79
PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN STUDI KASUS PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : OMAR MUHAMMAD NIM : 11140480000113 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/ 2020 M

PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG KETENAGAKERJAAN

STUDI KASUS PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

OMAR MUHAMMAD

NIM : 11140480000113

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/ 2020 M

Page 2: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

2

Page 3: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

3

Page 4: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

iv

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Omar Muhammad

Tempat, tanggal lahir : Tangerang, 20 Juli 1996

NIM : 11140480000113

Program Studi : Ilmu Hukum

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H) di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Sumber-sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Januari 2020

OMAR MUHAMMAD

Page 5: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

v

ABSTRAK

Omar Muhammad. NIM : 11140480000113. Judul Skripsi ini adalah

“PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT

BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003

TENTANG KETENAGAKERJAAN STUDI KASUS PT. KALIBATA

SARANA DISTRINDO. Program Studi Ilmu Hukum, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1441 H/2019.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan pelaksanaan kebijakan pengupahan

dan penangguhan upah minimum dalam sektor swasta di PT. Kalibata Sarana

Distrindo yang berdasarkan kepada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003

Tentang Ketenagakerjaan. Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor:

561/kep.1065bangsos/2017 tentang Upah Minimum Kabupaten Kota di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2018, untuk wilayah Kota Depok adalah sebesar

RP.3.584.700,29,. Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003

tentang Ketenagakerjaan dijelaskan bahwa pengusaha dilarang membayar upah

lebih rendah dari upah minimum, baik upah minimum berdasarkan wilayah

propinsi atau kabupaten kota (sering disebut Upah Minimum Regional, UMR)

maupun upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau

kabupaten/kota (Upah Minimum Sektoral, UMS).

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan

menggunakan pendekatan penelitian yuridis empiris. Penelitian yang dilakukan

selain melakukan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku

dan jurnal yang berhubungan dengan skripsi ini. Peneliti juga melakukan

penelitian langsung ke lapangan dengan cara observasi dan wawancara kepada

pihak yang berhubungan, yaitu PT Kalibata Sarana Distrindo yang menjadi objek

penelitian.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pada prinsipnya sistem penetapan

upah umum dilakukan untuk mengurangi eksploitasi terhadap buruh/tenaga kerja.

Penetapan upah Minimun merupakan kewajiban pemerintah untuk memberikan

perlindungan terhadap tenaga kerja, baik untuk kesejahteraan maupun kehidupan

layak. Dalam Pasal 27 ayat (2) Undang-undang Dasar 1945 telah ditentukan

landasan hukum sebagai berikut: “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan

dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dengan demikian maka upah

yang harus diterima oleh buruh atau tenaga kerja kita atas jasa-jasa yang dijualnya

haruslah upah yang sangat wajar sesuai dengan aturan hukum yang berlaku

Kata Kunci : Penerapan Upah Minimum, Undang-Undang Ketenagakerjaan.

Pembimbing Skripsi : Dr. Moh. Ali Wafa,S.H., S.Ag.,M.Ag.

Daftar Pustaka : Tahun 1970 sampai 2016.

Page 6: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

vi

KATA PENGANTAR

Tiada kata yang paling indah selain puji dan syukur kepada Allah SWT.

Yang telah menentukan segala sesuatu berada di tangan-Nya, sehingga tidak ada

setetes embun pun dan segelintir jiwa manusia yang lepas dari ketentuan dan

ketetapan-Nya. Karena berkat limpahan rahmat, hidayah dan inayah-Nya maka

skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dengan judul “PENERAPAN UPAH

MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT BERDASARKAN UNDANG-

UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN

STUDI KASUS PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO”. Shalawat serta

salam peneliti panjatkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alayhi wa Sallam,

yang telah membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang

benderang ini.

Selanjutnya peneliti ingin sampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga

kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan skripsi ini, baik berupa

dorongan moril maupun materil. Tanpa bantuan dan dukungan tersebut, sulit dan

berat rasanya bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Oleh karena

itu, penulis secara khusus ingin menyampaikan terima kasih kepada yang

terhormat :

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H., M.A., Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum serta para Pembantu Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H., Ketua Program Studi Ilmu

Hukum dan Drs. Abu Tamrin, S.H.,M.Hum, Sekretaris Program studi Ilmu

Hukum yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Moch. Ali, S.H., M.Ag., pembimbing skripsi yang telah memberikan

bimbingan dan saran yang sangat berharga untuk skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

membantu dan memberikan fasilitas yang memadai untuk peneliti guna untuk

mengadakan studi kepustakaan, sehingga saya dapat memperoleh bahan

refrensi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Page 7: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

vii

5. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Mahfud Ali dan Ibunda Yuni Prihatini

serta kakak dan adik, yang telah mencintai penulis dengan segenap jiwa dan

raga, baik doa maupun dukungan sehingga dengan ridha mereka penulis

mampu berada pada titik seperti saat ini.

6. Semua pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Tidak ada yang

dapat peneliti berikan untuk membalas jasa-jasa kalian kecuali doa dan ucapan

terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang

membacanya. Terimakasih.

Sebagai akhir kata semoga Allah Subhanahu Wata`ala memberikan

balasan yang berlimpah atas bantuan yang telah diberikan kepada peneliti

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. dan juga semoga apa yang telah kalian

berikan menjadi berkah dan amal kebajikan serta bermanfaat bagi kita semua.

Amin.

Jakarta, 8 Januari 2020

Peneliti

OMAR MUHAMMAD

Page 8: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI..................................iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah ........................ 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................... 4

D. Metode Penelitian............................................................................ 5

1. Jenis dan Sifat Penelitian ............................................................ 5

2. Pendekatan Masalah .................................................................. 6

3. Sumber Data ............................................................................... 6

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ............................ 6

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum ........................ 7

E. Metode Penulisan............................................................................ 7

F. Sistematika Pembahasan ................................................................. 7

BAB II TENAGA KERJA, UPAH DAN PENANGGUHAN

A. Kerangka Konseptual ...................................................................... 9

1. Upah ......................................................................................... 9

2. Komponen Upah....................................................................... 11

3. Jenis-jenis Upah ....................................................................... 12

4. Pengertian dan Perlindungan Penetapan Upah Minimum ........ 13

Page 9: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

ix

5. Upah Minimum Provinsi .......................................................... 15

6. Perlindungan Upah Minimum .................................................. 16

7. Tujuan Pengaturan Upah Minimum ......................................... 20

8. Tinjauan Asas dan Faktor Yang Mempengaruhi Upah ............ 22

B. Kerangka Teori ............................................................................... 26

1. Hukum Ketenagakerjaan .......................................................... 26

2. Hubungan Industrial dan Hubungan Kerja ............................... 27

3. Tenaga Kerja ............................................................................ 27

4. Perusahaan dan Industri............................................................ 28

5. Perjanjian Kerja ........................................................................ 30

C. Tinjauan Umum Penangguhan ....................................................... 34

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu .............................................. 35

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PT. KALIBATA SARANA

DISTRINDO

A. Sejarah Perusahaan.......................................................................... 39

B. Tujuan Visi dan Msi Perusahaan..................................................... 40

C. Jenis pekerjaan dan Tugas dari Struktur Organisasi ....................... 42

D. Gambaran Umum dan Konsisi Ketenagakerjaan di PT.

Kalibata Sarana Distrindo ............................................................... 44

E. Perjanjian Kerja Yang Digunakan .................................................. 45

BAB IV PROBLEMATIKA PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO,

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DAN SOLUSI

A. Problem Yang Dihadapi di PT. Kalibata Sarana Distrindo ............. 46

B. Implementasi Undang-Undang Tentang Upah Minimum ............... 48

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................... 61

B. Rekomendasi .................................................................................. 62

Page 10: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

x

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................63

LAMPIRAN .........................................................................................................66

Page 11: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk terbanyak di

dunia. Hal ini membuat banyaknya tenaga kerja yang berburu pekerjaan untuk

dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Tenaga kerja adalah setiap orang yang

mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Sedangkan pengertian

pekerja/buruh adalah setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau

imbalan dalam bentuk lain.1 Berbicara soal tenaga kerja berarti kita sudah

mengetahui tenaga kerja sebagai sumber daya manusia menjadi faktor yang sangat

berpengaruh dalam pembangunan Negara kita yang sedang berkembang dan juga

mempengaruhi pendapatan perekonomian. Bahkan faktor tenaga kerja merupakan

sarana yang sangat dominan di dalam kehidupan suatu bangsa, karena itu tenaga

kerja merupakan faktor penentu bagi mati dan hidupnya suatu bangsa.2

Pekerja merupakan salah satu unsur manusia dalam dunia usaha. Dalam

proses dunia usaha, pekerja memegang tugas ganda yaitu sebagai pekerja dan

tulang punggung bagi keluarganya. Pekerja merupakan partner bagi pengusaha

untuk mengembangkan usahanya dan sudah sepantasnya pengusaha memberikan

apresiasi dan penghargaan kepada para pekerja sehingga tingkat kesejahteraan

menjadi hal yang penting untuk diperhatikan, karena pengusaha dapat

mengembangkan usahanya dari para pekerja tersebut.

Namum di zaman modern ini banyak perusahaan yang mulai tidak

memperhatikan hak pekerjanya. Melihat banyak nya masyarakat yang

membutuhkan pekerjaan utuk keberlangsungan hidup, perusahaan mengambil

kesempatan untuk memperoleh keuntungan lebih dengan cara memberi upah

pekerja di bawah upah minimum. Sebelum jauh membahas tentang ini, dalam

undang undang ketenagakerjaan di jelaskan perusahaan adalah setiap bentuk

1 Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Edisi. 1, Cet. 2, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), h. 6. 2 Djumbadi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004,) h. 1.

Page 12: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

2

usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik

persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara

yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain.

Upah adalah sumber kehidupan bagi tenaga kerja. Sebagaimana diatur

dalam dalam Pasal 1 Angka 30 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 , upah

adalah: “Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang

sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang

ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau

peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.”Upah dari sisi pekerja merupakan suatu hak yang umumnya dilihat

dari jumlah, sedangkan dari sisi pengusaha umumnya dikaitkan dengan

produktivitas.3

Perusahaan sebagai pemberi upah tidak dapat memberikan upah yang tidak

layak, karena pemerintah telah menentukan upah minimum. Dalam Pasal 90 ayat

(1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dijelaskan bahwa pengusaha dilarang

membayar upah lebih rendah dari upah minimum, baik upah minimum

berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten kota (sering disebut Upah Minimum

Regional, UMR) maupun upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah

propinsi atau kabupaten/kota (Upah Minimum Sektoral, UMS).

Terkait Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 peneliti

mengadakan studi kasus yang terjadi di Depok. PT. Kalibata Sarana Distrindo

yang bergerak di bidang distribusi barang. Penulis sempat mewawancarai salah

satu karyawan PT. Kalibata Distrindo seorang supir yang tiap hari nya di tugaskan

sebagai jasa pengiriman. Dia mengatakan sudah 3 tahun kerja di sana, dan upah

perbulan RP.3.000.000,00. Peneliti pun mewawancarai karyawan bagian gudang,

yang setiap harinya bekerja dari pukul 07.00 sampai 18.00. Ketika di tanya soal

upah iya menjawab upah nya perbulan RP.2.500.000,. Upah yang tidak sesuai

3Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada), h. 97.

Page 13: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

3

dengan lelah yang di dapat tiap hari. Namun para karyawan disini tetap bekerja

dengan semangat walaupun upahnya tak sesuai. Mungkin karyawan disana tidak

mengetahui adanya aturan yang mengatur.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor:

561/kep.1065bangsos/2017 tentang Upah Minimum Kabupaten Kota di Provinsi

Jawa Barat Tahun 2018, untuk wilayah Kota Depok adalah sebesar

RP.3.584.700,29,. Peneliti menyimpulkan bahwa upah PT. Kalibata Sarana

Distrindo belum sesuai UMK Depok. PT. Kalibata Sarana Distrindo tidak

memenuhi kewajibannya di mata hukum, sesuai pasal 90 ayat 1 Undang – Undang

Nomor 13 Tahun 2013 di jelaskan bagi pengusaha yang tidak mampu membayar

upah minimum dapat mengajukan penangguhan. Adapun Tata cara penangguhan

upah minimum diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi

Nomor KEP-231/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penangguhan

Pelaksanaan Upah Minimum.4

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang peneliti paparkan, peneliti

merasa penting untuk melakukan penelitian hukum dengan judul “Penerapan

Upah Minimum Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 (Studi

kasus PT. Kalibata Sarana Distrindo)”.

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, ada beberapa persoalan

yang berkaitan dengan pemberian Upah Pegawai yang tidak sesuai dengan

Upah Minimum sebagaimana telah diatur pada Undang - Undang Nomor 13

Tahun 2003 . Yaitu:

a. Penerapan pemberian upah karyawan PT. Kalibata Sarana Distrindo

belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 .

b. Pengaturan pemberian Upah minimum Jawa Barat dalam keputusan

Gubernur yang belum diterapkan PT. Kalibata Sarana Distrindo

4http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b81d32ad45d/penangguhan-pelaksanaan-

upah-minimum-bagi-perusahaan-tidak-mampu (diakses pada tanggal 15 Maret 2018, Pukul 16:30)

Page 14: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

4

c. Pengawasan Dinas Ketenagakerjaan Jawa Barat yang masih belum optimal

terhadap para pelaku usaha yang tidak memberikan upah sesuai apa yang

telah ada dalam peraturan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 .

2. Pembatasan Masalah

Mengingat begitu banyaknya permasalahan yang peneliti singgung dalam

indentifikasi masalah di atas, maka dalam pembuatan karya ilmiah ini peneliti

membatasi pada pembahasan mengenai penerapan upah minimum Jawa Barat,

Depok belum sesuai dengan Undang - Undang Nomor 13 Tahun 2003, yang

terjadi pada pekerja PT. Kalibata Sarana Distrindo Pada Tahun 2018.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti tulis pada latar belakang diatas,

maka perumusan masalahnya adalah Penerapan Upah Minimum Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi kasus PT. Kalibata Sarana

Distrindo).

Untuk memudahkan peneliti maka dibuat pertanyaan penelitian, sebagai

berikut :

a. Problem yang dihadapi PT. Kalibata Sarana Distrindo sehingga tidak

membayar upah sesuai SK Gubernur Jawa Barat?

b. Bagaimanakah implementasi undang-undang tentang upah minimum ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui problem yang dihadapi dan solusi yang ditempuh dalam

pembayaran upah minimum Kota Jawa Barat di PT. Kalibata Sarana

Distrindo.

b. Untuk mengetahui implementasi undang-undang tentang upah minimum.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu:

a. Secara Akademisi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan hukum ketenagakerjaan.

Page 15: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

5

b. Secara Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana

infornasi bagi masyarakat, pelaku bisnis, atau praktisi hukum dan instansi

terkait yang membidangi Hukum ketenagakerjaan. Dan juga diharapkan

dapat berguna sebagai jawaban dari berbagai persoalan yang terjadi dalam

lingkup ketenagakerjaan.

D. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu

pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan

untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten.

Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data

yang telah dikumpulkan dan diolah.5

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada

metode, sistematika dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari

satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya. Kecuali

itu, maka diadakan pula pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum

tersebut, untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.6 Dalam penulisan

skripsi ini dibutuhkan data yang akurat, yang berasal dari studi dokumentasi untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada pada skripsi ini. Oleh karena itu

peneliti menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat penelitian

Penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan pada

penelitian ini adalah penelitian yuridis empiris. Penelitian ini dilakukan untuk

mengidentifikasi berbagai peraturan perundang-undangan dibidang hukum

ketenagakerjaan. Sedangkan sifat dari penelitian ini adalah deskriptif yaitu tipe

penelitian untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang suatu gejala

5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan

Singkat, (Jakarta, Rajawali, 2009, cet.Ke-11), h. 14. 6 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Uinversitas Indonesia Press,

2007, cet.Ke-3), h. 43.

Page 16: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

6

atau fenomena, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori yang

sudah ada, atau mencoba merumuskan teori baru.7

2. Pendekatan Masalah

Dalam kaitannya dengan penelitian yuridis empiris, akan digunakan

beberapa pendekatan, yaitu: 8

a. pendekatan Perundang-undangan (statute approach)

Suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang

berkaitan dengan ketenagakerjaan, diantaranya: Undang-Undang Nomor13

Tahun 2003.

b. Pendekatan Sebenarnya (fact approach)

Suatu pendekatan meneliti peristiwa-peristiwa nyata yang terjadi dalam

masyarakat dan berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, yang dimana

peristiwa nyata ini pada PT Kalibata Sarana Distrindo.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer, data yang diperoleh secara langsung melalui

penelitian lapangan dengan menggunakan metode wawancara atau

interview kepada pihak-pihak terkait yang relevan dengan pokok

permasalahan. Data ini diperoleh di kantor PT Kalibata Sarana Distrindo.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer,9 atau bahan hukum sekunder berupa semua

duplikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokomen-dokumen resmi.

