Author
jacob-soto
View
91
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pengilangan
Tugas Kelompok Dosen Pengampu: Nirwana, Dra., MT
Mata Kuliah
Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati
” WINTERISASI ”
Kelas B
Kelompok XI
AJMA NOURI
DIAN AGUSTIN
M. ISMET
RANDI SANJAYA
SUKIMAN HERNANDA
TIKA AMELISA
PROGRAM STUDY TEKNIK KIMIA S1
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2013
KATA PENGANTAR
Puji Syukur pemakalah ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya atas terselesaikan tugas makalah untuk mata kuliah
”Pengilangan Minyak Bumi dan Nabati” yang diberikan dosen pembimbing mata kuliah.
Terima kasih juga kepada dosen pengampu yang telah membimbimg penulis dalam
menyelesaikan makalah ini.
Makalah ini menjelaskan tentang proses ”Winterisasi” yakni pemisahan bagian
glserida jenuh atau bertitik cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Dalam
makalah juga dibahas mengenai pengolahan minyak secara umum. Mudah-mudahan
makalah ini dapat membantu saudara yang ingin mengetahui proses winterisasi.
Pemakalah menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam makalah ini, baik dari
segi penunjang maupun penulisan. Oleh itu, pemakalah mengharapkan kepada para
pembaca untuk dapat memakluminya serta memberikan saran nya untuk perbaikan
maklah ini agar mencapai kesempurnaan.
Pekanbaru, 28 Desember 2009
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
I. Minyak dan Lemak
Lemak dan minyak sebagai bahan pangan yang dibagi menjadi dua golongan,
yaitu (1) lemak yang siap dikonsumsi tanpa dimasak (edible fat consumed uncooked)
misalnya mentega, margarin serta lemak yang digunakan dalam kembang gula, dan (2)
lemak yang dimasak bersama bahan pangan atau dijadikan sebagai medium penghantar
panas dalam memasak bahan pangan misalnya minyak goreng.
Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam yang
dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak
tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi.
Lemak dan minyak termasuk salah satu anggota lipid, yaitu lipid netral. Setelah
minyak dan lemak dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil
komponen trigliserida yaitu:
-Lipid Kompleks (lesithin, cephalin, fosfatida, dan glikolipid)
-Sterol, berada dalm keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak
-Asam Lemak Bebas (ALB)
-Lilin
-Pigmen yang larut dalam lemak
-Hidrokarbon
Trigliserida dapat berwujud padat atau cair, hal ini tergantung dari komposisi
asam lemak yang menyusunnya. Sebagian besar minyak nabati berbentuk cair karena
mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh, yaitu asam oleat, linoleat, atau asam
linnolenat dengan titik cair yang rendah. Lemak hewani pada umumnya berbentuk padat
pada suhu kamar karena banyak asam lemak jenuh misalnya asam palmitat dan stearat
yang memiliki titik cair lebih tinggi.
Trigliserida yang diperoleh dari berbagai sumber mempunyai sifat fisio dan kimia
yang berbeda satu sama lain karena perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh
dan pengolahan, perbedaaan jumlah dan jenis ester yang terdapat didalam nya. Minyak
dan lemak tidak berbeda dalam bentuk trigliseridanya dan hanya berbeda dalam bentuk
(wujud). Disebut lemak jika berbentuk padat pada suhu kamar.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung
sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu lipid komplek (lesithin, cephalin,
fosfatida dan glikolipid), sterol berada dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam
lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut dalam lemak dan hidrokarbon. Semua
komponen tersebut akan mempengaruhi warna dan flavor produk serta berperan dalam
proses ketengikan. Fosfolipid dalam minyak yang berasal dari biji-bijian biasanya
mengandung sejumlah fosfatida, yaitu lesithin dan cephalin. Dalam minyak jagung dan
kedelai, jumlah fosfatida sekitar 2 – 3 %, dan dalam proses pemurniannya, senyawa ini
dapat dipisahkan.
Minyak pangan dalam bahan pangan biasanya diekstraksi dalam keadaan tidak
murni dan bercampur dengan komponen-komponen lain yang disebut fraksi lipida. Fraksi
lipida terdiri dari minyak, lemak (edible fat/oil), malam (wax), fosfolipida, sterol,
hidrokarbon dan pigmen.
