13
Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG Makbul Muavi Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, [email protected] Drs. Lucianus Sudaryono. M.Si Dosen Pembimbing Mahasiswa Abstrak Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang adalah kecamatan yang memiliki perbedaan produktivitas jagung. Kecamatan Torjun memiliki rata-rata produktivitas jagung sebesar 14,68 kw/ha yang merupakan rata-rata terendah, sedangkan Kecamatan Karangpenang memiliki rata-rata produktivitas sebesar 19,12 kw/ha yang merupakan rata-rata produktivitas tertinggi dari semua kecamatan di Kabupaten Sampang. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas usaha tani jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Populasi penelitian adalah semua petani jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Sampel penelitian adalah sebagian petani jagung di 12 desa di Kecamatan Torjun dan 7 desa di Kecamatan Karangpenang dengan jumlah respondem 100 petani. Terdapat 7 variabel faktor produksi yang diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, pendidikan petani, pendapatan dan penggunaan tenaga kerja. Hasil penelitian uji regresi linier ganda menunjukkan bahwa seluruh variabel yang diperhatikan dalam penelitian mampu menjelaskan perubahan produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dipengaruhi oleh penggunaan bibit yang dalam hal ini adalah banyaknya jumlah bibit yang digunakan (p= 0,000 dan ß= 0,571), yang berarti jika banyaknya penggunaan bibit bertambah satu kg/ha, maka produktivitas jagung di Kecamatan Torjun akan naik 57,1%, sehingga dapat dikatakan semakin banyak penggunaan bibit jenis hibrida di Kecamatan Torjun, maka semakin tinggi pula produktivitas jagung. Namun untuk Kecamatan Karangpenang banyaknya penggunaan bibit tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung (p = 0,703 dan ß= 0,059). Di Kecamatan Karangpenang variabel yang paling berpengaruh terhadap produktivitas jagung adalah penggunaan pupuk dengan nilai (p = 0,002 dan ß= 0,680), yang berarti bahwa dengan kenaikan satu kg/ha penggunaan pupuk yang berupa jumlah, akan meningkatkan 68,0% produktivitas jagung. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi tingkat penggunaan pupuk di Kecamatan Karangpenang maka tingkat produktivitas jagungnya semakin tinggi pula. Berbeda halnya dengan Kecamatan Torjun yang penggunaan pupuknya memang lebih rendah daripada Kecamatan Karangpenang, penggunaan pupuk di Kecamatan Torjun berupa pupuk kandang dengan intensitas pemupukan hanya satu kali selama masa tanam sampai panen, sehingga penggunaan pupuknya rendah, hal ini mempengaruhi rendahnya produktivitas jagung. Dari penelitian ini diharapkan adanya keseimbangan dari penggunaan bibit jenis unggul hibrida yang di imbangi dengan penggunaan pupuk yang baik, begitupun sebaliknya penggunaan pupuk yang baik harus diimbangi dengan penggunaan bibit yang unggul agar bisa meningkatkan produktivitas jagung. Kata Kunci : Usahatani Jagung, Faktor-faktor Produksi, Produktivitas. Abstract

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : MAKBUL MUAVI, http://ejournal.unesa.ac.id

Citation preview

Page 1: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Makbul MuaviMahasiswa S1 Pendidikan Geografi, [email protected]

Drs. Lucianus Sudaryono. M.SiDosen Pembimbing Mahasiswa

AbstrakKecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang adalah kecamatan yang memiliki perbedaan produktivitas

