Upload
joe-adie
View
1.134
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
BAB IIKAJIAN PUSTAKA
Pada bagian ini merupakan kajian teoritik dan kerangka berfikir
yang akan digunakan sebagai landasan penelitian ini. Untuk keperluan
tersebut peneliti akan membahas mengenai variabel-variabel pokok
yang menjadi ide penelitian.
A. Kajian TeoriPada Kajian teori akan dijelaskan mengenai variabel-variabel
yang terkait dalam penelitian ini, yaitu tentang Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK), spektrum teknik instalasi tenaga listrik, pengalaman
guru, kemampuan awal, tuntutan pasar kerja, kompetensi siswa, dan
mata pelajaran produktif.
1. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga
pendidikan yang bertanggungjawab dalam mencetak dan
menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kemampuan
akademis, sekaligus mempunyai keahlian khusus sesuai dengan
program keahliannya masing-masing. Berdasarkan peraturan
pemerintah no 66 tahun 2010 “Sekolah Menengah Kejuruan, yang
selanjutnya disingkat SMK, adalah salah satu bentuk satuan pendidikan
formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang
pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lain
yang sederajat atau lanjutan dari hasil belajar yang diakui sama atau
setara SMP atau MTs”
9
Siswa SMK mempelajari teori dan melakukan praktek kejuruan,
sehingga mereka setelah lulus nanti mempunyai pengalaman yang
mantap untuk langsung memasuki dunia kerja. Lulusan SMK juga dapat
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu melanjutkan kuliah di
perguruan tinggi, sesuai dengan program keahliannya. Sekarang ini
terdapat SMK yang sudah menyandang SMK Bertaraf Internasional
untuk menghadapi persaingan global. SMK telah mampu menciptakan
lulusan yang siap kerja, cerdas dan kompetitif.
2. Program Studi Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL)
Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) merupakan kompetensi
keahlian yang dimiliki oleh Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tujuan
umum dari TITL mengacu pada isi Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan Pendidikan Nasional dan
penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan menengah yang menyiapkan peserta didik
untuk bekerja di bidangnya. Tujuan khusus dari Teknik Instalasi Tenaga
Listrik di SMK adalah membekali siswa dengan pengetahuan, sikap,
dan keterampilan agar kompeten sehingga mampu menghadapi dunia
kerja. Kompetensi Keahlian TITL menggunakan acuan kurikulum
Kompetensi Kejuruan mengenai Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar.
3. Mata Pelajaran ProduktifUntuk mencapai standar kompetensi yang ditetapkan dunia
industri, substansi diklat dikemas dalam berbagai mata diklat yang
10
dikelompokkan dan diorganisir menjadi program normatif, produktif
dan adaptif.
Kelompok mata pelajaran produktif berfungsi membekali siswa
agar memiliki kompetensi kerja sesuai dengan Standar Kompetensi
Kerja Nasional Indonesia (SKKNI). Program produktif lebih bersifat
melayani permintaan pasar kerja, karena itu lebih banyak ditentukan
dunia industri. Kelompok mata pelajaran produktif diajarkan secara
spesifik sesuai dengan kebutuhan tiap program keahlian.
4. Pengalaman GuruVariabel pegalaman guru mewakili teori Prosser tentang
landasan filsafat pendidikan kejuruan pada prinsip ke tujuh
(Wexler,2009:4).
"vocational education will be effective in proportion as the instructor
has had successful experience in the application of skills and
knowledge to the operations and processes he undertakes to teach".
Proses pendidikan di sekolah dilaksanakan dalam bentuk
belajar mengajar. Pembelajaran di SMK ada mata pelajaran produktif
yang terbagi menjadi teori dan praktik. Proses pembelajaran teori
dilaksanakan di kelas untuk memberikan ilmu pengetahuan/kognitif
pada siswa, sedangkan pembelajaran praktik dilaksanakan di bengkel
untuk mengasah keterampilan siswa. Berkaitan dengan ini, siswa akan
dituntut untuk pandai dalam kognitif dan terampil dalam praktik.
Tingkat keberhasilan belajar siswa ditunjukkan dari tinggi rendahnya
hasil belajar yang dicapai oleh siswa tersebut.
11
Hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan kognitif,
mencakup kemampuan yang berhubungan dengan berfikir,
mengetahui dan pemecahan masalah. Sedangkan hasil belajar yang
berkaitan dengan kemampuan psikomotorik berkaitan dengan
keterampilan (skill) dan kemampuan untuk bertindak setelah peserta
didik menerima pengalaman belajar tertentu. Faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan
yaitu: faktor intern (faktor dari dalam diri peserta didik) dan faktor
ekstern (faktor dari luar peserta didik). Siswa dikatakan berhasil atau
berprestasi dalam mata pelajaran produktif apabila memperoleh
standar nilai yang merupakan akumulasi dari aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Keberhasilan siswa di kelas tercermin dalam
aspek pengetahuan telah diterimanya ketika proses belajar mengajar.
Sedangkan keberhasilan siswa dalam praktikum ditentukan oleh
kemampuan siswa dalam melakukan pekerjaannya ketika praktik di
bengkel setelah mendapatkan aspek pengetahuan di kelas.
Keberhasilan siswa dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan
di cerminkan dari nilai hasil belajar mereka.
Kemampuan ketercapainya pengetahuan yang dapat diserap
oleh peserta didik merupakan aspek yang menjadi target untuk
peningkatan kompetensi guru. Kompetensi dapat memberikan suatu
gambaran keahlian (skill) dan pengetahuan (knowledge) seseorang,
kompetensi merupakan perilaku yang irasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan pula.
