28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku hedonisme dan konsumtif telah merekat pada kehidupan kita. Pola hidup seperti ini sering kita jumpai di kalangan mahasiswa. Dimana orientasinya diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam mengkonsumsi barang secara berlebihan. Manusiawi memang ketika manusia hidup untuk mencari kesenangan dan kepuasan, karena itu merupakan sifat dasar manusia. Contohnya sekarang, segala macam media informasi merayu kita mengenai gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media informasi. Para remaja berlomba-berlomba mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai kepuasan dan apa yang mereka inginkan. Berbagai upaya dilakukan untuk mencapainya. Salah satunya dengan mencari popularitas dan membelanjakan barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok. Pada kenyataannya pola kehidupan yang disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa didorong oleh hedonisme dan konsumenisme, sebuah konsep yang memandang bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup dan mencapai kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai arus gaya hidup. 1

gaya hidup konsumsif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gaya hidup konsumsif

Citation preview

Page 1: gaya hidup konsumsif

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku hedonisme dan konsumtif telah merekat pada kehidupan kita. Pola

hidup seperti ini sering kita jumpai di kalangan mahasiswa. Dimana orientasinya

diarahkan kenikmatan, kesenangan, serta kepuasan dalam mengkonsumsi barang

secara berlebihan.

Manusiawi memang ketika manusia hidup untuk mencari kesenangan dan

kepuasan, karena itu merupakan sifat dasar manusia.

Contohnya sekarang, segala macam media informasi merayu kita mengenai

gaya hidup. Gaya hidup yang terus disajikan bagaikan fast food melalui media

informasi.

Para remaja berlomba-berlomba mengaktualisasikan dirinya untuk mencapai

kepuasan dan apa yang mereka inginkan. Berbagai upaya dilakukan untuk

mencapainya. Salah satunya dengan mencari popularitas dan membelanjakan barang

yang bukan merupakan kebutuhan pokok. Pada kenyataannya pola kehidupan yang

disajikan adalah hidup yang menyenangkan secara individual. Inilah yang senantiasa

didorong oleh hedonisme dan konsumenisme, sebuah konsep yang memandang

bahwa tingkah laku manusia adalah mencari kesenangan dalam hidup dan mencapai

kepuasan dalam membelanjakan kebutuhan yang berlebihan sesuai arus gaya hidup.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka

rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Pengertian gaya hidup hedonisme

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi gaya hidup hedonism di kalangan

mahasiswa?

3. Bagaimana cara mengatasi gaya hidup hedonism di kalangan mahasiswa?

4. Pengertian gaya hidup konsumtif.

5. Faktor apa saja yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif di kalangan

mahasiswa?

1

Page 2: gaya hidup konsumsif

6. Bagaimana cara mengatasi gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengertian gaya hidup hedonisme.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup hedonism di kalangan

mahasiswa.

3. Cara mengatasi gaya hidup hedonism di kalangan mahasiswa.

4. Pengertian gaya hidup konsumtif.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup konsumtif di kalangan

mahasiswa.

6. Cara mengatasi gaya hidup konsumtif di kalangan mahasiswa.

2

Page 3: gaya hidup konsumsif

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Gaya Hidup

Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang

berinteraksi dengan lingkungannya (Kottler dalam Sakinah,2002). Menurut

Susanto (dalam Nugrahani,2003) gaya hidup adalah perpaduan antara kebutuhan

ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang dalam bertindak

berdasarkan pada norma yang berlaku. Oleh karena itu banyak diketahui macam

gaya hidup yang berkembang di masyarakat sekarang misalnya gaya hidup

hedonis, gaya hidup metropolis, gaya hidup global dan lain sebagainya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup

Gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh

individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan

barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan

pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam

Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya

hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu

(internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian,

konsep diri, motif, dengan penjelasannya sebagai berikut :

a. Sikap

Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan

untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui

pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan

lingkungan sosialnya.

3

Page 4: gaya hidup konsumsif

b. Pengalaman dan pengamatan

Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah

laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan

dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman.

Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap

suatu objek.

c. Kepribadian

Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara

berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu.

d. Konsep diri

Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri.

Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk

menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek.

Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap

suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan

perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep

diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku.

e. Motif

Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk

merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh

tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar

maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya

hidup hedonis.

f. Persepsi

Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan

menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti

mengenai dunia.

4

Page 5: gaya hidup konsumsif

Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut :

a. Kelompok referensi

Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh

langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang.

Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana

individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan

kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana

individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-

pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup

tertentu.

b. Keluarga

Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan

sikap dan perilaku individu.Hal ini karena pola asuh orang tua akan

membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola

hidupnya. penyebab utama seseorang menjadi hedonisme adalah orang tua

lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya hidup timur yang punya

nilai spiritual.

c. Kelas sosial

Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan

bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan

jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan

tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian

kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan

sosial artinya tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-

haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh

seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu

melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia

menjalankan suatu peranan.

5

Page 6: gaya hidup konsumsif

d. Kebudayaan

Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu

sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang

dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir,

merasakan dan bertindak.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal).

Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep

diri, motif , dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi,

keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan.

A. Gaya Hidup Hedonisme di Kalangan Mahasiswa

1. Pengertian gaya hidup hedonisme

Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk

mencari kesenangan hidup, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar

rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli

barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian.

Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan

hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri. Bagi

kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang bersifat

semu, sesaat, dan artifisial. Pandangan ini lahir di Barat, yang memuja kebebasan

berperilaku.

Di era reformasi, masyarakat berharap munculnya pemimpin dari kaum

muda, baik di level kabupaten/kota, provinsi, maupun pusat. Beberapa pemimpin

muda memang telah lahir di daerah, tetapi belum untuk level nasional.

Regenarasi kepemimpinan nasional berjalan lambat. Kaum muda yang ditunggu-

tunggu belum menunjukkan tanda-tanda positif menjadi calon pemimpin bangsa.

6

Page 7: gaya hidup konsumsif

Kondisi ini tergambar jelas di kampus-kampus. Masih pantaskah mahasiswa

diberi label agen perubahan atau intelektual muda? Alih-alih menjalankan peran

maksimal sebagai agen perubahan, yang terjadi justru berkembangnya budaya

hedonisme di kampus-kampus. Mahasiswa sekarang cenderung mendewakan

kesenangan dan kenikmatan dalam menjalani hidup. Kepedulian terhadap

lingkungan sekitar terlupakan oleh kilau kenikmatan sesaat. Sisi kehidupan

mahasiswa saat ini telah dihadapkan pada berbagai godaan yang menarik dan

menggiurkan sehingga bisa menyimpang dari idealisme hakiki manusia. Gaya

hidup mahasiswa saat ini adalah gaya hidup kelas menengah ke atas yang

dicirikan dengan kemampuan mengonsumsi produk dan gaya hidup yang serba

modern. Mahasiswa sering kali digambarkan sibuk mengejar urusan cinta dengan

gaya hidup yang menonjolkan tampilan fisik. Fenomena hura-hura oriented

kerap ditemui di kampus. Semakin jarang terdengar percakapan akademis di

lingkungan mahasiswa. Percakapan mereka lebih didominasi masalah fashion,

sinetron dan film terbaru, serta aneka bentuk hedonisme lainnya.

Hedonisme Dalam Dunia Pendidikan

Jika perilaku hedonisme dibiarkan saja, ini akan menjadi racun bagi dunia

pendidikan, terutama pendidikan tinggi. Membiarkan racun bersarang dalam

tubuh kampus sama artinya menyediakan pembunuh karakter intelektual atas

mahasiswa dan sivitas aka-demika. Budaya negatif ini telah mengikis sense of

crisis generasi muda terhadap berbagai permasalahan bangsa. Jangankan peduli

negara, kebijakan di tingkat kampus dan rektorat pun jarang direspon.

Apatis, itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan sikap para

mahasiswa masa kini. Tak percaya? Perhatikanlah lingkungan kampus: sebuah

padepokan yang dihuni orang-orang muda berpendidikan. Sebagian besar dari

mereka, entah mahasiswa atau mahasiswi, menghabiskan waktu dan uangnya

untuk berburu kesenangan di tempat-tempat hiburan. Lihat pula kematian

kelompok-kelompok diskusi. Mahasiswa lebih suka memberikan apresiasi pada

7

Page 8: gaya hidup konsumsif

kegiatan hiburan ketimbang aksi seminar dan penelitian. Jika ada pertunjukan

musik di kampus, misalnya di auditorium, kawasan itu sesak oleh lautan

mahasiswa. Tetapi menjadi sepi saat berlangsung kegiatan akademik seperti

seminar dan diskusi publik lainnya. Setiap malam, kawasan kampus ramai bukan

karena kegiatan akademik, namun oleh gerombolan mahasiswa yang begadang

hingga dinihari untuk kegiatan yang tidak jelas.