Publikasi hukum meliputi buku-buku hukum, jurnal hukum, skripsi, dan

komentar-komentar para ahli dan pakar hukum perdata atau bisnis.

c. Bahan Hukum Tersier, Bahan hukum tersier adalah bahan-bahan yang

memberikan informasi lebih lanjut terhadap bahan-bahan hukum primer dan

sekunder antara lain kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), kamus Hukum,

majalah, koran, blog dan lainya.

7Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum... h. 43.

8Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Nomatif, (Malang: Bayumedia

Publising, 2007), h.300. 9 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, ... h.53.

Page 17: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

7

4. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Teknik yang digunakan adalah studi dokumentasi yakni upaya untuk

memperoleh data dari penelusuran literature kepustakaan, peraturan

perundang-undangan, dan teknik wawancara.

Metode yang digunakan dalam mengalisis data-data yang terkumpul

adalah analisis kualitatif. Maksud dari metode tersebut adalah memberikan

gambaran terhadap permasalahan yang ada dengan berdasarkan pendekatan

yuridis empiris.

5. Teknik Pengolahan dan Analisis Bahan Hukum

Adapun bahan hukum , baik bahan hukum pimer, bahan hukum sekunder,

maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan sedemikian rupa,

sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih sistematis untuk menjawab

permasalahan yang telah dirumuskan. Cara pengolahan bahan hukum

dilakukan secara deduktif yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan

yang bersifat umum terhadap permasalahan konkret yang dihadapi. Selanjutnya

setelah bahan hukum diolah, dilakukan analisis terhadap bahan hukum

tersebut yang akhirnya akan diketahui.

E. Metode Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode penulisan

sesuai dengan sistematika penulisan yang ada Pada Buku Pedoman Penulisan

Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Tahun

2017.

F. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Bab I menjelaskan tentang latar belakang, identifikasi, pembatasan

dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode

penelitian, metode penulisan dan sistematika pembahasan.

BAB II KETENAGAKERJAAN UPAH DAN PENANGGUHAN

Bab II menjelaskan tentang materi hasil penelitian kepustakaan

yang meliputi pembahasan ketenagakerjaan, upah, penanguhan dan

kajian review studi terdahulu.

Page 18: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

8

BAB III PROFIL PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO DAN

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab III menjelaskan mengenai profile PT. Kalibata Sarana

Distrindo, sejarah, visi misi dan gambaran umum yang terjadi di

PT. KSD

BAB IV PENERAPAN HUKUM TERKAIT UPAH MINIMUM

DALAM PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO

Bab IV menjelaskan tentang Perlindungan hukum upah pegawai

terkait pemberian upah minimum dalam PT. Kalibata Sarana

Distrindo, dan yang terakhir menjelaskan mengenai Penerapan

Undang-Undang Nomor13 Tahun 2003 dan faktor-faktor

penghambat dari undang-undang tersebut.

BAB V PENUTUP

Bab V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini

merupakan bab terakhir dari penulisan skripsi ini, untuk itu penulis

menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian, disamping itu

penulis memberikan beberapa rekomendasi yang dianggap perlu.

Page 19: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

9

BAB II

TENAGA KERJA, UPAH DAN PENANGGUHAN

A. Kerangka Konseptual

1. Upah

Definisi upah menurut PP Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan

upah adalah Suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada

tenaga kerja untuk suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan,

dinyatakan, atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu

persetujuan atau peraturan perundang-undangan dan dibayarkan atas dasar

suatu perjanjian kerja antara pengusaha (pemberi kerja) dan pekerja

termasuk tunjangan baik untuk pekerja sendiri maupun keluarganya.

Sedangkan definisi upah menurut Pasal 1 angka 30 Undang-undang Nomor

13 tahun 2003 memberikan pengertian upah adalah : Hak pekerja/buruh

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Dari pengertian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa upah

dibayarkan berdasar atas kesepakatan para pihak, dan agar upah yang

diterima oleh pekerja/buruh tidak terlampau rendah, maka pemerintah turut

campur tangan dalam menetapkan standar upah minimum.

Dalam terjadinya sengketa upah yang tidak sesuai dengan standar upah

minimum pemerintah, di pengedilan hakim dapat melakukan penemuan

hukum apabila tidak di temukan hukum yang mengatur secara tertulis.

Rechvending merupakan proses penemuan hukum oleh hakim dikarenakan

hukum yang ada (ius constitutum) tidak di temukan untuk menyelesaikan

suatu kasus tertentu yang sedang di tangani hakim tersebut.10

Upah memegang peranan penting dan ciri khas suatu hubungan kerja,

karena upah merupakan tujuan utama bagi seorang pekerja dalam melakukan

10 Wafa Ali, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Tangerang Selatan: YASMI,2018), hal. 215.

Page 20: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

10

pekerjaan pada orang atau badan hukum lain, maka pemerintah turut serta

dalam menangani masalah upah melalui berbagai kebijakan yang dituangkan

dalam peraturan perundang-undangan11

.

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 88 ayat (1) menyebutkan

setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah menetapkan kebijakan

pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi :

a. Upah minimum;

b. Upah kerja lembur;

c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya;

e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

f. Bentuk dan cara pembayaran upah;

g. Denda dan potongan upah;

h. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

j. Upah untuk pembayaran pesangon;

k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.12

Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan

yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja atau

serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang

ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dalam

Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 . Apabila kesepakatan

tersebut lebih rendah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka

kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar

upah pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Komponen Upah

11

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h. 158. 12

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, ... h. 159.

Page 21: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

11

Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak

melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Kompenen upah

ialah faktor penggerak roda per-ekonomian suatu negara. Dalam arti, dengan

kecondongan pemerintah memihak pengusaha, maka disadari hal itu akan

berdampak terhadap roda per-ekonomian mikro maupun makro suatu negara.

Imbalan yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai

upah, karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.

a. Termasuk komponen upah adalah :

1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada

pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan

berdasar perjanjian;

2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan

dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan

keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti

tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan.

3) Tunjangan tidak tetap yaitu pembayaran yang secara langsung

maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan secara

tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan tidak

bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

b. Tidak termasuk komponen upah adalah :

1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal yang

bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh;

2) Bonus yaitu pembayaran yang diterima pekerja atas hasil keuntungan

perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi target produksi

yang normal atau karena peningkatan produksi;

3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.

Peraturan ini berlaku bagi setiap pemberi kerja, baik per-orangan maupun

badan usaha atau badan hukum. Dasar pengupahan ialah adanya suatu

hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan

perjanjian kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis. Oleh karenanya hak

Page 22: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

12

pekerja atas upah timbul pada saat terjadinya hubungan kerja dan berakhir

pada saat putusnya hubungan kerja.

3. Jenis-Jenis Upah

G. Kartasapoetra dalam bukunya menyebutkan, bahwa jenis-jenis upah

meliputi :

a. Upah nominal.

Yang dimaksud dengan upah nominal adalah sejumlah uang yang

dibayarkan kepada pekerja yang berhak secara tunai sebagai imbalan atas

pengerahan jasa-jasa atau pelayanannya sesuai dengan ketentuan-

ketentuan yang terdapat dalam perjanjian kerja di bidang industri atau

perusahaan ataupun dalam suatu organisasi kerja, dimana ke dalam upah

tersebut tidak ada tambahan atau keuntungan yang lain diberikan

kepadanya. Upah nominal ini sering pula disebut upah uang (money

wages), sehubungan dengan wujudnya yang memang berupa uang secara

keseluruhannya.

b. Upah nyata (real wages)

Upah nyata adalah upah yang benar-benar harus diterima oleh

seseorang yang berhak. Upah nyata ditentukan oleh daya beli upah

tersebut yang akan banyak bergantung dari :

1) Besar atau kecilnya jumlah uang yang diterima;

2) Besar atau kecilnya biaya hidup yang diperlukan.

Adakalanya upah itu diterima dalam wujud uang atau fasilitas atau

in natura, maka upah nyata yang diterimanya yaitu jumlah upah uang dan

nilai rupiah dari fasilitas dan barang in natura tersebut.

c. Upah hidup.

Dalam hal ini upah yang diterima seorang pekerja itu relatif cukup

untuk membiayai keperluan hidup yang lebih luas, yang tidak hanya

kebutuhan pokoknya saja yang dapat dipenuhi melainkan juga sebagian

dari kebutuhan sosial keluarganya, misalnya pendidikan, bagi bahan

pangan yang memiliki nilai gizi yang lebih baik, iuran asuransi jiwa dan

beberapa lainnya lagi.

Page 23: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

13

d. Upah minimum.

Pendapatan yang dihasilkan para buruh dalam suatu perusahaan

sangat berperan dalam hubungan ketenagakerjaan. Seorang pekerja

adalah manusia dan dilihat dari segi kemanusiaan sewajarnyalah pekerja

mendapatkan penghargaan dan perlindungan yang layak.

e. Upah wajar.

Upah yang secara relatif dinilai cukup wajar oleh pengusaha dan

para pekerjanya sebagai uang imbalan atas jasa-jasa yang diberikan

pekerja kepada pengusaha atau perusahaan sesuai dengan perjanjian kerja

diantara mereka.

4. Pengertian dan Perlindungan Penetapan Upah Minimum

Upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah

pokok termasuk tunjangan tetap. Upah minimum merupakan ketetapan yang

dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk

membayar upah sekurang-kurangnya sama dengan Kebutuhan Hidup Layak

(KHL) kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya, dengan

memperhatikan produktifitas dan pertumbuhan ekonomi, yang merupakan

perlindungan bagi kelompok pekerja lapisan bawah atau pekerja yang

mempunyai masa kerja maksimal 1 (satu) tahun, agar memperoleh upah

serendah-rendahnya sesuai dengan nilai Kebutuhan Hidup Minimum.

Pasal 88 ayat (4) menerangkan bahwa pemerintah menetapkan upah

minimum sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (3) huruf (a) berdasarkan

kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktifitas dan

pertumbuhan ekonomi. Pencapaian kebutuhan hidup layak ini adalah setiap

penetapan upah minimum harus disesuaikan dengan tahapan pencapaian

perbandingan upah minimum dengan kebutuhan hidup layak yang besarnya

ditetapkan oleh Menteri. Penetapan upah minimum adalah salah satu bentuk

perlindungan yang diberkan pemerintah kepada pekerja yang sekaligus

merupakan jaring pengaman (safety net) agar upah pekerja tidak jatuh ke

level terendah. Pada dasarnya upah minimum diterima oleh :

a. Pekerja yang berpendidikan rendah;

Page 24: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

14

b. Pekerja yang tidak mempunyai keterampilan;

c. Pekerja lajang;

d. Pekerja yang masa kerjanya kurang dari satu tahun.

Penetapan upah minimum ini sebaiknya dapat mencukupi kebutuhan-

kebutuhan hidup buruh beserta keluarganya, sebagai standar minimum yang

digunakan oleh para pelaku usaha untuk memberi upah kepada pekerja dalam

lingkungan usaha atau kerjanya yang berbeda-beda tingkat pemenuhan

kebutuhan sesuai daerah masing-masing. Pengusaha dilarang membayar upah

lebih rendah dari upah minimum sesuai ketentuan dalam Pasal 90 ayat (1)

Undang-Undang nomor 13 tahun 2003 . Beberapa jenis upah pokok minimum

adalah sebagai berikut :

a. Upah minimum sub sektoral regional.

Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sub sektor

tertentu dalam daerah tertentu

b. Upah minimum sektor regional.

Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan pada sektor

tertentu dalam daerah tertentu.

c. Upah minimum regional / upah minimum propinsi.

Upah minimum yang berlaku untuk semua perusahaan dalam daerah

tertentu. Upah minimum regional ditiap-tiap daerah besarnya berbeda-

beda. Besarnya UMR/UMP didasarkan pada indek harga konsumen,

kebutuhan fisik minimum, perluasan kesempatan kerja, upah pada

umumnya yang bersifat regional, kelangsungan dan perkembangan

perusahaan, tingkat perkembangan perekonomian regional dan nasional.

Upah minimum ini wajib ditaati oleh pengusaha, kecuali jika pengusaha

yang tidak mampu membayar upah minimum, dapat dikecualikan dari

kewajiban tersebut dengan cara mengajukan permohonan penangguhan

kepada Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi disertai dengan rekomendasi

dari Kepala Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi setempat. Dalam

penetapan upah minimum tersebut, masih terjadi perbedaan yang didasarkan

pada tingkat kemampuan, sifat, dan jenis pekerjaan di masing-masing

Page 25: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

15

perusahaan yang kondisinya berbeda-beda, masing-masing wilayah/daerah

yang tidak sama. Maka, upah minimum ditetapkan berdasar wilayah propinsi

atau kabupaten kota dan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota.

Tidak adanya keseragaman upah di semua perusahaan dapat dipahami

mengingat kondisi dan sifat perusahaan di setiap sektor wilayah/daerah tidak

sama dan belum bisa disamakan. Belum adanya keseragaman upah tersebut

justru masih didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan demi kelangsungan

hidup perusahaan dan pekerja yang bersangkutan, mengingat strategi

kebutuhan pokok terhadap pekerja yang berada pada sektor informal di

daerah perkotaan yang pada umumnya masih mempunyai penghasilan di

bawah taraf hidup tertentu.

5. Upah Minimum Provinsi

Sesuai Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 226

Tahun 2000 tentang Upah Minimum dijelaskan bahwa upah minimum dapat

ditetapkan baik di tingkat Provinsi dan kabupaten/kota. Upah minimum

tersebut ditetapkan oleh Gubernur dengan Surat Keputusan Gubernur,

berdasar masukan dari Dewan Pengupahan, yang berasal dari suatu proses

penetapan upah minimum yang dilakukan oleh Dewan Pengupahan yang

terdiri dari unsur pekerja, unsur pengusaha, dan unsur pemerintah dalam

menentukan Kebutuhan Hidup Layak atas dasar komponen-komponen

penentuan upah minimum. Upah Minimum Provinsi (disingkat UMP) adalah

upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

Dahulu Upah Minimum Provinsi dikenal dengan istilah Upah Minimum

Regional Tingkat 1. Dasar hukum penetapan UMP adalah Peraturan Menteri

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah

Minimum. UMP ditetapkan oleh gubernur dengan memperhatikan

rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi.

Penetapan upah dilaksanakan setiap tahun melalui proses yang panjang.

Mula-mula Dewan Pengupahan Daerah (DPD) yang terdiri dari birokrat,

akademisi, buruh dan pengusaha mengadakan rapat, membentuk tim survei

dan turun ke lapangan mencari tahu harga sejumlah kebutuhan yang

Page 26: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

16

dibutuhkan oleh pegawai, karyawan dan buruh. Setelah survei di sejumlah

kota dalam provinsi tersebut yang dianggap representatif, diperoleh angka

Kebutuhan Hidup Layak (KHL) - dulu disebut Kebutuhan Hidup Minimum

(KHM). Berdasarkan KHL, DPD mengusulkan upah minimum regional

(UMR) kepada Gubernur untuk disahkan. Komponen kebutuhan hidup layak

digunakan sebagai dasar penentuan upah minimum berdasarkan kebutuhan

hidup pekerja lajang (belum menikah).

Kebijakan penetapan upah minimum dalam rangka perlindungan upah

ini masih ditemukan banyak kendala, karena sampai saat ini belum adanya

keseragaman upah, baik secara provinsi/kabupaten maupun secara nasional.

Karena proses penetapan upah ini harus diupayakan secara sistematis, baik

ditinjau dari segi makro maupun mikro sesuai pembangunan ketenagakerjaan,

terutama perluasan kesempatan kerja, peningkatan produksi, dan taraf hidup

sesuai kebutuhan hidup minimalnya, karena masih terjadi perbedaan yang

didasarkan pada tingkat kemampuan, sifat, dan jenis pekerjaan di masing-

masing perusahaan.13

6. Perlindungan Upah Minimum

Terdapat antinomi mengenai upah atau gaji. Disamping menjadi isu

strategis penyusun kebijakan, isu mengenai upah atau gaji juga merupakan

isu sensitif dalam hubungan kerja. Masing-masing pihak melihat isu

mengenai upah dengan sudut pandang berbeda, itu suatu postulat yang tidak

dipungkiri dalam praktik.

