113
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK ANTAR KELOMPOKANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN DAN MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAYASAN ADMINISTRASIINDONESIA SALEMBAJAKARTAPUSAT Oleh MUKHTAR NIM. 102070025916 Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007

perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK

ANTAR KELOMPOKANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS

KRISTEN DAN MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA

INDONESIA YAYASAN ADMINISTRASIINDONESIA

SALEMBAJAKARTAPUSAT

Oleh

MUKHTAR

NIM. 102070025916

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan

dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2007

Page 2: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

PERBEDAAN KEMAMPUAN MENGATASI KONFLIK ANTAR KELOMPOK

ANTARA MAHASISWA UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA DAN

MAHASISWA UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA

YAYASAN ADMINISTRASI INDONESIA

SALEMBA JAKARTA PUSAT

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhisyarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh

MUKHTARNIM 102070025916

Oi Bawah Bimbingan

Pembimbing I

M.Si

Pembimbing II

phazy Salem, M.Si

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1428 H - 2007 M

Page 3: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar

Kelompok Antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia Dan

Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi

Indonesia Salemba Jakarta Pusat" telah diujikan dalam Sidang

Munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta pada :

Tanggal 31 Januari 2007 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana psikologi.

Jakarta, 04 Februari 2007

SIDANG MUNAQASYAH

Sekretaris Merangkap Anggota

Anggota

Penguji I

~:~B~di,Ph.D

NIP. 150326891

Pembimbing I

M.Si azy Salom, M.Si

M.Si

Page 4: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

:;Motto:

Peru6alian fiaafali 'Kfniscayaan, 'Te6arlWnSenyuman, SemailWn 'Kfaamaian

(])an 'Ta6urlWn 1(asili Sayang

Setiap detifi.pun (j)ia sefalu me1l{jawasi,tanpa dlmintapun (j)ia seCafu mem6eri, mestinya setiap udara

ya1lfJ kjta fiirup dan setetes air ya1lfJ kjta minum cu~p mem6uatkjta me1l{jenafdan mencintai-:Nya

1(arya seaerliana ini ltupersem6alikgn teruntultayali aan i6ultu tercinta serta I?gl?g~

atfiFt:atfiltltuyang altu sayangi

Page 5: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

ABSTRAKSI

(A) Fakultas Psikologi(8) Januari 2007(C) Mukhtar(0) Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok antara

Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan MahasiswaUniversitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia(UPI YAI) Salemba Jakarta Pusat

(E) xi + 90

(F) Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak terlepas berinteraksidengan orang lain atau dengan masyarakat sekitarnya. Demikian puladalam kelompok, setiap anggota kelompok dapat berinteraksi sesamaanggota kelompok maupun antar kelompok. Namun hidup di kota-kotabesar/metropolitan yang memiliki beragam tatanan nilai, perbedaan latarbelakang sosial-budaya dan ekonomi, serta persaingan yang cukuptinggi. Hal ini merupakan potensi terjadinya konflik, baik konflik psikologis,konflik antar pribadi dan konflik antar kelompok. Parahnya ketika terjadikonflik antar kelompok pihak kelompok sendiri (mahasiswa UKI danMahasiswa YAI) dan perangkatnya belum mampu meredam konflik yangterjadi puluhan tahun yang lalu, bahkan hampir menjadi tradisi tahunan.

Dengan melihat potensi kemampuan mengatasi konflik yang dimiliki olehmahasiswa, melalui gambaran pola interaksi, komunikasi dan caramereka mengatasi konflik akan diketahui secara jelas aspek-aspek yangmempengaruhi proses penyelesaian konflik selama ini.

Penelitian ini bertujuan memperoleh gambaran perbedaan kemampuanmengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI denganmahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Pendekatan penelitian yangdipakai adalah kuantitatif dengan metode deskriptif. Populasi penelitian iniadalah mahasiswa UKI dan YAI salemba Jakarta Pusat, sedangkansampellresponden yang dipakai sebanyak 60 mahasiswa dengan rincianmahasiswa Universitas Kristen (UKI) 30 orang dan Yayasan AdministrasiIndonesia (YAI) 30 orang.

Pengambilan sampellresponden dalam penelitian ini adalah denganmenggunakan desain sampling tetap (fixed sampling design), metodeyang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yangdipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Teknik pengambilansampel dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari

Page 6: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

kelompok-kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompokpopulasi menjadi sampel. Cara tersebut direalisasikan dengan equalprobability artinya dari tiap kelompok populasi dapat dimasukkan menjadisampel dan setiap anggota kelompok mempunyai probability yang samauntuk menjadi sampel. Dalam mengumpulkan data penelitian, penelitimenggunakan instrumen berupa skala model Likert dengan 4 alternatifjawaban. Skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok berjumlah41 item dengan nilai realibilitas 0.9409.Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 11.5yang meliputi korelasi Pearson untuk menguji validitas item, AlphaCronbach untuk menguji reliabilitas instrumen pengumpul data, dan uji-t(t-test) untuk pengujian hipotesis penelitian.

Data yang didapat diolah dengan prosedur statistik dengan menggunakanSPSS versi 11.5 Dari uji hipotesis diketahui bahwa nilai t-hitung yangdidapat adalah sebesar -1,645 sedangkan t-tabel untuk N=60 adalah2,021 dengan taraf signifikansi 5% (-1,645 < 2,021). Dengan demikian thitung lebih keeil dari pada t tabel, artinya tidak ada perbedaan yangsignifikan antara kemampuan mengatasi konflik antar mahasiswa UKIdengan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat.

Penelitian ini dilakukan pada dua kampus/universitas yaitu UniversitasKristen Indonesia (UKI) dan Yayasan Administrasi Indonesia (YAI)Salemba Jakarta Pusat. Akan lebih lengkap dan detail apabila penelitianini dilakukan dengan penambahan metode kualitatif dan dengan mengikutsertakan universitas-universitas lainnya yang pernah terlibat konflikdengan UKIIYAI seperti Universitas Bung Karno (UBK). Penelitian inihanya mengukur satu aspek yaitu untuk melihat perbedaan kemampuanmengatasi konflik antar-kelompok saja, untuk penelitian selanjutnyadiharapkan dapat meneari pengaruh atau peranan dari kerjasama antaruniversitas, adanya kegiatan bersama dan institusi masyarakat sekitardalam meneegah konflik antar kelompok sehingga adanya satu komitmenbersama dalam menyelesaikan masalah tersebut.

(G) Daftar Pustaka, 31 buku (1980 - 2006), 2 Buletin Psikologi, dan 21Situs Website Internet

Page 7: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Kata Pengantar

Segala puji hanya milik Allah SWT., Dzat yang menebarkan kasih sayang,

Dzat yang selalu memberi kepada makhlukNya meski tanpa diminta, Dzat

yang mengetahui segala gerak-gerik kita, shalawat dan salam senantiasa

tercurahkan kepada sosok pribadi mengesankan (Muhammad) SAW. yang

menjadi panutan dan tauladan umat manusia.

Perubahan adalah keniscayaan ada siang ada ma..lam, ada kehidupan ada

kematian, ada perjumpaan ada perpisahan, setelah sekian lama berada di

Iingkungan Fakultas Psikologi, namun tak terasa rasanya begitu sebentar,

akhirnya untuk mengakhiri pendidikan ini penulis menyelesaikan skripsi ini

dengan judul "Perbedaan Kemampuan Mengatasi Konflik Antar

Kelompok Antara Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) Dan

Mahasiswa Universitas Persada Indonesia Vayasan Administrasi

Indonesia (UPI VAl) Salemba Jakarta Pusat".

Skripsi ini dapat selesai karena adanya dukungan dari semua pihak. Penulis

mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ora. Netty Hartati, M.Si (Oekan

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

sekaligus Oosen Penasehat Akademik), terima kasih kepada Oosen

Pembimbing Skripsi dan Pembantu Oekan Bidang Akademik, Ibu Ora.

Zahrotun Nihayah, M.Si, yang ditengah-tengah kesibukannya selalu

memberikan semangat, senyuman dan dorongan yang tulus kepada penulis,

demikian juga kepada dosen pembimbing skripsi yaitu Bapak Ghozy Salom,

M.Si yang telah mengarahkan penulis menyelesaikan skripsi ini, tidak lupa

kepada semua dosen psikologi yang telah banyak memberikan makna hidup.

Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas semuanya. Cinta, kasih sayang,

ketulusan, pengorbanan dan doa yang selalu engkau berikan.

Page 8: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Demikian juga untuk kakakku, adik-adikku dan semua keluargaku terima

kasih, semoga Allah membalas ketulusan dan kebaikan kalian.

Kepada pengurus AI-HamZah Group, (Bapak Andi Kosala, MM, Bapak

Bambang Budiarso, MM, Bapak Adang Karyana S.SST dan lainnya) yang

telah mendidik dan membinaku, kepada arek-arek FORMALA, WASIAT,

kepada sahabat-sahabatku di Fakultas Psikologi khususnya angkatan 2002,

Ikhwan Jatibening conection, adik-adikku yang selama ini telah setia

menemaniku, untuk sahabat, ternan dan kawan-kawanku seperjuangan,

penulis mengucapkan terima kasih karena kalian telah menjaga, membantu

dan memberi banyak pelajaran hidup kepada penulis.

Untuk kawan-kawanku di UKI dan YAI dari BEMF (Badan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas) Ekonomi, IImu Komunikasi, Psikologi. IImu Sosial dan

Politik serta Hukum, yang tidak pernah bosan membantu penulis. Terima

kasih atas kerjasamanya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi

ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Penulis hanya dapat

mengucapkan Jazakumullah khairan katsira, semoga Allah membalas yang

lebih baik bagi kalian semua. Penulis berharap semoga karya ini bermanfaat

bagi semuanya. Amien.

Jakarta,4 Januari2007

Penulis

Page 9: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DAFTAR lSI

HALAMAN JUDUL.. ..HALAMAN PERSETUJUAN......... iiHALAMAN PENGESAHAN.............................. iiiMOnO....................................................................................... ivABSTRAKSI.... vKATA PENGANTAR...... viDAFTAR ISI................................................................................. viiiDAFTAR TABEL........................................................................... xDAFTAR LAMPIRAN xi

BAB 1 PENDAHULUAN :.............................. 01-09

1.1. Latar Belakang Masalah................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah.. 6

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah........... 6

1.3.1. Pembatasan masalah penelitian.......... 6

1.3.2. Perumusan masalah penelitian............... 7

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian................................ 7

1.4.1. Tujuan penelitian.......... 7

1.4.2. Manfaat penelitian............................................... 7

1.5. Sistematika Penulisan...... 8

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA........................................................... 10-59

2.1. Konflik................................. 10

2.1.1. Pengertian Konflik...... 10

2.1.2. Pengertian Konflik Antar kelompok 11

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik....... 15

2.1.4. Resolusi Konflik.................. 24

2.2. Kemampuan Mengatasi Konflik 34

2.2.1. Pola Interaksi 34

2.2.2. Pola Komunikasi...... 41

Page 10: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DAFTAR TABEl, SKEMA DAN GRAFIK

BAB2

2.1 Skema Penyebab Konfiik Antar Kelompok... 24

2.1 Cara mendiagnostik konfiik , 52

2.2 Bentuk pendekatan konfiik... 53

2.2 Skema kerangka berpikir. ,. 58

BAB3

3.1 Bobot nilai skala..... 66

3.2 Blue print skala kemampuan mengatasi konfiik antar kelompok....... 67

3.3 Rel/abel/tas skala mengatasi konfiik.................................................. 70

BAB4

4.1 Jumlah sampel. 72

4.2 Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia,

fakultas, agama, dan suku bangsa... 73

4.3 Gambaran umum responden berdasarkan alasan konfiik dan Tingkal

kemampuan mengatasi konfiik...... 76

4.4 Uji normalitas... 79

4.1 Grafik penyebaran item-item skala kemampuan mengatasi konfiik... 79

4.5 Uji homogenitas '" ,. 80

4.6 Uji-t... ... ... ... ... 81

Page 11: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

LAMPIRAN

• Surat izin penelitian

• Foto Tawuran

• Angket penelitian

• Blue print hasil tryout kemampuan mengatasi konflik

• Blue print revisi kemampuan mengatasi konfli~

• Skor try out skala kemampuan mengatasi konflik

• Skor penelitian skala kemampuan mengatasi konflik

• Hasil uji validitas skala kemampuan mengatasi konflik

• Reliabilitas instrumen skala kemampuan mengatasi konflik

• Hasil uji-t, normalitas, homogenitas

Page 12: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Hidup di tengah-tengah kota metropolitan yang memiHki beragam tata nilai

(nilai sosial dan agama), latar belakang sosial dan.budaya yang berbeda,

kesenjangan ekonomi yang semakin melebar dan tingkat persaingan hidup

cukup tinggi, hal ini merupakan salah satu potensi pemicu terjadinya konflik.

Berbagai pemicu konflik lainnya yang sering terjadi seperti tidak terpenuhinya

kebutuhan (psikologis/sosial) seseorang, harapan yang terlalu besar, konsep

diri yang labil dan ketidak-seimbangan dalam menghadapi realitas hidup.

Ketika konflik antar kelompok yang tidak teratasi akan berpengaruh luas pada

aspek kehidupan lainnya, bahkan sering mendorong terjadinya perilaku

agresif dan tindak kriminal, adanya konflik antar kelompok yang tidak

terkendali dapat merugikan setiap kelompok yang sedang konflik atau

kelompok lain yang tidak terlibat dalam konflik ini seperti masyarakat

sekitarnya. Pemicu lainnya dapat berupa pola interaksi kelompok yang

ekslusif, sehingga bentuk interaksinya berupa polarisasi ketidak-percayaan

dan permusuhan yang terus-menerus terjadi diantara kelompok yang

Page 13: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

2

berbeda atau akibat dari prasangka social dari anggota kelompok yang

merasa identitasnya terancam (www.suaramerdeka.com/harian).

Konflik antar kelompok ini banyak terjadi pada usia muda (ramaja & dewasa

dini), pemicunya lebih banyak pada perilaku kompensasi-kompensasi,

kompensasi ini bisa dari dalam diri individu (internal) atau dari luar individu

(eksternal), kompensasi terhadap perasaan-perasaan inferior, merupakan

salah satu pemicu terjadinya konflik ini (Kartono, 2002: 104).

Fenomena konflik mahasiswa UKI dengan mahasiswa VAl Salemba Jakarta

sepertinya menjadi "tradisi" tahunan, hampir setiap tahun terjadi konflik.

Liputan 6 menyebutkan alasan terjadi konflik tidak diketahui penyebabnya

secara jelas. namun yang memicu timbulnya konflik ini biasanya masalah

sepeleh yang bersifat individual yang dapat memicu dan mampu

menyebabkan perkelahian massal seperti ejekan antar mahasiswa (UKIIYAI),

kejadian ini sempat membuat tertutupnya jalan raya dan mengganggu

keberadaan masyarakat sekitarnya. (http://www.kompas.co.id). Tetapi dalam

(www.suarapembaruan.com) disebutkan alasan konflik adalah akibat dendam

lama. "Tawuran antar mahasiswa UKI dengan VAl dipicu dendam lama.

Mereka sudah sering tawuran". kata Wandi (35) pedagang aksesori

handphone, "Mungkin yang seniomya ingin meneruskan kebiasaan buruk itu

kepada adik-adik mereka yang baru". kata salah seorang petugas.

Page 14: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

3

Konflik antar mahasiswa UKI dan YAI memunculkan perilaku agresif dan

cenderung pada perilaku kriminal. Diantara mereka ada yang membawa

potongan besi dan senjata tajam lainnya yang digunakan dalam tawuran itu.

Perbedaan ideologi dan keyakinan (agama) merupakan potensi timbulnya

konflik antar kelompok. Demikian juga perbedaan kebudayaan dan eksistensi

diri sebagai kelompok mayoritas atau minoritas juga rawan menimbulkan

konflik (Sanusi, 1999 : 88).

Menurut Pickering (2001) konflik bisa terjadi bila kebutuhan psikologis

seseorang terhambat, yaitu kebutuhan untuk dihargai dan memiliki harga diri.

Hal ini rawan menimbulkan konflik antar individu dan kelompok. Pada masa

dewasa dini, menurut Hurlock (1980) mereka memasuki ambang dunia

pekerjaan kehidupan (dewasa), mereka banyak mengalami ketegangan

emosional, dan kebingungan. Masa ini mereka sering melihat kehidupan

nyata orang dewasa dari sisi idealis, mereka berkeinginan kuat untuk

mengubahnya. Sedangkan menurut Robby (1992) secara psikologis, individu

berada pada tahapan dewasa dini, memiliki peluang konflik yang cukup

besar, dimana individu memiliki kebutuhan yang beragam, khususnya

kebutuhan psikologis manusia terutama pada kebutuhan sosial, sebagai motif

yang mempengaruhi perilaku individu, maka ketika kebutuhan psikologis tidak

terpenuhi akan berdampak pada perilaku agresif.

Page 15: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

4

Beragamnya pemicu konflik antar kelompok yang terjadi di tengah-tengah

masyarakat perkotaan merupakan persoalan yang layak untuk diperhatikan.

Karena secara langsung atau tidak langsung merupakan masalah sosial yang

memiliki pengaruh besar pada berbagai aspek kehidupan di lingkungan

masyarakat. Masa dewasa dini merupakan masa peralihan dan masa yang

menentukan bagi masa depan selanjutnya. Apalagi bila konflik yang terjadi

pada mahasiswa UKI dan YAI dibiarkan terus menerus akan berdampak lebih

buruk pada perilaku mahasiswa yang mengalami konflik dan pada

mahasiswa lainnya serta dapat memicu prilaku agresif.

Solusi yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak mampu meredam gejolak

konflik yang lebih besar (etniklras/agama), namun nampaknya belum berhasil

menyelesaikan permasalahan secara menyeluruh. Dari sinilah diperlukan

pemecahan konflik dari potensi mahasiswa sendiri. Modal sosial yang dimiliki

mereka serta potensi kerjasama dalam membangun kegiatan bersama masih

terbuka lebar. Disamping itu banyak pihak sebenarnya yang bisa terlibat

dalam mengatasi konflik ini, misalnya keterlibatan pihak orang tua, teman

dekat, kelompok kegiatan, pihak universitas dan masyarakat sekitarnya.

Pengaruh lingkungan pergaulan dan lingkungan universitas merupakan salah

satu faktor motif perilaku mahasiswa. Konflik yang terjadi antar kelompok

mahasiswa merupakan konflik yang sudah lama terjadi dan hampir terjadi

setiap tahun, namun sepertinya konflik ini tidak kunjung mereda.

Page 16: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

5

Pola interaksi dan komunikasi yang menjadi tolak ukur sepertinya belum

dilakukan secara sistematis oleh kedua kelompok.

Modal sosial yang tersisa, tentu bisa dijadikan sebagai mekanisme integrasi

sosial, dan yang terpenting adalah cara menyelesaikan konflik yang mereka

gunakan. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh mahasiswa sendiri dan

bagaimana pola penyelesaian konflik yang telah dilakukan selama ini?

bagaimana peran serta pihak universitas sendiri dalam menyelesaikan

konflik? apakah mereka (mahasiswa) memahami orang di luar kelompoknya

sebagai ancaman atau ada penyebab lain yang kemudian merembet pada

konflik antar kelompok seperti pada kasus-kasus akhir-akhir ini yang ada di

Indonesia [konflik Poso/Maluku] (http://www.hamline.edu).

Disinilah peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada perbedaan kemampuan

mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI

Salemba Jakarta Pusat?

Page 17: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

6

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, identifikasi masalah yang

dijelaskan dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana tingkat kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara

mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat?

2. Apa alasan mereka melakukan konflik ini, sehingga setiap tahun terjadi

konflik antar kelompok?

3. Apakah ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok

antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Jakarta Pusat?

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar penelitian ini lebih spesifik dan terarah, maka peneliti membatasi dan

merumuskan pada permasalahan utama.

