Upload
others
View
11
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 1
PENUNTUN PRAKTIKUM
DAN LOG BOOK KOSMETIK
Oleh:
TIM PENYUSUN
NI PUTU AYU DEWI WIJAYANTI, S.FARM., M.SI., APT
I GUSTI NGURAH AGUNG DEWANTARA PUTRA, S.FARM., M.SC., APT
I GUSTI NGURAH JEMMY ANTON PRASETYA, S.FARM., M.SI., APT
EKA INDRA SETYAWAN, S.FARM., M.SC., APT
COKORDA ISTRI SRI ARISANTI, S.FARM., M.SI., APT
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN
2015
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 2
TATA-TERTIB PRAKTIKUM KOSMETIKA
1. Setiap kelompok praktikum harus sudah menyediakan alat-alat yang harus dipersiapkan
sebelum praktikum dimulai.
2. Setiap praktikan harus sudah hadir minimal 15 menit sebelum waktu praktikum dimulai.
3. Ujian pretest sebelum praktikum dilaksanakan pada hari dan jam praktikum, kecuali atas
izin Kepala Laboratorium.
4. Praktikan wajib memakai jas praktikum selama kegiatan praktikum.
5. Tas dan perlengkapan yang tidak digunakan untuk praktikum, disimpan di locker.
6. Selama mengikuti praktikum mahasiswa tidak diperkenankan membawa makanan/
minuman ke dalam laboratorium, mengobrol, meminjam alat/ buku kepada sesama
praktikan, menerima atau melakukan panggilan maupun mengirim pesan singkat melalui
ponsel yang dapat mengganggu jalannya praktikum.
7. Praktikan harus sudah menyelesaikan praktikum termasuk membereskan alat-alat
maksimal 15 menit sebelum waktu praktikum berakhir.
8. Praktikan wajib memeriksa dan menjaga kebersihan alat dan ruangan praktikum
sebelum, selama dan sesudah praktikum.
9. Jika terjadi kerusakan dan/atau kehilangan alat praktikum, maka praktikan bersama
kelompoknya diwajibkan mengganti alat dengan spesifikasi minimal sama sejumlah dua
kali alat yang hilang/rusak, dengan tenggang waktu penggantian maksimal sehari
sebelum praktikum selanjutnya.
10. Laporan praktikum dibuat berkelompok dan diserahkan koordinator praktikum dengan
ketentuan batas penyerahan sehari sebelum praktikum berikutnya. Keterlambatan
pangumpulan laporan dengan alasan apapun akan diberikan nilai 0.
11. Jurnal dan laporan dikumpulkan dikumpulkan pada hari praktikum jam 09.00 di meja
dosen masing-masing.
12. Praktikan yang tidak dapat mengikuti praktikum dengan alasan tertentu, harus
menyampaikan ijin secara tertulis maksimal sehari sebelum praktikum, dan wajib
bertukar posisi dengan praktikan pada praktikum berikutnya.
13. Jika ketidakhadiran praktikan karena sakit, maka surat ijin disampaikan secara tertulis
dengan melampirkan surat keterangan dokter paling lambat dua hari setelah hari
praktikum.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 3
KETENTUAN PENILAIAN PRAKTIKUM KOSMETIKA
Penilaian praktikum meliputi :
Keterampilan & pelaksanaan praktikum : 15 %
Jurnal praktikum : 20 %
Diskusi : 15 %
Laporan akhir : 20 %
Ujian Praktikum : 30 %
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 4
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM KOSMETIKA
COVER
• Tujuan
Tujuan umum dan tujuan khusus dalam melakukan percobaan praktikum.
• Tinjauan Pustaka
Teori-teori acuan yang menunjang topik percobaan yang dilakukan.
• Monografi Bahan
Berisikan tentang data sifat fisiko kimia dari bahan baku yang akan digunakan.
• Formula utama (pustaka) dan alternatif 1/2/3 etc (sesuaikan dgn bahan yg ingin
digunakan).
Formula utama : berisikan tentang formula yang diperoleh dari pustaka/jurnal dan
formula alternative berisikan formula yang akan diajukan dalam praktikan dalam
praktikum untuk dibuat
• Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
Keseluruhan alat-alat dan bahan percobaan yang digunakan dalam percobaan.
PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja keseluruhan dari topik percobaan yang dilakukan. Dibuat dalam
bentuk bagan kerja percobaan.
PERHITUNGAN
Perhitungan data yang diperoleh. Dalam bentuk tabel data.
• Evaluasi sediaan yang akan dilakukan
Daftar cara kerja dan jenis evaluasi yang akan dikerjakan dalam praktikum
• Kemasan serta etiket (primer dan sekunder)
Desain Kemasan yang akan digunakan dalam pengemasan produk jadi.
• Lembar pengamatan (evaluasi sediaan)
• Daftar pustaka
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 5
FORMAT JURNAL PRAKTIKUM KOSMETIKA
COVER
• Tujuan
Tujuan umum dan tujuan khusus dalam melakukan percobaan praktikum
• Pendahuluan/Dasar Teori
Latar belakang yang mendasari praktikum yang telah dikerjakan.
