PENGENALAN HAMA PADA TANAMAN KOPI.docx

Embed Size (px)

Citation preview

PENGENALAN HAMA PADA TANAMAN KOPI (Coffea Sp) (Laporan Praktikum Hama Penting Tanaman)

Oleh:Yudi Des Yulian1014121192

JURUSAN AGROTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG2012

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi menjadi salah satu komoditas ekspor penting pada sub sektor perkebunan Indonesia. Komoditas ini mempunyai peranan sangat besar sebagai penghasil devisa negara dan sumber pendapatan petani. Pada tahun 2009, total luas areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai 1.266.235 Ha dengan produksi 682.591 Ton. Sekitar 95% dari luas areal perkebunan kopi tersebut merupakan perkebunan rakyat. Secara umum pada perkebunan rakyat, pesatnya peningkatan luas areal tidak diimbangi dengan pesatnya peningkatan produktivitas dan mutu(Anonim,2012).

Produktivitas kopi Indonesia rata-rata masih rendah yaitu 641,6 kg/ha dari standar 800 kg/ha. Rendahnya produktivitas maupun mutu kopi pada perkebunan rakyat antara lain disebabkan oleh adanya serangan hama penyakit, umur tanaman yang sudah tua dan kurangnya perawatan kebun oleh petani. Selain itu kopi Indonesia umumnya dikenal mempunyai citra mutu yang rendah di pasar internasional, sehingga dihargai rendah (Wiryadiputra,1999)

Serangga hama PBKo (Hypothenemus hampei) menjadi hama sangat merusak pada buah kopi sehingga mengakibatkan penurunan produksi dan kualitas hasil secara nyata karena menyebabkan banyak biji kopi yang berlubang. Hama Penggerek Buah Kopi (PBKo), Hypothenemus hampei (Ferr.) (Coleoptera: Scolitidae) merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan yang ditimbulkannya berupa buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil.Kehilangan hasil oleh hama PBKo dapat mencapai lebih dari 50% apabila serangannya tinggi dan tidak dilakukan tindakan pengendalian secara tepat.tepat. Tingkat serangan sebesar 20% dapat mengakibatkan penurunan produksi sekitar 10% (Ramlan dkk,2010).

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah:1.Praktikan dapat mengetahui hama-hama yang menyerang pada tanaman kopi serta teknik pengendaliannya.2.Praktikan dapat menghitung tingkat serangan dari Hypothenemus hampei terhada tanaman kopi yang diamati.3.Praktikan dapat mendeeskripsikan tentang hama Hypothenemus hampei serta gejala kerusakan pada tanaman kopi yang diamati.

II. PROSEDUR PRAKTIKUM

A. Alat dan BahanAdapun alat-alat dan bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini terdiri dari alat tulis,kalkulator,plastik,dan tanaman kopi yang diamati.

B. Langkah KerjaAdapun langkah-langkah kerja dalam praktikum ini adalah pertama tama tiap kelompok dibagi dalam beberapa pohon yang akan diamati,lalu tiap-tiap anggota kelompok mengamati tanaman kopi yang terserang oleh hama Hypothenemus hampei.Praktikan mengamati buah kopi yang terserang tiap sudut tanaman yaitu dari bagian utara,barat,timur,salatan,serta barat daya.Setelah diamati,dihitung buah kopi yang terserang hama Hypothenemus hampei serta jumlah keseluruhan tanaman kopi yang ada.Terakhir setelah dihitung,ditentukan tingkat serangan pada tanaman kopi oleh hama Hypothenemus hampei.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

1.Tabel tingkat serangan hama Hypothenemus hampei pada tanaman kopi yang diamatiNoArah yang diamatiJumlah buah yang terserangJumlah buahPersentase serangan

1.Timur2 buah7 buah 28,5%

2. Selatan5 buah9 buah55%

3.Barat6 buah13 buah46%

4.Barat daya4 buah11 buah36%

5.Utara1 buah6 buah16%

Perhitungan:Persentase rata-rata tanaman kopi yang terserang oleh hama Hypothenemus hampei adalah:28,5%+55%+46%+36%+16%-------------------------------------= 36,3 %5

Jadi persentase rata rata tanaman kopi yang terserang oleh hama Hypothenemus hampei yang diamati di lapangan sebesar 36,3%.

