24
PERENCANAAN AUDIT 1. Komunikasi Dengan Auditor (Sebelum Penunjukan) Standar pertama dari Generally Accepted Auditing Standard (GAAS) - di Indonesia, SPAP untuk audit lapangan adalah perencanaan yang memadai. Tiga alasan utama mengapa seorang auditor harus mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat: auditor dapat memperoleh bukti yang cukup kompeten untuk kondisi yang ada membantu menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar menghindari kesalahpahaman dengan kliennya Memperoleh bukti yang cukup kompeten merupakan hal yang sangat penting jika KAP ingin meminimalkan kewajiban hukum dan memelihara suatu reputasi yang baik dalam komunitas bisnis. Menjaga biaya audit yang dikeluarkan tetap dalam batas yang wajar akan membantu KAP tetap kompetitif dan selanjutnya dapat mempertahankan bahkan memperluas jumlah kliennya, dengan asumsi bahwa KAP tersebut memiliki reputasi untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Menghindari kesalahpahaman dengan klien merupakan hal yang penting untuk memelihara hubungan baik dengan klien serta untuk memfasilitasi hasil kerja yang berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar. SA 310 PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN 01 Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai

Perencanaan Audit

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perencanaan Audit

PERENCANAAN AUDIT

1. Komunikasi Dengan Auditor (Sebelum Penunjukan)

Standar pertama dari Generally Accepted Auditing Standard (GAAS) - di Indonesia,

SPAP untuk audit lapangan adalah perencanaan yang memadai. Tiga alasan utama

mengapa seorang auditor harus mempersiapkan rencana kontrak kerja yang tepat:

auditor dapat memperoleh bukti yang cukup kompeten untuk kondisi yang ada

membantu menjaga agar biaya audit yang dikeluarkan tetap wajar

menghindari kesalahpahaman dengan kliennya

Memperoleh bukti yang cukup kompeten merupakan hal yang sangat penting jika KAP

ingin meminimalkan kewajiban hukum dan memelihara suatu reputasi yang baik dalam

komunitas bisnis. Menjaga biaya audit yang dikeluarkan tetap dalam batas yang wajar

akan membantu KAP tetap kompetitif dan selanjutnya dapat mempertahankan bahkan

memperluas jumlah kliennya, dengan asumsi bahwa KAP tersebut memiliki reputasi

untuk melakukan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Menghindari kesalahpahaman

dengan klien merupakan hal yang penting untuk memelihara hubungan baik dengan klien

serta untuk memfasilitasi hasil kerja yang berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar.

SA 310 PENUNJUKAN AUDITOR INDEPENDEN

01 Standar pekerjaan lapangan pertama berbunyi sebagai berikut: “Pekerjaan harus

direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan

semestinya."

02 Aspek supervisi asisten dijelaskan dalam SA Seksi 210 [PSA No. 04] Pelatihan

dan Keahlian Auditor Independen dan SA Seksi 311 [PSA No. 05] Perencanaan dan

Supervisi. Aspek perencanaan pekerjaan lapangan dan saat pelaksanaan prosedur audit

dijelaskan dalam SA Seksi 313 [PSA No. 02] Pengujian Substantif Sebelum Tanggal

Neraca.

Penunjukan Auditor Independen

03 Pertimbangan atas standar pekerjaan lapangan pertama memicu kesadaran bahwa

penunjukan auditor independen secara dini akan memberikan banyak manfaat bagi

auditor maupun klien. Penunjukan secara dini memungkinkan auditor merencanakan

pekerjaannya sedemikian rupa sehingga pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan dengan

Page 2: Perencanaan Audit

cepat dan efisien serta dapat menentukan seberapa jauh pekerjaan tersebut dapat

dilaksanakan sebelum tanggal neraca.

Penunjukan Auditor Independen Mendekati Atau Setelah Tanggal Akhir Periode

04 Walaupun penunjukan dini lebih baik, auditor independen dapat menerima

perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca. Dalam hal ini, sebelum

menerima perikatan, auditor harus yakin apakah kondisi seperti itu memungkinkan ia

melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat wajar tanpa pengecualian.

Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk melakukan audit secara

memadai dan untuk memberi pendapat wajar tanpa pengecualian, ia harus membahas

dengan klien tentang kemungkinan ia memberikan pendapat wajar dengan pengecualian

atau tidak memberikan pendapat. Kadang-kadang keterbatasan audit yang timbul sebagai

akibat kondisi di atas dapat diatasi. Sebagai contoh, penghitungan fisik sediaan dapat

ditunda atau dilakukan kembali di bawah pengamatan auditor independen.

Membangun Pemahaman Dengan Klien

05 Auditor harus membangun pemahaman dengan klien tentang jasa yang akan

dilaksanakan untuk setiap perikatan. Pemahaman tersebut mengurangi risiko terjadinya

salah interpretasi kebutuhan atau harapan pihak lain, baik di pihak auditor maupun klien.

Sebagai contoh, pemahaman tersebut akan mengurangi risiko bahwa klien dapat secara

tidak semestinya mempercayai auditor untuk melindungi entitas dari risiko tertentu atau

untuk melaksanakan fungsi tertentu yang merupakan tanggung jawab klien. Pemahaman

tersebut harus mencakup tujuan perikatan, tanggung jawab manajemen, tanggung jawab

auditor, dan batasan perikatan. Auditor harus mendokumentasikan pemahaman tersebut

dalam kertas kerjanya, lebih baik dalam bentuk komunikasi tertulis dengan klien. Jika

auditor yakin bahwa pemahaman dengan klien belum terbentuk, ia harus menolak untuk

menerima atau menolak untuk melaksanakan perikatan.

06 Pemahaman dengan klien tentang audit atas laporan keuangan umumnya

mencakup hal-hal berikut ini:

a. Tujuan audit adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan.

b. Manajemen bertanggung jawab untuk membangun dan mempertahankan

pengendalian intern yang efektif terhadap pelaporan keuangan.

c. Manajemen bertangung jawab untuk mengidentifikasi dan menjamin bahwa entitas

Page 3: Perencanaan Audit

mematuhi peraturan perundangan yang berlaku terhadap aktivitasnya.

d. Manajemen bertanggung jawab untuk membuat semua catatan keuangan dan

informasi yang berkaitan tersedia bagi auditor.

e. Pada akhir perikatan, manajemen akan menyediakan suatu surat bagi auditor yang

menegaskan representasi tertentu yang dibuat selama audit berlangsung.

f. Auditor bertanggung jawab untuk melaksanakan audit berdasarkan standar auditing

yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Standar tersebut mensyaratkan bahwa

auditor memperoleh keyakinan memadai, bukan mutlak, tentang apakah laporan

keuangan bebas dari salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan atau

kecurangan. Oleh karena itu, salah saji material mungkin akan tetap tidak terdeteksi.

Begitu pula, suatu audit tidak didesain untuk mendeteksi kekeliruan atau kecurangan

yang tidak material terhadap laporan keuangan. Jika, oleh karena sebab apa pun,

auditor tidak dapat menyelesaikan auditnya atau tidak dapat merumuskan atau tidak

merumuskan suatu pendapat, ia dapat menolak menyatakan suatu pendapat atau

menolak untuk menerbitkan suatu laporan sebagai hasil perikatan tersebut.

g. Suatu audit mencakup pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern yang cukup

untuk merencanakan audit dan untuk menentukan sifat, saat, dan luasnya prosedur

audit yang harus dilaksanakan. Suatu audit tidak didesain untuk memberikan

keyakinan atas pengendalian intern atau untuk mengidentifikasi semua kondisi yang

dapat dilaporkan. Namun, auditor bertanggung jawab untuk menjamin bahwa komite

audit atau pihak lain yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab setara akan

menyadari adanya kondisi yang dapat dilaporkan yang diketahui oleh auditor.

Hal-hal tersebut di atas dapat dikomunikasikan dalam bentuk surat perikatan

(engagement letter).