Pekerja mempersepsikan upah sebagai sumber penghasilan menghidupi

keluarganya, sementara pihak pemberi kerja dapat melihat upah dengan sudut

pandang “biaya produksi” atau sebagai penghargaan terhadap karyawan yang

menjadi aset atau mitra dari pengusaha.

Lalu bagaimana sudut pandang pemerintah terhadap isu mengenai

“upah” ? pemerintah dalam hal ini haruslah menjadi penengah antara pekerja

dan pengusaha dengan mengeluarkan peraturan-peraturan. Seharusnya

13 Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 142.

Page 27: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

17

dengan hal itu pemerintah bisa mengawasi hak dan kewajiban pekerja dan

pemberi kerja, agar tidak terjadinya kecurangan mengenai pemberian upah.

Bentuk perlindungan upah pertama adalah upah minimum. Upah

minimum merupakan salah satu upaya dari pemerintah untuk memberikan

perlindungan agar tidak ada yang merasa dirugikan baik perusahaan, maupun

pekerja. Dalam Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan menyebutkan;

a. Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman

b. Upah minimum sebagaimana dimaksud merupakan upah bulanan

terendah yang terdiri atas;

1) Upah tanpa tunjangan (pekerja/buruh dengan masa kerja kurang dari

satu tahun pada perusahaan yang bersangkutan)

2) Upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Upah bagi pekerja/buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih

dirundingkan secara bipartite antara pekerja/buruh dengan pengusaha di

Perusahaan yang bersangkutan. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78

Tahun 2015 tentang Pengupahan maupun Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 telah menetapkan, bahwa upah minimum harus berdasarkan kebutuhan

hidup layak, dengan memerhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

meliputi; upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota;

upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau

kabupaten/kota. Secara konkret proses penetapan upah minimum

kota/kabupaten merupakan satu rangkaian proses yang panjang dan

melibatkan unsur pemerintah, pengusaha, serta serikat pekerja/buruh dalam

lembaga dewan pengupahan.14

Lalu bagaimana nilai tukar (upah) tenaga kerja buruh ditentukan secara

objektif ?. Menurut Marx nilai tenaga kerja sama seperti nilai setiap

komoditas, ditentukan oleh jumlah pekerjaan yang perlu untuk

menciptakanya. Buruh haruslah mendapatkan upah yang wajar, wajar dalam

arti buruh mendapatkan upah yang senilai dengan apa yang telah

14

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan... h. 142-146.

Page 28: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

18

dikerjakanya. Upah yang diterima buruh haruslah adil, dalam arti bahwa

transaksi antara majikan dan buruh berupa “pertukaran ekuivalen”;

penyerahan tenaga kerja oleh buruh diberi imbalan sesuai dengan harga

pasar.15

Pasal 44 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan menyebutkan penetapan upah minimum dihitung dengan

menggunakan formula perhitungan upah minimum. Formula upah minimum

sebagaimana dimaksud, sebagai berikut: UMn = UMt + {UMt x (Inflasit + %

Δ PDBt)}. Gubernur wajib menetapkan upah minimum berdasarkan formula

perhitungan tersebut, dan memperhatikan rekomendasi dari Dewan

Pengupahan Provinsi.

Pada dasarnya upah tidak dibayar apabila pekerja/ buruh tidak

melaksanakan pekerjaan, kecuali apabila pekerja/ buruh tidak melakukan

pekerjaan karena sakit, waktu haid, melangsungkan pernikahan,

mengkhitankan anak, melahirkan atau gugur kandungan, menjalankan tugas

negara, menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya, menjalankan

tugas pendidikan dari perusahaan, dan lain-lain. Dalam penetapan upah di

suatu perusahaan juga tidak boleh ada diskriminasi antara pekerja/ buruh laki-

laki dan perempuan, untuk pekerjaan yang sama nilainya sebagaimana

dimaksud dalam Konvensi 100 yang diratifikasi berdasarkan Undang-Undang

No. 80 Tahun 1957 (Lembaran Negara Nomor 171 Tahun 1957), hal ini

dimaksudkan agar nilai pengupahan tidak dibedakan berdasarkan jenis

kelamin.

Sistem pengupahan yang ada di Indonesia harus mencerminkan

keadilan dengan memberikan imbalan yang sesuai dengan kontribusi jasa

kerja dan mendorong peningkatan kesejahteraan pekerja/ buruh dan

keluarganya. Sistem pengupahan yang bersifat diferensif menyebabkan

kuantitas tingkat upah khususnya dalam penetapan upah minimum terjadi

beberapa perbedaan. Kebijakan sektoral dan regional didasarkan pada

15

Franz Magnis-Suseno, pemikiran karl marx, (jakarta: Kompas Gramedia, 2016), h. 191-

192.

Page 29: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

19

pemilihan wilayah/ daerah berikut sektor ekonomisnya yang potensial dengan

mempertimbangkan beberapa aspek yang memengaruhi antara lain, sebagai

berikut:16

a) Aspek kondisi perusahaan.

Melalui aspek ini dapat diperoleh kriteria perusahaan kecil, perusahaan

menengah dan perusahaan besar, baik di dalam satu sektor atau wilayah/

daerah maupun berlainan sektor atau wilayah/ daerah. Kriteria tersebut

membawa konsekuensi pada kemampuan perusahaan yang tidak sama

dalam memberi upah pekerja/ buruh. Hal ini juga sudah tentu tergantung

pada besarnya modal dan kegiatan usaha masing-masing perusahaan dan

tingkat produksi, serta produktivitas tenaga kerjanya.

b) Aspek keterampilan tenaga kerja.

Peningkatan produksi dan produktivitas kerja sangat ditentukan oleh

kemampuan personil perusahaan, baik di tingkat bawah, yaitu tenaga

kerja terampil maupun di tingkat atas, yaitu pimpinan manajemen yang

mampu menjadi penggerak tenaga kerja yang dipimpinnya untuk bekerja

secara produktif. Tingkat kemampuan tenaga kerja dan pimpinan

manajemen dalam suatu perusahaan, memberikan peranan yang

menentukan untuk mengubah kondisi perusahaan tersebut lebih baik dan

lebih maju.

c) Aspek standar hidup.

Peningkatan tingkat upah pekerja/ buruh juga dipengaruhi oleh standar

hidup pada suatu wilayah atau daerah dimana perusahaan itu berad.

Standar hidup di perkotaan biasanya lebih tinggi dibandingkan di daerah

pedesaan. Peningkatan tingkat upah ini selain didasarkan pada kebutuhan

pokok tenaga kerja yang bersangkutan sesuai tingkat perkembangan

ekonomi dan sosial di wilayah/ daerah tertentu. Kebutuhan pokok tersebut

tidak hanya terbatas pada persoalan sandang, pangan, dan papan, tetapi

meliputi pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, dan sebagainya.

d) Aspek jenis pekerjaan.

16

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan... h. 147.

Page 30: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

20

Perbedaan pada jenis pekerjaan ini mengakibatkan terjadinya perbedaan

tingkat upah, baik pada sektor sama, maupun pada sektor yang berlainan.

Tingkat upah pada sektor industry tidak sama dengan tingkat upah di

sektor pertanian, tidak sama pula dengan sektor perhotelan, dan

sebagainya.

Penetapan upah minimum di samping harus dapat memberikan

perbaikan taraf hidup pekerja/ buruh dan keluarganya, juga diupayakan agar

jangan sampai berakibat membahayakan kelangsungan usaha, terutama bagi

perusahaan yang tergolong kecil dan lemah.17

Upah minimum berfungsi sebagai jaring pengaman, sementara untuk

sistem pelaksanaan pengupahan di perusahaan melalui struktur dan skala

upah. Agar hal tersebut dapat terlaksana dan dapat dipatuhi oleh semua pihak,

maka sistem pengupahan di Indonesia diatur di Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003, dan lebih khusus mengenai pengupahan Pemerintah

mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan.

7. Tujuan Pengaturan Upah Minimum

Adapun yang menjadi tujuan adanya pengaturan yang menetapkan upah

minimum adalah, sebagai berikut:

a. Mengurangi persaingan usaha yang tidak sehat.

b. Melindungi daya beli buruh yang berpenghasilan rendah karena tingkat

inflasi yang tinggi menyebabkan menurunnya daya beli buruh.

c. Mengurangi kemiskinan.

d. Meningkatkan produktivitas kerja

e. Menjamin upah yang sama bagi pekerjaan yang sama.

f. Mencegah terjadinya perselisihan.18

Selanjutnya, dalam penetapan upah minimum harus memerhatikan

komponen upah minimum yang terdiri dari:

17

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya

Bakti, 2014), h. 125. 18

Abdullah Sulaiman, Upah Buruh di Indonesia, (Jakarta: Penerbit Universitas Trisakti,

2008), h. 183.

Page 31: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

21

a. Upah minimum terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap (kalau ada)

dengan ketentuan upah pokok sekurang-kurangnya 75% dari upah

minimum.

b. Tunjangan tetap merupakan tunjangan yang diebrikan oleh pengusaha

kepada pekerja secara tetap dan berkala yang tidak dikaitkan dengan

prestasi tertentu atau kehadiran, seperti; tunjangan kemahalan,

pembayaran dalam natura; dan lain-lain yang sejenis.

c. Pembayaran-pembayaran yang disasarkan kepada upah seperti: lembur,

pembayaran pesangon, pembayaran kecelakaan kerja dan lain-lain tetap

berlaku sebagaimana ketentuan yang mengaturnya masing-masing, tetapi

tidak boleh lebih rendah dari upah minimum.

d. Pengaturan upah minimum juga berlaku untuk pekerja dalam masa

percobaan dan bekerja dalam pendidikan/training, kecuali pelatihan

tersebut diberikan secara khusus dengan program tertentu dan hasil

produksi dari latihan tidak dijual sama dengan produksi biasa

e. Penentuan upah minimum harus ditinjau sekurang-kurangnya sekali dua

tahun. Hal ini dimaksudkan agar upah minimum dapat mengikuti

perubahan-perubahan yang terjadi seperti harga barang-barang kebutuhan

pekerja, kemampuan perusahaan, dan keadaan perekonomian pada

umumnya.

f. Perusahaan-perusahaan yang betul-betul tidak mampu melaksanakan upah

minimum karena kondisi yang dihadapinya, maka perusahaan tersebut

dapat memohon penangguhan upah minimum.

8. Tinjauan Asas dan Faktor Yang Mempengaruhi Upah

a. Asas dan Lingkup Pengaturan Operasional Hukum Ketenagakerjaan.

Asas hukum ketenagakerjaan di Indonesia mengacu kepada Pasal 2

dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 . Berdasarkan Pasal 2

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 dinyatakan: “Pembangunan

Ketenagerjaan berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.” Selanjutnya, dalam penjelasan pasal

tersebut ditegaskan bahwa: “Pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan

Page 32: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

22

dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Oleh sebab itu,

pembangunan ketenagakerjaan dilaksanakan untuk mewujudkan manusia

dan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, makmur, dan merata, bauk

materiil maupun spiritual.” Kemudian ditegaskan dalam Pasal 3 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 , bahwa “Pembangunan ketenagakerjaan

diselenggarakan atas asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas

sektoral pusat dan daerah.” Asas pembangunan ketenagakerjaan pada

dasarnya sesuai dengan asas pembangunan nasional, khususnya asas

demokrasi, asas adil, dan merata. Hal ini dilakukan karena pembangunan

ketenagakerjaan menyangkut multidimensi dan terkait dengan berbagai

pihak, yaitu antara pemerintah, pengusaha, dan pekerja/buruh. Oleh karena

itu, pembangunan ketenagakerjaan dilakukan secara terpadu dalam bentuk

kerja sama yang saling mendukung. Jadi, asas hukum ketenagakerjaan

adalah asas keterpaduan melalui koordinasi fungsional lintas sektoral pusat

dan daerah.19

Berdasarkan pengertian dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 mengenai istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang

berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan

sesudah masa kerja, sehingga dapat dipahami lingkup yang diatur dalam

Undang-Undang Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berkaitan dengan

pekerja/buruh, menyangkut hal-hal sebelum masa kerja (pre-employment),

hal-hal yang berkenaan selama masa bekerja (daring-employment), hal-hal

sesudah masa kerja.20

a. Masa Sebelum Bekerja (Pre-Employment).

Pada masa sebelum bekerja Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 mengatur mengenai masalah pengadaan tenaga kerja yang

meliputi pengaturan lowongan kerja, pengerahan dan penempatan

tenaga kerja sebagai pemenuhan kebutuhan tenaga kerja. Berikut

beberapa peraturan perundang-undangan lainnya selain Undang-

19

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia... h. 7-8. 20

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia... h.12-15.

Page 33: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

23

Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang mengatur mengenai masa

sebelum kerja;

1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor

Ketenagakerjaan di Perusahaan

2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri

3) Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1980 tentang Wajib Lapor

Lowongan Pekerjaan

4) Peraturan Menteri Muda Perburuhan Nomor 11 Tahun 1959 tentang

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

5) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 4 Tahun 1970 tentang

Pengerahan Tenaga Kerja

6) Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.02/Men/1994 tentang

Antar Kerja Antar Negara (AKAN)

7) Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Kep.228/Men/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Penggunaan

Tenaga Kerja Asing

8) Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor

Per.02/Men/III/2008 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja

Asing.

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 2010 tentang

Pedoman Pemantauan Tenaga Kerja Asing di Daerah.

b) Masa Selama Bekerja (During Employment)

Dalam hal masa selama hubungan kerja merupakan yang mendapat

perhatian karena masa itu merupakan substansi dari hukum

ketenagakerjaan, selain Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang

pokoknya mengatur masa selama bekerja banyak juga peraturan

perundang-undangan lainnya yang mengatur hal-hal selama masa

bekerja. Hal-hal yang diatur tersebut diantaranya mengenai keselamatan

kerja, pengupahan, penyelesaian perselisihan hubungan industrial,

serikat pekerja/serikat buruh, jaminan sosial tenaga kerja, penangguhan

Page 34: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

24

pelaksanaan upah minimum, tata cara pembuatan dan pengesahan

peraturan perusahaan dan pembuatan dan pendaftaran perjanjian kerja

bersama, pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu, komponen hidup

layak, kemudian mengenai upah minimum masuk ke dalam masa

selama bekerja yang diatur dalam hukum ketenagakerjaan.

c) Masa Setelah Bekerja (Post-Employment)

Setelah hubungan kerja juga perlu perhatian saksama sehingga

tenaga kerja tetap mendapatkan perlindungan sesuai keadilan.

Permasalahan yang biasa diatur yaitu, sakit berkepanjangan, hari tua,

pensiun, tunjangan kematian. Hal tersebut tidak dapat diabaikan begitu

saja.

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Upah

Kebutuhan hidup layak adalah standar kebutuhan yang harus

dipenuhi oleh seorang pekerja untuk dapat hidup layak baik secara fisik,

non fisik, dan sosial untuk kebutuhan kehidupnya. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pemberian upah yaitu sebagai berikut ;

a. Pendidikan dan keterampilan.

Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh langsung terhadap

produktifitas kerja.

b. Kondisi pasar kerja.

Kondisi pasar kerja sangat mempengaruhi nilai tawar pekerja. Dalam

tingkat pengangguran tinggi menyebabkan kelebihan pekerja dengan

penawaran upah rendah, hal ini menyebabkan posisi tawar pencari kerja

menjadi sangat lemah.

c. Biaya hidup.

Tingkat biaya hidup di suatu tempat akan berpengaruh terhadap tingkat

upah di tempat tersebut. Hal ini terjadi untuk mempertahankan tingkat

kesejahteraan pekerja yang bersangkutan.

d. Kemampuan perusahaan

Faktor ini menjadi penentu utama dalam menetapkan tingkat upah. Ada

pendapat yang menyatakan bahwa apabila perusahaan tidak mampu

Page 35: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

25

membayar upah secara wajar, maka perusahaan yang bersangkutan

harus menutup perusahaan.

e. Kemampuan serikat pekerja.

Apabila serikat pekerja kuat dalam perundingan Perjanjian Kerja

Bersama dapat memperjuangkan perbaikan syarat kerja termasuk

pengupahan dengan hasil yang maksimal.

f. Produktifitas kerja.

