14
1 PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena leucocephala) TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus) , , 1 Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau 2,3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau Email: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan daun petai cina (Leucaena leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit ( Mus musculus). Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode eksperimen laboratorium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan dan 5 pengulangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan yang dilakukan selama 8 hari. Data penelitian yang diperoleh di hitung menggunakan uji normalitas, homogenitas, Anava Satu Jalur, serta dilakukan uji lanjut. Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas ( Liliefors) diperoleh data yang normal yaitu < (0,0413 < 0,173), sedangkan uji homogenitas (Barlett) diperoleh data yang homogen yaitu χ 2 hitung < χ 2 tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur diperoleh nilai (33,33 > 2,87), dan dilanjutkan uji BNJ. Maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pemberian larutan daun petai cina (Leucaena leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus). Kata kunci: Larutan, Daun Petai Cina, Penyembuhan Luka, Mencit A. PENDAHULUAN Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000 jenis tumbuhan dan dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun, baru 1.000 spesies yang telah dibukukan dan 200 spesies yang telah digunakan untuk pengobatan tradisional (Hariana, 2013:3). Pengobatan tradisional memiliki berbagai keuntungan yaitu bahan bakunya mudah diperoleh, biaya yang dikeluarkan relatif murah, dan dampak negatif yang ditimbulkan lebih sedikit dari pada dengan menggunakan obat- obatan modern yang berbahan baku sintetis (Mahendra, 2006:6). Pada aktivitas keseharian sering terjadi kecelakaan kecil, misalnya terjadinya luka. Menurut Oktarlina & Marissa (2017:60), luka merupakan suatu jaringan tubuh yang mengalami kerusakan. Apabila kulit mengalami luka tentunya akan mengalami penyembuhan. Penyembuhan luka adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang telah mengalami kerusakan (Maharani, 2015:34). Dalam dunia medis biasanya menggunakan betadine untuk mempercepat

PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

1

PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena leucocephala) TERHADAP

PENYEMBUHAN LUKA SAYAT PADA MENCIT (Mus musculus)

, , 1Alumni STKIP-PGRI Lubuklinggau

2,3Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau

Email: [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan daun petai cina (Leucaena

leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus). Jenis

penelitian yang digunakan yaitu penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode eksperimen

laboratorium. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari 5

kelompok perlakuan dan 5 pengulangan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara

pengamatan yang dilakukan selama 8 hari. Data penelitian yang diperoleh di hitung

menggunakan uji normalitas, homogenitas, Anava Satu Jalur, serta dilakukan uji lanjut.

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas (Liliefors) diperoleh data yang normal yaitu

< (0,0413 < 0,173), sedangkan uji homogenitas (Barlett) diperoleh data yang

homogen yaitu χ2hitung < χ

2tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur diperoleh

nilai (33,33 > 2,87), dan dilanjutkan uji BNJ. Maka dapat disimpulkan

bahwa ada pengaruh yang signifikan pada pemberian larutan daun petai cina (Leucaena

leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus).

Kata kunci: Larutan, Daun Petai Cina, Penyembuhan Luka, Mencit

A. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu sekitar 40.000

jenis tumbuhan dan dikenal lebih dari 20.000 jenis tumbuhan obat. Namun, baru 1.000

spesies yang telah dibukukan dan 200 spesies yang telah digunakan untuk pengobatan

tradisional (Hariana, 2013:3). Pengobatan tradisional memiliki berbagai keuntungan

yaitu bahan bakunya mudah diperoleh, biaya yang dikeluarkan relatif murah, dan

dampak negatif yang ditimbulkan lebih sedikit dari pada dengan menggunakan obat-

obatan modern yang berbahan baku sintetis (Mahendra, 2006:6).

Pada aktivitas keseharian sering terjadi kecelakaan kecil, misalnya terjadinya luka.

