Upload
iqbala7x
View
148
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hama
Citation preview
LAPORAN
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PREFERENSI HAMA”
Oleh
Nama : Dwi Novia Sari
NIM : 125040201111279
Kelompok : Kamis, 11.00-12.45
Asisten : Kamella Endras P.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemenuhan kebutuhan pangan nasional baik beras maupun palawija perlu diimbangi
dengan penanganan pascapanen yang baik. Penyimpanan merupakan salah satu mata rantai
penanganan pascapanen yang sangat penting. Produk pertanian yang dihasilakan oleh petani
perlu disimpan dalam jangka waktu tertentu sebelum sampai pada konsumennya. Hal ini
berkaitan dengan ketersediaan bahan pangan yang melimpah pada saat musim panen,
sehingga menyebabkan sebagian besar bahan pangan harus disimpan untuk dapat digunakan
pada waktu tertentu saat masyarakat membutuhkan. Akan tetapi dalam penyimpanan sering
terjadi kehilangan atau penurunan bahan pangan yang disimpan, hal ini disebabkan oleh
adanya hama dalam pasca panen atau sering disebut hama gudang. Hama gudang merupakan
hama yang sering menyerang bahan-bahan makanan manusia yang sudah dalam
penyimpanan dan gejala yang ditimbulkan sangat merugikan. Walaupun hama gudang
(produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, karena ternyata
tidak sedikit pula Janis dan spesiesnya masing-masing memiliki sifat sendiri, klasifikasi atau
penggolongan hama yang menyerang produk dalam gudang untuk lebih mengenalnya dan
lebih mudah mempelajarinya telah dilakukan oleh para ahli taksonomi (Bargbinson, 2002).
Kehilangan hasil akibat hama pasca paen pada biji – bijian diperkirakan mencapai 10 – 37%.
Hama gudang mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama – hama yang
menyerang di lapangan, hal ini berkaitan dengan ruang likup hidupnya yang terbatas yang
tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula.
Serangga hama gudang menyerang bahan-bahan pangan tertentu yang sesuai dengan
kebutuhan. Selain komoditi yang berbeda serangga hama gudang juga mempunyai siklus
hidup yang berbeda, dalam hal ini yaitu waktu yang diperlukan untuk siklus hidupnya. Salah
satu ciri spesifik dari serangga hama gudang adalah mengalami metamorfosis yang
sempurna, yaitu dari telur, larva, pupa, dan imago.Hama – hama yang terdapat dalam gudang
tidak hanya menyerang produk yang baru dipanen saja melainkan juga produk industri hasil
pertanian. Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang terserang hama tidak hanya
terbatas pada produk biji – bijian melainkan juga produk berupa daun – daunan dan kayu –
kayuan. Kacang hijau merupakan salah satu komoditas kacang-kacangan yang rentan
terhadap serangan hama gudang. Hama gudang yang sering menyerang biji kacang hijau
adalah Callosobruchus macalatus. Hama ini tersebar di seluruh dunia terutama daerah tropis
dan subtropis. Hama ini bersifat polifag, namun imagonya lebih menyukai komoditas kacang
hijau. Hal ini dipengaruhi oleh kualitas benih yang sangat ditentukan oleh sifat fisik
(kekerasan tekstur, permukaan biji, ukuran, bentuk dan ketebalan kulit biji). oleh sebab itu
maka perlu penanganan masalah hama gudang untuk mengurangi penurunan produk hasil
pertanian yang berada dalam gudang karena serangan hama pasca panen.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum hama gudang adalah untuk mengetahui hubungan jenis pakan
terhadap tingkat preferensi hama Sitophilus oryzae dan Callosobruchus shinensis serta
mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tempat-tempat penyimpanan hasil-hasil
pertanian serta gejala serangannya.
1.3 Manfaat
Manfaat yang didapat dari hasil pengamatan adalah dapat mengetahui hubungan
antara jenis pakan terhadap tingkat preferensi hama Sitophilus oryzae dan Callosobruchus
shinensis.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Hama Gudang
Insect pest sware house is biological factors that can cause damage to food stuffs during
storage. Over lldamage resulting frominsectreaches5-10% offoodstored.
(Serangga hama gudang merupakana faktor biologis yang dapat menyebabkan kerusakan
bahan pangan selama penyimpanan. Secara keseluruhan kerusakan yang diakibatkan
serangga mencapai 5-10% dari bahan pangan yang disimpan)
(Morallo-Rejesus, 1978)
Storage pests, name lydisruptive orde structive pests in storage ware house.
