35
PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA SEBERAPA besar komoditi peternakan memberikan kontribusinya terhadap kebutuhan pangan dan gizi rakyat Indonesia ? Secara umum bahwa konsumsi protein hewani masyarakat kita masih rendah : kontribusi produk peternakan terutama hasil unggas terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun Data terakhir thn 2009 (Poultry Indonesia, 2009): - Konsumsi telur per kapita satu butir/minggu - Daging ayam dua potong/minggu - Susu setengah gelas/minggu - Ikan 25 kg/tahun.

PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

  • Upload
    axelle

  • View
    264

  • Download
    13

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA. SEBERAPA besar komoditi peternakan memberikan kontribusinya terhadap kebutuhan pangan dan gizi rakyat Indonesia ? - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

Page 1: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

PERKEMBANGAN PERUNGGASANDI INDONESIA

SEBERAPA besar komoditi peternakan memberikan kontribusinya terhadap kebutuhan pangan dan gizi rakyat Indonesia ?

Secara umum bahwa konsumsi protein hewani masyarakat kita masih rendah : kontribusi produk peternakan terutama hasil unggas terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun

Data terakhir thn 2009 (Poultry Indonesia, 2009):- Konsumsi telur per kapita satu butir/minggu- Daging ayam dua potong/minggu- Susu setengah gelas/minggu- Ikan 25 kg/tahun.

Page 2: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Jenis ternak yang sampai saat ini menjadi andalan sebagai sumber daging umumnya berasal dari ternak unggas dan sapi potong

Keduanya menyumbangkan kontribusi yang sangat dominan dalam penyediaan daging secara nasional karena kedua jenis ternak ini berskala industri

Guna lebih jelasnya sumbangsih produksi daging berbagai jenis ternak dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 3: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Present status of livestock production…Present status of livestock production…

Horse0%

Pigmeat9%

Sheep6%

Beef24%

Poultry61%

Meat consumption by species, 2005

Page 4: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Present status of livestock production…Present status of livestock production…

0

100

200

300

400

500

600

1970 1973 1976 1979 1982 1985 1988 1991 1994 1997 2000

Pro

du

ctio

n (

1000

to

ns)

Beef Small Rum. Native Chicken Broiler Pig

Meat Production in Indonesia by Type of Animal

Page 5: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

DATA PRODUKSI NASIONAL PRODUK PETERNAKAN(000 Ton)

Komoditi 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2008

Daging 1,445,170.00

1,560,600.00

1,769,844.00

1,872,566.00

2,020,356.00

1,817,027.00

2,062,860.00

2,092,960.00

Daging Ayam Buras 265.21 275.14 288.34 298.51 296.42 301.42 341.25 301

Daging Ayam Ras Pedaging 515 536.95 751.9 771.1 846.09 779.1 861.26 921.5

Daging Ayam Ras Petelur 23.74 88.3 42.77 48.1 48.4 45.19 57.63 59.3

Daging Babi 162.4 160.15 164.49 177.09 194.67 173.69 195.99 244.7

Daging Domba 33.41 44.77 68.7 80.6 66.1 47.3 75.18 62.5

Daging Itik 13.79 23.12 21.8 21.24 22.21 21.35 24.53 43

Daging Kambing 44.89 48.7 58.2 63.9 57.13 50.6 65.01 68

Daging Kerbau 45.85 43.65 42.3 40.64 40.24 38.1 43.89 44.1

Daging Kuda 0.93 1.09 1.06 1.59 1.56 1.59 2.27 2.5

Daging Sapi 339.94 338.69 330.29 369.71 447.57 358.7 395.84 346.4

Susu 495.65 479.95 493.4 553.4 549.9 535.96 616.55 574.4

Telur 783.3 850.3 945.8 973.6 1,107.41 1,051.50 1,204.42 1,390.40

Telur Ayam Buras 139.02 154.95 161.7 177 172.1 175.43 193.95 180.6

Telur Ayam Petelur 502.98 537.79 614.4 611.5 762 681.15 816.83 991

Sumber : Deptan 2009

Page 6: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

DATA POPULASI PETERNAKAN(000 Ekor)

