Upload
others
View
17
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARYA TTJLIS ILMIAH
APLIKASI TRANSDUSER ULTRASONIK AOKHZ UNTUK
PENGUKUR JARAK ALTERNATTF
Oleh:
I Gde Antha Kasmawan, S.Si., M.Si.
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAF{ ILMU PENGETAHUAN AI-,AM
UNTYERSITAS UDAYANA
2016
HALAMAN PENGESAHANKARYA TT]LIS ILMIAH
Judul Penelitian
Ketuaa. Namalengkapb. NIPc. JabatanFungsional
d. Program Studi
e. Nomor IIPf. Alamat surel (e-mail)
Aplikasi Transduser Ultrasonik 40 kHz untuk Pengukur
Jarak Alternatif
I Gde Antha Kasmawan, S.Si., M.Si.D6746241994021001
LektorFisika /081337314289
anthakar,[email protected]
Bukit Jimbaran, 27 Juli20l6
PenyrsunA Universitas Udayana
Made Suaskar4 M.Si.)ttt99702t00t
ory(I Gde Antha Kasmawaq S.Si.,M.Si.)
NrP. 1 9670 624t99442rc01
ii
KATA PENGANTAR
Sembah bakti haturkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Om Namo
Narayana) karena hanya atas asung wara nugraha-Nyalah penulisan makalah yang
berjudul “Aplikasi Transduser Ultrasonik 40 kHz untuk Pengukur Jarak Alternatif ” ini
dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memberikan sumbangan
wawasan pemikiran dalam perkembangan ilmu dan teknologi khususnya ilmu fisika.
Dalam proses pembuatan makalah ini, sudah barang tentu kami tidak mungkin
bisa bekerja dan berusaha sendirian. Bebrapa pihak telah banyak membantu dalam
proses awal hingga makalah ini selesai ditulis baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu. Untuk itu, kami tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan tersebut.
Tentunya dalam penulisan makalah ini masih banyak yang perlu disempurnakan.
Oleh sebab itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Hormat kami
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
Halaman:
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Batasan Masalah .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1 Gelombang Ultrasonik .......................................................................... 5
2.2 Gelombang Ultrasonik sebagai Gelombang Harmonik ........................ 5
2.3 Intensitas dan Tingkat Tekanan Bunyi ................................................. 6
2.4 Atenuasi Gelombang Ultrasonik ........................................................... 6
2.5 Impedansi Akustik ................................................................................ 7
2.6 Pemantulan dan Pembiasan Gelombang Ultrasonik ............................. 8
2.2 Transduser Ultrasonik ........................................................................... 9
2.3 Penguat Ultrasonik ................................................................................ 10
BAB III APLIKASI TRANSDUSER ULTRASONIK 40 KHZ UNTUK ALAT
UKUR JARAK DIGITAL ........................................................................... 11
3.1 Diagram Blok Alat Ukur Jarak Ultrasonik ........................................... 11
3.2 Osilator Ultrasonik ............................................................................... 12
3.3 Penguat Pemancar Ultrasonik ............................................................... 13
3.4 Pemancar dan Penerima Ultrasonik ...................................................... 16
3.5 Penguat Penerima Ultrasonik ............................................................... 16
3.6 Alat Ukur Jarak Ultrasonik Digital ........................................................ 17
3.7 Kalibrasi dan Uji Coba Alat Ukur Jarak Ultrasonik Digital …………. 18
3.8 Hasil pengukuran dan Pembahasan ………………..…………………. 20
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………. 25
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 25
4.2 Saran .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 27
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman:
Gambar 2.1 Gelombang ultrasonik datang tegak lurus (normal) pada bidang
batas medium udara ke padatan …………..……………………... 8
Gambar 3.1 Diagram blok rancangan alat ukur jarak ultrasonik digital .............. 11
Gambar 3.2 Rangkaian osilator ultrasonik yang dilengkapi dengan rangkaian
pemicu .............................................................................................. 13
Gambar 3.3 Penguat ultrasonik jenis resonansi setelah dilewatkan dua pintu
logika Nand ....................................................................................... 14
Gambar 3.4 Penguat pemancar ultrasonik mennggunakan gerbang logika Nand 15
Gambar 3.5 Penguat Penerima Ultrasonik ........................................................... 16
Gambar 3.6 Alat ukur jarak ultrasonik digital ..................................................... 17
Gambar 3.7 Alat ukur jarak ultrasonik dengan beberapa alat kalibrasi .............. 18
Gambar 3.8 Kalibrasi alat ukur menggunakan meteran penggaris, termometer
dan barometer ……………………………………………………... 19
Gambar 3.9 Grafik rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis penyangga ... 20
Gambar 3.10 Grafik simpangan hasil pengukuran untuk penguat jenis penyangga 21
Gambar 3.11 Grafik rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis resonansi ..... 21
Gambar 3.12 Grafik simpangan hasil pengukuran untuk penguat jenis resonansi .. 22
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Gelombang ultrasonik adalah gelombang bunyi yang frekuensinya terlalu tinggi
untuk bisa didengar oleh telinga manusia normal, yaitu di atas 20 kHz. Pada umumnya,
kebanyakan burung juga tidak dapat mendengar ultrasonik mengingat bahwa sensitifitas
pendengaran burung relatif sempit, yaitu dalam orde beberapa kilohertz. Hanya sedikit
hewan air yang dapat menggunakannya untuk berkomunikasi, salah satu contohnya
adalah lumba-lumba. Hewan yang memanfaatkan ultrasonik adalah kelelawar yang
menggunakannya untuk keperluan navigasi. Adanya sifat menguntungkan dari
gelombang ultrasonik, yaitu tidak dapat didengar dan mudah difokuskan menyebabkan
banyak aplikasi gelombang ultrasonik yang sudah dikembangkan (Wikipedia).
