Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
SKRIPSI
HALAMAN JUDUL
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
149114202
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
149114202
Telah Disetujui Oleh:
Pembimbing Skripsi
Dr. Tjipto Susana, M.Si. Yogyakarta,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
Dipersiapkan dan disusun oleh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
NIM: 149114202
Telah diperteangungjawabkan di hadapan Panitia Penguji
Pada tanggal:
Dan dinyatakan memenuhi syarat.
Susunan Panitia Penguji:
Nama Penguji: Tanda Tangan
1. Penguji 1 : Dr. Tjipto Susana, M.Si.
2. Penguji 2 : Dr. Aquilina Tanti Arini
3. Penguji 3 : Dr. Victorius Didik Suryo Hartoko
Yogyakarta,
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
(Dr. Titik Kristiyani, M. Psi.)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
Be Yourself and Love Yourself
Always Grateful and Stay Positive
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk:
Kemajuan penelitian dibidang dibetes mellitus dan pencegahan diabetes
melitus
Untuk semua penjuang diabetes di Indonesia
Untuk semua generasi muda yang memiliki risiko diabetes mellitus
Untuk masyarakat Indonesia
dan Almamaterku Universitas Sanata Dharama Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 Januari 2020
Penulis,
Pande Ayu Sawitri Dewi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH DIABETES
MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI KOGNITIF DISONANSI
DAN KONSENSUS SOSIAL
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Pande Ayu Sawitri Dewi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas perlakuan disonansi kognitif dan
konsensus sosial untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Hipotesis penelitian ini yaitu intervensi
konsensus sosial lebih efektif untuk mengubah gaya hidup di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen menggunakan rancangan pretest-posttest control group design. Partisipan
penelitian sebanyak 30 orang yang dibagi secara acak dalam 3 kelompok, yaitu kelompok
eksperimen disonansi kognitif, kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok kontrol.
Partisipan penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berusia 18-25 tahun. Penelitian ini
menggunakan alat pengukuran berupa skala gaya hidup dan pengetahuan diabetes yang disusun
oleh peneliti. Analisis data mengunakan one way anova gainscore. Hasil analisis menunjukkan
nilai uji F (2,26) = 3.512 dengan P = 0.045 (P < 0.05). Artinya terdapat perbedaan yang signifikan
antara gain score kelompok disonansi kognitif, konsensus sosial dan kontrol. Hasil analisis post
hoc yang disajikan pada tabel 17 menunjukkan bahwa hanya rata-rata gain score konsensus sosial
dan kontrol yang memiliki perbedaan, sedangkan rata-rata gain score antar kelompok disonansi
kognitif dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian, intervensi yang
paling berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan gaya hidup adalah konsensus sosial.
Kata kunci: Gaya hidup, disonansi kognitif, konsensus sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
LIFESTYLE CHANGES TO PREVENT DIABETES
MELLITUS TYPE 2 REVIEWED WITH THE COGNITIVE
DISSONANCE THEORY AND SOSIAL CONSENSUS
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Pande Ayu Sawitri Dewi
ABSTRACT
This study aims to examine the effectiveness of cognitive dissonance and sosial consensus
treatments to change lifestyles in Indonesia. The hypothesis of this study is that sosial consensus
interventions are more effective in changing lifestyles in Indonesia. This research is an
experimental study using a pretest-posttest control group design. Research participants were 30
people who were randomly divided into 3 groups, namely the cognitive dissonance experimental
group, the sosial consensus experimental group and the control group. The research participants
were college students and students aged 18-25 years. This study uses measurement tools in the
form of lifestyle scales and diabetes knowledge scale compiled by researchers. Data analysis using
oneway ANOVA gain score analysis results showed the test value F (2.26) = 3,512 with P = 0.045
(P <0.05). This means that there is a significant difference between the group gain scores on
cognitive dissonance, sosial consensus and control. The results of the post hoc analysis presented
in Tabel 17 show that only the average gain score of sosial consensus and control have
differences, while the average gain score between groups of cognitive dissonance and control
groups does not differ significantly. Thus, the most influential interventions Significantly against
an increase in lifestyle is sosial consensus.
Keywords: Lifestyle, cognitive dissonance, sosial consensus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma
Nama : Pande Ayu Sawitri Dewi
Nomer Induk Mahasiswa : 149114202
Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PERUBAHAN GAYA HIDUP UNTUK MENCEGAH
DIABETES MELITUS TIPE 2 DITINJAU DENGAN TEORI
KOGNITIF DISONANSI DAN KONSENSUS SOSIAL
Demikian saya menyerahkan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas,
dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu memilnta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal,
Yang menyatakan
(Pande Ayu Sawitri Dewi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah dan
kasih-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Prubahan Gaya
Hidup Untuk Mencegah Diabetes Melitus tipe 2 Ditinjau dengan Teori Kognitif
Disonansi dan Konsensus Sosial” dengan baik. Dalam penyusunan skripsi ini,
penulis banyak mendapat bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi, Dr.
Tjipto Susan, yang telah membimbing dan membantu saya dalam
penyusunan skripsi saya. Mengajarkan saya apa arti “berusaha” dan
membuat saya menjadi lebih kuat.
2. Pak Edward Theodorus M.App.Psy. yang membantu memberikan
masukan dan artikel jurnal yang menjadi bagian penting dalam skripsi
saya
3. Pak Albertus Harimuri S.Psi.,M.Hum. yang telah membantu berdiskusi
mengenai teori budaya dalam skripsi saya
4. Pak Agung Santoso Ph.D. yang membantu memberikan masukan terkait
analisis data SPSS.
5. Mas Muji sebagai Kepala Laboratorium Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta yang telah membantu kelancaran dalam pengambilan
data.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Sahabatku Ni Nyoman Indah Triwahyuni yang banyak membantu dan
memberikan dukungan yang tulus dalam penyusunan skripsi saya.
7. Sahabatku Deva Methia Guntari, terimakasih atas segala dukungan dan
bantuan yang tulus semala ini.
8. Keluargaku yang tercinta, ibu, guru, mbok eka, dan bli kadek yang telah
mencintaiku dan selalu memberikan dukungan berupa material dan
dukungan moral selama proses perkuliahanku hingga skripsi ini berhasil
aku selesaikan.
9. Semua partisipan yang telah bersedia mengikuti penelitian dan membantu
kelancaran dalam pengambilan data.
10. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung kelancaran saya dalam keberhasilan skripsi
saya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masij jauh dari kata sempurna dan masih
terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini, mengingat keterbatasan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran dari pembaca demi kemajuan di masa yang akan dating. Terima
kasih.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 13
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
1. Manfaat Teoretis ..................................................................................... 13
2. Manfaat Praktis ....................................................................................... 13
BAB II ................................................................................................................... 14
LANDASAN TEORI ............................................................................................ 14
A. Diabetes Melitus......................................................................................... 14
1. Jenis-jenis diabetes melitus .................................................................... 15
a. Diabetes tipe 1 .................................................................................... 15
b. Diabetes tipe 2 .................................................................................... 16
2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2...................................... 16
a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi .............................. 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
1) Faktor genetika ................................................................................ 16
2) Usia ................................................................................................. 17
b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi ....................................... 17
1) Gaya hidup yang buruk ................................................................... 17
2) Kelebihan berat badan ..................................................................... 18
B. Gaya Hidup ................................................................................................ 18
1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup ............................................... 19
2. Gaya hidup dan diabetes melitus ............................................................ 19
3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat .............................. 20
C. Disonansi Kognitif dan Perilaku ................................................................ 22
1. Pengurangan disonansi ........................................................................... 25
a. Mengubah elemen kognitif perilaku ................................................... 25
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan .............................................. 26
c. Menambahkan elemen kognitif baru .................................................. 27
2. Resistensi Perubahan Perilaku ................................................................ 27
3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup ..................................... 29
4. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 29
D. Konsensus Sosial dan Perilaku................................................................... 31
1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup ....................................... 32
2. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 33
E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya ................................... 34
BAB III ................................................................................................................. 38
METODE PENELITIAN ...................................................................................... 38
A. Jenis dan Desain Penelitian ........................................................................ 38
B. Variabel Penelitian ..................................................................................... 39
C. Definisi Operasional................................................................................... 40
1. Gaya Hidup ............................................................................................. 40
2. Intervensi Disonansi Kognitif ................................................................ 40
3. Intervensi Konsensus Sosial ................................................................... 41
4. Tanpa Intervensi ..................................................................................... 41
D. Manipulasi Variabel Bebas ........................................................................ 41
E. Pengecekan Manipulasi .............................................................................. 42
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
F. Validitas Internal ........................................................................................ 46
1. Proactive history .................................................................................... 46
2. Maturation .............................................................................................. 47
3. Testing .................................................................................................... 47
4. Instrumentation effect ............................................................................. 47
5. Bias eksperimenter ................................................................................. 48
G. Pengalaman Partisipan ............................................................................... 48
H. Partisipan Penelitian ................................................................................... 48
I. Prosedur Penelitian..................................................................................... 49
J. Pelaksanaan Eksperimen ............................................................................ 52
1. Prosedur eksperimen .............................................................................. 52
a. Pre-test ....................................................................................................... 52
b. Perlakuan ................................................................................................ 53
1. Kelompok eksperimen disonansi kognitif .............................................. 53
2. Kelompok eksperimen konsensus sosial ................................................ 53
3. Kelompok Kontrol .................................................................................. 54
c. Post-test .................................................................................................. 54
2. Alat Pengumpulan Data .......................................................................... 54
K. Validias dan Reliabilitas ............................................................................ 56
1. Uji Validitas Isi ...................................................................................... 56
2. Analisis Item ........................................................................................... 57
L. Reliabilitas Konsistensi Internal ................................................................ 60
M. Metode Analisis Data ............................................................................. 60
BAB IV ................................................................................................................. 61
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 61
A. Uji Validitas Isi .......................................................................................... 61
B. Analisis Item Skala .................................................................................... 61
C. Reliabilitas ................................................................................................. 64
D. Pelaksanaan Penelitian ............................................................................... 64
1. Pre-test .................................................................................................... 64
E. Post-test ...................................................................................................... 65
F. Uji Pengecekan Manipulasi........................................................................ 66
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
G. Analisis Data .............................................................................................. 70
1. Deskripsi data penelitian ........................................................................ 70
H. Uji Asumsi ................................................................................................. 71
a. Uji Normalitas..................................................................................... 71
3 Uji Homogenitas ..................................................................................... 72
I. Uji Hipotesis .............................................................................................. 73
a. ANAVA satu jalur gain score ............................................................ 73
J. Pembahasan ................................................................................................ 75
BAB V ................................................................................................................... 79
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 79
A. Kesimpulan ................................................................................................ 79
B. Kelebihan dan keterbatasan penelitian ....................................................... 79
C. Saran ........................................................................................................... 80
1. Bagi peneliti selanjutnya ........................................................................ 80
D. Bagi praktisi kesehatan .............................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 82
LAMPIRAN ......................................................................................................... 86
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design ....................... 39
Tabel 2. Skor Penilaian Angket Gaya Hidup ........................................................ 55
Tabel 3. Skor Penilaian Angket Diabetes ............................................................. 56
Tabel 4. Distribusi Item Skala Gaya Hidup Sebelum Uji Coba ............................ 58
Tabel 5. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Uji Coba ........................... 59
Tabel 6. Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Setelah Uji Coba .............. 62
Tabel 7. Distribusi Item Skala Lifestyle Setelah Uji Coba ................................... 63
Tabel 8. Data Deskriptif Subjek ............................................................................ 66
Tabel 9. Data Deskriptif Pengecekan Manipulasi Partisipan Penelitian ............... 67
Tabel 10. Uji Anova Hasil Pengecekan Manipulasi ............................................. 68
Tabel 11. Data Deskriptif Hasil Penelitian ........................................................... 70
Tabel 12. Data Deskriptif Gain Score ................................................................... 71
Tabel 13. Hasil Uji Normalitas ............................................................................. 72
Tabel 14. Hasil Uji Homogenitas .......................................................................... 72
Tabel 15. Deskripsi Statistik Pada KDK, KKS dan KK ....................................... 73
Tabel 16. Analisis Anava Satu Jalur Gain Score .................................................. 74
Tabel 17. Post Hoc Gain Score ............................................................................. 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. ........................................................................................................... 87
Informed Consent .................................................................................................. 87
Lampiran 2. ........................................................................................................... 88
Skala Gaya Hidup dan Skala Diabetes .................................................................. 88
Lampiran 3. ........................................................................................................... 95
Tabel Uji Reliabilitas dan Validitas Isi Skala Gaya Hidup ................................... 95
Lampiran 4. ........................................................................................................... 96
Tabel Uji Reliabelitas dan Validitas Isi Pengetahuan Diabetes. ........................... 97
Lampiran 5. ........................................................................................................... 99
Hasil Uji Asumsi ................................................................................................... 99
Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis ........................................................................ 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi akibat pankreas tidak
dapat menghasilkan cukup insulin atau apa bila tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkan (WHO, 2017). Insulin adalah
hormon yang mengatur gula darah dalam tubuh. Peningkatan kadar gula darah
atau Hiperglikomia, merupakan efek umum dari diabetes yang tidak
terkontrol. Seiring berjalannya waktu hal tersebut menyebabkan kerusakan
serius pada banyak sistem tubuh, terutama syaraf dan pembuluh darah (WHO,
2017). Diabetes merupakan penyakit seumur hidup yang disebabkan karena
tubuh tidak dapat menghasilkan insulin atau tidak dapat menggunakan insulin
yang dihasilkan oleh tubuh untuk mencukupi kebutuhan (Jhonson, 1998).
Data WHO (2017) mengungkapkan bahwa pada tahun 2014, delapan
koma lima persen orang dewasa berusia 18 tahun ke atas menderita diabetes.
Selain itu, pada tahun 2014 diabetes telah mencapai angka 422 juta jiwa di
dunia. 1 dari 11 orang mengidap diabetes dan 3,7 juta orang meninggal karena
tingginya glukosa dalam darah. Di indonesia 6% kematian disebabkan oleh
penyakit diabetes dan diabetes berada pada urutan ke 6 sebagai
penyebab kematian di Indonesia. Pada tahun 2015, diabetes adalah penyebab
langsung 1,6 juta kematian dan pada tahun 2012 tinginya glukosa dalam darah
adalah penyebab 2,2 juta kematian di dunia. Sekitar 8% wanita di dunia hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dengan diabetes, lebih dari setengah bagiannya tinggal di Asia Tenggara dan
Pasifik Barat.
Menurut Organisai Kesehatan Dunia (WHO, 2017), diabetes yang
paling umum terjadi adalah diabetes tipe 2 pada orang dewasa. Pada diabetes
tipe 2 tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan
cukup insulin. Diabetes tipe 2 bisaanya menyerang orang dewasa akan tetapi
sekarang telah menyerang anak-anak. Diabetes tipe 2 bisaanya tidak disadari
selama beberapa tahun, sampai terjadinya komplikasi dan kemudian pasien
sadar telah terkena diabetes. Diabetes tipe 2 paling sering menyerang orang
dewasa yang memiliki kelebihan berat badan yang telah berumur lebih dari 40
tahun. Diabetes tipe 2 juga disebut diabetes yang menyerang usia dewasa
(adult or maturity onset diabetes). Kebanyakan kasus diabetes tipe 2
didominasi oleh orang dewasa usia di atas 40 tahun, namun tidak menutup
kemungkiunan pada usia yang lebih muda (Jhonson, 1998).
Menurut WHO (2017) Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik
dan faktor metabolisme yang tidak sehat. Memiliki riwayat keluarga mengidap
diabetes, kelebihan berat badan, obesitas, pola makan yang tidak sehat, kurang
melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes tipe 2. Berat badan berlebih dan kurangnya aktivitas fisik menjadi
faktor risiko terkuat sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di
dunia. Selain itu, perilaku merokok secara aktif dapat meningkatkan risiko
terkena diabetes tipe 2. Hal ini juga diungkapkan oleh (Jhonson, 1998) bahwa
faktor keturunan menjadi pencetus utama terjadinya diabetes tipe 2. Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kelebihan berat badan dan kurang olahraga juga menjadi faktor utama selain
faktor keturunan sebagai penyebab terjadinya diabetes tipe 2.
Seseorang yang telah didiagnosa mengidap diabetes bila tidak bisa
menjaga kadar gula dalam tubuhnya akan memberikan dampak negatif secara
fisik yaitu timbulnya berbagai macam penyakit lainnya. Menurut WHO,
(2017) semua jenis diabetes dapat menyebabkan komplikasi di banyak bagian
tubuh dan dapat meningkatkan kematian dini. Kompikasi yang terjadi meliputi
serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kehilangan penglihatan, amputasi pada
kaki dan kerusakan syaraf. Pada kehamilan, diabetes yang tidak terkontrol
dapat meningkatkan risiko kematian janin dan komplikasi lainnya. Diabetes
dan komplikasinya juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar
bagi penderita diabetes dan keluarganya. Perawatan rumah sakit yang harus
dibayar secara langsung dan rawat jalan menghabiskan banyak beaya,
ditambah lagi dengan kenaikan beaya insulin yang diresepkan oleh dokter.
Selain itu, diabetes juga berpengaruh secara langsung kepada sistem kesehatan
dan ekonomi nasional (Jhonson, 1998).
Tidak hanya secara fisik diabetes juga menimbulkan dampak buruk
secara psikologis yang akan dialami secara langsung oleh penderitanya seperti
stres, depresi, kurang bisa menerima diri dan penurunan kesejahteraan
psikologis. Menurut Jhonson, (1998) setelah didiagnosis mengalami diabetes,
sebagian besar orang mulai menyendiri dan menarik diri dari lingkungan
sosial. Seseorang yang telah divonis mengidap diabetes kurang bisa menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kenyataan dan merasa orang lain kurang bisa menerima kondisi mereka
sehingga perlahan para penderita diabetes mengurangi kontak sosial.
Banyak penelitian telah dilakukan kuhususnya di Indonesia guna
mengatasi permasalahan psikologis yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Marthan, Hardjanta, dan Yudiati,
(2013) mengenai latihan berpikir positif terhadap depresi pada penderita
diabetes melitus. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Sujana,
Wahyuningsih dan Uyun, (2015) yang mengenai peningkatan kesejahteraan
psikologis pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan mengguanakn group
positive psychotherapy, kemudian penelitian yang dilakukan oleh Ramanda,
(2014) mengenai gambaran tingkat depresi pasien diabetes melitus tipe 2.
Penelitian-penelitian di Indonesia tersebut berfokus pada area kuratifnya. Para
peneliti tersebut mencoba mengatasi permasalahan-permasalahan yang
dialami para penderita diabetes. Namun di sisi lain, setiap tahunnya penyakit
diabetes semakin meningkat dan penelitian yang membahas pencegahan
diabetes masih sangat kurang dan perlu banyak dilakukan penelitian di area
preventif guna menekan angka penyakit diabetes.
