20
1 PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA) Tyan Panca Ayu Prihatiningsih NIM. 155020301111001 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia e-mail: [email protected] / telp: +6281 233 598 615 Dosen Pembimbing: Drs. Jimmy Andrianus, MM., Ak., CPA. Abstract: The Influence of Deffered Tax Expense and Tax Planning on Earnings Management (A Study on Manufacturing Companies in Indonesia Stock Exchange). This research aims to test the influence of deffered tax expense and tax planning on earnings management. The object of this research are manufacturing companies registered in Indonesia Stock Exchange in 2015-2017 and the sample was selected by using purposive sampling method. Moreover, the sample that was used in this research were 47 manufacturing companies registered that were as follows: 1. Registered in Indonesia Stock Exchange in 2015- 2017; 2. Reporting and publishing financial reports in Rupiah unit that has been audited by independent auditor per December 31; 3. Containing the data about deffered tax expense and; 4. Having a scaled earning change in the range of 0,06 and -0,09 0. Furthermore, the descriptive statistics and logistic regression method were selected as the techniques to analyze the data. The results of the research show that the deffered tax expense has no significant influence on the probability of the company that establish the earnings management and also the tax planning has no significant influence on earnings management. Keywords: deferred tax expense, tax planning, earnings management. Abstrak: Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Objek penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017. Pemilihan sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 47 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017, melaporkan dan mempublikasikan laporan keuangan dalam satuan Rupiah, yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember, berisi data mengenai kriteria variabel, dan mempunyai scaled earning change dalam range 0 0,06 dan -0,09 0. Teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan metode regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba dan perencanaan pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Kata Kunci: beban pajak tangguhan, perencanaan pajak, manajemen laba

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

1

PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK

TERHADAP MANAJEMEN LABA (STUDI EMPIRIS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA)

Tyan Panca Ayu Prihatiningsih

NIM. 155020301111001

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang, Indonesia

e-mail: [email protected] / telp: +6281 233 598 615

Dosen Pembimbing: Drs. Jimmy Andrianus, MM., Ak., CPA.

Abstract: The Influence of Deffered Tax Expense and Tax Planning on Earnings

Management (A Study on Manufacturing Companies in Indonesia Stock Exchange). This

research aims to test the influence of deffered tax expense and tax planning on earnings

management. The object of this research are manufacturing companies registered in Indonesia

Stock Exchange in 2015-2017 and the sample was selected by using purposive sampling

method. Moreover, the sample that was used in this research were 47 manufacturing

companies registered that were as follows: 1. Registered in Indonesia Stock Exchange in 2015-

2017; 2. Reporting and publishing financial reports in Rupiah unit that has been audited by

independent auditor per December 31; 3. Containing the data about deffered tax expense and;

4. Having a scaled earning change in the range of 0,06 and -0,09 – 0. Furthermore, the

descriptive statistics and logistic regression method were selected as the techniques to analyze

the data. The results of the research show that the deffered tax expense has no significant

influence on the probability of the company that establish the earnings management and also

the tax planning has no significant influence on earnings management.

Keywords: deferred tax expense, tax planning, earnings management.

Abstrak: Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap

Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek

Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh beban pajak tangguhan dan

perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Objek penelitian ini adalah perusahaan-

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2015-2017.

Pemilihan sampel ditentukan berdasarkan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah 47 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

selama tahun 2015-2017, melaporkan dan mempublikasikan laporan keuangan dalam satuan

Rupiah, yang telah diaudit oleh auditor independen per 31 Desember, berisi data mengenai

kriteria variabel, dan mempunyai scaled earning change dalam range 0 – 0,06 dan -0,09 – 0.

Teknik analisis data yang digunakan yaitu statistik deskriptif dan metode regresi logistik.

Berdasarkan hasil analisis ditemukan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba dan perencanaan

pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Kata Kunci: beban pajak tangguhan, perencanaan pajak, manajemen laba

Page 2: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

2

I. PENDAHULUAN

Perusahaan-perusahaan di era globalisasi saat ini mengalami persaingan yang sangat

ketat agar dapat terus bertahan dalam pasar global, khususnya untuk perusahaan manufaktur di

Indonesia. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan sektor industri yang mengolah bahan

baku menjadi bahan jadi. Grafik pertumbuhan jenis-jenis perusahaan (lapangan usaha) atas

dasar PDB harga konstan 2010 selama tahun 2015-2017 menunjukkan bahwa posisi

perusahaan manufaktur (industri pengolahan) mengalami pertumbuhan yang paling besar

selama tiga tahun berturut-turut dibandingkan oleh perusahaan lainnya. Hal ini berarti bahwa

perusahaan manufaktur memiliki peluang yang sangat besar dalam menggerakkan

perekonomian di Indonesia.

Besarnya tingkat pertumbuhan perusahaan manufaktur di Indonesia membuat

perusahaan manufaktur dituntut untuk memiliki berbagai keunggulan kompetitif agar mampu

bersaing dengan perusahaan lainnya. Tidak hanya dari kuantitas atau kualitas produk yang

ditawarkan dan penghasilan yang didapatkan, namun juga dari pengelolaan keuangan yang

baik. Berbagai kebijakan dalam pengelolaan keuangan harus dapat menjamin keberlangsungan

usaha perusahaan. Pengelolaan keuangan yang baik dapat ditunjukkan dengan besarnya laba

yang dicapai suatu perusahaan (Negara dan Saputra, 2017).

Pencapaian laba merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur

kinerja perusahaan. Informasi mengenai laba merupakan unsur penting yang digunakan oleh

para pengguna laporan keuangan baik pihak internal maupun eksternal dalam pengambilan

keputusan. Oleh karena itu, informasi laba haruslah menggambarkan keadaan ekonomi dan

keuangan perusahaan yang sebenarnya. Tetapi pada kenyataannya seringkali manajer

perusahaan melakukan perilaku menyimpang ketika menyajikan dan melaporkan informasi

laba dalam laporan keuangan untuk kepentingan mereka sendiri. Tindakan ini dikenal dengan

praktik manajemen laba. Manajemen laba merupakan upaya yang dilakukan pihak manajemen

untuk melakukan intervensi dalam penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk

menguntungkan dirinya sendiri, yaitu pihak perusahaan yang terkait (Schipper, 1989).