1.3.1. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Kemampuan mengatasi konflik antar kelompok

Yang dimaksud kemampuan mengatasi konflik antar kelompok adalah

kemampuan mengatasi perselisihan atau pertentangan yang dialami oleh

mahasiswa UKI dan YAI selama ini. Hal ini ditandai dengan kemampuan

mahasiswa dalam pola interaksi (Supardi, 2002), pola komunikasi (Devito,

A. 1996) dan cara (gaya) mengatasi konflik (Pickering, 2001).

Page 18: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

7

2. Mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI) dan mahasiswa

Universitas Persada Indonesia Yayasan Administrasi Indonesia (UPI YAI)

Salemba Jakarta Pusat.

Peneliti membatasi pada mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat.

3. Mahasiswa

Mahasiswa yang dimaksud di sini adalah yang masih berstatus

mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat.

1.3.2. Perumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah yaitu "Apakah ada perbedaan kemampuan

mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI

Salemba Jakarta Pusat?."

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan tingkat kemampuan

mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI

Salemba Jakarta Pusat.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Dari hasH penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

Page 19: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

berikut:

1. Secara Teoritis

Dapat bermanfaat bagi pengembangan teori psikologi, khususnya dalam

pengembangan psikologi sosial.

2. Secara Praktis

a. Bisa memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat, khususnya

bagi mahasiswa terkait (UKI dan YAI), pen€lelola universitas, dosen

terkait dan pemerhati permasalahan sosial dan psikologi.

b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan perbandingan

untuk peneliti yang tertarik di bidang psikologi sosial atau

permasalahan sosial serta untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Sistematika Penulisan

Penulis menggunakan pedoman penyusunan penulisan skripsi Fakultas

Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Hasil penelitian ini disusun menjadi lima Bab, dengan sistematika penulisan

sebagai berikut :

Bab 1 PENDAHULUAN, meliputi Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah Penelitian, Perumusan Masalah

Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Sistematika

Penulisan.

8

Page 20: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

9

Bab 2 KAJIAN PUSTAKA, meliputi landasan Teori Konflik, Pengertian

Konflik, Pengertian Konflik Antar Kelompok. Faktor-Faktor Yang

Menyebabkan Konflik Antar Kelompok, Resolusi Konflik.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik,

Pola Interaksi, Pola Komunikasi Dan Gaya (Pendekatan) Mengatasi

Konflik.

Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik ­

Kerangka Berfikir, dan Hipotesa.

Bab 3 METODE PENELITIAN, meliputi Pendekatan dan Metode Penelitian,

Populasi dan Sampel, Teknik Pengambilan Sampel, Instrumen

Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisa Data, Prosedur

Penelitian.

Bab 4 HASIL PENELITIAN, meliputi Gambaran Umum Subyek, Presentasi

Data, dan Uji Hipotesis.

Bab 5 PENUTUP meliputi Kesimpulan, Diskusi dan Saran.

Page 21: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

BAB2

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Konflik

2.1.1. Pengertian Konflik

Dalam buku Chaplin (2000) konflik adalah adanya dua atau lebih motif secara

bersamaan yang antagonis (saling bertentangan). Sudarsono (1993)

mengartikan konflik adalah pertentangan atau percekcokan. Satu keadaan

dimana individu atau kelompok dihadapkan pada dua atau lebih pilihan atau

tujuan dan individu tersebut harus memilih satu diantara beberapa pilihan.

Dalam pandangan kedua tokoh di atas bahwa konflik berarti adanya

pertentangan atau perselisihan baik dalam diri seseorang. dengan orang lain

maupun antar kelompok. Demikian juga menurut Caiman (2001) konflik

adalah "the situation that exist when two contradictory tendencies oppose

each other in a person's mind". Caiman lebih cenderung mengartikan konflik

pada pertentangan dalam diri seseorang sendiri. Sedangkan Webster yang

dikutip oleh Pickering (2001) menjelaskan konflik sebagai berikut :

1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu

sama lain.

2. Perselisihan akibat kebutuhan. dorongan. keinginan atau tututan yang

bertentangan.

Page 22: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

11

2.1.2. Pengertian Konflik Antar Kelompok

Menurut Irfan dan Chaeder (2006) konflik adalah hubungan antara dua pihak

atau lebih, baik individu maupun kelompok yang merasa memiliki

kepentingan-kepntingan yang tidak sejalan. Dengan demikian kepentingan

kelompok yang berbeda akan timbul konflik. Sedangkan menurut Ritha F.

(2003) konflik dapat berupa perselisihan (disagreement), akibat adanya

ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan

lain diantara dua pihak. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara

kedua belah pihak, sampai kepada tahap dimana pihak-pihak yang terlibat

memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu

tercapainya kebutuhan dan tujuan masing-masing.

Pickering (2001) sendiri mengartikan konflik adalah adanya beberapa pilihan

yang saling bersaing atau tidak selaras. Di buku konflik dalam hidup sehari­

hari (1992) menurut Wehn bahwa konflik adalah suatu konsekuensi dari

komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitungan dan proses­

proses lain yang tidak disadari. Sedangkan Robby I. Chandra (1992) sendiri

mengidentifikasi tipikal konflik sebagai berikut :

1. Ketegangan yang diekspresikan, konflik terjadi bila pihak-pihak yang

terlibat melihat bentuk sikap atau tindakan dalam hubungan yang bisa

diangap sebagai tindakan konflik.

2. Sasaran atau kebutuhan yang berbeda, konflik terjadi karena adanya

Page 23: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

12

tabrakan atau benturan tujuan atau cara pemenuhan kebutuhan.

3. Adanya penghambat, yaitu penghambat dari pihak lain dalam meneapai

tujuan, akan berakibat timbulnya konflik.

4. Saling ketergantungan dan saling mempengaruhi.

Pengertian kelompok menurut Bales dalam Hamdani Yasun (2003)

menyebutkan kelompok merupakan sejumlah orang yang menerima kesan

atau persepsi mengenai anggota yang lain berbeda-beda, sehingga reaksi

kepada setiap anggota yang lain akan berbeda pula meskipun kesan itu

berupa ingatan tentang keberadaan anggota lain.

Me. David dkk. (1968) mengartikan kelompok adalah suatu sistem yang

terorganisir yang terdiri dua orang atau lebih yang saling berhubungan

sehingga dapat melaksanakan fungsi dan peran anggotanya.

Soekanto (1986) memandang kelompok merupakan hubungan individu,

adanya kesadaran akan manfaat bersama. Sedangkan Hamdani Yasun

(2003) sendiri mengungkapkan kelompok terdiri dari dua orang atau lebih

yang saling berinteraksi atau saling mempengaruhi sehingga terjadi

perubahan perilaku.

Kelompok sosial menurut Biersted dalam Sunarto (2000) fenomena

perkelahian antar kelompok seperti konflik mahasiswa YAI dan UKI

Page 24: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

13

dikategorikan sebagai kelompok asosiasi (associational group) kelompok ini

biasanya memiliki kesadaran jenis, persamaan kepentingan dan adanya

kontak dan komunikasi antar anggotanya.

Sumner (1940) memberikan identifikasi mengenai kelompok yaitu ada in­

group dan out-group, ada kecenderungan dikalangan anggota kelompok (in­

group) ada kerjasama, persahabatan, keteraturan·namun ketika melihat

kelompok luar (out-group) cenderung ditandai dengan kebencian,

permusuhan dan konflik. Hal ini akibat dari berkembangnya perasaan

kelompok (in-group feeling) yang kuat, yang terwujud dalam solidaritas,

kesetiaan, pengorbanan namun sikap terhadap kelompok luar

mengembangkan sikap permusuhan.

Pengertian konflik antar kelompok merupakan konflik massal antara satu

kelompok dengan kelompok lain, hal ini memiliki arti penyesuaian diri

terhadap kelompoknya, dimana individu merasa aman dan terlindungi.

Individu merasa memiliki peranan yang diharapkan oleh kelompoknya,

kelompok dijadikan pijakan dasar sebagai martabat dan harga diri. Sehingga

kesadaran individu mamiliki arti, maka tumbuhlah proses identifikasi terhadap

kelompok sendiri, secara perlahan-Iahan dapat memunculkan rasa aku­

sosial, dengan bentuk sikap, kebiasaan, sentimen, cara berf/kir dan pola

tingkah laku tersendiri (Kartono, 2002 : 108).

Page 25: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

14

Perkelahian mahasiswa UKI-YAI memang kerap terjadi antara kedua kampus

yang saling berdekatan tersebut dan seperti menjadi kebiasaan tahunan pada

penerimaan mahasiswa baru, penyelesaian dan pemecahan masalah yang

dilakukan oleh pihak rektorat dari kedua belah pihak terbukti belum

menuntaskan konflik ini, bahkan polisi sudah dilibatkan dalam menangani

konflik ini, sebagai mana yang dikutip oleh (http://www.liputan6.com/view)

menyebutkan "sejauh ini polisi tefah bekerja sama dengan pihak rektorat dan

mahasiswa dari kedua universitas itu untuk menjaga keamanan dan

ketertiban ".

Adanya satu kesatuan masing-masing kelompok dan pengakuan menyatu

dari suatu kelompok menjadi dukungan moril tersendiri bagi mahasiswa,

maka ketika terjadi konflik yang melibatkan kelompoknya, individu terpanggil

sebagai bagian dari komunitasnya, dan hal ini memberikan arti (memainkan

peranan kelompoknya), perkelahian massal antar kelompok merupakan

pengalaman yang memberikan semangat hidup tersendiri bagi mahasiswa,

khususnya mahasiswa yang merasa bangga akan peranan besar untuk

kelompoknya, lebih-Iebih bila ditonton oleh orang banyak.

Menurut Kartono (2002) kegemaran perkelahian massaI antar kelompok

mencerminkan dua peristiwa penting :

1. Merupakan cerminan miniatur dari perilaku masyarakat orang dewasa

Page 26: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

15

pada saat sekarang.

2. Sebagai pelampiasan dan peningkatan ambisi dan reaksi-frustrasi negatif,

juga pelampiasan tekanan psikologis.

Oari beberapa pendapat, maka pengertian konflik antar kelompok berarti

pertentangan kepentingan, kebutuhan dan motif yang melibatkan satu atau

lebih komunitas terhadap komunitas yang lain dalam bentuk sikap, ucapan

dan perilaku. Hal ini penulis gunakan merujuk pada konteks realitas konflik

(pertentangan) massal yang telah terjadi dari fenomena konflik antar

kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusat dan dari

penelitian M. Hasballah (2003) yang meneliti perkelahian antar pelajar, potret

siswa SMU yang ada di OKI Jakarta.

2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Konflik

Oalam pandangan Ichsan Malik (2005) teori tentang prasangka, dan

stereotip, pada dasarnya dapat menjelaskan tentang sumber terjadinya

konflik. Ketika interaksi antar individu, ada kecenderungan untuk mengambil

jalan pintas dalam mempersepsi seseorang atau kelompok, dengan cara

memberikan "label" tertentu kepada individu lain berkaitan dengan sifat-sifat

yang khas yang seakan-akan menempel pada individu atau kelompok.

Persepsi yang salah ini atau label yang diberikan sesuai sifat disebut sebagai

Page 27: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

16

stereotip yang memunculkan penilaian yang tidak memiliki dasar obyektif dan

pengambilan dengan cermat. Akibatnya terjadi penyimpangan pandangan

yang obyektif serta terjadi generalisasi. Kecenderungan generalisasi akan

memberikan dampak negatif jika sasaran prasangka adalah kelompok

minoritas, karena akibatnya adalah tindakan diskriminasi. Sedangkan

Realistic Conflict Theory (ReT) dari Muzafer Sherif (1970) menyatakan

bahwa dalam hubungan antar dua kelompok selalu terdapat kepentingan

yang berbeda, akan terjadi upaya dari satu kelompok meraih keuntungan

yang sebesar-besarnya dengan mengorbankan kelompok lainnya.

Persaingan terjadi karena ada keterbatasan atau kelangkaan sumberdaya

yang diperebutkan oleh kelompok.

Konflik terjadi disebabkan adanya penegasan individualisme. Konflik itu

sebagai bentuk prates yang berlandaskan rasa frustasi terhadap kurangnya

kesempatan untuk perkembangan dan kurangnya pengakuan identitas.

Bentuk tersebut dapat berupa ketegangan, atau kekerasan dari persoalan

kelas, status, etnik, agama, atau nasionalisme, bahkan berurusan dengan

soal-soal kebutuhan yang mendasar (www.manajemenkonflik.com).

Dalam sebuah situs (www.suaramerdeka.com/harian) menurut Kartikasari

(2001 : 8) memahami penyebab konflik di tengah-tengah masyarakat itu ada

beberapa alasan, antara lain:

Page 28: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

17

Pertama, teori hubungan masyarakat. Memiliki pandangan bahwa konflik

yang sering muncul di tengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus

terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara kelompok yang berbeda.

Kedua, teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di

masyarakat tidak lain disebabkan identitas yang terancam, yang sering

berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu yang tidak

terselesaikan dan rendahnya penghargaan terhadap yang lain.

Ketiga, teori kesalahpahaman antar-budaya. Teori ini melihat konflik

disebabkan ketidakcocokan dalam cara-cara berkomunikasi di antara

berbagai budaya yang berbeda. Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu

membawa konsekuensi munculnya persoalan gesekan antar budaya.

Keempat, teori transformasi sosial yang memfokuskan pada penyebab terjadi

konflik adalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai

masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Konflik bisa muncul dari perasaan tentang apa yang benar dan apa yang

salah, dan predisposisi untuk bertindak positif maupun negatif terhadap suatu

kejadian, dapat dengan mudah menjadi sumber terjadinya konflik. Nilai-nilai

yang dipegang dapat menciptakan ketegangan-ketegangan di antara

individual dalam suatu kelompok. Konflik muncul karena adanya perbedaan

yang sangat besar antara kebutuhan dan kepribadian setiap orang, yang

bahkan dapat berlanjut kepada perseteruan antar pribadi dan kelompok.

Page 29: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

18

Persepsi dan penilaian dapat menjadi penyebab terjadinya konflik Sejalan

dengan meningkatnya asosiasi diantara pihak-pihak yang terlibat, semakin

mengikat pula terjadinya konflik. Dalam bentuk interaksi yang aktif dan

kompleks seperti pengambilan keputusan bersama (joint decision-making),

potensi terjadinya koflik bahkan semakin meningkat (Ritha F., 2003).

Menurut Pickering (2001) faktor yang menyebabkan konflik adalah karena

pengalaman, minat, tujuan atau nilai yang dimiliki bertentangan satu sama

lainnya, hal ini menciptakan perbedaan mengenai apa yang diharapkan,

diucapkan dengan apa yang akan dilakukan untuk mewujudkannya. Konflik

antar kelompok merupakan pertentangan antara dua kelompok yang melatar­

belakanginya adalah pencapaian kebutuhan psikologis yang tidak sesuai,

kebutuhan ini berupa kebutuhan sosial, kebutuhan sosial yaitu kebutuhan

ketika menjalani interaksi dengan kelompok lain:

1. Kebutuhan untuk dihargai

2. Kebutuhan ingin menguasai atau mengendalikan

3. Kebutuhan akan harga diri

4. Kebutuhan untuk konsisten

Menurut Abdul Salam (2003) Untuk menjelaskan penyebab konflik, ada

beberapa teori. Teori frustrasi-agresi mengungkapkan bahwa semua agresi,

baik antar individu/kelompok maupun antar bangsa, berakar pada rasa

Page 30: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

19

frustasi pencapaian tujuan salah satu atau lebih. Artinya, konflik itu dapat

ditelusuri pada tidak tercapainya tujuan pribadi atau kelompok dan rasa

frustasi yang ditimbulkannya. Sedangkan teori identitas sosiallebih

menekankan pada menyederhanakan hubungan eksternal. Lebih jauh lagi,

ada kebutuhan manusia untuk memiliki rasa harga diri (self esteem and self

worth) yang ditransfer ke dalam kelompok sendiri. Hal ini juga berguna untuk

menata lingkungan dengan perbandingan sosial antar kelompok. Konsep

dalam kelompok (ingroups) dan luar kelompok (outgroups) merupakan uraian

tentang proses yang menempatkan individu dalam kelompok dan pada saat

yang sama menempatkan kelompok dalam individu. Hubungan-hubungan

kelompok adalah akar dari masalah-masalah berbagai konflik. Tidak

diragukan lagi bahwa system yang tidak stabil dari perpecahan sosial antara

kelompok mayoritas dan minoritas lebih mungkin dipandang tidak sah

(illegitimate) yang akan mengandung benih-benih ketidakstabilan.

Teori sistem musuh memandang akar konflik berasal dari persaingan

kelompok dan perebutan kekuasaan serta sumber-sumber kebutuhan.

Asumsi-asumsi ini menggambarkan pada factor-faktor motivasi sadar dalam

lingkungan yang berorientasi material. Akibatnya, salah satu tujuan utama

konflik adalah berusaha menguasai. Kelompok berusaha menguasai agar

dapat menjamin terpenuhinya kebutuhan-kebutuhannya, biasanya dengan

merugikanlmerusak kelompok-kelompok pesaingnya. Konflik atas

Page 31: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

20

penguasaan seringkali dipandang sebagai zero sum conflict. Artinya,

kemenangan suatu kelompok berarti kekalahan kelompok yang lain. Konflik

seperti ini bukan sama-sama menang (win-win) untuk kedua kelompok. Rasa

frustasi tidak bisa memenuhi kebutuhan primordial ini mengarah pada agresi

dan akhirnya terjadilah konflik.

Pickering (2001) menambahkan adapun reaksi lesih lanjut tentang kebutuhan

yang diperoleh seseorang sebagai berikut :

a. Membalas, membalas merupakan perilaku seseorang yang menyebabkan

kepuasan sementara namun menyimpan konflik yang lebih besar.

b. Menguasai, reaksi ini bersifat memaksakan kehendak, sebagai tindakan

mengamankan dan penyelamatan tapi umumnya berakibat merusak

hubungan jangka panjang.

c. Menghindar atau mengucilkan diri, reaksi tidak menanggapi situasi yang

timbul adalah cara yang cukup baik, akan tetapi satu hal yang perlu

diingat yaitu tidak menjadi tekanan psikologis dalam diri sendiri tapi

terkadang akan menjadi "boom" yang sewaktu-waktu akan merusak atau

meledak.

d. Kerja sama, yaitu membawa persoalan ke hadapan semua fihak yang

terlibat atau yang berkempentingan untUk diselesaikan dan dibahas

bersama-sama, sehingga seseorang akan menyadari kekurangan dan

memahami persoalan secara jelas.

Page 32: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

21

Andi Widjajanto (2004) menyebutkan penyebab konflik dari beberapa

pandangan (teori), yang melandasinya sebagai berikut :

Teori hubungan masyarakat, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh

polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan diantara

kelompok yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sedangkan teori negosiasi

prinsip, menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak

selaras dan perbedaan pandangan tentang konfli~ oleh pihak-pihak yang

mengalami konflik.

Teori kebutuhan manusia, berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam

disebabkan oleh kebutuhan dasar manusia (fisik, mental, dan sosial) yang

tidak terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi,

dan otonomi sering merupakan inti pembicaraan. Demikian juga teori

identitas, berasumsi bahwa konflik disebabkan karena identitas yang

terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di

masa lalu yang tidak diselesaikan

Teori kesalah-fahaman antar budaya, menganggap bahwa konflik disebabkan

oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya

yang berbeda. Dan teori transformasi konflik, berasumsi bahwa konflik

disebabkan oleh masalah-masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang

muncul sebagai masalah-masalah sosial, budaya dan ekonomi.

Page 33: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

22

Dalam pandangan A. Devito (1997) penyebab rusaknya hubungan antar

individu dan kelompok atau kemungkinan terjadinya konflik adalah :

1. Penyebab konflik bisa bersifat berangsur-angsur atau mendadak.

2. Bila terjadi hubungan yang tidak produktif baik untuk salah satu pihak atau

keduanya.