Kompetensi sangat diperlukan untuk mengembangkan kualitas dan
12
aktivitas tenaga pendidikan. Hal ini sejalan dengan pemikiran prosser
dalam teorinya tentang landasan filsafat pendidikan kejuruan pada
prinsip ketujuh yang menyebutkan bahwa pendidikan kejuruan akan
efektif dalam proporsi sebagai instruktur memiliki pengalaman sukses
dalam aplikasi keterampilan dan pengetahuan untuk operasi dan
proses untuk mengajar.
Dalam hubungan dengan tenaga kependidikan kompetensi
merujuk pada perbuatan irasional dan memenuhi sertifikasi tertentu
dalam melaksankan tugas kependidikan. Tenaga kependidikan disini
adalah guru, guru harus memiliki kompetensi yang memadai agar
dapat menjalankan tugas dengan baik. Suparlan (2006: 85)
berpendapat bahwa “Kompetensi guru melakukan kombinasi kompleks
dari pengetahuan, sikap, ketrampilan dan nilai-nilai yang ditujukkan
guru dalam konteks kinerja yang diberikan kepadanya”.
Menurut Suparlan (2006: 83).“Kompetensi minimal yang harus
dimiliki guru meliputi: menguasai materi, metode dan system
penilaian, namun jika tidak dilandasi penguasaan kepribadian
keguruan dan ketrampilan lainnya, guru tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional”. Kompetensi guru perlu
ditingkatkan secara terprogram, berkelanjutan melalui berbagai sistem
pembinaan profesi, sehingga dapat meningkatkan kemampuan guru
tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan peran strategis guru terutama
dalam pembentukan watak siswa melalui pengembangan kepribadian
di dalam proses pembelajaran di sekolah.
13
Menurut Gorky Sembiring (2008:39) kompetensi guru terdiri
dari kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional sebagai tuntutan profesi seorang
pendidik. Berikut adalah uraian masing-masing kompetensi guru:
a. Kompetensi pedagogik
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Hal ini meliputi pemahaman wawasan
atau landasan kepemimpinan, pemahaman peserta didik,
pengembangan kurikulum dan silabus, merancang dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan potensi peserta didik.
b. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian mencakup kepribadian yang
mantab, stabil, dewasa, arif, bijaksana, berwibawa, berakhlak
mulia, dan menjadi teladan bagi peserta didik. Mampu
mengevaluasi dan mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial meliputi kemampuan berkomunikasi
secara lisan, tulisan, dan/atau secara isyarat.
d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan kemampuan
penguasaan atas materi pelajaran secara luas dan mendalam.
14
Kompetensi pendidik menduduki posisi strategis dalam
menentukan kualitas pendidikan, sehingga pemenuhan kompetensi
pendidik menjadi suatu yang harus diupayakan, seiring dengan
dinamika tuntutan masyarakat yang dinamis, yang memiliki kebutuhan
untuk berubah. Sadar terhadap kondisi tersebut dan tuntutan
profesionalnya yang terus berkembang, maka pengembangan
kompetensi pendidik perlu terus diupayakan dengan melalui berbagai
tahapan secara berjenjang.
Kualitas guru dalam mengajar sangat mempengaruhi
keberhasilan belajar siswa. Hasil belajar siswa dipengaruhi guru yang
mempunyai pengalaman dalam mengajar maupun dalam pengalaman
industri karena kompetensi peserta didik SMK terlihat dari proses
belajar didalam kelas maupun dibengkel praktik. Ben Peretz (1995:7)
mengemukakan bahwa Peristiwa sehari-hari atau kejadian yang telah
dialami menjadi bagian dari ingatan individu dan dapat menentukan
sebagian besar perilaku individu dalam menghadapi beragam situasi.
Mempelajari bagaimana individu menggunakn pengalaman masa
lalunya untuk menghadapi situasi sekarang sangatlah penting.
Penggunaan pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi karakteristik
kepribadian dan profesionalisme individu. Hal ini berarti pengalaman
seorang guru dapat dijadikan acuan untuk menghadapi situasi belajar
mengajar di masa depan untuk menghasilkan peserta didik yang lebh
berkompeten.
Prosser dalam teorinya (Wexler, 2009:4) tentang pendidikan
kejuruan menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan efektif jika diajar
15
oleh guru dan instruktur telah memiliki pengalaman dan sukses dalam
menerapkan keterampilan dan pengetahuan mengenai operasi dan
proses kerja yang akan dilakukan. Seorang guru harus memiliki
kebiasaan pada tingkat yang cukup untuk memenuhi persyaratan
kerja. Guru dalam keterampilan tertentu harus memiliki pengetahuan
yang lebih tinggi dari pada muridnya.
Kapasitas pengetahuan dan keterampilan guru di dapat dari
proses belajar dan pengalaman di lapangan secara langsung. Semakin
banyak pengalaman yang dimiliki maka semakin tinggi kompetensi
guru dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan selama proses belajar
mengajar maupun dalam mengatasi karateristik siswa.
Seorang guru yang memiliki pengalaman dapat
mengaplikasikan semua kemampuan keterampilan dan pengetahuan
untuk proses belajar mengajar agar menciptakan kondisi kegiatan
belajar mengajar yang berkualitas dinamis dan kreatif. Guru SMK harus
memiliki pengalaman, baik pengalaman mengajar maupun
pengalaman industri agar terciptanya lulusan siswa SMK yang memiliki
sikap profesional.
a. Pengertian Pengalaman Mengajar
Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan
dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat
berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat
diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi
pedoman serta pembelajaran manusia.
