Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tbk)
SKRIPSI
Oleh
IRA NURANDINA
NIM 105730543115
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2020
ii
PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN BEBAN PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA
(STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Tbk)
SKRIPSI
Oleh IRA NURANDINA
NIM 105730543115
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan
Studi Pada Program Studi Strata 1 Akuntansi
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR 2020
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Hidup itu cuman sekali, jadi jangan sia-siakan!!“
Persembahan
Karya sederhana ini penulis persembahkan kepada:
1. Kepada kedua orang tuaku yang senang tiasa membimbingku dan
mendoakan disetiap perjalanan hidupku.
2. Teman-teman kelas AK 15 G yang selalu memberikan motivasi,
semangat dan bantuan.
3. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar, yang telah memberikan ilmu dan memberikan
pelayanan yang baik selama masa perkuliahan.
iv
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah
SWT. atas berkat rahmat-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan
pula kepada Rasulallah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan lainnya
berupa nikmat yang tak ternilai manakala penulis skripsi yang berjudul “Pengaruh
Aktiva Pajak Tangguhan dan Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen
Laba (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia’.
Skripsi yang dibuat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam
mneyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan
dan hambatan, tetapi berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik
berupa material, doa, tenaga, informasi serta waktu, penulis dapat mengatasinya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, perkenankan penulis
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tak terhinggan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M. Ag, Rektor Universitas
Muhammadiyah Maassar
2. Bapak Ismail Rasulong, SE, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Kedua orang tua penulis yang telah menjadi panutan dalam menjalani
hidup ini, karena berkat doa dan restu serta dorongannya penulis
viii
memperoleh kekuatan kembali untuk menyelesaikan tugas-tugas yang di
berikan dari akademik ini.
4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE., M. Si., Ak., CA., CSP., selaku Ketua
Prodi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah
Makassar.
5. Ibu Ruliaty, MM selaku Pembimbing I yang senangtiasa meluangkan
waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi
selesai dengan baik.
6. Bapak Andi Arman, SE., M.Si., Ak.CA selaku pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian
skripsi.
7. Bapak/Ibu dan asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan
ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah.
8. Segenap Staf dan Karyawan Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar.
9. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi
Akuntansi Angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit
bantuannya dan dorongannya dalam aktivitas penulis.
10. Terima kasih juga kepada Muh. Suhdi dan Adikku tercinta Rahmat yang
telah mendorong dalam mengerjakan skripsi secepatnya agar cepat
selesai sarjana.
11. Terima kasih juga yang sebesar-besarnya kepada sahabat-sahabat saya,
salah satunya Nutvi Ahyunin yang telah berkenan meminjamkan
laptopnya demi selesainya skripsi saya.
ix
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun kami
harapkan dari semua pihak, demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
Mudah-mudahan skripsi sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Billahi fii sabilil haq, fastabikul khairat, wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, 15 Oktober 2020
Penulis
x
ABSTRAK
IRA NURANDINA, tahun 2020 Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan dan Beban
Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba (Studi Kasus Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia), Skripsi
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Ibu Ruliaty dan
Pembimbing II Bapak Andi Arman.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menguji
apakah terdapat pengaruh aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba. Modifikasi model Jones digunakan untuk menghitung
discretionary accruals (proksi manajemen laba). Data yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan data sekunder yang berasal dari laporan keuangan
perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2016-
2018 dengan menggunakan purposive sampling, penelitian ini mendapat 30
sampel perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktiva pajak
tangguhan dan beban pajak tangguhan mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap kemungkinan perusahaan melakukan praktik manajemen
laba.
Kata kunci : Aktiva pajak tangguhan, beban pajak tangguhan dan manajemen
laba
xi
ABSTRACT
IRA NURANDINA, 2020 Effect of Deferred Tax Assets and Deferred Tax Burden
on Profit Management (Case Study of Manufacturing Companies Listed on the
Indonesia Stock Exchange), Thesis of Accounting Study Program at the Faculty
of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Supervised
by Supervisor I Mrs. Ruliaty and Supervisor II Mr. Andi Arman. This study aims to
identify and test the effect of deferred tax assets, deferred tax expense on
earnings management. Modifications to the Jones model are used to calculate
discretionary accruals (proxy for earnings management). The data used in this
study is secondary data derived from the financial statements of Manufacturing
companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2016-2018 using purposive
sampling, this study received 30 company samples. The results of this study
found that deferred tax assets and deferred tax expense have a positive and
significant impact on the likelihood of companies engaging in earnings
management practices.
Keywords: Deferred tax assets, deferred tax expense and earnings management
xii
DAFTAR ISI
SAMPUL .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................................ ix
ABSTRACT ...................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................ ....................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................... ....................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................. ....................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .............. ....................................................................... xvi
I. PENDAHULUAN ......... ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah . ....................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .... ....................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian . ....................................................................... 8
II. TINJAUAN PUSTAKA . ....................................................................... 9
A. Landasan Teori ...... ....................................................................... 9
1. Teori Agensi ..... ....................................................................... 9
2. Aktiva Pajak Tangguhan ........................................................... 10
3. Beban Pajak Tangguhan .......................................................... 13
4. Manajemen Laba ...................................................................... 15
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba ............... 19
B. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 22
C. Kerangka Pemikiran ....................................................................... 25
D. Hipotesis ................ ....................................................................... 27
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 31
A. Jenis dan sumber Data ................................................................... 31
xiii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ..................... 32
1. Variabel Dependen ................................................................... 32
2. Variabel Independen ................................................................. 35
a. Aktiva Pajak Tangguhan ............................................... 35
b. Beban Pajak Tangguhan ............................................... 35
D. Populasi dan Sampel ...................................................................... 37
E. Metode Pengumpulan Data ............................................................ 38
F. Metode Analisis Data ...................................................................... 38
1. Analisis Statistik Deskriptif ......................................................... 38
2. Uji Asumsi Klasik ....................................................................... 39
a. Uji Normalitas ............................................................... 39
b. Uji Multikolinearitas ....................................................... 40
c. Uji Autokorelasi ............................................................ 41
d. Uji Heteroskedastisitas ................................................ 41
3. Uji Hipotesis....... ....................................................................... 42
a. Uji Statistik R2 ............................................................. 42
b. Uji statistik t .................................................................. 43
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................................... 44
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................... 46
1. Deskripsi Objek Penelitian ............................................................... 46
B. Analisis dan Pembahasan ..................................................................... 46
1. Analisis Statistik Deskriptif .............................................................. 46
a. Aktiva Pajak Tangguhan ............................................................ 46
b. Beban Pajak Tangguhan ........................................................... 48
c. Manajemen Laba ....................................................................... 49
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................... 53
a. Hasil Uji Normalitas .................................................................. 53
b. Hasil Uji Multikolinearitas .......................................................... 54
c. Hasil Uji Autokorelasi ................................................................ 55
d. Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 56
3. Hasil Uji Hipotesis ... ....................................................................... 57
a. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ........................................ 57
b. Hasil Uji Statistik t .................................................................... 57
xiv
C. Pembahasan ................. ....................................................................... 58
V. PENUTUP ..................... ....................................................................... 62
A. Kesimpulan ................... ...................................................................... 62
B. Saran ............................ ....................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................ ........................................................................ 64
LAMPIRAN ............................... ....................................................................... 65
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ........................................................... 22
Tabel 4.1 Tabel Tahapan Seleksi Sampel .................................................... 44
Tabel 4.2 Tabel Smpel Data Penelitian ........................................................ 46
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan .................................. 48
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Beban Pajak Tangguhan ................................. 49
Tabel 4.5 Tabel Manajemen Laba ............................................................... 51
Tabel 4.6 Tabel Description Statistics .......................................................... 52
Tabel 4.7 Tabel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ............................. 53
Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas ............................................................. 54
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ................................................................... 55
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi .................................................. 57
Tabel 4.11 Hasil Uji t .................................................................................... 58
Tabel 4.12 Ringkasan Hasil Hipotesis .......................................................... 59
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ……………………………………. 27
Gambar 4.1 Hasil Uji Normal Probability Plot……………………………………. 53
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot …………………….………………………………. 56
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Aktiva Pajak Tangguhan Periode 2016-2018 ............................... 66
2. Beban Pajak Tangguhan Periode 2016-2018 ............................... 67
3. Laba Bersih Periode 2016-2018 ................................................... 68
4. Total Asset Periode 2016-2018 .................................................... 69
5. Arus Kas Periode 2016-2018 ....................................................... 70
6. Hasil Olahan Regresi Berganda .................................................... 71
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era sekarang ini, perusahaan dihadapkan oleh persaingan yang keras
untuk dapat eksis dalam pasar global, khususnya untuk industri properti di
Indonesia. Dalam rangka untuk lebih kuat bersaing, perusahaan dituntut
untuk memiliki keunggulan kompetitif dari perusahaan lainnya. Dan
perusahaan tidak hanya dituntut untuk menghasilkan produk yang bermutu
bagi konsumen, tetapi juga bisa mengelola keuangannya dengan baik,
artinya kebijakan pengelolaan keuangan harus dapat menjamin
keberlangsungan usaha perusahaan dan hal tersebut ditunjukkan dengan
besarnya laba yang didapat oleh perusahaan, keadaan seperti inilah yang
biasa mendorong manajer untuk melakukan perilaku menyimpang dalam
menyajikan dan melaporkan informasi laba tersebut.
Menurut Walker dalam Wang (2016) menyebut manajemen laba
penggunaan kebijaksanaan manajerial (dalam GAAP) atas pilihan akuntansi,
pilihan pelaporan laba, dan keputusan ekonomi nyata untuk mempengaruhi
bagaimana peristiwa ekonomi yang mendasarinya tercermin dalam satu atau
lebih ukuran pendapatan. Kondisi inilah yang memotivasi manajer untuk
melakukan praktik manajemen laba dengan cara menutupi kinerja
2
perusahaan yang sebenarnya dan menampilkan kinerja yang sesuai dengan
apa yang ingin manajer tampilkan. (Tandan Jamal, 2006 dalam Kristanto
2012).
Manajemen laba merupakan upaya manajer perusahaan untuk
mengintervensi atau mempengaruhi informasi-informasi dalam laporan
keuangan dengan tujuan untuk mengelabuhi stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan (Djamaluddin 2008:56).
Manajemen laba (earnings management) adalah salah satu fenomena yang
sukar untuk dihindari, karena fenomena ini merupakan dampak penggunaan
dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan (Sulistyanto 2008:48).
Sedangkan menurut Schipper (dalam Sulistyanto 2008), manajemen laba
adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan
eksternal, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
Berdasarkan pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manajemen
laba merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh manajer dengan cara
memanipulasi data atau informasi akuntansi agar jumlah laba yang tercatat
dalam laporan keuangan sesuai dengan keinginan manajer, baik untuk
kepentingan peribadi maupun kepentingan perusahaan.
Praktik manajemen laba bisa terjadi di perusahaan mana saja dalam
negeri maupun luar negeri. Fenomena manajemen laba yang terjadi belum
3
lama ini yaitu salah satu perusahaan elektronik asal Jepang yaitu Toshiba
diduga memalsukan laporan keuangan sehingga pengawas keuangan
Jepang berencana memberi hukuman kepada perusahaan teknologi Toshiba
Corp. Skandal akuntansi Toshiba diperkirakan mencapai lebih dari US$ 1
miliar per Maret 2014. Akibat peristiwa ini, publik mempertanyakan kinerja
manajemen perusahaan CEO Toshiba Corp. Di tahun 2014-2015, Toshiba
memproyeksi laba bersih sebesar 120 milliar yen atau sekitar 1 milliar dollar
AS ( Panji, 2015 ).
Di Indonesia manajemen laba sudah lama muncul, beberapa kasus
manajemen laba yang diduga terjadi pada pelaporan akuntansi secara luas
diantaranya yaitu pada tahun 2015 PT. Inovisi Infracom Tbk (INVS) yang
dihentikan dalam perdagangan sahamnya karena Bursa Efek Indonesia
(BEI) menemukan sekitar delapan kesalahan dalam laporan keuangan pada
perusahaan PT. Inovisi Infracom Tbk (INVS) pada kuartal III-2014 (Laidian,
2015).
