Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
JUDUL PENGABDIAN:
Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan LongsorMenggunakan Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATINSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA 2015
Tim Pengabdi:Dr.rer.nat. Eko Minarto, M.Si (Fisika/FMIPA)
Faridawati, S.Si,M.Si (Fisika/FMIPA)Heru Sukamto,M.Si(Fisika/FMIPA)
Dr.rer.nat. Bintoro A.S, M.Si (Fisika/FMIPA)Drs. Gontjang Prajitno, M.Si (Fisika/FMIPA)
Endarko, Ph.D(Fisika/FMIPA)Diky Anggoro, S.Si, M.Si (Fisika/FMIPA)
Arie Realita (Fisika/FMIPA)Firdha Kusuma A (Fisika/FMIPA)
LAPORAN AKHIRPENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
DANA BOPTN 2015
2.
IIALAMAI PENGESAIANLAPORAN AKIIIR PROGRAM PENGABIIAN KEPAIA MASYARAKA'T
f! A LI A I I\I.7 A T I!'II!7FLT T'TIC 'At
EftIJ lrtrr tIl tl.'ZUrJ
i. Judulpengabdian : Penyuiuhan Pemetaan Daerah Rawan LongsorMenggunakan Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)1/ ^l^ - ---.-t ^-- I ^--^L^-^ --NAUUlrarelr .,ur lruatlBUnit pengusulKetua tima. Namab. NiPs. Pangkat/golonganr Iqhotqn fi.n.rcinnalLl. rrguutur r
e. Jurusanf . Fakultasg. Ferguruan tinggih. Alamati N[^ tolo^n-./fqLcrr 11V (VrvPU& rqNO
j. Emaiik. No telepon/HPT ^--^^----^ 7-^^:^L^^Ldrua[y4 Kegrilrarr
Jumlah anggotaJumlah rnahasisu,a yang terlibatBiaya yang ciiajukanBOPTN ITS 2015
10 Nopember2fiKetua Peneliti
I)r.rer.nat Eko Minarto,M. Si
NIP: 19750205 19990-1 1 004
Menyetujui,Ketua LPPM
Prol-.Dr.Ir. Adi Soeprijanto,MTNIP: 19640405 199002 1 001
Fisika FMIPA ITS
Dr.rer.nat Eko Minartot9150205 199903 l 004Fenata / 3CT oLt^*
FisikaFMiPA
7r I s suraDavaJln. Arief dahman Hakim In?101??lvJ'JlAJJJL
nr i nafl or4physics. i ts.ac. ici
a8t2494954091 r^1-----t taltult7 orang2 orang
Rp. 16.000.000
.1t.5.A
7.
Dr. Y1q1i6,H.
NIP: 1969SM.Eng
19920-1 1 00-?
i
RINGKASAN
Kondisi geografis dan geologis Indonesia memungkinkan daerah
Indonesia rawan akan bencana alam. Indonesia terletak diantara 2 jalur
gunung api aktif di dunia yang menyebabkan Indonesia mempunyai lebih dari
129 buah gunung api aktif (14% dari jumlah gunung api aktifyang ada di dunia).
Hal ini menyebabkan daerah Indonesia rawan akan ben- cana alam yang
diakibatkan oleh kondisi tersebut. Letusan gunung api, tanah longsor, banjir
merupakan sebagian kecil bencana yang akrab di telinga kita. Untuk itu
perlu upayadilaku- kan kajian dengan melakukan pemetaan yang akurat untuk
daerah-daerah yang rawan akan bencana guna mengurangi kerugian akibat
dari bencana tersebut baik berupa kerugian ma- terial maupun korban jiwa.
Pemetaan akan daerah rawan bencana yang akurat mempunyai arti
penting baik dari segi material maupun sisi kemanusiaan. Dengan melakukan
pemetaan daerah rawan bencana yang akurat kerugian akan materi yang besar
akan dapat dihindari dari awal. Selain itu korban jiwa akan bencana yang
mungkin terjadi bisa diminimalkan dengan melakukan pemetaan daerah yang
akurat.
Salah satu metode geofisika yang efektif untuk memetakan struktur
bawah permukaan adalah metode geolistrik. Metode geolistrik memanfaatkan
sifat kelistrikan resistivity atau pun conductivity dari perlapisan bumi, yaitu
sifat penjalaran listrik dari perlapisan bumi. Dengan menggunakan metode
geolistrik kita bisa menentukan struktur bawah permukaan berdasarkan sifat
penjalaran listrik dalam perlapisan bumi yang akan menentukan tingkat
kerawanan dari lapisan tanah di daerah tersebut.Sehingga dengan mengetahui
struktur bawah permukaan daerah rawan bencana tentunya bisa diantisipasi
untuk memudahkan mitigasi atau pun memberikan rencana ke depan
pembangunan di daerah tersebut.
Kata kunci: Geolistrik, resistivity, conductivity.
ii
SUMMARY
Indonesia with its potency that there are many volcanoes, can be a country which can generate any hazard. One effective geophysical method to map the subsurface structure is geoelectric method. Geoelectric method utilizes the electrical properties of resistivity or conductivity of the earth bedding, namely the nature of the electrical propagation of earth layering. By using geoelectric method we can determine subsurface structures based on the propagation properties of electricity in the bedding of the earth that will determine the level of vulnerability of the soil layer in the area.
One of method to explore ground water is using electrical resistivity. The survey was using VES (Vertical Electrical Sounding) with Schlumberger array. There are five sounding point in the survey. Data result has been modeled using IPI2Win. True resistivity has obatained and then it was interpreted as kind of rocks in the subsurface.
Keywords: Geoelectricity, resistivity, conductivity.
iii
PRAKATA
Alhamdulillahirabbil ’alamiin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga kegiatan Pengabdian masyarakat
Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik
Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang yang
kami laksanakan bisa berjalan dengan lancar, untuk itu kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. LPPM ITS yang telah memberikan kesempatan, dan bantuan sehingga
kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bisa berjalan dengan lancar dan baik.
2. Jurusan Fisika ITS yang telah membantu dan mengijinkan, sehingga
kegiatan Pengabdian Masyarakat ini bisa berjalan dengan lancar dan baik.
3. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Cipta Karya,
Dinas Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup serta Dinas Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Jombang atas segala bantuannya sehingga
terselenggaranya kegiatan pengabdian masyarakat ini.
4. Semua anggota tim Pengabdian Masyarakat yang telah mencurahkan
pikiran dan tenaganya demi suksesnya kegiatan Pengabdian Masyarakat
ini.
5. Karyawan TU dan teknisi yang telah membantu demi suksesnya kegiatan
Pengabdian Masyarakat ini.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu - persatu. Kami menyadari
masih banyak kekurangan pada pelaksanaan kegiatan Pengabdian Masyarakat ini,
sehingga saran dan kritik yang membangun sangat kami harapkan.
Surabaya, 10 Nopember 2015
iv
DAFTAR ISI
1. Cover
2. Lembar Pengesahan
3. Ringkasan
4. Sumarry
5. Prakata
6. Daftar Isi
7. Daftar Tabel
8. Daftar Gambar
9. Bab I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.1.1 Deskripsi Masyarakat sasaran
1.1.2 Permasalahan Yang Hadapi Mitra
1.2. Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan 1.3. Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan Yang Diharapkan
1.3.1 Tujuan
1.3.2 Manfaat
1.3.3 Dampak Kegiatan
1.3.4 Luaran
10. Bab 2. Tinjauan Pustaka
2.1 Sifat Kelistrikan Batuan
2.1.1 Potensial Listrik Batuan
2.1.2 Resistivitas Batuan
2.1.3 Konduktivitas Listrik Batuan
2.2 Potensial Dalam Medium Homogen
2.2.1 Elektroda Arus Tunggal Pada Permukaan Medium Homogen
2.2.2 Elektroda Arus Ganda Pada Permukaan Medium Homogen
2.3 Metode Geolistrik
2.4. Konfigurasi Elektroda Wenner
2.5 Konsep Dasar Resistivitas Semu
2.6 Teori Inversi
v
11. Bab 3. Strategi dan Perencanaan Kegiatan
3.1. Strategi
3.2. Rencana Kegiatan
12. Bab 4. Hasil Yang Dicapai Dan Keberlanjutannya
4.1. Hasil Yang Dicapai
4.2. Analisa Capaian Luaran Terhadap Target Luaran
4.3. Keberlanjutan
13. Bab 5. Kesimpulan Dan Saran
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
14. Daftar Pustaka
15. Lampiran 1. Biodata Tim Pengabdi
16. Lampiran 2. Daftar Luaran
17. Lampiran 3. Salinan Publikasi
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Variasi Resistivitas Beberapa Jenis Material
Tabel 3.1. Rangkaian acara penyuluhan
vii
DAFTAR GAMBAR
1 Gambar 1.1. Peta daerah rawan bencana. (sumber BPBN).
2 Gambar 1.2. Peta daerah rawan tanah longsor (sumber BPBN).
3 Gambar 1.3. Peta topografi Kabupaten Jombang
4 Gambar 2.1. Silinder Konduktor
5 Gambar 2.2. Penyebaran Arus Listrik dari Elektroda Tunggal
6 Gambar 2.3. Distribusi Potensial dan Arus oleh Sumber Arus Ganda di
Permukaan
7 Gambar 2.4. Susunan Elektroda Arus Ganda di Permukaan Homogen
8 Gambar 2.5. Berbagai Konfigurasi Resistivitas 2D dan Nilai Konstanta
Geometri
9 Gambar 2.6. Nilai Jangkauan Resistivitas Beberapa Batuan
10 Gambar 2.7. Konfigurasi Elektroda Wenner
11 Gambar 3.1. Alat pengukuran geolistrik.
12 Gambar 4.1. Gedung BPBD Jombang (a), Peserta penyuluhan (b).
13 Gambar 4.2. Foto-foto kegiatan penyuluhan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemetaan akan daerah rawan bencana yang akurat mempunyai arti penting
baik dari segi material maupun sisi kemanusiaan (gambar 1.1). Dengan
melakukan pemetaan daerah rawan bencana yang akurat kerugian akan materi
yang besar akan dapat dihindari dari awal. Selain itu korban jiwa akan bencana
yang mungkin terjadi bisa diminimalkan dengan melakukan pemetaan daerah
yang akurat.