Pencegahan dini diabetes tipe 2 dapat dilakuakan dengan gaya hidup
sehat sepreti berolahraga secara teratur, pola makan sehat, menghindari
merokok, dan menjaga tekanan darah dan berat badan (WHO 2017). Dengan
olah raga secara teratur dapat mencegah ataupun memperlambat terjadinya
diabetes tipe 2. Menurut (Jhonson, 1998) banyak penelitian telah dilakukan
berkaitan dengan pencegahan dan penanganan diabetes melitus, dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menjaga gaya hidup sehat (healty life syle), diet yang tepat dan olah raga yang
cukup. Salah satunya adalah penelitian dari Juornal of American Medical
Association yang melaporkan hasil penemuan studi 21 ribu orang dokter.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa dengan berolah raga lima kali
seminggu dapat menurunkan 42% kasus diabetes melitus tipe 2. Bahkan hanya
dengan berolah raga sekali seminggu dapat menurunkan risiko terkena
diabetes. Lifestyle intervensi berbasis kelompok selama 6 tahun dapat
mencegah atau menunda terserang penyakit diabetes hingga 14 tahun setelah
intervensi dilaksanakan (Li, 2008).
Gaya hidup diartikan sebagai suatu kebisaaan, kebiaasan yaitu segala
sesuatu yang dilakukan seseorang secara rutin dan teratur yang membentuk
bagaimana seseorang menjalani hidup (Rumahorbo, 2014). Menurut Kotler,
(2006) Gaya hidup adalah sebuah pola hidup seseorang di dunia yang
ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan pendapat. Gaya hidup
menggambarkan bagaimana seseorang secara utuh "pribadi yang utuh"
berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Dalam psikologi gaya
hidup mempelajari mengenai anteseden, konsekuensi dan interaksi perilaku
gaya hidup yang termasuk didalammnya yaitu pola makan, konsumsi alkohol,
merokok, penggunaan narkoba, kegiatan fisik dan praktik seksual (Thirlaway
& Upton, 2009). Faktor risiko penyakit diabetes tipe 2, 98% adalah gaya
hidup dan perubahan gaya hidup merupakan kebutuhan dasar dalam
pecegahan diabetes, kendati demikian diperlukan kesadaran dan kemauan
dalam mengubah gaya hidup (Rumahorbo, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Di luar negeri telah banyak dilakukan penelitian yang membahas
preventif diabetes tipe 2. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Ramachandran dkk, (2006) yang berjudul “The Indian Diabetes Prevention
Programme shows that lifestyle modification and metformin prevent type 2
diabetes in Asian Indian subjects with impaired glucose tolerance (IDPP-
1)”dalam penelitian ini pencegahan diabetes dilakukan dengan memberikan
serangkaian intervensi perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin
yang dibagi kedalam 4 kelompok eksperimen yeng menemukan hasil bahwa
perubahan gaya hidup dan pemberian obat metformin dapat membantu pasien
diabetes. Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Lindström dkk, (2006) yang
berjudul “Sustained reduction in the incidence of type 2 diabetes by lifestyle
intervention: follow-up of the Finnish Diabetes Prevention Study” dalam
penelitian ini setiap peserta diberikan intervensi perubahan gaya hidup yang
intensif selama 4 tahun berupa konseling gaya hidup, melakukan aktivitas
fisik yang intens dan mengontrol asupan lemak dalam tubuh. Selain itu
penelitian yang dilakukan oleh (Tuomilehto dkk, 2001) yang berjudul
“Prevention of Type 2 Diabetes Melitus by Change in Lifestyle Among
Subjects with Impaired Glucose Tolerance” dalam penelitian ini, 522 subjek
menerima konseling individual, program penurunan berat badan, peningkatan
aktivitas fisik dan kontrol pola makan. Penelitian-penelitian terdahulu
kebanyakan berfokus pada tertiary prevention, yaitu pencegahan yang
bertujuan mencegah memburuknya kondisi seseorang yang telah mengalami
diabetes tipe 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Selain itu, banyak pula penelitian mengenai bagaimana mengubah gaya
hidup, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Carels, Darby,
Cacciapaglia and Douglass, (2004) mengenai mengurangi faktor risiko
kardiovaskular pada wanita pascamenopause melalui intervensi perubahan
gaya hidup. Dalam penelitian tersebut 40 wanita diubah gaya hidupnya
dengan aktifitas fisik, diet dan intervensi kontrol diri. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan perubahan gaya hidup berdasarkan intervensi yang
diberikan dan ditemukan bahwa intervensi perubahan gaya hidup efektif
mengurangi risiko kardiovaskular wanita obesitas dan pasca menopause. Ada
pula penelitian yang di lakukan oleh Rejeski dkk, (2012) mengenai perubahan
gaya hidup dan mobilitas pada orang dewasa yang obesitas dengan diabetes
tipe 2. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa perubahan gaya hidup
dengan Intervensi gaya hidup intensif menghasilkan penurunan berat badan
dan meningkatkan kebugaran yang dapat memperlambat hilangnya mobilitas
pada pasien obesitas. Selain itu, Lindstrom dkk, (2006) dalam penelitinnya
Pencegahan penyakit diabetes tipe 2 melalui intervensi gaya hidup yang
merupakan tindak lanjut dari studi pencegahan diabetes finlandia menemukan
bahwa intervensi perubahan gaya hidup menghasilkan perubaha gaya hidup
yang menguntungkan penurunan berat badan, mengurangi total asupan lemak
jenuh, peningkatan asupan pola makan sehat, dan peningkatan aktivitas fisik
pada orang yang memiliki risiko diabetes tipe 2. Penelitian- penelitian tersebut
secara langsung mengubah gaya hidup dengan memberi intervensi gaya hidup
pada pasein ataupun pada seseorang yang meiliki risiko diabetes tipe 2. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
tersebut membuat pasien atau seseorang yang memiliki risiko debetes tipe 2
kurang menyadari pentingnya mengubah gaya hidup dari dalam dirinya
sendiri guna mencegah atau memperlambat penyakit diabetes tipe 2.
Penelitian-penelitian terdahulu hanya berfokus pada mengubah
behaviour dari para pasien diabetes saja. Hal tersebut, membuat peneliti ingin
melakukan penelitian di area preventif yaitu penelitian yang mengupayakan
pencegahan diabetes dengan melihat perubahan perilaku gaya hidup melalui
proses kognitifnya. Melalui proses kognitif perubahan gaya hidup akan dapat
bertahan dalam waktu lama tanpa pengawasan dari pihak lain. Seperti
penelitian yang dialakukan oleh Senemeaud & Somat, (2009) yang berjudul
“Dissonance Arousal and Persistence in Attitude Change” membuktikan
kemampuan perubahan sikap jangka panjang dari teori disonansi kognitif,
Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan sikap tidak hanya berlangsung
selama situasi eksperimental, namun terus berlanjut seiring waktu dan bahkan
perubahan sikap tersebut bertahan hingga sebulan kemudian. Berbeda dengan
penelitian (Senemeaud & Somat, 2009) peneliti mengguanakan Disonansi
Kognitif dan teori Konsensus Sosial.
Peneliti memilih menggunakan teori disoansi kognitif karena teori
disonansi kognitif memiliki kelebihan yaitu ketika seseorang mengalami
disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha mengubah perilakunya sendiri
atau melakukan usaha internal untuk mengubah perilakunya. Menurut teori
Disonansi Kognitif, ketika seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan
perilakunya akan menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
(Hidayat & Bashori, 2016). Individu tersebut akan merasionalkan perilakuya
dengan mengubah perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya
sehingga individu tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya
(Hidayat & Bashori, 2016).
Konsensus adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan
dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang yang
mengalami konsensus akan berprilaku seperti perilaku orang- orang lain
kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial, pembentukan
keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan teman sebaya (Ciao & Latner, 2011).
Konsensus sosial mengubah sikap subjektif seseorang menjadi realitas
obyektif yanga ada di masyarakat Hardin & Higgins (dalam Pisrlin, 2012).
Konsensus Sosial mempengaruhi perilaku individu dalam kelompok, ketika
individu menerima informasi bahwa teman-temannya memiliki sikap atau
perilaku yang sama tentang kelompok tertentu atau memiliki konsensus sosial
tentang suatu kelompok, individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap
untuk menyesuaikan dirinya dengan norma-norma kelompok (Sechrist &
Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).
Sebelumnya sudah ada penelitian yang menggunakan kedua pendekatan
tersebut. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011) yang
berjudul “Reducting Obesity Stigma : The Effectiveness of Cognitive
Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang subjeknya mahasiswa
Universitas Hawaii, Amerika membahas mengenai bagaimana cara
menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan menggunakan intervensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
kognitif disonansi dan konsensus sosial. Dari penelitian tersebut ditemukan
bahwa kognitif disonansi lebih baik dalam perubahan sikap mengenai stigma
obesitas dibandingkan konsensus sosial. Namun, dari hasil penelitian tersebut
kemungkinan belum tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia. Negara Asia
seperti China dan Indonesia, tidak menekankan pada nilai-nilai individual,
namun menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama & Cohen, 2007).
Salah satu perwujudan kolektivisme Indonesia tercermin dari norma sosial
tolong-menolong yang berkembang di masyarakat pedesaan. Anak-anak
Indonesia dilatih untuk mengembangkan pibadi yang selaras dan harmoni
dengan kelompok, serta memiliki rasa hormat terhadap otoritas. (Lestari,
2007).
Menurut Kitayama & Cohen, (2007) mereka yang berasal dari budaya
kolektif cendrung menekankan keanggotaan mereka dalam suatu kelompok
atau hubungan keterikatan mereka dengan yang lainnya. Dalam budaya
Hawaii memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga adalah hal yang
sangat penting dan menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri karena
setiap individu bagian dari kelompok yang saling mendukung (Kupo, 2010).
Penduduk asli Hawaii memiliki pemahaman yang kompleks dan canggih
tentang diri mereka sebagai individu yang utuh dan menjadi bagian dari
keseluruhan budaya kolektif (Mc Cubbin & Marsella, 2009). Indonesia dan
Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun Indonesia dan Hawaii
memiliki latar belakang dan situasi negara yang berbeda. Negara Indonesia
adalah Negara kesatuan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan bentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
pemerintahan republik dimana memiliki satu kekuasaan pemerintah yang
berada di tangan pemerintah pusat (Suwanto &Indranto, 2009). Sedangkan,
Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikan sebagai Negara federal yang
terdiri dari 50 negara bagian (Saraswati & Widaningsih, 2008). Amerika
adalah Negara demokratis yang sangat menghargai hak asasi manusia dan
memiliki 50 negara bagian yang berdiri sendiri dimana Hawaii dan Alaska
adalah Negara bagian termuda (Saraswati & Widaningsih, 2008). Hal ini
menunjukan perbedaan situasi dan latar belakang Indonesia dan Hawai yang
membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di generalisasikan di
Indonesia dan mungkin akan menunjukkan hasil yang berbeda. Hal tersebut
menarik untuk diteliti, sehingga peneliti ingin melihat apakah di Indonesia
kognitif disonansi lebih baik dalam mengubah gaya hidup dibandingkan
konsensus sosial.
Pernyataan tersebut merupakan hal yang menarik untuk diteliti, kareana
setiap tahunnya penyakit diabetes terus meningkat namun, penelitian-
penelitian terdahulu kebanyakan hanya berfokus pada mengubah behaviour
dari seseorang yang telah mengalami penyakit diabetes melitus tipe 2. Peneliti
ingin meneliti di daerah preventif, yaitu dengan melihat perubahan gaya hidup
seseorang untuk mencegah terkena diabetes melitus tipe 2 yang berfokus pada
proses kognitifnya. Peneliti ingin menguji efektivitas teori disonansi kognitif
dan konsensus sosial untuk mengetahui teori manakah yang paling evektif
untuk mengubah gaya hidup di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Indonesia dan Hawaii sama-sama memiliki budaya kolektivis, namun
Indonesia dan Hawaii memiliki situasi dan latar belakang negara yang
berbeda. Negara Indonesia adalah Negara kesatuan dengan bentuk
pemerintahan republik yang memiliki satu kekuasaan pemerintah yaitu
pemerintah pusat. Sedangkan, Hawaii merupakan bagian dari Amerika Serikat
sebagai Negara federal dan demokratis yang terdiri dari 50 negara bagian yang
berdiri sendiri. Hal ini membuat penelitian sebelumnya belum tentu bisa di
generalisasikan di Indonesia karena perbedaan budaya dan situasi negara yang
perbedaan, sehingga penelitian selanjutnya mungkin akan menunjukkan hasil
yang berbeda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan
sebagai permasalahan penelitian:
Diantara teori disonansi kognitif dan konsensus sosial teori manakah
yang lebih berpengaruh pada perubahan gaya hidup di Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Menguji efektivitas disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk
mengubah gaya hidup di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
a. Menambah studi literatur khususnya psikologi kesehatan mengenai
perubahan gaya hidup untuk mencegah diabetes melitus tipe 2.
b. Menambah studi literatur khususnya di area preventif dari penelitian
diabetes melitus tipe 2.
c. Menguji efektivitas intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial
dalam mengubah gaya hidup di Indonesia.
2. Manfaat Praktis
a. Melalui penelitian ini, subjek penelitian akan tergerak untuk mengubah
gaya hidup sendiri.
b. Menemukan cara yang efektif untuk mengubah gaya hidup yang
berguna dalam membantu program pencegahan diabetes melitus tipe 2.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Diabetes Melitus
Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) diabetes adalah
kondisi terjadinya peningkatan kadar glukosa dalam darah atau ketika tubuh
tidak dapat menghasilkan dan menggunakan insulin secara efektif. Dalam
jangka panjang, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ
tubuh yang mengarah pada komplikasi kesehatan yang mengganggu dan
mengancam jiwa seperti penyakit kardiovaskular, neuropati, nefropati dan
penyakit mata, yang menyebabkan retinopati dan kebutaan. Diabetes adalah
penyakit seumur hidup yang diakibatkan oleh tubuh yang tidak dapat
memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi dengan baik (Johnson, 1998). Penyakit diabetes merupakan
penyakit degenerative yang terkait secara langsung dengan gaya hidup atau
lifestyle (Rumahorbo, 2014).
Menurut Internasional Diabetes Federation, (2017) di dunia sebanyak
empat ratus dua puluh lima juta orang pada usia produktif 20-79 tahun
menderita diabetes dan 159 juta orang berada di wilayah pasifik barat.
Diabetes menyumbang 10,7% dari semua penyebab kematian secara global di
antara orang-orang dalam kelompok usia produktif. Hal Ini lebih tinggi
daripada gabungan jumlah kematian akibat penyakit menular (HIV / AIDS)
sebesar 1,1 juta kematian, tuberkolosis 1,8 juta kematian dan 0,4 juta dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
malaria pada tahun 2015). Pada tahun 2045 diperkirakan diabetes akan
meningkat sebanyak 183 juta kasus. Secara global, lebih dari 400 juta orang
dewasa menderita diabetes, dan pada tahun 2015 diabetes secara langsung
menyebabkan 1,6 juta kematian (WHO, 2018). Indonesia sendiri termasuk
kedalam 10 negara dengan jumlah penederita diabetes terbesar di dunia. Pada
tahun 2017 lebih dari 10.276.100 kasus diabetes terjadi di Indonesia dan
prevelensi diabetes pada orang dewasa mencapai 6,7% (IDF, 2017). Menurut
IDF, (2017) diabetes yang umum terjadi adalah diabetes tipe 2 yang paling
sering menimpa dewasa tua, namun saat ini telah menyerang usia dewasa
muda, remaja dan anak-anak karena meningkatnya tingkat obesitas, kurangnya
aktifitas fisik dan pola makan yang buruk.
1. Jenis-jenis diabetes melitus
a. Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 merupakan diabetes yang disebabkan oleh reaksi
autoimun, di mana sistem kekebalan tubuh menyerang sel beta
penghasil insulin pada kelenjar pankreas. Hal tersebut menyebabkan
tubuh tidak menghasilkan insulin yang di butuhkan tubuh manusia.
Dibetes tipe 1 bersifat genetik yang berkembang pada usia berapa pun
tetapi diabetes tipe 1 paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja.
Orang dengan diabetes tipe 1 membutuhkan suntikan insulin setiap
hari untuk mempertahankan kadar glukosa dan untuk bertahan hidup
(IDF, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
b. Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 merupakan diabetes yang terjadi ketika tubuh
menjadi resisten terhadap insulin atau tidak dapat menghasilkan cukup
insulin. Diabetes tipe 2 disebabkan oleh faktor genetik dan faktor
metabolisme yang tidak sehat. Diabetes tipe 2 paling sering dialami
orang dewasa yang lebih tua, tetapi semakin banyak terjadi pada anak-
anak, remaja dan orang dewasa yang lebih muda karena meningkatnya
tingkat obesitas, kurangnya aktivitas fisik dan pola makan yang buruk
(IDF, 2017).
2. Faktor-faktor penyebab diabetes melitus tipe 2
a. Faktor yang tidak dapat diubah atau dimodifikasi
1) Faktor genetika
Memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes, dapat
meningkatkan kemungkinan terkena diabetes dan hal tersebut tidak
dapat diubah (WHO, 2018). Diabetes tipe 2 memiliki
kecenderungan keturunan yang sangat kuat. Jika seseorang
memiliki seorang anggota keluarga yang mengalami penyakit
diabetes, kemungkinan orang tersebut akan mendapat risiko
diabetes 2 kali lebih tinggi dari orang bisaa yang tidak memiliki
keluarga yang menderita diabetes. Jika seseorang memiliki 2 orang
anggota keluarga yang menderita diabetes maka orang tersebut
memiliki kemungkinan mendapat 4 kali lipat lebih tinggi mendapat
diabetes tipe 2 (Johnson, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
2) Usia
Menurut Jhonson (1998), diabetes tipe 2 disebut juga
diabetes yang menyerang pada usia dewasa (adult or maturity
onset diabetes). Orang dewasa yang memiliki kelebihan berat
badan yang telah memasuki usia 40 tahun ke atas paling sering
terserang penyakit diabetes tipe 2 (WHO, 2017). Menurut Flint dan
Arslanian, (2011) prevelensi penyakit diabetes tipe 2 mengalami
peningkatan seiring bertambahnya usia namun hal ini terjadi juga
pada usia muda seiring dengan meningkatnya obesitas pada
kelompok usia muda.
b. Faktor yang dapat diubah atau dimodifikasi
1) Gaya hidup yang buruk
Diabetes tipe 2 memiliki hubugan yang kuat dengan pola
makan yang buruk, konsumsi kalori berlebih, asupan lemak jenuh
berlebih dan konsumsi tinggi minuman manis erat kaitannya
dengan risiko diabetes tipe 2. Selain itu, konsumsi rokok dan
alkohol serta kurangnya asupan buah dan sayuran yang cukup, juga
menjadi salah satu faktor diabetes tipe2 (IDF, 2017). Hal ini juga
diungkapkan oleh WHO (2017), bahwa peningkatan risiko
terserang diabetes tipe 2 dipengaruhi oleh perilaku aktif merokok.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat
sekaligus menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia. Olah
raga adalah cara yang paling baik untuk membantu mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
terjadinya penyait diabetes karena gaya hidup yang buruk
(WHO,2017).
