116
i PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian Oleh : NURYANTI H0407010 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user

PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

i

PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN

INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN TENGARAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian

Oleh :

NURYANTI

H0407010

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 2: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

ii

Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Nuryanti

H 0407010

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal : 23 Desember 2011

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Desember 2011

Mengetahui

Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS

NIP. 19560225 198601 1001

Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS

NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Widiyanto, SP, M Si

NIP. 19810221 200501 1 003

Anggota II

Agung Wibowo, SP, MSi

NIP.19760226 200501 1 003

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

Rahmat, Hidayah, Nikmat, serta Karunia yang diberikan, sehingga penulis dapat

melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul

”Penilaian Petani Terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang”. Terselesaikannya

penulisan skripsi ini tidak terlelepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS, selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dwiningtyas Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Jurusan/Program Studi

Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Ketua Komisi Sarjana

Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta, Pembimbing Utama sekaligus

Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis

dalam penyusunan skipsi ini.

4. Widiyanto, SP, MSi selaku Pembimbing Pendamping yang telah membimbing

dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

5. Seluruh karyawan Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala

bantuan dan kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

6. Kepala kantor KESBANG POL dan LINMAS Kabupaten Semarang, atas izin

penelitian di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang yang telah diberikan.

7. Camat beserta petugas Kecamatan Tengaran dan Pengurus BPP Kecamatan

Tengaran (Ibu Partini, dll) yang telah memberikan perizinan penelitian,

informasi, serta bantuan dalam pengumpulan data di Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang.

8. Ketua Kelompok Tani Madusari I Desa Regunung Kecamatan Tengaran (Bp.

Giyanto), Ketua Kelompok Tani Ngudi Boga Desa Duren Kecamatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

iv

Tengaran (Bp. Moh Son), Kader Desa PPIP (Bp Pitoyo dan Bp. Subandel),

OMS PPIP (Bp. Sukandar dan Bp. Supriyadi) yang telah memberikan banyak

informasi yang dibutuhkan penulis.

9. Kedua orang tuaku tercinta (Bp. Sumali dan Ibu Samsiti), kakek nenek tercinta,

adik dan kakakku tercinta (Adi Prasetyo, Deni Antony, Mas Joko Handoko,

David Anugrah, Mas Yudi) serta seluruh keluarga besar Danuri atas kasih

sayang, kepercayaan, dukungan, doa, perhatian, dan nasehatnya.

10. Sahabat terindahku ”Asnika Bawah Asyik Punya” (Nur Lailani, Eka Nur

Arifah, Nur Aliyah, Gundah Vita, Putri Pamungkas) atas segala hal indah yang

telah diberikan dan kenangan berharga yang kita lalui bersama.

11. Sahabat terbaikku, (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra,

Charlina, Octaviarini, Arum, Ratih, Galih, Ari, Istiqomah, Santini, Ika, Fais,

wahid, Sixtuz, Nanang) dan seluruh keluarga besar PKP 2007 yang tidak dapat

disebutkan satu persatu atas segala dukungan dan perjuangan bersama kita.

12. Yuan Harnawan Pamungkas dan seluruh teman-teman KSI yang telah banyak

memberikan motivasi dan inspirasi.

13. Keluarga besar GAMAKOMTA’08, FUSI’07-08 yang memberikan banyak

kesempatan dan pengalaman berharga, serta kakak-kakak PKP’05, PKP’06,

dan teman-teman SMANIS yang telah banyak memberikan dukungan.

14. Budy Pratama dan Thosin Djong Java yang telah memberikan dukungan dan

bantuan dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan,

untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan

skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan

manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang membaca.

Surakarta, September 2011

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 5: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii DAFTAR ISI ...................................................................................................... v DAFTAR TABEL ............................................................................................. vii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x RINGKASAN .................................................................................................... xi SUMMARY ....................................................................................................... xii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................. 4

II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 5 B. Kerangka Berfikir ................................................................................. 28 C. Hipotesis Penelitian ............................................................................... 29 D. Pembatasan Masalah .............................................................................. 29 E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .................................. 30

III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 39 B. Lokasi Penelitian................................................................................... 39 C. Populasi dan Sampel ............................................................................ 40 D. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 41 E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen............................................ 42 F. Metode Analisis Data ........................................................................... 43

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam ...................................................................................... 45 B. Keadaan Penduduk .............................................................................. 47 C. Kondisi Infrastruktur Jalan di Kecamatan Tengaran ............................ 51 D. Keadaan Pertanian ............................................................................... 51 E. Keadaan Lembaga Penyuluhan Pertanian ............................................ 53

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyelenggaraan PPIP .......................................................................... 54 B. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Desa Duren dan Regunung .......... 61 C. Penilaian Petani terhadap PPIP ............................................................. 68

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 6: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

vi

D. Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap PPIP ....................................................................................... 74

E. Ulasan Kritis tentang Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) .................................................................................... 96

VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................... 101 B. Saran ..................................................................................................... 104

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 7: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Pengukuran Variabel Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Petani .. 32

Tabel 2.2. Pengukuran Variabel Penilaian Petani terhadap Perencanaan ............ 34

Tabel 2.3. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Pelaksanaan ........... 35

Tabel 2.4. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Evaluasi ................. 36

Tabel 2.5. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Hasil ...................... 37

Tabel 2.6. Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Manfaat .................. 38

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Duren dan Desa Regunung ... 40

Tabel 3.2. Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Sample ..................................... 41

Tabel 3.3. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan ............................................ 42

Tabel 3.4. Teknik dan Data yang Dikumpulkan ................................................... 43

Tabel 4.1. Penggunaan Lahan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 .................. 46

Tabel 4.2. Jenis Pengairan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ......................... 46

Tabel 4.3.Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 .......................................................................... 47

Tabel 4.4.Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 .......................................................................................... 48

Tabel 4.5.Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 .......................................................................... 49

Tabel 4.6. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 ........................................................................................... 50

Tabel 4.7 Panjang Jalan yang Melalui Desa di Kecamatan Tengaran ................. 51

Tabel 4.8. Luas areal Panen, Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 .......................................................................... 52

Tabel 5.1. Usia Petani Responden Saat Penelitian Dilakukan ............................. 62

Tabel 5.2. Tingkat Pendidikan Formal Petani...................................................... 63

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 8: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

viii

Tabel 5.3. Keaktifan Petani Menngikuti Penyuluhan dan Pelatihan.................... 64

Tabel 5.4. Tingkat Pendapatan ............................................................................. 65

Tabel 5.5. Luas Usahatani .................................................................................... 66

Tabel 5.6. Tingkat Kekosmopolitan ..................................................................... 67

Tabel 5.7. Penilaian Petani terhadap Penyelenggaraan PPIP ............................... 69

Tabel 5.8. Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP ...................................... 70

Tabel 5.9. Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan PPIP ...................................... 70

Tabel 5.10. Penilaian Petani terhadap Evaluasi PPIP .......................................... 71

Tabel 5.11. Penilaian Petani terhadap Hasil PPIP ............................................... 72

Tabel 5.12. Penilaian Petani terhadap Manfaat PPIP........................................... 73

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP .................................................... 74

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP .................................................... 79

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP .................................................... 83

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP .................................................... 87

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan PPIP .................................................... 93

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 9: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. ........................................................................ 29

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 10: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Kuisioner Penelitian ....................................................................... 110

Lampiran 2: Tabulasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Petani ....... 118

Lampiran 3: Tabulasi Penilaian Petani Terhadap PPIP ........................................ 120

Lampiran 4: Nonparametric Correlations ........................................................... 122

Lampiran 5: Frequency Table ............................................................................. 124

Lampiran 6: Foto-foto Kegiatan Penelitian ........................................................ 128

Lampiran 7: Peta Daerah Penelitian .................................................................... 130

Lampiran 8: Surat Perijinan Penelitian............................................................... 131

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 11: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

xi

RINGKASAN

Nuryanti, H 0407010 “PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN INFRASTRUKTUR PEDESAAN (PPIP) DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG”. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Widiyanto, SP, MSi.

Besarnya jumlah penduduk miskin daerah pedesaan di Indonesia, salah satunya diakibatkan permasalahan ekonomi lokal yang dipicu kurang tersedianya infrastruktur yang memadai. Pemerintah berupaya menanggulangi permasalahan tersebut dengan meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Keberhasilan penyelenggaraan program dapat diketahui melalui penilaian petani yang terlibat dalam kegiatan program. Petani akan memberikan penilaian sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipengaruhi karakteristik sosial ekonomi masing-masing.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (2) Mengkaji bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (3) Mengkaji bagaimana penilaian petani daerah sasaran terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang (4) Mengkaji sejauh mana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Metode dasar penelitian ini adalah Metode deskriptif kuantitatif dengan teknik survei. Penelitian berlokasi di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan responden sebanyak 41 orang yang diambil secara proporsional. Karakteristik petani dan penilaian petani terhadap program diukur dengan analisis Median Score, untuk mengetahui hubungan antara variabel penelitian digunakan analisis korelasi Rank Spearman (rs).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penilaian petani terhadap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dalam kategori sangat baik, sedangkan penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong baik. Umur petani dalam kategori 40-50 tahun, pendidikan formal petani dalam kategori rendah (tamat SD), pendidikan nonformal tergolong dalam kategori rendah, pendapatan petani dalam kategori kadang-kadang kurang, luas usahatani tergolong sempit, sedangkan tingkat kekosmopolitan tergolong antara sangat rendah dan rendah. Hubungan antara variabel penelitian pada tingkat kepercayaan 95% adalah terdapat hubungan yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan manfaat program, terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan pelaksanaan, evaluasi, dan manfaat program, terdapat hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian terhadap pelaksanaan program, serta pendidikan dan kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap hasil program.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 12: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

xii

SUMMARY

Nuryanti, H 0407010, “THE ASSESSMENT OF FARMERS TO RURAL INFRASTRUCTURE IMPROVEMENT PROGRAM (PPIP) IN SUB DISTRICT TENGARAN, OF SEMARANG REGENCY”. Faculty of Agriculture, Sebelas Maret University. Under the guidance of Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS and Widiyanto, SP, MSi.

The large number of rural poor population in Indonesia, one of which caused the economic problems triggered by lack of available local infrastructure. Government attempts to tackle these problems by launching the Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP). The successful implementation of the program can be determined through assessment of farmers involved in program activities. Farmers will provide an assessment in accordance with what is perceived and influenced by socio-economic characteristics of each.

This study aims to (1) Knowing the implementation of Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency (2) Assess how the characteristics of the target area farmers Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency (3) Assess how the assessment of local farmers targeted towards Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) in Sub District Tengaran of Semarang Regency (4) Assess the extent to which the relationship between the characteristics of the target area with the peasant farmers' assessment of the Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) Sub District Tengaran of Semarang Regency. The basic method of this research is descriptive quantitative method with survey techniques. Research is located Sub District Tengaran of Semarang Regency with the respondents as many as 41 people taken in proportion. Characteristics of farmers and farmers' assessment of the program is measured by analysis of median scores, to determine the relationship between research variables used Spearman Rank correlation analysis (rs).

Results showed that farmers' assessments of the planning, implementation, evaluation, and the benefits of Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) in the category of very good, while farmers' assessments against the Rural Infrastructure Improvement Program (PPIP) quite good. Age of farmers in the category 40-50 years, formal education of farmers in the low category (primary school), belong to the category of non-formal education is low, the income of farmers in this category are sometimes less, relatively narrow area of farming, while the level of classified cosmopolitan between very low and low . The relationship between the study variables at 95% confidence level is a significant relationship exists between the farm area on the assessment of planning, implementation, and benefit of PPIP. A significant relationship exists between between the income on the implementation, evaluation, and benefit of PPIP. A significant relationship exists between between age on the implementation of PPIP, and also a education and cosmopolitan on the result of PPIP.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 13: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan adalah upaya sadar dan terencana untuk melaksanakan

perubahan-perubahan yang mengarah pada pertumbuhan ekonomi dan

perbaikan mutu hidup atau kesejahteraan seluruh warga masyarakat untuk

jangka panjang, yang dilaksanakan oleh pemerintah dan didukung oleh

partisipasi masyarakatnya, dengan menggunakan teknologi yang terpilih

(Mardikanto, 1993). Sumber daya alam yang sangat besar dan posisi geografis

yang strategis, serta iklim yang memungkinkan untuk pendayagunaan lahan

sepanjang tahun merupakan modal utama pembangunan untuk mewujudkan

kemakmuran rakyat Indonesia, akan tetapi hingga saat ini potensi yang sangat

besar tersebut belum berhasil secara nyata meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran bersama.

Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan Maret 2006

mengalami peningkatan dari bulan Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta

(15,97 persen) menjadi 39,05 juta (17,75 persen). Data tersebut menunjukkan

adanya peningkatan jumlah penduduk miskin sebesar 3,95 juta. Pertambahan

penduduk miskin di daerah pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan

daerah perkotaan. Selama periode Februari 2005 sampai dengan Maret 2006,

penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah 2,06 juta, sementara di daerah

perkotaan bertambah 1,89 juta orang (BPS, 2006).

Besarnya jumlah penduduk miskin di Indonesia terutama di daerah

pedesaan tersebut salah satunya diakibatkan karena di daerah pedesaan

menghadapi permasalahan ekonomi lokal yang dipicu kurang tersedianya

infrastruktur yang memadai. Upaya pemerintah menanggulangi permasalahan

tersebut adalah meluncurkan Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

(PPIP) melalui Departemen Pekerjaan Umum dengan sumber pendanaan

program berasal dari pinjaman Asian Development Bank (ADB) 2221-INO.

(Departemen PU, 2006).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 14: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

2

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan program

pemerintah yang memfasilitasi masyarakat desa tertinggal dalam membangun

infrastruktur untuk mengurangi kemiskinan desa sebagai tindak lanjut dari

Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM (PKPS BBM). Sasaran

pembangunan prasarana desa meliputi transportasi pedesaan, irigasi pedesaan,

air bersih pedesaan dan sanitasi pedesaan untuk meningkatkan akses

masyarakat desa pada pemenuhan kebutuhan dasar yang akhirnya akan

meningkatkan taraf hidup masyarakat desa (Purcahyo, 2010).

Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

didukung tim koordinasi dari tingkat pusat sampai dengan masyarakat desa

dengan melibatkan komponen-komponen pelaksana dan institusi terkait

lainnya. Kecamatan Tengaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten

Semarang yang didalamnya terdapat beberapa desa tertinggal serta memiliki

infrastruktur seperti jalan, jembatan, penyediaan air yang masih terbatas.

Keterbatasan infrastruktur tersebut menjadi penghambat kegiatan sosial

maupun ekonomi, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama

petani, sehingga Kecamatan Tengaran menjadi salah satu daerah sasaran

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP).

Setiap kegiatan atau program yang dilaksanakan di suatu tempat pasti

akan mendapatkan penilaian dari masyarakat sasaran program atau kegiatan

yaitu penilaian baik atau buruk. Penilaian tersebut sedikit banyak akan

dipengaruhi karakteristik pribadi masyarakat sasaran yang tidak lain adalah

masyarakat miskin desa tertinggal yang sebagian besar di Kecamatan

Tengaran bermatapencaharian sebagai petani. Oleh karena itu penelitian ini

akan mengkaji penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang untuk

mengetahui tingkat keberhasilan program pembangunan yang diadakan oleh

pemerintah di daerah tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 15: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

3

B. Perumusan Masalah

Peningkatan ekonomi lokal pedesaan mengalami hambatan karena

kurangnya ketersediaan infrastruktur seperti jalan, jembatan pedesaan, irigasi

pedesaan, air minum, dan sanitasi pedesaan. Hal ini menyebabkan semakin

meningkatnya kerentanan dan ketidakmampuan penduduk untuk mendapatkan

akses serta peluang yang sama dalam bidang ekonomi, sosial, dan politik.

Pemerintah melalui Departemen Pekerjaan Umum mengambil strategi untuk

mengatasi permasalahan tersebut dengan meluncurkan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dimaksudkan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin

terhadap pelayanan infrastruktur dasar pedesaan.

Daerah sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

adalah daerah yang sebagian besar masyarakat didalamnya merupakan

masyarakat miskin, serta memiliki sarana infrastruktur yang kurang memadai.

Kecamatan Tengaran merupakan salah satu daerah penerima Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tahun 2008, namun

penyelengaaran program pembangunan di daerah tersebut belum diketahui

konsep, proses pelaksanaan, serta manfaat yang diterima masyarakat sekitar

yang kemudian dapat mencerminkan baik buruknya program. Penilaian petani

yang terlibat dalam program perlu dikaji untuk mengetahui berhasil tidaknya

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di daerah setempat.

Penilaian masing-masing petani tersebut juga akan berbeda berdasarkan

karakteristik pribadi yang dimiliki. Oleh karena itu dirumuskan beberapa

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain:

1. Bagaimana penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

2. Bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten

semarang?

3. Bagaimana penilaian petani daerah sasaran terhadap Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 16: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

4

Semarang?

4. Bagaimana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran dengan

penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana penyelenggaraan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten

Semarang

2. Mengkaji bagaimana karakteristik petani daerah sasaran Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran

Kaupaten semarang

3. Mengkaji bagaimana penilaian petani daerah sasaran terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang

4. Mengkaji sejauh mana hubungan antara karakteristik petani daerah sasaran

dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas

Pertanian UNS

2. Bagi pemerintah kecamatan dan desa diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan dan motivasi dalam memfasilitasi masyarakat untuk

program-program pembangunan pedesaan selanjutnya

3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi petani sasaran program, dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk

menyampaikan aspirasi pada pemerintah setempat dalam program-

program pembangunan pedesaan berikutnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 17: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

5

II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembangunan Pertanian Pedesaan

a. Pengertian

Menurut Todaro dalam Tarmidi (1992), pembangunan

merupakan suatu proses multidimensional yang menyangkut

perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat,

kelembagaan nasional, maupun percepatan pertumbuhan ekonomi,

pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan

mutlak. Menurut Mardikanto (1993), dalam kaitannya dengan kegiatan

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah untuk mendapat

dukungan dan partisipasi masyarakat, harus diperhatikan beberapa hal,

antara lain:

1) Setiap warga masyarakat, harus diberitahu supaya mereka

mengetahui rencana pembangunan yang telah ditetapkan

pemerintah, serta mengetahui cara-cara yang dipilih pemerintah

untuk melaksanakan pembangunan yang direncanakan

2) Setiap warga negara harus menyiapkan diri untuk berpartisipasi

didalam proses pembangunan sesuai dengan kedudukan dan

kemampuan masing-masing

3) Setiap perencanaan pembangunan harus memperhatikan kebutuhan

masyarakat dan mau mendengarkan suara-suara yang yang

disampaikan oleh masyarakat.

Pembangunan nasional menurut Prayitno (1985), digambarkan

sebagai sebuah lingkaran, dimana pembangunan pedesaan sebagai

pusatnya, analogi tersebut didasarkan atas beberapa hal antara lain:

1) Kurang lebih 80% penduduk berdiam di pedesaan, sehingga

apabila pembangunan nasional bertujuan meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, maka pembangunan harus melibatkan

secara langsung 80% penduduk di pedesaan tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 18: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

6

2) Potensi Sumber Daya Alam (SDA) sebagian besar terdapat

didaerah pedesaan, diantaranya beberapa lahan pertanian, sumber

air, hutan dan tenaga kerja.

3) Basis pertahanan dan keamanan terletak di desa.

Pembangunan pertanian menurut Mosher (1981) juga merupakan

bagian integral dari pembangunan ekonomi dan masyarakat secara

umum. Pembangunan pertanian memberikan sumbangan bagi

pembangunan ekonomi serta menjamin bahwa pembangunan

menyeluruh (overall development) akan benar-benar bersifat umum,

dan mencakup penduduk yang hidup dari bertani yang jumlahnya

besar. Sebelum melakukan pembangunan pertanian, terdapat empat hal

dasar yang berhubungan dengan perkembangan pertanian menurut

Schultz (1953) yang harus diperhatikan, diantaranya peningkatan

jumlah penduduk, peningkatan pendapatan, cara mengkonsumsi, dan

output yang dilakukan untuk meningkatkan pertanian.

Menurut Mardikanto (2007), pembangunan pertanian merupakan

upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh manusia untuk

memperbesar atau menggiatkan turutnya campur tangan manusia

didalam proses pertumbuhan tanaman dan atau hewan dengan tujuan

untuk selalu dapat memperbaiki kesejahteraan atau kualitas hidup

petani pengelolanya. Prasarat pembangunan pertanian menurut Milikan

dan Hapgood (1972) dalam Mardikanto (2007) meliputi:

1) Stabilitas politik dan keamanan

2) Kemauan politik pemerintah untuk membangun pertanian

3) Tersedianya tenaga administrator dan kader-kader pembangunan di

tingkat lokal.

Mosher (1966) dalam Mardikanto (1993), mengemukakan

bahwa penyuluhan atau pendidikan pembangunan merupakan salah

satu faktor pelancar pembangunan pertanian, yang dimaksud

pendidikan disini adalah pendidikan pembangunan untuk petani,

pendidikan bagi petugas penyuluhan pertanian, dan latihan untuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 19: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

7

petugas teknik pertanian. Beberapa faktor peubah lain yang

menentukan keberhasilan pembangunan pertanian menurut Lion berger

(1983) dan Axxin (1993) dalam Mardikanto (1993) adalah: tersedianya

inovasi, kemudahan kredit, penyediaan sarana produksi, pengolahan

dan pemasaran produk, serta beragam lembaga sosial dan kelembagaan

ekonomi yang diperlukan.

Selaras dengan berbagai pengertian diatas pembangunan

pedesaan dan pembangunan pertanian merupakan dua hal yang sangat

penting dalam pencapaian pembangunan nasional. Pembangunan

nasional secara umum akan dipengaruhi oleh adanya pembangunan

pertanian yang secara otomatis didalamnya melibatkan masyarakat

yang berada di pedesaan. Untuk mencapai pembangunan nasional

pemerintah juga harus memperhatikan strategi pembinaan yang

menyangkut perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap

masyarakat, kelembagaan, ketersediaan administrator dan kader desa

maupun percepatan pertumbuhan ekonomi petani dan masyarakat desa.

b. Tujuan

Tujuan utama dari pembangunan pertanian menurut

Munarfah dalam Basuki (2006) adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan petani melalui peningkatan produksi. Adanya

peningkatan produksi diharapkan dapat meningkatkan pendapatan

petani, sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidupnya baik untuk

konsumsi maupun untuk kebutuhan lainnya. Menurut Pearson (2004),

pemerintah juga menetapkan rangka kerja kebijakan pertanian yang

didalamnya meliputi objektif atau tujuan yang hendak dicapai,

pembatasan realita ekonomi, kebijakan pemerintah terkait produsen,

kebijakan terkait konsumen, kebijakan terkait pasar, serta strategi yang

berhubungan dengan teknologi, penawaran dan permintaan untuk

memperbaikan kondisi pertanian.