Sebenarnya perusahaan manufaktur menghadapi suatu dorongan yang saling

bertentangan pada saat melakukan manajemen laba. Pada satu sisi manajemen perusahaan

ingin menampilkan kinerja keuangan yang baik dengan memaksimalkan laba yang dilaporkan

kepada para pemegang saham dan pengguna eksternal lainnya. Namun demikian, di sisi lain

manajemen perusahaan juga menginginkan untuk meminimalkan laba kena pajak yang

dilaporkan untuk keperluan pajak (Ettredge et al., 2008). Langkah yang kemudian diambil agar

keduanya dapat dicapai adalah dengan memanipulasi laba menjadi lebih tinggi untuk pelaporan

Page 3: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

3

keuangan tapi tidak untuk pelaporan pajaknya. Hal ini juga menyebabkan adanya perusahaan

manufaktur di Indonesia yang melakukan manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari

beban pajak yang tinggi.

Contoh fenomena adanya praktik manajemen laba pernah terjadi pada perusahaan PT.

Coca Cola Indonesia (CCI). PT CCI diduga mengakali pajak sehingga menimbulkan

kekurangan pembayaran pajak senilai Rp 49,24 miliar. Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

menemukan ada pembengkakan biaya yang besar pada tahun itu. Akibatnya, ada penurunan

penghasilan kena pajak. Menurut DJP, total penghasilan kena pajak PT CCI pada periode itu

adalah Rp 603,48 miliar. Sedangkan perhitungan PT CCI penghasilan kena pajak hanyalah Rp

492,59 miliar. Dengan selisih itu, DJP menghitung kekurangan pajak penghasilan (PPh) PT

CCI Rp 49,24 miliar (www.nasional.kontan.co.id).

Fenomena terbaru terkait dengan manajemen laba adalah kasus pada PT Inovisi

Infracom (INVS) pada tahun 2015. Dalam kasus ini Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan

indikasi salah saji dalam laporan keuangan INVS periode September 2014. BEI meminta INVS

untuk merevisi nilai aset tetap, laba bersih per saham, laporan segmen usaha, kategori

instrument keuangan, dan jumlah kewajiban dalam informasi segmen usaha. Selain itu, BEI

juga menyatakan manajemen INVS salah saji item pembayaran kas kepada karyawan dan

penerimaan (pembayaran) bersih utang pihak berelasi dalam laporan arus kas. INVS juga

mengakui laba bersih per saham berdasarkan laba periode berjalan. Praktik ini menjadikan laba

bersih per saham INVS tampak lebih besar. Padahal, seharusnya perseroan menggunakan laba

periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk (www.bareksa.com).

Konsep manajemen laba dapat dijelaskan dengan menggunakan pendekatan teori

keagenan (agency theory) yaitu, teori yang menjelaskan bahwa praktik manajemen laba

dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara principal dengan manajemen sebagai agent

(Negara dan Saputra, 2017). Pihak manajemen berusaha untuk meningkatkan kesejahteraan,

sedangkan pemegang saham berkeinginan untuk meningkatkan kekayaannya. Selain itu, pihak

manajemen berkeinginan memperoleh kredit sebesar mungkin dengan bunga yang rendah,

sedangkan kreditor hanya ingin memberikan kredit sesuai dengan kemampuan perusahaan,

serta pihak manajemen berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin, sedangkan pemerintah

ingin memungut pajak sebesar-besarnya (Aditama, 2014). Adanya keinginan pihak manajemen

untuk menekan dan membuat beban pajak menjadi sekecil mungkin, maka pihak manajemen

akan cenderung meminimalkan pembayaran pajak. Upaya untuk meminimalkan beban pajak

ini sering disebut dengan perencanaan pajak (tax planning) atau tax sheltering (Suandy, 2008).

Page 4: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

4

Setiap perusahaan di Indonesia dalam menyusun laporan keuangan harus berdasarkan

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) agar dapat menghasilkan laporan keuangan

yang kredibel dan informatif. Setiap perusahaan juga harus menyusun laporan keuangan laba

rugi berdasarkan peraturan perpajakan yang berlaku (laporan laba fiskal) untuk melaporkan

pajak penghasilannya. Adanya perbedaan antara PSAK dan peraturan perpajakan akan

menghasilan dua jenis penghasilan, dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK akan

menghasilkan laba sebelum pajak (laba akuntansi), sedangkan dalam laporan keuangan

berdasarkan peraturan perpajakan akan menghasilan penghasilan kena pajak (laba fiskal).

Phillips et al. (2003) menyatakan bahwa manajemen berupaya untuk mengelola

kenaikan laba akuntansi tanpa meningkatkan penghasilan kena pajak (laba fiskal). Pelaksanaan

kebijakan manajemen untuk mengelola kenaikan laba akuntansi akan menghasilkan perbedaan

temporer antara akuntansi dan pajak. Perbedaan temporer antara laba akuntansi dan laba fiskal

menimbulkan beban pajak tangguhan (Yulianti, 2005). Pengakuan pajak tangguhan dapat

mengakibatkan bertambah dan berkurangnya laba bersih karena adanya pengakuan beban

pajak tangguhan atau manfaat pajak tangguhan, sehingga kemungkinan pembayaran pajak pada

periode mendatang menjadi lebih besar atau lebih kecil. Hal ini menjadi celah bagi manajemen

memanipulasi jumlah dari laba bersihnya sehingga bisa memperkecil jumlah pajak yang harus

dibayar.

Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen laba adalah beban pajak tangguhan dan

perencanaan pajak. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji pengaruh beban pajak

tangguhan dan perencanaan pajak terhadap manajemen laba. Penelitian yang dilakukan oleh

Phillips et al. (2003) menemukan bahwa beban pajak tangguhan secara signifikan dapat

mendeteksi manajemen laba. Penelitian Yulianti (2005) dan Sumomba (2012) juga

membuktikan bahwa beban pajak tangguhan mampu mendeteksi praktik manajemen laba yang

dilakukan oleh manajemen. Namun, terdapat perbedaan dalam penelitian Hamzah (2009) san

Fitriany (2016) yang membuktikan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh signifikan

terhadap manajemen laba. Adapun penelitian mengenai pengaruh perencanaan pajak (tax

planning) terhadap manajemen laba telah diteliti oleh Ulfah (PSNP 4) yang membuktikan

bahwa perencanaan pajak memiliki pengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Penelitian

ini juga didukung oleh Sumomba (2012) dan Fitriany (2016) yang membuktikan bahwa

perencanaan pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Peneliti lainnya adalah

Aditama dan Purwaningsih (2014) serta Wardani dan Santi (2018) yang membuktikan bahwa

perencanaan pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Page 5: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

5

Terkait dengan latar belakang dan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa

peneliti sebelumnya yang memiliki hasil penelitian bervariasi, maka peneliti mencoba untuk

melakukan penelitian lanjutan yang bersifat pengulangan (replikatif). Penelitian ini bertujuan

untuk menguji apakah beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak dapat digunakan sebagai

pendeteksi manajemen laba seperti yang dilakukan oleh para peneliti-peneliti sebelumnya

tetapi dengan memanfaatkan data-data terbaru dan teraktual. Oleh karena itu, peneliti

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan

Pajak terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa

Efek Indonesia)”.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba?