07 Pemahaman dengan klien juga mencakup hal-hal lain seperti berikut ini:

a. Pengaturan mengenai pelaksanaan perikatan (sebagai contoh, waktu, bantuan klien

berkaitan dengan pembuatan skedul, dan penyediaan dokumen).

b. Pengaturan tentang keikutsertaan spesialis atau auditor intern, jika diperlukan.

c. Pengaturan tentang keikutsertaan auditor pendahulu.

d. Pengaturan tentang fee dan penagihan.

e. Adanya pembatasan atau pengaturan lain tentang kewajiban auditor atau klien,

Page 4: Perencanaan Audit

seperti ganti rugi kepada auditor untuk kewajiban yang timbul dari representasi salah

yang dilakukan dengan sepengetahuan manajemen kepada auditor.

f. Kondisi yang memungkinkan pihak lain diperbolehkan untuk melakukan akses ke

kertas kerja auditor.

g. Jasa tambahan yang disediakan oleh auditor berkaitan dengan pemenuhan

persyaratan badan pengatur.

h. Pengaturan tentang jasa lain yang harus disediakan oleh auditor dalam hubungannya

dengan perikatan.

Tanggal Berlaku Efektif

08 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari

tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan

mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi

tersebut berlaku standar yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan Publik per 1

Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah

tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

SA 311 PERENCANAAN DAN SUPERVISI

01 Standar pekerjaan lapangan pertama mengharuskan bahwa “Pekerjaan harus

direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan

semestinya”. Seksi ini berisi panduan bagi auditor yang melaksanakan audit berdasarkan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia di dalam mempertimbangkan

dan menerapkan prosedur perencanaan dan supervisi, termasuk penyiapan program audit,

pengumpulan informasi tentang bisnis entitas, penyelesaian perbedaan pendapat di antara

personel kantor akuntan. Perencanaan dan supervisi berlangsung terus-menerus selama

audit, dan prosedur yang berkaitan seringkali tumpang-tindih (overlap).

02 Auditor sebagai penanggungjawab akhir atas audit dapat mendelegasikan

sebagian fungsi perencanaan dan supervisi auditnya kepada personel lain dalam kantor

akuntannya. Untuk keperluan uraian dalam seksi ini, (a) personel lain dalam kantor

akuntan selain auditor sebagai penanggungjawab akhir audit disebut dengan asisten dan

(b) istilah auditor digunakan untuk menyebut baik auditor itu sendiri maupun asistennya.

Perencanaan

03 Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan

Page 5: Perencanaan Audit

lingkup audit yang diharapkan. Sifat, lingkup, dan saat perencanaan bervariasi

dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan

tentang bisnis entitas. Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan, antara

lain:

a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi tempat

usaha entitas tersebut (lihat paragraf 07).

b. Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.

c. Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi akuntansi

yang signifikan (lihat paragraf 09), termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar

untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.

d. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.

e. Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.

f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian (adjustment).

g. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit,

seperti risiko kekeliruan atau kecurangan yang material atau adanya transaksi antar

pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

h. Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh, laporan

auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan yang diserahkan

ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan kepatuhan klien terhadap

kontrak perjanjian).

04 Prosedur yang dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan dan

supervisi biasanya mencakup review terhadap catatan auditor yang berkaitan dengan

entitas dan pembahasan dengan personel lain dalam kantor akuntan dan personel entitas

tersebut. Contoh prosedur tersebut meliputi:

a. Me-review arsip korespondensi, kertas kerja, arsip permanen, laporan keuangan, dan

laporan auditor tahun lalu.

b. Membahas masalah-masalah yang berdampak terhadap audit dengan personel kantor

akuntan yang bertanggung jawab atas jasa nonaudit bagi entitas.

c. Meminta keterangan tentang perkembangan bisnis saat ini yang berdampak terhadap

entitas.

d. Membaca laporan keuangan interim tahun berjalan.

Page 6: Perencanaan Audit

e. Membahas tipe, lingkup, dan waktu audit dengan manajemen, dewan komisaris atau

komite audit.

f. Mempertimbangkan dampak diterapkannya pernyataan standar akuntansi dan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia, terutama yang baru.

g. Mengkoordinasi bantuan dari personel entitas dalam penyiapan data.

h. Menentukan luasnya keterlibatan, jika ada, konsultan, spesialis, dan auditor intern.

i. Membuat jadwal pekerjaan audit.

j. Menentukan dan mengkoordinasi kebutuhan staf audit.

k. Melaksanakan diskusi dengan pihak pemberi tugas untuk memperoleh tambahan

informasi tentang tujuan audit yang akan dilaksanakan sehingga auditor dapat

mengantisipasi dan memberikan perhatian terhadap hal-hal yang berkaitan yang

dipandang perlu.

