162
PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN MENGGUNAKAN TES DIAGNOSTIK FOUR-TIER TEST MULTIPLE CHOICE DI SMAN 11 KOTA TANGERANG SELATAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : LISA ARIANI 11140163000051 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019

PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM,

IMPULS, DAN TUMBUKAN MENGGUNAKAN TES

DIAGNOSTIK FOUR-TIER TEST MULTIPLE CHOICE DI SMAN

11 KOTA TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

LISA ARIANI

11140163000051

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …
Page 3: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …
Page 4: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …
Page 5: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

v

ABSTRAK

Lisa Ariani, 11140163000051, “Peta Pemahaman Siswa pada Konsep

Momentum, Impuls, dan Tumbukan Menggunakan Tes Diagnostik Four-Tier

Test Multiple Choice Di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan”, Skripsi, Program

Studi Tadris Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 11 kota Tangerang Selatan pada 30 April dan

03 Mei 2019 dan bertujuan untuk mengetahui nilai persentase miskonsepsi yang

terjadi, dan mengetahui sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada

siswa kelas X SMAN 11 kota Tangerang Selatan konsep momentum, impuls, dan

tumbukan melalui Tes Diagnostik four-tier test multiple choice. Metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Subjek

penelitian ini adalah kelas X MIPA 3 SMAN 11 kota Tangerang Selatan tahun ajaran

2018/2019 dengan jumlah sampel sebanyak 33 siswa dengan teknik penarikan sampel

purposive sampling. Instrumen yang digunakan merupakan instrumen tes berupa tes

diagnostik four-tier test multiple choice yang disusun berdasarkan indikator

pembelajaran kurikulum 2013. Data penelitian diperoleh berdasarkan pola jawaban

siswa pada soal four-tier test multiple choice. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

14,50% siswa paham konsep, memahami konsep sebagian 52,12%, salah konsep

positif 5,05%, salah konsep negatif 10,30%, dan miskonsepsi 17,98%. Sedangkan,

persentase miskonsepsi siswa pada masing-masing sub konsep secara keseluruhan

sebesar 33,70% pada sub konsep momentum, pada sub konsep impuls sebesar

13,39%, pada sub konsep tumbukan sebesar 43,90%, dan pada sub konsep hukum

kekekalan momentum sebesar 33,00%.

Kata Kunci: Miskonsepsi, Momentum, Impuls, dan Tumbukan, Four-Tier Test

Multiple Choice.

Page 6: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

vi

ABSTRACT

Lisa Ariani, 11140163000051, "Student Understanding Maps on The Concepts

of Momentum, Impulses, and Collisions Using a Four-Tier Multiple Choice

Diagnostic Test in SMAN 11 South Tangerang City", BA Thesis, Physics

Education Study Program, Faculty of Tarbiya and Teacher’s Sciences, Syarif

Hidayatullah State Islamic University Jakarta, 2019.

This research was conducted at SMAN 11 Kota Tangerang Selatan on April 30 and

May 3, 2019 and helped to find out the percentage value of misconceptions that

occurred, and to know what sub-concepts showed misconceptions in class X SMAN

11 Tangerang Selatan concepts of momentum, impulse, and collision through

diagnostic test for four-tier test multiple choice. The research method used in this

research is descriptive research method. The subject of this study was class X MIPA

3 of SMAN 11, South Tangerang City, 2018/2019 academic year with a total sample

of 33 students with purposive sampling sampling technique. The instrument used is a

test instrument consisting of diagnostic tests of four-tier test multiple choice which

are compiled based on the indicators of the 2013 curriculum learning. The research

data is obtained based on the pattern of student answers to the question of four-tier

test multiple choice. The results showed that 14.50% of students understood the

concept, determined the concept partially 52.12%, misconcepted positive concepts

5.05%, misconceptions negative 10.30%, and misconceptions 17.98%. Meanwhile,

the percentage of students' misconceptions in each sub-concept was 33.70% on

concept momentum, on the impulse sub-concept of 13.39%, on the sub concept of

collisions was 43.90%, and on the sub concept of momentum conservation law was

33, 00%.

Keywords: Misconception, Momentum, Impulses, and Collisions, Multiple Choice

Tests.

Page 7: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

vii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

menciptakan alam semesta dengan segala kesempurnaannya. Shalawat dan salam

tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta pada keluarga, para sahabat, dan para

pengikutnya yang senantiasa berada dalam lindungan Allah SWT. Atas ridho-Nya,

akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peta Pemahaman Siswa

pada Konsep Momentum, Impuls, dan Tumbukan Menggunakan Tes Diagnostik

Four-Tier Test Multiple Choice di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan”.

Apresiasi dan terimakasih disampaikan kepada semua pihak yang telah

berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. Secara khusus, apresiasi dan terima kasih

tersebut disampaikan kepada:

1. Dr. Sururin, M. Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M. Pd., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Ai Nurlaela, M. Si., selaku dosen pembimbing pertama dengan kesabaran

dan perhatian telah banyak memberikan waktu, bimbingan dan motivasi yang

besar dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Devi Sholehat, M. Pd., selaku dosen pembimbing kedua dengan kesabaran

dan perhatian telah banyak memberikan waktu, bimbingan dan motivasi yang

besar dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik.

6. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya program studi pendidikan fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

7. Bapak Drs. Rodani, MM., selaku kepala SMAN 11 Tangerang Selatan.

Page 8: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

viii

8. Bapak Nahyudin, S.Pd. dan Ibu Indah Setyoningsih, S.Pd., selaku guru bidang

studi fisika SMAN 11 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin

penelitian dan membimbing selama penelitian berlangsung.

9. Dewan guru, staff, karyawan, dan siswa-siswa SMAN 11 Tangerang Selatan

khususnya kelas XI MIPA 3, XI MIPA 1, dan X MIPA 3 yang telah

memberikan bantuan selama penelitian berlangsung.

10. Keluarga tercinta Ayahanda Suwarji dan Ibunda Sipon, yang selalu

mendoakan, memberi semangat, memberi perhatian, dan memberi dukungan

baik moril ataupun materil semaksimal mungkin kepada penulis. Adikku Nur

Fitriani yang telah memberikan doa dan dukungannya lahir dan bathin kepada

penulis. Serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan, mendukung, dan

menyemangati serta ikut bangga kepada penulis yang dapat menyelesaikan

pendidikan.

11. Anggit Prasetyo, yang selalu menemani peneliti sejak semester awal hingga

peneliti dapat menyelesaikan skripsi, yang selalu menemani peneliti sejak

masih belum ada apa-apa hingga ada apa-apa, semoga dapat selalu menemani

peneliti selamanya, peneliti menyayangimu.

12. Teman-teman bimbingan Bu Ai dan Bu Devi yang sudah memberikan banyak

masukan kepada peneliti, semoga kalian dipermudah dan dilancarkan dalam

proses penyusunan skripsi.

13. Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2014 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah memberikan kekuatan, semangat dan motivasi.

14. Intan, Eva, Fajri, Tika, dan Eha, yang selalu menjadi tempat berkeluh kesah,

tempat berbagi informasi, memberi motivasi, memberi semangat, memberi

saran dan menghibur peneliti.

15. Intan dan Fajri yang selalu menjadi sahabat terbaik peneliti.

16. Evi, Nofa, Mila dan Rini yang selalu menyempatkan waktu untuk selalu

berdiskusi dan berbagi informasi kepada peneliti.

Page 9: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

ix

17. Iis, Tika, dan Shuffu yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta

selalu ada dalam setiap kondisi apapun.

18. Bang Denny, Ka Upah, Ka Ica, Ka Fatimah, selaku senior yang selalu

memberikan saran, motivasi, dan waktu kepada peneliti.

19. Seluruh anggota WARDE yang selalu siap sedia membantu dan selalu

mendoakan yang terbaik kepada peneliti.

20. Seluruh guru dan staff SMP Dahlia yang telah memberikan banyak

pengalaman, motivasi, doa, dan semangat kepada peneliti.

21. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan seluruh pihak yang telah banyak

membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini

masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis secara terbuka

menerima setiap kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap

skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan menambah khasanah

keilmuan dalam dunia pendidikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Jakarta, Juli 2019

Peneliti

Page 10: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN MUNAQASAH ................................. iii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI............................................................. iv

ABSTRAK .................................................................................................................... v

ABSTRACT ................................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. x

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. xvi

BAB I .......................................................................................................................... 17

PENDAHULUAN ...................................................................................................... 17

A. Latar Belakang ................................................................................................ 17

B. Identifikasi Masalah ........................................................................................ 21

C. Pembatasan Masalah ....................................................................................... 21

D. Rumusan Masalah ........................................................................................... 22

E. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 22

F. Manfaat Penelitian .......................................................................................... 22

BAB II ........................................................................................................................ 24

KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA

BERPIKIR ................................................................................................................. 24

A. Deskripsi Teori ................................................................................................ 24

1. Konsep………………………………………………………..…………....24

a. Pengertian Konsep dan Konsepsi……………………………………….24

b. Dimensi Konsep………………………………………………………...25

c. Perolehan Konsep……………………………………………………….26

d. Tingkat Pencapaian Konsep…………………………….………………27

Page 11: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xi

e. Cara Mengajarkan Konsep…………………………………………….28

f. Miskonsepsi……………………………………………………………29

2. Tes Diagnostik……………………………………………………………37

a. Pengertian Tes Diagnostik…………………………………………….37

b. Fungsi dan Karakteristik Tes Diagnostik……………………………...37

c. Pendekatan Tes Diagnostik……………………………………………37

d. Penskoran dan Penafsiran Tes Diagnostik…………………………….38

e. Tes Diagnostik Miskonsepsi…………………………………………..39

3. Momentum, Impuls, dan Tumbukan……………………………………..45

a. Momentum Impuls…………………………………………………….46

b. Hukum Kekekalan Momentum………………………………………..48

c. Aplikasi Momentum dan Impuls………………………………………49

d. Tumbukan……………………………………………………………..52

B. Hasil Penelitian Relevan……………………………………...…………….57

C. Kerangka Berpikir………………………………………………………..…59

BAB III………………………………………………………..…………………...62

METODOLOGI PENELITIAN………………………………………………….62

A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………………62

B. Metode Penelitian………………………………………………………..…62

C. Prosedur Penelitian…………………………………………………………63

1. Tahap Persiapan………………………………………………………….63

2. Tahap Pelaksanaan……………………………………………………….63

a. Tahap Uji Coba Instrumen…………………………………………….63

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian…………………………………………63

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data…………………………………….64

D. Populasi dan Sampel………………………………………………………..64

E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………………….65

F. Instrumen Pengumpulan Data………………………………………………65

G. Kalibrasi Instrumen…………………………………………………………67

Page 12: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xii

1. Uji Validasi………………………………………………………..……..67

2. Uji Daya Pembeda…………………………………………………….…68

3. Uji Reliabilitas………………………………………………………...…69

4. Taraf Kesukaran……………………………………………………….…70

H. Teknik Analisis Data…………………………………………………….…71

BAB IV………………………………………………………………………….…75

HASIL DAN PEMBAHASAN……………………………………………….......75

A. Hasil Penelitian………………………………………………………….…75

1. Data Persentase Tiap Kategori Tingkat Pemahaman Siswa Secara

Keseluruhan………………………………………………………..……….75

2. Data Persentase Tingkat Pemahaman Konsep Siswa pada Masing-Masing

Sub Konsep Momentum, Impuls, dan Tumbukan………………………….76

a. Miskonsepsi………………………………………………………...…77

b. Paham Konsep……………………………….……………………..…78

c. Memahami Konsep Sebagian…………………...……………...…..…79

d. Salah Konsep Positif………………………………………...……..…80

e. Salah Konsep Negatif…………………………………………...….…81

B. Pembahasan Hasil Penelitian…………………………………………...….82

1. Paham Konsep…………………………………………………..….....…83

2. Memahami Konsep Sebagian……………………………...……….....…85

3. Salah Konsep Positif……………………………………………..…..…105

4. Salah Konsep Negatif………………………………………………...…109

5. Miskonsepsi…………………………………………………………..…116

BAB V………………………………………………………..………………...…120

PENUTUP………………………………………………………..………….…...120

A. Kesimpulan………………………………………………………..……....120

B. Saran………………………………………………………..……………...120

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..……122

Page 13: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1. Pengelompokan Derajat Pemahaman Konsep .......................................... 30

Tabel 2. 2 Kategori Jawaban Siswa berdasarkan Tipe Jawaban Siswa. ..................... 40

Tabel 2. 3 Kombinasi Jawaban Three-Tier Test dan Kategorinya .............................. 41

Tabel 2. 4 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test dan Kategorinya menurut Derya

Kaltakci Gurel, dkk. .................................................................................................... 42

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Soal…………………………………………..…..…66

Tabel 3. 2 Klasifikasi Daya Pembeda…………………………………….…..……...69

Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes………………………………...……..70

Tabel 3. 4 Indeks Kesukaran Butir Soal…………………………………………..…71

Tabel 3. 5 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test menurut Derya Kaltakci Gurel,

dkk……………………………………………………………………………...……71

Tabel 4. 1 Kombinasi Jawaban Kategori Paham Konsep ……………………….83

Tabel 4. 2 Soal No.4……………………....…………………………………………84

Tabel 4. 3 Kombinasi Jawaban Kategori Memahami Konsep Sebagian…………….85

Tabel 4. 4 Soal No.1…………………………………………………………………86

Tabel 4. 5 Soal No.2…………………………………………………………………89

Tabel 4. 6 Soal No.5…………………………………………………………………91

Tabel 4. 7 Soal No.7…………………………………………………………………94

Tabel 4. 8 Soal No.8…………………………………………………………………96

Tabel 4. 9 Soal No.9…………………………………………………………………99

Tabel 4. 10 Soal No.12……………………………………..………………………101

Tabel 4. 11 Soal No.14……………………………………………………..………103

Tabel 4. 12 Kombinasi Jawaban Kategori Salah Konsep Positif ……..……….105

Tabel 4. 13 Soal No.6………………………………………………………..…......106

Tabel 4. 14 Soal No.13………………………………………………………..……108

Tabel 4. 15 Kombinasi Jawaban Kategori Salah Konsep Negatif…………….........110

Page 14: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xiv

Tabel 4. 16 Soal No.3……………………………………………………………....110

Tabel 4. 17 Soal No.11………………………………………………………..……112

Tabel 4. 18 Soal No.15……………………………………………………………..114

Tabel 4. 19 Kombinasi Jawaban Kategori Miskonsepsi…………………...............116

Tabel 4. 20 Soal No.10…………………………………………..…………………117

Page 15: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Konsep Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan. ................... 45

Gambar 2. 2 Bola Billiard. .......................................................................................... 46

Gambar 2. 3 Bola Billiard ........................................................................................... 47

Gambar 2. 4 Momentum Kekal pada Tumbukan Dua Bola........................................ 48

Gambar 2. 5 Roket ...................................................................................................... 49

Gambar 2. 6 Tabrakan antar Mobil ............................................................................. 50

Gambar 2. 7 Air Safety Bag ........................................................................................ 51

Gambar 2. 8 Tumbukan............................................................................................... 52

Gambar 2. 9 Tumbukan Elastis Sempurna. ................................................................. 53

Gambar 2. 10 Tumbukan Elastis Sebagian. ................................................................ 55

Gambar 2. 11 Tumbukan Tidak Elastis Sama Sekali. ................................................. 56

Gambar 2. 12 Bagan Kerangka Berpikir. .................................................................... 61

Gambar 4. 1 Persentase Pemahaman Siswa Secara Keseluruhan……………...…….76

Gambar 4. 2 Persentase Kategori Siswa Miskonsepsi Berdasarkan pada Masing-

Masing Sub konsep ..................................................................................................... 77

Gambar 4. 3 Persentase Kategori Siswa Paham Konsep Berdasarkan pada Masing-

Masing Sub konsep ..................................................................................................... 78

Gambar 4. 4 Persentase Kategori Siswa Memahami Konsep Sebagian Berdasarkan

pada Masing-Masing Sub konsep ............................................................................... 79

Gambar 4. 5 Persentase Kategori Siswa Saham Konsep Positif Berdasarkan pada

Masing-Masing Sub konsep ........................................................................................ 80

Gambar 4. 6 Persentase Kategori Siswa Saham Konsep Negatif Berdasarkan pada

Masing-Masing Sub konsep ........................................................................................ 81

Page 16: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Observasi SMAN 11 Tangerang Selatan ......... 126

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi ..................................... 127

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru ................................................................... 128

Lampiran 4 Naskah Soal Observasi .......................................................................... 131

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Four-Tier Test ....................................................... 142

Lampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Four-Tier Test dengan ANATES ................. 145

Lampiran 7 Naskah Soal Penelitian .......................................................................... 148

Lampiran 8 Pemetaan Jawaban Siswa pada Instrumen Four-Tier Test .................... 164

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman 167

Lampiran 10 Perhitungan Persentase untuk Setiap Kategori Pemahaman ............... 171

Lampiran 11 Rekapitulasi Miskonsepsi pada Indikator Soal Momentum, Impuls, dan

Tumbukan ................................................................................................................. 174

Lampiran 12 Absensi Siswa ...................................................................................... 176

Lampiran 13 Lembar Validasi .................................................................................. 178

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Validasi SMAN 11 Tangerang Selatan.......... 196

Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi ...................................... 197

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan ....... 198

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ................................... 199

Lampiran 18 Lembar Uji Referensi .......................................................................... 200

Lampiran 19 Biodata Peneliti.................................................................................... 207

Page 17: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep Fisika ada yang bersifat konkret dan abstrak serta selalu berkaitan

dengan fenomena alam atau bahkan kegiatan sehari-hari. Contoh dari konsep Fisika

yang bersifat konkret adalah mekanika, astronomi dan antariksa sedangkan konsep

fisika yang bersifat abstrak adalah panas dan termodinamika, gelombang dan optika,

listrik dan magnet, fisika modern. Pemahaman siswa terkait konsep fisika masih

rendah. Salah satu penyebab rendahnya pemahaman konsep fisika siswa adalah

kesalahan siswa dalam menafsirkan konsep abstrak yang diberikan oleh guru.

Sehingga, dalam pembelajaran fisika pemahaman konsep siswa sangat dibutuhkan

untuk memaksimalkan hasil belajar siswa. Belajar fisika pada hakikatnya bukanlah

kegiatan belajar yang hanya berisi kumpulan fakta-fakta dan prinsip-prinsip, namun

lebih menekankan siswa untuk mencari, menemukan, dan menganalisis fakta dan

prinsip yang didapat.1 Selain itu bukti bahwa pemahaman siswa terkait materi fisika

masih rendah, yaitu pada hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan, dimana

hasilnya yaitu siswa dituntut dapat memiliki kemampuan penalaran, memahami, dan

bahkan menganalisis yang cukup tinggi tentang konsep fisika yang telah dia pelajari.

Untuk itu siswa harus memahami konsep fisika secara baik dan benar. Konsep fisika

yang tidak dipahami secara baik dan benar (menyimpang) dapat mempengaruhi

pemahaman siswa pada konsep selanjutnya. Konsep fisika yang menyimpang inilah

yang dinamakan sebagai miskonsepsi.

Miskonsepsi adalah salah konsep yang menunjuk pada suatu konsep yang

tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam

bidang itu. Fowler, juga berpendapat bahwa miskonsepsi merupakan pengertian yang

tidak akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh 1 Harijadi dan Dwi Sulisworo, “Efektivitas Pembelajaran Simulasi Komputer Pra Eksperimen

untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika di SMPN 1 Ponorogo” Prosiding Pertemuan Ilmiah

XXVIII HFI Jateng & DIY, Yogyakarta, ISSN : 0853-0823 (2014), h.225.

Page 18: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

18

yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hirarki konsep-

konsep yang tidak benar.2 Miskonsepsi disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya

siswa, konteks pembelajaran, cara mengajar, dan buku teks yang digunakan.3 Sumber

kesalahan dalam memahami sebuah konsep, bisa bersumber dari penafsiran awal

yang salah pada diri siswa. Jika hal tersebut terus menerus terjadi maka siswa akan

selamanya memahami hal yang salah dan terbawa selamanya.

