Upload
others
View
40
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM
PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR
SISWA KINESTHETIC STYLE PADA KONSEP HUKUM
NEWTON TENTANG GERAK
(Penelitian Quasi Experiment di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan
Tahun Ajaran 2018/2019)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ARINI HIDAYAH
NIM 11140163000030
PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M/1441 H
iv
ABSTRAK
ARINI HIDAYAH (11140163000030). Pengaruh Metode Eksperimen dalam
Pembelajaran Remedial terhadap Hasil Belajar Siswa Kinesthetic Style pada
Konsep Hukum Newton tentang Gerak. Skripsi Program Studi Tadris Fisika,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2019.
Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan siswa yang tidak mendapatkan
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tidak diberikannya
pengajaran kembali (remedial teaching) kepada siswa yang tidak tuntas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, peningkatan hasil belajar,
dan respon siswa kinesthetic style terhadap metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial. Penelitian dilaksanakan di SMAN 5 Kota Tangerang
Selatan dimulai 15 Februari-5 Maret 2019 dengan sampel 36 siswa kinesthetic
style yang dipilih secara purposive sampling dari 142 siswa kelas X MIPA.
Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol dengan jumlah yang sama. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi
experiment dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Hasil uji
hipotesis posttest dengan uji Man Whitney U pada diperoleh nilai sig.
(2- tailed) sebesar 0, 000 dengan kesimpulan diterima (terdapat pengaruh
metode eksperimen dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa
kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak). Peningkatan hasil
belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen sebesar 0,81 dengan
kategori tinggi. Hasil belajar kelompok eksperimen mengalami peningkatan
dengan kategori tinggi pada jenjang ranah kognitif C1 (0,87), C3 (0,79), dan C4
(0,71). Respon siswa kinesthetic style sangat baik (96%) terhadap penggunaan
metode eksperimen dalam pembelajaran remedial.
Kata kunci: Metode eksperimen; pembelajaran remedial; hasil belajar; kinesthetic
style; hukum Newton tentang gerak.
v
ABSTRACT
ARINI HIDAYAH (11140163000030), The Effect of Experimental Method in
Remedial Teaching of Kinesthetic Style Students Learning Outcomes on
Newton's Law Concepts of Motion. Thesis of Physics Tadris Program, Faculty
of Tarbiyah and Teachers Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic
University, Jakarta 2019.
The research is motivated by the problems of students who do not get learning
that fits their learning styles and do not give remedial teaching to students who
are not complete. This study aims to determine the effect, increasing in learning
outcomes, and kinesthetic style students responses of the use of the experimental
method in remedial teaching. The research was conducted at SMAN 5 Kota
Tangerang Selatan start from 15 February-5 March 2019 with a sample of 36
kinesthetic style students selected by purposive sampling from 142 students of
class X MIPA. Samples were divided into two groups, namely the experimental
group and the control group with the same number. The research method used
was quasi experiment with nonequivalent control group design. Results of the
posttest hypothesis test with the Man Whitney U test at α = 0.05 obtained the sig.
value (2- tailed) of 0,000 with conclusions was accepted (there are effect of the
experimental method in remedial teaching of kinesthetic style students learning
outcomes on Newton's Law Concepts of Motion). The increasing of kinesthetic
style students learning outcomes in the experimental group was 0.81 with the high
category. Learning outcomes of the experimental group has increased with a high
categories in cognitive domain C1 (0,87), C3 (0,79), and C4 (0,71). The kinesthetic
style students response was very good (96%) of the use of the experimental
method in remedial teaching.
Keywords: Experimental method; remedial teaching; learning outcomes;
kinesthetic style; Newton's Law of Motion.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial terhadap Hasil
Belajar Siswa Kinesthetic Style pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak”.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta kita selaku umatnya yang selalu
mengikuti ajarannya yang tak lain hanya untuk mendapatkan syafa’atnya.
Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus memberikan
bimbingan, do’a, semangat, serta bantuan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada:
1. Ibu Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Tadris
Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan,
memberikan saran dan kritik kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik.
5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
khususnya program studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu
pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.
6. Bapak Drs. H. Hamdari, M.Pd., selaku Plt. Kepala SMAN 5 Kota Tangerang
Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian.
7. Ibu Nofia Candrawati, M.Pd., dan Bapak Daryono, M.Pd., selaku guru bidang
studi fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan yang telah meluangkan
vii
waktunya menjadi narasumber penulis dalam studi pendahuluan dan telah
memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.
8. Dewan guru, staff, karyawan, dan seluruh siswa SMAN 5 Kota Tangerang
Selatan khusunya kelas X MIPA yang telah membantu penulis selama proses
penelitian.
9. Kedua orang tua yang dirahmati Allah, Ayahanda alm. H. Muhibbin, M.Pd.,
dan Ibu Titin Quroisyin yang selalu memberikan dukungan baik berupa
materi, moril, serta do’a yang tidak pernah terputus sehingga penulis tetap
semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Adik tercinta, Yuzka Al-Mala
yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis.
10. Suami tercinta, Muhammad Ali Sodikin S.Sy., S.Pd.I, yang selalu menemani
dan memberikan dukungan baik berupa materi, moril, serta do’a yang tidak
pernah terputus sehingga penulis tetap semangat dalam mengejar dan meraih
cita-cita.
11. Bapak dan ibu mertua, yang juga selalu memberikan dukungan dan do’a
yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh keluarga besar, yang telah mengingatkan, memberikan dukungan dan
do’a yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini.
13. Shahifa Wahyi Fuadyah dan Farikhatul Mukarramah, yang telah menjadi
tempat berbagi suka dan duka, selalu mengingatkan, menemani, memberikan
semangat, dukungan, dan bantuan dalam berbagai bentuk kepada penulis.
14. Sahabat-sahabatku, Suci Nur Hidayah, Wiwi Adawiyyah, dan Salwa Najiah,
yang telah menjadi tempat berbagi selama penyusunan skripsi, memberikan
semangat, dukungan, dan do’a kepada penulis.
15. Keluarga Tadris Fisika 2014 yang telah menjadi tempat berbagi selama
proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.
16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis selama pendidikan dan penelitian sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii
SURAT PERYATAAN KARYA SENDIRI ....................................................... iii
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
ABSTRACT ............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 7
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7
E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................... 11
A. Deskripsi Teoretik ...................................................................................... 11
1. Metode Pembelajaran Eksperimen ....................................................... 11
2. Pembelajaran Remedial ........................................................................ 16
3. Hasil Belajar ......................................................................................... 25
4. Gaya Belajar ......................................................................................... 29
5. Konsep Hukum Newton tentang Gerak ............................................... 34
x
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 44
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 49
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 52
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 52
B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 52
C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 53
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 57
E. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 57
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 58
G. Instrumen Penelitian................................................................................... 60
1. Instrumen Tes ....................................................................................... 60
2. Instrumen Non Tes ............................................................................... 72
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 75
1. Teknik Analisis Data Tes ..................................................................... 75
2. Teknik Analisis Data Non Tes ............................................................. 80
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 81
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 83
A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 83
1. Hasil Gaya Belajar Siswa ..................................................................... 83
2. Hasil Pretest (Kondisi Kemampuan Awal Siswa Sebelum
Perlakuan) ............................................................................................ 84
3. Hasil Posttest (Kondisi Kemampuan Akhir Siswa Setelah
Perlakuan) ............................................................................................ 85
4. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kinesthetic Style .......... 85
5. Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Siswa Kinesthetic Style ............... 87
6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 94
7. Peningkatan Ranah Kognitif C1, C2, C3, dan C4 .................................. 95
8. Hasil Analisis Angket Respon Siswa ................................................... 96
9. Hasil Uji Prasyarat ............................................................................. 100
xi
10. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 102
B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 103
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 117
A. Kesimpulan .............................................................................................. 117
B. Saran ......................................................................................................... 118
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 119
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak..................................... 35
Gambar 2. 2 Arah Vektor Gaya Berat pada Berbagai Bidang ............................... 37
Gambar 2. 3 Arah Vektor Gaya Normal pada Berbagai Bidang ............................ 38
Gambar 2. 4 Arah Gaya Tegangan Tali ................................................................. 40
Gambar 2. 5 Gerak Benda pada Bidang Datar ....................................................... 42
Gambar 2. 6 Gerak Benda pada Bidang Miring ..................................................... 42
Gambar 2. 7 Kerangka Berpikir ............................................................................. 50
Gambar 3. 1 Tahapan Prosedur Penelitian ............................................................. 56
Gambar 4. 1 Gaya Belajar dari 142 Siswa X MIPA SMAN 5 Kota Tangerang
Selatan ............................................................................................... 83
Gambar 4. 2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 84
Gambar 4. 3 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 85
Gambar 4. 4 Diagram Skor Rata-Rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 87
Gambar 4. 5 Diagram Rekapitulasi Persentase Kemampuan Ranah Kognitif Siswa
Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................. 89
Gambar 4. 6 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C1 Siswa
Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................. 90
Gambar 4. 7 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C2 Siswa
Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................. 91
Gambar 4. 8 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C3 Siswa
Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................. 92
Gambar 4. 9 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C4 Siswa
xiii
Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok
Kontrol .............................................................................................. 93
Gambar 4. 10 Diagram Hasil Rata-rata N-gain Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol .......................................................................... 95
Gambar 4. 11 Diagram Hasil Rata-Rata N-gain Ranah Kognitif C1, C2, C3,
dan C4 Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................. 96
Gambar 4. 12 Diagram Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Penggunaan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial
pada Kelompok Eksperimen ........................................................... 98
Gambar 4. 13 Diagram Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Penggunaan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Remedial
pada Kelompok Kontrol ................................................................ 100
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah
Katrol .................................................................................................... 43
Tabel 2. 2 Gerak dalam Lift ................................................................................... 44
Tabel 3. 1 Nonequivalent Control Group Design .................................................. 53
Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 58
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar .................................................. 61
Tabel 3. 4 Kategori Validitas ................................................................................. 65
Tabel 3. 5 Interpretasi Validitas ............................................................................. 66
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes ......................................... 66
Tabel 3. 7 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI) ........................................ 67
Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Isi ............................................................................ 68
Tabel 3. 9 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas ................................................ 68
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 69
Tabel 3. 11 Kategori Indeks Kesukaran ................................................................. 70
Tabel 3. 12 Hasil Uji Taraf Kesukaran .................................................................. 70
Tabel 3. 13 Klasifikasi Daya Pembeda .................................................................. 71
Tabel 3. 14 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 71
Tabel 3. 15 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .......................................................... 72
Tabel 3. 16 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Eksperimen ......... 73
Tabel 3. 17 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Kontrol ............... 74
Tabel 3. 18 Uji Validasi Instrumen Non Tes (Angket) .......................................... 74
Tabel 3. 19 Klasifikasi Nilai N-gain ...................................................................... 80
Tabel 3. 20 Konversi Skala Likert.......................................................................... 80
Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Skor .................................................................... 81
Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol ................................................................................ 86
Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Siswa Kinesthetic Style
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................... 87
Tabel 4. 3 Hasil Rata-Rata N-gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok
xv
Kontrol .................................................................................................. 94
Tabel 4. 4 Hasil Rata-Rata N-gain Jenjang Ranah Kognitif C1, C2, C3, dan C4
Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................... 95
Tabel 4. 5 Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap Penggunaan Metode
Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial pada Kelompok
Eksperimen ............................................................................................ 97
Tabel 4. 6 Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap Penggunaan Metode
Konvensional dalam Pembelajaran Remedial pada Kelompok
Kontrol .................................................................................................. 99
Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest Kelompok
Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................... 101
Tabel 4. 8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen
dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 102
Tabel 4. 9 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ............................................. 103
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
Lampiran A. 1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan .................... 128
Lampiran A. 2 Lembar Angket Siswa pada Studi Pendahuluan .......................... 133
Lampiran A. 3 RPP Kelompok Eksperimen ........................................................ 136
Lampiran A. 4 RPP Kelompok Kontrol ............................................................... 164
Lampiran A. 5 Instrumen Tes Evaluasi................................................................ 189
Lampiran A. 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok Eksperimen ................... 203
LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran B. 1 Instrumen Gaya Belajar VARK .................................................... 271
Lampiran B. 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ............................... 278
Lampiran B. 3 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian .............................................. 281
Lampiran B. 4 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ....................................... 301
Lampiran B. 5 Kisi-Kisi Instrumen Tes yang Digunakan.................................... 311
Lampiran B. 6 Instrumen Tes yang Digunakan ................................................... 314
Lampiran B. 7 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes Metode Eksperimen ...................... 325
Lampiran B. 8 Instrumen Non Tes Metode Eksperimen ..................................... 326
Lampiran B. 9 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes Metode Ceramah .......................... 331
Lampiran B. 10 Instrumen Non Tes Metode Ceramah ........................................ 332
Lampiran B. 11 Lembar Uji Validasi Instrumen Non Tes Metode
Eksperimen ................................................................................. 337
Lampiran B. 12 Lembar Uji Validasi Instrumen Non Tes Metode Ceramah ...... 338
Lampiran B. 13 Lembar Validasi Ahli Materi ..................................................... 339
Lampiran B. 14 Lembar Validasi Ahli Konstruk ................................................. 344
Lampiran B. 15 Lembar Validasi Ahli Bahasa .................................................... 349
LAMPIRAN C. ANALISIS HASIL PENELITIAN
Lampiran C. 1 Hasil Tes Gaya Belajar VARK ..................................................... 355
Lampiran C. 2 Hasil Pretest ................................................................................. 357
Lampiran C. 3 Hasil Posttest ............................................................................... 359
xvii
Lampiran C. 4 Hasil Olah Data Per Ranah Kognitif ............................................ 361
Lampiran C. 5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ................................. 369
Lampiran C. 6 Uji Normalitas Hasil Pretest ........................................................ 371
Lampiran C. 7 Uji Normalitas Hasil Posttest ...................................................... 375
Lampiran C. 8 Uji Homogenitas Hasil Pretest .................................................... 379
Lampiran C. 9 Uji Homogenitas Hasil Posttest ................................................... 380
Lampiran C. 10 Uji Hipotesis Hasil Pretest......................................................... 381
Lampiran C. 11 Uji Hipotesis Hasil Posttest ....................................................... 383
Lampiran C. 12 Uji N-Gain Hasil Belajar ........................................................... 385
Lampiran C. 13 Hasil Peningkatan Per Aspek Kognitif Bloom Revisi ............... 387
Lampiran C. 14 Data Hasil Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Metode Eksperimen ................................................................... 395
Lampiran C. 15 Data Hasil Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap
Metode Ceramah ........................................................................ 397
LAMPIRAN D. SURAT-SURAT PENELITIAN
Lampiran D. 1 Surat Izin Observasi ..................................................................... 400
Lampiran D. 2 Surat Keterangan Observasi ........................................................ 401
Lampiran D. 3 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 402
Lampiran D. 4 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 403
Lampiran D. 5 Uji Referensi ................................................................................ 404
Lampiran D. 6 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 426
Lampiran D. 7 Daftar Riwayat Hidup Peneliti..................................................... 430
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran fisika di Indonesia masih mengalami banyak permasalahan,
diantaranya rata-rata siswa tidak tertarik untuk mempelajari fisika dikarenakan
fisika merupakan mata pelajaran yang sulit.1,2
77,4% siswa mengatakan pelajaran
fisika itu sulit.3 Dilihat dari hasil Ujian Nasional, nilai rata-rata pada mata
pelajaran fisika se- SMA Negeri Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015 sampai
2017 ialah 73,07; 54,15; dan 51,15.4 Penurunan nilai rata-rata Ujian Nasional ini
memberikan gambaran bahwa pembelajaran fisika yang telah dilaksanakan belum
optimal. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satu nya
yang perlu mendapat perhatian adalah gaya belajar siswa.5,6,7
Selama ini guru
belum memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa.8,9
Padahal dalam
mencapai tujuan pembelajaran, setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-
beda.10,11
Sedangkan perlakuan yang diberikan oleh guru sama untuk semua
1 Benson Soong, Neil Mercer, dan Siew Shin Er, “Students’ Difficulties When Solving
Physics Problems: Results from an ICT-infused Revision Intervention”, Proceedings of the 17th
International Conference on Computers in Education, 2009, p. 361. 2 Fai’q Unaifah dan Nadi Suprapto, “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil
Belajar Siswa pada Materi Elastisitas Ditinjau dari Gaya Belajar (Learning Style)”, Jurnal Inovasi
Pendidikan Fisika (JIPF), Vol. 3 No. 2, 2014, h. 27. 3 Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474
Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Rekap Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat
Sekolah”, diakses dari https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/. 5 DesitaYurizki, A. Halim, dan Melvina, “Hubungan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial,
dan Kinestetik terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Lab School Unsyiah”, Prosiding Seminar
Nasional MIPA III, 2017, h. 243. 6 Abdul Halim, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar
Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol.
9, No. 2, 2012, h. 157. 7 Dewi Iriani dan Mutia Leni, “Identifikasi Gaya Belajar dan Pengaruhnya terhadap Hasil
Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMPN 2 Kerinci”, Prosiding Semirata
FMIPA Universitas Lampung, 2013, h. 109. 8 Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018. 9 Muhammad Reyza Arief Taqwa, Astalini, dan Darmaji, “Hubungan Gaya Belajar Visual,
Auditorial, dan Kinestetik dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Dinamika Rotasi dan
Kesetimbangan Benda Tegar Kelas IX IPA SMAN se-Kota Jambi”, Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains 5, h. 220. 10
Ibid.
2
siswa. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran
dan berdampak pada ketuntasan hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa masih
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka dapat dikatakan proses
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang berhasil karena siswa tersebut
belum tuntas dalam menguasai kompetensi sehingga harus mengikuti program
remedial sampai melampaui KKM yang telah ditentukan.12
Hasil belajar siswa pada konsep hukum Newton tentang gerak masih
rendah.13
Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa SMAN di Kota Tangerang
Selatan yang tidak mencapai KKM pada konsep hukum Newton tentang gerak
mencapai 68,5% (230 dari 336 siswa).14
70% nilai ulangan harian siswa kelas X
MIPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018 (88 dari 126
siswa) tidak mencapai KKM (KKM=75), artinya siswa tidak tuntas pada materi
tersebut.15
Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran fisika
disebabkan oleh: [1] metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai
dengan karakteristik gaya belajar siswa; [2] siswa kurang memahami materi/
konsep yang sedang dipelajari;16
[3] guru kurang interaktif dalam belajar
mengajar (31%); [4] guru jarang melakukan kegiatan praktikum (21,5%), dan
masih banyak lagi faktor yang lainnya.17
Beberapa guru masih menggunakan
metode ceramah dalam mengajar, padahal tidak semua anak memiliki gaya belajar
auditory.18
Akibatnya, banyak siswa yang tidak tuntas terutama siswa dengan
11
Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, “Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar
Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar”,
Journal of Saintek, Vol. 8, No. 1, 2016, h. 77-78. 12
Kunandar, “Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan
Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, Cet. Ke-4, 2015), h. 11. 13
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018. 14
Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474
Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 15
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Kota
Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018, 2018. 16
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018. 17
Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474
Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 18
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018.
3
dengan gaya belajar kinestetik (kinesthetic style), padahal siswa kinesthetic style
mengharapkan stimulus yang diberikan guru berupa: [1] siswa diminta melakukan
suatu kegiatan; [2] melakukan eksperimen dan melaporkan hasil eksperimennya;
[3] mempraktekkan teori secara langsung; [4] memberikan penjelasan ilmiah yang
masuk akal; [5] praktek, bukti langsung; [6] memberikan fakta atau contoh nyata
terkait materi yang sedang dipelajari.19
Namun pada kenyataannya, dalam
pembelajaran guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan, sentuhan, praktik,
atau pengalaman belajar siswa secara langsung melainkan siswa hanya duduk
diam mendengarkan penjelasan teori saja, sehingga membuatnya sulit memahami
informasi atau materi yang disampaikan oleh guru.
Kesulitan siswa pada konsep hukum Newton tentang gerak, diantaranya: [1]
memahami konsep gaya dan gerak, mereka terkesan hanya menghafal; [2]
menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda, terutama untuk
benda yang berada pada bidang yang tidak mendatar, misalnya bidang miring; [3]
memproyeksikan suatu gaya pada bidang x dan y; [4] menerapkan hukum II
Newton, biasanya siswa langsung memasukkan nilai F yang diketahui, tanpa
memperdulikan gaya F mana yang searah dengan percepatan karena seharusnya
hanya F yang searah sumbu x lah yang menghasilkan percepatan;20
[5]
menentukan besar dan arah percepatan benda yang bergerak; [6] memahami
hubungan antara percepatan dan gaya; dan [7] menganalisis dan memecahkan
soal-soal yang berhubungan dengan penerapan hukum Newton.21
Kesulitan siswa
kinesthetic style dalam memahami konsep hukum Newton tentang gerak ini
menyebabkan hasil belajar mereka pada konsep tersebut tidak tuntas, sehingga
mereka diharuskan mengikuti program remedial untuk diberikan pengajaran
19
Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, “Science Education
Adaptive Learning System as A Computer- Based Science Learning with Learning Style
Variations”, Journal of Baltic Science Education, Vol. 17, No. 4, 2018, p. 715. 20
Duden Saepuzamn, Achmad Samsudin, Asep Dedi Sutrisno, Ida Kaniawati, dan Yusnim,
“Diagnosis Kesulitan-Kesulitan Siswa dalam Konsep Gerak dan Gaya”, Prosiding Seminar
Kontribusi Fisika 2014 (SKF 2014), 2014, h. 84-85. 21
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018.
4
ulang. Akan tetapi, 55,1% guru hanya melakukan tes ulang (remedial test).22
Guru
tidak memberikan perlakuan (treatment) khusus bagi siswa yang tidak tuntas. Hal
ini bertolak belakang dengan teori pembelajaran dan undang-undang yang ada.
Seharusnya apabila jumlah siswa yang tidak tuntas melebihi 50%, maka harus
dilakukan pengajaran ulang (remedial teaching) dengan metode dan media yang
berbeda.23
Tetapi pada kenyataannya, remedial yang dilakukan oleh guru di
lapangan umumnya tidak didahului dengan pengajaran ulang, melainkan langsung
diberikan tes ulang24
meskipun jumlah siswa yang tidak tuntas lebih dari 50%,
sebab waktu yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengajaran ulang.25
Selain itu, Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, menyatakan bahwa bagi yang
belum berhasil mencapai kriteria, diberikan kesempatan mengikuti pembelajaran
remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di akhir
semester) baik secara individual, kelompok maupun kelas.26
Pengajaran remedial sangat penting dilaksanakan. Jika guru tidak
memberikan pengajaran remedial pada siswa yang tidak tuntas, maka yang akan
terjadi adalah: [1] hasil belajar siswa akan tetap rendah atau tidak tuntas;27
[2]
pemahaman siswa pada konsep tersebut tidak akan berubah atau meningkat;28
[3]
siswa tidak dapat menjawab soal UN yang berkaitan dengan konsep tersebut
sehingga dapat menurunkan nilai fisikanya dan dapat mempengaruhi kelulusan
22
Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474
Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 23
Direktorat Pembinaan SMA, Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan Pengayaan di
SMA, 2010, h. 38. 24
Sukinah, “Pengajaran Remedial Untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada
Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2016, h. 59. 25
Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang
Selatan, 2018. 26
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permedikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang
Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta: Kemendikbud RI, 2014, h. 5. 27
Herma Hermawati, Novi Andri Nurcahyono, dan Ana Setiani, “Proses Pelaksanaan
Remedial Teaching terhadap Ketuntasan Belajar Matematika Peserta Didik”, Jurnal LP3M, Vol. 4,
No. 2, 2018, h. 103. 28
Agus Soleh, I Made Candiasa, Ni Ketut Widiartini, “Pengaruh Pembelajaran Remedial
Berbantuan Tutor Sebaya terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Mengalami Kesulitan
Belajar dengan Kovariabel Tingkat Kecemasan”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 4, 2014, h. 4.
5
siswa;29
dan [4] kompetensi dasar yang harus dicapai pada konsep tersebut tidak
tercapai secara optimal.30
Jika kompetensi dasar pada konsep hukum Newton
tidak tercapai, maka hal ini akan mempengaruhi pemahaman siswa akan materi
fisika yang akan dipelajari selanjutnya karena konsep hukum Newton ini
merupakan konsep dasar bagi materi-materi yang berhubungan dengan gaya dan
vektor gaya seperti keseimbangan titik, keseimbangan benda tegar, usaha dan
energi, dan lain-lain. Selain itu, guru juga harus memperhatikan gaya belajar
siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kinesthetic style, siswa
cenderung belajar melalui gerakan dan sentuhan.31
Jika metode pembelajaran
yang digunakan tidak disesuaikan dengan gaya belajar siswa seperti siswa
kinesthetic style tidak diberikan informasi dalam bentuk kinestetik (tidak
melakukan praktik, simulasi, atau demonstrasi), maka yang akan terjadi pada
siswa tersebut adalah: [1] tidak optimal dalam menyerap dan mengolah informasi
yang disampaikan oleh guru sehingga membuat siswa kesulitan dalam memahami
materi yang disampaikan;32
[2] hasil belajarnya rendah;33
dan [3] tidak ada
perbaikan miskonsepsi oleh guru yang terjadi pada siswa sehingga siswa tidak
dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang
berlaku.34
Permasalahan siswa kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang
gerak dapat diatasi dengan metode eksperimen. Melalui metode eksperimen, hasil
belajar siswa kinesthetic style yang mengikuti remedial pada konsep hukum
Newton dapat mengalami peningkatan sebab siswa kinesthetic style akan belajar
lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung, mereka sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas
29
Buna’i, “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar dalam
UNAS)”, Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 2, 2007, h. 278. 30
Herma Hermawati, Novi Andri Nurcahyono, dan Ana Setiani, loc.cit. 31
Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, op.cit., h.79. 32
Sahat Siagian dan Paimin Tanjung, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar
terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VIII Siswa”, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2012,
h. 7. 33
Ibid., h. 2. 34
Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum
Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Darussalam”, Jurnal Ilmiah
Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 133.
6
sangatlah kuat.35
Penggunaan metode eksperimen dalam proses pembelajaran juga
dapat membuat siswa kinesthetic style terlibat secara aktif, seperti siswa diberi
banyak kesempatan untuk menemukan, menganalisa, membuktikan, dan
mengalami sendiri objeknya, keadaannya, serta menarik kesimpulan mengenai
hal-hal yang dialaminya36
sehingga hal ini akan meminimalisir terjadinya
miskonsepsi pada siswa37
dan meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa
pada konsep hukum Newton tentang gerak.38
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti akan melakukan penelitian terkait “Pengaruh Metode Eksperimen
dalam Pembelajaran Remedial terhadap Hasil Belajar Siswa Kinesthetic Style
pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan
sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Siswa kinesthetic style mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep
hukum Newton tentang gerak.
2. Siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang digunakan oleh guru
sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran
yang digunakan.
3. Guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan, sentuhan, praktik, atau
pengalaman belajar siswa kinesthetic style ketika pembelajaran berlangsung.
4. Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep hukum Newton
tentang gerak ketika guru tidak mengoptimalkan gaya belajar siswa
kinesthetic style.
35
Ibid. 36
Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi, “Pengaruh Metode Eksperimen dan Metode
Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis”, Jurnal Ilmiah
Pendidikan Fisika- Compton, Vol. 3, No. 1, 2016, h. 89-90. 37
Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, op.cit., h. 128. 38
Farihan S., “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada
Konsep Hukum Newton di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Aceh Besar”, Skripsi pada
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, 2017, h. 72.
7
5. Hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang
gerak belum mencapai KKM atau tidak tuntas.
6. Remedial yang diberikan guru hanya berupa tes tulis/ tes ulang tanpa
memberikan pengajaran ulang untuk siswa kinesthetic style yang
mendapatkan remedial.
7. Siswa kinesthetic style tidak mengalami perubahan terhadap pemahamannya
pada konsep hukum Newton tentang gerak apabila guru tidak melakukan
pembelajaran remedial dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik gaya belajarnya.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka
masalah pada penelitian ini dibatasi pada:
1. Konsep yang diajarkan kepada siswa kinesthetic style yaitu konsep hukum
Newton tentang gerak sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.
2. Sampel penelitian ini adalah siswa kinesthetic style kelas X MIPA di SMAN
5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2018/2019 yang tidak tuntas pada
konsep hukum Newton tentang gerak.
3. Metode pembelajaran remedial yang digunakan pada kelompok kontrol
adalah metode pembelajaran konvensional berupa metode ceramah.
4. Hasil belajar yang akan di ukur pada penelitian ini mengacu pada taksonomi
Bloom revisi Anderson dan Krathwohl yaitu kemampuan kognitif siswa pada
aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4
(menganalisis).
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada
konsep hukum Newton tentang gerak?
8
2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam pembelajaran remedial
pada konsep hukum Newton tentang gerak?
3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style kelompok
eksperimen pada jenjang ranah kognitif C1 sampai C4 dalam pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode eksperimen pada konsep hukum
Newton tentang gerak?
4. Bagaimanakah respon siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen
terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial pada
konsep hukum Newton tentang gerak?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai pada
penelitian ini:
1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada
konsep hukum Newton tentang gerak.
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam pembelajaran remedial
pada konsep hukum Newton tentang gerak.
3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style kelompok
eksperimen pada jenjang ranah kognitif C1 sampai C4 dalam pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode eksperimen pada konsep hukum
Newton tentang gerak.
4. Untuk mengetahui respon siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen
terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial pada
konsep hukum Newton tentang gerak.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, peneliti uraikan dalam dua bagian yaitu manfaat
secara teoritis dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat yang bersifat teoritis, yaitu :
9
a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan mengenai
pembelajaran remedial di lapangan khususnya.
b. Memberi masukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa
kinesthetic style melalui pembelajaran remedial.
2. Manfaat yang bersifat praktis, yaitu manfaat yang berguna bagi siswa, guru,
sekolah, dan peneliti, yaitu sebagai berikut:
a. Bagi siswa kinesthetic style:
1) Memberikan bantuan kepada siswa kinesthetic style yang tidak
tuntas agar hasil belajarnya mencapai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) yang telah ditentukan.
2) Memberikan informasi mengenai karakteristik gaya belajar nya.
b. Bagi guru
1) Memberikan pemahaman akan pentingnya mengoptimalkan
pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa.
2) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran
remedial yang sesuai dengan gaya belajar siswa.
3) Memberikan gambaran mengenai penggunaan metode eksperimen
dalam pembelajaran remedial untuk siswa kinesthetic style.
4) Meningkatkan profesional guru dalam proses pembelajaran terutama
dalam mata pelajaran fisika.
c. Bagi sekolah
Memberikan gambaran terhadap sekolah tentang kegunaan dan
pentingnya pembelajaran remedial untuk meningkatkan sistem
pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai
KKM, sehingga permasalahan yang dihadapi baik oleh siswa, guru dan
lain sebagainya dapat diminimalkan.
d. Bagi pembaca
1) Sebagai bahan informasi mengenai pembelajaran remedial.
2) Memberikan pemahaman akan pentingnya pembelajaran remedial
dalam bidang pendidikan.
3) Sebagai bahan informasi mengenai metode eksperimen.
10
4) Sebagai bahan informasi mengenai gaya belajar kinesthetic style.
e. Bagi penulis
1) Mendapatkan pengalaman menerapkan penggunaan metode
eksperimen dalam pembelajaran remedial untuk membantu
meningkatkan hasil belajar siswa kinesthetic style sehingga mencapai
KKM yang telah ditetapkan.
2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi bagi
penelitian selanjutnya.
11
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik
1. Metode Pembelajaran Eksperimen
a. Pengertian Metode Eksperimen
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana
memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil
bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.1 Sebagai salah satu
komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya
dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar.2 Metode berasal dari
bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang di tempuh.3 Jadi
metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.4 Menurut Darmadi metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh
seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.5 Sedangkan pembelajaran
menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah proses interaksi
siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.6
Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru
untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap,
dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.7 Menurut Murtadlo, metode
pembelajaran merupakan prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang
digunakan pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun
dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.8
1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rineka
Cipta, Cet. Ke-4, 2010), h. 72. 2 Ibid., h. 72-73.
3 Suyanto dan Asep Jihad, “Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi
dan Kualitas Guru di Era Global”, (Jakarta: Esensi, Erlangga Group, 2013), h. 274. 4 Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, “Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif”,
(Bandung: Satunusa, Cet. ke-1, 2016), h. 9. 5 Darmadi, “Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar
Siswa”, (Yogyakarta: Deepublish, Cet. Ke-1, 2017), h. 177. 6 Ibid., h. 178.
7 Ibid., h. 177.
8 Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 10.
12
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk
menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.
Percobaan atau disebut juga eksperimen (Bahasa Latin: ex-periri yang berarti
menguji coba) adalah suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk
mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat
antar gejala.9 Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran,
dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri
sesuatu yang dipelajari.10
Menurut Sumantri metode eksperimen diartikan sebagai
cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan
membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan.11
Menurut Roestiyah metode
eksperimen merupakan suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu
percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil
percobaan nya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan
dievaluasi oleh guru.12
Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-
konsep dalam struktur kognitif nya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam
kehidupannya.13
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode
eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu percobaan, mengalami,
dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta siswa dapat menarik suatu
kesimpulan dari proses yang dialaminya.
b. Tujuan Metode Eksperimen
Setiap metode pembelajaran selalu memiliki tujuan masing-masing, begitu
pula dengan metode eksperimen. Berikut ini beberapa tujuan metode eksperimen,
yaitu14
:
1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.
9 Ibid., h. 55.
10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., h. 84.
11 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Depdikbud,
Dikti, 1999), h. 157. 12
Roestiyah N.K., “Strategi Belajar Mengajar”, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 80. 13
Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 57. 14
Soli Abimanyu, “Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 7.17.
13
2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan
percobaannya.
3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik
kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui
percobaan.
4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur, dan rapi.
c. Karakteristik Metode Eksperimen
Terdapat karakteristik mengajar dalam menggunakan metode eksperimen dan
hubungannya dengan pengalaman belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh
Winataputra, yaitu sebagai berikut:15
ada alat bantu yang digunakan; siswa aktif
melakukan percobaan; pendidik membimbing; tempat dikondisikan; ada pedoman
untuk siswa; ada topik yang di eksperimenkan; ada temuan-temuan.
Pembelajaran melalui eksperimen membuat siswa menjadi lebih aktif.
Pendidik berusaha membimbing, melatih, dan membiasakan siswa untuk terampil
menggunakan alat, merangkai percobaan, dan mengambil kesimpulan, yang
merupakan tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah. Dengan
percobaan (eksperimen), siswa dilatih untuk merekam semua data fakta yang
diperoleh melalui hasil pengamatan, bukan data opini hasil rekayasa pemikiran.16
d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode
Eksperimen
Agar pembelajaran terlaksana dengan baik, guru harus mengetahui langkah-
langkah yang harus ditempuh dalam mengimplementasikan metode eksperimen.
Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode
eksperimen meliputi:17
1) Kegiatan Persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode
eksperimen.
15
Udin Saripudin Winataputra, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Depdikbud, 1998), h.
20. 16
Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 58. 17
Soli Abimanyu, op.cit., h. 7.19.
14
b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.
c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.
d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk
Lembar Kerja Siswa (LKS).
2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen
a) Kegiatan Pembukaan
(1) Menanyakan materi pembelajaran yang telah diajarkan minggu lalu
(apersepsi).
(2) Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada kaitannya
dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan.
(3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan
prosedur eksperimen yang akan dilakukan.
b) Kegiatan Inti
(1) Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan
dipakai dalam eksperimen.
(2) Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS
yang telah disiapkan guru.
(3) Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.
(4) Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.
c) Kegiatan Penutup
(1) Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.
(2) Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.
(3) Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi
eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya dan bagi yang
sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.
e. Keunggulan Metode Eksperimen
Keunggulan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat dituangkan
sebagai berikut:18
18
Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 60-61.
15
1) Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam,
mengenai pelajaran yang diberikan.
2) Melatih siswa untuk dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya
dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.
3) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan
sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya.
4) Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan
langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Hal ini dilakukan melalui
pengumpulan data-data observasi memberikan penafsiran dan kesimpulan,
yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.
5) Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat dikurangi
karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses yang menjadi objek
pelajaran atau mencoba melaksanakan sesuatu.
6) Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa karena
siswa memperolehnya sendiri secara langsung.
7) Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan kebenaran
secara langsung.
8) Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.
9) Metode ini melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa secara langsung dalam
pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.
f. Kelemahan Metode Eksperimen
Setiap metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, disamping
memiliki kelebihan, juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-
kelemahan yang dimiliki oleh metode eksperimen, diantaranya sebagai berikut:19
1) Apabila sarana tidak tersedia atau kurang memadai, proses jalannya
eksperimen akan menjadi tidak efektif.
2) Metode ini dilaksanakan jika siswa belum matang untuk melaksanakan
eksperimen. Hal ini berarti melaksanakan eksperimen memerlukan
keterampilan yang mahir dari pihak pendidiknya.
19
Ibid., h. 61-62.
16
3) Memerlukan waktu yang panjang atau lama.
4) Memerlukan keterampilan atau kemahiran dari pihak pendidik dalam
menggunakan dan membuat alat-alat eksperimen.
5) Bagi pendidik yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin,
misalnya cenderung memandang eksperimen sebagai suatu pemborosan dan
memberatkan.
6) Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika
diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial.
7) Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,
kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor keselamatan
kerja harus diperhitungkan.
2. Pembelajaran Remedial
a. Pengertian Pembelajaran Remedial
Istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa Inggris), yang berarti obat,
memperbaiki atau menolong.20
Pembelajaran remedial adalah suatu pembelajaran
yang bersifat mengobati, menyembuhkan, dan membuatnya lebih baik bagi siswa
yang hasil belajarnya masih di bawah standar yang telah ditetapkan oleh guru atau
sekolah.21
Menurut Masbur, pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan
atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan
khusus yang diberikan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan dan
hambatan dalam kegiatan belajar menagajar, sehingga siswa tersebut mencapai
standar kompetensi yang telah ditentukan.22
Dengan kata lain, pembelajaran
remedial diberikan kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga
mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.23
Pemberian program pembelajaran
20
Mukhtar dan Rusmini, “Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam
Pembelajaran”, (Jakarta: PT. Nimas Multima, Cet. Ke-5, 2008), h. 8. 21
Kunandar, op.cit., h. 331. 22
Masbur, “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”, Jurnal Ilmiah
DIDAKTIKA, Vol. XII, No.2, 2012, h. 351. 23
Abdul Majid, “Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar”, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. Ke-3, 2017), h. 233.
17
remedial didasarkan atas latar belakang bahwa guru perlu memperhatikan
perbedaan individual siswa.24
Program remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh
guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui
kekurangan siswa.25
Dalam proses pembelajaran, akan selalu ada siswa-siswa
yang memerlukan bantuan, baik dalam hal mencerna materi pelajaran maupun
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya.26
Kegiatan remedial
dapat berupa tatap muka dengan guru, atau diberi kesempatan untuk belajar
sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan,
membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.27
Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara siswa dengan guru, dapat
dilaksanakan pada atau di luar jam efektif.28
Untuk itu pendidik perlu menyusun
rancangan program remedial dan perangkat yang sesuai dengan kebutuhan serta
menerapkan program remedial untuk siswa yang hasil belajarnya belum mencapai
kriteria minimal ketuntasan belajar.29
b. Ciri-Ciri Pengajaran Remedial
Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:30
1) Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan
kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar
belakang nya.
2) Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan
belajar yang dihadapi siswa.
3) Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial artinya
disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar nya.
24
Ibid. 25
Kunandar, op.cit., h. 331. 26
Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 8-9. 27
Kunandar, loc.cit. 28
Ibid. 29
Ibid. 30
Mulyadi, “Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus”, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 45-46.
18
4) Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan
mungkin siswa tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya:
penggunaan tes diagnosis, sosiometri, dan alat-alat laboratorium.
5) Pengajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak lain.
Misalnya: pembimbing, ahli lain dan sebagainya.
6) Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial,
maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi siswa
yang akan dibantu.
7) Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan
dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
c. Tujuan Pembelajaran Remedial
Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda
dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang
ditetapkan.31
Secara khusus, pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk
memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa yang
lambat, mengalami kesulitan, atau pun gagal dalam belajar, sehingga mereka
dapat secara tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan,
dan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan.32
Secara lebih rinci, tujuan pembelajaran remedial adalah:33
1) Siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat
mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga
kekuatannya.
2) Siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih
baik.
3) Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.
4) Siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong
tercapainya hasil belajar yang lebih baik.
31
Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 23. 32
Ibid. 33
Kunandar, op.cit., h. 332.
19
5) Siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya,
setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab
kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang
baru dalam belajar.
d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Remedial
Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran remedial
adalah:34
1) Penyiapan pembelajaran: proses identifikasi kebutuhan siswa dan
menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.
2) Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan
bervariasi.
3) Merancang belajar bermakna, misalnya games, kuis, dan sebagainya.
4) Pemilihan pendekatan pembelajaran.
5) Berikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.
6) Rumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.
7) Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.
8) Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.
9) Memfokuskan pada proses belajar.
10) Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa.
e. Fungsi Pengajaran Remedial
Fungsi pengajaran remedial adalah:35
1) Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat
dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum
memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,
antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara
belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi, dan lain-lain.
34
Ibid., h. 333. 35
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: Rineka Cipta: 2013),
h. 154-156.
20
2) Fungsi pemahaman berarti bahwa dengan pengajaran remedial
memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh
pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.
3) Fungsi penyesuaian berarti bahwa pengajaran remedial dapat membentuk
siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya
(proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan
kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik
semakin besar.
4) Fungsi pengayaan berarti bahwa pengajaran remedial akan dapat
memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan
dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.
5) Fungsi akselerasi, berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan dapat
diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang
efektif dan efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses
pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi.
6) Fungsi terapsutik berarti bahwa secara langsung atau tidak langsung,
pengajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki
kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya
penyimpangan.
f. Unsur-Unsur dalam Kegiatan Remedial
Unsur-unsur yang terdapat dalam kegiatan remedial, yaitu:36
1) Sifat kegiatan remedial
Kegiatan remedial haruslah mempunyai sifat-sifat pokok, diantaranya:
menyederhanakan konsep-konsep yang kompleks; menjelaskan konsep-konsep
yang kabur; dan memperbaiki konsep-konsep yang di salah-tafsirkan.
2) Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan remedial
Dalam kelas dan setiap bidang studi serta pelaksanaan setiap kegiatan belajar
mengajar terdapat sejumlah siswa yang berbeda-beda yang memerlukan kegiatan
perbaikan. Yang penting dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru mengambil
36
Ischak S.W., dan Warji R., “Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar”,
(Yogyakarta: Liberty, Cet. Ke-2, 1987), h. 38-44.
21
keputusan dalam menetapkan jumlah siswa yang memerlukan bantuan/ kegiatan
perbaikan pada saat yang sama, sehingga kesulitan-kesulitan tiap siswa masih
sempat diperhatikan, di samping siswa yang lain juga tidak diabaikannya.
3) Tempat kegiatan remedial diberikan
Dalam hal ini yang penting bagi guru adalah mempertimbangkan dimana
tempat yang paling tepat untuk menyelenggarakan kegiatan perbaikan. Apakah di
rumah siswa, di ruang kelas, di perpustakaan, di taman sekolah, di ruang BP, dan
sebagainya. Agar ia dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya, mendapat
bantuan yang wajar yang tersedia, mendapatkan alat-alat yang wajar yang
tersedia, tanpa mengganggu teman-teman sekelasnya.
4) Waktu penyelenggaraan kegiatan remedial
a) Kapan kegiatan remedial itu diberikan.
(1) Pagi hari, siang hari, malam hari, dan sebagainya.
(2) Setelah test pra-syarat/ pretest; sewaktu kegiatan belajar mengajar;
setelah posttest atau test formatif / test sumatif.
b) Berapa lama waktu yang digunakan untuk kegiatan remedial. Misalnya:
30 menit, 40 menit, 45 menit, 2 x 45 menit, dan sebagainya. Atau berapa
kali pertemuan. Yang penting bagi guru ialah menyusun kegiatan
remedial yang sesuai bobotnya dengan waktu yang tersedia bagi kegiatan
remedial itu.
5) Siapa yang memberikan kegiatan remedial
Mengingat kegiatan perbaikan itu merupakan kegiatan yang sangat penting,
karena akan menyangkut hari depan siswa yang menemui kesulitan belajar, maka
orang yang memberikan bantuan itu haruslah orang yang tepat. Tentu saja orang
tersebut adalah guru atau pihak-pihak lain misalnya kakak siswa, teman sekelas
siswa, atau pihak lain yang dianggap tepat untuk memberikan bantuan kepada
siswa yang memerlukan bantuan itu, agar siswa dapat menerima proses dan jenis
bantuan yang tepat yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik.
6) Metode-metode yang digunakan dalam kegiatan remedial
Banyak metode yang dapat digunakan dalam kegiatan remedial, antara lain:
metode ceramah; diskusi; pemberian tugas dan resitasi; kerja kelompok; tanya
22
jawab; eksperimen; penemuan; role playing; brainstorming; sosio-drama; dan
sebagainya.
7) Sarana/ alat yang sesuai dengan kegiatan remedial
Yang dimaksud sarana atau alat-alat yang ada di sini antara lain: buku-buku,
lembaran kegiatan, lembaran kerja, gambar, tape-recorder, slide, film, alat-alat
laboratorium dan sebagainya.
8) Tingkat kesulitan belajar siswa
Sesuai dengan keanekaragaman individu siswa, maka tingkat kesulitan belajar
yang mereka alami juga akan beranekaragam. Pada pokoknya tingkat kesulitan
belajar siswa itu dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: ringan; sedang; dan berat.
Dengan melihat tiga tingkatan kesulitan belajar tersebut diatas, maka yang penting
bagi guru adalah menentukan yang mana dan sejauh mana bantuan itu diberikan
kepada siswa yang memerlukan bantuan, sehingga bantuan yang akan diberikan
nanti sungguh-sungguh tepat mengenai sasarannya.
Berdasarkan faktor-faktor ini, maka dapat dipilih dan ditentukan bentuk-
bentuk kegiatan remedial, antara lain:
a) Mengajar kembali (re-teaching), yaitu kegiatan perbaikan yang dilaksanakan
dengan jalan mengajar kembali bahan yang sama kepada para siswa yang
memerlukan bantuan dengan cara penyajian yang berbeda.
b) Bimbingan individu/ kelompok kecil.
c) Memberikan pekerjaan rumah.
d) Menyuruh siswa mempelajari bahan yang sama dari buku-buku pelajaran,
buku paket atau sumber-sumber bacaan yang lain.
e) Guru menggunakan alat bantu audio-visual yang lebih banyak.
f) Bimbingan oleh: wali kelas; guru bidang studi; guru pembimbing (BP); tutor
sebaya; tutor serumah; dan sebagainya.
g. Sasaran Pembelajaran Remedial
Kelompok siswa yang masuk dalam sasaran pembelajaran remedial adalah:37
1) Kemampuan mengingat relatif kurang.
37
Kunandar, op.cit., h. 334.
23
2) Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain
di sekitarnya pada saat belajar.
3) Secara relatif lemah kemampuan memahami secara menyeluruh.
4) Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar.
5) Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya.
6) Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah.
7) Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi.
8) Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.
9) Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan.
10) Memerlukan waktu relatif lebih lama daripada yang lainnya untuk
menyelesaikan tugas-tugas.
h. Pendekatan dalam Pengajaran Remedial
Pendekatan dalam pengajaran remedial dibedakan menjadi tiga, yaitu:38
1) Pendekatan yang bersifat kuratif
Pendekatan ini dilakukan dengan melihat kenyataan bahwa ada seseorang
atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok, tidak mampu
menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan
dalam proses pembelajaran. Secara khusus, untuk mencapai sasaran pencapaian
tujuan pembelajaran secara optimal, dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
macam pendekatan, yaitu: pendekatan pengulangan, pengayaan/pengukuhan, dan
percepatan.
2) Pendekatan yang bersifat preventif
Pendekatan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data atau
informasi diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu
program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi ini dapat berupa:
a) Bagi mereka yang termasuk kategori normal, akan mampu menyelesaikan
program pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan.
b) Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan
program dengan batas waktu yang ditetapkan, maka layangan pengajaran
38
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op.cit., h. 179-181.
24
perbaikan dapat dilakukan dalam bentuk kelompok belajar homogen,
individual, ataupun melalui kelas remedial.
3) Pendekatan yang bersifat pengembangan
Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran berlangsung. Sasaran pokoknya adalah agar siswa dapat mengatasi
hambatan atau kesulitan yang mungkin dialami selama proses pembelajaran
berlangsung.
i. Metode dalam Pengajaran Remedial
Sebagaimana kita ketahui, kegiatan perbaikan pada hakikatnya merupakan
kegiatan “bantuan” yang diberikan kepada siswa, baik berupa perlakuan
pengajaran maupun yang berupa bimbingan kepada siswa.39
Metode dalam
kegiatan perbaikan ini adalah metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan
kegiatan bimbingan belajar, mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan
tindak lanjut.40
Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yang berupa
perlakuan pengajaran ini tentunya tidak berbeda dengan metode-metode yang
digunakan dalam proses pembelajaran pada umumnya, antara lain:41
metode
ceramah; metode diskusi; metode pemberian tugas dan resitasi; metode kerja
kelompok; metode tanya jawab; metode demonstrasi dan eksperimen; metode
sosiodrama/bermain peran (role playing); metode tutorial; metode pengajaran
individual.
j. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial
Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa
(klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimal yang
telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk
mendapatkan pengajaran kembali.42
Dalam pengajaran remedial yang diperbaiki
adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara mengajar, metode
pengajaran, materi pelajaran, alat belajar, dan lingkungan belajar. Dalam
39
Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 70. 40
Ibid. 41
Ibid., h. 70-71. 42
Kunandar, op.cit., h. 335.
25
pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah
sembuh maka akan dikembalikan lagi ke kelas semula.43
Pengajaran remedial
berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi:44
1) Tujuan. Artinya pengajaran biasa diarahkan pada penugasan (materi) bahan
secara tuntas, sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai
secara maksimal. Sedangkan pengajaran remedial lebih diarahkan pada
peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang
bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin
diterima.
2) Strategi. Artinya, strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam
arti tergantung pada letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode
penyampaian harus bervariasi dan diharapkan disusun secara sistematis, dari
materi/tugas yang mudah menuju tugas yang sukar.
3) Bahan. Artinya bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-
penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk
pengajaran biasa.
k. Langkah-Langkah Pembelajaran Remedial
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran remedial
adalah:45
1) Mengidentifikasi kesulitan siswa.
2) Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar.
3) Menemukan penyebab kesulitan.
4) Menyusun rencana kegiatan remedial.
5) Melaksanakan kegiatan remedial (perlakuan).
6) Menilai kegiatan remedial (memberi tes).
3. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
ia menerima pengalaman belajarnya.46
Dalam sistem pendidikan nasional
43
Ibid. 44
Ibid., h. 335-336. 45
Ibid.h. 336.
26
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,
menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.47
Bloom
mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah atau domain besar, yaitu:
ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah
psikomotorik (psychomotor domain) yang kemudian disebut taksonomi Bloom.48
Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur hanya kemampuan siswa pada
ranah kognitif saja. Berikut pemaparan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom
pada ranah kognitif.
Ranah kognitif dari hasil belajar menurut Bloom meliputi penguasaan konsep,
ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan
intelektual.49
Kategori-kategori pada dimensi kognitif dibagi menjadi enam
kelompok, yaitu:50
1) Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.
Kemampuan mengingat meliputi proses:
a) Mengenali, yaitu menempatkan pengetahuan dalam memori jangka
panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Nama lain mengenali
adalah mengidentifikasi.
b) Mengingat kembali, yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari
memori jangka panjang. Nama lain dari mengingat kembali adalah
mengambil.
2) Memahami, yaitu mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk
apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Kemampuan memahami
meliputi proses:
46
Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet. Ke- 9, 2004), hal. 22. 47
Ibid. 48
Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2018), h. 130. 49
Wahab Jufri, “Belajar dan Pembelajaran Sains”, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2017), h.
75. 50
Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, “Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom”, Terj. Agung Prihantoro,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cet. Ke-2, 2017), h. 100-102.
27
a) Menafsirkan, yaitu mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain.
Nama-nama lain menafsirkan adalah mengklarifikasi, memparafrasekan,
merepresentasi, dan menerjemahkan.
b) Mencontohkan, yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep
atau prinsip. Nama-nama lain dari mencontohkan adalah
mengilustrasikan dan memberi contoh.
c) Mengklasifikasikan, yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori.
Nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan
mengelompokkan.
d) Merangkum, yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.
Nama-nama lain dari merangkum adalah mengabstraksi dan
menggeneralisasi.
e) Menyimpulkan, yaitu membuat kesimpulan yang logis dari informasi
yang diterima. Nama-nama lain dari menyimpulkan adalah menyarikan,
mengekstrapolasi, menginterpolasi, dan memprediksi.
f) Membandingkan, yaitu menentukan hubungan antara dua ide, dua objek,
dan semacamnya. Nama-nama lain dari membandingkan adalah
mengontraskan, memetakan, dan mencocokkan.
g) Menjelaskan, yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem.
Nama-nama lain dari menjelaskan adalah membuat model.
3) Mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam
keadaan tertentu. Kemampuan mengaplikasikan meliputi proses:
a) Mengeksekusi, yaitu menerapkan prosedur pada tugas yang familiar.
Nama lain untuk mengeksekusi adalah melaksanakan.
b) Mengimplementasikan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas
yang tidak familiar. Nama lain mengimplementasikan adalah
menggunakan.
4) Menganalisis, yaitu memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusun
nya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan
antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
Kemampuan menganalisis meliputi proses:
28
a) Membedakan, membedakan bagian materi pembelajaran yang relevan
dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.
Nama-nama lain dari membedakan adalah menyendirikan, memilah,
memfokuskan, dan memilih.
b) Mengorganisasi, yaitu menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja
atau berfungsi dalam sebuah struktur. Nama-nama lain dari
mengorganisasi adalah menemukan koherensi, memadukan, membuat
garis besar, mendeskripsikan peran, dan menstrukturkan.
c) Mengatribusikan, yaitu menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau
maksud di balik materi pelajaran. Nama lain dari mengatribusikan adalah
mendekonstruksi.
5) Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau
standar tertentu. Kemampuan mengevaluasi meliputi proses:
a) Memeriksa, yaitu menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu
proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk
memiliki konsistensi internal; dan menemukan efektivitas suatu prosedur
yang sedang dipraktikkan. Nama-nama lain untuk memeriksa adalah
mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji.
b) Mengkritik, yaitu menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan
kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi
eksternal; dan menemukan ketepatan suatu prosedur untuk
menyelesaikan masalah. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.
6) Mencipta, yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang
baru dan koheren atau membuat suatu produk yang orisinal. Kemampuan
mencipta meliputi proses:
a) Merumuskan, yaitu membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.
Nama lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.
b) Merencanakan, yaitu merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu
tugas. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain.
c) Memproduksi, yaitu menciptakan suatu produk. Nama lain dari
memproduksi adalah mengkonstruksi.
29
4. Gaya Belajar
a. Pengertian Gaya Belajar
Salah satu karakteristik siswa yang penting untuk diperhatikan adalah gaya
belajar atau learning styles.51
Menurut DePotter dan Hernachi learning style
diartikan sebagai gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu dimana
merupakan cara termudah dalam menyerap informasi, mengatur, dan mengolah
informasi.52
Benny mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu cara tentang
bagaimana seorang individu melakukan persepsi, berinteraksi, dan merespon
secara emosional terhadap lingkungan belajar.53
Sedangkan menurut James dan
Gardner gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap
dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan
memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.54
Sehingga dapat disimpulkan
bahwa gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menerima hasil belajar
dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain.55
Tiap individu mempunyai learning style yang berbeda.56
Perbedaan ini sangat
wajar.57
Tetapi harus disadari oleh individu yang bersangkutan, sehingga
dijadikan kelebihan untuk dikembangkan dalam meraih prestasi.58
Terdapat
beberapa manfaat mengetahui gaya belajar, baik bagi guru maupun bagi siswa.
Bagi guru dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa, maka guru dapat
menerapkan teknik dan strategi yang tepat baik dalam pembelajaran maupun
dalam pengembangan diri.59
Sedangkan manfaat mengetahui gaya belajar bagi
siswa yaitu: dapat membantu dirinya sendiri dalam mengambil langkah-langkah
penting untuk lebih mudah dan lebih cepat belajar, dapat memperoleh
pengetahuan penting tentang diri sendiri, memahami kekuatan dan kelemahan
51
Benny A. Pribadi, “Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses”, (Jakarta:
Dian Rakyat, Cet. Ke- 1, 2011), h. 45. 52
Eny Purwandari, “Kajian Psikologi Belajar: Mengukir Prestasi Melalui Pengenalan Diri
dan Optimalisasi Potensi”, WARTA, Indonesian Psychological Journal, Vol. 10, No. 1, 2007, h.
85. 53
Benny A. Pribadi, loc.cit. 54
Darmadi, op.cit., h. 159. 55
Ibid., h. 160. 56
Eny Purwandari, loc.cit. 57
Ibid. 58
Ibid. 59
Darmadi, loc.cit.
30
dalam belajar, mengingat, dan memecahkan masalah, mencegah terjadinya salah
paham antara siswa dan guru, atau orang tua, meningkatkan motivasi belajar,
meningkatkan penghargaan diri dan kepercayaan diri, dan menciptakan
lingkungan belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.60
b. Macam-Macam Gaya Belajar
Klasifikasi gaya belajar individu yang didasarkan pada kemampuan dalam
memahami jenis informasi tertentu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: gaya belajar
visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik.61
Ketiga gaya belajar ini
dikenal dengan istilah VAK.62
Kemudian Fleming dan Mills memperkenalkan
gaya belajar tambahan, yakni gaya belajar read-write (baca tulis).63
Sehingga
mereka mengajukan kategori gaya belajar dalam empat bentuk, yaitu gaya belajar
visual, gaya belajar auditory, gaya belajar read-write, dan gaya belajar kinesthetic
yang dikenal dengan singkatan VARK.64
Dalam penelitian ini penulis
menggunakan gaya belajar menurut Fleming dan Mills. Berikut ini penjelasan
mengenai gaya belajar (learning style) menurut Fleming dan Mills:65
1) Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata
memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk
memperoleh informasi dengan melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik, data
teks seperti tulisan, dan sebagainya.
2) Gaya Belajar Auditori
Gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh informasi dengan memanfaatkan indra telinga. Oleh karena itu,
mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar,
seperti mendengarkan ceramah, radio, berdialog, berdiskusi, dan sebagainya.
60
Sahat Siagian dan Paimin Tanjung, op.cit., h. 7-8. 61
Benny A. Pribadi, op.cit., h. 47. 62
Darmadi, op.cit., h. 161. 63
Eny Purwandari, op.cit., h. 86. 64
Darmadi, op.cit., h. 165. 65
Ibid., h. 165-169.
31
3) Gaya belajar Read-Write
Gaya belajar read-write adalah gaya belajar yang menekankan pada aspek
membaca dan menulis. Pada seseorang yang memiliki gaya belajar seperti ini ia
akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan cara membaca atau
menulis.
4) Gaya belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh informasi dengan melakukan gerakan, sentuhan, praktik, atau
pengalaman belajar secara langsung. Gaya belajar ini mengarah pada pengalaman
dan latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut melibatkan
modalitas lain). Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi, video, dan film dari
pelajaran yang sesuai aslinya, sama halnya dengan studi kasus, latihan, dan
aplikasi.66
Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik mengandalkan belajar melalui
bergerak, menyentuh, dan melakukan tindakan. Anak seperti ini sulit untuk duduk
diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi
sangatlah kuat. Oleh karena itu, pembelajaran yang dibutuhkan adalah
pembelajaran yang bersifat kontekstual dan praktik.67
Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar,
antara lain: a) Selalu berorientasi kepada fisik dan banyak gerak; b) Banyak
menggunakan isyarat tubuh; c) Menggunakan jari sebagai penunjuk tatkala
membaca; d) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat; e) Otot-otot besarnya
berkembang; f) Menanggapi perhatian fisik; g) Tidak dapat duduk diam dalam
waktu lama; h) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka; i)
Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; j) Ingin melakukan segala
sesuatu; k) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain; l) Berbicara dengan
perlahan; m) Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau fakta) dan
praktik; n) Tidak dapat mengingat letak geografi kecuali jika ia pernah datang ke
tempat tersebut; o) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,
66
Ibid., h. 169-170. 67
Rusman, “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, (Jakarta:
Kencana, Cet. Ke-1, 2017), h. 106.
32
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai manifestasi
penghayatan terhadap apa yang dibaca; p) Kemungkinan memiliki tulisan yang
jelek q) Menyukai permainan yang membuat sibuk.68
Berdasarkan ciri-ciri tersebut, media atau sarana yang dapat digunakan untuk
gaya belajar kinestetik, antara lain: a) Menggunakan seluruh panca indera:
penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman, pendengaran; b) Laboratorium; c)
Kunjungan lapangan; d) Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata; e)
Pengaplikasian; f) Pameran, sampel, fotografi; g) Koleksi berbagai macam
tumbuhan, serangga, dan sebaginya.69
Adapun strategi belajar untuk gaya belajar tipe kinestetik, menurut Mansur
HR. adalah sebagai berikut: a) Perbanyak praktek lapangan; b) Melakukan
demonstrasi atau pertunjukkan langsung terhadap suatu proses; c) Membuat
model atau contoh-contoh; d) Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa
dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak bisa
dilakukan oleh murid-murid yang lain; e) Perbanyak praktek di laboratorium; f)
Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya;
g) Perbanyak simulasi dan role playing; h) Biarkan siswa berdiri saat menjelaskan
sesuatu.70
c. Cara untuk Mengenal atau Mengetahui Gaya Belajar Siswa
Cara untuk mengenal atau mengetahui gaya belajar siswa menurut Wijaya
Kusumah bisa kita lakukan antara lain melalui:71
1) Menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui
penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas.
2) Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang
membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah.
3) Melakukan survey atau tes gaya belajar. Tes gaya belajar ini biasanya
menggunakan jasa konsultan atau psikolog tertentu. Karena tes gaya belajar
68
Suyono dan Hariyanto, “Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar”, (Bandung:
PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-3, 2012), h. 152-153. 69
Darmadi, op.cit., h. 170. 70
Ibid., h. 171. 71
Ibid., h. 171-172.
33
ini menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau
tes gaya belajar semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga
memudahkan bagi guru untuk segera mengenal gaya belajar siswa.
d. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa
Gaya belajar siswa sangat penting untuk diketahui beberapa pihak. Pertama,
guru. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat memilih metode dan
media pembelajaran yang cocok untuk siswa nya.72
Dalam hal ini, dituntut
kreativitas guru dalam memvariasikan metode mengajar dan dalam hal pemilihan
media pendidikan.73
Kreativitas guru sangat dibutuhkan untuk mengkolaborasikan
multi metode, multi strategi, multi model, multimedia dan aktivitas belajar sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk
beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran.74
Kedua, orang tua. Bagi orang tua dengan mengetahui gaya belajar anaknya,
memungkinkan bagi mereka untuk menyediakan fasilitas belajar yang sesuai
dengan gaya belajar anak-anak mereka di rumah. Bagi anak dengan gaya belajar
visual, orang tua bisa menyediakan buku-buku serta gambar. Bagi anak dengan
gaya belajar auditori, orang tua bisa menyediakan kaset-kaset pelajaran dan
mengajak mereka berdiskusi. Bagi anak dengan gaya belajar kinestetik, orang tua
bisa menyediakan alat-alat praktek.75
Ketiga, Siswa. Dengan mengetahui gaya belajar sendiri, siswa dapat
menciptakan suasana yang disenanginya untuk belajar. Apakah itu dengan
menyetel musik, berdiskusi dengan teman atau orang tua, dan lain sebagainya.
Sehingga diharapkan motivasi belajar siswa meningkat.76
72
Ibid., h. 174. 73
Ibid., h. 174-175. 74
Rusman, loc. cit. 75
Darmadi, op. cit., h. 175. 76
Ibid.
34
Keempat, sekolah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, sekolah dapat
menyesuaikan sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang peningkatan
prestasi belajar siswa pada sekolah tersebut.77
Kelima, masyarakat. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, masyarakat
dapat menciptakan suasana yang kondusif terutama suasana yang dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena lingkungan masyarakat juga
berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.78
Keenam, instansi terkait, baik instansi pemerintah maupun yayasan-yayasan
swasta yang bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan mengetahui gaya belajar
siswa, instansi terkait dapat lebih memperhatikan hal-hal yang mendukung siswa
sehingga dapat mengembangkan gaya belajar yang dimilikinya. Misalnya terawat
nya fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan daerah, laboratorium, dan taman baca
bagi siswa.79
Ketujuh, akademisi yang akan melakukan penelitian lanjutan. Dengan
mengetahui gaya belajar siswa, akademisi dapat lebih memperhatikan gaya belajar
siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.80
5. Konsep Hukum Newton tentang Gerak
a. Kompetensi Dasar
Menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerakan
benda pada gerak lurus.81
b. Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak
Konsep hukum Newton tentang gerak dimulai dengan menjelaskan konsep
gaya dalam hukum Newton, hukum-hukum Newton tentang gerak dan penerapan
hukum Newton dalam berbagai bidang. Peta konsep hukum Newton tentang gerak
dapat dilihat pada Gambar 2.1:
77
Arylien Ludji Bire, Uda Geradus, dan Josua Bire, “Pengaruh Gaya Belajar Visual,
Auditorial, dan Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal Kependidikan, Vol. 44, No. 2,
2014, h. 174. 78
Ibid. 79
Ibid. 80
Ibid. 81
Kemendikbud, “Silabus Kurikulum 2013 Revisi Mata Pelajaran Fisika”, (Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h. 13.
35
Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak
c. Gaya
Gaya merupakan tarikan atau dorongan yang dapat mengubah keadaan suatu
benda berupa perubahan bentuk benda, perubahan ukuran benda, dan perubahan
keadaan gerak benda.82
Gaya termasuk besaran vektor, yaitu besaran yang
memiliki nilai dan arah.83
Gaya apapun digambarkan pada sebuah diagram dengan
sebuah tanda panah.84
Arah tanda panah tersebut merupakan arah dorongan atau
tarikan, dan panjangnya digambarkan sebanding dengan besar gaya.85
Gaya
disimbolkan dengan F dan satuan SI untuk gaya adalah Newton (N).86
Berikut
jenis-jenis gaya yang akan dipelajari:
82
Raymond A Serway dan John W Jewett, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Terj. dari
PHYSICS for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh Chriswan Sungkono, (Jakarta:
Salemba Teknika, 2014), h. 168. 83
Ibid. 84
Douglas C. Giancoli, “Fisika Edisi Kelima Jilid 1”, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 91. 85
Ibid. 86
John Allum dan Christopher Talbot, “Physics for IB Diploma”, (London: Hodder
Education, 2012), h.37.
36
1) Gaya Berat ( )
Gaya berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda yang selalu
mengarah ke pusat bumi.87
Gaya berat disebut juga berat benda.88
Gaya ini
disimbolkan dengan .89
Benda yang jatuh bebas mengalami percepatan yang
arahnya ke pusat bumi. Karena bergantung pada , maka berat benda berubah-
ubah sesuai lokasi geografisnya. Berat suatu benda ( ) adalah hasil kali massa
benda ( ) dengan percepatan gravitasi bumi ( ) atau:90
(2.1)
Keterangan:
= gaya berat (N)
= massa benda (kg)
= percepatan gravitasi bumi (m.s-2
)
Vektor berat selalu berarah tegak lurus pada permukaan bumi menuju ke
pusat bumi, baik pada bidang horizontal, bidang miring ataupun pada bidang
tegak. Berikut ini gambaran arah vektor gaya berat pada berbagai bidang:
(a) (b)
87
Tom Duncan, “Physics Fifth Edition”, (London: Hodder Education, 2000), h.120. 88
Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 101. 89
Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 178. 90
Bill W. Tillery, “Physical Science Sixth Edition”, (New York: Mc Graw-Hill, 2005), h. 44.
𝒘 𝒘
37
(c) (d)
Gambar 2. 2 Arah Vektor Gaya Berat pada Berbagai Bidang
2) Gaya Normal ( )
Gaya normal didefinisikan sebagai gaya sentuh yang arahnya selalu tegak
lurus terhadap permukaan yang saling bersentuhan.91
Gaya normal juga dapat
dikatakan sebagai gaya yang menyeimbangkan berat benda agar benda tidak
jatuh.92
Gaya normal dilambangkan dengan .93
Gaya normal dan gaya berat
bukan merupakan pasangan aksi-reaksi.94
Vektor gaya normal tegak lurus pada
bidang sentuh, sedangkan vektor gaya berat tegak lurus pada permukaan bumi dan
menuju ke pusat bumi.95
Berikut ini gambaran arah vektor gaya normal pada
berbagai bidang:
(b) (b)
91
Mike Crundel, Geoff Goodwin, dan Chris Mee, “Physics Second Edition”, (London:
Hoder Education, 2014), h. 59. 92
Mohamad Ishaq, “Fisika Dasar Edisi 2”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 66. 93
Ibid. 94
Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 102. 95
Ibid.
𝑵
𝑵
𝒘 𝒘
38
(c) (d)
Gambar 2. 3 Arah Vektor Gaya Normal pada Berbagai Bidang
3) Gaya Gesek ( )
Gaya gesek adalah gaya yang terjadi pada bidang sentuh dari dua benda yang
bersentuhan secara fisik dengan arah sejajar bidang sentuh dan berlawanan
dengan arah gerak benda. Gaya gesek timbul jika permukaan tidak licin atau
koefisien gesekannya tidak 0. Makin kasar permukaan benda, maka akan
semakin besar nilai . Besarnya yaitu 0-1, nilai 1 berarti benda sama sekali
tidak bergerak. Gaya gesek dilambangkan dengan . Gaya gesekan yang dialami
oleh suatu benda dipengaruhi oleh koefisien gesekan antara dua bidang sentuh dan
gaya normal bidang yang memenuhi persamaan berikut:96
(2.2)
Keterangan:
= gaya gesek (N)
= koefisien gesekan
= gaya normal (N)
Gaya gesek terbagi menjadi dua pada keadaan yang berbeda, yaitu gaya gesek
statis ( ) dan gaya gesek kinetis ( ). Gaya gesek statis didefinisikan sebagai
gaya gesekan yang dialami benda ketika benda diam relatif terhadap bidang
sentuhnya dan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:97
96
Mohamad Ishaq, opcit., h. 67. 97
Ibid., h. 68.
𝑵
39
(2.3)
Keterangan:
= gaya gesek statis maksimum (N)
= koefisien gesekan
= gaya normal (N)
Gaya gesek statis pada suatu benda dapat berubah menjadi gaya gesekan
kinetis ketika pada benda tersebut dikerjakan gaya F yang nilainya lebih besar dari
gaya gesek statis maksimum. Sedangkan gaya gesek kinetis didefinisikan sebagai
gaya gesekan yang dialami benda ketika benda bergerak relatif terhadap bidang
sentuhnya dan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:98
(2.4)
Keterangan:
= gaya gesek kinetis (N)
= koefisien gesekan
= gaya normal (N)
Berikut ini deskripsi bergerak atau tidaknya benda pada bidang kasar yang
ditarik oleh gaya sebesar :99
a) Jika , maka benda tidak bergerak dan
b) Jika , maka benda tepat akan bergerak dan
c) Jika , maka benda bergerak dan
4) Gaya Tegangan Tali ( )
Gaya tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada kedua ujung tali ketika
seutas tali tegang.100
Jika tali dalam keadaan setimbang dan jika tidak ada gaya
yang bekerja kecuali pada ujungnya, tegangannya akan sama pada kedua
98
Ibid. 99
Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 197. 100
Ibid., h. 183.
40
ujungnya dan di seluruh tali.101
Berikut ini gambaran arah gaya tegangan tali yang
bekerja pada suatu benda:
(a) (b)
Gambar 2. 4 Arah Gaya Tegangan Tali
d. Hukum-Hukum Newton tentang Gerak
1) Hukum I Newton
Hukum I Newton sering disebut dengan hukum inersia, yaitu kecenderungan
sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada
garis lurus. Hukum pertama Newton menyatakan bahwa: “Setiap benda tetap
berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus,
kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.”102
Hukum tersebut dapat dinyatakan
secara matematis dengan persamaan berikut:103
∑
(2.5)
Saat ∑ gaya-gaya pada benda seimbang dan percepatan nol ( ),
hal ini menunjukkan bahwa benda dalam keadaan diam atau bergerak pada suatu
garis lurus dengan kecepatan tetap.104
101
Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, “Fisika Univesitas”, Terj. dari University
Physics Tenth Edition oleh Endang Juliastuti, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 109. 102
Ibid., h. 154. 103
Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 93. 104
Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, op.cit., h. 96.
𝑚
𝑻
𝑻
𝑚 𝑚2 𝑻𝟏 𝑻𝟐
𝑭
41
2) Hukum II Newton
Hukum II Newton membahas tentang sebuah benda yang diberikan gaya
total. Hukum tersebut menyatakan bahwa: “Percepatan sebuah benda berbanding
lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan
massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.
Bentuk persamaannya dapat dituliskan:
∑
(2.6)
dimana adalah percepatan, adalah massa, dan ∑ merupakan gaya total.105
3) Hukum III Newton
Hukum III Newton menyatakan bahwa: “Ketika suatu benda memberikan
gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar
tetapi berlwanaan arah terhadap benda yang pertama”. Hukum ini kadang disebut
sebagai “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Gaya aksi
dan gaya reaksi bekerja pada benda yang berbeda.106
Bentuk persamaan
matematisnya dapat dituliskan:
∑ ∑
(2.7)
e. Penerapan Hukum-Hukum Newton tentang Gerak
1) Gerak benda pada bidang datar
Gerak benda pada bidang datar dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:
105
Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 95. 106
Ibid., h. 97.
42
Gambar 2. 5 Gerak Benda pada Bidang Datar107
dimana adalah gaya gesek, adalah gaya normal, adalah gaya tarik, dan
adalah gaya berat.
2) Gerak benda pada bidang miring
Gerak benda pada bidang miring dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini:
Gambar 2. 6 Gerak Benda pada Bidang Miring108
3) Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol
Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi
bila suatu benda dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol yang dapat dilihat
pada Tabel 2.1 berikut ini:
107
Mohamad Ishaq, opcit., h. 75. 108
Ibid., h. 73.
𝑵
𝒘
𝑭 𝒇
𝒘 𝜽
43
Tabel 2. 1 Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah
Katrol109
Dua Buah Benda yang Dihubungkan
dengan Katrol
Sebuah Benda Terletak di Atas Meja
yang Dihubungkan dengan Benda
yang Tergantung Vertikal melalui
Sebuah Katrol
Percepatan:
( )
( )
Percepatan:
( )
Tegangan Tali:
( )
atau
( )
Tegangan Tali:
( )
atau
109
Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 194.
44
4) Gerak Benda dalam Lift
Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat dilihat
pada Tabel 2.2 berikut ini:
Tabel 2. 2 Gerak Benda dalam Lift110
Lift Diam atau
Bergerak dengan
Kecepatan Konstan
Lift Dipercepat ke Atas Lift Dipercepat ke Bawah
( )
( )
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan
dilakukan, diantaranya:
1. Jurnal Neelu Jangid dan Umed Singh Inda (2016) yang berjudul
“Effectiveness of Remedial Teaching on Thinking Strategies of Slow
Learners”. Sampel penelitian ini adalah 22 siswa yang telah diidentifikasi dan
disaring sebagais slow learner. Penelitian ini menggunakan quasi-
experimental design dengan experimental and control group purposively.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengajaran remedial dapat
membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan dasar mereka.111
2. Jurnal Norasmah Othman dan Mohd. Hasril Amiruddin (2010) yang berjudul
“Different Perspectives of Learning Styles from VARK Model”, menunjukkan
110
Ibid., h. 192. 111
Neelu Jangid dan Umed Singh Inda, “Effectiveness of Remedial Teaching on Thinking
Strategies of Slow Learners”, The International Journal of Indian Psychology, Vol. 4, No. 84,
2016, p. 98.
45
bahwa siswa akan lebih mudah memahami atau menerima informasi yang
didapat apabila informasi tersebut disampaikan sesuai dengan gaya
belajarnya. Hal ini karena gaya belajar yang tepat dan efektif dapat membantu
siswa untuk mendapatkan prestasi dalam pembelajaran mereka.112
3. Jurnal Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang
(2018) yang berjudul “The VARK Learning Style of the University Student in
Computer Course”. Sampel penelitian ini adalah 145 mahasiswa yang
terdaftar mengikuti kursus komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
desain bahan ajar harus dilakukan dengan menciptakan kegiatan yang kreatif
dan lingkungan yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam rangka
meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa. Pendekatan ini akan
meningkatkan prestasi belajar siswa.113
4. Jurnal Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto (2018)
yang berjudul “Science Education Adaptive Learning System as A Computer-
Based Science Learning with Learning Style Variations”. Sampel penelitian
ini adalah siswa di tiga SMPN dan MTS di Tangerang Selatan. Penelitian ini
menggunakan metodologi campuran, yaitu Akker, Gravemeijer, McKenney,
dan Nieveen dengan tahapan preliminary research, prototyping stage,
summative evaluation, systematic reflection, and documentation. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa gaya belajar siswa sebagai faktor yang
signifikan dalam keefektifan belajar, terlebih menggunakan media ScED-
Adaptive Learning System yang sudah disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing gaya belajar.114
5. Skripsi Cut Nurbani (2013) yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen
terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa SMP Negeri 2 Peukan Baro”.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini
112
Norasmah Othman dan Mohd Hasril Amiruddin, “Different Perspectives of Learning
Styles from VARK Model”, Procedia Social and Behavioral Sciences 7(C), Elsevier, 2010, p.
658. 113
Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, “The VARK Learning
Style of the University Student in Computer Course”, International Journal of Learning and
Teaching, Vol. 4, No. 2, 2018, p. 105. 114
Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, op.cit., p. 711.
46
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode
pembelajaran eksperimen lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
diajarkan dengan metode pembelajaran non eksperimen.115
6. Jurnal Fitri Aprilyanti (2016) yang berjudul “Penerapan Metode Eksperimen
dengan Alat-Alat Sederhana Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses
Sains Siswa”. Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas VIII A SMP PGRI
3 Sekampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan
metode eksperimen dengan alat-alat sederhana dapat meningkatkan
keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
gaya dan hukum Newton.116
7. Jurnal Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi (2016) yang berjudul “Pengaruh
Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika
Pokok Bahasan Listrik Dinamis”. Sampel penelitian ini adalah 93 siswa kelas
X SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. Penelitian ini menggunakan metode
kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan
prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan listrik dinamis yang
diajarkan dengan menggunakan metode eksperimen berada pada kategori
sangat tinggi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada
perbedaan signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang
pembelajarannya menggunakan metode eksperimen dibandingkan dengan
metode konvensional.117
8. Jurnal Nurhadi Saputro dan Hidayati (2017) yang berjudul “Pengaruh Metode
Eksperimen terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Cahaya”. Sampel
penelitian ini adalah 38 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Prambanan yang
terdiri dari 19 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 19 siswa sebagai
115
Cut Nurbani, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa
SMP Negeri 2 Peukan Baro”, Skripsi pada Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh,
2013, h. 10. 116
Fitri Aprilyanti, “Penerapan Metode Eksperimen dengan Alat-Alat Sederhana Fisika untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika Universitas
Muhammadiyah Metro, Vol. IV, No. 1, 2016, h. 1. 117
Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi, op.cit., h. 94.
47
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group
design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
sangat signifikan penggunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar
fisika siswa pada pokok bahasan cahaya.118
9. Skripsi Neti Damayanti (2014) yang berjudul “ Pengaruh Metode Eksperimen
terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Tekanan”. Sampel
penelitian ini adalah 50 siswa kelas VIII SMP Darul Mukhlishin Jakarta Barat
yang terdiri dari 25 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 25 siswa sebagai
kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group
design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan metode eksperimen terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep
tekanan. Hasil tersebut terlihat dari rerata skor posttest kelas eksperimen yang
diterapkan metode eksperimen yaitu sebesar 74,24, sedangkan kelas kontrol
hanya memiliki rerata skor posttest sebesar 69,28.119
10. Jurnal Yuliana Subekti dan A. Ariswan (2016) yang berjudul “Pembelajaran
Fisika dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Kognitif dan Keterampilan Proses Sains”. Sampel penelitian ini adalah 64
siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster randomized sampling.
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar fisika
aspek kognitif dan keterampilan proses sains ditinjau dari kemampuan awal
fisika pada siswa kelas X di SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan model
pembelajaran inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen.120
11. Skripsi Adnan Rannu Wijaya (2017) yang berjudul “Pengaruh Metode
Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Menegah
Atas”. Sampel penelitian ini adalah 83 siswa kelas X SMAN 2 Purwakarta.
118
Nurhadi Saputro dan Hidayati, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Prestasi Belajar
Fisika Pokok Bahasan Cahaya”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika- Compton, Vol. 4, No. 1, 2017,
h. 65. 119
Neti Damayanti, “ Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada
Konsep Tekanan”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 53. 120
Yuliana Subekti dan A. Ariswan, “Pembelajaran Fisika dengan Metode Eksperimen untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Proses Sains”, Jurnal Inovasi Pendidikan
IPA, Vol. 2, No. 2, 2016, h. 252.
48
Penelitian ini menggunakan metode true experimental dengan pretest-posttest
control group design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa
penerapan metode eksperimen dapat mengembangkan kemampuan dalam
ranah kognitif dan sikap ilmiah siswa SMA.121
12. Jurnal Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa (2017) yang berjudul “Identifikasi dan
Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum Newton dengan Menggunakan
Metode Eksperimen di MAN Darussalam”. Sampel penelitian ini adalah 25
siswa kelas X MIA 3 MAN Darussalam. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa untuk materi Hukum Newton
sangat tinggi mencapai 44,8% secara keseluruhan dengan menggunakan 10
butir soal. Kemudian setelah diremediasikan dengan menggunakan metode
eksperimen dan mengajarkan dengan media tayang PPT dan animasi maka
tingkat miskonsepsi menurun menjadi 25,6% secara keseluruhan.122
13. Skripsi Ridwan Sawaludin (2013) yang berjudul “Penerapan Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman
Konsep Fisika Siswa”. Sampel penelitian ini adalah 20 siswa kelas XI IPA di
salah satu SMA Swasta di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode
kuasi eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa mengalami
peningkatan setelah diterapkannya metode eksperimen pada kategori sedang
dengan nilai rata-rata n-gain sebesar 0,65.123
14. Jurnal Eka Iriyanti dan Virman (2017) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan
Metode Eksperimen Terhadap Minat, Keaktifan, dan Hasil Belajar pada
Materi Gelombang Bunyi Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Raja Ampat
Kabupaten Raja Ampat”. Sampel penelitian ini adalah 35 siswa kelas XII IPA
121
Adnan Rannu Wijaya, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan Sikap
Ilmiah Siswa Sekolah Menegah Atas”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,
2017, h. ii. 122
Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, op.cit., h. 133. 123
Ridwan Sawaludin, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan
Proses Sains dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”, Skripsi pada Universitas Pendidikan
Indonesia, Bandung, 2013, h. 57.
49
1 SMA Negeri 1 Raja Ampat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
berbentuk korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh yang kuat penggunaan metode eksperimen terhadap minat belajar
pada materi gelombang bunyi siswa kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Raja
Ampat dengan atau nilai signifikansi 0,000
0,05. Selain itu hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan sebesar
0,58 yang termasuk kategori sedang.124
C. Kerangka Berpikir
Tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari fisika,
khususnya pada konsep hukum Newton tentang gerak. Setiap siswa memiliki gaya
belajarnya masing-masing yang membuat mereka lebih mudah dalam memahami
informasi yang didapat. Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep
hukum Newton tentang gerak ketika guru tidak mengoptimalkan gaya belajarnya.
Padahal, siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang digunakan oleh guru
sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran yang
digunakan. Dalam pembelajaran, guru tidak mengoptimalkan kemampuan
gerakan, sentuhan, praktik, atau pengalaman belajar siswa kinesthetic style secara
langsung, melainkan siswa hanya mendengarkan penjelasan teori saja dari guru.
Sehingga membuat siswa kinesthetic style sulit memahami informasi atau materi
yang disampaikan. Kesulitan siswa kinesthetic style dalam memahami konsep
hukum Newton tentang gerak ini menyebabkan hasil belajar mereka pada konsep
tersebut tidak mencapai KKM atau tidak tuntas, sehingga mereka diharuskan
mengikuti program remedial untuk diberikan pengajaran ulang. Oleh karena itu,
penulis mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan treatment
khusus berupa metode eksperimen dalam pembelajaran remedial untuk siswa
kinesthetic style yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka pada
124
Eka Iriyanti dan Virman, “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Minat,
Keaktifan, dan Hasil Belajar pada Materi Gelombang Bunyi Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1
Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat”, Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2017, h.
46.
50
konsep hukum Newton tentang gerak. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini:
Gambar 2. 7 Kerangka Berpikir
Siswa kinesthetic style mengalami kesulitan dalam
mempelajari konsep hukum Newton tentang gerak.
Siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang
digunakan oleh guru sesuai dengan karakteristik gaya
belajarnya melalui metode pembelajaran yang
digunakan.
Guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan,
sentuhan, praktik, atau pengalaman belajar siswa
kinesthetic style ketika pembelajaran berlangsung.
Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep
hukum Newton tentang gerak ketika guru tidak
mengoptimalkan gaya belajar siswa kinesthetic style.
Hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep
hukum Newton tentang gerak belum mencapai KKM
atau tidak tuntas.
Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran
remedial.
Hasil belajar siswa kinesthetic style meningkat.
51
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data.125
Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka
hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep
hukum Newton tentang gerak.
125
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta,
Cet. ke-23, 2016), h. 64.
52
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan
yang berlokasi di Komplek Perumahan Puri Bintaro Hijau Blok F IV, Kelurahan
Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten
15224. Penelitian ini berlangsung selama tiga minggu dimulai pada tanggal 14
Februari s/d 5 Maret pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 dimulai dari
kegiatan pretest hingga posttest.
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen semu (quasi experimental). Metode ini mempunyai kelompok kontrol,
tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar
yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Desain penelitian yang digunakan
adalah nonequivalent control group design. Desain penelitian ini melibatkan dua
kelompok penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua
kelompok tersebut tidak dipilih secara random.2
Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah diberikan tes gaya belajar
VARK untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Kedua
kelompok tersebut juga telah mengikuti ulangan harian (pretest) dari peneliti
untuk mengetahui siswa mana yang tidak tuntas terkait konsep hukum Newton
tentang gerak. Siswa yang tidak tuntas diberikan perlakuan (treatment) yang
berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode eksperimen sedangkan kelompok kontrol
diberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial dengan menggunakan metode
konvensional. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok ini diberikan posttest
untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa
1 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, Cet.
ke-23, 2016), h. 77. 2 Ibid., h. 79.
53
kinesthetic style yang tidak tuntas pada konsep hukum Newton tentang gerak.
Desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:
Tabel 3. 1 Nonequivalent Control Group Design3
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
KE O X O
KK O X1 O
Keterangan :
KE = kelompok eksperimen.
KK = kelompok kontrol.
O = pretest (tes awal yang diberikan sebelum perlakuan kepada kedua
kelompok) dan posttest (tes akhir yang diberikan setelah perlakuan kepada
kedua kelompok).
X = perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode eksperimen.
X1 = perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu pembelajaran
remedial dengan menggunakan metode konvensional.
C. Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini melewati tiga tahap, yaitu: tahap awal, tahap
pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut pemaparan dari tiap-tiap tahapan:
1. Tahap awal
a. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan terdiri dari: observasi dan wawancara mengenai
pembelajaran fisika, remedial teaching, dan gaya belajar siswa. Observasi
dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa kelas XI MIPA SMA
Negeri Kota Tangerang Selatan. Sedangkan wawancara ditujukan kepada
guru fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan.
3 Friska Septiani, “The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving Student’s
Understanding”, Conference Paper, 2017, p. 2.
54
b. Merumuskan Masalah
Rumusan masalah ditentukan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang
ditemukan dari hasil studi pendahuluan.
c. Menyusun instrumen tes, instrumen non tes, dan RPP (Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran)
Instrumen tes dan RPP disusun dengan menyesuaikan IPK (Indikator
Pencapaian Kompetensi) yang belum dicapai oleh siswa yang tidak tuntas
pada konsep hukum Newton tentang gerak. Sedangkan instrumen non tes
disusun dengan indikator mengenai respon siswa kinesthetic style kelompok
eksperimen terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran
remedial dan respon siswa kinesthetic style kelompok kontrol terhadap
penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran remedial.
d. Menyelesaikan perizinan uji kelayakan instrumen dan penelitian
Peneliti membuat surat perizinan untuk menguji kelayakan instrumen yang
telah dibuat kepada para ahli dan membuat surat perizinan untuk melakukan
penelitian.
e. Uji kelayakan instrumen
Instrumen yang telah dibuat diuji oleh para ahli, yaitu ahli materi, ahli
konstruk dan ahli bahasa
f. Menganalisis data hasil uji kelayakan instrumen
Instrumen yang telah diuji kelayakan nya dianalisis untuk dipergunakan pada
pretest dan posttest sebagai tes pengukur hasil belajar siswa kinesthetic style
pada penelitian ini.
2. Tahap pelaksanaan
a. Tes gaya belajar VARK
Tes gaya belajar VARK diberikan kepada siswa kelas X MIPA SMA Negeri
5 Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya
belajar kinestetik.
55
b. Pretest
Pretest diberikan kepada seluruh siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota
Tangerang Selatan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kinesthetic style
sebelum diberi perlakuan, sehingga dapat ditentukan siswa kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
c. Pembelajaran remedial
Pembelajaran remedial pada kelas eksperimen menggunakan metode
eksperimen, sedangkan pembelajaran remedial pada kelompok kontrol
menggunakan metode konvensional.
d. Posttest
Posttest diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk
mengetahui kemampuan akhir siswa kinesthetic style setelah diberikan
perlakuan.
e. Penyebaran angket respon siswa
Angket respon siswa diberikan kepada kelompok eksperimen untuk
mengetahui bagaimana respon siswa kinesthetic style terhadap penggunaan
metode eksperimen dalam pembelajaran remedial yang telah mereka
laksanakan, selain itu angket respon siswa juga diberikan kepada kelompok
kontrol untuk mengetahui bagaimana respon siswa kinesthetic style terhadap
penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran remedial yang telah
mereka laksanakan.
3. Tahap akhir
a. Menganalisis data hasil penelitian
Peneliti menganalisis data hasil penelitian selama tahap pelaksanaan.
b. Menguji hipotesis
Setelah data dianalisis, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui
adanya pengaruh metode eksperimen dalam pembelajaran remedial terhadap
hasil belajar siswa kinesthetic style.
c. Penarikan kesimpulan penelitian
Data yang telah diuji hipotesis, kemudian ditarik kesimpulan nya.
56
Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:
Gambar 3. 1 Tahapan Prosedur Penelitian
Tahap Awal
Studi
pendahuluan
(observasi
dan
wawancara
guru fisika)
Merumus
kan
masalah
Menyusun
instrumen
tes,
instrumen
non tes,
dan RPP
Menyelesai
kan
perizinan
uji
kelayakan
instrumen
Uji
kelayakan
instrumen
Mengana-
lisis data
hasil uji
kelayakan
instrumen
Tahap Pelaksanaan
Tes gaya
belajar
VARK
Pretest
Pembelajaran remedial
dengan menggunakan
metode eksperimen
(kelas eksperimen)
dan metode
konvensional (kelas
kontrol)
Posttest
Penyebaran angket
respon siswa
terhadap metode
eksperimen (kelas
eksperimen) dan
metode konvensional
(kelas kontrol)
Tahap Akhir
Menganalisis data hasil
penelitian Menguji hipotesis
Penarikan kesimpulan
penelitian
57
D. Variabel Penelitian
Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan nya.4 Variabel bebas (independen),
yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau
timbulnya variabel terikat (dependen) sedangkan variabel terikat (dependen), yaitu
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.5
Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu satu variabel bebas
dan satu variabel terikat. Variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian yaitu:
Variabel bebas (independen) : Metode eksperimen dalam pembelajaran remedial
Variabel terikat (dependen) : Hasil belajar siswa kinesthetic style
E. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.6 Populasi pada penelitian ini
adalah siswa kelas X MIPA semester genap tahun ajaran 2018/2019 SMAN 5
Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 142 siswa yang terdiri dari 4 kelas
dengan populasi target berjumlah 140 siswa kelas X MIPA yang tidak tuntas pada
konsep hukum Newton tentang gerak.
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.7 Sampel yang
diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).8 Sampel
ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.9 Pertimbangan yang digunakan
dalam pemilihan sampel yaitu kelompok siswa kinesthetic style yang tidak tuntas
pada konsep hukum Newton tentang gerak sehingga perlu mendapatkan bantuan
berupa pembelajaran remedial. Ketidaktuntasan siswa diperoleh dari hasil ulangan
harian (pretest) siswa pada konsep tersebut. Menurut Roscoe, ukuran sampel yang
4 Sugiyono, op.cit., h. 38.
5 Ibid., h. 39.
6 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h. 173. 7 Ibid., h. 174.
8 Sugiyono, op.cit., h. 81.
9 Ibid., h. 85.
58
layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.10
Sampel yang
digunakan pada penelitian ini berjumlah 36 siswa. Sampel ini terbagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok
eksperimen adalah kelompok yang terdiri dari siswa kinesthetic style yang tidak
tuntas dan memiliki rata-rata hasil ulangan harian yang lebih rendah dari
kelompok kontrol. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang terdiri
dari siswa kinesthetic style yang tidak tuntas dan memiliki rata-rata hasil ulangan
harian yang lebih tinggi dari kelompok eksperimen dengan perbedaan rata-rata
yang tidak terlalu jauh. Dari hasil pemilihan sampel, maka ditentukan kelompok
eksperimen berjumlah 18 siswa dan kelompok kontrol berjumlah 18 siswa.
Roscoe menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20.11
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
teknik pengumpulan data sebelum pembelajaran, ketika pembelajaran, dan setelah
pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:
Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data
Tahap Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
Sebelum
pembelajaran
menggunakan
perlakuan
yang
ditetapkan.
Beberapa
siswa di
SMA
Negeri
Kota
Tangerang
Selatan.
Informasi
tentang
proses
pembelajaran
yang biasa
dilakukan,
metode
pembelajaran,
hasil belajar
siswa,
pembelajaran
Angket
observasi
Lembar
angket
Guru fisika
di SMA
Negeri 5
Kota
Wawancara Pedoman
wawancara
10
Ibid., h. 90-91. 11
Ibid., h. 91.
59
Tahap Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
Tangerang
Selatan.
remedial, dan
gaya belajar
siswa.
Siswa kelas
X MIPA
SMA
Negeri 5
Kota
Tangerang
Selatan.
Informasi
tentang gaya
belajar siswa.
Tes gaya
belajar
Instrumen
tes gaya
belajar
VARK.
Ketika
Pembelajaran.
Kelompok
eksperimen
dan
kelompok
kontrol.
Hasil ulangan
harian
(pretest) pada
konsep
hukum
Newton
tentang gerak
untuk
mengetahui
siswa yang
tidak tuntas
pada konsep
tersebut.
Tes pretest Butir soal
pilihan
ganda
ranah
kognitif
C1, C2, C3,
dan C4
taksonomi
Bloom
revisi.
Hasil
remedial test
(posttest)
setelah
diberikan
perlakuan
untuk
mengetahui
pengaruh
metode
eksperimen
dalam
pembelajaran
remedial
terhadap hasil
belajar siswa
kinesthetic
style.
Tes posttest
Setelah
pembelajaran
Kelompok
eksperimen.
Respon siswa
kinesthetic
Angket respon
siswa
Lembar
angket.
60
Tahap Sumber
Data Jenis Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen
berlangsung. style terhadap
metode
eksperimen
dalam
pembelajaran
remedial.
Kelompok
kontrol.
Respon siswa
kinesthetic
style terhadap
metode
konvensional
dalam
pembelajaran
remedial.
Angket respon
siswa
Lembar
angket.
Lampiran A.1, A.2, B.1, B.6, B.8, dan B10
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur
variabel penelitian.12
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
instrumen tes dan instrumen non tes.
1. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:
instrumen tes gaya belajar VARK dan instrumen tes hasil belajar.
a. Instrumen Tes Gaya Belajar VARK
Instrumen tes gaya belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah
instrumen gaya belajar VARK (Visual, Aural, Read-Write, Kinesthetic)13
dimana
instrumen ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki
siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan, sehingga dapat
diketahui siswa mana saja yang memiliki gaya belajar kinestetik. Instrumen tes
gaya belajar VARK terdiri dari 16 butir soal pilihan ganda, setiap pilihan ganda
menentukan masing-masing gaya belajar. Instrumen tes gaya belajar VARK dapat
dilihat pada Lampiran B.1.
12
Ibid., h. 102. 13
Neil D. Fleming dan Colleen Mills, “The Vark Questionnaire for Younger People”, diakses
dari http://vark-learn.com/the-vark-questionnaire/the-vark-questionnaire-for-younger-people/.
61
b. Instrumen Tes Hasil Belajar
Instrumen tes hasil belajar yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda.
Instrumen ini diberikan kepada siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota
Tangerang Selatan yang dijadikan sampel pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Instrumen tes digunakan sebelum pembelajaran remedial yaitu
saat ulangan harian (pretest) dan sesudah pembelajaran remedial (posttest).
Instrumen tes yang digunakan telah memenuhi kisi-kisi instrumen penelitian.
Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Aspek
Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menyebutkan
jenis-jenis
gaya
Disajikan gambar
sistem benda di
bidang datar yang
kasar, siswa dapat
menyebutkan gaya-
gaya yang bekerja
pada fenomena
tersebut sesuai dengan
nomor yang
ditentukan.
1 1
Disajikan gambar
sistem benda di
bidang miring yang
kasar, siswa dapat
menyebutkan gaya-
gaya yang bekerja
pada fenomena
tersebut sesuai dengan
nomor yang
ditentukan.
2 1
Menjelaskan
jenis-jenis
gaya
Disajikan suatu
fenomena benda
bergerak dipermukaan
lantai yang kasar,
siswa dapat
menjelaskan gaya
gesek yang bekerja
pada benda.
3 1
62
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Aspek
Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menentukan
gaya-gaya
yang bekerja
pada suatu
sistem
Disajikan gambar dua
buah benda yang
dihubungkan dengan
tali melalui katrol,
siswa dapat
menentukan gaya-
gaya yang bekerja
pada benda.
4, 5 2
Mendiagram-
kan gaya-gaya
yang bekerja
pada suatu
sistem
Disajikan fenomena
gerak benda dalam
kehidupan sehari-hari,
siswa dapat
mendiagramkan gaya-
gaya yang bekerja
sesuai dengan
persoalan gerak
benda.
6, 7 2
Mengidentifika
si fenomena
penerapan
hukum-hukum
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Disajikan beberapa
fenomena dalam
kehidupan sehari-hari,
siswa dapat
mengidentifikasi
pernyataan yang tidak
sesuai dengan hukum
III Newton
berdasarkan fenomena
tersebut.
8 1
Disajikan gambar
fenomena hukum II
Newton, siswa dapat
mengidentifikasi
pernyataan yang tidak
sesuai dengan hukum
II Newton
berdasarkan gambar.
9 1
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum I
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Disajikan gambar
suatu fenomena dalam
kehidupan sehari-hari,
siswa dapat
menjelaskan
fenomena berdasarkan
hukum I Newton.
10 1
63
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Aspek
Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum II
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Disajikan gambar
suatu fenomena dalam
kehidupan sehari-hari,
siswa dapat
menjelaskan
fenomena berdasarkan
hukum II Newton.
11 1
Menjelaskan
fenomena
penerapan
hukum III
Newton dalam
kehidupan
sehari-hari
Disajikan gambar
fenomena meluncur
nya roket ke atas,
siswa dapat
menjelaskan
fenomena berdasarkan
hukum III Newton.
12 1
Menerapkan
formulasi
hukum
Newton untuk
menyelesaikan
permasalahan
dinamika
gerak
Disajikan gambar
fenomena seseorang
di dalam lift, siswa
dapat menerapkan
formulasi hukum II
Newton untuk
menyelesaikan
permasalahan
dinamika gerak.
13 1
Disajikan gambar
benda di bidang
miring, siswa dapat
menerapkan formulasi
hukum I Newton
untuk menyelesaikan
permasalahan
dinamika gerak.
14 1
Menganalisis
hubungan
antara gaya,
massa, dan
percepatan
benda pada
gerak lurus
Disajikan tabel hasil
percobaan hukum II
Newton dengan massa
sama, siswa dapat
menganalisis dengan
tepat hubungan antar
variabel berdasarkan
hukum II Newton.
15 1
Disajikan gambar
benda di bidang
miring, dan tabel hasil
16 1
64
Indikator
Pembelajaran Indikator Soal
Nomor Soal Aspek
Kognitif Jumlah
Soal C1 C2 C3 C4
percobaan dengan
massa sama dan sudut
kemiringan bidang
berbeda, siswa dapat
menganalisis dengan
tepat hubungan antar
variabel berdasarkan
hukum II Newton.
Jumlah Soal 4 4 4 4 16
Persentase 25% 25% 25% 25% 100%
Lampiran B.2 dan B.3
Sebuah instrumen tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat kriteria,
yaitu: validitas; reliabilitas; taraf kesukaran; dan daya pembeda. Untuk memenuhi
keempat kriteria tersebut, maka peneliti melakukan uji kelayakan instrumen
dengan menggunakan bantuan software Anates V4. Berikut ini adalah pengujian
yang berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:
1) Uji Validitas Instrumen
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak
diukur.14
Uji validitas dalam penelitian ini meliputi validitas konstruk dan
validitas isi. Berikut pemaparannya:
a) Uji Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan suatu ukuran dari valid atau tidaknya suatu alat
ukur berdasarkan cocok atau tidaknya dengan konstruksi teoritik dimana tes itu
dibuat.15
Rumus untuk menguji validitas butir soal adalah menggunakan teknik
korelasi biserial. Rumus korelasi biserial yang digunakan sebagai berikut:16
14
Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”, (Jakarta: Bumi
Aksara, 2018), h. 73. 15
Iwan Permana Suwarna, Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan
“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa Melalui Computer Based Test pada
Program Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITPEN)
LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 49. 16
Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 93.
65
√
(3.1)
Keterangan:
= koefisien korelasi biserial
= rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari
validitasnya.
= rerata skor total
= standar deviasi dari skor total proporsi
= proporsi siswa yang menjawab benar
(
)
= proporsi siswa yang menjawab salah ( )
Uji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
Anates V4 yang dapat dilihat dari hasil output di Anates V4 dengan
membandingkan dengan pada taraf signifikansi 5% dan menetapkan
derajat kebebasan terlebih dahulu yaitu . Tabel kategori validitas
lapangan berdasarkan perbandingan output dengan dapat dilihat pada
Tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3. 4 Kategori Validitas17
Ketentuan skor Kategori
Valid
Tidak Valid
Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas
butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5 berikut ini:
17
Ibid., h. 89.
66
Tabel 3. 5 Interpretasi Validitas18
Koefisien Korelasi Kriteria
0,80 1,00 Sangat Tinggi
0,60 0,80 Tinggi
0,40 0,60 Cukup
0,20 0,40 Rendah
0,00 0,20 Sangat Rendah
Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini:
Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes
Statistik Butir Soal
Jumlah Soal 16
Jumlah Siswa 30
Nomor Soal Valid 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16
Jumlah Soal Valid 12
Persentase Soal Valid 75%
Lampiran B.4.d.
b) Uji Validasi Isi
Validasi isi dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian keakuratan atau
ketepatan atau kesesuaian dari para judgment/ ahli dalam menilai kesesuaian
antara item dengan indikator tes.19
Item soal di dalam instrumen harus
menunjukkan indikator yang representatif dari domain yang hendak di ukur.20
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus
tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.21
Penilaian
tersebut terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek konten/materi, aspek konstruk,
dan aspek bahasa. Aspek konten/materi mengukur kesesuaian isi materi fisika
dalam soal dengan materi fisika yang digunakan yaitu hukum Newton tentang
18
Ibid. 19
Iwan Permana Suwarna, op.cit., h. 50. 20
Ibid. 21
Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 82.
67
gerak. Aspek konstruk mengukur kesesuaian isi instrumen soal dengan teori
penyusunan soal. Aspek bahasa mengukur kesesuaian bahasa yang digunakan
dalam soal dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia.
Hasil penilaian oleh para ahli diolah dengan menggunakan content validity
ratio (CVR) dan content validity index (CVI). CVR dihitung dengan
menggunakan Nilai CVR dan Koefisien Kappa yang ditentukan dengan cara:22
(3.2)
Keterangan:
= rasio validitas isi
= jumlah ahli atau judgment pemberi nilai (penting/relevan/esensial)
= jumlah ahli atau judgment
Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan
bahwa setidaknya setengah judgment menilai item sebagai penting/esensial.
Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi
validitas isinya. Setelah mengetahui nilai CVR selanjutnya mencari nilai CVI.
Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR.23
∑
(3.3)
Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:
Tabel 3. 7 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)24
Rentang Nilai Kategori
0,00-0,33 Tidak Sesuai
0,34-0,67 Sesuai
0,68-1,00 Sangat Sesuai
22
Iwan Permana Suwarna, loc.cit. 23
Ibid., h. 51. 24
Ibid.
68
Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:
Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Isi
Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori
Konten materi 0,99 Sangat Sesuai
Konstruksi 0,99 Sangat Sesuai
Bahasa 0,99 Sangat Sesuai
Lampiran B.4.a., B.4.b., dan B.4.c.
2) Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang
sama.25
Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, yaitu:26
(
) (
∑
) (3.4)
Keterangan:
= reliabilitas secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( )
∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q
= banyaknya item
= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan software
Anates V4, kemudian output nilai koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam
sebuah kriteria reliabilitas. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut
ini:
Tabel 3. 9 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas27
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,80 1,00 Sangat Tinggi
25
Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 104. 26
Ibid., h. 115. 27
Ibid., h. 89.
69
Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas
0,60 0,80 Tinggi
0,40 0,60 Cukup
0,20 0,40 Rendah
0,00 0,20 Sangat Rendah
Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini:
Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas
Statistik Reliabilitas Soal
0,85
Kesimpulan Sangat Tinggi
Lampiran B.4.e.
3) Taraf Kesukaran
Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kualitas soal. Soal yang baik
adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.28
Soal yang terlalu
mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.
Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa
dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.
Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai dengan
1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Besarnya indeks
kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:29
(3.5)
Keterangan:
= indeks kesukaran
= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
= jumlah seluruh siswa peserta tes
28
Ibid., h. 222. 29
Ibid., h. 223.
70
Uji taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
Anates V4 kemudian output indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah
klasifikasi tertentu. Kategori indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.11
berikut ini:
Tabel 3. 11 Kategori Indeks Kesukaran30
Interval Indeks
Kesukaran
Kategori
0,00-0,30 Sukar
0,31-0,70 Sedang
0,71-1,00 Mudah
Hasil uji taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:
Tabel 3. 12 Hasil Uji Taraf Kesukaran
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Mudah 4 25%
Sedang 9 56,25%
Sukar 3 18,75%
Jumlah 16 100%
Lampiran B.4.g.
4) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai
(berkemampuan rendah).31
Rumus yang digunakan untuk menentukan daya
pembeda (indeks diskriminasi) soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:32
(3.6)
30
Ibid., h. 225. 31
Ibid., h. 226. 32
Ibid., h. 228.
71
Keterangan:
= indeks diskriminasi (daya pembeda)
= jumlah peserta tes
= banyaknya peserta kelompok atas
= banyaknya peserta kelompok bawah
= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar
= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Uji daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan software
AnatesV4 kemudian output daya pembeda diinterpretasikan dalam sebuah
klasifikasi tertentu. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.13
berikut ini:33
Tabel 3. 13 Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Kategori
Negatif Drop
0,00-0,20 Jelek
0,21-0,40 Cukup
0,41-0,70 Baik
0,71-1,00 Baik sekali
Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini:
Tabel 3. 14 Hasil Uji Daya Pembeda
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Drop - -
Jelek 3 18,75%
Cukup 3 18,75%
33
Ibid., h. 232.
72
Kriteria Soal Butir Soal
Jumlah Soal Persentase
Baik 4 25%
Baik sekali 6 37,5%
Jumlah 16 100%
Lampiran B.4.f.
2. Instrumen Non Tes
a. Pedoman Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada tahap sebelum pembelajaran
(studi pendahuluan) kepada guru fisika di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan guna
untuk mengetahui informasi tentang proses pembelajaran yang biasa dilakukan,
metode pembelajaran, hasil belajar siswa, pembelajaran remedial, dan gaya
belajar siswa. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut
ini:
Tabel 3. 15 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara
No. Indikator Nomor Butir Soal
1. Materi Fisika 1, 2, 3, 4, 5, 6
2. Metode, Media, dan Gaya Belajar 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14
3. Remedial Teaching 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22
b. Angket Siswa pada Studi Pendahuluan
Angket siswa dalam penelitian ini dilakukan pada tahap sebelum
pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang
proses pembelajaran yang biasa dilakukan, metode pembelajaran, hasil belajar
siswa, pembelajaran remedial, dan gaya belajar siswa di SMAN se-Kota
Tangerang Selatan. Lembar angket siswa dapat dilihat pada Lampiran A.2.
73
c. Angket Respon Siswa
Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang
akan diukur (responden).34
Angket dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui respon siswa kinesthetic style terhadap metode eksperimen yang
digunakan dalam pembelajaran remedial pada konsep hukum Newton tentang
gerak pada kelas eksperimen dan untuk mengetahui respon siswa kinesthetic style
terhadap metode konvensional yang digunakan dalam pembelajaran remedial pada
konsep hukum Newton tentang gerak pada kelas kontrol. Angket dalam penelitian
ini berbentuk checklist dengan menggunakan skala pengukuran berupa skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelas tentang kejadian atau gejala sosial.35
Siswa dapat memberi
respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban, yaitu: Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Bagi pernyataan yang mendukung sifat positif mempunyai skor: SS = 5, S
= 4, C = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan yang mendukung
sifat negatif mempunyai skor kebalikannya: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 4, dan STS
= 5.36
Berikut kisi-kisi instrumen non tes kelas eksperimen yang dapat dilihat pada
Tabel 3.16 dan kisi-kisi instrumen non tes kelas kontrol yang dapat dilihat pada
Tabel 3.17 berikut ini:
Tabel 3. 16 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Eksperimen
No. Indikator Angket
Metode
Eksperimen Jumlah Soal
Positif Negatif
1. Pentingnya pembelajaran
remedial
1 1
2. Pentingnya guru
memperhatikan gaya belajar
siswa nya
2 1
3. Ketertarikan siswa terhadap
metode eksperimen
3 1
4. Kelebihan metode 5 4 2
34
Ibid., h. 42. 35
Riduwan dan Akdon, “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”, (Bandung: Alfabeta,
Cet. Ke-2, 2007), h. 16. 36
Nana Syaodih Sukmadinata, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2010), h. 240.
74
No. Indikator Angket
Metode
Eksperimen Jumlah Soal
Positif Negatif
eksperimen
5. Kemampuan siswa setelah
belajar menggunakan
metode eksperimen
7, 9 6, 8 4
6. Penggunaan LKS dalam
pembelajaran
10 1
Jumlah 5 5 10
Tabel 3. 17 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Kontrol
No. Indikator Angket Metode Ceramah Jumlah
Soal Positif Negatif
1. Pentingnya pembelajaran
remedial
1 1
2. Pentingnya guru
memperhatikan gaya belajar
siswa nya
2 1
3. Ketertarikan siswa terhadap
metode ceramah
3 1
4. Kekurangan metode ceramah 5 4, 10 3
5. Kemampuan siswa setelah
belajar menggunakan metode
ceramah
7, 9 6, 8 4
Jumlah 5 5 10
Pengujian kelayakan non tes (angket) dilakukan dengan pertimbangan para
ahli. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.18 berikut
ini:
Tabel 3. 18 Uji Validasi Instrumen Non Tes (Angket)
No. Aspek yang Diuji
1. Pengembangan indikator dari setiap tahap pembelajaran
2.
Semua tahap pembelajaran terwakilkan oleh indikator yang
dikembangkan
3. Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator
4. Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan
75
H. Teknik Analisis Data
1. Teknik Analisis Data Tes
Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis agar
hasil dari data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji
hipotesis penelitian.
a. Instrumen Gaya Belajar VARK
Gaya belajar siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan
dianalisis dengan bantuan software Microsoft Excel untuk mengidentifikasi
persentase siswa dengan gaya belajar Visual, Aural, Read-Write, atau Kinesthetic.
100%
37
b. Instrumen Tes Hasil Belajar
Analisis data instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini menggunakan
bantuan software IBM SPSS 23 dalam menguji normalitas, homogenitas, dan
hipotesis.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada
sampel.38
Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk.
Berikut ini persamaan dari uji Shapiro-Wilk:39
(∑
)
∑ ( )
(3.7)
Keterangan:
= statistik uji
= nilai yang tercantum pada tabel koefisien Shapiro Wilk
= angka ke i pada data yang ke i
= rerata data
37
Zulfiani, et al., op.cit., p. 718. 38
Suharsimi Arikunto, opcit., h. 363. 39
Stanislaus S. Uyanto, “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”, (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2009), h. 55.
76
Uji Shapiro-Wilk pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM
SPSS Statistics 23 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:40
a) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti data berasal
dari populasi terdistribusi normal.
b) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti data berasal
dari populasi tidak terdistribusi normal.
2) Uji Homogenitas
Uji homogenitas adalah pengujian terhadap kesamaan (homogenitas)
beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama.41
Uji homogenitas pada penelitian ini
menggunakan uji Levene. Berikut ini persamaan dari uji Levene:42
( ) ∑ ( )
( )∑ ∑ ( )
(3.8)
| |
Keterangan:
N = jumlah observasi
k = jumlah kelompok
= rata-rata dari kelompok ke-i
= rata-rata kelompok dari Z
= rata-rata keseluruhan data
Uji Levene pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM SPSS
Statistics 23 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:43
a) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti data berasal
dari populasi yang homogen.
b) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti data berasal
dari populasi yang tidak homogen.
40
Ibid., h. 46. 41
Suharsimi Arikunto, op.cit., 2010, h. 363-364. 42
Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 162. 43
Edi Riadi, “Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS)”, (Yogyakarta: Andi,
2016), h. 139.
77
3) Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata
hasil belajar remedial siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan
software IBM SPSS Statistics 23. Uji hipotesis yang digunakan haruslah sesuai
dengan asumsi-asumsi seperti asumsi distribusi dan asumsi varians data. Berikut
ini kondisi asumsi tersebut beserta uji hipotesis yang digunakannya:
a) Data Terdistribusi Normal dan Variansnya Sama
Untuk data yang terdistribusi normal dan variansnya sama, pengujian
hipotesisnya menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji-t dengan persamaaan
sebagai berikut:44
√
(3.9)
Dengan nilai sebagai berikut:
√( )
2 ( 2 ) 22
( 2 )
Keterangan:
= harga t hitung
= nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen
2 = nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol
2 = varians data kelompok eksperimen
22 = varians data kelompok kontrol
= simpangan baku kedua kelompok
= jumlah siswa pada kelompok eksperimen
2 = jumlah siswa pada kelompok kontrol
Uji hipotesis data pretest pada penelitian ini menggunakan uji-t dengan
bantuan software IBM SPSS Statistics 23 sebab data berasal dari populasi
44
Sudjana, “Metoda Statistika”, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 238-239.
78
berdistribusi normal dan variansnya sama (homogen) dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:45
(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti terdapat
perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti tidak
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
b) Data Terdistribusi Normal dan Variansnya Berbeda
Untuk data yang terdistribusi normal dan variansnya berbeda, maka pengujian
hipotesis statistiknya menggunakan uji t’ dengan persamaan sebagai berikut:46
√
(3.10)
Keterangan:
= rata-rata skor kelompok eksperimen
2 = rata-rata skor kelompok kontrol
2 = standar deviasi kelompok eksperimen
22 = standar deviasi kelompok kontrol
= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen
2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol
Kriteria pengujian uji t’ dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23
adalah sebagai berikut:47
(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima.
(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak.
45
Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 138. 46
Sudjana,op.cit., h. 240-241. 47
Edi Riadi, op.cit., h. 254.
79
c) Data Tidak Terdistribusi Normal
Untuk data tidak terdistribusi normal, pengujian hipotesisnya menggunakan
uji statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney dengan persamaan sebagai
berikut:48
2 ( )
2 ∑ 2 (3.11)
atau
2 2 ( )
2 ∑ (3.12)
Keterangan:
= penguji
2 = penguji 2
= banyaknya sampel 1
2 = banyaknya sampel 2
= jumlah rangking pada sampel 1
2 = jumlah rangking pada sampel 2
Uji hipotesis data posttest pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney
dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23 sebab data berasal dari populasi
tidak terdistribusi normal tetapi variansnya sama (homogen) dengan kriteria
pengujian sebagai berikut:49
(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti terdapat
perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti tidak
terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok
eksperimen dengan kelompok kontrol.
4) Uji N-gain
Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan
peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah proses
48
Ibid., h. 344. 49
Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 322.
80
pembelajaran. Perhitungan normal gain digunakan untuk mengetahui “judgment
nilai” bagaimana hasil peningkatan yang terjadi, apakah baik, sedang, atau
kurang. Rumus yang digunakan untuk uji normal gain:50
(3.13)
Kategori untuk nilai peningkatan berdasarkan N-gain dapat dilihat pada Tabel
3.19 berikut ini:
Tabel 3. 19 Klasifikasi Nilai N-gain
Klasifikasi Kategori
N-gain 0,7 Tinggi
0,3 N-gain 0,7 Sedang
N-gain 0,3 Rendah
2. Teknik Analisis Data Non Tes
Data non tes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan
kepada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan
metode eksperimen dalam pembelajaran remedial dan angket respon siswa yang
diberikan kepada kelas kontrol setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan
metode konvensional dalam pembelajaran remedial. Pengolahan data non tes
dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel. Hasil angket dihitung
menggunakan model skala Likert seperti pada Tabel 3.20 di bawah ini:
Tabel 3. 20 Konversi Skala Likert 51
Alternatif Jawaban Skor Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
50
David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual
Learning Gains in Physics: A Possible :Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”, American
Journal of Physics, Vol.70, No.12, 2002, p. 1260. 51
Riduwan dan Akdon, “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”, (Bandung: Alfabeta,
Cet. Ke-2, 2007), h. 16.
81
Alternatif Jawaban Skor Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Cukup (C) 3 3
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (SS) 5 1
Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan
menggunakan rumus:52
∑
∑ (3.14)
Data dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria
interpretasi skor pada Tabel 3.21 berikut ini:
Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Skor53
Persentase Kriteria
0% - 20% Sangat tidak baik
21% - 40% Tidak baik
41% - 60% Cukup
61% - 80% Baik
81% - 100% Sangat Baik
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep
hukum Newton tentang gerak yang dirumuskan sebagai berikut:54
( )
( )
52
Ibid., h. 18. 53
Ibid. 54
Sugiyono, “Statistik Nonparametrik untuk Penelitian”, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 42-
43.
82
Keterangan:
= tidak terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen
dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa
kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak.
= terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam
pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa
kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak.
( ) = nilai probabilitas yang dihasilkan dari pengujian hipotesis
= taraf signifikansi (0,05)
83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran
remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep hukum
Newton tentang gerak. Skor rata-rata kelompok eksperimen lebih unggul
dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu dengan selisih 1,67. Skor rata-
rata kelompok eksperimen sebesar 14,50, sedangkan kelompok kontrol
sebesar 12,83.
2. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen
dengan menggunakan metode eksperimen sebesar 0,81 (kategori tinggi).
Kelompok eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol yaitu dengan
selisih 0,19.
3. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen
pada jenjang ranah kognitif C1 sebesar 0,87 (kategori tinggi) dengan
persentase kemampuan menjawab soal C1 saat posttest sebesar 93%, pada
jenjang ranah kognitif C2 sebesar 0,64 (kategori sedang) dengan persentase
kemampuan menjawab soal C2 saat posttest sebesar 93%, pada jenjang ranah
C3 sebesar 0,79 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan menjawab
soal C3 saat posttest sebesar 85%, dan pada jenjang ranah kognitif C4 sebesar
0,71 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan menjawab soal C4 saat
posttest sebesar 92%.
4. Respon siswa kinesthetic style sangat baik (96%) terhadap penggunaan
metode eksperimen dalam pembelajaran remedial. 96% siswa tertarik
mempelajari konsep hukum Newton tentang gerak dengan mengggunakan
metode eksperimen.
84
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa
saran, sebagai berikut:
1. Guru yang hendak melakukan pembelajaran remedial pada konsep hukum
Newton tentang gerak sangat dianjurkan menggunakan metode eksperimen
karena sangat efektif untuk mengatasi siswa kinesthetic style yang tidak
tuntas.
2. Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial dapat
dilakukan pada konsep lain untuk mengakomodasi siswa dengan gaya belajar
kinesthetic style.
85
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Soli. “Strategi Pembelajaran”. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008.
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka
Cipta, 2013.
Allum, John dan Talbot, Christopher. “Physics for IB Diploma”. London: Hodder
Education, 2012.
Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. “Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan
Bloom”, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017.
Aprilyanti, Fitri. “Penerapan Metode Eksperimen dengan Alat-Alat Sederhana
Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa”. Jurnal
Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro. Vol. IV, No. 1,
2016.
Aqib, Zainal dan Murtadlo, Ali. “Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan
Inovatif”. Bandung: Satunusa, 2016.
Arikunto, Suharsimi. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”. Jakarta:
Bumi Aksara, 2018.
--------------------------. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Azizah, Rismatul, dkk. Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA.
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). Vol. 5, No. 2, 2015.
Bire, Arylien Ludji, dkk. “Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan
Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Siswa”. Jurnal Kependidikan. Vol.
44, No. 2, 2014.
Bukhari. “Penerapan Pengajaran Remedial terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen”. Jurnal
Dedikasi Pendidikan. Vol. 1, No. 1, 2017.
Buna’i. “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar
dalam UNAS)”. Jurnal Tadris. Vol. 2, No. 2, 2007.
86
Candrawati, Nofia. Hasil Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMA
Negeri 5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018, 2018.
-----------------------. Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota
Tangerang Selatan, 2018.
Chania, Yen, dkk. “Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Siswa pada
Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah
Datar”. Journal of Saintek. Vol. 8, No.1, 2016.
Crundel, Mike, dkk. “Physics Second Edition”. London: Hoder Education, 2014.
Damayanti, Neti. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika
Siswa pada Konsep Tekanan”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Jakarta, 2014.
Darmadi. “Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika
Belajar Siswa”. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Direktorat Pembinaan SMA. “Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan
Pengayaan di SMA”. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Duncan, Tom. “Physics Fifth Edition”. London: Hodder Education, 2000.
Fleming, Neil D. & Mills, Colleen. “The Vark Questionnaire for Younger
People”. diakses dari http://vark-learn.com/the-vark-questionnaire/the-
vark-questionnaire-for-younger-people/.
Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.
Halim, Abdul. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil
Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Jurnal
Tabularasa PPS UNIMED. Vol. 9, No. 2, 2012.
Hermawati, Herma, dkk. “Proses Pelaksanaan Remedial Teaching terhadap
Ketuntasan Belajar Matematika Peserta Didik”. Jurnal LP3M. Vol. 4,
No. 2, 2018.
Iriani, Dewi dan Leni, Mutia. “Identifikasi Gaya Belajar dan Pengaruhnya
terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII
87
SMPN 2 Kerinci”. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung,
2013.
Iriyanti, Eka dan Virman. “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap
Minat, Keaktifan, dan Hasil Belajar pada Materi Gelombang Bunyi
Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Raja Ampat Kabupaten Raja
Ampat”. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia. Vol. 5, No. 2, 2017.
Ischak S.W., dan Warji R. “Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar”.
Yogyakarta: Liberty, 1987.
Ishaq, Mohamad. “Fisika Dasar Edisi 2”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.
Jangid, Neelu dan Inda, Umed Singh. “Effectiveness of Remedial Teaching on
Thinking Strategies of Slow Learners”. The International Journal of
Indian Psychology. Vol. 4, No. 84, 2016.
Januarifin, Dheka, dkk. Kesalahan Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah pada
Materi Hukum Newton. Momentum: Physics Education Journal. Vol. 2,
No. 2, 2018.
Jufri, Wahab. “Belajar dan Pembelajaran Sains”. Bandung: Pustaka Reka Cipta,
2017.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permedikbud Nomor 104 Tahun 2014
tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud RI, 2014.
----------------------------------------------------. “Rekap Hasil Ujian Nasional (UN)
Tingkat Sekolah”. Diakses dari https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-
un/.
----------------------------------------------------. “Silabus Kurikulum 2013 Revisi
Mata Pelajaran Fisika”. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016.
Khongpit, Veena, et al. “The VARK Learning Style of the University Student in
Computer Course”. International Journal of Learning and Teaching.
Vol. 4, No. 2, 2018.
88
Kunandar. “Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik
Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai
dengan Contoh”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.
Majid, Abdul. “Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar”. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2017.
Masbur. “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”.
Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol. XII, No.2, 2012.
Meltzer, David E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible : Hidden Variable
in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70, No.
12, 2002.
Mukhtar dan Rusmini. “Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam
Pembelajaran”. Jakarta: PT. Nimas Multima, 2008.
Mulyadi. “Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar
Khusus”. Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.
Mutmainah, dkk. “Penerapan Program Remedial dalam Pembelajaran Biologi di
Sekolah Menengah Atas”. Jurnal Parameter. Vol. 27, Vol. 2, 2014.
Nurbani, Cut. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika pada
Siswa SMP Negeri 2 Peukan Baro”, Skripsi pada Universitas Syiah
Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 2013.
Nurlia, dkk. “Hubungan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan Minat
Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Siswa”. Jurnal Pendidikan Biologi.
Vol. 6, No. 2, 2017.
Nurmayani, dkk. “Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Fisika
Siswa SMP Negeri 2 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016”. Jurnal
Pendidikan Fisika dan Teknologi. Vol. II, No. 1, 2016.
Nursefriani, dkk. Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada
Materi Hukum Newton. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol.
4, No. 2.
89
Observasi Studi Pendahuluan. Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap
474 Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018.
Othman, Norasmah dan Amiruddin, Mohd Hasril. “Different Perspectives of
Learning Styles from VARK Model”. Procedia Social and Behavioral
Sciences 7(C), Elsevier, 2010.
Pantas, Elfrida Farinita dan Sumadi. “Pengaruh Metode Eksperimen dan Metode
Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Listrik
Dinamis”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika- Compton. Vol. 3, No. 1,
2016.
Pribadi, Benny A. “Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses”.
Jakarta: Dian Rakyat, 2011.
Purwandari, Eny. “Kajian Psikologi Belajar: Mengukir Prestasi Melalui
Pengenalan Diri dan Optimalisasi Potensi”. WARTA, Indonesian
Psychological Journal. Vol. 10, No. 1, 2007.
Riadi, Edi. “Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS)”.Yogyakarta:
Andi, 2016.
Riduwan dan Akdon. “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”. Bandung:
Alfabeta, 2007.
Roestiyah, N.K. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Rukoyah. “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Motivasi Belajar
Siswa pada pembelajaran IPA”. Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter
(JIPK). Vol. 1, No. 2, 2016.
Rusman. “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”.
Jakarta: Kencana, 2017.
S., Farihan. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Peserta Didik
pada Konsep Hukum Newton di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya
Aceh Besar”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry
Darussalam, Banda Aceh, 2017.
Saputro, Nurhadi dan Hidayati. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Prestasi
Belajar Fisika Pokok Bahasan Cahaya”. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Fisika- Compton. Vol. 4, No. 1, 2017.
90
Sawaludin, Ridwan. “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan
Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”.
Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2013.
Saepuzamn, Duden, dkk. “Diagnosis Kesulitan-Kesulitan Siswa dalam Konsep
Gerak dan Gaya”, Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2014 (SKF
2014), 2014.
Septiani, Friska. “The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving
Student’s Understanding”, Conference Paper, 2017.
Serway, Raymond A dan Jewett, John W. “Fisika untuk Sains dan Teknik”. Terj.
dari PHYSICS for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh
Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Teknika, 2014.
Siagian, Sahat dan Tanjung, Paimin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya
Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VIII Siswa”. Jurnal Teknologi
Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2012.
Soleh, Agus, dkk. “Pengaruh Pembelajaran Remedial Berbantuan Tutor Sebaya
terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Mengalami Kesulitan
Belajar dengan Kovariabel Tingkat Kecemasan”. e-Journal Program
Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian
dan Evaluasi Pendidikan. Vol. 4, 2014.
Soong, Benson, et al. “Students’ Difficulties When Solving Physics Problems:
Results from an ICT-infused Revision Intervention”. Proceedings of the
17th
International Conference on Computers in Education, 2009.
Subekti, Yuliana dan Ariswan, A. “Pembelajaran Fisika dengan Metode
Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan
Keterampilan Proses Sains”. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol. 2, No.
2, 2016.
Sudjana. “Metoda Statistika”. Bandung: Tarsito, 2005.
Sudjana, Nana. “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2004.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung:
Alfabeta, 2016.
91
Sugiyono. “Statistik Nonparametrik untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta, 2007.
Sukinah. “Pengajaran Remedial Untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
pada Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran”. Jurnal Pendidikan. Vol.
1, No. 1, 2016.
Sukmadinata, Nana Syaodih. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya, 2010.
Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:
Depdikbud, Dikti, 1999.
Suwarna, Iwan Permana. Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola
Kelembagaan “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif
Mahasiswa Melalui Computer Based Test pada Program Studi
Pendidikan Fisika”. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan
(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.
Suyanto dan Jihad, Asep . “Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan
Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global”. Jakarta: Esensi, Erlangga
Group, 2013.
Suyono dan Hariyanto. “Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar”.
Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012.
Taqwa, Muhammad Reyza Arief, dkk. “Hubungan Gaya Belajar Visual,
Auditorial, dan Kinestetik dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi
Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Kelas IX IPA SMAN
se-Kota Jambi”. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains
5, 2015.
Tillery, Bill W. “Physical Science Sixth Edition”. New York: Mc Graw-Hill,
2005.
Unaifah, Fai’q dan Suprapto, Nadi. “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah dan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Elastisitas Ditinjau dari Gaya Belajar
(Learning Style)”. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). Vol. 3, No.
2, 2014.
Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”. Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2009.
92
Wijaya, Adnan Rannu. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan
Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Menegah Atas”. Skripsi pada Universitas
Pendidikan Indonesia, Bandung, 2017.
Winataputra, Udin Saripudin. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta: Depdikbud,
1998.
Young, Hugh D., dan Freedman, Roger A. “Fisika Univesitas”. Terj. dari
University Physics Tenth Edition oleh Endang Juliastuti. Jakarta:
Erlangga, 2002.
Yurizki, Desita, dkk. “Hubungan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan
Kinestetik terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Lab School
Unsyiah”. Prosiding Seminar Nasional MIPA III, 2017.
Zahroh, Shofi Hikmatuz, dkk. Analisis Pemahaman Konsep Siswa pada Hukum
Newton. Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol. 2, 2017.
Zulfiani Zulfiani, et al. “Science Education Adaptive Learning System as A
Computer- Based Science Learning with Learning Style Variations”.
Journal of Baltic Science Education. Vol. 17, No. 4, 2018.
Zulvita, Ria, dkk. “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum
Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di MAN
Darussalam”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2,
No. 1, 2017.