16
Pengalaman dalam semua kegiatan sangat diperlukan,
karena Experience is the best teacher, pengalaman merupakan
guru yang terbaik. Pengalaman adalah guru bisa yang tidak
pernah marah. Pengalaman adalah guru tanpa jiwa, namun selalu
dicari oleh siapapun juga. Menurut Benyamin Bwalman yang
dikutip Peter (1999: 89)
“experience is skill or understanding which is the result of living
through something or of participation in something” yaitu
pengalaman adalah keterampilan atau pemahaman yang
merupakan hasil dari kehidupan melalui beberapa hal dari praktik
atau keikutsertaannya. Guru sebagai pelaksana proses belajar
mengajar tentu pernah mengalami suatu masalah dalam
mengajar. Selama mengajar guru akan menemukan hal-hal baru,
dan jika hal tersebut dipahami dan dimanfaatkan sebagaimana
mestinya dia akan memberi pelajaran yang berarti bagi guru itu
sendiri.
Bermacam keadaan yang dihadapi oleh guru tersebut
tentunya akan mendorong guru untuk mencari jalan keluar untuk
mengatasinya. Semakin lama guru mengajar maka seharusnya
guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman yang
bermanfaat. Pengalaman bermanfaat yang didapatkan guru
tersebut dapat digunakan untuk mengoreksi dan memperbaiki
proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Menurut Sumitro (2002: 70) hal yang perlu diperhatikan
oleh guru adalah bahwa mereka harus senantiasa meningkatkan
17
pengalamannya sehingga mempunyai pengalaman yang banyak
dan berkualitas, yang dapat menunjang keberhasilan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya. Pengalaman adalah guru
yang baik karena ketrampilan memecahkan persoalan dalam
proses belajar mengajar kurang didapatkan guru melalui
pendidikan formal yang ia tempuh tapi lebih banyak didasarkan
pada pengalaman yang telah ia dapatkan selama ia mengajar.
Pengalaman-pengalaman bermanfaat yang diperoleh selama
mengajar tersebut akan dapat mempengaruhi kualitas guru
dalam mengajar.
Semakin lama seorang guru menekuni tugas mengajar,
semakin tinggi penguasaan dalam melakukan tugas mengajar.
Guru punya tanggung jawab profesional. Tanggung jawab guru
dalam mengajar membutuhkan kompetensi profesional dan
kompetensi personal yang kuat. Di lain pihak, keikutsertaan
dalam seminar, penataran akan menambah pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan mengajar.
Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan
oleh orang yang tidak memiliki keahlian khusus untuk melakukan
kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai
berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut
sebagai guru. Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat
khusus, apalabi sebagai guru profesional yang harus menguasai
betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai
18
ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan
melalui masa pendidikan tertentu.
Proses dalam pengertiannya di sini merupakan interaksi
semua komponen atau unsur yang terdapat dalam belajar-
mengajar yang satu sama lainnya saling berhubungan
(interdependent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan. Komponen
belajar-mengajar antara lain tujuan instruksional yang hendak
dicapai, materi pelajaran, metode mengajar, alat peraga
pengajaran, dan evaluasi sebagai alat ukuran tercapai-tidaknya
tujuan.
Setelah memperhatikan uraian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa penampilan dan kemampuan serta
pengalaman guru sangatlah penting sehingga dapat mampu
menciptakan kondisi kegiatan belajar mengajar yang berkualitas,
dinamis dan kreatif. Dengan kondisi belajar mengajar demikian
menjamin output belajar berkualitas pula.
b. Pengalaman industri
Pengalaman industri dapat meningkatkan relevansi
kompetensi keahlian guru produktif dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang ada di dunia usaha dan dunia
industri. Guru dapat melihat secara nyata, tamatan seperti apa
yang dicari, yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri
itu nantinya.
Tamatan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah orang-
orang yang kompeten, dan profesional di bidangnya. Mampu
19
bersaing dengan calon-calon tenaga kerja tamatan sekolah
lainnya. Soalnya, keberhasilan pendidikan kejuruan, diukur
berdasarkan seberapa banyak lulusan dapat bekerja di dunia
usaha dan dunia industri maupun berwirausaha mandiri.
Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) di dunia usaha dan industri sering berjalan lebih cepat
daripada perkembangan Iptek yang ada di SMK itu sendiri. Hal ini
menyebabkan kompetensi keahlian yang diajarkan di SMK sering
mengalami kesenjangan dengan kompetensi yang dibutuhkan
dunia usaha dan dunia industri sehingga lulusan SMK belum siap
bekerja saat mereka lulus.
Untuk mengatasi kesenjangan ini, SMK harus mengirimkan
peserta didiknya melalui program praktik kerja industri (prakerin)
ke dunia usaha dan dunia industri dimaksud agar peserta didik
mendapat pengalaman kerja yang sesuai dengan standar kerja.
Pengalaman industri dapat mengetahui kompotensi mana
yang harus dipertajam dalam pembelajaran agar dapat
melahirkan peserta didik yang kompeten sesuai dengan
kompetensi yang dibutuhkan. Dalam hal ini guru bisa memulainya
dari langkah pertama, yaitu menganalisis Standar Kompetensi
dan Kompetensi Dasar yang akan dipelajari.