Proses pendidikan formal merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan,

jadi jika terjadi miskonsepsi maka akan terus berkelanjutan. Sebaliknya, jika siswa

dan guru memiliki pemahaman yang baik akan dijadikan sebagai dasar atau fondasi

yang baik juga bagi jenjang berikutnya.4

Miskonsepsi dalam bidang fisika dapat terjadi pada semua konsep fisika,

seperti mekanika, optika dan gelombang, panas dan kalor, termodinamika, listrik dan

magnet, fisika modern, dan tata surya. Paul Suparno mengatakan bahwa miskonsepsi

terjadi pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan. Siswa berpendapat bahwa

energi tidak kekal, karena motor atau mobil akan kehabisan bensin jika terus-menerus

digunakan, begitu pula energi di dalam tubuh akan habis jika seseorang terus-

menerus bekerja. Ada pula siswa yang beranggapan bahwa mobil dengan kecepatan

sama namun berlawanan arah mengalami tumbukan, maka kecepatannya nol. Siswa

tidak memikirkan massa tiap mobil, padahal massa dapat mempengaruhi tumbukan,

sehingga massa mobil yang mengalami tumbukan akan terpelanting.5

Hasil penelitian Diyan Kurnia Agustin, dkk menemukan bahwa dari 34 siswa

kelas XII MIPA 1 di SMAN 6 Malang, sekitar 50% siswanya mengalami kesalahan

dalam strategi mengerjakan soal pada konsep momentum, lalu 55% siswa mengalami

kesalahan dalam mempresentasikan soal dan konsep pada konsep impuls, dan sebesar

2 Paul Suparno, “Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, (Jakarta:

PT.Grasindo, 2005), h. 4.

3 Ibid, Paul Suparno, h. 54.

4Iwan Permana Suwarna, “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran

Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi”. Jurnal Laporan Lemlit.

5 Op. cit, Paul Suparno, h. 18.

Page 19: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

19

78% siswa mengalami salah konsep pada konsep hukum kekekalan momentum, dan

yang terakhir mengalami kesalahan konsep dan mempresentasikan soal dan konsep

pada konsep tumbukan. Selain itu dalam penelitian Hopsah Nurpatmawati,

dkkmemperlihatkan bahwa, sebanyak 48 siswa kelas X MIA 1 di MAN 1 Pekanbaru

memiliki nilai persentase konsepsi yang benar sebesar 29,62% saja, atau dapat

dikatakan bahwa persentase siswa yang mengalami miskonsepsi pada konsep

momentum dan impuls adalah sebesar 70,38%.

Dari hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan sebelumnya menggunakan

instrumen soal pilihan ganda dua tingkat dengan cakupan materi hakikat fisika dan

pengukuran, gerak lurus, hukum newton gravitasi, usaha dan energi, momentum

impuls dan tumbukan, serta gerak harmonis sederhana, dengan sampel siswa kelas X

MIPA SMAN di wilayah kota Tangerang Selatan, di antaranya SMAN 3, SMAN 5,

SMAN 10, SMAN 11, dan SMAN 12 didapatkan rata-rata persentase miskonsepsi

yang dialami siswa pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan adalah sebesar

49% dan termasuk ke dalam kategori tinggi. Terbukti dari hasil studi pendahuluan

yang dilakukan oleh peneliti, didapatkan bahwa pada soal No.11 sebesar 89% siswa

mengalami miskonsepsi, pada soal No. 13 sebesar 82%, dan pada soal No.18 sebesar

88% dan termasuk ke dalam persentase miskonsepsi tertinggi dibandingkan dengan

SMAN 3, SMAN 5, SMAN 10, dan SMAN 12.

Dalam wawancara guru yang dilakukan pada kegiatan studi pendahuluan yang

dilakukan di 5 sekolah negeri di Tangerang Selatan, guru tidak melakukan penelitian

terhadap tingkat miskonsepsi siswa, namun ada pula guru yang secara tidak sengaja

melakukan penelitian tersebut ketika kegiatan pembahasan soal-soal. Guru yang

melakukan penelitian tidak menggunakan instrumen khusus untuk mengukur

miskonsepsi yang dialami siswa.

Permasalahan miskonsepsi banyak terjadi pada materi momentum, impuls dan

tumbukan ini membuat peneliti tertarik dalam membuktikan hal tersebut, apakah

benar miskonsepsi pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan termasuk ke

dalam kategori yang tinggi atau tidak. Pembuktian ini dilakukan dengan

Page 20: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

20

menggunakan tes diagnostik. Tes diagnostik yang baik dapat memberikan gambaran

akurat mengenai miskonsepsi yang dialami siswa berdasarkan informasi kesalahan

yang dibuatnya. Pertanyaan diagnostik yang baik tidak hanya menunjukkan bahwa

siswa tidak memahami bagian materi tertentu, akan tetapi juga dapat menunjukkan

bagaimana siswa berpikir dalam menjawab pertanyaan yang diberikan meskipun

jawaban mereka tidak benar.6

Tes diagnostik sendiri terdiri dari 3 macam, yaitu Two-Tier Test, Three-Tier

Test, dan Four-Tier Test. Four-Tier Test Multiple Choice merupakan pengembangan

dari Three-Tier Test Multiple Choice test, pengembangannya terdapat pada tingkat

keyakinan siswa dalam memilih jawaban maupun alasan. Tingkat pertama merupakan

soal pilihan ganda dengan tiga pengecoh dan satu kunci jawaban yang harus dipilih

siswa. Tingkat kedua merupakan tingkat keyakinan siswa dalam memilih jawaban.

Tingkat ketiga merupakan alasan siswa menjawab pertanyaan, berupa tiga pilihan

alasan yang telah disediakan dan satu alasan terbuka. Tingkat keempat merupakan

tingkat keyakinan siswa dalam memilih alasan. Kelebihan dari Four-Tier Test

Multiple Choice dapat benar-benar menilai kesalahpahaman saja bukan pada

kesalahan dan kurangnya pemahaman, namun memiliki kelemahan berupa

membutuhkan waktu lebih lama dalam waktu pengujiannya, dan terbatas hanya pada

tujuan diagnosis saja. Tingkat keyakinan yang dikembangkan berada pada rentang

angka satu sampai enam.7 Penelitian sebelumnya digunakan tes diagnostik Two-Tier

Test Multiple Choice dan Three-Tier Test Multiple Choice, sedangkan pada penelitian

ini digunakan tes diagnostik Four-Tier Multiple Choice.

Latar belakang menunjukan pentingnya melakukan penelitian yang menguji

tingkat miskonsepsi siswa yaitu, memberi informasi tentang miskonsepsi yang

6Law, J. F. & Treagust, D. F. 2010. “Diagnosis of Student Understanding of Content Specific

Science Areas Using On-Line Two-Tier Diagnostic Tests”. Australia: Curtin University of

Technology, h.18. 7Fariyani, Qisthi dan Sugianto. 2015. “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk

Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X”. Indonesia: Journal Innovative Science Education,

h.43.

Page 21: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

21

dialami oleh siswa, dan sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada

siswa SMAN kelas X, terutama dalam konsep momentum, impuls, dan tumbukan,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

Miskonsepsi Siswa pada Konsep Momentum, impuls, dan tumbukan menggunakan

Tes Diagnostik Four-Tier-Test Multiple Choice Terhadap Siswa Kelas X di SMAN

11 Kota Tangerang Selatan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Siswa masih mengalami miskonsepsi pada rentang tinggi dalam konsep

Momentum, Impuls, dan Tumbukan.

2. Prakonsepsi siswa yang salah, tingkat kemampuan pemahaman siswa yang

rendah, serta cara penyampaian konsep oleh guru yang kurang sesuai, merupakan

hal-hal yang memiliki peluang dapat menimbulkan miskonsepsi dalam konsep

Momentum, Impuls, dan Tumbukan.

3. Guru belum melakukan penelitian miskonsepsi pada mata pelajaran Fisika dengan

menggunakan tes diagnostik four-tier test multiple choice khususnya pada konsep

Momentum, Impuls, dan Tumbukan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, batasan masalah

pada penelitian ini adalah:

1. Miskonsepsi siswa pada konsep Momentum, impuls, dan tumbukan dalam

penelitian ini ditentukan dengan mengacu pada kurikulum 2013 revisi pada aspek

kognitif C1 - C4 berdasarkan taksonomi Bloom versi Anderson, L. W. dan

Krathwohl, D. R., yaitu mengetahui, memahami, mengaplikasikan, dan

menganalisis.

2. Dalam menganalisis miskonsepsi yang terjadi pada siswa menggunakan tes

diagnostik four-tier test multiple choice menurut Derya Kaltakci Gurel, dkk.

Page 22: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

22

3. Pedoman pengelompokan kategori hasil tes diagnostik menggunakan pedoman

berdasarkan Derya Kaltakci Gurel, dkk.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Berapa nilai persentase miskonsepsi yang terjadi pada setiap sub konsep

Momentum, impuls, dan tumbukan berdasarkan hasil tes siswa?

2. Sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi paling tinggi dan rendah

pada konsep Momentum, Impuls, dan Tumbukan?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini

bertujuan untuk:

1. Mengetahui nilai persentase miskonsepsi yang terjadi.

2. Mengetahui sub konsep apa saja yang menunjukkan miskonsepsi pada siswa kelas

X SMAN 11 kota Tangerang Selatan pada konsep Momentum, impuls, dan

tumbukan melalui Tes Diagnostik Four-tier test multiple choice.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Diharapkan dapat memberikan informasi mengenai persentase miskonsepsi

yang dialami siswa, dan dapat melakukan tindak lanjut untuk mengatasi miskonsepsi

yang terjadi.

2. Bagi Peneliti

Diharapkan memberikan pengalaman lapangan tentang miskonsepsi yang

terjadi pada siswa dalam materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan.

Page 23: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

23

3. Bagi Siswa

Diharapkan siswa dapat memperbaiki miskonsepsi yang terjadi pada dirinya

melalui bantuan guru mata pelajaran, sehingga hasil belajarnya meningkat.

4. Bagi Pembaca

Diharapkan dapat menjadi informasi referensi untuk penelitian selanjutnya

atau rujukan untuk mengembangkan penelitian lebih lanjut.

Page 24: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

24

BAB II

KAJIAN TEORITIS, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN

KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teori

1. Konsep

a. Pengertian Konsep dan Konsepsi

Konsep adalah cara mengelompokkan dan mengategorikan secara mental

berbagai objek atau peristiwa yang mirip dalam hal tertentu.1 Menurut Ausebel

konsep merupakan benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi, atau ciri-ciri yang

memiliki ciri khas data yang terwakili dalam setiap budaya oleh suatu tanda atau

simbol.2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dikatakan bahwa konsep

diartikan sebagai ide atau pengetahuan yang diabstraksikan dalam peristiwa

kongkret.3 Oemar Hamalik berpendapat bahwa konsep adalah suatu kelas atau

kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum, stimuli disini berupa objek-objek atau

orang (person). Rosser pun ikut berpendapat dengan mengatakan bahwa konsep

adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek, kejadian, kegiatan, atau

hubungan yang mempunyai atribut yang sama.4

Dari pendapat beberapa sumber di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

konsep merupakan suatu objek atau pengetahuan yang dapat menjelaskan

1Jeanne E. Ormrod, “Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang”,

(Jakarta: Erlangga, 2009), h. 327. 2Izza Auliyatul Muna, “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa PGMI pada Konsep Hukum

Newton Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”,Journal of Education and Social Cendikia,

Vol. 13, No. 2, Juli-Desember 2015, h.312. 3Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2003, “Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Jakarta: Balai Pustaka)”.

4 Ratna Wilis Dahar, 2011, “Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: PT Gelora

Aksara Pratama Erlangga, h.63.

Page 25: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

25

kesatuannya karena memiliki makna dan ciri-ciri yang sama sehingga mempermudah

komunikasi dengan sesama manusia dan yang memungkinkan manusia berpikir.5

b. Dimensi Konsep

Flavell menyarankan bahwa konsep-konsep dapat berbeda dalam 7 dimensi,

yaitu:

1) Atribut

Setiap konsep memiliki atribut yang berbeda. Dan atribut dapat berupa

fisik, seperti warna, tinggi, bentuk, atau dapat juga berupa fungsional.

2) Struktur

Struktur menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut

tersebut. Struktur terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

a) Konjungtif, konsep yang di dalamnya terdapat dua atau lebih sifat sehingga dapat

memenuhi syarat sebagai contoh konsep.

b) Disjungtif, konsep yang di dalamnya satu dari dua atau lebih sifat harus ada.

c) Relasional, menyatakan hubungan tertentu antara atribut konsep.

3) Keabstrakan

Konsep-konsep dapat dilihat dan konkrit atau konsep itu terdiri atas

konsep-konsep lain.

4) Keinklusifan

Ditujukan pada jumlah contoh yang terlibat dalam konsep itu.

5) Generalitas atau Keumuman

Makin umum suatu konsep, makin banyak asosiasi yang dapat dibuat dengan

konsep lainnya.

5.Op. Chit, Izza Auliyatul Muna, h.312.

Page 26: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

26

6) Ketepatan

Menyangkut apakah ada sekumpulan aturan untuk membedakan contoh

dan non contoh suatu konsep. Klausmeier mengemukakan empat tingkat

pencapaian konsep, mulai dari tingkat konkret ke tingkat formal.

7) Kekuatan

Kekuatan suatu konsep ditentukan oleh sejauh mana orang setuju bahwa

konsep itu penting. 6

c. Perolehan Konsep

Menurut Ausebel perolehan konsep diperoleh dengan dua cara yaitu, dengan

pembentukan konsep yang merupakan bentuk perolehan konsep sebelum siswa

masuk sekolah dan asimilasi konsep yang merupakan cara utama untuk memperoleh

konsep selama dan sesudah sekolah.7

1) Pembentukan Konsep (Proses Induktif)

Dimana anak-anak sudah mendapatkan banyak konsep dan konsep

tersebut terus mengalami perubahan atau modifikasi seiring bertambahnya

pengalaman mereka. Dimana pembentukan konsep merupakan suatu bentuk

belajar penemuan. Melalui proses diskriminasi dan abstraksi, anak-anak

menetapkan suatu aturan yang menentukan kriteria untuk konsep tersebut.

2) Asimilasi (Proses Deduktif)

Anak-anak diharapkan dengan lebih banyak konsep yang harus dipelajari

setelah mereka masuk sekolah melalui asimilasi konsep. Pada tahap ini anak-anak

dibimbing untuk memahami konsep sesuai dengan konsep yang dipahami oleh

para ahli, tentunya dengan dibimbing oleh guru yang kompeten.8

6Op. Chit, Ratna Wilis Dahar, h.62 – 63.

7Ibid, Ratna WIilis Dahar, h.64 – 65.

8Muhibbin Syah, “Psikologi Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2010),

Cet. XV, h. 112.

Page 27: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

27

d. Tingkat Pencapaian Konsep

Klausmeier mengemukakan bahwa terdapat empat tingkat pencapaian konsep

yaitu, tingkat konkret, tingkat identitas, tingkat klarifikasi, dan tingkat formal.9

1) Tingkat Konkret

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep pada tingkat konkret apabila

orang tersebut mengenal suatu benda yang telah dihadapinya. Tahapnya yaitu,

dapat memperlihatkan suatu benda dan dapat membedakan benda tersebut dari

stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Selanjutnya siswa harus

menyajikan benda itu sebagai suatu gambaran mental dan menyimpan gambaran

mental itu.

2) Tingkat Identitas

Pada tingkat identitas, seseorang akan mengenal suatu objek:

a) Sesudah selang waktu tertentu

b) Bila orang itu mempunyai orientasi ruang (spatial operation) yang berbeda

terhadap objek itu

c) Bila objek itu ditentukan melalui suatu cara indra yang berbeda.

Selain ketiga operasi yang dibutuhkan untuk pencapaian tingkat konkret,

yaitu: memperhatikan, mendiskriminasi, dan mengingat, siswa harus dapat

mengadakan generalisasi untuk mengenal bahwa dua atau lebih bentuk yang

identik dari benda yang sama adalah anggota dari kelas yang sama.

3) Tingkat Klasifikasi

Seseorang dikatakan telah mencapai konsep konkret apabila ia telah

mampu mengenali equivalence (persamaan) dari dua contoh yang berbeda yang

berasal dari kelas yang sama. Dalam operasi mental ini siswa berusaha untuk

mengabstraksi kualitas-kualitas yang sama yang dimiliki oleh subjek-subjek itu.

9Op. Chit, Ratna Wilis Dahar, h.70.

Page 28: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

28

4) Tingkat Formal

Siswa telah mencapai suatu konsep pada tingkat formal bila siswa itu

dapat memberi nama konsep itu, mendefinisikan konsep itu dalam atribut-atribut

kriterianya, mendiskriminasi dan memberi nama atribut-atribut yang membatasi

dan mengevaluasi atau memberikan secara verbal contoh dan non contoh konsep.

e. Cara Mengajarkan Konsep

Dalam proses mengajarkan konsep, dapat digunakan dua pendekatan yaitu:

1) Pendekatan Kognitif

Pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses perolehan

konsep dalam sifat konsep dan bagaimana konsep itu disajikan dalam struktur

kognitif. Pendekatan kognitif lebih menekankan pada proses internal yang

digunakan dalam belajar konsep.

2) Pendekatan Terkini

Semenjak tahun 1960-an tampak ada pergeseran pendekatan dalam studi

belajar konsep. Perubahan ini disebabkan oleh tulisan Caroll yang menekankan

perbedaan antara belajar konsep dalam laboratorium dan belajar konsep di

sekolah. Perbedaan tersebut adalah:

a) Kedua bentuk konsep berbeda dalam sifat. Konsep yang diajarkan di sekolah

biasanya suatu konsep yang baru, bukan kombinasi buatan dari atribut-atribut

yang dikenal.

b) Konsep yang diajarkan di sekolah bergantung pada atribut yang berupa konsep-

konsep yang sulit, bersifat verbal, dan tidak dapat disajikan oleh benda-benda

kongkret.

c) Studi laboratorium memberi penekanan pada belajar konsep konjungtif

d) Studi laboratorium menekankan pada pendekatan induktif tentang belajar

konsep, sedangkan di sekolah secara deduktif.10

10Ibid, Ratna Wilis Dahar, h.66.

Page 29: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

29

f. Miskonsepsi

1) Definisi Miskonsepsi

Miskonsepsi atau salah konsep yang menunjuk pada suatu konsep yang

tidak sesuai dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar

dalam bidang itu. Bentuk miskonsepsi sendiri dapat berupa konsep awal,

kesalahan, hubungan yang tidak benar antara konsep-konsep, gagasan intuitif atau

pandangan yang naif.

Novak, mendefinisikan miskonsepsi sebagai suatu interpretasi konsep-

konsep dalam suatu pernyataan yang tidak dapat diterima. Sedangkan Brown,

menjelaskan miskonsepsi sebagai suatu pandangan yang naif dan

mendefinisikanya sebagai suatu gagasan yang tidak sesuai dengan pengertian

ilmiah yang sekarang diterima. Dan Fowler, menjelaskan dengan lebih rinci arti

miskonsepsi. Beliau memandang miskonsepsi sebagai pengertian yang tidak

akurat akan konsep, penggunaan konsep yang salah, klasifikasi contoh-contoh

yang salah, kekacauan konsep-konsep yang berbeda, dan hubungan hierarkis

konsep-konsep yang tidak benar. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu konsep

yang tidak sesuai dengan konsep yang diakui oleh para ahli.11

2) Sifat, Status, dan Miskonsepsi

Siswa dan bahkan mahasiswa sebelum mengikuti proses pembelajaran

Fisika secara formal di sekolah atau di kampus sudah membawa konsep awal

tentang Fisika. Konsep awal yang mereka bawa itu kadang-kadang tidak sesuai

atau bertentangan dengan konsep yang diterima para ahli. Konsep awal yang tidak

sesuai dengan konsep ilmiah itu yang biasanya disebut miskonsepsi atau salah

konsep. Dari sini tampak bahwa siswa dan mahasiswa bukanlah suatu tabula rasa

atau kertas kosong yang bersih, yang dalam proses pembelajaran akan ditulisi

oleh guru atau dosen mereka. Biasanya, konsep awal itu kurang lengkap atau

11 Paul Suparno, 2013, “Miskonsepsi Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika”, Jakarta:

PT Gramedia Widiasarana Indonesia, h.4.

