111
PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG BATUBARA SEBAGAI KAWASAN WANA WISATA DI DESA MANDIN KECAMATAN PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN ACHMAD FIRMAN MAULANA DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

  • Upload
    ngotu

  • View
    226

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG BATUBARA

SEBAGAI KAWASAN WANA WISATA DI DESA MANDIN

KECAMATAN PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN

ACHMAD FIRMAN MAULANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 2: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap

Bekas Tambang Batubara Sebagai Kawasan Wana Wisata di Desa Mandin

Kecamatan Pulau Sebuku Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan

arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014

Achmad Firman Maulana

NIM A44090058

Page 3: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

ABSTRAK

ACHMAD FIRMAN MAULANA. Perencanaan Lanskap Bekas Tambang

Batubara Sebagai Kawasan Wana Wisata di Desa Mandin Kecamatan Pulau

Sebuku Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SETIA HADI.

Tambang batubara dengan sistem penambangan terbuka dapat merubah

bentukan lanskap, mengubah susunan lapisan tanah, menimbulkan erosi,

menghilangkan vegetasi, penurunanan kualitas tanah yang mengakibatkan

degradasi lahan. Disisi lain, kegiatan pertambangan dapat menimbulkan dampak

positif seperti meningkatkan devisa negara, penyerapan tenaga kerja, penyediaan

sumber energi dan pertumbuhan ekonomi. Kawasan bekas tambang pit Tanah

Putih terletak di Desa Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku, Provinsi Kalimantan

Selatan. Analisis deskriptif dilakukan pada semua aspek. Analisis daya dukung

pada tapak menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan Wibowo (2003),

dihitung berdasarkan standar rata-rata individu dalam m2/orang. Kawasan tersebut

sesuai untuk dikembangkan menjadi kawasan wana wisata berbasis edukatif,

rekreatif dan konservatif dengan memanfaatkan kondisi sekitar tapak seperti

danau, high wall bekas tambang sebagai objek wisata yang dilengkapi dengan

fasilitas pelayanan pengunjung dengan suasana lanskap yang alami, aman dan

nyaman untuk mendukung keberlanjutan reklamasi. Perencanaaan lanskap ini

terbagi menjadi 4 zona ruang yaitu ruang penerimaan seluas 1.57 ha wisata edukasi

seluas 6.37 ha ruang rekreasi seluas 2.32 ha dan ruang konservasi 170.74 ha.

Aktivitas yang dikembangkan pada tapak terdiri dari wisata edukasi indoor,

wisata edukasi outdoor, rekreaasi dan wisata pendukung.

Kata kunci: perencanaan lanskap, bekas tambang, reklamasi, wisata

ABSTRACT

ACHMAD FIRMAN MAULANA. Landscape Planning of Post Coal Mining for

Ecotourism (Wana Wisata) at Mandin Village, Subdistrict of Sebuku Island,

South Borneo. Supervised by SETIA HADI

Coal mining with open pit mining systems can change landscape form and

soil layers, causing erosion, deprive of vegetation, and land degradation. On the

other hand, mining activities have some positive impacts, such as increase

national income, improve providing job, provision of energy and economic

growth. Refering to such changes need to be made efforts of reclamation. This

study located in a post mining areas in Sebuku Island, South Kalimantan

Province.The method of this study based on planning process by Gold (1980),

consist of preparation, site inventory, site analysis, synthesis, and landscape

planning. Descriptive analysis conducted in all aspects, such as land use,

topography, and hydrology. Analysis of carrying capacity according to Boulon in

Nurisjah, Pramukanto, and Sukijat (2003), calculated based on the average standar

of individual within m2/person. The area is suitable to be developed as ‘wana

Page 4: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

wisata’ based on educative, recreative and conservative by utilizing site-

surrounding condition such as lake and post mining high wall which equipped

with services facilities for visitors with the sense of natural landscape that are safe

and convinient to support the sustainability of the reclamation. The result is a

landscape planning that divided the site into 4 zones: welcome area with space

covering an area of 1.57 ha, educational tourism zone 6.37 ha, recreation zone

2.32 ha, and conservation zone 170.74 ha. The activity developed on the site

consist of indoor and outdoor educational tourism, recreation, and supporting

tourism.

Keywords: Landscape planning, post mining, reclamation, tourism

Page 5: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG BATUBARA

SEBAGAI KAWASAN WANA WISATA DI DESA MANDIN

KECAMATAN PULAU SEBUKU KALIMANTAN SELATAN

ACHMAD FIRMAN MAULANA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Page 6: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Page 7: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Judul Skrpsi : Perencanaan Lanskap Bekas Tambang Batubara Sebagai Kawasan

Wana Wisata di Desa Mandin Kecamatan Pulau Sebuku

Kalimantan Selatan

Nama : Achmad Firman Maulana

NIM : A44090058

Disetujui oleh

Dr Ir Setia Hadi, MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Page 8: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Judui Skripsi : P Wan3

~ ,. p Bekas Tambang Batubara Sebagai Kawasan

i Desa Mandin Kecamatan Pulau Sebuku

Kal iman an ... an

Nama : Achmad Finnan _1aulana NIM : A44090058

Disetujui oleh

Dr Ir Setia Radio MS Pembimbing

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: lJ JAN 2014

Page 9: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah

Perencanaan lanskap, dengan judul Perencanaan Lanskap Bekas Tambang

Batubara Sebagai Kawasan Wana Wisata di Desa Mandin Kecamatan Pulau

Sebuku Kalimantan Selatan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS. Selaku

pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Joko

sebagai kepala teknik tambang PT BCS, Bapak Guritno dan Bapak Lukas sebagai

staff divisi ENVIRO PT BCS, terima kasih atas bimbingan di lapang. Terima

kasih kepada seluruh keluarga besar baik karyawan dan staff PT BCS yang telah

membantu selama proses pengambilan data. Ungkapan terima kasih juga

disampaikan kepada Aba, Umi, Dian Nita Hikmahwati, Landscaper 46, dan

seluruh keluarga besar Css Mora IPB, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2014

Achmad Firman Maulana

Page 10: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 3

Perumusan Masalah 3

Kerangka Pikir Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Lanskap 5

Pertambangan dan Lanskap Bekas Tambang 5

Reklamasi Lahan Bekas Tambang 6

Perencanaan Lanskap 7

Wisata 7

Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata 8

Sumberdaya untuk Kegiatan wisata 8

Konservasi Sumberdaya untuk Kegiatan wisata 9

Wana Wisata 10

METODOLOGI 11

Batasan Penelitian 11

Alat dan Bahan 11

Metode Penelitian 12

Tahapan Perencanaan Lanskap 12

KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN 15

Administrasi dan Geografis 15

Aksesibilitas 16

Kependudukan dan Sumber Penghasilan 16

Pendidikan dan Agama 17

Page 11: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Topografi dan Bentuk Lahan 18

Penggunaan Lahan 19

Kawasan Hutan 19

Izin Usaha Pertambangan 20

HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Aspek Fisik 28

Lokasi dan Aksesibilitas 28

Kondisi Eksisting Tapak 30

Jenis dan Karakteristik Tanah 34

Topografi dan Kemiringan Lahan 38

Hidrologi 43

Iklim 47

Kualitas Visual Lanskap 49

Aspek Biofisik 51

Vegetasi 51

Satwa 52

Aspek Sosial 54

Demografi 54

Perilaku dan Keinginan Penduduk 55

Aspek Wisata 56

Aspek Legal 56

Analisis dan Sintesis 58

Konsep 67

Konsep Dasar 67

Konsep Pengembangan 67

Konsep Ruang 67

Konsep Wisata 68

Konsep Fasilitas 69

Konsep Sirkulasi 69

Konsep Vegetasi 70

Perencanaan Lanskap 71

Rencana Ruang 72

Page 12: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

Rencana Sirkulasi 74

Rencana Vegetasi 76

Rencana Daya Dukukng 77

Rencana Fasilitas 77

Rencana Pengelolaan 78

Rencana Lanskap 78

SIMPULAN DAN SARAN 91

Simpulan 91

Saran 91

DAFTAR PUSTAKA 92

LAMPIRAN 94

RIWAYAT HIDUP 96

Page 13: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

DAFTAR TABEL

1 Bentuk dan sumber data 11

2 Kriteria penilaian dan skor 13

3 Luas wilayah dan persentase desa di Pulau Sebuku tahun 2010 16

4 Jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Pulau Sebuku 17

tahun 2011

5 Jumlah sekolah, kelas, murid dan guru tahun 2010 18

6 Kondisi pendidikan di Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 18

7 Luas penggunan lahan di Pulau Sebuku 19

8 Luas kawasan hutan di Pulau Sebuku 20

9 Luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan di Pulau Sebuku 20

10 Luas area Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan di Pulau Sebuku 21

11 Luas kawasan hutan di dalam Perjanjian Karya Pengusahaan 30

Pertambangan Batubara (PKP2B), PT BCS.

12 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah 1983) 35

13 Hasil analisis sifat fisisk tanah 36

14 Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan tapak 38

15 Jenis pohon yang ditanam di area reklamasi PT BCS 51

16 Jenis mamalia yang berada di kawasan tambang PT BCS 52

17 Jenis reptil yang berada di kawasan tambang PT BCS 53

18 Jenis burung yang berada di kawasan tambang PT BCS 53

19 Jenis amfibi yang berada di kawasan tambang PT BCS 53

20 Jumlah dan kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 54

21 Matapencaharian utama masyarakat Pulau Sebuku 55

22 Analisis dan sintesis aspek fisik tapak 60

23 Analisis dan sintesis aspek fisik tapak (lanjutan) 61

24 Analisis dan sintesis aspek fisik tapak (lanjutan) 62

25 Analisis dan sintesis aspek bioisik tapak 63

26 Analisis dan sintesis aspek sosial tapak 64

27 Analisis dan sintesis aspek wisata tapak 65

28 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak 68

29 Program ruang, fungsi, dan luas yang direncanakan pada tapak. 71

30 Rencana sirkulasi pada tapak 73

31 Rencana daya dukung tiap ruang 78

32 Rencana ruang, fasilitas, aktivitas dan luas yang digunakan pada tapak 73

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 4

2 Lokasi penelitian 11

3 Tahapan perencanaan (Gold 1980) 12

4 Peta batas administrasi desa Kecamatan Pulau Sebuku 22

5 Peta aksesibilitas menuju lokasi tambang pit Tanah Putih 23

6 Peta sumber penghasilan utama Kecamatan Pulau Sebuku 24

7 Peta penggunaan lahan Kecamatan Pulau Sebuku 25

Page 14: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

8 Peta status kawasan hutan Kecamatan Pulau Sebuku 26

9 Peta Izin Usaha Pertambangan (IUP) Kecamatan Pulau Sebuku 27

10 Kondisi jalan menuju tapak 28

11 Peta analisis lokasi penelitian 29

12 Kondisi eksisting tapak 21

13 Peta kondisi eksisting tapak 32

14 Peta analisis kondisi eksisting tapak 33

15 Kondisi tanah pada tapak 34

16 Segitiga tekstur tanah 36

17 Peta lokasi pengambilan sampel tanah 37

18 Kondisi kemiringan lahan di lokasi tambang pit Tanah Putih 39

19 Peta topografi 40

20 Peta klasifikasi kelas kemiringan lahan 41

21 Peta analisis kemirirngan lahan 42

22 Kondisi hidrologi di lokasi tambang pit Tanah Putih 43

23 Peta hidrologi 45

24 Peta analisis hidrologi 46

25 Grafik hurah hujan bulanan daerah Pulau Sebuku periode 2004 47

26 Pengaruh vegetasi terhadap iklim mikro (Brooks 1988) 48

27 Kondisi hidrologi di lokasi tambang pit Tanah Putih 49

28 Peta analisis visual lanskap 50

29 Kondisi vegetasi pada tapak 52

30 Satwa pada tapak 54

31 Peta analisis komposit 59

32 Block plan 66

33 Diagram konsep ruang 67

34 Diagram konsep sirkulasi 70

35 Matriks hubungan antar ruang dalam tapak 72

36 Rencana ruang 73

37 Rencana sirkulasi 75

38 Rencana vegetasi 79

39 Rencana lanskap 82

40 Detail plan area wisata edukasi indoor 83

41 Detail plan area wisata edukasi outdoor 84

42 Detail plan area wisata edukasi pendukung 85

43 Detail plan area rekreasi 86

44 Ilustrasi area dan fasilitas wisata edukasi intdoor 87

45 Ilustrasi area dan fasilitas wisata edukasi outdoor 88

46 Ilustrasi area dan fasilitas wisata edukasi pendukung 89

47 Ilustrasi area dan fasilitas area rekreasi 90

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil analisis sifat kimia tanah 94

2. Hasil analisis sifat fisik tanah 95

Page 15: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini
Page 16: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki komoditas pertambangan

batubara terbesar di dunia. Kalimantan Selatan merupakan kawasan yang kaya

akan lahan tambang khususnya tambang batubara. Produksinya mencapai 10%

dari produksi total batubara nasional. Salah satu penambangan batubara di

Kalimantan Selatan terletak di Pulau Sebuku, Kecamatan Pulau Sebuku Provinsi

Kalimantan Selatan. Kegiatan penambangan ini bersifat legal dan dikelola oleh PT

Bahari Cakrawala Sebuku (BCS).

Pulau Sebuku merupakan pulau kecil dengan luas wilayah sekitar 245.5 km2

sesuai dengan karakteristik ekosistem pulau-pulau kecil pada umumnya. Pulau

Sebuku mempunyai tingkat kerentanan ekosistem yang lebih tinggi dibandingkan

dengan wilayah daratan lainnya di Pulau Kalimantan. Oleh karena itu, kegiatan

pembangunan maupun pertambangan yang dilakukan di Pulau Sebuku harus lebih

hati-hati dan mempertimbangkan aspek lingkungan secara lebih sistematis.

Masalah ketersediaan air bersih, kerusakan ekosistem mangrove dan pencemaran

lingkungan merupakan permasalahan pulau kecil yang harus diperhatikan.

Kegiatan pembangunan dan pertambangan yang telah berlangsung di wilayah

Pulau Sebuku, antara lain penambangan batubara dan biji besi, pembangunan

pabrik baja dan pembangunan pelabuhan khusus yang diperkirakan akan

berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di wilayah Pulau

Sebuku.

Kerusakan lahan adalah berkurangnya atau hilangnya fungsi ekologis lahan

sebagai akibat terjadinya gangguan dan perubahan yang terjadi. Gangguan dan

perubahan tersebut dapat terjadi karena sebab alamiah maupun akibat dari

kegiatan manusia terhadap suatu lahan. Salah satunya perubahan kondisi atau

kerusakan lahan yang terjadi di Pulau Sebuku akibat dari kegiatan pertambangan.

Ada dua aktivitas kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan swasta

di Pulau Sebuku, yaitu tambang batubara yang dikelola oleh PT Bahari Cakrawala

Sebuku (BCS) dan tambang biji besi yang dikelola oleh PT Sebuku Iron Lateristic

Ore (SILO). Keduanya merupakan tambang terbuka yang menyebabkan

perubahan lahan baik dari aspek fisik maupun biofisik.

Pertambangan batubara yang dilakukan dengan sistem pertambangan secara

terbuka menyebabkan perubahan bentang lahan yang ekstrim. Penggalian lapisan

batubara yang terletak di bawah lapisan tanah menyebabkan timbulnya lubang-

lubang galian yang tidak dapat sepenuhnya ditutup kembali serta mengakibatkan

perubahan komposisi dan struktur lapisan tanah. Selain itu, upaya penimbunan

lubang galian bekas tambang dengan menggunakan prinsip pengembalian lapisan

tanah sebagai penutup terakhir pada waktu penataan lahan, namun tetap saja

menghasilkan kondisi lahan dengan material yang berbeda dibanding aslinya.

Lapisan tanah yag dikembalikan sebagai lapisan penutup sudah tercampur aduk

antara lapisan tanah atas dan bawah atau lapisan dari horizon A, B, bahkan C,

sehingga secara kimia terjadi pencampuran sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-

masing horizon tersebut. Sehingga secara fisik jelas sangat berbeda dari kondisi

Page 17: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

2

awalnya karena terjadi perusakan struktur pada tanah tersebut. Dengan kata lain,

tanah hasil penutupan kembali pada lokasi pertambangan batubara memiliki

tingkat kesuburuan yang rendah baik dari sifat fisik maupun kimia. Seperti Bobot

Isi (BI) yang rendah, dalam hal ini maka porositas lapisan tanah hasil penutupan

kembali menjadi sangat kecil dengan akibat permeabilitas dan aerasi menjadi

sangat buruk. Potensi kerusakan lahan lain yang mungkin terjadi di areal

pertambangan batubara adalah terpotongnya drainase alamiah akibat perubahan

bentang lahan. Dalam penataan kembali maka hal ini perlu dipertimbangkan.

Kerusakan lahan lainnya adalah berupa erosi dan kemungkinan longsor. Oleh

sebab itu stabilisasi lereng dan recontouring merupakan bagian dari perencanaan

penutupan tambang.

Kondisi lahan pasca tambang biasanya sudah tidak lagi produktif. Selain itu,

memungkinkan adanya kandungan akumulasi polutan atau unsur logam berat

yang berbahaya melebihi ambang batas kesehatan dan lingkungan. Masalah utama

yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan dan

kimiawi yang berdampak pada air tanah dan air permukaan, kemudian berlanjut

secara fisik perubahan morfologi dan topografi lahan. Kegitan Pertambangan

batubara memberikan dampak positif bagi peningkatan pendapatan nasional.

Namun, dilain pihak pertambangan batubara juga memberikan dampak negatif

berupa penurunan kualitas fisik, kimia dan biologi bagi lingkungan. Penambangan

batubara dalam skala besar khususnya penambangan batubara dengan sistem

terbuka (open mining system) telah menyebabkan perubahan bentang alam,

peningkatan laju erosi, sedimentasi, degradasi tanah dan penurunan kualitas

perairan.

Bentuk upaya dalam perbaikan lingkungan pada area pertambangan adalah

kegiatan reklamasi. Kegiatan reklamasi meliputi dua tahapan, yaitu: (1) pemulihan

lahan bekas tambang untuk memperbaiki lahan yang terganggu ekologinya, (2)

mempersiapkan lahan bekas tambang yang sudah diperbaiki ekologinya untuk

pemanfaatan selanjutnya (Direktorat Pengelolaan Lahan 2006).

Perbaikan lingkungan khususnya reklamasi lanskap bekas tambang batubara

sudah menjadi suatu kewajiban setiap perusahaan. Pihak PT BCS mempunyai

komitmen tinggi dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakt, salah

satunya adalah pemanfaatan lahan bekas tambang sebagai kawasan wana wisata.

Bentuk wisata yang akan dikembangkan pada lokasi studi adalah wana wisata

yang bersifat edukatif, rekreatif dan konservatif yang bernuansa alami serta dapat

menarik minat pengunjung sekaligus memberikan pengetahuan tentang

pentingnya kepedulian terhadap lingkungan. Lokasi ini didukung oleh potensi

bentukan lahan bekas tambang yang mempunyai bentuk lahan yang bervariatif

dan pepohonan rimbun sekitar tapak.

Dinas pertambangan dan Energi Provinsi Kalimantan Selatan memiliki misi

yaitu mendukung terselenggaranya pengelolaan kegiatan pertambangan dan energi

yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Reklamasi lanskap bekas

tambang harus terus dilakukan untuk memulihkan kondisi lahan dengan penataan

pemanfaatan lahan agar tetap mendukung keberlanjutan reklamasi tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya perencanaan lanskap bekas

tambang sebagai area wana wisata untuk mendukung keberlanjutan lanskap yang

sudah didilakukan proses reklamasi.

Page 18: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

3

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. menganalisis aspek fisik dan biofisik untuk mengetahui area potensial wisata

serta menunjang keberlanjutan area reklamasi;

2. menganalisis aspek sosial untuk preferensi dan pola wisata yang diinginkan

masyarakat;

3. merencanakan lahan bekas tambang yang berfungsi sebagai kawasan

konservasi dan wana wisata yang bersifat edukatif, rekreatif dan konservatif.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan untuk:

1. memberi masukan bagi pihak PT Bahari Cakrawala Sebuku (BCS) mengenai

kegiatan pengelolaan lanskap bekas tambang sebagai area wana wisata yang

berbasis konservasi dan berkelanjutan;

2. menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam proses perencanaan

lanskap bekas tambang.

Perumusan Masalah

Permasalahan yang dirumuskan dalam penelitian ini didasarkan pada

dampak dari kegiatan pertambangan terhadap kerentanan pulau kecil seperti Pulau

Sebuku. Proses pengembalian lahan bekas tambang harus dipertimbangkan dan

disesuaikan dengan kondisi fisik, biofisik dan sosial budaya yang berbasis

konservasi dan berkelanjutan. Optimalisasi kegiatan reklamasi menjadi salah satu

pertimbangan penting dalam menentukan keberhasilan pengembalian lahan bekas

tambang, dalam penelitian ini diusulkan dalam bentuk wana wisata. Lokasi studi

ini dilakukakan pada lahan bekas tambang yang sudah terjadi penurunan kualitas

lingkungan.

Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini akan melihat karakter dan kondisi lanskap bekas tambang

yang baru dihentikan kegiatan pertambangannya dan masih dalam proses

reklamasi. Menganalisis aspek fisik, biofisik agar dapat mengetahui kesesuaian

lahan untuk wana wisata serta menentukan beberapa aktivitas wisata yang bisa

dikembangkan. Perencanaan ini juga menganalisis aspek wisata seperti objek atau

daya tarik pada tapak dan aspek sosial yang menyangkut demografi, preferensi

masyarakat dan aspek legal pemerintah dalam perencanaan kawasan bekas

tambang. Diagaram kerangka pikir penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 19: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

4

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Ruang Lingkup Penelitian

Lingkup kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan penelitian ini mencakup

survei pendahuluan dan observasi lapang untuk menentukan lingkup lokasi

penelitian. Setelah itu, dilakukan pengumpulan data baik data primer maupun

sekunder dan penyusunan data secara terstruktur dalam bentuk deskriptif

kualitatif, kuantitaif, tabular dan spasial. Kegiatan analisis dilakukan untuk

menganalisis aspek fisik, biofisik, sosial budaya, dan aspek legal untuk

menentukan potensi dan kendala, serta kesesuaian kondisi tapak untuk

dikembangkan sebagai kawasan wana wisata yang dapat menunjang keberlanjutan

kegiatan reklamasi.

Aspek sosial dan budaya

- Demografi, preferensi

masyarakat, dan aspek legal

Aspek fisik dan biofisik

- Lokasi dan aksesibilitas,

kondisi eksisting, jenis dan

karakteristik tanah, topografi

dan kemiringan lahan,

hidrologi, iklim, kualitas visual

lanskap

Rencana lanskap bekas tambang sebagai kawasan wana wisata

Aspek wisata

- Objek dan

atraksi

Potensi dan kendala

Pemanfaatan kawasan reklamasi

Reklamasi lanskap bekas tambang batubara

Konsep

Zonasi

Lanskap bekas tambang batubara

Analisis kesesuaian lahan Analisis aspek legal dan preferensi

masyarakat

Page 20: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

5

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap

Menurut Simonds (1983), lanskap adalah suatu bentang alam dengan

karakter tertentu yang dapat dinikmati oleh seluruh indra manusia. Dalam suatu

lanskap karakter harus menyatu secara harmonis dan alami untuk memperkuat

karakter dari lanskap tersebut. Eckbo dan Laurie (1986) mendefinisikan bahwa

lanskap adalah bagian dari kawasan lahan yang dibangun atau dibentuk oleh

manusia terutama diluar bangunan termasuk jalan, utilitas dan alam yang

dirancang untuk tempat tinggal manusia.

Gold (1980) membedakan elemen lanskap atas tiga elemen yaitu: elemen

lanskap makro, mikro dan buatan manusia. Elemen lanskap makro meliputi iklim

(curah hujan, suhu, kelembaban udara, arah angin dan kecepatan angin) serta

kualitas visual tapak. Elemen lanskap mikro meliputi topografi (kontur,

kemiringan lahan, dan pola drainase), jenis dan keadaan tanah, vegetasi, satwa,

dan hidrogafi. Sedangkan elemen lanskap buatan manusia meliputi jaringan

transportasi, tataguna lahan, dan struktur bangunan.

Pertambangan dan Lanskap Bekas Tambang

Penambangan merupakan proses pemindahan timbunan tanah penutup

overburden seperti topsoil, subsoil, dan batuan lainnya yang didalamnya terdapat

simpanan mineral yang dapat dipindahkan. BAPPEDA (2011) mengemukakan

bahwa kegiatan pertambangan pada umumnya memiliki tahap-tahap kegiatan

sebagai berikut.

1. Eksplorasi

2. Pembangunan infrastruktur, jalan akses dan sumber energi

3. Pembangunan kamp kerja dan kawasan pemukiman

4. Ekstraksi dan pembuangan limbah batuan

5. Pengolahan biji dan operasional

6. Penampungan tailing, pengolahan dan pembuangannya

Menurut Sitorus (2000), kegiatan penambangan terdapat dua jenis yaitu

Penambangan permukaan (surface atau shallow mining) dan Penambangan dalam

(subsurface atau deep mining). Menurut Feriansyah (2009), kegiatan

penambangan terbuka open mining dapat mengakibatkan gangguan seperti:

1. menimbulkan lubang besar pada permukaan tanah

2. penurunan muka tanah atau bentuk cadangan pada sisa bahan galian yang

dikembalikan ke dalam lubang galian.

3. mengganggu proses penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang

ditutupi kembali atau yang ditelantarkan terutama bila terdapat bahan beracun,

kurang bahan organik, humus atau unsur hara yang tercuci.

4. bahan galian tambang apabila ditumpuk atau disimpan dapat mengakibatkan

bahaya longsor, dan senyawa beracun dapat tercuci ke daerah hilir.

Page 21: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

6

5. penanaman kembali vegetasi pada galian tambang yang ditutupi atau yang

ditelantarkan. Penambangan yang dibiarkan terlantar akan mengakibatkan

permasalahan.

Reklamasi Lahan Bekas Tambang

Salah satu kegiatan pengakhiran tambang adalah reklamasi. Reklamasi

merupakan upaya penataan kembali kawasan bekas tambang agar bisa menjadi

kawasan yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan. Tujuan jangka

pendek reklamasi lahan bekas tambang adalah membentuk bentang alam yang

stabil terhadap erosi. Selain itu reklamasi juga bertujuan untuk mengembalikan

kawasan bekas tambang ke kondisi yang memungkinkan untuk digunakan sebagai

lahan produktif. Bentuk lahan produktif yang akan dicapai menyesuaikan dengan

tataguna lahan bekas tambang dan tergantung pada berbagai faktor, diantaranya:

potensi ekologis lokasi tambang, keinginan masyarakat, dan peraturan pemerintah.

Kawasan bekas tambang yang telah direklamasi harus dipertahankan agar tetap

terintegrasi dengan bentang alam dan ekosistem sekitarnya.

Menurut Soelarno (2007), tujuan utama dari perencanaan penutupan

tambang adalah harus memenuhi hal-hal sebagai berikut.

1. Pemulihan fungsi lahan menjadi lahan yang produktif dan dapat dimanfaatkan

secara berkelanjutan.

2. Melindungi keselamatan dan kesehatan masyarakat.

3. Meminimumkan kerusakan lingkungan.

4. Melakukan konservasi terhadap beberapa objek yang dilindungi.

5. Melakukan tindakan pencegahan terhadap kemiskinan akibat dampak sosial

ekonomi.

Dalam rangka menjamin ketaatan perusahaan pertambangan untuk

melakukan upaya reklamasi sesuai dengan rencana awal reklamasi, perusahaan

pertambangan wajib menyediakan jaminan reklamasi, yang besarnya sesuai

dengan rencana biaya reklamasi yang telah mendapat persetujuan oleh Menteri,

Gubernur, Bupati dan Walikota sesuai kewenangannya. Jaminan reklamasi dapat

berbentuk deposito berjangka, bank garansi, asuransi, dan cadangan akuntansi

(accounting reserve). Jaminan tersebut harus ditempatkan oleh perusahaan

pertambangan sebelum perusahaan tersebut memulai usaha produksi atau

eksploitasi pertambangan (ESDM 2008). Peraturan Menteri Energi dan

Sumberdaya Mineral (ESDM) No. 18 Tahun 2008 juga menyebutkan bahwa

dalam melaksanakan reklamasi dan penutupan tambang wajib memenuhi prinsip-

prinsip lingkungan hidup, keselamatan dan kesehatan kerja, serta konservasi

bahan galian. Prinsip-prinsip lingkungan hidup meliputi:

1. perbaikan kualitas air permukaan, air tanah, air laut, dan tanah serta udara

sesuaibaku mutu lingkungan

2. adanya stabilitas dan keamanan timbunan batuan penutup, kolam tailing, lahan

bekas tambang serta struktur buatan (man-made structure) lainnya

3. memperhatikan keanekaragaman hayati

4. melakukan pemanfaatan lahan bekas tambang sesuai dengan peruntukannya

5. peningkatan aspek sosial, budaya, dan ekonomi.

Page 22: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

7

Perencanaan Lanskap

Proses perencanaan lanskap ditujukan pada penggunaan volume dan ruang.

Setiap volume memiliki bentuk, ukuran, bahan, tekstur, warna dan kualitas yang

berbeda, semuanya dapat diekspresikan dan dimanfaatkan dengan baik agar

fungsi-fungsi yang direncanakan tercapai (Simonds 1983). Menurut Laurie (1985)

perencanaan merupakan suatu awal proses yang dapat mengalokasikan kebutuhan

manusia serta menghubungkan satu sama lain di dalam maupun di luar tapak.

Kegiatan perencanaan diawali dengan pemahaman terhadap kondisi tapak,

manusia sebagai pengguna tapak dengan aktivitasnya, aturan atau kebiasaan yang

diinginkan.

Menurut Gold (1980), perencanaan adalah suatu alat sistematis yang

digunakan untuk menentukan saat awal dan keadaan yang diharapkan serta cara

terbaik untuk mencapai keadaan yang diharapkan. Perencanaan lanskap dapat

dilakukan melalui beberapa pendekatan, antara lain sebagai berikut.

1. Pendekatan sumber daya, yaitu penentuan tipe cara alternatif aktivitas

berdasarkan pertimbangan kondisi dan situasi sumberdaya.

2. Pendekatan aktivitas, yaitu penentuan tipe dan alternatif aktivitas berdasarkan

seleksi terhadap aktivitas pada masa lalu untuk memberikan kemungkinan apa

yang dapat disediakan pada masa yang akan datang.

3. Pendekatan ekonomi, yaitu pendekatan tipe, jumlah, dan lokasi kemungkinan

aktivitas berdasarkan pertimbangan ekonomi.

4. Pendekatan perilaku, yaitu penentuan aktivitas berdasarkan pertimbangan

perilaku manusia.

Dalam merencanakan suatu kawasan terdapat hal-hal yang harus

diperhatikan menurut Nurisjah dan Pramukanto (1995) adalah sebagai berikut.

1. Mempelajari hubungan antara kawasan tersebut dengan lingkungan sekitar

2. Memperhatikan keharmonisan antara daerah sekitarnya dengan kawasan yang

akan direncanakan

3. Menjadikan sebagai objek (wisata) yang menarik

4. Merencanakan kawasan tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu kawasan

yang dapat menampilkan masa lalunya.

Wisata

Wisata adalah pergerakan sementara dari manusia dengan jarak lebih dari

50-150 mil dari tempat tinggal atau pekerjaan rutinnya menuju suatu tempat

tertentu, dimana aktivitas tersebut dilakukan pada saat mereka berada ditempat

yang dituju dan ada fasilitas yang disediakan untuk mengakomodasi keinginan

mereka (Gunn 1993). Menurut Pendit (2002), wisata adalah salah satu jenis

industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan

lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-

sektor produktif lainnya. Menurut Holden (2000), wisata tidak sekedar

mengadakan perjalanan, tetapi juga berinteraksi dengan lingkungan dengan

menggunakan sumberdaya yang ada.

Page 23: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

8

Brunn (1995) mengkategorikan wisata menjadi 3 jenis yaitu:

1. ecotourism, green tourism, atau alternative tourism, merupakan wisata yang

berorientasi pada lingkungan untuk menghubungkan kepentingan industri

kepariwisataan dan perlindungan terhadap wisata alam atau lingkungan

2. wisata budaya, merupakan kegiatan pariwisata dengan kekayaan budaya

sebagai objek wisata dengan penekanan pada aspek pendidikan

3. wisata alam, aktivitas wisata yang ditujukan pada pengalaman terhadap kondisi

alam atau daya tarik panoramanya.

Menurut Gunn (1993), sumberdaya wisata mencakup objek dan atraksi

wisata, aksesibilitas dan amenitas. Suatu kawasan wisata memiliki kemampuan

untuk mendukung aktivitas pengguna, hal ini disebut daya dukung wisata.

Menurut Gold (1980), daya dukung wisata merupakan kemampuan suatu kawasan

wisata secara alami, fisik, dan sosial yang dapat mendukung pengguna aktivitas

wisata dan dapat memberikan kualitas pengalaman rekreasi yang diinginkan.

Perencanaan Penataan Lanskap Kawasan Wisata

Menurut Booth dan Hiss (2004), lanskap yang mengelilingi suatu kawasan

merupakan lingkungan yang paling penting. Lanskap ini menyediakan berbagai

kebutuhan, estetika, dan kegunaan fungsi psikologi bagi yang pengunjung,

pengelola, dan orang-orang yang melintasinya. Merencanakan penataan lanskap

untuk kawasan wisata adalah upaya untuk menata dan mengembangkan suatu

areal dan jalur pergerakan pendukung kegiatan wisata sehingga kerusakan

lingkungan akibat pembangunannya dapat diminimumkan, tetapi pada saat yang

bersamaan kepuasan wisatawan dapat terwujudkan.

Perencanaan lanskap kawasan wisata, terutama wisata alam adalah

merencanakan suatu bentuk penyesuaian program rekreasi dengan suatu lanskap

untuk menjaga kelestariannya. Program wisata alam dibuat untuk menciptakan

lingkungan fisik luar atau bentang alam yang dapat mendukung tindakan dan

aktivitas rekreasi manusia yang menunjang keinginan, kepuasan dan

kenyamanannya, dimana proses perencanaan dimulai dari pemahaman sifat dan

karakter serta kebijakan manusianya dalam menggunakan tapak untuk kawasan

wisata (Knudson 1980). Adapun pendekatan perencanaan kawasan wisata di

sekitar penggunan area river-basin adalah dengan menghindari dan mengatasi

masalah-masalah yang berhubungan dengan air seperti rapid run off. Erosi,

pengendapan air, banjir, kekeringan, dan perencanaan, serta memastikan bahwa

kemungkinan-kemungkinan pengembangan area preservasi, konservasi, restorasi,

dan lainnya dapat dilakukan. Seluruh area daratan yang berorientasi air harus

direncanakan dalam suatu cara untuk mendapatkan keuntungan maksimum dari

keistimewaan air dengan tetap mempertahankan integritas atau keutuhannya

(Simonds 1983)

Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata

Sumberdaya untuk kegiatan wisata adalah tempat tujuan bagi setiap orang

yang melakukan wisata, merupakan suatu kesatuan ruang tertentu dan dapat

Page 24: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

9

menarik keinginan untuk berwisata. Menurut Gold (1980), ketersediaan

sumberdaya untuk aktivitas wisata dapat dapat dilihat dari jumlah dan kualitas

dari sumberdaya yang tersedia serta dapat digunakan pada waktu tertentu. Untuk

mengetahui sumberdaya yang tersedia dapat dapat dilakukan inventarisasi,

kemudian dianalisis potensi dan kendalanya. Klasifikasi sumberdaya menurut

tujuannya dapat dibagi menjadi tiga yaitu tujuan komersil untuk kepuasan

pengunjung dan direncanakan bagi kenyamanan pengunjung, untuk pelestarian

sumberdaya, dan tujuan pertengahan untuk memenuhi kebutuhan pengunjung

yang seimbang dengan pengelolaan sumberdaya (Knudson 1980).

Suatu kawasan wisata memiliki dua macam sumberdaya utama yang dpat

dijadikan potensi dari suatu kawasan wisata (Widada 2008), yaitu:

1. Sumberdaya non-hayati, yaitu air dimana sangat berperan penting bagi

kehidupan baik di dalam kawasan maupun kehidupan masyarakat disekitar

kawasan

2. Sumberdaya hayati, yaitu flora dan fauna yang terdaapat dikawasan.

Masalah mengenai penyebaran tanaman eksotis, lokal yang sangat tinggi

dan keberadan satwa endemik diperlukan pengendalian agar keberadaannya

tetap terjamin.

Menurut Simonds (1983), sebagai sebuah sumberdaya, badan air memiliki

potensi penggunaan rejreasi baik diwilayah perairannya sendiri maupun di

sepanjang tepiannya. Badan air memiliki nilai keindahan, dimana pemandangan

dan suara air membangkitkan perasaan yang menyenangkan sekaligus

menenangkan.

Konservasi Sumberdaya untuk Kegiatan Wisata

Menurut Marsono (2004), konservasi sumberdaya alam hayati adalah

pengelolaan sumberdaya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara

bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memlihara

dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Aspek-aspek konservasi

meliputi: (1) kawasan penyangga kehidupan yang perlu dilindungi agar

terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, (2) pengawetan keanekaragaman jenis

tumbuhan dan satwa liar yang dilaksanakan di dalam dan di luar kawasan suaka

alam, dan (3) pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan

ekosistemnya, seperti pemanfaatan untuk kepentingan pariwisata alam, ilmu

pengetahuan dan teknologi, pendidikan dan budaya, dan (4) biaya pelestarian

suaka adalah sangat tinggi.

Tindakan konservasi memastikan sumberdaya alam hayati tersedia untuk

dimanfaatkan baik oleh generasi sekarang maupun generasi mendatang. Terdapat

dua pendekatan dasar untuk mengkonservasi menurut Melchias (2001), yaitu:

1. konservasi insitu, menjaga dan melestarikan tumbuhan dan hewan dalam

habitat aslinya.

2. konservasi ex-situ, menjaga dan melestarikan tumbuhan dan hewan di luar

habitat asli, seperti di kebun raya dan kebun binatang.

Page 25: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

10

Wana Wisata

Menurut Sari (2007), objek wisata alam adalah sumberdaya alam yang

berpotensi dan mempunyai daya tarik bagi wisatawan yang ditujukan untuk

pembinaan cinta alam, baik dalam kegiatan alam maupum pembudidayaan.

Sementara itu, bentuk kegiatan yang memanfaatkan potensi sumberdaya alam

yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan dan tata lingkungannya disebut

wisata alam. Pada umumnya yang menjadi daya tarik utama wisata alam adalah

kondisi alamnya. Definisi wisata menurut Gunn (1994) adalah suatu pergerakan

temporal manusia menuju tempat selain dari tempat biasa mereka tinggal dan

bekerja, selama mereka tinggal di tujuan tersebut mereka melakukan kegiatan dan

diciptakan fasilitas untuk mengakomodasi kebutuhan mereka. Kelly (1998)

mengutarakan klasifikasi bentuk wisata yang dikembangkan berdasarkan pada

bentuk utama atraksi (attractions) atau daya tarik yang kemudian ditekankan pada

pemasarannya. Bentuk wisata tersebut antara lain berupa ekowisata (ecotourism),

wisata alam (nature tourism), wisata petualangan (adventure tourism), wisata

berdasarkan waktu (getaway and stay), dan wisata budaya (cultural ecotourism).

Wana wisata adalah objek-objek wisata alam yang dibangun dan

dikembangkan oleh Perum Perhutani di dalam kawasan hutan produksi atau hutan

lindung secara terbatas dengan tidak mengubah fungsi pokoknya. Ruang lingkup

pengusahaan wisata alam Perum Perhutani mencakup wana wisata yang dikelola

oleh Perum Perhutani serta seluruh kegiatan di dalamnya yang berkaitan dengan

ilmu pengetahuan, pendidikan, penelitian, wisata alam, dan olah raga. Bentuk

aktivitas rekreasi yang dapat dilakukan di wana wisata berdasarkan waktu yang

dibutuhkan, dapat dibagi atas (Perum Perhutani 1987):

1. Wisata bermalam merupakan kegiatan bermalam di lingkungan hutan,dalam

upaya mendekati dan lebih menghayati keadaan alam sekitar.

2. Wisata harian merupakan kegiatan rekreasi siang hari di kawasan hutan untuk

mencari kesegaran dan mendekatkan diri pada alam.

Menurut Nadiar (1994), wana wisata dapat dibedakan sebagai wana wisata

harian, wana wisata bermalam yang dilengkapi sarana penginapan berupa pondok

wisata atau pesangrahan dan bumi perkemahan. Menurut Luthfi H dan Andi

(1996), sebagai salah satu komponen wisata terdapat beberapa kelebihan dari

wana wisata yaitu sifatnya yang alami, udara yang bersih dan sejuk, objek yang

menarik dan luas. Kelebihan ini menjadikan wana wisata memiliki prospek yang

baik pada masa yang akan datang.

Perum Perhutani (1989) mengungkapakan secara garis besar sasaran usaha

pembangunan dan pengembangan wana wisata di Perum Perhutani antara lain:

1. menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi masyarakat luas dengan me

ikmati keindahan, keunikan serta kenyamanan suasana lingkungan yang alami;

2. menyediakan tempat bagi sarana pengembangan ilmu pengetahuan flora, fauna,

ekologis hutan serta pembinaan rasa cinta alam bagi generasi muda;

3. memperluas kesempatan berusaha untuk membantu meningkatkan pendapatan

masyarakat sekitar;

4. menunjang usaha pemerintah dalam memajukan pembangunan sektor

pariwisata.