Kemudian indikator apa saja yang harus dilakukan untuk
mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi tersebut.
Berikutnya, guru dapat merancang persiapan mengajar dan
20
mengatur strategi serta metode pembelajaran yang cocok untuk
diberikan kepada peserta didik.
Hal ini agar peserta didik dapat dengan mudah
memahami dalam mempelajari kompetensi tersebut sehingga
peserta didik bisa kompeten serta dapat mengaplikasikannya di
dunia usaha atau dunia industri setelah tamat nantinya.
Pengalaman industri dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan yang mendukung guru produktif SMK untuk lebih
aktual pada saat mengajar dan memperoleh gambaran
bagaimana prosedur kerja di dunia usaha atau dunia industri.
Guru tidak lagi mengira-ngira apa dan bagaimana sebenarnya
untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan peserta didik
tersebut.
Selama ini guru menggali pengetahuan dan keterampilan
hanya dengan membaca buku atau literatur yang membuat guru
menghayalkan yang akan disampaikan kepada siswa. Kadang-
kadang guru ragu-ragu dalam mentransfer ilmu kepada siswa
karena belum melihat dan melakukan yang sebenarnya terjadi di
lapangan. Dengan ikut terlibatnya guru dalam proses pengerjaan
kompetensi yang diinginkan, membuat guru bertambah
wawasanya dan leluasa, percaya diri, mudah dalam mengambil
keputusan dalam mengajar. Mudah dalam penyampaian materi,
terampil dalam menyelesaikan kompetensi, tidak perlu
menghayal lagi. Tidak perlu mengira-ngira lagi karena sudah fakta
yang disampaikan kepada peserta didik. Peserta didik pun merasa
21
senang dan mudah menyerap ilmu dan keterampilan dari guru
yang punya pengetahuan, punya wawasan serta terampil dengan
kompetensi yang diajarkan.
Guru SMK yang punya wawasan dan terampil dapat
menyiapkan lulusannya kompeten sesuai dengan kompetensi
yang dibutuhkan oleh setiap bagian di dunia usaha. Kompetensi
merupakan pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Kompetensi
juga merupakan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari
dirinya sehingga dia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor dengan sebaik-baiknya.
Bagi guru yang telah memiliki pengalaman industri akan
terasa bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan atau
kelemahan-kelemahan yang harus dibenahi oleh seorang guru
dalam membelajarkan siswa. Program praktik industri guru salah
satu untuk menutupi kekurangan dan kelemahan guru tersebut.
5. Kemampuan AwalVariabel kemampuan awal mewakili teori Prosser tentang
landasan filsafat pendidikan kejuruan pada prinsip ke delapan
(Wexler,2009:5).
"for every occupation there is a minimum of productive ability which an
individual must possess in order to secure or retain employment in that
occupation”.
22
Teori kedelapan Prosser (Wexler, 2009:5) menyatakan bahwa,
untuk setiap jabatan, individu harus memiliki kemampuan minimum
agar mereka bisa mempertahankan diri untuk bekerja dalam posisi
tersebut. Oleh karena itu, siswa harus dilatih agar memiliki standar
kemampuan minimun sehingga dapat memberikan kinerja yang
kompeten. Siswa yang meiliki standar kemampuan minimum tidak
akan mengalami kesulitan dalam belajar dan menyesuaikan diri
dengan proses pembelajaran yang diterapkan. Sehingga dapat
mencapai standar kompetensi yang diterapkan pendidik.
Setiap individu mempunyai kemampuan belajar yang berlainan.
Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang telah dimiliki oleh
siswa sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan.
Kemampuan awal ini menggambarkan kesiapan siswa dalam
menerima pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
Kemampuan awal siswa penting untuk diketahui guru sebelum
ia memulai dengan pembelajarannya, karena dengan demikian dapat
di ketahui apakah siswa telah mempunyai atau pengetahuan yang
merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran. Sejauh mana
siswa telah mengetahui materi apa yang akan di sajikan. Dengan
mengetahui hal tersebut, guru akan dapat merancang pembelajaran
dengan lebih baik. Sebab apabila siswa di beri materi yang telah
diketahui maka akan merasa cepat bosan.
Keadaan awal siswa menjadi salah satu titik tolak bagi
perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar. Kemampuan
siswa akan turut serta menentukan perilaku dan hasil belajar siswa.
23
Suatu kelompok atau satuan kelas yang terdiri atas kelompok sebaya
belum tentu memiliki keadaan awal yang sama. Setiap kelas memiliki
motivasi belajar, kemampuan belajar, taraf pengetahuan, latar
belakang, sosial-ekonomi dan lain sebagainya. Keadaan seperti ini
menuntut guru untuk memberikan perlakuan yang berbeda pula pada
masing-masing kelas. Menurut Winkel (2004:150) keadaan awal ini
menjadi titik tolak untuk dikembangkan menjadi kemampuan baru
sesuai dengan tujuan instruksional (tingkah laku final). Keberhasilan
kegiatan pembelajaran sedikit banyak dipengaruhi oleh kondisi awal
siswa sebelum diberikan pembelajaran. Hamzah Uno (2000:40-41)
menyatakan bahwa:
mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa perlu dilakukan untuk mengetahui kualitas perseorangan dan dijadikan sebagai petunjuk dalam mempersiapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Aspek-aspek yang diungkap dalam pembelajaran berupa bakat, motivasi belajar, gaya belajar, kemampuan berfikir, minat atau kemampuan awal.
