrkan faktor resiko dan karakteristik resiko masalah kesehatan yang ada dalam suatu kelompok masyarakat. Upaya preventif dan promotif inilah yang menjadi suatu kegiatan dalam pelaksanaan PKL 2 FKM Unair. Upaya tersebut didasarkan pada hasil analisis karakteristik masyarakat dan identifikasi masalah kesehatan masyarakat RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, 28 yang dilakukan pada PKL 1. Analisis dan identifikasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui faktor resiko dan karakteristik resiko yang ada di wilayah tersebut melalui pencarian data primer dan data sekunder. Kegiatan PKL 1 juga dapat digunakan sebagai masukan kegiatan intervensi (solusi) yang diinginkan oleh masyarakat sehingga diharapkan masyarakat dapat menerima dan menjalankan program tersebut secara berkala. Hasil dari PKL 1 akan menjadi dasar pelaksanaan kesalahan yang diidentifikasi tersebut. Sebagai bentuk aktualisasi peran mahasiswa kesehatan masyarakat untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat dengan kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL), dimana kegiatan PKL ini akan diperoleh data dan diolah menjadi informasi yang dapat menggambarkan karakteristik masyarakat dan faktor resiko dan karakteristik resiko yang ada dalam masyarakat, dan mengetahui instansi yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, untuk nantinya dapat digunakan sebagai bahan masukan acuan dalam melakukan intervensi kegiatan di bidang kesehatan demi terwujudnya Indonesia Sehat.

1.2 Identifikasi MasalahBerdasarkan hasil laporan PKL 1 yang dilaksanakan di RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, 28 RW IV Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya dengan menggunakan data primer (kuosioner dan indepth interview) serta data sekunder dan diskusi menggunakan metode FGD didapatkan daftar permasalahan sebagai berikut :1.2.1 Masih banyak terdapat ISPA dan TB di masyarakat.1.2.2 Masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi rokok dimana saja1.2.3 Masih banyaknya ditemukan jentik nyamuk di masyarakat 1.2.4 Masih banyaknya masyarakat yang tidak memisah antara sampah kering dan sampah basah.Sedangkan prioritas masalah didapatkan menggunakan metode FGD dan hasilnya adalah penanganan sampah sebagai prioritas pertama.

1.3 RumusanMasalahBerdasarkan identifikasi masalah maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:1.3.1 Apakah yang menjadi prioritas masalah di RT 1, 2, 3, 4, 18, 28 RW IV Kelurahan Tanah Kalikedinding Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya ?1.3.2 Program apa yang tepat untuk intervensi terhadap masalah kesehatan tersebut?

1.4 Tujuan1.4.1 Tujuan UmumMelaksanakan upaya pemecahan terhadap masalah kesehatan yang sedang di RT 1, 2, 3, 4, 18, 28 RW IV Kelurahan Tanah Kalikedinding Kecamatan Kenjeran Surabaya. 1.4.2 Tujuan Khusus1) Meningkatkan semangat dan pengetahuan masyarakat tentang bagaimana cara pengolahan sampah.2) Melakukan implementasi revitalisasi bank sampah di RT 1 Kelurahan Tanah Kalikedinding.

1.5 Manfaat1.5.1 Manfaat bagi Mahasiswa1) Meningkatkan kemampuan untuk dapat bekerja sama dengan masyarakat2) Berusaha mewujudkan solusi permasalahan kesehatan yang diinginkan warga dan sesuai dengan ilmu secara teoritis3) Meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan keterampilan dalam hal identifikasi masalah kesehatan masyarakat dan berinteraksi sosial.1.5.2 Manfaat bagi masyarakatMengembangkan toleransi untuk bekerja sama dengan mahasiswa dan memperoleh data dan informasi tentang kondisi lingkugan dan kesehatan, serta cara mengatasi masalah kesehatan di lingkungan tempat tinggal masyarakat

1.5.3 Manfaat bagi Instansi Kesehatan1) Menadapatkan informasi kondisi kesehatan masyarakat dan prioritas permasalahan kesehatan dari masyarakat serta solusi yang diharapkan masyarakat.2) Memperoleh masukan sebagai pertimbangan dalam menentukan penyelenggaraan program kesehatan, khususnya pada masyarakat di Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya.3) Memperoleh masukan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan program kesehatan selanjutnya.1.5.4 Manfaat bagi Fakultas Kesehatan MasyarakatSebagai sumber data dan informasi dalam menelaah dan merumuskan kondisi kesehatan dan masalah kesehatan yang ada di Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya yang berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah2.1.1 Pengertian SampahSampah adalah suatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia atau benda-benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan di buang (Notoatmodjo, 2007). Sebagian orang berpendapat bahwa sampah merupakan suatu bahan atau benda yang menjijikkan, tidak berharga dan dibuang, jika dibiarkan terlalu lama akan menyebabkan penyakit, mencemari lingkungan karena bau sampah yang busuk maka dengan pemilahan sampah pada sumbernya akan mempermudah dalam penanganan sampah. Sampah mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut (Notoatmdjo, 2007) :1. Adanya sesuatu benda atau benda padat.2. Adanya hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan manusia.3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi. 2.1.2 Sumber-Sumber SampahMenurut Notoatmodjo (2007), sumber-sumber sampah dapat dibagi menjadi beberapa sumber yaitu :1. Sampah yang berasal dari permukiman (Domestic Wastes)Sampah ini terdiri dari bahan-bahan padat sebagai hasil kegiatan rumah tangga yang sudah tidak dipakai dan dibuang, seperti sisa makanan baik yang sudah dimasak maupun belum, bekas pembungkus baik kertas, plastik, daun dan sebagainya, pakaian-pakaian bekas, bahan-bahan bacaan, perabot rumah tangga, daun-daunan dari kebun atau tanaman.2. Sampah yang berasal dari tempat-tempat umumSampah ini berasal dari tempat-tempat umum, seperti pasar, tempat hiburan, terminal bus, stasiun kereta api dan sebagainya. 3. Sampah yang berasal dari perkantoran Sampah ini berasal dari perkantoran baik perkantoran pendidikan, perdagangan, departemen, perusahaan dan sebagainya. Sampah ini berupa kertas-kertas, plastik, karbon, klip dan sebagainya. Umumnya sampah ini bersifat kering dan mudah terbakar (rabbish). 4. Sampah yang berasal dari jalan rayaSampah ini berasal dari pembersihan jalan raya, yang umumnya terdiri dari kertas-kertas, kardus-kardus, batu-batuan, pasir, sobekan ban, onderdil-onderdil kendaraan yang jatuh, daun-daunan, plastik dan sebagainya.5. Sampah yang berasal dari industri (Industrial Wastes)Sampah ini berasal dari pembangunan industri dan segala sampah yang berasal dari proses produksi, misalnya sampah-sampah pengepakan barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya. 6. Sampah yang berasal dari pertanian dan perkebunanSampah ini sebagai hasil dari perkebunan atau pertanian misalnya, jerami, sisa sayur-sayuran, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan sebagainya. 7. Sampah yang berasal dari pertambanganSampah ini berasal dari daerah pertambangan dan jenisnya tergantung dari jenis usaha pertambangan itu sendiri, misalnya batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa pembakaran dan sebagainya. 8. Sampah yang berasal dari peternakan dan perikananSampah yang berasal dari peternakan dan perikanan seperti, berupa kotoran ternak, sisa-sisa makanan bangkai binatang dan sebagainya.

