10
567 Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017 e-ISSN:2549-9793 http://jtsl.ub.ac.id PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) Bramantia Setiawan, Sudarto * , dan Aditya Nugraha Putra Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang 65145 * penulis korespondensi: [email protected] Abstract Pujon is one area in East Java province, which often landslides. Relief hilly to mountainous with steep slope to steep and high rainfall intensity causes landslides. Given the magnitude of the threat of landslides, it is necessary to study the estimation of landslide area by utilizing the limited data, especially the area around the transport path. Information about potential landslide hazard map is indeed very good, but often encountered problems in preparation for recording at least a landslide. This problem can be solved by a method called Analytic Hierarchy Process (AHP). This method can be used when there is limited quantitative data. The research was conducted in the Kalikonto watershed, Malang, East Java Province. The results showed that Pujon can be grouped into four classes of landslide susceptibility, namely: not vulnerable, somewhat vulnerable, vulnerable and very vulnerable. The area is not vulnerable area of 9,770 ha, or 64.05% of the total area, somewhat vulnerable area of 4.9001 ha or 30.82%, vulnerable of 768 ha or 5.03% and the area is very vulnerable of 14.85 ha or 0.1 %. The factors that most influence susceptibility to landslides in Pujon is a slope with a score of 45% weight of all parameters. However, the assessment of AHP in Pujon not fully applicable. Estimation of the potential hazard of landslides manually generate distribution maps of landslides are quite accurate, but the use of expert choice could not be applied. Keywords: analytic hierarchy process, landslide Pendahuluan Longsor merupakan salah satu bentuk bencana alam berupa perpindahan massa tanah secara alami, dalam waktu yang singkat dan volume yang besar. Perpindahan massa tanah ini dapat menyebabkan kerusakan di daerah yang terkena dampaknya. Suatu kawasan dapat dinyatakan memiliki potensi longsor apabila memiliki lereng curam (>25%), memiliki bidang luncur berupa lapisan bawah permukaan tanah yang semi permeabel dan lunak serta terdapat cukup air untuk menjenuhi tanah di atas bidang luncur (Karnawati, 2001). Beberapa faktor tersebut dijumpai di Kecamatan Pujon. Kecamatan Pujon adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Malang yang memiliki luas wilayah ± 15.270,7 ha. Reliefnya yang berbukit- bergunung dan kelerengannya yang terjal menyebabkan Kecamatan Pujon sering mengalami bencana alam terutama longsor. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, melaporkan bahwa pada periode bulan Desember tahun 2015 hingga Maret 2016 telah terjadi 4 kejadian bencana longsor yang mengakibatkan lima korban jiwa di Pujon. Informasi tentang kerawanan longsor dapat disajikan dengan baik dan jelas apabila dalam bentuk peta. Penentuan kawasan rawan longsor seringkali sulit dilaksanakan karena kurangnya data yang diperlukan untuk menduganya. Intarawichian dan Dasananda (2010) menyebutkan bahwa akurasi peta ancaman longsor tergantung dari

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

567

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSORDI KECAMATAN PUJON MENGGUNAKAN METODE

ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Bramantia Setiawan, Sudarto*, dan Aditya Nugraha Putra

Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang 65145* penulis korespondensi: [email protected]

Abstract

Pujon is one area in East Java province, which often landslides. Relief hilly to mountainous withsteep slope to steep and high rainfall intensity causes landslides. Given the magnitude of the threatof landslides, it is necessary to study the estimation of landslide area by utilizing the limited data,especially the area around the transport path. Information about potential landslide hazard map isindeed very good, but often encountered problems in preparation for recording at least a landslide.This problem can be solved by a method called Analytic Hierarchy Process (AHP). This methodcan be used when there is limited quantitative data. The research was conducted in the Kalikontowatershed, Malang, East Java Province. The results showed that Pujon can be grouped into fourclasses of landslide susceptibility, namely: not vulnerable, somewhat vulnerable, vulnerable and veryvulnerable. The area is not vulnerable area of 9,770 ha, or 64.05% of the total area, somewhatvulnerable area of 4.9001 ha or 30.82%, vulnerable of 768 ha or 5.03% and the area is veryvulnerable of 14.85 ha or 0.1 %. The factors that most influence susceptibility to landslides in Pujonis a slope with a score of 45% weight of all parameters. However, the assessment of AHP in Pujonnot fully applicable. Estimation of the potential hazard of landslides manually generate distributionmaps of landslides are quite accurate, but the use of expert choice could not be applied.

