LANSKAP/ BENTANG ALAM

6/12/2016

1

QODARIAN PRAMUKANTO FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR UMJ, 17 Mei 2016 KULIAH UMUMDEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAPERTA IPB 1

Ir QODARIAN PRAMUKANTO, Dip.Env.M., MSiDepartemenArsitektur LanskapFakultas Pertanian IPB

Landscape is the sum of the parts that can be seen with the eye.

TATA RUANG DALAM PERSPEKTIF ARSITEKTUR LANSKAP

KULIAH UMUM Fakultas Teknik Arsitektur, Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jakarta, Selasa 17 Mei 2016


• LANSKAP

• ARSITEKTUR LANSKAP

• PERENCANAAN LANSKAP

• CONTOH PENDEKATAN

1. Pendekatan Lanskap2. Pendekatan Bioregion

DAFTAR ISI


LANSKAP/ BENTANG ALAM

TERKAIT DG KERUANGAN/SPASIAL (BENTUK, FUNGSI)

• Lanskap: unit lahan dg beragam (mosaic) bentuk, konfigurasi & luas

• Tapak (local parcel)

• Wilayah: unit geografis yg menjadi rangka suatu komunitas baikkomunitas tunggal maupun komunitas dg sistem2 penghubung(jejaring sirkulasi): permukiman, kampung, desa, pesisir, kota

• Kawasan: unit area/ruang/wilayah fungsional

DIDESKRIPSIKAN berdasarkan

• Elemen (alami, non alami; biotik, a biotik)

• Bentuk (alami - non alami; geometrik-organik; regular-irregular)

• Hubungan spasial & fungsional antar elemen pembentuknya.

• Kedinamisan : proses yg membentuk elemen & bentuknya.

MARINE LANDSCAPE

FLUVIAL LANDSCAPE

VOLCANIC LANDSCAPE(Nurisyah & Pramukanto, 2013)


LANSKAP ALAMI / NATURAL LANDSCAPE

• Unit lanskap

• Elemen

• Bentuk

• Karakter

• Proses pembentukan

• Hbg spasial

• Hbg fungsionalSumut

Mendalam

LANSKAP BINAAN / MAN MADE LANDSCAPE

Tomohon(Nurisyah & Pramukanto, 2013)


BENTUK/POLA LANSKAP

• Ada jutaan pola lanskap , yg utama: Mengerti & memahami proses yg terjadi Hubungan diantaranyaTiap pola memiliki makna (alami, budaya) tertentu

Pola mengarahkan kegiatan untuk restorasi yg rusak atauperencanaan/desain perubahan yg “lebih baik”

SEMUA BENTUK, POSISI & POLA LANSKAP DI BUMI

TERSUSUN TIDAK ACAK

DIBUAT MANUSIA

(ARCHETYPE)

TERJADI SECARA ALAMI

LANSKAP ALAMI LANSKAP BINAAN

(Nurisyah & Pramukanto, 2013)


TATA RUANG LANSKAP

RUANG FISIKRUANG BIOTIKRUANG EKOLOGIRUANG SOSIALRUANG BUDAYA RUANG EKONOMI

6/12/2016

2


LANSKAP SOSIAL

Taman Kota Sebagai Ruang Sosial

• Taman Kota sebagai

ruang publik dg fungsi

social dan ekologi


LANSKAP PEGUNUNGAN

Landscape is the sum of the parts that can be seen with the eye.

• Lanskap pegunungan dg ragam

(mosaiks) bentuk, konfigurasi &

luas padi organik, slowfood

• Hubungan spasial & fungsional

antar unsur

• Dinamika proses hulu-hilir

DataranTinggi Krayan, Kabupaten Nunukan, Kaltara

(Eghenter, 2016)


LANSKAP BUDAYA

• Ruang publik sebagai

ruang fungsional

aktvitas budaya dan

budidaya pertanian Kampung Balimbing, Baduy Luar, Desa Kanekes

• Kampung tradisional

bagian dari komunitas

di wilayah adat Baduy

(SundaWiwitan)