jagung. Kecamatan Torjun memiliki rata-rata produktivitas jagung sebesar 14,68 kw/ha yang merupakan rata-rata terendah, sedangkan Kecamatan Karangpenang memiliki rata-rata produktivitas sebesar 19,12 kw/ha yang merupakan rata-rata produktivitas tertinggi dari semua kecamatan di Kabupaten Sampang. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas usaha tani jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Populasi penelitian adalah semua petani jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Sampel penelitian adalah sebagian petani jagung di 12 desa di Kecamatan Torjun dan 7 desa di Kecamatan Karangpenang dengan jumlah respondem 100 petani. Terdapat 7 variabel faktor produksi yang diperhatikan dalam penelitian ini, yaitu ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, pendidikan petani, pendapatan dan penggunaan tenaga kerja. Hasil penelitian uji regresi linier ganda menunjukkan bahwa seluruh variabel yang diperhatikan dalam penelitian mampu menjelaskan perubahan produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dipengaruhi oleh penggunaan bibit yang dalam hal ini adalah banyaknya jumlah bibit yang digunakan (p= 0,000 dan ß= 0,571), yang berarti jika banyaknya penggunaan bibit bertambah satu kg/ha, maka produktivitas jagung di Kecamatan Torjun akan naik 57,1%, sehingga dapat dikatakan semakin banyak penggunaan bibit jenis hibrida di Kecamatan Torjun, maka semakin tinggi pula produktivitas jagung. Namun untuk Kecamatan Karangpenang banyaknya penggunaan bibit tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung (p = 0,703 dan ß= 0,059). Di Kecamatan Karangpenang variabel yang paling berpengaruh terhadap produktivitas jagung adalah penggunaan pupuk dengan nilai (p = 0,002 dan ß= 0,680), yang berarti bahwa dengan kenaikan satu kg/ha penggunaan pupuk yang berupa jumlah, akan meningkatkan 68,0% produktivitas jagung. Jadi dapat dikatakan semakin tinggi tingkat penggunaan pupuk di Kecamatan Karangpenang maka tingkat produktivitas jagungnya semakin tinggi pula. Berbeda halnya dengan Kecamatan Torjun yang penggunaan pupuknya memang lebih rendah daripada Kecamatan Karangpenang, penggunaan pupuk di Kecamatan Torjun berupa pupuk kandang dengan intensitas pemupukan hanya satu kali selama masa tanam sampai panen, sehingga penggunaan pupuknya rendah, hal ini mempengaruhi rendahnya produktivitas jagung. Dari penelitian ini diharapkan adanya keseimbangan dari penggunaan bibit jenis unggul hibrida yang di imbangi dengan penggunaan pupuk yang baik, begitupun sebaliknya penggunaan pupuk yang baik harus diimbangi dengan penggunaan bibit yang unggul agar bisa meningkatkan produktivitas jagung.Kata Kunci : Usahatani Jagung, Faktor-faktor Produksi, Produktivitas.

AbstractTorjun districts and sub districts that have Karangpenang is corn productivity differences. Torjun districts have an

average productivity of maize by 14.68 kw / ha which is the lowest average, while Karangpenang District has an average productivity of 19.12 kw / ha which is the average of the highest productivity of all districts in Sampang . This study aims to determine the influence of factors of production on the productivity of maize farms between district and district Torjun Karangpenang. The study population was all corn growers in the district and sub-district Torjun Karangpenang. The samples were mostly corn farmers in 12 villages in the district Torjun and 7 villages in the district with a number respondem Karangpenang 100 farmers. There are 7 variable factors of production are considered in this study, namely altitude, land area, the use of seeds, fertilizers, farmer education, income and labor utilization. Results of multiple linear regression study showed that all the variables considered in the study were able to explain changes in productivity of maize in the district and sub-district Torjun Karangpenang. Maize productivity in Sub Torjun influenced by the use of seeds which in this case is the large number of seeds used (p = 0.000 and ß = 0.571), which means that if the number of seeds increased use one kg / ha, maize productivity in Sub Torjun will rise 57 , 1%, so it can be said more and more use of hybrid seeds in the District Torjun types, the higher the productivity of maize. But for many use seeds Karangpenang District has no effect on the productivity of maize (p = 0.703 and ß = 0.059). In District Karangpenang variables that most affect the productivity of maize is the use of fertilizers with values (p = 0.002 and ß = 0.680), which means that the increase in one kg / ha fertilizer application form number, 68.0% will increase the productivity of maize. So we can say the higher the level of fertilizer use in sub Karangpenang the level the higher the productivity of maize. Unlike the case with the District Torjun fertilizer use is lower than the district Karangpenang, the use of fertilizers in the form of sub Torjun manure fertilization intensity only once during the growing season until harvest, so the low fertilizer use, it affects the low productivity of maize. Of this research is expected that the balance of the use of superior hybrid seed types in Balance with good use of fertilizers, vice versa good fertilizer use must be balanced with the use of superior seeds in order to increase the productivity of maize.Keywords: Corn farming, Factors of Production, Productivity

Page 2: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

PENDAHULUANJagung  merupakan salah satu tanaman yang tidak

kalah pentingnya dari  padi. Di Indonesia jagung juga menjadi alternatif sumber pangan, beberapa Penduduk yang tinggal di daerah (seperti Madura dan Nusa Tenggara) menggunakan jagung sebagai bahan makanan pokok. Jagung merupakan komoditi yang sangat strategis sampai saat ini karena jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia. Bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam pun masih menggunakan jagung sebagai bahan utamanya. Dengan semakin berkembangannya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula. Dengan demikian pengelolaan jagung di Indonesia harus lebih efisien, karena merupakan kelebihan bagi pertanian Indonesia sebagai negara agraris.