Keywords: analytic hierarchy process, landslide

Pendahuluan

Longsor merupakan salah satu bentuk bencanaalam berupa perpindahan massa tanah secaraalami, dalam waktu yang singkat dan volumeyang besar. Perpindahan massa tanah ini dapatmenyebabkan kerusakan di daerah yang terkenadampaknya. Suatu kawasan dapat dinyatakanmemiliki potensi longsor apabila memilikilereng curam (>25%), memiliki bidang luncurberupa lapisan bawah permukaan tanah yangsemi permeabel dan lunak serta terdapat cukupair untuk menjenuhi tanah di atas bidangluncur (Karnawati, 2001). Beberapa faktortersebut dijumpai di Kecamatan Pujon.Kecamatan Pujon adalah salah satu kecamatandi Kabupaten Malang yang memiliki luas

wilayah ± 15.270,7 ha. Reliefnya yang berbukit-bergunung dan kelerengannya yang terjalmenyebabkan Kecamatan Pujon seringmengalami bencana alam terutama longsor.Badan Penanggulangan Bencana Daerah(BPBD) Kabupaten Malang, melaporkanbahwa pada periode bulan Desember tahun2015 hingga Maret 2016 telah terjadi 4 kejadianbencana longsor yang mengakibatkan limakorban jiwa di Pujon. Informasi tentangkerawanan longsor dapat disajikan dengan baikdan jelas apabila dalam bentuk peta. Penentuankawasan rawan longsor seringkali sulitdilaksanakan karena kurangnya data yangdiperlukan untuk menduganya. Intarawichiandan Dasananda (2010) menyebutkan bahwaakurasi peta ancaman longsor tergantung dari

Page 2: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

568

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

jumlah dan kualitas data yang tersedia, skala,dan pemilihan metode yang tepat dari analisisserta permodelan. Guzzetti et al. (1999)menyebutkan bahwa pemetaan ancamanlongsor sangat baik menggunakan pendekatanstatistik dalam menganalisis hubungan historisantara faktor pengendali longsor dan distribusitanah longsor. Mengingat kondisi di atas, makaperlu dilakukan upaya pendugaan kawasanlongsor dengan memanfaatkan data yangterbatas. AHP merupakan salah satupendekatan statistik multikriteria yangmembantu kerangka berpikir manusia dimanafaktor logika, pengalaman, pengetahuan, emosi,dan rasa dioptimasikan ke dalam suatu prosessistematis. Marimin (2010) menyebutkan bahwaAHP sangat berguna pada situasi masalah yangmemerlukan pertimbangan atau pada situasiyang kompleks. Situasi yang dimaksudkanadalah ketika terdapat keterbatasan data daninformasi statistik yang hanya bersifat kualitatifberdasarkan pendapat atau pengalaman seorangahli, AHP mampu mendeskripsikan data yangbersifat kualitatif tersebut ke dalam bentukkuantitatif dengan pemberian numerik yangdisusun kedalam hierarki analitik. Berdasarkanhal diatas, metode AHP perlu digunakansebagai alternatif dalam menganalisiskerawanan longsor di Kecamatan Pujon yangdikaji dari data kualitatif berupa pendapat(judgement) yang dapat diubah ke dalam bentukkuantitatif dengan pemberian numerik. Tujuandari penelitian ini adalah (1) memetakan daerahkerawanan longsor di Kecamatan Pujon dan (2)menunjukkan faktor yang paling berpotensimenyebabkan terjadinya longsor di KecamatanPujon melalui metode AHP.

Metode Penelitian

Waktu dan lokasi penelitian

Penelitian dilakukan pada Bulan September-November 2016 di Kecamatan Pujon,Kabupaten Malang, Jawa Tmur. Pengolahandan analisis data dilakukan di LaboratoriumPedologi dan Sistem Informasi SumberdayaLahan, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian,Universitas Brawijaya.

Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan di lapangan untukmendapatkan informasi tentang kejadianlongsor adalah klinometer, GPS dan kameraserta alat tulis. Analisis AHP denganmenggunakan software Expert Choice 11,sedangkan sebaran potensi Kerawanan longsormenggunakan software ArcGIS 9.3Bahan yang digunakan adalah peta dasar yangditurunkan dari Peta Rupa Bumi Indonesia(RBI) skala 1:25.000 lembar Pujon danBanjarejo produksi Badan InformasiGeospasial, Peta Geologi lembar Malang danKediri skala 1:100.00 produksi DirektoratGeologi Bandung, Digital elevatiaon model(DEM) SRTM resolusi 30 m, citra Landsat 8yang direkam pada tanggal 28 Agustus 2016dan Data curah hujan tahun 2006-2015.

Tahap Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan beberapatahapan yaitu tahap persiapan, pembuatanbobot untuk menentukan skor melalui metodeAnalytic Hierarchy Process (AHP), tahap analisisdata, tahap akhir penelitian meliputi surveilapangan dan validasi hasil penelitian. Padatahap persiapan dilakukan perumusanpermasalahan dalam penelitian di lokasipenelitian. Studi lieteratur dilakukan untukmengetahui permasalahan yang ada tentanglongsor dan penentuan metode penelitian yangakan digunakan. Selain itu dilakukanpengumpulan data sekunder yang akan dipakaidalam bentuk peta yaitu peta administrasi, petalereng, peta litologi (jenis batuan), petapenggunaan lahan, peta curah hujan, dan petatitik pengamatan. Model builder dalam aplikasiArcGIS 9.3 digunakan untuk menduga potensilongsor secara manual. Metode builder inidilakukan dengan memasukan input berupa datasetiap peta parameter longsor dalam bentukshapefile yaitu lereng, jenis batuan, penggunaanlahan, curah hujan dan jarak titik observasidengan jalan. Bobot masing-masing parameterdiperoleh dari analisis AHP. Luaran dari modelbuilder ini adalah peta potensi kerawananlongsor. Pada tahap pembuatan bobot nilaiuntuk menghasilkan sebuah data kuantitatifdalam menyusun peta darerah rawan longsor,

Page 3: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 5

http://jtsl.ub.ac.id

harus dilakukan melalui metodeHerarchy Process (AHP). Tahap metode inimeliputi pembuatan hierarki, matriksperbandingan berpasangan, menghitung bobotprioritas, menghitung indeks konsistensi,menghitung rasio konsistensi dan menghitungprioritas global. Dalam penerapannya disinidigunakan perhitungan AHP secara manual.Keberadaan aplikasi Expert Choicedifungsikan sebagai pembanding dalam menilairasio konsistensi yang mana hasil perhitungan

Gambar 1. Struktur Hierarki Pembuatan Pembobotan Pemetaan Daerah Rawan Longsor

Faktor (parameter) dalam hierarki dibentuk atasdasar kondisi fisik wilayah penelitian danliteratur-literatur yang berkaitan denganpenelitian longsor. Selanjutnya dibuat matriksperbandingan berpasangan denganmemberikan nilai penting berdasarkan skalapenilaian antar dua elemen (Saaty, 2000) yangmenggambarkan pengaruh setiap elementerhadap masing-masing faktor yang setingkat.Tabel 1. Disajikan penilaian antara dua elemen.Hasil dari perbandingan tersebut berupa nilaipembobotan yang akan digunakan untuk

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576e-ISSN:2549-9793

harus dilakukan melalui metode Analytical(AHP). Tahap metode ini

meliputi pembuatan hierarki, matriksperbandingan berpasangan, menghitung bobot

tas, menghitung indeks konsistensi,menghitung rasio konsistensi dan menghitungprioritas global. Dalam penerapannya disinidigunakan perhitungan AHP secara manual.

Expert Choice hanyadifungsikan sebagai pembanding dalam menilai

konsistensi yang mana hasil perhitungan

manual dengan penggunaan aplikasi apakahmenunjukkan kesamaan rasio konsistensi. Bilamana terdapat kesamaan dan hasil rasiokonsistensi menunjukkan nilai samakonsistennya maka dapat direkomendasipenggunaan aplikasi Expert Choicedapat mempercepat dalam pengkajiannya.Gambar 1 menunjukkan bentuk hierarki padaproses pembuatan nilai pembobotan dalampemetaan kerawanan longsor di KecamatanPujon.

