12

PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

  • Upload
    others

  • View
    20

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK
Page 2: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK
Page 3: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA

KNOWLEDGE ABOUT SMOKING DANGER AND SMOKING

BEHAVIOR IN ADOLESCENTS

Lenda Yuli Astuti, Akde Triyoga, Selvia David Richard

STIKES RS. Baptis Kediri

Jl. Mayjend Panjaitan 3B Kediri (0354) 683470

([email protected])

ABSTRAK

Perilaku merokok yang dinilai sangat merugikan dilihat dari berbagai sudut

pandang baik bagi diri sendiri maupun orang lain disekitarnya. Pendidikan kesehatan

tentang bahaya merokok sangat sangat mempengaruhi perilaku merokok remaja. Tujuan

penelitian menganalisis hubungan pengetahuan bahaya merokok dengan perilaku

merokok di Kelurahan Tinalan Kota Kediri. Desain penelitian yang digunakan adalah

Cross sectional. Populasi penelitian adalah remaja laki-laki di RW 04 di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri yang berjumlah 29 responden menggunakan teknik Acciddental

sampling. Variabel dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang bahaya merokok dan

perilaku merokok pada remaja. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dengan uji

statistik Kruskall Wallis. Hasil penelitian didapatkan responden memiliki pengetahuan

sebagian besar pengetahuan baik yaitu 22 responden (75,9%), dan paling banyak 50%

responden dengan perilaku merokok bersifat negatif yaitu 14 responden (48,3%). Analisis

data dengan menggunakan uji statistik didapatkan p = 113 dimana nilai p < α maka H0

diterima dan H1 ditoalak yang berartiada tidak ada hubungan signifikan antara

pengetahuan tentang bahaya merokok dengan perilaku merokok pada remaja di

Kelurahan Tinalan Kota Kediri. Kesimpulan dari penelitian ini remaja perokok dengan

pengetahuan baik tidak berhubungan dengan tipe motivasi merokok negatif.

Kata kunci: Pengetahuan, Perilaku Merokok, Remaja

ABSTRACT

Smoking behavior is considered very harmful seen from various viewpoints for

both yourself and other people. Health education about the danger of smoking affects

adolescents about smoking behavior. The purpose of the the study to analyze the

correlation between knowledge about smoking danger and smoking behavior in

adolescents in Kelurahan Tinalan Kediri. The research design used was Cross sectional.

The research population was male adolescents at RW 04 in Kelurahan Tinalan Kediri as

many as 29 respondents using aciddental sampling technique. Using the quizione sheet.

The variables in this study were knowledge about the danger of smoking and smoking

behavior in adolescents, data analysis with Kruskall Wallis. Statistical test based on the

Page 4: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

results of research that had been done in Keluraha Tinalan Kediri obtainned respondents

had good knowledge that most respondents had good knowledge of 22 respondents

(75,9%) and most 50% of repondents with smoking behavior were negative was 14

respondents (48,3%). Data analysis using Kruskal Wallis statistic test obtained p 113

with the value of p <amaka Ho accepted and H1 disagree which means there is no

significant correlation between knowledge about smoking danger and smoking behavior

in adolescents in Kelurahan Tinalan Kediri. The conclusion from this research was

adolescent had good knowledge with negative smoking behavior.

Keywords: Knowledge, Smoking Behavior, Adolescent

Pendahuluan

Kenakalan remaja pada setiap

generasi berbeda karena pengaruh

lingkungan kebudayaan dan sikap mental

masyarakat masa itu. Kenakalan remaja

dimasa sekarang semakin membahayakan

seperti pemerkosaan, perampasan,

penggunaan obat-obatan terlarang,

merokok sering terjadi dimana-mana

(Willis, 2014). Merokok adalah perilaku

yang harus dibayar mahal (Marilyn,

2011). Perilaku merokok yang dinilai

sangat merugikan dilihat dari berbagai

sudut pandang baik bagi diri sendiri

maupun orang lain disekitarnya.

Konsumsi tembakau memiliki berbagai

efek yang merugikan untuk kesehatan.

