Upload
haduong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGGUNAAN METODE “MAKE A MATCH”
UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 04 KEPATIHAN
JEBRES SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
FUADIL KIROM
NIM. X7110017
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Fuadil Kirom: PENGGUNAAN METODE “MAKE A MATCH” UNTUK
MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PETA PADA SISWA KELAS IV
SD NEGERI 04 KEPATIHAN JEBRES SURAKARTA TAHUN AJARAN
2011/2012, Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep peta
melalui penggunaan metode “make a match” pada siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan dalam dua siklus. Prosedur penelitian ini terdiri dari empat tahapan
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang
digunakan dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta yang berjumlah 43 siswa. Sumber data penelitian ini
berasal dari siswa, dua teman sejawat peneliti dan satu orang guru dari SD Negeri
Kepatihan. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
dokumentasi, dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis
interaktif meliputi tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan
penarikan kesimpulan atau verifikasi. Uji validitas data yang digunakan adalah
triangulasi data dan trangulasi metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunaan metode make a
match dapat meningkatkan pemahaman konsep peta pada siswa kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Hal ini dapat
dilihat dari peningkatan pada setiap siklusnya. Pada pra siklus nilai rata-rata siswa
adalah 40,93. Pada siklus I nilai rata-rata siswa menjadi 60,18 dan pada siklus II
meningkat lagi menjadi 77,20. Sebelum dilaksanakan penelitian (pra siklus) dari
43 siswa belum ada satupun siswa yang mencapai ketuntasan belajar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM ≤ 63) atau (0%). Pada siklus I meningkat menjadi 12
siswa (30,23%), dan pada siklus II meningkat menjadi 40 siswa (93,02%).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode make a match
dapat meningkatkan pemahaman konsep peta pada siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Kata kunci: Make a Match, Pemahaman Konsep, Peta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Fuadil Kirom: USING OF MAKE A MATCH METHOD TO INCREASE
UNDERSTANDING OF MAP CONCEPT TO STUDENT OF GRADE IV
KEPATIHAN ELEMENTARY SCHOOL DISTRICT JEBRES SURAKARTA
CITY ACADEMIC YEAR 2011/2012, Skripsi. Surakarta: Faculty of Teacher
Training and Education Sebelas Maret University in Surakarta.
The Purpose of this research is to increase understanding of map concept
using make a match method to students of Grade IV Kepatihan Elementary School
Jebres Surakarta City Academic Year 2011/2012.
The form of this research is classroom action research that is conducted
for 2 cycles.. The procedure of this research consists of four phases, that are
planning, action of implementation, observation, and reflection. Subject of the
research was teacher and the students in grade IV Kepatihan Elementary School
Jebres Surakarta which totaled 43 students. The data source of this research
came from students, two friends and one teacher from Kepatihan Elementary
School. The data collecting technique on this research are observation, test, and
documentation.. The data was analyzed by using an interactive analysis model
consisting of three components, that are data reduction, data presentation, and
conclusion drawing or verification. The validity of the data using data
triangulation, and method triangulation.
The results of this research showed that using make a match method can
increase understanding of map concept to student of Grade IV Kepatihan
Elementary School Jebres Surakarta City Academic Year 2011/2012. It could be
seen in the increasing each of cycles, that are before the action (pre cycle) the
average value of the test is 40,93. The first cycle, the average value increased to
60,18 and the second cycle, the average value increased to 77,20. Before
implementation of the research (pre cycle), students who acquired KKM grade ≤
63 were no students (0%). The first cycle, increased became 12 students (30,23%)
and second cycle became 40 students (93,02%). Thus, it can be concluded that
using make a match method can increase understanding of map concept to
students of Grade IV Kepatihan Elementary School Jebres Surakarta City
Academic Year 2011/2012.
Keywords : Make a Match, Understanding Concept, Map
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q. S. Al Insyirah: 6)
“Suatu ilmu dapat bermanfaat bukan karena kehebatan ilmu ataupun
penemunya,melainkan manfaat ilmu tersebut bagi masyarakat umum serta
penerapannya yangsesuai.”
(Einstein)
“Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun terkadang kita melihat dan
menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain
yang telah terbuka.“
(Alexander Graham Bell)
“Hasil yang baik adalah berkat dari usaha yang keras.”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
- Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan cinta, kasih sayang, doa
dan pengorbanan tak terhingga.
- Kakak-kakakku tersayang yang tak jemu memberikan motivasi, dorongan dan
semangat untuk selalu berjuang.
- Dosen pembimbing yang selalu memberikan waktu dan kesempatan serta
kesabaran dalam membimbing, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penelitian ini.
- Kepala SD Negeri 04 Kepatihan beserta seluruh warga SD Negeri 04
Kepatihan, terima kasih atas bantuan dan kesempatan yang diberikan kepada
penulis sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian ini.
- Teman-teman senasib seperjuangan yang tidak akan pernah saya lupakan
kenangan selama kita bersama.
- Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta, serta almamater
tercinta yang telah memberikan ilmu yang berguna bagi masa depanku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Penggunaan Metode “Make a Match” untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Peta pada Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012” guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana
Pendidikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keterbatasan kemampuan dan
kurangnya pengalaman, banyaknya hambatan dan kesulitan senantiasa penulis
temui dalam penyusunan skripsi ini, tak lupa penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada semua pihak yang memberikan bantuan, dukungan, arahan,
bimbingan, dan petunjuk dalam penyusunan karya ilmiah ini. Dengan segala
kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
yang telah memberikan izin penulisan skripsi;
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan persetujuan
skripsi;
3. Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan izin penulisan skripsi;
4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
5. Drs. Hasan Mahfud, M.Pd. selaku pembimbing I dan Dra. Hadiyah, M.Pd.
selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan dan
dorongan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan
dengan lancar;
6. Marji Astuti, S. Pd. selaku Kepala Sekolah SD Negeri No. 4 Kepatihan
Jebres Surakarta yang telah memberikan ijin, dan bantuan dalam
melaksanakan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
7. Tukino, A. Ma selaku guru kelas IV SD Negeri No. 4 Kepatihan Jebres
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
melaksanakan penelitian
8. Bapak dan Ibu dosen PGSD FKIP UNS yang secara tulus memberikan
ilmu dan wawasan kepada penulis;
9. Rekan-rekan kampus yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang
selalu memberikan motivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini;
10. Berbagai pihak yang telah membantu penulis, yang tidak mungkin penulis
sebutkan satu persatu.
Tiada kata yang patut diucapkan selain ucapan terima kasih sebesar-
besarnya dan do’a tulus, semoga amal baik mereka diterima oleh Allah dan
mendapat ridlo-Nya. Amiin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
saran dan kritik yang konstruktif dari segenap pihak sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan skripsi ini. Namun demikian penulis berharap semoga skripsi ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembaca serta sebagai
sumbangan bagi kemajuan ilmu pengetahuan.
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
ABSTRAK ...................................................................................................... v
ABSTRACT .................................................................................................... vi
MOTTO .......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ..................................................................................... 9
1. Hakikat Pemahaman Konsep ....................................................... .. 9
2. Pengertian Pemahaman Konsep ..................................................... 10
3. Peta ................................................................................................ 10
a. Pengertian Peta .......... .............................................................. 10
b. Unsur-unsur Peta .................................................... ................. 11
c. Jenis, Bentuk dan Pemanfaatan Peta ....................................... 12
4. Metode ”Make a Match”................................... ............................... 13
B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................... 19
C. Kerangka Berpikir ................................................................................ 21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
D. Hipotesis Tindakan............................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 24
1. Lokasi Penelitian ............................................................................. 24
2. Waktu Penelitian ............................................................................. 25
B. Subjek Penelitian .................................................................................. 25
C. Bentuk dan Jenis Penelitian ................................................................. 25
D. Sumber Data ......................................................................................... 25
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data .................................................... 26
1. Observasi ......................................................................................... 27
2. Interview (wawancara) ................................................................... 27
3. Test ................................................................................................. 28
F. Validitas Data ....................................................................................... 28
G. Analisis Data ........................................................................................ 29
H. Prosedur Penelitian ............................................................................. 31
1. Rencana Tindakan .......................................................................... 32
2. Implementasi Tindakan .................................................................. 32
3. Pengamatan .................................................................................... 38
4. Refleksi .......................................................................................... 38
I. Indikator Keberhasilan ........................................................................ 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian .................................................................................. 40
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ............................................................ 40
2. Deskripsi Pra Penelitian ................................................................. 40
3. Deskripsi Siklus I .......................................................................... 42
4. Deskripsi Siklus II ......................................................................... 52
B. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................... 62
1. Data Hasil Evaluasi Pra Penelitian .................................................. 62
2. Data Hasil Evaluasi Siklus I ........................................................... 62
3. Data Hasil Evaluasi Siklus II ......................................................... 62
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................................... 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
1. Hasil Belajar Siswa ......................................................................... 63
2. Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran IPS dengan
Metode Make a Match ................................................................... 62
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................................. 68
B. Implikasi ............................................................................................... 68
C. Saran ..................................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71
LAMPIRAN-LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas
IV SD Negeri 04 Kepatihan Pra Penelitian ..................................... 41
Tabel 4.2 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian ............................. 42
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta Siswa
Kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Siklus I ...................................... 48
Tabel 4.4 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Siklus I ....................................... 49
Tabel 4.5 Presentase Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran
Metode Make a Match Siklus I ...................................................... 50
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta
Siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Siklus II ........................ 58
Tabel 4.7 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Siklus II .................................... 59
Tabel 4.8 Presentase Aktivitas Siswa terhadap pembelajaran metode
Make a Match siklus II .................................................................... 60
Tabel 4.9 Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan Nilai
Tes Tiap Siklus ................................................................................. 64
Tabel 4.10 Perbandingan Persentase Aktivitas Siswa terhadap
Pembelajaran dengan Metode Make a Match ............................... 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir .......................................................... 23
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif (Milles & Huberman) ........................ 31
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Tindakan Penelitian Tindakan Kelas.. .. ........ 31
Gambar 4.1 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Pra Penelitian ............................................ 41
Gambar 4.2 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Siklus I ...................................................... 48
Gambar 4.3 Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Siklus I ......................... 49
Gambar 4.4 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Siklus II .................................................... 58
Gambar 4.5 Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Siklus II ......................... 59
Gambar 4.6 Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus ................... 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Soal Pre tes ................................................................................. 73
Lampiran 2. Data Hasil Belajar Siswa Pra Siklus ............................................ 75
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan I ......... 77
Lampiran 4. Soal Tes Siklus I Pertemuan I ..................................................... 85
Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I .......... 86
Lampiran 6. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan I ............... 90
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I Pertemuan II ......... 95
Lampiran 8. Soal Tes Siklus I Pertemuan II ................................................... 103
Lampiran 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II ........ 104
Lampiran 10. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus I Pertemuan II ........... 108
Lampiran 11. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I .............................................. 113
Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan I ...... 115
Lampiran 13. Soal Tes Siklus II Pertemuan I ................................................. 123
Lampiran 14. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I ...... 124
Lampiran 15. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan I ........... 128
Lampiran 16. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Pertemuan II ..... 133
Lampiran 17. Soal Tes Siklus II Pertemuan II ................................................ 142
Lampiran 18. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II ..... 143
Lampiran 19. Lembar Observasi Kinerja Guru Siklus II Pertemuan II .......... 147
Lampiran 20. Data Hasil Belajar Siswa Siklus II ............................................ 152
Lampiran 21. Daftra Nilai Siswa Tiap Siklus ................................................. 154
Lampiran 22. Jadwal Penelitian ...................................................................... 156
Lampiran 23. Foto Kegiatan Pembelajaran dengan Metode Make A Macth ... 157
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada hakikatnya merupakan kebutuhan dan tuntutan yang
signifikan untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan bangsa
dan negara demi tercapainya sumber daya manusia yang berintelektualitas dan
berkualitas tinggi. Intelektualitas dan kualitas tersebut sangat bergantung dari
keberhasilan penyelenggaraan sistem pendidikan.
Setiap bangsa akan maju karena pendidikannya. Pendidikan yang maju
merupakan jantung dan denyut nadi bangsa. Dimana pendidikan nasional
mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat
dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yaitu;
"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab."
Perubahan kebijakan pemerintah dalam kurikulum pendidikan di
Indonesia, mulai dari (kurikulum tahun 1994) yang menggunakan cara belajar
siswa aktif (CBSA) sampai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2004,
dan telah disempurnakan lagi menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP). Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional,
tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal.
Ada banyak faktor yang menyebabkan mutu pendidikan tidak mengalami
peningkatan yang bermakna, salah satunya, yaitu pendekatan yang digunakan di
dalam kelas belum mampu menciptakan kondisi optimal bagi berlangsungnya
pembelajaran. Selama ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
education production function atau input-output analysis, yaitu pendekatan yang
menganggap bahwa apabila input pendidikan seperti pelatihan guru, pengadaan
buku dan alat pelajaran, dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan lainnya
dipenuhi, maka mutu pendidikan (out put) secara otomatis akan terjadi. Dalam
kenyataannya mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi. Mengapa ? karena
selama ini pendekatan terlalu memusatkan pada in put, dan kurang
memperhatikan proses pendidikan. Padahal pada kenyataannya proses
pendidikanlah yang sangat menentukan out put pendidikan.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah
dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan
metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas,
sehingga suasana belajar terkesan kaku karena selalu didominasi oleh guru.