3. Daya tarik meluntur, alasan untuk terus menjaga hubungan telah luntur.

4. Hubungan yang tak terkatakan, kadang-kadang harapan atau keinginan

satu pihak dengan pihak lain tidak tercapai dan sering tidak menjadi

kanyataan.

Penyebab konflik menurut Dean Pruitt dan Rubin (2004) adalah :

1. Prestasi masa lalu, aspirasi akan bangkit ketika prestasi naik, jatuh atau

menurun yang menyebabkan orang akan memiliki harapan ketika terjadi

hal tersebut, sehingga aspirasi meningkat dan alternatif tidak mampu

memuaskannya maka timbul konflik

2. Adanya persepsi mengenai kekuasaan, hal ini terjadi sebagai akibat dari

adanya ambiguitas mengenai sifat kekuasaan, atau menganggap sesuatu

yang berharga, sehingga setiap pihak merasa berhak dan lebih kuat untuk

mendapatkannya.

3. Adanya aturan atau norma, secara konstan kelompok akan

mengembangkan aturan untuk mengatur perilaku anggotanya supaya ada

keselarasan, namun bila norma berubah dan mengalami penurunan

Page 34: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

23

fungsi maka konflik akan cepat terjadi.

4. Perbandingan dengan orang lain, sering seseorang atau kelompok yang

mengidentifikasikan dengan orang atau kelompok lain, sehingga

mengakibatkan adanya perbedaan kemajuan, atau prestasi maka akan

menstimulasi peningkatan aspirasi yang cenderung mengarah ke konflik.

5. Terbentuknya kelompok pejuang, hal ini banyak mengarah pada penilaian

tentang suatu nlai yang dianut oleh seseorang.atau kelompok merasa

lebih baik atau lebih benar sehingga yang lain salah dan harus diperbaiki

hal ini yang akan cepat memicu konflik.

Menurut Kartono (2002) penyebab terjadinya perkelahian (konflik) antar

kelompok ada dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksterna!.

Pertama, faktor internal merupakan faktor dari proses internalisasi-diri yang

keliru merespon peristiwa penyimpangan perilaku sosial yang ada di tengah­

tengah masyarakat. Hal ini bentuk dari ketidakmampuan mereka beradaptasi

dengan Iingkungan, sehingga melakukan perilaku mekanisme pelarian dan

pembelaan diri yang salah dan irrasional, muncul kemudian perilaku mal­

adaptif, agresi, pelanggaran terhadap norma sosial, hukum dan kebiasaan

perkelahian. Kedua, faktor eksternal, dikenal dengan pengaruh luar

(lingkungan), dan sosia!. Hal ini berupa semua stimulus (rangsangan) dan

pengaruh diluar dirinya yang menimbulkan tingkah laku tertentu (tindak

kekerasan, kejahatan, dan perkelahian massal).

Page 35: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

24

Kartono (2002) menggambarkan perkelahian massal antar kelompok sebagai

2.1.4. Resolusi Konflik

Menurut Burton dalam Abdul Salam (2003) resolusi konflik artinya

menghentikan konflik dengan cara-cara yang analitis dan masuk ke akar

permasalahan. Dalam pandangan pihak-pihak yang terlibat, merupakan

solusi permanen terhadap suatu masalah. Resolusi konflik bersifat dalam

jangka panjang, suatu proses perubahan politik, social, dan ekonomi.

Resolusi konflik adafah suatu proses analisis dan penyelesaian masalah yang

mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan individu dan kelompok seperti

identitas dan pengakuan, juga perubahan-perubahan institusi yang diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar.

Page 36: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

25

Teori kebutuhan manusia John Burton (1990), teori ini menekankan bahwa

manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi untuk

memelihara masyarakat yang stabil. Keterlibatan manusia dalam situasi

konflik mendorongnya berjuang pada setiap tataran sosial untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhan primordial dan universal, kebutuhan seperti keamanan,

identitas, pengakuan, dan perkembangan. Mereka terus berusaha menguasai

Iingkungannya yang diperlukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan­

kebutuhan ini.

Ada nilai-nilai atau kebutuhan manusia universal yang mendasar yang harus

dipenuhi jika ingin menciptakan masyarakat yang stabil, apalagi dalam

masyarakat yang multi etnik ketidakstabilan dan konflik tidak bisa dihindari,

kecuali jika kebutuhan identitasnya terpenuhi dan dalam setiap sistem

sosialnya ada keadilan yang merata, rasa penguasaan, serta kemungkinan

memperoleh semua kebutuhan sosial lainnya. Karena setiap kelompok yang

bertikai berusaha memenuhi kebutuhan mereka. Maka perlu aturan main,

dimana kebutuhan-kebutuhan ini tidak dipenuhi dengan cara mengorbankan

kelompok lain, tetapi diwujudkan bersamaan dengan pemenuhan kebutuhan

kelompok lainnya. Kebutuhan-kebutuhan ini tidak ekslusif bagi kedua pihak

atau diperoleh dengan mengorbankan pihak lain. Namun perlakuan seperti ini

hanya untuk sementara menghentikan permusuhan, yaitu dengan cara

memberikan keseimbangan antara budaya, bahasa, agama dan simbol-

Page 37: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

26

simbol etnik lainnya yang bersifat lokal di satu pihak dan yang bersifat

nasional di lain pihak. Salah satu solusi yang sangat penting adalah

kelompok-kelompok itu menyelesasikan masalahnya sendiri secara analitis,

didukung oleh pihak ketiga yang bertindak sebagai fasilitator dan bukan

penguasa. Tujuan proses ini adalah untuk memungkinkan partisipan konflik

memahami bahwa semua partisipan mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang

sah yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan konflik itu.

Pendekatan-pendekatan lain seperti berdialog antar kelompok, hanya akan

berjalan jika pihak-pihak yang berkonflik setuju untuk bernegosiasi dan

mempunyai sesuatu yang nyata yang dapat mereka tawarkan (bargain).

Untuk itu perlu memahami sifat dan ruang lingkup konflik, tetapi tujuannya

adalah menggunakan analisa ini untuk menyelesaikan konflik. Cara diplomasi

dilakukan dengan interaksi tidak resmi dan tidak formal antara anggota­

anggota kelompok yang bertikai yang bertujuan mengembangkan strategi­

strategi, mempengaruhi pendapat umum, dan mengorganisasikan sumber­

sumber materi manusia dengan cara-cara yang mungkin membantu

menyelesaikan konflik. Harus dipahami bahwa Diplomasi sama sekali bukan

pengganti untuk hubungan resmi dan formal. Apalagi jika konflik yang tidak

berdasarkan kepentingan material, tetapi berdasarkan kebutuhan, terutama

kebutuhan yang berkenaan dengan identitas kelompok etno-nasional atau

komunal. Seperti golongan identitas, baik yang dibentuk berdasarkan agama,

Page 38: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

27

etnik, ras, budaya, atau ciri-ciri lainnya. Kelompok akan bertindak untuk

memperoleh dan menjamin identitas mereka di dalam masyarakat. Ketika

keamanan fisik dan ekonomi, partisipasi politik, dan pengakuan dari golongan

lainnya ditolak, identitasnya yang penting itu hilang, dan mereka akan

melakukan apa saja dalam wewenang kekuasaan untuk merebutnya kembali.

Singkatnya, inilah awal dari konflik sosial yang berlarut-Iarut.

Dalam pandangan Abdul Salam (2003) cara lainnya adalah diplomasi,

diplomasi dengan proses tiga tahap, yang memungkinkan perwakilan­

perwakilan kelompok bekerja ke arah penyelesaian konflik intergroup dalam

lingkungan yang tidak mengancam, tidak menekan, dan tidak konfrontasi.

Proses tiga tahap itu adalah, tahap pertama, berupa serangkaian lokakarya

atau forum tentang penyelesaian masalah. Lokakarya-Iokakarya ini dirancang

untuk membawa orang-orang berpengaruh dari kedua kelompok yang

sedang konflik, tetapi bukan para pengambil keputusan utama, bersama­

sama meneari cara-cara alternatif yang membatasi konfliknya. Tujuannya

adalah untuk merubah persepsi mereka mengenai konflik dari habis-habisan

(zero-sum) ke sama-sama menang (win-win). Hal ini bisa dieapai melalui

proses pertemuan yang difasilitasi sebagai bagian dari lokakarya. Lokakarya

ini difasilitasi oleh sebuah panel para ahli tentang psikologi konflik intergroup

dan tentang pokok-pokok konflik yang dibahas. Para fasilitator tidak berusaha

memaksakan atau bahkan menawarkan solusi untuk (mengakhiri) konflik,

Page 39: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

28

namun tujuannya sekedar untuk memudahkan komunikasi dan seeara halus

membimbing para peserta ke arah perubahan sikapnya (attitude) dan

persepsi tentang dirinya sendiri. Melalui perubahan ini akan muncul

kemampuan melihat konflik dalam bingkai baru (new term). Dari hasil

pertemuan tidak resmi ini membukakan jalan bagj negosiasi-negosiasi resmi

dengan memulai perubahan sikap (attitude) pendapat umum dan para

pengambil keputusan, diperlukan lokakarya yang terdiri, pertemuan pleno,

atau kelompok kecil selama beberapa hari. Pertemuan-pertemuan resmi ini

ditunjang dengan aeara-aeara social informal seperti makan malam dan

tamasya.

Setelah mendefinisikan kembali konflik dalam rumusan ini, diharapkan bisa

mulai menearj solusi yang akan membolehkan satu pihak menyatakan

identitas tanpa membahayakan pihak lain, dengan mengedepankan kejujuran

(veracity) persepsinya, menggunakan komunikasi massa, media massa,

jurnal-jurnal lainnya yang ikut dalam penyebaran transformasi pendapat

umum untuk mempengaruhi massa. Namuan tindak lanjut yang nyata dibuat

dalam proses ketiga yaitu pembangunan kerjasama sosial ekonomi,

membangun kerjasama sosial ekonomi yang memiliki tujuan untuk

meringankan penderitaan material dari kelompok-kelompok yang

bermusuhan. Usaha inj biasanya diarahkan kepada kelompok yang secara

historis menjadi korban dan terpinggirkan, usaha ini untuk memenuhi

Page 40: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

29

kebutuhan dasar pihak yang menjadi korban, bisa juga dengan melibatkan

jalur komunal, memulai dengan memberi pekerjaan atau kerjasama.

Perubahan-perubahan ini penting sekali untuk menciptakan lingkungan yang

lebih positif dimana negosiasi-negosiasi yang substansial dapat terjadi.

Pendekatan internal memberikan pemahaman tentang konflik yang lebih baik

dan ada kesepakatan mengenai sebab-sebab konflik.

Menurut Simon Fisher dalam Widjajanto (2004) langkah-Iangkah untuk

resolusi konflik adalah :

1. Meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok­

kelompok yang mengalami konflik. Mengusahakan toleransi dan agar

masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di dalamnya.

2. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk memisahkan

perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu, dan memampukan

mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan­

kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap.

Melancarkan proses pencapaian kesepakatan yang menguntungkan

kedua belah pihak atau semua pihak.

3. Membantu pihak-pihak yang mengalami konflik untuk mengidentifikasi dan

mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, dan

menghasilkan pilihan-pilihan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan itu.

Page 41: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

30

Agar pihak-pihak yang mengalami konflik mencapai kesepakatan untuk

memenuhi kebutuhan dasar semua pihak.

4. Melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami

konflik mereka diharapkan dapat mengidentifikasi ancaman-ancaman dan

ketakutan yang mereka rasakan masing-masing dan untuk membangun

empati dan rekonsiliasi di antara mereka. Meraih kesepakatan bersama

yang mengakui kebutuhan identitas pokok semua pihak.

5. Menambah pengetahuan pihak-pihak yang mengalami konflik mengenai

budaya pihak lain. Mengurangi stereotip negatifyang mereka miliki

tentang pihak lain. Meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.

Mengubah berbagai struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan

ketidaksetaraan dan ketidakadilan, termasuk kesenjangan ekonomi.

Meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang diantara pihak­

pihak yang mengalami konflik. Mengembangkan berbagai proses dan

sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan , perdamaian,

pengampunan, rekonsiliasi dan pengakuan.

Ichsan Malik (2003) menjelaskan resolusi konflik dengan beberapa teori, teori

realistic conflict dari Muzafer Sherif (1970), memandang proses kerjasama,

merupakan solusi untuk menyelesaikan konflik antar kelompok, yaitu dengan

menciptakan tujuan (goal) bersama yang menyangkut kepentingan bersama

(superordinate goal). Sementara Morton Deutsch (1973) menyumbangkan

Page 42: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

31

idenya tentang resolusi konflik dan rekonsiliasi. Dengan mengetahui kadar

dan permainan konflik sendiri. Konflik dengan kadar kompetisi yang sangat

tinggi cenderung akan menjadi destruktif, sementara konflik dalam iklim

kooperasi yang tinggi justru akan menjadi konstruktif. Menurut teori ini tujuan

utama dari resolusi konflik adalah bagaimana mengubah dinamika konflik dari

yang kompetitif menjadi yang lebih kooperatif.

Untuk melakukan resolusi konflik maka yang harus diupayakan pertama kali

adalah terciptanya kondisi yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonflik

untuk saling memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara konstruktif. Untuk

mengurangi timbulnya kekerasan dan konflik terbuka perlu dilakukan langkah

"provention"yaitu suatu upaya untuk menghilangkan sumber konflik dan

secara lebih proaktif mempromosikan Iingkungan yang positif untuk

memungkinkan masyarakat secara konstruktif memenuhi kebutuhan­

kebutuhannya.

Herbert Kelman (1990) memperkenalkan teknik lokakarya sebagai solusi

dalam penyelesaian konflik. Lokakarya mengandalkan kepada proses

mediasi non-formal oleh pihak ketiga yang disebut sebagai fasilitator dalam

mempertemukan orang-orang yang berpengaruh pada kelompok-kelompok

yang berkonflik. Tujuan utama dari lokakarya mencapai kesepahaman timbal

balik, mengubah persepsi dan sikap terhadap konflik, serta pacta akhirnya

Page 43: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

32

mengubah pola hubungan diantara pihak yang berkonflik. Lebih lanjut

Kelman mengatakan bahwa perubahan pola hubungan akan membuka jalan

untuk penyelesaian konflik yang lebih konstruktif. Hal ini menekankan bahwa

yang terpenting adalah pemenuhan kebutuhan kolektif, bukan pemenuhan

kebutuhan individu partisipan.

Langkah selanjutnya meneiptakan kondisi rill dalam kehidupan sehari-hari,

tahap pertama, adalah membangun kesadaran kritis, proses dan media yang

digunakan adalah media lokakarya kritis yang berupaya untuk membongkar

sumber konflik, melakukan identifikasi dari para pelaku yang terlibat,

mengukur kapasitas bersama untuk meneari solusi melalui berbagai analisis,

serta membuat perencanaan untuk kerja bersama.

Tahap kedua, dengan modalitas kesepakatan minimal yang telah dibuat pada

saat lokakarya. kedua belah pihak yang berkonflik dan para korban kemudian

melakukan konsolidasi didalam kelompoknya masing-masing, termasuk

kepada kelompok yang bukan merupakan pelaku dan korban langsung.

Biasanya berupa sosialisasi sumber konflik. serta diskusi peluang dan

ancaman yang ada bila akan mengambil ki?putusan untuk mengambil

alternatif lain selain melanjutkan konflik. Proses sosialisasi dilakukan seeara

bertingkat-tingkat. sehingga akhirnya seluruh pihak yang terlibat baik

Page 44: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

33

langsung maupun tidak langsung telah mendapatkan informasi, dan mulai

terbuka kesadarannya.

Tahap ketiga, adalah negosiasi atau berunding antara kedua belah pihak

yang berkonflik untuk memecahkan masalah, mengambil pilihan yang terbaik

untuk pemecahan masalah, serta mengambil keputusan untuk menetapkan

langkah-Iangkah ke depan untuk mencegah agar konfiik tidak terulang

kembali. Negosiasi mensyaratkan kesadaran kritis dari kedua belah pihak

perihal sumber konflik, serta mensyaratkan kapasitas atau kekuatan yang

berimbang dari kedua belah pihak yang sedang melakukan perundingan.

Negosiasi harus menolak intimidasi, atau represi dari pihak-pihak yang

sedang bernegosiasi .

Proses selanjutnya melakukan intervensi, yaitu mencari bahasa yang dapat

dimengerti oleh kedua belah pihak yang sedang berkonflik. Langkah ini untuk

melaksanakan berbagai kegiatan yang dapat menjamin konsistensi dari

proses intervensi yang dilakukan, sehingga program dapat terus

berkelanjutan, proses ini berupaya melibatkan seluruh kelompok masyarakat

yang menjadi korban maupun kelompok yang terlibat dalam konflik.

Komponen masyarakat seperti pimpinam konflik, jurnalis, serta lembaga

lainnya yang representatif.

Page 45: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

34

2.2. Faktor Mempengaruhi Kemampuan Mengatasi Konflik

2.2.1. Pola Interaksi

Manusia tidak pernah dapat hidup seorang diri sejak kehadirannya di muka

bumi, manusia harus hidup berkelompok dan membina kerjasama dalam

menghadapi tantangan beradaptasi terhadap Iingkungannya, setiap individu

tidak bebas dari dan senantiasa terlibat dalam interaksi sosial dengan.

sesama warga kelompoknya. Sejak dini. setiap individu mulai belajar tentang

berbagai kedudukan dan peran-peran sosial yang melandasi pola-pola

interaksi sosial dalam lingkungannya. Pada waktunya ia pun harus mampu

memainkan peran-peran sosial sesuai dengan kedudukan-kedudukan sosial

yang disandangnya. Keterlibatan dalam interaksi sosial dalam sebagian

besar waktunya, tanpa disadari telah memperkuat kesadaran akan identitas

kelompoknya yang membedakan dengan kelompoknya lainnya.

Dengan demikian, setiap aksi yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu

kelompok sosial akan mengandung reaksi dari pihak lain, dan aksi serta

reaksi yang berlangsung antar dua individu atau lebih itu akan mewujudkan

interaksi sosial dalam kelompoknya. Betapapun kecilnya suatu kelompok

sosial, senantiasa menunjukkan adanya struktur atau pola-pola interaksi

antar sesama anggotanya (www.paskaI8.com).

Pola-pola interaksi telah mengembangkan pola-pola interaksi yang membaku,

Page 46: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

35

sehingga dapat menjamin ketertiban interaksi sesama anggota kelompok.

Sebagaimana halnya dengan kebutuhan akan identitas individu dalam

penataan kehidupan bermasyarakat, setiap kelompok sosial juga

memerlukan identitas kolektif (group identity) sebagai sarana penataan sosial

(organizing reference) untuk mempermudah pergaulan Iintas kelompok sosial

kesadaran menjadi anggota kelompok itu menjamin rasa aman atau setidak­

tidaknya kenyamanan bagi yang bersangkutan, betapapun masing-masing

suku bangsa merasa bahwa mereka memiliki simbol-simbol tertentu yang

diyakini perbedaannya dengan simbol-simbol sukubangsa lainnya, dan

berfungsi sebagai media sosial yang memperkuat kesetiakawanan sosial

mereka. Walaupun demikian, sesungguhnya kesetiakawanan sosial antar

sesama warga sesukubangsa (www.paskaI8.com).

Musthafa Fahmi (1982) memandang bahwa manusia berusaha untuk

menyesuaikan diri dengan Iingkungan sekitarnya agar bisa bertahan dan

tetap hidup. Penyesuaian diri merupakan interaksi yang berlangsung terus

menerus dan bersifat timbal balik dengan Iingkungan sekitarnya, sebagai

pemenuhan kebutuhan penyesuaian diri sangat diperlukan dalam kehidupan

sehari-hari. Untuk mengatur keharmonisan dalam berhubungan dengan

orang lain maka dibuat norma, dengan norma ini setiap individu diharapkan

dapat memberikan respon dan mampu melakukan kemampuan penyesuaian

diri dengan baik.