Gambar 1. Struktur Hierarki Pembuatan Pembobotan Pemetaan Daerah Rawan Longsor

Faktor (parameter) dalam hierarki dibentuk atasdasar kondisi fisik wilayah penelitian dan

literatur yang berkaitan denganor. Selanjutnya dibuat matriks

perbandingan berpasangan denganmemberikan nilai penting berdasarkan skalapenilaian antar dua elemen (Saaty, 2000) yangmenggambarkan pengaruh setiap elemen

masing faktor yang setingkat.nilaian antara dua elemen.

Hasil dari perbandingan tersebut berupa nilaipembobotan yang akan digunakan untuk

penentuan skor dalam pembuatan petakerawanan daerah rawan longsor. Bobottersebut selanjutnya diuji konsistensi nilainyadengan perhitungan indeks konsistensi denganrumus :

CI = (λ maks - n)/(n-1).

Keterangan :CI = indeks konsistensiλ maks = eigen value maksimumn = orde matriks

569

6, 2017

manual dengan penggunaan aplikasi apakahmenunjukkan kesamaan rasio konsistensi. Bilamana terdapat kesamaan dan hasil rasiokonsistensi menunjukkan nilai samakonsistennya maka dapat direkomendasi

Expert Choice ini supayadapat mempercepat dalam pengkajiannya.Gambar 1 menunjukkan bentuk hierarki padaproses pembuatan nilai pembobotan dalampemetaan kerawanan longsor di Kecamatan

Gambar 1. Struktur Hierarki Pembuatan Pembobotan Pemetaan Daerah Rawan Longsor

penentuan skor dalam pembuatan petakerawanan daerah rawan longsor. Bobottersebut selanjutnya diuji konsistensi nilainyadengan perhitungan indeks konsistensi dengan

indeks konsistensieigen value maksimumorde matriks

Page 4: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

570

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

selanjutnya dilakukan perhitungan rasiokonsistensi untuk melihat secara menyeluruhdari berbagai pertimbangan dengan rumus :

CR = CI/IR

Keterangan :CR = Rasio KonsistensiRI = Indeks Random

Jika CR < 0,1 maka nilai perbandinganberpasangan pada matriks kriteria yangdiberikan konsisten. Jika CR > 0,1 maka nilaiperbandingan berpasangan pada matrikskriteria yang diberikan tidak konsisten. Jikatidak konsisten, maka pengisian nilai-nilai padamatriks berpasangan pada unsur kriteriamaupun alternatif harus diulang.

Tabel 1. Skala Penilaian antara dua elemen (Saaty, 2000)

Bobot/TingkatSignifikan

Pengertian Penjelasan

1 Sama penting Dua faktor memiliki pengaruh yang sama terhadap sasaran3 Sedikit lebih

pentingSalah satu faktor sedikit lebih pengaruh dibandingkanfaktor lainnya.

5 Lebih penting Salah satu faktor lebih berpengaruh dibanding faktorlainnya.

7 Sangat lebihpenting

Salah satu faktor sangat lebih berpengaruh dibandingkanfaktor lainnya

9 Jauh lebihpenting

Salah satu faktor jauh lebih berpengaruh dibandingkanfaktor lainnya.

2,4,6,8 Antara nilaiyang diatas

Diantara kondisi diatas

Kebalikan Nilai kebalikan dari kondisi diatas untuk pasangan duafaktor yang sama

Tabel 2. Indeks Konsistensi Acak Rata-Rata Berdasarkan Orde Matriks (Saaty, 2000)

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,14 1,32 1,41 1,46 1,49

Hasil analisis dilakukan uji validasi melaluiaccuration assesment. Accuration assessmentmerupakan metode validasi sebuah data denganmenbandingkan data hasil analisis kerawananlongsor dengan hasil observasi di lapangan.Tujuan accuration assessment ini adalah untukmengetahui ketepatan klasifikasi yang telahdibuat. Peta sebaran daerah rawan longsor yangterdapat titik-titik sampel pengamatan diujidengan membandingkan data kejadian longsoraktual beberapa tahun terakhir yang diperolehdari BPBD Kabupaten Malang dan temuanfakta-faktanya dilapang melalui observasi dilapangan pada titik-titik pengamatan. Pengujianlapangan dilakukan pada 32 titik observasi,

dimana 18 titik berada di sekitar jalan utama,sedang sisanya sebanyak 14 titik observasiberada jauh dari jalan utama pada, baik padalahan budidaya maupun hutan. Selanjutnyatitik-titik pengamatan di area tebing jalan divalidasikan dengan menggunakan rumusberikut :

