Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

Embed Size (px)

Citation preview

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    1/10

    PERSPEKTIF PENDIDIKAN VOKASI DALAMKURIKULUM 2013 DAN PERANNYA TERHADAP

    PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA

    M. Agphin Ramadhan dan Sulaeman Deni Ramdani

    Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Kejuruan

    Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

    Kampus Karangmalang, Yogyakarta 55281 Telp. +62274-550836

    Email:[email protected]

    Abstrak

    Kurikulum 2013 pada pendidikan vokasi, khususnya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

    tidak hanya bertujuan menghasilkan lulusan yang siap kerja, melainkan menghasilkan

    insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap,

    keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Salah satu tantangan ke depan bagi

    SMK adalah bagaimana meningkatkan kontribusi pendidikan vokasi bagi pembangunan

    Indonesia, khususnya pembangunan ekonomi. Thompson (1973) menyatakan bahwavocational education is economic education as it geared to the needs of the job marked

    and thus contributed to the national economic growth. Pendidikan vokasi pada

    dasarnya adalah pendidikan untuk menumbuhkan atau menggerakkan kegiatan ekonomi,

    karena pendidikan vokasi dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja dan jelaslah

    hal ini akan memberikan sumbangsih positif bagi dunia kerja produktif yang

    menghasilkan barang dan komoditi yang mempunyai nilai ekonomi. Untuk itulah dengan

    diberlakukannya Kurikulum 2013 diharapkan dapat menjawab tantangan tersebut.

    Makalah ini akan menyajikan tentang perkembangan SMK di Indonesia, implementasi

    kurikulum 2013 pada pendidikan vokasi, khususnya SMK, dan upaya-upaya yang dapat

    memaksimalkan kontribusi SMK dalam pembangunan ekonomi Indonesia.

    Pendahuluan

    Pertumbuhan ekonomi sangat penting bagi suatu negara. Pertumbuhan

    ekonomi tinggi diyakini mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

    Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, strategi yang dianggap efektif

    adalah dengan melakukan industrialisasi. Dalam prosesnya industrialisasi

    membutuhkan tenaga-tenaga kerja terampil (skilled workers) yang tidak hanya

    mampu mengoperasikan teknologi tersebut, melainkan juga memeliharanya. Oleh

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    2/10

    karena, dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi, pendidikan vokasi

    menjadi penting.

    Pendidikan vokasi pada awal sejarahnya berkembang di berbagai negara.

    Sebagai contoh, pengembangan pendidikan vokasi sudah dimulai pada Mesir

    Kuno sekitar 2000 tahun sebelum masehi. Program-program magang yang

    terorganisir (apprenticeship) mencakup belajar kemampuan dasar menulis dan

    membaca karya sastra. Hal tersebut sebagai usaha awal penggabungan antara

    belajar di kelas untuk kemampuan-kemampuan dasar dan belajar langsung di

    tempat kerja. Cara ini sempat menyebar ke berbagai bagian dunia lain sampai

    sekitar abad ke-19 (Ana: 2009).

    Sedangkan di Cina, perkembangan pendidikan vokasi di mulai pada Masa

    Konfusianisme, akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20. Tujuan pendidikan

    pada masa itu adalah untuk menciptakan sebuah tatanan sosial yang ideal dimana

    orang bisa hidup dalam harmoni, rasa hormat dan ketulusan (konfusianisme).

    Pendidikan Vokasi diajarkan oleh orang tua masyarakat kelas bawah. Filsafat

    Pendidikan Vokasi diperkenalkan oleh Mo Tzu (476 390 SM). Ia berpendapat

    bahwa pendidikan vokasi jangan hanya fokus pada keahlian melainkan juga pada

    ilmu pengetahuan, moral, dan bagaimana menciptakan makna (Schmidtke,C., &

    Chen,P. :2012).

    Di Indonesia, awal perkembangan pendidikan vokasi bermula ketika

    zaman pejajahan Belanda. Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) tahun 1830 dan

    Sistem Liberal tahun 1870 yang dilaksanakan Pemerintah Belanda di tanah

    jajahannya, Hindia Belanda, merupakan politik pengerukan keuntungan yang luar

    biasa. Dan dari sinilah muncul Politik Etika yang dicanangkan Ratu Belanda

    dalam sidang parlemen Belanda tahun 1901. Sejak pencangan Politik Etika inilah,

    pemerintah Balanda berusaha mengembangkan ekonomi agar memiliki anggaran

    sendiri dan akhirnya dari pendidikanlah unsur yang perlu dibenahi dan dibangun.