Aplikasi gelombang ultrasonik sudah banyak diterapkan pada berbagai bidang
kehidupan, seperti dalam dunia medis, pertanian, dan dunia sains lainnya. Salah satu
contoh penerapan gelombang ultrasonik dalam dunia medis terlihat dalam teknik
ultrasonografi (USG) yang telah biasa digunakan oleh dokter spesialis kandungan untuk
memperkirakan usia kandungan seorang ibu yang sedang hamil, jenis kelamin dan
memperkirakan hari/tanggal persalinannya. Di samping itu, alat USG juga dipergunakan
sebagai alat bantu dalam melakukan diagnosa atas bagian tubuh yang sakit (Wikipedia,
2016). Dalam bidang pertanian, gelombang ultrasonik dimanfaatkan dalam pengendalian
hama serangga. Pada tanaman gandum, penerapan gelombang ultrasonik telah berhasil
mengendalikan hama Sitophilus granaries dewasa dalam biji gandum ketika biji gandum
dikenai paparan ultrasonik (Epenhuijsen et al., 1997; Vincen et al., 2002). Selanjutnya,
penerapan perangkat ultrasonik pada semut putih, Technomyrmex albipes
(Hymenoptera: Formicidae) telah pula memberikan hasil yang memuaskan (Warner,
2005). Penerapan gelombang ultrasonik juga dapat mempengaruhi nyamuk demam
berdarah, Aedes aegepti (Hadi dkk., 2009). Pemanfaatan gelombang ulrasonik pada
mosquito bugs, Helopeltis theivora, dapat mempengaruhi pola makan, umur, dan
2
reproduksi dari serangga tersebu (Borthakur et al., 2011). Penggunaan beberapa
perangkat ultrasonik telah dapat meningkatkan aktivitas beberapa serangga (Yturralde
dan Hofstetter, 2012). Dalam sains, pemanfaatan gelombang ultrasonik telah pula
diupayakan dari penggunaan transduser ultrasonik frekuensi tinggi (dalam kisaran MHz)
untuk penerapan dalam bioteknologi atau pengujian beton hingga transduser frekuensi
rendah (dalam kHz) untuk penerapan dalam skala laboratorium seperti pemanfaatannya
sebagai alternatif pengkuran jarak.
Untuk pengukuran jarak benda terhadap acuan tertentu telah umum dilakukan
dengan hanya menggunakan alat-alat ukur konvensional, seperti meteran biasa. Alat
ukur ini telah tersedia banyak di pasaran dengan beraneka bahan, seperti kayu, plastik
bahkan logam dan dengan bentuk kaku seperti penggaris atau meteran lipat atau yang
berbentuk lentur seperti meteran rol yang dapat digulung. Semua alat ukur tersebut telah
dilengkapi dengan dua skala pengukuran, yaitu dalam satuan sentimeter dan satuan
inchi. Dalam pemakaiannya, alat ukur meteran manual tersebut sudah pasti mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya alat ukur tersebut adalah harganya
relatifmurah dan mudah diperoleh dan digunakan, sedangkan kekurangannya adalah
hasil pengukuran sangat bergantung pada kecermatan pengguna dan tidak dapat
digunakan di semua tempat dan di segala kondisi, misalnya untuk lokasi yang sulit
dijangkau dengan tangan.
Dalam kaitan dengan gelombang ultrasonik, telah dikembangkan alat ukur yang
memungkinkan untuk memberikan kemudahan dalam pemakaiannya. Berkaitan dengan
hal itu, alat ukur dapat dibuat adalah alat ukur jarak yang memanfaatkan gelombang
ultrasonik. Hal ini mengingat bahwa salah satu sifat gelombang ultrasonik adalah dapat
merabat lurus dan mudah difokuskan. Metode yang digunakan adalah metoda pantulan
gelombang ultrasonik. Dengan metode ini, alat ukur dimungkinkan mempunyai tampilan
digital dalam bentuk angka desimal dengan bantuan teknik digital. Nantinya dapat
diharapkan bahwa pemakaian kedua alat ukur baik yang konvensional maupun yang
digital dapat saling melengkapi satu sama lain. Salah satu contoh kasus adalah saat
pengukuran kedalaman suatu sumur atau pengukuran jarak antara suatu benda yang
3
mana di antara keduanya terdapat jarak sehingga sulit dijangkau, misalnya pengukuran
di antara dua tebing yang dibatasi oleh aliran sungai. Pada kasus pengukuran kedalaman
sumur yang dalam, menggunakan alat ukur konvensional mungkin cukup merepotkan.
Untuk pengukuran jarak pada kasus seperti ini, pengukuran menggunakan alat ukur
konvensional dapat digantikan dengan alat ukur alternatif, misalnya dengan alat ukur
jarak ultrasonik yang dibuat dengan teknik digital. Untuk itu, perlu dibahas tentang
aplikasi transduser ultrasonik 40 kHz untuk pengukur jarak alaternatif karena transduser
jenis ini yang mudah ditemukan di pasaran.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang sebelumnya, beberapa masalah dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk blok rangkaian alat ukur jarak ultrasonik digital yang
menggunakan transduser 40 kHz?
2. Bagaimanakah hasil pengamatan jarak dari penggunaan alat ukur jarak ultrasonik
digital yang menggunakan transduser 40 kHz?
3. Bagaimanakah ketelitian pengukuran jarak yang dihasilkan dari penggunaan alat
ukur jarak ultrasonik digital yang menggunakan transduser 40 kHz?
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah pada uraian sebelumnya,
tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami bentuk blok rangkaian dari alat ukur jarak ultrasonik digital yang
menggunakan transduser 40 kHz.
2. Memahami hasil pengamatan jarak dari penggunaan alat ukur jarak ultrasonik
digital yang menggunakan transduser 40 kHz.
3. Menganalisis hasil pengukuran jarak yang dihasilkan dari penggunaan alat ukur
jarak ultrasonik digital yang menggunakan transduser 40 kHz.