Konsumsi tembakau membunuh lebih

banyak orang dibandingkan penyebab-

penyebab lain seperti AIDS, asupan

makanan yang kurang gizi (poor diet)

dan gaya hidup kurang aktif

(sedentarian), kecelakaaan mobil,

konsumsi alkohol, kekerasan rumah

tangga, narkoba, bunuh diri, dan

kebakaran, yang di gabung menjadi satu

(Marilyn, 2011). Berdasarkan hasil pra

penelitian didapatkan bahawa remaja usia

12-22 tahun sudah memiliki perilaku

merokok.

Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas)

tahun 2012 diperoleh bahwa jumlah

perokok di Indonesia mencapai 34,7

persen. Perokok yang paling banyak

terdapat di Kalimantan Tengah,

sementara konsumsi batang rokok perhari

paling banyak di Provinsi Bangka

Belitung (Wiwin, 2014). Pada tahun

2011, remaja Jawa Timur mencapai

16,01% dari total penduduk atau

sebanyak 6.035.175 jiwa. Berdasarkan

Riskesdas Propinsi Jawa Timur tahun

2007, sebesar 73,8% usia merokok

pertama adalah 10-14 tahun, selain itu,

Kabupaten Kediri memiliki 7,7%

responden pertama kali merokok pada

usia 10-14 tahun, 44,7% pada usia 15-19

tahun dan 17,6% pada usia 20-24 tahun.

Sebesar 90,8% perokok di Kediri

menghisap 1-12 batang rokok tiap hari

dengan` angka perokok setiap hari

sebesar 20,7%, dan perokok kadang-

kadang sebesar 4,3% (Depkes RI, 2008).

Jumlah remaja laki-laki di RW 04

Kelurahan Tinalan Kota Kediri sebanyak

168 jiwa. Berdasarkan hasil pra

penelitian pada 10 responden remaja,

diperoleh hasil 9 remaja (90%) merokok

dan lebih dari 50% menghabiskan rokok

1 bungkus per hari. Alasan mereka

merokok paling banyak 4 remaja (40%)

adalah supaya tenang dan nyaman.

Dampak rokok cukup besar bagi

kesehatan menurut Tandra (2003) dalam

Poltekes Depkes Jakarta 1 (2012) dapat

menimbulkan berbagai penyakit. Banyak

penyakit telah terbukti menjadi akibat

buruk dari merokok, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

Kebiasaan merokok bukan saja

merugikan si perokok, tetapi juga bagi

orang di sekitarnya. Dampak merokok

terhadap kesehatan bagi perokok aktif,

yaitu: meningkatka resiko serangan

jantung, meningkatkan resiko stroke,

meningkatkan resiko kerusakan jaringan

anggota tubuh yang rentan. Bahaya yang

di dapatkan bagi perokok pasif (terpapar

Page 5: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

asap rokok) yaitu: bahaya kerusakan

paru-paru, mempengaruhi bayi dalam

kandungan. Kandungan rokok ini lah

yang membuat seseorang tidak mudah

berhenti merokok. Dua alasan tidak

mudah berhenti merokok, yaitu faktor

ketergantungan atau adikasi pada nikotin,

dan faktor psikologis yang merangsang

adanya kehilangan suatu kegiatan

tertentu jika berhenti merokok menurut

Fikriyah, 2012. Semua orang mengetahui

tentang bahaya yang ditimbulkan akibat

rokok, tetapi hal ini tidak pernah surut

dan hampir setiap saat dapat ditemui

banyak orang yang sedang merokok

bahkan perilaku merokok sudah sangat

wajar dipandang oleh remaja, khususnya

remaja laki-laki.

Kenakalan remaja dimasa sekarang

semakin membahayakan seperti

pemerkosaan, perampasan, penggunaan

obat-obatan terlarang, merokok sering

terjadi dimana-mana. Perilaku merokok

yang dinilai sangat merugikan dilihat

dari berbagai sudut pandang baik bagi

diri sendiri maupun orang lain

disekitarnya menurut Willis, 2014.