    Pendidkan vokasi adalah salah satu di dalamnya, dimana dari sekolah vokasi akan

    diperoleh lulusan dengan keahlian teknik. Pada permulaannya, pendidikan vokasi

    yang pertama kali adalah Sekolah Pertukangan, sekolah yang merupakan sarana

    yang digunakan untuk memajukan pertukangan di Indonesia (Supriadi: 2002).

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    3/10

    Seiring berjalannya waktu, kini pendidikan vokasi memasuki tahap baru,

    dimana menyesuaikan dengan kurikulum yang telah ditetapkan pemerintah, dalam

    hal ini Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan hasil evaluasi terhadap

    KTSP dan menjadi penguat dalam peningkatan kompetensi yang seimbang antara

    sikap (attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge). Kompetensi

    nantinya bukan penguatan pada kognitif saja namun memuat sikap, pengetahuan,

    dan keterampilan yang merupakan dasar dari kompetensi inti. Pada Kurikulum

    2013 proses pembelajaran berbasis pada kompetensi yang didukung oleh 4 pilar

    aktivitas pembelajaran, yaitu: produktif, kreatif, inovatif, dan afektif pada

    penekanan penguatansoft skill(Dit.PSMK: 2013).

    Khusus untuk SMK, berdasarkan Struktur Kurikulum Pendidikan

    Menengah SMK, ada 7 isu terkait dengan hal ini, yaitu: (1). Ujian Nasional

    sebaiknya tahun ke XI sehingga tahun ke XII konsentrasi ke ujian sertifikasi

    keahlian (2). Bidang keahlian yang tidak sesuai dengan kebutuhan global (3).

    Penambahan life and career skills (bukan sebagai mata pelajaran) (4). Perlunya

    melibatkan pengguna (industri terkait) dalam penyusunan kurikulum (5).

    Pembelajaran SMK berbasis proyek dan sekolah terbuka bagi siswa untuk waktu

    yang lebih lama dari jam pelajaran (6). Keseimbangan hard skilldansoft skilldan

    (7). Perlunya membentuk kultur sekolah yang kondusif. Isu-isu tersebut tidak

    menutup kemungkinan nantinya akan diterapkan di SMK.

    Hadirnya kurikulum 2013 jelas membawa beberapa elemen perubahan.

    Berdasarkan Bahan Uji Publik November 2012, elemen perubahan pada SMK

    antara lain: pada kurikulum ini jumlah jam pelajaran normatif dan adaptif

    dikurangi sedangkan porsi mata pelajaran produktif ditambah. Pada proses

    pembelajaran, kompetensi keterampilan akan disesuaikan dengan trend

    perkembangan DU/DI. Termasuk penambahan jenis keahlian berdasarkan

    spektrum kebutuhan global dan tetap memperhatikan hard skill dan soft skill.

    Perubahan-perubahan di atas dimaksudkan untuk memberikan kontribusi

    maksimal agar dihasilkan lulusan SMK yang sesuai dengan tujuan Kurikulum

    2013. Lalu yang menjadi pertanyaan adalah bagaimanakah implementasi

    Kurikulum 2013 pada SMK?, bagaimana perannya terhadap pembangunan

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    4/10

    ekonomi?, serta upaya-upaya apa saja yang dapat memaksimalkan kontribusi

    SMK dalam pembangunan ekonomi Indonesia?. Tulisan ini akan memaparkan

    tentang perspektif pendidikan vokasi dalam Kurikulum 2013 dan perannya

    terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

    Kajian Pustaka

    .

    Pembahasan

    Perkembangan SMK di Indonesia

    Perkembangan pendidikan vokasi di Indonesia dibagi menjadi 2 periode,

    yaitu: Pra Kemerdekaan dan Pasca Kemerdekaan. Pada periode Pra Kemerdekaan,

    pendidikan vokasi di Indonesia berawal dari pemikiran Ratu Belanda yaitu Politik

    Etika (Etische Politiek) merupakan bentuk pertanggungjawaban politik

    Pemerintah Belanda terhadap Hindia Belanda (Indonesia) atas diberlakukannya

    Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) tahun 1830 dan Sistem Liberal tahun 1870

    yang dilaksanakan Pemerintah Belanda.