Berbeda dengan pendapat Winkel (2004:154) dalam buku
Psikologi pengajaran menguraikan bahwa keadaan awal dalam
cakupan pribadi siswa meliputi: (1) fungsi kognitif, (2) fungsi konatif,
(3) fungsi afektif, (4) fungsi sensorik-motorik, (5) beberapa hal yang
menyangkut kepribadian siswa. Fungsi kognitif menyangkut: taraf
intelegensi, dan daya kreativitas, bakat khusus, organisasi kognitif,
taraf kemampuan berbahasa, daya fantasi, gaya belajar, teknik-teknik
belajar.
24
Menurut Robbins (2009: 57-61) menyatakan bahwa
kemampuan keseluruhan seorang individu pada dasarnya terdiri atas
dua kelompok faktor, yaitu :
a. Kemampuan Intelektual (Intelectual Ability),merupakan
kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai
aktifitas mental (berfikir, menalar dan memecahkan masalah).
b. Kemampuan Fisik (Physical Ability), merupakan kemampuan
melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, ketrampilan,
kekuatan, dan karakteristik serupa.
Dengan pengertian-pengertian tentang kemampuan awal
diatas dapat diartikan bahwa kemampuan awal adalah kecakapan atau
potensi mula-mula untuk menguasai suatu keahlian yang merupakan
hasil latihan pada kelas XII semester ganjil. Kemampuan awal yang
ingin diketahui pada penelitian ini adalah kemampuan siswa yang
berkaitan dengan mata pelajaran produktif memahami dasar-dasar
elektronika yang merupakan kompetensi dari salah satu ke empat
mata pelajaran produktif yang ada di SMK 1 Sedayu Bantul yang
diambil melalui nilai rapor.
6. Tuntutan Pasar KerjaVariabel tuntutan pasar kerja mewakili teori Prosser tentang
landasan filsafat pendidikan kejuruan pada prinsip ke sembilan
(Wexler,2009:5).
"vocational education must recognize conditions as they are and must
train individuals to meet the demands of the 'market' even though it
25
may be true that more efficient ways of conducting the occupation
may be known and that better working conditions are highly desirable"
Pendidikan kejuruan harus memahami kondisi dalam
masyarakat dan situasi pasar karena harus melatih individu untuk
dapat memenuhi tuntutan pasar kerja sehingga dapat menciptakan
kondisi kerja yang lebih baik. Hal ini berarti siswa harus dilatih agar
memiliki kompetensi keahlian sesuai dengan tuntutan pasar kerja
sehingga daat memberikan kinerja yang kompeten.
Esensi dari tujuan pendidikan menengah kejuruan (SMK) adalah
mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu (Depdikbud, 2004: 1). Namun sampai saat ini tenaga kerja
yang dihasilkan SMK masih belum mampu menjawab permasalahan
kebutuhan tenaga kerja yang memenuhi kualifikasi yang disyaratkan
dunia kerja. Hal ini menggambarkan adanya kesenjangan antara
demand pasar kerja dengan supply dan ketersediaan tenaga kerja dari
institusi pendidikan kejuruan.
Aspek-aspek kompetensi yang berupa hard skill dan soft skill,
tampak bahwa kesenjangan aspek soft skill lebih mendominasi
daripada aspek hard skill. Dari hasil kajian tampak bahwa kelemahan
dan kekurangan lulusan SMK sebagai tenaga kerja baru di industri
lebih banyak pada aspek soft skill seperti adaptasi, percaya diri,
kerjasama tim manajemen diri, kedisiplinan, inisiatif, mental kerja,
sikap kerja, motivasi kerja dan sejenisnya, yang semuanya merupakan
karakter spesifik atau budaya kerja yang harus dikuasai peserta didik.
26
Dalam perencanaan pembangunan pendidikan kejuruan, pihak
dunia kerja ikut menentukan dimana SMK harus dibangun dan jurusan
atau program studi apa yang diperlukan. Dalam penyusunan program
pendidikan (kurikulum), dunia kerja ikut menentukan standar
kompetensi yang harus dicapai oleh tamatan SMK, karena mereka
yang lebih tahu kebutuhan di dunia industri. Kemampuan teknis (hard
skills) yang handal dan mahir apabila tidak didukung oleh kemampuan
berinteraksi dengan orang lain (soft skill) maka menjadi tidak
bermakna untuk bekerja di industri.
Kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku
pembelajaran, 90 persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft
skill. Padahal, yang nantinya diperlukan untuk menghadapi dunia kerja
yaitu hanya sekitar 15 persen kemampuan hard skill. Dari data
tersebut, lanjutnya, dapat menarik benang merah bahwa dalam
memasuki dunia kerja soft skill-lah yang mempunyai peran yang lebih
dominan.
Pembelajaran soft skills sangatlah penting untuk diberikan
kepada siswa sebagai bekal mereka terjun ke dunia kerja dan industri,
khususnya bagi sekolah kejuruan yang mencetak lulusannya siap pakai
di dunia kerja karena tuntutan dunia kerja lebih menekankan pada
kemampuan soft skills. Berdasarkan Survey National Association of
Colleges and Employee (NACE, 2002) dalam Elfindri dkk (2011: 156),
terdapat 19 kemampuan yang diperlukan di pasar kerja, kemampuan
yang diperlukan itu bisa dilihat pada lampiran 21 .