Page 47: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

36

Kemampuan menyesuaikan diri berarti mampu meyesuaikan diri dengan

Iingkungan dengan akrab, dekat dan satu kesatuan dengannya. Sehingga

mampu mengubah tingkah laku yang sesuai dan selaras antar diri sendiri

dengan lingkungan, sedangkan Hurlock (1980) memberikan rumusan tentang

penyesuaian diri sebagai kemampuan menyesuaikan diri terhadap orang lain

secara umum maupun terhadap kelompoknya, dan ia mampu

memperlihatkan sikap, tingkah laku yang menyenangkan, sehingga dapat

diterima oleh kelompok dan Iingkungannya. Ragam pola-pola interaksi di

masa lampau yang meninggalkan bekas-bekas yang positif maupun negatif,

Konsep ketegangan inilah yang selanjutnya akan memainkan peranan

penting dalam menciptakan arena sosial yang dapat menjamin kebutuhan

akan rasa aman anggota kelompoknya, bebas dari kecurigaan dan

prasangka sosial, golongan maupun perbedaan kebudayaan, disamping

kesamaan ideologi, bahasa dan ketetanggaan sebagai suatu kesatuan sosial

yang nyata merupakan media sosial yang dapat diandalkan dalam

membangun interaksi Iintas budaya pada masyarakat perkotaan yang

heterogen penduduknya.

Menurut Singgih (1993) ciri-ciri penyesuaian diri yang baik akan berdampak

seseorang mudah bergaul, lebih hangat, dan terbuka dengan orang lain.

Hurlock (1980) memberikan kriteria penyesuaian diri yang baik yaitu perilaku

seseorang bisa memenuhi harapan kelompok dan diterima oleh

Page 48: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

37

kelompoknya. Mampu menyesuaikan diri antar kelompok, baik sebaya

ataupun dengan kelompok lain.

Woodworth dalam Gerungan (2004) membagi jenis hubungan antara individu

dengan Iingkungannya ada 4 (empat).

Pertama, individu yang bertentangan dengan Iingkungannya. Kedua, individu

yang dapat menggunakan lingkungannya. Ketiga,-individu yang dapat

berpartisipasi dengan Iingkungannya. Keempat, individu yang dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Menurut Gerungan (2004) interaksi dapat dipengaruhi oleh :

a. Imitasi, kehidupan ini lebih banyak pada imitasi, seperti berbicara pada

anak-anak.

b. Sugesti, yaitu penerimaan akan pendapat atau pikiran orang lain.

c. Simpati, yaitu perasaan tertarik terhadap orang lain.

Hubungan interpersonal dalam pandangan Chaplin (2000) adalah adanya

kaitan yang berhubungan antara dua pribadi, sebagai hasil proses interaksi

individu dengan individu yang lain, sedangkan David O. dkk (1985)

mengartikan hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih yang

memiliki arti yang mendalam, dengan demikian seseorang bisa merasakan

orang lain akan penghargaan, kasih sayang, dan ekspresi akan kebutuhan

bersama.

Page 49: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

38

Menurut Levinger dan Snock dalam David O. dkk (1985) bahwa tahapan

hubungan interpersonal itu sebagai berikut :

1. Zero contact, yaitu ketika seseorang berada pada kondisi saling

peningkatan, adanya kesadaran, namun belum te~adi kontak tetapi saat

ini akan berlanjut bila terjadi kesan yang baik.

2. Kontak dasar, pada tahap ini kedua individu mulai berinteraksi, baik

melalui percakapan atau tulisan.

3. Interdependensi, adanya peningkatan intensitas, sehingga adanya

keakraban, nyaman dan penuh penghargaan.

Pada tahapan selanjutnya hUbungan ini bisa berupa, mulai hanya sebatas

sapaan, kemudian saling mencari informasi tentang diri sendiri, adanya saling

penyelaman antar pribadi, muncul perasaan yang sama dan kesepakatan

yang sama. Proses hubungan ini juga melibatkan kesan yang akan diambil,

perhatian sepintas apakah hubungan ini akan dilanjutkan atau tidak, adanya

saling ketertarikan, yang dilanjutkan dengan penyesuaian antar individu.

Menurut Supardi (2002) menyebutkan ketika konflik terjadi maka pola

interaksi yang sedang berada dalam keadaan konflik berlanjut sebagai

berikut:

1. Eskalasi, peningkatan kadar intensitas konflik yang terjadi. Kondisi

eskalasi dapat terjadi bila argumentasi yang terjalin antarkelompok tidak

Page 50: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

39

dapat dikendalikan lagi. Kondisinya ditandai oleh salah satu kelompok

ingin menempatkan diri diatas kelompok lainnya dengan cara menyerang

sambil melecehkan.

2. Invalidasi, meremehkan pola pikir, perasaan, dan perilaku kelompok.

Invalidasi akan menyebabkan menurunnya rasa harga diri dan keyakinan

diri salah satu kelompok. Biasanya sebelum dirinya'direndahkan, salah

satu kelompok akan dengan cepat untuk mendahului merendahkan

kelompok yang lain.

3. Menarik diri dan menghindar terjadi bila salah satu anggota tidak mau

berpartisipasi dalam interaksi. Salah satu kelompok dapat menarik diri

dari interaksi dan partisipasi bersama-sama.

4. Interpretasi negatif, terjadi bila salah satu kelompok yakin bahwa kelompk

lain akan bersikap lebih negatif daripada positif. Kondisi ini dapat tercipta,

bila sebelumnya telah terbentuk interpretasi negatif terhadap beberapa

perilaku kelompok sehingga kelompok mulai mempertanyakan motif dari

setiap perilaku atau reaksi kelompok yang lain. kedua kelompok akan

mengalami kesulitan dalam mengelola konflik.

Pandangan Paul (2002) dalam (www.indomedia.com/poskup) salah satu

bentuk interaksi adalah kompetisi atau persaingan. Persaingan adalah usaha

memenangkan atau mengalahkan lawan dalam rangka mencapai satu tujuan.

Biasanya orang berinteraksi mengikuti pola partikular. Maksudnya, orang

Page 51: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

40

pada umumnya cenderung bergaul serta berinteraksi dengan orang-orang

yang mempunyai hubungan partikular atau hubungan khusus dengannya,

misalnya daerah yang sama, kepentingan yang sama, dan sejenisnya.

Namun Hidayat (2001) mengatakan bahwa pola-pola komunikasi dan

interaksi sosial masyarakat pun terus berubah. Pelan-pelan pola lama mulai

ditinggalkan, meskipun secara mentalitas, sebetulnya, belum tentu juga kalau

perubahan itu sudah dilengkapi kesiapan yang memadai. Akibatnya, tidak

jarang kita temukan perilaku anomie, yaitu perilaku yang diwarnai sikap

mendua karena ketidakjelasan orientasi". (www.pikiran-rakyat.com).

Interaksi sosial antar anggota komunitas yang sangat heterogen terutama

latar belakang yang dimilikinya memiliki dampak yang berbeda meskipun

sering berinteraksi, bahkan dengan menggunakan bahasa yang sama

misalnya bahasa Indonesia, ternyata tidak secara otomatis bisa membentuk

saling pengertian diantara mereka. setiap kelompok budaya cenderung

etnosentris yakni mengganggap nilai-nilai budayanya sendiri yang lebih baik

dari pada budaya lain, bahkan menggukur budaya orang lain berdasarkan

rujukan budayanya sendiri. (www.penulislepas.com).

bila dilihat dari sini konflik yang terjadi antar-kelompok antara mahasiswa UKI

dan YAI memiliki pola interaksi yang kurang ada timbal-balik dan pembauran

secara langsung (konstruktif).

Page 52: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

41

2.2.2 Pola Komunikasi

Dalam (www.id.wikipedia.org/wiki/komunikasi) pengertian komunikasi

adalah:

1. Proses sistematik bertukar informasi diantara pihak-pihak, biasanya lewat

sistem simbol biasa.

2. Secara i1miah dapatjuga berarti proses penyampaian pesan atau

informasi dari pengirim (komunikatorISender) Kepada penerima

(komunikanlreceiver) dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu

baik secara langsung maupun tidak langsung (menggunakan media)

untuk mendapatkan umpan balik (feedback).

3. Untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Sentuk umum komunikasi

manusia termasuk bahasa sinyal, bicara, tulisan, gesture, dan

broadcasting. Komunikasi dapat berupa interaktif, trans-aktif, bertujuan,

atau tak bertujuan.

Menurut Nugroho (2003) salah satu efek televisi adalah sebagai medium

urbanisasi. Televisi sebagai medium urbanisasi nilai melahirkan gelombang

migrasi kecemasan luar biasa dj ruang-ruang keluarga seperti

kecenderungan dewasa ini, menjadi salah satu medium yang melahirkan

berbagai keterasingan sosial yang dipenuhi kegoncangan adaptif terhadap

dunia sekitarnya. Masyarakat semacam ini dipenuhi cara komunikasi yang

Page 53: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

42

penuh kekerasan, vulgar, instan, serba massal, dan penuh konsumerisme.

Hal ini berdampak lahirnya masyarakat yang tidak toleran, kehilangan sifat

respek, rendahnya tingkat kompetisi dan produksi, berpuncak pada rentan

dan terasingnya kepribadian warga serta goncangnya integrasi sosial

berbangsa. la juga menganggap solusi krisis sosial yang mencemaskan saat

ini bukan diselesaikan dengan cara penambahan undang-undang melainkan

dengan strategi kebudayaan yang mampu melahirkan pendidikan etika

komunikasi sejak dini, guna melahirkan masyarakat komunikatif, masyarakat

dengan interaksi sosial yang penuh etika.

Dalam pandangan Devito (1996) untuk mengatasi konflik diperlukan

kemampuan komunikasi yang baik, dengan mengedepankan indikasi sebagai

berikut:

1. Adanya kesadaran diri, yaitu adanya keinginan mengenal diri sendiri,

sehingga bisa mengendalikan sikap dan prilaku.

2. Pengungkapan diri, faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri adalah

kelompok keell, adanya perasaan mencintai, adanya dialektika yang

seimbang, memiliki kelebihan, pandai bergurau atau berkepribadian

menarik.

3. Memahami ruang komunikasi, yaitu jarak komunikasi ada empat, yaitu

jarak intim, mulai fase dekat (bersentuhan). Kedua, jarak pribadi, yaitu

jarak untuk melindungi dari sentuhan. Ketiga, jarak sosial, untuk

Page 54: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

43

berinteraksi sosial atau bisnis. Jarak publik, untuk menghindari sesuatu

yang mengancam.

4. Memiliki daya tarik antar pribadi

Memiliki fisik atau kepribadian yang menarik, pembentukan citra yang

positif, ada kedekatan, penghargaan, kesamaan, saling melengkapi.

5. Komunikatif

Untuk mengidentifikasi komunikasi yang efektif adalah dengan

menekankan pada keterbukaan, empati, sikap mendukung, memuaskan,

kesegaran interaksi, pencapaian tujuan.

Fenomena konflik antara kelompok yang dialami oleh mahasiswa UKI dan

YAI Salemba seperti rutinitas, kejadian ini belum mampu diredam secara total

sehingga hal ini memunculkan resolusi yang lebih mendalam oleh kedua

pihak, bagaimana menjelaskan perbaikan kembali kepercayaan sosial dan

proses komunikasi selama ini? bagaimana proses terjadinya kehancuran dan

pemulihan kembali modal sosial yang dimiliki oleh kedua kampus yang

berdekatan ini?

Dalam Democracy and Education, Dewey (1972) melihat komunitas

terbangun dari ikatan-ikatan (commonalities) yang secara rumit saling terkait

melalui komunikasi. Dewey mengamati bahwa masyarakat tidak terus ada

karena penyebaran, karena komunikasi, tetapi cukup layak jika dikatakan

Page 55: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

44

bahwa masyarakat terwujud dalam komunikasi. Seperti konflik maluku, dapat

teratasi dengan partisipasi langsung mereka dalam pembangunan prasarana

untuk mencapai tujuan itu lebih jauh memperkuat rasa memiliki dan rasa

"peran" mereka pada sekolah komunitas bersama. Keberhasilan rekonsiliasi

sebagian didukung oleh penyediaan dana untuk bahan-bahan bangunan

sekolah. Melalui kerjasama yang penuh tenggang rasa, sukarela, dan

partisipatif lewat komunikasi, telah menunjukkan apa yang membuat

komunitas terbentuk dan bagaimana komunitas yang tercabik bisa dipulihkan.

(www.scripps.ohiou.edu/news).

Devito (1996) menyimpulkan bahwa pola komunikasi yang baik diperlukan

suatu persyaratan tertentu yaitu :

1. Keterbukaan, yang menekankan pada mengungkapkan informasi yang

biasanya disembunyikan atau menekankan pada pengungkapan diri.

2. Berempati berarti kemampuan untuk mengetahui apa yang sedang

dialami orang lain, dengan menggunakan pandangan orang tersebut.

3. Sikap mendukung adalah sikap dengan mengungkapkan secara deskritif

(hanya sebatas menguraikan) bukan sebagai pengevaluasi.

4. Spontanitas, yaitu secara alami, terus terang serta terbuka mengutarakan

pemikirannya.

Page 56: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

46

daya yang perlu dikelola untuk meneapai tujuan lembaga. Sudah saatnya

dikenalkan manajemen konflik yakni suatu upaya untuk mengelola dan

menggerakkan berbagai sumber dan elemen yang terlibat dalam konflik untuk

meneari jalan penyelesaian dalam rangka meneapai tujuan. Dibutuhkan

kemampuan persuasif untuk mewujudkan mediasi yang bisa diterima

berbagai kalangan.

Menurut John (1999 : 478) menawarkan konsepsi tentang komunikasi

langsung yang memiliki tiga keuntungan, antara lain:

Pertama, komunikasi sifatnya simbolis dan tidak mendatangkan konsekuensi

yang sesungguhnya dari gerakan nyata. Komunikasi merupakan eara untuk

meneoba sebuah pemikiran ketimbang melakukan gerakan yang mungkin

belakangan akan disesali. Dengan saling berkomunikasi segala kepentingan

yang menemui jalan buntu akan mampu dimengerti dan dipahami pihak lain.

Kedua, komunikasi mengubah kemungkinan gerakan dan bisa mengurangi

tingkat persaingan dari pihak-pihak yang terlibat konflik, dengan terjadi kontak

antar pimpinan universitas dan stafnya mampu mengerem laju persaingan

keras yang mengarah pada kekerasan dan konflik antar mahasiswa.

Ketiga, komunikasi bisa menghasilkan perubahan orientasi dari pihak-pihak

yang terlibat terhadap masalah. Dengan komunikasi bisa langsung membujuk

atau mengubah apa yang ingin dilakukannya mengeluarkan imbauan moral

pada pihak mahasiswa yang terlibat konflik dimana hadir didalamnya wakil

Page 57: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

47

universitas adalah satu format komunikasi yang diharapkan bisa mengubah

orientasi dan keinginan yang akan dilakukan berkaitan dengan dinamika

perkembangan masyarakat yang damai dan saling menghargai.

2.2.3. Gaya (Pendekatan) Mengatasi Konflik

Menurut Pickering (2001) strategi menangani konflik adalah :

1. Membuat iklim yang membuat semua pihak merasa nyaman, rasa

pereaya diri pada semua pihak, hal ini bisa dilakukan dengan membuat

suasana informal dan membuat aturan main.

2. Menggali fakta, dengan pendekatan prilaku yang asertif dan lunak untuk

menggali fakta secara rinci.

3. Melakukan kesepakan sebagai satu tim bersama, memberi

tanggungjawab bersama dengan meneari solusi sebanyak-banyaknya

sehingga bisa diterima semua pihak.

4. Memfokuskan pada jalan tengah atau jalan yang disepakati bersama­

sama.

5. Memberikan waktu yang cukup untuk membahas.

6. Pihak yang sedang berselisih hendaknya tidak saling berhadap-hadapan,

gunakan meja berdampingan atau meja bundar.

Page 58: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

48

Pickering (2001) memberikan identifikasi tipe gaya mengatasi konflik, ada

lima gaya mengatasi konflik yang bisa digunakan namun tergantung situasi

dan motivasi dari pihak-pihak yang berkonflik, pendekatan mana yang sesuai

untuk menyelesaikan konflik, atau pendekatan mana yang sesuai dengan

kepribadian seseorang. Lima pendekatan dalam menyelesaikan konflik

tersebut adalah :

1. Pendekatan kolaborasi (kerja sarna)

Pendekatan ini menekankan pada keuntungan atau kemenangan kedua

pihak, dengan eara mengadakan pertukaran informasi, mencoba melihat

sedalam mungkin perbedaan yang ada dengan meneari pemecahan yang

disepakati bersama. Gaya ini mendorong untuk berfikir kreatif, semua

yang terlibat berusaha mencari solusi alternatif sebanyak mungkin, namun

pendekatan ini kurang sesuai bila salah satu pihak yang terlibat tidak

memiliki niat untuk untuk menyelesaikan konflik atau hanya memilki waktu

yang terbatas. Yang paling penting bahwa pihak yang terlibat memiliki

motif positif dan semua pihak diikut-sertakan dalam pemeeahan masalah.

2. Pendekatan placating (mengikuti kemauan orang lain)

Gaya ini sebagai solusi bila kondisi tidak dalam bahaya, membuat pihak

lain merasa lebih unggul, dengan mengikuti kemauan orang lain dengan

berusaha menyembunyikan sejauh mungkin perbedaan yang ada dalam

meneari titik persamaan, perhatian besar pada kepentingan pada pihak

lain menyebabkan hubungan menjadi lebih harmonis, dengan menerima

Page 59: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

49

kehendak pihak lain, berarti menerima kekuasaan orang lain namun harus

menjadi catatan penting ini merupakan strategi mengulur waktu dengan

melihat perkembangan keadaan, dengan mencari solusi yang lebih jitu.

Gaya ini juga mampu membangun kepercayaan dan rasa percaya diri

pada pihak lain.

3. Pendekatan mendominasi (sesuai kemauan sendiri)

Pendekatan ini kebalikan dari pendekatan mengikuti kemauan orang lain,

pendekatan ini menekankan pada kepentingan diri sendiri, dengan

mengesampingkan kepentingan orang lain, gaya ini efektif bila keputusan

perlu segera diambil atau persoalan tidak penting. Bersifat reaksioner,

didorong untuk menyelematkan diri sendiri, gaya ini dianggap penting bila

ada perbedaan yang besar pada tingkat pengetahuan, kemampuan

menyajikan fakta, menimbang suatu persoalan dan menggerakkan konflik.

Namun pendekatan ini sebaiknya digunakan bila sangat diperlukan, bila

memiliki hak dan kekuasaan yang besar, ada wewenang dan kebijakan

yang jelas, gaya ini sesuai dengan konflik yang menekankan pada

keselamatan dahulu.

4. Pendekatan menghindar

Gaya ini menekankan pada ketenangan, tidak merusak suasana. Menarik

diri dengan membiarkan orang lain menyelesaikan konflik yang ada. Bila

persoalan tidak penting mengulur-ulur waktu dapat mendinginkan

suasana, efektif bila untuk strategi penangguhan. Namun pendekatan ini

Page 60: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

50

banyak memberikan ketidakpuasan, sehingga konflik cenderung berlanjut.

5. Pendekatan kompromi

Pendekatan ini menekankan pada nilai kepentingan orang lain atau

kepentingan diri sendiri. Memungkinkan kedua belah pihak memiliki

sesuatu untuk ditawarkan, pendekatan ini efektif bila kedua belah pihak

dalam posisi sama-sama benar. Efektif bila persoalan komplek dan

kekuasaan sama-sama berimbang, kompromi berarti membagi dan

menawarkan konsesi, harus ada yang dikorbankan. Dalam pendekatan ini

keahlian bernegosiasi dan tawar menawar sangat diperlukan, dengan ini

kedua belah pihak didorong untuk bertemu dan mencapai kesepakatan,

pendekatan ini sebaiknya digunakan apabila kerugian bagi kedua belah

pihak dapat ditekan sekecil-kecilnya.

