Perencanaan Air Bersih DAN LIMBAH

Embed Size (px)

DESCRIPTION

perencanaan air bersih dan limbah

Citation preview

  • Perencanaan Air Bersih

    Dalam pelaksanaan perencanaan ini, standar dan kriteria yang

    digunakan adalah yang berlaku di Indonesia yaitu standar dan

    kriteria yang ditetapkan oleh Departemen Permukiman dan

    Prasarana Wilayah (Kimpraswil) maupun departemen terkait lainnya

    (Depkes RI).

    Analisa sistem dihitung berdasarkan formula yang biasa digunakan

    dalam perencanaan seperti dijelaskan dalam berbagai buku referensi

    yang telah diakui secara ilmiah dan telah terbangun dengan kinerja

    yang baik.

    Perencanaan Teknik (DED) Sarana dan Prasarana Air Minum (Bab I,

    Pasal 1 Ayat 1 Kepmen PU No.20/KPTS/2000) mencakup komponen-

    komponen :

    Unit Air Baku

    Bangunan pengambilan air baku

    Transmisi air baku

    Unit Produksi

    Instalasi Pengolahan

    Bangunan Reservoar

    Unit Distribusi

    Transmisi Air Minum

    Jaringan distribusi, sambungan rumah, hidran umum dan

    kran umum.

    Unit Penunjang Lainnya

    Ruang Kontrol

    Laboratorium Air

    Bangunan Pelengkap lainnya.

    1

  • A. Metoda Analisis

    Metoda analisis yang akan diuraikan dalam kajian ini terdiri atas

    komponen - komponen yang dijelaskan pada sub bab sebelumnya.

    Pada pengolahan air minum ini aspek sanitari (sanitary engineering)

    dibahas secara khusus dimana terdapat kaidah ilmiah yang harus

    dipenuhi menyangkut aspek ini antara lain satuan operasi (unit

    operation) dan satuan proses (unit process). Unit operasi merupakan

    suatu kajian yang meninjau aspek pengolahan dari segi fisika,

    sedangkan satuan (unit) proses adalah kajian yang meninjau aspek

    pengolahan dari segi kimia dan biologi.

    B. Unit Air Baku

    Sistem pengolahan diperlukan agar air baku yang dimanfaatkan layak

    dimanfaatkan sebagai air minum sesuai dengan standar yang berlaku

    (Kepmenkes RI Tahun 2002). Sistem pengolahan yang akan diterapkan

    sangat tergantung dari rencana pengambilan air baku dan hasil uji

    kualitas air.

    Pemanfaatan air permukaan (sungai) sebagai sumber air baku pada

    umumnya memerlukan sarana pengambilan atau upaya memindahkan

    air baku untuk diolah di Unit Produksi adapaun sarana tersebut

    berupa Unit Air Baku, meliputi bangunan pengambil air baku berupa

    konstruksi dermaga dan sarana transfer air baku berupa pompa

    benam (submersible pump) dan pipa penghantar air baku sebagai

    sarana transmisi air baku.

    Bangunan penangkap mata air (Intake) adalah suatu bangunan yang

    berguna untuk menyadap air dari sumbernya. Intake berfungsi

    sebagai alat mengambil air dari sumbernya untuk keperluan

    pengolahan dan suplai air.

    2

  • Beberapa kriteria yang harus diperhatikan adalah :

    Ketinggian muka air bak harus rendah atau maksimum dengan

    ketinggian muka air semula. Ketinggian air dalam bak

    dipengaruhi oleh tekanan air dalam bak, untuk itu diperlukan

    VENT agar tekanan dalam bak sama dengan tekanan udara luar.

    Dengan demikian diharapkan ketinggian muka air maksimum

    dalam bak sama dengan ketinggian air semula.

    Intake sebaiknya dibuat tertutup uintuk mencegah masuknya

    sinar matahari yang memungkinkan tumbuhan/mikroorganisme

    hidup, serta mencegah kontaminasi.

    Tanah disekitar lokasi harus stabil.

    Intake dibangun tegak lurus terhadap aliran air untuk

    menghindari masuknya pasir ke dalam bangunan.

    Dibangun dengan mempertimbangkan kemungkinan peningkatan

    kapasitas air dimasa yang akan datang.

    Dibangun sedemikian rupa sehingga dalam keadaan terburuk

    masih dapat digunakan.

    Komponen-komponen dari intake ialah bell mouth strainer/saringan

    silinder (cyllindris strainer), saringan dan pengaturnya, pipa air

    baku, gate valve/sluice valve, suction well, foot valve, dan pipa

    penghisap untuk pompa rendah.

    Bangunan pelengkap lainnya dalam sistem transmisi adalah :

    Gate Valve

    Berfungsi untuk mengatur debit aliran dan memungkinkan untuk

    pemeriksaan, pemeliharaan, serta perbaikan. Dipasang pada

    percabangan pipa diawal atau diakhir saluran, dan tiap jarak

    sekitar 1.000 m (1 Km) pada pipa.

    3

  • Blow offBerfungsi untuk mengeluarkan sedimen atau endapan kotoran

    yang terjadi selama pengaliran, atau untuk mengeluarkan air

    dalam keadaan darurat, dipasang pada tempat dengan tekanan

    rendah dari jaringan pipa.

    Air Valve

    Berfungsi untuk mengeluarkan udara yang terakumulasi dalam

    pipa, dipasang pada tempat dengan tekanan tinggi dari jaringan

    pipa.

    Anker Block

    Berfungsi untuk menahan beban pengaliran besar yang mungkin

    dapat menyebabkan perubahan bentuk pipa, dan agar supaya

    sambungan pipa tetap kaku.