Sumber : Deptan 2009

Komoditi 2000 2001 2002 2003 2004

Ayam Buras 262,630.89 287,343.62 286,689.45 317,420.09 290,802.77

Ayam Ras Pedaging

524,272.86 917,707.23 864,246.14 920,851.12 1,075,884.78

Ayam Ras Petelur

66,927.83 85,047.76 98,490.57 106,941.86 116,473.96

Babi 5,866,837.00 6,344,747.00 6,267,373.00 6,756,476.00 7,376,448.00

Domba 7,294,269.00 8,133,467.00 8,306,928.00 9,859,667.00 10,391,849.00

Itik 29,904.71 48,119.92 34,275.34 34,093.31 36,931.10

Kambing 12,456,402.00 13,276,215.00 13,182,064.00 14,873,516.00 15,805,902.00

Kerbau 2,287,212.00 2,455,331.00 2,428,191.00 2,246,017.00 2,191,636.00

Kuda 430,423.00 452,861.00 405,446.00 411,916.00 411,464.00

Sapi Perah 368,490.00 368,470.00 373,970.00 377,772.00 407,767.00

Sapi Potong 11,191,676.00 11,395,688.00 10,679,504.00 11,365,873.00 11,869,158.00

Page 7: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Berbicara industri perunggasan ayam ras, sering mengalami fluktuasi disebabkan input utama masih tergantung kepada bahan impor, seperti tepung ikan (50%), jagung (50–60%) dan bungkil kacang kedelai (100%)

Organisasi perunggasan banyak bermunculan. Begitupula peraturan2 pemerintah telah diterbitkan untuk mengatur tata tertib usaha

Selain ayam ras, ternyata ayam buras mempunyai peranan yang cukup besar dalam pembangunan peternakan di Indonesia, sekaligus sebagai basis ekonomi petani dipedesaan untuk mencapai pertanian maju.

Page 8: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Ayam Ras Mulai dipelihara dan dikenal di Indonesia tahun 1950. Dalamsejarah perkembangannya dibagi berbagai tahapan, sbb : 1. Periode tahun 1950 – 1961 (Tahap Perintisan) Import bibit anak ayam ras (DOC) komersial. September 1961, Pameran perunggasan di Istora Senayan

Jakarta oleh GAPUSSI.

2. Periode tahun 1961 – 1971 (Tahap Landasan) Dimulai menyusun dan menguji konsep pengembangan unggas

melalui Bimas. Konsep ini, mulai diperkenalkan akhir tahun 1971. Beberapa kejadian pada periode ini adalah sbb :

Kontes dan pameran Unggas Nasional yang diadakan dihalaman samping Istana Merdeka Jakarta, pada bulan Mei 1971.

 

Page 9: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

3. Periode tahun 1971 – 1981 (Tahap Pertumbuhan) Pada periode ini berbagai industri perunggasan telah tumbuh

dengan pesatnya, investasi pada industri hulu, industri hilir maupun pada usaha produksi budidaya.

4. Periode tahun 1981 – 1987 (Tahap Konsolidasi) Lahir kebijaksanaan pemerintah 1981 : Keppres No. 50/1981

(restrukturisasi usaha peternakan ayam dan stabilisasi). Tujuan Keppres ini, yaitu untuk meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan pendapatan peternak kecil/usaha keluarga.