LANSKAP BUDAYA

• Ruang publik sebagai ruangbudaya, ruang aktivitas

sehari-hari, pengolahan hasilpanen, dan ruang wisata

Desa Bawomataluo, Desa adat Nias Selatan

• Komunitas Buwomataluo sbg

bagian dari Komunitas Adat Nias


LANSKAP BUDAYA

• Permukiman komunitas

Suku Dayak tipe penyerang

di wilayah Kalbar

Pahoman, Kalimantan Barat

• Permukiman bagian dari tata

ruang tradisional, sawah,

tembawang/agroforestry, hutan


LANSKAP PETERNAKAN PASTURA

• Kawasan padang gembalaan

kerbau (ranch)

Elemen unit lahan:

padang gembalaan, kubangan, vegertasi pelindung

• Dinamika mosaic unit lahan

Pulau Laut, Kota Baru, Kalsel

6/12/2016

3


LANSKAP PERTANIAN (AGRICULTURE LANDSCAPE)

• Dinamika hubungan hulu-hilir

• Bentuk: non alami, geometrik, regular

Dataran tinggiTomohon, Sulawesi Utara

• Kawasan Budidaya

Hortikultur Sayuran organik,

tanaman hias dan bunga potong


LANSKAP PESISIR (MARINE LANDSCAPE)

Permukiman tepi pantai Pulau Damer, Maluku Barat Daya

• Kampung tradisional bagian dari

ruang hidup lain: kebuh pala,

cengkeh, hutan dan perairantangkap (fisihing ground)

• Komunitas masyarakat petanipala dan cengkeh di Pulau Kecil


LANSKAP PESISIR (MARINE LANDSCAPE)

• Kosmologi kampung

air, perairan subur, jalurpengembaraan

Suku Bajo, Kabalutan, Sulteng

• Kampung tradisional bagian

dari ruang hidup yang berorientasi air

• Komunitas pengembara laut(Ocean Gypsy)


LANSKAP SUNGAI (RIVER LANDSCAPE)

• Ruang hidup: kampong,

sungai, danau (oxbow lake), tembawang, hutan

• Permukiman komunitas

masyarakat tradisional tepi

sungai lahan subur (natural levee)


LANSKAP KARST

• Formasi/Lanskap Karst

sebagai kawasan lindungsumber air

• Dinamika: hubungan antar

elemen, hubungan spasial danfungsional


LANSKAP PULAU KECIL (SMALL ISLAND LANDSCAPE)

• Formasi/Lanskap PulauKarang

• Dinamika: karang, biota

perairan (terumbu karang,

ikan karang) dan biota terestrial

6/12/2016

4


ARSITEKTUR LANSKAP

• DEFINISI PRAKTIS:

ILMU/KEGIATAN PENATAAN DIATAS LANSKAP/BENTANG ALAM UNTUK MENGAKOMODASI AKTIFITAS/KEGIATAN

MANUSIA

• MEMPELAJARI HUBUNGAN MANUSIA & LINGKUNGAN/ ALAM/LANSKAP

• MENGALOKASIKAN DAN MENATA ALAM/LANSKAP UNTUK KUALITAS HIDUP MANUSIA (AKTIFITAS KEHIDUPAN)

• PENGORGANISASIAN TAPAK DAN RUANG SECARA FUNGSIONAL DAN ESTETIK UNTUK MENDUKUNG KEHIDUPAN DAN AKTIFITAS FISIK DAN PSIKIS MANUSIA YG LEBIH BAIK, NYAMAN, EFISIEN & BERKARAKTER(Nurisyah & Pramukanto, 2013)


PERENCANAAN LANSKAP

LANDSCAPE/PARK/SITE PLAN, PLANNER

PERENCANAAN LANSKAP: Perencanaan yang berbasis lahan Pengorganisasian unsur pembentuk lanskap/tapak untuk

mewujudkan karya ARL yang berkelanjutan yaitu denganminimum kerusakan dan gangguan lingkungan sertamaksimum kenyamanan dan estetika lingkungan Tujuan akhir : Social Good

to satisfy the complete human being

UNSUR PERENCANAAN LANSKAP/TAPAK: Unsur SDA & lingkungan: geologi, tanah, iklim, air, vegetasi,

hewan, dll Unsur ARL : struktur, ruang, pemandangan, dll



KARAKTERISTIK UTAMA PERENCANA• Mengidentifikasikan permasalahan

• Mengumpulkan data yg benar & bermakna simfoni multi

disiplin/expert ciri khas landscape planning

• Menginterpretasikan & mengarahkan pada kepentingan masa

depan pemahaman thd bag. proses biofisik dalam suatu

lanskap bekerja dan bag. peluang & kendala dalam penentuan

prospective land use

• Memberikan pendekatan yg reasonable dalam memecahkan

masalah

MELALUI :

• Jadwal kerja yg baik

• Biaya yang memadai

• Hasil maksimal (Nurisyah & Pramukanto, 2013)


BAGAIMANA MENGETAHUI MASALAH LANSKAP PD AREAL YG TERGAMBAR?