    Pendidikan kejuruan yang pertama kali adalah Sekolah Pertukangan,

    sekolah yang merupakan sarana yang digunakan untuk memajukan pertukangan di

    Indonesia, kemudian berkembang lagi Pendidikan Kejuruan Pertanian yaitu

    sekolah yang berkonsentrasi pada kursus untuk pendidikan pertanian praktis.

    Kemudian dibangun Pendidikan Kejuruan Teknik, dimana banyak sekali keahlian

    yang dikembangkan seperti keahlian bangunan, keahlian pertambangan,

    pendidikan masinis, dan lain-lain. Inilah sejarah singkat mengapa ada pendidkan

    kejuruan dan bagaimana prosesnya, walaupun bagaimana juga pendidikan yang

    awalnya oleh pemerintah Belanda hanya untuk kebangsaan Eropa dan China,

    tetapi akhirnya mereka mengembangkan untuk masyarakat Pribumi (Supriadi:

    2002).

    Seperti yang dijelaskan Supriadi (2002) dalam bukunya Sejarah

    Pendidikan Teknik dan Vokasi di Indonesia, pada periode Pasca Kemerdekaan,

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    5/10

    pendidikan vokasi dibagi menjadi tiga babak yaitu: Pertama, tahun 1945-1968

    yaitu sejak diproklamasikan kemerdekaan Indonesia sampai sebelum pelaksanaan

    Pelita I. Pada periode ini mulai dilakukannya pendekatan ke masyarakat akan

    pentingnya pendidikan (social demand approach). Pendidikan vokasi dianggap

    mampu menghasilkan tamatan yang dapat langsung bekerja namun keadaan

    sekolah kejuruan memprihatinkan dengan fasilitas yang sangat minim. Pendidikan

    vokasi yang dikenal pada saat itu adalah STM dan SMEA.

    Kedua, pelaksanaan Pelita tahun 1969/1970 hingga akhir Pelita VI tahun

    1997/1998. Pada masa ini dilakukan pendekatan kebutuhan tenaga kerja

    (manpower demand approach) secara terbatas, proses mencari bentuk yang tepat

    untuk pendidikan teknisi industri. Saat itu, pertumbuhan ekonomi di Indonesia

    sedang baik dengan tingkat pertumbuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan

    banyak tenaga kerja untuk mengisi kekosongan di dunia kerja. Akan tetapi

    pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja kebutuhan. Dan keterlibatan

    dunia industri di pendidikan kejuruan belum melembaga secara formal.

    Pendidikan vokasi pada masa itu terdiri dari vokaasi bidang industri (STMP,

    SMEA Pembina, SMTK 4 tahun), dan juru teknik (STM-BLPT, SMEA,SMKK).

    Digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat (untuk sekolah yang belum

    direhabilitasi): SMEA, SMKK,SMPS, SMM, SMIK, dan SMSR. Pada Pelita VI

    diperkenalkankebijakan baru untuk pembangunan pendidikan, yang disebut Link

    and Match. Dalam pelaksanaannya diberlakukan Pendidikan Sistem Ganda di

    SMK.

    Ketiga, periode reformasi tahun 1998 yang berlanjut dengan

    dilaksanakannya otonomi daerah sejak tahun 2001 hingga sekarang.

    Pada periode

    ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan semakin meningkat.

    Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah sudah sangat

    menyadari pentingnya mengembangkan pendidikan teknologi dan kejuruan di

    Indonesia. Kita semua mengetahui bahwa Indonesia memiliki potensi yang sangat

    besar untuk tumbuh dan berkembang menjadi bangsa yang sejahtera. Di samping

    sumberdaya alam yang kaya, Indonesia memiliki tenaga kerja dalam jumlah yang

    berlimpah. Agar potensi tersebut dapat menjadi sumber daya pembaruan, yang

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    6/10

    diperlukan pendidikan yang bermutu dan relevan. Begitu pula dengan Diklat

    Kejuruan dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi generasi muda

    Indonesia yang akan memasuki dunia kerja, melatih ulang dan meningkatkan

    kompetensi mereka yang sudah bekerja, selaras dengan perkembangan teknologi

    dan perubahan pasar kerja.