Auditor dapat membuat memorandum yang menetapkan rencana audit awal, terutama

untuk entitas yang besar dan kompleks.

05 Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat, lingkup,

dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan dan harus membuat suatu program audit

secara tertulis (atau satu set program audit tertulis) untuk setiap audit. Program audit

harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut keyakinan auditor

diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya

sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Dalam mengembangkan program audit, auditor

harus diarahkan oleh hasil pertimbangan dan prosedur perencanaan auditnya. Selama

berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan diperlukannya perubahan

prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.

06 Auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis entitas yang

memungkinkannya untuk merencanakan dan melaksanakan auditnya berdasarkan standar

auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Tingkat pengetahuannya harus

memungkinkan auditor untuk memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang, menurut

pertimbangannya, kemungkinan mempunyai dampak terhadap laporan keuangan. Tingkat

pengetahuan yang umumnya dimiliki oleh manajemen tentang pengelolaan bisnis entitas

jauh lebih banyak dibandingkan dengan pengetahuan mengenai hal yang sama yang

diperoleh auditor dari pelaksanaan auditnya. Pengetahuan tentang bisnis entitas

Page 7: Perencanaan Audit

membantu auditor dalam:

a. Mengidentifikasi bidang yang memerlukan pertimbangan khusus.

b. Menilai kondisi yang di dalamnya data akuntansi dihasilkan, diolah, di-review, dan

dikumpulkan dalam organisasi.

c. Menilai kewajaran estimasi, seperti penilaian atas sediaan, depresiasi, penyisihan

kerugian piutang, persentase penyelesaian kontrak jangka panjang.

d. Menilai kewajaran representasi manajemen.

e. Mempertimbangkan kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan dan kecukupan

pengungkapannya.

07 Auditor harus memperoleh pengetahuan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

sifat bisnis entitas, organisasinya, dan karakteristik operasinya. Hal tersebut mencakup,

sebagai contoh, tipe bisnis, tipe produk dan jasa, struktur modal, pihak yang mempunyai

hubungan istimewa, lokasi, dan metode produksi, distribusi, serta kompensasi. Auditor

juga harus mempertimbangkan hal-hal yang mempengaruhi industri tempat operasi

entitas, seperti kondisi ekonomi, peraturan pemerintah, serta perubahan teknologi, yang

berpengaruh terhadap auditnya. Hal lain yang harus dipertimbangkan oleh auditor adalah

praktik akuntansi yang umum berlaku dalam industri, kondisi persaingan, dan, jika

tersedia, trend keuangan dan ratio keuangan.

08 Pengetahuan mengenai bisnis entitas biasanya diperoleh auditor melalui

pengalamannya dengan entitas atau industrinya serta dari permintaan keterangan kepada

personel perusahaan. Kertas kerja audit dari tahun sebelumnya dapat berisi informasi

yang bermanfaat mengenai sifat bisnis, struktur organisasi, dan karakteristik operasi, serta

transaksi yang memerlukan pertimbangan khusus. Sumber lain yang dapat digunakan

oleh auditor adalah publikasi yang dikeluarkan oleh industri, laporan keuangan entitas

lain dalam industri, buku teks, majalah, dan perorangan yang memiliki pengetahuan

mengenai industri.

09 Auditor harus mempertimbangkan metode yang digunakan oleh entitas untuk

mengolah informasi dalam perencanaan audit karena metode tersebut mempunyai

pengaruh terhadap desain pengendalian intern. Luasnya penggunaan komputer dalam

pengolahan sebagian besar data akuntansi dan kompleksnya pengolahannya

mempengaruhi pula sifat, saat, dan luasnya prosedur audit yang digunakan oleh auditor.

