13
176 PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN INFLASI, HARGA MINYAK DUNIA DAN DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011 Rully Putra Surya Pratama Indah Kurniawati ABSTRACT This research attempts to influence the inflation growth, the oil price dow jones industrial average to Composite Stock Price Index which is registred in indonesian stock exchange in the period of 2007-2011. The population in this research was the whole index in indonesian stock exchange (ISE). The sample was taken based on sampling purpodive. The data analysis technique used double linier regression. The dependent variable in this research was the growth of Composite Stock Price Index, while the independent variable was the inflation growth, the oil price and dow jones industrial average. The results of this research showed that the almost dependent variable used had effects for the growth of Composite Stock Price Index. The inflation rate growth variable did not have effects on Composite Stock Price Index growth, while the oil price rate variable and dow jones industrial average had effects on Composite Stock Price Index growth. Simultaneously, the independent variables examinedhere had effects on Composite Stock Price Index growth. Keywords: Rate inflation, oil price, dow jones industrial avarage, Composite Stock Price Index. PENDAHULUAN Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara. Pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seiring dengan berkembangnya investasi di sektor saham. Fungsi utama pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pertemuan tersebut membentuk suatu hubungan timbal balik menguntungkan, yaitu pihak pemberi dana menerima hasil atas dana yang diinvestasikannya sedangkan bagi pihak pengguna dana dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar. Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan media cetak maupun elektronik dalam menyebarkan data pergerakan harga saham. Indikator pergerakan harga saham dapat dilihat dari beberapa indeks yang dikeluarkan oleh BEI salah satunya

PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN INFLASI, HARGA MINYAK DUNIA DAN ...jurnal-reksa.act.uad.ac.id/wp-content/uploads/2017/04/Volume-2-No-2-Rully.pdf · PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN INFLASI,

Embed Size (px)

Citation preview

176

PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN INFLASI, HARGA MINYAK DUNIA

DAN DOW JONES INDUSTRIAL AVERAGE TERHADAP INDEKS

HARGA SAHAM GABUNGAN YANG TERDAFTAR

DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011

Rully Putra Surya Pratama

Indah Kurniawati

ABSTRACT

This research attempts to influence the inflation growth, the oil price dow

jones industrial average to Composite Stock Price Index which is registred in

indonesian stock exchange in the period of 2007-2011. The population in this

research was the whole index in indonesian stock exchange (ISE). The sample was

taken based on sampling purpodive. The data analysis technique used double linier

regression. The dependent variable in this research was the growth of Composite

Stock Price Index, while the independent variable was the inflation growth, the oil

price and dow jones industrial average. The results of this research showed that the

almost dependent variable used had effects for the growth of Composite Stock Price

Index. The inflation rate growth variable did not have effects on Composite Stock

Price Index growth, while the oil price rate variable and dow jones industrial

average had effects on Composite Stock Price Index growth. Simultaneously, the

independent variables examinedhere had effects on Composite Stock Price Index

growth.

Keywords: Rate inflation, oil price, dow jones industrial avarage, Composite Stock

Price Index.

PENDAHULUAN

Pasar modal merupakan salah satu instrumen ekonomi yang memiliki peran

penting bagi perekonomian suatu negara. Pasar modal mengalami pertumbuhan

yang sangat pesat seiring dengan berkembangnya investasi di sektor saham. Fungsi

utama pasar modal adalah tempat bertemunya pihak yang memiliki kelebihan dana

(investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (issuer). Pertemuan tersebut

membentuk suatu hubungan timbal balik menguntungkan, yaitu pihak pemberi dana

menerima hasil atas dana yang diinvestasikannya sedangkan bagi pihak pengguna

dana dapat mengembangkan usahanya menjadi lebih besar.

Bursa Efek Indonesia (BEI) menggunakan media cetak maupun elektronik

dalam menyebarkan data pergerakan harga saham. Indikator pergerakan harga

saham dapat dilihat dari beberapa indeks yang dikeluarkan oleh BEI salah satunya

177

adalah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Naik-turunnya indeks harga saham

gabungan dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain inflasi, tingkat bunga,

stabilitas nilai tukar rupiah, tingkat pengangguran dan stabilitas fundamental

ekonomi.