(Hama Gudang adalah Hama yang mengganggu atau merusak di dalam gudang
penyimpanan).
(Manly, 1997)
Warehouse pest insects generally attack the place of storage products (warehouse).
Warehouse pests potentially cause yield loss during storage products. Yield losses caused
by pests warehouse can reach 10-15% of the contents of the warehouse. Insect pests are
insect barn that had adapted well to the storage environment.
(Hama gudang pada umumnya serangga yang menyerang produk ditempat penyimpanan
(gudang). Hama gudang berpotensi menyebabkan kehilangan hasil selama produk dalam
penyimpanan. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh hama gudang dapat mencapai 10 –
15% dari isi gudang. Serangga hama gudang adalah serangga yang telah teradaptasi pada
lingkungan penyimpanan dengan baik).
(Wagianto, 1991)
2.2 Sitophilus oryzae
Gambar 1. Sitophilus oryzaeSumber: Anonymous (2014)
2.2.1 Morfologi
Kumbang muda dan dewasa berwarna cokelat agak kemerahan, setelah tua warnanya
berubah menjadi hitam. Terdapat 4 bercak berwarna kuningagak kemerahan pada sayap
bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan.
Panjang tubuh kumbang dewasa ± 3,5-5 mm, tergantung dari tempat hidup larvanya. Apabila
kumbang hidup pada jagung, ukuran rata-rata ± 4,5 mm, sedang pada beras hanya ± 3,5 mm.
larva kumbang tidak berkaki, berwarna putih atau jernih dan ketika bergerak akan
membentuk dirinya dalam keadaan agak membulat. Pupa kumbang ini tampak seperti
kumbang dewasa (Naynienay, 2008).
Kumbang betina dapat mencapai umur 3-5 bulan dan dapat menghasilkan telur
sampai 300-400 butir. Telur diletakkan pada tiap butir beras yang telah dilubangi terlebih
dahulu. Lubang gerekan biasanya dibut sedalam 1 mm dan telur yang dimasukkan ke dalam
lubang tersebut dengan bantuan moncongnya adalah telur yang berbentuk lonjong. Stadia
telur berlangsung selama ± 7 hari. Larva yng telah menetas akan langsung menggerek butiran
beras yang menjadi tempat hidupnya. Selama beberap waktu, larva akan tetap berada di
lubang gerekan, demikian pula imagonya juga akan berada di dalam lubang selama ± 5 hari.
Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang
pendeknya siklus hidup ham ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di
ruang simpan, dan jenis produk yang diserang (Naynienay, 2008).
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat
kosmopolit atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh
hama ini termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk
pepadian. Hama (Sitophilus oryzae) bersifat polifag, selain merusak butiranberas, juga
merusak simpanan jagung, padi, kacang tanah, gaplek, kopra, dan butiran lainnya. Akibat
dari serangan hama ini, butir beras menjadi berlubang kecil-kecil, tetapi karena ada beberapa
lubang pada satu butir, akan menjadikan butiran beras yang terserang menjadi mudah pecah
dan remuk seperti tepung. Kualitas beras akan rusak sama sekali akibat serangan hama ini
yang bercampur dengan air liur hama.
2.2.2 Daur Hidup
S.oryzae mengalami metamorfosis sempurna dengan perkembangan telur hingga
imago selama 35 hari di daerah tropis, dan 110 hari di daerah beriklim dingin. Lingkungan
paling sesuai bagi perkembangan gama ini adalah pada suhu 25-27o C dan kelembaban udara
70%. Rata-rata masa hindup imago 4-5 bulan, tetapi beberapa individu mampu hidup hingga
satu tahun.
Betina bertelur selama hidupnya dengan fekunditas total 300-400 butir, tetapi hanya ±
150 telur yang diletakkan dengan pucuk oviposisi pada kualitas beras dan suhu lingkungan
penyimpanan. Imago betina membuat lubang kecil pada permukaan beras. Bertelur di lubang
tersebut, dan menutupnya kembali dengan semacam zat lilin (eggplug) yang dikeluarkan dari
mulutnya.
Telur menetas 3-6 hari, larva tidak bertungkai (apoda), dan melalui empat instar
selama ±25 hari dan sebelumnya menjadi pupa. Pada suhu 18oC, stadia larva berlangsung
±98 hari. Setelah tujuh hari sebagai pupa, imago muncul dan hanya menyisakan selaput kulit
luar beras. Apabila menyerang gabah, imago keluar dengan membuat lubang pada
(Naynienay, 2008).
