Upload
phamthien
View
325
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(Survei Pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten
Karanganyar)
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Disusun Oleh:
AZLINA ROZA
B 200 080 253
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
2
PENGARUH FAKTOR KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
(Survei Pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten
Karanganyar)
AZLINA ROZA
B 200 080 253
Fakultas Ekonomi Akuntansi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta
ABSTRAKSI
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis pengaruh faktor keperilakuan organisasi yang mencakup dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil di Kantor Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Karanganyar. Sampel pada penelitian ini diambil dari Pegawai Negeri Sipil bagian keuangan atau bendahara pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil variabel dukungan atasan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah. Variabel kejelasan tujuan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah. Variabel pelatihan tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 18,334 > 3,33 dan nilai signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Sehingga variabel dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan mempunyai pengaruh secara simultan dan signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
Hasil Koefisien Determinasi (R2) diperoleh hasil perhitungan untuk nilai R2 diperoleh angka koefisien determinasi dengan adjusted-R2 sebesar 0,634. Hal ini berarti bahwa 63,4% variasi variabel sistem akuntansi keuangan daerah dapat dijelaskan oleh variabel dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan, sedangkan sisanya yaitu 36,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar model yang diteliti. Kata Kunci : Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan, Pelatihan dan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah
3
3
4
A. PENDAHULUAN
Pemerintah daerah selaku pengelola dana publik harus mampu
menyediakan informasi keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat
waktu, dan dapat dipercaya sehingga dituntut untuk memiliki sistem informasi
yang handal. Dalam rangka memantapkan otonomi daerah dan desentralisasi,
Pemerintah daerah hendaknya sudah mulai memikirkan investasi untuk
pengembangan sistem informasi akuntansi (Wahyundaru 2001). Oleh karena itu
diperlukan sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah yang baru untuk
menggantikan sistem lama yang selama ini digunakan oleh pemerintah daerah
yaitu Manual Administrasi Keuangan Daerah (MAKUDA) yang telah diterapkan
sejak 1981.
Selain faktor teknis, beberapa penelitian menunjukkan bukti empiris
bahwa faktor organisasional seperti pelatihan, kejelasan tujuan serta dukungan
atasan, berpengaruh positif terhadap implementasi suatu inovasi sistem maupun
perubahan model akuntansi manajemen (Krumweide, 1998 dalam Latifah dan
sabeni 2007).
Dukungan atasan berpengaruh dalam mendukung suksesnya
implementasi sistem baru. Menurut Shield (1995) dalam Latifah dan Sabeni
(2007) dukungan manajemen puncak (atasan) dalam suatu inovasi sangat penting
dikarenakan adanya kekuasaan manajer terkait dengan sumber daya.
5
Kejelasan tujuan dapat menentukan suatu keberhasilan sistem karena
individu dengan suatu kejelasan tujuan, target yang jelas dan paham bagaimana
mencapai tujuan, mereka dapat melaksanakan tugas dengan ketrampilan dan
kompetensi yang dimiliki (Latifah dan sabeni, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Fung jen (2002) dalam Dewi (2011)
diperoleh hasil bahwa pada perusahaan yan memiliki program pelatihan dan
pendidikan pengguna terdapat perbedaan yang signifikan dengan kepuasan
pengguna tetapi tidak terbukti adanya perbedaan pengguna sistem.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian Nurlaela dan Rahmawati (2010)
dengan judul Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. Perbedaan dari penelitian adalah pada
jumlah variabel dan cakupan wilayah. Peneliti hanya fokus pada tiga variabel
yang mencakup Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan dan Pelatihan serta tidak
melibatkan konflik Kognitif dan Efektif yang telah disebutkan oleh peneliti
sebelumnya serta penelitian sebelumnya meneliti di Subokawonosraten.
Sedangkan penelitian ini hanya pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
Kabupaten Karanganyar.