4
1.4 Batasan Masalah
Terkait dengan uraian pada latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan
sebelumnya, pembahasan akan dibatasi pada pembahasan alat ukur jarak ultrasonik yang
besifat umum, yaitu hanya alat ukur jarak ultrasonik digital yang menggunakan
transduser ultrasonik 40 kHz. Penjelasan tentang hasil pengukuran jarak juga dibatasi
hanya untuk pengukuran jarak hingga beberapa meter dan di antara alat ukur dengan
target tidak ada penghalang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik merupakan gelombang bunyi yang frekuensinya di atas 20
kHz. Gelombang ini termasuk dalam gelombang mekanik longitudinal sehingga dalam
penjalarannya, gelombang ini selalu memerlukan medium baik itu medium padat, cair,
atau gas. Partikel-partikel penyusun medium mentransmisikan energi bunyi dengan cara
berosilasi dalam arah penambatan gelombang itu sendiri tanpa adanya perpindahan
parikel medium yang dilaluinya (Halliday & Resnick, 1989; Alonso & Finn, 1992).
Berdasarkan sifat ini, gelombang ultrasonik telah banyak dimanfaatkan untuk kehidupan
di muka bumi ini. Beberapa kelebihan penggunaannya adalah karena gelombang ini
tidak mengganggu atau merusak medium yang dilaluinya, tidak terdengar oleh telinga
manusia normal dan mudah difokuskan.
2.2 Gelombang Ultrasonik sebagai Gelombang Harmonik
Jenis gelombang bunyi yang paling penting untuk memahami gelombang adalah
gelombang harmonik, yaitu gelombang yang dapat dinyatakan alam fungsi sinus atau
kosinus. Untuk sebuah gelombang harmonik yang merambat dalam arah x (dalam m)
dengan kecepatan c (dalam m/s), pada saat waktu t (dalam s), kelebihan tekanan
gelombang p dinyatakan dengan persamaan :
𝑝 = 𝑝𝑜 cos [2𝜋𝜈 (𝑡 −𝑥
𝑐)] (2.1)
Besaran po disebut amplitudo gelombang (dalam Pa), yaitu nilai tekanan maksimum
sepanjang perambatan gelombang. Besaran ν adalah frekuensi (dalam Hz), yaitu
banyaknya siklus yang terjadi dalam satu detik, Untuk setiap titik, kelebihan tekanan
berulang dalam waktu 1/ν, yang disebut periode gelombang T (dalam s). Besaran lain
yang berperan penting adalah panjang gelombang λ (dalam m).
6
Hubungan antara panjang gelombang , kecepatan, dan frekuensi dinyatakan dengan
persamaan :
𝜆 =𝑐
𝜈= 𝑐𝑇 (2.2)
Frekuensi rendah selalu dikaitkan dengan panjang gelombang panjang, dan berlaku juga
sebaliknya.
2.3 Intensitas dan Tingkat Tekanan Bunyi
Intensitas bunyi adalah energi gelombang bunyi per satuan waktu (daya
gelombang bunyi) yang ditransmisikan pada satu satuan luas (Haris, 1995). Dalam
kaitannya dengan tekanan bunyi p (dalam Pa), intensitas bunyi I (dalam W/m2) dapat
dinyatakan dengan persamaan :
𝐼 =𝑝2
2𝜌𝑐 (2.3)
dengan ρ dan c masing-masing adalah massa jenis medium (kg/m3) dan kecepatan
gelombang dalam medium (m/s).
Satuan intensitas yang sangat penting dalam praktek adalah desibel (dB). Suatu
bunyi dengan intensitas I dikatakan sejumlah desibel di atas atau di bawah intensitas
acuan standar Io. Satuan ini menyatakan tingkat tekanan bunyi atau SPL (Sound Level
Pressure), yang diberikan oleh :
𝑆𝑃𝐿 = 10 log𝐼
𝐼𝑜 (2.4)
Pada umumnya, besarnya Io = 10-12
W/m2, yang diambil intensitas terkecil (intensitas
ambang pendengaran) dan intensitas terbesar 1 W/m2 atau (intensitas ambang perasaan).
Dengan kata lain, intensitas bunyi yang dapat mengakibatkan kerusakan telinga adalah
intensitas di atas 120 dB.
2.4 Atenuasi Gelombang Ultrasonik
Dalam perambatannya di dalam medium, gelombang ultrasonik akan mengalami
pelemahan intensitas (atenuasi). Atenuasi ini dihasilkan oleh absorbsi energi gelombang
7
oleh medium dan penyimpangan energi oleh peristiwa-peristiwa gelombang seperti
pemantulan, pembiasan, dan hamburan bunyi. Penyerapan energi gelombang (peristiwa
absorbs) disebabkan oleh adanya panas konduksi dan geseran yang terjadi pada medium.
Ada tiga faktor yang mempengaruhi banyaknya penyerapan, yaitu: kekentalan
(viskositas), waktu relaksasi (waktu yang dibutuhkan oleh molekul untuk kembali ke
keadaan semula), dan frekuensi (jumlah pergeseran/osilasi yang dilakukan sebuah
partikel dalam satu detik dalam satuan hertz (Ackermen et.al, 1998). Untuk medium
udara, di samping disebabkan oleh ketiga faktor di atas, juga disebabkan oleh adanya
kelembaban udara (Trisnobudi, 1985). Peristiwa absorbsi, yang disebabkan oleh
viskositas, konduksi panas, dan proses relaksasi molekuler, mengubah sebagian energi
akustik menjadi panas (Parker, 1988). Absorbsi energi gelombang ini menjadi faktor
utama yang memberikan kontribusi pada atenuasi (Helguera, 2008).
Adanya atenuasi mengakibatkan variasi intensitas bunyi I pada jarak r sepanjang
lintasan bunyi, yang ditulis sebagai :
𝐼 = 𝐼𝑜𝑒−∝𝑟 (2.5)
dengan Io adalah intensitas awal saat r = 0, dan α adalah koefisien atenuasi bunyi. Di
samping bergantung pada sifat medium, koefisien atenuasi untuk fluida meningkat
dengan kuadrat frekensinya (Parker, 1988). Atenuasi dapat meningkat jika koefisien
atenuasi meningkat dan atau jika perjalanan bunyi semakin jauh.
2.5 Impedansi Akustik
Pada bidang batas antar dua media, sebagian energi ultrasonik ditransmisikan
dan sebagian sisanya dipantulkan, seperti Gambar 4. Intensitas I dari gelombang
transmisi berbanding lurus dengan koefisien transmisi T , yang ditulis sebagai :
𝐼 = 𝐼𝑜𝑇 (2.6)
dan
𝑇 =4𝑍1𝑍2
(𝑍1 + 𝑍2)2 (2.7)
dengan Z1 dan Z2 masing-masing adalah impedansi akustik untuk medium 1 dan 2.