Accuration assessment = (Σ titik cocokdengan groundcheck)/(Σ semua titikpengamatan) x 100%

Menurut National Park Service VergetationInventory (NPSVI) (2010), hasil accurationassesment dikatakan akurat apabila nilai yangdihasilkan >80%. Jika nilainya <80% makadata yang dihasilkan tidak akurat. Selain itu,

Page 5: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

571

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

dilakukan analisis faktor yang palingberpengaruh terhadap kerawanan longsor diKecamatan Pujon dengan menggunakansoftware Expert Choice versi 11. Expert choiceadalah software statistik yang digunakan untukmembantu menunjukkan tingkat konsistensipengharkatan dan faktor yang palingmempengaruhi.

Hasil dan Pembahasan

Faktor penentu longsor seperti kemiringanlereng, litologi, penggunaan lahan, curah hujandan jarak titik pengamatan dari tebing jalandiamati di lapangan pada setiap lokasi titik-titikobservasi yang telah ditentukan. KlasifikasiKerawanan longsor yang digunakan dalampenyusunan peta Kerawanan longsor disajikanpada Tabel 3.

Tabel 3. Skor Tingkat Kerawanan Longsor

Tingkat KerawananLongsor

Skor

Tidak Rawan 0 - 0,15Agak Rawan 0,15 – 0,25

Rawan 0,25 – 0,35Sangat Rawan >0,35

Tabel 4 menunjukkan bobot setiap parameteryang paling berpengaruh terhadap pendugaanlongsor. Parameter lereng merupakanparameter yang paling berpengaruhmenyebabkan longsor sebesar 45%. Selain itu,hasil observasi yang digunakan untuk

menentukan nilai pembobotan AHP secaramanual ditunjukkan pada Tabel 5. Nilaipembobotan tersebut digunakan untukmenentukan pembobotan setiap faktor dalampembuatan peta daerah kerawanan longsormenggunakan model builder. Tabel 5menunjukkan bahwa nilai pembobotan yangdihasilkan memiliki konsistensi rasio yangkonsisten. Hal itu diartikan bahwa nilai atauskor yang dihasilkan dapat dipakai untukpembobotan karena tidak melebihi 10% (<0,1)dari nilai konsistensi rasio yang sudahditetapkan. Gambar 2 menyajikan hasilpendugaan kerawanan longsor di KecamatanPujon, dimana tingkat kerawanan longsorKecamatan Pujon umumnya termasuk kategoritidak rawan longsor yang mencapai luasan9.769,95 ha atau 64,05% dari luas wilayahkecamatannya. Wilayah desa yang termasukkategori tidak rawan longsor meliputi DesaWiyurejo, Madiredo, Ngabab, Ngroto, PujonLor, Pujon Kidul. Wilayah dengan kategoriagak rawan termasuk luas yaitu 4.700,97 ha atau30,82% dari luas Kecamatan Pujon. Wilayahagak rawan ini meliputi Desa, Sukomulyo,Tawangsari, Bendosari dan Pandesari. Wilayahkategori yang rawan hanya mencapai luasan767,61 ha atau 5,06% dari Kecamatan Pujon.Wilayah yang termasuk rawan tersebar di DesaNgebrong, Wiyurejo dan Sukomulyo.Sedangkan wilayah kategori yang sangat rawanmencapai luasan 14,85 ha atau 0,10% meliputiDesa Ngebrong. Peta kerawanan longsor diujidi lapangan dengan menggunakan 32 titikpengamatan di sekitar tebing jalan sebanyak 18titik dan 14 titik diluar kawasan tebing jalan.