Kelangsungan hidup dan dan kemajuan perusahaan sangat ditentukan

oleh tingkat produktivitas kerja haruslah disadari penuh oleh pekerja

dan pengusaha juga harus memahami bahwa kemajuan itu adalah hasil

sumbangan dari pekerja.

g. Kebijakan pemerintah

Dalam hal-hal tertentu pemerintah melaksanakan intervensi terhadap

pengupahan dan tidak semata-mata diserahkan kepada mekanisme

pasar. Tujuannya adalah untuk menjamin agar tingkat upah tidak

merosot dengan menetapkan jaring pengaman dalam bentuk upah

minimum. Intervensi ini juga memelihara kesempatan kerja.21

B. Kerangka Teori

1. Hukum Ketenagakerjaan

Hukum ketenagakerjaan semula dikenal dengan istilah hokum

perburuhan yang merupakan terjemahan dari arbeidsrechts. Apabila

ditelaah dari pengertian istilah, hukum ketenagakerjaan terdiri atas dua kata,

yaitu hukum dan ketenagakerjaan. Hukum dapat diartikan sebagai norma

hukum, yakni norma yang dibuat oleh pemegang kekuasaan yang

berwenang, baik berupa hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak

tertulis. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah merumuskan

pengertian istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang berhubungan

dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja.22

21

Suwarto, (Hubungan Industrial Dalam Praktek, Asosiasi Hubungan Industrial

Indonesia, Jakarta, 2003),h. 192-193. 22

Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Bogor:

Ghalia Indonesia, 2010), h. 5.

Page 36: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

26

Hukum ketenagakerjaan mengatur hubungan kerja antara pekerja/ buruh dan

pengusaha, yang berarti mengatur kepentingan orang perorangan, atas dasar

tersebut hukum ketenagakerjaan bersifat privat (perdata). Di samping itu,

dalam pelaksanaan hubungan kerja untuk masalah-masalah tertentu

diperlukan campur tangan pemerintah. Campur tangan ini menjadikan

hukum ketenagakerjaan bersifat publik.23

Kemudian, jika melihat

kedudukan hukum ketenagakerjaan di dalam tata hukum Indonesia terletak

di bidang hukum administrasi/ tata negara, hukum perdata, dan hukum

pidana. Kedudukan tersebut membawa konsekuensi yuridis bahwa

ketentuan peraturan-peraturan hukum ketenagakerjaan haruslah

mendasarkan pada teori hukum yang menelaah bidang tersebut.24

2. Hubungan Industrial dan Hubungan Kerja

Hubungan Industrial pada dasarnya adalah proses terbinanya

komunikasi, konsultasi musyawarah serta berunding dan ditopang oleh

kemampuan dan komitmen yang tinggi dari semua elemen yang ada di

dalam perusahaan. Hubungan yang harmonis dan seimbang akan

menyingkirkan jauh-jauh konsep perimbangan kekuatan apalagi

pertentangan, yang ditumbuh-kembangkan adalah hubungan industrial yang

dapat mewujudkan peningkatan produktivitas sikap kebersamaan,

kepatutan, dan rasa keadilan.25

Menurut Sentanoe Kertonegoro, istilah

hubungan industrial pada dasarnya mencakup aspek yang sangat luas, yakni

aspek sosial budaya, psikologi, ekonomi, politik hukum dan hankanmas,

sehingga hubungan industrial tidak hanya meliputi pengusaha dan pekerja,

namun melibatkan pemerintah dan masyarakat dalam arti luas.26

Hubungan kerja yang pada dasarnya adalah hubungan antara buruh

dan majikan setelah adanya perjanjian kerja, yaitu perjanjian dimana buruh

mengikatkan dirinya pada perusahaan untuk bekerja dengan mendapatkan

23

Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta, Djambatan, 1995), h. 1-2. 24

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar Grafika,2013),

h. 14. 25

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 23-24. 26

Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara Pengusaha dan Pekerja

(Bipartid) dan Pemerintah (Tripartid), (Jakarta: YTKI, 1999), h. 14.

Page 37: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

27

upah dan pihak perusahaan atau majikan menyatakan kesanggupannya

untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah atau dapat dikatakan

sebuah peristiwa hukum yang menimbulkan akibat hukum berupa hak dan

kewajiban bagi para pihak, yakni pengusaha dan pihak pekerja/ buruh.27

3. Tenaga Kerja

Adapun pengertian tenaga kerja meliputi pegawai negeri, pekerja

formal, pekerja informal, serta orang yang belum bekerja atau

pengangguran.28 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 telah merumuskan

pengertian tenaga kerja, yaitu “setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa, baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.” Menurut Payaman

Simanjutak, “Tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang

bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain,

seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” Pengertian tenaga kerja

dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh umur/ usia. Selain

tenaga kerja, terdapat istilah pekerja yang selalu dibarengi dengan istilah

buruh yang menandakan bahwa dalam undang-undang ketenagakerjaan

memiliki makna yang sama. Pasal 1 angka 3 menyebutkan pengertian

pekerja/ buruh yaitu; “Setiap orang yang bekerja dengan menerima upah

atau imbalan dalam bentuk lain”. Berdasarkan pengertian tersebut, terdapat

beberapa unsur yang melekat dari istilah pekerja/ buruh, yaitu sebagai

berikut:

a) Setiap orang yang bekerja (angkatan kerja maupun bukan angkatan kerja

tetapi harus bekerja)

b) Menerima upah atau imbalan sebagai balas jasa atas pelaksanaan

pekerjaan tersebut. Dua unsur tersebut penting untuk membedakan

apakah seorang masuk dalam kategori pekerja/ buruh yang diatur dalam

undang-undang ketenagakerjaan atau tidak.

27

Zainal Asikin, Agusfian Wahab, Lalu Husni, dan Zaeni Asyhadie, Dasar-Dasar Hukum

Perburuhan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004), h. 65. 28

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi... h. 2-3.

Page 38: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

28

4. Perusahaan dan Industri

Pengertian perusahaan menurut Pasal 1 angka 6 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 adalah ;

a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang

perseorangan, persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta

maupun milik Negara yang mempekerjakan pekerja/buruh dengan

membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain ;

b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan

mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam

bentuk lain. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa

unsur-unsur perusahaan, yaitu; adanya usaha, adanya pengusaha, milik

Negara atau milik swasta, adanya pekerjaan untuk para pekerja/buruh,

dan adanya imbalan atau upah yang didapatkan pekerja/ buruh. Dalam

menjalankan usahanya perbedaan antara sektor swasta dengan

perusahaan negara yaitu dapat bebas memilih badan hukum yang sesuai

dengan usahanya. Badan hukum yang biasa digunakan sektor swasta

adalah berbentuk Perseroan Terbatas. Walaupun dalam Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 tidak menyebutkan pengertian mengenai industri,

tetapi perlu kita ketahui bahwa, “Industri adalah suatu usaha atau

kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi

barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan

keuntungan.”29

Tiap pekerja dan pengusaha memiliki hak dan kewajiban yang di atur

oleh KUHPerdata. Yang masih sering terjadi dan menjadi persoalan adalah

Perusahaan memberikan upah yang tidak sesuai dengan aturan pemerintah.

Sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun

2015, bahwa upah adalah hak pekerja/ buruh yang diterima dan dinyatakan

dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja

kepada pekerja/ buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

29

Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis, Teoritis dan Empiris,

(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014), h. 213.

Page 39: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

29

perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan, termasuk

tunjangan bagi pekerja/ buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/

atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Peningkatan upah perlu dilakukan

untuk menjamin kesinambungan bekerja dari buruh dengan tetap

memerhatikan kelangsungan usaha.

Pemerintah memberi perhatian yang penuh pada upah, berdasarkan

ketentuan Pasal 88 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, yaitu setiap

pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Pemerintah berkepentingan juga

untuk menetapkan kebijakan pengupahan. Adapun bentuk kebijakan

pengupahan yang melindungi pekerja/buruh diatur dalam ketentuan Pasal 88

ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 , yang terdiri atas;30

a) Upah minimum

b) Upah kerja lembur

c) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan

d) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain diluar pekerjaan

e) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya

f) Bentuk dan cara pembayaran upah

g) Denda dan potongan upah

h) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah

i) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional

j) Upah untuk pembayaran pesangon

k) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan

5. Teori Perjanjian Kerja

Ketentuan perjanjian kerja dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 merupakan bagian dari hubungan kerja, bukan bagian dari hukum

perjanjian, maka ketentuan perjanjian kerja bukan hukum pelengkap.31

Maksud dari ketentuan perjanjian kerja ini adalah, dimana ketentuan

perjanjian kerja adalah bersifat memaksa karena wajib diikuti dan ditaati,

30

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi... h. 109. 31

Hardjian Rusli,Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi,(Jakarta: Ghalia Indonesia,

2003), h. 70.

Page 40: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

30

sehingga para pihak dalam perjanjian kerja tidak dapat membuat perjanjian

kerja menyimpang dari ketentuan perundang-undangan ketenagakerjaan.

Namun apabila dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan tidak mengatur

mengenai suatu hal, dan diatur dalam hukum perjanjian, maka dapat berlaku

dalam hukum perjanjian. Tetapi bila undang-undang ketenagakerjaan telah

mengaturnya, maka ketentuan tersebut bersifat memaksa, sehingga tidak

dapat dikesampingkan.

Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh dengan

pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan

kewajiban para pihak. Menurut Imam Soepomo dalam buku Lalu Husni

berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian dimana pihak

kesatu sebagai pekerja mengikatkan diri untuk bekerja dengan menerima

upah dari pihak kedua yaitu pengusaha, dan pengusaha mengikatkan diri

untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah32.

Berdasar pengertian perjanjian kerja, dapat ditarik beberapa unsur dari

perjanjian kerja :

a) Adanya unsur pekerjaan.

Ada pekerjaan yang diperjanjikan sebagai obyek perjanjian. Perjanjian

tersebut harus dilakukan oleh pekerjanya sendiri. Sifat perjanjian yang

dilakukan oleh pekerja sangat pribadi karena bersangkutan dengan

keterampilan/keahliannya.

b) Adanya unsur perintah.

Pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk

melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan.

c) Adanya upah.

Upah memegang peranan penting dalam perjanjian kerja, dan sebagai

tujuan utama seorang bekerja pada pengusaha. Maka apabila tidak ada

unsur upah, hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.33

32

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2010), h. 64.

33

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi... h. 65.

Page 41: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

31

Ciri khas dari perjanjian kerja adalah di bawah perintah pihak lain,

dalam hal ini menunjukkan hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah

hubungan antara bawahan dengan atasan.Pengusaha sebagai pihak yang

lebih tinggi secara sosial-ekonomi memberi perintah kepada pihak pekerja

yang secara ekonomi kedudukannya lebih rendah untuk melakukan

pekerjaan tertentu.

Pasal 52 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menetapkan bahwa

perjanjian kerja dibuat atas dasar :

a) Kesepakatan kedua belah pihak.

Para pihak yang mengadakan perjanjian kerja harus setuju/sepakat

mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Apa yang dikehendaki pihak yang

satu, dikehendaki pula oleh pihak yang lain.

b) Kemampuan atau kecakapan melakukan perbuatan hukum.

Kedua belah pihak cakap dalam membuat perjanjian dengan dilihat dari

batas umur sesuai ketentuan hukum ketenagakerjaan dalam Pasal 1

angka (26) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang memberikan

batas umur minimal cakap adalah 18 tahun. Selain itu, dikatakan cakap

adalah apabila orang tersebut tidak berada di bawah pengampuan.

c) Adanya pekerjaan yang diperjanjikan.

Pekerjaan yang diperjanjikan adalah sebagai obyek dari perjanjian kerja

antara pekerja dengan pengusaha, yang akibat hukumnya melahirkan

hak dan kewajiban bagi para pihak.

d) Pekerjaan yang diperjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban

umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Objek pekerjaan harus halal, dan jenis pekerjaan yang diperjanjikan

merupakan salah satu unsur perjanjian kerja yang harus disebutkan

secara jelas.34

Bentuk dari perjanjian kerja seperti telah disebutkan dalam Pasal 51

ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 adalah dapat dibuat secara

tertulis maupun lisan. Ada manfaat bila perjanjian kerja itu dibuat secara

34

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi... h. 67-68.

Page 42: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

32

tertulis serta dinyatakan dalam suatu rumusan tertentu sehingga semakin

jelas dan tegas isi dan perumusan pernyataan kehendak kedua belah pihak,

dan semakin kurang timbul keragu-raguan. Meski dalam prakteknya,

perusahaan mengeluarkan surat pengangkatan yang dibuat dan ditanda

tangani secara sepihak oleh majikan.

Isi dari perjanjian kerja adalah berkenaan dengan pekerjaan yang

diperjanjikan, tidak bertentangan dengan ketentuan dalam undang-undang

yang sifatnya memaksa atau dalam undang-undang tentang ketertiban

umum atau dengan tata susila masyarakat. Jika perjanjian kerja bertentangan

dengan ketertiban umum, adalah karena bertentangan atau melanggar

larangan yang dimuat dalam undang-undang.

Masing-masing pihak baik pekerja maupun pengusaha memiliki hak

dan kewajiban masing-masing yang harus saling dipertanggung jawabkan.

Kewajiban pekerja kepada pengusaha pada umumnya adalah merupakan

hak dari pengusaha yaitu :

a) Melakukan pekerjaan.

Pekerjaan ini dapat diartikan dengan perbuatan untuk kepentingan

pengusaha, baik langsung maupun tidak langsung dan untuk dilakukan

secara terus-menerus untuk meningkatkan produksi baik dari segi mutu

maupun jumlahnya. Pekerjaan yang dilakukan adalah pekerjaan yang

telah ditetapkan dalam perjanjian kerja. Pekerjaan yang ditetapkan ini

pada umumnya harus dilakukan oleh pekerja itu sendiri.

b) Petunjuk majikan.

Petunjuk diberikan oleh pengusaha terutama dimana buruh diterima

untuk melakukan pekerjaan dengan upah jangka waktu. Dalam

praktiknya, pekerja kerap kali melakukan pekerjaan sesuai kemauannya

sendiri tanpa mengindahkan petunjuk yang telah diberikan oleh

pengusaha. Tindakan ini adalah telah menyalahi perjanjian dan tidak sah.

Lain halnya dengan apabila pekerja telah melakukan apa yang telah

pengusaha perintahkan sesuai petunjuknya, namun pada akhirnya tidak

menghasilkan apa yang diharapkan oleh pengusaha, maka pengusaha

Page 43: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

33

tersebut tidak berhak untuk menyalahkan buruh, dan kerugian yang

ditimbulkan secara keseluruhan menjadi tanggung jawab pengusaha.35

c) Membayar ganti rugi dan denda.

Pekerja bertanggung jawab atas kerugian yang ditimbulkan atas

perbuatannya, dan tanggung jawab ini terbatas hanya pada kerugian yang

terjadi karena perbuatannya yang disengaja atau karena kelalaiannya.

Maksud dari disengaja adalah perbuatan itu dimaksudkan untuk

merugikan kepentingan orang lain, sedangkan kelalaian adalah apabila

kekurang hati-hatian yang dilakukan pekerja sehingga merugikan

kepentingan orang lain. Jika kerugian yang diderita orang lain ini tidak

dapat dinilai dengan uang, maka lewat pengadilan akan ditetapkan sejumlah

uang menurut keadilan sebagai ganti rugi.36

Denda atas tidak dipenuhinya kewajiban oleh pekerja tidak dapat

ditetapkan secara sepihak oleh pengusaha, harus ditetapkan dalam perjanjian

kerja tertulis. Denda tersebut tidak boleh menjadi keuntungan pribadi bagi

pengusaha sendiri atau bagi siapapun yang diberi kuasa untuk menjatuhkan

denda kepada pekerja.

Kewajiban pengusaha adalah sebagai bentuk dari hak pekerja yang

dapat diterimanaya apabila telah melakukan kewajibannya sebagai pekerja.

Kewajiban pengusaha yang paling penting sebagai akibat langsung dari

perjanjian kerja yang sah adalah membayar upah. Kewajiban-kewajiban

pokok lain yang menurut peraturan adalah mengatur pekerjaan, mengatur

tempat kerja, memberi surat keterangan, dan kewajiban tambahannya adalah

membuat buku upah, buku pembayaran upah.37

C. Tinjauan Umum Penangguhan

Sudah selayak pengusaha membayar upah minum sesuai aturan yang

berlaku, namun fakta di lapangan masih banyak pengusaha atau perusahaan

yang membayar upah di bawah ketentuan upah minimum, berdasarkan

35

Soepomo Imam, Pengantar Hukum Perburuhan... h. 101 36

Soepomo Imam, Pengantar Hukum Perburuhan... h. 104 37

Soepomo Imam, Pengantar Hukum Perburuhan, ... h. 109.

Page 44: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

34

KEPMEN nomor 231 Tahun 2003 tentang tata cara penangguhan pelaksaan

upah minimum. Pasal 2 ayat (1) berbunyi “Pengusaha dilarang membayar upah

pekerja lebih rendah dari upah minimum” dan di ayat 2 berbunyi “Dalam hal

pengusaha tidak mampu membayar upah minimum, maka pengusaha dapat

mengajukan penangguhan pelaksaan upah minimum.