Page 8: Perencanaan Audit

Oleh karena itu, dalam menilai dampak luasnya penggunaan komputer terhadap audit

laporan keuangan, auditor harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

a. Luasnya penggunaan komputer dalam setiap aplikasi akuntansi.

b. Kompleksitas operasi komputer entitas, termasuk penggunaan jasa perusahaan

pengolahan data dengan komputer dari luar.

c. Struktur organisasi kegiatan pengolahan data dengan komputer.

d. Tersedianya data. Dokumen yang digunakan untuk memasukkan informasi ke dalam

komputer untuk diolah, arsip komputer tertentu, dan bukti audit lain yang diperlukan

oleh auditor kemungkinan hanya ada dalam periode yang pendek atau hanya dalam

bentuk yang dapat dibaca dengan komputer. Dalam beberapa sistem komputer,

dokumen masukan seringkali tidak ada sama sekali karena informasi secara langsung

dimasukkan ke dalam sistem. Kebijakan penyimpanan data yang dibuat oleh entitas

mungkin mengharuskan auditor untuk meminta dilakukannya penyimpanan

informasi untuk keperluan review atau untuk melaksanakan prosedur audit pada saat

informasi tersebut tersedia. Sebagai tambahan, informasi tertentu yang dihasilkan

oleh komputer untuk keperluan intern manajemen kemungkinan bermanfaat dalam

pelaksanaan pengujian substantif (terutama untuk prosedur analitik).

e. Penggunaan teknik audit berbantuan komputer (TABK) dapat meningkatkan efisiensi

pelaksanaan prosedur audit. Penggunaan teknik ini juga menyediakan kesempatan

bagi auditor untuk menerapkan prosedur audit tertentu terhadap keseluruhan populasi

akun atau transaksi. Sebagai tambahan, dalam menganalisis data tertentu atau

menguji prosedur pengendalian khusus tanpa bantuan komputer. Lihat panduan

mengenai TABK ini dalam SA Seksi 327 [PSAK No. 59] Teknik Audit Berbantuan

Komputer.

10 Auditor harus mempertimbangkan apakah keahlian khusus diperlukan untuk

mempertimbangkan dampak pengolahan komputer terhadap auditnya, untuk memahami

pengendalian intern, kebijakan dan prosedur, atau untuk merancang dan melaksanakan

prosedur audit. Jika keahlian khusus diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga

ahli yang memiliki keahlian tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya

atau dari ahli luar. Jika penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus

memiliki pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan komputer untuk

Page 9: Perencanaan Audit

mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi apakah hasil

prosedur yang telah ditentukan tersebut dapat mencapai tujuan auditor; dan untuk

mengevaluasi hasil prosedur audit yang diterapkan yang berkaitan dengan sifat, saat, dan

lingkup prosedur audit lain yang direncanakan. Tanggung jawab auditor atas penggunaan

ahli komputer tersebut sama dengan tanggung jawab auditor atas penggunaan ahli

komputer tersebut sama dengan tanggung jawabnya atas penggunaan asisten. Lihat SA

Seksi 355 [PSA No. 57] Auditing dalam Lingkungan Sistem Informasi Komputer dan SA

Seksi 314 [PSAK No. 60] Penentuan Risiko dan Pengendalian Intern – Pertimbangan dan

Karakteristik Sistem Informasi Komputer.

Supervisi

11 Supervisi mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit dan

penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi adalah memberikan instruksi

kepada asisten, tetap menjaga penyampaian informasi masalah-masalah penting yang

dijumpai dalam audit, me-review pekerjaan yang dilaksanakan, dan menyelesaikan

perbedaan pendapat di antara staf audit kantor akuntan. Luasnya supervisi memadai

dalam suatu keadaan tergantung atas banyak faktor, termasuk kompleksitas masalah dan

kualifikasi orang yang melaksanakan audit.

12 Para asisten harus diberitahu tanggung jawab mereka dan tujuan prosedur yang

mereka laksanakan. Mereka harus diberitahu hal-hal yang kemungkinan berpengaruh

terhadap sifat, lingkup, dan saat prosedur yang harus dilaksanakan, seperti sifat bisnis

entitas yang bersangkutan dengan penugasan dan masalah-masalah akuntansi dan audit.