Masyarakat tidak pernah mendapatkan

informasi tentang perilaku merokok serta

bahaya merokok. Menurut Madeleine M

Leininger dan Marilyn R. Mc.Farland,

2011, dalam tulisan memberi nama

model dari teori Culture Care “Sunrise

model”. Model ini mempunyai 4 level

pandangan, level pertama, lebih abstrak,

bagaimana pandangan dunia dan level

sistem sosial, mengenai dunia diluar

budaya, suatu suprasistem, dalam sistem

umum. Level dua, menyediakan

pengetahuan tentang individu, keluarga,

kelompok dan institusi pada sistem

pelayanan kesehatan. Di masyarakat,

pengetahuan tentang bahaya merokok

sunrise model yaitu salah satunya adalah

pengetahuan tentang merokok seperti

pengertian merokok, zat-zat terdapat

dalam rokok, faktor yang mempengaruhi

kebiasaan merokok, pengertian bahaya

merokok, dampak merokok, sehingga

upaya ditunjukkan untuk

memasyarakatkan kembali anak-anak

yang telah melakukan kejahatan, agar

supaya mereka kembali menjadi manusia

yang wajar. Pembinaan dapat diarahkan

dalam beberapa aspek yaitu membinaan

mental dan kepribadian beragama,

pembinaan mental ideologi negara yakni

Pancasila, agar menjadi warga negara

yang baik, pembinaan kepribadian yang

wajar untuk mencapai pribadi yang stabil

dan sehat, pembinaan ilmu pengetahuan,

pembinaan keterampilan khusus,

pengembangan bakat-bakat khusus

Willis, 2014. Tujuan dari penelitian ini

adalah Menganalisis hubungan

pengetahuan bahaya merokok dengan

perilaku merokok di Kelurahan Tinalan

Kota Kediri.

Metodelogi Penelitian

Desain dalam penelitian

menggunakan Cross Sectional. Populasi

pada penelitian ini adalah seluruh remaja

laki-laki di RW 04 RT 01 dan RT 02

Kelurahan Tinalan Kota Kediri jumlah

sample yang diperkirakan 29 responden.

Jumlah responden berkurang dikarenakan

ada 6 responden yang bias. Berdasarkan

subyek dalam penelitian Teknik sampling

yang digunakan adalah Acciddental

Sampling. Variabel Independen dalam

penelitian ini adalah pengetahuan dan

variabel dependen adalah perilaku.

Pengambilan data menggunakan

Kuesioner. Analisis data menggunakan

Kruskall Wallis.

Page 6: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

Hasil Penelitian

Tabel 1. Pengetahuan Tentang Bahaya merokok di Kelurahan Tinalan Kota Kediri

yang Dilakukan pada Tanggal 16 April 2018. (n= 29).

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Baik 22 75,9%

Cukup 0 0

Kurang 7 24,1%

Jumlah 29 100%

Berdasarkan tabel 1 diketahui

bahwa sebagian besar responden

memiliki pengetahuan baik yaitu 22

responden (75,9%).

Tabel 2. Perilaku Merokok pada Remaja di Kelurahan Tinalan Kota Kediri yang

Dilakukan pada Tanggal 16 April 2018. (n= 29)

Perilaku Frekuensi Persentase (%)

Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan Positif 4 13,8

Perilaku merokok dipengaruhi oleh perasaan negatif 14 48,3

Perilaku merokok adiktif 7 24,1

Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan 4 13,8

Total 29 100

Berdasarkan tabel 2 diketahui

bahwa paling banyak responden dengan

perilaku merokok bersifat negatif yaitu

14 responden (48,3%).

Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Tentang Bahaya Merokok dengan Perilaku Merokok

pada Remaja di Kelurahan Tinalan Kota Kediri pada Tanggal 16 April 2018

(n= 29).

Pengetahuan

Kecemasan

Total Perilaku

merokok

positif

Perilaku

merokok

negatif

Perilaku

merokok

adiktif

Perilaku

merokok

kebiasaan

F % F % F % F % F %

Baik 4 18,2 12 54,5 3 13,6 3 13,6 22 100

Cukup 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Kurang 0 0 2 28 4 57 1 14,3 7 100

Jumlah 4 18,2 24 82,2 7 70,6 4 27,9 29 100

Kruskall Wallis p = 0,113

Berdasarkan tabel 3 diketahui

bahwa dari 29 responden, didapatkan

paling banyak responden memiliki

pengetahuan baik yaitu 22 responden

(75,9%) dengan perilaku merokok

bersifat negatif. Dan didapatkan

responden memiliki pengetahuan kurang

yaitu 4 (57%) dengan perilaku merokok

bersifat adiktif.

Analisis data dengan

menggunakan uji statistik “Kruskal

Wallis” didapatkan p = 113 dimana nilai

p < α maka H0 diterima dan H1 ditolak

yang berarti tidak ada Hubungan

signifikan antara Pengetahuan tentang

bahaya merokok dengan perilaku

merokok pada remaja di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri.