Page 26: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

11

Gambar 2 Lokasi penelitian

Sumber: http://www.google.com dan AMDAL PT BCS tahun 2006

1. Kalimantan Selatan 2. Pulau Sebuku 3. pit Tanah Putih

METODOLOGI

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada area bekas tambang di pit Tanah

Putih yang terletak di Desa Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku, Kalimantan

Selatan. Pengambilan data dan survei lapang dilakukan selama dua minggu yaitu

pada April 2013 sampai Mei 2013.

Batasan Penelitian

Penelitian ini dibatasi hingga tahap perencanaan tapak dan diwujudkan

berupa gambar rencana lanskap (site plan) dan beberapa gambar penunjang lain.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System

(GPS), kamera digital, papan jalan, alat gambar dan peta. Beberapa software

pendukung untuk mengolah data terdiri dari AutoCAD 2010, Adobe Photoshop

CS3, Arc Gis 9.3 dan Adobe Ilustrator CS5. Bahan yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri dari peta dan data-data primer maupun sekunder. Data,

sumber data dan cara pengambilan data yang diambil dalam penelitian ini bisa

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Bentuk dan sumber data

Data Sumber data Cara pengambilan data

Data kondisi umum

Letak, luas dan batastapak Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Aspek fisik dan biofisik

Kondisi eksisting tapak Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Tanah Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Hidrologi Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Page 27: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

12

Gambar 3 Tahapan perencanaan (Gold 1980)

Tabel 1 Bentuk dan sumber data (lanjutan)

Data Sumber data Cara pengambilan data

Topografi dan kemiringan Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Iklim dan kenyamanan Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Vegetasi dan satwa Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Kualitas visual lanskap Primer Survei lapang

Aspek wisata

Objek dan atraksi Primer dan sekunder Survei lapang dan studi pustaka

Aspek legal

RTRW Sekunder Studi pustaka

Hukum legalitas Sekunder Studi pustaka

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei yang dikemukakan

oleh Gold (1980). Tahap perencanaannya meliputi kegiatan inventarisasi, analisis,

sintesis dan perencanaan lanskap.

Tahapan Perencanaan Lanskap

Proses perencanaan lanskap sebagai kawasan wana wisata pada lahan bekas

tambang batubara di desa Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku, Provinsi

Kalimantan Selatan adalah sebagai berikut.

1. Persiapan

Persiapan awal meliputi perumusan masalah dan penetapan tujuan

penelitian. Selanjutnya dilakukan pengumpulan data-data sekunder terkait topik

dan lokasi penelitian. Hasil pada tahap ini berupa proposal penelitian dan

perizinan.

Page 28: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

13

*baik=1, sedang=2, buruk=3

Sumber: De Chiara dan Koppleman (1990), USDA (1968) dalam Hardjowigeno

dan Widiatmaka (2007).

2. Inventarisasi

Inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui survei atau pengamatan langsung pada tapak, baik

berupa survei atau wawancara. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka. Data

terkait aspek sumberdaya didapat berdasarkan studi pustaka, dokumen-dokumen

PT BCS berupa peta-peta spasial, data kualitatif, data kuantitatif serta survey

lapang berupa foto-foto kondisi lapang dan wawancara.

3. Analisis

Pada tahap analisis dilakukan setelah data dan informasi yang dibutuhkan

sudah lengkap seperti aspek fisik, biofisik dan aspek sosial. Kegiatan analisis ini

dilakukan untuk menentukan potensi dan kendala, serta pemecahan masalah pada

tapak. Aspek fisik dianalisis secara spasial dan menghasilkan peta kondisi

eksisting, kemiringan lahan dan hidrologi. Analisis aspek sosial dilakukan untuk

mengetahui keinginan, preferensi masyarakat terhadap pengembangan kawasan

bekas tambang sebagai kawasan wana wisata. Analisis ini melihat hasil

wawancara dan data sekunder.

Analisis sumberdaya wisata melihat potensi-potensi pada tapak yang dapat

menjadi objek wana wisata. Menurut Nurisjah (2007) objek wisata adalah andalan

utama bagi pengembangan kawasan wana wisata dan didefinisikan sebagai suatu

keadaan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta

sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan. Potensi

yang memiliki ciri khas dan estetika yang baik, dapat menjadi objek wisata utama

pada kawasan wana wisata yang secara spasial berupa peta kualitas visual

lanskap.

Tabel 2 Kriteria penilaian dan skor

Aspek Standar kesesuaian Kriteria kesesuaian Skor*

Kondisi

eksisting

Kemiringan

lahan

Hidrologi

- Tapak didominasi oleh lahan terbuka,

tidak terdapat struktur bangunan dan

vegetasi selain ground cover.

- Tapak cukup didominasi oleh

penggunaan lahan terbuka, terdapat

beberapa vegetasi dan struktur

bangunan. Beberapa area reklamasi

masuk pada kriteria ini.

- Tapak dominan dengan bangunan dan

vegetasi.

- Datar dan landai

- Agak curam

- Curam dan terjal

- Tidak terdapat area inlet, outlet

ataupun drainase

- Terdapat inlet, outlet dan drainase

- Area inlet, outlet utama yang rentan

terhadap daya dukung

Sesuai

Cukup sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Cukup sesuai

Tidak sesuai

Sesuai

Cukup sesuai

Tidak sesuai

1

2

3

1

2

3

1

2

3

Page 29: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

14

Analisis dilakukan menggunakan metode spasial dan metode deskriptif

kuantitatif. Metode spasial dilakukan terhadap aspek kondisi eksisting,

kemiringan lahan dan hidrologi. Peta analisis yang akan dihasilkan ditentukan

sesuai dengan penilaian dan skor. Kemudian dilakukan overlay untuk

mendapatkan peta komposit. Analisis deskriptif kuantitatif dilakukan pada semua

aspek untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak, kemudian dilakukan

pembahasan mengenai solusi untuk pengembangan potensi dan kendala. Analisis

daya dukung pada tapak menurut Boulon dalam Nurisjah, Pramukanto, dan

Wibowo (2003), dihitung berdasarkan standar rata-rata individu dalam m2/orang

dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

DD = Daya dukung

A = Area yang digunakan wisatawan

S = Standar rata-rata individu

T = Total hari kunjungan yang diperkenankan

K = Koefisien rotasi

N = Jam kunjungan per area yang diijinkan

R = Rata-rata waktu kunjungan

4. Sintesis

Tahap sintesis diperoleh pengembangan tapak yang berdasarkan hasil

analisis spasial maupun deskriptif. Hasil dari sintesis berupa block plan yang

menunjukkan zona pengembangan kawasan, kemudian ditentukan konsep dasar

dan pengembangan konsep. Pengembangan konsep terdiri dari konsep ruang,

konsep aktivitas, konsep fasilitas, konsep sirkulasi dan vegetasi. Penentuan

konsep dasar dan pengembangan konsep ini akan dijadikan sebagai acuan dalam

perencanan kawasan tersebut.

5. Perencanaan Lanskap

Pada tahap ini adalah pengembangan dari rencana blok (block plan) menjadi

rencana lanskap (landscape plan) yang meliputi rencana ruang, sirkulasi, rencana

fasilitas, rencana vegetasi, rencana aktivitas dan rencana daya dukung. Setelah

diperoleh rencana ruang maka dihitung daya dukung tiap ruang agar jumlah

pengunjung pada kawasan wana wisata tidak melebihi dari kapasiatas yang telah

dihitung dan direncanakan, sehingga dapat menjaga kelestarian dan mendukung

keberlanjutan reklamasi. Tahap ini merupakan kelanjutan dari konsep yang akan

dikembangkan menjadi suatu bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan

berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan atau aktivitas, tata letak dan elemen

lanskap yang sesuai dengan tujuan perencanaannya sebagai kawasan wana wisata.

DD = A/S

T = DD x K

K = N/R

Page 30: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

15

KONDISI UMUM KAWASAN PERENCANAAN

Administrasi dan Geografis

Pulau Sebuku adalah sebuah pulau kecil yang mempunyai luas wilayah

245.5 km2 dengan panjang sekitar 25 km dan lebar sekitar 12 km. Pulau Sebuku

termasuk dalam wilayah Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Pulau

Sebuku juga merupakan satu wilayah administrasi kecamatan yaitu kecamatan

Pulau Sebuku dengan ibukota kecamatan terletak di Sungai Bali, yang terdiri dari

8 desa yaitu Desa Sekapung, Kanibungan, Mandin, Belambus, Sarakaman, Sungai

Bali, Rampa, dan Tanjung Mangkuk. Selain itu, di daerah Pulau Sebuku juga

terdapat pulau-pulau kecil yang eksotis, antara lain: Pulau Manti, Pulau Samber

Gelap, dan Pulau Lari-larian. Pulau Sebuku terkenal dengan deposit batubara, biji

besi dan minyak bumi yang saat ini sudah dieksploitasi oleh beberapa perusahaan

swasta, antara lain PT Baharai Cakrawala Sebuku (BCS) yang mengelola

pertambangan batubara dan PT Sebuku Iron Lateric Ores (SILO) yang mengelola

biji besi. Luas wilayah dan persentase desa di Pulau Sebuku dapat dilihat pada

Tabel 3.

Tapak penelitian terletak di kawasan tambang pit Tanah Putih yang berada

pada kordinat 116020’43’’BT dan 3

031’20’’LS. Secara administratif lokasi

tambang pit Tanah Putih terletak di Desa Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku,

Provinsi Kalimantan. Secara administratif lokasi tambang pit Tanah Putih terletak

di Desa Mandin, Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi

Kalimantan. Tambang pit Tanah Putih mulai beroperasi dan secara resmi

mendapatkan izin oleh Keputusan Dirjen Pertambangan Umum No.

519178.K/25013/DDJP/19986) sekaligus pemegang Perjanjian Karya

Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dan telah disetujui oleh Menteri

Pertambangan dan Energi pada tanggal 24 September 1996 melalui surat No.

3378.0115/SJ.T/1996. Pada saat ini lokasi pada tapak penelitian sedang dilakukan

proses hydroseeding dan recountouring, yang bertujuan untuk pemulihan kondisi

fisik tanah menggunakan vegetasi penutup tanah dan meminimalkan area dengan

kelerengan yang curam. Lokasi tambang pit Tanah Putih berada di bagian tengah,

sebelah barat Pulau Sebuku dan mempunyai luas sekitar 5 871 ha. Luas area yang

digunakan untuk tapak penelitian pada pit Tanah Putih adalah 181 ha dengan luas

daratan sekitar 130 ha dan luas danau sekitar 51 ha. Danau tersebut terbentuk

akibat dari kegiatan pasca tambang yang mengakibatkan lubang atau cekungan

besar dan terisi air ketika hujan. Danau pada tapak penelitian mempunyai

kedalaman yang bervariasi. Peta batas administrasi desa kecamatan Pulau Sebuku

dapat dilihat pada Gambar 4. Tabel luas wilayah dan persentase desa di Pulau

Sebuku tahun 2010 bisa dilihat pada Tabel 3. Batas keliling tapak penelitian

antara lain:

1. utara : tambang aktif

2. selatan : hutan produksi

3. timur : area reklamasi

4. barat : hutan produksi dan Cagar Alam Selat Sebuku

Page 31: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

16

Tabel 3 Luas wilayah dan persentase desa di Pulau Sebuku tahun 2010

No Desa Luas (Km2) Persentase (%)

1 Sekapung 37.00 15.07

2 Kanibungan 46.00 18.74

3 Mandin 29.00 11.81

4 Belambus 12.00 4.89

5 Sarakaman 34.00 13.85

6 Sungai Bali 34.00 13.85

7 Rampa 17.00 6.92

8 Tanjung Mangkuk 36.50 14.87

Total 245.50 100.00

Sumber: BAPPEDA Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 2011

Aksesibilitas

Akses menuju ke lokasi tapak penelitian dapat dicapai dengan speed boat

selama 2 jam dari Kotabaru menuju Dermaga Tanjung Kepala (dermaga khusus

yang dibangun oleh PT BCS ). Kemudian dari dermaga Tanjung Kepala ke lokasi

tambang pit Tanah Putih dapat diakses dengan menggunakan kendaraan yang

disediakan oleh perusahaan melalui jalan pengangkutan tambang. Lokasi tambang

PT BCS juga dapat ditempuh dengan pesawat Twin Otter HC-06, Seri 300 selama

55 menit dari Kota Balikpapan.

Sebagian besar akses jalan pada kawasan tambang PT BCS dibangun pada

tahun 1997. Seiring dengan dimulainya kegiatan penambangan, rata-rata kondisi

jalan tersebut mengikuti alur-alur jalan setapak yang telah ada sebelumnya. Pada

kawasan tambang pit Tanah Putih terdiri dari dua tipe jalan, yaitu jalan akses

kegiatan utama tambang yang dilalui oleh kendaraan pengangkutan batubara dan

jalan akses untuk kegiatan observasi yang hanya bisa dilalui kendaraan patroli.

Kondisi jalan menuju tapak penelitian masih dalam bentuk padatan tanah, hal ini

mengakibatkan kondisi jalan berdebu ketika panas dan licin ketika hujan.

Sarana transportasi yang digunakan oleh karyawan untuk menuju lokasi

tapak berupa mobil atau minibus yang telah disediakan oleh pihak perusahaan.

Sedangkan bagi masyarakat untuk sementara ini tidak bisa mengakses secara

langsung menuju lokasi penelitian. Hal ini dikarenakan lokasi tapak penelitian

yang berada di pit Tanah Putih masih dalam kawasan zona aktif pertambangan.

Desa Mandin adalah desa terdekat dengan jarak sekitar 0.5 km dari lokasi

penelitian. Peta aksesibilitas menuju lokasi tambang Pit Tanah Putih dapat dilihat

pada Gambar 5.

Kependudukan dan Sumber Penghasilan

Berdasarkan sumber data yang diperoleh dari BAPPEDA Kotabaru,

jumlah penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 mencapai 7 832 jiwa.

Penduduk terbanyak di Desa Sekapung yaitu 1 495 jiwa dan wilayah terpadat

terletak di Desa Rampa mencapai 88 jiwa/km2. Desa Mandin, Sarakaman dan

Belambus adalah desa yang letaknya tidak jauh dengan lokasi penelitian. Jumlah

penduduk dari tiga desa tersebut adalah 1 671 jiwa. Rata-rata mata pencaharian

Page 32: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

17

selain dalam bidang pertambangan adalah berkebun, dengan komoditas utamanya

adalah karet alam. Peta sumber penghasilan utama kecamatan Pulau Sebuku dapat

dilihat pada Gambar 6. Tabel jumlah dan kepadatan penduduk di kecamatan Pulau

Sebuku bisa dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah dan kepadatan penduduk di Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011

No Desa Penduduk

(Jiwa)

Luas wilayah

(Km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

1 Sekapung 1495 37 40

2 Kanibungan 674 46 15

3 Mandin 533 29 18

4 Belambus 329 12 27

5 Sarakaman 809 34 24

6 Sungai Bali 1354 34 40

7 Rampa 1493 17 88

8 Tanjung Mangkuk 695 36 19

Total 7 832 245 30

Sumber: BAPPEDA Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 2011

Selain dibidang pertambangan, matapencaharian utama penduduk

kecamatan Pulau Sebuku sebagian besar adalah bergerak di bidang pertanian.

Pertanian terbagi menjadi dua, yaitu perkebunan dan perikanan. Komoditas utama

perkebunannya adalah karet alam, sedangkan untuk perikanan komoditas

utamanya adalah perikanan tangkap.

Pendidikan dan Agama

Keberhasilan suatu daerah sangat dipengaruhi oleh tingkat perkembangan

dan kemajuan pembangunan. Oleh karena itu, pendidikan harus menjadi sesuatu

yang wajib bagi masyarakat di Kecamatan Pulau Sebuku. Namun hal tersebut

harus diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan dan tenaga

guru yang memadai terlebih lagi karena wilayah Pulau Sebuku merupakan pulau

kecil.

Bentuk upaya pemerintah dalam memajukan pendidikan di wilayah Pulau

Sebuku terlihat dari fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan Pulau Sebuku.

Data dari dinas pendidikan Kotabaru tahun 2011 menyebutkan bahwa terdapat

Taman Kanak-kanak (TK) sebanyak 2 bangunan sekolah dengan dengan jumlah

murid 118 dan 12 guru, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 7 bangunan sekolah dengan

jumlah murid 917 dan 66 guru, SMP sebanyak 2 bangunan dengan jumlah murid

258 dan 26 guru, SMU/SMK sebanyak 2 bangunan dengan jumlah murid 217 dan

21 guru. Jumlah sekolah, kelas, murid dan guru tahun 2010 dapat dilihat pada

tabel 2, sedangkan kondisi pendidikan di kecamatan Pulau Sebuku pada Tabel 3.

Menurut Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pulau Sebuku (2011),

mayoritas penduduk Pulau Sebuku adalah penganut agama Islam yang tercatat

sebanyak 7 159 jiwa dan Kristen 53 jiwa. Terdapat sarana peribadatan seperti 12

masjid, 13 musola, dan 5 pura di kecamatan Pulau Sebuku. Jumlah sekolah, kelas

Page 33: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

18

murid, guru dan kondisi pendidikan di kecamatan Pulau Sebuku dapat dilihat pada

Tabel 5 dan 6.

Tabel 5 Jumlah sekolah, kelas, murid dan guru tahun 2010

No Jenis sekolah Sekolah Ruang

kelas Murid Guru

1 Taman kanak-kanak 2 4 118 12

2 Sekolah dasar 7 45 917 66

3 SLTP 2 12 258 26

4 SMU/SMK 2 7 217 21

Total 13 68 1510 125

Sumber: BAPPEDA Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 2011

Tabel 6 Kondisi pendidikan di Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011

No Desa Tingkat Pendidikan

TK SD SLTP SMU/SMK

1 Sekapung - 1 1 1 2 Kanibungan - 1 - - 3 Mandin - 1 - - 4 Belambus - 1 - - 5 Sarakaman 1 1 - - 6 Sungai Bali 1 1 1 1 7 Rampa - - - - 8 Tanjung Mangkuk - 1 - -

Total 2 7 2 2

Sumber: BAPPEDA Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 2011

Topografi dan Bentuk Lahan

Kondisi topografi wilayah Pulau Sebuku mempunyai beda variasi tinggi dan

permukaan laut yang tidak terlalu besar yaitu >10 mdpl dibagian barat, serta

wilayah tertinggi sekitar 207 mdpl di bagian timur Pulau Sebuku. Karena Pulau

ini relatif sempit maka perbedaan ketinggian dibeberapa tempat terjadi pada jarak

yang dekat sehingga menciptakan beda tinggi yang signifikan. Akibatnya Pulau

ini dijumpai bentuk wilayah yang bervariasi seperti dataran datar, dataran

berombak, bergelombang, dan perbukitan. Menurut analisis (Kajian Lingkungan

Hidup Strategis Pulau Sebuku 2011) bentuk wilayah dataran datar dengan

kemiringan lahan dibawah 3% didominasi oleh dataran lumpur pasang surut

bervegetasi mangrove dan nipah yang menyebar di sisi barat hingga di ujung utara

dan selatan pulau. Bagian tengah pulau didominasi oleh bentuk wilayah dataran

berombak hingga bergelombang dicirikan oleh kemiringan lereng 3-15%. Sebelah

utara pada bagian tengah pulau merupakan bentuk wilayah dataran berbukit

dengan dominasi lereng 15-25%. Sedangkan bentuk wilayah perbukitan dijumpai

dibagian timur Pulau Sebuku yang memiliki lereng terjal >25% terutama di

sepanjang sisi timur pulau yang berbatasan langsung dengan garis pantai.

Page 34: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

19

Penggunaan Lahan

Berdasarkan (Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pulau Sebuku 2011),

lahan di Pulau Sebuku sebagian besar merupakan hutan sekunder yang luasnya

8 501 ha. Penggunaan lahan terbesar kedua adalah alang-alang seluas 5 334 ha

kemudian semak dengan luas 3 700 ha. Bagian wilayah ini lebih banyak

didominasi berupa hutan sekunder bercampur (hutan) karet dengan tingkat

intensitas yang rendah. Penggunaan lahan untuk aktivitas budidaya tidak terlalu

banyak ditemui, terutama kondisi lahan yang kurang sesuai untuk budidaya

tanaman pangan, terutama lahan basah. Sebagaian area termasuk dalam kawasan

konservasi, yaitu hutan lindung. Pusat-pusat permukiman penduduk cenderung

tersebar di daerah yang relatif datar. Sedangkan wilayah yang datar di dominasi

oleh kawasan Cagar Alam Selat Sebuku dengan vegetasi utama berupa mangrove

yang berada pada sisi bagian barat pulau. Peta penggunaan lahan kecamatan Pulau

Sebuku dapat dilihat pada Gambar 7. Sedangkan luas penggunaan lahan di Pulau

Sebuku dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Luas penggunan lahan di Pulau Sebuku

No Penggunaan Lahan Luas

ha %

1 Alang-alang 5 334.00 21.77

2 Bandara 18.00 0.08

3 Danau 308.00 1.26

4 Hutan bakau 3 770.00 15.39

5 Hutan sekunder 8 501.00 34.70

6 Kebun 226.00 0.92

7 Permukiman 330.00 1.35

8 Rawa 21.00 0.09

9 Semak 3 700.00 15.10

10 Tambak 252.00 1.03

11 Tambang (Operasi produksi) 2 040.00 8.32

Total 24 500.00 100.00

Sumber: Kajian lingkungan hidup strategis Pulau Sebuku tahun 2011

Kawasan Hutan

Kawasan hutan yang ada di Pulau Sebuku ditetapkan dengan Surat

Keputusan Menteri Kehutanan No. SK.453/Menhut-II/2009. Status kawasan hutan

yang ada di Pulau Sebuku yang berupa Areal Penggunaan Lain (APL) atau area

yang dapat dimanfaatkan untuk aktivitas selain perlindungan dan kehutanan

sebesar 2 881 hektar yang berada di bagian utara dan selatan Pulau Sebuku. Luas

APL ini tidak menutup kemungkinana berpotensi untuk pembangunan

infrastruktur, karena Pulau Sebuku banyak memiliki bahan galian tambang.