    Implementasi Kurikulum 2013 pada SMK

    Sebagaimana konsep pendidikan vokasi adalah pendidikan menengah

    yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

    tertentu. Untuk itu, Pendidikan vokasi di SMK, hendaknya tidak hanya

    mempersiapkan peserta didik sebagai pemenuhan (to fit) dan persiapan (to

    prepare) kebutuhan pasar, melainkan pendidikan vokasi harus berfungsi sebagai

    pendidikan yang mengembangkan (to develop) keterampilan, kemampuan,

    pemahaman, sikap, etos kerja, dan apresiasi yang diperlukan oleh pekerja untuk

    masuk dan membuat kemajuan dalam pekerjaan secara berguna dan produktif

    (Maclean, 2009). Hal inilah yang diangkat oleh Kurikulum 2013, agar

    menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif melalui

    penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.

    Berdasarkan Sistem EPIK (Elektronik Pemantauan Implementasi

    Kurikulum 2013) total ada 1142 SMK yang terdata sebagai sekolah sasaran

    implementasi Kurikulum 2013, sedangkan sampai Agustus 2013 Kurikulum 2013

    SMK sudah memasuki tahap implementasi bertahap-terbatas pada Kelas X di

    1021 SMK di seluruh wilayah Indonesia. Langkah awal yang telah dilakukan

    untuk persiapan implementasi Kurikulum 2013 SMK adalah melakukan

    Pendidikan dan Pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah

    serta unsur-unsur lain yang terlibat langsung dalam proses pendidikan. Untuk

    mempercepat peningkatan pemahaman dan penguasaan keterampilan

    mengimplementasikan kurikulum tersebut, diprogramkan kegiatan pendampingan

    untuk para guru dan kepala sekolah. Program pendampingan dilakukan sebagai

    penguatan untuk memahami konsep Kurikulum 2013 dengan berbagai

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    7/10

    perubahannya dalam implementasi di lapangan, serta untuk membantu mengatasi

    berbagai kendala yang muncul pada saat kurikulum tersebut diimplementasikan di

    sekolah. Program pendampingan ini juga merupakan upaya menuju implementasi

    Kurikulum 2013 secara meluas, sehingga pada Juni 2016 akan dilakukan

    penilaian menyeluruh terhadap pelaksanaan kurikulum ini secara nasional.

    Ada beberapa faktor pendukung implementasi Kurikulum 2013 di SMK,

    antara lain: Pertama, kesesuaian kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan

    dengan kurikulum yang diajarkan dan buku teks yang dipergunakan. Kedua,

    ketersediaan buku sebagai bahan ajar dan sumber belajar yang mengintegrasikan

    keempat standar pembentuk kurikulum. Ketiga, penguatan manajemen dan

    budaya sekolah. Keempat, penguatan peran pemerintah dalam pembinaan dan

    pengawasan. Dan terakhir, kerja sama yang baik antara SMK dengan DU/DI

    sehingga terjalin link and match.

    Namun, pada pelaksanaannya ada beberapa temuan permasalahan dalam

    pengimplementasian Kurikulum 2013. Sebagai contoh pada proses pembelajaran,

    total 48 jam per minggu di tambah Mulok dirasa memberatkan baik oleh guru

    maupun peserta didik, pendekatan scientific tidak dapat dilaksanakan disemua

    pelajaran, regulasi pelaksanaan praktik Industri dan Ujian Nasional belum

    sepenuhnya ada kejelasan, SMK masih belum siap untuk langsung terjun ke

    industri demikian juga dukungan industri pada pelaksanaan prakerin selama 6

    bulan belum mendapat tanggapan positif dari pihak industri (FGD Implementasi

    Kurikulum 2013 FPTK UPI).

    Dengan demikian, implementasi Kurikulum 2013 di SMK masih harus

    dibenahi, mulai dari kesiapan dan kompetensi tenaga pendidik, manajemen dan

    budaya sekolah, dan kebijakan pemerintah dalam memperbaiki dan

    mengembangkan kekurangan yang selama ini terjadi pada proses implementasi

    Kurikulum 2013.