• Monografi Bahan
Berisikan tentang data sifat fisiko kimia dari bahan baku yang akan digunakan.
• Formula yang dikerjakan
Berisikan formula yang telah dikerjakan beserta perhitungannya, serta alasan yang
mendasari pemilihan formula tersebut.
• Prosedur Kerja
ALAT DAN BAHAN
Keseluruhan alat-alat dan bahan percobaan yang digunakan dalam
percobaan.
PROSEDUR KERJA
Prosedur kerja keseluruhan dari topik percobaan yang dilakukan. Dibuat
dalam bentuk bagan kerja percobaan.
PERHITUNGAN
Perhitungan data yang diperoleh. Dalam bentuk tabel data.
• Data
Keseluruhan data yang diperoleh dari hasil evaluasi sediaan yang telah dilakukan.
Pembahasan
Pembahasan dari analisis data yang dihasilkan. Teori yang mendasari dari pembacaan
data serta dicantumkan hasil penelitian berupa tabel-tabel, grafik dan gambar.
• Kesimpulan
Point-point penting dari keseluruhan yang diteliti. Kesimpulan merupakan jawaban
dari rumusan masalah yang diteliti dalam percobaan.
• Daftar pustaka
• Laporan dikumpul beserta sediaannya.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 6
BODY SCRUB
Tujuan
1. Memformulasi sediaan body scrub
2. Mengetahui pengaruh jumlah/jenis bahan abrasive yang digunakan terhadap evaluasi
sediaan
Dasar Teori
Kulit manusia bersifat dinamis yang artinya selalu berubah setiap saat, sel-sel
yang menyusun tubuh manusia selalu mengalami regenerasi kulit. Sel – sel tersebut
memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi dengan yang baru, namun pada
akhirnya semua sel-sel akan mengalami kematian secara total, begitu juga pada kulit
manusia. Bertambahnya usia akan mengakibatkan perubahan laju regenerasi pada kulit.
Penggantian sel yang berlangsung lambat akan mengakibatkan terjadinya penumpukan
sel-sel mati dan pigmen. Akibatnya, kulit tampak kusam dan kasar. (Tresna, 2010)
Selain faktor bertambahnya usia, faktor lingkungan juga berpengaruh terhadap
proses regenerasi kulit. Lingkungan yang tidak sehat karena polusi serta pola hidup
yang tidak teratur dapat mengakibatkan penurunan laju regenerasi sel – sel pada kulit.
Selain itu penggunaan kosmetik yang tidak cocok juga berpengaruh terhadap proses
regenerasi kulit
Salah satu produk perawatan kulit yang sering digunakan untuk mengatasi kulit
kusam yang disebabkan oleh sel – sel mati adalah body scrub. Body scrub merupakan
salah satu sediaan kosmetik yang digunakan untuk mengangkat sel – sel mati pada
kulit. Penggunan kosmetika ini dapat dikatakan sebagai kosmetika pembersih
mendalam (deepth cleansing), karena dapat mengelupaskan sel tanduk yang sudah
mati, sehingga akan menimbulkan peremajaan pada kulit. Kosmetik ini dapat berbentuk
krim atau pasta yang mengandung butiran-butiran kecil, yang dapat membantu
mengelupaskan kulit sel-sel yang sudah mati dengan cara digosokkan. Kosmetik ini
digunakan untuk semua jenis kulit. (Tresna, 2010)
Beras yang merupakan sumber karbohidrat yang menjadi sumber energi, dapat
bermanfaat bagi kulit. Beras dapat membantu melembabkan dan mampu meningkatkan
produksi kolagen kulit yang dapat membantu meningkatkan elastisitas kulit sehingga
kulit terlihat lebih cerah dan tampak lebih muda . Struktur kimia dalam beras mampu
membantu meregenerasi sel kulit yang telah rusak atau mati. Beras mengandung zat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 7
oryzanol yang mampu membantu memperbarui pigmen melamin dalam kulit dan dapat
menangkal sinar ultraviolet.
Berbagai permasalahan kulit khususnya kulit kering dan kusam yang
disebabkan oleh penumpukan sel – sel kulit yang mati yang dialami oleh masyarakat
Indonesia inilah yang mendorong dibuatnya formulasi, metode pembuatan serta
evaluasi sediaan body scrub yang mengandung beras putih yang dapat membantu
meregenerasi sel kulit yang telah rusak atau mati serta membantu meningkatkan
elastisitas kulit.
Alat dan Bahan
Alat
a. Timbangan elektrik
b. Penangas air
c. Batang pengaduk
d. Cawan porselin
e. Penjepit kayu
f. Termometer
g. Beaker glass
h. Kertas perkamen
i. Sendok tanduk
j. Pipet tetes
k. Gelas arloji
l. Mortir
m. Stamper
n. Wadah scrub
Bahan
a. Zaitun
b. Stearic Acid
c. Trietanolamin
d. Gliserin
e. Metil Paraben
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 8
f. Propil Paraben
g. Propilenglikol
h. Setil Alkohol
i. Essensial oil
j. Destilled Water
k. Bahan Abrasive
Prosedur Kerja
A. Pembuatan Basis
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan minyak zaitun, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen
lalu lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran basis.