Bagian barat merupakan cagar alam dengan luas 2 547 ha. Pada bagian timur

merupakan hutan lindung dengan luas 2 063 ha. Cagar alam dan hutan lindung

merupakan wilayah konservasi yang peruntukkan pemanfaatannya harus tetatp

Page 35: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

20

Sumber: Kajian lingkungan hidup strategis Pulau Sebuku tahun 2011

menjaga fungsi lindung. Peta status kawasan hutan dan luas kawasan hutan

kecamatan Pulau Sebuku dapat dilihat pada Gambar 8 dan Tabel 8.

Tabel 8 Luas kawasan hutan di Pulau Sebuku

No Kawasan hutan Luas (ha)

1 Areal penggunaan lain 2 881

2 Cagar Alam 2 563

3 Hutan lindung 2 063

4 Hutan produksi 10 872

5 Hutan produksi konversi 6 171

Jumlah 24 550

Sumber: Kajian lingkungan hidup strategis Pulau Sebuku Tahun 2011

Izin Usaha Pertambangan

Pertambangan yang berlangsung di Pulau Sebuku pada tahun 2011 adalah

pertambangan batubara dan biji besi. Menurut data dari Dinas Pertambangan

Kabupaten Kotabaru pada tahun 2011, terdapat 7 perusahaan pertambangan yang

memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Pulau Sebuku, antara lain:

1. PT Bahari Cakrawala Sebuku (BCS)

2. PT Karbon Mahakam (KM)

3. PT Metalindo Bumi Raya (MBR)

4. PT Sebuku Iron Lateristic Ore (SILO)

5. PT Banjar Asri (BA)

6. PT Karya Bumi Sebuku (KBS)

7. PT Cahaya Sebuku Coalindo (CSC)

Beberapa perusahaan diatas telah memiliki izin eksplorasi dan sebagian

sudah memiliki izin eksploitasi. Luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan

di Pulau Sebuku dapat dilihat pada Tabel 9. Berdasarkan bahan galian yang

ditambang, perusahaan tersebut dapat dibagi menjadi perusahaan tambang

batubara yaitu PT BCS, PT MBR, PT KM, sedangkan perusahaan biji besi yaitu

PT BA dan PT SILO. Selain itu terdapat perusahaan yang sudah memiliki IUP

tetapi statusnya tidak aktif melakukan kegiatan pertambangan yaitu PT KBS dan

PT CSC.

Tabel 9 Luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan di Pulau Sebuku

No Izin usaha pertambangan Luas (ha) 1 PT Banjar Asri 3 312 2 PT Bahari Cakrawala Sebuku 14 207 3 PT Cahaya Sebuku Coalindo 1 007 4 PT Karya Bumi Sebuku 1 095 5 PT Karbon Mahakam 168 6 PT Metalindo Bumi Raya 1 173 7 PT Sebuku Iron Lateristic Ore 8 085

Jumlah 29 047

Page 36: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

21

Berdasarkan data dari tabel diatas, menunjukkan bahwa PT BCS

mempunyai IUP terbesar dan yang kedua adalah PT SILO. Izin usaha

pertambangan yang diberikan ternyata ada beberapa perusahaan yang memiliki

wilayah tumpang tindih satu sama lain, namun wilayah yang tumpang tindih

tersebut tidak menjadi masalah bagi masing-masing perusahaan. Hal ini karena

dilihat dari segi bahan galian tambangnya hanya berpotensi untuk satu jenis dan

tidak terlalu berpotensi untuk jenis bahan galian yang lain. Misalkan pada daerah

Tanah Putih berpotensi besar untuk Batubara (PT KM), tetapi kandungan biji

besinya (PT SILO) kurang berpotensi. Peta izin usaha pertambangan kecamatan

Pulau Sebuku dapat dilihat pada Gambar 9. Sedangkan Luas area izin usaha

pertambangan perusahaan di Pulau Sebuku dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Luas Area Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan di Pulau Sebuku

No Izin usaha pertambangan Luas (ha)

1 PT BCS dan PT SILO 1 560 2 PT CSC dan PT BA 1 3 PT CSC dan PT SILO 926 4 PT KBS dan PT BA 1 5 PT KBS dan PT SILO 1 027 6 PT KM dan PT SILO 1 7 PT MBR dan PT SILO 29

*Jumlah 25 504

*Jumlah total lebih luas dari Pulau Sebuku karena adanya tumpang tindih (IUP)

Sumber: Kajian lingkungan hidup strategis Pulau Sebuku tahun 2011

Page 37: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

22

Gambar 4 Peta batas administrasi desa Kecamatan Pulau Sebuku

Page 38: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

23

Gambar 5 Peta aksesibilitas menuju lokasi tambang pit Tanah Putih

Page 39: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

24

Gambar 6 Peta sumber penghasilan utama Kecamatan Pulau Sebuku

Page 40: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

25

Gambar 7 Peta penggunaan lahan Kecamatan Pulau Sebuku

Page 41: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

26

Gambar 8 Peta status kawasan hutan Kecamatan Pulau Sebuku

Page 42: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

27

Gambar 9 Peta izin usaha pertambangan Kecamatan Pulau Sebuku

Page 43: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

28

Gambar 10 Kondisi jalan menuju tapak

HASIL DAN PEMBAHASAN

Aspek Fisik

Lokasi dan Aksesibilitas

Lokasi penelitian terletak di kawasan tambang pit Tanah putih yang berada

pada kordinat 116020’43’’BT dan 3

031’20’’LS. Saat ini lokasi tapak penelitian

sedang dilakukan proses hydroseeding dan recountouring yang bertujuan untuk

meminimalkan area dengan kelerengan yang curam dan pemulihan kondisi fisik

tanah dengan penanaman vegetasi penutup tanah. Desa Mandin adalah desa yang

letaknya paling dekat dari tapak penelitian sekitar 0.5 km. Keberadaan

pemukiman yang dekat dengan lokasi penelitian dapat menjadi mata pencaharian

baru bagi masyarakat sekitar dan sebagai daya tarik bagi pengunjung. Namun,

bagi masyarakat untuk sementara ini tidak bisa mengakses secara langsung

menuju lokasi. Hal ini disebabkan tapak penelitian masih dalam kawasan zona

aktif pertambangan.

Akses menuju lokasi penelitian dapat dicapai dengan menggunakan speed

boat selama 2 jam dari Kotabaru menuju Dermaga Tanjung Kepala (dermaga

khusus yang dibangun oleh PT BCS). Kemudian dari dermaga dilanjutkan dengan

menggunakan kendaraan yang disediakan oleh perusahaan melalui jalan

pengangkutan tambang. Selain itu, lokasi tambang PT BCS juga dapat ditempuh

dengan pesawat selama 55 menit dari Kota Balikpapan.

Kondisi jalan dari dermaga menuju lokasi penelitian kurang baik dengan

kondisi berupa tanah dan batuan, sehingga kondisi jalan tersebut ketika panas

berdebu, dan licin apabila sedang hujan. Pada musim kemarau dilakukan

penyiraman sepanjang jalan oleh pihak perusahaan untuk mengurangi kadar debu

yang ditimbulkan oleh kendaraan tambang yang melintas. Namun, di sisi lain

jalan ini mempunyai kualitas visual yang cukup baik karena di sepanjang jalan

terdapat pemandangan yang alami seperti rimbunan pohon, rawa dan bentukan

lahan yang berbukit-bukit. Selain itu, biasanya terdapat beberapa ekor binatang

liar yang melintas atau hanya berada di sisi jalan yang ditemui pada titik-titik

tertentu sepanjang jalur jalan menuju lokasi tapak. Oleh karena itu, hal tersebut

sangat potensial sebagai salah satu objek atau daya tarik wisata. Agar dapat

menunjang dalam merencanakan suatu kawasan wana wisata di Pulau Sebuku,

perlu adanya perbaikan kualitas jalan seperti pemadatan tanah, pemberian rambu -

rambu dan penerangan pada jalan untuk mengedepankan faktor keamanan dan

kenyamanan pengguna. Kondisi jalan menuju tapak dan peta analisis lokasi

penelitian dapat dilihat pada Gambar 10 dan 11.

Page 44: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

29

Gam

bar

11 P

eta

anal

isis

lokas

i pen

elit

ian

Page 45: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

30

Kondisi Eksisting Tapak

Menurut laporan RTRW Kabupaten Kotabaru Tahun 2002 (Perda

Kabupaten Kotabaru No. 03 Tahun 2002), areal penambangan PT BCS termasuk

dalam kawasan budidaya tanaman tahunan (perkebunan) dan sebagian areal

kegiatan pertambangan berada di kawasan hutan produksi tetap. Lahan yang

berada di wilayah PT BCS berdasarkan peta status kawasan hutan sebagaimana

yang disajikan dalam AMDAL PT BCS tahun 2006, sebagian merupakan

kawasan hutan dengan rician sebagai berikut (Tabel 11).

Tabel 11 Luas kawasan hutan di dalam Perjanjian Karya Pengusahaan

Pertambangan Batubara (PKP2B) PT BCS

No Fungsi Luas (ha)

1 Areal Penggunaan Lain (APL) 869

2 Hutan produksi 1799

3 Hutan produksi konversi 2112

4 Kawasan suaka dan pelestarian alam 936

Sumber: Amdal PT BCS tahun 2006

Berdasarkan SK Menhut No. 453/Kpts-II/1999 semua kawasan tambang di

pit Tanah Putih adalah hutan produksi tetap dan hutan produksi konversi.

Penambangan di pit Tanah Putih berada pada kawasan rawa yang didominasi oleh

semak dan pada sisi bagian barat merupakan Cagar Alam Selat Sebuku. Lahan

bekas tambang tidak selalu dikembalikan seperti peruntukan semula. Hal ini

tergantung pada penetapan tataguna lahan wilayah tersebut. Tataguna lahan bekas

tambang umumnya dijadikan hutan sekunder dengan akses tertutup dan

meninggalkan lubang besar yang semakin lama akan menjadi danau.

Kondisi eksisting pada tapak penelitian meliputi area reklamasi, jalan,

kolam pengendapan (settling pond) dan danau (void). Danau pada tapak

merupakan lubang yang ditimbulkan dari bekas kegiatan pertambangan. Luas

danau adalah 51 ha. Hal ini merupakan suatu potensi daya tarik visual pada tapak

karena danau tersebut sangat luas serta memiliki aliran air yang tenang, dengan

kualitas warna yang cukup bening. Danau tersebut dapat dimanfaatkan sebagai

irigasi pertanian dan habitat satwa ketika baku mutu air sudah mencapai standar

yang telah ditentukan. Namun pada saat sekarang air danau mempunyai nilai pH

yang tergolong cukup masam. Sehingga memerlukan perlakuan khusus untuk

menurunkan nilai pH agar menjadi normal dan bisa dimanfaatkan secara

maksimal untuk daerah sekitarnya maupun pengembangan aktivitas di atas danau.

Pada bagian barat tebing danau terdapat kontruksi tiang pancang yang

merupakan bekas kegiatan pertambangan dan mempunyai fungsi untuk mencegah

erosi atau longsor sekaligus juga dapat sebagai pembatas antara area tambang

dengan hutan produksi dan Cagar Alam Selat Sebuku. Pada tapak penelitian

masih menggunakan kolam pengendapan (settling pond) untuk mengurangi

kandungan logam berat dan menurunkan nilai pH yang terkandung pada air danau

bekas tambang sebelum air di alirkan ke perairan umum.

Kondisi jalan pada tapak mempunyai lebar sekitar 10 meter, jalan ini

biasanya digunakan hanya untuk keperluan observasi atau pemantauan kondisi

sekitar tapak oleh pihak karyawan. Kondisi jalan ini sudah cukup baik, namun

ketika hujan kondisi jalan menjadi licin. Hal ini disebabkan karena kegiatan

Page 46: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

31

1. Danau dan hutan produksi 2. Kolam pengendapan

3. Jalan tambang pit Tanah Putih 4. Area reklamasi

Gambar 12 Kondisi eksisting tapak

pertambangan pada pit Tanah Putih belum di tutup total sehingga perlu rencana

dan perbaikan kondisi jalan dengan pemadatan lapisan tanah, pemberian rambu-

rambu dan penerangan jalan untuk mendukung faktor keamanan dan kenyamanan

pengguna. Kondisi di sekitar tapak masih dalam proses pemulihan kesuburan

tanah dengan penanaman vegetasi menggunakan metode hidroceeding, sebagian

sudah mulai tumbuh tanaman penutup tanah. Pada bagian timur terdapat area yang

sudah direklamasi dan sudah berumur 3 tahun. Kondisi area reklamasi tersebut

masih terdapat beberapa tanaman yang tumbuh kurang baik, sehingga perlu

dilakukan pemupukan dan penyulaman. Pada area reklamasi ini juga sudah

dilakukan penyisipan tanaman lokal. Peta kondisi eksisting dan analisis kondisi

eksisting pada tapak dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14.

Pada tahap ini dilakukan analisis hidrologi dengan metode skoring untuk

mengetahui kesesuain dan potensi sebagai pengembangan wana wisata pada tapak

dengan kriteria, yaitu: (1) Sesuai, dengan skor 1 serta standar kesesuainnya adalah

tapak didominasi oleh lahan terbuka, tidak terdapat struktur bangunan dan

vegetasi selain groundcover. Pada area tersebut berpotensi sebagai pengembangan

aktivitas dan fasilitas pada tapak. (2) Cukup sesuai, dengan skor 2 serta standar

kesesuainnya adalah tapak cukup didominasi oleh penggunaan lahan terbuka,

terdapat beberapa vegetasi dan struktur bangunan. Pada area tersebut berpotensi

sebagai pengembangan aktivitas dan fasilitas pada tapak, namun lebih

memperhatikan kondisi eksisting yang bisa dipertahankan. (3) Tidak sesuai,

dengan skor 3 dan standar kesesuainnya adalah tapak didominasi oleh bangunan

maupun vegetasi. Pada area ini berpotensi untuk dijadikan area konservasi untuk

mendukung area sekitarnya. Pada area high wall berpotensi sebagai daya tarik

visual karena mempunyai ciri khas lahan bekas tambang. Kondisi eksisting pada

tapak dapat dilihat pada Gambar 12.

Page 47: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

32

Gam

bar

13 P

eta

kondis

i ek

sist

ing t

apak

Page 48: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

33

Gam

bar

14 P

eta

anal

isis

kondis

i ek

sist

ing t

apak

Page 49: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

34

Gambar 15 Kondisi tanah pada tapak

Jenis dan Karakteristik Tanah

Berdasarkan dokumen AMDAL PT BCS tahun 2005, Jenis tanah di daerah

pit Tanah Putih termasuk entisol atau tanah rawa. Secara umum, tanah tersebut

termasuk dalam jenis tanah yang memiliki kejenuhan basa bervariasi dan nilai pH

berkisar asam hingga alkalin. Jenis tanah entisol cenderung memiliki tekstur kasar

dengan kadar organik dan nitrogen rendah, tanah ini mudah teroksidasi dengan

udara. Tanah entisol mempunyai kelembapan dan pH yang selalu berubah, hal ini

karena tanah entisol selalu basah dan terendam dalam cekungan. Tanah ini

biasanya sering disebut dengan tanah sulfat masam (cat clay) karena banyak

mengandung asam sulfat yang tinggi sehingga dapat menjadi racun bagi tanaman.

Selain itu, pH masam juga dapat mempengaruhi mudah atau tidaknya unsur hara

yang diserap oleh tanaman, sehingga menyebabkan unsur-unsur hara mikro

menjadi mudah larut. Tanah yang mengandung pH terlalu masam dapat dikurangi

dengan penambahan kapur.

Pada penelitian ini dilakukan pengambilan lima titik sampel tanah pada

tapak. Metode yang digunakan adalah metode komposit, yaitu dengan

mencampurkan hasil dari pengambilan kelima sampel tanah. Kondisi tanah pada

tapak penelitian telah mengalami perbedaan struktur dari awal sebelum sampai

sesudah proses penambangan. Tanah ini telah terkomposit (overburden) dan

bahan batuan lain selama proses penambangan berlangsung. Sehingga perlu

penambahan tanah pucuk (top soil) pada area yang digunakan sebagai tempat

tumbuh tanaman. Kondisi tanah dan peta pengambilan sampel tanah pada tapak

bisa dilihat pada Gambar 15 dan 17.

Lokasi tambang pit Tanah Putih merupakan area bekas tambang yang baru

saja ditutup sebagian, oleh karena itu, vegetasi pada tapak sangat minim dan hanya

ada pada area yang sudah direvegetasi sebagian, yang terletak di bagian barat.

Kondisi tapak juga masih didominasi oleh hamparan tanah urukan (overburden).

Serta terdapat beberapa titik yang mempunyai kelerengan yang relatif curam serta

rawan akan terjadinya longsor, sehingga perlu proses (recountouring) atau

perataan kondisi tanah sehingga membentuk bentukan yang landai. Lapisan tanah

yang ada di lokasi penelitian sudah tercampur aduk antara lapisan tanah atas dan

bawah atau lapisan dari horizon A, B bahkan C, sehingga secara kimia terjadi

Page 50: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

35

pencampuran sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing horizon tersebut.

Secara fisik jelas sangat berbeda dari kondisi awalnya karena terjadi perusakan

struktur pada tanah tersebut. Dapat disimpulkan bahwa tanah hasil penutupan

kembali pada lokasi pertambangan batubara memiliki tingkat kesuburuan yang

rendah baik dari sifat fisik maupun kimia. Hasil analisis sifat kimia dan fisik tanah

bisa dilihat pada Tabel 12 dan Tabel 13.

Tabel 12 Kriteria penilaian sifat kimia tanah (Staf Pusat Penelitian Tanah, 1983)

Tanah Sangat

Rendah

Rendah Sedang Tinggi Sangat

Tinggi

Ph 4,5-5,5 *5,6-6,5 6,6-7,5 7,6-8,5 >8,5

C

organik

<1,00 *1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 >5,00

N Total *<0,10 0,10-0,20 0,21-0,50 0,51-0,75 >0,75

Rasio

C/N

<5 5-10 11-15 16-25 *>25

Kation dapat ditukar

Ca <2 2-5 6-10 *11-20 >20

Mg <0,4 0,4-1,0 1,1-2,0 2,1-8,0 *>8-0

K <0,1 0,1-0,2 0,3-0,5 0,6-1,0 *>1,0

Na <0,1 0,1-0,3 0,4-0,7 0,8-1,0 *>1,0

KTK <5 *5-16 17-24 25-40 >40

Al-Hdd

Al 3+

*<10 10-20 21-30 31-60 >60

*range angka hasil uji laboratorium analisis tanah

Hasil laboratorium analisis tanah menunjukkan bahwa nilai pH H20 sebesar

6. Hal ini bisa dikatakan bahwa pH bersifat agak masam dan banyak mengandung

konsentrasi mion H+ di dalam tanah. pH dapat menentukan mudah tidaknya unsur

hara dapat diserap oleh tanaman baik unsur hara mikro maupun makro. Unsur

hara mikro adalah unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dengan jumlah tidak

terlalu banyak. Jika terlalu banyak maka akan menjadi racun bagi tanaman. pH

diatas bersifat agak masam mengakibatkan unsur hara mikro agak mudah larut,

sehingga ditemukan unsur hara mikro yang tidak terlalu banyak dan masih bisa

diterima dengan baik oleh tanaman. Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan

sifat kimia yang selalu terkait dengan tingkat kesuburan tanah. Tanah yang

mempunyai KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih baik

dari pada tanah dengan KTK rendah. Nilai KTK pada tabel diatas termasuk dalam

kriteria tinggi dan didominasi oleh kation basa seperti Ca, Mg, K, dan Na

(kejenuhan basa tinggi) yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Berdasarkan analisis tanah yang diukur dengan segitiga tekstur tanah

menunjukkan bahwa tanah di wilayah tambang pit Tanah Putih umumnya

bertekstur liat dengan tingkat kesuburan rendah. Ditinjau dari fraksi tanah di

wilayah studi merupakan tekstur tanah yang ideal karena tanah bertekstur liat

mempunyai daya lekat (kohesif) yang sangat tinggi. Tanah bertekstur liat yang

tinggi, dalam keadaan basah mudah menjadi lumpur tetapi dalam keadaan kering

menjadi keras dan berbongkah. Segitiga struktur tanah bisa dilihat pada Gambar

16.