Program pembangunan pertanian menurut Heinz (1998) harus

merupakan bagian dari pembangunan pedesaan yang menyeluruh

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 20: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

8

dengan berbagai prioritas, antara lain:

1) Mengurangi tingkat kekurangan bahan pangan di beberapa tempat

yang terus meningkat

2) Mengurangi tingkat kekurangan lapangan pekerjaan di pedesaan

3) Meningkatkan tingkat pendapatan dan tingkat kehidupan umum di

daerah pedesaan

Pelaksanaan program pembangunan pedesaan menurut

Heinz (1998) juga harus didasarkan pada berbagai hal, antara lain:

1) Program bersifat politis, setiap proyek akan menderita kegagalan

kecuali ada kemauan yang teguh

2) Harus dipandang sebagai strategi anti kemiskinan yang diarahkan

untuk kelompok sasaran

3) Harus dilihat sebagai model pendekatan dan berorientasi pada

produk menyeluruh, yang bertujuan mengintegrasikan masyarakat

pedesaan kedalam proses pembangunan.

Berdasarkan berbagai hal yang menjadi dasar adanya

pembangunan pedesaan, program pembangunan pertanian harus

merupakan bagian dari pembangunan pedesaan yang menyeluruh

dengan tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui

peningkatan produksi.

2. Kemiskinan dan Program Pengentasan Kemiskinan

a. Konsep

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal

yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat

berlindung dan air minum, hal-hal ini berhubungan erat dengan

kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses

terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah

kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga

negara (Wikipedia, 2010). Soekanto (1990) memberikan penjelasan

pula bahwa, kemiskinan merupakan suatu keadaan seseorang yang

tidak sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 21: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

9

kehidupan kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga

mental maupun fisiknya dalam kelompok tersebut.

Menurut Badan Pengembangan SDM (2003) dalam

Basuki (2006) kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana

individu, sekelompok orang atau segolongan orang tidak mampu dari

sisi sosial ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun non

pangan yang bersifat mendasar (sandang, perumahan, pendidikan,

kesehatan) atas jerih payah sendiri. Terdapat tiga jenis indikator yang

digunakan oleh BPS menurut Soemitro (2002), mencakup:

1) Kemiskinan absolut, yaitu kondisi dibawah pendapatan yang

menjamin kebutuhan dasar pangan, pakaian, dan perlindungan

2) Indeks jurang kemiskinan, yang merupakan rata-rata antara

pendapatan kaum miskin dengan garis kemiskinan

3) Indeks kesulitan, yang merupakan indeks jurang kemiskinan yang

sensitif didistribusikan.

Sayogyo dalam Sumardi (1985) membedakan kemiskinan antara

daerah desa dan kota, mereka disebut miskin kalau penghasilannya

kurang dari 320 kg beras di desa dan kurang dari 480 kg beras di kota

setiap tahun per jiwa. Golongan berpenghasilan rendah digolongkan

pula pada kelompok miskin, miskin sekali,dan sangat miskin. Collin

clark, Papanek dalam Sumardi (1985), menyebutkan pula ukuran

kemiskinan dari ukuran nilai gizi yang dibutuhkan, yaitu setiap orang

per hari memerlukan 1821 kalori, untuk itu diperlukan beras 320 kg

per tahun atau 0,88 kg per hari.

Bank Dunia dalam Sumardi (1985), mendefinisikan kemiskinan

sebagai ketidakmampuan mencapai standar hidup minimum.

Berdasarkan hal tersebut dibuat 2 macam indeks berdasarkan tingkat

konsumsi dan standar hidup minimum, yang meliputi:

1) Indeks pertama, kemiskinan yang spesifik di setiap negara

2) Indeks kedua, kemiskinan yang bersifat global membandingkan

secara silang diantara negara yang menghasilkan garis kemiskinan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 22: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

10

tinggi dan rendah.

Sejalan dengan berbagai pengertian diatas, kemiskinan

merupakan suatu kondisi atau keadaan yang dialami seseorang, dimana

terjadi kekurangan kebutuhan dasar hidup seperti makanan, tempat,

dan pakaian, maupun akses pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan

juga merupakan kondisi ketidakmampuan memanfaatkan tenaga

mental maupun fisik sebagaimana mestinya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemiskinan

Menurut Shiller (1998), terdapat beberapa faktor yang menjadi

penyebab terjadinya kemiskinan diantaranya:

1) Aspirasi dan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk

menjalankan maupun memperbaiki hidupnya

2) Tidak terdapatnya akses pendidikan yang tinggi, yang akan

berpengaruh pada kesempatan perolehan maupun posisi pekerjaan

dan pendapatan yang diperoleh

3) Banyaknya saudara yang ada dalam suatu keluarga, yang menjadi

beban tanggungan

4) Keinginan dari diri seseorang terkait peningkatan status yang

dimiliki

5) Pengaruh kebijakan yang ada, dapat berpengaruh pada kemampuan

masyarakat menemukan pekerjaan yang layak serta tidak adanya

sanksi bagi masyarakat yang malas

6) Sejarah, dari keturunan sebelumnya.

Menurut Suyanto (1995), penyebab kemiskinan di dunia

termasuk Indonesia, meliputi:

1) Kemiskinan alami yang disebabkan karena keadaan alam yang

tidak subur serta tidak mempunyai potensi sumber alam lain

2) Kemiskinan karena kolonialisme akibat penjajahan dalam waktu

yang lama

3) Kemiskinan karena tradisi sosio-kultural

4) Kemiskinan karena terisolasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 23: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

11

5) Kemiskinan struktural karena kekuasaan ekonomi dan persaingan

yang berat

Suyanto (1995), menjelaskan pula program-program yang

ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pedesaan jauh

lebih banyak, karena ada berbagai faktor penyebab kemiskinan di

pedesaan, antara lain:

1) Adanya pemusatan pemilikan tanah dibarengi proses fragmentasi

pada arus bawah masyarakat pedesaan

2) Nilai tukar hasil produksi warga pedesaan khususnya sektor

pertanian yang semakin tertinggal dengan hasil produksi lain

3) Lemahnya posisi masyarakat desa, khususnya petani dalam mata

rantai perdagangan

4) Karakter struktur sosial masyarakat pedesaan yang terpolarisasi.

Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi, kemiskinan

dapat disebabkan karena faktor internal seperti kemampuan dan

keinginan dari diri sendiri, maupun eksternal dari lingkungan tempat

tinggal seperti pendidikan, jumlah saudara, dan pengaruh kebijakan

pemerintah. Biasanya kemiskinan banyak terjadi di daerah pedesaan

disebabkan lemahnya posisi masyarakat desa sendiri, dan sektor

pertanian pedesaan yang semakin tertinggal.

c. Program Pengentasan Kemiskinan

Menurut Suyanto (1995), beberapa kebijakan yang dapat

dilaksanakan sebagai upaya pengentasan kemiskinan di dunia antara

lain:

1) Pembangunan manusia secara fisik dan rohani untuk

menanggulangi kemiskinan alami

2) Pembebasan bangsa dari penjajahan

3) Penerangan, penyuluhan, pembangunan proyek percontohan

4) Membuka isolasi daerah

5) Perbaikan hubungan antar negara, pembangunan pedesaan,

perbaikan sistem, struktur, dan kualitas pendidikan nasional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 24: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

12

6) pemberian Inpres Pemberantasan Kemiskinan (IPK).

Menurut Sumardi (1985), pemerintah Indonesia berusaha

mengurangi kemiskinan dan memeratakan pendapatan melalui 8 jalur

pemerataan, diantaranya:

1) Pemerataan pemenuhan kebutuhan dasar rakyat banyak khususnya

pangan, sandang,dan perumahan.

2) Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan

kesehatan.

3) Pemerataan kesempatan kerja.

4) Pemerataan kesempatan berusaha.

5) Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan

khususnya bagi generasi muda dan wanita.

6) Pemerataan penyebaran pembangunan di selurus wilayah tanah air

7) Pemerataan memperoleh keadilan.

Menurut Soemitro (1992) pada awal 1990an pemerintah

Indonesia membuat beberapa kebijakan dan program penggalakan

penanggulangan kemiskinan sperti: Indeks Desa Tertinggal (IDT),

tabungan keluarga sejahtera, kredit keluarga sejahtera, dan kemitraan

bersama antara skala usaha kecil, menengah, besar, serta perbaikan

kuantitas dan kualitas pergerakan koperasi. Pemerintah juga

mencanangkan beberapa program selama krisis ekonomi untuk

menanggulangi kemiskinan seperti: program keamanan pangan,

program pendidikan perlindungan sosial, program kesehatan

perlindungan sosial, serta program pekerjaan umum padat karya.

Menurut Prahalad (2004), selain berbagai upaya dan strategi

yang ada, pengurangan kemiskinan dapat dilakukan melalui

pendekatan yang melibatkan kemitraan antara masyarakat miskin,

organisasi kemasyarakatan, pemerintah, dan perusahaan besar dengan

menciptakan pasar-pasar dan wirausaha melalui sistem Bottom of

Phyramid (BOP). Perusahaan besar akan berhasil membangun pasar-

pasar didasar piramid dengan memanfaatkan masyarakat miskin

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 25: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

13

sebagai wirausaha yang tangguh dan kreatif sekaligus sebagai

konsumen.

3. Penyuluhan Pertanian

a. Pengertian Penyuluhan Pertanian

Menurut Mardikanto (2009), penyuluhan pertanian merupakan

bagian yang tak terpisahkan dari proses pembangunan/ pengembangan

masyarakat dalam arti luas dan bukanlah kegiatan karikatif (bantuan

cuma-cuma atas dasar belas-kasihan) yang menciptakan

ketergantungan. Kartasapoetra (1994) dalam Setiana (2005),

memberikan penjelasan bahwa penyuluhan pertanian merupakan usaha

merubah perilaku petani dan keluarganya agar mereka mengetahui,

menyadari, dan mempunyai kemampuan dan kemauan serta tanggung

jawab untuk memecahkan masalahnya sendiri dalam rangka kegiatan

usahatani dan kehidupannya.

Mardikanto (2009) memberikan penjelasan pula bahwa

penyuluhan sebagai proses pemberdayaan masyarakat untuk

meningkatkan kapasitas demi kemandirian. Kegiatan penyuluhan

menjadi sangat mutlak sebagai pemicu sekaligus pemacu

pembangunan pertanian atau lebih sering dikatakan sebagai ujung

tombak pembangunan pertanian.

Menurut Schramm dan Lerner (1976) dalam Mardikanto (1996)

penyuluhan adalah sebagai jembatan antara dunia ilmu dan

pemerintah, kegiatan penyuluhan mempunyai peranan penting sebagai

proses komunikasi pembangunan dalam sistem pembangunan nasional.

Dilakukan baik untuk menjembatani kesenjangan perilaku antara

sesama aparat pemerintah maupun untuk menjembatani kesenjangan

perilaku antara aparat pemerintah dengan masyarakat (petani) sebagai

pelaksana utama pembangunan.

Menurut Sri dan Herawati (1999), penyuluhan dalam konteks

pembangunan juga merupakan proses penyebaran ide-ide baru kepada

masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat itu sendiri. Kegiatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 26: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

14

dilakukan melalui penambahan pengetahuan, keterampilan baru, dan

perubahan perilaku yang didapat karena ada kesadaran untuk

mengubah diri pada kondisi yang lebih baik.

b. Tujuan Penyuluhan Pertanian

Menurut Kartasapoetra (1987), tujuan penyuluhan pertanian

dibedakan antara tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.

Tujuan penyuluhan pertanian jangka pendek yaitu untuk

menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah dalam

kegiatan usahatani petani di pedesaan. Perubahan-perubahan yang

dimaksud adalah dalam bentuk pengetahuan, kecakapan, sikap, dan

motif tindakan petani. Tujuan penyuluhan pertanian jangka panjang

yaitu untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat tani, atau agar

kesejahteraan hidup petani lebih terjamin.

Harold Dusentara dalam Kartasapoetra (1987), menyebutkan

beberapa tujuan dari kegiatan penyuluhan, mencakup:

1) Penambahan pengetahuan kepada petani

2) Memotivasi petani agar mengarahkan usahataninya kepada bahan

pangan yang banyak diperlukan

3) Menambah pengetahuan petani tentang keadaan dan kesempatan

yang sedang berlangsung di luar daerah pedesaan

4) Menambah pengetahuan petani untuk mengembangkan bakat dan

kemampuan

5) Membentuk masyarakat petani yang bangga akan usaha-usaha

yang dikerjakan, bebas dalam cara berfikir, dan konstruktif dalam

pandangannya.

c. Ruang Lingkup Penyuluhan Pertanian

Menurut Lippit (1961) dalam Mardikanto (2009), lingkup

kegiatan penyuluh sebagai agen pembaruan diantaranya :

1) Penyadaran, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk

menyadarkan masyarakat tentang “keberadaanya”, baik

keberadaanya sebagai individu dan anggota masyarakat, maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 27: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

15

kondisi lingkungannya yang menyangkut lingkungan fisik/teknis,

sosial-budaya, ekonomi, dan politik.

2) Menunjukkan adanya masalah, menunjukkan kondisi yang tidak

diinginkan yang berkaitan dengan keadaan sumberdaya,

lingkungan fisik/teknis, sosial budaya, dan politis.

3) Membantu pemecahan masalah, melakukan analisis akar masalah,

alternatif pemecahan masalah, serta pemilihan alternatif

pemecahan terbaik yang dapat dilakukan sesuai dengan kondisi

internal maupun kondisi eksternal.

4) Menunjukkan pentingnya perubahan, menunjukkan pentingnya

perubahan yang sedang dan akan terjadi di lingkungannya, baik

lingkungan organisasi dan masyarakat, serta mengantisipasi

perubahan melalui kegiatan perubahan yang terencana.

5) Melakukan pengujian dan demonstrasi, pengujian dan demonstrasi

sebagai bagian dan implementasi perubahan terencana yang

berhasil dirumuskan.

6) Memproduksi dan publikasi informasi, memproduksi dan publikasi

informasi, baik yang berasal dari luar (penelitian, kebijakan,

produsen/pelaku bisnis) maupun yang berasal dari dalam

(pengalaman, indegenuous technology, maupun kearifan

tradisional dan nilai-nilai adat yang lain).

7) Melaksanakan pemberdayaan/penguatan kapasitas, pemberian

kesempatan kepada kelompok lapisan bawah untuk bersuara dan

menentukan sendiri pilihannya.

d. Keberhasilan penyuluhan pertanian

Menurut Setiana (2005), tujuan jangka panjang penyuluhan

pertanian yaitu, terjadinya peningkatan taraf hidup masyarakat dapat

dicapai apabila para petani dalam masyarakat telah melakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

1) Better farming, mau dan mampu mengubah cara-cara usahataninya

dengan cara-cara yang lebih baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 28: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

16

2) Better business, berusaha yang lebih baik menguntungkan, mau,

dan mampu menjauhi para pengijon, lintah darat, dan melakukan

teknik pemasaran yang tepat

3) Better living, hidup lebih baik dengan mampu menghemat, tidak

berfoya-foya, menabung, dan mencari alternatif lain dalam

berusaha.

Menurut Kartasapoetra (1987), dengan tercapainya hasil

penyuluhan pertanian tentang better farming, better business, dan

better living maka para petani akan mampu mengelola usahataninya

dengan baik. Keberhasilan pengelolaan ini dapat mewujudkan

kemampuan-kemampuan untuk bersama-sam:

1) Berswasembada memperbaiki dan membangun prasarana (irigasi,

jalan, jembatan, tempat ibadah, keamanan) di desa atau lingkungan

masyarakat yang akan membantu memperlancar keberhasilan

usahataninya.

2) Melakukan partisipasi dengan pemerintahan setempat dalam

mewujudkan hal-hal diatas.

Proses pencapaian adopsi inovasi dalam kegiatan penyuluhan

menurut Kartasapoetra (1987), dapat dilakukan melalui pendekatan-

pendekatan yang dapat dilakukan mencakup:

1) Pendekatan pada petani golongan I (innovator), dengan menggali

informasi masalah yang dihadapi

2) Pendekatan pada petani golongan II (early adopter), III (early

majority), dengan berkomunikasi lebih baik

3) Pendekatan pada petani golongan IV (late majority), dengan

berkomunikasi dengan baik, secara gamblang, dan tekun

4) Pendekatan pada petani golongan V (laggard) secara kontinyu.

Pencapaian hasil meskipun memerlukan waktu, akan tetapi sekali

hasil penerapannya telah mewujudkan apa yang diharapkan petani

(peningkatan hasil baik kuantitas maupun kualitas sehingga menambah

pendapatan), maka proses penyuluhan selanjutnya akan lebih cepat.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 29: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

17

Menurut Mardikanto (1993) adopsi merupakan hasil dari

kegiatan penyampaian pesan penyuluhan berupa “inovasi”, melalui

tahapan-tahapan sebelum masyarakat mau menerima atau menerapkan

dengan keyakinannya sendiri diantaranya: kesadaran (awareness),

tumbuhnya minat (interest), menilai (evaluation), mencoba (trial), dan

menerapkan (adoption). Evaluation merupakan salah satu tahapan,

dimana dilakukan kegiatan penilaian terhadap baik buruk atau manfaat

inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada

penilaian ini masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian

terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun

aspek-aspek social budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek

politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional

dan regional.

4. Penilaian Petani Terhadap Program

a. Pengertian Penilaian

Penilaian menurut Salim dan Yenny Salim (1991), merupakan

suatu kegiatan sungguh-sungguh mengamati, mengoreksi, menimbang

baik buruknya suatu masalah yang dilakukan oleh perorangan dengan

dasar-dasar tertentu. Selanjutnya memberi penghargaan seberapa

bobotnya, kualitasnya, dan kemampuannya. Menilai menurut

Arikunto (2001), adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu

dengan ukuran baik buruk, sebelum menentukan pilihan perlu

mengadakan penilaian terhadap terhadap benda-benda yang akan

dipilih.

Menurut Remmers et al (1965), pengukuran dan penilaian

memiliki hubungan yang saling berkaitan, dimana penilaian berangkat

dari adanya pengukuran yang menunjukkan suatu proses

membandingkan dengan ukuran kuantitatif. Lynch (1997) memberikan

penjelasan pula bahwa, penilaian didefinisikan sebagai langkah-

langkah mengumpulkan informasi untuk mengambil suatu keputusan.

Menurut Fletcher (2005), penilaian juga diartikan sebagai suatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 30: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

18

proses pengumpulan bukti, dengan beberapa urutan kegiatan

operasional yang mencakup:

1) Menetapkan persyaratan atau sasaran penilaian

2) Mengumpulkan bukti

3) Mencocokkan bukti dengan persyaratan atau sasaran

4) Membuat keputusan berdasarkan kegiatan pencocokan tersebut.

Anderson dalam Arikunto (2005) juga memberikan penjelasan

bahwa, penilaian adalah sesuatu yang menyangkut proses

pertimbangan manusia tentang hasil suatu program. Usaha-usaha

penilaian terhadap suatu program tersebut hendaknya

mempertimbangkan tujuan-tujuan program, baik tujuan jangka panjang

maupun tujuan jangka pendek. Tidak boleh dilupakan juga timbulnya

hasil-hasil yang mungkin tidak dirancang sebelumnya. Selaras dengan

berbagai pengertian , penilaian merupakan suatu tindakan mengambil

keputusan yang didasarkan atas pandangan dan pertimbangan baik

buruknya sesuatu.

b. Pengertian Petani

Pengertian petani menurut Hernanto (1993) adalah setiap orang

yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh

kebutuhan hidupnya dibidang pertanian. Pertanian dalam arti luas

meliputi usaha pertanian, peternakan, perikanan, dan pemungutan hasil

hutan. Menurut Sadjad (2003), petani disebutkan pula sebagai pelaku

usahatani, pada umumnya tidak hanya secara langsung melaksanakan

pekerjaan tani di lahan produksi, tetapi juga mengusahakan atau

mengelola lahan hingga produktif tanpa menggarapnya sendiri.

Petani sebagai orang yang menjalankan usahatani mempunyai

peran jamak yang menurut Mosher (1981), yaitu petani sebagai

manajer, sebagai juru tani dan sebagai kepala keluarga. Sebagai kepala

keluarga petani dituntut untuk dapat memberikan kehidupan yang

layak mencukupi semua anggota rumah tangganya. Sebagai manajer

dan juru tani yang berkaitan dengan kemampuan mengelola usahatani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 31: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

19

akan sangat dipengaruhi oleh faktor diluar dan didalam pribadi petani

itu sendiri yang sering disebut karakteristik sosial ekonomi

Pada dasarnya ada empat golongan petani berdasarkan tanahnya

yang akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatannya

menurut Hernanto (1993), yaitu:

1) Golongan petani luas ( lebih dari 2 Ha)

2) Golongan petani sedang (0,5 – 2 Ha)

3) Golongan petani sempit (0,5 Ha)

4) Golongan buruh tani tidak bertanah

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa petani

adalah penduduk atau orang-orang yang untuk sementara secara tetap

memiliki dan atau menguasai sebidang tanah, mengerjakannya sendiri,

baik dengan tenaganya sendiri (beserta keluarganya) maupun dengan

menggunakan tenaga orang lain atau orang upahan. Petani didalam

mengelola usahatani akan sangat dipengaruhi oleh faktor diluar dan

didalam pribadi petani yang sering disebut karakteristik sosial

ekonomi.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penilaian Petani

Menurut Bakuwita (1985) dalam Faridha (2005) petani dalam

menanggapi suatu ide atau informasi yang baru berbeda-beda menurut

ciri-ciri kepribadian yang dimiliki dari masing-masing individu.

Faktor-faktor personal oleh Rakhmat (1998) digambarkan sebagai

faktor sosiopsikologis antara lain yaitu karakteristik sosial ekonomi.

Menurut Hernanto (1984) karakteristik sosial ekonomi petani

meliputi:

1) Umur, umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik dan

respon terhadap hal-hal baru dalam menjalankan usahataninya.

2) Pendidikan, tingkat pendidikan petani baik formal maupun

nonformal akan mempengaruhi cara berpikir yang diterapkan pada

usahataninya yaitu dalam rasionalitas usahanya dalam

memanfaatkan setiap kesempatan ekonomi yang ada.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 32: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

20

3) Pendapatan keluarga, secara umum penadapatan petani memang

rendah.