Berdasarkan uraian tersebut diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih lanjut dengan judul ” PENGARUH FAKTOR
KEPERILAKUAN ORGANISASI TERHADAP KEGUNAAN SISTEM
6
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH” (Survei pada Sekretariat Daerah
dan Sekretariat DPRD Kabupaten Karanganyar).
Tujuan diadakannya penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Faktor
Keperilakuan Organisasi yang mencakup Dukungan Atasan, Kejelasan Tujuan,
dan Pelatihan terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Faktor Keperilakuan Organisasi
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek-aspek
tingkah laku manusia dalam suatu organisasi atau suatu kelompok tertentu. Ia
meliputi aspek yang ditimbulkan dari pengaruh organisasi terhadap manusia
demikian pula aspek yang ditimbulkan dari pengaruh manusia terhadap
organisasi Thoha (2010:5).
Faktor organisasi dalam implementasi sistem ada tiga aspek, meliputi
dukungan atasan, kejelasan tujuan, dan pelatihan. Faktor-faktor teresut
didefinisikan sebagai berikut (Chenhall, 2004 dalam Nurlaela dan Rahmawati
2010).
1. Dukungan atasan
Dukungan atasan diartikan sebagai keterlibatan manajer dalam kemajuan
proyek dan menyediakan sumberdaya yang diperlukan, selain itu dapat
diartikan juga sebagai bantuan yang diberikan oleh pimpinan yang lebih tinggi
kepada bawahan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena
7
itu dukungan atasan dapat memberikan hasil positif untuk pegawai (Latifah
dan Sabeni 2007).
2. Kejelasan tujuan
Kejelasan tujuan didefenisikan suatu organisasi yang berhasil dapat diukur
dengan melihat pada sejauh mana organisasi tersebut dapat mencapai tujuan
yang sudah ditetapkan. Selain itu kejelasan tujuan dapat dijelaskan sebagai
kejelasan dari sasaran dan tujuan digunakannya sistem akuntansi keuangan
daerah di semua level organisasi selain dan dapat diartikan suatu keadaan
yang jelas terhadap arah yang dapat menentukan suatu keberhasilan system
dan target yang dituju (Latifah dan Sabeni, 2007).
3. Pelatihan
Pelatihan adalah suatu proses belajar mengenai sebuah wacana pengetahuan
dan keterampilan yang ditujukan untuk penerapan hasil belajar yang sesuai
dengan tuntutan tertentu. Pelatihan merupakan proses keterampilan kerja
timbal balik yang bersifat membantu, oleh karena itu dalam pelatihan
seharusnya diciptakan suatu lingkungan dimana para karyawan dapat
memperoleh atau mempelajari sikap kemampuan, keahlian, pengetahuan dan
perilaku yang spesifik yang berkaitan dengan pekerjaan, sehingga dapat
mendorong mereka untuk dapat bekerja lebih baik (Zahro 2012).
8
Pengertian Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Dalam keputusan Mendagri No. 29 Tahun 2002, tentang pedoman
pengurusan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah serta tata
cara penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, pelaksanaan tata
usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah yang berbunyi:
Sistem akuntansi keuangan daerah (SAKD) adalah suatu sistem akuntansi
yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atas kejadian keuangan serta pelaporan keuangannya dalam rangka
pelaksanaan APBD, dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi.
C. METODE PENELITIAN
a. Populasi dan sampel
Populasi dapat didefinisikan sebagai kelompok elemen yang lengkap,
dimana kita tertarik untuk mempelajarinya atau menjadi objek penelitian
(Kuncoro, 2009:53). Populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil
di Kantor Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten Karanganyar.
Dimana jumlah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Sekretariat Daerah
Kabupaten Karanganyar berjumlah 253 orang, sedangkan pada Sekretariat
DPRD Kabupaten Karanganyar berjumlah 53 orang.