Inflasi merupakan suatu bentuk kelemahan ekonomi yang sering muncul dan

dialami hampir semua negara. Inflasi merupakan keadaan dimana meningkatnya

keadaan harga-harga barang secara umum dan terus menerus. Inflasi sangat

berpengaruh terhadap nilai saham hal ini disebabkan dengan semakin besarnya

tingkat inflasi maka akan menyebabkan penurunan investasi oleh investor

dikarenakan resiko yang terlampau besar. Selain inflasi naik-turunnya indeks juga

dipengaruhi oleh harga minyak dunia hal ini disebabkan karena bagi perusahaan,

industri minyak merupakan sumber energi untuk melakukan kegiatan produksi.

Meningkatnya harga minyak berefek langsung dengan meningkatnya biaya

produksi sehingga menurunkan profitabilitas perusahaan, hal ini dapat

menyebabkan nilai saham perusahaan tersebut mengalami penurunan. Penurunan

DJIA juga berdampak pada penurunan IHSG yang dikarenakan pengaruh dari

adanya diversifikasi saham oleh para investor sebagai wujud dari adanya

globalisasi. Diversifikasi dimaksudkan untuk meningkatkan peluang untuk

mendapatkan keuntungan dan meminimalkan risiko dari investasi.

Beberapa penelitian terdahulu telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh

inflasi, harga minyak dunia dan Dow Jones indutrial average (DJIA) terhadap

IHSG. Hasil penelitian Pasaribu (2010) menunjukkan bahwa harga minyak dunia,

nilai tukar, inflasi dan suku bunga SBI secara simultan mempengaruhi pergerakan

IHSG di BEI selama periode 2006-2009. Secara parsial, harga minyak dunia

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pergerakan IHSG di BEI, nilai

tukar dan inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap

pergerakan IHSG di BEI, sedangkan suku bunga SBI berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pergerakan IHSG di BEI selama periode 2006-2009.

Hasil penelitian Witjaksono (2010) menunjukan bahwa variabel tingkat

suku bunga SBI dan kurs rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara

variabel harga minyak dunia, harga emas dunia, indeks Nikkei 225 dan indeks

178

Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG. Berdasar uraian tersebut, maka

peneliti tertarik untuk menelaah lebih lanjut mengenai pengaruh laju pertumbuhan

inflasi, harga minyak dunia dan Dow Jones industrial average terhadap indeks

harga saham gabungan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia perioda 2007-2011.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Indeks Harga Saham

Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan

pergerakan harga saham (Darmaji dan Fakhrudin, 2001:95). Indeks harga saham

biasanya digunakan sebagai indikator trend pasar. Indeks Harga Saham Gabungan

(IHSG) merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh Bursa Efek

Indonesia (BEI).

IHSG atau Composite Stock Price Index adalah indeks atau harga rata-rata

dari pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI.

Perubahan IHSG dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satu faktor utama

perubahan tersebut adalah perubahan yang terjadi di lingkungan ekonomi makro.

terdapat beberapa faktor ekonomi makro yang berpengaruh terhadap IHSG, antara

lain:

1. Inflasi, adalah meningkatnya harga-harga barang secara umum dan terus-

menerus. Menurut Fahmi (2011:186), inflasi merupakan suatu kejadian yang

menggambarkan situasi dan kondisi harga barang mengalami kenaikan dan nilai

mata uang mengalami perlemahan, dan jika ini terjadi secara terus-menerus

maka akan mengakibatkan pada buruknya kondisi ekonomi secara menyeluruh

serta mampu mengguncang tatanan stabilitas ekonomi.

2. Harga minyak dunia, merupakan salah satu sumber energi penting bagi

kehidupan manusia. Minyak bumi dapat dikatakan sebagai emas hitam, hal ini

dikarena warnanya yang coklat gelap namun sangat berharga bagi manusia.