Berdasarkan ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Hubungan Industrial, jenis perselisihan kepentingan,

perselisihan pemutusan hubungan kerja, perselisihan antar serikat pekerja/

buruh hanya dalam satu perusahaan.

Penyebab dari perselisihan hak adalah tidak dipenuhinya hak, akibat

perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian

kerja bersama. Oleh karena itu, permasalahan penangguhan upah minimum

dikategorikan ke jenis perselisihan hak.

Dalam Pasal 136 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan,

bahwa; “Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan

oleh pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara

musyawarah untuk mufakat, dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk

mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan industrial melalui

prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial”.

Prinsip yang disebutkan dalam peraturan tersebut harus menjadi

pegangan bagi para pihak, termasuk dalam permasalahan penangguhan upah

minimum. Dalam hal terjadi perselisihan dalam hal penangguhan upah

minimum, selalu mengedepankan musyawarah melalui perundingan bipartite di

tingkat perusahaan. Penegakan hukum ketenagakerjaan tentu sangat terkait

denagn kedudukan hukum ketenegakerjaan sendiri dalam hukum nasional.

Terdapat keterkaitan dengan aspek hukum perdata, aspek hukum administrasi

(hukum tata usaha negara), dan aspek hukum pidana.

Page 45: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

35

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

1. Skripsi disusun oleh Fauzi Ramadhan38

yang berjudul, “Upah Minimum

Regional Kota Depok Dalam Perspektif Konsep Ijarah (Upah)”.

Skripsi ini membahas tentang Upah Minimum Regional Kota Depok

Dalam Perspektif Konsep Ijarah, Persamaan pada penelitian ini adalah

pada bagaimana penerapan upah pemberi kerja. Perbedaan dengan

penelitian ini adalah bahwa peneliti lebih berfokus pada penerapan upah

PT Kalibata Sarana Indo.

2. Skripsi disusun Verdi Ferdiansyah39

yang berjudul “Prosedur Penetapan

Upah dan Penaangguhan Upah Minimum Provinsi dikaitkan dengan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi Kasus Putusan

Pengadilan Tata Usaha Negara Nomor 12/G/2013/PTUN-PLG dan

62/G/2013/PTUN-JKT”. Dalam skripsi ini membahas Skripsi ini

membahas mengenai prosedur penetapan dan penangguhan upah minimum

khususnya Upah Minimum di Sumatera Selatan dan DKI Jakarta.

Perbedaan antara skripsi di atas dengan penelitian peneliti bahwa skripsi di

atas focus membahas bagaimana wewenang PTUN terkait dengan Surat

Keputusan Gubernur terkait penetapan upah minimum dan bagaiman

Undang-Undang Ketenagakerjaan atau peraturan terkait penangguhan

upah minimum mengatur prosedur permohonan penangguhan upah

minimum khususnya terkait dengan waktu pemberkasan permohonan

penangguhan upah minimum.

3. Skripsi disusun oleh Katsuri Zulfan40

yang berjudul “Kajian Yuridis

tentang Penetapan Upah Tenaga Kerja Pada Perusahaan di

Indonesia”. Dalam Skripsi ini membahas mengenai bagaimana sistem

38 Fauzi Ramadhan,“Upah Minimum Regional Kota Depok Dalam Perspektif Konsep Ijarah

(Upah). Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2012 39

Verdi Ferdiansyah, “Prosedur Penetapan dan Penangguhan Upah Minimum Provinsi

dikaiatkan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 (Studi Kasus Putusan Pengadilan

Tata Usaha Negara Nomor 12/G/2013/PTUN-PLG dan 62/G/2013/PTUN-JKT”, (Diakses melalui

lib.ui.ac.id) 40

Katsuri Zulfan, “Kajian Yuridis Tentang Penetapan Upah Tenaga Kerja Pada Perusahaan

di Indonesia”, Skripsi Fakultas Hukum, Unniversitas Sumatera Utara, (Diakses melalui

Repository.usu.ac.id)

Page 46: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

36

penetapan upah pekerja yang ada di Indonesia, kebijakan yang ada di

Indonesia terkait dengan upah bagi pekerja, dan masalah-masalah kasus

upah kecil yang ada di Indonesia. perbedaan antara skripsi di atas dengan

penelitian peneliti bahwa skripsi di atas membahas bagaimana sistem

pemberian upah bagi pekerja dan penelitian yang dilakukan hanya

terhadap kajian yuridis peraturan perundang-undangan mengenai upah

yang ada di Indonesia.

4. Buku ini disusun oleh Sri Herianingrum dan Tika Widiastuti41

yang

berjudul “Ketenagakerjaan In: Ekonomi Dan Bisnis Islam Seri Konsep

dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam”. Dalam buku ini menjelaskan

mengenai ketenagakerjaan dalam perspektif islam tetapi dalam penelitian

ini lebih menjelaskan ketenagakerjaan itu sendiri dalam peraturan yang

berlaku di Indonesia yakni Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 dan

tidak dilihat jauh dari sisi ekonomis nya.

5. Jurnal yang disusun oleh Elisa Susanti42

yang berjudul “Efektivitas Upah

Minimum di Kabupaten Bandung”. Dalam jurnal ini berfokus pada

efektifitas upah di Bandung sedangkan peneliti pada karyawan di kota

Depok. Persamaan dengan penelitian ini adalah mengenai pembahasan

upah minimun yang di berikan oleh pemberi kerja, perbedaan pada

penelitian ini adalah peneliti lebih berfokus pada upah yang di berikan

oleh PT Kalibata Sarana Indo, berdasarkan Undang – Undang Nomor 13

Tahun 2003.

41

Sri Herianingrum dan Tika Widiastuti, Ketenagakerjaan In: Ekonomi dan Bisnis Islam Seri

Konsep dan Aplikasi Ekonommi dan Bisnis Islam. Jakarta, 2008. 42

Elisa Susanti, Dalam Jurnal “Efektifitas Upah Minimum di Kabupaten Bandung”,

Bandung, 2010.

Page 47: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

37

BAB III

GAMBARAN UMUM PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO

A. Sejarah Berdirinya dan Rantai Distibusi PT. KALIBATA SARANA

DISTRINDO.

PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO adalah sebuah Perusahaan

distribusi atau penyalur yang kegiatan utamanya adalah mendistribusikan,

menyalurkan produk-produk dari PT. Cussonslndonesia, PT.Pigeon Indonesia,

PT. Mebellin Indonesia dan beberapa produk dari perusahaan lainnya.

Perusahaan ini dirintis untuk permulaan oleh pendirinya yaitu HM.

Zulkarnain (almarhum, wafat pada tahun 2015) yaitu sejak tahun 1997 dengan

bendera perusahaan bernama PD. Kalibata. Pemberian nama ini diambil dari

nama sebuah kelurahan di Jakarta Selatan, tepatnya adalah Kelurahan Kalibata,

Kecamatan Mampang Prapatan, kota Jakarta Selatan, yang merupakan tempat

lahir dan dibesarkannya beliau.

HM. Zulkarnain adalah seorang yang sudah sangat berpengalaman dan

sangat lama berkecimpung didunia retail dan distribusi, karena sebelumnya ia

pernah berkarir dibeberapa perusahaan sejenis diantaranya PT. Vick Indonesia,

PT. Jhonson and Jhonson Indonesia dan PT. Loreal lndonesia.

PD. Kalibata ini sendiri dimulai dari sebuah kamar kecil dengan ukuran

4x6 meter persegi yang digunakan sebagai kantor dan merangkap sebagai

gudang, didaerah Cimanggis, Depok, dengan hanya mempekerjakan seorang

pegawai yang merangkap sebagai seorang salesman dan pengirim barang. Dan

pada waktu itu barang atau produk yang didistrubusikan atau dijual pun masih

sangat sedikit dan terbatas, karena pada waktu itu posisi PD. Kalibata hanya

sebatas sebagai agen atau grosir saja.

Seiring perjalanan waktu PD. Kalibata mulai dipercaya dan ditunjuk oleh

beberapa perusahaan multinasional/prinsipal untuk mendistribusikan produk-

produk mereka untuk daerah Depok dan sekitarnya dengan status resmi sebagai

Distributor dari perusahaan-perusahaan tersebut. Secara legalitas PD. Kalibata

berubah menjadi PT. Kalibata Sarana Distribusi yaitu pada 28 Mei 2015,

Page 48: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

38

dengan surat izin usaha perdagangan(SIUP) nomor : 0319/10-27/PK/V/2015

dan Tanda Daftar Perusahaan nomor 10.27.1.46.05075.

Pada saat ini PT. Kalibata Sarana Distrindo sudah mengcover atau

meliput area yang cukup melebar yaitu JABODETABEK (Jakarta, Bogor,

Depok, Tangerang, Bekasi), juga area Karawang, Sukabumi dan Cilegon.

Adapun seluruh karyawan pada saat ini berjumlah kurang lebih 50 orang,

dengan rata-rata Gross omset sekitar Rp. 4.000.000.000.000 (Miliar).

Sementara itu Rantai distribusi PT. Kalibata Sarana Distrindo sebagai

berikut;

a. Principal (Pabrikan)

b. Distibutor (distributor utama)

c. Agen/Grosir

d. Toko-toko

e. End User (pembeli akhir).

B. Tujuan, Visi dan Misi.

Tujuan awal dari PD. Kalibaya yang kemudian dalam berjalanan waktu

berubah nama menjadi PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO dan

disingkat menjadi PT. KSD adalah hanya sekedar dalam kerangka berpikir

bahwa ini bagian dari pemanfaatan ilmu dan Pengetahuan yang sang founder

(pendiri) selama ini dapatkan dari beberapa perusahaan nasional dan

Multinasional seperti PT. Gunung Agung, PT. Vick Indonesia, PT.

Jhonson&Jhonson Indonesia dan PT. L'oreal Indonesia terutama dalam hal

sales/penjualan dan Distribution/penyebaran produk.Kedudukan terakhir dari

founder adalah sebagai Nasional Sales & Distribution di PT. L'oreal Indonesia,

sebuah perusahaan kosmetik internasional dari Paris, Prancis.

Jadi tujuan awal adalah bagaimana knowledge/pengetahuan dalam ilmu

sales dan distribusi atau tentang ruang lingkup penjualan dari mulai sistem

ordering/collecting order, pesanan, Ware Housing system/sistim pergudangan,

seperti FIFO system (First In First Out, penyiapan barang, delivery

system/sistim pengiriman, pendistribusian produk dan lain-lainnya dapat

diaplikasikan pada usaha yang dimilikinya sendiri sehingga diharapkan juga

Page 49: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

39

dapat membuka lapangan kerja terutama untuk lingkungan terdekat terlebih

dulu (family) dan masyarakat sekitarnya.

Yang pada gilirannya adalah bagaimana mereka merancang tujuan akhir

dari perusahaan tersebut adalah dengan menjadikan Visi dan Misi Perusahaan

sebagai tujuan akhir yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu.

Dengan sistem pendistribusian seperti ini maka tenaga-tenaga kerja yang

diperlukan adalah :

a. General Manager.

b. Manager Penjualan dan Gudang.

c. Supervisor.

d. Salesman.

e. Collector.

f. Helper dan driver.

g. Staff Gudang.

h. Administasi penginput factur dll.

i. Satpam.

Adapun Visi dan Misi dari PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO

ialah sebagai berikut;

A. Visi.

1) Menjadi Perusahaan Sales dan Distribusi yang berskala Nasional untuk

produk-produk dari Perusahaan Nasional dan Multinasional.

2) Menjadikan mutu layanan dalam hal taking order (pengambilan pesanan)

dan dalam hal delivery services (layanan pengiriman) dengan filosofi "24

hours servuces" yang bermakna dalam waktu 24 jam pesanan sampai

ditangan konsumen.

3) Mempertahankan dan terus melakukan penetrasi layanan sampai daerah-

daerah perifer (pinggiran).

B. Misi.

1) Meningkatkan ketersediaan barang di gudang dengan Buffer Stock

System (Sistem Cadangan Stok).

2) Peremajaan armada untuk kendaraan yang sudah tidak layak pakai.

Page 50: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

40

3) Perbaikan dalam sistem zonasi area covered dari salesman dan

sinkronisasi dengan delivery covered.

C. Jenis pekerjaan dan Tugas dari Struktur Organisasi.

Sebagaimana yang berlaku umum dibanyak Perusahaan Terbatas, berikut

adalah jenis dan tugas pekerjaan dari struktur organisasi;

a. General Manager.

Adalah sebagai Direktur Utama dari perusahaan tersebut yang bertugas

melakukan kontrol secara day to day terhadap jalannya organisasi dari

perusahaan yang bertanggung jawab langsung kepada komisaris yang

merangkap pemilik (owner) dari PT tersebut bertanggung jawab terhadap

segala aspek di PT baik yang menyangkut ketenagakerjaan dan juga

performance (penjualan) dari PT. Secara umum General manager adalah

lokomotif dari PT yang akan membawa PT kearah kemajuan atau

sebaliknya. Dibawah GM (General Manager ada beberapa Manager

dibawahnya yang masing-masing membawahi bidang keahliannya masing-

masing.

b. Sales Manager.

Tugasnya ialah fokus pada pencapaian target penjualan yang sudah

ditentukan oleh PT, tentunya setelah mempertimbangkan berbagai

parameter dan disepakati oleh team penjualan.

c. Manager Gudang.

Yang bertugas untuk fokus bagaimana dapat memback up atau

mensupport team sales dilapangan, dengan cara menjaģa ketersedia

barang/stock barang di gudang dan mengatur bagaimana pesanan dari

costumer bisa sampai ketangan mereka dengan tepat waktu dan dengan

jumlah dan jenis barang yang sesuai dengan yang mereka pesan. Dibawah

masing-masing manager ada beberapa supervisor (pengawas).

d. Supervisor.

Tugasnya ialah yang setiap hari secara intent (terus menerus) menjaga

komunikasi dengan bawahannya dengan tetap mengawasi kinerja masing-

Page 51: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

41

masing unit. Dibawah supervisor ada masing-masing posisi yang merupakan

ujung tombak dari perusahaan.

e. Salesman Dan Staff Gudang.

Ditangan merekalah roda perusahaan mulai digerakan. Tugas Salesman

adalah melakukan penjualan, baik melalui telepon atau bertatap muka

langsung dengan konsumen. Kecakapan dalam menawarkan produk

haruslah dimiliki oleh seorang salesman. Sedangkan Staff Gudang adalah

dia yang memastikan semua operasional gudang berjalan dengan lancar

hingga produk siap untuk didistribusikan.

f. Debt Colector.

Yang tidak kalah penting juga adalah para collector yang mempunyai

tugas utama mengagih piutang PT pada para langganan/toko yang membeli

dan membayar dengan cara kredit.

g. Team canvasser

Sedangkan untuk pengiriman barang (team canvasser) biasanya di PT.

KSD dirangkap oleh driver yang dibantu oleh seorang helper/pembantu,

yang tugas utamanya adalah menaikan barang kiriman dari gudang ke mobil

canvas (mobil box) dan menurunkannya ke konsumen (toko).

h. Staff Admistrasi.

Sedangkan staff Admistrasi tugas pokok mereka adalah menginput data

order dari salesman sampai berbentuk Factur Penjualan (nota penjualan) dan

diteruskan ke Bagian gudang untuk disiapkan barangnya.

i. Security.

Untuk menjaga keamanan terhadap gudang dan barang-barang PT

termasuk kendaraan mobil dan sepeda motor, PT KSD mempekerjakan

satpam (security).

D. Gambaran umum kondisi Ketenagakerjaan dan sistem penggajian di PT.

KSD.

Masalah ketenagakerjaan di daerah Depok dimana PT. KSD berdomisili

secara umum adalah merupakan salah satu problem yang masih menjadi

Page 52: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

42

perhatian dan memerlukan penyelesaian, apalagi kota Depok yang memang

berkeinginan untuk memberikan kesejahteraan bagi warganya. Bila ternyata

masalah ketenagakerjaan belum kondusif untuk menunjang jalannya

pembangunan, maka kesejahteraan yang diharapkan terwujud masih akan

terganjal.

Demo kaum buruh setiap tanggal 1 mei (May Day) merupakan cermin

dan indikasi permasalah kaum buruh dewasa ini. Mulai dari masalah Upah

Minimum, Outsourching sampai masalah jaminan sosial dan lainnya.

Terkait upah minimum sudah barang tentu setiap tenaga kerja

menghendaki upah yang layak tidak saja hanya untuk sekedar memenuhi

kebutuhan sehari-hari tetapi bagaimana upah minimum itu bisa membiayai

sekolah anak-anaknya, kebutuhan rekreasi dan lain sebagainya.

