Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERSEPSI SISWA TERHADAP KEMAMPUAN GURU
MENGELOLA KELAS DAN HUBUNGANNYA
DENGAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
KIMIA SISWA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk
Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh:
Rosty Kaafiitriana
11140162000046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
i
ABSTRAK
Pengeloaan kelas merupakan bagian integral dari kemampuan profesional
yang harus dimiliki oleh seorang guru. Keterampilan guru dalam mengelola kelas
mampu membangkitkan ketertarikan dan semangat siswa untuk mengikuti
pelajaran, khususnya pada pelajaran kimia. Siswa yang tinggi motivasinya,
umumnya tinggi pula perolehan belajarnya. Sebaliknya, siswa yang rendah
motivasinya, rendah pula perolehan belajarnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kemampuan guru mengelola kelas, motivasi dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran kimia. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kuantitatif dengan metode korelasional. Subjek penelitian yaitu siswa-
siswi SMA kelas XII SMA Negeri 2 Kota Tangerang. Sampel diambil dengan
teknik purposive sampling dan jumlah keseluruhan siswa yaitu 167 siswa.
Instrumen yang digunakan yaitu angket yang menunjukan kemampuan guru
mengelola kelas dan motivasi siswa pada pelajaran kimia serta prestasi belajar
diambil dari nilai ujian akhir sekolah semester 1 tahun ajaran 2018/2019. Data
dianalisis dengan metode korelasi sederhana. Hasil penelitian menunjukan adanya
hubungan antara kemampuan guru mengelola kelas terhadap motivasi dan prestasi
belajar siswa pada pelajaran kimia di SMAN 2 Kota Tangerang. Hal ini
menandakan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas memiliki kontribusi
terhadap menumbuhkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada pelajaran kimia.
Kata Kunci : Kemampuan Guru Mengelola Kelas, Motivasi, Prestasi Belajar,
Mata Pelajaran Kimia
ii
ABSTRACT
Management classroom is an integral part of the professional abilities that must
be possessed by a teacher. The teacher's skills in managing the class are able to
raise the interest and enthusiasm of students to take lessons, especially in
chemistry lessons. Students who are highly motivated, generally have high
learning gain. Otherwise, students who had low in motivation, will had low
learning gain. This study aims to determine the relationship between the ability of
teachers to manage classes, motivation and student achievement on chemistry
subjects. The method used in this study is quantitative with a correlational
method. The research subjects were high school students grade 12th of SMA
Negeri 2 Kota Tangerang. Samples were taken by purposive sampling technique
and the total number of students was 167 students. The instrument used is a
questionnaire that shows the ability of the teacher to manage the class and the
motivation of students on chemistry lessons and learning achievement taken from
the grades of the final semester of school year 2018/2019 academic year. Data
were analyzed by a simple correlation method. The results of the study show a
relationship between the ability of teachers to manage the class towards
motivation and student achievement in chemistry at SMAN 2 Kota Tangerang.
This indicates that the teacher's ability to manage the class has a contribution to
foster motivation and improve student achievement, especially in chemistry
lesson.
Keyword: Classroom management, Motivation,Student acheivement, Chemistry
Lesson
iii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrohim
Alhamdulillahirabil‟alamin, Puji syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa Ta‟ala
yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Persepsi
Siswa Terhadap Kemampuan Guru Mengelola Kelas dan Hubungannya
dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa”. Sholawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad Sholallahu Alaihi
Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Ucapan terima kasih penulis capkan kepada semua pihak yang telah memberikan
dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini. Dengan tulus, ikhlas, dan
rendah hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3. Dedi Irwandi, M.Si dan Dewi Murniati, M.Si., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan waktu, ilmu, motivasi, semangat, dukungan dan
bimbingan serta saran kepada penulis dengan penuh dengan penuh
kesabaran dalam penyusunan skripsi ini hingga akhir.
4. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dadang, S.Pd selaku guru SMAN 2 Kota Tangerang yang telah
mengizinkan penulis untuk mengambil data di tempat tersebut
iv
6. Kepada Ayah Triono, Mama Suprapti dan adek Hafadlah yang selalu
mendoakan dan mendukung dengan cinta dan kasih sayang keluarga
ditengah lelahnya pengerjaan skripsi
7. Kepada kosan pondok fitri terutama mba Anifah Tarlan, ka Shefa Tarlan,
ka Haryati Abdullah, Rohmah Adhawati, Ananda Rakhmatul, Ma‟rifah
Istiqomah, Effa Safirah yang selalu memberi dukungan, motivasi dan
kebahagiaan terbaiknya kepada penulis
8. Kepada sahabat INSANE yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis
terutama Tiara Jasmine, Rohmah Adhawati, Daniyah Luthfiyyatillah,
Ananda Rakhmatul, Ma‟rifah Istiqomah, Effa Safirah, Indah Permatasari,
Ria Fariha, Khaerul Fikri, M. Aziz Fikri, Shofi Khaerul,Ernas Tiara, Tasya
Annisa, dll.
9. Teman teman pendidikan kimia angkatan 2014 yang selalu berbagi
semangat, motivasi, keluh kesah dan doa terbaik kepada penulis terutama
Ardelia Amanda, Endah Nurlita, Lizda Tri Wahyuni, Reni Novianti,
Syarifah Meutiah, Siti Nuraeni, Utawati, Andini, Ilham, Harum Ismi, dll.
10. Teman teman PSM UIN Jakarta, terutama Afriana Awdadi, Anggi
Maulina, Humairah, Agus Maulana, Syukron Amin, Muhamad Ihsan,
Harus Ar-rasyid, Delia Ulfah, dll
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan kritik, dan
saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi
ini memberikan manfaat bagi semua pihak yang menggunakannya.
Wassalamu‟alaikum Wr. Wb
Jakarta, 29 Mei 2019
Penulis
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .......................................... ii
ABSTRAK ............................................................................................................... i
ABSTRACT .............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... ix
BAB I ....................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5
D. Pembatasan Masalah ............................................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 5
BAB II ...................................................................................................................... 7
KAJIAN TEORI ...................................................................................................... 7
A. Deskripsi Teori ........................................................................................................ 7
1. Hakikat Persepsi .................................................................................................. 7
2. Kompetensi Guru ................................................................................................. 8
3. Pengelolaan Kelas ............................................................................................... 8
4. Belajar ............................................................................................................... 17
5. Motivasi Belajar ................................................................................................ 18
6. Prestasi Belajar .................................................................................................. 23
vi
B. Kerangka Berpikir ................................................................................................. 26
C. Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 29
D. Penelitian yang Relevan ........................................................................................ 29
BAB III .................................................................................................................. 32
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................... 32
B. Metode Penelitian ................................................................................................. 32
C. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 33
D. Alur Penelitian ...................................................................................................... 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................... 36
F. Uji Coba Instumen ................................................................................................ 39
G. Teknik Analisis Data ............................................................................................. 40
H. Hipotesis Statistik ................................................................................................. 45
BAB IV .................................................................................................................. 46
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................................... 46
A. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 46
1. Data Hasil Penelitian ......................................................................................... 46
2. Analisis Data ..................................................................................................... 49
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................................ 54
1. Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Mengelola Kelas dan
Hubungannya dengan Motivasi Belajar Kimia Siswa ....................................... 54
2. Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Mengelola Kelas dan
Hubungannya dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa ........................................ 57
BAB V .................................................................................................................... 62
KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................................. 62
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 62
B. Saran ..................................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 62
LAMPIRAN-LAMPIRAN ..................................................................................... 69
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Hasil Angket Kemampuan Guru Mengelola Kelas.............................. 46
Tabel 4. 2 Klasifikasi Kemampuan Guru Mengelola Kelas ................................. 47
Tabel 4. 3 Hasil Angket Motivasi Belajar Siswa .................................................. 48
Tabel 4. 4 Klasifikasi Nilai Motivasi Siswa ......................................................... 48
Tabel 4. 5 Hasil Prestasi Belajar Kimia Siswa ...................................................... 49
Tabel 4. 6 Kategorisasi Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Kimia ........ 49
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Guru Mengelola Kelas,
Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa ...................................................... 50
Tabel 4. 8 Uji Homogenitas pada Masing-masing Variabel ................................. 50
Tabel 4. 9 Hasil Uji Korelasi Data Kemampuan Guru Mengelola Kelas
Dengan Motivasi Belajar Siswa ........................................................... 53
Tabel 4. 10 Hasil Uji Korelasi Data Kemampuan Guru Mengelola Kelas
Dengan Prestasi Belajar Siswa ............................................................. 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berfikir ................................................................. 28
Gambar 3. 1 Desain Penelitian .............................................................................. 33
Gambar 3. 2 skema prosedur penelitian ................................................................ 35
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Responden dan Nilai UAS Siswa .............................................. 70
Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Mengelola Kelas ................................................ 75
Lampiran 3. Kisi-Kisi Instrumen Motivasi Belajar ................................................ 78
Lampiran 4. Instrumen Penelitian ........................................................................... 82
Lampiran 5. Lembar Validasi Instrumen oleh Validator Ahli ............................... 90
Lampiran 6. Hasil Perhitungan Uji Validitas Angket Mengelola Kelas ............... 103
Lampiran 7. Hasil Uji Validitas Angket Motivasi Belajar .................................... 114
Lampiran 8. Angket Mengelola Kelas yang Sudan di Isi ..................................... 126
Lampiran 9. Angket Motivasi Belajar yang Sudah di Isi ...................................... 129
Lampiran 10. Data Hasil Angekt Mengelola Kelas .............................................. 132
Lampiran 11. Data Hasil Angekt Motivasi Belajaar ............................................. 148
Lampiran 12. Lembar Hasil Uji Validitas Angket Mengelola Kelas dan
Motivasi Belajar ............................................................................. 162
Lampiran 13. Lembar Hasil Uji Reliabilitas Angket Mengelola Kelas dan
Motivasi Belajar ............................................................................. 164
Lampiran 14. Lembar Hasil Uji Normalitas Angket dan Nilai UAS Siswa ......... 170
Lampiran 15. Lembar Hasil Uji Homogenitas Angket dan Nilai UAS Siswa ...... 172
Lampiran 16. Lembar Hasil Uji Linearitas Angket dan Nilai UAS Siswa ........... 174
Lampiran 17. Lembar Hasil Uji Hipotesis Angket Kemampuan Guru
Mengelola Kelas, Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia Siswa ...... 176
Lampiran 18. Lembar Uji Referensi .................................................................... 180
Lampiran 19. Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi Instrumen ................ 192
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan yang menjadi salah satu
bidang yang sangat strategis dalam membina manusia dan pembangunan
kebudayaan bangsa. Pendidikan mampu menciptakan masyarakat yang cerdas
untuk kemajuan bangsa dan negara. Kebutuhan pendidikan merupakan salah
satu bagian terpenting dari kehidupan manusia, dengan pendidikan yang lebih
tinggi diharapkan akan manghasilkan manusia-manusia yang lebih berkualitas.
Menurut Viro, Fahmi dan Bakri (2015) dalam rangka mewujudkan
pendidikan yang bermutu tentu tidak terlepas dari peranan berbagai pihak,
salah satunya adalah peran tenaga kependidikan. Guru merupakan salah satu
komponen yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Penjelasan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional
Pendidikan bahwa syarat dari profesionalitas guru adalah kualifikasi akademis
minimal DIV/ S1, menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi profesi, dan kompetensi sosial. Kriteria profesionalisme guru
meliputi kemampuan: menguasai bahan, mengelola PBM, mengelola media
atau sumber, menguasai landasan kependidikan, mengenal interaksi belajar
mengajar, menilai prestasi siswa, mengenal fungsi dan program pelayanan BP,
dan mengenal administrasi sekolah (Yusutria, 2015) .