Pertanian jagung di Jawa Timur merupakan pertanian yang maju dan berkembang pesat. Hal ini dibuktikan ketika daerah lain mengalami penyusutan lahan pertanian jagung, maka hal itu tidak terjadi untuk daerah Jawa Timur, di provinsi ini justru pertanian jagung telah berkembang cukup signifikan, mencapai 50% lebih. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur, Achmad Nurfalakhi "Jika sebelum tahun 2010 penyusutan lahan pertanian di provinsi ini mencapai 387 hektar per tahun, maka sejak 2010 sudah jauh berkurang, penyusutannya hanya dikisaran 173 hektar per tahun. (Kabarbisnis.Com diakses tanggal 10 September 2012).

Diantara kabupaten/kota di Jawa Timur, Kabupaten Sampang merupakan salah satu kabupaten yang masih terus mengembangkan produktivitas jagungnya. Segala cara dilakukan untuk selalu berbenah agar mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini dilakukan agar peningkatan produktivitas jagung dari tahun ke tahun semakin baik. Salah satu cara yang dilakukan untuk memperbaiki produktivitas jagung adalah memperbaiki pengelolaan produksi dalam pertanian. Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman jagung meliputi: ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, pendidikan petani, pendapatan petani dan penggunaan tenaga kerja. Berikut data hasil produktivitas jagung di Kabupaten Sampang:

Tabel 1.1 Produktivitas Jagung menurut Kecamatan di Kabupaten Sampang Tahun 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011

Sumber : Dinas Pertanian Pangan Kabupaten Sampang tahun 2008 -2012

Dari tabel 1.1 diketahui bahwa ada perbedaan pada produktivitas jagung di Kabupaten Sampang dari tahun ketahun, khususnya di Kecamatan Torjun (produktivitas rendah) dan Kecamatan Karangpenang (produktivitas tinggi). Kecamatan Torjun memiliki rata-rata produktivitas jagung sebesar 14,68 kw/ha. Sedangkan Kecamatan Karangpenang memiliki rata-rata produktivitas jagung sebesar 19,12 kw/ha.

Dari data produktivitas jagung tahun 2008 sampai 2012 diatas, dapat di ketahui Kecamatan Torjun mempunyai produktivitas jagung yang paling rendah dibandingkan dengan kecamatan lain, padahal daerah tersebut memiliki kondisi fisik yang baik sebagai lahan pertanian, dimana daerah tersebut merupakan daerah dataran rendah dengan tanah yang cukup subur untuk dijadikan lahan pertanian jagung. Sedangkan di daerah Kecamatan Karangpenang merupakan daerah yang berada di dataran lebih tinggi dengan kondisi tanah yang gersang, yang kurang memungkinkan untuk berkembangnya tanaman jagung didaerah tersebut, tetapi dalam hal ini Kecamatan Karangpenang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Torjun. Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor-Faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang Kabupaten Sampang “.

METODE PENELTIANJenis penelitian ini adalah penelitian survei.

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan dan gambaran secara jelas tentang pengaruh faktor produksi terhadap produktivitas jagung di kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang.

65

No Kecamatan

Produktivitas(Kw/Ha)

2008 2009 2010 2011 2012Rata-rata

1 Sreseh 15,78 16,72 18,45 16,43 14,31 16,34

2 Torjun 15,08 16,18 15,73 15,36 11,05 14,68

3Pengareng

an18,49 19,00 18,20 16,62 17,72 18,01

4 Sampang 20,10 19,17 16,97 18,98 15,86 18,22

5 Camplong 19,08 18,65 16,15 15,87 15,64 17,07

6 Omben 14,48 17,57 17,27 16,46 17,01 16,57

7Kedungdu

ng17,25 16,55 17,61 16,74 11,31 15,89

8 Jrengik 15,68 17,03 16,94 15,45 14,69 15,96

9Tambelen

gan18,91 17,39 17,71 17,36 11,52 16,58

10 Banyuates 17,29 16,32 16,38 16.13 17,32 16,6911 Robatal 16,87 17,30 18,24 16,18 17,49 17,21

12Karang Penang

18,75 18,40 18,73 20,27 19,42 19,12

13 Ketapang 18,45 16,71 16,81 16,92 13,88 16,5514 Sokobanah 17,55 17,42 16,69 16,48 14,48 16,52

65

Page 3: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang Kabupaten Sampang. Dimana terdapat kasus yang sangat unik yaitu, di Kecamatan Torjun merupakan daerah dataran rendah, lahan pertanian yang subur dengan tanah yang basah namun memiliki produktivitas jagung yang rendah sedangkan di Kecamatan Karangpenang merupakan dataran tinggi dengan tanah yang gersang tetapi memiliki produktivitas jagung yang tinggi.

Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang. Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili populasi (Tika, 2005:24). Sampel dari penelitian ini adalah sebagian petani jagung di 12 desa yang berada di Kecamatan Torjun dan 7 desa di Kecamatan Karangpenang. Dalam penelitian ini diperlukan responden petani jagung yang dipakai sebagai sumber dalam memperoleh data. Teknik pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan (Simple Random Sampling) dihitung dengan rumus Slovin sebagai berikut:Rumus : n =

Keterangan :n : Jumlah sempel respondenN : Jumlah populasi respondend2 : Derajat ketelitian 10% (0,1)Dengan menggunakan rumus diatas, perhitungan tentang jumlah responden adalah sebagai berikut:n =

n =

n = 99,32 orangn = 100 orang

Maka responden keseluruhan di dua wilayah yakni: Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang adalah 100 orang. Sementara itu untuk mengetahui proporsi pengambilan sampel tiap desa adalah sebagai berikut:S =

Keterangan :S : Proporsi responden tiap wilayah a : Petani jagung tiap desa : Total petani jagung di 19 desa (2.231 petani)n: Total responden yang telah ditentukan (100 responden)

Berikut adalah hasil perhitungan pemilihan jumlah respenden tiap desa di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang :

Tabel 3.1 Jumlah Responden Menurut Sampel Wilayah di Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang

Sumber : Kecamatan Torjun dalam angka 2012Tabel 3.2 Jumlah Responden Menurut Sampel

Wilayah di Kecamatan Karangpenang Kabupaten Sampang

No DesaJumlah Populasi

Jumlah Sampel

1 Bluuran 144

2 Tlambah 168

3 Gunung kesan 145

4 Karangpenang Onjur 146

5 Bulmatet 152

6 Poreh 150

7 Karangpenang oloh 146

Jumlah 50

Sumber : Kecamatan Karangpenang dalam angka 2012

Teknik pengumpulan data

1. Teknik WawancaraTeknik pengumpulan data ini mendasarkan

diri pada laporan atau informasi dari responden. Wawancara terstuktur dengan menggunakan kousioner meliputi seluruh variabel penelitian dan variabel-variabel lain yang berkaitan dengan variabel pokok dalam penelitian. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah: ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk,

No DesaJumlah Populasi

Jumlah Sampel

1 Dulang 98

2 Patarongan 90

3 Pangongsean 85

4 Krampon 100

5 Bringin nonggal 94

6 Torjun 93

7 Patapaan 101

8 Jeruk porot 99

9 Kodak 112

10 Kanjar 107

11 Kara 98

12 Tana mera 100

Jumlah 50

71002231

144X

81002231

168X

71002231

145X

71002231

146X

71002231

152X

71002231

132X

71002231

146X

41002231

98X

41002231

90X

41002231

100X

41002231

94X

41002231

93X

41002231

104X

41002231

99X

51002231

112X

51002231

107X

41002231

98X

41002231

100X

Page 4: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

pendidikan petani, pendapatan petani dan penggunaan tenaga kerja.

2. DokumentasiTeknik ini digunakan untuk memperoleh data

sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi analisis terhadap data yang diperoleh dari BPS atau Dinas Pertanian.

Teknik Analisis Data

Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda adalah suatu teknik

statistical yang dipergunakan untuk menganalisis pengaruh diantara suatu variabel dependen dan beberapa variabel independen (Gujarti, 2003 dalam Riyadi, 2007:54).

Dalam analisis regresi linier berganda harus memenuhi uji asumsi klasik, dimana Pengujian penyimpangan asumsi klasik dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian uji regresi linier berganda. Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah model yang diajukan dalam penelitian ini dinyatakan bebas atau lolos dari penyimpangan asumsi klasik (Riyadi, 2007:55).

Pengujian penyimpangan asumsi klasik yang dilakukan adalah: uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, dan uji normalitas. Masing-masing pengujian penyimpangan asumsi klasik adalah sebagai berikut:

1. Uji MultikolinieritasPengujian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah tiap-tiap variabel independen saling berhubungan secara linear, apabila sebagian atau seluruh variabel independen berkorelasi kuat berarti terjadi multikolinieritas (Gujarti dalam Riyadi, 2007:77). Multikolinieritas ini menyebabkan kesulitan untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Gejala multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Variable Inflation Factor (VIF) (Webster, 1998 dalam Riyadi :77). Apabila angka VIF ada yang melebihi 10 atau nilai tolerance kurang dari 0,1 berarti terjadi multikolinearitas. Setelah dilakukan Uji Multikolinearitas pada variabel-variabel VIF hasilnya menunjukkan bahwa semua variabel independen pada model yang diajukan bebas dari multikolinearitas atau tidak ada multikolinearitas, hal ini ditunjukkan dengan nilai VIF yang berada dibawah 10, sehingga dapat dikatakan bahwa persamaan tidak mengandung multikolinieritas, sebagaimana dapat dilihat pada lampiran 5.