Gambar 1.1. Peta daerah rawan bencana. (sumber BPBN).
Salah satu metode geofisika yang efektif untuk memetakan struktur bawah
permukaan adalah metode geolistrik. Metode geolistrik memanfaatkan sifat
kelistrikan resistivity atau pun conductivity dari perlapisan bumi, yaitu sifat
penjalaran listrik dari perlapisan bumi. Dengan menggunakan metode geolistrik
kita bisa menentukan struktur bawah permukaan berdasarkan sifat penjalaran
2
listrik dalam perlapisan bumi yang akan menentukan tingkat kerawanan dari
lapisan tanah di daerah tersebut. Sehingga dengan mengetahui struktur bawah
permukaan daerah rawan bencana, terutama longsor (gambar 1.2) tentunya bisa
diantisipasi untuk memudahkan mitigasi atau pun memberikan rencana
pembangunan di daerah tersebut.
Gambar 1.2. Peta daerah rawan tanah longsor (sumber BPBN).
1.1.1. Deskripsi Masyarakat sasaran.
Kegiatan penyuluhan ini dilakukan di Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang. Seringnya terjadi bencana di daerah rawan
bencana di Kabupaten Jombang memerlukan perencanaan yang matang dalam
melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Dalam penelitian ini, penentuan titik
pengukuran geolistrik dengan metode VES (Vertical Electrical Sounding).
Penentuan titik-titik pengukuran dilakukan berdasarkan pengamatan kondisi
geologi, topografi dan keadaan medan di lapangan.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan dataran rendah,
yakni 90% wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 500 meter dpl (di atas
3
permukaan laut) yang ditunjukkan pada gambar 1.3. Secara umum Kabupaten
Jombang dapat di bagi menjadi 3 bagian wilayah:
Bagian utara, terletak di sebelah utara Sungai Brantas, meliputi
sebagian besar Kecamatan Plandaan, Kecamatan Kabuh, dan sebagian
Kecamatan Ngusikan dan Kecamatan Kudu. Merupakan daerah
perbukitan kapur yang landai dengan ketinggian maksimum 500 m di
atas permukaan laut (dpl). Perbukitan ini merupakan ujung timur
Pegunungan Kendeng.
Bagian tengah, yakni di sebelah selatan Sungai Brantas, merupakan
dataran rendah dengan tingkat kemiringan hingga 15%. Daerah ini
merupakan kawasan pertanian dengan jaringan irigasi yang ekstensif
serta kawasan permukiman penduduk yang padat.
Bagian selatan, meliputi Kecamatan Wonosalam dan sebagian
Kecamatan Bareng dan Mojowarno. Merupakan daerah pegunungan
dengan kondisi wilayah yang bergelombang. Semakin ke tenggara,
semakin tinggi. Hanya sebagian Kecamatan Wonosalam yang
memiliki ketinggian di atas 500 m.
Gambar 1.3. Peta topografi Kabupaten Jombang
4
1.1.2. Permasalahan Yang Hadapi Mitra
Persoalan yang paling urgent dalam menghadapi persoalan bencana di daerah
adalah belum adanya data yang lengkap dan terintegrasi tentang peta wilayah
bencana yang meliputi daerah yang bersangkutan. Sehingga penanganan atau pun
mitigasi terhadap bencana yang terjadi masih bersifat sporadis dan kurang
terencana. Kerugian material maupun non-material akan dapat diminimalkan jika
sebelumnya sudah tersedia data peta tingkat kerawanan atau pun pola tingkat
kerawanan bencana daerah tersebut.
1.2. Perumusan Konsep dan Strategi Kegiatan
Penyuluhan direncanakan akan diberikan selama dua hari dengan dua konsep
yaitu penyampaian materi-materi dasar tentang pengukuran geolistrik dalam
penentuan daerah rawan longsor dengan metode ceramah dan tanya jawab, serta
pengaplikasian pengenalan alat geolistrik untuk kegiatan pengukuran di lapangan.
Peserta terdiri dari seluruh staf pegawai di lingkungan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang. Direncanakan pada hari pertama di
isi dengan pemberian teori dan konsep dasar metode geolistrik dalam penentuan
struktur perlapisan bawah permukaan. Kemudian hari kedua dilanjutkan dengan
pengukuran langsung ke lapangan dengan menggunakan alat geolistrik.
1.3 Tujuan, Manfaat, dan Dampak Kegiatan Yang Diharapkan
1.3.1. Tujuan
Tujuan dari penyuluhan ini adalah sebagai usaha untuk mendapatkan data–data
akurat sebagai sarana dalam menentukan hal–hal sebagai berikut:
1. Mendapatkan gambaran secara kualitatif dalam memetakan daerah rawan
bencana.
2. Mempelajari nilai tahanan jenis (resistivitas) batuan di daerah penelitian
dalam menggambarkan struktur bawah permukaan di daerah tersebut.
3. Memberikan gambaran global sebagai masukkan ke depan dalam
pengembangan daerah rawan bencana.
5
1.3.2. Manfaat
Adapun manfaat dari adanya kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang ini adalah: 1. Memberikan pemahaman dasar tentang konsep dasar maupun teori tentang
penentuan daerah rawan bencana longsor di Kabupaten Jombang berdasarkan metode geolistrik.
2. Memberikan kemampuan teknis dasar dan pengoperasian alat pengukuran geolistrik dalam pengukuran data geolistrik di lapangan.
3. Memberikan kerangka dasar pola tingkat kerawanan daerah rawan longsor di daerah Kabupaten Jombang.
4. Memberikan pertimbangan dan masukkan dalam menentukan rencana pembangunan ke depan berkenaan dengan resiko terhadap kebencanaan suatu daerah.
1.3.3. Dampak Kegiatan Yang Diharapkan
Dengan adanya Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jombang ini diharapkan nantinya akan saling terintegrasi antara data
peta daerah rawan bencana terutama longsor dengan pola penanggulangan
bencana yang mungkin terjadi. Sehingga bisa diminimalkan tingkat kerugian
akibat bencana baik yang bersifat material maupun kerugian jiwa yang
diakibatkan oleh bencana tersebut.
1.4. Target Luaran
1. Memberikan pemahaman kepada seluruh staf tentang konsep dasar metode
geolistrik dalam penentuan struktur bawah permukaan.
2. Memberikan gambaran secara global peta daerah rawan bencana terutama
longsor di Kabupaten Jombang.
3. Memberikan kerangka dasar pola kerawanan daerah terutama daerah rawan
longsor di Kabupaten Jombang.
4. Publikasi ilmiah dalam seminar nasional pengabdian masyarakat.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat Kelistrikan Batuan
Batuan merupakan suatu materi yang mempunyai sifat-sifat kelistrikan.
Mineral-mineral yang dikandung batuan dan struktur pembentuknya
mengakibatkan batuan bersifat konduktif terhadap arus listrik. Sifat ini merupakan
karakteristik dari batuan tersebut apabila dialirkan arus listrik ke dalamnya. Sifat
listrik ini dapat berasal dari alam atau yang berasal dengan cara menginjeksikan
arus listrik ke dalamnya sehingga terjadi ketidakseimbangan muatan di dalamnya.
2.1.1 Potensial Listrik Batuan
Energi potensial dari suatu benda adalah kemampuan benda tersebut
melakukan kerja. Apabila terdapat suatu muatan q yang berada dalam medan
listrik E yang berasal dari muatan Q, maka besarnya usaha ynag dilakukan untuk
memindahkan muatan q dari titik A ke B melewati lintasan I adalah sama dengan
jumlah usaha yang diperlukan untuk memindahkan muatan q dari titik A ke Titik
B melewati lintasan II (Hendrajaya L. dan Arif I., 1990)
Potensial Listrik Batuan merupakan potensial listrik alam yang ditimbulkan
dari proses elektrokimia maupun mekanik. Proses-proses ini terjadi karena adanya
air tanah yang berfungsi sebagai faktor penyeimbang dari semua peristiwa di
dalam tanah. Potensial listrik batuan ini dibagi menjadi 4 kelompok (Wahyono,
2004), yaitu :
1. Potensial Mineralisasi
Potensial mineralisasi terjadi apabila dua elektroda logam yang berbeda
dimasukkan ke dalam larutan yang bersifat homogen. Potensial ini
memiliki harga yang paling besar bila dibandingkan dengan jenis
potensial lainnya. Biasanya potensial ini timbul pada daerah yang
mengandung banyak sulfida dan grafit. Jadi potensial listrik dapat
ditimbulkan karena adanya suatu larutan yang mengalir melalui
7
medium berpori dengan sifat kapilernya, pada daerah yang banyak
mengandung sulfida dan grafit.