    Upaya Memaksimalkan Kontribusi SMK dalam Pembangunan Ekonomi

    Indonesia SMK harus memperluas fungsinya dari fungsi tunggal menjadi SMK

    Model yang menyelenggarakan fungsi majemuk yang selaras dengan

    kemajemukan kebutuhan masyarakat.

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    8/10

    Hasil-hasil penelitian mengenai peran pendidikan dalam pembangunan

    ekonomi menunjukkan bahwa investasi di bidang pendidikan berkontribusi

    terhadap pembangunan ekonomi, seperti yang telah disimpulkan oleh Boediono

    dan McMahon (2001). Joesoef, J.R, dkk (2007) dalam jurnalnya yang berjudul

    Peran SMK dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Daerah: Sebuah Analisis

    Makroekonomi menyatakan bahwa SMK berperan positif dalam pertumbuhan

    ekonomi daerah. Peran ini dapat dilacak dari tiga hal yang saling berurutan yaitu:

    (1) preferensi masyarakat terhadap SMK, (2) kapasitas SMK bagi lulusan SMP,

    dan (3) kemampuan SMK dalam mencetak lulusan yang berkualitas. Senada

    dengan hasil penelitian sebelumnya, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

    Ke-juruan (2008) melakukan penelitian yang menyimpulkan bahwa terdapat

    hubungan positif antara rasio siswa SMK dan Produk Domestik Regional Bruto

    (PDRB). Selain itu, hasil penelitiannya juga menemukan bahwa terdapat

    hubungan yang positif antara rasio siswa SMK dan laju pertumbuhan ekonomi.

    Berdasarkan pemaparan di atas, jelaslah bahwa pendidikan vokasi

    memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Selanjutnya,

    bagaimana cara memaksimalkan kontribusi SMK dalam pembangunan ekonomi?.

    Menurut Slamet, P.H (2012) upaya-upaya yang dapat memaksimalkan kontribusi

    pendidikan kejuruan untuk pembangunan ekonomi dapat dilakukan dengan 4 cara,

    yaitu: menawarkan pendidikan kejuruan berdasarkan karakteristik Indonesia,

    penguatan link and match dengan dunia kerja, mengintegrasikan soft skill ke

    dalam pembelajaran, dan menerapkan pendidikan kewirausahaan.

    Pertama, menawarkan pendidikan kejuruan berdasarkan karakteristik

    Indonesia. Ilmu-ilmu yang diajarkan kepada peserta didik pendidikan vokasi

    semestinya ilmu-ilmu yang cocok untuk memfasilitasi pengembangan peserta

    didik agar menjadi manusia seutuhnya dan ilmu-ilmu yang sesuai dengan

    karakteristik Indonesia sebagai-mana disebut sebelumnya. Keduanya sama-sama

    diperlukan dan jangan sampai terpeleset mengorbankan salah satu.

    Mengorbankan pengembang-an eksistensi peserta didik berarti men-dehumanisasi

    manusia dan mengembangkan peserta didik yang tidak ada keselarannya dengan

    kebutuhan masyarakat, khususnya dunia kerja, akan membuat pendidikan vokasi

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    9/10

    terisolasi dan terlepaskan dari kait-annya dengan masyarakat, terutama dengan

    dunia kerja. Jika ini terjadi, maka pendidikan vokasi tidak ber-peran sama sekali

    terhadap pemba-ngunan masyarakat.

    Kedua, Memperkuat kemampuan soft skills

    peserta didik pendidikan vokasi me-lalui berbagai ragam cara. Secara ma-

    tematis, soft skills = kualitas intraper-sonal + keterampilan interpersonal.