2.1.3 Jenis-Jenis SampahMenurut Notoatmodjo (2007), sampah padat dibagi menjadi berbagai jenis yaitu :1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung di dalamnya, sampah dibagi menjadi :a. Sampah organik adalah sampah yang pada umumnya dapat membusuk, misalnya sisa makanan, daun-daunan, buah-buahan dan sebagainya.b. Sampah anorganik adalah sampah yang pada umumnya tidak dapat membusuk, misalnya logam/besi, pecahan gelas, plastik dan sebagainya.2. Berdasarkan dapat dan tidaknya dibakar a. Sampah yang mudah dibakar misalnya kertas, kayu, karet, plastik, kain bekas dan sebagainya.b. Sampah yang tidak dapat dibakar misalnya kaleng-kaleng bekas, pecahan gelas, kaca dan sebagainya.3. Berdasarkan karakteristik sampah a. Garbage Sampah hasil pengolahan atau pembuatan makanan, yang umumnya mudah membusuk dan berasal dari rumah tangga, restoran, hotel dan sebagainya.b. Rabbish Sampah yang berasal dari perkantoran, perdagangan baik yang mudah terbakar, seperti kertas, karton, plastik dan sebagainya, maupun yang tidak mudah terbakar, seperti kaleng bekas, klip, pecahan kaca, gelas dan sebagainya. c. Ashes Sampah berupa sisa pembakaran dari bahan-bahan yang mudah terbakar termasuk abu rokok. d. Sampah jalananSampah yang berasal dari pembersihan jalan yang terdiri dari campuran bermacam-macam sampah, daun-daunan, kertas, plastik, pecahan kaca, besi dan sebagainya. e. Sampah industriSampah yang berasal dari sisa pengoperasian atau sisa aktifitas pada industri atau pabrik-pabrik.

f. Bangkai binatang Sampah berupa bangkai binatang yang mati karena alam, ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang. g. Bangkai kendaraan Sampah berupa bangkai mobil dan kendaraan lainnya. h. Sampah pembangunan Sampah berupa pembangunan gedung, rumah dan sebagainya yang berupa puing-puing, potongan-potongan kayu, besi beton, bambu dan sebagainya. 2.1.4 Dampak Negatif SampahMenurut Sukandarrumidi (2009) dampak negatif adanya sampah yaitu :1. Nilai EstetikaSampah yang menumpuk dan dibiarkan pada tempat-tempat terbuka, menyebabkan turunnya nilai estetika tempat sekitar. Tumpukan sampah juga mengganggu keindahan panorama setempat, bau busuk yang tidak enak dan berkembangnya berbagai organisme patogen. Bau busuk tidak akan habis terutama musim hujan. Di tempat tersebut juga merupakan tempat berkembangnya lalat, yang mampu membawa penyakit. Timbunan sampah yang menggunung di pinggir jalan besar dan padat lalu lintas, akan menimbulkan kesan jorok pada pemilik kota. Timbunan sampah yang berada di pinggir sungai, merupakan salah satu sumber pencemar air sungai oleh lindi yang dihasilkan sampah. Akibatnya air sungai tidak dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. 2. Polusi UdaraPembakaran sampah secara terbuka dan tidak dikendalikan akan menghasilkan berbagai residu pembakaran dan penghancuran sampah juga dapat menimbulkan emisi gas Karbondioksida (CO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen monoksida (NO), gas sulfur dan partikel-partikel halus di udara yang dapat menyebabkan penyakit pada pernafasan, penyakit kulit, iritasi mata. Asap dengan berbagai emisi tersebut dapat menyebar luas sesuai arah tiupan angin, akibatnya lingkungan sekitar menjadi tidak sehat dan kurang layak untuk permukiman. 3. Kontaminasi pada AirAir hujan bersama dengan air hasil pembusukan sampah (lindi) akan berkumpul dan mengalir ke parit-parit maupun sungai yang ada disekitarnya. Akibatnya air sungai tercemar oleh air lindi, air tidak dapat dimanfaatkan meskipun sebagai air irigasi , karena akan menimbulkan gatal-gatal pada kulit. Air lindi juga dapat meresap masuk ke dalam tanah bercampur dengan air tanah dan mengakibatkan air tanah tidak sehat. 4. Sumber penyakitTempat penimbunan sampah, khususnya yang masih basah merupakan tempat hidup yang sangat baik bagi perkembang biakan tikus, nyamuk, lalat, insekta dan mikrobia. Binatang-binatang tersebut dapat menularkan atau menyebabkan timbulnya penyakit untuk masyarakat. Penyakit ini tidak hanya menyerang manusia, tetapi juga dapat menyerang ternak. Seperti diketahui lalat adalah vektor penyakit perut, sedang nyamuk sebagai vektor penyakit malaria, tikus sebagai vektor penyakit pest. 5. Penyumbatan Saluran AirTimbunan sampah yang tidak sengaja dapat menutup saluran air hujan. Akibatnya air saluran meluap pada waktu hujan dan air sungai pun menjadi kotor. 2.1.5 Penerapan 3R (Reduce, Reuse dan Recycle)Dalam menangani sampah sudah diterapkan sistem 3R. Penerapan sistem 3R menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah yang dapat diterapkan langsung oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari, di mana saja, kapan saja dan tidak membutuhkan biaya yang besar (Yuwono, 2011) : 1. ReduceReduce berarti mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan sampah. Contohnya memilih produk dengan kemasan yang dapat didaur ulang, menghindari pembelian dan memakai barang-barang yang kurang perlu, mengurangi penggunaan bahan sekali pakai dan lain sebagainya.2. ReuseReuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Contohnya menggunakan kembali wadah, kantong atau benda yang dapat digunakan beberapa kali atau berulang-ulang untuk fungsi yang sama atau fungsi lainnya.3. RecycleRecycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Contohnya mengolah sampah kertas menjadi kertas atau karton kembali, melakukan pengolahan sampah organik menjadi kompos dan melakukan pengolahan sampah non organik menjadi barang yang bermanfaat. 2.1.6 Pemilahan Sampah Secara PraktisPenempatan sampah secara terpilah sebagai upaya untuk menurunkan beban sampah dalam konteks pengelolaan sampah. Pemilahan sampah harus dilakukan sedini mungkin pada sumbernya (permukiman, perkantoran, sekolah dan tempat-tempat umum lainnya). Hal ini merupakan metode yang paling efektif untuk memperoleh jenis sampah tertentu yang tidak terkontaminasi oleh jenis-jenis sampah yang tidak serupa sehingga memudahkan untuk proses daur ulang. Pokok-pokok penempatan terpilah adalah perubahan perilaku, penyediaan metode tepat guna dan menjaga keberlanjutan dari upaya pemilahan sampah (Mukti, 2008).

2.2 Bank Sampah2.2.1 Pengertian Bank SampahMenurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012, Bank Sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang yang memiliki nilai ekonomi. Bank Sampah berdiri karena adanya keprihatinan masyarakat akan lingkungan hidup yang semakin lama semakin dipenuhi dengan sampah baik organik maupun anorganik. Sampah yang semakin banyak tentu akan menimbulkan banyak masalah sehingga memerlukan pengolahan seperti membuat sampah menjadi bahan yang berguna. Pengelolaan sampah dengan sistem bank sampah diharapkan mampu membantu pemerintah dalam menangani sampah dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Bank Sampah sebagai suatu institusi yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat lokal sebagai nasabahnya dalam rangka memaksimalkan nilai sampah. Bank sampah memiliki kepengurusan yang menerima tabungan warga dan mencatatnya dalam pembukuan Bank Sampah. Mekanisme Bank Sampah menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse dan recycle melalui Bank Sampah yaitu :1. Pemilahan sampah2. Penyerahan sampah ke Bank Sampah3. Penimbangan sampah4. Pencatatan5. Hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku tabungan6. Bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana.

