Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    1/33

    5

    BAB II

    LANDASAN TEORI 

    2.1. Karakteristik Waduk

    2.1.1. Umum

    Fungsi utama dari waduk adalah untuk menyediakan tampungan sumber air agar

     bisa digunakan saat dibutuhkan. Tampungan yang dibutuhkan di suatu sungai untuk

    memenuhi permintaan tertentu tergantung tiga faktor, yaitu:

    1. 

    Variabilitas aliran sungai.

    2.  Ukuran permintaan.

    3.  Tingkat kendalan dari pemenuhan permintaan.

    Dalam bentuk yang paling sederhana, masalah waduk dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    Rangkaian aliran Q (t) Rangkaian pelepasan terkendali

    Waduk dan kapasitas tampungan aktif

    Limpahan

    Gambar 2.1. Idealisasi masalah kapasitas dan kemampuan waduk

    Sumber : eprints.undip.ac.id/34513/5/1501_chapter_II.pdf

    Rangkaian aliran di sungai Q(t) akan dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan

    air dengan kebutuhan yang tertentu D(t). Dengan demikian pertanyaan yang muncul

    dapat berupa, berapa besar kapasitas waduk (C) yang harus disediakan bagi suatu

     pelepasan yang terkendali (release) dengan tingkat keandalan yang dapat diterima.

    Mungkin ada variasi lain dari pertanyaan ini, misalnya menentukan pelepasan bagi

    suatu kapasitas tertentu, tetapi masalah dasarnya tetap sama yaitu hubungan antara

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    2/33

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    3/33

    7

    Muka air Banjir

    Muka air Normal  Mercu Pelimpah

    Tampungan Mati

    Dasar Sungai

    Gambar 2.2. Zona-zona Tampungan Waduk

    Sumber : http://www.freevynou.com

    Tampungan Efektif

    MOL Saluran

    Pengambilan

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    4/33

    8

    2.1.3. Kapasitas Tampungan Beberapa Waduk Besar

    Tabel 2.1. Kapasitas Tampungan Waduk di Indonesia

    No Nama Bendungan Vol. Waduk pada kondisi tertentu (juta m3)

    m.a

    banjir

    m.a

    normal

    Vol. mati Vol. efektif

    1. Saguling 970 875 264 661

    2. Cirata 2165 2165 177 796

    3. Juanda 2893 2556 960 1790

    4. Sutami (karang kates) 390 343 90 253

    5. Mrican 50 193.50 146.50 47

    6. Wonogiri 735 560 120 440

    7. Wonorejo 259 122 16 106

    8. Kedungombo 986 723 88.4 634.6

    Sumber : http://pustaka.pu.go.id

    2.1.4. Usia Guna Waduk

    Usia guna waduk adalah masa manfaat waduk dalam menjalankan fungsinya,

    sampai terisi penuh oleh sedimen kapasitas tampungan matinya. Dalam penjelasan ini

    untuk memprediksikan usia guna waduk berdasarkan pada dua cara, yaitu:

    1.  Perkiraan Usia Guna Berdasarkan Kapasitas Tampungan Mati ( Dead Storage)

    Perhitungan ini berdasarkan pada berapa waktu yang dibutuhkan oleh sedimen

    untuk mengisi kapasitas tampungan mati. Dengan diketahui besarnya kapasitas

    tampungan mati dan besarnya kecepatan laju sedimen yang mengendap, maka akandiketahui waktu yang dibutuhkan sedimen untuk mengisi pada daerah tampungan mati.

    Semakin bertambah umur maka semakin berkurang kapasitas tampungan matinya, yang

    kemudian akan mengganggu pelaksanaan operasional waduk. Sehingga hal ini

    merupakan acuan untuk memprediksikan kapan kapasitas tampungan mati tersebut akan

     penuh.

    http://pustaka.pu.go.id/http://pustaka.pu.go.id/

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    5/33

    9

    2. 

    Perkiraan Usia Guna Berdasarkan Besarnya Distribusi Sedimen Yang

    Mengendap Di Tampungan Dengan Menggunakan The Empirical Area

     Reduction Method  

    Metode ini pertama kali diusulkan oleh Lane dan Koezler ( 1935 ), yang

    kemudian dikembangkan oleh Borland Miller (1958, dalam USBR,1973) dan Lara

    (1965, dalam USBR,1973). Dengan metode ini dapat diprediksi bagaimana sedimen

    terdistribusi di dalam waduk pada masa-masa yang akan datang. Dalam perhitungan ini

    sebagai acuan untuk menentukan usia guna waduk berdasar pada hubungan fungsi

    antara luas genangan dengan elevasi genangan dan kapasitas tampungan. Sebagai

     patokan elevasi pintu pengambilan sebagai acuannya. Sehingga apabila elevasi pintu

     pengambilan akan dicapai oleh elevasi endapan sedimen, maka kegiatan operasional

    waduk akan terganggu, yang pada akhirnya secara teknis akan mengakibatkan tidak

     berfungsinya waduk.

    2.1.5. Unsur-unsur Kapasitas Waduk

    Tampungan yang dibutuhkan di suatu sungai untuk memenuhi permintaan

    tertentu bergantung pada tiga faktor (Mc.Mahon, 1976) , yaitu:

    1.  Unsur-unsur aliran sungai

    2. 

    Ukuran permintaan

    3. 

    Tingkat keandalan dari pemenuhan permintaan

    Dalam bentuknya yang paling sederhana, masalah yang ditangani dapat

    digambarkan sebagai berikut:

    Gambar 2.3. Idealisasi masalah kapasitas kemampuan waduk

    Sumber: Soedibyo, Teknik Bendungan

    limpahan

    Rangkaian pelepasan

    terkendali D(t)

    Waduk dengan kapasitas

    Tamp.aktif C

    Rangkaian aliran

    Sungai Q(t)

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    6/33

    10

    Rangkaian aliran sungai Q(t) akan dimanfaatkan untuk memenuhi permintaan

    air dengan kebutuhan yang tertentu D(t), dalam hal ini mungkin periode aliran rendah

    (low flow) dari sungai itu perlu diperbesar. Dengan demikian pertanyaan yang diajukan

    dapat berupa berapa besarnya kapasitas waduk (C) yang harus disediakan bagi suatu

     pelepasan atau draft yang terkendali D(t) dengan tingkat keandalan yang bisa diterima,

    mungkin ada variasi lain dari pertanyaan ini misalnya menentukan pelepasan bagi suatu

    kapasitas tertentu, tetapi masalah dasarnya tetap sama, yaitu hubungan antara

    karakteristik aliran masuk (inflow), pelepasan yang terkendali dan keandalan harus

    ditemukan.

    2.1.5.1 Unsur-Unsur Aliran Sungai

    Unsur-unsur aliran sungai ini diperlukan untuk menentukan besarnya tampungan

    yang perlu dibangun agar dapat memenuhi permintaan. Di bawah ini diberikan

     penjelasan tentang unsur-unsur aliran sungai yang berperan dalam penentuan kapasiras

    tampungan waduk, antara lain:

    a. Debit: Volume air yang mengalir per satuan waktu melewati suatu penampang

    melintang palung sungai, pipa, pelimpah, aquifer dan sebagainya.

     b. Limpasan (run off): Semua air yang bergerak ke luar dari pelepasan (outlet) daerah

     pengaliran ke dalam sungai melewati rute, baik di atas permukaan maupun lewat

     bawah tanah sebelum municipal  sungai tersebut.

    c. Limpasan permukaan (surface run off): Limpasan air yang selalu mengalir di atas

     permukaan tanah.

    d. Limpasan bawah tanah (subsurface run off): Limpasan air yang selalu melewati rute

     bawah tanah, dan waktu meninggalkan daerah pengaliran pada pelepasannya berupa

    aliran permukaan (surface stream). 

    e. Limpasan bulanan: Volume air selama bulan tertentu atau ekuivalen  dengan debit

    rata-rata dalam bulan tersebut.

    f. Limpasan rata-rata bulanan atau tahunan: Harga rata-rata aliran dalam tiap bulan

    suatu tahun atau aliran tahunan.