    Kualitas intrapersonal adalah kuali-tas batiniah (kualitas rohaniah) ma-nusia yang

    bersumber dari dalam lu-buk hati manusia yang dimensi-di-mensinya meliputi

    antara lain keren-dahan hati, harga diri, integritas, tang-gung jawab, komitmen,

    motivasi diri, rasa keingintahuan, menyukai apa yang belum diketahui (umumnya

    ma-nusia menyukai apa yang sudah di-ketahui), kejujuran, kerajinan, kasih sayang

    (cinta sesama), disiplin diri, kontrol diri, kesadaran diri, dapat di-percaya, dan

    berjiwa kewirausahaan dimana yang terakhir ini umumnya bersumber dari

    pendidikan yang me-merdekakan manusia sehingga tidak tertekan dan menjadi

    kreatif yang aki-batnya menjadi inovatif dan mampu membentuk jiwa

    kewirausahaan ma-nusia. Tentu saja masih banyak di-mensi kualitas

    intrapersonal yang la-in, tetapi terlalu banyak untuk dise-but satu per satu.

    Keterampilan inter-personal adalah keterampilan yang berkaitan dengan

    hubungan antar-manusia yang dimensi-dimensinya meliputi antara lain

    bertanggung jawab atas semua perbuatannya, si-kap hormat/respek kepada orang

    lain, perdamaian, kecintaan kepada sesama, komunikasi yang mengenak-kan,

    kepemimpinan, kerjasama/kerja kelompok, kehalusan berbudi, sosia-bilitas,

    solidaritas, toleransi/tenggang rasa, bijaksana, beradap, berani ber-buat benar

    meskipun tidak populer, demokratis, sikap adil, sikap tertib, dan masih banyak

    dimensi-dimensi keterampilan interpersonal lainnya yang terlalu banyak untuk

    disebut satu per satu. Istilah soft skills sangat erat kaitannya dengan istilah-

    istilah lain, seperti karakter, akhlak, budi pekerti, kecerdasan emosi, nilai-nilai

    kehidupan (living values), moralitas, personality, dan employability skills bagi

    yang sudah bekerja. Sepanjang ber-urusan dengan hubungan antarma-nusia

    yang dilandasi oleh humanitas, itu disebut soft skills.

  • 5/20/2018 Perspektif Pendidikan Vokasi Dalam Kurikulum 2013 Dan Perannya Terhadap Pembangunan Indonesia

    10/10

    Simpulan

    Daftar Pustaka

    Ana, dkk. (2009). Sejarah Pendidikan Teknologi dan Vokasi.Makalah, tidak

    diterbitkan, UPI, Bandung.

    Boediono & McMahon. (2001).Pembangunan Pendidikan untuk Mendukung

    Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan

    Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Schmidtke,C., & Chen,P. (2012). Philosophy of Vocational Education in China: A

    Historical Overview.Journal of Philosophy of Education, --,--

    Supriadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan Teknik dan Vokasi di Indonesia.

    Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

    Direktorat Pembinaan SMK. (2013). Petunjuk Teknis Pendampingan Kurikulum

    2013 Sekolah Menengah Vokasi.

    Direktorat Pembinaan SMK. (2008).Peran SMK dalam Mendukung Pertumbuhan

    Ekonomi Daerah.

    Focus Group Disscussion Implementasi Kurikulum 2013. (2013, 7 Oktober).

    Diambil pada tanggal 26 November 2013, dari

    http://fptk.upi.edu/2013/10/07/focus-group-disscussion-implementasi-kurikulum-

    2013-2/

    Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Sekolah Sasaran Implementasi

    Kurikulum 2013. Diambil pada tanggal 26 November 2013, dari

    http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/school

    Jalal, Fasli, & Supriadi, Dedi. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks

    Otonomi Daerah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

    Thompson, John F. (1973).Foundation of Vocational Education Social and

    Philosophical Concepts, New Jersey: Prentice-Hall.

    Joesoef, J.R., dkk. (2007).Peran SMK dalam Mendukung Pertumbuhan Ekonomi

    Daerah: Sebuah Analisis Makroekonomi. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah

    Menengah Kejuruan.

    http://fptk.upi.edu/2013/10/07/focus-group-disscussion-implementasi-kurikulum-2013-2/http://fptk.upi.edu/2013/10/07/focus-group-disscussion-implementasi-kurikulum-2013-2/http://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/schoolhttp://kurikulum.kemdikbud.go.id/public/schoolhttp://fptk.upi.edu/2013/10/07/focus-group-disscussion-implementasi-kurikulum-2013-2/http://fptk.upi.edu/2013/10/07/focus-group-disscussion-implementasi-kurikulum-2013-2/