2.2.2 Tujuan Bank SampahTujuan utama pendirian Bank Sampah adalah untuk membantu menangani pengolahan sampah. Tujuan Bank Sampah selanjutnya untuk menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi dan bersih. Bank Sampah didirikan juga untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang berguna dalam masyarakat dan memiliki nilai ekonomis. 2.2.3 Manfaat Bank SampahBank Sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup, seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya kebersihan dan membuat sampah menjadi barang ekonomis. 2.2.4 Keuntungan Menjadi Nasabah Bank SampahKeuntungan menjadi nasabah Bank Sampah yaitu :1. Nasabah turut serta menjaga lingkungan hidup2. Mengajarkan pada putera-puteri kita untuk tidak membuang sampah sembarangan3. Menjadikan lingkungan bebas pemulung4. Tidak bisa menabung dengan uang, maka tanpa terasa sampah bisa menjadi tabungan uang. 2.2.5 Pendirian dan PengembanganPendirian dan pengembangan Sistem Bank Sampah diantaranya :1. Sosialisasi awalSosialisasi awal dilakukan untuk memberikan pengenalan dan pengetahuan dasar mengenai Bank Sampah kepada masyarakat. Pada sosialisasi awal harus menonjolkan berbagai sisi positif sistem Bank Sampah, sehingga warga bergerak untuk melaksanakan sistem Bank Sampah. 2. Pelaksanaan teknisWarga yang sudah sepakat untuk melakukan sistem Bank Sampah, maka perlu dilakukan pertemuan lanjutan. Tujuannya untuk memberikan penjelasan detail tentang standarisasi sistem Bank Sampah, mekanisme kerja Bank Sampah dan keuntungan sistem Bank Sampah sehingga warga menjadi siap pada saat harus melakukan pemilahan sampah hingga penyetoran ke Bank. Forum ini juga membahas nama Bank Sampah, lokasi pendirian Bank Sampah, pengurus Bank Sampah, pengepul dan jadwal penyetoran Bank Sampah.3. Pelaksanaan sistem bank sampahPelaksanaan Bank Sampah dilakukan pada saat hari yang telah disepakati. Pengurus siap dengan keperluan administrasi dan peralatan timbang. Nasabah datang ke kantor Bank dan lokasi penimbangan dengan membawa sampah yang sudah dipilah. Nasabah akan mendapat uang yang disimpan dalam bentuk tabungan sesuai dengan nilai sampah yang disetor.4. Pemantauan dan evaluasiOrganisasi Bank Sampah harus tetap melakukan pendampingan selama sistem berjalan sehingga bisa membantu warga untuk memcahkan permasalahan. Evaluasi dilakukan untuk pelaksanaan Bank Sampah yang lebih baik.5. Pengembangan Sistem Bank Sampah bisa berkembang menjadi unit simpan pinjam, unit usaha sembako, koperasi dan pinjaman modal usaha. Perluasan fungsi Bank Sampah bisa disesuaikn sesuai kebutuhan masyarakat.

BAB 3KERANGKA KONSEPTUAL

Menentukan Faktor Resiko kesehatan MasyarakatKuesionerFGDMenentukan Alternatif Pemecahan FaktorResiko Kesehatan MasyarakatMenentukan rencana intervensi yang terdiri dari :Identifikasi kondisi bank sampah yang ada di lingkungan RT 1Benchmarking (Studi banding) ke Bank Sampah JambanganPembuatan Sistim Bank SampahMencari pembeli sampah.Sosialisasi tentang sistim Bank Sampah, penjaringan dan pembentukan Kader Bank SampahMenyiapkan kelengkapan dan penjelas teknis pelayanan penabung Bank SampahImplementasi Pendirian Bank Sampah.Pelaksanaan IntervensiEvaluasiINPUTPROSESOUTPUT

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Hasil dari PKL I berdasarkan data kuesioner dengan menggunakan metode Bryant sebagai perhitungan prioritas masalah ditemukan faktor resiko kesehatan masyarakat di RW IV, RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, 28 Kelurahan Tanah Kalikedinding Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya antara lain, prioritas pertama yaitu penanganan sampah dengan jumlah perhitungan 188,2, frekuensi olahraga < 2 kali/ minggu sebesar 137,2, dan yang ketiga yaitu masih banyak yang merokok sebesar 131,9.Dari beberapa faktor resiko dan prioritas masalah diatas, kemudian dilakukan Focus Group Discussion (FGD) kepada ketua RT dan kader untuk mengklarifikasi dan memperkuat hasil identifikasi faktor resiko, baik dari data kuesioner maupun hasil kesepakatan FGD, serta menggali penyebab dan determinannya.Kemudian dari FGD didapatkan masalah prioritas yang kami ambil yang juga disepakati oleh peserta FGD yaitu mengenai Penanganan Sampah menjadi masalah utama yang perlu diselesaikan. Setelah itu peserta FGD juga mencari alternative pemecahan masalah dengan memperhitungkan sumber daya yang ada.Setelah didapatkan prioritas utama yang akan diintervensi, yaitu tentang masalah sistem penanganan sampah. Dengan melakukan intervensi utama yaitu Revitalisasi Bank Sampah yang mempunyai sasaran pada RT.1 yang sebelumnya mempunyai bank sampah namun sudah vakum. Kemudian melaksanakan intervensi yang telah disusun. Setelah melakukan revitalisasi bank sampah kemudian dilakukan evaluasi meliputi evaluasi input, proses, dan outputnya.

BAB 4HASIL KEGIATAN

4.1 Sosialisasi Bank Sampah4.1.1 Deskripsi KegiatanSosialisasi bank sampah merupakan kegiatan yang diadakan dengan menjelaskan pengertian bank sampah, mekanisme, manfaat dan keuntungan dari bank sampah bagi masyarakat. Penjelasan dilakukan dengan mennjolkan sisi positif bank sampah, sehingga warga tergerak untuk melaksanakan sistem bank sampah.4.1.2 Tujuan Kegiatan1) Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan keuntungan adanya bank sampah di wilayah mereka.2) Mengingatkan para kader mengenai manfaat dan keuntungan adanya bank sampah di wilayah mereka.4.1.3 Sasaran KegiatanKader di seluruh RT di wilayah RW IV Kelurahan Tanah Kalikedinding Surabaya.4.1.4 Pelaksanaan KegiatanHari / Tanggal: Jumat / 6 Februari 2015Waktu : 19.00 selesaiTempat: Balai RW IV Kelurahan Tanah Kalikedinding4.1.5 PelaksanaPenanggung Jawab: Rafita Estu W.Sie Konsumsi: Zeinfahmi D.Sie Dokumentasi : Vendra Sie Acara: Indah Ratnasari4.1.6 Keberhasilan1) Indikator keberhasilan :a. 50 % undangan menghadiri acara sosialisasi bank sampahb. Adanya peningkatan pengetahuan peserta sebesar 70% yang diukur dengan perbandingan hasil pre test dan post test2) Hasil:a. 65 % dari seluruh undangan menghadiri acara sosialisasi bank sampah tersebut.b. Adanya peningkatan pengetahuan peserta sebesar 80% 4.1.7 HambatanSecara teknis tidak ada hambatan yang berarti dalam pelaksanaan sosialisasi ini. Materi yang diberikan tidak terlalu banyak. Hanya saja, waktu sosialisasi sangat terbatas, karena bersamaan dengan kegiatan PKK RW IV.4.1.8 SolusiSolusi untuk hambatan tersebut dengan berusaha menyampaikan materi seefektif mungkin hingga para kader dapat memahami materi yang disampaikan.4.1.9 Anggaran DanaKonsumsi= Rp 150.000