Baiq dan Sri (2017) mengatakan bahwa pengelolaan kelas dipandang
sebagai suatu usaha yang sangat penting dan harus mendapatkan prioritas oleh
seorang guru dalam berbagai macam aktivitas yang berkaitan dengan
kurikulum dan pengembangan siswa. Sebagai manajer, guru bertanggung
jawab memelihara lingkungan fisik agar senantiasa menyenangkan untuk
belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan
sosial dalam kelas (Wahda, 2014). Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dapat
merencanakan secara rasional pelajaran siswa, menyiapkan bahan ajar dan
belajar lebih bijaksana, mengatur konten, menata kelas dan menetapkan
rutinitas sehari-hari (Iqbal et.al., 2012).
2
Menurut Azlin et.al., (2012) kesuksesan mengelola kelas dapat berfokus
pada rasa memiliki siswa dalam konteks sekolah sehingga mendapatkan hasil
positif, termasuk motivasi akademik, optimisme, keinginan untuk sekolah,
dan emosional yang baik. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Orji (2014)
menyatakan bahwa kemampuan guru dalam mengelola kelas secara
signifikan mempengaruhi iklim, motivasi, dan pencapaian tujuan belajar di
kelas. Kesuksesan dalam mengelola kelas juga dapat muncul dari
keinginan/dorongan dan ketertarikan peserta didik dalam menerima pelajaran,
akan sulit untuk berhasil jika belajar tanpa motivasi (Ridha et.al., 2017).
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Idah (2017) menemukan bahwa
banyak siswa yang membolos mata pelajaran tertentu, dan hal ini merupakan
wujud kurangnya sebuah motivasi belajar siswa. Bahkan dengan tetap
memakai pakaian seragam sekolah masih terdapat banyak siswa yang masih
berkeliaran di tempat-tempat umum. Pada saat ditanya dengan terkadang
mereka hanya menjawab bosan dengan mata pelajarannya. Menurut penelitian
Azlin et.al., (2012) penyebab rasa bosan yang dialami siswa saat belajar yaitu
tidak tertarik dengan materi yang dipresentasikan, hasilnya siswa cenderung
tidak antusias dengan materi yang dipelajarinya.
Pembelajaran sangat penting bagi kehidupan manusia, karena dengan
belajar manusia dapat lebih mengetahui ataupun memahami sesuatu ilmu
pengetahuan yang ada di lingkungan sosial. Namun terkadang suatu proses
belajar tidak dapat mencapai hasil maksimal disebabkan karena ketiadaan
kekuatan yang mendorong atau yang disebut sebagai motivasi.
Menurut Sitwat dan David (2012), Motivasi belajar adalah kunci dalam
mencapai keberhasilan belajar bagi peserta didik. Namun, setiap peseta didik
memiliki keinginan/dorongan dan ketertarikan yang tidak sama dalam
mengikuti proses belajar di kelas. Sukses atau tidaknya kegiatan belajar
bergantung pada keinginan/dorongan dan ketertarikan peseta didik dalam
menerima pembelajaran. Motivasi dipandang sebagai prasyarat dan elemen
penting untuk keterlibatan siswa dalam belajar. Keterlibatan siswa dalam
3
belajar bukan hanya sebuah akhir dalam dirinya sendiri tetapi juga merupakan
sarana akhir siswa mencapai prestasi akademik yang baik. Sependapat dengan
Olusegun (2015) yang mengatakan bahwa siswa yang memiliki motivasi yang
rendah cenderung mencapai prestasi yang rendah.
Penelitian yang dilakukan Riswanto dan Sri (2017) menemukan bahwa
salah satu hal penting dari semua upaya pendidikan adalah untuk melihat
tercapainya prestasi belajar. Prestasi siswa dapat menggambarkan tingkat
pencapaian siswa dalam hal pengetahuan, keterampilan dan pengalaman
belajar yang dirumuskan oleh tujuan kurikulum pelajaran di sekolah.
Sependapat dengan penelitian Chawla (2016) yang mengatakan bahwa
prestasi mengacu pada derajat atau tingkat keberhasilan atau kemampuan yang
dicapai dalam beberapa mata pelajaran spesifik atau karya akademik.
Keberhasilan tersebut merupakan prestasi belajar peserta didik yang dapat
diukur dari nilai siswa yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi
dilaksanakan. Keberhasilan pembelajaran di sekolah akan terwujud dari
keberhasilan belajar siswa. Jika siswa memperoleh prestasi belajar yang baik
maka dapat dikatakan siswa tersebut berhasil. Begitu pula sebaliknya, siswa
yang prestasi belajarnya rendah dapat dikatakan gagal.
Dalam penelitian yang dilakukan Kihwele (2014) menemukan bahwa
banyak siswa yang menganggap pelajaran sains ini sulit dan hanya untuk
beberapa siswa yang memiliki kecerdasan tinggi sehingga menyebabkan hasil
ulangan akhir mereka rendah. Oleh sebab itu, banyak siswa yang tidak tertarik
dan bahkan memilih berhenti dalam pelajaran sains khususnya Fisika dan
Kimia.
Pelajaran kimia sebagai disiplin akademik memainkan peran yang sangat
penting dalam menyatukan mata pelajaran sains lainnya. Bagi banyak siswa,
kimia dipandang sebagai subjek yang sulit, kompleks dan abstrak yang
membutuhkan bakat intelektual khusus dan terlalu banyak usaha untuk
mengerti (Francis et.al.,2017). hal ini sependapat dengan penelitian Gladys
(2017) yang menyatakan bahwa pelajaran kimia mengaitkan antara konten
dengan konteks sehingga memerlukan pengelolaan kelas yang dapat
4
mendukung siswa untuk fokus konsentrasi. Materi kimia yang abstrak
membutuhkan ide atau pemikiran yang dikembangkan menjadi sifat yang
umum atau peristiwa dengan proses abstaksi. Konsekuensi tersebut yang
meningkatkan kemampuan kimia siswa. Oleh karena itu, pengajar
membutuhkan strategi pembelajaran yang memberi jangkauan luas dan
potensi pendidikan lanjutan yang akan membantu siswa untuk memperkaya
informasi, mengembangkan kemampuan mental, memperoleh keterampilan
proses sains dan melatih inovatif siswa dalam meraih prestasi. Pengelolaan
kelas pada pelajaran kimia menjadi hal yang penting karena memerlukan
kondisi kelas yang kondusif dan membuat siswa mampu berkonsentrasi.
Sehubungan dengan masalah tersebut peneliti tertarik untuk mencari tahu
bagaimana hubungan pengelolaan kelas, motivasi dan prestasi belajar siswa.
Jadi, dengan latar belakang inilah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “Persepsi Siswa Terhadap Kemampuan Guru Mengelola
Kelas dan Hubungannya dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Kimia
Siswa”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka peneliti
mengidentifikasi sebagai berikut :
1. Kurangnya kompetensi yang dimiliki guru dalam mengajar
membuat siswa sulit memahami materi kimia yang diajarkan
sehingga hasil belajar dalam mata pelajaran kimia kurang
maksimal.
2. Kurang perhatian guru terhadap interaksi belajar mengajar dapat
membuat siswa cenderung merasa bosan sehingga kurang
memotivasi siswa untuk belajar.
3. Keadaan kelas yang kurang kondusif sehingga mengakibatkan
siswa kurang berkonsentrasi.
4. Kurangnya guru dalam memiliki wawasan tentang pengelolaan
kelas khususnya pada pelajaran kimia
5
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka masalah yang akan diteliti
dapat rumuskan sebagai berikut :
1. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang
kemampuan guru mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa
dalam pelajaran kimia ?
2. Apakah terdapat hubungan antara persepsi siswa tentang
kemampuan guru mengelola kelas terhadap prestasi belajar siswa
dalam pelajaran kimia ?
D. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini tidak menyimpang dari judul penelitian, maka masalah
yang akan diteliti hanya dibatasi pada :
1. Penelitian ini membatasi pada kemampuan yang harus dimiliki guru
dalam mengelola kelas yaitu keterampilan yang berhubungan dengan
penciptaan, pemeliharaan dan pengembangan kondisi belajar yang
optimal.
2. Motivasi siswa dalam penelitian kali ini yaitu motivasi instrinsik dan
ekstrinsik
3. Prestasi belajar kimia dilihat dari nilai UAS siswa pada mata pelajaran
kimia semester 1.
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui persepsi siswa tentang
kemampuan guru mengelola kelas dan hubungannya terhadap motivasi dan
prestasi belajar siswa dalam pelajaran kimia.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan ilmu yang
telah diperoleh selama kuliah, sehingga penelitian ini merupakan bahan untuk
mengembangkan ilmu yang dimiliki penulis.
6
2. Bagi akademisi, penelitian ini digunakan sebagai referensi atau bahan kajian
di bidang ilmu pengetahuan.
3. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan
pengetahuan tentang hubungan kemampuan guru mengelola kelas Terhadap
motivasi dan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran kimia.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Hakikat Persepsi
a. Pengertian Persepsi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) persepsi
adalah proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca
inderanya (Departemen Pendidikan Nasional, 2002). Kata persepsi
berasal dari kata “perception” yang berarti penglihatan, tanggapan,
daya memahami atau menanggapi sesuatu yang diawali dengan
penginderaan yang kemudian ditransfer ke otak (Echols & Sadily,
1995).
Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang
dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang
lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan dan penciuman, menghasilkan suatu gambar yang unik
tentang kenyataan yang barang kali sangat berbeda dari kenyataan
(Thoha, 2015). Menurut Rakhmat (2008) persepsi memberikan
makna suatu gambaran stimulus indrawi (sensory stimuli), melalui
pengalaman mengenai objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan.
Sementara itu menurut Slameto (2010) persepsi adalah
proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam
otak manusia yang meliputi kemampuan untuk membedakan,
mengelompokkan, memfokuskan dan sebabagainya itu dan
selanjutnya diinterpretasikan . Menurut Thoha (2015) kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa
persepsi merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi,
dan bukannya suatu pencataan yang benar terhadap situasi.
8
Berdasarkan definisi diatas, maka persepsi adalah proses
seseorang untuk menanggapi dan memahami informasi tentang
lingkungannya sehingga memberikan makna suatu gambaran
stimulus indrawi seperti penglihatan, pendengaran, penghayatan
dan perasaan.
2. Kompetensi Guru
a. Pengertian Kompetensi Guru
“Standar kompetensi guru adalah suatu pernyataan tentang
kriteria yang dipersyaratkan, ditetapkan dan disepakati bersama dalam
bentuk penguasaan penegtahuan, keterampilan dan sikap bagi seorang
tenaga kependidikan sehingga layak disebut kompeten” (Pupuh dan
Suryana, 2012, hlm. 32). Tujuan standar kompetensi guru yaitu
sebagai jaminan dikuasainya tingkat kompetensi minimal oleh guru
untuk melakukan tugasnya secara efektif dan efisien serta dapat
melakukan proses pembelajaran dengan profesional sesuai dengan
bidang studinya (Pupuh dan Suryana, 2012, hlm. 33).
