Upload
lynguyet
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG BANGUN DATAR
SISWA KELAS III SD NEGERI AMBALKUMOLO
TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh :
PUPUT ERISKA WULANDARI
NIM X7210110
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
November 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Puput Eriska Wulandari
NIM : X7210110
Jurusan/Program Studi: FKIP / SI PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR KELAS
III SD NEGERI AMBALKUMOLO TAHUN AJARAN 2011/201 ini benar-
benar merupakan hasil karya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar
pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat skripsi ini hasil jiplakan, saya
bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, November 2012
Yang membuat pernyataan
Puput Eriska Wulandari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
TENTANG BANGUN DATAR
SISWA KELAS III SD NEGERI AMBALKUMOLO
TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh: PUPUT ERISKA WULANDARI
X7210110
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
November 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul:
Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Peningkatan
Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Datar Siswa Kelas III SD Negeri
Ambalkumolo Tahun Ajaran 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Puput Eriska Wulandari
NIM : X7210110
Program Studi : SI PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pembimbing I
Drs. Suripto, M. Pd
NIP. 19520705 198203 1 001
Surakarta, November 2012
Pembimbing II
Dra. Tri Saptuti S., M. Pd
NIP. 19591121 198303 2 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi dengan judul:
Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual Dalam Peningkatan
Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Datar Siswa Kelas III SD Negeri
Ambalkumolo Tahun Ajaran 2011/2012
Disusun Oleh :
Nama : Puput Eriska Wulandari
NIM : X7210110
Program Studi : SI PGSD
Jurusan : Ilmu Pendidikan
telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi
persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Kamis
Tanggal : 29 November 2012
Tim Penguji Skripsi
Nama terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Imam Suyanto, S. Pd.
Sekretaris : Kartika Chrysti Suryandari, M. Si.
Anggota I : Drs. Suripto, M.Pd
Anggota II : Dra. Tri Saptuti Susiani., M. Pd
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP. 19600727 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Puput Eriska Wulandari. PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR SISWA KELAS III SD NEGERI AMBALKUMOLO TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus. 2012. Penelitian ini bertujuan: (1) Untuk mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo Tahun Ajaran 2011/2012, (2) Untuk menjelaskan penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar, (3) Untuk mendeskripsikan kendala dan solusi dalam penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar.
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 30 siswa dengan perincian 18 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan dokumen. Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Teknik pengumpulan data kuantitatif yang digunakan yaitu tes hasil belajar, sedangkan teknik pengumpulan data kualitatif yang digunakan yaitu observasi dan kuisioner. Dalam memvalidasi hasil penelitian, digunakan triangulasi data antara peneliti, observer dan siswa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas III. Hal ini terlihat dari meningkatnya hasil belajar pada setiap siklusnya. Ketuntasan nilai siswa mencapai lebih dari 80% setelah diadakan tindakan siklus III. Adapun ketuntasan nilai pre test sebesar 13,5%, siklus I meningkat menjadi 71,6%, pada siklus II meningkat menjadi 78,6% dan pada siklus III meningkat lagi menjadi 95%. Keaktifan, interaksi, kerja sama dan tanggung jawab pada saat proses pembelajaran siswa juga selalu mengalami peningkatan dari siklus 1 sampai siklus III.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Penggunaan model pembelajaran kontekstual dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan. (2) Penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan belajar matematika tentang bangun datar yang dibuktikan dengan meningkatnya hasil belajar dari pre test sampai siklus III sesuai dengan indikator kerja yang telah ditetapkan. (3) Solusi atas kendala-kendala yang ada dapat berjalan dengan baik. Kata kunci : model pembelajaran kontekstual, matematika, bangun datar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Puput Eriska Wulandari. THE USING CONTEXTUAL LEARNING MODEL IN MATHEMATICS LEARNING ABOUT FLAT BUILD OF THIRD GRADE STUDENTS OF STATE ELEMENTARY SCHOOL AMBALKUMOLO ACADEMIC YEAR 2011/2012. Skripsi, Surakarta: Teacher Trainingand Education Faculty of Sebelas Maret University. November 2012.
This study aims to: (1) To describe the use of contextual learning models in mathematics learning about Flat Build of third grade students Elementary School Ambalkumolo Academic Year 2011/2012, (2) to clarify whether the use of contextual learning model to improve learning remilt of students of mathematics on a flat Build, (3) To describe the constraints and solutions in the use of the model of contextual learning in mathematics learning about waking Build.
This research is Classroom Action Research (CAR). Research carried out for three cycles and each cycle consisted of three meetings. Subjects were students of grade III, amounting to 30 students with the details of 18 male students and 12 female students. Action research was carried out during four phases: planning, implementation, observation and reflection. Sources of data in this study were students, teachers, peers and documents. Data collected in the form of quantitative data and qualitative data. Quantitative data collection techniques used were achievement test, while the qualitative data collection techniques used were observation and questionnaires. In validating the results of the study, used data triangulation between researchers, observers and students
The results showed that through the use of contextual learning model can improve the learning of mathematics on a flat wake third grade students. This is evident from the increased learning outcomes in each cycle. Thoroughness of the students achieved more than 80% after the third cycle of the measures. The thoroughness of the pre-test value of 13.5%, cycle increased to 71.6%, in the second cycle increased to 78.6% and the third cycle increased to 95%. Liveliness, interaction, cooperation and responsibility during the learning process of students also always increase from cycle 1 to cycle III.
Based on these results it can be concluded: (1) The use of contextual learning model implemented in accordance with the prescribed steps. (2) The use of contextual learning model to improve learning math on a flat wake as evidenced by the increase in the learning outcomes of the pre test to the third cycle of work in accordance with a predetermined indicators. (3) The solution to the constraints that exist can be run well.
Keywords: contextual learning model, math, flat state
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
Belajar adalah tahapan untuk hidup lebih baik (Peneliti)
Kalau ingin sukses, ikutilah proses (Padmono)
Semua peristiwa pasti akan ada hikmahnya (Peneliti)
Hidup itu untuk memilih dan membuat keputusan (Peneliti)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
Ibu dan Ayah tercinta yang telah memberikan doa restu serta limpahan kasih
sayang yang tak pernah habis untukku.
Suamiku tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan, semangat
dan selalu memberikan waktunya untukku.
Kakak-kakakku terkasih yang selalu mendukungku.
Sahabat-sahabatku tersayang yang tidak pernah lelah menjadi tempatku
bertanya.
Almamater yang kubanggakan
Semua pihak yang telah membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, pujisyukurkehadirat Allah SWT yang
telahmelimpahkanrahmatdanhidayah-Nya, sehinggapenulisdapatmenyelesaikan
SkripsiPenelitianTindakanKelasini yang berjudul PENGGUNAAN MODEL
PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR SISWA
KELAS III SD NEGERI AMBALKUMOLO TAHUN AJARAN 2011/2012
Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan untuk
mendapatkan gelar sarjana pada program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) transfer, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Selama penyusunan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS Surakarta;
4. Drs. Imam Suyanto, M.Pd., selaku Koordinator Pelaksana Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS kampus VI Kebumen;
5. Kartika Chrysti Suryandari, M.Si Selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP UNS kampus VI Kebumen;
6. Drs. Suripto, M.Pd,selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
dan dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
lancar;
7. Dra. Tri Saptuti Susiani, M. Pd., selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
8. Bapak dan Ibu dosen PGSD FKIP UNS kampus VI Kebumen yang secara
tulus memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
9. Kepala SD Negeri III Ambalkumolo, yang telah memberi kesempatan dan
tempat guna pengambilan data dalam penelitian;
10. Segenap guru dan karyawan SD Negeri III Ambalkumolo, yang telah
memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian;
11. Para siswa SD Negeri III Ambalkumolo, yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini;
12. Rekan-rekan kampus FKIP UNS Kampus VI Kebumen dan semua pihak
yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang membantu dan memberikan
warna selama menjadi mahasiswa dan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Meskipun
demikian penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan menambah wawasan bagi para pembaca umumnya.
Surakarta, November 2012
Peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ................................................................................... iii
HALAMANPERSETUJUAN ............................................................................... iv
HALAMANPENGESAHAN ................................................................................. v
HALAMANABSTRAK ......................................................................................... vi
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... viii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................................. 6
A. Kajian Pustaka ............................................................................................. 6
1. Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Datar
Siswa Kelas III
a. Karakteristik Siswa Kelas III SD
b. Pembelajaran Matematika
2. Penggunaan Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
b. Model Pembelajaran Kontekstual
B. Kerangka Berpikir ..................................................................................... 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
C. Hipotesis Tindakan.................................................................................... 29
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 30
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 30
B. Subjek Penelitian ....................................................................................... 32
C. Data dan Sumber Data ............................................................................... 32
D. Pengumpulan Data ..................................................................................... 33
E. Uji Validitas Data ....................................................................................... 36
F. Analisis Data .............................................................................................. 36
G. Indikator Kinerja Penelitian ....................................................................... 37
H. Prosedur Penelitian .................................................................................... 38
BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ........................................ 46
A. Deskripsi Pratindakan ............................................................................... 46
B. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus...................................................... 48
1. Deskripsi siklus I ................................................................................. 48
a. 48
b. 51
c. 58
d. 68
2. Deskripsi siklus II ................................................................................ 72
a. 72
b. 74
c. 82
d. 92
3. Deskripsi siklus III .............................................................................. 95
a. 95
b. 97
c. Obs ...104
d. .114
4. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus ........................................ 117
C. Pembahasan ............................................................................................ 122
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...................................... 125
A. Kesimpulan ............................................................................................. 125
B. Implikasi .................................................................................................. 125
C. Saran ........................................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 128
LAMPIRAN ........................................................................................................ 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
1
2.1 Macam-Macam Bangun Datar ......................................................... 14
2.2 Sudut Siku-Siku ............................................................................... 14
2.3 Sudut Lancip .................................................................................... 14
2.4 Sudut Tumpul .................................................................................. 15
2.5 Menghitung Keliling Persegi Panjang dengan Satuan Tak Baku .... 15
2.6 Menghitung Keliling Persegi Panjang dengan Satuan Baku ........... 16
2.7 Menghitung Keliling Persegi dengan Satuan Tak Baku .................. 16
2.8 Menghitung Keliling Persegi dengan Satuan Baku ......................... 17
2.9 Kerangka Berfikir ............................................................................ 29
3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 31
3.2 Alur PTK Arikunto .......................................................................... 38
4.1 Perbandingan Persentase Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual ..................................................................................... 118
4.2 Diagram Perbandingan Persentase Proses Belajar Siswa ................ 120
4.3 Diagram Perbandingan Tes Hasil Belajar........................................ 121
4.4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa .......................... 122
Gambar Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
2.1 Kurikulum Matematika SD Kelas III Semester 2 ............................ 12
4.1 Rekapitulasi Nilai Kondisi Awal ..................................................... 47
4.2 Analisis Observasi Guru Siklus 1 Pertemuan 1 ............................... 59
4.3 Analisis Observasi Siswa Siklus 1 Pertemuan 1 ............................. 60
4.4 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 1 Pertemuan 1 ............................... 61
4.5 Analisis Observasi Guru Siklus 1 Pertemuan 2 ............................... 62
4.6 Analisis Observasi Siswa Siklus 1 Pertemuan 2 ............................. 63
4.7 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 1 pertemuan 2 ............................... 65
4.8 Analisis Observasi Guru Siklus 1 Pertemuan 3 ............................... 66
4.9 Analisis Observasi Siswa Siklus 1 Pertemuan 3 ............................. 67
4.10 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 1 Pertemuan 3 ............................... 68
4.11 Analisis Observasi Guru Siklus 2 Pertemuan 1 .............................. 82
4.12 Analisis Observasi Siswa Siklus 2 Pertemuan 1 ............................. 84
4.13 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 2 Pertemuan 1 ............................... 85
4.14 Analisis Observasi Guru Siklus 2 Pertemuan 2 ............................... 86
4.15 Analisis Observasi Siswa Siklus 2 Pertemuan 2 ............................. 87
4.16 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 2 Pertemuan 2 ............................... 88
4.17 Analisis Observasi Guru Siklus 2 Pertemuan 3 ............................... 89
4.18 Analisis Observasi Siswa Siklus 2 Pertemuan 3 ............................. 90
4.19 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 2 Pertemuan 3 ............................... 91
4.20 Analisis Observasi Guru Siklus 3 Pertemuan 1 .............................. 105
4.21 Analisis Observasi Siswa Siklus 3 Pertemuan 1 ............................. 106
4.22 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 3 Pertemuan 1 ............................... 107
4.23 Analisis Observasi Guru Siklus 3 Pertemuan 2 ............................... 108
4.24 Analisis Observasi Siswa Siklus 3 Pertemuan 2 ............................. 109
4.25 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 3 Pertemuan 2 ............................... 110
4.26 Analisis Observasi Guru Siklus 3 Pertemuan 3 ............................... 111
Tabel Halaman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
4.27 Analisis Observasi Siswa Siklus 3 Pertemuan 3 ............................. 112
4.28 Distribusi Frekuensi Tes Siklus 3 Pertemuan 3 ............................... 113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Siswa Kelas III ..................................................................... 130
2 Silabus Maematika Kelas III ........................................................... 131
3 Kisi-Kisi Instrumen ......................................................................... 136
4 Lembar Observasi Guru dan Siswa ................................................. 142
5 Pedoman Kuesioner Guru dan Siswa .............................................. 148
6 Skenario Siklus 1 ............................................................................. 151
7 Skenario Siklus 2 ............................................................................. 153
8 Skenario Siklus 3 ............................................................................. 155
9 Daftar Absensi Siswa Siklus 1-3 ..................................................... 157
10 RPP Siklus 1 .................................................................................... 158
11 RPP Siklus 2 .................................................................................... 171
12 RPP Siklus 3 .................................................................................... 183
13 Soal Evaluasi Siklus 1 ..................................................................... 195
14 Soal Evaluasi Siklus 2 ..................................................................... 196
15 Soal Evaluasi Siklus 3 ..................................................................... 197
16 Daftar Nilai Siklus 1 ........................................................................ 198
17 Daftar Nilai Siklus 2 ........................................................................ 199
18 Daftar Nilai Siklus 3 ........................................................................ 200
19 Rekapitulasi Observasi Guru Siklus 1 ............................................. 201
20 Rekapitulasi Observasi Guru Siklus 2 ............................................. 204
21 Rekapitulasi Observasi Guru Siklus 3 ............................................. 207
22 Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus 1 ............................................ 210
23 Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus 2 ............................................ 213
24 Rekapitulasi Observasi Siswa Siklus 3 ............................................ 216
25 Rekap Kuisioner Guru ..................................................................... 219
26 Rekap Kuisioner Siswa Siklus 1 ...................................................... 221
27 Rekap Kuisioner Siswa Siklus 2 ...................................................... 224
28 Rekap Kuisioner Siswa Siklus 3 ...................................................... 227
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
29 Sampel Observasi Guru ................................................................... 230
30 Sampel Observasi Siswa .................................................................. 231
31 Sampel Kuisoner Guru .................................................................. 232
32 Sampel Kuisioner Siswa ................................................................ 234
33 Dokumentasi Foto Pembelajaran ..................................................... 235
34 Surat Ijin Penelitian ......................................................................... 237
35 Surat Keterangan Kepala Sekolah ................................................... 238
36 Surat Keterangan dari Observer....................................................... 239
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah kunci keberhasilan generasi yang beradab. Tanpa
pendidikan apalah jadinya suatu bangsa dan negara. Di belahan bumi ini, daerah
yang jauh dari pendidikan juga jauh dari nuansa keberadaban, bahkan bisa
dikatakan biadap. Apalagi yang sama sekali tak tersentuh pendidikan, yang sudah
merengkuh saja masih ada yang jauh dari beradab. Disinilah arti penting
pendidikan, membuat manusia semakin beradab. Karena itu pendidikan harus
dimulai sedini mungkin. Pendidikan di Indonesia banyak mengalami masalah
terutama dalam mutu pendidikan. Dengan demikian cukup beralasan apabila
pendidikan harus mendapatkan perhatian yang cukup serius, lebih-lebih bagi
kalangan pendidik maupun calon pendidik.
Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang
memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya
secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya,
sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat. Dalam masa
sekarang dengan kemajuan dan perubahan yang begitu cepat dalam bidang
teknologi dan ilmu pengetahuan, pendidik tidak mungkin dapat meramalkan
dengan tepat macam pengetahuan apa yang akan dibutuhkan seorang anak untuk
dapat menghadapi masalah masalah kehidupan apabila ia dewasa. Maka pendidik
dituntut untuk mengembangkan sikap dan kemampuan anak didiknya yang dapat
membantu untuk menghadapi persoalan persoalan di masa mendatang secara
kreatif dan inovatif.
Kebutuhan belajar anak didik untuk meningkatkan pengetahuan perlu
juga diperhatikan oleh para pendidik agar mereka tidak merasa terabaikan
keinginan untuk meraih cita citanya. Kebutuhan untuk pengembangan dan
perwujudan potensi diri pada anak didik sepenuhnya termasuk imajinasi dan
kreativitas dari dalam pribadi individu yang perlu dibantu oleh pendidik.
Kebutuhan belajar itu sendiri merupakan suatu usaha dalam pengendalian,
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2 kesediaan dan komitmen dari dalam diri sendiri tanpa rangsangan atau bantuan
orang lain yang harus dipenuhi dalam urutan tertentu.
Salah satu prinsip perkembangan adalah berpusat pada potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Tujuan dari hal tersebut adalah peserta didik mampu mengembangkan potensinya
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negaara yang bertanggung jawab. Sesuai prinsip tersebut, maka diharapkan
kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multi srategi dan multi
media, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar. Salah satunya dalam pembelajaran
matematika.
Pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas III di
SD Negeri Ambalkumolo belum sepenuhnya bermakna karena guru masih
mendominasi pelajaran. Nilai siswa dalam materi bangun datar juga dapat
dikatakan masih cukup rendah berdasarkan informasi yang diberikan oleh guru
pamong. Rata-rata nilai siswa yaitu masih dibawah KKM yang telah ditetapkan
sekolah sebagai standar nilai yang harus dicapai yaitu 60.
Pada saat pembelajaran bangun datar guru cenderung menggunakan
metode-metode pembelajaran yang konvensional yaitu metode ceramah dan
latihan sehingga kadang siswa menjadi sangat pasif. Dalam pembelajaran guru
masih menjadi satu-satunya sumber pembelajaran, siswa hanya mendengarkan
dan menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan tidak
terciptanya pembelajaran yang bermakna dimana siswa aktif mencari tahu materi
yang sedang mereka pelajari. Itulah beberapa faktor yang dirasa sebagai penyebab
rendahnya nilai pada mata pelajaran matematika tentang luas bangun datar pada
siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo.
Model pembelajaran kontekstual selalu mengaitkan materi dengan
kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi
pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3 hubungan antara pengetahuan dan dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-
dituntut untuk membangun pemahamannya sendiri melalui pengamatan, tanya
jawab dan kerja sama dengan orang lain. Pada model pembelajaran ini guru hanya
sebagai fasilitator yang memberikan contoh/ permodelan terhadap hal-hal yang
sedang dicari tahu oleh siswa selanjutnya memberikan refleksi dan penilaian
dengan sebenar-benarnya. Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut
pembelajaran siswa akan lebih bermakna karena siswa dapat menemukan sendiri
materi yang sedang mereka pelajari. Perbedaan model pembelajaran kontekstual
dengan model pembelajaran yang lain dengan adanya komponen kontrukstivisme
yaitu pembangunan pemahaman sendiri dari pengalamannya yang terdahulu.
Matematika merupakan ilmu yang abstrak dan sulit untuk dijelaskan
sehingga pembelajaran matematika sering dianggap sebagai pelajaran yang cukup
sulit dan kurang disukai oleh siswa. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan
potensi pendidik yang lebih dalam hal penyampaiaannya. Seorang pendidik
dituntut untuk lebih bisa memilih model pembelajaran, metode dan media
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pembelajaran sehingga
diharapkan akan lebih dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Ketersediaan
model pembelajaran yang bervariasi tersebut diharapkan dapat mempermudah
pendidik dalam hal pemilihan model pembelajaran yang paling tepat digunakan
pada saat pembelajaran. Akan tetapi penguasaan pendidik dalam setiap langkah
pembelajaran sangat mutlak diperlukan agar pembelajaran dapat berjalan lancar.
Dalam kurikulum KTSP guru dituntut untuk menciptakan pembelajaran
yang lebih bermakna dimana guru hanya sebagai fasilitator bukan dijadikan satu-
satunya sumber pengetahuan. Siswa diminta untuk menemukan sendiri apa yang
ada dalam materi dengan bimbingan guru. Guru hendaknya melibatkan siswa
dalam setiap pembelajaran sehingga siswa aktif dan termotivasi untuk mencari
tahu hal-hal yang baru dan selalu merasa ingin tahu.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam sistem
pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas III SD Negeri
Ambalkumolo. Peneliti mencoba mencari solusi dengan menggunakan model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4 pembelajaran kontekstual dengan harapan dapat meningkatkan hasil pembelajaran
siswa dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD
Negeri Ambalkumolo. Dengan demikian peneliti akan melaksanakan penelitian
Dalam Peningkatan Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Datar Siswa
Kelas III SD Negeri
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam
peningkatan pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD
Negeri Ambalkumolo Buluspesantren Kebumen tahun ajaran 2011/2012?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil
belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD Negeri
Ambalkumolo Buluspesantren Kebumen tahun ajaran 2011/2012?
3. Apakah yang menjadi kendala dan bagaimanakah solusi dari penggunaan
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika tentang
bangun datar siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam
peningkatan pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD
Negeri Ambalkumolo Buluspesantren Kebumen tahun ajaran 2011/2012.
2. Menjelaskan penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan
hasil belajar matematika tentang bangun datar siswa kelas III SD Negeri
Ambalkumolo Buluspesantren Kebumen tahun ajaran 2011/2012.
3. Mendeskripsikan kendala dan solusi dalam penggunaan model pembelajaran
kontekstual dalam pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas
III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah serta tujuan penelitian yang diuraikan
sebelumnya, manfaat penelitian ini yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya
dalam pembelajaran Matematika materi bangun datar menggunakan model
pembelajaran kontekstual di SD Negeri Ambalkumolo.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Untuk meningkatkan keaktifan dalam belajar.
2) Untuk memperbaiki hasil pembelajaran matematika khususnya tentang
bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Bagi Guru
1) Sebagai salah satu acuan guru kelas III SD Negeri Ambalkumolo untuk
mengembangkan ketrampilan mengajar salah satu model pembelajaran
inovatif yaitu model pembalajaran kontekstual.
2) Memberikan pengetahuan tentang langkah-langkah model pembelajaran
kontekstual yang tepat digunakan dalam pembelajaran matematika
tentang bangun datar.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan kontribusi yang baik berupa masukan tentang penggunaan
model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika tentang
bangun datar pada siswa kelas III.
2) Sebagai bahan pertimbangan dalam melaksanakan simulasi atau praktek
mengajar siswa SD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Matematika Tentang Bangun Datar Siswa Kelas III
a. Karakteristik Siswa Kelas III SD
Usia anak sekolah dasar berkisar antara 6 tahun atau 7 tahun
sampai 11 tahun atau 13 tahun. Usia kronologis ini diikuti gambaran
perkembangan kognitif, emosional, sosial, moral dan psikomotorik.
Meskipun antara siswa yang satu dengan siswa yang lain terdapat perbedaan
individual, namun pada umumnya mereka mempunyai kesamaan. Masa usia
sekolah dasar merupakan tahapan perkembangan penting bagi
perkembangan selanjutnya. Anak kelas III SD berusia sekitar 9-10 tahun.
Jean Piaget menjelaskan bahwa anak pada usia 7-11 tahun berada pada tahap
operasional konkrit. Anak mulai berfikir secara sistematis untuk mencapai
pemecahan masalah. Permasalahan yang dihadapi pun adalah permasalahan
yang konkrit (Sumantri dan Syaodih 2007).
Mengenai karakeristik siswa kelas III SD, Kurniawan (2007)
menjelaskan dalam beberapa ciri, yaitu: 1) Anak senang bermain. Guru
seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya
unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model
pengajaran yang serius tapi santai, 2) Senang bergerak, orang dewasa dapat
duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling
lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh
anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak
sebagai siksaan, 3) Anak usia SD adalah anak senang bekerja dalam
kelompok. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk membentuk
kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok, 4) Senang merasakan atau
melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung. Ditunjau dari teori
perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret.
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang
memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
Basett, Jacka, dan Logan dalam (Sumantri & Permana, 2001)
mengemukakan bahwa anak usia 6-12 tahun mempunyai karakteristik
sebagai berikut: 1) Mereka secara alamiah memiliki rasa ingin tahu yang
kuat dan tertarik akan dunia mereka sendiri, 2) Mereka senang bermain dan
lebih suka bergembira, 3) Mereka suka mengatur dirinya untuk menangani
berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan usaha-usaha
baru, 4) Mereka biasanya tergetar perasaannya dan terdorong untuk
berprestasi sebagaimana tidak suka mengalami ketidakpuasan dan menolak
kegagalan-kegagalan, 5) Mereka belajar secara efektif ketika mereka merasa
puas dengan situasi yang ada, 6) Mereka belajar dengan cara bekerja,
mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
karakteristik siswa kelas III sekolah dasar adalah senang bermain dan
bergerak, selalu ingin mencoba hal baru, senang bekerja sama dan selalu
menolak kegagalan-kegagalan. Dalam penelitian kali ini peneliti
memfokuskan atau menekankan pada karakteristik siswa yang senang
bergerak, senang bekerja sama dengan teman sebaya dan senang merasakan
atau melakukan hal-hal secara langsung. Karakteristik siswa tersebutlah
yang sesuai dengan model pembelajaran kontekatual yang akan digunakan
dalam penelitian ini.
b. Pembelajaran Matematika
1) Pengertian Pembelajaran
Mengenai pembelajaran, Sanjaya (2011) mengemukakan sebagai
suatu proses kerjasama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala
potensi dan sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
siswa itu sendiri seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki
termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada diluar diri siswa seperti
lingkungan, sarana dan sumber belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan
belajar tertentu.
Nasution berpendapat bahwa pembelajaran sebagai suatu aktivitas
mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar
(Sugihartono dkk, 2007).
Pendapat tersebut sejalan dengan Trianto (2009) yang menyatakan
pembelajaran sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan
dan pengalaman hidup.
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah suatu proses aktivitas kerjasama yang melibatkan guru
dan siswa yang memanfaatkan potensi baik dalam diri siswa yaitu minat
serta bakat siswa maupun potensi dari luar diri siswa yaitu lingkungan
belajar sehingga tercapai tujuan belajar tertentu.
2) Tujuan Pembelajaran
Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI
(2007) merumuskan tujuan pembelajaran sebagai perubahan perilaku siswa
baik perubahan perilaku dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotor.