Page 30: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

30

kurang sempurna, maka perlu dikembangkan atau dibenahi dalam pelajaran

formal. Di sinilah pentingnya pendidikan formal.

Tidak jarang bahwa konsep siswa, meskipun tidak cocok dengan konsep

ilmiah, dapat bertahan lama dan sulit diperbaiki atau diubah selama dalam

pendidikan formal. Hal ini biasanya disebabkan konsep yang mereka bawa itu.

Meskipun keliru, tetapi dapat menjelaskan beberapa persoalan yang sedang

mereka hadapi dalam kehidupan mereka. Bahkan beberapa anak menggunakan

konsep ganda dalam hal ini, yaitu konsep ilmiah untuk digunakan di sekolah dan

konsep sehari-hari untuk digunakan di masyarakat.

Abraham, dkk membagi derajat pemahaman konsep menjadi tiga

kelompok, yaitu derajat memahami, derajat miskonsepsi, dan derajat memahami

konsep. Ditunjukkan pada Tabel 2.1.12

Tabel 2. 1. Pengelompokan Derajat Pemahaman Konsep

Kategori Derajat Pemahaman Kriteria

Tidak Memahami

Konsep

Tidak ada respon Tidak ada jawaban/

kosong

Tidak memahami

Menjawab “saya tidak

tahu”

Mengulangi pertanyaan

Menjawab tetapi tidak

berhubungan dengan

12 Abraham, Michael R. 1992. Understandings and Misunderstandings of Eighth Grader of

Five Chemistry Concept Found in Textbook. Journal of Research in Science Teaching. Pages 112.

Page 31: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

31

Kategori Derajat Pemahaman Kriteria

pertanyaan dan tidak

jelas

Miskonsepsi

Miskonsepsi Menjawab dengan

penjelasan tidak logis

Memahami sebagian

dengan miskonsepsi

Jawaban menunjukkan

adanya konsep yang

dikuasai tetapi ada

pernyataan dalam

jawaban yang

menunjukkan

miskonsepsi

Memahami Konsep

Memahami sebagian Jawaban menunjukkan

hanya sebagian konsep

dikuasai tanpa ada

miskonsepsi

Memahami konsep Jawaban menurunkan

konsep dipahami dengan

semua penjelasan benar

Tabel 2.1 memperlihatkan bahwa kategori pemahaman dibagi menjadi

tiga, yaitu paham konsep, miskonsepsi, dan tidak memahami konsep. Untuk siswa

yang memahami konsep yaitu siswa yang paham konsep secara menyeluruh atau

sebagian tetapi tepat dalam menjawab. Meskipun jika belum sepenuhnya konsep

Page 32: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

32

dikuasai tetapi konsep yang telah dimilikinya termasuk konsep yang benar tanpa

miskonsepsi di dalamnya.

Kategori miskonsepsi yaitu apabila siswa masih salah dalam memahami

konsep dan terlihat saat menjelaskannya dengan bahasa sendiri. Siswa yang

miskonsepsi ini bukan berarti ia tidak mempelajari konsep. Namun hanya saja

konsep yang dimilikinya masih terdapat miskonsepsi terutama ketika ia

menjelaskan dengan menggunakan bahasannya sendiri. Siswa yang miskonsepsi

bisa saja ketika diminta penjelasan ia langsung menjawab dengan jawaban yang

tidak sesuai dengan konsep yang benar. Banyak pendidik yang mencoba untuk

membantu mengatasi miskonsepsi tersebut, ini terlihat dari banyaknya partisipasi

para ahli dalam hal meminimalisir miskonsepsi, baik pendidik maupun peneliti.

Siswa yang termasuk dalam kategori tidak paham konsep yaitu siswa yang

benar-benar tidak tahu konsep. Siswa yang tidak tahu konsep ini bisa berasal dari

faktor diri sendiri yaitu berupa minat siswa dalam memahami konsep pada suatu

mata pelajaran, kemauan siswa dalam belajar serta pengembangan kognitif atau

IQ. Dari ketiga faktor inilah yang membuat siswa tidak memahami konsep.

Sehingga ketika siswa ini diminta untuk menjelaskan konsep maka siswa tidak

dapat menjawab atau jika menjawab tidak memiliki hubungan dengan konsep

tersebut.

Belajar konsep berguna dalam rangka pendidikan siswa atau paling tidak

punya pengaruh tertentu. Adapun kegunaan konsep, yaitu sebagai berikut:

a) Konsep-konsep mengurangi kerumitan lingkungan. Fenomena yang ada di

lingkungan sangat kompleks dan rumit, untuk mempelajari dan memahami

lingkungan perlu dijadikan unsur-unsur yang lebih sederhana tapi

mewakilinya.

b) Konsep-konsep membantu kita untuk mengidentifikasi yang ada di sekitar

kita.

c) Konsep membantu kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas, dan

lebih maju.

Page 33: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

33

Konsep dapat digunakan untuk mempelajari dua hal yang berbeda dalam

kelas yang sama.

3) Sumber dan Penyebab Miskonsepsi

Para peneliti miskonsepsi menemukan berbagai hal yang menjadi penyebab

miskonsepsi pada siswa. Secara garis besar, penyebab miskonsepsi dapat

dirangkum dalam lima kelompok, yaitu siswa, guru, buku teks, konteks, dan

metode mengajar.

Penyebab yang berasal dari siswa dapat terdiri dari berbagai hal, seperti

prakonsepsi awal, kemampuan, tahap perkembangan, minat, cara berpikir, dan

teman lain. Penyebab kesalahan dari guru dapat berupa ketidakmampuan guru,

kurangnya penguasaan bahan, cara mengajar yang tidak tepat atau sikap guru

dalam berelasi dengan siswa yang kurang baik. Penyebab miskonsepsi dari buku

teks biasanya terdapat pada penjelasan atau uraian yang salah dalam buku tersebut.

Konteks seperti budaya, agama, dan bahasa sehari-hari juga mempengaruhi

miskonsepsi siswa. Sedangkan metode mengajar yang hanya menekankan

kebenaran dari satu segi sering memunculkan salah pengertian pada siswa. Sering

kali penyebab-penyebab itu berdiri sendiri, tetapi kadang-kadang saling terkait satu

sama lain, sehingga salah pengertiannya menjadi semakin kompleks. Hal ini

menyebabkan semakin tidak mudah untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi

mereka.

Kita juga perlu mengetahui bahwa miskonsepsi yang dialami setiap siswa

dalam satu kelas dapat berlainan dengan penyebab yang juga berlainan. Maka

dapat terjadi, dalam satu kelas terdapat bermacam-macam miskonsepsi dan

penyebab miskonsepsi.13

13Op. Chit, Paul Suparno, h.30.

Page 34: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

34

4) Miskonsepsi dan Konsep Alternatif

Kebanyakan peneliti modern lebih suka menggunakan istilah konsep

alternatif daripada miskonsepsi. Alasan mereka adalah:

a) Konsep alternatif lebih menunjuk pada penjelasan berdasarkan pengalaman

yang dikontruksikan oleh siswa sendiri.

b) Istilah itu memberikan penghargaan intelektual kepada siswa yang

mempunyai gagasan tersebut.

c) Kerap kali konsep alternatif secara kontekstual masuk akal dan juga berguna

untuk menjelaskan beberapa persoalan yang sedang dihadapi siswa.

(Wandersee, Mintzes, dan Novak)

Dengan nama konsep alternatif, gagasan siswa yang berbeda dengan

gagasan para ahli, diberi tempat dan dicoba dihargai. Konsep siswa yang berbeda

menunjukkan bahwa dalam pembentukan pengetahuan siswa sendiri mengontruksi

konsep itu. Konsep lain itu tidak disalahkan mentah-mentah karena dalam

pengalaman hidup siswa sendiri, konsep tersebut dapat menerangkan persoalan

dalam hidup siswa dan sangat berguna. Siswa sendirilah yang membentuk

pengetahuan dalam otak mereka melalui segala keaktifan pikiran mereka, maka

dapat saja terjadi pembentukan pengetahuan yang berbeda dengan bentukan para

ahli. Disinilah terjadi konsep yang berbeda dengan bentukan para ahli. Maka

muncullah konsep alternatif.

Menurut Wandersee, Mintzes, dan Novak, masih ada juga beberapa

peneliti yang masih suka menggunakan istilah miskonsepsi dengan alasan:

a) Istilah itu sudah mempunyai makna bagi orang awam

b) Dalam pendidikan sains, istilah itu sudah membawa pengertian-pengertian

tertentu sesuai dengan pemikiran saintifik saat ini

c) Istilah itu mudah dimengerti baik oleh para guru dan orang awam.

Oleh karena istilah miskonsepsi sudah begitu lama digunakan dan mulai

tersosialisasi di antara para ahli, kemudian juga di kalangan para awam dan para

guru, maka istilah miskonsepsi sudah mempunyai arti tertentu. Dan secara

Page 35: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

35

spontan, bila guru berbicara soal miskonsepsi, orang lain mengerti apa yang

dimaksudkan. Maka, mengganti istilah itu dengan konsep alternatif dikhawatirkan

akan menghilangkan arti yang khusus tersebut. Oleh karena itu, beberapa peneliti

tetap menggunakan istilah miskonsepsi karena sudah menjadi istilah yang

diketahui umum dan artinya sangat jelas.14

5) Cara Menganalisis Miskonsepsi

Beberapa alat yang digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi yang sering

digunakan oleh peneliti maupun guru, yaitu:

a) Peta Konsep

Novak dan Gowin, Feldsine, Fowler, dan Moreira, berpendapat bahwa

peta konsep yang mengungkapkan hubungan berarti antara konsep-konsep dan

menekankan gagasan-gagasan pokok, yang disusun hierarkis, dengan jelas dapat

mengungkap miskonsepsi siswa yang digambarkan dalam peta konsep tersebut.

b) Tes Multiple Choice dengan Reasoning Terbuka

Pendapat lain menurut Clement dan Twiest, dikatakan bahwa siswa harus

menjawab dan menulis mengapa ia mempunyai jawaban seperti itu. Jawaban

yang salah dalam pilihan ganda ini selanjutnya dijadikan bahan tes berikutnya.

Beberapa peneliti lain menggunakan pilihan ganda dengan interviu. Berdasarkan

hasil jawaban yang tidak benar dalam pilihan ganda itu, mereka mewawancarai

siswa. Tujuannya adalah untuk meneliti bagaimana siswa berpikir, dan mengapa

mereka berpikir seperti itu.

c) Tes Esai Tertulis

Dari tes tersebut dapat diketahui miskonsepsi yang dibawa siswa dan

dalam bidang apa setelah ditemukan miskonsepsinya, dapatlah beberapa siswa

diwawancarai untuk lebih mendalami, mengapa mereka mempunyai gagasan

14 Ibid, Paul Suparno h.6.

Page 36: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

36

seperti itu. Dari wawancara itulah akan terlihat dari mana miskonsepsi itu

dibawa.

d) Wawancara Diagnosis

Dapat dilakukan juga untuk melihat konsep alternatif atau miskonsepsi

pada siswa. Guru memilih beberapa konsep Fisika yang diperkirakan sulit

dimengerti siswa, atau beberapa konsep Fisika yang pokok dari bahan yang

hendak diajarkan. Kemudian siswa diajak untuk mengekspresikan gagasan

mereka mengenai konsep-konsep di atas. Dari sini dapat dimengerti konsep

alternatif yang ada dan sekaligus ditanyakan dari mana mereka memperoleh

konsep alternatif tersebut. Wawancara dapat berbentuk bebas dan terstruktur.

Disarankan, wawancara itu direkam baik rekaman suara maupun rekaman video

agar kita tidak kehilangan data yang diperlukan.

e) Diskusi dalam Kelas

Dalam kelas siswa diminta untuk mengungkapkan gagasan mereka

tentang konsep yang sudah diajarkan atau yang hendak diajarkan. Dari diskusi

kelas itu dapat dideteksi juga apakah gagasan mereka itu tepat atau tidak. Dari

diskusi itu, guru atau seorang peneliti dapat mengerti konsep-konsep alternatif

yang dipunyai siswa.

f) Praktikum dengan Tanya Jawab

Dapat digunakan untuk mendeteksi apakah siswa mempunyai miskonsepsi

tentang konsep pada praktikum itu atau tidak. Selama praktikum, guru selalu

bertanya bagaimana konsep siswa dan bagaimana siswa menjelaskan persoalan

dalam praktikum tersebut.

Dari beberapa metode yang digunakan para peneliti di atas dapat

dirumuskan unsur yang penting dalam metode tersebut:

a. Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya.

b. Dari ungkapan itu dapat diketahui apakah ada konsep alternatif atau tidak.

Page 37: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

37

c. Diwawancarai untuk dimengerti dari mana mereka mendapatkan salah

pengertian itu.15

2. Tes Diagnostik

a. Pengertian Tes Diagnostik

Secara etimologis, diagnostik diambil dari bahasa Inggris “diagnostic”.

Bentuk kata kerjanya adalah “to diagnose:, yang artinya “to determine the nature of

disease from observation of symptoms”. Mendiagnosis berarti melakukan observasi

terhadap penyakit tertentu, sebagai dasar menentukan macam atau jenis penyakitnya.

Menurut Arikunto tes diagnostik merupakan tes yang dilakukan untuk mengetahui

kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan hasil tes tersebut dapat dilakukan

penanganan yang tepat.16 Sehingga, tes diagnostik sengaja dirancang sebagai alat

untuk menemukan kesulitan belajar yang sedang dihadapi siswa.17

b. Fungsi dan Karakteristik Tes Diagnostik

Tes ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian besar peserta

didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hasil

tes diagnostik memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum dipahami

dan yang telah dipahami.18 Menurut Brueckner dan Melby tes diagnostik digunakan

untuk menentukan elemen-elemen dalam suatu mata pelajaran yang mempunyai

kelemahan-kelemahan khusus dan menyediakan alat untuk menemukan penyebab

kekurangan tersebut.19

c. Pendekatan Tes Diagnostik

Menurut DEPDIKNAS terdapat lima pendekatan untuk tes diagnostik yaitu:

1) Pendekatan profil materi

15Ibid, Paul Suparno, h.129.

16S. Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan”, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 2007, h.48

17 Tri Wahyuningsi, dkk, 2013, “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik Fisika SMA Kelas XI”,

Jurnal Pendidikan Fisika, h.115.

18 Ibid, Tri Wahyuningsih, h.114.

19 Loc. Cit, Tri Wahyuningsih, h.114.

Page 38: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

38

2) Pendekatan prasyarat pengetahuan

3) Pendekatan pencapaian tujuan pembelajaran

4) Pendekatan identifikasi kesalahan

5) Pendekatan pengetahuan berstruktur.20

d. Penskoran dan Penafsiran Tes Diagnostik

Di bawah ini diuraikan beberapa hal yang harus diperhatikan ketika

melakukan penskoran dan penafsiran hasil tes diagnostik:

1) Selain memberikan hasil kuantitatif berupa skor tertinggi bila responsnya lengkap

dan skor terendah bila responsnya paling minim, kegiatan penskoran juga harus

mampu merekam jenis kesalahan (type error) yang ada dalam respons siswa.

Siswa dengan skor sama, misalnya sama-sama nol (berarti responsnya salah)

belum tentu memiliki type error yang sama juga, karena itu mengidentifikasi

penyebab terjadinya kesalahan jauh lebih bermakna dibandingkan dengan

menentukan berapa jumlah kesalahannya atau berapa skor total yang dicapainya.

Hasil identifikasi type error menjadi dasar interpretasi yang akurat.

2) Untuk memudahkan identifikasi dan analisis terhadap berbagai type error yang

terjadi, setiap type error dapat diberi kode yang spesifik, sesuai selera guru

asalkan konsisten, misalnya:

A = terjadi miskonsepsi

B = kesalahan mengubah satuan

C = kesalahan menggunakan formula

D = kesalahan perhitungan, dst.

3) Bila tes diagnostik terhadap suatu indikator dibangun oleh sejumlah butir soal

perlu ditentukan batas pencapaian untuk menentukan bahwa seorang siswa itu

dinyatakan bermasalah. Juga perlu ditentukan batas toleransi untuk jumlah dan

jenis type error yang boleh terjadi. Batas pencapaian ini dapat ditentukan sendiri

20DEPDIKNAS, “Tes Diagnostik”, Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama, 2007, h. 6.

Page 39: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

39

oleh guru berdasarkan pengalamannya atau berdiskusi dengan guru-guru

serumpun.

4) Penskoran terhadap butir soal pemecahan masalah (problem solving) hendaknya

mampu merekam setiap kemampuan yang dibutuhkan untuk memecahkan

masalah tersebut, meliputi: kemampuan menerjemahkan masalah ke dalam bahasa

sains (linguistic knowledge), kemampuan mengidentifikasi skema penyelesaian

masalah (schematic knowledge), kemampuan mengidentifikasi tahapan-tahapan

penyelesaian masalah (strategy knowledge), dan kemampuan melakukan tahapan-

tahapan penyelesaian masalah (algorithmic knowledge). Masing-masing

komponen kemampuan di atas mendapat skor sesuai kompleksitas cakupannya

dan dapat berbeda antara soal satu dengan lainnya.

5) Tes diagnostik menggunakan acuan kriteria (criteration referenced), karena hasil

tes diagnostik yang dicapai oleh seorang siswa tidak digunakan untuk

membandingkan siswa tersebut dengan kelompoknya melainkan terhadap kriteria

tertentu sehingga ia dapat diklasifikasikan “sakit dan membutuhkan terapi”

ataukah “sehat” sehingga dapat mengikuti kegiatan pembelajaran berikutnya. 21

e. Tes Diagnostik Miskonsepsi

1) Tes Diagnostik Dua Tahap (Two-Tier Diagnostic Test)

Umumnya, tes dua tahap digambarkan sebagai instrumen diagnostik dengan

tingkat pertama, termasuk pertanyaan konten pilihan ganda, dan tahap kedua,

termasuk tingkat pilihan ganda alasan untuk jawaban tingkat pertama. Jawaban siswa

terhadap setiap soal dianggap benar bila kedua pilihan dan alasan yang tepat

diberikan. Seperti yang dinyatakan oleh Adadan dan Savasci, instrumen diagnostik

dua tahap relatif mudah bagi siswa untuk ditanggapi, lebih praktis dan bermanfaat

bagi para guru untuk digunakan dalam hal mengurangi perkiraan, memungkinkan

untuk administrasi berskala besar dan penilaian yang mudah, dan menawarkan

wawasan tentang penalaran siswa.

21Ibid, DEPDIKNAS, h. 12.

Page 40: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

40

Tes diagnostik dua tahap tidak dapat membedakan tanggapan yang benar

karena pengetahuan ilmiah dan pengetahuan karena tebakan.22

Tabel 2. 2 Kategori Jawaban Siswa berdasarkan Tipe Jawaban Siswa.

Kategori Tipe Jawaban Siswa Penjelasan

Memahami Jawaban Benar-Alasan Benar (B-B) Menjawab dengan benar

kedua tingkat pertanyaan

Miskonsepsi Jawaban Benar-Alasan Salah (B-S) Menjawab benar pada

pertanyaan tingkat

pertama dan salah pada

pertanyaan tingkat kedua

Menebak Jawaban Salah-Alasan Benar (S-B) Menjawab salah pada

pertanyaan tingkat

pertama dan benar pada

pertanyaan tingkat kedua

Tidak Memahami Jawaban Salah-Alasan Salah (S-S) Menjawab dengan salah

kedua tingkat pertanyaan

2) Tes Diagnostik Tiga Tahap (Three-Tier Diagnostic Test)

Dalam tes tiga tahap, peneliti membuat tes pilihan ganda, tingkat pertama

yang termasuk tes pilihan ganda biasa, tingkat kedua adalah pertanyaan tes pilihan

ganda yang menanyakan alasannya, dan tingkat ketiga adalah skala yang meminta

tingkat kepercayaan siswa untuk jawaban yang diberikan. Untuk dua tahap di atas

jika jawaban siswa terhadap setiap soal dianggap benar bila kedua pilihan dan alasan

yang benar diberikan dengan keyakinan tinggi. 22 Dwi Septiana, “Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria dan Eubacteria

Menggunakan Two-tier Multiple Choice”, Skripsi pada Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2014, h.51, tidak dipublikasikan.