    2.1.5.2. Ukuran Permintaan 

    Kapasitas waduk yang dibangun harus disesuaikan dengan ukuran permintaan

    yang harus dapat dipenuhi oleh waduk tersebut. Adapun hal tersebut tergantung oleh

     jumlah penduduk, jumlah lahan yang perlu diairi, jenis tanaman, jenis tanah, cara

     pemberian air, cara pengelolaan dan pemeliharaan saluran, iklim, cuaca, dan lain-lain.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    7/33

    11

    2.1.6. F lood Routing (Penelusuran Banjir)

     Flood routing   atau penelusuran banjir adalah merupakan peramalan hidrograf

    disuatu titik pada suatu aliran atau bagian sungai yang didasarkan atas pengamatan

    hidrograf di titik lain. Hidrograf banjir dapat ditelusuri lewat palung sungai atau lewat

    waduk.

    Tujuan penelusuran banjir adalah sebagai berikut:

    a. 

    Peramalan banjir jangka pendek

     b.  Perhitungan hidrograf satuan pada berbagai titik sepanjang sungai dari hidrograf

    satuan di suatu titik di sungai tersebut.

    c.  Peramalan terhadap kelakuan sungai setelah terjadi perubahan keadaan palung

    sungai (misalnya karena adanya pembangunan bendungan atau pembuatan tanggul).

    d. 

    Derivasi hidrograf sintetik

    Pada dasarnya penelusuran banjir lewat palung sungai merupakan persoalan

    aliran tidak tunak (non steady flow) sehingga oleh karenanya dapat dicari

     penyelesaiannya. Karena pengaruh gesekan tidak dapat diabaikan, maka penyelesaian

     persamaan dasar alirannya akan sangat sulit. Dengan menggunakan cara karakteristik

    atau  finite element akan daat diperoleh penyelesaian yang memadai, tetapi masih

    memerlukan usaha yang sangat besar.

    Cara penelusuran banjir yang akan diuraikan pada bab ini tidak didasarkan pada

    hukum-hukum dasar hidrolika, yang ditinjau disini hanyalah hukum kontinuitas,

    sedangkan persamaan keduanya didapatkan secara empiris pada pengamatan banjir.

    Oleh karena berlakunya cara ini harus diperiksa untuk setipa kasus khusus.

    Penelusuran lewar waduk, dimana penampangnya adalah merupakan fungis dari

    aliran keluar (outflow), maka cara penyelesaiannya dapat ditempuh dengan cara yang

    lebih eksak.

    2.1.6.1. Penelusuran Banjir Lewat Palung Sungai

    Penelusuran banjir dengan cara Muskingum berlaku dalam kondisi:

    1.  Tidak ada anak sungai yang masuk ke dalam bagian memanjang palung sungai

    yang ditinjau.

    2. 

    Penambahan atau kehilangan air oleh curah hujan, aliran masuk atau keluar air

    tanah dan evaporasi, kesemuanya ini diabaikan.

    Persamaan kontinuitas yang umum dipakai dalam penelusuran banjir adalah:

    (2.1)

    dt dsQ I   

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    8/33

    12

    dengan:

    I = debit yang masuk ke permulaan bagian memanjang palung sungai (m3/dt)

    Q = debit yang keluar dari akhir bagian memanjang palung sungai (m3/dt)

    s = besarnya tampungan ( storage) dalam bagian memanjang palung sungai yang

    ditinjau (m3)

    dt = periode penelusuran (detik, jam atau hari)

    Kalau penelusurannya duibah dari dt menjadi ∆t maka: 

    I =2

    21   I  I    

    I =2

    21   QQ    

    dS = S2  –  S1

    sehingga rumus (2.1) dapat diubah menjadi:  

    I =2

    21   I  I    +2

    21   QQ    = S2  –  S1 (2.2) 

    Dalam mana indeks-indeks 1 merupakan pada saat permulaan periode

     penelusuran, dan indeks-indeks 2 merupakan keadaan pada akhir peroide penelusuran.

    Dalam persamaan (2-2) tersebut, I1  dan I2 dapat diketahui dari hidrograf debit

    masuk yang diukur besarnya Q1 dan S1 diketahui dari periode sebelumnya. Q2 dan S2 tidak diketahui.

    Ini berarti diperlukan persamaan kedua. Kesulitan terbesar dalam penelusuran

     banjir lewat palung sungai ini terletak pada mendapatkan persamaan kedua ini. Pada

     penelusuran banjir lewat waduk, persamaan tersebut lebih sederhana, yaitu Q2 = f (S2).

    Tetapi pada penelusuran lewat palung sungai besarnya tampungan tergantung

     pada debit masuk dan debit keluar. Persamaan yang menyangkut kepada debit masuk

    dan debit keluar. Persamaan yang menyangkut hubungan S dan Q pada palung sungai

    hanya berlaku untuk hal-hal yang khusus, yang bentuknya adalah sebagai berikut:

    S = k {x I + (1-x) Q}

    k dan x ditentukan oleh hidrograf debit masuk dan debit keluar yang masing-

    masing diamati pada saat bersamaan, sehingga hanya berlaku untuk bagian memanjang

     palung sungai yang ditinjau.

    Faktor x merupakan faktor penimbang (weight) yang besarnya berkisar antara 0

    dan 1, biasanya lebih kecil dari 0,5 dan dalam banyak hal besarnya kira-kira sama

    dengan 0,3 serta tidak berdimensi.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    9/33

    13

    Karena S mempunyai dimensi volume, sedangkan I dan Q berdimensi debit,

    maka k harus dinyatakan dengan dimensi waktu (jam atau hari).

    Dari persamaan (2-2) dapat dibuat persamaan berikut:

    S1 = k {x I1 + (1-x) Q1}

    S2 = k {x I2 + (1-x) Q2}

    Dari persamaan didapat:

    Q2 = c0 I2 + c1 I1 + c2 Q1

    dimana

    c0 = -t kxk 

    t kx

    5,0

    5,0 

    c1  = t kxk 

    t kx

    5,0

    5,0

     

    c2  =t kxk 

    t kxk 

    5,0

    5,0 

    dan

    c0 + c1 + c2 = 1

    2.1.6.2. Penelusuran Banjir Lewat Waduk

    Penelusuran lewat waduk, di mana penampungannya adalah merupakan fungsi

    langsung dari aliran keluar (outflow), maka cara penyelesaiannya lebih eksak.

    Berdasarkan rumus (2.2) diperoleh hubungan berikut:

    12

    2121

    22S S 

    QQ I  I 

      (2.3)

    Faktor-faktor yang diketahui ditempatkan di ruas kiri seperti berikut:

     

      

     

     

      

     

     

      

     

    t  x

    QS t  x

    QS t  x

     I  I 

    222

    2

    2

    1

    1

    21   (2.4)

     jika 111

    Q

    t S   dan 2

    22

    Q

    t S   maka rumus dapat ditulis menjadi:

    21

    21

    2    

     I  I   (2.5)

    I1  dan I2  diketahui dari hidrograf debit masuk ke waduk, jika periode

     penelusuran ( Flood Routing ) t telah ditentukan.