Pengembangan perilaku dalam bidang kognitif secara sederhana adalah
untuk pengembangan kemampuan intelektual siswa, misal kemampuan
penambahan wawasan dan penambahan informasi agar pengetahuan siswa
lebih baik. Pengembangan dalam bidang afektif adalah pengembangan sikap
siswa baik pengembangan dalam arti sempit maupun dalam arti luas. Dalam
arti sempit adalah sikap siswa terhadap bahan dan proses pembelajaran,
sedangkan dalam arti luas adalah pengembangan sikap sesuai dengan
norma-norma masyarakat. Pengembangan ketrampilan baik pengembangan
kemampuan motorik kasar maupun motorik halus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa tujuan pembelajaran
adalah untuk membangun pemahaman siswa terhadap suatu materi yang
sedang dipelajari sehingga terdapat perubahan baik dari hasil pembelajaran
yang meningkat maupun pemahaman siswa itu sendiri. Pembelajaran dapat
dikatakan berhasil apabila proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan
nilai atau hasil belajar siswa baik dan dapat mencapai nilai KKM yang telah
ditentukan oleh sekolah itu.
3) Pengertian Matematika
Reys dalam (Jihad, 2008) mengartikan matematika sebagai
telaahan tentang pola hubungan, suatu jalan atau pola berfikir, suatu seni,
suatu bahasa dan suatu alat karenannya matematika bukan pengetahuan
menyendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam
memahami dan menguasai permasalahan social, ekonomi dan alam.
Selanjutnya Ruseffendi dalam (Heruman, 2007) menyatakan matematika
sebagai bahasa symbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian
secara induktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi,
mulai dari unsur yang yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan,
ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.
Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI
(2007) merumuskan Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari
perkembangan tekhnologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya piker manusia.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian matematika merupakan ilmu yang universal dan mendasari
disiplin-disiplin ilmu yang lain di antaranya ilmu ekonomi, social dan alam.
Matematika pun selalu berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari yang
biasa digunakan untuk memecahkan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
4) Karakteristik Pembelajaran Matematika
Jihad (2008) menjelaskan 5 karakteristik pembelajaran matematika,
yaitu: a) Objek pembicaraan abstrak, sekalipun dalam pengajaran di sekolah
anak diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan
abstraksi, b) pembahasan mengandalkan tata natar, artinya info awal berupa
pengertian yang dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan
kebenaran dengan tata nalar yang logis, c) pengertian/konsep atau
pernyataan sangat jelas terjenjang sehingga menjaga konsistensinya, d)
melibatkan perhitungan (operasi), dan 4) dapat dipakai dalam ilmu yang lain
serta dalam kehidupan sehari-hari.
Karakteristik yang sesuai dengan penelitian kali ini yaitu
matematika merupakan objek pembicaraan abstrak sekalipun diajarkan
dengan benda konkrit. Selain itu diperlukannya perhitungan (operasi)
sehingga dapat digunakan dalam ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari.
5) Tujuan Pembelajaran Matematika
Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI
(2007) merumuskan bahwa mata pelajaran matematika bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: a) Memahami konsep
matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan
konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam
pemecahan masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun
bukti, atau menjelaskan gagasan dari pernyataan matematika, c)
memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah
merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh, d) mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel,
diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, e)
memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari
matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran matematika adalah memahami konsep matematika,
menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan
dengan simbol, tabel, dan diagram.
6) Fungsi Pembelajaran Matematika
Jihad (2008), berpendapat bahwa kurikulum matematika fungsi
matematika adalah wahana untuk: a) Mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol, b)
mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas yang
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Wahyudi (2008)
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dan model Matematika serta sebagai alat
Jadi, fungsi matematika berdasarkan kedua pendapat tersebut
adalah mengembangkan kemampuan bernalar dan berkomunikasi dengan
menggunakan symbol, tabel dan gagasan.
7) Ruang Lingkup Matematika
Tim Penyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI
(2007) menjelaskan bahwa ruang lingkup mata pelajaran matematika pada
satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a)
Bilangan, b) Geometri dan pengukuran, dan c) Pengolahan data. Selanjutnya
Wahyudi (2008) menyatakan bahwa ruang lingkup Matematika meliputi
Kemahiran Matematika, Bilangan, Pengukuran dan Geometri, Aljabar,
Statistika dan Peluang, Trigonometri, dan Kalkulus.
Dalam penelitian di SD Negeri Ambalkumolo ini, peneliti
mengambil aspek geometri dan pengukuran dengan materi pokok tentang
bangun datar kelas III. Peneliti memilih materi bangun datar karena siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kelas III SD tersebut mengalami kesulitan dalam aspek geometri dan
pengukuran. Salah satu aspek geometrid an pengukuran yang ada di
semester II adalah materi bangun datar.
8) Materi Pembelajaran Matematika di SD
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Matematika
di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai
peserta didik dalam pembelajaran dan menjadi acuan pengembangan
kurikulum di setiap pendidikan. Berikut ini adalah SK dan KD di kelas III
semester II (KTSP, 2007):
Tabel 2.1. Tabel Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas III Semester II
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Bilangan 3.Memahami pecahan
sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah
3.1 Mengenal pecahan sederhana 3.2 Membandingkan pecahan sederhana 3.3 Memacahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana
Geometri dan Pengukuran 4. Memahami unsur dan sifat-
sifat bangun datar sederhana
4.1 Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya 4.2 Mengidentifikasi berbagai jenis dan dan besar sudut
5.Menghitung keliling, luas persegi dan persegi panjang serta penggunaannya dalam pemecahan masalah.
5.1 Menghitung keliling persegi dan persegi panjang 5.2 Menghitung luas persegi dan persegi panjang 5.3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang.
Pada penelitian ini, peneliti mengambil materi dalam ruang lingkup
geometri dan pengukuran, dengan standar kompetensi yaitu: 1) memahami
unsure dan sifat-sifat bangun datar sederhana dan 2) menghitung keliling,
luas persegi dan persegi panjang serta penggunaannya dalam pemecahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
masalah. Kompetensi dasarnya meliputi 1) mengidentifikasi berbagai
bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya, 2) mengidentifikasi
berbagai jenis dan besar sudut, 3) menghitung panjang, dan 5)
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling, luas persegi dan
persegi panjang. Berikut ini adalah materi pembelajaran bangun datar kelas
III SD:
a) Pengertian Bangun Datar
Menurut Imam Roji bangun datar adalah bagian dari bidang
datar yang dibatasi oleh garis-garis lurus atau lengkung (Lan, 2010).
Selanjutnya, Julius Hambali dkk dalam (Lan, 2010)mengatakan bangun
datar sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua demensi yaitu
panjang dan lebar, tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal.
Anonim (2010) menyatakan bangun datar merupakan bangun
dua dimensi. Maksudnya adalah tidak memiliki ruang hanya sebuah
bidang datar saja.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
bangun datar adalah bangun dua dimensi yang hanya memiliki panjang
dan lebar tetapi tidak memiliki tinggi atau tebal.
b) Sifat-Sifat Bangun Datar
Sifat-sifat bangun datar yaitu: (1) Segitiga sama sisi mempunyai
sisi-sisi yang sama panjang, (2) Persegi panjang mempunyai sisi-sisi
yang berhadapan sama panjang dan keempat pojoknya berbentuk siku-
siku, (3) Persegi mempunyai empat sisi yang sama panjang dan empat
pojoknya berbentuk siku-siku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
c) Macam-Macam Bangun Datar
Persegi Panjang Persegi Jajar Genjang Belah Ketupat
Trapesium Segitiga
Siku-siku Segitiga Sama Sisi
Layang-Layang
Gambar 2.1: Macam-macam Bangun Datar
d) Mengenal Berbagai Jenis Sudut
Sudut merupakan daerah yang dibatasi oleh dua garis yang
berpotongan di satu titik. Berikut adalah macam-macam sudut yang
diajarkan pada kelas III semester 2:
(1) Sudut Siku-Siku
Kedua ruas saling tegak lurus dan bertemu pada pangkalnya
membentuk sudut siku-siku
Contoh :
Gambar 2.2: Gambar Sudut Siku-Siku
(2) Sudut Lancip
Sudut yang dibuat lebih kecil daripada sudut siku-siku sehingga
disebut sudut lancip
Contoh:
Gambar 2.3: Gambar Sudut Lancip
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
(3) Sudut Tumpul
Sudut yang dibuat lebih besar daripada sudut siku-siku disebut sebagai
sudut tumpul
Contoh:
Gambar 2.4: Gambar Sudut Tumpul
e) Menghitung Keliling Persegi dan Persegi Panjang
(1) Menghitung Keliling Persegi Panjang
(a) Dengan Satuan Tak Baku
Contoh :
Panjang (p) persegi panjang tersebut adalah 6 satuan. Lebar (l)
persegi panjang tersebut adalah 5 satuan.
Maka kelilingnya = 6 + 5 + 6 + 5 = 22 satuan
= (p + l) + (p + l)
Jadi, keliling persegi panjang tersebut adalah 22 satuan.
Gambar 2.5: Menghitung Keliling Persegi Panjang dengan Satuan Tak Baku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
(b) Dengan Satuan Baku
Gambar 2.6: Menghitung Keliling Persegi Panjang dengan Satuan Baku
Jadi rumus keliling persegi panjang yaitu:
K = (p + l) + (p + l)
= 2 x (p + l)
(2) Menghitung Keliling Persegi
(a) Dengan Satuan Tak Baku
Panjang dan lebar pada persegi disebut sisi (s). Pada gambar di
atas, setiap sisi terdiri atas 6 satuan.
Maka kelilingnya = 6 + 6 + 6 + 6 = 24 satuan
= s + s + s + s = 4 x s
Jadi, keliling persegi tersebut adalah 24 satuan.
Gambar 2.7: Menghitung Keliling Persegi dengan Satuan Tak Baku
l = 5
P = 6 cm
Keliling persegi panjang = 6 + 5 + 6 + 5 = p + l + p + l = (p + l) + (p + l) Jadi, keliling persegi panjang adalah 30cm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
(b) Dengan Satuan Baku
Gambar 2.8: Menghitung Keliling Persegi dengan Satuan Baku
Jadi rumus keliling persegi yaitu: K = 4 x sisi = 4 x s
(3) Menghitung Luas Persegi Panjang dan Persegi
(a) Menghitung Luas Persegi Panjang
Rumus luas persegi panjang yaitu : panjang x lebar = ( p x l )
(b) Menghitung Luas Persegi
Luas persegi = sisi x sisi
= s x s
Contoh: panjang sisi persegi 5 cm
Luas persegi = 5 cm x 5 cm = 25 cm
9) Langkah-Langkah Pembelajaran Bangun Datar di SD
Syarifudin (2009) menyatakan langkah-langkah pembelajaran
matematika di SD, yaitu: (1) Penanaman konsep dasar (penanaman konsep),
yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum
pernah mempelajari konsep tersebut, (2) Pemahaman konsep, yaitu
pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep, yang bertujuan agar siswa
lebih memahami suatu konsep matematika, dan (3) Pembinaan ketrampilan,
yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman
konsep. Pembelajaran pembinaan ketrampilan bertujuan agar siswa lebih
terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.
Sejalan dengan pendapat Syarifudin, Wahyudi (2008) menjelaskan
langkah pembelajaran matematika yaitu: (1) penanaman konsep, (2)
pemahaman konsep dan, (3) pembinaan ketrampilan.
s
s
Keliling persegi = 6 + 6 + 6 + 6 = 24 = s + s + s + Jadi, keliling persegi adalah 24 cm
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Berdasarkan pendapat tersebut maka dalam pembelajaran
matematika tentang bangun datar dengan langkah sebagai berikut: (1)
Penanaman konsep, yaitu penanaman konsep tentang bangun datar yaitu
dengan pengenalan macam-macam bangun datar dan sifat-sifat bangun
datar, (2) pemahaman konsep, yaitu dengan melatih cara menggambar
bangun datar sesuai sifat-sifat bangun datar yang telah dipelajari
sebelumnya, (3) pembinaan ketrampilan, dengan melatih siswa
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan bangun datar misalnya
dengan mempelajari luas dan keliling bangun datar.
2. Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual
a. Model Pembelajaran
1) Pengertian Model Pembelajaran
Berkaitan dengan model pembelajaran Suprijono (2011)
menyatakan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang
melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar. Selanjutnya, Joyce dalam (Trianto,
2009) menyatakan model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran alam tutorial dan untuk
menentuakan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya
buku-buku, film, computer, kurikulum dan lain-lain. Joice dan Weil
dalam (Isjoni, 2010) juga menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa
dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran,
dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Menurut definisi model pembelajaran di atas makan dapat
diambil kesimpulan bahwa model pembelajaran merupakan suatu pola
atau rencana yang digunakan untuk mengorganisasi kegiatan
pembelajaran seperti menyusun kurikulum, mengatur materi
pembelajaran dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Ciri-Ciri Model Pembelajaran
Suprijono (2011) menjelaskan model pembelajaran memiliki ciri
khusus yang tidak dimiliki strategi, metode atau prosedur pembelajaran.
Adapun ciri khusus tersebut adalah: (a) Rasional teoritis logis yang
disusun oleh para pencipta atau para pengembangnya, (b) Landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai), (c) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar
model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, (4) Lingkungan belajar
yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Berdasarkan ciri model pembelajaran tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran berbeda dengan strategi, model
maupun prosedur pembelajaran. Dalam model pembelajaran landasan
pemikiran tentang tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan lingkungan
belajar lebih ditekankan selama proses pembelajaran.
3) Macam-Macam Model Pembelajaran
Menurut Suprijono (2011) macam-macam model pembelajaran
dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Model pembelajaran langsung
Pada model pembelajaran langsung guru terlibat aktif dalam
mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya
secara langsung kepada semua kelas.
b) Model pembelajaran kooperatif
Pada pembelajaran kooperatif guru hanya bersifat mengarahkan,
dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta
menyedikan bahan-bahandan informasi yang dirncang untuk
membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud.
c) Model pembelajaran berbasis masalah
Pada pembelajaran berbasis masalah siswa dituntut untuk menemukan
sendiri atau model pembelajaran ini sering disebut sebagai inquiry
learning.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berdasarkan macam-macam model pembelajaran diatas maka
model pembelajaran kontekstual merupakan bagian dari model
pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran berbasis masalah. Hal
tersebut karena dalam model pembelajaran kontekstual guru memberi
pengarahan kepada siswa kemudian siswa mencari tahu sendiri materi
yang dipelajari dari informasi yang diberikan guru dan mengaitkannya
dengan kehidupan nyata.
b. Model Pembelajaran Kontekstual
1) Pengertian Model Pembelajaran Kontekstual
Muslich, (2009) menyatakan bahwa:
contextual teaching and learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-
Sejalan dengan Muslich, Masnur, Elaine, dan Ph. D (2011)
otak karena menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran kontekstual adalah suatu pembelajaran yang mengaitkan
materi pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari sehingga
akan lebih bermakna untuk siswa itu sendiri.
2) Tujuan Model Pembelajaran Kontekstual
Nurhadi, dkk (2004) menjelaskan bahwa tujuan model pembelajaran
kontekstual untuk mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah,
dan ketrampilan intelektual, belajar tentang peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dengan pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi
pembelajar yang otonom dan mandiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Senada dengan pendapat Nurhadi, Anonim (2010) menjelaskan bahwa
tujuan model pembelajaran kontekstual adalah untuk memotivasi siswa untuk
memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengkaitkan
materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi,
sosial, dan kultural) sehingga siswa memiliki pengetahuan/keterampilan yang
secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan /konteks
ke permasalahan / konteks lainnya.
Jadi, tujuan model pembelajaran kontekstual yaitu untuk
mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah dan memotivasi
siswa untuk memahami materi pembelajaran dengan cara mengaitkannya
materi tersebut dengan kehidupan nyata.
3) Manfaat Model Pembelajaran Kontekstual
Sedangkan Suherli mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual
memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif melalui
penghubungan makna atau maksud dari ilmu pengetahuan yang dipelajari
siswa dengan pengalaman langsung dalam kehidupan yang nyata (Razak,
2009).
Berdasarkan pendapat tersebut manfaat model pembelajaran
kontekstual adalah terciptanya kondisi siswa yang aktif selama pembelajaran
dan memberikan penguatan pemahaman secara komprehensif dengan
mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
4) Karakteristik Pembelajaran Kontekstual
Mengenai karakteristik pembelajaran kontekstual Nurhadi dalam
(Muslich, 2009) mendeskripsikannya dengan cara menderetkan sepuluh kata
kunci, yaitu: 1) kerja sama, 2) saling menunjang, 3) menyenangkan, tidak
membosankan, 4) belajar dengan gairah, 5) pembelajaran terintegrasi, 6)
menggunakan berbagai sumber, 7) siswa aktif, 8) sharing dengan teman, 9)
siswa kritis, dan 10) guru ,kreatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Selanjutnya, Johnson dalam (Nurhadi, 2004) menyatakan karakteristik
model pembelajaran kontektual yaitu: 1) melakukan hubungan, 2) melakukan
kegiatan yang signifikan, 3) belajar yang diatur sendiri, 4) mencapai standar
yang tinggi, dan 5) menggunakan penilaian autentik Sedangkan The
Northwest Regional Education Laboratory USA dalam (Nurhadi 2004)
mengidentifikasi enam kata kunci karakteristik pembelajaran kontekstual
yaitu: 1) pembelajaran bermakna, 2) penerapan pengetahuan, 3) berfikir
tingkat tinggi, 4) kurikulum yang dikembangkan berdasarkan standar, 5)
responsive dan 6) penilaian autentik.
Dari uraian karakteristik diatas maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik model pembelajaran kontekstual adalah 1) pembelajaran
bermakna, 2) penerapan pengetahuan, berfikir tingkat tinggi, 4) kerja sama,
pembelajaran terintegrasi, 5) siswa aktif dan 6) penialaian autentik.
5) Komponen Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual memiliki 7 komponen
utama. Menurut Muslich, (2009) 7 komponen utama pendekatan kontekstual
adalah:
a) Constructivism (Konstruktivisme)
Komponen ini merupakan landasan filosofis pendekatan kontekstual.
Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya
pemahaman sendiri secara aktif, kreatif, dan produktif berdasarkan
pengetahuan terdahulu dari pengalaman belajar yang bermakna
b) Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi pembelajaran kontekstual. Kegiatan
bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, (2) mengecek
pemahaman siswa, (3) membangkitkan respon siswa, (4) mengetahui hal-
hal yang diketahui siswa, (5) mengetahui hal-hal yang diketahui siswa, (6)
memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, (7)
membangkitkan lebih banyak pertanyaan bagi diri siswa, dan (8)
menyegarkan pengetahuan siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c) Menemukan (Inquiry)
Komponen ini merupakan kegiatan inti pembelajaran kontekstual.
Kegiatan diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan
kegiatan-kegiatan bermakna yang menghasilkan temuan yang diperoleh
sendiri oleh siswa.
d) Masyarakat Belajar (Learning Community)
Pada konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari
kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar bisa diperoleh dengan sharing
antarteman, antarkelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu
baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran dikemas dalam
diskusi kelompok yang anggota heterogen dengan jumlah yang bervariasi.
e) Pemodelan (Modelling)
Model yang dimaksud bisa berupa pemberian contoh tentang, misalnya
cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, mempertontonkan
suatu penampilan. Car pembelajaran semacam ini akan lebih cepat
dipahami siswa daripada hanya bercerita atau memberikan penjelasan
kepada siswa tanpa menunjukkan modelnya atau contohnya.
f) Refleksi (Reflection)
Komponen ini merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran
kontekstual yaitu perenungan kembali atas pengetahuan yang baru
dipelajari. Dengan memikirkan apa saja yang baru dipelajari, menelaah
dan merespons semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi
dalam pembelajaran, bahkan memberikan masukan atau saran jika
diperlukan, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru
diperolehnya merupakan pengayaan atau bahkan revisi dari pengetahuan
yang dimiliki sebelumnya.
g) Penilaian Autentik (Authentic Assessment)
Komponen ini merupakan ciri khusus dari pembelajaran kontekstual
adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar
siswa.penilaian autentik diarahkan pada poses mengamati, menganalisis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
dan menafsirkan data yang telah terkumpul ketika atau dalam proses
pembelajaran siswa berlangsung, bukan semata-mata pada hasil
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan semua komponen dalam
model pembelajaran kontekstual yaitu kontruktivisme, bertanya, inquiry,
masyarakat belajar, permodelan, refleksi dan penilaian autentik.
6) Strategi Pembelajaran Kontekstual
Strategi pembelajaran merupakan kegiatan yang dipilih yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada peserta didik untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun Suprijono (2011) menyatakan strategi pembelajaran
kontektual berdasarkan Center for Occopational Research and Development
(CORD) adalah sebagai berikut: (a) Relating, belajar dikaitkan dengan konteks
pengalaman kehidupan nyata. Konteks merupakan kerangka kerja yang
dirancang guru untuk membantu peserta didik agar yang dipelajari bermakna,
(b) Experiencing
secara aktiv dengan hal yang dipelajari dan berupaya melakukan eksplorasi
terhadap hal yang dikaji, berusahan menemukan dan menciptakan hal baru dari
apa yang dipelajarinya, (c) Applying, belajar menekankan pada proses
mendemonstrasikan pengetahuan yang dimiliki dalam konteks dan
pemanfaatannya, (d) Cooperating, belajar merupakan proses kolaboratif dan
cooperative melalui belajar berkelompok, komunikasi interpersonal atau
hubungan intersubjek, (e) Transferring, belajar menekankan pada terwujudnya
kemampuan memanfaatkan pengetahuan dalam situasi atau konteks baru.
Dalam penelitian ini, strategi yang digunakan peneliti dalam
penggunaan model pembelajaran kontekstual yaitu relating, experiencing dan
cooperating. Relating yaitu siswa belajar dengan mengaitkan materi dengan
kehidupan nyata. Experiencing yaitu siswa secara aktif melakukan eksplorasi
dalam pembelajaran. Sedangkan cooperating siswa belajar berkelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25 7) Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran Konteksual
Menurut Administrator (2010) langkah-langkah model pembelajaran
kontekstual yaitu (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih
bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri
pengetahuan dan keterampilan barunya, (2) laksanakan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua topik, (3) kembangkan sifat ingin tahu siswa
dengan bertanya, (4) ciptakan masyarakat belajar, (5) hadirkan model sebagai
contoh pembelajaran, (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan, (7) lakukan
penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Sedangkan menurut Priyadi (2010) langkah-langkah model
pembelajaran kontekstual yaitu: (1) Mengkaji konsep atau teori yang akan
dipelajari oleh siswa, (2) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup
siswa melalui proses pengkajian psikologis dan sosiologis, (3) Mempelajari
lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa yang selanjutnya memilih dan
menghubungkan dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam
pembelajaran kontekstual, (4) Merancang pembelajaran dengan mengkaitkan
konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman
yang dimiliki dan lingkungan hidup mereka, dan (5) Melaksanakan evaluasi
terhadap pemahaman siswa, dimana hasilnya nanti dijadikan bahan refleksi
terhadap rencana pembelajaran dan pelaksanaannya.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran kontekstual adalah: (a)
Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya, (b) melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri
untuk semua topic, (c) mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya, (d) menciptakan masyarakat belajar, (e) menghadirkan model
sebagai contoh pembelajaran, (f) melakukan refleksi di akhir pertemuan, dan
(f) melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26 8) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kontekstual
Nadhirin (2010) menjelaskan kelebihan dan kekurangan model
pembelajaran kontekstual, yaitu:
a) Kelebihan model pembelajaran kontekstual yaitu:
(1) Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil
(2) Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan
konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut
aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk
menemukan pengetahuannya sendiri.
b) Kekurangan model pembelajaran kontekstual yaitu:
(1) Guru lebih intensif dalam membimbing
(2) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide ide dan mengajak siswa agar dengan
menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi strategi mereka
sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks ini tentunya guru
memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar
tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Dari kelebihan dan kekurangan model pembelajaran kontekstual
diatas maka penulis akan lebih memaksimalkan kelebihan yang ada dengan
cara lebih mengaktifkan siswa selama proses pembelajaran dan memberi
bimbingan secara intensif sehingga pembelajaran akan lebih bermakna, dan
akan meminimalkan kekurangan yang ada.
3. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Tolib pada tahun 2009 yang berjudul
Penerapan Pendekatan Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Operasi
Hitung Pecahan Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Carub Kecamatan Bumijawa
Kabupaten Tegal Tahun Ajaran 2009/2010. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan
kemampuan operasi hitung pecahan. Hasil penelitian pada kondisi awal rata-
rata nilai 55, siklus 1 rata-rata menjadi 65 dan siklus dua rata-ratanya menjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
78. Hal ini membuktikan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan operasi hitung pecahan.
Penelitian yang dialkukan oleh Damar Saputro pada tahun 2009 yang
berjudul Peningkatan Mengenal Bangun Datar Sederhana Menurut Sifatnya
Dengan Model Student Team Achievement Division (STAD) Pada Siswa
Kelas III SDN Brongkol 02 Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang Tahun
Pelajaran 2009/2010. Tujuan penelitian untuk meningkatkan kemampuan
mengenal bangun datar sederhana dengan model Student Team Achievement
Division (STAD). Hasil penelitian ini adalah adanya dari sebelumnya pada tes
awal 55, kemudian pada tes siklus pertama 73, menjadi 86,25 pada siklus
kedua.
Berdasarkan kedua penelitian tersebut, terdapat persamaan variabel
yaitu pada penelitian pertama variabel bebas (X) yaitu menggunakan model
pembelajaran kontekstual. Sedangkan pada penelitian kedua variabel terikatnya
sama yaitu pembelajaran bangun datar kelas III. Selain itu, kedua penelitian
tersebut merupakan jenis penelitian tindakan kelas. Pada penelitian yang akan
dilaksanakan variabel bebas (X) penggunaan model pembelajaran kontekstual
sedangkan variabel terikat (Y) pembelajaran matematika materi bangun datar
kelas III.
B. Kerangka Berfikir
Siswa kelas III sekolah dasar memiliki karakteristik senang bermain dan
bekerja bersama dengan teman sejawatnya. Mereka sangat lebih tertarik dengan
hal-hal yang baru yang memang belum mereka ketahui. Selain itu siswa usia
mereka juga memiliki rasa penasaran yang cukup tinggi terhadap hal baru. Itulah
yang harus selalu diperhatikan oleh guru dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran matematika sering dianggap pelajaran yang cukup sulit oleh siswa
karena matematika merupakan ilmu abstrak. Oleh karena itu pembelajaran
matematika sering ditakuti oleh siswa. Pembelajaran matematika sendiri juga
sering dikondisikan sangat serius sehingga siswa semakin enggan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28 matematika. Sedangkan dalam pembelajaran siswa akan lebih mudah mengerti
dengan benda-benda konkrit bukan hanya yang bersifat teori semata.
Pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
untuk dapat membangun pemahamannya sendiri dengan mengaitkan pembelajaran
dengan kehidupan mereka sehari-hari. Siswa aktif untuk mencari tahu materi yang
sedang dipelajari melalui pengamatan, tanya jawab maupun dengan berdiskusi
dengan teman sejawatnya. Dalam pembelajaran kontekstual guru hanya sebagai
fasilitator sehingga hanya membimbing siswa selama pembelajaran berlangsung.
Langkah-langkah model pembelajaran kontekstual yang dapat dikembangkan
yaitu (1) kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan
cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya, (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik, (3)
kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, (4) ciptakan masyarakat
belajar, (5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, (6) lakukan refleksi di
akhir pertemuan, (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Berdasarkan penjelasan di atas maka model pembelajaran kontekstual
sangat tepat digunakan dalam pembelajaran matematika tentang luas bangun datar
pada siswa kelas III sekolah dasar. Model pembelajaran kontekstual sangat sesuai
dengan karakteristik siswa SD yang selalu ingin tahu hal baru dan senang bekerja
sama dengan teman sejawatnya karena pada model pembelajaran kontekstual
dituntut untuk menemukan sendiri materi yang sedang dipelajari dengan
pengamatan, tanya jawab dan diskusi dengan teman sejawat. Selain itu juga tepat
digunakan pada pembelajaran matematika karena pembelajaran matematika yang
diajarkan dapat dikaitkan langsung dengan kehidupan nyata, sehingga
pembelajaran dapat lebih bermakna dan diharapkan dapat meningkatkan
pembelajaran siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian tersebut akan dilaksanakan dalam tiga siklus yang diharapkan hasil
yang didapatkan akan lebih maksimal dan hasil belajar siswa akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Gambar 2.10 : Kerangka Berfikir Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual
Berdasarkan gambar 2. 9 yaitu dengan penggunaan model pembelajaran
kontekstual dala pembelajaran matematika tentang bangun datar diharapkan dapat
meningkatkan hasil pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa
kelas III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012.
C. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dari penelitian yang akan dilaksanakan yaitu, jika
penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika
tentang bangun datar dapat dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang
telah ditentukan maka akan dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika
tentang bangun datar dan akan didapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi
kendala yang ditemukan selama proses pembelajaran.
Pratindakan (Pembelajaran Konvensional)
Siswa Pasif
Hasil Belajar Rendah
Tindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 3
Pascatindakan (Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kontekstual)
Siswa Aktif
Hasil Belajar Meningkat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri III Ambalkumolo,
Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Di sebelah utara berbatasan
dengan desa Rantewringin, di sebelah timur berbatasan dengan desa
Tambakrejo, di sebelah selatan berbatasan dengan desa Bocor, dan di sebelah
barat berbatasan dengan sungai Luk Ulo. SD Negeri Ambalkumolo terletak di
tengah perkampungan yang cukup mudah diakses dan menjadi satu-satunya SD
yang ada di desa Ambalkumolo.
Sekolah Dasar tersebut merupakan sekolah negeri yang mendapat
ional. Pada tahun 2011/2012
semester II jumlah siswa 228. Sekolah Dasar tersebut dibangun tahun 1981 dan
telah meluluskan banyak siswa. Bangunan sekolah ini cukup luas dan terdiri
dari beberapa ruang yaitu ruang kelas I-VI, ruang perpustakaan, ruang guru,
ruang kepala sekolah, ruang UKS, mushola, ruang peraga dan olahraga, tempat
parkir guru, tempat parkir siswa, toilet, serta halaman sekolah.
Peneliti merencanakan melakukan penelitian di salah satu kelas di
Sekolah Dasar Negeri III Ambalkumolo. Adapun kelas yang digunakan untuk
penelitian adalah siswa kelas 2 semester II Tahun Ajaran 2011/2012, Siswa
kelas III yang dijadikan subjek penelitian ini mempunyai ruang kelas yang
cukup luas untuk proses belajar mengajar. Meja dan kursi yang digunakan
oleh siswa kelas III masih cukup bagus dan cukup kokoh. Adapun alasan
peneliti melakukan penelitian di SDN III Ambalkumolo, karena kebetulan
peneliti mengajar sebagai Guru Wiyata Bhakti di SD tersebut. Selain itu
sekolah tersebut juga belum pernah digunakan untuk penelitian tentang
Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran
.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31 2. Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian tindakan kelas seperti pada tabel berikut:
Gambar 3.1 Jadwal Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester 2 selama 6
bulan, tepatnya pada bulan Februari-Juli Tahun Ajaran 2011/2012. Penelitian
Kegiatan penelitian Bulan 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Persiapan penelitian a. Koordinasi peneliti
dengan kepala sekolah dan guru kelas II
b. Indentifikasi masalah bersama guru kelas II
c. Menyusun proposal penelitian
d. Menyiapkan perangkat pembelajaran dan instrument penelitian
e. Mengadakan simulasi pelaksanaan tindakan
2. Pelaksanaan tindakan a. Siklus I
1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
b. Siklus II 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
c. Siklus III 1) pertemuan I 2) pertemuan 2 3) pertemuan 3
3. Analisis data dan pelaporan a. Analisis data 3 siklus b. Menyusun laporan/skripsi c. Ujian dan revisi d. Penggandaan dan
pengumpulan laporan
Tahun 2011 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
tindakan kelas ini dilakukan pada jam mengajar sehingga tidak mengganggu
pelajaran lainnya.
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan
pembelajaran, Suwandi (2010). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas III
SD Negeri Ambalkumolo dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 18 siswa laki-
laki dan 12 siswa perempuan. Rentang umur siswa yaitu antara 9 sampai 11 tahun.
C. Sumber Data
Mengenai sumber data penelitian, Arikunto (2010) menjelaskan sumber
data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Ada 3 klasifikasi sumber data
yaitu: 1) person: sumber data yang berupa jawaban lisan melalui wawancara atau
jawaban tertulis melalui angket, 2) place: sumber data yang menyajikan tampilan
berupa keadaan diam dan bergerak, misal ruangan, aktivitas/kinerja, 3) paper;
sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbol-simbol lain. Sedangkan Suwandi (2010) menyatakan data penelitian yang
dikumpulkan berasal dari berbagai sumber meliputi: 1) Informan atau narasumber,
yaitu siswa dan guru, 2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas
pembelajaran, 3) Dokumen atau arsip yaitu kurikulum, RPP dan hasil penilaian
siswa. Subana, dkk (2000)
dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan atau masalah, baik yang
berupa angka-angka (golongan) maupun yang berbentuk kategori, seperti: baik,
buruk, tinggi, rendah, dan sebagainya. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Siswa
Keberadaan siswa sebagai subjek penelitian sangat dibutuhkan dalam
pengumpulan data. Data yang didapatkan dari siswa adalah berupa data yang
diperoleh melalui lembar pengamatan. Ketika guru sedang bertindak sebagai
seorang observer, siswa pun kembali menjadi bagian yang sedang diamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
peneliti. Adapun daftar nama siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo
terlampir.
2. Guru / Observer
Guru juga merupakan sumber data yang penting dalam penelitian
tindakan kelas. Selain itu guru sebenarnya adalah instrumen penelitian tindakan
kelas. Melalui guru dapat diperoleh data tentang kinerja guru dan sikapnya
dalam pembelajaran.
3. Dokumen
Keberadaan dokumen sangat diperlukan dalam rangka mengetahui
riwayat hidup siswa. Karena dalam hal ini peneliti juga sekaligus sebagai guru
kelas maka peneliti dapat menganalisis dokumen yang ada antara lain buku
raport, daftar kelas, daftar nilai dan buku catatan siswa.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Suatu cara yang digunakan untuk mencari informasi mengenai data yang
akan diteliti. Pengumpulan data dilakukan guru sebagai peneliti selama proses
pelaksanaan tindakan. Data dapat dikumpulkan dengan berbagai teknik, seperti
observasi, wawancara, catatan harian, angket, dan sebagainya. (Wardhani, Igak
dkk, 2007). Teknik pengumpulan data dilakukan denan cara tes, observasi,
dokumentasi dan sebagainya.
1. Teknik Pengumpulan Data
a.Tes
Mengenai tes, Sudjana (2009
penilaian adalah pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada siswa untuk
mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk
tulisan (tes tertulis), atau dalam bentuk perbuatan (tes tindakan). Tes dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur dan membandingkan hasil
pembelajaran luas bangun datar yang dilakukan dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual pada siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo.
Alat untuk mengumpulkan data dari teknik tes adalah berupa pre tes dan
post tes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
b. Observasi
Mengenai observasi, Sanjaya (2009) mengemukakan sebagai
teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang
sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal
yang akan diamati atau diteliti. Dalam hal ini observasi dilakukan untuk
mengetahui seberapa jauh tindakan yang telah mencapai sasaran dan
mengetahui keefektifannya. Observasi langsung di kelas yang digunakan
untuk penelitian, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan secara
langsung terhadap gejala perilaku yang diselidiki sebagai objek yang diteliti.
Dari data hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti selama penelitian
berlangsung, peneliti dapat mengetahui tingkah laku siswa terhadap materi
pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran yang dipilih oleh guru.
c. Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono (2008) merupakan catatan penting
tentang hal-hal atau peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumentasi
adalah cara pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen-dokumen
yang ada, baik tertulis maupun tidak tertulis dalam bentuk gambar atau
dalam bentuk lainya yang dapat memperkuat data yang ada.
d. Angket
Subana, dkk (2000) mengungkapkan
adalah instrument pengumpulan data yang digunakan dalam teknik
komunikasi tak langsung, artinya responden secara tidak langsung
menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui media tertentu.
Angket digunakan untuk mengetahui pendapat, aspirasi, harapan, prestasi,
keinginan, keyakinan, dan lain-lain sebagai hasil belajar siswa. Angket juga
ditujukan pada siswa untuk memperoleh data pengalaman siswa setelah
mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 2. Alat Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data ini sangat penting karena terkumpulnya data
peneliti dapat mengevaluasi hasil penelitiannya itu sesuai dengan dengan
tujuan penelitian atau tidak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
Alat pengumpulan data yang digunakan disesuaikan dengan teknik
pengumpulan data. Berdasarkan teknik yang digunakan, maka alat yang
digunakan adalah :
a. Lembar Evaluasi
Teknik tes pada penelitian ini adalah tes tertulis. Tes tertulis untuk
mengumpulkan data pembelajaran Matematika materi bangun datar kelas III.
Alat yang digunakan adalah lembar tes tertulis materi bangun datar kelas III
semester II.
b. Lembar Observasi
Alat pengumpulan data pada teknik observasi ini ada 2 yaitu lembar
observasi tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual pada
pembelajaran matematika materi bangun datar kelas III untuk mengamati
guru. Adapun lembar observasi guru dapat dilihat pada lampiran 4 halaman
142. Selain itu, peneliti juga menggunakan lembar observasi pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kontekstual tersebut untuk
mengamati siswa. Adapun lembar observasi siswa pada lampiran 4, halaman
147.
c. Dokumen
Alat pengumpulan data pada penelitian ini berupa dokumen, daftar
nilai tes hasil belajar dan proses pembelajaran matematika materi bangun
datar, serta foto langkah pembelajaran sesuai model pembelajaran
kontekstual.
d. Lembar Kuesioner
Lembar kuesioner ini berupa seperangkat pertanyaan secara
tertulis. Seperangkat pertanyaan ini berupa pelaksanaan model pembelajaran
kontekstual dalam pembelajaran matematika materi bangun datar kelas III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Lembar kuesioner ini ada 2 yaitu lembar kuesioner guru (lampiran 5
halaman 148) lembar kuesioner siswa (lampiran 4 halaman 150).
E. Validasi Data
Mengenai validasi data, Suwandi (2010) menyatakan bahwa data
penelitian perlu diperiksa validitasnya sehingga data tersebut dapat
dipertanggungjawabkan dan dapat disajikan sebagai dasar yang kuat dalam
menarik kesimpulan. Validasi data yang digunakan oleh peneliti yaitu triangulasi
data yang melibatkan siswa sebagai objek penelitian, praktikan/ peneliti, dan
guru/ kepala sekolah. Tujuan dari validasi data ini yaitu memeriksa kebenaran
hipotesis, konstruk atau analisis yang ditimbulkan dengan membandingkan
dengan hasil.
Dalam memeriksa validitas data, peneliti menggunakan triangulasi
sumber data dan teknik/metode pengumpulan data. Dalam triangulasi ini
melibatkan peneliti, observer, teman sejawat, serta siswa kelas IV SD Negeri
Ambalkumolo.
F. Analisis Data
Teknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif,
yakni membandingkan hasil antar siklus. Sedangkan teknik analisis kritis
berkaitan dengan data kualitatif mencakup kegiatan untuk mengungkap
kelemahan dan kelebihan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria
normatif (Suwandi, 2010).
Analisis data menggunakan teknik deskriptif dengan didukung data
kualitatif dan data kuantitatif. Data yang dianalisis secara kualitatif hasilnya
merupakan gambaran secara umum suatu keadaan. Analisis kualitatif digunakan
untuk menganalisis data tentang interaksi dalam proses pembelajaran, untuk
menganalisis perubahan sikap dan perilaku. Sedangkan analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis data hasil tes/evaluasi hasil belajar yang diperoleh
dari nilai evaluasi dalam tiap siklus. Analisis data secara kuantitatif dilakukan
dengan mencari nilai rata-rata hasil evaluasi dan persentase keberhasilan tiap
siklus (tindakan).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
Penyajian data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Verifikasi
data merupakan penarikan kesimpulan dari data-data yang telah direduksi dan
disajikan.
a. Reduksi Data
Pada reduksi data, setelah peneliti mengumpulkan semua data baik
dari peneliti sendiri, siswa, dan observer, kemudian peneliti memusatkan
permasalahan, data-data yang tidak terpakai dapat disederhanakan atau
dihilangkan. Tujuannya adalah memfokuskan analisis data yang diinginkan.
b. Penyajian Data
Pada tahap ini, peneliti mengacu pada data yang diperoleh dari hasil
reduksi. Informasi yang diperoleh akan disusun sedemikian rupa sehingga
memberi kemungkinan untuk ditarik kesimpulan atau tindakan.
c. Verifikasi Data
Tahap terakhir dalam analisis data adalah verifikasi data, peneliti
menyimpulkan beberapa informasi yang diperoleh sesuai fokus permasalahan
dengan cara menyesuaikan data hasil dari reduksi dan penyajian data.
G. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kerja yang akan dijadikan acuan
dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian (Suwandi, 2010).
Adapun indikator kriteria adalah sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika
tentang bangun datar siswa kelas III dilaksanakan sesuai dengan langkah-
langkah yang telah ditentukan dapat berjalan dengan benar dengan persentase
minimal 80%. Pengambilan data menggunakan lembar observasi tentang
penggunaan model pembelajaran kontekstual.
2. Hasil pembelajaran yang meliputi:
a. Pada proses pembelajaran siswa aktif mengikuti pembelajaran, ada
interaksi siswa dan guru, siswa dan sumber belajar serta siswa mampu
membangun pemahaman sendiri sehingga pembelajaran dapat berjalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dengan benar dengan presentase minimal 80%. Pengambilan data
menggunakan lembar observasi dan lembar kuisioner tentang keaktifan
siswa.
b. Hasil pembelajaran matematika materi bangun datar kelas III berhasil
maksimal yaitu jika siswa yang tuntas belajar mencapai 80% dengan batas
tuntas kriteria ketuntasan minimal 70. Pengambilan data menggunakan
lembar evaluasi yang dilakukan disetiap siklus.
H. Prosedur Penelitian
Secara garis besar terdapat tahapan dalam penelitian tindakan kelas yaitu
1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, 4) refleksi. (Arikunto, 2008).
Model penelitian tindakan dengan siklus yang dapat dilakukan oleh guru sekolah
dasar, antara lain model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart yang
dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3.2. Alur PTK menurut Arikunto
Perencanaan
Refleksi Pelaksanaan SIKLUS I
?
Pengamatan
Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
Perencanaan
Pengamatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 1.Perencanaan
Berbeda dengan rencana penelitian, rencana tindakan merupakan
tindakan operasional yang direncanakan untuk memperbaiki, meningkatkan,
atau merubah perilaku, sikap atau khususnya peningkatan belajar. Rencana
merupakan tindakan yang tersusun untuk memperbaiki situasi, mengubah, atau
meningkatkan yang dilaksanakan secara khas yang mempunyai prospektif dan
memandang ke depan. Rencana harus mengakui semua tindakan dalam batas
waktu tertentu diramalkan, sehingga mengandung resiko. Rencana harus cukup
fleksibel untuk dapat disesuaikan dengan pengaruh yang muncul tidak terduga
dan berbagai hambatan yang tidak diperhitungkan dan tidak terlihat. Sebagai
bagian dalam perencanaan penelitian, maka guru atau peneliti terlibat secara
kolaboratif dalam diskusi untuk mengembangkan bahasa yang akan dipakai
dalam menganalisis dan meningkatkan pemahaman dan tindakan mereka dalam
situasi yang dihadapi.
2.Pelaksanaan Tindakan
Tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
terkendali yang merupakan variasi praktek secara cermat dan bijaksana. Praktek
dilakukan berdasar gagasan dalam tindakan dan tindakan digunakan sebagai
dasar atau pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yaitu
tindakan yang didasari keinginan untuk memperbaiki, mengubah dan
meningkatkan keadaan. Pelaksanaan tindakan merupakan tindak lanjut dari
rencana tindakan, yaitu melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana
sebelumnya, namun perlu diperhatikan bahwa tindakan tidak secara mutlak
didasarkan pada rencana. Hal ini terjadi karena penelitian tindakan adalah
penelitian kontekstual dan situasional, sehingga dimungkinkan adanya
perubahan-perubahan (fleksibilitas program). Perbedaan penelitian tindakan
dengan penelitian lain adalah, penelitian tindakan diamati. Pelakunya berusaha
mengumpulkan bukti tentang tindakan agar dapat sepenuhnya menilai. Untuk
mempersiapkan evaluasi sebelum bertindak mereka memikirkan jenis bukti
yang akan diperlukan untuk mengevaluasi tindakan secara praktis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40 3. Observasi
Observasi atau pengamatan memiliki fungsi untuk mendokunentasikan
berbagai pengaruh tindakan yang terkait. Pengmatan berorientasi ke masa yang
akan datang, artinya obsrvasi dimaksudkan untuk memperoleh berbagai
keterangan yang digunakan untuk langkah-langkah yang akan datang. Hasil
pengamatan yang cermat akan memberikan masukan yang digunakan pada
langkah refleksi untuk memperbaiki tindakan atau mempertahankan tindakan.
Observasi memiliki sifat responsif, terbuka terhadap pandangan dan pikiran,
sehingga pengamat tidak mencampur adukkan antara hasil pengamatan dengan
interpretasinya. Interpretasi pengamatan kendaknya ditulis dalam ruang
tersendiri, sehingga deskripsi hasil observasi tetap otentik dan menggambarkan
keadaan sebenarnya. Peneliti membuka pandangan dan pikiran bukan untuk
mencampur adukkan hasil pengamatan, justru untuk mengantisipasi hal-hal
yang tidak terduga, sehingga kadang apa yang dipersiapkan untuk mengamati
menjadi tidak cukup. Peneliti perlu mengamati proses tindakannya, pengaruh
tindakan, keadaan dan kendala tindakan, cara keadaan dan kendala menghambat
atau mempermudah tindakan yang telah direncanakan dan pengaruhnya, serta
persoalan-persoalan lain yang muncul. Pengamatan harus didasari suatu niat dan
tujuan memberikan dasar bagi refleksi diri yang kritis. Observasi memberikan
indikasi apakah reflrksi dapat tercapai, dengan kata lain observasi sangat
menentukan berhasil tidaknya refleksi.
Hal yang perlu dicatat kegiatan observasi tidak berdiri sendiri, akan
tetapi dapat divariasikandengan berbagai kegiatan yang akan memberikan
masukan yang lengkap guna melakukan refleksi. Kegiatan lain yang dapat
dilakukan antara lain: wawancara, tes, sosiometri, dan sebagainya.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan mengingat dan merenungkan suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat. Refleksi berusaha memahami proses,
masalah, persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan strategis. Refleksi
mempertimbangkan ragam pandangan yang mungkin ada pada situasi sosial,
dan memahami persoalan dan keadaan tempat timbulnya persoalan itu. Refleksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
biasanya dibantu atau dilakukan oleh seluruh anggota peneliti melalui diskusi.
Rekonstruksi tindakan akan diungkap kembali, sehingga seluruh peneliti
mempunyai pandangan dan persepsi yang sama tentang kendala dan faktor
pendukung. Berdasar analisis kasus dan berbagai pertimbangan dapat
diputuskan berbagai perbaikan rencana (revisi rencana tindakan). Refleksi ini
memiliki sifat evaluatif, sebab melalui refleksi seluruh anggota penelitian
menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah mencapai harapan atau
belum, apakah tindakan perlu diadakan perbaikan atau tidak. Pada tahap ini juga
dijadikan sebagai acuan dalam menentukan siklus berikutnya.
Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan penelitian dengan tiga
siklus. Penelitian dimulai dengan mengecek kondisi awal siswa yang dilakukan
sebelum siklus I. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
1. Kondisi Awal
Pada tahap ini menggambarkan kondisi kelas sebelum diadakan
tindakan. Siswa masih pasif dalam pembelajaran dan nilai siswa masih
rendah. Hal ini disebabkan karena guru cenderung sebagai satu-satunya
sumber pembelajaran dan tidak adanya media pembelajaran yang memadai.
Siswa hanya mendengarkan sehingga cepat bosan ketika pembelajaran
berlangsung. Oleh karena itu, peneliti mengadakan pre test yang akan
digunakan untuk mengecek kondisi awal siswa.
2. Siklus/ Tindakan I
Pada pelaksanaan kegiatan siklus yang pertama melalui beberapa
tahap antara lain:
a. Perencanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti menentukan kurikulum yaitu standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang akan digunakan dalam
penelitian. Berbekal kurikulum yang telah ditentukan peneliti membuat
sesuatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario
pembelajaran dengan materi bangun datar yang berupa pengertian dan
pengenalan bangun datar berdasarkan ciri-cirinya dengan menggunakan
model pembelajaran kontekstual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus I ini, peneliti
melaksanakan kegiatan pembelajaran bangun datar yang berupa pengertian
dan pengenalan bangun datar berdasarkan ciri-cirinya sesuai perencanaan
tindakan yang telah dibuat serta sesuai dengan RPP dan skenario
pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai guru melaksanakan tes awal
terlebih dahulu. Setelah itu guru mulai masuk kedalam kegiatan
pembelajaran. Guru bersama siswa belajar dengan model pembelajaran
kontekstual. Siswa diajak untuk mengamati keadaan lingkungan mereka,
yang nantinya akan digunakan sebagai acuan selam pembelajaran yaitu
dengan mengaitkan kehidupan nyata mereka dengan materi pembelajaran.
dengn begitu siswa akan dapat membangun pemahamannya sendiri.
c. Observasi
Kegiatan observasi yaitu peneliti meminta bantuan guru dan
teman sejawat untuk ikut menjadi observer. Selama kegiatan berlangsung
observer mengamati proses pembelajaran dengan mengisi lembar
observasi yang disediakan peneliti. Tentunya peneliti juga ikut mengamati
proses pembelajaran.
d. Refleksi
Dalam tahap ini peneliti melakukan analisis nilai evaluasi serta
menelaah hasil observasi yang mencakup konteks pembelajaran yang
bersama observer dan menentukan apakah tindakan yang dilakukan telah
mencapai tujuan apa belum, maka pada silkus berikutnya peneliti
menentukan tindakan lagi untuk meningkatkan hasil pada siklus ini.
3. Siklus/ Tindakan II
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan
masalah pada refleksi tindakan I, yaitu belum mencapai kriteria
keberhasilan yang peneliti tetapkan. Selain itu, peneliti juga kembali
menentukan kurikulum yang akan digunakan dalam pembelajaran. Untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
itu, peneliti menetapkan tindakan II ini dengan memperdalam penggunaan
model pembelajaran kontekstual pada silklus I dengan menambah konsep
yang lebih mudah dipahami. Selanjutnya Peneliti membuat sesuatu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan skenario pembelajaran
yang akan dilakukan sesuai dengan materi luas bangun datar dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti juga
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP dan sekenario yang
telah. Hanya saja, pada saat penggunaan model pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran, peneliti menambah konsep-konsep yang lebih mudah
dipahami. Selain itu, siswa juga diberi motivasi lebih agar mampu berpikir
kritis. Selanjutnya siswa akan diberi kegiatan dan LKS sesuai materi.
Siswa kembeli diajak untuk mengaitkan pembelajran dengan kehidupan
nyata sehingga siswa mampu membangun pemahamnnya sendiri.
c. Observasi
Observer mengamati jalannya proses kegiatan pembelajaran
berdasarkan lembar evaluasi yang telah disediakan kemudian peneliti
bersama observer menilai kemapuan siswa dalam pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
atas hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti juga
mengadakan analisis, pemaknaan dan menyimpulkan atas tindakan yang
telah dilakukan bersama dengan guru/kepala sekolah dan dosen
pembimbing. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar
pemikiran untuk menyusun rencana tindakan yang akan datang dengan
melaksanakan siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44 4. Siklus / Tindakan III
a. Perencanaan Tindakan
Peneliti mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan
masalah pada refleksi tindakan II, yaitu belum mencapai kriteria
keberhasilan yang peneliti tetapkan. Untuk itu, peneliti menetapkan tindakan
III ini dengan memperdalam penggunaan model pembelajaran kontekstual
pada silklus II dengan menggali semakin banyak pengetahuan yang dimiliki
berdasarkan konsep yang telah dipelajari. Selanjutnya Peneliti membuat
sesuatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengn terlebih dahulu
menentukan kurikulum yng akan digunakan dan skenario pembelajaran
yang akan dilakukan sesuai dengan materi luas bangun datar dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus II ini, peneliti juga
melakukan proses pembelajaran sesuai dengan RPP dan sekenario yang
telah. Hanya saja, pada saat penggunaan model pembelajaran kontekstual
dalam pembelajaran, peneliti menambah konsep-konsep yang lebih mudah
dipahami dan semakin banyak menggali pengelatuan siswa melalui tanya
jawab dan inquiry. Selain itu, siswa juga diberi motivasi lebih agar mampu
berpikir kritis. Selanjutnya siswa akan diberi kegiatan dan LKS sesuai
materi.
c. Observasi
Observer mengamati jalannya proses kegiatan pembelajaran
berdasarkan lembar evaluasi yang telah disediakan kemudian peneliti
bersama observer menilai kemapuan siswa dalam pelaksanaan model
pembelajaran kontekstual.
d. Refleksi
Pada tahap ini peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
atas hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilaksanakan. Peneliti juga
mengadakan analisis, pemaknaan dan menyimpulkan atas tindakan yang
telah dilakukan bersama dengan guru/kepala sekolah dan dosen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
pembimbing. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar
pemikiran untuk menyusun rencana tindakan yang akan datang. Tahap
refleksi juga merupakan evaluasi tentang tindakan yang telah dilakukan
untuk mengetahui keberhasilan atau pengaruh tindakan. Pada tahap ini
peneliti dapat membandingkan kondisi awal sebelum diadakan tindakan dan
kondisi sesudah diadakan tindakan. Hasil refleksi pada siklus pertama
merupakan tahap awal dari siklus kedua. Pada siklus pertama peneliti
bersama observer mencatat peristiwa dan kejadian selama proses
pembelajaran. Hal-hal sekecil apapun harus dicatat karena digunakan
sebagai acuan pelaksanaan siklus berikutnya. Pada pelaksanaan siklus
berikutnya dilakukan lebih matang sehingga proses pembelajaran dan hasil
belajar siswa dapat meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Pratindakan
Sekolah Dasar Negeri Ambalkumolo terletak di desa Ambalkumolo,
Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Lokasi tersebut cukup strategis
yaitu dekat dengan jalan dan tempat umum seperti balai desa Ambalkumolo dan
rumah penduduk. Jalan menuju lokasi pun sudah beraspal sehingga tidak
mengherankan jalan ini ramai oleh berbagai jenis kendaraan pada pagi hari.
