20
March 7, 2014 [PERBAIKAN] Laju Penurunan Troponin-T & CK-MB AST = Aspartate Aminotransferase CK-MB = Creatine Kinase Isoenzime MB CA III = Carbonic Anhydrase MLC = Myosin Light Chain cTnI = Cardiac Troponin I cTnT = Cardiac Troponin T LDH = Lactate Dehydrogenase Sumber: Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 57, Nomor: 9, September 2007 dengan judul jurnal “Sensitivitas Spesifisitas Troponin NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 1 of 14

PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Laju Penurunan Troponin-T & CK-MB

AST = Aspartate Aminotransferase

CK-MB = Creatine Kinase Isoenzime MB

CA III = Carbonic Anhydrase

MLC = Myosin Light Chain

cTnI = Cardiac Troponin I

cTnT = Cardiac Troponin T

LDH = Lactate Dehydrogenase

Sumber:

Majalah Kedokteran Indonesia, Volume: 57, Nomor: 9, September 2007 dengan judul jurnal

“Sensitivitas Spesifisitas Troponin T dan I pada Diagnosis Infark Miokard Akut” oleh

Samsu, N & Sargowo, D.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 1 of 14

Page 2: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease)

GERD adalah singkatan dari Gastroesophageal Reflux Disease yaitu penyakit yang

timbul akibat ada reflux (aliran membalik) isi lambung ke esofagus (pipa saluran pencernaan).

Normalnya makanan dan minuman dari mulut akan turun ke lambung lewat esofagus, pada

perbatasan esofagus dan lambung terdapat sebuah lingkaran otot (sphincter) yang disebut

Lower Esophageal Sphincter (LES). LES berfungsi sebagai pintu masuk, akan terbuka saat

makanan/minuman masuk ke lambung dan akan segera menutup lagi setelah

makanan/minuman lewat sehingga dapat mencegah membalik-kembalinya (reflux)

makanan/minuman ke esofagus.

Pada GERD diduga terdapat gannguan fungsi LES sehingga selain makanan/minuman,

asam lambung juga akan reflux ke esofagus bahkan sampai ke tenggorokan dan mulut dengan

segala konsekuensinya.

Faktor yang berperan dalam terjadi GERD

Faktor yang berperan terjadinya gejala GERD ialah :

1) Melemahnya fungsi LES

2) Efek iritasi oleh asam lambung

3) Terlambatnya pengosongan isi lambung

4) Peninggian tekanan dalam perut

Faktor risiko terjadi GERD

1) Hiatus hernia

2) Obesitas

3) Kehamilan

4) Pola hidup tak sehat seperti merokok atau pecandu alkohol

5) Obat2an tertentu seperti obat antihipertensi

Hiatus Hernia

Hiatus hernia adalah suatu kelainan bawaan dimana pangkal lambung (fundus) yang

seharusnya terletak di rongga perut dibawah sekat perut (diafragma), tertarik/terdorong ke

atas sehingga berada di dalam rongga dada. Kondisi ini selain mengganggu fungsi LES, juga

memudahkan refluks asam lambung ke esofagus.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 2 of 14

Page 3: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Gejala GERD

1) Keluhan bersumber di esofasus. Dua keluhan utama penderita ialah :

Rasa nyeri terbakar dibelakang tulang dada (heartburn) yang menyebar ke leher,

umumnya terjadi 30 – 60 menit setelah sarapan, dan sering diduga kelainan jantung

koroner.

Rasa ada makanan/minuman balik ke mulut (regurgitasi) sehingga mulut terasa asam

dan pahit. Keluhan ini juga sering terjadi pada malam hari, karena saat berbaring

kemungkinan asam lambung membalik ke atas lebih mudah terjadi.

2) Keluhan diluar esofagus.

Batuk menahun

Serak dan tenggorokan sakit

Asma

Komplikasi GERD

Luka lecet sampai tukak (ulcus) di esofagus.

Perdarahan di esofagus

Penyempitan (strictur) esofagus

Erosi pada gigi-geligi

Barrett’s esophagitis (radang esofasus) yang diduga dapat memicu kanker.