Menurut Oktarlina & Marissa (2017:60), luka merupakan suatu jaringan tubuh yang mengalami

kerusakan. Apabila kulit mengalami luka tentunya akan mengalami penyembuhan. Penyembuhan

luka adalah proses pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang telah mengalami kerusakan

(Maharani, 2015:34). Dalam dunia medis biasanya menggunakan betadine untuk mempercepat

Page 2: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

2

proses penyembuhan luka. Namun, betadine memiliki berbagai dampak negatif yang perlu untuk

dipertimbangkan dalam pemakaiannya. Dampak negatif ini berupa iritasi, perubahan warna pada

kulit yang disebabkan oleh zat warna yang ada dalam betadine, dan dapat menyebabkan kulit

dapat terbakar (Rahmawati, 2014:231).

Saat ini banyak kekayaan alam yang dapat dijadikan sebagai obat alternatif dalam

mempercepat proses penyembuhan luka, salah satunya adalah memanfaatkan daun petai

cina (Leucaena leucocephala) menjadi larutan. Berdasarkan hasil penelitian Rohmah,

dkk (2016:22-23) daun petai cina (Leucaena leucocephala) mengandung zat aktif

flavonoid, lektin, alkaloid, saponin, dan tanin. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan,

antiinflamasi, dan membantu mengurangi analgesik. Lektin berfungsi menstimulasi

pertumbuhan sel kulit. Alkaloid berfungsi sebagai antimikroba. Saponin berfungsi

memicu pembentukan kolagen karena adanya protein. Tanin berfungsi dalam

mengecilkan pori-pori kulit untuk membentuk jaringan baru dan antibakteri.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Larutan Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) terhadap Penyembuhan

Luka Sayat pada Mencit (Mus musculus)”.

B. Kajian Teoritik

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi munculnya variabel

terikat (Sugiyono, 2011:39). Variabel bebas yang berjudul “Pengaruh Larutan Daun

Petai Cina (Leucaena leucocephala) terhadap Penyembuhan Luka Sayat pada

Mencit“ adalah daun petai cina (Leucaena leucocephala).

a. Pengertian Petai Cina (Leucaena leucocephala)

Petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan sejenis tanaman perdu dari

suku Fabaceae (polong-polongan) yang sering dimanfaatkan dalam penghijauan.

Nama ilmiah petai cina yaitu leucocephala (berkepala putih) berasal dari kata leu

artinya putih dan cephala artinya kepala, disebut demikian karena bongkol-

bongkol bunganya yang berwarna keputihan (Nasution, dkk, 2011:2).

b. Morfologi Petai Cina (Leucaena leucocephala)

1) Batang

Petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan tanaman yang berukuran

tidak begitu besar dan mempunyai batang yang tidak lembut (keras) (Oktarlina

Page 3: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

3

& Marissa, 2017:61). Sedangkan Aspan & Sherley (2008:52) mengemukakan

bahwa petai cina (Leucaena leucocephala) memiliki batang berkayu, berwarna

hijau kecoklatan, dan bercabang. Gambar batang petai cina Leucaena

leucocephala) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

Gambar 2.1 Batang Petai Cina

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

2) Daun

Menurut Mangoting, dkk (2006:74) daun petai cina (Leucaena

leucocephala) yaitu berwarna hijau, daunnya majemuk dan menyirip, anak

daunnya bulat lonjong, pinggir daunnya rata, ujung daunnya runcing, dan

pangkal daunnya tumpul. Gambar daun petai cina (Leucaena leucocephala)

dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut.

Gambar 2.2 Daun Petai Cina

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

3) Bunga

Bunga petai cina (Leucaena leucocephala) merupakan bunga bongkol

(membulat), majemuk menyerupai cawan tetapi tanpa daun pembalut, berwarna

putih, mampu menyerbuk sendiri, dan berbentuk bola (Purwanto, 2007:84).

Page 4: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

4

Gambar bunga petai cina (Leucaena leucocephala) bisa dilihat pada Gambar 2.3

berikut.