2. Uji HeteroskedastisitasSuatu model persamaan regresi yang baik harus

memenuhi asumsi homokedastisitas, homo sama dan scedasticity penyebaran, yaitu varians yang

sama (Gujarati dalam Riyadi 2007:78). Pengujian ini bertujuan untuk mendeteksi apakah kesalahan penganggu dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi ke observasi lainnya. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan metode grafik (lampiran 5).Setelah grafik diidentifikasi, hasilnya menujukkan tidak adanya bentuk tertentu yang terbentuk seperti bergelombang, melebar kemudian menyempit serta menyebar tidak merata. Hasil dari scatterplot menunjukkan titik-titik membentuk pola semakin naik keatas atau kebawah diantara nilai 0. Hal ini dapat dipahami bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas (lampiran 5).

3. Uji AutokorelasiAda atau tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi dapat diketahui dengan menggunakan pengujian Durbin-Watson. Hasil perhitungan diperoleh nilai d= 1.883 (Torjun) dan d= 1.942 (Karangpenang). Sementara itu dari tabel Durbin Watson diperoleh nilai dl=1.246 du=1.875 dengan n=50 (Torjun) dan nilai dl=1.335 dan du=1.850 dengan n= 60 (Karangpenang).

Dengan hipotesis:

Ho= tidak ada autokorelasi antar nilai sisa

H1= ada autokorelasi antar nilai sisa

Ho diterima jika nilai d hitung > du. Dalam perhitungan ternyata d hitung > du, (d= 1.883 > 1.875 Kecamatan Torjun) (d= 1.942 > 1.850 Kecamatan Karangpenang) berarti tidak ada autokorelasi (lampiran 5).

4. Uji NormalitasUntuk mengetahui diterima atau tidaknya asumsi ini mennggunakan uji Kolmogorov Smirnov.

Dengan hipotesis:

Ho= data berdistribusi normal

H1= data tidak berdistribusi normal

Ho diterima jika prob (sig.) > α (0,05) . dari hasil perhitungan ternyata data berdistribusi normal yakni prob (sig.) > α (0,05) atau bisa juga dengan melihat kurva, jika titik titik segaris linier berarti data normal (lampiran 5).

Dari rumusan masalah yang di teliti maka teknik analisis data yang digunakan adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh faktor –faktor produksi terhadap produktivitas jagung di Kecamatan torjun dan Kecamatan Karangpenang maka teknik analisis data yang digunakan adalah uji“ Regresi Linier berganda”.

67

67

Page 5: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

2. Untuk mengetahui faktor –faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan torjun dan Kecamatan Karangpenang maka teknik analisis data yang digunakan adalah uji“ Regresi Linier berganda”.

HASIL PENELITIAN1. Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap

Produktivitas Jagung di Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang

Berdasarkan hasil uji regresi liner ganda berikut yang digunakan adalah variabel terikat (produktivitas jagung) dan variabel bebas (ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, pendidikan, pendapatan dan hari orang kerja ) dari data di Kecamatan Torjun diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.23 Tabel Coefficients Pengaruh factor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung di Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang Tahun 2013

Coefficients(a)

a Dependent Variable: produktivitas JagungSumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2013Berdasarkan tabel coefisient diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Ketinggian Tempat (X1)Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = -0,307 pada variabel ketinggian tempat (X1) adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ketinggian tempat tidak berarti akan semakin tinggi pula produktivitas jagungnya namun akan semakin rendah, yaitu jika ketinggian tempat satu tingkat lebih tinggi maka produktivitasnya akan turun 30,7%. Sementara itu nilai p = 0.021 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ketinggian tempat berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

2) Luas Lahan (X2) Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = -0,340 pada luas lahan (X2) adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan

pertaniannya tidak berarti akan semakin tinggi pula produktivitas jagungnya, yaitu jika luas lahan naik satu tingkat lebih tinggi maka tingkat produktivitas jagungnya akan turun 34,0%. Sementara nilai p = 0,013 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

3) Penggunaan Bibit (X3)Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,571 pada variabel penggunaan bibit (X3) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan bibitnya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan bibit naik satu tingkat lebih tinggi maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 57,1%. Sementara itu nilai p = 0.000 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa dari variabel penggunaan bibit berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

4) Penggunaan Pupuk (X4)Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,034 pada variabel penggunaan pupuk (X4) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan pupuknya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan pupuk naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 3,4%. Sementara itu nilai p = 0.783 > 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penggunaan pupuk tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

5) Pendidikan (X5)Dari tabel 4.23 dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,437 pada variabel pendidikan (X5) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikannya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika pendidikan petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 43,7 %. Sementara itu nilai p = 0.001 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa dari variabel pendidikan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

6) Pendapatan (X6)Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,074 pada variabel pendapatan (X6) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatannya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika pendapatan petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 7,4 %. Sementara itu nilai p = 0.524> 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pendapatan tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

7) Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) (X7)

Variabel Beta Sig.