8
Impedansi akustik medium Z (dalam satuan rayls) tergantung pada kerapatan ρ dan
kecepatan c, menurut hubungan :
𝑍 = 𝜌𝑐 (2.8)
Sebagai contoh, impedansi akustik udara lebih kecil daripada media padat kayu.
Akibatnya, sebagian energi ditransmisikan melalui bidang batas ini sangat kecil
(Fleming et al, 2005; Parker, 1988).
2.6 Pemantulan dan Pembiasan pada Gelombang Ultrasonik
Gelombang ultrasonik adalah gelombang yang sudah tentu dapat mengalami
peristiwa pemantulan dan pembiasan bila melewati bidang batas di ntara dua medium.
Atau jelasnya, peristiwa pemantulan dan pembiasan gelombang akan terjadi bila suatu
gelombang melintasi suatu permukaan yang memisahkan dua medium. Peristiwa
pemantulan dan pembiasan dari suatu gelombang ultrasonik yang akan dibahas dibatasi
hanya untuk gelombang ultrasonik yang datang dari medium udara ke medium padatan
seperti dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Gelombang ultrasonik datang tegak lurus (normal) pada bidang batas
medium udara ke padatan
Untuk gelombang ultrasonik yang datang tegak lurus (normal) pada bidang batas dua
medium, tekanan gelombang datang 𝑃𝑖, tekanan gelombang pantul 𝑃𝑟, dan tekanan
Medium 1: udara
Medium 2: padatan
Bidang batas dua medium
Pi
Pr
Pt
9
gelombang bias 𝑃𝑡 masing-masing dinyatakan dalam bentuk fungsi eksponensial sebagai
(Trisnobudi, 1985) :
𝑃𝑖 = 𝐴1𝑒𝑖(𝜔𝑡−𝑘1𝑥)
𝑃𝑟 = 𝐵1𝑒𝑖(𝜔𝑡−𝑘1𝑥) (2.9)
𝑃𝑡 = 𝐴2𝑒𝑖(𝜔𝑡−𝑘2𝑥)
dengan 𝐴1, 𝐵1, dan 𝐴2 masing-masing adalah amplitudo tekanan gelombang datang,
tekanan gelombang pantul, dan tekanan gelombang bias sedangkan 𝑘1, dan 𝑘2 masing-
masing menyatakan bilangan gelombang untuk medium udara dan padatan.
Penerapan dua syarat batas pada setiap titik pada bidang batas, yaitu impedansi
akustik spesifik dan kecepatan gelombang pada kedua sisi bidang harus sama, akhirnya
dapat diperoleh:
𝐵1 =(𝜌2𝐶2 − 𝜌1𝐶1)
(𝜌2𝐶2 + 𝜌1𝐶1)𝐴1 (2.10)
Oleh karena medium 1 berupa udara dan medium 2 Berupa padatan maka akan selalu
terjadi keadaan di mana impedansi akustik 𝜌2𝐶2 lebih besar dari 𝜌1𝐶1. Atau dengan kata
lain, tekanan gelombang pantul akan selalu sefase dengan tekanan gelombang datang.
Perbandingan antara intensitas gelombang pantul dan gelombang datang, yang juga
disebut koefisien refleksi daya, dinyatakan oleh persamaan:
𝛼𝑟 = ((𝜌2𝐶2 − 𝜌1𝐶1)
(𝜌2𝐶2 + 𝜌1𝐶1)) 2 (2.11)
Seperti halnya pada persamaan (2.10), juga dari persamaan (2.11) dapat diperoleh bahwa
intensitas gelombang pantul dan gelombang datang hampir sama untuk gelombang yang
datang dari medium udara (medium 1) ke medium padatan (medium 2).
2.7 Transduser Ultrasonik
Transduser ultrasonik adalah suatu komponen elektronik yang terbuat dari bahan
piezoelektrik, yang dapat mengkonversi sinyal listrik frekuensi ultrasonik menjadi
gelombang mekanik frekuensi ultrasonik dan dapat juga berfungsi sebaliknya, yaitu
10
mengkonversi gelombang mekanik frekuensi ultrasonik menjadi sinyal listrik frekuensi
ultrasonik. Berkaitan dengan sifat btransduser tersebut maka satu transduser dapat
berfungsi ganda, yaitu dapat difungsikan sebagai pemancar atau penerima ultrasonik
(Parker, 1988). Pada dasarnya, pemasangan transduser dapat saling dipertukarkan antara
terminal satu dengan terminal lainnya, hampir mirip dengan pemasangan transduser
magnet (loudspeaker) dan pada kenyataanya, transduser ultrasonik yang telah tersedia di
pasaran hanya transduser ultrasonik 40 kHz. Dimensi (ukuran) transduser ultrasonik 40
kHz bervariasi dari yang berukuran kecil sedang dan besar yang sudah dilengkapi
dengan corong pemfokus dan dikemas bahan aluminium.
2.8 Penguat Ultrasonik
Penguat ultrasonik yang dimaksud adalah rangkaian penguat elektronik yang
digunakan pada kedua pemancar dan penerima ultrasonik. Secara umum, penguat ini
dapat dikatagorikan menjadi penguat analog dan penguat digital. Penguat analog
biasanya bertumpu pada penggunaan transistor sebagai komponen aktif yang dipadukan
dengan beberapa komponen pendukung (komponen pasif), sedangkan penguat digital
lehih banyak bertumpu pada penggunaan gerbang-gerbang logika atau penguat
operasional (Op-Amp) dalam bentuk rangkaian terintegrasi IC atau dalam bentuk chip.
11
BAB III
APLIKASI TRANSDUSER ULTRASONIK 40 KHZ UNTUK
ALAT UKUR JARAK DIGITAL
3.1. Diagram Blok Alat Ukur Jarak Ultrasonik
Alat ukur jarak ultrasonik yang dibuat berdasarkan metode pantulan gelombang
ultrasonik diupayakan terbuat dari komponen-komponen elektronik yang relatif murah
dan mudah diperoleh di pasaran. Hanya satu komponen yang harganya relatif cukup
mahal adalah transduser ultrasonik 40 kHz. Rangkaian elektronik dari alat ukur jarak
ultrasonik digital dibuat berdasarkan blok diagram dalam Gambar 3.1.
