62
RESUME ASAS-ASAS LINGUISTIK UMUM J.W.M. VERHAAR

Asas-Asas Linguistik Umum

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Asas-Asas Linguistik Umum

Citation preview

RESUME ASAS-ASAS LINGUISTIK UMUM

J.W.M. VERHAAR

BAB 1

APAKAH LINGUISTIK ITU ?

1. Mengenal namanya

Kata linguistik berasal dari kata latin lingua bahasa. Dalam bahasa prancis langue dan langage. Dalam bahasa itali lingua. Istilah linguistics dalam bahasa inggris berkaitan dengan kata language. Dalam bahasa indonesia linguistik adalah nama bidang ilmu, dan kata sifatnya adalah linguistis atau lingustik . Linguistik modern berasal dari sarjana swis Ferdinand de Saussure, membedakan langue , langage dan parole . bagi de Saussure, langue adalah salah satu bahasa (misalnya bahasa indonesia, inggris, prancis) sebagai suatu sistem . sebaliknya langage bahasa sebagai sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa . sedangkan parole adalah bahasa sebagaimana dipakai secara konkret : logat, ucapan, perkataan .Dalam bahasa indonesia ahli linguistik disebur linguis, yang dipinjam dari kata inggris linguist yang artinya seseorang yang fasih dalam berbagai bahasa.2. Mengapa umum?Karena ilmu linguistik tidak hanya menyelidiki salah satu bahasa saja, tetapi linguistik itu menyangkut bahasa pada umumnya. Contoh , perhatikanlah kata indonesia memperbesar . kata tersebut dibagi atas morfem memper- dan morfem besar. Morfem memper- dapat disebut morfem kausatif (mengandung makna sebab- menyebabkan sesuatu menjadi lebih besar).Sekarang perhatikan kata inggris (to) befriend menjadikan sahabat . jelas di sini ada morfem be- dan morfem friend, dan be- adalah kausatif lagi.Meskipun bahasa-bahasa di dunia ini berbeda satu sama lain, ada persamaannya juga . kedua hal itu diteliti oleh ahli linguistik, dan oleh karena itu sering dikatakan bersifat umum.3. Linguistik sebagai ilmu pengetahuan spesifikSebagaimana kita ketahui, ada bermacam-macam ilmu pengetahuan, misalnya ilmu pengetahuan hukum, ilmu pasti dan alam, ilmu psikologi, ilmu sosiologi, dan lain sebagainya. Dalam masing-masing ilmu tersebut, bahasa dapat menjadi objek penelitian. Misalanya, soerang ahli ilmu alam dapat berspesialis dalam bidang bunyi (akustik), dan menjadi seorang ahli teknologi telekomunikasi.Yang menjadi kekhusuan ilmu linguistik adalah yang berurusan dengan bahasa sebagai bahasa itulah objek. Jadi ahli linguistik tidak berurusan dengan bahasa sebagai sifat khas golongan sosial .4. Linguistik sebagai ilmu empirisSeorang ahli lingusitik yang meneliti urutan kata, ia menemukan bahwa dalam bahasa jepang verba terdapat pada akhir kalimat. Hal yang sama ia temukan pada bahasa turki dan dalam berbagai bahasa di irian barat. Maka ahli itu menyimpulkan : semua bahasa di dunia mempunyai urutan kata sedemikian rupa sehingga kalimat berakhiran dengan verba . Dalam ilmu empiris peneliti menjauhkan diri dari keyakinan yang tidak berdasarkan fakta.5. Objek linguistikBahasa merupakan objek bahasa. Pengertian istilah bahasa dalam arti harafiah . Arti itu yang ditemukan dalam ungkapan seperti ilmu bahasa, bahas indonesia, bahasa inggris, semestaan bahasa, dan lain sebagainya.Parole merupakan objek konkret untuk ahli linguistik. Langue merupakan objek yang sedikit lebih abstrak dan langage merupakan objek paling abstak.6. Catatan mengenai istilah folologiPada abad ke-19 ahli bahasa menyelidiki masa lampau dari bahasa-bahasa dengan tujuan untuk dapat menafsirkan naskah-naskah kuno dan ilmu bahasa lazimnya disebut filologi.Dewasa ini istilah folologi diartikan sebagai ilmu yang meneliti masa kuno dari sesuatu bahasa berdasarkan asas-asas tertulis.BAB 2

BEBERAPA CABANG ILMU LINGUISTIK

1. Bidang-bidang linguistikIlmu linguistik dibagi menjadi bidang bawahan yang bermacam-macam , misalnya antropologis yaitu penyelidikan linguistik yang dimanfaatkan oleh para ahli antropologi budaya . Dan juga sosiologis untuk meneliti bagaimana dalam bahasa itu dicerminkan hal-hal sosial dalam golongan penutur.Akan tetapi bidang-bidang bawaan semuanya mengandaikan adanya pengetahuan linguistik yang mendasari. Bidang yang mendasarinya menyangkut struktur-struktur dasar yaitu, struktur bunyi (fonetik&fonologi), struktur kata (morfologi), struktur antar kata dalam kalimat (sintaksis), struktur arti atau makna (semantik).2. Fonetik dan fonologiFonetik meneliti bunyi bahasa menurut cara pelafalannya dan menurut sifat akustiknya sedangkan fonologi meneliti bunyi bahasa menurut fungsinya .3. MorfologiIlmu morfologi menyangkut struktur internal kata .Berikut contoh morfologi:Tertidur . kata ini terdiri atas dua morfem, yakni ter- dan tidur . penganalisisan seperti itu disebut morfologi.4. SintaksisMerupakan cabang bahasa linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat. Contoh : kami tidak dapat melihat pohon itu, urutan katanya sudah tentu.5. Kaitan antara tatabahasa, fonologi, dan fonetikMorfologi dan sintaksis saling berhubungan erat, keduanya termasuk tatabahasa. sedangakan fonologi dan fonetik tidak termasuk tatabahasa.6. LeksikologiIstilah leksikon dalam ilmu linguistik artinya perbendaharaan kata-kata itu sendiri yang disebut leksem. Setiap bahasa memiliki pembendaharaan kata yang cukup besar , setiap kata mempunyai arti sendiri. Leksikologi jelas sekali hubungannya dengan fonologi .7. SemantikMerupakan cabang linguistik yang membahas arti atau makna. Contoh jelas dari perian atau deskripsi semantis adalah leksikografi : masing-masing leksim diberi perian artinya atau maknanya: perian semantis.8. PragmatikMerupakan cabang ilmu linguistik yang membahas tentang apa yang termasuk struktur bahasa sebagai alat komunikasi antara penutur dan pendengar, dan sebagai pengacuan tanda-tanda bahasa pada hal-hal ekstralingual yang dibicarakan.9. Linguistik sinkronik dan linguistik diakronikKedua istilah tersebut berasal dari Ferdinant de Saussure. Pada abad ke 19 hampir seluruh bidang linguistik merupakan linguistik historis (diakronik), khususnya menyangkut bangsa-bangsa Indo-Eropa.Dalam bukunya cours de linguistique generale, ia menganjurkan studi bahasa yang tidak hanya meneliti hal-hal yang diakronik (historis), tetapi juga struktur bahasa tertentu tanpa memperhatikan segi diakriniknya-penelitian baru itu dinamainya sinkronik.Secara sinkronik dapat di tanyakan bagaimana hubungan awalan ber- dan men- , tanpa memperhatikan awalan yang dulu.10. Linguistik teoretis dan linguistik terapanIlmu yang dibedakan menurut aspek teoretisnya dan manfaatnya secara praktis. Misalnya, ilmu psikologi meneliti pengalaman manusia menurut perkembangan emosinya, perasaannya, waktunya, hubungannya dengan sesama manusia. Dalam bidang kaunseling, psikologi diterapkan pada persoalan konkret itu disebut psikologi terapan. Demikian juga dengan linguistik banyak sekali manfaatnya untuk pengajaran bahasa. Misalnya saja orang indonesia mengalami kesulitan bila belajar bahasa inggris pada pemakaian kata sandang the. Pengajar bahasa inggris di indonesia akan memahami kesulitan itu dengan lebih baik bila ia mempunyai pengetahuan yang memadai tentang definisitan dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris . jadi itulah yang dimaksud dengan linguistik terapan dalam pemanfaatan pengetahuan linguistik dalam bahasa asing.