Fraksi lipid dalam bahan pangan biasanya dipisahkan dari persenyawaan lain
yang terdapat dalam bahan pangan dengan ekstraksi menggunakan pelarut seperti
petroleum eter, etil, ester, kloroform atau benzena. Fraksi yang larut disebut “fraksi yang
larut dalam eter” atau lemak kasar (Ketaren, 1986). Untuk membedakan komponen-
komponen fraksi lipida dipergunakan NaOH. Minyak/ lemak pangan, malam dan
fosfolipida dapat disabunkan dengan NaOH sedangkan sterol, hidrokarbon dan pigmen
adalah fraksi yang tidak tersabunkan.
Berdasarkan sifat mengeringnya, minyak dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Minyak tidak mengering (non drying oil) seperti minyak zaitun, minyak rape,
minyak hewani
2. Minyak nabati setengah mengering, misalnya: minyak biji kapas dan minyak biji
bunga matahari.
3. Minyak nabati mengering, misalnya minyak kacang kedelai dan biji karet.
Berikut adah sruktur minyak atau lemak:
II. Proses Pengilangan Minyak
II. 1 Bahan Baku
Bahan baku dapat diperoleh dari tumbuhan seperti kelapa sawit atau
tanaman biji-bijian lainnya. Selain itu, dapat juga diperoleh dari hewan seperti lemak
babi, lemak sapi dal lain sebagai nya. Perbedaan umum antara lemak nabati dan hewani
adalah:
1. Lemak hewani mengandung kolesterol sedangkan lemak nabati mengandung
fitosterol.
2. Kadar asam lemak tidak jenuh dalam lemak hewani lebih kecil daripada lemak nabati.
3. Lemak hewani mempunyai bilangan Reichert Meisce lebih besar serta bilangan
polenske lebih kecil daripada minyak nabati.
II. 2 Proses Pengilangan Minyak Nabati
1 Pemilihan Jenis Proses
Proses pengolahan minyak nabati dengan cara mengekstrak bahan bakunya.
Proses ekstraksi terbagi menjadi beberapa, jenis yakni mechanical extraction, solvent
ekstraksi, dan rendering. Proses diatas digunakan dengan menyesuaikan dengan bahan
bakunya. Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih ekstraksi jenis
apa yang digunakan yaitu sebagai berikut:
- berbentuk padat atau cair
- kadar minyak yang terkandung dalam bahan bakunya
2 Jenis-Jenis Ekstraksi
Berikut adalah jenis-jenis ekstraksi yang digunakan dalam proses pengolahan
minyak nabati.
Minyak / Lemak
Trigliserida
Ekstraksi
Mechanical Extraction Solvent ekstraksi Rendering
Wet rendering dry rendering
Sokletasi Maserasi Perkolasi
Penjelasan:
1. Mechanical extraction merupakan proses mekanik secara fisik seperti penekanan
atau pengepresan
2. Solvent ekstraksi merupakan jenis ekstraksi dengan menggunakan pelarut.
Terbagi atas:
- Sokletasi menggunakn panas
- Maserasi dengan cara perendaman
- Perkolasi dengan cara melewatkan berulang-ulang
3. Rendering merupakan ekstraksi yang menggunakan pelarut. Terbagi 2 yaitu:
-Wet Rendering tidak menggunakan fisik
-Dry Rendering menggunakan fisik
3 Proses Pengolahan Minyak
Proses pengolahan minyak nabati bergantung pada sifat alami minyak atau lemak.
Untuk mendapatkan minyak yang benar-bebar murni dan baik dikonsumsi maka dalam
proses penghilangan impuritisnya harus benar-benar maksimal. Berikut adalah diagaram
pengolahan minyak secara umum.
Ekstraksi
Penjernihan
Pemucatan
Deodorisasi Hidrogenasi Winterisasi
Pemucatan Deodorisasi
Deodorisasi Interesterifikasi
Plasticizing Pemurnian
BAB II
PROSES PENGILANGAN MINYAK NABATI
1. Bleaching
Pemucatan (bleaching) adalah suatu tahap proses pemurnian untuk
menghilangkan zat-zat warna yang tidak disukai dalam minyak. Pemucatan ini dilakukan
dengan mencampur minyak dengan adsorben, seperti tanah serap (fuller earth), lempung
aktif (activated clay) dan arang aktif atau dapat juga menggunakan bahan kimia.