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subset) dari unit populasi
(Kuncoro,2009:53). Sampel pada penelitian ini diambil dari Pegawai Negeri
9
Sipil bagian keuangan atau bendahara pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Kabupaten Karanganyar. Sampel yang diambil pada Pegawai Negri Sipil
di Sekretariat Daerah Kabupaten Karanganyar berjumlah 22 orang dan Skretariat
DPRD Kabupaten Karanganyar berjumlah 11 orang. jadi jumlah sampel
keseluruhan sebanyak 33 orang. Karena hanya 33 orang yang bekerja pada
bagian keuangan atau bendahara pada Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD
kabupaten Karanganyar.
b. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode kuisioner.
Yaitu metode pengumpulan data dimana penulis mengajukan daftar pertanyaan
kepada responden, dengan cara meminta kepada responden untuk menjawab
sejumlah pertanyaan yang tercantum di dalam kuesioner (daftar pertanyaan
tertulis atau angket) yang diberikan kepada responden, dimana responden
didalam penelitian ini adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja pada bagian
keuangan atau bendahara di Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Kabupaten
Karanganyar. Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
skala interval dan menggunakan skala likert, skala likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang
fenomena sosial. Skala likert dengan skala penelitian 1-5 yaitu:
Sangat tidak sesuai : 1
Tidak sesuai : 2
10
Netral : 3
Sesuai : 4
Sangat sesuai : 5
Kerangka pemikiran dan Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan kerangka
teori maka peneliti membuat kerangka pemikiran sebagai berikut:
H1 : Terdapat pengaruh antara Dukungan Atasan dengan Kegunaan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah.
H2 : Terdapat pengaruh antara Kejelasan Tujuan dengan Kegunaan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah
H3 : Terdapat pengaruh antara Pelatihan dengan Kegunaan Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah
Tahap-tahap dalam menganalisis data dengan uji validitas dan
reliabilitas, uji Asumsi klasik, uji hipotesis dengan analisis regresi berganda
dengan persamaan sebagai berikut Analisis, regresi linear berganda yang
digunakan diformulasikan sebagai berikut. (Sugiyanto, 2009:63).
Dukungan Atasan
Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah Kejelasan Tujuan
Pelatihan
11
SAKD = α + b1 DA + b2 KT + b3 P + e
Keterangan:
Y = Variabel dependen SAKD
α = konstanta
X1 = DA
X2 = KT
X3 = P
b1, b2, b3……………….= Koefisien regresi variabel independent
e = Kesalahan atau error
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Hasil analisis regresi linear berganda
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh dukungan atasan,
kejelasan tujuan dan pelatihan terhadap sistem akuntansi keuangan daerah.
Hasil pengolahan data dengan bantuan komputer program SPSS versi 16
didapatkan persamaan regresi:
Y = 7,233 + 0,295 (DA) + 0,516 (KT) + 0,140 (P)
Untuk menginterpretasi hasil dari analisis tersebut, dapat diterangkan:
1) Konstanta sebesar 7,233 dengan parameter positif menunjukkan bahwa
dengan dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan maka kegunaan
sistem akuntansi keuangan daerah akan meningkat.
12
2) Koefisien regresi DA yaitu dukungan atasan menunjukkan koefisien yang
positif sebesar 0,295 dengan demikian dapat diketahui bahwa dukungan
atasan akan meningkatkan kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
3) Koefisien regresi KJ yaitu kejelasan tujuan menunjukkan koefisien yang
positif sebesar 0,516 dengan demikian dapat diketahui bahwa kejelasan
tujuan mampu meningkatkan kegunaan sistem akuntansi keuangan
daerah.