Menurut Lion Berger dalam Mardikanto (2007), terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan seseorang dalam

mengadopsi inovasi, antara lain:

1) Luas usahatani, semakin luas usahatani biasanya semakin cepat

mengadopsi karena memiliki kemampuan ekonomi yang lebih baik

2) Tingkat pendapatan, petani dengan tingkat pendapatan tinggi

biasanya akan lebih cepat mengadopsi

3) Keberanian mengambil resiko, individu yang memiliki keberanian

mengambil resiko biasanya lebih inovatif

4) Umur, semakin tua (diatas 50 tahun) biasanya semakin lamban

mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat

setempat.

5) Tingkat partisipasi dalam kelompok, warga masyarakat yang suka

bergabung dengan orang-orang di luar system sosialnya umumnya

lebih inovatif dibandingkan yang melakukan kontak pribadi dengan

warga setempat.

Ciri-ciri sosial ekonomi anggota sistem yang lebih inovatif,

dalam artian mampu menerima dan menanggapi hal-hal yang baru

menurut Hanafi (1987) antara lain:

1) Lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca

tulis.

2) Mempunyai status sosial lebih tinggi, status sosial ditandai dengan

pendapatan, tingkat kesehatan, kehidupan, prestise, pekerjaan, dan

pengendalian diri.

3) Mempunyai tingkat mobilitas sosial keatas lebih besar.

4) Mempunyai ladang lebih luas.

Mardikanto (1993) menerangkan pendidikan merupakan proses

timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 33: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

21

dengan alam, teman dan alam semesta. Pendidikan formal merupakan

jenjang pendidikan dari terendah sampai tertinggi yang biasanya

diterima di bangku sekolah, sedangkan pendidikan non formal

biasanya diartikan sebagai penyelenggaraan pendidikan terorganisir

diluar sistem pendidikan sekolah dengan isi pendidikan yang

terprogram.

Slamet (1993) menambahkan tingkat pendidikan responden yang

dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok berpendidikan rendah yaitu

SD kebawah, kelompok berpendidikan sedang diatas SD sampai

dengan tamat SLTA dan berpendidikan tinggi diatas SLTA, sedangkan

menurut Samsudin dalam Kartasapoetra (1991) mengatakan bahwa

penyuluhan merupakan suatu cara atau usaha pendidikan yang bersifat

non formal untuk para petani dan keluarganya di pedesaan. Menurut

Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif

lebih cepat dalam menerima hal baru, begitu pula sebaliknya mereka

yang berpendidikan rendah akan agak sulit untuk menerima hal baru

dengan cepat.

Menurut Mubyarto (1979), hasil bruto produksi pertanian

dihitung dengan mengalikan luas lahan tanah dan hasil persatuan luas.

Semakin luas tanah garapan, hasil produksi pertanian pun semakin

tinggi. Menurut Soekartawi (1988), petani dengan tingkat pendapatan

tinggi juga ada hubungannya dengan penggunaan suatu inovasi. Petani

dengan tingkat pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu

yang diinginkan, sehingga akan lebih cepat mengadopsi inovasi, dan

kemampuan untuk melakukan percobaan perubahan.

Menurut Kartasapoetra (1991), petani yang berusia lanjut yaitu

berumur 50 tahun keatas biasanya fanatik, cenderung bersikap apatis

terhadap adanya teknologi baru.

Dixon (1982) dalam Mardikanto (1996) menambahkan sifat

individu yang mempengaruhi kecepatan adopsi inovasi adalah

kosmopolitan, yaitu tingkat hubungannya dengan dunia luar diluar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 34: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

22

sistem sosialnya. Kosmopolitan dicirikan oleh frekuensi dan jarak

perjalanan yang dilakukan serta pemanfaatan media massa. Menurut

Mardikanto (1996), bagi masyarakat yang yang relatif kosmopolit,

adopsi inovasi dapat berlangsung lebih cepat, tetapi bagi yang lebih

localite (tetap terkungkung dalam sistem sosialnya sendiri) proses

adopsi inovasi akan berlangsung sangat lamban. Hal ini disebabkan

karena tidak adanya keinginan-keinginan baru untuk hidup lebih baik

seperti yang telah dinikmati oleh orang-orang diluar sistem sosialnya.

Berdasarkan keterkaitan berbagai penjelasan di atas dapat

disimpulkan bahwa faktor pendidikan mempengaruhi cara pandang

seseorang dan pengetahuan petani sehingga dapat mempengaruhi

pengambilan keputusan baik buruk sesuatu. Pendapatan yang diterima

petani akan mempengaruhi keterlibatan dalam suatu kegiatan, sehingga

mampu memberikan tanggapan terhadap sesuatu hal baru. Penguasaan

lahan mempengaruhi petani dalam pengelolaan dan mengoptimalkan

produktivitas usahatani dengan lahan yang tersedia, sehingga akan

mempengaruhi cara berfikir atau tanggapan terhadap hal baru untuk

meningkatkan usahataninya. Umur juga mempengaruhi cara berfikir,

cara kerja, dan cara hidup petani dalam menanggapi adanya sesuatu hal

yang baru. Kemampuan petani dalam melakukan hubungan diluar

sistem sosial dan pemanfaatan media massa akan membuka pandangan

petani akan hal-hal baru diluar yang mendukung pengambilan

keputusan terhadap hal baru yang datang dalam kehidupan sekitar.

d. Pengukuran Penilaian Terhadap Program

Menurut Arikunto (2005), program merupakan sederetan

kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Pencapain tujuan tersebut diukur dengan cara dan alat tertentu.

Kegiatan yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan tersebut yang

dikenal dengan evaluasi (penilaian) program. Penilaian program

biasanya bertujuan untuk membantu pemerintah didalam menentukan

kebijakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 35: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

23

Sudjana (2006), memberikan pengertian bahwa program

merupakan kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki

tujuan, sasaran, isi, dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses

kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya dan sumber pendukung

lainnya. Kegiatan evaluasi ditujukan untuk mengetahui apakah tujuan

yang ditetapkan tercapai, pelaksanaan program sesuai dengan rencana,

dan bagaimana dampak setelah program.

Menurut Davis (1992) dalam Faridha (2005) pada tahap

penilaian program, ditelaah faktor-faktor penghambat apabila ternyata

dijumpai kesulitan yang menyebabkan tujuan yang ditetapkan tidak

tercapai. Hal tersebut dapat dijadikan panduan dikemudian hari jika

program yang sama dilakukan agar tidak dijumpai lagi hambatan sama.

Arikunto (2005) menambahkan, bahwa penilaian terhadap

program dapat didasarkan atas jasa, nilai, atau manfaat dari program.

Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu program,

dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan keterlaksanaan

program tersebut. Berdasarkan berbagai pengertian penilaian program

dalam penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pembantu,

pengontrol pelaksanaan program agar dapat diketahui tindak lanjut dari

program berikutnya.

Hasil penelitian Faridha (2005) menunjukkan bahwa karakteristik

petani yang meliputi pendidikan, pendapatan, luas usahatani, dan

kekosmopolitan memiliki hubungan yang signifikan dengan penilaian

petani terhadap program siaran radio, mutu siaran, dan manfaat siaran

radio program desa maju (prodama) sebagai sumber informasi

pertanian. Begitu pula penelitian yang dilakukan Haqiqi (2008)

menunjukkan karakteristik petani yang meliputi umur, jenjang sekolah,

keikutsertaan kegiatan penyuluhan, pengalaman, luas lahan, dan

pendapatan memiliki hubungan yang signifikan dengan penilaian

petani terhadap benih varietas PEPE bersubsidi di Kecamatan

Bendosari Kabupaten Sukoharjo.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 36: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

24

5. Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

a. Konsep Dasar

Menurut Purcahyo (2010) Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) merupakan suatu program yang diluncurkan melalui

Departemen Pekerjaan Umum (PU) sebagai suatu langkah nyata

pemerintah dalam pengentasan kemiskinan di desa-desa tertinggal

dengan target penurunan angka kemiskinan yang sudah ditetapkan.

Sasaran program berupa pembangunan prasarana desa untuk

meningkatkan akses masyarakat desa pada pemenuhan kebutuhan

dasar yang akhirnya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat desa,

yang diharapkan dapat menyerap pekerja dan mengangkat

perekonomian desa sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh warga desa

setempat.

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) menurut

Departemen PU (2006), memiliki fokus utama kegiatan dalam program

rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur di perdesaan yang

dilaksanakan dengan beberapa pendekatan pada masyarakat melalui:

1) Pemberdayaan Masyarakat, dengan menekankan partisipasi aktif

masyarakat dalam seluruh aspek implementasi kegiatan.

2) Keberpihakan kepada yang miskin, hasil ditujukan kepada

penduduk miskin.

3) Otonomi dan desentralisasi, artinya masyarakat memperoleh

kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam kegiatan.

4) Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan.

5) Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam

keberhasilan pembangunan.

6) Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang

dilaksanakan memiliki sinergi dengan program pembangunan yang

lain.

7) Penguatan Kapasitas Kelembagaan, dalam rangka mendorong

sinergi antara pemda, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 37: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

25

penanganan permasalahan kemiskinan.

Pendekatan pemberdayaan masyarakat dan peningkatan peran

stakeholder serta pemerintah daerah dilaksanakan untuk mendorong

kemandirian dan sinergi berbagai pihak dalam menanggulangi

permasalahan kemiskinan di pedesaan dan sebagai upaya keberlanjutan

program. Hal ini juga akan mendorong penyelarasan dengan program

lain, meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat dan meningkatkan

prospek pencapaian tujuan bersama dalam meningkatkan pelayanan,

khususnya kepada masyarakat miskin, pencapaian tujuan

pembangunan millenium dan pengurangan kemiskinan.

b. Tujuan

Menurut Direktorat Jenderal Cipta Karya (2006) Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan program

pemerintah yang ditujukan untuk melanjutkan keberhasilan program

kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak untuk

infrastruktur pedesaan (PKPS BBM IP) pada tahun 2005. Program ini

dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa

melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan

infrastruktur dasar pedesaan.

Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) juga

memiliki tujuan jangka panjang dan jangka menengah, yaitu:

1) Tujuan jangka panjang adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa.

2) Tujuan jangka menengah adalah untuk meningkatkan akses

masyarakat miskin dan yang mendekati miskin ke infrastruktur

dasar di wilayah pedesaan.

Sasaran Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

menurut departemen PU (2006) terdiri dari:

1) Tersedianya infrastruktur perdesaan yang sesuai dengan kebutuhan

masyarakat, berkualitas, berkelanjutan, dan berwawasan

lingkungan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 38: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

26

2) Meningkatnya kemampuan masyarakat pedesaan dalam

penyelenggaraan infrastruktur pedesaan.

3) Meningkatnya lapangan kerja bagi masyarakat pedesaan.

4) Meningkatnya kemampuan aparatur pemerintah daerah dalam

memfasilitasi masyarakat melaksanakan pembangunan pedesaan.

5) Mendorong terlaksananya penyelenggaraan pembangunan prasrana

pedesaan yang partisipatif, transparan, akuntabel, dan

berkelanjutan.

c. Ruang Lingkup dan Kegunaan

Ruang lingkup Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) Menurut Departemen PU (2006), meliputi:

1) Peningkatan infrastruktur yang mendukung aksesibilitas, yaitu:

jalan dan jembatan perdesaan.

2) Peningkatan infrastruktur yang mendukung produksi pangan, yaitu:

irigasi perdesaan.

3) Peningkatan infrastruktur yang mendukung pemenuhan kebutuhan

dasar masyarakat, seperti: penyediaan air minum, dan sanitasi

perdesaan.

Kegiatan yang dilakukan dapat berbentuk satu infrastruktur atau

lebih serta dapat dilaksanakan secara terpadu. Serta untuk mendukung

pencapaian tujuan dan sasaran Program Peningkatan Infrastruktur

Perdesaan, program dilaksanakan dalam 2 (dua) komponen yaitu :

1) Peningkatan Infrastruktur

Komponen ini menyediakan bantuan pendampingan

(fasilitasi) sosial dan teknis serta pendanaan dalam rangka

peningkatan infrastruktur perdesaan yang dibutuhkan oleh

masyarakat. Jenis kegiatan infrastruktur yang dapat didanai adalah:

jalan dan jembatan pedesaan, irigasi perdesaan, air minum, dan

sanitasi perdesaan. Pemilihan jenis infrastruktur didasarkan pada

hasil musyawarah desa, dengan mempertimbangkan kelayakan

teknis, efektifitas biaya, kelayakan keuangan, dan hasil safeguards

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 39: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

27

sosial dan lingkungan. Setiap desa sasaran yang berpartisipasi akan

mendapatkan dana bantuan untuk meningkatkan infrastruktur

prioritas yang dibutuhkan sebesar Rp. 250 juta.

2) Dukungan Implementasi, Monitoring dan Koordinasi

Secara umum, komponen ini mendukung implementasi

kegiatan dari komponen peningkatan infrastruktur.Kegiatan utama

di dalam komponen ini meliputi:

a) Penetapan mekanisme manajemen program dan mekanisme

koordinasi.

b) Pengembangan kapasitas pada tingkat kabupaten dan

kecamatan.

c) Penyediaan bantuan teknis di kabupaten dan kecamatan untuk

pendampingan.

d) perencanaan, pelaksanaan fisik, supervisi dan pengelolaan

infrastruktur.

e) Penetapan mekanisme monitoring dan pelaporan yang efektif.

f) Pelaksanaan safeguards sosial dan lingkungan.

g) Audit keuangan independen pada rekening dan keuangan

Program dan Pokmas.

h) Pembelajaran pelaksanaan PKPS-BBM IP.

d. Penerima Manfaat

Menurut Departemen PU (2006) Program Peningkatan

Infrastruktur Perdesaan merupakan program pembangunan yang

berbasis pada masyarakat, yaitu sasaran dan penerima manfaat adalah

masyarakat miskin yang ada di daerah pedesaan, dengan menekankan

partisipasi aktif masyarakat dalam seluruh aspek implementasi

kegiatan (tahap persiapan, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian

dan pemeliharaan). Selain itu juga terdapat keberpihakan kepada

masyarakat miskin, artinya orientasi kegiatan baik dalam proses

maupun pemanfaatan, hasil ditujukan kepada penduduk miskin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 40: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

28

B. Kerangka Berfikir

Pemerintah melakukan upaya percepatan pencapaian tujuan

pembangunan millenium (Millenium Development Goals) dan peningkatkan

jangkauan penerima manfaat program Kompensasi Pengurangan Subsidi-

Bahan Bakar Minyak bidang Infrastruktur Perdesaan (PKPS-BBM IP) yang

menanggulangi permasalahan kemiskinan di pedesaan dengan meluncurkan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) melalui Departemen

Pekerjaan Umum. Program ini menitikberatkan pada desa-desa terpencil dan

terisolasi di wilayah tertinggal serta memiliki tingkat pelayanan infrastruktur

yang rendah, dengan harapan dapat mendukung terjaminnya peningkatan dan

keberlanjutan kegiatan perekonomian di pedesaan.

Masyarakat, terutama petani yang berada di daerah tertinggal, sebagai

penerima program yang terlibat dalam pelaksanaan program akan memberikan

penilaian sesuai dengan apa yang dirasakan dan dapat dipengaruhi oleh

karakteristik dari masing-masing individu, terutama karakteristik ekonomi dan

sosial yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal,

pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolitan. Seseorang akan memberikan

penilaian terhadap sesuatu sesuai dengan apa yang memenuhi kebutuhannya.

Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) akan diterima sasaran

secara efektif apabila terdapat kesesuaian antara keinginan masyarakat dengan

penyelenggaraan program terkait perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta

hasil dan manfaat dari program. Baik buruknya penilaian sasaran dapat

mencerminkan keberhasilan dari program tersebut dan akan berimplikasi pada

keberlanjutan program.

Skema kerangka berfikir Penilaian Petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 41: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

29

Variabel X Variabel Y

Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Penilaian Petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang.

C. Hipotesis

Diduga terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik petani

dengan penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.

D. Pembatasan Masalah

Penelitian yang akan dilakukan dibatasi dengan berbagai permasalahan

yang akan dikaji,meliputi:

1. Karakteristik petani yang diteliti meliputi umur, pendidikan formal,

pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolitan.

2. Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) dibatasi pada penilaian terhadap perencanaan, pelaksanaan,

evaluasi program, serta penilaian terhadap hasil dan manfaat program.

Penilaian Petani terhadap PPIP:

1. Perencanaan PPIP

2. Pelaksanaan PPIP 3. Evaluasi PPIP 4. Hasil PPIP 5. Manfaat PPIP

Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP)

Karakteristik Petani yang berhubungan dengan penilaian: 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pendapatan 4. Luas Usahatani 5. Kekosmopolitan

1. Sangat Baik 2. Baik 3. Cukup Baik 4. Buruk 5. Sangat Buruk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 42: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

30

3. Responden dalam penelitian ini adalah petani di daerah sasaran yang

menerima Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di

Kecamatan Tengaran, Kabupaten semarang.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

1. Definisi operasional

a. Variabel Bebas (faktor karakteristik petani)

1) Umur, yaitu usia petani yang bersangkutan pada saat dilakukan

penelitian, diperhitungkan dalam satuan tahun. Diukur dengan

skala ordinal

2) Pendidikan formal, yaitu tingkat pendidikan terakhir yang dicapai

petani pada bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal

diperhitungkan berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki. Diukur

dengan skala ordinal.

3) Pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang diperoleh petani

diluar bangku sekolah atau pendidikan formal, diperhitungkan

dengan seberapa sering petani mengikuti kegiatan penyuluhan

maupun pelatihan yang dinyatakan sebagai salah satu pendidikan

formal untuk petani selama satu musim tanam terakhir. Diukur

dengan skala ordinal.

4) Pendapatan adalah seluruh penghasilan dari kegiatan usahatani dan

non usahatani dinyatakan dengan kecukupan memenuhi kebutuhan

keluarga per bulan. Diukur dengan skala ordinal.

5) Luas usahatani adalah luas lahan yang diusahakan petani untuk

kegiatan usahatani, diperhitungkan dengan batasan luas lahan

petani dalam Ha termasuk milik sendiri, sewa dan menyakap.

Diukur dengan skala ordinal.

6) Kekosmopolitan adalah yaitu tingkat hubungannya dengan dunia

luar diluar sistem sosialnya, diperhitungkan dengan frekuensi

perjalanan ke luar kabupaten yang dilakukan untuk mencari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 43: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

31

informasi serta frekuensi pemanfaatan media massa. Diukur

dengan skala ordinal.

b. Variabel Terikat (Penilaian petani terhadap Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP))

Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) terdiri dari penilaian terhadap perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, hasil, dan manfaat program. Diukur dengan

skala ordinal.

1) Penilaian terhadap perencanaan program adalah pemahaman dan

keputusan petani terhadap persiapan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat dari:

a) Pihak yang terlibat dalam perencanaan program PPIP

b) Proses perencanaan program PPIP

c) Hasil perencanaan program PPIP

2) Penilaian terhadap pelaksanaan program adalah pemahaman dan

keputusan petani terhadap keberlangsungan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat dari:

a) Efisiensi pelaksanaan kegiatan pembangunan

b) Kegiatan pendampingan dan pemantauan

c) Pemberdayaan dan kswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan

3) Penilaian terhadap evaluasi program adalah pemahaman dan

keputusan petani terhadap koreksi pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), hal ini dapat dilihat

dari:

a) Frekuensi kegiatan evaluasi

b) Proses kegiatan evaluasi

c) Manfaat kegiatan evaluai

4) Penilaian terhadap hasil program adalah pemahaman dan

keputusan petani mengenai wujud nyata pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dirasakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 44: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

32

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari: adanya infrastruktur

pedesaan

5) Penilaian terhadap manfaat program adalah pemahaman dan

keputusan petani mengenai kegunaan hasil pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dirasakan

masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari:

a) Peningkatan akses petani ke infrastruktur

b) Peningkatan hubungan sosial

2. Pengukuran variabel

a. Pengukuran variabel faktor yang mempengaruhi penilaian petani

Tabel 2.1 Pengukuran Variabel Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Petani

Variabel Indikator Kriteria Skor

1. Umur Usia petani pada saat penelitian dilakukan

a. > 50 Tahun b. 41- 50 Tahun c. 36- 40Tahun d. 31 - 35 Tahun e. 20 - 30Tahun

1 2 3 4 5

2. Pendidikan Formal

Jenjang pendidikan yang ditamatkan berdasarkan ijazah terakhir

a. tidak tamat SD b. tamat SD c. tamat SLTP d. tamat SLTA e. tamat D3, S1

1 2 3 4 5

3. Pendidikan Non Formal

Frekuensi mengikuti kegiatan penyuluhan dalam pertemuan kelompok

a. Tidak pernah b. Pernah, 1x/MT

terakhir c. Pernah, 2x/MT

terakhir d. Pernah, 3x/MT

terakhir e. Pernah, >3x/MT

terakhir

1 2

3

4

5

Frekuensi mengikuti kegiatan pelatihan dalam pertemuan kelompok

a. Tidak pernah b. Pernah, 1x/MT

terakhir c. Pernah, 2x/MT

terakhir d. Pernah, 3x/MT

terakhir e. Pernah, >3x/MT

terakhir

1 2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 45: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

33

4. Pendapatan Kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga perbulan

a. Selalu kekurangan b. Kadang-kadang

kekurangan c. Pas-pasan d. Cukup, kadang

menabung e. Cukup, selalu

menabung

1 2

3 4

5

5. Luas usahatani Luas usahatani yang digarap termasuk milik sendiri, sewa dan menyakap (dalam Ha)

a. Sangat sempit ( < 0,25 Ha )

b. Sempit ( 0,25-0,50 Ha) c. Sedang ( > 0,50-0,75

Ha ) d. Luas ( > 0,75-1 Ha ) e. Sangat luas ( > 1 Ha )

1

2 3

4 5

6. Kekosmopolitan Frekuensi perjalanan ke luar daerah kabupaten untuk mencari informasi

a. Tidak pernah b. Pernah, 1x/MT terakhir c. Pernah, 2x/MT terakhir d. Pernah, 3x/MT terakhir e. Pernah, >3x/MT

terakhir

1 2 3 4 5

Penggunaan Media Massa a. Penggunaan Tv sebagai

sumber informasi

a. Tidak menggunakan b. 2x/ bulan c. 1x/ minggu d. >1x/ minggu e. Setiap hari

1 2 3 4 5

b. Penggunaan radio sebagai sumber informasi

a. Tidak menggunakan b. 2x/ bulan c. 1x/ minggu d. >1x/ minggu e. Setiap hari

1 2 3 4 5

c. Penggunaan majalah pertanian

a. Tidak menggunakan b. 2x/ bulan c. 1x/ minggu d. >1x/ minggu e. Setiap hari

1 2 3 4 5

d. Penggunaan tabloid dan koran sebagai sumber informasi

a. Tidak menggunakan b. 2x/ bulan c. 1x/ minggu d. >1x/ minggu e. Setiap hari

1 2 3 4 5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 46: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