Page 7: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

Pembahasan

Pengetahuan Tentang Bahaya

Merokok pada Remaja di RW 04 RT

01 dan RT 02 Kelurahan Tinalan Kota

Kediri.

Berdasarkan hasil penelitian

tentang pengetahuan tentang bahaya

merokok remaja perokok di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri jadi sebagian besar

memiliki pengetahuan yang baik 22

responden (75,9%) tentang bahaya

merokok.

Model Sunrise (Leininger) Perilaku

merokok merupakan interaksi di faktor

pengetahuan tentang individu, keluarga,

kelompok dan institusi pada sistem

pelayanan kesehatan. Interaksi berfokus

pada sistem adat istiadat, tradisi, yang

ada dimasyarakat, sistem pelayanan

profesional, medis dan keperawatan

(Nursalam, 2013). Bahaya merokok

terhadap remaja adalah terhadap fisiknya,

seperti yang dijelaskan oleh Depkes RI

2004 dalam Depkes 2012 yaitu: “Rokok

pada dasarnya merupakan pabrik bahan

kimia berbahaya. Saat batang rokok

terbakar, maka asapnya menguraiakan

sekitar 4000 bahan kimia dengan tiga

komponen utama, yaitu: nikotin yang

menyebabkan ketergantunga/adiksi; tar

yang bersifat karsinogenik; karbon

monoksida yang aktivitasnya sangat kuat

terhadap hemoglobin sehingga kadar

oksigen dalam darah berkurang; dan

bahan-bahan kimia lain yang beracun.”

Efek merokok tidak hanya

mempengaruhi kesehatan perokok saja,

tetapi juga mempengaruhi kesehatan

orang sekitarnya yang tidak merokok,

karena terpapar asap rokok tersebut yang

disebut perokok pasif.

Remaja perokok di Kelurahan

Tinalan, merokok merupakan interaksi

faktor individu, keluarga, kelompok,

sekolah, komunitas. Sehingga perilaku

ini menjadi budaya yang di terima oleh

masyarakat sehingga hal ini dianggap

wajar bukan menjadi masalah masalah

kesehatan. Bahwa seorang perokok

memiliki pengetahuan yang baik

mengenai bahaya rokok karena memiliki

pendidikan yang tinggi dan perrnah

mendapat informasi mengenai bahaya

merokok. Jika budaya merokok terus

dilestarikan, maka semua masyarakat

akan terganggu kesehatannya.

Hal ini dikarenakan tidak hanya

perokok yang harus menanggung

gangguan kesehatan, tetapi juga

masyarakat lain di sekitarnya yang secara

tidak sengaja menghirup asap rokok

sampingan. Budaya merokok di

masyarakat harus dihilangkan karena

memberi dampak negatif bagi psikologi

masyarakat dengan membuatnya merasa

kurang percaya diri tanpa rokok dan

merasa trgantung dengan rokok sehingga

tidak bisa lepas. Budaya merokok juga

berdampak bagi ekonomi pada

kenyataannya mereka bisa membeli

rokok yang tidak ada nilai gunanya.

Bahkan, beberapa masyarakat yang

tingkat ekonominya rendah dan memiliki

uang yang pas-pasan cenderung lebih

memilih membeli rokok daripada

makanan. Upaya menghilangkan budaya

merokok di masyarakat di perlukan

pengendalian diri yang kuat serta

komitmen untuk dapat lepas dari rokok

dengan cara menyibukkan diri dengan

kegiatan-kegiatan positif (seperti seni dan

olahraga), tidak bergaul dengan perokok,

serta terus memotivasi diri dengan

keuntungan yang akan didapat jika

berhasil berhenti merokok, sehingga

genari penerus yang sehat (baik secara

fisik dan psikis) dan memiliki masa

depan yang cemerlang. Rokok yang

dijual di negara-negara berkembang

seperti halnya di Indonesia memiliki

kandungan tar yang lebih tinggi,

berpotensi meningkatkan kerentanan

yang terkait dengan tembakau di wilayah

tersebut.