4) Koefisien regresi P yaitu pelatihan menunjukkan koefisien yang positif
sebesar 0,140 dengan demikian dapat diketahui bahwa pelatihan akan
meningkatkan kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
b. Uji Hipotesis
Uji t
Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa:
1. Dukungan atasan berpengaruh signifikan terhadap kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah. Hasil analisis variabel dukungan atasan
diketahui nilai thitung (4,209) lebih besar daripada ttabel (2,042) atau dapat
dilihat dari nilai signifikansi 0,000 < α = 0,05. Oleh karena itu, H1
diterima, artinya dukungan atasan mempunyai pengaruh secara signifikan
terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Kejelasan tujuan berpengaruh signifikan terhadap kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah. Variabel kejelasan tujuan diketahui nilai thitung
13
(3,823) lebih besar daripada ttabel (2,042) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,001 < α = 0,05. Oleh karena itu, H2 diterima, artinya
kejelasan tujuan mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap
kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
3. Pelatihan tidak berpengaruh signifikan terhadap kegunaan sistem
akuntansi keuangan daerah. Variabel pelatihan diketahui nilai thitung
(1,621) lebih kecil daripada ttabel (2,042) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,117 > α = 0,05. Oleh karena itu, H3 ditolak, artinya
pelatihan tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap kegunaan
sistem akuntansi keuangan daerah.
Uji F
Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh bahwa Fhitung > Ftabel yaitu
18,334 > 3,33 dan nilai signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Sehingga variabel
dukungan atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan mempunyai pengaruh
secara simultan dan signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi
keuangan daerah
Uji R2
Hasil Koefisien Determinasi (R2) diperoleh hasil perhitungan untuk
nilai R2 diperoleh angka koefisien determinasi dengan adjusted-R2 sebesar
0,634. Hal ini berarti bahwa 63,4% variasi variabel sistem akuntansi
keuangan daerah dapat dijelaskan oleh variabel dukungan atasan,
14
kejelasan tujuan dan pelatihan, sedangkan sisanya yaitu 36,6% dijelaskan
oleh faktor-faktor lain diluar model yang diteliti.
KESIMPULAN
Berdasarkan pada hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka
kesimpulan dari penelitian adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji t diperoleh hasil variabel dukungan atasan mempunyai
pengaruh signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah.
Variabel kejelasan tujuan mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan
sistem akuntansi keuangan daerah.
2. Variabel pelatihan tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap kegunaan
sistem akuntansi keuangan daerah. Variabel pelatihan diketahui nilai thitung
(1,621) lebih kecil daripada ttabel (2,042) atau dapat dilihat dari nilai
signifikansi 0,117 > α = 0,05.
3. Berdasarkan hasil analisis uji F diperoleh bahwa Fhitung > Ftabel yaitu 18,334 >
3,33 dan nilai signifikansi = 0,000 < α = 0,05. Sehingga variabel dukungan
atasan, kejelasan tujuan dan pelatihan mempunyai pengaruh secara simultan
dan signifikan terhadap kegunaan sistem akuntansi keuangan daerah
4. Hasil Koefisien Determinasi (R2) diperoleh hasil perhitungan untuk nilai R2
diperoleh angka koefisien determinasi dengan adjusted-R2 sebesar 0,634. Hal
ini berarti bahwa 63,4% variasi variabel sistem akuntansi keuangan daerah
dapat dijelaskan oleh variabel dukungan atasan, kejelasan tujuan dan
15
pelatihan, sedangkan sisanya yaitu 36,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain
diluar model yang diteliti.
SARAN
Dari hasil penelitian ini saran yang dapat disampaikan penulis adalah sebagai
berikut :
1. Sebaiknya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar lebih
menekankan pada variabel pelatihan agar setiap anggota dapat lebih
memahami sistem akuntansi melalui dengan pelatihan-pelatihan
sistem.
2. Sebaiknya Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar terus
memberikan baik dukungan atasan kepada bawahan, kejelasan tujuan
sistem akuntansi keuangan daerah.
3. Bagi penelitian mendatang hendaknya daerah penelitian lebih
diperluas lagi, yaitu tidak hanya pada Skretariat Daerah dan
Sekretariat DPRD Kabupaten Karanganyar tetapi lebih luas lagi pada
beberapa Sekretariat se-Jawa Tengah.
Daftar Pustaka
Amru dan Syar’i. Analisis Beberapa Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Proses Pengembangan Kualitas Sistem. Simposium Nasional Akuntansi VIII. STIE Indonesia Kalimantan Selatan.