27
Dari lampiran 21 dapat dilihat bahwa 16 dari 19 kemampuan
yang diperlukan di pasar kerja adalah aspek soft skills dan ranking 7
teratas ditempati oleh aspek soft skills pula. Berdasarkan kenyataan
inilah mengapa soft skills sangat penting diberikan dalam proses
pendidikan. Mulai dari kemampuan komunikasi sampai dengan
kemampuan entreprenership diharapkan dapat diajarkan kepada siswa
sehingga siswa akan menjadi lulusan yang siap pakai di dunia kerja
dan tidak hanya memiliki kemampuan hard skills saja tetapi juga
kemampuan soft skills.
Menurut Carman (2003), keterampilan pokok yang harus
dikuasai dalam rangka memasuki dunia kerja adalah (1) basic
workplace skill yang meliputi terampil membaca, menulis dan
berhitung; (2) basic workplace knowledge yang meliputi konsep-
konsep pengetahuan tentang keselamatan kerja dan kesehatan kerja,
mengerti proses dan produksi, struktur organsasi dan budaya kerja
serta prinsip-prinsip dasar keuangan; dan (3) basic employabilityy skill
yang meliputi keterampilan kerja tim, penyelesaian masalah, membuat
keputusan, mendemonstrasikan manajemen diri (termasuk dalam
bersikap), menjalin hubungan dengan relasi.
Menurut Crites (1969:184) Membentuk anak didik untuk
membiasakan mencintai kerja dapat dilakukan dengan membuat
kondisi sekolah menyerupai tempat kerja sebenarnya. Terdapat 5 hal
pokok yang harus diajarkan,yaitu: a) murid dilatih untuk mempelajari
bagaimana belajar kerja dan bekerja yang baik; b) murid dilatih untuk
mematuhi aturan-aturan yang berlaku ditempat kerja; c) murid
28
dilatih mengembangkan karakternya; d) murid dianjurkan membangun
inisiatif dan menambah sosialisasinya; e) murid dilatih untuk
bergaul/bekerja sama dengan teman sekolah.
Dapat disimpulkan bahwa dalam dunia kerja, soft skills sangat
diperlukan keberadaannya dimulai dari proses perekrutan atau seleksi
karyawan hingga tentunya pada saat bekerja. Keseimbangan antara
kemampuan hard skills dan soft skills sangat diperlukan dalam dunia
pekerjaan. Jika kemampuan hard skills saja yang dimiliki maka akan
tersingkir oleh yang mempunyai kemampuan soft skills.
Indonesia belum ada dokumen resmi untuk memberikan
informasi atribut soft skills apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja atau
dunia usaha, Beberapa lembaga pendidikan/perguruan tinggi, lembaga
konsultan SDM dan beberapa acara diskusi terbatas di DIKTI telah
menghasilkan rumusan atribut soft skills yang bervariasi di dunia
pekerjaan. Misalnya, hasil Tracer Study yang dilakukan oleh
Departemen (dulu jurusan) Teknologi Industri Pertanian IPB tahun
2000, menyatakan bahwa atribut jujur, kerjasama dalam tim,
integritas, komunikasi bahwakan rasa humor sangat diperlukan dalam
dunia kerja.
Telah dijelaskan sebelumnya tentang pentingnya soft skills
diberikan dalam proses pembelajaran dan pentingnya soft skills dalam
dunia kerja. Maka untuk menghasilkan sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan soft skills yang baik dan memenuhi standar
dalam dunia pekerjaan tentunya dimulai dari dunia pendidikan karena
29
dunia pendidikan khususnya sekolah merupakan awal dari suatu
pembelajaran.
7. KompetensiPengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau
kecakapan. Menurut Lynn (1985:33), bahwa “competence my range
from recall and understanding of fact and concepts, to advanced motor
skill, to teaching behaviours and profesional values”. Kompetensi dapat
meliputi pengulangan kembali fakta-fakta dan konsep-konsep sampai
pada ketrampilan motor lanjut hingga pada perilaku-perilaku
pembelajaran dan nilai-nilai profesional.
Pengertian kompetensi menurut Winarno (2009:367) adalah
kemampuan profesional, yang berfungsi untuk kepentingan kualitas.
Kompetensi didefinisikan Mulyana (2010:110) sebagai kemapuan,
kecakapan, atau kehlian tertentu yang dimiliki individu dalam
menyelesaikan suatu pekerjaan. Sedangakan Yuliana (2006:19)
menggambarkan kompetensi individu (kompetensi diri) merupakan
keahlian atau kemampuan fisik yang dimiliki individu sebagai
karakteristik yang terbentuk akibat proses belajar pada dirinya.
Budi W. Soetjipto (2007:135) menjelaskan bahwa kompetensi
mengacu pada dimensi-dimensi perilaku individu yang terletak di balik
kinerja yang kompeten. Contohnya deskripsi mengenai perilaku, sikap,
dan karakteristik individu dalam melakukan berbagai tugas pekerjaan
untuk menghasilkan output yang efektif dan outstanding serta
superior.
30
Menurut Parulian (2008:3), definisi kompetensi dibagi menjadi
3 kategori antara lain sebagai berikut.
a. Hard skills/ hard competency didefinisikan sebagai gambaran
mengenai apa yang harus diketahui atau dilakukan seseorang
agar dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Hal ini
meliputi pengetahuan dan keterampilan individu.
b. Soft skills/ soft competency menggambarkan bagaimana
seseorang diharapkan berperilaku agar dapat melaksanakan
pekerjaannya dengan baik. Hal ini meliputi sikap dan perilaku
individu dalam bekerja.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan
bahwa kompetensi adalah kemampuan individu dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan secara efektif dengan hard skills dan soft skills
sebagai karakteristik yang ada dalam dirinya.