2.2.3 Cara pengendalian
1. Pengelolaan tanaman.
Serangan di lapang dapat terjadi jika tongkol terbuka. Pengelola tanaman untuk
meminimalkan serangan hama, terutama penggerek batang dan penggerek tongkol,
dapat mengurangi serangan kumbang bubuk di lapang. Tanaman yang kekeringan dan
dengan pemberian pupuk dengan takaran rendah mudah terinfeksi busuk tongkol,
sehingga mudah pula terserang hama kumbang bubuk. Panen yang tepat pada saat
jagung mencapai masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada ujung
biji bagian dalam dapat mengurangi serangan kumbang bubuk. Panen yang tertunda
dapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan.
2. Varietas tanaman
Penggunaan varietas yang mengandung asam fenolat tinggi dan asam amino
rendah dapat menekan perkembangan kumbang bubuk. Galur yang relatif tinggi
kandungan asam fenolat dan asam aminonya antara lain adalah ACROSS 8762, S99 TL
WQ (F/D), S99 TL YQ-A, dan TOMEGIUM. Varietas yang mempunyai penutupan
kelobot yang baik disukai oleh petani yang menyimpan jagungnya dalam bentuk
kelobot, karena dapat memperlambat serangan hama kumbang bubuk. Varietas tahan
masih dalam tahap penelitian dan perakitan di CIMMYT, Meksiko. Mekanisme
ketahanannya sudah diketahui, yaitu mempunyai kekerasan biji dan tingginya
kandungan asam ferulik atau asam fenolat.
3. Kebersihan dan pengelolaan gudang
Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi
pada saat gudang kosong. Oleh karena itu, pengendalian hama di dalam gudang
difokuskan pada kebersihan gudang. Higienis adalah aspek penting dalam strategi
pengendalian terpadu, yang bertujuan untuk mengeliminasi populasi serangga yang
dapat terbawa pada penyimpanan berikutnya. Taktik yang digunakan termasuk
membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi
dan membuang dari gudang. Karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus
dibuang. Semua struktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak di
mana serangga dapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida pada dinding
maupun plafon gudang. Semua kegiatan ini harus diselesaikan dua minggu sebelum
penyimpanan jagung.
4. Persiapan biji yang disimpan
Parameter penting yang dapat mempengaruhi kualitas biji, adalah kadar air biji.
Kadar air biji <12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Pada kadar air
8%, kumbang bubuk tidak dapat merusak biji. Populasi kumbang bubuk meningkat
pada kadar air biji 15% atau lebih.
5. Pengendalian secara fisik dan mekanis.
Lingkungan perlu dimanipulasi secara fisik agar tidak terjadi pertambahan
populasi serangga. Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C, perkembangan
serangga akan berhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang
bubuk. Sortasi dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji
sehat (utuh) termasuk cara untuk menekanm perkembangan serangga.
6. Bahan nabati.
Bahan nabati yang digunakan untuk melindungi biji di penyimpanan bervariasi,
bergantung pada daerah dan masyarakatnya serta ketersediaan tanaman dan metode
penyediaannya. Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis
spricigera, Lantana camara, daun Ageratum conyzoides, dan Chromolaena odorata,
akar Khaya senegelensis, Acorus calamus, bunga Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan
tepung biji Annona sp. dan Melia sp.
7. Pengendalian hayati.
Pengendalian dengan memanfaatkan musuh alami dimaksudkan untuk
menurunkan atau menekan populasi hama. Penggunaan agensi patogen dapat
mengendalikan kumbang bubuk. Aplikasi Beauveria bassiana pada konsentrasi 109
konidia/ml dengan takaran 20 ml/kg biji dapat membunuh 50% kumbang bubuk.
Penggunaan parasitoid Anisopteromalus calandrae (Howard) juga mampu menekan
perkembangan kumbang bubuk.
8. Fumigasi.
Fumigan merupakan senyawa kimia, yang dalam suhu dan tekanan tertentu
berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan. Fumigasi
dapat dilakukan pada tumpukan komoditas, kemudian ditutup rapat dengan lembaran
plastik. Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan sistem kedap udara, seperti
penyimpanan dalam silo dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara atau
pengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuh
kemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skala
kecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3) dan methyl
bromida (CH3Br).