Proses pemucatan terbagi dua, yaitu :
1. Pemucatan secara fisika
Pemucatan secara fisika adalah proses pemucatan dengan cara mencampurkan
minyak dengan adsorben seperti bleaching clay, arang dan arang aktif. Pemucatan
menggunakan adsorben biasanya dilakukan didalam ketel yang dilengkapi dengan pipa
uap. Minyak yang akan dipucatkan dipanaskan pada suhu sekitar 150°C, selama 1 jam.
Penambahan adsorben dilakukan pada saat minyak mencapai suhu 70-80°C, jumlah
adsorben yang digunakan sekitar 1-1,5% dari berat minyak. Selanjutnya minyak
dipisahkan dari adsorben dengan cara penyaringan menggunakan kain tebal atau dengan
cara pengepresan dengan filter press. Minyak yang hilang karena proses tersebut kurang
lebih 0,2-0,5% dari berat minyak yang dihasilkan setelah proses pemucatan.
Macam-macam Adsorben:
a. Bleaching Clay
Merupakan sejenis tanah liat dengan komposisi utama terdiri dari SiO2, Al2O3, air
terikat serta ion kalsium, magnesium oksida dan besi oksida. Jumlah adsorben yang
dibutuhkan untuk menghilangkan warna minyak tergantung dari macam dan tipe warna
dalam minyak dan sampai berapa jauh warna tersebut akan dihilangkan.
Daya pemucat bleaching clay disebabkan karena ion Al3+ pada permukaan
partikel adsorben, yang dapat mengadsorbsi partikel zat warna. Daya pemucat tersebut
tergantung dari perbandingan komponen SiO2 dan Al2O3 dalam bleaching clay. Adsorben
yang terlalu kering menyebabkan daya kombinasinya dengan air telah hilang, sehingga
mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna.
Aktivitas adsorben dengan asam mineral (HCl atau H2SO4) akan mempertinggi
daya pemucat karena asam mineral tersebut larut atau bereaksi dengan komponen berupa
tar, garam Ca dan Mg yang menutupi pori-pori adsorben. Disamping itu asam mineral
melarutkan Al2O3 sehingga dapat menaikkan perbandingan jumlah SiO2 dan Al2O3 dari
(2-3) : 1 menjadi (5-6) : 1.
Aktivasi menggunakan asam mineral akan menimbulkan 3 macam reaksi, sebagai
berikut:
1. Mula-mula asam akan melarutkan komponen Fe2O3, Al2O3, CaO, dan MgO
yang mengisi pori-pori adsorben. Hal ini ,mengakibatkan terbukanya pori-pori
yang tertutup sehingga menambah luas permukaan adsorben.
2. Selanjutnya ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang berada pada permukaan kristal
adsorben secara berangsur-aangsur diganti oleh ion H+ dari asam mineral.
3. Sebagian ion H+ yang telah menggantikan ion Ca2+ dan Mg2+ akan ditukar oleh
ion Al3+ yang telah larut dalam asam, dan reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Ca2+ 2H+ Ca2+
clay + 4H+ clay +
Mg2+ 2H+ Mg2+
2H+ Al3+
clay + Al3+ clay + 3H+
2H+ H+
Daya penyerapan terhadap warna akan lebih efektif jika adsorben tersebut
mempunyai bobot jenis yang rendah, kadar air tinggi, ukuran partikel halus dan pH
adsorben mendekati netral.
Pemakaian asam mineral untuk mengaktifkan adsorben bleaching clay
menimbulkan bau lapuk pada minyak, tetapi bau lapuk tersebut akan hilang pada proses
deodorisasi. Disamping itu activated clay yang bersifat asam akan menaikkan kadar asam
lemak bebas dalam minyak dan mengurangi daya tahan kain saring yang digunakan untuk
memisahkan minyak dari adsorben.
b. Arang (Bleaching Carbon)
Arang merupakan bahan padat yang berpori-pori dan pada umunya diperoleh dari
hasil pembakaran kayu atau bahan yang mengandung unsur karbon.
Umumnya arang mempunyai daya adsorbsi yang rendah terhadap zat warna dan
daya adsorbsi tersebut dapat diperbesar dengan cara mengaktifkan arang menggunakan
uap atau bahan kimia.