B. Pembuatan Abrasif
1. Sangria tepung ketan dan tepung beras
2. Semua bahan yang diperlukan ditimbang
3. Campur semua bahan hinggan tercampur homogen
C. Pembuatan Scrub
1. Masukkan Campuran bahan abrasife ke dalam basis
2. Gerus hingga homogen
3. Masukkan sediaan scrub yang sudah jadi kedalam kemasan primer
4. Diberi etiket dan masukkan ke dalam kemasan sekunder.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 9
A. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 10
B. CARA KERJA
C. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 11
D. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 12
BODY LOTION
Tujuan
Memformulasi sediaan body lotion
Mengetahui pengaruh penambahan bahan/konsentrasi bahan dalam sediaan body
lotion terhadap sifat fisika dan kimia body lotion
Dasar Teori
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion
(losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al,
1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang
sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan
humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari tanaman,
hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin
lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 13
nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen
glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari
lotion yang dlinginkan untuk dikembangkan. Fungsi dari lotion adalah untuk
mempertahankan kelembaban kulit, melembutkan dan membersihkan, mencegah kehilangan
air, dan mempertahankan bahan aktif (Setyaningsih, dkk., 2007). Lotion juga dipakai untuk
menyejukkan, mengeringkan, anti pruritik dan efek protektif dalam pengobatan dermatosis
akut. Sebaiknya tidak digunakan pada luka yang berair sebab akan terjadi caking dan
runtuhan kulit serta bakteri dapat tetap tinggal di bawah lotion yang menjadi cake (Anief,
1984). Komponen-komponen yang menyusun lotion adalah pelembab, pengemulsi, bahan
pengisi, pembersih, bahan aktif, pelarut, pewangi, dan pengawet (Setyaningsih, dkk., 2007).
Proses pembuatan lotion adalah dengan cara mencampurkan bahan-bahan yang larut
dalam fase air pada bahan-bahan yang larut dalam fase lemak, dengan cara pemanasan dan
pengadukan (Schmitt, 1996). Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan lotion
adalah sun screen, humektan, thickening, mineral oil, setil alkohol, silikon dan preservatif.
Sun screen berfungsi sebagai ultra violet filter, yaitu melindungi kulit dari panas matahari
juga bahan dasar pembuatan krim/lotion. Gliserin sebagai humektan berfungsi menahan air di
bawah lapisan kulit agar tidak keluar sehingga mencegah kehilangan air yang berlebihan.
Mineral oil dan silikon berfungsi sebagai pelembab (moisturizing) kulit. (Setyaningsih, dkk.,
2007).
Setil alkohol berfungsi sebagai surfaktan, emolient dan pelembab (Setyaningsih, dkk.,
2007). Selain itu, setil alkohol pada sedian lotion berfungsi sebagai thickening agent (Rowe,
et al., 2003) dengan konsentrasi 2%, 6% dan 10%. Thickening merupakan pengental yang
berfungsi sebagai pengikat fasa minyak dan fasa air yang terkait dengan Hidrofil Lipofil
Balance (HLB). Thickening agent adalah suatu zat yang ditambahkan ke dalam suatu
formula, yang berfungsi sebagai bahan pengental atau pengeras di dalam formula lotion.
Bahan pengental atau thickening agents digunakan untuk mengatur kekentalan produk
sehingga sesuai dengan tujuan penggunaan kosmetik dan mempertahankan kestabilan dari
produk tersebut (Mitsui, 1997). Bahan pengental yang digunakan dalam pembuatan skin
lotion bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble
polymers digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer alami,
semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan
pengental polimer seperti gum alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan
dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan bahan
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 14
pengental dalam pembuatan skin lotion biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu
dibawah 2,5% (Strianse, 1996).
Alat dan Bahan
Bahan
a. Zaitun
b. Setaric Acid
c. Trietanolamin
d. Gliserin
e. Metil Paraben
f. Propil Paraben
g. Propilenglikol
h. Setil Alkohol
i. Essential oil
j. Destilled Water
Alat
a. Timbangan elektrik
b. Penangas air
c. Batang pengaduk
d. Cawan porselin
e. Penjepit kayu
f. Termometer
g. Beaker glass
h. Kertas perkamen
i. Sendok tanduk
j. Pipet tetes
k. Gelas arloji
l. Mortir dan stamper
Prosedur Kerja
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan minyak zaitun, setil alkohol dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
lelehkan dan suhu dijaga kostan (campuran A).
3. Larutkan Metil paraben dan Propil paraben dalam Propilenglikol (Campuran B).
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 15
4. Masukan trietanolamin, gliserin dan Campuarn B kedalam air (Campuran C)
5. Panaskan campuran C suhu 80oC.
6. Campurkan campuran A dengan campuran C dalam mortir yang telah
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 16
E. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 17
F. CARA KERJA
G. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 18
H. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 19
SABUN CAIR
Tujuan
Memformulasi sediaan sabun cair
Mengetahui pengaruh penambahan surfaktan terhadap daya busa sabun cair
Dasar Teori
Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asam-asam lemak.