4.2 Revitalisasi Bank Sampah4.2.1 Deskripsi KegiatanBerdasarkan hasil analisis masalah dengan metode FGD yang dilaksanakan pada PKL 1 didapatkan hasil prioritas masalah adalah pengelolaan sampah. Untuk mengatasi masalah tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah revitalisasi bank sampah.Kegiatan revitalisasi bank sampah ini melalui beberapa tahapan yang cukup panjang. Secara rinci tahapan yang telah dilalui yaitu :1) Identifikasi KondisiKegiatan ini dilakukan dengan mencari informasi terkait bank sampah dilingkungan RT.1 kepada narasumber yang ada. Informasi awal diperoleh dari hasil wawancara dengan Ketua RT. 1, Bapak Mudjiono. Dari wawancara dengan Bapak Mudjiono, diperoleh informasi bahwa untuk pengelolaan sampah di wilayah RT. 1 yaitu sampah dikumpulkan di tempat sampah yang ada didepan rumah setiap warga, kemudian ada petugas yang akan mengambil sampah tersebut. Namun beberapa waktu belakangan, diketahui bahwa petugas tidak mengambil sampah secara rutin, sehingga terjadi penumpukan sampah. Belum diketahui secara pasti apa penyebab masalah tersebut. Bahkan petugas sampah yang bertugas belum dapat ditemui untuk mencari tahu penyebab keterlambatan pengambilan sampah. Diduga karena cukup jauhnya lokasi TPS dari wilayah RT.1 menjadi salah satu alasan petugas sampah tidak cukup rutin mengambil sampah di RT. 1Selain informasi mengenai pengangkutan sampah, Bapak Mudjiono juga memaparkan bahwa sebelumnya pernah ada Bank Sampah di wilayah RT. 1. Bank sampah tersebut berlokasi di Poskamling RT. 1, namun saat ini kondisinya vakum selama kurang lebih 1 tahun. Dari sedikit penjelasan mengenai kondisi bank sampah, kami diarahkan Bapak Mudjiono untuk bertemu dengan Ibu Rochmah, salah satu mantan pengurus bank sampah yang juga menjadi kader di RT. 1.Ibu Rochmah membenarkan bahwa dulu pernah ada bank sampah di wilayah RT. 1, beliau salah satu pengurusnya. Bank sampah yang dulu pernah dijalankan tidak menggunakan sistem tabungan, namun uang hasil penjualan sampahnya digunakan untuk kas dan kegiatan bersama. Kurangnya motivasi masyarakat untuk menggerakkan bank sampah, akhirnya membuat bank sampah tersebut vakum hingga saat ini. 2) BenchmarkingBenchmarking atau yang secara sederhana diartikan sebagai studi banding, merupakan salah satu yang kami lakukan untuk lebih mengetahui tentang sistem pengelolaan bank sampah. Benchmarking mengenai bank sampah kami lakukan di Bank Sampah Jambangan, yang sudah cukup tersohor akan keberhasilan bank sampahnya. Salah seorang kader bank sampah Jambangan yang kami temui, Ibu Alwi, mengutarakan bahwa sebaiknya untuk memulai lagi bank sampah, perlu dilakukan sosialisasi kepada warga sehingga warga tertarik dan berminat untuk menjadi nasabah. Sosialisasi yang dilakukan kepada warga dapat berupa penjelasan mengenai rupiah yang dapat diperoleh dari bank sampah. Selain itu, Ibu Alwi juga memaparkan bahwa sebaiknya bank sampah memang berbasis nasabah, jadi sampah dari warga akan kembali dalam bentuk uang (rupiah) kepada warga itu sendiri. Sangat tidak disarankan untuk menjadikan uang yang diperoleh dari bank sampah menjadi uang kas atau uang bersama. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan motivasi pada warga yang telah bersusah payah melakukan pemilhan dan penyetoran sampah. Secara administrasi, bank sampah yang dikelola Ibu Alwi lebih mengambil sisi praktis dan mudah dipahami oleh pengurus. Diantaranya, menggunakan buku besar untuk mencatat rekap setoran dari setiap nasabah, buku catatan penjualan, dan buku tabungan bank sampah. Bank sampah Jambangan menerapkan potongan berat sampah yang disetor yaitu 0,1 kg. Jadi misalnya seorang warga menyetor sampah plastik seberat 0,8 kg, maka akan dicatat 0,7 kg. Pemotongan berat sampah tersebut dilakukan sebagai upaya menanggulangi nilai penyusutan dari berat sampah yang terkumpul, baik karena tercampur dengan sampah lain, maupun faktor lainnya. Selain itu, hasil dari potongan tersebut, dijadikan sebagai biaya operasional bagi kader bank sampah. Pada bank sampah Jambangan itu sendiri, sampah yang telah terkumpul kemudian akan disetor pada bank sampah induk yang ada di Surabaya, yaitu Bank Sampah Surabaya. 3) Pembuatan sistem bank sampahPembuatan sistem dilakukan dengan mengacu referensi yang ada, yaitu Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah dan mengadopsi beberapa sistem yang ada di Bank Sampah Jambangan. Sistem yang kami buat, secara lebih rinci terlampir didalam laporan ini.4) Mencari Pembeli SampahBerdasarkan info yang diberikan oleh Ibu Alwi (pengelola bank sampah Jambangan), bahwa mereka menjual sampah mereka pada Bank Sampah Surabaya (BSS), maka kami mencoba untuk menemui pengurus BSS tersebut untuk mencari info penjualan sampah dan mencoba menawarkan kerjasama.Salah satu pengurus BSS, yaitu ibu Marjani menjelaskan bahwa pihak BSS memang benar melakukan pembelian sampah-sampah yang sudah dipilah dari bank sampah untuk kemudian dijual lagi pada pihak pengepul, dan sebagian didaur ulang sendiri menjadi kerajinan. Pihak BSS sendiri memiliki daftar harga (price list) yang selalu di update dan disebarkan pada bank sampah yang menyetor sampah pada BSS. Selain itu, BSS juga melayani penjemputan sampah di lokasi bank sampah tanpa ada persyaratan minimum penyetoran. Namun wilayah kerja BSS yang berlokasi di Jl. Menanggal II ini hanya meliputi wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan, sedangkan Kelurahan Tanah Kalikedinding merupakan wilayah Surabaya Utara. Sehingga kurang memungkinkan untuk kami dapat bekerjasama dengan pihak BSS untuk dapat mengambil sampah di wilayah Tanah KaliKedinding. Oleh karena itu, Ibu Marjani menyarankan kepada kami untuk mencoba bekerjasama dengan Bank Sampah Bina Mandiri (BSBM) yang beralamat di Jl. Raya Ngagel yang juga menjadi bank sampah induk untuk pengumpulan sampah dari bank sampah tingkat RT, RW, maupun kelurahan.Secara umum, BSBM memiliki sistem yang hampir sama dengan BSS. Hanya saja, pada BSBM dapat melayani penjemputan apabila sampah sudah terkumpul minimal 150 kg. Atas pertimbangan rencana bank sampah di RT 1 belum memiliki bangunan/tempat khusus bank sampah, maka kami mencoba mencari pembeli sampah lain yang bersedia melakukan penjemputan. Kami pun mencoba bertanya pada beberapa pengepul di sekitar Pogot mengenai rencana kerjasama penjualan sampah. Hasilnya kami mencoba kerjasama dengan Bapak Riyan, yang sanggup membeli dan mengambil sampah dari bank sampah RT. 15) Pembentukan dan Pelatihan Pengelola Dengan bantuan Ibu Rochmah, kami berhasil menemui beberapa orang kader yang bersedia menjadi pengelola bank sampah. Kader yang bersedia diantaranya adalah Ibu Jupri, Ibu Sul, Ibu Hongsun dan Ibu Naning. Kemudian kami mencoba memaparkan sistem bank sampah yang telah kami buat termasuk sistem administrasinya. Selain itu, kami juga mencoba mendiskusikan sistem yang telah kami buat sebelumnya. Hasil diskusi kami, disepakati terdapat potongan 15% bagi nasabah sebagai bentuk biaya penyusutan, dan potongan 5 % jika mereka tidak mengantar sampah sendiri atau meminta jasa kader untuk menjemput sampah yang telah mereka pilah di rumah.6) Melakukan SosialisasiSosialisasi dilakukan agar warga RT. 1 mengetahui adanya bank sampah di wilayah mereka. Sosialisasi dilakukan disela kegiatan PKK RT. 1. Kami mencoba menjelaskan kepada ibu-ibu mengenai rencana pengaktifan kembali bank sampah. Selain itu kami juga menjelaskan jenis-jenis sampah yang dapat disetor di bank sampah, dan sistem bank sampah yang baru. 7) Menyiapkan Kelengkapan Bank SampahKelengkapan bank sampah yang kami persiapkan meliputi timbangan, buku-buku pencatatan, buku tabungan dan banner nama bank sampah. 8) Penjelasan Teknis Pelayanan PenabungSebelum pelayanan bank sampah dimulai, kami menjelaskan teknis pelaksanaan kepada kader dan calon nasabah mengenai mekanisme penyetoran dan pencatatan sampah.9) Launching Bank SampahLaunching bank sampah yang diberi nama Rumah Sampah Mawar Merah 1 ini ditandai dengan penyerahan secara simbolis kelengkapan bank sampah berupa satu unit timbangan, 3 buah buku untuk administrasi dan 30 buah buku tabungan nasabah dari kelompok VI PKL AJ FKM Unair kepada pengelola bank sampah. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyetoran, penimbangan dan pengemasan sampah oleh pengelola dan dibantu rekan-rekan mahasiswa. Hasil yang diperoleh pada hari pertama pembukaan bank sampah yaitu, terdapat 10 nasabah yang menyetor sampah baik secara langsung maupun dengan dijemput oleh kader. Sampah yang berhasil dikumpulkan dan dipilah sebanyak 34,9 kg yang terdiri dari sampah plastik, kertas dan aluminium. Lalu sampah tersebut dijual kepada pengepul seharga Rp. 25.600. 4.2.2 Tujuan Kegiatan1) Mengaktifkan kembali bank sampah di RT. 14.2.3 Sasaran KegiatanWarga RT. 1 RW. IV Kelurahan Tanah Kalikedinding.4.2.4 Pelaksanaan Kegiatan1) Identifikasi KondisiHari / Tanggal: Minggu, 1 Februari 2013Waktu : 15.30 18.00 WIBTempat: Kediaman Ketua RT. 12) BenchmarkingHari / Tanggal: Senin, 2 Februari 2013Waktu : 18.00 20.00 WIBTempat: Kediaman Ibu Alwi (Pengelola Bank Sampah Jambangan)3) Pembuatan sistem bank sampahHari / Tanggal: Selasa, 3 Februari 2013Waktu : 14.00 16.00 WIBTempat: Kampus FKM Unair