Pada umumnya pengarangan dilakukan pada suhu 300-500 °C. Suhu pengarangan
pada ruangan tanpa udara dilakukan pada suhu 600-700 °C. Pada proses pengarangan
akan terjadi penguapan air disusul dengan pelepasan gas CO2 dan selanjutnya terjadi
peristiwa eksotermis yang merupakan tahap permulaan proses pengarangan. Pengarangan
dianggap sempurna jika asap tidak terbentuk lagi, dan arang yang bermutu baik adalah
arang yang mengandung kadar karbon tinggi.
c. Arang Aktif (Aktivated Carbon)
Aktivasi karbon bertujuan untuk memperbesar luas permukaan arang dengan
membuka pori-pori yang tertutup, sehingga memperbesar kapasitas adsorbsi terhadap zat
warna.
Pori-pori dalam arang biasanya diisi oleh tar, hidrokarbon dan zat-zat organik
lainnya yang terdiri dari fixed carbon,abu,air, persenyawaan yang mengandung nitrogen
dan sulfur. Bahan kimia yang dapat digunakan sebagai pengaktif adalah HNO3, H3PO4,
sianida, Ca(OH)2, CaCl2, Ca3(PO4)2, NaOH, Na2SO4, SO2, ZnCl2, Na2CO3, dan uap air
pada suhu tinggi.
Unsur-unsur kimia dari persenyawaan yang ditambahkan akan meresap ke dalam
arang dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia sehingga
luas permukaan yang aktif bertambah besar.
Persenyawaan hidrokarbon yang menutupi pori-pori yang dapat dihilangkann
dengan cara oksidasi menggunakan oksidator lemah sperti CO2 yang disertai dengan air.
Dengan cara tersebut atom karbon tidak mengalami proses oksidasi.
Mutu arang aktif yang diperoleh tergantung dari luas permukaan partikel, ukuran
partikel, volume dan luas penampang kapiler, sifat kimia permukaan arang, sifat arang
scara alamiah, jenis bahan pengaktif yang digunakan dan kadar air.
2. Pemucatan secara kimia
Pemucatan secara kimia adalah proses pemucatan dengan menambahkan bahan
kimia kedalam minyak. Cara pemucatan menggunakan bahan kimia digunakan terhadap
minyak untuk tujuan bahan pangan, pemucatan secara kimia lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan adsorben karena hilangnya sebagian minyak dapat dihindarkan dan
zat warna diubah menjadi zat tidak berwarna.
Proses pemucatan menggunakan bahan kimia pada umumnya terbagi dua, yaitu :
Pemucatan dengan cara oksidasi
Oksidasi terhadap zat warna akan mengurangi kerusakan trigliserida, akan
tetapi asam lemak tidak jenuh cenderung membentuk peroksida atau
drying oil karena proses oksidasi dan polimerisasi.
Bahan kimia yang digunakan sebagai bahan pemucat adalah persenyawaan
peroksida dikromat, ozon, klorin dan klorin dioksida. Konsentrasi yang
biasa digunakan pada proses pemucatan 30-40%.
Pemucatan dengan cara reduksi
Pemucatan dengan cara reduksi kurang efektif karena warna yang hilang
dapat timbul kembali jika minyak tersebut terkena udara. Bahan kimia
yang dapat mereduksi zat warna terdiri dari garam-garam natrium bisulfit
atau natrium hidrosulfit yang dikenal dengan nama blankite. Pemakaian
zat pereduksi ini biasanya dicampur dengan bahan kimia lain dengan
perbandingan tertentu. Sebagai contoh ialah penggunaan campuran larutan
natrium bisulfit 1 - 1,5 % dan larutan asam sulfat. Cara pemucatan ini
umumnya dilakukan terhadap minyak yang digunakan untuk pembuatan
sabun.
Kelebihan dan Kelemahan Proses Pemucatan
Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan
secara fisika
Adanya kehilangan minyak dan daya pemucatannya kurang bagus jika
dibandingkan dengan proses kimia. Kelebihannya tidak ada reaksi samping antara
adsorben dan minyak, karena adsorben hanya bertindak sebagai zat penjerap.