Sabun mengandung garam C16 dan C18, namun dapat juga mengandung beberapa
karboksilat dengan bobot atom lebh rendah. Sekali penyabunan itu telah lengkap, lapisan air
yang mengandung gliserol dipisahkan, dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan. Gliserol
digunakan sebagai pelembab dalam tembakau, industri farmasi dan kosmetik. Sifat
melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air
dan mencegah penguapan air itu. Sabun dimurnikan dengan mendidihkannya dalam air bersih
untuk membuang lindi yang berlebih, NaCl dan gliserol. Zat tambahan (aditif) seperti batu
apung, zat warna dan parfum kemudian ditambahkan. Sabun padat itu dilelehkan dan dituang
kedalam suatu cetakan.
Suatu molekul sabun mengandung suatu rantai hidrokarbon panjang plus ion. Bagian
hidrokarbon dari molekul itu bersifat hidrofobik dan larut dalam zat-zat non polar. Sedangkan
ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Karena adanya rantai hidrokarbon, sebuah
molekul sabun secara keseluruhan tidaklah b enar-benar larut dalam air. Namun sabun mudah
tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yakni segerombol (50 - 150)
molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-ujung ionnya yang
menghadap ke air. (Ralph J. Fessenden, 1992)
Selain lemak dan alkali, pembuatan sabun juga menggunakan bahan tambahan yang
lain. Bahan lain yang digunakan untuk pembuatan sabun tersebut adalah bahan pembentuk
badan sabun, bahan pengisi, garam, bahan pewarna dan bahan pewangi. Bahan pembentuk
badan sabun (builder) diberikan untuk menambah daya cuci sabun, dapat diberikan berupa
natrium karbonat, natrium silikat dan natrium sulfat. Bahan pengisi (fillers) digunakan untuk
menambah bobot sabun, menaikkan densitas sabun, dan menambah daya cuci sabun. Bahan
pencuci yang ditambahkan biasanya adalah kaolin, talk, magnesium karbonat dan juga soda
abu serta natrium silikat yang dapat berfungsi pula sebagai antioksidan.
Garam juga dibutuhkan dalam pembuatan sabun yaitu berfungsi sebagai pembentuk
inti pada proses pemadatan. Garam yang ditambahkan biasanya adalah NaCl. Dengan
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 20
menambahkan NaCl maka akan terbentuk inti sabun dan mempercepat terbentuknya padatan
sabun. Garam yang digunakan sebaiknya murni, tidak mengandung Fe, Cl, atau Mg. Jika
akan dibuat sabun cair, tidak diperlukan penambahan garam ini.
Beberapa bahan diperlukan sebagai antioksidan, yaitu bahan yang dapat menstabilkan
sabun sehingga tidak menjadi rancid. Natrium silikat, natrium hiposulfit, dan natrium
tiosulfat diketahui dapat digunakan sebagai antioksidan. Stanous klorida juga merupakan
antioksidan yang sangat kuat dan juga dapat memutihkan sabun atau sebagai bleaching agent.
Sedangakan untuk bahan tambahan parfum, yang biasa digunakan adalah patchouli alcohol,
cresol, pyrethrum, dan sulfur. Pada sabun cuci juga digunakan pelarut organic seperti
petroleum naphta dan sikloheksanol.
Dalam hal ini yang perlu untuk diketahui adalah bahwa sifat pencuci dari sabun
disebabkan karena sabun merupakan senyawa surfaktan yang dapat menurunkan tegangan
permukaan sambil mengemulsi kotoran. Pengelompokkan minyak surfaktan sebagai anionik,
kationik atau netral tergantung sifat dasar gugus hidrofiliknya. Sabun dengan gugus
karboksilatnya adalah surfaktan anionik yang bersifat antibakteri.
Alkali yang digunakan untuk proses penyabunan adalah kaustik (NaOH) dan soda
kalium (KOH). Soda kaustik digunakan untuk membuat sabun keras sedangkan soda kalium
untuk membuat sabun lunak sampai cair seperti sampo. Soda Q yang mengandung senyawa
K2CO
3, Na
2CO
3 dan NaOH dapat dimanfaatkan sebagai sumber alkali. Oleh karena kadar
K2CO
3 soda Q cukup tinggi sehingga soda Q potensial untuk digunakan membuat sabun cair.
Proses pembentukan sabun dikenal sebagai reaksi penyabunan atau saponifikasi, yaitu
reaksi antara lemak/gliserida dengan basa seperti berikut:
H2COCR1OHCOCR2OH2COCR3O + NaOH/KOHKO/NaOCRO + HCOHH2COHH2COH
Lemak/MinyakBasaSabunGliserol
Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat karena minyak dan larutan alkali
merupakan larutan yang tidak saling larut (Immiscible). Setelah terbentuk sabun maka
kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan bersifat sebagai reaksi
autokatalitik, di mana pada akhirnya kecepatan reaksi akan menurun lagi karena jumlah
minyak yang sudah berkurang (Bailey’s, 1964). Reaksi penyabunan merupakan reaksi
eksotermis sehingga harus diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak
terjadi panas yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH
atau NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk menghasilkan
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 21
sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan merata maka pengadukan harus
lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya
(Levenspiel, 1972).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:
1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH
Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan stokiometri reaksinya, dimana
penambahan basa harus sedikit berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika
basa yang digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada
larutan sehingga fasenya tidak homogen., sedangkan jika basa yang digunakan terlalu
encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang lebih lama.