    S1  merupakan tampungan waduk pada permulaan periode penelusuran yang

    diukur dari datum fasilitas pengeluaran (puncak bangunan pelimpah atau  spillway atau

    sumbu terowongan outlet).

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    10/33

    14

    Q1 adalah debit keluar pada permulaan periode penelusuran kalau fasilitas

     pengeluarannya berupa bangunan pelimpah (spillway), maka:

    2

    3

    ..   H  BC Q   

    dengan:

    C = koefisien debit bangunan pelimpah (1,7 –  2,2 m1/2/dt)

    B = panjang ambang bangunan pelimpah (m)

    H = tinggi energi di atas ambang bangunan pelimpah

    Pada umumnya kecepatan air di waduk di depan ambang bangunan pelimpah

    sangat kecil, sehingga dapat diabaikan. Kalau fasilitas pengeluarannya berupa

    terowongan, maka harus diperhitungkan terhadap dua macam keadaan:

    1. 

    Pada saat seluruh panjang terowongan belum terisi penuh oleh air, sehingga masih

     belum berupa aliran alur terbuka. Dalam hal ini digunakan rumus kontinuitas Q =

    V.A, dimana V menggunakan rumus Manning.

    2.  Pada saat seluruh panjang terowongan penampang atau profil alirannya terisi penuh

    oleh air,sehingga terjadi aliran tekan atau aliran pipa. Dalam hal demikian

    kecepatan airnya ditentukan oleh perbedaan tinggi tekanan di permulaan dan ujung

    terowongan. Perbedaan tekanan tersebut merupakan penjumlahan dari kehilangan

    energi yang dipengaruhi oleh bentuk inlet terowongan, kekasaran dinding

    terowongan, adanya penyempitan atau pelebaran dalam terowongan, adanya

     belokan dan bentuk outlet terowongan.

    Pada suatu elevasi muka air setinggi kurang lebih 1,5 kali diameter terowongan

    di atas sumbu terowongan di hulu inlet terjadi peralihan dari aliran alur bebas menjadi

    aliran tekan. Karena peralihan tersebut tidak dapat ditentukan pada ketinggian yang

    tepat.

    2.2. Lengkung Kapasitas Waduk

    2.2.1. Umum

    Lengkung kapasitas waduk ( storage capacity curve of reservoir ) merupakan

    suatu kurva yang menggambarkan hubungan antara luas muka air (reservoir area),

    volume ( storage capasity) dengan elevasi (reservoir water level ). Dari lengkung

    kapasitas waduk ini akan diketahui berapa besarnya tampungan pada elevasi tertentu,

    sehingga dapat ditentukan ketinggian muka air yang diperlukan untuk mendapatkan

     besarnya volume tampungan pada suatu elevasi tertentu, kurva ini juga dipergunakan

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    11/33

    15

    untuk menentukan besarnya kehilangan air akibat perkolasi yang dipengaruhi oleh luas

    muka air pada elevasi tertentu.

    Dari persamaan lengkung kapasitas tinggi dapat ditentukan tinggi muka air

    waduk dengan persamaan:

    H = Ch.S0,5……………………...……….………………...(2.7)

    dengan:

    A = luas muka air waduk (km2)

    S = volume tampungan total (m3)

    Ch = koefisien

    Jika kehilangan turut diperhitungkan, kehilangan ini dikalikan luasan untuk

    mendapatkan volume kehilangan. Persamaan lengkung kapasitas luasan waduk dapat

    dinyatakan:

    A= Ca.S0,5 ………...……………………………………….(2.8)

    dengan:

    A = luas muka air waduk (km2)

    S = volume tampungan total (m3)

    Ca = koefisien

    Tabel 2.2. Kapasitas Tampungan Waduk Peudada

    No Elevasi A V

    (m) (km²) (E-6.m³)

    1.00 40.00 0.00 0.00

    2.00 45.00 0.01 0.00

    3.00 50.00 0.27 0.23

    4.00 55.00 0.53 0.86

    5.00 60.00 0.78 2.14

    6.00 65.00 0.99 4.09

    7.00 70.00 1.14 8.04

    8.00 75.00 2.33 15.61

    9.00 80.00 3.45 28.95

    Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    12/33

    16

    Tabel 2.3. Kapasitas Tampungan Waduk Batang Agam

    Elevasi

    (+m)

    Luas Genangan

    (m2)

    Volume

    Tampungan (m3)

    Vol. Tampungan

    Kumulatif (m3)

    15,00 0,00 0 0.00

    20,00 1823284,00 3038806,67 3038806,6725,00 4196388,00 14642922,57 17681729,24

    30,00 6321203,00 26113253,65 43794982,89

    35,00 8236006,00 36287620,30 80082603,19

    40,00 9816711,00 45074011,82 125156615,01

    45,00 12849639,00 56496016,02 181652631,03

    50,00 14881061,00 69264661,37 250917292,4

    55,00 16534168,00 78501802,18 329419094,58

    Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

    2.2.2. Lengkung Kapasitas Waduk di Indonesia

    Gambar 2.4. Lengkung Kapasitas Waduk Peudada

    Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    13/33

    17

    Gambar 2.5. Lengkung Kapasitas Waduk Ir. H. Juanda

    Gambar 2.5. Lengkung Kapasitas Waduk Batang Agam

    Sumber : http:/pustaka.pu.go.id

    2.3. Inflow  Tampungan Waduk

    2.3.1. Umum

    Rangkaian air yang memberikan kontribusi sebagai debit inflow  sungai antara

    lain adalah berasal dari presipitasi (atau saluran) langsung, debit air tanah, dan termasuk

     juga limpasan permukaan dan limpasan bawah permukaan.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi volume total limpasan:

    1.  Faktor-faktor iklim:

    a. 

    Banyaknya presepitasi.

     b.  Banyaknya evapotranspirasi.

    2. 

    Faktor-faktor DAS:

    a. 

    Ukuran daerah aliran sungai.

     b.  Tinggi tempat rata-rata daerah aliran sungai (pengaruh orografis).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi aliran waktu limpasan:

    1. 

    Faktor-faktor meteorologis:

    a.  Presipitasi.

     b.  Intensitas curah hujan.

    c. 

    Lamanya curah hujan.d.  Distribusi curah hujan dalam daerah pengaliran.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    14/33

    18

    e. 

    Arah pergerakan curah hujan.

    f.  Curah hujan terdahulu dan kelembaban tanah.

    g.  Kondisi-kondisi meteorologi yang lain.

    2. 

    Faktor-faktor daerah aliran sungai:

    a.  Topografi.

     b.  Geologi.

    c. 

    Tipe tanah.

    d.  Vegetasi.

    e. 

    Jaringan drainasi.

    3.  Faktor-faktor manusiawi:

    a.  Struktur hidrolik.

     b. 

    Teknik-teknik pertanian.

    c.  Urbanisasi.

    2.3.2. Macam Limpasan

    2.3.2.1. Limpasan Permukaan

    Limpasan permukaan merupakan limpasan air yang mengalir di atas permukaan

    tanah. Limpasan permukaan berasal dari air hujan yang terus mengalir karena tidak ada

    tanaman yang menghambatnya. Limpasan permukaan disebut juga run off. 

    2.3.2.2. 

    Limpasan Bawah Permukaan

    Limpasan air yang selalu mengalir di bawah permukaan tanah, dan pada waktu

    meninggalkan daerah pengaliran pada pelepasaannya berupa aliran permukaan.