Untuk memantapkan sasaran stabilisasi pada tahun 1984 ditetapkan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan.

dikukuhkan SK Menteri Pertanian No. 330/342/Kpts/5/84 Dikeluarkan kebijaksanaan baru berupa Keppres No.22 tahun 1990

tentang pembinaan usaha ternak ayam ras. Dilengkapi dengan SK Menteri No. 362/Kpts/T.N.120/5/1990,

tentang tatacara perizinan usaha peternakan KINAK   

Page 10: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

GRAFIK POPULASI dan PRODUKSI BROILERTAHUN 1996-2005

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1996 - 2005

Juta

eko

r

Populasi

Produksi

Page 11: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

GRAFIK POPULASI LAYER, PRODUKSI DAN KONSUMSI TELUR Tahun 1996 - 2003

3080

130180230280330380430480530580630680

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1996 - 2005 Populasi Layer (juta ekor)

Produksi Telur (ribu ton)

Konsumsi Telur (ribu ton)

Page 12: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

   Perkembangan Populasi Ayam Ras

Pada tahap perintisan hingga tahap landasan (1971), galur yang diimport adalah dalam bentuk DOC final stock (FS).

Mengikuti perkembangan perunggasan di Indonesia maka pada tahap pertumbuhan, yang diimport adalah DOC Parent Stock (PS) penghasil FS.

Pada masa akhir tahap pertumbuhan (1980) maka bibit yang di import adalah Grand Parent Stock (GPS), penghasil PS.

Hal inilah yang mendorong para investor menjadikan usaha ternak ungggas sebagai industri.

Page 13: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Peranan Organisasi Perunggasan1. GPPU (Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas) tahun 19702. GPMT (Gabungan Perusahaan Makanan ternak) tahun 19713. PPUI (Perhimpunan Perunggasan Indonesia) tahun 19704. HIPPI (Himpunan Pengusaha Putera Indonesia

Bidang Perunggasan) tahun 19805. GAPUSSI (Gabungan Peternak/Pengemar Unggas Seluruh Indonesia)

tahun 1961. 6. APAPSI (Asosiasi Peternak Ayam Petelur Seluruh Indonesia)

tahun 19817. ASBIMTI (Asosiasi Bahan Baku Impor Makanan Ternak Indonesia)

19818. KWPI (Kelompok Wanita Peternak Indonesia) tahun 19849. HIPPSI (Himpunan Peternak Ayam Petelur Seluruh Indonesia)

tahun 1984

10. HIPPER (Himpunan inti PIR Perunggasan ) tahun 1985.

Page 14: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Peranan Organisasi Perunggasan

Dalam perkembangannya, asosiasi tsb mengalami penyederhanaan dengan mengikuti pola agribisnis :

- Segmen sarana produksi (GPPU, GPMT, ASBIMTI dan ASOHI), menjadi tiga asosiasi yang terlibat yaitu GPPU, GPMT dan ASOHI

- Segmen budidaya yang semua terlibat PPUI, HIPPI, APAPSI, KWPI, HIPPER dan HIPPSI bergabung dalam satu asosiasi (PPUI)

- Segmen pasca produksi ada satu (PINSAR Unggas).

Page 15: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Struktur Industri

Perunggasan di Indonesia

Peranan Organisasi Perunggasan

Page 16: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Komponen dalam Industri Ayam Broiler

Komponen utama– Hulu (ayam bibit GPS dan PS)– Budidaya (ayam potong FS)– Hilir (RPA/TPA)

Komponen penunjang– Pakan– Obat Hewan– Industri pengolahan daging

Page 17: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

HULU

Page 18: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

GPS

PS

FS

Male line Female line

1

40

135

Ayam bibit

Ayam potong

Hirarkhi ayam pedaging

Yang dicatat

jumlahnya

HULU

ON FARM

Page 19: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Propinsi Jumlah Kabupaten

Jawa Barat 8 Bogor (1), Cianjur (2), Purwakarta (1), Sukabumi (1), Sumedang (1), Subang (2).