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh banyak tenaga pendidik saat ini
cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada
penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan
pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam
penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, dimana siswa
hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit
peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran
menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru
sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya
interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya
secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang
pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi, kegiatan belajar
berpusat pada siswa, guru hanya sebagai motivator dan fasilitator agar suasana
kelas lebih hidup. Seiring dengan perubahan tersebut, sudah seharusnya
paradigma lama yang menempatkan guru sebagai pusat belajar (teacher centered)
diganti dengan menjadikan murid sebagai subyek dalam pembelajaran (student
centered).
Aktifitas dan kreatifitas siswa dalam pembelajaran sangat bergantung pada
aktivitas dan kreatifitas seorang guru. Oleh karena itu, diperlukan guru yang
kreatif mampu membuat pembelajaran menjadi lebih menarik dan disukai oleh
peserta didik. Suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa
dengan menggunakan model pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat
memperoleh kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dengan demikian
peserta didik akan terlibat secara aktif baik mental, fisik, maupun sosialnya
sehingga pada gilirannya setiap peserta didik akan dapat mengembangkan
kompetensi dasar dan potensinya secara optimal.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa dalam teori belajar tuntas,
bahwa seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu
menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran
minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas
dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai
minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di
kelas tersebut (Mulyasa, 2011: 254).
Berdasarkan penjabaran di atas dapat dipahami bahwa peningkatan
pembelajaran adalah bukti keberhasilan yang dapat dicapai dalam belajar, berupa
perubahan-perubahan yang sebelumnya tidak dimiliki oleh siswa. Perubahan
tersebut merupakan peningkatan atau penguasaan ilmu pengetahuan yang berupa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tingkah laku atau dengan kata lain perubahan yang menyangkut beberapa aspek,
yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor).
Sesuai dengan BNSP untuk mata pelajaran IPS SD kelas IV kompetensi
dasar membaca dan menggambar peta lingkungan setempat, maka untuk
mendapatkan konsep tentang bagaimana membaca dan menggambar peta
lingkungan setempat ini harus melalui metode pembelajaran yang sesuai, sehingga
dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat, diharapkan siswa akan
mendapatkan konsep yang benar dan mudah dicerna.
Tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS adalah agar siswa memiliki
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk mengembangkan kemampuan berfikir
analisis dalam memahami gejala-gejala sosial, memupuk rasa cinta tanah air,
menghargai kebesaran negara lain, dan peka dalam menghadapi masalah-masalah
yang timbul sebagai akibat interaksi antara manusia dan lingkungannya. Dengan
memperhatikan tujuan mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar ini maka perlu
disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih komprehensif dan dapat
mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan sekitarnya.
Oleh karena itu guru diharapkan memiliki kemampuan dan keterampilan dalam
memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat membantu siswa
memahami konsep-konsep dalam pembelajaran IPS khususnya pada materi peta
dan komponen-komponennya.
Dari hasil pengamatan peneliti selama berada di lingkungan belajar kelas
IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta menunjukkan bahwa KBM
khususnya pada mata pelajaran IPS kurang memperlihatkan KKM 63 proses yang
mengajak siswa untuk aktif berfikir dan bereksplorasi. Hal ini ditunjukkan dengan
adanya hasil belajar yang kurang memuaskan ditandai dengan rata-rata perolehan
nilai yang masih sangat rendah yaitu 40,93 dengan ketuntasan belajar 0% dari 43
siswa lampiran 2 halaman 75. Selain itu suasana pada proses belajar mengajar di
dalam kelas juga cenderung pasif, siswa kurang berani mengemukakan pendapat,
bertanya ataupun menyampaikan ide dan pendapatnya. Hal ini disebabkan antara
lain karena guru dalam pemilihan metode pembelajaran kurang bervariasi, serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
lebih banyak menggunakan metode konvensional seperti ceramah sehingga siswa
hanya duduk, diam, mendengarkan dan mencatat, sehingga pelajaran IPS hanya
dianggap sebagai pelajaran hafalan yang kurang menarik dan membosankan.
Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu adanya sebuah metode
pembelajaran yang dapat membawa siswa kepada keaktifan yang lebih tinggi.
Penyampaian materi pelajaran diusahakan agar dapat mengajak siswa ke dalam
situasi yang benar-benar nyata dan dekat dengan siswa sehingga siswa akan
termotivasi untuk selalu belajar. Salah satu metode pembelajaran yang peneliti
anggap tepat yaitu dengan menggunakan metode ”make a match”. Alasannya
yaitu dengan menggunakan metode ”make a match” memungkinkan siswa untuk
bekerja sama pada suatu kelompok sehingga siswa akan menjadi lebih aktif dalam
pembelajaran. Kerja sama ini merupakan salah satu elemen dasar untuk dapat
mengembangkan keterampilan sosial kepada siswa. Keterampilan sosial ini
menekankan adanya kesadaran individu untuk melakukan perbuatan yang nyata
dalam kegiatan-kegiatan sosial yang terjadi dalam pergaulan dengan sesamanya
misalnya membantu teman yang sedang sakit di rumah sakit.
Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ”make a match”
atau mencari pasangan secara sadar menciptakan interaksi yang saling menunjang
sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga
sesama siswa. Metode "make a match" merupakan salah satu alternatif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal dari materi yang
akan diajarkan, siswa yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktunya
diberi poin.
Pembelajaran dengan menggunakan metode make a match didesain untuk
meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan
juga pembelajaran siswa yang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang
diberikan, tetapi mereka juga harus siap menjelaskan dan mengajarkan materi
tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian siswa saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
bergantung satu sama lain dan harus bekerja sama untuk mempelajari materi yang
ditugaskan.
Model pembelajaran ini dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, dan sebagai suatu alternatif
dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran dengan
menggunakan metode “make a match” dianggap cocok diterapkan dalam
pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang
menjunjung tinggi nilai gotong royong. Dengan menerapkan metode pembelajaran
“make a match” diharapkan kegiatan pembelajaran lebih kondusif, sederhana,
bermakna dan menyenangkan
Berdasarkan uraian di atas, kiranya perlu diadakan Penelitian Tindakan
Kelas sebagai upaya untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses pembelajaran
yang lebih efektif. Melihat kondisi yang demikian, peneliti tertarik untuk
menyusun skripsi dengan judul “Penggunaan Metode “Make a Match” untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Peta pada Siswa Kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
))
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah: ”Apakah penggunaan metode ”make a match” dapat
meningkatkan pemahaman konsep peta pada siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?”
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah ”Untuk meningkatkan pemahaman konsep peta melalui penggunaan
metode “make a match” pada siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan sebagai
bahan referensi atau rujukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
Sekolah Dasar khususnya pada pembelajaran IPS.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Dapat mengetahui metode pembelajaran yang lebih tepat dan lebih sesuai
dengan materi yang disampaikan mengenai konsep peta sehingga dapat
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
2) Memberi bahan masukan kepada rekan guru lain dalam memilih serta
menggunakan metode pembelajaran IPS yang relevan.
3) Memberi masukan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan
terutama proses belajar mengajar IPS di sekolah.
b. Bagi Siswa
1) Memberi suasana belajar yang menyenangkan
2) Memberikan kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi aktif dalam
kegiatan belajar mengajar.
3) Memberi latihan kepada siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan
berpikir sehingga akan meningkatkan pemahaman dan ketrampilan mereka
dalam materi IPS.
c. Bagi Instansi/ Sekolah
1) Memberi sumbangan pemikiran tentang pentingnya memilih dan
menerapkan metode pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar
IPS agar pemahaman dan prestasi siswa meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
2) Dapat digunakan untuk membantu memecahkan masalah pendidikan,
khususnya di Sekolah Dasar sehingga dapat membantu tercapainya
keberhasilan tujuan pendidikan nasional.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan
kemampuan peneliti dalam mempersiapkan diri sebagai seorang pendidik yang
profesional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Sebagai langkah antisipasi agar tidak menimbulkan multi interpretasi dan
untuk lebih memfokuskan pada penelitian, berikut ini akan peneliti jelaskan kata
atau istilah dari judul skripsi ini, yaitu:
1. Hakikat Pemahaman Konsep Peta
a. Pengertian Pemahaman Peta
Pemahaman konsep peta adalah suatu proses atau perbuatan untuk
memahami gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan
ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.
b. Pengertian Konsep Peta
Peta menurut Tantya Hisnu dan Winardi (2008: 3) peta adalah gambar
seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu bidang datar
dengan perbandingan atau skala tertentu. Sedangkan Konsep dalam Kamus
Bahasa Indonesia adalah rancangan atau buram surat serta ide atau penegrtian
yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia,
2008: 748). Jadi konsep bisa diartikan sebagai pokok pertama yang mandasari
keseluruhan pemikiran, konsep biasanya hanya ada dalam alam pikiran, atau
kadang-kadang tertulis secara singkat. Dari batasan istilah di atas, peneliti
mengambil salah satu pengertian tersebut sehinggan konsep dalam skripsi ini
adalah ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan ; dan atau rencana dasar.
Setiap konsep berhubungan erat dengan konsep yang lain sehingga
memiliki makna. Rangkaian konsep beserta hubungannya disebut prinsip. Salah
satu cara untuk membuat hubungan antar konsep maupun prinsip adalah peta
konsep. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
dalam bentuk proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih yang
dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit semantik (Dahar, 1989: 122).
c. Pengertian Pemahaman Konsep Peta
Peta adalah gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang
dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu. Dari
beberapa pendapat mengenai pemahaman dan konsep sebagaimana diuraikan di
atas, peneliti menggarisbawahi bahwa pemahaman konsep adalah suatu proses
atau perbuatan untuk memahami dan menanamkannya pada memori otak kita
tentang suatu pengertian atau makna yang sedang disampaikan serta dapat
menjelaskan suatu bagian informasi dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa
tidak hanya sebatas mengingat suatu bahan pelajaran tetapi juga mampu
menjelaskan bahan pelajaran tersebut dengan menggunakan kata-kata sendiri.
d. Pengertian Peta
Dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SD/MI kelas IV ”Peta adalah
gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi yang dilukiskan ke suatu
bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu”. (Tantya Hisnu dan
Winardi, 2008: 3)
Urip Putranto, dkk., dalam buku Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu untuk
SMP Kelas VII Semester II peta adalah gambaran sebagian atau seluruh wilayah
permukaan bumi dengan berbagai kenampakannya pada suatu bidang datar yang
diperkecil menggunakan skala tertentu. (Urip Putranto, dkk., 2006: 2).
Irawan Sadad Sadiman dan Shendy Amalia dalam buku Ilmu Pegetahuan
Sosial 4: SD/MI kelas IV memberikan pengertian bahwa “Peta adalah gambaran
permukaan bumi yang dibuat dengan menggunakan skala tertentu pada bidang
datar”. (Irawan Sadad Sadiman dan Shendy Amalia, 2008: 5).
Sedangkan menurut ICA (International Cartographic Association) dalam
(Urip Putranto, dkk., 2006: 2) peta dapat diartikan sebagai suatu
representasi/gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak, yang dipilih dari
permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
benda angkasa dan umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan
diperkecil/diskalakan.
Dari berbagai pendapat mengenai pengertian peta sebagaimana telah
dijelaskan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan peta
adalah representasi atau gambaran seluruh atau sebagian kenampakan permukaan
bumi baik kenampakan alam maupun kenampakan buatan yang dilukiskan atau
digambarkan pada sebuah bidang datar yang diperkecil dengan menggunakan
skala tertentu yang dilengkapi dengan simbol-simbol sebagai penjelas atau
sebagai tanda pengenal.
e. Unsur-unsur Peta
Peta yang baik haruslah memuat hal-hal sebagai berikut: peta harus
memberikan informasi yang benar, peta harus memberikan informasi keadaan
suatu daerah/wilayah, peta harus menunjukkan letak dan jarak suatu tempat secara
jelas dan pasti, peta harus memuat unsur-unsur. Unsur-unsur inilah yang akan
menunjukkan pada kita tentang keadaan suatu wilayah yang sebenarnya. Adapun
unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah peta adalah:
1) Judul peta, adalah nama sebuah peta yang ditulis di bagian atas dengan huruf
yang menonjol. Judul peta berfungsi untuk menunjukkan daerah yang
digambarkan oleh peta tersebut.
2) Garis tepi peta, adalah batas-batas pinggir gambar peta yang berfungsi untuk
menulis angka-angka derajat astronomi.
3) Legenda, adalah keterangan-keterangan yang menjelaskan simbol-simbol pada
peta. Legenda biasanya berbentuk kolom yang ditempatkan disisi kiri atau
kanan di dalam peta.
4) Skala, adalah perbandingan jarak pada peta dengan jarak yang sesungguhnya di
muka bumi. Skala peta harus dicantumkan dan diletakkan berdekatan dengan
judul peta.
5) Penunjuk arah, disebut juga dengan mata angin adalah jarum pedoman atau
garis yang menunjukkan arah suatu tempat/wilayah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
6) Garis astronomis, adalah garis tegak (vertikal) disebut dengan garis bujur dan
garis mendatar (horisontal) disebut dengan garis lintang. Garis bujur dan garis
lintang inilah yang berguna untuk menentukan letak suatu tempat/wilayah.
7) Tahun pembuatan peta, karena keadaan geografis bersifat dinamis, maka tahun
pembuatan peta perlu ditulis agar pembaca mengetahui kapan peta
bersangkutan dibuat.
8) Inset, adalah peta kecil di dalam peta pokok yang berfungsi sebagai penunjuk
lokasi terhadap daerah lain yang lebih luas atau untuk memperjelas daerah
yang tidak tergambar pada peta pokok.
f. Jenis, Bentuk dan Pemanfaatan Peta
Berdasarkan jenisnya peta dapat dibedakan menjadi:
1) Peta Umum
Peta umum atau peta ikhtisar adalah peta yang dibuat berdasarkan
kenampakan umum, baik medan asli maupun medan buatan. Peta umum
dibedakan menjadi peta topografi, peta korografi dan peta dunia.