BAB 3FONETIK

FONETIK: PENGANTAR

1. Dua jenis fonetik Fonetik adalah cabang ilmu linguistik yang meneliti dasar fisik bunyi-bunyi bahasa. Menurut dasar yang pertama, fonetik disebut fonetik organik atau fonetik artikulatoris. Menurut dasar yang kedua fonetik disebut fonetik akustik, karena menyangkut bunyi bahasa dari sudut bunyi sebagai getaran udara.2. Fonetik artikulatorisFonetik artikulatoris meneliti alat-alat organik manakah yang kita pakai untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bila manusia bicara akan menghasilkan bunyi bahasa. Seperti berteriak, bernyanyi, batuk dan lain sebagainya.3. Fonetik akustik

Fonetik akustik menyelidiki bunyi menurut sifat-sifatnya sebagai getaran udara. Udara yang bergerak dalam gelombang-gelombang dinamakan udara yang bergetar. Artinya partikel-partikel lain mendesak karena bergerak dan begitu terus sehingga membentuk gelombang.a. Frekuensi atau titinadaGerakan partikel-partikel secara gelombang itu berirama, artinya berjalan secara ritmis. Ritmenya di ukur dengan frekuensi persatuan waktu. Bunyi yang dapat ditangkap telinga manusia berada diantara dua frekuensi.Gelombang dapat berupa murni juga dapat berupa rumit. Selanjutnya gelombang rumit dibedakan sebagai yang periodis dan turbulen. Dua nada yang berbeda satu oktaf akan menimbulkan dua macam gelombang. Perbedaan antara gelombang rumit yang periodis dan yang turbulen penting untuk fonetik. Vokal merupakan gelombang rumit periodis sedangkan konsonan merupakan gelombang turbulen.b. AmplitudoKerasnya bunyi secara akustik berpangkal pada luasnya atau lebarnya gelombang udara dan bersifat netral terhadap frekuensi disebut amplitudo. Amplitudo akan berkurang menurut jarak dari sumber bunyi.Resonansi adalah bunyi yang di hasikan oleh suatu sumber . resonansi penting untuk bunyi bahasa berdasarkan struktur alat-alat bicara.4. Catatan penutup

Di dalam buku pengantar ini segi artikulatoris dari fonetik akan membahas secara khusus di Bab 4, dan beberapa segi fonetik akustik yang masih perlu dibahas yang akan dicatat disana-sini dalam uraian tentang fonetik artikulatorisBAB 4

FONETIK ARTIKULATORIS

1. Pengantar

Fonetik artikulatoris membahas bunyi-bunyi bahasa menurut cara dihasilkannya dengan alat-alat bicara. Bunyi bahasa dibedakan atas segmental dan supragmental. Bunyi segmental adalah bunyi menurut pola urutannya dari yang pertama sampai yang terakhir. Bunyi supramental adalah bunyi yang dapat dibayangkan .2. Alat-alat bicara ; beberapa istilah

Diantaranya: paru-paru, batang tenggorokan, pangkal tenggorokan(laringal), pita-pita suara, rongga kerongkongan(faringal), katup pangkal tenggorokan, akar lidah, pangkal lidah(dorsal), tengah lidah(medial), daun lidah(laminal), ujung lidah(apikal), anak tekak(uvular), langit tekak(velar), langit-langit keras(palatal), gusi(alveolar), gigi atas(dental), gigi bawah(dental), bibir atas(labial), bibir bawah(labial), mulut(oral), rongga mulut(oral), hidung(nasal), rongga hidung(nasal).3. Cara bekerja alat-alat bicara

Fonetik organik dapat menggolongkan bunyi-bunyi bahasa menurut tempat penyempitan . kemungkinan berikut :

Antara pita-pita suara menghasilkan bunyi bersuara.

Antara akar lidah dan dinding belakang rongga kerongkongan menghasilkan bunyi h.

Antara pangkal lidah dan anak tekak menghasilkan bunyi yang uvular.

Antara pangkal lidah dan langit-langit lunak menghasilkan bunyi dolso-velar (k, g, n)

Antara tengah lidah dan langit-langit keras menghasilkan lamino-palatal.4. Konsonan dan vokal

Konsonan adalah bunyi yang di hasilkan dengan mempergunakan artikulasi pada salah satu bagian alat-alat bicara.

Vokal adalah bunyi bahasa yang di hasilkan dengan melibatkan pita-pita suara tanpa penyempitan atau penutupan apapun pada tempat pengartikulasian mana pun.5. Beberapa jenis konsonan

Pembedaan konsonan menurut cara pengartikulasiannya sebagai berikut :

Konsonan letupan adalah konsonan yang di hasilkan dengan menghambat arus udara seruluhnya di tempat artikulasi tertentu secara tiba-tiba dan alat-alat bicara di tempat tersebut lalu dilepaskan kembali.

Konsonan kontinuan adalah semua konsonan yang bukan letupan. Disebut kontinuan karena dapat di lanjutkan pelafalannya.

Konsonan sengau adalah yang di hasilkan dengan menutup arus udara keluar melalui rongga mulut, dengan membuka jalan agar dapat keluar melalui rongga hidung.

Konsonan sampingan adalah konsonan yang di hasilkan dengan menghalangi arus udara dengan sedemikian rupa sehingga dapat keluar hanya melalui sebelah atau kedua belah sisi lidah saja.

Konsonan geseran adalah konsonan yang di hasilkan oleh alur yang amat sempit sehingga sebagian besar arus udara terhambat

Konsonan paduan adalah di hasilkan dengan menghambat arus udara pada salah satu temoat artikulasi secara implosif, lalu melepasknanya secara frikatif.

Konsonan getaran adalah konsonan yang pelafalannya terdiri atas pengulangan cepat dari apa yang dapat disebut pengartikulasian dasar. Contoh: r

Konsonan aliran adalah konsonan kontinuan yang tidak frikatif atau paduan.

Konsonan kembar adalah konsonan yang di perpanjang pelafalannya.6. Beberapa jenis vokal

Menurut kualitas dan kuantitas vokal dapat di golongkan sebagai berikut :

Vokal tinggi , rendah, tengah

Yaitu menurut tinggi rendahnya posisi lidah terhadap langit-langit. Vokal depan, belakang,madya

Yaitu vokal menurut posisi lidah. Bila lidah datar artinya vokal depan, sebaliknya bila lidah rendah di belakang artinya vokal belakang.

Vokal bundar dan vokal tak bundar

Vokal panjang dan vokal pendek

Vokal nasal dan vokal oral

Vokal tunggal dan vokal rangkap7. Semi vokal

Merupakan bunyi bahasa diantara konsonan dan vokal yaitu y dan w .8. Tulisan fonetis

Sistem lambang fonetis demi tulisan fonetis yang paling tersebar sebar adalah sistem yang berasal dari internasional phonetic association.

Istilah-istilah khusus yang di pakai adalah sebagai berikut:

Angka 3 terbalik, angka 3, duri, e-lekat-a, hamzah, pepet, aksen kanan, aksen kiri, garis coret, garis bawah, sirkumfleksi, tidle, tulisan atas, tulisan bawah, umlat.

9. Penggolongan konsonanPada pasal [5] dan [6] tadi beberapa jenis konsonan dan vokal dibahas menurut penggolongannya. 10. Penggolongan vokalBagian vertikal miring disebelah kiri mendaftarkan vokal depan; bagian vertikal miring di sebelah kanan memperihatkan voakl belakang. Bagian atas melambangkan vokal tinggi dan bagian bawah melambangkan vokal rendah. Penamaan tinggi-rendahnya vokal-vokal dicetak dengan huruf tebal, depan belakangnya dicetak dengan huruf miring. Jadi vokal madya adalah menurut tinggi rendahnya vokal, dan vokal tengah adalah vokal menurut depan belakangnya.11. Sekedar penutupDalam Baba 4 ini, telah diperkenalkan dengan bunyi-bunyi segmental. Namun, kiranya perlu ada suatu peringatan. Bukannya kita sudah menguasai suatu pengkhazanahan bunyi dalam bahasa-bahasa dunia. Kita malah tidak dapat memastikan bunyi manakah yang perlu diidentifikasikan, atau bunyi mana yang berbeda dari bunyi tertentu lainnya. BAB 5

FONETIK: PENGARUH BUNYI: BUNYI SUPRASEGMENTAL:STRUKTUR l 1. Asimilasi fonetis

Asimilasi merupakan penyusaian. Contoh : stop, (t)-nya berupa laminal tidak apikal (seperti halnya dalam kata top), karena pengaruh konsonan (s) yang laminal itu.

2. Kehormoganan

Misalnya (t) dan (d), (s) dan (z) . masing-masind (t) dan (d) adalah konsonan letupan apiko-alveolar, masing-masing (s) dan (z) adalah geseran lamino-alveolar, dan seterusnya demikian.

Konsonan seperti (t) dan (d) disebut konsonan homorgan.