Radang pita suara menahun

Asthma

Dampak lain yang lebih serius ialah terhisapnya asam ke saluran nafas yang dapat

memicu radang paru.

Pemeriksaan Penunjang GERD

Endoskopi kalau perlu biopsi.

Pemeriksaan radiologi dengan Barium

Tes keasaman (pH) esofagus.

Penatalaksanaan GERD

Tujuan pengelolaan GERD ialah :

Menghilangakn keluhan/gejala

Menyembuhkan radang yang telah terjadi

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 3 of 14

Page 4: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Mencegah terjadi komplikasi

Langkah pengobatan GERD meliputi :

a) Perubahan pola hidup.

Hindarin berbaring dan membungkuk dalam 3 jam sesudah sarapan

Tidur dengan kepala/dada lebih tinggi

Hindarin makanan pedas, banyak berlemak dan coklat

Hindari minuman asam (juice tomat/jeruk) dan alkohol

Kurangi porsi makanan

Stop merokok

Kurangi berat badan

b) Obat-obatan.

Obat golongan antasida, untuk netralkan asam lambung, contoh Mylanta(R)

Obat golongan Histamin-2 (H2) antagonis, untuk mengurangi pelepasan asam

lambung, contoh Ranitidin.

Obat golongan Proton Pump Inhibitor (PPI), untuk mengurangi produksi asam

lambung, contoh Omeperazole

c) Operasi.

Terutama untuk penderita yang tak dapat diatasi dengan perubahan pola hidup,

penggunaan obat-obatan dan telah terjadi komplikasi. Umumnya dilakukan tindakan

Fundoplication.

Daftar Pustaka

Tim Dokita. n.d. GERD (Gastro Esophageal Reflux Disease. Diakses pada tanggal 7 Maret

2014 dari http://dokita.co/blog/gerd-gastro-esophageal-reflux-disease/

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 4 of 14

Page 5: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

SKALA NYERI

SKALA NYERI

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 5 of 14

Page 6: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Cara penggunaan Wong Baker Faces Pain Rating Scales :

1. Faces Pain rating Scale (Penilaian skala nyeri wajah) untuk anak usia 3 tahun lebih

Tunjukkan gambar gambar mimik wajah yang ada pada skala nyeri kepada anak.

Beri penjelasan secara singkat mengenai tingkatan rasa nyeri yang diwakili setiap

gambar. Mintalah anak untuk memilih gambar wajah yang paling menggambarkan rasa

nyeri yang dirasakannya. Cocokan dengan skala angka pada gambar. Contoh : Jelaskan

pada anak bahwa anak dapat memilih wajah nomor 0 bila anak tidak merasakan sakit

sama sekali, Wajah 2 bila anak hanya sedikit merasa sakit. Wajah 4 bila lebih sakit.

Wajah 6 bila jauh lebih sakit. Wajah 8 bila sangat sakit tapi tidak sampai menangis.

Wajah 10 bila sangat sakit sampai menangis. 

2. Verbal Pain Asessment Scale (Penilaian Nyeri secara Verbal) untuk anak usia 8

tahun keatas.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 6 of 14

Page 7: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Mintalah anak untuk menyebutkan rasa nyeri yang dirasakannya, mulai dari tingkat

skala 0 sampai 10. Salah satu kegunaan skala nyeri ini adalah untuk menentukan

perkiraan toleransi aktivitas yang dapat dilakukan oleh pasien, sebagai contoh bila tidak

ada nyeri atau hanya nyeri sedang, maka rasa nyeri dapat diabaikan dan pasien masih

diperbolehkan melakukan aktivitas biasa, tetapi bila rasa nyeri menengah sampai lanjut

tentunya sudah dapat mengganggu tingkat konsentrasi pasien dan ada pembatasan

aktivitas bahkan bila perlu sampai tirah baring total.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 7 of 14

Page 8: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

SKALA NYERI

1. Skala Numerik Nyeri

Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa sakit

atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri.

Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga sebagai Visual Analog Scale

(VAS), Nol ( 0 ) merupakan keadaan tanpa atau bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) ,

suatu nyeri yang sangat hebat.