Penataan lanskap berdasarkan potensi, amenity, kendala & bahaya lanskap tsb guna mewujudkan satu bentukan lanskap ygfungsional, indah & memuaskan penggunanya & berkelanjutan

ARSITEKTUR LANSKAP

PERENCANAAN LANSKAP

DESAIN LANSKAP

PENGELOLAAN LANSKAP

Penataan lahan yg kreatif & bertanggung jawab untukmenghasilkan suatu karya lanskap yg indah, selaras, nyaman,

menarik, & memuaskan untuk dinikmati



LANSKAPBENTANG

ALAM(env’t)

PENGGUNALANSKAP

(life)

ARSITEKTUR LANSKAP

ORGANIZING PLACE & ACTION

PENDEKATAN AntroposentrisEko/biosentris

Demand of living

spaceEnv’t

management

Feeling of the unification between human being & environment

(Nurisyah, 2013)

6/12/2016

5


• Persyaratan produk arsitektural

• Memenuhi persyaratan: fungsional, natural, pleasurable,

managable

ESTETIKA LANSKAP

• Mendukung kualitas tapak

• Bernilai/memiliki nilai rekreatif

• Suatu kualitas yg sulit dinilai, diukur/ditimbang

Nilai yg unik dari seseorang

The total of human experience of the object

FUNGSI LANSKAP



TAPAKLANSKAP, BENTANG ALAM

TATA GUNA LAHAN/ZONASI/TATA RUANG

POTENSI

AMENITY

KENDALA

BAHAYA

FUNGSI

ESTETIKA

LANSKAP YG FUNGSIONAL, ARSITEKTURAL & BERKELANJUTAN

B’KELANJUTAN


LANDSCAPE PLANNING

Landscape program

Landscape master plan

Landscape plan

Open space structure plan

RENCANA

RUANG

(Hill, dalam Nurisyah, 2013)


PENGOLAHAN DATA TABULAR

Rumus Standar & Persyaratan Teknis UU, Peraturan, Kebiasaan, Etika (Nurisyah & Pramukanto, 2013)


ANALISIS SPATIAL:Model Layer Cake McHarg


PENGOLAHAN DATA SPASIAL


6/12/2016

6


PROSES PERENCANAAN

TAPAK/LANSKAP

Tapak eksisting

TGL/Zonasi

RencanaPengembanganTapak

PENGOLAHAN DATA SPASIAL



POLA TATA RUANG



PERENCANAAN LANSKAP

(Nurisyah, 2013)


PERENCANAAN LANSKAP

CIGUDEG

SEBAGAI IBU KOTA

KABUPATEN BOGOR BARAT

HASANAH DAN PRAMUKANTO (2015)

CONTOH PERENCANAAN LANSKAP 1: PENDEKATAN LANSKAP


IDENTIFIKASI ATRIBUT PERENCANAAN:

1. SUMBERDAYA ALAM SUMBERDAYA KRITIS, LAHAN PRODUKTIF, KAWASAN LINDUNG/PERLINDUNGAN

2. SUMBERDAYA BAHAYA (LANDSCAPE HAZRAD) NATURAL HAZARD, MAN INFLUENCE HAZARD

3. SUMBERDAYA PENGEMBANGAN PERMUKIMAN, KOTA, PERTANIAN, PERKEBUNAN, HUTAN, PERIKANAN, REKREASI/WISATA



PR

ESER

VA

SI

-WATER CATCHMENT-BADAN AIR-WETLAND-RELUNG ALAM (NICHES)

-BAHAYA (LONGSOR, AMBLES DSB)

- KAWASAN UNIK(PEMANDANGAN)

- LAHAN SUBUR (PRODUKTIF)

KESUBURAN TANAHKUALITAS AIRLERENGDSB

KAWASAN YG DIUSULKANUNTUK PENGEMBANGAN:

PERTANIAN,PETERNAKAN,PERIKANAN (ON FARM,

OFF FARM; INTENSIFEKSTENSIF)