Minyak bumi terdapat pada lapisan kerak bumi, yang diperoleh melalui sumur

minyak di pertambangan-pertambangan minyak. Lokasi sumur minyak

didapatkan melalui proses studi geologi, analisis sedimen, karakter dan struktur

sumber, dan berbagai macam sumber studi lainnya.

179

3. Indeks DJIA, adalah salah satu indeks yang digunakan didalam New York Wall

Street. DJIA didirikan Charles Dow yang merupakan editor dari The Wall Street

Journal dan pendiri perusahaan Dow Jones Company. DJIA merupakan indeks

tertua di Amerika yang masih berjalan. Indeks DJIA menginterprestasikan

perekonomian yang terjadi di Amerika. Kenaikan pada indeks ini

mencerminkan membaiknya performa perekonomian di Amerika dan

sebaliknya penurunan pada indeks ini mencerminkan memburuknya performa

perekonomian di Amerika.

Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di BEI

Inflasi adalah suatu keadaan saat kecenderungan harga-harga secara umum

mengalami kenaikan secara terus-menerus dalam kurun waktu tertentu. Dengan

adanya inflasi akan memunculkan gejolak dalam pasar modal. Hal ini disebabkan

penurunan laba perusahaan yang diakibatkan oleh meningkatnya harga jual barang

sedangkan penjualan mengalami penurunan. Keadaan ini akan membuat para

investor menarik sahamnya hal ini disebabkan penurunan laba perusahaan. Efek

dari penarikan saham para investor adalah menurunnya nilai saham perusahaan

yang terdaftar di BEI yang secara langsung mengakibatkan merosotnya Indeks

Harga Saham Gabung di BEI. Berdasar hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan

adalah:

H1: Laju pertumbuhan inflasi berpengaruh terhadap IHSG

Pengaruh Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di

BEI

Perubahan harga minyak dunia akan memberikan pengaruh bagi perusahaan.

Saat harga minyak dunia mengalami kenaikan hal ini akan memberikan pengaruh

pada perusahaan. Perusahaan manufaktur efek dari naiknya harga minyak dunia

akan meningkatkan harga pokok produksi yang akan berpengaruh pada keuntungan

perusahaan sedangkan pada perusahaan tambang akan meningkatkan keuntungan.

Kedua hal yang bertolak belakang tersebut akan mempengaruhi IHSG di BEI, hal

ini disebabkan kedua jenis perusahaan tersebut termasuk dalam IHSG. Berdasar hal

tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah:

180

H2: Laju pertumbuhan harga minyak dunia berpengaruh terhadap IHSG

Pengaruh Indeks Dow Jones Industrial Averages terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan di BEI

Indeks DJIA merupakan indeks tertua dan terbesar yang ada di Amerika.

Secara langsung indeks ini dapat mencerminkan keadaan perekonomian yang

terjadi di Amerika. Krisis yang diakibatkan oleh subprime mortagage di Amerika

pada tahun 2008 menimbulkan gejolak yang besar bagi dunia hal ini juga

menyebabkan penurunan indeks DJIA. Efek dari penurunan tersebut berimbas pada

dunia yang mengakibatkan krisis global. Efek ini disebabkan oleh adanya

diversifikasi yang dilakukan oleh investor. Pada tahun 2008, Kustodian Sentra Efek

Indonesia mencatat kepemilikan modal asing di Indonesia sebesar 67%, imbas dari

besarnya presentase dari kepemilikan modal asing adalah menurunnya IHSG. Hal

ini disebabkan para pemodal asing menjual sahamnya yang ada di Indonesia untuk

mencari jalan aman akibat dari penurunan indeks DJIA. Kejadian ini memicu para

investor lokal untuk menjual sahamnya sehingga IHSG mengalami penurunan yang

drastis. Berdasar hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah:

H3: Laju Pertumbuhan DJIA berpengaruh terhadap IHSG

METODA PENELITIAN

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh indeks harga saham yang

listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Sampel dalam penelitian

ini adalah indeks harga saham gabung selama periode 2007-2011.