Untuk mengatasi konflik menurut M. Hasballah (2003) yaitu :

Pertama, diperlukan suatu kondisi Iingkungan yang dapat mengembangkan

sikap dan prilaku yang positif, sebab Iingkungan yang baik dan berkualitas

makin rendah kecenderungan seseorang untuk berperilaku agresif.

Kedua, meningkatkan kualitas hubungan mahasiswa dengan orang tua,

dengan suasana keakraban, semakin akrab individu, menjadi mudah

menyesuaikan diri dengan Iingkungan akan semakin mandiri pribadi

mahasiswa. Ketiga, konsep diri yang positif, pengetahuan tentang diri sendiri,

harapan, penilaian diri yang positif maka akan rendah kecenderungan

Page 61: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

51

mahasiswa untuk berperilaku agresif.

Hal ini bisa diwujudkan dengan :

1. Program kegiatan di rumah yang membuat mahasiswa merasa nyaman

dan senang, lebih luas pada tetangga atau masyarakat sekitar tempat

tinggal.

2. Adanya kesesuaian antara nilai yang dianut di universitas dengan di

rumah, dan program yang menjembatani pola hUbungan antara orang tua,

dosen dan mahasiswa sendiri.

3. Suasana keterbukaan yang dimulai dalam kehidupan rumah, universitas

dan masyarakat.

4. Adanya kegiatan yang bersifat meningkatkan pengembangan ketrampilan

berkomunikasi baik dengan teman sendiri, keluarga dan komunitas

mayarakat yang lain.

5. Kemampuan interpersonal, kemampuan berkomunikasi dan penyesuaian

diri.

Page 62: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Pendekatan mengatasi konflik menurut Chandra (1992) sebagai berikut:

Tabel2.2Cara Mendiagnostik Konflik

1. Cara Mendiagnostik Konflik

52

Unsur Siklus Tujuan Diagnostik Tujuan Penanganan KonflikKonflik

Membedakan anlara Penanganan melalui dialog lenangMasalah masalah dasar dengan perbedaan yang mendasar,

dalam konflik masalah yang simptomatis kerangka yang digunakan danMembedakan anlara membereskan masalah emosimasalah yang bisa melalui usaha persepsi ulangdiselesaikan dan yang tidak Penganalan dan pengakuan akanbisa diselesaikan sejarah dari konflik

Mengidentifikasi hambatan Pengendalian melalui pencegahanPemicu dan rintangan konflik dan munculnya pemicu baru yang

kejadian yang menjadi dapal menambah konflik barupenyebabnya kecuali bila tujuan konslruklif dapat

dicapaiTaklik dan Mengerti kekhasan lingkah Pengendalian dengan membalasigaya konflik laku konflik yang mungkin laklik yang merusak dan

menimbulkan masalah baru mendorong munculnya taktik yangkonstruktif

Keseimbangan alau berat Memperjelas situasi dan relasiKekuatan sebelah, mengakui distribusi akibat konstalasi yang ada

kuasa atau kekuasaan yangada

Komunikasi Mengidentifikasi semantik, Memperjelas bahasa masing-dan bahasa isarat non-Iisan atau yang masing

lainnvaKonsekuensi Mengerti akibat-akibal Mengendalikan melalui usaha

yang emosional yang sisebabkan menolong pemeran konflik untukdiakibatkan oleh konflik yang lerjadi, menyadari dan meneari pengertian

bagaimana mereka menjadi alas konsekuensi dari konflikpenyulut konflik yang baru tersebut

Page 63: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

54

2. Konflik secara aktif, mau membuka diri, membuka pikiran dan

pendengaran tentang permasalahan yang terjadi.

3. Bertanggungjawab, berani mengungkapkan pikiran atau pendapat yang

berbeda namun harus bertanggungjawab terhadap konsekuensi pikiran.

4. Langsung dan spesifik, mengena dan pada tujuannya langsung.

5. Kemampuan humor sebagai pereda ketegangan.

la juga memberikan sebuah pendekatan dalam menganalisa pemecahan

masalah yaitu :

a. Mulai dengan menganalisa masalah

b. Kemudian menyusun kriteria untuk mengevaluasi pemecahan

masalah

c. Mengidentifikasi pemecahan yang mungkin bisa dilanjutkan

d. Evaluasi pemecahan masalah

e. Memilih pemecahan yang terbaik

f. Menguji pemecahan yang dipilih jika belum berhasil dan

g. Mengkaji ulang pemecahan tersebut.

Dari setiap rumusan pemecahan masalah yang pernah dilakukan kemudian

dievaluasi, mana yang kurang dan mana yang potensial, sehingga mampu

mengatasi konflik secara bertahap.

Page 64: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

55

2.3. Pola Mahasiswa Dalam Mengatasi Konflik

Mahasiswa yang dikenal sebagai komunitas idealis dan memiliki semangat

yang tinggi, ditambah dengan kemampuan intelektualnya akan berdampak

pada pola pikir dan perilakunya yang terkontrol. Usia mahasiswa juga masuk

dalam kategori usia dewasa awal, usia dimana memiliki tugas perkembangan

yang berpusat pada harapan-harapan masyarakat, sebagai orang tua dan

memiliki kelompok sosial yang sesuai dengannya:( Hurlock, 1980).

Kemampuan mahasiswa baik secara akademis maupun dari pengalaman

bergesekan dengan kaum terpelajar berpengaruh juga pada pola pemecahan

masalah yang dihadapinya, pemikiran yang matang dan luas semakin

menambah kemampuan mengatasi masalah berbeda dengan masyarakat

luas, sikap menemukan solusi sebanyak mungkin, keinginan melakukan yang

terbaik merupakan pola pikir yang dewasa (Steven & Howard, 2002). Mereka

bisa berperilaku asertif dimana mereka saling menghormati dan berusaha

agar komunikasi tetap berlangsung, menghargai sesama manusia, sadar

akan hak dan kewajiban sendiri, keberanian untuk berperilaku jUjur dan

obyektif dalam tindakan dan ucapan (Netty, 2004).

Namun konflik antara mahasiswa UKI dengan mahasiswa YAI Salemba

merupakan tindakan yang kurang positif, karena kerugian yang didapat,

bahkan kerugian orang-orang atau masyarakat sekitar yang tidak tahu

Page 65: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

56

menahu. Hal ini sangat memperihatinkan. seharusnya mereka bisa

menggunakan tenaga dan pikiran mereka untuk kemajuan dirinya dan

masyarakat luas bukan sibuk dengan konflik antar mahasiswa

{www.ghofarism.blogdrive.eom).

Sangat berbeda ketika mahasiswa menjelma sebagai hati nurani bangsa.

partisipasi mereka memberi wajah baru perjuangan rakyat, pendampingan

dan advokasi masyarakat yang teraniaya, mahasiswa merupakan kaum

terpelajar yang jumlahnya lebih sedikit dari pada jumlah pendudukan

keseluruhan. Mereka berani memikul tanggungjawab untuk memperbaiki

kondisi masyarakat (Anwar. 1981). Pengakuan seeara sosial (socially

acknowlegement) pada mahasiswa merupakan bagian dari komunitas

intelektual yang bergerak untuk memihak masyarakat itu sendiri dengan

kekuatan moral (moral force) bukan memihak pada kelompok tertentu, yang

tidak banyak memiliki keberpihakan pada masyarakat luas.

Laoda Ida dalam Fahruz (1999) mengatakan mereka adalah ealon

eendekiawan yang tengah bergelut berbagai persoalan teoritis maka

sebenarnya seeara sadar atau tidak sadar mereka terlatih kepekaannya

terhadap permasalahan yang berkembang dalam masyarakat.

Meski dalam kondisi keterbatasan namun mereka mampu meneari akar

persoalan dan meneari jalan keluar untuk meneapai harapan-harapan

Page 66: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

58

Pergantian periode (masa) mahasiswa baru juga memungkinkan keterlibatan

senior-seniornya dalam terjadinya konflik ini. Dengan keberanian untuk

membuka diri dan menjalin komunikasi dalam forum bersama, melakukan

kegiatan yang memiliki nilai lebih dan timbal balik, maka segala keinginan

dan harapan kedua belah pihak bisa tercapai, hal ini sekaligus sebagai

kesanggupan mahasiswa menerima perbedaan dan bahkan mampu

meredamkan gejolak konflik didalam kelompoknya masing-masing.

Untuk lebih mempermudah memahami proses terjadinya konflik antar

kelompok maka dibawah ini gambaran skema tersebut :

Skema 2.4.Kerangka Berfikir

MAHASISWA

PENYEBAB KONFLIK

POTENSI KONFLIK 1

IMAHASISWA

! INTERAKSI )PEMICU INTERNAl..

(KEtMMPUAN MENGATASI KONFUK ] _----'J

Page 67: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

59

Perbedaan latar belakang sosial budaya, keyakinan, dan pola pikir antar

mahasiswa UKI dengan VAl merupakan pemicu yang menyebabkan

terjadinya konflik, adanya interaksi sosial, kampus yang berdekatan adalah

faktor lain yang ikut menjadi pemicu. Konflikltawuran yang terjadi hampir

setiap tahun adalah faktor pengidentifikasian mahasiswa terhadap

kelompoknya, kelompok dianggap sebagai harga diri sehingga sering

persoalan yang terjadi pada anggota kelompoknya adalah bagian dari dirinya,

ditambah lagi perilaku emosional yang dikedepankan sehingga secara

langsung ikut terbawa dalam perkelahian. Disinilah akan dapat dilihat

kemampuan mereka mengatasi konflik, bagaimana pola interaksi yang bisa

dibangun untuk mencegah konflik, pola komunikasi sangat efektif untuk

meredam pemicu dan merumuskan penyelesaian konflik selama ini, sehingga

bisa memilih cara yang tepat untuk meredam konflik yang destruktif berubah

menjadi kerjasama yang konstruktif.

2.5. Hipotesa

Hipotesa H1 : "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar

kelompok antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta

Pusaf'.

Hipotesa Ho : "Ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok

antara mahasiswa UKI dan YAI Salemba Jakarta Pusal".

Page 68: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

BAB3

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif dan metode yang digunakan adalah metode diskriptif analisis

dengan jenis penelitian komparatif.

Metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam

rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan. Sedangkan penelitian

komparatif adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat

perbandingan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla

et.al. 1993).

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian

Variabel merupakan suatu karakteristik yang mempunyai dua atau lebih nilai

atau sifat yang satu sama lain terpisah (Sevilla, 1993 : 26). Variabel terbagi

dua macam, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat

(dependent variable).

Page 69: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

61

Pada penelitian ini variabel tersebut adalah sebagai berikut :

Variabel bebas : Mahasiswa UKI dan Mahasiswa YAI yang terlibat konflik (x).

Variabel terikat : Tingkat Kemampuan Mengatasi Konflik Antar Kelompok (y).

3.2.2 Definisi Operasional

Definisi operasionallebih merujuk pada pemberian batasan atas suatu

variabel dengan cara merinci hal-hal yang berkaitan dengan batasan

penelitian. Untuk pendekatan mengatasi konflik, peneliti menggunakan teori

yang diungkapkan oleh Pickering (2001) strategi menangani konflik dan

identifikasi pendekatannya, hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi, motivasi

pihak-pihak yang terlibat, serta faktor kepribadian seseorang. Sedangkan

pola komunikasi, teorinya berasal dari pandangan Devito (1996) mengenai

pola-pola komunikasi yang efektif dalam meredam konflik, dengan

mengedepankan sikap asertif, kesadaran, kepercayaan serta sikap

komunikatif dan pola interaksi mengadopsi dari teorinya Rose (1965) dalam

(www.paskaI8.com), (www.kompas.com/kesehatan/news). dan pengertian

dari Musthafa Fahmi (1982), yang menggambarkan bagaimana perasaan dan

kesadaran kelompok mampu menjadi pemacu solidaritas (kesetiakawanan)

yang erat, penyesuaian diri juga salah satu inti interaksi, yang paling penting

adalah pola interaksi antar kelompok ketika konflik sedang berlangsung.

Page 70: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

62

Definisi operasional adalah :

1. Pola Interaksi

Pola ini lebih banyak mengurai tentang adanya kesadaran kelompok,

penyesuaian diri, hubungan dengan orang lain, serta pola hubungan yang

terjalin ketika konflik terjadi seperti eskalasi/suhu/suasana konflik yang

semakin memanas, invalidasi/meremehkan, menarik diri, penafsiran

kejadian/sikap yang negatif, keberpihakan pada kepentingan/partikular,

dan sikap yang etnosentris.

2. Pola Komunikasi

Pola ini mengenai bagaimana pesan/informasi ditangkap oleh kedua

belah pihak, timbal balik dalam menerima dan menyampaikan pesan dari

masing-masing kelompok, sikap komunikatif, kesadaran akan identitas

kelompok, partisipatif, spontanitas/terbuka dan apa adanya adalah kunci

komunikasi tersebut.

3. Pendekatan Konflik

Meneakup mengkondisian suasana supaya semua pihak merasa saling

pereaya, pereaya diri dan merasa nyaman, meneari solusi sebanyak­

banyaknya, memilih jalan tengah, obyektif, situasional, kolaborasi

(kerjasama), placating (mengikuti pihak lain), mendominasi (keinginan

sesuai kemauan sendiri).

Page 71: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

63

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi merupakan kelompok dimana peneliti akan men-generalisasikan

hasil penelitiannya (Gay dalam Sevilla, 1993). Sedangkan sampel merupakan

bagian keeil atau euplikan yang ditarik dari populasi (Fenguson, dalam

Sevilla, 1993).

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa UKI dan YAI

Salemba Jakarta Pusat. Mahasiswa UKI berjumlah kurang lebih 3.000 orang,

dengan peineian 2.260 mahasiswa dari fakultas Hukum dan 725 mahasiswa

dari fakultas IImu Sosial dan Politik. Sedangkan dari mahasiswa YAI

berjumlah sekitar 10.800 mahasiswa, yang terdiri dari fakultas Ekonomi,

fakultas IImu Komunikasi dan fakultas Psikologi.

Pengambilan sampel/responden dalam penelitian ini dengan menggunakan

desain sampling tetap (fixed sampling design), yaitu dengan menggunakan

aturan atau sistem yang tidak berubah selama penarikan sampel berlaku.

Metode yang digunakan yaitu restricted random sample, artinya sampel yang

dipilih dari populasi dikelompokkan terlebih dahulu. Pengelompokan sampel

berdasarkan fakultas yang terlibat konflik. Teknik pengambilan sampel

dengan multiple stage sample yang berarti sampel ditarik dari kelompok­

kelompok populasi, tetapi tidak semua anggota kelompok populasi menjadi

Page 72: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

65

3.3. Intrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan prosedur sistematis untuk memperoleh data,

data yang terkumpul harus valid dan reliabel, oleh sebab itu dibuat alat ukur

masing-masing variabel yang diuji-cobakan terlebih dahulu agar menjadi alat

ukur yang valid dan reliabel. Alat ukur pada penelitian ini berupa skala

psikologi yaitu berupa pernyataan atau pertanyaan dalam bentuk item-item

yang kemudian akan direspon atau diisi oleh sampel.

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala

kemampuan mengatasi konflik antar kelompok :

Untuk mengukur kemampuan mengatasi konflik antar kelompok, peneliti

membuat skala kemampuan mengatasi konflik antar kelompok yang terdiri

dari 60 item yang mencakup dimensi atau substansi dari kemampuan

mengatasi konflik antar kelompok yaitu :

1. Kemampuan pola interaksi sosial, gambaran tentang bagaimana

seseorang berperilaku dan bersikap agar diterima oleh orang lain atau

lingkungan sosialnya.

2. Kemampuan berkomunikasi, mengurai tentang bagaimana kemampuan

seseorang mengungkapkan diri dan menjalin kontak atau komunikasi

dengan orang lain atau kelompok lain.

3. Cara (gaya) menyelesaikan konflik antar kelompok, merupakan

Page 73: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

66

kemampuan (pendekatan) dan solusi yang dilakukan oleh kedua belah

pihak dalam mengatasi konflik.

Format respon untuk distribusi item kemampuan mengatasi konflik antar

kelompok yang digunakan merujuk pada Model Skala Likerl yang

dimodifikasi. Skala model ini mempunyai 4 (empat) alternatif pilihan jawaban

yaitu (SS [sangat setuju], S [setuju], TS [tidak setuju], STS [sangat tidak

setuju]). Item-item diskoring (dinilai) berdasaran jawaban yang dipilih dari

jenis pernyataan, favorable atau unfavorable. Untuk jawaban favorable

skornya bergerak dari kanan ke kiri (SS....S....TS....STS) dengan nilai

(1 .... 2 ....3....4).

Sedangkan untuk unfavorable cara skoringnya bergerak sebaliknya dari kiri

ke kanan, (STS....TS....S....SS) dengan nilai (4.... 3....2.... 1).

Tabel3.1 Bobot NilaiSkala Kemampuan Mengatasi Konflik

PilihanPernyataan

Favorable UnfavorableSS (Sangat Setuiul 4 1

S (Setuju) 3 2TS (Tidak Setuiul 2 3

STS (Sanaat Tidak Setuiul 1 4

Secara lebih jelas mengenai distribusi item skala kemampuan mengatasi

konflik antar kelompok, dapat dilihat pada tabel berikut :

Page 74: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Tabel3.2Komposisi dan Distribusi Item Skala Kemampuan Mengatasi

Konflik Antar Kelompok

67

No. ASPEK INDIKATOR Favorable UnfavorableKesadaran kelomook 1,2,7,Penvesuaian diri 3,16,8,17, 6,31,Hubungan anlar-

4,19,13,Pola personal

1Inleraksi Eskalasilkadar inlensitas 20,

Invalidasi/meremehkan 12, 18,Inleorelasi negalif 11,21, 9,Parlikular/kepenlingan . 10, 14,Sosialisasi 5,35,57, 56,Kesadaran Kelomook 36, 22,

2Pola Penounokaoan Diri 23,52,

Komunikasi Komunikalif 24,32,34, 53, 51,Parlisioalif 15,26, 33,Soontanilas 25, 58,Kondisioning 27,49,54, 47,48,55,

Cara JSerjasama 30,41,45,60, --

3 Mengalasi Kolaborasi 42,43,44, 37,Obveklif 28,29,KonflikMenghindar 38,39,Siluasi 40,50,59, 46,

3.4. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan analisa statistik, karena

data yang diperoleh berupa angka-angka. Setelah dilakukan uji coba, data-

data yang diperoleh diskor kemudian ditabulasikan dan dilanjutkan dengan

menguji validitas dan reliabelitasnya.

Page 75: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

68

1. Uji Validitas

Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui aspek suatu skala psikologi

mampu menghasilkan data yang akurat dan sesuai dengan tujuan ukuran.

Uji validitas instrumen dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-

masing item dengan skor total.

Rumus yang digunakan mencari korelasi adalah Product Moment Coofisicient

Correlation dan Pearson dan penghitungannnya menggunakan SPSS for

Windows Versi 11.5,

yaitu dengan rumus :

Ket. :

rxy : Angka indeks korelasi (r) product moment

N : Jumlah subyek

I xy : Jumlah hasil perkalian antara skare x dan y

Ix : Jumlah seluruh score x

Iy : Jumlah seluruh score y

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi, keajegan atau kepercayaan hasil ukur yang

mengandung makna kecermatan pengukuran, Untuk menghitung reliabilitas

instrumen penelitian, digunakan teknik Alpha Cronbach.

Page 76: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

70

:M1-:M2t

D: _

srE :M1-:M2

to : t-hitung (hasil perhitungan)

M1 : Mean variabel1 (mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat)

M2 : Mean variabel 2 (mahasiswa UKI Salemba Jakarta Pusat)

SEM : Standar error mean variabel

Penghitungan t-test in! juga menggunakan SPSS for windows Versi 11.5.

Adapun hasil Skala kemampuan mengatasi konflik yang digunakan dalam

penelitian ini sangat reliabel menurut Guilford & Frutcher dalam Kuncono,

(2004), (> 0.9 = sangat reliabel) yaitu 0.9409.