Jawa Timur 1 Malang

SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT GPS DI INDONESIA

Sumber: Dirbit 2007

Page 20: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Pulau Jml Propinsi Kabupaten

Jawa 38 Jabar (21); Banten (4); Jateng (3); DIY (1); Jatim (9)

Sukabumi, Purwakarta, Subang, Parung, Cianjur, Bogor, Bekasi, Serang, Tangerang, Salatiga, Tegal, Gunung Kidul, Jombang, Pasuruan, Malang, Lamongan

Bali 2 Bali Negara (1); Tabanan (1)

Kalimantan 12 Kalbar (4); Kalsel (5); Kaltim (3)

Singkawang (2); Pontianak (1); Kapuas (1); Tanah Laut (2); Banjarbaru (3); Samarinda (2); Balikppn (1)

Sulawesi 7 Sulut (4); Sulsel (3) Minahasa (4); Maros (3)

Sumatera 15 Sumut (8); Riau (3); Sumsel (2); Lampung (2)

Medan (8); Kampar (1); Cikijang (1); Batam (1); Muara Enim (2); Tanggamus (1); Lampung Selatan (1)

SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT PS DI INDONESIA

Sumber: Dirbit 2007

Page 21: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Pulau Jml Propinsi Kabupaten

Jawa 38 Jabar (21); Banten (4); Jateng (3); DIY (1); Jatim (9)

Sukabumi, Purwakarta, Subang, Parung, Cianjur, Bogor, Bekasi, Serang, Tangerang, Salatiga, Tegal, Gunung Kidul, Jombang, Pasuruan, Malang, Lamongan

Bali 2 Bali Negara (1); Tabanan (1)

Kalimantan 12 Kalbar (4); Kalsel (5); Kaltim (3)

Singkawang (2); Pontianak (1); Kapuas (1); Tanah Laut (2); Banjarbaru (3); Samarinda (2); Balikppn (1)

Sulawesi 7 Sulut (4); Sulsel (3) Minahasa (4); Maros (3)

Sumatera 15 Sumut (8); Riau (3); Sumsel (2); Lampung (2)

Medan (8); Kampar (1); Cikijang (1); Batam (1); Muara Enim (2); Tanggamus (1); Lampung Selatan (1)

SEBARAN PERUSAHAAN AYAM BIBIT PS DI INDONESIA

Sumber: Dirbit 2007

Page 22: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Jumlah DOC GPS dan PS yang diimpor tahun 2002-2006

Tahun DOC GPS (D line)

DOC PS (female)

2002 302.157 544.258

2003 319.311 855.410

2004 349.539 313.269

2005 311.769 293.867

2006 386.164 351.240

Jumlah 1.668.940 2.358.044

Rata-rata per tahun

333.788 471.608Sumber: Direktorat Perbibitan 2007.

Page 23: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

BUDIDAYA/ON FARM

Page 24: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

FEEDMILL

POULTRY SHOP/KUD PEMODAL

GPS

PS

FS

PS

FS FS FS FS

FS

PETERNAK INTI

PETERNAK PLASMA

PETERNAK MANDIRI

POLA USAHA BUDIDAYA/ON-FARM AYAM BROILER FS

KEMITRAAN INTI-PLASMA

1 2 3

4 5

: sarana produksi dibeli dari berbagai sumber: sarana produksi dari perusahaan inti

GPS

PS PS

Page 25: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

TIPOLOGI USAHA BUDIDAYA FS Kemitraan inti-plasma

– Tipe 1: Inti memiliki usaha FM, GPS, dan PS– Tipe 2: Inti memiliki usaha FM dan PS– Tipe 3: Inti memiliki usaha FM – Tipe 4: Inti juga pengusaha Poultry Shop/KUD– Tipe 5: Inti adalah seorang pemodal Adapun plasma memiliki lahan, kandang, dan tenaga kerja

Mandiri – Memiliki lahan, kandang, dan tenaga kerja; serta

memenuhi kebutuhan pakan, bibit, dan lain-lain dari berbagai sumber.