2. Visual Analog Scale

Terdapat skala sejenis yang merupakan garis lurus , tanpa angka. Bisa bebas

mengekspresikan nyeri , ke arah kiri menuju tidak sakit, arah kanan sakit tak tertahankan,

dengan tengah kira-kira nyeri yang sedang.

Visual Analog Scale (VAS)

Tidak ada

rasa nyeri_______________________________________________________

Sangat

Nyeri

Anda diminta menunjukkan posisi nyeri pada garis antara kedua

nilai ekstrem. Bila anda menunjuk tengah garis, menunjukkan nyeri

yang moderate / sedang

 

 

3. Skala Wajah

Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda , menampilkan wajah bahagis

hingga wajah sedih, juga di gunakan untuk "mengekspresikan" rasa nyeri. Skala ini dapat

dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun.

Skala wajah untuk nyeri

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 8 of 14

Page 9: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Pengukuran Tekanan Vena Jugularis (JVP)

1. Pengertian tentang Tindakan

Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan sistem vena

yang dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran tekanan vena jugularis merupakan

tindakan mengukur besarnya jarak pertemuan dua sudut antara pulsasi vena jugularis dan

sudut sternum tepatnya di Angle of Louis yang berguna untuk mengetahui tentang fungsi

jantung klien.

Pengukuran sistem sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan dengan metode non-invasif 

dengan menggunakan vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti sphygmomanometer

dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-kira berada pada

perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang yang dibentuk kedua

linea midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Ia

baru terlihat pada posisi berbaring disepanjang permukaan musculus sternocleidomastoideus.

VP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi vena (seperti gagal jantung kanan).

Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena jugularis, yaitu JVP tampak hingga

setinggi leher; jauh lebih tinggi daripada normal.

2. Tujuan dari Tindakan

Pengukuran tekanan JVP bertujuan untuk:

a. Untuk melihat adanya distensi vena jugularis.

b. Memperkirakan tekanan vena sentral (CVP).

c. Memberikan informasi mengenai fungsi jantung, terutama ventrikel kanan, fungsi

paru, dan merupakan komponen terpenting untuk menilai volume darah.

d. Mengetahui ada atau tidaknya distensi vena jugularis, dan untuk mengetahui tekanan

vena sentral.

e. Untuk mencapai diagnosis dan memantau terapi untuk klien dengan penyakit

jantung.

3. Kompetensi Dasar yang Harus Dimiliki untuk Melakukan Tindakan

Denyut vena jugularis (jugularis venous pressure (JVP)) memberikan informasi langsung

mengenai tekanan di jantung kanan, karena sistem jugular berhubungan langsung dengan

atrium kanan. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal dengan posisi tegak. Vena

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 9 of 14

Page 10: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

jugularis baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan musculus

sternocleidomastoideus. Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4cm di atas sudut sternum.

Distensi vena jugularis disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi

kanan jantung. Distensi >2 cm pada klien dalam posisi duduk, dapat mengindikasikan

kelebihan volume cairan. Naiknya JVP yang diikuti dengan suara jantung ketiga, merupakan

tanda yang spesifik dari gagal jantung (De Laune, 2002).

a. Mengetahui anatomi dan fisiologi tubuh, khususnya tentang vena jugularis.

b. Mengetahui patofisiologi terkait vena jugularis, misal terkait masalah jantung (CHF,

infark, serosis hati, penyakit ginjal yang terkait dengan overload cairan).

c. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan keabnormalan vena jugularis.

d. Jugular venous pressure (JVP) biasanya diperlihatkan sebagai tinggi vertical pembuluh

vena (cm) dihubungkan dengan sudut sternum (angle of Louis).

e. Sudut sternum terletak 5cm diatas atrium kanan pada dewasa (tidak berubah meskipun

pada posisi supine, semi fowler, fowler atau duduk), tekanan hidrostatik di atrium kanan

(cm H2O) setara dengan tinggi vertical (cm) “kepala” vena diatas sudut sterna ditambah

5cm.

f. Pada kondisi klien yang normal, “kepala” pulsasi vena jugular biasanya terlihat setinggi

klavikula saat posisi tubuh dinaikan dengan sudut 450.

g. Dengan kata lain, JVP dengan nilai lebih dari 5cm diatas sudut sternal disebut terjadi

peningkatan.