2. Apakah perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba?

II. TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

Manajemen Laba

Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi manajemen

dengan sengaja dalam proses penentuan laba untuk memperoleh beberapa keuntungan pribadi.

Maksud dari intervensi di sini adalah upaya yang dilakukan oleh manajer untuk mempengaruhi

informasi-informasi dalam laporan keuangan dengan tujuan untuk mengelabui stakeholders

yang ingin mengetahui kinerja dan kondisi perusahaan.

Beberapa motivasi yang mendorong manajer untuk melakukan manajemen laba (Scott,

2003), yaitu: (1) motivasi bonus (bonus purpose); (2) motivasi kontraktual lainnya (other

contractual motivation); (3) motivasi politik (political motivation); (4) motivasi pajak (taxation

motivation); (5) pergantian CEO (Chief Executif Officier); (6) Initial Public Offering (IPO); (7)

pemberian informasi kepada investor (communicate information to investors)

Pemilihan metode akuntansi dalam rangka melakukan manajemen laba harus dilakukan

dengan penuh kecermatan oleh manajer agar tidak diketahui oleh pemakai laporan keuangan.

Scott (2003) mengemukakan bahwa ada empat jenis manajemen laba, yaitu: Taking a Bath,

Income Increasing, Income Maximization, dan Income Smoothing.

Salah satu pendekatan dalam menentukan perilaku manajemen laba adalah dengan

pendekatan distribusi laba. Pendekatan distribusi laba mengidentifikasi batas pelaporan laba

Page 6: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

6

(earnings threshold) dan menemukan bahwa perusahaan yang berada di bawah earnings

threshold akan berusaha untuk melewati batas tersebut dengan melakukan manajemen laba

(Yulianti, 2005). Phillips et al. (2003) menggunakan model distribusi laba sebagai pengukur

manajemen laba. Holland dan Ramsay (2003) menyebutkan terdapat dua macam earnings

threshold, yaitu:

1) Titik pelaporan laba nol; yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk menghindari

pelaporan kerugian.

2) Titik perubahan laba nol; yang menunjukkan usaha manajemen laba untuk menghindari

penurunan laba.

Yulianti (2005) membuktikan terjadinya kink dalam distribusi laba perusahaan yang

disebabkan oleh terlalu sedikitnya perusahaan-perusahaan yang melaporkan kerugian dalam

jumlah kecil (small loss firms) dan terlalu banyak perusahaan-perusahaan yang melaporkan

keuntungan dalam jumlah kecil (small profit firms). Berdasarkan temuan tersebut, Yulianti

(2005) menyatakan bahwa small profit firms adalah perusahaan-perusahaan yang memiliki Net

Income/Market Value Equity pada range 0-0,06 dan small loss firms adalah perusahaan-

perusahaan yang memiliki Net Income/Market Value Equity pada range -0,09-0.

Beban Pajak Tangguhan

Pajak tangguhan pada prinsipnya merupakan dampak dari pajak penghasilan (PPh) di

masa yang akan datang yang timbul akibat perbedaaan temporer (waktu) antara laba akuntansi

dan laba fiskal menurut perpajakan, serta kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasikan

di masa datang (tax losscarry forward) yang perlu disajikan dalam laporan keuangan suatu

periode tertentu. Dampak adanya pajak penghasilan di masa yang akan datang perlu diakui,

dihitung, disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan, baik laporan posisi keuangan

maupun laporan laba komprehensif (Rini dan Asrori, 2014). Bila dampak pajak di masa datang

tersebut tidak tersaji dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba komprehensif, akibatnya

bisa saja laporan keuangan menyesatkan pembacanya.

PPh yang dihitung berbasis pada penghasilan kena pajak (PKP) yang sesungguhnya

dibayar kepada pemerintah disebut sebagai PPh terutang, sedangkan PPh yang dihitung

berbasis laba (penghasilan) sebelum pajak disebut dengan beban PPh. Sebagian perbedaan

yang terjadi akibat perbedaan antara PPh terutang dengan beban pajak yang dimaksud,

sepanjang menyangkut perbedaan temporer, hendaknya dilakukan pencatatan dan tercermin

dalam laporan keuangan komersial dalam akun pajak tangguhan (Zain, 2007). Yulianti (2005)

menjelaskan bahwa beban pajak tangguhan timbul akibat perbedaan temporer antara laba

Page 7: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

7

akuntansi (laba dalam laporan keuangan menurut SAK untuk kepentingan pihak eksternal)

dengan laba fiskal (laba menurut aturan perpajakan Indonesia yang digunakan sebagai dasar

penghitungan pajak).

Suandy (2008) mengungkapkan bahwa apabila pada masa mendatang akan terjadi

pembayaran yang lebih besar, maka berdasarkan SAK harus diakui sebagai suatu kewajiban.

Kenaikan kewajiban pajak tangguhan konsisten dengan perusahaan yang mengakui pendapatan

lebih awal atau menunda biaya untuk tujuan pelaporan keuangan komersial pada periode

tersebut dibanding tujuan pelaporan pajak. Tindakan perusahaan mengakui pendapatan lebih

awal dan menunda biaya mengindikasikan bahwa manajemen melakukan manajemen laba

pada laporan keuangan komersial. Semakin tingginya praktik manajemen laba, maka semakin

tinggi kewajiban pajak tangguhan yang diakui oleh perusahaan sebagai beban pajak tangguhan

(Phillips, et.al, 2003). Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Watt dan

Zimmerman (1986) bahwa alasan penghematan atau penundaan pajak (pajak tangguhan)

melalui kecenderungan perusahaan untuk mengurangi laba yang dilaporkan merupakan salah

satu dari tiga hipotesis sehubungan dengan teori akuntansi positif, yaitu political cost

hypothesis, sehingga beban pajak tangguhan dapat mempengaruhi manajemen laba sebagai

motivasi penghematan pajak.