34

b. Penilaian petani terhadap program PPIP

1) Penilaian terhadap perencanaan program

Tabel 2.2 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Perencanaan

Indikator Kriteria Skor 1. Pihak yang terlibat

dalam perencanaan program PPIP. a. Fasilitator b. Aparat kecamatan c. Aparat desa d. Tokoh masyarakat e. Seluruh warga desa

2. Proses perencanaan program

3. Hasil perencanaan

a. Sangat tidak kooperatif (hanya ada 1 pihak yang terlibat)

b. Tidak kooperatif (ada 2 pihak yang terlibat) c. Cukup kooperatif (ada 3 pihak yang terlibat) d. Kooperatif (ada 4 pihak yang terlibat) e. Sangat kooperatif (seluruh pihak terlibat)

a. Sangat tidak jelas (tidak ada sosialisasi dan

musyawarah perencanaan sebelumnya) b. Tidak jelas (hanya ada sosialisasi secara umum,

tanpa ada penjelasan dan pengertian detail mengenai rencana pembangunan)

c. Cukup jelas (ada sosialisasi, dilanjutkan penunjukan panitia pelaksana, tetapi tidak ada pembahasan kesiapan masyarakat)

d. Jelas ( Ada sosialisasi, pembentukan panitia pelaksana, dilanjutkan pembahasan kesiapan masyarakat)

e. Sangat Jelas ( Ada sosialisasi, pembentukan panitia pelaksana, pembahasan kesiapan masyarakat , dan disertai perencanaan desain kegiatan)

a. Sangat tidak sesuai (panitia dibentuk tidak berdasarkan pilihan masyarakat, lokasi pembangunan bukan daerah yang memerlukan, jenis kegiatan bukan yang paling mendesak)

b. Tidak sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, tetapi lokasi tidak tepat, dan jenis kegiatan bukan yang mendesak)

c. Cukup sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, lokasi pembangunan di daerah tertinggal, tetapi jenis kegiatan bukan yang paling mendesak)

d. Sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, lokasi pembangunan di daerah tertinggal, jenis kegiatan yang dipilih yang paling mendesak, tetapi belum ada pemplotan tugas untuk masyarakat setempat)

e. Sesuai (panitia terbentuk dari plihan masyarakat, lokasi pembangunan di daerah tertinggal, jenis kegiatan yang dipilih yang paling mendesak, dan sudah dibuat pemplotan tugas untuk masyarakat setempat)

1

2 3 4 5

1

2

3

4

5

1

2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 47: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

35

2) Penilaian terhadap pelaksanaan program

Tabel 2.3 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Pelaksanaan

Indikator Kriteria Skor 1. Efisiensi

pelaksanaan kegiatan pembangunan

a. Sangat tidak efisien (waktu mengalami kemoloran, biaya membengkak, pekerja didatangkan dari luar, bahan dan material yang ada didaerah setempat masing diatangkan dari luar)

b. Tidak efisien (waktu pelaksanaan tepat, tetapi biaya membengkak, pekerja didatangkan dari luar, bahan dan material yang ada didaerah setempat masih didatangkan dari luar)

c. Cukup efisien (waktu pelaksanaan tepat, biaya sesuai anggaran, tetapi pekerja didatangkan dari luar, bahan dan material yang ada didaerah setempat masih didatangkan dari luar)

d. Efisien (waktu pelaksanaan tepat, biaya sesuai anggaran, pekerja dioptimalkan dari masyarakat setempat, tetapi bahan dan material yang ada didaerah setempat masih didatangkan dari luar)

e. Sangat efisien (waktu pelaksanaan tepat, biaya sesuai anggaran, pekerja dioptimalkan dari masyarakat setempat, bahan dan material yang ada didaerah setempat juga dioptimalkan untuk pembangunan)

1

2

3

4

5

2. Kegiatan pendampingan dan pemantauan oleh konsultan

a. Sangat tidak memuaskan (Tidak ada kegiatan pendampingan dan pemantauan sama sekali dalam kegaiatn tenis)

b. Tidak memuaskan (ada pendampingan dan pemantauan hanya diawal atau tengah atau akhir kegiatan saja)

c. Cukup memuaskan (pendampingan dan pemantauan dilakukan di awal dan tengah atau diawal dan akhir, atau ditengah dan akhir kegiatan)

d. Memuaskan (pendampingan dan pemantauan dilakukan di awal, tengah, dan akhir secara berkala)

e. Sangat memuaskan (penadampingan dan pemantauan dilakukan di awal, tenngah, dan akhir secara rutin)

1

2

3

4

5

3. Pemberdayaan dan keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan

a. Sangat tidak sesuai (masyarakat hanya menerima manfaat, tidak dilibatkan dalam proses)

b. Tidak sesuai (Sebagian masyarakat saja yang terlibat dalam pembangunan dengan diberi upah)

c. Cukup sesuai (Semua masyarakat miskin setempat terlibat dalam pembangunan tetapi hanya sebagai kuli lapang)

d. Sesuai (Semua masyarakat miskin setempat terlibat dalam pembangunan dilapang dengan mengetahui desain pembangunan yang akan diselesaikan)

e. Sangat sesuai (Semua masyarakat miskin setempat terlibat dalam pembangunan dilapang dengan mengetahui desain pekerjaan, alokasi bahan, waktu dan anggaran)

1

2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 48: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

36

3) Penilaian terhadap evaluasi program

Tabel 2.4 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap evaluasi Indikator Kriteria Skor

1. Frekuensi kegiatan evaluasi a. Sangat tidak sesuai (tidak pernah dilaksanakan kegiatan evaluasi selama program berlangsung)

b. Tidak Sesuai (evaluasi dilaksanakan hanya diawal atau akhir program saja)

c. Cukup Sesuai (evaluasi dilaksanakan di tengah pelaksanaan program)

d. Sesuai (evaluasi dilakukan diawal dan diakhir pelaksanaan program)

e. Sangat sesuai (evaluasi dilaksanakan di awal, tengah, dan akhir pelaksanaan program)

1

2

3

4

5

2. Proses kegiatan evaluasi a. Sangat tidak memuaskan (Tidak ada pembahasan mengenai perkembangan dan keterlaksanaan pembangunan)

b. Tidak memuaskan (Hanya membahas kendala pelaksanaan kegiatan)

c. Cukup memuaskan (Membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan, dan kendala apa saja dalam pelaksanaan teknis)

d. Memuaskan (Membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan, kendala pelaksanaan teknis, serta alternative penanganan kendala)

e. Sangat memuaskan (Membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan, kendala, alternatif penanganan masalah, serta rencana pelaksanan fisik kedepan)

1

2

3

4

5

3. Manfaat kegiatan evaluai

a. Sangat tidak bermanfaat (Tidak ada manfaat yang didapat dari kegiatan evaluasi)

b. Tidak bermanfaat (hanya memberikan informasi permasalahan kegiatan pembangunan tanpa solusi)

c. Cukup bermanfaat (memberikan informasi kendala pelaksanaan teknis serta solusi dari kendala yang dihadapi)

d. Bermanfaat (memberikan informasi kendala pelaksanaan teknis, solusi, serta kontrol kemajuan kegiatan)

e. Sangat bermanfaat (memberikan informasi kendala pelaksanaan teknis, solusi, kontrol kemajuan kegiatan, serta pengendalian volume pekerjaan)

1

2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 49: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

37

4) Penilaian terhadap Hasil program

Tabel 2.5 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Hasil Indikator Kriteria Skor

1. Adanya infrastruktur baru pedesaan

a. Sangat tidak sesuai kebutuhan (pembangunan infrastruktur tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat)

b. Tidak sesuai kebutuhan (infrastruktur dibangun di daerah tertinggal, tetapi jenis infrastruktur tidak sesuai kebutuhan masyarakat yang mendesak)

c. Cukup Sesuai kebutuhan (lokasi tepat, jenis infrastruktur sesuai, kualitas bangunan kurang memuaskan)

d. Sesuai kebutuhan (lokasi sesuai, infrastruktur tepat, kualitas bangunan baik, tetapi tidak ada rencana kelanjutan pemeliharaan)

e. Sangat sesuai kebutuhan (lokasi sesuai, infrastruktur tepat, kualitas bangunan baik, terdapat rencana kelanjutan pemeliharaan)

1

2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 50: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

38

5) Penilaian terhadap Manfaat program

Tabel 2.6 Pengukuran Variabel Penilaian Petani Terhadap Manfaat Indikator Kriteria Skor

1. Peningkatan akses petani ke infrastruktur

a. Sangat tidak bermanfaat (Infrastruktur yang dibangun tidak didasarkan permasalahan petani)

b. Tidak bermanfaat (hanya membuka lapangan pekerjaan bagi orang-orang tertentu selama pelaksanaan program)

c. Cukup bermanfaat (membuka lapangan pekerjaan bagi seluruh petani saat pelaksanaan pembangunan)

d. Bermanfaat (membuka lapangan pekerjaan bagi petani, dan memperlancar pemasaran produksi pertanian)

e. Sangat bermanfaat (membuka lapangan pekerjaan bagi petani, memperlancar pemasaran produksi pertanian, serta memperlancar akses keluar masuknya produk pertanian dari dan keluar daerah)

1

2

3

4

5

2. Peningkatan hubungan sosial

a. Sangat tidak bermanfaat (tidak ada manfaat yang diterima dari sisi sosial)

b. Tidak bermanfaat (hanyameningkatkan hubungan antara aparat desa dan pihak kecamatan)

c. Cukup bermanfaat (meningkatkan kebersamaan dan kepercayaan warga dengan aparat desa dan kecamatan)

d. Bermanfaat (meningkatkan kebersamaan antara warga setempat, hubungan dengan aparat desa, dan meningkatkan kepercayaan terhadap pihak kecamatan dan kabupaten)

f. Sangat bermanfaat (meningkatkan kebersamaan antara warga, hubungan dengan aparat desa, dan kepercayaan terhadap pihak kecamatan dan kabupaten, serta meningkatkan akses hubungan dengan masyarakat daerah lain)

1

2

3

4

5

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 51: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

39

39

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode penelitian deskriptif kuantitatif. Metode dasar deskriptif, memusatkan

pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang dan bertitik tolak pada

data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam konteks teori-teori

hasil penelitian terdahulu (Surakhmad, 1994). Penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang melibatkan lima komponen informasi ilmiah yaitu teori,

hipotesis, observasi, generalisasi empiris dan penerimaan atau penolakan

hipotesis. Mengandalkan adanya populasi dan teknik penarikan sample,

kemudian menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data, selanjutya

mengemukakan variabel penelitian dalam analisis datanya, dan berusaha

menghasilkan kesimpulan secara umum, baik yang berlaku untuk populasi

dan/atau sample yang diteliti (Singgih, 2006 dalam Suyanto dan Sutinah,

2007).

Penelitian dilakukan dengan menggunakan teknik penelitian survei,

yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengambil dari suatu populasi

dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data

(Singarimbun, 1995).

B. Lokasi Penelitian

Pemilihan lokasi dengan metode purposive yaitu secara sengaja dan

yang terpilih adalah Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.

Pertimbangan pengambilan lokasi adalah karena Kecamatan Tengaran

merupakan kecamatan yang menjadi salah satu sasaran Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan beberapa desa tertinggal yang ada

didalamnya dan sebagian besar penduduk bermatapencaharian sebagai petani.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 52: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

40

C. Populasi dan Sample

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani di Kecamatan

Tengaran yang terlibat dalam Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran. Pertimbangan pemilihan daerah sasaran

PPIP antara lain terdapat desa tertinggal, penduduk setempat adalah

masyarakat miskin dan mendekati miskin, serta memiliki sarana

infrastruktur kurang memadai. Daerah yang sesuai dengan pertimbangan

diatas di Kecamatan Tengaran, Kabupaten semarang adalah Desa Duren

dan Desa Regunung, dengan jumlah petani yang tergabung dalam

Kelompok Tani, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Anggota Kelompok Tani Desa Duren dan Desa Regunung

No Desa Nama Kelompok Tani Jumlah anggota kelompok tani 1. 2.

Regunung Duren

Madusari Ngudi Boga I Ngudi Boga II Sumber Rejeki Ngesti Makmur Marsudi Tani Dadi Makmur Sinar mulya

40 106 74

135 74 78 34 98

Jumlah 639

Sumber: BPP Kecamatan Tengaran

2. Teknik Sampling

Sample dalam penelitian ini diambil dari populasi petani di

Kecamatan Tengaran sebagai daerah yang menerima Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Petani yang dijadikan sample adalah petani

yang berada di Desa Duren dan Desa Regunung yang tergabung dalam

Kelompok Tani. Penentuan sample tersebut didasarkan atas pertimbangan

Desa Regunung dan Desa Duren adalah desa yang menjadi lokasi PPIP

yang sebagian besar masyarakatnya bermatapencaharian sebagai petani.

Metode penarikan sample yang dilakukan adalah dengan

menggunakan cara gugus bertahap ganda (multistage cluster random

sampling) yaitu suatu teknik dengan model pengelompokan secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 53: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

41

bertahap, sehingga dalam setiap kelompok yang terkecil dilakukan

penarikan sampel secara acak sederhana sebanyak proporsionalnya atau

minimal 1 (satu) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Tahap pertama, populasi dibagi menjadi kluster wilayah desa yang

menerima program, yaitu Desa Regunung dan Desa Duren

2. Tahap kedua, mengambil satu sample Kelompok Tani dari seluruh

Kelompok Tani yang ada di Desa Regunung dan Desa duren, yaitu

Kelompok Tani Madusari dan Ngudi Boga I.

3. Jumlah responden yang diambil sebanyak 41 orang, berasal dari 2

Kelompok Tani yang masing-masing terdiri dari ketua, pengurus,

anggota aktif, dan anggota pasif secara proporsional dengan penjabaran

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Anggota Kelompok Tani dan Sample No Kedudukan Kelompok Tani Madusari Kelompok Tani Ngudi Boga Jumlah

Jumlah anggota Kelompok Tani

Jumlah Sample

Jumlah anggota Kelompok Tani

Jumlah Sample

1. Ketua 1 1 1 1 2 2. Pengurus 6 2 5 2 4 3. Anggota aktif 26 7 70 18 25 4. Anggota pasif 7 2 30 8 10 Jumlah 41

Sumber: BPP Kecamatan Tengaran D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini meliputi data

primer dan data sekunder dengan berbagai sumber data yang diperoleh

mencakup:

1. Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari responden

dengan melakukan wawancara melalui kuisioner atau daftar pertanyaan

berupa data karakteristik petani dan penilaian petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

2. Data sekunder adalah data yang didapat dari instansi atau lembaga yang

terkait dengan penelitian ini, yaitu Kantor Kecamatan Tengaran, Balai

Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Instansi lain yang terkait.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 54: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

42

Secara lebih detail jenis data yang dibutuhkan baik data pokok maupun

data pendukung dalam penelitian ini dapat dijabarkan beserta kategori jenis

data dan sumber perolehan data yang meliputi, antara lain:

Tabel 3.3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan Data Jenis data Sumber data

Pr Sk Kn Kl Data pokok 1. Identitas responden 2. Karakteristik petani

a. Umur b. Pendidikan formal c. Pendidikan non formal d. pendapatan e. Luas usahatani f. Kekosmopolitan

3. Penilaian petani terhadap PPIP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi d. Dampak

Data pendukung

1. Keadaan wilayah 2. Keadaan alam 3. Keadaan pertanian

x

x x x x x x

x x x x

x x x

x x x x x x

x x x

x

x x x x

x x x

Petani

Petani Petani Petani Petani Petani Petani

Petani Petani Petani Petani

Monografi Kecamatan Monografi Kecamatan Monografi Kecamatan

Keterangan : Pr = Primer Kn = Kuantitatif Sk = Sekunder Kl = Kualitatif

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan

menggunakan berbagai teknik sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara dilaksanakan dengan teknik Indepth Interview yaitu

wawancara secara mendalam yang dilakukan terhadap responden secara

individual dengan menggunakan instrumen daftar pertanyaan (kuisioner).

2. Observasi

Observasi yaitu secara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

secara langsung terhadap keadaan di lapang, dengan menggunakan

instrumen panduan pengamatan dan kamera.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 55: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

43

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui

dokumen-dokumen dari lembaga atau instansi yang terkait, dengan

menggunakan instrumen panduan pengambilan data, fotocopy, dan

catatan.

Penjabaran masing-masing teknik, data yang akan dikumpulkan, dan

instrumen yang digunakan, antara lain:

Tabel 3.4 Teknik dan Data yang Dikumpulkan No Teknik Data yang Dikumpulkan Instrumen

1. Wawancara 1. Identitas responden 2. Karakteristik petani

a. Umur b. Pendidikan formal c. Pendidikan non formal d. Pendapatan e. Luas usahatani f. Kekosmopolitan

3. Penilaian petani terhadap PPIP a. Perencanaan b. Pelaksanaan c. Evaluasi d. Dampak

Daftar pertanyaan (kuisioner)

2. Observasi 1. Hasil program 2. Keadaan usahatani masyarakat 3. Pemeliharaan dan pemanfaatan hasil

program

panduan pengamatan dan kamera

3. Dokumentasi 1. Keadaan wilayah 2. Keadaan alam 3. Keadaan pertanian 4. Hasil pembangunan

panduan pengambilan

data, fotocopy, dan

catatan.

F. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan analisis statistik

deskriptif. Menurut Djarwanto (1996), sesuai data yang tersedia data primer

dianalisis melalui tahap editing, coding dan tabulasi, sedangkan data sekunder

pengolahannya dilakukan secara terpisah. Pengukuran karakteristik petani,

penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

menggunakan median score.

Pengukuran hubungan karakteristik petani dengan penilaian petani

pada Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dilakukan dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 56: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

44

uji korelasi Rank spearman (rs). Menurut Siegel (1997) rumus koefisien

korelasi jenjang Spearman (rs) adalah sebagai berikut:

rs = 1 - NN

din

i

-

å=3

1

26

Dimana:

rs = Koefisien korelasi Rank Sperman

n = Jumlah petani sample

di = selisih atau rangking dari variabel pengamatan

Apabila terdapat peringkat yang sama variabel bebas (x) dan variabel

terikat (y), maka digunakan faktor koreksi t, yaitu dengan rumus:

rs = 22

222

2 YX

diYX

-

-+å å å

Untuk menguji signifikansi rs digunakan uji t-student dengan tingkat

kepercayaan 95 persen, dengan rumus:

Kriteria pengujian hipotesis:

t = rs 21

2

sr

N

--

1. Apabila t hitung ≥ t tabel maka Ho ditolak berarti ada hubungan yang

nyata antara karakteristik petani dengan penilaian petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang.

2. Apabila t hitung < t tabel maka Ho diterima berarti tidak ada hubungan

nyata antara karakteristik petani dengan penilaian petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran

Kabupaten Semarang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 57: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

45

45

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis dan Batas-Batas Administrasi

Kecamatan Tengaran merupakan salah satu kecamatan yang berada di

Kabupaten Semarang Provinsi Jawa Tengah yang terletak di kaki gunung

Merbabu berbatasan dengan:

Utara : Kota Salatiga

Timur : Kabupaten Boyolali

Selatan : Kecamatan Suruh dan Susukan

Barat : Kecamatan Getasan dan kecamatan Ampel, Boyolali

Kecamatan Tengaran memiliki luas wilayah 4.589,74 hektar yang

terdiri dari 15 desa didalamnya yaitu: Tengaran, Tegal Rejo, Sruwen,

Sugihan, Duren, Regunung, Cukil, Klero, Butuh, Patemon, Karangduren,

Bener, Tegalwaton, Barukan, dan Nyamat. Luas wilayah yang dimiliki

terbagi atas lahan sawah 852,74 Ha (18,57 %), lahan kering 3.377 Ha

(81,43 %), bertopografi datar dan bergelombang dengan bentuk wilayah

datar dan bergelombang (60 %), bergelombang sampai berbukit (30 %),

berbukit sampai pegunungan (10 %), daerah terendah 590 mdpl dan daerah

tertinggi 830 mdpl. Jenis tanah yang ada meliputi tiga jenis yaitu Latosol

(44 %), Andosol (45 %), dan Grumosol (11 %). Kecamatan Tengaran

beriklim basah. Rata-rata curah hujan mencapai 4.054 mm/tahun dengan

penyebarannya sebanyak 128 hari.

2. Tata Guna Lahan

Lahan yang berada di Kecamatan Tengaran dengan berbagai bentuk

wilayah diantaranya digunakan dan dimanfaatkan untuk sawah, tegal,

pekarangan, dan lain-lain dengan perincian sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 58: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

46

Tabel 4.1 Penggunaan Lahan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 2 3 4

Sawah Tegal Pekarangan/bangunan Lain-lain

860,31 1.886,29 1.818,00

140,10

18,69 39,89 38,46

2,96 Jumlah 4728,80 100,00

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tengaran Tahun 2011

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan di

Kecamatan Tengaran paling besar digunakan untuk tegal yaitu seluas

1.886,29 Ha (39,89%). Penggunaan lahan pekarangan dan bangunan sebesar

1.818 Ha (38,46%), dan digunakan untuk lahan sawah sebesar 860,31 Ha

(18,19%). Pemanfaatan lahan tegal oleh masyarakat dapat dijadikan usaha

untuk menambah penghasilan masyarakat baik melalui bidang pertanian

maupun peternakan, selain dengan memanfaatkan potensi penggunaan lahan

untuk sawah.