Page 41: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

41

Tes tiga tingkat dianggap lebih tepat untuk menggambarkan kesalahpahaman

siswa, karena mereka dapat mendeteksi kurangnya persentase pengetahuan melalui

tingkat kepercayaan. Hal ini membantu pengguna tes sehingga persentase

kesalahpahaman yang diperoleh bebas dari kesalahan positif, negatif palsu dan

kurangnya pengetahuan, karena masing-masing memerlukan remediasi dan

pengobatan yang berbeda.

Tes tiga tingkat memiliki keuntungan untuk membedakan kurangnya

pengetahuan siswa dari kesalahpahaman mereka dengan cara yang lebih valid dan

dapat diandalkan dibandingkan dengan tes pilihan ganda biasa dan tes dua tingkat.23

Tabel 2. 3 Kombinasi Jawaban Three-Tier Test dan Kategorinya

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Kategori

Benar Benar Yakin Paham Konsep

Benar Benar Tidak Yakin Tidak Paham Konsep

Benar Salah Yakin Miskonsepsi (False Positive)

Benar Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep

Salah Benar Yakin False Negative

Salah Benar Tidak Yakin Tidak Paham Konsep

Salah Salah Yakin Miskonsepsi

Salah Salah Tidak Yakin Tidak Paham Konsep

23Kaltakci, Derya Gurel, et. al. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to

Identify Students’ Misconceptions in Science, EurasiaJournal of Mathematics, Science &Technology

Education. 11(5), h.997.

Page 42: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

42

3) Tes Diagnostik Empat Tahap (Four-Tier Diagnostic Test)

Merupakan pengembangan dari tes diagnostik pilihan ganda tiga tingkat.

Pengembangan tersebut terdapat pada ditambahkannya tingkat keyakinan siswa

dalam memilih jawaban maupun alasan.24 Penambahan tingkat keyakinan pada

masing-masing jawaban dan alasan dapat mengukur perbedaan tingkat pengetahuan

siswa sehingga akan membantu dalam mendeteksi tingkat miskonsepsi siswa. Tingkat

keyakinan tergolong tinggi apabila dipilih dengan skala 4 (yakin), skala 5 (sangat

yakin), atau skala 6 (amat sangat yakin). Sedangkan, tingkat keyakinan tergolong

rendah apabila dipilih dengan skala 1 (menebak), skala 2 (sangat tidak yakin), atau

skala 3 (tidak yakin). 25

Tabel 2. 4 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test dan Kategorinya menurut Derya

Kaltakci Gurel, dkk.

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Benar Yakin Benar Yakin Paham Konsep

(Konsep Ilmiah)

Benar Yakin Benar Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Benar Tidak Yakin Benar Yakin Memahami Konsep

Sebagian

24Qisthi Fariyani. 2015. “Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap

Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X”. Journal of Innovative Science Education, h.43.

25 Gurel, Derya Kaltakci, dkk. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to

Identify Students’ Misconceptions in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science and

Technology Education, h. 999

Page 43: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

43

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Benar Yakin Salah Yakin Salah Konsep

Positif, jarang

Miskonsepsi

Benar Yakin Salah Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Benar Tidak Yakin Salah Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Yakin Benar Yakin Salah Konsep

Negatif

Salah Yakin Benar Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Tidak Yakin Benar Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Yakin Salah Yakin Miskonsepsi,

jarang Salah

Konsep

Page 44: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

44

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Salah Yakin Salah Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Tidak Yakin Salah Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Memahami Konsep

Sebagian

Page 45: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

45

3. Momentum, Impuls, dan Tumbukan

Gambar 2. 1 Peta Konsep Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan.

Momentum, Impuls, dan Tumbukan

terdiri dari

Aplikasi

Momentum,

Impuls, dan

Tumbukan

Impuls

digunakan

untuk

menganalisis

Tumbukan

Lenting

Sebagian

Tidak Lenting

Sama Sekali

Lenting

Sempurna

koefisien

elastisitas

0 < e < 1

meliputi

Hukum

kekekalan energi

e = 1

e = 0

Perubahan

Momentum

Momentum

jenisnya

koefisien

elastisitas koefisien

elastisitas

berlaku Hukum

kekekalan

momentum

Page 46: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

46

a. Momentum Impuls

1) Momentum

Sumber: Fisika Sekolah

Gambar 2. 2 Bola Billiard.

Momentum merupakan konsep fisis yang penting karena mencakup 2 hal

yang mencirikan dinamika benda, yaitu massa dan kecepatan. Laju perubahan

momentum sebuah benda sama dengan gaya total yang diberikan padanya.

Momentum linier (atau momentum untuk singkatannya) dari sebuah benda

didefinisikan sebagai hasil kali massa dan kecepatannya. Momentum (jamaknya

adalah “momenta”) biasanya dinyatakan dengan simbol p. jika kita tentukan m

menyatakan massa sebuah benda dan v kecepatannya, maka momentum p dari benda

seperti pada persamaan 2.1

𝑝 = 𝑚. 𝑣 (2.1)

Keterangan:

𝑝 = momentum (kg.m.s-1)

𝑚 = massa benda (kg)

𝑣 = kecepatan benda (m/s)

Laju perubahan momentum sebuah benda sama dengan gaya total yang

diberikan padanya. Kita dapat menuliskan pernyataan ini dalam bentuk persamaan

2.2,

∑ 𝐹 =∆𝑝

∆𝑡′

∑ 𝐹 =∆𝑝

∆𝑡′ =𝑚𝑣−𝑚𝑣0

∆𝑡=

𝑚(𝑣−𝑣0)

∆𝑡= 𝑚

∆𝑣

∆𝑡= 𝑚. 𝑎 (2.2)

Page 47: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

47

Momentum merupakan besaran vektor karena merupakan hasil kali antara

skalar dan vektor. Arah momentum benda sama dengan arah kecepatannya.

2) Impuls dan Perubahan Momentum

Sumber: Suka Fisika

Gambar 2. 3 Bola Billiard

Kita anggap gaya eksternal total sistem dua bola ini sebesar nol artinya, gaya

yang signifikan hanyalah gaya yang diberikan tiap bola ke bola lainnya ketika

tumbukan. Walaupun momentum dari tiap bola berubah akibat terjadi tumbukan

jumlah momentum mereka ternyata sama pada waktu sebelum dan sesudah

tumbukan. Momentum yang dimiliki benda selalu sama setiap saat apabila

kecepatannya tetap. Namun, jika kecepatannya berubah, momentumnya juga berubah.

Sebagai contoh, bola billiard A semula bergerak dengan kecepatan v1. Beberapa saat

kemudian bola A menumbuk bola B yang semula diam akan bergerak dengan

kecepatan v. karena kecepatannya berubah, maka bola A dan bola B dikatakan

mengalami perubahan momentum. Besarnya perubahan momentum dapat dicari

dengan menggunakan persamaan 2.3

∆𝑝 = 𝑝𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑝𝑎𝑤𝑎𝑙

∆𝑝 = 𝑝2 − 𝑝1

= 𝑚. 𝑣2 − 𝑚. 𝑣1 (2.3)

Keterangan:

∆𝑝 = perubahan momentum (kg.m/s)

𝑚 = massa benda (kg)

𝑣2= kecepatan akhir (m/s)

𝑣1 = kecepatan awal (m/s)

Page 48: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

48

Impuls adalah hasil kali gaya yang bekerja pada benda dengan persamaan 2.4

𝐼 = 𝐹. ∆𝑡

𝐼 = ∆𝑝 (2.4)

Keterangan:

𝐼 = impuls (N.s)

𝐹= gaya (N)

∆𝑡 = selang waktu (s)

∆𝑝 = perubahan momentum (kg.m/s)

Teorema impuls-momentum berbunyi:

“Perubahan momentum partikel/ benda selama selang waktu tertentu sama

dengan resultan gaya yang bekerja selama interval waktu tersebut”.

b. Hukum Kekekalan Momentum

Konsep momentum sangat penting karena, pada keadaan-keadaan tertentu,

momentum merupakan besaran yang kekal. Dalam kasus bola billiard, seperti yang

ditunjukkan oleh gambar 2.4.

Sumber: nanopdf.com

Gambar 2. 4 Momentum Kekal pada Tumbukan Dua Bola.

Page 49: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

49

Berapapun kecepatan dan massa yang terlibat, ternyata momentum total

sebelum tumbukan sama dengan sesudahnya, apakah tumbukan tersebut dari depan

atau tidak, selama tidak ada gaya eksternal total yang bekerja seperti pada persamaan

2.5

Momentum sebelum tumbukan = momentum setelah tumbukan.

𝑚1. 𝑣1 + 𝑚2. 𝑣2 = 𝑚1. 𝑣1′ + 𝑚2. 𝑣2′ (2.5)

Jadi jumlah vektor momentum pada sistem dua bola tersebut kekal: tetap

konstan. Dengan demikian, pernyataan umum hukum kekekalan momentum adalah,

“Momentum total dari suatu sistem benda-benda yang terisolasi tetap konstan”.

Dengan istilah “sistem”, yang dimaksud adalah sekumpulan benda yang berinteraksi

satu sama lain. Sistem terisolasi adalah suatu sistem di mana gaya yang ada hanyalah

gaya-gaya di antara benda-benda pada sistem itu sendiri. Jumlah semua gaya ini akan

nol dengan berlakunya hukum Newton ketiga. Jika ada gaya luar yang dimaksud

adalah gaya-gaya yang diberikan oleh benda I luar sistem dan jumlahnya tidak nol

(Secara vektor), maka momentum total tidak kekal.26

c. Aplikasi Momentum dan Impuls

1) Roket

Sumber: Ilmu Sains

Gambar 2. 5 Roket

26Giancoli, Fisika Edisi Kelima Jilid 1, (Jakarta: Erlangga, 2001), h.213.

Page 50: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

50

Roket adalah suatu pesawat yang bergerak karena memperoleh impuls awal

dari gas yang memuai di dalam badan pesawat dan suatu gaya yang bekerja terus

menerus karena gas yang dikeluarkan dari ruang pembakaran dalam pesawat tersebut.

Roket membawa bahan bakar yang akan diubah menjadi gas yang dikeluarkan,

berarti massa roket makin berkurang, sementara itu kecepatan roket terus bertambah.

Setelah bahan bakar habis, tinggal massa roket saja yang bergerak tanpa tambahan

gaya, berarti kecepatan akhir yang dipunyai tidak bertambah lagi.

Pada peluncuran roket kita memilih bumi sebagai acuan, untuk roket gaya

yang terjadi adalah gaya dorong ke atas, yang disebabkan oleh adanya gas yang

keluar, yang dibuat sebesar mungkin. Gaya karena gas yang keluar merupakan aksi

yang diberikan kepada roket, sedangkan gaya dorong adalah reaksi dari roket

tersebut.

2) Desain Mobil

Sumber: Fisika Ceria

Gambar 2. 6 Tabrakan antar Mobil

Desain mobil dirancang untuk mengurangi besarnya gaya yang timbul akibat

tabrakan. Daerah penggumpalan pada badan mobil atau bagian badan mobil yang

dapat penyok akan memperkecil pengaruh gaya akibat tumbukan yang dapat

dilakukan melalui dua cara, yaitu memperpanjang waktu yang dibutuhkan untuk

menghentikan momentum mobil dan menjadi agar mobil tidak saling terpental.

Page 51: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

51

Rancangan badan mobil yang memiliki daerah penggumpalan atau penyok tersebut

akan mengurangi bahaya akibat tabrakan pada penumpang mobil.

3) Air Safety Bag

Sumber: mobilmo.com

Gambar 2. 7 Air Safety Bag

Air safety bag (kantong udara) digunakan untuk memperkecil gaya akibat

tumbukan yang terjadi pada saat tabrakan. Prinsip kerjanya adalah memperpanjang

waktu yang dibutuhkan untuk menghentikan momentum pengemudi. Saat tabrakan

terjadi, pengemudi cenderung untuk tetap bergerak sesuai dengan kecepatan gerak

mobil (Hukum Pertama Newton). Gerakan ini akan membuatnya menabrak kaca

depan mobil yang mengeluarkan gaya sangat besar untuk menghentikan momentum

pengemudi dalam waktu sangat singkat. Apabila pengemudi menumbuk kantong

udara, waktu yang digunakan untuk menghentikan momentum pengemudi akan lebih

lama sehingga gaya yang ditimbulkan pada pengemudi akan mengecil. Dengan

demikian, keselamatan si pengemudi akan lebih terjamin.27

27Aip Saripudin, Praktis Belajar Fisika XI Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, (Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2009), h. 96.

Page 52: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

52

d. Tumbukan

Sumber: Ayo Sekolah Fisika

Gambar 2. 8 Tumbukan

Pada tumbukan dua benda yang biasa terjadi, melibatkan gaya yang sangat

besar sehingga mengakibatkan bentuk benda yang bertumbukan mengalami

perubahan dan seringkali terlihat cukup nyata. Saat terjadi tumbukan, gaya yang

terlibat atau yang berinteraksi pada kedua benda yang bertumbukan akan berubah dari

nol. Saat kontak pertama tumbukan gaya menjadi sangat besar dalam waktu yang

sangat singkat kemudian secara drastis kembali nol saat tumbukan berakhir. Hal

itulah yang menyebabkan konsep momentum sangat berguna dalam peristiwa

tumbukan. Karena dalam waktu yang sangat singkat dan gaya yang terlibat sangat

besar akan sulit diterapkan hukum-hukum newton mengenai gerak.

Telah diketahui sebelumnya bahwa tumbukan antar dua benda, seperti contoh

di atas, momentum totalnya kekal, sama sebelum dan sesudah tumbukan. Jika kedua

benda cukup keras dan tidak ada panas yang dihasilkan akibat tumbukan, energi

kinetiknya juga kekal. Dalam hal ini, yang dimaksud adalah jumlah energi kinetik

benda sebelum tumbukan sama dengan jumlah energi kinetik setelah tumbukan.

𝑚1. 𝑣1 + 𝑚2. 𝑣2 = (𝑚1. 𝑣1)′ + (𝑚2. 𝑣2)′

𝐸𝑚1 + 𝐸𝑚2 = 𝐸𝑚1′ + 𝐸𝑚2′

(𝐸𝑘1 + 𝐸𝑝1) + (𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2) = (𝐸𝑘1 + 𝐸𝑝1)′ + (𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2)′

𝐸𝑘1 + 𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝1 + 𝐸𝑝2 = 𝐸𝑘1′ + 𝐸𝑘2′ + 𝐸𝑝1′ + 𝐸𝑝2′ (2.6)

Page 53: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

53

Dimana,

𝐸𝑘 =1

2𝑚. 𝑣2

𝐸𝑝 = 𝑚. 𝑔. ℎ

𝐸𝑝 =1

2𝑘. 𝑥2 (untuk pegas)

Keterangan:

𝑚 = massa benda (kg)

𝑔 = percepatan gravitasi bumi (𝑔 = 9,8 m/s2 atau 10 m/s2)

𝑣 = kecepatan benda sebelum tumbukan (m/s)

𝑣′ = kecepatan benda setelah tumbukan (m/s)

ℎ = ketinggian benda sebelum tumbukan (m)

ℎ′ = ketinggian benda setelah tumbukan (m)

Secara garis besar, tumbukan dibedakan menjadi 3 macam, yaitu tumbukan

elastis sempurna (lenting sempurna), tumbukan elastis sebagian (lenting sebagian),

dan tumbukan tidak elastis (tidak lenting).

1) Tumbukan Elastis Sempurna

Tumbukan yang terjadi dengan jumlah energi kinetik sebelum dan sesudah

tumbukan sama/ tetap (tidak ada energi yang hilang selama tumbukan) disebut

sebagai tumbukan lenting sempurna.

Sumber: Fisika Zone

Gambar 2. 9 Tumbukan Elastis Sempurna.

Jadi, pada tumbukan lenting sempurna berlaku hukum kekekalan energi

kinetik.

𝐸𝑘1 + 𝐸𝑘2 = 𝐸𝑘1′ + 𝐸𝑘2′

Page 54: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

54

1

2𝑚1. 𝑣1

2 +1

2𝑚2. 𝑣2

2 =1

2𝑚1. (𝑣1′)2 +

1

2𝑚2. (𝑣2′)2

𝑚1(𝑣12 − (𝑣1′)2) = 𝑚2(𝑣2

2 − (𝑣2′)2)

𝑚1(𝑣1 + 𝑣1′)(𝑣1 − 𝑣1′) = 𝑚2(𝑣2 + 𝑣2′)(𝑣2 − 𝑣2′) (2.7)

Jika persamaan 2.7 ini kita bagi dengan persamaan 𝑚1(𝑣1 − 𝑣1′) =

(𝑣2 − 𝑣2′) didapatkan:

(𝑣1 + 𝑣1′) = 𝑚2(𝑣2 + 𝑣2′)

(𝑣1 − 𝑣1′) = (𝑣2 − 𝑣2′) (2.8)

Dari persamaan 2.8, kita mendapatkan koefisien restitusi yang dinyatakan

dengan persamaan 2.9

𝑒 =𝑣1′−𝑣2′

𝑣1−𝑣2 (2.9)

Keterangan;

𝑒 = koefisien restitusi

𝑣1 dan 𝑣2 = kelajuan benda sebelum tumbukan (m/s)

𝑣1′ dan 𝑣2′ = kelajuan benda setelah tumbukan (m/s)

Maka, koefisien restitusinya sama dengan 1 (e=1)

Page 55: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

55

2) Tumbukan Elastis Sebagian

Sumber: Fisika Zone

Gambar 2. 10 Tumbukan Elastis Sebagian.

Kecepatan sebelum tumbukan lebih besar daripada kecepatan setelah

tumbukan. Dengan begitu, koefisien restitusi pada kejadian ini berkisar antara nol

sampai 1 (0<e<1). Jadi, hukum kekekalan energi kinetik pada tumbukan lenting

sebagian tidak berlaku. Ini karena sebagian energi kinetik yang hilang telah diubah

menjadi bentuk energi lainnya, seperti energi potensial, energi panas, atau energi

yang merusak lantai. Namun, hukum kekekalan energi mekanik masih tetap berlaku.

𝐸𝑝 𝑎𝑤𝑎𝑙 + 𝐸𝑘 𝑎𝑤𝑎𝑙 = 𝐸𝑝 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 + 𝐸𝑘 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟

𝑚. 𝑔. ℎ + 0 = 0 +1

2𝑚. 𝑣2

𝑣 = √2𝑔. ℎ (2.10)

Keterangan:

𝑣 = kelajuan benda (m/s)

𝑔 = percepatan gravitasi (m/s2)

ℎ = ketinggian benda (m)

𝑒 = −𝑣𝑏′𝑣1′

𝑣𝑏 − 𝑣1

Page 56: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

56

𝑒 = −𝑣𝑏′ − 0

𝑣𝑏 − 0

𝑒 = −𝑣𝑏′

𝑣𝑏

𝑒 = −√2. 𝑔. ℎ′

√2. 𝑔. ℎ

𝑒 = −√ℎ′

ℎ (2.11)

Karena tinggi tidak berharga negatif, maka koefisien restitusi dapat ditulis

sebagai berikut. 𝑒 = |−√ℎ′

ℎ| = √

ℎ′

ℎ (2.12)

Keterangan:

ℎ′ = tinggi pantulan benda (m)

ℎ = tinggi benda semula atau tinggi pantulan sebelumnya (m)

3) Tumbukan Tidak Elastis Sama Sekali

Sumber: Ayo Sekolah Fisika

Gambar 2. 11 Tumbukan Tidak Elastis Sama Sekali.