    Bend

    Berfungsi untuk menyambung pipa pada suatu belokan.

    Reducer

    Berfungsi untuk menyambung pipa dengan diameter yang

    berbeda.

    C. Unit Produksi

    Sedangkan Unit Produksi yang lazim diterapkan untuk karakteristik air

    baku dari sungai adalah pengolahan dengan sistem lengkap, biasanya

    terdiri dari :

    Unit Koagulasi

    Unit Flokulasi

    Unit Sedimentasi

    Unit Filtrasi

    Unit Desinfeksi

    Unit Netralisasi

    Unit Reservoar

    4

  • Penjabaran mengenai komponen dari unit produksi dimaksud akan diuraikanpada bagian berikut :

    Unit Koagulasi

    Unit koagulasi berfungsi untuk memperoleh pencampuran yang

    homogen terhadap bahan kimia (koagulan) yang dibubuhkan

    kedalam air baku.

    Parameter yang diperlukan adalah :

    Nilai G (Gradien kecepatan)

    Waktu detensi

    Sistem pencampur

    Unit Flokulasi

    Unit flokulasi berfungsi sebagai proses pembentukan flok

    (gumpalan) agar cukup besar dan berat, sehingga dapat

    diendapkan dalam unit sedimentasi dengan baik.

    Parameter yang diperlukan adalah :

    Nilai G (Gradien kecepatan)

    Waktu detensi

    Sistem pencampur.

    Unit Sedimentasi

    Unit sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan flok yang sudah

    terbentuk pada unit flokulasi.

    Parameter yang diperlukan adalah :

    Nilai Bilangan Reynold & Freud

    Beban permukaan sedimentasi

    Waktu detensi

    Sistem pengaliran

    Sistem pembuangan lumpur

    Unit Filtrasi

    Unit filtrasi berfungsi untuk menyaring flok halus yang tidak

    dapat diendapkan pada unit sedimentasi.

    Parameter yang diperlukan adalah :

    Kecepatan penyaringan

    5

  • Sistem pencucian

    Unit Desinfeksi

    Pada unit ini terjadi penambahan bahan desinfektan yang

    bertujuan untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme yang

    tidak dikehendaki kehadirannya, selain itu juga mencegah terjadi

    pencemaran mahluk mikroskopis tersebut.

    Unit Netralisasi

    Di unit ini terjadi proses netralisasi (conditioning process) secara

    kimiawi sehingga parameter kimiawi dalam keadaan seimbang.

    Unit Reservoar

    Sistem distribusi air minum yang direncanakan yaitu air minum

    yang berasal dari reservoar distribusi dialirkan ke daerah

    pelayanan dengan sistem pemompaan. Sistem distribusi air

    minum ini terdiri dari :

    Reservoar distribusi

    Sistem perpipaan

    Perlengkapan / peralatan distribusi

    Reservoir

    Dalam suatu sistem distribusi, reservoar memegang peranan yang

    sangat penting. Instalasi pengolahan air memberikan kapasitas

    berdasarkan kebutuhan air maksimum per hari. Sedangkan sistem

    distribusi direncanakan berdasarkan kebutuhan air maksimum per

    jam (debit puncak per jam). Dalam hal ini ada perbedaan besar

    antara kapasitas yang satu dengan yang lain. Untuk

    menyeimbangkan perbedaan tersebut diperlukan suatu tempat

    penampungan air yaitu reservoar dan dialirkan pada waktu

    pemakaian maksimum.

    Fungsi reservoar distribusi secara garis besar adalah sebagai

    berikut :

    Equalizing flows atau menyeimbangkan aliran. Debit yang

    masuk ke dalam reservoar adalah konstan, sedangkan debit

    yang keluar bervariasi atau berfluktuasi. Untuk itu

    6

  • diperlukan suatu penyeimbang aliran yang dapat melayani

    fluktuasi juga dapat digunakan untuk menyimpan cadangan

    air untuk keadaan emergensi.

    Equalizing pressure atau menyeimbangkan tekanan.

    Pemerataan tekanan diperlukan akibat bervariasinya

    pemakaian air di daerah distribusi.

    Sebagai distributor atau sumber pelayanan.

    D. Unit Distribusi

    Sistem Perpipaan

    Jaringan perpipaan digunakan untuk mengalirkan air minum ke

    semua blok-blok pelayanan suatu daerah pelayanan atau

    merupakan sarana fisik yang bertujuan untuk mentransportasikan

    air minum dari tempat penampungan (reservoar) menuju

    konsumen di daerah pelayanan. Selain itu sistem distribusi harus

    pula dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan lain agar

    dapat berfungsi dengan baik.

    Klasifikasi Sistem Perpipaan

    Tujuan dari pengklasifikasian jaringan perpipaan ini adalah :

    Memisahkan bagian jaringan menjadi suatu sistem hidrolis

    tersendiri sehingga memberikan beberapa keuntungan

    seperti:

    Kemudahan dalam pengoperasian, sesuai dengan debit

    yang mengalir.

    Mempermudah perbaikan jika terjadi kerusakan.

    Meratakan sisa tekan dalam jaringan perpipaan, sehingga

    setiap daerah pelayanan mendapatkan sisa tekan relatif

    tidak jauh berbeda.

    Mempermudah pengembangan jaringan perpipaan, sehingga

    jika dilakukan perluasan tidak perlu mengganti jaringan yang

    7

  • sudah ada, dengan catatan masih memenuhi syarat kriteria

    hidrolis.