2. Potensial Elektrokinetik
Potensial elektrokinetik terjadi apabila larutan memiliki resistivitas
listrik dan viskositas yang bekerja pada kapiler atau medium yang
berpori. Potensial ini secara umum tidak terlalu penting, tetapi efek dari
aliran ini dapat menjadi penyebab terjadinya anomali.
3. Potensial Difusi
Potensial difusi disebabkan oleh terjadinya perbedaan variasi ion dalam
larutan yang memiliki konsentrasi yang berbeda.
4. Potensial Nernst
Apabila dua elektroda logam yang identik dimasukkan ke dalam larutan
yang homogen, maka tidak akan terjadi potensial antara kedua elektroda
tersebut. Namun bila konsentrasi larutan itu diubah, maka akan timbul
beda potensial antara kedua elektroda tersebut. Beda potensial yang
timbul dinamakan potensial nernst.
Jadi potensial listrik dapat ditimbulkan karena adanya suatu larutan yang
mengalir melalui medium berpori dengan sifat kapilernya, pada daerah yang
banyak mengandung sulfide, grafit dan magnetic, dan apabila elektroda
dimasukan kedalam larutan homogeni sehingga terjadi ketidakseimbangan. Serta
terjadi karena adanya dua larutan yang berbeda kosentrasinya sehingga ion-ion
yang ada didalamnya bergerak untuk mencapai keseimbangan.
2.1.2 Resistivitas Batuan
Resistivitas batuan adalah suatu sifat materi batuan yang menghambat aliran
listrik yang melaluinya. Resistivitas batuan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya resistivitas larutan yang mengisi pori-pori batuan, jenis mineral
penyusun batuan, porositas batuan dan derajat kejenuhan batuan. Resistivitas
tanah, salah satunya ditentukan oleh banyak-sedikitnya kandungan air dalam
tanah. Semakin banyak kandungan air dalam suatu medium (misalnya tanah)
maka nilai resistivitasnya semakin kecil. Jadi suatu tanah yang mempunyai nilai
8
resistivitas kecil, maka salah satunya, tanah tersebut banyak mengandung air dan
akibatnya tanah tersebut mudah longsor atau bergerak.
Dari semua sifat fisika batuan dan mineral, resistivitas memperlihatkan
variasi harga yang sangat banyak. Pada mineral-mineral logam, harganya berkisar
pada 10-8 hingga 107 . Begitu juga pada batuan-batuan lain, dengan
komposisi yang bermacam-macam akan menghasilkan range resistivitas yang
bervariasi pula. Sehingga range resistivitas maksimum yang mungkin adalah dari
1,6 x 10-8 (perak asli) hingga 1016 (belerang murni).
Konduktor biasanya didefinisikan sebagai bahan yang memiliki resistivitas
kurang dari 10-8 , sedangkan isolator memiliki resistivitas lebih 10-7 dan
diantara keduanya adalah bahan semikonduktor. Di dalam konduktor berisi
banyak elektron bebas dengan mobilitas yang sangat tinggi. Sedangkan pada
semikonduktor, jumlah elektron bebasnya lebih sedikit. Isolator dicirikan oleh
ikatan ionik sehingga elektron-elektron valensi tidak bebas bergerak. Secara
umum, berdasarkan harga resistivitas listriknya, batuan dan mineral dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
Konduktor baik : 10-8 < ρ <1
Konduktor pertengahan : 1 < ρ <107
Isolator : ρ >107
(Telford W. And Sheriff, 1982)
Kebanyakan mineral membentuk batuan penghantar listrik yang tidak baik
walaupun beberapa logam asli dan grafit menghantarkan listrikResistivitas yang
terukur pada material bumi utamanya ditentukan oleh pergerakan ion-ion
bermuatan dalam pori-pori fluida. Air tanah secara umum berisi campuran terlarut
yang dapat menambah kemampuannya untuk menghantar listrik, meskipun air
tanah bukan konduktor listrik yang baik variasi resistivitas beberapa jenis material
ditunjukkan sebagai berikut:
9
Tabel 2.1. Variasi Resistivitas Beberapa Jenis Material
Jenis Material Resistivity ( Ωm)
Granit 200 – 100.000
Andesit 1,7 x 102 – 45 x 104
Basal 200 – 100.000 Gamping 500 – 10.000 Batu Pasir 200 – 8.000 Batu Tulis 20 – 2.000
Pasir 1 – 1.000 Lempung 1 – 100 Air Tanah 0,5 – 300 Air Asin 0,2 Magnetik 0,01 – 1.000
Kerikil Kering 600 – 10.000
Tanah Aluvial 10 -800
Kerikil 100 – 600 (Telford W. And Sheriff, 1990)
Harga tahanan jenis batuan tergantung macam-macam materialnya, densitas,
porositas, ukuran dan bentuk pori-pori batuan, kandungan air, kualitas dan suhu,
dengan demikian tidak ada kepastian harga tahanan. Jenis untuk setiap macam
batuan pada akuifer yang terdiri atas material lepas mempunyai harga tahanan
jenis yang berkurang apabila makin besar kandungan air tanahnya atau makin
besar kandungan garamnya (misal air asin). Mineral lempung bersifat
menghantarkan arus listrik sehingga harga tahanan jenis akan kecil.
2.1.3 Konduktivitas Listrik Batuan
Menurut Telford et al. (1982: 445 - 447) aliran arus listrik di dalam batuan
dan mineral dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara
elektronik, konduksi secara elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik.
1. Konduksi Secara Elektronik
Konduksi elektronik merupakan bentuk normal dari aliran dalam batuan
logam karena mempunyai banyak elektron bebas. Konduksi ini terjadi jika batuan
atau mineral mempunyai banyak elektron bebas sehingga arus listrik dialirkan
10
A
L
dalam batuan atau mineral oleh elektron-elektron bebas tersebut. Aliran listrik ini
juga dipengaruhi oleh sifat atau karakteristk masing-masing batuan yang
dilewatinya. Salah satu sifat atau karakteristik batuan tersebut adalah resistivitas
(tahanan jenis). Resistivitas adalahkarakteristik bahan yang menunjukkan
kemampuan bahan tersebut untuk menghantarkan arus listrik. Semakin besar nilai
resistivitas suatu bahan maka semakin sulit bahan tersebut menghantarkan arus
listrik. Begitu pula sebaliknya apabila nilai resistivitasnya rendah maka akan
semakin mudah bahan tersebut menghantarkan arus listrik. Resistivitas
mempunyai pengertian yang berbeda dengan resistansi (hambatan), dimana
resistansi tidak hanya tergantung pada bahan tetapi juga bergantung pada faktor
geometri atau bentuk bahan tersebut. Sedangkan resistivitas tidak bergantung pada
faktor geometri.
Gambar 2.1. Silinder Konduktor
(Telford W. And Sheriff, 1990)
Jika ditinjau silinder konduktor dengan panjang L, luas penampang A, dan
resistansi R, maka dapat dirumuskan :
(2.1)
Di mana adalah resistivitas (tahanan jenis) (Ω m), L adalah panjang silinder
konduktor (m), A adalah luas penampang silinder konduktor (m2), R adalah
resistansi (Ω). Sedangkan menurut hukum Ohm, resistansi R dirumuskan :
(2.2)
Dalam hal ini R adalah reistivitas (Ω ), V adalah beda potensial (volt), I adalah
kuat arus (ampere). Dari kedua rumus tersebut didapatkan nilai resistivitas
sebesar :
(2.3)
11
Banyak orang sering menggunakan sifat konduktivitas (σ) batuan yang
merupakan kebalikan dari resistivitas dengan satuan mhos/m.
(2.4)
di mana J adalah rapat arus (ampere/m2), E adalah medan listrik (volt/m).
2. Konduksi secara elektrolitik
Konduksi elektrolitik dapat ditemukan pada batuan yang mempunyai sifat
porositas tinggi sehingga dengan mudah terisi oleh larutan elektrolit. Arus listrik
dapat mengalir karena adanya sifat elektrolit larutan yang mengisi pori-pori
batuan. Konduksi elektrolitik bersifat lambat bila dibandingkan konduksi
elektronik.Sebagian besar batuan merupakan konduktor yang buruk dan memiliki
resistivitas yang sangat tinggi. Batuan biasanya bersifat porus dan memiliki pori-
pori yang terisi oleh fluida, terutama air. Batuan-batuan tersebut menjadi
konduktor elektrolitik, di mana konduksi arus listrik dibawa oleh ion-ion
elektrolitik dalam air. Konduktivitas dan resistivitas batuan porus bergantung pada
volume dan susunan pori-porinya. Konduktivitas akan semakin besar jika
kandungan air dalam batuan bertambah banyak, dan sebaliknya resistivitas akan
semakin besar jika kandungan air dalam batuan berkurang.