4. Indikasi, Kontraindikasi, Komplikasi dari Tindakan

a. Indikasi

Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan ketika terdapat tanda

permasalahan atau kegagalan jantung pada seorang klien, seperti hipertrofi ventrikel

kanan, stenosis katup trikuspid, stenosis pulmonal, hipertensi pulmonal,

inkompetensi katup trikuspid, tamponade jantung, perikarditis, dan masalah jantung

lain (Gray, 2002).

1) Pasien yang menerima operasi jantung sehingga status sirkulasi sangat penting

diketahui.

2) Pasien yang mendapat obat vasoaktif, nutrisi parenteral, atau jika vena perifer

tidak adekuat

3) Pasien dengan distensi unilateral

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 10 of 14

Page 11: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

4) Pasien dengan trauma mayor

5) Pasien yang sering diambil darah venanya untuk sampel tes laboratorium

6) Pasien yang diberi cairan IV secara cepat;

b. Kontraindikasi

Pengukuran JVP tidak dilakukan pada pasien dengan :

1) SVC sindrom

2) Infeksi pada area insersi.

3) Koagulopati

4) Insersi kawat pacemaker

5) Disfungsi kontralateral diafragma

6) Pembedahan leher

c. Komplikasi

1) Hematoma local

2) Sepsis

3) Disritmia

4) Tamponade perikard

5) Bakteriemia

6) Emboli udara

7) Pneumotoraks

5. Alat dan Bahan yang Digunakan

a. Penggaris sentimeter 2 buah

b. Bantal 1 buah

c. Senter

d. Bed pasien

6. Anatomi Daerah yang akan Menjadi Target Tindakan

Vena yang paling mudah dijangkau adalah vena jugularis interna dan eksterna di leher.

Kedua vena mengalir secara bilateral dari kepala dan leher ke dalam vena kava superior.

Jugularis eksterna terdapat di permukaan dan dapat dilihat tepat di atas klavikula. Jugularis

interna terletak lebih dalam, sepanjang arteri karotid.

Pemeriksaan yang terbaik adalah memeriksa jugularis interna kanan karena mengikuti

jalur anatomik yang lebih langsung ke atrium kanan jantung. Kolumna darah di dalam

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 11 of 14

Page 12: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

jugularis interna bertindak sebagai manometer, mencerminkan tekanan di atrium kanan.

Semakin tinggi kolumna makan semakin besar tekanan vena. Tekanan vena yang meningkat

mencerminkan gagal jantung kanan. Normalnya pada saat klien berbaring pada posisi

telentang, vena jugularis eksterna terdistensi sehingga menjadi mudah dilihat. Sebaliknya,

vena jugularis biasanya tenggelam pada saat klien berada pada posisi duduk. Namun, klien

dengan penyakit jantung dapat mengalami distensi vena jugularis pada saat duduk.

7. Aspek Keamanan dan Keselamatan yang harus Diperhatikan

a. Posisi pasien, nyaman atau belum

b. Memastikan leher dan thoraks telah terbuka

c. Menghindari hiperekstensi atau fleksi leher

d. Mengkaji tingkat kesadaran pasien

e. Memasang restrain

8. Protokol atau Tahapan Prosedur Tindakan

a. Minta klien berbaring telentang dengan kepala ditinggikan 30 – 45 derajat (posisi

semi Fowler).

b. Gunakan bantal untuk meluruskan kepala. Hindari hiperekstensi atau fleksi leher

untuk memastikan bahwa vena tidak teregang.

c. Biasanya pulsasi tidak terlihat jika klien duduk. Ketika posisi klien telentang, tinggi

pulsasi mulai meningkat di atas tinggi manubrium, yaitu 1 atau 2 cm di saat klien

mencapai sudut 45 derajat. Mengukur tekanan vena dengan mengukur jarak vertical

antara sudut Angle of Louis dan tingkat tertinggi titik pulsasi vena jugularis interna

yang dapat terlihat.

d. Gunakan dua penggaris. Buat garis dari tepi bawah penggaris biasa dengan ujung

area pulsasi di vena jugularis. Kemudian ambil penggaris sentimeter dan buat tegak

lurus dengan penggaris pertama setinggi sudut sternum. Ukur dalam sentimeter jarak

antara penggaris kedua dan sudut sternum.