    Jaringan perpipaan distribusi air minum diklasifikasikan sebagai

    berikut:

    Feeder System (Pipa hantar distribusi)

    Pipa hantar dalam sistem distribusi biasanya memberikan

    bentuk atau kerangka dasar sistem distribusi ini. Pipa hantar

    distribusi dapat dibedakan sebagai berikut:

    Pipa Induk Utama (Primary Feeder)

    Pipa induk utama merupakan pipa distribusi yang mempunyai

    jangkauan terluas, dan diameter terbesar. Pipa ini melayani

    dan menghubungkan daerah-daerah (blok - blok) pelayanan di

    daerah pelayanan, dan disetiap blok memiliki satu atau dua

    titik penyadapan (tap) yang dihubungkan dengan pipa cabang

    atau sekunder (secondary feeder). Hubungan ini dikenal

    sebagai tapping.

    Secara fisik, pipa induk utama di atas dibagi sebagai berikut :

    Diameter pipa minimal 150 mm (6)

    Kecepatan aliran maksimal 3.0 5.0 m/det tergantung

    jenis pipa

    Head statis yang tersedia tidak lebih dari 80 m

    tergantung jenis dan kelas pipa

    Tekanan pada sistem harus dapat menjangkau titik kritis,

    dengan sisa tekan tidak kurang dari 10 m

    Tidak melayani penyadapan langsung ke rumah-rumah

    Jenis pipa yang dipilih harus mempunyai ketahanan tinggi

    Dimensinya direncanakan untuk mengalirkan air sampai

    dengan akhir perencanaan dengan debit puncak.

    Kriteria teknis yang harus diambil dalam perencanaan pipa

    induk adalah :

    8

  • Lokasi jalur pipa dipilih dengan menghindari medan yang

    sulit, seperti bahaya tanah longsor, banjir 1 2 tahunan

    atau bahaya lainnya yang menyebabkan lepas atau

    pecahnya pipa.

    Jalan pipa sedapat mungkin dipilih diatas tanah milik

    pemerintah atau sepanjang jalan raya atau jalan umum.

    Jalur pipa sedapat mungkin menghindari belokan tajam

    baik horizontal maupun vertikal dan menghindari siphon

    yang aliran airnya di atas garis hidrolis.

    Untuk jalur pipa yang panjang dimana air terpaksa

    dipompa, katup atau tangki pengaman harus mencegah

    terjadinya water hammer.

    Jalur pipa diusahakan sedikit mungkin melintasi jalan

    raya, sungai, jalur kereta api, jalur yang kurang stabil

    sebagai dasar pipa dan daerah yang dapat menjadi

    sumber kontaminasi.

    Pipa Cabang/Pipa Sekunder (Secondary Feeder)

    Merupakan jalur hantaran yang kedua dari sistem. Pipa ini

    meneruskan air yang di sadap dari pipa induk utama ke suatu

    blok pelayanan. Pipa ini selanjutnya mempunyai percabangan

    terhadap pipa service. Secara fisik, pipa cabang dibatasi

    sebagai berikut :

    Tidak melayani penyadapan langsung ke konsumen

    Diameternya dihitung dari banyaknya sambungan yang

    melayani konsumen

    Kelas pipa yang dipergunakan sama atau lebih dari pipa

    induk utama.

    Pipa Pelayanan Distribusi (Distribusi System)

    Pipa pelayanan adalah pipa yang menyadap dari pipa induk

    sekunder dan langsung melayani konsumen. Diameter yang

    dipakai tergantung pada besarnya pelayanan terhadap

    konsumen. Sistem pipa ini dibedakan menjadi:

    9

  • Pipa Distribusi Tersier (Small Distribution Main)

    Pipa Servis (Service Line)

    Pola Jaringan Perpipaan

    Pola jaringan perpipaan sistem distribusi air minum umumnya

    dapat diklasifikasikan menjadi sistem jaringan melingkar (Grid

    Sistem), sistem jaringan bercabang (Branch System) dan sistem

    kombinasi dari ke duanya. Bentuk sistem perpipaan tersebut

    tergantung pada pola jaringan, topografi, tingkat dan tipe

    perkembangan daerah pelayanan, serta lokasi instalasi

    pengolahan.

    Sistem Jaringan Perpipaan Bercabang

    Sistem jaringan perpipaan bercabang terdiri dari pipa induk

    utama (main feeder), disambungkan dengan pipa sekunder,

    lalu disambungkan lagi dengan pipa cabang lainnya, sampai

    akhirnya pada pipa yang menuju konsumen. Dari segi

    ekonomis sistem bercabang ini sangat menguntungkan, karena

    panjang pipa lebih pendek, dan diameter yang lebih kecil,

    namun dari segi operasional mempunyai keterbatasan,

    diantaranya:

    Timbulnya rasa dan bau, akibat adanya dead end pada

    ujung-ujung pipa cabang. Untuk mengatasi hal itu

    diperlukan pengurasan pada waktu-waktu tertentu, hal

    ini mengakibatkan kehilangan air yang cukup besar.

    Jika terjadi kerusakan, akan terdapat daerah pelayanan

    yang tidak akan mendapatkan air, karena tidak adanya

    sirkulasi air.

    Jika terjadi kebakaran, suplai air pada fire hidran lebih

    sedikit, karena aliran satu arah.

    Sistem jaringan perpipaan bercabang digunakan untuk

    daerah pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut:

    Bentuk dan arah perluasan memanjang dan terpisah

    10

  • Jalur jalannya tidak berhubungan satu sama lainnya

    Elevasi permukaan tanahnya mempunyai perbedaan

    tinggi dan menurun secara teratur.