    2.3.3. Debit Andalan

    Debit andalan diartikan sebagai debit yang tersedia untuk keperluan tertentu

    (seperti irigasi, PLTA, air minum dan lain-lain) sepanjang tahun, dengan resiko

    kegagalan yang telah diperhitungkan.

    Menurut pengamatan, besarnya andalan yang diambil untuk mengoptimalkan

     penggunaan air dibeberapa macam proyek adalah sebagai berikut (CD.

    Soemarto,1986:214)

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    15/33

    19

    Tabel 2.4. Besarnya andalan untuk berbagai kegunaan

    Kegunaan Keandalan

    1. 

    Penyediaan air minum

    2.  Penyediaan air indutri

    3.  Penyediaan air irigasi untuk

    Daerah iklim setengah lembab

    -  Daerah iklim kering

    4.  Pembangkit listrik tenaga air (PLTA)

    99 %

    95 –  98 %

    75 –  85 %

    80 –  95 %

    85 –  90 %

    Sumber : C.D. Soemarto, Hidrologi Teknik

    Ada berbagai cara untuk menentukan debit andalan, masing-masing cara

    mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Pemilihan metode yang sesuai umumnya

    didasarkan atas pertimbangan data yang tersedia, jenis kepentingan dan pengalaman.

    Metode-metode untuk analisis debit andalan tersebut antara lain berikut:

    a.  Metode Karakteristik aliran ( flow characteristic)

    Perhitungan debit andalan dengan metode ini antara lain memakai data yang

    didapatkan berdasar karakteristik alirannya.

    Metode ini umumnya dipakai untuk:

    1.  Daerah pengaliran sungai (DPS) dengan fluktuasi maksimum dan minimumnya

    relatif besar dari tahun ke tahun.

    2.  Kebutuhan yang relatif tidak konstan sepanjang tahun.

    3.  Data yang tersedia cukup panjang.

    Karakteristik aliran dalam hal ini dihubungkan dengan kriteria sebagai berikut:

    1.  Tahun normal, jika debit rata-rata tahunannya sama dengan atau mendekati

    debit rata-rata dari tahun ke tahun.

    2.  Tahun kering, jika debit rata-rata tahunannya di bawah debit rata-rata dari

    tahun ketahun.

    3. 

    Tahun basah, jika debit rata-rata tahunannya diatas debit rata-rata dari tahun

    ketahun.

     b.  Metode tahun penentu (basic year ).

    c. 

    Penentuan debit andalan dengan menggunakan metode ini antara lain dengan

    menentukan suatu tahun tertentu sebagai dasar perencanaan.

    d.  Metode bulan penentu.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    16/33

    20

    e. 

    Metode ini seperti pada karakteristik aliran tetapi hanya dipilih bulan tertentu

    sebagai dasar perencanaan.

    f.  Metode Q rata-rata minimum.

    Penentuan debit andalan dengan metode ini berdasar data debit rata-rata bulanan

    yang minimum ini biasanya dipakai untuk:

    1.  DPS dengan fluktuasi debit maksimum dan minimum tidak terlalu besar dari tahun

    ke tahun.

    2.  Kebutuhan relatif konstan sepanjang tahun.

    Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode karakteristik aliran.

    Menurut Suyono Sosrodarsono (1980:204), terminologi debit dinyatakan

    sebagai berikut:

    1. 

    Debit air cukup (affluent ), yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 95

    hari dalam setahun (peluang keandalan 26,02%).

    2.  Debit air normal, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 185 hari

    dalam setahun (peluang keandalan 50,68%).

    3.  Debit air rendah, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 275 hari

    dalam setahun (peluang keandalan 75,34%).

    Debit air kering, yaitu debit yang dilampaui oleh debit-debit sebanyak 355 hari dalam

    setahun (peluang keandalan 97,30).

    2.4. Pembangkitan Data Inflow  

    Terdapat tiga model yang digunakan dalam perhitungan-perhitungan hidrologi

    yaitu model deterministik, model probabilistik, model stokastik. Model stokastik

    mampu mengisi kekosongan di antara kedua model tersebut, yaitu mempertahankan

    sifat-sifat peluang yang berhubungan dengan runtun waktu kejadiannya. Termasuk

    dalam model stokastik adalah proses perpanjangan runtun data.

    Sedangkan dasar-dasar teknik pembangkitan data dapat dijelaskan seperti

     berikut, dasar proses perpanjangan runtun data ( generated ) adalah bahwa prosesnya

    tidak berubah, dalam arti sifat-sifat statistik proses terhadap runtun data historis tidak

     berubah terhadap waktu sehingga sifat-sifat kejadian sesungguhnya dapat dipakai untuk

    membuat runtun data sintetis yang panjang. Kegunaan pembangkitan data debit sungai

    adalah:

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    17/33

    21

    a) 

    Untuk memenuhi kebutuhan tampungan waduk dengan data sintetis

     b)  Untuk membantu perancangan waduk akibat data kurang panjang

    c)  Untuk simulasi pengoperasian waduk

    Pembangkitan data dalam hal ini memerlukan proses dimana kekuatan-kekuatan

    yang saling bersangkut paut dan menimbulkan pengaruh bertindak menghasilkan suatu

    rangkaian waktu (time series). Proses terbaik adalah yang sesuai dengan karakteristik

    fisik dari rangkaian waktu tersebut. Sedangkan dari segi pandang stokastik, aliran

    sungai bisa dipandang dari empat komponen yaitu:

    1) 

    Komponen kecenderungan (Tt)

    2)  Komponen periodik atau musiman (St)

    3)  Komponen korelasi (Kt)

    4) 

    Komponen acak (t)

    Yang dapat dikombinasikan secara sederhana sebagai berikut:

    Xt = Tt + St + Kt + t  ………………….………………..…. (2.10)

    Konsep dari metode stokastik adalah pembangkitan data dengan cara

    mempertahankan karakteristik data debit historis, melalui parameter rerata data, standar

    deviasi dan koefisien korelasi antar waktu.

    2.4.1. Bilangan Random

    Data debit historis dan sintetik memiliki urutan terjadi berdasarkan proses acak,

    serta terletak dalam interval waktu tertentu. Urutan nilai ini sering disebut rangkaian

    waktu (time series). Secara umum nilai ke-i dari variabel X yang merupakan anggota

    dari suatu rangkaian waktu adalah jumlah dari 2 komponen.

    Xi = di + ei  ………………..……………………………………... (2.11)

    Dimana komponen deterministik diperoleh dari nilai parameter-parameternya dan nilai

    sebelumnya dari proses, seperti Xi+1, Xi+2  dan seterusnya. Komponen bilangan acak

    uniform dengan cara sebagai berikut:

    t1 = (u1 + u2 + u3 + ………… + u12) –  6 : dst ………..………..…(2.12)

    dengan:

    t1 dan t2 = bilangan acak normal

    u1,u2,u3 = bilangan acak uniform 

    Metode lain untuk memperoleh bilangan acak normal dengan persamaan  Box

     Muller , yaitu:

    ............................................(2.13)

    ............................................(2.14))..2(Sin)ln(.2 

    )..2(Cos)ln(.2 

    11

    1

    iii

    iii

    U U  N 

    U U  N 

     

     

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    18/33

    22

    dengan :

     N1 dan N2  = bilangan acak normal

    u1,u2,u3  = bilangan acak uniform

    2.4.2. Metode Thomas  – Fiering  

    Untuk membangkitkan data debit dapat digunakan model Thomas-Fiering .

    Model ini menganggap bahwa setahun terbagi menjadi musim atau terdiri dari 12 bulan.