Tabel3.3Reliabelitas Skala Mengatasi Konflik

N of Cases N of Items Reliabilitas AlphaJumlah Sampel Jumlah Item Scala

HasH Penelitian 70 41 0.9409

Hasil pengujian intrumen kemampuan mengatasi konflik, dari data try out

yang diperoleh, item-item yang valid sebanyak 41 item sedangkan 19 item

tidak valid, yaitu nomor : 1,4,5,6,7,8,9,10,12,17,21,37,47,48,51,54,56,57,58.

sehingga item yang digunakan untuk penelitian sebanyak 41 item.

Dalam penelitian ini jumlah sampel try out yang diambil sebanyak 70 orang,

kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

Page 77: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

71

mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap

kelompok berjumlah 35 orang.

3.5. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian terbagi menjadi tiga tahap :

1. Persiapan, menyiapkan kebutuhan yang diperlukan dalam penelitian

misalnya try-out skala, pembuatan skala, perizinan dan sebagainya.

2. Tahap pelaksanaan, memberikan skala kepada sampel penelitian

sekaligus melakukan observasi dan wawancara sebagai tambahan data.

3. Tahap pengolahan data, setelah hasil skala sudah memenuhi prosedur

penelitian maka dilakukan pengolahan data yang terdiri dari melakukan

skoring terhadap hasil angket penelitian, menghitung hasil, dan membuat

tabulasi data.

4. Tahap Analisa, yaitu menganalisis data dan membuat hasil analisis,

membuat kesimpulan dan saran.

5. Tahap Penyusunan Laporan Penelitian.

Page 78: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

BAB4

PRESENTASI DAN ANALISIS DATA

4.1. Gambaran Umum Responden

Tabel4.1Jumlah Sampel

No. Kelompok Jumlah Sampel Prosentasi1 Mahasiswa UKI 30 50%2 Mahasiswa YAI 30 50%

Total 60 100%

Dalam penelitian ini jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 orang,

kemudian sampel tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok

mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat. Setiap

kelompok berjumlah 30 orang.

Gambaran umum responden penelitian akan diuraikan secara deskriptif dan

dibantu dengan penyajian dalam bentuk label. Gambaran umum responden

meliputi jenis kelamin, usia, fakultas, semester, agama dan suku bangsa.

Berikut ini label gambaran umum responden :

Page 79: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Tabel4.2Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Fakultas,

Agama Dan Suku Bangsa

73

No. GambaranMahasiswa UKI Mahasiswa VAl

Frek. Prosentasi Frek. Prosentasi1 Jenis Kelamin

Laki - laki 24 80% 30 100%

Perempuan 6 20% 0 0%

Total 30 100% 30 100%

2 Rentang Usia

19 - 21 17 56.7% 16 53.3%

22-24 10 33.3% 11 36.7%

25-28 3 10% 3 10%

Total 30 100% 30 100%

3 Fakultas

Ekonomi.-.-._~'-

0% 11-

0 36.7%

IImu Komunikasi 0 0% 10 33.3%

Psikologi 0 0% 9 30%

Hukum 22 73.3% 0 0%

IImu Sosial & Politik 8 26.7% 0 0%

total 30 100% 30 100%

4 Agama

Islam 3 10% 26 86.7%

Kristen 26 86.7% 4 13.3%

Kong huchu 1 3.3% 0 0%

Total 30 100% 30 100%

5 Suku Bangsa

Jawa 3 10% 15 50%

Sunda 0 0% 4 13.3%

Bali 0 0% 1 3.3%Betawi 0 0% 1 3.3%Manado 0 0% 1 3.3%Satak 20 66.7% 2 6.7%

Page 80: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

74

Maluku 0 0% 1 3.3%Minang 1 3.3% 1 3.3%

Palembang 0 0% 1 3.3%

Medan 0 0% 2 6.7%

Ambon 0 0% 1 3.3%Papua 3 10% 0 0%Flores 1 3.3% 0 0%Cina 1 3.3% 0 0%Nias 1 3.3% 0 0%Jumlah 30 100% 30 100%

Berdasarkan usia, responden pada penelitian ini dari mahasiswa UKI berusia

19 - 21 tahun berjumlah 17 atau 56.7 % dan mahasiswa YAI berjumlah 16

atau 53.3 %, mahasiswa UKI yang berusia 22 - 24 tahun berjumlah 10 orang

atau 33.3 % dan mahasiswa YAI berjumlah 11 orang atau 36.7%, mahasiswa

UKI yang berusia 25 - 28 tahun berjumlah 3 orang atau 10% dan mahasiswa

YAI berjumlah 3 orang atau 10%.

Melalui data tersebut dapat diketahui bahwa sampel mayoritas dalam rentang

usia 19 - 21 tahun. Hal ini dapat menggambarkan bahwa sampel pada

penelitian ini mayoritas berada pada tahap perkembangan dewasa awal/dini.

Berdasarkan fakultas pada responden mahasiswa UKI yaitu fakultas Hukum

berjumlah 22 orang atau 73.3% dan dari fakultas IImu Sosial & Politik

berjumlah 8 orang atau 26.7%, sedangkan pada responden mahasiswa YAI

yaitu fakultas Ekonomi berjumlah 11 orang atau 36.7%, fakultas IImu

Komunikasi 10 atau 33.3% dan dari fakultas Psikologi berjumlah 9 orang

atau 30%.

Page 81: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

75

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa latar belakang pendidikan

sampel dalam penelitian ini baik dari mahasiswa UKI ataupun mahasiswa YAI

memiliki latar pendidikan yang berbeda.

Jumlah responden dari mahasiswa UKI yang beragama Islam berjumlah 3

orang atau 10%, beragama Kristen berjumlah 26 orang atau 86.7% dan yang

beragama Kong Huchu 1 orang atau 3.3%. Sedangkan mahasiswa YAI yang

beragama Islam berjumlah 26 orang atau 86.7%, Kristen 4 orang atau

13.3%.

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa UKI

beragama Kristen (86.67%), sebaliknya mahasiswa YAI moyoritas beragama

Islam (86.67%).

Dari data responden yang berdasarkan suku bangsa maka mahasiswa UKI

berasal dari suku jawa 3 orang atau 10%, Batak 20 orang atau 66.7%,

Minang 1 orang atau 3.3%, Papua 3 orang atau 10%, Flores 1 orang atau

3.3%, Cina 1 orang atau 3.3%, Nias 1 orang atau 3.3%, sedangkan dari

mahasiswa YAI berasal dari suku Jawa 15 orang atau 50%, Sunda 4 orang

atau 13.3%, Bali 1 orang atau 3.3%, Betawi 1 orang atau 3.3%, Manado 1

orang atau 3.3%, Batak 2 orang atau 6.7%, Maluku 1 orang atau 3.3%,

Minang 1 orang atau 3.3%, Palembang 1 orang atau 3.3%, Medan 2 orang

atau 6.7% dan Ambon 1 orang atau 3.3%.

Page 82: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

76

Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa UKI secara

mayoritas berasal dari suku Batak (66.7%) sedangkan dari mahasiswa YAI

berasal dari suku Jawa (50%).

Dan untuk melihat kategori kemampuan mengatasi konflik dan alasan konflik

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel4.3Gambaran Alasan Konflik dan Tingkat Kemampuan

Mengatasi Konflik

No. GambaranMahasiswa UKI Mahasiswa YAI

Frek. Prosentasi Frek. Prosentasi1 Alasan Konflik

Solidarltas teman 5 16.7% 7 23.3%

Diajak teman 3 10% 1 3.3%

Ingin tahu 1 3.3% 0 0%

Membela diri 3 10% 1 3.3%

Mereka mengejek 1 3.3% 0 0%

Ikut-ikutan 6 20% 7 23.3%

Sudah biasa 1 3.3% 0 0%

Disuruh senior 1 3.3% 1 3.3%

Seru aja 1 3.3% 0 0%

Mereka menyerang duluan 3 10% 1 3.3%

Membantu teman 1 3.3% 5 16.7%

Melindungi kampus 1 3.3% 3 10%

Pantang untuk diam 1 3.3% 0 0%

Benei melihat perilaku sok 1 3.3% 0 0%Manjaga kendaraoo---e--" 1--,,-f-.

1 3.3% 0 0%

Balas dendam 0 0% 1 3.3%

Kondisi diserang 0 0% 1 3.3%Keadaan terpaksa 0 0% 2 10%Jumlah 30 100% 30 100%

Page 83: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

77

2 Tingkat KemampuanTinggi 24 80% 27 90%Sedang 0 0% 0 0%Rendah 6 20% 3 10%Jumlah 30 100% 30 100%

Menjawab pertanyaan mengapa mereka terlibat konflikltawuran, maka

berdasarkan alasan mengapa mereka melakukan hal tersebut dari

mahasiswa UKI lebih banyak karena ikut-ikutan berjumlah 6 orang atau 20%,

solidaritas teman berjumlah 5 orang atau 16.7%, diajak teman berjumlah 3

orang atau 10%, membela diri 3 orang atau 10%, karena diserang 3 orang

atau 10%, selebihnya alasan yang lain, namun dari pihak mahasiswa YAI

alasan mereka melakukan konflik adalah solidaritas teman 7 orang 23.3%,

ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, melindungi teman 5 orang atau 16.7%,

membela kampus 3 orang atau 10%, selebihnya alasan yang lain.

Berdasarkan data diatas, konflik ini terjadi akibat dari solidaritas membela

teman, dari mahasiswa UKI berjumlah 5 orang atau 16.7%, dan paling

banyak adalah karena ikut-ikutan 7 orang atau 23.3%, sama halnya dengan

mahasiswa UKI mahasiswa YAI pun demikian, alasannya dalah mereka

membela kelompoklsolidaritas 7 orang atau 23.3%, ikut-ikutan 7 orang atau

23.3%, membantu teman 5 orang atau 16.7%, lainnya adalah alasan lain.

Mahasiswa UKI yang menempati kategori tinggi dalam kemampuan

mengatasi konflik sebanyak 24 orang (80%), dan 6 orang (20%) berada pada

Page 84: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

78

kategori rendah. Sedangkan Mahasiswa YAI yang menempati kategori tinggi

sebanyak 27 oran'g (90%), dan 3 orang (10%) berada pada kategori rendah.

jadi tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan YAI relatif

sama, dalam hal ini sama-sama berada pada tingkat tinggi. Dengan

demikian berarti tingkat kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan

mahasiswa YAI relatifsama.

4.2. Presentasi Data

4.2.1. Uji Persyaratan

Dalam mengola data maka diperlukan uji persyaratan, uji ini adalah syarat

untuk melakukan analisis lebih lanjut. Uji persyaratan yang digunakan di sini

adalah uji normalitas dan uji homogenitas dengan menggunakan SPPS versi

11.5 for windows.

1. Uji Normalitas

Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.

Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti distribusi normal,

yaitu distribusi data tersebut tidak miring ke kiri atau ke kanan, Ashari (2005 :

34). Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah

data mengikuti atau mendekati distribusi normal atau tidak.

Page 85: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

79

Tabel4.4Uji Normalitas

Tests of Normalih

Asal tempatKolmogorov - Smirnov (a) Shapiro - Wilk

kuliah Statistic df S19·Statlsti

df Sig.c

Kemampuan UKI Salemba .097 30 .200(*) .969 30 .509mengatasi

YAI Salemba .113 30 .200(*) .981 30 .857konflik

• This is a lower bound of the true significance.a Lilliefors Significance Correction

Berdasarkan data di atas, dapat terlihat bahwa skala kemampuan mengatasi

konflik berdistribusi normal. Berdasarkan tabel uji persyaratan normalitas di

alas, larat signifikansi variabel kemampuan mengalasi konflik (mahasiswa

UKI dan YAI) 0.097 dan 0.113> 0.05. Dengan demikian tarat signifikansi

variabel lersebul lebih besar dari 0.05, maka penyebaran datanya

berdistribusi normal.

Grafik4.1Kemampuan Mengatasi Konflik

Normal Q-Q Plots

Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik Norrrel Q-Q Plot of kerral'llluan rrengatasl konflik

ForVAROD002= UKISatemba

"r--------------,ForVAROOOO2= YAI Salemba

"'0

,,,,w""

.'

""

~0z~

.,.! .,w

"" llJO 'w '" '" " '"

00

1 _5

Z"'tI -10

i _1.5

~ ·20 !--c;:.----:'.C--o;;60 70 aD

Obsorwd Valuo ObsOMd Value

Ket.: Dar! grafik diatas terfhat bahwa sebaran data dari variabel kemampaun mengatasi konflik bergerak ke kanan atasdi sekitar garis uji. Item-item berada dekat dar! garis uji. Hal ini membuktlkan bahwa data ini dikatakan normal.

Page 86: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

80

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui variabilitas mean dari data

dalam suatu kelompok. Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah :

Ho = Varians data bersifat homogenH1 = Varians data bersifat tidak homogen

Kesimpulan yang dapat diambil adalah jika probabilitas > 0,05, maka Ho

diterima, tetapi kalau lebih besar maka Ho ditolak. Uji homogenitas digunakan

untuk menguji apakah data yang diperoleh mempunyai varians yang sama

diantara anggota kelompok tersebut atau tidak.

Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan melalui program SPSS

versi 11.5 diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel4.5Uji Homogenitas Kemampuan Mengatasi Konflik

Test of Homogeneity of Variance

Levenedf1 df2 Sig.

StatisticKemampuan Based on MeanMengatasi .069 1 58 .793Konflik

Based on Median .054 1 58 .817Based on Median and with

.054 1 57.813 .817adjusted dfBased on trimmed mean .060 1 58 .807

Dari tabel nilai uji homogenitas di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan

mengatasi konflik memiliki nilai probabilitas (0,793) > 0,05 sehingga Ho

diterima, artinya varians data bersifat homogen.

Page 87: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

4.2.2. Uji Hipotesis

Hasil penelitian berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan

rumus uji t (f-fest), yaitu dengan cara membandingkan jumlah skor skala

kemampuan mengatasi konflik. Sehingga dapat diketahui apakah ada

perbedaan kemampuan mengatasi konflik mahasiswa UKI dan mahasiswa

YAI. Adapun hasil uji-t yang diperoleh dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 11,5 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel4.7Hasil Uji-t Group Statistics

Mahasiswa Asal Tempat Kuliah N Mean Std. Deviation

Kemampuan Mengatasi KonfiikUKI Salemba 30 87.6 10.4

YAI Salemba 30 92.1 10.3

Tampilan diatas menunjukan variabel yang terikat "kemampuan mengatasi

konflik" yang diuji signifikansinya antara kelompok mahasiswa UKI dan

kelompok mahasiswa YAI, dengan jumlah kasus (N) sama, rata-rata hitung

dan simpangan baku. Uji perbedaan ini dilihat berdasarkan asumsi bahwa

keduanya memiliki varians yang sama (equal variences assumed) dan

varians yang berbeda (equal variances not assumed.

Independent Samples Test

81

Levene's Test forI-test for equalily of meanEquality of Variances

F 8ig. t df 81g. Mean(2-tailed) Difference

Kemampuan Equal variances.069 .793 -1.645 58 .105 -4.4000Mengatasi assumed

Konflik Equal variancesnot assumed -1.645 57.999 .105 -4.4000

_. ._.._.._---

Page 88: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

82

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tes perbedaan varians untuk kedua

kelompok ini berdasarkan tes Levene, yaitu tes homogenitas, sebesar F =

0.069, dan P =0.793 > 0.05 (5%). Berarti kedua varians itu tidak berbeda

atau homogen. t-hilung skala kemampuan mengatasi konflik sebesar -1,645

sedangkan t-tabel dengan df (degrees offreedom) sebesar 58 (30 + 30 - 2)

pada taraf signifikansi 5% yaitu sebesar 2,021 dengan demikian t-hilung lebih

kecH dari t-tabel (-1,645 < 2,021). Sedangkan tingkat kepercayaan adalah

95% antara -9.75397 (batas bawah, lower) dan 0.995397 (batas atas, upper).

HasH perhitungan lewat program SPSS tersebut menunjukkan bahwa nHai t

baik dihitung dengan asumsi varians yang tidak berbeda (equal) maupun

yang berbeda (unequal) menghasHkan taraf signifikansi yang sama-sama

signifikan (negatif), t hilung = -1,645. Dengan demikian terdapat signifikansi

negatif dari hasH penelitian ini, maka hipotesa awal (Ho) yang menyatakan

bahwa "Tidak ada perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok

antara mahasiswa UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat"

DITERIMA, dan hipotesa kedua (H1) yang menyatakan bahwa "Ada

perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompok antara mahasiswa

UKI dan mahasiswa YAI Salemba Jakarta Pusat" DITOLAK.

Page 89: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

84

Kristen demikian pula mahasiswa YAI86.7% beragama Islam, kemudian dari

segi disiplin ilmu, mahasiswa UKI berasal dari 2 Fakultas yaitu Hukum dan

IImu Sosial Politik sedangkan mahasiswa YAI dari 3 Fakultas, yaitu Ekonomi,

IImu komunikasi dan Psikologi.

Dalam situs (www.paskaI8.com). disebutkan setiap perilaku (aksi) seseorang

dalam suatu kelompok mengandung reaksi dari pihak lainnya, pola-pola

interaksi antar sesama anggota akan membaku dan menjadi suatu identitas

individu, kemudian akan menimbulkan kesadaran sebagai kebutuhan

psikologis, kesadaran menjadi anggota kelompok akan menjamin rasa aman

dan kesetiakawanan (solidaritas kelompok). Individu kemudian cenderung

etnosentris, bahkan mengukur budaya/nilai yang lain dengan rujukan

budaya/nilainya sendiri.

Yasraf (2003) mengatakan bila bingkai kesatuan sesama suku bangsa hilang

maka yang timbul adalah sikap kecurigaan, kebencian terhadap sesuatu yang

berbau "yang lain" (the other), yang kemudian muncul segmentasi sosial yang

masif dan primordialisme sempit, sehingga "orang luar" dianggap "sang

musuh" (the enemy).

Konflik antar kelompok yang terjadi pada mahasiswa UKI dengan YAI yang

sudah terjadi sekitar puluhan tahun, bila dipandang dari pendapat Rose dan

Page 90: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

85

Yasraf (2003) adalah karena setiap kelompok memprodusir prasangka

kelompok yang negatif sehingga memunculkan sikap saling mencurigai dan

saling bermusuhan, apalagi ketika perilaku tersebut mendapat respon positif

dan prestise dari anggota kelompoknya, akan semakin memperkuat suhu

terjadinya konflik ini. Hal ini sesuai dengan beberapa situs media seperti

(kompas, indomedia, suara merdeka dan suara pembaharuan) bahwa konflik

antar-kelompok sering terjadi akibat dari (pemicu) masalah yang remeh

seperti ejekan antar anggota kelompok, perilaku atau ucapan yang bernada

meremehkan, sama seperti yang dimuat di beberapa media, menurut

penuturan AM (20 tahun) pemicu konflik ini terjadi akibat perselisihan

individual, bahkan SA (28 tahun) mengatakan konflik yang terbesar selama

ini terjadi pada tahun 2000, ketika kondisi sosial politik kacau, mahasiswa UKI

dan YAI saling melempar bom molotov (gas air mata), batu dan membawa

senjata tajam, kondisi saat itu paling parah. Mahasiswa yang luka-Iaku akibat

konflik ini biasanya yang dari YAI dirawat di RSCM, sedangkan mahasiswa

UKI di rawat di RS Carolus, mereka pada awalnya memperoleh biaya subsidi

dari masing-masing kampus, hal ini juga sebagai salah satu reinforcement

konflik tersebut.