Hasil penelitian Yulianti (2005) membuktikan bahwa beban pajak tangguhan memiliki

pengaruh signifikan terhadap probabilitas perusahaan melakukan manajemen laba untuk

menghindari kerugian. Sumomba (2012) membuktikan bahwa beban pajak tangguhan mampu

mendeteksi praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen, namun tidak akan

merespon ketika terjadi penurunan tarif pajak. Terdapat perbedaan hasil yang ditemukan oleh

Hamzah (2009) bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh atau tidak signifikan dalam

mendeteksi manajemen laba pada saat menghindari pelaporan kerugian. Selain itu, Fitriany

(2016) juga membuktikan bahwa beban pajak tangguhan tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap manajemen laba. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka hipotesis

yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1: Beban pajak tangguhan berpengaruh terhadap manajemen laba

Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha wajib pajak atau

sekelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang pajak, baik PPh maupun beban pajak

yang lainnya berada pada posisi yang seminimal mungkin (Suandy, 2008). Hal ini harus

Page 8: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

8

dilakukan sepanjang masih berada di dalam peraturan perpajakan yang berlaku, sehingga

kegiatan perencanaan pajak (tax planning) bersifat legal.

Perencanaan pajak merupakan tindakan struktural yang terkait dengan kondisi

konsekuensi potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi yang ada

konsekuensi pajaknya, tujuannya adalah bagaimana pengendalian tersebut dapat

mengefisiensikan jumlah pajaknya yang akan ditransfer ke pemerintah, melalui apa yang

disebut penghindaran pajak (tax avoidance) yang merupakan perbuatan legal yang masih dalam

ruang lingkup peraturan perundang-undangan pajak dan bukan penyelundupan pajak (Zain,

2007).

Pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen laba dapat dijelaskan secara

konseptual dengan teori keagenan dan teori akuntansi positif. Dalam teori keagenan antara

pemerintah (Direktorat Jenderal Pajak) sebagai principal dengan manajemen perusahaan

sebagai agent memiliki kepentingan yang berbeda terkait pembayaran pajak. Adanya

perbedaan kepentingan tersebut menyebabkan adanya konflik kepentingan antara perusahaan

dan pemerintah, sehingga memotivasi perusahaan meminimalkan beban pajak yang harus

dibayarkan kepada pemerintah. Teori akuntansi positif yang dapat menjelaskan praktik

manajemen laba adalah hipotesis ketiga yaitu The Political Cost Hypothesis. Scott (2003)

menjelaskan bahwa perusahaan yang berhadapan dengan biaya politik, cenderung melakukan

rekayasa penurunan laba dengan tujuan meminimalkan biaya politik yang mereka tanggung.

Biaya politik adalah biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan terkait dengan regulasi

pemerintah, yang salah satunya beban pajak.

Penelitian yang membahas mengenai pengaruh perencanaan pajak terhadap manajemen

laba dilakukan oleh Sumomba (2012) yang membuktikan bahwa perencanaan pajak yang

diukur menggunakan tingkat retensi pajak mampu mendeteksi praktik manajemen laba. Hal ini

juga sejalan dengan Ulfah (PSNP 4) dan Fitriany (2016) yang membuktikan bahwa

perencanaan pajak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Peneliti lainnya adalah

Aditama dan Purwaningsih (2014) yang membuktikan bahwa perencanaan pajak ternyata tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian Wardani dan Santi (2018) juga membuktikan bahwa perencanaan pajak tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan sub sektor makanan

dan minuman yang terdaftar di BEI. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka

hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H2: Perencanaan pajak berpengaruh terhadap manajemen laba

Page 9: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

9

Bagan Rerangka Teoritis

Berikut bagan rerangka teoritis dari penelitian ini.

III. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2015-2017. Pengambilan sampel menggunakan

metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2015-2017.

2. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit dan berakhir pada 31

Desember dan mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap dari tahun 2015-

2017.

3. Perusahaan yang tidak mengalami delisting atau penghapusan pencatatan saham di Bursa

Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2015-2017.

4. Perusahaan yang mempunyai kelengkapan data (memenuhi kriteria variabel penelitian)

dari tahun 2015-2017.

5. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi, merger, restrukturisasi, dan perubahan

kelompok usaha dari tahun 2015-2017.

6. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah (IDR) dari

tahun 2015-2017.

7. Perusahaan yang memiliki nilai Scaled Earninng Change dalam range 0 – 0,06 dan -0,09

– 0.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Manajemen Laba

Probabilitas perusahaan dalam melakukan manajemen laba untuk menghindari

penurunan laba dan pelaporan kerugian diperoleh dari pendistribusian manajemen laba

berdasarkan scaled earning change (Phillips et al. 2003; Yulianti 2005).

Beban Pajak Tangguhan

(Deferred Tax Expense)

(X1)

Perencanaan Pajak

(Tax Planning) (X2)

Manajemen Laba

(Earnings Management)

(Y)

Page 10: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

10

Variabel manajemen laba diukur dengan skala nominal yaitu menggunakan variabel

dummy, yaitu variabel yang bersifat kategorikal atau dikotomi (Ghozali, 2011), dimana

manajemen laba akan diberi nilai 1 (satu) jika perusahaan termasuk ke dalam kelompok Small

Profit Firm (diindikasikan melakukan manajemen laba untuk menghindari penurunan laba) dan

0 (nol) jika perusahaan termasuk ke dalam kelompok Small Loss Firm (diindikasikan

melakukan manajemen laba untuk menghindari kerugian).

Perusahaan yang berada pada range 0 – 0,06 dikategorikan sebagai Small Profit Firm,

sedangkan perusahaan yang berada pada range -0,09 – 0 dikategorikan sebagai Smalll Loss

Firm. Pengukuran variabel ini mengacu pada penelitian Phillips et al. 2003 serta Yulianti

(2005) dalam Widiastuti (2011) dan Kiswanto (2009). Berikut adalah formula untuk

mendapatkan skala pengukuran variabel probabilitas perusahaan untuk melakukan manajemen

laba:

𝑆𝑐𝑎𝑙𝑒𝑑 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐶ℎ𝑎𝑛𝑔𝑒 i t =𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 i t − 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 i (t − 1)

𝑀𝑎𝑟𝑘𝑒𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑢𝑒 𝑜𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 i (t − 1)