PT. Ancora Mining Service (AMS) 2011 yang dilaporkan Forum
Masyarakat Peduli Keadilan (FMPK) ke Direktorat Jendral Pajak (DJP)
Kementerian Keuangan atas dugaan manipulasi laporan keuangan. Ketua
Bagian Investigasi FMPK, Mustopa, menjelaskan indikasi manipulasi itu
terlihat dari adanya penghasilan sebesar Rp 34,9 milliar namun tidak ada
4
pergerakan investasi. Selain itu, ditemukan bukti pembayaran bunga
sebesar Rp 18 milliar padahal AMS mengaku tidak memiliki utang. FMPK
juga menemukan bukti piutang senilai Rp5,3 milliar namun tidak ada
kejelasan atas transaksi tersebut (Pristine, 2011).
PT. Katarina Utama Tbk diduga telah memanipulasi laporan keuangan
sebagaimana dituduhkan oleh salah satu pemegang sahamnya PT. Media
Intertel Graha tentang laporan keuangan yang mencantumkan adanya
piutang usaha dari MIG sebesar 8,606 milliar dan pendapatan dari MIG
sebesar Rp. 8,606 milliar dari pendapatan Rp. 6,773 milliar. Tidak hanya itu,
PT. Katarina Utama Tbk diduga telah melakukan sejumlah proyek fiktif
dalam laporan perseorangan (Prayogi, 2010). Selain keempat perusahaan
diatas terdapat beberapa perusahaan lainnya yang melakukan manajemen
laba yaitu, Enron Corporation, Olympus, PT. Kimia Farma, PT. Indofarma,
PT. Lippo Bank, PT. Ades Alfindo, PT. Kereta Api Indonesia, PT.
Perusahaan Gas Negara, dan lain sebagainya.
Tingginya tingkat persaingan pada akhirnya menimbulkan suatu tekanan
pada perusahaan untuk berlomba-lomba menunjukkan kualitas dan kinerja
yang baik, tanpa mempedulikan apakah cara yang dipergunakan tersebut
diperbolehkan atau tidak. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih
banyaknya perusahaan yang melakukan praktik manajemen laba. Praktik
5
manajemen laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti beban pajak
tangguhan dan aktiva pajak tangguhan.
Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan
antara laba akuntansi yaitu laba dalam pelaporan keuangan untuk
kepentingan eksternal dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai
dasar perhitungan pajak) (Harnanto, 2013). Penelitian Phillips et. al (2003),
menemukan bahwa beban pajak tangguhan dapat digunakan untuk
memprediksi praktik manajemen laba oleh manajemen dengan dua tujuan
untuk menghindari penurunan laba dan menghindari kerugian. Beban pajak
tangguhan memungkinkan perusahaan untuk memanfaatkan celah
merekayasa laporan keuangannya karena beban pajak tangguhan
mengakibatkan tingkat laba yang diperoleh menurun. Dan Timuriana (2015)
menunjukan bahwa beban pajak tangguhan secara parsial tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba, apabila beban pajak tangguhan
mengalami kenaikan maka manajemen laba akan mengalami penurunan.
Aktiva pajak tangguhan adalah dampak atau akibat yang terjadi
dikarenakan adanya perbedaan waktu antara perlakuan akuntansi dan
perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat digandakan pada periode
yang akan datang. Dampak dari pph di masa yang akan datang itu
sebaiknya dapat diakui, dihitung, disajikan dan dapat diungkapkan dalam
6
laporan keuangan, baik dalam neraca maupun laba rugi (Harnanto, 2013).
Berdasarkan penelitian Pindiharti (2011) bahwa aktiva pajak tangguhan
dijadikan proksi sebagai indikator dari praktik manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Aktiva pajak tangguhan yang jumlahnya diperbesar
oleh manajemen dimotivasi adanya pemberian bonus, bebas politis atas
besarnya perusahaan dan minimalisasi pembayaran pajak agar tidak
merugikan perusahaan. Mengacu pada pernyataan tersebut, maka di
ekspektasikan adanya peranan antara aktiva pajak tangguhan yang
dimungkinkan dapat digunakan sebagai indikator adanya manajemen laba,
jika jumlah aktiva pajak tangguhan semakin besar maka semakin tinggi
manajemen melakukan praktik manajemen laba. Hasil penelitian Timuriana
(2015) aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba.
Berdasarkan uraian diatas, terdapat perbedaan hasil dari penelitian-
penelitian sebelumnya mengenai hubungan beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba mapupun hubungan aktiva pajak tangguhan
terhadap manajemen laba, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
yang berjudul “PENGARUH AKTIVA PAJAK TANGGUHAN DAN BEBAN
PAJAK TANGGUHAN TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris
pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2016-2018)”.
7
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengaruh aktiva pajak tangguhan terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah pengaruh beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?
C. Tujuan Penelitian
Bertitik tolak dari rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian
ini adalah : untuk menguji apakah aktiva pajak tangguhan dan beban pajak
tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan yang
terdaftar di BEI.
D. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memperluas wawasan
dan pengetahuan mengenai manajemen laba, beban pajak tangguhan
dan aktiva pajak tangguhan dan bagaimana pengaruh antara ketiganya.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis penelitian ini terbagi menjadi 2, yaitu:
1) Bagi Investor
8
Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada investor tentang praktik
manajemen laba yang seringkali dilakukan oleh perusahaan. Dengan
peneltian ini, investor dapat mengetahui beberapa celah yang dapat
dipergunakan perusahaan untuk melakukan praktik manajemen laba
sehingga investor dapat lebih cermat pada saat menganalisis laporan
keuangan yang disajikan oleh perusahaan.
2) Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur dan referensi
dalam melakukan penelitian selanjutnya terkait pengaruh aktiva pajak
tangguhan dan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Teori Agensi
Menurut Jensen dan Meckling (dalam Ristiyanti dan Syafruddin, 2012)
mendefinisikan “hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu
orang atau lebih pemilik (principal) yang menyewa orang lain (agent) untuk
melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian
wewenang pengambilan keputusan kepada pihak agen”.
Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu bertindak untuk
kepentingan mereka sendiri. Salah satu hipotesis teori agensi menyatakan
bahwa manajemen berupaya untuk memaksimumkan kesejahteraannya
sendiri dengan meminimumkan biaya-biaya keagenan yang timbul dari
pemantauan dan penyelenggaraan kontrak. Hal ini tidak sama dengan
mengatakan bahwa manajemen akan berupaya untuk meningkatkan nilai
perusahaan (Bastian, 2006:213).
Agen biasanya memiliki sebagian besar dari kekayaan mereka yang
terikat dengan kekayaan perusahaan. Modal manusia adalah nilai manajer
sebagaimana dipandang oleh pasar dan dipengaruhi oleh kinerja
perusahaan. kekayaan ini terdiri dari kekayaan keuangan mereka maupun
10
modal manusia mereka. karena apabila terjadi penurunan utilitas atas
kekayaan dan besarnya jumlah modal agen yang bergantung pada
perusahaan, agen akan bersifat enggan menghadap resiko (risk averse).
Sedangkan, prinsipal menyejahterakan dirinya dengan profitabilitas/laba
yang selalu meningkat.
2. Aktiva Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak pph di masa yang
akan datang yang disebabkan oleh perbedaan temporer (waktu) antara
perlakuan akuntansi dan perpajakan serta kerugian fiskal yang masih dapat
dikompensasikan di masa datang (tax loss carry forward) yang perlu
disajikan dalam laporan keuangan tertentu.
Menurut Sukrisno, (2008:202) Perbedaan temporer dimaksudkan
sebagai perbedaan antara dasar pengenaan pajak (tax base) dari suatu aset
atau kewajiban dengan nilai tercatat pada aset atau kewajiban yang
berakibat pada perubahan laba fiskal periode mendatang. Terjadinya
perubahan tersebut dapat bertambah (future taxable amount) atau
berkurang (future deductible amount) pada saat aset dipulihkan atau
kewajiban dilunasi/dibayar. Perbedaan temporer ini berakibat harus diakui
aset dan/atau kewajiban pajak tangguhan.
11
Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai manfaat
pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan dipulihkan
dalam periode yang akan datang sebagai akibat adanya perbedaan
sementara antara standar akuntansi keuangan dengan peraturan perpajakan
dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat dikompensasikan pada
periode mendatang (IAI 2002). Besaran aktiva pajak tangguhan dicatat bila
dimungkinkan adanya realisasi manfaat pajak di masa yang akan datang.
Oleh karena itu dibutuhkan judgment untuk menaksir seberapa mungkin
aktiva pajak tangguhan tersebut dapat direalisasikan. Beberapa peneliti dan
profesi akuntan berpendapat bahwa aktiva pajak tangguhan tersebut dapat
direalisasikan pada periode mendatang dengan probabilitas lebih dari 50%
(Smith and Freeman 1992; Martin 1992; Kiswara 2002).
Sebaliknya apabila probabilitas terealisasinya aktiva pajak tangguhan
pada periode mendatang tersebut kurang dari 50%, maka diperlukan
penilaian untuk mengurangi atau menurunkan saldo akun aktiva pajak
tangguhan hingga sebesar yang dapat direalisasikan. Faktor-faktor yang
mengindikasikan bahwa terdapat probabilitas kurang dari 50 persen atau
kurang dari realisasi di masa yang akan datang atas aktiva pajak adalah:
adanya sejarah kerugian di masa sebelumnya, suatu ekspektasi dari
kerugian di masa yang akan datang walaupun pada tahun sebelumnya
12
menunjukkan profitabilitas, manfaat pajak yang telah terjadi atau dinikmati,
dan ketidakpastian dan sifat bersyaratnya, seperti kasus hukum yang dapat
mengakibatkan gangguan kelanjutan usaha (Kiswara 2002).
Nilai tercatat aktiva pajak tangguhan harus ditinjau kembali (pada tanggal
neraca, (IAI 2002). Perusahaan harus menurunkan nilai tercatat tersebut
apabila laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian
atau semua aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan
kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai (IAI 2002). Dengan
adanya kewajiban untuk selalu melakukan peninjauan kembali pada tanggal
neraca, maka setiap tahun manajemen harus membuat suatu penilaian
untuk menentukan saldo aktiva pajak tangguhan dan pencadangan aktiva
pajak tangguhan, sedangkan penilaian manajemen untuk menentukan saldo
cadangan aktiva pajak tangguhan tersebut bersifat subjektif (Burgstahler
dkk, 2002).
Dengan demikian, profesi akuntan harus memiliki kemampuan
pertimbangan (judgement) dalam menentukan penghasilan masa lalu dan
masa yang akan datang yang akan berpengaruh pada penilaian cadangan
aktiva pajak tangguhan.
Dengan diberlakukannya PSAK No. 46 yang mensyaratkan para manajer
untuk mengakui dan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang dapat
13
disebut pencadangan nilai aktiva pajak tangguhan (deferred tax assets
valuation allowance) maka peraturan ini dapat memberikan kebebasan bagi
manajemen untuk menentukan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penilaian aktiva pajak tangguhan pada laporan keuangan, sehingga dapat
digunakan untuk mengindikasikan ada tidaknya rekayasa laba atau
manajemen laba. Aktiva pajak tangguhan diukur dengan perubahan nilai
aktiva pajak tangguhan pada akhir periode t dengan t-1 dibagi nilai aktiva
pajak tangguhan pada akhir periode t-1 (Suranggane, 2007).