(Borror et.al., 1996)
2.3 Callosobruchus macalatus
Gambar 2. Callosobruchus macalatusSumber: Anonymous (2014)
2.3.1 Morfologi
Callosobruchus chinensis merupakan hama primer pada biji kacang-kacangan
terutama kacang hijau. Serangga ini termasuk Ordo Coleoptera dan Family Bruchidae
serta kecenderunganmenyerang kacang hijau sesaat setelah di panen dan ketika pada
masa penyimpanan. C. chinensisadalah jenis serangga yang memiliki tubuh pendek namun
kuat dengan capit dan kepala mengecil serta bagian belakang (posterior) abdomen lebih
lebar. Satu ruas abdomen terakhir tampak terlihat (seluruh atau sebagian). Memiliki dua
bintik putih pada batas panta dan sebuah noda hitam yang mencolok pada masing-masing
penutupsayap. Kumbang jantan memiliki antena bergerigi.Serangga ini banyak ditemukan
di wilayah tropis dan subtropis. Tiap matanya berbentuk lebar dengan punggung yang
membesar dari pada bagian dasar antena. Panjangnya sekitar 1,6-5,7 mm.
2.3.2 Daur Hidup
Siklus Hidup Callosobruchus chinensis (L.) Induk C. chinensis mempunyai
peranan penting dalam pemilihan inang untuk meletakkan telurnya (Avidov et al. 1965).
Telur C. chinensis berbentuk lonjong dan berwarna keputihan. Kumbang betina dapat
memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada permukaan biji yang disimpan
dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-30,7°C dengan kelembaban nisbi
67,5-82,6%. Masa larva berlangsung sekitar 14 hari dan masa kepompong 4-6 hari
(Kartasaputra, 1987). Siklus hidup serangga ini adalah 25-35 hari, umur imago betina
1-2 minggu (imago tidak makan). Kondisi optimum serangga ini adalah pada suhu 32 oC
dan RH 90%. Telur diletakan di permukaan biji, satu telur per biji. Larva dan pupa
hidup di dalam biji sehingga cepat merusak kacang hijau
Kerusakan yang diakibatkan Callosobruchus chinensis (L.) Menurut Kartasaputra
(1987), C. chinensis mulai menyerang biji sejak di lapangan sampai tempat
penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%. Serangga ini
menetap di dalam biji serta merusak kacang hijau makanan manusia dan bijiyang telah
dirusak tidak bisa ditanam kembali. Kondisi biji yang diserang oleh serangga ini, awalnya
memiliki bintik-bintik dan selanjutnya biji tersebut terlihat berlubang.
Gambar 3. Callosobruchus macalatusSumber: Anonymous (2014)
2.3.3 Cara Pengendalian
Pengendalian hama ini yakni melalui pengaturan suhu, kelembaban dalam tempat
penyimpanan untuk menciptakan lingkungan yang tidak sesuai bagi perkembangan serangga,
membangun tempat penyimpanan berbahan dasar pasir, tanah liat dankayu jati untuk
melindungi biji-bijian sesuai skala penyimpanan, tambahkan bahan dari tumbuhan seperti
bibit neem, daun neem, dan minyak neem karena mengandung senyawa kimia penolak hama
dalamsimpanan. Pemanfaatan patogen hama gudang misalnya bakteri Bacillus thuringiensis
dengan aplikasi secara langsung pada komoditas simpanan atau aplikasi dengan cara
disebarkan pada perangkap. pemanfaatan musuh alami (predator dan parasitoid) pada
tempatpenyimpanan, dan penggunaan genotipe tahan terhadap serangan hama pasca panen
(Wagianto, A.G. 1991).