    Luas daerah pelayanan relatif kecil

    11

  • Sistem Jaringan Perpipaan MelingkarSistem jaringan perpipaan melingkar terdiri dari pipa

    induk dan cabang yang saling berhubungan satu sama

    lainnya dan membentuk suatu loop (jaringan yang

    melingkar), sehingga terjadi sirkulasi air ke seluruh

    jaringan distribusi. Dari pipa induk dilakukan penyadapan

    oleh pipa cabang dan selanjutnya dari pipa cabang

    dilakukan pendistribusian untuk konsumen.

    Dari segi ekonomis, sistem ini kurang menguntungkan

    karena diperlukan katup dan diameter pipa yang

    bervariasi, sedangkan dari segi hidrolis (pengaliran),

    sistem ini lebih baik karena jika terjadi kerusakan pada

    sebagian sistem, selama perbaikan daerah layanan masih

    dapat disuplai melalui loop lainnya.

    Sistem jaringan perpipaan melingkar digunakan untuk

    pelayanan dengan karakteristik sebagai berikut :

    Bentuk dan perluasannya menyebar ke seluruh arah

    Jaringan jalannya berhubungan satu dengan yang lainnya

    Elevasi tanahnya relatif datar

    Sistem Jaringan Perpipaan Kombinasi

    Sistem jaringan perpipaan kombinasi, merupakan gabungan

    dari sistem jaringan perpipaan cabang dan jaringan perpipaan

    melingkar. Sistem ini diterapkan untuk daerah pelayanan

    dengan karakteristik sebagai berikut :

    Kota yang sedang berkembang

    12

  • Bentuk perluasan kota yang tidak teratur, demikian pula

    jaringan jalannya tidak berhungan satu sama lainnya

    pada bagian tertentu

    Terdapat daerah pelayanan yang terpencil

    Elevasi muka tanah yang bervariasi

    E. Unit Penunjang

    Unit Penunjang dalam Sarana dan Prasarana Air Minum merupakan

    Sarana pelengkap dalam suatu sistem pengadaan air minum dimana

    berfungsinya untuk memperlancar sistem beroperasi dan

    menghasilkan efisiensi yang tinggi.

    Kelengkapan sarana tersebut antara lain berupa, Kantor Operasional,

    Ruang Operator dan kontrol, laboratorium analisa air, gudang dan

    sarana lainnya yang menunjang.

    Perencanaan Sistem Pengelolaan AiR Limbah

    A. Metoda Pemilihan Teknologi Untuk Sarana Perumahan ( Domestik)

    Untuk pemilihan teknologi pada sarana perumahan berdasarkan petunjuk pemilihan untuk

    pembuangan limbah manusia di daerah perkotaan, program ini telah disesuaikan dengan kondisi fisik

    dan sosial Indonesia, dimanapun program ini diupayakan pada suatu teknologi yang tepat guna.

    Apabila faktor kepadatan penduduk dan penyediaan air bersih yang menjadikan faktor penentu

    dalam pemilihan teknologi pengolahan air buangan, maka akan terdapat 12 kemungkinan alternatif

    pemecahan yang bisa diterapkan untuk sarana perumahan, yaitu ( Ditjen Cipta Karya,1991 ) :

    13

  • 1. Kepadatan rendah dan tingkat suplai air rendah, diarahkan untuk mengembangkan metoda on-sitesanitasi pribadi dengan alasan kemungkinan terjadi pencemaran kecil. Masyarakat ini cenderung

    bukan masyarakat berpenghasilan tinggi.

    2. Kepadatan sedang dengan suplai air rendah, diarahkan pada penggunaan metoda on-site sanitasibersama dengan alasan menekan biaya pengelolaan fasilitas sanitasi. Masyarakat didaerah ini

    cenderung berpenghasilan rendah- sedang dan mampu membuat fasilitas sanitasi bersama

    minimal dua keluarga.

    3. Kepadatan tinggi dengan suplai air bersih rendah, diarahkan pada penggunaan metoda on-sitesanitasi komunal dengan pertimbangan untuk menekan biaya pengadaan fasilitas sanitasi.

    Masyarakat di daerah ini cenderung berpendapatan rendah sedang dan diharapkan mampu

    membuat fasilitas bersama.

    4. Kepadatan sangat tinggi dengan suplai air bersih rendah, diarahkan pada penggunaan metoda on-site sanitasi dan pengadaan sarana kakus umum. Hal ini dipertimbnagkan karena masyarakat di

    daerah ini cenderung berpenghasilan rendah dan memiliki lahan terbatas .

    5. Kepadatan rendah dengan suplai air bersih sedang, diarahkan agar menggunakan metoda on-sitesanitasi pribadi. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini

    berpenghasilan sedang dan lahan masih tersedia untuk tempat pengolahan air buangan dan

    pencemaran lingkungan belum ada.

    6. Kepadatan sedang dengan suplai air bersih sedang, diarahkan agar menggunakan metoda on-sitesanitasi pribadi atau bersama. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah

    ini berpenghasilan sedang dengan lahan cukup tersedia. Namun demikian di beberapa tempat

    diperkirakan harus menggunakan fasilitas sanitasi bersama untuk mencegah pencemaran air

    tanah.

    7. Kepadatan tinggi dengan suplai air bersih sedan, diarahkan agar menggunakan metoda off-sitedengan syarat bahwa sistem pengaliran air buangan masih memungkinkan atau akan ada suplai

    penambahan air bersih. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini

    berpenghasilan menengah dan dinilai mampu membayar retribusi air buangan. Metoda ini

    bertujuan untuk menghindari pencemaran lingkungan.