Masyarakat merasa tergantung dengan

rokok sehingga rokok bermanfaat untuk

mendapatkan inspirasi. Padahal bahan

kimia yang ada didalam rokok dapat

merusak dan membunuh sel-sel otak

yang mengakibatkan penurunan tingkat

kecerdasan. Rokok juga mengakibatkan

masyarakat menjadikannya peralihan dari

Page 8: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

masalah penghilangan stress. Perokok

aktif cenderung mengesampingkan

bahaya asap rokok untuk perokok pasif,

informasi yang kurang dapat memicu

pengetahuan yang dimiliki oleh remaja

atau masyarakat. Merokok karena sudah

dianggap wajar di lingkungan masyarakat

maka tidak ada larangan atau batasan

usia untuk seseorang yang merokok.

perokok aktif tidak dipengaruhi

pendidikan namun dipengaruhi oleh

teman sebaya, keluarga juga

mempengaruhi pengetahuan remaja, apa

yang diberikan keluarga yaitu pendidikan

dasar yang penting, apa yang dilakukan

keluarga juga menjadi role model untuk

remaja. Pengetahuan yang didapatkan

oleh remaja dapat mempengaruhi

kebiasaan merokok pada remaja.

Peningkatan pengetahuan siswa

mengenai rokok dan dampaknya terhadap

kesehatan dapat dilakukan melalui

kegiatan ekstrakurikuler yang ada di

sekolah, baik melalui penyuluhan oleh

pendidik sebaya atau pemberian motivasi

melalui testimoni. Dengan terbatasnya

jam sekolah dan jadwal pembelajaran

yang umumnya telah dimampatkan maka

kegiatan ekstrakurikuler siswa dapat

menjadi sarana penyampaian pesan

tersebut. Kecenderungan remaja untuk

lebih mendengarkan temannya

dikarenakan pada usia ini remaja

mengalami masa pencarian jati diri dan

penyesuaian. Mereka bukan lagi anak-

anak tapi juga belum dewasa. Hal

tersebut mengakibatkan timbulnya

perasaan bahwa teman mereka lebih

mampu untuk memahami perasaan

mereka, serta apa yang menjadi

kekhawatiran mereka. Akan tetapi

pendidik sebaya juga memiliki

kekurangan ketika menyampaikan

pengetahuan dan himbauan agar berhenti

merokok karena usia mereka yang sebaya

atau bahkan lebih muda, seringkali

mereka dianggap sok tahu dan belum

pantas untuk memberi nasehat.

Perilaku merokok pada remaja di

Kelurahan Tinalan Kota Kediri.

Remaja perokok di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri memiliki tipe

perilaku merokok karena perilaku

merokok negatif 14 responden (48,3%).

Kenakalan remaja ialah kelainan

tingkah laku, perbuatan atau tindakan

remaja yang bersifat asosial bahkan

antisosial yang melanggar norma-norma

sosial, agama serta ketentuan hukum

yang berlaku dalam masyarakat.

Menurut Hurlock (1978) dalam

kenakalan anak dan remaja bersumber

dari moral yang sudah berbahaya atau

beresiko (moral, hazard). Menurutnya,

kerusakan moral katanya bersumber dari

keluarga yang sibuk, keluarga retak, dan

keluarga dengan single parent dimana

anak hanya di asuh oleh ibu, menurunnya

kewibawaan sekolah dalam mengawasi

anak, peranan gereja tidak mampu

menagani masalah moral (Willis, 2014).

Menurut Silvan Tomkins dalam Depkes

(2010) berdasarkan Management of

Affect Theory, ada empat tipe perilaku

merokok. Empat hal yang dimaksud

keempat tipe tersebut adalah sebagai

berikut Perokok yang dipengaruhi oleh

perasaan negatif. Orang menggunakan

rokok untuk mengurangi perasaan

negatif, misalnya bila ia marah, cemas,

atau gelisah.

Faktor yang mempengaruhi kebiasaan

merokok ialah kurangnya perhatian dari

orang tua karena kesibukan sosial

ekonomi yang tinggi, sehingga remaja

sangat mudah untuk mendapatkan rokok.

Beberapa hasil penelitian juga menemuka

bahwa remaja, terutama wanita, merokok

karena ingin langsing. Apabila remaja

terbiasa merokok, maka jika mempunyai

masalah yang tidak terselesaiakan,

cenderung akan menggunakan narkoba

(Saprudin, 2007 dalam Depkes, 2012)

Beberapa pertimbangan antara lain

bahwa tanda-tanda psikologi pada remaja

yaitu sering merasa gelisah, resah,

konflik batin dengan orangtua, minat

meluas, tidak menetap, pergaulan mulai

berkelompok, mulai mengenal lawan

jenis, dan sekolah yang tidak stabil.