e. Ulangi pengukuran yang sama di sisi yang lain. Tekanan bilateral lebih dari 2,5 cm

dianggap meningkat dan merupakan tanda gagal jantung kanan. Peningkatan tekanan

di satu sisi dapat disebabkan oleh obstruksi.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 12 of 14

Page 13: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

9. Hal-hal Penting yang Harus Diperhatikan dalam Melakukan Tindakan

Jika vena jugularis interna sulit dicari, dapat dicatat denyut vena jugularis eksterna. Vena

ini lebih supervisial dan terlihat tepat di atas klavikula di sebelah otot sternokleidomastoid,

dan biasanya mengalami distensi jika pasien berbaring dengan posisi supine pada tempat tidur

atau meja pemeriksaan. Ketika kepala pasien dinaikkan, distensi vena ini akan menghilang.

Vena ini normalnya tidak akan terlihat bila kepala dinaikkan 30 derajat. Distensi yang jelas

saat kepala dinaikkan 45-90 derajat menunjukkan peningkatan abnormal volume sistem vena.

Hal tersebut berhubungan dengan gagal jantung kanan atau obstruksi aliran darah vena kava

superior, atau embolisme paru masif akut, meskipun hal ini jarang terjadi (Smeltzer &

Suzanne,2002).

10. Hal-hal penting yang Harus Di Dokumentasikan Setelah Melakukan Tindakan

a. Tingkat kesadaran klien

b. Pernapasan klien

c. Suhu klien

d. Penampakan fisik klien : dilihat keabnormalan yang terjadi, misal edema.

e. Bentuk, dan penampakan fisik vena jugularis

f. Hasil pengukuran :tekanan bilateral yang diperoleh

Daftar Pustaka

De Laune, S.C., Ladner, P. K. (2002). Fundamentals of nursing: standards and practice

(2ndEd.). New York: Delmar.

Gray, H.H., et al. (2002). Lecture notes on cardiology. Diterjemahkan oleh Prof. Dr. H.

Anwar Agoes, DAFK, Sp. FK dan dr. Asri Dwi Rachmawati. Erlangga: Jakarta

Potter, P.A., Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan

praktik. (Ed 4). (Vol. 1). Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzzane C., Bare, Brenda G. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah

Brunner & Suddarth. (Ed 8). (Vol. 2). Jakarta: EGC.

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 13 of 14

Page 14: PERBAIKAn - Web viewanoksia/anoksia bendungan). Overventilasi hipoksia. Hipoksia histotoksik. Author: Olha Chayo Created Date: 06/30/2014 22:37:00 Title: PERBAIKAn Last modified by:

March 7, 2014 [PERBAIKAN]

Gangguan OksigenasiPermasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan oksigen tidak terlepas dari adanya

gangguan yang terjadi pada sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari orga-organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker, degeneratif, dan lain-lain. Gangguan tersebu akan  menyebabkan kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat. Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi tiga. Yaitu:a) Gangguan irama/frekuensi pernapasan

1. Gangguan irama pernafasan antara lain :a. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang amplitudonya mula-

mula dangkal, makin naik kemudian makin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian 12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi saat tidur.

b. Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan pernafasan cheyne-stokes, tetapi amplitudonya    rata dan disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang ditemukan pada penyakit radang selaput otak.

c. Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan kedalaman meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis metabolik dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernafasan a. Takipnea/hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang jumlah nya meningkat diatas

frekuensi pernafasan normal.b. Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea dimana frekuensi pernafasan yang

jumlahnya menurun dibawah frekuensi pernafasan normal.b) Insufisiensi pernafasan

Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:1. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus.2. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.3. Kondisi yang menyebabkan terganggunya pengangkutan oksigen dari paru-paru

kejaringan.c) Hipoksia.

Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab jarang terjadi tidak ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat dibagi kedalam kelompok yaitu :1. Hipoksemia2. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia bendungan).3. Overventilasi hipoksia4. Hipoksia histotoksik

NOLA ASRIL | KELOMPOK C 13 PROFESI KEPERAWATAN UNAND 14 of 14