Tabel 4.2 Jenis Pengairan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011 No Jenis Pengairan Luas (Ha) Prosentase (%) 1 2 3 4

Irigasi teknis Irigasi ½ teknis Irigasi sederhana Tadah hujan

353,60 192,50 71,00

243,21

41,1 22,38

8,25 28,27

Jumlah 860,31 100,00

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tengaran Tahun 2011

Jenis pengairan untuk lahan sawah berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat

bahwa petani paling banyak melakukan pengairan dengan jenis pengairan

irigasi teknis yaitu seluas 353,6 Ha (41,1%), selanjutnya sawah dengan jenis

pengairan tadah hujan yaitu seluas 243,21 Ha (28,27%). Luas lahan sawah

yang masih menggunakan jenis pengairan dengan irigrasi sederhana adalah

71 Ha (8,25%). Adanya sistem pengairan teknis yang sudah dilakukan pada

sebagian besar lahan sawah di Kecamatan Tengaran dapat membantu

peningkatan produktivitas hasil dari lahan sawah, walaupun sebagian lahan

masih mengandalkan pada jenis pengairan tadah hujan, irigrasi setengah

teknis, dan irigrasi sederhana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 59: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

47

B. Keadaan Penduduk

1. Keadaan Penduduk Menurut Umur

Keadaan penduduk menurut kelompok umur di Kecamatan Tengaran

tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 4.3 Keadaan Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Tengaran Tahun 2011

No Kelompok umur (tahun)

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

0 – 4 5 – 9

10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59

> 60

1.861 3.229 3.747 3.516 2.612 2.523 2.109 2.089 1.713 1.359

766 213

5.532

1.728 2.696 2.151 2.277 2.184 3.391 2.238 2.633 2.001

899 502 210

8.372

3.589 5.995 5.898 5.793 4.796 5.929 4.347 4.722 3.714 2.258 1.268 423

13.904 Jumlah 31.354 31.282 62.636

Sumber: Data Kecamatan dalam Angka Tahun 2009

Keadaan penduduk menurut umur dapat digunakan untuk

mengetahui besarnya penduduk usia produktif dan penduduk usia non

produktif dalam kurun waktu tertentu di suatu wilayah. Berdasarkan data di

atas dapat diketahui Angka Beban Tanggungan (ABT) yang merupakan

perbandingan antara jumlah penduduk yang tidak produktif dengan jumlah

penduduk produktif dalam 100 jiwa penduduk, yang berarti bahwa setiap

100 jiwa penduduk usia produktif harus menanggung sejumlah penduduk

usia nonproduktif.

Menurut Mantra (2008), usia nonproduktif adalah usia 0 – 14 tahun

dan ≥ 60 tahun sedangkan usia produktif adalah usia 15 – 59 tahun,

sehingga besar Angka Beban Tanggungan di Kecamatan Tengaran dapat

diketahui sebagai berikut :

100Pr

Pr´=

åå

oduktifPenduduk

oduktifnPenduduknoABT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 60: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

48

= 3325029386

x 100

= 88,38 (88)

Berdasarkan analisis perhitungan ABT diatas dapat diketahui bahwa

dari 100 penduduk produktif menanggung 88 penduduk non produtif.

Adanya angka beban tanggungan yang cukup tinggi tersebut, menuntut

penduduk agar mampu memperoleh pendapatan yang lebih guna memenuhi

kebutuhannya sendiri maupun kebutuhan bagi usia non produktif yang

menjadi tanggungan mereka, baik kebutuhan primer maupun kebutuhan

tambahan lainnya.

2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Keadaan penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Tengaran

dapat dilihat dari tabel 11 berikut.

Tabel 4.4 Kedaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Tengaran Tahun 2011

No Jenis kelamin Jumlah penduduk (jiwa)

Prosentase (%)

Rasio jenis kelamin

1 2

Laki-laki Perempuan

31.220 30.009

50,49 49,51

Jumlah 61.829 100,00 100,18

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tengaran Tahun 2011

Kecamatan Tengaran, pada tahun 2011 berdasarkan tabel 4.4

memiliki jumlah penduduk sebesar 61.829 jiwa yang terdiri dari laki-laki

31.220 jiwa (50,49%) dan perempuan 30.009 jiwa (49,51%). Berdasarkan

data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar

daripada jumlah penduduk perempuan, dengan perhitungan sex rationya

(SR) adalah sebagai berikut:

100xperempuanPenduduk

lakilakiPendudukSR

å-å

=

100009.30220.31

x=

=104,03 (104)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 61: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

49

Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa dalam setiap 100

penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Perbandingan

tersebut tidak menunjukkan perbedaan jumlah yang tidak terlalu besar,

sehingga dalam melaksanakan kegiatan pembangunan penduduk laki-laki

dan perempuan yang jumlahnya seimbang dapat sama-sama memberikan

kontribusi.

3. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Kecamatan

Tengaran tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 14 berikut.

Tabel 4.5 Kedaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Tengaran Tahun 2011

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

PNS TNI POLRI Pegawai Swasta Pensiunan Pengusaha Buruh Bangunan Buruh Industri Buruh Tani Petani Peternak Lain-lain

952 96 58

3.301 578

1.297 2.501 4.142 6.784 6.836 2.166

28.711

1,66 0,17 0,10 5,75 1,00 2,26 4,36 7,21

11,81 11,90

3,77 50,00

Jumlah 57.422 100,00

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tengaran Tahun 2011

Beranekaragamnya mata pencaharian yang dimiliki penduduk dapat

memberikan gambaran tingkat pendapatan beserta status sosial dalam

masyarakat. Penduduk akan berusaha mendapatkan mata pencaharian yang

sesuai dengan kemampuan yang dimiliki serta dapat diusahakan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga. Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui

bahwa sebagian besar penduduk di Kecamatan Tengaran masih bergerak

disektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebesar 27,49%

terdiri dari petani, buruh tani, maupun peternak yaitu sebesar 6.784 jiwa,

6.836 jiwa, dan 2166 jiwa. Hal tersebut dikarenakan adanya kondisi alam

wilayah Kecamatan Tengaran yang masih mendukung untuk kegiatan

pertanian, dan keterampilan bertani yang dimiliki penduduk secara turun-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 62: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

50

temurun, meskipun sektor-sektor lain sudah mulai berkembang di

Kecamatan Tengaran seperti sektor industri. Kategori lain-lain yang

menduduki prosentase paling besar sebesar 2.871 jiwa (50%) terdiri dari

penduduk yang menjadi penatalaksana rumah tangga (pembantu rumah

tangga), pekerja tidak tetap, penduduk yang sedang mencari pekerjaan, dan

terkena PHK.

4. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan

Pendidikan akan memberikan pengaruh yang besar pada

pembangunan dan usaha peningkatan sumber daya manusia yang

merupakan faktor pelancar pembangunan. Keadaan penduduk menurut

pendidikan di Kecamatan Tengaran dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Tengaran Tahun 2011

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8

Tidak Sekolah Play Group Belum Tamat SD Tidak Tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi Sarjana

16.972 1.438 7.743 9.011

13.448 6.972 4.778 1.027

401

31,89 2,70

14,55 16,93 25,27 13,10

8,98 1,93 0,75

Jumlah 53.214 100,00

Sumber: Data Monografi Kecamatan Tengaran Tahun 2011

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk Kecamatan

Tengaran masih tergolong rendah. Sebagian besar penduduk berada dalam

kategori tidak sekolah sebesar 16.972 jiwa (31,89%) dan tamat SD sebesar

13.448 jiwa (25,27%), sedangkan jumlah penduduk yang mampu

menempuh wajib belajar 9 tahun hanya sebesar 6.972 jiwa (13,10%).

Tingkat pendidikan penduduk Kecamatan Tengaran tergolong rendah

karena kurangnya kesadaran penduduk akan pentingnya pendidikan.

Tingkat pendidikan digunakan sebagai parameter sumber daya manusia dan

kemajuan suatu wilayah. Orang yang berpendidikan cenderung berpikir

lebih rasional dan umumnya cenderung menerima adanya pembaharuan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 63: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

51

Seseorang yang memiliki SDM rendah cenderung kurang kooperatif dan

kurang terbuka terhadap perubahan.

C. Kondisi Infrastruktur Jalan di Kecamatan Tengaran

Infrastruktur jalan merupakan sarana penghubung bagi masyarakat yang

sangat penting didalam mendukung kegiatan ekonomi, politik, maupun social

masyarakat. Berikut ini data mengenai panjang jalan yang melalui desa di

Kecamatan Tengaran:

Tabel 4.7 Panjang Jalan yang Melalui Desa di Kecamatan Tengaran No Jalan Panjang (Km) 1 Negara 9 2 Provinsi 7 3 Kabupaten 23 4 Desa 136

Sumber: Kecamatan Tengaran dalam Angka Tahun 2009

Jalan yang melalui Kecamatan Tengaran meliputi jalan negara yang

memiliki panjang 9 km, jalan provinsi 7 km, jalan kabupaten 23 km dan jalan

desa sepanjang 136 km. Jenis bangunan jalan yang ada terdiri jalan aspal

sepanjang 65 km yang merupakan jalan penghubung antara kabupaten dan

provinsi, jalan kecil, berbatu yang merupakan penghubung antar desa sepanjang

33 km, dan jalan tanah yang juga merupakan jalan penghubung anatar desa

memiliki panjang 35 km. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa infrastruktur

jalan di berbagai desa Kecamatan Tengaran memiliki kondisi yang masih sangat

terbatas, sehingga akses masyarakat terhadap sarana transportasi yang dapat

memperlancar kegiatan perekonomian, social, politik, serta pencarian informasi

keluar daerah sering terhambat.

D. Keadaan Pertanian

Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan

penting di Kecamatan Tengaran, baik untuk memenuhi kebutuhan pokok

masyarakat maupun menambah penghasilan masyarakat. Beberapa hasil

produksi pertanian yang dihasilkan di Kecamatan adalah sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 64: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

52

Tabel 4.8 Luas Areal Panen dan Produksi Padi dan Palawija di Kecamatan Tengaran Tahun 2011

No. Jenis komoditas Luas Tanam

(Ha) Luas Panen

(ton) Produktivitas

(Kw/Ha) Produksi

(Ton)

1 Tanaman Pangan

Padi sawah 1.405 1.245 56,3 5.325,98

Jagung 1.189 1.031 50,5 4.423,80

2 Umbi-umbian

Ubi Kayu 204 1.29 150,6 8.222,60

Ubi Jalar 17 4 65,0 110,50

3 Sayur

Lombok 29 29 26,0 46,80

Terong 8 8 98,0 78,40

Kubis 46 46 105,0 147,00

4 Buah

Salak

82.175 rumpun/

meter 24.645 6 kg/

rumpun/meter

147,87

5 Perkebunan

Kelapa 547,2 334,8 905kg/Ha 542,0

Kelapa Deres 335,0 335,0 56 224,0

Kopi Arabica 58,6 16,7 160kg/Ha 2,6

Kopi Robusta 80,9 65,1 240kg/Ha 15,6

cengkeh 25,1 178,5 40 kg/Ha 7,1

6 Tanaman obat

Jahe 71,0 71,0 5,5ton/Ha 390,5

Kunyit 189,0 189,0 9 ton/Ha 170,1

Sumber : Kecamatan Tengaran dalam Angka tahun 2011

Jenis komoditas pertanian yang diusahakan di Kecamatan Tengaran

meliputi: tanaman pangan, umbi-umbian, sayur, buah, perkebunan dan tanaman

obat. Padi sawah dan jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang

diusahakan dan menjadi andalan di Kecamatan Tengaran untuk memenuhi

kebutuhan pokok dengan produktivitas masing-masing sebesar 56,3 kw/Ha,

sedangkan tanaman dan 50,5 kw/Ha. Ubi kayu memiliki produktivitas tertinggi

untuk komoditas umbi-umbian sebesar 150,6 kw/Ha yang dapat membantu

perekonomian masyarakat, untuk tanaman buah yang banyak dihasilkan adalah

buah salak, sedangkan untuk tanamanan sayuran kubis paling banyak

dihasilkan dengan produktivitas sebesar 105 kw/Ha. Kelapa deres juga paling

banyak dihasilkan diantara jenis tanaman perkebunan lain yang ada dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 65: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

53

produktivitas sebesar 56 Kw/Ha. Jahe dan kunyit merupakan tanaman obat

utama yang dibudidayakan dan banyak diolah penduduk di Kecamatan

Tengaran sebagai bahan obat maupun serbuk minuman yang dapat

meningkatkan perekonomian petani di Kecamatan Tengaran dengan

produktivitas masing-masing sebesar 5,5 ton/Ha, dan 9 ton/Ha.

E. Keadaan Lembaga Penyuluhan Pertanian

Kelembagaan Penyuluhan Pertanian di tingkat Kecamatan Tengaran

adalah BPP yang berfungsi sebagai lembaga penyuluhan, pelatihan, pengujian

untuk pemberdayaan SDM Pertanian. Kelembagaan penyuluhan ditingkat desa

terbagi dalam wilayah kelompok tani (wilkel) sejumlah 57 kelompok tani,

selain itu terdapat juga lembaga lain yang terkait dengan kegiatan penyuluhan

pertanian antara lain: 1 Bank Rakyat Indonesia (BRI) unit desa, 1 Koperasi Unit

Desa (KUD), 3 Bank Perkreditan Rakyat (BPR), 1 Bank Kredit Kecamatan

(BKK), 4 Baitul Maal Wa Tamwil (BMT), 4 pasar umum, 1 pasar hewan, 1

pasar sayur, 11 kios SAPRODI. Berbagai sarana yang tersedia tersebut baik

lembaga penyuluh maupun lembaga perekonomian sangat membantu

masyarakat dalam memperoleh penyuluhan, pelatihan, informasi pembangunan,

maupun inovasi serta memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat.

Tenaga penyuluh pertanian juga tersedia di Kecamatan Tengaran

sejumlah 15 orang terdiri dari 8 PNS, 6 penyuluh THL TB PP dan 1 PHP

dengan bekal pengetahuan pertanian tanaman pangan, perkebunan, kehutanan,

peternakan dan perikanan. Tenaga penyuluh pertanian tersebut sangat

membantu petani menyampaikan informasi dan pengembangan usahatani

penduduk di berbagai desa, dimana sektor pertanian masih sangat memegang

peranan penting di Kecamatan Tengaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 66: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

54

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyelenggaraan Program peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

1. Struktur Organisasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan

program yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat desa melalui perbaikan akses masyarakat miskin terhadap

pelayanan infrastruktur dasar pedesaan. Salah satu daerah di Provinsi Jawa

Tengah Kabupaten Semarang yang mendapatkan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah kecamatan Tengaran, dengan dipilih

dua desa didalamnya sebagai lokasi pembangunan yaitu Desa Duren dan

Desa Regunung. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan hasil musyawarah

dan skala prioritas kebutuhan penduduk miskin, dan dengan Infrastruktur

yang dipilih berupa jalan desa sekaligus sebagai jalan usahatani.

Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

didukung dengan struktur organisasi penyelenggara yang menggambarkan

pola penanganan program secara menyeluruh dari tingkat pusat sampai

dengan tingkat masyarakat dengan melibatkan komponen-komponen

pelaksana dan institusi terkait lainnya.

a. Tingkat Kabupaten

1) Pemerintah Kabupaten

Pemerintah Kabupaten Semarang dalam hal ini Bupati, sebagai

penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten. Tugas dari

pemerintah kabupaten adalah Mengkoordinasikan penyelenggaraan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di wilayah

kerjanya, dan membentuk Tim Pengarah Kabupaten, DPIU dan

Tim Kecamatan.

2) Tim Pengarah Kabupaten (TPK)

Tim Pengarah Kabupaten Semarang terdiri dari Ketua Bappeda

Kabupaten sebagai Ketua Tim, Kepala Dinas Bidang Pekerjaan

Umum/Kimpraswil sebagai sekretaris, dan sebagai anggota adalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 67: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

55

Instansi Pemberdayaan Masyarakat, Kepala Dinas/Instansi terkait

serta masyarakat dan stakeholders lainnya seperti universitas

(jumlah keanggotaannya mininum 25 persen).

3) District Project Implementation Unit (DPIU)

DPIU dibentuk di tingkat kabupaten dalam lingkungan Dinas

Pekerjaan Umum dan DPIU.

4) Satuan Kerja Tingkat Kabupaten

Satuan Kerja Tingkat Kabupaten Semarang adalah pejabat

pengelola anggaran, sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

yang ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PU atas usulan Bupati,

dan diberi kewenangan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan

sesuai dengan Rencana Kerja dan Anggaran yang telah ditetapkan

dalam DIPA.

b. Tingkat Kecamatan

Tim Kecamatan dibentuk berdasarkan/disahkan oleh Bupati, bertugas

sebagai Pembina program di wilayah kerja kecamatan. Tim Kecamatan

Tengaran terdiri dari unsur-unsur pemberdayaan masyarakat dan aparat

kabupaten Semarang yang bertugas di kecamatan.

c. Tingkat Desa

1) Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)/Kelompok Masyarakat

(Pokmas)/Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD)

OMS/Pokmas/LKD ditetapkan/dibentuk melalui Musyawarah Desa

I yang difasilitasi oleh Satker Tingkat Kabupaten. Disyaratkan tiap

desa dibentuk 1(satu) OMS/Pokmas/LKD dan disahkan oleh

Kepala Desa dan diketahui oleh Camat.

2) Kader Desa (KD)

KD berasal dari masyarakat setempat yang mampu mendorong

masyarakat untuk melaksanakan kegiatan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan sesuai dengan kriteria dan prinsip-prinsip

yang telah ditetapkan. Di masing-masing lokasi desa sasaran akan

ditunjuk 1 tenaga Kader Desa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 68: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

56

3) Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP)

KPP adalah organisasi warga masyarakat yang terdiri dari unsur

pemerintahan desa (selain Kepala Desa), perwakilan masyarakat

desa yang berkepentingan selaku pengguna/pemanfaat infrastruktur

serta perwakilan masyarakat awam setempat.

4) Konsultan Pendamping

Pengendalian dan pengawasan pelaksanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan didukung oleh konsultan yang memberi

bantuan teknis dan fasilitasi yang ditempatkan di tingkat Pusat,

Propinsi dan Kabupaten.

Berikut ini susunan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS):

a) Desa Duren

Penanggung Jawab : Wahyudi

Ketua : Sukandar

Sekretaris : Komarul Hadi

Bendahara : Siti Faisaturrahman

Kader Desa : Pitoyo

Kader Teknis : Supriyadi

Anggota : Chariri, Adib Susilo, Iskandar, Syaifudin,

Sucipto

b) Desa Regunung

Ketua : Drs. Suwarno

Sekretaris : Adib Fikri

Bendahara : H. Slamet Harun, Sutiman

Pelaksana : Ibnu Umar

2. Mekanisme Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP)

a. Kriteria dan mekanisme pemilihan dan penetapan kabupaten dan desa

sasaran adalah sebagai berikut:

1) Kabupaten sasaran mengacu pada kriteria kabupaten tertinggal yang

telah ditetapkan oleh Kementerian PDT.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 69: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

57

2) Desa sasaran merupakan desa tertinggal yang diusulkan oleh

Gubernur dan Bupati, dan mengacu pada kriteria desa tertinggal

yang telah ditetapkan oleh Kementerian PDT.

3) Desa sasaran merupakan desa tertinggal yang belum mendapatkan

bantuan dana pembangunan infastruktur pedesaan dari program

sejenis selama 2 tahun terakhir.

Salah satu daerah di Kabupaten yang ditetapkan menerima PPIP

adalah Kecamatan Tengaran tepatnya di Desa Duren dan Regunung.

Pertimbangan pemilihan dua desa tersebut adalah Desa Duren dan

Regunung merupakan desa tertinggal yang ada di Kecamatan Tengaran

yang masih memiliki sarana infrastruktur pedesaan terbatas, serta

terdapat masyarakat miskin didalamnya.

b. Pemilihan jenis Infrastruktur di lokasi sasaran dilakukan dengan

memperhatikan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

1) Infrastruktur yang mendukung aksesibilitas, berupa jalan dan

jembatan pedesaan

2) Infrastruktur yang mendukung produksi pangan, berupa irigasi

pedesaan

3) Infrastruktur untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat

pedesaan, berupa penyediaan air minum dan sanitasi pedesaan.

Infrastruktur yang dipilih di Desa Duren berupa jalan desa

utama sepanjang 1059 m dengan lebar 2,5 m, gorong-gorong 0,8 m x 4

m, talut dengan panjang 192 m dan tinggi 1,5 m, serta macadam 2,5 m

x 796 m yang mendukung aksesibilitas masyarakat dalam kegiatan

perekonomian, terutama bagi para petani yang mengangkut hasil

pertanian ke luar desa, membuka jalan isolasi yang menghubungkan

antara Desa Duren Kecamatan Tengaran dengan Desa Gondang

Kecamatan Ampel untuk mendukung kegiatan sosial, serta

mempermudah dalam memperoleh akses kesehatan ke puskesmas yang

terletak di luar daerah. Desa Regunung juga memilih infrastruktur yang

dibangun berupa jalan desa sepanjang 2100 m dan talut kanan kiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 70: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

58

seluas 1000 m2 , karena dirasa merupakan infrastruktur yang paling

mendesak dan dibutuhkan oleh masyarakat dan petani sekitar.

c. Mekanisme pencairan dana dalam DIPA Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan dirinci sebagai berikut:

1) Penerima Dana Bantuan Sosial Infrastrukturn Pedesaaan (DBS)

untuk rehabilitasi dan peningkatan infrastruktur dan sarana adalah

masyarakat desa melalui Organisasi Masyarakat Setempat (OMS)

dengan penanggung jawab Ketua OMS yang bersangkutan yang

disalurkan ke rekening masing-masing OMS, baik OMS Desa Duren

maupun Desa Regunung.

2) Secara khusus ketua OMS dan bendahara diwajibkan membuka

rekening bantuan di Bank Umum atas nama Rekening OMS Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dan memberitahukan

nomor rekeningnya kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

Satuan kerja Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Kabupaten.

3) Penyaluran dana masyarakat dilakukan dalam 3 tahap, tahap I

sebesar 40 % (100 juta rupiah) setelah Rencana Kegiatan Masyarakat

(RKM) disetujui, tahap II sebesar 40% (100 juta rupiah) dari dana

masyarakat pada saat pencapaian pekerjaan fisik mencapai minimal

36%, dan tahap III sebesar 50 juta.

3. Pelaksanaan

Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat

dikelompokkan menjadi:

a. Persiapan

Kegiatan persiapan program merupakan bagian dalam tahap

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP),

meliputi: Pembentukan tim koordinasi dan tim pengarah, Penyusunan

pedoman dan program, Pengadaan konsultan pendamping, Penetapan

lokasi dan anggaran.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 71: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

59

b. Sosialisasi

Sosialisasi kegiatan dilaksanakan untuk menyebarluaskan konsep dan

menyatukan persepsi dalam pelaksanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan. Sosialisasi dilaksanakan secara berjenjang dari

tingkat pusat, propinsi, dan kabupaten. Kegiatan sosialisai tingkat desa

dilaksanakan satu kali di Desa Duren dan Regunung pada tanggal 28

Mei 2008 dengan dihadiri fasilitator, tenaga ahli, kepala desa,

perangkat desa, tokoh masyarakat, beserta perwakilan dari masyarakat

miskin setempat.

c. Perencanaan

Perencanaan dilaksanakan sepenuhnya oleh masyarakat dengan

difasilitasi oleh konsultan pendamping kegiatan. Pada tahap ini

pemerintah berperan sebagai pendorong (enabler) dari seluruh

kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat. Secara garis besar

tahapan pelaksanaan kegiatan di tingkat desa adalah sebagai berikut:

1) Musyawarah Desa I yang dilaksanakan pada tanggal 14 Juni 2008

dengan pembentukan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS),

serta pembahasan usulan program dan penggalian dana swadaya.