Kelemahan dan kelebihan proses pemucatan secara kimia
Kelemahannya adanya kemungkinan terjadinya reaksi antara bahan kimia dan
trigliserida sehingga menurunkan flavor minyak. Kelebihan penggunaan bahan kimia
dapat menghindari hilangnya sebagian minyak dan zat warna dapat dihilangkan mnjadi
zat tidak berwarna.
2. Deodorisasi
Deodorisasi adalah suatu tahap proses pemurnian minyak yang bertujuan untuk
menghilangkan bau dan rasa (flavor) yang tidak enak dalam minyak. Prinsip proses
deodorisasi yaitu penyulingan minyak dengan uap panas dalam tekanan atmosfir atau
keadaan vakum.
Proses deodorisasi perlu dilakukan terhadap minyak yang akan digunakan untuk
bahan pangan. Beberapa jenis minyak yang baru diekstrak mengandung flavor yang baik
untuk tujuan bahan pangan, sehingga tidak memerlukan proses deodorisasi ; misalnya
lemak susu, lemak babi, lemak coklat, dan minyak olive.
Flavor dalam Minyak
1. Flavor Alamiah (natural flavor)
Flavor tersebut secara alamiah terdapat dalam bahan yang mengandung minyak dan
ikut terekstrak pada pproses pemisahan minyak dengan cara pengepresan, rendering atau
dengan ekstraksi menggunakan pelarut menguap. Senyawa tersebut terdiri dari
hidrokarbon tidak jenuh, pigmen karotenoid, terpene, sterol dan tokoferol.
Minyak yang berbau sengit (pungent odor) dan rasa getir disebaban oleh glukosida
dan allyl thio sianoida. Senyawa ini banyak terdapat dalam minyak yang berasal dari biji-
bijian, misalnya minyak brassica, rape seed, colza dan mustard.
2. Flavor yang Dihasilkan dari Kerusakan Minyak atau Bahan yang Mengandung
Minyak
Kerusakan tersebut terjadi selama pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, adanya
kotoran dalam minyak dan pada proses pemurnian. Senyawa yang terbentuk merupakan
hasil degradasi trigliserida dalam minyak, yang menghasilkan asam lemak bebas,
aldehida dan keton, dikarbonil, alkohol dan sebagainya. Bau tengik dan rasa getir mulai
dapat dirasakan jika komponen tersebut terdapat dalam minyak dengan jumlah lebih dari
0,1 persen dari berat minyak.
Cara Deodorisasi
Proses deodorisasi dilakukan dalam tabung baja yang tertutup dan dipasang vertikal.
Proses deodorisasi dilakukan dengan cara memompakan minyak ke dalam ketel
deodorisasi. Kemudian minyak tersebut dipanaskan pada suhu 200-250oC pada tekanan 1
atmosfer (gauge) dan selanjutnya pada tekanan rendah (lebih kurang 10 mmHg) sambil
dialiri dengan uap panas selama 4-6 jam untuk mengangkut senyawa yang dapat
menguap. Jika masih ada uap air yang tertinggal dalam minyak setelah pengaliran uap
selesai, maka minyak tersebut perlu divakumkan pada tekanan yang turun lebih rendah.
Pada suhu yang lebih tinggi, komponen yang menimbulkan bau dalam minyak akan
lebih mudah menguap, sehingga komponen tersebut diangkut dari minyak bersama-sama
uap panas. Penurunan tekanan selama proses deodorisasi akan mengurangi jumlah uap
yang digunakan dan mencegah hidrolisa minyak oleh uap air.
Keterangan :
1. Ketel deodorisasi2. Tedeng (sekat)3. Katup pengeluarab udara dari
dalam minyak4. Corong pengeluaran minyak5. Pipa penghubung antara ruang
kosong di atas permukaan minya dengan ad. 3
6. Pipa uap ke kondensor
7. Corong pemasukan uap ke dalam kondensor
8. Pipa pemasukan air dingin dari bagian atas kondensor
9. Pipa pengeluaran air kondensasi10. Ujung pipa condenser yang
terendam air11. Pipa penghubung ke pompa
vakum
Setelah proses deodorisasi sempurna, minyak harus cepat didinginkan dengan
mengalirkan air dingin melalui pipa pendingin sehingga suhu minyak turun menjadi lebih
kurang 84oC dan selanjutnya ketel dibuka dan minyak dikeluarkan dari ketel.