2) Kelebihan berat badan
Menurut IDF (2017), penyebab terjadinya diabetes tipe 2
erat kaitannya dengan kelebihan berat badan. Menurut Johnson,
(1998) obesitas atau kelebihan berat badan menjadi faktor risiko
yang dapat mengundang terjadinya diabetes militus. Ketika
seseorang memiliki kelebihan berat badan atau memiliki kelebihan
lemak dalam tubuh, menyebabkan insulin tidak bisa bekerja
dengan sempurna. Bila seseorang mengkonsumsi kalori berlebih
dari apa yang dibutuhkan tubuh, hal ini membuat pankreas terus
bekerja memproduksi insulin sehingga membuat pankreas bekerja
melebihi waktunya dan akhirnya kehilangan kemampuan untuk
memproduksi insulin (Johnson, 1998).
B. Gaya Hidup
Menurut Stebbins (1997), Gaya hidup adalah suatu atribut yang berbeda
atau pola perilaku nyata yang dapat dikenali dan mencerminkan situasi hidup
bersama yang menggabungkan minat, nilai-nilai, sikap, dan orientasi terkait
yang menciptakan identitas sosial yang khas. Gaya hidup adalah sebuah pola
hidup seseorang di dunia yang ditampilkan dalam aktivitas, minat, dan
pendapat atau dapat digambarkan sebagaimana seseorang secara utuh
berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2006). Menurut Thirlaway dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Upton (2009), lifestyle merupakan interaksi perilaku gaya hidup yang
mencangkup pola makan, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, penggunaan
narkoba, kegiatan fisik, praktik seksual dan konsekuensi-konsekuensinya.
1. Pembentukan dan perubahan gaya hidup
Menurut Stebbins (1997), gaya hidup dibentuk oleh pola perilaku
individu atau kolektif, juga oleh nilai-nilai, sikap dan orientasi tertentu.
Menurut Hendricks dan Hatch (2006), secara umum gaya hidup
bergantung pada pilihan pribadi yang dimanifestasikan melalui perilaku
individu. Dalam psikologi gaya hidup memiliki dua dimensi yaitu kondisi
dan perubahan. Kondisi terdiri dari kondisi internal dan eksternal. Kondisi
Internal yaitu faktor keturunan, kecerdasan, ketajaman indera, kognisi
untuk membuat, membenarkan, atau merasionalisasi pilihan dan
kemampuan. Kondisi eksternal yaitu kondisi fisik, keluarga, teman, atau
hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu untuk terlibat
dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola. Perubahan
berasal dari kombinasi internal dan eksternal. Yaitu proses mental atau
kognisi yang berubah dan kondisi eksternal yang menekan individu
sehingga menimbulkan perubahan gaya hidup (Hendricks dan Hatch,
2006).
2. Gaya hidup dan diabetes melitus
Gaya hidup yang berhubungan dengan kesehatan yaitu sebuah
pilihan perilaku mengenai aktivitas makan, aktivitas fisik, konsumsi
alkohol, merokok tembakau, konsumsi narkoba dan praktik seksual yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
dilakukan individu (Thirlaway & Upton, 2009). Gaya hidup yang dapat
memicu timbulnya diabetes melitus tipe 2 antara lain pola makan yang
tidak sehat, kurang melakukan aktivitas fisik dan merokok dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2. Konsumsi makanan berlebih,
terlalu banyak mengkonsumsi makanan tinggi gula atau makanan olahan
gula menimbulkan beban berat pada kelenjar pankreas yang mengarah
pada penyakit diabetes (Johnson, 1998). Selain itu, berat badan berlebih
dan kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor risiko terkuat sekaligus
menjadi penyebab utama diabetes tipe 2 di dunia (WHO, 2017).
3. Pencegahan diabetes dengan gaya hidup yang sehat
Diabetes dapat dicegah dengan gaya hidup yang sehat, yakni
menjaga pola makan yang seimbang, berolahraga secara rutin dan
mempertahankan berat badan ideal. Pencegahan diabetes dapat dilakukan
sedini mugkin oleh orang sehat agar tetap sehat dan pada mereka yang
telah memiliki kecenderungan atau risiko untuk menyandang diabetes
(Rumahorbo, 2014). Dasar pengobatan dan pencegahan diabetes tipe 2
adalah gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan
aktivitas fisik, berhenti merokok, dan menjaga berat badan yang ideal.
Penelitian dari berbagai belahan dunia menghasilkan bukti bahwa
modifikasi gaya hidup dengan melakukan diet sehat dan melakukan
aktivitas fisik dapat mencegah atau menunda terjadinya diabetes tipe 2
(IDF, 2017). Rekomendasi IDF untuk diet sehat untuk populasi umum
antara lain yaitu:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Memilih menkonsumsi air putih, kopi atau teh rendah gula, bukan jus
buah, soda atau minuman manis lainnya
b. Gula/ minuman manis ≤ 450 kcal (36 ons) perminggu
c. Mengkonsumi setidaknya tiga porsi sayuran setiap hari, termasuk
sayuran hijau.
d. Konsumsi hingga tiga porsi buah segar setiap hari.
e. Mengganti cemilan dengan kacang, buah segar atau yoghurt tanpa
gula.
f. Membatasi konsumsi alcohol maksimum dua minuman standar per
harinya.
g. Memilih mengkonsumsi daging putih, unggas, atau makanan laut tanpa
lemak daripada mengkonsumsi daging olahan atau sejenisnya.
h. Memilih mengganti selai coklat dengan selai kacang.
i. Memilih mengkonsumsi roti gandum, beras merah dan pasta gandum
dan tidak mengkonsumsi roti putih, nasi putih, atau pasta.
j. Memilih mengkonsumsi lemak tak jenuh (minyak zaitun, minyak
canola, minyak jagung atau minyak bunga matahari) dari pada
mengkonsumsi lemak jenuh (mentega, ghee, lemak hewani, minyak
kelapa atau minyak sawit).
Rekomendasi untuk aktivitas fisik pada kelompok usia yang
berbeda:
a. Melakukan setidaknya 60 menit aktivitas fisik intensitas sedang
hingga tinggi setiap harinya untuk orang dewasa berusia 18-64 tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
atau melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik aerobik intensitas
sedang (jalan cepat, joging, berkebun) menyebar dalam seminggu,
atau setidaknya 75 menit aktivitas fisik aerobik intensitas tinggi dalam
seminggu, atau kombinasi yang setara dari aktivitas intensitas sedang
dan kuat.
b. Untuk orang dewasa yang lebih tua, direkomendasikan jumlah
aktivitas fisik yang sama, tetapi juga harus mencakup kegiatan
keseimbangan dan penguatan otot yang disesuaikan dengan
kemampuan dan keadaan mereka.
Menurut IDF (2017), untuk mencegah atau menunda terkena
penyakit diabetes tipe 2, dapat dilakukan dengan modifikasi gaya hidup
dengan melakukan diet sehat dan melakukan aktifitas fisik. Faktor risiko
penyakit diabetes tipe 2 adalah gaya hidup dan perubahan gaya hidup
menjadi kebutuhan utama dalam pecegahan diabetes, oleh sebab itu
diperlukan kesadaran dan kemauan dalam mengubah gaya hidup
(Rumahorbo, 2014).
C. Disonansi Kognitif dan Perilaku
Disonansi kognitif adalah ketidak konsistenan yang terjadi antara dua
elemen kognitif yang menyebabkan ketidak nyamanan psikologis. Hal
tersebut memotvasi seseorang untuk mengurangi disonansi tersebut
(Festinger,1957). Menurut Festinger, kognisi atau elemen kognitif yaitu
mencangkup hal-hal yang diketahui seseorang mengenai pengetahuan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
pandangan, kepercayaan, tentang dirinya sendiri, tentang perilakunya, dan
tentang lingkungannya (Festinger,1957). Ketika dalam diri seseorang terjadi
ketidak konsistenan antara elemen-elemen kognisi tersebut, orang tersebut
akan mengalami disonansi kognitif (Festinger, 1957). Seseorang yang
mengalami disonansi akan merasakan ketegangan secara psikologis yang tidak
menyenangkan. Ketegangan disonansi bersifat seperti drive, mirip seperti pada
saat kita merasakan lapar atau haus yang menimbulkan dorongan untuk
mengurangi perasaan tersebut. Demikian pula dengan disonansi, seseorang
akan memiliki dorongan untuk mengurangi ketegangan yang dirasakannya
(Festinger, 1957).
Dalam teori disonansi kognitif terdapat istilah konsonan dan disonan.
Konsonan adalah hubungan yang berjalan secara harmonis dan sejalan antara
elemen-elemen kognitif, sedangkan Disonan yaitu perasaan tidak nyaman
yang terbentuk akibat hubungan yang tidak selaras atau tidak konsisten yang
mendorong individu untuk melakukan sesuatu agar disonansi tersebut dapat
dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang harmoni atau konsonan
(Festinger, 1957).
Menurut Festinger (1957), faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya
disonansi kognitif yaitu peristiwa dan informasi baru. Ketika seseorang
menerima informasi baru yang tidak sesuai dengan kognisi yang dimiliki
maka akan terjadi disonansi. Peristiwa baru dapat terjadi setiap saat atau
informasi baru dapat diakses kapanpun, yang menciptakan setidaknya
disonansi sesaat. Hal ini dapat terjadi karena seseorang tidak memiliki kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
yang menyeluruh atas informasi yang diterima atau peristiwa yang terjadi
pada seseorang tersebut (Festinger, 1957). Contoh: Seseorang berencana untuk
pergi piknik dengan memiliki keyakinan bahwa cuaca akan cerah, namun saat
sebelum berangkat ke tempat ia akan piknik mulai turun hujan. Pengetahuan
mengenai saat ini turun hujan tidak sesuai dengan keyakinan orang tersebut
bahwa hari akan cerah dan rencana akan pergi piknik.
Disonansi hampir tidak dapat terhindarkan dalam kehidupan sehari-hari
bahkan tanpa adanya informasi baru. Hal ini dapat terjadi karena dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak bener-benar memiliki batas hitam, putih
dalam kehidupan yang jelas. Disonansi hampir tak terhindarkan tercipta
diantara tindakan sadar yang kita ambil dengan pendapat kita ataupun saat
tindakan yang kita lakukan tidak sesuai dengan pengetahuan yang kita miliki
(Festinger, 1957). Contoh: seseorang ingin membeli sebuah mobil baru yang
bagus, namun memiliki budget yang terbatas. Orang tersebut menyukai mobil
A karena modelnya yang bagus namun mobil tersebut memiliki harga yang
sangat mahal, sehingga orang tersebut membeli mobil B yang memiliki harga
yang sesuai dengan budgetnya namun ia tidak menyukai model mobil B
tersebut.
Disonansi memilik magnitude atau faktor yang mempengaruhi seberapa
besar tingkat disonansi. Faktor - faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
disonansi: 1 Tingkat Kepentingan, atau seberapa signifikan suatu kognisi,
Tidak semua kognisi memiliki kepentingan yang sama. Semakin penting
kognisi, semakin banyak disonansi kognitif yang akan individu alami (Cooper,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
2007). 2 Rasio disonansi atau jumlah kognisi disonan, Semakin banyak
atau terdapat dua kognisi yang berbeda, semakin besar disonansi yang dialami.
Jadi, besarnya disonansi kognitif akan tergantung pada tingkat perbedaan
antara dua kognisi. Semakin besar perbedaan, semakin besar
ketidaknyamanan, dan semakin termotivasi individu untuk menguranginya
(Cooper, 2007).
1. Pengurangan disonansi
Kehadiran disonansi mendorong kita untuk menguranginya
misalnya, saat kita merasa kelaparan menyebabkan kita nengambil
tindakan untuk mengurangi rasa lapar. Hal ini, mirip dengan aksi drive,
semakin besar disonansi, semakin besar motivasi untuk mengurangi
disonansi dan semakin besar penghindaran terhadap situasi yang akan
meningkatkan disonansi. Secara umum, jika ada disonansi antara dua
elemen kognitif, disonansi ini dapat dihilangkan dengan mengubah salah
satu elemen tersebut (Festinger, 1957). Disonansi kognitif didasarkan pada
gagasan tentang apa yang terjadi dan diproses di dalam kepala manusia.
Kognisi yang tidak konsisten menyebabkan ketegangan yang tidak
menyenangkan, ketegangan itu memiliki sifat seperti drive dan harus
dikurangi (Cooper, 2007). Hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi
disonansi antara lain:
a. Mengubah elemen kognitif perilaku
Ketika disonansi terjadi antara elemen pengetahuan tentang
lingkungan dan elemen perilaku. Hal yang paling sering dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
untuk menghilangkan disonansi yaitu dengan mengubah elemen
kognitif perilaku sehingga sesuai dengan elemen lingkungan. Hal ini
dapat dilakukan dengan mengubah tindakan atau perasaan yang
merupakan elemen perilaku, ketika perilaku berubah maka elemen
kognisi tentang perilaku akan berubah sehingga disonansi dapat
dihilangkan (Festinger, 1957). Contoh: ketika seseorang sedang piknik
lalu hujan turun maka yang orang lakukan adalah berkemas pulang
menghindari hujan dan membatalkan pikniknya.
b. Mengubah elemen kognitif lingkungan
Mengubah elemen kognitif lingkungan dengan mengubah situasi
agar sesuai dengan elemen kognitif lainnya untuk menghilangkan
disonansi. Hal Ini paling sulit dilakukan karena jauh lebih sulit
mengubah lingkungan daripada mengubah perilaku seseorang, karena
seseorang harus memiliki tingkat kontrol yang cukup tinggi atas
lingkungan sosialnya (Festinger, 1957). Contoh: seorang tenaga kerja
Indonesia memutuskan untuk bekerja di suatu perusahaan di Jepang.
Setelah beberapa waktu orang tersebut merasa tertekan dengan
lingkungan kerjanya yang memiliki budaya ontime dan kerja cepat.
Hal tersebut membuat orang tersebut meminta teman-teman kerjanya
untuk mengubah cara kerja teman-temannya agar lebih santai dan
sesuai dengan gaya kerja orang tersebut. Namun hal tersebut tidak
berhasil dilakukan mengingat dalam budaya Jepang orang bisaanya
bekerja dengan cepat dan tepat waktu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
c. Menambahkan elemen kognitif baru
Untuk mengurangi total besarnya disonansi dapat dilakukan
dengan menambahkan elemen kognitif baru. Misalnya, jika ada
disonansi antara beberapa elemen kognitif dapat dikurangi dengan
menambahkan unsur kognitif baru yang sesuai dengan salah satu
elemen kognitif yang akan dipertahankan. Dengan adanya ketidak
nyamanan disonansi, maka seseorang akan secara aktif mencari
informasi baru yang akan mengurangi disonansi dan pada saat yang
sama akan menghindari informasi baru yang dapat meningkatkan
disonansi yang ada (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok yang
mengetahui bahaya merokok akan mencari informasi positif mengenai
maanfaat merokok untuk tetap mempertahankan perilaku merokoknya
dan mengurangi disonansi yang dialaminya.
2. Resistensi Perubahan Perilaku
a. Perubahan yang dilakukan bisa memberikan dampak yang
menyakitkan atau memberikan kerugian (Festinger, 1957). Contoh:
Seseorang yang ingin berhenti menggunakan narkoba dalam usahanya
untuk berubah orang tersebut harus menanggung ketidaknyamanan dan
rasa sakit (sakau) dan reaksi tubuh lainnya sebagai konsekuensinya.
Dalam keadaan seperti itu akan ada resistensi untuk berubah. Besarnya
resistensi ditentukan oleh tingkat rasa sakit yang akan di dapat.
b. Perilaku saat ini mungkin memberikan kepuasan sehingga sulit untuk
melakukan perubahan (Festinger, 1957). Contoh: seorang perokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
mendapatkan kepuasan saat merokok dan merasa rokok dapat
mengurangi stresnya sesaat akan sulit untuk berubah dan untuk
berhenti merokok karena dari perilaku merokoknya ia mendapatkan
kepuasan.
c. Melakukan perubahan tidak mungkin dilakukan. Ada beberapa hal
yang tidak mungkin untuk dilakukan seseorang karena keterbatasan
dan berbagai alasan yang dimiliki. Beberapa perilaku dan reaksi
emosional tidak berada dalam kendali secara penuh (Festinger, 1957).
Contoh: kita memiliki pengetahan bahwa bumi mengelilingi matahari
sebagai pusat tata surya. Fakta tersebut sulit bahkan tidak mungkin
untuk kita ubah.
Kelebihan mengguakan teori disonansi kognitif yaitu ketika
seseorang mengalami disonansi kognitif orang tersebut akan berusaha
mengubah perilakunya sendiri atau melakukan usaha internal untuk
mengubah perilakunya. Menurut teori Disonansi Kognitif, ketika
seseorang mengalami perbedaan antara sikap dan perilakunya akan
menimbulkan pertentangan dan ketidaknyamanan psikologis sehingga
menimbulkan perubahan perilaku dan sikap (Hidayat & Bashori, 2016).
Individu tersebut akan merasionalkan pikiranya dengan mengubah
perilakunya sejalan dengan sikapnya ataupun sebaliknya sehingga individu
tersebut tidak lagi merasakan ketegangan dalam dirinya (Hidayat &
Bashori, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
3. Dinamika Disonansi Kognitif dan Gaya Hidup
Disonansi kognitif dapat mempengaruhi perubahan perilaku
seseorang, hal ini dapat terjadi ketika seseorang mendapatkan informasi
baru yang tidak sesuai dengan elemen-elemen kognisi yang dimiliki maka
akan terjadi disonansi. Jika seseorang mengetahui elemen kognitif perilaku
dan elemen kognitif pengetahuan tidak selaras, orang tersebut dapat
mengubah salah satu atau kedua elemen tersebut (Cooper, 2007). Keadaan
disonan mendorong seseorang untuk mengambil tindakan agar disonansi
tersebut dapat dikurangi sehingga akan menciptakan keadaan yang
harmoni atau konsonan. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang
melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri atau ketentuan
baik dan benar yang di tentukan untuk dirinya sendiri orang tersebut akan
merasakan perasaan bersalah. Perasaan bersalah memiliki dua karakteristik
khusus yaitu, evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &
Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan menyebabkan perubahan pada
perilaku yang tidak sesuai dengan ketentuan baik dan benar seseorang
dengan melakukan evaluasi dan perbaikan perilaku.
4. Intervensi Disonansi Kognitif
Ketika seseorang diberikan sebuah informasi bahwa sikapnya tidak
sejalan dengan perilakunya, maka orang tersebut akan mengalami
disonansi kognitif (Festinger, 1957). Elemen-elemen kognitif yang dibuat
tidak konsisten dalam penelitian ini yaitu elemen pengetahuan dan elemen
perilaku partisipan. Dengan menciptakan inkonsistensi pada pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dan perilaku, diharapkan partisipan akan mengalami disonansi kognitif.