3. Beban Pajak Tangguhan
Pajak tangguhan adalah pajak yang pengakuannya ditangguhkan atau
ditunda, sebagai antisipasi terhadap konsekuensi utang pajak penghasilan,
baik yang timbul di masa kini maupun di masa depan. Konsep pajak
tangguhan berlatar belakang dari perbedaan standard waktu pengakuan
dalam pengenaan pajak. Perbedaan perlakukan terhadap pendapatan dan
biaya (baik pada saat pengakuan maupun nilainya) sudah pasti akan
menimbulkan perbedaan nilai antara laba sebelum pajak dengan laba kena
pajak (DPP PPh) dalam laporan laba/rugi, yang pada akhirnya juga
mengakibatkan perbedaan pada pengakuan utang pajak penghasilan di
laporan posisi keuangan. Pendirian yang berlaku umum bagi akuntansi yaitu
beban pajak penghasilan merupakan biaya yang seharusnya disandingkan
14
dengan penghasilan yang bersangkutan. Proses yang mengaitkan antara
beban pajak penghasilan dengan penghasilan yang bersangkutan dikenal
dengan alokasi pajak. Metode alokasi interperiode dapat dilakukan dengan 3
(tiga) cara yaitu metode pajak tangguhan, metode kewajiban, dan metode
pajak neto. Menurut PSAK 46, di antara ketiga metode tersebut, hanya
metode pajak tanggguhan yang diperkenankan untuk digunakan. Metode
pajak tangguhan digunakan karena memperhitungkan alokasi perbedaan
temporer yang komprehensif.
Beban pajak tangguhan mencerminkan besarnya beda waktu yang telah
dikalikan dengan suatu tarif pajak marginal. Beda waktu timbul karena
adanya kebijakan akrual (discretionary accruals) tertentu yang diterapkan
sehingga terdapat suatu perbedaan waktu pengakuan penghasilan atau
biaya antara akuntansi dengan pajak. Mengingat bahwa kebijakan akrual
tersebut merupakan cara manajer melakukan manajemen laba dan beban
pajak tangguhan merefleksikan kebijakan akrual tersebut dengan besaran
beda waktu yang dihasilkan. Beban pajak tangguhan diperoleh dari periode
laporan keuangan dibagi dengan total aktiva pada periode sebelumnya.
Selisih dari perbedaan pengakuan antara laba akuntansi komersial
dengan akuntansi fiskal yang akan menghasilkan koreksi berupa koreksi
positif dan negatif. Koreksi positif akan menghasilkan aktiva pajak tangguhan
15
sedangkan koreksi negatif akan menghasilkan beban pajak tangguhan.
Menurut Philips et al (2003) perhitungan tentang beban pajak tangguhan
dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban pajak tangguhan
dengan total aktiva atau total aset. Hal itu dilakukan untuk pembobotan
beban pajak tangguhan dengan total aset pada periode t-1 untuk
memperoleh nilai yang terhitung dengan proposional.
4. Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan pengungkapan manajemen sebagai alat
intervensi langsung manajemen dalam proses pelaporan keuangan melalui
pengolahan pendapatan atau keuntungan dengan maksud untuk
mendapatkan keuntungan atau manfaat tertentu bagi manajer maupun
perusahaan yang dilandasi oleh faktor ekonomi (Ujiyanto, 2004).
Subramanyam dan Halsey (2005:18) manajemen laba merupakan hasil
akuntansi akrual yang paling bermasalah. Penggunaan dan penilaian dan
estimasi dalam akuntansi akrual mengizinkan manajer untuk menggunakan
informasi dalam dan pengalaman mereka untuk menambah kegunaan angka
akuntansi.
Pola earnings management yang biasa dilakukan menurut Scott (2000)
dalam Sitorus (2006) yaitu:
a) Taking a Bath
16
Manajemen mencoba mengalihkan expected future cost ke masa kini,
agar memiliki peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa yang
akan datang. Biasanya dilakukan jika perusahaan mengadakan
restrukturisasi atau reorganisasi seperti pergantian CEO.
b) Income Minimization
Manajemen mencoba memindahkan beban ke masa kini agar memiliki
peluang yang lebih besar mendapatkan laba di masa mendatang.
c) Income Maximization
Manajemen mencoba meningkatkan laba masa kini dengan
memindahkan beban ke masa mendatang. Biasanya dilakukan manajer
dalam rangka memperoleh bonus tahunan.
d) Income Smoothing
Tindakan dimana manajemen memperhalus fluktuasi laba dari periode
ke periode dengan cara memindahkan laba dari periode yang memiliki
laba tinggi ke periode yang memiliki laba rendah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Watts and Zimmerman
(1986), secara empiris membuktikan bahwa hubungan prinsipal dan agen
sering ditentukan oleh angka akuntansi. Hal ini memacu agen untuk
memikirkan bagaimana angka akuntansi tersebut dapat digunakan sebagai
sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan
17
agen tersebut adalah manajemen laba (Ma’ruf, 2006). Menurut Scott (2000)
dalam Sitorus (2006), terdapat berbagai motivasi perusahaan melakukan
manajemen laba, yaitu :
a. Other Contractual Motivations
Secara umum untuk memenuhi kewajiban-kewajiban kontraktual,
termasuk perjanjian hutang (debts covenants).
b. To Communicate Information To Investors
Investor akan melihat kebijakan akuntansi yang dipilih ketika
mengevaluasi dan membandingkan laba.
c. Political Motivations
Untuk mengurangi biaya politis dan pengawasan dari pemerintah, untuk
memperoleh kemudahan dan fasilitas pemerintah seperti subsidi dan
perlindungan dari pesaing luar negeri, untuk meminimalkan tuntutan
serikat buruh, yang dilakukan dengan cara menurunkan laba.
d. Taxation Motivations
Manajemen laba dilakukan untuk tujuan penghematan pajak, yaitu
dengan cara memperkecil perolehan laba sehingga mengakibatkan apa
yang dibayarkan kepada pemerintah juga lebih kecil dari yang
seharusnya.
e. Changes of Chief Executive Officer (CEO)
18
CEO yang mendekati akhir jabatannya, cenderung melakukan income
maximation untuk meningkatkan bonus mereka.
f. Initial Public Offerings (IPO)
Perusahaan yang akan melakukan penawaran saham perdana (IPO),
cenderung melakukan income increasing untuk menarik calon investor.
Sedangkan menurut Watt and Zimmerman (1986) dalam Suryani (2010)
menyebutkan 3 (tiga) hal yang melatarbelakangi terjadinya praktik
manajemen laba, antara lain:
a. Bonus Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya, yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang
memberikan bonus besar berdasarkan earnings, lebih banyak
menggunakan metode akuntnasi yang meningkatkan laba yang
dilaporkan.
b. Debt Covenant Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit,
cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam
pandangan pihak eksternal.
c. Political Cost Hypothesis
19
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba.
Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi, pemerintah akan
segera mengambil tindakan, misal : mengenakan anti-trust, menaikkan
pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Manajemen Laba
a. Ukuran Perusahaan (Size)
Terdapat dua pendapat yang saling bertentangan terkait dengan
hubungan ukuran perusahaan dan praktik manajemen laba. Bhushan
(1989), Ashari et al, serta Fox (1997) dalam Subagyo (2011)
berpendapat bahwa perusahaan yang berukuran kecil lebih cenderung
melakukan manajemen laba dibandingkan dengan perusahaan besar.
Hal ini dikarenakan perusahaan besar cenderung mendapatkan
perhatian yang lebih besar dari analis dan investor dibandingkan
dengan perusahaan kecil. Di satu sisi beberapa peneliti berpendapat
bahwa perusahaan besar cenderung menghindari fluktuasi laba yang
terlalu drastis karena kenaikan laba yang drastis akan menyebabkan
bertambahnya beban pajak perusahaan serta akan memberikan
gambaran yang kurang baik bagi perusahaan.
b. Tingkat Hutang (leverage)
20
Besarnya tingkat hutang (leverage) perusahaan dapat
mempengaruhi tindakan manajemen laba. Menurut Husnan (2001)
menyatakan bahwa leverage yang tinggi disebabkan kesalahan
manajemen dalam mengelola keuangan perusahaan atau penerapan
strategi yang kurang tepat dari pihak manajemen. Oleh karena
kurangnya pengawasan yang menyebabkan leverage yang tinggi, juga
akan meningkatkan tindakan oportunistik seperti manajemen laba untuk
mempertahankan kinerjanya di mata pemegang saham dan pubik.
Mengacu pada hipotesis yang melatarbelakangi tindakan manajemen
laba yaitu debt covenant hypothesis yang menyatakan bahwa jika suatu
perusahaan menyimpang perjanjian hutang yang telah dibuat
berdasarkan laba akuntansi, maka semakin besar kemungkinan
manajemen perusahaan memilih prosedur akuntansi yang menggeser
laba akuntansi dari periode mendatang ke periode sekarang (Watt dan
Zimmerman, 1986). Sweeney (dalam Veronica dan Bachtiar, 2004)
manajemen perusahaan melakukan manajemen laba dengan tujuan
untuk meningkatkan laba bersih perusahaan sebelum ditemukan
pelanggaran perjanjian hutang.
c. Pertumbuhan Perusahaan (Growth)
21
Pertumbuhan perusahaan merupakan kemampuan perusahaan
untuk meningkatkan ukuran. Pertumbuhan perusahaan pada dasarnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor eksternal, internal, dan
pengaruh iklim industri lokal. Pertumbuhan perusahaan yang cepat
maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar
kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar
keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang
sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden
tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi.Potensi pertumbuhan ini
dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan.
Semakin besar research & development cost-nya maka berarti ada
prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001). Pertumbuhan
perusahaan dapat diukur dengan beberapa cara, misalnya dengan
melihat pertumbuhan penjualannya. Pengukuran ini hanya dapat melihat
pertumbuhan perusahaan dari aspek pemasaran perusahaan saja.
Pengukuran yang lain adalah dengan melihat pertumbuhan laba operasi
perusahaan. Dengan melakukan pengukuran laba operasi perusahaan,
kita dapat melihat aspek pemasaran dan juga efisiensi perusahaan
dalam pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya. Pengukuran
berikutnya adalah dengan mengukur pertumbuhan laba bersih, dimana
22
inputnya pertumbuhan laba bersih ini adalah modal, sedangkan
outputnya adalah laba. Pengukuran pertumbuhan perusahaan yang
terakhir adalah melalui pengukuran pertumbuhan modal sendiri.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sangat dperlukan guna sebagai tambahan referensi
dan sebagai salah satu bahan pemikiran bagi peneliti dalam penelitian ini.
Penelitian ini mengacu pada penelitian terlebih dahulu yang berhubungan
dengan Pengaruh aktiva pajak tangguhan dan beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba.
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Judul Penelitian Metode Penelitian Hasil Penelitian
1. Ghafara
Mawaridi
Mazini
Tundjung
(2015)
Pengaruh Beban
Pajak Tangguhan
Terhadap
Manajemen Laba
(Studi Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar Bursa
Efek Indonesia
Penelitian
Kuantitatif.
Bahwa beban
pajak tangguhan
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba.
Sedangkan
Absolute
discretionary
tidak
berpengaruh
terhadap
23
manajemen laba.
2. Thomas
Junior
Sibarani, Nur
Hidayat, dan
Surtikanti
(2015)
Analisis
Pengaruh Beban
Pajak
Tangguhan,
Discretionary
Accruals, dan
Arus Kas Operasi
terhadap
Manajemen Laba
Menurut sifatnya,
data dalam
penelitian ini
mencakup data
kuantitatif, maupun
data kualitatif.
Beban pajak
tangguhan
berpengaruh
tetapi tidak
signifikan
terhadap tindakan
manajemen laba
yang dilakukan
oleh perusahaan.
Hubungan beban
pajak tangguhan
positif dengan
tindakan
manajemen laba
memiliki arti
bahwa semakin
besar beban
pajak tangguhan
maka semakin
besar probabilitas
perusahaan
melakukan
tindakan
manajemen laba.
Discretionary
Accruals, dan
Arus Kas Operasi
berpengaruh
24
signifikan
terhadap
manajemen laba.
3. N I Putu Eka
Widiastuti
dan Elsa
Chusniah
(2011)
Analisis Aktiva
Pajak Tangguhan
dan Discretionary
Akrual Sebagai
Prediktor
Manajemen Laba:
Kajian Empiris
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Uji statistik
deskriptif dan uji
hipotesis dengan
menggunakan
regresi logistik.
Hanya variabel
aktiva pajak
tangguhan yang
memiliki
pengaruh
signifikan pada
terjadinya
manajemen laba
dan akrual tidak
berpengaruh.