Apabila dua benda setelah tumbukan menjadi satu dan bergerak bersama-

sama. Karena kecepatan kedua benda setelah tumbukan sama, maka koefisien

restitusi untuk tumbukan tidak lenting sama sekali adalah nol (e=0).

𝑚𝑝. 𝑣𝑝 + 𝑚𝑏. 𝑣𝑏 = (𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)𝑣 (2.13)

Page 57: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

57

Karena salah satu benda diam maka 𝑣𝑏 = 0, sehingga:

𝑚𝑝. 𝑣𝑝 = (𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)𝑣 (2.14)

Ketika kedua benda bergerak dengan kecepatan v, maka energi kinetik yang

dimiliki adalah 1

2(𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)𝑣′2. Hukum kekekalan energi mekanik akan dinyatakan

dalam bentuk:

𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2 = 𝐸𝑘2 + 𝐸𝑝2

1

2(𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)𝑣′2

+ 0 = 0 + (𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)𝑔. ℎ

𝑣′2= 2. 𝑔. ℎ

𝑣′ = √2. 𝑔. ℎ

𝑚𝑝. 𝑣𝑝 = (𝑚𝑝 + 𝑚𝑏)√2. 𝑔. ℎ (2.15)

Keterangan:

𝑣𝑝 = kelajuan peluru (m/s) 𝑔 = percepatan gravitasi (m/s)

𝑚𝑝 = massa peluru (kg) ℎ = tinggi maksimal balok (m)

𝑚𝑏 = massa balok (kg)

B. Hasil Penelitian Relevan

Beberapa penelitian relevan yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

1. Imelda S. Caleon, dan R. Subramaniam dalam jurnalnya yang berjudul “Do

Students Know What They Know and What They Don’t Know? Using A Four-Tier

Diagnostic Test to Assess The Nature of Students’ Alternative Conceptions. ”,

menginformasikan bahwa dilakukan pengembangan dan penerapan instrumen tes

diagnostik Four-Tier Multiple Choice (FTMC), yang difokuskan pada konsep

gelombang mekanik.

2. Qisthi Fariyani, Ani Rusilowati dan Sugianto dalam jurnalnya yang berjudul

“Pengembangan Four-Tier Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi

Fisika Siswa SMA Kelas X. ”, menginformasikan bahwa didapatkan hasil

terdapat 82 temuan miskonsepsi siswa dari 11 sub pokok bahasan pada materi

Page 58: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

58

Optik Geometri. Miskonsepsi tertinggi ditemukan pada konsep pemantulan baur

dan miskonsepsi terendah pada konsep perbesaran bayangan pada lup.

3. Alfi hidayat dalam skripsinya yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Konsep

Momentum, impuls, dan tumbukan dengan Tes Diagnostik Empat Tahap pada

Siswa Kelas XII.”, menginformasikan bahwa persentase setiap aspek miskonsepsi

siswa kelas XII IPA 4 SMA Muhammadiyah 3 Jember adalah sebesar 10%

sedangkan persentase setiap aspek miskonsepsi siswa kelas XII IPA 3 SMAN 1

Arjasa adalah sebesar 16%.

4. Lika Tia Amalia dalam skripsinya yang berjudul “Idetifikasi Miskonsepsi

Menggunakan Tes Diagnostik Four-Tier pada Konsep Hukum Newton dan

Penerapannya terhadap Siswa Kelas X di SMAN 5 Kota Serang.”,

menginformasikan bahwa penelitian dengan kategori miskonsepsi terbanyak

terdapat pada indikator yang menjelaskan aplikasi hukum III Newton dalam

kehidupan sehari-hari dengan persentase sebesar 30% dan terendah pada indikator

pembelajaran mendeskripsikan pengertian gaya dengan persentase sebesar 1,66%.

5. Diah Maya Anggraeni dan Suliyanah dalam jurnalnya yang berjudul “Diagnosis

Miskonsepsi Siswa pada Materi Momentum, impuls, dan tumbukan menggunakan

Three-Tier Diagnostic Test.”, menginformasikan bahwa hasil identifikasi dari 34

siswa, 29 siswa mengalami miskonsepsi dengan persentase miskonsepsi tertinggi

42,86% yang didominasi oleh penyebab konsepsi false negative. Miskonsepsi

tertinggi terjadi pada sub materi Kekekalan Energi dan Momentum.

6. Elisya Ayu Maulida dan Suliyanah dalam jurnalnya yang berjudul “Profil

Miskonsepsi Siswa dalam Model ECIRR Berbantuan PhET Simulation pada

Materi Momentum, Impuls, dan Tumbukan.”, menginformasikan bahwa

miskonsepsi siswa ketika tes awal sebesar 74% dan setelah dilakukan

pembelajaran, miskonsepsi siswa ketika tes akhir sebesar 38,2%. Pada saat tes

awal dilakukan, penyebab miskonsepsi tertinggi yaitu pada kategori pemikiran

humanistik sebesar 22,2%, kemudian pada tes akhir berkurang menjadi

10%.miskonsepsi sub materi Momentum pada saat tes awal sebesar 77,8% dan tes

Page 59: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

59

akhir 25,6%. Miskonsepsi sub materi Impuls, pada saat tes awal sebesar 73,3%

dan tes akhir 44,0%.miskonsepsi sub materi Tumbukan pada saat tes awal sebesar

72,9% dan tes akhir 39,5%. Dari 30 siswa, 28 siswa mengalami penuruan

miskonsepsi, satu siswa mengalami kenaikan miskonsepsi, dan satu siswa tidak

terjadi perubahan miskonsepsi.

7. Invea Nur Mukti Lestari, dkk dalam jurnalnya yang berjudul “Pengembangan

Electricity ConceptTest Berformat Four-Tier Test”, menginformasikan bahwa

teknik analisis kombinasi jawaban pada Four-Tier Test dalam penelitian ini

menggunakan 5 buah kategori, yaitu miskonsepsi, menguasai konsep, tidak

mengusai konsep, menguasai konsep sebagian, dan tidak dapat dikodekan.

8. Ismiara Indah Ismail, Achmad Samsudin, Endi Suhendi, dan Ida Kaniawati dalam

jurnalnya yang berjudul “Diagnostik Miskonsepsi melalui Listrik Dinamis Four-

Tier Test.”, menginformasikan bahwa penelitian menganalisis dan

menggolongkan siswa ke dalam memahami konsep sebesar 13,9%, yang

berpeluang mengalami miskonsepsi 39,9%, dan siswa yang berpeluang tidak

memahami konsep sebesar 44,01%, serta mengalami error sebesar 2,19%.

9. Widya Bratha Sheftyawan, Trapsilo Prihandono, dan Albertus Djoko Lesmono

dalam jurnalnya yang berjudul “Identifikasi Miskonsepsi Siswa menggunakan

Four-Tier Diagnostic Test pada Materi Optik Geometri.”, menginformasikan

bahwa miskonsepsi yang dialami siswa di SMAN 1 Sluring pada konsep Optik

Geometri yaitu sebesar 37,62% yang berada pada kategori sedang.

C. Kerangka Berpikir

Pemahaman siswa dalam kegiatan belajar fisika dipengaruhi oleh tingkat

kemampuan siswa dalam memahami konsep yang sangat bervariatif, beberapa siswa

sangat mudah dalam memahami konsep, beberapa siswa yang lainnya justru

mengalami kesulitan dan cenderung lemah dalam proses pemahaman konsep.

Ketidakmampuan siswa dalam memahami konsep disebabkan oleh hambatan atau

Page 60: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

60

kesulitan pada kegiatan pembelajaran yang dapat menyebabkan miskonsepsi pada

siswa.

Faktor lain penyebab siswa mengalami miskonsepsi, yaitu pengetahuan awal

(prakonsepsi) siswa yang didapatkan dari berbagai sumber seperti lingkungan sehari-

hari tempat siswa tinggal dan dari orang di sekitarnya yang dapat berupa prakonsepsi

benar ataupun salah. Tugas seorang guru adalah memperbaiki prakonsepsi yang

masih salah yang terdapat pada siswa tersebut. Apabila prakonsepsi yang salah

dibiarkan dan tidak segera diidentifikasi serta diatasi maka dapat menyebabkan

miskonsepsi yang berkelanjutan. Untuk itu perlu dilakukan identifikasi terhadap letak

miskonsepsi yang terjadi agar penanganan yang dilakukan tepat sasaran.

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat diukur dengan menggunakan

instrumen Tes Diagnostik Four-Tier Multiple Choice menurut Derya Kaltakci Gurel,

dkk yang dirasa dapat memberikan gambaran yang akurat. Dengan mengetahui

miskonsepsi yang terjadi, maka dapat menjadi bahan evaluasi bagi guru dalam

melakukan kegiatan pembelajaran dan bagi penulis untuk memberikan informasi

tentang miskonsepsi yang dialami oleh siswa. Berdasarkan uraian di atas kerangka

berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.12.

Page 61: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

61

Gambar 2. 12 Bagan Kerangka Berpikir.

Hambatan atau Kesulitan dalam

Pembelajaran.

Prakonsepsi siswa yang salah.

Tingkat kemampuan pemahaman siswa yang rendah.

Cara penyampaian konsep oleh guru yang kurang sesuai.

Guru yang belum melakukan penelitian khusus terkait

prakonsepsi siswa yang masih salah.

Mengakibatkan

Siswa Mengalami

Miskonsepsi.

Identifikasi terhadap letak miskonsepsi

yang terjadi pada siswa.

Menggunakan instrumen tes diagnostik

Four-Tier Test Multiple Choice

menurut DeryaKaltakciGurel, dkk.

Diperoleh hasil, yaitu besar persentase

miskonsepsi, dan masing-masing sub

konsep yang menunjukkan miskonsepsi.

Page 62: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

62

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan, yang

berlokasi di Jombang Rawa Lele RT 03 RW 06, Jombang, Ciputat, Tangerang

Selatan. Penelitian ini berlangsung pada semester genap tahun ajaran 2019/ 2020,

pengambilan data dilaksanakan pada 30 April dan 03 Mei 2019 di kelas X MIPA 3.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Metode penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk

menggambarkan atau menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta dan sifat populasi.1

Pada penelitian ini akan dikumpulkan data yang menggambarkan keadaan

sebenarnya yang terjadi pada siswa. Subjek penelitian ini adalah miskonsepsi siswa

pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan. Pengumpulan data didapat dari tes

diagnostik four-tier test multiple choice yang diberikan kepada siswa yang kemudiaan

dideskripsikan sesuai keadaan sebenarnya.

Metode deskriptif biasa dilakukan pada penelitian kualitatif. Oleh karena itu

data yang diperoleh tidak dituangkan ke dalam bentuk bilangan atau angka statistik,

melainkan dalam bentuk kualitatif, peneliti memberi pemaparan gambaran mengenai

situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.2 Hasil penelitian yang didapatkan

akan disajikan dalam kata-kata atau frase.

1Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2013), h.59.

2 Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), cet.6, h.39.

Page 63: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

63

C. Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tiga tahapan, yaitu

sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan penyesuaian kurikulum yang berlaku di sekolah yang

dituju, yaitu kurikulum 2013 revisi dan melakukan analisis terhadap RPP guru di

sekolah tersebut. Lalu dibuatlah kisi-kisi instrumen tier ke 1 berdasarkan indikator

RPP yang telah dianalisis tersebut, setelah instrumen soal tersusun maka dilakukan

uji coba instrumen kepada siswa SMAN 11 Tangerang Selatan sekaligus untuk

memperoleh soal tier ke tiga. Setelah soal four-tier beserta kisi-kisi soal tersusun,

dilakukanlah validasi soal oleh pihak dosen fisika, setelah difiksasi oleh pihak dosen

maka dilakukan uji validasi soal oleh pihak sekolah, setelah itu dilakukan analisis

dengan menggunakan software ANATES. Dan dari hasil validasi instrumen soal

tersebut didapatkanlah pertanyaan untuk instrumen soal sebanyak 15 pertanyaan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini, peneliti melakukan tes diagnostik four-tier test multiple choice

kepada 40 siswa kelas X MIPA 3 SMAN 11 Tangerang Selatan. Tes dilakukan

kepada kelas yang sudah mempelajari konsep momentum, impuls, dan tumbukan.

a. Tahap Uji Coba Instrumen

Tes diagnostik four-tier test multiple choice diujikan kepada 24 siswa dari

kelas X MIPA 1 SMAN 11 Tangerang Selatan. Hasil tes tersebut kemudian

dikalkulasi dan dianalisis menggunakan software ANATES. Pada tahap ini

didapat 26 soal. Kemudian hasil ini diperlihatkan kepada dosen pembimbing dan

disetujui sebanyak 15 pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengambil data.

b. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap ini, peneliti melakukan pengambilan data dengan memberikan

soal four-tier test multiple choice kepada 40 siswa guna memperoleh data siswa

Page 64: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

64

yang mengalami paham konsep, miskonsepsi, tidak tahu konsep, dan memahami

konsep sebagian. Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam menganalisis

miskonsepsi siswa yang berasal dari instrumen yang telah dibuat pada tahap-tahap

sebelumnya.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Pada tahap ini merupakan tahap terakhir dari rangkaian penelitian dan

merupakan tahapan yang akan menghasilkan informasi miskonsepsi siswa. Data yang

diperoleh dari hasil four-tier test multiple choice dikalkulasi dan dianalisis hingga

didapat persentase miskonsepsi siswa pada konsep momentum, impuls, dan

tumbukan. Berdasarkan pengolahan data tersebut, dapat diambil kesimpulan dari

penelitian yang dilaksanakan bahwa miskonsepsi yang teridentifikasi pada konsep

momentum, impuls, dan tumbukan secara keseluruhan sebesar 17,98%, paham

konsep sebesar 14,5%, memahami konsep sebagian sebesar 52,12%, salah konsep

positif sebesar 5,05%, salah konsep negatif sebesar 10,3% dan termasuk ke dalam

miskonsepsi kategori rendah. Dan Sub konsep yang mengalami miskonsepsi pada

konsep momentum, impuls, dan tumbukan terdapat pada sub konsep momentum

sebesar 21%, sub konsep impuls sebesar 36%, sub konsep tumbukan sebesar 64%,

sub konsep hukum kekekalan momentum sebesar 33%.

D. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar atau wilayah yang menjadi ruang lingkup

penelitian.3 Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa di SMAN 11 Tangerang

Selatan, dengan populasi terjangkau seluruh siswa kelas X MIPA di sekolah tersebut.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.4

Sedangkan sampel dari penelitian ini yaitu kelas X MIPA 3 SMAN 11 Tangerang

Selatan yang telah belajar konsep momentum, impuls, dan tumbukan. siswa yang

3Nana Saodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), cet.

9, h.250.

4Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h.118.

Page 65: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

65

dijadikan sampel sebanyak 40 siswa. Dengan teknik pengambilan sampel yang

digunakan, yaitu purposive sampling (inklusi) yang dilakukan dengan cara

mengambil subjek yang bukan didasarkan pada strata, random atau daerah tetapi

berdasarkan atas adanya tujuan tertentu.5

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini menggunakan tes tertulis dalam

bentuk four-tier test multiple choice yang digunakan dalam penelitian berjumlah 15

butir soal dan setiap soalnya terdiri dari empat tingkat utama yang diberikan kepada

40 siswa kelas X MIPA 3 SMAN 11 Tangerang Selatan. Tingkat pertama adalah

pilihan ganda dengan lima pilihan jawaban mengenai konsep materi, tingkat kedua

adalah confidence rating dari pertanyaan pertama, tingkat ketiga siswa memilih

alasan jawaban terhadap tingkat pertama dengan lima pilihan, dan tingkat keempat

adalah confidence rating terhadap jawaban alasan pertanyaan.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik four-tier

yang berfungsi untuk mengidentifikasi kemampuan pengetahuan dan miskonsepsi

siswa, serta dapat menilai kesalahpahaman, bukan menilai kesalahan atau bahkan

kurangnya pengetahuan siswa. Instrumen penelitian berjumlah 15 soal yang sudah

melalui tahap validasi ahli, validasi siswa, dan validasi melalui software ANATES.

Dengan pembagian ranah kognitif siswa yang disesuaikan dengan indikator RPP guru

mata pelajaran di sekolah tempat penelitian berlangsung. Kisi-kisi instrumen soal

yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.1.

5Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), h.183.

Page 66: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

66

Tabel 3. 1 Kisi-Kisi Instrumen Soal

No Indikator RPP

Ranah Kognitif

Jumlah

Persentase

(%) C1 C2 C3 C4

1. Menjelaskan

pengertian

momentum.

2* 4*, 5* 3 20%

2. Menjelaskan

pengertian impuls.

10* 1 6,67%

3. Memformulasikan

hubungan momentum

dan impuls.

12*,

17*

18*,

19*

4 10,67%

4. Menjelaskan tentang

tumbukan.

22* 23* 2 13,3%

5. Menjelaskan hukum

kekekalan momentum

dalam kehidupan

sehari-hari.

28* 1 6,67%

6. Menerapkan konsep

hukum kekekalan

momentum dalam

pemecahan masalah.

34* 33*,

36*,

40*

4 10,67%

Total 1 5 6 3 15 100%

Persentase 6,67% 33,3% 40% 20% 100%

Page 67: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

67

Keterangan :

(*) : Lulus uji reliabilitas dan daya pembeda (15 soal)

G. Kalibrasi Instrumen

Dalam penelitian ini dilakukan kalibrasi seperti validasi soal, reliabilitas dan

tingkat kesukaran pada soal agar instrumen yang diberikan pada siswa sesuai. Pada

penelitian ini penulis melakukan validasi dengan 3 orang ahli, siswa kelas XI MIPA 1

dan 3 SMAN 11 Tangerang Selatan, dan menggunakan software ANATES.

1. Uji Validasi

Dalam buku Encyclopedia of Educational Evaluation menyebutkan, sebuah

tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur.6 Tes

diujicoba kepada sejumlah siswa yang bukan subjek dalam penelitian dan digunakan

untuk menguji validitas butir soal dari instrumen yang telah dibuat sebelumnya.

Validitas ini menggunakan rumus koefisien korelasi poin biserial. Teknik ini

adalah salah satu teknik analisis bivariat yang biasa dipergunakan untuk mencari

korelasi antara dua variabel, yaitu variabel I berbentuk variabel kontinum, sedangkan

variabel II berbentuk variabel diskrit murni.7 Dengan persamaan 3.18

𝛾𝑝𝑏𝑖 =𝑀𝑝−𝑀𝑡

𝑆𝑡√

𝑝

𝑞 (3.1)

Keterangan:

𝛾𝑝𝑏𝑖 = koefisien korelasi biserial.

𝑀𝑝 = rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya

𝑀𝑡 = rerata skor total

𝑆𝑡 = standar deviasi dari skor total proporsi

6Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2015),

h.80.

7Anas Sudjono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), h.257.

8Op. Chit, Suharsimi Arikunto, h.93

Page 68: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

68

𝑝 = proporsi siswa yang menjawab benar

(𝑝 =𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑛𝑎𝑟

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎)

𝑞 = proporsi siswa yang menjawab salah

(𝑞 = 1 − 𝑝)

2. Uji Daya Pembeda

Uji daya pembeda butir soal dilakukan untuk mengukur kemampuan suatu

soal dalam membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dan

rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi, disingkat D.9 Daya pembeda butir soal dihitung menggunakan

persamaan 3.210

𝐷 =𝐵𝐴

𝐽𝐴−

𝐵𝐵

𝐽𝐵= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵 (3.2)

Keterangan:

𝐵𝐴 : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

𝐵𝐵 : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

𝐽𝐴 : jumlah peserta kelompok atas

𝐽𝐵 : jumlah peserta kelompok bawah

𝑃𝐴 : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar

(P merupakan indeks kesukaran)

𝑃𝐵 : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

Klasifikasi daya pembeda soal didasarkan pada ketentuan tabel 3.2.11

9 Ibid, Suharsimi Arikunto, h.226

10 Ibid, Suharsimi Arikunto , h.228

11Ibid, Suharsimi Arikunto , h.232

Page 69: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

69

Tabel 3. 2 Klasifikasi Daya Pembeda

Rentang nilai Kriteria

0,00 – 0,20 Jelek

0,20 – 0,40 Cukup

0,40 – 0,70 Baik

0,70 – 1,00 Baik Sekali

Berdasarkan prosedur penelitian yang dilakukan oleh Caleon dan

Subramaniam, maka soal yang dapat dipergunakan untuk penelitian adalah soal

dengan kategori cukup.