Beban Pajak Tangguhan

Beban pajak tangguhan adalah beban beban yang timbul akibat perbedaan temporer

antara laba akuntansi dan laba fiskal (Yulianti, 2005). Beban pajak tangguhan ini timbul dari

proses koreksi fiskal, dimana terjadi koreksi negatif, yaitu nilai penghasilan berdasarkan

akuntansi lebih tinggi dari nilai penghasilan berdasarkan pajak, serta nilai biaya berdasarkan

akuntansi lebih kecil dari nilai biaya berdasarkan pajak. Berikut adalah formula beban pajak

tangguhan (deferred tax expenses – DTE) (Phillips et al, 2003):

DTE = 𝐷𝑒𝑓𝑒𝑟𝑟𝑒𝑑 𝑇𝑎𝑥 𝐸𝑥𝑝𝑒𝑛𝑠𝑒𝑠 i t

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 i (t − 1)

Perencanaan Pajak

Perencanaan pajak adalah upaya untuk meminimalkan beban pajak atau pembayaran

pajak yang menjadi kewajiban perusahaan. Perencanaan pajak diukur dengan menggunakan

rumus tax retention rate (tingkat retensi pajak), yang menganalisis suatu ukuran dari efektivitas

manajemen pajak pada laporan keuangan tahun berjalan (Wild et al., 2004). Ukuran efektivitas

manajemen pajak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ukuran efektivitas perencanaan

pajak. Rumus tax retention rate (tingkat retensi pajak) adalah (Wild et al., 2004):

TRR = 𝑁𝑒𝑡 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 i t

𝑃𝑟𝑒𝑡𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒 (EBIT) i t

Page 11: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

11

Metode Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data dan menguji hipotesis yaitu

dengan menggunakan statistik deskriptif dan regresi logistik dengan menggunakan bantuan

perangkat lunak Microsoft Excel 2013 dan SPSS versi 23.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Sampel Penelitian

Berikut hasil analisis sampel dengan menggunakan purposive sampling.

Tabel 4.1 Hasil Seleksi Sampel Penelitian

Keterangan Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2015-2017 144

Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan yang diaudit dan tidak

mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap (10)

Perusahaan yang delisting (6)

Perusahaan yang tidak mempunyai kelengkapan data yang diperlukan dalam

penelitian (2)

Perusahaan yang melakukan akuisisi, merger, restrukturisasi, dan perubahan

kelompok usaha (6)

Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan dalam satuan mata uang

Rupiah (IDR) (27)

Perusahaan yang tidak memiliki nilai Scaled Earning Change dalam range 0 –

0,06 dan -0,09 – 0 (46)

Total Perusahaan yang Dijadikan Sampel 47 Sumber: Bursa Efek Indonesia

Statistik deskriptif

Berikut merupakan hasil statistik deskriptif variabel-variabel dalam penelitian.

Tabel 4.2 Hasil Statistik Deskriptif

Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 4.2 menggambarkan statistik deskriptif yang meliputi nilai minimum, nilai

maksimum, mean (rata-rata), dan standar deviasi. Nilai beban pajak tangguhan (deferred tax

expense – DTE) terbesar ada pada PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) pada tahun

2016 sebesar 0,01829 apabila dibandingkan dengan total aset tahun sebelumnya. Sebaliknya,

nilai beban pajak tangguhan (deferred tax expense – DTE) PT Indocement Tunggal Prakasa

Tbk (INTP) sebesar -0.02115 merupakan nilai beban pajak tangguhan terkecil dalam observasi.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DTE 141 -0.02115 0.01829 -0.0014372 0.00490432

TRR 141 -0.56250 6.54976 0.7991497 0.59551644

EM 141 -0.07460 0.05914 -0.0027272 0.02557685

Valid N (listwise) 141

Page 12: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

12

Rata-rata beban pajak tangguhan (deferred tax expense – DTE) perusahaan manufaktur dalam

observasi sebesar -0.0014372 berarti lebih banyak perusahaan yang memiliki manfaat pajak

tangguhan dibandingkan beban pajak tangguhan. Hal ini berarti beban pajak tangguhan tidak

banyak digunkaan oleh perusahaan manufaktur di tahun 2015-2017 untuk melakukan praktik

manajemen laba. Nilai standar deviasi untuk variabel ini sebesar 0,49% yang menunjukkan

variabilitas data observasi kecil.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif variabel perencanaan pajak (tax retention rate –

TRR) pada Tabel 4.2, nilai perencanaan pajak (tax retention rate – TRR) terbesar dimiliki oleh

PT Indo Acitama Tbk (SRSN) pada tahun 2016 yaitu sebesar 6.54976. Sebaliknya, nilai

perencanaan pajak (tax retention rate – TRR) PT Siwani Makmur Tbk (SIMA) tahun 2017

yaitu -0.56250 merupakan nilai terkecil dalam observasi. Rata-rata perencanaan pajak (tax

retention rate – TRR) perusahaan manufaktur dalam observasi sebesar 0.7991497. Besarnya

nilai rata-rata perencanaan pajak tersebut menunjukkan bahwa rata-rata laba bersih selama

tahun 2015-2017 lebih tinggi 79,91% dibandingkan dengan rata-rata laba sebelum pajak tahun

2015-2017. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur di tahun 2015-2017

telah melakukan perencanaan pajak secara efektif. Nilai standar deviasi untuk variabel ini

sebesar 59,55% yang menunjukkan variabilitas data observasi untuk variabel perencanaan

pajak lebih besar dibandingkan variabel beban pajak tangguhan.

Hasil statistik deskriptif variabel manajemen laba (earning management – EM)

menunjukkan nilai terbesar pada PT Indal Aluminium Industry Tbk (INAI) yaitu 0.05914 pada

tahun 2015, sedangkan nilai manajemen laba (earning management – EM) yaitu -0.07460 yang

dimiliki PT Sepatu Bata Tbk (BATA) pada tahun 2016 merupakan nilai terkecil dalam

observasi ini. Besarnya nilai rata-rata (mean) manajemen laba (earning management – EM)

yang negatif yaitu -0.0027272, menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan manufaktur pada

tahun 2015-2017 melakukan praktik manajemen laba dengan tujuan untuk menghindari

pelaporan kerugian. Nilai standar deviasi untuk variabel manajemen laba (earning management

– EM) sebesar 2,55% yang menunjukkan ukuran dispersi interval data observasi, penyebaran

atau distribusi variabilitas sebesar 2,55% dalam data.

Page 13: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

13

Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Berikut merupakan hasil uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of fit test.

Tabel 4.3 Hasil Uji Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square Df Sig.

1 11.400 8 0.180

Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 4.6 menunjukkan nilai statistik dari Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit test

sebesar 11,400 dengan probabilitas signifikansi 0,180. Karena nilai signifikansi dari Hosmer

and Lemeshow’s goodness of fit test lebih besar dari 0,05, maka model dapat diterima karena

cocok dengan data observasinya atau dapat dikatakan bahwa model mampu memprediksi nilai

observasinya.