Ada 2 jenis kehormoganan, sebagai berikut:

Kehomorganan penuh

Kehomorganan sebagian

3. Bunyi suprasegmental

Bunyi bahasa ada juga yang tidak langsung berkaitan dengan bunyi yang berurutan segmen melainkan menemani bunyi segmental itu sebagai bunyi yang seakan-akan ditempatkan di atasnya oleh karena itu disebut bunyi suprasegmental.4. IntonasiDi artikan menuturkan kalimat-kalimat, nada suara berubah-ubah menurut tinggi rendahnya. Intonasi dapat di sebabkan oleh unsur-unsur lain yang tidak berhubungan dengan jenis kalimat yang membawahi seperti halnya dengan intonasi yang menunjukan rasa sedih, atau rasa gembira.

5. Nada

Titik nada di jumpai sebagai nada yang lebih terpisah artinya yang tidak mutlak menjadi bagian dari lagu intonasi.

6. Aksen, tekanan (dan nada)

Aksen adalah bunyi-bunyi suprasegmental dan tekanan sebagai amplitudo yaitu kerasnya bunyi.

7. Apa itu silabeSukukata adalah satuan ritmis terkecil dari hasil bunyi-bunyi bahasa dalam arus udara. Satu silabe biasanya terdiri dari satu vokal dan satu konsonan.\8. Puncak silabisPuncak silabis adalah apa yang disebut bunyi silabis, yaitu bunyi yang paling cocok untuk menjadi puncak kenyaringan di dalam silabe. Dalam kata dan , terdiri atas [d], [a], [n]. Bunyi [d] dan [n] adalah konsonan dan [a] adalah vokal. Tentu saja vokal lebih nyaring dari pada konsonan. Kesimpulannya : bunyi yang paling tepat untuk menjadi puncak silabis adalah : vokal, lalu konsonan bersuara kontinuan; akhirnya konsonan tak bersuara kontinuan. Perumusan lain dari kesimpulan yang sama ialah : syarat-syarat fonetis agar suatu bunyi dapat menjadi bunyi silabis adalah (dari minimal ke maksimal): kontinuan; lalu bersuara, lalu vokal.

9. Batas silabeDari silabe nampak juga dari batas silabe dalam berbagai bahasa yang menunjukkan sifat fonetis. Kaidahnya : pada batas silabe, maka nasal yang disusul letupan yang homorgan dengannya ditarik ke silabe yang mengikutnya. Itulah sebabnya vokal dalam kata-kata seperti timbang, indah, tinggi memiliki [i], sebagai vokal: artinya karena [m] [n] ditarik kesilabe berikutnya, maka vokal dalam silabe pertama merupakan bunyi terakhir silabe tersebut, sehingga silabe merupakansilabe terbuka.Kesimpulannya : bentuk silabe mengikuti kaidah-kaidah tertentu yang otonom terhadap batas morfemis, malahan terhadap batas kata, dalam bahasa-bahasa tertentu.

BAB 6

FONOLOGI: DASAR-DASAR1. Pengantar

Fonogi boleh di sebut ilmu bunyi yang fungsioanal. Bunyi fungsioanal disebut fonem.

Fonem di lambangkan sebagai huruf /t/.

2. Identitas fonem sebagai identitas pembeda

Istilah oposisi dan kontras memainkan peran penting dalam penelitian fonologis. Kata lupa dan rupa dikatakan beroposisi atau berkontras.3. Beban fungsional

Dari oposisi /k/ dan /g/ dalam bahasa inggris tinggi. Sebaliknya dalam oposisi inggris antara /3/ dan fonem mana pun yang lain adalah rendah.4. Alternasi alofonemisPasangan-pasangan pada kata tertentu menyangkut perbedaan secara fonemis, tidak secara alofonemis dan pasangan tersebut semata-mata meruopakan dua bentuk dari satu kata, bentuk yang kebetulan berbeda, secara fonemis.

5. Penafsiran ekafonem dan penafsiran dwifonem

Dalam penafsiran dwi fonem kaidah-kaidah baku untuk pembagian kata tidak penuh pada akhir baris seharusnya menuntut pemenggalan men-nyalak; akan tetapi, dengan penafsiran ekafonem terpaksa harus di bagikan sebagai me-nyalak.

Para ahli seharusnya menerapkan kepada bunyi sengau laminal itu penafsiran dwifonem. Akan tetapi kedua-duanya penafsiran sebenarnya mungkin, yaitu Ejaan Baru itu, bila semua menerapkan penafsiran ekafonem dalam hal ini.

6. Pengkhazanahan fonem

Para ahli fonologi mendaftarkan semua fonem di dalam bahasa itu. Keseluruhan fonem-fonem itu disebut khazanah atau pembendaharaan fonem-fonem.BAB 7

FONOLOGI: PERUBAHAN FONEMIS; FONEM-FONEM SUPRASEGMENTAL1. Pengantar

Di samping asimilasi fonemis masih ada berbagai perubahan yang lain yang menyebabkan fonem tertentu menjadi fonem yang lain.

Perubahan-perubahan tersebut antara lain: modifikasi vokal jenis umlaut, modifikasi vokal jenis ablaut, modifikasi vokal jenis harmoni vokal, netralisasi, hilangnya fonem dan kontraksi, disimilasi, dan metatesis.

2. Asimilasi fonemis

Asimilasi fonemis adalah asimilasi yang mengubah fonem tertentu menjadi fonem tertentu lainnya.

3. Modifikasi vokal: umlat

Modifikasi vokal yang fonemis, artinya modifikasi yang menyebabkan fonem vokal tertentu berubah menjadi fonem vokal yang lain, ada macam-macam.

Istilah umlaut diartikan sebagai perubahan vokal sedemikian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal lebih tinggi.

4. Modifikasi vokal: ablaut

Merupakan perubahan vokal yang di temukan dalam bahasa-bahasa German.

Contoh: pemarkahan kala dalam bahasa inggris: sing bernyanyi, sang, sung, atau dalam bahasa Belanda duiken.

5. Modifikasi vokal: harmoni vokal

Merupakan perubahan vokal di bawah pengaruh vokal yang lain, sedemikian rupa sehingga vokal dalam setiap silabe secara fonemis berunah menjadi vokal yang lain.

6. Netralisasi dan arkifonem

Netralisasi adalah alternasi fonem akibat pengaruh lingkungan.

Fungsi fonem adalah membedakan makna- suatu fungsi yang nampak dalam pasangan minimal.

7. Hilangnya fonem dan kontraksi

Sifat hemat dalam bahasa lazim disebut ekonomi bahasa.

Contoh: saya tidak bisa orang indonesia, dalam percakapan informal, cenderung untuk mengatakan saya ndak bisa.8. DisimilasiDisimilasi menyebabkan dua fonem yang sama (berdekatan atau tidak) menjadi fonem yang lain.

Contoh: belajar, yang dihasilkan oleh menggabungkan awalan ber- dan ajar. Akan tetapi bentuk *berajar mempunyai dua /r/, dan dalam bahasa indonesia ada kecenderungan untuk menghindari dua /r/ dalam kata yang berawalan ber- .

9. Metatesis

Metatesis proses merubah urutan fonem-fonem tertentu. Biasanya bentuk asli dan bentuk yang mengalami metatesis itu terdapat bersama-sama, sehingga ada variasi bebas.

10. Fonem-fonem supragmental: pengantar

Bunyi-bunyi supragmental meliputi intonasi, titinada, aksen, dan tekanan.

11. Intonasi

Secara fonologis ada dua segmen utama . yang pertama sampai dengan jeda (yang di lambangkan dengan koma) dan yang kedua sesudahnya.

Segmen pertama mulai dengan intonasi menurun sedikit, lalu naik terus sampai jeda itu.

Sesudah jeda itu, intonasi terus menurun sampai akhir kalimat.

12. Nada sebagai pembeda leksikal: bahasa nada

Bahasa mandarin disebut bahasa nada, dan para ahli fonologi bahasa nada acap kali memakai istilah tonem. Tonem memiliki alotan dan asimilasi tonemis.13. Aksen, nada, dan tekanan

Tekanan sering disebut juga aksen. Tekanan berupa fonemis bila ada pasangan minimal yang berbeda menyangkut hanya tekanan saja.

14. Perubahan fonem-fonem supragmental

Seperti halnya asimilasi, netralisasi, dan perubahan lainnya untuk fonem-fonem segmental, supragmental juga mempunyai perubahan semacam itu.BAB 8

MORFOLOGI: DASAR-DASAR1. Morfologi itu apa ?

Merupakan cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa sebagai bunyi.