2) Identifikasi Permasalahan, dilakukan dengan pembuatan skala

prioritas kebutuhan infrastruktur yang paling mendesak baik dari

sisi ekonomi, sosial, maupun kelembagaan di Desa Duren dan

Regunung.

3) Musyawarah Desa II, dilaksanakan pada tanggal 16 Juni 2008

dengan pembahasan penetapan urutan usulan kegiatan di lapang.

4) Pembuatan Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM), Rencana Teknis

dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

d. Pelaksanaan Fisik

Tahapan pelaksanaan fisik dimulai dengan melaksanakan Musyawarah

Desa III, dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2008 dengan

pembahasan mengenai mekanisme rencana pembangunan,

pembentukan Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP), serta

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 72: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

60

rencana operasi dan pemeliharaan, Penandatanganan Kontrak Kerja,

dan Pelaksanaan Fisik Infrastruktur. Pelaksanaan fisik selama 3 bulam

mencakup proses pelaksanaan konstruksi yang meliputi penyiapan

lokasi, pengadaan material, pelaksanaan konstruksi, pengadaan alat,

pengendalian tenaga kerja, pengendalian waktu pelaksanaan serta

pengendalian pengeluaran dana oleh pelaksana. Tenaga kerja dalam

pelaksanaan program ini diambil dari masyarakat miskin daerah

setempat yang dipilih dari masing-masing RT berdasarkan keadaan

ekonomi (memiliki ekonomi lemah dan kemampuan mencukupi

kebutuhan rendah), petani yang memiliki luas lahan < 2500 m2 dengan

pergiliran setiap satu minggu sekali. Dalam pelaksanaan fisik

dilakukan pula kegiatan swadaya masyarakat secara keseluruhan yang

dilakukan melalui kegiatan pengadaan material (batu kali) dari sungai

yang ada di desa tersebut, persiapan badan jalan, perataan sisi jalan

yang masih berupa tebing. Kegiatan supervisi terdiri atas pemantauan

kegiatan dan pelaporan pertanggungjawaban kegiatan, setelah

pelaksanaan fisik infrastruktur selesai dilakukan penyelesaian kegiatan

(finalisasi) dan serah terima hasil infrastruktur.

4. Pengendalian

Pengendalian merupakan serangkaian tindakan untuk menjamin

kesesuaian antara pelaksanaan kegiatan dengan peraturan/ketentuan yang

berlaku agar dapat dicapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien.

Pengendalian diperlukan agar proses pelaksanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan sesuai dengan prinsip, pendekatan dan mekanisme

yang telah ditetapkan.

Ruang lingkup pengendalian program dilakukan mulai dari tahap

persiapan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Pemantauan Internal,

dilakukan oleh seluruh unit pelaksana program pelaku di dalam sistem

(Aparat Pemerintah/Struktural, Konsultan/Fungsional, serta masyarakat

desa sasaran). Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 73: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

61

pemantauan eksternal dilakukan oleh pelaku di luar unit pelaksana

kegiatan seperti LSM, Perguruan Tinggi, Ormas, Media Massa, dll.

5. Pemeliharaan

Operasi dan pemeliharaan adalah upaya pemanfaatan dan

pemeliharaan prasarana dan sarana secara optimal oleh masyarakat,

pengguna prasarana dan sarana dengan pembinaan pemerintah daerah

secara berkesinambungan. Kegiatan pemeliharaan dalam Program

Peningkatan dan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) ini, menjadi tanggung

jawab Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) yang dibentuk melalui

Musyawarah Desa. Rencana kegiatan pengawasan dan pemeliharaan yang

dilaksanakan di Desa Regunung mencakup perawatan jalan dengan kerja

bakti, pengadaan iuran sebesar Rp 1.000,00 setiap bulan, dan penarikan

retribusi kendaraan roda empat yang masuk sebesar Rp 2.000,00 untuk

penambahan dan swadaya masyarakat yang dapat digunakan untuk

perawatan dan pemeliharaan jalan bersama, akan tetapi realisasinya belum

dapat dilaksanakan secara maksimal, begitu pula di Desa Duren

pemeliharaan hanya dilakukan berdasarkan kesadaran masyarakat yang

ingin memberikan sumbangan bantuan untuk perbaiakan jalan.

B. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Desa Duren dan Regunung

Petani dalam menanggapi suatu ide atau informasi yang baru berbeda-

beda menurut ciri-ciri kepribadian yang dimiliki dari masing-masing individu

(Bakuwita (1985) dalam Faridha (2005)). Faktor-faktor personal oleh

Rakhmad (1998) digambarkan sebagai faktor sosiopsikologis antara lain yaitu

karakteristik sosial ekonomi, begitu pula tanggapan dan pemahaman petani

masyarakat miskin desa tertinggal terhadap suatu program pembangunan baru

yang diterima. Pengambilan keputusan baik buruknya terhadap suatu program

baru dapat dipengaruhi karakteristik sosial ekonomi dari masing-masing

individu yang meliputi umur, pendidikan formal, pendidikan non formal,

pendapatan, luas usahatani, dan kekosmopolitan. Agar distribusi dari

karakteristik sosial ekonomi petani yang mempengaruhi penilaian petani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 74: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

62

terhadap Program Peningkatan dan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat

dikategorikan, maka digunakan median score untuk mengukur kategori, yaitu

dengan menentukan nilai tengah dari data yang sudah diurutkan.

1. Umur

Umur merupakan usia petani responden pada saat penelitian

dilakukan yang dinyatakan dalam tahun.

Tabel 5.1 Usia Petani Responden Saat Penelitian Dilakukan No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 > 50 tahun 1 15 36,6 2 41- 50 Tahun 2 18 43,9 3 36- 40Tahun 3 5 12,2 2 4 31 - 35 Tahun 4 2 4,9 5 20 - 30Tahun 5 1 2,4

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer 2011.

Berdasarkan tabel 5.1, umur petani tergolong dalam kategori 40- 50

tahun yaitu sebesar 43,9%. Menurut Hernanto (1984), umur petani akan

mempengaruhi kemampuan fisik dan respon terhadap hal-hal baru dalam

menjalankan usahataninya. Lion Berger dalam Mardikanto (2007),

memberikan penjelasan semakin tua (diatas 50 tahun) biasanya semakin

lamban mengadopsi inovasi dan cenderung hanya melaksanakan kegiatan-

kegiatan yang sudah biasa diterapkan oleh warga masyarakat setempat.

Kartasapoetra (1991), menjelaskan pula bahwa petani yang berusia lanjut

yaitu berumur 50 tahun keatas biasanya fanatik, cenderung bersikap apatis

terhadap adanya teknologi baru.

Berdasarkan teori tersebut, usia petani akan mempengaruhi cara

berfikir, cara kerja, dan cara hidup petani dalam menanggapi sesuatu hal

yang baru serta dalam mengambil keputusan terkait dengan adanya

inovasi. Semakin tua usia petani, semakin lamban dan apatis didalam

menerima dan menilai suatu program yang baru dikenalkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 75: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

63

2. Pendidikan Formal

Pendidikan formal adalah tingkat pendidikan terakhir yang dicapai

petani responden di bangku sekolah atau lembaga pendidikan formal,

berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki.

Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Formal Petani No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Tidak Tamat SD 1 1 2,4 2 Tamat SD 2 21 51,2 3 Tamat SLTP 3 7 17,1 2 4 Tamat SLTA 4 10 24,4 5 Tamat D3, S1 5 2 4,9

Jumlah 23 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Tabel diatas memberikan gambaran bahwa pendidikan formal petani

tergolong dalam kategori rendah tamat SD yaitu sebesar 51,2%. Menurut

Hanafi 1987 ciri-ciri sosial ekonomi anggota sistem yang lebih inovatif,

yaitu mampu menerima dan menanggapi hal-hal yang baru) salah satunya

adalah lebih berpendidikan, termasuk lebih menguasai kemampuan baca

tulis. Menurut Soekartawi (1988), mereka yang berpendidikan tinggi

adalah relatif lebih cepat dalam menerima hal baru, begitu pula sebaliknya

mereka yang berpendidikan rendah akan lebih lambat menerima hal baru.

Berdasarkan teori tersebut, maka tingkat pendidikan formal petani

yang sebagian besar tergolong rendah akan mempengaruhi pola pikirnya

dalam menerima hal baru, meskipun ditujukan untuk peningkatan

kesejahteraan hidup masyarakat, termasuk dalam kegiatan pembangunan.

Pola pikir yang dimilki petani tersebut akan berpengaruh terhadap

pandangan serta pengambilan keputusan baik buruknya penyelenggaraan

program yang akan dilaksanakan di daerah yang ditempati. Seseorang

yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki

penilaian yang lebih baik terhadap program untuk pembaharuan

dibandingkan seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih rendah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 76: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

64

3. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang diperoleh petani

di luar bangku sekolah atau pendidikan formal, dapat berupa keikutsertaan

dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Kegiatan penyuluhan berupa

kegiatan pembelajaran atau penyampaian materi berupa budidaya tanaman

pangan, hortikultura, perkebunan yang disampaikan penyuluh pertanian

melalui metode ceramah, diskusi, kunjungan secara rutin sebulan sekali,

sedangkan pelatihan berupa kegiatan pembekalan keterampilan bagi petani

berupa sekolah lapang, training budidaya tanaman hortikultura, training

pascapanen, dan seminar di kecamatan atau lain daerah.

Tabel 5.3 Keaktifan Petani Mengikuti Kegiatan Penyuluhan dan Pelatihan No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Sangat rendah 1,00 11 26,8 2 Antara sangat rendah

dan Rendah 1,50 6 14,6

3 Rendah 2,00 5 12,2 2 4 Antara rendah dan

sedang 2,50 5 12,2

5 Sedang 3,00 9 22,0 6 Antara sedang dan

tinggi 3,50 1 2,4

7 Tinggi 4,00 1 2,4 8 Antara tinggi dan

sangat tinggi 4,50 1 2,4

9 Sangat tinggi 5,00 2 4,9 Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel diatas, keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan

penyuluhan dan pelatihan tergolong rendah yaitu sebesar 12,2%. Hal ini

dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan kemauan petani menambah

informasi baru terkait peningkatan kegiatan usahatani melalui penyuluhan,

serta berbagai alasan kesibukan dari beberapa petani, meskipun kegiatan

penyuluhan sudah dilakukan secara rutin oleh petugas penyuluhan di

masing-masing desa selama satu bulan sekali. Kegiatan pelatihan hanya

diikuti beberapa petani saja yang berkeinginan untuk menambah

keterampilan dan kemampuan dalam bidang pertanian melalui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 77: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

65

keikutsertaan dalam seminar di kecamatan, pelatihan pembuatan serbuk

minuman dari tanaman jahe dan kunyit, serta pemeliharaan domba.

Keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan dan pelatihan akan

menentukan pemahaman dan pengambilan keputusan petani terhadap hal

baru yang dapat mendukung kegiatan usahataninya. Semakin aktif petani

dalam mengikuti penyuluhan, maka akan semakin baik tingkat

pemahaman dan kemampuan mengambil keputusan atau menilai program

baru yang dapat mendukung peningkatan kesejahteraan hidupnya. Hal

karena menurut Mardikanto (1993) pendidikan non formal merupakan

pendidikan terorganisir diluar sistem pendidikan sekolah dengan isi

pendidikan yang terprogram

4. Pendapatan

Pendapatan adalah seluruh penghasilan dari kegiatan usahatani dan

nonusahatani yang menyatatakan kecukupan memenuhi kebutuhan

keluarga.

Tabel 5.4 Tingkat Pendapatan Petani No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Selalu kekurangan 1 4 9,8 2 Kadang-kadang kekurangan 2 22 53,7 3 Pas-pasan 3 9 22,0 2 4 Cukup, kadang menabung 4 5 12,2 5 Cukup, selalu menabung 5 1 2,4

Jumlah 41

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.4, tingkat pendapatan petani tergolong dalam

kategori kadang-kadang kekurangan yaitu sebesar 53,7%. Hal ini

dikarenakan sebagian besar petani hanya menggantungkan kemampuan

mencukupi kebutuhan hidup pada hasil pertanian sawah, padahal

seringkali produktivitas panen disawah mengalami penurunan karena

pengaruh musim serta hama, sehingga terkadang mengalami kekurangan

dan karena Menurut Hernanto (1984) secara umum pendapatan petani

memang rendah. Jumlah pendapatan sebagian besar petani dalam satu

bulan antara Rp 300.000,00 sampai dengan Rp 500.000,00, hal ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 78: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

66

menunjukkan sebagian besar petani masih tergolong miskin karena

bedasarkan berita yang dimuat oleh Sekretariat Pokja Pengendali

Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat - PNPM

Mandiri standar kemiskinan yang ditetapkan bank dunia yakni memiliki

pendapatan 2 USD atau sekitar Rp 20 ribu perhari.

Menurut Soekartawi (1988), petani dengan tingkat pendapatan

tinggi juga ada hubungannya dengan penggunaan suatu inovasi. Petani

dengan tingkat pendapatan tinggi akan lebih mudah melakukan sesuatu

yang diinginkan, sehingga akan lebih cepat mengadopsi inovasi, dan

kemampuan untuk melakukan percobaan perubahan. Berdasarkan teori

tersebut maka petani dengan pendapatan rendah akan lebih sulit

memahami dengan baik dan melakukan penilaian terhadap program

pembangunan baru untuk perubahan

5. Luas Usahatani

Luas usahatani merupakan luas lahan yang diusahakan petani untuk

kegiatan usahatani, termasuk milik sendiri, sewa, dan menyakap.

Tabel 5.5 Luas Usahatani Petani No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Sangat sempit ( < 0,25 Ha ) 1 23 56,1 2 Sempit ( 0,25-0,50 Ha) 2 11 26,8 3 Sedang ( > 0,50-0,75 Ha ) 3 2 4,9 1 4 Luas ( > 0,75-1 Ha ) 4 4 9,8 5 Sangat luas ( > 1 Ha ) 5 1 2,4

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.5, luas usahatani petani tergolong sangat sempit

yaitu sebesar 56,1%. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani maupun

buruh tani yang ada masih tergolong miskin hanya memiliki lahan

usahatani < 0,25 Ha. Menurut Mubyarto (1979), hasil bruto produksi

pertanian dihitung dengan mengalikan luas lahan tanah dan hasil persatuan

luas. Semakin luas tanah garapan, hasil produksi pertanian pun semakin

tinggi. Penguasaan lahan akan mempengaruhi petani dalam pengelolaan

dan mengoptimalkan produktivitas usahatani dengan lahan yang tersedia,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 79: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

67

sehingga akan mempengaruhi cara berfikir atau kemampuan menilai

terhadap hal baru yang berkaitan untuk mendukung peningkatkan

usahataninya.

6. Kekosmopolitan

Kekosmopolitan merupakan tingkat hubungannya dengan dunia

luar diluar sistem sosialnya, melalui perjalanan keluar kabupaten untuk

mencari informasi maupun kemampuan untuk mengakses media massa.

Perjalanan keluar untuk mencari informasi dapat berupa informasi

usahatani maupun pembangunan, sedang akses media massa dapat

meliputi media televisi, radio, majalah pertanian, serta tabloid dan koran.

Tabel 5.6. Tingkat Kekosmopolitan Petani No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Sangat rendah 1.00 16 39.0 2 Antara sangat rendah dan

rendah 1.50 7 12.2

3 Rendah 2.00 11 17,1 1.50 4 Antara rendah dan sedang 2.50 5 26.8 5 Sedang 3.00 1 12.2 6 Tinggi 4.00 1 2.4

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.6, tingkat kekosmopolitan petani tergolong

antara sangat rendah dan rendah yaitu sebesar 12,2 %. Hal ini dikarenakan

petani jarang melakukan perjalanan keluar untuk mencari informasi

terkait pembangunan maupun kegiatan usahatani, hanya mengandalkan

informasi dari dalam sistem sosial seperti perangkat desa maupun ketua

kelompok tani, serta sebagian besar hanya bisa mengakses media televisi

sedangkan untuk media lain belum mampu digunakan dan sulit untuk

diakses.

Perolehan informasi tentang pertanian maupun kegiatan

pembangunan sangat penting karena dapat mempengaruhi pola pikir

petani yang nantinya dapat berpengaruh terhadap pemahaman dan

pengambilan keputusan terhadap suatu program baru yang dilaksanakan

di desa mereka dalam menilai suatu inovasi. Menurut Lionberger dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 80: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

68

Mardikanto (1996), golongan masyarakat yang aktif mencari informasi

dan ide-ide baru, biasanya lebih inovatif dibanding orang-orang yang

pasif apalagi yang selalu skeptis (tidak percaya) terhadap sesuatu yang

baru. Golongan yang inovatif, biasanya banyak memanfaatkan beragam

sumber informasi. Berdasarkan teori tersebut, maka petani yang aktif

mencari informasi tentang program pembangunan desa dan pertanian

akan semakin inovatif. Dengan kata lain, semakin sering frekuensi petani

memperoleh informasi, akan semakin bertambah wawasannya, sehingga

akan lebih baik dalam memahami dan memberikan penilain.

C. Penilaian Petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Program merupakan sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk

mencapai suatu tujuan tertentu (Arikunto, 2005). Pencapain tujuan tersebut

diukur dengan cara dan alat tertentu. Kegiatan yang bertujuan untuk

mengukur keberhasilan tersebut dikenal dengan evaluasi (penilaian) program.

Penilaian terhadap program dapat didasarkan atas jasa, nilai, atau manfaat

dari program. Penilaian juga dilakukan untuk mengetahui efektivitas suatu

program, dengan cara mengukur hal-hal yang berkaitan dengan

keterlaksanaan program tersebut.

Petani yang terlibat dalam program akan memberikan penilaian

terhadap program sesuai dengan apa yang memenuhi kebutuhannya. Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) akan diterima sasaran secara

efektif apabila terdapat kesesuaian antara keinginan petani dengan

penyelenggaraan program terkait perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta

hasil dan manfaat dari program. Agar distribusi dari penilaian petani terhadap

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat dikategorikan

menjadi sangat baik, baik, cukup baik, buruk, dan sangat buruk, maka

digunakan median score untuk mengukur kategori, yaitu dengan menentukan

nilai tengah dari data yang sudah diurutkan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 81: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

69

Tabel 5.7. Penilaian Petani Terhadap Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Kategori Skor Jumlah (orang)

Persentase (%) Median

1 Sangat buruk 1 1 2,4 2 Buruk 2 3 7,3 3 Cukup baik 3 2 4,9 5 4 Baik 4 9 22,0 5 Antara baik dan sangat baik 4 1 2,4 6 Sangat baik 5 25 61,0

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

Berdasarkan tabel 5.7 di atas, penilaian petani terhadap

penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

tergolong sangat baik yaitu sebesar 61%. Penilaian sangat baik ini

dikarenakan program pembangunan yang dilaksanakan menurut sebagian

besar petani sangat sesuai dengan kebutuhan yang mereka rasakan, lokasi

pembangunan juga sangat tepat, infrastruktur yang dibangun sangat

mempermudah akses petani dalam kegiatan sosial dan ekonomi, sehingga

petani merasa program pembangunan tersebut dapat meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitar. Penjabaran penilaian petani terhadap

penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Desa

Duren dan Regunung dapat dapat dilihat dalam berbagai tahapan serta hasil

dan manfaat yang petani rasakan.

1. Penilaian Petani terhadap Perencanaan

Penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) merupakan pemahaman dan pengambilan

keputusan baik buruknya persiapan yang dilakukan sebelum dilaksanakan

pembangunan teknis. Indikator yang digunakan untuk mengukur penilaian

petani terhadap perencanaan program meliputi berapa dan siapa saja pihak

yang terlibat dalam kegiatan perencanaan, bagaimana proses perencanaan

yang dilaksanakan, dan apa hasil yang dapat diperoleh dari kegiatan

perencanaan program.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 82: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

70

Tabel 5.8. Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase (%) Median

1 Sangat buruk 1 2 4,9 2 Buruk 2 2 4,9 3 Cukup baik 3 2 4,9 5 4 Baik 4 8 19,5 5 Sangat baik 5 27 65,9

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.8 di atas, penilaian petani terhadap perencanaan

program tergolong dalam kategori sangat baik sebesar 65,9%. Penilaian

sangat baik ini dikarenakan menurut sebagian besar petani dalam kegiatan

perencanaan semua pihak baik dari konsultan dari tingkat kabupaten,

aparat kecamatan, aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan

masyarakat miskin ikut terlibat dalam kegiatan sosialisasi maupun

musyawarah desa dan kegiatan evaluasi yang diselenggarakan.

Pembentukan Organisasi Masyarakat Setempat (OMS) disesuaikan dengan

persetujuan masyarakat melalui perwakilan masyarakat miskin, dalam

kegiatan perencanaan telah dibahas persiapan masyarakat, beserta desain

pembangunan baik lokasi, jenis infrastruktur berdasarkan skala prioritas

kebutuhan yang dipilih masyarakat.

2. Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan

Pemahaman dan pengambilan keputusan petani terhadap

keberlangsungan pembangunan secara teknis merupakan penilaian petani

terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Penilaian tersebut didasarkan pada penilaian terhadap efisiensi kegiatan

pembangunan, kegiatan pemantauan dan pendampingan yang dilakukan,

serta pemberdayaan dan keswadayaan masyarakat dalam pelaksanaan

pembangunan.

Tabel 5.9 Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase (%) Median

1 Sangat buruk 1 3 7,3 2 Buruk 2 4 9,8 3 Cukup baik 3 0 0,0 5 4 Baik 4 13 31,7 5 Sangat baik 5 21 51,2

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 83: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

71

Tabel diatas menunjukkan bahwa penilaian petani terhadap

pelaksanaan program tergolong dalam kategori sangat baik yaitu sebesar

51,2%. Penilaian tersebut didapatkan dari pengambilan keputusan petani

yang sebagian besar menyatakan pelaksanaan kegiatan pembangunan

sudah efektif baik dari segi waktu yang sesuai dengan perencanaan, biaya

sesuai anggaran, pekerja dioptimalkan dari masyarakat miskin setempat,

akan tetapi waktu program sangat singkat sehingga terkesan terburu-buru.