PERMUKIMANAGRO-ENVIRON-BASED

SERVICE (WISATAALAM, AGROWISATA)

LAINNYA

KAWASAN YG AKAN LESTARIKAN ATAU PENGGUNAANNYA SANGAT TERBATAS UNTUK:

HUTAN LINDUNG PERLINDUNGAN

SETEMPATPENYANGGAWATER BODYSCENIC RESOURCES

KAWASAN YG AKAN DILINDUNGI DARI PENGEMBANGAN ATAU PENGGUNAANNYA

TERBATAS UNTUK:HUTANPERTANIANEKSTENSIFECOWISATASCENIC AREA

Jika tidak sesuai, evaluasi dilakukandi tahap II

Jika tidak sesuai, evaluasi dilakukandi tahap III

TAHAP I TAHAP II

LANDSCAPE APPROACH: PRESERVASI, PROTEKSI &

PENGEMBANGAN

IDENTIFIKASI SUMBERDAYA KRITIS:

IDENTIFIKASI SUMBERDAYA BERNILAI TINGGI DAN KAWASAN BAHAYA:

IDENTIFIKASI KESESUAIAN UNTUK PENGEMBANGAN, BERDASARKAN:

TAHAP III

PR

OTE

KSI

PEN

GEM

BA

NG

AN


(HASANAH DAN PRAMUKANTO, 2015)

6/12/2016

7


Air Tanah

Lahan Pertanian

Hutan Konservasi

Longsor

Amblesan Tanah

ANALISIS SUMBER DAYA

KRITIS & BAHAYA

ANALISIS LANSKAP

BAHAYA

DAERAH

PERLINDUNGAN

LANSKAP SD KRITIS

DAERAH

PROTEKSI

LANSKAP BAHAYA

Air Permukaan

DAERAH SESUAI

PENGEMBANGAN

RENCANA

BLOK

RENCANA

LANSKAP

ANALISIS KESESUAIAN

PENGEMBANGAN FISIK

SINTESISPERENCANAA

N

LANSKAP

ANALISIS SUMBERDAYA

KRITIS




Kondisi umum

• Cigudeg terletak pada 6°23′38″ LS - 6°32′54″ LS dan 106°29′24″ BT-106°31′51″ BT

• Luas: 17 761,23 Ha (15 Desa)

• Penduduk: 12 119 jiwa

• ketinggian rata-rata 800 meter dpl.

• CH: kisaran 2500-5000 mm/ tahun

• Batas:

Barat : Kecamatan Rumpin

Timur: Kecamatan Jasinga

Utara : Kecamatan Tenjo dan Kecamatan Parung Panjang

Selatan: Kecamatan Nanggung, Kecamatan Sukajaya, Kecamatan Leuwisadeng dan Kecamatan Leuwiliang

(Bogor dalam Angka, 2013) (HASANAH DAN PRAMUKANTO, 2015)


KABUPATEN BOGOR BARAT

• SK Gubernur no. 31 tahun 1990 tentang pola induk pengembanganwilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dalam jangka panjang(25-30 Tahun)

• Rencana pemekaran di mulai tahun 2000.

• Meliputi 14 Kecamatan

• Luas 112 406 Ha atau 42,18 % luas Kabupaten Bogor

• Penduduk 1 450 270 jiwa atau sama dengan 28,56 %

• Cigudeg sebagai ibu kota



Air tanah

Sumber Daya Kritis

“Daerah perlindungan air tanah dapat dilihat berdasarkan kuantitas dan kualitas air tanahnya.” Kuantitas: AkuiferKualitas: Penutupan Lahan

(Fabos dan Caswell,1976)



(Fabos dan Caswell, 1976)

AkuiferPenutupan

Lahan

PERLINDUNGAN AIR TANAH• Akuifer produktif :

- Aliran bercelah atau sarang, bertipe ruang

Bagian bawahnya dibatasi oleh lapisankedap air (impermeable)

- Bagian atasnya dibatasi oleh permukaanair tanah.

- Dapat dimanfaatkan dengan produktif.

• Akuifer setempat:

- Aliran rekahan dan saluran kecil sehinggalaju aliran dalam tanah tidak secepatakuifer produktif.

- masih dapat dimanfaatkan.

• Daerah air tanah langka:

- mengendap jenuh dan terperangkapdalam pori batuan atau tanah dan tidakdapat mengalir.

- memiliki tekanan hidrostatik yang besarsehingga bersifat artesis.

(BIG, BAPPEDA, Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor)QODARIAN PRAMUKANTO FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR UMJ, 17 Mei 2016 KULIAH UMUMDEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAPERTA IPB 42

Air permukaan

(Dok. Pribadi, Muhammad Sholeh)

Sungai Cidurian

Situ Cigudeg

6/12/2016

8


(BAPPEDA, 2006)

PERLINDUNGAN AIR

PERMUKAAN

(BIG, Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor)QODARIAN PRAMUKANTO FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR UMJ, 17 Mei 2016 KULIAH UMUMDEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAPERTA IPB 44

LAHAN PERTANIAN

(Dok. Pribadi)

Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2011 tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan

Pertanian Pangan Berkelanjutan:Potensi Teknis dan Kesesuaian Lahan

Identifikasi daerah perlindungan pertanian dilihat dari kesesuaian lahannya untuk

komoditas tersebut Produktivitas (Fabos, 1994)


Penutupan LahanKesesuaian Lahan PertanianPERLINDUNGAN LAHAN

PERTANIAN


HUTAN KONSERVASI

(BAPPEDA)


Perlindungan air

tanah

Perlindungan Air

Permukaan

Perlindungan lahan

pertanian

Hutan konservasiPerlindungan SD Kritis

62% (11011 Ha)


LONGSOR

LANSKAP BAHAYATingkat kerawanan longsor agak rawan:

- Potensi rendah untuk terjadi gerakan tanah

- kemiringan lereng lebih kecil dari 15%.

- Vegetasi penutup baik.Tingkat kerawanan longsor rawan sedang:

- Rendah untuk terjadi gerakan tanah. Jika ada, lereng telah mantap kembali.

- Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5-15%) sampai sangat terjal (50-70%)- Vegetasi penutup baik

Tingkat kerawanan longsor tinggi:

- tingkat kerentanan menengah

- - Kisaran kemiringan lereng mulai dari agakterjal (15-30%) sampai sangat terjal.

- Vegetasi penutup kurang.

Tingkat Kerawanan Longsor Sangat Tinggi:

- Tingkat kerentanan tinggi

- kemiringan lereng mulai dari terjal (30-50%) sampai curam(>70%).

- Vegetasi penutup umumnya sangat kurang.

(Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor)

6/12/2016

9


Klasifikasi Kriteria Kegiatan

Kawasan Karst

kelas 1

a. Berfungsi sebagai penyimpan

air bawah tanah secara tetap

b. Mempunyai gua-gua dan

sungai bawah tanah aktif

c. Gua-guanya mempunyai

speleotem aktif

d. Mempunyai kandungan flora

dan fauna khas yang

memenuhi arti dan fungsi

sosial, ekonomi, budaya serta

pengembangan ilmu

pengetahuan.

Tidak boleh dilakukan kegiatan

pertambangan. Diperbolehkan

untuk dimanfaatkan oleh

kegiatan lain, asal

tidak berpotensi mengganggu

proses karstifikasi, merusak

bentuk-bentuk

kars di bawah dan di atas

permukaan, serta merusak

fungsi

kawasan karst, diutamakan

menjadi kawasan lindung.

KARST

(Mulyati, 2007)

Menteri Energi danSumberdaya Mineral 1456/20/MEM/2000 tentang pedomanpengelompokan kawasankarst dan perlakuanterhadap kawasan karst.



AkuiferGeologiIndikasi

Karst

Kontur DAERAH KARST

(BAPPEDA,Dinas Tata Ruang Kabupaten Bogor)


SubsidenLongso

r

LANSKAP

BAHAYA

67% (11 188,8 Ha)


Lanskap

Bahaya

Perlindungan SD Kritis DAERAH

PENGEMBANGAN


Kesesuaian Pengembangan Fisik

AksesibilitasKemiringan lereng


Rencana blok

6/12/2016

10


RENCANA LANSKAP



CONTOH PERENCANAAN LANSKAP 2: PENDEKATAN BIOREGION

- PEMBANGUNAN SERINGKALI MENYEBABKAN TERJADINYA HOMOGENISASI YG MENGABAIKAN KEARIFAN LOKAL

DALAM CARA MENGOKUPASI LAHAN YG MEMPERHATIKANDAN MENGHARGAI PROSES2 ALAM.