B. Pembahasan

Pada pengamatan yang telah dilakukan terhadap tanaman kopi yang diduga terserang oleh hama Hypothenemus hampei,bahwa tanaman kopi tersebut mengalami persentase kerusakan sebesar 36,3 %. Hypothenemus hampei Kingdom : AnimaliaPhylum: Arthropoda Class: Insecta, Order: Coleoptera, Family: Curculionidae, Genus: Hypothenemus, Species: H. Hampei.Merupakan salah satu penyebab utama penurunan produksi dan mutu kopi Indonesia, bahkan di seluruh negara penghasil kopi. Kerusakan yang ditimbulkannya berupa buah menjadi tidak berkembang, berubah warna menjadi kuning kemerahan, dan akhirnya gugur mengakibatkan penurunan jumlah dan mutu hasil. Kumbang betina menggerek ke dalam biji kopi dan bertelur sekitar 30-50 butir. Telur menetas menjadi larva yang menggerek biji kopi. Larva menjadi kepompong di dalam biji. Dewasa (kumbang) keluar dari kepompong. Jantan dan betina kawin di dalam buah kopi, kemudian sebagian betina terbang ke buah lain untuk masuk, lalu bertelur lagi. Jantan tidak bisa terbang sehingga tetap di dalam buah tempat lahirnya sepanjang hidup.PBKo sangat merugikan, karena mampu merusak biji kopi dan sering mencapai populasi yang tinggi. Pada umumnya, hanya kumbang betina yang sudah kawin yang akan menggerek buah kopi; biasanya masuk buah dengan buat lubang kecil dari ujungnya. Kumbang betina menyerang buah kopi yang sedang terbentuk, dari 8 minggu setelah berbunga sampai waktu panen. Buah yang sudah tua paling disukai.Serangga hama PBKo mengalami 4 tahap perkembangan, yaitu telur, ulat (larva), kepompong (pupa) dan dewasa (imago) yang memerlukan waktu selama 25-35hari.

1.Telur

Seekor betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 37 butir. Stadia telur selama 5-9 hari. Telur diletakkan di dalam biji kopi, menetas dan berkembang di dalamnya sampai buah kopi matang, baik yang masih di pohon maupun yang gugur di tanah. Serangga betina dewasa yang siap bertelur, aktif pada sore hari antara pukul 16.00-18.00 dan dapat terbang sejauh 350 m. Serangga jantan tinggal dalam biji kopi karena tidak dapat terbang.

2.Larva

Telur yang telah menetas akan menjadi larva berwarna putih dengan stadia larva selama 10-21 hari. Larva mengalami fase istirahat (pre pupa) selama 2 hari sebelumberpupa.

3.PupaStadia pupa berlangsung selama 4-6 hari tetapi ada kalanya sampai 8 hari.4.Imago

Serangga hama PBKo berwarna hitam coklat atau hitam mengkilap, dengan ukuran panjang 1,2-1,7 mm dan lebar 0,6-0,7 mm. Serangga dewasa betina dapat hidup selama 156-282 hari, sedangkan serangga jantan selama 103 hari. Serangga betina selanjutnya membuat lubang pada ujung buah (discus) untuk meletakkan telurnya di dalam biji kopi.

Gejala Serangan

Pada ujung buah yang terserang terdapat lubang gerekan. Warna buah berubah dari hijau menjadi kuning kemerahan, tampak seperti masak dan terasa hampa bila ditekan/dipencet. Biji kopi yang terserang tampak berlubang-lubang sehingga produksi dan mutunya menurun.

Penggunaan Hypotan untuk Pengendalian Hama PBKo

Pengendalian hama PBKo yang efektif dapat dilakukan dengan menerapkan sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) terutama dengan menggunakan perangkap serangga (hama penggerek buah kopi) yang lebih dikenal dengan nama Brocap Trap. Alat ini menggunakan dan dilengkapi dengan senyawa Hypotan yang diproduksi oleh Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Puslit Koka). Hasil aplikasi di lapangan menunjukkan keragaan yang sangat baik, efektif, efisien dan ramah lingkungan. Menurut Wiryadiputra (peneliti di Puslit Koka), pemakaian Brocap Trap dapat menjebak sekitar 1000 ekor serangga per minggu. Senyawa tersebut telah dikemas dalam bentuk saset dengan volume per saset 10 ml untuk digunakan selama minimal 2 (dua) minggu. Produk senyawa penarik ini dapat diperoleh di Puslit Koka Indonesia dengan harga Rp 5.000,00 per saset. Penggunaan senyawa Hypotan di lapangan untuk tujuan pengendalian hama PBKo maupun untuk monitoring tingkat serangan PBKo cukup mudah dilakukan oleh petani. Pemasangan senyawa penarik Hypotan adalah sebagaimana terlihat pada gambar 1 dengan tahapan sebagai berikut :

a. Hypotan yang dikemas dalam bentuk saset dengan volume 10 ml, digantungkan ke dalam botol air minum mineral volume 1500 ml yang didesain untuk perangkap.

b. Botol perangkap dibuat dengan melubangi bagian dinding botol dengan ukuran 4,5 cm x 6,0 cm sebanyak 2 (dua) lubang yang saling berhadapan.

c. Pada bagian dasar botol diisikan larutan deterjen dengan ketinggian sekitar 1,0 cm untuk menampung serangga PBKo yang tertangkap.

d. Sebelum perangkap dipasang di lapangan, pada kemasan senyawa Hypotan bagian atas harus dibuat lubang menggunakan jarum (diameter 1,0 mm) sebanyak 3 (tiga) buah lubang, agar senyawa Hypotan menguap keluar dan tercium oleh serangga PBKo dewasa. Serangga PBKo dewasa yang mencium uap senyawa Hypotan akan tertarik mencari sumber senyawa dengan mendatangi perangkap.

e. Perangkap dipasang di antara pohon kopi dengan ketinggian sekitar 1,60 m di atas permukaan tanah. Pemasangan perangkap disarankan setelah masa panen besar pada saat tidak ada buah di lapangan serta disarankan minimal selama 4 (empat) bulan secara terus menerus. Kepadatan perangkap per hektar disarankan 20-40 perangkap atau sekitar 1600 populasi pohon kopi, dengan pola pemasangan secara merata. Pada lahan datar jarak antarperangkap sekitar 20 m.