Page 51: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

36

Gambar 16 Segitiga tekstur tanah

Tabel 13 Hasil analisis sifat fisik tanah

Bulkdensity

(g/cm3)

Porositas

(%)

Kadar Air (% Volume) pada PF Air

Tersedia

Permeabilitas

(cm/jam) PF1 PF2 PF

2,54

PF 4,2

0.96 63.68 50.46 42.31 34.26 15.21 19.05 54.26

Bobot isi merupakan indikator kepadatan tanah. Makin tinggi nilai bobot isi

pada tanah maka makin sulit akar tanaman untuk menembus. Pada umumnya

bobot isi berkisar 1.1–1.6 g/cc. (Hardjowigeno Sarwono 2013). Pada hasil analisis

laboratorim pada tabel diatas, nilai bulk density pada tapak adalah 0.96 g/cm3.

Nilai tersebut tergolong rendah sehingga tanah mudah ditembus oleh akar

tanaman.

Nilai porositas tanah pada tapak tergolong tinggi yaitu 63.68 %, sehingga

sangat baik untuk mendukung daya serap tanah terhadap air permukaan tanah.

Kadar air pada PF yang ideal untuk tanaman terletak pada kondisi PF 2.54%

dengan nilai 34.26%. Hal ini disebabkan karena kandungan air yang ada di dalam

tanah cukup untuk diserap oleh tumbuhan. Namun pada kondisi PF 4.2 dengan

nilai 15.21% tanaman akan mengalami fase layu permanen jika keseterdiaan air

pada tanah kurang dari 15.21 % dari volume, dan mengakibatkan kematian pada

tanaman. Menurut Hammer (1978), nilai permeabilitas >25.4 cm/jam masuk pada

kriteria cepat. Permeabilitas adalah laju aliran air ke dalam tanah baik secara

vertikal maupun horisontal yang diserap oleh tanaman. Permeabilitas tanah pada

tapak masuk dalam kriteria cepat dengan nilai 54.26 cm/jam.

Karakter fisik tanah pada lahan bekas tambang sangat berbeda dengan

karakteristik fisik tanah pada umumnya. Tanah pada lahan bekas tambang sudah

mengalami kerusakan baik secara fisik maupun kimia. Dari uraian diatas bahwa

kondisi tanah pada tapak masih kurang subur akibat dari kegiatan bekas tambang,

sehingga memerlukan beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas tanah tersebut.

Restorasi lahan bekas tambang harus dilakukan untuk memperbaiki kualitas tanah

yang sudah rusak. Upaya restorasi lahan dapat dilakukan dengan cara rekontruksi

lahan, pengelolahan tanah pucuk maupun penanaman tanaman penutup tanah.

Page 52: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

37

Gam

bar

17 P

eta

lokas

i p

engam

bil

an s

ampel

tan

ah

Page 53: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

38

Topografi dan Kemiringan Lahan

Kondisi topografi pada wilayah tambang pit Tanah Putih mempunyai variasi

ketinggian dari permukaan laut yang tidak terlalu besar yaitu 10 mdpl. Hal ini

disebabkan karena pasca kegiatan penambangan hasil penimbunan overburden.

Kemiringan lereng paling curam pada tapak ditunjukkan pada batas antara danau

(void) dengan hutan produksi serta cagar alam yang dibatasi oleh tembok yang

terdiri dari deretan tiang pancang (retaining wall) yang berfungsi untuk mencegah

terjadinya longsor. Kondisi hidrologi pada tapak dapat dilihat pada Gambar 18.

Luas area tiap presentase kemiringan lahan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Luas area tiap persentase (%) kemiringan lahan tapak

No Tingkat kemiringan Persentase (%) Luas area (Ha)

1 Datar 0-8 96.6

2 Landai 8-15 24.8

3 Agak curam 15-30 5.6

4 Curam 30-45 2.2

5 Terjal >45 0.8

Sumber: Peraturan direktur jenderal bina pengelolaan daerah aliran sungai dan

perhutanan sosial. No. P.4/V-SET/2013

Tingkat kemiringan lahan pada tapak beragam dan keadaan topografi pada

tapak umumnya relatif datar. Pada persentase kemiringan 0-8% memiliki luas

terbesar pada tapak, dan pada area ini termasuk dalam kategori kemringan datar.

Oleh karena itu, area ini berpotensi dan sesuai untuk pengembangan aktivitas dan

fasilitas pada tapak. Persentase kemiringan 8-15% memiliki luas terbesar kedua

pada tapak dengan kategori kemiringan agak curam. Pada area ini berpotensi dan

sesuai untuk pengembangan aktivitas dan fasilitas pengunjung yang tidak terlalu

padat. Persentase kemiringan 15-30% memiliki luas terbesar ketiga pada tapak

yang termasuk dalam kategori agak curam dan berpotensi sebagai area

pengembangan aktivitas pengunjung, tetapi harus lebih mengedepankan faktor

keamanan bagi pengunjung. Persentase kemiringan antara 30-45% pada tapak

yang termasuk dalam kategori curam, area ini masih dapat dimanfaatkan untuk

pengembangan tapak, yaitu berpotensi dengan dijadikan sebagai area konservasi

untuk memperkuat area dengan dinding tebing yang curam sekaligus dapat

dimanfaatkan sebagai daya tarik visual lanskap. Sedangkan pada persentase

kemiringan >45% merupakan area dengan luas terkecil pada tapak yaitu 0.8 yang

termasuk dalam kategoti tingkat kemiringan terjal. Pada area tersebut dapat

dimanfaatkan khususnya pada high wall yang berpotensi sebagai daya tarik visual

lanskap serta mempunyai karakter kuat sebagai ciri kekhasan area bekas tambang

tambang. Perlu adanya perlakuan khusus pada daerah high wall untuk mencegah

terjadinya erosi atau longsor dengan metode penanaman vegetasi seperti

hydroseeding.

Hydroseeding adalah metode revegetasi atau penanaman kembali pada lahan

yang kritis seperti lahan bekas tambang dengan menggunakan media air yang

dicampur dengan berbagai macam biji seperti sorgum, kacanga-kacangan dan

padi. Metode tersebut biasanya digunakan pada lahan kritis seperti lahan bekas

tambang yang berfungsi untuk pemulihan kondisi tanah agar cepat kembali

Page 54: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

39

1. Kondisi datar dan landai 2. Kondisi agak curam

3. Kondisi curam dan terjal

Gambar 18 Kondisi kemiringan lahan di lokasi tambang pit Tanah Putih

menjadi stabil sebelum ditanami pohon. Secara umum kondisi tapak relatif datar

dan terdapat beberapa titik yang memliki lahan relatif bergelombang sehingga

dapat menjadi potensi visual serta mencegah kemonotonan pada tapak. Pada area

yang bergelombang sebaiknya dimanfaatkan untuk aktivitas atau kegiatan yang

bersifat pasif karena memiliki kemiringan yang relatif curam sehingga dapat

membahayakan pengguna dan rawan longsor. Peta topografi dan klasifikasi kelas

kemiringan lahan dapat dilihat pada Gambar 19 dan 20.

Bentuk topografi dan kelas kemiringan lahan merupakan salah satu faktor

penting untuk menganalisis kesesuaian aktivitas dan fasilitas yang akan

dikembangkan pada tapak. Selain itu, hal tersebut juga terkait dengan faktor yang

menentukan kenyamanan dan keamanan pengunjung pada tapak. Oleh karena itu

pada tahap ini dilakukan analisis kemiringan lahan dengan metode skoring untuk

mengetahui kesesuain dan potensi pada tapak dengan kriteria, yaitu: (1) Sesuai,

dengan skor 1 serta standar kesesuainnya adalah datar dan landai. Pada area

tersebut berpotensi sebagai pengembangan aktivitas dan fasilitas dengan tingkat

pengunjung yang tidak terlalu padat. (2) Cukup sesuai, dengan skor 2 serta standar

kesesuaiannya adalah agak curam. Pada area tersebut masih berpotensi sebagai

pengembangan aktivitas pada tapak, namun lebih mengedepankan faktor

keamanan para pengunjung. (3) Tidak sesuai, dengan skor 3 dan standar

kesesuainnya curam dan terjal. Pada area ini berpotensi untuk dijadikan area

konservasi untuk memperkuat area yang curam agar tidak terjadi erosi atau

longsor, kemudian pada area high wall berpotensi sebagai daya tarik visual yang

mempunyai ciri khas lahan bekas tambang.

Page 55: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

40

Gam

bar

19 P

eta

topogra

fi

Page 56: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

41

Gam

bar

20 P

eta

kla

sifi

kas

i kel

as k

emir

ingan

lah

an

Page 57: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

42

Gam

bar

21 P

eta

anal

isis

kem

irir

ngan

lah

an

Page 58: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

43

1. Outlet utama danau 2. Kondisi perairan danau

3. Kolam pengendapan

Gambar 22 Kondisi hidrologi di lokasi tambang pit Tanah Putih

Hidrologi

Pertambangan batubara yang menggunakan sistem pertambangan terbuka

akan menimbulkan lubang besar pada tanah, ketika hujan lubang tersebut dapat

menampung air sehingga membentuk suatu danau. Danau pada tapak penelitian

juga ditimbulkan akibat dari kegiatan pasca tambang yang dilakukan oleh pihak

perusahaan. Lokasi tapak penelitian mempunyai danau dengan luas 51 ha dan

kedalaman mencapai -85 m. Air pada danau berasal dari curah hujan yang

tertampung dan tinggi maksimum air berada pada titik 10 mdpl. Outlet dari danau

menuju ke arah utara yang mengalir melalui parit dan menuju ke Sungai

Sarakaman. Terdapat beberapa inlet kecil yang berasal dari air permukaan (run

off) sekitar tapak. Inlet kecil yang berasal dari aliran permukaan tersebut perlu

diperhatikan karena alirannya melalui area yang masih belum padat tanahnya

sehingga memungkinkan terjadinya erosi atau longsor kecil pada beberapa bagian

area tersebut.

Menurut (AMDAL PT BCS 2006), ada tiga sungai yang mempunyai

peran sangat penting sehubungan dengan adanya kegiatan penambangan di pit

Tanah Putih yaitu: Sungai kanibungan, Sungai Tarusan, dan Sungai Sarakaman.

Namun dari ketiga sungai tersebut, Sungai Sarakaman merupakan sungai yang

jaraknya paling dekat dengan lokasi penelitian, sehingga Sungai Sarakaman dapat

tercemar dari kegiatan penambangan di daerah pit Tanah Putih karena merupakan

badan air penerima air limbah yang paling dekat dari lokasi pertambangan.

Kondisi hidrologi pada tapak bisa dilihat pada Gambar 22. Peta hidrologi bisa

dilihat pada Gambar 23.

Page 59: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

44

Sistem pengelolaan hidrologi yang diterapkan pada lokasi penelitian

adalah menggunakan kolam pengendapan (settling pond), sistem ini bertujuan

untuk menampung air hasil pompa yang berasal dari danau kemudian masuk ke

kolam pengendapan dengan pemberian kapur, kemudian mengalir menuju kolam

berikutnya. Setelah air berada pada kolam terakhir, air harus di lakukan

pengamatan kandungan pH dan logam berat sesuai dengan ketentuan nilai yang

telah ditetapkan baku mutunya sebelum air dialirkan ke perairan umum.

Sementara ini saluran pembuangan air dari danau masih dilakukan secara

mekanik dengan menggunakan mesin pompa yang disalurkan menuju kolam

pengendapan (settling pond). Penggunaan mesin pompa selain mengalirkan air

dari danau menuju ke kolam pengendapan juga untuk menjaga kestabilan

ketinggian air agar tetap sesuai pada titik ketinggian yang diharapkan, sehingga

tidak mengganggu dan membahayakan kegiatan pertambangan yang masih aktif

yang berada disebelah utara lokasi penelitian.

Kualitas air pada danau masih dalam kategori buruk, hasil laboratorim

penilaian kandungan pH dan zat kimia seperti Fe, Mn, dan Al pada kolam

pengendapan lebih rendah dibandingkan dengan air yang ada di danau. Nilai pH

airnya adalah 4 dan tergolong masam. Hal ini disebabakan karena tingginya kadar

ion H+ dalam air danau. pH yang bersifat asam mempunyai pengaruh kurang baik

untuk tanaman atau tanah yang ada disekitar tapak. Salah satu perlakuan untuk

menaikkan nilai pH agar menjadi pH netral, pihak PT BCS membuat kolam

pengendapan yang terdiri dari 4 baris kolam dan menambahkan kapur untuk

menaikkan nilai pH menjadi netral sebelum air mengalir ke perairan umum

disekitar tapak. Sedangakan untuk mengurangi kandungan logam berat yang ada

dalam air bisa menggunakan metode filtrasi dengan jenis tanaman seperti eceng

gondok (Eichornia crassipes), tifa (Typha angustifolia) dan apu-apu (Pistia

stratiotes) yang ditanam di kolam pengendapan. Namun hal ini juga perlu

pemeliharaan dan pengendalian secara intensif terhadap pertumbuhan tanaman

tersebut agar tidak menjadi hama atau juga bisa menjadi penghambat laju aliran

air karena banyaknya tumbuhan yang tumbuh pada kolam pengendapan. Namun

pemantauan harus tetap dilakukan untuk menjaga baku mutu nilai pH dan

kandungan logam air agar tetap stabil sebelum dialirkan ke perairan umum.

Pada tahap ini dilakukan analisis hidrologi dengan metode skoring untuk

mengetahui kesesuain dan potensi untuk pengembangan wana wisata pada tapak

dengan kriteria, yaitu: (1) Sesuai, dengan skor 1 serta standar kesesuainnya adalah

tidak terdapat inlet, outlet, ataupun drainase. Pada area tersebut berpotensi sebagai

pengembangan aktivitas dan fasilitas pada tapak. (2) Cukup sesuai, dengan skor 2

serta standar kesesuainnya adalah terdapat inlet, outlet, ataupun drainase. Pada

area tersebut berpotensi sebagai pengembangan aktivitas dan fasilitas pada tapak.

Pada area tersebut masih berpotensi sebagai pengembangan aktivitas pada tapak,

namun lebih mengedepankan faktor keamanan para pengunjung. (3) Tidak sesuai,

dengan skor 3 dan standar kesesuainnya adalah terdapat inlet, outlet yang rentan

terhadap daya dukung. Pada area ini berpotensi untuk dijadikan area konservasi

untuk memperkuat area yang curam agar tidak terjadi erosi atau longsor,

kemudian pada area high wall berpotensi sebagai daya tarik visual yang

mempunyai ciri khas lahan bekas tambang. Peta analisis hidrologi dapat dilihat

pada Gambar 24.

Page 60: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

45

Gam

bar

23 P

eta

hid

rolo

gi

Page 61: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

46

Gam

bar

24 P

eta

anal

isis

hid

rolo

gi

Page 62: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

47

Gambar 25 Grafik curah hujan bulanan daerah Pulau Sebuku periode 2004

(sumber: AMDAL PT BCS Tahun 2006)

Iklim

Berdasarkan (AMDAL PT BCS 2006) daerah sekitar Pulau Sebuku

merupakan daerah hujan tropis. Hal ini ditandai dengan adanya pergantian dua

musim, yaitu musim penghujan pada bulan Desember – Mei dan musim kemarau

pada bulan Juni – November. Intensitas hujan bervariasi dari rendah sampai tinggi

dengan durasi waktu pendek sampai panjang. Daerah tropis faktor iklim

terpenting yang menentukan besarnya tanah tererosi adalah hujan. Menurut

(Kohnke 1968), Karakteristik hujan yang mempengaruhi erosi adalah intensitas

hujan, lama hujan, total curah hujan, energi kinetik hujan, ukuran butir, kecepatan

dan bentuk jatuhnya hujan serta distribusi hujan.

Grafik di bawah ini menunjukkan nilai rata-rata hujan bulanan periode

2004. Rata-rata hujan bulanan pada grafik tersebut adalah 184 mm/bulan dengan

curah hujan tertinggi pada bulan Maret sebesar 387 mm/bulan dan curah hujan

terendah pada bulan Agustus 3 mm/bulan. Menurut klasifikasi Oldeman, bulan

basah adalah bulan dengan curah hujan >200 mm dan bulan kering adalah bulan

dengan curah hujan <100 mm. Berdasarkan curah hujan bulanan daerah Pulau

Sebuku periode 2004, terdapat 4 bulan kering dan 8 bulan basah. Hal ini dapat

berpengaruh terhadap masyarakat dalam memenuhi ketersediaan air pada bulan-

bulan kering.

Kondisi Suhu udara pada siang hari di daerah sekitar tambang PT BCS

berkisar antara 29oC - 33

oC dan kelembapan juga pada siang hari berkisar antara

47.5% - 68%. Suhu tertinggi dan kelembapan terendah terjadi di lokasi tambang

pit Tanah Putih. Hal ini disebabkan daerah tersebut merupakan daerah yang

terbuka. Lama penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan September dan

terendah pada bulan Desember. Kondisi sinar matahari yang panas pada siang hari

dapat dikurangi dengan pemanfaatan vegetasi untuk menciptakan iklim mikro

yang nyaman. Menurut Brooks (1998), untuk mengontrol intensitas sinar matahari

dapat digunakan vegetasi yang dapat menghasilkan bayangan dan dapat

mengurangi radiasi matahari. Rata-rata lama penyinaran matahari termasuk

050100150200250300350400450

Januari

Februari

Maret

April M

eiJuni Ju

li

Agustus

September

Oktober

November

Desember

Page 63: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

48

Pengaruh vegetasi terhadap intensitas penyinaran

Pengaruh vegetasi terhadap iklim mikro (Brooks 1988)

Gambar 26 Pengaruh vegetasi terhadap iklim mikro (Brooks 1988)

sedang yaitu 50.78%, sehingga daerah ini sering berawan. Lama penyinaran

matahari <50% terjadi antara bulan November sampai dengan April. Angin

terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara, angin bergerak dari yang

bertekanan tinggi ke tempat yang bertekanan rendah. Hal ini bisa disebabkan

karena pengaruh lokasi Pulau Sebuku terletak dekat garis khatulistiwa. Pengaruh

vegetasi terhadap iklim mikro menurut (Brooks, 1988) dapat dilihat pada Gambar

26.

Page 64: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

49

Gambar 27 Kondisi hidrologi di lokasi tambang pit Tanah Putih

Kualitas Visual Lanskap

Area lanskap bekas tambang pit Tanah Putih merupakan area yang

berbatasan langsung dengan hutan produksi dan cagar alam, sehingga daerah ini

sangat rentan terjadi perubahan ekosistem. Pada sisi bagian barat yang berbatasan

langsung dengan hutan produksi dan cagar alam, pihak perusahaan membangun

retaining wall yang berupa deretan tiang pancang untuk memisahkan area

tambang dengan cagar alam dan berfungsi untuk mencegah terjadinya erosi atau

longsor pada sisi-sisi dinding tebing danau. Hal tersebut dapat menciptakan suatu

bentukan lanskap yang unik pada dinding tepi danau. Vegetasi eksisiting yang

berada di kawasan cagar alam dan hutan produksi adalah vegetasi mangrove.

Kumpulan vegetasi tersebut membentuk suatu greenbelt dengan panjang sekitar 1

km. Pada bagian timur tapak terdapat area reklamasi yang sudah berumur 3 tahun.

Area tersebut sudah dilakukan program penyisipan tanaman lokal seperti alaban

(Viteks pubescens), karet alam (Hevea brasiliensis), dan gamal (Glerisidia

maculate). Lokasi tapak penelitian ini juga terdapat danau yang cukup luas akibat

dari kegiatan penambangan, sehingga berpotensi dapat mendatangkan satwa untuk

singgah atau bisa menjadi habitatnya. (Gambar 27).

4. Area reklamasi bagian timur

tapak

1. Retaining wall pada tebing danau 2. Vegetasi mangrove bagian barat

3. Bentukan linier vegetasi mangrove

Page 65: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

50

Gam

bar

28 P

eta

anal

isis

vis

ual

lan

skap

Page 66: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

51

Aspek Biofisik

Vegetasi

Revegetasi perlu dilakukan pada area bekas tambang dengan lahan terbuka,

hal ini mempunyai tujuan untuk mengembalikan penutupan lahan serta pemulihan

kesuburan tanah. Pemilihan vegetasi terhadap lahan pasca tambang sangat penting

baik berupa syarat tumbuh maupun fungsi dari vegetasi tersebut. Peran vegetasi

sangat penting bagi pemuliaan kesuburan tanah maupun kestabilan lereng.

Vegetasi dengan perakaran yang memencar dalam topsoil akan melindungi tanah

dari erosi karena pengikatan partikel-partikel tanah oleh akar. Selain itu, vegetasi

juga dapat menyerap dan menyimpan air dengan daya serap tinggi dan tingkat

transpirasi rendah sehingga dapat mengkonservasi tanah dan air.