    Dianggap bahwa data aliran adalah x1.1, x1.2,……x1.12, x2.1, x2.2,……..,xn.12; contoh,

    indeks pertama menyatakan tahun dimana aliran terjadi dan kedua berjalan secara siklus

    dari 1 ke 12.

    Prosedur perhitungan:

    1.  Perhitungan aliran rata-rata untuk tiap bulannya.

     X   =

    n

    1i

     bXi,n

    1  ……….…………………………....….…(2.15)

    dengan:

     X    = debit rata-rata

    n = jumlah tahun

    Xi,b  = data debit pada tahun ke-i dan bulan ke-b

    2.  Perhitungan standar deviasi

    Sd = 1/2

     b

    1i

    2

    XXi1n

    1

     

    …………..…………….............(2.16)

    3.  Perhitungan koefisien korelasi antar aliran dalam waktu i. dan waktu i.-1

    rj = 1n..SdSd

    X.Xn.X,X

    1 b b

    n

    1i

    1 b b1 bi, bi,

    ............................................(2.17)

    Persamaan aliran sintetis:

    q1,b =  bX  + 1 b1 bi,1 b

     b b XqSd

    Sd.r 

     + 2 b b bi, r 1.Sd.t   ….......(2.18)

    dengan:

    qi,b = debit hasil pembangkitan untuk bulan b dan tahun ke-I 

    X b , X b-1  = rerata debit pada bulan b

    r  b , r  b-1  = korelasi untuk bulan b dan bulan b-1

    Sd b , Sd b-1 = standar deviasi bulan b dan bulan b-1

    ti,b = bilangan random bulan b

    qi,b-1 = debit pada tahun ke-i dan bulan b

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    19/33

    23

    2.4.3. Uji Hipotesis

    Perlu dipastikan tentang keandalan data sebelum dilakukan perhitungan dan

    analisis. Untuk itu dilakukan pengujian-pengujian secara statistik. Pengujian dilakukan

    untuk memastikan ketepatannya agar hasil perhitungan itu dapat digunakan untuk

     proses lebih lanjut.

    Pengujian statistik lebih ditujukan untuk menguji parameter-parameternya,

    antara lain dapat dilakukan dengan membandingkan rerata, variansi, kovariansi, korelasi

    dan sebagainya. Sedangkan pada pengujian suatu fungsi, diuji keandalan parameter-

     parameter yang membentuk fungsi tersebut.

    Hipotesa yang dirumuskan dengan harapan untuk ditolak disebut hipotesa nol

    atau dinyatakan dengan Ho. Penolakan Ho mengakibatkan penerimaan hipotesa

    alternatif yaitu H1.

    2.4.3.1. Uji F

    Uji analisis pada dasarnya adalah menghitung F  score, lalu membandingkan

    dengan F tabel. Yang diuji adalah ketidaktergantungan (independence) atau

    keseragaman (homogenitas). Uji analisis variansi dapat bersifat satu arah atau dua arah.

    Prinsip uji hipotesis ini adalah membandingkan variansi gabungan antara

    kelompok sampel (variance between group) dengan varian kombinasi seluruh

    kelompok.

    Untuk pengaman selanjutnya akan digunakan uji F dengan analisa variansi yang

     bersifat dua arah, dengan hipotesa sebagai berikut:

    Hipotesa 1 : Ho = hujan homogen dari bulan ke bulan.

    H1  = hujan tidak homogen dari bulan ke bulan.

    Hipotesa 2 : Ho = hujan homogen dari tahun ke tahun.

    H1  = hujan tidak homogen dari tahun ke tahun.

    Ada dua F score dihitung dengan rumus-rumus berikut:

    F1 =

     

    1i

    n

    1 j

    2

     jiij

    2k 

    1i

    i

    xxxx

    xxn1n

      ………….....….…………….(2.19)

    F2 =

     

    1i

    n

    1 j

    2

     jiij

    2k 

    1i

     j

    xxxx

    xxk 1k 

      ……………..……...……….(2.20)

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    20/33

    24

    dengan:

    XI  = harga rata-rata untuk bulan i

    X j  = harga rata-rata untuk bulan j

    X = harga rata-rata untuk keseluruhan

    Xij  = pengamatan untuk bulan i pada tahun j

    n = banyak pengamatan perbulan (tahun)

    k = banyak bulan

    2.4.3.2. Uji T

    Uji T termasuk jenis uji untuk sampel kecil. Sampel kecil adalah dimana ukuran

    sampel n < 30. Untuk mengetahui apakah 2 sampel x1 dan x2 berasal dari populasi yang

    sama, maka dihitung t score dengan rumus:

    t   = 

    21

    21

    11

     N  N 

     x x

     

      ....................................(2.21) 

      =

    2

    11

    21

    2

    22

    2

    11

     N  N 

     s N  s N   ...................(2.22)

    dengan: 1 x   = rerata dari sampel x1 

    2 x   = rerata dari sampel x2 

    s1  = simpangan baku dari sampel x1 

    s2  = simpangan baku dari sampel x2 

     N1  = ukuran dari sampel x1 

     N2  = ukuran dari sampel x2 

    Hipotesa:

    H0  : sampel x1 dan x2 berasal dari populasi yang sama

    H1  : sampel x1 dan x2 tidak berasal dari populasi yang sama

    Harga t tabel dicari pada tabel distribusi student's t  untuk derajat bebas   = N1 + N2  –  2

    dan  = ( Level of Significance) misal 5%.

    Apabila t score < t tabel, maka H0 diterima, dan jika sebaliknya maka H0 ditolak.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    21/33

    25

    2.5. Simulasi Pola Operasi di Waduk

    2.5.1. Umum

    Tergantung dari kebutuhannya, maka lingkup waktu dari simulasi mencakup 1

    tahun operasi atau lebih. Salah satu operasi dibagi-bagi menjadi sejumlah periode,

    misalnya bulanan, 15 harian, 10 harian, mingguan, maupun harian. Persamaan umum

    simulasi operasi waduk adalah Neraca Keseimbangan Air (water balance).

    Aturan umum dalam simulasi waduk adalah:

    1.  Air waduk tidak boleh turun di bawah tampungan aktif. Dalam banyak keadaan,

    maka batas bawah tampungan aktif ini ditentukan oleh tingginya lubang outlet

    waduk.

    2.  Air waduk tidak dapat melebihi batas atas tampungan aktif. Dalam banyak keadaan

    maka batas atas tampungan aktif ini ditentukan oleh puncak  spillway. Apabila

    terjadi kelebihan air, maka kelebihan ini akan melimpah ( spillout ).

    3.  Ada beberapa waduk (waduk multiguna) yang memiliki batasan debit yang

    dikeluarkan (outflow), baik debit maksimum atau debit minimum.

    2.5.2. Pola Operasi Waduk Harian dan Waduk Tahunan

    Pola operasi waduk adalah suatu acuan pengaturan air untuk pengoperasian

    waduk-waduk yang disepakati bersama oleh para pemanfaat air dan pengelola melalui

    Panitia Tata Pengaturan Air (PTPA). Maksudnya adalah sebagai pedoman pengaturan

    air untuk memenuhi berbagai kebutuhan air dan pengendali banjir, dengan tujuan untuk

    memenfaatkan air secara optimal dengan cara mengalokasikan secara proporsional

    sedemikian sehingga tidak terjadi konflik antar kepentingan dan pengendalian banjir

     pada musim hujan.

    Waduk tahunan berfungsi sebagai penampung/penyadiaan air dan pengendali

    fluktuasi debit yang terjadi selama kurun waktu satu tahun, sedangkan waduk harian

     berfungsi sebagai pengatur/pengendali fluktuasi debit yang terjadi dalam rentang waktu

    yang relatif pendek, yaitu satu hari saja.