3. Uji Reliabilitas

Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas tinggi jika tes tersebut dapat

memberikan hasil yang tetap.12 Uji reliabilitas yang digunakan untuk tes yang

menggunakan soal dua pilihan dengan salah satu jawaban benar yaitu menggunakan

teknik Kuder-Richardson atau K-R 20, yaitu persamaan 3.3:

𝑟11 = (𝑘

𝑘−1) (

𝑆𝐵2−∑ 𝑝𝑞

𝑆𝐵2 ) (3.3)

Keterangan:

𝑟1 : reliabilitas tes secara keseluruhan

𝑝 : proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

𝑞 : proporsi subjek yang menjawab item dengan salah

(𝑞 = 1 − 𝑝)

∑ 𝑝𝑞 : jumlah hasil perkalian antara p dan w

𝑘 : banyaknya item tes

𝑆 : standar deviasi dari tes (Standar deviasi adalah akar dari varians)

12Ibid, Suharsimi Arikunto , h.100

Page 70: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

70

Tabel 3. 3 Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes

Rentang Kriteria

0,91 – 1,00 Sangat tinggi

0,71 – 0,90 Tinggi

0,41 – 0,70 Cukup

0,21 – 0,40 Rendah

<0,20 Tidak reliabel

Tes dianggap reliabel jika hasil uji reliabilitas memiliki kriteria tinggi.13

Berdasarkan pengolahan data, tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai

reliabilitas 0,82 (reliabilitas dengan kriteria tinggi).

4. Taraf Kesukaran

Uji tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang

sesuai dengan kriteria perangkat soal yang baik yaitu soal yang tidak terlalu mudah

atau tidak terlalu sukar.14 Persamaan 3.4 digunakan untuk mencari indeks

kesukaran:15

𝑃 =𝐵

𝐽𝑆 (3.4)

Keterangan:

𝑃 : indeks kesukaran

𝐵 : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

𝐽𝑆 : jumlah seluruh siswa peserta tes

13Ibid, Suharsimi Arikunto , h.101

14 Ibid, Suharsimi Arikunto , h.222

15 Ibid, Suharsimi Arikunto , h.223

Page 71: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

71

Klasifikasi indeks kesukaran yang digunakan terdapat pada tabel 3.4.16

Tabel 3. 4 Indeks Kesukaran Butir Soal

Indeks Kategori

0,00 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

H. Teknik Analisis Data

Miskonsepsi pada konsep momentum, impuls, dan tumbukan yang terjadi

pada siswa kelas X SMAN 11 Tangerang Selatan dapat diketahui dengan

menganalisis data hasil penelitian secara deskriptif. Penilaian dianalisis berdasarkan

penelitian yang dikembangkan oleh Kaltakci, dkk.17

Tabel 3. 5 Kombinasi Jawaban Four-Tier Test menurut Derya Kaltakci Gurel,

dkk.

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Benar Yakin Benar Yakin

Paham Konsep

(Konsep Ilmiah)

16Ibid, Suharsimi Arikunto , h.225

17Gurel, Derya Kaltakci, dkk. 2015. A Review and Comparison of Diagnostic Instruments to

Identify Students’ Misconceptions in Science. Eurasia Journal of Mathematics, Science and

Technology Education, h. 999.

Page 72: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

72

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Benar Yakin Benar Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Benar Tidak Yakin Benar Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Benar Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Benar Yakin Salah Yakin

Salah Konsep

Positif, jarang

Miskonsepsi

Benar Yakin Salah Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Benar Tidak Yakin Salah Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Benar Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Yakin Benar Yakin Salah Konsep

Negatif

Page 73: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

73

Tingkat

Pertama

Tingkat

Kedua

Tingkat

Ketiga

Tingkat

Keempat Hasil

Salah Yakin Benar Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Tidak Yakin Benar Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Tidak Yakin Benar Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Yakin Salah Yakin

Miskonsepsi,

jarang Salah

Konsep

Salah Yakin Salah Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Tidak Yakin Salah Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Salah Tidak Yakin Salah Tidak Yakin Memahami

Konsep Sebagian

Analisis yang dilakukan sesuai dengan tabel 3.5 untuk menentukan siswa

yang paham, tidak paham, miskonsepsi, dan memahami konsep sebagian

menggunakan persamaan 3.5

Page 74: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

74

𝑃 =𝑆

𝐽𝑠× 100% (3.5)

Keterangan:

P = persentase jumlah siswa pada paham konsep, tidak paham konsep,

miskonsepsi, dan kategori yang lainnya.

S = banyaknya siswa pada paham konsep/tidak paham

konsep/miskonsepsi/kategori yang lainnya

Js = jumlah seluruh siswa peserta didik.

Page 75: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

120

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dari tes diagnostik four-tier test

multiple choice terhadap siswa kelas X MIPA 3 SMAN 11 kota Tangerang

Selatan dapat disimpulkan bahwa:

1. Miskonsepsi yang teridentifikasi pada konsep momentum, impuls, dan

tumbukan secara keseluruhan sebesar 17,98%, paham konsep sebesar 14,5%,

memahami konsep sebagian sebesar 52,12%, salah konsep positif sebesar

5,05%, salah konsep negatif sebesar 10,3% dan termasuk ke dalam

miskonsepsi kategori rendah.

2. Sub konsep yang mengalami miskonsepsi pada konsep momentum, impuls,

dan tumbukan, yaitu sub konsep momentum sebesar 33,70%, sub konsep

impuls sebesar 13,93%, sub konsep tumbukan sebesar 43,90%, sub konsep

hukum kekekalan momentum sebesar 33%.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan

untuk penelitian selanjutnya antara lain:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan

informasi dalam memilih cara mengajar yang efektif untuk mengurangi

miskonsepsi pada siswa.

2. Diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa dengan materi

yang berbeda atau pendekatan pembelajaran yang berbeda.

3. Pada penelitian yang sejenis dapat menggunakan sampel yang lebih banyak

agar hasil yang diperoleh lebih akurat.

4. Bagi peneliti selanjutnya, pemilihan sampel sebaiknya menggunakan rumus

Slovin dan mengambil sampel di tiap kelas X di SMAN 11 Kota Tangerang

Page 76: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

121

Selatan. Untuk mempresentasikan hasil akhir disarankan peneliti selanjutnya

dengan populasi sampel sebanyak 120 siswa dengan tingkat kepercayaan

90%, mengambil sampel sebanyak 54 orang.

Page 77: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

122

DAFTAR PUSTAKA

Abraham, M. R., Grzybowski, E. B., & al, e. (1992). “Understanding and

Misunderstanding of Eight Graders of Five Chemistry Concept Found in

Textbooks”. Journal Of Research In Science Teaching Vol.29 No.2, 105 –

120.

Anggraeni, D. M., Suliyanah. 2017. “Diagnosis Miskonsepsi Siswa pada Materi

Momentum, impuls, dan tumbukan Menggunakan Three-Tier Diagnostic

Tes”. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03 ISSN: 2302 –

4496, 271 – 274.

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dahar, R. W. 2011. Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Gelora

Aksara Pratama Erlangga.

DEPDIKNAS. 2007. Tes Diagnosis. Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Fariyani, Qisthi., Rusilowati, Ani., & Sugianto. (2015). “Pengembangan Four-Tier

Diagnostic Test untuk Mengungkap Miskonsepsi Fisika Siswa Kelas X”.

Journal of Innovative Science Education, 41 – 49.

Giancoli. D. G. 2001. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Gurel, D. K., Eryilmaz, A., dkk. 2015. “A Review and Comparison of Diagnostic

Instruments to Identify Students’ Misconceptions in Science”. EurasiaJournal

of Mathematics, Science &Technology Education. 11(5), 989 – 1008.

Harijadi, Dwi Sulisworo. (2014). “Efektivitas Pembelajaran Simulasi Komputer Pra

Eksperimen untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Fisika di SMPN 1

Page 78: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

123

Ponorogo”. Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVIII HFI Jateng & DIY,

Yogyakarta, ISSN : 0853-0823, 225 – 229.

Hidayat, Alfi. 2017. “Identifikasi Miskonsepsi Konsep Momentum, impuls, dan

tumbukan dengan Tes Diagnostik Empat Tahap pada Siswa SMA Kelas XII”.

Skripsi pada Universitas Jember.

Humaidi, A. H., Maksun. 2009. Fisika SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Law, J. F. (2008). “Diagnosis of Student Understanding of Content Specific Science

Areas Using On-Line Two-Tier Diagnostic Tests”. Australia: Curtin

University of Technology.

Lusiana, Naning., Kurniawati, Linda., dkk. “Analisis Miskonsepsi Siswa Pokok

Bahasan Momentum dan Impuls di Kelas XII IP 4 SMAN 4 Lubuklinggau

Tahun Pelajaran 2015/2016”. STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Mardiana, Rani. 2017. “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL)

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Impuls dan Momentum”. Skripsi

pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Margono. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Muna, I. A. (2015). “Identifikasi Miskonsepsi Mahasiswa PGMI pada Konsep

Hukum Newton Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”. Journal

of Education and Social Cendikia, Vol. 13, No. 2, 309 – 322.

Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan

Berkembang. Jakarta: Erlangga.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta: Balai Pustaka.

Page 79: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

124

Rossa, G. C., Cari., dkk. 2017. “Tingkat Pemahaman Konsep Mahasiswa Pendidikan

Fisika Universitas Sebelas Maret pada Materi Momentum”. Prosiding SNFA

(Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya) E-ISSN: 2548 – 8325/ P-ISSN:

2548 – 8317, 74 – 84.

Sani, R. A., Aulia, R. 2018. “Upaya Mengatasi Miskonsepsi Siswa dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training pada Materi Pokok

Momentum dan Impuls di Kelas X SMAN 3 Binjai Tahun Pelajaran

2017/2018”. Jurnal Ikatan Alumni Fisika Universitas Negeri Medan Vol. 4

No. 3 ISSN: 2461 – 1247.

Sanjaya, Wina. 2013. Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saripudin, Aip., Rustiawan, D., dkk. 2009. Praktis Belajar Fisika XI Sekolah

Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan

Nasional.

Septiana, Dwi. 2014. “Identifikasi Miskonsepsi Siswa pada Konsep Archaebacteria

dan Eubacteria Menggunakan Two-tier Multiple Choice”. Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika.

Jakarta: PT. Grasindo.

Page 80: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

125

Suwarna, I. P. “Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Kelas X pada Mata Pelajaran

Fisika melalui CRI (Certainty of Response Index) Termodifikasi”. Jurnal

Laporan Lemlit.

Syah, Muhibbin. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Wahyuningsih, T., Raharjo, T., dkk. 2013. “Pembuatan Instrumen Tes Diagnostik

Fisika SMA Kelas XI”. Jurnal Pendidikan Fisika Vol. 1 No. 1 ISSN: 2338 –

0691, 111- 117.

Page 81: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

126

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Observasi SMAN 11 Tangerang Selatan

Page 82: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

127

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Observasi

Page 83: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

128

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru

REKAPITULASI WAWANCARA GURU MATA PELAJARAN FISIKA TERKAIT MISKONSEPSI SISWA

Nama : Guru Bidang Studi Fisika Kelas X

Sekolah : SMAN 3, SMAN 5, SMAN 10, SMAN 11, dan SMAN 12 Kota Tangerang Selatan

NO PERTANYAAN JAWAB

1. Apakah Ibu/ Bapak merupakan lulusan dari bidang ilmu

fisika?

Iya guru di lima sekolah yang menjadi sampel wawancara

merupakan lulusan dari bidang ilmu fisika, baik pendidikan

fisika maupun fisika murni.

2. Apakah Ibu/ Bapak sering melakukan pertemuan di luar jam

pelajaran dengan para siswa/i yang Ibu/ Bapak ajar untuk

membahas materi yang baru saja dipelajari? Serta menanyakan

apa saja materi yang dianggap sulit?

Jarang, karena ada jam kosong biasanya sore sedangkan

kalau sore sudah lelah setelah seharian mengajar. Tetapi, jika

ada siswa yang ingin bertanya dan berkunjung ke kantor ya

saya bantu.

3. Apakah Ibu/ Bapak pernah mengukur miskonsepsi yang ada

pada siswa?

Pernah mengukurnya baik secara sengaja ataupun tidak

sengaja dilakukan.

4. Jika pernah, pada konsep apa miskonsepsi yang dialami oleh

siswa? Dan instrumen apa yang Ibu/ Bapak gunakan?

Berupa ulangan harian, latihan, atau pembetulan ketika siswa

mengalami kesalahan dalam memahami konsep atau materi

pelajaran. Namun guru tidak menggunakan instrumen atau

Page 84: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

129

media yang biasa digunakan untuk mendiagnosis

miskonsepsi pada siswa.

5. Jika belum, kesulitan apa yang menyebabkannya? -

6. Apakah Ibu/ Bapak pernah melakukan tindakan meminimalisir

miskonsepsi pada siswa?

Pernah, dengan memberikan lebih banyak latihan soal

kepada siswa.

7. Menurut Ibu/ Bapak konsep apakah yang sulit untuk

disampaikan kepada siswa?

Sebagian besar guru menjawab gerak parabola, namun bukan

karena miskonsepsi siswa tetapi memang karena materi

tersebut cukup sulit untuk dipahami oleh siswa serta

banyaknya variabel yang harus siswa pahami.

8. Kendala apa saja yang Ibu/ Bapak alami dalam mengajarkan

konsep tersebut?

Cukup banyak variabel yang harus siswa ketahui, dan sulit.

9. Bagaimana cara Ibu/ Bapak mengatasi kesulitan yang Ibu/

Bapak hadapi serta yang siswa hadapi juga dalam memahami

konsep tersebut?

Menggunakan media pembelajaran pendukung, seperti

animasi, simulasi, atau software lainnya.

10. Bagaimana metode atau model yang Ibu/ Bapak lakukan

selama KBM? Menurut Ibu/ Bapak apakah metode atau model

pembelajaran tersebut sudah dapat membuat siswa lebih

memahami konsep tersebut?

Sebagian besar guru menggunakan model atau metode yang

sama, yaitu simulasi, ceramah, diskusi kelompok, dan

presentasi. Sudah membantu siswa dalam memahami konsep

yang sedang diajarkan.

11. Apakah buku pegangan yang Ibu/ Bapak pakai telah Sebagian besar guru mengatakan buku yang digunakan

Page 85: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

130

menjelaskan konsep yang sulit tadi secara terperinci dan jelas? sudah baik, namun ada pula yang mengatakan bahwa buku

sekolah kurang baik.

12. Selain dari buku pegangan, apakah Ibu/ Bapak memiliki

sumber bahan ajar yang lainnya?

Ya, guru tidak hanya menggunakan buku pegangan sekolah

saja, tetap ada sumber lain yang menjadi acuan guru dalam

mengajar, seperti buku paket, buku rumus, atau bahkan

internet.

13. Bagaimana rata-rata hasil belajar yang diperoleh siswa? Pada

konsep apa siswa mendapatkan nilai tertinggi dan pada konsep

apa siswa mendapatkan nilai terendah?

Sebagian besar nilai siswa berada di rentang KKM atau

bahkan di atas KKM. Mayoritas siswa mendapatkan nilai

tertinggi pada konsep gerak lurus, dan mayoritas siswa

mendapatkan nilai terendah pada konsep gerak parabola. Hal

tersebut disebabkan oleh kedua konsep tersebut saling

bertolak belakang, pada konsep gerak lurus tidak banyak

variabel yang harus siswa pahami, sedangkan pada konsep

gerak parabola sebaliknya.

Page 86: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

131

Lampiran 4 Naskah Soal Observasi

Nama :

Kelas :

Sekolah :

Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan jujur!

1. Seorang siswa berjalan ke utara sejauh 10 meter lalu ke selatan sejauh 4

meter. Resultan perpindahan siswa dari posisi awal adalah ….

a. 6 m

b. 7 m

c. 8 m

d. 9 m

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

2. Perhatikan gambar berikut.

Jika p adalah anak timbangan 1 kg. Jumlah anak timbangan p yang harus

ditambahkan supaya neraca seimbang sebanyak …

a. 1

b. 2

c. 3

d. 4

Page 87: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

132

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

3. Kedalaman gelas ukur dapat diukur menggunakan …

a. Penggaris

b. Meteran gulung

c. Jangka sorong

d. Mikrometer sekrup

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

4. Reno mengendarai sepeda motor pada lintasan yang lurus dengan percepatan

konstan. Grafik yang menunjukkan hubungan antara jarak (s) dengan waktu

(t) pada keadaan gerak Reno adalah ….

a. b.

c. d.

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

Page 88: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

133

5. Pada permainan “tong setan” pengendara motor mengelilingi tong dengan

lintasan melingkar. Pengendara dapat tetap berada di lintasannya (tidak

terpental/ jatuh), disebabkan oleh …

a. Kecepatan motor yang selalu tetap

b. Kecepatan sudut yang selalu tetap

c. Kecepatan yang maksimal

d. Percepatan sentripetal

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

6. Massa penerjun beserta payungnya adalah 70 kg. Pada suatu saat hambatan

udara 340 N bekerja pada payung penerjun tersebut. Berapakah percepatan

jatuhnya penerjun pada saat ini? (g=10 m/s2)

a. 5 m/s2

b. 7 m/s2

c. 12 m/s2

d. 14 m/s2

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

7. Tabel di bawah ini merupakan hasil percobaan dengan massa sama pada

setiap percobaan.

Page 89: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

134

Tabel di atas menyatakan bahwa percepatan …..

a. Berbanding lurus dengan massa dan berbanding terbalik dengan gaya

b. Berbanding terbalik dengan massa dan gaya

c. Berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan massa

d. Berbanding lurus dengan gaya dan massa

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

8. Sebuah bus Transjakarta yang sedang melaju kencang tiba-tiba supir

menginjak rem secara mendadak sehingga para penumpang terdorong ke

depan. Peristiwa terdorongnya penumpang ke depan karena ….

a. Penumpang terkejut karena bus direm mendadak

b. Penumpang berusaha mempertahankan posisi berdirinya

c. Penumpang terdorong oleh penumpang lainnya

d. Penumpang tidak cukup kuat menahan guncangan bus ketika direm

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

Page 90: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

135

9.

Empat buah satelit mengorbit pada bumi seperti pada gambar di atas, urutan

benda yang memiliki gaya gravitasi yang terbesar hingga terkecil ialah ….

a. I, II, III, IV

b. II, III, I, IV

c. IV, II, III, I

d. IV, III, II, I

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

10. Bulan mengelilingi bumi secara terus menerus dalam gerak melingkar

beraturan. Gaya sentrifugal yang berkerja adalah:

a. b.

c. d.

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

Page 91: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

136

11. Gaya grafitasi yang bekerja pada suatu benda di permukaan bumi sebanding

dengan massa benda. Menurut Anda, apakah benda yang berat selalu jauh

lebih cepat dari benda ringan…

a. Ya, selalu lebih cepat

b. Tidak, bias lebih ceat bias lebih lambat

c. Tidak, selalu lebih lambat

d. Tidak, semua benda akan jatuh bersamaan.

Apakah anda yakin dengan jawaban anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

12. Dua buah mobil sedan dan sebuah truk saling kejar-kejaran di jalan tol. Jika

ketiga kendaraan tersebut diisi bahan bakar masing-masing 10 liter dan

memiliki kecepatan yang sama, ternyata truk tersebut lebih cepat kehabisan

bahan bakar. Menurut Anda apa penyebabnya?

a. Truk memiliki usaha lebih besar daripada mobil sedan

b. Truk memiliki daya lebih besar

c. Truk memiliki energi potensial lebih besar

d. Truk memiliki energi kinetik lebih besar

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

13.