Asam lemak bebas yang dapat menguap dan peroksida akan berkurang dan jumlah
yang tertinggal lebih kurang 0,015 – 0,030 persen. Fraksi tidak tersabunkan yang terdiri
dari klorofil, vitamin E, hidrokarbon (terutama sequalene dan sterol) akan berkurang
sebanyak kira-kira 60 persen dari jumlah fraksi tidak tersabunkan.
Kerusakan minyak yang telah mengalami proses deodorisasi dapat disebakan oleh
proses oksidasi, hidrolisa, mikroba, dan ion logam seperti Cu, Mg, Zn yang merupakan
katalisator dalam proses oksidasi minyak. Logam tersebut dapat membentuk
persenyawaan kompleks dengan hasil oksidasi asam lemak ddan berubah menjadi radikal
bebas, dengan reaksi sebagai berikut:
Dengan menambahkan metal inactivator seperti asam sitrat, asam tartarat dan asam
fosfat, maka akan terbentuk kompleks dengan ion logam, sehingga logam tidak dapat
aktif dalam proses pembentukan radikal bebas.
Hasil minyak yang telah dimurnikan sedapat mungkin dijaga agar tidak banyak
mengalami kerusakan dengan memperhatikan faktor-faktor suhu, cara penanganan dan
kemasan yang dipakai.
3. Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan cara
menambahkan hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi
tingkat ketidakjenuhan minyak atau lemak, sehingga membuat minyak tersebut menjadi
tahan lama.
Proses hidrogenasi bertujuan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari
rantaikarbon asam lemak pada minyak atau lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan
menggunakan hydrogen murni dan ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Mekanisme proses Hidrogenasi :
H2
R – CH = CH – CH2 – COOHR R - CH2 – CH2 – CH2 – COOH Asam lemak tidak jenuh Ni asam lemak jenuh
Adanya penambahan hidrogen pada ikatan rangkap minyak atau lemak dengan
bantuan katalisator akan mengakibatkan kenaikatn titik cair. Juga dengan hilangnya
ikatan rangkap, akan menjadikan minyak atau lemak tersebut tahan terhadap proses
oksidasi.
Pemanasan akan mempercepat jalannya reaksi hidrogenasi. Pada temperature
sekitar 400oF (2050C) dicapai kecepatan reaksi yang maksimum. Penambahan tekanan
dan kemurniaan gas hidrogen yang dipergunakan akan menaikkan kecepatan reaksi
proses hidrogenasi. Dalam proses hidrogenasi tersebut karbon monoksida dan sulfur
merupakan katalisator beracun yang sangat berbahaya.
Hidrogenasi suatu lemak bersifat selektif, yaitu lemak dengan derajat
ketidakjenuhan lebih tinggi akan lebih mudah terhidrogenasi. Misalnya, hidrogenasi
lemak yang mengandung linoleat, konversi linoleat menjadi oleat atau isomer –
isomernya lebih banyak daripada konversi asam olet menjadi asam stearat.
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Proses Hidrogenasi
Hidrogenasi asam-asam lemak dalam trigliserida tidak merupakan suatu funsi sari
letak asam leamk tersebut. Persentase berat dari asam lemak dalam 2 posisi tidak
merubah selam hidrogenasi. Persentase berat asam lemak pada 2 posisi sedikit berubah,
jika dilakukan prose hidrogenasi berlebih yang bertujuan untuk mengeliminir asam
linoleat dan mereduksi asam linoleat hingga berkurang 25 persen dari jumlah semula.
Asam lemak tidak jenuh yang terpenting dari minyak makan adalah asam oleat, asam
linoleat, dan asam linolenat. Proses hidrogenasi mengubah asam lemak linolenat menjadi
asam linoneat, serta asam linoleat diubah menjadi asam oleat. Sebelum asam oleat tesebut
diubah menjadi asam stearat, asam oleat cenderung akan membentuk asam isooleat,
tetapi pada kondisi hidrogenasi yang sesuai, terbentuknya asam isooleat dapat
dihindarkan. Biasanya pada pembutan mentega putih dengan cara hidrogenasi ini, asam
yang terdapat pada minyak sebagai sisa dari proses pengolahan sebelumnya, akan
dihidrogenasi terlebih dahulu. Pemisahan dan pembentukan asam isooleat akan dibantu
dengan pemanasan pada suhu tinggi, konsentrasi katalisator yang tinggi serta pengadukan
dan penggunaan tekanan yang rendah.