    8. Kepadatan sangat tinggi dengan suplai air besih sedang, diarahkan agar menggunakan metodaon-site sanitation dengan syarat bahwa bahwa sistem pengaliran air buangan masih

    memungkinkan atau akan ada suplai penambahan air bersih. Hal ini dilakukan dengan

    pertimbangan bahwa masyarakat di daerah ini berpenghasilan rendah dan sebagian dari mereka

    tidak mampu membayar rettribusi air buangan.

    9. Kepadatan rendah dengan suplai air bersih tinggi, diarahkan agar menggunakan metoda on-sitesanitasi pribadi dengan pertimbangan penduduk di daerah ini berpenghasilan tinggi dan lahan

    cukup tersedia.

    14

  • 10. Kepadatan sedang dengan suplai air bersih tinggi, diarahkan agar menggunakan metoda off-sitesanitasi, yaitu sistem sewerage konvensioanal. Metoda ini diprioritaskan karena umumnya

    penduduk di daerah ini berpenghasilan sedang-tinggi, lingkungan permukiman teratur dan

    dibeberapa tempat kemungkinan metoda on-site sanitsi tetap dilakukan terutama bila tidak

    memenuhi kriteria air buangan. Sehingga penduduk di daerah ini tergolong mampu untuk

    membayar retribusi air buangan.

    11. Kepadatan tinggi dengan suplai air bersih tinggi, diarahkan agar menggunakan metoda off-sitesanitasi, yaitu sistem sewerage konvensional dengan pertimbangan bahwa masyarakat di daerah

    ini umumnya berpenghasilan sedang, permukiman teratur dengan ketersedian lahan yang cukup.

    Apabila menggunakan metoda on-site sanitasi tidak akan menguntungkan. Sehingga penduduk di

    daerah ini tergolong pada penduduk yang mampu membayar retribusi air buangan.

    12. Kepadatan tinggi sekali dengan suplai air bersih tinggi. Daerah yang memiliki ciri-ciri seperti inijarang ditemui, jika daerah seperti ini ada maka metoda yang diambilkan adalah off-site sanitasi

    dengan mempertimbnagkan bahwa masyarakat tergolong berpenghasilan sedang, sedangkan

    lahan yang tersedia untuk penerapan metoda on-site sanitasi tidak memadai.

    Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel

    Penerapan Sitem Penyaluran Air Buangan

    Kepadatan(jiwa/ ha)

    SuplaiAir Bersih

    JENIS PENGELOLAAN AIR BUANGANRendah

    < 150

    Sedang

    150-300

    Tinggi

    300-500

    Sangat tinggi

    >500

    Rendah

    < 30 % On-Site Pribadi On-Site Bersama On-Site Pribadi

    On-Site Pribadi

    Rendah

    30 % - 60 % On-Site Pribadi On-Site Pribadi /Bersama

    Off-site dengan

    peningkatan air bersih

    Off-site dengan

    peningkatan air bersihTinggi > 60 % On-Site Pribadi Off-site Off - site Off - site

    Sumber : Ditjen Cipta Karya,1991

    15

  • Tabel

    Kriteria Dasar Pemilihan Sistem Penyaluran Air Buangan

    NoKepadatan( jiwa/ha)

    Suplai Air Bersih

    Metoda Alasan Keterangan

    1 Rendah( 0-150 )

    Rendah( 60 % )

    Off-site Sanitation Sewerage Lingkungan teratur Masyarakat berpendapatansedang - tinggi

    11 Tinggi(300-500)

    Tinggi( >60 % )

    Off-site Sanitation Sewerage Permukiman teratur, lahanuntk on-site tidakmenguntungkan

    Masyarakat berpendapatansedang

    12 Sangat Tinggi( >500)

    Tinggi( >60 % )

    Off-site Sanitation Lahan sedang, tidak amanuntk on-site

    Masyarakat berpendapatansedang

    Sumber : Ditjen Cipta Karya,1991

    Berdasarkan uraian diatas dilihat dari kondisinya dapat disimpulkan bahwa metoda yang dapat

    diterapkan untuk sarana perumahan adalah Off-site sanitation karena memiliki kepadatan tinggi

    dengan tingkat pelayanan air bersih tinggi ( >60 %).

    Faktor faktor yang dapat mempengaruhi dalam penentuan atau pemilihan teknologi yang

    tepat dalam pengelolaan air buangan, adalah :

    1. Kepadatan Penduduk

    Tingkat kepadatan penduduk yang digunakan dalam perencanan ini adalah :

    Kepadatan sangat tinggi . 500 jiwa/ha

    Kepadatan tinggi 300-500 jiwa /ha

    Kepadatan sedang 150-300 jiwa /ha

    Kepadatan rendah < 150 jiwa /ha

    16

  • 2. Penyediaan Air Bersih

    Tingkat penyediaan air bersih berdasarkan atas besarnya tingkat pelayanan dari PDAM terhadap

    masyarakat, berdasarkan hal tesebut maka tingkat pelayanan di klsifikasikan sebagai berikut :

    Tingkat pelayanan tinggi ( >60%)

    Tingkat pelayanan sedang ( 30-60%)

    Tingkat pelayanan rendah ( >60%)

    3. Kemiringan Tanah

    Penggunaan sistem sewerage convensional akan sangat mahal jika kemiringan tanah kurang dari

    2%, hal ini akan memerlukan banyak pompa dalam pengalirannya.sedangkan untuk penggunaan

    sistem shallow sewer sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai kemiringan dari 2 %,

    karena sistem ini mempunyai beban yang relatif kecil sehingga air dapat berjalan dengan lancar.