Belum lagi perilaku dugemania dan seks bebas yang sekarang kian menjadi-

jadi dan dianggap sebagai ''kewajaran'' bagi mahasiswa. Fenomena ini

menunjukkan rapuhnya mental generasi muda. Sangat disayangkan mengapa

budaya itu begitu mudahnya merasuk ke mental generasi muda saat ini.

Kenyataan ini sungguh ironis mengingat mahasiswa merupakan generasi

penerus bangsa dan di pundak mahasiswalah harapan semua orang bertumpu.

Mahasiswa yang terpengaruh budaya konsumtif dan sulit melepaskan diri dari

pengaruh teman-temannya yang sama-sama berperilaku konsumerisme perlahan-

lahan akan kehilangan daya pikir, logika, nalar, dan analisisnya. Akibatnya

adalah kita terancam kehilangan generasi penerus yang pandai, idealis, kritis, dan

dapat memberi solusi atas permasalahan yang timbul. Dalam lingkup yang lebih

luas negara kita terancam kehilangan pemimpin yang dapat diandalkan untuk

memimpin bangsa yang pada akhirnya dapat mengakibatkan negara kita akan

mudah dikuasai oleh negara lain.

Tujuan pendidikan Negara kita adalah untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa (pembukaan UUD 1945, alinea 4). Tujuannya tentu bukan untuk

menciptakan bangsa yang hedonisme, tetapi bangsa yang punya spiritual, punya

emosional quotient- peduli pada sesama dan tidak selfish atau mengutamakan

diri sendiri.

8

Page 9: gaya hidup konsumsif

2. Faktor yang Mempengaruhi Hedonisme

Gaya hidup hedonisme tentu ada penyebabnya. Ada banyak faktor

ekstrinsik (faktor yang datang dari luar) yang memicu emosi mereka menjadi

hamba hedonism, antara lain :

a. Orang tua dan kaum kerabat

Orang tua dan kerabat adalah penyebab utama generasi mereka menjadi

hedonisme. Orang tua lalai untuk mewarisi anak dengan norma dan gaya

hidup timur yang punya spiritual. Orang tua tidak banyak

mencampurtangankan anak tentang hal spiritual. Sebagian orang tua jarang

yang ambil pusing apakah anak sudah melakukan sholat atau belum, apakah

lidahnya masih terbata- bata membaca alif –ba-ta, dan tidak sedih melihat

remaja mereka kalau tidak mengerti dengan nilai puasa.

b. Faktor Bacaan

Faktor bacaan memang dapat mencuci otak mahasiswa untuk menjadi

orang yang memegang prinsip hedonisme. Adalah kebiasaan mahasiswa kalau

pulang kampus pergi dulu ke tempat keramaian, pasar, paling kurang mampir

di kios penjualan majalah dan tabloid. Mereka senang dengan bacaan

mengenai trend atau gaya hidup terbaru dan entertainment sehingga timbul

keinginan untuk mengikuti atau menirunya.

c. Pengaruh tontonan

Pengaruh tontonan, tayangan televisi (profil sinetron, liputan tokoh

selebriti dan iklan) juga mengundang mahasiswa untuk mengejar hedonisme.

Majalah remaja popular dan kebanyakan tema televisi sama saja. Isinya

banyak mengupas tema tema berpacaran, ciuman, pelukan, perceraian,

pernikahan. hamil di luar nikah dan bermesraan di muka publik sudah nggak

apa-apa lagi, cobalah dan lakukanlah ! seolah-olah beginilah ajakan misi

televisi dan majalah yang tidak banyak mendidik, kecuali hanya banyak

menghibur.

Rancangan majalah popular dan tema televisi komersil di negara kita

memang sedang menggiring mahasiswa menjadi generasi konsumerisme

9

Page 10: gaya hidup konsumsif

bukan memotivasi mereka untuk menjadi generasi produktif. Tema iklannya

adalah “manjakanlah kulitmu”. Andaikata semua mahasiswa dan mahasiswa

melakukan hal yang demikian, memuja kulit. Pastilah sawah dan ladang, serta

lahan-lahan subur makin banyak yang tidak terurus. Karena mereka semua

takut jadi hitam. Pada hal untuk manusia yang patut dimuliakan adalah

kualitas intelektual, kualitas spiritual dan kualitas hubungan dengan manusia

(kualitas fikiran dan keimanan).