Dalam penelitian ini intervensi disonansi kognitif akan menggunakan
dinamika perubahan sesuai penjelasan diatas dengan cara menciptakan
kesenjangan atau menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai
atau sikap partisipan dengan perilaku partisipan (Ciao & Latner, 2011).
Dalam penelitian ini yang akan diubah yaitu gaya hidup, maka
intervensi disonansi yang diciptakan yaitu dengan cara memberikan
partisipan informasi bahwa partisipan memiliki elemen kognitif
pengetahuan yang baik mengenai diabetes namun memiliki elemen
kognitif perilaku yang buruk. Menurut Tangney (1995), ketika seseorang
melakukan perbuatan yang melanggar moralnya sendiri (ketentuan baik
dan benar) yang di tentukan oleh dirinya sendiri, ia akan merasakan
perasaan bersalah. Perasaan bersalah akan mendorong seseorang untuk
melakukan evaluasi perilaku negatif dan memperbaiki tindakan (Cohn &
Fredrickson, 2010). Hal tersebut akan mendorong partisipan untuk
memperbaiki gaya hidupnya dengan mengubah gaya hidupnya menjadi
lebih sehat agar sejalan dengan pengetahuannya yang sudah baik.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis
yaitu: Intervensi Disonansi Kognitif dapat meningkatkan perilaku gaya
hidup sehat seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa elemen
kognitif perilakunya lebih buruk dibandingkan dengan elemen kognitif
pengetahuannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Konsensus Sosial dan Perilaku
Konsensus sosial adalah bagaimana orang bereaksi ketika dibandingkan
dengan orang-orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Seseorang
dikatakan melakukan konsensus sosial ketika ia berprilaku seperti perilaku
orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori konsensus sosial,
pembentukan keyakinan dipengaruhi oleh keyakinan kelompok (Ciao &
Latner, 2011). Teori konsensus sosial membahas pengaruh kuat dari
keyakinan kelompok terhadap pembentukan keyakinan dan sikap individu
(Sechrist & Stangor: Sechrist & Milford dlm Young, 2011).
Teori ini menunjukkan bahwa ketika individu menerima informasi
bahwa seorang individu berbeda dengan teman-temannya atau kelompoknya,
makai ia akan cenderung mengubah dirinya sesuai dengan kelompoknya.
Individu cenderung mengubah keyakinan dan sikap untuk menyesuaikan diri
individu dengan norma-norma kelompok (Sechrist & Stangor: Sechrist &
Milford dlm Young, 2011).
Teori konsensus tergabung kedalam teori atribusi, teori atribusi
merupakan teori yang ingin menjelaskan mengenai perilaku seseorang.
Apakah perilaku tertentu disebabkan oleh faktor internal ataukah eksternal.
Faktor internal misalnya, sikap, sifat tertentu ataupun aspek-aspek internal
lainnya, sedangkan keadaan eksternal misalnya, lingkungan atau situsai
tertentu (Walgito, 2003). Kelley mengembangkan lagi teori atribusi,
menurutnya prilaku manusia dapat disebabkan oleh faktor internal, faktor
eksternal atau faktor internal dan eksternal secara bersamaan. Untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
menentukan suatu perilaku merupakan atribusi internal atau atribusi eksternal
ataukah atribusi internal-eksternal, Kelley menggunakan tiga determinan
yaitu: konsensus, konsistensi, dan distinctiveness (Walgito, 2003).
Konsensus, yaitu bagaimana individu bereaksi bila dibandingkan
dengan orang lain kebanyakan, terhadap stimulus tertentu. Misalnya bila
indivdu berperilaku tertentu sedangkan orang-orang lain tidak melakukan
perilaku demikian, maka dapat dikatakan bahwa konsensus individu tersebut
rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).
Konsistensi, yaitu bagaimana individu berperilaku atau bereaksi
terhadap stimulus yang sama dalam situasi yang berbeda. Bila individu
tersebut bereaksi dengan cara yang sama terhadap stimulus yang sama pada
keadaan yang berbeda, maka indivitu tersebut mempunyai konsistensi yang
tinggi dan sebaliknya (Walgito, 2003).
Distinctiveness, yaitu bagaimana seseorang bereaksi pada stimulus atau
situasi yang berbeda-beda. Bila orang tersebut memberikan reaksi yang sama
pada stimulus yang berbeda, maka dapat diakatakan orang tersebut memiliki
distinctiveness rendah dan sebaliknya (Walgito, 2003).
1. Konsensus Sosial dan Perubahan Gaya Hidup
Konsensus Sosial dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang. hal
ini dapat terjadi karena ketika seseorang berada dalam keadaan berbeda
seseorang akan mengubah perilakunya seperti perilaku orang kebanyakan.
Konsensus sosial yaitu bagaimana seseorang bereaksi ketika dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
dengan orang lain pada keadaan atau stimulus tertentu. Ketika seseorang
merasa dirinya berbeda dengan norma kelompok, maka menurut teori
konsensus sisoal orang tersebut akan mengubah perilakunya seperti
perilaku orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam teori gaya
hidup dipengaruhi oleh kondisi eksternal, yaitu kondisi fisik, keluarga,
teman, atau hubungan sosial yang menopang kecenderungan individu
untuk terlibat dalam satu atau beberapa bentuk perilaku yang berpola
(Hendricks dan Hatch, 2006). Melalui kondisi eksternal menimbulkan
perubahan gaya hidup karena tekanan dari luar diri individu menyebabkan
individu menyesuaikan diri dengan norma kelompok (Hendricks dan
Hatch, 2006).
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merumuskan hipotesis
yaitu: Intervensi Konsensus Sosial dapat meningkatkan gaya hidup sehat
seseorang. Ketika individu diberikan informasi bahwa gaya hidupnya lebih
buruk dibandingkan dengan kelompoknya.
2. Intervensi Konsensus Sosial
Intervensi Konsensus sosial yaitu menciptakan situasi atau
menghadapkan partisipan pada perbedaan antara nilai atau perilaku
partisipan dengan perilaku kelompoknya (Ciao & Latner, 2011). Dalam
penelitian ini, peneliti meciptakan perbedaan antara gaya hidup partisipan
dan gaya hidup kelompok. Partisipan memiliki gaya hidup yang buruk dan
merupakan gaya hidup yang paling buruk bila dibandingkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
teman-teman kelompok partisipan. Hal tersebut akan membuat partisipan
mengalami kondisi konsensus sosial sehingga partisipan akan mengubah
perilaku gaya hidupnya agar sesuai dengan teman-teman kelompoknya.
E. Konsensus Sosial, Disonansi Kognitif dan Budaya
Sebelumnya telah dilakukan penelitian yang menggunakan
pendekatan teori Disonansi Kognitif dan teori Konsensus Sosial.
Penelitian tersebut berjudul “Reducting Obesity Stigma: The Effectiveness
of Cognitive Dissonance and Sosial Consensus Interventions” yang
dilakukan oleh (Ciao & Latner, 2011). Subjek dari penelitian tersebut
adalah mahasiswa Universitas Hawaii, Amerika Serikat yang membahas
mengenai bagaimana cara menurunkan stigma obesitas di Amerika dengan
menggunakan intervensi kognitif disonansi dan konsensus sosial. Hasil
penelitian tersebut menemukan bahwa disonansi kognitif lebih baik dalam
mempengaruhi perubahan sikap mengenai stigma obesitas dibandingkan
konsensus sosial. Namun, hasil penelitian tersebut kemungkinan belum
tentu bisa digeneralisasikan di Indonesia.
Dalam budaya kolektivis seperti Indonesia, orang memandang
norma sosial sebagai prediktor yang lebih baik dibandingkan kepuasan
hidup pribadi (Suh, Diener, Oishi & Triandis 1998). Seorang individu
dalam budaya kolektivis akan merasa lebih bermakna hidupnya di dalam
hubungan sosialnya dibandingkan dalam tindakan otonomnya yang
independen (Markus & Kitayama 1991). Dalam budaya timur yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
kolektivis, memiliki ketergantungan pada orang lain dianggap sebagai
bagian dari relasi sosial dimana perilaku seseorang ditentukan atau
bergantung pada pemahaman seseorang terhadap pemikiran, perasaan, dan
tindakan orang lain dalam suatu hubungan sosial (Markus dan Kitayama
1991).
Seseorang yang interdependensi menganggap dirinya bagian
dalam kelompok sosial tertentu dan memandang baik diri dan orang lain
adalah sama (Taylor, Peplau & Sears, 2009). Indonesia merupakan Negara
Asia yang tidak menekankan pada nilai-nilai individual, namun
menekankan pada nilai-nilai kolektivisme (Kitayama, 2007). Sejak kecil,
anak-anak Indonesia dilatih kolektivis untuk memiliki rasa hormat
terhadap otoritas dan mengembangkan pibadi yang selaras (harmoni)
dengan kelompok (Lestari, 2007).
Dalam budaya kolektivis, ketika individu merasa dirinya berbeda
dengan norma kelompok, maka ia cenderung akan mengalami
ketidaknyamanan sehingga individu tersebut akan mengubah dirinya
sesuai dengan kelompok atau orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Hal
tersebut menyebabkan intervensi konsesnsus sosial akan lebih
berpengaruh pada perubahan perilaku di negara-negara yang menganut
budaya kolektivis.
Dalam budaya individualis, emosi individual merupakan hal yang
lebih baik dibandingkan norma sosial (Suh, Diener, Oishi & Triandis
1998). Di budaya barat seperti Negara Amerika sangat menekankan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
individualitas yang membedakan diri dengan orang lain yang dipandang
sebagai hal yang unik (Maerkus & Kitayama, 1991). Dalam budaya barat
seseorang tidak hanya memandang diri sebagai unit yang independen,
namun menjadikan independensi sebagai dasar untuk bersoaialisasi
(Maerkus & Kitayama, 1991). Orang dengan konstruksi diri independen
akan cenderung mengabaikan lingkungan sosial saat mengambil
kesimpulan personalnya (Kuhen, Hannover & Schubert, 2001). Orang
yang memahami diri sebagai diri yang independen akan memandang
dirinya sebagai sosok yang unik dan tidak menganggap diri mereka sama
dengan orang lain (Taylor, Peplau & Sears, 2009).
Dalam budaya individualis seseorang lebih mementingkan
independensi dalam dirinya sebagai dasar berinteraksi dengan orang lain
dibandingkan dengan menganggap dirinya mengikuti orang lain (Suh,
Diener, Oishi & Triandis 1998). Sehingga ia akan lebih terganggu oleh
keadaan inkonsistensi dalam dirinya dibandingkan ketika ia berbeda
dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut menyebabkan disonansi
kognitif akan lebih berpengaruh pada perubahan perilaku, di negara-negara
yang menganut budaya individualis.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, peneliti merumuskan
hipotesis sebagai berikut: intervensi konsensus sosial akan lebih
berpengaruh pada peningkatan gaya hidup sehat dibandingkan intervensi
disonansi kognitif di Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Hal ini membuat peneliti ingin melihat perubahan gaya hidup dari
seseorang yang fokusnya pada area kognitif dengan menguji evektifitas
intervensi disonansi kognitif dan konsensus sosial untuk mengetahui
intervensi manakah yang paling evektif untuk mengubah gaya hidup untuk
mencegah diabetes melitus tipe 2 di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Eksperimen dengan jenis rancangan
penelitian Between subject pretest-posttest control group design. Rancangan
tersebut dipilih peneliti untuk melihat pengaruh variable bebas (VB) terhadap
variabel tergantung (VT) melalui perbedaan skor VT antara kelompok yang
diberikan perlakuan yang berbeda dan melihat perbedaan sebelum dan sesudah
pemberian perlakuan (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015). Melalui rancangan
ini peneliti melakukan randomisasi dengan memasukkan partisipan secara
acak ke kelompok kontrol (KK) dan kelompok eksperimen (KE).
Efikasi kredibilitas perlakuan yang diberikan dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengukuran kinerja pretest dan posttest kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol (Seniati, Yulianto & Setiadi, 2008). Pada
penelitian ini akan dibentuk 3 kelompok yaitu Kelompok Eksperimen
Disonansi Kognitif (EDK), Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial (EKS)
dan Kelompok Kontrol (KK). Kelompok Eksperimen Disonansi Kognitif dan
Kelompok Eksperimen Konsensus Sosial akan diberikan masing-masing
umpan balik yang berbeda setealah pretest dilakukan, sedangkan kelompok
kontrol tidak diberikan perlakuan apapun.
Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group design.
Dalam desain ini pretest dilambangkan dengan ( ) sebagai lambang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
pengukuran variable terikat sebelum eksperimen, tanda (X) melambangkan
perlakuan yang diberikan, dan kondisi posttest dilambingkan dengan ( ).
Tabel 1.
Between Subject Pretest-Posttest Control Group Design
Random
Assignment Subjek Pretest Perlakuan Postt
est
RA
RA
Kelompok Eksperimen
Disonansi Kognitif
Kelompok Eksperimen
Konsensus Sosial
O¹
O¹
X
X
O²
O²
RA Kelompok Kontrol
(KO)
O¹ - O²
B. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat satu variable terikat dan dua variable
bebas. Masing-masing variable tersebut adalah:
1. Variabel Terikat : Gaya Hidup
2. Variabet Bebas 1 : Intervensi Disonansi Kognitif
3. Variabel Bebas 2 : Intervensi Konsensus Sosial
Keterangan:
O¹ : Pretest (Tes Awal) O² : Posttest (Tes Akhir)
X : Perlakuan (Feedback)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
C. Definisi Operasional
1. Gaya Hidup
Gaya Hidup merupakan sebuah pilihan perilaku mengenai aktivitas
makan, aktivitas fisik, konsumsi alkohol, konsumsi rokok, yang dilakukan
individu. Gaya hidup yang sehat yaitu melakukan diet sehat, peningkatan
aktivitas fisik, berhenti merokok, tidak menkonsumsi alkohol dan menjaga
berat badan yang ideal. Dalam penelitian ini gaya hidup partisipan diukur
dengan menggunakan skala gaya hidup yang terdiri dari 4 aspek dengan
13 item. Jawaban subjek diskor berdasarkan 5 skala likert, 5 untuk respon
“sangat sering”, 4 untuk respon “sering”, 3 untuk respon “kadang-
kadang”, 2 untuk respon “jarang” dan 1 untuk respon “tidak pernah”.
Semakin tinggi skor total partisipan menunjukan semakin baik gaya hidup
yang dimiliki partisipan.
2. Intervensi Disonansi Kognitif
Disonansi kognitif adalah keadaan ketika seseorang mengalami
ketidak konsistenan antara keyakinan, sikap, dan perilakaku dalam dirinya,
hal tersebut akan menimbulkan ketidak nyamanan pskologis, sehingga
orang tersebut akan termotivasi menghilangkan ketidak konsisitenannya
dengan mengubah sikap atau perilakunya (Ciao& Latner, 2011). Dalam
penelitian ini kondisi disonansi kognitif dimunculkan dengan cara
memberikan umpan balik kepada partisipan bahwa terdapat kesenjangan
antara pengetahuan tentang diabetes dan gaya hidup. Keadaan disonansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
kognitif yang dialami partisipan akan menimbulkan perubahan perilaku
dalam gaya hidup partisipan
3. Intervensi Konsensus Sosial
Konsensus sosial adalah pembentukan keyakinan dipengaruhi oleh
keyakinan teman sebaya atau kelompok (Ciao & Latner, 2011). Ketika
seseorang merasa dirinya berbeda dengan norma kelompok, maka menurut
teori konsensus sisoal orang tersebut akan mengubah perilakunya seperti
perilaku orang- orang lain kebanyakan (Walgito, 2003). Dalam penelitian
ini kesenjangan antara keyakinan kelompok atau teman sebaya
dimunculkan dengan cara memberikan informasi ke pada partisipan bahwa
gaya hidupnya berbeda dengan partisipan lain dalam kelompok penelitian
ini.
4. Tanpa Intervensi
Tanpa intervensi adalah kondisi tidak memberikan perlakuan pada
partisipan. Partisipan hanya mengerjakan angket diabetes dan angket gaya
hidup tanpa diberikan intervensi khusus lainnya.
D. Manipulasi Variabel Bebas
Dalam penelitian ini akan dibentuk 3 kelompok secara random dengan
mengguanakan fish boal. Kelompok 1 disebut kelompok Intervensi Disonansi
Kognitif, kelompok 2 disebut kelompok Intervensi Konsensus Sosial dan
kelompok 3 disebut Kelompok Kontrol. Partisipan dalam kelompok intervensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
disonansi kognitif akan diberikan perlakuan berupa pemberian umpan balik,
setelah partisian mengisi tes pengetahuan diabetes dan tes gaya hidup. Umpan
balik untuk kelompok disonansi kognitif berupa informasi bahwa partisipan
mempunyai pengetahuan diabetes yang baik, tetapi memiliki skor rendah
dalam angket gaya hidup.
Partisipan dalam kelompok intervensi Konsensus Sosial akan diebrikan
perlakuan berupa pemberian umpan balik, setelah partisipan mengisi tes
pengetahuan diabetes dan tes gaya hidup. Umpan balik untuk kelompok
konsensus sosial berupa informasi bahwa partisipan mempunyai pengetahuan
yang baik tenteng diabetes, tetapi skor gaya hidupnya paling rendah
dibandingkan partisipan lainnya.
Untuk partisipan dalam kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan
apapun dan hanya mengerjakan tes pengetahuan diabetes dan tes gaya hidup.
E. Pengecekan Manipulasi
Menurut Sugiyanto (2009). Pengecekan manipulasi bertujuan untuk
memverifikasi keberhasilan atau kesusksesan manipulasi kondisi atau
perlakuan yang direncanankan dalam penelitian. Pengecekan manipulasi
dilakukan setelah partisipan menerima umpan balik dari eksperimenter.
Pengecekan manipulasi dilakukan dengan cara memberikan 6 pertanyaan yang
bertujuan untuk mengetahui apakah efek yang diharapkan terjadi, benar-benar
dirasakan oleh partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Pertanyaan nomor 1 bertujuan untuk mengetahui apakah partisipan
merasakan adanya disonansi kognitif atau tidak. Semakin rendah skor yang
didapat oleh seseorang untuk pertanyaan nomor 1 ini, berarti ia semakin
merasakan adanya disonansi kognitif. Oleh karena itu diharapkan kelompok
intervensi disonansi kognitif akan mendapatkan skor rendah pada pertanyaan
nomor 1 dibandingkan kelompok intervensi konsensus sosial dan kelompok
kontrol. Pertanyaan nomor 2 bertujuan untuk mengetahui apakah partisipan
merasakan adanya perbedaan gaya hidup antara dirinya dengan partisipan lain
dalam penelitian ini. Semakin rendah skor yang didapat oleh seseorang untuk
pertanyaan nomor 2 ini, berarti ia semakin merasakan adanya konsensus
sosial. Oleh karena itu diharapkan kelompok intervensi konsensus sosial
rendah pada pertanyaan nomor 2 dibandingkan kelompok intervensi disonansi
kognitif dan kelompok kontrol.