BAB IIIMETODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih dilaksanakan pada hari Kamis, 24 April 2014
jam 11.00 – 12.14 WIB di laboratorium gedung HPT Fakultas Pertanian Universitas
Brawijaya Malang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1. Timbangan : untuk menimbang bahan praktikum
2. Cawan petri : untuk tempat meletakan bahan ketika ditimbang
3. Gelas Aqua : untuk tempat beras dan hama ketika disimpan untuk dilakukan
pengamatan
3.2.2 Bahan
1. Beras Raskin 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan
2. Beras IR64 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan
3. Beras Pandan Wangi 2000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan
4. Kacang Hijau 4000 butir : sebagai bahan perbandingan perlakuan
5. Karet gelang : untuk melekatkan kain penutup pada gelas aqua
6. Kain : untuk menutup gelas aqua agar hama tidak hilang
7. Kertas label : untuk menandai berbagai jenis perlakuan
8. Hama beras Sitophilus oryzae : sebagai bahan pengamatan hama gudang
penyerang
beras
9. Hama kacang hijau Callosobruchus macalatus : sebagai bahan pengamatan hama
gudang penyerang kacang hijau
Hitung tiap varietas beras sebanyak 2000 Butir
Hitung kacang hijau masing-masing 2000 butir untuk 2 perlakuan
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Cara kerja perlakuan beras
3.3.2 Cara kerja perlakuan kacang hijau
Ditimbang dan dicatat
Beras dimasukkan ke gelas aqua
Ditutup dengan kain dan diberi label
Dimasukkan Sitophilus oryzae masing-masing
20 ekor
Diamati selama 4 minggu
Ditimbang dan dicatat
Masing-masing kacang hijau 1 dan 2 dimasukkan ke dalam aqua
Ditutup dengan kain dan diberi label
Dimasukkan Callosobruchus macalatus masing-masing 20 ekor untuk
kacang hijau 1 dan 10 ekor untuk kacang hijau 2
20 ekor
3.4 Analisa Perlakuan
3.4.1 Analisa Perlakuan Pengamatan Beras
Pada praktikum preferensi hama Sitophilus oryzae dengan menggunakan tiga
jenis beras yang berbeda yaitu: beras Pandan Wangi, IR64 dan beras Raskin. Langkah
pertama yang dilakukan mengambil 2000 butir beras untuk tiap jenis beras , kemudian
timbang berat awal. Masukkan tiap jenis beras kedalam 3 gelas aqua. Selanjutnya
Memasukkan 20 Sithophilus otyzae pada tiap gelas aqua. Menutup gelas aqua dengan
menggunakan kain kasa, hal ini dilakukan agar kutu beras tersebut tidak keluar dan masih
bisa bernapas didalam gelas aqua, dan ikat dengan karet gelang. Setelah selesai
melakukan pengamatan hingga 21 hari. Langkah terakhir yang dilakukan yaitu timbang
berat akhir pada tiap masing-masing jenis beras.
3.4.2 Pengamatan Kacang Hijau
Pada praktikum preferensi hama Callosobruchus chinensis dengan menggunakan
biji kacang hijau. Langkah pertama yang dilakukan mengambil 2000 butir Kacang Hijau
kemudian Masukkan kedalam 2 gelas aqua dan timbang berat awal. Selanjutnya
Memasukkan 10 dan 20 Callosobruchus chinensis pada tiap gelas aqua. Menutup gelas
aqua dengan menggunakan kain kasa, hal ini dilakukan agar kutu beras tersebut tidak
keluar dan masing bisa bernapas didalam gelas aqua, dan ikat dengan karet gelang.
Setelah selesai melakukan pengamatan hingga 21 hari. Langkah terakhir yang dilakukan
yaitu timbang berat akhir pada tiap masing-masing Kacang Hijau.
Diamati selama 4 minggu
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1.1 Hasil Pengamatan Pada Beras
Varietas Berat Beras
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS
Beras IR 64 40,8 g 41,26 g 40,75 g 40,17 g 39,85 g
Beras jatah 40 g 40,7 40,35 39,94 39,63
Beras pandan wangi
36 g 37,6 37,16 36,72 36,33
Varietas Jumlah Hama
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS
Beras IR 6420
H = 19,
M = 1
H = 16,
M = 3
H = 15,
M = 1
H= 13,
M = 2
Beras jatah20
H = 20,
M = 0
H = 13,
M = 7
H = 10,
M = 3
H = 10,
M = 0
Beras pandan wangi 20
H = 21,
M = 0
H = 17,
M = 4
H = 15,
M = 2
H = 9,
M = 6
Ket : H = Hidup
M = Mati
4.1.1.2 Hasil Pengamatan Pada Kacang Hijau
Sampel
Berat kacang hijau
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS
10 hama (A) 129,8 g 129, 34 g 127,49 g 127,28 g 127,03 g
20 Hama (B) 130,7 g 128,34 g 127,94 g 127,89 g 128,01 g
Sampel Jumlah hama
7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS
10 hama (A) H =2,
M = 8
H = 0,
M = 0
H = 1,
M = 0
H = 17,
M = 0
20 Hama (B) H = 0,
M = 0
H = 0,
M = 0
H = 0,
M = 0
H = 61,
M = 0
Ket : H = Hidup
M = Mati
4.1.2 Grafik
4.1.2.1 grafik Hasil Pengamatan Mingguan Berat
4.1.2.2 Grafik Hasil Pengamatan Mingguan Jumlah Hama
4.2 Pembahasan Praktikum
4.2.1 Pembahasan pada beras
Pada praktikum preferensi hama ini menggunakan 3 bahan jenis beras sebagai
perbandingan perlakuan. Bahan yang digunakan yaitu beras IR64, beras pandan wangi
dan beras raskin yang diperoleh hasil berat beras dan juga jumlah hama pada beras
mengalami fluktuasi, baik pada beras IR-64, beras raskin maupun pandan wangi. Berat
beras dapat mengalami fluktuasi karena jumlah hama yang ada juga mengalami
fluktuasi.