    4. Kedalaman Air Tanah

    Untuk penggunaan sistem on-site, pada daerah yang muka air tanahnya tinggi kemungkinan akan

    terjadi pencemaran terhadap air tanah. Jika kedalaman air tanah lebih dari 1,5 meter dari

    permukaan pada musim hujan, desain sistem cubluk cukup memadai tanpa mengakibatkan

    pencemaran air tanah. Air tanah tidak akan tercemari jika jarak sumur penampung air hujan

    dengan sumur gali cukup memadai yaitu lebih dari 10 meter.

    5. Permeabilitas Tanah

    Permeabilitas tanah sangat mempengaruhi penentuan sistem penanganan air buangan domestik

    khususnya untuk penerapan sistem setempat ( cubluk maupun septik tank dengan bidang

    resapan). Akan tetapi dari segi teknis, pada daerah yang memiliki permeabilitas yang sangat kecil,

    bidang resapan dapat di buat dengan cara meninggikan lahan lahan bidan resapan tersebut. Untuk

    mengetahui besar kecilnya permeabilitas tanah dapat diperkirakan dengan memperhatikan jenis

    tanah dan angka infiltrasi atau melakukan test perkolasi.

    6. Kemampuan Membangun

    Faktor ini tergantun pada kemampuan setiap daerah untk membangun teknologi yang dipilih. Ada

    kemungkinan teknologi yang telah dipilih tidak dapat diterapkan karena ketidak mampuan tenaga

    kerja setempat untuk membangun.

    7. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

    Faktor ini tidak dapat diabaikan dan cukup penting dalam suatu pemilihan sistem adalah faktor

    sosial masyarakat untuk menerimanya, karena biaya yang di perlukan untuk setiap teknologi yang

    terpilih relatif mahal dengan alternatif lain.

    17

  • ALTERNATIF TEKNOLOGI

    Sistem sanitasi yang cocok dengan daerah perencanaan harus memperhatikan kondisi fisik,

    sosial ekonomi masyarakat. Sehingga sistem terebut akan mampu meningkatkan kebersihan dan

    kesehatan masyarakat serta akan menciptakan lingkungan yang nyaman.

    Sistem yang dapat diterapkan untuk menangani dan mengelola air buangan pada suatu daerah terbagi

    atas 3 sistem yaitu :

    1. Sistem Off-Site ( sanitasi terpusat )

    Sistem terpusat yaitu sistem dimana air limbah dari seluruh daerah pelayanan dikumpulkan dalam riol

    pengumpul, yanng kemudian dialirkan kedalam riol kota menuju tempat pengolahan dan baru dibuang

    ke badan air penerima

    Tabel

    Keuntungan dan Kerugian Sistem Sanitasi Terpusat ( off-site )

    Keuntungan Kerugian1. memberikan pelayanan lebih aman, nyaman dan

    menyeluruh

    2. menampung semua air buangan rumah tanggasehingga pencemaran terhadap saluran drainase

    dan badan air lainnya serta air tanah dapat dihindari

    3. cocok diterapkan didaerah perkotaan dengankepadatan penduduk sedang sampai tinggi

    4. tahan lama dikarenakan sistem ini dibuat denganperiode perencanaan tertentu

    5. tidak memerlukan lahan (permukaan) yang luassebab jaringan pipa ditanam didalam tanah

    1. biaya investasi pembangunan jaringan sangat tinggi

    2. memerlukan teknologi yang memadai untukmembangun dan memelihara sistem

    3. instalasi lebih rumit sehingga memerlukanperencanaan yang tepat

    4. gkeuntungan baru bisa dicapai seluruhnya setelahsistem ini dapat dimanfaatkan/digunakan oleh

    seluruh penduduk di daerah pelayanan

    5. sistem jaringan pipa yang luas memerlukanperencanaan dan pelaksanaan jangka panjang.

    Sistem sanitasi Off-Site mempunyai beberapa teknologi yang sering digunakan antara lain :

    A. Sewerage Konvesional

    Dalam sistem ini, air buangan akan masuk ke dalam saluran. Sistem jairingan pipa air

    buangan di pasang mengikuti pola jaringan jalan, guna memudahkan penyambungan ke rumah-rumah

    atau bangunan-bangunan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan perpipaan dan

    untuk menghindari pembebasan lahan. Namun pola seperti ini memerlukan biaya yang relatif mahal

    18

  • karena memerlukan perpipaan yang panjang dan pemasangan pipa yang di tanam di tanah

    memerlukan penggalian dengan kedalaman sesuai dengan yang diharapkan.

    Oleh karena itu dalam pemeliharaan sistem konvensional ini sebaiknya perlu diperhatikan beberapa

    faktor yang antara lain ( Puslitbang Permukiman :

    Mayoritas penduduk memiliki sambungan air bersih

    Sistem sanitasi setempat tidak layak untuk digunakan pada daerah tersebut

    Kemampuan untuk membiayai sewerage dan sebaiknya sistem ini dilengkapi dengan IPAL

    Apabila memiliki kemiringan 1% dan saluran drainase, sebaiknya sistem ini digabung dengan saluran

    drainase tersebut

    Tabel

    Keuntungan dan Kerugian Sistem Sewerage Konvensional

    Keuntungan Kerugian1. Dapat diterapkan baik untuk bangunan yang Sudah

    dimiliki septik maupun yang belum2. sangat efektif bila dikembangkan sebagai sistem

    kota keseluruhan karena IPAL yang dibangun hanyasatu atau beberapa tergantung tofografi kota

    3. dapat diterapkan untuk kepadatan sedang sampaitinggi

    4. pada kawasan perencanaan tidak perlu lagimembangun IPAL karena sudah ada

    1. biaya kontruksi sangat mahal2. perlu mempersiapkan suprastruktur dan

    infrastruktur kelembagaan yang secara khususmenangani pembuangan air limbah

    3. perlu penyiapan kondisi masyarakat

    B. Shallow Sewers

    Shallow sewers adalah sistem riol yang pemasngan pipanya relatif dangkal. Kemiringan dari

    sistem ini lebih landai dibandingkan dengan Sewerage Convensional. Shallow Sewers sangat

    tergantung pada pada pembilasan air buangan untuk mengangkut buangan padat jika dibandingkan

    dengan cara konvensional yang mengandalkan kecepatan untuk membersihkan sendiri ( Self cleansing

    velocity ).