Gambar 3.1. Diagram blok rancangan alat ukur jarak ultrasonik digital
Pelaksanaan pengukuran dilaksanakan dalam ruangan tertutup di mana suhu dan
tekanan udara dianggap cukup homogen dan tidak berubah dalam jangka waktu yang
singkat (fluktatif). Antara alat ukur dan benda yang akan diukur dibebaskan dari benda-
benda lain yang dapan menggagu jalannya pengukuran. Hal ini mengingat keberadaan
Osilator Frekuensi Ultrasonik
Penguat Pemancar Ultrasonik
Transduser Pemancar US
Transduser Penerima US
Penguat Penerima US
Objek
Pengolah Sinyal dari
Pemancar dan Penerima Ultrasonik
Peraga Desimal (Tampilan Digital)
Jarak yang diukur
12
benda asing tersebut dapat menjadi pemantul gelombang bunyi sehingga hasil
pengukuran jarak benda tidak valid. Sebelum digunakan, peralatan diuji dan dikalibrasi
terlebih dahulu dengan meteran penggaris atau meteran gulung untuk memastikan alat
ukur bekerja dengan baik dan dapat menunjukkan hasil pengukuran jarak yang benar.
Kalibrasi sangat penting dilakukan agar hasil pengukuran jarak tersebut memberikan
yang lebih teliti.
Osilator ultrasonik pada diagram blok (Gambar 3.1) bertugas/berfungsi untuk
membangkitkan sinyal listrik dengan frekuensi 40 kHz. Sinyal listrik ini kemudian
dilewatkan pada penguat pemancar yang mempunyai dua keluaran. Salah satu keluaran
digunakan oleh pengolah sinyal untuk mencatat waktu awal. Keluaran lainnya
diumpankan pada pemancar ultrasonik yang mengubah sinyal listrik ini menjadi
gelombang ultrasonik. Gelombang ini diarahkan tepat pada objek bidang datar yang
akan diukur jaraknya. Dari objek ini, gelombang ultrasonik kemudian akan dipantulkan
kembali hingga dapat ditangkap oleh penerima ultrasonik yang terhubung langsung ke
bagian penguat penerima sebelum akhirnya diumpankan pada pengolah sinyal. Keluaran
ini kemudian dicatat sebagai waktu akhir dari penjalaran gelombang ultrasonik. Hasil
akhir dari pengolahan sinyal listrik ini kemudian diperagakan sebagai hasil pengukuran
dalam bentuk angka desimal pada peraga desimal. Dalam uraian berikut akan dibahas
secara lebih detail untuk masing-masing blok tersebut.
3.2 Osilator Ultrasonik
Osilator ultrasonik digunakan untuk membangkitkan pulsa-pulsa elektronik
dengan frekuensi ultrasonik, yaitu frekuensi 40 kHz sesuai dengan kebutuhan transduser
ultrasonik yang digunakan, yaitu transduser 40 kHz. Rangkaian elektronika dari osilator
ultrasonik selengkapnya diperlihatkan dalam Gambar 3.2. Pada rangkaian osilator ini
telah dilengkapi dengan rangkaian pemicu yang dibentuk oleh kombinasi hamabtan R
dan kapasitor C serta dibantu dengan sebuah potensiometer. Penggunaan potensiometer
adalah sebagai pembagi tegangan untuk mengatur keluaran F agar diperoleh pemicuan
yang tepat bagi rangkaian osilator. Keluaran rangkaian pemicu dapat disadap di terminal
13
F. Rangkaian elktronik dari osilator sendiri hanya terdiri dari dua gerbang logika Nand,
sebuah kapasitor, dua buah resistor dan dibantu dengan sebuah potensiometer bernilai
tetap (trimpot). Penggunaan trimpot ini adalah untuk pengaturan frekuensi keluaran pada
rangkaian osilator agar diperoleh frekuensi 40 kHz.
Rangkaian pemicu dipasang sebelum rangkaian osilator ultrasonik dengan tujuan
untuk memberikan picuan sempit pada rangkaian osilator agar rangkaian osilator hanya
bekerja pada selang sempit tersebut. Hasil keluaran dari keseluruhan rangkaian osilator
adalah berupa pulsa sempit elektronik sehingga memudahkan penggunaannya dalam
rangkaian pemancar dan penerima ultrasonik
Gambar 3.2 Rangkaian osilator ultrasonik yang dilengkapi dengan rangkaian pemicu.
3.3 Penguat Pemancar Ultrasonik
Penguat pemancar ultrasonik yang dimaksud adalah penguat ultrasonik yang
dibuat hanya menggunakan rangkaian elektronika biasa. Secara umum, rangkaian
penguat pemancar pada alat ukur jarak yang ditinjau dapat digolongkan menjadi penguat
pemancar ultrasonik secara analog dan secara digital. Penguat pemancar ultrasonik
analog biasanya bertumpu pada penggunaan transistor sebagai komponen aktif yang
dipadukan/didukung oleh beberapa komponen pasif. Pada penguat pemancar ultrasonik,
14
penguat analog dirangkai sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan efek resonansi
yang dapat memperkuat tegangan yang nantinya akan diumpankan ke bagian transduser
ultrasonik. Penguat ultrasonik jenis ini kemudian diberi nama penguat jenis resonansi,
dengan rangkaian elektronik diperlihatkan dalam Gambar 3.3.