Kecepatan reaksi tergantung pada sifat alamiah substansi yang dihidrogenasi, sifat
dan konsentrasi katalis, konsentrasi hidrogen, suhu, tekanan, dan frekuensi pengadukan.
Pada pembuatan mentega putih, kondisi dipilih sedemikian rupa sehingga akan
menghasilkan asam stearat dengan jumlah maksimum dan asam isooleat berjumlah
minimum.
B. Katalisator Yang Digunakan Pada Proses Hidrogenasi
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi
daripada katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel
lebih ekonomis dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung
sejumlah kecil Al dan Cu yang berfungsi sebagai promoter alam proses hidrogenasi
minyak.
C. Pembuatan Hidrogen
Hidrogen yang digunakan pada proses ini dibuat dengan proses elektrolisa dan
proses steam iron. Proses elektrolisa yang dilakukan sangat sederhana, yaitu dengan
larutan natrium hidroksida encer. Cara ini dapat menghasilkan hydrogen murni. Cara
steam iron adalah proses pembuatan hidrogen yang mengikutsertakan proses reduksi dan
oksidasi dari besi panas dalam dapur api yang dipanaskan pada suhu 1500oF – 1700oF
(815,5oC – 926,5oC). Uap yang dipergunakan dialirkan secara berlebihan melalui besi
panas. Oksigen pada uap akan bercampur dengan besi dan akan membebaskan hidrogen.
Pada tahap akhir dari siklus usap, gas biru yang terbentuk dari uap akan menghembus
melaui alat pemanas dan terus menembus melalui besi panas untuk mereduksi logam besi
yang telah teroksidasi. Kelebihan dari reduksi gas dialirkan melalui besi panas dan
dibakar dalam checkerwork. Pengurangan gas dilakukan dengan jalan mengalirkan gas
tersebut melalui bagian bawah dapur api.
Hidrogen yang dihasilkan pada proses steam iron kurang murni untuk dipakai
pada proses hidrogenasi minyak dan lemak makan, karena mengandung komponen-
komponen sulfur, karbondioksida dan karbon monoksida.
Pemisahan karbon monoksida dapat dilakkan dengan mereaksikan hidrogen
dengan uap pada suhu tinggi. Sedangkan hidrogen sulfide dapat dipisahkan dengan jalan
melewatkan gas melalui ketel pemurnian yang diisi dengan besi sulfide (FeS)
D. Akibat Dari Proses Hidrogenasi
Ada beberapa risiko kesehatan yang mungkin ditimbulkan akibat memakan lemak
atau minyak yang terhidrogenasi. Salah satu masalah ditimbulkan oleh proses
hidrogenasi:
1. Ikatan-ikatan rangkap pada lemak dan minyak tak-jenuh cenderung membuat gugus-
gugus yang ada di sekitarnya tertata dalam bentuk "cis".
2. Suhu relatif tinggi yang digunakan dalam proses hidrogenasi cenderung mengubah
beberapa ikatan C=C menjadi bentuk "trans". Jika ikatan-ikatan khusus ini tidak
dihidrogenasi selama proses, maka mereka masih cenderung terdapat dalam produk akhir
mentega khususnya pada molekul-molekul lemak trans. Konsumsi lemak trans telah
terbukti dapat meningkatkan kadar kolesterol (khususnya bentuk LDL yang lebih
berbahaya) – sehingga bisa menyebabkan meningkatnya risiko penyakit jantung.
Proses apapun yang cenderung meningkatkan jumlah lemak trans dalam makanan
sebaiknya dihindari. Baca dengan seksama label makanan, dan hindari makanan apapun
yang mengandung (atau dimasak dalam) minyak terhidrogenasi atau lemak
terhidrogenasi.
4. Winterisasi
Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik cair
tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah. Pada suhu rendah, trigliserida padat tidak
dapat larut dalam trigliserida cair. Winterisasi merupakan bentuk dari fraksinasi atau
pemindahan materi padat pada suhu yang diatur. . Hal ini termasuk pemindahan jumlah
kecil dari materi terkristalisasi dari minyak yang dapat dimakan dengan filtrasi untuk
mencegah cairan fraksi mengeruh pada suhu pendinginan.