3. Konduksi Secara Dielektrik
Konduksi dielektrik terjadi pada batuan yang bersifat dielektrik. Sebenarnya
batuan tersebut sangat sedikit sekali mempunyai elektron bebas atau bahkan tidak
sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh medan listrik dari luar, maka
elektron-elektron tersebut terganggu kedudukannya sehingga menimbulkan
polarisasi. Potensial dari jenis ini juga tergantung pada konstanta dielektrik dari
batuan yang bersangkutan. Konduksi pada batuan atau mineral bersifat dielektrik
terhadap aliran listrik, artinya batuan atau mineral tersebut mempunyai elektron
bebas sedikit, bahkan tidak ada sama sekali. Tetapi karena adanya pengaruh
medan listrik dari luar maka elektron dalam bahan berpindah dan berkumpul
terpisah dari inti, sehingga terjadi polarisasi. Peristiwa ini tergantung pada
konduksi dielektrik masing-masing batuan yang bersangkutan, contoh : mika.
2.2 Potensial Dalam Medium Homogen
12
Apabila dalam medium homogen isotropis dialiri arus listrik dengan rapat arus
J dan kuat medan listrik E , maka menurut hukum Ohm (Telford, 1990) :
EJ1
(2.5)
dengan E dalam Volt/meter dan adalah resistivitas medium dalam Ωm.
Medan listrik E merupakan gradien dari potensial skalar yang dirumuskan :
VE (2.6)
Selanjutnya memasukkan persamaan (2.1) ke dalam persamaan di atas
diperoleh :
VJ 1 (2.7)
Apabila tidak ada muatan sumber maka :
(2.8)
(2.9)
Dengan menggunakan teorema vektor :
(2.10)
sehingga diperoleh :
(2.11) Karena medium dianggap homogen isotropis (ρ konstan), maka suku pertama
sama dengan nol, sehingga kita mendapatkan persamaan Laplace dalam bentuk
potensial harmonik (Telford, 1990) :
02 V (2.12)
Dalam koordinat bola, operator Laplacian berbentuk :
(2.13)
Dari sistem yang simetri, potensial akan berupa fungsi dari r saja. Sehingga
persamaan Laplace dapat disederhanakan menjadi :
(2.14) Dengan dikalikan dan diintegralkan, maka diperoleh persamaan :
(2.15)
0)1(..
0.
VJ
J
13
diintegralkan kembali sehingga didapatkan persamaan :
(2.16) dengan A dan B adalah konstanta.
2.2.1 Elektroda Arus Tunggal Pada Permukaan Medium Homogen
Gambar 2.2. Penyebaran Arus Listrik dari Elektroda Tunggal
(Telford, 1990)
Jika elektroda arus diletakkan di permukaan bumi (Gambar 2.3) dan udara
diatasnya dianggap mempunyai konduktivitas nol (σ = 0), dengan menggunakan
persamaan Laplace dalam koordinat bola (persamaan 2.14) untuk B = 0, maka
pada bidang batas permukaan (z = 0) berlaku :
(2.17)
Hal ini akan selalu terpenuhi karena :
(2.18)
14
Arus total yang mengalir melalui permukaan setengah bola pada medium bawah
permukaan adalah :
(2.19)
(2.20)
Dari persamaan (2.15) dan (2.20) diperoleh konstanta integrasi :
(2.21)
(2.22)
Sehingga pada akhirnya didapatkan :
(2.23)
2.2.2 Elektroda Arus Ganda Pada Permukaan Medium Homogen
Arus listrik diinjeksikan melalui elektroda C1 dan C2, sedangkan beda
potensial diukur pada elektroda potensial P1 dan P2 yang terletak diantara C1 dan
C2. Pada Gambar 2.3. di bawah menunjukkan adanya garis ekipotensial yang
tegak lurus terhadap garis aliran arus yang disebabkan oleh sumber arus ganda di
permukaan.
Gambar 2.3. Distribusi Potensial dan Arus oleh Sumber Arus Ganda di Permukaan
(Telford, 1990)
2IA
aIV
2
15
V
I
Gambar 2.4. Susunan Elektroda Arus Ganda di Permukaan Homogen
(Telford, 1990)
Persamaan potensial untuk injeksi elektroda arus ganda pada permukaan
medium homogen adalah (Telford, 1990) :
(2.24)
(2.25)
Sehingga beda potensial antara kedua elektroda adalah :
(2.26)
(2.27)
atau dapat ditulis menjadi:
(2.28)
dengan K dinyatakan dalam persamaan :
(2.29)
K adalah faktor geometri yang besarnya tergantung dari susunan elektroda yang
digunakan sebagai koreksi dalam pengolahan data.
)11(2 21
1 rrIVP
)11(2 43
2 rrIVP
21 PP VVV
)1111(2 4321 rrrrIV
IVK
1
4321
)1111(2 rrrr
K
16
2.3 Metode Geolistrik
Salah satu metode eksplorasi dalam bidang Geofisika yang berkembang
adalah dengan memanfaatkan sifat kelistrikan dan lapisan bumi yang dikenal
dengan sebutan metode geolistrik. Metode geolistrik terdiri dan beberapa jenis, di
antaranya metode polarisasi imbas (induce polarization, ip), metode potensial diri
(self potential, sp) dan metode geolistrik tahanan jenis (resistivity). Metode
geolistrik tahanan jenis yang dikenal juga dengan sebutan metode resistivitas
merupakan metode yang bersifat dinamik (aktif), karena menggunakan gangguan
aktifberupa injeksi arus yang dipancarkan ke bawah permukaan bumi melalui
media elektroda arus, kemudian beda nilai resistivitas material di bawah
permukaan akan ditangkap oleh elektroda potensial.
Secara umum, metode ini dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu
metode resistivity mapping dan sounding (drilling).Metode resistivity mapping
merupakan metode resistivitas yang bertujuan untuk mempelajari variasi tahanan
jenis lapisan bawah permukaan secara horizontal. Oleh karena itu, pada metode
ini digunakan konfigurasi elektroda yang sama untuk setiap titik pengamatan di
permukaan bumi. Setelah itu baru dibuat kontur isoresisitivitasnya.Sementara
metode resistivity sounding juga dikenal sebagai resistivity drilling, resistivity
probing dan lain-lain.Hal ini disebabkan metodeini bertujuan untuk mempelajari
variasi resistivitas batuan di bawah permukaan bumi secara vertikal.
Dalam menganalisa kondisi bawah permukaan, metode geolistrik memiliki
kemampuan untuk membedakan material di dalam bumi berdasarkan
kemampuannya untuk mengkonduksi arus listrik. Metode ini merupakan metode
non-destruktif dan mudah dioperasikan sehingga sesuai untuk digunakan dalam
pengamatan tanggul dan juga telah banyak digunakan untuk pengamatan tanggul
permanen maupun sementara. Metode geolistrik juga baik untuk digunakan untuk
investigasi dalam jangka waktu panjang karena hanya dipengaruhi sedikit faktor
luar (hujan) sehingga dapat dilakukan pengamatan perbedaan kondisi bawah
permukaan untuk musim yang berbeda (Sjodahl et al., 2006; Johansson dan
Dahlin., 1996; Johansson, 1997).
Metode resistivitas terbagi atas dua jenis: mapping dan sounding. Metode
mapping bertujuan untuk mengamati variasi resistivitas secara horizontal,
17
sebaliknya sounding mengamati variasi vertikal. Metode resistivitas 2D
memanfaatkan gabungan dari kedua metode tersebut dengan melakukan
perpindahan titik amat kemudian juga melakukan variasi jarak antara masing-
masing elektroda sehingga investigasi dapat dilakukan untuk target lebih dalam
(Reynolds, 1997).
Teknik pengukuran mapping adalah teknik pengukuran geolistrik yang
bertujuan untuk memperoleh informasi variasi resistivitas secara lateral. Teknik
mapping dilakukan menggunakan konfigurasi elektroda tertentu dengan jarak
antar elektroda tetap, dimana seluruh susunan elektroda dipindahkan mengikuti
suatu lintasan tertentu. Berdasarkan hal tersebut teknik mapping dikenal pula
sebagai costant separation traversing (CST) atau traversing dan kadang-kadang
disebut teknik profiling. Plot resistivitas semu sebagai fungsi posisi titik
pengukuran, menggambarkan variasi lateral resistivitas bawah permukaan.
Teknik pengukuran sounding diambil dari vertical electrical sounding (VES)
yaitu teknik pengukuran geolistrik yang bertujuan untuk memperoleh informasi
variasi resistivitas sebagai fungsi dari kedalaman pada suatu titik pengukuran.
Mengingat jarak antar elektroda menentukan kedalaman investigasi, maka pada
teknik sounding ini, pengukuran dilakukan dengan jarak antar elektroda
bervariasi. Variasi resistivitas terhadap kedalaman tercermin pada kurva sounding,
yaitu plot resistivitas semu sebagai fungsi dari jarak antar elektroda.