Menurut Lacan dalam Yasraf (2003) energi utama penggerak sosial dan

penggerak kebudayaan, setidak-tidaknya ada dua bentuk utama yaitu hasrat

menjadi (to be) sebagai model pencitraan (image) dirinya ke dalam sesuatu

Page 91: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

87

mereka bisa menghentikan konflik yang selama ini terjadi, apalagi bila pihak

rektorat memberikan sanksi yang berat, maka akan semakin mempersempit

terjadinya konfik ini, hal inilah yang terjadi pada tahun 2006, sampai tahun ini

belum ada tawuran sama sekali. Dari beberapa informasi yang peneliti

dapatkan dari mahasiswa UKI dan YAI, alasan mengapa tahun 2006 tidak

terjadi konflik adalah pertama, karena memang secara mayoritas kedua

kelompok tidak menginginkan adanya tawuran/perkelahian ini. Kedua, ketika

terjadi perkelahian dan ada yang terluka/menjadi korban maka ia akan

menanggung resiko sendiri. Ketiga, kontrol masyarakat yang mulai secara

tegas dilakukan terhadap kedua kelompok mahasiswa, sehingga bisa

meredam pemicu-pemicunya.

Akhirnya dari beberapa data yang diperoleh peneliti, kiranya menjadi

masukan tersendiri bagi pihak rektorat/mahasiswa dan pemerhati masalah

social untuk meneliti lebih jauh lagi dalam mengeksplore permasalahan yang

ada dan peran serta psikologi sosial dalam menyumbangkan

(mengintervensi) kondisi yang ada akan mampu memberikan solusi riil untuk

mengatasi konflik yang ada di tengah-tengah masyarakat kita.

Page 92: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

88

5.3. Saran

Dari penelitian ini ada beberapa saran yang dapat peneliti dikemukakan :

Saran Teoritis

Untuk Peneliti Selanjutnya

1. Pene/itian ini hanya mengambil satu aspek dari fenomena konflik antar

kelompok, jadi akan lebih utuh bila aspek-aspek lain juga diteliti atau

mengikutsertakan universitas-universitas lain yang pernah terlibat dengan

UK/IVAI, dari hasil pene/itian ini, konflik antar ke/ompok bukan berarti

konflik antar-etnis/ras, antar-budaya atau antar-agama, unik memang

secara etnis/ras, budaya dan agama antara mahasiswa UKI dan YAI

saling bertolak belakang, bahkan peluang konflik bisa terjadi setiap hari,

sebenarnya apa yang paling dominan da/am mempengaruhi konflik ini,

bukankah konflik ini sudah terjadi pu/uhan tahun yang lalu, namun pada

tahun 2006 konflik ini tidak terjadi sama sekali, ada apa sebenarnya,

benarkah ini bisa dijadikan titik awal untuk mengakhiri konflik selama ini,

atau fenomena break sebentar kemudian berlanjut pada konflik lagI.

2. Diharapkan melakukan penelitian rnetode kualitatif sehingga bisa

menggali data-data yang lebih mendalam, atau menggunakan

metode/teori yang lebih konperhensif, sehingga mampu melihat akar

permasalahan yang sebenarnya, dilihat juga bagaimana pengaruh atau

Page 93: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

89

peranan kontrol universitas, pengaruh kegiatan bersama antar mahasiswa

dan pengaruh institusi masyarakat sekitar dalam mencegah konflik

sehingga persoalan tersebut terlihat secara utuh dan mendalam.

Saran Praktis

Untuk Pihak RektoratlDekanat

1. Pihak rektorat/dekanat dapat menerapkan adanya motif untuk saling

kerjasama dalam menyelesaian konflik, menerapkan sanksi yang

humanis, berat dan tegas pada mahasiswa yang ikut terlibat sehingga

sefain menjadi panutan mahasiswa, juga mampu mengontrol perilaku

mahasiswa.

2. Diharapkan pihak rektorat/dekanat dapat membantu mahasiswa

merealisasikan rencananya atau cita-citanya dengan menerapkan

pendidikan, program kegiatan dan sarana prasarana yang lebih banyak

serta sesuai dengan kemampuan, minat dan bakat mahasiswa. Dengan

demikian mereka akan sibuk dengan hal-hal yang produktif.

3. Kedua belah pihak (Rektorat UKI bersama Rektorat YAI) membuat

kesepakatan bersama secara umum, yang melibatkan elemen-elemen

mahasiswa dan masyarakat sekitar.

Page 94: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

90

Untuk Mahasiswa

1. Mahasiswa diharapkan tidak mudah terpengaruh oleh prasangka

kelompok yang negatif dan terjebak secara incidental ketika ada konflik

antar individu maupun kelompok.

2. Potensi modal sosial hendaknya dijadikan mahasiswa sebagai pola

pencegahan konflik, seperti ke~a sama, pola interaksi dan pola

komunikasi baik secara formal maupun informal,

3. Komunitas mahasiswa seperti BEMF/PM dan UKM lainnya hendaknya

menjadi prakarsa (pelopor) dalam memprogandakan issu untuk

penyelesaian konflik.

Untuk Masyarakat Sekitar

1. Masyarakat sekitar universitas diharapkan lebih merasa memiliki dan

memperhatikan masalah ini, dengan cara memberikan kontrol yang ketat

sehingga meredam pemicu-pemicu konflik antar kelompok melalui

kerjasama dengan para pedagang dan aparat pemerintah setempat.

Page 95: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adelson, Yoseph. (1980). Handbook Of A Adolescent Pshychology. Canada: John Wiley & Sons. Inc.

Anwar, Yozar. (1981). Pergolakan Mahasiswa Abad Ke-20: KisahPerjuangan Anak-Anak Muda Pemberang. Jakarta: Sinar Harapan

Ashari, dkk. (2005). Analisis Statistik dengan Microsoft Excel dan SPSS.Yogyakarta: Andi

Amir, Pialang. (2003). HIPER-MORALITAS: Mengadili Bayang-Bayang.Yogyakarta: Belukar

Burhan, Gunawan, Marzuki, (2002). Statistik Terapan : Untuk IImu-ilmuSosial. Jakarta Gramedia

Caiman. A. A. (2001). A Dictionary of Psychology. The United State; OxfordUniversity Press

Chandra, I. Robby. (1992). Konflik Dalam Hidup Sehari-Hari. Yogyakarta :Kanisius

Chaplin, J.P. (2000). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. RajaGrafindoDavidoff, Linda. (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.11. Ji1.1. Jakarta:

Erlangga

........................ (1991). Psikologi Suatu Pengantar. (terj.) Ed.ll.J i1.2. Jakarta:Erlangga

Devito, A. Joseph. (1997). Komunikasi Antar Manusia. Jakarta; ProfesionalBooks

Fadhly, Fahruz. (1999). Mahasiswa Menggugat: Potret Gerakan MahasiswaIndonesia 1998. (editor), Bandung : Pustaka Hidayah

Fahmi, Musthafa. (1982). Penyesuaian Did: Pengertian & Peranannya DalamKesehatan Mental. (terj.) Jakarta: Bulan Bintang

Gerungan, Dr. WA (2004). Psikologi Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama.

Page 96: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Gunarso, Singgih. (1993). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Jakarta:PT. Gunung Mulia

Hurlock. B.E. (1980). Psikologi Perkembangan: Suatu PendekatanSepanjang Rentang Kehidupasn. (te~.). Ed.5. Jakarta: Erlangga

S. Chaider & Abubakar (2006). Resolusi Konflik Agama & Etnis di Indonesia.Jakarta: Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Jakarta.

Kartono, Kartini, Dra. (1991). Psikologi Sosial Untuk Manajemen PerusahaanDan Industri. Jakarta: CV. Rajawali

Kuncono, S.Psi. (2004). Analisis Butir. Jakarta: Badan Penerbit & PublikasiYayasan Administrasi Indonesia (BPP-YAI)

M. Saad, Hasballah. (2003). Perkelahian Pelajar: Potret Siswa SMU di OKIJakarta. Yogyakarta : Galang Offiset

Mappiare, Andi, Drs. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha nasionalO. Sears, David. A1.al. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.l. Jakarta:

Erlangga

.................................. (1985). Psikologi Sosia/. (terj.) ed.5. Jil.ll. Jakarta:Erlangga

Nazir, Moh. Ph.D (1999) Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia IndonesiaPickering, Peg. (2001). How To Manage Conflict: Kiat Menangani Konflik.

Jakarta: Erlangga

Pruitt, Dean.G. Jeffrey. Z.R. (2004). Teori Konflik Sosia/. Yogyakarta :Pustaka Pelajar

Rakhmat, Jalaludin, Drs.M.Sc. (2005). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT.Remaja Rosdakarya

Sevilla, C.G. e1.al. (1993). Pengantar Metode Penelitian. (terj.). Jakarta:Universitas Indonesia Press

Stein, J. Steven. Howard. E. (2002). Kecerdasan EQ: 15 Prinsip OasarKecerdasan Emosional Meraih Sukses. Bandung : Kaifa

Sudarsono, Drs. SH. (1993). Kamus Filsafat dan Psikologi. Jakarta: PT.Rineka Cipta

Page 97: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Sunarto, Kamanto. Prof. Dr. (2000). Pengantar Sosi%gi. Ed. 2. Jakarta:Universitas Indonesia

Yasun, Hamdani. Prof. H. (2003). Dinamika Ke/ompok dan Kepemimpinan.Lampung : Universitas Lampung

Jurnal Psikologi :Hartaty, Netty, M.Si. (2004). Asertivitas. Tazkiya : Jurnal Psikologi, VolA,

Nomor 1. Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Jakarta

Mulyono, Rahmat. (2002). Agama dan Penyimpangan Seks Remaja : SuatuPendekatan Psik%gis. Tazkiyah : Jurnal Psikologi Vo\.2 No.3.Jakarta: Psikologi UIN Jakarta

Situs Internet:http://www.e-psikologi.com :Dalimunthe, Ritha F. SE, M.Si, CD. (2003). Peranan Manajemen Konflik

Pada Suatu Oranisasi © Digitized by USU digital library.Malik, Ichsan, Drs. M.Si (2005). Kontribusi Psikososia/ da/am Penanganan

Konflik © Universitas Indonesia, all right reservedMu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Tanda-Tanda Kedewasaan Seorang

Pemimpin.Mu'tadin, Zainun S.Psi., M.Si. (2002). Perkembangan Mora/.Pitaloka, Ardiningtiyas, S.Psi. (2003) Pembe/aan Demi /dentitas Ke/ompok.Ubaydillah, AN. (2006). Permusuhan Batin.Ubaydillah, AN. (2006). Cukupkah Berpikir Positif?http://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasihttp://www.detikinet.comlindex.php/detik. read/tahun/2004/bulan/09/tg1/1 O/ti

me/142631/idnews/206246/idkanaI/10http.l/www.ghofarism.blogdrive.com/coments.id=9http://www.hamline.edu/apakabar/basisdatal2001/03/11/0055.htmlhttp://www.indomedia.com/poskup/9902/19/EDISI19/19pini1.htmhttp://www.kompas.com/kesehatan/news/0408/15/223207.htmhttp://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/25/opini/2538037.htmhttp://www.liputan6.com/view/11.110001.1.0.1128148417.htmlhttp://www.liputan6.com/view/6.85648.1.0.1128066452.htmlhttp://www.paskaI8.com/hasilkajian_31.htmhttp://www.penulislepas.com/more.php?id=973 0 10Mhttp://www.pikiran-rakyat.com/cetak/1002/07/0304.htmhttp://www.scripps.ohiou.edu/news/cmdd/Artikel-ann.htmhttp://www.suaramerdeka.com/harian/0307/25/kha2.htmhttp://www.suarapembaruan.com/News/2004/09/08/Jabotabe/iab01.htmhttp://www.tempointeraktif.com/hg/jakarta/2003/1 0/17/brk.20031 017-

04,id.html

Page 98: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

nEPARTEMEN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGEIU (UIN)SYARIF HlDAYATULLAH JAKARTA

FAI<ULTAS PSII<OLOGI

Jl. Kerta Mukti No.5 Cirendeu Cil'utat Jakarta Sdatan 15419 Tell'. (021) 7433060 Fax. 74714714 .-'

i ..

Nomor : FI7l.10T.01.7/""g N1I2006Lamp.Hal : Izin Penelitian

Yang Terhomlat.Pimpinan Lembaga YAIDi

Jakarta

Assalamu 'aIaikum Wr. WB.

Der.gan Hormat, kami sampaikan bahwa :

Jakarta, 12 Juni 2006-

NamaTempatfI'gl LahirAlamat

: Muktar: Lamongan, 9 Juli 1980: JI. Mentawai B-20 Jatibening Pd. Gede Bekasi

Adalah benar mahasiswa Faku.tas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SemesterNomor PokokTahun AkademikProgram

VIII: 10207C 025916: 2005/2006: Strata I (S-I)

Sehubungan dengan tugas penyelesaian ikripsi yang berjudul : 'PerbedaanKemampuan Mengatasi Konl1ik Antar Ke,ompok Antara Mahasiswa VAl.Dengan UKI Jakarta Pusat" mahajiswa tersebut memerIukan sejumlah data dilembaga yang BapakilbuiSaudara Pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaanBapakilbuiSaudara untuk menerima mahasiswa tersebut dan memberikanbantuannya.

Demikian atas perhatian dan bantuan BapaklIbuiSaudara kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Page 99: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DEPARTEMEN AGAMA!lNIVlmSITAS ISLAM NI<:(;I<:RI (!lIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAI<ULTAS PSIKOLOGI

JI. Kerta Mokti No.5 Cirendeo Cillo tat Jakarta Sclntan 15419 Teill. (021) 7433060 Fax. 74714714

Nomor : PI. 71 10T.0 1.71 71-?-1V1ll/2006Lamp.Hal : Izin Penelitian

Kepada Yth.Pimpinan Lembaga UKIdiJakarta

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Dengan harmat, kami sampaikan bahwa :

Jakarta, 9 Agustus 2006

NamaTempat/Tgi LahirAlamat

: MukhtarLamonpl , <) Juli 1<)80

: JI. Mentawai B-20 Jati Bening-Pondok Gede, Bekasi

adalah benar mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

SemesterNomor PokokTahun AkademikProgram

IX (sembi Ian)10207002591620(6/2007Strala I (S-I)

SehubJngan dengan tugas penyelesaian skripsi ) lng berjudul : 'PerbedaanKemarnpuan Mcngatasi Konflik Antar-Kclompok Antara Mahasiswa YAI nan UK!Jakarta" mahasiswa tcrscbut memerlukan izin penelitian di Iembaga yangl3apakifbu/Suudara Pimpin. Oleh karena itu kami mohon kesediaan BapakJlbuiSaudarauntuk n:cnerima mnhasiswa tcrscbut dan memberikan bantuannya.

Demik ian mas perhatian dan bantuan Bapak/IbuiSaudara kami ucapkan terima kasih.

\\'assalamu'alaikum Wr. Wb.

A.n. Debn

/" Titrv lbantu Dekan

G.

>:. "q'l.~ , Akademik'/'~ .~ •••<'.- ;-,,1:1

• (" /'r", ') ." .. iJ;... ·~~1.,~. U"",,:. " ,::"V', ~1 \- .....-""'-:!

\:;'\ ..~~:.Jt /"...·/>....~ ...· or ,~ / _,'Tj' -In "~:mp ~ ,Z rotUI'7'~ayah'

IP. 150 238ff:fh

Tembusan :1, Dekan Fakullas Psikolor,i2. Keoala Biro Admini_~1m·;:i A k~rif">rnilr rbn !.-prY>-:th" .. ;"'."..,,., ....

M,Si"

Page 100: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

,.r'/"':':"""""""""'"''

'i'>".._+!t~;,",,·_"_""·"·i; --- ..

WwN.sctv,com/view

Page 101: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 36 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 !3 1 2 1 1 1 1 2 2 2 5 1 2 3 2 3 3 1 1 2 2 1 3 3 2 1 3 2 1 2 2 5 2 2 53 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 33 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 22 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 2 4 2 2 3 2 2 1 3 3 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 3 3 2 33 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 1 2 1 2 3 2 2 3 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 22 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 33 1 2 1 1 3 1 2 2 2 3 3 3 2 1 2 1 1 2 2 2 1 3 3 3 1 1 2 2 3 3 2 3 3 23 2 3 1 2 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 33 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 3 2 3 2 2 3 2 22 1 2 1 4 1 2 3 2 1 3 1 2 2 2 3 3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 2 1 2 1 1 12 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 4 3 2 1 2 2 2 1 2 3 1 34 3 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 4 1 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 4 1 33 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 23 3 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 2 33 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 3 2 2 1 3 23 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 3 22 2 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 1 4 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 33 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 4 2 32 2 3 1 3 3 3 1 2 1 4 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 3 3 1 2 1 2 2 3 2 3 42 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1 2 1 1 3 4 1 1 1 2 1 1 2 3 3 2 31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 4 1 13 1 3 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 3 2 2 3 2 33 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 3 22 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 3 1 3 1 1 1 2 4 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 4 2 21 1 2 1 1 1 1 3 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 3 3 2 1 1 2 1 1 2 2 3 3 22 3 1 2 3 2 2 4 1 3 1 2 3 2 3 2 1 2 3 2 4 2 2 4 2 3 2 2 1 3 2 4 2 2 22 4 2 4 4 4 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 23 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 1 2 1 2 2 1 1 2 23 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 23 4 2 2 4 2 2 3 2 4 1 4 4 1 4 4 4 4 4 4 4 4 3 1 2 4 4 2 4 2 2 4 4 4 42 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 32 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 3 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2

Page 102: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 56 56 57 58 592 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 3 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 1 1

4 2 2 2 2 1 4 2 4 2 3 4 2 3 3 4 1 2 3 3 2 4 4 1 1 1 4 4 4 2 2 4 2 4 1

4 4 1 1 1 1 1 4 4 1 2 4 4 2 4 1 1 1 4 4 2 4 4 1 1 1 4 4 4 4 3 1 1 4 13 3 3 3 3 1 4 1 2 2 1 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 2 1 2 13 4 1 2 1 2 2 3 1 3 2 2 3 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 12 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 1 1 4 4 1 2 2 3 2 4 3 3 2 2 3 21 2 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 22 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 4 3 1 4 3 1 3 3 4 4 3 4 1 23 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 3 3 4 2 3 2 2 3 23 2 1 2 4 1 3 2 2 2 2 2 4 3 1 1 2 1 3 2 2 2 3 1 2 3 3 1 2 3 1 3 1 3 32 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 1 32 2 3 3 2 3 1 3 2 3 2 3 1 2 3 3 3 3 4 2 3 1 3 1 4 1 1 4 4 2 2 4 4 1 44 4 4 4 4 4 2 4 3 3 1 1 4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 1 4 1 4 2 1 2 3 4 1 44 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 4 1 4 4 1 3 3 3 3 3 3 1 3 2 1 1 3 2 1 1 3 2 4 22 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 3 1 3 4 3 3 12 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4 4 1 1 3 3 4 1 3 2 3 4 1 2 2 2 3 2 4 4 1 4 4 1 42 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 21 2 1 1 2 2 2 3 2 1 1 2 1 2 4 1 1 1 1 4 1 2 4 1 1 1 2 2 2 1 3 4 1 2 11 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 1 3 2 3 1 3 4 2 3 12 2 1 1 1 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 3 1 3 12 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 2 1 3 3 2 1 1 2 2 2 2 3 3 2 3 13 2 1 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 4 2 2 22 2 2 2 1 1 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 1 3 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 1 2 12 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 32 2 1 2 1 2 2 4 2 2 1 3 2 3 3 2 1 2 3 2 2 3 2 1 2 1 3 3 3 2 3 2 1 3 12 2 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 21 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 3 1 3 1 2 1 1 3 12 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 32 3 2 2 2 2 2 4 2 2 1 3 2 3 3 1 1 4 4 1 4 3 1 4 1 4 1 3 2 2 2 4 3 3 13 4 2 2 2 2 4 4 1 4 4 4 1 1 4 4 2 1 4 4 3 4 4 1 1 1 4 4 4 4 4 4 1 4 13 1 3 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 2 3 21 1 1 1 1 3 2 1 1 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 1 1 4 1 2 1 1 2 2 2 4 4 1 32 1 2 3 1 2 1 2 2 4 1 3 2 4 2 3 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 11 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 24 2 2 2 2 1 3 2 3 2 3 3 3 4 4 2 3 4 1 2 3 1 2 2 1 2 2 4 3 2 4 2 2 3 2