Sagala (2013, hlm. 31) menyebutkan terdapat sepuluh
kompetensi dasar guru yang harus dimiliki yaitu (1) kemampuan
menguasai bahan pelajaran yang disajikan; (2) kemampuan mengelola
program belajar mengajar; (3) kemampuan mengelola kelas; (4)
kemampuan menggunakan media/sumber belajar;(5) kemampuan
menguasai landasan-landasan kependidikan; (6) kemampuan
mengelola interaksi belajar mengajar; (7) kemampuan menilai prestasi
peserta didik untuk kependidikan pengajaran; (8) kemampuan
mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah; (10)
kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan mengajar. Namun dalam
perjalanannya tidak ada satu institusipun yang melakukan evaluasi,
8
apakah kesepuluh kompetensi guru ini betul-betul dipenuhi
oleh guru atau tidak. Kesepuluh kompetensi ini hanya ada sebagai
dokumen saja.
3. Pengelolaan Kelas
a. Pengertian Pengelolaan Kelas
Pupuh dan Sobry (2017, hlm. 103) mengatakan bahwa: “Pengelolaan
kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran. Secara
kolektif atau klasikal dengan cara mengelola perbedaan-perbedaan kuat
individual menjadi sebuah aktivitas belajar bersama”. Sementara itu
menurut Johnson dan Bany (dalam Djamarah dan Aswan, 2010, hlm.
176) mengatakan bahwa: “pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problema dan situasi kelas.
Dalam hal ini guru bertugas menciptakan, mempertahankan dan
memelihara sistem/organisasi kelas. Sehingga individu siswa dapat
memanfaatkan kemampuannya, bakatnya dan energinya pada tugas-tugas
individual”.
Berdasarkan penjelasan di atas, pengelolaan kelas dapat didefinisikan
sebagai proses seleksi terhadap situasi kelas yang dikendalikan oleh guru
untuk menata pembelajaran serta menciptakan dan memelihara sistem
dalam kelas.
b. Tujuan Pengelolaan Kelas
Sardiman (dalam Djamarah dan Aswan, 2017, hlm. 178)
mengatakan bahwa: “Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah
terkandung dalam tujuan pendidikan. Secara umum tujuan pengelolaan
kelas adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar
siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja,
tercipanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada
siswa”.
9
Menurut Pupuh dan Sobry (2017, hlm. 104), Tujuan Pengelolaan
kelas adalah untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Mutu
pembelajaran akan tercapai, jika tercapainya tujuan pembelajaran.
Karakter kelas yang dihasilkan karena adanya proses pengelolaan kelas
yang baik akan memiliki sekurang-kurangnya tiga ciri, yakni:
1. Speed, artinya anak dapat belajar dalam percepatan proses dan
proggres, sehingga membutuhkan waktu yang relatif singkat.
2. Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana,
mudah dicerna dan situasi kelas kondusif.
3. Self-confidence, artinya anak dapat belajar dengan penuh rasa
percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran
dan belajar berprestasi.
Pengelolaan kelas yang efektif dapat menjadi pendukung yang kuat
pada hasil akademik dan juga motivasi serta minat belajar siswa.
(Johanna et.al., 2015)
c. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas
Djamarah dan Aswan (2017, hlm. 185-186) merangkum enam prinsip
pengelolaan kelas yang dapat dipergunakan. Keenam prinsip tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Hangat dan antusias
Guru yang sangat hangat dan akrab dengan anak didik selalu
menunjukkan antusias pada tugasnya atau pada aktivitasnya akan
berhasil dalam mengimplementasikan pengelolaan kelas.
2. Tantangan
Penggunaan kata-kata, tindakan, cara kerja atau bahan-bahan yang
menentang akan meningkatkan gairah anak untuk belajar sehingga
mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang
menyimpang.
3. Bervariasi
10
Penggunaan alat atau media, atau alat bantu, gaya mengajar guru,
pola interaksi antara guru dan anak didik akan mengurangi
munculnya gangguan, meningkatkan perhatian anak didik.
Kevariasian dalam penggunaan apa yang disebutkan diatas
merupakan kunci untuk tercapainya pengelolaan kelas yang efektif
dan menghindari kejenuhan.
4. Keluwesan
Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi
mengajarkannya dapat mencegah kemungkinan munculnya
gangguan anak didik serta menciptakan iklim belajar mengajar
yang efektif. Keluwesan pengajaran dapat mencegah munculnya
gangguan seperti keributan anak didik, tidak ada perhatian, tidak
mengerjakan tugas, dan sebaginya.
5. Penekanan pada hal-hal yang positif
Pada dasarnya mengajar dan mendidik, guru harus
menekankan pada hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan
perhatian pada hal-hal yang negatif. Penekanan pada hal yang
positif, yaitu penekanan yang dilakukan guru terhadap tingkah laku
anak didik yang positif daripada mengomeli tingkah laku yang
negatif. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan pemberian
penguatan yang positif, dan kesadaran guru untuk menghindari
kesalahan yang dapat mengganggu jalannya proses belajar
mengajar.
6. Penanaman disiplin diri
Tujuan akhir dari pengelolaan kelas adalah anak didik dapat
mengembangkan disiplin diri sendiri. Karena itu, guru sebaiknya
selalu mendorong anak didik untuk melaksanakan disiplin diri
sendiri dan guru sendiri hendaknya menjadi teladan mengenai
pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab. Jadi, guru
harus disiplin dalam segala hal bila ingin anak didiknya ikut
berdisiplin dalam segala hal.
11
Harun et.al., (2015) menyatakan bahwa guru harus
memiliki radar internal dikelas kepada masing-masing siswa agar
terciptanya sebuah lingkungan belajar yang mampu membantu
seluruh siswa yang berada di kelas berpartisipasi pada
pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus memiliki pendekatan
positif dan proaktif pada masing-masing siswa di kelas.
Menggunakan managemen kelas yang baik membuat siswa
menjadi lebih menarik perhatian siswa pada harapan belajar siswa.
d. Komponen- Komponen Keterampilan Pengelolaan Kelas
Komponen-komponen keterampilan pengelolaan kelas ini pada
umumnya di bagi menjadi dua bagian, yaitu keterampilan yang
berhubungan dengan penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar yang
optimal (bersifat preventif) dan keterampilan yang berhubungan dengan
pengembangan kondisi belajar yang optimal.
1) Keterampilan yang berhubungan dengan penciptaan dan
pemeliharaan kondisi belajar yang optimal (bersifat preventive).
Keterampilan ini berhubungan dengan kompetensi guru dalam
mengambil inisiatif dan mengendalikan pelajaran serta aktivitas-
aktivitas pembelajaran sebagai berikut:
a. Sikap tanggap
Komponen ini menggambarkan ditunjukan oleh tingkah laku
bahwa ia hadir bersama mereka. Guru tahu kegiatan mereka,
tahu ada perhatian atau tidak ada perhatian, tahu apa yang
mereka kerjakan. Seolah-olah mata guru ada dibelakang
kepala, sehingga guru dapat menegur anak didik walaupun
guru sedang menulis dipapan tulis. Sikap ini dilakukan
dengan cara :
1. Memandang secara saksama
12
Memandang secara saksama dapat mengundang dan
melibatkan anak didik kontak pandang dalam pendekatan
guru untuk bercakap-cakap, bekerja sama dan
menunjukkan rasa persahabatan.
2. Gerak mendekati
Gerak guru dalam posisi mendekati kelompok kecil atau
individu menandakan kesiagaan, minat dan perhatian guru
yang diberikan terhadap tugas serta aktivitas anak didik.
Gerak mendekati hendaklah dilakukan secara wajar, bukan
untuk menakut-nakuti, mengancam atau memberi kritikan
dan hukuman.
3. Memberi pernyataan
Pernyataan guru terhadap sesuatu yang dikemukakan oleh
anak didik sangat diperlukan, baik berupa tanggapan,
komentar ataupun yang lain. Akan tetapi, haruslah
dihindari hal-ha yang menunjukkan dominasi guru,
misalnya komentar atau pernyataan yang mengundnag
ancaman seperti: “saya tunggu sampai kalian diam!” atau
“siapa yang tidak senang dengan pelajaran saya, silahkan
keluar!”
4. Memberi reaksi terhadap gangguan dan ketakacuhan
Kelas tidak selamanya tenang pasti ada gangguan. Hal ini
perlu guru sadari dan jangan dibiarkan. Teguran perlu
dilakukan oleh guru untuk mengembalikan keadaan kelas.
Teguran guru merupakan tanda bahwa guru ada bersama
anak didikan.
b. Membagi perhatian
Pengelolaan kelas yang efektif terjadi bila guru mampu membagi
perhatiannya kepada beberapa kegiatan yang berlangsung dalam waktu
yang sama. Membagi perhatian dapat dilakukan dengan cara
1) Visual
13
Guru dapat mengubah pandangannya dalam memperhatikan
kegiatan pertama sedemikian rupa sehingga dapat melirik
kegiatan kedua, tanpa kehilangan perhatian pada kegiatan
pertama. Kontak pandang ini bisa dilakukan terhadap
kelompok anak didik atau anak secara individual.
2) Verbal
Guru dapat memeberi komentar, penjelasan, pernayataan
dna sebagainya terhadap aktivitas anak didik pertama
sementar ia memimpin dan terlibat supervisi pada aktivitas
anak didik yang lain.
c. Pemusatan perhatian kelompok
Guru mengambil inisiatif dan mempertahankan perhatian anak
didik dan memberitahukan (dapat dengan tanda-tanda) bahwa ia
bekerja sama dengan kelompok atau subkelompok yang terdiri
dari tiga sampai empat orang .
d. Menegur, teguran verbal yang efektif harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut : (1) tegas, jelas tertuju kepada siswa
yang mengganggu dan tingkah laku yang harus dihentikan; (2)
menghindari peringatan yang kasar atau yang mengandung
penghinaan; (3) menghindari ocehan berkepanjangan.
e. Memberi penguatan, pemberian penguatan dapat dilakukan
kepada siswa yang suka mengganggu jika pada suatu saat
tertangkap melakukan perbuatan positif. (Djaramah dan Aswan,
2013, hlm. 186-189; Zainal Asril, 2017, hlm. 74)
2) Keterampilan yang berhubungan dengan pengembangan kondisi
belajar yang optimal.
Zainal Asril (2017, hlm. 75-76) menjelaskan beberapa strategi yang
digunakan oleh guru dalam keterampilan sebagai berikut :
a. Modifikasi tingkah laku
Beberapa tingkah laku yang digunakan untuk mengorganisasikan
tingkah laku adalah: (1) merinci tingkah laku yang menimbulkan
14
gangguan; (2) memilih norma yang realistis program remedial;
(3) bekerja sama dengan rekan atau konselor; (4) memilih tingkah
laku yang akan diperbaiki; dan (5) memvariasikan pola penguatan
yang tersedia misalnya dengan cara meningkatkan tingkah laku
yang diinginkan dengan teknik tertentu misalnya penghapusan
penguatan, memberi hukuman, membatalkan kesempatan, dan
mengurangi hak.
b. Pengelola kelompok
Pendekatan masalah kelompok dapat dikerjakan oleh guru
sebagai salah satu alternatif dalam mengatasi masalah-masalah
pengelolaan kelas.
c. Menemukan dan memecahkan tingkah laku yang menimbulkan
masalah.