    Shallow Sewer lebih murah dibandingkan sewerage konvensional dan lebih cocok sebagai

    sewerage sekunder di daerah kampung dengan kepadatan tinggi dan jalan lingkungan yang kecil

    dimana tidak dilewati kendaraan yang berat dan sebagian besar penduduk telah memiliki sambungan

    air bersih dan jamban pribadi tanpa pembuangan setempat yang memadai. Selain itu sistem ini cocok

    ditempatkan pada daerah dengan kemiringan 1 %

    Tabel

    19

  • Keuntungan dan Kerugian Sistem Shallow Sewers

    Keuntungan Kerugian1. Dengan kemiringan yang kecil, sistem ini dapat

    berjalan dan kompleksitas sistem pelayanan relatifkecil dibanding sistem konvensional sewerage

    2. Setiap rumah yang dilayani tidak harus memiliki tangkiseptik yang mengingat jenis buangan yangdiperuntukan adalah limbah padat dan cair.

    3. Dapat diterapkan untuk kepadatan sedang sampaitinggi.

    1.Cakupan pelayanan sangat terbatas, sehingga tidakdapat dikembangkan untuk sistem wilayah kota

    2.Bila dikembangkan untuk sistem perkotaan secarakeseluruhan akan mengakibatkan biaya mahal dantidak efektif karena harus banyak instalasi pengolahanyang dibangun.

    3.Tidak ada reduksi beban organik seperti hal nya padasmall bore sewerage, sehingga beban instalasi airlimbah cukup tinggi.

    C. Small bore Sewer dengan pengolahan

    Small bore Sewer ( SBS ) merupakan sistem yang sesuai untuk memperbaiki sistem sanitasi pada

    daerah yang mayoritas menggunakan septi tank. SBS akan menampung semua air buangan kecuali

    lumpur ( tinja)dari tanki septik. Sistem ini juga memiliki keuntungan dan kekurangan, adapun

    keuntungan dan kekurangan dari sistem ini adalah :

    Tabel

    Keuntungan dan kerugian sitem small bore sewer

    Keuntungan Kerugian1. Mengurangi kebutuhan air, saluran tidak perlu

    mengalirkan benda padat sehingga tidak perlupengelontoran.

    2. Mengurangi biaya pengalihan, saluran tidak didesainagar dapat membersihkan sendiri ( self cleaning).Saluran dibangun mengikuti topografi alam, sehinggatidak memerlukan biaya penggalian yang besar.

    3. Mengurangi biaya bahan-bahan, aliran puncaknyalebih rendah dibandingkan sewerage conventionalkarena tangki interseptor dapat diperkecildimensinnya.

    4. Mengurangi biaya operasi dan biaya pemeliharaanrutin, untuk mengangkat padatan dari tangkiintersektor dan pengelontor saluran dilakukan olehpersonil terlatih dengan alat yang sederhana .

    5. Mengurangi kebutuhan pengolahan; screening ,gritremoval dan primari sedimentation atau kolamanaerobik tidak dibutuhkan pada pengolahan airbuangan karena telah dilakukan proses pengolahan

    1. Cakupan pelayanan sangat terbatas, sehingga tidakdapat dikembangkan untuk sistem wilayah kota.

    2. setiap rumah harus memiliki tanki septik tank.

    3. Bila dikembangkan untuk sistem perkotaan/kawasanperencanaan secara keseluruhan akanmengakibatkan biaya mahal dan tidak efektif karenaharus banyak instalasi pengolahan air limbah yangdibangun.

    20

  • pada tangki interseptor.

    2. Sistem on-site ( sanitasi setempat)

    adalah sustu sistem dimana pada daerah tersebut tidak ada sistem riol kota, dan air buangan

    yang dihasilkan ditangani di daerah setempat

    Tabel

    Keuntungan dan klerugian sistem on-site ( sanitasi setempat )

    Keuntungan Kerugian1. Biaya kontruksi relatif rendah.2. Teknologi yang digunakan cukup sederhana3. operasi dan pemeliharaan umumnya merupakan

    tanggung jawab pribadi4. dapat menggunakan bahan/material setempat5. tidak berbau dan cukup higienis jika

    pemeliharaannya baik6. hasil dekomposisi bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.

    1. Tidak cocok diterapkan di semua daerah ( tidakcocok untuk daerah dengan kepadatan tinggi, mukaair tanah tinggi dan permeabilitas tanah rendah).

    2. Memerlukan lahan yang luas .3. sistem ini tidak diperuntukan bagi limbah dapur,

    mandi dan cuci karena volumenya kecil, sehinggalimbah cair dari dapur dan cuci akan tetapmencemari saluran drainase dan badan-badan airyang lain.

    4. Bila pemeliharaannya tidak dilakukan dengan baik,akan dapat mencemari air tanah dan sumur dangkal

    5. Pelayanan terbatas

    3. Gabungan sistem off-site dan on-site

    Sistem gabungan ini adalah altenativ dari kedua sistem diatas, dimana air limbah yang dihasilkan

    pada suatu daerah yang diatangani dengan cara menggunakan sistem off-site dan adapula yang

    ditangani sistem On-site. Jenis penanganan air limbah yang sering digunakan septik tank dan small

    bore sewer, dimana kedua sistem ini membutuhkan tempat pengolahan lumpur, pembuangannya dan

    pengolahan.sistem ini sangat cocok diterapkan pada daerah yang mempunyai kriteria sebagai berikut :

    Memiliki lahan yang luas untuk tempat pengolahan.