Page 9: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

Sehingga remaja sangat beresiko untuk

menggunakan napza, rokok, minuman

keras, obat, dan berbahaya lainnya.

Penelitian lain di Indonesia yang

dilakukan oleh Global Tobacco Youth

Survey (GTYS) atau survei merokok

pada remaja menunjukkan perilaku

merokok karena lingungan keluarga,

media massa dan teman sebaya. Menurut

Januarti tahun 1991 dalam Depkes, 2012,

faktor yang mempengaruhi kebiasaan

merokok adalah sebagai berikut:

pengaruh orang tua, salah satu temuan

tentang remaja perokok adalah bahwa

anak-anak muda yang berasal dari rumah

tangga yang tidak bahagia, dimana orang

tua tidak begitu memperhatikan anak-

anaknya dan memberiakn hukuman fisik

yang keras, lebih mudah untuk menjadi

perokok dibanding anak-anak muda yang

berasal dari lingkungan rumah tangga

yang bahagia. Remaja yang berasal dari

keluarga konservatif yang menekankan

nilai-nilai sosial dan agama dengan baik

dengan tujuan jangka panjang lebih sulit

untuk terlibat dengan

rokok/tembakau/obat-obatan

dibandingkan dengan keluarga yang

permisif dengan penekanan pada falsafah

“kerjakan urusanmu sendiri-sendiri”.

Faktor paling kuat pengaruhnya adalah

bila orangtua sendiri menjadi figur

contoh, yaitu sebagai perokok berat,

maka anak-anaknya akan mungkin sekali

untuk mencontohnya. Perilaku merokok

lebih banyak ditemui pada mereka yang

tinggal dengan satu orangtua (single

parent).

Pengaruh teman, berbagai fakta

mengungkapkan bahwa bila semakin

banyak remaja yang merokok, maka

semakin besar kemungkinan teman-

temannya adalah perokok dan demikian

sebagainya. Fakta tersebut ada dua

kemungkinan yang terjadi. Pertama,

remaja tadi terpengaruh oleh teman-

temannya atau bahkan teman-teman

remaja tersebut dipengaruhi oleh remaja

tersebut, hingga akhirnya mereka semua

menjadi perokok. Diantara remaja

perokok, 87% mempunyai sekurang-

kurangnya atau satu atau lebih sahabat

yang merokok, begitu pula dengan

remaja bukan perokok. Faktor

kepribadian, orang mencoba untuk

merokok karena alasan ingin tahu atau

ingin melepaskan diri dari rasa fisik atau

jiwa, dan membebaskan diri dari

kebosanan. Pengaruh iklan, melihat iklan

di media massa dan elektronik yang

menampilkan gambaran bahwa perokok

adalah lambang kejantanan atau

glammour, membuat remaja sering kali

terpicu untuk mengikuti perilaku seperti

yang ada di dalam iklan tersebut.

Remaja merokok hal ini remaja

ingin mencari identitasnya dengan cara

meniru orang yang lebih dewasa. Remaja

cenderung bersikap antisosial yaitu

cenderung melanggar aturan salah

satunya merokok. Hal ini menyebabkan

dorongan negatif dalam perilaku remaja.

Di masyarakat merokok adalah sebuah

budaya yang di kembangkan oleh remaja

dan membentuk sifat antagonis. Tingkah

laku yang baik oleh suatu masyarakat

dengan budaya tertentu, mungkin

dianggap tidak baik oleh masyarakat lain.

Contohnya merokok yang sudah menjadi

budaya oleh remaja di masyarakat,

karena ingin diakui keberadaannya

remaja cenderung mendapat dorongan

negatif dan dorongan negatif tersebut

menjadikan remaja perokok. Remaja

mulai merokok pada usia tersebut karena

sifat-sifat antisosial dan interaksi

kelompok mempengaruhi munculnya

perilaku merokok negatif.

Pengaruh orang tua, keluarga

menjadi lingkungan sosial pertama dalam

interaksi, membentuk pola perilaku dan

siakap seseorang yang dipengaruhi

norma dan nilai yang terdapat

dilingkungan keluarga. Seseorang

menjadi perokok lebih tinggi pada

keluarga yang orangtuanya perokok.