Seperangkat cara dapat dikerjakan, menurut Marshall, adalah: (1)
pengabaian yang direncanakan; (2) campur tangan dengan isyarat;
(3) mengawasi dari dekat; (4) menguasai perasaan yang
mendasari terjadinya satu perbuatan negatif; (5) mengungkapkan
perasaan siswa; (6) memindahkan masaklah yang bersifat
mengganggu; (7) menyusun kembali rencana belajar; (8)
menghilangkan ketegangan dengan humor (9) memindahkan
penyebab gangguan; (10) pengekangan fisik; (11) pengasingan.
Menurut Abdul Majid (2011, hlm. 167-168) menjelaskan bahwa
lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh yang penting
terhadap hasil pembelajaran. Lingkungan fisik yang dimaksud meliputi:
1) Ruang tempat berlangsung proses belajar mengajar
Ruangan tempat belajar harus memungkinkan semua siswa
bergerak leluasa tidak berdesak-desakan dan saling mengganggu
antara siswa yang satu dengan yang lainnya pada saat melakukan
aktivitas belajar.
15
2) Pengaturan tempat duduk
Dalam mengatur tempat duduk yang penting adalah
memungkinkan terjadinya tatap muka, dengan demikian guru
dapat mengontrol tingkah laku siswa. Pengaturan tempat duduk
akan mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar.
3) Ventilasi dan pengaturan cahaya
Suhu, ventilasi dan penerangan adalah aset penting untuk
terciptanya suasana belajar yang nyaman. Oleh karena itu
ventilasi harus cukup menjamin kesehatan siswa.
3) Pengaturan penyimpanan barang-barang
Barang-barang hendaknya disimpan pada tempat khusus yang
mudah dicapai bila diperlukan dan akan dipergunakan bagi
kepentingan belajar.
Suhaenah Suparno (dalam Abdul Majid, 2011, hlm. 168-169).
mengemukakan kriteria yang harus dipenuhi ketika melakukan penataan
fasilitas ruang kelas sebagai berikut.
1) Penataan ruangan dianggap baik apabila menunjang efektifitas
proses pembelajaran yang salah satu petunjuknya adalah bahwa
anak-anak belajar dengan aktif dan guru dapat mengelola kelas
dengan baik
2) Penataan tersebut bersifat fleksibel sehingga perubahan dari satu
tujuan ke tujuan lain dapat dilakukan sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan sifat kegiatan yang dituntut oleh tujuan yang akan
dicapai pada waktu itu.
3) Ketika anak belajar belajar tentang suatu konsep, maka ada
fasilitas-fasilitas yang dapat memberikan bantuan untuk
memperjelas konsep-konsep yaitu berupa gambar-gambar atau
media lain sehingga konsep-konsep tersebut tidak bersifat
verbalitas.
16
4) Penataan ruang dan fasilitas yang ada di kelas harus mampu
membantu siswa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar
sehingga mereka merasa senang belajar
Menurut Chih-Lun dan Chih-Chieh (2014) Berdasarkan penelitian
pengolaan kelas oleh sarjana domestik dan asing selama 10 tahun
terakhir, menyebutkan 5 item yang menjadi mayoritas utama dalam
pengelolaan kelas (pengelolaan umum, kegiatan belajar, pengelolaan
lingkungan kelas, hubungan orangtua-guru-murid dan suasana kelas)
dibentuk menjadi tiga kategori untuk penyelidikan: kegiatan belajar,
suasana pembelajaran, dan pengelolaan lingkungan kelas.
a) Kegiatan belajar: melibatkan persiapan kelas, mengatur
kegiatan, perencanaan pembelajaran, penugasaan, variasi
metode mengajar, mengontrol perkembangan pelajaran,
efektif menggunakan pengelolaan kelas, memberikan
insentif kepada siswa untuk perilaku positif dan disiplin
mengelola kelas.
b) suasana pembelajaran : melibatkan interaksi antara guru
dengan murid, interaksi antar sesama murid, menciptakan
suasana pembelajaran dan melibatkan komunikasi guru
dengan orang tua melalui catatan, telfon, kunjungan,
pertemuan dan diskusi dengan orang tua
c) pengelolaan lingkungan kelas: melibatkan pengaturan
duduk, perencanaan ruang kelas dan pendidikan dekorasi
kelas
f. Masalah Pengelolaan Kelas
Djamarah dan Aswan (2013, hlm. 194-195) menjelaskan bahwa
pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah dan ringan. Gagalnya
seorang guru mencapai tujuan pengajaran sejalan dengan
ketidakmampuan guru mengelola kelas. Indikator kegagalan tersebut
antara lain prestasi siswa yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau
batas ukuran yang ditentukan. Karena itu, pengelolaan kelas merupakan
17
kompetensi guru yang sangat penting dikuasai oleh guru dalam
kerangka keberhasilan proses belajar mengajar.
Keanekaragaman masalah yang terjadi di dalam kelas menjadi
masalah dalam pengelolaan kelas. Menurut Made Piarta, masalah-
msalah pengelolaan kelas yang berhubungan dengan perilaku siswa
antara lain, (1) kurangnya kesatuan, dengan adanya kelompok-
kelompok, klik-klik, dan pertentangan jenis kelamin; (2) tidak ada
standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-
cakap, pergi ke sana ke mari, dan sebagainya; (3) reaksi negatif
terhadap anggota kelompok, misalnya ribut, permusuhan, mengucilkan,
merendahkan kelompok bodoh, dan sebagainya; (4) kelas mentoleransi
keliruan-keliruan temannya ialah menerima danmendorong perilaku
siswa yang keliru; (5) mudah mereaksi negatif/terganggu, misalnya bila
didatangi monitor, tamu-tamu, iklim berubah, dan sebagainya; (6)
moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga dengan
alat-alat belajar kurang, kekurangan uang, dan sebagainya; (7) tidak
mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah, seperti tugas-
tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru, dan sebaginya.
4. Belajar
a. Pengertian Belajar
Djamarah (2011, hlm. 13) mengatakan: “Belajar adalah suatu
kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, yaitu jiwa dan
raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa
untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan
itu bukan berupa fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuk-nya
kesan-kesan yang baru. Oleh karenanya, perubahan jiwa yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang. Maka dari itu, belajar
merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
18
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif
dan psikomotor”.
Menurut Oemar Hamalik (2009, hlm. 154) “Belajar adalah
perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan
pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan yang
membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh
manusia merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup,
kapan saja dan dimana saja, baik di sekolah, dikelas di jalanan dalam
waktu yang tak dapat ditentukan sebelumnya”.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dengan lingkungannya. Belajar dapat dilakukan
kapan dan dimanapun individu berada.
5. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi Belajar
Sardiman (2011, hlm. 73) mengatakan bahwa : “Motivasi
berpangkal dari kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu
tujuan, bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi
intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai
daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif
pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk
mencapai tujuan dirasakan atau mendesak”.
Menurut Pupuh dan Sobry (2017, hlm. 19) “Motivasi
merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Dalam kegiatan belajar, motivasi
dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam
diri siswa yang menimbulkan, menjamin kelangsungan dan
19
memberikan arah kegiatan belajar, sehingga diharapkan tujuan
yang ada dapat tercapai”.
Berdasarkan berbagai definisi tentang motivasi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah proses internal yang
mendorong seseorang melakukan kegiatan atau tugas tertentu
untuk mencapai tujuan dan terjadi dalam rentang waktu tertentu.
b. Fungsi Motivasi
Menurut Hamalik (dalam Pupuh dan Sobry, 2017, hlm. 20)
menyebutkan bahwa ada tiga fungsi motivasi yaitu :
1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak
atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini
merupakan langkah penggerak dari setiap kegiatan yang akan
dikerjakan.
2. Menentukan arah perbuatan yakni kearah tujuan yang hendak
dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan
kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan
tujuannya.
3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-
perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak
bermanfaat bagi tujuan tersebut.
c. Aspek-Aspek Motivasi Belajar
Menurut Uno (2017, hlm. 23) motivasi dan belajar
merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Hakikat
Motivasi adalah dorongan internal dan ekternal pada siswa-
siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator atau
unsur yang mendukung. Hal itu mempunyai peranan besar
dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Indikator
motivasi belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : (1)
adanya hasrat dan keinginan berhasil; (2) adanya dorongan
20
dan kebutuhan dalam belajar; (3) adanya harapan dan cita-
cita masa depan; (4) adanya penghargaan dalam belajar; (5)
adanya kegiatan yang menarik dalam belajar; (6) adanya
lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan
seseorang siswa dapat belajar dengan baik.
Martinis (2004, hlm. 85-86) menyatakan bahwa motivasi
belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi Ekstrinsik merupakan kegiatan belajar
yang tumbuh dari dorongan dan kebutuhan
seseorang tidak secara mutlak berhubungan dengan
kegiatan belajarnya sendiri.
Beberapa bentuk motivasi belajar ekstrinsik
menurut Winkel diantaranya adalah ; (a) Belajar
demi memenuhi kewajiban; (b) belajar demi
menghindari hukuman yang diancamkan; (c)
belajar demi memperoleh hadiah material yang
disajikan; (d) belajar demi meningkatkan gengsi;
(e) belajar demi memperoleh pujian dari orang
yang penting seperti orang tua dan guru; (f) belajar
demi tuntutan jabatan yang dipegang.
2) Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik merupakan kegiatan belajar
dimulai dan diteruskan, berdasarkan penghayatan
sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara
mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Misalnya
belajar karena ingin memecahkan suatu
permasalahan, ingin menjadi seorang profesor, dan
ingin menjadi seorang yang ahli dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu.
21
Menurut Elok et.al., (2016) terdapat empat (4) aspek
motivasi yang selanjutnya akan dirumuskan indikator-indikator
dari setiap aspek tersebut. Aspek motivasi yang pertama adalah
choice of tasks. Ketika siswa dihadapkan dengan berbagai
kegiatan atau tugas-tugas yang dapat dikerjakan, dan siswa
memutuskan untuk menentukan sebuah pilihan pada tugas
tertentu, maka pilihan siswa pada tugas itu mengindikasikan
bahwa siswa tersebut dalam keadaan termotivasi dengan tugas itu.
Siswa menunjukkan ketertarikan mereka pada tugas yang dipilih
dengan cara mengerjakan tugas itu baik di dalam atau di luar
sekolah, termasuk ketika mereka memiliki waktu senggang.
Siswa dapat memilih di antara berbagai kegiatan.
Aspek motivasi yang kedua adalah effort. Belajar sering
tidak mudah. Siswa yang termotivasi untuk belajar adalah siswa
yang mempunyai kecenderungan melakukan upaya untuk
berhasil. Upaya secara fisik diperlukan atas tugas-tugas motorik,
sedangkan upaya secara kognitif diperlukan untuk pembelajaran
akademik. Siswa yang termotivasi untuk belajar kemungkinan
besar mengeluarkan upaya mental lebih besar selama
pembelajaran dan menggunakan strategi-strategi kognitif mereka.
Strategi-strategi kognitif tersebut, misalnya: pengulangan
informasi, pengorganisasian, monitoring tingkat pemahaman, dan
penghubungan dengan materi baru untuk pengetahuan awal.
Siswa percaya bahwa penggunaan strategi-strategi kognitif akan
meningkatkan pembelajaran mereka.
Aspek motivasi yang ketiga adalah persistence. Aspek ini
terkait dengan waktu yang digunakan siswa untuk sebuah tugas.