4. Febria
Anggraini
Puji Lestari
(2018)
Pengaruh
Profitabilitas dan
Beban Pajak
Tangguhan
Terhadap
Manajemen Laba
Metode
korelasional, yaitu
metode yang
digunakan untuk
menentukan
hubungan sebab
akibat yang definitif
dalam mencari
pengaruh yang
terjadi antara
variabel-variabel
bebas dengan
variabel terikat
(Sekaran,
2014:15).
Beban pajak
tangguhan dan
profitabilitas
berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba.
5. A.A Gede
Raka Plasa
Negara dan
I.D.G.
Pengaruh
Perencanaan
Pajak dan Beban
Pajak Tangguhan
Metode penelitian
yang digunakan
yaitu metode non-
probability
Perencanaan
pajak dan beban
pajak tangguhan
memiliki
25
sumber: data diolah
C. Kerangka Pemikiran Teoritis
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan biasanya atau seringkali di
rekayasa oleh pihak manajemen untuk kepentingan diri sendiri dan keuntungan
perusahaannya atau biasa dikenal dengan manajemen laba. Manajemen laba
merupakan tindakan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu
standar tertentu untuk mempengaruhi manajemen laba yang akan terjadi seperti
Dharma
Suputra
(2017)
Terhadap
Manajemen Laba
sampling,
khususnya
purposive
sampling.
pengaruh positif
terhadap
manajemen laba.
6. Lucy Citra
Fitriany
(2016)
Pengaruh Aset
Pajak
Tangguhan,
Beban Pajak
Tangguhan dan
Perencanaan
Pajak Terhadap
Manajemen Laba
Populasi dalam
penelitian ini
adalah perusahaan
Manufaktur yang
terdaftar (listing) di
Bursa Efek
Indonesia dari
tahun 2011-2013.
Jenis data yang
digunakan dalam
penelitian ini
adalah data
sekunder dimana
sumber data
sekunder berasal
dari Bursa Efek
Indonesia, Annual
Report.
Aset pajak
tangguhan dan
perencanaan
pajak
berpengaruh
signifikan
terhadap
manajemen laba,
tetapi beban
pajak tangguhan
tidak
berpengaruh
secara signifikan.
26
yang mereka inginkan melalui pengelolaan faktor internal yang dimiliki atau
digunakan perusahaan.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menguji manajemen laba dan
biasanya seringkali dikaitkan dengan aktiva pajak tangguhan dan beban pajak
tangguhan. Karena, merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan
untuk mendeteksi adanya praktik manajemen laba yang dilakukan oleh
perusahaan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh dua jenis
variabel, yaitu variabel independen dan dependen. Variabel independen berupa
aktiva pajak tangguhan dan beban pajak tangguhan, sedangkan variabel
dependen berupa manajemen laba.
27
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
D. Hipotesis
1. Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba
Besarnya aktiva pajak tangguhan dicatat apabila adanya
kemungkinan realisasi manfaat pajak d masa yang akan datang. Aktiva
pajak tangguhan tidak dapat diakui jika timbul dari pengakuan awal aktiva
dalam transaksi yang bukan merupakan kombinasi bisnis, dan pada saat
Variabel dependen (X)
1. Aktiva Pajak Tangguhan (X1)
2. Beban Pajak Tangguhan (X2)
Metode Analisis:
Kuantitatif
Variabel Dependen (Y)
Manajemen laba
Perusahaan Manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia
Data laporan keuangan tahun
2016-2018
Hasil
28
transaksi yang dampaknya tidak mempengaruhi laba akuntansi maupun
laba kena pajak (IAI, 2013). Aktiva pajak terjadi apabila laba akuntansi
lebih kecil daripada laba fiskal akibat perbedaan temporer. Lebih kecilnya
laba akuntansi dari laba fiskal mengakibatkan perusahaan menunda
pajak terutang untuk periode mendatang.
Menurut penelitian Suranggane (2007) bahwa aktiva pajak
tangguhan dijadikan proksi sebagai indikator dari praktik manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan. aktiva pajak tangguhan yang jumlahnya
diperbesar oleh manajemen laba dimotivasi karena adanya pemberian
bonus, beban politis atas besarnya perusahaan dan meminimalisasi
pembayaran pajak agar tidak merugikan perusahaan.
Mengacu pada pernyataan diatas, maka diekspektasikan adanya
peranan antara aktiva pajak tangguhaan yang dapat dimungkinkan
digunakan sebagai indikator adanya manajemen laba. Jika jumlah aktiva
pajak tangguhan semakin besar, maka semakin tinggi manajemen
melakukan manajemen laba. Untuk itu dibuatlah hipotesis sebagai
berikut:
H1: aktiva pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba untuk menghindari melaporkan kerugian pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
29
2. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap Manajemen Laba
Menurut Hawkins (1998), menyatakan semakin besar persentase
beban pajak tangguhan terhadap total beban pajak tangguhan
perusahaan menunjukkan pemakaian standar akuntansi yang semakin
liberal. Dan Yuliati (2004) menambahkan bahwa perbedaan antara
laporan keuangan akuntansi dan perpajakan disebabkan karena dalam
penyusutan laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan
keleluasaan bagi manajemen dalam menentukan prinsip dan estimasi
akuntansi dibandingkan yang diperbolehkan menurut peraturan
perpajakan.
Teori agensi menyatakan dalam meminimalkan tingkat kesalahan
tersebut merupakan informasi, dibutuhkan pengawasan langsung dan
kesalahan tersebut merupakan salah satu bukti lemahnya pengawasan
serta pengendalian dari wakil prinsipal.
Manajemen laba merupakan peluang bagi manajemen untuk
merekayasa besarnya beban pajak tangguhan guna menaikkan dan
menurunkan tingkat labanya dan mengakibatkan tingkat laba yang lebih
besar untuk mendapatkan laba/profit yang lebih besar di masa yang akan
datang dan mengurangi besarnya pajak yang dibayarkan.
30
Berdasarkan pemaparan di atas maka diekspektasikan peranan yang
signifikan antara pajak tangguhan dengan manajemen laba. untuk itu
dibuatlah hipotesisnya sebagai berikut:
H2: Beban pajak tangguhan berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba untuk menghindari melaporkan kerugian pada
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder. Yaitu data yang diperoleh dengan secara tidak langsung
melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah
tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan tidak
dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2009:147).
Data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusaan
manufactur go public dan terdaftar di BEI tahun 2016-2018 yang telah
dipublikasikan. Data tersebut diperoleh dari www.idx.co.id dan Pusat
Referensi Pasar Modal BEI.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Galeri Bursa Efek Indonesia dengan
menggunakan data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan
tahun 2016-2018. Dengan waktu penelitian kurang lebih 2 bulan.
32
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau biasa disebut variabel terikat adalah
variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen,
Sekaran (dalam Rachmawati, 2013:30). Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen laba. Dalam
penelitian ini discretionary accruals (DAC) digunakan untuk mengukur
manajemen laba karena merupakan komponen yang dapat dimanipulasi
oleh manajer. Discretionary accrual menggunakan komponen akrual
dalam mengatur laba karena komponen akrual tidak memerlukan bukti
kas secara fisik sehingga dalam mempermainkan komponen akrual
tidak disertai kas yang diterima atau dikeluarkan.
Dechow et al. (1995) mempertimbangkan versi modifikasi Model
Jones dalam analisis empiris, Modifikasi ini dirancang untuk
menghilangkan kemungkinan dugaan Model Jones untuk mengukur
akrual diskresioner dengan kesalahan ketika diskresi manajemen
dilakukan terhadap pendapatan. Dalam model yang dimodifikasi, akrual
nondiskretioner diperkirakan selama periode peristiwa yaitu, selama
periode di mana manajemen laba dihipotesakan. Model penghitungan
33
Model Jones yang dimodifikasi adalah sebagai berikut (Dechow et al.
1995, dalam Eko suyono, 2017) adalah :
menghitung total accrual (TAC) yaitu laba bersih tahun t dikurangi
arus kas operasi tahun t dengan rumus sebagai berikut:
TAC = 𝑁𝐼𝑖𝑡 − 𝐶𝐹𝑂𝑖𝑡
Selanjutnya, total accrual (TA) diestimasi dengan Ordinary Least
Square sebagai berikut:
𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1= 𝛽1 (
1
𝐴𝑖𝑡 − 1) + 𝛽2 (
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1) + 𝛽3 (
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1) + 𝜀
Dengan koefisien regresi seperti pada rumus diatas, maka non
discretionary accruals (NDA) ditentukan dengan formula sebagai berikut:
NDAit = 𝛽1 (1
𝐴𝑖𝑡 − 1) + 𝛽2 (
∆𝑅𝐸𝑉𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1) − (
∆𝑅𝐸𝐶𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1) 𝛽3 (
𝑃𝑃𝐸𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1)
Terakhir, discretionary accruals (DA) sebagai ukuran manajemen
laba ditentukan dengan formula berikut:
DAit = 𝑇𝐴𝑖𝑡
𝐴𝑖𝑡 − 1− 𝑁𝐷𝐴𝑖𝑡
Keterangan:
DA ͥ ͭ = Discretionary Accruals perusahaan i dalam periode
tahun t
34
NDA ͥ ͭ = Nondiscretionary Accruals perusahaan i dalam periode
tahun t
TA ͥ ͭ = Total acrual perusahaan i dalam periode tahun t
NI ͥ ͭ = Laba bersih perusahaan i dalam periode tahun t
CFO ͥ ͭ = Arus kas dari aktivitas operasi perusahaan i dalam
periode tahun t
A ͥ ͭ-1 = Total assets perusahaan i dalam periode tahun t-1
∆Rev ͥ ͭ = Pendapatan perusahaan i pada tahun t dikurangi dengan
pendapatan perusahaan i pada tahun t-1
PPE ͥ ͭ = Property, pabrik, dan peralatan perusahaan i dalam
periode tahun t
∆Rec ͥ ͭ = Piutang usaha perusahaan i pada tahun t dikurangi
dengan pendapatan perusahaan i pada tahun t-1
PPE ͥ ͭ = Aktiva tetap perusahaan i pada periode t
ε ͥ ͭ = error
35
2. Variabel Independen
a. Aktiva Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan adalah saldo akun di neraca sebagai
manfaat pajak yang jumlahnya merupakan jumlah estimasi yang akan
dipulihkan dalam periode yang akan datang. Sebagai akibat adanya
perbedaan sementara antara standar akuntansi keuangan dengan
peraturan perpajakan dan akibat adanya saldo kerugian yang dapat
dikompensasikan pada periode mendatang (Waluyo, 2008:217). Dalam
penelitian ini aktiva pajak tangguhan sebagai variabel bebas yang diukur
dengan perubahan.
CAPTit = ∆ 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑡
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑇𝑎𝑛𝑔𝑔𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑡
Dimana:
CAPTit = Cadangan aktiva pajak tangguhan dari perubahan nilai
aktiva pajak tangguhan pada perusahaan i tahun t dengan
t-1 dibagi dengan nilai aktiva pajak tangguhan pada akhir
periode t.
b. Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat
perbedaan antara laba akuntansi yaitu laba laporan keuangan untuk
kepentingan pihak eksternal dengan laba fiskal yaitu laba yang
36
dipergunakan sebagai dasar perhitungan pajak.Perbedaan antara laporan
keuangan, standar akuntansi dan fiskal disebabkan dalam penyusunan
laporan keuangan, standar akuntansi lebih memberikan keleluasaan bagi
manajemen dalam menentukan prinsip dan asumsi dibandingkan dengan
yang diperbolehkan menurut pajak. Perhitungan tentang beban pajak
tangguhan dihitung dengan menggunakan indikator membobot beban
pajak tangguhan dengan total aktiva atau total aset. Hal ini dilakukan
untuk pembobotan beban pajak tangguhan dengan total aset pada
periode t-1 untuk memperoleh nilai yang terhitung dengan proporsional.
Beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi
(yaitu laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan pihak eksternal)
dengan laba fiskal (laba yang digunakan sebagai dasar perhitungan
pajak), dimana laba akuntansi cenderung lebih besar dari laba fiskal.