Namun, kondisi tersebut tidak mengganggu pembelajaran.
Kondisi gedung di SD Negeri Ambalkumolo tersebut baik dan memadai
untuk kegiatan pembelajaran. Buku-buku beserta media pembelajaran di SD
tersebut sangat lengkap dengan adanya bantuan DAK dari pemerintah pada tahun
2010. Selain itu, dengan didukung adanya sarana dan prasarana dalam kegiatan
kurikuler maupun ekstrakurikuler kegiatan pembelajaran yang ada semakin
berjalan lancar. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SD tersebut adalah bola voli,
pramuka, hasta karya, tari, BTA dan kaligrafi. Jumlah guru yang ada di SD
Ambalkumolo ada 12 yakni yang berstatus PNS 9 orang serta 3 orang wiyata
bakti.
Pembelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas III di
SD Negeri Ambalkumolo belum sepenuhnya bermakna karena guru masih
mendominasi pelajaran. Pada saat pembelajaran bangun datar guru cenderung
menggunakan metode-metode pembelajaran yang konvensional yaitu metode
ceramah dan latihan sehingga kadang siswa menjadi sangat pasif. Dalam
pembelajaran guru masih menjadi satu-satunya sumber pembelajaran, siswa hanya
mendengarkan dan menerima apa yang diberikan oleh guru. Hal ini menyebabkan
tidak terciptanya pembelajaran yang bermakna dimana siswa aktif mencari tahu
materi yang sedang mereka pelajari. Itulah beberapa faktor yang dirasa sebagai
penyebab rendahnya nilai pada mata pelajaran matematika tentang luas bangun
datar pada siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Peneliti juga melakukan tanya jawab (wawancara) dengan guru kelas III
untuk memperoleh gambaran pelaksanaan pembelajaran Matematika di kelas III.
Kepala Sekolah dan guru kelas III SD Negeri tersebut menyambut baik dan
memberi keleluasaan pada peneliti untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas.
Guru yang lain juga berkenan pada peneliti untuk membantu pelaksanaan
penelitian.
Dari kegiatan tersebut, diperoleh gambaran bahwa saat pembelajaran
matematika siswa kurang aktif, kurang dapat bekerja sama diantara siswa
sehingga nilai siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil pre-tes
materi bangun datar diperoleh rata-rata nilai yaitu 59. Hal ini dibawah kriteria
ketuntasan minimal mata pelajaran matematika yang harus mencapai 70.
Berikut ini adalah hasil rekapitulasi nilai kondisi awal siswa sebelum
dilakukan tindakan apapun:
Tabel 4.1. Rekapitulasi Nilai Kondisi Awal Siswa
Nilai Frekuensi Persentase Keterangan 80-89 1 3
Tuntas 70-79 4 13,5 60-69 12 40
Belum Tuntas 50-59 9 30 40-49 4 13,5
Jumlah siswa 30 100 Nilai rata-rata 59 Banyaknya siswa tuntas 13,5 Banyaknya siswa yang belum tuntas 86,5
Hasil rekapitulasi kondisi awal mengidentifikasikan bahwa siswa kelas
III mengalami kesulitan pada pembelajaran bangun datar. Setelah peneliti analisis
hasil tersebut ternyata kesulitan siswa pada konsep bangun datar, keliling dan luas
bangun datar, serta penyelesaian soal cerita yang berhubungan dengan keliling
atau luas bangun datar.
Berdasarkan perolehan nilai dalam tabel 4.1 rekapitulasi nilai pre-tes,
diketahui bahwa nilai rata-rata siswa yaitu 59. Kriteria Ketuntasan Minimal pada
penelitian ini adalah 70,00 sehingga siswa yang tuntas mencapai 13,5 % atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48 sebanyak 5 siswa. Sedangkan siswa yang belum tuntas mencapai 86,5 % atau
sebanyak 25 siswa. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa nilai siswa belum
sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Oleh karena itu perlu diadakan
tindakan untuk memperbaiki pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut, peneliti
membuat rencana pelaksanaan tindakan, yaitu siklus 1.
B. Deskripsi Hasil Penelitian Tiap Siklus
Penelitian mulai dilaksanakan pada tanggal 27 Maret 2012. Penelitian ini
terdiri dari 3 siklus. Siklus 1 dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan
rincian pertemuan pertama dilakukan tatap muka dan pre test untuk mengecek
kondisi awal siswa, pertemuan kedua untuk tatap muka, serta pertemuan ketiga
untuk tatap muka dan evaluasi siklus 1. Siklus kedua dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan dengan rincian pertemuan pertama dan kedua untuk tatap muka,
pertemuan ketiga untuk evaluasi/tes siklus 2. Kemudian untuk siklus ketiga
dilaksanakan 3 kali pertemuan dengan rincian pertemuan pertama dan kedua
untuk tatap muka serta pertemuan ketiga untuk evaluasi/tes siklus 3.
Penelitian yang dilaksanakan pada setiap siklus meliputi 4 komponen,
yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Berikut
adalah deskripsi pelaksanaan pembelajaran matematika pada tiap siklus.
1. Deskripsi Siklus I
Kegiatan penelitian pada siklus ini akan dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit berdasarkan
kondisi awal yang ada di SD penelitian. Tindakan yang dilaksanakan sesuai
dengan prosedur penelitian, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan,
tahap observasi dan tahap refleksi. Untuk lebih rincinya, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning) Berdasarkan hasil studi pendahuluan serta pengamatan pada kondisi
awal siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo yang menunjukkan sebagian
besar siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran bangun datar yang
disebabkan siswa belum paham dengan konsep bangun datar, maka peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
mengupayakan perbaikan kondisi ini dengan dilaksanakannya Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan mengimplementasikan model pembelajaran
kontekstual untuk membantu siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo dalam
mengatasi kesulitannya. Realisasi dari PTK ini dilaksanakan melalui siklus,
yang mana dalam setiap siklusnya dilaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan refleksi.
1) Pertemuan Pertama
Perencanaan yang dilakukan pada siklus I ini difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran yang mampu membantu siswa dalam mengatasi
kesulitan belajar bangun datar, khususnya dalam menyebutkan sifat-sifat
bangun datar dan mengenali macam-macam sudut bangun datar, guru
berperan sebagai fasilitator pembelajaran bagi siswa, sehingga tugas guru
adalah mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dilakukan supaya siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan diharapkan siswa dapat memahami dan tidak kesulitan dalam proses
belajar.
Pada tahap perencanaan siklus I, peneliti melaksanakan beberapa
tahapan yang meliputi: (1) mempelajari kompetensi dasar dan materi yang
terdapat dalam Kurikulum atau silabus kelas III semester 2, (2) menentukan
waktu penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi
waktu 3 x 2 x 35 menit, (3) menyusun skenario tindakan model
pembelajaran kontekstual sesuai langkah-langkah yang telah ditentukan, (4)
menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes, lembar observasi, lembar
angket dan kamera, (5) menghubungi observer yaitu Erowati, Suciatun, dan
Barkah Dewi Susanti, (6) menyiapkan media atau alat dan bahan yang akan
digunakan dalam melaksanakan tindakan siklus I, dan (7) menyusun RPP.
RPP pertemuan pertama siklus I dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
membahas materi tentang sifat-sifat bangun datar dan macam-macam
bangun datar. Pelaksanaannya direncanakan pada hari Selasa, tanggal 27
Maret 2012 pukul 07.50-09.00 dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
2) Pertemuan Kedua
Perencanaan tindakan pada pertemuan kedua pada siklus I hampir
sama dengan pertemuan pertama dengan menentukan standar kompetensi
dan kompetensi dasar sebagai acuan dalam pembuatan RPP. Selain itu,
persiapan skenario dan alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data seperti lembar observasi, lembar tes dan kamera.
Pertemuan kedua siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit membahas materi tentang menggambar bangun datar sesuai dengan
sifat-sifatnya. Pelaksanaan pertemuan kedua direncanakan pada hari Kamis
tanggal 29 Maret 2012 jam kedua yaitu pukul 07.50-09.00. Pelaksanaan
pembelajaran sama dengan pelaksanaan pada pertemuan pertama yaitu
menggunakan model pembelajaran kontekstual sesuai skenario.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga siklus I direncanakan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit yang dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 pukul
07.50-09.00. sebelumnya disiapkan terlebih dahulu alat pengumpulan data
seperti pada pertemuan pertama dan kedua. Materi pada pertemuan ketiga
adalah macam-macam sudut pada bangun datar dan nama sudut.
Pelaksanaannya menggunakan model pembelajaran kontekstual sesuai
dengan skenario pembelajaran.
Peneliti yang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berperan
sebagai guru, melakukan pengecekan akhir. Pengecekan ini dilaksanakan
dalam pra-pembelajaran sebagai upaya untuk mengetahui kesiapan segala
sesuatu yang akan difungsikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga
diharapkan kegiatan ini akan meminimalisasi kegagalan dalam pelaksanaan
siklus I. Kegiatan yang dilaksanakan diantaranya adalah: a) Mengecek
kembali RPP yang telah disusun, sambil membaca komponen dalam RPP
yang akan dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, b) mengecek alat
dan bahan yang akan digunakan dalam proses pembalajaran, c) memeriksa
kelengkapan instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data
dalam kegiatan siklus I, d) sebagai langkah persiapan akhir dalam pra-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
pembelajaran adalah memastikan bahwa observer telah siap untuk
melaksanakan perannya masing-masing saat pelaksanaan pembelajaran.
Setelah pengecekan akhir selesai, peneliti langsung melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
bangun datar sederhana yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dan
setiap pertemuan 2 x 35 menit (mulai pukul 07.50 sampai pukul 09.00 WIB).
Setiap pertemuan meliputi langkah kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir. Kegiatan awal diawali dengan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa,
tes penjajagan, apersepsi dan acuan. Kegiatan inti dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah
realisasi dari RPP yang telah dibuat. Pada kegiatan akhir dilakukan
penyimpulan materi, memberikan catatan kepada siswa, evaluasi, refleksi dan
tindak lanjut. Adapun pelaksanaan pertemuan pertama siklus I dilaksanakan
pada hari Selasa, tanggal 27 Maret 2012. Pertemuan kedua pada hari Kamis, 29
Maret 2012 dan pertemuan ketiga pada hari Selasa tanggal 3 April 2012.
Berikut uraian tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual pada siklus I.
Pada siklus I kegiatan pembelajaran tidak dilaksanakan sesuai dengan
urutan komponen dalam model pembelajaran kontekstual. Akan tetapi urutan
langkah penggunaan komponen model pembelajaran kontekstual disesuaikan
dengan kondisi siswa saat pembelajaran. Pada pertemuan pertama dan kedua
dengan urutan kontruktivisme, questioning, modeling, inquiry, learning
community, refleksi dan yang terakhir adalah authentic assessment. Sedangkan
pada pertemuan ketiga dengan urutan kontruktivisme, modeling, questioning,
inquiry, learning community, refleksi dan authentic assessment.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama
berada di ruang kelas III SDN Ambalkumolo pada hari Selasa, tanggal 27
Maret 2012 dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Materi
pada pembelajaran ini adalah sifat-sifat bangun datar sederhana. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mampu menyebutkan
macam-macam bangun datar dan mampu membedakan sifat-sifat bangun
datar dengan lancar dan tepat. Adapun kegiatan yang dilaksanakan terdiri
dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan (salam),
berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian dilanjutkan apersepsi,
orientasi dan pemberian motivasi kepada siswa. Pada kegiatan apersepsi,
guru mengajak siswa untuk mengamati ruang kelas dan mencatat benda-
benda yang ada di dalam kelas. Orientasi dilakukan dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Sedangkan pemberian motivasi
dilakukan untuk membangkitkan semangat siswa selama pembelajaran
misalnya dengan bernyanyi dan tepuk tangan.
b) Kegiatan Inti Pada kegiatan eksplorasi langkah pertama dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
yang dilakukan guru sebagai implementasi skenario pembelajaran yaitu
langkah kontruktivisme yaitu membangun pemahaman siswa tentang
materi yang akan diajarkan. Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini
adalah guru mengajak siswa mengamati lingkungan kelas dan
mengelompokkan benda-benda yang berbentuk bangun datar.
Langkah kedua guru memotivasi siswa dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang benda-benda yang berbentuk bangun
datar yang telah mereka catat ketika kegitan mengamati pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
sebelumnya. Terlihat banyak siswa yang cukup antusias dengan
pertanyaan-pertanyaan dari guru. (Questioning)
Langkah ketiga guru juga memberikan beberapa contoh konkrit
yang berkaitan dengan pembelajaran dengan materi bangun datar yang
sedang berlangsung. Guru memanfaatkan benda-benda yang ada
disekitar kelas sebagai media pembelajaran. (Modelling)
Kegiatan elaborasi merupakan langkah keempat dari
pembelajaran yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada langkah ini
yang dilakukan guru adalah guru membagi siswa dalam kelompok
dengan anggota setiap kelompok lima siswa. Pembagian kelompok
tersebut secara acak. Pembagian kelompok ini ditujuan supaya siswa
dapat saling bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang diberikan
guru. Setelah kelompok terbentuk baru guru memberikan permasalahan
kepada tiap-tiap kelompok untuk diselesaikan secara kelompok.
Kegiatan yang dilakukan siswa adalah bergabung dengan kelompok dan
mulai memikirkan langkah penyelesaian dari permasalahan yang
diberikan guru yaitu mencari sifat-sifat bangun datar yang telah mereka
temukan tadi.
Langkah kelima pada pembelajaran pertemuan pertama adalah
membimbing siswa dalam diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru adalah
guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berpikir dan
bertindak menurut cara masing-masing. Pada waktu siswa bekerja dalam
kelompok, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
membantu siswa yang memerlukan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan
siswa adalah diskusi dengan kelompok menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru. Pada langkah ini, guru harus benar-benar
mengamati kegiatan siswa dan membantu kelompok atau siswa yang
kesulitan. (Inquiry)
Sedangkan kegiatan konfirmasi merupakan langkah lanjutan
yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi. Kegiatan yang
dilakukan guru adalah membantu siswa untuk menyajikan hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kerjanya. Siswa bersiap-siap untuk menuliskan hasil kerja kelompoknya
di papan tulis. Setiap kelompok ditunjuk untuk maju menyelesaikan satu
permasalahan. Setelah perwakilan kelompok menyampaikan hasil
diskusinya, guru dan kelompok lain menanggapi hasil kerja siswa dan
memberikan penguatan terhadap jawaban siswa, yaitu dengan mengacu
pada jawaban siswa dan melalui Tanya jawab membahas penyelesaian
masalah yang seharusnya. Setelah itu, guru dan siswa membuat
kesimpulan dari hasil pekerjaan siswa. (Learning Community)
Langkah terakhir pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah memberikan
penilaian sebenarnya terhadap hasil kerja siswa. Pada langkah ini, guru
dan siswa membuat kesimpulan dari proses penyelesaian masalah yang
dilakukan siswa. Sehingga siswa memahami tentang bangun datar dan
mampu meyebutkan sifat-sifat bangun datar. Setelah itu, guru
menanyakan kepada siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya,
materi-materi yang belum jelas, dan hal-hal yang dirasakan selama
kegiatan pembelajaran. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan selama ±15 menit. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah guru memberi catatan kepada siswa
tentang materi pembelajaran. Kemudian kegiatan evaluasi, siswa diberi
10 soal tentang sifat-sifat bangun datar, untuk nantinya dianalisis oleh
guru untuk mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam
materi sifat-sifat bangun datar.(Authetic Assesment). Siswa diberi
pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran. Sebelum
pembelajaran ditutup guru memberikan pesan-pesan moral kepada siswa.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus ini dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 29 Maret 2012. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ini
masih sama mempelajari bangun datar sederhana hanya lebih difokuskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
pada menggambar bangun datar. Tujuan pembelajaran pada pertemuan
kedua ini adalah siswa mampu menggambar bangun datar sesuai dengan
sifat-sifatnya. Seperti halnya pada pertemuan 1, pada pertemuan ini juga
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan
(salam), berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kegiatan awal yang
dilaksanakan hampir sama dengan kegiatan awal pada pertemuan
pertama. Setelah mengecek kehadiran siswa, guru menanyakan kepada
siswa yang sudah mampu menyebutkan sifat-sifat bangun datar.
b) Kegiatan Inti
Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah pembelajaran
pada pertemuan kedua sama seperti langkah-langkah yang dilakukan
pada pertemuan pertama. Yang membedakan adalah materi
pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, siswa akan belajar tentang
menggambar bangun datar.
Pada kegiatan eksplorasi yang dilaksanakan adalah guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari. Siswa memperhatikan penjelasan guru. Langkah kedua
adalah mengorganisasi siswa untuk belajar yang dilakukan guru dengan
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Pembagian kelompok
pada pertemuan kedua sama dengan kelompok pada pertemuan
pertama. Setelah siswa masuk ke dalam kelompok masing-masing, guru
memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok untuk
diselesaikan yaitu meminta siswa menggambarkan bangun datar yang
mereka ketahui berdasarkan sifat-sifatnya.
Langkah selanjutnya merupakan kegiatan elaborasi yaitu guru
membimbing diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru adalah
membimbing ketika siswa melakukan diskusi kelompok dengan keliling
mengamati setiap kelompok, memfasilitasi dan membantu kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang kesulitan. Namun guru tetap memberikan kebebasan kepada siswa
untuk menyelesaikan permasalahan sesuai cara masing-masing.
Kegiatan siswa adalah diskusi dengan kelompok menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru. Setelah siswa selesai diskusi, siswa
menuliskan atau menyampaiakan hasil kerja diskusi di papan tulis dan
kelompok lain menanggapi. Guru memberikan penguatan terhadap
jawaban siswa.
Langkah terakhir adalah kegiatan konfirmasi pada pertemuan
kedua ini adalah guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pekerjaan siswa.
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pertemuan kedua ini sama juga dengan
kegiatan akhir pada pertemuan pertama. Pada kegiatan akhir ini, siswa
juga diberi soal evaluasi sebanyak 5 soal untuk dikerjakan selama 10
menit. Setelah seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan, guru pun
menutup pertemuan pada hari itu dengan mengucap salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ketiga pada hari Selasa,
tanggal 3 April 2012. Pada pertemuan ketiga ini materi tentang macam-
macam sudutdalam bangun datar. Tujuan pembelajaran pada pertemuan
ketiga ini adalah siswa mampu memahami macam-macam sudut pada
bangun datar dan mampu member nama sudut dengan lancar dan tepat.
Pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan terakhir di siklus I ini,
tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pertemuan 1 dan 2, yakni terdiri dari
kegiatan awal, inti, dan akhir.
a) Kegiatan Awal
Serangkaian kegiatan awal sebelum kegiatan inti
pembelajaran pun dimulai. Mulai dari salam, berdoa, mengecek
kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan dan apersepsi. Kegiatan awal
pada pertemuan ketiga ini juga sama dengan kegiatan awal pada
pertemuan pertama dan kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b) Kegiatan Inti
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini
masih sama seperti pada pertemuan pertama dan kedua yang terdiri
dari tujuh langkah. Langkah yang pertama adalah kontrukstivisme atau
membangun pemahaman siswa tentang materi yaitu dengan meminta
siswa mengamati setiap sudut ruang kelas mereka. Langkah kedua
guru juga memberikan contoh konkrit agar pemahaman siswa semakin
terbangun tentang materi yang sedang diajarkan, dengan cara meminta
siswa melipat kertas yang telah disiapkan guru dan mengamati bentuk
sudut yang terbentuk. (modelling)
Kegiatan elaborasi merupakan langkah ketiga yaitu guru
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dengan pembagian
kelompok sama dengan pertemuan pertama dan kedua. Setelah siswa
masuk dalam kelompoknya masing-masing, guru memberikan
permasalahan untuk diselesaikan secara kelompok. Permasalahan yang
diberikan guru yaitu siswa diminta memberi nama sudut. Pada langkah
keempat siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
pembelajaran yaitu tentang macam-macam sudut yang telah dipelajari.
(Questioning)
Langkah kelima adalah guru membimbing siswa dalam
diskusi dengan keliling mengamati tiap kelompok, memfasilitasi dan
membantu siswa atau kelompok yang kesulitan. Kegiatan siswa adalah
diskusi dan kerja kelompok untuk menemukan penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan guru. (Inquiry)
Langkah keenam adalah kegiatan konfirmasi dari langkah
sebelumnya yaitu setelah siswa selesai diskusi kelompok adalah
menyajikan hasil kerja kelompok di papan tulis. Satu kelompok
menyajikan satu penyelesaian permasalahan. Guru dan kelompok lain
menanggapi penyajian kelompok yang maju. (Learning Community)
Langkah terakhir adalah guru bersama siswa menyimpulkan
cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan macam-macam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
sudut pada bangun datar dan memberi nama sudut dengan benar.
(Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada siklus ini juga sama dengan kegiatan
akhir pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru memberikan
ringkasan materi sebagai catatan siswa dan pelaksanaan evaluasi.
Analisis dan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan di luar proses
KBM. Setelah pembelajaran pada pertemuan ketiga berakhir, siswa
diberi angket keaktifan siswa selama proses pembelajaran. (Authentic
assesment).
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Observasi dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan oleh observer.
Observer pada penelitian ini sebanyak tiga observer yang mengamati
pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengamatan ini digunakan peneliti untuk
memantau proses dan hasil pembelajaran atau dampak perbaikan
pembelajaran yang direncanakan, serta untuk menata kembali langkah-
langkah perbaikan selanjutnya. Observer dalam melaksanakan pengamatan
menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Adapun
hal-hal yang diamati mencakup langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran kontekstual yang memiliki 7 komponen yaitu kontrukstivisme,
bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, refeksi dan penilaian
sebenarnya. Langkah-langkah pembelajaran tersebut disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran pada skenario tindakan yang telah disusun.
Selanjutnya hasil pengamatan tersebut digunakan peneliti sebagai masukan
dan sekaligus sebagai bahan refleksi untuk evaluasi dan perbaikan pada siklus
berikutnya. Berikut ini uraian dari tahap pengamatan tindakan secara rinci:
1) Pertemuan Pertama
Pengamatan pada pertemuan pertama dilakukan terhadap guru
pada langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual. Sedangkan
observasi terhadap siswa dilakukan pada proses belajar siswa tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
materi penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Berikut uraian dari tahap
observasi tindakan tersebut:
a) Observasi Proses
Observasi proses guru dilakukan pada langkah penggunaan
model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil observasi dari 3
observer tentang langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I
Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket
1 Kontruktivisme 3,50 88 A 2 Questioning 3,00 75 C 3 Inquiry 3,16 79 B 4 Learning Community 3,00 85 C 5 Modelling 2,83 71 C 6 Reflection 3,67 92 A 7 Authentic Assessment 3,83 95 A
Rerata 3,28 84 B
Berdasarkan tabel 4.2 dinyatakan bahwa rerata penggunaan model
pembelajaran kontekstual mencapai 3,28 dengan persentase 84%.
Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan nyata dan
membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah dilaksanakan
dengan baik oleh guru. Indikator questioning, guru bertanya jawab
tentang materi pembelajaran. Pada komponen questioning guru
melasanakan dengan cukup baik sehingga masih belum memenuhi
indicator penilaian. Hal ini disebabkan karena siswa masih cenderung
pasif saat dilaksanakan tanya jawab. Indikator inquiry, guru membagi
LKS dan membimbing diskusi. Indikator learning community, guru
meminta siswa membacakan hasil diskusi. Pada komponen ini siswa juga
masih tergantung pada guru, siswa belum dapat bekerja sendiri. Indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
modelling, guru memberikan contoh nyata dan pemecahan masalah pada
kehidupan nyata. Guru belum sepenuhnya dapat member contoh yang
sesuai dengan kehidupan nyata. Indikator reflection, guru memberi
kesimpulan dan memberikan ringkasan materi. Indikator authentic
assesment, guru memberi penghargaan kelompok terbaik dan
memberikan soal evaluasi. Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual telah mencapai
indikator kinerja karena rerata indikator mencapai 84% ( 80%). Adapun
rekapitulasi observasi guru siklus I pertemuan pertama terdapat pada
lampiran 19 halaman 201.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.3 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,00 73 C 2 Interaksi Siswa 1,75 25 D 3 Kerjasama 3,00 67 C 4 Tanggung Jawab 2,67 56 C Rerata 2,60 55 C
Berdasarkan tabel 4.3, dinyatakan bahwa rerata indikator proses
belajar siswa mencapai 2,60 dengan persentase 55%. Persentase termasuk
kategori cukup baik namun belum memenuhi indicator kinerja yang telah
ditentukan. Berdasarkan hasil kuesioner guru diperoleh data bahwa
kendala dalam indikator keaktifan ini yaitu hanya beberapa siswa yang
menanggapi presentasi teman. Keaktifan didominasi oleh siswa
berkemampuan akademik sedang dan tinggi. Sementara siswa
berintelegensi rendah kurang aktif dalam pembelajaran. Indikator
interaksi siswa dengan siswa, guru maupun lingkungan sekitar masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
sangat rendah karena siswa masih bekerja sendiri. Siswa masih terlalu
pasif sehingga apabila ada masalah hanya diam. Indikator kerjasama
siswa memberikan jawaban LKS tanpa menjelaskan langkah
penyelesaian. Hal ini menjadikan ketergantungan siswa. Indikator
tanggung siswa ditandai dengan kurangnya pahamnya siswa tentang cara
penyelesaian soal. Hal ini menyebabkan siswa terus bertanya kepada
guru. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa rerata proses
belajar siswa telah belum mencapai indikator kinerja yaitu 55% ( 80%).