3. Cara Mengatasi Budaya Hedonisme :

Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi

mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :

1. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam

konsumerisme.

2. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas dalam

berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-benar

diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak diperlukan.

4. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan

untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya

berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.

5. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat

membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.

Memilih gaya hidup hedonime, terus terang tidak akan pernah memberikan

kepuasan dan kebahagiaan. Ibarat minum air garam, makin diminum makin haus.

Bagi yang belum terlanjur menjadi pengidola hedonisme maka segeralah balik

kiri, berubah seratus delapan puluh derajat. Bahwa kebahagian hidup ada pada

hati yang bening, saatnya bagi kita kembali untuk menyuburkan akar-akar

spiritual- kembali ke jalan Ilahi, tumbuhkan jiwa peduli pada sesama- buang

jauh-jauh karakter selfish (mementingkan diri sendiri), dan miliki multi kekuatan

10

Page 11: gaya hidup konsumsif

– kuat otak, kuat otot, kuat kemampuan berkomunikasi, kuat beribadah, dan kuat

mencari rezeki.

B. Gaya Hidup Konsumtif di Kalangan Mahasiswa

1. Pengertian perilaku konsumtif

Kata “konsumtif” (sebagai kata sifat; lihat akhiran –if) sering diartikan

sama dengan kata “konsumerisme”. Padahal kata yang terakhir ini mengacu

pada segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumen. Sedangkan

konsumtif lebih khusus menjelaskan keinginan untuk mengkonsumsi barang-

barang yang sebenarnya kurang diperlukan secara berlebihan untuk mencapai

kepuasan yang maksimal.

Konsumtif biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen

yang memanfaatkan nilai uang lebih besar dari nilai produksinya untuk barang

dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan pokok. Misalnya sebagai ilustrasi,

seseorang memiliki penghasilan 500 ribu rupiah. Ia membelanjakan 400 ribu

rupiah dalam waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sisa 100

ribu ia belanjakan sepasang sepatu karena sepatu yang dimilikinya untuk

bekerja sudah rusak. Dalam hal ini orang tadi belum disebut berperilaku

konsumtif. Tapi apabila ia belanjakan untuk sepatu yang sebenarnya tidak ia

butuhkan (apalagi ia membeli sepatu 200 ribu dengan kartu kredit), maka ia

dapat disebut berperilaku konsumtif.

Pengertian perilaku menurut Sarwono adalah segala sesuatu yang

dilakukan oleh satu individu dengan individu lainnya dan bersifat nyata.

Perilaku mempunyai dua pengertian, yaitu pengertian secara luas dan

pengertian secara sempit. Pengertian perilaku secara luas mencakup segala

sesuatu yang dilakukan atau dialami seseorang, sedangkan dalam arti sempit

perilaku mencakup semua reaksi yang dapat diamati.

11

Page 12: gaya hidup konsumsif

Pengertian konsumsi menurut Zain dan Badudu adalah pemakaian

barang-barang hasil industri, barang-barang keperluan sehari-hari. Menurut

Barnhart dan Williams istilah konsumsi berasal dari bahasa latin yaitu

consumere dan consummare. Consumere mempunyai arti menggunakan

sepenuhnya atau seluruhnya. Adapun consummare mengandung arti

menghimpun, menjumlahkan, atau melengkapi.

Pembahasan tentang perilaku konsumsi terkait dengan konsumen dan

perilakunya. Menurut Schiffman dan Lazar konsumen dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu konsumen perseorangan dan konsumen organisasi.

Konsumen perseorangan yaitu seseorang yang membeli barang dan

menggunakan jasa untuk memenuhi kebutuhannya sendiri, sedangkan

konsumen organisasi yaitu seseorang yang membeli produk, perlengkapan,

dan jasa untuk menjalankan suatu perusahaan. Menurut Walters konsumen

adalah individu yang membeli atau mempunyai kapasitas untuk melakukan

pembelian terhadap barang dan jasa yang ditawarkan oleh pihak institusi

pemasaran dalam rangka memenuhi kebutuhannya dan memuaskan

keinginannya.

Berdasarkan pengertian konsumen dan perilaku diatas dapat dijelaskan

bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan individu yang secara

langsung terlibat dalam usaha memperoleh barang-barang jasa ekonomis

termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan

tindakan-tindakan tersebut. Engel menambahkan bahwa perilaku konsumen

tidak hanya melibatkan apa yang dikonsumsi seseorang tetapi juga

menyangkut dimana, seberapa sering, dan dalam kondisi seperti apa barang

dan jasa tersebut dikonsumsi.