- Peta topogarfi, yaitu peta yang memberikan gambaran tentang
permukaan bumi beserta relifnya.
- Peta korografi, yaitu peta yang memberikan gambaran sebagian atau
seluruh permukaan bumi yang bersifat umum dan berskala kecil.
- Peta dunia, yaitu peta yang berfungsi memberikan informasi tentang
bentuk dan letak wilayah setiap negara di dunia.
2) Peta Khusus
Peta khusus atau peta tematik adalah peta yang menggambarkan
kenampakan tertentu (khusus) di muka bumi. Peta khusus meliputi peta
geologi, peta air tanah, peta pariwisata, peta irigasi, peta transportasi, peta
kota, peta ilmu pengetahuan, peta ekonomi dan statistik, peta militer dan
sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Sedangkan berdasarkan bentuknya peta dapat dibedakan sebagai berikut:
- Peta timbul (relief), adalah peta yang dibuat bedasarkan bentuk permukaan
bumi yang sebenarnya.
- Peta dasar (biasa), adalah peta yang dibuat pada suatu bidang datar,
misalnya pada kertas.
- Peta digital, adalah peta yang dibuat secara dua dimensi seperti yang
ditayangkan di televisi.
Adapun manfaatnya peta antara lain:
- Untuk mengetahui jarak satu tempat dengan tempat yang lain.
- Untuk mengetahui arah suatu tempat.
- Untuk mengetahui batas wilayah suatu tempat
- Untuk menjelaskan kondisi lingkungan suatu tempat.
- Untuk memperkirakan kemungkinan usaha yang akan dilakukan pada suatu
tempat.
g. Pemahaman Konsep Peta
Berdasarkan pengertian pemahaman konsep dan pengertian peta, maka
dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep peta adalah suatu proses atau
perbuatan untuk memahami gambar seluruh atau sebagian dari permukaan bumi
yang dilukiskan ke suatu bidang datar dengan perbandingan atau skala tertentu.
2. Hakikat Metode “ Make a Match”
a. Pengertian Metode “Make a Match”
Model pembelajaran make a match atau mencari pasangan adalah model
pembelajaran yang dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Ciri utama dari
model pembelajaran ini adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang
merupakan jawaban atau soal dalam waktu tertentu. Salah satu keunggulan tehnik
ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau
topik dalam suasana yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Menurut Isjoni (2010:77) dalam bukunya “Cooperative Learning:
Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok” menjelaskan bahwa teknik
mencari pasangan (make a match) adalah teknik pembelajaran yang dikembangkan
oleh Lorna Curran (1994). Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkat usia.
Sedangkan Dedi Rohendi, dkk., dalam Jurnal Pendidikan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (PTIK) dengan judul “Penerapan Cooperative
Learning Tipe Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII
dalam Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi” menjelaskan bahwa
Cooperative Learning Tipe Make A Match merupakan salah satu model
pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi keterbatasan sarana dan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. (Dedi Rohendi, dkk., Jurnal Pendidikan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (PTIK), Vol.3 No.1 Juni 2010: 11).
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa metode “make a match”
merupakan bagian dari model pembelajaran struktural yang menekankan pada
siswa untuk mencari pasangan kartu soal atau kartu jawaban yang sesuai dengan
kartu yang dipegang oleh siswa.
Metode make a match atau mencari pasangan diharapkan dapat menjadi
salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini
dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan
jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya
diberi poin.
b. Langkah-langkah Metode “Make a Match”
Adapun langkah-langkah penerapan metode “make a match” adalah
sebagai berikut:
1) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya
kartu jawaban.
2) Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
3) Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya.
Pemegang kartu yang bertuliskan penggalan kalimat prosedur A akan
berpasangan dengan kalimat berikutnya yang dipegang oleh siswa di
kelompok lain yang memegang kalimat prosedur B dan seterusnya.
5) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu
diberi poin.
6) Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya
(tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan
mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama misalnya
menjawab pertanyaan dari guru.
7) Setelah satu babak, kartu diacak lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang
berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8) Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang
memegang kartu yang cocok.
9) Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi
pelajaran. (Anita Lie, 2005:89)
Setiap langkah-langkah tersebut memiliki tujuan yang telah disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran koopertif. Dengan demikian pembelajaran yang
menggunakan metode “make a match” memiliki ciri harus ada kerja sama, saling
menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi,
menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan,
sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran
dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat
dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang
dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
c. Kelebihan dan Kekurangan Metode “Make a Match”
Adapun kelebihan dan kekurangan metode make a match adalah sebagai
berikut:
Kelebihan metode “make a match”
a. Mampu meningkatkan motivasi belajar siswa
b. Mampu menyajikan sebuah proses pembelajaran yang menyenangkan
c. Efektif untuk menghafal materi hafalan verbal dalam jumlah banyak
d. Menghasilkan daya serap yang cukup tinggi.
Sedangkan kelemahan metode “make a match” adalah sebagai berikut:
a. Banyak menyita waktu guru dalam menyiapkan kartu dan perangkat
pendukungnya
b. Cukup menimbulkan kegaduhan karena tidak jarang siswa teriak kegirangan
ketika kartu jawaban yang diambilnya ternyata cocok dengan kartu soal yang
dipegangnya.
Berdasarkan dari kelebihan dan kekurangan proses belajar mengajar
dengan menggunakan metode make a match sebagaimana digambarkan di atas
bisa benar-benar memenuhi hakekat PAKEM ( Pembelajaran yang aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan ) maka sebagai langkah antisipasi dan untuk
meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut peneliti memandang perlu adanya
penyesuaian atau modifikasi. Adapun penyesuaian atau modifikasi yang peneliti
lakukan adalah sebagai berikut :
a. Jumlah kartu yang diterima siswa : dalam model pembelajaran Make A Macth
yang dikembangkan oleh Lorna Curran jumlah kartu yang diterima siswa
dalam satu sesi permainan hanya satu, bisa berupa kartu soal atau bisa juga
kartu jawaban, kemudian siswa akan mencari pasangan kartu tersebut dengan
kartu yang dipegang siswa lain, dan siswa yang berhasil menemukan pasangan
kartunya dengan benar diberi poin dan kartu dikocok lagi agar siswa mendapat
kartu yang berbeda begitu seterusnya. Dalam hal ini peneliti berpendapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
bahwa teknik ini kurang efektif mengingat waktu tatap muka yang terbatas
dan banyaknya materi hafalan verbal yang harus dikuasai siswa. Agar efektif,
maka peneliti mengembangkan menjadi sepuluh kartu dalam setiap sesi
permainan.
b. Teknik permainan atau pengalaman belajar siswa : dalam model pembelajaran
Make A Macth yang dikembangkan Lorna Curran seluruh siswa di kelas
berada dalam satu kelompok permainan. Peneliti berpendapat bahwa teknik
permainan ini tidak cocok untuk diterapkan dikelas yang jumlah siswanya
banyak ( 40 siswa keatas ) karena akan menimbulkan kegaduhan yang luar
biasa, kegaduhan terjadi karena bisa saja kartu yang dipegang siswa yang
duduk di barisan depan pasangannya ada di tangan siswa yang duduk di
barisan belakang. Itulah sebabnya peneliti kemudian memodifikasi permainan
yang bisa dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan empat
siswa sehingga model permainan ini bisa diterapkan dikelas yang jumlah
siswanya banyak.
c. Perangkat pendukung : karena peneliti melakukan modifikasi, maka perangkat
pendukung yang tidak diperlukan dalam model pembelajaran Make A Macth
yang dikembangkan oleh Lorna Curran, dalam model pembelajaran yang
sudah peneliti modifikasi menjadi diperlukan. Perangkat pendukung tersebut
antara lain adalah daftar soal beserta jawabannya yang akan dibagikan kepada
seluruh siswa untuk dijadikan bantuan untuk menghafal fakta-fakta yang harus
dikuasai siswa. Kemudian daftar score untuk menuliskan score poin yang
diperoleh siswa dalam permainan pada masing-masing kelompok.
Jadi dalam modifikasi ini peneliti hanya memodifikasi teknik
permainannya bukan pada prinsip model pembelajarannya agar lebih efektif atau
menyenangkan. Dan yang lebih penting peneliti hanya menyesuaikan dengan
kondisi kelas yaitu kelas yang jumlah siswanya banyak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3. Karakteristik Siswa Kelas IV
Piaget (dalam Suyono dan Hariyanto, 2011: 83) membagi tahap-tahap
perkembangan kognitif menjadi empat yaitu: (a) tahap sensori motor (0-2 tahun);
(b) tahap preoperasional (2-7 tahun); (c) tahap operasional konkret (7-12 tahun);
dan (d) tahap operasional formal (11-18 tahun).
Mulyani Sumantri dan Nana Syaodih (2009: 19), “Anak-anak usia 7-12
tahun sudah menguasai keterampilan-keterampilan dasar membaca, menulis, dan
berhitung”. Kemampuan-kemampuan dasar ini diperoleh saat mereka duduk di
bangku sekolah dasar. Dalam memperoleh keterampilan-keterampilan ini,
tentunya mereka perlu dibantu oleh guru untuk membimbing dan mendidik.
Dalam proses memperolehnya, mereka memerlukan metode pembelajaran yang
tepat agar anak lebih mudah untuk memahami pembelajaran.
Masa usia sekolah dasar merupakan masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia antara enam atau tujuh tahun sampai kira-kira usia dua belas
tahun. Usia ini ditandai dengan dimulainya anak-anak masuk sekolah yaitu
sekolah dasar. Pada usia ini, juga dimulainya sejarah baru dalam kehidupan anak
yang kelak akan mengubah sikap serta tingkah laku. Proses yang dialami anak ini
dinamakan “masa sekolah” yang merupakan masa pertama anak memperoleh
pendidikan formal.
Karakteristik anak sekolah dasar secara umum sebagaimana dikemukakan
Basset, Jacka, dan Logan, 1983 (dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana,
2001: 11) adalah: (1) mereka secara ilmiah memiliki rasa ingin tahu yang kuat dan
tertarik pada dunia sekitar yang mengelilingi diri mereka sendiri, (2) mereka
senang bermain dan suka bergembira/riang, (3) mereka suka mengatur dirinya
untuk menangani berbagai hal, mengeksplorasi suatu situasi dan mencobakan
usaha-usaha baru, (4) mereka bergetar perasaannya dan terdorong untuk
berprestasi sebagaimana mereka tidak suka mengalami ketidakpuasan dan
menolak kegagalan-kegagalan, (5) mereka belajar secara efektif ketika mereka
merasa puas dengan situasi yang terjadi, (6) mereka belajar dengan cara bekerja,
mengobservasi, berinisiatif, dan mengajar anak-anak lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas peneliti
mengambil kesimpulan bahwa karakteristik siswa kelas IV adalah individu yang
sedang berkembang, adanya rasa ingin tahu yang tinggi dengan dunia luar yang
mengelilingi mereka, setiap anak sekolah dasar sedang berada dalam perubahan
fisik maupun mental yang mengarah pada ha-hal yang lebih baik dan perubahan
tingkah laku mereka dalam menghadapi lingkungan sosial maupun non sosial
meningkat.
Karakteristik tersebut menjadi bahan referensi guru untuk menyajikan
pembelajaran yang bisa menyalurkan karakteristik anak yang ada. Dalam
kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar karakteristik tersebut berkaitan erat
dengan rasa keingintahuan tentang materi baru atau materi yang masih asing,
misalnya pada kelas III dalam mata pelajaran IPS membahas materi tentang
membuat denah terbatas pada lingkungan rumah dan sekolah, pada kelas IV
pembahasan materi ditingkatkan menjadi membaca dan membuat peta lingkungan
setempat dengan cakupan wilayah yang lebih luas yaitu kabupaten/kota, provinsi.
Dari denah menjadi peta dan dari lingkungan rumah atau sekolah menjadi
kabupaten/kota atau provinsi adalah salah satu contoh materi yang membawa anak
untuk mengembangkan pola pikir dan wawasan mereka menjadi lebih luas, maka
penggunaan metode yang tepat diharapkan bisa menjadi sarana agar anak dapat
dengan mudah memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
Adapun yang dimaksud dengan siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan
Jebres Surakarta dalam penelitian ini adalah mereka yang belajar di kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 43
siswa, yang terdiri dari 24 siswa putra dan 19 siswa putri.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Disamping sebagai bukti orisinilnya sebuah penelitian, hasil penelitian
terdahulu juga sangat penting sebagai acuan ataupun referensi dalam penelitian
ini. Berikut ini hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan
penelitian yang menggunakan metode “make a match”, misalnya :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Penelitian Rina Andriani (2011) menyebutkan bahwa penerapan metode
“make a match” dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas V B pada mata
pelajaran Aqidah Akhlak di Madrasah Ibtidaiyah Sunan Kalijogo Karangbesuki
Malang dengan persentase peningkatan mencapai 10%. Hasil belajar siswa juga
meningkat, pada siklus I persentase ketuntasan belajar mencapai 48 % dan meningkat
pada siklus II persentase ketuntasan belajar mencapai 81%. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan oleh Rina Andriani, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada
kesamaan variabel yang diteliti yaitu metode “make a match” sebagai variabel X,
dengan materi yang berbeda.