Gambar 2.3 Bunga Petai Cinaa

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

4) Buah

Buah petai cina (Leucaena leucocephala) berbentuk pita lurus, pipih dan

tipis, dengan sekat-sekat diantara biji, berwarna hijau dan akhirnya berwarna

coklat kering ketika masak, dan melepas sepanjang kampuhnya. Buah petai

cina (Leucaena leucocephala) berisi 15-30 biji yang terletak melintang dalam

polongan, dan berbentuk bundar telur terbalik (Nasution, dkk, 2011:7). Buah

petai cina (Leucaena leucocephala) bisa dilihat pada Gambar 2.4 berikut.

Gambar 2.4 Buah Petai Cina

(Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2018)

c. Klasifikasi Petai Cina (Leucaena leucocephala)

Menurut Nasution, dkk (2011:3), berdasarkan taksonominya petai cina

(Leucaena leucocephala) diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnaliophyta

Page 5: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

5

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Fabales

Famili : Fabaceae

Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucocephala

d. Kandungan Petai Cina (Leucaena leucocephala)

Daun petai cina (Leucaena leucocephala) mengandung zat aktif flavonoid,

lektin, alkaloid, saponin, dan tanin. Flavonoid berfungsi sebagai antioksidan,

antiinflamasi, dan membantu mengurangi analgesik. Lektin berfungsi menstimulasi

pertumbuhan sel kulit. Alkaloid berfungsi sebagai antimikroba. Saponin berfungsi

memicu pembentukan kolagen karena adanya protein. Tanin berfungsi dalam

mengecilkan pori-pori kulit untuk membentuk jaringan baru dan antibakteri

Rohmah, dkk (2016:22-23).

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (dependent variable) adalah suatu variabel yang secara struktur

berpikir keilmuan menjadi variabel yang disebabkan oleh adanya perubahan variabel

yang lainnya. Variabel terikat (dependent variable) ini menjadi persoalan pokok bagi

peneliti yang selanjutnya menjadi objek penelitian (Indrawan & Poppy, 2014:13).

Variabel terikat (dependent variable) pada penelitian yang berjudul “Pengaruh

Larutan Daun Petai Cina (Leucaena leucocephala) terhadap Penyembuhan Luka

Sayat pada Mencit“ adalah penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus).

a. Luka

Luka merupakan rusaknya suatu jaringan akibat dari cedera atau pembedahan

(Kartika, 2015:546). Sama halnya menurut Oktarlina & Marissa (2017:60) luka merupakan

rusaknya sebagian jaringan pada tubuh.

b. Penyembuhan Luka

Menurut Maharani (2015:34) penyembuhan luka merupakan suatu proses

pergantian dan perbaikan fungsi jaringan yang telah mengalami kerusakan. Sifat

penyembuhan pada semua luka sama, akan tetapi tergantung pada keparahan,

lokasi, dan luasnya luka. Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu

inflamasi, regenerasi (proliferasi), dan maturasi (remodeling).

c. Mencit (Mus musculus)

Page 6: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

6

Mencit (Mus musculus) merupakan mamalia pengerat yang cepat berkembang

biak, dan mudah dipelihara dalam jumlah banyak (Akbar, 2010:6). Mencit (Mus

musculus) memiliki bentuk tubuh yang kecil, dan berwarna putih. Keadaan

ruangan dalam pemeliharaan mencit (Mus musculus) harus kering, bersih, jauh dari

suara-suara yang mengganggu, dan hidupnya sekitar 1-3 tahun. Mencit (Mus

musculus) sering digunakan dalam penelitian karena mudah berkembangbiak,

mudah dipelihara, memiliki anatomi dan fisiologi sistematis kerjanya hampir sama

dengan manusia, dan mencit (Mus musculus) dapat memberikan hasil penelitian

yang baik (Lokaria, dkk, 2013:4).

C. METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara alamiah untuk memperoleh data dengan tujuan

tertentu (Lestari & Mokhammad, 2015:112). Jenis penelitian yang digunakan yaitu

eksperimen. Menurut Arikunto (2013:207), penelitian eksperimen merupakan penelitian

untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek selidik.

Rancangan percobaan berdasarkan rumus federer: (n-1) (t-1) ≥ 15 yaitu dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 pengulangan

(Hanafiah, 2016:9). Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi STKIP-PGRI

Lubuklinggau.