2. Suhu (T)
Ditinjau dari segi thermodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan hasil, hal ini
dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :
RTHdTKdΔ=ln ( 1 )
Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (ΔH negatif), maka dengan
kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K (konstanta keseimbangan), tetapi jika
ditinjau dari segi kinetika, kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini
dapat dilihat dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith 1987) :
k = ARTEe− ( 2 )
Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah faktor tumbukan,
E adalah energi aktivasi (cal/grmol), T adalah suhu (ºK), dan R adalah tetapan gas
ideal (cal/grmol.K).
Berdasarkan persamaan tersebut maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga k
(konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran suhu tertentu,
kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya menaikan hasil dalam waktu
yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan suhu telah melebihi suhu optimumnya maka
akan menyebabkan pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K
akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan kata lain
hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta keseimbangan reaksi oleh naiknya
suhu merupakan akibat dari reaksi penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel,
1972).
3. Pengadukan
Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan molekul-molekul
reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul reaktan semakin besar, maka
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 22
kemungkinan terjadinya reaksi semakin besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan
Arhenius dimana konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin
sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A (Levenspiel, 1987).
4. Waktu
Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula minyak yang dapat
tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah
mencapai kondisi Setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah
minyak yang tersabunkan.
Alat dan Bahan
Bahan
- Aquades
- Na Lauril Sulfat
- Cocamide DEA
- Gliserin
- Metil Paraben
- NaCl
- Esensial oil
- Vitamin E
Alat
- Timbangan elektrik
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Kertas perkamen
- Sendok tanduk
- Pipet tetes
- Gelas arloji
- Mortir
- Stamper
- Wadah shower gel
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 23
Prosedur Kerja
Timbang semua bahan yang dibutuhkan
Campurkan Aquadest dengan Na Lauril Sulfat cair hingga Na Lauril Sulfat
terlarut semua didalam air (Campuran A).
Campurkan Cocamide DEA, gliserin, Madu dan Metil Paraben (Campuran B).
Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen.
Tambahkan Asam Sitrat 10%
Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit hingga mengental dan diaduk dengan
konstan.
Tambahkan esensial oil dan vitamin E
Dikemas didalam botol dan diberi label.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 24
I. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 25
J. CARA KERJA
K. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 26
L. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 27
SABUN PADAT
Tujuan
Memformulasi sediaan sabun padat
Mengetahui pengaruh waktu penyimpanan terhadap proses saponifikasi sediaan sabun
padat
Dasar Teori
Kebersihan dan kecantikan merupakan salah satu kebutuhan yang diperhatikan oleh
masyarakat. Kebersihan bukan sekedar merawat badan saja, tetapi juga memelihara dan
merawat tubuh sebagaimana mestinya agar tampak lebih menarik.
Badan fisik manusia bersifat dinamis yang artinya selalu berubah setiap saat, sel-sel
yang menyusun tubuh manusia memiliki usia tertentu yang kemudian akan diganti lagi
dengan yang baru, namun pada akhirnya semua sel-sel akan mengalami kematian secara total,
begitu juga pada kulit manusia. Kulit yang sehat terlihat sebagai kulit yang optimal secara
fisik maupun psikologik. Secara fisik, terlihat dari warna, konsistensi, kelenturan, struktur
bentuk dan besarnya sel-sel lapisan kulit (Murad, 2007).
Lingkungan yang semakin tidak sehat karena polusi dan perubahan cuaca yang tidak
menentu, serta pola hidup tidak teratur dapat mengakibatkan penurunan fungsi normal kulit
sehingga kulit menjadi kering, kaku dan cenderung sensitif. Kulit bisa mengalami stress,
khususnya akibat perubahan suhu yang drastis. Selain itu terdapat pula resiko akibat polusi
udara yang memicu aktivitas radikal bebas, yaitu molekul perusak di dalam kulit.
Penggunaan kosmetika diharapkan dapat mengembalikan kelembutan dan kelembaban kulit
tersebut.
Perawatan kulit dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara preventif
(pencegahan) yang dilakukan sebelum terjadinya kelainan dan korektif (perbaikan) yang
umumnya dilakukan setelah timbul kelainan.
Pemeliharaan kulit memerlukan perawatan khusus karena kulit merupakan organ yang
sensitif terhadap perlakuan dan rangsangan. Tiap individu mempunyai jenis kulit yang
berbeda, yang dipengaruhi oleh kadar air dan produksi minyak dalam tubuh, kecepatan
pergantian sel – sel lapisan tanduk dan faktor lingkungan
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 28
Salah satu produk perawatan kulit yang sering digunakan adalah sabun mandi. Seiring
perkembangan teknologi, sabun mandi diproduksi dengan jenis atau varian serta merk yang
beraneka ragam, diantaranya adalah sabun kecantikan dan sabun untuk kesehatan.