Kompetensi peserta didik adalah kemampuan (hard skills dan
soft skills) yang harus dimiliki/ dicapai peserta didik setelah menempuh
pembelajaran sesua. Ketercapaian kompetensi peserta didik dilihat
dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bekerja. Peserta didik yang
telah menguasai kompetensi di bidang tertentu tidak hanya
mengetahui, tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang
tersebut yang tercermin dalam pola perilaku sehari-hari.
Proses belajar mengajar dikatakan berhasil atau efektif jika
peserta didik dapay mencapai/menguasai standar kompetensi yang
ditetapkan sekolah. Peserta didik yang berkompeten tidak akan 31
mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan standar kompetensi
yang ditetapkan dunia industri saat memasuki pasar kerja. Standar
kompetensi dalam hal ini merupakan daftar kompetensi setiap
pekerjaan yang disajikan secara umum untuk dapat dijadikan ukuran
standar pelaksanaan kompetensi (Parulian, 2008:6).
Menurut Radno Harsanto (2007:132), kompetensi menjadi
ukuran tentang apa yang dapat dilakunan oleh individu. Proses
pembelajaran berbasis kompetensi merupakan perangkat yang dapat
mengantar siswa menjadi kompeten dalam berbagai bidang kehidupan
yang dipelajarinya. Rumusan kompetensi dalam proses pembelajaran
menuju kompetensi merupakan pernyataan dari apa yang diharapkan
dapat diketahui, disikapi, dan dilakukan oleh siswa dalam setiap
tingkatan kelas dan jenjang sekolah, sekaligus menggambarkan
kemajuan siswa yang dicapai secara bertahap dan berkelanjutan untuk
menjadi kompeten. Proses pembelajaran dapat dikatakan berorientasi
pada kompetensi jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut.
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun secara bersama-sama. Pembelajaran
berpusat pada aktivitas belajar siswa. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan sebagai salah satu sumber belajar.
b. Menggunakan sumber belajar lain, misalnya perpustakaan,
lingkungan, media massa, dan lain-lain yang memenuhi unsur
edukatif.
c. Mengarah pada hasil dan keberagaman kebutuhan peserta
didiksesuai dengan tuntutan pasar kerja.
32
d. Proses pembelajaran menggunakan berbagai pendekatan dan
metode pembelajaran yang bervariasi dalam suasana
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan eksploratif.
B. Penelitian yang RelevanPenelitian ini memiliki kesamaan dengan beberapa penelitian
sebelumnya yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti berikut ini.
Putaris Lafianto (2012) dalam penelitiannya berjudul
“Ketercapaian Kompetensi Belajar Siswa Kelas X Smk Negeri 2
Yogyakarta Pada Mata Pelajaran Praktik Instalasi Listrik. Penelitian ini
menggunakan desain ex post facto dan ditetapkan dengan teknik
purposive sampling dan simple random sampling dan analisis yang
dilakukan menggunakan regresi ganda antara lain uji normalitas, uji
linieritas dan uji multikolinearitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan
terdapat tingkat ketercapaian kompetensi belajar, motivasi dan
persepsi siswa pada mata pelajaran praktik instalasi listrik. Dinyatakan
bahwa kompetensi belajar memberi pengaruh sebesar 71,16%,
motivasi memberi pengaruh sebesar 76,87% dan untuk persepsi siswa
memberi pengaruh sebesar 71,83%.
Anik Maghfuroh (2008) dalam penelitiannya yang berjudul
“Kontribusi Kemampuan Awal, Kemampuan Numerik, dan Persepsi
Siswa Pada Kegiatan Tutorial Penguasaan Materi Listrik Dinamis Kelas
X SMA Kolombo Yogyakarta”. Penelitian ini menggunakan desain Ex
33
Post Facto dan ditetapkan dengan teknik random sampling dan analisis
yang dilakukan menggunakan analisis regresi ganda antara lain uji
normalitas, uji independensi dan uji linearitas. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa terdapat kontribusi kemampuan awal,
kemampuan numeric, dan persepsi siswa pada kegiatan tutorial
terhadap penguasaan materi listrik dinamis. Dinyatakan bahwa
kemampuan awal memberi sumbangan relatif sebesar 30,160% dan
sumbangan efektif sebesar 15,702%, kemampuan numeric sumbangan
relatif sebesar 44,794% dan sumbangan efektif sebesar 23,322%.
Untuk persepsi siswa sumbangan relatif sebesar 25,044% dan
sumbangan efektif sebesar 13,038%.
Nanang Kurniawan (2012) dalam penelitiannya yang berjudul
“Hubungan Pengalaman Mengajar dan Persepsi Guru Tentang
Kepimpinan Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru SMK Swasta Se-
Kecamatan Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012”. Penelitian ini
menggunakan desain Ex Post Facto dan ditetapkan dengan teknik
proporsional random sampling dan analisis yang dilakukan
menggunakan analisis regresi ganda antara lain uji normalitas, uji
linearitas dan uji multikolinearitas. Hasil penelitian ini menyimpulkan
bahwa terdapat hubungan pengalaman mengajar, dan persepsi guru
tentang kepimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru SMK swasta
Se-Kecamatan Boyolali. Pengalaman mengajar memberi sumbangan
efektif sebesar 26,1%, dan persepsi guru memberi sumbangan efektif
sebesar 20,1%.