Devinisi Operasional Variabel

1. Variabel Dependen

Variabel dependen penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabung.

IHSG dalam penelitian ini menggunakan formula:

Indeks Harga Saham Gabungan = Nilai Pasar

x 100

Nilai Dasar

181

2. Variabel Independen

Variabel independen merupakan variabel yang akan mempengaruhi variabel

dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah;

Inflasi (X1)

Inflasi merupakan keadaan harga-harga barang secara umum mengalami

kenaikan. Perhitungan inflasi menggunakan IHK dengan rumus (Fahmi, 2011:

190):

Keterangan:

IR x = Angka Inflasi (%) bulan x

xIHK = Indeks Umum IHK Gabungan bulan ke x

)1( xIHK

= Indeks Umum IHK Gabungan bulan ke (x-1)

Harga Minyak Dunia (X2)

Penetapan harga minyak dunia yang digunakan dalam penelitian ini dengan

mengunakan standar West Texas Intermidiate.

Dow Jones Industrial Average (X3)

Indeks Dow Jones Industrial Average merupakan indeks terbesar di Amerika

yang mampu menginterprestasikan perekonomian di Amerika. Indeks ini terdiri

dari 30 perusahaan besar di Amerika. Penghitungan DJIA menggunakan rumus

sebagai berikut (Jogiyanto, 2007: 99) :

Keterangan:

DJIA t = DJIA untuk hari ke-t

ni

P30

1 = Jumlah semua harga ke 30 saham untuk hari yang sama

n = jumlah saham disesuaikan dengan stock split dan stock dividend

DJIA t = ndisesuaikan

Pni

30

1

IR x = %100%100)1(

x

x

IHK

IHK

182

Tenik Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi

linier berganda dengan formula:

Keterangan

Y = Indeks Harga Saham Gabungan

a = konstanta

X 1 = Inflasi

X 2 = Harga minyak dunia

X 3 = Indeks Dow Jones Industrial Averages

b3,2,1 = koefisien regresi untuk X1, X2, X 3

e = disturbance error (faktor pengganggu/ residual)

Namun sebelum model regresi digunakan model tersebut harus di uji

terlebih dahulu dengan menggunakan uji asumsi klasik regresi yaitu pengujian

normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi agar model

regresi benar-benar menunjukan hubungan yang signifikan dan representatif atau

disebut BLUE (best linier unbiased estimator).

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Laju Pertumbuhan Inflasi Berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan IHSG

Berdasar hasil pengujian, variabel bebas laju pertumbuhan inflasi sebesar -

1.831 yang menunjukkan tanda negatif. Hal ini berarti pengaruh laju pertumbuhan

inflasi terhadap laju pertumbuhan IHSG adalah negatif. Berdasar hasil uji t

menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi lebih besar dibandingkan 0,05.

Dengan demikian, pengaruh laju pertumbuhan inflasi terhadap laju pertumbuhan

IHSG adalah tidak signifikan secara statistik. Dengan demikian hipotesis pertama

yang menyatakan bahwa laba akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap return saham tidak terbukti.

Tidak terbuktinya hipotesis pertama ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Pasaribu (2010), inflasi berpengaruh secara negatif dan tidak

signifikan terhadap pergerakan IHSG di BEI. Tidak signifikannya pengaruh

Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + e

183

variabel perubahan laba laju pertumbuhan inflasi terhadap variabel laju

pertumbuhan IHSG dapat terjadi karena selama perioda penelitian yaitu tahun

2007-2011, Inflasi yang terjadi masih pada batas normal sehingga tidak terjadi

pergolakan dalam dunia bursa.

Laju Pertumbuhan Harga Minyak Dunia terhadap Laju Pertumbuhan IHSG

Berdasar hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi laju

pertumbuhan harga minyak dunia yang menunjukkan tanda positif sebesar 0,172.