Menurut bahwa tingkat kekerasan kulit, kadar air biji, warna, tekstur biji (ada
tidaknya bulu) dan komposisi senyawa yang dikandungnya sangat berpengaruh terhadap
kecenderungan serangga hama Sitophilus oryzaes dalam memilih sumber makanan.
Hasil – hasil penelitian mencatat bahwa varietas yang berbulu keras dan kadar tanin
yang tinggi, mengalami kerusakan dengan tingkat skor kerusakan rendah, sebaliknya,
kulit yang lunak dengan kadar tanin yang rendah, skor kerusakannya nampak tinggi.
Fenomena ini menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan antara kondisi fisikokimiawi
suatu biji terhadap tingkat kerusakan.
Dari hasil pengamatan selama 24 hari didapatkan hasil yaitu hasil berat awal beras
IR.64 yaitu 40,8 gram dan mengalami penyusutan pada berat akhir yaitu 39,85 gram.
Pada beras jatah didapatkan hasil berat awal 40 gram dan mengalami penyusutan pada
berat akhir yaitu 39,63 gram. Sedangkan pada beras pandan wangi diperoleh berat awal
36 gram dan berat akhir 36,33 gram.
Pada hasil pengamatan jumlah hama pada ketiga jenis beras yang berbeda
didapatkan hasil pada beras varietas IR.64 jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan
setelah 24 hari diperoleh hama hidup sebanyak 13 imago dan yang mati sebanyak 2
imago. Sedangkan pada beras jatah jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan setelah
24 hari diperoleh hama hidup 10 imago dan tidak ada yang mati. Sedangkan pada beras
pandan wangi didapatkan hasil jumlah hama pada awal yaitu 20 hama, dan setelah 24
hari diperoleh hama hidup sebanyak 9 dan yang mati sebanyak 6 imago.
Dari hasil pengamatan berat beras maupun hama beras mengalami penurunan
berat maupun jumlah hama. Pada beras varietas pandan wangi menagalami penurunan
paling banyak, kemudian beras IR.64 dan yang terakhir beras jatah raskin. Sedangkan
pada pengamatan hama beras, hama paling banyak terdapat pada IR.64 kemudian raskin
dan yang terakhir adalah pandan wangi. Dapat disimpulkan bahwa penurunan berat
beras paling banyak adalah pada pandan wangi. Sedangkan jumlah hama paling banyak
adalah pada IR64. Kedua jenis beras ini memiliki kualitas yang sangat bagus, sehingga
hama menyukai kdua beras tersebut. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor seperti penyebaran dan kelimpahan hama pada varietas pandan wangi yaitu
tergantung kesesuaian lingkungan dan makanan.
Menurut Yayuk (1990) bahwa hama Sitophilus oryzae lebih menyukai beras
pandan wangi. Makanan dan kandungan dalam makanan sangat mempengaruhi
preferensi hama. Dan menurut Yasin (2009) Faktor lain yang mempengaruhi yaitu: a)
kurangnya kandungan unsur yang diperlukan serangga, b) rendahnya kadar air bahan, c)
permukaan terlalu keras, bentuk material bahan yang kurang disenangi, misalnya beras
lebih disenangi dari pada gabah.
4.2.2 Pembahasn pada kacang hijau
Pada praktikum kali ini menggunakan perbedaan perlakuan perbedaan jumlah
hama. Hama yang di jadikan sampel adalah 10 dan 20. Dari hasil pengamatan pada berat
kacang hijau selama 24 hari didapatkan hasil berat awal kacang hijau (A) yaitu 129,8
gram dan setelah 24 hari menjadi 127,03gram. Sedangkan pada Kacang Hijau (B)
didapatkan hasil berat awal yaitu 130,7 gram, dan setelah 24 hari menjadi 128,01 gram.