Dahlan menyatakan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku

yang ditandai oleh adanya kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan

segala hal yang dianggap paling mahal dan memberikan kepuasaan dan

12

Page 13: gaya hidup konsumsif

kenyamanan fisik sebesar-besarnya serta adanya pola hidup manusia yang

dikendalikan dan didorong oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat

kesenangan semata-mata.

Menurut Sumartono seseorang yang konsumtif mempunyai karakteristik

sebagai berikut :

1. Membeli produk untuk menjaga status, penampilan, dan gengsi.

2. Memakai sebuah produk karena adanya unsur konformitas terhadap model

yang mengiklankan produk tersebut.

3. Adanya penilaian bahwa dengan memakai atau membeli produk dengan

harga yang mahal akan menimbulkan rasa percaya diri.

4. Membeli produk dengan pertimbangan harga bukan karena manfaat dan

kegunaannya.

5. Membeli karena kemasan produk yang menarik.

6. Membeli produk karena iming-iming hadiah.

7. Mencoba produk sejenis dengan dua merk yang berbeda.

Dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku

membeli barang-barang dan jasa yang sifatnya kurang diperlukan dan hanya

mementingkan faktor keinginan dan kesenangan dibandingkan dengan faktor

kebutuhan.

2. Faktor Pendorong Gaya Hidup Konsumtif

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif dikalangan mahasiswa :

1. terpengaruh penampilan produk atau kemasanproduk dan iklan,

2. terhegemoni akan hypermarket maupun supermarket yang ada di

lingkungan,

3. Keinginan mengikuti trend dan mode

4. bagaiamana tanggapan orang tua terhadap perilaku konsumtif.

13

Page 14: gaya hidup konsumsif

Peran status ekonomi orang tua tidak begitu berpengaruh terhadap

perilaku konsumtif anaknya (mahasiswa). Disini pada dasarnya orang tua

tidak pernah memberikan uang tambahan untuk jalan-jalan atau membeli

pakaian. Tetapi disini anak malah yang menyalahgunakan uang yang

diberikan oleh orang tuanya karena mereka meminta uang tambahan jarang

diberi oleh orang tuanya maka jalan satu-satunya mereka yaitu bohong minta

uang alasannya untuk mengerjakan tugas padahal disini uang digunakan untuk

ke mall, atau beli pakaian, untuk jalan dll. Mereka juga terhegemoni mall

karena mereka mempunyai rasa gengsi dengan teman sepergaulan. Dan

kadang mereka membeli suatu produk juag dipengaruhi oleh adanya iklan

media cetak. Karena sebagian besar mahasiswa dapat dilihat jika dikampus

berpenampilan gaul-gaul otomatis kalau tidak bisa mengikutinya pasti akan

minder. Anak bisa membeli barang atau tidak juga didasari oleh kebutuhan

orang tua banyak atau tidak pengeluarannya tiap bulannya. Jika pengeluaran

orang tua tidak banyak maka terkadang anak juga diberi uang tambahan jika

meminta tetapi uang tersebut digunakan untuk jalan-jalan tadi. Disitu

mahasiswa bisa selalu mengikuti trend yang selalu berkembang, dan tidak lagi

ketinggalan dengan trend ataupun malu dengan teman lainnya. Jelas bahwa

bisa tidaknya mahasiswa untuk berperilaku konsumtif dipengaruhi oleh peran

status ekonomi orang tuanya. Dan dalam pemilihan fashion bagi mereka

adalah trend dan desain yang utama lalu merk juga penting karena paling

tidak kualitas juga bagus jika merknya bagus. Pada dasarnya membeli barang

di mall alasannya adalah kualitas terjamin dari segi awet dan enak tidaknya

dipakai. Yang jelas tingkat konsumtif antara mereka yang berstatus ekonomi

tinggi, sedang dan rendah ada perbedaan. Meskipun mereka yang berstatus

ekonomi rendah juga bisa berpenampilan konsumtif tetapi tingkatan

konsumtifnya berbeda dengan mereka yang berstatus ekonomi tinggi dan

sedang dikarenakan faktor ekonomi dari orang tuanya.