Berdasarkan hasil uji t menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil

dibandingkan 0,05. Dengan demikian, laju pertumbuhan harga minyak dunia

terhadap laju pertumbuhan IHSG adalah signifikan secara statistik. Pengujian

koefisien dan berdasar hasil uji t ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh dengan arah positif dan signifikan antara laju pertumbuhan harga

minyak dunia terhadap laju pertumbuhan IHSG. Dengan demikian hipotesis kedua

yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan minyak dunia mempunyai pengaruh

signifikan terhadap return saham terbukti.

Terbuktinya hipotesis kedua ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Witjaksono (2010) yaitu harga minyak dunia berpengaruh positif signifikan

terhadap IHSG. Hasil ini menunjukan kenaikan harga minyak dunia akan

mendorong kenaikan IHSG. Namun berbanding terbalik dengan penelitian yang

dilakukan Pasaribu (2010) harga minyak dunia berpengaruh positif dan tidak

signifikan terhadap pergerakan IHSG.

Laju pertumbuhan DJIA terhadap Laju pertumbuhan IHSG

Berdasarkan hasil pengujian, secara keseluruhan diperoleh koefisien regresi

laju pertumbuhan DJIA yang menunjukkan tanda positif sebesar 0,841. Hasil uji t

menunjukkan bahwa bahwa nilai signifikansi lebih kecil dibandingkan 0,05.

Dengan demikian, pengaruh laju pertumbuhan DJIA terhadap laju pertumbuhan

IHSG signifikan secara statistik. Pengujian koefisien dan berdasarkan hasil uji t ini

secara keseluruhan menunjukkan bahwa pengaruh dengan arah positif antara laju

pertumbuhan DJIA terhadap laju pertumbuhan IHSG signifikan secara statistik.

184

Dengan demikian hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa laju pertumbuhan DJIA

mempunyai pengaruh signifikan terhadap laju pertumbuhan IHSG terbukti.

Terbuktinya hipotesis ketiga ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

Witjaksono (2010) yang menyatakan bahwa Indeks Dow Jones berpengaruh

positif signifikan terhadap IHSG dengan nilai signifikansi sebesar 0,000. Hal ini

disebabkan Amerika merupakan salah satu tujuan ekspor Indonesia dan banyak

para investor yang menanamkan investasinya di Amerika dan Indonesia sehingga

jika terjadi pergolakan di Amerika secara langsung Indonesia akan merasakan

dampaknya.

SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laju pertumbuhan inflasi,

harga minyak dunia, dan DJIA terhadap laju pertumbuhan IHSG. Berdasarkan hasil

analisis dan pembahasan, maka dapat simpulan bahwa:

1. Laju pertumbuhan inflasi tidak mempunyai pengaruh terhadap laju

pertumbuhan IHSG.

2. Laju pertumbuhan minyak dunia mempunyai pengaruh terhadap laju

pertumbuhan IHSG.

3. Laju perumbuhan DJIA mempunyai pengaruh terhadap laju pertumbuhan IHSG

Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam

penelitian ini adalah data yang digunakan merupakan data bulanan sedangkan

pergerakan pasar modal dapat terjadi setiap hari dan data yang digunakan pada laju

pertumbuhan inflasi adalah inflasi yang terjadi secara nasional sehingga kurang

dapat menggambarkan pengaruhnya secara langsung terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG). Berdasar kesimpulan dari hasil analisis dan pembahasan, maka

dapat direkomendasikan beberapa saran untuk penelitian berikutnya berupa

menggunakan data harian dan memanjangkan periode penelitian serta

menambahkan variabel lainnya.

185

DAFTAR PUSTAKA

Dow Jones Industrial Average (DJIA), [Online] Didapatkan: <

http://id.wikipedia.org/wiki/Dow_Jones_Industrial_Average [12 >

November 2011]

Fahmi, Irham. 2011. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung: Penerbit Alfabeta

Imamudin, Yuliadi. 2008. Ekonomi Moneter. Jakarta: PT Indeks.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. (1999). Metodologi Penelitian Bisnis untuk

Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE UGM.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Jogiyanto. 2008. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kelima. Yogyakarta:

BPFE.