Apalagi bisa menjamin biaya kesehatan dan tabungan untuk memiliki

rumah meskipun sudah ada Jamsostek (jaminan sosial tenaga kerja) akan tetapi

belum semua tenaga kerja ikut program tersebut. Sehingga ketika sakit tidak

terlindungi dan disaat memasuki masa pensiun tidak memiliki jaminan

kesehatan apalagi jaminan pensiun.

Terkait keadaan yang terjadi di PT. Kalibata Sarana Distrindo penulis

melihat dan mengalami secara langsung karena penulis magang ditempat

tersebut. Para pekerja rata-rata adalah saudara pemilik perusahaan dan pekerja

dari luar Jawa Barat, dimana para pekerja disediakan kontrakan untuk pekerja

dari luar Depok. Jam kerja yang ditetapkan perusahaan tersebut adalah dari

mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.

Waktu bekerja diperusahaan tersebut bisa dibilang cukup padat yaitu 11

jam waktu bekerja, dengan waktu bekerja selama itu apakah upah para pekerja

sesuai dengan keringat yang dikeluarkanya, sedangkan Berdasarkan Keputusan

Gubernur Jawa Barat Nomor: 561/kep.1065bangsos/2017 Tentang Upah

Minimum Kabupaten Kota di Provinsi Jawa Barat Tahun 2018, untuk wilayah

Kota Depok adalah sebesar RP.3.584.700,29,.

Tapi pada kenyataanya upah yang diberikan oleh PT. Kalibata Sarana

Distrindo kepada para pekerja tidak sesuai dengan UMK di kota Depok.

Page 53: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

43

Penulis sempat mewawancarai salah satu karyawan PT. Kalibata Distrindo

seorang collector yang tiap hari nya di tugaskan sebagai penagih uang ke toko-

toko (agen). Dia mengatakan sudah 7 tahun kerja di sana, dan upah perbulan

RP.3.000.000,00. Upah yang tidak sesuai dengan lelah yang di dapat tiap hari.

E. Perjanjian Kerja Yang Digunakan

Sama seperti perjanjian yang digunakan perusahaan pada umumnya, yaitu

adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, antara pekerja dan perusahaan.

Jadi disini pekerja sudah tau akan mendapatkan upah yang tidak sesuai upah

minimum, namun mereka mnyepakatinya karena memang PT. Kalibata Sarana

Distrindo belum bisa membayar upah sesuai Sk Gubernur Jawa Barat.

Page 54: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

44

BAB IV

PROBLEMATIKA PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO,

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG DAN SOLUSINYA

A. Problematika PT. Kalibata Sarana Distrindo

Setiap tahunya di wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota di Indonesia

mengalami kenaikan upah minimun, seperti di Provinsi Jawa Barat khususnya

wilayah Depok. Pada tahun 2018 upah minimun Provinsi Jawa Barat sebesar

Rp. RP.3.584.700,29,._ /bulan. Kenaikan UMP ini tidak luput dari keberatan

pengusaha. Hal ini karena pertimbangan kondisi perusahaan yang sepi

konsumen maupun kondisi keuangan perusahaan yang minim, sehingga beban

biaya perusahaan makin tinggi. Namun kondisi ini tidak bisa serta merta di

kesampingkan oleh perusahaan maupun pengusaha.

Pada prinsipnya pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari

upah minimum yang telah di tetapkan sesuai aturan yang berlaku.

Berdasarkan pasal 185 ayat 3 jo pasal 90 ayat (1) Undang -Undang Nomor 13

Tahun 2003 , diatur bahwa “Pengusaha yang membayar upah lebih rendah

dari upah minimum dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu

Tahun) dan paling lama 4 (empat) tahun dan/denda paling sedikit Rp.

100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 400.000.000,00

(empat ratus juta rupiah).

Peneliti melihat problematika ketenagakerjaan di Indonesia sampai saat

ini tidak lepas terkait dengan sempitnya peluang lapangan kerja di satu sisi,

dan tingginya angka pengangguran di sisi lain. Dan juga di karenakan upah

yang murah, jaminan sosial yang seadanya. Hal ini seharusnya menjadi

perhatian lebih dari pemerintah.

Sehubungan dengan upah murah saat ini kita juga masih sering

menemukan perusahaan-perusahaan yang memberi upah kepada karyawan di

bawah upah minimum provinsi (UMP)/ upah minimum kota/kabupaten

(UMK).

Sebetulnya secara legalitas perusahaan yang memberikan upah kepada

pekerja di bawah UMP/UMK bisa dilihat dari perjanjian atau kontraknya.

Page 55: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

45

Dalam hal ini tentu saja keputusan terkait dengan perjanjian atau kontrak kerja

tersebut terpulang kepada calon pekerja, apakah mau menerimanya atau

menolaknya.

Karena perjanjian atau kontrak kerja pada prinsipnya memerlukan

kesepakatan dari kedua belah pihak untuk dapat berlaku sesusai dengan

ketentuan hukum, yaitu Undang-undang nomor 13 tahun 2003 pasal 51 ayat

(2) “ Perjanjian kerja yang disyaratkan seacara tertulis dilaksanakan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Kalau dilihat secara seksama pasti ada alasan-alasan tertentu mengapa

ada perusahaan yang belum mampu untuk memberikan upah kepada

pekerjanya sesuai UMP/UMK yang berlaku. Beberapa alasan yang sering

diutarakan kendala yang menyebabkan tidak membayar upah sesuai aturan

yang berlaku yaitu, perusahaan masih kecil, kondisi keuangan perusahaan

yang tidak stabil, atau laju perekonomian yang melambat, dan lain-lain. Yang

terjadi terhadap PT. Kalibata Sarana Distrindo berdasarkan temuan lapangan

dan hasil wawancara oleh peneliti kepada pihak yang bersangkutan. Mereka

memberikan beberapa alasan yang menyebabkan mengapa belum dapat

memberikan upah kepada karyawannya sesuai SK gubernur Jawa Barat, yaitu

:

1. Margine atau keuntungan yang didapat dari pabrikan tidak terlalu besar

yaitu 5-10% dari omset penjualan (bervariasi untuk setiap pabrikan)

2. Masih adanya tanggungan terhadap bunga bank yang harus di bayarkan

karena PT. Kalibata Sarana Distrindo masih memanfaatkan fasilitas

kredit dari bank.

3. Masih adanya pinjaman leasing untuk kendaraan operational yaitu kredit

mobil dan motor.

4. Adanya potongan harga dalam bentuk discount, seperti cost discount,

quantity discount, dan reguler discount yang berada dikisaran 2 sampai

4%. Juga sangat mempengaruhi terhadap profit margine atau keutungan

Perusahaan, yang juga berpengaruh terhadap pendapatan karyawan.

Page 56: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

46

B. Implementasi Menurut Undang-Undang dan Solusinya

Salah satu kebijakan dalam sistem pengupahan yaitu upah minimum.

Mengenai prosedur dan mekanisme penetapan upah minimum disebutkan

dalam Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.

Peraturan Pemerintah tersebut menggantikan Peraturan Pemerintah Nomor

8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah. Upah Minimum ditetapkan di

tingkat Provinsi, Kabupaten/ Kota, dan Sektoral oleh Gubernur.

Berdasarkan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan

bahwa “Setiap wilayah diberikan hak untuk menetapkan kebijakan upah

minimum mereka sendiri baik tingkat provinsi dan tingkat kabupaten/

kotamadya.”

Dalam Pasal 41 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang

Pengupahan menyebutkan;

a. Gubernur menetapkan upah minimum sebagai jaring pengaman

b. Upah minimum sebagaimana dimaksud merupakan upah bulanan

terendah yang terdiri atas;

1. Upah tanpa tunjangan (pekerja/buruh dengan masa kerja kurang

dari 1 (satu) tahun pada perusahaan yang bersangkutan)

2. Upah pokok termasuk tunjangan tetap

Upah bagi pekerja/buruh dengan masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih

dirundingkan secara bipartite antara pekerja/buruh dengan pengusaha di

Perusahaan yang bersangkutan. Setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, terdapat beberapa ketentuan

yang berubah dari Peraturan Pemerintah sebelumnya mengenai

perlindungan upah.

Peraturan Menteri Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah minimum

merupakan peraturan menteri yang dibentuk berdasarkan perintah dari

peraturan pemerintah tentang pengupahan. Dalam Pasal 48 Peraturan

Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 menyatakan; “Ketentuan lebih lanjut

mengenai Upah Minimum Provinsi dan/atau Kabupaten/kota diatur dengan

Peraturan Menteri.” Atas dasar delegasi tersebut maka peraturan menteri

Page 57: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

47

memiliki kekuatan hukum yang mengikat dan termasuk jenis perundang-

undangan.

Perbedaan lainnya antara Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015

tentang Pengupahan dengan Peraturan Pemerintah sebelumnya tentang

perlindungan upah yaitu dalam hal penetapan upah minimum. Dalam Pasal

45 Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan

menyebutkan “Penetapan upah minimum provinsi dihitung dengan

menggunakan formula perhitungan upah minimum. Formula upah

minimum sebagaimana dimaksud, sebagai berikut: UMn = UMt + {UMt x

(Inflasit + % PDBt)}.”

Gubernur wajib menetapkan upah minimum berdasarkan formula

perhitungan tersebut, dan memperhatikan rekomendasi dari Dewan

Pengupahan Provinsi dengan mempertimbangkan faktor produksi dan

pertumbuhan ekonomi. Antara produktivitas dan pertumbuhan ekonomi

saling berkaitan, karena terdapat ciri-ciri dari pertumbuhan ekonomi yaitu

adanya peningkatan produktivitas. Apabila tenaga kerja digunakan secara

penuh maka akan meningkatkan produktivitas dan adanya peningkatan

efisiensi yang merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi.

Hukum ketenagakerjaan dapat diartikan sebagai peraturan-peraturan

yang mengatur tenaga kerja pada waktu sebelum selama dan sesudah masa

kerja. Sedangkan Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu

melakukan pekerjaan guna manghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk

memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, fungsi hukum itu

adalah sebagai sarana pembaharuan masyarakat. Dalam rangka

pembangunan, yang dimaksud dengan sara pembaharuan itu adalah sebagai

penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang diharapkan oleh

pembanganan. Sebagaimana halnya dengan hukum yang lain, hukum

ketenagakerjaan mempunyai fungsi sebagai sarana pembaharuan

Page 58: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

48

masyarakat yang menyalurkan arah kegiatan manusia ke arah yang sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh pembangunan ketenagakerjaan.43

Pembangunan ketenagakerjaan sebagai salah satu upaya dalam

mewujudkan pembangunan nasional diarahkan untuk mengatur, membina

dan mengawasi segala kegiatan yang berhubungan dengan tenaga kerja

sehingga dapat terpelihara adanya ketertiban untuk mencapa keadilan.

Pengaturan, pembinaan, dan pengawasan yang dilakukan berdasarkan

perundang-undangan yang berlaku di bidang ketenagakerjaan itu harus

memadai dan sesuai dengan laju perkembangan pembangunan yang

semakin pesat sehingga dapat mengantisipasi tuntutan perencanaan tenaga

kerja, pembinaan hubungan industrial dan peningkatan perlindungan tenaga

kerja. Masalah kontemporer ketenagakerjaan Indonesia itu sendiri tidak

terlepas dari banyaknya jumlah angkatan kerja yang pengangguran.

Masalah tersebut menghadirkan implikasi buruk dalam pembangunan

hukum di Indonesia dan bila ditelusuri lebih jauh bahwa akar dari semua

masalah itu adalah karena ketidakjelasan politik ketenagakerjaan nasional.44

Sekalipun dasar-dasar konstitusi UUD 1945 khususnya pasal 27 dan

Pasal 34 telah memberikan amanat yang cukup jelas bagaimana seharusnya

negara memberikan perlindungan terhadap buruh/pekerja.

Mengandalkan terus-menurus industri ke sektor padat karya

manufaktur, akan hanya membuat tenaga kerja Indonesia seperti hidup

seperti dalam ancaman bom waktu. Rentannya hubungan kerja akibat

buruknya kondisi kerja, upah rendah. Pemutusan Kerja (PHK) semena-

mena dan perlindungan hukum yang tidak memadai, sebenarnya adalah

sebuah awal munculnya rasa ketidakadilan dan potensi munculnya

kekerasan.45

43

Soedardaji, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Yogyakarta: PustakaYustisia, 2008) h.

16 44

Jimly Assidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakarta, Sinar

Grafika,2011). h.57 45

Abdul Rachmad Boediono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Prers,

2011), h. 56

Page 59: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

49

Minimnya perlindungan hukum dan rendahnya upah merupakan salah

satu masalah dalam ketenagakerjaan kita. Melalui Undang-Undang

ketenagakerjaan seharusnya para pekerja akan terlindungi secara hukum,

mulai dari jaminan negara memberikan pekerjaan yang layak,

melindunginya di tempat kerja (kesehatan dan keselamatan kerja dan upah

layak) sampai dengan pemberian jaminan sosial setelah pensiun.

Pada prinsipnya sistem penetapan upah umum dilakukan untuk

mengurangi eksploitasi terhadap buruh/tenaga kerja. Penetapan upah

Minimun Kabupaten (UMK) merupakan kewajiban pemerintah untuk

memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja. Namun sebelumnya perlu

dijelaskan terlebih dahulu tentang apakah upah itu sendiri.

Upah adalah sumber kehidupan bagi tenaga kerja. Pengertian Upah

Sebagaimana di atur dalam Pasal 1 Angka 30 Undang-undang Nomor 13

Tahun 2003 , upah adalah: “Hak pekerja/buruh yang diterima dan

dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau

pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan

menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-

undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas

suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Pasal 27 ayat (2) dalam Undang-Undang Dasar 1945 telah ditentukan

landasan hukum sebagai berikut: “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dengan

demikian maka upah yang harus diterima oleh buruh atau tenaga kerja kita

atas jasa-jasa yang dijualnya haruslah upah yang sangat wajar sesuai

dengan aturan hukum yang berlaku.46

Dengan demikian, menurut Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2003 , upah merupakkan hak dari pekerja/buruh

yang harus ditentukan sedemikian rupa sehingga merupakan salah satu

bentuk perlindungan hukum bagi tenaga kerja.

46

G. Kartasapoetra, et, all., Hukum Perburuhan Indonesia Berdasarkan Pancasila, (Jakarta:

Bina Aksara, 1986), h. 93

Page 60: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

50

Pasal 88 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan

setiap pekerja berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan, maka pemerintah menetapkan kebijakan

pengupahan untuk melindungi pekerja, meliputi :

1) Upah minimum;

2) Upah kerja lembur;

3) Upah tidak masuk kerja karena berhalangan;

4) Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar

pekerjaannya;

5) Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya;

6) Bentuk dan cara pembayaran upah;

7) Denda dan potongan upah;

8) Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan upah;

9) Struktur dan skala pengupahan yang proporsional;

10) Upah untuk pembayaran pesangon; dan

11) Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

Dalam Pasal 90 ayat (1) Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003

dijelaskan bahwa pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari upah

minimum, baik upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupaten

kota (sering disebut Upah Minimum Regional, UMR) maupun upah minimum

berdasarkan sektor pada wilayah propinsi atau kabupaten/kota (Upah

Minimum Sektoral, UMS).

Pasal 91 ayat (1) dan (2) menyatakan bahwa Pengaturan pengupahan

yang ditetapkan atas kesepakatan antara pengusaha dengan pekerja atau

serikat pekerja tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang

ditetapkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu sesuai dalam

Pasal 90 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 . Apabila kesepakatan

tersebut lebih rendah dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka

kesepakatan tersebut batal demi hukum, dan pengusaha wajib membayar upah

pekerja sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 61: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

51

Pemberian upah yang tidak dalam bentuk uang dibenarkan asal tidak

melebihi 25% dari nilai upah yang seharusnya diterima. Kompenen upah ialah

faktor penggerak roda per-ekonomian suatu negara.

Imbalan yang diterima oleh pekerja tidak selamanya disebut sebagai

upah, karena dapat imbalan tersebut tidak termasuk dalam komponen upah.

a. Termasuk komponen upah adalah :

1) Upah pokok merupakan imbalan dasar yang dibayarkan kepada

pekerja menurut tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan

berdasar perjanjian;

2) Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan

dengan pekerjaan yang diberikan secara tetap untuk pekerja dan

keluarganya yang dibayarkan bersamaan dengan upah pokok seperti

tunjangan anak, tunjangan kesehatan, tunjangan perumahan.