Aribowo, Fajar. 2007. Laporan Keuangan Daerah Perlu Akuntabilitas. Harian Bisnis
Indonesia. 19 November 2007.
16
Armel Yentifa Yurniwati, Suhanda. Kebutuhan Investor Dan Kreditor Atas Informasi Dalam Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah. 2010. Simposium nasional Akuntansi XIII. Politeknik Universitas Andalas, Fak. Ekonomi Universitas Andalas dan Fak. Ekonomi Universitas Andalas.
Bastari, Imam. 2007. Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah dan Standar
Akuntansi Pemerintahan sebagai wujud reformasi manajemen keuangan daerah Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Anggota Komite Kerja Standar Akuntansi Pemerintahan, Jakarta.
Christina, Yuliana. 2010. Peran Kepemimpinan Dalam Perancapaian Kinerja
Organisasi melaluai Budaya, strategi, dan system Akuntansi Menajemen Organisasi. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Unika Atma Jaya Jakarta .
Dewi, Dian Aprilliani Kusuma. 2011. “Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi Pada Bank Perkreditan Rakyat EksKaresidenan Surakarta” Skripsi tidak diterbitkan, Surakarta : UMS
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan SPSS. Semarang: BP
UNDIP. Gujarati, D. 2001. Ekonometrika Dasar. Erlangga: Jakarta. Haryani dan Syafruddin. 2010.Kepercayaan Dan Implementasi Peraturan Dan
perundang- undangan Penyusunan Dan Pengelolaan keuangan daerah Di Kabupaten Batang. Simposium Nasional akuntansi XIII. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) dan Universitas Diponegoro.
Jogiyanto.2005. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta;
Erlangga.
Latifah dan Sabeni. 2007. Faktor Keperilakuan Organisasi Dalam Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan daerah. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar.
Mohamad, Ismail dkk, 2004. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Edisi
kedua. http:///www.Ian.go.id
17
Nurlaela dan Rahmawati Pengaruh Faktor keperilakuan Organisasi Terhadap Kegunaan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah. 2010. Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto.
Peraturan Mentri Dalam Negri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Permendagri No.13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Keuangan no.59/PMK no.06 tentang Sistem Akuntansi dan
Pelaporan Keuangan pemerintah Pusat. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi pemerintah. Purnomo, Willybrordous Budi, 2002. Perjanjian Kemitraan Budi Daya Ayam
Pedaging oleh PT. Gema Usahab Ternak. Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Rohman, Abdul , 2009. Pengaruh Implementasi Sistem Akuntansi, Pengelolaan
Keuangan Daerah Terhadap Fungsi Pengawasan dan Kinerja Pemerintah Daerah (survey pada Pemda di Jawa Tengah), Jurnal Akuntansi & Bisnis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sekaran, Uma, (2000).” Research Methode for Businiss : Skill- Building Aproach”
(Third Edition). Jhon Willey dan Sonss, Inc. Sugiyono, 2002. Statistik Penelitian dan Aplikasinya dengan SPSS 10,0 for Windows.
Bandung: CV. ALFABETA. Suharsimi, arikunto, 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. PT.
Rineka Cipta: Jakarta. Thoha, Miftah, 2002. Perilaku Organisasi. PT Raja Grafindo Persada. Edisi 13
maret. Jakarta. Tampubolon, 2004. Perilaku Keorganisasian (Organization Behavior). Edisi
Pertama. Ghalia Indonesia. Jakarta. Wahyundaru, Sri Dewi .2001. Akuntansi Sektor Publik dalam Otonomi Daerah.
Suara Merdeka. Edisi 21 Februari. Zahro, Shoffiyatuz, 2012. “ Pengaruh Faktor Keperilakuan Organisasi dalam
Implementasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ( Studi Kasus Instansi Pemerintah Se- Kota Madiun)’’. Skripsi tidak diterbitkan, Surakarta : UMS