Auditor yang bertanggung jawab akhir untuk setiap audit harus mengarahkan asisten

untuk mengemukakan pertanyaan akuntansi dan auditing signifikan yang muncul dalam

audit, sehingga auditor dapat menetapkan seberapa signifikan masalah tersebut.

13 Pekerjaan yang dilaksanakan oleh asisten harus di-review untuk menentukan

apakah pekerjaan tersebut telah dilaksanakan secara memadai dan auditor harus

menilainya apakah hasilnya sejalan dengan kesimpulan yang disajikan dalam laporan

auditor.

14 Auditor yang bertanggung jawab akhir mengenai auditnya dan asistennya harus

menyadari prosedur yang harus diikuti jika terdapat perbedaan pendapat mengenai

masalah akuntansi dan auditing di antara personel kantor akuntan publik yang terlibat

Page 10: Perencanaan Audit

dalam audit. Prosedur tersebut harus memungkinkan asisten mendokumentasikan

ketidaksetujuan di antara mereka dan kesimpulan yang diambil jika, setelah konsultasi

memadai, ia berkeyakinan bahwa perlu baginya untuk tidak sependapat dengan

penyelesaian masalah tersebut. Dalam hal ini, dasar penyelesaian akhir masalah harus

juga didokumentasikan.

Tanggal Berlaku Efektif

15 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari

tanggal efektif berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan

mulai dari 1 Agustus 2001 sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi

tersebut berlaku Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar

Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001,

hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.

DUA JENIS RISIKO

1. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk)

Ukuran seberapa besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan

akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar

tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan untuk

memilih risiko audit yang dapat diterima yang lebih rendah, ini berarti auditor

menginginkan kepastian yang lebih besar bahwa laporan keuangan tidak

mengandung salah saji secara material. Risiko nol persen berarti kepastian, dan

risiko 100 persen berarti sama sekali tidak yakin.

2. Risiko inheren

Ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji yang material dalam

suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

Penilaian risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren adalah bagian yang

penting dari perencanaan audit karena hal itu membantu menentukan jumlah bukti yang

harus dikumpulkan dan staf yang dibutuhkan untuk penugasan itu.

Page 11: Perencanaan Audit

PERENCANAAN AUDIT DAN PERANCANGAN PENDEKATAN AUDIT AWAL

Page 12: Perencanaan Audit
Page 13: Perencanaan Audit

1. Menerima Klien dan Melakukan Perencanaan Audit Awal

Perencanaan audit awal (initial audit planning) melibatkan 4 hal yang semuanya

harus dilakukan lebih dulu dalam audit.

1) Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien

yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang

berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting. Auditor ingin

membuat keputusan ini lebih awal, sebelum mengeluarkan biaya yang cukup besar

yang tidak bisa ditutup kembali.

2) Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.

Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.

3) Untuk menghindari kesalahpahama, auditor harus memahami syarat-syarat

penugasan yang ditetapkan klien.

4) Aufitor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan

dan setiap spesialis audit yang diperlukan.

Investigasi atas Klien Baru

Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan publik akan menyelidiki

perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabiltasnya. KAP memeriksa sejauh mana

kemungkinan prospektif klien ini dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangannya, dan

hubungannya dengan KAP sebelumnya.

Untuk calon klien yang sebelumnya telah diaudit oleh KAP lain, auditor yang baru

(auditor penerus) diharuskan oleh SAS 84 (AU 315) untuk berkomunikasi dengan auditor

pendahulu. Tujuan persyaratan ini adalah untuk membantu auditor penerus

nmengevaluasi apakah ia akan menerima penugasan tersebut.

Klien yang Berlanjut

Setiap tahun banyak KAP mengevaluasi klien-klien yang ada saat ini guna

menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit. Konflik yang terjadi

sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit yang tepat, jenis pendapat yang akan

diberikan, jumlah fee, atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor menghentikan kerja

samanya. Auditor dapat juga mengundurkan diri setelah menentukan bahwa klien tidak

mempunyai integritas. Menurut Kode Perilaku Profesional AICPA tentang independensi,

jika klien mengajukan tuntutan hukum melawan KAP atau sebaliknya, KAP tersebut

Page 14: Perencanaan Audit

tidak dapat melakukan audit atas klien ini. Demikian juga jika ada fee yang belum

dibayar atas jasa yang telah diberikan lebih dari 1 tahun lalu, KAP tidak dapat

melaksanakan audit tahun berjalan.