14

Page 15: gaya hidup konsumsif

3. Cara mengatasi budaya konsumtif :

1. Membuat daftar belanja yang diinginkan dan dibutuhkan. Diutamakan

barang yang dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk

barang yang sia-sia.

2. Tanyakan diskon khusus.

3. Selalu update jadwal diskon.

4. Gunakan kupon belanja.

5. Jangan terlalu fanatik pada satu nama perancang.

6. Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang

“mahal harus punya” sampai turun harga.

7. Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga

tersedia berbagai hadiah saat pameran.

15

Page 16: gaya hidup konsumsif

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hedonisme adalah derivasi (turunan) dari liberalisme. Sebuah pandangan

hidup bahwa kesenangan adalah segalanya, bahkan kehidupan itu sendiri.

Bagi kaum hedonis, hidup adalah meraih kesenangan materi: sesuatu yang

bersifat semu, sesaat, dan artifisial.

Faktor yang mempengaruhi hedonisme adalah orang tua dan kaum

kerabat, faktor Bacaan, dan pengaruh tontonan.

Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi

mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :

1. Perlunya kearifan dalam memilih barang agar tidak terjebak dalam

konsumerisme.

2. Menanamkan pola hidup sederhana dalam kehidupan sehari-hari.

3. Dalam memilih barang mahasiswa perlu membuat skala prioritas

dalam berbelanja sehingga dapat membedakan barang apa yang benar-

benar diperlukan dan barang-barang yang diinginkan namun tidak

diperlukan.

4. Penerapan pola hidup sederhana dalam kegiatan sehari-hari diperlukan

untuk mengatur keuangan mahasiswa agar pendapatan yang biasanya

berasal dari orang tua tidaklah lebih kecil daripada pengeluaran.

5. Adanya kedewasaan dalam berpikir sehingga mahasiswa dapat

membentengi diri dari pola hidup konsumerisme.

Perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku yang ditandai oleh adanya

kehidupan mewah dan berlebihan, penggunaan segala hal yang dianggap

paling mahal dan memberikan kepuasaan dan kenyamanan fisik sebesar-

besarnya serta adanya pola hidup manusia yang dikendalikan dan didorong

oleh suatu keinginan untuk memenuhi hasrat kesenangan semata-mata.

16

Page 17: gaya hidup konsumsif

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif terpengaruh penampilan

produk atau kemasan produk dan iklan, terhegemoni akan hypermarket

maupun supermarket yang ada di lingkungan, keinginan mengikuti trend dan

mode, dan bagaiamana tanggapan orang tua terhadap perilaku konsumtif.

Untuk mengantisipasi pengaruh negatif budaya hedonisme bagi

mahasiswa perlu diadakan sosialisasi, yaitu :

1. Membuat daftar belanja yang diinginkan dan dibutuhkan. Diutamakan

barang yang dibutuhkan, untuk menghindari terbuangnya uang untuk

barang yang sia-sia.

2. Tanyakan diskon khusus.

3. Selalu update jadwal diskon.

4. Gunakan kupon belanja.

5. Jangan terlalu fanatik pada satu nama perancang.

6. Tunggulah diskon perancang. Bersabar sampai barang-barang yang

“mahal harus punya” sampai turun harga.

7. Kunjungi pameran. Selain menawarkan harga untuk model terbaru, juga

tersedia berbagai hadiah saat pameran.

B. Saran

Kita sebagai mahasiswa yang kebanyakan tinggal jauh dengan orang

tua seharusnya sedikit menimalisir pola hidup hedonisme dan konsumtif

dengan tidak terlalu mengikuti gaya hidup yang terus mengalir, belajar

mengatur pengeluaran sesuai dengan uang yang diberikan oleh orang tua dan

memanfaatkannya untuk kebutuhan yang pokok. Serta tetap menjadi diri

sendiri.

17

Page 18: gaya hidup konsumsif

DAFTAR PUSTAKA

http://www.butikbella.co.cc/gaya-hidup-konsumtif

http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2009/09/12/80345/19/

Menggugat.Konsumerisme.Mahasiswa

http://abudaud2010.blogspot.com/2010/12/pengertian-perilaku-

konsumtif.html

http://cheisypuspita-chessypuspita.blogspot.com/factor-faktor yang

mempengaruhi gaya hidup hedonism (online)/06 Mei 2011.

http://www.suara.merdeka.com/harian/0712/01/ Mencemaskan, Hedonisme di

Kalangan Mahasiswa/Dela Sulistyawan Yunior (online)/ 19 April 2011.

18