Page 92: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

137

Rohman dan Rohim berkunjung ke taman hiburan. Keduanya mencoba

menaiki beberapa wahana salah satunya Roller Coaster. Jika posisi mereka

seperti pada gambar. Posisi manakah yang memiliki energi kinetik paling

cepat?

a. A

b. B

c. C

d. D

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

14. Dua buah truk pengangkut bahan makanan, jika truk B memiliki berat ½ kali

berat truk A dan memiliki kecepatan 2 kali kecepatan truk A, maka energi

kinetik kedua truk tersebut ialah ….

a. Ek A > Ek B

b. Ek A < Ek B

c. Ek A = Ek B

d. Ek A = Ek B = 0

Apakah Anda yakin sdengan jawaban Anda?

a. Yakin

b. Tidak yakin

15. Ketika sedang bermain sepeda, tiba-tiba rem sepeda Ahmad blong dan Ahmad

harus memilih antara membanting sepeda pada tumpukan jerami atau dinding

betong. Salah satu dari pernyataan berikut yang membenarkan mengapa

membanting sepeda pada tumpukan jerami adalah pilihan yang baik daripada

membanting sepeda pada dinding beton?

Page 93: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

138

a. Tumpukan jerami memberi Ahmad dorongan kecil daripada dinding

beton.

b. Tumpukan jerami mengubah momentum Ahmad dalam waktu yang lebih

lama.

c. Perubahan energi kinetik Ahmad lebih kecil jika Ahmad menekan

tumpukan jerami daripada Ahmad menabrak dinidng beton.

d. Perubahan momentum Ahmad lebih kecil jika Ahmad menekan tumpukan

jerami daripada jika Ahmad menabrak dinding beton.

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin.

b. Tidak yakin.

16. Dua peluru identik bergerak mendatar dengan kecepatan yang sama v0 dan

menembak dua balok dengan massa yang sama. Balok terletak pada

permukaan horizontal tanpa gesekan yang terbuat dari baja keras dan kayu

lunak (lihat gambar). Satu peluru memantul secara elastis pada balok baja.

Peluru lainnya tertanam di dalam balok kayu. Pernyataan berikut ini yang

paling menggambarkan mana kecepatan balok yang lebih cepat setelah

tumbukan…

a. Balok kayu, karena telah mendapatkan momentum dari peluru, sementara

pada balok baja tidak mendapatkan momentum dari peluru.

b. Balok kayu, karena peluru memindahkan keseluruhan energi kinetik

untuknya.

c. Balok kayu, karena massa efektif yang lebih besar setelah tabrakan,

sesuai dengan hukum kedua Newton, menghasilkan gaya yang lebih besar

untuk mempercepat balok.

Page 94: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

139

d. Balok baja, karena peluru memantul dari balok tersebut.

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin.

b. Tidak yakin.

17. Sebuah bola hockey putih bergerak menumbuk lenting sempurna sebuah bola

hockey merah yang diam ada permukaan horizontal tanpa gesekan. Tidak

terdapat gaya gesekan yang bekerja pada sistem tersebut. Pilih pernyataan

yang benar mengenai tumbukan lenting sempurna di bawah ini.

1) Energi kinetik pada bola hockey putih sebelum dan setelah tumbukan

adalah sama

2) Momentum linier pada bola hockey adalah kekal

3) Momentum linier pada sistem dua bola hockey adalah kekal.

Jawaban yang sesuai adalah …

a. 1

b. 3

c. 1 dan 2

d. 2 dan 3

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin.

b. Tidak yakin.

18. Sebuah balok dikaitkan pada ujung pegas ditarik ke posisi x-A. setelah

dilepas, balok bergerak harmonis sederhana. Jarak total yang ditempuh balok

dalam satu getaran penuh adalah …

a. A/2.

b. A.

c. 2A.

d. 4A.

Page 95: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

140

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin.

b. Tidak yakin.

19. Dua orang anak dengan massa berbeda, masing-masing bermain ayunan

dengan panjnag tali sama. Anak A memiliki massa 30 kg dan anak B memiliki

massa 20 kg. jika kedua anak menyimpangkan ayunan dengan simpangan

awal yang sama dan setiap melintasi titik asal mereka berhitung satu, dua,

tiga, dan seterusnya. Anak yang paling cepat sampai pada hitungan ke-10

adalah …

a. Anak A

b. Anak B

c. Kedua anak samai dihitungan ke-10 pada waktu yang sama

d. Tidak cukup informasi untuk menjawab

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

a. Yakin.

b. Tidak yakin.

20. Ilustrasi gerak harmonis sederhana ditunjukkan sebagai berikut.

Pernyataan yang benar, terkait kecepatan dan percepatan partikel di titik A

pada grafik …

a. Kecepatan dan percepatan positif.

b. Kecepatan dan perceatan negatif.

c. Kecepatan positif dan percepatan nol.

d. Kecepatan positif dan percepatan negatif.

Apakah Anda yakin dengan jawaban Anda?

Page 96: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

141

a. Yakin.

b. Tidak yakin

TERIMA KASIH ATAS PARTISIPASI ANDA

Page 97: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

142

Lampiran 5 Kisi-Kisi Instrumen Four-Tier Test

KISI-KISI INSTRUMEN TES MISKONSEPSI

Satuan Pendidikan : SMAN

Materi Pelajaran : Fisika

Materi Pokok : Momentum, Impuls, dan Tumbukan

Kelas/ Semester : X/ II

Alokasi Waktu : 45 menit

Jumlah Soal : 40

Bentuk Soal : Tes Diagnostik Four-Tier Multiple Choice

Standar Kompetensi :

Kompetensi Dasar : Menerapkan konsep momentum dan impuls, serta hukum kekekalan

momentum dalam kehidupan sehari-hari.

No Indikator RPP

Ranah Kognitif

Jumlah

C1 C2 C3 C4

1. Menjelaskan pengertian

momentum.

2, 6 1, 3, 4, 5 6

Page 98: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

143

No Indikator RPP

Ranah Kognitif

Jumlah

C1 C2 C3 C4

2. Menjelaskan pengertian

impuls.

9 7, 10 8 4

3. Memformulasikan

hubungan momentum

dan impuls.

11, 12, 13,

14, 15, 16,

17

18, 19, 20 10

4. Menjelaskan tentang

tumbukan.

25, 26, 27 21 22, 24 23 7

5. Menjelaskan hukum

kekekalan momentum

dalam kehidupan sehari-

hari.

28, 29, 30,

32

31 5

6. Menerapkan konsep

hukum kekekalan

momentum dalam

pemecahan masalah.

34, 36 33, 35, 37,

38, 39, 40

8

Page 99: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

144

No Indikator RPP

Ranah Kognitif

Jumlah

C1 C2 C3 C4

Total 6 13 16 5 40

Persentase 15% 32,5% 40% 12,5% 100%

Page 100: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

145

ampiran 6 Hasil Validasi Instrumen Four-Tier Test dengan ANATES

Butir

Soal Daya Pembeda (%)

Taraf

Kesukaran Korelasi

Signifikan

Korelasi

1 0 sangat mudah -0.125 -

2 50 mudah 0.399 sangat

siginifikan

3 0 sangat mudah 0.05 -

4 83.33 Sedang 0.686 sangat

siginifikan

5 50 Sedang 0.417 sangat

siginifikan

6 0 sangat mudah 0.021 -

7 33.33 Sedang 0.274 -

8 0 sangat mudah 0.196 -

9 33.33 sangat mudah 0.184 -

10 33.33 Sedang 0.372 Signifikan

11 -50 sangat sukar -0.43 -

12 33.33 sangat mudah 0.326 Signifikan

13 33.33 Sedang 0.24 -

14 50 mudah 0.382 Signifikan

15 16.67 sangat sukar 0.547 sangat

siginifikan

16 50 sukar 0.59 sangat

siginifikan

17 50 sangat mudah 0.323 Signifikan

18 100 Sedang 0.741 sangat

siginifikan

Page 101: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

146

Butir

Soal Daya Pembeda (%)

Taraf

Kesukaran Korelasi

Signifikan

Korelasi

19 50 sangat sukar 0.653 sangat

siginifikan

20 50 sangat sukar 0.653 sangat

siginifikan

21 33.33 sangat sukar 0.664 sangat

siginifikan

22 50 Sedang 0.59 sangat

siginifikan

23 16.67 sangat sukar 0.419 sangat

siginifikan

24 0 sangat mudah 0.148 -

25 50 sukar 0.517 sangat

siginifikan

26 0 sangat sukar 0.233 -

27 66.67 sukar 0.542 sangat

siginifikan

28 50 sukar 0.356 Signifikan

29 33.33 sedang 0.12 -

30 0 sukar 0.109 -

31 -16.67 sukar -0.219 -

32 0 sukar -0.105 -

33 50 sedang 0.386 Signifikan

34 66.67 sukar 0.537 sangat

siginifikan

35 50 sangat sukar 0.695 sangat

siginifikan

Page 102: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

147

Butir

Soal Daya Pembeda (%)

Taraf

Kesukaran Korelasi

Signifikan

Korelasi

36 83.33 sukar 0.794 sangat

siginifikan

37 50 sukar 0.59 sangat

siginifikan

38 66.67 sukar 0.603 sangat

siginifikan

39 66.67 sukar 0.741 sangat

siginifikan

40 66.67 sukar 0.603 sangat

siginifikan

Page 103: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

148

Lampiran 7 Naskah Soal Penelitian

Lembar Soal

MOMENTUM, IMPULS, DAN TUMBUKAN

PETUNJUK UMUM !

1. Tuliskan nama, kelas, dan nama sekolah pada lembar soal.

2. Jumlah soal sebanyak 15 butir pilihan ganda beralasan tertutup.

3. Setiap nomor soal terdiri dari 4 buah pertanyaan. Pertanyaan pertama berupa

pertanyaan soal. Pertanyaan kedua berupa pertanyaan tingkat keyakinan

terhadap pilihan jawaban. Pertanyaan ketiga berupa pertanyaan alasan yang

mendukung jawaban untuk pertanyaan pertama. Pertanyaan keempat berupa

pertanyaan tingkat keyakinan terhadap pilihan alasan.

4. Isi soal dengan membubuhkan tanda silang ( X ).

5. Kerjakanlah soal dengan jujur dan teliti.

Nama :

Kelas :

Sekolah :

No Butir Soal

1. Yang dapat mengubah momentum suatu benda adalah….

A. Gaya D. Volume

B. Daya E. Energi Kinetik

C. Impuls

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

Page 104: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

149

A. Laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan resultan

daya yang bekerja pada benda dan searah dengan arah daya tersebut

B. Laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan resultan

gaya yang bekerja pada benda dan searah dengan arah gaya tersebut

C. Laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan resultan

impuls yang bekerja pada benda dan searah dengan arah impuls

tersebut

D. Laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan resultan

usaha yang bekerja pada benda dan searah dengan arah energi kinetik

benda tersebut

E. Laju perubahan momentum sebuah benda sebanding dengan resultan

usaha yang bekerja pada benda dan searah dengan arah energi potensial

benda tersebut

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

2. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut !

1) Jika kecepatan gerak benda diperbesar, nilai momentum akan kecil.

2) Jika kecepatan gerak benda tetap, momentum benda tidak akan

berubah.

3) Jika kecepatan gerak benda diperkecil, nilai momentum akan

berkurang.

4) Kecepatan gerak benda tidak berpengaruh langsung terhadap nilai

momentum benda, melainkan berpengaruh terhadap posisi benda

Pernyataan yang tepat sesuai dengan konsep momentum suatu benda

terdapat pada angka….

A. 1 dan 2 D. 2 dan 4

Page 105: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

150

B. 1 dan 4 E. 3 dan 4

C. 2 dan 3

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Nilai momentum suatu benda tidak dipengaruhi oleh massa dan

kecepatannya

B. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap berbanding terbalik

dengan kecepatannya

C. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap berbanding lurus

dengan kecepatannya

D. Nilai momentum suatu benda yang massanya tetap tidak dipengaruhi

oleh nilai kecepatannya

E. Nilai momentum suatu benda yang kecepatannya tetap berbanding

terbalik dengan percepatannya

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

3. Perhatikan pernyataan berikut!

1) Benda bermassa besar dan bergerak cepat nilai momentumnya besar.

2) Benda bermassa kecil dan bergerak lambat nilai momentumnya kecil.

3) Benda dengan massa yang kecil, nilai momentum dalam setiap kondisi

juga kecil.

4) Benda dengan massa yang besar, nilai momentumnya dalam setiap

Page 106: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

151

kondisi juga besar.

Pernyataan yang sesuai dengan konsep nilai momentum benda terdapat

pada angka….

A. 1 dan 2 D. 2 dan 4

B. 1 dan 3 E. 3 dan 4

C. 2 dan 3

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Nilai momentum besar jika ada kombinasi antara massa benda yang

diam dengan kecepatan nol

B. Nilai momentum besar jika ada kombinasi antara massa benda yang

diam dengan kecepatan tinggi

C. Nilai momentum besar jika ada kombinasi antara massa benda yang

bergerak dengan kecepatan tinggi

D. Nilai momentum besar jika ada kombinasi antara massa benda yang

bergerak dengan kecepatan yang lambat

E. Nilai momentum besar jika ada kombinasi antara massa benda yang

bergerak dengan kecepatan yang cenderung konstan

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

4. Jika impuls diperbesar 2 kali semula, maka perubahan momentum

benda….

A. Menjadi ¼ kali semula D. Menjadi 3 kali semula

Page 107: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

152

B. Menjadi ½ kali semula E. Menjadi 4 kali semula

C. Menjai 2 kali semula

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Impuls berbanding lurus dengan massa suatu benda

B. Impuls berbanding lurus dengan perubahan momentum

C. Impuls berbanding terbalik dengan perubahan momentum

D. Impuls berbanding terbalik dengan perubahan kecepatan suatu benda

E. Impuls berbanding lurus dengan perubahan percepatan dan arah suatu

benda

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

5. Sebuah partikel yang bermassa 2 kg bergerak lurus menyusuri sumbu x

dengan besar kecepatan mula-mula 3 m/s searah sumbu x positif. Bila gaya

12 N searah sumbu x negatif bekerja pada partikel itu selama 3 s, maka….

1) Partikel pernah berhenti.

2) Besar kecepatan akhir 12 m/s.

3) Setelah 3 s kecepatan partikel tetap.

4) Arah kecepatan akhir searah sumbu x negatif.

Pernyataan di atas yang benar adalah….

A. 4 saja C. 1, 2, dan 3

B. 1 dan 3 D. 1, 2, 3, dan 4

C. 2 dan 4

Page 108: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

153

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Arah gaya searah dengan kecepatan, maka nilai gaya menjadi positif

dan nilai kecepatan akhir juga bernilai positif pada sumbu x

B. Arah gaya searah dengan kecepatan, maka nilai gaya menjadi positif

dan nilai kecepatan akhir juga bernilai positif pada sumbu y

C. Arah gaya berlawanan dengan kecepatan, maka nilai gaya menjadi

negatif dan nilai kecepatan akhir juga bernilai negatif pada sumbu y

D. Arah gaya berlawanan dengan kecepatan, maka nilai gaya menjadi

negatif dan nilai kecepatan akhir juga bernilai negatif pada sumbu x

E. Arah gaya berlawanan dengan kecepatan, maka nilai gaya menjadi

positif dan nilai kecepatan akhir juga bernilai positif pada sumbu x dan

y

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

6. Sebuah bola kasti mempunyai massa sebesar 0,4 kg, bola tersebut dilempar

dengan kecepatan 10 m/s. Setelah dipukul kecepatan bola berubah menjadi

24 m/s dan tegak lurus dari arah gerak semula Impuls yang dikerjakan oleh

pemukul bola adalah….

A. 2,6 Ns D. 5,6 Ns

B. 3,6 Ns E. 6,6 Ns

C. 4,6 Ns

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

Page 109: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

154

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai

perubahan massanya

B. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai

perubahan impulsnya

C. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai

perubahan kecepatannya

D. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda diperngaruhi oleh nilai

perubahan percepatannya

E. Besar impuls yang dialami oleh suatu benda dipengaruhi oleh nilai

perubahan momentumnya

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

7. Grafik di bawah ini menunjukkan hubungan gaya terhadap waktu yang

bekerja pada sebuah partikel bermassa 0,4 kg yang mula-mula diam

Perubahan kecepatan partikel adalah….

A. 10 m/s D. 40 m/s

B. 20 m/s E. 50 m/s

C. 30 m/s

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

Page 110: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

155

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda ….

A. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara gaya

dan massa partikel tersebut

B. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil bagi antara gaya

dan massa partikel tersebut

C. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara gaya

dan impuls partikel tersebut

D. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil kali antara nilai

impuls dan massa partikel tersebut

E. Perubahan kecepatan suatu partikel didapat dari hasil bagi antara nilai

impuls dan massa partikel tersebut

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

8. Pada pertandingan judo, seorang pejudo dibanting oleh lawannya di sebuah

matras, ketika dibanting pejudo tersebut dapat menahan rasa sakit yang

dialaminya dibandingkan ketika ia dibanting di atas lantai. Pernyataan

tersebut adalah….

A. Salah, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung

pejudo dengan matras tidak ada hubungannya dengan rasa sakit yang

dialami oleh pejudo tersebut

B. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung

pejudo dengan matras berlangsung lebih singkat dibandingkan dengan

ubin dan impuls yang dihasilkan besar sehingga pejudo tidak

Page 111: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

156

merasakan sakit

C. Salah, karena walaupun selang waktu kontak yang dihasilkan anara

punggung pejudo dengan matras ataupun ubin yang berlangsung lebih

lama atau lebih cepat tidak mempengaruhi impuls yang dihasilkan oleh

pejudo tersebut

D. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung

pejudo dengan matras berlangsung lebih lama dibandingkan dengan

ubin dan gaya impuls yang dihasilkan juga kecil sehingga pejudo tidak

merasakan sakit

E. Benar, karena selang waktu kontak yang dihasilkan antara punggung

pejudo dengan matras berlangusng lebih lama dibandingkan dengan

ubin dan jenis bahan yang digunakan juga sangat berpengaruh pada

impuls yang dihasilkan

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Semakin lama selang waktu kontak antara 2 buah benda impuls yang

dihasilkan menjadi besar

B. Semakin cepat selang waktu yang dikerjakan oleh 2 benda maka impuls

yang dihasilkan menjadi kecil

C. Semakin lama selang waktu yang dikerjakan oleh 2 benda maka impuls

yang dihasilkan bernilai konstan

D. Selang waktu kontak yang dikerjakan oleh 2 benda mempengaruhi

besarnya impuls yang dihasilkan

E. Selang waktu kontak yang dikerjakan oleh 2 benda tidak

mempengaruhi besarnya impuls yang dihasilkan

Page 112: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

157

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

9. Sebuah bola jatuh bebas dari ketinggian 4 m. Jika koefisien restitusi antara

bola dengan lantai 0,5 maka tingginya pantulan bola adalah….

A. 0,1 m D. 1,5 m

B. 0,5 m E. 2 m

C. 1 m

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Nilai koefisien restitusi suatu benda merupakan perbandingan antara

tinggi pantulan dengan tinggi awal benda tersebut

B. Nilai koefisien restitusi suatu benda merupakan akar dari perbandingan

antara tinggi awal dengan selisih tinggi benda tersebut

C. Nilai koefisien restitusi suatu benda merupakan akar dari perbandingan

antara tinggi awal dengan tinggi pantulan benda tersebut

D. Nilai koefisien restitusi suatu benda merupakan akar dari perbandingan

antara tinggi pantulan dengan tinggi awal benda tersebut

E. Nilai koefisien restitusi suatu benda merupakan perbandingan antara

tinggi awal dengan jumlah antara tinggi awal dengan tinggi pantulan

benda tersebut

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

Page 113: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

158

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

10. Perhatikan gambar berikut !

P, Q, R adalah tiga buah bola billiard yang terletak di atas permukaan licin.