Pertanyaan nomor 3, 5 dan 6 bertujuan untuk melihat relasi emosi dari
kelompok intervensi disonansi kognitif, kelompok intervensi konsensus sosial
dan kelompok kontrol. apakah kelompok disonansi kognitif, kelompok
consensus sosial dan kelompok kontrol terkejut, kesal dan kecewa setelah
mendapat umpan balik yang diberikan, maka dapat dikatakan umpan balik
yang diberikan mempunyai pengaruh terhadap klompok disonansi kognitif dan
kelompok konsensus sosial. Semakin tinggi skor yang didapat oleh seseorang
untuk pertanyaan nomor 3, 5 dan 6, berarti ia merasa terkejut, kesal dan
kecewa terhadap dirinya sendiri. Oleh karena itu diharapkan kelompok
intervensi disonansi kognitif dan kelompok intervensi konsensus sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
mendapat skor tinggi pada pertanyaan nomor 3, 5 dan 6 dibandingkan
kelompok kontrol.
Pertanyaan nomor 4 bertujuan untuk mengetahui sejauhmana kelompok
disonansi kognitif dan konsensus sosial percaya pada umpan balik yang
diberikan oleh eksperimenter. Apabiala kelompok disonansi kognitif dan
konsensus sosial merasa bahwa umpan balik tersebut akurat, itu artinya
partisipan percaya pada umpan balik tersebut dan hal ini diharapkan akan
berpengaruh pada perubahan gaya hidup mereka. Semakin tinggi skor yang
didapat oleh seseorang untuk pertanyaan nomor 4, berarti semakin ia merasa
umpan balik yang diberikan akurat atau dapat dipercaya. Oleh karena itu
kelompok disonansi kognitif dan kelompok konsensus sosial diharapkan
mempunyai skor yang tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Berikut ini
merupakan lembar manipulasi cek partisipan. Untuk lembar manipulasi dapat
dilihat pada halaman berikutnya.
Analisis data manipulasi cek mengguanakan analisis vaian (anava) satu
jalur untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata pada lebih dari dua
kelompok (Santoso, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Nama:
Item pertanyaan
1. Sejauhmana kamu merasa antara pengetahuan tentang Diabetes dan Gaya
hidupmu konsisten?
Sangat konsisten
1 2 3 4 5
2. Sejauhmana kamu merasa pengetahuan tentang Diabetes dan Gaya
hidupmu sama dengan yang lain?
Sama dengan yang lain
1 2 3 4 5
3. Apakah kamu merasa terkejut dengan masukan yang disampaikan?
Sangat terkejut
1 2 3 4 5
4. Apakah kamu merasa masukan yang di berikan akurat?
Sangat akurat
1 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
F. Validitas Internal
Validitas internal yaitu sejauh mana hubungan sebab akibat antara
variabael bebas dan terikat yang ditemukan dalam penelitian. Semakin kuat
hubungan sebab akibat antara VB dan VT maka semakin besar validitas
internal dalam penelitian tersebut (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015). Factor
yang mempengaruhi validitas internal yaitu:
1. Proactive history
Merupakan faktor perbedaan individu yang factor bawaan maupun
suatu hal yang telah dipelajarari sebelumnya. Yang termasuk kedalam
proactive history (usia, jenis kelamin, kepribadian dan intelegensi dll)
(Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015. Hal ini dikontrol dengan cara memilih
partisipan berdasarkan usia (18-25th), jenis kelamin perempuan dan laki-
laki yang juamlahnya seimbang, memilih partisipan dengan tingkat
5. Seberapa kesal kamu terhadap dirimu sendiri?
Sangat kesal
1 2 3 4 5
6. Seberapa kecewa kamu terhadap dirimu sendiri?
Sangat kecewa
1 2 3 4 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
pendidikan yang setara, memilih partisipan berdasarkan bacaan, tontonan
selain topik gaya hidup dan pengobatan dan memilih partisipan dengan
jumlah uang saku perbulannya sama.
2. Maturation
Perubahan biologis atau psikologis dalam yang sisitematis pada
organisme pada waktu tertentu. Hal ini dikontrol dengan cara
menggunakan kelompok kontrol, yaitu mengguanakan kelompok yang
tidak diberikan perlakuan VB (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015).
3. Testing
Dalam penelitian, peneliti memberikan pretest dan posttest kepada
partisipan untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan. Tes yang diberikan merupakan tes yang sama sehingga
partisipan mencoba mengingat kembali tes tersebut sehingga respon yang
diberikan bukan pengaruh perlakuan (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015).
Hal ini dikontrol dengan pengukuran pretest-posttest yang cukup jauh
yaitu dua minggu.
4. Instrumentation effect
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian mempengaruhi
validitas internal penelitian, apabila alat ukur kurang akurat akan
menurunkan validitas internal penelitian. Hal ini dikontrol dengan cara
menggunakan alat ukur yang memiliki validitas dan reliabelitas yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
5. Bias eksperimenter
Perilaku atau karakteristik yang ada pada ekperimenter dapat
menimbulkan bias yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (pengalaman
kontak dengan subjek penelitian sebelum penelitian dan keahlian peneliti)
(Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2015). Hal ini dikontrol dengan cara
mengunakan seorang eksperimenter khusus yang bukan merupakan
peneliti memberikan perlakuan pada partisipan penelitian. Eksperimenter
tidak diberitahu mengeani hipotesis penelitian dan tidak pernah kontak
secara langsung dengan para partisipan sebelumnya.
G. Pengalaman Partisipan
Pengetahuan dan familiaritas partisipan penelitian terhadap topik
penelitian atau metode eksperimental dapat mempengaruhi hasil
penelitian. Hal ini dikontrol dengan cara memilih partisipan diluar jurusan
psikologi, biologi, farmasi, dan ilmu kesehatan lainnya (Seniati, Yulianto,
& Setiadi, 2015). Dalam penelitian ini partisipan tidak menyadari bahwa
mereka berada dalam penelitian eksperimental, yang partisipan ketahui
yaitu para partisipan mengikuti tes cek kesehatan.
H. Partisipan Penelitian
Partisipan penelitian sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 orang laki-
laki dan 15 orang perempuan. Pembagian kelompok dilakukan dengan
terpisah antara laki-laki dan perempuan. Hal ini bertujuan untuk menyetarakan
jumlah partisipan laki-laki dan perempuan di setiap kelompok. Tehnik
pengacakan yaitu menggunakan undian fish boal untuk memasukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
partisipan ke dalam 3 kelompok, yaitu kelompok eksperimen disonansi
kognitif, kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok kontrol.
Partisipan penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi yang berusia 18-25
tahun.
I. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Membuat Alat Ukur
a. Membuat skala pengetahuan diabetes dan skala gaya hidup
b. Melakukan uji coba skala diabetes dan gaya hidup
c. Melakukan uji validitas Isi dan reliabelitas
d. Memilih item-item yang layak
2. Memberikan Informed Consent kepada semua partisipan sebelum
melibatkan mereka dalam penelitian untuk menjawab prinsip kesukarelaan
dan kesejateraan partisipan
3. Pengendalian variabel ekstra
No Variabel Cara mengontrol Alasan
1 Usia Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
dengan menyamakan usia
partisipan (18-25tahuh).
Usia partisipan merupakan
faktor perbedaan individu yang
dibawa maupun suatu hal yang
telah dipelajarari sebelumnya
yang bisa menimbulkan
hubungan yang tidak diharapkan
antara variabel bebas dan
tergantung.
2 Pekerjaan Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
Pekerjaan partisipan merupakan
faktor perbedaan individu yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
dengan memilih partisipan
yang pekerjaannya yaitu
mahasiswa/I Universitas
Sanata Dharma
dibawa maupun suatu hal yang
telah dipelajarari sebelumnya.
yang bisa menimbulkan
hubungan yang tidak diharapkan
antara variabel bebas dan
tergantung.
3 Pendidikan Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
dengan memilih partisipan
yang memiliki tingkat
pendidikan strata S1.
Tingkat pendidikan partisipan
merupakan faktor perbedaan
individu yang dibawa maupun
suatu hal yang telah dipelajarari
sebelumnya. yang tidak
diharapkan antar variabel bebas
dan tergantung.
4 Status Sosial
Ekonomi
Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
dengan memberikan
pertanyaan pada partisipan
mengenai berapa jumlah uang
jajanperbulan. Selanjutnya
memilih partisipan yang
memiliki uang jajan perbulan
partisipan yaitu sebesar Rp.
1.000.000 per bulan
Kondisi ekonomi partisipan
merupakan faktor perbedaan
individu yang dibawa maupun
suatu hal yang telah dipelajarari
sebelumnya. yang bisa
menimbukan hubungan yang
tidak diharapkan antara variabel
bebas dan tergantung.
5 Tontonan Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
dengan memberikan
pertanyaan pada para
partisipan mengenai tontonan
apa saja yang sering ditonton.
Partisipan yang dipilih yaitu
partisipan yang menonton
tontonan selain tema
kesehatan dan gaya hidup.
Tontonan merupakan faktor
perbedaan individu yang dibawa
maupun suatu hal yang telah
dipelajarari sebelumnya yang
bisa menimbukan hubungan
yang tidak diharapkan antara
variabel bebas dan tergantung.
6 Bacaan Dikontrol dengan Teknik
konsentrasi karakteristik, yaitu
dengan memberikan
pertanyaan pada para
Bacaan merupakan faktor
perbedaan individu yang dibawa
maupun suatu hal yang telah
dipelajarari sebelumnya yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
partisipan mengenai bacaan
apa saja yang sering dibaca.
Partisipan yang dipilih yaitu
partisipan yang membaca
bacaan selain tema kesehatan
dan gaya hidup.
bisa menimbukan hubungan
yang tidak diharapkan antara
variabel bebas dan tergantung.
7 Kondisi
Ruangan
Mengontrol tingkat kebisingan
ruangan dengan cara
menggunakan ruangan kedap
suara. Variabel suhu udara dan
cahaya dikontrol dengan
menggunakan ruangan yang
cukup sejuk dan cahaya yang
cukup terang.
Agar kondisi ruangan yang
digunakan tidak mempengaruhi
antar keloompok eksperimen
yang bisa menimbulkan yang
bisa menimbukan hubungan
yang tidak diharapkan antara
variabel bebas dan tergantung.
Setelah mengontrol karakteristik partisipan sesuai dengan kriteria
penelitian, selanjutnya partisipan dimasukkan kedalam ketiga kelompok
secara random.
4. Melakukan pengumpulan data pretest dengan memberikan skala diabetes
dan skala gaya hidup kepada partisipan
5. Memberikan umpan balik kepada kelompok eksperimen disonansi dan
kelompok eksperimen konsensus sosial
6. Melakukan pengumpulan data posttest dengan memberikan skala
pengetahuan diabetes dan skala gaya hidup kepada partisipan
Menganalisis hasil tes partisipan berdasarkan skala dan umpan balik
yang diberikan pada partisipan. Melihat efektivitas pemberian perlakuan dari
teori disonansi kognitif dan pemberian perlakuan dari teori konsesnsus sosial
yang lebih berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup pada partisipan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
J. Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan pretes berlangsung selama 3 hari, bertempat di Ruang
Observasi 1 dan 2 Gedung Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Pengumpulan data pretest dibagi menjadi 2 waktu berbeda yaitu, kloter
pertama pada pukul 10.00- 12.00 dan kloter ke 2 pada pukul 12.00-14.00 di
setiap harinya. Dua minggu kemudian dilaksanakan posttes bertempat di
Ruang Observasi 1 dan 2 Gedung Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Pengumpulan data posttes dibagi menjadi 2 waktu berbeda yaitu, kloter
pertama pada pukul 10.00- 12.00 dan kloter ke 2 pada pukul 12.00-14.00 di
setiap harinya. Pada proses pelaksanaan preposttest, peneliti dibantu oleh 2
rekan mahasiswa untuk memandu berlangsungnya eksperimen. Rentang waktu
pretest dan posttes selama 2 minggu bertujuan untuk melihat perubahan gaya
hidup para partisipan setelah melaksanakan pretest yaitu mengisi angket gaya
hidup dan pengetahuan diabetes.
1. Prosedur eksperimen
a. Pre-test
Seluruh partisipan menjalani pengukuran pre-test dengan mengisi
angket gaya hidup dan pengetahuan diabetes secara online. partisipan
dibagi ke dalam 3 kelompok terpisah yaitu kelompok eksperimen
disonansi kognitif, kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok
kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
b. Perlakuan
1. Kelompok eksperimen disonansi kognitif
Setelah partisipan kelompok ekperimen disonansi kognitif mengisi
kedua angket tersebut, berikutnya partisipan akan menunggu selama
10 menit untuk melihat hasil dari tes yang telah dikerjakan partisipan.
Berikutnya partisipan akan menerima hasil tes dalam ruangan khsus
bersama eksperimenter. Hasil tes partisipan yang diterima berupa
umpan balik yang diberikan oleh eksperimenter. Umpan balik untuk
kelompok disonansi kognitif yaitu kelompok disonansi kognitif akan
diberikan perlakuan berupa informasi bahwa partisipan memiliki
pengetahuan diabetes yang baik akan tetapi, memiliki skor rendah
dalam angket gaya hidup.
2. Kelompok eksperimen konsensus sosial
Setelah partisipan kelompok ekperimen konsensus sosial mengisi
kedua angket tersebut, berikutnya partisipan akan menunggu selama
10 menit untuk melihat hasil dari tes yang telah dikerjakan partisipan.
Berikutnya partisipan akan menerima hasil tes dalam ruangan khsus
bersama eksperimenter. Hasil tes partisipan yang diterima berupa
umpan balik yang diberikan oleh eksperimenter. Pada kelompok
eksperimen konsensus sosial, partisipan akan diberikan umpan berupa
informasi bahwa partisipan mempunyai pengetahuan yang baik tenteng
diabetes, tetapi skor gaya hidupnya rendah bila dibandingkan dengan
partisipan lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
3. Kelompok Kontrol
Pada kondisi kontrol, kelompok kontrol akan diberikan angket
gaya hidup dan angket pengetahuan diabetes tanpa pemberian umpan
balik khusus setelah pengisian angket oleh parisipan.
c. Post-test
Pengukuran posttest dilakukan dua minggu setelah pretest
dilakukan. Pengukuran posttest dilakukan dengan memberikan angket
gaya hidup dan pengetahuan kepada semua partisipan dari kelompok
eksperimen disonansi kognitif, kelompok konsensus sosial dan kelompok
kontrol. Posttest dilaksanakan dua minggu kemudian untuk melihat
apakah telah terjadi indikasi peningkatan perilaku gaya hidup sehat
partisipan setelah pemberian perlakuan atau untuk mendeteksi apakah
perlakuan yang diberikan pada partisipan berhasil. Setelah pelaksanaan
posttest seluruh partisipan diberi informasi mengenai hasil pretesnya
sebelumnya, untuk dibandingkan dengan hasil posttest, apakah ada
peningkatan atau tidak dalam skor gaya hidup partisipan.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah
angket gaya hidup dan angket pengetahuan diabetes. Angket tersebut
menggunakan skala Likert yang bertujuan untuk meminta partisipan
menyatakan kesetujuan-ketidakstujuan dalam sebuah respon untuk mengukur
atribut psikologi tertentu (Supratiknya, 2014). Skala gaya hidup memiliki
enam pilihan jawaban dan disajikan dalam bentuk pernyataan favoroble dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
unfavorable. Pemberian skor dalam pilihan jawaban untuk item favorable
yaitu 5 untuk respon “sangat sering”, 4 untuk respon “sering”, 3 untuk respon
“kadang-kadang”, 2 untuk respon “jarang”, 1 untuk respon “sangat jarang“
dan 0 untuk respon “tidak pernah”. Sedangkan untuk item unfavourable,
pemberian skor 0 untuk respon “sangat sering”, 1 untuk respon “sering”, 2
untuk respon “kadang-kadang”, 3 untuk respon “jarang”, 4 untuk respon
“sangat jarang” dan 5 untuk respon “tidak pernah”. Skala diabetes memiliki 2
pilihan jawaban dan disajikan dalam bentuk pernyataan favourable dan
unfavoranbe. Pemberian skor dalam pilihan jawaban untuk item favorable
yaitu 2 untuk respon “benar”, dan skor 1 untuk respon “salah”. Sedangkan
untuk item unfavourable, pemberian skor 2 untuk respon “salah” dan skor 1
untuk skor “benar”.
Tabel 2.
Skor Penilaian Angket Gaya Hidup
Respon Jawaban Skor nilai item
Favourable
Skor nilai item
Unvaforable
Sangat Sering 5 0
Sering 4 1
Kadang-kadang 3 2
Jarang 2 3
Sangat Jarang 1 4
Tidak Pernah 0 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Tabel 3.
Skor Penilaian Angket Diabetes
Respon Jawaban Favorable Unfavorable
Benar 2 1
Salah 1 2
K. Validias dan Reliabilitas
1. Uji Validitas Isi
Validitas merupakan kualitas dari sebuah alat tes yang
menunjukkan sejauh mana alat ukur tesebut benar-benar mengukur atribut
psikologis yang hendak di ukur. Validtas dapat didefinisikan sebagai taraf
sejauh mana bukti-bukti empiris maupun teoritis membenarkan cara
menafsirkan skor tes sesuai dengan tujuan penggunaan tes (Supratiknya,
2014). Evidensi validitas yang digunakan adalah evidensi terkait isi tes.
Pengujian item dari skala dilakukan dengan analisis rasional melalui
professional judgment.
Validitas isi merupakan taraf sejauh mana unsur-unsur dalam suatu
alat ukur dapat mewakili konstruk yang dituju untuk tujuan asesmen
(Supratiknya, 2016). Dalam penelitian ini menggunakan metode indeks
validitas isi (IVI).
Skor IVI taraf item dihitung dengan rumus di bawah ini:
IVI-I
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Skor IVI taraf skala total dihitung dengan rumus di bawah ini:
Item dianggap baik dan dapat digunakan apabila memiliki skor IVI-
I lebih dari 0,78 dan skor IVI-S minimal 0,09 (Supratiknya, 2016).
2. Analisis Item
Anilaisis item dilakukan untuk memilih item-item yang akan
membentuk sebuah skala tes yang memiliki daya diskriminasi yang baik
dan bersifat homogen (Kline dalam Supratiknya, 2014). Analisis item
menggunakan korelasi item total dengan batasan koefisien korelasi yang
digunakan untuk menyeleksi item adalah korelasi total ≥ 0,30. Dengan
demikian item yang memiliki koefisien korelasi ≥ 0,30 dianggap baik
digunakan, sedangkan item yang memiliki koefisien korelasi kurang dari
0,30 dianggap kurang baik digunakan karena memiliki daya diskriminasi
rendah (Azwar, 1999).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4.