C. Kerangka Berpikir34
Keberhasilan suatu prestasi di sekolah dipengaruhi oleh
beberapa hal, mulai dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal
berasal dari siswa itu sendiri seperti motivasi, gaya belajar, kreativitas
maupun kemampuan awal siswa tersebut. Sedangkan faktor eksternal
meliputi sarana prasarana, iklim belajar, lingkungan keluarga, kinerja
guru dalam mengajar dan lain-lain. Proses belajar mengajar yang
optimal tidak lepas dari kinerja guru dan kemampuan awal siswa.
Guru merupakan orang yang berwenang dan bertanggung
jawab atas pendidikan muridnya. Guru harus memiliki kompetensi agar
bisa menjalankan tugas dengan baik. Kompetensi guru merupakan
perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan sosial, spritual yang
kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru yang mencakup
penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran
yang mendidik, pengembangan pribadi dan profesionalisme.
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal
maupun non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang
membawa seseorang kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi.
Berdasarkan kajian teori pengalaman guru terbagi menjadi dua
kelompok, pengalaman mengajar dan pengalaman industri.
Pengalaman mengajar guru menjadi sangat penting karena dapat
menciptakan kondisi kegiatan belajar mengajar yang berkualitas,
dinamis dan kreatif.
Dengan kondisi belajar mengajar demikian menjamin output
belajar berkualitas. Pengalaman industri membantu guru dalam proses
35
pembelajaran, guru dapat menentukan kompetensi mana yang harus
dipertajam agar dapat melahirkan peserta didik yang kompoten sesuai
dengan kompetensi yang dibutuhkan di industri. Guru dapat
merancang persiapan mengajar dan mengatur strategi serta metode
pembelajaran yang cocok untuk diberikan kepada peserta didik. Hal ini
agar peserta didik dapat dengan mudah memahami dalam
mempelajari kompetensi tersebut sehingga peserta didik bisa
kompeten serta dapat mengaplikasikannya di dunia usaha atau dunia
industri setelah tamat nantinya.
Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat atau
pengetahuan dasar yang wajib dimiliki untuk mengikuti pembelajaran
sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik.
Kemampuan siswa akan turut serta menentukan perilaku dan hasil
belajar siswa. Setiap siswa belum tentu memiliki kemampuan awal
yang sama. Keberhasilan kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh
kondisi awal siswa sebelum diberikan pembelajaran. Kemampuan ini
berkaitan dengan mata pelajaran produktif memahami dasar-dasar
elektronika yang merupakan kompetensi dari salah satu ke empat
mata pelajaran produktif yang ada di semester gasal, agar nantinya
setiap siswa memiliki hasil belajar dan prestasi yang baik.
Tamatan SMK harus melihat kebutuhan di dunia industri,
kemampuan teknis (hard skiils) yang handal dan mahir apabila tidak
didukung dengan karakter kerja yang baik maka akan menjadi tidak
bermakna untuk bekerja di industri. Karakter merupakan nilai-nilai
yang terpatri dalam diri seseorang yang dibentuk melalui proses;
36
pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan dan pengaruh
lingkungan, menjadi nilai intrinsik yang melandasi sikap dan perilaku
seseorang. Pengembangan karakter kerja harus dimiliki setiap peserta
didik karena pendidikan kejuruan menuntut pendekatan pembelajaran
yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja agar hasilnya efektif.
Setiap peserta didik harus membangun etos kerja, motivasi
kerja, kesiapan kerja, rasa percaya diri, siswa bertanggung jawab
terhadap pekerjaan yang sedang dilakukan sampai tuntas; berdisiplin
dengan waktu, memiliki daya juang yang tinggi; dan memiliki
ketahanan mental kerja yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja,
karena dunia kerja mengukur kompetensi karyawannya dengan
memperhatikan mutu hasil kerja, mutu yang baik akan mempengaruhi
harga jual sedangkan mutu yang jelek akan merugikan industri sendiri.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa
pengalaman guru, kemampuan awal dan tuntutan pasar kerja dapat
mempengaruhi kompetensi siswa secara langsung. Kerangka secara
umum dirangkum pada gambar 1.
Gambar 1. Kerangka Pikir
D. Hipotesis penelitian
37
Pengalaman
Kemampuan
Tuntutan Pasar
Kompetensi Siswa
Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berfikir
sebelumnya hipotesis dalam penelitian ini dapat disusun sebagai
berikut.
1. Terdapat pengaruh pengalaman guru, kemampuan awal dan
tuntutan pasar kerja secara bersama - sama yang signifikan
terhadap kompetensi siswa pada kelompok mata pelajaran produktif
kelas XII Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK 1
Sedayu Bantul.
2. Terdapat pengaruh pengalaman guru yang signifikan terhadap
kompetensi siswa pada kelompok mata pelajaran produktif kelas XII
Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK 1 Sedayu
Bantul.
3. Terdapat pengaruh kemampuan awal yang signifikan terhadap
kompetensi siswa pada kelompok mata pelajaran produktif kelas XII
Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK 1 Sedayu
Bantul.
4. Terdapat pengaruh tuntutan pasar kerja yang signifikan terhadap
kompetensi siswa pada kelompok mata pelajaran produktif kelas XII
Program Keahlian Teknik Instalasi Tenaga Listrik di SMK 1 Sedayu
Bantul.
38