Page 103: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DATA PENELITIAN MAHASISWA YAI SALEMBA

NO. NAMA JK USIA SUKU FAK. SEM. AGAMA ALASAN DATA INSTRUMENT1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 A L 20 Jawa Ekonomi 5 Islam Solldaritas teman 3 3 3 2 3 3 2 2 32 B L 20 Batak Ekonoml 3 Kristen Diaiak teman 3 3 3 4 3 3 2 1 43 C L 20 Ambon Ekonomi 5 Kristen Inoin tahu 1 1 1 2 3 1 2 2 24 D L 24 Jawa Ekonomi 7 Islam Membela diri 2 2 2 3 2 4 3 3 35 E L 19 Jawa Ekonomi 3 Islam Mereka menoeiek 2 3 2 1 2 3 2 1 16 F L 20 Betawi Ekonomi 5 Islam Diajak teman 3 2 2 2 3 2 2 3 47 G L 20 Jawa Ekonomi 5 Islam Diaiak teman 3 3 2 2 2 4 4 2 38 H L 20 Medan Ekonomi 3 Islam Ikut-ikutan 3 3 1 3 3 2 3 2 39 I L 20 Manado Ekonomi 5 Islam Solldaritas teman 2 4 4 4 4 1 4 2 410 J L 22 Batak Ekonomi 5 Kristen Solldaritas teman 2 2 2 3 2 3 3 2 311 K L 22 Sunda Ekonomi 7 Islam Sudah blasa 3 3 2 2 3 3 2 2 312 L L 23 Maluku Fikom 7 Kristen Disuruh senior 3 2 2 3 2 1 1 4 313 M L 22 Jawa Fikom 7 Islam Ikut-ikutan 3 4 3 3 3 3 3 3 314 N L 19 MlnanQ Fikom 3 Islam Seru aja 4 3 3 2 2 2 2 2 415 0 L 20 Jawa Fikom 5 Islam Ikut-ikutan 3 3 3 3 3 3 3 3 316 P L 21 Jawa Fikom 7 Islam Membela diri 2 3 3 3 3 2 1 2 317 Q L 23 PalembanQ Fikom 7 Islam Solidaritas teman 2 2 2 3 2 3 2 2 318 R L 22 Jawa Fikom 7 Islam Mereka menyeranQ duluan 2 3 3 3 3 3 3 3 319 S L 21 Sunda Fikom 7 Islam Membantu teman 2 2 2 3 1 3 1 2 320 T L 23 Sunda Fikom 7 Islam Ikut-ikutan 4 4 2 4 3 2 3 3 321 U L 20 Sunda Fikom 5 Islam MelindunQi kamous 3 2 2 3 2 2 2 2 322 V L 23 Jawa Psikologi 7 Islam Mereka mulai duiu 4 3 2 3 3 2 3 2 323 X L 23 Jawa Psikolooi 7 islam Pantano untuk diam 2 2 2 2 3 2 3 4 124 Y L 26 Bali PsikoloQi 11 Isiam Solldaritas teman 2 1 2 1 2 1 2 3 425 Z L 24 Jawa Psikolooi 7 Islam ikut-ikutan 4 3 3 3 4 3 3 3 426 AA L 21 Jawa PsikoloQi 5 Islam Mreka melempari dulu 4 4 4 3 4 1 4 1 427 BB L 20 Jawa Psikolooi 5 Islam Benel mellhat oerilaku sok 3 3 3 2 3 3 2 2 328 CC L 20 Sumatra PsikoloQi 5 Islam Ikut-ikutan teman 2 2 2 2 3 3 2 3 229 DD L 25 Jawa Psikolooi 7 Islam Membela diri 4 4 4 4 4 4 2 4 330 EE L 25 Jawa PsikoloQi 7 Islam ManiaQa kendaraan 3 3 3 3 3 3 2 2 3

Page 104: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 412 1 1 1 2 1 3 4 3 2 2 2 4 2 1 2 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 3 1 12 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 1 3 2 2 2 3 4 2 4 3 2 4 2 1 1 1 12 3 1 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 1 1 1 2 3 3 4 4 4 2 3 4 4 1 4 4 4 4 42 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 21 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 12 1 2 1 2 3 2 4 4 2 3 2 3 3 1 2 3 3 1 2 2 3 2 2 3 1 4 2 1 2 2 21 1 2 2 1 1 2 4 3 1 3 1 2 2 2 1 4 1 1 1 2 3 1 2 2 2 4 1 1 2 1 12 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 1 2 1 12 1 4 2 3 2 4 1 4 3 1 2 3 1 4 4 2 1 2 2 4 3 3 4 4 4 3 3 2 2 4 13 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 1 3 3 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 22 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 1 11 1 2 1 1 4 3 4 1 2 1 1 2 1 4 1 3 2 1 2 3 4 4 3 2 1 3 1 1 2 2 11 1 1 1 1 4 3 4 3 1 2 2 3 4 2 2 4 2 2 2 3 3 1 3 3 2 4 1 1 1 1 12 1 2 2 2 2 3 4 2 2 4 4 3 4 1 3 2 2 2 2 2 4 1 3 3 1 4 1 1 1 1 22 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 21 1 2 2 2 2 2 3 3 2 4 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 3 2 4 1 2 1 2 22 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 22 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 1 3 1 1 2 1 12 1 1 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 3 4 2 2 1 2 2 2 3 1 22 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 1 1 2 3 2 1 4 3 3 3 1 3 2 11 1 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 3 2 2 3 1 13 2 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 22 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 1 2 3 1 1 1 2 3 4 3 2 3 2 1 2 3 1 21 2 4 1 2 2 1 3 3 1 3 3 1 3 1 2 4 3 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 23 1 2 1 1 1 3 3 2 1 2 2 3 2 3 1 4 1 1 1 1 3 1 2 2 1 3 1 1 1 1 11 1 3 2 1 1 3 4 4 4 4 1 4 1 1 1 4 1 1 1 4 4 1 3 4 1 4 1 1 1 1 12 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 32 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 2 2 2 1 1 3 1 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 3 3 32 1 2 1 3 1 3 4 4 2 3 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 12 2 2 2 1 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2

Page 105: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

DATA PENELITIAN MAHASISWA UKI SALEMSA

NO. NAMA JK USIA SUKU FAK. SEM. AGAMA ALASANDATA INSTRUMENT

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 A L 20 Satak Hukum 5 Kristen Membela Kampus 3 3 1 4 3 3 3 2 2

2 S L 22 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 1 1 2 2 3 2 3 3 43 C L 20 Batak Hukum 5 Kristen Solidaritas teman 2 2 2 2 3 3 3 2 2

4 0 L 22 Jawa Hukum 5 Kristen Ikut-ikutan 4 3 1 2 3 1 2 3 35 E L 22 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 2 2 1 1 2 2 2 2 26 F L 21 Jawa HUkum 5 Kristen Solidaritas teman 3 2 2 3 2 3 2 3 37 G L 19 Papua HUkum 3 Islam Salas dendam 2 2 2 2 3 3 2 2 28 H L 22 Batak Hukum 5 Kristen Kondisi diserano 2 3 2 3 3 2 3 1 49 I L 21 Batak Hukum 5 Kristen Keadaan terpaksa 2 2 2 2 2 3 3 2 210 J L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 2 2 2 3 211 K L 21 Batak Hukum 5 Kristen Tuntutan keadaan 2 3 3 3 3 4 3 3 312 L P 20 Batak HUkum 5 Kristen Solidaritas teman 2 2 2 2 3 3 2 3 313 M L 21 Batak HUkum 5 Islam Solidaritas ternan 2 2 2 2 2 3 3 2 314 N P 20 Mlnang HUkum 5 Islam Dialak teman 2 2 1 2 2 3 3 2 315 0 P 23 Flores HUkum 9 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 1 2 2 3 2 116 P L 22 Batak HUkum 7 Kristen Diserano dahulu 3 3 2 2 4 3 2 2 317 Q L 22 Batak HUkum 7 Kristen Ikut membantu teman 2 2 1 2 2 4 2 2 218 R L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 1 3 2 2 319 S L 21 Nias Hukum 3 Kristen Solidaritas ternan 3 3 3 3 2 3 2 2 320 T P 20 Satak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 3 3 2 2 3 3 3 3 321 U L 20 Batak HUkum 5 Kristen Membela Kampus 2 2 1 2 2 3 1 1 322 V L 21 Batak HUkum 5 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 2 2 3 2 1 323 X L 26 Batak Fisiool 7 Kristen Ikut membantu teman 2 2 2 2 2 3 2 2 324 Y L 27 Cina Fisipol 11 Konghu chu Diajak senior 3 4 3 1 4 3 2 1 325 Z L 21 Jawa Fisiool 5 Kristen Membela diri 2 2 1 2 2 2 2 2 226 AA P 21 Satak Fisipol 7 Kristen Membela Kampus 2 2 2 1 3 4 " 2 2<.

27 SB L 28 Papua Flsipol 11 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 1 3 4 1 2 228 CC L 22 Batak Fisipol 7 Kristen Solidaritas ternan 2 2 2 2 2 3 3 2 329 DO L 23 Papua Fisipol 5 Kristen Solidaritas ternan 2 2 3 1 3 4 2 2 330 EE P 22 Satak Fisipol 7 Kristen Ikut-ikutan 2 2 2 3 3 2 2 2 2

Page 106: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Daftar 4.1 Validitas Skala Mengatasi Konf1ikR ELI A B I LIT Y A N A L Y SIS - seA L E (A L P H A)

Item-total Statistics

CorrectedItem

TotalCorrelation

Alphaif ItemDeleted Keterangan

VAROOOOlVAROOOD2VARDaD03VAR00004VARonoosVAROODOSVARoaOO?VAROOOOSVAR00009VAnDaOlavARDOOllVAR00012VAR00013VAR00014VAR00015VAR00016VAR00017VARODDlaVAR00019vAR0002aVAR00021VAR00022VAR00023VAR00024vAR0002sVAR00026VAROG02?VAR00028VAR00029VAR0003Q

-.0720.6190.6613

-.3481-.0701

.1907-.0952

.1978

.0661- .1667

.6199

.0636

.6908

.3590

.5930

.6651

.0757

.2394

.6641

.7079-.2248

.5536

.6216

.4014.7660.4206.6173.4872.3479.3030

.9061

.8987

.8986

.9074

.9055

.9031

.9063

.9032

.9046

.9069

.8986

.9043

.8981

.9016

.8988

.8987

.9043

.9029

.8986

.8980

.9084

.8995

.8990

.9012

.8970

.9011

.8993

.9001

.9017

.9021

tidak vaJ.idvalidvalidtidak vaJ.idtidak validtidak va1idtidak validtidak val.idtidak va1idtidak validvalidtidak va1.idvalidvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalid

VAR00031VAROD032VAROD033VAR00034VARQ0035VAROD036VAR00037VAROOD38VAR00039VAR00040VAR00041VARDOD42VAR00043VAROD044VAR00045VAR00046VAR00047VAR00048VAR00049VARDOD50VAR00051VAR00052VAROODS3

VAROOOS4VAR00055VAR00056VAROOOS7VAROOOS8VARQ0059VAR00060

.2421

.4747

.4877

.3017

.6464

.5889-.0865

.3838

.3708

.5791.5585.4335.7058.4464.6439.4313.0847

-.2428.3505.3931.1602.7465.4651

.2290

.2652

.13?0

.2113

.2234

.3418

.6057

.9027

.9005

.9006

.9022

.8988

.8994

.9053

.9014

.9015

.8996

.9000

.9009

.8982

.9006

.8989

.9009

.9045

.9080

.9017

.9012

.9034

.8975

.9007

.9028

.9025

.9040

.9032

.9030

.9018

.8986

validvalidvalidvalidvalidvalidtidak validvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidvalidtidak validtidak val.idvalidvalidtidak validvalidvalidtidak val.idvalidt.idak validt.idak validt.idak validvalidvalid

Reliabili tyN of CasesAlpha

coefficients70.0

.9032N of Itemsr tabel

60.235

Reliabilitas Skala Mengatasi KonflikReliability CoefficientsN of Cases 70.0Reliabilitas Alpha .9409

N of Itemsr tabel.

41.235

Page 107: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Validitas Skala Mengatasi Konflik

****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******

R ELI A B I LIT Y A N A L Y SIS S CAL E (A L P H A)

Statistics forSCALE

Mean135.2000

Variance367.9884

N ofStd Dev Variables19.1830 60

Item-total Statistics

ScaleMean

if ItemDeleted

ScaleVarianceif ItemDeleted

CorrectedItem­Total

Correlation

Alphaif ItemDeleted

VAR00001VAR00002VAR00003VAR00004VAR00005VAR00006VAR00007VAR00008VAR00009VAR00010VAR00011VAR00012VAR00013VAROOOHVAR00015VAR00016VAR00017VAR00018VAR00019VAR00020VAR00021VAR00022VAR00023VAR00024VAR00025VAR00026VAR00027VAR00028VAR00029VAR00030VAR00031VAR00032VAR00033VAR00034VAR00035VAR00036VAR00037VAR00038VAR00039VAR00040VAR00041

132.9429132.7000132.6286132.1286132.0714133.2571132.5000132.7714132.8429132.7571132.8429133.1571132.9286132.6857132.9714132.9429132.5000132.6429132.8714133.0857133.0286133.0571132.9143132.5143133.1429133.0857133.4857133.2000133.3429133.3143132.9714132.9429133.2286133.0000133.2857132.7000132.9714132.9571132.5286133.3714133.4714

369.6489345.7493347.3963376.8093369.4586361.9039370.4275360.9325365.0909372.7952345.6126365.5257344.9948356.5954345.0716348.1706365.0942358.7257347.2441345.0940375.6513348.8083348.7462356.3404341.2547355.8186350.2244349.8145356.7793358.5375360.5789353.2141354.6137357.4203348.2070349.8652369.7963355.6648357.1224350.9035352.8035

-.0720.6190.6613

-.3481-.0701

.1907-.0952

.1978

.0667-.1667

.6199

.0636

.6908

.3590

.5930

.6651

.0757

.2394

.6641

.7079-.2248

.5536

.6216

.4014

.7660

.4206

.6173

.4872

.3479

.3030

.2421

.4747

.4877

.3017

.6464

.5889-.0865

.3838

.3708

.5791

.5585

.9061

.8987

.8986

.9074

.9055

.9031

.9063

.9032

.9046

.9069

.8986

.9043

.8981

.9016

.8988

.8987

.9043

.9029

.8986

.8980

.9084

.8995

.8990

.9012

.8970

.9011

.8993

.9001

.9017

.9021

.9027

.9005

.9006

.9022

.8988

.8994

.9053

.9014

.9015

.8996

.9000

Page 108: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

VAROO042 133.3571 354.4358 .4335 .9009VAROO043 132.9714 346.2890 .7058 .8982VAROO044 133.0000 351.6232 .4464 .9006VAROO045 133.3429 348.9532 .6439 .8989VAROO046 132.7000 353.8362 .4313 .9009VAROO047 132.7286 364.2876 .0847 .9045VAROO048 133.0286 375.6513 -.2428 .9080VAROO049 133.4000 357.4319 .3505 .9017VAROO050 133.4429 354.5402 .3931 .9012VAROO051 132.9143 363.0360 .1602 .9034VAROO052 132.9571 343.4909 .7465 .8975VAROO053 132.6714 354.5427 .4651 .9007VAROO054 133.0714 360.9948 .2290 .9028VAROO055 132.7429 358.. 9764 .2652 .9025VAROO056 132.3571 362.4068 .1370 .9040VAROO057 133.0286 360.1151 .2113 .9032VAROO058 132.7000 359.7493 .2234 .9030VAROO059 133.3286 355.8180 .3418 .9018VAROO060 133.3143 343.8128 .6057 .8986

Reliability CoefficientsN of Cases 70.0 N of Items 60Alpha .9032 r tabel .235

Page 109: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Exploreasal tempat kuliah

Case Processina SummarvCases

asal tempatValid Missing Total

kuliahN Percent N Percent N Percent

kemampuan UKI Salemba 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%mengatasi YAI Salemba 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%konflik

D . fescnp Ives

asal temoat kuliah Statistic Std. Errorkemampuan UKI Salemba Mean 87.6333 1.89584mengatasi konflik 95% Confidence Lower Bound 83.7559

Interval lor Mean Upper Bound 91.51085% Trimmed Mean 87.5185Median 89.5000Variance 107.826Std. Deviation 10.38395Minimum 69.00Maximum 111.00Range 42.00Interquartile Range 11.5000Skewness -.036 .427Kurtosis -.121 .833

YAI Salemba Mean 92.0333 1.8867395% Confidence I Lower Bound 88.1745Interval lor Mean I Upper Bound 95.89215% Trimmed Mean 92.2222Median 94.5000Variance 106.792Std. Deviation 10.33402Minimum 68.00Maximum 114.00Range 46.00Interquartile Range 14.2500Skewness -.275 .427Kurtosis -.038 .833

Tests 01 Narmalitv

asal tempat KolmoQorov-Smirnov(a) ShaDiro-Wilkkuliah Statistic dl Sia. Statistic dl SiQ.

kemampuan UKI Salemba .097 30 .200(") .969 30 .509mengatasi konflik VAl Salemba .113 30 .200(") .981 30 .857

* This IS a lower bound of the true significance.a Lillielors Significance Correction

Page 110: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

Test of Homogeneitv of Variance

LeveneStatistic df1 df2 Sic.

kemampuan mengatasi Based on Mean . .069 1 58 .793konflik Based on Median .054 1 58 .817

Based on Median andwith adjusted df .054 1 57.813 .817

Based on trimmed.060 1 58 .807mean

Kemampuan Mengatasi KonflikNormal Q-Q Plots

Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik

For VAR00002= UKI Salemba2.0 r------------------------,

1.5

1.0

.5

0.0roE -.50Z'0 -1.0OJ

" -1.5OJQ.xW -2.0

60

./

70

..

.80

.90

.100 110

.12(

Obsel'\ed Value

Page 111: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

a .. ""

Normal Q-Q Plot of kemampuan mengatasi konflik

ForVAR00002= YAI Salemba2.,----------------------,

/o

roE0Z"0 -1OJ-0OJ0-XW -2 .

60 70 80 90 100 110 12C

Observed Value

Detrended Normal Q-Q Plots

Detrended Normal Q-Q Rot of kema"l'uan mangatasl konfllk

For VAR00002= UKI Salemba.6,--------------------,

.4

.2.'

" '.ro 0.0 !-------------~--------jEOozE -.2o

'"~o -.4I-__~"-----_--~--__--_--_l

60 70 60 90 100 110 12C

Observed Value

Page 112: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

[etrended Normal Q-Q Plot of kemaOlJuan mangatasi konflik

For VAR00002= YAI Salemba.4 ,-----------------.,

.2

-.0

rn -.2E(;zE -.40'=>w

-.60

60 70 80 90

oo

100 110 12C

Observed Value

Spread VS. Level Plot of VAROOOO 1 By VAR000022.7,--------------------

2.6

2.5

4.5~4.544.53

"0OJ~

[J; 2.4 I---~.----.~--~.---~---~--_l4.49 4.50 4.51 4.52

Level

* Piol of LN of Spread vs LN of Level

Slope = 3.944 Power for transformation ::: -2.944

Page 113: perbedaan kemampuan mengatasi konflik antar kelompokantara

T·Test

Group Statistics

Asal Tempat Kuliah N Mean Std. Deviation Std. ErrorMean

Kemampuan UKi Salemba 30 87.6333 10.38395 1.89584Mengatasi Konflik YAI Salemba 30 92.0333 10.33402 1.88673

Independent Samples TestLevene's Test for

Equality of t-test for Equality of MeansVariances

95% Confidence

F Sig.Sig. Mean Std. Error Interval of the

t df(2·tailed) Difference Difference Difference

Lower Upper

Kemampuan Equal variances .069 .793 -1_645 58 .105 -4.4000 2.67469 -9.75397 .95397Mengatasi assumedKonflik Equal variances -1.645 57.999 .105 -4.4000 2.67469 -9.75397 .95397not assumed