2. Morfem bebas dan terikat: proses-proses morfemis

Morfem bebas di bedakan dari morfem terikat. Morfem terikat adalah morfem yang tidak dapat berdiri sendiri dan yang hanya dapat meleburkan diri pada morfem yang lain.Untuk morfem segmental, proses morfemis adalah :

Pengimbuhan

Pengklitikan

Reduplikasi

3. Morfem dasar dan tiga jenisnya

Morfem dasar ada 3 macam:

Pangkal adalah morfem dasar yang bebas

Akar adalah morfem dasar yang berbentuk terikat

Pradasar adalah bentuk yang membutuhkan pengimbuhan atau pengklitikaan atau pemajemukan.

4. Sekedar contoh

Bentuk pradasar: ajar dalam bahasa indonesia: banyak sekali kemungkinan-kemungkinan pengimbuhan, seoerti nampak dalam bentuk-bentuk yang berikut: belajar, pelajar, mengajar, pengajar, mengajari, kuajarkan, kauajarkan.

5. Morfem utuh dan morfem terbagi

Sebagai contoh bahasa arab. Dalam bahasa ini morfem akar untuk verba adalah morfem terbagi, terdiri atas 3 konsonan yang di pisahkan oleh konsonan dan di pisahkan oleh vokal; misalanyk kata-kata morfem akar terbagi k-t-b tulis merupakan dasar untuk kata-kata seperti kataba ia (laki-laki) menulis , katabat ia (wanita) menulis , katabta engkau (laki-laki) menulis , katabti engkau (wanita) menulis , katabtu aku menulis dll.6. Morfem segmental dan morfem nonsegmental

Dalam morfologi ada morfem nonsegmental. Amatilah kata inggris yang merupakan bentuk tak teratur seperti foot dan mouse, dan jamaknya di bentuk oleh perubahan vokal. 7. Morfem nol

Contoh dalam penjamakan inggris dalam pasangan sheep (tunggal) : sheep (jamak). Maka struktur morfemis dari bentuk tunggal adalah monomorfemis (sheep), dan dari bentuk jamak adalah {sheep} + {[morfem penjamak] } (morfem nol lazimnya dilambangkan sebagai angka 0 tembus garis kanan).

8. Alternasi alomorfemis

Alternasi disebut alternasi alomorfemis, misalnya saja imbuhan men- dalam bahasa indonesia beralterasi menurut lingkungan, sehingga bentuknya menjadi me- dalam merusak, mem- dalam membakar,meng- dalam mengubah, dan bentuk lain lagi dengan morfem dasar lain.

Kaidah-kaidah alomorfemis ada 2 macam yaitu kaidah morfofonemis berupa fonemis dan tidak berupa fonemis.

a. Kaidah morfofonemis berupa fonemis

Tidak semua perubahan morfofonemis berdasarkan sifat-sifat fonologis semata-mata. Sama saja dengan alomorf-alomorf imbuhan men- dalam bahasa indonesia. Bahwasannya men- menjadi mem- sebelum /m/ atau /b/, hal itu boleh di pandang sebagai hal fonemis semata-mata, karena kehomorganan tetapi tidak ada sebab asimilatif semata-mata untuk perubahan men- menjadi meny- karena bentuk dasar mulai dengan /s/ .b. Kaidah alomorfemis tidak berupa fonemis

Kaidah alomorfemis yang lain adalah kaidah yang tidak mendasarkan diri atas bentuk fonemis. Yang dipermasalahkan di sini adalah morfem-morfem tak teratur. Contoh inggris untuk morfem penjamak adalah, misalnya ox : oxen, child : children, mouse : mice, foot : feet dan sebagainya. Hal yang sama berlaku untuk kala lampau. Yang teratur (- ed) berupa /t/ atau /d/ (tergantung dari sifat tak bersuara atau sifat bersuara pada akhir morfem dasar).

Bahasa Indonesia juga memiliki bentuk tak teratur yang demikian. Misalnya imbuhan verbal di- mengantikan men- dalam hampir semua verbal (yang dapat diimbuhi dengan di-), tetapi mengerti menjadi bukan *dierti melainkan dimengerti.9. Morfem, morf, dan alomorf

Perlambangan seperti {jamak} menunjukan morfem merupakan suatu satuan berupa segmental berupa nol, dapat juga berupa nada tertentu.

Berbeda dengan morfem, alomorf-alomorf jauh lebih konkret meski pun tidak mutlak berupa segmental.

Kita dapat memakai morf {men-} untuk segala macam pranasalisasi untuk membentukan verba dalam bahasa indonesia-meskipun realisasi alofonemisnya agak berbeda: {man} dan {ma_/} dan {man~} dan lain-lainnya.BAB 9MORFOLOGI: PROSES MORFEMIS

SEGMENTAL: AFIKSASI DAN KLITISISASI

1. PengantarAda empat macam afiks, yaitu:a. Prefiks, diimbuhkan sebelah kiri dasar dalam proses yang disebut prefiksasi

b. Sufiks, diimbuhkan sebelah kanan dasar dalam proses yang disebut sufiksasi

c. Infiks, diimbuhkan dengan penyisipan dasar dalam proses yang disebut infiksasi

d. Konfiks, diimbuhkan dengan sebagian disebelah kiri dasar dan sebagian disebelah kanan dasar dalam proses disebut konfiksasi.

Fungsi utama yang di miliki oleh proses afiksasi, yaitu:

a. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal, yang sama.

b. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu.2. Sekedar contoh afiksasi

Contoh prefiks adalah {men} seperti dalam : mendapat, mencari, menyalak, melintang, mengubah, menantang, dan lain sebagainya.

Contoh sufiks adalah: {an}, seperti dalam akhiran, dan tuntutan; {wan} dan {wati} seperti dalam wartawan dan wartawati; {ku}, {mu} dan {nya} seperti dalam permainanku, permainanmu dan permainannya.

Contoh konfiks adalah {men|i}, {memper|i}, seperti dalam menyembelihkan, mempermainkan, menduduki, dan memperingati, {ke|an} seperti halnya dalam keindahan, ketinggian, dan {ke|an} seperti dalam kelupaan atau kelewatan. angka dan tulis atas membedakan kedua konfiks itu, yang memang tidak sama.3. Konfiks atau prefiks plus sufiks?

Struktur kata belanda ge-been-te tulang-tulang, kerangka tulang, dengan {been} tulang sebagai pangkalnya, ?*{ge-} sebagai awalan dan ?* {te} sebagai akhiran.Seandainya ?* {ge} berupa prefiks, maka ada kata *gebeen, tetapi kata seperti itu tidak ada.

Seandainya ada sufiks ? {te}, ada kata beente, tetapi kata seperti itu tidak ada. Kesimpulannya dalam kata belanda gebeente, bukannya *{ge} berupa prefiks atau *{-te} berupa sufiks, melainkan {ge|te}-lah yang berstatus konfiks atau ambifiks.4. Tipologi prefiksasi dan sufiksasi

Dalam ilmu linguistik istilah tipologi berarti jenis bahasa.

Marilah kita amati tipologi dengan morfologi yang rumit dan bandingkan bahasa hibrani dan bahasa indonesia di satu pihak dengan bahasa turki dan bahasa jepang di pihak lain.Hibrani

(a) ka: tab se:per

ia [dahulu] menulis buku{verba} + {perfektif}

(b) yikto:b se: per

{verba} + {imperfektif}ia akan menulis buku

Indonesia

(a) ia turun

Hanya {verba} monomorfrmis(b) ia tidak turun

{ingkar} + {verba}

Turki

(a) gor

lihatlah

{verba}

(b) gor-uyor ia melihat

{verba} + {kata presen} + {kata tanya}

Jepang

(a) yomu-kaapakah [ia] membaca?

{verba} + {tanya}

(b) yoma-naiia tidak membaca{verba} + {ingkar}5. Komplikasi diakronik dalam penelitian morfologis

Bahasa indonesia menunjukan komplikasi diakronik akibat pemungutan kata dari bahasa arab. Misalnya, sulit untuk mendeskripsikan kata hakiki sebagai bentuk yang berasal dari hakikat sebagai, atau ilahi dari Allah.6. Teknik deskripsi morfologisTeknik deskripsi morfologis di pergunakan untuk analisis teks, yang memang selalu terdiri dari kalimat-kalimat.

Baris pertama berisi data dinamai baris dasar. Baris kedua berisi analisis morfem-morfem dinamai glos. Dan baris ketiga berisi terjemahan bebas.7. Paradigma, flesi, dan derivasi

Istilah paradigma dipakai untuk golongan konstruksi morfemis dengan dasar yang sama oleh para ahli linguistik.

Golongan fleksi adalah daftar paradigmatis yang terdiria atas bentuk-bentuk dari kata yang sama.