Berikut adalah formula beban pajak tangguhan (DTE) (Phillips, et al,
2003):
DTEit = 𝐷𝑒𝑓𝑓𝑒𝑟𝑒𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒 𝑖𝑡
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 𝑖𝑡−1
Dimana:
DTEit = Deferred Tax Expense (Beban Pajak Tanggguhan)
perusahaan i pada tahun t dibagi dengan Total Asset pada
akhir tahun t-1.
37
D. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini mencakup semua perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Adapun periode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah tahun 2016-2018. Pengambilan
sampel menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel dipilih
dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang disesuaikan dengan
tujuan penelitian atau masalah penelitian yang dikembangkan.
Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan beberapa kriteria
seperti, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan
mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap dari tahun 2016-
2018, perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan mempublikasikan
laporan keuangan auditan per 31 Desember secara konsisten dan
lengkap dari tahun 2016-2018, perusahaan memiliki data yang lengkap
selama periode pengamatan atau yang melaporkan aktiva pajak
tangguhan dan beban pajak tangguhan pada tahun pengamatan 2016-
2018, mata uang yang digunakan hanya mata uang rupiah dalam
penyajian laporan keuangan (IDR). Dikarenakan penelitian dilakukan di
Indonesia maka laporan keuangan yang digunakan adalah yang
dinyatakan dalam Rupiah, perusahaan tidak mengalami kerugian dalam
laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal selama tahun
38
pengamatan. Alasannya adalah kerugian dapat dikompensasi ke masa
depan (carryforward) menjadi pengurang beban pajak tangguhan dan
diakui sebagai aset pajak tangguhan, dan perusahaan yang melaporkan
laba positif.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumenter, yaitu teknik pengambilan data dengan cara
mengumpulkan, mencatat dan mengkaji data sekunder yang berupa
laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia dan dilengkapi dengan informasi tambahan yang
diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), serta dari
berbagai buku pendukung dan sumber-sumber lainnya yang
berhubungan dengan manajemen laba.
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (dalam Rahcmawati, 2013:37) Analisis statistik
deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,
sum, range, kurtosis dan skewness. Analisis ini memberikan informasi
mengenai data yang dimiliki dan tidak bermaksud menguji hipotesis.
39
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan dan
menganalisis data disertai dengan perhitungan agar dapat memperoleh
keadaan dan karakteristik data yang bersangkutan. Mean menunjukan
nilai rata-rata data yang bersangkutan. Maksimum menunjukkan nilai
terbesar, sedangkan minimum menunjukkan nilai terkecil. Standar
deviasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar data yang
bersangkutan bervariasi dari rata-rata.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variable penggangu atau residual memiliki distribusi normal, Ghozali
(dalam Amijaya 2013:38). Model yang baik adalah model yang memiliki
distribusi normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada grafik atau dengan melihat histogram dari
residualnya. Dasar pengambilan keputusan :
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
40
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal atau tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi klasik.
Uji normalitas dengan grafik dapat menyesatkan apabila tidak hati-hati
secara visual. Oleh sebab itu, uji grafik juga dilengkapi dengan uji
statistik. Jika angka probabilitas kurang dari 0,05, maka variabel ini tidak
terdistribusi secara normal. Sebaliknya, jika angka probabilitas lebih dari
0,05 berarti HA alternatif ditolak yang berarti variabel tidak terdistribusi
secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi
yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independen. Menurut Ghozali (dalam Rachmawati, 2013:39) untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model dapat
dilakukan dengan memperhatikan:
1. Nilai R2 yang dihasilkan sangat tinggi, tetapi secara individual
variabelvariabel independen banyak yang tidak signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
41
2. Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika
antara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi, maka hal
ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas.
3. Melihat nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Jika nilai
tolerance ≤ 0.01 atau sama dengan nilai VIF ≥10, maka model regresi
terdapat multikolonieritas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t-1, Model
regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Menurut Ghozali
(dalam Rachmawati 2013:40). Salah satu cara yang dapat digunakan
untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan uji Run
Test. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan
bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk
melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak.
d. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Ghozali (dalam Rachmawati, 2013:40) Uji
heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
42
pengamatan lainnya berbeda, maka model tersebut terjadi
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak
terjadi heteroskedastisitas. Ada tidaknya heteroskedastisitas di dalam
model regresi dapat dilakukan dengan melihat grafik scatterplot. Jika ada
pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.
Sebaliknya, jika tidak ada pola yang jelas, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Dalam analisis data metode yang digunakan adalah metode statistik
untuk menguji pengaruh dua atau lebih variebal independen terhadap
variabel dependen (Ghozali, 2011:6). Analisis yang dilakukan untuk
menguji hipotesis adalah dengan metode regresi berganda dan proses
analisis datanya menggunakan program komputer SPSS.
Sebelum melakukan pengujian menggunakan regresi logistik, perlu
adanya pengujian terhadap data. Analisis ini menggunakan :
a. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Penelitian ini
43
menggunakan nilai adj R² karena mampu mengatasi bias terhadap jumlah
variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi. Nilai Adj R² yang
kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas dalam menjelaskan
variabel-variabel terikat sangat terbatas (Ghozali, 2007).
b. Uji t
Menurut Ghozali (dalam Rachmawati, 2013:44) Uji statistik t
digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan tingkat signifikansi 0,05
(5%). Pengujian hipotesis penelitian didasarkan pada kriteria
pengambilan keputusan sebagai berikut:
1. Jika nilai signifikansi kurang dari atau sama dengan 0,05, maka
hipotesis diterima.
2. Jika nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan 0,05, maka
hipotesis ditolak.
44
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Data yang telah dikumpulkan berupa data laporan keuangan yang
telah diaudit dari perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia periode
2016-2018. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan SPSS
untuk memudahkan pengolahan data sehingga dapat menjelaskan
variabel-variabel yang diteliti.
Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
melakukan penentuan sampel dengan purposive sampling atau
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2016-2018.
Jumlah seluruh populasi dalam penelitian ini adalah 140 perusahaan. Dari
hasil pengambilan sampel secara purposive sampling didapatkan hasil
sampel berjumlah 30 perusahaan. Proses seleksi sampel berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan tampak dalam Tabel 4.1 berikut:
Tabel. 4.1 Tahapan Seleksi Sampel dengan Kriteria
Perusahaan manufaktur yang terdaftar selama
periode penelitian 2016-2018.
140
Perusahaan tidak delisting selama periode
pengamatan.
112
Perusahaan mempublikasikan laporan keuangan
yang telah diaudit oleh auditor independen.
102
Perusahaan memiliki informasi terkait variabel
penelitian.
30
44
45
Jumlah sampel 30
Sumber: data diolah
Berdasarkan Tabel 4.1 pengambilan sampel secara purposive
sampling diatas, sampel perusahaan yang memenuhi kriteria pertama
yaitu perusahaan yang terdaftar selama periode penelitian berjumlah 140
perusahaan. Untuk kriteria kedua yang memenuhi kriteria delisting
selama periode penelitian berjumlah 112 perusahaan. Perusahaan yang
memenuhi kriteria ketiga yaitu mempublikasikan laporan keuangan
berjumlah 102 perusahaan, sedangkan untuk kriteria keempat yaitu
memiliki informasi terkait variabel penelitian berjumlah 30 perusahaan.
Dari hasil pembatasan sampel maka dapat diperoleh sampel penelitian
yaitu 30 perusahaan yang dijelaskan dalam Tabel 4.2 dengan nama
perusahaan sebagai berikut:
Tabel 4.2
Sampel Data Penelitian
No. Kode Nama Perusahaan
1 BBCA Bank Central Asia Tbk
2 BOLT Garuda Metalindo Tbk
3 AKSI Majapahit Inti Corpora Tbk
4 AMIN Ateliers Mecaniques D'Indonesia Tbk
5 ANJT Austindo Nusantara JayaTbk
6 APII Arita Prima Indonesia Tbk
7 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk
8 ATIC Anabatic Tecnologies Tbk
9 BFIN BFI Finance Indonesia Tbk
10 BHIT MNC Investment Tbk
11 VOKS Voksel electric Tbk
12 ARNA Arwana Citra Mulia Tbk
13 BRNA Berlina Tbk
46
14 MAIN Melindo Feedmill Tbk
15 SIPD sierad Produce Tbk
16 BPII Batavia Prosperindo International Tbk
17 ASMII Asuransi Kresna Mitra Tbk
18 CEKA Wilmar Cahaya Indonesia Tbk
19 AHAP Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
20 ASGR Astra Graphia Tbk
21 BNBA Bank Bumi Arta Tbk
22 GGRM Gudang Garam Tbk
23 CLEO Siraguna Primatirta Tbk
24 BVIC Bank Victoria International Tbk
25 CFIN Clipan Finance Indonesia Tbk
26 AGRS Bank Agris Tbk
27 DYAN Dyandra Media Inter Tbk
28 MIDI Midi Utama Indonesia Tbk
29 HRUM Harum energy Tbk
30 AMRT Sumber Alfaria Trijaya Tbk Sumber: Bursa Efek Indonesia
B. Analisis dan Pembahasan
1. Statistik Deskriptif
Penelitian statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif
suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
varians, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness
(kemencengan distribusi) (Ghozali, 2009:19).
a. Aktiva Pajak Tangguhan
Aktiva pajak tangguhan dapat diukur melalui indikator yaitu dalam
penelitian ini aktiva pajak tangguhan (CAPT) sebagai variabel bebas
yang diukur dengan perubahan nilai aktiva pajak tangguhan pada
akhir periode t dengan t-1 dibagi dengan nilai aktiva pajak tangguhan
pada akhir periode t (Suranggane, 2007:85). Hasil perhitungan aktiva
pajak tangguhan (CAPT) perusahaan dijadikan sampel akan
digambarkan pada tabel 4.3 di bawah ini:
47
Tabel 4.3
Hasil Perhitungan Aktiva Pajak Tangguhan (CAPT)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 0,0909 0,1024 0,0227
2 BOLT 0,9999 0,4695 0,0423
3 AKSI 0,6697 0,9833 0,4774
4 AMIN -0,4981 0,0611 0,3443
5 ANJT 0,1485 0,0118 0,4459
6 APII 0,1851 0,5021 0,2964
7 ARTO 0,9947 0,6991 -1,3193
8 ATIC 0,4276 0,5049 0,0621
9 BFIN 0,0544 0,4427 0,0409
10 BHIT 0,0081 0,0328 0,0799
11 VOKS -0,0851 0,4128 0,1121
12 ARNA 0,1701 0,1087 0,1916
13 BRNA 0,0124 1 0,1242
14 MAIN 0,9134 0,4841 -0,0066
15 SIPD 0,1318 -0,0614 -10,7353
16 BPII 0,2203 0,1128 -0,0621
17 ASMII 0,2828 -0,2158 -0,6699
18 CEKA 0,5334 0,0307 -0,0771
19 AHAP 0,4254 0,0313 0,1219
20 ASGR 0,3863 -0,1343 0,0335
21 BNBA 0,7880 0,2994 -0,1949
22 GGRM -0,4584 -0,0788 -0,0117
23 CLEO 0,5031 0,1719 -0,1699
24 BVIC 0,1145 -0,0992 0,4771
25 CFIN 0,4903 0,9839 0,7579
26 AGRS 0,7009 0,2300 -1,7511
27 DYAN 0,1727 0,4493 -1,8276
28 MIDI 0,3046 0,2347 0,0660
29 HRUM 0,3337 0,1821 0,6016
30 AMRT 0,2978 -3,7172 0,5098
Sumber: Data diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan aktiva pajak tangguhan
(CAPT) pada Tabel 4.3 diatas, rata-rata nilainya menunjukkan nilai
yang relatif kecil. Berdasarkan data yang terlihat bahwa nilai tertinggi
untuk aktiva pajak tangguhan pada tahun 2016 dimiliki oleh PT.
48
Garuda Metalindo Tbk sebesar 0,9999 dan yang terendah dimiliki
oleh PT. Vokcel Electric Tbk sebesar -0,0851.