Pada bagian timur tapak terdapat sebagian area yang sudah direklamasi dan

sudah berumur 3 tahun dengan ketinggian pohon rata-rata 7-15 m. Pohon yang

ditanam diantaranya akasia, johar, lamtoro dan trembesi. Beberapa tanaman lokal

sudah disisipkan pada area tersebut. Perlu adanya perlakuan khusus terhadap

tanaman lokal dengan pemberian pupuk dan penyulaman terhadap tanaman yang

mati. Pada area reklamasi banyak terdapat jenis tanaman cepat tumbuh, sehingga

perlu adanya variasi tanaman lain untuk saling mendukung pertumbuhan dan

menambah nilai estetika, serta lebih dikhususkan pada tanaman lokal.

Sebagain besar wilayah tambang pit Tanah Putih adalah daerah rawa dan

banyak terdapat semak-semak serta hanya sedikit vegetasi lain yang tersebar pada

tempat tertentu. Diantaranya rumput bluntas (Pluchea indica), genjoran (Digitaria

sanguinalia), nipah (Nipa fruticans) dan pakis rawa (Ceratopteris thalictroides).

Pada daerah hutan produksi didominasi oleh vegetasi mangrove, kemudian pada

bagian timur terdapat area reklamasi yang sudah dilakukan proses penyisipan

tanaman lokal seperti alaban (Viteks pubescens), karet alam (Hevea brasiliensis),

dan gamal (Glerisidia maculate). Kondisi vegetasi pada tapak bisa dilihat pada

Gambar 29.

Tabel 15 Jenis pohon yang ditanam di area reklamasi PT BCS

No Nama lokal Spesies Jenis

1 Madang bakau Madang Bakau Lokal

2 Pulantan Alstonia scholaris Lokal

3 Karet Hevea brasiliensis Lokal

4 Sungkai Peronema canescens Non lokal

5 Kemiri Aleurites moluccana Lokal

6 Sengon Paraserianthes falcataria Non lokal

7 Rambutan Nephelium lappaceum Lokal

8 Mangga Mangifera indica Lokal

9 Gamal Glerisidia maculate Lokal

10 Jambu mente Anacardium occidentale Lokal

11 Jambu hutan Eugenia sp. Lokal

12 Akasia Accacia mangium Non lokal

13 Cempedak Arthocarpus cempeden Lokal

14 Alaban Viteks pubescens Lokal

Sumber: Rencana pentutpan lahan PT BCS tahun 2012

Page 67: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

52

Gambar 29 Kondisi vegetasi pada tapak

Satwa

Satwa yang berada pada lokasi tambang pit Tanah Putih terdiri dari 4 jenis

species yaitu: mamalia, reptil, amphibi dan aves. Jenis spesies mamalia yang

dilihat di sekitar tapak adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), babi

hutan (Sus barbatus), tupai (Sundasciurus lowii) dan bekantan (Nasalis larvatus).

Kemudian pada reptil ditemukan biawak (Veranus salvator), kadal hijau (Mabuia

multifasciata), ular hijau (Hemalophagus hannak). Pada species amphibi hanya

ditemukan katak hujan (Rana.sp). Sedangkan pada aves ditemukan elang bondol

(Haiantus indus). Namun keberadaan satwa tersebut akan terganggu seiring

dengan berjalannya perluasan daerah pertambangan. Hal ini bisa di kendalikan

dengan proses reklamasi lahan bekas tambang dengan memperhatikan jenis

vegetasi dan disesuaikan dengan habitat dan kebutuhan satwa yang ada di sekitar

tapak, sehingga satwa-satwa tersebut dapat kembali ke dalam habitat asalnya.

Satwa di lokasi tambang pit Tanah Putih bisa dilihat pada Gambar 26

Tabel 16 Jenis mamalia yang berada di kawasan tambang PT BCS

No Nama lokal Nama ilmiah

1 Tikus besar lembah Sundamys muelleri

2 Babi hutan Sus barbatus

3 Rusa Cervus unicolor

4 Kera kecil Hylobates muelleri

5 Monyet ekor panjang Cynogale bennetti

6 Berang-berang Paradoxurus hermaphroditus

7 Musang Sundasciurus lowii

8 Tupai Callosciunus orates

9 Bajing Nycticebus coucang

10 Bekantan Nasalis larvatus

Sumber: Rencana penutupan lahan PT BCS tahun 2012

1. Tanaman akasia pada tapak 2. Kondisi vegetasi bagian barat

Page 68: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

53

Tabel 17 Jenis reptil yang berada di kawasan tambang PT BCS

No Nama lokal Nama ilmiah

1 Kadal tanah Calotus jubatus

2 Biawak Veranus salvator

3 Kadal hijau Mabuia multifasciata

4 Ular tadung Ophiophagus hannak

5 Ular air Hemalophagus hannak

6 Ular hijau Leptophis ahaetulla

7 Ular sawah Bangarus fasciatus

Sumber: Rencana pentupan lahan PT BCS tahun 2012

Tabel 18 Jenis burung yang berada di kawasan tambang PT BCS

No Nama lokal Nama ilmiah

1 Bondol rawa Lonchura malacca

2 Layang-layang batu Hirundo tahitia

3 Cinenen kelabu Orthomus rufficeps

4 Merbah gunung Pycnonotus flavescens

5 Kucica kampung Copsychus saularis pluto

6 Madu bakau Nectarinia calcostetha

7 Elang bondol Halantus indus

Sumber: Rencana pentupan lahan PT BCS tahun 2012

Tabel 19 Jenis amfibi yang berada di kawasan tambang PT BCS

No Nama lokal Nama ilmiah

1 Katak hujan Rana sp

2 Katak hijau Rana limnocharis

3 Katak coklat Rana erythraea

4 Timpakul Periopthalmus

5 Kura-kura Novemradiatus Orilitia sp

Sumber: Rencana pentupan lahan PT BCS tahun 2012

Kondisi tapak untuk sekarang ini masih merupakan lahan bekas tambang

yang baru, sehingga pada tapak sangat sulit dijumpai satwa yang dulu merupakan

habitat aslinya. Hal ini disebabkan oleh faktor habitat yang rusak, ketersediaan

makanan berkurang khususnya vegetasi yang sebagai sumber makanan dan tempat

beristirahat sudah tidak ada akibat dari kegiatan pertambangan. Seiring dengan

berjalannya proses reklamasi pada tapak, satwa-satwa tersebut akan kembali lagi

ke habitat awalnya dengan syarat proses reklamasi juga memperhitungkan aspek

fisik dan biofisik sehingga dapat mengembalikan lahan seperti semula dengan

menyediakan vegetasi yang bisa menjadi habitat, tempat istirahat dan bisa

meningkatakan ketersediaan makanan bagi satwa-satwa tersebut.

Page 69: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

54

Gambar 30 Satwa pada tapak

Sumber: BAPPEDA Kotabaru Kalimantan Selatan tahun 2011

Aspek Sosial

Demografi

Jumlah penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011 mencapai 7 832

jiwa dengan kepadatan lebih kurang 30 jiwa/ Km2. Penduduk terbanyak di Desa

Sekapung yaitu 1 495 jiwa dan wilayah tambang pit Tanah Putih sebagai tapak

penelitian berada di Desa Mandin. Jumlah dan kepadatan penduduk Pulau Sebuku

bisa dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Jumlah dan kepadatan penduduk Kecamatan Pulau Sebuku tahun 2011

No Desa Penduduk

(Jiwa)

Luas

Wilayah

(Km2)

Kepadatan

(Jiwa/Km2)

1 Sekapung 1495 37 40

2 Kanibungan 674 46 15

3 Mandin 533 29 18

4 Belambus 329 12 27

5 Sarakaman 809 34 24

6 Sungai Bali 1354 34 40

7 Rampa 1493 17 88

8 Tanjung Mangkuk 695 36 19

Total 7832 245 30

2. Monyet ekor panjang

(Cynogale bennetti) 1. Bondol rawa

(Lonchura malacca )

3. Bekantan

(Nasalis larvatus)

Page 70: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

55

Lokasi penelitian terletak di Desa Mandin, sedangkan Desa Sarakaman dan

Belambus adalah desa yang jaraknya kurang lebih 1-2 km dari tapak penelitian.

Jumlah dan penduduk Desa Mandin adalah 533 jiwa, Belambus 329 jiwa,

Sarakaman 809 jiwa. Rata-rata mata pencaharian penduduk dua desa tersebut

selain menjadi karyawan PT BCS adalah berkebun salah satu komoditasnya adalah

karet alami dan perikanan tangkap.

Perilaku dan Keinginan Penduduk

Perilaku dan kebiasaan masyarakat sebuku selain melaut adalah berkebun.

Hal ini dipengaruhi oleh letak geografis Pulau Sebuku yang berada di tengah laut.

Selain di bidang pertambangan, matapencaharian utama penduduk Kecamatan

Pulau Sebuku sebagian besar bergerak di bidang pertanian. Pertanian terbagi

menjadi dua, yaitu perkebunan dan perikanan. Komoditi utama perkebunannya

adalah karet alam, sedangkan untuk perikanan komoditi utamanya adalah

perikanan tangkap. Klasifikasi wilayah dengan matapencaharian utama penduduk

di Kecamatan Pulau Sebuku dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Matapencaharian utama masyarakat pulau sebuku

No Desa Sumber penghasilan utama Komiditi utama

1 Sekapung Pertambangan Perikanan Tangkap

2 Kanibungan Pertambangan Karet

3 Mandin Pertanian Karet

4 Belambus Pertanian Karet

5 Sarakaman Pertanian Karet

6 Sungai Bali Pertanian Karet

7 Rampa Pertanian Perikanan

8 Tanjung Mangkuk Pertanian Karet

Sumber: BAPPEDA Kotabaru, Kalimantan Selatan tahun 2011

Desa Mandin, Sarakam dan Belambus adalah desa yang jaraknya paling

dekat dengan lokasi penelitian. Kegiatan pada waktu luang yang biasanya

dilakukan oleh penduduk ketiga desa tersebut adalah berkebun, dan memancing.

Hasil wawancara tertutup di dua desa yaitu Desa Mandin dan Belambus bahwa

masyarakat mengetahui tentang program penutupan lahan pasca tambang

(reklamasi), sebagian pendapat masyarakat setuju jika pada area bekas tambang di

jadikan suatu kawasan wana wisata. Hal ini didasari keinginan masyarakat tentang

adanya kawasan wisata di daerah Pulau Sebuku, karena kebanyakan masyarakat

Pulau Sebuku melakukan kegiatan rekreasi ke Kotabaru yang membutuhkan waktu

sekitar 2 jam dengan biaya transportasi yang relatif mahal. Rencana tersebut

didukung dengan keikutsertaan dan partisipasi masyarakat seperti menyediakan

alat transportasi, penginapan dan menjaga area reklamsi dengan cara ikut menanam

bibit karet dan durian pada area reklamsi. Rencana perencanaan wana wisata ini

selain memberikan dampak ekonomi terhadap wilayah Kecamatan Pulau Sebuku

juga secara tidak langsung dapat mempercepat pemulihan lahan bekas tambang

menjadi lahan yang stabil, baik aspek fisik dan biofisiknya serta mendukung dari

keberlanjutan proses reklamasi.

Page 71: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

56

Aspek Wisata

Kegiatan pertambangan menimbulkan bentukan lahan yang berbeda dengan

bentuk sebelumnya baik secara fisik maupun kimia. Dampak dari kegiatan

pertambangan yang paling terlihat jelas adalah perubahan pada bentuk permukaan

lahan (landform) seperti lubang dan dinding tebing yang terjal. Namun hal

tersebut dapat menjadi suatu daya tarik kekhasan tambang. Beberapa potensi

peninggalan bekas tambang yang dapat dikembangkan dan mendukung rencana

wana wisata yaitu:

1. Danau (Void)

Danau merupakan salah satu ciri khas peninggalan bekas kegitan

pertambangan terbuka, luas danau pada tapak adalah 51 ha. Luas pada danau

dapat menghasilkan dan menciptakan kualitas visual lanskap yang menarik,

namun perlu perhatian dan perlakuan khusus untuk meningkatkan kualitas air agar

dapat dimanfaatkan sebagai aktivitas wisata di atas danau.

2. Dinding Terjal (High wall)

Area highwall terdapat pada sisi bagian barat tapak, sebagian area tersebut

terdiri dari deretan tiang pancang. Tiang pancang tersebut dibangun oleh

perusahaan untuk mencegah terjadinya erosi karena bagian tersebut berbatasan

langsung dengan hutan produksi dan Cagar Alam Selat Sebuku. Pada bagian

lainnya khususnya pada pinggir danau juga terdapat beberapa tebing-tebing

curam.

3. Hutan Produksi dan Cagar Alam Selat Sebuku

Kawasan hutan produksi dan Cagar Alam Selat Sebuku keberadaanya

sangat penting bagi kawasan pit Tanah Putih khususnya pada tapak penelitian.

Kawasan tersebut dapat menunjang rencana kegiatan wana wisata dengan

mendatangkan persebaran flora dan fauna disekitar tapak dan bisa menjaga

keseimbangan ekosistem. Keberadaan hutan produksi dan Cagar Alam Selat

Sebuku juga dapat menjadi potensi visual tapak yang bentuknya seperti greenbelt

mempunyai pola linier dengan kombinasi tanaman yang hijau.

4. Area Revegetasi

Area revegetasi merupakan bagian dari area reklamasi yang bertujuan untuk

memperbaiki kualitas lahan yang telah mengalami degradasi akibat dari kegiatan

pertambangan agar dapat berfungsi kembali sesuai dengan peruntukkan seperti

semula.Jenis tanaman yang dipilih untuk area revegetasi adalah tanaman yang

toleran terhadap lingkungan yang telah terdegradasi dan mempunyai laju

pertumbuhan relatif cepat sehingga dapat memperbaiki kualitas tanah.

Aspek Legal

Kebijakan Nasional Penataan Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau kecil diatur

dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2007 tentang

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Pengertian pengelolaan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah suatu proses perencanaan,

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau

kecil (terdiri dari sumber daya hayati, sumber daya nonhayati; sumber daya

buatan, dan jasa-jasa lingkungan) antar sektor, antara pemerintah dan pemerintah

Page 72: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

57

daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan

manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dilakukan dengan

mempertimbangkan aspek-aspek berikut ini.

1. Keserasian, keselarasan, dan keseimbangan dengan daya dukung ekosistem,

fungsi pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi ruang dan waktu,

dimensi teknologi dan sosial budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;

2. Keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber daya, fungsi, estetika

lingkungan, dan kualitas lahan pesisir; dan

3. Kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses masyarakat dalam

pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang mempunyai fungsi

sosial dan ekonomi.

Rencana zonasi membuat suatu jaringan spasial di atas lingkungan pesisir

dan laut. Rencana ini memisahkan pemanfaatan sumber daya yang saling

bertentangan dan menentukan yang mana kegiatan-kegiatan yang dilarang dan

diijinkan ditunjukkan untuk setiap zona peruntukan. Ini merupakan suatu upaya

untuk menciptakan suatu keseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan

pembangunan dan konservasi. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, dinyatakan bahwa ruang adalah wadah yang meliputi

ruang darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi sebagai satu

kesatuan wilayah, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Tata ruang adalah wujud dari struktur dan pola ruang dimana struktur ruang

adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan parasarana dan

sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial-ekonomi masayarakat

yang secara hierarki memiliki hubungan fungsional, sedangkan pola ruang adalah

distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang

untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

Menurut laporan RTRW Kabupaten Kotabaru Tahun 2002 (Perda

Kabupaten Kotabaru No. 03 Tahun 2002), areal penambangan PT BCS termasuk

dalam kawasan budidaya tanaman tahunan perkebunan. Berdasarkan peta

kehutanan terbaru, SK Menhut No. 453/Kpts-II/1999 semua kawasan tambang di

pit Tanah Putih adalah hutan produksi tetap dan hutan produksi konversi.

Penambangan di pit Tanah Putih berada pada kawasan rawa yang didominasi oleh

semak dan pada sisi bagian barat merupakan Cagar Alam Selat Sebuku.

Tapak penelitian telah ditetapkan sebagai kawasan hutan produksi.

Ketetapan hutan produksi pada area ini akan mendukung pengembangan kawasan

ini sebagai kawasan wana wisata. Tapak penelitian juga dapat berfungsi sebagai

penyangga dari area hutan produksi dan cagar alam selat sebuku yang berada

disebelah barat tapak, sehingga membutuhkan perhatian lebih untuk

mengkonservasi dan dapat menjaga keseimbangan ekosistem.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Pasal 28 Tahun 1999 tentang

Pengelolaan hutan, dinyatakan bahwa pemanfaatan hutan produksi dapat berupa

pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan hasil hutan

kayu maupun bukan kayu, serta pemungutan hasil hutan kayu dan bukan kayu.

Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan wana wisata dapat termasuk dalam

pemanfaatan jasa lingkungan.

Page 73: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

58

Analisis dan sintesis

Pada tahap analisis mempunyai beberapa alternatif kegiatan atau aktivitas

yang berpotensi untuk dikembangkan pada tapak. Alternatif kegiatan tersebut

terbagi menjadi aktivitas darat dan air dengan memperhatikan kondisi fisik dan

biofisik pada tapak. Setelah membuat peta-peta tematik seperti peta analisis

kemiringan lereng, peta analisis hidrologi, dan peta analisis kondisi eksisting

tapak kemudian dioverlay sehingga menghasilkan peta komposit (Gambar 31).

Selanjutnya akan ditentukan program ruang pada tapak dengan hubungan antar

ruang yang tepat. Tapak dibagi menjadi 3 zona kesesuaian ruang untuk wana

wisata yaitu zona sesuai, cukup sesuai dan tidak sesuai. Analisis deskriptif

dilakukan pada semua aspek untuk mengetahui potensi dan kendala pada tapak

yang kemudian ditentukan solusinya. Hasil analisis dan sintesis dapat dilihat pada

tabel 9.

Berdasarkan hasil analisis perlu dibuat area yang dapat menunjang fungsi

wana wisata dengan memperhatikan nilai edukasi, keselamatan pengunjung dan

nilai konservasi pada tapak. Oleh karena itu, pada sintesis akan dibuat rencana

blok atau block plan yang terbagi menjadi tiga zona ruang yaitu ruang aktif, semi

aktif, dan ruang pasif. Gambar block plan dapat dilihat pada Gambar 32.

1. Zona Aktif

Zona aktif adalah area yang sangat potensial untuk pengembangan aktivitas

pada tapak. Zona ini terbagi menjadi empat yaitu ruang penerimaan, ruang wisata

edukasi indoor, outdoor dan ruang rekreasi. Ruang penerima sebagai pintu masuk

ke dalam tapak (welcome area), ruang pelayanan sebagai ruang pelayanan

pengunjung, sedangkan ruang wisata edukasi indoor, outdoor dan rekreasi sebagai

area aktivitas pengunjung.

2. Zona Semi Aktif

Zona semi aktif adalah area yang cukup potensial untuk pengembangan

aktivitas pada tapak, namun perlu berbagai pertimbangan dalam proses

pengembangan aktivitas pada area tersebut. Zona ruang ini adalah ruang wisata

edukasi pendukung.

3. Zona Pasif

Zona pasif adalah area yang memiliki fungsi utama sebagai area konservasi.,

Namun, pada beberapa area tertentu masih ada sedikit aktivitas sebatas bersantai

dan duduk-duduk.

Page 74: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

59

Gam

bar

31 P

eta

anal

isis

kom

posi

t

Page 75: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

60

Tab

el 2

2 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

fis

ik t

apak

Page 76: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

61

Tab

el 2

2 A

nal

isis

dan

Sin

tesi

s A

spek

Fis

ik T

apak

Tab

el 2

3 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

fis

ik t

apak

(la

nju

tan)

Page 77: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

62

Tab

el 2

4 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

fis

ik t

apak

(la

nju

tan)

Page 78: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

63

Tab

el 2

5 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

bio

isik

tap

ak

Page 79: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

64

Tab

el 2

6 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

sosi

al t

apak

Page 80: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

65

Tab

el 2

7 A

nal

isis

dan

sin

tesi

s as

pek

wis

ata

tap

ak

Page 81: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

66

Gam

bar

32 B

lock

pla

n

Page 82: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

67

Gambar 33 Diagram konsep ruang

Konsep

Konsep Dasar

Konsep dasar dalam perencanaan lanskap ini adalah menjadikan area

bekas tambang sebagai kawasan wana wisata yang berbasis edukatif, rekreatif dan

konservatif.

Konsep Pengembangan

Konsep Ruang

Konsep ruang dalam perencanaan ini memiliki tujuan untuk menata ruang

yang akan dikembangkan pada tapak. Pembagian ruang disesuaikan dengan aspek

fisik, biofisik dan sosial. Pembagian ruang pada tapak dibagi menjadi empat zona

ruang berdasarkan aktivitas yang akan dikembangkan yaitu ruang penerimaan,

ruang wisata edukasi, ruang rekreasi, dan ruang konservasi.