Konfigurasi wenner merupakan salah satu konfigurasi yang sering digunakan
dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antar elektroda. Pola
pengamatan resistivitas 2D dapat disesuaikan dengan beberapa konfigurasi seperti
Wenner, Wenner-Schlumberger, pole-pole, dipole-dipole, dan lain sebagainya
(Samouelian et al, 2005).
Dalam hal ini elektroda-elektroda, baik arus maupun potensial diletakkan
secara simetris terhadap titik sounding. Jarak antar elektroda arus tiga kali jarak
antar elektroda potensial. Jadi, jika jarak masing-masing potensial terhadap titik
souding adalah a/2 maka jarak masing-masing elektroda arus terhadap titik
sounding adalah 3a/2. Pada tahanan jenis mapping, jarak spasi elektroda tersebut
tidak berubah-ubah untuk setiap titik sounding yang diamati (besarnya a tetap).
Sedangkan batas pembesaran spasi elektroda ini tergantung pada kemampuan alat
18
yang dipakai. Semakin sensitif dan besar arus yang dapat dihasilkan alat tersebut,
maka semakin besar pula jarak spasi yang dapat pada tahanan jenis sounding,
jarak spasi elektroda tersebut diperbesar secara gradual, mulai dari harga “a”
kecil, untuk suatu titik sounding. Model pengukuran 2D dengan metode Wenner
terlihat pada diukur, sehingga semakin dalam pula lapisan yang terdeteksi.
Adanya sifat bahwa pembesaran jarak elektroda arus diikuti pula oleh pembesaran
jarak elektroda potensial menyebabkan jenis konfigurasi Wenner dapat
mendeteksi ketidakhomogenan lokal dari lokasi yang diamati. Dalam prosedur
Wenner pada tahanan jenis mapping, empat elektroda konfigurasi dengan spasi
yang sama dipindahkan secara keseluruhan dengan jarak yang tetap sepanjang
garis pengukuran. Pemilihan spasi terutama tergantung pada kedalaman lapisan
yang akan dipetakan (Sharma, 1997).
Konfigurasi Wenner mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Burger
(2006), kelebihan konfigurasi Wenner adalah dengan lebar spasi elektroda
potensial yang besar maka tidak memerlukan peralatan yang sensitif. Sedangkan
kekurangannya adalah semua elektroda harus dipindahkan untuk setiap
pembacaan data resistivitas. Hal ini untuk mendapatkan sensitifitas yang lebih
tinggi untuk daerah lokal dan variasi lateral dekat permukaan.
Gambar 2.5. Berbagai Konfigurasi Resistivitas 2D dan Nilai Konstanta Geometri
(Loke, 2000)
19
Gambar 2.6. Nilai Jangkauan Resistivitas Beberapa Batuan
(Palacky, 1987)
Berbagai contoh aplikasi metode geofisika dalam bidang arkeologi yaitu, Dua
aplikasi canggih dari metode tahanan listrik dalam prospeksi arkeologi disajikan.
Pendekatan ini didasarkan pada teknik inversi baru, yang memungkinkan
pemodelan resistivitas distribusi di bawah topografitanah. Hasil 2D dan 3D
pengukuran resistivitas listrik pada menunjukkan gambar struktur resistivitas
bawah permukaan, yang tidak terdeteksi oleh geomagnetics atau metode GPR.
Struktur resistivitas ditafsirkan terkait dengan penyelesaian yang berbeda fase dari
Zaman Perunggu periode Helenistik. Teknik 3D-inversi baru ini juga berguna
untuk data set resistivitas kompleks. Contoh, dari tumpukan perak di Maroko,
menunjukkan distribusi parameter model resistivitas 3D-kompleks yang berasal
dari Induced Polarisasi (IP) pengukuran, (Ullrich dkk, 2007)
Geofisika arkeologi melibatkan penggunaan pencitraan resistivitas dan
induksi polarisasi (IP) teknik yang digunakan untuk menemukan slag besi
terkubur dan tungku di Lejja, Southeastern Nigeria. Instrumen yang digunakan
adalah mengukur sistem meter, menggunakan elektroda konfigurasi Wenner.
Resistivitas dan IP Data yang diperoleh diolah dan diinterpretasikan
menggunakan RES2DINV perangkat lunak. Model resistivitas terbalik
mengungkapkan adanya bahan resistivitas yang relatif tinggi sekitar 1090-2600
Ωm terpendam di kedalaman 2.55-3.70 m di lokasi yang berbeda di wilayah
20
survei. Model terbalik konsisten dengan model resistivitas terbalik dalam hal tata
ruang lokasi bahan dikuburkan. Nilai resistivitas yang relatif tinggi dan bahan
tersebut ditafsirkan sebagai slag besi atau batu bata dibakar di Lejja Nigeria
digunakan untuk tungku dengan besi peleburan pekerja bertahun-tahun yang lalu.
Penentuan distribusi spasial terak besi terkubur dan tungku membantu untuk
mengidentifikasi lokasi yang paling cocok, di luar wilayah bahan dikuburkan.
(Ugwu dkk, 2014). Dari hal ini metode reisistivitas konfigurasi Wenner dianggap
baik untuk pemetaaan bawah permukaan.
Metode geolistrik resistivitas didasarkan pada anggapan bahwa bumi
mempunyai sifat homogen isotropis. Dengan asumsi ini, resistivitas yang terukur
merupakan resistivitas yang sebenarnya dan tidak tergantung pada spasi elektroda.
Namun pada kenyataannya bumi tersusun atas lapisan-lapisan dengan resistivitas
yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur merupakan pengaruh dari
lapisan-lapisan tersebut. Karenanya harga resistivitas yang terukur seolah-olah
merupakan nilai resistivitas untuk satu lapisan saja, sehingga resistivitas yang
terukur adalah resistivitas semu (Reynolds, 1997).
2.4. Konfigurasi Elektroda Wenner
Konfigurasi elektroda Wenner ini merupakan salah satu konfigurasi yang
digunakan dalam eksplorasi geolistrik dengan susunan jarak antar elektroda sama
panjang. Jarak antara elektroda arus adalah tiga kali jarak antara elektroda
potensial.
Gambar 2.7. Konfigurasi Elektroda Wenner
(Telford, 1990)
21
Faktor geometri K dalam konfigurasi elektroda Wenner (Telford, 1990) ini
adalah : 1
)121()
211(2
aaaaKw (2.30)
aKw 2 (2.31)
Resistivitas semu dalam konfigurasi elektroda Wenner dapat dinyatakan
dengan rumus (Telford, 1990) :
IVaw
2 (2.32)
dengan : = resistivitas semu
a = jarak spasi elekttroda
RIV
(resistivitas yang terukur di lapangan)
2.5 Konsep Dasar Resistivitas Semu
Dalam kenyataannya, bumi terdiri dari bermacam-macam lapisan dengan
yang berbeda-beda, sehingga potensial yang terukur juga berlainan harganya.
Hal ini memberikan harga resistivitas yang terukur tidak hanya untuk satu lapisan,
melainkan untuk seluruh lapisan. Oleh karena itu nilai resistivitas yang terukur
dinamakan resistivitas semu. Bumi terlihat mempunyai kondisi yang berlapis lapis
dengan harga resistivitas yang berbeda-beda. Resistivitas semu merupakan harga
resistivitas efektif untuk semua pelapisan yang ada. Resistivitas semu dinyatakan
dengan rumus :
IVKs
(2.33)
dimana : s = resistivitas semu batuan
V = beda potensial
K = faktor geometri
I = arus listrik.
22
2.6 Teori Inversi
Dalam geofisika, inversi bertujuan mencari model yang memberikan
respon yang mirip dengan nilai pengukuran. Model ini merupakan representasi
matematis ideal dari suatu bagian bumi. Model memiliki seperangkat parameter
yaitu suatu kuantitas fisis yang ingin diistimasi dari data yang diamati. Respon
model adalah data sintetis yang dapat dihitung dari hubungan matematis yang
menjelaskan model tersebut untuk seperangkat parameter model. Semua metode
inversi geofisika sebenarnya berusaha untuk menentukan model bawah
permukaan yang memiliki respon sesuai dengan data terukur yang dikenai
batasan-batasan tertentu. Pada metode berbasis sel yang digunakan oleh
RES2DINV dan RES3DINV, parameter model adalah nilai resistivitas dari model
sel, sementara data adalah nilai resistivitas semu terukur. Hubungan matemetis
antara parameter model dan respons model untuk model 2D dan 3D diberikan
oleh finite-defference atau metode finite-element (Loke, 2004).
23
BAB III
STRATEGI DAN PERENCANAAN KEGIATAN
2.1 Strategi
a. Kegiatan yang dilakukan:
Ada pun mekanisme kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah
Rawan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang
dilaksanakan dengan 2 metode, yaitu sesi pertama diskusi dan
penyampaian materi dan konsep dasar secara oral dan dilanjutkan dengan
sesi kedua yaitu kegiatan pengambilan data ke lapangan beserta processing
dan interpretasinya. Urutan kegiatan yang dilakukan secara umum bisa
dibagi dalam tahapan-tahapan sebagai berikut:
1. Penyampaian materi-materi dasar dan konsep dasar teori tentang
metode geolistrik dalam bentuk metode ceramah dan tanya jawab.
2. Pengukuran data geolistrik di lapangan guna menentukan struktur
bawah permukaan daerah pengukuran.