D. PROSEDUR PENELITIAN

1. Penanganan Sampel

a. Daun petai cina (Leucaena leucocephala)

Sampel tanaman ini diperoleh di Kota Lubuklinggau dan dapat ditemukan

pada pekarangan rumah dan dikebun masyarakat. Daun petai cina (Leucaena

leucocephala) yang digunakan yaitu daun petai cina varietas lokal yang masih

segar yang baru diambil dari pohonnya dan dicuci menggunakan air mengalir

untuk menghilangkan kotoran. Daun petai cina (Leucaena leucocephala) dibuat

dalam bentuk larutan. Adapun langkah-langkah pembuatan larutan yaitu: 1) Tahap

persiapan (Siapkan dan timbang daun petai cina (Leucaena leucocephala)

sebanyak 10 gr/L, 20 gr/L, dan 30 gr/L. Siapkan blender 1 buah, siapkan air 3 liter.

siapkan pengaduk, siapkan penyaring. 2) Pembuatan Larutan (Blender dari tiap

dosis daun petai cina (Leucaena leucocephala), endapkan masing-masing larutan

Page 7: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

7

tersebut selama 24 jam. keesokan harinya larutan disaring dengan menggunakan

penyaring (Setiawan & Anak, 2015:56-57).

b. Penyediaan Mencit (Mus musculus)

Hewan uji yang digunakan yaitu mencit (Mus musculus) betina yang berumur

2-3 bulan dan dalam keadaan sehat (Oktiarni dkk, 2012:752). Mencit (Mus

musculus) didapatkan dari peternak yang ada di Palembang. Mencit (Mus

musculus) diadaptasi selama 5 hari untuk proses penyesuaian diri terhadap

perubahan kondisi lingkungan dari tempat asalnya.

c. Konversi Dosis

Pada penelitian ini literatur yang menyatakan dosis penggunaan larutan daun

petai cina (Leucaena leucocephala) belum diketahui. Jadi, dosis yang digunakan

disesuaikan pada penelitian sebelumnya dan dikonversikan sebagai berikut:

1. Dosis untuk konsentrasi 10 g/L

banyaknya larutan daun petai cina.....(X) mL

2. Dosis untuk konsentrasi 20 g/L

banyaknya larutan daun petai cina.....(Y) mL

3. Dosis untuk konsentrasi 30 g/L

banyaknya larutan daun petai cina.....(Z) mL

Konversi dosis pada mencit yang akan diberi perlakuan, dengan rumus:

konsentrasi X, Y, Z= mL

Pada penelitian ini digunakan betadine sebagai pembanding. Betadine yang

digunakan untuk orang dewasa dan anak-anak disesuaikan dengan berat badan

pada mencit, untuk 1 gr berat badan mencit dapat dihitung sebagai berikut:

banyaknya betadine 1 botol 5 = mL

(Fitria, 2016:25).

d. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan menggunakan RAL (Rancangan Acak Lengkap) yaitu

5 perlakuan, dan masing-masing perlakuan diulangi sebanyak 5 kali. Penentuan

Page 8: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

8

jumlah subjek (pengulangan) ditentukan berdasarkan rumus Federer. Dengan

demikian jumlah mencit (Mus musculus) jantan yang digunakan yaitu sebanyak 5

perlakuan 5 ulangan = 25 ekor mencit.

Sebelum dilakukan perlakuan, bulu disekitar punggung mencit (Mus musculus)

dicukur kemudian diolesi dengan alkohol 70%, kemudian peralatan yang

digunakan dibersihkan dengan menggunakan alkohol 70% agar steril. Perlakuan

pada punggung mencit (Mus musculus) dilakukan dengan membuat sayatan

dibagian epidermis dan dengan ukuran panjang 1 cm menggunakan silet yang

telah disterilkan (Hanafi, dkk, 2012:19).

Perlakuan dan pengamatan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1) Sebelum pemberian perlakukan berat badan mencit (Mus musculus) ditimbang

terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mengetahui berapa mL larutan yang

akan diberikan pada masing-masing mencit (Mus musculus).