Distribusi Item Skala Gaya Hidup Sebelum Uji Coba
Aspek Indikator Nomor Item Jum-
lah Favora
ble
Unfavo
rable
Pola makan
1. Konsumsi
kalori
utama
Mengonsumsi makanan rendah kalori
Mengonsumsi roti gandum
Mengonsumsi beras merah
Mengonsumsi pasta gandum
Tidak mengonsumsi makanan
cepat saji
13 3, 18 3
2. Asupan
Lemak
Mengonsumsi makanan rendah
lemak
Mengonsumsi daging putih
rendah lemak (tanpa kulit dan
tanpa roses penggorengan)
Mengonsumsi makanan laut
Mengonsumsi lemak tak jenuh
(minyak zaitun, canola,
jagung, bunga matahari)
9, 11 1 3
3. Konsumsi
Gula
Mengnsumsi makanan atau
minuman yang rendah gula
Memilih mengonsumsi air putih
Mengonsumsi teh atau kopi
rendah gula
Tidak menkonsumsi minuman
bersoda atau minuman manis
lainnya
Mengganti cemilan dengan
kacang atau yoghurt tanpa gula
Tidak mengonsumsi selai coklat
(selai manis)
2, 4, 7,
12
8, 10,
14, 15
8
4. Asupan
buah dan
sayur
Mengonsumsi 3 porsi buah
segar setiap hari
Mengonsumsi 3 porsi sayur
setiap hari
16, 5 - 2
Aktivitas Merokok Seseorang dengan risiko diabetes
tidak dianjurkan untuk merokok
- 6 1
Konsumsi Alkohol Tidak atau membatasi konsumsi
alcohol 17 1
Aktivitas Fisik Melakukan setidaknya 60 menit
aktivitas fisik setiap hari
Melakukan setidaknya 150
menit aktivitas fisik (jalan
cepat, jogging, berkebun dll)
menyebar dalam seminggu
19 - 1
TOTAL 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tabel 5.
Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Uji Coba
Aspek Indikator Nomor Item Jum-
lah Favour
able
Unfavo
rable
Pengertian Diabetes Terjadi peningkatan kadar
glukosa
Tidak dapat menghasilkan dan
menggunakan insulin secara
efektif
Merupakan penyakit
degenerative yang terkait
dengan gaya hidup
1, 3 2, 4 4
Jenis-jenis Diabetes
1. Diabetes
tipe 1
Disebabkan oleh reaksi
autoimun
Bersifat genetic
5 6 2
2. Diabetes
tipe 2
Tubuh tidak dapat menghasilkan
cukup insulin
Disebabkan oleh faktor genetik
dan metabolisme yang tidak
sehat
7 8 2
Faktor Penyebab
(tidak dapat
dimodifikasi)
1. Faktor
Genetik
Memiliki riwayat keluarga
mengidap diabetes
9 10 2
2. Usia Menyerang usia dewasa 11 12 2
Faktor penyebab
(dapat di
modifikasi)
1. Lifestyle
Pola makan yang buruk
Konsumsi kalori berlebih
Asupan lemak jenuh berlebih
Konsumsi tinggi minuman
manis
Aktif merokok
Konsumsi alcohol
Kurangnya asupan buah dan
sayuran
Kurangnya aktivitas fisik
13, 15,
17, 19,
21, 23,
25, 27,
29, 31,
33, 35,
37
14, 16,
18, 20,
22, 24,
26, 28,
30, 32,
34, 36,
38
26
2. Kelebihan
berat
badan.
Kelebihan berat badan atau
obesitas
39. 40 2
TOTAL 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
L. Reliabilitas Konsistensi Internal
Menurut AERA, APA dan NCME, reliabelitas merupakan
konsistensi hasil dari pengukuran jika prosedur pengetesan dilakukan
secara berulang terhadap suatu populasi atau kelompok (Supratiknya,
2014). Menurut Priyanto, (2014) koefisien minimal untuk reliabelitas tes
yang dianggap memuaskan adalah 0,70. Uji reliabelitas dalam penelitian
akan menggunakan Alfa Cronbach.
M. Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan data gain scor untuk menguji hipotesis
penelitian. Gain scor merupakan selisih anatara data posttest dan data
pretest (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2008). Dalam penelitian ini
dilakuakan uji normalitas dan homogenitas. Uji normalitas menggunakan
Shapiro-Wilk test karena jumlah data kurang dari 50. Uji homogenitas
menggunakan Levene’s test untuk mengetahui varian populasi data,
apakah antara dua kelompok atau lebih data memiliki varian yang berbeda
ataupun sama.
Peneliti menggunakan rancangan pretest posttest control group
design sehingga uji hipotesis yang dipakai adalah analisis vaian (anava)
satu jalur untuk menguji apakah ada perbedaan rata-rata gian score pada
lebih dari dua kelompok (Santoso, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Validitas Isi
Hasil IVI-I pada skala gaya hidup memiliki skor 0,67 - 1 dan IVI-S
sebesar 0,98. Pada item nomor 13 memilki skor IVI-I sebesar 0,67 sehingga
peneliti melakukan perbaikan pada item tersebut. Hasil IVI-I pada skala
pengetahuan diabetes memiliki skor 0,67 - 1 dan IVI-S sebesar 0,99. Pada
item nomer 11 memiliki skor IVI-I sebesar 0,67 sehingga peneliti melakukan
perbaikan pada item tersebut.
B. Analisis Item Skala
Hasil uji validitas item gaya hidup menunjukkan bahwa 6 item pada
angket gaya hidup memiliki validitas yang rendah, yaitu rit < 0,2. Peneliti
memutuskan mengugurkan keenam item tersebut (1 item favourable dan 5
item unfoavorable). Setelah 6 item digugurkan maka jumlah item akhir yang
digunakan berjumalah 13 item.
Uji validitas item pengetahuan diabetes menunjukkan bahwa 19 item
pada angket pengetahuan diabetes memiliki validitas yang rendah, yaitu rit <
0,2. Peneliti memutuskan mengugurkan kesembilan belas item tersebut (17
item favourable dan2 item unfoavorable). Setelah 19 item digugurkan maka
jumlah item akhir yang digunakan berjumalah 21 item.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Tabel 6.
Distribusi Item Skala Pengetahuan Diabetes Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Nomor Item Jumlah
Favour
able
Unfavo
rable
Pengertian Diabetes Terjadi peningkatan kadar glukosa
Tidak dapat menghasilkan dan
menggunakan insulin secara efektif
Merupakan penyakit degenerative
yang terkait dengan gaya hidup
1*,3 * 2, 4 2
Jenis-jenis Diabetes
3. Diabetes
tipe 1
Disebabkan oleh reaksi autoimun
Bersifat genetic 5 6* 1
4. Diabetes
tipe 2
Tubuh tidak dapat menghasilkan
cukup insulin
Disebabkan oleh faktor genetik
dan metabolisme yang tidak sehat
7* 8 1
Faktor Penyebab
(tidak dapat
dimodifikasi)
3. Faktor
Genetik
Memiliki riwayat keluarga mengidap
diabetes
9* 10 1
4. Usia Menyerang usia dewasa 11* 12 1
Faktor penyebab
(dapat di modifikasi)
3. Lifestyle
Pola makan yang buruk
Konsumsi kalori berlebih
Asupan lemak jenuh berlebih
Konsumsi tinggi minuman manis
Aktif merokok
Konsumsi alcohol
Kurangnya asupan buah dan
sayuran
Kurangnya aktivitas fisik
13*,
15*,
17*,
19*,
21*,
23*,
25*,
27*,
29,
31*,
33*,
35*,
37*
14, 16,
18, 20,
22, 24,
26, 28,
30, 32,
34, 36,
38
14
4. Kelebihan
berat
badan.
Kelebihan berat badan atau obesitas 39* 40 1
TOTAL 21
* = item yang digugurkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Tabel 7.
Distribusi Item Skala Lifestyle Setelah Uji Coba
Aspek Indikator Nomor Item Jum-
lah Favo
rable
Unfavo
rable
Pola makan
5. Konsumsi
kalori utama
Mengonsumsi makanan rendah kalori
Mengonsumsi roti gandum
Mengonsumsi beras merah
Mengonsumsi pasta gandum
Tidak mengonsumsi makanan
cepat saji
13 3*, 18 2
6. Asupan
Lemak
Mengonsumsi makanan rendah lemak
Mengonsumsi daging putih rendah
lemak (tanpa kulit dan tanpa roses
penggorengan)
Mengonsumsi makanan laut
Mengonsumsi lemak tak jenuh
(minyak zaitun, canola, jagung,
bunga matahari)
9, 11 1* 2
7. Konsumsi
Gula
Mengnsumsi makanan atau minuman
yang rendah gula
Memilih mengonsumsi air putih
Mengonsumsi teh atau kopi rendah
gula
Tidak menkonsumsi minuman
bersoda atau minuman manis
lainnya
Mengganti cemilan dengan kacang
atau yoghurt tanpa gula
Tidak mengonsumsi selai coklat (selai
manis)
2, 4,
7*,
12
8, 10,
14*, 15
6
8. Asupan
buah dan
sayur
Mengonsumsi 3 porsi buah segar
setiap hari
Mengonsumsi 3 porsi sayur setiap
hari
16, 5 - 2
Aktivitas Merokok Seseorang dengan risiko diabetes tidak
dianjurkan untuk merokok
- 6* 0
Konsumsi Alkohol Tidak atau membatasi konsumsi
alcohol - 17* 0
Aktivitas Fisik Melakukan setidaknya 60 menit
aktivitas fisik setiap hari
Melakukan setidaknya 150 menit
aktivitas fisik (jalan cepat, jogging,
berkebun dll) menyebar dalam
seminggu
19 - 1
TOTAL 13
* = item yang digugurkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
C. Reliabilitas
Uji reliabelitas dalam penelitian ini menggunakan Alpha Cronbach. Hasil
uji reliabelitas menunjukan bahwa angket lifestyle memiliki α= 0,71. Hal ini
menunjukkan bahwa angket lifestyle memiliki reliabelitas yang baik. Untuk
hasil uji reliabelitas menunjukan bahwa angket pengetahuan diabetes memilki
α= 0,72. Hal ini menunjukkan bahwa angket pengetahuan diabetes memiliki
reliabelitas yang baik
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Pre-test
Penelitian berlangsung selama 3 hari yaitu, hari senin, selasa, dan
rabu pada tanggal 14, 15 dan 16 Oktober 2019 (pretest) bertempat di
Ruang Observasi 1 dan 2 Gedung Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Pengumpulan data dibagi menjadi 2 waktu yaitu kloter pertama pada pukul
10.00- 12.00 dan kloter ke 2 pada pukul 12.00-14.00 di setiap harinya.
Lama pengambilan data masing-masing peserta kurang lebih 20 menit.
Pengambilan data untuk kelompok eksperimen disonansi kognitif
dilaksanakan pada tgl 14 Oktober 2019 pada pukul 10.00 - 14.00 WIB,
untuk kelompok eksperimen konsensus sosial dilaksanakan pada tgl 15
Oktober 2019 pada pukul 10.00 - 14.00 WIB dan untuk kelompok kontrol
dilaksanakan pada tgl 16 Oktober 2019 pada pukul 10.00 - 14.00 WIB.
Pada proses pelaksanaan ini, peneliti dibantu oleh 2 rekan mahasiswa
untuk memandu berlangsungnya eksperimen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Seluruh partisipan menjalani pengukuran pre-test secara individual
dalam 3 kelompok terpisah yaitu kelompok eksperimen disonansi kognitif,
kelompok eksperimen konsensus sosial dan kelompok kontrol.
E. Post-test
Posttest dilakukan dua minggu setelah pretest yang berlangsung
selama 3 hari yaitu, hari senin, selasa, dan rabu pada tanggal 28, 29 dan 30
Oktober 2019 bertempat di Ruang Observasi 1 dan 2 Gedung Psikologi
Universitas Sanata Dharma. Pengumpulan data dibagi menjadi 2 waktu
yaitu kloter pertama pada pukul 10.00- 12.00 dan kloter ke 2 pada pukul
12.00-14.00 disetiap harinya. Lama pengambilan data masing-masing
peserta kurang lebih 20 menit. Pengambilan data untuk kelompok
eksperimen disonansi kognitif dilaksanakan pada tgl 28 Oktober 2019
pada pukul 10.00 - 14.00 WIB, untuk kelompok eksperimen konsensus
sosial dilaksanakan pada tgl 29 Oktober 2019 pada pukul 10.00 - 14.00
WIB dan untuk kelompok kontrol dilaksanakan pada tgl 30 Oktober 2019
pada pukul 10.00 - 14.00 WIB. Pada proses pelaksanaan ini, peneliti
dibantu oleh 2 rekan mahasiswa untuk memandu berlangsungnya
eksperimen.
Pelaksanaan Posttest dilakukan dengan memberikan angket gaya
hidup dan pengetahuan diabetes kembali kepada semua partisipan dari
kelompok eksperimen disonansi kognitif, konsensus sosial dan kelompok
kontrol. Pada pelaksanaan posttest, kelompok kontrol diberikan umpan
balik oleh eksperimenter berupa informasi mengenai hasil angket pretest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
partisipan sebelumnya. Setelah pelaksanaan posttest partisipan diberikan
informasi terkait hasil pretesnya sebelumnya, untuk dibandingkan dengan
hasil posttest, apakah ada peningkatan atau tidak dalam skor gaya hidup
partisipan.
Tabel 8.
Data Deskriptif Subjek
Kelompok ∑Subjek
Awal
∑Subjek Akhir
Disonansi Kognitif L: 5 L:5
P:5 P:5
Konsensus Sosial L: 5 L: 4
P:5 P:5
Kontrol L: 5 L: 5
P:5 P:5
Total
Partisiapan
Disonansi Kognitif 10 10
Konsensus Sosial 10 9
Kontrol 10 10
N= 30 N= 29
F. Uji Pengecekan Manipulasi
Agar dapat memverifikasi mengenai efektivitas perlakuan yang dibuat
maka peneliti meminta setiap partisipan untuk menjawab 6 item pertanyaan
yang telah disediakan pada lembar Pengecekan Manipulasi. Pengecekan
manipulasi dilakukan setelah partisipan mendapatkan umpan balik dari
eksperimenter. Berikut adalah rerata skor yang diberikan oleh masing-masing
kelompok saat pelaksanaan penelitian:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Tabel 9.
Data Deskriptif Pengecekan Manipulasi Partisipan Penelitian
NO MANIPULASI DISONANSI KONSENSUS KONTROL
Mean s.d Mean s.d Mean s.d
1 1. Sejauhmana kamu
merasa antara
pengetahuan tentang
Diabetes dan Gaya
hidupmu konsisten?
2,10
0,738
3,11
0,928
3,60
0,699
2 2. Sejauhmana kamu
merasa pengetahuan
tentang Diabetes dan
Gaya hidupmu sama
dengan yang lain?
3,20
1,135
2,44
0,527
3,40
0,516
3 3. Apakah kamu
merasa terkejut
dengan masukan yang
disampaikan?
2,10
1,197
3,11
1,453
2,60
0,843
4 4. Apakah kamu
merasa masukan yang
di berikan akurat?
4,70
0,483
4,22
0,833
4,30
0,483
5 5. Seberapa kesal
kamu terhadap dirimu
sendiri?
2,90
0,994
3,33
1,225
2,60
0,843
6 6. Seberapa kecewa
kamu terhadap dirimu
sendiri?
3,20
1,317
3,44
1,333
2,40
0,966
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Tabel 10.
Uji Anova Hasil Pengecekan Manipulasi
Item Df F Sig.
Pertanyaan 1 2, 26 3.974 .001
Pertanyaan 2 2, 26 3.801 .036
Pertanyaan 3 2,26 1.741 .195
Pertanyaan 4 2,26 1.704 .202
Pertanyaan 5 2,26 1.220 .312
Pertanyaan 6 2,26 1.965 .160
Untuk item pertanyan 1 “Sejauhmana kamu merasa antara pengetahuan
tentang Diabetes dan Gaya hidupmu konsisten?” hasilnya menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok (F (2,26) = 9.374, P 0.001
< 0.05). Dari tabel 9 diketahui bahwa kelompok disonansi kognitif memiliki
nilai rata-rata paling rendah dalam item pertanyaan 1 yaitu sebesar 2.10,
artinya kelompok disonansi benar merasakan disonansi kognitif.
Untuk item pertanyaan 2 “Sejauhmana kamu merasa pengetahuan
tentang Diabetes dan Gaya hidupmu sama dengan yang lain?” hasilnya
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok (F (2,26) =
3.801, P 0.036 < 0.05). Diketahui kelompok konsensus sosial memiliki nilai
rata-rata paling rendah dalam item nomor 2 yaitu sebesar 2.44, artinya
kelompok konsensus sosial merasakan perbedaan dengan partisipan lainnya.
Untuk item pertanyaan 3 “Apakah kamu merasa terkejut dengan
masukan yang disampaikan?” hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara ketiga kelompok (F (2,26) = 1.741, P 0.195 > 0.05).
Untuk item pertanyaan 4 “Apakah kamu merasa masukan yang diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
akurat?” hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
ketiga kelompok (F (2,26) = 1.704, P 0.202 > 0.05). Untuk item pertanyaan 5
“Seberapa kesal kamu terhadap dirimu sendiri?” hasilnya menunjukkan tidak
ada perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok (F (2,26) = 1.220, P
0.312 > 0.05). Untuk item pertanyaan 6 “Seberapa kecewa kamu terhadap
dirimu sendiri?” hasilnya menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan
antara ketiga kelompok (F (2,26) = 1.470, P 0.160 > 0.05).
Berdasarkan hasil pengecekan manipulasi menunjukkan bahwa item
pertanyan 1 dan 2 terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga kelompok.
Untuk hasil item pertanyaan 3, 4, 5 dan 6 menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan antara ketiga kelompok. Untuk memeriksa apakah partisipan
dapat mengidentifikasi komponen utama dari perlakuan umpan balik dapat di
lihat dari hasi uji anova untuk pertanyaan 1 dan 2 (Ciao & Latner, 2011).
Dengan demikian pertanyaan 1 dan 2 sudah cukup untuk mendeteksi
terjadinya kondisi disonansi kognitif dan konsensus sosial pada partisipan
penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
G. Analisis Data
1. Deskripsi data penelitian
Berikut merupakan data deskriptif dari hasil eksperimen:
Tabel 11.
Data Deskriptif Hasil Penelitian
No Klompok Pretest Posttest Gain
Score
Disonansi Kognitif
1 Peserta nomor 1 34 48 14
2 Peserta nomor 2 31 37 6
3 Peserta nomor 3 15 27 12
4 Peserta nomor 4 38 39 1
5 Peserta nomor 5 16 15 -1
6 Peserta nomor 6 31 34 3
7 Peserta nomor 7 23 34 11
8 Peserta nomor 8 43 42 -1
9 Peserta nomor 9 20 22 2
10 Peserta nomor 10 17 19 2
Konsensus Sosial
1 Peserta nomor 1 26 42 16
2 Peserta nomor 2 27 29 2
3 Peserta nomor 3 21 29 4
4 Peserta nomor 4 26 25 3
5 Peserta nomor 5 23 24 1
6 Peserta nomor 6 18 25 7
7 Peserta nomor 7 23 40 17
8 Peserta nomor 8 28 34 6
9 Peserta nomor 9 20 41 21
Kontrol
1 Peserta nomor 1 36 38 2
2 Peserta nomor 2 25 25 0
3 Peserta nomor 3 20 24 4
4 Peserta nomor 4 33 29 -4
5 Peserta nomor 5 31 33 2
6 Peserta nomor 6 13 15 2
7 Peserta nomor 7 32 32 0
8 Peserta nomor 8 12 16 4
9 Peserta nomor 9 18 17 1
10 Peserta nomor 10 28 31 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 12.
Data Deskriptif Gain Score
N Mea
n
SD Std.