Kurniawati, Indah. 2006. Mengolah Data Statistik Dengan SPSS 11.5. Yogyakarta:

Universitas Ahmad Dahlan.

Minyak Bumi, [Online] Didapatkan: <http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_bumi

[12 > November 2011]

Pasaribu, Tulus G. 2010. Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar,

Inflasi dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia terhadap Pergerakan

Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2006 –

2009. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Samuelson, Paul A dan William D Nordhaus. Makro Ekonomi edisi ke 14, Jakarta:

Erlangga.

Santoso, Singgih. 2010. Statistik Parametrik. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Susilo, Bambang. 2009. PASAR MODAL Mekanisme Perdagangan Saham,

Analisis Sekuritas, dan Strategi Investasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

UPP STIN YKPN. Yogyakarta.

186

Tandelilin , Eduardus. 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio, Edisi

Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. (2006). Pasar Modal di Indonesia,

Edisi Kedua. Jakarta: Salemba Empat.

Witjaksono, Ardian Agung. 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI,

Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei

225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG periode 2000 – 2009. Skripsi.

Semarang: Universitas Diponegoro.

LAMPIRAN

Variables Entered/Removedb

Model

Variables

Entered

Variables

Removed Method

1 DJIA, Inflasi,

Minyak

Duniaa

. Enter

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: IHSG

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Durbin-

Watson

1 .675a .455 .426 5.99143 1.679

a. Predictors: (Constant), DJIA, Inflasi, Minyak Dunia

b. Dependent Variable: IHSG

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1679.076 3 559.692 15.592 .000a

Residual 2010.246 56 35.897

Total 3689.322 59

a. Predictors: (Constant), DJIA, Inflasi, Minyak Dunia

b. Dependent Variable: IHSG

187

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardize

d

Coefficient

s

t

Sig

.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Cons

tant) .898 16.824

.053

.95

8

Inflas

i -1.831 1.517 -.124

-

1.207

.23

2 .921 1.086

Miny

ak

Duni

a

.172 .084 .216 2.036 .04

7 .862 1.161

DJIA .841 .177 .524 4.747

.00

0 .800 1.251

a. Dependent Variable:

IHSG

Collinearity Diagnosticsa

Model

Dime

nsion Eigenvalue

Condition

Index

Variance Proportions

(Constant) Inflasi

Minyak

Dunia DJIA

1 1 3.553 1.000 .00 .02 .00 .00

2 .440 2.841 .00 .89 .00 .00

3 .006 25.250 .08 .00 .97 .04

4 .001 57.904 .92 .09 .03 .96

a. Dependent Variable: IHSG

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean

Std.

Deviation N

Predicted Value 85.0845 112.1728 101.5567 5.33469 60

Residual -16.50449 12.14653 .00000 5.83712 60

Std. Predicted

Value -3.088 1.990 .000 1.000 60

Std. Residual -2.755 2.027 .000 .974 60

a. Dependent Variable: IHSG

188

Hasil uji heteroskedastisitas:

Correlations

Inflasi

Minyak

Dunia DJIA

Unstandardi

zed Residual

Spearman's rho Inflasi Correlation

Coefficient 1.000 -.106 -.281* .000

Sig. (2-tailed) . .420 .030 .996

N 60 60 60 60

Minyak

Dunia

Correlation

Coefficient -.106 1.000 .237 -.022

Sig. (2-tailed) .420 . .068 .870

N 60 60 60 60

DJIA Correlation

Coefficient -.281* .237 1.000 -.165

Sig. (2-tailed) .030 .068 . .209

N 60 60 60 60

Unstandardiz

ed Residual

Correlation

Coefficient .000 -.022 -.165 1.000

Sig. (2-tailed) .996 .870 .209 .

N 60 60 60 60

*. Correlation is significant at the 0.05 level

(2-tailed).

NPar Test untuk Uji normalitas data :

Unstandardiz

ed Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation 5.83711928

Most Extreme

Differences

Absolute .079

Positive .053

Negative -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .614

Asymp. Sig. (2-tailed) .846

a. Test distribution is Normal.