2) Punggung mencit (Mus musculus) dilukai dengan membuat sayatan dibagian

epidermis, dan dengan panjang luka sayat 1 cm.

3) Masing-masing mencit (Mus musculus) diberi perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan 1 : Luka tanpa perlakuan.

Perlakuan 2 : Luka diberi betadine.

Perlakuan 3 : Luka diberi daun petai cina 10 g/L.

Perlakuan 4 : Luka diberi daun petai cina 20 g/L.

Perlakuan 5 : Luka diberi daun petai cina 30 g/L.

4) Kemudian pengamatan dilakukan selama 8 hari untuk melihat panjang

penutupan luka. Pada dugaan sementara dihari ke 8 telah menunjukkan tanda-

tanda kesembuhan, penutupan luka dan telah ditumbuhi rambut pada bagian

punggung mencit (Mus musculus) yang telah dilukai.

5) Pengamatan pada luka dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan sampai

menunjukkan tanda-tanda kesembuhan dengan cara mengukur panjang luka

yang diukur dengan menggunakan penggaris.

E. TEKNIK ANALISIS

Data penelitian yang diperoleh di hitung menggunakan uji normalitas (Lilliefors),

homogenitas (Barllet), Anava Satu Jalur, serta dilakukan uji lanjut BNJ (Beda Nyata

Jujur).

Page 9: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

9

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

a. Deskripsi Data Panjang Luka Sayat

Hasil pengukuran rata-rata panjang luka sayat pada mencit (Mus musculus)

yang telah dilakukan selama 8 hari untuk masing-masing kelompok perlakuan

dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1

Rata-rata Hasil Pengukuran Panjang Luka Sayat

Perlakuan Panjang Luka Sayat SD

(tanpa perlakuan) 0,70

(betadine) 0,67

(10 g/L daun petai cina) 0,57

(20 g/L daun petai cina) 0,49

(30 g/L daun petai cina) 0,46

Dapat dilihat dari tabel 4.1 di atas rata-rata hasil pengukuran panjang luka

sayat untuk (tanpa perlakuan) yaitu 0,70, (menggunakan betadine) yaitu

0,67, (menggunakan larutan 10 g/L daun petai cina) yaitu 0,57,

(menggunakan larutan 20 g/L daun petai cina) yaitu 0,49, dan (menggunakan

larutan 30 g/L daun petai cina) yaitu 0,46.

b. Pengujian Persyaratan Analisis

Berdasarkan perhitungan normalitas (Lilliefors) dapat diketahui nilai

= 0,0413 dengan taraf kepercayaan = 5% dan n = 25 didapat nilai = 0,173.

Karena < , maka Ho diterima dan dapat disimpulkan bahwa data

tersebut berdistribusi normal. Sedangkan uji homogenitas (Barlett) diketahui bahwa

nilai χ2hitung = 3,312 dan χ

2tabel pada taraf kepercayaan = 0,05 atau 5% dan dk = k

– 1 = 4 yaitu 9,488. Jadi, χ2hitung < χ2

tabel, maka Ho diterima dan dapat disimpulkan

bahwa kelima kelompok data tersebut memiliki varian yang homogen.

c. Pengujian Hipotesis

Ringkasan Anava satu jalur dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4

Hasil Data Anava Satu Jalur

Sumber varians Db JK RJK 5%

Kelompok (A) 4 0,21 0,05 33,33 2,87

Dalam (D) 20 0,03 0,0015 - -

Total di Koreksi (TR) 24 0,24 - - -

Page 10: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

10

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui nilai yaitu 33,33, yang nilainya lebih

besar dari yaitu 2,87 (untuk = 0,05). Sehingga hasil data penelitian ini

menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian larutan daun petai cina (Leucaena

leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit (Mus musculus).

Berdasarkan hasil perhitungan KK (Koefisien Keragaman) nilai yang didapatkan

tergolong kecil yaitu 2%. Maka uji lanjut yang digunakan adalah BNJ, karena

BNJ maksimal 5% pada kondisi normal dan homogen. Hasil perhitungan BNJ

dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut.