Mengidentifikasi Alasan Klien untuk Penugasan Audit

Dua faktor utama yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima adalah

pemakai laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya menggunakan laporan tersebut.

Auditor mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bukti audit apabila laporan keuangan

digunakan secara ekstensif, seperti yang sering terjadi pada perusahaan terbuka, yang

memiliki utang yang besar dan perusahaan yang akan dijual dalam waktu yang dekat.

Penggunaan yang paling mungkin atas laporan keuangan dapat ditentukan dari

pengalaman sebelumnya dengan klien serta diskusi dengan manajemen. Selama

penugasan, auditor dapat memperoleh informasi tambahan tentang mengapa klien

memerlukan audit serta kemungkinan penggunaan laporan keuangan. Informasi ini dapat

mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima auditor.

Memahami Klien

SAS 108 (AU 310) mensyaratkan bahwa auditor harus mendokumentasikan

pemahamannya dengan klien dalam engagement letter yang meliputi tujuan penugasan,

tanggung jawab auditor dan manajemen, serta batasan-batasan penugasan. Engagement

letter juga dapat mencakup perjanjian untuk meberikan jasa-jasa lain seperti SPT pajak

atau konsultasi manajemen. Engagemen letter harus menyatakan setiap pembatasan yang

diberlakukan pada pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit, bantuan yang akan

diberikan oleh karyawan klien dalam mencari catatan dan dokumen, serta skedul yang

akan disiapkan auditor. Surat ini seringkali memuat perjanjian tentang fee dan bertujuan

menginformasikan klien bahwa auditor tidak dapat menjamin semua tindakan kecurangan

akan ditemukan.

Mengembangkan Strategi Audit Secara Keseluruhan

Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus

mengembangkan strategi audit pendahuluan. Strategi ini harus mempertimbangkan sifat

klien, termasuk bidang-bidang dimana terdapat risiko salah saji signifikan yang lebih

besar. Auditor juga harus mempertimbangkan faktor-faktor lainnya seperti lokasi klien

dan keefektifan pengendalian klien di masa lalu dalam mengembangkan pendekatan audit

Page 15: Perencanaan Audit

pendahuluan.

Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialisasi dari Luar

Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk

mengetahui apakah spesialisasi memang diperlukan. Auditor perlu mengevaluasi

kualifikasi profesional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup

pekerjaannya. Auditor juga harus mempertimbangkan hubungan spesialis tersebut dengan

klien termasuk situasi yang mungkin mengganggu objektivitasnya.

2) Memahami Bisnis dan Industri Klien

Auditor harus memperoleh pemahaman yang memadai tentang entitas dan

lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai risiko salah saji yang

material pada laporan keuangan baik karena kekeliruan maupun kecurangan, dan untuk

merancang sifat penetapan waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.

3) Menilai Risiko Bisnis Klien

Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis

atas bisnis dan industri klien untuk menilai risiko bisnis klien., yaitu risiko bahwa klien

akan gagal dalam mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat timbul dari banyak

faktor yang mempengaruhi klien dan lingkungannya, seperti teknologi baru yang

mengikis keunggulan kompetitif klien, atau klien gagal melaksanakan strateginya sebaik

pesaing.

4) Prosedur Analitis

Prosedur analitis dapat dilaksanakan pada salah satu dari ketiga waktu selama

penugasan:

Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perrencanaan untuk membantu menentukan

sifat, luas, dan penetapan waktu prosedur audit.

Prosedur analitis seringkali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai

pengujian subtantif untuk mendukung saldo akun.

Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit sebagai ireview

akhir atas salah saji yang material atau masalah keuangan dan membantu auditor

Page 16: Perencanaan Audit

mengambil pandangan objektif akhir pada laporan keuangan yang telah diaudit.

Lima Jenis Prosedur Analitis

1. Data industri

2. Data periode sebelumya yang serupa

3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien

4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor

5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data non keuangan