    Ketersediaan air di waduk tergantung dari kapasitas waduk dan debit inflow 

    yang masuk ke waduk. Fluktuasi debit air yang masuk ke waduk sangat dipengaruhi

    oleh penutup lahan di hulu waduk.

    2.5.3. Simulasi Kapasitas Tampungan Waduk

    Dalam situasi atau analisa perilaku operasi waduk bertujuan untuk mengetahui

     perubahan kapasitas tampungan waduk. Persamaan yang digunakan adalah kontinuitas

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    22/33

    26

    tampungan (mass storage equation) yang memberi hubungan antara masukan, keluaran

    dan perubahan tampungan.

    Persamaan secara matematika dinyatakan, sebagai berikut (Mc Mahon, 1978:24)

    St + 1 = St + Qt –  Dt –  Et –  Lt ……………..……………………(2.23)

    Dengan kendala 0St+1=C

    dengan:

    t = interval waktu yang digunakan

    St = tampungan waduk pada awal interval waktu

    St+1 = tampungan waktu pada akhir interval waktu

    Qt = aliran masuk selama interval waktu t

    Dt = lepasan air selama interval waktu t

    Et = evaporasi selama interval waktu t

    Lt = kehilangan-kehilangan air lain dari waduk selama interval waktu t,

    mempunyai harga yang kecil dan dapat diabaikan

    C = tampungan aktif (tampungan efektif)

    Kapasitas tampungan harus dapat menjamin pasokan air dengan keandalan

     pemenuhan 100%.

    2.5.4. Simulasi Luas Lahan yang Dapat Diairi

    Simulasi luas lahan yang dapat diairi diizinkan dengan peluang kegagalan

    maksimum sebesar 20%, untuk pemenuhan seluruh kebutuhan air dari kapasitas

    tampungan yang ada.

    Dengan mempertimbangkan luas genangan waduk yang bervariasi terhadap

    waktu, maka lebih lanjut persamaan ditulis sebagai berikut (Sudjarwadi, 1990):

    St + 1 = St + Qt + Rt(A) –  Ot –  Et –  Pt –  SPt(A) ……………………(2.24)

    dengan:

    Rt(A) = hujan yang jatuh ke waduk pada interval waktu t, sebagai fungsi luas

     permukaan air waduk

    Ot = pengambilan air waduk selama interval dari t

    Et(A) = evaporasi selama interval waktu t, sebagai fungsi luas permukaan di

    waduk

    Pt = limpahan yang melewati bangunan pelimpah selama interval waktu t

    SPt(A) = rembesan keluar dari waduk selama interval waktu, sebagai fungsi

    luas permukaan air waduk mempunyai harga yang kecil dan dapat

    diabaikan

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    23/33

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    24/33

    28

    Sedangkan kehilangan air di sungai karena evaporasi diperhitungkan dengan

    asumsi bahwa keliling basah pada penampang sungai dalam kondisi jenuh dan bersifat

    impermeabel. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

    Ves = Ev(t) x L(t) x P x t ………………………………….(.2.26)

    dengan:

    Ves = volume evaporasi di sungai (m3)

    Ev(t) = evaporasi rata-rata yang tercatat di alat ukur (mm/hari)

    L(t) = lebar muka air sungai (m)

    P = panjang alur sungai (km)

    T = jumlah hari (hari)

    2.6.2.2. Pengambilan Data Evaporasi di Waduk

    Relatif hanya sedikit waduk-waduk yang mempunyai perhitungan-perhitungan

     penguapan yang dapat diandalkan untuk bisa dijabarkan dari budget  air secara kontinyu,

    tetapi nilai-nilai dari periode tertentu sering dapat mengecek atau mengkalibrasikan

    teknik-teknik lainnya. Bila kondisinya sedemikian rupa sehingga hasil-hasil yang

    memuaskan tidak diperoleh dengan menggunakan budjet air, penguapan dari waduk

    yang ada dapat ditentukan baik dengan pendekatan aerodinamis empiris maupun budget  

    energi. Kedua metode ini sebaiknya dipakai dalam jangka pendek, mengingat mahalnya

     biaya yang diperlukan.

    Pengoperasian stasiun panci (di dekat waduk, tapi tak cukup dekat untuk

    terpengaruh secara materiil olehnya) untuk pengambilan data, relatif tidak mahal dan

    akan memberikan hasil-hasil evaporasi waduk yang sebenarnya. Beberapa reabilitas

    akan diperoleh jika adveksi  waduk bersihnya dihitung, tetapi item  ini jarang sangat

     penting kecuali evaporasi musiman atau bulanan dari penguapan tahunannya

    diperlukan.

    Untuk studi-studi desain waduk, semua data yang berhubungan bagi daerah

    tersebut harus dianalisa dengan menggunakan semua teknik untuk mana datanya cocok

     bila aspek-aspek ekonomi perencanaan sangat memungkinkan, jarang terdapat alasan-

    alasan yang dapat dibenarkan untuk membangun waduk yang besar sebelum diperoleh

     pengumpulan data yang sekurang-kurangnya 1 atau 2 tahun dari panci dan data

    meteorologi yang berhubungan dengan lokasi proyek.

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    25/33

    29

    2.6.3. Kebutuhan Air Irigasi

    2.6.3.1. Umum

    Pengembangan sumber daya air dalam peningkatan produksi pangan merupakan

    hal yang penting dalam usaha pertanian, dimana irigasi merupakan salah satu bagian

    dari program intensifikasi pertanian. Peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi

    merupakan salah satu bentuk pengembangan sumber daya air bagi pertanian.

    Penggunaan air irigasi ditetapakan dalam peraturan pemerintah no. 23 pasal 4

    dan pasal 7 tahun 1992 tentang irigasi yaitu air irigasi digunakan untuk mengairi

    tanaman, selain itu digunakan untuk pemukiman, ternak dan sebagainya. Untuk

    memperoleh hasil produksi yang optimal pemberian air harus sesuai dengan jadwal

    dengan jumlah dan waktu yang diperlukan tanaman.

    Dalam pembangunan proyek irigasi banyaknya air diperlukan untuk pertanian

    harus diketahui dengan tepat, sehingga pemberian air irigasi dapat diefisienkan dengan

    maksimal.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya pemakaian air irigasi adalah:

    a.  Jenis tanaman

     b.  Cara pemberian air

    c. 

    Jenis tanah

    d. 

    Cara pengolahan dan pemeliharaan saluran serta bangunan (dengan

    memperhitungkan kehilangan air berkisar 30% - 40%)

    e.  Waktu tanam yang berturutan yang berselang lebih dari dua minggu sehingga

    memudahkan pergiliran air

    f.  Pengolahan tanah

    g. 

    Iklim dan cuaca, meliputi; curah hujan, angin, letak lintang, kelembaban, dan suhu

    udara

    2.6.3.2. Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

    Kebutuhan total air irigasi yang diukur pada pintu pengambilan dalam satu

     periode adalah hasil kali kebutuhan air disawah dengan faktor efisien dan jumlah hari

    dalam satu periode penanaman.

    Rumus yang digunakan:

    DR =Ki.1000

    WR.A.T  ………………………………….(2.27)

    dengan:

    DR = kebutuhan air irigasi pada pitu pengambilan (m3).

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    26/33

    30

    WR = kebutuhan air disawah (mm/hari).

    A = luas sawah yang diairi (ha).

    Ki = efisiensi irigasi (%).

    T = periode waktu pemberian air (hari).