3) Tunjangan tidak tetap yaitu pembayaran yang secara langsung

maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerja dan diberikan secara

tidak tetap bagi pekerja dan keluarganya serta dibayarkan tidak

bersamaan dengan pembayaran upah pokok.

b. Tidak termasuk komponen upah adalah :

1) Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata karena hal-hal yang

bersifat khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan buruh;

2) Bonus yaitu pembayaran yang diterima pekerja atas hasil keuntungan

perusahaan atau karena pekerja berprestasi melebihi target produksi

yang normal atau karena peningkatan produksi;

3) Tunjangan hari raya dan pembagian keuntungan lainnya.

Peraturan ini berlaku bagi setiap pemberi kerja, baik per-orangan maupun

badan usaha atau badan hukum. Dasar pengupahan ialah adanya suatu

hubungan kerja antara pengusaha dengan pekerja/buruh berdasarkan

perjanjian kerja, baik tertulis maupun tidak tertulis. Oleh karenanya hak

pekerja atas upah timbul pada saat terjadinya hubungan kerja dan berakhir

pada saat putusnya hubungan kerja.

Page 62: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

52

Berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor:

561/kep.1065bangsos/2017 tentang Upah Minimum Kabupaten Kota di

Provinsi Jawa Barat Tahun 2018, untuk wilayah Kota Depok adalah sebesar

RP.3.584.700,29,. Peneliti menyimpulkan bahwa upah PT. Kalibata Sarana

Distrindo belum sesuai UMK Depok. PT. Kalibata Sarana Distrindo tidak

memenuhi kewajibannya di mata hukum, sesuai pasal 90 ayat 1 Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2013 dijelaskan Bagi pengusaha yang tidak mampu

membayar upah minimum dapat mengajukan penangguhan. Adapun Tata cara

penangguhan upah minimum diatur dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Dan Transmigrasi Nomor KEP-231/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Tata Cara

Penangguhan Pelaksanaan Upah Minimum.47

Menurut peneliti, PT. Kalibata Sarana Distrindo belum mendapatkan

teguran dari dinas ketenagakerjaan seharus nya PT. KSD melakukan

penagguhan, disebutkan dalam pasal 3 Keputusan Menteri “Pengusaha yang

tidak mampu membayar sesuai upah minimum dapat mengajukan permohonan

penangguhan upah minimum kepada Gubernur instansi yang

bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan provinsi paling lambat 10 hari

sebelum tanggal berlakunya upah minimum; Permohonan tersebut didasarkan

atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/serikat buruh yang tercatat; Dalam hal di perusahaan terdapat 1 serikat

pekerja yang memiliki anggota lebih 50% dari seluruh pekerja di perusahaan,

maka serikat pekerja/ serikat buruh dapat mewakili pekerja/ buruh dalam

perundingan untuk menyepakati penangguhan upah minimum…”

Perlu diketahui juga bahwa bentuk penangguhan upah minimum yang

diberikan dapat berupa:

a. Membayar upah minimum sesuai upah minimum yang lama; atau

b. Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum lama tetapi

lebih rendah dari upah minimum baru; atau

c. Menaikkan upah minimum secara bertahap.

47

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b81d32ad45d/penangguhan-pelaksanaan-

upah-minimum-bagi-perusahaan-tidak-mampu (diakses pada tanggal 15 Maret 2018, Pukul 16:30)

Page 63: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

53

Dengan mengacu pada konsep perjanjian bersama mengenai upah dari

pendapat Walton dan Mckersie, John A. Fossum, Steven L. Thomas bersama

Dennis Officer dan Nancy Brown Johnson yang dikolerasikan dengan

penggabungan antara teori upah etika dan teori upah sosial, maka di harapkan

melahirkan teori upah etika dan teori upah sosial, maka diharapkan

melahirkan teori “upah kesejahteraan”. Upah kesejahteraan adalah, upah yang

lahir atas kesepakatan antara buruh dan pengusaha melalui tawar menawar

yang memperhatikan upah kebutuhan hidup layak sektoral (UHL) yang diikat

dalam bentuk perjanjian, ditentukan berdasarkan nilai kebutuhan setiap

provinsi/daerah, kemampuan perusahaan, dengan pertimbangan nilai

tanggungan buruh dan kebutuhan buruh lainnya. Di sisi lain, diperlukan pula

peraturan perundang-undangan mengatur mengenai standar upah,

sebagaimana diutarakan oleh Mosely dan Keith N. Hylton.48

Karena rasac

kepemilikan bersama antara pengusaha dan buruh dalam hal maju tidaknya

perusahaan (dengan konsep Gemeinschaft) berdasarkan berhasil tidaknya

dalam proses produksi, maka diperlukan transparansi keuangan perusahaan

dan pembagian saham bagi buruhnya yang ditentukan dalam perjanjian. Jadi

upah ditetapkan atas dasar biaya yang diperlukan untuk memelihara atau

memulihkan buruh yang dipakai agar tetap bekerja terus dengan pemenuhan

segala kebutuhan keluarganya. Kedinamisan upah kesejahteraan ini, bila

perusahaan sektor tertentu memang terbukti tidak mampu membayar upah

sebagaimana berlaku di sektor perusahaan tersebut, maka masih di

perkenankan untuk dinegosiasikan yang diwakili serikat buruh dan pemgusaha

atas dasar kondisi perusahaan.49

sesuai dengan upah minimum kota/ kabupaten maka dapat dilakukan

pengajuan penangguhan upah minimum oleh perusahaan tersebut. Dalam

Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa “Bagi

pengusaha yang tidak mampu membayar upah minimum sebagaimana

48

Hylton, Keith N. “A Theori of Minimum Contract Terms, With Implications for Labor

Law.” Texas Law Review. Vol. 74: 1741. 1996. Log. cit 49

Abdullah Sulaiman, Upah Buruh di Indonesia, Cetakan Pertama,(Jakarta : Universitas

Trisakti, 2008), h. 411.

Page 64: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

54

dimaksud dalam Pasal 89 dapat dilakukan penangguhan.” Saat ini, sudah ada

perubahan yang terkait penjelasan dari Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang

Ketenagakerjaan tersebut yang telah disetujui oleh Mahkamah Konstitusi

(inkracht). Sebelumnya, penjelasan Pasal Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang

Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa; “ Penangguhan pelaksanaan upah

minimum bagi perusahaan yang tidak mampu dimaksudkan untuk

membebaskan perusahaan yang bersangkutan melaksanakan upah minimum

yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Apabila penangguhan tersebut

berakhir maka perusahaan yang bersangkutan wajib melaksanakan upah

minimum yang berlaku pada saat itu tetapi tidak wajib membayar pemenuhan

ketentuan upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penangguhan.”

Hal tersebut sebelumnya tidak memberikan kepastian hukum. Karena adanya

penjelasan sebelumnya mengakibatkan penggantian atas penangguhan upah

minimum tersebut menjadi tidak wajib dan memungkinkan pengusaha atau

perusahaan melakukan penyimpangan ketentuan tersebut, sehingga upah yang

diterima buruh menjadi di bawah standar kebutuhan hidup layak.

Mahkamah Konstitusi dalam Amar Putusan Nomor 72/PUU-XIII/2015

menghilangkan sebagian dari penjelasan 90 ayat (2) UU Ketenagakerjaan,

yakni sepanjang frasa “Tetapi tidak wajib membayar pemenuhan ketentuan

upah minimum yang berlaku pada waktu diberikan penarngguhan.”49

Adanya

penghilangan frasa tersebut memberikan kepastian hukum bagi pekerja/buruh

untuk dapat menerima penghasilan yang layak, sekaligus memberikan

tanggungjawab kepada pengusaha agar tidak berlindung dibalik

ketidakmampuan tersebut.

Untuk tata cara penangguhan upah minimum telah disebutkan dalam

Keputusan Mentei Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep-

231/MEN/2003 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penangguhan Pelaksanaan

Upah Minimum. Disebutkan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri tersebut

bahwa; “Pengusaha yang tidak mampu membayar sesuai upah minimum dapat

mengajukan permohonan penangguhan upah minimum kepada Gubernur

instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan provinsi paling

Page 65: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

55

lambat 10 hari sebelum tanggal berlakunya upah minimum; Permohonan

tersebut didasarkan atas kesepakatan tertulis antara pengusaha dengan

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat; Dalam hal di

perusahaan terdapat 1 serikat pekerja yang memiliki anggota lebih 50% dari

seluruh pekerja di perusahaan, maka serikat pekerja/ serikat buruh dapat

mewakili pekerja/ buruh dalam perundingan untuk menyepakati penangguhan

upah minimum…”

Perlu diketahui juga bahwa bentuk penangguhan upah minimum yang

diberikan dapat berupa:

a. Membayar upah minimum sesuai upah minimum yang lama; atau

b. Membayar upah minimum lebih tinggi dari upah minimum lama tetapi

lebih rendah dari upah minimum baru; atau

c. Menaikkan upah minimum secara bertahap

Berdasarkan hal tersebut penulis menganalisis bahwa memang dapat

dikatakan dengan adanya penangguhan upah minimum dapat memberikan

peluang terhadap perusahaan untuk tidak membayarkan upah minimum.

Tetapi, sejatinya penangguhan upah minimum dibutuhkan oleh kedua belah

pihak tersebut, yaitu pengusaha dan pekerja/buruh agar adanya kenyamanan

atau tidak ada yang merasa dirugikan. Karena tidak semua perusahaan

swasta yang ada di Provinsi Banten tidak memiliki kesulitan, baik dari segi

produktivitas, keuangan, modal ataupun sebagainya. Dari sudut pandang

pengusaha, penangguhan pembayaran upah minimum memberikan

kesempatan kepadanya untuk memenuhi kewajiban membayar upah sesuai

dengan kemampuan, pada periode atau kurun waktu tertentu. Adapun dari

sudut buruh/pekerja, penangguhan pembayaran upah minimum

memberikan perlindungan kepada buruh/pekerja untuk tetap bekerja pada

perusahaan tersebut, sekaligus memberikan kepastian hukum mengenai

keberlangsungan hubungan kerja.

Dalam pelaksanaan hukum, harus ada keseimbangan antara kepastian

hukum, kemanfaatan dan keadilan. Menurut John Rawls dalam Buku

Legisme, Legalitas, dan Kepastian Hukum E. Fernando Manullang

Page 66: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

56

menyatakan, Hakikat dari kepastian hukum dalam konsep negara hukum itu

masih dipersepsikan sebagai kepastian orientasi, sehingga hukum-hukum

yang dibuat haruslah jelas dan tegas, tidak boleh ada rumusan yang kabur,

begitu pula dalam lingkup prosedur. Kepastian hukum yang dituangkan

dalam teks hukum niscaya tidak akan bisa menyatukan pandangan banyak

orang terhadap rumusan dan prosedur hukum yang ada karena kepastian

hukum bukanlah semata-mata melaksanakan apa yang tertera dalam hukum

(undang-undang). Kemudian, John Rawlas juga menegaskan bahwa

penegakan keadilan yang berdimensi kerakyatan harus memperhatikan dua

prinsip keadilan, yaitu: memberi hak dan kesempatan yang sama, dan

mampu memberi keuntungan yang bersifat timbal balik.

Sebenarnya sudah jelas dikatakan bahwa tujuan dari adanya kebijakan

pengupahan seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah

Nomor 78 Tahun 2015 adalah untuk pencapaian penghasilan yang

memenuhi penghidupan yang layak bagi pekerja/ buruh. Dalam Pasal 4

menyebutkan penghasilan yang layak merupakan jumlah penerimaan atau

pendapatan pekerja/ buruh dari hasil pekerjaannya sehingga mampu

memenuhi kebutuhan hidup pekerja/ buruh dan keluarganya secara wajar.

Kemudian, berdasarkan Pasal 89 Undang-Undang Nomor 13 Tahun

2003 , tujuan penetapan upah minimum adalah untuk meningkatkan taraf

hidup pekerja sesuai dengan kebutuhan hidup layak. Oleh karena itu, dalam

proses penetapan upah minimum harus berdasarkan kebutuhan hidup layak

dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi (Pasal 88

ayat (4) Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003 ). Antara

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi saling berkaitan, karena terdapat

ciri-ciri dari pertumbuhan ekonomi yaitu adanya peningkatan produktivitas.

Apabila tenaga kerja digunakan secara penuh maka akan meningkatkan

produktivitas dan adanya peningkatan efisiensi yang merupakan salah satu

sumber pertumbuhan ekonomi. Salah satu cara yang menurut peneliti dapat

dilakukan yaitu dengan menggunakan teori pendekatan statis spesialisasi

dalam ilmu ekonomi, yaitu meningkatkan produktivitas kerja melalui

Page 67: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

57

kenaikan derajat spesialisasi dan pembagian tenaga kerja (division of

labor).

Berdasarkan Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004

tentang Penyelesaian Hubungan Industrial, jenis perselisihan hubungan

industrial ada 4 (empat) macam, yaitu; Perselisihan hak, perselisihan

kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja, Perselisihan antar

serikat pekerja/ buruh hanya dalam satu perusahaan.

Penyebab dari perselisihan hak adalah tidak dipenuhinya hak, akibat

perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan

perundang-undangan perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian

kerja bersama. Oleh karena itu, permasalahan penangguhan upah minimum

dikategorikan ke jenis perselisihan hak.

Dalam Pasal 136 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 disebutkan,

bahwa; “Penyelesaian perselisihan hubungan industrial wajib dilaksanakan

oleh pengusaha dan pekerja/ buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara

musyawarah untuk mufakat, dalam hal penyelesaian secara musyawarah

untuk mufakat tidak tercapai, maka pengusaha dan pekerja/buruh atau

serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan

industrial melalui prosedur penyelesaian perselisihan hubungan industrial”.

Prinsip yang disebutkan dalam peraturan tersebut harus menjadi

pegangan bagi para pihak, termasuk dalam hal permasalahan penangguhan

upah minimum. Dalam hal terjadi perselisihan dalam hal penangguhan

upah minimum, selalu mengedapankan musyawarah melalu perundingan

bipartite di tingkat perusahaan.

Penegakan hukum ketenagakerjaan tentu sangat terkait dengan

kedudukan hukum ketenagakerjaan sendiri dalam hukum nasional.

Terdapat keterkaitan dengan aspek hukum perdata, aspek hukum

administrasi (hukum tata usaha negara), dan aspek hukum pidana.

Aspek hukum perdata dalam kasus penangguhan upah minimum yaitu,

sebagaimana diketahui bahwa hubungan kerja antara pekerja/ buruh dan

pengusaha merupakan bagian hukum perdata karena hubungan kerja. Untuk

Page 68: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

58

itu, dalam sistem ketenagakerjaan kita diberikan peluang penegakan hukum

secara perdata melalui upaya perselisihan hubungan industrial di luar

pengadilan.

Aspek hukum pidana dalam hal terjadi permasalahan dalam

penangguhan upah minimum disebutkan dalam Pasal 185 Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2003 , apabila pengusaha membayar upah lebih rendah

dari upah minimum dikenakan sanksi pidana penjara paling singkat 1 (satu)

tahun dan paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau denda paling sedikit

Rp100.000.00,- dan paling banyak Rp400.000.000,-, tindak pidana tersebut

termasuk tindak pidana kejahatan.

Pada kenyataannya, penegakkan hukum pidana ketenagakerjaan masih

jarang, khususnya terkait pengaduan tentang upah yang dibayar lebih

rendah dari upah minimum. Posisi pekerja/ buruh yang lemah karena

membutuhkan pekerjaan masih menjadi permasalahan mengapa jarang

buruh berani mengadukan pidana terkait pembayaran upah. Kemudian, sifat

dari hukum ketenagakerjaan ini diibaratkan seperti hukum perkawinan yang

ada di Indonesia, apabila tidak ada yang mengadu maka pihak yang

berwenang tidak dapat memproses permasalahan yang terjadi.

Dalam hal permasalahan terkait pengupahan atau khususnya

penangguhan upah minimum. Peran dari pengawas ketenagakerjaan sangat

dibutuhkan. Kualitas dan kuantitas dari pengawas tersebut harus

ditingkatkan. Saat ini, berdasarkan data dan fakta lapangan kualitas dan

kuantitas di Provinsi Jawa Barat masih sangat kurang.

Page 69: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

59

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Tinjauan umum Tentang Pengaturan Pengupahan

Tujuan utama dari kebijakan sistem pengupahan adalah untuk

memastikan antara pengusaha dan pekerja/ buruh tidak ada yang merasa

dirugikan. Adanya kebijakan penangguhan upah minimum juga untuk

memberi kepastian hukum atas keberlangsungan kerja dari pekerja, agar

tidak adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terjadi akibat

kesulitan dari perusahaan. Pengaturan Pengupahan telah diatur dalam

Udang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 .

2. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Upah

Peraturan Penerapan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2003 Pengertian Upah Sebagaimana di atur dalam Pasal 1 Angka 30

Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 , upah adalah: “Hak pekerja/buruh

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari

pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan

dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan

perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan

dilakukan.

Pasal 27 ayat (2) dalam Undang-undang Dasar 1945 telah ditentukan

landasan hukum sebagai berikut: “Tiap-tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dengan

demikian maka upah yang harus diterima oleh buruh atau tenaga kerja kita

atas jasa-jasa yang dijualnya haruslah upah yang sangat wajar sesuai dengan

aturan hukum yang berlaku

Selain mengacu pada Upah Minimum, dalam menetapkan struktur dan

skala upah perusahaan harus mempertimbangkan lama masa kerja,

mempertimbangkan kompetensi mengenai pendidikan, mengenai prestasi

atau kinerja lainnya.

Page 70: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

60

B. Rekomendasi

Berdasarkan uraian pembahasan yang telah peneliti uraikan, peneliti

memberikan rekomendasi sebagai berikut ;

1. Tinjauan Umum Ketentuan Pengaturan Pengupahan

Diperlukan himbauan kepada Perusahaan terhadap pada Peraturan Menteri

Ketenagakerjaan tentang upah minimum, khususnya dalam hal prosedur

penetapan upah minimum dan peninjauan kebutuhan hidup layak agar

sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang berlaku.

2. Tinjauan Umum Tentang Penerapan Upah

Untuk pengusaha/perusahaan agar dapat menetapkan system yang lebih

dalam meningkatkan produktivitas supaya kenaikan upah minimum

dengan produktivitas perusahaan berimbang, kemudian lebih

memperhatikan dan tanggap terhadap kondisi upah dan kesejahteraan

pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh sehingga hubungan antara

pengusaha/perusahaan dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat

buruh baik. Kemudian, perlu ditingkatkan kualitas dan kuantitas pengawas

ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat dalam hubungan Industrial.

3. Pelaksanaan Penerapan dalam Penangguhan Upah Minimum

Untuk pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh agar lebih aktif

dalam menegakkan hak-hak nya, kemudian dalam hal adanya perjanjian

kesepakatan kerja dengan pengusaha/perusahaan lebih teliti kembali isi

dari perjanjian tersebut. Untuk pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat

pekerja/ serikat buruh selalu memegang prinsip musyawarah apabila

terjadi permasalahan dan saling menjalin komunikasi dengan baik.

4. Hendaknya Pemerintah lebih memperhatikan tentang kebijakan

pengupahan untuk meningkatkan harkat dan martabat pekerja.

5. Adanya hubungan yang baik antara pekerja dan perusahaan guna

menumbuhkan pekerjaan yang baik.

Page 71: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

61

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Khakim, Dasar-Dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia,

(Bandung: Citra Aditya Bakti, 2014).

Abdul Rachmad Boediono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Jakarta:

Rajawali Prers, 2011.

Abdullah Sulaiman, Upah Buruh di Indonesia, (Jakarta: Penerbit

Universitas Trisakti, 2008).

Adrian Sutedi, Hukum Perburuhan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009)

Agusmidah, Dinamika dan Kajian Teori Hukum Ketenagakerjaan

Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010).

Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta:

Raja Grafindo Persada).

Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum,

Cetakan Pertama, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004).

Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, (Jakarta:

Sinar Grafika,2013).

Basuki Pujoalwanto, Perekonomian Indonesia Tinjauan Historis,

Teoritis dan Empiris, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2014).

Djumbadi, Hukum Perburuhan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2004.

Elisa Susanti, “Efektivitas Upah Minimum di Kabupaten Bandung”,

Bandung, 2010.

Franz Magnis-Suseno, pemikiran karl marx, (jakarta: Kompas

Gramedia, 2016),

G. Kartasapoetra, et, all., Hukum Perburuhan Indonesia Berdasarkan

Pancasila, (Jakarta: Bina Aksara, 1986).

Hardjian Rusli,Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi Revisi,

(Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003).

Page 72: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

62

Husni Lalu, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia Edisi

Revisi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010).

Iman Soepomo, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta, Djambatan,

1995)

Jimly Assidiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,

(Jakarta, Sinar Grafika, 2011)

Johnny Ibrahim, Teori, Metode dan Penelitian Hukum Nomatif,

(Malang: Bayumedia Publising, 2007)

M. Yahya Harahap, Segi-Segi Hukum Perjanjian, (Bandung: PT

Alumni, 1986),

Sentanoe Kertonegoro, Hubungan Industrial, Hubungan Antara

Pengusaha dan Pekerja (Bipartid) dan Pemerintah (Tripartid), (Jakarta:

YTKI, 1999).

Soedardaji, Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, (Yogyakarta:

PustakaYustisia, 2008)

Soepomo Imam, Pengantar Hukum Perburuhan, (Jakarta: Djambatan,

1970).

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan, (Jakarta: Uinversitas Indonesia Press, 2007, cet.Ke-3)

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Uinversitas

Indonesia Press, 2007, cet.Ke-3)

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta: Uinversitas

Indonesia Press, 2007, cet.Ke-3)

Sri Herianingrum dan Tika Widiastut, Ketenagakerjaan In: Ekonomi

Dan Bisnis Islam Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan Bisnis Islam. tahun:

2008.

Subekti, Hukum Perjanjian, cet. ke-20, (Jakarta: PT Intermasa, 2005).

Sudikno Mertukusumo, Penemuan Hukum, (Yogyakarta: Liberty ,

2009)

Suwarto, Hubungan Industrial Dalam Praktek, Asosiasi Hubungan

Industrial.

Page 73: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

63

Wafa Ali, Hukum Perkawinan di Indonesia, (Tangerang Selatan:

YASMI,2018)

Zainal Asikin, Agusfian Wahab, Lalu Husni, dan Zaeni Asyhadie,

Dasar-Dasar Hukum Perburuhan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2004).

B. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Peratutan Mentri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013

tentang Upah Minimum.

Peraturan Mentri Tenaga Kerja Nomor : PER-01/MEN/1999 tentang

Upah Minimum

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Upah

C. Internet

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b81d32ad45d/penangg

uhan-pelaksanaan-upah-minimum-bagi-perusahaan-tidak-mampu

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt50b81d32ad45d/penangg

uhan-pelaksanaan-upah-minimum-bagi-perusahaan-tidak-mampu

Page 74: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

1

HASIL WAWANCARA

Informan : Siti Khusnul (Direktur PT. Kalibata Sarana Distrindo)

Hari/Tanggal : Senin, 16 September 2019

Tempat : Kantor PT. Kalibata Sarana Distrindo

Waktu / Jam : Siang pukul 13.00 WIB

Tanya : Bagaimana sejarah berdirinya PT Kalibata Sarana Distrindo?

Jawab : PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO adalah sebuah

Perusahaan distribusi atau penyalur yang kegiatan utamanya adalah

mendistribusikan , menyalurkan produk-produk dari PT.

Cussonslndonesia, PT.Pigeon Indonesia, PT. Mebellin Indonesia dan

beberapa produk dari perusahaan lainnya. Perusahaan ini dirintis untuk

permulaan oleh pendirinya yaitu HM. Zulkarnain (almarhum, wafat pada

tahun 2015) yaitu sejak tahun 1997 dengan bendera perusahaan bernama

PD. Kalibata. Pemberian nama ini diambil dari nama sebuah kelurahan di

Jakarta Selatan, tepatnya adalah Kelurahan Kalibata, Kecamatan

Mampang Prapatan, kota Jakarta Selatan, yang merupakan tempat lahir

dan dibesarkannya beliau.

Tanya : Apa tujuan visi dan misi dari PT Kalibata Sarana Distrindo?

Jawab : Tujuan awal dari PD. Kalibaya yang kemudian dalam berjalanan

waktu berubah nama menjadi PT. KALIBATA SARANA DISTRINDO

dan disingkat menjadi PT. KSD adalah hanya sekedar dalam kerangka

berpikir bahwa ini bagian dari pemanfaatan ilmu dan Pengetahuan yang

sang founder (pendiri) selama ini dapatkan dari beberapa perusahaan

nasional dan Multinasional seperti PT. Gunung Agung, PT. Vick

Indonesia, PT. Jhonson&Jhonson Indonesia dan PT. L'oreal Indonesia

terutama dalam hal sales/penjualan dan Distribution/penyebaran

produk.Kedudukan terakhir dari founder adalah sebagai Nasional Sales &

Distribution di PT. L'oreal Indonesia, sebuah perusahaan kosmetik

internasional dari Paris, Prancis. Jadi tujuan awal adalah bagaimana

knowledge/pengetahuan dalam ilmu sales dan distribusi atau tentang ruang

Page 75: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

2

lingkup penjualan dari mulai sistem ordering/collecting order, pesanan,

Ware Housing system/sistim pergudangan, seperti FIFO system (First In

First Out, penyiapan barang, delivery system/sistim pengiriman,

pendistribusian produk dan lain-lainnya dapat diaplikasikan pada usaha

yang dimilikinya sendiri sehingga diharapkan juga dapat membuka

lapangan kerja terutama untuk lingkungan terdekat terlebih dulu (family)

dan masyarakat sekitarnya. Visi nya yaitu :

1. Menjadi Perusahaan Sales dan Distribusi yang berskala Nasional

untuk produk-produk dari Perusahaan Nasional dan Multinasional.

2.Menjadikan mutu layanan dalam hal taking order (pengambilan pesanan)

dan dalam hal delivery services (layanan pengiriman) dengan filosofi "24

hours servuces" yang bermakna dalam waktu 24 jam pesanan sampai

ditangan konsumen.

3.Mempertahankan dan terus melakukan penetrasi layanan sampai daerah-

daerah perifer (pinggiran).

Misinya yaitu :

1. Meningkatkan ketersediaan barang di gudang dengan Buffer Stock

System (Sistem Cadangan Stok).

2. Peremajaan armada untuk kendaraan-kendaraan yang sudah tidak layak

pakai.

3. Perbaikan dalam sistem zonasi area covered dari salesman dan

sinkronisasi dengan delivery covered.

Tanya : Berapa jumlah karyawan saat ini?

Jawab : Total seluruh karyawan di PT Kalibata Sarana Distrindo di kantor

pusat maupun 5 kantor cabang berjumlah kurang lebih 75 orang atau

pekerja.

Tanya : Bisakah anda jabarkan kondisi ketenagakerjaan di PT Kalibata

Sarana Distrindo?

Page 76: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

3

Jawab : Secara umum kondisi ketenagakerjaan di perusahaan ini berjalan

secara normal dan kondusif. Tidak ada gejolak yang cukup berarti,

semuanya berjalan seperti biasa.

Tanya : Bagaimana omset penjualan di PT Kalibata Sarana Distrindo?

Stabilkah atau turun naik?

Jawab : Seperti umumnya perusahaan-perusahaan distributor atau penyalur

barang-barang kosmetik dan keperluan bayi lainnya, omset relatif stabil.

Hanya terasa penurunan yang cukup tajam terjadi ketika musim anak-anak

masuk sekolah, karena keuangan keluarga lebih terfocus pada kebutuhan

sekolah seperti seragam, buku sekolah, uang masuk sekolah dan lain

lainnya. Juga terjadi saat lebaran, karena toko-toko atau agen banyak yang

tutup karena pulang kampung

Tanya : Menyambung pertanyaan sebelumnya, Apakah naik turunnya

omset mempengaruhi upah karyawan?

Jawab : Secara umum tidak mempengaruhi, karena semua karyawan sudah

memiliki gaji tetap. Penurunan omsetpun sudah kita prediksi karena ini

selalu terjadi setiap tahun dan berulang. Yang berpengaruh mungkin hanya

pada bonus penjualan.

Tanya : Apakah dalam pembayaran upah ada problem?

Jawab : Tidak, kita berusaha memberi upah kepada karyawan secara tepat

waktu, yaitu di awal bulan.

Tanya : Apakah ada karyawan yang meminta kenaikan gaji?

Jawab : Kalau secara langsung di sampaikan kepada perusahaan belum

ada, tetapi kalau dari bisik-bisik di antara mereka ada nuansa kearah sana.

Karena sejujurnya kami juga belum bisa memenuhi anjuran pemerintah

untuk menetapkan upah minimum provinsi Jawa Barat khususnya depok

sampai saat ini.

Tanya : Selain upah pokok apakah ada penghasilan tambahan dari

perusaahan seperti bonus dan lainnya?

Jawab : untuk salesman mereka akan mendapatkan bonus apabila mereka

mencapai sales target yang di berikan oleh perusahaan. Sedangkan untuk

Page 77: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

4

staff administrasi dan yang lainnya akan mendapatkan tambahan dalam

bentuk uang lembur.

Tanya : Apakah perusahaan memberikan upah sesuai dengan aturan

pemerintah yang berlaku?

Jawab : Untuk saat ini perusahaan belum memberikan upah yang sesuai

dengan peraturan pemerintah tentang upah minimum provinsi, tetapi perlu

diketahui bahwa perusahaan juga memberikan beberapa tunjangan kepada

para pekerja seperti misalnya para pekerja di lapangan mereka yang di

berikan tunjangan dalam bentuk sepeda motor yang digunakan untuk

aktifitas kerja dan diluar jam kerja, juga untuk pekerja yang masih

bujangan perusahaan menyediakan fasilitas tempat tinggal (rumah

kontrakan). Ada juga beberapa fasilitas lain yang seperti setiap pagi

pekerja diberikan makanan ringan dan setiap hari jumat di berikan makan

siang seacara gratis.

Page 78: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

1

HASIL WAWANCARA

Informan : Fikri (Karyawan PT. Kalibata Distrindo)

Hari/Tanggal : Kamis, 19 September 2019

Tempat : Rumah Informan

Waktu / Jam : Sore Pukul 16.00 WIB

Tanya : Sudah berapa lama anda bekerja di PT. Kalibata Sarana Distrindo?

Jawab: Hampir Berjalan 7 tahun.

Tanya : Apa ijazah yang anda gunakan ketika melamar pekerjaan di PT.

Kalibata Sarana Distindo?

Jawab : Ijazah SMP

Tanya : Sebagai apa anda bekerja di perusahaan ini?

Jawab : Awalnya saya bekerja di bagian gudang. Sekarang saya sebagai

collector, atau penagih uang ke toko-toko.

Tanya : Bagaimana perjanjian kerja yang digunakan saat dulu anda

melamar?

Jawab : Sejujurnya saya tidak terlalu memahami tentang perjanjian kerja

yang dimaksud. Karena awalnya ketika saya melamar kerja di PT. KSD

saya sedang tidak bekerja atau menganggur. Akhirnya saya melamar ke

PT. KSD untuk mendapatkan pekerjaan apa saja. Dan tanpa memerlukan

syarat yang bermacam-macam saya dapat di terima sebagai pekerja di PT.

KSD, dengan masa percobaan 3 bulan saya di gaji sesuai yang bisa PT

berikan untuk saya. Tidak ada tawar menawar gaji, jadi dalam hal ini

perjanjian kerjanya lebih bersifat kekeluargaan dan saling tolong

menolong walaupun secara resmi ada perjanjian kerja yang mencantumkan

hak dan kewajiban antara pekerja dan perusahaan, tetapi saya lupa apa

isinya.

Tanya : Berapa gaji pokok yang anda terima perbulan?

Jawab : Dengan pengalaman kerja yang sudah 7 tahun saya bisa terima

sekitar Rp. 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) di tambah bonus jika mencapai

target.

Page 79: PENERAPAN UPAH MINIMUM PROVINSI JAWA BARAT ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51160...Aloysius Uwiyono, 2014, Asas-Asas Hukum Perburuhan, (Jakarta: Raja Grafindo

2

Tanya :Apakah gaji yang anda terima dari PT. KSD cukup untuk

memenuhi kehidupan anda?

Jawab : Kalau bicara cukup gaji seberapapun tidak akan cukup. Tapi untuk

saya yang sementara ini masih berstatus lajang, dengan penghasilan

selama perbulan ya terasa pas-pasan. Mungkin bagi yang sudah

berkeluarga menurut saya kurang dengan gaji sejumlah itu.

Tanya : Selain gaji pokok fasilitas atau tambahan apa yang anda terima?

Jawab : Uang bensin, bonus kalau target tercapai, pinjaman motor untuk

aktivitas sehari-hari dan THR.

Tanya : Bagaimana dengan jam kerja yang berlaku di perusahaan ini?

Jawab : Kami absen jam 07.30 WIB dan mulai kerja jam 08.00 WIB dan

pulang jam 17.00 sore, untuk yang bekera di lapangan seperti saya

pulangnya tidak menentu, bisa sampai magrib.