Tabel 4. Bobot Setiap Parameter (Kriteria)

(a) (b) (c) (d) (e) Bobot

Lereng (a) 1 5 5 7 3 0,45

Litologi (b) 0,2 1 0,2 0,2 3 0,08

Penggunaan Lahan (c) 0,2 5 1 0,14 3 0,14

Curah Hujan (d) 0,14 5 7 1 5 0,27

Jarak dari Tebing Jalan (e) 0,3 0,3 0,3 0,2 1 0,06

CR 0,04

Page 6: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

572

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

Tabel 5. Bobot Kelas pada Masing-Masing Parameter (Sub Kriteria)

Faktor (1) (2) (3) (4) (5) BobotLereng(1) <8 1 0,5 0,3 0,2 0,14 0,02(2) 8-15 2 1 0,3 0,2 0,14 0,03(3) 15-25 3 3 1 0,3 0,3 0,06(4) 25-40 5 5 3 1 0,25 0,12(5) >40 7 7 3 4 1 0,22Konsistensi Rasio = 0,05Litologi(1) Breksi gunungapi dan Lava 1 5 7 0,006(2) Breksi gunungapi dan Tuf 0,2 1 3 0,015(3) Lava dan Breksi 0,14 0,3 1 0,058Konsistensi Rasio = 0,0316Penggunaan Lahan(1) Hutan Alami 1 0,3 0,14 0,2 0,01(2) Semak/hutan Produksi 3 1 0,2 0,25 0,02(3) Tegalan 7 5 1 0,2 0,04(4) Pemukiman 5 4 5 1 0,07Konsistensi Rasio = 0,0818Curah Hujan(1) <1000 1 0,3 0,3 0,17 0,14 0,01(2) 1000 -1500 3 1 0,5 0,3 0,14 0,02(3) 1500-2000 3 2 1 0,3 0,2 0,03(4) 2000-2500 6 3 3 1 0,14 0,06(5) >2500 7 7 5 7 1 0,15Konsistensi Rasio = 0,08Jarak Titik Pengamatan dari Tebing Jalan(1) <50 1 7 5 5 5 0,032(2) 50-100 0,14 1 4 3 3 0,015(3) 100-150 0,2 0,25 1 2 2 0,008(4) 150-200 0,2 0,3 0,5 1 1 0,005(5) >200 0,2 0,3 0,5 1 1 0,005Konsistensi Rasio = 0,0933

Uji akurasi dilakukan sebanyak 18 titik disekitar tebing jalan dengan membandingkanhasil pendugaan melalui model builder dengankenyataannya di lapangan. Hasil pengujian dilapangan disajikan pada Pada Tabel 6. Hasil ujiakurasi menunjukkan keakurasian/kesamaanhasil sebesar 83,3%, dengan demikian modelyang dipakai dapat digunakan untuk mendugapotensi longsor di Kecamatan Pujon. Hasil ujiakurasi menunjukkan bahwa keakurasiansebesar 83,3% sudah dapat menyatakan bahwa

sebagian besar wilayah di dalam peta benar.Walaupun terdapat sisa sebesar 16,7% yangtidak sesuai, hal itu tidak mengurangi tingkatkeakurasian peta karena sudah lebih dari 80%.Tidak sesuainya ini dikarenakan pembobotanyang digunakan dari hasil perhitungan AHPmanual tidak sepenuhnya cocok pada beberapawilayah. Penilaian AHP menunjukkan hasilyang over estimate pada beberapa wilayah diKecamatan Pujon yang mana hal ini tidak tepatdengan kebenarannya di lapangan.

Page 7: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

573

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

Gambar 2. Peta Pendugaan Kerawanan Longsor.

Tabel 6. Hasil uji validasi pendugaan longsor

Hasil Pendugaan Hasil Uji Lapangan (18 titik)TidakRawan

AgakRawan

Rawan SangatRawan

Akurasi(%) Status

Tidak Rawan 2 1 2 11,1Agak Rawan 3 16,7Rawan 10 55,5Sangat RawanTotal 83,3 Akurat

Page 8: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

574

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

Lereng merupakan variabel yang palingmempengaruhi kerawanan longsor diKecamatan Pujon dengan persentase pengaruh45% dari semua parameter (Tabel 4). Tabel 6menunjukkan pembobotan prioritas faktoryang mempengaruhi longsor melalui prosesperhitungan AHP. Lereng menjadi faktor yangpaling mempengaruhi longsor di KecamatanPujon karena lereng diberi nilai penting yangpaling tinggi dibandingkan dengan faktor yanglain menurut skala penilaian antar elemen(Saaty, 2000) yang kemudian diolah denganmetode AHP. Dasar pemberian nilai tinggipada lereng adalah ilmu pemahaman sang ahlitentang faktor yang mempengaruhi longsorkhususnya pada wilayah Kecamatan Pujon.Sang ahli yang dimaksud pada penelitian iniadalah para responden yang memberikanpenilaian untuk disusun menjadi sebuah bobotpenilaian peta. Sang ahli ini meliputi dua orangpegawai pada instansi Badan PenanggulanganBencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malangdan seorang sarjana pertanian yang memilikipengetahuan dan pengalamana tentang longsor.Perhitungan metode AHP yang dilakukan