    = jumlah hari dalam 1 periode x 24 jam x 3600 detik.

    Perkiraan kebutuhan air disawah:

    a. 

    Untuk tanaman padi

     NFR = Cu + Pd + NR + P –  Re …….. ………………(2.28)

     b. 

    Untuk tanaman palawija

     NFR = Cu + P –  Re ………………………….……….(2.29)

    dengan:

     NFR = kebutuhan air bersih disawah (l/dt/ha)

    Cu = kebutuhan air tanaman (mm/hari)

    Pd = kebutuhan air untuk kebutuhan tanah (mm/hari)

     NR = kebutuhan air untuk pembibitan (mm/hari)

    P = kebutuhan air karena perkolasi (mm/hari)

    Re = hujan efektif (mm)

    Perkiraan kebutuhan air irigasi:

    a. 

    Untuk tanaman padi

    IR = NFR/e ……………………………..……………..(2.30)

     b.  Untuk tanaman palawija

    IR = (Etc –  Re)/e ……………………...……………….(2.31)

    dengan:

    Etc = penggunaan konsumtif (mm)

    P = kehilangan air akibat perkolasi (mm/hari)

    e = efisiensi irigasi secara keseluruhan (%)

    Langkah-langkah dalam menentukan besarnya kebutuhan air bagi tanaman dapat

    ditentukan sebagai berikut:

    1.  Menghitung evaporasi potensial

    2. 

    Menghitung kebutuhan air tanaman

    3.  Menentukan laju perkolasi lahan

    4.  Menentukan kebutuhan air untuk pengolahan lahan dan pertanian

    5. 

    Menghitung curah hujan efektif6.  Menentukan koefisien tanaman

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    27/33

    31

    7. 

    Menghitung kebutuhan air disawah

    8.  Menentukan efisien irigasi

    9.  Perhitungan kebutuhan air irigasi

    2.6.4. Kebutuhan Air Baku

     Nilai-nilai parameter mutu yang dipergunakan untuk meninjau kecocokan suatu

    air tertentu bagi pemakaian tertentu sering disebut kriteria. Kriteria mutu air adalah

    nilai-nilai yang didasarkan pada pengalaman dan kenyataan ilmiah yang dapat

    dipergunakan oleh pemakainya untuk menetapkan manfaat-manfaat relatif dari air

    tertentu, sedangkan baku mutu air biasanya untuk menetapkan taraf-taraf batas bagi

     berbagai bahan kandungan yang dapat disetujui sesuai dengan tujuan pemanfaatan atau

     pemanfaatan-pemanfaatannya.

    Baku mutu air biasanya didasarkan pada salah satu atau beberapa hal dibawah

    ini:

    1.  Praktik yang diterapkan atau yang sudah berjalan

    2.  Perolehan (baku tersebut harus dapat diperoleh dengan mudah atau dengan wajar)

    3.  Pemukiran ilmiah dengan mempergunakan informasi terbaik yang ada

    4.  Percobaan-percobaan

    5. 

    Pengalaman berdasarkan akibat terhadap manusia

    Dibawah ini disajikan nilai-nilai baku air minimum berdasarkan ciri-cirinya menurut

    “ Drinking Water Standard And Guidelines”. 

    Tabel 2.5. Ciri-Ciri Fisik

    Ciri-ciri fisik Batas yang diijinkan

    Kekeruhan 1 satuan

    Warna 15 satuan

    Bau 3 angka ambang bau

    Sumber : Drinking Water Standard and Guidelines

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    28/33

    32

    Tabel 2.6. Ciri-Ciri Kimiawi dalam Miligram Perliter

    UnsurBatas yang diijinkan

    Estetika Kesehatan

    Atsenikum (As)

    Barium (Ba)

    Kadmium (Cd)

    Klorida (Cl)

    Chromium

    Tembaga (Cu)

    Ekstrak Chloroform Carbon (CCC)

    Sianida (CN)

    Fluorida (F)

    Besi (Fe)

    Timah (Pb)

    Mangan (Mn)

    Mercury (Hg)

    Bahan methylene biru aktif

     Nitrogen nitrat (NO3 sebagai N)

    Selenium (Se)

    Perak (Ag)

    Sulfat (SO4)

    Bahan padat terlarut semua

    Seng (Zn)

    Aldrin

    DDT

    Dieldrin

    Chlordane

    Endrin

    Hepta chlor

    Hepta chlor epoxide

    Lindane

    Methoxy chlor

    Toxaphene

    2,50

    1,0

    0,3

    0,05

    0,5

    2,50

    (tak terbatas)

    5,0

    0,005

    0,1

    1,0

    0,01

    0,05

    0,7

    0,2

    0,6-1,8

    0,05

    0,02

    10,0

    0,01

    0,05

    (ditangguhkan)

    (ditangguhkan)

    (ditangguhkan)

    0,003

    0,0002

    0,0001

    0,0001

    0,004

    0,1

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    29/33

    33

    UnsurBatas yang diijinkan

    Estetika Kesehatan

    Insektisida organophosphorus

    Azodrin

    Dichlorvos

    Dimethoate

    Ethion

    Herbisida chlorophenoxy

    2,4-D

    2,4,5-T (2,4,5-TP dan silvex)

    0,003

    0,01

    0,002

    0,02

    0,1

    0,01

    Sumber : Drinking Water Standard and Guidelines

    2.6.5. Pembangkit Tenaga Listrik

    2.6.5.1. Umum

    Tujuan utama dari konsep dasar ini adalah dalam aspek pengembangan sumber

    daya air seperti pemakaian air, pengaturan waduk dan sistem perencanaan menghasilkan

    hal yang positif. Sebelum beberapa aspek tersebut memenuhi sasaran maka konsep

    dasar dari teknik tenaga air perlu diketahui lebih dalam.

    Perencanaan PLTA umumnya terdiri dari perencanaan dengan tinggi jatuh

    rendah, perencanaan dengan tinggi jatuh menengah dan perencanaan dengan tinggi

     jatuh tinggi.

    Perencanaan dengan tinggi jatuh rendah berkisar antara beberapa  feet sampai

    kurang lebih 50  feet dengan tujuan mendapatkan debit yang besar. Sedangkan

     perencanaan dengan tinggi jatuh menengah berkisar antara 50-200 feet , tentunya dalam

    merencanakan dam yang tinggi khusus PLTA adalah cukup mahal sehingga biasanya

     perencanaan ini dipilih jika kebetulan pada daerah sungainya ada terjunan. Sedangkan

     perencanaan dengan tinggi jatuh tinggi bekisar antara 200-5000  feet . Perencanaan ini

    hampir sama dengan perencanaan tipe menengah yaitu menentukan lokasi yang sesuai,

    mengalirkan air pada saluran terbuka dengan kemiringan yang kecil sampai mencapai

     beda tinggi antara kanal dan sungai bagian bawah tempat rumah turbin sebesar mungkin

    sedangkan jarak horisontal antara kanal dan sungai sekecil mungkin.

    2.6.5.2. Turbin 

    Terdapat dua jenis turbin, yaitu turbin impuls dan turbin reaksi. Pada turbin

    impuls, pancaran ( jet ) air bebas mendorong bagian turbin yang terbuka yang

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    30/33

    34

    ditempatkan pada tekanan atmosfir. Pada turbin reaksi, aliran air terjadi dengan tekanan

     pada ruang tertutup. Meskipun energi yang diberikan pada turbin impuls adalah semata-

    mata energi kinetik sedangkan turbin reaksi juga memanfaatkan tekanan disamping

    energi kinetik, tetapi kedua jenis turbin tersebut tergantung kepada perubahan

    momentum dari air, sehingga gaya dinamiklah yang berputar atau runner   dari turbin

    tersebut.