Pada tahun 2017 nilai tertinggi aktiva pajak tangguhan dimiliki oleh
PT Berlina Tbk sebesar 1 dan nilai terendah dimiliki oleh PT. Sumber
Alfaria Trijaya Tbk sebesar -3,7172. Sedangkan pada tahun 2018 nilai
tertinggi aktiva pajak tangguhan dimiliki oleh PT. Clipan Finance
Indonesia Tbk sebesar 0,7579 dan yang terendah dimiliki oleh PT.
Sierad Produce Tbk sebesar -10,7353.
b. Beban Pajak Tangguhan
Beban pajak tangguhan dapat diukur melalui indikator yaitu beban
pajak tangguhan (DTE) dihitung dengan membobot beban pajak
tangguhan dengan total asset pada periode t-1 (Yulianti, 2005:111).
Hasil perhitungan beban pajak tangguhan (DTE) perusahaan yang
dijadikan sampel akan digambarkan pada Tabel 4.4 di bawah ini:
Tabel 4.4
Hasil Perhitungan Beban Pajak Tangguhan (DTE)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 6,5082 4,3560 4,3284
2 BOLT 4,8726 4,6622 4,1514
3 AKSI 7,1313 3,4671 3,2095
4 AMIN 4,7871 1,5695 1,4130
5 ANJT 0,0078 0,0069 0,0081
6 APII 3,6694 2,7546 2,5317
7 ARTO 0,0061 1,3385 2,0005
8 ATIC 0,0021 2,4566 2,1733
9 BFIN 0,0083 0,0061 0,0028
10 BHIT 0,0048 0,0063 0,0119
11 VOKS -0,0285 0,0020 1,6728
12 ARNA -0,0027 3,3857 3,3228
13 BRNA 0,0036 0,0027 0,0039
14 MAIN 0,0069 0,0067 0,0107
49
15 SIPD 4,0176 2,5475 1,9422
16 BPII 6,1819 6,2983 7,6348
17 ASMII 3,0344 2,1769 2,5019
18 CEKA 0,1122 1,4891 2,2580
19 AHAP 5,3234 2,4698 7,7339
20 ASGR 0,0015 0,0039 0,0033
21 BNBA 7,0292 4,8996 7,9340
22 GGRM 2,1280 2,5202 2,8075
23 CLEO 8,9988 7,4205 3,5172
24 BVIC 0,0011 5,5175 3,8974
25 CFIN 9,9770 8,2546 5,6268
26 AGRS 5,5406 9,8770 1,2974
27 DYAN 8,4331 8,1769 8,5061
28 MIDI 0,0116 0,0080 0,0049
29 HRUM 8,1577 5,6746 7,4827
30 AMRT 0,0037 0,0023 0,0016
Sumber : Data diolah
Berdasarkan data hasil perhitungan beban pajak tangguhan (DTE)
pada Tabel 4.4 diatas, rata-rata nilainya menunjukkan nilai yang
relatif sedang. Berdasarkan data yang terlihat bahwa nilai tertinggi
untuk beban pajak tangguhan pada tahun 2016 dimiliki oleh PT.
Siraguna Primatirta Tbk sebesar 8,9988 dan yang terendah dimiliki
oleh PT. Arwana Citra Mulia Tbk -0,0027.
Pada tahun 2017 nilai tertinggi beban pajak tangguhan dimiliki
oleh PT. Bank Agris Tbk sebesar 9,8770 dan yang terendah dimiliki
oleh PT. Voksel Electric Tbk sebesar 0,0020. Sedangkan tahun 2018
nilai tertinggi beban pajak tangguhan dimiliki oleh PT. Dyandra Media
Inter Tbk sebesar 8,5061 dan yang terendah dimiliki oleh PT. Sumber
Alfaria Trijaya Tbk sebesar 0,0016.
c. Manajemen Laba (Earning Management)
50
Manajemen laba ini menggunakan pengukuran Discretionary
Accruals (DAC) (Dechow et al.:1995) yang terlihat dalam Tabel 4.5
dibawah ini:
Tabel 4.5
Manajemen Laba (Model Jones)
No Thn. Persh. Aktiva Pajak
Tangguhan
Beban Pajak
Tangguhan
MANAJEMEN
LABA (DACCit)
1 2016 BBCA 3.548.734 354.876 0,021538283
2017 3.219.241 294.789 -0,087260618
2018 3.147.666 324.768 -0,221923505
2 2016 BOLT 8.429.111 6.394.632 -0,019519723
2017 15.890.166 5.623.025 -0,051975391
2018 16.591.641 4.935.170 -0,016066743
3 2016 AKSI 7.837.500 4.743.750 -0,048829087
2017 470.202 2.623.547 -0,060831723
2018 899.780 3.698.738 -0,01169045
4 2016 AMIN 1.098.624 483.058 -0,022954398
2017 1.170.103 312.282 -0,020309703
2018 1.784.573 312.842 -0,012657909
5 2016 ANJT 12.885.940 3.690.290 -0,164203285
2017 13.039.146 3.636.047 0,013918553
2018 13.026.841 4.567.878 -0,086020679
6 2016 APII 1.410.134 1.548.000 -0,065308875
2017 2.831.992 1.123.858 -0,069655521
2018 4.024.767 1.071.325 -0,040228167
7 2016 ARTO 5.037.415 4.541.989 0,06071363
2017 8.559.110 1.030.252 0,073666528
2018 3.690.345 1.673.906 0,039778985
8 2016 ATIC 7.342.682 4.701.616 -0,031438005
2017 14.830.033 653.460 -0,088887054
2018 13.962.556 708.060 0,006546338
9 2016 BFIN 365.574 84.322 -0,016959519
2017 655.898 75.656 -0,024331242
2018 683.892 45.543 -0,084095533
10 2016 BHIT 1.147.316 254.450 -0,059877855
2017 1.186.168 345.656 -0,076771144
2018 1.289.273 677.878 -0,185936629
51
11 2016 VOKS 6.932.756 -2.931.996 0,016574434
2017 11.805.296 3.371.275 -0,042941845
2018 13.295.162 352.993 -0,054290106
12 2016 ARNA 10.376.393 -260.545 0,000827511
2017 11.641.710 522.494 -0,083883907
2018 14.401.797 532.091 -0,059639877
13 2016 BRNA 12.898.765 877.918 -0,034089746
2017 15.540.680 567.588 -0,055340328
2018 17.744.317 776.588 0,104144947
14 2016 MAIN 10.777.534 300.561 0,194394524
2017 20.890.471 257.675 -0,135648277
2018 20.753.827 437.876 0,03096209
15 2016 SIPD 113.440 876.589 -0,020263781
2017 106.873 876.576 0,063465671
2018 910.877 435766 -0,015050559
16 2016 BPII 3.714.204 371.115 0,000594305
2017 4.186.298 323.546 0,025543361
2018 3.941.682 507.891 -0,018786126
17 2016 ASMI 6.915.288 141.967 -0,011594756
2017 5.687.745 134.454 -0,029141627
2018 3.405.954 214.789 -0,065543479
18 2016 CEKA 33.941.269 131.113 -0,016176363
2017 32.931.393 212.345 -0,00270571
2018 26.836.292 314.456 0,011574736
19 2016 AHAP 5.365.670 174.854 -0,145614674
2017 5.539.217 1.096.566 -0,043439608
2018 6.308.054 3.246.567 -0,102476705
20 2016 ASGR 6.029.000 3.456.000 0,013556304
2017 5.315.000 6.789.000 0,012387822
2018 5.499.000 7.897.000 -0,131713902
21 2016 BNBA 7.465.157 5.129.372 -0,073527816
2017 10.655.953 3.453.456 -0,089437594
2018 8.917.674 5.565.454 -0,001164808
22 2016 GGRM 128.507 12.789 -0,049739838
2017 119.118 15.865 0,000713924
2018 117.752 18.743 0,065034542
23 2016 CLEO 2.440.063 305.000 -0,053626632
2017 2.946.555 343.787 -0,029012734
2018 2.518.742 232.456 0,056947784
24 2016 BVIC 99.374.395 217.878 -0,027952769
52
2017 90.404.164 143.454 -0,005183779
2018 172.901.613 112.344 0,033769649
25 2016 CFIN 763.549 406.722 0,002711884
2017 4.750.123 556.709 -0,019955662
2018 19.620.189 556.533 -0,111403446
26 2016 AGRS 137.679 23.678 -0,141706847
2017 1.798.791 401.000 -0,151367907
2018 651789 505.404 -0,167987181
27 2016 DYAN 13.192.433 103.720 -1,417800707
2017 23.955.066 125.767 -6,378935967
2018 8.471.998 123.567 -1,988952944
28 2016 MIDI 349.028 45.765 -0,000201377
2017 456.047 34.232 -0,029411628
2018 488.288 23.856 -0,005915505
29 2016 HRUM 2.391.041 285.509 -5,40805036
2017 2.923.363 234.567 -5,384449238
2018 7.337.543 343.789 -76305490,29
30 2016 AMRT 808.782 56.676 -2,094845343
2017 171.474 44.323 -3,741500958
2018 349.782 34.876 2,08191708
Sumber: Data diolah
Gambaran statistik deskriptif perusahan sampel dari penelitian ini
secara keseluruhan tampak pada Tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Aktiva_pajak_tang
guhan
90 2.81 10.53 7.8439 2.18716
Beban_pajak_tang
guhan
90 1.36 10.47 6.7485 1.81859
Manajemen laba 90 3.49 12.39 8.7505 2.23651
Valid N (listwise) 90
Sumber: Data diolah
53
Berdasarkan Tabel 4.6 dari hasil yang ditunjukkan data di atas bahwa
nilai minimum yang tertinggi adalah manajemen laba senilai 3.49 dan
yang terendah adalah beban pajak tangguhan senilai 1.36. Nilai
maximum tertinggi adalah manajemen laba senilai 12.39 dan nilai
terendah adalah beban pajak tangguhan senilai 10.47. Nilai mean
tertinggi adalah manajemen laba senilai 8.7505 dan yang terendah
adalah beban pajak tangguhan senilai 6.7485.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel independen, variabel dependen atau keduanya memiliki
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik memiliki distribusi
data normal atau mendekati normal (Ghozali, 2012). Uji ini dapat dilihat
dengan penyebaran data (titik) pada grafik atau dengan melihat
histogram dari residualnya.
Memperhatikan tampilan grafik di bawah ini, nampak bahwa grafik
normal probability plot terlihat titik-titik yang menggambarkan data
sesungguhnya mengikuti garis diagonalnya, garis ini menunjukkan
bahwa model regresi memenuhi normalitas.
54
Gambar 4.1 Hasil Uji Normal Probability Plot
b. Uji Multikolinearitas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan
adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji multikolinearitas
dilakukan dengan menggunakan uji nilai tolerance value atau Variance
Inflation Factor (VIF). mengetahui ada tidaknya multikolinearitas yaitu
dengan cara melihat nilai tolerance value atau Variance Inflation Factor
(VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikoliniearitas adalah nilai tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai
VIF ≥ 10. Apabila tolerance value dibawah 0.10 atau nilai VIF di atas 10
maka terjadi multikolinearitas. Hasil uji multikolinearitas disajikan dalam
tabel berikut ini:
55
Tabel 4.8
Hasil Uji Multikolinearitas
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B
Std.
Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) .970 .290 3.343 .001
Aktiva_pajak_tan
gguhan
.820 .077 .802 10.636 .000 .196 5.099
Beban_pajak_tan
gguhan
.200 .093 .163 2.161 .033 .196 5.099
Sumber: Output SPSS
Tabel di atas menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen
yang memiliki nilai tolerance kurang dari 0,10 atau nilai tolerance >
0,10. Hasil VIF juga menunjukkan bahwa tidak ada variabel bebas yang
memiliki nilai lebih dari 10 atau VIF < 10. Jadi dapat disimpulkan tidak
ada multikolinearitas dalam model regresi ini.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2012).
Dalam penelitian ini, uji autokorelasi dilakukan dengan Durbin Watson
untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak
(sistematis).