Siswa yang termotivasi untuk belajar kemungkinan besar lebih
tekun, terutama ketika mereka menghadapi rintangan. Ketekunan
adalah penting karena banyak pembelajaran yang memerlukan
waktu dan kesuksesan tidak mungkin terjadi dalam waktu yang
22
singkat. Ketekunan sebagian besar berarti selama pembelajaran
dan ketika siswa menghadapi rintangan. Siswa dengan ketekunan
tinggi akan bekerja lebih lama pada suatu tugas yang menantang
daripada siswa yang memiliki ketekunan rendah.
Akhirnya, aspek motivasi yang keempat adalah self-
confidence. Aspek ini terkait dengan apa yang sedang dipikirkan
dan dirasakan oleh siswa selama terlibat dalam suatu kegiatan
pembelajaran. Siswa yang merasa dirinya berkompeten akan
menikmati saat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
gurunya. Selain itu, siswa yang percaya bahwa dirinya memiliki
suatu kompetensi, siswa tersebut tidak pernah merasa khawatir
ketika harus menghadapi tes-tes yang akan datang.
d. Strategi Menumbuhkan Motivasi
Oemar Hamalik (2009, hlm. 156) menyatakan bahwa :
“motivasi belajar penting artinya dalam proses belajar siswa,
karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan
mengarahkan kegiatan belajar. Karena itu, prinsip-prinsip
penggerakan motivasi belajar sangat erat kaitannya dengan
prinsip-prinsip belajar itu sendiri.”
Pupuh dan Sobry (2017, hlm. 20) menjelaskan beberapa
strategi untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa, yakni:
1. Menjelaskan tujuan belajar ke peserta didik
Pada permulaan belajar mengajar seharusnya terlebih
dahulu seorang guru menjelaskan mengenai tujuan yang
akan dicapainya kepada siswa. Makin jelas tujuan maka
makin besar pula motivasi dalam melaksanakan kegiatan
belajar.
2. Hadiah
Berikan hadiah untuk siswa yang berprestasi. Hal ini akan
memacu semangat mereka untuk bisa belajar lebih giat
23
lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan
termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.
3. Saingan/kompetisi
Guru berusaha mengadakan persaingan diantara siswanya
untuk meningkatkan prestasi belajarnya, dan berusaha
memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya.
4. Pujian
Sudah sepantasnya siswa yang berprestasi untuk diberikan
penghargaan atau pujian. Tentunya pujian yang bersifat
membangun.
5. Hukuman
Hukuman diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan
pada proses belajar mengajar. Hukuman ini diberikan
dengan harapan agar siswa tersebut mau merubah diri dan
berusaha memacu motivasi belajarnya.
6. Membangkitkan dorongan kepada peserta didik untuk
belajar
Strateginya adalah dengan memberikan perhatian
maksimal kepada peserta didik.
7. Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
8. Membantu kesulitan belajar peserta didik, baik secara
individual maupun komunal (kelompok).
9. Menggunakan metode yang bervariasi
10. Menggunakan media yang baik serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
6. Prestasi Belajar
a. Pengertian pretasi belajar
Arifin (2013, hlm. 12) menyatakan bahwa : “Kata
“prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang
24
berarti “hasil usaha”. Istilah “prestasi belajar” (achievement)
berbeda dengan “hasil belajar” (learning outcomes). Prestasi
belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan,
sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak
peserta didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai
bidang dan kegiatan antara lain dalam kesenian, olah raga, dan
pendidikan, khususnya pembelajaran”.
Menurut Mulyasa (2006, hlm. 189), “Setiap kegiatan
belajar yang dilakukan peserta didik akan menghasilkan
prestasi belajar, berupa perubahan-perubahan perilaku, yang
oleh Bloom dan kawan-kawan dikelompokkan ke dalam
kawasan kognitif, afektif, dan psikomotor”.
Menurut Tirtonegoro (1993, hlm. 43), Prestasi ialah
penilaian hasil usaha kegiatan dalam belajar yang dinyatakan
dalam bentuk simbol atau angka, huruf atau kalimat yang
dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap
siswa dalam periode tertentu.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil usaha yang
berkenaan dengan aspek pengetahuan yang dinilai dalam
bentuk angka atau huruf yang dicapai peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Mulyasa (2015, hlm. 191-195) menyebutkan beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang
dikelompokkan menjadi empat, yaitu : (a) Bahan atau materi
yang dipelajari, (b) Lingkungan, (c) Faktor instrumental, dan
(d) Kondisi peserta didik. Faktor-faktor tersebut baik secara
terpisah maupun bersama-sama memberikan kontribusi
tertentu terhadap prestasi belajar peserta didik. Selain itu,
faktor yang mempengaruhi lainnya adalah:
25
1) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar peserta disik dapat digolongkan ke dalam faktor
sosial dan nonsosial. Faktor sosial menyangkut
hubungan antaramanusia yang terjadi dalam berbagai
situasi sosial. Kedalam faktor ini termasuk lingkungan
keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada
umumnya. Faktor non-sosial adalah faktor-faktor
lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam
dan fisik; misalnya: keadaan rumah, ruang belajar,
fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.
Proses pembelajaran, khususnya yang berlangsung di
kelas sebagian besar ditentukan oleh peranan guru.
Peran guru yang paling dominan adalah sebagai
designer, implementor, fasilitator, pengelola kelas,
demonstrator, mediator, dan evaluator.
Selain faktor guru, yang cukup memegang peranan
penting dalam pencapaian prestasi belajar peseta didik
juga kepemimpinan kepala sekolah, karena kepala
sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam
mengatur, merancang dan mengendalikan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah.
2) Faktor Internal
Prestasi belajar sesorang akan ditentukan oleh faktor
diri (internal), baik secara fisiologis mauoun secara
psikologis, beserta usaha yang dilakukannya. Faktor
fisiologis berkaitan dengan kondisi jasmani atau fisik
seseorang, yang dapat dibedakan menjadi dua macam
yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang
berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu
terutama panca indera, sedangkan faktor psikologis,
26
berasal dari dalam diri seseorang seperti intelegensi,
minat, dan sikap.
Selain faktor-faktor di atas, prestasi belajar juga
dipengaruhi oleh waktu (time) dan kesempatan
(engagement). Waktu dan kesempatan yang dimiliki
oleh setiap individu berbeda sehingga akan
berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan peserta
didik.
B. Kerangka Berpikir
Dalam pendidikan di Indonesia banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satu komponen terpenting dalam proses belajar
mengajar adalah kompetensi guru terutama dalam mengelola kelas.
Pengelolaan kelas mengarah pada peran guru untuk menata pembelajaran.
Pengelolaan kelas meliputi efektifitas belajar dikelas dengan
mengintensifkan lingkungan belajar agar terciptanya proses belajar
mengajar yang nyaman dan efektif. Usaha menciptakan kelas yang efektif
memerlukan pendekatan yang mampu mewujudkan hubungan yang
harmonis antara guru dengan murid. Hubungan antara guru dengan murid
yang baik menjadi bagian penting dalam mewujudkan pengelolaan kelas
yang efektif untuk mengembangkan motivasi belajar siswa sehingga hasil
akademiknya sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Motivasi belajar merupakan daya penggerak dalam diri individu
dengan adanya usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan
belajarnya. Tujuan motivasi belajar ini adalah untuk penentu arah
perbuatan kearah tujuan yang hendak dicapai. Serta menentukan
perbuatan-perbuatan yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai
tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat
bagi tujuan tersebut.
Motivasi belajar dapat mendukung hasil belajarnya disekolah.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
27
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif
dan psikomotor. Oleh karena itu, dengan adanya perubahan dalam diri
siswa maka yang semula tidak tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi
paham dan tidak bisa menjadi bisa.
Dengan demikian, diduga terdapat hubungan antara kemampuan
guru mengelola kelas dengan motivasi dan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran kimia. Semakin baik dan efektif guru
mengelola kelasnya, maka motivasi siswa dalam pembelajaran semakin
tinggi dan terdapat hubungan pada prestasi belajar siswa khususnya pada
mata pelajar kimia. Sebaliknya, jika kemampuan guru mengelola kelas
yang kurang baik maka siswa cenderung bosan dengan pelajaran yang
bersangkutan dan membuat prestasi belajarnya menjadi rendah seperti
kasus yang telah dipaparkan di latar belakang. Sistematika kerangka
berpikir dalam penelitian ini terdapat pada gambar 2.1.
28
Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berfikir
Semakin tinggi motivasi dan prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran kimia
Guru memiliki keterampilan yang berhubungan
dengan pengembangan kondisi belajar yang optimal
serta penciptaan dan pemeliharaan kondisi belajar
yang optimal (bersifat preventive).
Kurangnya kompetensi yang dimiliki guru kimia dalam mengelola
kelas sehingga siswa mudah bosan dan jenuh dengan materi pelajaran
kimia yang abstrak dan sulit dipahami
Rendahnya motivasi dan prestasi belajar
kimia siswa
29
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka berfikir di atas penulis mengajukan hipotesis dalam
penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan guru
mengelola kelas terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia siswa
Ha : Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan guru
mengelola kelas terhadap motivasi dan prestasi belajar kimia siswa
D. Penelitian yang Relevan
1. Idah Maulidah, Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017. Dengan
judul penelitian Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dengan
Motivasi Belajar Siswa di SMK Citra Nusantara Panongan Kabupaten
Tangerang. Penelitian ini membahas mengelola kelas diseluruh sekolah
dengan sampel 63 siswa kelas XI. Dari hasil penelitian, terdapat
hubungan yang signifikan antara kemampuan guru mengelola kelas
dengan motivasi belajar siswa SMK Citra Nusantara Panongan dengan
kategori sedang atau cukup berada pada angka 0,40-0,70. Artinya antara
kemampuan guru mengelola kelas dengan motivasi belajar siswa
mempunyai hubungan yang cukup baik. Sebagian kecil motivasi belajar
siswa dipengaruhi oleh pengelolaan kelas yang baik.
2. Chih-Lun Hung. Dari Central Taiwan University of Science &
Technology, Taiwan. Dengan judul Perceived Classroom Management
and student Learning Motivation in Social Studies of Taiwan Junior High
School Student pada tahun 2014. Hasil dari penelitian ini menunjukan
bahwa managemen kelas berada di atas rata-rata. Dalam urutan tinggi ke
rendah, managemen kelas yang mempengaruhi adalah pengelolaan
lingkungan kelas dan suasana belajar di kelas. Sementara motivasi siwa
yng mempengaruhi adalah nilai-nilai kerja, self-efficasi dan penguatan
eksternal. Selain itu, manajemen ruang kelas yang dipelajari siswa dan
motivasi belajar siswa berkorelasi secara signifikan dan positif serta
30
suasana belajar mendukung motivasi siswa untuk belajar secara
keseluruhan. Peneliti berspekulasi bahwa siswa mampu menilai
kemampuan belajar mereka sendiri. Dengan demikian, siswa
mengembangkan rasa ingin tahu dan minat, sehingga mendorong
semangat belajar.
3. Agustin Sa‟adah, Maisyaroh dan Ahmad Supriyanto. dari Universitas
Malang. Dengan judul Hubungan Pendekatan Manajemen Kelas dengan
Motivasi Belajar Siswa pada tahun 2013. Penelitian ini mengambil
sampel di SD Negeri Karangwidoro 01. Hasil penelitian ini menunjukan
bahwa sampel sudah melaksakan pendekatan dengan baik yaitu dapat
pengubahan tingkah laku, pendekatan penciptaan iklim sosio–emosional
dan pendekatan proses kelompok. Namun dari ketiga pendekatan tersebut
pendekatan pengubahan tingkah laku yang memiliki korelasi paling
tinggi dengan motivasi belajar siswa, disusul dengan pendekatan sosio-
emosional dan proses kelompok. Tingkat motivasi belajar siswa kelas II
sampai dengan kelas V di SD Negeri Karangwidoro 01 Malang adalah
sangat tinggi. Terdapat hubungan yang kuat antara pelaksanaan
pendekatan manajemen kelas dengan motivasi belajar siswa.