Lingkungan sosial kedua yang

mempengaruhi merokok adalah teman

sebaya, faktor yang mempermudah

seseorang untuk menjadi perokok adalah

sahabat yang merokok. dari faktor

kepribadian orang merokok awalnya

karena ingin tahu atau ingin melepaskan

diri dari sakit fisik atau jiwa,

membebaskan diri dari kebosanan. Ada

beberapa tipe-tipe kepribadian pada diri

Page 10: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

seseorang yang dapat emmicu untuk

merokok, misalnya komformitas sosial

dan kepribadian lemah. Faktor penyebab

ini keberadaannya tidak dapat dirubah.

Pengaruh iklan memiliki banyak fungsi

diantaranya berfungsi

mengkomunikasikan produk-produk

baru, membujuk konsumen untuk

membeli produk tertentu atau mengubah

sikap mereka terhadap produk-produk

perusahaan tertentu dan berbagai

pengingat tentang sebuah produk. Selain

itu, iklan menyebabkan seseorang

membeli produk atau jasa yang tidak

mereka butuhkan. Sebab terakhir yang

dapat disembuhkan ialah nikmatnya

rokok. Siaran sangat membujuk untuk

merokok. Perilaku merokok remaja dapat

dipengaruhi oleh individu maupun teman

sebaya, remaja yang sering berkumpul

dengan teman sebayanya yang merokok

cenderung akan merokok juga. Adapun

kegiatan yang dapat dilaksanakan oleh

sekolah untuk menyampaikan pesan

mengenai rokok melalui remaja dapat

berupa lomba-lomba bertema rokok yang

melibatkan seluruh remaja di sekolah

misalnya melalui kegiatan tengah

semester, karya tulis, penugasan pada

mata pelajaran tertentu serta pembuatan

desain media promosi oleh remaja.

Hubungan Pengetahuan tentang

bahaya merokok dengan Perilaku

merokok pada remaja di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri.

Pengetahuan bahaya merokok

yang baik tidak berhubungan dengan tipe

perilaku merokok pada remaja dengan

hasil Kruskal Wallis = 0,113

Menurut model sunrise Kedelapan,

mengidentifikasi universal dan non

universal tradisi dan perilaku profesional,

keyakinan dan praktik penting untuk

pengembangan pengetahuan keperawatan

(Nursalam, 2013). Sehat dikatakan

bersifat universal dan beragam.

Masyarakat atau lingkungan,

menyangkut pandangan dunia, struktur

sosial dan konteks lingkungan. Sebagai

total kejadian, situasi atau pengalaman,

dengan berfokus pada kelompok khusus

dan pola tindakan, berfikir, dan

keputusan sebagai hasil dari

pembelajaran, sharing dan pemindahan

nilai, keyakinan, norma dan praktek

hidup sehari-hari. Kenakalan remaja pada

setiap generasi berbeda karena pengaruh

lingkungan kebudayaan dan sikap mental

masyarakat masa itu. Kenakalan remaja

dimasa sekarang semakin membahayakan

salah satunya merokok sering terjadi

dimana-mana (Cavan, 1962 dalam Willis,

2014)

Pengetahuan dan perilaku tidak

selalu sinergis. Merokok dianggap wajar

karena pengetahuannya baik dan sudah

menjadi budaya di masyarakat, dan

dipengaruhi faktor-faktor lain di dalam

dimensi transkulturcare yang meliputi

faktor pendidikan salah satunya yaitu

pengetahuan tentang merokok yang

terdiri dari pengertian merokok, zat-zat

yang terdapat dalam rokok, faktor yang

mempengaruhi kebiasaan merokok,

pengertian bahaya merokok, dan dampak

merokok yang mempengaruhi perilaku

merokok seseorang salah satunya

perilaku merokok yang di pengaruhi oleh

perasaan negatif. Pelayanan pencegahan

pada individu, keluarga, kelompok,

sekolah, komunitas yang pertama yaitu

pembinaan mental dan kepribadian

beragama dalam pembinaan mental

seseorang memiliki peran penting dalam

karakter remaja dan di dalam agama juga

menyebutkan bahwa kita harus menjaga

luar tubuh agar tetap bersih begitu juga

bagian dalam tubuh jadi merokok

dilarang dalam agama. Pembinaan mental

ideologi negara yakni pancasila, agar

menjadi warga negara yang baik

dipengaruhi oleh sekolah dan juga

komunitas mempengaruhi perilaku

remaja.