56
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .950a .903 .901 .70417 1.536
Sumber: Output SPSS
Hasil output SPSS menunjukkan bahwa nilai DW sebesar 1.536 dan
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai signifikan 0,05. Dan hasilnya tidak
terjadi korelasi dalam model regresi ini.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap atau sama, maka disebut homokedastisitas dan
jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas
(Ghozali, 2012).
Gambar 4.2 Grafik Scatterplot
57
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini
menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa model regresi tidak
mengalami gangguan heterokedastisitas atau disebut homokedastisitas.
3. Uji Hipotesis
a. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2012). Berikut ini
merupakan hasil dari (Adjusted R Square) dapat dilihat pada tabel 4.10
berikut:
Tabel 4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi R2
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
Durbin-
Watson
1 .950a .903 .901 .70417 1.536
Sumber: Output SPSS
Hasil output SPSS menunjukkan nilai koefisien determinasi (Adjust R
Square) sebesar 0.901 atau 90.1 % sedangkan 9.9 % lainnya dijelaskan
oleh variabel tidak diteliti atau tidak termasuk dalam model regresi.
b. Uji Statistik t
Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) digunakan untuk
melihat pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat.
58
Tabel 4.11 Hasil Uji t
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .970 .290 3.343 .001
Aktiva_pajak_ta
ngguhan
.820 .077 .802 10.636 .000
Beban_pajak_t
angguhan
.200 .093 .163 2.161 .033
Sumber: Output SPSS
signifikansi simultan (Uji t) bertujuan untuk mengetahui apakah
variabel aktiva pajak tangguhan dan beban pajak tangguhan berpengaruh
secara bersama-sama terhadap manajemen laba. Berdasarkan tabel
4.12, Untuk aktiva pajak tangguhan menghasilkan nilai t hitung sebesar
10.636 dengan tingkat signifikansi 0,000 maka ada pengaruh terhadap
manajemen laba dan untuk beban pajak tangguhan menghasilkan nilai t
sebesar 2,161 dengan tingkat signifikansi 0,033, karena signifikansi lebih
kecil dari 0,05 maka ada juga pengaruh terhadap variabel manajemen
laba.
2. Pembahasan
Penelitian ini merupakan studi mengenai manajemen laba (earning
management). Penelitian ini menggunakan variabel keuangan (aktiva pajak
tangguhan, beban pajak tangguhan, total aset, arus kas, dan laba bersih).
Penelitian ini dilakukan terhadap 30 perusahaan sampe perusahaan
manufaktur pada periode 2016-2018 yang telah dipilih menggunakan metode
purposive sampling yaitu metode yang dipilih dengan pertimbangan tertentu
59
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian atau masalah penelitian yang
dikembangkan.
Ringkasan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan dapat dilihat
dalam Tabel 4.12 berikut:
Tabel 4.12 Ringkasan hasil Uji Hipotesis
No. Hipotesis Hasil
1. Aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap
earning management Didukung/Signifikan
2. Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap
earning management Didukung/Signifikan
Sumber: data sekunder diolah
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi perubahan
aktiva pajak tangguhan adalah sebesar 0,000 < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa aktiva pajak tangguhan berpengaruh terhadap
manajemen laba (Earning Management) untuk bisa menghindari pelaporan
kerugian pada perusahaan dengan nilai parameter yang positif.
Besarnya perubahan aktiva pajak tangguhan tidak menjamin tidak
diberlakukannya tindakan manajemen laba oleh perusahaan apabila
misalnya hasil hipotesisnya tidak berpengaruh. Ada beberapa hal yang dapat
dijadikan alasan mengapa manajemen perusahaan manufaktur di Indonesia
tidak memanfaatkan aktiva pajak tangguhan untuk melakukan manajemen
laba. Pertama, karena adanya keterkaitan yang erat antara aktiva pajak
tangguhan dengan ketentuan perpajakan, maksudnya bila manajer
memanfaatkan aktiva pajak tangguhan pada laporan komersial untuk
60
melakukan earning management maka hal ini dapat berimbas pada laporan
keuangan fiskal sehingga manajer harus berpikir agar besarnya aktiva pajak
tangguhan tidak merugikan perusahaan. Kedua, karena manajemen
perusahaan tidak ingin memanfaatkan celah dari kebijakan yang ada dalam
PSAK No. 46 tentang pajak tangguhan yang telah berlaku.
Jadi, besarnya pajak tangguhan belum tentu menjamin perusahaan untuk
melakukan manajemen laba. hasil penelitian ini konsisten dengan hasil
penelitian Lucy Citra Fitriany (2016) bahwa aktiva pajak tangguhan
berpengaruh terhadap earning manajement.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa tingkat signifikansi beban pajak
tangguhan adalah sebesar 0,033 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba (Earning
Management) untuk menghindari melaporkan kerugian perusahaan dengan
nilai parameter yang positif. Perusahaan Indonesia memanfaatkan celah
untuk memanipulasi labanya dengan menggunakan besarnya beban pajak
tangguhan.
Dengan adanya aturan PSAK 26 tentang pajak tangguhan tidak menjamin
perusahan untuk tidak melakukan manajemen laba. beban pajak tangguhan
timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi dengan laba fiskal.
Perbedaan ini disebabkan karena dalam penyusunan laporan keuangannya
standar akuntansi lebih mmeberikan keleluasaan bagi manajemen untuk
menentukan prinsip dan asumsi akunatnsi dibandingkan yang diperbolehkan
menurut pajak. Hal ini membuat pihak manajemen dapat melakukan
manipulasi besarnya beban pajak tangguhan yang dimiliki, mengukur
61
keleluasaan manajer. Besarnya jumlah beban pajak tangguhan mengurangi
laba perusahaan sehingga mengurangi besarnya pajak yang harus dibayar.
Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghafara
Mawaridi Mazini Thundjung (2015) dan Febria Anggraini Puji Lestari (2018)
yang memberikan hasil bahwa beban pajak tangguhan berpengaruh
terhadap manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk menghindari
kerugiannya.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti dan memperoleh bukti empiris
mengenai pengaruh aktiva pajak tangguhan dan beban pajak tangguhan
terhadap manajemen laba. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan
dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan
menggunakan model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan:
1. Aktiva pajak tangguhan menunjukkan hasil pengaruh positif dan signifikan
terhadap manajemen laba, hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian Lucy Citra Fitriany (2016).
2. Beban pajak tangguhan menunjukkan hasil pengaruh positif dan
signifikan terhadap manajemen laba, hasil penelitian ini konsisten
dengan penelitian Ghafara Mawaridi Mazini Tundjung (2015) dan Febria
Anggraini Puji Lestari (2018)
B. Saran
Penelitian di masa mendatang diharapkan dapat menyajikan hasil
penelitiannya yang lebih berkualitas dengan adanya beberapa masukan
mengenai beberapa hal di antaranya:
1. Untuk penelitian mendatang, diharapkan dapat memperluas penelitian
dengan menambahkan jumlah sampelnya yang tidak hanya berfokus
pada sektor manufaktur saja, sehingga dapat diperoleh hasil
penelitian dengan tingkat generalisasi yang lebih tinggi.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat memperluas tahun atau
periode penelitian lima atau lebih beberapa tahun, bahkan
64
memeprsempit periode penelitian dengan menggunakan metode
penelitian yang berbeda pula untuk mendapatkan hasil yang lebih
otentik.
3. Bagi pemeriksa maupun pelapor dapat memastikan laporan
keuangannya sesuai dengan aturan yang telah diberlakukan, agar
tidak terjadi penyimpangan terhadap manajemen laba.
65
DAFTAR PUSTAKA
Dechow, Patricia M., Richard G. Sloan, dan Amy P Sweeney, 1995, “Detecting
Earnings Management”, The Accounting Review, Vol,70, No,2, April, P,193-
225.
Dechow, P., Sloan, R., Sweeney. A. 1995. “Detecting Manajemen laba.” The
Accounting Review, Vol 70 (2), hal 193-225.
Deviana, B. S. P. 2015. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dan Beban Pajak
Kini dalam Deteksi Manajemen Laba pada saat Seasoned Equity Offerings.
Skripsi. Semarang: Universitas Diponogoro.
Fitriany, L.C., 2016. Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan
dan Perencanaan Pajak Terhadap Manajemen Laba. Vol.3(1).
Gumanti, T. A. (2011). Earnings Management:Suatu Telaah Pustaka. Jurnal
Akuntansi & Keuangan, 2 (2) : 104– 115.
Harnanto, Akuntansi Perpajakan, (Yogyakarta: Bpfe-Yogyakarta, 2013), hal 110-
130.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Nomor 46: Akuntansi Pajak Penghasilan. Jakarta : Salemba Empat.
Lestari, F.A.P., 2018. Pengaruh Profitabilitas dan Beban Pajak Tangguhan
Terhadap Manajemen Laba. V 10(3): 270-278.
Lukman, Pungky. 2013. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam
Memprediksi Ukuran Manajemen Laba. Semarang: Universitas Diponegoro.
Muliati, Ni Ketut. 2011. Pengaruh Asimetri Informasi dan Ukuran Perusahaan
pada Praktik Manajemen Laba di Perusahaan Perbankan yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia. Tesis. Denpasar: Universitas Udayana.
Negara, G.R.P., 2017. Pengaruh Perencanaan Pajak dan Beban Pajak
Tangguhan Terhadap Manajemen Laba. Vol.20.3: 2045-2072.
Raden F. 2018. “Pengaruh Aktiva Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan
dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Sub
Sektor Property yang Terdaftar di ISSS”. Skripsi.Palembang:UIN Raden
Fatah.
Sibarani, T.J., Hidayat, N., Surtikanti. 2015. Analisis Pengaruh Beban Pajak
Tangguhan, Discretionary Accruals, dan Arus Kas Operasi terhadap
Manajemen Laba. Vol.2(1).
Sumomba,Christina.Ranty. 2010. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan
Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Non
Keuangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Tesis Magister Akuntansi
FEB UGM.Yogyakarta.
66
Suyono, Eko. 2017. “Berbagai Model Pengukuran Earnings Manajement: Mana
yang Paling Akurat”. Skripsi.Purwokerto :Universitas Jendral Sudirman.
Trisna Syanthi, Nila. 2012. Dampak Manajemen Laba terhadap Perencanaan
Pajak dan Persistensi Laba. Universitas Brawijaya: Jurnal Ekonomi dan
Keuangan.
Tundjung, G.M.M. 2015. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan Terhadap
Manajemen Laba. Skripsi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Widiastuti, N.P.E., Chusniah, E. 2011. Analisis Aktiva Pajak Tangguhan
Discretionary Accrual sebagai Prediktor Manajemen Laba pada Perusahaan
yang Terdaftar di BEI. V.IX.1.
Widyaningsih, Aristanti. 2012. Pengaruh Pajak Tangguhan dan
Profitabilitas terhadap Manajemen Laba. Universitas Pendidikan Indonesia.
Prosiding Seminar Nasional.