Uji Kelayakan Keseluruhan Model

Berikut merupakan hasil pengujian kelayakan keseluruhan model.

Tabel 4.4 Perbandingan antara -2LogL Awal dan -2LogL Akhir

-2LogL awal (block number = 0) 191.011

-2LogL akhir (block number = 1) 188.581

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan hasil pengujian yang terdapat pada Tabel 4.4, diketahui nilai -2LogL pada

awal (block number = 0) sebesar 191,011, dimana model hanya memasukkan konstanta.

Kemudian pada Tabel 4.4 juga diketahui nilai -2LogL pada akhir (block number = 1) sebesar

188,581, dimana model sudah memasukkan kedua variabel independen, yaitu beban pajak

tangguhan dan perencanaan pajak. Adanya pengurangan nilai antara -2LogL awal sebesar

191,011 dan -2LogL akhir sebesar 188,581 menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan fit

dengan data.

Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke’s R2)

Berikut merupakan hasil pengujian koefisien determinasi.

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 188.581a 0.017 0.023

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat diketahui nilai Nagelkerke’s R2 adalah sebesar 0,023 yang

menunjukkan bahwa kedua variabel independen, yaitu beban pajak tangguhan dan perencanaan

pajak hanya dapat menjelaskan variasi variabel dependen sebesar 2,3%. Sisanya sebesar 97,7%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak diujikan dalam penelitian ini.

Page 14: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

14

Uji Multikolinearitas

Berikut hasil pengujian multikolinearitas.

Tabel 4.6 Correlation Matrix

Constant DTE TRR

Step 1 Constant 1.000 0.048 -0.866

DTE 0.048 1.000 0.113

TRR -0.866 0.113 1.000

Sumber: Data diolah, 2018

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat diketahui bahwa dari hasil pengujian correlation matrix,

dalam persilangan antara variabel independen yaitu beban pajak tangguhan (deferred tax

expense – DTE) dan perencanaan pajak (tax retention rate – TRR), menunjukkan nilai

koefisien korelasi hanya sebesar 0,113 yang berarti nilainya dibawah 0,8, maka dapat

disimpulkan tidak terdapat gejala multikolinearitas yang serius antar variabel.

Uji Tabel Klasfikasi

Berikut merupakan hasil uji tabel klasifikasi.

Tabel 4.7 Hasil Tabel Klasfikasi

Observasi Prediksi

EM Presentase

Benar Small Loss

Firm

Small Profit

Firm

EM Small Loss Firm 4 54 6.9

Small Profit Firm 2 81 97.6

Presentase Keseluruhan 60.3

Sumber: Data diolah, 2018

Tabel 4.7 menunjukkan kekuatan model regresi untuk memprediksi kemungkinan

perusahaan melakukan manajemen laba (earning management – EM) adalah sebesar 97,6%.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan model regresi terdapat 81 observasi yang

diprediksi akan melakukan manajemen laba (earning management – EM) dari total 83

observasi perusahaan yang melakukan manajemen laba (earning management – EM).

Sementara itu, kekuatan model regresi untuk memprediksi kemungkinan perusahaan tidak

melakukan manajemen laba (earning management – EM) adalah sebesar 6,9%. Hal ini berarti

bahwa dengan menggunakan model regresi terdapat 4 observasi yang diprediksi tidak

melakukan manajemen laba (earning management – EM) dari total 58 observasi perusahaan

yang tidak melakukan manajemen laba (earning management – EM). Total persentase

keseluruhan kekuatan model regresi adalah 60,3%.

Page 15: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

15

Hasil Uji Regresi Logistik

Berikut hasil pengujian regresi logistik.

Tabel 4.8 Hasil Uji Regresi Logistik

B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)

Step

1a

DTE 25.461 37.156 0.470 1 0.493 114196711787.626

TRR -0.430 0.411 1.090 1 0.296 0.651

Constant 0.735 0.361 4.157 1 0.041 2.086

Sumber: Data diolah, 2018

Persamaan model regresi logistik yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

𝑳𝒏 𝑬𝑴

𝟏 − 𝑬𝑴= 𝟎, 𝟕𝟑𝟓 + 𝟐𝟓, 𝟒𝟔𝟏 𝑫𝑻𝑬𝒊 − 𝟎, 𝟒𝟑𝟎 𝑻𝑹𝑹𝒊𝒕 + 𝜺

Rumus tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Nilai konstanta sebesar 0,735, artinya jika beban pajak tangguhan (deferred tax expense –

DTE) dan perencanaan pajak (tax retention rate – TRR) bernilai konstan atau 0, maka

kecenderungan perusahaan melakukan manajemen laba (earning management – EM)

sebesar 0,735.

2) Nilai koefisien regresi variabel beban pajak tangguhan (deferred tax expense – DTE)

menunjukkan nilai positif sebesar 25,461 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan

terhadap beban pajak tangguhan maka akan berdampak pada peningkatan kecenderungan

perusahaan melakukan manajemen laba (earning management – EM).

3) Nilai koefisien regresi variabel perencanaan pajak (tax retention rate – TRR) menunjukkan

nilai negatif sebesar -0,430 yang berarti bahwa setiap terjadi peningkatan terhadap

perencanaan pajak maka akan berdampak pada penurunan kecenderungan perusahaan

melakukan manajemen laba (earning management – EM).

Pembahasan

Hubungan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba

Hubungan beban pajak tangguhan terhadap manajemen laba disebabkan karena alasan

penghematan atau penundaan pajak yang dilakukan perusahaan dengan mengurangi laba yang

dilaporkan. The political cost hypothesis dalam teori akuntansi positif mendukung bahwa

beban pajak tangguhan dapat mempengaruhi manajemen laba sebagai motivasi penghematan

pajak dengan tujuan mengurangi biaya politik (beban pajak). Perpajakan dapat menjadi

motivasi bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Dari hasil uji regresi logistik yang

ditunjukkan pada Tabel 4.8 diketahui koefisien regresi untuk variabel beban pajak tangguhan

(deferred tax expense – DTE) adalah 25,461 dengan nilai signifikansi 0,493. Nilai signifikansi