Gambar 3.3 Penguat ultrasonik jenis resonansi setelah dilewatkan dua pintu logika
Nand
Pasangan transistor T1 dan T2 adalah trasnsitor penguat daya yang akan memberikan
sinyal keluaran pada pasangan lilitan L1 dan L2 yang mempunyai peran penting dalam
membuat rangkaian resonansi bersama-sama kapasitor. Adanya resonansi, diharapkan
hasil penguatan tegangan bisa maksimum. Dengan melakukan pemilihan nilai-nilai
komponen yang tepat maka akan diperoleh nilai penguatan tengangan yang sangat
tinggi. Dari data yang diperoleh, penguatan yang dapat diberikan oleh penguat jenis
resonansi ini adalah sekitar 300 volt bolak-balik. Dengan penguatan seperti ini, nantinya
diharapkan tanggapan transduser ultrasonik, yang dalam hal ini berfungsi sebagai
pemancar ultrasonik, akan semakin baik dan mampu memancarkan gelombang
ultrasononik dengan daya pancaran yang tinggi. Semakin tinggi daya pancar gelombang
ultrasonik dari pemancar ultrasonik maka akan semakin tinggi daya pantul yang akan
15
diterima oleh transduser penerima. Sudah barang tentu, kualitas pancaran gelombang
ultrasonik sangat dipengaruhi oleh kualitas transduser itu sendiri. Transduser yang
digunakan sebaiknya transduser yang dilengkapi semacam corong yang berfungsi
sebagai pengarah gelombang sehingga gelombang tidak terlalu menyebar sehingga
penggunaannya tepat sasaran.
Penguat pemancar ultrasonik pada alat yang ditinjau adalah penguat digital
bertumpu pada penggunaan gerbang-gerbang logika. Penguat jenis ini diperlihatkan oleh
Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Penguat pemancar ultrasonik mennggunakan gerbang logika Nand
.
Penguat digital yang dapat digunakan sebagai penguat pemancar adalah berupa
perpaduan beberapa gerbang logika Nand dua masukan. Penguat jenis ini membentuk
rangkaian penguat arus atau hanya sebagai rangkaian penyangga yang tidak memberikan
penguatan tegangan, karena tegangan puncak maksimum yang dapat diberikan hanyalah
12 volt yang sama dengan tegangan yang digunakan dalam rangkaian alat ukur secara
keseluruhan. Jika dibandingkan dengan penguat jenis resonansi sebelumnya, penguatan
tegangan maksimum yang dihasilkan oleh penguat jenis penyangga sangat jauh
berbeda. Perbedaan nilai penguatan ini tentu akan mempengaruhi hasil penerimaan pada
rangkaian penerima.
16
3.4 Pemancar dan Penerima Ultrasonik
Pada pemancar dan penerima ultrasonik, keduanya menggunakan transduser
ultrasonik jenis yang sama, karena transduser ini memang dapat berfungsi ganda.
Transduser ultrasonik yang digunakan adalah transduser yang sudah umum di pasaran
dan hanya dapat beroperasi pada frekuensi 40 kHz. Tarnsduser ini sudah dilengkapi
dengan corong pengarah sehingga transduser ini cukup layak digunakan sebagai
pemancar maupun penerima ultrasonik Pemasangan kedua transduser pada rangkaian
diletakkan secara berimpitan satu sama lain dengan arah yang sama. Pemasangan
dengan cara ini bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik karena terkait
dengan masalah pemantulan gelombang.
3.5 Penguat Penerima Ultrasonik
Pada penerima, penguat yang digunakan perlu disesuaikan karena sinyal yang
ditangkap oleh transduser sangat lemah dan biasanya diikuti oleh derau penguatan. Dari
pengalaman praktek, rangkaian penguat penerima ultrasonik yang dipilih adalah penguat
penerima ultrasonik konvensional, seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3.5.
Gambar 3.5 Penguat Penerima Ultrasonik
17
3.6 Alat Ukur Jarak Ultrasonik Digital
Setelah semua komponen serta peralatan pendukung terangkai dalam papan
rangkaian tercetak, langkah selanjutnya adalah pengepakan seluruh rangkaian dalam
kotak rangkaian. Untuk kedua transduser ultrasonik, baik bagian pemancar maupun
penerima, pemasangannya dilakukan secara terpisah dengan rangkaian elektronikanya.
Kedua transduser dipasang secara berimpit dalam suatu kotak terpisah yang dapat
dilepaskan dari kotak rangkaian induk Antara kotak induk dengan kotak transduser
dihubungkan dengan dua kabel masing-masing untuk pemancar dan penerima
ultrasonik. Alat ukur jarak ultrasonik digital ini diperlihatkan oleh Gambar 3.6. Alat
ukur inidirancang dengan menggunakan dua catu daya, yaitu catu daya yang baterai dan
catu daya PLN. Dalam pemakaian di ruangan tertutup, catu daya yang digunakan adalah
catau daya dari listrik PLN. Pembacaan hasil ukur ditampilkan dalam peraga desimal
(seven segmen) pada panel kotak induk. Peragaan hasil pengukuran adalah dalam satuan
meter dengan dengan tiga angka di nelakang koma. Jadi tampilan hasil ukur secara
keseluruhan adalah sebanyak 4 digit.
Gambar 3.6 Alat ukur jarak ultrasonik digital
18
Seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.6, alat ukur ultrasonik ini dikemas
secara ringkas sedemikain rupa sehingga mudah dibawa dan mudah dioperasikan.
Keseluruhan kotak peralatan, baik kotak rangkaian alat ukur induk maupun kotak
transduser dibuat dengan bahan aluminium sehingga tidak mudah pecah dan tidak terlalu
berat untuk dibawa. Beberapa tombol pengoperasian disediakan pada panel induk alat
ukur sehingga sangat memudahkan dalam penggunaan alat ukur.
3.7 Kalibrasi dan Uji Coba Alat Ukur Jarak Ultrasonik Digital
Sebelum digunakan, alat ukur jarak ultrasonik ini perlu dikalibrasi terlebih
dahulu. Langkah kalibrasi diperlukan guna mendapatkan hasil pengukuran yang tepat
sesuai dengan yang diharapkan. Beberapa peralatan yang diperlukan dalam
pengkalibrasian alat ukur adalah sebuah barometer, sebuah thermometer, meteran
penggaris dan meteran gulung seperti yang diperlihatkan dalam Gambar 3.7. Objek yang
akan diukur jaraknya adalah berupa objek kotak yang terbuat dari kayu. Objek ini
berfungsi sebagai pemantul gelombang.