Golongan derivasi adalah daftar yang terdiri atas bentuk-bentuk kata yang tidak sama.8. Klitika

Klitika merupakan morfem yang pendekpaling-paling dua silabe, biasanya satu;tidak diberi aksen atau tekanan apa-apa; melekat pada kata atau frasa yang lain, dan memuat arti yang tidak mudah di deskripsikan secara leksikal.Contoh: klitika indonesia pun. Misalnya dalam klausa seperti dalam hal ini pun dia berbakat klitika pun tidak dapat di pisahkan dari hal ini.

Bandingkan juga konjungsi sekalipun, dalam arti meskipun, dengan pemakaian pun sebagai akibat berikut: malah sekali pun ia tidak mampirdengan sekali dalam arti satu kali dan pun dengan konotasi konsesif.

BAB 10

MORFOLOGI: BERBAGAI JENIS FLEKSI1. PengantarMorfologi infleksional adalah proses morfemis yang di terapkan pad kata sebagai unsur leksikal yang sama.Morfologi derivasioanal adalah proses morfemis yang mengubah kata sebagai unsur leksikal tertentu menjadi unsur leksikal yang lain.Konjungsi adalah alternasi infleksional pada verba.Deklinasi adalah alternasi infleksioanal pada nomina dan pada kelas-kelas kata yang dapat disebut nominal, seperti pronomina dan adjektiva.Pronomina adalah dekat pada nomina karena mengganti nomina yaitu di dalam konteks.Ajektiva adalah dekat pada nomina oleh karena menyesuaikan diri pad nomina yang dimodifikasi olehnya dengan cara yang bermacam-macam.2. Bahasa pemarkah induk dan bahasa pemarkah bawahan

Dalam klausa seniman ini menggambar puteri, maka verba menggambar adalah (konstituen) induk, sedangkan baik seniman ini maupun puteri merupakan (konstituen) bawahan. Dalam frasa seniman ini, maka induknya adalah seniman dan bawahan adalah ini.

Misalnya, konjungsi adalah verbal dan dengan demikian fleksinya merupakan pemarkahan induk. Sebaliknya, deklinasi menurut kasus adalah pemarkahan subjek atau objek sebagai objek, jadi pemarkahan kasus adalah pemarkahan bawahan.3. Paradigma morfologis dan paradigma perifrastis.Alternasi leksikal dalam paradigma sering disebut perifrastis. Istilah tersebut berguna dalam deskripsi linguistik. Misalnya dalam bahasa jepang negasi adalah morfologis dan dalam bahasa indonesia negasi adalah perifrastis. Dalam bahasa latin kala perfekta adalah morfologi; contohnya amavi (cintai: 1: T: KPA: IND: AKT) aku sudah mencintai, sebaliknya dalam bahasa inggris kala perfekta adalah perifrastis.4. Afiksasi berkonjungsi: pengantar

Banyak bahasa yang membedakan bentuk finit dan bentuk nonfinit.Bentuk finit mencakup afiks untuk kala, aspek, modus, diatesis, persona, jumlah, dan jenis.

Bentuk nonfinit meliputi infinitif, partisipia, dan berbagai bentuk lainnya.5. Afiksasi verbal: kala

Banyak bahasa memiliki kala kini atau kala presen, kala lampau atau preterit, dan kala futur.

Ada juga bahasa yang membedakan kala preterit yang lama dan kala preterit yang dekat, atau anterior perfekta. Ada juga yang hanya membedakan preterit dan nonpreterit. Akhirnya, ada kala futur anterior6. Afiksasi verbal: aspek

Dalam banyak bahasa, aspek-aspek verbal itu dimarkahi secara infleksional, tidak secara morfologis. Misanya aspek progresif dalam bahasa indonesia diartikan oleh sedang (dia sedang menulis) dan dalam bahasa inggris dengan verba bantu be, disertai bentuk -ing dari verba (he is writing letters) ; aspek perfektif diartikan dalam bahasa indonesia oleh telah atau sudah (kami telah mendaftarkan diri) .Berikut contoh aspek verbal yang di markahi secara infleksional, yaitu:

PonapeAspek perfektif

I kaneh rais saya selesai makan nasi

Konkow

Aspek duratif

Nihaj kanohjen saya sedang menjadi tua

Rusia

Aspek imperfektif dan perfektif

a. On priglasil menya ia [penah] mengundang saya (tetapi saya tidak kesana)

b. On priglasil menya ia [pernah] mengundang saya (dan saya memang kesana) Latin

Aspek inkoatif

Rubesco [muka] saya memerah

Indonesia

Aspek statif

Korban berdarah7. Afiksasi verbal: modus

Modus adalah pengungkapan sikap penutur terhadap apa yang di tuturkan.

Berikut adalah modus subjungtif secara afiksasional, yaitu:

Latin

Modus subjungtif, persona pertama, tunggal, aktif, berbagai kala, dari verba amare.

Presen: amem semoga aku mencintai

Imperfekta: amarem semoga aku mencintai [sekiranya mungkin]

Perfekta: amaverim semoga aku [telah] mencintaiAnterior: amavissem semoga aku [telah] mencintai8. Afiksasi verbal: diatesis

Diatesis adalah bentuk verba transitif yang subjeknya sedemikian rupa sehingga dapat atau tidak dapat ber-peran ajentif. Dibedakan sebagai aktif dan pasif.

Contoh: dalam bahasa inggris

All have read the book sebagai aktif dan the book has been read by all sebagai pasif.9. Afiksasi verbal: person, jumlah, dan jenis

Berikut contoh persesuaian verba dalam berbagai bahasa, menurut persona, jumlah, jenis, sesuai dengan subjek, objek; Indonesia

Persesuaian menurut persona dan jumlah, verba mengundang, bentuk-bentuknya dengan di- dan bentuk lain tanpa men-, masing-masing menurut pelakunya.Bentuk di-

bentuk lain tanpa men-Kuuundang

Kaundang

Diundangnya

(dia 0-undang)

(kami 0-undang)

(kita 0-undang)

(kalian 0-undang)

Diundangnya

(mereka 0-undang)

Perlu di ingat ialah bahwa morfem {: undang} merupaka morfem pradasar , sehingga terpaksa di postulasikan adanya 0- bila yang mendahului adalah pronomina bebas (dia, kami, dan seterusnya).10. Afiksasi berdeklinasi: pengantar

Afiksasi paradigmatis tipe deklinasi adalah afiksasi menurut kasus, jumlah, dan jenis, dan diterapkan pada kelas-kelas kata yang nominal, yaitu nomina, adjektiva, pronomina, dan berbagai bentuk nonfinit dari verba seperti, misalnya, partisipia.11. Delinasi pengafiks: kasus

Dalam bahasa ini, nomina membedakan kasus jenitif, yaitu kasus untuk pemilik, dari bentuk yang tidak berkasus, dan pronomina (kecuali it dan you) membedakan kasus nominatif (kasus fungsi subjek) dari kasus akusatif, yaitu kasus sebagai objek atau sesudah preposisi.12. Deklinasi pengafiks: jumlah

Konsep jumlah meliputi tunggal dan jamak dalam banyak bahasa, dan di antaranya ada banyak membentukkan jamak dengan pengafsikan. Ada juga bahasa yang mempunyai jumlah dual (untuk jumlah dua), trial (untuk jumlah tiga), atau paukal (untuk jumlah tak terinci yang rendah).

13. Deklinasi pengafiks: jenis

Jenis berfungsi dalam banyak bahasa, sebagai maskulin dan feminin, dan dalam bahasa tertentu juga sebagai neutrum. Pembedaan jenis untuk nomina bersifat derivasional, tidak paradigmatis, dan tidak berupa deklinasi, karena membedakan unsur-unsur leksikal yang beda.BAB 11

MORFOLOGI: DERIVASI, REDUPLIKASI, DAN KOMPOSISI

1. Pengantar

Dalam tatabahasa ada dua proses morfologis lain, yaitu reduplikasi dan komposisi.

Reduplikasi dapat bersifat paradigmatis, dapat bersifat pula dderivasional.2. Sekali lagi: infleksi dan derivasi

Fleksi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang mempertahankan identitas leksikal dari kata yang bersangkutan.Derivasi adalah perubahan morfemis yang menghasilkan kata dengan identitas morfemis yang lainnya.

Misalnya inggris friend dan friends termasuk leksem yang sama, sedangkan friend dan befriend merupakan leksem-leksem yang berbeda.3. Derivasi dalam bahasa indonesia: verba dan nomina tindakan/penindak

Contoh: bentuk pradasar {: ajar}. Morfem pradasar itu sendiri adalah tidak bebas. Yang di turunkan dari padanya adalah, pertama-tama , beberapa verba: mengajar, mengajarkan, mengajari, belajar.