Penelitian Ambar Susanti (2011) menyimpulkan bahwa proses
pembelajaran IPS melalui metode “make a match” dapat meningkatkan hasil
belajar IPS siswa Kelas 1V SDN Kandangan 01 Purwodadi Tahun 2010 / 2011
dengan jumlah siswa 28 pada siklus III secara keseluruhan (28 siswa) mencapai
taraf tuntas (100). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ambar
Susanti, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada kesamaan variabel yang diteliti
yaitu metode “make a match” sebagai variabel X, dengan materi yang berbeda.
Penelitian Ratna Satyawati (2009) menyimpulkan bahwa Proses
cooperative learning tipe make a match dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Meningkatnya minat belajar matematika siswa berdampak pada hasil tes prestasi
siswa, yang ditunjukan dengan meningkatnya rata-rata hasil tes prestasi siswa dari
75,6 pada siklus I menjadi 78,2 pada siklus II. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Ratna Satyawati, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada
kesamaan variabel yang diteliti yaitu metode “make a match” sebagai variabel X,
dengan materi yang berbeda.
Penelitian Aris Setyono (2011) menyimpulkan bahwa penggunaan metode
make a match dalam pembalajaran dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri 2 Planggu. Hal ini ditandai dengan meningkatnya nilai rata-
rata kelas dari 66 dengan jumlah siswa yang memenuhi KKM 10 siswa pada
siklus I meningkat menjadi 71,27 dengan jumlah siswa yang memenuhi KKM 15
siswa pada siklus II. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Aris
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Setyono, maka peneliti menyimpulkan bahwa ada kesamaan variabel yang diteliti
yaitu metode “make a match” sebagai variabel X, dengan materi yang berbeda.
Dari penelitian-penelitian tentang proses pembelajaran dengan
menggunakan metode make a match sebagaimana yang telah dilakukan para
peneliti di atas, peneliti menggaris bawahi bahwa secara umum penggunaan
metode make a match dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam belajar yang ditandai dengan adanya peningkatan hasil
belajar siswa yang cukup signifikan.
C. Kerangka Berpikir
Suatu metode dalam pembelajaran bertujuan untuk dapat meningkatkan
prestasi belajar serta terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien
serta banyak mengandung makna, sehingga proses belajar mengajar mengalami
perubahan menjadi proses pembelajaran. Hal itu dimaksudkan untuk lebih
memberikan bobot serta makna yang dalam agar siswa dapat mencapai tujuan
pembelajaran serta berdampak pada perubahan tingkah laku baik menyangkut
unsur kognitif, efektif maupun psikomotor.
Menurut Piaget pada taraf konkret operasional (7-11 tahun), siswa
mempunyai ciri khas yaitu segala sesuatu dipahami sebagaimana yang tampak
saja atau sebagaimana yang mereka alami. Dalam memahami konsep, individu
sangat terikat pada proses mengalami sendiri, artinya siswa mudah memahami
konsep jika pengertian konsep itu dapat diamati atau siswa melakukan sesuatu
yang berkaitan dengan konsep tersebut. Selain itu, data penelitian menunjukkan
bahwa belajar melalui mendengar dan berbuat dapat mencapai hasil hingga 90%.
Pembelajaran IPS sangatlah penting agar siswa dapat memahami dirinya
sendiri dalam kehidupan bermasyarakat dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Pada pembelajaran IPS kelas IV Semester I khususnya tentang materi pokok
membaca dan menggambar peta lingkungan setempat, diperlukan adanya
pemahaman konsep tentang bagaimana cara untuk membaca dan menggambar
sebuah peta. Dalam pemahanan konsep tersebut haruslah disampaikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
cara yang menarik dan tidak membuat anak bosan sehingga proses pemindahan
pengetahuan (transfer of knowledge) dapat berjalan dengan baik. Dengan
demikian metode yang dikemas dengan menarik akan dapat mendorong dan
membangkitkan semangat siswa dalam meningkatkan pembelajaran IPS.
Metode ”make a match” adalah salah satu metode pembelajaran yang
sangat menarik yang dapat meningkatkan semangat dan keaktifan siswa dalam
proses belajar mengajar. Metode ”make a match” mengandung unsur kerja sama,
persaingan positif antar kelompok dan kecepatan serta ketepatan mengambil sikap
sehingga merangsang siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu
keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai
suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Dengan demikian, diharapkan penggunaan metode ”make a match” dapat
meningkatkan pemahaman konsep peta pada kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan
Jebres Surakarta.
Secara sistematis kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir.
D. Hipotesis Tindakan
Dengan memperhatikan beberapa uraian di atas maka sebagai hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah: ”Penggunaan metode ”make a match” dapat
meningkatkan pemahaman konsep peta pada siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
Menggunakan metode
”make a match” dalam
pembelajaran Kondisi
Akhir
Guru belum menggunakan
metode ”make a match”
dalam proses
pembelajaran
Siklus I diharapkan
meningkat
Pemahaman siswa
rendah
Menggunakan Metode
”make a match” dalam
proses pembelajaran
Kondisi
Awal
Tindakan
Siklus II diharapkan
lebih meningkat lagi
Pemahaman siswa
optimal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta.
SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta mempunyai 6 ruang kelas, 1 UKS, 1
perpustakaan, 1 gudang, 1 rumah dinas penjaga, 5 WC dan masing-masing dalam
kondisi cukup baik sehingga menunjang proses kegiatan belajar mengajar.
Adapun penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Lokasi SD Negeri
04 Kepatihan Jebres Surakarta sangat strategis, berada persis tengah jantung kota
Surakarta, dengan latar belakang lingkungan yang cenderung heterogen baik dari
segi agama, pekerjaan, pendidikan serta ekonomi. Siswa Kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta merupakan siswa yang aktif, kreatif dan sangat
antusias terhadap pelajaran-pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dari hasil
beberapa test formatif siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta
memiliki skor relatif lebih bervariasi dan mempunyai kecenderungan belum
mencapai standar batas ketuntasan yang telah ditetapkan.
Sekolah tersebut dipilih sebagai tempat penelitian karena sekolah ini
belum pernah dijadikan lokasi penelitian tentang pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan metode “make a match”, sehingga peneliti ingin
menggunakan metode “make a match” untuk meningkatkan pemahaman konsep
peta pada siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Semester I Tahun
Pelajaran 2011/2012 selama 9 bulan yaitu bulan Mei 2012 sampai bulan
Januari 2013. Adapun jadwal penelitian dan kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan selama penelitian, secara rinci dapat dilihat pada lampiran 22
halaman 156
B. Subjek Penelitian
Sebagai subjek dalam penelitian tindakan kelas ini adalah guru dan siswa
kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 2011/2012 yang
berjumlah 43 siswa, yang terdiri dari 24 siswa putra dan 19 siswa putri.
C. Bentuk dan Jenis Penelitian
Bentuk pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan deskriptif kualitatif karena data yang diperoleh berupa data langsung
dari kegiatan pembelajaran di kelas. Sedangkan jenis penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
D. Sumber Data
Data yang baik adalah data yang diambil dari sumber yang tepat dan
akurat. (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi, 2008: 129). Dalam
penelitian ini ada tiga sumber data yang dapat digali untuk mendapatkan berbagai
informasi guna memperlancar penelitian, yaitu:
1. Informan, yakni guru kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
2. Peristiwa yaitu proses yang terjadi di dalam kelas selama berlangsungnya
kegiatan belajar mengajar yang meliputi beberapa faktor yaitu:
a. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM)
- Ketercapaian tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
- Pengamatan waktu belajar.
- Suasana berlangsungnya KBM.
b. Motivasi Belajar Siswa
- Partisipasi/ keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
- Antusias dan semangat siswa dalam KBM.
- Tanggapan siswa (rasa senang, kecocokan dengan metode pembelajaran)
3. Sumber yang terakhir yaitu data dan dokumen yang berupa nilai belajar IPS
studi awal, tes siklus I dan siklus II, angket dan lembar observasi.
E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Pada dasarnya prinsip pengumpuan data dalam penelitian tindakan kelas
tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang
lain. Data yang diambil berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Tekhnik
pengumpulan data adalah cara yang dipergunakan dalam suatu penelitian untuk
mendapatkan keterangan-keterangan berhubungan dengan penelitian yang
dilakukan untuk memperoleh data. Menurut Suwarto dan St. Y. Slamet (2007: 84)
bahwa dalam suatu penelitian, alat pengumpul data (instrument) menentukan
kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan kualitas
penelitiannya. Untuk mendapatkan data pada pelaksanaan penelitian tindakan
kelas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Observasi
Menurut Ngalim Purwanto (2001: 149) observasi adalah suatu metode
atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis
mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok
secara langsung. Sedangakan menurut Lexy J. Moleong (1989: 175) manfaat dari
penggunaan tekhnik observasi atau pengamatan adalah untuk mengoptimalkan
kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
kebiasaan dan sebagainya. Jadi yang penulis maksud dengan teknik observasi
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah proses perekaman dengan mengamati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
semua peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama penelitian tindakan kelas
berlangsung. Alat yang digunakan adalah lembar observasi, format-format ini
dapat dilihat pada lampiran lampiran.
2. Interview (wawancara)
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan
pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan itu. Lexy J. Moleong (2007: 186). Dalam penelitian tindakan kelas ini
terwawancara adalah siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta,
Guru kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta, bapak/ibu guru di SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta.
3. Test
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Suharsimi Arikunto, 1998:
139). Test ini dilaksanakan secara tertulis dengan tujuan untuk mengetahui
tingkat pemahaman siswa dalam pembelajaran mata pelajaran IPS dengan cara
memberikan soal evaluasi berupa soal yang disusun oleh guru sebagai peneliti.
Tes dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah
dilakukan tindakan sehingga peneliti dapat merencanakan tindakan yang akan
diambil dalam memperbaiki proses pembelajaran. Pemberian tindakan dilakukan
melalui dua siklus dan evaluasi dilakukan diakhir siklus pertama agar dapat
digunakan sebagai pertimbangan pelaksanaan siklus selanjutnya.
Adapun alat pengumpulan data berupa tes tertulis yaitu lembar evaluasi,
dengan cara memberikan soal evaluasi berupa soal yang disusun oleh guru sebagai
peneliti. Lembar evaluasi ini dikerjakan oleh siswa disetiap akhir pembelajaran
dan akhir tindakan setiap pembelajaran. Alat pengumpul data dengan teknik
observasi berupa lembar observasi, dengan wawancara berupa lembar wawancara,
serta teknik dokumentasi berupa daftar nilai IPS kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Jebres Surakarta dan lembar evaluasi siswa. Adapun daftar nilai IPS dapat dilihat
pada lampiran 21 halaman 154.
F. Validitas Data
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen penelitian (Suharsimi Arikunto, 1997: 144).
Data yang valid dalam suatu penelitian merupakan data yang sesuai dengan
kenyataan dari apa yang sedang diteliti atau dites. Agar diperoleh data yang valid,
instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Validasi data yang
diperoleh melalui triangulasi sumber, yang berarti membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda (Patton dalam Lexy J. Moleong, 2007: 330). Dalam istilah lain Lexy
J. Moleong bahwa yang dimaksud dengan trigulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain Lexy J. Moleong, 2007:
330).
Dari pendapat di atas peneliti menggaris bawahi bahwa trigulasi adalah
teknik yang digunakan untuk mencocokkan data atau sumber yang diperoleh di
lapangan dengan cara membandingkannya dengan berbagai data atau sumber yang
lain. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan trigulasi data/sumber dan
trigulasi metode. Adapun maksud dari kedua trigulasi tersebut adalah:
1. Triangulasi data yaitu membandingkan dan mengecek kembali derajat
kepercayaan suatu informasi yang telah diperoleh melalui waktu dan alat
yang berbeda. Informasi dari narasumber yang satu dibandingkan dengan
informasi dari narasumber lainnya. Dalam melaksanakan penelitian di kelas
IV SD Negeri 04 Kepatihan, peneliti melakukan pendekatan dengan guru
kelas IV dan siswa kelas IV untuk memperoleh informasi yang diperlukan
dalam penelitian. Data yang diperlukan dalam penelitian yaitu data aktivitas
belajar IPS siswa yang berasal dari skor angket aktivitas siswa dan hasil
observasi aktivitas siswa. Sedangkan nilai hasil belajar IPS siswa berasal dari
tes yang dilakukan pada pembelajaran IPS materi membaca peta lingkungan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
setempat (kabupaten/kota, propinsi) menggunakan skala sederhana. Nilai
hasil belajar IPS dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 154.
2. Triangulasi metode mengumpulkan data yang sejenis tetapi dengan
menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda. Misalnya
angket dan observasi. Penggunaan metode pengumpulan data yang berbeda
ini diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya. Dalam melaksanakan penelitian di kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan, peneliti menggunakan angket aktivitas dan observasi
aktivitas untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa kelas V SD Negeri 04
Kepatihan.
G. Analisis Data
Mengingat betapa pentingnya analisis data, maka peneliti harus paham
teknik analisis data yang tepat agar manfaat penelitiannya memiliki nilai ilmiah
yang tinggi. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa dan hasil skor dari angket)
akan dianalisis menggunakan analisis data kuantitatif. Analisis data kuantitatif
dilaksanakan untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan tindakan dilaksanakan.
Data berupa angka-angka nilai atau persentase tindakan, yang dijadikan indikator
pelaksanaan tindakan.