Sabun merupakan garam alkali karboksilat (RCOONa). Gugus R bersifat hidrofobik
karena bersifat nonpolar dan COONa bersifat hidrofilik (polar). Sabun mengandung
surfaktan, untuk menurunkan tegangan permukaan dan tegangan antar muka yang
menghasilkan busa, dispersibilitas, emulsifikasi dan pembersih. Bahan – bahan tambahan
yang digunakan dalam sabun mandi harus aman dan memiliki fungsi serta peranan yang
spesifik.
Proses yang terjadi dalam pembuatan sabun disebut sebagai saponifikasi (Girgis 2003).
Ada 2 jenis sabun mandi yang dikenal, yaitu sabun mandi padat (batangan) dan sabun mandi
cair (Hambali, 2005).
Sabun mandi padat sangat akrab dalam kehidupan sehari-hari. Sebagian besar
masyarakat menggunakan sabun mandi padat untuk membersihkan badan. Hal ini karena
sabun mandi padat harganya relatif lebih murah. Sabun mandi padat memiliki kelemahan dari
sisi keamanan jika dipakai bersama dan sulit untuk dibawa kemana-mana. Tetapi untuk
pemakaian pribadi di rumah, sabun mandi padat sangat tepat untuk digunakan. (Hambali,
2005).
Sabun padat dibedakan atas 3 jenis, yaitu sabun opaque, translucent, dan transparan.
Sabun transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki penampilan menarik
karena penampakannya. Selain itu, sabun transparan bisa menjadi alternatif sediaan dengan
penampakan yang lebih menarik.
ALAT DAN BAHAN
Alat
Timbangan
Mortir
Stamper
Gelas ukur
Penangas air
Sendok tanduk
Pipet tetes
Batang pengaduk
Beaker glass
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 29
Pot 10 g
Termometer
Bahan
Madu
Asam Stearat
Coconot Oil
NaOH 30%
Gliserin
Etanol
Gula
Dietanolamida (DEA)
NaCl
Vitamin E
Air
Pewangi
PROSEDUR KERJA
1. Ditimbang bahan-bahan sesuai tabel penimbangan
2. Dilelehkan asam stearat pada suhu 70oC
3. Ditambahkan minyak coconut oil, diaduk homogen
4. Ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu 60 - 70oC
5. Diaduk sampai homogen
6. Ditambahkan gliserin
7. Ditambahkan gula atau sukrosa yang telah dilelehkan sebelumnya ke dalam
campuran sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga sukrosa larut sempurna
8. Ditambahkan DEA, asam sitrat, NaCl, etanol , Vit E, madu, dan air secara berurutan
ke dalam campuran, diaduk homogen.
9. Ditambahkan Pewangi, diaduk homogen
10. Dituang campuran ke dalam cetakan dan didiamkan selama 24 jam pada suhu
ruang
11. Adonan dikeluarkan dari cetakan
12. Ditimbang, jika terdapat kelebihan bobot dilakukan pemotongan
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 30
13. Sediaan dimasukkan ke dalam wadah dan dikemas
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 31
M. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 32
N. CARA KERJA
O. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 33
P. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 34
SHAMPO
Tujuan
Memformulasi sediaan shampoo
Mengetahui pengaruh surfaktan terhadap sifat kimia sediaan Shampo
Dasar Teori
Shampoo merupakan kosmetika pembersih, yaitu berguna untuk membersihkan kulit
kepala dan rambut dari berbagai kotoran yang melekat. Kotoran terjadi karena adanya lemak,
minyak dan keringat di kulit kepala dan rambut yang berasal dari kelenjar palit. Penggunaan
kosmetika dekorasi rambut, dan debu dari udara juga menyebabkan rambut menjadi kotor.
Dalam pengertian ilmiahnya shampo didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung
surfaktan dalam bentuk yang cocok dan berguna untuk menghilangkan kotoran dan lemak
yang melekat pada rambut dan kulit kepala agar tidak membahayakan rambut, kulit kepala,
dan kesehatan si pemakai. Shampo pada umumnya digunakan dengan mencampurkannya
dengan air dengan tujuan untuk melarutkan minyak alami yang dikeluarkan oleh tubuh untuk
melindungi rambut dan membersihkan kotoran yang melekat. Namun tidak semua shampo
berupa cairan atau digunakan dengan campuran air, ada juga shampo kering berupa serbuk
yang tidak menggunakan air. Shampo kering ini selain digunakan oleh manusia, lebih umum
digunakan untuk binatang peliharaan seperti kucing yang tidak menyukai bersentuhan dengan
air ataupun anjing. Beberapa industri yang memproduksi shampo atau perawatan rambut
umumnya juga mengeluarkan produk kondisioner dengan tujuan untuk mempermudah
pengguna shampo menata kembali rambutnya. Formulasi untuk shampo harus mengandung
bahan bahan yang berfungsi sebagai surfaktan, foaming agent dan stabilizer, opacifier,
hydrotopes, viscosity modifier, dan pengawet. Bahan-bahan dalam shampo harus aman dan
mudah terdegradasi sebagaimana kosmetik perawatan tubuh lain. Setiap bahan harus memilki
fungsi dan peran yang spesifik (Mottram, 2000)
Formula shampo setidaknya mengadung bahan yang berfungsi sebagai detergent
(surfaktan), thickeners dan foaming agent, dan conditioning agent. Selain itu kadang juga
ditambahkan bahan yang berfungsi sebagai pengawet, parfum, pengatur pH, pengatur
viskositas dan antimikroba.