4) Mencari Pembeli SampahHari / Tanggal: Rabu & Kamis, 4-5 Februari 2013Waktu : 10.00 16.00 WIBTempat: BSS, BSBM, Pogot5) Pembentukan dan Pelatihan PengelolaHari / Tanggal: Jumat, 6 Februari 2013Waktu : 15.30 18.00 WIBTempat: Kediaman Ibu Rochmah6) Melakukan SosialisasiHari / Tanggal: Sabtu, 7 Februari 2013Waktu : 18.00 20.00 WIBTempat: Jl. Tanah Merah 1 RT. 17) Menyiapkan Kelengkapan Bank SampahHari / Tanggal: Senin, 8 Februari 2013Waktu : 14.00 16.00 WIBTempat: Kampus FKM Unair8) Penjelasan Teknis Pelayanan PenabungHari / Tanggal: Rabu, 11 Februari 2013Waktu : 13.00 13.30 WIBTempat: Jl. Tanah Merah 1 RT. 19) Launching Bank SampahHari / Tanggal: Rabu, 11 Februari 2013Waktu : 13.30 16.00 WIBTempat: Jl. Tanah Merah 1 RT. 14.2.5 Pelaksana 1) Identifikasi Kondisi Edwindi R Devi Kania Winda Wahyuni P Rafita Estu W Anjas Dwi P Nurul Ayuningtyas Tutut Nuzulurohmana Ema Suryaningtias2) Benchmarking Indah ratnasari Ufiyah Hakimah Zeinfahmi Dwireski3) Pembuatan sistem bank sampah Ema Suryaningtias Ufiyah Hakimah4) Mencari Pembeli Sampah Anjas Dwi P Nurul Ayuningtyas Indah Ratnasari Zeinfahmi Dwireski5) Pembentukan dan Pelatihan Pengelola Ufiyah Hakimah Winda Wahyuni P6) Melakukan Sosialisasi Nurul Ayuningtyas Devi Kania Indah Ratnasari Rafita Estu W Tutut Nuzulurohmana7) Menyiapkan Kelengkapan Bank Sampah Indah Ratnasari Ufiyah Hakimah8) Penjelasan Teknis Pelayanan Penabung Ufiyah Hakimah9) Launching Bank Sampah Seluruh anggota kelompok VI

4.2.6 Keberhasilan1) Indikator Keberhasilana. Terbentuknya bank sampahb. Tersedianya fasilitas yang menunjang berjalannya bank sampahc. Adanya partisipasi warga RT. 1 terhadap bank sampah2) Hasila. Terbentuk bank sampah Rumah Sampah Mawar Merah 1 pada tanggal 11 Februari 2015 di RT. 1 RW. IV Kelurahan Tanah Kalikedinding Surabaya.b. Terdapat pengelola (kader) bank sampah yang akan menjalankan sistem bank sampah yang telah dibuat dan terdapat perlengkapan penunjang seperti timbangan, buku pencatatan, dan buku tabungan.c. Terdapat sebanyak 10 orang nasabah yang menyetor sampahnya di bank sampah4.2.7 HambatanHambatan yang terjadi saat pembentukan bank sampah ini yaitu pengepul yang sudah diajak kerjasama ternyata berhalangan untuk menjemput sampah pada saat launching, sehingga kami mengantar langsung sampah yang sudah terkumpul ke pengepul sampah yang lokasinya tidak terlalu jauh dari lokasi RT.1 .Selain itu, hambatan yang juga dirasakan kader yaitu beberapa warga masih belum memisahkan sampah menurut jenisnya. Misalnya sampah kertas dan plastik masih belum dipisahkan. Selain itu beberapa sampah botol masih terdapat cairan didalamnya.4.2.8 SolusiBerdasarkan kendala yang ada dalam proses pelaksanaan revitalisasi bank sampah tersebut, maka solusi yang dapat diberikan yaitu memiliki cadangan pembeli/pengepul sampah yang bersedia menjemput sampah. Kemudian perlu dilakukan sosialisasi atau pemberitahuan kepada warga yang akan menyetor sampah mengenai pemilahan sampah serta jenis-jenis sampah yang dapat disetor.