Langkah umum teknik analisis data yang dijalani peneliti adalah teknik
analisis data model interaktif (Miles dan Hubberman, 2007: 20) yang terdiri dari
tiga komponen analisis, yaitu (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan
simpulan atau verivikasi. Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya
direduksi. Reduksi adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang distorsi data yang
tidak perlu dan menggorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga
kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik kesimpulan/diverifikasi. Setelah
data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Dengan melihat penyajian data, maka akan dimengerti apa yang terjadi
dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan
lain berdasarkan pengertian tersebut. Dalam pelaksanaan penelitian penyajian-
panyajian data yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis
kualitatif yang valid. Untuk menampilkan data-data tersebut agar lebih menarik
maka diperlukan penyajian yang menarik pula. Dalam penyajian ini dapat
dilakukan melalui berbagai macam cara visual misalnya gambar, grafik, chart
network, diagram, matrik dan sebagainya. (Milles dan Hubberman, 2007 : 17).
Data-data dari hasil penelitian setelah direduksi disajikan langkah terakhir
adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil dari data-data yang telah didapatkan
dari laporan penelitian selanjutnya digabungkan dan disimpulkan serta diuji
kebenarannya. Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari suatu kegiatan dari
konfigurasi yang utuh sehingga kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi data yaitu Pemeriksaan tentang benar dan
tidaknya hasil dari laporan penelitian. Kesimpulan adalah tinjauan ulang pada
catatan di lapangan/kesimpulan dapat ditinjau sebagai makna-makna yang muncul
dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yaitu
yang merupakan validitasnya (Milles dan Hubberman, 2007: 19 ).
Proses analisis ini lebih jelas digambarkan dalam skema berikut:
Gambar 3.1 Analisis Model Interaktif (Milles & Huberman, 1992:18)
Pengumpulan
Data
Reduksi
Data
Penyajian Data
Penarikan
Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Dari bagan tersebut terlihat dengan jelas bahwa pada waktu pengumpulan
data, peneliti selalu membuat reduksi data dan sajian data. Artinya, data yang
berupa catatan lapangan yang terdiri dari bagian deskripsi dan refleksinya adalah
data yang telah digali dan dicatat. Dari dua bagian data tersebut peneliti menyusun
rumusan pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting
dalam arti inti pemahaman segala peristiwa yang dikaji yang disebut reduksi data.
Selanjutnya dilakukan penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan
logis dengan suntingan penelitinya supaya makna peristiwanya menjadi lebih jelas
dipahami, dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks dan gambar)
yang sangat mendukung kekuatan sajian data.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan prosedur
penelitian bertahap, strategi yang digunakan mengacu pada model siklus, yaitu
model Kemmis dan Mc. Taggart dimulai dengan rencana/plan, tindakan/action,
pengamatan/observe, refleksi/reflection. Gambar alur pelaksanaan tindakan dalam
penelitian tindakan kelas adalah sebagaimana di bawah ini:
Siklus I
Siklus II
Gambar 3.2 Alur Pelaksanaan Tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas
(Kasihani Kasbolah, 2001: 39)
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Observasi
Refleksi
Pelaksanaan
Tindakan
Rencana tindakan
Rencana tindakan
Observasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
1. Rencana Tindakan
Penelitian tindakan kelas akan dilaksanakan selama 9 bulan, dimulai dari
bulan Mei 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Untuk mata pelajaran IPS
alokasi waktu dua jam pelajaran setiap minggu dilaksanakan sebanyak dua siklus
yang masing-masing terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan
refleksi.
2. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus menggunakan
metode “make a match”.
a. Siklus I
1) Perencanaan
Perencanaan untuk siklus I dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari:
a) Merancang skenario pembelajaran
b) Membuat lembar observasi untuk mengamati lembar kegiatan siswa
dan guru selama pembelajaran berlangsung
c) Mempersiapkan alat bantu mengajar sesuai kompetensi dasar yang
disampaikan (buku siswa, lembar kegiatan siswa dan sebagainya).
2) Pelaksanaan tindakan
Melaksanakan rencana pembelajaran dengan menggunakan media-media
yang mendukung pelaksanaan pembelajaran dengan metode “make a
match” sesuai dengan rencana yang sudah dibuat.
Pada siklus I dibagi ke dalam tiga kegiatan:
a) Kegiatan pendahuluan
1. Guru menanyakan berbagai hal kepada siswa untuk mengulang
materi yang telah diajarkan minggu yang lalu.
2. Guru memaparkan tentang model dan pokok bahasan yang akan
dibahas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3. Guru memaparkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam
pertemuan ini.
4. Siswa menyimak apersepsi guru melalui kegiatan tanya jawab
tentang unsur-unsur peta dan membaca peta lingkungan setempat.
5. Siswa mempelajari modul dan memahami penjelasan guru mengenai
unsur-unsur peta dan membaca peta lingkungan setempat.
6. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pre test.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 5 menit ).
b) Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan LKS yang akan digunakan pada pertemuan ini.
2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas tentang mengenal unsur-unsur
peta dan membaca peta lingkungan setempat.
3) Guru menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang
siswa ketahui mengenai topik mengenal unsur-unsur peta, guna
untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi
bahan pelajaran yang baru.
4) Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a. Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa pertanyaan
atau jawaban.
b. Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
dipegang
c. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
selama 15 menit.
d. Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya maka
mendapatkan poin
e. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa salah
mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan hukuman yang
telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
f. Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu mereka
kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan tersebut. Jika
cocok maka pasangan yang menjawab akan mendapatkan poin.
Pada tahap ini bertujuan agar siswa dapat
mempertanggungjawabkan jawaban mereka dan dapat
mengetahui kesalahan jika mereka salah mencocokkan.
g. Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling banyak
akan mendapatkan hadiah. Tahap ini bertujuan untuk memotivasi
dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai keberhasilannya.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 45 menit ).
c) Kegiatan Penutup
Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi
yang kurang bisa dipahami.
Guru membuat ikhtisar/ rangkuman.
Setiap siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai
evaluasi pembelajaran (post test).
Siswa menyimpulkan tentang kegiatan pembelajaran yang
telah dilakukan dengan arahan guru.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 20 menit ).
3) Pengamatan/observasi
Melakukan pengamatan terhadap penelitian tindakan kelas dengan
menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang sudah disiapkan.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes
evaluasi, hasil observasi kinerja guru dan hasil observasi aktifitas siswa.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada siklus 1, ternyata
penggunaan metode “make a match” belum berhasil meningkatkan
pemahaman konsep peta secara maksimal. Pada siklus I ketuntasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
klasikal yang diperoleh hanya 30,23% sehingga peneliti perlu melanjutkan
pada siklus 2 untuk menyempurnakan penggunaan metode “make a
match” dalam meningkatkan pemahaman konsep peta.
b. Siklus II
1) Perencanaan
Perencanaan untuk siklus II dalam penelitian tindakan kelas ini terdiri dari:
a) Merancang skenario pembelajaran
b) Membuat lembar observasi untuk mengamati lembar kegiatan siswa
dan guru selama pembelajaran berlangsung
c) Mempersiapkan alat bantu mengajar sesuai kompetensi dasar yang
disampaikan (buku siswa, lembar kegiatan siswa dan sebagainya).
2) Pelaksanaan tindakan
Pada siklus kedua ini langkah-langkah yang dilakukan sama halnya
dengan siklus pertama, tetapi materi yang diperlajari pada siklus kedua ini
berbeda dengan materi yang dipelajari pada siklus pertama yaitu mengenai
peta lingkungan setempat dan mengukur jarak memakai skala sederhana
yang dibagi ke dalam tiga kegiatan:
a) Kegiatan pendahuluan
1) Guru menanyakan berbagai hal kepada siswa untuk mengulang
materi yang telah diajarkan minggu yang lalu.
2) Guru memaparkan tentang model dan pokok bahasan yang akan
dibahas
3) Guru memaparkan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dalam
pertemuan ini.
4) Siswa menyimak apersepsi guru melalui kegiatan tanya jawab
tentang peta lingkungan setempat dan mengukur jarak memakai
skala sederhana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
5) Siswa mempelajari modul dan memahami penjelasan guru mengenai
peta lingkungan setempat dan mengukur jarak memakai skala
sederhana.
6) Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan sebagai pre test.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 5 menit ).
b) Kegiatan inti
1) Guru menyiapkan LKS yang akan digunakan pada pertemuan ini.
2) Sebelum bahan pelajaran diberikan, guru memberikan pengenalan
mengenai topik yang akan dibahas tentang mengenal unsur-unsur
peta dan membaca peta lingkungan setempat.
3) Guru menuliskan topik di papan tulis dan menanyakan apa yang
siswa ketahui mengenai topik mengenal unsur-unsur peta, guna
untuk mengaktifkan skemata siswa agar lebih siap menghadapi
bahan pelajaran yang baru.
4) Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a. Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa pertanyaan
atau jawaban.
b. Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
dipegang
c. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
selama 15 menit.
d. Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya maka
mendapatkan poin
e. Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa salah
mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan hukuman yang
telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
f. Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu mereka
kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan tersebut. Jika
cocok maka pasangan yang menjawab akan mendapatkan poin.
Pada tahap ini bertujuan agar siswa dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
mempertanggungjawabkan jawaban mereka dan dapat
mengetahui kesalahan jika mereka salah mencocokkan.
g. Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling banyak
akan mendapatkan hadiah. Tahap ini bertujuan untuk memotivasi
dan memberi penghargaan kepada siswa sebagai keberhasilannya.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 45 menit ).
c) Kegiatan Penutup
1. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi yang
kurang bisa dipahami.
2. Guru membuat ikhtisar/ rangkuman.
3. Setiap siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai
evaluasi pembelajaran (post test).
4. Siswa menyimpulkan tentang kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan dengan arahan guru.
( Kegiatan ini berlangsung sekitar 20 menit ).
3) Pengamatan/observasi
Melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan kelas dengan
menggunakan lembar pengamatan (observasi) yang sudah disiapkan.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi peneliti melakukan analisis terhadap hasil tes
pada siklus 2, hasil observasi kinerja guru dan hasil observasi aktifitas
siswa. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada siklus 2, ternyata
penggunaan metode “make a match” telah berhasil meningkatkan
pemahaman konsep peta secara maksimal. Pada siklus II ketuntasan
klasikal yang diperoleh telah mencapai 93,02% sehingga peneliti tidak
perlu melanjutkan pada siklus berikutnya karena hasil yang diperoleh
siswa telah mencapai nilai KKM yang ditentukan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Pengamatan
Dalam kegiatan proses belajar mengajar yang menggunakan metode
“make a match” ini untuk mengetahui perkembangan serta keberhasilan sesuai
dengan tujuan, maka akan selalu diadakan pengamatan. Pengamatan ini dilakukan
oleh guru itu sendiri maupun observer (rekan guru) dengan menggunakan lembar-
lembar kegiatan pengamatan yang sudah dipersiapkan.
4. Refleksi
Kegiatan refleksi dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Refleksi dalam
penelitian adalah supaya untuk mengkaji apa yang telah terjadi, yang dihasilkan.
Refleksi dilakukan berdasarkan:
a. Hasil observasi selama proses pembelajaran
b. Hasil belajar siswa
c. Tanggapan siswa tentang proses pembelajaran.
Hasil refleksi ini digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam
mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian
terhadap keberhasilan atau kegagalan pencapaian tujuan untuk menentukan
tindakan selanjutnya. Refleksi dilakukan agar tidak terjadi kesalahan yang
terulang pada tindakan selanjutnya.
I. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila telah memenuhi
kriteria adanya peningkatan pemahaman konsep peta pada siswa kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta, hal ini bisa dibuktikan dengan siswa dapat
mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk mata pelajaran IPS kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres
Surakarta yaitu ≥ 63 dengan ketuntasan belajar klasikal 80%. Meningkatnya hasil
belajar siswa yang ditunjukkan dengan terlampauinya skor minimal ketuntasan
yaitu nilai rata-rata kelas 63 dan sekurang-kurangnya 80 % siswa memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
nilai 63 atau lebih. Hal ini juga ditandai dengan adanya proses KBM yang lebih
baik dan menyenangkan, siswa berpartisipasi aktif dalam KBM dengan persentase
aktivitas siswa dalam pembelajaran > 80 %.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
a. Letak Sekolah
SD Negeri 04 Kepatihan terletak di desa Kepatihan kecamatan Jebres
kotamadya Surakarta. Alasan yang mendasari penelitian ini dilaksanakan di
SD Negeri 04 Kepatihan adalah karena pembelajaran dengan metode make a
match belum pernah dilaksanakan di SD Negeri 04 Kepatihan Jebres
Surakarta.
b. Kondisi Sekolah
SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta mempunyai 6 ruang kelas, 1
UKS, 1 perpustakaan, 1 gudang, 1 rumah dinas penjaga dan 5 WC dan
masing-masing masih dalam kondisi cukup baik. SD Negeri 04 Kepatihan
dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan jumlah tenaga pengajar 6 guru
kelas, 1 guru PAI, 2 guru olah raga dan 1 orang penjaga sekolah. Jumlah
seluruh siswa SD Negeri 04 Kepatihan pada tahun ajaran 2011/2012 adalah
263 siswa yang terdiri dari kelas I sebanyak 42 siswa, kelas II sebanyak 44
siswa, kelas III sebanyak 42 siswa, kelas IV sebanyak 43 siswa, kelas V
sebanyak 45 siswa dan kelas VI sebanyak 47 siswa.
2. Deskripsi Pra Penelitian
Sebelum melaksanakan proses penelitian, terlebih dahulu peneliti
melakukan kegiatan pengamatan di kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres
Surakarta dengan tujuan untuk mengetahui keadaan nyata yang terjadi di
lapangan. Dalam tahapan ini peneliti melakukan tes awal untuk mengetahui
hasil belajar siswa sebelum pembelajaran dengan metode make a match.