    Untuk PLTA pada umumnya turbin yang dipakai biasanya turbin reaksi. Pada

    dasarnya turbin reaksi dibedakan menjadi dua yaitu:

    1. 

    Turbin Francis 

    2.  Turbin baling-baling

    Pada turbin  Francis  yang biasa air masuk kedalam rumah siput dan bergerak

    kedalam runner  melalui sederet sudut pengatur dengan celah-celah penyempitan yang

    mengubah tinggi tekanan menjadi tinggi kecepatan.

    Turbin baling-baling adalah suatu mesin yang digerakkan oleh gerakan aksial

    dengan runner nya diletakkan di dalam saluran tertutup. Ada satu jenis lagi turbin reaksi

    yang sering dipakai yaitu turbin kaplan. Turbin kaplan adalah suatu turbin baling-baling

    dengan daun baling-baling yang dapat bergerak dan gerak majunya dapat diatur agar

    sesuai dengan kondisi operasi yang baik.

    2.6.5.3. PLTA di Waduk

    PLTA di waduk adalah PLTA yang mempunyai tampungan air yang ukurannya

    cukup untuk memungkinkan penampungan air kelebihan musim hujan guna musim

    kemarau yang dimaksud untuk mengatur pastinya aliran air yang lebih dari pada aliran

    alamiah minimum. Suatu PLTA aliran sungai biasanya hanya mempunyai kapasitas

    waduk yang terbatas dan hanya dapat mempergunakan air bila memang datang.

    Suatu pengembangan tenaga air umumnya meliputi sebuah bangunan sadap,

    suatu pipa saluran (pipa pesat) untuk mengaliri air ke turbin, turbin-turbin dengan

    mekanisme pengaturnya, generator pelengkapan kontrol dan tombol penghubung,

    rumah peralatan, transfromator dan jarak transmisi ke pusat-pusat distribusi.

    Dalam waduk, biasanya PLTA dibangun dengan dilengkapi pompa untuk

    membangkitkan energi untuk beban puncak, tetapi pada waktu-waktu tertentu diluar itu

    airnya dipompa dari kolam air buangan ke kolam hulu untuk pemanfataan yang akan

    datang. Pompa ini memiliki nilai ekonomis tambahan bagi jaringan daya yang

     bersangkutan. Penentuan PLTA di waduk dapat diperhitungkan tanpa memperhatikantampungan (ROR = Run Of River ) atau dengan memperhatikan tampungan harian:

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    31/33

    35

    a. 

    PLTA di waduk tanpa tampungan (ROR) dengan menggambarkan lengkung durasi

    atau hubungan antar debit dengan presentasi waktu

     b.  PLTA dengan tampungan harian (ROR)

    Q2 = .Q1 ……………………………………….…………….....(2.32)

    dengan:

    Q2 = debit dengan adanya tampungan

    Q1 = debit tanpa adanya tampungan

      = perbandingan jumlah jam operasi tanpa adanya tampungan dengan adanya

    tampungan

    Pendekatan kapasitas terpasang dengan adanya tampungan “” kali tanpa adanya

    tampungan.

    Pada waduk yang mempunyai aktif tertentu, waduk membangkitkan daya PLTA

    sesuai dengan debit outflow yang tersedia. Rumus pembangkitan tenaga PLTA adalah

    sebagai berikut :

    Pw = 9,8 Eff PLTA . Q . He……………………………………….(2.33)

    dengan :

    Pw = daya pembangkit PLTA (kw)

    Eff PLTA  = efisiensi PLTA (%)

    Q = debit outflow yang lewat PLTA (m3/det)

    He = head  efektif dari PLTA (m)

    Head efektif suatu PLTA dapat dicari dari hubungan berikut :

    He = El.MAW –  El.TWL –   Head loss ………………………….(2.34)

    dengan :

    El.MAW = elevasi Muka Air Waduk (m)

    El. TWL = elevasi Tail Water Level  di saluran tailrace (m)

     Head loss = kehilangan tinggi di penstock  dan waterway 

    2.7. Peluang Kegagalan Operasi Waduk

    2.7.1. Umum

    Penilaian kuantitatif kegagalan waduk dapat didasarkan pada kegagalan menurut

     jumlah kejadian (occurance based probability) maupun jumlah kekurangan air (volume

    based probability). Peluang keandalan dalam operasi waduk didefinisikan sebagai

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    32/33

    36

    hubungan antara volume waduk dengan volume kebutuhan air, atau bila dinyatakan

    dalam persamaan adalah sebagai berikut:

    Rv =air kebutuhan permintaan

    waduk darisuplaidiyangnyatavolume …………………(2.35) 

    2.7.2. Periode Kritis

    Periode kritis (critical period), yaitu periode dimana sebuah waduk berubah dari

    kondisi penuh ke kondisi kosong tanpa melimpah selama periode tersebut. Awal

     periode kritis adalah waduk dalam keadaan penuh, akhir periode kritis adalah ketika

    waduk pertama kali kosong. Jadi hanya satu kali kegagalan yang bisa terjadi selama

     periode kritis. Definisi tersebut tidak diterima sepenuhnya, misalnya U.S. Army Corps

    of Engineer (1975)  menetapkan periode kritis mulai dari kondisi penuh melewati

    kekosongan dan kembali ke kondisi penuh serta memakai istilah periode muka air surut

    kritis (Critical drawdown  period) terhadap perubahan tingkat penuh ke tingkat kosong.

    Selanjutnya yang dipakai dalam analisa adalah definisi dari U.S. Army Corps of

     Engineer .

    2.7.3. Probabilitas Keandalan Debit

    Probabilitas kejadian suatu peristiwa ditentukan oleh perbandingan antara

     banyaknya kejadian terhadap jumlah kejadian yang mungkin dan kejadian yang tidak

    mungkin (berpeluang atau yang tidak berpeluang). Kejadian suatu peristiwa biasanya

    dinamakan keberhasilan, sedangkan kejadian yang tidak mungkin dinamakan

    kegagalan.

    Probabilitas keandalan debit adalah suatu kemampuan debit yang tersedia guna

    memenuhi suatu perencanaan tertentu sepanjang satu periode, dengan resiko kegagalan

    yang telah diperhitungkan.

    2.7.4. Probabilitas Keandalan Tampungan

    Suatu waduk lazim dikatakan andal apabila waduk tersebut mampu menjaminkebutuhan minimum yang diperlukan. Penentuan yang didasarkan pada analisa catatan

    historis tak dapat memberikan bukti-bukti keandalan suatu waduk. Adapun probabilitas

    keandalan tampungan adalah kemampuan suatu tampungan untuk menyediakan

    kebutuhan air yang direncanakan guna memenuhi kebutuhan, untuk lebih jelasnya dapat

    dipakai kurva-kurva probabilitas lapangan. Kurva tersebut menunjukan probabilitas

     bahwa alirannya selama suatu periode dimasa yang akan datang yang sama dengan

     panjang rangkaiannya ternyata akan mampu mempertahankan jumlah kebutuhan yang

    diingini tanpa mengalami penurunan. Suatu reabilitas 0,99 menunjukan bahwa hanya 1

  • 8/19/2019 Perhitungan Perencanaan Dan Pengelolaan

    33/33

    37

    dari 100 rangkaian yang akan mengalami penurunan, misalnya suatu waduk dengan

    kapasitas tertentu memberikan jaminan 99 % kesuksesan pengoperasian selama umur

     proyek.