3. Pengolahan data geolistrik dengan menggunakan software IPI2WIN
maupun RES2DINV.
4. Interpretasi data geolistrik dalam menentukan perlapisan struktur
bawah permukaan.
b. Alat atau Instrumen pengukuran di lapangan a. Alat pengukuran geolistrik (gambar 4). b. Kompas. c. GPS. d. Peta topografi. e. Perangkat Lunak: IPI2WIN atau RES2DINV.
24
Gambar 3.1. Alat pengukuran geolistrik.
c. Instrumen yang disiapkan peserta
a. 1 (satu) unit Laptop. b. Sistem Operasi Windows XP.
d. Peralatan dan Bahan Penunjang Pelatihan:
1. LCD Projector 2. Laptop 3. Printer 4. Laser Pointer
e. Koordinator Pelatihan:
Dr.rer.nat. Eko Minarto
f. Pendamping: 1. Dr. rer. nat. Bintoro Anang Subagyo
2. Drs. Gontjang Prajitno, M.Si
3. Endarko, PhD
4. Heru S, MSi
5. Diky Anggoro, M.Si
6. Faridawati, M.Si.
7. Firdha Kusuma A,S.Si.
8. Arie Realita, S.Si
25
2.2 Rencana Kegiatan
Kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jombang ini dilaksanakan pada tanggal 22 Oktober 2015. Karena
keterbatasan waktu kegiatan di instansi yang bersangkutan, kegiatan pengabdian
yang semula direncanakan dilaksanakan dalam 2 hari dipadatkan menjadi 1 hari
saja. Terjadi sedikit perubahan tema dari yang semula direncanakan tentang
pengaplikasian metode geolistrik untuk kegiatan mitigasi bencana berubah
menjadi pengaplikasian metode geolistrik untuk penentuan potensi sumber air
tanah. Adapun pesertanya juga bertambah yang semula hanya diberikan kepada
anggota Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang
bertambah dengan adanya pegawai dari instansi lain, yaitu Dinas Cipta Karya,
Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup serta Dinas Kehutanan dan
Perkebunan. Rangkaian acara dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
Tabel 3.1. Rangkaian acara penyuluhan
Waktu Materi Pengajar Keterangan 08.00-08.30 08.30-09.00 09.00-10.45 10.45-11.00 11.00-12.00
Pembukaan Action items Orientasi program Coffee break Konsep dasar teori geolistrik Penentuan struktur bawah permukaan Coffee break Pengenalan data processing untuk data geolistrik untuk
Ketua BPBD Jombang. Ketua Panitia Koordinator Panitia Dr.rer.nat Eko Minarto Panitia Dr.rer.nat Eko Minarto
Indoor Indoor Indoor Indoor Indoor
26
12.00-13.00 13.00-15.00 15.00-15.15 15.15-16.30 16.30
penentuan struktur bawah permukaan Istirahat, Sholat Perangkat lunak pengolahan data geolistrik Coffee break Interpretasi data geolistrik Penutup
Panitia Arie Realita Dr.rer.nat Eko Minarto Panitia Firdha Kusuma A
Indoor Indoor Indoor Indoor
27
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN KEBERLANJUTANNYA
4.1. Hasil Yang Dicapai
Kegiatan pengabdian masyarakat dengan tema Penyuluhan Pemetaan
Daerah Rawan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik Pada Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang ini dilaksanakan
pada tanggal 20 Oktober 2015. Peserta yang tadinya diharapkan hanya seluruh
staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang. akan
tetapi ternyata mengundang ketertarikan dan minat dari instansi lain juga sehingga
pesertanya berkembang dari instansi yang lain yaitu: Dinas Cipta Karya, Dinas
Pertanian, Dinas Lingkungan Hidup serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan.
Diharapkan dengan adanya kegiatan penyuluhan ini bisa menambah keilmuan dari
staf pegawai Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Jombang khususnya serta dinas instansi terkait yang lain. Hal ini tentunya akan
sangat berpengaruh dalam penanganan kebencanaan yang terjadi di wilayah
kabupaten Jombang dan sekitarnya.
Kegiatan berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan yang berarti, juga
didukung oleh antusiasme peserta yang luar biasa, sehingga kegiatan ini berjalan
lancar dan bisa dikategorikan sukses.
Gambar 4.1. Gedung BPBD Jombang (a), Peserta penyuluhan (b).
Kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
28
Kabupaten Jombang dilaksanakan di gedung Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang Jln. Wakhid Hasyim 141 Jombang. Kegiatan
ini terbagi menjadi dua sesi, yaitu sesi ceramah dan tanya jawab dilaksanakan di
dalam ruangan tentang konsep dasar aplikasi metode geolistrik, dan sesi observasi
atau pengukuran dilaksanakan di luar ruangan.
Gambar 4.2. Foto-foto kegiatan penyuluhan
4.2. Analisa Capaian Luaran Terhadap Target Luaran
Mengacu kepada target luaran yang telah ditentukan dalam proposal
sebelumnya, maka dengan adanya program pengabdian masyarakat dengan judul
Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan Metode Geolistrik
Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang
diharapkan mendapatkan gambaran secara kualitatif dalam memetakan daerah
rawan bencana, memberikan gambaran global sebagai masukkan ke depan dalam
pengembangan daerah rawan bencana, memberikan pemahaman dasar tentang
konsep dasar maupun teori tentang penentuan daerah rawan bencana longsor di
Kabupaten Jombang berdasarkan metode geolistrik, serta memberikan
kemampuan teknis dasar dan pengoperasian alat pengukuran geolistrik dalam
pengukuran data geolistrik di lapangan.
Dengan adanya Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jombang ini juga diharapkan nantinya akan saling terintegrasi antara
data peta daerah rawan bencana terutama longsor dengan pola penanggulangan
29
bencana yang mungkin terjadi. Sehingga bisa diminimalkan tingkat kerugian
akibat bencana baik yang bersifat material maupun kerugian jiwa yang
diakibatkan oleh bencana tersebut.
Dan tentunya terlepas dari segala macam manfaat pengabdian masyarakat
yang telah disebutkan diatas, yang terutama adalah sangat diharapkan dengan
adanya program pengabdian masyarakat ini akan memberikan dampaknya positif
bagi semua pihak.
1. Memberikan pemahaman kepada seluruh staf tentang konsep dasar metode
geolistrik dalam penentuan struktur bawah permukaan.
2. Memberikan gambaran secara global peta daerah rawan bencana terutama
longsor di Kabupaten Jombang.
3. Publikasi ilmiah dalam seminar nasional pengabdian masyarakat.
Untuk publikasi ilmiah dalam seminar nasional pengabdian masyarakat
sudah diikut sertakan dalam Seminar Nasional Fisika 2015 pada tanggal 28
November 2014 di jurusan Fisika UNESA Surabaya
4.3 Keberlanjutan
Kegiatan penyuluhan penentuan daerah rawan bencana ini sangat
dianjurkan untuk selalu berkesinambungan. Hal ini bertujuan untuk membuat peta
tingkat kerawanan daerah secara menyeluruh untuk keseluruhan daerah. Tentu hal
ini akan sangat bermanfaat dalam menentukan perencanaan pembangunan suatu
daerah di masa yang akan datang. Selain itu data yang sudah terkumpul akan
sangat berguna dalam kepentingan mitigasi untuk meminimalkan tingkat kerugian
baik material maupun non-material. Akan dilakukan evaluasi dan monitoring
secara berkala dengan instansi-instansi yang bersangkutan.
Hal lain yang mungkin menjadi pertimbangan adalah perlunya dilakukan
penyuluhan dan pengukuran dengan menggunakan metode geofisika yang lain
sehingga akan didapatkan data dengan tingkat keakuratan yang sangat mumpuni
dan bagus. Selain itu semua data yang diperoleh juga bisa diintegrasikan.
Kegiatan penyuluhan metode geolistrik ini juga sangat bermanfaat dalam
pengaplikasian penentuan potensi sumber air tanah. Mengingat musim kemarau
yang berkepanjangan dan mengakibatkan beberapa daerah di Kabupaten Jombang
30
mengalami bencana kekeringan. Dari hasil kegiatan pengukuran data dilapangan
yang sudah dilakukan, diperoleh hasil yang cukup signifikan dalam proses
pencarian sumber air tanah. Beberapa instansi yang ikut dalam kegiatan
penyuluhan ini juga bermaksud untuk tetap melakukan kerjasama dalam hal
kegiatan pengukuran di lapangan. Dinas Pertanian dan juga Dinas Cipta Karya
mempunyai kepentingan yang cukup besar dalam kegiatan penyuluhan metode
geolistrik dalam kegiatan pengabdian masyarakat yang sudah dilakukan ini. Ke
depannya bisa terus dijalin kerjasama diantara instansi-instansi tersebut.
31
BAB V
KESIMPULAN DAN RENCANA SELANJUTNYA
5.1. Kesimpulan
1. Kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Jombang dirasa sangat bermanfaat dalam
membantu menentukan pola tingkat kerawanan bencana di wilayah
Kabupaten Jombang, khususnya bencana longsor. Hal ini tentu akan
sangat membantu dalam meminimalkan tingkat kerugian baik material
maupun non-material pada saat terjadi bencana.