Bermacam-macam lemak berwujud cair pada musim panas, sedangkan pada
musim dingin akan kelihatan seperti susu yang umumnya mengandung sejumlah
tristearin.
Berikut ini adalah teknik pemurnian yang biasa digunakan dalam industri yang
memproduksi minyak, khususnya minyak kedelai.
Keterangan :
D= deodorization, W= winterization, S= solidification, H2= hydrogenation
Pada proses diatas yang ditujukan oleh panah yang diberi tanda W & D adalah
proses winterisasi. Setelah dilakukan proses hidrogenasi pada minyak dengan
penambahan hydrogen, maka dilanjutkan dengan winterisasi. Gliserida bertitik cair tinggi
yang kadang-kadang mengandung sejumlah asam stearat dan dapat berpisah pada suhu
rendah didinginkan secara perlahan pada suhu sekitar 6oC selama 24 jam. Pendinginan
dihentikan dan minyak atau campuran kristal didiamkan selama 6-8 jam dan hasilnya
disebut stearin. Bagian yang membeku pada suhu rendah dipisahkan melalui penyaringan
sehingga akan menghasilkan 75-80% minyak dan produk stearine yang akan digunukan
untuk shortening pada industri. Proses ini dilakukan dalam chill room. Sedangkan
minyak yang tetap cair disebut winter oil.
Stearin atau tristearin, adalah trigliserida, dari sebuah glyceryl ester dari asam
stearat,. Biasanya berasal dari hewan lemak yang merupakani produk sampingan dari
pengolahan. Stearin digunakan dalam pembuatan lilin dan sabun. Dalam pembuatan
sabun, stearin dicampur dengan natrium hidroksida larutan dalam air. Memberi reaksi
berikut gliserin dan natrium Stearate, yang dapat digunakan sebagai sabun:
C3H5(C18H35O2)3 + 3 NaOH → C 3 H 5 (OH) 3 + 3 C 17 H 35 COONa
stearin + 3 natrium hidroksida → gliserol + 3 natrium Stearate
Stearin juga digunakan bersama dengan aluminium serpih untuk membantu dalam
proses penggilingan dalam membuat bubuk aluminium gelap. Stearin adalah produk
sampingan yang diperoleh selama ekstraksi minyak ikan cod dihilangkan selama proses
dingin pada temperatur di bawah -5 ° C.
BAB III
KESIMPULAN
Pemucatan dapat dilakukan dengan menggunakan adsorben dan bahan kimia.
Ada beberapa adsorben yang dapat digunakan untuk memucatkan minyak, yaitu :
Bleaching clay
Arang
Arang aktif
o Dari ketiga adsorben, yang mempunyai daya pemucat tinggi adalah arang
aktif dengan daya pemucat sekitar 95-97% dari total zat warna yang
terdapat dalam minyak. Tetapi arang aktif ini memiliki kekurangan yaitu
minyak yang tertinggal dalam adsorben lebih banyak dibandingkan
dengan adsorben bleaching clay dan arang.
Untuk memperoleh minyak yang tertinggal didalam adsorben dapat dilakukan
dengan cara pemisahan menggunakan surface active agent dan ekstraksi dengan
pelarut organik.
Lemak dan minyak termasuk salah satu anggota lipid, yaitu lipid netral
o Minyak mempunyai sifat fisika dan kimia yang berbeda satu sama lain
karena perbedaan sumber, iklim, keadaan tempat tumbuh dan pengolahan,
perbedaaan jumlah dan jenis ester yang terdapat didalam nya
o Gliserida atau dikenal pula sebagai adalah ester dari gliserol dan asam
lemak.
o Winterisasi adalah proses pemisahan bagian gliserida jenuh atau bertitik
cair tinggi dari trigliserida bertitik cair rendah.
o Pada suhu rendah, minyak akan membeku dan akan menghasilkan stearin
Minyak yang cair disebut winter oil
DAFTAR PUSTAKA
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Penerbit
Universitas Indonesia. Jakarta.
______________.Minyak Kedelai. http://id.wikipedia.org/wiki/Kedelai. Diakses tanggal
24 Desember 2009.
Wikipedia. Stearin. http://id.wikipedia.org/wiki/stearin . Diakses tanggal 24 Desember
2009