Pada hasil pengamtan jumlah hama pada Kacang Hijau (A) dan (B) didapatkan
hasil pada Kacang Hijau (A) jumlah hama pada awal yaitu 10 imago dan setelah 24 hari
menjadi 17 hama yang hidup dan tidak terdapat hama mati. Sedangkan Kacang Hijau
(B) jumlah hama pada awal yaitu 20 imago dan setelah 24 hari menjadi 61 hama yang
hidup dan tidak terdapat hama mati.
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa pada kacang hijau A
maupun B dengan jumlah 10 dan 20, antara berat kacang hijau tersebut dengan jumlah
hama berbanding lurus. Hal ini sesuai dengan pendapat Talekar & Lin (1992) dalam
Lestari Ujianti et.al., (2011) menyatakan bahwa hama kacang hijau dapat menyerang
baik sebelum dan sesudah panen, dan jika biji yang terserang tersebut disimpan, hama
tersebut akan tumbuh dan berkembang serta meletakkan telur pada biji lainnya.
Serangan pada saat penyimpanan ini dapat mengakibatkan kerusakan biji secara total
hanya dalam waktu 3 bulan.
Menurut Kartasaputra (1987), hama mulai menyerang biji sejak di lapang sampai
tempat penyimpanan. Kehilangan hasil akibat infestasi C. chinensis mencapai 70%.
Kumbang betina dapat memproduksi telur hingga 150 butir. Telur ditempatkan pada
permukaan biji yang disimpan dan umumnya menetas setelah 3-4 hari pada suhu 24,4-
30,7°C dengan kelembapan nisbi 67,5-82,6%.
4.3 Pembahasan Soal
1. Dari grafik pengamatan saudara, apakah ada penambahan populasi Sitophilus oryzae pada
ketiga jenis beras? Mengapa demikian? Apakah variable tersebut sudah menunjukkan
bahwa varietas tertentu yang disukai oleh Sitophilus oryzae?
Varietas Jumlah Hama
Awal 7 HAS 14 HAS 21 HAS 24 HAS
Beras IR 6420
H = 19,
M = 1
H = 16,
M = 3
H = 15,
M = 1
H= 13,
M = 2
Beras jatah 20 H = 20, H = 13, H = 10, H = 10,
M = 0 M = 7
M = 3
M = 0
Beras pandan wangi 20
H = 21,
M = 0
H = 17,
M = 4
H = 15,
M = 2
H = 9,
M = 6
Penambahan Sitophilus oryzae terdapat pada ketiga jenis beras. Kenaikan
populasi tertinggi pada beras IR64. Hal ini menunjukkan bahwa beras IR64 lebih disukai
hama yang ditunjukkan dengan penamabahan populasi paling banyak. Hal ini sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Yayuk (1990) bahwa makanan dan kandungan
dalam makanan sangat mempengaruhi preferensi hama. Sementara itu kita tahu bahwa
beras Pandanwangi dan IR 64 memiliki kualitas yang jauh lebih baik jika dibandingkan
dengan raskin, tetapi justru menunjukkan kondisi yang berbeda.
Penambahan populasi hama ini menunjukkan bahwa pada beras Pandan Wangi
lebih disukai oleh hama.
2. Dari ketiga jenis beras, manakah yang memiliki kualitas bagus, sehingga disukai oleh
Sitophilus oryzae? Apakah kualitas pada beras mempengaruhi preferensi Sitophilus
oryzae? Jelaskan Alasannya? Bagaimana kualitas (kondisi) ketiga jenis beras setelah
akhir pengamatan?
Jawab :
Berdasarkan data jumlah hama dan kualitas beras, beras jenis pandan wangi
merupakan beras dengan kualitas yang bagus, karena hama dapat berkembang biak
yang menyebabkan penurunan bobot dari beras pandan wangi yang cukup banyak
dibanding lainnya. Kualitas beras juga pastinya berpengaruh teradap preferensi
Sitphilus oryzae , karena kesesuaian makanan erat kaitannya dengan dinamika
serangga memilih sumber makanan yang cocok untuk pertumbuhan populasinya atau
dalam proses perkembangbiakan keturunannya. Banyak kemungkinan lain yang bisa
terjadi, hal itu bergantung pada sudut pandang dan pengetahuan yang dimiliki serta
literatur yang menunjang. Kondisi beras pada akhir pengamatan tidak sebaik pada
awal pengamatan yakni terdapat beberapa biji yang berlubang dan terdapat beras yang
menjadi tepung.