Ruang outdoor terdiri dari wisata edukasi outdoor, wisata edukasi

pendukung yang mempunyai fungsi edukasi dan area rekreasi yang bersifat

rekreatif dengan kegiatan atau aktivitas lebih banyak dilakukan di luar ruangan.

Sedangkan ruang indoor terdapat pada area wisata edukasi indoor yang

mempunyai fungsi edukasi dengan aktivitas lebih dominan dilakukan dalam

ruangan. Pada ruang konservasi berfungsi untuk mendukung keberlanjutan proses

reklamasi dan menjaga kelestarian kawasan wana wisata. Diagram konsep ruang

dapat dilihat pada Gambar 33.

Konsep Wisata

Konsep wana wisata dalam perencanaan ini adalah bersifat edukatif, rekreatif

dan konservatif dengan tingkatan aktif dan pasif. Wisata edukasi dikelompokkan

menjadi wisata edukasi di dalam ruangan (indoor), wisata edukasi di luar ruangan

(outdoor) dan wisata edukasi pendukung. Aktivitas wisata edukasi indoor

Page 83: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

68

dipusatkan pada museum tambang yang kegiatannya terdiri dari proses

pertambangan, mengenal alat-alat pertambangan, sejarah tambang, mengenal

vegetasi dan satwa serta budaya lokal. Aktivitas wisata edukasi outdoor dipusatkan

di luar ruangan, kegiatannya meliputi bird watching, melihat pemandangan,

interpretasi satwa dan vegetasi. Aktivitas wisata edukasi pendukung merupakan

pelengkap dari wisata edukasi outdoor yang mempunyai fungsi edukasi yaitu

belajar serta mengetahui bagaimana proses pengolahan bahan produksi seperti

getah karet serta dapat menikmati buah durian hasil dari kebun produksi. Pada area

rekreasi terdapat area piknik dan outbound dengan berbagai fasilitas penunjang.

Selain itu, terdapat dek kayu yang berada ditepi danau dan perahu untuk

berkeliling mengitari danau dengan tujuan dapat menikimati pemandangan dengan

suasana lanskap yang alami dan khas tambang. Pada area konservasi aktivitas yang

bisa dilakukan hanya bisa jalan-jalan, duduk-duduk dan sangat minim aktivitas, hal

ini bertujuan untuk mengurangi kerusakan akibat adanya aktivitas manusia dan

melindungi area konservasi agar dapat mendukung keberlanjutan dari proses

reklamasi.

Kegiatan wana wisata pada tapak direncanakan agar dapat mengakomodasi

kebutuhan wisata dari segala usia dan golongan ekonomi. Wana wisata ini juga

diharapkan tidak hanya dapat dinikmati oleh pengunjung, tetapi masyarakat lokal

dan pegawai tambang juga dapat menikmatinya. Selain itu, wana wisata ini dapat

dimanfaatkan dan digunakan sebagai kawasan untuk melakukan penelitian terkait

kawasan bekas tambang. Kegiatan wana wisata dalam perencanaan ini harus tetap

terbatas pemanfaatannya sesuai dengan daya dukung kawasan agar tetap terjaga

kelestariannya serta mendukung keberlanjutan dari proses reklamasi. Matrik

hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak bisa dilihat pada Tabel 28.

Tabel 28 Matriks hubungan sumberdaya dengan aktivitas pada tapak

Page 84: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

69

Konsep Fasilitas

Konsep fasilitas dalam perencanaan lanskap bekas tambang ini adalah

menyediakan fasilitas yang dapat menunjang aktivitas dan fungsi dalam setiap

ruang yang bersifat edukatif, rekreatif dan konservatif.

Wisata edukasi dikelompokkan menjadi wisata edukasi di dalam ruangan

(indoor) dan wisata edukasi di luar ruangan (outdoor). Fasilitas pada area wisata

edukasi outdoor salah satunya adalah museum tambang yang didalamnya terdapat

berbagai miniatur seperti peralatan tambang, foto kondisi sebelum dan pasca

tambang, sejarah, budaya dan lain-lain. Sedangkan edukasi di luar ruangan

(outdoor) terdiri dari wisata edukasi outdoor dan edukasi pendukung. Pada wisata

edukasi outdoor terdapat fasilitas seperti papan interpretasi dan menara pandang

yang digunakan untuk aktivitas bird watching serta interpretasi satwa maupun

vegetasi. Pada wisata edukasi pendukung terdapat fasilitas ruang pengolahan bahan

produksi seperti getah karet dan buah durian untuk memberi pengetahuan tentang

bagaimana proses pengolahan bahan produksi seperti getah karet serta dapat

menikmati buah durian hasil dari kebun produksi. Pada area rekreasi terdapat

fasilitas dek kayu yang berada ditepi danau dan perahu untuk mengelilingi danau

dengan tujuan dapat menikimati pemandangan dengan suasana lanskap yang alami

dan khas tambang. Sedangkan pada area konservasi terdapat fasilitas seperti

gazebo.

Penempatan fasilitas pada setiap ruang disesuaikan dengan kondisi fisik,

biofisik serta standar yang ada dan daya dukung pada tapak. Luas bangunan

disesuaikan dengan standar yang ada dan penempatannya tidak bersifat masal atau

berkelompok, sehingga dapat menambah kesan alami pada tapak. Fasilitas yang

direncanakan pada tapak khususnya pada elemen hardscape bersifat ramah

lingkungan, terutama dari bahan atau material yang digunakan adalah dari bahan

kayu dan mempunyai bentuk yang sesuai serta identik dengan budaya lokal.

Fasilitas pelayanan yang direncanakan diantaranya gerbang, loket tiket, ruang

pengelola, ruang informasi, ruang rescue, tempat parkir, pos jaga, mushola, kios,

kantin, toko cinderamata, toilet, gazebo, dek dan terminal perahu, museum

tambang, area outbound, menara pandang, papan informasi, jaring apung, gazebo,

area piknik dan tempat duduk.

Konsep Sirkulasi

Konsep sirkulasi dalam perencanaan lanskap bekas tambang ini memiliki

fungsi memberi kemudahan dan kenyamanan bagi pengunjung sebagai

penghubung antar ruang dalam tapak atau dalam ruang itu sendiri. Konsep jalur

sirkulasi dibagi menjadi tiga, yaitu jalur sirkulasi primer, sekunder dan tersier.

Jalur sirkulasi primer berupa jalur yang menghubungkan antara jalur utama dengan

jalur penerimaan yang dapat dilalui kendaraan bermotor. Jalur sirkulasi sekunder

berupa jalur yang menghubungkan antar objek rekreasi di dalam tapak yang hanya

dapat dilalui oleh pejalan kaki dan jalur tersier merupakan jalur yang terdapat

dalam objek rekreasi serta ditambah jalur sirkulasi air. Sirkulasi ini akan

direncanakan mengelilingi sebagian area danau. Gambar diagram konsep sirkulasi

dapat dilihat pada Gambar 34.

Page 85: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

70

Gambar 34 Diagram konsep sirkulasi

Konsep Vegetasi

Konsep vegetasi dalam perencanaan lanskap bekas tambang ini bertujuan

untuk mendukung proses reklamasi, mengkonservasi tanah dan air, serta

menciptakan iklim mikro pada tapak. Konsep vegetasi disesuaikan dengan

aktivitas dan fungsi tiap ruang pada tapak. Vegetasi yang digunakan pada area

wisata edukasi indoor lebih dominan menggunakan vegetasi estetik, karena

aktivitas yang dilakukan lebih banyak di dalam ruangan dan area tersebut dekat

dengan ruang penerimaan yang mempunyai kesan menarik. Pada area wisata

edukasi outdoor vegetasi yang digunakan adalah vegetasi edukasi yang dibagi

menjadi tiga tipe yaitu (1) area tanaman pembibitan, vegetasi yang

dikembangbiakkan adalah seluruh vegetasi yang digunakan pada tapak untuk

proses reklamasi. Pada area ini lebih mengutamakan proses perbanyakan dan cara

perkembangbiakkan tanaman yang digunakan untuk reklamasi area bekas

tambang. (2) area tanaman lokal yang terdiri dari vegetasi lokal yang ditanam pada

tapak untuk mendukung proses reklamasi, pada area ini memberitahukan koleksi

tanaman serta bentuk atau morfologi tanaman lokal yang digunakan untuk

reklamasi lahan bekas tambang. (3) area tanaman reklamasi, yaitu koleksi vegetasi

yang digunakan untuk proses reklamasi pada tapak baik lokal maupun non lokal.

Area ini memberitahukan koleksi atau jenis vegetasi lokal maupun non lokal serta

bentuk morfologi tanaman yang ditanam pada tapak dengan tujuan reklamasi lahan

bekas tambang. Pada area reklamasi, vegetasi yang digunakan lebih dominan

peneduh dan estetik, hal ini untuk membuat kesan menarik dan menciptakan

kenyamanan untuk pengunjung dalam melakukan aktivitas.Pada area kebun

produksi, vegetasi yang digunakan adalah vegetasi yang dapat dimanfaatkan dalam

bentuk non kayu, vegetasi yang digunakan adalah karet alam dan durian yang

Page 86: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

71

dapat diproduksi seperti getah karet dan buah durian. Pada area konservasi,

vegetasi yang digunakan adalah vegetasi fast growth dan pioneer baik lokal

maupun non lokal. Terdapat beberapa tipe vegetasi seperti bambu yang digunakan

pada area tertentu (sempadan danau) yang mempunyai fungsi konservasi yaitu

dapat mengikat air dan tanah lebih baik.

Konsep vegetasi dalam perncanaan lanskap bekas tambang ini dibagi

menjadi enam fungsi, yaitu sebagai berikut.

1. Fungsi konservasi

Pemanfaatan vegetasi yang berfungsi untuk mengkonservasi tanah, habitat

satwa dan air. Vegetasi konservasi di dalam tapak terutama dikembangkan di area

sempadan danau dan area yang memiliki kemiringan yang curam sampai sangat

curam. Pemilihan jenis vegetasi diutamakan yang mempunyai fungsi konservasi

tanah dan air khususnya vegetasi lokal untuk menjadi habitat satwa lokal.

2. Fungsi Penyangga

Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk peneduh dan pembatas antar aktivitas

yang memerlukan border. Vegetasi penyangga terutama dikembangkan di sekitar

area reklamasi.

3. Fungsi Estetika

Pemanfaatan vegetasi berfungsi sebagai elemen keindahan pada tapak, yang

mampu menghadirkan suasana visual yang baik. Vegetasi estetika dikembangkan

di area penerimaan, sekitar bangunan dan area rekreasi.

4. Fungsi Pengarah

Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk mengarahkan pada area sirkulasi dan

objek tertentu. Vegetasi dikembangkan di sepanjang jalur sirkulasi.

5. Fungsi Edukasi

Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk memberi pengetahuan kepada

pengunjung mengenai pemilihan tanaman yang digunakan dalam proses reklamasi

lahan pasca tambang. Vegetasi edukasi terutama dikembangkan di area edukasi

outdoor.

6. Fungsi Produksi

Pemanfaatan vegetasi berfungsi untuk menghasilkan produk hasil non kayu

seperti getah dan buah untuk dikelola lebih lanjut. Hal ini dapat memberikan

pengetahuan dan meningkatkan ekonomi wilayah dengan hasil pemanfaatan

produksi hasil non kayu.

Perencanaan lanskap

Perencanaan lanskap merupakan pengembangan dari konsep menjadi

rencana dalam tapak. Pada tahap ini konsep yang telah dibuat kemudian

dikembangkan menjadi bentuk perencanaan lanskap yang menggambarkan seluruh

fungsi, aktivitas, dan fasilitas yang direncanakan dalam tapak. Rencana lanskap ini

meliputi rencana ruang, rencana aktivitas, rencana vegetasi, rencana fasilitas,

rencana sirkulasi dan rencana daya dukung.

Page 87: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

72

Gambar 35 Matriks hubungan antar ruang dalam tapak

Rencana Ruang

Perencanaan ruang dalam tapak dibuat dengan mempertimbangkan

kebutuhan masing-masing ruang yang dikembangkan dalam tapak. Rencana ruang

dibagi menjadi beberapa tipe ruang dan sub ruang. Program rencana ruang, fungsi,

dan luas ruang yang direncanakan dalam tapak dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29 Program ruang, fungsi, dan luas yang direncanakan pada tapak.

Zona (ruang) Sub ruang Fungsi Luas (ha)

Ruang Penerimaan Penerimaan Penerimaan 0.34

Pelayanan Pelayanan 1.23

Ruang Wisata Edukasi Indoor Edukasi 0.16

Outdoor Edukasi 51.3

Pendukung Pengolahan dan edukasi 1.08

Ruang Rekreasi Alternatif Rekreasi 2.32

Ruang Konservasi Hutan produksi Produksi 19.23

Konservasi Konservasi 151.51

Penempatan ruang terhadap aktivitas dan fasilitas harus diikuti dengan

perhitungan daya dukung ruang. Perhitungan daya dukung disesuaikan dengan

rencana fasilitas. Perhitungan daya dukung fasilitas terhadap tapak ini bertujuan

agar pengunjung dalam suatu ruang tidak melebihi kapasitas ruang tersebut,

sehingga tapak tersebut akan tetap terjaga kelestariannya selama tidak melampaui

daya dukung.

Setiap ruang di dalam tapak memiliki jarak dan hubungan yang berbeda

antara ruang yang satu dengan lainnya. Hubungan ruang pada tapak dibagi

menjadi tiga bagian. Pertama, hubungan yang erat menunjukkan bahwa antar

ruang tersebut saling berdekatan dan saling menunjang. Kedua, hubungan yang

cukup erat menunjukkan hubungan antar ruang yang tidak harus berdekatan tetapi

saling menunjang. Ketiga, hubungan yang tidak erat menunjukkan hubungan

ruang yang tidak saling berdekatan dan tidak saling menunjang. Matrik hubungan

antar ruang dan rencana ruang tapak dapat dilihat pada Gambar 34 dan 35.

Page 88: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

73

Gam

bar

36 R

enca

na

ruan

g

Page 89: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

74

Rencana Sirkulasi

Sirkulasi merupakan sarana penghubung anatar ruang dan berbagai fasilitas

penunjang yang terdapat pada suatu kawasan. Sirkulasi yang akan direncanakan

yaitu mengakomodasi kebutuhan pengunjung yang berjalan kaki dan berperahu

menikmati pemandangan atau menuju suatu ruang. Selain itu terdapat juga jogging

track bagi para pengunjung yang ingin jogging dan bersantai. Selain itu jalur

sirkulasi juga akan direncanakan bagi masyarakat sekitar yang menggunakan

kendaraan bermotor berupa jalur akses atau sirkulasi umum.

Jalur sirkulasi pada tapak dibagi menjadi tiga (Tabel 30), yaitu jalur sirkulasi

primer, sekunder, dan tersier. Jalur primer berupa jalur utama yang

menghubungkan jalan utama dengan ruang penerimaan yang dapat dilalui

kendaraan bermotor. Jalur ini direncanakan pada area gerbang utama tapak dengan

lebar 10 m untuk akses keluar masuk.

Jalur sirkulasi sekunder merupakan jalur yang menghubungkan antar ruang

di dalam tapak yang hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki. Jalur ini

mengakomodasi pengunjung menikmati keindahan sekitar tapak dengan berjalan

atau jogging. Material yang digunakan pada jalur ini berupa bahan bekas galian

tambang (overburden) yang dipadatkan. tambang paving dengan lebar 2 m. Hal ini

digunakan untuk menambah suasana rekreasi tambang yang khas.

Jalur sirkulasi tersier merupakan jalur yang terdapat dalam objek rekreasi

dan hanya dapat dilalui oleh pejalan kaki, ditambah dengan jalur sirkulasi air yang

difungsikan untuk mengakomodasi pengunjung yang ingin melakukan rekreasi

berperahu. Rencana sirkulasi dapat dilihat pada Gambar 36.

Tabel 30 Rencana sirkulasi pada tapak

No Sirkulasi Pengguna Panjang

(m)

Lebar

(m)

Material Penempatan

1 Primer

Jalur utama

tapak

Kendaraan

dan sepeda

7 072.19 10.00

Aspal

Area

Penerimaan

2 Sekunder

Pedestrian Pejalan kaki 7 137.65 2.00 Overburden

dan pasir

Antar objek

rekreasi

3 Tersier

Jalur

pedestrian

Pejalan kaki 2 513.08 2.00 Overburden

dan pasir

Pembatas

ruang

Jalur

rekreasi air

Perahu - - - Danau

Page 90: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

75

Gam

bar

37 R

enca

na

sirk

ula

si

Page 91: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

76

Rencana Vegetasi

Rencana vegetasi yang direncanakan adalah setelah lahan pasca tambang

telah dilakukan upaya reklamasi dengan ditanami tanaman pioneer atau fast

growing seperti pohon akasia (Acacia mangium) dan sengon (Paracerianthes

falcataria) untuk membentuk lingkungan yang dapat mendukung vegetasi lain.

Rencana vegetasi dikembangkan berdasarkan konsep vegetasi yang telah

ditentukan berdasarkan fungsi vegetasi tersebut antara lain fungsi konservasi,

penyangga, estetika, dan pengarah. Rencana vegetasi dapat dilihat pada Gambar

38.

1. Vegetasi Konservasi

Vegetasi konservasi pada tapak akan dikembangkan terutama pada ruang

konservasi dengan luas 203 ha. Salah satu fungsi vegetasi ini adalah untuk

mengkonservasi tanah dan air serta mencegah erosi. Vegetasi tersebut harus

memiliki bentuk perakaran yang dalam dan mampu menyimpan dalam waktu yang

lama. Contoh vegetasi tersebut adalah beringin (Ficus benjamina), bambu

(Bambussa sp.). Selain pada area konservasi vegetasi tersebut dapat ditanam pada

area yang curam.

Vegetasi konservasi juga mempunya fungsi sebagai habitat satwa dan

melestarikan tanaman lokal. Pembentukan habitat satwa dilakukan dengan

pemilihan tanaman lokal atau tanaman eksisting pada tapak sebelum dilakukan

proses pertambangan. Berdasarkan AMDAL PT BCS tahun 2006, pada kawasan

pit Tanah Putih dan sekitarnya terdapat jenis-jenis vegetasi seperti durian (Durio

zibethinus), ulin (Eusyderoxylon), bangkirai (Dipterocarpus caudiferus), alaban

(Vitex pubescens), kemiri (Aleurites moluccana) dan karet alam (Havea

brasiliensis).

2. Vegetasi Penyangga

Penggunaan vegetasi penyangga berfungsi untuk membatasi tapak dengan

lingkungan luar atau pemisah antar aktivitas pada tapak yang memerlukan border.

Ciri-ciri vegetasi pada daerah penyangga adalah mempunyai tajuk yang cukup

rindang, tidak menghasilkan buah yang besar, menarik, dan tajuknya dapat

berfungsi sebagai tabir. Pada ruang konservasi dipilih beberapa tanaman lokal

sehingga dapat menyangga habitat satwa. Vegetasi yang dapat ditanam pada area

ini adalah ulin (Eusyderoxylon), jabon (Anthocephalus cadamba), sengon (Albizia

falcataria), dan akasia (Acacia mangium).

3. Vegetasi Estetika

Vegetasi estetika berfungsi untuk memperlihatkan aspek keindahan tanaman

baik dari segi bentuk, warna, bunga, batang dan tajuk. Vegetasi estetika

dikembangkan pada area penerimaan, pelayanan, area piknik dan beberapa area

rekreasi. Tanaman estetika juga juga berfungsi sebagai kenyamanan, peneduh,

penahan aingin dan dapat ditanam secara kelompok dan acak agar terlihat dinamis.

Contoh vegetasi yang dapat ditanam pada kawasan ini adalah ketapang

(Terminalia catappa), flamboyan (Delonix regia), kecrutan (Spathodea

campanulata), dan bungur (Lagerstromia indica).

Page 92: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

77

4. Vegetasi Pengarah

Penggunaan vegetasi pengarah berfungsi untuk mengarahkan sirkulasi

kendaraan dan pejalan kaki. Vegetasi pengarah diletakkan disepanjang jalur

sirkulasi yang berfungsi untuk mengarahkan dan sebagai peneduh. Pemilihan jenis

tanaman diutamakan mempunyai tajuk vertikal seperti kolumnar dan kerucut

sehingga memberi kesan luas dan jauh (Lestari dan Kencana 2008). Tanaman

bertajuk menyebar juga dapat digunakan untuk meningkatkan kenyamanan.

Contoh vegetasi pengarah yang dapat ditanam pada area ini adalah kihujan

(Samanea saman), bunga kupu-kupu (Bauhinia sp.), dan flamboyan (Delonix

regia).

5. Vegetasi Edukasi

Vegetasi dengan fungsi edukasi selain memberikan kenyamanan juga dapat

sebagai objek edukasi memberikan pengetahuan tentang jenis tanaman yang

digunakan pada area reklamasi untuk memperbaiki kualitas lahan. Kriteria

vegetasi yang ditanam adalah vegetasi pioneer atau fast growing, toleran dengan

lahan kurang subur yang terdiri dari jenis vegetasi lokal maupun non lokal.