Di indonesia merokok merupakan

suatu hal yang wajar di lihat dari

kemudahan untuk mendapat rokok dan

berbagai kalangan masyarakat yang

terbiasa untuk merokok. Pembinaan

kepribadian yang wajar untuk mencapai

pribadi yang stabil dan sehat pencapaian

pribadi seseorang dicapai oleh individu

itu sendiri. Individu yang sehat akan

peduli dengan kesehatannya dan

Page 11: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

menghindari perilaku merokok karena

mereka memiliki pengetahuan yang baik

tentang bahaya merokok. Pembinaan

ilmu pengetahuan dalam faktor ini

dipengaruhi oleh keluarga dan sekolah

pengetahuan dasar oleh keluarga sangat

penting bagi remaja. Pembinaan

ketrampilan khusus, pembinaan ini

dilakukan agar remaja mampu berdiri

sendiri dan mempunyai daya kreatif. Jika

remaja memili kemampuan berwirasuasta

maka remaja tidak akan terlantar setelah

keluar dari jenjang pendidikan.

Pengembangan bakat-bakat kusus,

keluarga perlu menyediakan sarana untuk

mengembangkan bakat remaja. Kegiatan

positif di masyarakat dapat mengurangi

perilaku merokok pada remaja.

Kesimpulan

Remaja perokok di Kelurahan

Tinalan Kota Kediri memiliki

pengetahuan yang baik dalam

pencegahan merokok. Remaja perokok

memiliki tipe motivasi merokok negatif.

Pengetahuan bahaya merokok tidak

berhubungan dengan perilaku merokok

pada remaja.

Saran

Bagi remaja laki-laki yang

pengetahuannya masih kurang dan

perilaku negatif diharapkan menambah

informasi pengetahuan tentang bahaya

merokok dengan cara mengikuti kegiatan

positif yang ada di masyarakat di RW 04

RT 01 dan RT 02 Kelurahan Tinalan

Kota Kediri sehingga mengurangi

perilaku merokok mereka dan bagi

remaja yang bersekolah dan berperan

aktif dalam setiap kegiatan yang di

adakan di sekolah. Bagi orang tua lebih

memperhatikan kebiasaan anak di luar

rumah dan memberikan pengertian

tentang dampak dan bahaya merokok

bagi kesehatan. Kemudian bagi

Kelurahan diharapkan dapat memberikan

pengarahan pada remaja agar

menghindari kegiatan merokok dan aktif

dalam kegiatan karangtaruna di

Kelurahan Tinalan Kota Kediri.

Daftar Pustaka

Depkes Jakarta. (2008). Kesehatan

remaja: problem dan solusinya.

Jakarta: Salemba Medika.

Jakarta. (2010). Meningkatkan

Prilaku Hidup Sehat dan

Kesehatan Sentral. Jakarta:

Salemba Medika.

Jakarta. (2011). Pengendalian

Penyakit dan penyehatan

lingkungan. Jakarta: Salemba

Medika.

Jakarta. (2012). Profil Kesehatan

Indonesia. Jakarta: Salemba

Medika.

Fikriyah. (2012). Antara Motivasi dan

Tantangan Berhenti Merokok.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Marilyn. (2011). Seri Panduan Praktis

Edukasi Pasien Untuk Digunakan

di Segala Situasi Klinis. Jakarta:

Erlangga

Nursalam. (2013). Konsep dan

Penerapan Metodologi Penelitian

Ilmu Keperawatan edisi 3. Jakarta:

Salemba Mediaka.

Priyoto, (2015). Perubahan Perilaku

Kesehatan Konsep dan

Aplikasi. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Willis. (2014). Remaja dan Masalahnya.

Bandung: Alfabeta

Wiwin, dkk,. (2014). Peran Siswa Dalam

Pencegahan Perilaku Merokok

Pada Sekolah Menengah Pertama

Page 12: PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA MEROKOK

Di Kecamatan Pare Kabupaten

Kediri.

http://download-fullpapers-

jupromkes0a1994ed68full-1.pdf.

Diakses tanggal 06 Desember

2017, 18.25 WIB