adalah secara manual, namun ketikadibandingkan dengan menggunakan aplikasiExpert Choice ditemukan perbedaan. AplikasiExpert Choice menunjukkan perbedaan kriteria(parameter utama) dan sub kriteria yaitupenggunaan lahan dengan nilai rasiokonsistensi yang tidak konsisten. Peranpenggunaan aplikasi Expert Choice adalahsebagai pembanding apakah nilai rasiokonsistensi yang dihasilkan secara perhitunganmanual sama dengan hasil dari Expert Choice.Dengan input nilai penting yang sama dalamproses perhitungannya diharapkanmenunjukkan nilai rasio konsistensi yang samaatau tidak jauh berbeda dan konsisten (<10%).Apabila menunjukkan kesamaan maka aplikasiExpert Choice dapat direkomendasikan untukdipakai sehingga dapat mempercepat dalammenganalisis perhitungan AHP, namun jikatidak maka aplikasi tersebut sebaiknya tidakdipakai. Tabel 6 menunjukkan perbandingannilai rasio konsistensi yang dihasilkan dariperhitungan manual dengan aplikasi ExpertChoice.

Tabel 6. Perbandingan Nilai Rasio Konsistensi yang dihasilkan

Perhitungan Nilai Rasio konsistensiNo

.Uji Konsistensi Manual

Status RasioKonsistensi

ExpertChoice

Status RasioKonsistensi

1 Antar Kriteria 0,04 Konsisten 0,33 Tidak Konsisten2 Sub Kriteria Lereng 0,05 Konsisten 0,06 Konsisten3 Sub Kriteria Litologi 0,03 Konsisten 0,06 Konsisten

4Sub Kriteria Pengunaanlahan

0,08Konsisten

0,21Tidak Konsisten

5 Sub Kriteria Curah Hujan 0,08 Konsisten 0,09 Konsisten

6Sub Kriteria Jarak TitikPengamtan dari TebingJalan

0,09Konsisten

0,10Konsisten

Nilai rasio konsistensi yang tidak konsistendapat diartikan bahwa nilainya kurang dari 0,1atau 10% dari standar metode AHP yang sudahditentukan dan bobot penilaian yang dihasilkantidak dapat digunakan karena bila digunakankedepannya dapat mengurangi tingkat rasiokonsistensi faktor yang ada dibawahnya (sub

kriteria). Hal itu terlihat pada salah satu subkriteria (penggunaan lahan) yang menunjukkantidak konsisten sebagai akibat kriteria diatasnyasudah tidak menunjukkan rasio konsistensiyang konsisten. Sesuai juga menurut Achsin(2011), pola ketergantungan atau pengaruhdalam model AHP adalah searah ke atas yang