4. Derivasi dalam bahasa indonesia: sekedar contoh lainAda beberapa tipe pengambifiksan ini, yaitu: Tipe yang menghasilkan nomina, yang maknanya adalah penggeneralisasi.

Tipe verba

Tipe berambifiks ke-|-an5. Sekedar contoh derivasi morfemis dalam bahasa berbagai bahasa

Menurut bentuk morfemis, jelas bentuk tertentu bersifat homonim artinya sama bentuknya dengan makna yang berbeda.

Menurut makna bahasa tertentu dapat diteliti secara antar bahasa.

Perbandingan antar bahasa menunjukan tipe-tipe tertentu.6. Alternasi alomorfemis dalam derivasi

Alternasi berikut berlaku juga untuk morfem-morfem yang menjadi alat derivasi. Contohnya dalam bahasa indonesia adalah nomina tindakan dan nomina penindak: awalan pen- (baik prefiks{pen-}maupun awalan konfiks {pen-|an}).7. Derivasi secara nonsegmental

Amatilah kata-kata jerman berikut:Buch buku, buchlein buku kecil, kind anak, dan kindlein. Derivasi yang bersufiks lein itu menghasilkan kata diminutif. Karena diftong yang tinggi dalam sufiks lein itu, maka /u/, tetap vokal /i/ dari kind sudah tinggi dan tidak dapat di umlautkan.8. Asal dan hasil derivasi menurut kelas kata

Dengan peristilasi ini, kita juga dapat merumuskan kaidah-kaidah derivasi; contohnya, untuk bahasa indonesia : semua verba berperfiks memper- adalah denominal, deajektival atau denumeral.9. Reduplikasi: pengantarDalam bahasa indonesia ada bentuk reduplikatif. Contoh meja-meja, pemuda-pemudi, kemungkinan-kemungkinan.10. Reduplikasi dalam berbagai bahasa

Dalam bahasa indonesia, reduplikasi nomina tidak secara langsung menyatakan jamak, contohnya tujuh anak (tidak tujuh anak-anak).11. Komposisi: pengantar

Komposisi adalah proses morfemis yang menggabungkan dua morfem dasar menjadi satu kata yang disebut kata majemuk.12. Komposisi dalam berbagai bahasa

Contohnya rumah sakit, yang sifatnya adalah bahwa sakit tidak berfungsi sebagai adjektiva.13. Produktivitas proses-proses morfemisSalah satu pertanyaan yang penting setiap proses morfemis adalah: apakah daftar alternan merupakan daftar terbuka ataukah daftar tertutup. Daftar terbuka adalah daftar yang dapat ditambahi; daftar tertutup adalah daftar yang terbatas. Lain halnya dengan derivasi: penutur-penutur dapat menambahkan turunan yang baru. Misalnya, jikalau belum pernah mendengar atau membaca kata kegramatikalan akan segera mengerti, karena anda sudah tahu kata gramatikal dan tahu juga fungsi penominalisasi dari ambifiks ke-|-an. Tentunya, kemungkinan tambahan alternan baru pada daftar derivasional dibatasi oleh kaidah-kaidah yang sudah ada. Misalnya, turunan dengan prefiks memper-terbatas pada yang denominal, deajektival dan yang denumeral; dan dari kata inggris tree, misalnya tidak dapat ditambahkan turunan baru seperti *batree. Namun, didalam batasan-batas kaidah-kaidah yang bersangkutan, kemungkinan untuk derivasi baru dari dasar yang sama adalah terbuka. BAB 12SINTAKSIS KLAUSA: KONSEP-KONSEP DASAR1. Apa itu sintaksis ?Sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar kata dalam tuturan. 2. Sintaksis kalimat,klausa dan frasa

Contoh kami akan membangun rumah yang besar. Kami= subjek, akan membangun= predikat , rumah yang besar= objek.3. Fungsi, kategori, peran

Contoh ayah membeli beras ketan untuk saya. 4. Konstituen inti dan luar inti

Frasa nominal dibedakan menjadi dua yaitu: inti dan luar inti.5. Apakah fungsi sintaksisKonstituen yang formal yang tidak terikat pada bentuk kategorial nominal dari peserta.6. Apa yang dimaksud peran sintaksis

Adalah segi semantis dari peserta-peserta verbaBAB 13

SINTAKSIS KLAUSA: JENIS-JENIS PREDIKAT

Predikat penyama

Predikat verbal intransitif

Predikat verbal transitif

Predikat tunggal dan serialBAB 14

SINTAKSIS KLAUSA: HUBUNGAN ANTARA PERAN DAN KATEGORI

1. Persona, jumlah, jenis

Apakah dalam bahasa inggris ada ada bentuk persona dari subjek yang diharuskan oleh verba tertentu? Tentu saja ada, yaitu dengan verba meteorologis seperti to rain. Subjeknya berbentuk it. Jumlah subjek dan objek adalah netral terhadap argumen-argumennya. Ada juga jenis contohnya memperistri dan mempersuami.2. Pemarkahan kasus: pengantar Yang jauh lebih penting dalam banyak sekali bahasa adalah pemarkahan kasus pada argmen-argumen. Pemarkahan tergantung dari sifat semantis verba.3. Peran-peran pada verba yang bervalensi satu

Yakni verba yang dapat disertai hanya oleh satu argumen saja.4. Ajentif dan objektif

Ada tipe yang argumen ajentifnya berkasus nominatif dan yang objektifnya berkasus akusatif.5. Persesuaian verba dengan argumenSecara tradisioanal , para ahli linguistik membahas persesuaian verba itu dengan memberikan nama-nama fungsional kepada argumen-argumen yang menyebabkan pemarkahan pada verba.6. Persesuaian verba dengan argumen Sebagai fungsi dan peran

Dalam bahasa-bahasa indo-eropa persesuaian verba memang dengan argumen subjek jadi tanpa pengaruh dari peran manakah yang ada pada subjek tersebut.7. Perujukan silang, klitisasi, dan persesuaian

Pronomina tidak dapat hadir. Pengklitikan argumen yang tidak dapat hadir bukan persesuaian. Akan tetapi hal itu hanya merupakan soal peristilahan saja, karena klitisasi pun berstruktur menurut peran atau menurut fungsi tergantung dari bahasanya.BAB 15SINTAKSIS KLAUSA: DIATESIS VERBAL DAN TIPOLOGI BAHASA

1. Pengantar

Banyak bahasa di dunia memiliki sistem verba morfemis dan klausal dengan alternasi diatesis.2. Tipologi klausa: pemarkahan kasus pada argumen

Rumusan tipologi : a. Tipologi ergatif : pk=pm=obaj b. Tipologi akusatif: pk=pm=ajob3. Tipologi klausa: perujukan silang argumen pada verba

Sistem kasus adalah permarkahan argumen menurut sifat semantis verba; tetapi argumen itu sendiri, dalam banyak bahasa, dimarkahkan pada verba dalam perunjukan silang.4. Tipologi bauran: keergatifan, keakusatifan dan keaktif-statifan

Bila dikatakan bahwa tertentu bertipologi ergatif, atau aktif statif, atau akusatif, maka hal itu biasanya berarti bahwa tipologi yang bersangkutan berlaku untuk salah satu bagian dari tatabahasa yang bersangkutan, tidak untuk tatabahasa dalam keseluruhannya.5. Sistem-sistem diatesis menurut tipologi bahasa

Pada umumnya sistem diatesis menurut tipologi bahasa dapat dirumuskan sebagai berikut:bahasa akusatif bersistem diatesis aktif dan pasif. Bahasa ergatif bersistem diatesis ergatif dan antipasif.6. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: pasif

Contoh dalam bahasa inggris

I was received (by the secretary)1:T:NOM VBP sambut oleh ART:DEF sekretaris

aku disambut oleh sekretaris7. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: diatesis medial

Arti asli diatesis medial itu ialah 2secara benefaktif dan secara reflektif8. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif:medio pasif

Contoh dalam bahasa spanyol

Se curaron las mujeres

PRFL sembuhkan:3:J:KPT ART:DEF:F:J wanita: J

wanita-wanita itu menyembuhkan dirinya sendiri9. Sistem diatesis dalam tipologi akusatif: aktif sebagai pasif

Bahasa indonesia mempunyai beberapa verba yang demikian, misalnya lupa, yang dapat berarti melupakan tetapi juga dilupakan atau kelupaan.10. Sistem akusatif: pasif impersonal verba intransitif

Dalam pasif impersonal bentuk verbal adalah persona ketiga tunggal11. Sistem akusatif: pasif impersonal verba transitif dan intransitif

Contoh dalam bahasa belanda

Er werden veel boeken verkocht

SS VBP:3:J:KLP banyak buku:J jual:PAPbanyak buku dijual.12. Sistem akusatif: bahasa tanpa pasif impersonal