Ketinggian Tempat -,307 ,021 Luas Lahan -,340 ,013 Penggunaan Bibit ,571 ,000 Penggunaan Pupuk ,034 ,783 Pendapatan ,074 ,524 Pendidikan ,437 ,001 Penggunaan Tenaga Kerja

(HOK) ,214 ,090

Page 6: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

Dari tabel 4.23 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,214 pada variabel penggunaan tenaga kerja (X7) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan tenaga kerjanya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan tenaga kerja petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 21,4 %. Sementara itu nilai p = 0.090 > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penggunan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun.

Dari analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh meliputi: ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, dan pendidikan. Sementara itu faktor-faktor yang tidak berpengaruh meliputi: penggunaan pupuk, pendapatan, dan penggunaan tenaga kerja. Sementara itu factor yang paling berpengaruh di Kecamatan Torjun adalah faktor penggunaan bibit, dimana nilai p= 0.000 dan ß= 0,571. Semakin tinggi penggunaan bibit dalam hal ini jumlah maka akan semakin tinggi pula produktivitas jagung yang dihasilkan

2. Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung di Kecamatan Torjun Kabupaten Sampang

Berdasarkan hasil uji regresi liner ganda berikut yang digunakan adalah variabel terikat (produktivitas jagung) dan variabel bebas (ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit, penggunaan pupuk, pendidikan, pendapatan dan hari orang kerja ) dari data di Kecamatan Karangpenang diketahui sebagai berikut:

Tabel 4.24 Tabel Coefficients Pengaruh faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung di Kecamatan Karangpenang Kabupaten Sampang Tahun 2013

Coefficients(a)

a Dependent Variable: produktivitas JagungSumber: Data Primer yang Diolah Tahun 2013

Berdasarkan tabel coefisient diatas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Ketinggian Tempat (X1)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = -0,347 pada variabel ketinggian tempat (X1) adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi ketinggian tempat tidak berarti akan semakin tinggi pula produktivitas jagungnya namun akan semakin rendah, yaitu jika ketinggian tempat satu tingkat lebih tinggi maka produktivitasnya akan turun 34,7%. Sementara itu nilai p = 0.007 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel ketinggian tempat berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

2) Luas Lahan (X2) Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = -0,415 pada luas lahan (X2) adalah bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin luas lahan pertaniannya tidak berarti akan semakin tinggi pula produktivitas jagungnya, yaitu jika status luas lahan naik satu tingkat lebih tinggi maka tingkat produktivitas jagungnya akan turun 41,5%, Sementara nilai p = 0,027 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel luas lahan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

3) Penggunaan Bibit (X3)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,059 pada variabel penggunaan bibit (X3) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan bibitnya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan bibit naik satu tingkat lebih tinggi maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 5,9 %. Sementara itu nilai p = 0.703 > 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penggunaan bibit tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

4) Penggunaan Pupuk (X4)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,680 pada variabel penggunaan pupuk (X4) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan pupuknya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan pupuk naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 68,0%. Sementara itu nilai p = 0.002 < 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penggunaan pupuk berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

5) Pendidikan (X5)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = -0,087 pada variabel pendidikan (X5) adalah

69

Variabel Beta Sig.

Ketinggian Tempat -,347 ,007 Luas Lahan -,415 ,027 Penggunaan Bibit ,059 ,703 Penggunaan Pupuk ,680 ,002 Pendapatan ,335 ,005 Pendidikan -,087 ,455 Penggunaan Tenaga Kerja

(HOK) ,015 ,905

69

Page 7: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

bernilai negatif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendidikannya, maka tidak berarti akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika pendidikan petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan turun 8,7 %. Sementara itu nilai p = 0.455 > 0.05 sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

6) Pendapatan (X6)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,335 pada variabel pendapatan (X6) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatannya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika pendapatan petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 33,5 %. Sementara itu nilai p = 0.005 < 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel pendapatan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

7) Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) (X7)Dari tabel 4.24 diatas dapat diketahui bahwa nilai ß = 0,015 pada variabel penggunaan tenaga kerja (X7) adalah bernilai positif sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi penggunaan tenaga kerjanya, maka akan semakin tinggi pula tingkat produktivitas jagungnya, yaitu jika penggunaan tenaga kerja petani naik satu tingkat lebih tinggi, maka tingkat produktivitas jagungnya akan naik 6,7 %. Sementara itu nilai p = 0.905 > 0.05, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel penggunan tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Karangpenang.