3. Carilah jurnal yang berhubungan dengan soal materi ini. Sertakan print out jurnal
sebagai acuan dalam menjawab soal. Berilah tanda (garis bawah atau stabilo) pada
kata yang menjadi acuan untuk menjawab.
Jawab : dilampiran
4. Ambil 5-10 sample dari masing-masing jenis beras da kacang hijau yang telah rusak,
dokumentasikan secara jelas gejala yang terdapat pada permukaan beras. gunakan
kamera dgn resolusi yang bagus untuk hasil dokumentasi yang jelas.
Jawab : dilampiran
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Sitophilus oryzae dikenal sebagai bubuk beras (rice weevil). Hama ini bersifat kosmopolit
atau tersebar luas di berbagai tempat di dunia. Kerusakan yang ditimbulkan oleh hama ini
termasuk berat, bahkan sering dianggap sebagai hama paling merugikan produk pepadian.
Callosobruchus chinensis merupakan hama primer pada biji kacang-kacangan terutama
kacang hijau. Serangga ini termasuk Ordo Coleoptera dan Family Bruchidae serta
kecenderunganmenyerang kacang hijau sesaat setelah di panen dan ketika pada masa
penyimpanan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa penurunan berat beras paling banyak adalah
pada pandan wangi. Sedangkan jumlah hama paling banyak adalah pada IR64. Kedua jenis
beras ini memiliki kualitas yang sangat bagus, sehingga hama menyukai kdua beras tersebut.
Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyebaran dan kelimpahan
hama pada varietas pandan wangi yaitu tergantung kesesuaian lingkungan dan makanan.
Sedangkan dari hasil pengamatan pada kacang hijau A maupun B dengan jumlah perlakuan
hama 10 dan 20, antara berat kacang hijau dengan jumlah hama berbanding lurus.
5.2 Saran dan Kritik
Untuk asisten : lebih ontime lagi dan praktikum lebih dikondisikan lagi
Untuk praktikum : sebaiknya pengamatan saat praktikum didampingi oleh asisten
DAFTAR PUSTAKA
Avidov, A.S.W., Applebeam, and M.J. Boulinger. 1965. Physiologycal aspects of host specifity
the Bruchidae. II Ovipositional preference and behavior of C. chinensis (L.).
Borror, D.J., Triplehorn, C.A and N.F. Johnson. 1996. Pengenalan Pelajaran serangga. Edisi
VI. UGM Press, Yogyakarta. h. 586
Champ, B.R. dan C. E. Dyte. 1976. FAO Global Survey of Pesticide, Susceptibility of Stored
Grain Pest. FAO of United Nation, Rome.
Hadipranoto, D.S. 1984. Kualitas dan Aanalisis Kualitas Beras dan Gabah. BPTP BULOG
Tambun.
Husain, I. 1982. The susceptibility of milled rice and rough rice attack by Sitophilus oryzae (Lin)
and Sitophilus zeamais (Motsch). Bogor Indonesia.Biotrop.
Jones, F. G. W. dan M. G. Jones, 1974. Pest Field Crops. Edward Arnold, London. 448p
Kalshoven, L.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Rivised and translated by P.A. Vander
Laan with Assistance of G.L.H. Rothsid. PT. Ikhtiar Baru- Van Hoeven. Jakarta.
Kartasapoetra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta: PT RINKA CIPTA
Kartasaputra, A. G. 1987. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Bina Aksara. Jakarta.
Manly, B. F J. Randomization and Monte Carlo methods in biology. 1997. Chapman & Hall
New York.
Morallo rojesus, 1978. Stored Grains Pest Problems and research Needs in South east Asia.
SEARCA Profesional Lecture in Entomology. Juli 21, 1978
Naynienay, 2008. http://naynienay.wordpress.com/2008/01/28/tentang-hama- tumbuhan/. Di
akses pada tanggal 22 Mei 2014
Payne, G.A. 2003. Afltoxin in maize. Revplan. http://www. pesthouseinsect .com , diakses tanggal
19 Mei 2014
Pranata, R.I. 1982, Pengantar Biologi Hama Gudang. BIOTROP, Bogor.
Wagianto. A.G. 1991. Hama-hama Tanaman dalam Gudang. Jakarta: Bumi Aksara Ikhtiar
LAMPIRAN
Macam-macam Varietas yang digunakan pada praktikum Hama Gudang
Pandan Wangi IR 64 Raskin
Dokumentasi saat penimbangan beras