2. Kegiatan Penyuluhan Pemetaan Daerah Rawan Longsor Menggunakan
Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) Kabupaten Jombang sangat membantu meningkatkan tingkat
keilmuan staf Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Jombang. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh dalam
kegiatan mitigasi dan penanggulangan bencana yang akan dilakukan
oleh seluruh staf.
3. Kegiatan Penyuluhan Metode Geolistrik Pada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD), Dinas Cipta Karya, Dinas Pertanian, Dinas
Lingkungan Hidup serta Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Jombang dirasa sangat bermanfaat dalam membantu menentukan
potensi sumber air tanah guna mengantisipasi tingkat kerawanan
bencana kekeringan di wilayah Kabupaten Jombang.
5.2. Rencana Selanjutnya
1. Kegiatan penyuluhan ini dirasa sangat bermanfaat untuk peningkatan
keilmuan dan keahlian seluruh staf pegawai yang ada di Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang. Oleh
karena itu akan dilakukan penyuluhan-penyuluhan selanjutnya dengan
menggunakan metode pengukuran geofisika yang lain, seperti Very
32
Low Frequency (VLF), Geo Radar (GPR), Gravity dan metode
geofisika yang lain.
2. Perlu disusun peta daerah dengan tingkat kerawanan bencana secara
menyeluruh. Sehingga punya acuan dasar terhadap resiko terjadinya
kebencanaan di setiap daerah di seluruh wilayah Kabupaten Jombang.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunet, P., Clement, R., and Bouvier, C. 2010. Monitoring soil water content and deficit using Electrical Resistivity Tomography (ERT) – A case study in the Cevennes area, France. Journal of Hydrology 380, 146-153.
2. Hendrajaya, L., Arif, I., 1990, Geolistrik Tahanan Jenis.
Laboratorium Fisika Bumi, Fisika FMIPA, ITB.
3. Loke M.H. 2000. Electrical Imaging Surveys For Environmental and
Engineering Studies, A practical guide to 2-D and 3-D surveys.
4. Telford, M.W., L.P. Geldard, R.E. Sheriff, dan D.A. Keys, 1990.
Applied Geophysics Second Edition. Cambridge University Press,
London.
5. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang.
.
34
Lampiran 1
PERSONALIA PENELITIAN
I. IDENTITAS DIRI
1.1 Nama Lengkap (dengan gelar)
Dr.rer.nat. Eko Minarto, S.Si, M.Si
1.2 Jabatan Fungsional Lektor 1.3 NIP 19750205 199903 1 004 1.4 Tempat dan Tanggal Lahir Jombang, 05 Februari 1975 1.5 Alamat Rumah Pengkol, Ceweng, Diwek, Jombang 1.6 Nomor Telepon/Faks 0321 867067 1.7 Nomor HP 0812 4949 5409 1.8 Alamat Kantor Arif Rahman Hakim 1, Surabaya
60111 1.9 Nomor Telepon/Faks 031 594 3351 1.10 Alamat e-mail [email protected] 1.11 Lulusan yang Telah
Dihasilkan S-1= 2 orang; S-2 = 3 orang
1.12 Mata Kuliah yang diampu 1. Seismik Eksplorasi 2. Geodinamika 3. Gravitasi dan Magnetik 4. Metode Inversi 5. Komputasi
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
S-1 S-2 S-3
Nama PT ITB ITB Uni Hamburg, Germany
BidangIlmu Geofisika Geofisika Geofisika TahunMasuk-Lulus 1992-1997 2002-2004 2009-2014 NamaPembimbing/Promotor Dr. Hendra
Grandis
Dr. Hendra Grandis
Prof. Dr. Dirk Gajewski
III. PENGALAMAN PENELITIAN
No JudulPenelitian Tahun Kegiatan 1 Spectral Analysis GunungSlamet 1996 DirektoratVulka
nologi Bandung
35
2 2-D StructureIdentifyUsingMagnetotelurics(MT) 1-D DataInversionMethod
1997 Bachelor thesis Geophysics program-ITB
3 Controlled-Sources AudiofrequencyMagnetotellurics (CSAMT) 1-D Data Modelling Inversion Using Simulated Annealing Method
2004 Master thesis Geophysics program-ITB
4 Identify 1-D Structure Used Geoelectric Data Analysis
2005 Course by Postgraduated program, Proceding, Vol II, No. 3, 359
5 Identify The Fault Structure Under Surface Using Half-Schlumberger (Head-On) Configuration for Geothermal Exploration at Mataloko, JurnalFisikadanAplikasinya, Vol. 1, No. 2, 16 – 19.
2005 JurnalFisikadanAplikasinya, Vol. 1, No. 2, 16 – 19.
6 The Earth Structure Beneath of West Indonesia With Seismogram Analysis Three Component
2006 Fundamental Research
7 Geoelectric Data Inversion Modelling for Geothermal Exploration at Mataloko
2007 JurnalFisikadanAplikasinya, Vol. 3, No. 2, 1 - 5
8 Sediment Distribution Analysis Sunda Strait Used Total Suspended Transport and Turbidity Data Analysis
2008 Indonesian Science Institute
9 Temperature and Pressure Distribution of Sunda Strait at November 2008
2008 Indonesian Science Institute
10 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based on hybrid method, 15th Annual WIT meeting
2011 14th Annual WIT meeting
11 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based on hybrid method
2012 15th Annual WIT meeting
12 Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based on conjugate direction (CD) method
2012 74th Annual Conference Exhibition incorporating SPE EUROPEC 2012, Denmark
13 3-D Optimization of Common Reflection Surface (CRS) attributes based on conjugate direction (CD) method
2013 Poster presentation at the Second Sustainable Earth Science Conference, France
14 Optimization of Common Reflection Surface 2014 Doctoral
36
(CRS) attributes based on conjugate direction approach using Powell search method
Dissertation Institute of Geophysics University of Hamburg
15 PenerapanMetodeResistivitasUntukMengidentifikasiStrukturBawahPermukaan DiSekitaranKampus ITS Surabaya
2014 Seminar danLokakaryaNasionalFisika 2014, UNESA Surabaya.
16 Application Resistivity Method Wenner Configuration For Interpreting The Spread Of Rock Archaeological Sites Images Wetan Temple Blitar District
2015 Poster presentation at The 5th Annual Basic Science International Conference (BaSIC 2015)Department of Chemistry,Faculty of Science, Brawijaya University
17 Interpretation Studies of Bouguer Anomaly Data and Density Rocks In The Region of Mount Merapi
2015 Oral presentation at The 5th Annual Basic Science International Conference (BaSIC 2015)Department of Chemistry,Faculty of Science, Brawijaya University
18 AplikasiMetode Very Low Frequency Electromagnetic (VLF-EM) untukKarakteristikBawahPermukaan di Daerah KapurDesaMelirangKecamatanBungahKabupaten Gresik
2015 Seminar Nasional HFI CabangJateng-DIY UniversitasSanata Dharma Yogyakarta
19 PenentuanStrukturBawahPermukaan Daerah TamanWisataPemandian AirPanasTahura R SoerjoCangarMenggunakanMetode VLF-EM
2015 2nd 2015 International Conference on Sensor, Sensor System, and
37
Actuator, Bali, Indonesia
20 Pemetaan TingkatResikoGempaBumi DiSekitar Wilayah KotaJayapuraBerdasarkanPengukuranMikrotremor
2015 Seminar NasionalFisika (SNF) 2015, UnivesitasNegeri Jakarta. Physics in the Future: Education, Application, Sustainable Development and Innovation
21 Improving of 2-D Common Reflection Surface (CRS) Attributes Using Powell Optimization Method
2015 The 2015 International Conference on Mathematics, its Applications, and Mathematics Education (ICMAME 2015)at Sanata Dharma University, Yogyakarta, Indonesia
ANGGOTA:
1. Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. rer. nat. Bintoro Anang Subagyo
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Alamat rumah : Perum UNTAG, NgindenBaru VIII/A-7, Surabaya 60118
d. No. Telp : 085607424277
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : PhD in Theoretical Physics, University of Oldenburg (Feb. 2011 – Aug. 2013)
Master of science in Physics Institut
38
Teknologi Bandung(2004 – 2006) Bachelor of science in Physics, InstitutTeknologi Bandung (1998- 2003)
i. Golongan Pangkat dan NIK : III b/19800330201212002
j. Jabatan Fungsional :
k. Jabatan Struktural :
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Fisika Teori
o. Waktu untuk Penelitian ini : 4 jam/minggu
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul :
b. Publikasi Ilmiah : BurkhardKleihaus, Jutta Kunz, EugenRadu,BintoroSubagyo, “Axially symmetric static scalar solitons and black holes with scalar hair”,arXiv:1306.4616.
Jutta Kunz, Eugen Radu, BintoroSubagyo “Gravitating vortons as ring solitons in general relativity”, Phys. Rev. D 87 (2013) 104022.
EugenRadu, BintoroSubagyo, “Spinning scalar solitons in anti-de Sitter spacetime”, Phys.Lett. B717 (2012) 450-457.
BurkhardKleihaus, Jutta Kunz, EugenRadu,BintoroSubagyo,“Spinning black strings in five dimensional Einstein-Gauss-Bonnet gravity”,Phys.Lett. B713 (2012)110-116
2. Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Endarko, M.Si.