Pasif personal adalah pasif dengan subjek dan dengan persesuaian antara bentuk verbal dan subjek tersebut. Sebaliknya, pasif impersonal selalu berpersona ketiga dan berjumlah tunggal, bahkan dalam konstruksi transitif.13. Sistem akusatif: pasif dan promosi argumen objektif

Bahasa ini memiliki hanya pasif impersonal artinya bentuk pasif selalu berpersona ketiga tunggal.14. Sistem akusatif: pemasifan verba yang bervalensi tiga

Dalam bahasa belanda , objek benefaktif klausa aktif tidak dapat dijadikan subjek klausa pasif, hanya objek pasien yang dapat di promosikan.15. Sistem diatesis dalam tipologi ergatif: pengantar

Sistem diatesis dalam tipologi ergatif biasanya menjangkau diatesis ergatif dan diatesis antipasif; diatesis ergatiflah yang merupakan diatesis kanonik.16. Sistem diatesis dalam tipologi ergatif: tinjauan data-data

contoh dalam bahasa chukchee

tumg- e nantewaten kupre- n

teman ERG 3:J: pasang:3:T jala ABS

teman-teman memasang jala itu.17. Sistem diatesis dalam tipologi ergatif: pasif

Contoh dalam bahasa indonesia

Inilah buku yang saya beli, bukan buku yang kamu beli.BAB 16

SINTAKSIS KLAUSA: SISTEM KALA, ASPEK DAN MODUS1. Pengantar: sistem kala-aspek-modus

Dalam semua bahasa ada sistem verbal yang lazim disebut sistem aspek-aspek modus.2. Sintaksis kala: pengantar

Susunan kala dalam hubungan satu dengan yang lainnya dapat disebut dengan istilah tersebut yaitu susunan kala.3. Sintaksis kala: sekedar dataa) Kami berapat kemarin dulu [preterit]

b) Saya lahir pada tahun 1940 [preterit]4. Sintaksis aspek: pengantar

Aspek verbal yakni dibagi atas aspek yang menyangkut bebapa segi dari apa yang di ungkapkan oleh verba: yakni permulaan, penyelesaian, hasil, keberlangsungan, pengulangan, kebiasaan, keterikatan pada saat tak terbagi, keadaan.5. Sintaksis aspek: sekedar data

Contoh dalam bahasa latin

Iam advesper-ascit. [inkoatif]Sudah senja INK

sudah mulailah senja.6. Sintaksis modus: pengantar

Modus verba ada bermacam-macam, menyangkut sifat deklatif dan interogatif, sifat afirmatif dan negatif, sifat desideratif, sifat kepastian, sifat pandangan real, sifat hortatif dan imferatif.7. Sintaksis modus interogatif: jenis-jenis dan sekedar data

Klausa introgatif (misalnya apakah dia sudah berangkat?) beroposisi dengan klausa deklaratif (misalnya dia sudah berangkat)8. Sintaksis modus negatif

Klausa negatif seperti : para mahasiswa tidak setuju9. Sintaksis modus desideratif

Contoh dalam bahasa indonesia

Semoga ia berhasil10. Sintaksis modus irealis

Adalah modus yang dimarkahi, beroposisi dengan modus realis, yang tidak bermarkah dan tidak berbeda dari modus deklaratif.11. Sintaksis modus imperatif dan hortatif

Contoh (you) go away !

pergilah!

BAB 17

SINTAKSIS KLAUSA: SUSUNAN BERUNTUN1. Susunan beruntun itu apa ?

Adalah tata urutan segmen-segmen tuturan.2. Susunan VO dan susunan OV

Contoh

a. Ayah anak ini menantikan berita itu

b. Manasa lamba ny zazavavy

c. Watashi wa hon o mimasu

d. Kahveyi- yi sabarlari-sev er- im

Dalam (1) dan (2) ada urutan VO, dan dalam (3) dan (4) ada urutan OV.

3. Keselarasan inflaklausal: hukum DM dan hukum MD

Tipe-tipe unsur DM pada tataran inflaklausal dapat dibedakan sebagai berikut: dalam frasa nominal, atribut adalah M dan nominal adalah D. Dalam frasa adposisi, objek adalah M dan induknya adalah D.

4. Tempat penegas dalam susunan beruntun

Misalnya dalam klausa : kami akan menandatangani naskah itu besok, maka besok adalah keterangan.

5. Bahasa konsisten dan campur

Bahasa-bahasa yang secara konsisten bersusunan beruntun VO atau OV, dan yang memiliki keselarasan infraklausa.

6. Tempat S dalam susunan beruntun VO dan OV

Tempat S relatif pada tempat V dan O tidak kurang dari 6 kemungkinan.

7. Pembilang kambang

Artinya pembilang yang dapat berpindah-pindah tempatnya dalam susunan beruntun.

8. Susunan beruntun: sifat struktural dan pragmatis

Banyak bahasa yang memiliki kaidah susunan beruntun yang lebih pragmatis sifatnya.BAB 18

KALIMAT MAJEMUK Kalimat majemuk itu apa ?

Adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih.

Klausa mandiri dan gabungan

Klausa mandiri itu dibedakan dari klausa gabungan artinya sebuah klausa yang harus digabungkan denga klausa yang lain untuk membentuk kalimat majemuk.

Klausa terkandung dan berbatasan

Klausa terkandung adalah klausa bawahan yang merupaka klausa bagian yang tak terasingkan dalam klausa lebih atas. Sebaliknya, klausa berbatas adalah tidak mutlak adalah bagian esensial dari klausa lebih atas.

Klausa absolut dan relasional

Klausa absolut adalah klausa bawahan yang tidak memiliki argumen yang ada juga dalam klausa lebih atas. Sedangkan klausa relasional adalah memiliki argumen yang ada juga dalam klausa lebih atas.

Klausa lengkap dan buntung

Klausa lengkap adalah klausa yang memiliki predikat, verbal atau non verbal. Klausa buntung adalah klausa gabungan yang berfungsi sebagai klausa dalam segala tetapi dalam menyebut topik.

Klausa koordinatif dan subordinatif

Klausa koordinatif adalah klausa yang bergabung langsung dengan klausa yang lain. Klausa subordinatif adalah klausa terbatas yang tidak termasuk klausa lebih atas sebagai konstituen intinya.

Tumpang tindih koordinasi dan subordinasi

Contoh

{ada gula}. {akibatnya ada semut}

{ada gula}. {sehingga ada semut}

Tipologi koordinasi dan subordinasi

Meskipun baik koordinasi maupun subordinasi kita temukan dalam semua bahasa yang berurutan VO, namun koordinasi lebih cocok dengan tipologi VO, sedangkan subordinasi lebih cocok dengan tipologi OV.BAB 19

SINTAKSIS FRASA: FRASA NOMINAL, TIPE NOMINA+NOMINA Apa itu sintaksis frasa

Frasa adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional dari tuturan yang lebih panjang.

Berbagai jenis frasa nominal, tipe nominal+nomina

Frasa nomina + nomina dapat dibahas menurut pokok-pokok berikut:

a) Hubungan semantis di antara induk dan atribut

Contoh patung seniman, kamus pak subroto

Konstituen induk adalah patung dan kamus; dan atribut adalah seniman dan pak subroto.

b) Frasa posesif

Dalam bahasa indonesia standar permakahan posesif pada induk dibutuhkan untuk membedakan dua dari kata yang sama, misalnya ibu sajiman untuk merujuk pada isteri sajiman, dibanding dengan ibu-nya sajiman, merujuk pada ibu sebagai orang tua.

c) Frasa keajektifan

Contoh induk transitif:

Penulisan surat; penerbitan buku

Penulis surat; penerbit buku

Induk intransitif:

Kedatangan tamu; keberangkatan menteri

Pendatang; pejalan; pekerja; pelautd) Frasa dengan atribut nominal rangkap serial

Contoh rumah bapak dan ibu sumarna, pendidikan anak-anak dan dewasae) Frasa dengan atribut nominal rangkap terkadang

Contoh milik ibunya guru, umur kepala bagian peneranganf) Frasa dengan aposisi sebagai atribut

Contoh

Bapak sriyono, propesor kedoktoran pada Universitas iniRuangan ini, kamar makan untuk staf

g) Frasa dengan semiatribut penyalin

Contoh

Rumah (milik) Pak AliSurat (keterangan) jalanh) Frasa dengan tidak induk penggolongan

Contoh

Se-batang rokok, se-buah almari, se-butir telurBAB 2O

SINTAKSIS FRASA: FRASA NOMINAL. TIPE NOMINAL+ NON NOMINAL

Hierarki penyambungan antara induk dan atribut

Dalam setiap bahasa ada hierarki konstruksi frasa nomina+non-nomina sedemikian rupa sehingga hukum berlaku berikut: semakin tinggi frasa yang demikian dalam hierarki, semakin rapat pulalah sambungan antar induk dan atribut.