Tabel 4.5

Hasil Uji BNJ

Perlakuan Rata-rata RAL

Keterangan 0,05

0,46 a a Berbeda tidak nyata

0,49 ab a Berbeda tidak nyata

0,57 abc b Berbeda nyata

0,67 abcd c Berbeda sangat nyata

0,70 abcde c Berbeda sangat nyata

BNJ 0,04

Ket: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda

tidak nyata (5%).

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perlakuan terbaik

optimum dimulai dari konsentrasi = 30 g/L, dan dari hasil statistik dan hasil

pengamatan yang dilakukan selama 8 hari konsentrasi 30 g/L daun petai cina

lebih cepat dalam proses penyembuhan luka sayat. Sehingga konsentrasi paling

efektif larutan daun petai cina (Leucaena leucocephala) yang di ambil adalah 30

g/L, sesuai dengan kriteria terbaik utama menurut Rahmawati (2014:233).

2. Pembahasan

Pada pengujian ini mencit yang digunakan yaitu mencit betina dalam keadaan

sehat (Oktiarni dkk, 2012:752). Mencit di adaptasi selama 5 hari untuk menyesuaikan

lingkungan tempat tinggal mencit, kemudian menyiapkan alat dan bahan yang akan

digunakan dalam penelitian. Setelah dilakukan adaptasi kemudian dilakukan

pembuatan larutan daun petai cina (Leucaena leucocephala). Daun petai cina dicuci

menggunakan air mengalir untuk menghilangkan kotoran. Daun petai cina ditimbang

sesuai dengan dosis yang digunakan, yaitu 10 g/L, 20 g/L, dan 30 g/L. Setiap dosis

daun petai cina (Leucaena leucocephala) dihaluskan dengan cara diblender dan di

Page 11: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

11

endapkan selama 24 jam. Keesokan harinya larutan disaring dengan menggunakan

penyaring (Setiawan & Anak, 2015:56-57).

Sebelum pembuatan luka pada punggung mencit, terlebih dahulu dilakukan

pembagian kelompok perlakuan dengan cara pengacakan. Mencit dilukai sepanjang 1

cm, kemudian mencit diberi 5 perlakuan dan 5 pengulangan yaitu: (tanpa

perlakuan), (betadine), (konsentrasi 10 g/L), (konsentrasi 20 g/L),

(konsentrasi 30 g/L). Setelah diberi perlakuan dilakukan pengamatan selama 8 hari

untuk mengukur dan mengamati panjang luka (Rahmawati, 2014:233).

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan hari ke-0 sampai hari ke-8

mengalami perubahan panjang luka. Pada perlakuan setelah dilukai terjadi

penyembuhan luka, akan tetapi sampai hari ke-8 tidak mengalami kesembuhan total

dan luka sayat belum tertutup. Pada perlakuan setelah diberi betadine terjadi

penyembuhan luka sayat , namun belum mengalami kesembuhan total dan luka sayat

belum tertutup.

Sedangkan pada perlakuan dan diberikan larutan daun petai cina

(Leucaena leucocephala) dengan konsentrasi yang berbeda-beda terjadi

penyembuhan luka. Pada perlakuan (konsentrasi 10 g/L) dapat mempercepat

penyembuhan luka sayat dengan lama penyembuhan terbanyak pada hari ke-8 akan

tetapi masih meninggalkan bekas luka, sedangkan perlakuan (konsentrasi 20 g/L)

luka telah mulai tertutup pada hari ke-7 akan tetapi masih ada bekas luka pada

punggung mencit, dan mulai ditumbuhi rambut pada hari ke-8. Luka berkurang

paling signifikan diperoleh pada perlakuan (konsentrasi 30 g/L), karena luka

sembuh total dan mulai ditumbuhi rambut pada hari ke-7 meskipun masih

meninggalkan bekas luka, dan pada hari ke-8 bekas luka sudah tidak terlihat lagi.