Kegiatan pendampingan juga dilaksanakan oleh pihak konsultan maupun

fasilitator dari awal sampai dengan akhir apabila dibutuhkan dan diminta

oleh masyarakat, selain itu masyarakat dapat terjun langsung mengetahui

perkembangan kegiatan pembangunan, desain pekerjaan, alokasi bahan,

waktu, dan anggaran pembangunan melalui kegitan pelaporan dari OMS.

3. Penilaian Petani terhadap Evaluasi

Penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah pemahamanan pengambilan

keputusan petani terhadap koreksi pelaksanaan program. Penilaian tersebut

dapat diukur dari berbagai indikator yaitu: frekuensi kegiatan evaluasi,

proses kegiatan evaluasi, beserta manfaat dari kegiatan evaluasi yang

dilaksanakan.

Tabel 5.10 Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase (%) Median

1 Sangat buruk 1 4 9,8 2 Buruk 0 0 0,0 3 Cukup baik 3 2 4,9 5 4 Baik 4 10 24,4 5 Sangat baik 5 25 61,0

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.10 di atas, penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) juga tergolong dalam

kategori sangat baik yaitu sebesar 61%. Hal tersebut disebabkan karena

dalam penyelenggaraan program menurut sebagian besar petani sering

diadakan rembug desa beserta evaluasi kegiatan diawal, tengah, maupun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 84: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

72

akhir pelaksanaan pembangunan teknis yang membahas mengenai

kemajuan, kendala, alternatif penanganan kendala, serta perencanaan

pelaksanaan fisik kedepan meskipun hanya dihadiri oleh perwakilan

masyarakat miskin yang menyampaikan pada masyarakat miskin di daerah

tersebut. Oleh karena itu petani dapat mengetahui dan mengontrol

kemajuan serta volume pekerjaan yang dilaksanakan meskipun tidak selalu

berada di lapang untuk pelaksanaan teknis pembangunan. Sehingga

sebagian besar petani memberikan penilaian yang sangat baik terhadap

kegiatan evaluasi program.

4. Penilaian Petani terhadap Hasil

Hasil program merupakan wujud nyata pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) yang dapat dilihat dan

dirasakan oleh masyarakat sekitar terutama petani. Penilaian terhadap hasil

program dapat dilihat dari penilaian petani terhadap sesuai tidaknya

infrastruktur yang telah dibangun dengan keinginan dan kebutuhan petani.

Tabel 5.11 Penilaian Petani terhadap Hasil Program No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase (%) Median

1 Sangat buruk 0 0 0,0 2 Buruk 2 3 7,3 3 Cukup baik 3 6 14,6 4 4 Baik 4 17 41,5 5 Sangat baik 5 15 36,6

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan tabel 5.11 di atas, penilaian petani terhadap hasil

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong dalam

kategori baik yaitu sebesar 41,5%. Hal tersebut dikarenakan sebagian

besar petani merasa infrastruktur yang dibangun sudah tepat dengan lokasi

yang sesuai. Kualitas bangunan yang diusahakan diawal sudah baik, akan

tetapi karena pengaruh musim pada saat dilaksanakan pembangunan teknis

serta waktu pembangunan yang terlalu singkat sehingga menurunkan

ketahanan dan kualitas bangunan yang dibangun, selain itu belum

dilakukan realisasi perencanaan pemeliharaan hasil program selanjutnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 85: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

73

secara optimal. Oleh karena itu sebagian besar petani hanya memberikan

penilaian dalam kategori baik pada hasil program.

5. Penilaian Petani terhadap Manfaat

Manfaat program merupakan nilai guna yang diperoleh petani dari

program. Pemahaman serta pengambilan keputusan baik buruknya

terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dapat

diukur dari seberapa besar manfaat yang dirasakan petani dari sisi sosial

maupun ekonomi dengan adanya penyelenggaraan dan hasil dari program.

Tabel 5. 12 Penilaian Petani terhadap Manfaat Program No Kategori Skor Jumlah

(orang) Persentase

(%) Median

1 Sangat buruk 0,00 0 0,0 2 Buruk 2,00 4 9,8 3 Cukup baik 3,00 1 2,4 4 Antara cukup baik dan baik 3,50 2 4,9 5 5 Baik 4,00 9 22,0 6 Antara baik dan sangat baik 4,50 2 4,9 7 Sangat baik 5,00 23 56,1

Jumlah 41 100,0

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan table 5.12 di atas, penilain petani terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) tergolong sangat baik yaitu

sebesar 56,1%. Hal ini didukung dari pernyataan sebagian besar petani

yang merasa Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

memberikan kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat miskin

sekitar, infrastruktur yang dibangun memperlancar akses keluar masuknya

produk pertanian keluar daerah, sehingga peningkatan kemudahan petani

terhadap akses infrastruktur sangat dirasakan. Selain dari sisi kemudahan

menjangkau infrastruktur, penyelenggaraan program menurut sebagian

besar petani sangat bermanfaat untuk meningkatkan kebersamaan antar

warga, peningkatan hubungan dengan aparat desa, kepercayaan terhadap

aparat kecamatan dan kabupaten, serta kemudahan akses sosial dengan

masyarakat daerah lain. Oleh karena itu petani memberikan penilaian

sangat baik terhadap manfaat yang diperoleh dari penyelenggaraan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 86: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

74

D. Hubungan antara karakteristik petani dengan penilaian petani terhadap

Program Peningkatan Infrastuktur Pedesaan (PPIP)

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara

karakteristik sosial ekonomi petani terhadap penilaian petani terhadap

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di Kecamatan Tengaran,

Kabupaten Semarang. Karakteristik sosial ekonomi yang diteliti adalah umur,

pendidikan formal, pendidikan non formal, pendapatan, luas usahatani, dan

kekosmopolita. Penilaian petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) didasarkan pada: penilaian petani terhadap perencanaan

program, pelaksanaan program, evaluasi program, hasil program, serta

manfaat program.

1. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian

petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji

korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel

5.13 berikut.

Tabel 5.13. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Karakteristik Petani Penilaian Petani terhadap Perencanan PPIP

α Tingkat Kepercayaan

rs thit ttabel 1. Umur 0,181 1,149 1,142 0,13 87 % 2. Pendidikan Formal 0,157 0,993 0,965 0,17 83% 3. Pendidikan Non formal 0,100 0,628 0,618 0,27 73% 4. Pendapatan -0,067 -0,419 0,415 0,34 66% 5. Luas Usahatani -0,226* -1,723 1,683 0,05 95% 6. Kekosmopolitan 0,155 0,979 0,965 0,17 83%

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 87: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

75

a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Perencanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,181 dan t hitung sebesar 1,149 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal

ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan

dengan baik buruknya penilaian petani perencanaan terhadap Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat

hubungan yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada

tingkat kepercayaan 87%.

Kondisi di lapang petani miskin berusia tua maupun muda tidak

terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan baik sosialisasi

maupun musyawarah desa, perencanaan hanya dilaksanakan bersama

perwakilan masyarakat miskin yang akan menyampaikan secara

langsung pada masyarakat miskin termasuk petani sebelum pelaksanaan

program, Oleh karena itu baik petani miskin yang berusia tua maupun

muda sama-sama dapat menerima informasi secara jelas dari

perwakilan masyarakat miskin per RT dan memberikan penilaian yang

baik pula terhadap program.

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap

Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,157 dan t hitung sebesar 0,993 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani

terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan

formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 88: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

76

terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara umur

dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 83%.

Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi ataupun

rendah juga tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan perencanaan

baik sosialisasi maupun musyawarah desa, perencanaan hanya

dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat miskin yang akan

menyampaikan secara langsung pada masyarakat miskin termasuk

petani sebelum pelaksanaan program, Oleh karena itu baik petani

miskin yang berpendidikan tinggi maupun rendah tidak dapat secara

langsung menyumbangkan ide dan ikut serta dalam pengambilan

keputusan dalam kegiatan perencanaan.

c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani

terhadap Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,100 dan t hitung sebesar 0,628 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani

terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non

formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani

terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap perencanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat

kepercayaan 73%. Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti

pelatihan dan penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian

yang baik dan sebaliknya, karena semua masyarakat miskin sama-sama

memperoleh informasi penyelenggaraan program dari perwakilan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 89: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

77

masyarakat miskin melalui kegiatan sosialisai maupun musyawarah

desa secara jelas.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap

Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,067 dan t hitung sebesar -0,419 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal

ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kemampuan mencukupi

kebutuhan keluarga tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian

petani terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara

pendapatan dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan

66%.

Kondisi di lapang dalam kegiatan perencanaan memang tidak

melibatkan masyarakat miskin secara keseluruhan yang membahas

kesiapan masyarakat, pembentukan Organisasi Masyarakat Setempat

(OMS), pemilihan Kader Desa, pembentukan KPP, dan penyusunan

RPJM, pemilihan jenis dan lokasi melalui musyawarah juga sudah

sesuai. Sehingga tidak ada pengaruh bagi masyarakat yang memiliki

tingkat pemenuhan kebutuhan tinggi maupun rendah dalam melakukan

penilaian terhadap perencanaan kegiatan.

e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap

Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,026 dan t hitung sebesar -1,723 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 90: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

78

dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin sempit lahan

usahatani maka petani memberikan penilaian yang semakin baik

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Kondisi di lapang dalam serangkaian kegiatan perencanaan

meskipun petani tidak terlibat secara langsung dan hanya melalui

perwakilan, serta pemilihan lokasi dan infrastruktur yang dipilih dirasa

sudah sesuai, akan tetapi petani yang memiliki lahan sempit justru lebih

antusias dan memberikan tanggapan lebih baik terhadap rencana

pelaksanaan pembangunan infrastruktur.

f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap

Perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.13 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,155 dan t hitung sebesar 0,979 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan

tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap

perencanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan

tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan

dengan penilaian petani terhadap perencanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 83%.

Kondisi di lapang, tinggi rendahnya kemampuan petani

mengadakan perjalanan keluar dan kemampuan mengakses media tidak

mempengaruhi penilaian petani, karena semua petani miskin sama-sama

telah memperoleh informasi secara jelas melalui kegiatan sosialisasi

dan musyawarah yang disampaiakan perwakilan masyarakat miskin.

Sehingga petani sama-sama dapat memberikan penilaian baik terhadap

kegiatan perencanaan program.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 91: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

79

2. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian

petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji

korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel

5.14 berikut.

Tabel 5.14. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Karakteristik Petani Penilaian Petani terhadap PPIP

α Tingkat Kepercayaan

rs thit ttabel 1. Umur 0,361** 2,417 2,121 0,02 98 % 2. Pendidikan Formal 0,157 0,993 0,965 0,17 83% 3. Pendidikan Non formal -0,101 -0,634 0,618 0,27 73% 4. Pendapatan -0,516** -3,762 2,421 0,01 99% 5. Luas Usahatani -0,038 -2,566 2,241 0,01 99% 6. Kekosmopolitan 0,029 0,184 0,177 0,43 57%

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Pelaksanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,361 dan t hitung sebesar 2,417 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal

ini menunjukkan bahwa tua muda umur petani berhubungan dengan

baik buruknya penilaian petani terhadap pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Kondisi di lapang petani miskin berusia muda lebih cepat

menanggapi dan tertarik untuk terjun secara langsung dalam

pelaksanaan teknis pembangunan. Sehingga memberikan tanggapan

serta penilaian yang baik pula terhadap pelaksanaan program.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 92: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

80

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap

Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,157 dan t hitung sebesar 0,993 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani

terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan

formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani

terhadap pelaksaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat

kepercayaan 83%.

Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi ataupun

rendah yang termasuk dalam daftar masyarakat miskin sama-sama

terlibat dalam kegiatan pembangunan di lapang dan mengetahui

perkembangan kegiatan pembangunan, kecuali masyarakat miskin yang

termasuk dalam daftar akan tetapi lebih tertarik pada proyek diluar

pembangunan yang memberikan upah lebih besar. Petani yang

berpindidikan tinggi ataupun rendah sama-sama memberikan penilaian

baik terhadap pelaksanaan program berdasarkan kesempatan lapangan

pekerjaanyang mereka peroleh.

c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani

terhadap Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,101 dan t hitung sebesar -0,634 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani

terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 93: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

81

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non

formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani

terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan non formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat

kepercayaan 73%.

Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan

penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik

terhadap pelaksanaan program dan sebaliknya, karena semua

masyarakat miskin yang terjun ke lapang sudah sama-sama memperoleh

informasi pelaksanaan program dari perwakilan masyarakat miskin dan

selanjutnya menjalankan kegiatan teknis masing-masing, sehingga

petani dapat memberikan penilaian dan tanggapan sesuai dengan yang

perkembangan pelaksanaan program tanpa dipengaruhi tingkat

pendidikan non formal.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap

Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,516 dan t hitung sebesar -3,762 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah

kemampuan mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan

memberikan penilaian yang semakin baik terhadap pelaksanaan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang

petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah lebih

antusias terhadap program sehingga aktif mengikuti kegiatan lapang

dan memberikan tanggapan serta penilaian yang lebih baik terhadap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 94: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

82

pembangunan infrastruktur yang memberikan lapangan pekerjaanbagi

mereka kurang lebih 3 bulan.

e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap

Pelaksaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,38 dan t hitung sebesar -2,566 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

dengan arah negatif. Hal ini menunjukkan semakin sempit luas

usahatani petani maka petani akan memberikan penilaian yang semakin

baik terhadap pelaksanaan program.

Kondisi di lapang dalam pelaksanaan pembangunan petani yang

memiliki lahan lebih sempit juga lebih inovatif dan giat untuk terjun

langsung dalam penyelesaian pembangunan infrastruktur, sehingga juga

memberikan penilaian yang semakin baik dalam pelaksanaan program

baik dalam kegiatan pengadaan material, kontruksi, maupun penyediaan

alat, serta pengendalian waktu pembangunan.

f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap

Pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.14 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,029 dan t hitung sebesar 0,184 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan

tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap

pelaksanaan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan

tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan

dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 57%.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 95: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

83

Kondisi di lapang, tinggi rendahnya kemampuan petani

mengadakan perjalanan keluar dan kemampuan mengakses media tidak

mempengaruhi penilaian petani, karena semua petani miskin sama-sama

terjun langsung di lapang dalam teknis pembangunan dan mengetahui

perkembangan pembangunan infrastruktur. Sehingga petani sama-sama

dapat memberikan penilaian baik terhadap kegiatan pelaksanaan

program.

3. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian

petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji

korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel

5.15 berikut.

Tabel 5.15. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Karakteristik Petani Penilaian Petani terhadap PPIP

α Tingkat Kepercayaan

rs thit ttabel 1. Umur 0,160 1,013 1,095 0,14 86 % 2. Pendidikan Formal 0,171 1,084 1,050 0,15 85% 3. Pendidikan Non formal 0,016 0,099 0,076 0,47 53% 4. Pendapatan -0,027* -1,751 1,683 0,05 95% 5. Luas Usahatani -0,251 -1,619 1,588 0,06 94% 6. Kekosmopolitan -0,072 0,451 0,443 0,33 67%

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,160 dan t hitung sebesar 1,013 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 96: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

84

menunjukkan bahwa tua muda umur petani berhubungan dengan baik

buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang

signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat

kepercayaan 86%.

Kondisi di lapang petani miskin berusia tua maupun muda tidak

terlibat secara langsung dalam kegiatan evaluasi, kegiatan evaluasi

hanya dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat miskin yang akan

menyampaikan secara langsung pada masyarakat miskin termasuk

petani sebelum pelaksanaan program. Oleh karena itu baik petani

miskin yang berusia tua maupun muda sama-sama dapat menerima

informasi mengenai perkembangan dan kemajuan program, serta

rencana pembangunan fisik selanjutnya secara jelas dari perwakilan

masyarakat miskin per RT dan sama-sama memberikan penilaian yang

baik pula terhadap program.

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap

Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,171 dan t hitung sebesar 1,084 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani

terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak

berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan

penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 53%.

Kondisi di lapang petani miskin berpendidikan tinggi maupun

rendah juga tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan evaluasi,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 97: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

85

kegiatan evaluasi hanya dilaksanakan bersama perwakilan masyarakat

miskin yang akan menyampaikan secara langsung pada masyarakat

miskin termasuk petani mengenai perkembangan pelaksanaan

pembangunan dan rencana teknis pembangunan selanjutnya. Oleh

karena itu petani yang berpendidikan tinggi ataupun rendah sama-sama

hanya memberikan penilaian mengenai ada tidaknya kegiatan evaluasi,

tanpa adanya keterlibatan secara langsung dalam proses pengambilan

keputusan.

c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani

terhadap Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,016 dan t hitung sebesar 0,099 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang tidak signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian

petani terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non

formal tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani

terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP),

akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non

formal dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan

53%.

Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan

penyuluhan tidak menjamin akan memberikan penilaian yang baik

terhadap evaluasi program dan sebaliknya, karena tidak seluruh petani

terlibat dalam kegiatan evaluasi secara langsung. Sehingga mereka

memberikan penilaian baik terhadap evaluasi program berdasarkan

informasi yang mereka terima dari perwakilan masyarakat miskin.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 98: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

86

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap

Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,27 dan t hitung sebesar -1,751sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan

mencukupi kebutuhan keluarga maka petani akan memberikan

penilaian yang semakin baik terhadap evaluasi Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang, meskipun dalam

kegiatan evaluasi petani tidak dapat terjun secara langsung dalam

musyawarah desa pembahasan keberlanjutan kegiatan pembangunan,

akan tetapi petani yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan

rendah lebih giat terjun dalam kegiatan teknis di lapang dan memberi

tanggapan pentingnya kegiatan evaluasi untuk mengetahui hambatan

dan alternatif keberlanjutan pembangunan, sehingga memberikan

penilaian yang lebih baik pula terhadap kegiatan evaluasi program.

e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap

Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,251 dan t hitung sebesar -1,619 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik

buruknya penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan luas usahatani dengan penilaian petani

terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

pada tingkat kepercayaan 94%. Kondisi di lapang meskipun dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 99: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

87

pelaksanaan pembangunan petani yang memiliki lahan lebih sempit

lebih aktif dan tertarik untuk terjun langsung dalam penyelesaian

pembangunan infrastruktur, akan tetapi baik petani yang memiliki lahan

sempit maupun luas sama-sama memberikan penilaian baik terhadap

kegaitan evaluasi program.

f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap

Evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.15 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,072 dan t hitung sebesar -0,451 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap evaluasi Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kekosmopolitan tidak

berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap evaluasi

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi

terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan

dengan penilaian petani terhadap evaluasi Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 67%. Kondisi

di lapang, tinggi rendahnya kemampuan petani mengadakan perjalanan

keluar dan kemampuan mengakses media tidak mempengaruhi

penilaian petani, karena semua petani miskin sama-sama telah

memperoleh informasi dari perwakilan masyarakat miskin, Organisasi

Masyrakat Setempat (OMS), ataupun konsultan pendamping yang

mendampingi secara teknis.

4. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian

petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji korelasi

Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel 5.16

berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 100: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

88

Tabel 5.16. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Karakteristik Petani Penilaian Petani terhadap PPIP

α Tingkat Kepercayaan

rs thit ttabel 1. Umur 0,190 1,209 1,192 0,14 86 % 2. Pendidikan Formal 0,216 1,383 1,364 0,09 91% 3. Pendidikan Non formal 0,0293* 1,914 1,795 0,04 96% 4. Pendapatan -0,186 -1,182 1,142 0,13 87% 5. Luas Usahatani -0,004 -0,025 0,000 0,50 50% 6. Kekosmopolitan 0,2690* 1,744 1,683 0,05 95%

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Hasil

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,190 dan t hitung sebesar 1,209 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap hasil

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan

baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang

signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap hasil Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan

86%. Kondisi di lapang seluruh petani baik tua maupun muda sama-

sama mampu melihat dan merasakan hasil infrastruktur pembangunan

jalan yang dipilih sesuai dengan persetujuan dan dengan kebutuhan

mereka.

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap

Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,216 dan t hitung sebesar 1,382 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 101: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

89

terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal

ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak

berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap hasil

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan

penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 91%. Kondisi di lapang

petani miskin berpendidikan tinggi maupun rendah juga sama-sama

memberikan penilaian baik terhadap hasil program berdasarkan hasil

yang mampu dilihat secara nyata dan dapat dimanfaat untuk memenuhi

kebutuhan dasar bersama.

c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani

terhadap Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,297 dan t hitung sebesar 1,914 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani

terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

keaktifan mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan maka semakin

memberikan penilaian baik terhadap hasil Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Kondisi di lapang petani yang sering mengikuti pelatihan dan

penyuluhan lebih inovatif dan lebih baik dalam memberikan tanggapan

terhadap keberadaan infrastruktur baru yang dapat mempermudah

kegiatan sosial, ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut

Samsudin dalam Kartasapoetra (1991) penyuluhan merupakan suatu

cara atau usaha pendidikan yang bersifat non formal untuk para petani

dan keluarganya di pedesaan, dan menurut Soekartawi (1988), mereka

yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam menerima

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 102: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

90

hal baru, begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah

akan agak sulit untuk menerima hal baru.

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap hasil

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,186 dan t hitung sebesar -1,182 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap

hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

menunjukkan bahwa tinggi rendahnya kemampuan mencukupi

kebutuhan petani tidak mempengaruhi penilaian petani terhadap hasil

program, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara

pendapatan petani dengan penilaian petani terhadap hasil Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan

87%. Kondisi di lapang, baik petani yang memiliki kemampuan

mencukupi kebutuhan tinggi maupun rendah sama-sama menanggapi

dan memberikan keputusan terhadap hasil infrastruktur yang telah

dibangun berdasarkan kebutuhan yang mereka rasakan, kesesuaian

lokasi dan jenis infrastruktur, dan kualitas bangunan yang kurang

karena pengaruh musim dan jangka waktu pelaksanaan pembangunan

yang terlalu singkat.

e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap

Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,004 dan t hitung sebesar -0,025sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

menunjukkan luas usahatani petani tidak berhubungan dengan baik

buruknya penilaian petani yang diberikan petani terhadap hasil Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 103: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

91

hubungan yang signifikan antara pendidikan luas usahatani dengan

penilaian petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 50%. Kondisi di lapang baik

petani yang memiliki luas usahatani luas maupun sempit sama-sama

memberikan tanggapan dan penilaian terhadap hasil program

berdasarkan kesesuaian jenis dan lokasi infrastruktur dengan kebutuhan

dasar petani secara umum, serta kualitas hasil bangunan.

f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap

Hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.16 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,269 dan t hitung sebesar 1,744 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

dengan arah positif. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya

keaktifan petani dalam mencari informasi diluar kabupaten dan

kemampuan mengakses media mempengaruhi baik buruknya penilaian

petani terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP).