Page 26: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Perkiraan jumlah DOC FS berdasarkan jumlah GPS dan PS

tahun 2002-2006.

Tahun DOC FS DOC/minggu

2002 886.419.200 17.046.500

2003 1.027.497.800 19.759.600

2004 992.075.900 19.078.400

2005 1.274.659.600 24.512.700

2006 1.194.924.400 22.979.300

Jumlah 5.375.576.900 103.376.500

Rata-rata per tahun

1.075.115.380 20.675.300

Sumber: Hasil olhan Dir. Perbibitan 2007

Page 27: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

HILIR

Page 28: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Mata rantai di sektor hilir

Kemitraan Mandiri

RPA

TPA

Pangkalan

Agen

Supermarket, Pasar becek

Warung/ RM kecil,Pedg Kaki Lima

Industri pengolah daging

Resto, Hotel, RM, Catering,dll

BiasaTidak biasa

Page 29: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

PAKAN

Page 30: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

FEEDMILL

SULSEL 293rb

JATENG 6422rb

JATIM 172.337rb

SUMUT 9737rb

BANTEN101.730rb

DKI JKT 4236rb

JABAR 8832rb

LAMPUNG 4233rb

FEEDMILL DAN PRODUKSI RIIL (TON/TAHUN) DI INDONESIA

Jumlah feedmill = 60Jumlah persh = 41

Ada di 5 propinsi = 1Ada di 4 propinsi = 2Ada di 3 propinsi = 3Ada di 2 propinsi = 3Ada di 1 propinsi = 32

Sumber: Subdit Pakan 2007

Kapasitas terpasang =10.520.000 ton

Produksi = 42.7% - 68.6%

Page 31: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Sebaran Lokasi FeedmillPulau Jml Propinsi Kabupaten

Jawa 45 Jabar (8); Banten (10); Jateng (6); DKI Jakarta (4); Jatim (17)

Cirebon (1), Bogor (4), Bekasi (3), Serang (6), Tangerang (2), Balaraja (2), Jakarta Timur (3), Jakarta Utara (1), Semarang (5), Sragen (1), Sidoarjo (5), Surabaya (9), Pasuruan (2), Gersik (1)

Bali - - -

Kalimantan - - -

Sulawesi 2 Sulawesi Selatan Makassar (2)

Sumatera 13 Sumut (9); Lampung (4) Medan (8); Tanjung Morawa (1); Lampung (4)

Page 32: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

OBAT HEWAN

Page 33: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

USAHAOBAT HEWAN

1766

DISTRIBUTOR230

IMPORTIR52

PRODUSEN41

IMPORTIR DISTRIBUTOR

170

PENGECER1166

PRODUSENDISTRIBUTOR

40

Jenis/produk obat hewan:Sediaan biologik 840Sediaan farmasetik 2115Sediaan premix 655Lainnya 149

TOTAL = 3759

PMT59

Statistik Peternakan 2003

ASOHI 2005

RAGAM USAHA OBAT HEWAN/FARMASI VETERINER

IJIN PRINSIP8

Page 34: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

   

RPA/TPA

Bibit Grand Parent Stock

Bibit Parent Stock

Final Stock

DAGING AYAM MURAH ASUH

Produk olahan daging ayam

hulu

on farm

hilir

Pabrik pakan(feedmill)

Pabrik/importirobat hewan

K o n s u m e n a k h i r

Unit pengolahan

STRUKTUR INDUSTRI AYAM PEDAGING

Poultry shopDistributor

Asosiasi

GAPPI; GPPU, GOPAN, GPMT, ASOHI, NAMPA, YLKI

Instansi pemerintah (teknis)

Ditjennak, Badan Karantina,

Ditjen P2HP, Dinas di Prop/

Kab/kota; Ditjen Sarana-

Prasarana;

Page 35: PERKEMBANGAN PERUNGGASAN DI INDONESIA

Ayam Buras