4. Ratih Endang Palupi. Dengan judul Hubungan Keterampilan Guru
dalam Mengelola Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa pada september
2014. Pada penelitian ini menggunakan metode korelasi dan populasi
yang diteliti adalah Sekolah Dasar Negeri Harapan Jaya XV. Dari hasil
perhitungan melalui SPSS didapat nilai rxy product momen sebesar
0,606 yang berarti H1 diterima dengan koefisien determinasi (R2) sebesar
36,7% menunjukkan angka kontribusi dari keterampilan guru dalam
mengelola kelas terhadap motivasi belajar siswa.Sedangkan 63,3%
dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
5. Sutha dan Shirlin. Dengan judul Clasroom Climate and Achievement
Motivation of Higher Secondary School Students in Kanyakumari
District pada tahun 2017. Penelitian ini menunjukkan bahwa adanya
hubungan antara suasana kelas dengan prestasi motivasi siswa sekolah
31
menengah umum di Kanyakumari, India. Hubungan antara variabel
cukup signifikan. Sutha dan Shirlin menyatakan bahwa, suasana kelas
dan prestasi memiliki peran yang penting dalam proses pembelajaran.
Prestasi siswa di kelas tidak hanya dipengaruhi oleh motivasi guru tapi
juga dari suasana kelas yang positif.
6. Sefti, Yumansyah dan Diah. Dengan judul Hubungan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Sukadana Kabupaten
Lampung Timur pada tahun 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa adanya hubungan motivasi belajar dengan prestasi belajar siswa
dari hasil analisis data menggunakan analisis korelasi product moment.
Dari hasil yang diperoleh nilai r hitung > r tabel yaitu 0,742 > 0,260 sehingga
Ho ditolak dan Ha diterima.
7. Orji Nna Sunday. Dengan judul Relationship between Science Teachers’
Classroom Management Effectiveness and Students’ Outcomes in
Chemistry pada tahun 2014. Penelitian ini menunjukkan adanya
hubungan antara manajemen kelas dengan hasil belajar siswa pada
pelajaran IPA khususnya pada pelajaran kimia. Manajemen kelas yang
positif akan berdampak pada kegiatan pembelajaran pada pelajaran IPA.
Penelitian ini melibatkan perumusan kebijakan, pelatihan guru mengelola
kelas dan pembelajaran IPA di kelas.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Sekolah Mengengah Atas (SMA)
Negeri 2 Kota Tangerang pada bulan Januari 2019
B. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Menurut
Sugiyono (2016, hlm. 7) menjelaskan bahwa “Penelitian kuantitatif
merupakan suatu penelitian dimana data-data hasil penelitiannya disajikan
dalam bentuk angka- angka dan dianalisis menggunakan data statistik”.
Ada beberapa metode penelitian yang termasuk dalam penelitian
kuantitatif, salah satunya metode korelasi. “Penelitian Korelasional
menggambarkan suatu pendekatan umum untuk penelitian yang berfokus
pada penaksiran pada kovariasi diantara variabel yang muncul secara
alami. Tujuannya untuk mengidentifikasi hubungan prediktif dengan
menggunakan teknik korelasi atau teknik statistik yang lebih canggih”
(Emzir, 2008, hlm. 37).
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas (independen)
dan variabel terikat (dependen). “Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya
variabel terikat. Sementara variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”
(Sugiyono, 2016, hlm. 39).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) yaitu
kemampuan guru mengelola kelas dan yang menjadi varibel terikat (Y1)
adalah motivasi belajar kimia siswa dan variabel terikat (Y2) adalah
prestasi belajar kimia siswa.
33
Desain penelitian variabel bebas (X) dan terikat (Y1) dan (Y2) ini
dijelaskan pada gambar 3.1.
Gambar 3. 1 Desain Penelitian
X = kemampuan guru mengelola kelas
Y1 = motivasi belajar kimia siswa
Y2 = prestasi belajar kimia siswa
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
“Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian” (Arikunto,
2010, hlm. 173-174). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/siswi
SMA Negeri 2 Kota Tangerang.
2. Sampel Penelitian
“Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat
juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini
(miniatur population)” (Arifin, 2011, hlm. 215). sampel dalam
penelitian ini adalah siswa-siswa kelas XII pada SMA Negeri 2 Kota
Tangerang jurusan IPA. Peneliti menggunakan teknik purposive
sampling dalam pengambilan sampel. Arifin (2011, hlm. 221)
menjelaskan bahwa purposive sampling adalah suatu cara
pengambilan sampel dengan pertimbangan atau tujuan tertentu serta
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui
sebelumnya.
X
Y2
Y1 r1
r2
34
D. Alur Penelitian
Alur (langkah-langkah) yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Tahap persiapan sebelum penelitian
Langkah yang dilakukan sebelum melaksanakan penelitian adalah:
a. Melakukan studi literatur.
b. Melakukan studi pendahuluan.
c. Merumuskan masalah.
d. Menentukan sampel penelitian.
e. Menetapkan alokasi waktu.
f. Menyusun instrumen penelitian.
g. Melakukan validasi instrumen kepada validator ahli.
h. Melakukan uji coba instrumen kepada siswa untuk
mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen.
2. Tahap pelaksanaan penelitian
Tahap pelaksanaan penelitian merupakan tahap kedua setelah tahap
persiapan. Adapun tahap pelaksanaan penelitian yaitu menyebarkan
instrumen penelitian kepada sampel untuk mengambil data.
3. Tahap penyelesaian penelitian
Tahap penyelesaian penelitian merupakan tahap terakhir, tahap ini
meliputi:
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian.
b. Menguji hipotesis penelitian.
c. Menarik kesimpulan.
Adapun bagan alur penelitian yang dilakukan yaitu :
35
Angket siswa
Pengolahan dan analisis data
kesimpulan
Pengambilan data angket kemampuan guru
mengelola kelas dan motivasi belajar siswa
dan prestasi belajar siswa
Angket
Pengelolaan
kelas
Angket
motivasi
siswa
Analisis kebutuhan penelitian
Penyusunan Instrumen Penelitian
Revisi
Tidak
valid
Valid
TAHAP
PERENCANAAN
TAHAP
PELAKSANAAN
TAHAP
PENYELESAIAN
Gambar 3. 2 skema prosedur penelitian
Validitas dan
reliabilitas
36
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan menggunakan instrumen penelitian yang telah
dibuat sebelumnya. “Instrumen merupakan komponen kunci dalam suatu
penelitian. Mutu instrumen akan menentukan mutu data yang digunakan
dalam penelitian, sedangkan data merupakan dasar kebenaran empirik dari
penemuan atau kesimpulan penelitian” (Arifin, 2011, hlm. 225). Dalam
penelitian kali ini menggunakan beberapa instrumen penelitian, yaitu :
1. Angket kemampuan guru mengelola kelas
“Angket adalah instrumen penelitian yang berisi serangkaian
pertanyaan atau pernyataan untuk menjaring data atau informasi
yang harus dijawab responden secara bebas sesuai dengan
pendapatnya” (Arifin, 2011, hlm. 228). Pernyataan yang diberikan
menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, maka variabel yag
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian
indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-
item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban diberikan skor
sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Pemberian Skor Item Pernyataan Kemampuan Guru
Mengelola Kelas
No Alternatif Jawaban Skor item
1 Selalu 4
2 Sering 3
3 Kadang-kadang 2
4 Tidak pernah 1
(Sugiyono, 2011, hlm. 93)
37
Adapun kisi-kisi instrumen penelitian lebih lanjut dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Persepsi Siswa terhadap Kemampuan Guru Mengelola Kelas
pada Mata Pelajaran Kimia
Dimensi Indikator Nomor soal
Menciptakan dan
memelihara
kondisi belajar
Menunujukan sikap tanggap 1,2,3,4,5,6
Memberikan perhatian 7,8,9,10,11
Memusatkan perhatian
kelompok
12,13,14,1,16,17,18,19,
20
Menegur 21,22,23,24,25,26
Memberi penguatan 27,28,29,30,31,32,33
Pengembangan
kondisi belajar
Memodifikasi tingkah laku 34,35,36,37
Mengelola kelompok 38,39,40,41
Menggunakan strategi-
strategi kognitif dalam belajar
kimia
42,43
Menemukan dan
memecahkan tingkah laku
yang menimbulkan masalah
44,45,46
2. Angket motivasi belajar kimia siswa
Angket Motivasi menggunakan angket yang berisi seputar motivasi
siswa pada pelajaran kimia. Pilihan jawaban tersedia dalam model
likert dengan memberikan 4 alternatif jawaban yaitu seperti yang
ditunjukkan pada tabel berikut ini :
Tabel 3. 3 Pemberian Skor Item Penyataan Motivasi
No Alternatif Jawaban Skor item
1 Sangat Setuju (SS) 4
2 Setuju (S) 3
3 Tidak Setuju (TS) 2
4 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
38
Adapun kisi-kisi instrumen penelitian lebih lanjut dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
Tabel 3. 4 Kisi-Kisi Motivasi Belajar Siswa Terhadap Mata Pelajaran
Kimia
Dimensi Indikator Nomor Soal
Pilihan atau
ketertarikan
terhadap
tugas/kegiatan
Tertarik untuk mengikuti
kegiatan belajar kimia 1,2,3,4,5,6,7,8,9
Kesegeraan dalam
mengerjakan tugas-tugas
kimia
10,11
Menggunakan waktu
senggang dengan
melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan kimia
12,13
Usaha atau upaya
yang dilakukan
untuk sukses
Mempunyai
kecenderungan melakukan
upaya untuk berhasil.
14,15,16,17,18
Menggunakan strategi-
strategi kognitif dalam
belajar kimia
19,20,21,22,23,24
Ketekunan atau
kegigihan,
waktu yang
digunakan untuk
sebuah tugas
Tidak mudah putus asa
dalam belajar kimia
25,26,27
Bekerja lebih lama pada
kegiatan kimia 28,29,30,31
Rasa percaya diri
selama terlibat
kegiatan
Percaya bahwa dirinya
memiliki kemampuan
tentang kimia
32,33,34,35,36,37,38,
39,40
Menikmati saat
mengerjakan tugas-tugas
kimia
41,42,43,44,45
Tidak merasa khawatir
untuk menghadapi tes
kimia yang akan datang.
46,47
39
3. Dokumen berupa Nilai Ujian Akhir Semester Siswa pada Mata Pelajaran
Kimia
“Dokumen artinya bahan-bahan tertulis” (Arifin, 2011, hlm. 243).
Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu nilai Ujian Akhir
Semester (UAS) siswa. Nilai UAS ini sebagai data prestasi belajar siswa
kelas X, XI dan XI selama satu semester.
F. Uji Coba Instumen
Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas
instrumen penelitian yang akan digunakan. Uji coba instrumen dilakukan
dengan menghitung validitas dan reliabilitas instrumen.
1. Uji Validitas
“Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur),
maksudnya apakah instrumen yang digunakan betul-betul tepat
mengukur apa yang akan diukur” (Arifin, 2011, hlm. 245). Hasil
penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data terkumpul
dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. “Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya
diukur” (Sugiyono, 2016, hlm. 121).