Error
95% Confidence
Interval for Mean
Min Max
Lower
Bound
Upper
Bound
Disonansi
Kognitif
10 4.80 5,613 1,775 0.78 8,82 -1 14
Konsensus
Sosial
9 8.56 7,435 2,435 2,84 14.27 1 21
Kontrol 10 2.00 1,826 1,826 0.69 3.31 -1 4
Total 29 5.00 5,855 5,855 2.77 7.23 -1 21
H. Uji Asumsi
Peneliti menggunakan uji anava satu jalur untuk membandingkan
apakah terdapat perbedaan rata-rata pada gain score ke tiga kelompok
data. Terdapat dua asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk melakukan uji
anava satu jalur, yaitu uji normalitas dan homogenitas data.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui
apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. (Siregar, 2012).
Uji normalitas dilakukan pada ketiga kelompok data. Uji normalitas
menggunakan uji Shapiro-Wilk karena jumlah data atau partisipan
kurang dari 50 orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel 13.
Hasil Uji Normalitas
Shapiro Wilk
Kelompok Statistic Df Sig.
Gain
Score
Disonansi Kognitif .867 10 .092
Konsensus Sosial .860 9 0.95
Kontrol .887 10 .156
Nilai (Sig.) Shapiro-Wilk dikatakan normal apabila nilai p > 0.05.
Hasil menunjukkan bahwa data gain score ketiga kelompok normal.
Untuk kelompok disonansi kognisif p = 0.092, untuk kelompk
konsensus sosial nilai p = 0.095 dan untuk kelompok kontrol nilai p =
0.156.
3 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan Levene’s test untuk melihat
apakah sample data berasal dari populasi yang variasinya sama atau
setara (Siregar, 2017).
Tabel 14.
Hasil Uji Homogenitas
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Gain
score
10.261 2 26 0.001
Homogenitas data dilihat dari nilai Levene’s tets, nilai diangap
signifikan apabila memiliki nilai p> 0.05. Nilai Leveve’s tets untuk
data gain score nilai p = 0.001 < 0.05, yang artinya data gain score
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
bersifat tidak homogen atau tidak memiliki variansi yang tidak setara.
Data yang homogen dalam uji homogenitas merupakan salah satu
syarat melakukan uji anava satu jalur, namun apabila jumlah partisipan
antara kelompok hampir sama asumsi homogenitas varian dapat
diabaikan (Santoso, 2014). Dengan demikian uji anava masih tetap
dapat dilakukan.
I. Uji Hipotesis
a. ANAVA satu jalur gain score
ANAVA satu jalur digunakan untuk menguji apakah terdapat
perbedaan rata-rata pada lebih dari dua kelompok data (Santoso,
2014). Peneliti melakukan uji anava satu jalur pada gain score untuk
mengetahui efektivitas perlakuan yang diberikan pada kelompok
eksperimen.
Tabel 15.
Deskripsi Statistik Pada KDK, KKS dan KK
T
a
b
e
l 15 menunjukkan data statistic deskriptif rerata gain score ketiga
kelompok. Nilai rerata gain score gaya hidup pada kelompok disonansi
kognitif sebesar 4.80, untuk kelompok konsensus sosial nilai rerata
Kelompok N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Gain
score
Disonansi
Kognitif
10 4.80 5.613 1,775
Konsenus
Sosial
9 8.56 7.435 2.478
Kontrol 10 2.00 1.826 0.577
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
sebesar 8.56 dan untuk kelompok kontrol sebesar 2.20. Hal ini
menunjukkan bahwa kelompok konsensus sosial mengalami kenaikan
skor gaya hidup sebesar 8.56 yang merupakan skor peningkatan
terbesar diabandingkan dengan kelompok disonansi kognitif dan
kelompok kontrol.
Tabel 16.
Analisis Anava Satu Jalur Gain Score
Sum of
Squares
df Mean
Square
F Sig.
Between groups 204.178 2 102.089 3.512 0.045
Whitin group 755.822 26 29.070
Total 960.000 28
Berdasarkan tabel 16, diketahui nilai F (2,26) = 3.512 dengan P =
0,045, dari besarnya nilai P dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan diantara ketiga kelompok.
Tabel 17.
Post Hoc Gain Score
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
Kontrol 10 2.00
Disonansi kognitif 10 4.80 4.80
Konsensus Sisoal 9 8.56
Sig. 0.499 0.294
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Pada susbsets 1 terdapat data kontrol dan disonansi. Artinya rat-
rata gain score kedua kelomok tersebut tidak mempunyai perbedaan
yang signifikan. Dengan kata lain, rata-rata gain score kelompok
kontrol dan disonansi tidak berbeda secara signifikan. Pada susbsets 2
terdapat data disonansi dan konsensus. Artinya rat-rata gain score
kedua kelompok tersebut tidak mempunyai perbedaan yang signifikan.
Dengan kata lain, rata-rata gain scor kelompok disonansi dan
konsensus tidak berbeda secara signifikan.
Dalam penelitian eksperimen ini hanya rata-rata gain score
konsensus dan kontrol yang berbeda, sedangkan rata-rata gain score
lainnya sama. Dengan demikian, intervensi yang berpengaruh secara
signifikan terhadap peningkatan rata-rata gain score gaya hidup
adalah konsensus sosial.
J. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas perlakuan disonansi
kognitif dan konsensus sosial untuk mengubah gaya hidup di Indonesia.
Peneliti menggunakan analisis anava satu jalur gain score kepada kelompok
disonansi kognitif, konsensus sosial dan kontrol untuk melihat perbedaan
score gaya hidup ketiga kelompok setelah pelaksanaan eksperimen. Hasil
analisis menunjukkan nilai uji F (2,26) = 3.512 dengan P = 0.045 (P < 0.05).
Artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara gain score kelompok
disonansi kognitif, konsensus sosial dan kontrol.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Hasil analisis post hoc yang disajikan pada tabel 17 menunjukkan
bahwa hanya rata-rata gain score konsensus sosial dan kontrol yang memiliki
perbedaan, sedangkan rata-rata gain score antar kelompok disonansi kognitif
dan kelompok kontrol tidak berbeda secara signifikan. Dengan demikian,
intervensi yang paling berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan
rata-rata gain score gaya hidup adalah konsensus sosial.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi konsensus sosial
lebih efektif untuk meningkatkan gaya hidup partisipan dibandingkan dengan
intervensi disonansi kognitif. Hasil penelitian ini berbeda dengan pnelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Ciao dan Latner (2011) yang melibatkan
mahasiswa Universitas Hawaii, Amerika sebagai partisipan penelitian. Hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa disonansi kognitif lebih efektif dalam
mengubah stigma terhadap obesitas dibandingkan konsensus sosial.
Perbedaan hasil kedua penelitian ini diduga berkaitan dengan perbedaan
budaya. Penelitian yang dilakukan oleh Ciao & Latner, (2011) partisipan
penelitiannya yaitu mahasiswa universitas Hawaii Amerika. Budaya barat
seperti negara Amerika lebih menekankan pada individualtas yang
membedakan diri dengan orang lain (Maerkus & Kitayama, 1991). Dalam
budaya barat yang individualis seseorang cenderung memandang dirinya
sebagai unit yang independent dan menjadikan independensi sebagai dasar
untuk bersosialisasi (Maerkus & Kitayama, 1991). Hal ini membuat
seseorang yang dibesarkan dalam budaya individualis cenderung tergantung
pada diri sendiri dibandingkan dengan orang lain. Dengan demikin orang yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
berasal dari budaya individualis akan cenderung lebih terganggu jika terjadi
ketidak konsistenan di dalam dirinya atau terjadi perbedaan keyakinan dan
perilaku dalam dirinya.
Penelitian ini menggunakan partisipan dari Indonesia. Menurut
Kitayama, (2007) Indonesia merpakan bangsa Asia yang lebih menekanan
pada nilai-nilai kolektivisme dibandingkan dengan nilai-nilai individualis.
Sejak masa kanak-kanak masyarakat Indonesia terlatih mengembangkan
pribadi yang harmoni dan selaras dengan kelompoknya (Lestari, 2007). Dalam
budaya kolektifis seorang individu akan merasa hidupnya lebih baik dan
bermakna ketika memiliki hubungan sosial yang harmonis dibandingkan
memiliki otonomi yang independent (Markus dan Kitayama 1991). Sehingga
orang-orang yang dibesarkan dalam budaya kolektivis cenderung merasa
terganggu jika dirinya tidak sesuai dengan lingkungan sosial atau
kelompoknya. Hal inilah yang menyebabkan mengapa dalam penelitian ini
konsensus sosial lebih efektif dibandingkan disonansi kognitif.
Pada umumnya orang yang dibesarkan di negara barat seperti Eropa-
Amerika cenderung memandang dirinya dalam kaca mata personal yang
individualis dimana orang tersebut cenderung memiliki locus of control
internal (Matsumoto,1996). Sehingga bisa disimpulkan partisipan dari
penelitian Ciao dan Latner, (2011) yang tinggal di negara Amerika diduga
memiliki locus of contro internal yang lebih tinggi dibandingkan lokus of
control eksternalnya. Sehingga ketika terjadi ketidak konsistenan di dalam
dirinya mereka merasa lebih terganggu dibandingkan ia tidak sama dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
lingkungan sosialnya. Oleh karena itu mengapa penelitian Ciao & Latner,
(2011) menujukan bahwa disonansi kognitif lebih efektif.
Di sisi lain orang yang dibesarkan pada budaya kolektivis bisaanya
cenderung memiliki locus of control eksternal, dimana seseorang merasa
kehidupannya sangat dipengaruhi oleh orang lain atau lingkungannya
(Matsumoto,1996). Sehingga orang dengan budaya kolektifis diduga lebih
merasa terganggu ketika terjadi ketidak sesuaian dirinya dengan lingkungan
sosialnya. Oleh karena itu mengapa dalam penelitian ini konsensus sosial
lebih efektif dibandingkan disonansi kognitif.
Dalam penelitian ini pengukuran posttes dilakukan dua minggu setelah
pelaksanaan pretest. Lama waktu pengukuran tersebut belum sampai pada
tahap perubahan perilaku gaya hidup yang menetap dan stabil. Waktu yang
dibutuhkan untuk perubahan gaya hidup yang menetap dan stabil berkisar 18-
254 hari dengan rata-rata 66 hari untuk mendapatkan perubahan gaya hidup
yang stabil (Lally, Potts, & Wardle, 2010). Oleh sebab itu hasil penelitian ini
berada pada tahap awal mendeteksi perubahan atau peningkatan gaya hidup
dan belum memasuki tahap perubahan yang menetap dan stabil. Dibutuhkan
pengukuran dengan waktu yang lebih panjang atau tes follow up untuk melihat
perubahan perilaku gaya hidup yang stabil dan menetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil anava satu jalur pada gain score, diketahui bahwa
rata-rata skor gaya hidup ketiga kelompok memiliki perbedaan yang
signifikan antara gain score kelompok disonansi kognitif, konsensus sosial
dan kontrol. Hasil analisis post hoc menunjukkan bahwa hanya rata-rata gain
score konsensus sosial dan kontrol yang memiliki perbedaan, sedangkan rata-
rata gain score antar kelompok disonansi kognitif dan kelompok kontrol tidak
berbeda secara signifikan. Dengan demikian, intervensi yang paling
berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan rata-rata gain score gaya
hidup adalah konsensus sosial.
B. Kelebihan dan keterbatasan penelitian
Kelebihan penelitian ini adalah penelitian ini masih sangat jarang
dilakukan di Indonesia terutama dalam bidang psikologi kesehatan untuk
pencegahan diabetes. Kedua penelitian ini lebih berfokus pada preventif yaitu
penelitian yang mengupayakan pencegahan diabetes degan mengubah gaya
hidup untuk mengurangi risiko diabetes melalui proses kognitif.
Keterbatasan penelitian ini adalah jumlah partisipan yang sedikit
sehingga hasil penelitian kurang bisa digeneralisasikan. Kedua skala yang
digunakan lebih berpatokan pada gaya hidup sehat secara umum di dunia yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
lebih mengarah pada gaya hidup sehat orang barat. Hal tersebut membuat
skala yang digunakan masih kurang sesuai dengan gaya hidup orang
Indonesia. Ketiga waktu pengukuran posttes untuk melihat perubahan gaya
hidup yaitu dua minggu masih belum cukup baik untuk melihat perubahan
gaya hidup yang stabil dan menetap dari partisipan. Perubahan gaya hidup
membutuhkan waktu 18-245 hari dengan rata-rata 66 hari untuk mencapai
perubahan yang stabil dan menetap, sehingga diperlukan pengukuran dengan
waktu yang lebih panjang.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti variabel yang sama,
disarankan:
a. Untuk menambah jumlah partisipan penelitian. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi jumlah partisipan yang berkurang karena drop out dan
untuk meningkatkan kekuatan generalisasi penelitian.
b. Sebaiknya menemukan atau membuat skala yang membahas gaya
hidup sehat yang lebih sesuai dengan kebisaaan orang Indonesia. Skala
penelitian berikutnya diharapkan memiliki reliabelitas yang lebih
tinggi dari skala yang digunakan dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
c. Sebaiknya melakukan pengukuran posttest dengan waktu yang lebih
panjang dan melakukan tes follow up secara periodic disetiap minggu
hingga hari ke 66 untuk melihat perubahan gaya hidup yang stabil dan
menetap.
D. Bagi praktisi kesehatan
Bagi praktisi kesehatan yang ingin mengubah gaya hidup dapat
menggunakan metode intervensi konsensus sosial untuk mengubah gaya
hidup sehingga bisa mencegah atau memperlambat terjadinya penyakit
diabetes melitus di Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
DAFTAR PUSTAKA
Carels, R., Darby, L., Cacciapaglia, H., and Douglasa, O. (2004). Reducing
cardiovascular risk faktors in postmenopausal Women through a lifestyle
change intervention. Journal of Women’s Health, Volume 13, Number 4.
Ciao, A. C, & Letner, J. D. (2011). Reducing Obesity Stigma: The effectiveness
of cognitive dissonance and sosial consensus interventions. Journal of
Behavior and Psychology doi:10.1038/oby.2011.106.
Cohn, A. Michael, & Fredrickson, B. L. (2010). In search of duarable positive
psychology interventions: predictors and consequences of long-term
positive behavior change. Journal of Positive Psychology Vol. 5 No 5,
355 – 366.
Cooper, J. (2007). Cognitive Dissonance Fifty Years of a Classic Theory. London:
Sage Publications.
Festinger, Leon. (1957). A Theory of Cognitive Dissonance. USA: Row, Peterson
and Company.
Flint, A & Arslanian, S. (2011). Treatment of type 2 diabetes in youth. Journal of
Diabetes Care Vol 34, No 2.
Hendricks, J, & Hatch, R. Laurie. (2006). Handbook of Aging and the Sosial
Science sixth Edition Chapter 17. USA: Elsevier.
Hidayat, R., & Bashori, K. (2016). Psikologi Sosial: Aku, Kamu dan Kita. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
International Diabetes Federation, (2017). IDF Diabetes Atlas - 8th Edition.
https://www.diabetesatlas.org.
Johnson, M. (1998). Diabetes, Terapi dan Pencegahannya. Terjemahan P. A.
Siboro. Jawa Barat: Indonesia Publishing House editor J. F. Manulang.
Kotler, P & Keller, K. (2006). Marketing Management Twelfth Edition. New
Jersey: Pearson.
Kitayama, S & Cohen, D. (2007). Hand Book of Cultural Psychology. New York:
The Guilford Press.
Kupo, V. (2010). What is Hawaiian?: Explorations And Understanding Of Native
Hawaiian College Women’s Identities. Dissertation of Bowling Green
State University.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Lally, P., Potts, H.W.W., & Wardle, J. (2010). How are habits formed: Modelling
habit formation in the real world. European Journal of Social
Psychology, 40, 998-1009.
Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga Penanaman dan Penanganan Konflik
dalam Keluarga. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri.
Li, G., Zhang, P., Wang, J., Gregg, E., Yang, W., Gang, Q………Bannett, P.
(2008). The Long-term effect of lifestyle interventions to prevent
diabetes in the China da qing diabetes prevention study: A 20-year
follow-up study. Vol 371.
Lindström, J., Ilanne-Parikka, P., Peltonen, M., Aunola, S., Eriksson, J., Hemiö,
K……….Tuomileht, J. (2006). Sustained reduction in the incidence of
type 2 diabetes by lifestyle intervention: follow-up of the Finnish
Diabetes Prevention Study, 368.
Markus, H., R., & Kitayama, S. (1991). Culture and the self: Implications for
cognition, emotion, and motivation. American Psychological Association
Vol. 98, No, 2, 224-253.
Marthan, A., Hardjanta, G., & Yudiati, E. (2013). Latihan berpikir positif terhadap
depresi pada penderita diabetes militus. prediksi, Kajian Ilmiah Psikologi
No 1, Vol. 2.
Matsumoto, D. (1996). Culture and Psychology. New York: Brooks/Cole
Publishing.
McCubbin, L., & Marsella, A. (2009). Native hawaiians and psychology: The
cultural and historical context of indigenous ways of knowing. American
Psychological Association. Cultural Diversity and Ethnic Minority
Psychology. 15(4), 374–387.
Prslin, R., Shaffer, E., & Crowder, M. (2012). Populism vs. Elitism: Sosial
Consensus and Sosial Status as Bases of Attitude Certainty. The Journal
of Sosial Psychology. 152(3), 1–13.
Ramachandran, A., Snehalatha, C., Mary, S., Mukesh, B., Bhaskar, A. and Vijay,
V. (2006) The indian diabetes prevention programme shows that lifestyle
modification and metformin prevent type 2 diabetes in Asian Indian
subjects with impaired glucose tolerance. Diabetologia 49: 289-297.
Ramanda, R. (2014). Gambaran Tingkat Depresi Pasien Diabetes Militus Tipe 2
Di Puskes mas Purnama Pontianak Tahun 2013. Skripsi program Studi
Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak.
Rejeski, W., Edward, H., Bertoni, A., Bray, G., Evans, G., Gregg, E., and Zhang,
Q. (2012). Lifestyle change and mobility in obese adults with type 2
diabetes. The new england journal of medicine.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Priayanto, D. (2014). SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta: PT Andi
Offset.
Santoso, S. (2014). SPSS 22 From Essential to Expert Skills. Jakarta: Elex Media
Komputindo.
Saraswati, M dan Widaningsih, I. (2008). Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial.