Shampo dikatakan dapat berfungsi sebagaimana disebutkan di atas, shampo harus
memiliki sifat berikut :
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 35
- Shampo harus membentuk busa yang berlebih, yang terbentuk dengan cepat,
lembut dan mudah dihilangkan dengan membilas menggunakan air.
- Shampo harus mempunyai sifat detergensi yang baik tetapi tidak berlebihan,
karena jika tidak kulit kepala menjadi kering.
- Shampo harus dapat menghilangkan segala kotoran pada rambut, tetapi dapat
mengganti lemak natural yang ikut tercuci dengan zat lipid yang ada di dalam
komposisi shampo. Kotoran rambut yang dimaksud tentunya sangat kompleks
yaitu : sekret dari kulit, sel kulit yang rusak, kotoran yang disebabkan oleh
lingkungan dan sisa sediaan kosmetika.
- Tidak mengiritasi klulit kepala dan mata
- Shampo harus tetap stabil. Shampoo yang dibuat transparan tidak boleh
menjadi keruh dalam penyimpanan. Viskositas dan pH-nya juga harus tetap
konstan, shampo harus tidak terpengaruhi oleh wadahnya ataupun jasad renik
dan dapat mempertahankan bau parfum yang ditambahkan ke dalamnya.
Secara garis besar shampo dapat dibedakan dalam dua golongan yaitu, shampo basah
dan shampo kering.
1. Shampo Basah
Shampo basah adalah semua jenis shampo dimana penggunaanya memerlukan
air, baik sebagai pencampurannya maupun dalam pembilasannya. Dalam
pemakaian shampo untuk pencucian rambut, terlebih dahulu harus
diperhatikan jenis rambut, sehingga shampo yang terpilih dan dipakai betul-
betul sesuai dan cocok. Adapun shampo basah yang lazim dipergunakan dapat
berbentuk krim, liquid, ataupun powder (Mottram, 2000).
2. Shampo Kering
Semua jenis shampo yang pemakaiannya tidak menggunakan air adalah
tergolong shampo kering. Shampo kering biasanya banyak digunakan dirumah
sakit untuk merawat orang sakit. Pemakaian shampo kering hanya diusapkan
diseluruh rambut, kemudian rambut disikat sehingga kotoran larut bersama
shampoo (Mottram, 2000).
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 36
Alat Dan Bahan
Bahan
- Aquades
- Na Lauril Sulfat
- Cocamide DEA
- Gliserin
- Metil Paraben
- NaCl
- Esensial oil
- Vitamin E
Alat
- Timbangan elektrik
- Batang pengaduk
- Beaker glass
- Kertas perkamen
- Sendok tanduk
- Pipet tetes
- Gelas arloji
- Mortir
- Stamper
PROSEDUR KERJA
Timbang semua bahan yang dibutuhkan
Campurkan Aquadest dengan Na Lauril Sulfat cair hingga Na Lauril Sulfat
terlarut semua didalam air (Fase A).
Campurkan Cocamide DEA, gliserin dan Metil Paraben (Fase B).
Campurkan fase A dengan fase B hingga homogen.
Tambahkan NaCl sedikit demi sedikit hingga mengental dan diaduk dengan
konstan.
Tambahkan esensial oil dan vitamin E
Dikemas didalam botol dan diberi label.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 37
Q. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 38
R. CARA KERJA
S. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 39
T. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 40
KRIM WAJAH
Tujuan
Memformulasi Sediaan krim wajah
Mengetahui pengaruh variasi penambahan surfaktan terhadap sifat fisika dan kimia
krim wajah
Dasar Teori
Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat, mengandung satu atau
lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara
tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif
cair diformulasikan sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air (Depkes RI,
2005).
Krim terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak
atau alkohol berantai panjang dalam air, dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk
pemakian kosmetik dan estetika. Krim dapat juga digunakan untuk pemberian obat melalui
vaginal (Depkes RI, 2005).
Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak di atas tangas air, kemudian
tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi
suatu campuran yang berbentuk krim (Depkes RI, 2005).
Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi, umumnya berupa surfaktan-
surfaktan anionik, kationik, atau nonionik.
a. Untuk krim tipe air minyak (A/M) digunakan: Sabun polivalen, span, adeps
lanae, kolesterol, cera
b. Untuk krim tipe minyak air (M/A) digunakan:
1. Sabun Monovalen: Trietanolaminum Stearat, Natrium Stearat, Kalium
Stearat, Ammonium Stearat.
2. Tween
3. Natrium Lauril sulfat
4. Kuning telur, Gelatinum, kaseium
5. CMC
6. Pectinum
7. Emulgidum
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 41
Untuk penstabilan krim ditambahkan zat antioksidan dan zat pengawet. Zat pengawet
yang sering digunakan ialah nipagin 0,12-0,18%, nipasol 0,02-0,05% (Anief, 1990).
Teknik pembuatan :
1. Pencampuran dengan peleburan (metode fusion) zat pembawa dan zat berkhasiat
dilelehkan bersama (harus diperhatikan stabilitas zat aktif terhadap suhu)
2. Pencampuran dengan triturasi (metode triturasi) ZA tidak larut dicampur sedikit
basis dilanjutkan dengan penambahan sisa basis. Atau ZA dilarutkan dalam
pelarut organik terlebih dahulu kemudian dicampur basis yang digunakan.
(Ansel, 2008)
Kestabilan krim akan terganggu/rusak jika sistem campurannya terganggu, terutama
disebabkan oleh perubahan suhu dan perubahan komposisi yang disebabkan perubahan salah
satu fase secara berlebihan atau zat pengemulsinya tidak bercampur satu sama lain (Depkes
RI, 2005).
Pengenceran krim hanya dapat dilakukan jika diketahui pengencer yang cocok dan
dilakukan dengan teknik aseptik. Krim yang sudah diencerkan harus digunakan dalam jangka
waktu 1 bulan. Penyimpanan krim dilakukan dalam wadah tertutup baik atau tube ditempat
sejuk, penanda pada etiket harus juga tertera “obat luar” (Depkes RI, 2005).
Alat Dan Bahan
Bahan
a. Chloramphenicol
b. Liquid Parafin
c. Setaric Acid
d. Trietanolamin
e. Gliserin
f. Metil Paraben
g. Propil Paraben
h. Propilenglikol
i. Aqua Rosa
j. Distilled Water
Alat
a. Penangas air
b. Batang pengaduk
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 42
c. Cawan porselin
d. Penjepit kayu
e. Beaker glass
f. Gelas arloji
g. Pipet tetes
h. Kertas perkamen
i. Sendok tanduk
j. Mortir
k. Stamper
l. Pot Krim
m. Termometer
n. Pemanas Air
Prosedur Kerja
Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
Parafin cair dan asam stearat dimasukkan ke dalam cawan porselen lalu dilelehkan dan
suhu dijaga kostan.
Air dipanaskan hingga suhu 80oC.
Metil paraben dan Propil paraben dilarutkan dalam Propilenglikol.
Fase minyak, fase air, larutan metil dan propil paraben serta gliserin dicampurkan dalam
mortir dan diaduk hingga homogen.
Trietanolamin dituangkan ke dalam campuran kedua tersebut.
Diaduk sampai dingin.
Kloramfenikol ditambahkan dan diaduk hingga homogen.
Aqua rosa ditambahkan ke dalam campuran krim.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 43
Krim dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
Sediaan diberi etiket.
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 44
A. ALAT DAN BAHAN
No Nama Alat dan Bahan Ukuran Jumlah
Acc Penimbangan
dan penggunaan
alat
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 45
B. CARA KERJA
C. FORMULA YANG DIAJUKAN
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 46
D. EVALUASI SEDIAAN
Replikasi Organoleptis pH Uji
Mikroskopik
Homogenitas
1
2
3
ACC Asisten Praktikum
( )
Teknologi Farmasi | Jurusan Farmasi – FMIPA – Universitas Udayana 47
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Penerbut
Universitas Indonesia. Jakarta
Anief, Moh. 1988. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Anief, M. 2007. Farmasetika. Yogjakarta: Gadjah Mada University Press,
Depkes RI, 2005. Ilmu Resep Teori. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
Fessenden dan Fessenden. 1992. Kimia Organik, Cetakan ketiga, Jilid I. Jakarta : Penerbit.
Erlangga.
Hambali, E. A. Suryani dan M. Rival. 2005. Membuat Sabun Transparan. Jakarta : Penebar
Plus
Jellineck, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley Interscience.
Kumar, Ashok., Mali, Rakesh Roshan., 2010. Evaluation of Prepared Shampoo Formulations
and to Compare Formulated Shampoo with Marketed Shampoos. International Journal
of Pharmaceutical Sciences Review and Research. Volume 3, Issue 1, July – August
2010; Article 025.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
Mottram, F.J., Lees, C.E., 2000, Hair Shampoos in Poucher's Perfumes, Cosmetics and
Soaps, 10th Edn, Butler, H. (ed), Kluwer Academic Publishers. Printed in Great Britain.
Mitzui, T. 1997. The Cosmetic Science. Amsterdan: Elsevier Scienc B.V.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients.
Pharmaceutical Press. London.4.
Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).
London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and
Profesional.
Setyaningsih, Owi, Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotionpenolak Nyamuk.
Jurnal Teknologi Indonesi Vol 17(3) : 97-103.
Strianse, S. J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and Technology Vol.1.
2nd Ed. New York : Willy Interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc.
Sularto, S. A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam
Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya. Laporan Penelitian, LP Unpad.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Tresna, Dra.Pipin . 2010. Perawatan Kulit. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia