110
PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KINESTHETIC STYLE PADA KONSEP HUKUM NEWTON TENTANG GERAK (Penelitian Quasi Experiment di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan Tahun Ajaran 2018/2019) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh ARINI HIDAYAH NIM 11140163000030 PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019 M/1441 H

PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/48149...PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KINESTHETIC

  • Upload
    others

  • View
    40

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH METODE EKSPERIMEN DALAM

PEMBELAJARAN REMEDIAL TERHADAP HASIL BELAJAR

SISWA KINESTHETIC STYLE PADA KONSEP HUKUM

NEWTON TENTANG GERAK

(Penelitian Quasi Experiment di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan

Tahun Ajaran 2018/2019)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

ARINI HIDAYAH

NIM 11140163000030

PROGRAM STUDI TADRIS FISIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019 M/1441 H

i

ii

iii

iv

ABSTRAK

ARINI HIDAYAH (11140163000030). Pengaruh Metode Eksperimen dalam

Pembelajaran Remedial terhadap Hasil Belajar Siswa Kinesthetic Style pada

Konsep Hukum Newton tentang Gerak. Skripsi Program Studi Tadris Fisika,

Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2019.

Penelitian dilatarbelakangi oleh permasalahan siswa yang tidak mendapatkan

pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya dan tidak diberikannya

pengajaran kembali (remedial teaching) kepada siswa yang tidak tuntas.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh, peningkatan hasil belajar,

dan respon siswa kinesthetic style terhadap metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial. Penelitian dilaksanakan di SMAN 5 Kota Tangerang

Selatan dimulai 15 Februari-5 Maret 2019 dengan sampel 36 siswa kinesthetic

style yang dipilih secara purposive sampling dari 142 siswa kelas X MIPA.

Sampel dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol dengan jumlah yang sama. Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi

experiment dengan desain penelitian nonequivalent control group design. Hasil uji

hipotesis posttest dengan uji Man Whitney U pada diperoleh nilai sig.

(2- tailed) sebesar 0, 000 dengan kesimpulan diterima (terdapat pengaruh

metode eksperimen dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa

kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak). Peningkatan hasil

belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen sebesar 0,81 dengan

kategori tinggi. Hasil belajar kelompok eksperimen mengalami peningkatan

dengan kategori tinggi pada jenjang ranah kognitif C1 (0,87), C3 (0,79), dan C4

(0,71). Respon siswa kinesthetic style sangat baik (96%) terhadap penggunaan

metode eksperimen dalam pembelajaran remedial.

Kata kunci: Metode eksperimen; pembelajaran remedial; hasil belajar; kinesthetic

style; hukum Newton tentang gerak.

v

ABSTRACT

ARINI HIDAYAH (11140163000030), The Effect of Experimental Method in

Remedial Teaching of Kinesthetic Style Students Learning Outcomes on

Newton's Law Concepts of Motion. Thesis of Physics Tadris Program, Faculty

of Tarbiyah and Teachers Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic

University, Jakarta 2019.

The research is motivated by the problems of students who do not get learning

that fits their learning styles and do not give remedial teaching to students who

are not complete. This study aims to determine the effect, increasing in learning

outcomes, and kinesthetic style students responses of the use of the experimental

method in remedial teaching. The research was conducted at SMAN 5 Kota

Tangerang Selatan start from 15 February-5 March 2019 with a sample of 36

kinesthetic style students selected by purposive sampling from 142 students of

class X MIPA. Samples were divided into two groups, namely the experimental

group and the control group with the same number. The research method used

was quasi experiment with nonequivalent control group design. Results of the

posttest hypothesis test with the Man Whitney U test at α = 0.05 obtained the sig.

value (2- tailed) of 0,000 with conclusions was accepted (there are effect of the

experimental method in remedial teaching of kinesthetic style students learning

outcomes on Newton's Law Concepts of Motion). The increasing of kinesthetic

style students learning outcomes in the experimental group was 0.81 with the high

category. Learning outcomes of the experimental group has increased with a high

categories in cognitive domain C1 (0,87), C3 (0,79), and C4 (0,71). The kinesthetic

style students response was very good (96%) of the use of the experimental

method in remedial teaching.

Keywords: Experimental method; remedial teaching; learning outcomes;

kinesthetic style; Newton's Law of Motion.

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial terhadap Hasil

Belajar Siswa Kinesthetic Style pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak”.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta kita selaku umatnya yang selalu

mengikuti ajarannya yang tak lain hanya untuk mendapatkan syafa’atnya.

Skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa pihak-pihak yang terus memberikan

bimbingan, do’a, semangat, serta bantuan baik secara langsung maupun tidak

langsung. Apresiasi dan terima kasih disampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku Kepala Program Studi Tadris

Fisika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd., selaku dosen pembimbing skripsi

yang telah meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan,

memberikan saran dan kritik kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Dwi Nanto, Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik.

5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

khususnya program studi Tadris Fisika yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, pemahaman, dan pelayanan selama proses perkuliahan.

6. Bapak Drs. H. Hamdari, M.Pd., selaku Plt. Kepala SMAN 5 Kota Tangerang

Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian.

7. Ibu Nofia Candrawati, M.Pd., dan Bapak Daryono, M.Pd., selaku guru bidang

studi fisika SMAN 5 Kota Tangerang Selatan yang telah meluangkan

vii

waktunya menjadi narasumber penulis dalam studi pendahuluan dan telah

memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Dewan guru, staff, karyawan, dan seluruh siswa SMAN 5 Kota Tangerang

Selatan khusunya kelas X MIPA yang telah membantu penulis selama proses

penelitian.

9. Kedua orang tua yang dirahmati Allah, Ayahanda alm. H. Muhibbin, M.Pd.,

dan Ibu Titin Quroisyin yang selalu memberikan dukungan baik berupa

materi, moril, serta do’a yang tidak pernah terputus sehingga penulis tetap

semangat dalam mengejar dan meraih cita-cita. Adik tercinta, Yuzka Al-Mala

yang telah memberikan semangat dan do’a kepada penulis.

10. Suami tercinta, Muhammad Ali Sodikin S.Sy., S.Pd.I, yang selalu menemani

dan memberikan dukungan baik berupa materi, moril, serta do’a yang tidak

pernah terputus sehingga penulis tetap semangat dalam mengejar dan meraih

cita-cita.

11. Bapak dan ibu mertua, yang juga selalu memberikan dukungan dan do’a

yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh keluarga besar, yang telah mengingatkan, memberikan dukungan dan

do’a yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

13. Shahifa Wahyi Fuadyah dan Farikhatul Mukarramah, yang telah menjadi

tempat berbagi suka dan duka, selalu mengingatkan, menemani, memberikan

semangat, dukungan, dan bantuan dalam berbagai bentuk kepada penulis.

14. Sahabat-sahabatku, Suci Nur Hidayah, Wiwi Adawiyyah, dan Salwa Najiah,

yang telah menjadi tempat berbagi selama penyusunan skripsi, memberikan

semangat, dukungan, dan do’a kepada penulis.

15. Keluarga Tadris Fisika 2014 yang telah menjadi tempat berbagi selama

proses perkuliahan dan penyelesaian skripsi.

16. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis selama pendidikan dan penelitian sehingga penulis dapat

menyelesaikan perkuliahan dan skripsi ini.

viii

Jakarta, 26 Agustus 2019

Penulis

Arini Hidayah

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii

SURAT PERYATAAN KARYA SENDIRI ....................................................... iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 7

D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 7

E. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 8

F. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ................... 11

A. Deskripsi Teoretik ...................................................................................... 11

1. Metode Pembelajaran Eksperimen ....................................................... 11

2. Pembelajaran Remedial ........................................................................ 16

3. Hasil Belajar ......................................................................................... 25

4. Gaya Belajar ......................................................................................... 29

5. Konsep Hukum Newton tentang Gerak ............................................... 34

x

B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................... 44

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 49

D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .......................................................... 52

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 52

B. Metode dan Desain Penelitian .................................................................... 52

C. Prosedur Penelitian..................................................................................... 53

D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 57

E. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................. 57

F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 58

G. Instrumen Penelitian................................................................................... 60

1. Instrumen Tes ....................................................................................... 60

2. Instrumen Non Tes ............................................................................... 72

H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 75

1. Teknik Analisis Data Tes ..................................................................... 75

2. Teknik Analisis Data Non Tes ............................................................. 80

I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 83

A. Hasil Penelitian .......................................................................................... 83

1. Hasil Gaya Belajar Siswa ..................................................................... 83

2. Hasil Pretest (Kondisi Kemampuan Awal Siswa Sebelum

Perlakuan) ............................................................................................ 84

3. Hasil Posttest (Kondisi Kemampuan Akhir Siswa Setelah

Perlakuan) ............................................................................................ 85

4. Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa Kinesthetic Style .......... 85

5. Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Siswa Kinesthetic Style ............... 87

6. Peningkatan Hasil Belajar Siswa ......................................................... 94

7. Peningkatan Ranah Kognitif C1, C2, C3, dan C4 .................................. 95

8. Hasil Analisis Angket Respon Siswa ................................................... 96

9. Hasil Uji Prasyarat ............................................................................. 100

xi

10. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 102

B. Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................... 103

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 117

A. Kesimpulan .............................................................................................. 117

B. Saran ......................................................................................................... 118

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 119

LAMPIRAN

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak..................................... 35

Gambar 2. 2 Arah Vektor Gaya Berat pada Berbagai Bidang ............................... 37

Gambar 2. 3 Arah Vektor Gaya Normal pada Berbagai Bidang ............................ 38

Gambar 2. 4 Arah Gaya Tegangan Tali ................................................................. 40

Gambar 2. 5 Gerak Benda pada Bidang Datar ....................................................... 42

Gambar 2. 6 Gerak Benda pada Bidang Miring ..................................................... 42

Gambar 2. 7 Kerangka Berpikir ............................................................................. 50

Gambar 3. 1 Tahapan Prosedur Penelitian ............................................................. 56

Gambar 4. 1 Gaya Belajar dari 142 Siswa X MIPA SMAN 5 Kota Tangerang

Selatan ............................................................................................... 83

Gambar 4. 2 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 84

Gambar 4. 3 Diagram Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 85

Gambar 4. 4 Diagram Skor Rata-Rata Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 87

Gambar 4. 5 Diagram Rekapitulasi Persentase Kemampuan Ranah Kognitif Siswa

Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol .............................................................................................. 89

Gambar 4. 6 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C1 Siswa

Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol .............................................................................................. 90

Gambar 4. 7 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C2 Siswa

Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol .............................................................................................. 91

Gambar 4. 8 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C3 Siswa

Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol .............................................................................................. 92

Gambar 4. 9 Diagram Persentase Kemampuan Ranah Kognitif C4 Siswa

xiii

Kinesthetic Style pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol .............................................................................................. 93

Gambar 4. 10 Diagram Hasil Rata-rata N-gain Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol .......................................................................... 95

Gambar 4. 11 Diagram Hasil Rata-Rata N-gain Ranah Kognitif C1, C2, C3,

dan C4 Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................. 96

Gambar 4. 12 Diagram Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap

Penggunaan Metode Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial

pada Kelompok Eksperimen ........................................................... 98

Gambar 4. 13 Diagram Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap

Penggunaan Metode Konvensional dalam Pembelajaran Remedial

pada Kelompok Kontrol ................................................................ 100

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah

Katrol .................................................................................................... 43

Tabel 2. 2 Gerak dalam Lift ................................................................................... 44

Tabel 3. 1 Nonequivalent Control Group Design .................................................. 53

Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 58

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar .................................................. 61

Tabel 3. 4 Kategori Validitas ................................................................................. 65

Tabel 3. 5 Interpretasi Validitas ............................................................................. 66

Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes ......................................... 66

Tabel 3. 7 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI) ........................................ 67

Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Isi ............................................................................ 68

Tabel 3. 9 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas ................................................ 68

Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas ........................................................................... 69

Tabel 3. 11 Kategori Indeks Kesukaran ................................................................. 70

Tabel 3. 12 Hasil Uji Taraf Kesukaran .................................................................. 70

Tabel 3. 13 Klasifikasi Daya Pembeda .................................................................. 71

Tabel 3. 14 Hasil Uji Daya Pembeda ..................................................................... 71

Tabel 3. 15 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara .......................................................... 72

Tabel 3. 16 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Eksperimen ......... 73

Tabel 3. 17 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Kontrol ............... 74

Tabel 3. 18 Uji Validasi Instrumen Non Tes (Angket) .......................................... 74

Tabel 3. 19 Klasifikasi Nilai N-gain ...................................................................... 80

Tabel 3. 20 Konversi Skala Likert.......................................................................... 80

Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Skor .................................................................... 81

Tabel 4. 1 Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol ................................................................................ 86

Tabel 4.2 Rekapitulasi Kemampuan Kognitif Siswa Kinesthetic Style

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................... 87

Tabel 4. 3 Hasil Rata-Rata N-gain Kelompok Eksperimen dan Kelompok

xv

Kontrol .................................................................................................. 94

Tabel 4. 4 Hasil Rata-Rata N-gain Jenjang Ranah Kognitif C1, C2, C3, dan C4

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol .................................... 95

Tabel 4. 5 Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap Penggunaan Metode

Eksperimen dalam Pembelajaran Remedial pada Kelompok

Eksperimen ............................................................................................ 97

Tabel 4. 6 Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap Penggunaan Metode

Konvensional dalam Pembelajaran Remedial pada Kelompok

Kontrol .................................................................................................. 99

Tabel 4. 7 Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk Pretest dan Posttest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol.................................................... 101

Tabel 4. 8 Hasil Uji Homogenitas Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ...................................................................... 102

Tabel 4. 9 Hasil Uji Hipotesis Pretest dan Posttest ............................................. 103

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

Lampiran A. 1 Lembar Wawancara Guru pada Studi Pendahuluan .................... 128

Lampiran A. 2 Lembar Angket Siswa pada Studi Pendahuluan .......................... 133

Lampiran A. 3 RPP Kelompok Eksperimen ........................................................ 136

Lampiran A. 4 RPP Kelompok Kontrol ............................................................... 164

Lampiran A. 5 Instrumen Tes Evaluasi................................................................ 189

Lampiran A. 6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelompok Eksperimen ................... 203

LAMPIRAN B. INSTRUMEN PENELITIAN

Lampiran B. 1 Instrumen Gaya Belajar VARK .................................................... 271

Lampiran B. 2 Kisi-kisi Instrumen Tes Uji Coba Penelitian ............................... 278

Lampiran B. 3 Instrumen Tes Uji Coba Penelitian .............................................. 281

Lampiran B. 4 Analisis Hasil Uji Coba Instrumen Tes ....................................... 301

Lampiran B. 5 Kisi-Kisi Instrumen Tes yang Digunakan.................................... 311

Lampiran B. 6 Instrumen Tes yang Digunakan ................................................... 314

Lampiran B. 7 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes Metode Eksperimen ...................... 325

Lampiran B. 8 Instrumen Non Tes Metode Eksperimen ..................................... 326

Lampiran B. 9 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes Metode Ceramah .......................... 331

Lampiran B. 10 Instrumen Non Tes Metode Ceramah ........................................ 332

Lampiran B. 11 Lembar Uji Validasi Instrumen Non Tes Metode

Eksperimen ................................................................................. 337

Lampiran B. 12 Lembar Uji Validasi Instrumen Non Tes Metode Ceramah ...... 338

Lampiran B. 13 Lembar Validasi Ahli Materi ..................................................... 339

Lampiran B. 14 Lembar Validasi Ahli Konstruk ................................................. 344

Lampiran B. 15 Lembar Validasi Ahli Bahasa .................................................... 349

LAMPIRAN C. ANALISIS HASIL PENELITIAN

Lampiran C. 1 Hasil Tes Gaya Belajar VARK ..................................................... 355

Lampiran C. 2 Hasil Pretest ................................................................................. 357

Lampiran C. 3 Hasil Posttest ............................................................................... 359

xvii

Lampiran C. 4 Hasil Olah Data Per Ranah Kognitif ............................................ 361

Lampiran C. 5 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ................................. 369

Lampiran C. 6 Uji Normalitas Hasil Pretest ........................................................ 371

Lampiran C. 7 Uji Normalitas Hasil Posttest ...................................................... 375

Lampiran C. 8 Uji Homogenitas Hasil Pretest .................................................... 379

Lampiran C. 9 Uji Homogenitas Hasil Posttest ................................................... 380

Lampiran C. 10 Uji Hipotesis Hasil Pretest......................................................... 381

Lampiran C. 11 Uji Hipotesis Hasil Posttest ....................................................... 383

Lampiran C. 12 Uji N-Gain Hasil Belajar ........................................................... 385

Lampiran C. 13 Hasil Peningkatan Per Aspek Kognitif Bloom Revisi ............... 387

Lampiran C. 14 Data Hasil Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap

Metode Eksperimen ................................................................... 395

Lampiran C. 15 Data Hasil Angket Respon Siswa Kinesthetic Style terhadap

Metode Ceramah ........................................................................ 397

LAMPIRAN D. SURAT-SURAT PENELITIAN

Lampiran D. 1 Surat Izin Observasi ..................................................................... 400

Lampiran D. 2 Surat Keterangan Observasi ........................................................ 401

Lampiran D. 3 Surat Izin Penelitian ..................................................................... 402

Lampiran D. 4 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 403

Lampiran D. 5 Uji Referensi ................................................................................ 404

Lampiran D. 6 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 426

Lampiran D. 7 Daftar Riwayat Hidup Peneliti..................................................... 430

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran fisika di Indonesia masih mengalami banyak permasalahan,

diantaranya rata-rata siswa tidak tertarik untuk mempelajari fisika dikarenakan

fisika merupakan mata pelajaran yang sulit.1,2

77,4% siswa mengatakan pelajaran

fisika itu sulit.3 Dilihat dari hasil Ujian Nasional, nilai rata-rata pada mata

pelajaran fisika se- SMA Negeri Kota Tangerang Selatan dari tahun 2015 sampai

2017 ialah 73,07; 54,15; dan 51,15.4 Penurunan nilai rata-rata Ujian Nasional ini

memberikan gambaran bahwa pembelajaran fisika yang telah dilaksanakan belum

optimal. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, salah satu nya

yang perlu mendapat perhatian adalah gaya belajar siswa.5,6,7

Selama ini guru

belum memperhatikan gaya belajar yang dimiliki siswa.8,9

Padahal dalam

mencapai tujuan pembelajaran, setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-

beda.10,11

Sedangkan perlakuan yang diberikan oleh guru sama untuk semua

1 Benson Soong, Neil Mercer, dan Siew Shin Er, “Students’ Difficulties When Solving

Physics Problems: Results from an ICT-infused Revision Intervention”, Proceedings of the 17th

International Conference on Computers in Education, 2009, p. 361. 2 Fai’q Unaifah dan Nadi Suprapto, “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil

Belajar Siswa pada Materi Elastisitas Ditinjau dari Gaya Belajar (Learning Style)”, Jurnal Inovasi

Pendidikan Fisika (JIPF), Vol. 3 No. 2, 2014, h. 27. 3 Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474

Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 4 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, “Rekap Hasil Ujian Nasional (UN) Tingkat

Sekolah”, diakses dari https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-un/. 5 DesitaYurizki, A. Halim, dan Melvina, “Hubungan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial,

dan Kinestetik terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Lab School Unsyiah”, Prosiding Seminar

Nasional MIPA III, 2017, h. 243. 6 Abdul Halim, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil Belajar

Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”, Jurnal Tabularasa PPS UNIMED, Vol.

9, No. 2, 2012, h. 157. 7 Dewi Iriani dan Mutia Leni, “Identifikasi Gaya Belajar dan Pengaruhnya terhadap Hasil

Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMPN 2 Kerinci”, Prosiding Semirata

FMIPA Universitas Lampung, 2013, h. 109. 8 Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018. 9 Muhammad Reyza Arief Taqwa, Astalini, dan Darmaji, “Hubungan Gaya Belajar Visual,

Auditorial, dan Kinestetik dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi Dinamika Rotasi dan

Kesetimbangan Benda Tegar Kelas IX IPA SMAN se-Kota Jambi”, Prosiding Seminar Nasional

Sains dan Pendidikan Sains 5, h. 220. 10

Ibid.

2

siswa. Akibatnya, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran

dan berdampak pada ketuntasan hasil belajar siswa. Jika hasil belajar siswa masih

dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), maka dapat dikatakan proses

pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang berhasil karena siswa tersebut

belum tuntas dalam menguasai kompetensi sehingga harus mengikuti program

remedial sampai melampaui KKM yang telah ditentukan.12

Hasil belajar siswa pada konsep hukum Newton tentang gerak masih

rendah.13

Hal ini dibuktikan dengan hasil belajar siswa SMAN di Kota Tangerang

Selatan yang tidak mencapai KKM pada konsep hukum Newton tentang gerak

mencapai 68,5% (230 dari 336 siswa).14

70% nilai ulangan harian siswa kelas X

MIPA SMAN 5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018 (88 dari 126

siswa) tidak mencapai KKM (KKM=75), artinya siswa tidak tuntas pada materi

tersebut.15

Banyaknya siswa yang tidak tuntas dalam pembelajaran fisika

disebabkan oleh: [1] metode pembelajaran yang digunakan guru tidak sesuai

dengan karakteristik gaya belajar siswa; [2] siswa kurang memahami materi/

konsep yang sedang dipelajari;16

[3] guru kurang interaktif dalam belajar

mengajar (31%); [4] guru jarang melakukan kegiatan praktikum (21,5%), dan

masih banyak lagi faktor yang lainnya.17

Beberapa guru masih menggunakan

metode ceramah dalam mengajar, padahal tidak semua anak memiliki gaya belajar

auditory.18

Akibatnya, banyak siswa yang tidak tuntas terutama siswa dengan

11

Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, “Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar

Siswa pada Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah Datar”,

Journal of Saintek, Vol. 8, No. 1, 2016, h. 77-78. 12

Kunandar, “Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan

Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai dengan Contoh”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, Cet. Ke-4, 2015), h. 11. 13

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018. 14

Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474

Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 15

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Kota

Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018, 2018. 16

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018. 17

Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474

Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 18

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018.

3

dengan gaya belajar kinestetik (kinesthetic style), padahal siswa kinesthetic style

mengharapkan stimulus yang diberikan guru berupa: [1] siswa diminta melakukan

suatu kegiatan; [2] melakukan eksperimen dan melaporkan hasil eksperimennya;

[3] mempraktekkan teori secara langsung; [4] memberikan penjelasan ilmiah yang

masuk akal; [5] praktek, bukti langsung; [6] memberikan fakta atau contoh nyata

terkait materi yang sedang dipelajari.19

Namun pada kenyataannya, dalam

pembelajaran guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan, sentuhan, praktik,

atau pengalaman belajar siswa secara langsung melainkan siswa hanya duduk

diam mendengarkan penjelasan teori saja, sehingga membuatnya sulit memahami

informasi atau materi yang disampaikan oleh guru.

Kesulitan siswa pada konsep hukum Newton tentang gerak, diantaranya: [1]

memahami konsep gaya dan gerak, mereka terkesan hanya menghafal; [2]

menggambarkan diagram gaya-gaya yang bekerja pada benda, terutama untuk

benda yang berada pada bidang yang tidak mendatar, misalnya bidang miring; [3]

memproyeksikan suatu gaya pada bidang x dan y; [4] menerapkan hukum II

Newton, biasanya siswa langsung memasukkan nilai F yang diketahui, tanpa

memperdulikan gaya F mana yang searah dengan percepatan karena seharusnya

hanya F yang searah sumbu x lah yang menghasilkan percepatan;20

[5]

menentukan besar dan arah percepatan benda yang bergerak; [6] memahami

hubungan antara percepatan dan gaya; dan [7] menganalisis dan memecahkan

soal-soal yang berhubungan dengan penerapan hukum Newton.21

Kesulitan siswa

kinesthetic style dalam memahami konsep hukum Newton tentang gerak ini

menyebabkan hasil belajar mereka pada konsep tersebut tidak tuntas, sehingga

mereka diharuskan mengikuti program remedial untuk diberikan pengajaran

19

Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, “Science Education

Adaptive Learning System as A Computer- Based Science Learning with Learning Style

Variations”, Journal of Baltic Science Education, Vol. 17, No. 4, 2018, p. 715. 20

Duden Saepuzamn, Achmad Samsudin, Asep Dedi Sutrisno, Ida Kaniawati, dan Yusnim,

“Diagnosis Kesulitan-Kesulitan Siswa dalam Konsep Gerak dan Gaya”, Prosiding Seminar

Kontribusi Fisika 2014 (SKF 2014), 2014, h. 84-85. 21

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018.

4

ulang. Akan tetapi, 55,1% guru hanya melakukan tes ulang (remedial test).22

Guru

tidak memberikan perlakuan (treatment) khusus bagi siswa yang tidak tuntas. Hal

ini bertolak belakang dengan teori pembelajaran dan undang-undang yang ada.

Seharusnya apabila jumlah siswa yang tidak tuntas melebihi 50%, maka harus

dilakukan pengajaran ulang (remedial teaching) dengan metode dan media yang

berbeda.23

Tetapi pada kenyataannya, remedial yang dilakukan oleh guru di

lapangan umumnya tidak didahului dengan pengajaran ulang, melainkan langsung

diberikan tes ulang24

meskipun jumlah siswa yang tidak tuntas lebih dari 50%,

sebab waktu yang tidak memungkinkan untuk melaksanakan pengajaran ulang.25

Selain itu, Permendikbud Nomor 104 Tahun 2014, menyatakan bahwa bagi yang

belum berhasil mencapai kriteria, diberikan kesempatan mengikuti pembelajaran

remedial yang dilakukan setelah suatu kegiatan penilaian (bukan di akhir

semester) baik secara individual, kelompok maupun kelas.26

Pengajaran remedial sangat penting dilaksanakan. Jika guru tidak

memberikan pengajaran remedial pada siswa yang tidak tuntas, maka yang akan

terjadi adalah: [1] hasil belajar siswa akan tetap rendah atau tidak tuntas;27

[2]

pemahaman siswa pada konsep tersebut tidak akan berubah atau meningkat;28

[3]

siswa tidak dapat menjawab soal UN yang berkaitan dengan konsep tersebut

sehingga dapat menurunkan nilai fisikanya dan dapat mempengaruhi kelulusan

22

Observasi Studi Pendahuluan, Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap 474

Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018. 23

Direktorat Pembinaan SMA, Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan Pengayaan di

SMA, 2010, h. 38. 24

Sukinah, “Pengajaran Remedial Untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada

Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran”, Jurnal Pendidikan, Vol. 1, No. 1, 2016, h. 59. 25

Nofia Candrawati, Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang

Selatan, 2018. 26

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permedikbud Nomor 104 Tahun 2014 tentang

Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.

Jakarta: Kemendikbud RI, 2014, h. 5. 27

Herma Hermawati, Novi Andri Nurcahyono, dan Ana Setiani, “Proses Pelaksanaan

Remedial Teaching terhadap Ketuntasan Belajar Matematika Peserta Didik”, Jurnal LP3M, Vol. 4,

No. 2, 2018, h. 103. 28

Agus Soleh, I Made Candiasa, Ni Ketut Widiartini, “Pengaruh Pembelajaran Remedial

Berbantuan Tutor Sebaya terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Mengalami Kesulitan

Belajar dengan Kovariabel Tingkat Kecemasan”, e-Journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, Vol. 4, 2014, h. 4.

5

siswa;29

dan [4] kompetensi dasar yang harus dicapai pada konsep tersebut tidak

tercapai secara optimal.30

Jika kompetensi dasar pada konsep hukum Newton

tidak tercapai, maka hal ini akan mempengaruhi pemahaman siswa akan materi

fisika yang akan dipelajari selanjutnya karena konsep hukum Newton ini

merupakan konsep dasar bagi materi-materi yang berhubungan dengan gaya dan

vektor gaya seperti keseimbangan titik, keseimbangan benda tegar, usaha dan

energi, dan lain-lain. Selain itu, guru juga harus memperhatikan gaya belajar

siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Pada siswa kinesthetic style, siswa

cenderung belajar melalui gerakan dan sentuhan.31

Jika metode pembelajaran

yang digunakan tidak disesuaikan dengan gaya belajar siswa seperti siswa

kinesthetic style tidak diberikan informasi dalam bentuk kinestetik (tidak

melakukan praktik, simulasi, atau demonstrasi), maka yang akan terjadi pada

siswa tersebut adalah: [1] tidak optimal dalam menyerap dan mengolah informasi

yang disampaikan oleh guru sehingga membuat siswa kesulitan dalam memahami

materi yang disampaikan;32

[2] hasil belajarnya rendah;33

dan [3] tidak ada

perbaikan miskonsepsi oleh guru yang terjadi pada siswa sehingga siswa tidak

dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang

berlaku.34

Permasalahan siswa kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang

gerak dapat diatasi dengan metode eksperimen. Melalui metode eksperimen, hasil

belajar siswa kinesthetic style yang mengikuti remedial pada konsep hukum

Newton dapat mengalami peningkatan sebab siswa kinesthetic style akan belajar

lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung, mereka sulit

untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas

29

Buna’i, “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar dalam

UNAS)”, Jurnal Tadris, Vol. 2, No. 2, 2007, h. 278. 30

Herma Hermawati, Novi Andri Nurcahyono, dan Ana Setiani, loc.cit. 31

Yen Chania, M. Haviz, dan Dewi Sasmita, op.cit., h.79. 32

Sahat Siagian dan Paimin Tanjung, “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar

terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VIII Siswa”, Jurnal Teknologi Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2012,

h. 7. 33

Ibid., h. 2. 34

Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum

Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di MAN Darussalam”, Jurnal Ilmiah

Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika, Vol. 2, No. 1, 2017, h. 133.

6

sangatlah kuat.35

Penggunaan metode eksperimen dalam proses pembelajaran juga

dapat membuat siswa kinesthetic style terlibat secara aktif, seperti siswa diberi

banyak kesempatan untuk menemukan, menganalisa, membuktikan, dan

mengalami sendiri objeknya, keadaannya, serta menarik kesimpulan mengenai

hal-hal yang dialaminya36

sehingga hal ini akan meminimalisir terjadinya

miskonsepsi pada siswa37

dan meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa

pada konsep hukum Newton tentang gerak.38

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka

peneliti akan melakukan penelitian terkait “Pengaruh Metode Eksperimen

dalam Pembelajaran Remedial terhadap Hasil Belajar Siswa Kinesthetic Style

pada Konsep Hukum Newton tentang Gerak”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan

sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Siswa kinesthetic style mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep

hukum Newton tentang gerak.

2. Siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang digunakan oleh guru

sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran

yang digunakan.

3. Guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan, sentuhan, praktik, atau

pengalaman belajar siswa kinesthetic style ketika pembelajaran berlangsung.

4. Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep hukum Newton

tentang gerak ketika guru tidak mengoptimalkan gaya belajar siswa

kinesthetic style.

35

Ibid. 36

Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi, “Pengaruh Metode Eksperimen dan Metode

Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Listrik Dinamis”, Jurnal Ilmiah

Pendidikan Fisika- Compton, Vol. 3, No. 1, 2016, h. 89-90. 37

Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, op.cit., h. 128. 38

Farihan S., “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Peserta Didik pada

Konsep Hukum Newton di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya Aceh Besar”, Skripsi pada

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam, Banda Aceh, 2017, h. 72.

7

5. Hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang

gerak belum mencapai KKM atau tidak tuntas.

6. Remedial yang diberikan guru hanya berupa tes tulis/ tes ulang tanpa

memberikan pengajaran ulang untuk siswa kinesthetic style yang

mendapatkan remedial.

7. Siswa kinesthetic style tidak mengalami perubahan terhadap pemahamannya

pada konsep hukum Newton tentang gerak apabila guru tidak melakukan

pembelajaran remedial dengan metode pembelajaran yang sesuai dengan

karakteristik gaya belajarnya.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, maka

masalah pada penelitian ini dibatasi pada:

1. Konsep yang diajarkan kepada siswa kinesthetic style yaitu konsep hukum

Newton tentang gerak sesuai dengan kurikulum 2013 revisi.

2. Sampel penelitian ini adalah siswa kinesthetic style kelas X MIPA di SMAN

5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2018/2019 yang tidak tuntas pada

konsep hukum Newton tentang gerak.

3. Metode pembelajaran remedial yang digunakan pada kelompok kontrol

adalah metode pembelajaran konvensional berupa metode ceramah.

4. Hasil belajar yang akan di ukur pada penelitian ini mengacu pada taksonomi

Bloom revisi Anderson dan Krathwohl yaitu kemampuan kognitif siswa pada

aspek C1 (mengingat), C2 (memahami), C3 (mengaplikasikan), dan C4

(menganalisis).

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada

konsep hukum Newton tentang gerak?

8

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam pembelajaran remedial

pada konsep hukum Newton tentang gerak?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style kelompok

eksperimen pada jenjang ranah kognitif C1 sampai C4 dalam pembelajaran

remedial dengan menggunakan metode eksperimen pada konsep hukum

Newton tentang gerak?

4. Bagaimanakah respon siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen

terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial pada

konsep hukum Newton tentang gerak?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang akan dicapai pada

penelitian ini:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada

konsep hukum Newton tentang gerak.

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam pembelajaran remedial

pada konsep hukum Newton tentang gerak.

3. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style kelompok

eksperimen pada jenjang ranah kognitif C1 sampai C4 dalam pembelajaran

remedial dengan menggunakan metode eksperimen pada konsep hukum

Newton tentang gerak.

4. Untuk mengetahui respon siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen

terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial pada

konsep hukum Newton tentang gerak.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini, peneliti uraikan dalam dua bagian yaitu manfaat

secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat yang bersifat teoritis, yaitu :

9

a. Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah keilmuan mengenai

pembelajaran remedial di lapangan khususnya.

b. Memberi masukan dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa

kinesthetic style melalui pembelajaran remedial.

2. Manfaat yang bersifat praktis, yaitu manfaat yang berguna bagi siswa, guru,

sekolah, dan peneliti, yaitu sebagai berikut:

a. Bagi siswa kinesthetic style:

1) Memberikan bantuan kepada siswa kinesthetic style yang tidak

tuntas agar hasil belajarnya mencapai kriteria ketuntasan minimal

(KKM) yang telah ditentukan.

2) Memberikan informasi mengenai karakteristik gaya belajar nya.

b. Bagi guru

1) Memberikan pemahaman akan pentingnya mengoptimalkan

pembelajaran sesuai dengan gaya belajar siswa.

2) Memberikan informasi mengenai pelaksanaan pembelajaran

remedial yang sesuai dengan gaya belajar siswa.

3) Memberikan gambaran mengenai penggunaan metode eksperimen

dalam pembelajaran remedial untuk siswa kinesthetic style.

4) Meningkatkan profesional guru dalam proses pembelajaran terutama

dalam mata pelajaran fisika.

c. Bagi sekolah

Memberikan gambaran terhadap sekolah tentang kegunaan dan

pentingnya pembelajaran remedial untuk meningkatkan sistem

pembelajaran bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam mencapai

KKM, sehingga permasalahan yang dihadapi baik oleh siswa, guru dan

lain sebagainya dapat diminimalkan.

d. Bagi pembaca

1) Sebagai bahan informasi mengenai pembelajaran remedial.

2) Memberikan pemahaman akan pentingnya pembelajaran remedial

dalam bidang pendidikan.

3) Sebagai bahan informasi mengenai metode eksperimen.

10

4) Sebagai bahan informasi mengenai gaya belajar kinesthetic style.

e. Bagi penulis

1) Mendapatkan pengalaman menerapkan penggunaan metode

eksperimen dalam pembelajaran remedial untuk membantu

meningkatkan hasil belajar siswa kinesthetic style sehingga mencapai

KKM yang telah ditetapkan.

2) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi bagi

penelitian selanjutnya.

11

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

1. Metode Pembelajaran Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana

memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil

bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar.1 Sebagai salah satu

komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya

dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar.2 Metode berasal dari

bahasa Yunani “methodos” yang berarti cara atau jalan yang di tempuh.3 Jadi

metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.4 Menurut Darmadi metode merupakan jalan atau cara yang ditempuh

seseorang untuk mencapai tujuan yang diharapkan.5 Sedangkan pembelajaran

menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah proses interaksi

siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.6

Metode pembelajaran merupakan teknik penyajian yang dikuasai oleh guru

untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,

baik secara individual ataupun secara kelompok agar pelajaran itu dapat diserap,

dipahami, dan dimanfaatkan oleh siswa dengan baik.7 Menurut Murtadlo, metode

pembelajaran merupakan prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang

digunakan pendidik untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun

dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.8

1 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Rineka

Cipta, Cet. Ke-4, 2010), h. 72. 2 Ibid., h. 72-73.

3 Suyanto dan Asep Jihad, “Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan Kualifikasi

dan Kualitas Guru di Era Global”, (Jakarta: Esensi, Erlangga Group, 2013), h. 274. 4 Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, “Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan Inovatif”,

(Bandung: Satunusa, Cet. ke-1, 2016), h. 9. 5 Darmadi, “Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika Belajar

Siswa”, (Yogyakarta: Deepublish, Cet. Ke-1, 2017), h. 177. 6 Ibid., h. 178.

7 Ibid., h. 177.

8 Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 10.

12

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

metode pembelajaran adalah cara atau jalan yang ditempuh oleh guru untuk

menyampaikan materi pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Percobaan atau disebut juga eksperimen (Bahasa Latin: ex-periri yang berarti

menguji coba) adalah suatu set tindakan dan pengamatan, yang dilakukan untuk

mengecek atau menyalahkan hipotesis atau mengenali hubungan sebab akibat

antar gejala.9 Metode eksperimen (percobaan) adalah cara penyajian pelajaran,

dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri

sesuatu yang dipelajari.10

Menurut Sumantri metode eksperimen diartikan sebagai

cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan

membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan.11

Menurut Roestiyah metode

eksperimen merupakan suatu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu

percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil

percobaan nya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan

dievaluasi oleh guru.12

Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep-

konsep dalam struktur kognitif nya, selanjutnya dapat diaplikasikan dalam

kehidupannya.13

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen adalah cara penyajian pelajaran dengan suatu percobaan, mengalami,

dan membuktikan sendiri apa yang dipelajari, serta siswa dapat menarik suatu

kesimpulan dari proses yang dialaminya.

b. Tujuan Metode Eksperimen

Setiap metode pembelajaran selalu memiliki tujuan masing-masing, begitu

pula dengan metode eksperimen. Berikut ini beberapa tujuan metode eksperimen,

yaitu14

:

1) Siswa mampu menyimpulkan fakta-fakta, informasi atau data yang diperoleh.

9 Ibid., h. 55.

10 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, op.cit., h. 84.

11 Mulyani Sumantri dan Johar Permana, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Depdikbud,

Dikti, 1999), h. 157. 12

Roestiyah N.K., “Strategi Belajar Mengajar”, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2012), h. 80. 13

Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 57. 14

Soli Abimanyu, “Strategi Pembelajaran”, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 7.17.

13

2) Siswa mampu merancang, mempersiapkan, melaksanakan, dan melaporkan

percobaannya.

3) Siswa mampu menggunakan logika berpikir induktif untuk menarik

kesimpulan dari fakta, informasi atau data yang dikumpulkan melalui

percobaan.

4) Siswa mampu berpikir sistematis, disiplin tinggi, hidup teratur, dan rapi.

c. Karakteristik Metode Eksperimen

Terdapat karakteristik mengajar dalam menggunakan metode eksperimen dan

hubungannya dengan pengalaman belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh

Winataputra, yaitu sebagai berikut:15

ada alat bantu yang digunakan; siswa aktif

melakukan percobaan; pendidik membimbing; tempat dikondisikan; ada pedoman

untuk siswa; ada topik yang di eksperimenkan; ada temuan-temuan.

Pembelajaran melalui eksperimen membuat siswa menjadi lebih aktif.

Pendidik berusaha membimbing, melatih, dan membiasakan siswa untuk terampil

menggunakan alat, merangkai percobaan, dan mengambil kesimpulan, yang

merupakan tujuan pembelajaran IPA dalam melakukan metode ilmiah. Dengan

percobaan (eksperimen), siswa dilatih untuk merekam semua data fakta yang

diperoleh melalui hasil pengamatan, bukan data opini hasil rekayasa pemikiran.16

d. Langkah-Langkah Pelaksanaan Pembelajaran dengan Metode

Eksperimen

Agar pembelajaran terlaksana dengan baik, guru harus mengetahui langkah-

langkah yang harus ditempuh dalam mengimplementasikan metode eksperimen.

Secara garis besar, langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan metode

eksperimen meliputi:17

1) Kegiatan Persiapan

a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan metode

eksperimen.

15

Udin Saripudin Winataputra, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta: Depdikbud, 1998), h.

20. 16

Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 58. 17

Soli Abimanyu, op.cit., h. 7.19.

14

b) Menyiapkan materi pembelajaran yang diajarkan melalui eksperimen.

c) Menyiapkan alat, sarana dan bahan yang diperlukan dalam eksperimen.

d) Menyiapkan panduan prosedur pelaksanaan eksperimen, termasuk

Lembar Kerja Siswa (LKS).

2) Kegiatan Pelaksanaan Eksperimen

a) Kegiatan Pembukaan

(1) Menanyakan materi pembelajaran yang telah diajarkan minggu lalu

(apersepsi).

(2) Memotivasi siswa dengan mengemukakan cerita yang ada kaitannya

dengan materi pembelajaran yang akan diajarkan.

(3) Mengemukakan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan

prosedur eksperimen yang akan dilakukan.

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa diminta membantu menyiapkan alat dan bahan yang akan

dipakai dalam eksperimen.

(2) Siswa melaksanakan eksperimen berdasarkan panduan dan LKS

yang telah disiapkan guru.

(3) Guru memonitor dan membantu siswa yang mengalami kesulitan.

(4) Pelaporan hasil eksperimen dan diskusi balikan.

c) Kegiatan Penutup

(1) Guru meminta siswa untuk merangkum hasil eksperimen.

(2) Guru mengadakan evaluasi hasil dan proses eksperimen.

(3) Tindak lanjut, yaitu meminta siswa yang belum menguasai materi

eksperimen untuk mengulang lagi eksperimennya dan bagi yang

sudah menguasai diberi tugas untuk pendalaman.

e. Keunggulan Metode Eksperimen

Keunggulan metode eksperimen dalam proses pembelajaran dapat dituangkan

sebagai berikut:18

18

Zainal Aqib dan Ali Murtadlo, op.cit., h. 60-61.

15

1) Melalui eksperimen siswa dapat menghayati sepenuh hati dan mendalam,

mengenai pelajaran yang diberikan.

2) Melatih siswa untuk dapat aktif mengambil bagian untuk berbuat bagi dirinya

dan tidak hanya melihat orang lain, tanpa dirinya melakukan.

3) Siswa mendapatkan pengalaman langsung dan praktis dalam kenyataan

sehari-hari yang sangat berguna bagi dirinya.

4) Siswa dapat aktif mengambil bagian yang besar, untuk melaksanakan

langkah-langkah dalam cara berpikir ilmiah. Hal ini dilakukan melalui

pengumpulan data-data observasi memberikan penafsiran dan kesimpulan,

yang dilakukan oleh siswa itu sendiri.

5) Kemungkinan kesalahan dalam mengambil kesimpulan dapat dikurangi

karena siswa mengamati langsung terhadap suatu proses yang menjadi objek

pelajaran atau mencoba melaksanakan sesuatu.

6) Kesimpulan eksperimen lebih lama tersimpan dalam ingatan siswa karena

siswa memperolehnya sendiri secara langsung.

7) Siswa akan lebih memahami hakikat dari ilmu pengetahuan dan kebenaran

secara langsung.

8) Mengembangkan sikap terbuka bagi siswa.

9) Metode ini melibatkan aktivitas dan kreativitas siswa secara langsung dalam

pengajaran sehingga mereka akan terhindar dari verbalisme.

f. Kelemahan Metode Eksperimen

Setiap metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik, disamping

memiliki kelebihan, juga memiliki beberapa kelemahan. Adapun kelemahan-

kelemahan yang dimiliki oleh metode eksperimen, diantaranya sebagai berikut:19

1) Apabila sarana tidak tersedia atau kurang memadai, proses jalannya

eksperimen akan menjadi tidak efektif.

2) Metode ini dilaksanakan jika siswa belum matang untuk melaksanakan

eksperimen. Hal ini berarti melaksanakan eksperimen memerlukan

keterampilan yang mahir dari pihak pendidiknya.

19

Ibid., h. 61-62.

16

3) Memerlukan waktu yang panjang atau lama.

4) Memerlukan keterampilan atau kemahiran dari pihak pendidik dalam

menggunakan dan membuat alat-alat eksperimen.

5) Bagi pendidik yang telah terbiasa dengan metode ceramah secara rutin,

misalnya cenderung memandang eksperimen sebagai suatu pemborosan dan

memberatkan.

6) Kebanyakan metode ini cocok untuk sains dan teknologi, kurang tepat jika

diterapkan pada pelajaran lain terutama bidang ilmu pengetahuan sosial.

7) Pada hal-hal tertentu seperti pada eksperimen bahan-bahan kimia,

kemungkinan memiliki bahaya selalu ada. Dalam hal ini, faktor keselamatan

kerja harus diperhitungkan.

2. Pembelajaran Remedial

a. Pengertian Pembelajaran Remedial

Istilah remedial berasal dari kata remedy (bahasa Inggris), yang berarti obat,

memperbaiki atau menolong.20

Pembelajaran remedial adalah suatu pembelajaran

yang bersifat mengobati, menyembuhkan, dan membuatnya lebih baik bagi siswa

yang hasil belajarnya masih di bawah standar yang telah ditetapkan oleh guru atau

sekolah.21

Menurut Masbur, pengajaran remedial adalah suatu layanan pendidikan

atau suatu bentuk program pembelajaran yang dilaksanakan dengan perlakuan

khusus yang diberikan guru kepada siswa yang mengalami kesulitan dan

hambatan dalam kegiatan belajar menagajar, sehingga siswa tersebut mencapai

standar kompetensi yang telah ditentukan.22

Dengan kata lain, pembelajaran

remedial diberikan kepada siswa untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga

mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan.23

Pemberian program pembelajaran

20

Mukhtar dan Rusmini, “Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran”, (Jakarta: PT. Nimas Multima, Cet. Ke-5, 2008), h. 8. 21

Kunandar, op.cit., h. 331. 22

Masbur, “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”, Jurnal Ilmiah

DIDAKTIKA, Vol. XII, No.2, 2012, h. 351. 23

Abdul Majid, “Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar”, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. Ke-3, 2017), h. 233.

17

remedial didasarkan atas latar belakang bahwa guru perlu memperhatikan

perbedaan individual siswa.24

Program remedial dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru kelas, atau oleh

guru lain yang memiliki kemampuan memberikan bantuan dan mengetahui

kekurangan siswa.25

Dalam proses pembelajaran, akan selalu ada siswa-siswa

yang memerlukan bantuan, baik dalam hal mencerna materi pelajaran maupun

dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialaminya.26

Kegiatan remedial

dapat berupa tatap muka dengan guru, atau diberi kesempatan untuk belajar

sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara: menjawab pertanyaan,

membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas mengumpulkan data.27

Waktu remedial diatur berdasarkan kesepakatan antara siswa dengan guru, dapat

dilaksanakan pada atau di luar jam efektif.28

Untuk itu pendidik perlu menyusun

rancangan program remedial dan perangkat yang sesuai dengan kebutuhan serta

menerapkan program remedial untuk siswa yang hasil belajarnya belum mencapai

kriteria minimal ketuntasan belajar.29

b. Ciri-Ciri Pengajaran Remedial

Adapun ciri-ciri pengajaran remedial dapat dijelaskan sebagai berikut:30

1) Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diketahui kesulitan belajar dan

kemudian diberikan pelayanan khusus sesuai dengan sifat, jenis, dan latar

belakang nya.

2) Dalam pengajaran remedial tujuan instruksional disesuaikan dengan kesulitan

belajar yang dihadapi siswa.

3) Metode yang digunakan pada pengajaran remedial bersifat diferensial artinya

disesuaikan dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar nya.

24

Ibid. 25

Kunandar, op.cit., h. 331. 26

Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 8-9. 27

Kunandar, loc.cit. 28

Ibid. 29

Ibid. 30

Mulyadi, “Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar

Khusus”, (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), h. 45-46.

18

4) Alat-alat yang dipergunakan dalam pengajaran remedial lebih bervariasi dan

mungkin siswa tertentu lebih memerlukan alat khusus tertentu. Misalnya:

penggunaan tes diagnosis, sosiometri, dan alat-alat laboratorium.

5) Pengajaran remedial dilaksanakan dengan kerjasama dengan pihak lain.

Misalnya: pembimbing, ahli lain dan sebagainya.

6) Pengajaran remedial menuntut pendekatan dan teknik yang lebih diferensial,

maksudnya lebih disesuaikan dengan keadaan masing-masing pribadi siswa

yang akan dibantu.

7) Dalam pengajaran remedial, alat evaluasi yang dipergunakan disesuaikan

dengan kesulitan belajar yang dihadapi siswa.

c. Tujuan Pembelajaran Remedial

Secara umum, tujuan pengajaran perbaikan (remedial teaching) tidak berbeda

dengan pembelajaran biasa, yaitu dalam rangka mencapai tujuan belajar yang

ditetapkan.31

Secara khusus, pengajaran perbaikan ini bertujuan untuk

memberikan bantuan yang berupa perlakuan pengajaran kepada para siswa yang

lambat, mengalami kesulitan, atau pun gagal dalam belajar, sehingga mereka

dapat secara tuntas dalam menguasai bahan atau materi pelajaran yang diberikan,

dan dapat mencapai prestasi belajar yang diharapkan melalui proses perbaikan.32

Secara lebih rinci, tujuan pembelajaran remedial adalah:33

1) Siswa dapat memahami dirinya, khususnya prestasi belajarnya, dapat

mengenal kelemahannya dalam mempelajari materi pelajaran dan juga

kekuatannya.

2) Siswa dapat memperbaiki atau mengubah cara belajar ke arah yang lebih

baik.

3) Siswa dapat memilih materi dan fasilitas belajar secara tepat.

4) Siswa dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang dapat mendorong

tercapainya hasil belajar yang lebih baik.

31

Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 23. 32

Ibid. 33

Kunandar, op.cit., h. 332.

19

5) Siswa dapat melaksanakan tugas-tugas belajar yang diberikan kepadanya,

setelah ia mampu mengatasi hambatan-hambatan yang menjadi penyebab

kesulitan belajarnya, dan dapat mengembangkan sikap serta kebiasaan yang

baru dalam belajar.

d. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Remedial

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pembelajaran remedial

adalah:34

1) Penyiapan pembelajaran: proses identifikasi kebutuhan siswa dan

menyiapkan rencana pembelajaran agar efektif.

2) Merancang berbagai kegiatan pembelajaran remedial untuk siswa dengan

bervariasi.

3) Merancang belajar bermakna, misalnya games, kuis, dan sebagainya.

4) Pemilihan pendekatan pembelajaran.

5) Berikan arahan yang jelas untuk menghindari kebingungan siswa.

6) Rumuskan gagasan utama sesuai dengan kesulitan yang dialami siswa.

7) Meningkatkan keinginan belajar dan motivasi kepada siswa.

8) Mendorong siswa berpartisipasi aktif dalam kelas.

9) Memfokuskan pada proses belajar.

10) Memperlihatkan kepedulian terhadap individu siswa.

e. Fungsi Pengajaran Remedial

Fungsi pengajaran remedial adalah:35

1) Fungsi korektif ini berarti bahwa melalui pengajaran remedial dapat

dilakukan pembetulan atau perbaikan terhadap hal-hal yang dipandang belum

memenuhi apa yang diharapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran,

antara lain mencakup perumusan tujuan, penggunaan metode, cara-cara

belajar, materi dan alat pelajaran, evaluasi, dan lain-lain.

34

Ibid., h. 333. 35

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, “Psikologi Belajar”, (Jakarta: Rineka Cipta: 2013),

h. 154-156.

20

2) Fungsi pemahaman berarti bahwa dengan pengajaran remedial

memungkinkan guru, siswa, atau pihak-pihak lainnya akan dapat memperoleh

pemahaman yang lebih baik dan komprehensif mengenai pribadi siswa.

3) Fungsi penyesuaian berarti bahwa pengajaran remedial dapat membentuk

siswa untuk bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan lingkungannya

(proses belajarnya). Artinya, siswa dapat belajar sesuai dengan

kemampuannya sehingga peluang untuk mencapai hasil yang lebih baik

semakin besar.

4) Fungsi pengayaan berarti bahwa pengajaran remedial akan dapat

memperkaya proses pembelajaran, sehingga materi yang tidak disampaikan

dalam pengajaran reguler, akan dapat diperoleh melalui pengajaran remedial.

5) Fungsi akselerasi, berarti bahwa dengan pengajaran remedial akan dapat

diperoleh hasil belajar yang lebih baik dengan menggunakan waktu yang

efektif dan efisien. Dengan kata lain, dapat mempercepat proses

pembelajaran, baik dari segi waktu maupun materi.

6) Fungsi terapsutik berarti bahwa secara langsung atau tidak langsung,

pengajaran remedial akan dapat membantu menyembuhkan atau memperbaiki

kondisi-kondisi kepribadian siswa yang diperkirakan menunjukkan adanya

penyimpangan.

f. Unsur-Unsur dalam Kegiatan Remedial

Unsur-unsur yang terdapat dalam kegiatan remedial, yaitu:36

1) Sifat kegiatan remedial

Kegiatan remedial haruslah mempunyai sifat-sifat pokok, diantaranya:

menyederhanakan konsep-konsep yang kompleks; menjelaskan konsep-konsep

yang kabur; dan memperbaiki konsep-konsep yang di salah-tafsirkan.

2) Jumlah siswa yang memerlukan kegiatan remedial

Dalam kelas dan setiap bidang studi serta pelaksanaan setiap kegiatan belajar

mengajar terdapat sejumlah siswa yang berbeda-beda yang memerlukan kegiatan

perbaikan. Yang penting dalam hal ini adalah bagaimana seorang guru mengambil

36

Ischak S.W., dan Warji R., “Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar”,

(Yogyakarta: Liberty, Cet. Ke-2, 1987), h. 38-44.

21

keputusan dalam menetapkan jumlah siswa yang memerlukan bantuan/ kegiatan

perbaikan pada saat yang sama, sehingga kesulitan-kesulitan tiap siswa masih

sempat diperhatikan, di samping siswa yang lain juga tidak diabaikannya.

3) Tempat kegiatan remedial diberikan

Dalam hal ini yang penting bagi guru adalah mempertimbangkan dimana

tempat yang paling tepat untuk menyelenggarakan kegiatan perbaikan. Apakah di

rumah siswa, di ruang kelas, di perpustakaan, di taman sekolah, di ruang BP, dan

sebagainya. Agar ia dapat memusatkan perhatian pada pekerjaannya, mendapat

bantuan yang wajar yang tersedia, mendapatkan alat-alat yang wajar yang

tersedia, tanpa mengganggu teman-teman sekelasnya.

4) Waktu penyelenggaraan kegiatan remedial

a) Kapan kegiatan remedial itu diberikan.

(1) Pagi hari, siang hari, malam hari, dan sebagainya.

(2) Setelah test pra-syarat/ pretest; sewaktu kegiatan belajar mengajar;

setelah posttest atau test formatif / test sumatif.

b) Berapa lama waktu yang digunakan untuk kegiatan remedial. Misalnya:

30 menit, 40 menit, 45 menit, 2 x 45 menit, dan sebagainya. Atau berapa

kali pertemuan. Yang penting bagi guru ialah menyusun kegiatan

remedial yang sesuai bobotnya dengan waktu yang tersedia bagi kegiatan

remedial itu.

5) Siapa yang memberikan kegiatan remedial

Mengingat kegiatan perbaikan itu merupakan kegiatan yang sangat penting,

karena akan menyangkut hari depan siswa yang menemui kesulitan belajar, maka

orang yang memberikan bantuan itu haruslah orang yang tepat. Tentu saja orang

tersebut adalah guru atau pihak-pihak lain misalnya kakak siswa, teman sekelas

siswa, atau pihak lain yang dianggap tepat untuk memberikan bantuan kepada

siswa yang memerlukan bantuan itu, agar siswa dapat menerima proses dan jenis

bantuan yang tepat yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih baik.

6) Metode-metode yang digunakan dalam kegiatan remedial

Banyak metode yang dapat digunakan dalam kegiatan remedial, antara lain:

metode ceramah; diskusi; pemberian tugas dan resitasi; kerja kelompok; tanya

22

jawab; eksperimen; penemuan; role playing; brainstorming; sosio-drama; dan

sebagainya.

7) Sarana/ alat yang sesuai dengan kegiatan remedial

Yang dimaksud sarana atau alat-alat yang ada di sini antara lain: buku-buku,

lembaran kegiatan, lembaran kerja, gambar, tape-recorder, slide, film, alat-alat

laboratorium dan sebagainya.

8) Tingkat kesulitan belajar siswa

Sesuai dengan keanekaragaman individu siswa, maka tingkat kesulitan belajar

yang mereka alami juga akan beranekaragam. Pada pokoknya tingkat kesulitan

belajar siswa itu dibedakan menjadi 3 tingkatan, yaitu: ringan; sedang; dan berat.

Dengan melihat tiga tingkatan kesulitan belajar tersebut diatas, maka yang penting

bagi guru adalah menentukan yang mana dan sejauh mana bantuan itu diberikan

kepada siswa yang memerlukan bantuan, sehingga bantuan yang akan diberikan

nanti sungguh-sungguh tepat mengenai sasarannya.

Berdasarkan faktor-faktor ini, maka dapat dipilih dan ditentukan bentuk-

bentuk kegiatan remedial, antara lain:

a) Mengajar kembali (re-teaching), yaitu kegiatan perbaikan yang dilaksanakan

dengan jalan mengajar kembali bahan yang sama kepada para siswa yang

memerlukan bantuan dengan cara penyajian yang berbeda.

b) Bimbingan individu/ kelompok kecil.

c) Memberikan pekerjaan rumah.

d) Menyuruh siswa mempelajari bahan yang sama dari buku-buku pelajaran,

buku paket atau sumber-sumber bacaan yang lain.

e) Guru menggunakan alat bantu audio-visual yang lebih banyak.

f) Bimbingan oleh: wali kelas; guru bidang studi; guru pembimbing (BP); tutor

sebaya; tutor serumah; dan sebagainya.

g. Sasaran Pembelajaran Remedial

Kelompok siswa yang masuk dalam sasaran pembelajaran remedial adalah:37

1) Kemampuan mengingat relatif kurang.

37

Kunandar, op.cit., h. 334.

23

2) Perhatian yang sangat kurang dan mudah terganggu dengan sesuatu yang lain

di sekitarnya pada saat belajar.

3) Secara relatif lemah kemampuan memahami secara menyeluruh.

4) Kurang dalam hal memotivasi diri dalam belajar.

5) Kurang dalam hal kepercayaan diri dan rendah harapan dirinya.

6) Lemah dalam kemampuan memecahkan masalah.

7) Sering gagal dalam menyimak suatu gagasan dari suatu informasi.

8) Mengalami kesulitan dalam memahami suatu konsep yang abstrak.

9) Gagal menghubungkan suatu konsep dengan konsep lainnya yang relevan.

10) Memerlukan waktu relatif lebih lama daripada yang lainnya untuk

menyelesaikan tugas-tugas.

h. Pendekatan dalam Pengajaran Remedial

Pendekatan dalam pengajaran remedial dibedakan menjadi tiga, yaitu:38

1) Pendekatan yang bersifat kuratif

Pendekatan ini dilakukan dengan melihat kenyataan bahwa ada seseorang

atau sejumlah siswa, bahkan mungkin seluruh anggota kelompok, tidak mampu

menyelesaikan program secara sempurna sesuai dengan kriteria keberhasilan

dalam proses pembelajaran. Secara khusus, untuk mencapai sasaran pencapaian

tujuan pembelajaran secara optimal, dapat dilakukan dengan menggunakan tiga

macam pendekatan, yaitu: pendekatan pengulangan, pengayaan/pengukuhan, dan

percepatan.

2) Pendekatan yang bersifat preventif

Pendekatan ini ditujukan kepada siswa tertentu yang berdasarkan data atau

informasi diprediksikan akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan suatu

program studi tertentu yang akan ditempuhnya. Prediksi ini dapat berupa:

a) Bagi mereka yang termasuk kategori normal, akan mampu menyelesaikan

program pembelajaran sesuai dengan waktu yang disediakan.

b) Bagi mereka yang diperkirakan terlambat atau tidak dapat menyelesaikan

program dengan batas waktu yang ditetapkan, maka layangan pengajaran

38

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, op.cit., h. 179-181.

24

perbaikan dapat dilakukan dalam bentuk kelompok belajar homogen,

individual, ataupun melalui kelas remedial.

3) Pendekatan yang bersifat pengembangan

Pendekatan ini merupakan upaya yang dilakukan guru selama proses

pembelajaran berlangsung. Sasaran pokoknya adalah agar siswa dapat mengatasi

hambatan atau kesulitan yang mungkin dialami selama proses pembelajaran

berlangsung.

i. Metode dalam Pengajaran Remedial

Sebagaimana kita ketahui, kegiatan perbaikan pada hakikatnya merupakan

kegiatan “bantuan” yang diberikan kepada siswa, baik berupa perlakuan

pengajaran maupun yang berupa bimbingan kepada siswa.39

Metode dalam

kegiatan perbaikan ini adalah metode yang dilaksanakan dalam keseluruhan

kegiatan bimbingan belajar, mulai dari tingkat identifikasi kasus sampai dengan

tindak lanjut.40

Metode yang digunakan dalam pengajaran perbaikan yang berupa

perlakuan pengajaran ini tentunya tidak berbeda dengan metode-metode yang

digunakan dalam proses pembelajaran pada umumnya, antara lain:41

metode

ceramah; metode diskusi; metode pemberian tugas dan resitasi; metode kerja

kelompok; metode tanya jawab; metode demonstrasi dan eksperimen; metode

sosiodrama/bermain peran (role playing); metode tutorial; metode pengajaran

individual.

j. Prosedur Pelaksanaan Pengajaran Remedial

Pengajaran remedial dilaksanakan setelah diadakan pengajaran biasa

(klasikal), dimana siswa (kelompok) yang belum memenuhi standar minimal yang

telah ditentukan pada topik/kompetensi, dikumpulkan tersendiri untuk

mendapatkan pengajaran kembali.42

Dalam pengajaran remedial yang diperbaiki

adalah keseluruhan proses belajar mengajar seperti cara mengajar, metode

pengajaran, materi pelajaran, alat belajar, dan lingkungan belajar. Dalam

39

Mukhtar dan Rusmini, op.cit., h. 70. 40

Ibid. 41

Ibid., h. 70-71. 42

Kunandar, op.cit., h. 335.

25

pengajaran remedial terjadi proses penyembuhan (terapi) pada siswa, jika sudah

sembuh maka akan dikembalikan lagi ke kelas semula.43

Pengajaran remedial

berbeda dengan proses belajar mengajar biasa dalam segi:44

1) Tujuan. Artinya pengajaran biasa diarahkan pada penugasan (materi) bahan

secara tuntas, sehingga tujuan instruksional maupun tujuan pengiring tercapai

secara maksimal. Sedangkan pengajaran remedial lebih diarahkan pada

peningkatan penguasaan bahan sehingga sekurang-kurangnya siswa yang

bersangkutan dapat memenuhi kriteria keberhasilan minimal yang mungkin

diterima.

2) Strategi. Artinya, strategi belajar remedial sifatnya sangat individual dalam

arti tergantung pada letak masalah yang dihadapi setiap siswa. Metode

penyampaian harus bervariasi dan diharapkan disusun secara sistematis, dari

materi/tugas yang mudah menuju tugas yang sukar.

3) Bahan. Artinya bahan pengajaran remedial biasanya dengan penggolongan-

penggolongan yang lebih kecil daripada bahan yang dikembangkan untuk

pengajaran biasa.

k. Langkah-Langkah Pembelajaran Remedial

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran remedial

adalah:45

1) Mengidentifikasi kesulitan siswa.

2) Analisis hasil diagnosis kesulitan belajar.

3) Menemukan penyebab kesulitan.

4) Menyusun rencana kegiatan remedial.

5) Melaksanakan kegiatan remedial (perlakuan).

6) Menilai kegiatan remedial (memberi tes).

3. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

ia menerima pengalaman belajarnya.46

Dalam sistem pendidikan nasional

43

Ibid. 44

Ibid., h. 335-336. 45

Ibid.h. 336.

26

rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional,

menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom.47

Bloom

mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah atau domain besar, yaitu:

ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain), dan ranah

psikomotorik (psychomotor domain) yang kemudian disebut taksonomi Bloom.48

Dalam penelitian ini hasil belajar yang diukur hanya kemampuan siswa pada

ranah kognitif saja. Berikut pemaparan klasifikasi hasil belajar Benyamin Bloom

pada ranah kognitif.

Ranah kognitif dari hasil belajar menurut Bloom meliputi penguasaan konsep,

ide, pengetahuan faktual, dan berkenaan dengan keterampilan-keterampilan

intelektual.49

Kategori-kategori pada dimensi kognitif dibagi menjadi enam

kelompok, yaitu:50

1) Mengingat, yaitu mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

Kemampuan mengingat meliputi proses:

a) Mengenali, yaitu menempatkan pengetahuan dalam memori jangka

panjang yang sesuai dengan pengetahuan tersebut. Nama lain mengenali

adalah mengidentifikasi.

b) Mengingat kembali, yaitu mengambil pengetahuan yang relevan dari

memori jangka panjang. Nama lain dari mengingat kembali adalah

mengambil.

2) Memahami, yaitu mengkonstruk makna dari materi pembelajaran, termasuk

apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Kemampuan memahami

meliputi proses:

46

Nana Sudjana, “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, Cet. Ke- 9, 2004), hal. 22. 47

Ibid. 48

Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2018), h. 130. 49

Wahab Jufri, “Belajar dan Pembelajaran Sains”, (Bandung: Pustaka Reka Cipta, 2017), h.

75. 50

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl, “Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,

Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan Bloom”, Terj. Agung Prihantoro,

(Yogyakarta: Pustaka Belajar, Cet. Ke-2, 2017), h. 100-102.

27

a) Menafsirkan, yaitu mengubah satu bentuk gambaran menjadi bentuk lain.

Nama-nama lain menafsirkan adalah mengklarifikasi, memparafrasekan,

merepresentasi, dan menerjemahkan.

b) Mencontohkan, yaitu menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep

atau prinsip. Nama-nama lain dari mencontohkan adalah

mengilustrasikan dan memberi contoh.

c) Mengklasifikasikan, yaitu menentukan sesuatu dalam satu kategori.

Nama-nama lain dari mengklasifikasikan adalah mengategorikan dan

mengelompokkan.

d) Merangkum, yaitu mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.

Nama-nama lain dari merangkum adalah mengabstraksi dan

menggeneralisasi.

e) Menyimpulkan, yaitu membuat kesimpulan yang logis dari informasi

yang diterima. Nama-nama lain dari menyimpulkan adalah menyarikan,

mengekstrapolasi, menginterpolasi, dan memprediksi.

f) Membandingkan, yaitu menentukan hubungan antara dua ide, dua objek,

dan semacamnya. Nama-nama lain dari membandingkan adalah

mengontraskan, memetakan, dan mencocokkan.

g) Menjelaskan, yaitu membuat model sebab-akibat dalam sebuah sistem.

Nama-nama lain dari menjelaskan adalah membuat model.

3) Mengaplikasikan, yaitu menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam

keadaan tertentu. Kemampuan mengaplikasikan meliputi proses:

a) Mengeksekusi, yaitu menerapkan prosedur pada tugas yang familiar.

Nama lain untuk mengeksekusi adalah melaksanakan.

b) Mengimplementasikan, yaitu menerapkan suatu prosedur pada tugas

yang tidak familiar. Nama lain mengimplementasikan adalah

menggunakan.

4) Menganalisis, yaitu memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusun

nya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan

antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

Kemampuan menganalisis meliputi proses:

28

a) Membedakan, membedakan bagian materi pembelajaran yang relevan

dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting.

Nama-nama lain dari membedakan adalah menyendirikan, memilah,

memfokuskan, dan memilih.

b) Mengorganisasi, yaitu menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja

atau berfungsi dalam sebuah struktur. Nama-nama lain dari

mengorganisasi adalah menemukan koherensi, memadukan, membuat

garis besar, mendeskripsikan peran, dan menstrukturkan.

c) Mengatribusikan, yaitu menentukan sudut pandang, bias, nilai, atau

maksud di balik materi pelajaran. Nama lain dari mengatribusikan adalah

mendekonstruksi.

5) Mengevaluasi, yaitu mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau

standar tertentu. Kemampuan mengevaluasi meliputi proses:

a) Memeriksa, yaitu menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu

proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk

memiliki konsistensi internal; dan menemukan efektivitas suatu prosedur

yang sedang dipraktikkan. Nama-nama lain untuk memeriksa adalah

mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, dan menguji.

b) Mengkritik, yaitu menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan

kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memiliki konsistensi

eksternal; dan menemukan ketepatan suatu prosedur untuk

menyelesaikan masalah. Nama lain dari mengkritik adalah menilai.

6) Mencipta, yaitu memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang

baru dan koheren atau membuat suatu produk yang orisinal. Kemampuan

mencipta meliputi proses:

a) Merumuskan, yaitu membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan kriteria.

Nama lain dari merumuskan adalah membuat hipotesis.

b) Merencanakan, yaitu merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu

tugas. Nama lain dari merencanakan adalah mendesain.

c) Memproduksi, yaitu menciptakan suatu produk. Nama lain dari

memproduksi adalah mengkonstruksi.

29

4. Gaya Belajar

a. Pengertian Gaya Belajar

Salah satu karakteristik siswa yang penting untuk diperhatikan adalah gaya

belajar atau learning styles.51

Menurut DePotter dan Hernachi learning style

diartikan sebagai gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu dimana

merupakan cara termudah dalam menyerap informasi, mengatur, dan mengolah

informasi.52

Benny mendefinisikan gaya belajar sebagai suatu cara tentang

bagaimana seorang individu melakukan persepsi, berinteraksi, dan merespon

secara emosional terhadap lingkungan belajar.53

Sedangkan menurut James dan

Gardner gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana para siswa menganggap

dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan

memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.54

Sehingga dapat disimpulkan

bahwa gaya belajar merupakan cara seseorang dalam menerima hasil belajar

dengan tingkat penerimaan yang optimal dibandingkan dengan cara yang lain.55

Tiap individu mempunyai learning style yang berbeda.56

Perbedaan ini sangat

wajar.57

Tetapi harus disadari oleh individu yang bersangkutan, sehingga

dijadikan kelebihan untuk dikembangkan dalam meraih prestasi.58

Terdapat

beberapa manfaat mengetahui gaya belajar, baik bagi guru maupun bagi siswa.

Bagi guru dengan mengetahui gaya belajar tiap siswa, maka guru dapat

menerapkan teknik dan strategi yang tepat baik dalam pembelajaran maupun

dalam pengembangan diri.59

Sedangkan manfaat mengetahui gaya belajar bagi

siswa yaitu: dapat membantu dirinya sendiri dalam mengambil langkah-langkah

penting untuk lebih mudah dan lebih cepat belajar, dapat memperoleh

pengetahuan penting tentang diri sendiri, memahami kekuatan dan kelemahan

51

Benny A. Pribadi, “Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses”, (Jakarta:

Dian Rakyat, Cet. Ke- 1, 2011), h. 45. 52

Eny Purwandari, “Kajian Psikologi Belajar: Mengukir Prestasi Melalui Pengenalan Diri

dan Optimalisasi Potensi”, WARTA, Indonesian Psychological Journal, Vol. 10, No. 1, 2007, h.

85. 53

Benny A. Pribadi, loc.cit. 54

Darmadi, op.cit., h. 159. 55

Ibid., h. 160. 56

Eny Purwandari, loc.cit. 57

Ibid. 58

Ibid. 59

Darmadi, loc.cit.

30

dalam belajar, mengingat, dan memecahkan masalah, mencegah terjadinya salah

paham antara siswa dan guru, atau orang tua, meningkatkan motivasi belajar,

meningkatkan penghargaan diri dan kepercayaan diri, dan menciptakan

lingkungan belajar yang sesuai dengan gaya belajar siswa.60

b. Macam-Macam Gaya Belajar

Klasifikasi gaya belajar individu yang didasarkan pada kemampuan dalam

memahami jenis informasi tertentu dibagi menjadi 3 jenis, yaitu: gaya belajar

visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik.61

Ketiga gaya belajar ini

dikenal dengan istilah VAK.62

Kemudian Fleming dan Mills memperkenalkan

gaya belajar tambahan, yakni gaya belajar read-write (baca tulis).63

Sehingga

mereka mengajukan kategori gaya belajar dalam empat bentuk, yaitu gaya belajar

visual, gaya belajar auditory, gaya belajar read-write, dan gaya belajar kinesthetic

yang dikenal dengan singkatan VARK.64

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan gaya belajar menurut Fleming dan Mills. Berikut ini penjelasan

mengenai gaya belajar (learning style) menurut Fleming dan Mills:65

1) Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual adalah gaya belajar dengan cara melihat sehingga mata

memegang peranan penting. Gaya belajar secara visual dilakukan seseorang untuk

memperoleh informasi dengan melihat gambar, diagram, peta, poster, grafik, data

teks seperti tulisan, dan sebagainya.

2) Gaya Belajar Auditori

Gaya belajar auditori adalah gaya belajar yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh informasi dengan memanfaatkan indra telinga. Oleh karena itu,

mereka sangat mengandalkan telinganya untuk mencapai kesuksesan belajar,

seperti mendengarkan ceramah, radio, berdialog, berdiskusi, dan sebagainya.

60

Sahat Siagian dan Paimin Tanjung, op.cit., h. 7-8. 61

Benny A. Pribadi, op.cit., h. 47. 62

Darmadi, op.cit., h. 161. 63

Eny Purwandari, op.cit., h. 86. 64

Darmadi, op.cit., h. 165. 65

Ibid., h. 165-169.

31

3) Gaya belajar Read-Write

Gaya belajar read-write adalah gaya belajar yang menekankan pada aspek

membaca dan menulis. Pada seseorang yang memiliki gaya belajar seperti ini ia

akan lebih mudah memahami materi pembelajaran dengan cara membaca atau

menulis.

4) Gaya belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik adalah cara belajar yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh informasi dengan melakukan gerakan, sentuhan, praktik, atau

pengalaman belajar secara langsung. Gaya belajar ini mengarah pada pengalaman

dan latihan (simulasi atau nyata, meskipun pengalaman tersebut melibatkan

modalitas lain). Hal ini mencakup demonstrasi, simulasi, video, dan film dari

pelajaran yang sesuai aslinya, sama halnya dengan studi kasus, latihan, dan

aplikasi.66

Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik mengandalkan belajar melalui

bergerak, menyentuh, dan melakukan tindakan. Anak seperti ini sulit untuk duduk

diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktivitas dan eksplorasi

sangatlah kuat. Oleh karena itu, pembelajaran yang dibutuhkan adalah

pembelajaran yang bersifat kontekstual dan praktik.67

Gaya belajar kinestetik dapat dideteksi dari kebiasaan anak ketika belajar,

antara lain: a) Selalu berorientasi kepada fisik dan banyak gerak; b) Banyak

menggunakan isyarat tubuh; c) Menggunakan jari sebagai penunjuk tatkala

membaca; d) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat; e) Otot-otot besarnya

berkembang; f) Menanggapi perhatian fisik; g) Tidak dapat duduk diam dalam

waktu lama; h) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka; i)

Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi; j) Ingin melakukan segala

sesuatu; k) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain; l) Berbicara dengan

perlahan; m) Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau fakta) dan

praktik; n) Tidak dapat mengingat letak geografi kecuali jika ia pernah datang ke

tempat tersebut; o) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,

66

Ibid., h. 169-170. 67

Rusman, “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”, (Jakarta:

Kencana, Cet. Ke-1, 2017), h. 106.

32

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca sebagai manifestasi

penghayatan terhadap apa yang dibaca; p) Kemungkinan memiliki tulisan yang

jelek q) Menyukai permainan yang membuat sibuk.68

Berdasarkan ciri-ciri tersebut, media atau sarana yang dapat digunakan untuk

gaya belajar kinestetik, antara lain: a) Menggunakan seluruh panca indera:

penglihatan, sentuhan, pengecap, penciuman, pendengaran; b) Laboratorium; c)

Kunjungan lapangan; d) Pembicara yang memberikan contoh kehidupan nyata; e)

Pengaplikasian; f) Pameran, sampel, fotografi; g) Koleksi berbagai macam

tumbuhan, serangga, dan sebaginya.69

Adapun strategi belajar untuk gaya belajar tipe kinestetik, menurut Mansur

HR. adalah sebagai berikut: a) Perbanyak praktek lapangan; b) Melakukan

demonstrasi atau pertunjukkan langsung terhadap suatu proses; c) Membuat

model atau contoh-contoh; d) Belajar tidak harus duduk secara formal, bisa

dilakukan dengan duduk dalam posisi yang nyaman, walaupun tidak bisa

dilakukan oleh murid-murid yang lain; e) Perbanyak praktek di laboratorium; f)

Boleh menghafal sesuatu sambil bergerak, berjalan atau mondar-mandir misalnya;

g) Perbanyak simulasi dan role playing; h) Biarkan siswa berdiri saat menjelaskan

sesuatu.70

c. Cara untuk Mengenal atau Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Cara untuk mengenal atau mengetahui gaya belajar siswa menurut Wijaya

Kusumah bisa kita lakukan antara lain melalui:71

1) Menggunakan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui

penggunaan berbagai metode belajar mengajar di kelas.

2) Dengan memberikan tugas kepada siswa untuk melakukan pekerjaan yang

membutuhkan proses penyatuan bagian-bagian yang terpisah.

3) Melakukan survey atau tes gaya belajar. Tes gaya belajar ini biasanya

menggunakan jasa konsultan atau psikolog tertentu. Karena tes gaya belajar

68

Suyono dan Hariyanto, “Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar”, (Bandung:

PT. Remaja Rosda Karya, Cet. Ke-3, 2012), h. 152-153. 69

Darmadi, op.cit., h. 170. 70

Ibid., h. 171. 71

Ibid., h. 171-172.

33

ini menggunakan metodologi yang sudah cukup teruji, biasanya survey atau

tes gaya belajar semacam ini mempunyai akurasi yang tinggi sehingga

memudahkan bagi guru untuk segera mengenal gaya belajar siswa.

d. Pentingnya Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Gaya belajar siswa sangat penting untuk diketahui beberapa pihak. Pertama,

guru. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, guru dapat memilih metode dan

media pembelajaran yang cocok untuk siswa nya.72

Dalam hal ini, dituntut

kreativitas guru dalam memvariasikan metode mengajar dan dalam hal pemilihan

media pendidikan.73

Kreativitas guru sangat dibutuhkan untuk mengkolaborasikan

multi metode, multi strategi, multi model, multimedia dan aktivitas belajar sesuai

dengan materi yang diajarkan sehingga memiliki kesempatan yang luas untuk

beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran.74

Kedua, orang tua. Bagi orang tua dengan mengetahui gaya belajar anaknya,

memungkinkan bagi mereka untuk menyediakan fasilitas belajar yang sesuai

dengan gaya belajar anak-anak mereka di rumah. Bagi anak dengan gaya belajar

visual, orang tua bisa menyediakan buku-buku serta gambar. Bagi anak dengan

gaya belajar auditori, orang tua bisa menyediakan kaset-kaset pelajaran dan

mengajak mereka berdiskusi. Bagi anak dengan gaya belajar kinestetik, orang tua

bisa menyediakan alat-alat praktek.75

Ketiga, Siswa. Dengan mengetahui gaya belajar sendiri, siswa dapat

menciptakan suasana yang disenanginya untuk belajar. Apakah itu dengan

menyetel musik, berdiskusi dengan teman atau orang tua, dan lain sebagainya.

Sehingga diharapkan motivasi belajar siswa meningkat.76

72

Ibid., h. 174. 73

Ibid., h. 174-175. 74

Rusman, loc. cit. 75

Darmadi, op. cit., h. 175. 76

Ibid.

34

Keempat, sekolah. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, sekolah dapat

menyesuaikan sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang peningkatan

prestasi belajar siswa pada sekolah tersebut.77

Kelima, masyarakat. Dengan mengetahui gaya belajar siswa, masyarakat

dapat menciptakan suasana yang kondusif terutama suasana yang dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa, karena lingkungan masyarakat juga

berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.78

Keenam, instansi terkait, baik instansi pemerintah maupun yayasan-yayasan

swasta yang bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan mengetahui gaya belajar

siswa, instansi terkait dapat lebih memperhatikan hal-hal yang mendukung siswa

sehingga dapat mengembangkan gaya belajar yang dimilikinya. Misalnya terawat

nya fasilitas-fasilitas seperti perpustakaan daerah, laboratorium, dan taman baca

bagi siswa.79

Ketujuh, akademisi yang akan melakukan penelitian lanjutan. Dengan

mengetahui gaya belajar siswa, akademisi dapat lebih memperhatikan gaya belajar

siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa.80

5. Konsep Hukum Newton tentang Gerak

a. Kompetensi Dasar

Menganalisis interaksi gaya serta hubungan antara gaya, massa dan gerakan

benda pada gerak lurus.81

b. Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak

Konsep hukum Newton tentang gerak dimulai dengan menjelaskan konsep

gaya dalam hukum Newton, hukum-hukum Newton tentang gerak dan penerapan

hukum Newton dalam berbagai bidang. Peta konsep hukum Newton tentang gerak

dapat dilihat pada Gambar 2.1:

77

Arylien Ludji Bire, Uda Geradus, dan Josua Bire, “Pengaruh Gaya Belajar Visual,

Auditorial, dan Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Siswa”, Jurnal Kependidikan, Vol. 44, No. 2,

2014, h. 174. 78

Ibid. 79

Ibid. 80

Ibid. 81

Kemendikbud, “Silabus Kurikulum 2013 Revisi Mata Pelajaran Fisika”, (Jakarta:

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016), h. 13.

35

Gambar 2. 1 Peta Konsep Hukum Newton tentang Gerak

c. Gaya

Gaya merupakan tarikan atau dorongan yang dapat mengubah keadaan suatu

benda berupa perubahan bentuk benda, perubahan ukuran benda, dan perubahan

keadaan gerak benda.82

Gaya termasuk besaran vektor, yaitu besaran yang

memiliki nilai dan arah.83

Gaya apapun digambarkan pada sebuah diagram dengan

sebuah tanda panah.84

Arah tanda panah tersebut merupakan arah dorongan atau

tarikan, dan panjangnya digambarkan sebanding dengan besar gaya.85

Gaya

disimbolkan dengan F dan satuan SI untuk gaya adalah Newton (N).86

Berikut

jenis-jenis gaya yang akan dipelajari:

82

Raymond A Serway dan John W Jewett, “Fisika untuk Sains dan Teknik”, Terj. dari

PHYSICS for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh Chriswan Sungkono, (Jakarta:

Salemba Teknika, 2014), h. 168. 83

Ibid. 84

Douglas C. Giancoli, “Fisika Edisi Kelima Jilid 1”, (Jakarta: Erlangga, 2001), h. 91. 85

Ibid. 86

John Allum dan Christopher Talbot, “Physics for IB Diploma”, (London: Hodder

Education, 2012), h.37.

36

1) Gaya Berat ( )

Gaya berat adalah gaya gravitasi yang bekerja pada sebuah benda yang selalu

mengarah ke pusat bumi.87

Gaya berat disebut juga berat benda.88

Gaya ini

disimbolkan dengan .89

Benda yang jatuh bebas mengalami percepatan yang

arahnya ke pusat bumi. Karena bergantung pada , maka berat benda berubah-

ubah sesuai lokasi geografisnya. Berat suatu benda ( ) adalah hasil kali massa

benda ( ) dengan percepatan gravitasi bumi ( ) atau:90

(2.1)

Keterangan:

= gaya berat (N)

= massa benda (kg)

= percepatan gravitasi bumi (m.s-2

)

Vektor berat selalu berarah tegak lurus pada permukaan bumi menuju ke

pusat bumi, baik pada bidang horizontal, bidang miring ataupun pada bidang

tegak. Berikut ini gambaran arah vektor gaya berat pada berbagai bidang:

(a) (b)

87

Tom Duncan, “Physics Fifth Edition”, (London: Hodder Education, 2000), h.120. 88

Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 101. 89

Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 178. 90

Bill W. Tillery, “Physical Science Sixth Edition”, (New York: Mc Graw-Hill, 2005), h. 44.

𝒘 𝒘

37

(c) (d)

Gambar 2. 2 Arah Vektor Gaya Berat pada Berbagai Bidang

2) Gaya Normal ( )

Gaya normal didefinisikan sebagai gaya sentuh yang arahnya selalu tegak

lurus terhadap permukaan yang saling bersentuhan.91

Gaya normal juga dapat

dikatakan sebagai gaya yang menyeimbangkan berat benda agar benda tidak

jatuh.92

Gaya normal dilambangkan dengan .93

Gaya normal dan gaya berat

bukan merupakan pasangan aksi-reaksi.94

Vektor gaya normal tegak lurus pada

bidang sentuh, sedangkan vektor gaya berat tegak lurus pada permukaan bumi dan

menuju ke pusat bumi.95

Berikut ini gambaran arah vektor gaya normal pada

berbagai bidang:

(b) (b)

91

Mike Crundel, Geoff Goodwin, dan Chris Mee, “Physics Second Edition”, (London:

Hoder Education, 2014), h. 59. 92

Mohamad Ishaq, “Fisika Dasar Edisi 2”, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), h. 66. 93

Ibid. 94

Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 102. 95

Ibid.

𝑵

𝑵

𝒘 𝒘

38

(c) (d)

Gambar 2. 3 Arah Vektor Gaya Normal pada Berbagai Bidang

3) Gaya Gesek ( )

Gaya gesek adalah gaya yang terjadi pada bidang sentuh dari dua benda yang

bersentuhan secara fisik dengan arah sejajar bidang sentuh dan berlawanan

dengan arah gerak benda. Gaya gesek timbul jika permukaan tidak licin atau

koefisien gesekannya tidak 0. Makin kasar permukaan benda, maka akan

semakin besar nilai . Besarnya yaitu 0-1, nilai 1 berarti benda sama sekali

tidak bergerak. Gaya gesek dilambangkan dengan . Gaya gesekan yang dialami

oleh suatu benda dipengaruhi oleh koefisien gesekan antara dua bidang sentuh dan

gaya normal bidang yang memenuhi persamaan berikut:96

(2.2)

Keterangan:

= gaya gesek (N)

= koefisien gesekan

= gaya normal (N)

Gaya gesek terbagi menjadi dua pada keadaan yang berbeda, yaitu gaya gesek

statis ( ) dan gaya gesek kinetis ( ). Gaya gesek statis didefinisikan sebagai

gaya gesekan yang dialami benda ketika benda diam relatif terhadap bidang

sentuhnya dan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:97

96

Mohamad Ishaq, opcit., h. 67. 97

Ibid., h. 68.

𝑵

39

(2.3)

Keterangan:

= gaya gesek statis maksimum (N)

= koefisien gesekan

= gaya normal (N)

Gaya gesek statis pada suatu benda dapat berubah menjadi gaya gesekan

kinetis ketika pada benda tersebut dikerjakan gaya F yang nilainya lebih besar dari

gaya gesek statis maksimum. Sedangkan gaya gesek kinetis didefinisikan sebagai

gaya gesekan yang dialami benda ketika benda bergerak relatif terhadap bidang

sentuhnya dan dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut:98

(2.4)

Keterangan:

= gaya gesek kinetis (N)

= koefisien gesekan

= gaya normal (N)

Berikut ini deskripsi bergerak atau tidaknya benda pada bidang kasar yang

ditarik oleh gaya sebesar :99

a) Jika , maka benda tidak bergerak dan

b) Jika , maka benda tepat akan bergerak dan

c) Jika , maka benda bergerak dan

4) Gaya Tegangan Tali ( )

Gaya tegangan tali adalah gaya yang bekerja pada kedua ujung tali ketika

seutas tali tegang.100

Jika tali dalam keadaan setimbang dan jika tidak ada gaya

yang bekerja kecuali pada ujungnya, tegangannya akan sama pada kedua

98

Ibid. 99

Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 197. 100

Ibid., h. 183.

40

ujungnya dan di seluruh tali.101

Berikut ini gambaran arah gaya tegangan tali yang

bekerja pada suatu benda:

(a) (b)

Gambar 2. 4 Arah Gaya Tegangan Tali

d. Hukum-Hukum Newton tentang Gerak

1) Hukum I Newton

Hukum I Newton sering disebut dengan hukum inersia, yaitu kecenderungan

sebuah benda untuk mempertahankan keadaan diam atau gerak tetapnya pada

garis lurus. Hukum pertama Newton menyatakan bahwa: “Setiap benda tetap

berada dalam keadaan diam atau bergerak dengan laju tetap sepanjang garis lurus,

kecuali jika diberi gaya total yang tidak nol.”102

Hukum tersebut dapat dinyatakan

secara matematis dengan persamaan berikut:103

(2.5)

Saat ∑ gaya-gaya pada benda seimbang dan percepatan nol ( ),

hal ini menunjukkan bahwa benda dalam keadaan diam atau bergerak pada suatu

garis lurus dengan kecepatan tetap.104

101

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, “Fisika Univesitas”, Terj. dari University

Physics Tenth Edition oleh Endang Juliastuti, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 109. 102

Ibid., h. 154. 103

Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 93. 104

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman, op.cit., h. 96.

𝑚

𝑻

𝑻

𝑚 𝑚2 𝑻𝟏 𝑻𝟐

𝑭

41

2) Hukum II Newton

Hukum II Newton membahas tentang sebuah benda yang diberikan gaya

total. Hukum tersebut menyatakan bahwa: “Percepatan sebuah benda berbanding

lurus dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbalik dengan

massanya. Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.

Bentuk persamaannya dapat dituliskan:

(2.6)

dimana adalah percepatan, adalah massa, dan ∑ merupakan gaya total.105

3) Hukum III Newton

Hukum III Newton menyatakan bahwa: “Ketika suatu benda memberikan

gaya pada benda kedua, benda kedua tersebut memberikan gaya yang sama besar

tetapi berlwanaan arah terhadap benda yang pertama”. Hukum ini kadang disebut

sebagai “untuk setiap aksi ada reaksi yang sama dan berlawanan arah”. Gaya aksi

dan gaya reaksi bekerja pada benda yang berbeda.106

Bentuk persamaan

matematisnya dapat dituliskan:

∑ ∑

(2.7)

e. Penerapan Hukum-Hukum Newton tentang Gerak

1) Gerak benda pada bidang datar

Gerak benda pada bidang datar dapat dilihat pada Gambar 2.5 berikut ini:

105

Douglas C. Giancoli, op.cit., h. 95. 106

Ibid., h. 97.

42

Gambar 2. 5 Gerak Benda pada Bidang Datar107

dimana adalah gaya gesek, adalah gaya normal, adalah gaya tarik, dan

adalah gaya berat.

2) Gerak benda pada bidang miring

Gerak benda pada bidang miring dapat dilihat pada Gambar 2.6 berikut ini:

Gambar 2. 6 Gerak Benda pada Bidang Miring108

3) Gerak benda yang dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol

Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat terjadi

bila suatu benda dihubungkan dengan tali melalui sebuah katrol yang dapat dilihat

pada Tabel 2.1 berikut ini:

107

Mohamad Ishaq, opcit., h. 75. 108

Ibid., h. 73.

𝑵

𝒘

𝑭 𝒇

𝒘 𝜽

43

Tabel 2. 1 Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Tali melalui Sebuah

Katrol109

Dua Buah Benda yang Dihubungkan

dengan Katrol

Sebuah Benda Terletak di Atas Meja

yang Dihubungkan dengan Benda

yang Tergantung Vertikal melalui

Sebuah Katrol

Percepatan:

( )

( )

Percepatan:

( )

Tegangan Tali:

( )

atau

( )

Tegangan Tali:

( )

atau

109

Raymond A Serway dan John W Jewett, opcit., h. 194.

44

4) Gerak Benda dalam Lift

Dalam hal ini terdapat beberapa kemungkinan peristiwa yang dapat dilihat

pada Tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2. 2 Gerak Benda dalam Lift110

Lift Diam atau

Bergerak dengan

Kecepatan Konstan

Lift Dipercepat ke Atas Lift Dipercepat ke Bawah

( )

( )

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan

dilakukan, diantaranya:

1. Jurnal Neelu Jangid dan Umed Singh Inda (2016) yang berjudul

“Effectiveness of Remedial Teaching on Thinking Strategies of Slow

Learners”. Sampel penelitian ini adalah 22 siswa yang telah diidentifikasi dan

disaring sebagais slow learner. Penelitian ini menggunakan quasi-

experimental design dengan experimental and control group purposively.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengajaran remedial dapat

membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan dasar mereka.111

2. Jurnal Norasmah Othman dan Mohd. Hasril Amiruddin (2010) yang berjudul

“Different Perspectives of Learning Styles from VARK Model”, menunjukkan

110

Ibid., h. 192. 111

Neelu Jangid dan Umed Singh Inda, “Effectiveness of Remedial Teaching on Thinking

Strategies of Slow Learners”, The International Journal of Indian Psychology, Vol. 4, No. 84,

2016, p. 98.

45

bahwa siswa akan lebih mudah memahami atau menerima informasi yang

didapat apabila informasi tersebut disampaikan sesuai dengan gaya

belajarnya. Hal ini karena gaya belajar yang tepat dan efektif dapat membantu

siswa untuk mendapatkan prestasi dalam pembelajaran mereka.112

3. Jurnal Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang

(2018) yang berjudul “The VARK Learning Style of the University Student in

Computer Course”. Sampel penelitian ini adalah 145 mahasiswa yang

terdaftar mengikuti kursus komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

desain bahan ajar harus dilakukan dengan menciptakan kegiatan yang kreatif

dan lingkungan yang sesuai dengan gaya belajar siswa dalam rangka

meningkatkan motivasi dan pemahaman siswa. Pendekatan ini akan

meningkatkan prestasi belajar siswa.113

4. Jurnal Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto (2018)

yang berjudul “Science Education Adaptive Learning System as A Computer-

Based Science Learning with Learning Style Variations”. Sampel penelitian

ini adalah siswa di tiga SMPN dan MTS di Tangerang Selatan. Penelitian ini

menggunakan metodologi campuran, yaitu Akker, Gravemeijer, McKenney,

dan Nieveen dengan tahapan preliminary research, prototyping stage,

summative evaluation, systematic reflection, and documentation. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa gaya belajar siswa sebagai faktor yang

signifikan dalam keefektifan belajar, terlebih menggunakan media ScED-

Adaptive Learning System yang sudah disesuaikan dengan karakteristik

masing-masing gaya belajar.114

5. Skripsi Cut Nurbani (2013) yang berjudul “Pengaruh Metode Eksperimen

terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa SMP Negeri 2 Peukan Baro”.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian ini

112

Norasmah Othman dan Mohd Hasril Amiruddin, “Different Perspectives of Learning

Styles from VARK Model”, Procedia Social and Behavioral Sciences 7(C), Elsevier, 2010, p.

658. 113

Veena Khongpit, Krich Sintanakul, dan Thanyarat Nomphonkrang, “The VARK Learning

Style of the University Student in Computer Course”, International Journal of Learning and

Teaching, Vol. 4, No. 2, 2018, p. 105. 114

Zulfiani Zulfiani, Iwan Permana Suwarna, dan Sujiyo Miranto, op.cit., p. 711.

46

menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode

pembelajaran eksperimen lebih baik daripada hasil belajar siswa yang

diajarkan dengan metode pembelajaran non eksperimen.115

6. Jurnal Fitri Aprilyanti (2016) yang berjudul “Penerapan Metode Eksperimen

dengan Alat-Alat Sederhana Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses

Sains Siswa”. Sampel penelitian ini adalah 30 siswa kelas VIII A SMP PGRI

3 Sekampung. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan

metode eksperimen dengan alat-alat sederhana dapat meningkatkan

keterampilan proses sains siswa dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan

gaya dan hukum Newton.116

7. Jurnal Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi (2016) yang berjudul “Pengaruh

Metode Eksperimen dan Metode Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika

Pokok Bahasan Listrik Dinamis”. Sampel penelitian ini adalah 93 siswa kelas

X SMA Negeri 2 Banguntapan Bantul. Penelitian ini menggunakan metode

kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kecenderungan

prestasi belajar fisika siswa pada pokok bahasan listrik dinamis yang

diajarkan dengan menggunakan metode eksperimen berada pada kategori

sangat tinggi. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada

perbedaan signifikan antara prestasi belajar fisika siswa yang

pembelajarannya menggunakan metode eksperimen dibandingkan dengan

metode konvensional.117

8. Jurnal Nurhadi Saputro dan Hidayati (2017) yang berjudul “Pengaruh Metode

Eksperimen terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Cahaya”. Sampel

penelitian ini adalah 38 siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Prambanan yang

terdiri dari 19 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 19 siswa sebagai

115

Cut Nurbani, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa

SMP Negeri 2 Peukan Baro”, Skripsi pada Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh,

2013, h. 10. 116

Fitri Aprilyanti, “Penerapan Metode Eksperimen dengan Alat-Alat Sederhana Fisika untuk

Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa”, Jurnal Pendidikan Fisika Universitas

Muhammadiyah Metro, Vol. IV, No. 1, 2016, h. 1. 117

Elfrida Farinita Pantas dan Sumadi, op.cit., h. 94.

47

kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group

design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

sangat signifikan penggunaan metode eksperimen terhadap prestasi belajar

fisika siswa pada pokok bahasan cahaya.118

9. Skripsi Neti Damayanti (2014) yang berjudul “ Pengaruh Metode Eksperimen

terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada Konsep Tekanan”. Sampel

penelitian ini adalah 50 siswa kelas VIII SMP Darul Mukhlishin Jakarta Barat

yang terdiri dari 25 siswa sebagai kelompok eksperimen dan 25 siswa sebagai

kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan pretest-posttest control group

design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang

signifikan metode eksperimen terhadap hasil belajar fisika siswa pada konsep

tekanan. Hasil tersebut terlihat dari rerata skor posttest kelas eksperimen yang

diterapkan metode eksperimen yaitu sebesar 74,24, sedangkan kelas kontrol

hanya memiliki rerata skor posttest sebesar 69,28.119

10. Jurnal Yuliana Subekti dan A. Ariswan (2016) yang berjudul “Pembelajaran

Fisika dengan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Kognitif dan Keterampilan Proses Sains”. Sampel penelitian ini adalah 64

siswa yang dipilih dengan menggunakan teknik cluster randomized sampling.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan hasil belajar fisika

aspek kognitif dan keterampilan proses sains ditinjau dari kemampuan awal

fisika pada siswa kelas X di SMA Negeri 9 Yogyakarta dengan model

pembelajaran inkuiri terbimbing melalui metode eksperimen.120

11. Skripsi Adnan Rannu Wijaya (2017) yang berjudul “Pengaruh Metode

Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Menegah

Atas”. Sampel penelitian ini adalah 83 siswa kelas X SMAN 2 Purwakarta.

118

Nurhadi Saputro dan Hidayati, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Prestasi Belajar

Fisika Pokok Bahasan Cahaya”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika- Compton, Vol. 4, No. 1, 2017,

h. 65. 119

Neti Damayanti, “ Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa pada

Konsep Tekanan”, Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2014, h. 53. 120

Yuliana Subekti dan A. Ariswan, “Pembelajaran Fisika dengan Metode Eksperimen untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan Keterampilan Proses Sains”, Jurnal Inovasi Pendidikan

IPA, Vol. 2, No. 2, 2016, h. 252.

48

Penelitian ini menggunakan metode true experimental dengan pretest-posttest

control group design. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa

penerapan metode eksperimen dapat mengembangkan kemampuan dalam

ranah kognitif dan sikap ilmiah siswa SMA.121

12. Jurnal Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa (2017) yang berjudul “Identifikasi dan

Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum Newton dengan Menggunakan

Metode Eksperimen di MAN Darussalam”. Sampel penelitian ini adalah 25

siswa kelas X MIA 3 MAN Darussalam. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa miskonsepsi yang terjadi pada siswa untuk materi Hukum Newton

sangat tinggi mencapai 44,8% secara keseluruhan dengan menggunakan 10

butir soal. Kemudian setelah diremediasikan dengan menggunakan metode

eksperimen dan mengajarkan dengan media tayang PPT dan animasi maka

tingkat miskonsepsi menurun menjadi 25,6% secara keseluruhan.122

13. Skripsi Ridwan Sawaludin (2013) yang berjudul “Penerapan Metode

Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman

Konsep Fisika Siswa”. Sampel penelitian ini adalah 20 siswa kelas XI IPA di

salah satu SMA Swasta di Bandung. Penelitian ini menggunakan metode

kuasi eksperimen dengan one group pretest-posttest design. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep fisika siswa mengalami

peningkatan setelah diterapkannya metode eksperimen pada kategori sedang

dengan nilai rata-rata n-gain sebesar 0,65.123

14. Jurnal Eka Iriyanti dan Virman (2017) yang berjudul “Pengaruh Penggunaan

Metode Eksperimen Terhadap Minat, Keaktifan, dan Hasil Belajar pada

Materi Gelombang Bunyi Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Raja Ampat

Kabupaten Raja Ampat”. Sampel penelitian ini adalah 35 siswa kelas XII IPA

121

Adnan Rannu Wijaya, “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan Sikap

Ilmiah Siswa Sekolah Menegah Atas”, Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung,

2017, h. ii. 122

Ria Zulvita, A. Halim, dan Elisa, op.cit., h. 133. 123

Ridwan Sawaludin, “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Keterampilan

Proses Sains dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”, Skripsi pada Universitas Pendidikan

Indonesia, Bandung, 2013, h. 57.

49

1 SMA Negeri 1 Raja Ampat. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

berbentuk korelasional. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh yang kuat penggunaan metode eksperimen terhadap minat belajar

pada materi gelombang bunyi siswa kelas XII IPA1 SMA Negeri 1 Raja

Ampat dengan atau nilai signifikansi 0,000

0,05. Selain itu hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan sebesar

0,58 yang termasuk kategori sedang.124

C. Kerangka Berpikir

Tidak sedikit siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari fisika,

khususnya pada konsep hukum Newton tentang gerak. Setiap siswa memiliki gaya

belajarnya masing-masing yang membuat mereka lebih mudah dalam memahami

informasi yang didapat. Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep

hukum Newton tentang gerak ketika guru tidak mengoptimalkan gaya belajarnya.

Padahal, siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang digunakan oleh guru

sesuai dengan karakteristik gaya belajarnya melalui metode pembelajaran yang

digunakan. Dalam pembelajaran, guru tidak mengoptimalkan kemampuan

gerakan, sentuhan, praktik, atau pengalaman belajar siswa kinesthetic style secara

langsung, melainkan siswa hanya mendengarkan penjelasan teori saja dari guru.

Sehingga membuat siswa kinesthetic style sulit memahami informasi atau materi

yang disampaikan. Kesulitan siswa kinesthetic style dalam memahami konsep

hukum Newton tentang gerak ini menyebabkan hasil belajar mereka pada konsep

tersebut tidak mencapai KKM atau tidak tuntas, sehingga mereka diharuskan

mengikuti program remedial untuk diberikan pengajaran ulang. Oleh karena itu,

penulis mencoba menyelesaikan masalah tersebut dengan memberikan treatment

khusus berupa metode eksperimen dalam pembelajaran remedial untuk siswa

kinesthetic style yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar mereka pada

124

Eka Iriyanti dan Virman, “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap Minat,

Keaktifan, dan Hasil Belajar pada Materi Gelombang Bunyi Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1

Raja Ampat Kabupaten Raja Ampat”, Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2017, h.

46.

50

konsep hukum Newton tentang gerak. Kerangka berpikir pada penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 2.11 berikut ini:

Gambar 2. 7 Kerangka Berpikir

Siswa kinesthetic style mengalami kesulitan dalam

mempelajari konsep hukum Newton tentang gerak.

Siswa kinesthetic style mengharapkan stimulus yang

digunakan oleh guru sesuai dengan karakteristik gaya

belajarnya melalui metode pembelajaran yang

digunakan.

Guru tidak mengoptimalkan kemampuan gerakan,

sentuhan, praktik, atau pengalaman belajar siswa

kinesthetic style ketika pembelajaran berlangsung.

Siswa kinesthetic style tidak mudah memahami konsep

hukum Newton tentang gerak ketika guru tidak

mengoptimalkan gaya belajar siswa kinesthetic style.

Hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep

hukum Newton tentang gerak belum mencapai KKM

atau tidak tuntas.

Penerapan metode eksperimen dalam pembelajaran

remedial.

Hasil belajar siswa kinesthetic style meningkat.

51

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan

pada teori yang relevan, belum berdasarkan fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data.125

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan, maka

hipotesis pada penelitian ini yaitu terdapat pengaruh metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep

hukum Newton tentang gerak.

125

Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta,

Cet. ke-23, 2016), h. 64.

52

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan

yang berlokasi di Komplek Perumahan Puri Bintaro Hijau Blok F IV, Kelurahan

Pondok Aren, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten

15224. Penelitian ini berlangsung selama tiga minggu dimulai pada tanggal 14

Februari s/d 5 Maret pada semester genap tahun ajaran 2018/2019 dimulai dari

kegiatan pretest hingga posttest.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (quasi experimental). Metode ini mempunyai kelompok kontrol,

tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar

yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1 Desain penelitian yang digunakan

adalah nonequivalent control group design. Desain penelitian ini melibatkan dua

kelompok penelitian, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua

kelompok tersebut tidak dipilih secara random.2

Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah diberikan tes gaya belajar

VARK untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik. Kedua

kelompok tersebut juga telah mengikuti ulangan harian (pretest) dari peneliti

untuk mengetahui siswa mana yang tidak tuntas terkait konsep hukum Newton

tentang gerak. Siswa yang tidak tuntas diberikan perlakuan (treatment) yang

berbeda. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pembelajaran

remedial dengan menggunakan metode eksperimen sedangkan kelompok kontrol

diberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial dengan menggunakan metode

konvensional. Setelah diberikan perlakuan, kedua kelompok ini diberikan posttest

untuk mengetahui pengaruh metode eksperimen terhadap hasil belajar siswa

1 Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, (Bandung: Alfabeta, Cet.

ke-23, 2016), h. 77. 2 Ibid., h. 79.

53

kinesthetic style yang tidak tuntas pada konsep hukum Newton tentang gerak.

Desain penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3. 1 Nonequivalent Control Group Design3

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

KE O X O

KK O X1 O

Keterangan :

KE = kelompok eksperimen.

KK = kelompok kontrol.

O = pretest (tes awal yang diberikan sebelum perlakuan kepada kedua

kelompok) dan posttest (tes akhir yang diberikan setelah perlakuan kepada

kedua kelompok).

X = perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu pembelajaran

remedial dengan menggunakan metode eksperimen.

X1 = perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol yaitu pembelajaran

remedial dengan menggunakan metode konvensional.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian ini melewati tiga tahap, yaitu: tahap awal, tahap

pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut pemaparan dari tiap-tiap tahapan:

1. Tahap awal

a. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan terdiri dari: observasi dan wawancara mengenai

pembelajaran fisika, remedial teaching, dan gaya belajar siswa. Observasi

dilakukan dengan menyebarkan angket kepada siswa kelas XI MIPA SMA

Negeri Kota Tangerang Selatan. Sedangkan wawancara ditujukan kepada

guru fisika SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan.

3 Friska Septiani, “The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving Student’s

Understanding”, Conference Paper, 2017, p. 2.

54

b. Merumuskan Masalah

Rumusan masalah ditentukan berdasarkan permasalahan-permasalahan yang

ditemukan dari hasil studi pendahuluan.

c. Menyusun instrumen tes, instrumen non tes, dan RPP (Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran)

Instrumen tes dan RPP disusun dengan menyesuaikan IPK (Indikator

Pencapaian Kompetensi) yang belum dicapai oleh siswa yang tidak tuntas

pada konsep hukum Newton tentang gerak. Sedangkan instrumen non tes

disusun dengan indikator mengenai respon siswa kinesthetic style kelompok

eksperimen terhadap penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran

remedial dan respon siswa kinesthetic style kelompok kontrol terhadap

penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran remedial.

d. Menyelesaikan perizinan uji kelayakan instrumen dan penelitian

Peneliti membuat surat perizinan untuk menguji kelayakan instrumen yang

telah dibuat kepada para ahli dan membuat surat perizinan untuk melakukan

penelitian.

e. Uji kelayakan instrumen

Instrumen yang telah dibuat diuji oleh para ahli, yaitu ahli materi, ahli

konstruk dan ahli bahasa

f. Menganalisis data hasil uji kelayakan instrumen

Instrumen yang telah diuji kelayakan nya dianalisis untuk dipergunakan pada

pretest dan posttest sebagai tes pengukur hasil belajar siswa kinesthetic style

pada penelitian ini.

2. Tahap pelaksanaan

a. Tes gaya belajar VARK

Tes gaya belajar VARK diberikan kepada siswa kelas X MIPA SMA Negeri

5 Kota Tangerang Selatan untuk mengetahui siswa yang memiliki gaya

belajar kinestetik.

55

b. Pretest

Pretest diberikan kepada seluruh siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota

Tangerang Selatan untuk mengetahui kemampuan awal siswa kinesthetic style

sebelum diberi perlakuan, sehingga dapat ditentukan siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol.

c. Pembelajaran remedial

Pembelajaran remedial pada kelas eksperimen menggunakan metode

eksperimen, sedangkan pembelajaran remedial pada kelompok kontrol

menggunakan metode konvensional.

d. Posttest

Posttest diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk

mengetahui kemampuan akhir siswa kinesthetic style setelah diberikan

perlakuan.

e. Penyebaran angket respon siswa

Angket respon siswa diberikan kepada kelompok eksperimen untuk

mengetahui bagaimana respon siswa kinesthetic style terhadap penggunaan

metode eksperimen dalam pembelajaran remedial yang telah mereka

laksanakan, selain itu angket respon siswa juga diberikan kepada kelompok

kontrol untuk mengetahui bagaimana respon siswa kinesthetic style terhadap

penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran remedial yang telah

mereka laksanakan.

3. Tahap akhir

a. Menganalisis data hasil penelitian

Peneliti menganalisis data hasil penelitian selama tahap pelaksanaan.

b. Menguji hipotesis

Setelah data dianalisis, kemudian dilakukan uji hipotesis untuk mengetahui

adanya pengaruh metode eksperimen dalam pembelajaran remedial terhadap

hasil belajar siswa kinesthetic style.

c. Penarikan kesimpulan penelitian

Data yang telah diuji hipotesis, kemudian ditarik kesimpulan nya.

56

Tahapan prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut ini:

Gambar 3. 1 Tahapan Prosedur Penelitian

Tahap Awal

Studi

pendahuluan

(observasi

dan

wawancara

guru fisika)

Merumus

kan

masalah

Menyusun

instrumen

tes,

instrumen

non tes,

dan RPP

Menyelesai

kan

perizinan

uji

kelayakan

instrumen

Uji

kelayakan

instrumen

Mengana-

lisis data

hasil uji

kelayakan

instrumen

Tahap Pelaksanaan

Tes gaya

belajar

VARK

Pretest

Pembelajaran remedial

dengan menggunakan

metode eksperimen

(kelas eksperimen)

dan metode

konvensional (kelas

kontrol)

Posttest

Penyebaran angket

respon siswa

terhadap metode

eksperimen (kelas

eksperimen) dan

metode konvensional

(kelas kontrol)

Tahap Akhir

Menganalisis data hasil

penelitian Menguji hipotesis

Penarikan kesimpulan

penelitian

57

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan nya.4 Variabel bebas (independen),

yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat (dependen) sedangkan variabel terikat (dependen), yaitu

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel

bebas.5

Pada penelitian ini, terdapat dua variabel penelitian yaitu satu variabel bebas

dan satu variabel terikat. Variabel bebas dan variabel terikat pada penelitian yaitu:

Variabel bebas (independen) : Metode eksperimen dalam pembelajaran remedial

Variabel terikat (dependen) : Hasil belajar siswa kinesthetic style

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.6 Populasi pada penelitian ini

adalah siswa kelas X MIPA semester genap tahun ajaran 2018/2019 SMAN 5

Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 142 siswa yang terdiri dari 4 kelas

dengan populasi target berjumlah 140 siswa kelas X MIPA yang tidak tuntas pada

konsep hukum Newton tentang gerak.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.7 Sampel yang

diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili).8 Sampel

ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.9 Pertimbangan yang digunakan

dalam pemilihan sampel yaitu kelompok siswa kinesthetic style yang tidak tuntas

pada konsep hukum Newton tentang gerak sehingga perlu mendapatkan bantuan

berupa pembelajaran remedial. Ketidaktuntasan siswa diperoleh dari hasil ulangan

harian (pretest) siswa pada konsep tersebut. Menurut Roscoe, ukuran sampel yang

4 Sugiyono, op.cit., h. 38.

5 Ibid., h. 39.

6 Suharsimi Arikunto, “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”, (Jakarta: Rineka

Cipta, 2010), h. 173. 7 Ibid., h. 174.

8 Sugiyono, op.cit., h. 81.

9 Ibid., h. 85.

58

layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.10

Sampel yang

digunakan pada penelitian ini berjumlah 36 siswa. Sampel ini terbagi menjadi 2

kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok

eksperimen adalah kelompok yang terdiri dari siswa kinesthetic style yang tidak

tuntas dan memiliki rata-rata hasil ulangan harian yang lebih rendah dari

kelompok kontrol. Sedangkan kelompok kontrol adalah kelompok yang terdiri

dari siswa kinesthetic style yang tidak tuntas dan memiliki rata-rata hasil ulangan

harian yang lebih tinggi dari kelompok eksperimen dengan perbedaan rata-rata

yang tidak terlalu jauh. Dari hasil pemilihan sampel, maka ditentukan kelompok

eksperimen berjumlah 18 siswa dan kelompok kontrol berjumlah 18 siswa.

Roscoe menyatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang

menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20.11

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu

teknik pengumpulan data sebelum pembelajaran, ketika pembelajaran, dan setelah

pembelajaran berlangsung. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat

dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3. 2 Teknik Pengumpulan Data

Tahap Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Instrumen

Sebelum

pembelajaran

menggunakan

perlakuan

yang

ditetapkan.

Beberapa

siswa di

SMA

Negeri

Kota

Tangerang

Selatan.

Informasi

tentang

proses

pembelajaran

yang biasa

dilakukan,

metode

pembelajaran,

hasil belajar

siswa,

pembelajaran

Angket

observasi

Lembar

angket

Guru fisika

di SMA

Negeri 5

Kota

Wawancara Pedoman

wawancara

10

Ibid., h. 90-91. 11

Ibid., h. 91.

59

Tahap Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Instrumen

Tangerang

Selatan.

remedial, dan

gaya belajar

siswa.

Siswa kelas

X MIPA

SMA

Negeri 5

Kota

Tangerang

Selatan.

Informasi

tentang gaya

belajar siswa.

Tes gaya

belajar

Instrumen

tes gaya

belajar

VARK.

Ketika

Pembelajaran.

Kelompok

eksperimen

dan

kelompok

kontrol.

Hasil ulangan

harian

(pretest) pada

konsep

hukum

Newton

tentang gerak

untuk

mengetahui

siswa yang

tidak tuntas

pada konsep

tersebut.

Tes pretest Butir soal

pilihan

ganda

ranah

kognitif

C1, C2, C3,

dan C4

taksonomi

Bloom

revisi.

Hasil

remedial test

(posttest)

setelah

diberikan

perlakuan

untuk

mengetahui

pengaruh

metode

eksperimen

dalam

pembelajaran

remedial

terhadap hasil

belajar siswa

kinesthetic

style.

Tes posttest

Setelah

pembelajaran

Kelompok

eksperimen.

Respon siswa

kinesthetic

Angket respon

siswa

Lembar

angket.

60

Tahap Sumber

Data Jenis Data

Teknik

Pengumpulan

Data

Instrumen

berlangsung. style terhadap

metode

eksperimen

dalam

pembelajaran

remedial.

Kelompok

kontrol.

Respon siswa

kinesthetic

style terhadap

metode

konvensional

dalam

pembelajaran

remedial.

Angket respon

siswa

Lembar

angket.

Lampiran A.1, A.2, B.1, B.6, B.8, dan B10

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian, yaitu suatu alat yang digunakan untuk mengukur

variabel penelitian.12

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen tes dan instrumen non tes.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu:

instrumen tes gaya belajar VARK dan instrumen tes hasil belajar.

a. Instrumen Tes Gaya Belajar VARK

Instrumen tes gaya belajar yang digunakan pada penelitian ini adalah

instrumen gaya belajar VARK (Visual, Aural, Read-Write, Kinesthetic)13

dimana

instrumen ini digunakan untuk mengetahui gaya belajar apa saja yang dimiliki

siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan, sehingga dapat

diketahui siswa mana saja yang memiliki gaya belajar kinestetik. Instrumen tes

gaya belajar VARK terdiri dari 16 butir soal pilihan ganda, setiap pilihan ganda

menentukan masing-masing gaya belajar. Instrumen tes gaya belajar VARK dapat

dilihat pada Lampiran B.1.

12

Ibid., h. 102. 13

Neil D. Fleming dan Colleen Mills, “The Vark Questionnaire for Younger People”, diakses

dari http://vark-learn.com/the-vark-questionnaire/the-vark-questionnaire-for-younger-people/.

61

b. Instrumen Tes Hasil Belajar

Instrumen tes hasil belajar yang digunakan berupa tes objektif pilihan ganda.

Instrumen ini diberikan kepada siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota

Tangerang Selatan yang dijadikan sampel pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Instrumen tes digunakan sebelum pembelajaran remedial yaitu

saat ulangan harian (pretest) dan sesudah pembelajaran remedial (posttest).

Instrumen tes yang digunakan telah memenuhi kisi-kisi instrumen penelitian.

Kisi-kisi instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3. 3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar

Indikator

Pembelajaran Indikator Soal

Nomor Soal Aspek

Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

Menyebutkan

jenis-jenis

gaya

Disajikan gambar

sistem benda di

bidang datar yang

kasar, siswa dapat

menyebutkan gaya-

gaya yang bekerja

pada fenomena

tersebut sesuai dengan

nomor yang

ditentukan.

1 1

Disajikan gambar

sistem benda di

bidang miring yang

kasar, siswa dapat

menyebutkan gaya-

gaya yang bekerja

pada fenomena

tersebut sesuai dengan

nomor yang

ditentukan.

2 1

Menjelaskan

jenis-jenis

gaya

Disajikan suatu

fenomena benda

bergerak dipermukaan

lantai yang kasar,

siswa dapat

menjelaskan gaya

gesek yang bekerja

pada benda.

3 1

62

Indikator

Pembelajaran Indikator Soal

Nomor Soal Aspek

Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

Menentukan

gaya-gaya

yang bekerja

pada suatu

sistem

Disajikan gambar dua

buah benda yang

dihubungkan dengan

tali melalui katrol,

siswa dapat

menentukan gaya-

gaya yang bekerja

pada benda.

4, 5 2

Mendiagram-

kan gaya-gaya

yang bekerja

pada suatu

sistem

Disajikan fenomena

gerak benda dalam

kehidupan sehari-hari,

siswa dapat

mendiagramkan gaya-

gaya yang bekerja

sesuai dengan

persoalan gerak

benda.

6, 7 2

Mengidentifika

si fenomena

penerapan

hukum-hukum

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Disajikan beberapa

fenomena dalam

kehidupan sehari-hari,

siswa dapat

mengidentifikasi

pernyataan yang tidak

sesuai dengan hukum

III Newton

berdasarkan fenomena

tersebut.

8 1

Disajikan gambar

fenomena hukum II

Newton, siswa dapat

mengidentifikasi

pernyataan yang tidak

sesuai dengan hukum

II Newton

berdasarkan gambar.

9 1

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum I

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Disajikan gambar

suatu fenomena dalam

kehidupan sehari-hari,

siswa dapat

menjelaskan

fenomena berdasarkan

hukum I Newton.

10 1

63

Indikator

Pembelajaran Indikator Soal

Nomor Soal Aspek

Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum II

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Disajikan gambar

suatu fenomena dalam

kehidupan sehari-hari,

siswa dapat

menjelaskan

fenomena berdasarkan

hukum II Newton.

11 1

Menjelaskan

fenomena

penerapan

hukum III

Newton dalam

kehidupan

sehari-hari

Disajikan gambar

fenomena meluncur

nya roket ke atas,

siswa dapat

menjelaskan

fenomena berdasarkan

hukum III Newton.

12 1

Menerapkan

formulasi

hukum

Newton untuk

menyelesaikan

permasalahan

dinamika

gerak

Disajikan gambar

fenomena seseorang

di dalam lift, siswa

dapat menerapkan

formulasi hukum II

Newton untuk

menyelesaikan

permasalahan

dinamika gerak.

13 1

Disajikan gambar

benda di bidang

miring, siswa dapat

menerapkan formulasi

hukum I Newton

untuk menyelesaikan

permasalahan

dinamika gerak.

14 1

Menganalisis

hubungan

antara gaya,

massa, dan

percepatan

benda pada

gerak lurus

Disajikan tabel hasil

percobaan hukum II

Newton dengan massa

sama, siswa dapat

menganalisis dengan

tepat hubungan antar

variabel berdasarkan

hukum II Newton.

15 1

Disajikan gambar

benda di bidang

miring, dan tabel hasil

16 1

64

Indikator

Pembelajaran Indikator Soal

Nomor Soal Aspek

Kognitif Jumlah

Soal C1 C2 C3 C4

percobaan dengan

massa sama dan sudut

kemiringan bidang

berbeda, siswa dapat

menganalisis dengan

tepat hubungan antar

variabel berdasarkan

hukum II Newton.

Jumlah Soal 4 4 4 4 16

Persentase 25% 25% 25% 25% 100%

Lampiran B.2 dan B.3

Sebuah instrumen tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi empat kriteria,

yaitu: validitas; reliabilitas; taraf kesukaran; dan daya pembeda. Untuk memenuhi

keempat kriteria tersebut, maka peneliti melakukan uji kelayakan instrumen

dengan menggunakan bantuan software Anates V4. Berikut ini adalah pengujian

yang berkaitan dengan kriteria yang harus dipenuhi oleh instrumen penelitian:

1) Uji Validitas Instrumen

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak

diukur.14

Uji validitas dalam penelitian ini meliputi validitas konstruk dan

validitas isi. Berikut pemaparannya:

a) Uji Validitas Konstruk

Validitas konstruk merupakan suatu ukuran dari valid atau tidaknya suatu alat

ukur berdasarkan cocok atau tidaknya dengan konstruksi teoritik dimana tes itu

dibuat.15

Rumus untuk menguji validitas butir soal adalah menggunakan teknik

korelasi biserial. Rumus korelasi biserial yang digunakan sebagai berikut:16

14

Suharsimi Arikunto, “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”, (Jakarta: Bumi

Aksara, 2018), h. 73. 15

Iwan Permana Suwarna, Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola Kelembagaan

“Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif Mahasiswa Melalui Computer Based Test pada

Program Studi Pendidikan Fisika”, (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITPEN)

LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 49. 16

Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 93.

65

(3.1)

Keterangan:

= koefisien korelasi biserial

= rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari

validitasnya.

= rerata skor total

= standar deviasi dari skor total proporsi

= proporsi siswa yang menjawab benar

(

)

= proporsi siswa yang menjawab salah ( )

Uji validitas konstruk dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

Anates V4 yang dapat dilihat dari hasil output di Anates V4 dengan

membandingkan dengan pada taraf signifikansi 5% dan menetapkan

derajat kebebasan terlebih dahulu yaitu . Tabel kategori validitas

lapangan berdasarkan perbandingan output dengan dapat dilihat pada

Tabel 3.4 berikut ini:

Tabel 3. 4 Kategori Validitas17

Ketentuan skor Kategori

Valid

Tidak Valid

Nilai yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas

butir soal dengan menggunakan kriteria pada Tabel 3.5 berikut ini:

17

Ibid., h. 89.

66

Tabel 3. 5 Interpretasi Validitas18

Koefisien Korelasi Kriteria

0,80 1,00 Sangat Tinggi

0,60 0,80 Tinggi

0,40 0,60 Cukup

0,20 0,40 Rendah

0,00 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji validitas konstruk dapat dilihat pada Tabel 3.6 berikut ini:

Tabel 3. 6 Hasil Uji Validitas Konstruk Instrumen Tes

Statistik Butir Soal

Jumlah Soal 16

Jumlah Siswa 30

Nomor Soal Valid 1, 3, 6, 7, 8, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

Jumlah Soal Valid 12

Persentase Soal Valid 75%

Lampiran B.4.d.

b) Uji Validasi Isi

Validasi isi dalam penelitian ini ditentukan oleh penilaian keakuratan atau

ketepatan atau kesesuaian dari para judgment/ ahli dalam menilai kesesuaian

antara item dengan indikator tes.19

Item soal di dalam instrumen harus

menunjukkan indikator yang representatif dari domain yang hendak di ukur.20

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila mengukur tujuan khusus

tertentu yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.21

Penilaian

tersebut terbagi menjadi tiga aspek, yaitu aspek konten/materi, aspek konstruk,

dan aspek bahasa. Aspek konten/materi mengukur kesesuaian isi materi fisika

dalam soal dengan materi fisika yang digunakan yaitu hukum Newton tentang

18

Ibid. 19

Iwan Permana Suwarna, op.cit., h. 50. 20

Ibid. 21

Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 82.

67

gerak. Aspek konstruk mengukur kesesuaian isi instrumen soal dengan teori

penyusunan soal. Aspek bahasa mengukur kesesuaian bahasa yang digunakan

dalam soal dengan kaidah penulisan bahasa Indonesia.

Hasil penilaian oleh para ahli diolah dengan menggunakan content validity

ratio (CVR) dan content validity index (CVI). CVR dihitung dengan

menggunakan Nilai CVR dan Koefisien Kappa yang ditentukan dengan cara:22

(3.2)

Keterangan:

= rasio validitas isi

= jumlah ahli atau judgment pemberi nilai (penting/relevan/esensial)

= jumlah ahli atau judgment

Nilai CVR akan berkisar antara +1 sampai -1. Nilai positif (+) menunjukkan

bahwa setidaknya setengah judgment menilai item sebagai penting/esensial.

Semakin lebih besar CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi

validitas isinya. Setelah mengetahui nilai CVR selanjutnya mencari nilai CVI.

Secara sederhana CVI merupakan rata-rata dari nilai CVR.23

(3.3)

Kategori hasil perhitungan CVI dapat dilihat pada Tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3. 7 Kategori Nilai Content Validity Index (CVI)24

Rentang Nilai Kategori

0,00-0,33 Tidak Sesuai

0,34-0,67 Sesuai

0,68-1,00 Sangat Sesuai

22

Iwan Permana Suwarna, loc.cit. 23

Ibid., h. 51. 24

Ibid.

68

Hasil uji validitas isi dapat dilihat pada Tabel 3.8 berikut ini:

Tabel 3. 8 Hasil Uji Validitas Isi

Aspek yang Dinilai Skor CVI Kategori

Konten materi 0,99 Sangat Sesuai

Konstruksi 0,99 Sangat Sesuai

Bahasa 0,99 Sangat Sesuai

Lampiran B.4.a., B.4.b., dan B.4.c.

2) Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang

sama.25

Reliabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus K-R 20, yaitu:26

(

) (

) (3.4)

Keterangan:

= reliabilitas secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( )

∑ = jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item

= standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Uji reliabilitas dalam penelitian ini dengan menggunakan bantuan software

Anates V4, kemudian output nilai koefisien reliabilitas diinterpretasikan dalam

sebuah kriteria reliabilitas. Kriteria reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.9 berikut

ini:

Tabel 3. 9 Kriteria Koefisien Korelasi Reliabilitas27

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,80 1,00 Sangat Tinggi

25

Suharsimi Arikunto, op.cit., 2018, h. 104. 26

Ibid., h. 115. 27

Ibid., h. 89.

69

Koefisien Korelasi Kriteria Reliabilitas

0,60 0,80 Tinggi

0,40 0,60 Cukup

0,20 0,40 Rendah

0,00 0,20 Sangat Rendah

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 3.10 berikut ini:

Tabel 3. 10 Hasil Uji Reliabilitas

Statistik Reliabilitas Soal

0,85

Kesimpulan Sangat Tinggi

Lampiran B.4.e.

3) Taraf Kesukaran

Uji taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui kualitas soal. Soal yang baik

adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.28

Soal yang terlalu

mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya.

Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa

dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks

kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,0 sampai dengan

1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Besarnya indeks

kesukaran dapat dihitung dengan menggunakan rumus:29

(3.5)

Keterangan:

= indeks kesukaran

= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar

= jumlah seluruh siswa peserta tes

28

Ibid., h. 222. 29

Ibid., h. 223.

70

Uji taraf kesukaran dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

Anates V4 kemudian output indeks kesukaran diinterpretasikan dalam sebuah

klasifikasi tertentu. Kategori indeks kesukaran dapat dilihat pada Tabel 3.11

berikut ini:

Tabel 3. 11 Kategori Indeks Kesukaran30

Interval Indeks

Kesukaran

Kategori

0,00-0,30 Sukar

0,31-0,70 Sedang

0,71-1,00 Mudah

Hasil uji taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3. 12 Hasil Uji Taraf Kesukaran

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Mudah 4 25%

Sedang 9 56,25%

Sukar 3 18,75%

Jumlah 16 100%

Lampiran B.4.g.

4) Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara

siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai

(berkemampuan rendah).31

Rumus yang digunakan untuk menentukan daya

pembeda (indeks diskriminasi) soal pilihan ganda adalah sebagai berikut:32

(3.6)

30

Ibid., h. 225. 31

Ibid., h. 226. 32

Ibid., h. 228.

71

Keterangan:

= indeks diskriminasi (daya pembeda)

= jumlah peserta tes

= banyaknya peserta kelompok atas

= banyaknya peserta kelompok bawah

= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar

= proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

= proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Uji daya pembeda dalam penelitian ini menggunakan bantuan software

AnatesV4 kemudian output daya pembeda diinterpretasikan dalam sebuah

klasifikasi tertentu. Klasifikasi daya pembeda dapat dilihat pada Tabel 3.13

berikut ini:33

Tabel 3. 13 Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Kategori

Negatif Drop

0,00-0,20 Jelek

0,21-0,40 Cukup

0,41-0,70 Baik

0,71-1,00 Baik sekali

Hasil uji daya pembeda instrumen tes dapat dilihat pada Tabel 3.14 berikut ini:

Tabel 3. 14 Hasil Uji Daya Pembeda

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Drop - -

Jelek 3 18,75%

Cukup 3 18,75%

33

Ibid., h. 232.

72

Kriteria Soal Butir Soal

Jumlah Soal Persentase

Baik 4 25%

Baik sekali 6 37,5%

Jumlah 16 100%

Lampiran B.4.f.

2. Instrumen Non Tes

a. Pedoman Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada tahap sebelum pembelajaran

(studi pendahuluan) kepada guru fisika di SMAN 5 Kota Tangerang Selatan guna

untuk mengetahui informasi tentang proses pembelajaran yang biasa dilakukan,

metode pembelajaran, hasil belajar siswa, pembelajaran remedial, dan gaya

belajar siswa. Kisi-kisi pedoman wawancara dapat dilihat pada Tabel 3.15 berikut

ini:

Tabel 3. 15 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

No. Indikator Nomor Butir Soal

1. Materi Fisika 1, 2, 3, 4, 5, 6

2. Metode, Media, dan Gaya Belajar 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14

3. Remedial Teaching 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22

b. Angket Siswa pada Studi Pendahuluan

Angket siswa dalam penelitian ini dilakukan pada tahap sebelum

pembelajaran (studi pendahuluan) guna untuk mengetahui informasi tentang

proses pembelajaran yang biasa dilakukan, metode pembelajaran, hasil belajar

siswa, pembelajaran remedial, dan gaya belajar siswa di SMAN se-Kota

Tangerang Selatan. Lembar angket siswa dapat dilihat pada Lampiran A.2.

73

c. Angket Respon Siswa

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang

akan diukur (responden).34

Angket dalam penelitian ini digunakan untuk

mengetahui respon siswa kinesthetic style terhadap metode eksperimen yang

digunakan dalam pembelajaran remedial pada konsep hukum Newton tentang

gerak pada kelas eksperimen dan untuk mengetahui respon siswa kinesthetic style

terhadap metode konvensional yang digunakan dalam pembelajaran remedial pada

konsep hukum Newton tentang gerak pada kelas kontrol. Angket dalam penelitian

ini berbentuk checklist dengan menggunakan skala pengukuran berupa skala

Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi

seseorang atau sekelas tentang kejadian atau gejala sosial.35

Siswa dapat memberi

respon terhadap pertanyaan-pertanyaan dengan pilihan jawaban, yaitu: Sangat

Setuju (SS), Setuju (S), Cukup (C), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(STS). Bagi pernyataan yang mendukung sifat positif mempunyai skor: SS = 5, S

= 4, C = 3, TS = 2, dan STS = 1. Sedangkan untuk pernyataan yang mendukung

sifat negatif mempunyai skor kebalikannya: SS = 1, S = 2, C = 3, TS = 4, dan STS

= 5.36

Berikut kisi-kisi instrumen non tes kelas eksperimen yang dapat dilihat pada

Tabel 3.16 dan kisi-kisi instrumen non tes kelas kontrol yang dapat dilihat pada

Tabel 3.17 berikut ini:

Tabel 3. 16 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Eksperimen

No. Indikator Angket

Metode

Eksperimen Jumlah Soal

Positif Negatif

1. Pentingnya pembelajaran

remedial

1 1

2. Pentingnya guru

memperhatikan gaya belajar

siswa nya

2 1

3. Ketertarikan siswa terhadap

metode eksperimen

3 1

4. Kelebihan metode 5 4 2

34

Ibid., h. 42. 35

Riduwan dan Akdon, “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”, (Bandung: Alfabeta,

Cet. Ke-2, 2007), h. 16. 36

Nana Syaodih Sukmadinata, “Metode Penelitian Pendidikan”, (Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya, 2010), h. 240.

74

No. Indikator Angket

Metode

Eksperimen Jumlah Soal

Positif Negatif

eksperimen

5. Kemampuan siswa setelah

belajar menggunakan

metode eksperimen

7, 9 6, 8 4

6. Penggunaan LKS dalam

pembelajaran

10 1

Jumlah 5 5 10

Tabel 3. 17 Kisi-Kisi Instrumen Non Tes (Angket) Kelompok Kontrol

No. Indikator Angket Metode Ceramah Jumlah

Soal Positif Negatif

1. Pentingnya pembelajaran

remedial

1 1

2. Pentingnya guru

memperhatikan gaya belajar

siswa nya

2 1

3. Ketertarikan siswa terhadap

metode ceramah

3 1

4. Kekurangan metode ceramah 5 4, 10 3

5. Kemampuan siswa setelah

belajar menggunakan metode

ceramah

7, 9 6, 8 4

Jumlah 5 5 10

Pengujian kelayakan non tes (angket) dilakukan dengan pertimbangan para

ahli. Pertimbangan-pertimbangan tersebut dapat terlihat pada Tabel 3.18 berikut

ini:

Tabel 3. 18 Uji Validasi Instrumen Non Tes (Angket)

No. Aspek yang Diuji

1. Pengembangan indikator dari setiap tahap pembelajaran

2.

Semua tahap pembelajaran terwakilkan oleh indikator yang

dikembangkan

3. Pemilihan kata dan kalimat dalam pengembangan indikator

4. Kejelasan dan keefektifan bahasa yang digunakan

75

H. Teknik Analisis Data

1. Teknik Analisis Data Tes

Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian diolah dan dianalisis agar

hasil dari data tersebut dapat menjawab pertanyaan penelitian dan menguji

hipotesis penelitian.

a. Instrumen Gaya Belajar VARK

Gaya belajar siswa kelas X MIPA SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan

dianalisis dengan bantuan software Microsoft Excel untuk mengidentifikasi

persentase siswa dengan gaya belajar Visual, Aural, Read-Write, atau Kinesthetic.

100%

37

b. Instrumen Tes Hasil Belajar

Analisis data instrumen tes hasil belajar pada penelitian ini menggunakan

bantuan software IBM SPSS 23 dalam menguji normalitas, homogenitas, dan

hipotesis.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya distribusi data pada

sampel.38

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk.

Berikut ini persamaan dari uji Shapiro-Wilk:39

(∑

)

∑ ( )

(3.7)

Keterangan:

= statistik uji

= nilai yang tercantum pada tabel koefisien Shapiro Wilk

= angka ke i pada data yang ke i

= rerata data

37

Zulfiani, et al., op.cit., p. 718. 38

Suharsimi Arikunto, opcit., h. 363. 39

Stanislaus S. Uyanto, “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”, (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2009), h. 55.

76

Uji Shapiro-Wilk pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM

SPSS Statistics 23 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:40

a) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti data berasal

dari populasi terdistribusi normal.

b) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti data berasal

dari populasi tidak terdistribusi normal.

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas adalah pengujian terhadap kesamaan (homogenitas)

beberapa bagian sampel, yakni seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang

diambil dari populasi yang sama.41

Uji homogenitas pada penelitian ini

menggunakan uji Levene. Berikut ini persamaan dari uji Levene:42

( ) ∑ ( )

( )∑ ∑ ( )

(3.8)

| |

Keterangan:

N = jumlah observasi

k = jumlah kelompok

= rata-rata dari kelompok ke-i

= rata-rata kelompok dari Z

= rata-rata keseluruhan data

Uji Levene pada penelitian ini menggunakan bantuan software IBM SPSS

Statistics 23 dengan kriteria pengujian sebagai berikut:43

a) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti data berasal

dari populasi yang homogen.

b) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti data berasal

dari populasi yang tidak homogen.

40

Ibid., h. 46. 41

Suharsimi Arikunto, op.cit., 2010, h. 363-364. 42

Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 162. 43

Edi Riadi, “Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS)”, (Yogyakarta: Andi,

2016), h. 139.

77

3) Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata

hasil belajar remedial siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol. Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan

software IBM SPSS Statistics 23. Uji hipotesis yang digunakan haruslah sesuai

dengan asumsi-asumsi seperti asumsi distribusi dan asumsi varians data. Berikut

ini kondisi asumsi tersebut beserta uji hipotesis yang digunakannya:

a) Data Terdistribusi Normal dan Variansnya Sama

Untuk data yang terdistribusi normal dan variansnya sama, pengujian

hipotesisnya menggunakan uji statistik parametrik, yaitu uji-t dengan persamaaan

sebagai berikut:44

(3.9)

Dengan nilai sebagai berikut:

√( )

2 ( 2 ) 22

( 2 )

Keterangan:

= harga t hitung

= nilai rata-rata hitung data kelompok eksperimen

2 = nilai rata-rata hitung data kelompok kontrol

2 = varians data kelompok eksperimen

22 = varians data kelompok kontrol

= simpangan baku kedua kelompok

= jumlah siswa pada kelompok eksperimen

2 = jumlah siswa pada kelompok kontrol

Uji hipotesis data pretest pada penelitian ini menggunakan uji-t dengan

bantuan software IBM SPSS Statistics 23 sebab data berasal dari populasi

44

Sudjana, “Metoda Statistika”, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 238-239.

78

berdistribusi normal dan variansnya sama (homogen) dengan kriteria pengujian

sebagai berikut:45

(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti terdapat

perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti tidak

terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

b) Data Terdistribusi Normal dan Variansnya Berbeda

Untuk data yang terdistribusi normal dan variansnya berbeda, maka pengujian

hipotesis statistiknya menggunakan uji t’ dengan persamaan sebagai berikut:46

(3.10)

Keterangan:

= rata-rata skor kelompok eksperimen

2 = rata-rata skor kelompok kontrol

2 = standar deviasi kelompok eksperimen

22 = standar deviasi kelompok kontrol

= jumlah anggota sampel kelompok eksperimen

2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol

Kriteria pengujian uji t’ dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23

adalah sebagai berikut:47

(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima.

(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak.

45

Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 138. 46

Sudjana,op.cit., h. 240-241. 47

Edi Riadi, op.cit., h. 254.

79

c) Data Tidak Terdistribusi Normal

Untuk data tidak terdistribusi normal, pengujian hipotesisnya menggunakan

uji statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney dengan persamaan sebagai

berikut:48

2 ( )

2 ∑ 2 (3.11)

atau

2 2 ( )

2 ∑ (3.12)

Keterangan:

= penguji

2 = penguji 2

= banyaknya sampel 1

2 = banyaknya sampel 2

= jumlah rangking pada sampel 1

2 = jumlah rangking pada sampel 2

Uji hipotesis data posttest pada penelitian ini menggunakan uji Mann-Whitney

dengan bantuan software IBM SPSS Statistics 23 sebab data berasal dari populasi

tidak terdistribusi normal tetapi variansnya sama (homogen) dengan kriteria

pengujian sebagai berikut:49

(1) Jika sig. (0.05), maka ditolak, diterima, yang berarti terdapat

perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

(2) Jika sig. (0.05), maka diterima, ditolak, yang berarti tidak

terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok

eksperimen dengan kelompok kontrol.

4) Uji N-gain

Gain adalah selisih antara nilai posttest dan pretest, gain menunjukkan

peningkatan pemahaman atau penguasaan konsep siswa setelah proses

48

Ibid., h. 344. 49

Stanislaus S. Uyanto, op.cit., h. 322.

80

pembelajaran. Perhitungan normal gain digunakan untuk mengetahui “judgment

nilai” bagaimana hasil peningkatan yang terjadi, apakah baik, sedang, atau

kurang. Rumus yang digunakan untuk uji normal gain:50

(3.13)

Kategori untuk nilai peningkatan berdasarkan N-gain dapat dilihat pada Tabel

3.19 berikut ini:

Tabel 3. 19 Klasifikasi Nilai N-gain

Klasifikasi Kategori

N-gain 0,7 Tinggi

0,3 N-gain 0,7 Sedang

N-gain 0,3 Rendah

2. Teknik Analisis Data Non Tes

Data non tes dalam penelitian ini berupa angket respon siswa yang diberikan

kepada kelas eksperimen setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan

metode eksperimen dalam pembelajaran remedial dan angket respon siswa yang

diberikan kepada kelas kontrol setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan

metode konvensional dalam pembelajaran remedial. Pengolahan data non tes

dilakukan secara manual menggunakan Microsoft Excel. Hasil angket dihitung

menggunakan model skala Likert seperti pada Tabel 3.20 di bawah ini:

Tabel 3. 20 Konversi Skala Likert 51

Alternatif Jawaban Skor Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

50

David E. Meltzer, “The Relationship Between Mathematics Preparation and Conceptual

Learning Gains in Physics: A Possible :Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores”, American

Journal of Physics, Vol.70, No.12, 2002, p. 1260. 51

Riduwan dan Akdon, “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”, (Bandung: Alfabeta,

Cet. Ke-2, 2007), h. 16.

81

Alternatif Jawaban Skor Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Cukup (C) 3 3

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (SS) 5 1

Data dari hasil perolehan skor diubah dalam bentuk persentase dengan

menggunakan rumus:52

∑ (3.14)

Data dalam bentuk persentase diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria

interpretasi skor pada Tabel 3.21 berikut ini:

Tabel 3. 21 Kriteria Interpretasi Skor53

Persentase Kriteria

0% - 20% Sangat tidak baik

21% - 40% Tidak baik

41% - 60% Cukup

61% - 80% Baik

81% - 100% Sangat Baik

I. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui ada tidaknya pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep

hukum Newton tentang gerak yang dirumuskan sebagai berikut:54

( )

( )

52

Ibid., h. 18. 53

Ibid. 54

Sugiyono, “Statistik Nonparametrik untuk Penelitian”, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 42-

43.

82

Keterangan:

= tidak terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen

dalam pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa

kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak.

= terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam

pembelajaran remedial terhadap hasil belajar siswa

kinesthetic style pada konsep hukum Newton tentang gerak.

( ) = nilai probabilitas yang dihasilkan dari pengujian hipotesis

= taraf signifikansi (0,05)

83

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran

remedial terhadap hasil belajar siswa kinesthetic style pada konsep hukum

Newton tentang gerak. Skor rata-rata kelompok eksperimen lebih unggul

dibandingkan dengan kelompok kontrol yaitu dengan selisih 1,67. Skor rata-

rata kelompok eksperimen sebesar 14,50, sedangkan kelompok kontrol

sebesar 12,83.

2. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen

dengan menggunakan metode eksperimen sebesar 0,81 (kategori tinggi).

Kelompok eksperimen lebih unggul daripada kelompok kontrol yaitu dengan

selisih 0,19.

3. Peningkatan hasil belajar siswa kinesthetic style pada kelompok eksperimen

pada jenjang ranah kognitif C1 sebesar 0,87 (kategori tinggi) dengan

persentase kemampuan menjawab soal C1 saat posttest sebesar 93%, pada

jenjang ranah kognitif C2 sebesar 0,64 (kategori sedang) dengan persentase

kemampuan menjawab soal C2 saat posttest sebesar 93%, pada jenjang ranah

C3 sebesar 0,79 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan menjawab

soal C3 saat posttest sebesar 85%, dan pada jenjang ranah kognitif C4 sebesar

0,71 (kategori tinggi) dengan persentase kemampuan menjawab soal C4 saat

posttest sebesar 92%.

4. Respon siswa kinesthetic style sangat baik (96%) terhadap penggunaan

metode eksperimen dalam pembelajaran remedial. 96% siswa tertarik

mempelajari konsep hukum Newton tentang gerak dengan mengggunakan

metode eksperimen.

84

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Guru yang hendak melakukan pembelajaran remedial pada konsep hukum

Newton tentang gerak sangat dianjurkan menggunakan metode eksperimen

karena sangat efektif untuk mengatasi siswa kinesthetic style yang tidak

tuntas.

2. Penggunaan metode eksperimen dalam pembelajaran remedial dapat

dilakukan pada konsep lain untuk mengakomodasi siswa dengan gaya belajar

kinesthetic style.

85

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli. “Strategi Pembelajaran”. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2008.

Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo. “Psikologi Belajar”. Jakarta: Rineka

Cipta, 2013.

Allum, John dan Talbot, Christopher. “Physics for IB Diploma”. London: Hodder

Education, 2012.

Anderson, Lorin W. dan Krathwohl, David R. “Kerangka Landasan untuk

Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen: Revisi Taksonomi Pendidikan

Bloom”, Terj. Agung Prihantoro. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017.

Aprilyanti, Fitri. “Penerapan Metode Eksperimen dengan Alat-Alat Sederhana

Fisika untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa”. Jurnal

Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Metro. Vol. IV, No. 1,

2016.

Aqib, Zainal dan Murtadlo, Ali. “Kumpulan Metode Pembelajaran Kreatif dan

Inovatif”. Bandung: Satunusa, 2016.

Arikunto, Suharsimi. “Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua”. Jakarta:

Bumi Aksara, 2018.

--------------------------. “Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik”. Jakarta:

Rineka Cipta, 2010.

Azizah, Rismatul, dkk. Kesulitan Pemecahan Masalah Fisika pada Siswa SMA.

Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). Vol. 5, No. 2, 2015.

Bire, Arylien Ludji, dkk. “Pengaruh Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan

Kinestetik terhadap Prestasi Belajar Siswa”. Jurnal Kependidikan. Vol.

44, No. 2, 2014.

Bukhari. “Penerapan Pengajaran Remedial terhadap Peningkatan Hasil Belajar

Siswa pada Pokok Bahasan Ikatan Ion dan Ikatan Kovalen”. Jurnal

Dedikasi Pendidikan. Vol. 1, No. 1, 2017.

Buna’i. “Program Remedial (Solusi Alternatif bagi Siswa yang Kesulitan Belajar

dalam UNAS)”. Jurnal Tadris. Vol. 2, No. 2, 2007.

86

Candrawati, Nofia. Hasil Analisis Nilai Ulangan Harian Siswa Kelas X SMA

Negeri 5 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018, 2018.

-----------------------. Hasil Analisis Wawancara Guru Fisika SMA Negeri 5 Kota

Tangerang Selatan, 2018.

Chania, Yen, dkk. “Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Siswa pada

Pembelajaran Biologi Kelas X SMAN 2 Sungai Tarab Kabupaten Tanah

Datar”. Journal of Saintek. Vol. 8, No.1, 2016.

Crundel, Mike, dkk. “Physics Second Edition”. London: Hoder Education, 2014.

Damayanti, Neti. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika

Siswa pada Konsep Tekanan”. Skripsi pada UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, Jakarta, 2014.

Darmadi. “Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam Dinamika

Belajar Siswa”. Yogyakarta: Deepublish, 2017.

Direktorat Pembinaan SMA. “Juknis Pembelajaran Tuntas, Remedial, dan

Pengayaan di SMA”. Jakarta: Direktorat Pembinaan SMA, 2010.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:

Rineka Cipta, 2010.

Duncan, Tom. “Physics Fifth Edition”. London: Hodder Education, 2000.

Fleming, Neil D. & Mills, Colleen. “The Vark Questionnaire for Younger

People”. diakses dari http://vark-learn.com/the-vark-questionnaire/the-

vark-questionnaire-for-younger-people/.

Giancoli, Douglas C. Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 2001.

Halim, Abdul. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa SMPN 2 Secanggang Kabupaten Langkat”. Jurnal

Tabularasa PPS UNIMED. Vol. 9, No. 2, 2012.

Hermawati, Herma, dkk. “Proses Pelaksanaan Remedial Teaching terhadap

Ketuntasan Belajar Matematika Peserta Didik”. Jurnal LP3M. Vol. 4,

No. 2, 2018.

Iriani, Dewi dan Leni, Mutia. “Identifikasi Gaya Belajar dan Pengaruhnya

terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII

87

SMPN 2 Kerinci”. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung,

2013.

Iriyanti, Eka dan Virman. “Pengaruh Penggunaan Metode Eksperimen Terhadap

Minat, Keaktifan, dan Hasil Belajar pada Materi Gelombang Bunyi

Siswa Kelas XII IPA 1 SMA Negeri 1 Raja Ampat Kabupaten Raja

Ampat”. Jurnal Ilmu Pendidikan Indonesia. Vol. 5, No. 2, 2017.

Ischak S.W., dan Warji R. “Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar”.

Yogyakarta: Liberty, 1987.

Ishaq, Mohamad. “Fisika Dasar Edisi 2”. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Jangid, Neelu dan Inda, Umed Singh. “Effectiveness of Remedial Teaching on

Thinking Strategies of Slow Learners”. The International Journal of

Indian Psychology. Vol. 4, No. 84, 2016.

Januarifin, Dheka, dkk. Kesalahan Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah pada

Materi Hukum Newton. Momentum: Physics Education Journal. Vol. 2,

No. 2, 2018.

Jufri, Wahab. “Belajar dan Pembelajaran Sains”. Bandung: Pustaka Reka Cipta,

2017.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Permedikbud Nomor 104 Tahun 2014

tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar

dan Pendidikan Menengah. Jakarta: Kemendikbud RI, 2014.

----------------------------------------------------. “Rekap Hasil Ujian Nasional (UN)

Tingkat Sekolah”. Diakses dari https://puspendik.kemdikbud.go.id/hasil-

un/.

----------------------------------------------------. “Silabus Kurikulum 2013 Revisi

Mata Pelajaran Fisika”. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016.

Khongpit, Veena, et al. “The VARK Learning Style of the University Student in

Computer Course”. International Journal of Learning and Teaching.

Vol. 4, No. 2, 2018.

88

Kunandar. “Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta Didik

Berdasarkan Kurikulum 2013) Suatu Pendekatan Praktis Disertai

dengan Contoh”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2015.

Majid, Abdul. “Penilaian Autentik Proses dan Hasil Belajar”. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2017.

Masbur. “Remedial Teaching Sebagai Suatu Solusi: Suatu Analisis Teoritis”.

Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA. Vol. XII, No.2, 2012.

Meltzer, David E. (2002). “The Relationship Between Mathematics Preparation

and Conceptual Learning Gains in Physics: A Possible : Hidden Variable

in Diagnostic Pretest Scores”. American Journal of Physics. Vol. 70, No.

12, 2002.

Mukhtar dan Rusmini. “Pengajaran Remedial Teori dan Penerapannya dalam

Pembelajaran”. Jakarta: PT. Nimas Multima, 2008.

Mulyadi. “Diagnosis Kesulitan Belajar & Bimbingan Terhadap Kesulitan Belajar

Khusus”. Yogyakarta: Nuha Litera, 2010.

Mutmainah, dkk. “Penerapan Program Remedial dalam Pembelajaran Biologi di

Sekolah Menengah Atas”. Jurnal Parameter. Vol. 27, Vol. 2, 2014.

Nurbani, Cut. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Fisika pada

Siswa SMP Negeri 2 Peukan Baro”, Skripsi pada Universitas Syiah

Kuala, Darussalam, Banda Aceh, 2013.

Nurlia, dkk. “Hubungan antara Gaya Belajar, Kemandirian Belajar, dan Minat

Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Siswa”. Jurnal Pendidikan Biologi.

Vol. 6, No. 2, 2017.

Nurmayani, dkk. “Pengaruh Gaya Belajar VAK pada Penerapan Model

Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Hasil Belajar IPA Fisika

Siswa SMP Negeri 2 Narmada Tahun Ajaran 2015/2016”. Jurnal

Pendidikan Fisika dan Teknologi. Vol. II, No. 1, 2016.

Nursefriani, dkk. Analisis Pemahaman Konsep Siswa SMA Lab-School Palu pada

Materi Hukum Newton. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). Vol.

4, No. 2.

89

Observasi Studi Pendahuluan. Hasil Analisis Angket Studi Pendahuluan terhadap

474 Siswa SMA se-KotaTangerang Selatan, 2018.

Othman, Norasmah dan Amiruddin, Mohd Hasril. “Different Perspectives of

Learning Styles from VARK Model”. Procedia Social and Behavioral

Sciences 7(C), Elsevier, 2010.

Pantas, Elfrida Farinita dan Sumadi. “Pengaruh Metode Eksperimen dan Metode

Demonstrasi terhadap Prestasi Belajar Fisika Pokok Bahasan Listrik

Dinamis”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Fisika- Compton. Vol. 3, No. 1,

2016.

Pribadi, Benny A. “Model ASSURE untuk Mendesain Pembelajaran Sukses”.

Jakarta: Dian Rakyat, 2011.

Purwandari, Eny. “Kajian Psikologi Belajar: Mengukir Prestasi Melalui

Pengenalan Diri dan Optimalisasi Potensi”. WARTA, Indonesian

Psychological Journal. Vol. 10, No. 1, 2007.

Riadi, Edi. “Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS)”.Yogyakarta:

Andi, 2016.

Riduwan dan Akdon. “Rumus dan Data dalam Analisis Statistika”. Bandung:

Alfabeta, 2007.

Roestiyah, N.K. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta: Rineka Cipta, 2012.

Rukoyah. “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan Motivasi Belajar

Siswa pada pembelajaran IPA”. Jurnal Inovasi Pembelajaran Karakter

(JIPK). Vol. 1, No. 2, 2016.

Rusman. “Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan”.

Jakarta: Kencana, 2017.

S., Farihan. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar Peserta Didik

pada Konsep Hukum Newton di SMA Negeri 1 Krueng Barona Jaya

Aceh Besar”. Skripsi pada Universitas Islam Negeri Ar-Raniry

Darussalam, Banda Aceh, 2017.

Saputro, Nurhadi dan Hidayati. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Prestasi

Belajar Fisika Pokok Bahasan Cahaya”. Jurnal Ilmiah Pendidikan

Fisika- Compton. Vol. 4, No. 1, 2017.

90

Sawaludin, Ridwan. “Penerapan Metode Eksperimen untuk Meningkatkan

Keterampilan Proses Sains dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa”.

Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, 2013.

Saepuzamn, Duden, dkk. “Diagnosis Kesulitan-Kesulitan Siswa dalam Konsep

Gerak dan Gaya”, Prosiding Seminar Kontribusi Fisika 2014 (SKF

2014), 2014.

Septiani, Friska. “The Using of Peer Tutoring Learning Method in Improving

Student’s Understanding”, Conference Paper, 2017.

Serway, Raymond A dan Jewett, John W. “Fisika untuk Sains dan Teknik”. Terj.

dari PHYSICS for Scientists and Engineers with Modern Physics oleh

Chriswan Sungkono. Jakarta: Salemba Teknika, 2014.

Siagian, Sahat dan Tanjung, Paimin. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya

Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Kelas VIII Siswa”. Jurnal Teknologi

Pendidikan, Vol. 5, No. 2, 2012.

Soleh, Agus, dkk. “Pengaruh Pembelajaran Remedial Berbantuan Tutor Sebaya

terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa yang Mengalami Kesulitan

Belajar dengan Kovariabel Tingkat Kecemasan”. e-Journal Program

Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha Program Studi Penelitian

dan Evaluasi Pendidikan. Vol. 4, 2014.

Soong, Benson, et al. “Students’ Difficulties When Solving Physics Problems:

Results from an ICT-infused Revision Intervention”. Proceedings of the

17th

International Conference on Computers in Education, 2009.

Subekti, Yuliana dan Ariswan, A. “Pembelajaran Fisika dengan Metode

Eksperimen untuk Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif dan

Keterampilan Proses Sains”. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA. Vol. 2, No.

2, 2016.

Sudjana. “Metoda Statistika”. Bandung: Tarsito, 2005.

Sudjana, Nana. “Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar”. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2004.

Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”. Bandung:

Alfabeta, 2016.

91

Sugiyono. “Statistik Nonparametrik untuk Penelitian”. Bandung: Alfabeta, 2007.

Sukinah. “Pengajaran Remedial Untuk Mencapai Ketuntasan Hasil Belajar Siswa

pada Materi Pokok Garis Singgung Lingkaran”. Jurnal Pendidikan. Vol.

1, No. 1, 2016.

Sukmadinata, Nana Syaodih. “Metode Penelitian Pendidikan”. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya, 2010.

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johar. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta:

Depdikbud, Dikti, 1999.

Suwarna, Iwan Permana. Laporan Penelitian Pengembangan Tata Kelola

Kelembagaan “Pengembangan Instrumen Ujian Komprehensif

Mahasiswa Melalui Computer Based Test pada Program Studi

Pendidikan Fisika”. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan

(PUSLITPEN) LP2M UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Suyanto dan Jihad, Asep . “Menjadi Guru Profesional: Strategi Meningkatkan

Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global”. Jakarta: Esensi, Erlangga

Group, 2013.

Suyono dan Hariyanto. “Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar”.

Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2012.

Taqwa, Muhammad Reyza Arief, dkk. “Hubungan Gaya Belajar Visual,

Auditorial, dan Kinestetik dengan Hasil Belajar Siswa pada Materi

Dinamika Rotasi dan Kesetimbangan Benda Tegar Kelas IX IPA SMAN

se-Kota Jambi”. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Pendidikan Sains

5, 2015.

Tillery, Bill W. “Physical Science Sixth Edition”. New York: Mc Graw-Hill,

2005.

Unaifah, Fai’q dan Suprapto, Nadi. “Profil Kemampuan Pemecahan Masalah dan

Hasil Belajar Siswa pada Materi Elastisitas Ditinjau dari Gaya Belajar

(Learning Style)”. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF). Vol. 3, No.

2, 2014.

Uyanto, Stanislaus S. “Pedoman Analisis Data dengan SPSS”. Yogyakarta: Graha

Ilmu, 2009.

92

Wijaya, Adnan Rannu. “Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Hasil Belajar dan

Sikap Ilmiah Siswa Sekolah Menegah Atas”. Skripsi pada Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung, 2017.

Winataputra, Udin Saripudin. “Strategi Belajar Mengajar”. Jakarta: Depdikbud,

1998.

Young, Hugh D., dan Freedman, Roger A. “Fisika Univesitas”. Terj. dari

University Physics Tenth Edition oleh Endang Juliastuti. Jakarta:

Erlangga, 2002.

Yurizki, Desita, dkk. “Hubungan antara Gaya Belajar Visual, Auditorial, dan

Kinestetik terhadap Hasil Belajar Fisika pada Siswa Lab School

Unsyiah”. Prosiding Seminar Nasional MIPA III, 2017.

Zahroh, Shofi Hikmatuz, dkk. Analisis Pemahaman Konsep Siswa pada Hukum

Newton. Pros. Seminar Pend. IPA Pascasarjana UM. Vol. 2, 2017.

Zulfiani Zulfiani, et al. “Science Education Adaptive Learning System as A

Computer- Based Science Learning with Learning Style Variations”.

Journal of Baltic Science Education. Vol. 17, No. 4, 2018.

Zulvita, Ria, dkk. “Identifikasi dan Remediasi Miskonsepsi Konsep Hukum

Newton dengan Menggunakan Metode Eksperimen di MAN

Darussalam”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan Fisika. Vol. 2,

No. 1, 2017.