Bola Q dan R saling bersentuhan. Bola P disodok dan mengenai Q dan

tumbukan yang terjadi adalah lenting sempurna. Sesaat setelah tumbukan

akan diperoleh.…

A. P terpantul, Q berhenti, R bergerak D. P berhenti, Q terus bergerak

B. P terpantul, Q dan R bergerak E. P, Q, dan R terus bergerak

C. P dan Q berhenti, R bergerak

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk

R sehingga Q dan R diam

B. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk

R sehingga Q dan R bergerak

C. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk

R sehingga Q bergerak dan R diam

D. P menumbuk Q, P dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk

R sehingga Q diam dan R bergerak

E. P menumbuk Q, P, dan Q memiliki kecepatan, akibatnya Q menumbuk

R sehingga Q dan R bergerak bersamaan

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

Page 114: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

159

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

11. Mobil Toyota Avanza bermassa 1045 kg dan mobil Ford Ranger bermassa

1878 kg. Jika kedua mobil tersebut melaju dengan kecepatan sama,

maka….

A. Kedua mobil tersebut mempunyai momentum yang berbeda karena

mempunyai massa yang berbeda

B. Kedua mobil tersebut mempunyai momentum yang sama karena

mempunyai kecepatan yang sama

C. Kedua mobil tersebut mempunyai momentum yang sama karena

momentum tidak dipengaruhi oleh massa benda

D. Kedua mobil tersebut mempunyai momentum yang berbeda karena

momentum dipengaruhi oleh massa dan kecepatan

E. Kedua mobil, tersebut mempunyai momentum yang sama karena

momentum tidak dipengaruhi oleh kecepatan benda

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil kali antara massa

dengan kecepatan benda

B. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil kali massa dengan

kuadrat kecepatan suatu benda dibagi dua

C. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil kali antara gaya

yang bekerja pada benda pada selang waktu tertentu

D. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil bagi antara

perubahan kecepatan benda dengan selang waktu

Page 115: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

160

E. Nilai momentum suatu benda didapatkan dari hasil kali antara gaya

yang bekerja pada benda pada kecepatan benda dalam waktu tertentu

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

12. Massa sebuah benda 4 kg diberi gaya 20 N hingga benda yang semula diam

lalu bergerak dengan kecepatan 4 m/s. Besarnya momentum yang dimiliki

benda tersebut adalah….

A. 2 Ns D. 16 Ns

B. 4 Ns E. 32 Ns

C. 8 Ns

Tingkat keyakinan jawaban Anda ….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda ….

A. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara massa dengan

kecepatan benda

B. Besar momentum didapatkan dari hasil bagi antara massa dengan

kecepatan benda

C. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara massa dengan

percepatan benda

D. Besar momentum didapatkan dari hasil kali antara gaya dengan

perubahan waktu benda

E. Besar momentum didapatkan dari hasil bagi antara gaya dengan

perubahan waktu benda

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

Page 116: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

161

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

13. Jika kecepatan gerak benda dibuat menjadi 4 kali kecepatan mula-mula,

maka momentum benda menjadi … momentum mula-mula.

A. 1 kali D. 8 kali

B. 2 kali E. 16 kali

C. 4 kali

Tingkat keyakinan jawaban Anda ….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda ….

A. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan

benda tersebut

B. Nilai momentum suatu benda berbanding terbalik dengan kecepatan

benda tersebut

C. Nilai momentum suatu benda tidak dipengaruhi oleh nilai kecepatan

benda tersebut

D. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan

benda setelah tumbukan

E. Nilai momentum suatu benda berbanding lurus dengan kecepatan

benda baik setelah ataupun sebelum tumbukan

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda ….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

14. Sebuah batu bergerak dengan momentum sebesar p. Tiba-tiba, batu itu

Page 117: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

162

pecah menjadi dua bagian yang besar momentumnya masing-masing p1

dan p2 dalam arah yang saling tegak lurus. Momentum batu tersebut dapat

dinyatakan sebagai….

A. P = p1 + p2 D. P = (p12 + p2

2)

B. P = p1 - p2 E. P = (p12 + p2

2)1/2

C. P = p2 - p1

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Nilai momentum batu didapat dari resultan momentum masing-masing

pecahan batu

B. Nilai momentum batu didapat dari resultan kecepatan masing-masing

pecahan batu

C. Nilai momentum batu didapat dari rata-rata nilai momentum masing-

masing pecahan batu

D. Nilai momentum batu didapat dari penjumlahan nilai momentum

masing-masing pecahan batu

E. Nilai momentum batu didapat dari penjumlahan nilai momentum

masing-masing pecahan batu, lalu dikalikan 2

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

15. Sebuah bola bermassa 450 gr mula-mula diam, ditendang oleh Vino

dengan gaya sebesar 10 N. Jika lama kaki Vino menyentuh bola adalah

0,05 s. Perubahan momentum yang dialami bola adalah….

Page 118: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

163

A. 0,25 N.s D. 1,25 N.s

B. 0,50 N.s E. 1,50 N.s

C. 1,0 N.s

Tingkat keyakinan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Alasan dari jawaban Anda….

A. Besar perubahan momentum suatu benda dipengaruhi oleh besar gaya

dan besar massa pada benda tersebut

B. Besar perubahan momentum suatu benda dipengaruhi oleh besar massa

dan selang waktu yang terjadi pada benda tersebut

C. Besar perubahan momentum suatu benda dipengaruhi oleh besar gaya

dan selang waktu yang terjadi pada benda tersebut

D. Besar perubahan momentum suatu benda tidak dipengaruhi oleh besar

gaya dan selang waktu yang terjadi pada benda tersebut

E. Besar perubahan momentum suatu benda dipengaruhi oleh besar gaya

dan nilai percepatan gravitasi yang terjadi pada benda tersebut

Tingkat keyakinan alasan jawaban Anda….

1. Menebak 4. Yakin

2. Sangat Tidak Yakin 5. Sangat Yakin

3. Tidak Yakin 6. Amat Sangat Yakin

Page 119: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

164

Lampiran 8 Pemetaan Jawaban Siswa pada Instrumen Four-Tier Test

No Nama

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. R1 0100 0101 0000 0001 0100 1101 0000 0110 0101 0101 0000 0000 1111 0100 1010

2. R2 1111 0100 0100 0010 0111 0010 0010 1101 1111 0101 0101 0000 1101 1100 0111

3. R3 1111 0101 1010 1001 0100 1000 0001 0010 0101 0100 0110 0100 0101 0000 0100

4. R4 0101 0000 1010 1111 0000 1101 0000 0010 0001 0101 0110 0001 1001 0101 0000

5. R5 0100 1111 0111 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 0000 0000 0100 0101 1000

6. R6 0101 1111 0111 1111 0010 1001 0100 0010 0001 0111 0011 0010 0000 0000 0000

7. R7 0111 0000 1000 1111 0010 0000 0101 0111 0101 0101 1111 1000 0000 0101 1101

8. R8 0111 0110 0111 1111 0001 1110 0101 0010 1100 0101 0000 0001 0101 0101 0111

9. R9 0101 1111 0010 1111 0010 1101 0010 0111 0000 0101 1111 1111 1111 0110 1101

10. R10 1110 1111 1111 1011 0010 1001 0000 0000 1101 0101 1111 1111 1010 0010 0000

11. R11 0101 0110 1100 1100 1001 0101 0000 0100 0110 0011 0100 0001 1101 0001 0001

Page 120: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

165

No Nama

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

12. R12 1111 0000 1111 0111 0101 0000 0101 1101 0101 0000 0100 1111 0111 0100 1100

13. R13 0101 0001 0011 1111 0010 1100 0101 1111 0111 0101 0011 1011 1011 0101 1111

14. R14 1110 0111 0000 0100 0111 0010 0101 1111 1111 0101 0101 0000 1101 1100 0111

15. R15 0100 0101 1101 1101 0111 0101 0101 0101 0101 0101 0111 0111 0101 0101 0111

16. R16 1111 1011 0111 1010 1010 1001 1010 1010 1010 0110 0111 1111 1110 0100 1000

17. R17 1111 1011 0111 1010 0000 1001 0000 0010 0000 0101 0111 1111 1111 0100 1000

18. R18 0100 0100 0000 1111 0100 0001 0000 0001 0101 1111 0011 0101 1110 0100 0110

19. R19 1111 0100 0000 0000 0100 0010 0010 0101 1111 0000 0000 1010 0101 0000 0111

20. R20 0100 0001 0111 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 1111 1111 1011 0101 1111

21. R21 0100 0001 0101 1101 0010 1101 0100 0101 0110 0101 0101 0100 1111 0100 0110

22. R22 1111 0100 0100 1111 0100 0100 0101 0100 0100 1101 0111 1001 1111 0111 0000

23. R23 0100 1100 0110 1111 0010 1100 0101 1010 0111 0101 0101 0000 0001 0101 0100

Page 121: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

166

No Nama

Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

24. R24 0111 0110 1100 1111 1001 1101 0000 0100 0111 0101 0111 0001 1101 0101 0001

25. R25 1111 1010 1111 0000 0000 1001 0000 1000 0000 0110 0111 1111 1110 0100 1000

26. R26 1111 1011 0111 1010 0000 1001 0000 0010 0000 0110 0111 1111 1111 0100 1000

27. R27 0110 0010 1010 1111 0000 0001 0001 0101 0100 0111 0111 0101 0110 0010 1001

28. R28 0111 1111 1111 1101 0111 1010 0101 1110 0101 0101 0111 1111 1101 0111 0000

29. R29 0101 0101 0010 1001 0110 1101 0000 0100 0000 0101 1111 1111 1111 0111 1000

30. R30 0101 1111 0010 1111 0010 1101 0010 0111 0000 0101 1111 1111 1111 0110 1101

31. R31 0101 1111 1111 1111 0111 1111 0000 0111 0000 0101 0111 1111 0110 0110 0101

32. R32 0100 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 0101 1111

33. R33 0100 0010 0000 1111 1000 0100 0100 0100 0100 0101 0110 0100 1110 0101 0010

Page 122: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

167

Lampiran 9 Rekapitulasi Hasil Jawaban Siswa Berdasarkan Kategori Pemahaman

No Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

1. R1 MKS M MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS M M MKS MKS PK MKS MKS

2. R2 PK MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS SK(+) PK M M MKS SK(+) MKS SK(-)

3. R3 PK SK(+) MKS MKS MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS M MKS MKS

4. R4 M MKS MKS PK MKS SK(+) MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS MKS M MKS

5. R5 MKS PK SK(-) PK MKS MKS M MKS SK(-) M MKS MKS MKS M MKS

6. R6 M PK SK(-) PK MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS

7. R7 SK(-) MKS MKS SK(-) MKS MKS M SK(-) M M PK MKS MKS M SK(+)

8. R8 SK(-) MKS SK(-) PK MKS MKS M MKS MKS M MKS MKS M M SK(-)

9. R9 M PK MKS PK MKS SK(+) MKS SK(-) MKS M PK PK PK MKS SK(+)

10. R10 MKS PK PK MKS MKS MKS MKS MKS SK(+) M PK PK MKS MKS MKS

11. R11 M MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS

Page 123: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

168

No Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

12. R12 PK MKS PK SK(-) M MKS M SK(-) M MKS MKS PK SK(-) MKS MKS

13. R13 M MKS MKS PK MKS MKS M PK SK(-) M MKS MKS MKS M PK

14. R14 MKS SK(-) MKS MKS SK(-) MKS M PK PK M M MKS SK(+) MKS SK(-)

15. R15 MKS M SK(+) SK(+) SK(+) M M M M M SK(-) SK(-) SK(+) M SK(-)

16. R16 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK MKS MKS MKS

17. R17 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS M SK(-) PK PK MKS MKS

18. R18 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS MKS M PK MKS M MKS MKS MKS

19. R19 PK MKS MKS MKS MKS MKS MKS M PK MKS MKS MKS M MKS SK(-)

20. R20 MKS MKS SK(-) PK MKS MKS M MKS SK(-) M PK PK MKS M PK

21. R21 PK MKS MKS PK MKS MKS M MKS MKS SK(+) SK(-) MKS PK SK(-) MKS

22. R22 SK(-) MKS MKS PK MKS SK(+) MKS MKS SK(-) M SK(-) MKS SK(+) M MKS

23. R23 MKS MKS M SK(+) MKS SK(+) MKS M MKS M M MKS PK MKS MKS

Page 124: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

169

No Nama

Siswa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

24. R24 MKS MKS MKS PK MKS MKS M MKS SK(-) M M MKS MKS M MKS

25. R25 PK MKS PK MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK MKS MKS MKS

26. R26 PK MKS SK(-) MKS MKS MKS MKS MKS MKS MKS SK(-) PK PK MKS MKS

27. R27 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS M MKS SK(-) SK(-) M MKS MKS MKS

28. R28 SK(-) PK PK SK(+) SK(-) MKS M MKS M M SK(-) PK SK(+) SK(-) MKS

29. R29 M M MKS MKS MKS SK(+) MKS MKS MKS M PK PK PK SK(-) MKS

30. R30 MKS PK MKS PK MKS SK(+) MKS SK(-) MKS M PK PK PK MKS SK(+)

31. R31 M PK PK PK SK(-) PK MKS SK(-) MKS M SK(-) PK MKS MKS M

32. R32 MKS M M M M M M M M M M M M M PK

33. R33 MKS MKS MKS PK MKS MKS MKS MKS MKS M MKS MKS MKS M MKS

Keterangan:

PK : Paham Konsep SK(-) : Salah Konsep Negatif

Page 125: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

170

MKS : Memahami Konsep Sebagian M : Miskonsepsi

SK(+) : Salah Konsep Positif

Page 126: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

171

Lampiran 10 Perhitungan Persentase untuk Setiap Kategori Pemahaman

Perhitungan Persentase untuk Setiap Kategori Pemahaman

Persamaan yang digunakan adalah:

𝑃 =𝑆

𝐽𝑠× 100%

Keterangan:

P = persentase jumlah siswa pada paham konsep, tidak paham konsep,

miskonsepsi, dan kategori yang lainnya.

S = banyaknya siswa pada paham konsep, tidak paham konsep, miskonsepsi

dan kategori yang lainnya

Js = jumlah seluruh siswa peserta didik.

Butir

Soal

Kategori

Skor

Total

Paham

Konsep

Memahami

Konsep

Sebagian

Salah

Konsep

Positif

Salah

Konsep

Negatif

Miskonsepsi

f % f % f % f % f %

1.

9 27 13 39 0 0 4 12 7 21 33

2.

7 21 20 60 1 3 1 3 4 12 33

3.

5 15 18 54 1 3 7 21 2 6 33

4.

15 45 12 36 3 9 2 6 1 3 33

5.

0 0 26 79 1 3 4 12 2 6 33

Page 127: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

172

Butir

Soal

Kategori

Skor

Total

Paham

Konsep

Memahami

Konsep

Sebagian

Salah

Konsep

Positif

Salah

Konsep

Negatif

Miskonsepsi

f % f % f % f % f %

6.

1 3 22 67 7 21 0 0 3 9 33

7.

0 0 21 63 0 0 0 0 12 36 33

8.

2 6 20 60 1 3 5 15 5 15 33

9.

3 9 16 48 1 3 5 15 8 24 33

10.

1 3 7 21 1 3 3 9 21 64 33

11.

6 18 12 36 0 0 10 30 5 15 33

12.

12 36 17 51 0 0 1 3 3 9 33

13.

8 24 14 42 6 18 1 3 4 12 33

14.

0 0 19 57 0 0 3 9 11 33 33

15.

3 9 21 63 3 9 5 15 1 3 33

Page 128: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

173

Persamaan yang digunakan adalah:

Persentase (%) kategori pemahaman siswa = 𝑓

𝑁𝑡× 100%

Keterangan:

𝑓 = jumlah keseluruhan siswa yang termasuk ke dalam kategori pemahaman

𝑁 = nilai maksimum, yaitu frekuensi seluruh siswa dikali dengan banyaknya soal,

maka 𝑁𝑡 = 33 × 15 = 495.

Jumlah

Soal

Kategori

Paham

Konsep

Memahami

Konsep

Sebagian

Salah

Konsep

Positif

Salah

KonsepNegatif Miskonsepsi

f % f % f % F % f %

15 72 14,5 258 52,12 25 5,05 51 10,3 89 17,98

Page 129: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

174

Lampiran 11 Rekapitulasi Miskonsepsi pada Indikator Soal Momentum,

Impuls, dan Tumbukan

No Indikator Nomor

Soal

Kategori Jawaban (%)

Paham

Konsep

Memahami

Konsep

Sebagian

Salah

Konsep

Positif

Salah

Konsep

Negatif

Miskonsepsi

1. Menjelaskan

pengertian

momentum.

1 27,00 39,00 0,00 12,00 21,00

2 21,00 60,00 03,00 03,00 12,00

3 15,00 54,00 03,00 21,00 12,00

2. Menjelaskan

pengertian impuls

4 45,00 36,00 09,00 06,00 03,00

3. Memformulasikan

hubungan

momentum dan

impuls

5 00,00 79,00 03,00 12,00 06,00

6 03,00 67,00 21,00 00,00 09,00

7 00,00 63,00 00,00 00,00 36,00

8 06,00 60,00 03,00 15,00 15,00

4. Menjelaskan

tentang tumbukan

9 09,00 48,00 03,00 15,00 24,00

10 03,00 21,00 03,00 09,00 64,00

5. Menjelaskan

hukum kekekalan

momentum dalam

kehidupan sehari-

hari.

11 18,00 36,00 00,00 30,00 15,00

Page 130: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

175

No Indikator Nomor

Soal

Kategori Jawaban (%)

Paham

Konsep

Memahami

Konsep

Sebagian

Salah

Konsep

Positif

Salah

Konsep

Negatif

Miskonsepsi

6. Menerapkan

konsep hukum

kekekalan

momentum dalam

pemecahan

masalah.

12 36,00 51,00 00,00 03,00 09,00

13 24,00 42,00 18,00 03,00 12,00

14 00,00 57,00 00,00 09,00 33,00

15 09,00 63,00 09,00 15,00 03,00

Page 131: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

176

Lampiran 12 Absensi Siswa

Page 132: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

177

Page 133: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

178

Lampiran 13 Lembar Validasi

Page 134: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

179

Page 135: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

180

Page 136: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

181

Page 137: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

182

Page 138: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

183

Page 139: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

184

Page 140: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

185

Page 141: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

186

Page 142: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

187

Page 143: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

188

Page 144: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

189

Page 145: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

190

Page 146: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

191

Page 147: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

192

Page 148: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

193

Page 149: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

194

Page 150: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

195

Page 151: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

196

Lampiran 14 Surat Permohonan Izin Validasi SMAN 11 Tangerang Selatan

Page 152: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

197

Lampiran 15 Surat Keterangan Telah Melakukan Validasi

Page 153: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

198

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian SMAN 11 Tangerang Selatan

Page 154: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

199

Lampiran 17 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Page 155: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

200

Lampiran 18 Lembar Uji Referensi

Page 156: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

201

Page 157: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

202

Page 158: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

203

Page 159: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

204

Page 160: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

205

Page 161: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

206

Page 162: PETA PEMAHAMAN SISWA PADA KONSEP MOMENTUM, …

207

Lampiran 19 Biodata Peneliti

Lisa Ariani, lahir 09 April 1996 di Tangerang. Penulis adalah anak

pertama dari dua bersaudara dari pasangan Suwarji dan Sipon.

Penulis menempuh pendidikan formal di TK Trijaya 1, SDN

Jombang Tengah 1, MTS Soebono Mantofani, dan MA Soebono

Mantofani. Penulis melanjutkan Pendidikan S1 pada Program Studi

Pendidikan Fisika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada tahun 2014. Pada semester akhir tahun 2019, penulis

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peta Pemahaman Siswa pada Konsep

Momentum, Impuls, dan Tumbukan Menggunakan Tes Diagnostik Four-Tier Test

Multiple Choice di SMAN 11 Kota Tangerang Selatan”.

Nama : Lisa Ariani.

Alamat : Jombang Rawa Lele RT 03 RW 06 No. 75 Gg.SMAN 11 Tangerang

Selatan, Jombang, Ciputat, Tangerang Selatan.

Telepon : 0856 1208 855

Email : [email protected]