Vegetasi lokal yang dibudidayakan antara lain: durian (Durio zibethinus), ulin

(Eusyderoxylon), bangkirai (Dipterocarpus caudiferus), alaban (Vitex pubescens),

kemiri (Aleurites moluccana) dan karet alam (Havea brasiliensis). Sedangkan

vegetasi non lokal yang dapat dibudidayakan antara lain: sengon (Albizia

falcataria), akasia (Acacia mangium), dan johar (Cassia siamea).

6. Vegetasi Produksi

Penggunaan vegetasi produksi berfungsi untuk menghasilkan produk hasil

non kayu seperti getah dan buah untuk dikelola lebih lanjut. Vegetasi yang

digunakan adalah durian (Durio zibethinus) dan karet alam (Havea brasiliensis).

Rencana Daya Dukung

Daya dukung dilakukan untuk keberlanjutan dan kelestarian kawasan agar

tetap terjaga, alami dan minim kerusakan alam dengan memberi pembatasan pada

pengunujung. Daya dukung kawasan merupakan kemampuan suatu kawasan untuk

mendukung segala aktivitas atau kegiatan yang berlangsung di dalamnya, dengan

tujuan dapat meminimalkan kerusakan terutama yang disebabkan oleh manusia.

Daya dukung dihitung dengan melihat jumlah dan luasan fasilitas yang ada pada

tiap ruang, kemudian dibagi dengan standar kebutuhan ruang tiap orang untuk

mendapatkan daya dukung tiap ruang. Kemudian nilai daya dukung keseluruhan

kawasan didapat dari nilai daya dukung terendah pada tiap ruang. Hal ini dilakukan

untuk menghindari penumpukan jumlah pengunjung pada tiap ruang. Rencana

daya dukung dapat dilihat pada Tabel 31.

Rencana Fasilitas

Rencana fasilitas yang akan direncanakan pada tapak disesuaikan dengan

kondisi fisik, biofisik dan aktivitas pada tapak. Fasilitas yang akan direncanakan

harus dapat menunjang tujuan pengembangan tapak dan mampu mengakomodasi

kebutuhan pengunjung maupun pihak pengelola. Rencana ruang, fasilitas, aktivitas

dan luas yang digunakan pada tapak dapat dilihat pada Tabel 32.

Page 93: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

78

Rencana Pengelolaan

Perencanaan suatu kawasan wana wisata perlu adanya pengelolaan yang

bertujuan untuk mendukung kelestarian dari kawasan tersebut. Status kawasan

lokasi penelitian pada perencanaan ini termasuk dalam kawasan budidaya.

Sedangkan dalam konteks tata ruang, tapak penelitian merupakan area hutan

produksi yang dapat dimanfaatkan baik kayu maupun non kayu. Saat ini lahan

pada tapak penelitian merupakan lahan pinjam pakai yang masih dalam tanggung

jawab pihak PT BCS dan bersifat legal. Setelah selesai proses kegiatan

pertambangan pihak PT BCS wajib mengembalikan lahan tersebut kepada

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia sesuai dengan fungsi dan status awal

kawasan tersebut dengan proses reklamasi sesuai dengan standar yang ditentukan.

Apabila rekomendasi dalam perencanaan yang dirumuskan dalam penelitian ini

untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wana wisata disetujui oleh

Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, dan para pihak terkait seperti

perusahaan dan masyarakat. Maka seluruh tanggung jawab kegiatan pengelolaan

dipegang penuh oleh pihak Badan Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA)

dibawah naungan Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dan bekerja sama

dengan masyarakat untuk berpartisipasi dalam melakukan pengelolaan

perencanaan kawasan wana wisata yang dirumuskan dalam penelitian ini.

Rencana Lanskap

Rencana lanskap merupakan produk akhir dari penelitian ini. Rencana

lanskap dikembangkan berdasarkan rencana ruang, rencana fasilitas, rencana

sirkulasi dan rencana vegetasi. Rencana lanskap dapat dilihat pada Gambar 38

yang dilengkapi dengan beberapa gambar perspektif.

Page 94: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

79

Gam

bar

38 R

enca

na

veg

etas

i

Page 95: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

80

Tabel 31 Rencana daya dukung tiap ruang

Ruang Fasilitas Satuan Luas

total

(m2/orang)

Standar

(m2/orang)

Daya

Dukung

(orang)

Koefisien

Rotasi

Data

Dukung

Total

(orang/hari)

E Luas

(m2)

Penerimaan Pusat informasi 1 220 220 4 55 8 220

Pelayanan Kantor pengelola 1 80 80 4 20 4 80

Kantin 2 25 50 1,5 33 4 132

Toilet 4 20 80 2 40 4 160

Musholla 1 60 60 1.5 40 3 120

Klinik 1 60 60 4 15 4 60

Kios 1 20 20 2 10 4 40

Guest house 1 450 450 12 37 4 148

Gazebo 2 16 32 2 16 16 256

Bangku 4 1.25 5 1 5 16 80

Total 271

Edukasi Indoor Museum tambang 1 1 600 1 600 4 100 4 400

Jalur pedestrian 1 544.52 544.52 10 100 4 540

Edukasi outdoor Area pembibitan

Area tanaman lokal

Area tanaman reklamasi

Jalur interpretasi

Aula

Menara pandang

Gudang peralatan

Gazebo

Mushola

Toilet

1

1

1

1

1

2

1

3

1

2

23 942.61

9 202.51

18 439.04

1 335.48

112

16

100

16

60

20

23 942.61

9 202.51

18 439.04

1 335.48

112

32

100

48

60

40

8

8

8

10

4

2

8

2

1.5

2

2 992

1 150

2 304

133

28

16

12

24

40

20

5

4

4

4

4

8

4

16

3

4

14 960

4 600

9 216

532

112

128

48

384

120

80

Total 6 919

Edukasi

Pendukung

Aula

Gudang peralatan

Jalur pedestrian

Gazebo

Mushola

Toilet

1

2

1

2

1

2

112

100

606,1

16

60

20

112

200

606,1

16

60

40

4

8

10

2

1.5

2

28

25

60

16

40

20

4

4

4

16

3

4

112

100

240

256

120

80

Total 189

Rekreasi Deck boat

Jalur pedestrian

Lapangan

Area piknik

Area outbond

Gazebo

Mushola

Menara pandang

1

1

1

1

1

5

2

1

100

1 122.52

17 072.63

4 455.4

4 068.22

16

20

16

100

1 122.52

17 072.63

4 455.40

4 068.22

80

40

16

4

10

30

20

30

1.5

2

1.5

25

112

569

222

135

53

20

10

4

4

5

2

2

3

4

3

100

448

2 845

444

270

159

80

30

Total 1 146

Konservasi Hutan produksi

Jalur pedestrian

Gudang

Gazebo

1

1

2

13

192 327.52

7 576.17

60

16

192 327.52

7 576.17

120

208

-

10

1,5

1,5

-

757

80

138

-

4

3

3

-

3000

240

414

Total 975

Page 96: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

81

Tabel 32 Rencana ruang, fasilitas, aktivitas dan luas yang digunakan pada tapak

Zona (ruang) Sub ruang Fungsi Aktivitas Fasilitas Luas

(ha)

Ruang

Penerimaan

Penerimaan Penerimaan Keluar masuk area,

parkir dan membeli

tiket

Pintu gerbang dan

Loket tiket, Pusat

Informasi

0.34

Pelayanan Pelayanan Pengelolaan, informasi

dan P3K

Membeli oleh-oleh

Beribadah,

Memarkir kendaraan,

Keamanan

Membersihkan diri

Menginap

Ruang pengelola

(menyatu dengan

informasi, rescue)

Kios

Musholla

Tempat parkir

Pos jaga

Toilet

penginapan

1.23

Ruang Wisata

Edukasi

Indoor Edukasi Melihat dan

mengetahui proses

penambangan,

Mengenal alat-alat

tambang.

Mengenal lahan yang

belum dan sudah

ditambang.

Mengenal vegetasi dan

satwa pada tapak.

Mengenal budaya lokal

Indoor Museum

Tambang

0.16

Outdoor Edukasi Melihat pemandangan

Mempelajari tanaman

Berperahu

Interpretasi satwa dan

vegetasi

Bird Watching

Menara pandang,

dek kayu,

Hutan reklamasi,

papan informasi

Perahu

Dek perahu

Jalur interpretasi

Menara pandang,

5.13

Pendukung Edukasi Pengolahan hasil

tanaman karet dan

durian

Duduk-duduk

Menikmati

pemandangan

Bangku, Gazebo

Tempat duduk

1.08

Ruang

Rekreasi

Alternatif

Rekreasi Menikmati

pemandangan,

Jalan-jalan

Olahraga

Fotografi

Piknik

Outbound

Gazebo, dek kayu

Jalur pedestrian,

jalan setapak

Lapangan,

Jalan setapak

Dek apung

Viewing

Lapangan

2.32

Ruang

Konservasi

Hutan Produksi Produksi Pemanenan hasil hutan Gudang Peralatan

dan Penyimpanan,

Gazebo

19.23

Konservasi Konservasi Riset, jalan-jalan Bangku, Gazebo

Menara pandang

151.51

Page 97: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

82

Gam

bar

39 R

enca

na

lansk

ap

Page 98: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

83

Gam

bar

40 D

etail

pla

n a

rea

wis

ata

edukas

i in

doo

r

Page 99: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

84

Gam

bar

41 D

etail

pla

n a

rea

wis

ata

edukas

i outd

oor

Page 100: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

85

Gam

bar

42 D

etail

pla

n a

rea

wis

ata

edukas

i pen

dukung

Page 101: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

86

Gam

bar

43 D

etail

pla

n a

rea

rekre

asi

Page 102: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

87

Gam

bar

44 I

lust

rasi

are

a dan

fas

ilit

as w

isat

a ed

uk

asi

indoor

Page 103: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

88

Gam

bar

45 I

lust

rasi

are

a dan

fas

ilit

as w

isat

a ed

uk

asi

outd

oor

Page 104: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

89

Gam

bar

46 I

lust

rasi

are

a dan

fas

ilit

as w

isat

a ed

uk

asi

pen

dukung

Page 105: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

90

Gam

bar

47 I

lust

rasi

are

a dan

fas

ilit

as a

rea

rekre

asi

Page 106: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

91

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kawasan bekas tambang pit Tanah Putih terletak di Desa Mandin,

Kecamatan Pulau Sebuku, Provinsi Kalimantan Selatan. Kawasan tersebut sesuai

untuk dikembangkan menjadi area wana wisata berbasis edukatif, rekreatif dan

konservatif dengan memanfaatkan kondisi sekitar tapak seperti danau, high wall

bekas tambang sebagai objek wisata yang dilengkapi dengan fasilitas pelayanan

pengunjung dengan suasana lanskap alami yang aman, nyaman untuk mendukung

keberlanjutan reklamasi. Perencanaaan lanskap ini terbagi menjadi 4 zona ruang

yaitu ruang penerimaan seluas 1.57 ha, wisata edukasi seluas 6.37 ha, ruang

rekreasi seluas 2.32 ha dan ruang konservasi 170.74 ha. Aktivitas yang

dikembangkan pada tapak terdiri dari wisata edukasi indoor dan outdoor,

rekreaasi, dan wisata pendukung.

Saran

Perlu dilakukan penelitian labih lanjut terkait kualitas tanah dan air pada

tapak, fasilitas, dan vegetasi yang dipakai lebih mengutamakan sesuatau yang

kaitannya erat dengan budaya lokal. Selain itu, diperlukan implementasi dan

koordinasi antar-pemangku kepentingan (stakeholders), seperti pemerintah,

perusahaan, dan masyarakat agar perencanaan ini dapat dimanfaatkan oleh semua

pihak. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan membuat perancangan detail

mengenai program wana wisata di area bekas tambang batubara.

Page 107: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

92

DAFTAR PUSTAKA

[BAPPEDA] Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Aspek

lingkungan dalam amdal bidang pertambangan. Jakarta (ID).

Brooks RG. 1988. Site Planning: Environmental Process and Development. New

Jersey (US): Prentice Hall Inc.

Booth NK dan Hiss JE. 2005. Residential Landscape Architecture. New Jersey

(US): Pearseon Education

Bruun M. 1995. Landscape as Resource for Leisure by Explotion or by

Exclusion. Proceeding the 33rd

IFLA World Congress; Bangkok, 21-24

Oktober 1995. Bangkok (TH): IFLA.

Chiara JD dan Koppleman LE. 1989. Standar Perencanaan Tapak. Terjemahan.

Oleh Ir. Januar Hakim. Site Planning Standars. Jakarta (ID): Erlangga.

[DESDM] Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral. 2008. Peraturan Menteri

Energi dan Sumberdaya Mineral No. 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi

dan Penutupan Tambang. Jakarta (ID).

Direktorat Pengelolaan lahan. 2006. Pedoman Teknis Reklamasi Lahan.

[Internet]. Diakses pada 2013 Juni 21. Tersedia pada: www.google.com

Eckbo G. 1964. Urban Landscape Design. New York (US): McGraw-Hill Book

Company.

Feriansyah C. 2009. Pelaksanaan Proyek Reklamasi Lanskap Pasca Penambangan

Batubara di PT Arutmin Indonesia Tambang Batulicin, Site Mangkalapi,

Kabupaten Tanah Bumbu, Provinsi Kalimantan Selatan. [Skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Gold SM. 1980. Recreation Planning and Design.. New York (US): McGraw-Hill

Book.

Gunn CA. 1994. Tourism Planning Basics, Concepts, Cases. Third Edition.

Lodon (UK): Taylor dan Francis Ltd.

Hardjowigeno S. 2003. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Hardjowigeno S, Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan

Perencanaan Tataguna Lahan. Bogor (ID): IPB Pr.

Holden A. 2000. Environment and Tourism. London (UK): Routledge.

Knudson DM. 1980. Outdoor Recreation. New York (US): Mac Millan Publ. Co.

Inc

Laurie M. 1986. Pengantar Kepada Arsitektur Pertamanan (Terjemahan).

Bandung (ID): Intermatra.

Lestari G, Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta (ID):

Penerbit Swadaya.

Lutfi H, Adrian A. 1996. Agro-Ecowisata Coban Rondo. Duta Rimba 191-

192/XX: 50-54.

Page 108: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

93

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2013. Petunjuk Teknis Penyusunan Data

Spasial Lahan Kritis Nomor P.4/V-SET/2013. Jakarta (ID).

Marsono. 2004. Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.

Yogyakarta (ID): BIGRAF Publ.

Melchias G. 2001. Biodiversity and Conservation. New York (US): Science

Publisher, Inc.

Nadiar S. 1994. Pesona Wana Wisata. Duta Rimba 167-168/XX:56.

Nurisjah S, Pramukanto S, Wibowo S. 2003. Daya Dukung dalam Perencanaan

Tapak. Program Studi Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian IPB. Bogor

(ID).

Nurisjah S, Pramukanto Q. 2009. Penuntun Praktikum Perencanaan Lanskap.

Departemen Arsitektur lanskap. [tidak dipublikasikan]. Bogor (ID): Institut

Pertanian Bogor

Pendit NS. 1967. Ilmu Pariwisata. Jakarta (ID): Prandja Paramita.

Perum Perhutani. 1987. Pengelolaan Wana Wisata Kehutanan Indonesia. Jakarta

(ID): Perum Perhutani.

Perum Perhutani. 1989. Objek Rekreasi Hutan Wana Wisata. Jakarta (ID): Perum

Perhutani Wilayah Kerja Unit I Jawa Tengah.

PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2006. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan

(AMDAL). Sebuku (ID): PT BCS.

PT Bahari Cakrawala Sebuku. 2012. Rencana Penutupan Tambang PT Bahari

Cakrawala Sebuku. Sebuku (ID): PT BCS.

Sari DF. 2007. Analisis Dampak Multiplier Ekonomi Sektor Pariwisata dalam

Perekonomian Provinsi jawa Tengah dengan Pendekatan Input-Output.

[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soelarno SW. 2007. Perencanaan Pasca Tambang unyuk Menunjang

Pembangunan Berkelanjutan, Studi kasus pada pertambangan Batubara PT

Kaltim Prima Coal di Kabupaten Kutai Provinsi Kalimantana Timur.

[Disertasi]. Jakarta (ID): Universitas Indonesia.

[P4W] Pusat Pengkajian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. 2011.

Laporan Akhir Kajian Lingkungan Hidup Strategis Pulau Sebuku-

Kabupaten Kotabaru. Bogor (ID): IPB Pr.

Sitorus SRP. 1998. Evaluaasi Sumberdaya Lahan. Bandung (ID): Tarsito.

Widada. 2008. Mendukung Pengelolaan Taman Nasional yang Efektif melalui

Pengembangan Masyarakat Sadar Konservasi yang Sejahtera. Jakarta (ID):

JICA.

Page 109: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

94

LAMPIRAN

Lampiran 1 hasil analisis sifat kimia tanah

No Parameter Satuan Jenis tanah

OB Soil

1 pH

H2O 6,0 4,0

CaCl2 5,9 3,6

2 Salinitas ‰ 5 2

3 C Org % 1,59 0,86

4 N Total % 0,99 0,11

5 Rasio C/N 17,7 7,8

6 P Tersedia ppm 83,2 0,3

Kation dapat ditukar

7 Ca cmol/kg 18,47 1,38

8 Mg cmol/kg 9,31 1,26

9 K cmol/kg 1,44 0,18

10 Na cmol/kg 6,21 2,54

11 Total cmol/kg 35,43 5,36

12 KTK cmol/kg 12,29 12,13

13 KB % 100 44,19

Al-Hdd

14 Al3+

mol/100g 0,11 2,51

15 H+ mol/100g 0,02 0,08

Sebaran Butir (Tekstur 3 Fraksi)

16 Pasir % 4,3 7,1

17 Debu % 33,3 34,2

18 Liat % 62,4 58,7

Logam Total

19 Cu Total ppm 39,0 29,3

20 Zn Total ppm 368,7 45,0

21 Mn Total ppm 1100,3 131,9

22 Fe2O3 Total % 7,72 9,63

Page 110: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

95

Per

mea

bil

ita

s (c

m/j

am)

54

.26

42

.23

33

.28

28

.26

Air

Ter

sed

i

a (%

)

19

.05

16

.14

14

.41

13

.31

Po

ri D

rain

ase

(%v

olu

me)

Lam

bat

8.0

5

4.5

2

8.8

7

5.6

8

Cep

at

8.1

5

7.1

4

10

.72

9.0

5

San

gat

Cep

at

13

.22

9.9

7

6.2

6

14

.56

Kad

ar A

ir (

%v

olu

me)

pad

a P

F

PF

4.2

15

.21

20

.23

18

.27

14

.25

PF

2.5

4

34

.26

36

.37

32

.68

27

.56

PF

2

42

.31

40

.89

41

.55

33

.24

PF

1

50

.46

48

.03

52

.27

42

.29

Po

rosi

tas

(%)

63

.68

58

.00

58

.53

56

.85

Bu

lk

den

sity

(g/c

m3)

0.9

6

1.1

1

1.1

0

1.1

4

Lo

kas

i

Cel

l 2

1

Cel

l 2

0

Cel

l 2

0

Cel

l 2

1

Jen

is

OB

TS

TS

OB

No

1

2

3

4

Lam

pir

an 2

Has

il a

nal

isis

sif

at f

isik

tan

ah

Page 111: PERENCANAAN LANSKAP BEKAS TAMBANG …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/68072/A14afm.pdf · teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini

96

RIWAYAT HIDUP

Achmad Firman Maulana dilahirkan di Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur

pada tanggal 21 November 1991. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara

dari pasangan Bapak M. Musta’in Mahdlari dan Ibu Lilik Muslichah. Penulis

mengawali pendidikannya pada tahun 1996 sampai 1998 di Taman kanak-kanak

(TK) Dharma Wanita, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SD Negeri 1

Winongan, Pasuruan sampai tahun 2004. Penulis memasuki jenjang pendidikan

berikutnya di SLTPN 1 Winongan, dan pada tahun 2010 penulis lulus dari Pondok

Pesantren MBI. Nurul Ummah, Pacet, Mojokerto.

Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Beasiswa

Kementerian Agama Republik Indonesia pada tahun 2009/2010 sebagai

mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian. Selama

menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif dalam berbagai keorganisasian,

seperti menjadi sekretaris divisi sosial dan lingkungan di Himpunan Mahasiswa

Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) periode 2011/2012.

Penulis juga aktif dalam kegiatan pengabdian masyarakat dan lingkungan

yang diadakan oleh Kementrian Agama RI, serta aktif mengikuti beberapa lomba

dan kompetisi baik di bidang akademik maupun di luar akademik seperti Program

Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada pengabdian masyarakat tahun 2012. Penulis

pernah menjadi salah satu peserta yang didanai dalam kegiatan Gerakan

Kewirausahaan Nasional (GKN) oleh Kementerian Usaha Kecil dan Menengah

Republik Indonesia. Penulis juga pernah menyelesaikan beberapa proyek lanskap

baik individu maupun kelompok. Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten

mata kuliah Rekayasa Tapak dan Komputer Grafik.