Page 16: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

16

lebih besar dari 0,05 sehingga H1 ditolak. Kesimpulannya adalah beban pajak tangguhan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Beban pajak tangguhan dalam penelitian ini tidak dapat mendeteksi manajemen laba

karena kemampuan beban pajak tangguhan yang hanya dapat mencerminkan efek pajak yang

ditimbulkan oleh perbedaan temporer antara akuntansi dan pajak, sehingga apabila perusahaan

diindikasikan melakukan manajemen laba yang memunculkan perbedaan permanen, beban

pajak tangguhan tidak dapat mendeteksi praktik manajemen laba tersebut. Selain itu, bila

perusahaan ingin menurunkan labanya dengan alasan penghematan atau penundaan pajak

(political cost hypothesis) pengaruhnya terhadap beban pajak tangguhan kecil, sehingga bila

ingin mendeteksi manajemen laba dalam perusahaan melalui beban pajak tangguhan tidak

efektif karena beban pajak tangguhan tidak dapat menggambarkan bahwa perusahaan tersebut

melakukan manajemen laba. Hal ini juga dibuktikan bahwa lebih banyak perusahaan

manufaktur di tahun 2015-2017 yang memiliki manfaat pajak tangguhan (aset pajak

tangguhan) dibandingkan dengan beban pajak tangguhan (liabilitas pajak tangguhan). Artinya

selama tahun 2015-2017 terdapat pemulihan aset pajak tangguhan yang besar sehingga

mengurangi pembayaran pajak masa depan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Hamzah (2009) dan

Fitriany (2016) yang menyatakan bahwa beban pajak tangguhan tidak memiliki pengaruh yang

signifikan dalam mendeteksi manajemen laba. Penelitian ini tidak mendukung penelitian dari

Sumomba (2012) yang membuktikan bahwa beban pajak tangguhan mampu mendeteksi

praktik manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen.

Hubungan Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba

Hubungan perencanaan pajak terhadap manajemen laba dapat dijelaskan dengan teori

keagenan dan teori akuntansi positif. Dalam teori keagenan perencanaan pajak muncul karena

adanya perbedaan kepentingan antara perusahaan dan pemerintah. Perbedaan kepentingan ini

terletak pada perusahaan yang berusaha membayar pajak seminimal mungkin, sementara

pemerintah mengandalkan pembayaran pajak dari perusahaan untuk mendanai pengeluaran

negara. Hal ini juga dijelaskan dengan teori akuntansi positif yaitu the political cost hypothesis.

Perusahaan yang berhadapan dengan biaya politik (beban pajak) cenderung melakukan

rekayasa penurunan laba dengan tujuan untuk meminimalkan biaya politik yang mereka

tanggung. Hasil uji regresi logistik yang ditunjukkan pada Tabel 4.8 diketahui koefisien regresi

untuk variabel perencanaan pajak (tax retention rate – TRR) adalah -0,430 dengan nilai

signifikansi 0,296. Nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 sehingga H2 ditolak. Kesimpulannya

Page 17: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

17

adalah perencanaan pajak tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Hal

ini berarti semakin besar perencanaan pajak maka semakin kecil praktik manajemen laba yang

dilakukan perusahaan.

Philips et al. (2003) menyatakan bahwa para manajer melakukan manajemen laba

dengan pendekatan distribusi laba dikarenakan manajer sadar bahwa pihak eksternal seperti

para investor, bank, dan pemasok menggunakan batas pelaporan laba dalam menilai kinerja

manajer. Ditolaknya H2 dalam penelitian ini jelas terlihat karena tujuan perusahaan manufaktur

di tahun 2015-2017 melakukan manajemen laba ialah untuk menghindari pelaporan kerugian

sehingga perusahaan akan cenderung melaporkan laba yang lebih tinggi, sedangkan tujuan dari

perencanaan pajak adalah untuk memperkecil laba perusahaan agar pajak yang dibayarkan juga

akan kecil. Selain itu, di dalam perusahaan manufaktur terdapat beberapa divisi atau

departemen dengan masing-masing manajemen. Hal ini akan membuat kecenderungan

manajemen untuk mementingkan kepentingannya masing-masing dalam hal untuk

memperoleh bonus atau kompensasi apabila menunjukkan kinerja yang baik, sehingga

manajemen laba yang dilakukan cenderung terjadi karena self interest manajemen bukan

karena perencanaan pajak (Wardani dan Santi, 2018). Menurut peneliti, tidak berpengaruhnya

perencanaan pajak terhadap manajemen laba karena tujuan manajemen laba perusahaan

manufaktur tahun 2015-2017 adalah untuk menghindari pelaporan kerugian, hal ini cenderung

didasari oleh adanya kepentingan untuk mengindari pelanggaran perjanjian utang (kredit).

Berdasarkan teori akuntansi positif yaitu the debt to equity hypothesis (debt covenant

hypothesis), manajemen akan meningkatkan laba untuk menghindar atau setidaknya menunda

pelanggaran perjanjian utang.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Aditama dan Purwaningsih (2014) yang

menunjukkan bahwa perencanaan pajak tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada

perusahaan-perusahaan non manufaktur di BEI selama tahun 2009-2012 dan mendukung

penelitian Wardani dan Santi (2018) yang menunjukkan bahwa perencanaan pajak tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba pada perusahaan sub sektor makanan

dan minuman di BEI selama tahun 2012-2016. Penelitian ini tidak mendukung penelitian dari

Sumomba (2012), Ulfah (PSNP 4), dan Fitriany (2016) yang membuktikan bahwa perencanaan

pajak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Page 18: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

18

V. KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian kuantitatif deskriptif yang menggunakan 47 perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2015 – 2017 dengan menggunakan

alat analisis regresi logistik, ditemukan bahwa kedua pengukur manajemen laba yaitu beban

pajak tangguhan dan perencanan pajak tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kecenderungan perusahaan manufaktur dalam melakukan praktik manajemen laba.

Koefisien determinasi yang menggunakan R2 memperlihatkan pengaruh positif. Nilai

R2 dalam penelitian ini hanya sebesar 0,023 atau sama dengan 2,3% yang berarti bahwa variasi

perubahan variabel dependen (manajemen laba) yang dijelaskan oleh variabel independen

beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak hanya sebesar 2,3%, sedangkan sisanya 97,7%

dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian. Artinya, masih banyak faktor-

faktor lain yang menentukan adanya praktik manajemen laba pada perusahaan.

Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan yang menjadi kelemahan dan kekurangan penelitian ini adalah

pada variabel yang digunakan untuk memprediksi manajemen laba yang dilakukan oleh

perusahaan hanya sebatas beban pajak tangguhan dan perencanaan pajak, yang hanya dapat

ditentukan menggunakan laporan keuangan. Kemampuan variabel beban pajak tangguhan dan

perencanaan pajak dalam menjelaskan variasi variabel manajemen laba sangat terbatas, yaitu

hanya sebesar 2,3% (dilihat dari nilai Nagelkerke’s R Square).