Berikut ini peneliti sajikan frekuensi data nilai pemahaman konsep
peta siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta yang diperoleh
sebelum dilaksankan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas
IV SD Negeri 04 Kepatihan Pra Penelitian
No Nilai Perolehan Frekuensi Persentase (%)
1 30 - 39 14 32,56
2 40 - 49 14 32,56
3 50 - 59 12 27,90
4 60 - 69 3 6,98
Jumlah 43 100
Frekuensi
60-69
32.56
27.9
6.98
32.56
10
8
6
4
14
(Interval Nilai)
2
30-39 40-49 50-59
12
Gambar 4.1 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Pra Penelitian
Berdasarkan tabel 4.1 distribusi frekuensi dan histogram pemahaman
konsep peta siswa Kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan di atas menunjukkan
hasil yang diperoleh siswa pada kondisi awal atau pra penelitian masih sangat
jauh dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≤ 63) yang ditetapkan dengan
nilai rata-rata siswa hanya mencapai 40.93. Untuk lebih jelasnya dibawah ini
akan peneliti sajikan hasil analisis data yang diperoleh sebelum diadakan
tindakan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Tabel 4.2 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Pra Penelitian
No. Jumlah
siswa
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Nilai
rata-rata
kelas
Siswa yang tuntas Siswa yang
belum tuntas
Jumlah Persen
(%) jumlah
Persen
(%)
1. 43 60 30 40.93 0 0 43 100
Tabel 4.2 di atas menjelaskan bahwa belum ada satupun siswa telah
mencapai ketuntasan belajar (dibawah KKM ≤ 63), berarti di kelas IV SD
Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta ketuntasan klasikal masih 0%. Hal
tersebut tidak sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal untuk mata
pelajaran IPS yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta yang
menyatakan bahwa seorang siswa dikatakan telah tuntas belajarnya apabila
telah mendapatkan nilai 63 dengan ketuntasan klasikal 80% siswa yang telah
mencapai KKM.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
meningkatkan pemahaman konsep peta siswa kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan dan nilai IPS khususnya pada materi membaca peta lingkungan
setempat (kabupaten/kota, propinsi) menggunakan skala sederhana dengan
mengadakan penelitian di kelas IV menggunakan metode make a match. Hal
ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep peta siswa yang masih
rendah sehingga hasil pembelajarannya pun lebih memuaskan.
3. Deskripsi Siklus 1
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan pembelajaran merupakan langkah operasional awal
dari penelitian tindakan kelas yang disusun mengacu kepada hipotesis
tindakan. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini bahwa metode make
a match dapat meningkatkan meningkatkan pemahaman konsep peta siswa
kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran, ada beberapa kegiatan
awal yang direncanakan dan perlu disiapkan secara baik agar pelaksanaan
tindakan pembelajaran berjalan lancar. Adapun kegiatan yang dilakukan
meliputi:
1) Mensosialisasikan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan
metode make a match.
2) Menentukan materi pembelajaran siklus I sesuai dengan program tahunan
dan program semester dalam pembelajaran IPS kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Jebres Surakarta.
3) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan skenario
pembelajaran yang menggunakan metode make a match.
4) Membuat lembar observasi untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang
diharapkan muncul/berkembang pada siklus I.
5) Menyamakan persepsi observer terhadap lembar observasi yang dibuat.
6) Menyiapkan tes hasil belajar untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam
pencapaian kompetensi.
7) Membuat media kartu yang disesuaikan dengan konteks materi peta dan
simbol-simbol pada peta.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan tindakan yang merupakan
implementasi dari skenario pembelajaran dan perencanaan yang telah dibuat.
Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam 2X (dua kali)
pertemuan, dengan alokasi waktu setiap pertemuan 2 x 35 menit, yang
dilaksanakan pada hari Senin tanggal 3 September dan hari Senin tanggal 10
September 2012.
Pertemuan ke-1
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari
Senin tanggal 3 September 2012 dengan skenario tindakan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
1) Pendahuluan (5 menit)
Pembelajaran diawali dengan presensi kelas oleh guru,
memberikan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab tentang peta
dengan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, memotivasi
siswa dengan menyanyikan lagu “Dari Sabang sampai Merauke” dan
memberikan beberapa pertanyaan tentang materi hari itu. Guru
menyampaikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).
Selanjutnya guru menyampaikan orientasi tujuan pembelajaran hari itu dan
menjelaskan langkah-langkah metode make a match kepada siswa.
2) Kegiatan Inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1. Siswa mengamati peta yang disajikan kemudian menemukan
komponen-komponen dalam peta.
2. Siswa berkelompok untuk mencoba menemukan komponen-
komponen peta Kabupaten.
b. Elaborasi
1. Dalam kelompok siswa mendiskusikan simbol-simbol dalam peta.
2. Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a) Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa pertanyaan
atau jawaban.
b) Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
dipegang
c) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
selama 15 menit.
d) Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya maka
mendapatkan poin
e) Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa salah
mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan hukuman yang
telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
f) Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu mereka
kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan tersebut. Jika
cocok maka pasangan yang menjawab akan mendapatkan poin
g) Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling banyak
akan mendapatkan hadiah.
3. Membuat laporan hasil diskusi kelompok secara tertulis.
c. Konfirmasi
1. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi yang
kurang bisa dipahami.
2. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap kegiatan
siswa.
3) Penutup (15 menit)
Untuk mengakhiri pembelajaran guru melakukan beberapa
kegiatan antara lain : guru membuat ikhtisar/rangkuman dan siswa
menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian
guru memberikan penugasan untuk mempelajari materi pertemuan
berikutnya. Selanjutnya dilakukan evaluasi hasil belajar untuk mengetahui
ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pertemuan ke-2
Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke-2 dilaksanakan pada
hari Senin tanggal 10 September 2012. Pada pertemuan ke-2 ini rumusan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator maupun tujuan
pembelajaran sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan ke-1. Hal yang membedakan pertemuan ke-2 dengan pertemuan
ke-1 terletak pada materi yang dipelajar yaitu materi tentang mengukur
jarak suatu tempat dengan skala sederhana. Adapun skenario tindakan
pada pertemuan ke-2 ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
1) Pendahuluan (5 menit)
Pembelajaran diawali dengan presensi kelas oleh guru,
memberikan apersepsi dengan cara melakukan tanya jawab tentang materi
pada pertemuan ke-1, memotivasi siswa pentingnya mengetahui materi
mengukur jarak suatu tempat dengan skala sederhana serta memberikan
beberapa pertanyaan tentang materi hari itu. Selanjutnya guru
menyampaikan orientasi tujuan pembelajaran hari itu dan menjelaskan
langkah-langkah mengukur jarak suatu tempat dengan skala sederhana
kepada siswa.
2) Kegiatan Inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1. Siswa mengamati peta lingkungan setempat (Kab/ Kota/ Provinsi
yang disajikan.
2. Siswa berkelompok untuk mencoba menghitung jarak tempat dengan
menggunakan skala sederhana.
b. Elaborasi
1. Dalam kelompok siswa berdiskusi untuk menghitung jarak suatu
tempat dengan menggunakan skala sederhana.
2. Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a) Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa pertanyaan
atau jawaban.
b) Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu yang
dipegang
c) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya
selama 15 menit.
d) Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya maka
mendapatkan poin
e) Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa salah
mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan hukuman yang
telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
f) Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu mereka
kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan tersebut. Jika
cocok maka pasangan yang menjawab akan mendapatkan poin
g) Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling banyak
akan mendapatkan hadiah.
3. Membuat laporan hasil diskusi kelompok secara tertulis.
c. Konfirmasi
1. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi yang
kurang bisa dipahami.
2. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap kegiatan
siswa.
3) Penutup (20 menit)
Untuk mengakhiri pembelajaran guru melakukan beberapa
kegiatan antara lain : (1) guru membuat ikhtisar/rangkuman dan siswa
menyimpulkan kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, kemudian
guru memberikan penugasan untuk mempelajari materi pertemuan
berikutnya. Selanjutnya memberikan tindak lanjut serta memberikan
evaluasi hasil belajar untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
c. Hasil Pengamatan atau Observasi
Hasil pengamatan pada siklus I secara terperinci sebagai berikut :
1). Hasil Penelitian Tes Siklus I (Hasil Belajar)
Hasil perolehan yang dicapai siswa terhadap hasil belajarnya dapat kita
lihat dalam tabel 4.3 dibawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Tabel 4.3 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas
IV SD Negeri 04 Kepatihan Siklus I
No Nilai Perolehan Frekuensi Persentase (%)
1 40 - 52 12 27,91
2 53 - 65 20 46,51
3 66 - 78 8 18,60
4 79 - 91 3 6,98
Jumlah 43 100
Frekuensi
79-91
18
20
18.6
27.91
46.51
6.98
10
8
6
4
14
16
(Interval Nilai)
2
40-52 53-65 66-78
12
Gambar 4.2 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV SD Negeri 04
Kepatihan Siklus I
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi dan histogram di atas
menunjukkan hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan pada
siklus I sudah mengalami peningkatan dibandingkan hasil pada kondisi awal
atau pra penelitian. Meskipun begitu masih sangat jauh dari Kriteria
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan dengan nilai rata-rata siswa
hanya mencapai 60.18. Untuk lebih jelasnya akan peneliti sajikan hasil
analisis data yang diperoleh pada siklus I sebagaimana dibawah ini:
Tabel 4.4 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Siklus I
No. Jumlah
siswa
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Nilai
rata-
rata
kelas
Siswa yang
tuntas
Siswa yang
belum tuntas
Jumlah Persen
(%) jumlah
Persen
(%)
1. 43 82.50 40 60,18 13 30,23 30 69,77
Bila digambar dalam bentuk diagram prosentase ketuntasan belajar siswa
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.3. Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Siklus I
Diagram di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas atau
belum mencapai KKM sebesar 69,77% atau 30 siswa sedangkan siswa yang
telah tuntas belajarnya baru 30,23% atau 13 siswa. Rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus I ini sebesar 60,18%. Berdasarkan hasil tes tersebut maka
pada siklus I ini keberhasilan penelitian belum tercapai. Namun jika
dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan penelitian maka terjadi
peningkatan hasil belajar yang cukup mengembirakan.
30,23%
69,77%
PROSENTASE KETUNTASAN SISWA
Siswa yangtuntas
Siswa yangbelum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Pada pra penelitian ketuntasan klasikal 0% namun pada siklus I ini
menjadi 30,23% berarti terjadi peningkatan sebesar 30,23%. Peningkatan
ketuntasan kelas ini terjadi karena siswa mengkonstruksi pengetahuannya
sendiri dan bekerjasama dengan temannya sehingga siswa memahami materi
bukan mengingat materi. Kondisi seperti ini akan meningkatkan daya serap
siswa terhadap materi pembelajaran, Peningkatan daya serap siswa ini akan
berdampak pada kemampuan memecahkan soal tes.
2). Hasil Pengisian Angket Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran dengan
metode Make a Match.
Hasil analisis angket aktivitas siswa terhadap pembelajaran materi
pokok peta dan komponen-komponennya dengan metode Make a Match
seperti tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5 Presentase Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran Metode
Make a Match Siklus I
No. Aspek yang diamati
SIKLUS I
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-1
Presentase Kategori Presentase Kategori
1 Keantusiasan dalam
pembelajaran 59 % Kurang 68 % Kurang
2 Perhatian terhadap
materi yang dijelaskan 69 % Kurang 88 % Baik
3 Kerjasama dalam
kelompok 52 % Kurang 82 % Baik
4 Kemauan untuk
menyampaikan
pendapat
59 % Kurang 74 % Baik
5 Kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas 66 % Kurang 78 % Baik
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa dari pertemuan ke-1 sampai
pertemuan ke-2 antusias siswa dalam pembelajaran masih dalam kategori
kurang (63.5%), sedangkan untuk empat aspek lainnya sudah dalam kategori
baik. Hal ini terjadi karena pembelajaran pada materi pokok peta dan
komponen-komponennya dengan metode make a match sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
karakteristik siswa SD yang pada umumnya mereka ingin didengar suaranya,
dihargai, diakui keberadaannya dan selalu ingin tahu.
Dari tabel di atas peneliti menyimpulkan bahwa peneliti perlu
meningkatkan lagi aspek antusias siswa dalam belajar pada siklus berikutnya,
karena pada siklus ini antusias siswa dalam belajar belum dilakukan oleh
siswa secara maksimal. Hal ini didasarkan pada kenyataan yang menunjukkan
bahwa semakin besar semangat dan antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran akan membawa dampak pada peningkatan hasil belajar siswa
tersebut.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil nilai tes akhir siklus, angket sikap
siswa, dan wawancara informal dengan siswa, pada siklus 1 diperoleh refleksi
pembelajaran sebagai berikut :
1) Kelebihan
Kelebihan atau kebaikan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus ini
antara lain :
a) Keterampilan kooperatif atau kerjasama siswa mulai berkembang. Hal ini
terjadi karena guru memfasilitasi siswa untuk bekerjasama dengan
temannya.
b) Siswa mulai antusias memperhatikan pelajaran. Hal ini dapat dilihat dari
partisipasi siswa yang mulai berkembang, dan hasil pengamatan yang
menunjukkan bahwa 88.00% siswa memperhatikan materi yang sedang
dijelaskan dan 78,00% siswa mempunyai kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan guru.
c) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, walaupun belum signifikan
dan masih sangat jauh dari KKM yang ditetapkan. Hal ini bisa dilihat dari
hasil tes awal yang menunjukkan bahwa ketuntasan klasikal hanya 0%
menjadi 30,23% pada siklus 1, berarti terjadi peningkatan sebesar 30,23%.