    Didaerah yang mempunyai kepadatan penduduk tinggi dengan luas lahan yang kurang memadai.

    21

  • Bangunan pengolahan pada sistem ini membutuhkan lahan untuk penyaluran, pembuangan,

    dan pengolahan lumpur tinja. Bangunan yang cocok untuk sistem ini adalah tangki septi dengan

    perpipaan dan bidanmg resapan.

    Kriteria Penentu Sistem Air Buangan Sarana Perumahan

    1. Sewerage Konvensional

    a. Perumahan

    Disarankan tipe perumahan teratur dan permanent dalam suatu lingkungan

    terbatas, untuk golongan berpendapatan menengah dan tinggi, dimana

    mereka mampu membayar retribusi, mengoperasikan dan memelihara

    system

    b. Ketersediaan Air Bersih

    Merupakan factor penting, diisyaratkan telah terlayani oleh PDAM atau

    dapat bersumber dari air tanah (berupa sumur) dengan debit yang

    mencukupi/tidak terbatas.

    c. Kepadatan Penduduk

    > 300 jiwa/Ha, atau daerah yang telah memiliki system sewerage

    konvensional.

    d. Permebilitas Tanah

    Tidak memenuhi syarat sehingga bidang resapan menjadi tidak efektif

    (angka permenbilitas tanah tinggi > 4.2 . 10-3 cm/det atau terlalu rendah

    2.7 . 10-3 cm/det)

    e. Kemiringan Tanah

    Sebaiknya > 1 %

    f. Muka Air Tanah

    < 2 cm dan telah tercemar

    2. Shallow Sewer

    a. Perumahan

    Disarankan tipe perumahan teratur dan permanent dalam suatu lingkungan

    terbatas.

    b. Ketersediaan Air Bersih

    22

  • Merupakan faktor penting, diisyaratkan telah terlayani oleh PDAM atau

    dapat bersumber dari air tanah (berupa sumur) dengan debit yang

    mencukupi/tidak terbatas.

    c. Fasilitas Sanitasi Setempat

    Tidak merupakan factor yang berpengaruh sebab shallow sewer merupakan

    perpipaan yang menerima air buangan langsung dari WC berupa cairan dan

    tinjanya.

    d. Kepadatan Penduduk

    > 300 jiwa/Ha, sebab tingkatan kepadatan sebesar ini sudah tidak

    disarankan lagi pembangunan tangki septik.

    e. Permebilitas Tanah

    Tidak memenuhi syarat sehingga bidang resapan menjadi tidak efektif

    (angka permenbilitas tanah tinggi > 4.2 . 10-3 cm/det atau terlalu rendah

    2.7 . 10-3 cm/det)

    f. Kemiringan Tanah

    Bisa diterapkan pada berbagai kemiringan tanah

    g. Muka Air Tanah

    Dangkal (< 2 meter)

    3. Small Bore Sewer

    a. Perumahan

    Disarankan tipe perumahan teratur dan permanen.

    b. Ketersediaan Air Bersih

    Tidak menjadi factor penentu, karena system ini tidak tergantung pada

    banyaknya air untuk pembilasan tetapi sarana air minum harus dipikirkan

    sebagai sarana sanitasi yang harus ada.

    c. Fasilitas Sanitasi Setempat

    Keharusan adanya tangki septic sebab small bore sewer direncanakan

    sebagai perpipaan yang menerima beban buangan berupa effluent (grey

    water) dari tangki septic dan tidak memungkinkan dibangunnya bidang

    resapan dilahan tersebut.

    d. Kepadatan Penduduk

    Tidak menjadi factor penentu yang sangat menntukan untuk perumahan

    yang teratur, sebab masing-masing rumah memiliki kesamaan dalam hal

    23

  • keterbatasan lahan, untuk permukiman dipusat kota disarankan kepadatan

    maksimum 500 jiwa/ha.

    e. Permebilitas Tanah

    Tidak memenuhi syarat sehingga bidang resapan menjadi tidak efektif

    (angka permenbilitas tanah tinggi > 4.2 . 10-3 cm/det atau terlalu rendah

    2.7 . 10-3 cm/det)

    f. Muka Air Tanah

    Factor ini tidak menentukan akan tetapi disarankan permukaan air tanah

    yang dalam untuk efektivitas tangki septik

    Tabel Faktor Penentu Untuk Berbagai Tipe Sewerage

    No Small Bore Sewer Shallow Sewer Konvensional

    1Perumahan Teratur permanen Disarankan teratur danpermanenPerumahan untuk golongan

    menengah dan tinggi2Air Bersih - -3Fasilitas Sanitasi Setempat Harus ada tangki septik -

    4Kepadatan Penduduk - > 300 jiwa/ha > 300 jiwa/ha kecualidaerah pariwisata

    5Kemiringan Tanah - Dapat diterapkan padaberbagai kemiringan Sebaiknya > 1 %

    6Permeabilitas Tanah 4.2 . 10-3 - 2.7 . 10-3 cm/det 4.2 . 10-3 - 2.7 . 10-3

    cm/det4.2 . 10-3 - 2.7 . 10-3

    cm/det

    7Muka Air TanahDisarankan muka air tanah

    yang dalam untukefektifitas tangki septik

    Dangkal (