4.2.9 Anggaran Dana1) Timbangan= Rp 135.0002) ATK = Rp. 40.0003) Banner= Rp 20.000+Total Rp 195.000

BAB 5PEMBAHASAN

Berdasarkan kegiatan PKL 1 yang telah dilaksanakan oleh kelompok 6, ditemukan beberapa masalah kesehatan di wilayah kerja kelompok 6 ( RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, dan 28 RW IV Kelurahan Tanah Kali Kedinding Kecamatan Kenjeran Surabaya) yang didapatkan dari hasil wawancara dengan menggunakan kuesioner dan indepth interview dengan beberapa tokoh masyarakat. Dari masalah yang ditemukan tersebut dilakukan penentuan prioritas masalah yang akan dilakukan intervensi dengan menggunakan metode prioritas Bryant oleh kelompok 6 serta metode FGD dan NGT oleh beberapa tokoh masyarakat dan kader. Masalah yang disepakati menjadi prioritas tersebut adalah sistem penangan sampah yang kurang baik, meskipun tidak semua RT memiliki sistem yang kurang baik. Diketahui dari hasil FGD dan indepth interview bahwa RT 3 telah menjalankan sistem Bank Sampah sederhana dan memiliki petugas pengambil sampah rumah tangga lebih dari 2 kali dalam seminggu, selain itu di RT 18 juga diketahui telah menjalankan sistem Bank Sampah. Sedangkan di RT 1 diketahui pada waktu lampau telah menjalankan sistem Bank Sampah, namun mengalami beberapa kendala sehingga vakum selama 3 bulan. Hal ini menyebabkan penumpukan sampah rumah tangga, baik organik dan anorganik, di tempat sampah depan rumah warga. Penumpukan tersebut juga disebabkan oleh petugas pengambil sampah dalam beberapa minggu terakhir tidak menjalankan tugas dengan baik, pihak RT sudah berusaha menghubungi namun belum ada hasil dan kepastian. Untuk RT selain RT 3, 18 dan 1 diketahui petugas pengambil sampah melakukan pengambilan hanya 1 kali dalam seminggu dan belum pernah menerapkan sistem Bank Sampah. Dalam analisis kelompok 6 lebih lanjut mengenai masalah sistem penanganan sampah yang kurang baik, ditemukan beberapa penyebab dan akibat dari masalah tersebut. Penyebab sistem penanganan sampah yang kurang baik ini diantaranya karena petugas melakukan pengambilan sampah hanya satu kali dalam seminggu, jumlah petugas yang terbatas, lokasi TPS yang cukup jauh, warga tidak menerapkan 3 R ( Reuse, Reduce, Recycle ) ataupun cara lain untuk mengurangi jumlah sampah rumah tangga, terutama sampah anorganik. Dari masalah sampah tersebut dapat menimbulkan beberapa masalaha kesehatan, diantaranya adalah masalah lingkungan berupa terjadi genangan air atau banjir, baik yang hanya di depan rumah maupun di dalam rumah, kemudian selain itu dengan penumpukan sampah menimbulakan banyak binantang pengganggu yang dapat menjadi vektor dari sebuah penyakit, misalnya lalat, tikus maupun kecoa. Hal ini terbukti dari hasil wawancara menggunakan kuesioner, semua responden menyatakan di lingkungan sekitarnya belum terbebas dari binatang pengganggu berupa nyamuk, lalat, tikus, kecoa. Vektor merupakan organisme yang tidak menyebabkan penyakit tetapi menyebarkannya dengan membawa pathogen dari satu inang ke inang yang lain. Berdasarkan beberapa pertimbangan, diputuskan bahwa kelompok 6 melaksanakan intervensi berupa revitalisasi Bank Sampah di RT 1 dengan alasan RT 1 pernah memiliki bank sampah yang saat ini vakum sehingga kelompok 6 menyepakati dilakukannya revitalisasi bank sampah menjadi Rumah Sampah Mawar Merah 1. Bank sampah adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat di daur ulang yang memiliki nilai ekonomis.Dalam intervensi revitalisasi Bank Sampah RT 1 dilakukan serangkaian kegiatan pendukung diantaranya adalah sebagai berikut :1) Identifikasi KondisiKegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi dan sistem yang telah dijalankan RT 1 serta untuk mencari informasi terkait bank sampah dilingkungan RT 1 yang pernah dilaksanakan di RT 1. Dengan mengetahui kondisi dan kendala yang dihadapi saat pelaksanaan Bank Sampah di RT 1 dapat disusun sistem yang lebih baik dan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat karena meskipun suatu sistem Bank Sampah sudah terbukti berhasil diterapkan di suatu wilayah belum tentu dapat di terapkan untuk wilayah lain, oleh karena itu perlu dilakukan sinkronisasi dengan kondisi wilayah dan karakter masyarakat.Identifikasi ini penting untuk mengetahui kondisi sumberdaya dan sarana prasarana yang ada di RT 1 terkait dengan akan didirikannya Bank Sampah. Dalam melakukan identiikasi kondisi, dilakukan wawancara kepada beberapa narasumber, diantaranya Ketua RT. 1 dan kader RT. 1.Dari kegiatan identifikasi ini didapatkan informasi bahwa bank sampah yang dulu pernah dijalankan tidak menggunakan sistem tabungan dan tidak adanya tempat untuk mengumpulkan sampah sementara sebelum sampah tersebut dijual. Bank Sampah tersebut sudah mempunyai beberapa kader dalam membantu mengumpulkan dan mengelola sampah bekas pakai. Akan tetapi, Bank Sampah tersebut sudah lama vakum karena minimnya masyarakat yang mau mengumpulkan atau menyetor ke Bank Sampah. Hal ini dikarenakan uang hasil penjualan sampah digunakan untuk kas dan kegiatan bersama sehingga masyarakat menyebabkan motivasi masyarakat berkurang dalam mengumpulkan sampah hasil kegiatan sehari-hari.Berdasarkan hasil tersebut, maka diperlukan sistem baru dan sesuai untuk meningkatkan motivasi warga agar berpartisipasi melaksanakan Bank Sampah. Peran aktif masyarakat ini merupakan hal yang paling utama dalam mendukung keberhasilan Bank Sampah. Oleh karena itu kelompok 6 melakukan beberapa studi banding untuk belajar dan mengetahui prisip pendirian Bank Sampah dan gambaran sistem pelaksanan Bank Sampah agar dapat diterapkan di RT 1.2) BenchmarkingBenchmarking dilakukan untuk menambah pengetahuan tentang sistem pendirian dan pengelolaan Bank Sampah yang nantinya akan diterapkan ke RT 1. Kelompok 6 melakukan studi banding ke salah satu Bank Sampah yaitu Bank Sampah Jambangan. Bank Sampah Jambangan ini merupakan Bank Sampah yang sudah berjalan cukup baik selama beberapa tahun belakangan. Berdasarkan informasi yang didapatkan pada saat benchmarking di Bank Sampah Jambangan, untuk memulai bank sampah kembali atau revitalisasi bank sampah, perlu dilakukan sosialisasi kepada warga sehingga warga tertarik dan berminat untuk menjadi nasabah. Bank Sampah akan lebih menarik dan memotivasi apabila berbasis nasabah, jadi sampah dari warga akan kembali dalam bentuk uang (rupiah) kepada warga itu sendiri bukan untuk kepentingan bersama. Dengan kata lain, apabila hasil dari penjualan sampah dari warga digunakan untuk kepentingan bersama, mereka akan merasa tidak adil karena warga yang tidak mengumpulkan sampah akan mendapatkan hasil yang sama (berupa fasilitas bersama) dengan warga yang giat mengumpulkan sampah. Oleh karena itu dari pihak Bank Sampah Jambangan sangat tidak menyarankan untuk menjadikan uang yang diperoleh dari bank sampah menjadi uang kas atau uang bersama. Dikhawatirkan akan terjadi penurunan motivasi pada warga yang telah bersusah payah melakukan pemilahan dan penyetoran sampahSosialisasi yang dilakukan kepada warga dapat berupa penjelasan mengenai rupiah yang dapat diperoleh dari bank sampah, prinsip dan sistem yang akan disepakati bersama oleh nasabah. Dalam sosialisasi dapat juga dipaparkan keuntungan dari adanya bank sampah dan memotivasi para calon nasabah untuk berpartisipasi dalam bank sampah.Selain informasi mengenai strategi memulai bank sampah kembali, Bank sampah Jambangan juga memberikan informasi mengenai keperluan administrasi yang perlu disiapkan, diantaranya buku besar untuk mencatat rekap setoran dari setiap nasabah, buku catatan penjualan, dan buku tabungan bank sampah untuk nasabah agar nasabah juga dapat mengontrol hasil penjualan sampahnya.Sistem perbankan yang diterapkan Bank sampah Jambangan adalah mengenakan potongan berat sampah yang disetor yaitu 0,1 kg, pemotongan berat sampah ini dilakukan sebagai upaya menanggulangi nilai penyusutan dari berat sampah yang terkumpul, baik karena tercampur dengan sampah lain, maupun faktor lainnya. Selain itu, hasil dari potongan tersebut, dijadikan sebagai biaya operasional bagi kader bank sampah. Kesiapan lainya yang perlu ada adalah pengepul atau pihak yang bersedia menyalurkan sampah yang telah terkumpul untuk diolah lebih lanjut. Setalah sampah warga terkumpul maka tidak dilakukan penumpukan atau penyimpan. Pada bank sampah Jambangan itu sendiri, sampah yang telah terkumpul kemudian akan disetor pada bank sampah induk yang ada di Surabaya, yaitu Bank Sampah Surabaya.Selain melalui bencmarking, kamipun mencoba menelaah sistem bank sampah yang ada dari beberapa literatur. Setelah mendapatkan informasi tentang strategi dan kesiapan yang diperlukan untuk memulai kembali bank sampah, maka kelompok 6 mulai menyusun dan mempersiapkan apa yang diperlukan, diantaranya mulai menyusun sistem bank sampah yang sesuai dengan kondisi dan karakter masyarakat yang ada, kemudian mencari pengepul atau tempat yang dapat dilakukan penyetoran, dan menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan bank sampah.3) Pembuatan sistem bank sampahPembuatan sistem Bank Sampah dilakukan dengan mencari informasi yang ada di internet dan mengadopsi beberapa sistem yang sudah dijalankan di Bank Sampah Jambangan. Pembuatan Sistem Bank Sampah ini tidak lupa dengan melihat sumber daya manusia dan kesediaan sarana dan prasarana yang ada di RT 1. Sistem Bank Sampah yang diterapkan di RT 01 yaitu pengelolaan administrasi dengan menggunakan 3 buku (buku hasil penjualan sampah, buku tabungan nasabah, buku rekap setoran hasil penjualan dan tabungan masing-masing nasabah), adanya keuntungan bagi hasil untuk kader Bank Sampah, sampah dikumpulkan di tempat pengumpulan sampah, penjualan sampah dilakukan 2 minggu sekali, sampah dijual ke pengepul yang bersedia datang ke lokasi4) Mencari Pembeli SampahSalah satu yang dapat menghambat atau menjadi kendala dalam pelaksanaan bank sampah adalah ketersedian pembeli sampah atau pengepul. Apabila sampah yang terkumpul tidak tersalurkan maka akan terjadi penumpukan di pos Rumah Sampah bank sampah dan akan menimbulkan masalah baru, kecuali untuk tujuan pendirian bank sampah adalah mengolah kembali sampah yang terkumpul menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Dalam pencarian pembeli sampah didapatkan beberapa bank sampah induk yang ada di Surabaya, diantaranya adalah Bank Sampah Surabaya (BSS), BSS melakukan pembelian sampah-sampah yang sudah dipilah dari bank sampah untuk kemudian dijual lagi pada pihak pengepul, dan sebagian didaur ulang sendiri menjadi kerajinan. Pihak BSS memiliki daftar harga (price list) yang selalu di update dan disebarkan pada bank sampah yang menyetor sampah pada BSS. Selain itu, BSS juga melayani penjemputan sampah di lokasi bank sampah tanpa ada persyaratan minimum penyetoran. Namun wilayah kerja BSS yang berlokasi di Jl. Menanggal II ini hanya meliputi wilayah Surabaya Barat dan Surabaya Selatan, sedangkan Kelurahan Tanah Kalikedinding merupakan wilayah Surabaya Utara. Sehingga kurang memungkinkan untuk dapat bekerjasama dengan pihak BSS untuk dapat mengambil sampah di wilayah Tanah KaliKedinding. Selain Bank Sampah Surabaya, kelompok 6 mencoba bekerja sama dengan Bank Sampah Bina Mandiri (BSBM) yang beralamat di Jl. Raya Ngagel yang juga menjadi bank sampah induk untuk pengumpulan sampah dari bank sampah tingkat RT, RW, maupun kelurahan. Secara umum, BSBM memiliki sistem yang hampir sama dengan BSS. Hanya saja, pada BSBM dapat melayani penjemputan apabila sampah sudah terkumpul minimal 150 kg.Pencarian pembeli sampah berlanjut ke beberapa pengepul yang berlokasi di sekitar Pogot, Tanah Kali Kedinding dengan pertimbangan lokasi dekat dengan wilayah RT 01 dan kesediaan untuk melakukan pembelian sampah dengan harga yang tinggi dan melakukan penjemputan. Dari hasil survei ke beberapa pengepul sampah, kebanyakan para pengepul bersedia menerima sampah dari satu macam bahan saja, misalnya pengepul sampah dari bahan kardus, pengepul sampah dari bahan besi alumunium, pengepul sampah dari bahan plastik. Masing-masing para pengepul tersebut tidak menerima penjemputan sampah atau sampah harus diantarkan oleh penjual sampah. Jika sampah dilakukan penjemputan, maka ada batasan minimal jumlah sampah yang bisa dibeli oleh masing-masing pengepul tersebut. Dari hasil diskusi kelompok, penjualan kumpulan sampah yang didapatkan warga dari hasil memilah bahan tidak memungkinkan untuk menyetor ke masing-masing pengepul tersebut dengan kendala sistem tersebut yang tidak praktis, jarak antara pengepul yang berjauhan dengan pengepul dan lokasi RT 1.Kemudian kelompok 6 mendapat rekomendasi pengepul yang digunakan di RT 3, yaitu pengepul sampah yang mau menerima sampah dari semua jenis bahan, misalnya kertas, kardus, plastik, kaca, seng, dll. Pengepul tersebut bernama Bapak Riyan. Beliau bertempat tinggal di Pogot yang tidak jauh dari lokasi RT 1. Bapak Riyan sudah lama menjadi pengepul sampah, biasanya Bapak Riyan menerima pembelian sampah di rumahnya atau menerima pembelian sampah dengan sistem penjemputan sampah. Bapak Riyan juga sering membeli sampah dari hasil pengumpulan Bank Sampah di tempat lain di wilayah Pogot.5) Pembentukan dan Pelatihan Pengelola Pembentukan dan Pelatihan kader pengelola Bank Sampah ini bertujuan untuk mendapatkan kader yang mampu aktif menggerakkan masyarakat dan mengelola agar sistem Bank Sampah berjalan dengan baik. Dari hasil pertemuan dengan warga RT 1, yang bersedia untuk menjadi kader Bank Sampah RT 1 sebanyak 5 orang, yaitu Ibu Rochmah, Ibu Jupri, Ibu Sul, Ibu Hongsun, dan Ibu Naning. Setelah kader terbentuk, kelompok 6 melakukan pelatihan kepada kader. Pada pelatihan yang kami lakukan kepada para kader, kami memberikan penjelasan beberapa materi mengenai sistem Bank Sampah, sistem administrasi yang cocok dengan kondisi yang ada di lingkungan masyarakat RT 1. Berdasarkan hasil diskusi bersama, sistem Bank Sampah RT 1 dikelola oleh 5 Ibu Kader, keanggotaan nasabah Bank Sampah terbuka untuk umum di wilayah RT 1 dan sekitarnya, hasil pengumpulan sampah yang sudah dipilah dilakukan 2 minggu sekali di tempat Ibu Rochmah, sampah ditimbang bersama dengan pengepul. Dari sistem administrasi berat sampah yang ditimbang dan hasil penjualan sampah masing-masing nasabah dicatat ke dalam buku tabungan nasabah, dan buku rekapan hasil penimbangan dan penjualan sampah pada hari itu. Dari hasil penjualan sampah disepakati adanya potongan sebanyak 15% bagi nasabah sebagai biaya penyusutan sampah yang disetorkan dan sebagai dana operasional Bank Sampah RT 1. Selain itu, adanya potongan sebesar 5% bagi nasabah yang tidak mau menyetorkan sampah sendiri atau sebagai upah bagi ibu Kader yang telah menjemput sampah yang dipilah warga di rumah mereka.6) Melakukan SosialisasiSosialisasi ini dilakukan untuk menginformasikan mengenalkan sistem bank sampah RT 1 yang baru. Sosialisasi ini perlu dilakukan agar warga dapat memahami dan termotivasi untuk berpartisipasi dalam Bank Sampah. Secara terbuka, dijelaskan bahwa sistem Bank Sampah di RT 1 yang baru menggunakan sistem nasabah, dimana kepada para warga yang menyetorkan sampah akan menjadi nasabah dan mendapatkan buku tabungan yang digunakan untuk mencatat hasil penjual sampah nasabah tersebut. Dengan sistem yang baru, warga dapat melihat dan mendapatkan hasil dari upaya pengumpulan sampah yang dilakukan.Selain sosialisasi sistem bank sampah yang baru, kelompok 6 melakukan sosialisasi tentang pemilahan dan jenis sampah yang dapat disetorkan ke bank sampah. Dari sosialisasi pemilahan ini diharapkan memudahkan kerja kader dan masyarakat mengetahui jenis-jenis sampah anorganik yang dapat dijual dan diolah lebih lanjut oleh pengepul.7) Menyiapkan Kelengkapan Bank SampahSebagai modal awal pengaktifan kembali bank sampah RT 1 diperlukan beberapa peralatan penunjang diantaranya timbangan, buku-buku pencatatan, buku tabungan dan banner nama bank sampah. Untuk memotivasi para kader dan dikarenakan belum ada modal awal pendiri, maka kelompok 6 membantu menyediakan perlatan yang dibutuhkan tersebut 8) Penjelasan Teknis Pelayanan PenabungPenjelasan teknis ini dilakukan untuk memberikan arahan sebelum kader bertugas menjalankan Bank Sampah. Kader diberikan penjelasan lebih teknis dan dilakukan pendampingan pelaksanaan bank sampah.9) Launching Bank SampahLaunching bank sampah yang diberi nama Rumah Sampah Mawar Merah 1 ini ditandai dengan penyerahan secara simbolis kelengkapan bank sampah dari kelompok VI PKL AJ FKM Unair kepada pengelola bank sampah. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan penyetoran, penimbangan dan pengemasan sampah oleh pengelola dan dibantu rekan-rekan mahasiswa.