Saran untuk Penelitian Berikutnya

Berdasarkan keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka saran untuk

penelitian berikutnya diharapkan dapat menambah variabel independen lain terkait manajemen

laba seperti aset pajak tangguhan dan beban pajak kini. Selain itu, juga dapat menambahkan

variabel kontrol seperti profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan perusahaan, corporate

governance, atau ukuran perusahaan dengan harapan nilai Nagelkerke’s R Square dapat

meningkat, sehingga mencerminkan kemampuan variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen menjadi semakin baik. Apabila nilai Nagelkerke’s R Square pada

model yang memasukkan variabel kontrol lebih besar daripada nilai Nagelkerke’s R Square

yang tidak memasukkan variabel kontrol, maka variabel kontrol yang digunakan sudah benar.

Page 19: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

19

DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Ferry dan Anna Purwaningsih. 2014. Pengaruh Perencanaan Pajak terhadap

Manajemen Laba Pada Perusahaan Non Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. MODUS Vol. 26 No. 1. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Arfani, Astri Nur Kusumawati dan Noer Sasongko. 2005. Analisis Perbedaan Pengaturan

Laba (Earnings Management) Pada Kondisi Laba dan Rugi Pada Perusahaan

Manufaktur di Indonesia. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 1.

Bareksa. 2015. BEI: Laporan Keuangan Inovisi Salah Saji, Suspen Saham Belum Akan Dibuka.

www.bareksa.com (Diakses pada tanggal 23 April 2019).

Castro, L., dan Scartascini, C. 2015. Tax Compliance and Enforcement in the Pampas Evidence

from a Field Experiment. Journal of Economic Behavior & Organization, 116, 65-82.

Ettredge, Michael L., et al. 2008. Is Earnings Fraud Associated with High Deffered Tax and/or

Book Minus Tax Levels?. Auditing: Journal of Practice and Theory Vol. 27 (1) Hal 1-

33.

Fitriany, L C. 2016. Pengaruh Aset Pajak Tangguhan, Beban Pajak Tangguhan, dan

Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2013). JOM Fekom Vol. 3 No. 1.

Universitas Riau.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hairu, Ningsih. 2009. Hubungan antara Manajemen Laba, Good Corporate Governance, dan

Struktur Pengendalian Intern terhadap Perencanaan Audit. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Ekonomi UTIRA-IBEK.

Hamzah, Ardi. 2009. Deteksi Earnings Management Melalui Beban Pajak Tangguhan, Akrual,

dan Arus Kas Operasi: Studi Pada Perusahaan Real Estate dan Property yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2008. Departemen Akuntansi

Universitas Trunojoyo.

Holland, D. and Ramsay, A. 2003. Do Australian Companies Manage Earnings to Meet Simple

Earnings Benchmarks?. Accounting and Finance Vol. 43: pp.41-62.

Huda, M. K., dan Hernoko, A. Y. 2017. Tax Amnesties in Indonesia and Other Countries:

Opportunities and Challenges. Asian Social Science Vol. 13 No. 7.

Jensen, Michael C., and William H. Meckling. 1976. Theory of The Firm: Managerial

Behavior, Agency Costs, and Ownership Structure. The Journal of Financial

Economics.

Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Perekonomian Indonesia dan APBN 2017.

www.kemenkeu.go.id (Diakses pada tanggal 07 Desember 2018).

Lumbantoruan, Sophar. 1996. Akuntansi Pajak. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nasional Kontan. 2014. Coca Cola Diduga Akali Setoran Pajak. www.nasional.kontan.co.id

(Diakses pada tanggal 23 April 2019).

Page 20: PENGARUH BEBAN PAJAK TANGGUHAN DAN PERENCANAAN PAJAK …

20

Negara, A.A Gede Raka Plasa dan I.D.G. Dharma Suputra. 2017. Pengaruh Perencanaan

Pajak dan Beban Pajak Tangguhan terhadap Manajemen Laba. E-Jurnal Akuntansi

Universitas Udayana Vol 20 No 3.

Phillips, John, Pincus, Morton and Rego, Sonja Olhof. 2003. Earnings Management: New

Evidence Based on Defferred Tax Expense. The Accounting Review Vol. 27 pp. 491-

521.

Pohan, Chairil Anwar. 2013. Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak dan Bisnis.

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

PSAK No. 46 Pajak Penghasilan. 2010. Exposure Draft Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan. Ikatan Akuntan Indonesia.

Rini, F. A., dan Asrori. 2014. Pengaruh Pajak Tangguhan dan Tax to Book Ratio terhadap

Rating Sukuk. Accounting Analysis Journal Vol. 3 No. 2 Hal: 211-219.

Schipper, Katherine. 1989. Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting

Horizon.

Scott, William R. 2003. Financial Accounting Theory - Third Edition. New Jersey: Prentice

Hall International, Inc.

Suandy, Early. 2008. Perencanaan Pajak (Edisi Keempat). Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D).

CV. Alfabeta: Bandung.

Sulistyanto, H. Sri. 2008. Manajemen Laba, Teori, dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.

Sumomba, Christina R dan YB. Sigit Hutomo. 2012. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan

Perencanaan Pajak terhadap Manajemen Laba. Kinerja Journal of Business and

Economics Vol 16 No 2.

Ujiyanto, Muh Arief. 2004. Asimetri Informasi dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan dalam

Hubungan Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.

Ulfah, Yana. Pengaruh Beban Pajak Tangguhan dan Perencanaan Pajak terhadap Praktik

Manajemen Laba. Universitas Mulawarman Samarinda. Prosiding Simposium

Nasional Perpajakan 4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

Wardani, D. K. dan D. K. Santi. 2018. Pengaruh Tax Planning, Ukuran Perusahaan,

Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi

Vol. 6. Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Watts, Ross L. and Jerold L. Zimmerman. 1986. Positive Accounting Theory. USA: Prentice-

Hall.

Wild, John J., K. R. Subramanyam and Robert F. Hasley. 2004. Financial Statement Analysis,

8th ed. Boston: Mc.Graw-Hill.

Yulianti. 2005. Kemampuan Beban Pajak Tangguhan dalam Mendeteksi Manajemen Laba.

Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 2, No. 1: pp. 107-129.

Zain, Mohammad. 2007. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat, Edisi Ketiga.