Page 9: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

575

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

berarti perbandingan antara elemen-elemendalam satu level dipengaruhi atau tergantungelemen dalam level diatasnya. Selain itu, rasiokonsistensi bersumber dari matriksperbandingan berpasangan yang telah dibuat,jika matriks perbandingan berpasangannya sajasudah tidak menunjukkan rasio konsistensiyang konsisten, perhitungan tahap selanjutnyaakan menghasilkan rasio konsistensi yang tidakakurat (tidak konsisten). Terjadinya perbedaanyang cukup jelas pada nilai rasio konsistensiantar kriteria dan sub kriteria penggunaan lahanpada aplikasi Expert Choice didugamembutuhkan persyaratan khusus untuk datayang dapat digunakan. Pertama, input skalapenilaian yang diberikan bisa jadi keliru dariperspektif aplikasi Expert Choice. Walaupundilakukan perhitungan melalui AHP secaramanual menunjukkan nilai rasio konsistensiyang konsisten, ternyata tidak menjamin padaperhitungan melalui aplikasi Expert Choice dapatmenerjemahkan hasil dengan nilai rasiokonsistensi yang konsisten juga. Kedua, didugasistem hierarki yang telah dibuat begitukompleks. Banyaknya sub kriteria pada setiapkriteria dan tidak seragamnya jumlah subkriteria yang telah ditentukan, membuat sistemaplikasi Expert Choice kesulitan untuk menjaganilai hasil pembobotan untuk konsisten.Menurut Rosa (2009) semakin banyak jumlahkandidat dan jumlah kriteria, penggunasemakin tidak mudah menjagakekonsistenannya saat menetapkan skalaprioritas perbandingan antara dua objek. Haltersebut dapat diperbaiki dengan melakukanrevisi terhadap penilaian yang telah dilakukan.Dengan demikian, dapat dikatakan bahwaperhitungan AHP dengan menggunakanaplikasi Expert Choice tidak efektif. Expert Choicetidak efektif untuk menghasilkan bobot setiapkriteria guna pemetaan daerah rawan longsorkarena bobot yang dihasilkan tidakmenunjukkan nilai rasio konsistensi yangkonsisten pada beberapa kriteria. Nilai rasiokonsistensi tujuan untuk menvalidasi apakahmatriks perbandingan telah memadai dalammemberikan penilaian secara konsisten ataubelum. Sedangkan perhitungan AHP secaramanual menunjukkan rasio konsistensi yang

konsisten. Rasio konsistensi yang konsistenmembuktikan bahwa nilai bobot untuk scoringdapat dipertanggungjawabkan ketepatannyakarena sudah memenuhi syarat mutlakkebenaran metode AHP yaitu nilai rasiokonsistensi < 0,1. Alangkah lebih baiknyamenggunakan AHP secara manualdibandingkan dengan menggunakan aplikasiExpert Choice karena lebih jelas prosesperhitungannya sehingga apabila terjadikesalahan dapat diketahui penyebabnya secarajelas dan dapat segera di evaluasi.

Kesimpulan

Faktor yang paling mempengaruhi dalamkerawanan longsor di Kecamatan Pujon adalahlereng dengan persentase pengaruh 45% dariseluruh parameter yang dipakai. Penggunaanperhitungan AHP secara manual lebih efektifdibandingkan dengan menggunakanperhitungan menggunakan aplikasi ExpertChoice karena penggunaan aplikasi tidak dapatmenghasilkan nilai konsistensi rasio yangkonsisten sehingga disarankan untuk tidakdipakai.

Daftar Pustaka

Achsin, M. 2011. Penentuan Lokasi PembangunanPerumahan di Kota Malang: Penerapan AnalyticHierarchy Process (AHP). UGM. Yogyakarta

Guzzetti, F., Cardinali, M., Carrara, A. andReichenbach, P. 1999. landslide hazardevaluation: an aid to a sustainable development.Journal of Geomorphology 31:181-216.

Intarawichian, N. and Dasananda, S. 2010.Analytical hierarchy process for landslidesusceptibility mapping in lower Mae ChaemWatershed, Northern Thailand. Journal of Scienceand Technology 17(3):277-292.

Karnawati, D. 2001. Bencana Alam Gerakan TanahIndonesia Tahun 2000 (Evaluasi danRekomendasi). Jurusan Teknik Geologi.Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta.

Marimin. 2010. Aplikasi Teknik PengambilanKeputusan dan Manajemen Rantai Pasok. IPBPress, Bogor

National Park Service Vegetation Inventory(NPSVI). 2010. Thematic Accuracy Assessment

Page 10: PEMETAAN DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN PUJON

576

Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 4 No 2 : 567-576, 2017e-ISSN:2549-9793

http://jtsl.ub.ac.id

Procedures. U.S. Department of the InteriorNational Park Service. Colorado, USA.

Rosa, De Lima. 2009. Pengukuran IndeksKonsistensi dalam Proses PengambilanKeputusan Menggunakan Metode AHP.Bandung. Jurusan Teknik Informatika,Universitas Katolik Parahyangan.

Saaty, T.L. 2000. The Fundamentals of DecisionMaking and Priority Theory with the AnalyticHierarchy Process. Pennsylvia. University ofPittsburgh. Vol 1. (online):https://books.google.co.id/books/about/Fundamentals_of_Decision_Making_and_Prio.html?id=wct10TlbbIUC&redir_esc=y , diakses tanggal1 Februari 2017