Serangkaian kegiatan yang telah dilaksanakan untuk merevitalisasi bank sampah RT 1 diatas belum 100 % selesai, masih terdapat beberapa langkah untuk menjadikan bank sampah berjalan rutin. Kegiatan diatas hanya merupakan beberapa langkah yang dapat dilaksanakan kelompok 6 dikarenakan keterbatasan waktu dalam kegiatan PKL 2.Menurut Yayasan Unilever Indonesia dalam Buku Panduan Sistem Bank Sampah, terdapat beberapa tahap untuk mendirikan bank sampah, yaitu sosialisasi awal, pelatihan teknis, pelaksanaan sistem bank sampah, pemantauan dan evaluasi, serta pengembangan. Dalam kegiatan PKL 2, kelompok 6 baru menyelesaikan sampai tahap pelaksanaan sistem bank sampah dan baru berjalan satu kali pelaksanaan karena tidak memungkinkan melakukan penyetoran sampah setiap hari, dibutuhkan waktu untuk nasabah mengumpulkan sampahnya.Secara umum, revitalisasi sistem bank sampah ini berjalan sangat cepat dan singkat dikarenakan keterbatasan waktu PKL 2. Sosialisasi yang dilakukan hanya sebatas menerangkan sistem yang akan dipakai dan pemilahan jenis sampah saja, belum dilakukan sosialisasi secara berkelanjutan untuk mempromosikan dan mengajak masyarakat secara personal untuk ikut berpartisipasi dalam bank sampah. Publikasi dilaksanakan secara umum dan dilakukan dalam satu kali pertemuan, bank sampah baru di RT 1 belum menjadi trending topik yang dibicarakan masyarakat. Sosialisasi dan pengenalan bank sampah dapat terus dilakukan seiiring berjalannya pelaksanaan bank sampah yang sudah ada.Pada proses pelatihan teknis, kelompok 6 berusaha menyampaikan ilmu yang telah didapatkan dari hasil studi banding dan teks book mengenai sistem bank sampah. Proses pelatihan ini dapat dilakukan secara berkelanjutan untuk menunjang kecakapan dan ketrampilan para kader guna mengembangkan bank sampah di RT 1. Pelatihan dapat didapatkan dengan mendatangkan pembicara dari berbagai bank sampah induk maupun sesama kader bank sampah lainnya yang digunakan untuk bertukar informasi sehingga bank sampah yang berjalan dapat lebih berkembang.Pelaksana sistem bank sampah hanya dapat dilakukan satu kali pada saat PKL 2 dilaksanakan. Pada pelaksanaan sistem bank sampah pertama kali berjalan lancar, terdapat sepuluh nasabah pertama yang melakukan penyetoran dengan total jumlah sampah yang disetorkan sebanyak 34,9 kg dengan hasil penjualan sebesar 25.600 rupiah.Untuk proses pemantauan dan evaluasi belum dapat dilakukan, begitu juga proses pengembangan karena bank sampah di RT 1 masih baru memulai dan menyusun kembali sistem bank sampah. Oleh karena itu, RT 1 dapat bekerjasama dengan bank sampah induk Surabaya sebagai pemantau dan pengevaluasi kegiatan bank sampah di RT 1.

BAB 6PENUTUP6.1. KesimpulanDari seluruh rangkaian kegiatan intervensi yang telah dilaksanakan di RW IV, RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, dan 28 Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya dapat disimpulkan :6.1.1. Meningkatnya pengetahuan masyarakat mengenai manfaat dan keuntungan adanya bank sampah di wilayah mereka.6.1.2. Berjalannya kembali Bank Sampah di RT 01 dengan sistem yang lebih baik.

6.2. RekomendasiRekomendasi yang dapat diberikan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat di wilayah RW IV, RT 1, 2, 3, 4, 5, 18, dan 28 Kelurahan Tanah Kalikedinding, Kecamatan Kenjeran, Kota Surabaya adalah :6.2.1. Diperlukan peran serta dari seluruh anggota masyarakat, kader, tokoh agama, dan tokoh masyarakat untuk mengatasi masalah sampah.6.2.2. Pemantauan lebih lanjut dan berkesinambungan dari pihak Kelurahan Tanah Kalikedinding untuk menjaga keberlangsungan Bank Sampah di RT 01.6.2.3. Para kader diharapkan selalu memberikan perhatian agar dapat meningkatkan motivasi masyarakat mengenai pemilahan sampah.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 : Tentang pedoman pelaksanaan reduce, reuse dan recycle melalui Bank Sampah. Diunduh 11 Februari 2015.Bank Sampah Unilever. Diunduh 11 Februari 2015. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat : Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.Sukandarrumidi. 2009. Rekayasa Gambut, Briket,Batubara dan Sampah Organik : usaha pemanfaatan sumber daya alam yang terpinggirkan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. www.Mukti-aji.blogspot.com/2008/05/sistem-pengelolaan-sampah-terpadu.html diunduh 11 Februari 2015. Yuwono, Nasih Widya. 2011. Pengelolaan Sampah yang Ramah Lingkungan di Sekolah. Diunduh 11 Februari 2015 dari http://nasih.wodpress.com/2011/05/15/pengelolaan-sampah-yang-ramah-lingkungan-di-sekolah-2/

1

37