Adapun perhitungan validitas ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Pearson yang terdapat dalam program SPSS 22. Dalam
menentukan validitas instrumen penelitian ini menggunakan Product
Moment. Sebanyak 56 pernyataan persepsi siswa tentang kemampuan
guru mengelola kelas yang disiapkan, hanya 46 pernyataan saja yang
diketahui valid sementara 49 pernyataan motivasi belajar kimia siswa
hanya 47 pernyataan yang diketahui valid.
40
2. Uji Reliabilitas
Arifin (2011, hlm. 248) menyatakan bahwa : “Reliabilitas adalah
derajat konsistensi instrumen yang bersangkutan atau melihat apakah
instrumen dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
Instrumen dikatakan reliabel apabila dapat dipercaya sebagai alat
pengumpul data.” Uji reliabilitas menggunakan rumus dari
Chronbach’s Alpha yang diolah dengan menggunakan program SPSS
22.
Sebanyak 56 pernyataan persepsi siswa tentang kemampuan guru
mengelola kelas dan 49 pernyataan motivasi belajar kimia siswa yang
disiapkan, diketahui bahwa keseluruh pernyataan diketahui reliabel.
Disimpulkan berdasarkan uji validitas dan reliabilitas yang telah
dilakukan, hanya 46 pernyataan kemampuan guru mengelola kelas
dan 47 pernyataan motivasi belajar kimia siswa pada pelajaran kimia.
G. Teknik Analisis Data
1. Kategorisasi Data
Kategorisasi data dilakukan untuk mengkategorikan persepsi kemampuan
guru mengelola kelas dan motivasi belajar mata pelajaran kimia di SMA
Negeri 1 Kota Tangerang. Persepsi siswa tentang kemampuan guru
mengelola kelas dan motivasi belajar kimia siswa dikategorikan
berdasarkan skor/nilai rata-rata. Kategorisasi data yang digunakan terdiri
dari kategori sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Menurut
Sya‟ban (2005), Tingkat kategori ini didasarkan atas perhitungan mean
ideal (Mi) dan standard deviasi ideal (SDi), yaitu:
Untuk Mi = 0,5 x (skor tertinggi + skor terendah)
SDi = 1/6 x (skor tertinggi – skor terendah)
Setelah perhitungan dilakukan, nilai Mi dan SDi yang telah diperoleh
dimasukkan ke dalam kategorisasi data. Dengan begitu, dapat ditentukan
interval skor dan kategori data. Interval skor dan kategori data terdapat
pada Tabel 3.5.
41
Tabel 3. 5 Interval Skor dan Kategori Data
Interval Skor Kategori
>Mi + 1,5 Sdi Sangat Baik
Mi s.d. Mi + 1,5 Sdi Baik
Mi – 1,5 SDi s.d. < Mi Cukup Baik
<Mi – 1,5 Sdi Kurang Baik
(Sya‟ban, 2005)
2. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Kadir (2016, hlm. 143) menyatakan bahwa : “Uji normalitas
digunakan untuk uji pendahuluan yang menjadi syarat dalam pengujian
hipotesis. Dalam praktek, pengujian tentang asumsi ini menentukan jenis
teknik analisis atau statistik uji yang akan digunakan. Pengujian asumsi
berdistribusi normal bertujuan untuk mempelajari apakah distribusi sampel
yang terpilih berasal dari sebuah distribusi populasi normal atau tak
normal”. Uji normalitas pada penelitian ini dengan uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan
program IBM SPSS Statistics 22.
Berikut langkah-langkah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov
menurut Kadir (2016, hlm. 155-156):
1) Pada menu utama, pilih menu Analyze, kemudian klik Regression, pilih
Linear.
2) Muncul kotak dialog dengan nama Linear Regression, selanjutnya
masukkan variabel motivasi belajar kimia (Y1) ke Dependent, masukkan
variabel kemampuan guru mengelola kelas (X) ke kotak Independent (s),
lalu klik Save.
3) Pada bagian Residuals, klik Unstandardized, kemudian klik Continue dan
klik OK, maka akan muncul variabel baru dengan
nama RES_1.
4) Pada menu utama, pilih menu Analyze, kemudian pilih sub menu
42
Nonparametric Test, pilih Legacy Dialogs, kemudian pilih 1-
Sample K-S.
5) Pada Test Variable List, masukkan variabel Unstandardized
Residual.
6) Pada Test Distribution, klik Normal, kemudian klik OK.
7) Menarik kesimpulan dari output uji normalitas Kolmogrov-Smirnov,
dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai
berikut:
H0: Data berdistribusi normal.
H1: Data berdistribusi tidak normal.
Jika Sig. > α (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika Sig. ≤ α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan homogen atau tidak. Uji homogenitas yang digunakan adalah
uji homogenitas Levene’s statistics. Uji homogenitas ini dilakukan dengan
menggunakan program IBM SPSS Statistics 22.
Berikut langkah-langkah uji homogenitas Levene’s statistics menurut
Kadir (2016, hlm. 167-169):
1) Masukkan data pada Data View, kolom 1 memuat data variabel yang akan
diuji dan kolom 2 memuat kelas siswa dengan pemberian kode: 1 yaitu
“MIPA 1”, 2 yaitu “MIPA 2”, 3 yaitu “MIPA 3”, 4 yaitu “MIPA 4”, dan 5
yaitu “MIPA 5”
2) Buka menu utama, pilih Analyze, klik General Linear Model, dan klik
Univariate.
3) Pindahkan variabel yang akan diuji ke dalam Dependent Variable dan
jenis siswa ke Fixed Factor (s), kemudian klik Options.
4) Selanjutnya masukkan data variabel yang akan diuji ke Display Means for,
pilih Homogeneity test, kemudian klik Continue lalu OK.
43
5) Menentukan nilai Ftabel dengan cara: Ftabel (α ; k-1 ; n-k). Keterangan: k
= jumlah varians
6) Menarik kesimpulan dari output uji homogenitas Levene’s statistics,
dengan ketentuan penerimaan atau penolakan H0 sebagai berikut:
H0: Distribusi data mempunyai varians homogen.
H1: Distribusi data tidak homogen.
Jika Sig. > α (0,05), maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika Sig. ≤ α (0,05), maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Jika Fhitung ≤ Ftabel, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
c. Uji Linieritas
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya adalah uji
linieritas. Uji linieritas merupakan persamaan regresi antara variabel
dependen (variabel terikat) dengan variabel independent (variabel bebas)
adalah mengikuti liniear atau garis lurus (Supriyadi, 2014, hlm. 60).
Berikut langkah-langkah Uji linieritas Compare Means menurut Widiarso
(2010) :
1) Pada menu utama, pilih menu Analyze, kemudian klik Compare
Means dan pilih Means.
2) Masukan variabel yang akan diuji kedalam kotan Dependent List dan
Independent List.
3) Pilih Options pada bagian “Statistics for first layer” pilih Test of
Liniearity kemudian klik continue lalu tekan OK
4) Maka akan muncul Output SPSS. Dalam hal ini cukup memperhatikan
pada tabel output “ANOVA Table” pada lampiran 15
d. Uji Hipotesis
1) Uji Korelasi Sederhana
Setelah melakukan pembuatan instrument, kemudian mengumpulkan data
dilapangan. Selanjutnya dilakukan analisis data dengan analisis korelasi
yang bertujuan untuk mengukur derajat hubungan dan bagaimana eratnya
hubungan itu (Arifin, 2011, hlm. 271). Dengan variabel X atau variabel
44
yang mempengaruhi (independent variable) yaitu kemampuan guru
mengelola kelas (X) terhadap motivasi belajar kimia (Y1) dan prestasi
belajar kimia (Y2) variabel yang dipengaruhi (dependent variable).
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis korelasi
Product Moment. Sudijono (2015, hlm. 190) mengatakan bahwa :
“Product Moment Correlation adalah salah satu teknik yang kerap kali
digunakan untuk mencari hubungan antara dua variabel”. Uji korelasi
Product Moment ini dilakukan dengan menggunakan program IBM SPSS
Statistics 22.
Berikut langkah-langkah uji korelasi Product Moment menurut
Trihendradi (2010, hlm. 130-131):
a) Pada menu utama, pilih Analyze, lalu pilih Correlate, lalu klik Bivariate.
b) Masukkan variabel Kemampuan guru mengelola kelas dan motivasi
belajar kimia pada kotak Variables, kemudian pilih Pearson, lalu klik OK.
c) Menarik kesimpulan dari output uji korelasi Product Moment, dengan
ketentuan penerimaan atau penolakan Ha (hipotesis alternatif) sebagai
berikut:
Jika nilai Sig. < α (0.05), maka Ha diterima dan Ho ditolak.
Jika nilai Sig. > α (0,05), maka Ha ditolak dan Ho diterima.
Selanjutnya, dalam memberikan interpretasi secara sederhana
terhadap nilai korelasi “r” Product Moment (rxy), Sudijono (2015, hlm.
193) mengemukakan pedoman yang umum digunakan. Pedoman tersebut
terdapat pada tabel 3.7.
45
Tabel 3. 7 Interpretasi Nilai Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r”
Product Moment
(rxy)
Interpretasi
0,00 – 0,20
Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat
korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap
tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y).
0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
lemah atau rendah.
0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sedang atau cukup.
0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
kuat atau tinggi.
0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang
sangat kuat atau sangat tinggi.
2) Koefesien Determinasi
Selanjutnya, untuk mencari kontribusi variabel X terhadap variabel Y,
menurut Subana, Rahadi, dan Sudrajat (2000, hlm. 145) digunakan perhitungan
dengan rumus sebagai berikut :
Rumus koefesien determinan
KD = r2 x 100%
H. Hipotesis Statistik
Adapun hipotesis statistik yang akan diuji dalam rangka pengambilan
keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Ho : rxy = 0
2. Ha : rxy ≠ 0
Keterangan :
Ho = Tidak ada hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru
mengelola kelas dengan motivasi belajar kimia atau Tidak ada
hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru mengelola
kelas dengan prestasi belajar kimia di SMA Negeri 2 Kota Tangerang
46
Ha = Ada hubungan antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru
mengelola kelas dengan motivasi belajar kimia atau ada hubungan
antara persepsi siswa terhadap kemampuan guru mengelola kelas
dengan prestasi belajar kimia di SMA Negeri 2 Kota Tangerang
rxy = Nilai korelasi yang didapatkan setelah uji korelasi Product Moment.
62
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan, maka
dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap kemampuan guru
mengelola kelas dan motivasi belajar siswa di SMAN 2 Kota Tangerang
dapat dikategorikan cukup baik sementara prestasi belajar siswa
dikategorikan sangat baik. Terdapat hubungan yang positif antara
kemampuan guru mengelola kelas terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa pada mata pelajaran kimia di SMAN 2 Kota Tangerang.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat peneliti
berikan antara lain:
1. Untuk peneliti selanjutnya, penelitian dapat dilakukan tidak hanya di
satu sekolah tetapi beberapa sekolah sehingga dapat mewakili suatu
wilayah dan penelitian tersebut dapat digeneralisasikan. Penelitian
selanjutnya dapat mempertimbangkan faktor lain yang berkaitan
dengan prestasi belajar seperti faktor eksternal maupun internal,
seperti IQ, minat, bakat, peran guru, peran orangtua, kondisi
lingkungan belajar, dan sebagainya. Selain itu, teknik pengumpulan
data dapat dilakukan dengan penambahan aktivitas observasi siswa
dan wawancara dengan guru dan siswa untuk lebih mengetahui
pengelolaan kelas yang efektif kepada siswa secara mendalam.