Gambar 3.7 Alat ukur jarak ultrasonik dengan beberapa alat kalibrasi
19
Sebelum digunakan, alat ukur jarak ultrasonic ini perlu dikalibrasi terlebih
dahulu. Langkah kalibrasi diperlukan guna mendapatkan hasil pengukuran yang tepat
sesuai dengan yang diharapkan. Untuk alat ukur ini, langkah kalibrasi alat dilakukan
dengan menggunakan meteran penggaris atau meteran gulung. Untuk alat ukur jarak ini,
langkah kalibrasi alat lebih banyak menggunakan meteran penggaris, seperti yang
diperlihatkan oleh Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Kalibrasi alat ukur menggunakan meteran penggaris, termometer dan
barometer
Langkah-langkah pengkalibrasian yang diterapkan pada alat ukur ultrasonik ini
adalah sebagai berikut :
1. Lepaskan kotak transduser dari kotak induk dan pasang berlawanan arah dengan
kotak objek pada bidang datar, misalnya di atas meja atau lantai.
2. Pasang meteran penggaris dengan panjang 100 cm (1 meter)
3. Catat penunjukan thermometer dan barometer.
20
4. Hidupkan alat ukur dengan terlebih dahulu mencolokkan peralatan ke sumber
PLN
5. Pilih pemancar jenis resonansi
6. Atur peragaan jarak agar menunjukkan peragaan 1.000 untuk jarak penggaris 100
cm.
Setelah melewati proses kalibrasi ini, alat ukur ini dapat digunakan sepanjang
penunjukan thermometer dan barometer tidak berubah,
3.8 Hasil pengukuran dan Pembahasan
Pegukuran jarak dengan metode pantulan gelombang ultrasonik dilaksanakan
pada ruangan dengan suhu udara 28,7oC dan tekanan udara 1,007 x 10
5 N/m
2. Percobaan
dilakukan menggunakan dua jenis penguat, yaitu penguat jenis penyangga dan penguat
resonansi. Rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis penyangga berikut simpangan
pengukurannya masing-masing ditunjukkan oleh Gambar 3.9 dan 3.10 berikut.
Gambar 3.9 Grafik rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis penyangga.
0.0000
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
5.0000
6.0000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Jarak objek (cm)
Ra
ta-r
ata
ha
sil p
en
gu
ku
ran
ja
rak
(m
)
21
Gambar 3.10 Grafik simpangan hasil pengukuran untuk penguat jenis penyangga.
Rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis resonansi berikut simpangan
pengukurannya masing-masing ditunjukkan oleh Gambar 3.11 dan 3.12 berikut.
Gambar 3.11 Grafik rata-rata hasil pengukuran untuk penguat jenis resonansi.
0.0000
0.2000
0.4000
0.6000
0.8000
1.0000
1.2000
1.4000
1.6000
1.8000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550
Jarak objek (cm)
Sim
pan
gan
pen
gu
ku
ran
(m
m)
0.0000
1.0000
2.0000
3.0000
4.0000
5.0000
6.0000
7.0000
8.0000
0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 550 600 650 700 750
Jarak objek (cm)
Rata
-rata
pen
gu
ku
ran
(m
)
22
Gambar 3.12 Grafik simpangan hasil pengukuran untuk penguat jenis resonansi.
Dari keempat grafik (Gambar 3.9 hingga 3.12) terlihat bahwa dengan
menggunakan penguat jenis penyangga, pengukuran jarak dapat diukur dalam selang 20
– 500 cm dan menggunakan penguat jenis resonansi pengukuran jarak dapat diukur
dalam selang 40 – 750 cm. Perbedaan selang pengukuran ini disebabkan oleh perbedaan
daya penguatan. Untuk penguatan jenis penyangga, pengukuran jarak di atas 500 cm
sangat sulit dilakukan karena sangat lemahnya sinyal gelombang ultrasonik yang
diterima oleh pemancar. Sedangkan untuk penguat jenis resonansi, pengukuran di atas
500 cm masih baik bahkan hingga 700 cm. Hal ini jelas karena sinyal gelombang yang
diterima penerima masih cukup kuat. Untuk pengukuran jarak di atas 700 cm sangat
sulit dilakukan karena terbatasnya ruang pengukuran, di mana pengukuran dilakukan
dalam ruangan tertutup
Simpangan dari masing-masing pengukuran untuk masing-masing jenis penguat
bertambah besar sejalan dengan bertambahnya jarak pengukuran. Simpangan di bawah 1
mm pada penguat jenis penyangga masih dapat diperoleh untuk pengukuran jarak hingga
0.0000
0.1000
0.2000
0.3000
0.4000
0.5000
0.6000
0 100 200 300 400 500 600 700
Jarak objek (cm)
Sim
pan
gan
pen
gu
ku
ran
(m
m)
23
350 cm dan lebih dari 1 mm untuk jarak dari 350 – 500 cm. Hal ini disebabkan intensitas
gelombang ultrasonik yang dipancarkan rendah mengingat tegangan maksimum sinyal
listrik penguat jenis penyangga adalah 12 volt. Pada penguat jenis resonansi, simpangan
pengukuran untuk selang pengukuran 40 – 700 cm masih di bawah 1 mm. Hal ini dapat
diterima mengingat bahwa tegangan keluaran penguat pemancar jenis resonansi adalah
sekitar 300 volt p-p, sehingga intensitas keluaran gelombang ultrasonik cukup tinggi.
Dengan demikian, pengunaan penguat jenis resonansi memberikan hasil pengukuran
yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan penguat jenis penyangga.
Pada pengukuran jarak pendek, pengunaan penguat jenis penyangga hanya
memberikan hasil pengukuran minimum pada jarak 20 cm, yang lebih baik
dibandingkan dengan penggunaan penguat jenis resonansi yang mampu mengukur jarak
minmum hanya pada jarak 40 cm. Ini lebih disebabkan oleh masalah posisi pemancar
dan penerima yang dipasang berimpit. Dengan adanya posisi berimpit ini, terjadi proses
superposisi antara penjalaran gelombang ultasonik secara langsung dari pemancar ke
penerima dengan gelombang yang dipantulkan.oleh objek pengukuran. Untuk
menghindari hal ini sudah diupayakan dengan memberikan rangkaian tunda pada
penerima sehingga pulsa gelombang yang diterima hanya pulsa yang berasal dari hasil
pantulan gelombang saja.