Adapun rekapitulasi observasi siswa siklus I pertemuan pertama pada
lampiran 22 halaman 210.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa kelas III
diperoleh data bahwa pada siklus I pertemuan pertama, proses belajar
siswa mencapai 50, dengan persentase 77%. Persentase tersebut termasuk
kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan
pertama siklus I terdapat pada lampiran 26 halaman 221.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar tentang pada siklus I pertemuan
pertama materi bangun datar, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus I Pertemuan Pertama
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 41-50 3 10,00 10,00 51-60 2 6,66 16,66 61-70 11 36,67 53,33 71-80 5 16,67 70,00 81-90 6 20,00 90,00
91-100 3 10,00 100,00 30
Rerata Nilai 75,33 Jumlah siswa tuntas 23 76 Jumlah siswa tidak tuntas 7 24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Berdasarkan tabel 4.4 dinyatakan bahwa rerata tes hasil belajar
mencapai 75,33. Persentase siswa yang tuntas pada pertemuan pertama
mencapai 76% atau 23 siswa tuntas belajar. Sedangkan ketidaktuntasan
mencapai 24% atau 7 siswa tidak tuntas belajar. Data tersebut menujukkan
bahwa tes hasil belajar siswa tidak mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan yaitu hanya 76% siswa tuntas belajar serta rerata tes hasil
belajar siswa mencapai KKM penelitian 75,33 ( 70). Adapun data hasil
tes siklus I pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran 16 halaman
198.
2) Pertemuan Kedua
Pengamatan pada pertemuan kedua dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Pengamatan observer dilakukan pada langkah guru dalam
penggunaan model pembelajaran kontekstual. Berikut ini data hasil
pengamatan obsever terhadap penggunaan model pembelajaran
kontekstual oleh guru:
Tabel 4.5 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket
1 Kontruktivisme 3,33 83 B 2 Questioning 3,33 83 B 3 Inquiry 3,50 87 A 4 Learning Community 3,50 87 A 5 Modelling 3,00 75 C 6 Reflection 3,00 75 C 7 Authentic Assessment 3,00 75 C
Rerata 3,23 81 B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Berdasarkan tabel 4.5 dinyatakan bahwa rerata penggunaan model
pembelajaran kontekstual mencapai 3,23 dengan persentase 81%.
Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan nyata
dan membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru. Indikator questioning, guru
bertanya jawab tentang materi pembelajaran. Indikator inquiry, guru
membagi LKS dan membimbing diskusi. Indikator learning
community, guru meminta siswa membacakan hasil diskusi. Pada
komponen ini siswa juga masih tergantung pada guru, siswa belum
dapat bekerja sendiri. Indikator modelling, guru memberikan contoh
nyata dan pemecahan masalah pada kehidupan nyata. Guru belum
sepenuhnya dapat memberi contoh yang sesuai dengan kehidupan
nyata. Indikator reflection, guru memberi kesimpulan dan
memberikan ringkasan materi. Indikator authentic assesment , guru
memberi penghargaan kelompok terbaik dan memberikan soal
evaluasi. Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator
kinerja karena rerata indikator mencapai 81% ( 80%). Adapun
rekapitulasi observasi guru siklus I pertemuan kedua terdapat pada
lampiran 19 halaman 202.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.6 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 2,50 50 D 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,50 83 A Rerata 3,32 77 B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Berdasarkan tabel 4.6 dinyatakan bahwa rerata indikator
proses belajar siswa mencapai 3,32 atau 77%. Indikator keaktifan
siswa mengerjakan tugas dari guru, siswa juga menjawab pertanyaan
dari guru serta kesulitan materi tentang pengurangan pecahan
berpenyebut beda. Indicator interaksi siswa, guru dan lingkungan
sekitar kelas atau benda yang ada disekitar kelas. Indikator kerjasama,
siswa melaksanakan diskusi, mengajar teman sebaya dengan
membantu teman sekelompok yang kesulitan dalam menyelesaikan
LKS. Indikator tanggung jawab siswa menyelesaikan tugas tepat
waktu. Berdasarkan rerata ketiga indikator tersebut disimpukan bahwa
proses belajar siswa belum mencapai indikator kinerja yaitu rerata
proses belajar siswa mencapai 77% ( 80%). Adapun rekapitulasi
observasi siswa siklus I pertemuan kedua terdapat pada lampiran 22
halaman 211. Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa
diperoleh data bahwa pada siklus I pertemuan kedua proses belajar
siswa mencapai 52 dengan persentase 81%. Persentase tersebut
termasuk kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa
pertemuan kedua terdapat pada lampiran 26 halaman 222.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar siswa tentang menggambar bangun
datar diperoleh data sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus I Pertemuan Kedua
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 41-50 2 6,67 6,67 51-60 4 13,33 20,00 61-70 15 50,00 70,00 71-80 9 30,00 100,00 30
Rerata Nilai 68,26 Jumlah siswa tuntas 19 63 Jumlah siswa tidak tuntas 11 37
Berdasarkan tabel 4.7 dinyatakan bahwa rata-rata tes hasil belajar
siswa mencapai 68,26. Ketuntasan tes hasil belajar mencapai 63%
atau 19 siswa tuntas belajar. Sedangkan ketidaktuntasan tes hasil
belajar mencapai 37% atau 11 siswa tidak tuntas belajar. Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa tes hasil belajar siswa belum
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu dengan ketuntasan
tes hasil belajar mencapai 63% ( 80%) serta rerata tes hasil belajar
siswa mencapai 68,26 70. Hasil belajar siswa pada siklus I
pertemuan kedua lebih rendah daripada pertemuan pertama karena
materi yang dipelajari lebih sulit daripada materi sebelumnya. Adapun
data hasil tes siklus I pertemuan kedua dapat dilihat pada lampiran 16
halaman 198.
3) Pertemuan Ketiga
Pengamatan pada pertemuan ketiga dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Berikut ini data hasil pengamatan obsever terhadap
penggunaan model pembelajaran kontekstual oleh guru:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Tabel 4.8 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus I Pertemuan Ketiga
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,50 87 A 2 Questioning 3,33 83 B 3 Inquiry 3,66 92 A 4 Learning Community 3,66 92 A 5 Modelling 3,00 75 C 6 Reflection 3,16 79 B 7 Authentic Assessment 3,83 92 A
Rerata 3,45 86 B
Berdasarkan tabel 4.8 dapat dinyatakan bahwa rerata indikator
dalam penggunaan model pembelajaran kontekstual mencapai 3,45
dengan persentase 86%. Persentase tersebut termasuk kategori baik,
artinya hampir semua indikator terpenuhi. Berdasarkan hasil kuesioner
guru tentang penggunaan model pembelajaran kontekstual, ternyata
pada indikator modelling, guru masih belum sepenuhnya dapat
menggunakan media yang berkaitan dengan kehidupan nyata, guru
hanya menggunakan media dari kertas dan beberapa benda yang ada
disekitar kelas. Sedangkan pada indikator reflection terjadi kendala
yaitu ketika guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan
materi pelajaran siswa masih pasif, banyak siswa yang masih diam
saja, minimnya alokasi waktu penekanan materi sehingga siswa hanya
mencatat kesimpulan di buku. Adapun rekapitulasi observasi guru
siklus I pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 19 halaman 203.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 4.9 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus I Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 3,25 75 B 3 Kerjasama 3,00 67 C 4 Tanggung Jawab 3,50 83 A Rerata 3,38 80 B
Berdasarkan tabel 4.9 dinyatakan bahwa rerata indikator proses
belajar siswa mencapai 3,38 dengan persentase 79,5%. Persentase
tersebut termasuk kategori baik. Indikator keaktifan siswa
mengerjakan tugas dari guru dan bertanya kesulitan materi
menyebutkan macam-macam sudut dan memberi nama sudut pada
bangun datar. Indicator interaksi siswa dengan guru dan lingkungan
belajar sudah meningkat daripada pertemuan yang sebelumnya.
Indikator kerjasama, siswa melaksanakan pengajaran sebaya dengan
teman, presentasi, serta diskusi kelompok dengan baik. Indikator
tanggung jawab, siswa mengumpulkan semua tugas dengan tepat
waktu. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa indikator
proses belajar siswa mencapai indikator kinerja dengan rerata
mencapai 80% ( 80%). Adapun rekapitulasi observasi siswa siklus I
pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 22 halaman 212.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa diperoleh data
bahwa proses belajar mencapai 52 dengan persentase 81%. Persentase
tersebut tersebut termasuk kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil
kuesioner siswa pertemuan ketiga siklus I terdapat pada lampiran 26
halaman 223.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar pada pertemuan ketiga diperoleh
data sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus I Pertemuan Ketiga
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 31-40 1 3,33 3,33 41-50 1 3,33 6,66 51-60 1 3,33 9,99 61-70 13 43,33 53,32 71-80 9 30,00 83,32 81-90 5 16,68 100,00
91-100 - 0 100,00 Jumlah 30
Rerata Nilai 72,16 Jumlah siswa tuntas 23 76 Jumlah siswa tidak tuntas 7 24
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dinyatakan bahwa rerata tes hasil
belajar siswa mencapai 72,16. Ketuntasan tes hasil belajar siswa pada
siklus I pertemuan ketiga mencapai 76% atau 23 siswa tuntas. Rerata
tes hasil belajar mencapai 72,16. Hal ini sangat baik karena melebihi
kriteria ketuntasan minimal penelitian yang hanya 70,00. Jadi,
berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa tes hasil belajar siswa
belum mencapai indikator kinerja yaitu ketuntasan mencapai 76%
( 80%) dengan rerata tes hasil belajar 72,16 70. Adapun data hasil
tes siklus I pertemuan Ketiga dapat dilihat pada lampiran 16 halaman
198.
d. Tahap Refleksi
Pelaksanaan penelitian pada siklus I secara umum sudah dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Hasil yang diperoleh setelah siklus I juga
mengalami peningkatan dibandingkan hasil studi pendahuluan. Peningkatan
yang dimaksud adalah jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
memahami materi bangun datar sudah berkurang. Meskipun pada siklus I
telah mengalami peningkatan dari kondisi awal, penelitian ini belum
dinyatakan berhasil. Hal itu karena masih ada beberapa siswa yang kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
dalam memahami konsep materi yang dipelajarinya. Selain itu, juga masih
perlu adanya perbaikan pada langkah kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang telah dilaksanakan pada
siklus I agar mendapat proses dan hasil yang lebih maksimal. Pada tahap
refleksi peneliti melakukan koreksi diri mengenai tindakan yang telah
dilakukan untuk kemudian memperbaiki kekurangan-kekurangan tersebut.
Berikut adalah hasil refleksi siklus I pada tiap pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual pada pertemuan pertama sudah berjalan dengan
baik dan sebagian besar siswa sudah memahami materi bangun datar
dibuktikan dengan rata-rata kelas yang telah mencapai batas ketuntasan.
Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa kekurangan yang
menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran dengan mengguanakan
model pembelajaran model pembelajaran kontekstual pada pertemuan
pertama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I pertemuan
pertama adalah siswa masih bingung dengan kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan karena merupakan hal baru bagi siswa, jadi siswa perlu
beradaptasi dulu dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang
dilaksanakan juga kurang menyenangkan, hanya beberapa siswa saja
yang aktif dalam kegiatan pembelajaran khususnya pada saat kegiatan
diskusi dalam penyelesaian masalah. Selain itu, siswa juga belum bisa
dilepas penuh tanpa bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran.
Karena materi pada pertemuan pertama termasuk materi yang tidak sulit
bagi siswa sehingga hanya sebagian kecil siswa yang belum mampu
memahami materi. Kesalahan siswa dalam pengerjaan soal evaluasi juga
disebabkan siswa kurang teliti dalam mengerjakan. Jika dilihat dari hasil
belajar siswa, pertemuan pertama siklus I rata-rata kelas telah mencapai
batas tuntas. Berbeda dengan hasil belajar pada pertemuan kedua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang
lebih masih sama dengan pertemuan pertama. Kekurangan-kekurangan
yang muncul pada siklus I pertemuan kedua hampir sama seperti
kekurangan yang ada pada pertemuan pertama yaitu pembelajaran yang
dilaksanakan kurang menyenangkan, guru juga kurang mampu
memfasilitasi kegiatan siswa sehingga membuat siswa bingung ketika
menyelesaikan permasalahan. Pada pertemuan kedua siswa sulit
dikendalikan. Ketika diskusi, hanya satu dua anak tiap kelompok yang
bekerja untuk menemukan penyelesaian masalah. Untuk pengerjaan soal
latihan yang dilakukan secara individu, hampir setengah jumlah yang
tidak lancar dan salah dalam mengerjakannya. Kesalahan-kesalahan siswa
dalam pengerjaan soal evaluasi sebagian besar disebabkan anak belum
paham dengan konsep dan tidak teliti dalam menggambar bangun datar
sehingga banyak yang tidak sesuai. Jika dilihat dari hasil belajar siswa,
pertemuan kedua siklus I masih terdapat 11 siswa yang belum mencapai
batas tuntas.
3) Pertemuan Ketiga
Kekurangan pada siklus I pertemuan ketiga adalah waktu
pembelajaran terlalu lama melebihi alokasi waktu pada RPP. Lamanya
waktu pembelajaran tersebut disebabkan siswa dalam bekerja sama dalam
kelompok karena ketika diskusi berlangsung diselingi dengan perdebatan
antar siswa dan kadang diselingi dengan bercanda. Selain itu, siswa juga
masih sulit dikendalikan oleh guru. Siswa juga kurang aktif dalam proses
pembelajaran, mereka masih takut salah sehingga kreativitas tidak
berkembang. Untuk pertemuan ketiga ini ada 3 siswa yang tidak lancar
dan salah dalam mengerjakan soal latihan di papan tulis. Rata-rata
kesalahannya disebabkan siswa kurang teliti. Berdasarkan hasil evaluasi,
siswa yang salah dalam mengerjakan soal evaluasi disebabkan karena
siswa belum paham konsepnya. Jika dilihat dari hasil belajar siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
pertemuan ketiga siklus I masih terdapat 7 siswa yang belum mencapai
batas tuntas.
Berdasarkan kekurangan yang ada pada tiap pertemuan tersebut
dan penilaian observer mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual maupun kesulitan belajar
bangun datar yang dialami siswa pada siklus I belum dapat dikatakan
berhasil. Kesimpulannya bahwa penelitian yang dilakukan oleh guru
belum mencapai hasil yang optimal seperti yang diharapkan untuk itu
perlu diperbaiki kembali dengan melihat kekurangan-kekurangan yang
terlihat pada siklus I dan berusaha untuk meminimalisir kekurangan
tersebut untuk kemudian direalisasikan dalam pembelajaran pada siklus
berikutnya.
Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertema, kedua dan
ketiga siklus I, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kekurangan-
kekurangan yang muncul pada siklus I adalah sebagai berikut: 1) Siswa
masih sulit untuk dikendalikan, 2) Guru belum mampu membuat siswa
antusias mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga masih banyak siswa
yang ramai dan bermain sendiri, 3) Waktu pembelajaran terlalu lama
sehingga melebihi alokasi waktu pada RPP, 4) Lamanya waktu
disebabkan siswa masih bingung dan kesulitan dalam proses penyelesaian
masalah, 5) Siswa belum sepenuhnya mampu jika diberi kebebasan oleh
guru untuk berpikir menurut cara masing-masing, itu artinya siswa masih
memerlukan bimbingan penuh dari guru dalam proses pemecahan
masalah, 6) Hanya beberapa siswa saja yang aktif mengikuti kegiatan
pembelajaran, 7) Siswa kurang terfasilitasi dalam kegiatan pembelajaran
dikarenakan persiapan guru yang kurang maksimal, 8) Masih ada siswa
yang tidak lancar atau kesulitan dalam pengerjaan soal latihan, 9) Masih
terdapat siswa yang salah dalam mengerjakan soal evaluasi yang
disebabkan belum paham dengan konsep bangun datar.
Peneliti ingin meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut dan
memperbaikinya agar mampu mencapai hasil penelitian seperti yang telah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
ditentukan. Berikut adalah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan di
siklus selanjutnya yaitu siklus II: 1) Penyampaian permasalahan dilakukan
dengan semenarik mungkin dengan disampaikan dalam bentuk seperti
permainan sehingga siswa termotivasi untuk menyelesaikannya, 2) Guru
akan memberikan penghargaan baik kepada siswa maupun kelompok yang
aktif dalam kegiatan pembelajaran, 3) Guru tidak memberikan kebebasan
penuh kepada siswa dalam proses pemecahan masalah di dalam kelompok,
namun lebih memberikan bimbingan-bimbingan dan bantuan kepada
kelompok atau siswa yang kesulitan, 4) Guru lebih mempersiapkan secara
matang sebelum pelaksanaan pembelajaran sehingga ketika proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan semua siswa terfasilitasi
dalam kegiatannya, dan 5) Guru memberikan peringatan kepada siswa
supaya siswa lebih teliti ketika mengerjakan soal baik soal latihan maupun
soal evaluasi. Guru meminta siswa agar meneliti jawaban evaluasi lebih
dari satu kali.
2. Deskripsi Siklus II Kegiatan penelitian pada siklus ini akan dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit berdasarkan
refleksi pada siklus I. Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur
penelitian, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
dan tahap refleksi. Untuk lebih rincinya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan siklus II ini didasarkan pada hasil refleksi siklus I.
Tujuan dari perencanaan siklus II ini untuk memperbaiki pembelajaran dengan
model pembelajaran kontekstual dari kendala-kendala pada siklus I.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran dengan materi keliling bangun datar dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling bangun datar. Guru
berperan sebagai fasilitator pembelajaran bagi siswa, sehingga tugas guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
adalah mengarahkan dan mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Hal
tersebut dilakukan supaya siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan
diharapkan siswa dapat memahami dan tidak kesulitan dalam proses belajar.
1) Pertemuan Pertama
Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti melaksanakan beberapa
tahapan yang meliputi: (1) mempelajari kompetensi dasar dan materi yang
terdapat dalam Kurikulum atau silabus kelas III semester 2, (2) menentukan
waktu penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi
waktu 3 x 2 x 35 menit, (3) menyusun skenario tindakan perbaikan dengan
model pembelajaran kontekstual sesuai langkah-langkah yang telah
ditentukan, (4) menyusun instrumen penelitian berupa lembar tes, lembar
observasi, lembar angket dan kamera, (5) menghubungi observer yaitu
Erowati, Suciatun, dan Barkah Dewi Susanti, (6) menyiapkan media atau
alat dan bahan yang akan digunakan dalam melaksanakan tindakan siklus
II, dan (7) menyusun RPP siklus II. RPP pertemuan pertama siklus II
dengan alokasi waktu 2 x 35 menit membahas materi tentang keliling
bangun persegi panjang. Pelaksanaannya direncanakan pada hari Kamis,
tanggal 5 April 2012 pukul 07.50-09.00 dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan skenario pembelajaran.
2) Pertemuan Kedua
Persiapan pada pertemuan kedua siklus II sama dengan persiapan pada
pertemuan pertama yaitu menentukan standar kompetensi dan kompetensi
dasar, menyiapkan alat pengumpulan data, skenario dan menyaiapkan RPP.
Pertemuan kedua siklus II dengan alokasi waktu 2 x 35 menit membahas
materi tentang menghitung keliling bangun persegi. Pelaksanaan pertemuan
kedua direncanakan pada hari Selasa, tanggal 10 April 2012 jam kedua
yaitu pukul 07.50-09.00. Pelaksanaan pembelajaran sama dengan
pelaksanaan pada pertemuan pertama yaitu menggunakan model
pembelajaran kontekstual sesuai skenario.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga siklus II direncanakan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 12 April 2012 pukul
07.50-09.00. Materi pada pertemuan ketiga adalah menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan keliling bangun datar. Pelaksanaannya
menggunakan model pembelajaran kontekstual sesuai dengan skenario
pembelajaran.
Peneliti yang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berperan
sebagai guru, melakukan pengecekan akhir. Pengecekan ini dilaksanakan
dalam pra-pembelajaran sebagai upaya untuk mengetahui kesiapan segala
sesuatu yang akan difungsikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga
diharapkan kegiatan ini akan meminimalisasi kendala-kendala pada siklus I
sehingga akan memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus II. Kegiatan
yang dilaksanakan diantaranya adalah: 1) Mengecek kembali RPP yang
telah disusun, sambil membaca komponen dalam RPP yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, 2) Mengecek alat dan bahan
yang akan digunakan dalam proses pembalajaran, 3) Memeriksa
kelengkapan instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data
dalam kegiatan siklus II, 4) Sebagai langkah persiapan akhir dalam pra-
pembelajaran adalah memastikan bahwa observer telah siap untuk
melaksanakan perannya masing-masing saat pelaksanaan pembelajaran.
Setelah pengecekan akhir selesai, peneliti langsung melaksanakan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
dengan materi keliling bangun datar yang dilaksanakan selama tiga kali
pertemuan dan setiap pertemuan 2 x 35 menit (mulai pukul 07.50 sampai pukul
09.00 WIB). Setiap pertemuan meliputi langkah kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Kegiatan awal diawali dengan salam, berdoa, mengecek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kehadiran siswa, tes penjajagan, apersepsi dan acuan. Kegiatan inti dari
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual adalah realisasi dari RPP yang telah dibuat. Sedangkan kegiatan
akhir diisi dengan penyimpulan materi, evaluasi, refleksi dan tindak lanjut.
Berikut uraian tentang pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual pada siklus II.
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama
berada di ruang kelas III SDN Ambalkumolo pada hari Kamis, tanggal 5
April 2012 dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Materi
pada pembelajaran ini adalah keliling bangun persegi panjang. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mampu menghitung
keliling bangun persegi panjang dengan lancar dan tepat. Adapun kegiatan
yang dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan (salam),
berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian dilanjutkan tes
penjajagan, acuan dan apersepsi. Pada kegiatan tes penjajagan, guru
menanyakan kepada siswa siapa yang sudah bisa menjelaskan arti
keliling, dan ternyata hanya beberapa siswa saja yang mengangkat
tangannya sebagai tanda kalau dia sudah mampu. Pada kegiatan
apersepsi, guru mengingatkan pada siswa tentang materi sebelumnya
yaitu tentang sifat-sifat bangun datar terutama sifat bangun persegi
panjang.
b) Kegiatan Inti Kegiatan eksplorasi dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual yang dilakukan guru
sebagai implementasi skenario pembelajaran. Adapun langkah-langkah
pembelajaran yang berlangsung disesuaikan dengan kondisi siswa pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
saat pembelajaran. Adapaun langkah pembelajaran yang dilaksanakan
yaitu langkah kontruktivisme yaitu membangun pemahaman siswa
tentang materi yang akan diajarkan. Kegiatan yang dilakukan pada
langkah ini adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-
pokok materi yang akan dipelajari kemudian guru juga menanyakan
tentang materi sebelumnya yaitu tentang sifat-sifat bangun datar.
Kegiatan yang dilakukan siswa adalah memperhatikan penjelasan guru
tentang hal tersebut. Selanjutnya siswa juga diajak untuk keluar kelas
sebagai salah satu cara guru mengaitkan materi dengan kehidupan nyata.
Setelah itu guru memotivasi siswa dengan bertanya jawab tentang materi
sebelumnya dan tentang konsep materi keliling bangun persegi panjang
sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran (Questioning). Dalam
pembelajaran guru menggunakan media berupa benda-benda konkrit
yang ada disekitar kelas. Selain itu, guru juga membuat bentuk-bentuk
bangun persegi panjang dari kertas yang berwarna-warni sehingga siswa
lebih tertarik (Modeling).
Kegiatan elaborasi pada kegiatan inti adalah mengorganisasi
siswa untuk belajar. Pada langkah ini yang dilakukan guru adalah guru
membagi siswa dalam kelompok dengan anggota setiap kelompok lima
siswa. Pembagian kelompok tersebut secara acak. Pembagian kelompok
ini ditujuan supaya siswa dapat saling bekerja sama menyelesaikan
permasalahan yang diberikan guru. Setelah kelompok terbentuk baru
guru memberikan permasalahan kepada tiap-tiap kelompok untuk
diselesaikan secara kelompok. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah
bergabung dengan kelompok dan mulai memikirkan langkah
penyelesaian dari permasalahan yang diberikan guru.
Langkah selanjutnya pada pembelajaran pertemuan pertama
adalah membimbing siswa dalam diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru
adalah guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berpikir
dan bertindak menurut cara masing-masing. Pada waktu siswa bekerja
dalam kelompok, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
membantu siswa yang memerlukan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan
siswa adalah diskusi dengan kelompok menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru yaitu mencari rumus keliling bangun datar. Pada
langkah ini, guru harus benar-benar mengamati kegiatan siswa dan
membantu kelompok atau siswa yang kesulitan. (Inquiry)
Kegiatan konfirmasi adalah mengembangkan dan menyajikan
hasil diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru adalah membantu siswa
untuk menyajikan hasil kerjanya. Siswa bersiap-siap untuk menuliskan
hasil kerja kelompoknya di papan tulis. Setiap kelompok ditunjuk untuk
maju menyelesaikan satu permasalahan. Setelah perwakilan kelompok
menyampaikan hasil diskusinya, guru dan kelompok lain menanggapi
hasil kerja siswa dan memberikan penguatan terhadap jawaban siswa,
yaitu dengan mengacu pada jawaban siswa dan melalui Tanya jawab
membahas penyelesaian masalah yang seharusnya. Setelah itu, guru dan
siswa membuat kesimpulan dari hasil pekerjaan siswa. (Learning
Community)
Langkah terakhir pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah merefleksi dan
memberikan penilaian sebenarnya terhadap hasil kerja siswa. Pada
langkah ini, guru dan siswa membuat kesimpulan dari proses
penyelesaian masalah yang dilakukan siswa. Sehingga siswa
menemukan rumus atau cara yang tepat untuk menghitung keliling
persegi panjang. Setelah itu, guru menanyakan kepada siswa tentang
kesulitan-kesulitan yang dialaminya, materi-materi yang belum jelas,
dan hal-hal yang dirasakan selama kegiatan pembelajaran. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan selama ±15 menit. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan evaluasi. Pada saat
kegiatan evaluasi, siswa diberi 10 soal tentang keliling persegi panjang,
untuk nantinya dianalisis oleh guru untuk mengetahui siswa yang
mengalami kesulitan belajar menghitung keliling persegi panjang. Tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
lupa guru juga memberi catatan kepada siswa dan tindak lanjut berupa
pemberian pekerjaan rumah kepada siswa sebelum pembelajaran ditutup
dengan salam.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 10 April 2012. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ini
mempelajari keliling bangun persegi. Tujuan pembelajaran pada
pertemuan kedua ini adalah siswa mampu memahami konsep keliling
persegi dan mampu menghitung keliling bangun persegi. Seperti halnya
pada pertemuan 1, pada pertemuan ini juga terdiri dari kegiatan awal,
kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Pada pelaksanaan tindakan pertemuan kedua siklus II sedikit
terdapat perbedaan dari tindakan yang lain karena komponen
kontruktivisme tidak dilaksanakan pada langkah pertama. Komponen
kontruktivisme dilaksanakan pada langkah ketiga setelah questioning dan
modelling.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan
(salam), berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kegiatan awal yang
dilaksanakan hampir sama dengan kegiatan awal pada pertemuan
pertama. Setelah mengecek kehadiran siswa, guru melakukan teks
penjajagan dengan menanyakan kepada siswa yang sudah mampu
menghitung keliling persegi panjang. Kemudian guru memberikan
apersepsi dengan menghitung keliling sebuah buku dengan
menggunakan tali dan dilanjutkan dengan acuan.
b) Kegiatan Inti
Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah
pembelajaran pada pertemuan kedua sama seperti langkah-langkah
yang dilakukan pada pertemuan pertama. Yang membedakan adalah
materi pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, siswa akan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
tetang keliling bangun persegi. Guru melakukan tanya jawab materi
yang dipelajari yaitu keliling persegi (Questioning). Guru juga
memanfaatkan benda-benda di ruang kelas sebagai media. (Modelling)
Eksplorasi yang dilaksanakan adalah guru menyampaikan
tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari.