Kondisi di lapang petani yang memiliki kemampuan mencari

informasi di luar sistem sosial dan kemampuan mengakses media lebih

tinggi memiliki tanggapan serta penilaian yang lebih terhadap hasil

program. Menurut Hanafi (1987), salah satu ciri sosial ekonomi anggota

sistem yang lebih inovatif, dalam artian mampu menerima dan

menanggapi hal-hal yang baru adalah mempunyai tingkat mobilitas

sosial keatas lebih besar. Menurut Mardikanto (1996), bagi masyarakat

yang yang relatif kosmopolit, adopsi inovasi dapat berlangsung lebih

cepat, tetapi bagi yang lebih localite (tetap terkungkung dalam sistem

sosialnya sendiri) proses adopsi inovasi akan berlangsung sangat

lamban. Hal ini disebabkan karena tidak adanya keinginan-keinginan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 104: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

92

baru untuk hidup lebih baik seperti yang telah dinikmati oleh orang-

orang diluar sistem sosialnya.

5. Hubungan Antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani

terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP)

Hubungan antara karakteristik sosial ekonomi dengan penilaian

petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan

(PPIP) di Kecamatan Tengaran dapat diketahui dengan menggunakan uji

korelasi Rank Spearman (rs). Hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel

5.17 berikut.

Tabel 5.17. Analisis Hubungan antara Karakteristik Petani dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

No Karakteristik Petani Penilaian Petani terhadap PPIP

α Tingkat Kepercayaan

rs thit ttabel 1. Umur 0,245 1,578 1,505 0,07 93 % 2. Pendidikan Formal 0,082 0,516 0,500 0,31 69% 3. Pendidikan Non formal -0,021 -0,131 0,126 0,45 55% 4. Pendapatan -0,439** -3,051 2,421 0,01 99% 5. Luas Usahatani -0,348** -2,318 2,121 0,02 98% 6. Kekosmopolitan -0,005 -0,031 0,025 0,49 51%

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

a. Hubungan antara Umur dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,245 dan t hitung sebesar 1,578 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal ini

menunjukkan bahwa tua muda umur petani tidak berhubungan dengan

baik buruknya penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi terdapat hubungan yang

signifikan antara umur dengan penilaian petani terhadap manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 105: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

93

kepercayaan 93%. Kondisi di lapang seluruh petani baik tua maupun

muda sama-sama merasa dapat mengakses dan merasakan manfaat

infrastruktur yang dibangun, serta adanya program secara umum

mampu meningkatkan kebersamaan seluruh masyarakat miskin yang

terlibat.

b. Hubungan antara Pendidikan Formal dengan Penilaian Petani terhadap

Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs 0,082 dan t hitung sebesar 0,516 sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan formal dengan penilaian petani

terhadap hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Hal

ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan formal tidak

berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan tetapi

terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal dengan

penilaian petani terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 69%. Kondisi di lapang

petani berpendidikan tinggi tidak menjamin akan memberikan penilaian

yang baik terhadap manfaat program dan sebaliknya, karena petani

yang berpendidikan tinggi dan rendah sama-sama memberikan

penilaian terhadap manfaat kemudahan akses sosial ekonomi yang

dirasakan secara umum dan peningkatan kebersamaan bersama

masyarakat miskin dengan adanya penyelenggaraan program.

c. Hubungan antara Pendidikan Non Formal dengan Penilaian Petani

terhadap Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,021 dan t hitung sebesar -0,131 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara pendidikan non formal dengan penilaian petani

terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 106: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

94

Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan non formal

tidak berhubungan dengan baik buruknya penilaian petani terhadap

manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), akan

tetapi terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal

dengan penilaian petani terhadap pelaksanaan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP) pada tingkat kepercayaan 55%.

Kondisi di lapang keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan

dan pelatihan tidak mempengaruhi tanggapan dan penilaian yang

diberikan petani terhadap manfaat program , karena baik petani yang

aktif dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan sama-sama merasakan

adanya manfaat dan perubahan kemudahan dalam kegiatan ekonomi,

sosial, dan politik dengan adanya infrastruktur .

d. Hubungan antara Pendapatan dengan Penilaian Petani terhadap Manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,439 dan t hitung sebesar -3,051sedangkan t

tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

sangat signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap

hasil Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan arah

negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah kemampuan

mencukupi kebutuhan petani maka semakin baik penilaian yang

diberikan petani terhadap manfaat program. Kondisi di lapang, petani

yang memiliki kemampuan mencukupi kebutuhan rendah memiliki

antusias yang lebih tinggi untuk aktif dalam pelaksanaan teknis

pembangunan dan merasakan manfaat yang lebih dengan adanya

kesempatan lapangan kerja yang memperoleh untuk mencukupi

kebutuhan keluarga, sehingga semakin baik dalam menanggapi dan

memberikan penilaian terhadap manfaat program.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 107: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

95

e. Hubungan antara Luas Usahatani dengan Penilaian Petani terhadap

Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,348 dan t hitung sebesar -2,318 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung > t tabel sehingga terdapat hubungan yang

signifikan antara luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) dengan

arah negatif. Hal ini menunjukkan semakin sempit luas usahatani petani

maka petani semakin memberikan penilaian yang baik terhadap manfaat

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang

petani yang memiliki luas usahatani sempit juga lebih giat terjun di

lapang dalam pembangunan teknis dibanding melakukan kegiatan di

sawah, sehingga merasakan manfaat kebersamaan antar masyarakat

miskin dalam penyelesaian program serta merasakan kepuasan dan

manfaat adanya infrastruktur yang mampu memberikan kemudahan

dalam kehidupan sehari-hari selanjutnya memberikan penilaian yang

lebih baik terhadap manfaat program.

f. Hubungan antara Kekosmopolitan dengan Penilaian Petani terhadap

Manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP)

Berdasarkan tabel 5.17 dapat diketahui bahwa pada tingkat

kepercayaan 95% nilai rs -0,005 dan t hitung sebesar -0,031 sedangkan

t tabel 1,683, jadi t hitung < t tabel sehingga tidak terdapat hubungan

yang signifikan antara tingkat kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap manfaat Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP).

Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kekosmopolitan tidak

mempengaruhi baik buruknya penilaian petani terhadap hasil Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Kondisi di lapang petani

yang memiliki kemampuan mencari informasi di luar sistem sosial dan

kemampuan mengakses media tinggi ataupun rendah sama-sama

memberikan penilaian terhadap manfaat yang diterima selama

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 108: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

96

pelaksanaan pembangunan teknis di lapang dan hasil infrastruktur yang

dibangun.

E. Ulasan Kritis Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan di

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) memiliki tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui perbaikan akses

masyarakat miskin terhadap pelayanan infrastruktur pedesaan.

Penyelenggaraan program tersebut di Kecamatan Tengaran mampu

meningkatkan akses masyarakat desa terhadap pemenuhan kebutuhan dasar

berupa jalan desa yang sekaligus menjadi jalan usahatani, akan tetapi terdapat

berbagai hal yang dapat disoroti anatara konsep pendekan Program

Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) terhadap masyarakat miskin

menurut Departemen PU (2006), dengan penyelenggaraan di lapang.

Menurut Departemen PU (2006), Program Peningkatan Infrastruktur

Pedesaan (PPIP) memiliki fokus utama kegiatan dalam program rehabilitasi

dan peningkatan infrastruktur di perdesaan yang dilaksanakan dengan

beberapa pendekatan pada masyarakat melalui:

1. Pemberdayaan Masyarakat, dengan menekankan partisipasi aktif

masyarakat dalam seluruh aspek implementasi kegiatan.

2. Keberpihakan kepada yang miskin, hasil ditujukan kepada penduduk

miskin.

3. Otonomi dan desentralisasi, artinya masyarakat memperoleh kepercayaan

dan kesempatan yang luas dalam kegiatan.

4. Partisipatif, artinya masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan.

5. Keswadayaan, artinya masyarakat menjadi faktor utama dalam

keberhasilan pembangunan.

6. Keterpaduan program pembangunan, artinya program yang dilaksanakan

memiliki sinergi dengan program pembangunan yang lain.

7. Penguatan Kapasitas Kelembagaan, dalam rangka mendorong sinergi

antara pemda, masyarakat dan stakeholder lainnya dalam penanganan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 109: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

97

permasalahan kemiskinan.

Berdasarkan Konsep tersebut, beberapa hal dalam penyelenggaraan

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) secara keseluruhan di

Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dapat dianalisis, antara lain:

1. Pemberdayaan masyarakat, yang menekankan pada partisipasi aktif

masyarakat dalam seluruh aspek implementasi.

Kegiatan musyawarah Desa dan evaluasi hanya melibatkan

masyarakat miskin keseluruhan secara tidak langsung melalui

perwakilan masyarakat miskin, sehingga masyarakat miskin secara

keseluruhan tidak mampu terlibat secara langsung menyumbang ide

dan pengambilan keputusan mengenai persiapan dan pelaksanaan

program. Menurut Slamet (1993), partisipasi didefinisikan sebagai

keterlibatan dalam membuat keputusan dan melaksanakan keputusan

itu. Keterlibatan aktif ada bila tujuan dan isinya secara nyata berasal

dari orang-orang itu sendiri, dan orang-orang itu sendiri merasakan

bahwa mereka mereka sedang bertingkah laku sebagai badan yang

bebas.

Pelaksanaan teknis pembangunan juga harus dapat lebih

menekankan kesempatan dan kemampuan masyarakat miskin dalam

pengadaan seluruh material dan alat, serta pengendalian waktu dan

volume kerja. Menurut Slamet (1993), strategi perencanaan

pembangunan dari bawah ke atas (bottom upward planning)

merupakan usaha memperbaiaki kesejahteraan baik secara materiil

maupun non materiil yang lebih banyak bergantung pada setting

lingkungan kehidupan masyarakat itu sendiri dengan usaha yang

menjadikan masyarakat sebagai pusat dari segala perencanaan dan

memperhitungkan hubungan antara persoalan-persoalan masyarakat

dengan ekologinya.

Secara keseluruhan menurut Mardikanto (2010), pemberdayaan

diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin,

marjinal, terpinggirkan) untuk menyampaikan pendapat dan atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 110: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

98

kebutuhannya, pilihan-pilihannya, berpartisipasi, bernegosiasi,

mempengaruhi dan mengelola kelembagaan masyarakatnya secara

accountable demi perbaikan kehudupannya.

2. Keberpihakan pada yang miskin.

Program selanjutnya dapat lebih memperhatikan penetapan

standar daerah tertinggal serta kriteria masyarakat miskin penerima

program yang dapat terlibat dalam pelaksanaan teknis pembangunan,

serta lebih memperhatikan seberaba besar manfaat program yang

diterima masyarakat miskin. Menurut Beratha (1991), dalam

pelaksanaan pembangunan perlu diperhatikan pemilihan obyek yang

paling mendesak dalam arti bahwa kegiatan pembangunan yang dipilih

adlah merupakan kegiatan awal yang dapat segera meringankan beban

hidup masyarakat dengan tetap mempertimbangkan kemungkinan

pemanfaatan potensi (resources) yang ada. Selain itu, menurut

Departemen PU (2006) Program Peningkatan Infrastruktur Perdesaan

merupakan program pembangunan yang berbasis pada masyarakat,

yaitu sasaran dan penerima manfaat adalah masyarakat miskin yang

ada di daerah pedesaan, orientasi kegiatan baik dalam proses maupun

pemanfaatan, hasil ditujukan kepada penduduk miskin.

Berdasarkan teori diatas dalam pelaksanaan program

pembangunan serupa perlu lebih memperhatikan sasaran desa

penerima program. Progam sebaiknya diberikan pada desa yang

jumlah penduduk miskinnya besar. Pemilihan desa harus

menggunakan basis data dan kriteria yang sama antara pemerintah

pusat dengan pemerintah kabupaten serta pelibatan warga masyarakat

miskin dalam penyerapan tenaga kerja harus lebih diutamakan dalam

program ini, sebagai suatu strategi pelaksanaan program.

3. Otonomi dan desentralisasi

Masyarakat miskin harus benar-benar diberikan tanggung jawab

penuh dalam penyelesaian program dalam jangka waktu program yang

lebih panjang, sehingga benar-benar memberikan kesempatan pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 111: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

99

suatu daerah tertinggal untuk belajar mengadakan perencanaan yang

matang, pelaksanaan teknis pembangunan yang maksimal, memiliki

tata sosial yang lebih mantap, sekaligus kesempatan membangun

kesadaran dalam pemeliharaan hasil program.

Menurut Slamet (1993), pembangunan dengan pendekatan

kemadirian (selfhelp) ialah pembangunan dimana masyarakat yang

mengelola dan mengorganisasikan sumber-sumber local baik yang

bersifat materiil, pikiran, maupun tenaga. Pemberian bantuan yang

berasal dari pihak luar baik yang bersifat teknis maupun keuangan

tetap dimungkinkan, tetapi jumlahnya terbatas, sumber-sumber lokal

dimanfaatkan dan didayagunkan demi kepentingan pencapaian tujuan.

Kegiatan pendampingan harus lebih dioptimalkan berdasarkan

tingkat kebutuhan masyarakat dengan tenaga pendamping yang

memiliki keterampilan melakukan pendekatan sosial maupun kegiatan

teknis di lapang. OMS sebagai “pelaksana program” yang dipilih dan

dibentuk masyarakat harus mempertanggungjawabkan kualitas

prasarana dan penggunaan dananya pada masyarakat luas melalui

musyawarah desa / papan informasi. Fungsi musyawarah desa juga

harus lebih ditekankan pada pengambilan keputusan oleh masyarakat

sendiri.

4. Keterpaduan program

Desa Regunung telah mendapatkan PNPM dan PANSIMAS

selain PPIP, sedangkan untuk Desa Duren baru mendapatkan PPIP,

akan tetapi hasil program hanya bertahan kurang lebih selama 2 tahun

dan belum ada keberlanjutan pemeliharaan hasil infrastruktur program

secara maksimal. Program pembangunan selanjutnya dapat mengambil

pembelajaran dalam pelaksanaan sampai pemeliharaan harus tetap ada

sinergi dan koordinasi, serta memperhatikan kesinambungan dengan

program sebelumnya.

Menurut Beratha (1991), dalam rangka kegiatan-kegiatan serta

usaha-usaha pembangunan, perencanaan pemanfaatan sumber-sumber

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 112: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

100

potensi lingkungan (termasuk sumber bahan baku, tambang, dan lain-

lainnya) memegang peranan penting untuk menjaga kelestarian dan

pemanfaatan secara ekonomis. Suatu perencanaan yang disusun

hendaknya memperhatikan keberlangsungan (cotinuitas) artinya

kegiatan apa yang sudah, sedang dilakukan dan kegiatan-kegiatan apa

pada saat berikutnya, serta dengan memperhatikan kemungkinan

pemeliharaan kelestarian bagi bahan baku yang ada, agar terpelihara

untuk penentuan dan penyusunan perencanaan bagi usaha-usaha

pembangunan berikutnya. Sehingga pelaksanaan pembangunan

prasarana, perlu memilih pola yang bisa menjamin kualitas dan fungsi

prasarana secara berkelanjutan dengan waktu pelaksanaan

pembangunan yang lebih panjang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 113: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

101

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji penilaian

petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penyelenggaraan Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di

Kecamatan Tengaran telah didukung struktur organisasi baik dari tingkat

kabupaten, kecamatan, maupun desa dengan susunan organisasi

masyarakat sebagai pelaksana yang dibentuk berdasarkan pilihan

masyarakat, pemilihan lokasi serta jenis kegiatan sesuai dengan kebutuhan

masyarakat miskin, kegiatan perencanaan dan evaluasi telah diadakan

melalui perwakilan masyarakat, pelaksanaan dilaksanakan dengan baik,

namun kegiatan pemeliharaan belum dapat dilaksanakan secara maksimal.

2. Karakteristik petani yang mempengaruhi penilaian petani terhadap

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP), diantaranya:

a. Umur petani tergolong dalam kategori 40-50 tahun.

b. Pendidikan formal petani tergolong dalam kategori rendah yaitu

sebagian besar pendidikan terakhir mereka adalah Tamat SD.

c. Pendidikan nonformal petani yang berupa keaktifan petani dalam

mengikuti penyuluhan dan pelatihan tergolong dalam kategori rendah

dikarenakan masih kurangnya kesadaran dan kemauan petani megikuti

setiap kegiatan penyuluhan dan pelatihan yang telah diselenggarakan.

d. Pendapatan petani tergolongdalam kategori rendah yaitu kadang-

kadang kekurangan.

e. Luas usahatani petani tergolong dalam kategori sangat sempit.

f. Tingkat kekosmopolitan petani tergolong dalam kategori antara sangat

rendah dan rendah, karena petani jarang melakukan perjalanan keluar

untuk mencari informasi serta sulit mengakses berbagai media selain

televisi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 114: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

102

3. Penilaian petani terhadap penyelenggaraan Program Peningkatan

Infrastruktur Pedesaan (PPIP), diantaranya:

a. Penilaian petani terhadap perencanaan program berada dalam kategori

sangat baik sebesar 65,9%, karena semua pihak dari tingkat kabupaten

sampai desa terlibat dalam penyelenggaraan program, pembentukan

panitia, persiapan, dan desain pembangunan didasarkan persetujuan

petani, meskipun kegiatan musyawarah desa dilakukan melalui

perwakilan masyarakat miskin.

b. Penilaian petani terhadap perencanaan program berada dalam kategori

sangat baik sebesar 51,2%, karena kegiatan pembangunan melibatkan

petani misikin secara langsung, kegiatan di lapang sesuai dengan

perencanaan, dan diadakan pendampingan oleh konsultan dan fasilitator

berdasarkan permintaan dari masyarakat.

c. Penilaian petani terhadap perencanaan program berada dalam kategori

sangat baik sebesar 61%, karena didakan pembahasan perkembangan

pembangunan secara rutin yang melibatkan perwakilan masyarakat

miskin yang akan menyampaiakn kepada masyarakat miskin secara

keseluruhan.

d. Penilaian petani terhadap perencanaan program berada dalam kategori

sangat baik sebesar 41,5%, karena jenis dan infrastruktur yang

dibangun sudah tepat dengan lokasi yang sesuai, meskipun belum ada

kegiatan pemeliharaan yang optimal.

e. Penilaian petani terhadap perencanaan program berada dalam kategori

sangat baik sebesar 56,1%, karena infrastruktur yang dibangun mampu

memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam kegiatan sosial,

ekonomi serta pelaksanaannya meningkatkan hubungan sosial antar

warga.

4. Hubungan antara karakteristik petani dengan penilaian petani terhadap

Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) adalah:

a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan

formal, pendidikan non formal, pendapatan dan kekosmopolitan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 115: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

103

dengan penilaian petani terhadap perencanaan program pada tingkat

kepercayaan 95%, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada

tingkat kepercayaan 66% sampai 84%, akan tetapi terdapat hubungan

yang signifikan antara luas usahatani dengan penilian petani terhadap

perencanaan program pada tingkat kepercayaan 95%.

b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan formal,

pendidikan non formal, dan kekosmopolitan dengan penilaian petani

terhadap pelaksanaan program pada tingkat kepercayaan 95%, akan

tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 57

% sampai 73 %. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara

umur, pendapatan, luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

pelaksanaan program pada tingkat kepercayaan 95%.

c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan

formal, pendidikan nonformal, pendapatan, dan tingkat kekosmopolitan

dengan penilaian petani terhadap evaluasi program pada tingkat

kepercayaan 95%, akan tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada

tingkat kepercayaan 53% sampai 94%. Terdapat hubungan yang

signifikan antara pendapatan dengan penilaian petani terhadap evaluasi

program pada tingkat kepercayaan 95%.

d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan

formal, pendapatan dan luas usahatani dengan penilaian petani terhadap

hasil program pada tingkat kepercayaan 95%, akan tetapi terdapat

hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 50% sampai 91%.

Terdapat hubungan yang signifikan antara pendidikan non formal dan

kekosmopolitan dengan penilaian petani terhadap manfaat program

pada tingkat kepercayaan 95%.

e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan

formal, pendidikan non formal, dan kekosmopolitan dengan penilaian

petani terhadap manfaat program pada tingkat kepercayaan 95%, akan

tetapi terdapat hubungan yang signifikan pada tingkat kepercayaan 51%

sampai 93%. Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 116: PENILAIAN PETANI TERHADAP PROGRAM PENINGKATAN ...... · Susunan Tim Penguji Surakarta, ... (Khoirunisa Dyah, Prima Rindang, Kartika Candra, Charlina ... Pengukuran Variabel Faktor

104

luas usahatani dengan penilaian petani terhadap manfaat program pada

tingkat kepercayaan 95%.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang mengkaji penilaian

petani terhadap Program Peningkatan Infrastruktur Pedesaan (PPIP) di

Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang maka saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut:

1. Bagi pengambil kebijakan (Pemerintah tingkat pusat, kabupaten,

kecamatan, dan desa), agar tetap melanjutkan realisasi program

pembangunan serupa dengan perbaikan yaitu memperhatikan kriteria

daerah tertinggal yang memiliki jumlah masyarakat miskin besar

didalamnya, memperhatikan pola pelaksanaan pembangunan yang

menjamin kualitas dan fungsi prasarana secara berkelanjutan dengan

waktu pelaksanaan pembangunan yang lebih panjang serta adanya

kegiatan pendampingan dengan memilih tenaga pendamping yang

memiliki keterampilan melakukan pendekatan sosial maupun kegiatan

teknis di lapang.

2. Bagi petani, agar dapat menyampaikan penilaian terhadap

penyelenggaraan program yang telah dilaksanakan kepada tokoh

masyarakat ataupun pemerintah setempat sebagai tolok ukur keberhasilan

program dan bahan pertimbangan program selanjutnya.

3. Bagi Organisasi Masyarakat Setempat (OMS), sebagai “pelaksana

program” yang dipilih dan dibentuk masyarakat harus

mempertanggungjawabkan kualitas prasarana dan penggunaan dananya

pada masyarakat luas melalui musyawarah desa / papan informasi srta

memperhatikan rencana dan menyiapkan realisasi pemeliharaan

infrastruktur bersama masyarakat secara lebih optimal.

4. Bagi peneliti lain, penelitian sejenis diharapkan dapat lebih dikembangkan,

penelitian selanjutnya tidak hanya menganalisis karakteristik yang

berhubungan dengan penilaian petani terhadap program, namun juga

mengkaji lebih dalam mengenai evaluasi program yang meliputi sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan program sudah tercapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user