Dengan membandingkan hasil pengukuran kedua penguat, penggunaan penguat
jenis resonansi cukup layak untuk dipertimbangkan penggunaannya jika dibandingkan
dengan mengunakan penguat jenis penyangga. Di samping itu, pada alat ukur ini,
penggunaan penguat jenis resonansi cukup mudah dibuat dan tidak memerlukan biaya
yang malah.
Untuk selang pengukuran yang lebih lebar perlu dilakukan, permasalahan yang
muncul adalah kesulitan dalam mengarahkan transduser pada objek yang akan diukur.
Uji coba yang perlu dilakukan adalah pengukuran kedalaman sumur. Dalam lobang
sumur, objek pemantul lain jarang ditemukan kecuali air sumur itu sendiri. Masalah
yang mungkin muncul adalah apakah air sumur bisa sebagai objek pemantul gelombang
24
yang baik sebaik pemantul yang terbuat dari bahan padat. Di samping itu, masalah yang
mungkin muncul adalah adanya perbedaan temperatur dan tekanan antara di luar sumur
dan di dalam sumur. Namun demikian, masalah ini dapat diabaikan untuk pengukuran
yang tidak memerlukan ketelitian yang tinggi.
25
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa:
1. Alat ukur jarak ultrasonik digital dapat dibentuk dari blok diagram sederhana dan
dengna memanfaatkan komponen-komponen yang mudah diperoleh dan harga
yang relatif murah.
2. Pengamatan jarak menggunakan alat ukur jarak ultrasonik yang menggunakan
transduser 40 kHz menunjukkan hasil yang cukup baik dan layak untuk dapat
dipertimbangkan penggunaannya. Pengukuran jarak dengan alat ini dapat
dilakukan dengan dengan mudah karena pembacaan pengukurannya dapat dibaca
langsung dalam bentuk angka desimal. Alat ukur jarak ini dibuat dengan
menggunakan dua jenis penguat pemancar yang mempunyai karakteristik
berbeda, yaitu penguat jenis penyangga dan penguat jenis resonansi.
3. Pengukuran jarak yang dihasilkan dari pemakaian alat ukur jarak ultrasonik
digital yang menggunakan transduser 40 kHz dilakukan pada ruangan tertutup
mempunyai tingkat ketelitian yang cukup baik. Pada penggunaan penguat jenis
resonansi memberikan selang pengukuran dari 40 – 700 cm dengan kesalahan
kurang dari 1 mm lebih baik dibandingkan dengan penggunaan penguat jenis
penyangga yang memberikan selang pengukuran dari 20 – 500 cm dengan
kesalahan bisa melebihi 1 mm. Hal ini berkaitan dengan masalah intensitas
gelombang yang dihasilkan, di mana penguat jenis resonansi memberikan
penguatan lebih besar dari penguat jebis penyangga. Dengan demikian,
pemakaian metode pantulan gelombang ultrasonik dalam pengukuran jarak dapat
memberikan hasil yang cukup teliti,
26
4.2 Saran
Dalam penggunaannya alat ukur ini, beberapa hal perlu diperbaiki yang
merupakan saran-saran perbaikan antara lain :
- Alat ukur ini perlu disempurnakan lagi dengan penguatan yang lebih tinggi
mengingat selang pengukurannya yang diperoleh masih pendek.
- Mengingat transduser ultrasonik yang digunakan adalah transduser konvensional
dengan frekuensi 40 kHz, alat ukur ini masih mungkin untuk disempurnakan.,
yaitu dengan menggunakan transduser yang lebih baik.
27
DAFTAR PUSTAKA
Borthakur, S., Bhuyan, M., Bhattacharyya, P., Rao, P. 2011. Ultrasound: A Potential
Tool for Management of Tea Mosquito Bug, Helopeltis theivora Waterhouse
(Miridae:Hemiptera). Research Communication, Science And Culture,
77(11-12):493-495.
Epenhuijsen, C. W. V., Koolaard, J. P., Potter, J.F. 1997. Energy, Ultrasound, and
Chemical Treatments for The Disinfestation Of Fresh Asparagus Spears. Proc.
50th N.Z. Plant Protection Conf.: 436-441.
Hadi, U. K., Koesharto, FX., Sigit, SH., Sugiarto. 2009. Study of the effect of ultrasonic
device against the dengue mosquito, Aedes aegypti (Diptera: Culicidae).
Prosiding Seminar Nasional Hari Nyamuk. Bogor 10 Agustus.
Halliday & Robert Resnick, 1989, Physics 3rd
edition, terjemahan Pantur Silaban dan
Erwin Sucipto, Erlangga, Jakarta.
Haris, Norman C., 1995, Physics : Pinciples and Aplications, Glencoe/McGraw-Hill.
New York.
Marcelo Alonso dan Edward J.Finn, 1992, Dasar-dasar Fisika Universitas edisi kedua,
Erlangga, Jakarta.
Sybil P. Parker, 1988, Acoustics Source Book, Mc. Graw-Hill, New York
Trisnobudi, Amoranto, 1985, Diktat Kuliah Ultrasonik I (TF-413), FTI ITB, Bandung
Vincent, C., Hallman, G., Panneton, B., Fleurat-Lessard, F. 2003. Management OF
Agricultural Insects with Physical Control Methods. Annual Review of
Entomology, 48:261–281.
Warner, J., Scheffrahn, R. H. 2005. Laboratory Evaluation of Baits, Residual
Insecticides, and an Ultrasonic Device For Control of White-Footed Ants,
Technomyrmex albipes (Hymenoptera: Formicidae). Sociobiology, 45:1-14.
Wikipedia. 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Ultrasonografi_medis
Yturralde, K. M., Hofstetter, R. W. 2012. Efficacy of Commercially Available
Ultrasonic Pest Repellent Devices to Affect Behavior of Bed Bugs (Hemiptera:
Cimicidae). Journal of Economic Entomology, 105:2107-2114.