Siswa memperhatikan penjelasan guru. Langkah kedua adalah
mengorganisasi siswa untuk belajar yang dilakukan guru dengan
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Pembagian kelompok
pada pertemuan kedua sama dengan kelompok pada pertemuan
pertama. Setelah siswa masuk ke dalam kelompok masing-masing,
guru memberikan permasalahan kepada masing-masing kelompok
untuk diselesaikan. (Kontruktivisme)
Langkah kegiatan elaborasi adalah guru membimbing
diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru adalah membimbing ketika
siswa melakukan diskusi kelompok dengan keliling mengamati setiap
kelompok, memfasilitasi dan membantu kelompok yang kesulitan.
Namun guru tetap memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menyelesaikan permasalahan sesuai cara masing-masing. Kegiatan
siswa adalah diskusi dengan kelompok menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru. (Inquiry)
Sedangkan konfirmasi dilakukan setelah siswa selesai
diskusi, siswa menuliskan atau menyampaikan hasil kerja diskusi di
papan tulis dan kelompok lain menanggapi. Guru memberikan
penguatan terhadap jawaban siswa (Learning Community). Langkah
terakhir pada pertemuan kedua ini adalah guru bersama siswa
membuat kesimpulan dari pekerjaan siswa. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pertemuan kedua ini sama juga dengan
kegiatan akhir pada pertemuan pertama. Pada kegiatan akhir ini, siswa
juga diberi soal evaluasi sebanyak 10 soal untuk dikerjakan selama 10
menit, namun sebagian kecil siswa mengerjakannya lebih dari 10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menit (Authentic assesmen). Setelah seluruh rangkaian kegiatan
dilaksanakan, guru pun menutup pertemuan pada hari itu dengan
mengucap salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ketiga pada hari Kamis,
tanggal 12 April 2012. Pada pertemuan ketiga ini materi tetap sama
tentang keliling bangun datar, hanya saja pada kali ketiga ini
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegi panjang
dan persegi. Tujuan pembelajaran pada pertemuan ketiga ini adalah siswa
mampu memecahkan masalah yang berkaitan dengan keliling persegi dan
persegi panjang dengan lancar dan tepat. Pembelajaran yang dilaksanakan
pada pertemuan terakhir di siklus II ini, tidak jauh berbeda dengan
kegiatan di pertemuan 1 dan 2, yakni terdiri dari kegiatan awal, inti, dan
akhir.
Pada pertemuan ketiga langkah-langkah pembelajaran kembali
disesuaikan dengan kondisi siswa. Langkah-langkahnya yaitu,
kontruktivisme, modeling, questionin, inquiry, learning community,
reflection dan authentic assesmen.
a) Kegiatan Awal
Serangkaian kegiatan awal sebelum kegiatan inti
pembelajaran pun dimulai. Mulai dari salam, berdoa, mengecek
kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan dan apersepsi. Kegiatan awal
pada pertemuan ketiga ini juga sama dengan kegiatan awal pada
pertemuan pertama dan kedua. Adapun tujuan pembelajaran yang
ditentukan yaitu siswa dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan keliling bangun persegi panjang dan persegi dengan benar.
b) Kegiatan Inti
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini
masih sama seperti pada pertemuan pertama dan kedua yang terdiri
dari tujuh langkah. Kegiatan eksplorasi dilakukan pada langkah yang
pertama yaitu kontrukstivisme atau membangun pemahaman siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
tentang materi yaitu dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
menjelaskan pokok-pokok materi yang akan diajarkan supaya siswa
mempunyai gambaran tentang materi yang akan dipalajari. Selain itu
guru juga memberikan contoh konkrit agar pemahaman siswa semakin
terbangun tentang materi yang sedang diajarkan yaitu cara menghitung
keliling sebuah buku (modelling). Guru juga melakukan tanya jawab
tentang keliling persegi panjang dan persegi sebelum melangkah pada
materi selanjutnya dan siswa menyambut dengan respon positif.
(Questioning)
Kegiatan elaborasi dilakukan pada langkah kedua dan ketiga.
Langkah kedua adalah guru membagi siswa menjadi kelompok-
kelompok dengan pembagian kelompok sama dengan pertemuan
pertama dan kedua. Setelah siswa masuk dalam kelompoknya masing-
masing, guru memberikan permasalahan untuk diselesaikan secara
kelompok. (Inquiry)
Langkah ketiga adalah guru membimbing siswa dalam
diskusi dengan keliling mengamati tiap kelompok, memfasilitasi dan
membantu siswa atau kelompok yang kesulitan. Kegiatan siswa adalah
diskusi dan kerja kelompok untuk menemukan penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan guru. (Learning Community)
Konfirmasi setelah siswa selesai diskusi kelompok adalah
menyajikan hasil kerja kelompok di papan tulis. Satu kelompok
menyajikan satu penyelesaian permasalahan. Guru dan kelompok lain
menanggapi penyajian kelompok yang maju. Langkah terakhir adalah
guru bersama siswa menyimpulkan cara memecahkan masalah yang
berkaitan dengan keliling bangun datar yaitu persegi dan persegi
panjang. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada siklus ini juga sama dengan kegiatan
akhir pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru memberikan
catatan berupa ringkasan materi, dilanjutkan dengan pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
evaluasi. Analisis dan tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan di luar
proses KBM. Setelah pembelajaran pada pertemuan ketiga berakhir,
siswa diberi angket keaktifan siswa selama proses pembelajaran.
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan.
Tahap pengamatan tindakan meliputi pengamatan langkah guru dalam
menggunakan model pembelajran kontekstual, pengamatan proses belajar
siswa, serta mendokumentasikan komponen penggunaan model pembelajaran
kontekstual. Berikut ini uraian dari tahap pengamatan tindakan secara rinci:
1) Pertemuan Pertama
Pengamatan pada pertemuan pertama dilakukan terhadap guru pada
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual. Sedangkan observasi
terhadap siswa dilakukan pada proses belajar siswa tentang materi
penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Berikut uraian dari tahap
observasi tindakan tersebut:
a) Observasi Proses
Observasi proses guru dilakukan pada langkah penggunaan
model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil observasi dari 3
observer tentang langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.11 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,50 87,5 A 2 Questioning 3,50 75 A 3 Inquiry 3,67 92 A 4 Learning Community 3,50 87,5 A 5 Modelling 3,16 79 B 6 Reflection 3,50 87,5 A 7 Authentic Assessment 3,33 87,5 B
Rerata 3,38 84,5 B
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Berdasarkan tabel 4.11 dinyatakan bahwa rerata penggunaan
model pembelajaran kontekstual mencapai 3,38 dengan persentase
84,5%. Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan
nyata dan membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah
dilaksanakan dengan lebih baik oleh guru dari pertemuan-pertemuan
yang sebelumnya. Indikator questioning, guru bertanya jawab tentang
materi pembelajaran. Siswa sudah lebih aktif dalam tanya jawab.
Indikator inquiry, guru membagi LKS dan membimbing diskusi.
Indikator learning community, guru meminta siswa membacakan hasil
diskusi. Pada komponen ini siswa juga masih tergantung pada guru,
siswa belum dapat bekerja sendiri. Siswa masih ragu ketika diminta
untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Indikator modelling, guru
memberikan contoh nyata dan pemecahan masalah pada kehidupan
nyata. Guru belum sepenuhnya dapat member contoh yang sesuai dengan
kehidupan nyata. Indikator reflection, guru memberi kesimpulan dan
memberikan ringkasan materi. Indikator authentic assesment , guru
memberi penghargaan kelompok terbaik dan memberikan soal evaluasi.
Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator kinerja karena rerata
indikator mencapai 84,% ( 80%). Adapun rekapitulasi observasi guru
siklus II pertemuan pertama terdapat pada lampiran 20 halaman 204.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Tabel 4.12 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 3,00 67 C 3 Kerjasama 3,00 67 C 4 Tanggung Jawab 3,33 78 B Rerata 3,28 76,25 B
Berdasarkan tabel 4.12, dinyatakan bahwa rerata indikator
proses belajar siswa mencapai 3,28 dengan persentase 76,25%. Persentase
termasuk kategori cukup baik namun belum memenuhi indicator kinerja
yang telah ditentukan. Berdasarkan hasil kuesioner guru diperoleh data
bahwa dalam indikator keaktifan sudah menyatakan bahwa siswa telah
aktif mengikuti pembelajaran. Indikator interaksi siswa dengan siswa,
guru maupun lingkungan sekitar masih rendah karena siswa masih
bekerja sendiri. Siswa belum dapat memanfaatkan benda-benda yang
disekitar kelas sebagai media pembelajaran. Indikator kerjasama siswa
memberikan jawaban LKS tanpa menjelaskan langkah penyelesaian. Hal
ini disebabkan siswa masih sangat tergantung dengan guru. Indikator
tanggung siswa ditandai dengan kurangnya pahamnya siswa tentang cara
penyelesaian soal. Hal ini menyebabkan siswa terus bertanya kepada
guru. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa rerata proses
belajar siswa telah belum mencapai indikator kinerja yaitu 76,25%
( 80%). Adapun rekapitulasi observasi siswa siklus II pertemuan
pertama pada lampiran 23 halaman 213.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa kelas III diperoleh
data bahwa pada siklus II pertemuan pertama, proses belajar siswa
mencapai 52, dengan persentase 82%. Persentase tersebut termasuk
kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan
pertama siklus II terdapat pada lampiran 27 halaman 224.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar tentang pada siklus II pertemuan
pertama materi keliling persegi panjang, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II Pertemuan Pertama
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 41-50 1 3,33 3,33 51-60 0 0 3,33 61-70 12 40,00 43,33 71-80 2 6,67 50,00 81-90 6 20,00 70,00
91-100 9 30,00 100,00 30
Rerata Nilai 79,8 Jumlah siswa tuntas 21 70 Jumlah siswa tidak tuntas 9 30
Berdasarkan tabel 4.13 dinyatakan bahwa rerata tes hasil belajar
mencapai 79,8. Persentase siswa yang tuntas pada pertemuan pertama
mencapai 70% atau 21 siswa tuntas belajar. Sedangkan ketidaktuntasan
mencapai 30% atau 9 siswa tidak tuntas belajar. Data tersebut menujukkan
bahwa tes hasil belajar siswa tidak mencapai indikator kinerja yang
ditetapkan yaitu hanya 70% siswa tuntas belajar serta rerata tes hasil
belajar siswa mencapai KKM penelitian 79,8 ( 70). Adapun data hasil tes
siklus II pertemuan pertama dapat dilihat pada lampiran 17 halaman 199.
2) Pertemuan Kedua
Pengamatan pada pertemuan kedua dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Pengamatan observer dilakukan pada langkah guru dalam
penggunaan model pembelajaran kontekstual. Berikut ini data hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
pengamatan obsever terhadap penggunaan model pembelajaran
kontekstual oleh guru:
Tabel 4.14 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,83 96 A 2 Questioning 3,33 83 B 3 Inquiry 3,50 87,5 A 4 Learning Community 3,50 87,5 A 5 Modelling 3,66 92 A 6 Reflection 3,50 87,5 A 7 Authentic Assessment 3,50 87,5 A
Rerata 3,54 88,7 A
Berdasarkan tabel 4.14 dinyatakan bahwa rerata penggunaan
model pembelajaran kontekstual mencapai 3,54 dengan persentase
88,7%. Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan
nyata dan membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru. Indikator questioning, guru
bertanya jawab tentang materi pembelajaran. Indikator inquiry, guru
membagi LKS dan membimbing diskusi. Indikator learning
community, guru meminta siswa membacakan hasil diskusi. Pada
komponen ini siswa juga masih tergantung pada guru, siswa belum
dapat bekerja sendiri. Indikator modelling, guru memberikan contoh
nyata dan pemecahan masalah pada kehidupan nyata. Guru belum
sepenuhnya dapat memberi contoh yang sesuai dengan kehidupan
nyata. Indikator reflection, guru memberi kesimpulan dan
memberikan ringkasan materi. Indikator authentic assesment , guru
memberi penghargaan kelompok terbaik dan memberikan soal
evaluasi. Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator
kinerja karena rerata indikator mencapai 88,7% ( 80%). Adapun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
rekapitulasi observasi guru siklus II pertemuan kedua terdapat pada
lampiran 20 halaman 205.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.15 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 3,25 75 B 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,33 78 B Rerata 3,47 82,25 A
Berdasarkan tabel 4.15 dinyatakan bahwa rerata indikator proses
belajar siswa mencapai 3,74 atau 82,25%. Indikator keaktifan siswa
mengerjakan tugas dari guru, siswa juga menjawab pertanyaan dari
guru serta kesulitan materi tentang pengurangan pecahan berpenyebut
beda. Indikator interaksi siswa, guru dan lingkungan sekitar kelas atau
benda yang ada disekitar kelas. Siswa suah mampu memanfaatkan
media dan benda-benda disekitar kelas selama proses pembelajaran.
Indikator kerjasama, siswa melaksanakan diskusi, mengajar teman
sebaya dengan membantu teman sekelompok yang kesulitan dalam
menyelesaikan LKS. Indikator tanggung jawab siswa menyelesaikan
tugas tepat waktu. Berdasarkan rerata ketiga indikator tersebut
disimpukan bahwa proses belajar siswa belum mencapai indikator
kinerja yaitu rerata proses belajar siswa mencapai 82,25% ( 80%).
Adapun rekapitulasi observasi siswa siklus II pertemuan kedua
terdapat pada lampiran 23 halaman 214.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa diperoleh
data bahwa pada siklus II pertemuan kedua proses belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
mencapai 53 dengan persentase 82%. Persentase tersebut termasuk
kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan
kedua terdapat pada lampiran 27 halaman 224.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar siswa tentang keliling persegi
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II Pertemuan Kedua
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 41-50 2 6,67 6,67 51-60 1 3,33 10,00 61-70 4 13,33 23,33 71-80 3 10,00 33,33 81-90 6 20,00 53,33
91-100 14 46,67 100,00 30
Rerata Nilai 83,8 Jumlah siswa tuntas 27 90 Jumlah siswa tidak tuntas 3 10
Berdasarkan tabel 4.16 dinyatakan bahwa rata-rata tes hasil
belajar siswa mencapai 83,8. Ketuntasan tes hasil belajar mencapai
90% atau 27 siswa tuntas belajar. Sedangkan ketidaktuntasan tes hasil
belajar mencapai 10% atau 3 siswa tidak tuntas belajar. Berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa tes hasil belajar siswa telah
mencapai indikator kinerja yang ditetapkan yaitu dengan ketuntasan
tes hasil belajar mencapai 90% ( 80%) serta rerata tes hasil belajar
siswa mencapai 68,26 70. Hasil belajar siswa pada siklus II
pertemuan kedua meningkat daripada pertemuan pertama. Adapun
data hasil tes siklus II pertemuan kedua dapat dilihat pada lampiran 17
halaman 219.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
3) Pertemuan Ketiga
Pengamatan pada pertemuan ketiga dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Pengamatan observer dilakukan pada langkah guru dalam
penggunaan model pembelajaran kontekstual. Berikut ini data hasil
pengamatan obsever terhadap penggunaan model pembelajaran
kontekstual oleh guru:
Tabel 4.17 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus II Pertemuan Ketiga
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,16 79 B 2 Questioning 3,66 92 B 3 Inquiry 3,83 95 A 4 Learning Community 3,83 95 A 5 Modelling 3,50 87,5 A 6 Reflection 3,50 87,5 A 7 Authentic Assessment 3,83 95 A
Rerata 3,62 90 A
Berdasarkan tabel 4.17 dapat dinyatakan bahwa rerata
indikator dalam penggunaan model pembelajaran kontekstual
mencapai 3,62 dengan persentase 90%. Persentase tersebut termasuk
kategori sangat baik, artinya hampir semua indikator terpenuhi.
Berdasarkan hasil kuesioner guru tentang penggunaan model
pembelajaran kontekstual, ternyata pada indikator kontruktivisme,
guru masih belum sepenuhnya dapat mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan nyata, guru hanya memberi contoh yang belum
secara langsung berhubungan dengan kehidupan nyata. Sedangkan
pada indikator reflection terjadi kendala yaitu ketika guru mengajak
siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi pelajaran siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
masih pasif, banyak siswa yang masih diam saja. Adapun rekapitulasi
observasi guru siklus II pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 20
halaman 206.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.18 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus II Pertemuan Ketiga
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 3,75 92 A 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,33 78 B Rerata 3,60 86,5 A
Berdasarkan tabel 4.18 dinyatakan bahwa rerata indikator
proses belajar siswa mencapai 3,60 dengan persentase 86,5%.
Persentase tersebut termasuk kategori baik. Indikator keaktifan siswa
mengerjakan tugas dari guru dan bertanya kesulitan materi
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan keliling persegi dan
persegi panjang. Indikator interaksi siswa dengan guru dan
lingkungan belajar sudah meningkat daripada pertemuan yang
sebelumnya. Indikator kerjasama, siswa melaksanakan pengajaran
sebaya dengan teman, presentasi, serta diskusi kelompok dengan baik.
Indikator tanggung jawab, siswa mengumpulkan semua tugas dengan
tepat waktu. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa
indikator proses belajar siswa mencapai indikator kinerja dengan
rerata mencapai 86,5% ( 80%). Adapun rekapitulasi observasi siswa
siklus II pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 23 halaman 215.
Selanjutnya, berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa
diperoleh data bahwa proses belajar mencapai 53 dengan persentase
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
83%. Persentase tersebut tersebut termasuk kategori baik. Adapun
rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan ketiga siklus II terdapat
pada lampiran 27 halaman 226.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar pada pertemuan ketiga diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II Pertemuan Ketiga
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 41-50 3 10,00 10,00 51-60 4 13,33 23,33 61-70 12 40,00 63,33 71-80 2 6,67 70,00 81-90 8 26,67 96,67
91-100 1 3,33 100,00 30
Rerata Nilai 73 Jumlah siswa tuntas 23 76 Jumlah siswa tidak tuntas 7 24
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dinyatakan bahwa rerata tes hasil
belajar siswa mencapai 73. Ketuntasan tes hasil belajar siswa pada
siklus I pertemuan ketiga mencapai 76% atau 23 siswa tuntas. Rerata
tes hasil belajar mencapai 73. Hal ini sangat baik karena melebihi
kriteria ketuntasan minimal penelitian yang hanya 70,00. Jadi,
berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa tes hasil belajar siswa
belum mencapai indikator kinerja yaitu ketuntasan mencapai 76%
( 80%) dengan rerata tes hasil belajar 72,16 70. Adapun data hasil
tes siklus II pertemuan ketiga dapat dilihat pada lampiran 17 halaman
199.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92 d. Tahap Refleksi
Pelaksanaan penelitian pada siklus I secara umum sudah dapat
berjalan dengan baik dan lancar. Hasil yang diperoleh setelah siklus II juga
mengalami peningkatan dibandingkan hasil analisis pada siklus I. Peningkatan
yang dimaksud adalah jumlah siswa yang mengalami kesulitan belajar untuk
memahami materi keliling bangun datar sudah berkurang. Meskipun pada
siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I, penelitian ini belum
dinyatakan berhasil dengan maksimal. Hal itu karena masih ada beberapa
siswa yang kesulitan dalam memahami konsep materi yang dipelajarinya
sehingga masih ada siswa yang belum tuntas atau nilainya masih dibawah
KKM. Selain itu, juga masih perlu adanya perbaikan pada langkah kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang
telah dilaksanakan pada siklus II agar mendapat proses dan hasil yang lebih
maksimal lagi. Pada tahap refleksi peneliti melakukan koreksi diri mengenai
tindakan yang telah dilakukan untuk kemudian memperbaiki kekurangan-
kekurangan tersebut. Berikut adalah hasil refleksi siklus II pada tiap
pertemuan.
1) Pertemuan Pertama
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kontekstual pada pertemuan pertama sudah berjalan dengan
baik dan sebagian besar siswa sudah memahami materi bangun datar
dibuktikan dengan rata-rata kelas yang telah mencapai batas ketuntasan
bahkan pada kategori baik. Namun dalam pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kekurangan yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual pada
pertemuan pertama. Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus II
pertemuan pertama adalah siswa masih kurang terkendali dalam
pembelajaran. Siswa masih sering berebut saan dibagikan media sehingga
kadang terjadi keributan. Masih ada siswa yang kurang aktif ketika diskusi
dilaksanakan. Selain itu, siswa juga belum bisa dilepas penuh tanpa
bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran. Karena materi pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
pertemuan pertama termasuk materi yang cukup sulit bagi siswa sehingga
ada sebagian siswa yang belum mampu memahami materi. Kesalahan
siswa dalam pengerjaan soal evaluasi juga disebabkan siswa kurang teliti
dalam mengerjakan. Jika dilihat dari hasil belajar siswa, pertemuan
pertama siklus II rata-rata kelas telah mencapai batas tuntas.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua kegiatan pembelajaran yang dilakukan kurang
lebih masih sama dengan pertemuan pertama. Kekurangan-kekurangan
yang muncul pada siklus II pertemuan kedua hampir sama dengan
kekurangan yang ada pada pertemuan pertama yaitu pembelajaran yang
dilaksanakan kurang menyenangkan, guru juga kurang mampu
memfasilitasi kegiatan siswa sehingga membuat siswa bingung ketika
menyelesaikan permasalahan. Ketika diskusi, hanya satu dua anak tiap
kelompok yang bekerja untuk menemukan penyelesaian masalah. Untuk
pengerjaan soal latihan yang dilakukan secara individu, ada sebagian siswa
yang tidak lancar dan salah dalam mengerjakannya. Kesalahan-kesalahan
siswa dalam pengerjaan soal evaluasi sebagian besar disebabkan anak
belum paham dengan penerapan rumus bangun persegi. Jika dilihat dari
hasil belajar siswa, pertemuan kedua siklus II sudah lebih baik dari
pertemuan pertama dan nilai rata-rata kelasnyapun meningkat dari
pertemuan pertama.
3) Pertemuan Ketiga
Kekurangan pada siklus II pertemuan ketiga adalah waktu
pembelajaran terlalu lama melebihi alokasi waktu pada RPP. Lamanya
waktu pembelajaran tersebut disebabkan siswa masih sulit dalam
memahami materi yang diajarkan. Siswa masih bingung dalam
menerapkan rumus yang harus digunakan untuk menyelesaikan soal.
Selain itu, siswa juga masih sulit dikendalikan oleh guru, masih ada saja
siswa yang bercanda dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil evaluasi,
siswa yang salah dalam mengerjakan soal evaluasi disebabkan karena
siswa belum paham konsepnya. Jika dilihat dari hasil belajar siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
pertemuan ketiga siklus II mengalami penurunan dari pertemuan pertama
dan kedua, masih terdapat 7 siswa yang belum mencapai batas tuntas.
Berdasarkan kekurangan yang ada pada tiap pertemuan tersebut
dan penilaian observer mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual maupun kesulitan belajar
bangun datar yang dialami siswa pada siklus II belum dapat dikatakan
berhasil dengan maksimal. Kesimpulannya bahwa penelitian yang
dilakukan oleh guru belum mencapai hasil yang optimal seperti yang
diharapkan untuk itu perlu diperbaiki kembali dengan melihat kekurangan-
kekurangan yang terlihat pada siklus II dan berusaha untuk meminimalisir
kekurangan tersebut untuk kemudian direalisasikan dalam pembelajaran
pada siklus berikutnya dengan mencari solusi yang tepat untuk digunakan.
Berdasarkan hasil refleksi pada pertemuan pertama, kedua dan
ketiga siklus II, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kekurangan-
kekurangan yang muncul pada siklus II adalah sebagai berikut: a) Masih
ada beberapa siswa yang kurang serius dalam pembelajaran, b) Waktu
pembelajaran terlalu lama sehingga melebihi alokasi waktu pada RPP.
Lamanya waktu disebabkan siswa masih sulit dalam memahami materi
yang diajarkan. Siswa masih bingung dalam menerapkan rumus yang
harus digunakan untuk menyelesaikan soal. Itu artinya siswa masih
memerlukan bimbingan penuh dari guru dalam mengerjakan soal, c) Siswa
kurang terfasilitasi dalam kegiatan pembelajaran dikarenakan persiapan
guru yang kurang maksimal, d) Masih ada siswa yang tidak lancar atau
kesulitan dalam pengerjaan soal latihan, dan e) Masih terdapat siswa yang
salah dalam mengerjakan soal evaluasi yang disebabkan belum paham
dengan konsep keliling bangun datar.
Peneliti ingin meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut dan
memperbaikinya agar mampu mencapai hasil penelitian seperti yang telah
ditentukan. Berikut adalah rencana perbaikan yang akan dilaksanakan di
siklus selanjutnya yaitu siklus III: a) Penyampaian permasalahan
dilakukan dengan semenarik mungkin agar siswa lebih tertarik dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
pembelajaran, b) Guru akan memberikan penghargaan baik kepada siswa
maupun kelompok yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, b) Guru lebih
mempersiapkan secara matang sebelum pelaksanaan pembelajaran
sehingga ketika proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan
semua siswa terfasilitasi dalam kegiatannya, c) Guru memberikan
peringatan kepada siswa supaya siswa lebih teliti ketika mengerjakan soal
baik soal latihan maupun soal evaluasi. Guru meminta siswa agar meneliti
jawaban evaluasi lebih dari satu kali.