Kelebihan-kelebihan yang ditemukan pada siklus 1 ini akan tetap
dipertahankan dan diupayakan untuk lebih ditingkatkan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
2) Kekurangan
Kekurangan yang ditemukan pada siklus 1 ini antara lain :
a) Perencanaan waktu yang kurang tepat. Pada pelaksanaannya, siswa
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencocokkan jawabannya
dengan temannya dan presentasi sehingga guru kekurangan waktu untuk
mempertegas materi.
b) Pergeseran siswa ketika mencari pasanggannya masih belum terkoordinir
sehingga terlihat kacau. Hal ini terjadi karena guru tidak memberikan
batasan waktu.
c) Kekurangan buku sumber. Siswa tidak menggunakan buku sumber dalam
pembelajaran, siswa hanya menggunakan Materi yang dibagikan oleh guru
sehingga keluasan dan kedalaman materi yang disajikan siswa dalam
pembahasan masih kurang.
d) Ketuntasan klasikal belum tercapai karena ketuntasan klasikal masih
25.85% mencermati berbagai kekurangan yang ditemukan pada siklus I ini
maka perlu ditindaklanjuti lagi dengan penelitian pada siklus II. Hasil
refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk merevisi skenario pembelajaran
pada siklus selanjutnya.
4. Deskripsi Siklus II
Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama dua kali pertemuan yaitu
pada hari Rabu tanggal 12 September dan hari Sabtu tanggal 15 September
2012. Masing-masing pertemuan dilaksanakan selama 2 x 35 menit. Penelitian
pada siklus II ini merupakan rancangan terevisi dari siklus I yang bertujuan
untuk memperbaiki peggunaan metode make a match dalam proses
pembelajaran siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan yang belum optimal.
Dengan perbaikan di siklus II ini diharapkan metode make a match terjadi
peningkatan jika dibandingkan dengan siklus I yang pada akhirnya motivasi
belajar siswa meningkat pula. Adapun tahapan-tahapan dalam siklus II ini
juga masih sama seperti pada siklus I yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Kegiatan Siklus II meliputi :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi siklus I, maka perencanaan tindakan yang
dilakukan peneliti antara lain :
1) Membuat Perencanaan Pembelajaran/Skenario pembelajaran sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang akan dilaksanakan dengan
mengakomodasi kekurangan pada siklus I.
2) Perbaikan perencanaan yang dilakukan pada siklus II ini terutama pada
pembagian waktu dan pergeseran siswa dalam mencari pasangannya.
Pembagian waku perlu direncanakan ulang karena pada siklus I
perencanaan waktu kurang tepat sehingga alokasi waktu sebagian besar
digunakan untuk mencockkan jawaban dan presentasi, akibatnya pada
saat pembahasan dan penguatan hasil diskusi oleh guru terjadi
kekurangan waktu.
3) Pergeseran siswa dalam mencari pasangannya juga perlu direncanakan
ulang karena pada Siklus I pergeseran siswa dalam mencari
pasangannya belum terkoordinir sehingga terlihat kacau dan pembagian
waktunya belum bagus. Sebagai perbaikan, pada siklus II ini pergeseran
waktu akan dikoordinir oleh guru dengan memberikan batas waktu
dalam mencari pasangan, mencocokkan jawaban dan mempresentasikan
hasilnya.
4) Membuat instrumen yang digunakan untuk penialaian hasil belajar dan
pengamatan pada siklus II
5) Membuat Media Kartu yang disesuaikan dengan konteks materi yaitu
memperbesar dan memperkecil peta.
6) Mengumumkan materi pada siswa dan meminta siswa untuk mencari
buku sumber atau sumber-sumber lain yang relevan dengan materi
“Memperbesar dan Memperkecil Peta”. Hal ini dilakukan sebagai
upaya agar pembahasan materi siswa lebih luas dan mendalam.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan siklus II dibagi menjadi dua kali pertemuan.
Pertemuan ke-1 dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 September 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 15 September
2012. Pelaksanaan Siklus II menggunakan skenario tindakan sebagai
berikut :
Pertemuan ke-1
1) Pendahuluan (5 menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan presensi kelas oleh
guru. Guru kemudian mengingatkan cara penilaian yang akan
digunakan. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengaitkan
materi pelajaran dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Motivasi dilakukan oleh guru dengan memberikan beberapa
pertanyaan pada siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
2) Kegiatan inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1. Siswa mengamati skala pada sebuah peta yang disajikan.
2. Siswa berkelompok untuk mencoba memperbesar dan
memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat.
b. Elaborasi
1. Dalam kelompok siswa berdiskusi untuk memperbesar dan
memperkecil peta dengan bantuan garis-garis koordinat.
2. Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a) Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa
pertanyaan atau jawaban.
b) Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu
yang dipegang
c) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya selama 15 menit.
d) Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya
maka mendapatkan poin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
e) Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa
salah mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan
hukuman yang telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
f) Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu
mereka kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan
tersebut. Jika cocok maka pasangan yang menjawab akan
mendapatkan poin
g) Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling
banyak akan mendapatkan hadiah.
3. Membuat laporan hasil diskusi kelompok secara tertulis.
c. Konfirmasi
1. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi
yang kurang bisa dipahami.
2. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap kegiatan
siswa
3) Penutup (20 menit)
Penutup pembelajaran meliputi kegiatan antara lain : guru
bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, kemudian
guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesan-kesan siswa
terhadap pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penugasan untuk mempelajari materi pertemuan berikutnya. Pada
akhir pertemuan kegiatan penutup dilakukan dengan pemberian tes
hasil belajar untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran.
Pertemuan ke-2
Pelaksanaan tindakan siklus II pertemuan ke-2 dilaksanakan pada
hari Sabtu tanggal 15 September 2012. Pada pertemuan ke-2 ini rumusan
standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator maupun tujuan
pembelajaran sama dengan rencana pelaksanaan pembelajaran pada
pertemuan ke-1. Hal yang membedakan pertemuan ke-2 dengan pertemuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
ke-1 terletak pada materi yang dipelajar yaitu materi tentang simbol-
simbol peta dan memperbesar serta memperkecil peta dengan bantuan
garis koordinat. Adapun skenario tindakan pada pertemuan ke-2 ini adalah
sebagai berikut :
1) Pendahuluan (5 menit)
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan presensi kelas oleh
guru. Guru kemudian mengingatkan cara penilaian yang akan
digunakan. Guru memberikan apersepsi dengan cara mengaitkan
materi pelajaran dengan contoh dalam kehidupan sehari-hari.
Motivasi dilakukan oleh guru dengan memberikan beberapa
pertanyaan pada siswa. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan
pembelajaran.
2) Kegiatan inti (45 menit)
a. Eksplorasi
1. Siswa mengamati sebuah peta yang disajikan.
2. Siswa berkelompok untuk memahami peta dan unsur-unsurnya.
b. Elaborasi
1. Dalam kelompok siswa berdiskusi untukmemahami peta dan
unsur-unsurnya.
2. Guru membagikan kartu yang telah disiapkan:
a) Setiap siswa mendapatkan kartu yang isinya berupa
pertanyaan atau jawaban.
b) Tiap siswa memikirkan pertanyaan atau jawaban dari kartu
yang dipegang
c) Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan
kartunya selama 15 menit.
d) Siswa yang terlebih dahulu menemukan pasangan kartunya
maka mendapatkan poin
e) Siswa yang tidak dapat mencocokkan kartunya (atau siswa
salah mencocokkan kartunya) maka akan mendapatkan
hukuman yang telah ditentukan/disepakati sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
f) Setelah dicocokkan setiap pasangan membacakan kartu
mereka kemudian pasangan yang lain menjawab pertanyaan
tersebut. Jika cocok maka pasangan yang menjawab akan
mendapatkan poin
g) Terakhir, setiap pasangan menghitung poin yang mereka
dapatkan, dan pasangan yang mengumpulkan poin paling
banyak akan mendapatkan hadiah.
3. Membuat laporan hasil diskusi kelompok secara tertulis.
c. Konfirmasi
1. Guru memberi kesempatan siswa untuk menanyakan materi
yang kurang bisa dipahami.
2. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap kegiatan
siswa.
3) Penutup (20 menit)
Penutup pembelajaran meliputi kegiatan antara lain : guru
bersama-sama siswa menyimpulkan materi pembelajaran, kemudian
guru melakukan refleksi dengan menanyakan kesan-kesan siswa
terhadap pembelajaran yang telah diikuti. Guru memberikan
penugasan untuk mempelajari materi pertemuan berikutnya. Pada
akhir pertemuan ke-2 ini kegiatan penutup dilakukan dengan
pemberian tes hasil belajar untuk mengetahui ketercapaian tujuan
pembelajaran. Setelah selesai mengerjakan tes siswa mengisi angket
sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan metode Make a
Match.
c. Hasil Pengamatan atau Observasi
Hasil pengamatan pada siklus II secara terperinci sebagai berikut :
1) Hasil Penilaian Tes Siklus (Hasil Belajar)
Hasil analisis terhadap data hasil belajar siswa siklus II
dijelaskan seperti tabel 4.6 di bawah ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.6 Tabel Distribusi Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Peta Siswa
Kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Siklus II
No Nilai Perolehan Frekuensi Persentase (%)
1 55 - 65 7 16,28
2 66 - 76 14 32,56
3 77 - 87 14 32,56
4 88 - 98 8 18,60
Jumlah 43 100
Frekuensi
32.56
16.28
88-98
14
(Interval Nilai)
2
55-65 66-76 77-87
12
18.6
32.56
10
8
6
4
Gambar 4.4 Histogram Pemahaman Konsep Peta Siswa Kelas IV
SD Negeri 04 Kepatihan Siklus II
Daftar nilai pada tabel 4.6 menunjukkan hasil yang diperoleh siswa
setelah dilakukan tindakan pada siklus II sudah mengalami peningkatan yang
cukup signifikan dibanding hasil pada pada siklus I. Dari nilai rata-rata siswa
pada Siklus I yang hanya mencapai 60.18 meningkat menjadi 77.20 nilai rata-
rata siswa pada Siklus II. Untuk lebih jelasnya akan peneliti sajikan hasil analisis
data yang diperoleh pada siklus I sebagaimana dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 4.7 Analisa Data Hasil Belajar Siswa Siklus II
No. Jumlah
siswa
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Nilai
rata-
rata
kelas
Siswa yang
tuntas
Siswa yang
belum tuntas
Jumlah Persen
(%) jumlah
Persen
(%)
1. 43 97.5 55 77,20 40 93.02 3 6.98
Bila digambar dalam bentuk diagram prosentase ketuntasan belajar siswa
adalah sebagai berikut:
Gambar 4.5 Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Siklus II
Dari gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa siswa yang belum tuntas
atau belum mencapai KKM adalah 6.98% atau 3 siswa sedangkan yang telah
tuntas belajarnya 93.02% atau 40 siswa. Rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus II keberhasilan penelitian telah mencapai 62,79% dari tindakan sebelumya
atau dari siklus I sebesar 30,23% menjadi 93,02 pada siklus II.
Ketercapaian ketuntasan klasikal ini disebabkan oleh peningkatan kualitas
pembelajaran yang ditunjukkan oleh interaksi yang harmonis antara guru dengan
siswa dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
93.02%
6.98%
PRESENTASE KETUNTASAN SISWA
Siswa yangtuntas
Siswa yangbelum tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
2) Hasil Pengisian Angket Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran
dengan metode Make a Match.
Hasil analisis angket sikap siswa terhadap pembelajaran
dengan metode Make a Match siklus II seperti tabel 4.8 dibawah ini.
Tabel 4.8 Presentase Aktivitas Siswa terhadap pembelajaran metode Make a
Match siklus II
No. Aspek yang diamati
SIKLUS II
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2
Presentase Kategori Presentase Kategori
1 Keantusiasan dalam
pembelajaran 73 % Baik 81 % Baik
2 Perhatian terhadap
materi yang dijelaskan 75 % Baik 84 % Baik
3 Kerjasama dalam
kelompok 72 % Baik 83 % Baik
4 Kemauan untuk
menyampaikan
pendapat
60 % Kurang 80 % Baik
5 Kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas 69 % Kurang 84 % Baik
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa 81% siswa merasa senang
mengikuti pembelajaran dengan metode make a match. Disamping itu 83
% siswa menyatakan tertantang dengan tugas yang diberikan, dan 80 %
siswa menyatakan bahwa presentasi kelompok bermanfaat.
Siswa yang sulit memahami materi pada siklus II ini hanya 16%
siswa di kelas IV. hal ini berarti 84 % siswa merasa mudah memahami
materi. Disamping itu 84% siswa menyatakan bahwa dengan metode Make
a Match waktu pembelajaran lebih efektif. Kenyataan tersebut
menunjukkan bahwa siswa merasa senang mengikuti pembelajaran IPS
untuk materi membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota,
propinsi) menggunakan skala sederhana dengan menggunakan metode
Make a Match. Rasa senang merupakan motivasi bagi siswa untuk
berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Partisipasi aktif siswa dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pembelajaran merupakan proses membangun kemampuan individu dan
proses menumbuhkan kreativitas berpikir siswa. Dampak dari hal tersebut
adalah peningkatan hasil belajar siswa yang telah ditunjukkan oleh tabel 7
dan 8 di atas.