Dari analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi terhadap produktivitas di Kecamatan Karangpenang dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh meliputi: ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan pupuk, dan pendapatan. Sementara itu faktor-faktor yang tidak berpengaruh meliputi: penggunaan bibit, pendidikan, dan penggunaan tenaga kerja. Sementara itu factor yang paling berpengaruh di Kecamatan Karangpenang adalah faktor penggunaan pupuk, dimana nilai p= 0.002 dan ß= 0,680. Semakin tinggi penggunaan pupuk dalam hal ini jumlah, maka akan semakin tinggi pula produktivitas jagung yang dihasilkan.

PEMBAHASAN

Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang memiliki perbedaan dimana faktor-faktor yang berpengaruh di Kecamatan Torjun adalah : ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit dan pendidikan sedangkan untuk Kecamatan Torjun

faktor-faktor yang berpengaruh adalah: ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan pupuk dan pendapatan. Dari semua faktor –faktor yang berpengaruh dikedua wilayah penelitian terdapat faktor yang paling berpengaruh sangat signifikan yaitu penggunaan bibit untuk Kecamatan Torjun dan penggunaan pupuk untuk Kecamatan Karangpenang. Hal ini menjadi kajian yang sangat menarik untuk di kaji mengenai perbedaan antara penggunaan bibit yang menonjol dan penggunaan pupuk, pengaruh keduanya sangat besar terhadap produktivitas jagung dimasing-masing wilayah dimana produktivitas jagung di Kecamatan Torjun cenderung dipengaruhi oleh penggunaan bibit unggul jenis hibrida. Berdasarkan data pengalaman wawancara di lapangan didapatkan bahwa hampir 94% penduduk di Kecamatan Torjun menggunakan jenis bibit hibrida untuk pertanian jagungnya. Para petani di Kecamatan Torjun merasa lebih mudah menggunakan jenis bibit hibrida karena bibitnya merupakan jenis unggul serta sangat mudah untuk merawatnya, Masyarakat torjun menganggap tanpa pupuk kimiapun jagungnya yang berjenis hibrida dapat tumbuh dengan baik mereka beranggapan bahwa dengan bibit yang unggul sudah cukup untuk meningkatkan produksi jagung. Hal ini sesuai dengan pendapat Torop (2010:31) yang menyebutkan bahwa penggunaan bibit yang bermutu tinggi yang berasal dari varietas unggul (hibrida) merupakan salah satu faktor penentu untuk memperoleh kepastian hasil usahatani jagung.

Sementara itu berbeda halnya dengan Kecamatan Karangpenang dimana faktor yang berpengaruh paling menonjol adalah penggunaan pupuk. Penggunaan pupuk di karangpenang sangat intensif dalam artian intensitas pemupukan pupuk kimia dan kandang sangat diperhatikan, hal ini dibuktikan dari hasil pengalaman wawancara lapangan yang menunjukkan bahwa mayoritas 92,5% penduduk melakukan pemupukan selama 3 kali dalam satu kali musim tanam untuk penggunaan jenis pupuk kimia, sementara itu untuk penggunaan pupuk kandang dilakukan satu kali pada waktu pengelolaan lahan sebelum penanaman bibit jagung. Penelitian ini diperkuat oleh pendapat Riyadi (2007:39) yang menyatakan bahwa “untuk memperoleh hasil tinggi dalam usaha tani jagung, pemupukan tanaman jagung dilakukan sebanyak tiga kali dari mulai tanam sampai panen, dengan dosis pupuk yang dianjurkan 30-300kg Urea, 100kg TSP dan 50kg KCL”.

Perbedaan produktivitas jagung di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang tidak lain disebabkan oleh adanya perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh diantaranya yang paling menonjol adalah penggunaan bibit dan penggunaan pupuk. Penggunaan bibit sangat berpengaruh signifikan terhadap produktivitas jagung di Kecamatan Torjun tetapi hal ini tidak terjadi di Kecamatan Karangpenang, justru penggunaan bibit jenis unggul hibrida hampir tidak ditemui di karangpenang, penggunaan bibit di wilayah ini lebih cenderung menggunakan bibit berjenis lokal atau yang lebih dikenal dengan bibit jenis ‘medureh’. Penduduk Karangpenang beranggapan bahwa sukses

Page 8: PENGARUH FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKTIVITAS JAGUNG ANTARA KECAMATAN TORJUN DAN KECAMATAN KARANGPENANG KABUPATEN SAMPANG