2. Untuk Kepala Sekolah sebagai manager sekolah hendaknya secara
intensif memberikan motiasi dan bimbingan kepada guru-guru untuk
selalu lebih meningkatkan managemen kelas atau pengelolaan kelas
62
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji, Francis, A. Nathaniel, A.O, dan Sakin, O.D. (2017). A Comparison of
Perceived and Actual; Students‟ Learning Difficulties in Physical
Chemistry. International Journal of Brain and Cognitive Sciences.
6(1): 1-8
Aengsutha, S., Wandee, R., Panwilai, C. Dan Toansakul, S. (2016). Associations
between Chemistry Laboratory Classroom Inventories toward Science
Related Attitudes and Learning Achievements of Students at the
Eleventh- Grade Level. Merit Research Journal of Education and
Review. Vol. 4(3) : 28-35.
Ahmad,I., Muhammad, R., Alam Z., Shafiqur, R., Wajid, K., Aqila, R., Farman,
A. (2012). Teachers‟ Perceptions of Classroom Management, Problems
and its Solutions: Case of Government Secondary Schools in Chitral,
Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan. International Journal of Business and
Social Science. 3(24):173-181
Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (2013). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek
(Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Asril, Zainal. 2013. Micro Teaching : Disertai dengan Pedoman Pengalaman
Lapangan. Jakarta: Rajawali Pers.
Aulia,Resti dan Uep, T.S. (2018). Pengelolaan Kelas Sebagai Determinan
Terhadap Hasil Belajar. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. 2
(1):9-17
B. Uno, Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta : Bumi
Aksara.
63
Chawla, J. (2016). Achievement in Chemistry of IX Graders in Relation to Study
Habits. International Education & Research Journal, 2(1), 15-18.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Dhiu, Konstantius, D. (2017). Hubungan Motivasi Belajar terhadap Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas V SD Gugus VI Kecamatan Golewa Selatan
Tahun Ajaran 2016/2017. Jurnal Tunas Bangsa. 173-184
Dinda, V., Fahmi, R., dan Bakhri. (2015). Hubungan Persepsi Siswa Tentang
Kompetensi Profesional Guru dengan Hasil Belajar Konstruksi
Bangunan Siswa Kelas X di SMK Negeri 1 Bukit Tinggi. Jurnal
Pendidikan Teknik Bangunan. 3 (3): 827-835
Djamarah dan Aswan Zain. (2010). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta
Echols, J. M., & Sadily, H. (1995). Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Ejidike, I.P. dan Akeem, A.O. (2015). Factors Influencing Effective Teaching of
Chemistry: A Case Study of Some Selected High Schools in Buffalo
City Metropolitan Municipality, Eastern Cape Province, South Africa.
Int J Edu Sci, 8(3): 605-617 .
Emzir. (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif.
Jakarta : Rajawali Press.
Faturrohman, Pupuh dan Aa. S. (2012). Guru Profesional. Bandung : Refika
Aditama
Faturrohman, Pupuh dan Sobry Sutikno. (2007). Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: PT.
Refika Aditama
Gunadi, Chinia, L. Dan William, G. (2014). Hubungan Motivasi Akademik
dengan Prestasi Belajar Siswa SMA „X‟ di Jakarta Barat. Jurnal
NOETIC Psychology. 4 (1) : 23-42
Hamalik, Oemar. (2005). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta : PT Bumi Aksara
64
Harun, M. T., Maslawati, M. Dan Muhammad, A. Z. (2015). Effective Classroom
Management Skills in Physical Education at Institute of Teacher
Education. Education Journal. 4(2): 60-63
Hilali, E.H. (2012). Pentingnya Pengelolaan Kelas dalam Pembelajaran. Edu-
Bio. 3 : 129-136
Hung, C. dan Chih-Chieh, F. (2014). Perceived Classroom Management and
Student Learning Motivation in Social Studies of Taiwan Junior High
School Student. European Journal of Research in Social Sciences. 2
(3): 40-51
Jack, Gladys, U. (2017). The Effect of Learning Cycle Constructivist-Based
Approach on Students‟ Academic Achievement and Attitude Towards
Chemistry in Secondary Schools in North-Eastern Part of Nigeria.
Educational Research and Reviews. 12 (7):456-466
Kadir. (2015). Statistika Terapan: Konsep, Contoh, dan Analisis Data dengan
Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kihwele, Jimmy E. (2014). Students‟ Perception of Science Subject and Their
Attitude in Tanzanian Secondary Schools. World Journal of
Educational Research. 1(1): 1-8
Korpershoek, H., Truus, H., Hester, D.B., Mechteld, V.K., dan Simone, D.
(2016). A Meta-Analysis of the Effects of Classroom Management
Strategies and Classroom Management Programs on Students‟
Academic, Behavioral, Emotional, and Motivational Outcomes. Review
of Educational Research. 86 (3): 643– 680.
Lasker, G.A, Karolina, E.M., Melissa, L.M., Suzanne, M.N., dan Nancy, J.S.
(2017). Social and Environmental Justice in the Chemistry Classroom.
Journal of Chemical Education. 94: 983−987
Majid, Abdul. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Kompetensi.
Guru. Bandung :PT Remaja Rosda Karya
65
Mansor, Azlin N., Wong, K.E., Mohamad, S.R., Izham, M.H. dan Aida, H.A.H.,
(2012). Effective Classroom Management. International Education
Studies. 5(5). 35-42
Manullang, Manahan. (2019). Hubungan Pengelolaan Kelas dengan Motivasi
Belajar PKn Siswa Kelas X SMA Nasrani 3 Medan Tahun 2017. Jurnal
Penelitian Fisikawan. 16 (1) : 20-25
Margono, S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan: Komponen MKDK.
Jakarta : Riena Cipta
Maulidah, I. (2017). Hubungan Kemampuan Guru Mengelola Kelas dengan
Motivasi Belajar Siswa di SMK Citra Nusantara Panongan Kabupaten
Tangerang. Skripsi. Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Jakarta.
Mulyasana, Dedy. (2011) . Pendidikan Bermutu dan Berdaya Saing. Jakarta :
Rosdakarya
Oluwatomi, M. A dan Angela, C. O. (2014). A Comparative Study of Chemistry
Students‟ Learning Styles Preferences in Selected Public and Private
Schools in Lagos Metropolis. IOSR Journal of Research & Method in
Education (IOSR-JRME). 4 (1):45-53.
Orji, N. S. (2014). Relationship between science teachers‟ classroom management
effectiveness and students‟ outcomes in chemistry. International
Journal of Modern Education Research. 1 (1) :11-14
Palupi, Ratih, E. (2014). Hubungan Keterampilan Guru dalam Mengelola Kelas
dengan Motivasi Belajar Siswa. 2 (2): 39-46
Pramuningdita, Eki. (2010). Hubungan Persepsi Siswa tentang Pengelolaan Kelas
dengan Hasil Belajar Ekonomi di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan.
Skripsi. Univeritas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Rakhmat, J. (2008). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Riswanto, A. dan Sri, A. (2017). Learning Motivation and Student Achievement:
Description Analysis and Relationships Both. International Journal of
Counseling and Education. 2(1) : 42-47
66
Rohiyatun, B. dan Sri, M. (2017). Hubungan Prosedur Manajemen Kelas dengan
Kelancaran Proses Belajar Mengajar. Jurnal Pendidikan Mandala. 2
(2): 92-98
Sa‟adah, A., Maisyaroh dan Ahmad, S. (2013). Hubungan Pendekatan
Manajemen Kelas dengan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Manajemen
Pendidikan. 24 (2) : 108-113
Sabrina, Ridha dan Fauzi, M.Y. (2017). Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya
Motivasi Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran Matematika di
Kelas V SD Negeri Garot Geuceu Aceh Besar. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. 2 (4) :108-118
Saeed, Sitwat dan David, Z. (2012). How Motivation Influences Student
Engagement: A Qualitative Case Study. Journal of Education and
Learning. 1 (2) : 252-267
Sagala, Syaiful. (2013) .Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga
Kependidikan. Bandung: Alfabeta
Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sanjaya, Wina. (2013). Strategi Pembelajaran : Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali
Pers.
Sari, Sefti F., Yumansyah dan Diah, U. (2018) . Hubungan Motivasi Belajar
dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Sukadana Kabupaten
Lampung Timur. FKIP Universitas Lampung
Seiza, Johanna, Thamar, V., Mareike, K. (2015). When Knowing is Not Enough –
the Relevance of Teachers‟ Cognitive and Emotional Resources for
Classroom Management. Frontline Learning Research. 3(1). 55 – 77.
Siahi, E. A., dan Maiyo, J. K. (2015). Study of the Relationship Between Study
Habits and Academic Achievement of Students: A Case of Spicer
Higher Secondary School, India. International Journal of Educational
Administration and Policy Studies, 7(7): 134-141.
67
Siregar, Syofian. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif :
dilengkapi dengan perhitungan manual dan aplikasi SPSS Versi 17.
Jakarta : PT. Bumi Aksara
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sogunro, Olusegun, A. (2015). Motivating Factors for Adult Learners in Higher
Education. International Journal of Higher Education. 4(1): 22-37
Sudibyo,E., Budi, J. Dan Wahono, W. (2016). Pengembangan Instrumen
Motivasi Belajar Fisika: Angket. Jurnal Penelitian Pendidikan IPA. 1
(1): 13-21
Sudijono, Anas. (2005). Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada
Sudjana. (2011). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sulistyaningsih. (2012). Metodologi Penelitian Kebidanan Kuantitatif-Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sunhaji. (2014). Konsep Manajemen Kelas dan Implikasi dalam Pembelajaran .
Jurnal Kependidikan. 2( 2) : 30-46
Sutha, M. Dan Shirlin. (2015). Clasroom Climate and Achievement Motivation of
Higher Secondary School Students in Kanyakumari District.
International Jornal of Research-Granthaalayah. 5(3) : 23-32
Sya‟ban, Ali. (2005). Teknik Analisis Data Penelitian: Aplikasi Program SPSS
dan Teknik Menghitungnya. Pelatihan Metode Penelitian Universitas
Prof. Dr. Hamka: 1-69.
Tenaw, Y. T. (2013). Students‟ attitude and achievement in Chemistry with
teacher classroom management. International Journal of Elementary
Education. 2(4): 27-31
Thoha, M. (2015). Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (1 ed.).
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
68
Tirtonegoro, S. (1993). Anak-Anak Super Normal Dan Program Penelitiannya.
Bina Aksara: Jakarta.
Trihendradi, C. (2010). Step by Step SPSS 18: Analisis Data Statistik.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tuan, H., Chi-Chin C., dan Shyang‐Horng, S.. (2013). The Development of a
Questionnaire to Measure Students' Motivation Towards Science
Learning. International Journal of Science Education. 27(6): 639-654
Usman, Husaini dan Purnomo Akbar. (2008). Pengantar Statistika. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Wahyudin, Wahda. (2014). Hubungan Mengelola Kelas dengan Motivasi Belajar
dalam Pembelajaran IPS Terpadu di Kelas VIII SMPN 7 Biromaru. E-
Journal Geo-Tadulako UNTAD.3-14
Yusutria. (2017). Profesionalisme Guru dalam Meningkatkan Kualitas
Sumberdaya Manusia. Jurnal Curricula. 2 (1) : 38-46