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Alamat rumah : Kedung Tarukan Baru IV/E -19,
Surabaya
d. No. Telp : 082147633061
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
39
h. Pendidikan : S1, UGM, SSi, 1998, Electronic and
Instrumentation/Mathematics and Natural Sciences
: S2, ITB, M.Si., 2003. Elektronic and
Instrumentation/ Matematika and
Natural Sciences.
: S3, Phd, 2012, University of Strathclyde, Glasglow, UK
Electronic and Electrical Engineering.
i. Golongan Pangkat dan NIK : III-C / 197411171999031001
j. Jabatan Fungsional : Lektor
k. Jabatan Struktural : Kepala Laboratorium Instrumentasi
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Fisika Instrumentasi
o. Waktu untuk Penelitian ini : 3 jam/minggu
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul :
1. Measurement of Resistivity Formation with the Resistivity Logging
Method Using Dual Laterolog Tool (DLT) (1999).
2. Design and Analysis Characteristics logic gate AND, OR, NOT, and
NOR by X Crossing and Y Branching with FDBPM, (2000)
3. Design and Analysis Characteristics Low Pass and High Pass filter
with FDTD Method (2001).
4. Analysis Characteristics Antenna Slot, Patch, and CPW with FDTD
Method (2001).
4. Development of Single-board Web Server Based on AT90S8515 And
Its more general Application in Physics (2002)
5. Application of Artificial Neural Network for Recognizing of hand
writing using Back-propagation Method (2004).
6. Image Processing and Artificial Neural Network for Identification
Vocal Cord (2005).
7. Design and Fabrication of Photonic Devices Based on the substance of
40
optic polymer as function of WDM and TE-TEM Polarization (2005).
8. Evaluate quality of food (flesh oven) using Fiber Optics and Artificia
Neural Network (2007)
9. Electro-Acupuncture Stimulator: Medical treatment Alternative using
Electro-acupuncture for healing of diseases (2007)
10. Rancang Bangun Sistem Dekontaminasi dan Strerilisasi Pada Proses
Penjernian Air Sungai Berbasis Lampu Ultraviolet (UV), Penelitian
Laboratorium (PNBP ITS), 2012
b. Publikasi Ilmiah :
1. Endarko, Farid Afandy, Application of processing of image of ECG
and Artificial Neural Network to identify the heart sickness coroner,
Journal on Physics and Its Application, Volume 2, Number 2, July
2006, ISSN: 1858-036X.
2. Endarko, OpenOffice.org Calc for Modeling of Projectile Motion ,
Proceeding of Seminar Nasional Pascasarjana V, August 2 2005, ITS
Surabaya, Indonesia.
3. Endarko and Aditya Aris, Image Processing and Artificial Neural
Network for pattern recognizing of hand writing, Journal on Physics
and Its Application, Volume 1, Number 2, July 2005, ISSN: 1858-
036X.
4. Endarko, Control On-Off of LED Use The Single Board Web Server,
Proceeding of Seminar Nasional ISNU, pp. 15 - 21, Graha Sepuluh
Nopember ITS- Surabaya, June 16th 2004.
5. Endarko, Bambang M, Muzakir, and M. Soetomo, Design and
Fabrication Electrocardiograph provide with the Artificial Neural
Network to identify Q pathologies, Proceeding of The First Jogja
Regional Physics Conference 2004, 11 September 2004, Yogyakarta
Indonesia.
6. Agus Rubiyanto, Endarko, Suryadi, A. Y. Rohedi: . Integrated Electro
Optical Quarter Wave Plate in Lithium Niobate, in the International
Symposium on Modem Optics and Its Applications, August 27-29,
Bandung (2003).
41
7. Endarko, Digital Thermometer of Low Impedance with MCS51,
Proceeding of Seminar on Physics and Its application 2003, ITS
Surabaya, pp.112-115, 2003.
8. Endarko, Development of Sensor Temperature based on LM334 with
MCS51 for remote sensor , Proceeding of Seminar on Theoretical and
Computation Physics Group (TCPG-Unsyiah), pp. 91-94, 2003
3. Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Gontjang Prajitno, M.Si
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Alamat rumah : Pondok Matitim, Blok QQ-17 Surabaya
d. No. Telp : 081357001993
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Kresten
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : S1, ITS, SSi, 2005. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
: S2, ITS, Msi, 2007. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
i. Golongan Pangkat dan NIK : III-C/19660102 199003.1.001
j. Jabatan Fungsional : Lektor
k. Jabatan Struktural : Sekertaris prodi pascasarjana Fisika
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Optoelektronika
o. Waktu untuk Penelitian ini : 3 jam/minggu
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul :
1. Perancangan dan Pembuatan Antena Panel Mikrostrip Biquad 4
Array yang Bekerja Pada Frekuensi 2,4GHz, Penelitian
Laboratorium (PNBP ITS), 2012
b. Publikasi
42
1. Anita Wahyuni, M. Arief Bustomi, Gontjang Prajitno, Agus
Rubiyanto. Analysis of Position Acoustic Detector on Cylindrical
Photoacoustic Resonator. International Conference on Mathematics
and Series. Surabaya 2011.
4. Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Faridawati, SSi., MSi.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat rumah : Sidotopo Lor V/ 33 A Surabaya
d. No. Telp : 08563114303
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan : S1, ITS, SSi, 2005. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
: S2, ITS, Msi, 2007. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
i. Golongan Pangkat dan NIK : III b/19800330201212002
j. Jabatan Fungsional : Asisten ahli
k. Jabatan Struktural :
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Optoelektronika
o. Waktu untuk Penelitian ini : 5 jam/minggu
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul : Prosedur penentuan tipe moda
terpandu pada pandu gelombang
nonlinear lima lapis (2011).
Analisa pandu gelombang nonlinear
lima lapis (2009).
: Pengembangan Lampu LED (Light
Emitting Diode)) Sebagai Alat Bantu
43
Pengumpul Ikan pada Perikanan
Lampu (Light Fishing) (2012)
p. Publikasi Ilmiah :
Faridawati, Yono Hadi Pramono, sudarsono, Characterization of five
layers waveguides slab structure based on polymer polystyrene (PS) and
Polymethyl Methacrylate (PMMA) ( 2014).
Sudarsono, Yono Hadi Pramono, Faridawati, Aplication Of Material
polymer polystyrene and polymethyl methacrylate as five layers optical
waveguides slab structure, (2014).
Faridawati, Yono Hadi Pramono, Ali yunus Rohedi Analizing
Effectiv Refractive Indeks And Electric Field Variations In Two Border
Areas Layers To Design Vaweguide Multilayer (2013)
5. Anggota
a. Nama Lengkap dan Gelar : Heru Sukamto, SSi., MSi.
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Alamat rumah : Jalan Teratai gang 2 no 5 Jombang
d. No. Telp : 085731494984
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Islam
g. Status : Single
h. Pendidikan : S1, ITS, SSi, 2007. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
: S2, ITS, Msi, 2010. Fisika FMIPA
Optik- Optoelektronika
i. Golongan Pangkat dan NIK : III- B/19841109201212 1 001
j. Jabatan Fungsional :
k. Jabatan Struktural :
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Fisika Teori
o. Waktu untuk Penelitian ini : 3 jam/minggu
44
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul :
b. Publikasi Ilmiah : Extradimensions Corection for
Fermionic Casimir Effect in a Three-
Dimensional Box, Journal of Modern
Physics.
6. Nama Lengkap dan Gelar : Diky Anggoro SSi., MSi.
b. Jenis Kelamin : Pria
c. Alamat rumah :
d. No. Telp : 08986477109
e. E-mail : [email protected]
f. Agama : Islam
g. Status : Menikah
h. Pendidikan :
i. Golongan Pangkat dan NIK :
j. Jabatan Fungsional :
k. Jabatan Struktural :
l. Fakultas/Program Studi : MIPA / Fisika
m.Perguruan Tinggi : ITS
n. Bidang Keahlian : Optoelektronika
o. Waktu untuk Penelitian ini : 4 jam/minggu
p. Pengalaman Penelitian :
a. Judul :
p. Publikasi Ilmiah :
45
Lampiran 2
DAFTAR LUARAN
Program : Pengabdian Masyarakat Nama Ketua Tim : Dr. rer. nat. Bintoro Anang Subagyo
Judul : pelatihan peningkatan kemampuan guru Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Madrasah Aliyah (MA) se Jawa Timur dalam bidang astronomi dengan menggunakan teleskop Vixen – VMC 200L – 8” F/9.5. Artikel Konferensi
No Judul Artikel
Detil Konferensi
(Nama, Penyelengara,
Tempat, Tanggal)
Status
Kemajuan*
1
Caracterization Of Five-
Layer Waveguides Slab
Stucture Based On Polymer
Polystyrene and Polymethyl
Methacrylate
Seminar dan Lokakarya
Nasioanal. UNESA,
Surabaya, 21 November
2014
Submitted
In Progres
*) Status kemajuan: Persiapan, submitted, under review, accepted, presented
46
47
Lampiran 3
SALINAN PUBLIKASI
(Makalah yang Bapak Seminarkan)