3. Deskripsi Siklus III Kegiatan penelitian pada siklus ini akan dilaksanakan dalam 3 kali
pertemuan. Setiap pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit berdasarkan
refleksi pada siklus II. Tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur
penelitian, yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan, tahap observasi
dan tahap refleksi. Untuk lebih rincinya, kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap perencanaan siklus III ini didasarkan pada hasil refleksi siklus
II. Tujuan dari perencanaan siklus III ini untuk memperbaiki pembelajaran
dengan model pembelajaran kontekstual dari kendala-kendala pada siklus II.
Perencanaan yang dilakukan pada siklus III difokuskan pada
pelaksanaan pembelajaran dengan materi luas bangun datar dan menyelesaikan
masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar. Guru berperan sebagai
fasilitator pembelajaran bagi siswa, sehingga tugas guru adalah mengarahkan
dan mengawasi jalannya kegiatan pembelajaran. Hal tersebut dilakukan supaya
siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran dan diharapkan siswa lebih
dapat memahami dan lebih aktif dalam proses belajar.
1) Pertemuan Pertama
Pada tahap perencanaan siklus III, peneliti melaksanakan beberapa
tahapan yang meliputi: (1) mempelajari kompetensi dasar dan materi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
terdapat dalam Kurikulum atau silabus kelas III semester 2, (2) menentukan
waktu penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan dengan alokasi
waktu 3 x 2 x 35 menit, (3) menyusun skenario tindakan perbaikan dengan
model pembelajaran kontekstual sesuai langkah-langkah yang telah
ditentukan (Lampiran 7), (4) menyusun instrumen penelitian berupa lembar
tes (Lampiran 14), lembar observasi (Lampiran 3), lembar angket (Lampiran
4) dan kamera (5) menghubungi observer yaitu Erowati, Suciatun, dan
Barkah Dewi Susanti, (6) menyiapkan media atau alat dan bahan yang akan
digunakan dalam melaksanakan tindakan siklus II, dan (7) menyusun RPP
siklus III.
RPP pertemuan pertama siklus III dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
membahas materi tentang luas bangun persegi panjang. Pelaksanaannya
direncanakan pada hari Kamis, tanggal 19 April 2012 pukul 07.50-09.00
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan
skenario pembelajaran.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua siklus III dengan alokasi waktu 2 x 35 menit
membahas materi tentang menghitung luas bangun persegi. Pelaksanaan
pertemuan kedua direncanakan pada hari Selasa, tanggal 24 April 2012 jam
kedua yaitu pukul 07.50-09.00. Pelaksanaan pembelajaran sama dengan
pelaksanaan pada pertemuan pertama yaitu menggunakan model
pembelajaran kontekstual sesuai skenario dengan menyiapakan alat-alat
pengumpulan data. Menyiapkan skenario, alat pengumpulan data dan RPP.
3) Pertemuan Ketiga
Pertemuan ketiga siklus III direncanakan dengan alokasi waktu 2 x 35
menit yang dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 26 April 2012 pukul
07.50-09.00. Materi pada pertemuan ketiga adalah menyelesaikan masalah
yang berhubungan dengan luas bangun datar. Pelaksanaannya menggunakan
model pembelajaran kontekstual sesuai dengan skenario pembelajaran.
Peneliti yang dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar berperan
sebagai guru, melakukan pengecekan akhir. Pengecekan ini dilaksanakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
dalam pra-pembelajaran sebagai upaya untuk mengetahui kesiapan segala
sesuatu yang akan difungsikan dalam pelaksanaan pembelajaran, sehingga
diharapkan kegiatan ini akan meminimalisasi kendala-kendala pada siklus II
sehingga akan memperbaiki hasil pembelajaran pada siklus III. Kegiatan
yang dilaksanakan diantaranya adalah: 1) Mengecek kembali RPP yang
telah disusun, sambil membaca komponen dalam RPP yang akan
dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar, 2) Mengecek alat dan bahan
yang akan digunakan dalam proses pembalajaran, 3) Memeriksa
kelengkapan instrumen yang akan digunakan sebagai pengumpulan data
dalam kegiatan siklus III, 4) Sebagai langkah persiapan akhir dalam pra-
pembelajaran adalah memastikan bahwa observer telah siap untuk
melaksanakan perannya masing-masing saat pelaksanaan pembelajaran.
Setelah pengecekan akhir selesai, peneliti langsung melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual.
b. Tahap Pelaksanaan (Acting)
Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan materi
luas bangun datar yang dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dan setiap
pertemuan 2 x 35 menit (mulai pukul 07.50 sampai pukul 09.00 WIB). Setiap
pertemuan meliputi langkah kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
Kegiatan awal diawali dengan salam, berdoa, mengecek kehadiran siswa, tes
penjajagan, apersepsi dan acuan. Kegiatan inti dari pelaksanaan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah
realisasi dari RPP yang telah dibuat. Pada kegiatan akhir dilakukan
penyimpulan materi, memberikan catatan kepada siswa, evaluasi, refleksi dan
tindak lanjut. Berikut uraian tentang pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual pada siklus III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
1) Pertemuan Pertama
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada pertemuan pertama
berada di ruang kelas III SDN Ambalkumolo pada hari Kamis, tanggal 19
April 2012 dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual. Materi
pada pembelajaran ini adalah luas bangun persegi panjang. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan pertama adalah siswa mampu luas bangun
persegi panjang dengan lancar dan tepat. Adapun kegiatan yang
dilaksanakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan (salam),
berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kemudian dilanjutkan tes
penjajagan, acuan, apersepsi, orientasi dan pemberian motivasi kepada
siswa. Pada kegiatan tes penjajagan, guru menanyakan kepada siswa
tentang macam-macam bangun datar, dan ternyata hanya beberapa siswa
saja yang mengangkat tangannya sebagai tanda kalau dia sudah mampu.
Pada kegiatan apersepsi, guru mengajak siswa untuk mengamati ruang
kelas dan mencatat benda-benda yang ada di dalam kelas.
b) Kegiatan Inti Pada kegiatan eksplorasi langkah pertama dalam pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual
yang dilakukan guru sebagai implementasi skenario pembelajaran yaitu
langkah kontruktivisme yaitu membangun pemahaman siswa tentang
materi yang akan diajarkan. Kegiatan yang dilakukan pada langkah ini
adalah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok
materi yang akan dipelajari. Kegiatan yang dilakukan siswa adalah
memperhatikan penjelasan guru tentang hal tersebut.
Langkah kedua guru memotivasi siswa dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan tentang benda-benda yang telah mereka catat
ketika kegiatan mengamati pada kegiatan awal tadi. Terlihat banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
siswa yang cukup antusias dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru.
(Questioning)
Langkah ketiga guru juga memberikan beberapa contoh konkrit
yang berkaitan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Guru
memanfaatkan benda-benda yang ada disekitar kelas sebagai contoh
konkrit. (Modelling)
Kegiatan elaborasi merupakan langkah keempat dari
pembelajaran yaitu mengorganisasi siswa untuk belajar. Pada langkah ini
yang dilakukan guru adalah guru membagi siswa dalam kelompok
dengan anggota setiap kelompok lima siswa. Pembagian kelompok
tersebut secara acak. Pembagian kelompok ini ditujuan supaya siswa
dapat saling bekerja sama menyelesaikan permasalahan yang diberikan
guru. Setelah kelompok terbentuk baru guru memberikan permasalahan
kepada tiap-tiap kelompok untuk diselesaikan secara kelompok.
Kegiatan yang dilakukan siswa adalah bergabung dengan kelompok dan
mulai memikirkan langkah penyelesaian dari permasalahan yang
diberikan guru.
Langkah kelima pada pembelajaran pertemuan pertama adalah
membimbing siswa dalam diskusi. Kegiatan yang dilakukan guru adalah
guru memberikan kesempatan luas kepada siswa untuk berpikir dan
bertindak menurut cara masing-masing. Pada waktu siswa bekerja dalam
kelompok, guru berkeliling untuk mengamati, memotivasi dan
membantu siswa yang memerlukan. Sedangkan kegiatan yang dilakukan
siswa adalah diskusi dengan kelompok menyelesaikan permasalahan
yang diberikan guru. Pada langkah ini, guru harus benar-benar
mengamati kegiatan siswa dan membantu kelompok atau siswa yang
kesulitan. (Inquiry)
Sedangkan kegiatan konfirmasi merupakan langkah lanjutan
yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil diskusi. Kegiatan yang
dilakukan guru adalah membantu siswa untuk menyajikan hasil
kerjanya. Siswa bersiap-siap untuk menuliskan hasil kerja kelompoknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
di papan tulis. Setiap kelompok ditunjuk untuk maju menyelesaikan satu
permasalahan. Setelah perwakilan kelompok menyampaikan hasil
diskusinya, guru dan kelompok lain menanggapi hasil kerja siswa dan
memberikan penguatan terhadap jawaban siswa, yaitu dengan mengacu
pada jawaban siswa dan melalui Tanya jawab membahas penyelesaian
masalah yang seharusnya. Setelah itu, guru dan siswa membuat
kesimpulan dari hasil pekerjaan siswa. (Learning Community)
Langkah terakhir pada kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kontekstual adalah memberikan
penilaian sebenarnya terhadap hasil kerja siswa. Pada langkah ini, guru
dan siswa membuat kesimpulan dari proses penyelesaian masalah yang
dilakukan siswa. Sehingga siswa memahami tentang bangun datar dan
mampu meyebutkan sifat-sifat bangun datar. Setelah itu, guru
menanyakan kepada siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialaminya,
materi-materi yang belum jelas, dan hal-hal yang dirasakan selama
kegiatan pembelajaran. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir dilaksanakan selama ±15 menit. Adapun
kegiatan yang dilakukan adalah memberi catatan berupa ringkasan
materi dan melaksanakan evaluasi. Setelah guru memberikan
kesimpulan, guru member catatan kepada siswa tentang materi
pembelajaran. Kemudian kegiatan evaluasi, siswa diberi 10 soal tentang
luas persegi panjang, untuk nantinya dianalisis oleh guru untuk
mengetahui siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam materi luas
persegi panjang.(Authetic Assesment)
Siswa diberi pekerjaan rumah sebagai tindak lanjut pembelajaran.
Sebelum pembelajaran ditutup guru memberikan pesan-pesan moral
kepada siswa.
2) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua pada siklus ini dilaksanakan pada hari Selasa,
tanggal 24 April 2012. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan ini masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
sama mempelajari bangun datar sederhana hanya lebih difokuskan pada
menggambar bangun datar. Tujuan pembelajaran pada pertemuan kedua ini
adalah siswa mampu menghitung luas bangun persegi. Seperti halnya pada
pertemuan 1, pada pertemuan ini juga terdiri dari kegiatan awal, kegiatan
inti, dan kegiatan akhir.
a) Kegiatan Awal
Kegiatan awal pembelajaran dilaksanakan selama ±10 menit.
Kegiatan awal berisi beberapa kegiatan rutin seperti pembukaan
(salam), berdoa, dan mengecek kehadiran siswa. Kegiatan awal yang
dilaksanakan hampir sama dengan kegiatan awal pada pertemuan
pertama. Setelah mengecek kehadiran siswa, guru melakukan tes
penjajagan dengan menanyakan kepada siswa tentang rumus luas
persegi panjang.
b) Kegiatan Inti
Secara keseluruhan, proses atau langkah-langkah pembelajaran
pada pertemuan kedua sama seperti langkah-langkah yang dilakukan
pada pertemuan pertama. Yang membedakan adalah materi
pembelajaran. Pada pertemuan kedua ini, siswa akan belajar tentang
luas bangun persegi.
Pada kegiatan eksplorasi yang dilaksanakan adalah guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan
dipelajari. Siswa memperhatikan penjelasan guru (kontruktivisme).
Langkah kedua adalah mengorganisasi siswa untuk belajar yang
dilakukan guru dengan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok.
Pembagian kelompok pada pertemuan kedua sama dengan kelompok
pada pertemuan pertama. Setelah siswa masuk ke dalam kelompok
masing-masing, guru memberikan permasalahan kepada masing-masing
kelompok untuk diselesaikan.(Questioning)
Langkah selanjutnya merupakan kegiatan elaborasi yaitu guru
memberikan contoh bangun persegi yang ada disekitar kelas sebagai
acuan siswa dalam mengerjakan diskusi (Modelling). Kegiatan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
dilakukan guru adalah membimbing ketika siswa melakukan diskusi
kelompok dengan keliling mengamati setiap kelompok, memfasilitasi
dan membantu kelompok yang kesulitan. Namun guru tetap
memberikan kebebasan kepada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan sesuai cara masing-masing. Kegiatan siswa adalah
diskusi dengan kelompok menyelesaikan permasalahan yang diberikan
guru (Inquiry). Setelah siswa selesai diskusi, siswa menuliskan atau
menyampaiakan hasil kerja diskusi di papan tulis dan kelompok lain
menanggapi. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban siswa.
(Learning Community)
Langkah terakhir adalah kegiatan konfirmasi pada pertemuan
kedua ini adalah guru bersama siswa membuat kesimpulan dari
pekerjaan siswa. (Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada pertemuan kedua ini sama juga dengan
kegiatan akhir pada pertemuan pertama. Pada kegiatan akhir ini, siswa
juga diberi soal evaluasi sebanyak 10 soal untuk dikerjakan selama 10
menit (Authentic assesmen). Tidak lupa guru memberi catatan
ringkasan materi pembelajaran kepada siswa. Setelah seluruh rangkaian
kegiatan dilaksanakan, guru pun menutup pertemuan pada hari itu
dengan mengucap salam.
3) Pertemuan Ketiga
Pelaksanaan pembelajaran pertemuan ketiga pada hari Kamis,
tanggal 29 April 2012. Pada pertemuan ketiga ini materi tentang
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun datar. Tujuan
pembelajaran pada pertemuan ketiga ini adalah siswa mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas bangun persegi dan
persegi panjang. Pembelajaran yang dilaksanakan pada pertemuan terakhir
di siklus III ini, tidak jauh berbeda dengan kegiatan di pertemuan 1 dan 2,
yakni terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
a) Kegiatan Awal
Serangkaian kegiatan awal sebelum kegiatan inti
pembelajaran pun dimulai. Mulai dari salam, berdoa, mengecek
kehadiran siswa, tes penjajagan, acuan dan apersepsi. Kegiatan awal
pada pertemuan ketiga ini juga sama dengan kegiatan awal pada
pertemuan pertama dan kedua. Apersepsi dilakukan dengan mengajak
siswa menentukan bentuk ruang kelas mereka dan meminta
menentukan luasnya.
b) Kegiatan Inti
Langkah-langkah pembelajaran pada pertemuan ketiga ini
masih sama seperti pada pertemuan pertama dan kedua yang terdiri
dari tujuh langkah. Langkah yang pertama adalah kontrukstivisme atau
membangun pemahaman siswa tentang materi yaitu dengan
menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan pokok-pokok
materi yang akan diajarkan supaya siswa mempunyai gambaran
tentang materi yang akan dipalajari. Langkah kedua guru juga
memberikan contoh konkrit agar pemahaman siswa semakin terbangun
tentang materi yang sedang diajarkan. (modeling)
Kegiatan elaborasi merupakan langkah ketiga yaitu guru
membagi siswa menjadi kelompok-kelompok dengan pembagian
kelompok sama dengan pertemuan pertama dan kedua. Setelah siswa
masuk dalam kelompoknya masing-masing, guru memberikan
permasalahan untuk diselesaikan secara kelompok. Pada langkah
keempat siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi
pembelajaran. (Questioning)
Langkah kelima adalah guru membimbing siswa dalam
diskusi dengan keliling mengamati tiap kelompok, memfasilitasi dan
membantu siswa atau kelompok yang kesulitan. Kegiatan siswa adalah
diskusi dan kerja kelompok untuk menemukan penyelesaian dari
permasalahan yang diberikan guru. (Inquiry)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Langkah keenam adalah kegiatan konfirmasi dari langkah
sebelumnya yaitu setelah siswa selesai diskusi kelompok adalah
menyajikan hasil kerja kelompok di papan tulis. Satu kelompok
menyajikan satu penyelesaian permasalahan. Guru dan kelompok lain
menanggapi penyajian kelompok yang maju. (Learning Community)
Langkah terakhir adalah guru bersama siswa menyimpulkan
cara memecahkan masalah yang berkaitan dengan macam-macam
sudut pada bangun datar dan memberi nama sudut dengan benar.
(Reflection)
c) Kegiatan Akhir
Kegiatan akhir pada siklus ini juga sama dengan kegiatan akhir
pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Guru memberikan catatan
ringkasan, dilanjutkan dengan pelaksanaan evaluasi. Analisis dan
tindak lanjut pembelajaran dilaksanakan di luar proses KBM. Setelah
pembelajaran pada pertemuan ketiga berakhir, siswa diberi angket
keaktifan siswa selama proses pembelajaran. (Authentic assesment)
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Tahap observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan.
Tahap pengamatan tindakan meliputi pengamatan langkah guru dalam
menggunakan model pembelajran kontekstual, pengamatan proses belajar
siswa, serta mendokumentasikan komponen penggunaan model pembelajaran
kontekstual. Berikut ini uraian dari tahap pengamatan tindakan secara rinci:
1) Pertemuan Pertama
Pengamatan pada pertemuan pertama dilakukan terhadap guru pada
saat penggunaan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual.
Sedangkan observasi terhadap siswa dilakukan pada proses belajar siswa
tentang materi penjumlahan pecahan berpenyebut beda. Berikut uraian dari
tahap observasi tindakan tersebut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
a) Observasi Proses
Observasi proses guru dilakukan pada langkah penggunaan
model pembelajaran kontekstual. Berdasarkan hasil observasi dari 3
observer tentang langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.20 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,83 96 A 2 Questioning 3,67 92 A 3 Inquiry 3,67 92 A 4 Learning Community 3,50 87 A 5 Modelling 3,33 83 B 6 Reflection 4,00 100 A 7 Authentic Assessment 3,33 83 B
Rerata 3,61 90,4 A
Berdasarkan tabel 4.20 dinyatakan bahwa rerata penggunaan
model pembelajaran kontekstual mencapai 3,61 dengan persentase
90,4%. Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan
nyata dan membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah
dilaksanakan dengan lebih baik oleh guru dari pertemuan-pertemuan yang
sebelumnya. Indikator questioning, guru bertanya jawab tentang materi
pembelajaran. Siswa sudah lebih aktif dalam tanya jawab. Indikator
inquiry, guru membagi LKS dan membimbing diskusi. Indikator learning
community, guru meminta siswa membacakan hasil diskusi. Pada
komponen ini siswa juga masih tergantung pada guru, siswa belum dapat
bekerja sendiri. Siswa masih ragu ketika diminta untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Indikator modelling, guru
memberikan contoh nyata dan pemecahan masalah pada kehidupan nyata.
Guru belum sepenuhnya dapat memberi contoh yang sesuai dengan
kehidupan nyata sehingga siswa belum mampu member contoh nyata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Indikator reflection, guru memberi kesimpulan dan memberikan
ringkasan materi. Indikator authentic assesment , guru memberi
penghargaan kelompok terbaik dan memberikan soal evaluasi.
Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator kinerja karena rerata
indikator mencapai 90,4,% ( 80%). Adapun rekapitulasi observasi guru
siklus III pertemuan pertama terdapat pada lampiran 21 halaman 207.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.21 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus III Pertemuan Pertama
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,60 86 A 2 Interaksi Siswa 3,50 83 A 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,67 88 A Rerata 3,56 85 A
Berdasarkan tabel 4.21, dinyatakan bahwa rerata indikator
proses belajar siswa mencapai 3,56 dengan persentase 85%. Persentase
termasuk kategori sangat baik karena semua indikator telah mencapai
batas ketuntasan yaitu 80%. Berdasarkan hasil kuesioner guru diperoleh
data bahwa dalam indikator keaktifan sudah menyatakan bahwa siswa
telah aktif mengikuti pembelajaran. Indikator interaksi siswa dengan
siswa, guru maupun lingkungan sekitar berjalan dengan lancar. Siswa
belum dapat memanfaatkan benda-benda yang disekitar kelas sebagai
media pembelajaran. Indikator kerjasama siswa memberikan jawaban
LKS tanpa menjelaskan langkah penyelesaian. Berdasarkan uraian
tersebut disimpulkan bahwa rerata proses belajar siswa telah belum
mencapai indikator kinerja yaitu 85% ( 80%). Adapun rekapitulasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
observasi siswa siklus III pertemuan pertama pada lampiran 24 halaman
216.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa kelas III
diperoleh data bahwa pada siklus III pertemuan pertama, proses belajar
siswa mencapai 53, dengan persentase 83%. Persentase tersebut termasuk
kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan
pertama siklus III terdapat pada lampiran 28 halaman 227.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar tentang pada siklus III pertemuan
pertama materi luas persegi panjang, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.22 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus III Pertemuan Pertama
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 61-70 8 26,67 26,67 71-80 8 26,67 53,34 81-90 6 20,00 73,34
91-100 8 26,67 100,00 30
Rerata Nilai 82,3 Jumlah siswa tuntas 26 86 Jumlah siswa tidak tuntas 4 14
Berdasarkan tabel 4.22 dinyatakan bahwa rerata tes hasil
belajar mencapai 82,3. Persentase siswa yang tuntas pada pertemuan
pertama mencapai 86% atau 26 siswa tuntas belajar. Sedangkan
ketidaktuntasan mencapai 14% atau 4 siswa tidak tuntas belajar. Data
tersebut menujukkan bahwa tes hasil belajar siswa telah mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan yaitu hanya 86% siswa tuntas belajar
serta rerata tes hasil belajar siswa mencapai KKM penelitian 82,3 ( 70).
Adapun data hasil tes siklus III pertemuan pertama dapat dilihat pada
lampiran 18 halaman 200.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
2) Pertemuan Kedua
Pengamatan pada pertemuan kedua dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Pengamatan observer yang dilakukan pada guru dalam
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual. Berikut ini data
hasil pengamatan obsever terhadap penggunaan model pembelajaran
kontekstual oleh guru:
Tabel 4.23 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,83 96 A 2 Questioning 4,00 100 A 3 Inquiry 3,83 96 A 4 Learning Community 3,50 87 A 5 Modelling 3,50 87 A 6 Reflection 4,00 100 A 7 Authentic Assessment 3,83 96 A
Rerata 3,78 94 A
Berdasarkan tabel 4.23 dinyatakan bahwa rerata penggunaan
model pembelajaran kontekstual mencapai 3,78 dengan persentase
94%. Semua komponen sudah dilaksanakan dengan baik oleh guru
Indikator kontruktivisme, guru mengaitkan dengan kehidupan nyata
dan membagi kelompok secara heterogen. Komponen ini sudah
dilaksanakan dengan baik oleh guru. Indikator questioning, guru
bertanya jawab tentang materi pembelajaran. Indikator inquiry, guru
membagi LKS dan membimbing diskusi. Indikator learning
community, guru meminta siswa membacakan hasil diskusi. Pada
komponen ini siswa juga masih tergantung pada guru, siswa belum
dapat bekerja sendiri. Indikator modelling, guru memberikan contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
nyata dan pemecahan masalah pada kehidupan nyata. Guru belum
sepenuhnya dapat memberi contoh yang sesuai dengan kehidupan
nyata. Indikator reflection, guru memberi kesimpulan dan
memberikan ringkasan materi. Indikator authentic assesment , guru
memberi penghargaan kelompok terbaik dan memberikan soal
evaluasi. Berdasarkan uraian data tersebut disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator
kinerja karena rerata indikator mencapai 94% ( 80%). Adapun
rekapitulasi observasi guru siklus III pertemuan kedua terdapat pada
lampiran 21 halaman 208.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.24 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus III Pertemuan Kedua
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 3,80 93 A 2 Interaksi Siswa 3,50 83 A 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,67 88 A Rerata 3,61 86 A
Berdasarkan tabel 4.24 dinyatakan bahwa rerata indikator proses
belajar siswa mencapai 3,61 atau 86%. Indikator keaktifan siswa
mengerjakan tugas dari guru, siswa juga menjawab pertanyaan dari
guru serta kesulitan materi tentang pengurangan pecahan berpenyebut
beda. Indikator interaksi siswa, guru dan lingkungan sekitar kelas atau
benda yang ada disekitar kelas. Siswa sudah mampu memanfaatkan
media dan benda-benda disekitar kelas selama proses pembelajaran.
Indikator kerjasama, siswa melaksanakan diskusi, mengajar teman
sebaya dengan membantu teman sekelompok yang kesulitan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
menyelesaikan LKS. Indikator tanggung jawab siswa menyelesaikan
tugas tepat waktu. Berdasarkan rerata ketiga indikator tersebut
disimpukan bahwa proses belajar siswa belum mencapai indikator
kinerja yaitu rerata proses belajar siswa mencapai 86% ( 80%).
Adapun rekapitulasi observasi siswa siklus III pertemuan kedua
terdapat pada lampiran 26 halaman 217.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa diperoleh
data bahwa pada siklus III pertemuan kedua proses belajar siswa
mencapai 54 dengan persentase 84%. Persentase tersebut termasuk
kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil kuesioner siswa pertemuan
kedua terdapat pada lampiran 28 halaman 228.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar siswa tentang luas persegi
diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.25 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus II Pertemuan Kedua
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 61-70 2 6,67 6,67 71-80 9 30,00 36,67 81-90 10 33,33 70,00
91-100 9 30,00 100,00 Jumlah 30
Rerata Nilai 87,1 Jumlah siswa tuntas 30 100 Jumlah siswa tidak tuntas 0 0
Berdasarkan tabel 4.25 dinyatakan bahwa rata-rata tes hasil
belajar siswa mencapai 87,1. Ketuntasan tes hasil belajar mencapai
100% atau 30 siswa tuntas belajar semua. Berdasarkan data tersebut
disimpulkan bahwa semua tes hasil belajar siswa telah mencapai
indikator kinerja yang ditetapkan serta rerata tes hasil belajar siswa
mencapai 87,1 70. Hasil belajar siswa pada siklus III pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
kedua meningkat daripada pertemuan pertama. Adapun data hasil tes
siklus III pertemuan kedua dapat dilihat pada lampiran 18 halaman
200.