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan, hasil analisis nilai tes akhir siklus
dan angket sikap siswa pada siklus II diperoleh refleksi pembelajaran
sebagai berikut :
1) Kelebihan
Kelebihan atau kebaikan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan
siklus II ini antara lain :
1) Keterampilan kooperatif siswa semakin meningkat. Hal ini terjadi
karena guru semakin intensif dalam mendampingi dan memotivasi
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
2) Siswa berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari peningkatan kualifikasi keterampilan kooperatif
siswa. Pada siklus II ini mayoritas siswa telah mencapai kategori
baik sebagaimana yang tertera pada tabel 9 di atas. Hasil angket
sikap siswa juga menunjukkan bahwa 81% siswa menyatakan
senang dengan pembelajaran yang menggunakan metode Make a
Match.
3) Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, dan pada siklus II ini
ketuntasan klasikal telah tercapai. Siswa yang telah mencapai
KKM sebesar 93.02% atau 40 siswa dan siswa yang belum
mencapai KKM sebesar 6.98% atau 3 siswa.
4) Pembelajaran berorientasi pada siswa (student center). Hal ini
ditunjukkan oleh keterlibatan aktif siswa selama proses
pembelajaran. Siswa mengkonstruksi dan membangun
pengetahuannya melalui kerja sama dengan temannya.
5) Interaksi antara guru dengan siswa, dan antara siswa dengan siswa
semakin harmonis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
2) Kekurangan
Kekurangan yang masih ditemukan pada siklus II ini adalah
perencanaan waktu yang kurang tepat. Pada pelaksanaannya, siswa
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencocokkan
jawabannya dengan temannya dan presentasi sehingga guru
kekurangan waktu untuk mempertegas materi..
Berdasarkan hasil refleksi siklus II tersebut dapat disimpulkan
bahwa indikator kinerja penelitian tindakan ini yang menyatakan bahwa
penelitian ini dikatakan berhasil bila 80% siswa mencapai KKM atau
tuntas belajarnya telah tercapai. Hal ini ditunjukkan oleh ketuntasan
klasikal pada siklus II ini sebesar 93.02%.
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Data Hasil Evaluasi Pra Penelitian
Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran 2 halaman 75 dapat
diketahui bahwa hasil evaluasi pemahaman konsep peta pra peneliltian atau
sebelum diterapkan pembelajaran dengan menggunakan metode make a match
diperoleh rata-rata kelas sebesar 40,93 menunjukkan bahwa tidak ada satupun
siswa yang mendapat nilai ≥ 63 (KKM).
2. Data Hasil Evaluasi Siklus I
Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran 11 halaman 113
dapat diperoleh hasil evaluasi pemahaman konsep peta siklus I rata-rata kelas
adalah 60.18. Siswa yang mendapatkan nilai ≤ 63 (KKM) sebanyak 30 atau
69,77% dan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 13 siswa atau
30,23%.
3. Data Hasil Evaluasi Siklus II
Berdasarkan daftar nilai yang terdapat pada lampiran 20 halaman 152
dapat diperoleh hasil evaluasi pemahaman konsep peta siklus II rata-rata kelas
adalah 77.20. Siswa yang mendapatkan nilai ≤ 63 (KKM) sebanyak 3 siswa atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
6.98% dan siswa yang mendapatkan nilai ≥ 63 (KKM) sebanyak 40 siswa atau
93.02%.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Dengan melihat deskripsi hasil penelitian di atas, berdasarkan hasil
analisis pada siklus I dan II dapat dibuat perbandingan sebagai berikut :
1. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa dari aspek kognitif yang menggambarkan keterserapan
materi oleh siswa diukur dengan tes hasil belajar atau tes siklus. Nilai tes
menentukan ketuntasan belajar siswa. Dalam penelitian ini, telah tercapai
ketuntasan klasikal pada siklus II yaitu sebesar 93.02%, berarti terdapat 93.02%
siswa yang telah mencapai KKM atau telah tuntas belajarnya. Hasil Belajar siswa
dapat dilihat pada lampiran 21 halaman 154.
Hasil yang diperoleh siswa setelah dilakukan tindakan pada siklus II sudah
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibanding hasil pada siklus I dan
sebelum dilakukan tindakan pra siklus. Dari nilai rata-rata siswa pada pra siklus
yang hanya mencapai 40.93 kemudian pada Siklus I hanya mencapai 60.18
meningkat menjadi 77.20 nilai rata-rata siswa pada Siklus II. Untuk lebih jelasnya
akan peneliti sajikan hasil analisis data yang diperoleh pada setiap siklus pada
tabel 4.9 di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 4.9 Prosentase Peningkatan Hasil Belajar Berdasarkan Nilai Tes
Tiap Siklus
Siklus Jumlah
siswa
Nilai
tertinggi
Nilai
terendah
Nilai
rata-
rata
kelas
Siswa yang
tuntas
Siswa yang
belum tuntas
Jumlah Persen
(%) jumlah
Persen
(%)
Pra 43 60 30 40.93 0 0 43 100
I 43 82.50 40 60.18 13 30.23 30 69.77
II 43 97.5 55 77.20 40 93.02 3 6.98
Supaya lebih jelas prosentase peningkatan hasil belajar berdasarkan nilai tes
per siklus akan peneliti sajikan dalam bentuk diagram batang sebagaimana
berikut:
Gambar 4.5 Diagram Prosentase Ketuntasan Siswa Tiap Siklus
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Pra siklus Siklus II Siklus II
Belum Tuntas
Tuntas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Dari tabel 4.9 dan gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa pada pra siklus
tidak ada seorang siswapun yang telah mencapai KKM atau 0%, kemudian pada
siklus I ketuntasan klasikal baru 30,23 % atau 13 siswa yang telah mencapai
KKM dan pada siklus II meningkat menjadi 93.20 % atau 40 siswa yang telah
mencapai KKM, berarti terjadi peningkatan yang sangat signifikan yaitu sebesar
62,79% dari siklus I ke siklus II dan 93.20% dari pra siklus (sebelum
dilaksanakan tindakan) ke siklus II.
Peningkatan hasil belajar tersebut disebabkan oleh peningkatan kualitas
proses pembelajaran. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.
Dalam proses pembelajaran tersebut keterampilan kooperatif siswa berkembang.
Disamping itu siswa mempunyai kesempatan untuk membangun dan
mengkonstruksi pengetahuannya, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan
pembimbing siswa. Pengetahuan yang diperoleh dengan cara membangun sendiri
pengetahuannya akan lama mengendap dalam pikiran siswa dan memudahkan
siswa untuk menyerap materi.
Penggunakan metode make a macth dalam pembelajaran merangsang
siswa untuk berpikir kreatif dan menggunakan imajinasinya. Penggunaan
imajinasi dalam pembelajaran merupakan pemanfaatan belahan otak kanan siswa.
Metode Make a Match merupakan pembelajaran yang memperhatikan
keseimbangan belahan otak manusia, yaitu belahan otak kiri dan belahan otak
kanan. Pemanfaatan dua belahan otak siswa secara seimbang akan memudahkan
pencapaian tujuan belajar secara optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
2. AKTIVITAS SISWA TERHADAP PEMBELAJARAN IPS
DENGAN METODE MAKE A MATCH.
Aktivitas siswa terhadap pembelajaran IPS khususnya pada materi peta
dan komponen-komponennya dengan metode Make a Match sangat positif.
Berdasarkan hasil wawancara secara informal dengan siswa, siswa merasa santai
dalam pembelajaran namun siswa juga merasa khawatir kalau materi tidak selesai
karena dalam pembelajaran dengan metode Make a Match memerlukan waktu
yang relatif lama.
Guru juga merasa lebih nyaman dalam mengajar meskipun harus
membimbing siswa dalam pembelajaran. Beberapa siswa mengeluhkan adanya
siswa yang merasa malu dalam presentasi sehingga membuat pembelajaran
kurang menarik. Perbandingan persentase aktivitas siswa terhadap pembelajaran
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.10 Perbandingan Persentase Aktivitas Siswa terhadap Pembelajaran
dengan Metode Make a Match.
No. Aspek yang diamati
SIKLUS I
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2
Presentase Kategori Presentase Kategori
1 Keantusiasan dalam
pembelajaran 73 % Baik 81 % Baik
2 Perhatian terhadap
materi yang dijelaskan 75 % Baik 84 % Baik
3 Kerjasama dalam
kelompok 72 % Baik 83 % Baik
4 Kemauan untuk
menyampaikan
pendapat
60 % Kurang 80 % Baik
5 Kesungguhan dalam
menyelesaikan tugas 69 % Kurang 84 % Baik
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa pada semua indikator mengalami
peningkatan, kecuali pada indikator kemauan untuk menyampaikan pendapat
masih dirasa kurang maksimal. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa
dan metode make a match masing terasa asing bagi siswa, sehingga siswa
kelihatan masih malu-malu dan belum berani dalam mengungkapkan gagasannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Upaya mengatasi hambatan-hambatan yang ada pada siklus I dilaksanakan
pada siklus II dengan memberikan informasi secara tepat dan bertahap, mengarah
dan membimbing kegiatan siswa dalam menemukan jawaban, memaksimalkan
kerja kelompok dan memberikan dorongan semangat kepada siswa agar mereka
lebih berani lagi dalam menyampaikan pendapat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salah satu upaya untuk
meningkatkan pemahaman konsep peta pada mata pelajaran IPS siswa kelas IV
SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta tahun ajaran 20011/2012 dengan
menerapkan metode make a match sudah mencapai hasil sebagaimana yang
diharapkan yaitu 80% siswa telah mencapai KKM.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dalam
pembelajaran dua siklus ini, dapat ditarik simpulan bahwa pembelajaran dengan
menggunakan metode make a macth dapat meningkatkan pemahaman konsep peta
pada siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan Jebres Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. Peningkatan aktivitas belajar IPS siswa dapat dibuktikan dengan
meningkatnya skor angket aktivitas belajar IPS siswa yaitu: pada siklus I rata-rata
aktivitas belajar IPS siswa 69,80 atau kategori kurang, dan pada siklus II rata-rata
aktivitas belajar IPS siswa 82,40 atau kategori baik. Selain itu tingkat ketuntasan
belajar siswa juga mengalami peningkatan, pada kondisi awal yaitu tidak ada satu
siswapun atau 0% siswa yang tuntas (KKM ≥ 63) dengan rata-rata kelas 40,93
kemudian pada siklus I sebanyak 13 siswa atau 30,23 % siswa yang tuntas (KKM
≥ 63) dengan rata-rata kelas 60,18. Sedangkan pada siklus II sebanyak 40 siswa
atau 93,02 % siswa yang tuntas (KKM ≥ 65) dengan rata-rata kelas 77,20. Dengan
demikian, penerapan pembelajaran dengan metode make a match dapat
meningkatkan pemahaman konsep peta siswa kelas IV SD Negeri 04 Kepatihan
Jebres Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
B. Implikasi
Berdasarkan simpulan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka
dapat diketahui bahwa penggunaan metode make a match efektif untuk
meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Dengan demikian, implikasi penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Pemanfaatan dan penggunaan metode make a macth dapat diteruskan dan
dibiasakan pada setiap guru yang mengajarkan IPS pada siswa kelas IV
Sekolah Dasar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
2. Adanya pembelajaran dengan metode make a macth harus dilaksanakan
dengan sebaik mungkin supaya siswa merasa senang dalam mengikuti
pembelajaran sehingga aktivitas belajar IPS siswa meningkat.
3. Teknik-teknik dalam mengoptimalkan pelaksanaan metode bermain peran
merupakan suatu solusi yang masih jarang dipakai oleh guru di sekolah dasar.
Dengan melihat kenyataan tersebut, maka perlu diadakan sosialisasi melalui
Kelompok Kerja Guru (KKG). Hal ini dikarenakan pembelajaran
menggunakan metode bermain peran sangat bermanfaat bagi guru-guru di
sekolah dasar.
4. Guru harus terampil mengatasi kendala yang ada dalam pembelajaran.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian, serta dalam rangka
ikut menyumbangkan pemikiran bagi guru dalam meningkatkan aktivitas belajar
IPS siswa pada mata pelajaran IPS, maka dapat disampaikan saran-saran:
1. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran khususnya pembelajaran IPS untuk menerapkan metode make a
macth sehingga pembelajaran menjadi lebih optimal dan hasil belajar menjadi
meningkat.
2. Bagi Guru
Guru dalam mengajar hendaknya harus melibatkan siswa dengan
menggunakan metode make a macth agar siswa merasa lebih dihargai dan
diperhatikan sehingga akan meningkatkan aktivitas belajar siswa. Dalam
kegiatan pembelajaran hendaknya siswa dimotivasi untuk mampu
mengungkapkan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
siswa akan mampu mengkonstruksikan pengalamannya ke dalam konsep
pelajaran yang sedang dipelajarinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Guru dalam mengajar hendaknya berperan sebagai fasilitator dan
motifator yang mampu menyediakan pengalaman belajar yang
memungkinkan siswa bertanggungjawab dalam melakukan proses belajar.
3. Bagi Siswa
Siswa hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran atau
meningkatkan aktivitas belajar dalam pembelajaran, selalu mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan guru dan meningkatkan usaha belajar sehingga
dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
4. Bagi Orang Tua
Orang tua hendaknya selalu mendukung segala aktivitas belajar siswa
atau sarana belajar siswa. Peran serta dan perhatian orang tua sangat
menentukan keberhasilan pendidikan anak, sebab bersama orang tualah anak
lebih lama tinggal dari pada di sekolah bersama guru. Melalui bimbingan
orang tua di rumah, masukan, informasi tentang kemajuan dan kekurangan
anak tersebut, sangatlah diperlukan guru guna menunjang keberhasilan
pendidikan anak. Untuk itu kerjasama dan jalinan kekeluargaan antara orang
tua dan sekolah harus selalu dibina.