Pengaruh Faktor-faktor Produksi terhadap Produktivitas Jagung antara Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang

tidaknya dalam bertani jagung yakni dari pemupukannya , dimana di daerah karangpenang pemupukan sangat diperhatikan baik penggunaan pupuk kandang ataupun pupuk kimia. Sementara itu pemupukan di Kecamatan Torjun tidak sebagus di Kecamatan Karangpenang di torjun memang yang digunakan adalah bibit berjenis unggul hibrida tetapi pemupukannya kurang diperhatikan, penduduk di daerah torjun lebih terfokus terhadap penguunaan bibit yang mereka gunakan, padahal secara komprehensif dalam ilmu pertanian pemupukan merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam bertani, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh (Soekartawi dalam Suryana 2005;19) yang mengatakan bahwa “ Penggunaan pupuk sangatlah bermanfaat dalam mempertahankan kandungan unsur hara yang ada didalam tanah serta memperbaiki atau menyediakan kandungan unsur hara yang kurang atau bahkan tidak tersedia ditanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman”. Permasalahan inilah yang menyebabkan adanya perbedaan mengapa Kecamatan Torjun memiliki produktivitas jagung yang lebih rendah dibandingkan dengan Kecamatan Karangpenang.

PENUTUP

Simpulan Berdasarkan hasil pengujian data dalam penelitian

ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:1. Dari uji regresi linier ganda untuk Kecamatan

Torjun diperoleh hasil bahwa faktor –faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas jagung yaitu variable ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan bibit dan variabel pendidikan. Sedangkan di Kecamatan Karangpenang diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas jagung di yaitu variabel ketinggian tempat, luas lahan, penggunaan pupuk, dan pendapatan.

2. Dari uji regresi linier ganda untuk Kecamatan Torjun diketahui bahwa faktor yang paling berpengaruh terhadap produktivitas jagung yaitu variabel penggunaan bibit, Sedangkan di Kecamatan Karangpenang diketahui bahwa variabel yang paling berpengaruh yaitu penggunaan pupuk dengan.

Saran Dari simpulan di atas saran yang penulis harapkan

dara penelitian ini adalah sebagai berikut:1. Harapan peneliti untuk Kecamatan Torjun yaitu

penggunaan bibit hibrida harus diimbangi dengan penggunaan pupuk yang sesuai demi meningkatkan produktivitas jagung. Sementara itu untuk Kecamatan Karangpenang penggunaan pupuk yang memadai harus diimbangi dengan penggunaan bibit yang lebih berkualitas dalam hal ini adalah bibit hibrida.

2. Peneliti sadar akan kekurangan dari hasil penelitian yang dilakukan

di Kecamatan Torjun dan Kecamatan Karangpenang, maka dari itu perlu adanya penelitian lanjut untuk menelaah atau mencari variabel-variabel/faktor-faktor lain yang mungkin memiliki pengaruh lebih besar atau dapat menjelaskan keterkaitan yang lebih tinggi dibandingkan penelitian yang peneliti lakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Alizar. 1999. Pengaruh Faktor-faktor Produksi Terhadap Pendapatan Usaha Tani Jagung. Sumatera Barat: BAPPEDA Sumatera Barat dan CV. Karya Putra Padang.

Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Dalam Angka 2012. Torjun: BPS Kabupaten Sampang.

Badan Pusat Statistik. 2012. Kecamatan Dalam Angka 2012. Karangpenang: BPS Kabupaten Sampang.

Badan Pusat Statistik. 2012. Kabupaten Dalam Angka 2012. Sampang: BPS Jawa Timur

Mubyarto, 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT. Pustaka LP3ES.

Riyadi, Suryana. 2007. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Jagung di Kecamatan Wirosari. Tesis. Semarang. Universitas Diponogoro Semarang

Sugiono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Rineke Pustaka

Tika. Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi, Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Toussaint, W. D. Dan C. E. Bieshop. 1979. Pengantar Analisa Ekonomi Pertanian. Terjemahan oleh Tim Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada : Drs. Wisnuaji. M.A , Harsojono, S.E. Drs.Suparmoko, M.A. Jakarta: Mutiara

Torop. 2010. Analisis Efisiensi Produksi Jagung dan Pendapatan pada Uasaha Tani Jagung di Kecamatan Wirosari. Skripsi. Semarang. Universitas Diponogoro Semarang.

Tim Penyusun. 2006. Panduan Penulisan dan Penelitian Skripsi. Surabaya: Unesa University Press

Wibowo Arif, Dkk. 2008. Modul SPSS. Surabaya: Universitas Airlangga.

71

71