Daftar Nama Perusahaan Manufaktur sektor Barang dan Komsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia
67
LAMPIRAN
Aktiva Pajak Tangguhan Periode 2016-2018 (dalam ribuan rupiah)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 3.548.734 3.219.241 3.147.666
2 BOLT 8.429.111.254 15.890.166.011 16.591.641.364
3 AKSI 7.837.500 470.202.576 899.780.407
4 AMIN 1.098.624.225 1.170.103.801 1.784.573.316
5 ANJT 12.885.940 13.039.146 13.026.841
6 APII 1.410.134.236 2.831.992.275 4.024.767.608
7 ARTO 5.037.415.201 8.559.110.827 3.690.345.101
8 ATIC 7.342.682.383 14.830.033.872 13.962.556.027
9 BFIN 36.554 65.588 68.382
10 BHIT 1.147.316 1.186.168 1.289.273
11 VOKS 6.932.756.005 11.805.296.651 13.295.162.433
12 ARNA 10.376.393.708 11.641.710.201 14.401.797.512
13 BRNA 13.540.676 15.540.680 17.744.317
14 MAIN 107.775.343 208.904.711 207.538.277
15 SIPD 113.440 106.873 9.107
16 BPII 3.714.204.968 4.186.298.165 3.941.682.927
17 ASMII 6.915.288.366 5.687.745.272 3.405.954.496
18 CEKA 33.941.269.534 32.931.393.532 26.836.292.629
19 AHAP 5.365.670.845 5.539.217.595 6.308.054.595
20 ASGR 6.029.000 5.315.000 5.499.000
21 BNBA 7.465.157.132 10.655.953.032 8.917.674.535
22 GGRM 128.507 119.118 117.752
23 CLEO 2.440.063.950 2.946.555.610 2.518.742.350
24 BVIC 99.374.395 90.404.164 172.901.613
25 CFIN 76.354 4.750.123 19.620.189
26 AGRS 1.379 1.791 651
27 DYAN 13.192.433.453 23.955.066.748 8.471.998.684
28 MIDI 34.902 45.604 48.828
29 HRUM 2.391.041 2.923.363 7.337.543
30 AMRT 80.872 17.144 34.972 Sumber:Bursa Efek Indonesia
68
Beban Pajak Tangguhan periode 2016-2018 (dalam ribuan rupiah)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 386.834 294.789 324.768
2 BOLT 63.946.332 56.230.225 49.351.780
3 AKSI 47.437.500 26.235.457 36.987.358
4 AMIN 4.830.518 3.122.842 3.122.842
5 ANJT 3.690.290 3.636.047 4.567.878
6 APII 154.800.000 112.385.608 107.137.425
7 ARTO 4.549.198.329 103.702.562 167.483.906
8 ATIC 4.701.616.714 65.346.000 70.806.000
9 BFIN 84.322 75.656 45.543
10 BHIT 254.450 345.656 677.878
11 VOKS -29.319.962.302 3.371.275.828 352.993.930
12 ARNA -2.605.428.255 52.249.334 53.209.351
13 BRNA 8.779.158 5.675.898 7.765.898
14 MAIN 30.051.773 25.767.545 43.787.456
15 SIPD 545 654 435
16 BPII 371.115.885 323.546.445 50.789.876
17 ASMII 141.967.961 134.454.565 214.789.567
18 CEKA 131.113.777 212.345.345 314.456.345
19 AHAP 174.854.924 109.656.456 324.656.787
20 ASGR 3.456.000 6.789.000 7.897.000
21 BNBA 5.129.372 3.453.456 5.565.454
22 GGRM 12.789 15.865 18.743
23 CLEO 305.000.000 343.787.777 232.456.454
24 BVIC 21.787.709 14.345.454 11.234.443
25 CFIN 4.067.282 5.567.089 5.565.343
26 AGRS 23 401 505
27 DYAN 103.720.562 125.767.889 123.567.006
28 MIDI 45.765 34.232 23.856
29 HRUM 285.509 234.567 343.789
30 AMRT 56.676 44.323 34.876 Sumber: Bursa Efek Indonesia
69
Laba Bersih periode 2016-2018 (dalam ribuan rupiah)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 27.404.745 24.075.741 26.762.035
2 BOLT 115.207.870.572 100.792.356.256 92.358.780.614
3 AKSI 3.026.355.290 14.876.627.270 26.845.098.768
4 AMIN 18.258.476.403 32.443.790.419 39.412.260.699
5 ANJT 11.871.973 41.694.831 -7.131.152
6 APII 21.243.297.168 11.366.054.267 28.150.001.596
7 ARTO 34.714.750.686 -8.218.216.831 -23.491.080.397
8 ATIC 72.841.512.771 77.264.857.837 71.354.752.574
9 BFIN 735.321 1.158.370 1.538.957
10 BHIT 600.164.000 398.227 994.169
11 VOKS 159.390.624.016 161.701.164.885 108.507.316.383
12 ARNA 88.771.061.003 118.231.212.160 158.891.252.212
13 BRNA -9.533.958 -170.586.508 274.015.486
14 MAIN 210.720.188 41.521.427 294.923.154
15 SIPD 8.598 -351.519 49.176
16 BPII 4.186.298.165 106.784.840.435 93.238.879.427
17 ASMII 42.999.931.154 61.141.112.373 64.625.986.348
18 CEKA 248.026.599.376 104.374.073.339 100.378.388.775
19 AHAP 8.315.685.359 -41.244.351.622 -24.686.105.695
20 ASGR 268.221.000 254.684.000 272.298.000
21 BNBA 77.121.119.264 85.912.524.667 155.025.202.673
22 GGRM 6.586.081 7.703.622 7.968.008
23 CLEO 39.015.746.963 50.391.169.819 63.508.941.729
24 BVIC 169.656.187 220.075.099 -40.320.391
25 CFIN 200.002.916 230.599.795 317.594.433
26 AGRS 3.064 -8.352 -31.351
27 DYAN -61.225.312.928 5.524.787.611 81.039.184.728
28 MIDI 202.435 86.853 188.292
29 HRUM 17.860.380 54.979.076 41.715.064
30 AMRT 531.266 115.498 678.989
Sumber: Bursa Efek Indonesia
70
Total Asset periode 2016-2018 (dalam ribuan rupiah)
No. Kode 2015 2016 2017 2018
1 BBCA 594.372 676.738 750.319 824.787
2 BOLT 1.312.376 1.206.089 1.188.798 1.312.376
3 AKSI 66.520 75.669 115.244 275.005
4 AMIN 100.906 198.974 252.452 360.906
5 ANJT 470.444 525.107 566.523 602.204
6 APII 421.872 407.985 423.181 450.303
7 ARTO 745.646 774.779 837.226 664.673
8 ATIC 2.279.590 2.660.040 3.258.019 3.960.978
9 BFIN 10.117 12.476 16.483 19.117
10 BHIT 53.299 55.292 56.523 56.421
11 VOKS 1.029.399 1.668.210 2.110.166 2.485.382
12 ARNA 948.088 1.543.216 1.601.346 1.652.905
13 BRNA 2.461.326 2.088 1.964 2.461
14 MAIN 4.335.844 3.826 4.072 4.335
15 SIPD 2.187.879 2.567 2.239 2.187
16 BPII 600.322 513.704 665.242 669.322
17 ASMI 467.866 617.651 858.490 969.866
18 CEKA 1.168.956 1.425.964 1.392.636 1.168.956
19 AHAP 328.464 443.993 419.786 628.464
20 ASGR 2.271.344 1.723 2.411 2.271
21 BNBA 7.297.273 7.121.173 7.014.677 7.297.273
22 GGRM 6.009.721 62.951 66.759 69.097
23 CLEO 338.933 463.288 660.917 833.933
24 BVIC 20.172 25.999 28.825 30.172
25 CFIN 4.077 6.744 9.890 11.077
26 AGRS 4.151.151 4.059.950 3.892.516 4.151.151
27 DYAN 1.229.926 1.538.089 1.452.680 1.229.926
28 MIDI 3.960.145 4.261.283 4.878.115 4.960.145
29 HRUM 349.989 413.365 459.443 467.989
30 AMRT 1.519.588 19.474 21.901 21.349 Sumber: Bursa Efek Indonesia
71
Arus Kas periode 2016-2018 (dalam ribuan rupiah)
No. Kode 2016 2017 2018
1 BBCA 100.319.853 83.377.439 103.311.560
2 BOLT 98.728.760.869 37.655.428.227 13.847.752.415
3 AKSI 8.122.969 25.311.060.218 50.114.289.116
4 AMIN 1.032.111.066 486.852.308 6.734.140.032
5 ANJT 16.882.293 46.404.941 29.234.164
6 APII 3.328.078.089 4.967.030.481 9.730.309.728
7 ARTO 53.244.938.383 70.312.806.409 125.893.680.735
8 ATIC 275.070.557.483 331.303.191.362 601.207.824.774
9 BFIN 165.388 225.203 755.247
10 BHIT 3.608.806 2.700.509 2.272.911
11 VOKS 75.959.925.517 154.381.240.915 217.976.984.486
12 ARNA 3.165.484.220 59.531.055.920 192.813.271.612
13 BRNA 156.284.896 67.552.749 71.812.249
14 MAIN -22.845.152 80.521.644 124.187.583
15 SIPD 397.370 248.025 186.845
16 BPII 56.390.613.301 40.822.869.193 49.977.891.293
17 ASMI 4.959.849.789 3.063.169.002 5.853.410.707
18 CEKA 20.679.220.743 12.814.873.232 1.010.163.064
19 AHAP 53.975.505.471 69.097.069.379 77.344.564.946
20 ASGR 277.798 676.587 273.682
21 BNBA 1.169.873.185.036 1.303.601.866.320 1.281.130.738.923
22 GGRM 841.875 2.329.179 1.612.024
23 CLEO 963.523.972 3.059.185.742 2.681.860.260
24 BVIC 275.070.557.483 3.650.912.347 3.908.258.174
25 CFIN 30.322.531 28.547.330 53.010.796
26 AGRS 590.959 600.410 701.105
27 DYAN 169.591.998.589 99.649.817.797 107.403.156.431
28 MIDI 211.041 229.109 196.898
29 HRUM 231.019.743 266.353.112 216.441.996
30 AMRT 936.614 932.901 231.250
Sumber: Bursa Efek Indonesia
72
Hasil Olahan Regresi Berganda
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 LOGX2,
LOGX1b
. Enter
a. Dependent Variable: LOGY
b. All requested variables entered.
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .950a .903 .901 .70417
a. Predictors: (Constant), LOGX2, LOGX1
ANOVAa
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 402.036 2 201.018 405.396 .000b
Residual 43.139 87 .496
Total 445.175 89
a. Dependent Variable: LOGY
b. Predictors: (Constant), LOGX2, LOGX1
73
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .970 .290 3.343 .001
LOGX1 .820 .077 .802 10.636 .000
LOGX2 .200 .093 .163 2.161 .033
a. Dependent Variable: LOGY
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 3.8158 11.2581 8.7505 2.12538 90
Residual -1.76804 2.00539 .00000 .69621 90
Std. Predicted Value -2.322 1.180 .000 1.000 90
Std. Residual -2.511 2.848 .000 .989 90
a. Dependent Variable: LOGY
74
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta
Toleranc
e VIF
1 (Constant) .970 .290 3.343 .001
LOGX1 .820 .077 .802 10.636 .000 .196 5.099
LOGX2 .200 .093 .163 2.161 .033 .196 5.099
a. Dependent Variable: LOGY
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .950a .903 .901 .70417 1.536
a. Predictors: (Constant), LOGX2, LOGX1
b. Dependent Variable: LOGY
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N
Predicted Value 3.8158 11.2581 8.7505 2.12538 90
Std. Predicted Value -2.322 1.180 .000 1.000 90
Standard Error of Predicted
Value
.075 .248 .123 .038 90
Adjusted Predicted Value 3.7646 11.2658 8.7472 2.12520 90
Residual -1.76804 2.00539 .00000 .69621 90
Std. Residual -2.511 2.848 .000 .989 90
Stud. Residual -2.619 3.012 .002 1.008 90
Deleted Residual -1.92376 2.24270 .00337 .72456 90
Stud. Deleted Residual -2.713 3.164 .001 1.026 90
Mahal. Distance .033 10.074 1.978 2.020 90
Cook's Distance .000 .358 .014 .044 90
Centered Leverage Value .000 .113 .022 .023 90
a. Dependent Variable: LOGY
75
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .950a .903 .901 .70417
a. Predictors: (Constant), LOGX2, LOGX1
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) .970 .290 3.343 .001
LOGX1 .820 .077 .802 10.636 .000
LOGX2 .200 .093 .163 2.161 .033
a. Dependent Variable: LOGY
76
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
LOGX1 90 2.81 10.53 7.8439 2.18716
LOGX2 90 1.36 10.47 6.7485 1.81859
LOGY 90 3.49 12.39 8.7505 2.23651
Valid N (listwise) 90
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 90
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .69621344
Most Extreme Differences Absolute .107
Positive .069
Negative -.107
Test Statistic .107
Asymp. Sig. (2-tailed) .013c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea .03857
Cases < Test Value 45
Cases >= Test Value 45
Total Cases 90
Number of Runs 30
Z -3.392
Asymp. Sig. (2-tailed) .001
a. Median
77