- PENDEKATAN BIOREGION BERDASAR PADA KONSEP “PLACE”

- KONSEP INI BERPRINSIP PADA KEUNIKAN PADA

SETIAP TEMPAT/PLACE (SATUAN LAHAN).

- KEUNIKAN PADA SETIAP TEMPAT DITENTUKAN

BERDASARKAN NILAI INTRISIC YG ADA, BAIK ALAM

MAUPUN BUDAYA, DAN MENJADI CIRI ATAU KATAKTER KHAS.PRAMUKANTO (2014)

KONSEP PLACE


- PENDEKATAN INI MEMBAGI SEGMEN UNIT LANSKAP KE DALAM BAGIAN2 SECARA ANATOMIS DLM KESELURUHAN

KONTINUUM LANSKAP.

- UNIT LANSKAP DIPILAH2 BERDASARKAN FAKTOR

PEWILAYAHAN ALAM: TOPOGRAFI (GEOLOGIS), HIDROLOGIDLL DAN BUDAYA, NAMUN TDK BERDASARKAN BATAS POLITIK,

ADMINISTRASI, JURISDIKSI SEHINGGA MENGHASILKAN UNITPLACE-BASED

- PENDEKATAN BIOREGION MERUPAKAN PENDEKATAN YG

BERBASIS PADA PLACE (PLACE-BASED APPROACH).


TATA RUANG

PRAMUKANTO (2014)


LANDSCAPE SETTING/FORM/PATTERN

VALUE/SIGNIFICANCE TO PEOPLE

VALUE, SIGNIFICANT, OBJECTIVE, IDE, KONSEP (INTANGIBLE)

LANDSCAPE PATTERN, PARK SETTING, TATA LETAK, LAND USE, SPACE FORM, ETC(TANGIBLE)

ASSOSIATEDACTIVITIES

ACTIVITIES, PROCESSES ETC.(TANGIBLE/INTANGIBLE)

KARAKTERISTIK

KONSEP PLACE

(PRAMUKANTO, 2014)


KLASIFIKASI BIOREGION

BIOREGIONAL UNIT

DST

PLACE UNIT


PLACE UNIT PLACE UNIT

LANDSCAPE UNIT 1 LANDSCAPE UNIT 2

DST

DAS

SUB DASTANAH

LERENG

NILAI INTRINSIC: VISUAL, ARKEOLOGI, BUDAYA,

REKREASI, SEJARAH DLL

(PRAMUKANTO, 2014)


PERENCANAAN LANSKAP: PENDEKATAN BIOREGION

UNIT BIOREGION BADUY LUAR DAN DANGKA

(DAS CIUJUNG)

(PRATAMI DAN PRAMUKANTO, 2014)

6/12/2016

11














DAFTAR PUSTAKA

Fabos, J.G. and S.J. Ceswell. 1976. Composite Landscape Assessment: Assessment Procedures for Spacial Resources, Hazards and Development Suitability; Part II of the

Metropolitan Landscape Planning Model (METLAND). Massachusetts: MassachusettsAgricultural Experiment

___________.1979. Planning the Total Landscape: A Guide to Intelligent Land Used. West ViewPress, Inc., Boulder, Colorado.

Hasanah, N. H. dan Q. Pramukanto. 2015. Perencanaan Lanskap Cigudeg Sebagai Ibu Kota Kabupaten Bogor Barat. Seminar Tugas Akhir Departemen Arsitektur Lanskap, FakultasPertanian, IPB, Bogor, 11 Mei 2015.

McHarg, I.L. 1969. Design with Nature. Garden City, New York, Doubleday.

_________, and F.R. Steiner. 1998. To Heal the Earth. Island Press, Washington D.C. Pratami, D. dan Q. Pramukanto. 2014. Perencanaan Lanskap Konservasi Budaya Suku Baduy

Luar dan Dangka dengan Pendekatan Bioregion. Seminar Tugas Akhir DepartemenArsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, IPB, Bogor, 5 Februari 2014.

Purwanto, B., Q. Pramukanto, D. Budiarto, Iskandar, N. Bambang, Murdianto dan S. Pamungkas. 2016. Penyusunan Dokumen Zonasi Pasca Tambang PT MHU. Kerjasama PT MHU dan PTPKAA, Bogor.


TERIMA KASIH

Documents

LANSKAP/ BENTANG ALAM