Pemberian larutan daun petai cina (Leucaena leucocephala) diharapkan dapat

membuat proses penyembuhan luka berlangsung lebih cepat sembuh dibandingkan

dengan dibiarkan sembuh secara alami atau dengan menggunakan obat-obatan

modern. Adapun keuntungan penggunaan obat tradisional yaitu bahan bakunya

mudah diperoleh, biaya yang dikeluarkan relatif murah, dan dampak negatif yang

ditimbulkan lebih sedikit jika dibandingkan dengan menggunakan obat-obatan

modern (Mahendra, 2006:6).

Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

proses kesembuhan luka menggunakan larutan daun petai cina (Leucaena

Page 12: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

12

leucocephala) memiliki tingkat kesembuhan yang sangat baik. Hal ini disebabkan

oleh bahan aktif yang terkandung pada daun petai cina (Leucaena leucocephala)

yaitu alkaloid, saponin, flavonoid, dan tanin (Rohmah dkk, 2016:22-23).

Pada tahap pertama penyembuhan luka adalah peradangan. Selama peradangan

benda-benda asing khususnya bakteri bisa menimbulkan peradangan terus-menerus

dan memperlambat penyembuhan luka. Salah satu kandungan daun petai cina

(Leucaena leucocephala) yaitu tanin mempunyai daya antiseptik yang mencegah

kerusakan yang disebabkan oleh bakteri atau jamur. Selain itu daun Leucaena

leucocephala juga mengandung alkaloid yang berfungsi sebagai antimikroba. Untuk

menghilangkan nyeri yang biasa timbul selama proses peradangan. Daun petai cina

(Leucaena leucocephala) juga memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai

analgesik. Pada tahap pembentukan jaringan granulasi tampak pembuluh darah baru

yang mengandung granula dari jaringan yang diinsisi (Rahmawati, 2014:231).

Pada daun petai cina (Leucaena leucocephala) terdapat saponin yang berfungsi

meningkatkan pembentukan pembuluh darah baru pada luka dan juga memicu

pembentukan kolagen dengan adanya protein yang berperan dalam proses

penyembuhan luka sekaligus mempunyai kemampuan sebagai pembersih sehingga

efektif untuk penyembuhan luka terbuka (Oktarlina & Marissa, 2017:60). Selain

adanya senyawa-senyawa yang ada pada larutan daun petai cina ada juga peran tubuh

untuk membantu menyembuhkan luka yaitu dengan cara sel mesenkim menghasilkan

fibroblas yang akan menghasilkan serat kolagen yang berfungsi untuk pertautan tepi

luka.

Hasil Uji BNJ ini menunjukkan bahwa pada taraf 5% terdapat pengaruh larutan

daun petai cina terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit dengan konsentrasi 30

g/L ( ) berbeda tidak nyata dengan berbeda nyata dengan berbeda sangat

nyata dengan , dan . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perlakuan

terbaik optimum mulai dari konsentrasi ( 30 g/L), dari hasil statistik dan hasil

pengamatan yang dilakukan selama 8 hari konsentrasi 30 g/L lebih cepat pada proses

penyembuhan luka sayat. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi

yang digunakan maka semakin tinggi kandungan senyawa pada larutan daun petai

cina dan semakin baik hasil yang diperoleh. Sesuai dengan jurnal penelitian

Rahmawati (2014:233) bahwa semakin besar dosis pemberian daun petai cina maka

akan semakin mempercepat penyembuhan luka.

Page 13: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

13

G. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh larutan

daun petai cina (Leucaena leucocephala) terhadap penyembuhan luka sayat pada mencit

(Mus musculus). Serta berdasarkan uji statistik dan hasil pengamatan konsentrasi larutan

daun petai cina (Leucaena leucocephala) yang optimum diperoleh dari konsentrasi 30g/L

dengan pemberian 30 mL, dengan rata-rata 0,46. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji

hipotesis yang diperoleh bahwa > (33,33 > 2,87).

H. DAFTAR PUSTAKA

Akbar, B. (2010). Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai

Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.