Frasa dengan atribut relatif: beberapa konsep pokok

Pertama, ada istilah antiseden

Kedua, klausa pembuka dan pembatas

Ketiga, konstituen

Keempat, perelatif perangkai pronominal

Kelima, perelatif perangkai penghadir

Susunan beruntun anteseden dan klausa relatifTempat anteseden ada didalam klausa relatif itu sendiri dalam linguistik dikatakan bahwa anteseden diatraksi ke dalam klausa relatif.

Klausa relatif klausa pembuka dan pembatas

Klausa relatif pembuka tidak mutlak perlu untuk identifikasi anteseden. Sebaliknya, klausa relatif pembatas mutlak perlu hadir demi identifikasi tersebut.

Konstituen perelatif yang tidak berupa perangkai

Pemarkah yang demikian diafikskan pada verba didalam klausa relatif.

Konstituen perelatif berupa perangkai

Perelatif itu dapat berupa pronomina, atau frasa adposisional dengan pronomina relatif sebagai objeknya. Konstituen perelatif perangkai sebagai penghadir antesedenadir anteseden sebagai objek pada bentuk verbal yang berwalan men- .

Frasa dengan atribut adverbial

Contoh bunga-bunga (yang) di meja ini

Frasa dengan atribut non-nominal rangkap serial

Contoh pernyataan (yang) itu dan (yang) ini

Frasa dengan atribut non-nominal rangkap terkandung

Contoh acara {{{tadi} {*(yang) menarik}} itu}

Frasa nominal tanpa induk

Contoh denga yang itu, untuk yang mana? , tanpa yang empat itu.BAB 21

FRASA ADPOSISIONAL, AJEKTIVAL DAN ADVERBIAL Frasa adposisional: pengantar

a. Adposisi dan objek-nya

b. Adposisi berupa preposisi, posposisi dan ambiposisi

c. Adposisi bertumpuk

d. Frasa adposisi bermarkah induk

e. Frasa adposisi sebagai atribut

Frasa adjektival: pengantar

Frasa adjektival dengan memodifikasi penegas

Contoh cara yang [tidak sehat] , makalah yang [kurang baik]

Frasa adjektival dengan memodifikasi milik tak terasingkan

Contoh orang yang [sombong pikirannya]

Frasa adjektival pembaku

Contoh latin : alt- ior

mon- teTinggi KOMP: M:T:NOM gunung T:ABL

lebih tinggi dari pada gunung

Frasa adjektival pemodifikasi derajatContoh inggris: extreme-ly fast extraordinari- ly precise

Amat ADV cepat amat

teliti

Frasa adjektival pemodifikasi aspek

Contoh orang yang [pantas (untuk) dihargai]

Frasa adverbial

Contoh melakukan tugas [amat baik]; lari [sangat cepat]BAB 22SISTEM, STRUKTURAL, DAN SISTEMATIK

Struktur, sistem, dan distribusi

Contoh Si Amin tidak mengenal Putri yang berani itu.si amin=subjek, mengenal=predikat, tidak mengenal=distribusi

Beberapa jenis struktur

1. Struktur fonemis

2. Struktur fonologis

3. Struktur morfemis4. Struktur alofonemis

5. Struktur alomorfemis. Beberapa jenis sistem

1. Sistem fonetis

2. Sistem fonologis

3. Sistem alofonemis

4. Sistem morfemis

5. Sistem alomorfemis

6. Sistem sintaksis

Struktur endosentris dan eksosentris

Konstruksi endosentris adalah konstruksi yang berdistribusi paralel dengan induknya. Konstruksi eksosentris adalah konstruksi yang berdistribusi komplementer dengan induknya.

Analisis pembagian langsung

Analisis ini bersifat struktural ditemukan oleh ali linguistik Leonardo Bloomfield. Asasnya tidak sulit dimengerti.

Misalnya ke-salah-an-ku tidak dapat dianalisis saja sebagai rangkaian ke-+salah+-an+-ku.

BAB 23

SEMANTIK Pengantar

Semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Semantik gramatikal

1. Saya membeli pisang untuk anak saya2. Saya membelikan anak saya pisang

3. Anak itu duduk diatas kursi

4. Anak itu menduduki kursi

Konstituen yang dicetak tebal membawa makna benefaktif dalam (1) dan (2), padahal hanya dalam (2) sajalah makna benefaktif itu bersifat gramatikal. Semantik leksikal: pengantar

Secara leksikologis semantik leksikal mencakup segi-segi:

1. Makna referensi

Misalnya, kata roti memiliki makna tertentu, akan tetapi selain dari makna tersebut kata roti juga memiliki sifat yang namanya referensi yaitu kemampuan kata roti untuk mengacu pada makanan tertentu.

2. Denotasi dan konotasi

Denotasi adalah referensi pada sesuatu yang ekstralingual menurut makna kata yang bersangkutan. Konotasi adalah arti yang dapat muncul pada penutur akibat penilaian efektif atau emosional.

3. Analisis ekstensional dan intensional

Makna ekstensional adalah makna pragmatis. Menurut makna ekstensionalnya kata X merujuk pada hal-hal yang ekstralingual, misalnya kata parabot merujuk pada perabot yang bermacam-macam. Menurut makna intensional kata X terdiri atas sifat-sifat semantis tertentu. Secara internsional kata parabot mengandung unsur semantis perlengkapan.

4. Analisis komponensial

Misalnya, anak berhubungan dengan kata seperti bapak, ibu, keluarga, adik, kakak, dll. Istilah-istilah kekerabatan merupakan suatu sistem dan sistem-sistem yang demikian berbeda-beda menurut masing-masing bahasa.

5. Makna dan pemakaian

Contoh main sandiwara dalam arti pura-pura, kepala dalam frasa kepala kampung.

6. Sinonim, antonim, homonim,hiponim

7. Sinonim bermakna X hampir sama dengan Y. Antonim bermakna kebalikan X dan Y. Homonim X dan Y bermakna lain tetapi berbentuk sama. Hiponim ekstensional dari X merupakan sebagian dari arti ekstensional dari Y.

8. Kesinomiman

Contoh takdir =nasib, memuaskan=menyenangkan

9. Keantoniman

Contoh mudah dan sukar, tinggi dan rendah

10. Kehomoniman

Contoh bisa (mampu) bisa (racun)

11. Kehiponiman

Contoh kursi hiponim terhadap perabot, merah hiponim terhadap warna.

BAB 24

DEIKSIS1. PengantarDeiksis adalah semantik yang berakar pada identitas penutur.

Contoh saya sakit, kamu beruntung

2. Deiksis leksikal pronominal: pengantar

Sistem pronominal dalam semua bahasa terdiri atas sistem-sistem yang lebih terbatas.

3. Deiksis dalam sistem pronominal personal

Contoh ibu sandiwan dapat diganti oleh pronomina persona ketiga ia, dia, atau beliau.

4. Pengacuan nondeiktis untuk penutur dan si tersapa

Contohnya dalam beberapa dialek bahasa indonesia, misalnya penutur dapat menyebut diri adik, atau, abdi, atau, hamba, atau penulis.

5. Dieksis dalam sistem pronomina posesif

Contoh dalam bahasa inggris (my, your, his, her, our)

Dalam bahasa jerman (mein, dein, sein, ihr,unser)

6. Pronomina dalam bentuk klitika

Contoh dalam bahasa indonesia : sebagai pelaku ku- dan kau (ku-beli, kau-beli) atau sebagai pasien ku dan mu (mengudang-ku, mengundang-mu)

7. Deiksis leksikal adverbial

Bahasa indonesia memiliki dua persona dalam hal adverbia temporal (seperti dalam (pada saat ini[1 dan 2] dan pada saat itu [2atau 3], dan tiga persona dalam hal adverbia lokatif (disini [1], disana[2], dan di situ[3]).

8. Deiksis leksikal verba

Misalnya dalam bahasa indonesia datang berarti bergerak menuju penutur dan pergi berarti bergerak menjauhkan diri dari penutur.

9. Deiksis dramatikal

Bentuk dramatikal deiksis nampak dalam bentuk verbal denga persesuaian dengan argumen (subjek dan objek) pronominal.

10. Pembalikan deiksis

Adalah penciptaan dasar deiktis bukan dalam persona penutur, tempat penutur, atau saat penutur melainkan dalam personal lain penutur beridentifikasi dengannya.