3) Pertemuan Ketiga
Pengamatan pada pertemuan ketiga dilakukan pada langkah
penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa sesuai
model tersebut. Berikut uraian dari tahap observasi tersebut:
a) Observasi Proses
Pengamatan observer dilakukan pada saat guru dalam
penggunaan langkah model pembelajaran kontekstual. Berikut ini
data hasil pengamatan obsever terhadap penggunaan model
pembelajaran kontekstual oleh guru:
Tabel 4.26 Analisis Observasi Model Pembelajaran Kontekstual Siklus III Pertemuan Ketiga
No Indikator Rerata Persentase (%) Ket 1 Kontruktivisme 3,50 87 A 2 Questioning 3,67 92 A 3 Inquiry 3,83 96 A 4 Learning Community 3,83 96 A 5 Modelling 3,83 96 A 6 Reflection 3,83 96 A 7 Authentic Assessment 3,83 96 A
Rerata 3,76 94 A
Berdasarkan tabel 4.26 dapat dinyatakan bahwa rerata indikator dalam
penggunaan model pembelajaran kontekstual mencapai 3,76 dengan
persentase 94%. Persentase tersebut termasuk kategori sangat baik,
artinya hampir semua indikator mencapai nilai maksimal. Berdasarkan
hasil kuesioner guru tentang penggunaan model pembelajaran
kontekstual, ternyata pada indikator questioning, guru masih belum
kurang maksimal karena dalam kegiatan tanya jawab siswa masih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
kurang aktif dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang diberikan
guru. Sedangkan pada indikator reflection terjadi kendala yaitu ketika
guru mengajak siswa untuk bersama-sama menyimpulkan materi
pelajaran siswa masih pasif, banyak siswa yang masih diam saja
sehingga guru hanya memberikan catatan beripa kesimpulan materi.
Adapun rekapitulasi observasi guru siklus III pertemuan ketiga
terdapat pada lampiran 21 halaman 209.
Selain observasi langkah guru dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual, observer juga mengobservasi proses belajar
siswa. Berdasarkan hasil observasi proses belajar siswa, diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.27 Analisis Observasi Proses Belajar Siswa Siklus III Pertemuan Ketiga
No Indikator Rerata Observasi Persentase (%) Ket 1 Keaktifan 4,00 100 A 2 Interaksi Siswa 3,67 88 A 3 Kerjasama 3,50 83 A 4 Tanggung Jawab 3,33 77 B Rerata 3,62 87 A
Berdasarkan tabel 4.27 dinyatakan bahwa rerata indikator
proses belajar siswa mencapai 3,62 dengan persentase 87%.
Persentase tersebut termasuk kategori baik. Indikator keaktifan siswa
mengerjakan tugas dari guru dan bertanya kesulitan materi
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan luas persegi dan
persegi panjang. Indikator interaksi siswa dengan guru dan
lingkungan belajar sudah meningkat daripada pertemuan yang
sebelumnya. Indikator kerjasama, siswa melaksanakan pengajaran
sebaya dengan teman, presentasi, serta diskusi kelompok dengan baik.
Indikator tanggung jawab, siswa mengumpulkan semua tugas dengan
tepat waktu. Berdasarkan uraian tersebut disimpulkan bahwa
indikator proses belajar siswa mencapai indikator kinerja dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
rerata mencapai 87% ( 80%). Adapun rekapitulasi observasi siswa
siklus III pertemuan ketiga terdapat pada lampiran 23 halaman 218.
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 30 siswa diperoleh data
bahwa proses belajar mencapai 54 dengan persentase 84%. Persentase
tersebut tersebut termasuk kategori baik. Adapun rekapitulasi hasil
kuesioner siswa pertemuan ketiga siklus III terdapat pada lampiran 28
halaman 229.
b) Observasi Hasil
Berdasarkan tes hasil belajar pada pertemuan ketiga diperoleh data
sebagai berikut:
Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Hasil Tes Siklus III Pertemuan Ketiga
Interval (R) Frekuensi (f) %
Relatif Kumulatif 61-70 0 0 0 71-80 9 30,00 30,00 81-90 13 43,67 73,67
91-100 8 23,33 100,00 30
Rerata Nilai 88 Jumlah siswa tuntas 30 100 Jumlah siswa tidak tuntas 0 0
Berdasarkan tabel 4.28 dapat dinyatakan bahwa rerata tes hasil
belajar siswa mencapai 88. Ketuntasan tes hasil belajar siswa pada
siklus I pertemuan ketiga mencapai 100% atau semua siswa tuntas.
Hal ini sangat baik karena semua siswa telah mencapai kriteria
ketuntasan minimal penelitian yang hanya 70,00. Jadi, berdasarkan
data tersebut disimpulkan bahwa tes hasil belajar siswa telahmencapai
indikator kinerja yaitu ketuntasan mencapai 100% ( 80%) dengan
rerata tes hasil belajar 88 70. Adapun data hasil tes siklus III
pertemuan ketiga dapat dilihat pada lampiran 18 halaman 200.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
d. Tahap Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahapan lanjut dari observasi. Tahap
observasi menghasilkan berbagai macam data meliputi data hasil
pengamatan oleh observer, data hasil kuisioner, serta data hasil dokumentasi
pelaksanaan tindakan. Data-data tersebut dianalisis dan dipahami dalam
tahap refleksi ini untuk menyimpulkan tindakan yang telah dilaksanakan.
Analisis data dimulai dengan mereduksi data, memilih data, serta
merangkum data pokok yang penting. Adapun data pokok pada refleksi ini
meliputi langkah guru dalam penggunaan model pembelajaran kontekstual,
kendala-kendala yang terjadi saat penggunaan model pembelajaran
kontekstual, proses belajar siswa dalam penggunaan model pembelajaran
kontekstual serta tes hasil belajar siswa. Berikut ini uraian refleksi pada
pertemuan pertama, kedua, dan ketiga:
1) Pertemuan Pertama
Berdasarkan hasil pengamatan observer serta wawancara pada
pertemuan pertama pada langkah penggunaan model pembelajaran serta
proses belajar siswa direfleksi data bahwa:
Pertama, rerata tahapan penggunaan model pembelajaran
kontekstual yang dilaksanakan guru mencapai 90,4%. Persentase tersebut
termasuk kategori baik. Penggunaan model pembelajaran kontekstual
mengalami beberapa kendala yaitu: Adapun beberapa permasalahan
ataupun kendala yang menghambat jalannya pembelajaran yaitu: (1)
Pada saat pembentukan kelompok, keadaan kelas cukup ramai karena
siswa berebut tempat duduk; (2) Pada saat mengerjakan LKS tidak semua
kelompok dibimbing; (3) Dalam kegiatan diskusi siswa banyak yang
ramai karena berebut ingin menulis pada LKS; (5) siswa ribut saat
menukarkan LKS nya dengan pekerjaan dari kelompok lain; (6) siswa
tidak tepat waktu dalam mengumpulkan lembar jawab, bagi siswa yang
pandai merasa bosan menunggu siswa lainnya yang belum selesai.
Kedua, proses belajar siswa saat penggunaan model
pembelajaran kontekstual dalam pelaksanaannya ada kendala yaitu : (1)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
siswa yang bermain sendiri, terutama siswa jauh dari jangkauan guru; (2)
tidak semua kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil tes
belajar matematika tentang luas bangun datar pada siklus III pertemuan
pertama siswa yang tuntas belajar ada 27 orang atau sebesar 90%.
Sedangkan siswa yang tidak tuntas belajar ada 3 orang atau 10%. Rata-
rata tes hasil belajar pada pertemuan tersebut sebesar 82,3. Hal ini hampir
memenuhi indikator kinerja yang ditetapkan. Berdasarkan uraian
tersebut, disimpulkan bahwa indikator kinerja pada pertemuan pertama
telah tercapai. Hal ini disebabkan langkah penggunaan model
pembelajaran kontekstual 80%, proses belajar siswa 80%.
2) Pertemuan Kedua
Berdasarkan hasil pengamatan serta kuesioner observer terhadap
guru dan siswa direfleksi data berikut ini:
Pertama, rerata penggunaan media muatan yang dilaksanakan
guru mencapai 94%. Persentase tersebut termasuk kategori baik. Namun
dalam penggunaannya ada beberapa kendala yaitu: (1) siswa yang sudah
selesai mengerjakan evaluasi mengganggu teman yang belum selesai, (3)
siswa mengumpulkan lembar jawab evaluasi tidak tepat waktu, (4) siswa
belum memanfaatkan kesempatan bertanya yang diberikan oleh guru
karena siswa malu dianggap tidak bisa oleh teman mereka.
Kedua, pembelajaran matematika dilihat dari proses sudah baik,
meskipun ada beberapa kendala yaitu saat diskusi kelompok siswa yang
pandai tidak mau membantu siswa yang kurang pandai. Berdasarkan tes
hasil belajar pada siklus III pertemuan II diperoleh data bahwa
ketuntasan belajar siswa mencapai 100% yang berarti semua siswa telah
mencapai kriteria ketuntasan belajar yang telah ditentukan. Rerata tes
hasil belajar adalah 87,1. Nilai tertinggi pada evaluasi kedua yaitu 100,
sedangkan nilai terendahnya 70. Berdasarkan data tersebut disimpulkan
bahwa proses belajar siswa telah mencapai indikator kinerja karena
80%. Namun, tes hasil belajar telah mencapai indikator kinerja yaitu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
rerata tes hasil belajar siswa mencapai 70 dengan ketuntasan mencapai
80%.
3) Pertemuan Ketiga
Berdasarkan data hasil pengamatan pada pertemuan ketiga
direfleksi sebagai berikut:
Pertama, rerata penggunaan model pembelajaran kontekstual
yang dilaksanakan guru mencapai 94%. Persentase tersebut termasuk
kategori sangat baik. Guru telah dapat menggunakan model pembelajaran
kontekstual sesuai dengan langkah-langkah penggunaan model
pembelajaran kontekstual tersebut. Dalam menyampaikan materi dengan
menggunakan media konkrit guru juga terampil menciptakan variasi
selama kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi tidak
membosankan dan guru telah lebih bisa menguasai kelas dalam posisi
siswa ketika berkelompok sehingga selama kegiatan diskusi kelompok
siswa juga sudah lebih tenang. Misalnya ketika siswa terlihat bosan, guru
mengajak siswa bernyanyi dengan kreasi-kreasi tepuk tangan yang
berbeda.
Pelaksanaan tindakan siklus III sudah berlangsung lebih baik.
Kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I dan II sudah berkurang.
Keaktifan siswa semakin meningkat, siswa berpartisipasi penuh dalam
pembelajaran. Sudah jarang sekali dijumpai siswa yang pasif dan
bermain sendiri, pada pelaksanaan diskusi kerjasama antar kelompok
juga semakin meningkat, sifat individualisme dan menang sendiri sudah
berkurang. Siswa juga tertarik dengan media yang dibawa oleh guru.
Keterampilan anak dalam menyelesaikan soal luas bangun datar semakin
meningkat. Kecepatan dalam mengerjakan pun juga semakin meningkat.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengerjakan sudah jauh lebih cepat dari
waktu yang ditentukan.
Kedua, proses belajar siswa sudah cukup baik dan sesuai dengan
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual berlangsung baik.
Persentase proses belajar siswa mencapai 87%. Rerata hasil belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
mencapai 85,7 dengan ketuntasan 100%. Berdasarkan data tersebut,
disimpulkan bahwa proses belajar siswa sudah mencapai indikator
kinerja karena 80% dan tes hasil belajar siswa telah mencapai indikator
kinerja yang ditetapkan yaitu rerata tes hasil belajar 70 dengan
ketuntasan 80%. Semua siswa telah mencapai batas ketuntasan yang
telah ditentukan.
Adapun beberapa permasalahan ataupun kendala yang
menghambat jalannya pembelajaran yaitu: (1) Pada waktu pelaksanaan
diskusi, kelompok yang sudah selesai mengganggu kelompok lain yang
belum selesai, (2) Karena untuk siklus 1 -3 yang dibahas soal terus
menerus sehingga ada siswa yang merasa jenuh dan bosan ketika diberi
soal evaluasi.
Berdasarkan hasil evaluasi dan observasi pelaksanaan tindakan
siklus III ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran
kontekstual dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang
bangun datar pada siswa kelas III Sekolah Dasar Negeri Ambalkumolo
tahun ajaran 2011/2012. Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa
pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini sudah berhasil. Untuk itu,
peneliti mengakhiri penelitian sampai pada siklus III karena hasil yang
diperoleh sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang direncanakan
peneliti sebelumnya yakni: (1) Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III
berjalan sesuai dengan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran
kontekstual, (2) Pembelajaran matematika tentang bangun datar pada
siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo tahun ajaran 2011/2012
meningkat, (3) Sebagian besar siswa kelas III SD Negeri Ambalkumolo
tahun ajaran 2011/2012 telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yang ditentukan.
C. Perbandingan Hasil Tindakan Antarsiklus
Setelah dilakukan deskripsi tiap siklus, selanjutnya dilakukan
perbandingan hasil tindakan antar siklus. Data yang dibandingkan meliputi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual, proses belajar siswa, serta
tes hasil belajar siswa. Berikut ini adalah perbandingan hasil tindakan antar siklus
I, II, dan III:
1. Penggunaan Model Pembelajaran Kontekstual
Penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
matematika tentang bangun datar yang dilakukan oleh guru secara umum
mengalami peningkatan. Meskipun kadang mengalami penurunan tetapi tidak
terlalu jauh. Untuk memaksimalkan langkah penggunaan model pembelajaran
kontekstual guru mendapatkan masukan dari observer berupa data observasi
dan kuisioner yang kemudian direfleksi agar pertemuan berikutnya lebih
maksimal. Berdasarkan hasil rekapitulasi pertemuan dalam satu siklus
disajikan gambar perbandingan langkah penggunaan model pembelajaran
kontekstual sebagai berikut:
Gambar 4.1 Perbandingan Persentase Penggunaan Model Pembelajaran
Kontekstual
Berdasarkan gambar 4.1 dinyatakan bahwa pada siklus I mengalami
penurunan pada pertemuan kedua, namun pada pertemuan ketiga mengalami
peningkatan. Persentase langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual
pada pertemuan pertama 84%, pertemuan kedua 81% dan pertemuan ketiga
Siklus I Siklus II Siklus III
84% 85% 90%
81%
88% 94%
86% 90% 94%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
86%. Hal ini disebabkan masih banyak kendala dalam penggunaan model
pembelajaran kontekstual. Untuk lebih jelasnya lihat rekapitulasi lembar
observasi guru siklus I pada lampiran 19 halaman 204. Persentase penggunaan
model pembelajaran kontekstual pada siklus II mengalami peningkatan dari
siklus I. adapun presentase siklus I pertemuan pertama 85%, pertemuan kedua
88% dan peretemuan ketiga 90%. Hal ini disebabkan kendala yang muncul
dalam siklus I sudah berkurang. Selain itu, langkah guru sudah sesuai dengan
skenario pembelajaran penggunaan model pembelajaran kontekstual.
Selanjutnya, persentase langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual
pada peretemuan pertama 90%, pertemuan kedua 94% dan pertemuan ketiga
mencapai 94%. Persentase tersebut menunjukan bahwa guru sudah
menggunakan model pembelajaran kontekstual sesuai dengan skenario
pembelajaran secara benar. Berdasarkan uraian tersebut, disimpulkan bahwa
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual telah mencapai indikator
kinerja yang ditetapkan yaitu persentase pada siklus III pertemuan ketiga
mencapai 94% ( 80%).
2. Proses Belajar Siswa
Proses belajar siswa selama penelitian menemui banyak kendala.
Meskipun demikian, seiring dengan langkah penggunaan model pembelajaran
kontekstual yang benar, kendala yang muncul berkurang dari setiap pertemuan.
Hal ini didukung data observasi dan wawancara guru dan siswa pada setiap
pertemuan. Berikut ini gambar perbandingan observasi proses belajar siswa
tiap pertemuan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Persentase Proses Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 4.2 dapat dinyatakan bahwa proses belajar siswa
pada siklus I mencapai 55% pada pertemuan pertama, kemudian naik 22%
pada pertemuan kedua menjadi 77%. Selanjutnya, pada pertemuan ketiga naik
3% menjadi 80%. Selanjutnya, pada siklus II mengalami kenaikan dari
pertemuan pertama ke pertemuan kedua yaitu 76% menjadi 82%. Persentase
meningkat 85% pada pertemuan ketiga. Hal ini disebabkan sebagian besar
siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran matematika tentang bangun datar.
Meskipun ada beberapa siswa yang kurang dapat mengikuti pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual, dengan bimbingan
teman siswa dapat mengikutinya. Persentase proses belajar siswa pada siklus
III mengalami peningkatan dari setiap pertemuan yaitu dari 82% pada
pertemuan pertama, 87% pada pertemuan kedua, serta 87% pada pertemuan
ketiga. Hal ini disebabkan semua siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran
matematika tentang bangun datar. Selain berdasarkan proses belajar siswa,
pembelajaran matematika juga dilihat dari tes hasil belajar siswa. Berdasarkan
data tes hasil belajar diperoleh data sebagai berikut:
Siklus I Siklus II Siklus III
55%
76% 85%
77% 82% 86% 80%
87% 87%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Gambar 4.3 Diagram Perbandingan Tes Hasil Belajar
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dinyatakan bahwa bahwa rerata tes
hasil belajar siswa siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan (tes awal)
hingga tindakan (siklus I, II, dan III). Rerata tes hasil belajar siswa pada saat
pre tes mencapai 59. Kemudian rerata tes hasil belajar pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 71,9. Selanjutnya, pada siklus II rerata tes hasil belajar
siswa mengalami peningkatan menjadi 78,8. Pada siklus III rerata tes hasil
belajar siswa mencapai 85,8. Data tes hasil belajar tersebut menunjukkan
bahwa penggunaan model pembelajaran kontekstual memberikan kontribusi
pada tes hasil belajar siswa. Selain itu, ketuntasan belajar siswa juga menjadi
indikator kinerja penelitian ini. Berikut perbandingan ketuntasan belajar siswa
dari pra tindakan sampai tindakan siklus III:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Gambar 4.4 Diagram Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 4.4 dinyatakan bahwa ketuntasan belajar siswa
mencapai peningkatan dari pra tindakan hingga tindakan siklus III. Ketuntasan
belajar siswa pada pra tindakan mencapai 13,5%, siklus I mencapai pertemuan
pertama 76%, pertemuan kedua 63% dan pertemuan ketiga 76%. Siklus II
pertemuan pertama 70%, pertemuan kedua 90% dan pertemuan ketiga hanya
mencapai 76%,. Sedangkan pada siklus III pertemuan pertama mencapai 86%,
pertemuan kedua 100% dan pada pertemuan ketiga juga mencapai 100%.
Ketidaktuntasan belajar siswa pada pra tindakan mencapai 86,5%, siklus I
mencapai 29,4%, siklus II mencapai 21,4%, dan siklus III mencapai 15,5%.
Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa indikator kinerja telah tercapai
yaitu ketuntasan belajar siswa pada siklus III mencapai 86,5% ( 80%).
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka didapatkan
beberapa jawaban atas rumusan masalah yang telah ditentukan. Pertama, langkah-
langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
matematika tentang bangun datar yaitu: a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata secara klasikal,
Siklus I Siklus II Siklus III
76% 70%
86%
63%
90% 100%
76% 76%
100%
Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123 b) guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi, c) guru membentuk
kelompok heterogen untuk berdiskusi, d) guru memberikan contoh nyata, e) guru
membahas hasil diskusi secara, f) guru menyimpulkan materi, g) guru
memberikan soal evaluasi kepada siswa. Kedua, penggunaan model pembelajaran
kontekstual terbukti dapat meningkatkan hasil pembelajaran matematika tentang
bngun datar siswa kelas III. Sedangkan yang ketiga, adanya beberapa kendala
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kontekstual, namun hal tersebut dapat diselesaikan dengan solusi yang ada.
Adapun kendala-kenda yang ditemui antara lain siswa masih bingung dalam
mengaikan pembelajaran dengan kehidupan nyata, masih malu-malunya siswa
dalam mengemukakan pendapat dan siswa masih sukar diajak untuk berdiskusi
karena siswa cenderung bersifat individualise. Dengan kendala-kendala tersebut
maka solusi yang digunakan untuk mengatasi yaitu guru membimbing siswa
dalam mengaitkan pembelajaran dan memberikan contoh konkrit kepada siswa
secara langsung, guru memberi motivasi siswa agar tidak malu dalam
mengemukakan pendapat dan guru membimbing siswa dalam diskusi sehingga
diskusi dapat berjalan dengan baik.
Dari jawaban atas rumusan masalah di atas, dapat dikatakan bahwa
model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil pembelajaran
matematika tentang bangun datar. Kegiatan siswa dalam mengaitkan materi
dengan kehidupan nyata membuat siswa dapat membangun pemahamannya
sendiri atas materi yang sedang dipelajari. Dengan begitu siswa akan lebih
terkesan dengan pembelajaran yang dilaksanakan sehingga siswa tidak akan cepat
lupa dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
Peningkatan hasil pembelajaran matematika tentang bangun datar yang
telah dikatakan di atas dapat dibuktikan dengan meningkatnya hasil pembelajaran
dari siklus I sampai siklus III. Pada kondisi awal nilai rerata kelas 59, meningkat
pada siklus I menjadi 71,9, siklus II 78,8 dan pada siklus III meningkat menjadi
85,8. Adapun persentase ketuntasan siswa pada kondisi awal hanya 13,5%, pada
siklus I meningkat 71,6, siklus II meningkat menjadi 78,6% dan pada siklus III
meningkat lagi dan mencapai 95%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Peningkatan hasil pembelajaran tersebut di dapatkan dari penggunaan
pembelajaran kontekstual yang pada hakikatnya merupakan model pembelajaran
yang menuntut siswa untuk membangun pemahamannya sendiri. Siswa
mengaitkan materi dengan kehidupan nyata dengan tujuan agar siswa menemukan
makna materi tersebut dengan kehidupannya. Dengan demikian siswa akan lebih
memahami materi yang dipelajari sehingga hasil pembelajaran siswa akan
meningkat daripada dengan pembelajaran yang hanya mengandalkan guru sebagai
satu-satunya sumber pembelajarannya. Hal ini sejalan dengan Muslich (2009)
yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara
materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa, dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan dan dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Proses pembelajaran kontekstual beraksentuasi pada pemrosesan
informasi, individualism, dan interaksi social (Suprijono, 2009). Pemrosesan
informasi menyatakan ahwa peserta didik mengolah informasi, memonitornya dan
menyusun strategi berkaitan dengan informasi tersebut. Intinya adalah proses
memori dan proses berfikir. Individualisasi adalah proses individu membentuk
dan menata realitas keunikannya. Mengajar merupakan upaya membantu individu
untuk mengembangkan sesuatu yang produktif dengan lingkungannya dan
memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, sehingga mampu memperkaya
hubungan antar-pribadi dan lebih cakap dalam pemrosesan informasi. Sedangkan
interaksi social menekankan hubungan individu dengan orang lain atau
masyarakat. Dari proses-proses tersebut maka pembelajaran kontekstual dapat
meningkatkan hasil pembelajaran matematika tentang bangun datar siswa kelas
III. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian relevan yang ada juga membuktikan
bahwa model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan kemampuan operasi
hitung pecahan pada siswa kelas IV. Hal tersebut semakin membuktikan bahwa
model pembelajaran kontekstual baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran
yang apabila dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang ada dapat
meningkatkan hasil pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran matematika
bangun datar kelas III sebagai berikut:
1. Langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
matematika bangun datar yaitu a) guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang
akan dicapai dan mengaitkan materi dengan kehidupan nyata secara klasikal, b)
guru bertanya jawab dengan siswa tentang materi, c) guru membentuk
kelompok heterogen untuk berdiskusi, d) guru memberikan contoh nyata, e)
guru membahas hasil diskusi secara, f) guru menyimpulkan materi, dan g) guru
memberikan soal evaluasi kepada siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
matematika tentang bangun datar pada kelas III SD Negeri Ambalkumolo pada
tahun ajaran 2011/2012, pada kondisi awal nilai rerata kelas 59, meningkat
pada siklus I menjadi 71,9, siklus II 78,8 dan pada siklus III meningkat menjadi
85,8. Adapun persentase ketuntasan siswa pada kondisi awal hanya 13,5%,
pada siklus I meningkat 71,6, siklus II meningkat menjadi 78,6% dan pada
siklus III meningkat lagi dan mencapai 95%.
3. Saat penggunaan model pembelajaran kontekstual ditemukan adanya kendala
yaitu siswa belum dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan
nyata sehingga kadang pembelajaran menjadi terhambat. Untuk itu, solusi yang
digunakan untuk mengatasi kendalanya dengan melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan langkah-langkah penggunaan model pembelajaran kontekstual.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini secara teoritis dan secara praktis perlu ditindak
lanjuti. Secar teoritis, penelitian ini memberikan gambaran bahwa dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika dengan penggunaan model pembelajaran
kontekstual dapat digunakan oleh guru sebagai langkah penyampaian materi dan
125
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126 untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan model ini
dilaksanakan melalui aktivitas belajar berupa pengalaman belajar sehingga
pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan dasar bagi guru, terutama
guru SD untuk menentukan metode pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan
hasil belajar matematika siswa. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan
penggunaan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual membantu siswa
dalam memperoleh pembelajaran yang lebih bermakna melalui kontruktivisme,
questioning, modelling, inquiry, learning community, refleksi dan authentic
assesmen.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, beberapa
komponen dalam pembelajaran kontekstual terbukti telah dapat berjalan lancar
dan dapat meningkatkan pembelajaran matematika tentang bangun datar. Pada
komponen kontruktivisme, guru mampu mengaitkan materi pembelajaran dengan
kehidupan nyata berjalan baik maka siswa akan lebih mudah dalam memahami
materi yang diajarkan karena siswa mengalami langsung. Penelitian ini
mempunyai implikasi bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika dengan
penggunaan langkah-langkah model pembelajaran kontekstual merupakan salah
satu cara untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa.
Hal ini dapat direkomendasikan kepada guru untuk mengatasi permasalahan
peningkatan hasil belajar matematika siswa, sehingga kriteria ketuntasan minimal
matematika yaitu 70 dapat dicapai oleh siswa.
C. Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut, ada beberapa saran yang
dapat dikemukakan oleh peneliti yaitu:
1. Untuk Guru
a. Guru dalam melaksanakan KBM sebaiknya menggunakan berbagai model
pembelajaran, salah satunya model pembelajaran kontekstual pada mata
pelajaran matematika tentang bangun datar pada siswa kelas III.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
b. Guru hendaknya dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aktif,
inovatif, dan menyenangkan agar siswa tidak merasa jenuh terhadap
pembelajaran matematika sesuai dengan karakteristik model pembelajaran
kontekstual.
2. Untuk Siswa
a. Siswa hendaknya dapat mengikuti langkah-langkah model pembelajaran
kontekstual secara aktif dan kreatif agar hasil yang dicapai sesuai dengan
kemampuannya.
b. Dalam proses pembelajaran, siswa dapat mengaitkan materi pembelajaran
dengan kehidupan nyata sesuai dengan komponen dalam model
pembelajaran kontekstual untuk memudahkan memahami materi
pembelajaran.
3. Untuk Lembaga Pendidikan
Penelitian Tindakan Kelas ini perlu dilakukan pada subjek dan
tempat penelitian yang berbeda untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
penggunaan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran
Matematika kelas III Sekolah Dasar.
4. Untuk Peneliti
Peneliti hendaknya lebih mengoptimalkan penggunaan model
pembelajaran kontekstual dan model pembelajaran yang lain dalam
pelaksanaan pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang efektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user