Arikunto, S. (2013). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Aspan, R., & Sherley. (2008). Taksonomi Koleksi Tanaman Obat Kebun Tanaman Obat

Citeureup. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.

Fitria, F.S.I. (2016). Pengaruh Pemberian Getah Batang Pisang (Musa paradisiaca)

terhadap Penyembuhan Luka pada Mencit (Mus musculus). Skripsi, Lubuklinggau

MIPA Biologi STKIP-PGRI Lubuklinggau.

Hanafi, R.W., Nenny, W., & Miarti, K. (2012). Uji Fitokimia Daun Petai Cina (Leucaena

leucocephala) sebagai Anti Bakteri Staphylococcus Epidermidis dan Efek

Penyembuhan Luka Eksisi pada Mencit Balb/C. Jurnal Pelita. Vol. 8 (2): 17-25.

Hanafiah, K.A. (2016). Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Depok: PT Raja

Grafindo Persada.

Kartika, R.W. (2015). Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Cermin Dunia

Kedokteran. Vol. 42 (7): 546-550.

Lestari, K.E., & Mokhammad, R,Y. (2015). Penelitian Pendidikan Matematika.

Bandung: PT Refika Aditama.

Lokaria, E., Zico, F.R., & Dyani, T.S. (2013). Uji Fitokimia dan Pengaruh Ekstrak

Etanol Batang Betadine (Jatropha multifida) terhadap Jumlah Leokosit Mencit

(Mus musculus) Jantan di Induksi lmunos. Jurnal Perspektif Pendidikan. Vol. 7

(2): 1-13.

Maharani, A. (2015). Penyakit Kulit, Perawatan, Pencegahan, Pengobatan. Yogyakarta:

Pustaka Baru Press.

Mahendra, B. (2006). 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Jakarta: Penebar Swadaya.

Page 14: PENGARUH LARUTAN DAUN PETAI CINA (Leucaena …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/Artikel Desma Sriyanti (4214018).pdf · tabel (3,312 < 9,488). Berdasarkan uji Anava satu jalur

14

Mangoting, D., Imang, I., & Said, A. (2006). Tanaman Lalap Berkhasiat Obat. Jakarta:

Penebar Swadaya.

Nasution, S.N., Hindrawati, S., & Natalia, H. (2011). Keunggulan Lamtoro sebagai

Pakan Ternak. Sumatera Selatan: BPTU Sembawa.

Oktarlina, R.Z., & Marissa, H.P. (2017). Uji Efektivitas Daun Petai Cina (Leucaena

glauca) sebagai Antiinflamasi dalam Pengobatan Luka Bengkak. Jurnal Majority.

Vol. 6 (1): 60-63.

Oktiarni, D., Syalfinaf, M., & Suripno. Pengujian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium

guajava Linn.) terhadap Penyembuhan Luka Bakar pada Mencit (Mus musculus).

Jurnal Gradien. Vol. 8 (1): 752-755.

Purwanto, I. (2007). Mengenal Lebih Dekat Leguminoseae. Yogyakarta: Kanisius.

Rahmawati, I. (2014). Perbedaan Efek Perawatan Luka Menggunakan Gerusan Daun

Petai Cina (Leucaena glauca, Benth) dan Povidon lodine 10% dalam Mempercepat

Penyembuhan Luka Bersih pada Marmut (Cavia porcellus). Jurnal Wiyata. Vol. 1

(2): 227-233.

Rohmah, S.N., Dina, Z.F., & Pria, W.R.G. (2016). Efektivitas Daun Petai Cina

(Leucaena leucocephala) dan Daun Jarak Pagar (Jatropha curcas) terhadap Proses

Penyembuhan Luka Bakar Grade II pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Jurnal

Ilmu Keperawatan. Vol. 4 (1): 20-33.

Setiawan, H., & Anak, A.O. (2015). Pengaruh Variasi Dosis Larutan Pepaya (Carica

papaya L.) terhadap Mortalitas Hama Kutu Daun (Apis craccivora) pada Tanaman

Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) sebagai Sumber Belajar Biologi. Jurnal

Bioedukasi. Vol. 6 (1):54-61.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.