Hypotan telah digunakan untuk pengendalian hama PBKo pada perkebunan kopi di Lampung, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Aceh, Papua, dan NTT. Hasil ujicoba aplikasi Hypotan di Lampung menunjukkan bahwa pemasangan perangkap yang hanya 2 (dua) bulan ternyata telah mampu menekan tingkat serangan hama PBKo dari 15,6% menjadi 6,3% dan populasi serangga PBKo dari 57 ekor per cabang menjadi 20 ekor (Puslit Koka, 2009).

Perangkap dengan senyawa penarik Hypotan, dapat menarik serangga secara selektif yaitu hanya menarik serangga penggerek buah kopi dewasa, sehingga aman bagi musuh alami serangga lain maupun serangga PBKo itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah serangga PBKo yang tertangkap porsinya lebih dari 95%, sedang sisanya merupakan serangga hama lainnya dan serangga netral serta sebagian kecil jenis predator dan parasitoid. Serangga hama lain yang juga tertangkap adalah hama penggerek ranting kopi (Xylosandrus sp.). Hal ini diduga karena serangga ini memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan hama penggerek buah kopi, yaitu masih dalam famili yang sama (Scolytidae).

Menurut Wiryadiputra (2010), dengan metode pengendalian secara kultur teknis dan sanitasi kebun, serangan hama PBKo dapat menurun dari 45% menjadi 0.5 - 3%. Keberhasilan penggunaan perangkap Hypotan untuk pengendalian hama PBKo perlu dipadukan dengan upaya pengendalian lainnya seperti sanitasi kebun, kultur teknis dan pemanfaatan agen pengendali hayati Beauveria bassiana.

1. Sanitasi Kebun

Memangkas semua cabang dan ranting yang tua/kering atau yang tidak produktif dan mengumpulkan sisa-sisa tanaman kemudian dijadikan bahan pembuatan pupuk organik (kompos) serta melakukan penyiangan gulma.

2. Kultur Teknis

a. Petik Bubuk

Memetik semua buah yang berlubang yang dilakukan 15-30 hari menjelang panen raya. Seluruh buah yang terserang dikumpulkan kemudian disiram dengan air panas untuk membunuh serangga hama PBKo.

b. Rampasan Buah

Pada akhir panen raya, semua buah kopi yang tersisa pada ranting dipetik.

c. Lelesan

Semua buah yang jatuh ke tanah dikumpulkan dan dijadikan bahan baku pembuatan pupuk (kompos).

d. Pemupukan

Memupuk tanaman dengan pupuk yang seimbang menggunakan jenis dan dosis sesuai anjuran untuk mempercepat pemulihan tanaman.

e. Pengaturan Pohon Pelindung

Memangkas pohon pelindung yang terlalu rimbun untuk memperbaiki temperatur dan kelembaban atau kondisi agroklimat.

3. Biologis (Agen Pengendali Hayati)

Aplikasi jamur Beauveria bassiana dilakukan pada saat buah masih muda. Kebutuhan untuk 1 Ha kebun kopi yaitu 2,5 kg media biakan jamur B. bassiana selama 3x aplikasi per musim panen. Penyemprotan dilakukan pada sore hari dengan arah semprotan dari bawah daun.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah:1.Penurunan produksi kopi paling besar disebabkan oleh serangan hama Hypothenemus hampei.2.Perlu pengendalain secara terpadu untuk mengurangi dampak kerusakan yang ditimbulkan oleh hama Hypothenemus hampei.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. 1992. Bioekologi, serangan, dan pengendalian hama pemakan daun kedelai, pp. 81-116. Risalah Lokakarya Pengendalian Hama Terpadu TanamanKedelai. Malang

Hermanto,A.2012. Gejala Dan Kerusakan Akibat Serangan Hama.Jurusan Ilmu Hama Dan Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas pertanian Universitas Brawijaya.Malang

Ramlan,Dkk.2010. Kajian Teknologi Pengolahan Hama Kopi ArabikaRamah Lingkungan

Siswandi,Ir,MP. 2006. Budidaya Tanaman Palawija.PT Citra Aji Parama.Yogyakarta

Wulandari,W.2012. Hubungan Faktor Fisik Tanaman dengan Perkembangan Hama dan Preferensinya pada Tanaman Inang. Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.Malang

Wiryadiputra, S.; S. Mawardi; R. Hulupi & A.B. Santoso. 1999. Pengendalian Nematoda Parasit Berwawasan Lingkungan Pada Perkebunan Kopi. Warta Puslitkoka. 15(1).104-116.