Jakarta: PT Grafindo Media Pratama.
Sechrist, G and Milford, L. (2007). The Influence of sosial consensus information
on intergroup helping behavior. Basic And Applied Sosial Psychology,
29(4), 365–374.
Seniati, L., Aries, Y., & Setiadi, B. N. (2008). Psikologi Eksperimen. Jakarta:
Indeks.
Siregar, Syofian. (2013). Statistic Parametrik Untuk Penelitian Kuantitatif
Dilengkapi Dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
Stebbins, R. A. (1997). Lifestyle as a generic concept in ethnographic research.
Journal Department of Sociology, University of Calgary Vol.31, 347 –
360.
Suh, E., Diener, E., Oishi, S, & Triadis, H. C. (1998). The shifing basis of life
satisfaction judgments across cultures: Emotions versus norms. Journal
of Personalty and Sosial Psychology Vol. 74, 482-493.
Sujana, R., Wahyuningsih, H & Uyun, Q. (2015). peningkatan kesejahteraan
psikologis pada penderita diabetes militus tipe 2 dengan mengguanakn
group positive psychotherapy. Jurnal Intervensi Psikologi Vol. 7 No. 2.
Supratiknya, A. (2016). Kuantifikasi Validitas Isi dalam Asesmen Psikologis.
Yogyakarta: Penerbit Universitas Sanata Dharma.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Penerbit Universitas
Sanata Dharma.
Suwanto, & Indratno, F., T. (2009). Ayo Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 5.
Yogyakarta: Kanisius.
Tangney, J. P., & Fiscker, K. W. (1995). Self Conscious Emotions: The
Psychology of Shame Guilt, Embarrassment, and Pride. New York: The
Guilford Press
Taylor, E. S., Peplau, L. A., & Sears, D. O. (2009). Psikologi Sosial Edisi Kedua
Belas. Jakarta: Kencana.
Thirlaway, K & Upton, D. (2009). The Psychology of Lifestyle Promoting Healthy
Behaviour. London: Routledge.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tuomilehto, J., Lindstrom, J., Eriksson, J., Valle, T., Hamalainen, H., Parikka, P.,
Kiukaannemi, S………Uusitupa, M. (2001). Prevention of type 2 diabetes
militus by change in lifestyle among subjects with Impaired Glucose
Tolerance. The New England Journal of Medican, Vol 344, Number 18.
Torelli, J. Carlos. (2006). Individuality or conformity? the effect of independet
and interdependent self-concepts on public judgments. Journal of
Consumer Psychology, 16 (3), 204-248.
Walgito, Bimo. (2003). Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakata: Andi
Yogyakarta.
World Health Organization, (2018). Guide lines On Second- and third-line
medicines and type of insulin for the control of blood glucose levels in
nonpregnant adults with diabetes mellitus.
https://www.who.int/diabetes/global-report.
Young, A. F. (2011). The influence of sosial consensus information on intergroup
attitudes: The moderating effects of ingroup indentification. Journal of Sosial
Psychology. 151(6), 674-695.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Lampiran 1.
Informed Consent
Formulir Persetujuan
Selamat datang di halaman Survei Kesehatan. Semua data maupun informasi yang
akan Anda berikan akan terjamin kerahasiaannya. Selanjutnya silahkan Anda
untuk mengisi data diri di bawah ini.
Nama :
Jurusan/Prodi :
Angkatan :
No Hp :
Saya bersedia menjadi partisipan penelitian ini.
(_______________________)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Lampiran 2.
Skala Gaya Hidup dan Skala Diabetes
SKALA PENELITIAN
Disusun ileh:
Pande Ayu Sawitri Dewi
149114202
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
PETUNJUK PENGISIAN
SKALA GAYA HIDUP
Kuesioner ini berisikan 13 pernyataan yang berkaitan dengan dengan pola makan
dan aktivitas fisik harian anda. Pilihlah jawaban pada kolom yang telah
disediaakan. Anda bisa menjawab pertanyaan ini dengan pedoman sebagai
berikut:
1. Tidak Pernah (TP) : Jika anda tidak pernah melakukan hal tersebut
dalam seminggu
2. Sangat Jarang (SJ) : Jika anda melakukan hal tersebut sebanyak 1 kali
dalam seminggu
3. Jarang (J) : Jika anda melakukan hal tersebut sebanyak 2 kali
dalam seminggu
4. Kadang-kadang (KK) : Jika anda melakukan hal tersebut sebanyak 3 kali
dalam seminggu
5. Sering (S) : Jika anda melakukan hal tersebut sebanyak 4-6
kali dalam seminggu
6. Sangat Sering (SS) : Jika anda melakukan hal tersebut sebanyak 7
kali/setiap hari dalam seminggu
Tidak ada jawaban benar atau pun salah.
PILIHLAH JAWABAN SESUAI DENGAN KEADAAN ANDA YANG
SESUNGGUHNYA.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Skala Gaya Hidup
No Pertanyaan TP SJ J KK S SS
1 Mengonsumsi minimal 8 gelas air
putih perhari
2 Mengonsumsi, plain yoghurt (tanpa
gula), kacang-kacangan dan buah segar
sebagai camilan
3 Mengonsumsi 3 porsi sayur setiap
harinya sebanyak 250gram atau setara
dengan 2 setengah mangkuk sayur,
setelah dimasak dan ditiriskan.
4 Mengonsumsi milk shake, bubble tea,
thai tea, minuman teh kemasan (fruit
tea, fresh tea, teh kotak dll), jus buah
dengan tambahan gula atau jus buah
kemasan (buavita, abc dll) dan
berbagai jenis minuman manis lainnya.
5 Mengonsumsi makanan yang digoreng
dengan minyak zaitun, minyak canola,
minyak jagung atau minyak bunga
matahari maksimal (5 sendok makan)
per hari.
6 Mengonmsi minuman bersoda
7 Mengonsumsi daging putih, unggas,
atau makanan laut tanpa lemak (tanpa
kulit dan tanpa proses menggoreng)
sebanyak 2-4 potong daging ayam
ukuran sedang atau 2-4 potong ikan
ukuran sedang) per harinya
8 Mengonsumsi minuman rendah gula
atau minuman dengan gula maksimal 3
setengah sendok makan gula (36 gram)
dalam satu hari
9 Mengonsumsi 3 (piring) nasi merah
atau mengonsumsi 9 potong roti
gandum dalam 1 hari.
10 Mengonsumsi martabak, roti bakar, ice
cream, keripik kentang, snack
kemasan, kue manis, biskuit, coklat,
permen, atau berbagai macam makanan
ringan lainnya sebagai cemilan.
11 Mengonsumsi buah 3 porsi per harinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
sebanyak 150gram buah (setara dengan
3 buah pisang ambon ukuran sedang
atau satu setangah potong pepaya
ukuran sedang atau 3 buah jeruk
ukuran sedang, semangkung penuh
stroberi atau buah kecil lainnya).
12 Mengonsumsi makanan cepat saji
(junkfood) seperti gorengan, nugget,
sosis, burger, kentang goreng, mie
instan, ayam goreng cepat saji dan
sejenisnya atau beragam makanan
olahan lainnya
13 Berolahraga atau melakukan aktifitas
fisik (jogging, jalan cepat, berkebun,
membersihkan pekarangan, merapikan
rumah berjalan kaki, dan memilih
menaiki tangga) minimal 25 menit per
harinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
PETUNJUK PENGERJAAN
SKALA PENGETAHUAN DIABETES
Kuesioner ini berisikan 21 pernyataan yang berkaitan dengan penyakit diabetes
melitus. Pilihlah jawaban dengan mengisi kolom penilaian BENAR / SALAH
menurut pilihan anda.
Skala Diabetes
No Pertanyaan Benar Salah
1 Diabetes tipe 2 hanya disebabkan oleh faktor
genetik dan tidak terkait dengan gaya hidup
2 Diabetes bisaanya hanya menyerang lansia
3 Konsumsi karbohidrat seperti nasi putih, berlebih
tidak berpengaruh terhadap peningkatan risiko
diabetes mellitus
4 Diabetes melitus merupakan keadaan kadar gula
yang normal dimana tubuh dapat menghasilkan
dan menggunakan insulin secara efektif
5 Sering menkonsumsi makanan cepat saji tidak
dapat meningkatkan risiko terkena diabetes
mellitus
6 Mengganti karbohidrat harian (nasi putih, roti
putih, atau pasta) dengan mengkonsumsi nasi
merah, roti gandum atau pasta gandum dapat
membantu mengurangi asupan karbohidrat, hal
tersebut tidak berpengaruh terhadap menurunan
risiko diabetes
7 Aktivitas fisik yang kurang di usia muda tidak
berpengaruh terhadap risiko peningkatan terkena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
penyakit diabetes tipe 2
8 Memiliki berat badan berlebih tidak meningkatkan
risiko terkena diabetes melitus
9 Mengonsumsi minuman bersoda tidak
berpengaruh terhadap peningkatan kadar gula
dalam darah
10 Alkohol tidak berpengaruh terhadap peningkatan
risiko diabetes
11 Diabetes merupakan penyakit degenerative yang
di sesbabkan oleh faktor genetik dan bukan gaya
hidup
12 Diabetes tipe 1 disebabkan oleh reaksi aoutoimun,
yaitu kekebalan tubuh menyerang sel beta
penghasil insulin pada kelenjar pankreas
13 Memiliki riwayat keluarga mengidap diabetes
bukan merupakan faktor penyebab diabetes
14 Cemilan seperti kacang, buah segar atau yoghurt
tanpa gula bukan merupakan cemilan sehat yang
baik dikonsumsi oleh seseorang yang memiliki
risiko diabetes mellitus.
15 Merokok dapat meningkatkan risiko terkena
diabetes mellitus
16 Konsumsi tinggi lemak jenuh (mentega, lemak
hewani, minyak kelapa atau minyak sawit) tidak
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
17 Berolahraga ringan selama 15-30 menit tidak
berdampak pada penurunan risiko terkena diabetes
meilirus
18 Memiliki pola makan yg buruk tidak berpengaruh
terhadap peningkatan risiko diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
19 Merokok tidak mempengaruhi peningkatan risiko
terkena diabetes mellitus
20 Kurangnya konsumsi buah perharinya tidak
berpengaruh terhadap kesehatan tubuh
21 Sering mengonsumsi minuman bersoda tidak
berpengaruh terhadap peningkatan risiko terkena
diabetes mellitus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
Lampiran 3.
Tabel Uji Reliabilitas dan Validitas Isi Skala Gaya Hidup
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha
N of
Items
.706 13
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach’s
Alpha if
Item Deleted
i1 30.18 53.830 .381 .683
i2 31.89 53.332 .384 .682
i3 31.27 50.783 .513 .664
i4 31.11 55.134 .296 .693
i5 33.20 56.815 .261 .697
i6 30.20 57.602 .208 .702
i7 32.02 54.969 .213 .707
i8 31.37 53.439 .310 .692
i9 33.17 54.724 .419 .681
i10 31.51 55.871 .264 .697
i11 31.71 51.807 .457 .672
i12 31.52 53.799 .392 .682
i13 31.25 53.684 .311 .692
Komponen Item
No.
Taraf Relefansi IVI-
I
Tindakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
(Tabel validitas Isi) Analisis Hasil Penilaian Item Skala Gaya Hidup
IVI-S = (Jumlah IVI-I)/ (Jumlah item)
= 17.67/ 18
= 0.98
Sebuah skala disebut memiliki validitas isi yang baik jika IVI-S ≥ 0,90.
Maka, skala ini dapat dinyatakan memiliki Validitas Isi yang baik, karena
IVI-S = 0.98.
Lampiran 4.
Penilai
1
Penilai
2
Penilai
3
Pola Makan
(konsumsi
kalori)
Item 1 1 1 1 1 Dipakai
Item 2 1 1 1 1 Dipakai
Item 3 1 1 1 1 Dipakai
Pola Makan
(asupan lemak)
Item 4 1 1 1 1 Dipakai
Item 5 1 1 1 1 Dipakai
Item 6 1 1 1 1 Dipakai
Pola Makan
(konsumsi gula)
Item 7 1 1 1 1 Dipakai
Item 8 1 1 1 1 Dipakai
Item 9 1 1 1 1 Dipakai
Item 10 1 1 1 1 Dipakai
Item 11 1 1 1 1 Dipakai
Item 12 1 1 1 1 Dipakai
Item 13 1 1 0 0,67 Dipakai
dengan
diperbaiki
Pola Makan
(asupan buah
dan sayur)
Item 14 1 1 1 1 Dipakai
Item 15 1 1 1 1 Dipakai
Aktifitas
Merokok
Item 16 1 1 1 1 Dipakai
Konsumsi
Alkohol
Item 17 1 1 1 1 Dipakai
Aktifitas Fisik Item 18 1 1 1 1 Dipakai
Total IVI-I 17.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Tabel Uji Reliabelitas dan Validitas Isi Pengetahuan Diabetes.
Reliability Statistics
Cronbach’s
Alpha
N of
Items
.720 23
Item-Total Statistics
Scale Mean
if Item
Deleted
Scale
Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach’s
Alpha if
Item Deleted
i1 16.89 10.430 .388 .700
i2 16.65 11.482 .150 .718
i3 16.80 10.703 .349 .704
i4 16.86 10.491 .381 .700
i5 16.72 10.917 .337 .706
i6 17.00 10.740 .254 .713
i7 16.86 10.501 .378 .701
i8 16.69 11.000 .352 .706
i9 16.65 11.317 .259 .713
i10 16.74 10.899 .321 .707
i11 16.68 11.639 .073 .724
i12 16.74 10.918 .313 .707
i13 16.78 11.400 .093 .724
i14 16.85 10.619 .344 .704
i15 17.06 10.677 .267 .711
i16 17.00 10.623 .290 .709
i17 16.79 10.865 .294 .708
i18 16.80 10.477 .439 .696
i19 17.26 12.940 .403 .768
i20 16.76 10.744 .371 .703
i21 16.86 10.642 .330 .705
i22 16.76 10.653 .403 .700
i23 16.68 10.857 .450 .701
(Tabel validitas Isi) Analisis Hasil Penilaian Item Skala Diabetes
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Komponen Item
No.
Taraf Relevansi IVI-I Tindaka
n Penilai
1
Penilai
2
Penilai
3
Pengertian
Diabetes
Item 1 1 1 1 1 Dipakai
Item 2 1 1 1 1 Dipakai
Item 3 1 1 1 1 Dipakai
Item 4 1 1 1 1 Dipakai
Jenis-jenis
Diabetes
Item 5 1 1 1 1 Dipakai
Item 6 1 1 1 1 Dipakai
Item 7 1 1 1 1 Dipakai
Item 8 1 1 1 1 Dipakai
Faktor
Penyebab
(Yang Dapat
Dimodifikasi)
Item 9 1 1 1 1 Dipakai
Item 10 1 1 1 1 Dipakai
Item 11 1 1 0 0,67 Dipakai
dengan
diperbaik
i
Item 12 1 1 1 1 Dipakai
Faktor
Penyebab
(Yang Tidak
Dapat
Dimodifikasi)
Item 13 1 1 1 1 Dipakai
Item 14 1 1 1 1 Dipakai
Item 15 1 1 1 1 Dipakai
Item 16 1 1 1 1 Dipakai
Item 17 1 1 1 1 Dipakai
Item 18 1 1 1 1 Dipakai
Item 19 1 1 1 1 Dipakai
Item 20 1 1 1 1 Dipakai
Item 21 1 1 1 1 Dipakai
Item 22 1 1 1 1 Dipakai
Item 23 1 1 1 1 Dipakai
Item 24 1 1 1 1 Dipakai
Item 25 1 1 1 1 Dipakai
Item 26 1 1 1 1 Dipakai
Item 27 1 1 1 1 Dipakai
Item 28 1 1 1 1 Dipakai
Item 29 1 1 1 1 Dipakai
Item 30 1 1 1 1 Dipakai
Item 31 1 1 1 1 Dipakai
Item 32 1 1 1 1 Dipakai
Item 33 1 1 1 1 Dipakai
Item 34 1 1 1 1 Dipakai
Item 35 1 1 1 1 Dipakai
Item 36 1 1 1 1 Dipakai
Item 37 1 1 1 1 Dipakai
Item 38 1 1 1 1 Dipakai
Item 39 1 1 1 1 Dipakai
Item 40 1 1 1 1 Dipakai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
IVI-S = (Jumlah IVI-I)/ (Jumlah item)
= 39.67/40
= 0.99
Sebuah skala disebut memiliki validitas isi yang baik jika IVI-S ≥ 0.90.
Maka, skala ini dapat dinyatakan memiliki Validitas Isi yang baik, karena
IVI-S = 0.99.
Lampiran 5.
Hasil Uji Asumsi
Total IVI-I 39.67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
a. Tabel Normality
Tests of Normality
KELOMPOK Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GAIN_SCORE
DISONANSI .226 10 .160 .867 10 .092
KONSENSUS .250 9 .112 .860 9 .095
KONTROL .200 10 .200* .889 10 .166
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Tabel Homogenity Gain Score
Test of Homogeneity of Variances
GAIN_SCORE
Levene Statistic df1 df2 Sig.
10.261 2 26 .001
Lampiran 6. Hasil Uji Hipotesis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
a. Tabel Data Deskriptif Gain Score
Descriptives
GAIN_SCORE
N Mean Std.
Deviation
Std. Error 95% Confidence Interval for
Mean
Minimum Maximum
Lower Bound Upper Bound
DISONANSI 10 4.80 5.613 1.775 .78 8.82 -1 14
KONSENSU
S
9 8.56 7.435 2.478 2.84 14.27 1 21
KONTROL 10 2.00 1.826 .577 .69 3.31 -1 4
Total 29 5.00 5.855 1.087 2.77 7.23 -1 21
b. Tabel ANOVA
ANOVA
GAIN_SCORE
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 204.178 2 102.089 3.512 .045
Within Groups 755.822 26 29.070
Total 960.000 28
c. Tabel Post Hoc Tests
Multiple Comparisons
Dependent Variable: GAIN_SCORE
Tukey HSD
(I) KELOMPOK (J) KELOMPOK Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
DISONANSI
KONSENSUS -3.756 2.477 .300 -9.91 2.40
KONTROL 2.800 2.411 .486 -3.19 8.79
KONSENSUS DISONANSI 3.756 2.477 .300 -2.40 9.91
KONTROL 6.556* 2.477 .035 .40 12.71
KONTROL
DISONANSI -2.800 2.411 .486 -8.79 3.19
KONSENSUS -6.556* 2.477 .035 -12.71 -.40
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
d. Tabel Homogeneous Subsets
GAIN_SCORE
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Tukey HSDa,b
KELOMPOK N Subset for alpha = 0.05
1 2
KONTROL 10 2.00
DISONANSI 10 4.80 4.80
KONSENSUS 9 8.56
Sig. .499 .294
Means for groups in homogeneous subsets are
displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 9,643.
b. The group sizes are unequal. The harmonic mean of
the group sizes is used. Type I error levels are not
guaranteed.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI